Ekonomi Politik Internasional 7
-
Upload
arif-setyanto -
Category
Documents
-
view
108 -
download
10
Transcript of Ekonomi Politik Internasional 7
![Page 1: Ekonomi Politik Internasional 7](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082605/5571fb394979599169944686/html5/thumbnails/1.jpg)
Ekonomi Politik Internasional
Teori Pembangunan, Industrialisasi dan Dependensi
Teori Pembangunan
Di dalam teori pembangunan, terdapat tiga perkembangan, yang pertama
adalah teori modernisasi, lalu terdapat teori dependensi dan yang terakhir adalah teori
sistem dunia.
Teori Modernisasi
Teori ini masuk kedalam kerangka teori evolusi. Teori modernisasi menerima
tanpa kritik terhadap struktur hubungan antara negara kaya dan negara miskin. Dalam
pandangan teori ini, underdevelopment merupakan hasil yang murni dari hubungan
luar negeri negara itu sendiri. Pada aplikasinya, dapat dilihat dari Marshall Plan yang
dicanangkan oleh Amerika Serikat. Marshal Plan merupakan sebuah kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah Amerika dalam memberikan bantuan baik secara
finansial maupun politik dan penyediaan kesempatan pendididkan bagi penduduk dan
negara negara dunia ketiga. Tentunya kebijakan tersebut juga untuk menghindari
jatuhnya negara dunia ketiga tersebut ke tangan komunis. Awalnya, teori ini memang
paling sering muncul dari pemikiran mereka yang telah di-hire oleh Amerika Serikat.
Modernisasi diartikan sebagai proses transformasi. Dalam rangka mencapai
status modern, struktur dan nilai-nilai tradisional secara total diganti dengan
seperangkat struktur dan nilai-nilai modern. Modernisasi merupakan proses
sistematik. Modernisasi melibatkan perubahan pada hampir segala aspek tingkah laku
sosial, termasuk di dalamnya industrialisasi, diferensiasi, sekularisasi, sentralisasi dsb.
Ciri-ciri pokok teori modernisasi:
1.Modernisasi merupakan proses bertahap.
2.Modernisasi juga dapat dikatakan sebagai proses homogenisasi.
3.Modernisasi terkadang mewujud dalam bentuk lahirnya, sebagai proses Eropanisasi
dan Amerikanisasi, atau modernisasi sama dengan Barat.
4.Modernisasi juga dilihat sebagai proses yang tidak bergerak mundur.
5.Modernisasi merupakan perubahan progresif
6.Modernisasi memerlukan waktu panjang. Modernisasi dilihat sebagai proses
evolusioner, dan bukan perubahan revolusioner Implikasi kebijaksanaan
![Page 2: Ekonomi Politik Internasional 7](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082605/5571fb394979599169944686/html5/thumbnails/2.jpg)
pembangunan yang perlu diikuti Dunia Ketiga dalam usaha memodernisasikan
dirinya:
1.Negara Dunia Ketiga perlu melihat dan menjadikan Amerika Serikat dan negara-
negara Eropa Barat sebagai model dan panutan.
2.Teori modernisasi menyarankan agar Dunia Ketiga melakukan pembangunan
ekonomi, meninggalkan dan mengganti nilai-nilai tradisional, dan melembagakan
demokrasi politik.
3.Teori modernisasi mampu memberikan legitimasi tentang perlunya bantuan asing,
khususnya dari Amerika Serikat. Dunia Ketiga membutuhkan investasi produktif dan
pengenalan nilai-nilai modern, maka AS dan negara maju lainnya dapat membantu
dengan mengirimkan tenaga ahli, mendorong para pengusaha untuk melakukan
investasi di luar negeri, dan memberikan bantuan untuk negara Dunia Ketiga
Teori Dependensi
Teori ketergantungan merupakan analisis tandingan terhadap teori
modernisasi. Teori ini didasari fakta lambatnya pembangunan dan adanya
ketergantungan dari negara dunia ketiga, khususnya di Amerika Latin. Teori
ketergantungan memiliki saran yang radikal,karena teori ini berada dalam paradigma
neo-Marxis. Sikap radikal ini analog dengan perkiraan Marx tentang akan adanya
pemberontakan kaum buruh terhadap kaum majikan dalam industri yang bersistem
kapitalisme. Analisis Marxis terhadap teoriketergantungan ini secara umum tampak
hanya mengangkat analisanya dari permasalahan tataran individual majikan-buruh ke
tingkat antar negara. Sehingga negara pusat dapat dianggap kelas majikan, dan negara
dunia ketiga sebagai buruhnya. Sebagaimana buruh, ia juga menyarankan, negara
pinggiran mestinya menuntut hubungan yang seimbang dengan negara maju yang
selama ini telah memperoleh surplus lebih banyak (konsep sosialisme). Analisis Neo-
Marxis yang digunakannya memiliki sudut pandang dari negara pinggiran.
Marx mengungkapkan kegagalan kapitalisme dalam membawa kesejahteraan
bagi masyarakat namun sebaliknya membawa kesengsaraan. Penyebab kegagalan
kapitalisme adalah penguasaan akses terhadap sumberdaya dan faktor produksi
menyebabkan eksploitas terhadap kaum buruh yang tidak memiliki akses. Eksploitasi
![Page 3: Ekonomi Politik Internasional 7](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082605/5571fb394979599169944686/html5/thumbnails/3.jpg)
ini harus dihentikan melalui proses kesadaran kelas dan perjuangan merebut akses
sumberdaya dan faktor produksi untuk menuju tatanan masyarakat tanpa kelas.
Teorike tergantungan lebih menitik beratkan pada persoalan keterbelakangan
dan pembangunan negara Dunia Ketiga. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa teori
ketergantungan mewakili “suara negara-negara pinggiran” untuk menantang
hegemoni ekonomi, politik, budaya dan intelektual dari negara maju. Munculnya teori
ketergantungan lebih merupakan kritik terhadap arus pemikiran utama persoalan
pembangunan yang didominasi oleh teori modernisasi. Teori ini mencermati
hubungan dan keterkaitan negara Dunia Ketiga dengan negara sentral di Barat sebagai
hubungan yang tak berimbang dan karenanya hanya menghasilkan akibat yang akan
merugikan Dunia Ketiga. Negara sentral di Barat selalu dan akan menindas negara
Dunia Ketiga dengan selalu berusaha menjaga aliran surplus ekonomi dari negara
pinggiran ke negara sentral.
Ketergantungan merupakan situasi yang memiliki kesejarahan spesifik dan
juga merupakan persoalan sosial politik. Kedua teori ini berbeda dalam memberikan
jalan keluar persoalan keterbelakangan negara Dunia Ketiga. Teori modernisasi
menganjurkan untuk lebih memperat keterkaitan negara berkembang dengan negara
maju melalui bantuan modal, peralihan teknologi, pertukaran budaya dan lain
sebagainya. Dalam hal ini, teori ketergantungan memberikan anjuran yang sama
sekali berbeda, yakni berupaya secara terus menerus untuk mengurangi
keterkaitannya negara pinggiran dengan negara sentral, sehingga memungkinkan
tercapainya pembangunan yang dinamis dan otonom, sekalipun proses dan
pencapaian tujuan ini mungkin memerlukan revolusi sosialis.
Teori dependensi atau teori ketergantungan pada intinya menyatakan
hubungan ketergantungan antara negara-negara semi berkembang di daerah selatan
terhadap negara negara maju di belahan utara. Versi asi teori ini pertama kali
dinyatakan oleh Paul Baran dan pada perkembangannya lebih dipopulerkan oleh
Andre Gunder Frank, T Dos Santos dan lainnya. Konsentrasi dari teori ini adalah
penyebab keterbelakangan negara dunia ketiga (pada khususnya, Amerika Latin)
didalam perkembangan sistem kapitalis dunia. Underdevelopment, menurut teoris
teori ketergantungan, merupakan hasil dari proses sejarah yang sama dengan negara
yang sekarang kapitalis. Dalam pandangan ini, struktur ekonomi dan sosial yang
terdistorsi telah terbentuk pada negara negara kolonial yang akan membentuk stagnasi
perekonomian dan kemiskinan yang ekstrem. Distorsi ekonomi sendiri berimpikasi
![Page 4: Ekonomi Politik Internasional 7](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082605/5571fb394979599169944686/html5/thumbnails/4.jpg)
pada dua hal yaitu subordinasi ekonomi pada struktur negara kapitalis serta external
orientation lalu ketergantungan yang ekstrim pada pasar overseas. Sedangkan dari
distorsi sosial, teori ketergantungan mengacu pada dua fitur utama yaitu; aliansi kelas
antara para pemilik modal asing- comprador serta perubahan bentuk yang ekstrim
pada ketidakseimbangan sosial (Hoogvelt)
Varian dalam Teori Ketergantungan (Mas’oed, 1990):
(1) Theotonio Dos Santos
menyatakan bahwa tingkat perkembangan ekonomi suatu negara bergantung
pada negara dimana mereka meletakkan jangkarnya
(2) Andre Gunder Frank
“the development of underdevelopment”
(3) Raul Prebisch
Menginginkan keterlibatan dari lembaga atau institusi internasional dalam
merombak perekonomian negara dunia ketiga.
Kebijakan Neo Liberal untuk South Countries
Kebijakan Neo Liberal untuk negara selatan ini mengacu pada Washington
Consensus (WC). Kebijakan ini memiliki asumsi dasar bahwa integrasi ekonomi
global melalui perdagangan bebas merupakan cara yang paling efektif untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan ini melalui tiga tahap yaitu kontrol
terhadap inflasi melalui stabilisasi bagi pengeluaran pemerintah yang defisit,
structural adjusment melalui fundamentalis pasar, lalu peningkatan ekspor seperti
perijinan bagi pihak asing untuk melakukan penanaman modal (Green 1998:4)
![Page 5: Ekonomi Politik Internasional 7](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082605/5571fb394979599169944686/html5/thumbnails/5.jpg)
Kondisi dunia pasca perang dingin diwarnai dengan merdekanya beberapa
negara bekas kolonialisme. Negara-negara yang baru merdeka ini memiliki beberapa
corak yang dapat diamati.