eksistensial

22
MODEL-MODEL KONSELING EKSISTENSIAL HUMANISTIK Oleh: KELOMPOK 1 Nama Kelompok: 1. Ni Made Ayu Dwi Safitri (1111011038) 2. Pande Kadek Ayu Sugianitri (1111011032) 3. I. D. A. Asti Metayani (1111011030) 4. Ni Luh Gd. Mudiyathi M. S. (1111011010) 5. I Nengah Budhi Saputra (1111011009) JURUSAN BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2013

Transcript of eksistensial

Page 1: eksistensial

MODEL-MODEL KONSELING EKSISTENSIAL HUMANISTIK

Oleh: KELOMPOK 1

Nama Kelompok:

1. Ni Made Ayu Dwi Safitri (1111011038)

2. Pande Kadek Ayu Sugianitri (1111011032)

3. I. D. A. Asti Metayani (1111011030)

4. Ni Luh Gd. Mudiyathi M. S. (1111011010)

5. I Nengah Budhi Saputra (1111011009)

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2013

Page 2: eksistensial

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa

atas berkat rahmat dan karunia-Nya dan juga usaha dari kami akhirnya kami dapat

menyelesaikan makalah sederhana yang berjudul “Model Konseling Eksistensial

Humanistik”.

Pada kesempatan ini, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada

Prof. Dr. Gede Sedanayasa, M.Pd selaku dosen pengajar mata kuliah Model-

model Konseling yang telah bersedia memberikan bimbingan dan arahannya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa, serta pihak

lain yang turut membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari

segi isi dan penyusunannya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan kami dalam

hal pengetahuan dan pengalaman. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan

makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi

mahasiswa jurusan Bimbingan Konseling.

Om Santih, Santih, Santih, Om

Singaraja, Februari 2013

Penyusun

i

Page 3: eksistensial

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2

1.3 Tujuan ................................................................................................. 3

1.4 Manfaat ............................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pandangan tentang sifat manusia.......................................................... 5

2.2 Tema-tema dan Dalil-dalil utama Eksistensial dan Penerapan pada

praktek terapinya ................................................................................. 6

2.3 Tujuan Eksistensial Humanistik ........................................................... 10

2.4 Teknik–teknik dan prosedur-prosedur terapi Eksistensial-Humanistik 11

2.5 Langkah-langkah konseling Eksistensial Humanistik ........................... 12

2.6 Peran Konselor dan Konseli serta Hubungan Konselor dan Konseli ..... 13

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan ............................................................................................. 17

3.2 Saran ................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii

Page 4: eksistensial

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Psikologi Humanistik berkenaan dengan keunikan, individualitas,

humanitas dari tiap pribadi. Di dalam banyak terminologi manusia, Humanisme

didasarkan pada pengamatan yang mendasar, walaupun kita mungkin menyerupai

satu sama lain dalam banyak hal, tapi masing-masing dari kita agak berbeda dari

yang lain. Keunikan kita adalah “diri” kita. Dan diri adalah konsep paling utama

di dalam Psikologi Humanistik. Psikologi Humanistik: salah satu cabang dari

psikologi yang memberi perhatian utama terhadap pengembangan diri dan

keunikan individu. Kadang-kadang dikenal sebagai psikologi kekuatan ketiga;

selain dua kekuatan lain yaitu Behaviorisme dan Teori Freud.

Psikologi Humanistik mempunyai basis di dalam filsafat - khususnya

dalam filsafat eksistensial dari para penulis seperti Jean- Paul Sartre. ( Lihat

Contat, 1974; Martin Buber, 1958, 1965; dan Karl Jaspers, 1962, 1963.) Para ahli

filsafat ini ingin tahu tentang tujuan dan sifat serta eksistensi manusia

(eksistensialisme). Mereka sangat memperhatikan apa artinya menjadi manusia

dan bagaimana manusia tumbuh dan mengekspresikan dirinya pada setiap

individu. Eksistensialisme: Salah satu Perubahan filosofis yang dicirikan oleh

suatu kesenangan akan eksistensi. Para ahli filsafat eksistensial sering

menguraikan kondisi manusia yang berkenaan dengan penundaan, kesunyian,

keputus-asaan, dan pengasingan. Perasaan-perasaan ini diasumsikan untuk bangkit

dari ketiadaan pengetahuan tertentu kita tentang asal-asul dan hari akhir kita.

Karenanya bernama eksistensialisme, merupakan kenyataan yang dapat dikenal

yakni eksistensi. psikologi Eksistensial- Humanistik. Objek kajian psikologi

adalah manusia, oleh sebab itu hal yang mendasar dan pertama kali dibicarakan

oleh didiplin ilmu ini adalah tentang hakikat manusia. Teori konseling

eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi tentang apa artinya

menjadi manusia. Banyak para ahli psikologi yang berorientasi

eksistensial,mengajukan argumen menentang pembatasan studi tingkah laku pada

metode-metode yang digunakan oleh ilmu alam. Konseling eksistensial berpijak

1

Page 5: eksistensial

pada premis bahwa manusia tidak bisa lari dari kebebasan dan bahwa kebebasan

dan tanggung jawab berkaitan. Dalam penerapan-penerapan terapeutiknya

eksistensial-humanistik memusatkan perhatian pada filosofis yang

melandasikonseling. Pendekatan atau teori eksistensian-humanistik menyajikan

suatu landasan filosofis bagi orang berhubungan dengan sesama yang menjadi ciri

khas, kebutuh yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui

implikasi implikasi bagi usaha membantu dalam menghadapi pertanyaan-pertanya

dasar yang menyangkut keberadaan manusia.

Pendekatan eksistensial-humanistik mengembalikan pribadi kepada fokus

sentral, sentral memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang

tertinggi. Ia menunjukkan bahwa manusia selalu ada dalam proses pemenjadian

dan bahwa manusia secara sinambung mengaktualka dan memenuhi potensinya.

Pendekatan eksistensial secara tajam berfoku pada fakta-fakta utama keberadaan

manusia – kesadaran diri dan kebebasan yang konsisten.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep tentang manusia menurut teori eksistensial

humanistik?

2. Apa saja tema dan dalil konseling Eksistensial Humanistik?

3. Apa tujuan dari model konseling eksistensial humanistik?

4. Apa saja tehnik atau prosedur dalam model konseling eksistensial

humanistik?

5. Apa saja langkah-langkah dalam model konseling eksistensial

humanistik?

6. Apa peran konselor dan konseli serta hubungan antara konselor dan

konseli dalam model konseling eksistensial humanistik?

1.3 Tujuan

Tujuan umum :

Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami model konseling eksistensial

humanistik.

2

Page 6: eksistensial

Tujuan Khusus :

1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep tentang manusia menurut

teori eksistensial humanistik.

2. Mahasiswa mengetahui tema dan dalil utama konseling

Eksistensial Humanistik

3. Mahasiswa dapat menjelaskan tujuan dari model konseling

eksistensial humanistik.

4. Mahasiswa dapat menjelaskan tehnik atau prosedur dalam model

konseling eksistensial humanistik.

5. Mahasiswa dapat menjelaskan langkah-langkah model konseling

eksistensial humanistik.

6. Mahasiswa dapat menjelaskan peran konselor dan konseli serta

hubungan antara konselor dan konseli dalam model konseling

eksistensial humanistik.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh dari penyusunan makalah ini adalah

makalah ini nantinya dapat dijadikan sumber atau bahan bacaan bagi mahasiswa.

Karena sebagai seorang calon konselor kita harus dapat mengetahui model

konseling humanistik agar dapat membantu konseli.

3

Page 7: eksistensial

BAB II

PEMBAHASAN Model Konseling Eksistensial Humanistik oleh Rolo May

Konsep tentang manusia - Kesadaran diri - Kebebasan, Tanggung jawab

dan Kecemasan - Penciptaan makna

Tujuan Konseling Eksistensial Humanistik - Menyadari sepenuhnya keadaan sekarang - Memilih bagaimana hidup pada saat sekarang - Memikul tanggung jawab untuk memilih

Langkah-Langkah Konseling Eksistensial Humanistik - Konselor meningkatkan kesadaran konseli - Membantu konseli mencari cara menghidari kebebasan diri dan belajar

menanggung resiko - Membantu konseli untuk membangkitkan keberaniannya, mengakui

ketakutannya - Menciptakan suatu sistem yang berlandaskan cara hidup yang konsisten - Membantu konseli untuk menemukan makna hidupnya - Membantu konseli mentoleransi segala bentuk ketakutan dan kecemasan - Konselor mendorong atau memotivasi konseli untuk mewujudkan

aktualisasi diri

Peran Konselor dan Konseli serta Hubungan Konselor Dengan Konseli

Peran konselor:

- Menghargai konseli apa adanya

- Membuka pengalaman terhadap konsep diri konseli

- Menghilangkan kepura-puraan dan bersifat otentik

- Membuka tanggung jawab konseli

- Menerima dan memahami diri konseli

Peran konseli:

- Konseli dapat menemukan alternatif tentang pandangan yang riil

- Konseli bersifat aktif

- Berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab penuh

Hubungan konselor dengan konseli:

- Hubungan dengan konseli adalah hubungan kemanusiaan.

- Konseli sebagai subjek bukan obyek yang dianalisis dan didiagnosis.

- Konselor harus terbuka baik kepribadiannya dan tidak pura – pura.

Teknik atau Prosedur Konseling Eksistensial Humanistik

- Menggunakan konseling Gestalt - Menggunakan konseling Analisis

4

Page 8: eksistensial

2.1 Pandangan tentang sifat manusia

Pendekatan Eksistensial Humanistik berfokus pada kondisi manusia.

Pendekatan konseling eksistensial humanistik bukan merupakan konseling

tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup konseling-konseling yang

berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi

tentang manusia. Sasaran dari teori konseling Eksistensial Humanistik adalah

orang-orang yang kurang mengeksistensikan diri dalam hidupnya dan tidak

merasa eksis dalam hidupnya. Konsep-konsep utama pendekatan eksistensial yang

membentuk landasan bagi praktek konseling, yaitu:

a. Kesadaran Diri

Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu

kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu

berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang,

maka akan semakin besar kebebasan yang ada pada orang itu. Manusia

adalah makhluk hidup yang diciptakan umtuk memiliki kemampuan yang

berbeda-beda dengan makhluk yang lainnya, dan manusia juga memiliki

kesanggupan yang jelas berbeda dari makhluk lainnya, misalnya

kesanggupan untuk berpikir. Dan dari berpikir itulah manusia juga

akhirnya memiliki kemampuan untuk memutuskan suatu pilihan dari

berbagai pilihan yang ada. Semua kemampuan yang ditunjukkan oleh

manusia ini akan mencapai sasaran yang positif, jika manusia memiliki

kesadaran yang positif juga akan dirinya. Jika manusia sadar bahwa ia

adalah mahluk yang berkompeten untuk berpikir, maka sedikit tidaknya

manusia juga akan menyadari bahwa ia sanggup untuk mengambil putusan

atas pilihan-pilihan yang membuatnya bingung. Maka konselor hendaknya

mampu membangkitkan kesadaran diri dari para konseli, utamanya para

konseli yang merasa tidak eksis dalam hidupnya, sehingga konseli mampu

mengambil keputusan yang tepat yang akan dipilihnya nanti.

b. Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan

Ketiga komponen tersebut baik kebebasan, tanggungjawab, dan

kecemasan memang memiliki hubungan yang erat. Kebebasan muncul

5

Page 9: eksistensial

karena kesadaran pada diri manusia. Jika manusia memiliki kesadaran

yang besar maka manusia akan memiliki kebebasan yang besar pula.

Dengan adanya kebebasan manusia berhak memilih keputusan yang

dianggap menjadi pilihan yang terbaik bagi dirinya, dan seharusnya

dilakukan dengan penuh tanggungjawab. Manusia memiliki kebebasan dan

tanggungjawab, jika manusia tidak bisa mewujudkan tanggungjawab

karena terbatasnya kemampuan dan atau yang dimiliki, maka bisa

menimbulkan kecemasan. Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab

bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia.

c. Penciptaan Makna

Manusia itu unik dalam arti bahwa ia berusaha untuk menentukan tujuan

hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi

kehidupan. Manusia adaah makhluk rasional. Menjadi manusia juga berarti

menghadapi kesendirian (manusia lahir sendirian dan mati sendirian pula).

Manusia adalah pihak yang paling dominan dalam menentukan hidupnya.

Jika manusia gagal dalam menciptakan hubungan yang bermakna dalam

hidupnya maka bisa menimbulkan kondisi-kondisi isolasi, depersonalisasi,

keterasingan, dan kesepian. Dalam teori ini manusia berperan sebagai

arsitek bagi dirinya sendiri

2.2 Tema-tema dan Dalil-dalil utama Eksistensial dan Penerapan pada

praktek konselingnya

a. Dalil 1 : Kesadaran diri,

Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari diri, yang menjadikan

dirinya mampu melampui situasi sekarang dan membentuk basis bagi aktivitas-

aktivitas berpikir yang khas manusia. Kesadaran diri inilah yang membedakan

dari mahlik-mahluk lainnya. Pada hakikatnya, semakin tinggi kesadaran diri

seseorang, maka semakin utuhlah diri seseorang itu. Tanggung jawab

berlandaskan kesanggupan untuk sadar. Dengan kesadaran, seseorang bisa

menjadi sadar atas tanggung jawabnyauntuk memilih. Pada inti keberadaan

manusia kesadaran menunjukan kepada kita bahwa :

1. Kita memiliki potensi mengambil atau tidak mengambil tindakan.

6

Page 10: eksistensial

2. Kita pada dasarnya sendirian, tetapi memiliki kebutuhan untuk

berhubungan dengan orang lain. Meskipun kita sadar terpisah tetapi

juga terkait dengan orang lain.

3. Makna adalah sesuatu yang tidak diperoleh begiti saja, tetapi

merupakan hasil dari pencarian dan penciptaan tujuan.

4. Kecemasan timbul dari penerimaan ketidakpastian masa depan.

5. Kita bisa mengalami kondisi kesepian, ketidakbermaknaan,

kekosongan, rasa berdosa, dan isolasi.

Dari yang dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa kesadaran adalah

kesanggupan yang mendorong kita untuk mengenal situasi-situasi tersebut.

b. Dalil 2 : Kebebasan dan tanggung jawab,

Manusia adalah makhluk yang menentukan diri, dalam artian bahwa dia

memiliki kebebasan untuk memilih diantara pilihan-pilihan yang ada. Karena

manusia pada dasarnya bebas, maka dia harus bertanggung jawab atas pengarahan

hidup dan penentuan nasibnya sendiri. Pendekatan eksistensial meletakan

kebebasan, determinasi diri, keinginan, dan putusan pada pusat keberadaab

manusia. Jika kesadaran dan kebebasan dihapus dari manusia, maka ia tidak akan

hadir lagi sebagai manusia. Sebab kesanggupan-kesanggupan itulah yang

memberinya kemanusiaan. Pandangan eksistensial adalah bahwa individu, dengan

putusan-putusannya, membentuk nasib dan mengukir keberadaannya sendiri.

Seseorang menjadi apa yang diputuskannya, dan dia harus bertanggung jawab atas

jalan hidup yang ditempuhnya. Nietzsche menjabarkan kebebasan sebagai “

kesanggupan untuk menjadi apa yang memang kita alami”. Barangkali soal utama

dalam konseling dan psikokonseling adalah kebebasan dan tanggung jawab. Tema

eksistensial inti adalah bahwa kita menciptakan diri dengan mengambil pilihan-

pilihan, kita menjadi arsitek masa kini dan masa depan kita sendiri. Tugas

konselings dalam hal ini adalah membantu kliennya dalam menemukan cara-cara

mencapai kebebasannya dan mendorong klien itu untuk belajar menanggung

resiko atas keyakinannya terhadap akibat penggunaan kebebasanya.

c. Dalil 3 : Keterpusatan dan kebutuhan akan orang lain,

Setiap individu memiliki kebutuhan untuk menjaga keunikan dan

keterpusatannya, akan tetapi pada saat yang sama ia mimiliki kebutuhan untuk

7

Page 11: eksistensial

keluar dari dirinya sendiri dan untuk berhubungan dengan orang lain serta dengan

alam. Kegagalan berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain dan alam

menyebabkan manusia mengalami kesepian, keterasingan,dan depersonalisasi.

Kita masing-masing memiliki kebutuhan yang kuat untuk menemukan suatu diri,

yakni menemukan identitas pribadi kita. Akan tetapi, penemuan siapa kita

sesungguhnya bukanlah suatu proses yang otomatis, ia membutuhkan keberanian.

Keberanian untuk ada. Usaha untuk menemukan inti dan belajar bagaimana hidup

dari dalam memerlukan keberanian. Kita berjuang untuk menemukan, untuk

menciptakan, dan untuk memelihara inti dari keberadaan kita. Kebutuhan akan

diri berkaitan dengan kebutuhan untuk menjalani hubungan yang bermakna

dengan orang lain. Jika hidup dalam keadaan tidak memiliki hubungan yang

bermakna dan nyata dengan orang lain, maka kita mengalami perasaan

terabaikan, terasingkan, dan terkucilkan. Salah satu fungsi konseling adalah

membantu klien untuk membedakan kebergantungan yang neorotik kepada orang

lain dan hubungan konselings dimana hubungan kedua belah pihak ditingkatkan.

Kita adalah makhluk relasional, dalam artian bahwa kita bergantung pada

hubungan dengan orang lain dengan kemanusian kita. Kita memiliki kebutuhan

untuk menjadi orang yang berarti dalam dunia orang lain, dan kita butuh akan

perasaan bahwa kehadiran orang lain penting dalam dunia kita. Apabila kita bisa

menerima orang lain dalam kehidupan kita maka kita mengalami hubungan yang

bermakna.

d. Dalil 4 : Pencarian makna,

Salah satu karakteristik yang khas pada manusia adalah perjuangan untuk

merasakan arti dan maksud hidup. Manusia pada dasarnya selalu dalam pencarian

maknadan identitas pribadi. Konseling eksistensial bisa menyediakan kerangka

konseptual untuk membantu klien dalam usahanya mencari makna hidup dalam

bentuk pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang bisa diajukan oleh konselings

kepada kliennya adalah : Apakah anda menyukai arah hidup anda?, Apakah anda

puas atas apa anda sekarang dan akan menjadi apa anda?, Apakah anda aktif

melakukan sesuatu yang akan mendekatkan anda pada ideal diri anda?, Apakah

anda mengetahui apa yang anda inginkan?, Jika anda bingung mengenai siapa diri

anda mengenai siapa anda dan apa yang anda inginkan, apa yang kan anda

8

Page 12: eksistensial

lakukan untuk memperoleh kejelasan?. Belajar untuk menemukan makna dalam

hidup. Logokonseling, yang dikembangkan oleh Viktor Frankl, dirancang untuk

membantu individu dalam menemukan makna dalam hidupnya. Menurutnya,

pencarian makna dalam hidup adalah salah satu cirri manusia. Keinginan kepada

pencarian makna adalah perjuangan utama manusia. Hidup tidak memiliki makna

dengan sendirinya, dan manusialah yang harus menciptakan dan menemukan

makna hidup ini.

e. Dalil 5 : Kecemasan sebagai syarat hidup,

Kecemasan adalah suatu karakteristik dasar manusia. Kecemasan tidak

perlu merupakan suatu patologis, sebab ia bisa menjadi suatu tenaga motivasional

yang kuat untuk pertumbuhan. Kecemasan adalah akibat dari kesadaran atas

tanggung jawab untuk memilih. Kecemasan sebagai sumber pertumbuhan dan

bisa menjadi perangsang pertumbuhan, dalam arti bahwa kita mengalami

kecemasan dengan meningkatnya kesadaran kita atas kebebasan dan atas

konsekuensi-konsekuensi dari penerimaan ataupun penolakan kebebasan kita itu.

Sebenarnya, apabila kita membuat suatu putusan yang melibatkan rekontruksi

hidup kita, kecemasan yang menyertai pembutan putusan itu bisa menjadi tanda

bahwa kita memang telah siap untuk mengalami perubahan pribadi.

f. Dalil 6 : Kesadaran atas kematian dan non-ada,

Kesadaran atas kematian adalah kondisi manusia yang mendasar yang

memberikan makna kepada hidup. Ketakutan terhadap kematian dan ketakutan

terhadap kehidupan memiliki korelasi. Ketakutan terhadap kematian

membanyangi mereka yang takut mengulurkan tangan dan benar-benar merangkul

kehidupan. Jika kita mengukuhkan hidup dan berusaha hidup pada waktu kini

sepenuh-penuhnya, kita tidak akan dihantui oleh berakhirnya kehidupan. Jika kita

takut mati, maka kita juga takut hidup, seakan-akan kita mengatakan “kita takut

mati karena kita belum pernah benar-benar hidup”.

g. Dalil 7 : Perjuangan untuk aktualisasi diri,

Manusia berjuang untuk aktualisasi diri, yakni kecenderungan untuk

menjadi apa saja yang mereka mampu. Setiap orang memiliki dorongan, bawaan

untuk menjadi seorang pribadi, yakni mereka memiliki kecenderungan kea rah

pengembangan keunikan dan ketunggalan, penemuan identitas pribadi, dan

9

Page 13: eksistensial

perjuangan demi aktualisasi potensi-potensi secara penuh. Jika seseorangg mampu

mengaktualkan potensi-potensinya sebagai pribadi maka dia kan mengalami

kepuasan yang paling dalam yang bisa dicapai oleh manusia, sebab demikianlah

alam mengharapkan mereka berbuat.

2.3 Tujuan Eksistensial Humanistik

Eksistensial bertujuan agar klien mengalami keberadaannya secara otentik

dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi –potensi serta sadar bahwa ia

dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya. Bugental (1965)

menyebut keontetikan sebagai “urusan utama psikokonseling” dan “nilai

eksistensial pokok”. Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan otentik yaitu, 1)

Menyadari sepenuhnya keadaan sekarang, 2) Memilih bagaimana hidup pada saat

sekarang, dan 3) Memikul tanggung jawab untuk memilih. . Meluaskan kesadaran

diri konseli, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni menjadi

bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya. Membantu klien agar mampu

menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri, dan menerima

kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekadar korban kekuatan – kekuatan

deterministic di luar dirinya. Selain itu juga tujuan konseling eksistensial

humanistic adalah, menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran

diri dan pertumbuhan, menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi

pribadi. membantu klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan

memperluas kesadaran diri, membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab

atas arah kehidupan sendiri.

Tujuan Konseling menurut Akhmad Sudrajat yaitu :

1. Mengoptimalkan kesadaran individu akan keberadaannya dan menerima

keadaannya menurut apa adanya. Saya adalah saya.

2. Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan serta

pandangan-pandangan individu, yang unik, yang tidak atau kurang sesuai

dengan dirinya agar individu dapat mengembangkan diri dan

meningkatkan self actualization seoptimal mungkin.

3. Menghilangkan hambatan-hambatan yang dirasakan dan dihayati oleh

individu dalam proses aktualisasi dirinya.

10

Page 14: eksistensial

4. Membantu individu dalam menemukan pilihan-pilihan bebas yang

mungkin dapat dijangkau menurut kondisi dirinya

2.4 Teknik–teknik dan prosedur-prosedur konseling Eksistensial-

Humanistik

Pendekatan konseling eksistensial humanistik mempunyai perbedaan dari

kebanyakan pendekatan konseling lainnya. Pendekatan konseling eksistensial

humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-

prosedur konseling eksistensial humanistik bisa diambil dari beberapa

pendekatan konseling lainnya. Misalnya saja sering diambil dari konseling Gestalt

dan Analisis Transaksional. Pada pembahasan materi ini kami gunakan tehnik

Gestalt yang merupakan konseling yang lebih dari sekedar sekumpulan tehnik

atau permainan-permainan. Apabila interaksi pribadi antara konselings dank lien

merupakan inti merupakan inti dari konseling ini, maka teknik –teknik bisa

berguna sebagai alat untuk membantu klien guna memperoleh kesadaran yang

lebih penuh dan mampu menembus jalan buntu yang menghambat penyelesaian

urusan yang tidak terselesaikan. Teknik –teknik pada konseling gestalt ini

dilakukan sesuai dengan gaya yang dimiliki oleh konselingsnya sendiri. Salah satu

contohnya permainan dialog (top dog and under dog ) dan beberapa contoh

lainnya. Dan juga sejumlah prinsip dan prosedur psikoanalisis bisa diintegrasikan

kedalam pendekatan eksistensial humanistik. Seperti yang tertulis pada buku The

Search for Authenticity (1965) dari Bugental adalah sebuah karya lengkap yang

mengemukakan konsep-konsep dan prosedur-prosedur psikokonseling

eksistensial-humanistik yang berlandaskan model psikoanalitik. Dalam buku ini

juga ia menggunakan kerangka psikoanalitik untuk menjelaskan fase kerja

konseling eksistensial seperti kesadaran, emansipasi dan kebebasan, kecemasan

eksistensial, dan neorosis eksistensial. Pertanyaan-pertanyaan eksistensial yang

menempati kedudukan sentral dalam konseling adalah : seberapa besar saya

menyadari siapa saya ini?, Bisa menjadi apa saya ini?, Bagaimana saya bisa

menciptakan kembali identitas diri saya yang sekarang?, Seberapa besar

kesanggupan saya untuk menerima kebebasan memilih jalan hidup saya sendiri?,

Bagaimana saya mengatasi kecemasan yang ditimbulkan oleh kesadaran atas

11

Page 15: eksistensial

pilihan-pilihan?, Sejauh mana saya hidup dari dalam pusat diri saya sendiri?, Apa

yang saya lakukan untuk menemukan makna hidup ini?, Apa saya menjalani

hidup, ataukah saya hanya puas atas keberadaan saya?, Apa yang saya lakukan

untuk membentuk identitas pribadi yang saya inginkan?.

2.5 Langkah-langkah konseling Eksistensial Humanistik

a. Proses Konseling Eksistensial yaitu :

1. Tahap pendahuluan, Konselor membantu konseli dalam mengidentifikasi

dan mengklarifikasi asumsi mereka tentang dunia. Konseli diajak untuk

mendefinisikan dan menayakan tentang cara mereka memandang dan

menjadikan eksistensi mereka bisa diterima. Mereka meneliti nilai

mereka, keyakinan, serta asumsi untuk menentukan kesalahannya.

Bagi banyak konseli hal ini bukan pekerjaan yang mudah, oleh

karena itu awalnya mereka memaparkan problema mereka. Konselor

disini mengajarkan mereka bagaimana caranya untuk bercermin pada

eksistensi mereka sendiri dan meneliti peranan mereka dalam hal

penciptaan problem mereka dalam hidup.

2. Pada tahap tengah dari konseling eksistensial,

Konseli didorong semangatnya untuk lebih dalam lagi meneliti sumber

dan otoritas dari sistem nilai mereka. Proses eksplorasi diri ini biasanya

membawa konseli ke pemahaman baru dan berapa restrukturisasi dari

nilai dan sikap mereka. Konseli mendapat cita rasa yang lebih baik akan

jenis kehidupan macam apa yang mereka anggap pantas. Mereka

mengembangkan gagasan yang jelas tentang proses pemberian nilai

internal mereka.

3. Tahap terakhir dari Konseling eksistensial berfokus pada menolong

konseli untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang

diri mereka sendiri. Sasaran Konseling adalah memungkinkan konseli

untuk bisa mencari cara pengaplikasikan nilai hasil penelitian dan

internalisasi dengan jalan kongkrit. Biasanya konseli menemukan jalan

mereka untuk menggunakan kekuatan itu demi menjalani konsistensi

kehidupannya yang memiliki tujuan.

12

Page 16: eksistensial

Tahap Konseling Eksistensial

Terdapat beberapa tahap yang dapat dilakukan oleh Konselor dalam

Konseling eksistensial antara lain :

1. Konselor menunjukkan kepada Konseli untuk meningkatkan kesadaran

diri atas alternatif-alternatif, motivasi-motivasi, dan tujuan-tujuan pribadi.

Serta menunjukkan bahwa harus ada pengorbanan untuk mewujudkan hal

itu.

2. Konselor membantu Konseli dalam menemukan cara-cara Konseli

menghindari penerimaan kebebasannya, dan mendorong Konseli belajar

menanggung resiko atas keyakinannya terhadap akibat penggunaan

kebebasannya.

3. Konselor membantu Konseli untuk membangkitkan keberaniannya

mengakui ketakutannya, mengungkapkan ketakutannya, dan kemudian

mengajak Konseli untuk tidak bergantung dengan orang lain secara

neurotik.

4. Konselor membantu Konseli dalam menciptakan suatu sistem

berlandaskan cara hidup yang konsisten.

5. Konselor membantu Konseli untuk menemukan makna hidupnya.

6. Konselor membantu Konseli untuk mentoleransi segala bentuk ketakutan

dan kecemasan sebagai bentuk pembelajaran yang penting dalam hidup.

7. Konselor mendorong atau memotivasi Konselinya untuk mewujudkan

aktualisasi diri.

2.6 Peran Konselor dan Konseli serta Hubungan Konselor dan Konseli

a. Peran Konselor pada Pendekatan Eksistensial

1. Konselor hendaknya selalu menghargai dan menghormati konseli apa

adanya.

2. Konselor mampu untuk menjadikan dirinya sebagai alat perubah pribadi

konseli dengan jalan membuka pengalaman terhadap konsep diri konseli.

3. Menghilangkan kepura – puraan, dan bersifat otentik.

13

Page 17: eksistensial

4. Konselor memegang kunci bahwa pendekatan konseling berpusat pada

pribadi yang difokuskan secara bertanggung jawab.

5. Konselor menekankan pada sikap konseli untuk menerima dan memahami

dirinya.

b. Peran Konseli pada Pendekatan Eksistensial

1. Konseli mulai sadar dan dapat menemukan alternative tentang pandangan

yang riil.

2. Konseli aktif untuk mengetahui penyebab dari kecemasan dan ketakutan.

3. Konseli berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab penuh.

Model Peran Konselor

Model peran konseling sebagai berikut :

1. Memahami dunia konseli dan membantu konseli untuk berfikir dan

mengambil keputusan atas pilihannya yang sesuai dengan keadaan

sekarang.

2. Mengembangkan kesadaran, keinsafan tentang keberadaannya sekarang

agar konseli memahami dirinya bahwa manusia memiliki keputusan diri

sendiri.

3. Konselor sebagai fasilitator memberi dorongan dan motivasi agar konseli

mampu memahami dirinya dan bertanggung jawab menghadapi reality.

4. Membentuk kesempatan seluas – luasnya kepada konseli, bahwa putusan

akhir pilihannya terletak ditangan konseli.

Dalam buku Gerald Corey, May ( 1961 ) memandang tugas konselor

diantaranya adalah membantu konseli agar menyadari keberadaanya dalam dunia :

“Ini adalah saat ketika konseli melihat dirinya sebagai orang yang terancam, yang

hadir di dunia yang mengancam dan sebagai subyek yang memiliki dunia”.

Frankl ( 1959 ) menjabarkan peran konselor sebagai ”spesialis mata

ketimbang pelukis”, yang bertugas memperluas dan memperlebar lapangan visual

konseli sehingga secara keseluruhan dari makna dan nilai – nilai menjadi disadari

dan dapat diamati oleh konseli. Untuk contoh mengenal bagaimana seorang

konselor yang berorintasi eksistensial bekerja dalam pertemuan konseling, maka

konselor akan bertindak sebagai berikut :

14

Page 18: eksistensial

1. Memberikan reaksi-reaksi pribadi dalam kaitan dengan apa yang dikatakan

oleh konseli

2. Terlibat dalam sejumlah pernyataan pribadi yang relevan dan pantas

tentang pengalaman-pengalaman yang mirip dengan yang dialami oleh

konseli

3. Meminta kepada konseli untuk mengungkapkan ketakutannya terhadap

keharusan memilih dalam dunia yang tak pasti

4. Menantang konseli untuk melihat seluruh cara dia menghindari pembuatan

putusan-putusan dan memberikan penilaian terhadap penghindaraan itu

5. Mendorong konseli untuk memeriksa jalan hidupnya pada periode sejak

memulai konseling dengan bertanya “ Jika anda bisa secara ajaib kembali

kepada cara anda ingat kepada diri anda sendiri sebelum konseling,

maukah anda melakukannya sekarang ?”

6. Beritahukan kepada konseli bahwa ia sedang mempelajari apa yang

dialaminya sesungguhnya adalah suatu sifat yang khas sebagai manusia

bahwa dia pada akhirnya sendirian, bahwa dia harus memutuskan untuk

dirinya sendiri, bahwa dia akan mengalami kecemasan atau ketidakpastian

putusan-putusan yang dibuat, dan bahwa dia akan berjuang untuk

menetapkan makna kehidupannya di dunia yang sering tampak tak

bermakna.

c. Hubungan antara Konselor dan Konseli (Peran Konselor)

Hubungan konseling sangat erat bagi konselor eksistensial. Penekanan

diletakkan pada pertemuan antarmanusia dan perjalanan bersama alih-alih pada

teknik-teknik yang mempengaruhi konseli. Isi pertemuan konseling adalah

pengalaman konseli sekarang bukan masalah konseli. Hubungan dengan orang

lain dalam kehadiran yang otentik difokuskan kepada “ di sini dan sekarang”.

Masa lampau atau masa depan hanya penting bila waktunya berhubungan

langsung.

Pola hubungan :

1. Hubungan konseli adalah hubungan kemanusiaan. Konselor berstatus

sebagai partner konseli, setara dengan konseli sehingga hubungannnya

berada dalam situasi bebas tanpa tekanan.

15

Page 19: eksistensial

2. Konseli sebagai subjek bukan obyek yang dianalisis dan didiagnosis.

3. Konselor harus terbuka baik kepribadiannya dan tidak pura – pura.

Dalam menulis tentang hubungan konseling, Sidney Jourard (1971)

mengimbau agar konselor, melalui tingkah lakunya yang otentik dan terbuka,

mengajak kepada keotentikan, Jourard meminta agar konselor membangun

hubungan Aku-Kamu, di mana pembukaan diri konselor yang spontan menunjang

pertumbuhan dan keotentikan konseli. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Jourard

(1971, hlm. 142-150), Manipulasi melahirkan kontramanipulasi. Pembukaan diri

melahirkan pembukaan diri pula. Ia juga menekankan bahwa hubungan konseling

bisa mengubah konselor sebagaimana ia mengubah konseli. Hal itu berarti bahwa

siapa yang menginginkan apa dan pertumbuhannya tidak berubah, tidak perlu

menjadi konselor.

Jourard adalah salah satu contoh yang baik tentang seorang konselor yang

mengembangkan gaya diri yang berorientasi humanistik. Ia menunjukkan bahwa

menjadi unik, otentik, dan menggunakan teknik-teknik yang beragam dalam

kerangka humanistik adalah suatu hal yang mungkin.

Jourard tetap berpendapat bahwa jika konselor menyembunyikan diri

dalam pertemuan konseling, maka dia terlibat dalam tingkah laku tidak otentik

yang sama dengan yang menimbulkan gejala-gejala pada diri konseli. Menurut

Jourard, cara untuk membantu konseli agar menemukan dirinya yang sejati, serta

agar tidak menjadi asing dengan dirinya sendiri adalah, konselor secara spontan

membukakan pengalaman otentiknya kepada konseli pada saat yang tepat dalam

pertemuan konseling. Sidney Jourad (1971) mendesak konselor untuk mengajak

konseli mereka benar-benar menunjukkan keotentikan dirinya melalui perilaku

yang otentik dan pengungkapan diri. Oleh karena itu konselor mengajak konseli

untuk tumbuh dengan mencontoh perilaku otentik. Mereka bisa menjadi

transparan apabila dianggap cocok untuk diterapkan dalam hubungan itu, dan sifat

kemanusiaannya bisa menjadi stimulus untuk diambil potensi riilnya oleh konseli.

16

Page 20: eksistensial

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konseling eksistensial-humanistik berdasarkan pada asumsi bahwa kita

bebas dan bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil dan perbuatan yang kita

17

Page 21: eksistensial

lakukan. Yang paling diutamakan dalam konseling eksistensial-humanistik adalah

hubunganya dengan klien. Kualitas dari dua orang yang bertatap muka dalam

situasi konseling merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif. Ada tiga

tahap dalam proses konseling eksistensial-humanistik. Dan tidak ada teknik

khusus yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik. Kecocokannya

untuk diterapkan di Indonesia terletak pada pendapat kalangan eksistensial tentang

kebebasan dan control dapat bermanfaat untuk menolong klien menangani nilai-

nilai budaya mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab

terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan

untuk mengubah sikap dan perilaku mereka. Jadi dapat dikatakan di sini bahwa

konselor berperan sebagai cermin pemantul, di mana klien dapat melihat dirinya

sendiri dalam proses konseling yang mengakibatkan klien sadar akan

kekurangannya, yang selanjutnya klien akan mampu mengidentifikasi

3.2 Saran

Sebagai calon konselor, kita harus sangat memahami model-model dalam

konseling secara menyeluruh dan utuh, sehingga dapat membantu klien kita secara

tepat, efektif dan pula efisien.

18

Page 22: eksistensial

DAFTAR PUSTAKA

Buku “Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi” Gerald Corey

Amira Diniati (2009), teori-teori konseling, Pekanbaru : Daulat Riau

Misiak, henryk.2005.psikologi fenomenologi,eksistensial dan humanistic. Bandung: PT rafika

aditama

Gerald, Corey. 1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.Bandung : PT ERESCO