Eksperimen Ia

11
EKSPERIMEN IA REAKSI WARNA DALAM ANALISIS OBAT I. Tujuan 1. Untuk memahami dan melakukan beberapa uji reaksi warna pada senyawa obat 2. Menguji golongan senyawa dalam sampel obat melalui reaksi warna dengan menggunakan reaksi zwikker, reaksi formaldehid-asam sulfat dan tes asam amalat. 3. Menguji ada tidaknya suatu senyawa tertentu dalam suatu sampel obat 4. Mengenal reaksi warna pada setiap senyawa obat. II. Dasar Teori 1.Reaksi Warna Reaksi warna merupakan prosedur kimia dalam pengujian senyawa menggunakan reagen tertentu, dengan mengamati warna yang terbentuk atau perubahan warna yang terjadi. Banyak senyawa kimia dapat memberikan warna tertentu jika mengalami kontak dengan pereaksi tertentu. Warna yang dihasilkan dari reaksi kimia ada yang spesifik untuk reaksi tersebut atau ada juga tidak spesifik. Reaksi warna tidak dapat dijadikan dasar untuk mengidentifikasi suatu senyawa obat tertentu, tapu warna yang dihasilkan mungkin positif terhadap sekelompok senyawa atau positif terhadap gugus fungsi tertentu. Mengidentifikasi reaksi- reaksi khusus senyawa yang mengandung C, H, O dapat di lakukan dengan metode analisis secara kualitatif. 1

description

Eksperimen Ia

Transcript of Eksperimen Ia

EKSPERIMEN IAREAKSI WARNA DALAM ANALISIS OBAT

I. Tujuan1. Untuk memahami dan melakukan beberapa uji reaksi warna pada senyawa obat2. Menguji golongan senyawa dalam sampel obat melalui reaksi warna dengan menggunakan reaksi zwikker, reaksi formaldehid-asam sulfat dan tes asam amalat.3. Menguji ada tidaknya suatu senyawa tertentu dalam suatu sampel obat4. Mengenal reaksi warna pada setiap senyawa obat.

II. Dasar Teori1. Reaksi WarnaReaksi warna merupakan prosedur kimia dalam pengujian senyawa menggunakan reagen tertentu, dengan mengamati warna yang terbentuk atau perubahan warna yang terjadi. Banyak senyawa kimia dapat memberikan warna tertentu jika mengalami kontak dengan pereaksi tertentu. Warna yang dihasilkan dari reaksi kimia ada yang spesifik untuk reaksi tersebut atau ada juga tidak spesifik. Reaksi warna tidak dapat dijadikan dasar untuk mengidentifikasi suatu senyawa obat tertentu, tapu warna yang dihasilkan mungkin positif terhadap sekelompok senyawa atau positif terhadap gugus fungsi tertentu. Mengidentifikasi reaksi-reaksi khusus senyawa yang mengandung C, H, O dapat di lakukan dengan metode analisis secara kualitatif. Analisis kualitatif adalah analisis untuk melakukan identifikasi elemen, spesies, atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu sampel.Kesimpulan akhir dari reaksi warna harus disertai reaksi pembandingan, dengan mereaksikan baku pembanding pada kondisi yang sama. Warna yang dihasilkan harus dicatat apakah dihasilkan oleh bentuk asam atau bentuk basanya, sebab dalam hal tertentu bentuk asam dan basanya memberikan warna yang berbeda pada pH yang berbeda. Pemilihan pereksi warna yang tepat untuk senyawa obat yang diduga terdapat dalam sampel didasarkan atas rumus bangun dari senyawa obat tersebut. Jika dikenal strukturnya maka dapat diketahui gugus fungsi (golongan) yang terdapat didalamnya, sehingga pemilihan pereaksi dapat berdasarkan reaksi positif terhadap gugus fungsi tersebut. Ataupun pemilihan pereaksi warna dapat didasarkan pada pereksi yang memang spesifik untuk senyawa bersangkutan. Reaksi warna dapat diterapkan langung pada sampel. Ada beberapa pereaksi warna diantaranya1. Reaksi ZwikkerReaksi Zwikker positif untuk barbiturat, glutetimida, hidantoin, beberapa sulfonamida, dan purin akan memberikan warna ungu erhadap pereaksi zwikker. Basa hidroksida atau basa fosfat membentuk warna biru-hijau yang setelah ditambahkan pereaksi Zwikker II berubah menjadi biru tua atau ungu. Reaksi ini terutama positif untuk furosemida (biru kuat), mefrosida (biru-kelabu), nipagin M, hidroklortiazida, dan sakarin Na (berwarna biru hanya dengan perekasi Zwikker I).Warna ungu diberikan oleh alkaloid ergot, kanabinoid dan beberapa cincin indol memberikan warna merah yang berubah menjadi ungu jika diencerkan, beberapa fenol juga memberikan warna seperti kanabinoid.2. Formaldehid - asam sulfatSenyawa benzodiazepin umumnya memberikan warna orange kecuali bromazepam dan klozapin (kuning), dan lurazepam (pink). Senyawa lain juga berreaksi, positif adalah fenotiasin, tioxanten, tryplamin tertrasiklin, dan zomepirak. 3. Test asam amalicResidu berwarna merah, ping, orange, atau kuning berubah menjadi ping, merah atau violet setelah ditambahkan amoniumhidroksida, mengindikasikan terdapatnya senyawa berinti xantin.

III. MATERI DAN METODEi. MateriI. Alat1. 1

2. Tabung reaksi3. Plat etes4. Pipet tetes5. Gelas ukur6. Gelas beaker7. Penangas air8. Termometer9. Penjepit kaju10. Spatula 11. Batang pengaduk

II. Bahan1. 2. Kobalt (II) nitrat3. Piridin4. Asam sulfat pekat5. Formaldehid6. HCl 10 M7. Kristal KCl8. NH4OH 2 M9. Senyawa standar (diazepam, fenobarbital, dll)10. Aquadest11. Metanol12. Beberapa bahan sampel obatii. Prosedur KerjaI. Reaksi ZwikkerPereaksi zwikker I dibuat dengan mereaksikan kobalt (II) nitrat ke dalam metanol hingga volume 100 mL dan pereaksi zwikker II dibuat dengan mereaksikan piridin 10% ke dalam metanol hingga volume 100 mL. Selanjutnya, sampel obat (beberapa mg atau ujung spatula) dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 10 tetes pereaksi zwikker I lalu dikocok, perubahan warna yang terjadi diamati dan dicatat. Kemudian ditambahkan 2 tetes pereaksi zwikker II, perubahan warna yang terjadi diamati dan dicatat.

II. Reaksi Formaldehid-Asam SulfatPereaksi formaldehid-asam sulfat dibuat dengan mereaksikan 4 mL asam sulfat dengan 6 mL formaldehid dalam gelas beaker lalu campuran diaduk dengan batang pengaduk hingga homogen. Jika timbul warna buram, larutan dipanaskan dalam penangas air dengan suhu 100oC selama kurang lebih 1 menit.Sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 4 tetes pereaksi formaldehid-asam sulfat, selanjutnya campuran dipanaskan dalam pengangas air pada suhu 100oC selama kurang lebih 1 menit. Perubahan warna yang terjadi diamati dan dicatat.

III. Tes Asam AmalatTabung reaksi diisi dengan sedikit sampel obat, lalu ditambahkan dengan beberapa tetes HCl 10 M dan diikuti dengan penambahan sedikit kristal KCl lalu diuapkan sampai kering (terbentuk residu) dalam penangas air. Perubahan warna yang terjadi pada residu diamati dan dicatat, selanjutnya ditambahkan 2-3 tetes NH4OH 2 M. Perubahan warna yang terjadi diamati dan dicatat.

iii. Skema Kerjai. Reaksi ZwikkerDitambahkan 2 tetes pereaksi zwikker IIBeberapa mg sampel dan standar diletakkan dalam tabung reaksiDitambahkan 10 tetespereaksi zwikker IPerubahan warna diamatiPerubahan warna diamati

ii. Reaksi Formaldehid-Asam SulfatDipanaskan dalam penangas 100oC selama 1 menitDitambahkan reagen Formaldehid-Asam SulfatSampel dan standar Perubahan warna yang terjadi diamatiWarna yang terbentuk diamati

iii. Tes Asam AmalatDitambahkan 2-3tetes NH4OH 2MDitambahkan beberapatetes HCl 10%Sampel dan standar HasilDiuapkanhingga kering

Warna dan residu yang terbentuk diamatiHasil

Ditambahkan beberapamg kristal KCl

Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASANPada eksperimen ini mengenai Reaksi Warna Dalam Analisis Obat dimana tujuan dari eksperimen kali ini untuk memahami dan melakukan beberapa uji reaksi warna pada senyawa obat, menguji golongan senyawa dalam sampel obat melalui reaksi warna dengan menggunakan reaksi zwikker, reaksi formaldehid-asam sulfat dan tes asam amalat, menguji ada tidaknya suatu senyawa tertentu dalam suatu sampel obat, dan mengenal reaksi warna pada setiap senyawa obat. Untuk menguji golongan senyawa dalam sampel tersebut digunakan beberapa reaksi warna, yaitu : reaksi zwikker, reaksi formaldehid-asam sulfat, dan tes asam amalat. Pada percobaan ini dilakukan 3 pengujian yaitu reaksi warna dengan pereaksi Zwikker, Formaldehid-asam sulfat, dan Tes asam amalat. Percobaan pertama dengan pereaksi zwikker dilakukan dengan menambahkan beberapa mg sampel dan standar kedalam tabung reaksi dimana sampel yang dijadikan objek sedangkan standar dijadikan kontrol. Tabung reaksi tersebut ditambahkan 10 tetes pereaksi zwikker I kemudian perubahan warna dari sampel dan standar menunjukkan warna merah muda. Selanjutnya ditambahkan kembali ke dalam tabung reaksi tersebut 2 tetes pereaksi zwikker II lalu perubahan warna dari sampel menunjukkan warna merah muda bening dan standar menunjukkan warna merah muda keruh. Dari pengamatan diperoleh bahwa baik sampel maupun standar menunjukkan hasil negatif.Selanjutnya dilakukan pengujian dengan reaksi Formaldehid-Asam Sulfat dilakukan dengan menambahkan reagen formaldehid-asam sulfat ke dalam sampel dan standar yang diletakkan dalam tabung reaksi dimana sampel menunjukkan warna kuning bening dan terdapat emusi sedangkan standar menunjukkan warna putih keruh dan terdapat endapan. Setelah itu campuran segera dipanaskan ke dalam penangas air pada suhu 100 oC selama kurang lebih 1 menit. Hasil reaksi yang diperoleh adalah sampel membentuk warna orange pekat sedangkan standar larutannya menjadi keruh. Dilihat dari hasil pengamatan tersebut, sampel menunjukkan uji positif terhadap reaksi formaldehid-asam sulfat. Perubahan warna larutan menjadi kuning mengindikasikan bahwa sampel positif terhadap reaksi formaldehid-asam sulfat dengan kemungkinan mengandung senyawa benzodiazepin. Hal ini dikarenakan pereaksi formaldehid-asam sulfat memberikan hasil positif warna kuning terhadap benzodiazepin.Pada uji yang terakhir tes asam amalat dilakukan dengan memasukkan sampel dan standar kedalam tabung reaksi yang berbeda, kemudian ditambahkan 5 tetes HCl 10% dan sedikit kristal KCl. Sampel membentuk larutan kuning dan terdapat emulsi dan standar membentuk larutan putih keruh. Selanjutnya, campuran dipanaskan dalam penangas air. Pemanasan ini bertujuan untuk menguapkan pelarut hingga terbentuk residu di dasar tabung reaksi. Setelah dilakukan pemanasan sampel dan standar membentuk residu. Residu yang terbentuk ditambahkan 2-3 tetes NH4OH yang menghasilkan larutan kuning pekat pada sampel dan larutan kuning bening pada standar. Dari hasil menunjukkan bahwa baik sampel atau standar menunjukkan hasil yang negatif. Berdasarkan literatur yang ada, senyawa yang berinti Xantin akan memberikan hasil positif dengan terbentuknya residu berwarna pink, merah, oranye atau kuning, dan setelah direaksikan dengan NH4OH akan berubah menjadi pink, merah atau violet.Hasil yang didapat dari ketiga reaksi warna yang diuji pada sampel mungkin saja kurang akurat. Hal ini disebabkan rentang warna yang dihasilkan pada reaksi warna sangat bergantung pada faktor-faktor, seperti:1. Jumlah analit yang terapat pada sampel2. Kondisi percobaan3. Adanya senyawa lain di dalam sampel yang dapat menginterferensi hasil dari reaksi warna4. Kekurangan ketelitian dalam pengamatan perubahan warna yang terjadi dari hasil reaksi akibat kecerobohan pengamat (praktikan).

V. KESIMPULAN DAN SARANa. Kesimpulani. Berdasarkan reaksi zwikker baik sampel maupun standar memberikan hasil negatif karena tidak terbentuk warna ungu melainkan warna merah muda.ii. Berdasarkan reaksi formaldehid-asam sulfat sampel termasuk ke dalam golongan senyawa benzodiazepin dengan memberikan uji positif dengan terbentuknya larutan berwarna kuning.iii. Sampel dan standar tidak mengandung senyawa dengan inti xantin karena memberikan hasil uji negatif terhadap tes asam amalat.

b. Sarani. Perlu dilakukan uji golongan senyawa obat dengan menggunakan reaksi warna yang bervariasi sehingga hasil yang didapat lebih mendukung.ii. Perlu dilakukan uji golongan senyawa obat terhadap lebih banyak jeni obat-obatan sehingga dapat mengetahui golongan senyawa obat lebih luas.iii. Perlu digunakan variasi pelarut pengembang dalam skrining obat sehingga didapat pemisahan yang jauh lebih baik.

VI. DAFTAR PUSTAKAGandjar, I.G. dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, YogyakartaWirasuta, I.M.A.G, 2008. Analisis Toksikologi Forensik, Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran.Wirajana, I.N, N.M. Suaniti, K. Ariati. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Forensik, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran.LAMPIRAN