ekodas cacing

16
7/22/2019 ekodas cacing http://slidepdf.com/reader/full/ekodas-cacing 1/16  Pengertian Dekomposer Di dalam tanah hidup berbagai jasad renik (mikroorganisme) yang melakukan berbagai kegiatan bagi kehidupan mahkluk hidup lainnya atau dengan perkataan lain menjadikan tanah memungkinkan bagi kelanjutan makhluk – makhluk alami. Populasi mikrobiologi yang mendiami tanah, bersama dengan berbagai bentuk binatang dan berbagai jenis tanaman tingkat lebih tinggi membentuk suatu system kehidupan yang tidak terpisahkan dari bahan mineral dan sisa – sisa bahan organic yang ada dalam  tanah. Komposisi kuantitatif populasi dalam tanah dan kualitatif alam lingkungannya dapat dikatankan adalah sangat tergantung pada sumber dan kondisi alami dari tanah itu dan komposisi relative dari unsure- unsure organic dan anorganik Decomposer adalah makhluk hidup yang berfungsi untuk menguraikan makhluk hidup yang telah mati, sehingga materi yang diuraikan dapat diserap oleh tumbuhan yang hidup disekitar daerah tersebut.  Beberapa jenis cacing tanah antara lain: Pheretima, Periony dan Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan. Cacing memiliki banyak kegunaan antara lain: membantu menghancurkan bahan organic yang dapat mempengaruhi kesuburan suatu tanah, Bahan Pakan Ternak, Bahan Baku Obat dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit, Bahan Baku Kosmetik dan bahan baku makanan untuk beberapa jenis cacing yang dapat dikonsumsi dan bermanfaat bagi manusia. Biodekomposer untuk pengomposan  Populasi mikroba tanah yang terdiri atas alga biru-hijau, fitoplankton, bakteri, cendawan, dan aktinomiset pada permukaan dan lapisan olah tanah mencapai puluhan juta setiap gram tanah, yang merupakan bagian integral dan pembentuk kesuburan tanah pertanian. Proses daur ulangsecara alamiah di permukaan dan lapisan olah tanah yang sangat penting bagi kegiatan pertanian tidak terjadi  tanpa aktivitas mikroba. Manfaat mikroba dalam usaha pertanian belum disadari sepenuhnya, bahkan sering diposisikan sebagai komponen habitat yang merugikan, karena pandangan umum terhadap mikroba lebih terfokus secara selektif pada mikroba patogen yang menimbulkan penyakit pada tanaman.  Padahal sebagian besar spesies mikroba merupakan mikroflora yang bermanfaat, kecuali beberapa jenis spesifik yang dapat menyebabkan penyakit bagi tanaman. Pada lahan sawah yang tergenang air terdapat lebih dari 20 jenis bakteri fiksasi N dari udara yang hidup secara bebas (Watanabe 1978). Mikroba lain berfungsi sebagai perombak bahan organik (dekomposer), nitrifikasi, denitrifikasi, pelarut fosfat, dan lain-lain. Mikroba perombak bahan organik Mikroorganisme perombak bahan organik merupakan aktivator biologis yang tumbuh alami atau sengaja diinokulasikan untuk mempercepat pengomposan dan meningkatkan mutu kompos. Jumlah dan jenis mikroorganime turut menentukan keberhasilan proses dekomposisi atau pengomposan. Di dalam ekosistem, mikroorganisme perombak bahan organik memegang peranan penting karena sisa organik yang telah mati diurai menjadi unsur-unsur yang dikembalikan ke dalam tanah dalam bentuk hara mineral N, P, K, Ca, Mg, dan atau dalam bentuk gas yang dilepas ke atmosfer berupa CH atau CO Dengan demikian terjadi siklus hara yang berjalan secara alamiah, dan proses kehidupan di muka bumi dapat berlangsung secara berkelanjutan. Mikroba perombak bahan organik dalam waktu 10 tahun  terakhir mulai banyak digunakan untuk mempercepat proses dekomposisi sisa-sisa tanaman yang banyak mengandung lignin dan selulosa untuk meningkatkan kandungan bahan organik dalam tanah. Di samping itu, penggunaannya dapat meningkatkan biomas dan aktivitas mikroba tanah, mengurangi penyakit, larva insek, biji gulma, dan volume bahan buangan, sehingga dapat meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah. Pengertian umum mikroorganisme perombak bahan organik atau biodekomposer adalah mikroorganisme pengurai serat, lignin, dan senyawa

Transcript of ekodas cacing

Page 1: ekodas cacing

7/22/2019 ekodas cacing

http://slidepdf.com/reader/full/ekodas-cacing 1/16

 Pengertian Dekomposer

Di dalam tanah hidup berbagai jasad renik (mikroorganisme) yang melakukan berbagai kegiatan bagi

kehidupan mahkluk hidup lainnya atau dengan perkataan lain menjadikan tanah memungkinkan bagi

kelanjutan makhluk – makhluk alami. Populasi mikrobiologi yang mendiami tanah, bersama dengan

berbagai bentuk binatang dan berbagai jenis tanaman tingkat lebih tinggi membentuk suatu systemkehidupan yang tidak terpisahkan dari bahan mineral dan sisa – sisa bahan organic yang ada dalam

 tanah.

Komposisi kuantitatif populasi dalam tanah dan kualitatif alam lingkungannya dapat dikatankan adalah

sangat tergantung pada sumber dan kondisi alami dari tanah itu dan komposisi relative dari unsure-

unsure organic dan anorganik

Decomposer adalah makhluk hidup yang berfungsi untuk menguraikan makhluk hidup yang telah mati,

sehingga materi yang diuraikan dapat diserap oleh tumbuhan yang hidup disekitar daerah tersebut.

 Beberapa jenis cacing tanah antara lain: Pheretima, Periony dan Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah

ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan. Cacing memiliki

banyak kegunaan antara lain: membantu menghancurkan bahan organic yang dapat mempengaruhi

kesuburan suatu tanah, Bahan Pakan Ternak, Bahan Baku Obat dan bahan ramuan untukpenyembuhan penyakit, Bahan Baku Kosmetik dan bahan baku makanan untuk beberapa jenis cacing

yang dapat dikonsumsi dan bermanfaat bagi manusia. Biodekomposer untuk pengomposan

 Populasi mikroba tanah yang terdiri atas alga biru-hijau, fitoplankton, bakteri, cendawan, dan

aktinomiset pada permukaan dan lapisan olah tanah mencapai puluhan juta setiap gram tanah, yang

merupakan bagian integral dan pembentuk kesuburan tanah pertanian. Proses daur ulangsecara

alamiah di permukaan dan lapisan olah tanah yang sangat penting bagi kegiatan pertanian tidak terjadi

 tanpa aktivitas mikroba. Manfaat mikroba dalam usaha pertanian belum disadari sepenuhnya, bahkan

sering diposisikan sebagai komponen habitat yang merugikan, karena pandangan umum terhadap

mikroba lebih terfokus secara selektif pada mikroba patogen yang menimbulkan penyakit pada tanaman.

 Padahal sebagian besar spesies mikroba merupakan mikroflora yang bermanfaat, kecuali beberapa jenis

spesifik yang dapat menyebabkan penyakit bagi tanaman. Pada lahan sawah yang tergenang air terdapat

lebih dari 20 jenis bakteri fiksasi N dari udara yang hidup secara bebas (Watanabe 1978). Mikroba lain

berfungsi sebagai perombak bahan organik (dekomposer), nitrifikasi, denitrifikasi, pelarut fosfat, dan

lain-lain.

Mikroba perombak bahan organik

Mikroorganisme perombak bahan organik merupakan aktivator biologis yang tumbuh alami atau sengaja

diinokulasikan untuk mempercepat pengomposan dan meningkatkan mutu kompos. Jumlah dan jenis

mikroorganime turut menentukan keberhasilan proses dekomposisi atau pengomposan. Di dalamekosistem, mikroorganisme perombak bahan organik memegang peranan penting karena sisa organik

yang telah mati diurai menjadi unsur-unsur yang dikembalikan ke dalam tanah dalam bentuk hara

mineral N, P, K, Ca, Mg, dan atau dalam bentuk gas yang dilepas ke atmosfer berupa CH atau CO

Dengan demikian terjadi siklus hara yang berjalan secara alamiah, dan proses kehidupan di muka bumi

dapat berlangsung secara berkelanjutan. Mikroba perombak bahan organik dalam waktu 10 tahun

 terakhir mulai

banyak digunakan untuk mempercepat proses dekomposisi sisa-sisa tanaman yang banyak mengandung

lignin dan selulosa untuk meningkatkan kandungan bahan organik dalam tanah. Di samping itu,

penggunaannya dapat meningkatkan biomas dan aktivitas mikroba tanah, mengurangi penyakit, larva

insek, biji gulma, dan volume bahan buangan, sehingga dapat

meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah. Pengertian umum mikroorganisme perombak bahan

organik atau biodekomposer adalah mikroorganisme pengurai serat, lignin, dan senyawa

Page 2: ekodas cacing

7/22/2019 ekodas cacing

http://slidepdf.com/reader/full/ekodas-cacing 2/16

organik yang mengandung nitrogen dan karbon dari bahan organik (sisa-sisa organik dari jaringan

 tumbuhan atau hewan yang telah mati). Mikroba perombak bahan organik terdiri atas Trichoderma

reesei, T. harzianum, T. koningii, Phanerochaeta crysosporium, Cellulomonas, Pseudomonas,

 Thermospora, Aspergillus niger, A. terreus, Penicillium, dan Streptomyces.

 Fungi perombak bahan organik umumnya mempunyai kemampuan yang lebihbaik dibanding bakteri

dalam mengurai sisa-sisa tanaman (hemiselulosa,selulosa dan lignin). Umumnya mikroba yang mampumendegradasi selulosa juga mampu mendegradasi hemiselulosa (Alexander 1977). Menurut Eriksson et

al. (1989), kelompok fungi menunjukkan aktivitas biodekomposisi paling

nyata, yang dapat segera menjadikan bahan organik tanah terurai menjadi senyawa organik sederhana,

yang berfungsi sebagai penukar ion dasar yang menyimpan dan melepaskan hara di sekitar tanaman.

 Beberapa enzim yang terlibat dalam perombakan bahan organik antara -glukosidase, lignin peroksidase

(LiP), manganese peroksidaseblain adalah (MnP), dan lakase, selain kelompok enzim reduktase yang

merupakan penggabungan dari LiP dan MnP, yaitu enzim versatile peroksidase. Enzim-enzim ini

dihasilkan oleh Pleurotus eryngii, P. ostreatus, dan Bjekandera adusta (Lankinen 2004). Selain mengurai

bahan berkayu, sebagian besar

fungi menghasilkan zat yang besifat racun, sehingga dapat dipakai untuk menghambat

pertumbuhan/perkembangan organisme pengganggu, seperti beberapa strain T. harzianum yang

merupakan salah satu anggota Ascomycetes. Apabila kebutuhan karbon (C) tidak tercukupi, fungi

 tersebut akan menghasilkan racun yang dapat menggagalkan penetasan telur

nematoda Meloidogyn javanica (penyebab bengkak akar), sedangkan bila kebutuhan C tercukupi akan

bersifat parasit pada telur atau larva nematoda tersebut. Fungi Zygomycetes (Mucorales) sebagian

besar berperan sebagai pengurai amylum, protein, lemak, dan hanya sebagian kecil yang mampu

mengurai selulosa dan khitin. Pemanfaatan mikroorganisme perombak bahan organik yang sesuai

dengan substrat bahan organik dan kondisi tanah merupakan alternatif yang

efektif untuk mempercepat dekomposisi bahan organik dan sekaligus sebagai suplementasi pemupukan.

 Proses perombakan bahan organik yang terjadi secara alami akan membutuhkan waktu relatif lama (2

bulan) sangat menghambat penggunaan bahan organik sebagai sumber hara. Apalagi jika dihadapkankepada tenggang waktu masa tanam yang singkat, sehingga

pembenaman bahan organik sering dianggap kurang praktis dan tidak efisien. Untuk mengatasi hal

 tersebut, perlu dilakukan inokulasi mikroba terpilih guna mempercepat proses perombakan bahan

organik. Percepatan perombakan sisa hasil tanaman dapat meningkatkan kandungan bahan organik dan

ketersediaan hara tanah, sehingga masa penyiapan lahan dapat lebih singkat

dan mempercepat masa tanam berikutnya, yang berarti akan meningkatkan intensitas pertanaman.

Inokulan perombak bahan organik telah tersedia secara komersial dengan berbagai nama, seperti EM-4,

Starbio, M-Dec, Stardek, dan Orgadek.

 Pemanfaatan Mikroba Penyubur Tanah

 Pemanfaatan mikroba penyubur tanah sesuai dengan kondisi tanah dan target peruntukannya

merupakan alternatif untuk meningkatkan kesuburan tanah, efisiensi pemupukan, produktivitas

 tanaman, dan mengurangi bahaya pencemaran lingkungan. Penggunaan mikroba penyubur tanah dapat

memberikan berbagai manfaat, yaitu (1) menyediakan sumber hara bagi tanaman, (2) melindungi akar

dari gangguan hama dan penyakit, (3) menstimulir sistem perakaran agar berkembang sempurna dan

memperpanjang usia akar, (3) memacu mitosis jaringan meristem pada titik tumbuh pucuk, kuncup

bunga, dan stolon, (4) sebagai penawar racun beberapa logam berat, (5) sebagai metabolit pengatur

 tumbuh, dan (6) sebagai bioaktivator. Badan Litbang Pertanian pada tahun 1997 telah berhasil

mengembangkan Pupuk Mikroba Multiguna (PMMg) (biological nitrogen-phosphorus fertilizer) yang

merupakan perbaikan mutu inokulan rhizobium yang telah ada di pasaran. Pupuk mikroba ini mampu

meningkatkan efisiensi pemupukan N dan P untuk tanaman kedelai melalui peningkatan efektivitasfiksasi N simbiosis dan kemampuan melarutkan P, sehingga dapat menggantikan kebutuhan pupuk

Page 3: ekodas cacing

7/22/2019 ekodas cacing

http://slidepdf.com/reader/full/ekodas-cacing 3/16

nitrogen 100% dan pupuk fosfat 50% dari dosis rekomendasi, dengan hasil meningkat 20-40% (Saraswati

1999, Simanungkalit and Saraswati 1999). Selanjutnya pada tahun 2007, diformulasikan nodulin

(biological nitrogen-phosphorus-potassium fertilizer) yang merupakan pengembangan PMMg yang

berfungsi memacu pembentukan bintil akar dan pertumbuhan tanaman serta memperlebat dan

memperkuat perakaran tanaman, dan memacu aktivitas mikroba rizosfer dalam meningkatkan

ketersediaan hara N, P, dan K, sehingga meningkatkan efisiensi pemupukan. Produk mikrobabermanfaat ganda tersebut telah diperkenalkan kepada petani dan mulai diproduksi secara komersial.

 B. MOL Mikro Organisme Lokal

Istilah MOL atau kepanjangannya Mikro Organisme Lokal sudah banyak dikenal. MOL mudah dibuat

dan mudah diaplikasikan. Cara da metode pengembangan MOL pun bermacam-macam. Namun, kadang-

kadang suatu resep MOL yang berhasil diterapkan di suatu tempat, seringkali kurang berhasil

dilakukan di tempat lain. Meskipun demikian pembuatan MOL merupakan salah satu cara untuk

membuat petani mandiri. Seperti yan sudah saya sebutkan, ada banyak cara pembuatan MOL. Saya

akan sampaikan secara bertahap/terpisah cara pembuatannya. Silahkan Anda coba sendiri dan

buktikan sendiri khasiatnya.

Menurut katerangan sababaraha ahli, MOL adalah cairan yang mengandung mikroorganisme hasil

produksi sendiri dari bahan-bahan alami disekeliling kita (lokal), dimana bahan-bahan

 tersebut téh merupakan tempat yang disukai sebagi media untuk hidup dan berkembangnya

mikroorganisme yang berguna dalam mempercepat penghancuran bahan-bahan organik (dekomposer)

atau sebagai tambahan nutrisi bagi tanaman. Terus terang saja Akang tidak tahu persis mikroorganisme

apa yang terdapat dalam MOL hasil buatan sendiri itu. Yang pastimah, apabila tanaman diberi MOL

secara rutin pertumbuhannya lebih cepat, bagus dan sehat. Kalau kata Akang mah MOL téh

samacem pupuk organik cair (POC).

Dari beberapa pendapat para praktisi pembuat MOL dapat Akangsimpulkan bahwa jenismikroorganisme yang terdapat dalam MOL selain bakteri untuk penyubur tanah juga mengandung

hormon yang berpungsi sebagai zat perangsang tumbuhan untuk lebih memacu perkembangan sel-sel

 tanaman, seperti Giberellin, Sitokinin dan Auksin.

 Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat MOL téh harus mengandung Karbohidrat, Glukosa dan

 Bakteri. Ketiga komponen itu menjadi sangat penting untuk diperhatikan agar MOL yang dihasilkan

berkualitas dan sesuai dengan harapan.

Karbohidrat bisa diperoleh dari air cucian beras (leri), nasi bekas/basi, limbah singkong, kentang atau

 gandum, atau apa saja yang sekiranya mengandung karbohidrat tinggi. Dalam pelaksanaannya yang

sering digunakan untuk membuat MOL adalah leri karena setiap rumah pasti menghasilkan ini dan

 tidak perlu beli.

Glukosa selain dari gula pasir, gula merah atau gula batu yang diencerkan dengan air atau dihancurkan

sampai halus, bisa juga diperoleh dari nira atau air kelapa.

 Bakteri bisa dari keong mas/sawah, bekicot, buah-buahan yang sudah matang atau busuk, air kencing

(urine) dan kotoran hewan atau manusia, isi usus hewan, atau apapun yang diduga banyak mengandung

bakteri yang berguna untuk tanaman dan kesuburan tanah seperti rhizobium sp, azospirillum

sp, azotobacter sp, pseudomonas sp, bacillus sp dan bakteri pelarut phospat.

 Prinsipnya mah bahan-bahan di atas téh gampang diperoleh, ada disekitar kita, murah dan jika perlu

didapat secara gratis, bersih dan layak untuk digunakan. Dan yang terpenting MOL yangdihasilkan téh adalah MOL yang benar-benar berkualitas.

Page 4: ekodas cacing

7/22/2019 ekodas cacing

http://slidepdf.com/reader/full/ekodas-cacing 4/16

Kalau Ayi ingin membuatnya, caranya, campurkan air yang mengandung karbohidrat dengan air yang

mengandung glukosa dengan perbandingan 1:1. Kemudian tambahkan sumber bakteri dan aduk hingga

rata. Tutup wadah dengan plastik yang dilubangi atau apa saja yang penting bisa dibuat tutup dengan

catatan udara bisa masuk tetapi serangga tidak. Jika sudah mengeluarkan bau hasilpermentasi (mirip

bau tape), berarti MOL sudah jadi dan siap digunakan.

Untuk mempercepat proses pengomposan siramkan campuran 1 liter MOL, 5 liter air dan 1 ons gula ke

dalam bahan kompos. Untuk menyemprot tanaman, per tangki (kapasitas 14 liter), gunakan 400 cc MOL.

Sedangkan jika digunakan untuk menyiram media tanam atau tanah, dosisnya 250 cc MOL per 10 liter

air.

C.Sejarah Perkembangan Fermentasi

 Ahli Kimia Perancis, Louis Pasteur adalah seorang zymologist pertama ketika di tahun 1857

mengkaitkan ragi dengan fermentasi. Ia mendefinisikan fermentasi sebagai "respirasi (pernafasan) tanpa

udara". Pasteur melakukan penelitian secara hati-hati dan menyimpulkan, "Saya berpendapat bahwa

fermentasi alkohol tidak terjadi tanpa adanya organisasi, pertumbuhan dan multiplikasi sel-sel secara

simultan..... Jika ditanya, bagaimana proses kimia hingga mengakibatkan dekomposisi dari gula

 tersebut... Saya benar-benar tidak tahu".

 Ahli kimia Jerman, Eduard Buchner, pemenang  Nobel Kimia tahun 1907, berhasil menjelaskan bahwa

fermentasi sebenarnya diakibatkan oleh sekeresi dari ragi yang ia sebut sebagai zymase. Penelitian yang

dilakukan ilmuan Carlsberg (sebuah perusahaan bir) di Denmark semakin meningkatkan pengetahuan

 tentang ragi dan brewing (cara pembuatan bir). Ilmuan Carlsberg tersebut dianggap sebagai pendorong

dari berkembangnya biologi molekular. Dapat disimpulkan bahwa Fermentasi merupakan kegiatan

mikrobia pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki. Mikrobia yang umumnya

 terlibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir dan kapang. Contoh bakteri yang digunakan dalam

fermentasi adalahAcetobacter xylinum pada pembuatan nata decoco, Acetobacter aceti padapembuatan asam asetat. Contoh khamir dalam fermentasi adalah Saccharomyces cerevisiae dalam

pembuatan alkohol sedang contoh kapang adalah Rhizopus sp pada pembuatan tempe, Monascus

purpureus pada pembuatan angkak dan sebagainya.

 Fermentasi dapat dilakukan menggunakan kultur murni ataupun alami serta dengan kultur tunggal

ataupun kultur campuran. Fermentasi menggunakan kultur alami umumnya dilakukan pada proses

fermentasi tradisional yang memanfaatkan mikroorganisme yang ada di lingkungan.

Industri fermentasi dalam pelaksanaan proses dipengaruhi oleh beberapa faktor:

1. mikrobia

2. bahan dasar

 3. sifat-sifat proses

4. pilot-plant

5. faktor sosial ekonomi

D. Membuat Dekomposer Dari Bahan Lokal

Saat ini dekomposer produksi pabrikan yang biasa beredar di pasaran dan paling mudah ditemui antara

lain EM-4, superdegra, stardec, probion, dll. Sebagai bahan produksi pabrikan yang telah memiliki nilai

Page 5: ekodas cacing

7/22/2019 ekodas cacing

http://slidepdf.com/reader/full/ekodas-cacing 5/16

komersial tinggi, tentu saja dekomposer ini memiliki harga yang cukup mahal, dan antara satu produk

dengan produk lain memiliki harga yang berbeda.

Menurut Setiasih, S.Pt, MP staf peneliti BPTP Jawa Timur, jika membeli dekomposer dirasa mahal

petani dapat membuatnya sendiri. Caranya dengan memanfaatkan bahan yang ada di lingkungan sekitar

kita, termasuk menggunakan limbah rumah tangga misalnya sayur-sayuran atau buah-buahan yang tidak terpakai. Selain itu juga bisa menggunakan bagian tanaman yang ada di lingkungan sekitar kita misalnya

bonggol pisang dan rebung bambu. Hasil tersebut sering disebut dengan MOL atau mikroorganisme

local. Menurut Setiasih, salah satu contoh pembuatan MOL adalah dari bonggol pisang. Bahan-bahan

yang disiapkan antara lain bonggol pisang 5 kg, gula merah 1 kg dan air cucian beras 10 liter. Sedang alat

yang digunakan antara lain; drum plastik 200 liter, selang dan botol air. Cara pembuatannya sangat

mudah, bonggol pisang dihaluskan dan dimasukkan ke dalam drum. Kemudian dimasukkan air cucian

beras dan gula merah yang sudah dilarutkan. Drum ditutup rapat namun diberi lubang pernafasan satu

arah, yaitu dengan cara melubangi tutup drum dan diberi selang dimana ujung selang dimasukkan ke

dalam botol yang berisi air, sehingga gas yang ada di dalam drum dapat keluar namun udara dari luar

 tidak dapat masuk ke dalam drum. Selanjutnya diperam selama dua minggu.

―Cara penggunaanya, campuran 1 liter cairan dengan 5 liter air dan ditambah gula merah 1 ons,

dicampur sampai rata, disiramkan pada bahan organik yang akan dikomposkan, kemudian peram selama

1 bulan‖, ungkapnya. 

―Dengan memanfaatkan bahan yang ada di sekitar kita, berarti kita dapat menghemat biaya sekaligus

meningkatkan nilai tambah dari barang yang sudah tidak terpakai‖. imbuh wanita asli Jombang ini. 

 Larutan MOL (Mikro Organisme Lokal) adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari

berbagai sumber daya yang tersedia setempat. Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan makro

dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang

pertumbuhan, dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapatdigunakan baik sebagai pendekomposer, pupuk hayati, dan sebagai pestisida organik terutama sebagai

fungisida.

Keunggulan penggunaan MOL yang paling utama adalah murah bahkan tanpa biaya. Dengan

memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar, petani dapat kreatif membuat MOL dari bahan-bahan

seperti buah-buahan busuk (pisang, pepaya, mangga, dan lain-lain), rebung bambu, pucuk tanaman

merambat, tulang ikan, keong, urine sapi, bahkan sampai urine manusia, darah hewan, bangkai hewan,

air cucian beras, dan sisa makanan. Menurut Amalia (2008), cara membuat MOL itu mudah, semua

yang ada di sekitar kita dapat dipakai, semua bahan dicampur dengan larutan yang mengandung glukosa

seperti air nira, air gula, atau air kelapa. Lalu ditutup dengan kertas, dibiarkan sampai 7 hari. Setelah

itu dipakai untuk menyemprot ke sawah. Menurut Hadinata (2008), secara terperinci bahan utamadalam MOL terdiri dari 3 jenis komponen antara lain:

1. Karbohidrat: air cucian beras (Tajin), nasi bekas (basi), singkong, kentang, gandum. Yang paling

sering digunakan adalah dengan air tajin.

2. Glukosa: dari gula merah diencerkan dengan air, cairan gula pasir, gula batu dicairkan, air gula,

dan air kelapa.

 3. Sumber Bakteri: keong mas, kulit buah-buahan misalnya tomat, pepaya, dan sebagainya, air kencing,

atau apapun yang mengandung sumber bakteri.

E. Cara Pembuatan MOL Bonggol Pisang

Page 6: ekodas cacing

7/22/2019 ekodas cacing

http://slidepdf.com/reader/full/ekodas-cacing 6/16

`Alat yang digunakan dalam proses pembuatan MOL bongkol pisang ialah, ember, selang ukuran kecil 1

meter, botol bekas air kemasan (600ml), arit/sabit.

 Bahan yang digunakan ialah, 5 kg bongkol pisang, 1 kg gula merah dan 10 liter air beras/leri.

Cara membuat MOL bongkol pisang:

a) Bonggol pisang dipotong-potong lalu ditumbuk-tumbuk

b) Masukan gula merah yang udah diiris-iris kedalam air beras/leri

c) Campur bahan dan larutan air beras, aduk sampai rata

d) Tutup rapat ember dengan penutupnya dan berikan selang plastik yang disambungkan dengan botol

kemasan 600 ml yang diisikan air biasa sebanyak 500 ml.

e) Fermentasi selama 14-21 hari

f) Kemudian disaring dan MOL bongkol pisang siap digunakan.

 BAB II

 PENUTUP

 A.Kesimpulan

1. Menurut katerangan sababaraha ahli, MOL adalah cairan yang mengandung mikroorganisme hasil

produksi sendiri dari bahan-bahan alami disekeliling kita (lokal), dimana bahan-bahan tersebut téh merupakan tempat yang disukai sebagi media untuk hidup dan berkembangnya

mikroorganisme yang berguna dalam mempercepat penghancuran bahan-bahan organik (dekomposer)

atau sebagai tambahan nutrisi bagi tanaman.

2. Larutan MOL (Mikro Organisme Lokal) adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari

berbagai sumber daya yang tersedia setempat. Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan makro

dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang

pertumbuhan, dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat

digunakan baik sebagai pendekomposer, pupuk hayati, dan sebagai pestisida organik terutama sebagai

fungisida.

Page 7: ekodas cacing

7/22/2019 ekodas cacing

http://slidepdf.com/reader/full/ekodas-cacing 7/16

 

Dekomposer

 Adalah organisme yang mengurai atau memecah organisme yang sudah mati, proses penguraian yang

dilakukannya disebut dekomposisi. Sama seperti karnivora dan herbivora, dekomposer adalah

heterotrofik yang menggunakan substrat organik untuk mendapatkan energi mereka, serta karbon dan

nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan. Dekomposer dapat memecah sel-sel dari organime lain

menggunakan reaksi biokimia yang mengkonversi jaringan organisme mati menjadi senyawa kimia

metabolik, tanpa menggunakan pencernaan internal. Dekomposer menggunakan organisme yang sudahmati sebagai sumber nutrisi mereka, contoh-contoh organisme yang tergolong dekomposer:

 Bakteri

Merupakan dekomposer yang penting, mereka tersebar luas di seluruh dunia dan dapat mengurai

hampir seluruh bahan organik. Satu gram tanah bisa mengandung 40 juta sel bakteri, pada seluruh

biomassa di permukaan bumi hidup bakteri dengan jumlah melebihi seluruh makhluk hidup lainnya.

 Peran bakteri sangat vital dalam daur ulang nutrisi dan banyak bagian dalam siklus nutrisi yang

 tergantung pada bakteri.

 Fungi

 Jamur dan cendawan merupakan dekomposer utama pada beragam ekosistem yang ada di muka bumi.

 Tidak seperti bakteri yang merupakan organisme uniseluler, kebanyakan fungi dekomposer tumbuh

dengan percabangan jaringan hifa. Sementara bakteri hanya dapat tumbuh dan memakan jaringan

bagian luar bahan organik, sedangkan fungi dapat menggunakan hifa mereka untuk menembus bagian

dalam organisme mati (misal potongan kayu). Selain itu hanya fungi pengurai kayu yang dapat

menghasilkan enzim untuk menguraikan lignin (senyawa kimia komplek yang ditemukan dalam kayu).

 Faktor-faktor itu yang menyebabkan fungi mendapat peran utama sebagai dekomposer, terutama di

dalam hutan di mana bahan organik yang terdapat di situ mengandung banyak lignin dan berwujud

potongan besar. Fungi mengurai bahan-bahan organik dengan menggunakan enzim yang akan memecah

bahan-bahan organik tadi, kemudian baru mereka menyerap nutrisinya. Hifa berfungsi untuk memecah

bahan organik, menyerap nutrisi dan juga untuk reproduksi. Ketika hifa dari 2 fungitumbuh

berdekatan mereka akan menyatu dan membentuk fungi-fungi lain.

Cacing

 Berbagai cacing juga bisa disebu t dekomposer, cacing sering bertindak sebagai ―pembuka‖ bagi

dekomposer lain. Misalnya, cacing memakan kulit luar buah, saat kulit buah terbuka bakteri bisa

menjalankan perannya sebagai dekomposer, dengan mengkonsumsi bagian dalam buah. Sebaliknya,

cacing juga mengkonsumsi sisa dari fungi dan bakteri. Secara biologi cacing lebih tepat digolongkan

sebagai detritivor, tapi secara umum cacing dikenal sebagai dekomposer.

Detritivor

Merupakan organisme yang mengkonsumsi bahan-bahan organik yang sudah mati, yang membedakan

dengan dekomposer adalah cara mereka mengurai bahan-bahan organik. Dekomposer seperti bakteri

Page 8: ekodas cacing

7/22/2019 ekodas cacing

http://slidepdf.com/reader/full/ekodas-cacing 8/16

dan fungi mengurai bahan-bahan organik tanpa harus melalui organ pencernaan internal (sebagian

diserap dan sebagian dipecah oleh enzim yang dihasilkan dekomposer), jika detritivor mengurai bahan-

bahan organik dengan cara memakan bahan-bahan organik, kemudian bahan-bahan organik akan terurai

oleh pencernaan mereka. Beberapa detritivor tidak hanya memakan organisme yang sudah mati, mereka

 juga memakan organisme yang masih hidup. Beberapa contoh detritivor:

Cacing

Kaki seribu

Kelabang

 Larva lalat

 Larva kumbang

Siput

 Teripang

 Bintang laut

laporan ekologi - populasi dekomposer

I. PENDAHULUANI.1 Latar Belakang

 Tanah tersusun atas empat bahan utama, yaitu bahan mineral, bahan organic, air dan udara. Bahan-

bahan penyusun tanah tersebut jumlahnya masing  — masing berbeda pada setiap jenis tanah ataupun

setiap lapisan tanah. Pada tanah lapisan atas yang baik untuk pertumbuhan tanaman lahan kering

(bukan sawah) umumnya mengandung 45%(volume) bahan mineral, 5% bahan organic, 20-30% udara dan

20-30 % air.(sarwono,2007)

Di dalam tanah, berdasarkan fungsinya dalam budidaya pertanian, secara umum terdapat dua golongan

 jasad hayati tanah, yaitu yang menguntungkan dan yang merugikan. Jasad hayati yang menguntungkan

ini, yaitu yang terlibat dalam proses dekomposisi bahan organic dan pengikatan unsure hara. Keduanya

bermuara pada penyedian hara tersedia bagi tanaman serta sebagai pemangsa parasit. Sedangkan jasad

yang merugikan adalah yang memanfaatkan tanaman hidup, baik sebagai sumber pangan maupun

sebagai inangnya, yang disebut sebagai hama atau penyakit tanaman ataupun sebagai kompetitor dalam

penyerapan hara dalam tanah.(Kemas ali,2003)

 Fauna pada ekosistem tanah terdiri atas makro fauna dan mikro fauna. Makro fauna tanah meliputi :

herbivora seperti annelida(cacing tanah) ,milusca(bekicot), crustaceae, chilopoda(kelabang),

diplolopoda(kaki seribu), dan insecta(serangga) serta karnivora meliputi arachnida(laba-laba,

kalajengking),insecta(belalang sembah),ular atnah dan tikus tanah. Sedangkan mikro fauna tanah

meliputi protozoa dan rotifera.

Makro fauna tanah meningkatkan agregasi tanah, yang merupakan campuran antara bahan-bahan

organic dengan tanah.,sehingga mempermudah akar-akar tanaman untuk tubuh dengan baik. (lud,2005)

Cacing rentan terhadap perubahan lingkungan yang buruk. Maka dari itu cacing di gunakan untukbioindikator tanah. Tindakan budi daya pertanian yang tidak ramah lingkungan sangat berpengaruh

Page 9: ekodas cacing

7/22/2019 ekodas cacing

http://slidepdf.com/reader/full/ekodas-cacing 9/16

pada cacing, terutama pada tipe endogoik. Maka pada praktikum kali ini akan dilakukan pengujian

kualitas tanah dengan indicator cacing (Semakin tinggi jumlah cacing dalam suatu tanah maka semakin

 tinggi kualitas tanah).

I.2 Tujuan

 Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kualitas tanah dengan bio indicator cacing tanah.

II. Tinjauan Pustaka

a) cacing tanah

Secara alamiah,morfologi dan anatomi cacing tanah berevolusi menyesuaikan diri terhadap

lingkungannya. Atas dasar informasi dan pengalaman Bouche cit. Hanafiah(2002), merumuskan ekologis

cacing tanah seperti yang tertera dalam tabel,yaitu:

Sifat-sifat Epigeik (berpigmen merah dan hidup dalam tanah) Endogeik(tanpa pugmen merah dan hidup

dalam tanah) Anecigueik(hidup dalam tanah,makan dan eskresi di permukaan tanah.

1. Berhubungan dengan kebiasaan membuat liang tanah

-otot penggali

-kontraksi

longitudinal

-setae sampling

-bobot -mengecil

-tanpa

-tanpa

-ringan(10-30 mg) -berkembang

-tanpa-sedikit

-tanpa

-ringan-berat -sangat berkembang-penting

-ada

-berat(200-1100 mg)

2. berhubungan dengan sifat permukaan

-kepekaan terhadap cahaya

-respon terhadap iritasi mobilitas

-pembasahan kulit

-pembentukan pigmen

-regenerasi -tinggi

-positif

-berkembang

-homokromik( merah,coklat dan hijau)

-tanpa -kuat

-positif

-sedikit-tanpa

Page 10: ekodas cacing

7/22/2019 ekodas cacing

http://slidepdf.com/reader/full/ekodas-cacing 10/16

 

-penting -sedang

-positip

-sangat berkembang

-kedua ujung gelap

-penting

 3. sifat-sifat lainnya

-kesuburan

-kematangan

-kecepatan respirasi

-ketahanan terhadap lingkungan buruk

-kebutuhan makanan

-pergerakan isi perut -tinggi

-cepat

-tinggi

-seperti kokon

-meso

lambat -terbatas

-sedang

-sedikit-rendah

-mokro

-cepat -terbatas

-sedang

-sedang

-sedang

--makro

-bervariasi

Dari table diatas terlihat tipe endogeik mempunyai pergerakan isi perut yang lebih cepat ketimbang

dua tipe lainnya. Dengan demikian,dari segi penyuburan solum tanah yang sangat berperan dalam tipe

ini,tetapi paling rentan terhadap perubahan lingkungan yang buruk.oleh karena itu, penetapan

 tindakan budidaya pertanian yang tidak berwaawsan lingkungan dengan segera akan berpengaruh

negatif terhadap tipe ini. Aneciqueik mempunyai bobot yang paling berat dan kebisaan makan dan

ekskresi di permukaan tanahsehingga berperan paling penting dalam meninbgkatkan kadar biomass dan

kesuburan tanah lapisan atas. Apabila dikaitkan dengan kedalaman perakaran tanaman, tipe endogeik

akan lebih cepat terlihat pengaruhnya terhadap produktivitas tanaman tahunan/keras dan kehutanan

yang berakar dalam, sehingga tipe aneciqueik akan lebih cepat terlihat peranya pada tanaman semusimatau perakaran dangkal.(Kemas Ali,2003)

Page 11: ekodas cacing

7/22/2019 ekodas cacing

http://slidepdf.com/reader/full/ekodas-cacing 11/16

Cacing tanah mempunyai peran langsung dalam dekomposisi tanah. Cacing tersebut dapat memecah

fragmen-fragmen sampah pada tumbuhan dan mencampurnya dengan tanah. Mereka membawa sampah

dari permukaan ke dalam tanah,dan mengeluarkan secret mucus yang dapat memperbaiki struktur

 tanah. Celah-celah yang dibuat oleh cacing tanah dinamakan drilosfer, yang kaya bahan organic dan

nutrien anorganik. Kondisi lingkungan tanah yang baik ini merupakan lingkungan yang baik untuk

organisme. Cacing memiliki enzim selulosa dan khitinase yang ada pada ususnya yang membantumendegradasi selulosa dan polimer khitin. (lud,2005)

 Factor-faktor fisik yang mempengaruhi cacing tanah adalah a) kemasaman pH tanah,b)kelengasan

 tanah,c)temperatur,d)aerasi dan CO2.e)bahan organic.f)jenis tanah,dan g) suplai nutrisi.(Kemas

 Ali,2003)

III. Metodologi

III.1 Lokasi dan Waktu

 Peraktikum ini dilakukan pada tanggal 10 dan 11 April 2008 bertempat di perkebunan Agribisnis dan

 tanah sekitar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Identifikasi sample di Lab. Terpadu UIN Jakarta

III.2 Alat dan Bahan

 Alat yang digunakan pada praktikum ini:

 Roll meter / penggaris 

Sprayer 

Soil tester 

 Thermometer 

 Lux meter 

 Pisau penggali 

 Tissue 

 Plastik besar bening  

 Timbangan elektrik 

Crusible

 Oven 

Desikator/eksikator 

 Bahan yang digunakan pada praktikum ini :

Deterjent 

Minyak tanah 

 Air 

 Alcohol 70% 

III.3 Metode Kerja

Sample cacing

1. Dipilih 3 plot yaitu di bawah vegetasi, di tempat terbuka dan di dekat pembakaran/ pembuangan

sampah.

2. Dibersihkan plot dari serasah penutup tanah

 3. Dibatasi dan ditandai plot dengan ukutan 30 x30 cm

4. Diamati intensitas cahaya, ph, dan suhu pada plot

5. Dilarutkan deterjent dalam air.

6. Disemprotkan air deterjen ke permukaan plot dan diamkan selama 15 menit.

7. Dikumpulkan jenis cacing dimulai dari permukaan tanah hingga mencapai kedalaman 30 cm yang

dibagi dalam 3 kali penggalian, sekali penggalian 10 cm.

8. Dimasukan cacing ke dalam botol koleksi yang berbeda pada tiap penggalian.9. Dibersihkan cacing dengan aquadest

Page 12: ekodas cacing

7/22/2019 ekodas cacing

http://slidepdf.com/reader/full/ekodas-cacing 12/16

10. Dikeringkan cacing dengan menggunakan tissue dan ditimbang cacing pada timbangan elektrik.

11. Di hitung indeks dispersi(s)

Sample tanah

 Pertama

1. di ambil sample tanah, masing-masing 5 gram2. di timbang berat basah tanah

 3. di timbang crusible

4. dimasukan sample tanah pada oven 105 C

5. dimasukan ke dalam desikator/eksikator selama 15 menit

6. timbang sample tanah

Kedua

1. dimasukan sample ke dalam furnance muffle selama 3,5 jam pada suhu 700 C.

2. ditimbang sample

 3. dimasukan ke dalam desikator selama 15 menit

4. di timbang sample abu

IV. Hasil dan Pembahasan

IV.1 Hasil Pengamatan

 Factor fisik

 Plot Suhu (OC) Ph Lux meter(klux)

Udara( C ) tanah

1 28.5 27 4.8 1.29

2 29 28 5.2 5.9

 3 29 28.5 5.8 14.83

 Jumlah cacing

 Plot Lokasi 10 cm 20 cm 30 cm Jumlah

1 vegetasi 52 7 0 59

2 tempat sampah 19 2 1 22

 3 Tempat terbuka 0 0 0 0

Massa cacing

plot lokasi Massa tubuh cacing(gram)

1 Vegetasi 0.21

2 Tempat sampah 9.7

 3 Tempat terbuka 0

Kelompok Plot Berat crussible(gram) Berat basah(gram) Berat tanah di oven(gram) Berat abu(gram)

I 1 31.68 5 35.60 34.9

2 32.10 5 35.67 35.0

 3 31.02 5 35.12 34.8

II 1 37.94 5 41.65 40.9

2 36.00 5 40.24 40.0

 3 38.5 5 42.23 41.7

III 1 32.45 5 36.19 35.7

2 31.14 5 34.84 34.5 3 32.22 5 36.09 35.2

Page 13: ekodas cacing

7/22/2019 ekodas cacing

http://slidepdf.com/reader/full/ekodas-cacing 13/16

 

Kandungan air hilang pada proses di oven

 Plot1 = (berat crussible+berat basah)- berat oven

= ( 32,45 + 5)-36.19

= 1,26

 Plot2 = (berat crussible+berat basah)- berat oven

= ( 31.14+5 )-34.84

= 1.3

 Plot 3 = (berat crussible+berat basah)- berat oven

= ( 32.22+5)-36.09

= 1,33

kandungan air yang hilang pada proses di furnance muffle

 Plot1 = (berat oven-berat desikater

= 36.19-35.7

= 0.49

 Plot2 = berat oven-berat desikater

= 34.84-34.5

= 0.34

 Plot3 = (berat oven-berat desikater

= 36.9-35.2

= 0.89

% kadar air tanah =berat basah tanah(berat basah+berat crusible)- berat kering tanah x 100%

berat basah tanah

% kadar air tanah plot1 = 37.45 –  36.19 = 0.033x 100%=3.3%

 37.45

% kadar air tanah plot2 = 36.14 –  34.84 = 0.035x 100%=3.5%

 36.84

% kadar air tanah plot3 = 37.22 –  36.09 = 0.030x 100%=3.0 %

 37.22

% kadar bahan organic = berat kering tanah –  berat abu x 100%

berat kering tanah

% kadar bahan organik plot1 = 0.046 x 100% = 4%

% kadar bahan organik plot2 = 0.009 x 100% = 0.9 %

% kadar bahan organik plot3= 0.024 x 100% = 2.4%

IV.2 Pembahasan

 Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai populasi decomposer dengan tujuan untuk

dapat mengetahui kualitas tanah dengan bio indikator cacing tanah. Percobaan ini dilakukan pada tiga

plot, yaitu di bawah vegetasi, di dekat tong sampah dan di daerah terbuka.

 Penggunaan cacing tanah sebagai bio indicator karena adanya kerentanan cacing terhadap perubahanlingkungan, terutama pada tipe endogeik. Tipe endogeik adalah tipe cacing yang hidup di dalam tanah,

Page 14: ekodas cacing

7/22/2019 ekodas cacing

http://slidepdf.com/reader/full/ekodas-cacing 14/16

 tidak berpignentasi, yang dapat menembus terowongan hingga kedalaman 45cm. Tepi ini kebanyakan

 terdiri atas Lumbricus terrestris.

Cacing tanah mempunyai peran langsung dalam dekomposisi tanah. Cacing tersebut dapat memecah

fragmen-fragmen sampah pada tumbuhan dan mencampurnya dengan tanah. Mereka membawa sampah

dari permukaan ke dalam tanah,dan mengeluarkan secret mucus yang dapat memperbaiki struktur

 tanah.( (lud,2005) Proses permulaan yang dilakukan adalah penyemprotan larutan deterjen ke permukaan plot. Deterjan

digunakan untuk untuk mendatangkan makro fauna tanah di sekitar tempat pengamatan dengan bau

yang dihasilkan. Deterjen(Wikipedia) adalah campuran berbagai bahan ynag digunakan untuk membantu

pembersihan danterbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Di dalamnya terdapat zat adiktif

untuk membuat lebih wangi.(deterjen.http:www.wikipedia/deterjen)

Data fisik yang didapatkan dari masing-masing plot terdiri dari suhu udara dan di tanah, ph dan

intensitas cahaya. Data suhu pada plot 1, 2dan3 adalah 28.5 C, 29 C dan 29 C(pada udara) serta pada

 tanah 27C, 28 C dan 28.5 C. PH pada masing-masing plot adalah 4.8, 502 dan 5.8. sedangkan intensitas

cahaya yang terjadi pada saat pengujian pada masing-masing plot adalah 1.29 klux, 509 klux dan 14.83

klux.

Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat menentukan kehadiran dan

kepadatan organisme tanah., dengan demikian suhu tanah akan menentukan tingkat dekomposisi

material organik tanah. Fluktuasi suhu tanah lebih rendah dari suhu udara, dan suhu tanah sangat

 tergantung dari suhu udara. Suhu tanah lapisan atas mengalami fluktuasi dalam satu hari satu malam

dan tergantung musim.

 Pengukuran pH tanah juga sangat diperlukan dalam melakukan penelitian mengenai fauna tanah. Suin

(1997), menyebutkan bahwa ada fauna tanah yang hidup pada tanah yang pH-nya asam dan ada pula

yang senang hidup pada tanah yang memiliki pH basa.(rahmawati,2004)

 Plot Lokasi 10 cm 20 cm 30 cm Jumlah

1 vegetasi 52 7 0 59

2 tempat sampah 19 2 1 22 3 Tempat terbuka 0 0 0 0

Dari data yang didapat pada plot menunjukan banyaknya jumlah spesies cacing pada vegetas, adanya

spesies pada tempat sampah dan tidak ditemukannya sample pada tempat tebuka . Hal ini dikarenakan

di bawah vegetasi memiliki intensitas cahaya yang rendah, suhu rendah dan kandungan air yang

 tinggi.Massa tubuh cacing yang didapatkan adalah pada vegetasi,tempat sampah dan tempat terbuka

adalah 0.21, 9.7 dan 0 gram. Massa tubuh pada tempat sampah besar karena di temukannya cacing yang

berukuran besar. Jenis tanah pada tempat dekat sampah adalah humus,warna coklat kemerahan.

Hasil dari proses untuk menentukan sample tanah dengan melihat kandungan air dari tanah. Data yang

di dapatkan:

plot Berat crusible Berat basah Berat kering Berat abu

1 32.45 5 36.19 35.7

2 31.14 5 34.84 34.5

 3 32.22 5 36.09 35.2

 Berat basah adalah berat murni dari tanah. Berat kering adalah berat tanah setyelah proses pemanasan

di dalam oven. Semakin kecil berat keringnya, artinya semakin banyak kandungan air dalam tanah

 trsebut dan dimungkinkan kalau tanah itu memiliki kesuburan .

 Tanah yang terdapat di bawah vegetasi, di dekat tong sampah dan di tempat terbuka memiliki jenisyang berbeda-beda karena adanya factor abiotik yang berbeda seperti Ph, intensitas cahaya,

Page 15: ekodas cacing

7/22/2019 ekodas cacing

http://slidepdf.com/reader/full/ekodas-cacing 15/16

kelembaban, suhu dan lain-lain.

Dari data di atas dapat dicari kadar air dan kadar bahan organic.dengan rumus adalah sebagai berikut:

% kadar air tanah =

berat basah tanah(berat basah+berat crusible)- berat kering tanah x 100%

berat basah tanah

% kadar bahan organic = berat kering tanah –  berat abu x 100%berat kering tanah

hasil perhitungan pada dari persentase kadar air tanah dan kadar bahan organic, menunjukan

persentasi pada plot 1, 2 dan 3 masing-masing adalah 3.3%, 3.5 % dan 3.0%. data itu menujukan kalau

pada plot ke-2 yang merupakan tempat sampah memiliki kadar air tanah tertinggi, selanjutnya diikuti

oleh plot 1 atau tempat vegetasi serta kadar air terendah terdapat pada tempat terbuka.

Sebenarnya seharusnya kandungan air tertinggi adalah pada tempat di bawah vegetasi. Karena di

bawah vegetasi, suhu, intensitas cahaya rendah, sehingga proses penguapan juga sangat sedikit .

banyaknya kandungan air berhubungan erat dengan besarnya tegangan air(moisture tention) dalam

 tanah.(sarwono,2007)

 Persentasi bahan organic dari perhitungan menunjukan kadar bahan organic pada plot 1,2 dan3 adalah

masing-masing 4%,0.9%, dan 2.4 %. Kadar bahan organic pada tempat sampah, dari hasil perhitungan

memiliki kadar bahan organic terkecil, tetapi seharusnya kadar organic dari tanah tinggi, karena sering

ada perobakan bahan bahan- bahan organic kasar.

 Bahan organic umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hany7a sekitar 3-5%,

 tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. (sarwono,2007)

 V. Penutup

 V.1 Kesimpulan

• Penggunaan cacing  tanah sebagai bio indicator karena adanya kerentanan cacing terhadap

perubahan lingkungan, terutama pada tipe endogeik

• Cacing tanah mempunyai peran langsung dalam dekomposisi tanah. 

• Deterjan digunakan untuk untuk mendatangkan makro fauna tanah di sekitar tempat pengamatandengan bau yang dihasilkan atau agar cacing datang ke atas permukaan.

• Tanah di bawah vegetasi memiliki intensitas cahaya yang rendah, suhu rendah dan kandungan air yang

 tinggi

• Massa tubuh pada tempat sampah besar karena di temukannya cacing yang berukuran besar

• Kadar bahan organic tanah dekat tong sampah tinggi 

• Rata-rata persentasi kadar air adalah 3.2% dan dan kadar bahan organic 2,43 %

 V.2 Saran

Menambah tempat yang lebih memadai

Daftar Pustaka

Hanafiah, Kemas Ali. 2003. Biologi Tanah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Harjowigeno, Sarwono. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademi Pressindo

Deterjen. http: wikipedia/dejerjan. Di ambil tanggal 18 April 2008 jam 23.48

 Rahmawati .2004. Studi Keanekaragaman Mesofauna Tanah Di Kawasan Hutan Wisata Alam Sibolangit.

http: library.usu.ac.id/dounloud/fp/hutan-rahmawati.diambil pada tanggal 12 April 2008 jam 16.22

 Waluyo,Lud.2005.Mikro Biologi Lingkungan. Malang:UMM-Press

 Wirakusumah,Sambas. 2003. Dasar-Dasar Ekologi. Jakarta : UIP

 Pertanyaan

1. Termasuk jenis tanah apakah petakan tanah yang anda amati?

2. tuliskan perkiraan rantai pakan detritus pada ekosistem yang anda amati? 3. jelaskan fungsi penyemprotan larutan formalin atau larutan sabun pekat pada permukaan petekan?

Page 16: ekodas cacing

7/22/2019 ekodas cacing

http://slidepdf.com/reader/full/ekodas-cacing 16/16

 Jawab

1) plot1 = tanah liat

plot 2=liat berpasir

plot 3=berpasir ringan

2) bahan organic di makan oleh cacing dan cacing yang mati diuraikan oleh bakteri pengurai

 3) Deterjan digunakan untuk untuk mendatangkan makro fauna tanah di sekitar tempat pengamatandengan bau yang dihasilkan atau agar cacing datang ke atas permukaan