Efisiensi Ekonomi - Ek Mikro
-
Upload
mella-yoepoppo -
Category
Documents
-
view
1.038 -
download
2
Transcript of Efisiensi Ekonomi - Ek Mikro
EFISIENSI EKONOMI
Disusun oleh:
1. Hilda Asih Mardiah
2. Khoriyah
3. Mela Titiani
EKONOMI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
EFISIENSI EKONOMI
A. Konsep Dasar Efisiensi Ekonomi
1.1 Arti Efisiensi
Efisiensi seringkali dikaitkan dengan kinerja suatu organisasi karena efisiensi
mencerminkan perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input). Dalam
berbagai literatur, efisiensi juga sering dikaitkan dengan produktivitas karena sama-
sama menilai variabel input terhadap output. Pengertian produktivitas berkebalikan
dengan pengertian efisiensi. Produktivitas dihitung dengan cara membagi output
terhadap input, sedangkan efisiensi adalah input dibagi dengan output. Gambar 1
menjelaskan hubungan antara input, proses, dan output dalam perhitungan efisiensi
dan produktivitas.
Produtivitas
Efisiensi
Gambar 1 Konsep Efisiensi dan Produktivitas
Sumber: Mulyadi, 2007.
Agar lebih jelas, dapat dicontohkan sebagai berikut. Untuk menghasilkan 100
unit output diperlukan 20 kg input. Efisiensi dalam penggunaan input dihitung sebesar
20% (20 : 100), yang berarti bahwa setiap unit output membutuhkan 0,20 kg input.
Input OutputProses
Produktivitas input dihitung sebesar 5 (100 : 20), yang berarti bahwa setiap 1 kg input
dapat menghasilkan 5 unit output. Jika misalnya, dengan melakukan perbaikan proses,
dapat dihasilkan 125 unit output dengan mengkonsumsi 20 kg input, maka efisiensi
baru dihitung sebesar 16% (20 : 125) atau dengan kata lain efisiensi meningkat 4%
(20% - 16%). Ditinjau dari produktivitas, perbaikan terhadap proses tersebut
mengakibatkan produktivitas meningkat menjadi 6,25 (125 : 20) atau dengan kata lain
produktivitas meningkat 1,25 (6,25 – 5).
Berdasarkan contoh di atas, efisiensi dan produktivitas merupakan indeks yang
menunjukkan hasil perbandingan antara output dan input. Kedua rasio tersebut
menunjukkan bahwa indeks efisiensi atau produktivitas dapat dikendalikan dengan
jalan merekayasa pengelolaan input atau output, atau bahkan keduanya sekaligus.
Efisiensi dan produktivitas dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu unit
kegiatan ekonomi.
Wirapati (1976) mendefinisikan efisiensi sebagai usaha untuk mencapai hasil
yang maksimal dengan menggunakan sumber daya yang tersedia, yang meliputi
sumber daya alam, modal, dan manusia dalam suatu waktu. Jadi menurut Wirapati,
efisiensi dapat dilihat dari 2 segi, yaitu pertama, hasil yang telah dicapai, dan kedua
adalah usaha yang telah dilakukan.
The Liang Gie dan Miftah Thoha (1978) menjelaskan bahwa suatu kegiatan
dapat disebut efisien jika usaha yang telah dilakukan, memberikan output yang
maksimum, baik dari jumlah maupun kualitas. Suatu kegiatan juga dapat dikatakan
efisien jika dengan usaha minimum dapat mencapai output tertentu. Usaha yang
dimaksud mencakup material, pikiran, tenaga jasmani, ruang, dan waktu.
Efisiensi menurut Ghiselli dan Brown adalah sebagai berikut: The term
efficiency has a very ecact definition. It is expressed as the ratio of output to input
(E.E. Ghiselli & C.W. Brown, 1955, hal. 251). Jadi menurut Ghiselli & Brown, istilah
efisiensi mempunyai pengertian yang sudah pasti, yaitu menunjukkan adanya
perbandingan antara keluaran dan masukan.
Dalam pengertian ini, perlu dibedakan antara pengertian efisiensi dengan
pengertian efisiensi optimal. Efisiensi adalah perbandingan antara output dengan
input. Efisiensi optimal adalah perbandingan terbaik antara output dan input. Menurut
Yazar A. Oscan (2008), konsep efisiensi dapat dijabarkan menjadi efisiensi teknis
(technical efficiency), efisiensi skala (scale efficiency), efisiensi biaya (price
efficiency) dan efisiensi alokatif (allocative efficiency).
Yoto Paulus dan Nugent (1976) dalam Rica Amanda (2010) membedakan efisiensi
menjadi tiga, yaitu efisiensi teknis, efisiensi harga, dan efisiensi ekonomis. Efisiensi
ekonomis merupakan produk dari efisiensi teknik dan efisiensi harga, sehingga efisiensi
ekonomis dapat tercapai jika efisiensi teknis dan efisiensi harga dapat tercapai (Farrel, 1975
dalam Rica Amanda, 2010).
Dalam teori ekonomi, ada dua pengertian efisiensi, yitu efisiensi teknis dan efisiensi
ekonomis. Efisiensi ekonomis mempunyai sudut pandang makro yang mempunyai jangkauan
lebih luas dibandingkan dengan efisiensi teknis yang bersudut pandang mikro.
Pengukuran efisiensi teknis cenderung terbatas pada hubungan teknis dan operasional
dalam proses konversi input menjadi output. Akibatnya usaha untuk meningkatkan efisiensi
teknis hanya memerlukan kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu dengan pengendalian
dan alokasi sumber daya yang optimal.
Dalam efisiensi ekonomis, harga tidak dianggap given, karena harga dapat
dipengaruhi oleh kebijakan makro (Walter, 1995 dalam Adrian Sutawijaya dan Etty Puji
Lestari, 2009).
Nicholson (2003) dalam Rica Amanda (2010) menyatakan bahwa efisiensi dibagi
menjadi dua pengertian. Pertama, efisiensi teknis yaitu pilihan proses produksi yang
kemudian menghasilkan output tertentu dangan meminimalisasikan sumber daya. Kondisi
efisiensi teknis ini digambarkan oleh titik disepanjang kurva isoquan. Kedua, efisiensi
ekonomis yaitu bahwa pilihan apapun teknik yang digunakan dalam kegiatan produksi harus
haruslah yang meminimumkan biaya. Pada efisiensi ekonomis, kegiatan perusahaan akan
dibatasi oleh garis anggaran (isocost) yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. efisiensi
produksi yang dipilih adalah efisiensi yang di dalamnya terkandung efisiensi teknisa dan
efisiensi ekonomis.
Efisiensi ekonomis terdiri atas efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. Efisiensi teknis
adalah kombinasi antara kapasitas dan kemampuan unit ekonomi untuk memproduksi sampai
tingkat output maksimum dari jumlah input dan teknologi.
Efisiensi alokasi adalah kemampuan dan kesediaan unit ekonomi untuk beroperasi
pada tingkat nilai produk marginal sama dengan biaya marginal, MVP = MC (Samsubar
Saleh, 2000)
Menurut Samsubar Saleh (2000) ada tiga kegunaan mengukur efisiensi. Pertama,
sebagai tolak ukur untuk memperoleh efisiensi relatif, mempermudah perbandingan antara
unit ekonomi satu dengan yang lainnya. Kedua, apabila terdapat variasi tingkat efisiensi dari
beberapa unit ekonomi yang ada maka dapat dilakukan penelitian untuk menjawab faktor-
faktor apa yang menentukan perbedaan tingkat efisiensi, dengan demikian dapat dicari solusi
yang tepat. Ketiga, informasi mengenai efisiensi memiliki implikasi kebijakan karena
membantu pengambilan kebijakan untuk menentukan kebijakan yang tepat.
Dalam ekonomi publik, efisiensi yang terjadi mengacu pada kondisi pareto optimal,
yaitu suatu kondisi perekonomian dimana tidak ada satu pihakpun yang dapat menjadi lebih
baik tanpa merugikan pihak lain (Guritno, 1993).
Ada tiga faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu apabila dengan input yang sama
menghasilkan output yang lebih besar, dengan input yang lebih kecil menghasilkan output
yang sama, dan dengan input yang lebih besar menghasilkan output yang besar pula (Kost dan
Rosenwig, 1979 dalam Dhita Triana Dewi, 2010)
Jika pengertian efisiensi dijelaskan dengan pengertian input-output maka efisiensi
merupakan rasio antara output dengan input atau dinyatakan dengan rumus sebagai berikut
(Marsaulina N, 2011):
E = O/I
Dimana;
E = efisiensi
O = Output
I = Input
Efisiensi merupakan hasil perbandingan antara output fisik dan input fisik. Semakin
tinggi rasio output terhadap input maka semakin tinggi tingkat efisiensi yang dicapai.
Efisiensi juga dapat dijelaskan sebagai pencapaian output maksimum dari penggunaan
sumber daya tertentu. Jika output yang dihasilkan lebih besar dari pada sumber daya yang
digunakan maka semakin tinggi pula tingkat efisiensi yang dicapai.
Efisiensi teknis (TE) didefinisikan sebagai kemampuan seorang produsen
untuk mendapatkan output maksimum dari penggunaan sejumlah input. Efisiensi
teknis (TE) berhubungan dengan kemampuan produsen untuk berproduksi pada kurva
batas isoquan (frontier isoquan). Dapat juga didefinisikan sebagai kemampuan
produsen untuk memproduksi pada tingkat output tertentu dengan menggunakan
input minimum pada tingkat teknologi tertentu.
Efisiensi alokatif (AE) adalah kemampuan seorang produsen untuk
menggunakan input pada proporsi yang optimal pada harga faktor dan teknologi
produksi yang tetap (given). Dapat juga didefinisikan sebagai kemampuan produsen
untuk memilih tingkat penggunaan input minimum di mana harga-harga faktor dan
teknologi tetap. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa AE menjelaskan kemampuan
produsen dalam menghasilkan sejumlah output pada kondisi miminimalisasi rasio
biaya input.
Gabungan kedua efisiensi ini disebut efisiensi ekonomi (EE), artinya bahwa
produk yang dihasilkan baik secara teknik maupun alokatif efisien. Secara ringkas
dapat dikatakan EE sebagai kemampuan yang dimiliki oleh petani dalam berproduksi
untuk menghasilkan sejumlah output yang telah ditentukan sebelumnya. Secara
ekonomik efisien bahwa kombinasi input-output akan berada pada fungsi produksi
frontier dan jalur pengembangan usaha (expantion path). Pendekatan yang digunakan
untuk mengestimasi tingkat efisiensi teknis dalam perkembangan selanjutnya
menggunakan fungsi stochastic production frontier (SPF). Berdasarkan artikel, ketiga
pendekatan tersebut diperkenalkan secara lebih luas oleh Aigner, Lovell dan Schmidt
(1977) maupun Meeusen dan Van den Broeck (1977).
1.2 Efisiensi Teknis
Efisiensi teknis merupakan proses pengubahan input menjadi output. Konsep
ini hanya berlaku pada hubungan internal yang bersifat teknis antara input dengan
output. Untuk lebih jelasnya, akan dijelaskan dengan contoh pengukuran efisiensi
rumah sakit sebagai berikut.
Misalkan rumah sakit A melakukan pengobatan tumor otak dengan
menggunakan teknologi Gamma-Knife. Rumah sakit tersebut dapat melakukan 80
pengobatan dengan waktu neurosurgeon sebanyak 120 h (jam). Bulan sebelumnya,
rumah sakit melakukan 60 pengobatan dengan menggunakan waktu neurosurgeon
120 h. Seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.1, pencapaian nilai efisiensi terbaik untuk
rumah sakit A adalah 0,667 (80/120). Sedangkan jika didasarkan output sebanyak 60
pengobatan, nilai efisiensi rumah sakit adalah 0,5 (60/120). Dengan demikian, kita
dapat menilai bahwa rumah sakit A beroperasi pada tingkat efisiensi sebesar 75%
(0,75 = 0,5/0,667). Inilah yang disebut dengan efisiensi teknis. Untuk menjadikan
rumah sakit A efisien secara teknis, harus menaikkan output sebesar 20 pengobatan
tiap bulan.
Tabel 2.1Efisiensi Teknis
Rumah
Sakit
KapasitasPengobatanTiap Bulan
WaktuNeurosurgeon(dalam jam)
PengobatanSekarang(1 Bulan)
PencapaianEfisiensiTerbaik
Efisiensi
A 80 120 60 0,667 0,500
Sumber: Yasar A. Ozcan, 2008
1.3. Efisiensi Skala
Efisiensi skala dikaitkan dengan pencapaian skala ekonomis dari unit
tersebut dalam menjalankan operasinya. Dimisalkan juga rumah sakit B (tidak
mempunyai teknologi Gamma-Knife), melakukan 30 pengobatan dengan teknik
pembedahan standar dalam satu bulan dengan waktu neurosurgeon 180 h. Nilai
efisiensi rumah sakit B adalah 0,167 (30/180). Dibandingkan dengan apa yang
mampu disediakan oleh rumah sakit A, maka rumah sakit B berada pada tingkat
efisiensi sebesar 25% (0,167/0,667) dalam menggunakan waktu neurosurgeon.
Jika kita mendasarkan pada nilai efisiensi yang dapat dicapai rumah sakit A,
maka rumah sakit B beroperasi pada tingkat efisien sebesar 33,33% secara relatif.
Jika rumah sakit B menggunakan teknologi yang sama dengan rumah sakit A,
kemudian mampu memberikan 90 pengobatan tambahan berdasarkan waktu
neurosurgeon 180h; atau memproduksi tambahan 60 pengobatan untuk mencapai
tingkat efisiensi yang sama dengan rumah sakit A (lihat Tabel 2.2).
Tabel 2.2Efisiensi Teknis dan Skala
Rumah
Sakit
KapasitasPengobatanTiap Bulan
WaktuNeurosurgeon(dalam jam)
PengobatanSekarang(1 Bulan)
PencapaianEfisiensiTerbaik
Efisiensi Efisiensi
Skala
A 80 120 60 0,667 0,500 -
B 30 180 30 0,167 0,167 0,333
Sumber: Yasar A. Ozcan, 2008
Total perbedaan antara nilai efisiensi rumah sakit B dengan nilai
pencapaian efisiensi terbaik rumah sakit A adalah 0,5 (0,667-0,167). Perbedaan
antara nilai efisiensi rumah sakit B dengan nilai efisiensi sekarang rumah sakit A
adalah 0,333 (0,5-0,167). Dengan demikian, kita membuat kesimpulan sebagai
berikut:
1. Rumah sakit B tidak efisien secara teknis (technically inefficient), yang
ditunjukkan dengan nilai 0,167
2. Rumah sakit B juga tidak efisien dalam skala (scale inefficient), yang
ditunjukkan dengan perbedaan sebesar 0,333.
Tidak efisien dalam skala hanya dapat diatasi dengan mengadopsi
teknologi atau proses produksi pelayanan kesehatan yang baru. Pada sisi yang
lain, efisiensi teknis merupakan permasalahan manajerial, dimana disyaratkan
lebih banyak output yang dihasilkan atas sejumlah sumber daya tertentu.
Sebagai tambahan, walaupun rumah sakit A melakukan 80 pengobatan
dalam sebulan, kita tidak dapat menyatakan bahwa rumah sakit A efisien secara
absolut kecuali dibandingkan dengan rumah sakit lain yang berteknologi sama.
Bagaimanapun, pada pembahasan ini, kita tahu bahwa perbedaan teknologi dapat
menciptakan skala ekonomis dalam proses produksi pelayanan kesehatan.
Skala ekonomis adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan
terjadinya penurunan biaya per unit karena penambahan unit yang diproduksi.
Dalam ekonomi mikro, skala ekonomis adalah penghematan biaya yang diperoleh
perusahaan jika melakukan ekspansi.
1.4 Efisiensi Biaya
Pengukuran efisiensi juga dapat dinilai dengan menggunakan informasi
harga atau biaya input dan/atau output. Sebagai contoh, jika tarif pengobatan
Gamma-Knife adalah $18.000, dan untuk pembedahan tradisional sebesar
$35.000, penilaian efisiensi untuk rumah sakit A dan rumah sakit B adalah
sebagai berikut:
Efisiensi (A) = (60*18.000) / 120 = $9.000,00
Efisiensi (B) = (30*35.000) / 180 = $5.833,33
Diasumsikan bahwa waktu neurosurgeon dari pembedahan tradisional dan
Gamma-Knife adalah sama. Rumah sakit A terlihat lebih efisien dibandingkan
rumah sakit B. Bagaimanapun, perbedaan dalam kasus ini didasarkan pada harga
output. Jika rumah sakit B menggunakan 120h untuk menghasilkan setengah dari
jumlah pengobatan rumah sakit A, nilai efisiensi biaya rumah sakit B akan menjadi
$8.750, yang secara jelas mengindikasikan efek dari harga output.
1.5 Efisiensi Alokatif
Efisiensi alokatif dikaitkan dengan bagaimana mengkombinasikan berbagai
macam input agar mampu menghasilkan berbagai output yang maksimal. Jika
terdapat lebih dari satu input dan/atau output, manajemen akan tertarik
menggunakan bauran input yang sesuai untuk melayani pasien sehingga
organisasi dapat menjadi efisien. Misalkan, pelayanakan kesehatan dilakukan
oleh 3 kelompok A, B, dan C, yang terdiri dari 2 profesi, dokter (D) dan perawat
(P). Asumsi tambahan, biaya dokter adalah $100 per jam, sedangkan biaya
perawat adalah $60 per jam. Misalkan kelompok A memperkerjakan 3 dokter dan
1 perawat, kelompok B memperkerjakan 2 dokter dan 2 perawat, dan yang
terakhir, kelompok C memperkerjakan 3 dokter dan 3 perawat. Semua kelompok
menerima 500 kunjungan pasien dalam seminggu. Praktek kerja selama 8 jam
sehari dan 5 hari seminggu (40 jam). Biaya input untuk masing-masing kelompok
adalah sebagai berikut:
Input untuk kelompok A = [(3*100) + (1*60)] * 40 = $14.400
Input untuk kelompok B = [(2*100) + (2*60)] * 40 = $12.800
Input untuk kelompok C = [(3*100) + (3*60)] * 40 = $19.200
Karena outputnya sama, penilaian bauran input untuk ketiga kelompok per
kunjungan, menghasilkan rasio yang dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Kelompok A = 14.400/500 = $28,80
Kelompok B = 12.800/500 = $25,60
Kelompok C = 19.200/500 = $38,40
Tabel 2.3
Efisiensi Alokatif
Kelompok Dokter($100/h)
Perawat($60/h)
BiayaInput
Output:Kunjungan
Efisiensi EfisiensiAlokatif
A 3 1 $14.400 500 $28,80 0,889
B 2 2 $12.800 500 $25,60 1,000
C 3 3 $19.200 500 $38,40 0,667
Sumber: Yasar A. Ozcan, 2008
Dengan membandingkan biaya-biaya tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa kelompok A adalah 88,9% (25,60/28,80) efisien dibandingkan dengan
kelompok B. Kelompok C adalah 66,7% (25,60/38,40) efisien dibandingkan
dengan kelompok B. Sebagai tambahan, kelompok C adalah tidak efisien secara
alokatif (allocatively inefficient) dan tidak efisien secara teknis (technically
inefficient). Kita seharusnya juga mencatat bahwa kontribusi kepada output dari
masing-masing input mungkin berbeda. Pada contoh ini, dokter dapat
menyediakan pelayanan penuh kepada pasien, sedangkan perawat hanya mampu
menyediakan sebagian, yang didasarkan pada keberbatasan pelatihan dan hal
legal lainnya. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah penggunaan dokter dan
perawat sebagai profesi yang sama dalam perhitungan efisiensi sudah tepat.
Apakah diperlukan adanya pembobotan terhadap penggunaan dokter dan perawat
yang didasarkan besarnya kontribusi mereka terhadap output. Pembobotan ini
tidak tersedia begitu saja, namun DEA dapat mengestimasi pembobotan ini dalam
evaluasi secara komparatif.
3. keseimbangan umum dan efisiensi ekonomi
Dalam bab ini, kita melihat bagaimana analisis ekuilibrium umum dapat
digunakan untuk mengambil hubungan timbal balik ini. Kami juga memperluas
konsep efisiensi ekonomi yang kita diperkenalkan, dan kami mendiskusikan manfaat
dari pasar yang kompetitif ekonomi. Untuk melakukan ini, pertama-tama kita
menganalisis efisiensi ekonomi, mulai dengan pertukaran barang antara orang
dengan orang atau negara dengan negara. Kami kemudian menggunakan analisis
pertukaran ini untuk membahas apakah hasil yang dihasilkan oleh ekonomi yang
adil. Sampai-sampai hasil tersebut dianggap tidak adil, pemerintah dapat membantu
mendistribusikan pendapatan. Kami kemudian pergi untuk menggambarkan kondisi
ekonomi yang harus memenuhi jika itu adalah untuk memproduksi dan
mendistribusikan barangsecara efisien. Kami akan menjelaskan mengapa sistem
pasar persaingan sempurna memenuhi kondisi tersebut. Kami juga menunjukkan
mengapa perdagangan internasional bebas dapat memperluas kemungkinan produksi
suatu negara dan membuat konsumen lebih baik. Namun banyak pasar tidak
sempurna, dan banyak menyimpang secara substansial.
2.1. Analisis Ekuilibrium umum
Sejauh ini, diskusi kita tentang perilaku pasar sebagian besar telah
didasarkan pada analisis ekuilibrium parsial. Ketika menentukan kesetimbangan
harga dan kuantitas di pasar menggunakan analisis ekuilibrium parsial, kita
menganggap bahwa kegiatan di satu pasar memiliki sedikit atau tidak berpengaruh
pada pasar yang lainnya. Misalnya, pasar gandum sebagian besar tergantung pada
pasar terkait untuk produk, seperti jagung dan kedelai. Seringkali analisis
ekuilibrium parsial sudah cukup untuk memahami perilaku pasar. Namun,
keterkaitan pasar dapat menjadi penting. Misalnya, kita melihat bagaimana
perubahan harga satu dapat mempengaruhi permintaan lain jika mereka adalah
pelengkap atau pengganti. Kita melihat bahwa peningkatan permintaan masukan
suatu perusahaan dapat menyebabkan baik harga pasar input dan harga produk
naik. Tidak seperti analisis ekuilibrium parsial, analisis ekuilibrium umum
menentukan harga dan kuantitas di semua pasar secara bersamaan, dan secara
eksplisit membutuhkanefek feedback. Efek feedback adalah harga atau kuantitas
penyesuaian di satu pasar disebabkan oleh harga dan kuantitas penyesuaian di
pasar terkait. Misalnya, bahwa pemerintah AS mengenakan pajak impor minyak.
Kebijakan ini akan segera menggeser kurva penawaran minyak ke kiri (dengan
membuat minyak asing lebih mahal)dan menaikkan harga minyak. Tapi efek dari
pajak tidak akan berakhir di sana, harga yang lebih tinggi dari minyak akan
meningkatkan permintaan dan kemudian harga migas akan berubah juga. Semakin
tinggi harga gas alam akan pada gilirannya menyebabkan permintaan minyak
meningkat (bergeser kekanan) dan meningkatkan harga minyak bahkan lebih.
Pasar minyak dan gas alam akan terus berinteraksi sampai akhirnya keseimbangan
tercapai di mana kuantitas yang diminta dan kuantitas yang ditawarkan disamakan
di kedua pasar. Dalam prakteknya, analisis ekuilibrium umum yang lengkap, yang
mengevaluasi Efek dari perubahan di satu pasar akan berakibat di semua pasar lain.
Sebaliknya, kita membatasi diri pada dua atau tiga pasar yang sangat erat
kaitannya. Sebagai contoh, ketika melihat pajak atas minyak, kami juga mungkin
melihat pasar untuk gas alam, batu bara,dan listrik .
2.1. General Equilibrium
Untuk mempelajari tentang saling ketergantungannya pasar, mari kita memeriksa pasar kompetitif untuk penyewaan DVD dan tiket bioskop. Kedua pasar tersebut terkait era tkarena DVD player memberikan sebagian besar konsumen pilihan untuk menonton film dirumah maupun di bioskop. Perubahan kebijakan harga yang mempengaruhi satu pasar cenderung mempengaruhi yang lain, yang pada gilirannya menyebabkan efek umpan balik dalam pasar yang pertama.
Gambar 16.1 menunjukkan kurva penawaran dan permintaan untuk DVD
dan film. Pada bagian (a), harga tiket film awalnya $ 6,00, pasar berada dalam
kesetimbangan di persimpangan OM dan SM '. Pada bagian (b), pasar DVD juga
dalam kesetimbangandengan harga $ 3,00. Sekarang anggaplah pemerintah
menetapkan pajak sebesar $ 1 pada setiap pembelian satu tiket film. Pengaruh
pajak ini ditentukan atas dasar keseimbangan parsial menggeser kurva penawaran
untuk film ke atas sebesar $ 1, dari SM menjadi SM’ pada gambar 16.l (a).
Awalnya, pergeseran ini menyebabkan harga film meningkat menjadi $ 6.35 dan
jumlah tiket film yang dijual jatuh dari QM ke QM’ . Sejauh ini analisis
keseimbangan parsial membawa kita. Tapi kita bisa pergi lebih jauh dengan
analisis ekuilibrium umum dengan melakukan dua hal: (1) melihat efek dari pajak
film pada pasar untuk DVD, dan (2) melihat apakah ada efek umpan balik dari
DVD market ke pasar film. Pajak film mempengaruhi pasar untuk DVD karena
film dan DVD pengganti. Sebuah harga yang lebih tinggi dari film menggeser
permintaan DVD dari 0V ke O pada Gambar 16.l (b). Pada gilirannya, pergeseran
ini menyebabkan harga sewa DVD meningkat dari$ 3,00 menjadi $ 3.50. Note
bahwa pajak pada satu produk dapat mempengaruhi harga dan penjualan lain
produk - sesuatu yang pembuat kebijakan harus diingat ketika mendesain
kebijakan pajak .
Bagaimana dengan pasar untuk film? Kurva permintaan asli untuk film
diduga bahwa harga DVD tidak berubah di $ 3,00. Tetapi karena itu harga
sekarang $ 3,50, permintaan untuk film akan bergeser ke atas, dari OM ke OM’
pada gambar 16.l (a). Harga keseimbangan baru dari film (di persimpangan SM
dan OM ) adalah $ 6,75, bukannya $ 6,35, dan jumlah tiket untuk film yang dibeli
telah meningkat dari QM untuk QM '. Jadi analisis ekuilibrium parsial akan
mengecilkan pengaruh pajak terhadap harga tiket film.
Pasar DVD terkait begitu erat dengan pasar untuk film-film yang untuk
menentukan efek penuh pajak itu, kita membutuhkan analisis ekuilibrium umum.
Untuk Mencapai analisis ekuilibrium umum kami belum lengkap. Perubahan harga
pasar film akan menghasilkan efek umpan balik pada harga DVD yang pada
gilirannya akan mempengaruhi harga film, dan sebagainya. Pada akhirnya, kita harus
menentukan kesetimbangan harga dan jumlah dari kedua film dan DVD secara
bersamaan. Kesetimbangan harga film adalah $ 6.82 diberikan pada Gambar 16.I (a)
oleh perpotongan kesetimbangan kurva penawaran dan permintaan tiket film ( SM
dan DM ). Kesetimbangan Harga DVD dari $ 3,58 diberikan pada gambar 16.I (b)
oleh persimpangan kurva penawaran dan permintaan keseimbangan untuk DVD ( SV
dan D’v ). Ini adalah harga ekuilibrium umum karena pasokan pasar DVD dan kurva
permintaan telah ditarik pada asumsi bahwa harga tiket film adalah $ 6,82. Demikian
juga, kurva tiket film telah ditarik pada asumsi bahwa harga DVD adalah $ 3.58. Kata
lainnya, kedua kurva konsisten dengan harga di pasar terkait, dan kita tidak punya
alasan untuk mengharapkan bahwa kurva penawaran dan permintaan di pasar akan
bergeser jauh. Untuk menemukan harga keseimbangan umum (dan kuantitas) dalam
prakteknya, kita harus secara simultan menemukan dua harga yang menyamakan
kuantitas yang diminta dan kuantitas yang ditawarkan dalam semua pasar terkait.
Untuk dua pasar ini, kita perlu mencari solusi untuk empat persamaan (pasokan tiket
film, permintaan tiket film, penawaran DVD dan permintaan untuk DVD). Perhatikan
bahwa bahkan jika kita hanya tertarik di pasar untuk film, itu akan menjadi penting
untuk memperhitungkan pasar DVD saat menentukan dampak dari pajak film. Dalam
contoh ini, analisis ekuilibrium parsial akan membawa kita untuk menyimpulkan
bahwa pajak akan meningkatkan harga tiket film dari $ 6,00 menjadi $ 6,35. Sebuah
analisis ekuilibrium umum, bagaimanapun, menunjukkan bahwa dampak dari pajak
atas harga tiket film lebih besar. Ini sebenarnya akan meningkat menjadi $ 6,82. Film
dan DVD adalah barang pengganti. Dengan menggambar diagram analog dengan
mereka pada Gambar 16.1, kita harus bisa meyakinkan diri sendiri bahwa jika barang
dipertanyaan adalah pelengkap, analisis ekuilibrium parsial akan melebih-lebihkan
dampak dari pajak. Pikirkan tentang bensin dan mobil, misalnya pajak bensin akan
menyebabkan harga naik, tetapi kenaikan ini akan mengurangi permintaan untuk
mobil, yang pada gilirannya mengurangi permintaan untuk bensin, menyebabkan
harga jatuh.
CONTOH 16.1 Pasar Global untuk Ethanol
Harga minyak mentah yang tinggi, emisi berbahaya, dan meningkatnya
ketergantungan pada pasokan minyak asing yang stabil telah menyebabkan minat atau
permintaan terhadap sumber bahan bakar alternatif seperti etanol. Ethanol adalah
pembakaran yang bersih, bahan bakar beroktan tinggi dihasilkan dari sumber daya
terbarukan seperti tebu dan jagung. Hal ini sangat disebut-sebut sebagai cara untuk
mengurangi emisi mobil dan menanggapi keprihatinan tentang pemanasan global.
Ada ketergantungan antara produksi dan penjualan Etanol Brasil (dari tebu)
dan etanol yang dihasilkan di Amerika Serikat (dari jagung). Kita akan melihat bahwa
AS regulasi pasar etanol yang telah memiliki efek yang signifikan pada pasar Brazil,
yang pada gilirannya telah memiliki efek feedback pasar di States. Meskipun Serikat
saling ketergantungan kemungkinan keuntungan produsen AS besar, juga memiliki
konsekuensi yang merugikan untuk AS. Konsumen, produsen Brasil dan mungkin,
konsumen Brasil .Pasar etanol dunia didominasi oleh Brazil dan Amerika Serikat
yang menyumbang lebih dari 90 persen dari produksi dunia di 2005. Ethanol tidak
baru, pemerintah Brasil mulai mempromosikan etanol di pertengahan 1970-an sebagai
tanggapan kenaikan harga minyak dan penurunan harga gula, dan program ini telah
berkembang. Pada tahun 2007, sekitar 40 persen dari semua bahan bakar mobil Brasil
adalah etanol, respon terhadap pertumbuhan yang pesat dalam permintaan untuk
mobil flex-fuel, yang dapat berjalan pada campuran etanol dan bensin. Ll.S, produksi
etanol pertama didorong oleh Energy Tax Act 1978, yang disediakan untuk
pembebasan pajak untuk campuran etanol - bensin. Baru-baru ini, Undang-Undang
Kebijakan Energi 2005 diperlukan bahwa AS. Produksi bahan bakar termasuk jumlah
minimum bahan bakar terbarukan setiap tahun - penetapan yang pada dasarnya
diamanatkan tingkat dasar etanol produksi AS dan pasar etanol Brasil terkait erat satu
sama lain. Sebagai konsekuensinya AS. Regulasi pasar etanol sendiri dapat
mempengaruhi secara signifikan pasar Brasil. Saling ketergantungan global ini dibuat
jelas oleh Energi Security Act of 1979, dimana AS menawarkan kredit pajak sebesar $
0.51 per galon etanol untuk memacu alternatif untuk bensin. Selain itu, untuk
mencegah etanol asing produsen dari menuai manfaat dari kredit pajak ini, pemerintah
AS memberlakukan pajak galon $ 0.54 per pada etanol impor. Kebijakan tersebut
sangat efektif, AS telah mengabdikan lebih dan lebih dari panen jagung untuk ethanol
produksi, sedangkan impor Brasil (yang terbuat dari tebu) menurun. Sementara
kebijakan ini telah menguntungkan produsen jagung, tidak dalam kepentingan AS
konsumen etanol. Diperkirakan bahwa sementara Brazil bisa mengekspor etanol
untuk kurang dari $ 0.90per galon , biaya $ 1,10 untuk memproduksi satu galon etanol
dari jagung. Dengan demikian konsumen Amerika akan mendapatkan keuntungan jika
pajak dan subsidi yang dihapus - langkah yang akan meningkatkan impor gula lebih
murah canebase detanol dari Brazil . Gambar 16.2 shows perubahan diprediksi di
pasar etanol jika kebijakan tariff AS benar-benar dihapus di 2006. The atas garis hijau
pada Gambar 16.2 (a) perkiraan Ekspor etanol Brasil tanpa tarif AS di tempat, dan
garis biru mewakili Ekspor dengan Brasil tarif di tempat. Gambar 16.2 (b)
menunjukkan harga etanol di Amerika Serikat dengan dan tanpa tariff. AS dapat
melihat, ekspor etanol Brasil akan meningkat secara dramatis jika tarif dihilangkan
dan konsumen AS akan mendapatkan keuntungan. Ini juga akan menguntungkan
untuk produsen dan konsumen Brasil.
GAMBAR 16.2 Melepaskan Etanol Tarif Atas Ekspor Brasil
Jika AS tarif pada etanol yang dihasilkan di luar negeri itu harus dikeluarkan, Brazil akan mengekspor jauh lebih ethanol ke Amerika Serikat, menggusur banyak corn based lebih mahal etanol diproduksi di dalam negeri. Akibatnya, harga ethanol di AS akan jatuh, menguntungkan konsumen AS.
Insentif yang merugikan yang dibuat oleh tarif AS tidak menceritakan seluruh
cerita tentang etanol dan pasar saling tergantung. Pada tahun 1984, Kongres
meloloskan Karibia Basin Initiative (CBI) undang-undang pajak yang dirancang
untuk mendorong pembangunan ekonomi di negara-negara Karibia. Di bawah CBI,
etanol diproses di negara-negara, naik 60 juta galon per tahun, menerima statusnya
bebas bea. Sebagai tanggapan, Brazil memiliki diinvestasikan dalam beberapa
tanaman dehidrasi ethanol di Karibia untuk ekspor etanol berbasis gula mereka ke
Amerika Serikat tanpa membayar 54 senper galon tarif. Kebijakan pengenaan tarif
pada etanol asing tetap berlakumeskipun inefisiensi ekonomi yang menciptakan tarif.
Salah satu alasan penting adalah dukungan yang diberikan oleh AS petani jagung,
yang mencurahkan lebih dari 20 persen tanaman jagung mereka untuk memasok pasar
etanol menguntungkan. Pada tahun 2007, Kongres memiliki menyetujui kelanjutan
dari tarif sampai 2010 .
2.3. EFISIENSI DI EXCHANGE
Dalam Bab 9 kita melihat bahwa pasar yang kompetitif adalah efisien karena
memaksimalkan konsumen dan surplus produsen. Untuk menguji konsep efisiensi
ekonomi secara lebih rinci, kita mulai dengan pertukaran ekonomi, menganalisis perilaku
dua konsumen yang dapat perdagangan salah satu dari dua barang antara mereka.
Analisis tersebut juga berlaku untuk perdagangan antara kedua negara. Misalkan dua
barang awalnya dialokasikan sehingga kedua konsumen dapat membuat diri mereka
lebih baik oleh perdagangan dengan satu sama lain. Dalam hal ini, alokasi awal barang
ekonomis tidak efisien. Dalam alokasi efisien barang, tidak ada yang bisa dilakukan lebih
baik tanpa membuat orang lain lebih buruk. Istilah efisiensi Pareto kadang-kadang
digunakan sinonim dengan alokasi yang efisien, untuk kredit ekonom Italia Vilfredo
Pareto, yang mengembangkan konsep efisiensi dalam pertukaran. Dalam sub bagian
tindak itu, kami menunjukkan mengapa perdagangan yang saling menguntungkan
menghasilkan Pareto efisien alokasi barang.
2.4. Keuntungan Perdagangan
Sebagai aturan perdagangan antara dua orang atau dua negara saling
menguntungkan untuk melihat bagaimana perdagangan membuat orang lebih baik, mari
kita lihat secara rinci padapertukaran barang diantara dua orang, dengan asumsi bahwa
pertukaran itu sendiri adalah tanpa biaya. Misalkan James dan Karen memiliki 10 unit
makanan dan 6 unit pakaian diantara mereka. Tabel 16.1 menunjukkan bahwa awalnya
James memiliki 7 unit makanan dan 1 Unit pakaian, dan Karen memiliki 3 unit makanan
dan 5 unit pakaian. Untuk memutuskan apakah perdagangan akan menguntungkan, kita
perlu mengetahui preferensi mereka untuk makanan dan pakaian. Misalkan karena Karen
memiliki banyak pakaian dan sedikit makanan, tingkat Marjinal Rate of Substitusi
(MRS) dari makanan untuk pakaian adalah 3. Untuk mendapatkan 1 unit makanan, dia
akan menyerah 3 unit pakaian.
Namun, James MRS makanan untuk pakaian hanya 1/2. Dia akan memberi hanya
1/2 unit pakaian untuk mendapatkan 1 unit makanan. Ada demikian ruang untuk
perdagangan yang saling menguntungkan karena nilai pakaian James lebih tinggi dari
Karen, sedangkan Karen nilai makanan lebih tinggi dari James. Untuk mendapatkan unit
lain makanan, Karen akan bersedia untuk menjual hingga 3 unit pakaian. Tapi James
akan menyerah 1 unit makanan untuk 1/2 unit pakaian. Istilah yang sebenarnya dari
perdagangan tergantung pada proses tawar-menawar. Diantara hasil yang mungkin
adalah perdagangan 1 unit makanan oleh James untuk manapun antara 1/2 dan 3 unit
pakaian dari Karen. Misalkan Karen menawarkan James 1 unit pakaian untuk 1 unit
makanan, dan James setuju, keduanya akan lebih baik. James akan memiliki pakaian
yang lebih, yang ia nilai lebih dari makanan, dan Karen akan memiliki lebih banyak
makanan, yang ia nilai lebih dari pakaian. Setiap kali MRS dua konsumen yang berbeda,
ada ruang untuk saling perdagangan menguntungkan karena alokasi sumber daya yang
tidak efisien, perdagangan akan membuat kedua konsumen lebih baik. Sebaliknya, untuk
mencapai efisiensi ekonomi, MRS dua konsumen harus sama. Hasil penting ini juga
berlaku ketika ada banyak barang dan konsumen.
Alokasi barang yang efisien hanya jika barang didistribusikan sehingga MRS
antara setiap pasang barang adalah sama untuk semua konsumen. The Edgeworth Box
Diagram jika perdagangan yang bermanfaat dapat terjadi? Manakah dari perdagangan
tersebut akan mengalokasikan barang secara efisien kepada pelanggan? Seberapa besar
perubahan yang terjadi pada konsumen? Kita bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan ini
untuk setiap dua orang, dua - baik misalnya dengan menggunakan diagram yang disebut
kotak Edgeworth. Gambar 16.3 menunjukkan sebuah kotak Edgeworth di mana sumbu
horisontal menggambarkan jumlah unit makanan dan sumbu vertikal unit pakaian.
Panjang kotak adalah 10 unit dari makanan, jumlah total makanan yang tersedia,
tingginya adalah 6 unit pakaian, jumlah total pakaian yang tersedia. Pada kotak
Edgeworth, setiap titik menggambarkan keranjang pasar dari kedua konsumen.
Kepemilikan James yang dibaca dari asal pada kepemilikan 1OF dan Karen diarah
sebaliknya dari asal di OK . Untuk contoh, titik A merupakan alokasi awal makanan dan
pakaian. Membaca pada sumbu horisontal dari kiri ketepat di bawah kotak, kita melihat
bahwa James memiliki 7 unit makanan ; membaca ke atas sepanjang sumbu vertikal di
sebelah kiri diagram, kita melihat bahwa ia memiliki 1 unit pakaian. Untuk James, oleh
karena itu A mewakili 7F dan 1C ini membuat 3F dan 5C untuk Karen. Alokasi Karen
makanan ( 3F ) dibaca dari kanan ke kiri di atas diagram kotak dimulai pada OK, kita
membaca alokasi nya pakaian ( 5C ) dari atas ke bawah di sebelah kanan diagram kotak.
Kita juga dapat melihat efek dari perdagangan antara Karen dan James. James menyerah
IF dalam pertukaran untuk 1C, bergerak dari A ke B. Karen menyerah 1C dan
memperoleh IF, juga bergerak dari A ke B. Titik B sehingga merupakan keranjang pasar
dari kedua James dan Karen setelah perdagangan yang saling menguntungkan .
Diagram kotak Edgeworth menunjukkan semua alokasi yang mungkin baik dua barang antara dua orang atau dua input antara dua proses produksi
Gambar 16.3 Efek dalam Edgeworth Box
Setiap titik dalam kotak Edgeworth bersamaan mewakili James dan pasar
Karenkeranjang makanan dan pakaian . Di A , misalnya , James memiliki 7 unit
makanan dan 1 unitpakaian, dan Karen 3 unit makanan dan 5 unit pakaian .
2.5. Alokasi efisien
Sebuah perdagangan dari A ke B sehingga membuat kedua Karen dan James
lebih baik. Tapi apakah B merupakan alokasi efisien? Jawabannya tergantung pada
apakah James dan Karen MRS adalah sama di H, yang pada gilirannya tergantung
pada bentuk kurva indiferent. Gambar 16.4 shows beberapa kurva indiferen untuk
kedua James dan Karen. Karena alokasinya diukur dari asal OJ' James indiferent
kurva diambil dengan cara yang biasa. Tapi untuk Karen, kami telah diputar kurva
indiferent 180 derajat, sehingga asal adalah di sudut kanan atas dari kotak. Kurva
indiferen Karen adalah cembung, sama seperti James, kita hanya melihat mereka dari
perspektif yang berbeda. Sekarang yang kita kenal dengan dua set kurva indiferen,
mari kita periksa kurva berlabel U dan U1 bahwa melewati alokasi awal di A. Baik
James dan MRS Karen memberikan kemiringan kurva indiferen mereka pada A.
James yang MRS pakaian untuk makanan adalah sama dengan 1/2, sementara Karen
adalah 3. D aerah antara kedua kurva ini mewakili semua kemungkinan alokasi
makanan dan pakaian yang akan membuat kedua James dan Karen lebih baik dari
pada A. Dengan kata lain, ia menjelaskan semua kemungkinan perdagangan yang
saling menguntungkan. Mulai dari A, setiap perdagangan yang bergerak alokasi
barang di luar daerah yang diarsir akan membuat salah satu dari dua konsumen lebih
buruk dan harus tidak terjadi. Bergerak dari A ke B bahwa saling menguntungkan.
Tapi pada Gambar 16.4, B adalah bukan titik yang efisien karena kurva indiferen Uf
dan uk berpotongan. Dalam kasus ini, James dan MRS Karen tidak sama dan alokasi
yang tidak efisien. Situasi ini menggambarkan sebuah hal yang penting, bahkan jika
perdagangan dari alokasi yang tidak efisien membuat kedua orang lebih baik, alokasi
baru belum tentu efisien.
Gambar 16.4 Efisiensi in Exchange
Kotak Edgeworth menggambarkan kemungkinan bagi konsumen untuk
meningkatkan kepuasan mereka oleh barang-barang perdagangan. Jika A memberikan
alokasi awal sumber daya, daerah yang diarsir menggambarkan semua perdagangan
yang saling menguntungkan.
Misalkan dari B perdagangan tambahan dibuat, dengan James menyerahkan
unit lain makanan untuk mendapatkan unit lain pakaian dan Karen menyerah Unit
pakaian untuk unit makanan. Titik Cin Gambar 16.4 memberikan alokasi baru. Pada
C, MRS kedua orang identik, karena pada titik C kurva indifferent tangen. Ketika
kurva indiferen yang bersinggungan, satu orang tidak bisa dibuat lebih baik tanpa
membuat orang lain lebih buruk. Oleh karena itu, C represents alokasi efisien. Tentu
saja, C bukanlah satu-satunya hasil yang efisien kemungkinan tawar-menawar antara
James dan Karen. Sebagai contoh, jika James adalah penawar yang efektif,
perdagangan mungkin mengubah alokasi barang dari A ke D, di mana kurva indiferen
UJ adalah tangen dengan kurva indiferen U1. Alokasi ini akan meninggalkan Karen
tidak lebih buruk daripada dia berada di A dan James jauh lebih baik. Dan karena
tidak ada perdagangan lebih lanjut adalah mungkin, D adalah alokasi efisien. Jadi C
dan D keduanya alokasi efisien, meskipun James lebih suka D ke C dan C ke D.
Karen Secara umum, sulit untuk memprediksi alokasi yang akan dicapai dalam tawar-
menawar karena hasil akhirnya tergantung pada kemampuan tawar orang yang
terlibat.
2.6. The Curve Kontrak
Kita telah melihat bahwa dari alokasi awal banyak alokasi efisien mungkin
dapat dicapai melalui perdagangan yang saling menguntungkan. Untuk menemukan
semua efisiensi alokatif mungkin makanan dan pakaian antara Karen dan James, kita
mencari semua titik singgung antara masing-masing kurva indiferen mereka. Gambar
16.5 menunjukkankurva kontrak: kurva ditarik melalui semua alokasi yang efisien.
Kurva kontrak menunjukkan semua alokasi yang tidak saling menguntungkan dalam
perdagangan. Alokasi ini efisien karena tidak ada cara untuk mengalokasikan barang
untuk membuat seseorang lebih baik tanpa membuat orang lain lebih buruk. Pada
Gambar 16.5 tiga alokasi berlabel E ,F ,dan G adalah Pareto efisien, meskipun
masing-masing melibatkan Keren pakaian
* Kurva kontrak Curve
Menunjukkan semua alokasi yang efisien barang diantara dua konsumen, atau dari dua input antara dua fungsi produksi.
Gambar 16.5 Kurva Kontrak
Kurva kontrak berisi semua alokasi yang kurva indiferen konsumen adalah
tangen. Setiap titik pada kurva efisien karena satu orang tidak bisa dibuat lebih baik
tanpa membuat orang lain lebih buruk. Distribusi yang berbeda dari makanan dan
pakaian, karena satu orang tidak bisa dibuat lebih baik tanpa membuat orang lain
lebih buruk. Beberapa properti dari kurva kontrak dapat membantu kita memahami
konsep efisiensi dalam pertukaran. Setelah titik pada kurva kontrak, seperti E, telah
dipilih, tidak ada cara untuk pindah ke titik lain pada kurva kontrak, katakanlah F,
tanpa membuat satu orang lebih buruk (dalam hal ini , Karen ). Tanpa membuat lebih
lanjut perbandingan antara James dan preferensi Karen, kita tidak bisa
membandingkan Alokasi E dan F. Kami hanya tahu bahwa keduanya efisien.
Dalam hal ini, Pareto Efisiensi adalah tujuan sederhana : Ia mengatakan
bahwa kita harus membuat semua saling menguntungkan dalam pertukaran, tetapi
tidak mengatakan yang pertukaran yang terbaik. Efisiensi Pareto merupakan konsep
yang kuat, namun jika perubahan akan meningkatkan efisiensi, itu adalah dalam
kepentingan setiap orang untuk mendukungnya. Kita sering dapat meningkatkan
efisiensi bahkan ketika salah satu aspek yang diusulkan perubahan membuat
seseorang berhenti. Anggaplah, misalnya, bahwa kita menghilangkan kuota impor
baja ke Amerika Serikat. Meskipun konsumen AS kemudian akan menikmati harga
yang lebih rendah dan pilihan istimewa untuk mobil, beberapa pekerja AS akan
kehilangan pekerjaan mereka. Tapi bagaimana kalau menghilangkan kuota yang
dikombinasikan dengan keringanan pajak federal dan relokasi pekerjaan subsidi untuk
steelworkers? Dalam hal ini, konsumen AS akan lebih baik (setelah
memperhitungkan biaya subsidi job) dan para pekerja tidak lebih buruk. Hal ini akan
meningkatkan efisiensi. Equilibrium konsumen di Pasar Kompetitif Dalam pertukaran
dua orang, hasilnya dapat bergantung pada daya tawar kedua belah pihak. Pasar yang
kompetitif, bagaimanapun, memiliki banyak aktual atau potensial pembeli dan
penjual. Akibatnya, setiap pembeli dan penjual mengambil harga barang sebagai tetap
dan memutuskan berapa banyak untuk membeli dan menjual pada harga tersebut. Kita
dapat menunjukkan bagaimana pasar kompetitif menyebabkan pertukaran yang
efisien dengan menggunakan kotak Edgeworth untuk meniru pasar yang kompetitif .
Anggaplah misalnya, bahwa ada banyakYakobus dan banyak Karen. Hal ini
memungkinkan kita untuk berpikir setiap individu James dan Karen sebagai price
taker, meskipun kita bekerja dengan hanya sebuah kotak dua orang diagram. Gambar
16.6 menunjukkan peluang untuk perdagangan ketika kita mulai dari alokasi
diberikan oleh titik A dan ketika harga baik makanan dan pakaian yang sama dengan l
.( Harga yang sebenarnya tidak penting , yang penting adalah harga makanan relatif
terhadapharga pakaian . ) Ketika harga makanan dan pakaian adalah sama, setiap unit
makanan dapat ditukar dengan 1 unit pakaian. Akibatnya, garis harga PP ' didiagram,
yang memiliki kemiringan -1, menjelaskan semua alokasi mungkin bahwa pertukaran
dapat mencapai. Misalkan setiap James memutuskan untuk membeli 2 unit pakaian
dan menjual 2 unit makanan dalam pertukaran. Ini akan memindahkan setiap James
dari A ke C dan meningkatkan kepuasan dari kurva indiferen uj ke UJ. Sementara itu,
masing-masing Karen membeli 2 unit pangan yang dan menjual 2 unit pakaian. Ini
akan memindahkan setiap Karen dari A ke C juga meningkatkan kepuasan dari kurva
indiferen ul ke ui.
Kami memilih harga untuk dua barang sehingga jumlah makanan yang
diminta oleh masing-masing Karen adalah sama dengan jumlah makanan yang setiap
James ingin menjual; juga kuantitas pakaian yang diminta oleh masing-masing James
sama dengan kuantitas pakaian yang masing-masing Karen ingin menjual. Akibatnya,
pasar untuk makanan dan pakaian berada dalam kesetimbangan. Keseimbangan
adalah seperangkat harga di mana kuantitas diminta sama dengan kuantitas yang
ditawarkan di setiap pasar. Ini juga merupakan ekuilibrium kompetitif karena semua
pemasok dan demanders adalah price taker. Tidak semua harga konsisten dengan
ekuilibrium.
Gambar 16,6 Keseimbangan Kompetitif
Dalam pasar yang kompetitif harga dari dua barang menentukan hal pertukarankalangan
konsumen. Jika A adalah alokasi awal barang dan garis harga PP 'mewakilirasio harga,
pasar yang kompetitif akan menyebabkan keseimbangan di C, titik singgungkedua kurva
indiferen. Akibatnya, keseimbangan kompetitif adalah efisien.
Sebagai contoh, jika harga makanan 3 dan harga pakaian adalah, setiap
pertukaran pakaian untuk makanan harus dilakukan secara 3 - ke - 1 , yaitu 3 unit
pakaian harus menyerah untuk mendapatkan 1 unit makanan. Tapi kemudian masing-
masing James akan bersedia untuk perdagangan pakaian apapun untuk mendapatkan
tambahan makanan karena pakaian MRS of untuk makanan hanya ½, yaitu ia hanya
akan bersedia menyerahkan 2 unit pakaian untuk 1 unit makanan. Setiap Karen, pada
sebaliknya, akan senang untuk menjual pakaian untuk mendapatkan lebih banyak
makanan, tetapi tidak memiliki satu untuk perdagangan. Oleh karena itu, pasar berada
dalam ketidakseimbangan karena kuantitas makanan dan pakaian menuntut tidak
sama dengan jumlah yang diberikan. Ketidakseimbangan ini harus hanya sementara.
Dalam pasar yang kompetitif ,harga akan menyesuaikan jika ada kelebihan
permintaan di beberapa pasar ( kuantitasmenuntut satu yang baik adalah lebih besar
dari jumlah yang ditawarkan ) dan kelebihan penawaran pada orang lain ( kuantitas
yang ditawarkan lebih besar dari jumlah yang diminta ). Dalam contoh kita, kuantitas
masing-masing Karen menuntut makanan lebih besar dari masing-masing kesediaan
James untuk menjualnya, sedangkan kesediaan masing-masing Karen untuk
perdagangan pakaian lebih besar dari jumlah masing-masing James menuntut.
Sebagai hasil dari ini kuantitas berlebih diminta untuk makanan dan excess quantity
disediakan pakaian, kita bisa mengharapkan harga makanan untuk meningkatkan
relatif terhadap harga pakaian. Sebagai perubahan harga, sehingga akan jumlah yang
dituntut oleh semua orang dalam pasar. Akhirnya, harga akan menyesuaikan sampai
keseimbangan tercapai. Dalam contoh kita, harga makanan dan pakaian mungkin 2,
kita tahu dari analisis sebelumnya bahwa ketika harga pakaian adalah sama dengan
harga makanan, pasar akan berada dalam ekuilibrium kompetitif. ( Ingat bahwa hanya
relatif harga penting, harga dari 2 untuk pakaian dan makanan yang setara dengan
harga 1untuk masing-masing. )
Perhatikan perbedaan penting antara pertukaran dengan dua orang dan
perekonomian dengan banyak orang. Ketika hanya dua orang yang terlibat, tawar-
menawar meninggalkan hasil tak tentu. Namun, ketika banyak orang yang terlibat,
harga barang ditentukan oleh pilihan gabungan permintaan dan penawaran barang .
2.7. Efisiensi Input (Input Efisiensi)
Untuk melihat bagaimana input dapat dikombinasikan secara efisien, kita
harus menemukan berbagai kombinasi input yang dapat digunakan untuk
menghasilkan masing-masing dua output. A tertentu alokasi input ke dalam proses
produksi secara teknis efisien jika output dari satu yang baik tidak dapat ditingkatkan
tanpa mengurangi output lain baik. Efisiensi dalam produksi bukanlah konsep baru,
dalam Bab 6 kita melihat bahwa fungsi produksi merupakan output maksimum yang
dapat beachieved dengan himpunan input. Di sini kita memperluas konsep untuk
produksi dari dua barang lebih dari satu. Jika pasar input kompetitif, titik produksi
yang efisien akan dicapai. Mari kita lihat mengapa. Jika tenaga kerja dan pasar modal
yang kompetitif sempurna, maka w tingkat upah akan sama di semua industri.
Demikian juga, sewa.
Tingkat modal r akan sama apakah modal yang digunakan dalam makanan
atau pakaian industri. Kita tahu dari Bab 7 bahwa jika produsen makanan dan
pakaian meminimalkan biaya produksi, mereka akan menggunakan kombinasi tenaga
kerja dan modal sehingga rasio produk marjinal dari dua input sama dengan rasio
harga input:
Tapi kita juga menunjukkan bahwa rasio produk marjinal dari dua input
adalah sama dengan tingkat substitusi marjinal teknis tenaga kerja untuk MRTSiA
modal. Akibatnya,
Karena MRTS adalah kemiringan isokuan perusahaan, keseimbangan
kompetitif dapat terjadi di pasar masukan saja jika masing-masing produsen
menggunakan tenaga kerja dan modal sehingga lereng isokuan sama dengan satu
sama lain dan dengan rasio harga dari dua masukan. Akibatnya, keseimbangan
kompetitif adalah efisien dalam produksi.
2.8. Kemungkinan Produksi Frontier
Kemungkinan produksi frontier menunjukkan berbagai kombinasi makanan
dan melakukan hal yang dapat diproduksi dengan input tetap tenaga kerja dan modal,
memegang teknologi konstan. Perbatasan pada Gambar 16.8 berasal dari kurva
kontrak produksi. Setiap titik pada kedua kurva kontrak dan
Kemungkinan produksi frontier menunjukkan semua kombinasi efisien output.
Itu kemungkinan produksi frontier cekung karena kemiringannya (tingkat marjinal
transformasi) meningkat sebagai tingkat produksi meningkat pangan. Kemungkinan
produksi frontier menggambarkan tingkat diproduksi secara efisien dari kedua
makanan dan pakaian .
Titik OF merupakan satu ekstrim , di mana hanya pakaian diproduksi, dan 0c
mewakili ekstrem yang lain, di mana hanya makanan diproduksi. Poin B, C, dan D
sesuai dengan titik-titik di mana makanan dan pakaian yang efisien diproduksi .
Titik A, yang mewakili alokasi yang tidak efisien, terletak di dalam
kemungkinan produksi perbatasan. Semua titik dalam segitiga ABC melibatkan
pemanfaatan lengkap tenaga kerja dan modal dalam proses produksi. Namun, distorsi
pasar tenaga kerja, mungkin karena Serikat memaksimalkan sewa, telah menyebabkan
ekonomi secara keseluruhan untuk menjadi produktif tidak efisien .
Di mana kita berakhir pada kemungkinan produksi frontier tergantung pada
permiantaan konsumen untuk dua barang. Sebagai contoh, konsumen kita cenderung
memilih makanan dar ipada pakaian. Sebuah ekuilibrium kompetitif mungkin terjadi
pada 0 di Gambar 16.8. Di sisi lain, jika konsumen lebih memilih pakaian untuk
makanan, kompetitif kesetimbangan akan terjadi pada titik pada kemungkinan
produksi frontier lebih dekat dengan OF '.
Mengapa kemungkinan produksi frontier ke bawah miring? Agar
menghasilkan lebih banyak makanan secara efisien, kita harus beralih masukan dari
produksi pakaian, yang pada gilirannya menurunkan tingkat produksi pakaian. Karena
semua poin terletak di dalam perbatasan tidak efisien, mereka adalah off kurva
kontrak produksi .
Tingkat Marjinal Transformasi Kemungkinan produksi frontier cekung
(tersingkir) yaitu, peningkatan kemiringannya besarnya karena lebih banyak makanan
diproduksi. Untuk menggambarkan ini, kita mendefinisikan tingkat transformasi
marjinal makanan untuk pakaian ( MRTS ) sebagai besarnya kemiringan perbatasan
pada setiap titik.
MRT mengukur berapa banyak pakaian harus diberikan untuk memproduksi
satu unit tambahan makanan. Sebagai contoh, daerah diperbesar dari Gambar 16.8
show bahwa pada B di perbatasan, MRTS adalah 1 karena 1 unit pakaian harus
menyerah untuk mendapatkan tambahan 1 unit makanan. Pada 0, bagaimanapun,
MRTS adalah 2 karena 2 unit pakaian harus akan menyerah untuk mendapatkan
1more unit makanan. Perhatikan bahwa seperti yang kita meningkatkan produksi
pangan dengan bergerak sepanjang produksi kemungkinan perbatasan, MRTS
increases. f Peningkatan ini terjadi karena produktivitas tenaga kerja dan modal
berbeda tergantung pada apakah input digunakan untuk menghasilkan lebih banyak
makanan atau pakaian. Misalkan kita mulai di Op dimana hanya pakaian diproduksi.
Sekarang kita menghapus beberapa tenaga kerja dan modal dari pakaian produksi,
dimana produk marginal mereka relatif rendah, dan menempatkan mereka ke produksi
pangan, di mana produk marginal mereka tinggi. Dalam keadaan ini, untuk
mendapatkan unit pertama dari makanan, sangat sedikit produksi pakaian hilang.
(TheMRTS jauh kurang dari 1) Tapi seperti yang kita bergerak di sepanjang
perbatasan dan menghasilkan pakaian kurang, produktivitas tenaga kerja dan modal
dalam pakaian kenaikan produksi dan produktivitas tenaga kerja dan modal dalam
produksi pangan jatuh. At B, maka produktivitas adalah sama dan MRTS adalah 1.
Melanjutkan di sepanjang perbatasan, kami mencatat bahwa karena
produktivitas masukan dalam peningkatan pakaian yang lebih dan produktivitas
dalam penurunan makanan, MRT menjadi lebih besar dari 1. Kita juga bisa
menggambarkan bentuk kemungkinan produksi frontier di hal biaya produksi. Di
mana output Op pakaian sangat sedikit hilang untuk memproduksi makanan
tambahan, biaya marjinal memproduksi makanan sangat rendah : Banyak output
diproduksi dengan sangat sedikit masukan. Sebaliknya, biaya marjinal memproduksi
pakaian sangat tinggi: Dibutuhkan banyak kedua input untuk menghasilkan unit lain
pakaian. Jadi, ketika MRTS rendah, sehingga adalah rasio marjinal biaya produksi
MCF makanan untuk biaya marjinal memproduksi pakaian PKS bahkan, kemiringan
kemungkinan produksi frontier mengukur marginal biaya produksi satu relatif baik
untuk biaya marjinal produksi yang lain. Kelengkungan dari kemungkinan produksi
frontier berikut langsung dari fakta bahwa biaya marjinal memproduksi makanan
relatif terhadap biaya marjinal produksi pakaian meningkat. Pada setiap titik di
sepanjang perbatasan, kondisi berikut memegang:
Pada B, misalnya, MRT adalah sama dengan 1 . Di sini , ketika input
diaktifkan dari pakaian untuk produksi pangan , 1 unit output hilang dan 1 diperoleh .
Jika biaya input produksi 1 unit baik yang baik adalah $ 100 , rasio marginal biaya
akan menjadi $ 100 / $ 100, atau 1 . Persamaan ( 16.3 ) juga memegang di D ( dan
pada setiap titik lain di perbatasan ) . Misalka input yang dibutuhkan untuk
memproduksi 1 unit makanan biaya $ 160. Biaya marjinal makanan akan menjadi $
160, tetapi biaya marjinal pakaian akan hanya $ 80 ($ 160/2 unit pakaian ) .
Akibatnya , rasio biaya marjinal , 2 , sama dengan MRT .
C. Perhitungan Efisiensi
Farrell (1957) menyatakan alasan pentingnya pengukuran efisiensi :
1. Masalah pengukuran efisiensi produksi suatu industri adalah penting untuk ahli
teori ekonomi maupun pengambil kebijakan ekonomi;
2. Jika alasan-alasan teoritis efisiensi relatif dari berbagai sistem ekonomi harus
diuji, maka pentinguntuk mampu membuat pengukuran efisiensi aktual;
3. Jika perencanaan ekonomi sangat terkait dengan industri tertentu adalah penting
untuk meningkatkan output tanpa menyerap sumberdaya-sumberdaya tambahan
atau menaikkan efisiensinya.
3.1.1 Pengukuran Efisiensi Berorientasi Input dan Output
Berbagai metode telah dicoba untuk mengukur efisiensi. Coelli et al., (1998)
bahwa pengukuran efisiensi secara konseptual terdapat dua metode yaitu pengukuran
berorientasi input (input-oriented measures) dan pengukuran berorientasi output
(output-oriented measures). Konsep efisiensi frontier sudah sering dipakai, di mana
deviasi dari frontier diasumsikan mewakili inefisiensi. Model frontier telah banyak
dipakai dalam mengukur tingkat efisiensi produksi. Beberapa alasan penggunaan
model frontier adalah :
1. Istilah frontier adalah konsisten dengan teori ekonomi perilaku
optimisasi;
2. Deviasi dari frontier dengan tujuan efisiensi teknis dan perilaku unit
ekonomi memiliki interpretasi alami sebagai pengukuran efisiensi;
3. Informasi tentang efisiensi relatif unit ekonomi memiliki banyak
implikasi kebijakan yang dapat diimplementasikan (Bauer, 1990).
3.1.1. Pengukuran Berorientasi Input (Input-Oriented Measures)
Untuk mengilustrasikan konsep efisiensi, Farrell (1957) dan Coelli et
al.,(1998) menggunakan contoh sederhana di mana petani hanya
menggunakan dua input (x1 dan x2), untuk menghasilkan output tunggal (y).
Produksi yang efisien (dengan asumsi diketahui) dapat ditulis sebagai :
Dengan asumsi constant return to scale (CRS), persamaan (1) dapat
ditulis sebagai berikut :
Sumber : Coelli, et al., 1998
Gambar 1. Pengukuran Efisiensi Teknis dan Alokatif Berorientasi Input
Asumsi CRS memungkinkan teknologi untuk direpresentasikan dengan
menggunakan unit isoquan. Pada kondisi pengukuran berorientasi input
(inputoriented measures) persamaan (2) diwakili oleh SS’ yang menunjukkan kondisi
yang efisien penuh atau unit isoquan yang efisien (eficient unit isoquant/EUI), pada
Gambar 1. Unit isoquan yang efisien (EUI) menunjukkan kombinasi x1 dan x2 yang
efisien secara teknis yang digunakan untuk memproduksi satu unit output y. Titik P
dan Q mewakili dua petani berbeda yang menggunakan kombinasi input x1 dan x2
dengan proporsi yang sama. Keduanya terletak pada garis lengkung yang sama dari
titik asal (O) untuk memproduksi satu unit y. Titik P terletak diatas unit isoquan,
sedang titik Q mewakili petani yang secara teknis efisien (karena beroperasi pada
frontier). Titik Q menunjukkan bahwa petani tersebut menghasilkan output yang sama
seperti P, tetapi dengan jumlah input yang lebih sedikit. Jadi, rasio OQ/OP
menunjukkan efisiensi teknis (TE) petani P yang menunjukkan proporsi input petani P
bisa dikurangi, dengan tetap mempertahankan rasio input (x1/x2) konstan, sedangkan
outputnya tetap sama. Nilai TE bervariasi antara 0 dan 1. Jika TE = 1 menunjukkan
petani secara teknis efisien penuh (seperti petani Q).
Jika harga input tersedia, efisiensi alokatif bisa ditentukan. Garis isocost, AA’,
ditarik secara tangensial ke isoquan, SS’, pada titik Q’. Garis isocost berpotongan
dengan garis OP pada titik R. Titik Q’ menunjukkan rasio input/output optimal yang
meminimalkan biaya produksi pada output tertentu karena slope isoquan dan garis
isocost sama. Titik Q adalah efisien secara teknis tetapi secara alokatif tidak efisien,
karena produsen atau petani Q memproduksi dengan biaya lebih tinggi dibanding
pada Q’. Efisiensi alokatif (AE) untuk petani yang beroperasi pada titik P
didefinisikan menjadi rasio OR/OQ, karena jarak RQ mewakili pengurangan dalam
biaya produksi yang akan terjadi jika produksi terjadi pada titik Q’ yang efisien secara
alokatif (dan secara teknis), dan bukan pada titik Q yang efisien secara teknis tetapi
tidak efisien secara alokatif. Total efisiensi ekonomi (EE) adalah sama dengan
perkalian efsiensi teknis dengan efisiensi alokatif, yaitu: EE = TE x AE = (OQ/OP) x
(OR/OQ) = OR/OP. Dapat disimpulkan bahwa efisiensi teknis dan alokatif bisa
diukur dari segi fungsi produksi frontier dan asosiasi first order condition (FOC) atau
dengan menggunakan dual fungsi biaya (Taylor et al., 1986).
Pada Gambar 1 diperlihatkan bahwa TE tidak harus berimplikasi total EE,
maupun minimisasi biaya. Petani bisa mencapai TE dengan menggunakan input tanpa
mempertimbangkan harga input. Terlepas dari tingkat produksi yang relatif tinggi,
produsen yang mengikuti strategi ini tidak akan mungkin meminimalkan biaya.
Pengukuran efisiensi menurut Farrel semula sah untuk teknologi restriktif yang
dicirikan oleh CRS atau homogenitas linier. Analisis Farrel tidak mempertimbangkan
level produksi optimal karena skala produksi tidak terbatas pada CRS. Tetapi,
pengukuran Farrel telah digeneralisir menjadi teknologi yang kurang restriktif
(misalnya, dapat dilihat Fare and Lovell, 1978; Forsund and Hjalmarsson, 1979; dan
Forsund, Lovell dan Schmidt, 1980).
3.1.2. Pengukuran Berorientasi output (Output-Oriented Measures)
Metode pengukuran berorientasi output (output-oriented measures) seperti
yang diilustrasikan Gambar 2 (Coelli et al., 1998), dijelaskan dengan menggunakan
kurva kemungkinan produksi (production possibility frontier/PPF) yang
direpresentasikan garis DD’. Garis ZZ’ adalah garis isocost yang ditarik secara
tangensial ke kurva kemungkinan produksi. Sementara itu, titik A menunjukkan
petani yang berada dalam kondisi in-efisien secara teknis. Garis AB menggambarkan
kondisi yang in-efisien secara teknis, yang ditunjukkan oleh adanya tambahan output
tanpa membutuhkan tambahan input.
Sumber : Coelli, et al., 1998
Gambar 2. Pengukuran Efisiensi Teknis dan Alokatif Beorientasi Output
Berkenaan dengan kondisi tersebut, pada pendekatan ini rasio efisiensi teknis
didefinisikan sebagai :
Dengan adanya informasi harga output yang digambarkan oleh garis
isorevenue DD’ maka efisiensi alokatif dituliskan dalam bentuk :
Nilai rasio dari ketiga efisiensi tersebut berkisar antara 0 dan 1. Namun
pendekatan ini mudah terkena kesalahan di dalam pengukuran (measurement errors),
sedangkan dalam proses pengambilan data di lapang kesalahan sangat tinggi.
3.1.3. Pengukuran Efisiensi Parametrik
Menurut Debertin (1986) fungsi produksi menggambarkan hubungan teknis
(technical relationship) antara sejumlah input yang digunakan dengan output yang
dihasilkan dalam proses produksi. Coelli, Rao dan Battese (1998) menyatakan bahwa
fungsi produksi frontier adalah fungsi produksi yang menggambarkan output
maksimum yang dapat dicapai dari setiap penggunaan input. Apabila suatu kegiatan
usahatani berada pada titik pada fungsi produksi frontier artinya usahatani tersebut
efisien secara teknis. Jika fungsi produksi frontier diketahui maka dapat diestimasi
inefisiensi teknis melalui perbandingan posisi aktual relatif terhadap frontier-nya.
Pendekatan parametrik mengacu pada setiap metode frontier yang dikonstruksi
adalah parametrik, misalnya fungsi produksi frontier Cobb-Douglas atau translog.
Pendekatan parametrik dapat dibedakan menjadi pendekatan parametrik deterministik
dan frontier stokastik (Bravo-Ureta dan Pinherio,1993), sedangkan Kumbhakar dan
Lovell (2000) pendekatan parametrik untuk data cross-sectional dibedakan menjadi
pendekatan parametrik deterministik, frontier stokastik, dan frontier distance.
Pendekatan ini memerlukan spesifikasi eksplisit teknologi produksi.
Sampai akhir 1960-an sebagaian besar studi menggunakan metodologi least-
squares tradisional untuk mengestimasi fungsi produksi. Coelli (1995) dan Coelli et
al., (1998) berpendapat bahwa mengestimasi fungsi produksi frontier memiliki dua
keuntungan utama dibanding dengan mengestimasi fungsi produksi rata-rata.
Pertama, estimasi fungsi produksi rata-rata hanya memberikan fungsi
teknologi rata-rata petani, sedangkan estimasi fungsi produksi frontier sangat
dipengaruhi oleh petani yang mempunyai kinerja terbaik yang mencerminkan
teknologi yang digunakan. Kedua, fungsi produksi frontier mewakili hasil estimasi
metode praktek terbaik di mana efisiensi petani dalam industri tersebut bisa diukur.
Misalnya, proses produksi atau teknologi dituliskan sebagai berikut :
di mana Yi adalah tingkat produksi untuk petani contoh ke-i; f(.) adalah bentuk
fungsi yang sesuai; Xi adalah vektor input untuk petani ke-i; β adalah vektor
parameter tidakdiketahui yang akan diukur; εi adalah variabel acak; dan N adalah
jumlah petani. Fungsi produksi mewakili output maksimum yang mungkin tercapai
pada kombinasi input tertentu. Tetapi, estimasi model di atas mengasumsikan
εi~N(0,σs 2) menghasilkan fungsi produki rata-rata. Untuk pengukuran efisiensi, kita
harus bisa menentukan standar atau fungsi produksi dari perilaku yang diamati bisa
diukur. Dalam realita, petani mungkin tidak mencapai tingkat output maksimum,
sebagai akibat terjadinya inefisiensi teknis.
Muller (1974) melakukan modifikasi fungsi C-D dalam rangka melakukan
studi empiris dalam upaya mengukur dampak informasi terhadap efisiensi teknis yang
dikaitkan dengan fungsi produksi frontier. Perbedaan inefisiensi teknis yang terjadi
pada petani disebabkan ketidakmampuan petani berproduksi pada fungsi produksi
frontier. Beberapa alasan yang dikemukakan Muller (1974), disebabkan beberapa
faktor, yaitu : (1) teknologi produksi yang digunakan oleh petani dapat berbeda,
dengan demikian jika hal ini benar, maka tidak ada alasan kuat untuk
membandingkannya; (2) perbedaan pengamatan yang dapat disebabkan gangguan
acak, kemungkinan yang kedua ini jelas dan tidak sukar dijelaskan; dan (3) terjadi
perbedaan efisiensi teknis, dalam hal situasi ini semua produsen telah menggunakan
teknologi yang sama tetapi produsen yang satu lebih efisien menggunakannya
daripada yang lain.
3.1.4. Frontier Parametrik Deterministik
Disebut frontier parametrik deterministik karena output di batasi dari atas oleh
fungsi produksi yang tidak bersifat stokastik. Di mana galad satu sisi (onesided error
term) akan memaksa output (y) lebih kecil dari fungsi produksi frontier atau f(x). Hal
ini berbeda dengan pendekatan non-parametrik karena teknologi yang ada
diekspresikan dengan bentuk fungsi spesifik. Aigner dan Chu (1968) mengikuti
pendapat Farrel (1957) menyarankan penggunaan bentuk fungsi spesifik, berbentuk
fungsi produksi Cobb-Douglas homogenus. Model ini ditulis sebagai berikut:
di mana:
Yi =output petani ke-i;
Xi = vektor input untuk petani ke-i;
f(.) = bentuk fungsi Cobb-Douglas;
β = vektor parameter yang tidak diketahui yang akan diukur;
Ui = variabel acak non-negatif terkait dengan efisiensi teknis.
Perlu dicatat bahwa Ui adalah galat satu sisi, yang mempunyai implikasi
semua observasi terletak pada atau di bawah frontier, yaitu :
Yi < f(Xi;β), i = 1, 2, ...., N.
Dibuat dalam bentuk logaritma :
di mana k merupakan jumlah input dalam fungsi produksi.
Aigner dan Chu (1968) menyarankan parameter β fungsi frontier diukur
dengan programasi linier atau kuadratik. Dalam aplikasi empiris, Aigner dan Chu
(1968) menggunakan linier programing dimana parameter β fungsi frontier diestimasi
dengan meminimalkan:
dengan syarat Ui > 0, untuk semua i = 1, 2, ..., N.
Efisiensi teknis dari petani ke-i dapat didefinisikan sebagai rasio aktual output
terhadap output frontier terkait :
Ukuran efisiensi teknis ini menggunakan pendekatan berorientasi output.
Keuntungan utama pendekatan ini dibanding pendekatan non-parametrik bahwa lebih
sedikit retsriksi yang di-impose dan non-constant return to scale bisa diakomodasi.
Tetapi, salah satu kelemahan pendekatan ini adalah memilikisensitivitas estimasi
parameter terhadap pencilan (outlier) karena frontier jenis ini diestimasi berdasarkan
subset data.
Aigner dan Chu (1968) menyarankan bahwa tehnik programing dengan
kendala peluang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah outlier, dengan
membiarkan sebagian pengamatan berada di atas frontier estimasi. Saran ini
dilakukan oleh Timmer (1971) untuk mendapatkan frontier probabilistik. Teknik ini
dilakukan dengan mengestimasi parameter model dengan secara berurutan membuang
persentase pengamatan (outlier) sampai perubahan estimasi parameter cukup kecil.
Kelemahan pendekatan ini adalah bersifat acak dari seleksi pengamatan untuk
dihilangkan dari sampel. Kelemahan lainnya adalah tidak adanya asumsi galat, hasil
estimasi parameter tidak memiliki sifat statistik dan pengujian hipotesis tidak
mungkin dilakukan.
3.1.5. Frontier Statistik Deterministik
Membuat beberapa asumsi statistik tentang galat dalam persamaan (9) adalah
motif pengembangan model ini. Dalam persamaan (2.8), Ui diasumsikan terdistribusi
secara independen dan identik (iid) dan nilai Xi diasumsikan exogenous (independen
dari Ui). Karena galat Ui adalah satu sisi, estimator OLS untuk parameter tidak bisa
diterima untuk mengukur parameter di dalam model (10). Secara ringkas persamaan
fungsi produksi frontier statistik deterministik dalam bentuk logaritma dapat
diformulasikan sebagai berikut :
Metode ini menggunakan teknik statistika untuk mengestimasi frontier
statistik determenistik. Metode estimasi untuk frontier statistik deterministik dapat
dilakukan dengan corrected ordinary least Squares (COLS) dan parametric linier
programming (PLP), Aigner dan Chu (1968). Richmon (1974) memberikan
pendekatan alternatif untuk mengestimasi fungsi produksi frontier statistik
deterministik yang dikemukakan oleh Afriat (1972). Pendekatan ini, yang disebut
OLS terkoreksi (COLS), mudah diaplikasikan dan tidak memerlukan asumsi khusus
tentang galat. Selanjutnya Kumbhakar dan Lovell (2000) memperluas metode
estimasi untuk frontier statistik deterministik dapat dilakukan dengan goal
programming (GP), corrected ordinary least Squares (COLS), dan modified ordinary
least squares (MOLS). Afriat (1972) memodifikasi model Aigner dan Chu (1968)
dengan mengasumsikan distribusi dua parameter beta untuk e-u di mana Ui adalah
galat, dan diusulkan bahwa model diestimasi dengan maximum likelihood estimation
(MLE).
Richmon (1974) juga mengemukakan metode modifikasi OLS (MOLS), yang
membuat asumsi tentang bentuk distribusi inefisiensi non-negatif (Ui). Asumsi paling
populer adalah setengah normal, yang memerlukan estimasi satu parameter tambahan,
varian distribusi normal yang terpotong diatas nol. Distribusi parameter tunggal
lainnya yang sudah banyak digunakan adalah eksponensial. Menurut prosedur MOLS,
model tersebut pertama diestimasi menggunakan OLS dan intersepnya dikoreksi
dengan estimasi untuk mean Ui, diturunkan dari momen residual OLS, dan bukan
mengadopsi prosedur penyesuaian COLS (Lovell, 1993).
Keuntungan dari penggunaan pendekatan frontier statistik deterministik adalah
hasil analisis untuk model menggunakan data sampel yang memadai dapat diuji
kelayakan statistiknya (Aigner dan Chu, 1968; Richmon, 1974; serta Scmidt, 1976).
Scmidt (1976) mengemukakan bahwa pendekatan frontier statistik deterministik
mempunyai kelemahan yang sama dengan pendekatan nonparametrik dan pendekatan
parametrik deterministik, yaitu terletak pada diperlukannya bentuk fungsional tertentu
dan semua penyimpangan dari frontier dikategorikan sebagai inefisiensi teknis.
Pendekatan ini mempunyai asumsi implisit bahwa semua variasi acak adalah karena
inefisiensi teknis dan tidak diperbolehkan adanya variasi acak diluar kontrol petani.
3.1.6. Frontier Statistik Stokastik
Salah satu metode estimasi tingkat efisiensi teknis yang banyak digunakan
adalah melalui pendekatan frontier statistik stokastik atau frontier stokastik, yang
dalam implementasinya menggunakan stochastic production frontier (SPF). Metode
ini pertama kali diperkenalkan oleh Aigner et al. (1977); dan dalam saat yang
bersamaan juga dilakukan oleh Meeusen dan van den Broeck (1977). Pengembangan
pada tahun-tahun berikutnya banyak dilakukan seperti oleh Battese dan Coelli (1988,
1992, 1995), Coelli et al., (1998), Waldman (1984), Kumbhakar (1990). Pendekatan
SPF juga pernah digunakan oleh Erwidodo (1992a dan 1992b), Siregar (1987),
Sumaryanto (2001), Sumaryanto et al. (2003), Wahida (2005) serta Sukiyono (2005).
Pendekatan frontier deterministik yang telah diuraikan terdahulu, ternyata
belum mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan bahwa kinerja usahatani dapat
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang berada di luar kontrol petani.
Dalam model frontier statistik stokastik atau sering hanya disebut frontier stokastik,
output diasumsikan dibatasi dari atas oleh suatu fungsi produksi stokastik. Pada kasus
Cobb-Douglas, model tersebut dalat dituliskan sebagai berikut:
di mana : simpangan (vi - ui) terdiri atas dua bagian, yaitu : (1) komponen
error simetrik yang memungkinkan keragaman acak dari frontier antar pengamatan
dan menangkap pengaruh kesalahan pengukuran atau kejutan acak, dan (2) komponen
kesalahan satu-sisi (one-sided error) dari simpangan yang menangkap pengaruh
inefisiensi teknis.
Pada kasus fungsi produksi translog dalam bentuk logaritma, model tersebut
dalat dituliskan sebagai berikut:
Pada setiap model frontier statistik stokastik, simpangan yang mewakili
gangguan statistik (statistical noise) diasumsikan independen dan identik (iid) yang
terdistribusi secara normal. Asumsi distribusi yang paling sering digunakan adalah
setengah normal (half normal). Jika dua simpangan (vi dan ui) diasumsikan bersifat
independen satu sama lain serta independen terhadap input produksi (xi), dan
dipasang asumsi distribusi spesifik (secara berturut-turut : normal dan setengah
normal), maka fungsi likelihood (maximum likelihood estimators) dapat dihitung.
Metode estimasi lain yang dapat digunakan adalah melalui estimasi model
dengan OLS (Ordinary Least Square) dan mengkoreksi konstanta dengan
menambahkan suatu penduga konsisten dari E(ui) berdasarkan momen yang lebih
tinggi (dalam kasus setengah normal, digunakan momen ke dua dan ke tiga) dari
residual kuadratik terkecil atau disebut CLOS (Corected Ordinary Least Square).
Setelah model diestimasi, nilai-ninai (vi - ui) juga dapat diperoleh. Pada pengukuran
efisiensi, penduga untuk uj juga diperlukan. Jondrow et al. (1982) menyarankan
kemungkinan yang paling relevan adalah E(ui│vi - uj) yang dievaluasi berdasarkan
nilai-nilai (vi - ui) dan parameter-parameternya.
Dalam makalahnya, Jondrow et al., (1982) mengemukakan bahwa formula
E(u│v - u) untuk kasus normal dan setengah normal. Struktur dasar model frontier
statistik stokastik pada persamaan (11 dan 12) dapat diilustrasikan pada gambar 3.
Keunggulan pendekatan frontier stokastik adalah dimasukkannya gangguan
acak (disturbance term), kesalahan pengukuran dan kejutan eksogen yang berada di
luar kontrol petani. Sementara itu, beberapa keterbatasan dari pendekatan ini adalah :
(1) Teknologi yang dianalisis harus diformulasikan oleh struktur yang cukup rumit,
(2) Distribusi dari simpangan satu-sisi harus dispesifikasi sebelum mengestimasi
model, (3) Struktur tambahan harus dikenakan terhadap distribusi inefisiensi teknis,
dan (4) Sulit diterapkan untuk usahatani yang memiliki lebih dari satu output.
Sumber : Coelli et al., 1998
Gambar 3. Fungsi Produksi Frontier Statistik Stokastik
Komponen yang pasti dari model frontier adalah f(xi;β) digambarkan dengan
asumsi memiliki karakteristik skala pengembalian yang menurun (decreasing return
to sclale). Kegiatan produksi dari dua orang petani diwakili dengan simbul i dan j.
Dalam hal ini, petani i dalam kegiatan usahataninya menggunakan input produksi
sebesar xi dan memperoleh output sebesar yi. Output frontier petani i adalah yi*,
melampaui nilai output dari fungsi produksi deterministik yaitu f(xi;β). Hal ini dapat
terjadi karena kegiatan produksinya dipengaruhi oleh kondisi yang menguntungkan
(misalnya : curah hujan yang cukup, sinar matahari yang memadai, tidak adanya
serangan organisme pengganggu tanaman/OPT), sehingga variabel vi bernilai positif.
Sementara itu, petani j menggunakan input produksi sebesar xj dan
memperoleh output sebesar yj, akan tetapi output frontier petani j adalah yj* yang
berada di bawah bagian yang pasti dari fungsi produksi. Hal ini dikarenakan kegiatan
produksi usahatani dipengaruhi oleh kondisi yang kurang menguntungkan (misalnya :
curah hujan terlalu tinggi, kekeringan, atau serangan OPT), yaitu v i bernilai negatif.
Output frontier yang tidak dapat diobservasi ini berada di bawah output dari fungsi
produksi determisnistik yaitu f(xi;β). Pada kasus kedua, hasil produksi yang dicapai
petani j berada di bawah fungsi produksi frontier f(xi;β).
3.2. Pengaruh Perubahan Teknologi Terhadap Efisiensi Produksi
Berikut ini kami akan memisalkan dalam pertanian. Terdapat tiga jenis
sumberdaya utama yang menentukan produksi pertanian, yaitu lahan, tenaga kerja dan
modal (Harianto, 2010). Upaya peningkatan produksi dan produktivitas pertanian tidak
terlepas dari peningkatan ketiga faktor produksi tersebut. Faktor produksi yang
memungkinkan petani untuk melakukan adopsi teknologi yang lebih maju adalah modal.
Peningkatan kualitas tenaga kerja baik dari aspek keterampilan teknis maupun
kapabilitas manajerialnya akan menentukan tingkat efisiensi dan produktivitas yang
dicapai. Peningkatan luas lahan garapan kepada petani akan memberikan dampak nyata
terhadap pertumbuhan produksi pertanian.
Hick (1932) menulis buku yang terkenal “The theory of wages” mengemukakan
bahwa perubahan teknologi yang bias terhadap pemakaian salah satu faktor produksi
didorong (induced) oleh struktur harga faktor produksi tersebut. Perubahan harga relatif
dari faktor masukan akan berpengaruh terhadap arah penemuan (invention) dan
perbaikan atau perubahan (innovation) teknologi. Teori induced innovation dari Hick
bertitik tolak pada suatu keyakinan dan bukti empiris bahwa kenaikan harga relatif dari
salah satu faktor produksi terhadap faktor produksi lainnya akan mendorong perubahan
teknologi yang akan mengurangi penggunaan faktor produksi tersebut relatif terhadap
faktor produksi lainnya.
Pemikiran Hick tersebut merupakan dasar bagi teori An Induced Development
Model (ID) yang diperkenalkan oleh Hayami dan Rutan (1985). Salah satu pertanyaan
utama Hayami dan Rutan (1985) adalah bagaimana hubungan di antara perubahan-
perubahan teknologi, kelembagaan dan ekonomi tersebut dapat menjamin
kesinambungan proses pembangunan pertanian. Hayami dan Ruttan memberikan
perhatian bagaimana mengidentifikasi kondisi yang mendukung pertumbuhan sektor
pertanian yang berkesinambungan dalam proses pembangunan secara keseluruhan.
Berdasar kajian tersebut, dalam penyusunan model ID, Hayami dan Ruttan
(1985) mengemukakan hipotesis pokok yaitu : “Keberhasilan peningkatan produktivitas
pertanian secara cepat ditentukan oleh kemampuan untuk menciptakan teknologi yang
secara ekologis dan ekonomis dapat diterapkan dan dikembangkan di tiap negara atau
wilayah pembangunan”. Hayami dan Ruttan (1985) juga mengajukan hipotesis tentang
produktivitas pertanian yang tinggi di negara-negara berkembang, yaitu :
1. Perkembangan sektor non-pertanian, yang mampu memberikan dampak
terhadap peningkatan produksi pertanian, disebabkan kemampuan sektor ini
menyediakan faktor produksi modern yang murah bagi sektor pertanian,
seperti traktor dan pupuk buatan;
2. Kapasitas masyarakat pertanian dalam menciptakan inovasi teknologi yang
berkesinambungan untuk meningkatkan permintaan input yang dihasilkan
sektor industri. Kondisi lingkungan yang kondusif (enable environment),
proses dan mekanisme, dan sistem dalam melakukan pembangunan pertanian
akan sangat menentukan tingkat produktivitas pertanian.
Semaoen (1992) mengemukakan terdapat empat macam karakteristik abstraksi
teknologi, yaitu :
1. Efisiensi teknis yang ditunjukkan oleh intersep,
2. Skala operasi dari proses produksi,
3. Intensitas faktor masukan, dan
4. kemudahan substitusi antar faktor masukan yang dikenal dengan elastisitas
substitusi.
Dua macam karakteristik abstraksi teknologi yaitu efisiensi teknis dan perolehan
terhadap skala (return of scale) adalah tidak tergantung pada ratio produktivitas marjinal
dari faktor masukan. Tetapi elastisitas substitusi antar faktor (marginal rate of technical
substitution/MRTS) adalah bergantung pada produktivitas marginal dari faktor masukan.
Pengaruh perbaikan teknologi terhadap efisiensi produksi diteliti oleh Theingi
dan Thanda (2005) dalam sebuah konferensi penelitian pertanian internasional untuk
pembangunan.
Hasil penelitian dengan judul “Analisis Efisiensi Teknis Sistem Produksi Beras
Beririgasi di Myanmar” diperoleh temuan bahwa masalah yang dihadapi oleh petani
antara lain adalah : harga pupuk yang tinggi, kekurangan air irigasi, keterbatasan
investasi, minimnya pengetahuan tentang proteksi tanaman, serta sulitnya meperoleh
benih yang berproduktivitas tinggi. Berdasarkan hasil estimasi dengan menggunakan
fungsi produksi frontier stokastik, menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja
keluarga dan penggunaan pupuk berpengaruh positif dan nyata terhadap peningkatan
produktivitas pada usahatani kecil. Lebih lanjut dikemukakan bahwa tingkat pendidikan
petani yang skala usahataninya menengah berpengaruh negatif terhadap inefisiensi
teknis. Petani dengan skala besar memiliki efisiensi teknis tertinggi yaitu sebesar 0.77
atau di atas petani skala menengah dan kecil. Implikasinya adalah pemerintah seharusnya
melanjutkan dukungannya dalam investasi publik dan teknologi untuk meningkatkan
efisiensi teknis dan tingkat produktivitas.
Menurut Gathak dan Ingersent (1984), perbaikan teknologi dalam bidang
pertanian akan memiliki dua karakteristik, yaitu :
1. Membentuk fungsi produksi yang baru yang lebih tinggi dari penggunaan
sejumlah input yang jumlahnya tetap, dan
2. Dapat dihasilkan output yang sama dengan memberikan sejumlah input yang
lebih sedikit, sehingga akan menurunkan biaya produksi.
Selanjutnya dikemukakan bahwa dengan adanya perbaikan teknologi akan
menyebabkan terjadinya pergeseran fungsi produksi secara positif dan vertikal ke atas.
Sumarno (2011) mengemukakan bahwa peran teknologi dalam meningkatkan
produktivitas agregat nasional tidak semata-mata disebabkan oleh peningkatan daya hasil
per hektar, tetapi juga disebabkan oleh adanya stabilitas dan kepastian hasil,
terkendalikannya hama-penyakit tanaman, adanya pengurangan senjang produktivitas,
perbaikan kualitas hasil, dan pengurangan kehilangan hasil panen. Secara grafik
keterkaitan konsep efisiensi dan perubahan teknologi (yang direpresentasikan pergeseran
fungsi produksi) dapat disimak pada Gambar 4 berikut.
Sumber : Coelli at. al., 1998
Gambar 4. Konsep Efisiensi berdasarkan Fungsi Produksi dengan Perbaikan Teknologi
Keterangan :
TPP1 : kurva kemungkinan produksi teknologi unggul
TPP2 : kurva kemungkinan produksi teknologi lebih rendah
D : inefisiensi teknis dan alokatif
B : efisiensi teknis, inefisiensi alokatif
C : inefisiensi teknis, efisiensi alokatif
A : efisiensi teknis dan alokatif
Bebeberapa pakar (Byerlee, 1980, Rhoades, 1984, dan Watson, 1988)
mengemukakan beberapa hal pokok yang harus diperhatikan dalam proses
pengembangan teknologi baru dan adaptasinya kepada pengguna di suatu wilayah
adalah :
1. Apakah paket teknologi baru tersebut dapat memecahkan permasalahan
pokok yang dihadapi oleh pengguna,
2. Apakah penggua teknologi mengetahui tentang teknik, cara, dan bahan
yang digunakan,
3. Apakah pengguna mengetahui makna dan logika yang terkandung dalam
paket teknologi tersebut, dan
4. Apakah paket teknologi tersebut mampu beradaptasi terhadap
permasalahan alamiah dan sosial ekonomi yang dihadapi oleh pengguna.
D. Implikasi Dari Perhitungan Efisiensi
Terdapat empat implikasi kebijakan yang dapat dihasilkan dari bahasan
tentang efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomis, yakni (Ellis, 1988; Ellis, 2003):
1. Jika petani memang dibatasi oleh teknologi yang tersedia, maka hanya
perubahan teknologi maju yang dapat meningkatkan kesejahteraan
petani,
2. Dengan asumsi bahwa petani secara alokatif responsif terhadap
perubahan harga, maka memanipulasi harga input dan output (skema
kredit, subsidi pupuk) mungkin mempunyai pengaruh yang sama pada
biaya yang lebih rendah,
3. Jika inefisiensi adalah akibat dari ketidaksempurnaan pasar, maka
kinerja pasar seharusnya diperbaiki, dan
4. Jika petani secara teknis adalah inefisien maka pendidikan petani dan
penyuluhan pertanian perlu ditingkatkan.