Ekonomi Nasional Bisnis Mal makin Bergairah - ftp.unpad.ac.id · hatikan pebisnis ritel ialah...

1
18 | Ekonomi Nasional SELASA, 14 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA M AL dan hipermar- ket saat ini bukan sekadar tempat berbelanja. De- ngan perkembangan sedemiki- an rupa, keduanya telah men- jadi pusat rekreasi dan hiburan bagi masyarakat Indonesia. “Kalau orang Eropa pada akhir pekan lebih suka berpetu- alang, orang Indonesia justru lebih suka ke mal atau shopping center. Tujuannya untuk be- rekreasi bersama keluarga atau kenalan mereka,” ujar Direktur AC Nielsen Yongky S Susilo di seminar Shopping Center and Retail Challenges 2011 di Jakarta, akhir pekan lalu. Menurutnya, riset AC Niel- sen menunjukkan masyarakat Indonesia memiliki karakte- ristik kuat untuk berbelanja ketimbang masyarakat dari berbagai negara lain. “Indone- sia menempati urutan kedua dalam hal berbelanja, setelah Singapura,” kata dia. Di Singapura, sekitar 60% dari pendapatan mal bersum- ber dari aksi belanja para turis. Bukan rahasia lagi kalau se- bagian dari pengunjung mal- mal di ‘Negeri Singa’ itu adalah orang Indonesia. Sebab itu, Ketua Umum Aso- siasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan mengatakan pelaku bisnis shopping center mesti bekerja sama untuk mening- katkan daya saing. Ia pun yakin Indonesia punya peluang un- tuk menjadi surga belanja yang tidak kalah dari Singapura. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, Presiden Direktur GMT Property Management Janti Rusly pun meramal bisnis shopping center tahun depan akan semakin bergairah. Menu- rutnya, industri mal akan me- nguat sejalan dengan keinginan belanja masyarakat. “Industri mal akan terus melebar ke daerah-daerah. Dan ini harus dilihat secara positif karena akan memberi- kan dampak berantai yang kuat bagi perekonomian daerah,” imbuh Direktur GMT Institute Frumens Da Gomez. Bersosialisasi Bukan hanya mal yang me- miliki prospek cerah tahun depan. Bisnis ritel, seperti hipermarket, juga diprediksi memiliki prospek serupa. Apa- lagi, hipermarket di Tanah Air belakangan juga mulai menjadi ajang social shopping, yaitu ber- belanja sambil bersosialisasi. “Konsep ini yang perlu di- kembangkan, seperti di Ame- rika yang menawarkan konsep shop, recreation, and eat,” ungkap Yongky. Selain konsep rekreasi yang menawarkan kenyamanan dan hiburan, yang wajib diper- hatikan pebisnis ritel ialah merek. Kalau tidak, siap-siap bangkrut. Yongki juga menekankan kepada perkembangan bisnis lebih bersegmen. “Membuka restoran di tempat sepi dan sendiri tidak akan laku, tetapi membuka di tempat dengan penjual bervariasi akan men- jadi magnet bagi konsumen ka- rena memperjelas segmentasi,” ungkap Yongki. Makin tidak terduga atau variatif barang-barang yang dijual, akan semakin bagus. Pasalnya, fenomena mening- katnya jumlah perempuan pekerja mendorong naiknya kebutuhan atas barang-barang instan. Konsep berbelanja tan- pa rencana, atau bahkan seba- gai kebiasaan, juga membuat bisnis ritel kian subur. Di sisi lain, ia menilai pebis- nis ritel lokal macam Alfamart atau Indomart masih harus menggali inovasi dan strategi. Sebab, bisnis ritel punya mar- gin keuntungan yang relatif tipis. Supplier ritellah yang bi- asanya mendapat margin besar, sekitar 30%-40%. “Jadi, usaha ini akan rugi jika hanya membuka 1 sampai 3 toko saja. Harus ada puluhan untuk mendapat keuntungan,” jelasnya. Dari survei Nielsen, diketahui rata-rata frekuensi konsumen berbelanja ke supermarket mencapai tujuh kali sebulan. Rata-rata konsumen berbelanja di hipermarket menghabiskan dua jam dalam sehari. Adapun data dari Nielsen Consumer Good mencatat angka pertumbuhan belanja di Indonesia sempat mencapai sekitar 15%-18%. Angka per- tumbuhan itu drop pada saat krisis global tahun lalu, namun belakangan mulai naik menca- pai 12%. (Ant/*/E-2) [email protected] Fenomena meningkatnya jumlah perempuan pekerja mendorong naiknya kebutuhan atas barang-barang instan. Irana Shalindra Bisnis Mal makin Bergairah KONTAK Tani Nelayan Anda- lan (KTNA) menuntut adanya aspek kemudahan memperoleh permodalan. Hal itu menjadi bagian dari undang-undang perlindungan petani. “UU itu memang sudah lama diminta oleh petani, intinya harus mempermudah soal per- modalan, terutama dalam hal modal membeli alat-alat perta- nian,” ungkap Ketua KTNA Wi- narno Tohir ketika dihubungi Media Indonesia, kemarin. Dia juga menambahkan, UU ini diharapkan bisa menjadi payung hukum yang memberi perlindungan serta jaminan kesejahteraan bagi petani. Mi- salnya hak untuk menuntut pe- merintah jika harga pembelian pemerintah tidak memuaskan petani. Saat ini petani sedikit diun- tungkan dengan lonjakan harga komoditas pertanian menjelang Natal dan tahun baru. Kenai- kan paling besar terjadi pada komoditas harga cabai di selu- ruh Indonesia dengan rata-rata kenaikan di atas 10%. Data Kementerian Perda- gangan kemarin menunjukkan rata-rata harga cabai merah ke- riting nasional Rp30.526 per ki- logram (kg) atau naik Rp2.988/ kg (10,85%) dari rata-rata harga minggu kedua Desember di kisaran Rp27.538/kg. Harga tertinggi tercatat di Surabaya dan Bandung. Hal sama terjadi dengan harga beras medium yang naik Rp43/kg dari harga rata-rata minggu kedua Desember di kisaran Rp7.063/kg. Harga minyak goreng curah naik Rp125/kg (1,16%) menjadi Rp10.946/kg. Sebaliknya, harga gula justru turun. Kemarin harga gula pasir telah berada di kisa- ran Rp11.151/kg atau turun Rp15/kg jika dibandingkan dengan harga rata-rata sepan- jang minggu kedua Desember Rp11.166/kg. “Beberapa komoditas me- mang masih beruktuasi men- jelang akhir tahun ini. Faktor cuaca masih dominan menjadi penghambat karena produksi di sentra-sentra produksi ter- ganggu. Kondisi ini sudah di- prediksi,” ujar Direktur Bahan Pokok dan Barang Strategis Kementerian Perdagangan, Jimmy Bella, kemarin. Dalam menyikapi hal itu, pe- merintah hanya bisa memastikan tidak ada gangguan distribusi untuk semua komoditas bahan pokok. “Kami terus berkoordi- nasi dengan instansi lain,” pung- kas Jimmy. (HA/Jaz/E-5) PANITIA khusus pembahasan Rancangan Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan meminta perpanjangan waktu pembahasan dan tidak dibatasi waktu 17 Desember. Pasalnya, pemerintah dan DPR belum sepakat mengenai in- dependensi struktur dewan komisioner OJK. “Surat (perpanjangan waktu) untuk pimpinan DPR, Bamus (Badan Musyawarah), dan Ba- leg (Badan Legislasi) sudah siap dikirim. Sekarang bola kita kembalikan ke pemerintah. Apa mereka mau review apa tidak,” ungkap Ketua Pansus RUU OJK Nusron Wahid dalam konferensi pers di Jakarta, kemarin. Nusron mengakui RUU OJK ini bisa selesai sebelum 31 Desember 2010 jika pemerintah bisa berubah pikiran dan mengi- kuti pendapat pansus DPR. Namun, jika pemerintah berge- ming, pembahasan mungkin akan dilanjutkan pada Januari 2011. Dengan demikian, penge- sahan UU OJK dipastikan akan lewat dari 31 Desember 2010 sesuai amanat UU No 3/2004 tentang Bank Indonesia (BI). “Ini bisa saja jadi konsekuen- sinya. Dalam Pasal 35 dikatakan, selama lembaga pengawasan belum selesai, pengawasan te- tap di BI dan Bapepam-LK (Ba- dan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan). Ini juga yang jadi dasar,” katanya. Dia melanjutkan, dari rapat maraton antara pemerintah dan DPR di Hotel Borobudur Ja- karta selama empat hari (9-12 Desember 2010), ada beberapa hal krusial yang belum juga di- sepakati pemerintah dan DPR. Pertama, soal struktur kelem- bagaan dewan komisioner. Kedua pihak telah setuju ang- gotanya berjumlah sembilan orang. Namun, kedua pihak berbeda pendapat tentang ada- nya dua anggota ex-ofco atau perwakilan dari BI dan peme- rintah yang memiliki hak suara dalam menentukan kebijakan. Parlemen menolak hak suara tersebut karena menilai hak itu mengurangi independensi OJK. Pansus berpendapat otoritas moneter maupun skal sudah memiliki rezim hukum sendiri, yang dibangun bukan untuk intervensi atau mengintervensi pihak mana pun. Terakhir, DPR dan pemerintah juga berselisih soal cara pemilihan ketua de- wan komisioner. Pemerintah meminta agar ketua dewan komisioner ditunjuk presiden. Di sisi lain, DPR ingin ketua dewan komisioner dipilih oleh anggota dewan komisioner. Menurutnya dalam Pasal 34 UU BI dikatakan bahwa tugas mengawasi bank dilakukan oleh lembaga yang indepen- den. Karena itu, fraksi-fraksi sepakat jika ketua ini harus ber- asal dari kalangan nonpemerin- tah. Sementara cara pemilihan melalui jalur uji kepatutan dan kelayakan (t and proper test) yang dijalankan DPR. “Bagaimana bisa independen kalau masih ditunjuk peme- rintah. Apalagi OJK ini akan mengawasi uang masyarakat sekitar Rp7.000 triliun. Dia ha- rus bebas intervensi,” ujarnya. Institusi OJK merupakan otoritas pengawas seluruh pe- laku sektor keuangan. Artinya, pengawasan lembaga keuangan baik bank maupun nonbank akan dilakukan OJK. Selama ini pengawasan sektor terse- but dilakukan bersama oleh BI untuk bank dan Bapepam-LK untuk nonbank. (AW/E-5) Petani Inginkan Jaminan Permodalan dan Harga Parlemen Minta Perpanjangan Waktu Bahas OJK MI/LILIEK DHARMAWAN PAMERAN FURNITUR: Sejumlah produk rumah tangga dipamerkan dalam Furniture Celebration Sale 2010 di Jakarta Convention Center, Senayan, kemarin. Pameran yang diikuti berbagai perusahaan produk rumah tangga ini menjanjikan diskon akhir tahun dengan hadiah ratusan juta rupiah. UU PERLINDUNGAN PETANI: Petani merontokkan gabah di sawah Desa Ciwarak, Kecamatan Sumbang, Banyumas, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) menyambut baik pembahasan undang-undang perlindungan petani. Selama lembaga pengawasan belum selesai, pengawasan tetap di BI dan Bapepam-LK. Ini juga yang jadi dasar.” Nusron Wahid Ketua Pansus RUU OJK MI/ROMMY PUJIANTO

Transcript of Ekonomi Nasional Bisnis Mal makin Bergairah - ftp.unpad.ac.id · hatikan pebisnis ritel ialah...

18 | Ekonomi Nasional SELASA, 14 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

MAL dan hipermar-ket saat ini bukan sekadar tempat berbelanja. De-

ngan perkembangan sedemiki-an rupa, keduanya telah men-jadi pusat rekreasi dan hiburan bagi masyarakat Indonesia.

“Kalau orang Eropa pada akhir pekan lebih suka berpetu-alang, orang Indonesia justru lebih suka ke mal atau shopping center. Tujuannya untuk be-rekreasi bersama keluarga atau kenalan mereka,” ujar Direktur AC Nielsen Yongky S Susilo di seminar Shopping Center and Retail Challenges 2011 di Jakarta, akhir pekan lalu.

Menurutnya, riset AC Niel-sen menunjukkan masyarakat Indonesia memiliki karakte-ristik kuat untuk berbelanja ketimbang masyarakat dari berbagai negara lain. “Indone-sia menempati urutan kedua dalam hal berbelanja, setelah Singapura,” kata dia.

Di Singapura, sekitar 60% dari pendapatan mal bersum-ber dari aksi belanja para turis. Bukan rahasia lagi kalau se-

bagian dari pengunjung mal-mal di ‘Negeri Singa’ itu adalah orang Indonesia.

Sebab itu, Ketua Umum Aso-siasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan mengatakan pelaku bisnis shopping center mesti bekerja sama untuk mening-katkan daya saing. Ia pun yakin Indonesia punya peluang un-tuk menjadi surga belanja yang tidak kalah dari Singapura.

Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, Presiden Direktur GMT Property Management Janti Rusly pun meramal bisnis shopping center tahun depan akan semakin bergairah. Menu-rutnya, industri mal akan me-nguat sejalan dengan keinginan belanja masyarakat.

“Industri mal akan terus melebar ke daerah-daerah. Dan ini harus dilihat secara positif karena akan memberi-kan dampak berantai yang kuat bagi perekonomian daerah,” imbuh Direktur GMT Institute Frumens Da Gomez.

BersosialisasiBukan hanya mal yang me-

miliki prospek cerah tahun depan. Bisnis ritel, seperti

hipermarket, juga diprediksi memiliki prospek serupa. Apa-lagi, hipermarket di Tanah Air belakangan juga mulai menjadi ajang social shopping, yaitu ber-belanja sambil bersosialisasi.

“Konsep ini yang perlu di-kembangkan, seperti di Ame-rika yang menawarkan konsep shop, recreation, and eat,” ungkap Yongky.

Selain konsep rekreasi yang menawarkan kenyamanan dan hiburan, yang wajib diper-hatikan pebisnis ritel ialah merek. Kalau tidak, siap-siap bangkrut.

Yongki juga menekankan kepada perkembangan bisnis lebih bersegmen. “Membuka restoran di tempat sepi dan sendiri tidak akan laku, tetapi membuka di tempat dengan penjual bervariasi akan men-jadi magnet bagi konsumen ka-rena memperjelas segmentasi,” ungkap Yongki.

Makin tidak terduga atau variatif barang-barang yang dijual, akan semakin bagus. Pasalnya, fenomena mening-katnya jumlah perempuan pekerja mendorong naiknya kebutuhan atas barang-barang instan. Konsep berbelanja tan-

pa rencana, atau bahkan seba-gai kebiasaan, juga membuat bisnis ritel kian subur.

Di sisi lain, ia menilai pebis-nis ritel lokal macam Alfamart atau Indomart masih harus menggali inovasi dan strategi. Sebab, bisnis ritel punya mar-gin keuntungan yang relatif tipis. Supplier ritellah yang bi-asanya mendapat margin besar, sekitar 30%-40%.

“Jadi, usaha ini akan rugi jika hanya membuka 1 sampai 3 toko saja. Harus ada puluhan untuk mendapat keuntungan,” jelasnya.

Dari survei Nielsen, diketahui rata-rata frekuensi konsumen berbelanja ke supermarket mencapai tujuh kali sebulan. Rata-rata konsumen berbelanja di hipermarket menghabiskan dua jam dalam sehari.

Adapun data dari Nielsen Consumer Good mencatat angka pertumbuhan belanja di Indonesia sempat mencapai sekitar 15%-18%. Angka per-tumbuhan itu drop pada saat krisis global tahun lalu, namun belakangan mulai naik menca-pai 12%. (Ant/*/E-2)

[email protected]

Fenomena meningkatnya jumlah perempuan pekerja mendorong naiknya kebutuhan atas barang-barang instan.

Irana Shalindra

Bisnis Malmakin Bergairah

KONTAK Tani Nelayan Anda-lan (KTNA) menuntut adanya aspek kemudahan memperoleh permodalan. Hal itu menjadi bagian dari undang-undang perlindungan petani.

“UU itu memang sudah lama diminta oleh petani, intinya harus mempermudah soal per-modalan, terutama dalam hal modal membeli alat-alat perta-nian,” ungkap Ketua KTNA Wi-narno Tohir ketika dihubungi Media Indonesia, kemarin.

Dia juga menambahkan, UU ini diharapkan bisa menjadi payung hukum yang memberi perlindungan serta jaminan kesejahteraan bagi petani. Mi-salnya hak untuk menuntut pe-merintah jika harga pembelian pemerintah tidak memuaskan petani.

Saat ini petani sedikit diun-tungkan dengan lonjakan harga komoditas pertanian menjelang Natal dan tahun baru. Kenai-kan paling besar terjadi pada komoditas harga cabai di selu-ruh Indonesia dengan rata-rata kenaikan di atas 10%.

Data Kementerian Perda-gangan kemarin menunjukkan rata-rata harga cabai merah ke-riting nasional Rp30.526 per ki-logram (kg) atau naik Rp2.988/kg (10,85%) dari rata-rata harga minggu kedua Desember di kisaran Rp27.538/kg. Harga tertinggi tercatat di Surabaya dan Bandung.

Hal sama terjadi dengan harga beras medium yang naik Rp43/kg dari harga rata-rata minggu kedua Desember di

kisaran Rp7.063/kg. Harga minyak goreng curah naik Rp125/kg (1,16%) menjadi Rp10.946/kg.

Sebaliknya, harga gula justru turun. Kemarin harga gula pasir telah berada di kisa-ran Rp11.151/kg atau turun Rp15/kg jika dibandingkan dengan harga rata-rata sepan-jang minggu kedua Desember Rp11.166/kg.

“Beberapa komoditas me-mang masih berfl uktuasi men-jelang akhir tahun ini. Faktor

cuaca masih dominan menjadi penghambat karena produksi di sentra-sentra produksi ter-ganggu. Kondisi ini sudah di-prediksi,” ujar Direktur Bahan Pokok dan Barang Strategis Kementerian Perdagangan, Jimmy Bella, kemarin.

Dalam menyikapi hal itu, pe-merintah hanya bisa memastikan tidak ada gangguan distribusi untuk semua komoditas bahan pokok. “Kami terus berkoordi-nasi dengan instansi lain,” pung-kas Jimmy. (HA/Jaz/E-5)

PANITIA khusus pembahasan Rancangan Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan meminta perpanjangan waktu pembahasan dan tidak dibatasi waktu 17 Desember. Pasalnya, pemerintah dan DPR belum sepakat mengenai in-dependensi struktur dewan komisioner OJK.

“Surat (perpanjangan waktu) untuk pimpinan DPR, Bamus (Badan Musyawarah), dan Ba-leg (Badan Legislasi) sudah siap dikirim. Sekarang bola kita kembalikan ke pemerintah. Apa mereka mau review apa tidak,”

ungkap Ketua Pansus RUU OJK Nusron Wahid dalam konferensi pers di Jakarta, kemarin.

Nusron mengakui RUU OJK ini bisa selesai sebelum 31 Desember 2010 jika pemerintah bisa berubah pikiran dan mengi-kuti pendapat pansus DPR. Namun, jika pemerintah berge-ming, pembahasan mungkin akan dilanjutkan pada Januari 2011. Dengan demikian, penge-sahan UU OJK dipastikan akan lewat dari 31 Desember 2010 sesuai amanat UU No 3/2004 tentang Bank Indonesia (BI).

“Ini bisa saja jadi konsekuen-

sinya. Dalam Pasal 35 dikatakan, selama lembaga pengawasan belum selesai, pengawasan te-tap di BI dan Bapepam-LK (Ba-dan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan). Ini juga yang jadi dasar,” katanya.

Dia melanjutkan, dari rapat maraton antara pemerintah dan DPR di Hotel Borobudur Ja-karta selama empat hari (9-12 Desember 2010), ada beberapa hal krusial yang belum juga di-sepakati pemerintah dan DPR. Pertama, soal struktur kelem-bagaan dewan komisioner.

Kedua pihak telah setuju ang-

gotanya berjumlah sembilan orang. Namun, kedua pihak berbeda pendapat tentang ada-nya dua anggota ex-offi co atau perwakilan dari BI dan peme-rintah yang memiliki hak suara dalam menentukan kebijakan. Parlemen menolak hak suara tersebut karena menilai hak itu mengurangi independensi OJK.

Pansus berpendapat otoritas moneter maupun fi skal sudah memiliki rezim hukum sendiri, yang dibangun bukan untuk intervensi atau mengintervensi pihak mana pun. Terakhir, DPR dan pemerintah juga berselisih

soal cara pemilihan ketua de-wan komisioner. Pemerintah meminta agar ketua dewan komisioner ditunjuk presiden. Di sisi lain, DPR ingin ketua dewan komisioner dipilih oleh anggota dewan komisioner.

Menurutnya dalam Pasal 34 UU BI dikatakan bahwa tugas mengawasi bank dilakukan oleh lembaga yang indepen-den. Karena itu, fraksi-fraksi sepakat jika ketua ini harus ber-asal dari kalangan nonpemerin-tah. Sementara cara pemilihan melalui jalur uji kepatutan dan kelayakan (fi t and proper test)

yang dijalankan DPR. “Bagaimana bisa independen

kalau masih ditunjuk peme-rintah. Apalagi OJK ini akan mengawasi uang masyarakat sekitar Rp7.000 triliun. Dia ha-rus bebas intervensi,” ujarnya.

Institusi OJK merupakan otoritas pengawas seluruh pe-laku sektor keuangan. Artinya, pengawasan lembaga keuangan baik bank maupun nonbank akan dilakukan OJK. Selama ini pengawasan sektor terse-but dilakukan bersama oleh BI untuk bank dan Bapepam-LK untuk nonbank. (AW/E-5)

Petani Inginkan JaminanPermodalan dan Harga

Parlemen Minta Perpanjangan Waktu Bahas OJK

MI/LILIEK DHARMAWAN

PAMERAN FURNITUR: Sejumlah produk rumah tangga dipamerkan dalam Furniture Celebration Sale 2010 di Jakarta Convention Center, Senayan, kemarin. Pameran yang diikuti berbagai perusahaan produk rumah tangga ini menjanjikan diskon akhir tahun dengan hadiah ratusan juta rupiah.

UU PERLINDUNGAN PETANI: Petani merontokkan gabah di sawah Desa Ciwarak, Kecamatan Sumbang, Banyumas, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) menyambut baik pembahasan undang-undang perlindungan petani.

Selama lembaga pengawasan belum selesai, pengawasan tetap di BI dan Bapepam-LK. Ini juga yang jadi dasar.”

Nusron WahidKetua Pansus RUU OJK

MI/ROMMY PUJIANTO