Ekstarksi Minyak Dengan Cuka Asam

16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Minyak Kelapa Murni (VCO) 2.1.1 Minyak Kelapa murni ( VCO ) Selama sekitar 3960 tahun yang lalu, dari 4000 tahun sejak adanya catatan sejarah, telah diketahui penggunaan buah kelapa sebagai bahan makanan dan kesehatan. Selama itu, dicatat bahwa buah kelapa memang sangat bermanfaat, tanpa efek samping. Pohon kelapa dipandang sebagai sumber daya berkelanjutan yang memberikan hasil panen yang berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan masyarakat di daerah tropis. Dan yang penting adalah buahnya, daging kelapa, air kelapa, santan, dan minyaknya ( Darmoyuwono, 2006 ). Belakangan ini, pemanfaatan daging buah kelapa menjadi lebih variatif. Virgin coconut oil ( VCO ) merupakan bentuk olahan daging kelapa yang baru- baru ini banyak diproduksi orang. Di beberapa daerah, VCO lebih terkenal dengan nama minyak perawan, minyak sara, atau minyak kelapa murni ( Setiaji dan Prayugo, 2006 ). Pada pengolahan minyak kelapa biasa atau minyak goreng secara tradisional dihasilkan minyak kelapa bermutu kurang baik. Hal tersebut ditandai dengan adanya kadar air dan asam lemak bebas yang cukup tinggi di dalam minyak kelapa. Bahkan warnanya agak kecokelatan sehingga cepat menjadi tengik. Daya simpannya pun tidak lama, hanya sekitar dua bulan saja. Oleh karena itu, dilakukan serangkaian pengujian untuk memperbaiki teknik pengolahan minyak kelapa tersebut sehingga diperoleh minyak kelapa dengan

Transcript of Ekstarksi Minyak Dengan Cuka Asam

Page 1: Ekstarksi Minyak Dengan Cuka Asam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Minyak Kelapa Murni (VCO)

2.1.1 Minyak Kelapa murni ( VCO )

Selama sekitar 3960 tahun yang lalu, dari 4000 tahun sejak adanya catatan

sejarah, telah diketahui penggunaan buah kelapa sebagai bahan makanan dan

kesehatan. Selama itu, dicatat bahwa buah kelapa memang sangat bermanfaat,

tanpa efek samping. Pohon kelapa dipandang sebagai sumber daya berkelanjutan

yang memberikan hasil panen yang berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan

masyarakat di daerah tropis. Dan yang penting adalah buahnya, daging kelapa, air

kelapa, santan, dan minyaknya ( Darmoyuwono, 2006 ).

Belakangan ini, pemanfaatan daging buah kelapa menjadi lebih variatif.

Virgin coconut oil ( VCO ) merupakan bentuk olahan daging kelapa yang baru-

baru ini banyak diproduksi orang. Di beberapa daerah, VCO lebih terkenal

dengan nama minyak perawan, minyak sara, atau minyak kelapa murni

( Setiaji dan Prayugo, 2006 ).

Pada pengolahan minyak kelapa biasa atau minyak goreng secara

tradisional dihasilkan minyak kelapa bermutu kurang baik. Hal tersebut ditandai

dengan adanya kadar air dan asam lemak bebas yang cukup tinggi di dalam

minyak kelapa. Bahkan warnanya agak kecokelatan sehingga cepat menjadi

tengik. Daya simpannya pun tidak lama, hanya sekitar dua bulan saja. Oleh

karena itu, dilakukan serangkaian pengujian untuk memperbaiki teknik

pengolahan minyak kelapa tersebut sehingga diperoleh minyak kelapa dengan

Page 2: Ekstarksi Minyak Dengan Cuka Asam

mutu yang lebih baik dari cara sebelumnya. Minyak kelapa yang dihasilkan

memiliki kadar air dan kadar asam lemak bebas yang rendah, berwarna bening,

serta berbau harum. Daya simpannya pun menjadi lebih lama, bisa lebih dari 12

bulan ( Rindengan dan Novarianto, 2004 ).

Minyak kelapa murni merupakan hasil olahan kelapa yang bebas dari trans-

fatty acid (TFA) atau asam lemak-trans. Asam lemak trans ini dapat terjadi akibat

proses hidrogenasi. Agar tidak mengalami proses hidrogenasi, maka ekstraksi

minyak kelapa ini dilakukan dengan proses dingin. Misalnya, secara fermentasi,

pancingan, sentrifugasi, pemanasan terkendali, pengeringan parutan kelapa secara

cepat dan lain-lain ( Darmoyuwono, 2006 ).

Minyak kelapa murni memiliki sifat kimia-fisika antara lain :

1. penampakan : tidak berwarna, Kristal seperti jarum

2. aroma : ada sedikit berbau asam ditambah bau caramel

3. kelarutan : tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alcohol (1:1)

4. berat jenis : 0,883 pada suhu 20⁰C

5. pH : tidak terukur, karena tidak larut dalamair. Namun karena termasuk

dalam senyawa asam maka dipastikan memiliki pH di bawah 7

6. persentase penguapan : tidak menguap pada suhu 21⁰C (0%)

7. titik cair : 20-25⁰C

8. titik didih : 225⁰C

9. kerapatan udara (Udara = 1) : 6,91

10. tekanan uap (mmHg) : 1 pada suhu 121⁰C

11. kecepatan penguapan (Asam Butirat = 1) : tidak diketahui

( Darmoyuwono, 2006 ).

Page 3: Ekstarksi Minyak Dengan Cuka Asam

2.1.2 Kandungan Minyak Kelapa Murni (VCO)

Virgin Coconut Oil atau minyak kelapa murni mengandung asam lemak

rantai sedang yang mudah dicerna dan dioksidasi oleh tubuh sehingga mencegah

penimbunan di dalam tubuh. Di samping itu ternyata kandungan antioksidan di

dalam VCO pun sangat tinggi seperti tokoferol dan betakaroten. Antioksidan ini

berfungsi untuk mencegah penuaan dini dan menjaga vitalitas tubuh

(Setiaji dan Prayugo, 2006).

Komponen utama VCO adalah asam lemak jenuh sekitar 90% dan asam

lemak tak jenuh sekitar 10%. Asam lemak jenuh VCO didominasi oleh asam

laurat . VCO mengandung ± 53% asam laurat dan sekitar 7% asam kaprilat.

Keduanya merupakan asam lemak rantai sedang yang biasa disebut Medium

Chain Fatty Acid (MCFA). Sedangkan menurut Price (2004) VCO mengandung

92% lemak jenuh, 6% lemak mono tidak jenuh dan 2% lemak poli tidak jenuh

(Wardani, 2007).

2.1.3 Pembuatan Minyak Kelapa Murni (VCO)

Ada beberapa cara pembuatan minyak kelapa murni (VCO) yaitu:

a. Cara Tradisional

Cara ini sudah lama dipraktikkan oleh ibu-ibu di pedesaan. Umumnya,

VCO yang dihasilkan digunakan untuk minyak goreng. VCO yang dihasilkan

dengan cara tradisional berwarna agak kekuningan dan memiliki daya simpan

yang tidak lama. Kandungan antioksidan dan asam lemak rantai sedang juga

sudah banyaj yang hilang. Cara pembuatannya yaitu sabut buah kelapa dikupas

kemudian dibelah dan daging buahnya dicongkel. Daging buah tersebut

dibersihkan dengan air mengalir kemudian diparut. Hasil parutan kelapa di

Page 4: Ekstarksi Minyak Dengan Cuka Asam

campur dengan air dengan perbandingan 10:6. Endapkan santan sekitar 1 jam

sampai terbentuk krim santan dan skim santan. Ambil krim santan dan panaskan

hingga mendidih pada suhu sekitar 100-110⁰ C. Matikan api bila sudah terbentuk

minyak dan blondo. Lama waktu yang dibutuhkan sekitar 3-4 jam. Minyak yang

sudah diperoleh disaring dengan menggunakan kain dan kertas saring.

b. Cara Pemanasan Bertahap

Cara ini dilakukan untuk menyempurnakan pembuatan VCO cara

tradisonal. Minyak yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik

dibandingkan dengan cara tradisional. Minyak yang dihasilkan berwarna bening

seperti kristal dan memiliki daya simpan yang lebih lama berkisar 10-12 tahun.

Kandungan asam lemak tidak banyak yang berubah dan kandungan

antioksidannya pun masih lengkap dalam jumlah yang seimbang. Cara

pembuatan dengan metode ini sama dengan cara pembuatan dengan cara

tradisional, yang berbeda terletak pada suhu pemanasan. Dimana, pada

pemanasan bertahap suhu yang digunakan sekitar 60-75⁰ C. Bila suhu mendekati

angka 75⁰ C matikan api dan bila suhu mendekati angka 60⁰C nyalakan lagi api.

Demikian seterusnya sampai terbentuk minyak dan blondo. Kemudian lakukan

penyaringan.

c. Cara Enzimatis

Cara ini merupakan cara pembuatan VCO tanpa proses pemanasan.

Minyak yang dihasilkan berwarna bening seperti kristal. Kandungan asam lemak

rantai sedang dan antioksidannya tidak banyak berubah sehingga tidak mudah

tengik. Enzim yang dibutuhkan adalah enzim protease, enzim papain (daun

papaya), enzim bromelin (buah nanas), dan enzim protease dari kepiting sungai.

Page 5: Ekstarksi Minyak Dengan Cuka Asam

Cara pembuatan santan sama dengan dua metode di atas. Setelah terbentuk santan

diamkan selama 1 jam sampai terbentuk krim dan skim santan. Buang bagian

skim santan dengan menggunakan selang. Parut nanas hingga halus. Jika

menggunakan daun papaya iris tipis-tipis sampai mengeluarkan getah. Jika

menggunakan kepiting sungai maka kepiting tersebut dihaluskan. Campurkan

santan dengan enzim bromelin atau enzim papain atau enzim protease kepiting

sungai dengan cara diaduk. Diamkan selama 20 jam hingga terbentuk 3 lapisan

yaitu minyak, blondo dan air. Buang air dengan selang dan ambil minyak dengan

sendok besar secara hati-hati agar blondo tidak ikut. Lalu lakukan penyaringan.

d. Cara Pengasaman

Cara ini tidak memerlukan pemanasan sehingga minyak yang dihasilkan

bening, tidak cepat tengik, dan daya simpannya sekitar 10 tahun. Cara pembuatan

santan sama dengan cara diatas. Diamkan santan sampai terbentuk krim dan skim.

Buang bagian skim kemudian tambahkan beberapa ml asam cuka kedalam krim

santan. Ambil kertas lakmus, celupkan kedalam campuran santan-cuka. Cek pH

nya. Jika kurang dari 4,3 maka, tambahkan lagi asam cuka. Jika lebih dari 4,3

maka, tambahkan lagi air. Jika pH sudah cocok diamkan campuran tersebut

selama 10 jam hingga terbentuk minyak, blondo, dan air. Buang bagian air dan

ambil bagian minyak kemudian lakukan penyaringan.

e. Cara Sentrifugasi

sentrifugasi merupakan cara pembuatan VCO dengan cara mekanik. Cara

ini membutuhkan biaya yang mahal karena menggunakan alat yang mahal. Cara

ini lebh cocok digunakan dalam skala besar seperti di pabrik. Waktu yang

diperlukan relatif cepat yaitu sekitar 15 menit. Cara pembuatan santan sama

Page 6: Ekstarksi Minyak Dengan Cuka Asam

dengan yang di atas. Diamkan santan selama 1 jam. Masukkan krim santan

kedalam alat sentrifuse. Atur pada angka 20.000 rpm dan waktu pada angka 15

menit. Kemudian nyalakan alat sentrifuse. Diamkan sentrifuse dan diamkan

sebentar. Ambil tabung dimana di dalam tabung terbentuk 3 lapisan. Ambil

bagian VCO dengan menggunakan pipet tetes.

f. Cara Pemancingan

Cara ini ditemukan untuk memperbaiki cara-cara pembuatan VCO

sebelumnya. Untuk mendapatkan VCO yang baik maka, pada cara ini

memerlukan VCO sebagai umpan. Cara pembuatan santan sama dengan cara

diatas. Diamkan santan sampai terbentuk krim dan skim. Buang bagian skim

kemudian tambahkan VCO kedalam bagian krim dengan perbandingan 1:3. Aduk

rata sekitar 5-10 menit. Diamkan selama 10 jam sampai terbentuk VCO, blondo

dan air. Buang bagian air dengan selang. Ambil VCO dengan sendok. Kemudian

lakukan penyaringan dengan cara yang sama seperti yang di atas.

2.2 Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta

merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis

dan sensitive, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi

tubuh (Wasitaatmadja, 1997).

Kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu :

1. Lapisan epidermis atau kutikel yang terdiri atas stratum korneum, stratum

lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basalis

(Wasitaatmadja, 1997).

Page 7: Ekstarksi Minyak Dengan Cuka Asam

Dari sudut kosmetik, epidermis merupakan bagian kulit yang menarik

karena kosmetik dipakai pada epidermis (Tranggono dan Latifah, 2007).

2. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin) yang terdiri dari pars papilaris

yaitu dan pars retikularis (Wasitaatmadja, 1997).

3. Lapisan subkutis (hypodermis)

Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar, berisi

sel-sel lemak didalamnya (Wirakusumah, 1994).

2.2.1 Fungsi Kulit

Kulit mempunyai fungsi yang sangat penting bagi tubuh manusia. Fungsi

tersebut antara lain :

1. Fungsi Proteksi

Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik

maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi,

seperti zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya),

gangguan panas atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet,

gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus (Wasitaatmadja, 1997).

Serabut elastis yang terdapat pada dermis serta jaringan lemak subkutan

berfungsi mencegah trauma mekanik langsung terhadap interior tubuh.

Lapisan tanduk dan mantel lemak kulit menjaga kadar air tubuh dengan cara

mencegah penguapan air, selain itu juga berfungsi sebagai barrier terhadap

racun dari luar. (Tranggono dan Latifah, 2007).

2. Fungsi Absorpsi

Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal dan tipisnya kulit,

hidrasi, kelembaban udara, metabolisme dan jenis vehikulum zat yang

Page 8: Ekstarksi Minyak Dengan Cuka Asam

menempel di kulit. Penyerapan dapat melalui celah antarsel, saluran kelenjar

atau saluran keluar rambut.

3. Fungsi Ekskresi

Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna

atau sisa metabolisme dalam tubuh misalnya NaCl, urea, asam urat, ammonia

dan sedikit lemak. Sebum yang diproduksi kelenjar palit kulit melindungi kulit

dengan cara meminyaki kulit dan menahan penguapan yang berlebihan

sehingga kulit tidak menjadi kering.

4. Fungsi Pengindra (Sensori)

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.

Badan ruffini yang terletak di dermis, menerima rangsangan dingin dan

rangsangan panas diperankan oleh badan Krause.

5. Fungsi Pengaturan suhu Tubuh (Termoregulasi)

Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan

mengerutkan otot dinding pembuluh darah kulit. Pada keadaan suhu tubuh

meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan banyak keringat ke permukaan

kulit dan dengan penguapan keringat tersebut terbuang pula kalori/panas

tubuh. Vasokonstriksi pembuluh darah kapiler kulit menyebabkan kulit

melindungi diri dari kehilangan panas pada waktu dingin.

6. Fungsi Pembentukan Pigmen (Melanogenesis)

Sel pembentuk pigmen kulit (melanosit) terletak di lapisan basal

epidermis. Jumlah melanosit serta jumlah dan besarnya melanin yang

terbentuk menentukan warna kulit. Selain oleh pigmen, warna kulit dibentuk

pula oleh tebal tipisnya kulit, Hb-reduksi, Hb-oksidasi, dan karoten.

Page 9: Ekstarksi Minyak Dengan Cuka Asam

7. Fungsi Keratinisasi

Lapisan epidermis kulit orang dewasa mempunyai tiga jenis sel utama :

keratinosit, melanosit dan sel Langerhans. Keratinisasi dimulai dari sel basal

yang kuboid, bermitosis ke atas berubah bentuk lebih polygonal yaitu sel

spinosum, terangkat lebih ke atas menjadi lebih gepeng, dan bergranula

menjadi sel granulosum. Proses ini berlangsung terus-menerus dan berguna

untuk fungsi rehabilitasi kulit agar selalu dapat melaksanakan fungsinya secara

baik.

8. Fungsi Produksi Vitamin D

Kulit juga dapat membuat vitamin D dari bahan baku 7-dihidroksi kolesterol

dengan bantuan sinar matahari. Namun produksi ini masih lebih rendah dari

kebutuhan tubuh akan vitamin D.

9. Fungsi Ekspresi Emosi

Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit

mampu berfungsi sebagai alat untuk menyatakan emosi yang terdapat dalam

jiwa manusia (Wasitaatmadja, 1997).

2.2.2 Jenis Kulit

Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit umumnya terdiri atas 3 jenis,

dengan tambahan jenis kulit kombinasi dan kulit yang bermasalah.

1. Kulit normal; merupakan kulit ideal yang sehat, tidak mengkilap atau

kusam, segar dan elastis dengan minyak dan kelembaban cukup.

2. Kulit berminyak; adalah kulit yang mempunyai kadar minyak permukaan

kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilat, kotor dan kusam,

biasanya pori kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.

Page 10: Ekstarksi Minyak Dengan Cuka Asam

3. Kulit kering; adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang

kurang atau sedikit sehingga pada permukaan terasa kering, kasar karena

banyak lapisan kulit yang lepas dan retak, kaku atau tidak elastis dan

mudah terlihat kerutan.

4. Kulit campuran atau kombinasi; yaitu kulit seseorang yang sebagian

normal sebagian lafi kering atau berminyak.

5. Kulit sensitif; yaitu kulit yang peka terhadap aplikasi zat kimia di atasnya.

6. Kulit berjerawat; yaitu kulit yang disertai adanya jerawat, biasanya

berminyak

7. Kulit hiperpigmentasi; yaitu kulit yang disertai dengan bercak hitam

(Wasitaatmadja, 1997).

2.3 Kosmetika Pelembab

Kosmetika berasal dari bahasa Yunani “kosmetikos” yang berarti

keterampilan menghias, mengatur. Dalam defenisi tersebut, yang dimaksud

dengan ‘tidak dimaksudkan untuk mengobati dan menyembuhkan suatu penyakit’

adalah sediaan tersebut seyogiyanya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit

(Tranggono dan Latifah, 2007).

Kosmetika pelembab merupakan jenis kosmetika yang digunakan untuk

mencegah terjadinya penguapan air yang berlebihan dari kulit. Mekanisme

dimana kulit mengalami kekeringan belum jelas dipahami. Beberapa orang dapat

mengalami kulit kering pada waktu dan berbagai kondisi lingkungan tertentu,

tetapi pada beberapa orang lainnya jarang mengalami gejala yang sama pada

berbagai kondisi lingkungan. Kekeringan pada umumnya terlihat pada keadaan

udara dingin dan ketika kelembaban relatif rendah (Navarre, 1975).

Page 11: Ekstarksi Minyak Dengan Cuka Asam

Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya, yang

antara lain terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukan lapisan

lemak tersebut terutama untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air

yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Selain itu, kulit juga dilindungi oleh

bahan-bahan yang bisa menyerap air seperti asam amino, purin, pentose, choline,

dan derivate asam fosfat yang jumlah totalnya 20% dari berat lapisan stratum

corneum (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kandungan air dalam sel-sel kulit normal lebih dari 10%, bila terjadi

penguapan air berlebihan maka nilai kandungan air tersebut berkurang. Cara

mencegah penguapan air dari sel kulit adalah :

1. Menutup permukaan kulit dengan minyak ( oklusif).

2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan salam

kulit.

3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat

hidrofilik yang menyerap air.

4. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruhnya yang

mengeringkan kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Umumnya kosmetika pelembab terdiri dari berbagai minyak nabati,

hewan maupun sintetis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan

untuk melenturkan lapisan kulit yang kering dan kasar, dan mengurangi

penguapan air dari sel kulit namun tidak dapat mengganti seluruh fungsi dan

kegunaan dari minyak kulit semula (Wasitaatmadja, 1997).

Ada dua macam kosmetika pelembab, yaitu :

a. Kosmetika pelembab berdasarkan lemak

Page 12: Ekstarksi Minyak Dengan Cuka Asam

Kosmetika pelemban tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing

cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit,

sedikit banyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit

menjadi lembab dan lembut.

b. Kosmetika pelembab berdasarkan gliserol atau humektan sejenis

Preparat jenis ini akan mongering di permukaan kulit, membentuk lapisan

yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan

mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit

nampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum corneum kulit

(Tranggono dan Latifah, 2007).

2.4 Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau

lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.

Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang

mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak

atau minyak dalam air. Namun, sekarang ini lebih diarahkan untuk produk yang

terdiri dari emulsi minyak dalam air, yang dapat dicuci dengan air

( Ditjen POM, 1995).

Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak di dalam air, dan

dikenal sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk dalam golongan ini, diberi

istilah demikian karena waktu krim ini digunakan dan digosokkan pada kulit,

hanya sedikit atau tidak terlihat bukti nyata tentang adanya krim tersebut

( Lachman, 1994).

Page 13: Ekstarksi Minyak Dengan Cuka Asam

Basis krim (vanishing cream) lebih banyak disukai pada penggunaan

sehari-hari karena memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit,

tidak berminyak serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing

cream mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Humektan

(gliserin, propilenglikol, sorbitol 70%) sering ditambahkan pada vanishing cream

dan emulsi o/w untuk mengurangi peguapan air dari permukaan basis

(Voight, 1995).

2.5 Emulsi

Menurut Ditjen POM (1995) emulsi adalah sistem dua fase, yang salah

satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.

Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang mencegah

koalesensi, yaitu penyatuan tetesan-tetesan kecil menjadi tetesan besar dan

akhirhnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Dikenal dua macam tipe

emulsi emulsi yaitu emulsi tipe minyak dalam air dimana tetesan minyak

terdispersi dalam fase air dan tipe air dalam minyak dimana tetesan air terdispersi

dalam fase minyak (Anief, 2005).

Dalam sediaan kosmetika, biasanya fase air dan fase minyak bukan

merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut kemungkinan

mengandung beberapa komponen (Ansel, 1989). Pada umumnya, sebagian besar

sediaan kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah

menyebar pada permukaan kulit. Emulsi minyak dalam air dapat dengan mudah

dicuci dengan air karena sifatnya yang mudah dibasahi oleh air. Tipe emulsi ini

Page 14: Ekstarksi Minyak Dengan Cuka Asam

cocok untuk preparat-preparat krim, lotio yang pada penggunaannya diinginkan

dapat dengan mudah dihilangkan dari kulit (Ditjen POM, 1985 ).

Selain itu, tipe emulsi minyak dalam air mengandung 10 sampai 35% fase

minyak dan dapat menurunkan viskositas emulsi dari fase minyak 5 sampai 15%.

Air sebagai fase eksternal membantu mengurangi kekeringan stratum korneum

pada kulit sehingga emulsi minyak dalam air banyak digunakan dalam sediaan

krim (Barel dan Maibach, 2001).

2.6. Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab

Bahan-bahan yang biasanya digunakan pada sediaan krim pelembab

mencakup zat emolien, zat sawar (barier), zat penutup untuk kulit yang berpori

lebar, zat humektan, zat pengental dan pembentuk lapisan tipis, zat pengemulsi,

zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).

1. Zat emolien

Zat emolien adalah zat yang digunakan pada kulit untuk mengurangi

gejala kekeringan pada kulit (Navarre, 1975). Zat ini juga berfungsi

untuk melunakkan kulit. Yang termasuk emolien adalah lanolin dan

derivatnya, sterol, phospholipid, hydrocarbon, asam lemak, ester asam

lemak, ester asam lemak dengan alkohol.

2. Zat sawar (barier)

Berfungsi untuk melindungi kulit dari kehilangan air yang berlebihan

pada lapisan tanduk. Bahan yang biasa digunakan adalah paraffin,

cera, Na CMC, tragacanth, dll.

Page 15: Ekstarksi Minyak Dengan Cuka Asam

3. Zat humektan

Berfungsi untuk mengatur kelembaban sediaan baik dalam wadah

maupun pemakaiannya pada kulit. Yang biasa dipakai adalah gliserin,

propilen glikol, sorbitol.

4. Zat pengental dan pembentuk lapisan tipis

Biasa digunakan dengan kadar lebih kecil dari 1%. Contohnya: gom,

alginate, derivate sellulosa, carbopol, PVP dan lain-lain

(Balsam, 1972).

5. Zat pengemulsi

Digunakan untuk menstabilkan emulsi dengan cara menempati antar-

permukaan antara tetesan dan fase eksternal (Ditjen POM, 1995).

6. Pengawet

Bahan untuk mencegah tumbuhnya atau untuk bereaksi dan

menghancurkan mikroorganissme yang bisa merusak produk atau

tumbuh pada produk. Kontaminasi dengan mikroorganisme dapat

menyebabkan timbulnya bau yang tidak sedap, perubahan warna,

perubahan viskositas, penurunan daya kerja bahan aktif, pemisahan

emulsi, perubahan perasaan atas pemakaian produk

(Tranggono dan Latifah, 2007).

7. Parfum

Untuk memberikan bau yang segar harum pada sediaan.

8. Pewarna

Digunakan untuk memberikan warna pada sediaan agar sediaan

memiliki tampilan yang baik (Wasitaatmadja, 1997).

Page 16: Ekstarksi Minyak Dengan Cuka Asam

2.7. Silika Gel

Pemerian silika gel merupakan silicon dioxide (SiO2) terhidrat sebagian,

amorf, terdapat dalam bentuk granul seperti kaca dengan berbagai ukuran. Jika

digunakan sebagai pengering, seringkali dialut dengan senyawa yang berubah

warna jika kapasitas penguapan air telah habis (Ditjen POM, 1995).

Silika gel bersifat non-toxic, dan mampu memberikan kapasitas

dehumidification fisikawi dan kimiawi karena memiliki kemampuan adsorbsi dan

stabilitas kimia yang baik, area permukaan yang luas, serta kekuatan mekanis

yang tinggi. Silika gel digunakan sebagai desiccant yang berfungsi menyerap

kelembaban dan mencegah kerusakan selama penyimpanan. Di dalamnya

terdapat granula yang menghubungkan pori-pori mikroskopik yang akan

menangkap dan menahan uap air. Silika gel yang siap digunakan berwarna biru,

sedangkan jika silika gel sudah menyerap uap air, maka silika gel akan berubah

warna menjadi pink.Bahan pengering tersebut dapat diaktifkan lagi dengan cara

pemanasan pada suhu 110oC hingga warna semula tampak lagi (Anonim, 2009)