EIS2

download EIS2

of 33

description

fraktur

Transcript of EIS2

REFERATFRAKTUR HUMERUS

Pembimbing:dr. ERWIEN ISPARNADI, Sp. OT

Disusun Oleh :FIKA TASLIM(201410401011009)MARTHA DEWI CAESA PUTRI(201410401011050)YUSRIN AULIA (201410401011040)SITTI KHOIRUN NISAK (201410401011004)

SMF BEDAH RSU HAJI SURABAYAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG2014

LEMBAR PENGESAHANREFERATFRAKTUR HUMERUS

Referat dengan judul FRAKTUR HUMERUS telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di bagian SMF BEDAH.

Surabaya, 2014 Pembimbing

dr.ERWIEN ISPARNADI Sp.OT

BAB 1PEDAHULUANFraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur berarti deformasi atau diskontinuitas dari tulang oleh tenaga yangmelebihi kekuatan tulang. Fraktur dapat diklasifikasikan menurut garis fraktur(transversal, spiral, oblik, segmental, komunitif), lokasi (diafise, metafise, epifise) dan integritas dari kulit serta jaringan lunak yang mengelilingi (terbuka atau compound dan tertutup)4 .Kebanyakan fraktur terjadi akibat trauma yang disebabkan oleh kegagalan tulang menahan tekanan membengkok, memutar dan tarikan. Trauma yang dapat menyebabkan fraktur berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung 4 .Fraktur humerus adalah salah satu fraktur yang cukup sering terjadi. Insiden terjadinya fraktur shaft humerus dlaah 4 % ari semua kejadian fraktur. Frktur shaft dapat terjadi pada sepertiga proksimal, tegah dan distal.

Fraktur korpus humeri dapat terjadi semua usia.Pada bayi, humerus sering mengalami fraktur pada waktu persalinan sulit, atau cedera non-accidental.Fraktur ini dapat menyembuh dengan cepat dengan pembentukan kalus massif dantidak perlu perawatan. Pada orang dewasa, fraktur pada humerus tidak umum terjadi. Terdapat beberapa jenis fraktur, tetapi dapat dirawat dengan cara yangsama. Jika perawatan dilakukan dengan baik, maka tidak akan menimbulkan masalah.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1 ANTOMI OS. HUMERUS

Gambar 2.1 Anatomi Os. HumerusHumerus (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal bersendi pada siku lengan dengan dua tulang ulna dan radius.Ujung proksimal humerus memiliki bentuk kepala bulat (caput humeri) yang bersendi dengan kavitas glenoidalis dari scapula untuk membentuk articulatiogleno-humeri. Pada bagian distal dari caput humeri terdapat collum anatomicum yang terlihat sebagai sebuah lekukan oblik. Tuberculum majus merupakan sebuah proyeksi lateral pada bagian distal dari collum anatomicum. Tuberculum majus merupakan penanda tulang bagian paling lateral yang teraba pada regio bahu.Antara tuberculum majus dan tuberculum minus terdapat sebuah lekukan yang disebut sebagai sulcus intertubercularis. Collum chirurgicum merupakan suatu penyempitan humerus pada bagian distal dari kedua tuberculum, dimana caput humeri perlahan berubah menjadi corpus humeri. Bagian tersebut dinamakancollum chirurgicum karena fraktur sering terjadi pada bagian ini.Corpus humeri merupakan bagian humerus yang berbentuk seperti silinderpada ujung proksimalnya, tetapi berubah secara perlahan menjadi berbentuksegitiga hingga akhirnya menipis dan melebar pada ujung distalnya. Pada bagianlateralnya, yakni di pertengahan corpus humeri, terdapat daerah berbentuk huruf dan kasar yang disebut sebagai tuberositas deltoidea. Daerah ini berperansebagai titik perlekatan tendon musculus deltoideus.Beberapa bagian yang khas merupakan penanda yang terletak pada bagiandistal dari humerus. Capitulum humeri merupakan suatu struktur seperti tombolbundar pada sisi lateral humerus, yang bersendi dengan caput radii. Fossa radialismerupakan suatu depresi anterior di atas capitulum humeri, yang bersendi dengancaput radii ketika lengan difleksikan. Trochlea humeri, yang berada pada sisimedial dari capitulum humeri, bersendi dengan ulna. Fossa coronoidea merupakan suatu depresi anterior yang menerima processus coronoideus ulna ketika lengandifleksikan. Fossa olecrani merupakan suatu depresi posterior yang besar yangmenerima olecranon ulna ketika lengan diekstensikan. Epicondylus medialis danepicondylus lateralis merupakan suatu proyeksi kasar pada sisi medial dan lateraldari ujung distal humerus, tempat kebanyakan tendon otot-otot lengan menempel.Nervus ulnaris, suatu saraf yang dapat membuat seseorang merasa sangat nyeriketika siku lengannya terbentur, dapat dipalpasi menggunakan jari tangan padapermukaan kulit di atas area posterior dari epicondylus medialis.Di bagian posterior tengah humerus, melintas nervus radialis yang melingkari periosteum diafisis humerus dari proksimal ke distal dan mudah mengalami cedera akibat patah tulang humerus bagian tengah. Secara klinis, pada cedera nervus radialis didapati ketidak mampuan melakukan ekstensi pergelangan tangan sehingga pasien tidak mampu melakukan fleksi jari secara efektif dan tidakdapat menggenggam.

Gambar 2.2 Anantomi Os.Humerus(a) Anterior and (b) Posterior Humerus. (c) Humerus dengan tiga saraf utama yaitun. axillaris, n. radialis and n. ulnaris.

Gambar 2.3 Anantomi Os. Huemrus Anterior dan Posterior Humerus. Tempat insersi otot-otot berhubungan denganpergerakan humerus Vaskularisasi regio brachii dijelaskan pada bagian berikut:Arteri brachialis merupakan lanjutan a. axillaris, dimulai dari tepi inferiorm. teres mayor. Arteri ini melanjutkan diri ke fossa cubiti dan di sini berakhirsebagai dua cabang terminal, yaitu aa. Ulnaris et radialis. Cabang-cabangnya yangberada di regio ini adalah aa. Profunda brachii, collaterales ulnares proksimal et distalis. Arteri profunda brachii berjalan ke posterior bersama n. radialis. Di sinilateral regio brachii arteri ini berakhir sebagai dua cabang terminalnya, yaitu a.collateralis radialis, yang berjalan ke anterior bersama n. radialis dan a.collateralis media, yang menuju sisi posterior epicondylus lateralis humeri.5Arteri collateralis ulnaris proksimalis berawal dipertengahan regio brachiidan berjalan bersama n. ulnaris menuju sisi posterior epicondylus medialishumeri. Arteri collateralis ulnaris distalis awalnya sedikit di superior dari artikulasicubiti dan berjalan di posterior dari n. medianus, kemudian cabang-cabangnyamenuju sisi anterior dan posterior epicondylus medialis humeri.5Vena brachialismengikuti arterinya dan kira-kira di dua pertiga proksimal regio ini v. basilicaberjalan superficial terhadap a. brachialis.

Gambar 2.4. Perjalanan saraf dan arteri pada lengan

2.2 Fraktur2.2.1 Definisi Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun parsial.42.2.2 Klasifikasi 1. Klasifikasi etiologi Fraktur traumaticKarena trauma yang yang terjadi secara tiba-tiba. Fraktur patologisKarena kelemahan tulang akibat keadaan patologis tulang. Fraktur stressKarena trauma yang terus memenerus pada suatu tempat tertentu.2. Klasifikasi klinis Fraktur tertutupFraktur yang tidak ada hubungan dengan dunia luar. Fraktur terbukaFraktur yang mempunyai hubungan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak. Bisa dari dalam (from within) atau dari luar (from without). Fraktur dengan komplikasiFraktur dengan komplikasi misal infeksi tulang, malunion, delayed union dan nonunion.

3. Klasifikasi radiologis Lokasi Diafisis Metafisis Intra artikular Fraktur dengan dislokasi

Gambar 2.5 fraktur menurut lokasi Konfigurasi Tranfersal : garis patah tulang melintang sumbu tulang. Oblik : garis patah tulang membentuk sudut pada sumbu tulang. Spiral : garis patah tulang berada di dua bidang atau lebih. Segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan. Komminutifa : fraktur lebih dari 2 fragmen fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan. Avulsi : fraktur yang di akibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot yang insersinya pada tulang. Depresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang kearah permukaan lain. Impaksi : satu fragmen masuk ke fragmen yang lain. Fraktur epifisis

Gambar 2.6 fraktur menurut konfigurasi 4 Ekstensi Total/ komplit Tidak total (crack)/ parsial Torus Garis rambut Green stick

Gambar 2.7 macam-macam fractur Hubungan antar fragmen Undisplaced (tidak bergeser) Displaced (bergeser) Shifted Sideways menggeser ke samping tapi dekat Angulated membentuk sudut tertentu Rotated memutar Distracted saling menjauh karena ada interposisi Overriding garis fraktur tumpang tindih Impacted satu fragmen masuk ke fragmen yang lain

Gambir 2.8 fraktur menurut hubungan antar fragmen 42.2.3 Prinsip pengobatan fraktur 1. Recognition : diagnosis dan penilaian fraktur : Lokalisasi fraktur Bentuk fraktur Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan.2. Reduction : reduksi fraktur apabila perlu Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima.Pada fraktur intra-artikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti kekakuan, deformitas serta perubahan osteoarthritisPosisi yang baik adalah : Alignment yang sempurna Aposisi yang sempurna Fraktur yang tidak memerlukan reduksi : Fraktur pada klavikula Fraktur costae Fraktur impaksi dari humerus Angulasi < 5 0 pada tulang panjang anggota gerak bawah dengan lengan atas dan angulasi sampai 10 0 pada humerus dapat diterima. Terdapat kontak sekurang-kurangnya 50 % Over-riding tidak melebihi 0,5 inchi pada fraktur femur Adanya rotasi tidak dapat diterima dimanapun lokasi frakturnya. Ada 3 cara reduksi yaitu 5:a. Close reduksi : Anestesi dan muscle relaxan. Menggunakan 3 manufer yaitu (1) bagian distal ditarik ke garis tulang (2) sementara fragmen-fragmen terlepas, fragmen direposisi dengan mengembalikan arah kekuatan, asalkan ini dapat diperkirakan (3) Penjajaran disesuaikan ke setiap bidang. efektif bila periosteum dan otot pada satu sisi fraktur tetap utuh. Pengikatan jaringan lunak mencegah over reduksi dan menstabilkan fraktur setelah direduksi.

Gambar 2.12 close reduksib. Traksi mekanis: beberapa fraktur (fracture femur) sulit di lakukan close reduksi karena ototnya yang kuat. c. Operasi terbuka : (1) bila reduksi gagal karena sulit kontrol fragmen dan ada jaringan diantara fraktur(2) bila ada fragmen artikular yang butuh posisi yang akurat (3) fraktur avulsi (4) bila terjadi cidera ikutan misal cidera arteri (5) bila butuh pemasangan internal fiksasi.3. Retention : imobilisasi fraktur untuk mencegah pergeseran, menurunkan nyeri dan memperantarai penyembuhan. Caranya berupa :a. Traksi : dipakaikan pada bagian distal fraktur dan untuk menarik terus-menerus sepanjang aksis tulang. Efektif pada fraktur tulang panjang. (1) traksi grafitasi (2) balance traksi (skin dan skeletal traksi) diberi beban 4-5 kg (3) fixed traksi .b. Cast splintage : banyak digunakkan. Terutama pada distal fraktur dan fraktur pada anak. Cukup aman dan dapat imobilisasi fraktur dengan baik. Kompliksi pemakaian terlalu ketat dapat menyebabkan hambatan vascular, decubitus, perlukaan kulit dan bila telalu longgar karena bengkak menghilang maka harus diganti.

Gambar 2. 9 macam traksi 4

Gambar 2.10 cast splintage 4c. Fungsional bracing : banyak digunakkan pada fraktur femur dan tibia. Karena tidak terlalu rigid maka digunakkan bila fraktur mulai union, misal setelah 3-6 minggu setelah traksi atau splintage.

Gambar 2.11 fungsional bracing d. Internal fiksasi : fragmen tulang difiksasi menggunakkan sekrup, pin, plate, intramedullary nail, pita yang melingkar dan kombinasi teknik tersebut. Keuntungannya mempu menahan fragmen dengan baik dan tidak menimbulkan kekakuan sendi dan edema. Kerugian dapat menimbulkan infeksi. Indiksasi fiksasi interna : (1) fraktur yang tidak bisa di reduksi tanpa operasi (2) fraktur yang tidak sabil dan kemungkinan akan bergeser setelah reduksi (3) fraktur collum femoris (4) fraktur patologis (5) fracture multiple.

Gambar 2.11 internal fiksasi 5e. Eksternal fiksasi : prinsipnya tulang difiksasi diatas dan dibawah fraktur dengan pin, sekrup atau kawat yang kuat dan dihubungkan diluar dengan balok yang kuat. Indikasinya dalah (1) fraktur dengan kerusakan jaringan yang parah (2) fraktur comminutifa dan unstable (3) fraktur pelvis yang tidak dapat dikontrol dengan berbagai metode (4) fraktur dengan kerusakan saraf dan pembuluh darah (5) infeksi pada fraktur (6) fraktur non union dimana terdapat fragmen yang mati dan sklerotik. Kompliksai eksternal fiksasi adalah kerusakan jaringan lunak dan infeksi disekitar jalur pin.

Gambar 2.17 eksternal fiksasi 44. Rehabilitation :Lebih tepatnya memulihkan fungsi, bukan saja pada bagian yang mengalami cedera tetapi juga pada pasien secara keseluruhan. Tujuannya adalah mengurangi edema, mempertahankan gerakan sendi, memulihkan kekuatan otot, dan memandu pasien kembali ke aktifitas normal.

2.3 FRAKTUR HUMERUS Fraktur pada humerus dapat terjadi mulai dari proksimal (kaput) sampai bagian distal (ondilus) humeri :1. Fraktur leher2. Fraktur tuberkulum mayus3. Fraktur diafisis4. Fraktur suprakondiler5. Fraktur kondiler6. Fraktur epidondilus medialisEtiologi Umumnya fraktur yang terjadi, dapat disebabkan beberapa keadaan berikut:1.Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakanpuntir mendadak, kontraksi otot ekstrim.2.Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kakiterlalu jauh.3.Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada frakturpatologis.6

Patofisiologi Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegasuntuk menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besardari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yangmengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadifraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, danjaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karenakerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringantulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalaminekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagnvasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadianinilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya.6Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur penyembuhan tulang :1.faktor intrinsik : beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukn daya tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasiitas absorbsi dari tekanan, elastisitas,kelelahan (fatigue fraktur), dan kepadatan atau kekerasan tulang.2. faktor ekstrinsik : adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhaddap besar,waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.Klasifikasi Berikut klasifikasi fraktur diafisis humerus menurutOrtopaedics TraumaAssociation (OTA) 7 8Tipe A: fraktur sederhana (simple fracture)A1: spiralA2: oblik (>30)A3: transversa (