eksplorasi

69
BAB I PENDAHULUAN Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang memanfaatkan sumberdaya mineral/bahan galian untuk kesejahteraan masyarakat dan pengembangan suatu daerah mempunyai resiko yang tinggi (kerugian). Agar usaha pertambangan tersebut dapat berjalan dan memperoleh keuntungan, maka potensi sumberdaya/bahan galian yanga ada harus diketahui dengan pasti, begitu juga terhadap resiko yang ada, yang dapat dirinci sebagai resiko geologi, resiko ekonomi-teknologi, dan resiko lingkungan harus dihilangkan atau paling tidak diminimalkan. Dasar pengambilan keputusan apakah sumberdaya mineral /bahan galian yang ada layak untuk ditambang atau tidak dapat diperoleh dari data hasil KEGIATAN EKSPLORASI yang dilakukan secara langsung dilapangan. Jadi kegiatan eksplorasi merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan sebelum suatu usaha pertambangan dilaksanakan. Hasil dari kegiatan eksplorasi harus dapat memberikan informasi yang lengkap dan akurat mengenai sumberdaya mineral/bahan galian maupun kondisi geologi yang ada, agar study kelayakan untuk pembukaan usaha pertambangan yang dimaksud dapat dilakukan dengan teliti dan benar (akurat). Kegiatan Eksplorasi dalam dunia pertambangan adalah kegiatan mencari dan mengetahui objek geologi yang pada 1

description

laporan lengkap eksplorasai

Transcript of eksplorasi

Page 1: eksplorasi

BAB I

PENDAHULUAN

Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang memanfaatkan sumberdaya

mineral/bahan galian untuk kesejahteraan masyarakat dan pengembangan suatu daerah

mempunyai resiko yang tinggi (kerugian). Agar usaha pertambangan tersebut dapat berjalan

dan memperoleh keuntungan, maka potensi sumberdaya/bahan galian yanga ada harus

diketahui dengan pasti, begitu juga terhadap resiko yang ada, yang dapat dirinci sebagai

resiko geologi, resiko ekonomi-teknologi, dan resiko lingkungan harus dihilangkan atau

paling tidak diminimalkan.

Dasar pengambilan keputusan apakah sumberdaya mineral /bahan galian yang ada

layak untuk ditambang atau tidak dapat diperoleh dari data hasil KEGIATAN

EKSPLORASI yang dilakukan secara langsung dilapangan. Jadi kegiatan eksplorasi

merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan sebelum suatu usaha pertambangan

dilaksanakan. Hasil dari kegiatan eksplorasi harus dapat memberikan informasi yang lengkap

dan akurat mengenai sumberdaya mineral/bahan galian maupun kondisi geologi yang ada,

agar study kelayakan untuk pembukaan usaha pertambangan yang dimaksud dapat dilakukan

dengan teliti dan benar (akurat).

Kegiatan Eksplorasi dalam dunia pertambangan adalah kegiatan mencari dan

mengetahui objek geologi yang pada umumnya mengandung cebakan mineral, batubara

maupun minyak/gas. Sebelum melakukan kegiatan eksplorasi, seorang explorer harus

mempunyai konsep yang akan di terapkan dalam kegiatan eksplorasi tersebut, karena metode

– metode eksplorasi yang di terapkan untuk setiap jenis endapan berbeda, contohnya untuk

Logam metode yang cocok yaitu dengan metode Geolistrik atau Geomagnet, sedangkan

untuk batubara metode yang tepat yaitu Test pit, Trenching, maupun Pemboran.

Sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan, maka dianggap perlu untuk mengadakan

praktek lapangan eksplorasi ini. Hal ini juga disebabkan oleh pertimbangan lain bahwa teori

dan praktek harus seiring dan sejalan atau adanya keseimbangan antara teori dan praktikum.

1

Page 2: eksplorasi

1.1 Maksud dan Tujuan Penyelidikan

a. Maksud

Maksud diadakannya penyelidikan praktik lapangan Teknik Eksplorasi

adalah agar mahasiswa dapat mengaplikasikan/menerapkan teori diperoleh

di bangku kuliah untuk diterapkan atau di korelasikan dilapangan, Sehingga

akan tejadi sinkronisasi diantara keduanya.

b. Tujuan

Adapun tujuan diadakan penelitian yaitu sebagai berikut :

Mengetahui potensi-potensi sumber daya alam yang terdapat pada

daerah sekitar penyelidikan.

Mengetahui dan memperlajari bahan galian yang terdapat pada daerah

sekitar penelitian.

Untuk melihat secara langsung kondisi yang sebenarnya di lapangan.

Dapat mengamati langsung bahan galian/mineral yang dicari.

Dapat memahami cara peggunaan alat di lapangan.

Untuk memahami cara-cara pengambilan sampel di lapangan.

Untuk mengetahui formasi singkapan.

Mahasiswa dapat mempelajari kegiatan-kegiatan Eksplorasi secara

langsung di lapangan.

Anggota tim penyelidikan

Untuk mempermudah dalam melakukan kegiatan eksplorasi di lapangan. Para

dosen pembimbing membagi 3 Regu yang setiap regunya terdiri dari 5 kelompok, tiap

kelompok terdiri dari 5 orang/kelompok. Kami kelompok 11 yg beranggotakan.

2

Page 3: eksplorasi

1. Nama-nama anggota kelompok 4 dari kiri ke kanan pada gambar diatas tersusun dari : Muh

Alif Rifqi,Elipas sura,Rendy A Amaral,Patricia yunita,lestari amalbakti Penyelidikan yang

pernah dilakukan.

Penyelidikan yang pernah dilakukan di Desa Uludaya Kec. Mallawa Kab. Maros

yaitu Investor untuk melakukan ekplorasi yang beelanjut pada kegiatan penambangan

sampai tahun 1984 yang kemudian dilanjutkan oleh CV. Taman Indah sampai sekarang.

Sebelumnya, ada beberapa ahli yang telah melakukan penelitian terlebih dahulu pada

daerah tersebut antara lain :

1. VAN BEMMELEN, 1949, yang menulis tentang lengan selatan pulau Sulawesi.

2. DJURI dan SUJATMIKO, 1974, meneliti geologi lembar Pangkajene dan bagian barat lembar

Palopo Sulawesi Selatan dengan skala 1:250.000.

3. S. SARTONO dan K.A.S. ATADIREJA, 1981, meneliti geologi kuarter Sulawesi Selatan

danTenggara.

4. SURTONO dan ASTADIREJA, 1981, Meneliti Geologi Karst Sulawesi Selatan dan Sulawesi

Tenggara.

RAB. SUKAMTO, 1982, membuat peta geologi regional lembar Pangkajene dan Watampone

bagian Barat, Sulawesi Selatan

3

Page 4: eksplorasi

BAB II

GEOGRAFI DAN KEADAAN GEOLOGI

2.1 Geografi daerah penyelidikan

Kabupaten Maros terletak di bagian barat Sulawesi selatan antara 400 40’ -

500 07’ Lintang selatan dan 1090 205 - 1290 12’ Bujur timur, merupakan

daerah penyangga Ibu Kota Provinsi Sulawesi selatan dengan jarak sekitar 30

Km arah utara Kota Makassar dengan kawasan pantai sepanjang + 31 Km di

Selat Makassar yang berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Dengan Kabupaten Pangkep

Sebelah Selatan : Dengan Kota Makassar dan Kabupaten Gowa

Sebelah Timur : Dengan Kabupaten Bone

Sebelah Barat : Dengan Selat Makassar

Luas wilayah Kabupaten Maros 1.619 Km2 atau sekitar 2,6 % wilayah Sulawesi selatan

secara administratif yang terdiri atas 7 kecamatan, 75 desa/kelurahan.

Kegiatan eksplorasi yang kita lakukan bertempat di desa Uludaya terletak pada latitude

-4.814444 , longitude 119.8806 , dengan koordinat 4° 48' 52″Lintang Selatan dan 119° 52' 50″

Bujur Timur . Dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat

dengan jarak 90 Km dan lama perjalanan 3 – 4 jam dari kota Makassar. Kondisi jalan yang di

lewati masih dalam tahap pengerasan yang kadang menyulitkan perjalanan untuk mencapai

desa tersebut. . Adapun luas daerah desa Uludaya adalah 11,30 Km2.

2.1.1 Kemiringan lereng

Lereng adalah

derajat kemiringan

permukaan tanah

yang dihitung

dengan melihat

perbandingan

antara jarak vertikal

dengan jarak

horizontal dari dua

4

Page 5: eksplorasi

buah titik dipermukaan tanah di kali seratus persen. Lereng tanah

merupakan pembatas bagi sebagian besar usaha menempatkan suatu

kegiatan dan keterbatasan dalam pemilihan teknologi pengilahan, selain

itu lereng mempengaruhi besarnya erosi tanah sehingga secara tidak

langsung mempengaruhi kualitas tanah.

Di daerah Kabupaten Maros memiliki keadaan lereng permukaan tanah

diklasifikasikan sebagai berikut : (I) 0 – 2 %, (II) 2 – 15 %, (III) 15 – 40 %,

(IV) > 40 %.

Pada Kabupaten Maros dengan kemiringan lereng 0 – 2 %

merupakan daerah yang dominan dengan luas wilayah 70.882 Km2 atau

sebesar 44 % sedangkan daerah yang memiliki luas daerah yang sempit

berada pada kemiringan 2 – 5 % dengan luas wilayah 9.165 Km2 atau

sebesar 6 % dari luas total wilayah perencanaan . Untuk pengembangan

wilayah dengan tingkat kelerengan 0 – 2 % dominan berada pada

sebelah Barat, dan pengembangan wilayah dengan tingkat kelerengan >

40 % berada pada sebelah Timur wilayah perencanaan. Untuk lebih

jelasnya sebagaimana pada tabel 3-1.

Tabel 2-1.

Klasifikasi Kemiringan Lereng di Kabupaten Maros (dalam Ha)

No Klasifikasi Lereng

Luas (Ha)

Persentase (%)

1 0 - 2 % 70.882 442 2 - 15 % 9.165 63 15 - 40 % 31.996 204 > 40 % 49.869 30Jumlah 161.912 100

Sumber : RTRW Kabupaten Maros 2005

2.1.2 Ketinggian Muka Laut

Ketinggian suatu tempat dari permukaan laut terutama di daerah

tropis dapat menentukan banyaknya curah hujan dan suhu. Ketinggian

juga berhubungan erat dengan konfigurasi lapangan, unsur-unsur curah

hujan, suhu dan konfigurasi lapangan mempengaruhi peluang

pembudidayaan komoditas.

5

Page 6: eksplorasi

Ketinggian wilayah di Kabupaten Maros berkisar antara 0 – 2000

meter dari permukaan laut. Di bagian Barat wilayah Kabupaten Maros

dengan ketinggian 0 – 25 meter dan di bagian Timur dengan ketinggian

100 – 1000 meter lebih. 

Pada Kabupaten Maros dengan  ketinggian 0 – 25 m merupakan

daerah yang dominan dengan luas wilayah 63.083 ha atau sebesar 39

%  sedangkan daerah yang memiliki luas daerah yang sempit berada

pada ketinggian > 1000 m dengan luas wilayah 7.193 ha atau sebesar 4

% dari luas total wilayah perencanaan. Untuk lebih jelasnya

sebagaimana pada tabel 3-2. 

Tabel 2-2Klasifikasi Kemiringan Lereng di Kabupaten Maros (dalam Ha)

No Interval Ketinggian

Luas (Ha)

Persentase (%)

1 0 - 25 m 63.083 392 25 - 100 m 10.161 63 100 - 500 m 45.011 284 500 - 1000 m 36.464 235 > 1000 m  7.193  4Jumlah 161.912 100

Sumber : RTRW Kabupaten Maros 2005

Kabupaten Maros terletak dibagian barat Sulawesi Selatan antara

40°45 ’- 50°07’ Lintang Selatan dan 109°205’ - 129°12’ Bujur Timur yang

berbatasan dengan Kabupaten Pangkep sebelah Utara, Kota Makassar

dan Kabupaten Gowa sebelah selatan, Kabupaten bone disebelah Barat.

Luas Wlayah Kabupaten Maros 1.619,12 km2 yang secara administrasi

pemerintahannya menjadi 14 kecamatan dan 102 Desa / Kelurahan.

Berdasarkan pencatatan kelurahan Badan stasiun Meteorologi suhu

udara di Kabupaten Maros minimum berkisar pada suhu 22,80°C (terjadi

pada bulan Juli dan Agustus) dan suhu maksimum berkisar 33,70°C

(terjadi pada bulan oktober).

6

Page 7: eksplorasi

2.2 Keadaan Lingkungan daerah Penyelidikan (Penduduk, Iklim, Topografi,

Vegetasi, dan Tataguna Lahan)

Secara umum kecamatan Mallawa memiliki 10 desa yang berada di sekitarnya. Ada banyak potensi-

potensi bahan galian yang dimiliki kecamatan Mallawa. Salah satu desa yang memilki potensi bahan

galian yang berpotensi adalah desa Uludaya. Dalam bahasa bugis Ulu berarti kepala dan Daya berarti

kekuatan jadi Uludaya adalah dengan jumlah penduduknya kurang lebih 800 jiwa dengan 178 KK

Penduduk di Desa Uludaya dominan bersuku Bugis, dengan rasa kekeluargaan dan gotong royong

yang tinggi. Penduduk desa Uludaya mayoritas memeluk agama islam dan masih memegang adat

istiadat yang kental dan kehidupan yang sederhana yang umumnya menggunakan bahasa

daerah dan dapat mengerti bahasa Indonesia. Mata pencaharian penduduk di desa Uludaya

adalah bertani dengan tanaman pertanian yang berupa kemiri, padi, jeruk, cokelat, kopi tetapi yang

dominan adalah pohon kemiri dan padi, serta sda juga yang berprofesi sebagai karyawan penambang

batubara.

3 Di daerah ini juga terdapat sumber air panas yang berasal dari bukit, yang berupa air

terjun sedangkan formasinya termasuk dalam formasi Mallawa dan formasi Camba.

Desa Uludaya merupakan daerah beriklim tropis dengan curah hujan yang

relatif tinggi yang didukung oleh hutan tropis, curah hujan per tahun 1500 mm-

3000 mm. Keadaan topografi daerah tersebut adalah merupakan dataran tinggi

dan di sekitar daerah pemukiman penduduk terdiri dari deretan pegunungan

dengan beberapa sungai permanen. Berdasarkan pencatatan kelurahan Badan

stasiun Meteorologi suhu udara di Kabupaten Maros minimum berkisar pada

suhu 22,80°C (terjadi pada bulan Juli dan Agustus) dan suhu maksimum

berkisar 33,70°C (terjadi pada bulan oktober).

Tabel 2-3Iklim Kabupaten Maros

7

Page 8: eksplorasi

Vegetasi daerah ini terdiri dari tumbuhan jati, damar, kemiri, alang-alang

dan disamping itu terdapat juga jenis-jenis tumbuhan yang dikembangkan oleh

penduduk seperti cokelat, pisang, padi, jeruk, dan lain–lain.

Perekonomian penduduk daerah penyelidikan secara umum bertumpu

pada hasil-hasil pertaniaan (bersifat agraris), Dan hanya sebagian kecil di

sektor industri dan jasa. Usaha pertanian di daerah ini dilakukan secara

tradisional sampai semi mekanis. Pembangunan pertanian dilakukan melalui

konsep pengwilayahan komoditas dengan sentra pengembangan tanaman

pangan, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Hasil utama pertanian seperti

padi dan berkebun seperti coklat, jeruk,dan sayuran. Sedangkan hasil utama di

sektor industry pertambagan terdiri dari: batubara, pasir dan batu sungai

(kerikil-bongkah dan batu pecah), batu gunung (basal dan andesit) serta kapur

pertanian.

8

Page 9: eksplorasi

Gambar 1. Keadaan lingkungan Daerah Penyelidikan

3.1 Geologi Daerah Maros

a. Geomorfologi

Daerah penyelidikan (Maros) berdasarkan keadaan bentang alam dapat

dibagi atas 4 satuan morfologi, yakni : daerah pedataran, daerah

bergelombang, daerah pebukitan, dan daerah karst.

Daerah pedataran mempunyai sifat-sifat relief topografi sangat rendah dan

tekstur topografi halus, batuan penyusunnya didominasi oleh endapan

alluvium. sebarannya di daerah pantai dan bagian utara.

Daerah bergelombang mempunyai sifat-sifat relief topografi rendah

sampai sedang dan tekstur topografi halus sanpai sedang. Batuan

penyusunnya terutama terdiri dari batuan Formasi Camba dan Formasi

Mallawa. sebaran di bagian tengah dan utara, setempat di bagian selatan.

Daerah pebukitan mempunyai sifat-sifat relief topografi sedang sampai

tinggi dan tekstur topografi sedang sampai kasar. Batuan penyusunnya

didominasi oleh batuan gunung api dan batuan beku. Sebarannya di daerah

bagian tengah dan selatan.

Daerah karst mempunyai sifat-sifat relief dan tekstur topografi ekstrim.

Batuan penyusunnya batugamping.

Sungai utama yang mengalir, berpola aliran dentritik, memotong

penyebaran satuan batuan dan struktur geologi, bersifat mengerosi batuan

dasar. Bagian baratnya merupakan daerah yang tingkat erosinya tinggi,

sedangkan di bagian timurnya tingkat erosinya lebih rendah disertai dengan

sedimentasi dan abrasi pantai di beberapa tempat.

9

Page 10: eksplorasi

Pembagian morfologi Daerah Kabupaten Dati II Maros didasarkan atas morfogenesa, yaitu :

Morfologi Pegunungan Gunung Api

Morfologi pegunungan gunungapi ini terletak bagian utara, tengah dan timur

dengan puncak tertinggi B. Leke (1361 m), luas wilayah menempati sekitar 30%. Ciri-

cirinya adalah kenampakan topografi relatif tinggi, kemiringan lereng terjal dengan

tekstur topongrafi relatif kasar, disusun oleh batuan gunungapi berupa breksi dan lava.

Morfologi Perbukitan Intrusi

Morfologi perbukitan intrusi ini menyebar setempat-setempat,

menempati sekitar 5%, dicirikan oleh bentuk bukit yang menonjol dan relatif

tumpul, relatif terjal dan kemiringan lereng sedang – terjal, disusun oleh batuan

beku basal porfiritik, andesit, granodiorit, diorit dan monzonit.

Morfologi Perbukitan Sedimen

Morfologi perbukitan sedimen ini terletak di bagian selatan, tengah dan

timur, luas penyebaran sekitar 25%, dicirikan oleh bentuk relief dan tekstur

topografi halus-sedang, kemiringan lereng sedang-rendah, bentuk bukit tumpul

dengan lembah yang melebar, disusun oleh batuan sedimen laut Formasi Camba,

Formasi Mallawa, dan Formasi Balangbaru.

Morfologi Perbukitan “Karst”

Morfologi perbukitab “Karst” ini terletak di bagian tengah dan utara,

menyebar ke arah utara – selatan, menempati sekitar 15% dicirikan oleh bentuk

topografi relief tinggi, kemiringan lereng sangat terjal dan sebagian berupa

dataran, dan tersusun oleh batugamping napal.

Morfologi Pedataran Rendah

Morfologi ini terletak di bagian barat menyebar ke utara hingga selatan,

menempati sekitar 25%, dicirikan oleh bentuk topografi datar, relief rendah dan

tekstur topografi halus, disusun oleh batuan sedimen Formasi Camba,

Batugamping Formasi Tonasa dan endapan sungai aluvium sungai pantai.

1. Geologi Regional

10

Page 11: eksplorasi

Pengelompokan jenis batuan di dasarkan atas ciri-ciri litologi dan dominasi

dari setiap satuan batuan, berikut uraian yang dimulai dari batuan tertua:

Formasi Balangbaru (kb): terdiri dari perselingan serpih dengan batu pasir, batu

lanau dan batu lempung, dengan struktur batuan berlapis, menyerpih dan turbidit,

menyebar di bagian utara yaitu Kecamatan Watang Mallawa. Satuan batuan ini

adalah batuan sedimen tipe “flysch”, terbentuk pada Kalla Kapur Akhir dalam

lingkungan laut dalam dengan ketebalan mencapai 2000 meter.

Batuan Gunungapi Terpropilitkan (Tpv): terdiri dari breksi dan lava, menyebar di

bagian selatan yaitu Kecamatan Tanralili. Breksi terdiri dari frakmen beraneka

ragam, berukuran kerikil – kerakal, tersemen oleh tufa, struktur batuan sangat

terkersikkan (terprilitkan) dan terkekarkan dengan pengisian mineral karbonat dan

silikat. Lava umumnya bersifat andesitik, sebagian trakit dan basal. Batuan

gunungapi ini berumur Paleosen.

Formasi Mallawa (Tem): Terdiri atas batupasir kuarsa, batulanau, batulempung,

dan konglomerat, dengan sisipan atau lensa batubara. Penyebaran formasi ini di

Kecamatan Bantimurung. Batupasir kuarsa umumnya bersifat rapuh dan kurang

kompak, berlapis tipis. Batubara pada satuan batuan ini mempunyai ketebalan

antara 0,5 – 1,5 meter. Formasi batuan ini diendapkan dalam lingkungan paralik

sampai laut dangkal pada Kala Paleogen – Eosen, dengan ketebalan formasi tidak

kurang dari 400 meter.

Formasi Tonasa (Temt) : terutama terdiri dari batugamping pejal, bioklastik,

kalkarenit, koral dan kalsidurit bersisik. Di daerah Kecamatan Watang Mallawa

batugamping Formasi Tonasa ditemukan mengandung mineral glaukonit, dan

napal dengan sisipan breksi batugamping. Struktur batuan berlapis khususnya

pada batugamping pejal dan terkekarkan kuat. Setempat-setempat formasi batuan

ini diterobos oleh batuan granodiorit, trakhit, andesit, diorit, dan basal piroksin.

Formasi batuan ini diendapkan dalam lingkungan laut dangkal hingga laut dalam

dan laguna dengan ketebalan formasi tidak kurang dari 3000 meter, diperkirakan

berumur Eosen Awal – Miosen Tengah.

11

Page 12: eksplorasi

Formasi Camba (Tmc): terdiri dari perselingan batuan sedimen laut dan batuan

gunungapi, yaitu; batupasir tufaan berselingan dengan tufa, batupasir, batulanau

dan batulempung, dibeberapa tempat dijumpai sisipan napal, batugamping dan

batubara. Struktur dari perlapisan batuan umumnya kurang padat, berlapis 0,4 –

1,0 meter, terlipat lemah dengan kemiringan lapisan kurang dari 30. Formasi

batuan ini dibeberapa tempat diterobos oleh basal piroksin, andesit dan diorit

berupa retas, sill dan stok. Formasi batuan ini diperkirakan terendapkan pada Kala

Miosen Tengah – Miosen Akhir.

Batuan Gunungapi Formasi Camba (Tmcv): terdiri dari breksi, lava dan

konglomerat. Breksi dan konglomerat terdiri dari fragmen andesit dan basal,

matriks dan semen dari tufa halus hingga pasiran. Semua batuan dalam formasi

ini umumnya terkersikkan dengan struktur perlapisan sebagian amegdaloidal,

dan vesikuler. Formasi batuan ini diperkirakan terendapkan pada Kala Miosen

Tengah – Miosen Akhir.

Batuan Gunungapi Baturape-Cindako (Tpbl,Tpbv): terdiri dari lava (Tpbl) dan

breksi gunungapi (tpbv), bersisipan tufa dan konglomerat. Breksi gunungapi

umumnya berkomponen kasar berupa basal dan sedikit andesit dengan ukuran

fragment 15 – 60 cm, tersusun oleh tufa berbutir kasar hingga lapilli dan banyak

mengandung piroksin. Lava bersusunan basal dengan struktur batuannya

sebagian berkekar tiang dan kekar lapis. Batuan gunungapi ini diperkirakan

berumur Pliosen Akhir.

Batuan Terobosan: terdiri dari granodiorit, andesit, diorit, trakhit dan basal

piroksin. Batuan ini menyebar setempat-setempat dan menerobos batuan

yang lebih tua disekitarnya berupa retas, sill dan stok.

Endapan Alluvium (Qal): terdiri dari endapan alluvium pantai dan sungai.

Endapan alluvium pantai materialnya berupa pasir dan lempung, sedang

endapan sungai berupa bongkah, kerakal, pasir dan lempung.

2. Struktur Geologi

12

Page 13: eksplorasi

Struktur geologi yang teramati di daerah ini berupa; kekar, perlipatan dan

sesar. Struktur kekar umumnya terdapat pada semua jenis batuan, kecuali endapan

alluvium. Jenis kekar buka dan kekar gerus dengan intensitas sangat tinggi. Struktur

perlipatan terdapat pada batugamping Formasi Tonasa, batuan sedimen laut Formasi

Camba ini berupa homoklin dan sinklin menunjam. Struktur sesar yang berkembang

di daerah ini berupa sesar mendatar dan sesar normal yang terdapat disemua jenis

batuan kecuali endapan alluvium.

3. Sumber Daya Bahan Galian

Potensi bahan galian daerah Kabupaten Dati II Maros terdiri dari; Bahan

galian golongan A, dan bahan galian golongan C. Berikut uraian:

A. Bahan Galian Batubara

Bahan galian golongan A yakni; batubara. Endapan Batubara Formasi

Mallawa dan Batubara Formasi Camba.

1) Batubara Formasi Mallawa

Endapan batubara Formasi Mallawa telah mengalami proses

deformasi berupa perlipatan, persesaran dan penerobosan batuan beku

granodiorit. Batubara tersebut terdapat pada satuan batulempung dan

batupasir kuarsa, dengan kedudukan jurus perlapisan bervariasi antara N 230

E hingga N 330 E, kemiringan 8 - 15. Terbentuk pada Kala Eosen Bawah –

Eosen Tengah, tersingkap dengan baik di daerah Mallawa, Uludaya, Tacceppa

dan Bontoa Kecamatan Watang Mallawa, dan daerah ini Amassangeng

Kecamatan Bantimurung.

Hasil analisa contoh batubara menunjukkan kandungan; Sulfur = < 1

> 3 %, Kalori = 7000 - 8000 K.Kal/kg. Batubara ini dapat dimanfaatkan untuk 13

Page 14: eksplorasi

keperluan bahan bakar dan Batubara ini dijual ke Kawasan Indusrti Makassar

(KIMA) .

2) Batubara Formasi Camba

Dijumpai di dalam perselingan batupasir tufaan, batupasir, batulanau

dan batulempung, tersingkap di daerah Bungoro dan Kamara Kecamatan

Camba; Lembang Kecamatan Bantimurung; dan daerah puncak, Lekopancing

dan S. Damak Kecamtan Tanralili. Lapisan tanah penutup 4 meter, tebal

lapisan batubara anatara 23 - 35 cm dengan kedudukan lapisan N 290 E/21.

Hasil analisa contoh batubara Formasi Camba menunjukkan

kandungan; Air bebas = 2,80%, Air lembab = 4,20 – 7,20%, Kadar abu = 36,10 –

52,20%, Zat terbang = 10,20 – 16,20%, Sulfur = 2,10 – 3,60%, Karbon padat =

28,2 – 39,9%, Kalori = 3175 K.Kal/kg. Dari hasil analisa tersebut menunjukkan

bahwa batubara Formasi Camba tergolong batubara berkualitas rendah.

B. Bahan Galian Industri

Bahan galian golongan Industri di daerah ini terdiri dari; bahan galian

yang diunakan sebagai bahan dasar pada industri dan bahan galian bangunan.

Bahan galian industri berupa; batugamping, lempung, marmer, oker, pasir

kuarsa, batusabak, dan batu setengah mulia. Bahan galian bangunan berupa;

basal, andesit, diorit, granodiorit, pasir, kerikil dan kerakal.

a. Bahan Galian Industri

1. Lempung

Bahan galian lempung di daerah ini menyebar cukup luas pada

daerah pedataran dan setempat-setempat di daerah Utara meliputi

Kecamatan Mandai, Maros Baru dan sebagaian Kecamatan

Bantimurung, Tanralili dan Kecamatan Watang Mallawa. Secara genetik

lempung di daerah ini dijumpai dalam tiga jenis yaitu: lempung hitam,

lempung merah dan lempung abu-abu.

14

Page 15: eksplorasi

Hasil analisa contoh lempung hitam (lempung sedimenter) dari

daerah Panaikang /kabupaten Maros Utara, menunjukkan kandungan:

SiO2 = 53,99%; Al2O3 = 3,05%; Fe2O3 = 6,13%; Na2O = 5,34%; K2O = 1,35%;

MnO = 0,22%; MgO = 0,20%; H2O = 9,54%; LOI = 19,11%. Dari hasil

analisa kimai dan sifat fisik, maka lempung hitam jenis ini dapat

digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan batubata. Jumlah

cadangan diperkirakan mencapai 227,5 juta meter kubik.

Hasil analisa kimia contoh lempung merah dari daerah Amarang

Kabupaten Maros (1975) oleh Devisi Eksplorasi “Geological Survey of

Indonesia”, menunjukkan kandungan antara: SiO2 = 25,885 - 46,34%;

Al2O3 = 21,53 – 2,22%; Fe2O3 = 88,38 – 19,76%; CaO = 0,47 – 0,96%; MgO

= 0,67 – 1,71%; Na2O = 0,13 – 0,47%; K2O = 0,20 – 3,90%; LOI = 13,46 –

20,98%. Sedangkan hasil analisa kimia contoh lempung merah oleh

Kanwil DPE Prop.Sul-Sel, menunjukkan kandungan antara: SiO2 = 33,96 –

81,37%; Al2O3 = 12,07 – 14,48%; Fe2O3 = 3,36 – 18,63%; MnO = 0.12 –

0,42%; MgO = nihil – 8,46%; Na2O = 0,16 – 0,47%; K2O = 0,18 – 1,55%;

H2O = 2,09 – 5,89%; LOI = 8,00 – 20,73%. Dari hasil analisa kimia dan

sifat fisik lempung merah itu dapat digunakan sebagai bahan baku

dalam industri semen dan selain itu dapat pula digunakan sebagai bahan

baku pembuatan batu bata. Jumlah cadangan diperkirakan mencapai

589,5 juta meter kubik.

Hasil analisa kimia contoh lempung abu-abu jenis sedimenter

Formasi Mallawa dari Kecamatan Watang Mallawa dan setempat dari

Amassangang Kecamatan Bantimurung, menunjukkan kandungan: SiO2 =

77,42%; Al2O3 = 13,7%; Fe2O3 = 5,01%; K2O = 1,79%; MgO = 0,81%; Na2O

= 0,12%; MnO = 0,05%; H2O = 8,34% LOI = 8,34%. Dari hasil analisa kimia

dan sifat fisik menunjukkan kandungan SiO2 yang cukup tinggi dan Al2O3

di atas 10% dengan demikian maka bahan galian jenis lempung abu-abu

ini dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan keramik atau

15

Page 16: eksplorasi

gerabah. Jumlah cadangan ini diperkirakan mencapai 4,5 juta meter

kubik.

2. Batugamping

Bahan galian batugamping di daerah ini merupakan bagian dari

batugamping Formasi Tonasa. Penyebarannya cukup luas menempati

wilayah morfologi ‘karst” Kecamatan Bantimurung dan sebagian

Kecamatan Tanralili, Camba dan Kecamatan Watang Mallawa. Hasil

analisa kimia contoh batugamping daerah Kabupten Maros,

menunjukkan kandungan antara: SiO2 = 0,16 – 4,95%; Al2O3 = 0,66 –

2,13%; Fe2O3 = 0,02 – 0,12%; Na2O = 0,06 - 0,18%; K2O = 0,01 – 0,06%;

MnO = 0,01 – 0,06% CaO = 51,18 – 57,83%; MgO = 0,63 – 1,56%; H2O =

0,13 – 0,71%; LOI = 39,06 – 44,16%. Dari hasil analisa kimia dan sifat fisik

batugamping menunjukkan rata-rata kandungan CaO 50% dan MgO

maksimum 1,56%, maka dengan demikian bahan galian batugamping ini

dapat digunakan sebagai bahan baku batugamping ini dapat digunakan

sebagai bahan baku dalam industri semen “portland”, kapur putih,

kapur ringan, karbid dan gas CO2 .

3. Marmer

Bahan galian marmer di daerah ini berasal dari batugamping

Formasi Tonasa, secara umum terbentuk akibat pengaruh temperatur

dari terobosan batuan beku. Marmer tersebut mempunyai kekersan

antara 3 – 4 skala Mohs, kuat tekan antara 600 – 900 kg/cm 3 dan berat

jenis 2,9 berwarna putih abu-abu dan hitam. Penyebaran terdapat di

Kecamatan Bantimurung, Tanralili dan Kecamatan Camba. Jumlah

cadangan marmer di daerah ini sebagian besar termasuk kawasan hutan

lindung dan Cagar Alam Karaenta di Kecamatan Bantimurung.

16

Page 17: eksplorasi

4. Oker

Bahan galian oker di daerah ini secara genetik berasal dari

satuan tufa berukuran lempung yang merupakan batuan sedimen laut

formasi Camba, secara fisik berwarna abu-abu kehijauan, abu-abu

kekuningan, coklat tua dan coklat kemerahan, tekstur klastik, berukuran

lempung, berlapis dan menyerpih, ketebalan perlapisan antara 0,3 - 2

meter dengan kemiringan 35 dan kedudukan perlapisan berlawanan

dengan kemiringan lereng.

Hasil analisa kimia controh oker, menunjukkan kandungan :

SiO2 = 48,60 – 54,27%;

Al2O3 = 3,52 – 6,65%;

Fe2O3 = 15,72 – 21,78%;

Na2O = 0,28 – 0,29%;

K2O = 1,11 – 1,79%;

MnO = 0,10%;

CaO = nihil – 1,00%;

H2O = 4,08 – 5,15%;

LOI = 17,73 – 17,78%

Dari hasil analisa kimia dan sifat fisik, maka bahan galian oker

ini digolongkan kedalam besi oksida alam dan dapat diguanakan sebagai

bahan baku dalam industri cat, kertas dan keramik. Jumlah cadangan

secara keseluruhan mencapai 6,5 juta meter kubik, dan hingga saat

sekarang ini belum diolah dan dimanfaatkan.

5. Pasir Kuarsa

Pasir kuarsa yang terdapat di daerah Kecamatan Watang

Mallawa, termasuk dalam Formasi Mallawa. Sifat fisik sebagian besar

17

Page 18: eksplorasi

rapuh dan tidak kompak, berwarna putih, putih abu-abu, putih

kemerah-merahan, berukuran pasir halus sampai kasar, ketebalan

lapisan antara 10 –20 meter, jumlah cadangan diperkirakan tidak kurang

dari 5 juta ton. Pasir kuarsa di daerah ini pernah dimanfaatkan oleh PT.

Semen Tonasa sebagai bahan campuran dalam pembuatan semen, dan

saat ini di beberapa tempat telah diusahakan dimanfaatkan untuk

mensuplai kebutuhan akan bahan baku pasir kuarsa bagi PT. Semen

Tonasa (Persero).

b. Bahan Galian Bangunan

Bahan galian bangunan di Kabupaten Dati II Maros, terdiri atas :

basal, andesit, diorit, granodiorit, pasir, kerikil dan kerakal, berikut ini adalah

uraian :

1) Basal

Basal adalah jenis batuan beku yang berkomposisi basa berupa

retas, secara umum kenampakan fisik berwarna hitam hingga warna

hijau kehitaman, kompak dan keras, tekstur pofiritik dengan kristal

piroksin berukuran 1 – 2 cm, lapukannya berwarna merah kecoklatan,

terdapat menyebar di wilayah Kecamatan Tanralili, Mandai dan

Bantimurung. Basal di daerah ini dapat digunakan sebagai bahan

konstruksi ringan hingga sedang, pengerasan jalan, dan bahan ornamen

atau batu tempel. Jumlah cadangan diperkirakan mencapai 4.7999,9

juta ton.

2) Andesit

Andesit adalah salah satu jenis batuan beku yang berkomposisi

menengan berupa “sill” yang terbentuk di permukaan, terdapat

menyebar di Kecamatan Bantimurung, kenampakan fisik berwarna abu-

abu kehitaman, pelapukannya berwarna coklat kemerahan, ketebalan <

2 m, struktur batuan kompak, kekar lapis dan kekar tiang. Andesit di

daerah ini dapat di gunakan sebagai bahan konstruksi bangunan ringan 18

Page 19: eksplorasi

hingga berat. Jumlah cadangan diperkirakan mencapai 612,64 juta ton.

Bahan galian andesit ini sebagian besar penyebarannya di wilayah hutan

lindung dan cagar alam Karaenta.

3) Diorit

Diorit adalah salah satu jenis batuan beku yang berkomposisi

menengah dan terbentuk di bawah permukaan tanah sebagai batuan

beku dalam. Kenampakan sifat fisik berwarna abu-abu, pelapukan

membentuk tanah berwarna coklat kemerahan, tekstur porpiritik,

struktur batuan kompak dan sebagian terkekarkan. Penyebarannya

terdapat di wilayah Kecamatan Bantimurung dan Tanralili. Secara

umum bahan galian diorit di daerah ini mempunyai mutu yang baik

untuk bahan konstruksi bangunan sedang hingga berat dalam bangunan

teknik, sebagaian bahan galian diorit ini terletak di wilayah Cagar Alam

Karaenta. Jumlah cadangan diperkirakan mencapai 1.555,4 jutaan ton.

4) Granodiorit

Granodiorit secara genetik adalah batuan beku instrusi yang

bersifat plutonik, berwarna abu-abu, tekstur hipydiomorfik granular,

ukuran butir medium-kasar, struktur kompak dan keras, terkekarkan

dengan jenis kekar gerus dan kekar terbuka. Batuan ini mempunyai

morfologi perbukitan intrusi yang relatif sedang dengan kemiringan

lereng sedang hingga tejal. Penyebarannya terdapat di daerah

Kecamatan watang mallawa B. Baloro, daerah Camba Kecamatan Camba

dan sekitarnya. Jumlah cadangan yang tersedia diperkirakan mencapai

3.402 juta ton.

5) Trakit

Trakit adalah jenis batuan beku lelehan yang bersifat asam,

kenampakan sifat fisik bertekstur porfiroafanatik, kompak dan keras.

19

Page 20: eksplorasi

Terdapat menyebar di daerah Ammassangeng Kecamatan Bantimurung.

Jumlah cadangan yang tersedia diperkirakan 325 juta ton.

6) Batupasir

Batupasir adalah jenis batuan sedimen klasik. Batupasir di

daerah ini merupakan bagian dari batuan sedimen laut Formasi Camba

yang berasiosiasi dengan tufa dan batu lempung. Kenampakan fisik

berwarna abu-abu kecoklatan, tekstur klastik sedang, sortasi jelek,

bentuk butir menyudut hingga menyudut tanggung, kompak dan

berlapis. Struktur kompak dan daya tahan terhadap pelapukan tinggi,

sehigga bahan galian ini sebagian dimanfaatkan sebagai pengeras dan

pelapis jalan raya. Secara keseluruhan luas penyebaran batupasir

Formasi Camba yang dapat diusahakan penambangannya sebesar 2,75

juta m2, dengan jumlah cadangan diperkirakan mencapai 22 juta ton.

7) Pasir Sungai

Pasir Sungai adalah sedimen pasir yang berasal dari endapan

sungai purba atau sungai aktif. Endapan pasir sungai yang ada di daerah

ini merupakan endapan sedimen sungai yang aktif, sebagian telah di

manfaatkan oleh masyarakat dan pengusaha setempat, terutama di

daerah sekitar kota Maros. Jumlah cadangan yang tersedia diperkirakan

mencapai 20,07 juta ton.

8) Kerikil dan Batu Sungai

b. Kerikil dan batu sungai adalah material/agregat yang terbentuk secara alamiah,

sebagai hasil rombakan batuan yang telah ada dan terendapkan pada aliran sungai.

Umumya material tersebut berasal dari rombakan batuan beku jenis basal,

granodiorit, andesit, diorit dan frakmen breksi vulkanik. Terdapat pada aliran S.

Maros, S. Camba dan S. Watangmallawa sebagai endapan sungai aktif dan endapan

sungai purba terdapat di daerah Puncak Kecamatan Tanralili, Cenrana dan Kecamatan

Camba. Berdasarkan perhitungan jumlah cadangan di perkirakan 50,17 juta ton.

20

Page 21: eksplorasi

Bahan galian ini sebagian telah ditambang oleh masyarakat dan pengusaha setempat

untuk bahan konstruksi dan batu belah. Struktur Geologi

Struktur geologi yang dijumpai di daerah penyelidikan terdiri dari

perlipatan dan sesar serta kekar. Perlipatan secara umum berarah utara –

selatan, berupa perlipatan antiklin. Batuan yang terlipatkan adalah batuan

formasi Mallawa dan formasi camba. Perlipatan itu diperkirakan terbentuk

karena adanya gaya mendatar yang berarah barat – timur pada kala Pliosen

akhir.

Sesar secara umum berarah utara – selatan sampai barat laut – tenggara,

berupa sesar geser dan sesar normal. Sesar itu terbentuk karena adanya

gaya mendatar atau erupsi gunung api pada kala Pliosen akhir.

Kekar secara umum berarah barat laut – tenggara sampai Timur laut –

Baratdaya, berupa kekar terbuka dan tertutup dengan intensitas rendah,

terutama dijumpai pada formasi Tonasa dan formasi Camba serta batuan

intrusi.

Gambar 2 Ilustrasi bentuk Sinklin,Antiklin dan Intrusi

21

Page 22: eksplorasi

BAB III

KEGIATAN EKSPLORASI

3.1 Metode Penyelidikan

Penyelidikan yang kami lakukan dalam Praktik Lapangan Teknik Eksplorasi

selama dua hari adalah mengamati langsung kondisi yang ada dengan melakukan

kontak visual dan fisik secara langsung dengan kondisi permukaan terhadap

endapan yag dicari serta melakukan deskripsi megaskopis, pengukuran dan

sampling terhadap objek yang dianalisisKegiatan eksplorasi mineral/bahan galian

terutama bertujuan untuk memperkecil atau mengurangi resiko geologi. Untuk itu kegiatan

eksplorasi harus dapat menjawab pertanyaan mengenai:

Apa (mineral/bahan galian) yang dicari?

Dimana (mineral/bahan galian) tersebut terdapat ? Baik secara geografis

maupun letak/posisinya terhadap permukaan bumi.

Barapa (sumberdaya/cadangannya), dan bagaimana kadar, penyabaran, dan

kondisinya?

Bagaimana kondisi lingkungannya (karakteristik geoteknik dan hidrogelogi)?

Prosedur berikut merupakan prosedur umum yang diterapkan dalam suatu

program eksplorasi:

1. Melakukan pengumpulan data awal mineral dan informasi-informasi yang

berhubungan dengan mineral target, dan melakukan analisa terhadap informasi-

informasi tersebut untuk mendapatkan hubungan antara ukuran (size), keterdapatan

(sebaran), serta kadar endapan tersebut dalam beberapa kondisi geologi yang

berbeda.

2. Melakukan seleksi data serta membuat sintesis-sintesis untuk menyusun model yang

menggambarkan endapan pada beberapa kombinasi lingkungan geologi.

3. Melakukan survei geologi pendahuluan dan pengambilan beberapa contoh untuk

dapat menghasilkan gambaran awal bardasarkan kriteria seleksi geolgi yang telah

ditetapkan pada daerah terpilih.

22

Page 23: eksplorasi

4. Mencari informasi pada tambang-tambang endapan sejenis yang telah ditutup

maupun yang sedang beroperasi, dan mencoba menerapkannya jika mempunyai

kondisi geologi yang mirip.

5. jika beberapa pendekatan memberikan hasil yang positif, maka perlu disiapkan suatu

program sosialisasi dengan komunitas lokal.

6. menyusun program dan budget eksplorasi untuk pekerjaan-pekerjaan lanjutan.

Penyelidikan yang dilakukan dalam Praktik Lapangan Teknik adalah dengan cara Eksplorasi

langsung yakni dengan melakukan kontak visual dan fisik secara langsung terhadap bahan galian

dicari (Batubara), serta melakukan deskripsi megaskopis, pengukuran dan sampling terhadap objek

yang dianalisis dan Eksplorasi tak langsung yakni menggunakan alat geolistrik dimana alat ini

menyuntikkan arus listrik ke dalam tanah. Adapun kegiatan-kegiatan yang kami lakukan yaitu

Melakukan metode geolistrik, tracing float (penjejakan), paritan (trenching), sumur uji (test pit), serta

melakukan sampling pada Batubara

Tabel 3-1

Jadwal Penyelidikan

Hari/tanggal Jenis Kegiatan

Kamis/ 22 agustus

2013 Melakukan eksplorasi tak langsung

dengan metode Geolistrik

Tracing float

Pembuatan Sumur Uji

Pengukuran strike/dip endapan

terlihat

23

Page 24: eksplorasi

Pengamatan pada lokasi bekas

tambang

Pengukuran slop dan strike/dip

Jumat/ 23 agustus

2013 Pengamatan pada lokasi

penambangan

Mengukur panjang arah perlapisan

Panning (Mendulang)

Coning dan Quatering

Spliting Dengan Metode Matriks

3.2 Tahapan Penyelidikan

3.2.1 Studi literatur

Kegiatan Eksplorasi yang pertama dilakukan adalah melakukan

pengumpulan data awal dari berbagai literature mengenai mineral dan

informasi-informasi yang berhubungan dengan mineral target, dan melakukan

analisis terhadap informasi-informasi tersebut untuk mendapat hubungan

antara ukuran, keterdapatan, serta kadar endapan tersebut. Data tersebut

diperoleh dari :

Peta topografi

Peta geologi

Publikasi dari badan-badan pemerintah,termasuk berupa pete-peta

geologi dan geofisika,serta laporannya.

Data hasil survai geofisika udara.Laporan survei yang pernah

dilakukan, dan lain-lain.

Pemetaan (topografi, geologi, dan singkapan).24

Page 25: eksplorasi

Pemetaan adalah suatu pekerjaan pemindahan/pencatatan gejala/fakta

geologi dilapangan ke suatu peta,dengan skala tertentu.Pemetaan geologi merupakan

suatu kegiatan pendataan informasi-informasi geologi permukaan dan menhasilkan

suatu bentuk laporan berupa peta geologi yang dapat memberikan gambaran

mengenai penyebaran dan susunan batuan, serta infomasi gejala-gejala struktur

geologi yang mungkin mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah tersebut.

Data yang perlu di plot ke dalam peta:

Tipe batuan dan kontak batuan.

Gejalah geologi: patahan, kekar, dan lain-lain.

Strike dan dip.

Float.

Lokasi sampling.

3.3 Jadwal Penyelidikan

Penyelidikan yang di rencanakan selama dua hari yaitu pemetaan geologi melalui

pengamatan singkapan (Pengukuran strike/dip singkapan), penyusuran (pencarian)

lokasi endapan batubara yang di lakukan dengan pembuatan tracing float, metode

pengambilan sampel denga cara kuartring dan preparasi, pendulangan di sungai.

Adapun kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

3.3.1 Kegiatan Hari Pertama

a. Pengamatan Pada Lokasi Bekas Tambang

Pada hari pertama tanggal 11 juli 2011 dengan memulai dari base camp

pada pukul 08.45 WITA, pada posisi S = 40 48,969’ dan E = 119052,821’

dengan Elevasi 429 m Dpl, dengan berjalan kaki ke arah timur selatan yakni

ke daerah pasca tambang. Pada daerah pasca tambang terdapat suatu lahan

bekas penambangan yang ditinggalkan tanpa dilakukan reklamasi, dimana

pada daerah tersebut ditemukan suatu kubangan besar yang berisi air

.

25

Page 26: eksplorasi

Gambar 3. Daerah Paska Tambang

b. Pengamatan Pada Lokasi Penambangan

Pengamatan pada lokasi penambangan dilakukan pada areal

penambangan batubara oleh CV. Taman Indah pada posisi S 4048’47,8”/ E

119053’21,5” dengan elevasi 359 m Dpl. Penambangan tersebut dilakukan

dengan system metode penambangan open pit. Batubara tersebut

mempunyai kalori 7000 – 8000 kilo kalori/kg. Sebenarnya penambangan

tersebut tidak efisien karena Over Burden yang harus dikupas adalah berkisar

20 meter. Namun karena nilai kalorinya yang tinggi maka Batubara tersebut

masih prospek untuk ditambang.

Gambar 4. Areal Penambangan

c. Pengukuran tebal lapisan Batubara dan OB pada area penambangan

26

Page 27: eksplorasi

TOP SOIL

LEMPUNG SERPIHAN

LEMPUNG GAMPINGAN

LEMPUNG SERPIHAN

LEMPUNG GAMPINGAN

LEMPUNG SERPIHAN

Pada koordinat S 4048’50”/ E 119053’30” dengan elevasi 359 m Dpl

Strike/Dip : N 2250 E/ 50 dilakukan pengukuran tebal Batubara dan OB dan

hasil yang diperoleh Tebal Batubara pada Seam A = 25 cm, Seam B = 3 cm

dan Seam C = 1 m serta diperoleh tebal Top Soil Dan OB setelah dilakukan

pengukuran setebal 20 m - 25 m.

d. Pengukuran Statigrafi Sungai

Setelah melakukan pengamatan pada lokasi tambang selanjutnya kami

melakukan pengukuran statigrafi disekitar sungai pada koordinat koordinat S

04o49’00,9”/ E 119o52’39,5” dengan elevasi 263m DPL . Strike/Dip N 190o W/

2o. Adapun Panjang Lapisan batuan yang ada di sekitar sungai tersebut adalah

9,6 m. Dengan Statigrafi sebagai berikut.

STATIGRAFI BATUAN

27

Page 28: eksplorasi

e. Test Pit

Kami melakukan pembuatan test pit pada koordinat S 04o49’00,3”/ E

119o52’37,6” dengan elevasi 387 m DPL . Dengan ukuran 1x 1,5 m. Setelah

itu kami melakukan penjejakan yakni di sekitar wilayah Persawahan

masyarakat. Dan setelah melakukan penjejakan kami menemukan beberapa

pecahan (float) serta singkapan batubara. Singkapan batubara yang kami

temukan tersebut memiliki panjang 80 cm – 1 m dengan strike/dip N 96o E/

1,5o dan warna lapuk abu-abu/cokelat serta warna segar hitam.

Gambar 5. Penemuan Singkapan Batubara

f. Pembuatan Sumur Uji (Test Pit)

Tespit merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau

pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertical. Pembuatan test pit ini

tepatnya berada pada koordinat 04o48’28”/ E 119o52’32,6”. Ukuran test pit

yang dibuat adalah panjang 1 m, lebar 1,5 m.

28

Page 29: eksplorasi

Gambar 6. Pembuatan Test pit

Kegiatan Hari Kedua

a. Pengamatan Bekas Parit Uji dan Test Pit

Pengamatan bekas pembuatan Trenching dan Test pit di lakukan Pada

tanggal 12 Juli 2011 di sekitar hutan dengan posisi koordinat S 04o48’30”/ E

119o52’35,3”, dengan elevasi 407 m DPl, dan didapatkan singkapan batubara

dengan ketebalan 38cm.

Selain itu pengamatan bekas test pit dan trenching juga dilakukan pada

posisi koordinat S 04o48’28”/ E 119o52’32,6”.

29

Page 30: eksplorasi

Gambar 7. Penemuan singkapan Batubara pada bekas pembuatan test pit dan trenching

b. Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada daerah bekas pembuatan test pit

pada koordinat S 04o48’28”/ E 119o52’32,6” dengan elevasi 407 m DPl. Jarak

sampel yang diambil harus rapat sehingga dapat mewakili nilai kalori atau

kualitas endapan Batubara yang ada pada lokasi pengamatan untuk dilakukan

preparasi contoh dan hasil yang kita peroleh setelah preparasi contoh benar-

benar mewakili nilai kalori yang ada dilapangan.

c. Tracing Float

Sebelum melakukan preparasi contoh dilakukan pencarian serpihan mineral

atau pecahan batubara yang terdapat di pinggir sungai dengan menggunakan

alat sederhana yaitu dulang. Hal ini penting dilakukan dalam proses eksplorasi

karena dengan menggunakan teknik tracing Float yaitu penelusuran sungai

untuk mencari pecahan-pecahan maseral maka tentunya kita dapat menemukan 30

Page 31: eksplorasi

tempat endapan batubara yang terbawa oleh air sungai akibat terjadinya proses

erosi yang disebabkan oleh air hujan atau air sungai. Seperti pada sketsa

dibawah ini

Gambar 8 sketsa proses terbentuknya float

Dulang sendiri ada beberapa macam bentuknya seperti pada gambar dibawah

ini

Gambar 9 Bentuk-bentuk dulang

31

Dulang yg digunakan

Page 32: eksplorasi

Gambar 10. Mendulang Pasir

d. Preparasi Contoh

Kegiatan selanjutnya setelah melakukan penyelidikan di lapangan pada hari

pertama yaitu melakukan proses preparasi conto Pasir Halus sebagai pengganti

conto batubara, yang dilaksanakan sekitar pukul 11.30. Adapun cara yang kami

gunakan dalam proses preparasi conto yaitu secara manual dengan

menggunakan alat- alat seperti bingkai yang terbuat dari kayu, Ember, Corong

Dan baki serta Klipboard untuk memudahkan dalam melakukan splitting, metode

yang digunakan dalam pemilihan sample untuk dilakukan preparasi adalah

metode matriks.

Gambar 11. Preparasi Sample

32

Page 33: eksplorasi

3.4Uraian Pekerjaan yang dilakukan

3.4.1 Pemetaan Geologi

Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi-

informasi geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan berupa

peta geologi permukaan dan memberikan gambaran mengenai penyebaran

dan susunan btuan ( lapisan batuan ), serta memuat informasi gejala-gejala

struktur geologi yang mungkin mempengaruhi pola penyebaran batuan pada

daerah tersebut. Selain pemetaan informasi geologi, pada kegiatan ini juga

sekaligus memetakan tanda-tanda mineralisasi yang berupa alterasi mineral.

Tingkat ketelitian dan nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung

pada informasi-informasi pengamatan lapangan dan skala pengerjaan peta.

Skala peta tersebut mewakili intensitas dan kerapatan data singkapan yang

diperoleh. Tingkat ketelitian peta geologi ini juga dipengaruhi oleh tahapan

Eksplorasi yang dilakukan. Pada tahap eksporasi awal, skala peta 1 : 25.000

mungkin sudah cukup memadai, namun ada tahap prospeksi sampai dengan

penemuan, skala peta geologi sebaiknya 1 : 10.000 sampai dengan 1 : 2.500.

3.4.2 Geokimia

Eksporasi Geokomia khusus mengkinsentrasikan pada pengukuran

kelimpahan, distribusi, dan migrasi unsur-unsur bijih atau unsur-unsur yang

berhubungan erat dengan bijih, dengan tujuan mendeteksi endapan bijih.

Dalam pengertian yang lebih sempit Eksplorasi geokimia adalah pengukuran

secara sistematis satu atau lebih unsur jejak dalam batuan, tanah, sedimen

sungai aktif, vegetasi, air, atau gas untuk mendapatkan anomali geokimia

yaitu konsentrasi abnormal dari unsur tertentu yang kontras terhadap

lingkungannya ( background geokomia ).

Menurut Peters ( 1978 ), urutan kegiatan Eksplorasi geokomia secara

umum terdiri dari :

33

Page 34: eksplorasi

a. Seleksi mode, elemen-elemen yang di cari, sensitivitas, dan ketelitian

yang di inginkan, serta pola sampling.

b. Kegiatan pendahuluan atau program sampling lapangan dengan

mengecek contoh-contoh secara umum dan kedalaman contoh untuk

menetukan level yang dapat diyakini dan untuk mengevaluasi faktor

bising ( noise ).

c. Analisis contoh, di lapangan dan laboratorium dengan analisa cek yang

dibuat pada beberapa metode.

d. Melakukan statistik dan evaluasi geologi dari data, sering berkaitan

dengan ketrsediaan data geologi dan geofisika.

e. Konfirmasi anomali semu, sanpling lanjutan, serta analisis dan evaluasi

pada area yang lebih kecil, menggunakan interval sampling yang lebih

rapat dan penambahan metode geokimia.

f. Penyelidikan target dengan suatu ketentuan untuk sampling ulang dan

penambahan analisa dari contoh-contoh yang telah ada.

Dalam Eksplorasi geokimia tidak mengutarakan akurasi yang tinggi, yang

terpenting adalah dapat dilaksanakan dengan cepat, semurah mungkin, dan

sederhana.

Interprestasi data geokimia melibatkan kesimpulan statistik dan geologi.

Perlu disadari bahwa kesuksesan interprestasi data tergantung pada

keberhasilan program pengambiln contoh. Jika mungkin program pengambilan

contoh dibuat sefleksibel mungkin sehingga interprestasi dapat dilakukan

secara progresif, mulai dari interprestasi subjektif diteruskan dengan prosedur

yang lebih kompeks sampai kemungkinan anomalo ditemukan atau sampai

dapat dikenali tanpa ragu jika todak terdapat anomali. Geokomia strategis dan

analisis multiunsur dengan data yanga banyak memerlukan pengolahan data

dengan komputer.

3.4.3 Geofisika

Informasi geofisika diinterpretasikan berkaitan dengan pola-pola geologi

seperti jenis batuan, struktur, urutan statigrafi, dan mineralisasi bijih. Metoda

34

Page 35: eksplorasi

geofisika digunakan pada tahap Eksplorasi pendahuluan biasanya dengan

airborne untuk mencakup kenampakan geologi pada area yang luas dan pada

tahap detil dilanjutkan dengan pengukuran geofisika dipermukaan, maupun

pada lubang bor ( logging ). Metode geofisika bekerja berdasarkan kondisi

atau sifat fisik bawah permukaan bumi. Beberapa metode yang sering

digunakan dalam kegiatan kegiatan Eksplorasi bahan galian tambang adalah

elektromagnetik, geolostrik, magnetik-gravitasi, dan seismik. Metode-metode

tersebut dipilih dan digunakan berdasarkan target yang hendak diukur.

Eksplorasi geofisika dilakukan berdasarkan kontras atau perbadaan sifat

fisik dari batuan, mineral, dan bijih dari endapan yang di ukur. Secara umum

metode geofisika dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Metode aktif meliputi metode geolistrik, elektromagnetik, dan seismik

yang dilakukan dengan memberikan gangguan berupa arus listrik

ataupun geteran kebawah permukaan.

b. Metode pasif meliputi metode magnetik, gaya berat, dan radioaktif yang

dilakukan dengan mendeteksi anomali-anomali yang terdapat di alam.

Sinyal yang diukur oleh peralatan geofisika mungkin merefleksikan bising

( noise ) yang disebabkan oleh alat atau faktor-faktor lingkungan luar,

background yang tipikal untuk lokasi wilayah tertentu, dan anomali yang

merefleksikan kehadiran dan distribusi konsentrasi batuan atau mineral daei

kontras sifat-sifat fisik.

3.4.4 Pemboran

Salah satu keputusan oeting didalam kegiatan Eksplorasi adalah

menentukan kapan kegiatan pemboran dimulai dan diakhiri. Pelaksanaan

pemboran sangat penting jika kegiatan yang dilakukan adalah menentukan

zona mineralisasi dari permukaan. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh

gambaran mineralisasi dari permukaan sebaik mungkin, namun demikian

kegiatan pemboran dapat dihentikan jika telah dapat mengetahui gambaran

geologi permukaan dan mineralisasi bawah permukaan secara menyeluruh.

35

Page 36: eksplorasi

Gambar 12. Pemboran Eksplorasi

Dalam melakukan perencnaan pemboran, hal-hal yang perlu

diperhatikan dan direncanakann dengan baik adalah :

Kondisi geologi dan topografi

Tipe pemboran yang akan digunakan

Spasi pemboran

Waktu pemboran, dan

Pelaksana ( Kontraktor ) pemboran

Umumnya mekanise pemboran dibagi menjadi tiga jenis, yaitu rotaty

drilling, percussive drilling, dan rotaty-percussive drilling.\Mata bor yang sering

digunakan umumnya berupa tricone bit untuk pemboran open hole ( non

coring ) ataupun diamond bit untuk pemboran inti ( coring ). Fuida bor yang

sering digunakan sering digunakan dalam suatu periode pemboran dapat

berupa udara, air, lumpur, atau campuran air dan lumpur. Fluida bor umumnya

berfungsi untuk : (a) pendingin mata bor (b) pelumas (c) mengangkat sludge

ke atas (d) melindungi dinding lubang bor dari runtuhan.

Metode pemboran yang akan digunakan bergantung kepada asumsi

yang letak dan ketebalan target yang akan dibor berdasarkan pada

informasi/data permukaan yang diperoleh. Dengan melakukan pemboran,

36

Page 37: eksplorasi

maka dapat dievaluasi kembali konsep dan geologi ( interprestasi ) yang telah

ada sebelumnya.

Pemboran dilakukan untuk dapat menentukan batas ( outline ) dari

endapan dan juga kemenerusan dari endapan tersebut yang berfungsi untuk

perhitungan cadangan. Dengan pemboran dapat diketahui control strukutur

dan statigrafi dari suatu zona mineralisasi. Metode pemboran yang akan

digunakan bergantung pada akses permukaan.

Beberapa jenis pemboran :

Pemboran Auger, biasanya digunakan untuk endapan plaser

Rotary Driling, biasanya digunakan oleh industry Minyak

Percussive Drilling

Reserve Circulation

3.4.5 Parit uji, Sumur uji

Selain pemetaan geologi melalui pengamatan ( pendeskripsian )

singkapan, penyusuran ( pencarian ) lokasi endapan bijih dapat juga dilakukan

dengan tracing float, paritan atau sumuran ( test pit ). Secara teoritis, dengan

melakukan kombinasi kegiatan antara pemetaan geologi, tracing float, paritan,

dan sumur uji, dengan mengumpulkan petunjuk kearah bijih, maka lokasi

endapan dapat diketahui ( di temukan ).

Adapun Pembuatan sumur uji dilakukan dengan membuat ukuran 1x1,5

m. Akan tetapi pada batas kedalaman yang digali belum ditemukan adanya

singkapan Batubara.

37

Page 38: eksplorasi

Gambar 13. Parit uji (Trench)

Gambar 14. Sumur Uji (Test Pit)

3.4.6 Pengambilan Contoh

Sampel (conto) merupakan satu bagian yang representatif atau satu bagian dari keseluruhan yang bisa menggambarkan berbagai karakteristik untuk tujuan inspeksi atau menunjukkan bukti-bukti kualitas, dan merupakan sebagian dari populasi stastistik dimana sifat-sifatnya telah dipelajari untuk mendapatkan informasi keseluruhan.

Secara spesifik, conto dapat dikatakan sebagai sekumpulan material yang dapat mewakili jenis batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) dalam arti kualitatif dan kuantitatif dengan pemerian (deskripsi) termasuk lokasi dan komposisi dari batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) tersebut. Proses pengambilan conto tersebut disebut sampling (pemercontoan).

Sampling dapat dilakukan karena beberapa alasan (tujuan) maupun tahapan pekerjaan (tahapan eksplorasi, evaluasi, maupun eksploitasi).

38

Page 39: eksplorasi

Selama fase eksplorasi sampling dilakukan pada badan bijih (mineable thickness) dan tidak hanya terbatas pada zona mineralisasi saja, tetapi juga pada zona-zona low grade maupun material barren, dengan tujuan untuk mendapatkan batas yang jelas antara masing-masing zona tersebut.

Selama fase evaluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada zona endapan, tapi juga pada daerah-daerah di sekitar endapan dengan tujuan memperoleh informasi lain yang berhubungan dengan kestabilan lereng dan pemilihan metode penambangan.

Sedangkan selama fase eksploitasi, sampling tetap dilakukan dengan tujuan kontrol kadar (quality control) dan monitoring front kerja (kadar pada front kerja yang aktif, kadar pada bench open pit, atau kadar pada umpan material).

Pemilihan metode sampling dan jumlah conto yang akan diambil tergantung pada beberapa faktor, antara lain: Tipe endapan, pola penyebaran, serta ukuran endapan. Tahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi, Lokasi pengambilan conto (pada zona mineralisasi, alterasi, atau

barren), Kedalaman pengambilan conto, yang berhubungan dengan letak dan

kondisi batuan induk. Anggaran untuk sampling dan nilai dari bijih.

Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi dalam sampling, antara lain : Salting, yaitu peningkatan kadar pada conto yang diambil sebagai akibat masuknya material lain dengan kadar tinggi ke dalam conto. Dilution, yaitu pengurangan kadar akibatnya masuknya waste ke dalam conto. Erratic high assay, yaitu kesalahan akibat kekeliruan dalam penentuan posisi (lokasi) sampling karena tidak memperhatikan kondisi geologi. Kesalahan dalam analisis kimia, akibat conto yang diambil kurang representatif.

3.4.7 Analisa Contoh

Langkah-langkah pengerjaan preparasi conto yaitu sebagai berikut :

a. Menyiapkan conto/sample yang diambil dari lapangan, kemudian conto

dihancurkan menggunakan palu

b. Setelah itu hancuran conto tersebut diayak untuk mendapatkan ukuran

butir tertentu

c. sample siap untuk diproses dengan cara Quartering dan Splitting

39

Page 40: eksplorasi

BAB IV

HASIL PENYELIDIKAN

4.1 Keadaan Geologi Daerah Penyelidikan

Berdasarkan pengamatan di lapangan serta beberapa informasi yang kami

dapatkan dari beberapa refrensi dan literatur, keadaan geologi di daerah ini

adalah berupa geologi komplek yang ditandai dengan banyaknya struktur

geologi yang ada yakni perlipatan, patahan serta rekahan. Pada daerah

tersebut ditemukan banyak patahan, lipatan, dan rekahan yang terjadi kerena

Adanya pergerakan batuan atau pernah terjadinya pergeseran, juga

kegiatan gunung api. Batuan yang ada di daerah tersebut adalah berupa

batuan beku, batuan sedimen seperti batugamping, serpih, lempung dan

batupasir serta batuan metamorf seperti skis. Selain itu, juga dijumpai beberapa

sungai yang pada umumnya adalah stadia dewasa.

40

Page 41: eksplorasi

Gambar 15. Keadaan Geologi Daerah Penyelidikan

4.2 Keadaan Endapan/ Mineralisasi

Berdasarkan pengamatan di lapangan serta beberapa informasi yang kami

dapatkan dari beberapa refrensi dan literatur, kami dapat menarik kesimpulan

bahwa endapan batubara yang ada di daerah penyelidikan tersebut adalah

terbentuk dengan adanya proses endogen atau adanya cekungan rawa yang

kemudian terisi tumbuhan-tumbuhan kemudian mengendap dan terawetkan

serta mengalami proses penggambutan, dilanjutkan denga proses

pembatubaraan. Namun pada saat berlangsungnya proses pembatubaraan,

terjadi pula transgresi yaitu naiknya permukaan air laut menutupi daratan

sehingga kandungan air, markasit dan sulfur menjadi tinggi. Kandungan kalori

batubaranya sekitar 7000-8000 Kkal/kg.

Gambar 16. keadaan endapan Batubara di area penambangan

41

Page 42: eksplorasi

BAB V

K E S I M P U L A N

5.1 Keadaan Geologi yang Penting

Keadaan geologi merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan

kegiatan Eksplorasi karena bahaya geologi bila tidak diperhitungkan dapat

mempengaruhi aktivitas manusia yang selanjutnya dapat berubah menjadi

bencana alam geologi seperti tanah longsor, banjir serta berupa resiko kerugian

perusahaan jika nantinya melakukan penambangan. Keadaan geologi yang

penting adalah berupa gerakan tanah, adanya patahan, rekahan, termasuk

kegempaan dan sedimentasi yang ada pada daerah target.

5.2 Keadaan Endapan Bahan Galian ( Kadar dan Penyebaran)

Kadar Batubara yang ditemukan di Kabupaten Maros, kecamatan Mallawa

Desa Uludaya mempunyai nilai kalori sebesar 7000-8000 k.kal/kg. berwarna

hitam agak kompak bersifat tidak higroskopis. Zat pengotor yang terdapat pada

batubara dareah tersebut ialah sulfur. Pada endapan batubara tersebut,

42

Page 43: eksplorasi

Sedangkan keadaan endapan berupa perlapisan memanjang mengikuti arah

perlapisan batuan dengan ketebalan seam 1 meter serta endapannya relative

agak jauh dari permukaan yaitu kedalaman over burden + 20 meter.

Macam-macam endapan mineral yang terdapat pada daerah penyelidikan

adalah sebagai berikut :

1). Batubara

Endapan batubara Formasi Mallawa telah mengalami proses deformasi

berupa perlipatan, persesaran dan penerobosan batuan beku granodiorit.

Batubara tersebut terdapat pada satuan batu lempung dan batupasir kuarsa,

dengan kedudukan jurus perlapisan bervariasi antara N 230 E hingga N 330 E,

kemiringan 8 - 15.

Kandungan; Kadar air = 9,1 – 17,20%. Kadar abu = 6,60 – 11,09%, Zat

terbang = 38,99 – 62,91%, Karbon padat = 37,06% Sulfur = 3,41%, Kalori =

5620 – 6000 K.Kal/kg. Batubara ini dapat dimanfaatkan untuk keperluan bahan

bakar.

2). Lempung

Bahan galian lempung di daerah ini menyebar cukup luas pada daerah

pedataran dan setempat-setempat di daerah Utara meliputi Kecamatan Mandai,

Maros Baru dan sebagaian Kecamatan Bantimurung, Tanralili dan Kecamatan

Watang Mallawa. Secara genetik lempung di daerah ini dijumpai dalam tiga

jenis yaitu: lempung hitam, lempung merah dan lempung abu-abu.

Kandungan: SiO2 = 53,99%; Al2O3 = 3,05%; Fe2O3 = 6,13%; Na2O = 5,34%;

K2O = 1,35%; MnO = 0,22%; MgO = 0,20%; H2O = 9,54%; LOI = 19,11%. Dari

hasil analisa kimia dan sifat fisik, maka lempung hitam jenis ini dapat digunakan

sebagai bahan baku untuk pembuatan batubata. Jumlah cadangan diperkirakan

mencapai 227,5 juta meter kubik.

3). Batugamping

Bahan galian batugamping di daerah ini merupakan bagian dari

batugamping Formasi Tonasa. Penyebarannya cukup luas menempati wilayah

morfologi ‘karst” Kecamatan Bantimurung dan sebagian Kecamatan Tanralili,

Camba dan Kecamatan Watang Mallawa. Hasil analisa kimia contoh

43

Page 44: eksplorasi

batugamping daerah Kabupten Maros, menunjukkan kandungan antara: SiO2 =

0,16 – 4,95%; Al2O3 = 0,66 – 2,13%; Fe2O3 = 0,02 – 0,12%; Na2O = 0,06 -

0,18%; K2O = 0,01 – 0,06%; MnO = 0,01 – 0,06% CaO = 51,18 – 57,83%; MgO

= 0,63 – 1,56%; H2O = 0,13 – 0,71%; LOI = 39,06 –

4). Pasir Kuarsa

Pasir kuarsa yang terdapat di daerah Kecamatan Watang Mallawa,

cadangan diperkirakan tidak kurang dari 5 juta ton. Sifat fisik sebagian besar

rapuh dan tidak kompak, berwarna putih, putih abu-abu, putih kemerah-

merahan, berukuran pasir halus sampai kasar, ketebalan lapisan antara 10 –20

meter, jumlah termasuk dalam Formasi Mallawa.

DAFTAR PUSTAKA

Harsolumakso, Agus Handoyo. 1995. Geologi Lapangan dan Teknik Eksplorasi.

Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Notosiswoyo, Sudarto; dkk. 2000. Teknik Eksplorasi. Institut Teknologi Bandung.

Bandung.

http://www.google.com

44

Page 45: eksplorasi

45

Page 46: eksplorasi

46

Page 47: eksplorasi

LAMPIRAN 1

Peta Kabupaten Maros Dan Sekitarnya

47

Page 48: eksplorasi

Peta Geografi Sulawesi Selatan

Peta Geologi Kab. Maros

48

Page 49: eksplorasi

DOKUMENTASI

Foto bersama kelompok 4 di Pinggir sungai

49

Page 50: eksplorasi

Lapisan Top Soil dan Over Burden

Preparasi contoh

50

Page 51: eksplorasi

Proses Penambangan

51

Page 52: eksplorasi

Kondisi cuaca pada saat praktikum di lapangan

52