Ekonomi Kelembagaan Teori Hak Kepemilikan

23
EKONOMI KELEMBAGAAN TEORI HAK KEPEMILIKAN Disusun Oleh : Firmansyah Handika R. (115020100111033) Tetuko Waspodo (115020100111036) Zakie Saiya (115020100111001) Nursyamsi (115020100111031) UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS EKONOMI PEMBANGUNAN 2013 1

Transcript of Ekonomi Kelembagaan Teori Hak Kepemilikan

Page 1: Ekonomi Kelembagaan Teori Hak Kepemilikan

EKONOMI KELEMBAGAAN

TEORI HAK KEPEMILIKAN

Disusun Oleh :

Firmansyah Handika R. (115020100111033)

Tetuko Waspodo (115020100111036)

Zakie Saiya (115020100111001)

Nursyamsi (115020100111031)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

EKONOMI PEMBANGUNAN

2013

MALANG

1

Page 2: Ekonomi Kelembagaan Teori Hak Kepemilikan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 2

A. Definisi .................................................................................................... 2B. Hak Kepemilikan dan Rezim Sistem Ekonoi .......................................... 4C. Hak Kepemilikan dan Ekonomi Kelembagaan ........................................ 8D. Hak Kepemilikan dan Efisiensi Ekonomi ................................................ 10

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 13

A. Kesimpulan................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 14

2

Page 3: Ekonomi Kelembagaan Teori Hak Kepemilikan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangDalam persoalan hak kepemilikan di negara-negara berkembang, tidak seutuhnya

rezim yang dianut merupakan rezim private maupun rezim state property right.

Karena hak kepemilikan memiliki arti yang spesifik dan dinamis sesuai degan

konteks lingkungan sector ekonomi yang hendak diterapkan di suatu Negara.

Bahkan hak kepemilikan juga memiliki makna yang lebih luas dari

perkembanagan ekonomi, demokrasi, politik, kebebasan individu dan persoalan

lingkungan. Sementara itu, bagi pengambil kebijakan (pemerintah) bukan hanya

sekedar memilih jenis hak kepemilikan, namun bagaimana hak kepemilikan itu

diregulasi dan ditegakan sehingga membantu proses pembangunan ekonomi.

3

Page 4: Ekonomi Kelembagaan Teori Hak Kepemilikan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Hak kepemilikan bukan hanya merupakan bagian dari kerangka kerja kegiatan

ekonomi, tetapi juga sebagai bagian dari system aturan-aturan (system of rules) yang

merupakan hasil dari proses ekonomi.

Hak kepemilikan didefinisikan sebagai hak-hak untuk memiliki, menggunakan,

menjual, dan mengakses kesejahteraan. Kepemilikan (property) yang dimaksud

dapat berupa kepemilikan fisik (objek konnsumen, tanah, peralatan, modal) dan

kepemilikan yang tak terlihat (intanglble property), seperti ide, puisi,

rumus/formula. Namun dari beberapa macam hak kepemilikan yang ada, dalam teori

ekonomi tenaga kerja dan teori ekonomi adalah yang paling penting [Caporaso dan

Levine, 1992:87]

Dalam perkembangannya, sejarah hak kepemilikan dapat dipelajari melalui dua

pendekatan, yaitu :

1. Teori kepemilikan individu

Merupakan representasi dari doktrin hak-hak alamiah (natural right) ,

yang merupakan basis dari eknomi klasik yang mengarah pada pandangan

individualistic.

2. Teori kepemilikan social

Berargumentasi bahwa masyarakat menyediakan mekanisme perbaikan

bagi keterbatasan alamiah yang inheren dari dalam diri manusia.

Karakteristik Hak Kepemilikan

1. Universalitas (universality), seluruh sumber daya dimiliki secara privat

dan seluruh bagian dispesifikasi secara lengkap.

2. Eksklusivitas (eksclusifity), seluruh keuntungan dan biaya diperluas

sebagai hasil dari kepemilikan dan pemanfaatan seumber daya seharusnya

tertuju kepada pemilik, baik secara langsung maupun tidak langsung.

4

Page 5: Ekonomi Kelembagaan Teori Hak Kepemilikan

3. Tranferabilitas (transferability), seluruh hak kepemilikan seharusnya

dapat dipindahkan melalui penjualan maupun yang lain.

4. Enforsibilitas (ensforsibility), hak kepemilikan seharusnya dijamin dari

pratik keterpaksaan atau pelanggaran dari pihak lain.

Tipe rezim hak kepemilikan berdasarkan pemilik, hak, dan kewajiban

TIPE PEMILIK HAK PEMILIK KEWAJINBAN

Privat Individu

Pemanfaatan yang

bisa diterima

secara social

Mencegah

penggunaan yang

tidak bias diterima

secara social

Bersama KolektifPengecualian

terhadap orang lain

Merawat, mengatur

tingkat

pemanfaatan

Negara Warga negara Menentukan aturanMenjaga tujuan-

tujuan social

Akses terbuka

(tanpa

kepemilikan)

Tidak ada Memanfaatkan Tidak ada

B. Hak Kepemilikan Dan Rezim Sistem Ekonomi

Jika berbicara mengenai rezim sistem ekonomi, setidaknya dapat didekati dalam

tiga kelompok besar.

1. Rezim sistem ekonomi kapitalis

Dalam sistem ini seluruh kepemiikan dimiliki oleh sektor privat (swasta).

Sistem ini percaya hak kepemilikan privat yang dimediasi oleh

mekanisme pasar akan menghasilkan pancapaian ekonomi yang efisien.

5

Page 6: Ekonomi Kelembagaan Teori Hak Kepemilikan

Hal ini terjadi karena setiap pemilik hak kepemilikan dijamin kepastian

untuk memperoleh insentif ekonomi atas setiap aktivitas yang dilakukan,

misalnya untuk menjual, mengelola, menyewakan,dll.

2. Rezim sistem ekonomi sosialis

Sistem ekonomi sosialis menempatkan hak kepemilikan berada di tangan

negara. Negara yang berhak untuk memiliki dan mengelola seluruh

sumber daya ekonomi yang tersedia, seperti tanah.

Dengan basis kepemilikan negara tersebut, sistem ini yakin bahwa

pemerataan ekonomi akan lebih mudah diwujudkan daripada hak

kepemilikan yang dipegang oleh pihak swasta.

3. Rezim sistem ekonomi campuran

Sistem ekonomi ini menggabungkan kepemilikan ditangan swasta dan

negara. Setiap negara yang mengadopsi sistem ini berbeda-beda

intensitasnyadalam mengijinkan hak kepemilikan kepada sektor swasta

maupun negara.

Umumnya negara diberi ruang mengelola hak kepemilikan yang strategis,

sperti sumber daya air, hutan,dll. Dengan sistem campuran ini, diharapkan

pertumbuhan ekonomi bisa tercapai tanpa harus mengorbankan tujuan

pemerataan pembangunan.

Sampai hari ini terdapat kecenderungan pandangan sistem ekonomi kapitalis

mengenai hak kepemilikan kian mendominasi dan diadopsi oleh sebagian besar

negara di dunia. Bahkan, negara-negara yang dulunya menganut sistem sistem hak

kepemilikan negara, seperti negara-negara eropa timur, saat ini secara perlahan telah

mentransisikan sistem hak kepemilikannya menuju kepada kepemilikan privat.

Proses perubahan hak kepemilikan ini tentu saja tidak terjadi seketika, melainkan

melalui proses yang panjang dan berliku. Dalam banyak kejadian, transfer model

kepemilikan ini berjalan sepaket dengan sistem ekonomi negara tersebut. Jika sistem

6

Page 7: Ekonomi Kelembagaan Teori Hak Kepemilikan

ekonomi berubah tanpa penggantian hak kepemilikan, maka dapat dipastikan kegiatan

ekonomi akan macet.

Rezim kepemilikan privat diyakini akan memandu setiap pelaku ekonomi

memperoleh efisiensi melalui internalisasi yang lebih besar terhadap eksternalitas.

Jika suatu sumber daya yang langka ditempatkan dalam wilayah publik, maka orang-

orang memiliki insentif untuk mengeksploitasi secara kompetitif terhadap sumber

daya tersebut agar memperoleh keuntungan, sehingga dalam jangka waktu yang tidak

lama sumber daya itu akan rusak.

Dalam pemikiran lain terdapat pandangan yang menyatakan bahwa edisiensi

ekonomi tidak boleh hanya diukur dari profit terbesar yang dapat diraih. Seharusnya

efisiensi harus didefinisikan untuk tujuan yang lebih luas, misalnya keadilan dan

pemerataan. Jika pemikiran ini diterima, maka privat property rights tentu bukanlah

satu-satunya rezim yang efisien.

Sebabnya sederhana, yakni kesempatan untuk mengakses dan memiliki property

rights bagi setiap individu tidaklah sama. Bila hal ini terjadi, maka keuntungan

ekonomi hanya digenggam oleh mereka yang menguasai hak kepemilikan. Hal inilah

yang menjadi alasan bahwa negara harus hadir untuk mengusai dan mengelola hak

kepemilikan dalam skala tertentu untuk menghindari pemusatan kesejahteraan

ekonomi yang hanya digenngam oleh pihak-pihak yang memiliki akses terhadap hak

kepemilikan.

Sekurangnya terdapat empat kritik terhadap model ekonomi sosialis (Jafee,

1998:121).

1. Dibawah kekuasaan dan kontrol sosialisme, ekonomi akan dipegang oleh

sekelompok birokrat negara yang umumnya tidak responsif terhadap

kebutuhan masyarakat (pasar).

2. Menempatkan peran wirausahawan dalam sektor publik akan mengurangi

pentingnya motif laba individu dan insentif melakukan investasi, inovasi,

mengambil resiko, dan merespon pasar baru.

7

Page 8: Ekonomi Kelembagaan Teori Hak Kepemilikan

3. Sosialisme, melalui kontrol terhadap alat-alat produksi ditangan negara

menyebabkan konsentrasi kekuasaan politik berada di tangan pihak yang

ditunjuk oleh negara.

4. Ketiadaan pasar berarti menempatkan dewan perencanaan pusat sebagai

pihak yang memutuskan segala urusan ekonomi, seperti penawaran

permintaan dan harga. Faktanya urusan tersebut sangatlah kompleks yang

tidak mungkin dikelola sepenuhnya oleh negara sehingga berpotensi

menimbulkan pemanfaatan dan alokasi sumber daya yang tidak efisien.

Dalam posisi yang saling bertentangan sosialisme dan kapitalisme itulah dimana

keduanya memiliki efek negatif terhadap pencapaian ekonomi, lalu muncul sistem

ekonomi campuran. Inti dari sistem ekonomi ini adalah mencoba mengambil hal

yang terbaik dari kedua sistem ekonomi tersebut, sehingga efek-efek negatif yang

ditimbulkan dari kedua sistem tersebut dapat direduksi.

Dalam proses integrasi kedua sistem tersebut bila ditinjau dari sisi hak

kepemilikan maka berujung pada dua postulat sebagai berikut:

1. Hak kepemilikan dipunyai oleh sektor privat sepanjang itu bisa

memberikan insentif ekonomi yang lebih baik bagi pelakunya.

2. Hak kepemilikan harus diserahkan kepada negara jika pasar tidak

responsif terhadap tujuan sosial dan eksternalitas

Dengan dua postulat itulah masing-masing instrumen yang bagus dari kapitalisme

dan sosialisme diambil untuk kemudian diaplikasikan dalam sistem ekonomi

campuran.

Dalam kasus kesejahteraan negara, misalnya kegiatan ekonomi sebagian besar

diserahkan kepada sektor swasta sehingga secara otomatis hak kepemilikan juga

diberikan pada sektor prifat. Aplikasi ini menyebabkan setiap individu diberi ruang

yang leluasa untuk membuka dan mendirikan usaha, memiliki faktor produksi dan

mempertukarkan keterampilan.

8

Page 9: Ekonomi Kelembagaan Teori Hak Kepemilikan

Sebagian besar kegiatan ekonomi dibimbing oleh mekanisme pasar sehingga

alokasi dan pemanfaatan sumber daya ekonomi menjadi efisien. Seterusnya, pasar

bisa sangat tamak bila seluruh sumber daya ekonomi yang dipegang oleh sebagian

pelaku ekonomi swasta akan menimbulkan ketimpangan kesejahteraan ekonomi.

Tepat pada titik inilah negara masuk untuk mengendalikan pasar agar tidak

menimbulkan disparitas kesejahteraan melalui kepemilikan sebagian hak milik yang

dianggap strategis, seperti sumber daya air, hutan, migas dll.

Dalam beberapa hal negara/pemerintah mesti turut campur dalam kegiatan

ekonomi bila dirasa kepentingan sebagian rakyat belum bisa dipenuhi oleh sektor

privat. Jadi, bisa dilihat bahwa argumen kepemilikan negara dalam sistem negara

kesejahteraan bukanlah karena neggara bisa lebih efisien daripada kepemilikan

privat, melainkan negara hadir untuk menghindari tidak tercapainnya tujuan

pembangunan yang lebih luas, seperti pemerataan dan keadilan.

C. Hak Kepemilikan dan Ekonomi Kelembagaan

Untuk memahami konsep dasar dari hak kepemilikan, langkah terbaik adalah

dengan mula-mula mengasumsikan bahwa seluruh kegiatan ekonomi mengambil

tempat dalam kerangka kelembagaan dasar dari negara liberal klasik (classical

liberal state). Asumsi itu menyebutkan bahwa hak kepemilikan ditetapkan kepada

individu menurut prinsip kepemilikan pribadi (private ownership) dan bahwa sanksi

atas hak kepemilikan dapat dipindahkan (transferable) melalui ijin menurut prinsip

kebebasan kontrak (freedom of contract).

Melalui konsep dasar tersebut, hak kepemilikan (right of ownership) atas suatu

aset dapat dimengerti sebagai hak untuk menggunakan (right to use), untuk

mengubah bentuk dan isi hak kepemilikan (to change its form and substance), dan

untuk memindahkan seluruh hak-hak atas aset (to transfer all rights in the asset),

atau beberapa hak (some rights) yang diinginkan.

Dengan deskripsi ini, hak kepemilikan hampir selalu berupa hak eksklusif

(exclusive right), tetapi kepemilikan bukan berarti hak yang tanpa batas (unrestricted

right). Sedangkan Bromley dan Cernea mendefinisikan hak kepemilikan sebagai hak

9

Page 10: Ekonomi Kelembagaan Teori Hak Kepemilikan

untuk mendapatkan aliran laba yang hanya aman (secure) bila pihak-pihak yang lain

respek dengan kondisi yang melindungi aliran laba tersebut. Makna ini dengan

cukup terang mendonorkan gambaran yang jelas, bahwa sesungguhnya hak

kepemilikan menyangkut penguasaan individu atas aset (dalam pengertian yang luas

bisa berupa ilmu pengetahuan dan ketrampilan) sehingga di dalam dirinya terdapat

hak untuk menggunakan atau memindahkan atas yang aset yang dikuasai/dimiliki.

Basis konsep ini pula yang nantinya dapat dipakai untuk memperluas cakupan dan

pemahaman terhadap hak kepemilikan.

Dengan basis pemikiran neoklasik yang berpendapat bahwa pasar tidak bisa

menyelesaikan masalah eksternalitas, seperti halnya pasar tidak akan mampu

memecahkan masalah hak kepemilikan, maka dari itu coase memberikan usulan

bahwa eksternalitas dapat diinternalisasikan dalam kegiatan ekonomi jika hak

kepemilikan telah dikelola dengan baik. Hal inilah yang menjadi pokok utama dari

teori coase. Teori coase ini merupakan antithesis dari teori yang diberikan oleh

pigou yang merujuk kepada instrument pajak untuk mengatasi adanya eksternalitas.

Menurut coase jika hak kepemilikan sudah diatur dengan baik, maka peran

pemerintah tidak dibutuhkan lagi dalam memecahkan masalah eksternalitas.

Dari teori coase tersebut menggambarkan bahwa Negara tidak diperlukan untuk

mengatasi masalah eksternalitas, coase lebih menyarankan agar hak kepemilikan

lebih diperjelas lagi sehingga untuk mengatasi eksternalitas dapat diselesaikan

melalui mekanisme pasar, Negara tidak perlu turun tangan unutk mengatasinya.

Bertentangan dengan teori coase tersebut pigou justru memaparkan bahwa

pentingnya peran Negara dalam mengatasi eksternalitas melalui adanya pajak.

Terlepas dari perdebatan antara teori coase dan pigous, hubungan antara hak

kepemilikan dan ekonomi kelembagaan tidaklah hanya dipicu oleh masalah

eksternalitas semata. Ekonomi kelembagaan juga meperhatikan urusan-urusan yang

lebih besar seperti halnya hubungan antara penelolaan hak kepemilikan terhadap

kesejahteraan, efisiensi, dan sosialis.

10

Page 11: Ekonomi Kelembagaan Teori Hak Kepemilikan

Pada dasarnya hak kepemilikan tidaklah statis, tetapi selalu berubah sesuai

dengan kebutuhan dan situasi masyarakat, dengan kata lain hak kepemilikan atas

aset-aset yang pasti akan berubah seiring berjalannya waktu dan perkembangan

teknologi.

Ketika manusia yang hidup dibumi masih sedikti maka masalah kelangkaan

sumber daya akan jarang ditemui, tetapi bila jumlah manusia yang tinggal di bumi

semakin bertambah maka kelangkaan akan menjadi masalah terbesar, untuk itu

diperlukan adanya kelembagaan atau aturan main baru. Seperti contohnya, suku-

suku asli bisa saja menyingkirkan para pendatang yang tinggal disekitar mereka

dengan mengandalkan alasan kepemilikan. Seterusnya, apabila kelompok-kelompok

terus bertumbuh dan aturan informal yang digunakan sebagai aturan dalam hak

kepemilikan bersama gagal dalam menjalankan fungsinya, maka hak kepemilikan

bersama pada awalnya akan menjadi hak kepemilikan individu (privat) sebagai

solusi terakhir.

Permasalahan bertambahnya populasi menjadi pemicu perubahan bentuk hak

kepemilikan terhadap sumber daya (ekonomi) agar kehidupan bersama tetap bisa

dilangsungkan. Contoh lain yang dapat diberikan dalam masalah hak kepemilikan,

misalnya sosialisme sudah tidak berfungsi secara efektif, maka cara yang paling

masuk akal untuk ditempuh yaitu memecah kelompok-kelompok besar dan

membuatnya menjadi lebih terbuka, sehingga kepemilikan sosialis sebelumnya dapat

dijadikan semacam kepemilikan terbatas yang informal dan lebih murah.

Kesimpulan yang dapat diambil dari berbagai contoh kasus hal kepemilikan

diatas yaitu sangat tergantung kepada pilihan dan perkembangan teknologi yang ada,

serta masyarakat pada dasarnya mereka berbeda satu sama lain, maka akan

memaknai hak kepemilikan secara berbeda pula.

D. Hak Kepemilikan dan Efisiensi Ekonomi

Tema efisiensi ekonomi selalu relavan dalam bidang ekonomi mengingat tujuan

terpenting dari kegiatan ekonomi (setidaknya menurut paham klasik/ neoklasik)

adalah untuk mencapai efisiensi. Efisiensi sendiri secara sederhana sebagai upaya

11

Page 12: Ekonomi Kelembagaan Teori Hak Kepemilikan

memperoleh output yang lebih besar dengan input (faktor produksi) yang sama.

Dalam pendekatan ekonomi kelembagaan, efisiensi tersebut bisa dicapai melalui dua

cara, yakni pendekatan statis dan pendekatan dinamis. Dalam pendekatan statis,

efisiensi ekonomi dicapai melalui spesialisasi tenaga kerja (division of labor).

Sedangkan dalam pendekatan dinamis, efisiensi ekonomi diperoleh dengan jalan

meningkatkan kapasitas dan inovasi teknologi sehingga produktivitas akan

meningkat. Umumnya, di negara maju pendekatan dinamis yang lebih banyak di

adopsi, sedangkan di negara berkembang pendekatan statis yang lebih banyak

dipakai untuk meningkatkan efisiensi.

Jika persoalan efisiensi ekonomi tersebut dikaitkan dengan hak kepemilikan,

maka ada beberapa perspektif yang bisa digunakan. Pertama, melihat hubungan

antara hak kepemilikan dengan kepastian hukum untuk melindungi penemuan-

penemuan baru (seperti teknologi). Dalam sudut pandang ini, negara yang bisa

menjamin hak kepemilikan terhadap penemuan/ inovasi teknologi (lewat paten) akan

memiliki implikasi yang besar terhadap produktivitas dan efisiensi ekonomi.

Kedua, melihat hubungan antara hak kepemilikan dengan degradasi lingkungan.

Sampai saat ini ketergantungan aktivitas ekonomi terhadap Sumber Daya Alam

(SDA) masih sangat besar, khususnya di negara berkembang. Ketergantungan

terhadap SDA tentu akan menyebabkan terjadinya kecenderungan melakukan

eksploitasi sebesar- besarnya sehinggan berpotensi merusak lingkungan. Dalam

konteks ini, hak kepemilikan yang tidak jelas terhadap SDA cenderung akan

merusak lingkungan dan dalam jangka panjang akan menurunkan pertumbuhan

(efisiensi) ekonomi.

Dari kacamata relasi antara hak kepemilikan dan kerusakan lingkungan, tanpa

hak milik atas sumber daya alam yang ditegakkan, kepentingan yang berasal dari

luar akan mengambil keuntungan dari akses yang terbuka dan tanpa rasa tanggung

jawab sekali, mereka mengeksploitasi modal secara berlebihan. Tetapi, bila

kelompok komunal tertentu diberi hak milik terhadap sumber daya alam, maka

kelompok tersebut akan mengembangkan mekanisme untuk membatasi akses oleh

12

Page 13: Ekonomi Kelembagaan Teori Hak Kepemilikan

orang luar, mendistribusikan tanggung jawab pengelolaan, mengalokasikan hak- hak

penggunaan di antara kelompok, serta pemantauan dan pemenuhan/ pelaksanaan.

Oleh karena itu, aliran hak kepemilikan menganggap bahwa hak kepemilikan

swasta (private property rights) sebagai jalan terbaik untuk memberikan insentif

yang baik bagi individudemi mau melakukan tindakan yang secara sosial maupun

efisien (Baland dan Plateau, 1996). Sebaliknya, daripada harus memindahkan hak

kepemilikan sumber daya alam kepada individu, paham hak kepemilikan bersama

(common property right school) beragumentasi bahwa hak kepemilikan atas SDA

seharusnya dikelola dan diatur oleh masyarakat (community), yang menberikan

keuntungan bagi masyarakat maupun pihak luar (outsiders).

Riset empiris yang dilakukan oleh Olstrom (1990) dan Bromley (1992)

melaporkan penemuan yang impresif, baik dari sisi sejarah maupun saat ini

(kontemporer), dimana masyarakat mengembangkan kelembegaan (institutions)

yang memampukan mereka mengelola sumber daya yang dimiliki oleh bersama

secara sukses dalam jangka waktu yang lama.

Dengan begitu, kesimpulan umum yang bisa diambil adalah adanya hubungan

yang kuat antara hak milik yang jelas dan kualitas lingkungan. Misalnya, para petani

dengan hak atas tanah yang aman lebih besar kecenderungannya mau melakukan

investasi dalam konservasi tanah, teknik- teknik pembudidayaan yang

berkesinambungan dan praktek perlindungan lingkungan lain (Feder, 1987).

Penemuan- penemuan tersebut semakin menyakinkan bahwa kepastian hak

kepemilikan hanya akan jatuh kepada pihak pemilik.

Sebaliknya, apabila terdapat kerusakan terhadap hak kepemilikan, maka biaya

yang keluar atas kerusakan hak kepemilikan tersebut Cuma ditanggung oleh

pemiliknya.

Dari paparan tersebut, terlihat bahwa yang paling penting adalah adanya

kejelasan/ kepastian atas hak kepemilikan sehingga setiap pemilik/ pengelolanya

mempunyai insentif untuk memakai dan melindungi hak kepemilikannya agar dapat

dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan yang besar.

13

Page 14: Ekonomi Kelembagaan Teori Hak Kepemilikan

Inilah yang menjadi kunci efisiensi ekonomi (khususnya untuk kasus sumber

daya alam), yakni adanya kepastian hak kepemilikan yang dijamin melalui produk

dan penegakan hukum (law enforcement).

14

Page 15: Ekonomi Kelembagaan Teori Hak Kepemilikan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam studi ini telah dipelajari tentang berbagai rezim atas hak kepemilikan,

kelebihan dan kekurangan dari rezim tersebut. Di berbagai Negara rezim tersebut

telah berkembang dan diterapkan berdasarkan atas kebijakan yang akan diterapkan.

Sehingga tercapainya kesejahteraan dalam Negara tersebut.

15

Page 16: Ekonomi Kelembagaan Teori Hak Kepemilikan

DAFTAR PUSTAKA

Yustika, Ahmad Erani. 2012, Ekonomi Kelembagaan ; Paradigma, Teori, dan

Kebijakan,

Erlangga, Jakarta

16