Ekosistem Sungai, Gastropoda, Dan Danau
-
Upload
benget-r-simanjuntak -
Category
Documents
-
view
398 -
download
2
description
Transcript of Ekosistem Sungai, Gastropoda, Dan Danau
1
EKOSISTEM SUNGAI
BENGET R SIMANJUNTAK09/283439/PN/11670
TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
INTISARI
Ekosistem sungai memiliki karakteristik dan sifat-sifat yang khas dibandingkan denganekosistem lain, baik dari segi suhu, kecepatan arus, debit air, pH, kadar oksigen terlarut maupunkarbondioksida bebas. Ekosistem merupakan tingkat organisasi biologi yang paling baik untuk teknik-teknik analisis sistem. Tujuan dari praktikum ekosistem sungai adalah mempelajari karaktersitikekosistem sungai dan faktor-faktor pembatasnya, mempelajari cara-cara pengambilan data tolakukur lingkungan fsisik, kimia dan biologi suatu perairan, mempelajari korelasi antara beberapa tolakukur lingkungan dengan populasi biota perarian dan memepelajari kualitas perairan berdasarkanindeks diversitas biota perairan. Mempelajari ekosistem sungai diharapkan dapat memahami cara-cara pengambilan data tolak ukur fisik, kimia dan biologi suatu perairan serta dapta melatih dayapikir mengenai pentingnya sungai bagi kehidupan manusia, sehingga tercipta pemahaman dankesadaran yang diarahkan kepada pemeliharaan ekosistem sungai yang sehat, bersih dan produktifbagi kehidupan manusia dan lingkungan. Praktikum ekosistem sungai diadakan pada hari selasa 6april 2010 pukul 14:00 di Sungai Code (hilir kota) Yogyakarta. Metode yang digunakan yaitu metodewinkler, alkalimetri, dan visual. Hasil yang didapat kelompok 8 yaitu suhu udara 30,16oC,suhu air29oC, kecepatan arus 0,79 m/s, debit air 0,97 m3/s, DO 4,80 ppm, CO2 bebas 26 ppm, alkalinitas 164ppm, pH 6,9, Densitas plankton 85 indv/L, diversitas plankton 0,2, densitas makrobentos 256 indv/L,diversitas makrobentos 1,9, dan densitas gastropoda 0,4 indv/L. kesimpulan yang dapat didapatadalah karaktersitik sungai sangat mempengaruhi pertumbuhan organisme,tolak ukur (parameter)yang di ukur adalah suhu udara, suhu air, kecepatan arus, debit air, DO,CO2 bebas, alkalinitas, pH,densitas dan indeks diversitas plankton,makrobentos dan gastropoda. Kondisi perairan sungaiditentukan oleh organisme-organisme yang hidup di perairan sungai tersebut. Berdasarkanparameter yang diukur, kondisi perairan sungai tersebut tergolong jelek dan sudah tercemar.
Kata kunci : parameter, densitas, diversitas, dan plankton.
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ekosistem sungai merupakan salah satu kajian dalam ekologi perairan. Sungai yang
merupakan ekosistem lotik, termasuk ekosistem terbuka yang secara alami mendapat masukan
unsur hara terutama dari kikisan tanah sejak dari bagian hulu hingga hilir sungai. Pada ekosistem
sungai kecepatan arus merupakan factor pembatas penting. Kecepatan arus di tentukan oleh
kemiringan dasar sungai, macam substart dasar, kedalaman, dan luas badan air. Berdasarkan
kecepatan arusnya, peraiaran sungai dapat di bedakan menjadi daerah arus cepat (rapid zone) dan
daerah arus lubuk(pool zone). Pada masing-msing daerah tersebut kehidupan biotik akuatiknya
memiliki ciri-ciri yang khas. Menurut odum (1988) ada dua zona utama pada bagian sungai yaitu :
1. Zona air deras : daerah yang dangkal dimana kecepatan arus cukup tinggi untuk
menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi lain yang lepas, sehingga
dasarnya padat. Zona ini di huni oleh bentos yang beradaptasi khusus atau organisme
perifitik yang dapat melekat atau berpegangan kuat pada dasar yang padat, ada juga
beberaba ikan yang kuat berenang. Zona ini biasanya terdapat pada hulu sungai di daerah
pegunungan.
2. Zona air tenang: bagian sungai yang dalam dimana kecepatan arus sudah berkurang, maka
lumpus dan materi lepas cenderung mengendap di dasar, sehingga dasarnya lunak, tidak
sesuai untuk bentos permukaan tetapi cocok untuk penggali nekton dan pada beberapa
kasus, plankton. Zona ini banyak di jumpai pada daerah yang landau. Misalnya di pantai
timur sumatrautara dan Kalimantan, di sungai banyak di jumpai tingkat yang lebih tua dari
hulu dan hilir. Perubahan lebih terlihat pada bagaian atas dari aliran air, dan komposisi kimia
berubah dengan cepat.
Ekosistem merupakan tingkat organisasi biologi yang paling baik untuk teknik-teknik analisis
sistem. Selama komponen-komponen pokok ada dan bekerja sama untuk mencapai semacam
kemantapan fungsional, bahkan senadainya hanya waktu singkat. Kesatuan itu dapat dianggap suatu
ekosistem (Odum, 1993). Ekosistem aquatik menurut Ismail dan Mohamad (1992) dapat dibedakan
menjadi lima macam, yaitu :
1. Ekosistem marin (laut): meliputi laut lepas dan kawasan pesisir atau pantai, yang merupakan
ekosistem air asin.
2. Ekosistem estuarine (muara): merupakan kawasan muara tempat pertemuan antara air
tawar dengan air asin.
3
3. Ekosistem riverin (sungai): meliputi anak sungai, sungai, dan sistem air tawar yang bergerak
satu arah (ekosistem lotik).
4. Ekosistem lakustrin: meliputi danau , kolam dan embung, merupakan ekosistem lentik.
5. Ekosistem palustrin: meliputi kawasan basah (misalnya rawa), juga merupakan ekosistem
lentik.
Penyelidikan-penyelidikan pada bioma air tawar menunjukkan bahwa distribusi spesies di dalam
suatu seri ekosistem tergantung pada keseimbangan antara habitat yang disukai, kemampuan
kompetitif di dalam habitat yang berbeda, serta efek predasi (Larry, L. Wolf and S. J. Mc Naughton,
1992). Air alami sesungguhnya merupakan suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam
berbagai konsentrasi. Air yang mengandung sekitar 1000 ppm padatan terlarut umumnya
digolongkan sebagai air tawar. Konsentrasi ion-ion pada air tawar jauh lebih rendah dari konsentrasi
ion-ion dalam air laut, begitu juga distribusi ion-ionnya juga jauh berbeda. Pada air tawar, Ca2+ dan
Mg2+ merupakan bahan utama, sedangkan anionnya adalah HCO3-, ion-ion pada air tawar berasal
dari perlakuan baru-batuan dan tanah (Anonim, 2009). Hefni Effendi (2003) menyebutkkan bahwa
parameter yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas air meliputi :
1. Parameter fisika: cahaya, kecrahan dan kekeruhan, warna, konduktivitas, padatan total,
padatan terlarut, padatan tersuspensi dan salinitas.
2. Parameter kimia: pH dan asiditas, ptensi redoks, oksigen terlarut, karbondioksida bebas,
alkalinitas, kesadahan dan bahan organik.
Kualitas air itu juga berbeda-beda menrut bentuk sungai, derajat perlindungan terhadapa angin
dan jumlah pertukaran air. Variabel- variabel ini menyebabkan dimungkinkannya untuk membuat
generalisasi, namun sukar untuk membuat ramalan-ramalan khusus untuk kualitas air. Adapun
tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini yaitu untuk mempelajari karkateristik ekosistem sungai
dan factor-faktor pembatsnya, mempelajari cara-cara pengambilan data tolak ukur (parameter) fisik,
kimia dan biologi suatu perairan, mempelajari korelasi antara beberapa tolak ukur lingkungan
dengan populsi biota perairan, khususnya plankton dan/atau makrobentos, serta mempelajari
kualitas perairan sungai berdasarkan indeks diversitas plankton.
4
METODOLOGI
Praktikum ekosistem sungai dilakukan di salah satu sungai di Yogyakarta yaitu sungai code
pada hari Selasa 06 April 2010 pukul 14:00 wib bagian hilir kota. Alat dan bahan yang di gunakan
antara lain bola tenis meja, stopwatch, roll meter, thermometer, botol oksigen, Erlenmeyer, gelas
ukur, pipet ukur, pipet tetes, buret, mikro buret, ember plastik, ph meter, kertas label, pensil,
larutan MnSO4, larutan regan oksigen, larutan H2SO4 pekat, larutan 1/80 N Na2S2O3, larutan KOH-KI,
larutan 1/40 N Na2S2O3, larutan 1/44 NaOH, larutan 1/50 N H2SO4, larutan 1/50 N HCl, larutan
indikator amilum, larutan indikator pp, larutan indikator MO, larutan indikator Methyl Red (MR) dan
larutan 4% formalin.
Parameter yang diambil yaitu parameter fisik, kimia dan biologi. Parameter fisik yang di
ambil meliputi pengukuran suhu air dan suhu udara dengan metode visual/pengamatan
menggunakan pH meter,kecepatan arus dengan cara float method dengan rumus v=s/t (m/det)
dimana v merupakan kecepatan arus s = jarak dan t= waktu, debit air dapat di hitung dengan rumus
R=WDAL/T diamna W= lebar sungai, D=kedalamn, A=berpasir=0,8 dan B=berbatuan=0,2,L=panjang
dan T=waktu (R=debit m3/s). parameter kimia meliputi pengukuran DO dengan metode winkler
dengan rumus DO= 1000/50 x a x (F) x 0,1 mg/L dimana F=Faktor koreksi=1 dan a=banyaknya titran
yang digunakan, CO2 bebas dengan metode alkalimetri dengan rumus CO2 bebas=1000/50 x b x (F) x
1 mg/L dimana F=Faktor koreksi=1 dan b=banyaknya titran yang digunakan dan alkalinitas dengan
metode alkalimetri dengan rumus Alkalinitas = 1000/50 x c x (f) mg/L dimana c= volume titran dan f=
faktor koreksi= 1. Dan parameter biologi yang di ukur yaitu Densitas dan Diversitas plankton dan
makorbentos. Pengihtungan densitas dengan rumus D= a x volume botol atau plankton / volume SR
dibagi volume sampel dimana D= densitas (indv/L) dan A= cacah individu dalam SR. dan
penghitungan diversitas dengan rumus H= -∑ni/N 2log ni/N, dimana H= indeks diversitas (idv/L) dan
ni= cacah individu suatu genus, N= cacah individu seluruh genera.
5
PEMBAHASAN
Tabel Data Hasil Pengamatan
Parameter Stasiun
I II III IV V VI VII VIII IX
Fisik
suhu udara (oC) 27 26.7 27.1 32 24 25.5 34 30.16 30.3
Suhu Air (oC) 28.5 26.5 28 33 28 28.5 34 29 27.6
kecerahan (m) 0.18 0.26 0.32 0.59 0.46 0.43 0.51 0.79 0.24
Warna Air 0.34 0.52 0.82 2.5 1.92 2.3 1.8 0.97 0.77
Kimia
DO (ppm) 5.13 5.18 5.8 6.6 2.19 3.3 3.6 4.8 5.68
CO2 (ppm) 8.3 16.8 11.9 9 12 13.3 28.3 26 16
Alkalinitas(ppm) 104.6 132 136 122 145 144 150 164 168
pH 6.6 6.8 6.75 7.3 6.75 6.9 6.9 6.9 6.8
Bilogi
DensitasPlankton(idv/L) 160 150 178 515 298 83 308 85 105
DiversitasPlankton 2.48 1.81 2.2 0.11 0.7 1.6 0.2 0.2 0.961
DensitasMakrobentos(idv/L) 50 56.25 393.75 381.25 168.75 93.75 8.3 256 62.5
DiversitasMakrobentos 1.549 1.447 1.868 0.448 0.871 1.4 1.1 1.9 2.646
DensitasGastropoda(idv/L) 1.457 0.51 49 976 8.2 3.4 0 0.4 4.863
Pembahasan Stasiun VIII
Adapun parameter yang diamati saat praktikum Ekosistem Sungai adalah parameter (tolak
ukur) fisikia, kimia, dan biologi.
Suhu udara pada stasiun VIII sebesar 30,16oC dan suhu air 29oC. Tingginya suhu tersebut
disebabkan oleh vegetasi tumbuhan sekitar yang terbuka sehingga penetrasi cahaya tinggi membuat
suhu menjadi tinggi. Kondisi perairan yang keruh menyebabkan besarnya penetrasi sehingga
mempengaruhi suhu udara dan suhu air tersebut. Kecepatan arus sebesar 0,79 m/det. Ini
disebabkan oleh bahan substrat dasar sungai yang berbatuan`serta lokasi stasiun berada dekat
dengan pintu pembuangan aliran air sungai. Debit air sebesar 0,97 m3/det. Ini desebabkan
6
kecepatan arus yang cukup tinggi dan luas badan perairan yang sempit serta lokasi pengamatan yang
berada dekat dengan pintu pembuangan aliran air sungai sehingga debit air cukup tinggi.
Kandungan Oksigen terlarut (DO) pada stasiun VIII adalah 4,80 ppm. Tingginya kandungan
DO disebabkan oleh kondisi perairan yang tidak tenang dengan adanya gemercik-gemercik yang
diakibatkan oleh kecepatan arus yang tinggi sehingga membuat tingginya kandungan okisgen
terlarutnya. Selain itu suhu air yang normal pada perarian juga mempengaruhi kadar DO terlarutnya
cukup tinggi. Alkalinitas pada stasiun VIII 164 ppm. Kondisi tersebut disebabkan oleh tingginya kadar
CO2 yaitu sebesar 26 ppm dan dengan pH yang cukup stabil. Dan tingginya kadar CO2 ini disebabkan
oleh tingginya zooplankton di perairan tersebut.
Densitas plankton pada stasiun VIII adalah 85 indv/L. kondisi perairan yang berbatu dan
kecepatan arus yang cukup besar menyebabkan plankton tidak dapat berkembang biak atau dapat
bertahan hidup dikondisi perairan tersebut dan tingginya kadar CO2 menyebabkan fitoplankton
dapat melakukan fotosintesis. Diversitas plankton yaitu sebesar 0,2 idv/L. hal ini berarti kondisi
perairan stasiun dalah jelek karena memiliki indeks diversitas dibawah 3,21 idv/L. kondisi perairan
stasiun VIII sudah tercemar karena memiliki diversitas dibawah 2. Lingkungan biotic stasiun VIII
cukup baik karena memiliki lebih dari 30 spesies flora. Nilai Densitas makrobentos sebesar 256 idv/L.
tingginya nilai densitas tersebut disebabkan oleh banyaknya plankton dalam perairan tersebut yang
merupakan makanan bagi makrobentos tersebut. Hal ini berbanding lurus dengan indeks diversitas
makrobentos yang cukup tinggi. Hubungan parameter fisik dengan kondisi sekitar sungai (flora dan
fauna) adalah suhu yang optimal mempengaruhi pertumbuhan flora dan fauna di sekitar sungai yang
berhubungan dengan kemampuan berfotosintesis suatu tumbuhan. Kecepatan arus yang cukup
tinggi menyebabkan kepadatan plankton dan indeks diversitas plankton relatif rendah. Hubungan
parameter kimia dengn fisik yaitu besarnya debit air disebabkan karena sedikitnya sampah-sampah
organic pada bagian dasar sungai. Adanya sampah organic membuat debit ari kecil. Densitas
plankton dan diversitas makrobentos yang tinggi disebabkan oleh dasar perairan yang berbatu dan
kuat arus yang cukup tinggi sehingga plankton dan makrobentos dapat berkembang baik pada
perairan tersebut dan tingginya kadar CO2 menyebabkan fitoplankto daptat melakukan fotosintesis.
Lingkungan biotik stasiun VIII cukup baik karena memiliki lebih dari 30 spesies flora yang disebabkan
dasr perairan yang berbatu-bartu yang merupakan tempat melekatnya organisme tersebut.
Pembahasan Umum
Berdasarkan pengamatan parameter fisik, kimia dan biologi, yang dilakukan pada saat
praktikum dari seluruh stasiun, didapat suhu air dan suhu udara tertinggi terdapat pada stasiun VII,
hal ini disebabkan oleh penetrasi cahaya mayahari yang dapat masuk secara bebas karena di sekitar
sungai ditumbuhi tanaman kanopi sehingga cahaya dapat masuk secara bebas. Suhu air yang
7
terendah yaitu pada stasiun II, kondisi ini disebabkan oleh keadaan sekitar sungai yang terdapat
tumbuhan-tumbuhan yang tinggi sehingga cahaya tidak dapat masuk secara bebas. Kecepatan arus
yang paling tinggi yaitu pada stasiun VIII, kondisi ini dipengaruhi oleh kemiringan sungai tersebut
seta luas badan air yang cukup kecil serta letak stasiun tersebut berada dekat dengan pintu
pembuangan aliran air sungai. Debit air yang tertinggi yaitu pada stasiun IV, ini disebabkan
kecepatan arus yang relatif besar juga. Dan debit air yang terendah yaitu pada stasiun I, ini
dikarenakan kedalaman sungai yang dangkal dan banyaknya endapan sampah organik. Kandungan
DO yang tertinggi yaitu pada stasiun IV, hal ini tidak sesuai dengan teori yang seharusnya, karna
semakin rendah suhu, maka semaki tinggi DOnya , namun yang tertinggi justru terdapat pada stasiun
IV tersebut. Faktor lain yang menyebabkan tingginya DO yaitu kecilnya diversitas makrobentos pada
stasiun tersebut. Kandungan CO2 tertinggi yaitu pada stasiun VII, kondisi ini disebabkan oleh
banyaknya sampah yang tertimbun di perairan tersebut sehingga memancing mikroorganisme untuk
mengurai sampah organik tersebut yang membutuhkan O2 dan menghasilkan CO2. Kandungan CO2
yang terendah yaitu pada stasiun I, hal ini disebabkan oleh banyaknya vegetasi tumbuhan kanopi
yang terdapat di sekitar sungai tersebut sehingga cahaya dapat masuk dengan bebas untuk
digunakan oleh fitoplankton untuk berfotosintesis yang menghasilkan O2. Nilai alkalinitas yang
teritnggi yaitu pada stasiun IX. Hal ini disebabkan oleh letak lokasi pengamatan yang terletak di
bagian hilir kota,sehingga seluruh sisa-sisa masyarakat maupun sisa-sisa ternak yang terbawa oleh
arus sungai akan mengendap di bagian hilir kota sehingga nilai alkalinitas cukup tinggi. Alkalintas
yang terendah yaitu pada stasiun I, ini disebabkan oleh pH yang rendah dan kandungan CO2 yang
lebih tinggi dari DO. Nilai derajat keasaman (pH) tertinggi ialah pada stasiun IV, hal ini dikarenakan
kandungan CO2 bebas yang terdapat pada stasiun tersebut juga relatif rendah juga dan alkalinitas
yang cukup tinggi. Dan nilai pH yang terendah yaitu pada stasiun I, hal ini dikarenakan kandungan
CO2 dan nilai alkalinitas nya juga rendah dibanding dengan stasiun lainnya. Nilai densitas plankton
yang tertinggi yaitu pada stasiun IV, hal ini dikarenakan kecepatan arus pada stasiun tersebut masih
bisa di tolelir oleh plankton untuk dapat bertahan hidup dan berkembang biak, serta kondisi suhu
yang optimal (disbanding dengan stasiun lain) untuk pertumbuhan plankton. Densitas plankton yang
terendah yaitu pada stasiun VI, hal ini dikarenakan nilai DO yang cukup rendah sehingga fitoplankton
menjadi menurun. Karena fitoplankton sangat tergantung terhadap tingginya DO. Diversitas
plankton tertinggi yaitu pada stasiun I dan terendah pada stasiun IV. Tingginya nilai diversitas
plankton disebabkan karena letak stasiun yang berada di hulu sungai ( sebelum kota) yang
perairannya belum tercemar dengan perairan yang masih bersih dan jernih sehingga lingkungan
biotiknya baik. Dan rendahnya diversitas dikarenakan lokasi pengamatan yang berada di tengah-
tengah kota yang merupakan daerah yang sudah tercemar oleh limbah msyarakat.
8
Melimpahnya plankton di suatu perairan merupakan indikator bahwa periarian tersebut
sudah tercemar (Riszky, 2007). Berdasrkan indeks diversitas dan densitas plankton bahwa lokasi
pengamatan (sungai Code) bagian hulu sungai termasuk belum tercemar , tengah kota tercemar
burk, dan bagian hilir sungai tercemar sangat buruk (Probosuno, 1999).
Kesimpulan
Kualitas pencemaran air berdasarkan indeks diversitas plankton adalah : sangat buruk
dengan indeks diversitas ≤0,80, buruk dengan indeks diversitas 0,81 – 1,60, tercemar sedang dengan
indeks diversitas 1,61-2,40, dan baik dengan indeks diversitas 2,41-3,20, dan sangat baik dengan
indeks diversitas ≥3,21 ( Probosuno, 1999). Pengambilan data tolak ukur (parameter) menggunakan
metode winkler yaitu pengukuran DO, metode alkalimetri yaitu pengukuran alkalinitas dan CO2 dan
metode visual yaitu pengamatan pH, suhu ,dan warna air. Kondisi lingkungan dan perairan yang baik,
membuat populasi organism juga baik.
Saran
Praktikum lapangan Ekologi Perairan hendaknya dilaksanakan pada waktu yang tepat dan
durasi waktu yang cukup agar praktikan dapat melakukan praktikum secara maksimal dan
mendapatkan data yang lebih valid.
Daftar Pustaka
Anonim. 2010. Ekosistem Akuatik<http:// www.dostoc.com/docl/26608002/ekosistem-akuatik.>( diakses pada tanggal 16 April 2010)
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.Erik. 2008. Parameter Fisika dan Kimia Perairan
http://www.erikarianto.wordpress.com/2008/01/10/parameter-fisika-dn-kimia-perairan( diakses pada tanggal 16 April 2010)
Haslam, S.M. 1995. River Pollution and Ecological Perspective. John Wiley and Sons,Chichester,UK.153p
Odum, Eugene, P. 1993. Dasar-dasar Ekologi, edisi ketiga.Universitas Gadjah MadaPress. Yogyakarata.
Probosuno, Namasastra. 2010. Petunjuk Praktikum Ekologi Perairan. LaboratoriumEkologi PerairanJurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
Rizky, Hefri. 2007. Indikator Biologis(http://smk3ae.wordpress.com/2008/06/09/makrobentos-indikator-perairan-air-
tawar. ( diakses pada tanggal 16 April 2010)
9
ESTIMASI GASTROPODA
BENGET R SIMANJUNTAK09/283439/PN/11670
TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
INTISARI
Sungai sebagai suatu macam perarairan merupakan suatu macam ekosistem, yaitu sebuahassemblage dengan komponen-komponen biotik yang berupa tumbuhan dan hewan, serta faktor-faktor non biotic berupa lingkungan yang saling mempengaruhi serta masing-masing berfungsidalam program yang menyeluruh. Tujuan dari praktikum Estimasi Gastropoda adalah mempelajaripenerapan metode tanpa plot guna memperkirakan atau mengestimasi populasi gastropoda danmempelajari korelasi antara beberapa tolak ukur lingkungan dengan populasi makrobentos(gastropoda). Mempelajari estimasi gastropoda diharapkan dapat mengembangkan pengetahuantentang makrobentos (gastropoda) serta korelasinya dengan parameter lingkungan yang diukur baikparameter fisik,kimia dan biologik. Praktikum estimasi gastropoda diadakan pada hari selasa 6 april2010 pukul 14:00 di Sungai Code (hilir kota) Yogyakarta. Metode yang digunakan yaitu metodewinkler, alkalimetri, dan visual. Hasil yang didapat kelompok 8 yaitu suhu udara 30,16oC,suhu air29oC, kecepatan arus 0,79 m/s, debit air 0,97 m3/s, DO 4,80 ppm, CO2 bebas 26 ppm, alkalinitas 164ppm, pH 6,9, Densitas plankton 85 indv/L, diversitas plankton 0,2, densitas makrobentos 256 indv/L,diversitas makrobentos 1,9, dan densitas gastropoda 0,4 indv/L. kesimpulan yang didapat adalahkepadatan gastropoda suatu ekosistem sungai yang rendah menunjukkan bahwa perairan tersebutadalah perairan yang tergolong jelek.
Kata kunci : Estimasi, Densitas, Gastropoda.
10
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kehidupan akuatik sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat fisika dan kimia air. Suhu kecerahan
dan turbulensi merupakan tiga sifat fisika utama yang mempengaruhi kehidupan akuatikl. Suhu yang
sangat rendah menyebabkan proses biologi sangat rendah dan lambat. Suhu yang sangat tinggi
dalam air merupakan hal yang sangat fatal bagi kebanyakan organism (Saeni, 1987). Okisgen sering
merupakan zat kunci dalam menentukan macam dan keberadaan kehidupan dalam air. Kekurangan
oksigen bersifat fatal bagi kebanyakan organism akuatik. Adanya oksigen juga dapat menyebabkan
keadaan fatal bagi banyak jenis bakteri anaerob. Konsentrasi oksigen terlarut (DO) selalu merupakan
hal yang paling utama yang harus di ukur dalam menentukan sifat bilogi sungai (Anonim, 2006).
Sebagian besar biomas ekosistem air tawar terbagi dalam empat kelompok, yaitu: moluska,
serangga air, udang-udangan dan ikan. Anelida, rotifera, protozoa, dan cacing umumnya kurang
penting, walaupun dalam kasus tertentu, kelompok tersebut dapat tampak besar dalam “ekonomi”
sistem itu (Odum, 1993). Menurut Cummins (1975) Organisme yang termasuk makrobentos
diantaranya adalah crustacea, isopoda, decapoda, oligochaeta, mollusca, nematode, dan annelida.
Mahluk bentos dibedakan menurut cara makannya ada dua yaitu mahluk filter feeder (contohnya
kerang) dan deposit feeder (contohnya siput) (Soetjipta, 1993). Menurut Probosuno (1999)
menyatakan berdasarkan ukurannya organisme infauna dapat di bedakan menjadi tiga kelompok,
yaitu:
1. Mikrofauna: dengan ukuran dibawah 0,1 mm contoh: protozoa dan bakteri.
2. Meiofauna: dengan ukuran 0,1 – 1,0 mm contoh: Ologochaeta.
3. Makrofauna: dengan ukuran di atas 1,0 mm contoh: Polichaeta, crustacea dan moluska.
Gastropoda termasuk klasifikasi dari mollusca, gastropoda disebut juga kaki di perut. Cirri-
ciri dari gastropoda yaitu memiliki cangkang dengan bentuk seperti kerucut terpilin ke kiri dan ke
kanan, tubuhnya simetris, ketika larva berbentuk simetri bilateral, ketika dewasa berbentuk simetri
radial, pada bagian kepala terdapat mulut dengan gigi kitin, tentakel 1 pasang, mata, bersifat
hermaprodhite dan memiliki peredaran darah terbuka (Anonim, 2002). Tujuan dari praktikum
Estimasi Gastropoda adalah mempelajari penerapan metode tanpa plot guna memperkirakan atau
mengestimasi populasi gastropoda dan mempelajari korelasi antara beberapa tolak ukur lingkungan
dengan populasi makrobentos (gastropoda).
11
METODOLOGI
Praktikum ekosistem sungai dilakukan di salah satu sungai di Yogyakarta yaitu sungai code
pada hari Selasa 06 April 2010 pukul 14:00 wib bagian hilir kota. Alat dan bahan yang di gunakan
antara lain bola tenis meja, stopwatch, roll meter, thermometer, botol oksigen, Erlenmeyer, gelas
ukur, pipet ukur, pipet tetes, buret, mikro buret, ember plastik, ph meter, kertas label, pensil,
larutan MnSO4, larutan regan oksigen, larutan H2SO4 pekat, larutan 1/80 N Na2S2O3, larutan KOH-KI,
larutan 1/40 N Na2S2O3, larutan 1/44 NaOH, larutan 1/50 N H2SO4, larutan 1/50 N HCl, larutan
indikator amilum, larutan indikator pp, larutan indikator MO, larutan indikator Methyl Red (MR) dan
larutan 4% formalin.
Parameter yang diambil yaitu parameter fisik, kimia dan biologi. Parameter fisik yang di
ambil meliputi pengukuran suhu air dan suhu udara dengan metode visual/pengamatan
menggunakan pH meter,kecepatan arus dengan cara float method dengan rumus v=s/t (m/det)
dimana v merupakan kecepatan arus s = jarak dan t= waktu, debit air dapat di hitung dengan rumus
R=WDAL/T diamna W= lebar sungai, D=kedalamn, A=berpasir=0,8 dan B=berbatuan=0,2,L=panjang
dan T=waktu (R=debit m3/s). parameter kimia meliputi pengukuran DO dengan metode winkler
dengan rumus DO= 1000/50 x a x (F) x 0,1 mg/L dimana F=Faktor koreksi=1 dan a=banyaknya titran
yang digunakan, CO2 bebas dengan metode alkalimetri dengan rumus CO2 bebas=1000/50 x b x (F) x
1 mg/L dimana F=Faktor koreksi=1 dan b=banyaknya titran yang digunakan dan alkalinitas dengan
metode alkalimetri dengan rumus Alkalinitas = 1000/50 x c x (f) mg/L dimana c= volume titran dan f=
faktor koreksi= 1. Dan parameter biologi yang di ukur yaitu Densitas Gastropoda. Pengihtungan
densitas dengan rumus:
D= Dtopi2 / (s-2) diaman Dtopi = (s-1)/y, y=∑yi
s dan yi= π(xi)2
Dimana: s = jumalh titik cuplikan yang di ambil
Dtopi= estimasi kerapatan
X= jarak terdekat gastropoda dengan tongkat
Y= luas area kajian
12
PEMBAHASAN
Tabel Data Hasil Pengamatan
Parameter Stasiun
I II III IV V VI VII VIII IX
Fisik
suhu udara (oC) 27 26.7 27.1 32 24 25.5 34 30.16 30.3
Suhu Air (oC) 28.5 26.5 28 33 28 28.5 34 29 27.6
kecerahan (m) 0.18 0.26 0.32 0.59 0.46 0.43 0.51 0.79 0.24
Warna Air 0.34 0.52 0.82 2.5 1.92 2.3 1.8 0.97 0.77
Kimia
DO (ppm) 5.13 5.18 5.8 6.6 2.19 3.3 3.6 4.8 5.68
CO2 (ppm) 8.3 16.8 11.9 9 12 13.3 28.3 26 16
Alkalinitas(ppm) 104.6 132 136 122 145 144 150 164 168
pH 6.6 6.8 6.75 7.3 6.75 6.9 6.9 6.9 6.8
Bilogi
DensitasPlankton(idv/L) 160 150 178 515 298 83 308 85 105
DiversitasPlankton 2.48 1.81 2.2 0.11 0.7 1.6 0.2 0.2 0.961
DensitasMakrobentos(idv/L) 50 56.25 393.75 381.25 168.75 93.75 8.3 256 62.5
DiversitasMakrobentos 1.549 1.447 1.868 0.448 0.871 1.4 1.1 1.9 2.646
DensitasGastropoda(idv/L) 1.457 0.51 49 976 8.2 3.4 0 0.4 4.863
Pembahasan Stasiun VIII
Adapun parameter yang diamati saat praktikum Ekosistem Sungai adalah parameter (tolak
ukur) fisikia, kimia, dan biologi.
Hasil yang didapat untuk densitas makrobentos yaitu 256 idv/L, dan diversitasnya yaitu 1,9.
Densitas dan diversitas tersebut tergolong cukup tinggi karena suhu air dan suhu air yang normal
yang merupakan suhu yang bisa di tolelir oleh organism tersebut untuk dapat bertahan hidup dan
berkembang biak. Menurut Anonim (2006) menyebutkkan bahwa faktor-faktor yang
memepengaruhi densitas makrobentos antara lain suhu, kadar okisgen terlarut, serta habitat. Niali
Densitas Gastropoda yang didapat oleh kelompok VIII adalah 0,4 idv/L. Rendahnya densitas
13
gastropoda tersebut diakibatkan oleh banyak faktor, antara lain yaitu kecepatan arus, kecepatan
arus pada kelompok VIII yaitu sebesar 0,79 m/det, yaitu tergolong tinggi sehingga mengakibatkan
gastropoda tidak dapat mempertahankan hidupnya dialiran air yang begitu deras. Faktor lainnya
yaitu kandungan oksigen terlarutnya, pada stasiun VIII nilai DO yaitu 4,80 ppm. Semakin tinggi
kandungan DO maka semakin tinggi pertumbuhan dari gastropoda tersebut dalama melakukan
respirasi yang membutuhkan okisgen yang cukup, hal ini berbanding terbalik dengan kadar CO2 pada
stasiun VIII yang tergolong cukup tinggi yaitu sebesar 26 ppm sehingga mengakibatkan rendahnya
densitas gastropoda pada perairan tersebut menjadi rendah. Ditinjau dari derajat keasaman dari
perairan di stasiun tersebut yaitu sebesar 6,9 yaitu mendekati pH yang normal, sehingga pH pada
stasiun tersebut tidak begitu berdampak negatif terhadap densitas gastropoda namun merupakan
perairan yang baik untuk populasi gastropoda. Nilai alkalinitas pada stasiun ini yaitu sebesar 164
ppm. Tingginya nilai alaklinitas tersbut berpengaruh terhadap pH, semakin tinggi nilai alkalinitas
maka derajat keasaman suatu perairan terebut akan semakin stabil. Disamping itu nilai alkalinitas
yang semakin tinggi akan membantu gastropoda dalam pembentukan zat kapur. Dan struktur dasar
perarian yang berbatu juga mempengaruhi kepadatan gastropoda, karna batu merupakan tempat
melekatnya beberapa gastropoda agar tidak terbawa oleh arus sungai.
Pembahasan Umum
Nilai densitas gastropoda tertinggi adalah pada stasiun V yaitu 8,2 idv/L. Hal tersebut
disebabkan oleh suhu air yang relatif normal yaitu 28oC untuk mendukung berlangsungnya
kehidupan fiotplankotn yang merupakan makanan gastropoda. Faktor lainnya antara lain kandungan
oksigen pada kelompok tersebut relatiftinggi (dibandingkan dengan stasiun lainnya) yang dapat
digunakan oleh gastropoda dalam respirasi, serta kandungan CO2 yang rendah dan alkalinitas yang
tinggi yang diguakan oleh gastropoda dalam membantu pembentukan cangkang yang tersusun
bahan dasar dari zat kapur, serta pH yang relatif stabil merupakan perairan yang baik untuk
kehidupan plankton dan gastropoda. Nilai densitas gastropoda yang paling terengah yaitu pada
stasiun VII yaitu tidak ada sama sekali terdapat populasi gastropoda yang terdapat di sekitar perairan
tersebut. Hal ini disebanbkan kecepatan arus (0,51 m/det) yang relatif tinggi dan struktur dasar
perairan yang tidak berbartu sehingga menurunkan populasi gastropoda yang terdapat di daerah
stasiun tersebut. Faktor lainnya yaitu suhu pada stasiun tersebut relaitf sngat tinggi (34oC)
mengakibatkan gastropoda tidak dapat hidup bertahan lama. Kandungan DO yang kecil
mengakibatkan gastropoda susah dalam melakukan respirasi, dan kandungan CO2 yang tinggi
mengindikasikan indikator perairan yang buruk untuk populasi gastropoda.
14
Pada bagian Hulu sungai Code (sebelum kota) yang aliran airnya masih bersih dan jernih
mengakibatkan densitas dan diversitas makrobentos dan gastropoda cukup tinggi, hal ini didukung
dengan parameter fisik dan kimia yang mendukung populasi organisme tersebut. Dan pada daerah
tengah kota sungai Code sudah tercemar oleh limbah masyarakat yang bermukim desekitar sungai
Code tersebut sehingga densitas dan diversitasnya semakin menurun, karna perairan tersebut sudah
terkontaminasi oleh zat-zat yang mungkin merusak populasi makrobentos dan gastropda yang hidup
di sekitar perairan tersebut. Dan pada daerah hilir sungai Code (setelah kota), densitas makrobentos
dan gastropoda semakin rendah, karena ditinjau dari beberapa parameter fisik dan kimia yang
diukur tidak mendukung densitas dan diversitas makrobentos dan gastropoda yang hidup di sekitar
perairan tersebut. Berdasarkan estimasi gastropoda tersebut bahwa kepadatan gastropoda di
perairan sungai Code yang rendah mengindikasikan perairan tersebut buruk dan sudah tercemar.
Kesimpulan
Kondisi perairan yang baik maka populasi organism juga baik. Diversitas tergantung pada
suhu lingkungan (yang cocok terhadap lingkungan). Adanya diveritas dan densitas makrobentos dan
gastropoda mengindikasikan perairan tersebut tercemar atau tidak. Kepadatan gastropoda suatu
perairan sungai yang rendah menunjukkan bahwa perairan tersebut adalah perairan yang buruk dan
sudah tercemar. Dan berdasarkan standar kualitas lingkungan biotic, sungai tersebut jelek karena
hanya terdapat Sembilan spesies saja .
Saran
Sebaiknya masyarakat yang tinggal di sekitar sungi Code untuk dapat menjaga kestabilan
ekosistem yang terdapat di perairan sungai code tersebut dengan cara membuang segala bentuk
limbah sisa masyarakat tidak ke sungai Code melainkan ke tempat yang sepantasnya agar juga tidak
terjadi banjir yang akibat dari pembuangan sampah yang akan menyumbat aliran sungi Code
tersebut.
Daftar pustaka
Anonim a. 2010. Ekosistem Akuatik<http:// www.dostoc.com/docl/26608002/ekosistem-akuatik.>( diakses pada tanggal 16 April 2010)
Anonim b. 2005. Parameter Airhttp://www.o-fish.com/parameter-air.html.( diakses pada tanggal 16 April 2010)
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.Odum, Eugene, P. 1993. Dasar-dasar Ekologi, edisi ketiga.Universitas Gadjah Mada
15
Press. Yogyakarata.Probosuno, Namasastra. 2010. Petunjuk Praktikum Ekologi Perairan. Laboratorium Ekologi Perairan
Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
Rizky, Hefri. 2007. Indikator Biologis(http://smk3ae.wordpress.com/2008/06/09/makrobentos-indikator-perairan-air-
tawar.( diakses pada tanggal 16 April 2010)
16
EKOSISTEM DANAU
BENGET R SIMANJUNTAK09/283439/PN/11670
TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
INTISARI
Ekologi adalah ilmu tentang rumah tangga mahluk hidup ( oikos = rumah tangga ), yangmaksudnya adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antar mahluk hidup dengan sesamanya dandengan benda-benda mati di sekitarnya. Tujuan dari praktikum ekosistem danau ini agarmempelajari karakteristik ekosistem danau (perairan lentik) dan factor-faktor pembatasnya,mempelajari cara-cara pengambilan data tolak ukur (parameter) fisika, kimia, dan biologi,mempelajari korelasi antara beberapa tolak ukur lingkungan dengan populasi biota perairan, sertamempelajari kualitas perairan lentik berdasarkan atas indeks diversitas biota perairan. Manfaatnyauntuk mengetahui karkateristik ekosistem danau serta factor-faktor yang mempengaruhinya danmenambah pengetahuan mahasiswa untuk mendalami ekologi suatu perairan. Praktikumdilaksanakan pada hari Minggu 11 Maret 2010 pukul 07:00 – selsai di Embung Tambak BoyouYogyakarta. Pengamatan dilakukan dengan metode winkler, alkalimetri dan visual. Hasil yangdidapat pada stasiun II yaitu suhu udara 26oC, suhu air 26,5oC, kecerahan 1,04 m, warna air hijaukecoklatan, DO 4,4 ppm, CO2 32,6 ppm, Alkalinitas 102 ppm, TSS 22,6 ppm, pH 6,75, BO 11,068 ppm,Densitas plankton 68,75 ind/L dan Diversitas plankton 0,619 ind/L. kesimpulan yang dapat antaralain, berdasarkan indesk diversitas yang diapat perairan danau tersebut tergolong buruk (Probosuno,1999), plankton dapat di gunakan sebagai indikator kualitas perairan, semaikin tinggi diversitasplankton maka perairan tersebut semakin baik kualitasnya, kecerahan suatu perairan disebabkanoleh tingginya padatan tersuspensi.
Kata kunci : Danau, densitas, diversitas, ekosistem, parameter.
17
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ekologi adalah ilmu dasar untuk mempertanyakan, menyelidiki dan memahami bagaimana
alam bekerja, bagaimana keberadaan mahluk hidup dalam sistem kehidupan; apa yang mereka
perlukan dari habitatnya untuk dapat melangsungkan kehidupan, bagaimana mereka mencukupi
kebutuhannya, bagaimana mahluk hidup itu menghadapi keterbatasan dan harus toleran terhadap
berbagi perubahan. Menurut sarmita (1986), perairan umum adalah danau alam, danau buatan
(waduk dan reservoir), sungai, saluran migrasi, saluran-saluran dranasi perkotaan, daerah pasang
surut (flood plain), estuarine, lagun, sawah dan daerah mangrove serta genangan air lainnya. Danau
alam dan danau buatan bukanlah sekedar usaha manusia dan alam untuk menampung air saja, akan
tetapi kedua jenis perairan tersebut merupakan suatu ekosistem air tawar yang produktir dimana
komunikasi ikan dan hewan air lainnya adalah sector yang paling penting, terlebih untuk Negara-
negara tropis yang sedang berkembang dimana kepadatan penduduk biasanya dan sumber protein
yang berkualitas tinggi serta berharga murah sangat diperlukan.
Klasifikasi perarian lentik sangat dipengaruhi oleh cahaya dan perbedaan suhu air (Effendi,
2003; Haslan, 1993; Sesries dan Mills, 1996; et all). Jika pada permukaan air terjadi kekurangan
bahan seperti Fosfor, Nitrogen dan Kalsium yang merupakan unsur penting bagi mahluk hidup.
Danau diartikan dengan arus yang sangat lambat (0,001-0,01 m/detik) atau tidak ada arus sama
sekali. Oleh karena itu, waktu tanggal (residence time) air dapat berlangsung lama. Arus air danau
dapat bergerak ke berbagai arah perairan danau biasanya memiliki stratifikasi kualitas air secara
vertical. Stratifikasi ini bergantung pada kedalaman dan musim (Effendi, 2003).
Kualitas air pada danau dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu; faktor kimia meliputi :
kandungan DO, CO2 bebas dan alkalinitas, faktor fisik meliputi : suhu dan kecerahan, dan faktor
biologi (biotik) meliputi: tumbuhan, bakteri, cendawan, serta binatang perairan lainnya yang juga
sebagai ukuran produktivitas dari suatu perairan (Nybekken, 1992). Cahaya , temperature, dan air,
adalah faktor-faktor lingkungan daratan (Anonim, 2008).
18
METODOLOGI
Praktikum ekologi perairan tentang Ekosistem Danau dilakanakan pada tanggal 11 April 2010
di Embung Tambakboyou Yogyakarta. Dan dilakukan tiga pengamatan parameter, yaitu parameter
fisik, kimia dan biologi.
Alat dan bahan yang digunakan antara lain; kertas pH atau pH meter, larutan MnSO4, larutan
regan oksigen, larutan H2SO4 pekat, larutan 1/80 N Na2S2O3, larutan KOH-KI, larutan 1/40 N Na2S2O3,
larutan 1/44 NaOH, larutan 1/50 N H2SO4, larutan 1/50 N HCl, larutan indikator amilum, larutan
indikator pp, larutan indikator MO, larutan indikator Methyl Red (MR) dan larutan 4% formalin,water
sampler, meteran atau penggaris, termometer, secchi disk, botol O2, Erlenmeyer, gelas ukur, pipet
ukur atau buret, pipet tetes, mikroburet, ember plastik, jaring plankton, kertas label dan pensil.
Parameter fisika yang diamati adalah suhu air dan suhu udara dengan metode visual,
kecerahan dengan menggunakkan secchi disk dan warna air dengan metode visual atau
pengamatan. Parameter kimia yang diamati adalah kandungan Oksigen terlarut (DO) dengan metode
winkler yaitu dengan titrasi 1/80 Na2S2O3 dengan rumus DO = 1000/50 x a x (F) x 0,1 mg/L dimana
F=Faktor koreksi=1 dan a=banyaknya titran yang digunakan, kandungan CO2 bebas menggunakan
metode alkalimetri dengan titrasi oleh larutan 1/44 NaOH dengan rumus CO2 bebas=1000/50 x b x
(F) x 1 mg/L dimana F=Faktor koreksi=1 dan b=banyaknya titran yang digunakan, alkalinitas
menggunakan metode alkalimetri dengan titrasi oleh larutan 1/50 N H2SO4 sampai larutan berubah
warna menjadi kuning dan dapat dihitung dengan rumus CO3-=1000/50 x c x (F) (X); HCO3
-=1000/50 x
d x (F) (Y), (X) + (Y) mg/L. Derajat keasaman (pH) diukur dengan metode visual dengan
mengguanakan pH meter yang dicelupkan ke dalam perairan danau. TSS (Total Suspended Solid)
dengan mengendapkkan materi yang terdapat pada air sampel dengan disaring di kertas corong
dalam waktu tertentu dan di hitung dengan rumus TSS=(a-b) x 10 x 1000 mg/g x 1/L, BO (Bahan
Organik) dihitung dengan rumus BO=1000/50 ((10+a) x (f-10)) x 0,3163. Parameter biologi yaitu
meliputi densitas plankton dihitung dengan rumus D= volume botol atau plankton/ volume SR dibagi
volume sampel air indv/L dan diversitas plankton dihitung dengan rumus D=a x volume botol atau
plankton/ volume SR dibagi volume sampel air indv/L.
19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel Data Hasil Pengamatan
Parameter Stasiun
I II III IV V VI
Fisik
suhu udara oC) 27,33 26 26,1 28,75 28 26,5
Suhu Air (oC) 28,5 26,5 27 27,75 27,5 27
kecerahan (m) 1,15 1,04 0,71 0,55 0,72 1,13
Warna Air hijau hijau kecoklatan kehitaman hijau hijau
kehitaman kecoklatan kehitaman kehitaman
Kimia
DO (ppm) 5,34 4,4 4,35 6,38 6,1 4,3
CO2 (ppm) 33 32,6 17,6 40 16 11,2
Alkalinitas(ppm) 121 102 117 99,3 96 101
TSS (ppm) 23 22,6 22,05 20,25 18,7 18,4
pH 6,7 6,75 6,55 6,9 6,8 6,7
BO 104,379 11,068 98,053 98,053 12,019 107,542
Bilogi
DensitasPlankton(idv/L) 53 687,5 163 180 323 168
DiversitasPlankton 1,759 0,619 0,557 0,912 2,572 1,601
Pengamatan ekosistem danau dilakukan pada enam stasiun. Pada setiap stasiun dilakukan
pengamatan parameter fisik, kimia, dan bilogik sehingga didapat data seperti pada table. Ke enam
stasiun terbagi dalam, 2 stasiun yaitu stasiun II dan III termasuk bagian inlet (dekat air masuk),
stasiun VI termasuk bagian outlet (dekat air keluar), serta stasiun I,IV dan VI termasuk bagian tengah
(antara outlet dan inlet).
Pembahasan Stasiun II
Pada stasiun II, suhu air 26,5oC dan suhu udara 26oC, hal ini di sebabkan cuaca dalam
keadaan mendung karna pelaksanaan pengamatan juga termasuk relatif pagi. Suhu yang rendah
mengindikasikan bahwa perairan tersebut mempunyai fitoplankton yang relative sedikit karena
fitoplankton memerlukan cahaya yang banyak untuk fotosintesis, karna cahaya yang rendah berarti
penitrasiannya kecil. Menurut Effendi (2003) suhu suatu air atau badan air dipengaruhi oleh musim,
lintang, ketinggian, dan permukaaan laut, waktu dalam malam hari, situasi udara, penutupan awan,
dan aliran serta kedalaman badan air. Kecerahan air yaitu 1,04 meter, kecerhan air tersebut
20
termasuk dangkal ini disebabkan karena adanya pdatan tersuspensi yang terdapat pada
danau,pergerakan air,dan padatan plankton.kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan,
selain itu juga dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, padatan tersuspensi, serta
ketelitian orang yang melakukan pengukuran (Effendi ,2003). Akitbat dari faktor-faktor tersebut
menyebabkan warnal air pada stasiun II hijau kecoklatan.
Kandungan Oksigen terlarut (DO) didapat sebesar 4,4 ppm, kandungan DO tersebut
tergolong tinggi, hal ini di sebabkan suhu di stasiun tersebut relatif rendah sehingga okisgen yang
terlarut juga cukup tinggi, dimana antara okisgen terlarut dengan suhu terdapat hubungan
berbanding terbalik, jika suhu rendah makan jumlah oksigen terlarut tinggi, begitu juga sebaliknya
apabila suhu tinggi maka oksigen terlarutnya rendah. CO2 bebas sebesar 32,6 ppm, rendahnya kadar
karbaondioksida menyebabkan banyak organism (fitoplankton) yang mampu hidup di suatu perairan
tersebut, ini juga dapat dilihat dengan tingginya nilai densitas plankton pada perairan tersebut.
Rendahnya CO2 bebas disebabkan karena nilai alkalinitas yang cukup tinggi. Nilai alkalinitas yaitu
sebesar 102 ppm, tingginya nilai alkalinitas karena kadar CO2 bebasnya relatif rendah. Nilai
alkalinitas bervarasi dari suatu perairan ke perairan lainnya, tergantung pada susunan mineral tanah
dasar perairan dan lingkungannya. Total Suspended Solid (TSS) atau padatan terlarut yaitu sebesar
22,6 ppm, ini tergolong relatif tinggi dikarenakan warna perairan danau tersebu hijau kecoklatan dan
tamapak keruh berarti mengindikasikan mengandung banyak bahan tersuspensi pada perairan
danau tersebut serta rendahnya kecerahan perairan tersebut. Dan tingginya nilai alkalinitas
menyebabkan terjadinya kestabilan pH pada perairan tersebut, hal ini merujuk pada pH yang di
dapat yaitu sebesar 6,75 yaitu termasuk stabil. Dan nilai BO (bahan organic) sebesar 11,068 dan
termasuk relatif tinggi, hal ini di sebabkan karena terkandung bahan orgainik yang melimpah.
Densitas plankton didapat sebesar 687,5 indv/L, tingginya densitas plankton disebabkan
karena faktor-faktor fisika dan kimia yang cukup menguntungkan bagi berlangungnya kehidupan
suatu organisme. Dan diversitas plankton sebesar 0,619, diversitas plankton tersebut relatife kecil,
dikarenakan wilayah perairan tersebut kurang mendukung, terutama kadar okisgen terlarut yang
relatif rendah.
Pembahasan Umum
Berdasarkan pengamatan parameter fisik, kimia dan biologi, yang dilakukan pada saat
praktikum dari seluruh stasiun, didapat suhu air dan suhu udara tertinggi terdapat pada stasiun IV,
hal ini bias disebabkan oleh minimnya vegetasi yang terdapat di sekitar pengamatan, hanya
beberapa jenis tumbuhan dalam ukuran yang kecil dan jumalah yang sedikit. Kecerahan perairan
21
tertinggi yaitu pada stasiun I dan terendah pada stasiun IV, banyaknya padatan tersuspensi pada
stasiun I menyebabkan warna perairan menjadi keruh, sehingga tampak berwarna hijau kecoklatan,
begitu juga yang terjadi pada stasiun IV yang perairannya berwaran kehitaman, berarti padatan
tersuspensi pada daerah tersebut sangat tinggi dan kecerahanya relatif kecil. Nilai DO tertinggi pada
stasiun IV dan terendah pada stasiun VI, konentrasi oksigen terlaru dalam keadaan jenuh bervariasi
tergantung dari suhu dan tekanan atmosfer. Tingginya DO disebabkan oleh densitas plankton
(khususnya fitoplankton) yang juga tinggi, seta suhu yang relatif rendah pada saat pengamatan,
sedangkan rendahnya DO disebabkan oleh banyaknay zooplankton pada perairan tersebut yang juga
mengakibatkan kandungan CO2 tinggi. Kandungan CO2 tertinggi pada stasiun IV dan terendah yaitu
pada stasiun VI, hal ini di karenakan jumlah densitas dan diversitas zoo plankton yang juga tinggi
sehingga kandungan CO2 menjadi tinggi begitu juga sebaliknya sedikitnya zooplankton
mengakitabkan kandungan CO2 menjadi rendah pula. Nilai alkalinitas tertinggi yaitu pada stasiun I
dan terendah pada stasiun V, tingginya nilai alkalinitas disebabkan oleh letak stasiun I yang berda
pada inlet ( air masuk) dimana di daerah tersebut mempunyai volume air yang masuk melalui daerah
tersebut cukup tinggi sehingga sifat keasaman yang cukup stabil terdistribusi secara luas ,diaman
alkalinitas berperan sebagai penetralan atau sistem buffer. Nilai TSS tertinggi yaitu pada stasiun I
dan terendah pada stasiun VI. Tingginya TSS desebabkan karena kekeruhan perairan tersebut
(mengandung banyak padatan tersuspensi), tingginya diversitas plankton dan kecerahan air serta
warna badan air yang hijau kehitaman menyebabkan TSS juga tinggi, dan rendah karena miskin
bahan tersuspensinya (airnya relative jernih). Nilai pH tertinggi yaitu pada stasiun IV dan terendah
pada stasiun III. pH merupakan derajat keasaman suatu perairan, pH pada stasiun IV mendekati
netral karena alkalinitas pada stasiun tersebut yang tergolong cukup tinggi juga. BO tertinggi yaitu
pada stasiun V dan terendah pada stasiun IV dan III. Tingginya rendahnya nilai BO bisa disebabkan
oleh sampah, limbah pabrik dan pertanian. Densitas tertinggi yaitu pada stasiun II dan terenah pada
stasiun I, dan diversitas plankton tertinggi yitu pada stasiun V dan terendah pada stasiun III. Tinggi
rendahnya densitas dan diversitas plankton dipengaruhi oleh kandungan DO dna CO2 bebasnya. DO
yang tinggi maka fitoplankton juga tinggi, dan CO2 yang tinggi menyebabkan zooplankton akan tinggi
juga.
Berdasarkan indeks diversitas yang didapat pada pengamatan seluruh stasiun didapat rata-
rata diversitas yaitu sekitar 1,528, maka perairan danau tersebut dapat digolongkan kualitas
perairannya buruk ( Probosuno, 1999).
22
Kesimpulan
Danau merupakan salah satu ekosistem lentik yang merupakan tempat hidup berbagai
organism air. Tingginya padatan tersuspensi total relative mengakibatkan penurunan kecerahan
suatu perairan. Cara-cara atau Metode-metode yang di gunakan dalam pengambilan data tolak ukur
yaitu metode winkler yaitu pengukuran DO, metode alkalimetri yaitu pengukuran alkalinitas dan
CO2 dan metode visual yaitu pengamatan pH, suhu ,dan warna air. Plankton dapat digunakan
sebagai indicator kualitas air, dimana semakin tinggi densitas dan diversitas plankton di suatu
prairan mengindikasikan bahwa perairan tersebut semakin baik kualitasnya. Berdasarkan indeks
diversitas yang didapat pada pengamatan seluruh stasiun didapat rata-rata diversitas yaitu sekitar
1,528, maka perairan danau tersebut dapat digolongkan kualitas perairannya buruk.
Saran
Sebaiknya masyarakat yang bermukim di sekitar perairan danau tersebut serta pengunjung
danau menjaga dan melestarikan danau tersebut agar terhindar dari hal-hal yang mungkin dapat
merusak keindahan danau tersebut, seperti pembuangan sampah yang berlebihan ke badan danau,
overfishing yang merusak kestabilan ekosistem danau pembuangan zat-zat kimia yang berbahaya
dan banyak hal lain yang sifatnya merusak keindahan danau untuk segera dekendalikan.
Daftar Pustaka
Anonym. 2010. Ekosistem Akuatik.http://www.docstoc.com/docs/26608002/Ekosistem-akuatik.(diakses pada tanggal 16 April 2010)
Anwar, J. 1994. Ekologi Ekosistem. Universitas Gadjah Mada – Press. Yogyakarta.Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.Nybakken, James. 1992. BIologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologi. Gramedia.
Jakarta.Soeriadmadja. 1977. Ilmu Lingkungan. Institut Teknologi Bandung. Bandung.