EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP...

81
EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP NYAMUK Culex quinquefasciatus DARI DAERAH BEKASI PADA TAHUN 2015 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Oleh : Fitriana Nurharyani Haryono NIM: 1112103000045 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Transcript of EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP...

Page 1: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC

TERHADAP NYAMUK Culex quinquefasciatus DARI

DAERAH BEKASI PADA TAHUN 2015

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

Oleh :

Fitriana Nurharyani Haryono

NIM: 1112103000045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 2: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk
Page 3: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk
Page 4: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk
Page 5: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat

dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.

Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir

zaman.

Penulisan skripsi dengan judul “Efikasi Kelambu Celup Cypermethrin 100

EC Terhadap Nyamuk Culex quinquefasciatus dari Daerah Bekasi pada Tahun

2015” ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini saya dedikasikan untuk kedua orang tua saya Bapak Haryono

dan Ibu Tugiyah serta adik saya Rizkhy Ramadhana Haryono yang telah banyak

mendukung dan mendoakan untuk keberhasilan dan kesuksesan saya.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,

bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan

ini perkenankan saya menyampaikan ucapan terima kasih terutama kepada

pembimbing penelitian dan penulisan skripsi ini yaitu Ibu Silvia Fitrina Nasution,

M. Biomed dan dr Dyah Ayu Woro, M. Biomed. Ucapan terima kasih juga saya

sampaikan kepada dr. Flori selaku ketua tim riset angkatan 2012 yang telah

memfasilitasi berlangsungnya kegiatan skripsi ini. Tak lupa juga terima kasih

kepada teman-teman angkatan 2012 yang telah membantu dan memberikan

semangat dan masukan demi terselesaikannya skripsi ini.

Semoga segala keikhlasan dan kebaikan yang saya terima selama ini

mendapat balasan dan karunia yang tiada henti dari-Nya.

Akhir kata, harapan saya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

pembaca dan dengan kebesaran hati saya menerima kritik dan saran.

Ciputat, Oktober 2015

Page 6: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

vi

ABSTRAK

Fitriana Nurharyani Haryono. Program Studi Pendidikan Dokter. Efikasi Kelambu

Celup Cypermethrin 100 EC Terhadap Nyamuk Culex quinquefasciatus dari

daerah Bekasi tahun 2015.

Latar Belakang : Penggunaan insektisida secara luas dan dalam waktu yang lama

telah mengakibatkan resistensi terhadap nyamuk Culex quinquefasciatus. Nyamuk

Culex quinquefasciatus banyak dilaporkan telah resisten terhadap berbagai jenis

insektisida termasuk golongan piretroid. Cypermethrin merupakan insektisida

golongan piretroid sintetik yang belum banyak digunakan dalam penggunaan

kelambu celup. Tujuan : Untuk mengetahui efikasi kelambu celup insektisida

Cypermethrin 100 EC terhadap kematian nyamuk Culex quinquefasciatus.

Metode : Eksperimental dengan sampel nyamuk dewasa betina dari daerah

Bekasi, Jawa Barat yang dilakukan dengan cara bioassay pemaparan nyamuk

dalam kelambu celup Cypermethrin 100 EC, dengan konsentrasi (100, 200, 300,

400, dan 500) mg/m2. Untuk mengetahui efikasi dari residu Cypermethrin 100 EC

dalam kelambu celup tersebut, uji dilakukan dalam minggu 1, 4, dan 8 dan dilihat

jumlah kematian nyamuk (selama 24 jam) pada minggu tersebut. Hasil :

Kematian nyamuk meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi

Cypermethrin 100 EC dan menurun sejalan dengan pertambahan waktu. Kematian

tertinggi dicapai pada konsentrasi 500 mg/m2 sebanyak 96% pada minggu I, 76%

minggu IV dan 64% pada minggu VIII. Perbedaan konsentrasi Cypermethrin 100

EC tidak berpengaruh terhadap kematian nyamuk dengan nilai p=0,374. Namun

perbedaan waktu mempengaruhi efek residu kelambu celup Cypermethrin 100

EC terhadap kematian nyamuk dengan nilai p= 0,001. Hasil analisis Probit

menunjukkan nilai LC50 pada minggu I sebesar 57,565 mg/m2, 191,361 mg/m2

pada minggu IV, dan 383,627 mg/m2 di minggu VIII. Kesimpulan : Kelambu

celup Cypermethrin 100 EC efektif membunuh nyamuk Culex quinquefasciatus

dengan LC50sebesar 383,627 mg/m2 sampai minggu VIII.

Kata kunci : Efikasi, Cypermethrin,Culex quinquefasciatus, Kelambu celup,

Bioassay

Page 7: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

vii

ABSTRACT

Fitriana Nurharyani Haryono. Program Studi Pendidikan Dokter. Efficacy of

Cypermetrin 100 EC impregnated bednets against Culex quinquefasciatus

collected from Bekasi.

Background : A widely use and long term application of insecticide had roled

resistance on mosquitoes. The resistance on Culex quinquefasciatus have been

several reported to various insecticides including to pyrethroid. Nevertheles,

Cypermethrin as a generation of pyrethroid has been uncommon utilized as an

impregnated bednets. Purpose: The study was conducted to evaluate the efficacy

of Cypermethrin 100 EC impregnated bednets (IBN) against

Cx.quinquefasciatus.. Methods : Experimental study was designed to conduct

Bioassay to adult female of the mosquitoes collected from Bekasi, West Java,

which exposured to the IBN of Cypermethrin 100 EC by four concentrations of

active ingredient 100, 200, 300, 400, and 500 mg/m2.To evaluate the residual

effect of IBN’s, several bioassays were conducted in 1st, 4th, and 8th week and 24

hour of mortality was calculated for each week. Finding Result : An increased

mortality was significantly occured due to increased concentration, but contrary

decreased mortality due to increased time of IBN’s. The highest mortality was

occured by concentration of 500 mg/m2 which showed 96% mortality in first week,

76% in fourth week, and 64% in eighth week. Different concentration of

Cypermethrin 100EC was not significantly different to cause mortality of

mosquitoes, with p value = 0.374. However, the lenghtened of time was

significantly decrease residual effect on the IBNs against mortality of the

mosquitoes, with p value = 0,001. The Probit has calculated an LC50 at week I as

57,565mg/m2, 191,361 mg/m2 in week IV, and 383,627 mg/m2 in week VIII..

Conclution :The study has determined that IBNs Cypermethrin 100 EC was

effective to cause mortality of Cx. quinquefasciatus with LC50 on 383,627 mg/m2

until week VIII.

Keyword : Efficacy, Cypermethrin, Culex quinquefasciatus, Insecticide Treating

Nets, Bioassay

Page 8: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................................. iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... v

ABSTRAK ......................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

DAFAR GAMBAR ............................................................................................ x

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi

DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 Rumusan masalah ......................................................................................... 3

1.3 Hipotesis ....................................................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori ............................................................................................. 5

2.1.1 Klasifikasi Nyamuk Culex quinquefasciatus ..................................... 5

2.1.2 Siklus Hidup dan Morfologi Nyamuk Qulex quinquefasciatus ......... 5

2.1.3 Jenis, Kandungan dan Cara KerjaInsektisida yang digunakan

sebagai Pemberantasan Vektor Nyamuk di Indonesia ...................... 9

2.1.4 Aplikasi penggunaan Cypermetrin pada kelambu celup dalam

pengendalian vektor nyamuk di Indonesia ........................................ 14

2.1 .5 Cypermethrin .................................................................................... 15

2.1.6 Efek kelumpuhan (Knock down effect) pada serangga ..................... 16

2.1.7 Mekanisme Resistensi Insektisida piretroid sintetik pada nyamuk

Culex quinquefasciatus ...................................................................... 17

2.1.8 Uji resistensi Insektisida pada nyamuk .............................................. 18

2.2 Kerangka Teori ............................................................................................. 21

2.3 Kerangka Konsep ......................................................................................... 22

2.4 Definisi Operasional ..................................................................................... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian .......................................................................................... 24

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 24

3.3 Kriteria Sampel ............................................................................................ 24

3.3.1 Kriteria Inklusi ................................................................................... 24

3.3.2 Kriteria Eksklusi ................................................................................ 25

3.4 Besar Sampel ................................................................................................ 25

3.5 Identifikasi variabel ...................................................................................... 26

3.5.1 Variabel Bebas ................................................................................... 26

3.5.2 Variabel Terikat ................................................................................. 26

3.6 Alat dan Bahan ............................................................................................. 26

3.6.1 Alat ............................................................................................................ 26

Page 9: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

ix

3.6.2 Bahan ......................................................................................................... 26

3.7 Cara Kerja Penelitian ................................................................................... 27

3.7.1. Persiapan dan pengumpulan sampel ................................................. 27

3.7.2. Pembuatan kelambu celup Cypermethrin dengan berbagai

konsentrasi ....................................................................................... 27

3.7.3. Uji pendahuluan ................................................................................ 30

3.8 Alur Penelitian ............................................................................................. 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Sampel .................................................................................... 33

4.2 Hasil Uji Esterase ......................................................................................... 33

4.3 Hasil Uji Kelambu Celup Cypermethrin 100 EC ......................................... 34

4.5 Hasil Analisa Statistik .................................................................................. 40

4.5.1 Uji Normalitas Data ........................................................................... 40

4.5.2 Uji Varian Data .................................................................................. 41

4.5.3 Uji ANOVA one way ......................................................................... 41

4.5.5 Uji Regresi Linier .............................................................................. 41

4.5.6 Analisis Probit .................................................................................... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 44

5.2 Saran ............................................................................................................. 44

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 46

LAMPIRAN 1 .................................................................................................... 50

LAMPIRAN 2 .................................................................................................... 61

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... 67

Page 10: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk Aedes aegypti

di Jawa tengah ................................................................................... 2

Gambar 2. Siklus Hidup Nyamuk ......................................................................... 5

Gambar 3. Telur nyamuk Culex quinquefasciatus ................................................ 6

Gambar 4. Larva instar 4 nyamuk Culex quinquefasciatus .................................. 7

Gambar 5. Pupa nyamuk Culex quinquefasciatus................................................. 8

Gambar 6. Nyamuk betina dewasa Culex quinquefasciatus ................................. 9

Gambar 7. Nyamuk jantan dewasa Culex quinquefasciatus ................................. 9

Gambar 8. Struktur kimia Cypermethrin .............................................................. 16

Page 11: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Konsentrasi pemakaian insektisida piretroid sintetik di Indonesia ....... 15

Tabel 2.2 Konsentrasi pemakaian insektisida golongan piretroid sintetik siap pakai

di Indonesia........................................................................................... 15

Tabel 4.1 Nilai Absorbance Value (AV) larva uji pada ELISA ........................... 34

Tabel 4.2 Hasil kelumpuhan/knockdown nyamuk pada uji pendahuluan ............. 35

Tabel 4.3 Hasil kematian nyamuk dalam 24 jam pada uji pendahuluan ............... 36

Tabel 4.4 Tabel kelumpuhan/knockdown nyamuk pada 30 menit pasca perlakuan

di tiap minggu perlakuan ...................................................................... 38

Tabel 4.57Hasil Kematian nyamuk tiap minggu perlakuan .................................. 39

Tabel 4.6 Lethal Concentration (LC50 & LC90) tiap minggu perlakuan ............. 42

Page 12: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

xii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Kelumpuhan/knockdown nyamuk pada uji pendahuluan ................................. 35

Grafik 4.2 Hasil kematian nyamuk setelah 24 jam pasca paparan ................................... 36

Grafik 4.3 Presentase Knockdown 30 menit pada tiap minggu perlakuan........................ 38

Grafik 4.4 Presentase kematian nyamuk pada tiap minggu perlakuan.............................. 40

Grafik 4.5 Lethal Concentration (LC50 & LC90) tiap minggu perlakuan ........................ 42

Page 13: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

xiii

DAFTAR SINGKATAN

AChE : Asetilkolinesterase

DEF : S,S,S,-tributylphosphorotrithioate

DEM : Diethyl maleate

EC : Emulsifiable Concentrate

GSTs : Glutathione transferase

ITNs : Insecticide Treated Net

LC : Lethal Consentration

LLINs : Long Lasting Insecticidal Net

OP : Organophosphate

PBO : Piperonyl butoxide

SP : Synthetic Piretroid

Page 14: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nyamuk merupakan salah satu vektor penularan penyakit, diantaranya

penyakit Filariasis. Untuk memutus penularan penyakit ini, banyak cara yang

dilakukan oleh masyarakat, salah satunya dengan penggunaan insektisida.1

Penggunaan insektisida yang lama telah mengakibatkan resistensi bagi kematian

nyamuk. Hal ini dikarenakan resistensi dapat terjadi jika penggunaan insektisida

secara terus – menerus selama 2-20 tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

Zulhasril pada tahun 2010 di Tanjung Priok dan Mampang Prapatan didapatkan

hasil bahwa penggunaan insektisida golongan organofosfat telah mengakibatkan

resistensi bagi nyamuk Aedes aegypti.2

Resistensi terhadap insektisida golongan organofosfat menyebabkan

penggunaan insektisida pun beralih ke golongan piretroid. Piretroid digunakan

sebagai pengganti karena efeknya yang secara langsung bekerja pada sistem saraf

serangga sehingga efektifitasnya pun lebih tinggi. Selain itu, insektisida golongan

piretroid sintetik juga lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan insektisida

golongan organofosfat.3

Menurut Widiarti, nyamuk Aedes aegypti dilaporkan mengalami resistensi

terhadap insektisida Cypermethrin 0,05% di beberapa wilayah di Jawa Tengah

yaitu di Jepara, Blora, Kota Semarang, Kota Salatiga, Kota Surakarta, Kota Tegal,

Kota Magelang, dan Kota Purwokerto.4 Hasil ini juga didapatkan oleh penelitian

yang dilakukan oleh Sayono et al di daerah Semarang.5 Resistensi terhadap

Cypermethrin yang terjadi pada Aedes aegypti ini juga berpengaruh terhadap

status resistensi nyamuk Culex quinquefasciatus karena jumlahnya yang banyak

dan terdapat pada lingkungan yang sama.6

Page 15: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

2

Gambar 1. Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk Aedes

aegypti di Jawa Tengah7

Berdasarkan penelitian Hosain dkk nyamuk Culex quinquefasciatus

lebih resisten dibandingkan nyamuk Anopheles gambiae terhadap insektisida

permetrin. Berdasarkan eksperimen yang dilakukan oleh Lagunes (1980), nyamuk

Culex quinquefasciatus memiliki gen yang resisten terhadap tiga jenis insektisida

yaitu Temefos, Propuksur dan Permetrin. Hal ini terjadi karena adanya

penguunaan insektisida secara bergantian sehingga menyebabkan resistensi silang

antar insektisida.8 Menurut Intan Ahmad (2009), mekanisme inilah yang

mendasari terjadinya resistensi nyamuk Culex quinquefasciatus terhadap berbagai

insektisida di beberapa wilayah di Indonesia.9

Banyak cara yang digunakan untuk pengaplikasian insektisida di

masyarakat, salah satunya dengan kelambu celup berinsektisida. Kelambu celup

insektisida digunakan karena efek residunya yang lebih tahan lama dibandingkan

dengan pengaplikasian jenis lainnya.10 Penggunaan kelambu celup insektisida

golongan piretroid sintetik juga merupakan rekomendasi WHO untuk program

pengendalian vektor. Salah satu zat aktif yang digunakan adalah Cypermethrin.1

Untuk mengetahui seberapa besar resistensi vektor terhadap suatu

insektisida dapat digunakan uji biokimia dan uji bioassay. Uji biokimia

merupakan suatu teknik untuk mendeteksi status resistensi nyamuk berdasarkan

Page 16: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

3

kuantifikasi enzim yang bekerja pada penurunan status resistensi serangga

sedangkan uji bioassay merupakan uji resistensi yang dinilai berdasarkan

kematian nyamuk terhadap pemberian insektisida tertentu.11

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efikasi (LC50 dan LC90)

insektisida Cypermethrin 100 EC pada kelambu celup terhadap kematian nyamuk

Culex quinquefasciatus serta mengetahui pengaruh konsentrasi dan waktu

terhadap kematian nyamuk.

1.2 Rumusan Masalah

Resistensi merupakan salah satu masalah dalam program pemberantasan

vektor nyamuk di Indonesia. Penggunaan Cypermethrin dari golongan piretroid

sintetik direkomendasikan sebagai pengganti golongan organofosfat yang telah

banyak mengalami resistensi di Indonesia. Bagaimana efikasi kelambu celup

Cypermethrin 100 EC terhadap nyamuk Culex quinquefasciatus yang dilaporkan

telah mengalami resistensi terhadap berbagai jenis insektisida?

1.3 Hipotesis

Kelambu celup Cypermethrin100 EC efektif menyebabkan kematian Culex

quenquifasciatus dari wilayah Bekasi, Jawa Barat.

1.4 Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Mengetahui efikasi dari residu kelambu celup Cypermethrin 100 EC

terhadap kematian nyamuk Culex quinquefasciatus di wilayah Bekasi,

Jawa Barat.

b. Tujuan Khusus

Mengetahui efek Cypermethrin 100 EC pada konsentrasi 100, 200,

300, 400 dan 500 mg/m2 mengenai :

1. Konsentrasi Cypermethrin 100 EC mana yang menyebabkan kematian

nyamuk ≥ 50% pada minggu 1,4 dan 8.

2. Perbedaan efikasi antara konsentrasi Cypermethrin terhadap kematian

nyamuk Culex quinquefasciatus.

Page 17: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

4

3. Perbedaan efikasi antara usia kelambu celup Cypermethrin 100 EC

pada minngu 1,4 dan 8 pada tiap konsentrasi terhadap kematian

nyamuk.

4. Konsentrasi kematian (Lethal Concentration/ LC50 dan LC90)

Cypermethrin 100 EC pada minggu 1,4 dan 8.

5. Lama efek residu kelambu celup Cypermethrin 100 EC.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Memberikan tambahan informasi tentang status resistensinyamuk Culex

quinquefasciatus terhadap Cypermethrin di wilayah Bekasi, Jawa Barat.

b. Memberikan tambahan informasi tentang manfaat penggunaan kelambu

celup insektisida Cypermethrin sebagai salah satu cara pemberantasan

vektor nyamuk yang efektif.

Page 18: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Klasifikasi Nyamuk Culex quinquefasciatus12

Kingdom : Animalia

Kelas : Insecta

Ordo : Diphtera

Family : Culicidae

Genus : Culex

Spesies : Culex quinquefasciatus

2.1.2. Siklus Hidup dan Morfologi Nyamuk Culex quinquefasciatus

Secara umum, siklus hidup nyamuk terdiri dari 4 (empat) siklus, yaitu telur,

larva, pupa, dan nyamuk dewasa. Mulai dari siklus telur hingga pupa berlangsung

8-14 hari dan berlangsung di dalam air. Sedangkan jika pupa telah berubah

menjadi nyamuk dewasa akan bertahan sekitar 1-4 minggu.13

Gambar 2. Siklus Hidup Nyamuk14

Page 19: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

6

a.Telur

Siklus hidup pertama yang dialami oleh seekor nyamuk adalah fase telur.

Hampir semua jenis nyamuk akan meletakkan telurnya pada permukaan air atau

permukaan tempat yang lembab. Saat pertama kali diletakkan warna telur nyamuk

akan berwarna putih. Akan tetapi, warna tersebut akan berubah menjadi coklat

atau hitam kurang lebih 12- 14 jam setelah telur diletakkan.13,15

Salah satu ciri khas yang dimiliki oleh nyamuk genus Culex adalah

peletakan telurnya yang bergerombol membentuk menyerupai rakit.1 Dalam

setiap gerombolan, biasanya terdapat 100 telur atau lebih yang akan menetas 24-

30 jam setelah diletakkan di dalam air.16

Gambar 3. Telur nyamuk Culex quinquefasciatus17

b.Larva

Setelah sebuah telur menetas, maka telur tersebut akan berubah menjadi

larva. Pada fase larva ini terdapat 4 tahap perubahan, mulai dari larva instar I,

larva instar II, larva instar III, hingga larva instar IV. Pada setiap perubahan

antar instar, seekor larva akan berganti kulitnya. Proses pergantian kulit ini

disebut sebagai proses “moulting”.13,15

Secara anatomis, seekor larva 3 segmen yaitu kepala, thoraks, dan

abdomen. Pada bagian abdomen terdapat delapan segmen. Selain itu pada larva

Culex sp terdapat ciri khas yaitu siphon yang panjangnya 4 kali lebih panjang

daripada larva nyamuk jenis lain.16 Selain itu tubuh larva juga ditutupi oleh

Page 20: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

7

bulu halus. Untuk bertahan hidup larva memakan alga, jamur, bakteri, bahan

organik, serta organisme – organisme kecil yang terdapat di dalam air. Dengan

bentuk tubuhnya yang ramping, seekor larva berenang dengan membentuk sebuah

gerakan seperti menyapu yang dikenal dengan gerakan “wriggle”.13,15

Gambar 4.Larva instar 4 nyamuk Culex quinquefasciatus18

c. Pupa

Secara umum waktu yang dibutuhkan seekor larva menjadi seekor pupa

antara 5 – 8 hari. Pupa nyamuk memiliki bentuk seperti koma dan bergerak

secara aktif. Fase pupa ini berlangsung 1 – 3 hari. Selama waktu tersebut,

jaringan larva akan berubah menjadi jaringan dewasa sehingga siap untuk

menjadi nyamuk dewasa. Ketika seekor pupa telah matang, maka kulitnya akan

terbelah sehingga nyamuk dewasa siap untuk keluar.13,15

Secara anatomis, pupa memiliki dua segmen yaitu peleburan antara

kepala dan thoraks ( cephalothoraks) dan abdomen. Bagian cephalothoraks

memiliki warna yang bervariasi bergantung pada variasi habitatnya dan akan

menghitam pada bagian posteriornya. Pada cephalothoraks juga terdapat sebuah

trumpet yaitu bagian berbentuk seperti pipa yang makin membesar dan makin

pudar warnanya saat bagian tersebut menjauhi tubuh. Trumpet tersebut berfungsi

sebagai alat pernapasan pada pupa. Sedangkan pada bagian abdomen terdiri

dari 8 segmen dimana 4 segmen anterior lebih gelap digandingkan dengan 4

Page 21: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

8

segmen posterior. Pada bagian apeks abdomen juga terdapat paddle yang

berwarna translusen dan kuat dengan 2 setae (rambut kaku) pada bagian akhir

posteriornya.16

Gambar 5. Pupa nyamuk Culex quinquefasciatus19

d. Nyamuk Dewasa

Nyamuk dewasa Culex sp berukuran panjang sekitar 3.96 hingga 4.25 mm.

Pada nyamuk dewasa, tubuhnya terdiri dari tiga segmen yaitu kepala, thorax, dan

abdomen. Pada bagian kepala terdapat sepasang antena yang berguna sebagai

sensor informasi bagi seekor nyamuk. Selain antena, pada bagian kepala juga

terdapat mulut yang berkembang sempurna pada nyamuk dewasa betina. Mulut

tersebut yang dinamakan probosis digunakan untuk menghisap darah dari

manusia. Pada nyamuk Culex sp. probosis dan antena memiliki panjang yang

tidak sama atau panjang antenna lebih pendek daripada probosis. Sedangkan pada

bagian perut atau abdomen bertanggung jawab terhadap pencernaan dan

perkembangan telur nyamuk.13,15

Lama kehidupan nyamuk jantan lebih pendek dari nyamuk betina, yaitu

kurang dari 1 minggu. Untuk energi, nyamuk dewasa memakan nectar tumbuhan.

Selain memakan nectar, nyamuk betina juga menghisap darah hewan

berdarah panas, seperti burung dan mamalia untuk perkembangan telur. 13,15

Page 22: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

9

Gambar 6. Nyamuk betina dewasa Culex quinquefasciatus20

Gambar 7. Nyamuk jantan dewasa Culex quinquefasciatus21

2.1.3 Jenis, Kandungan dan Cara Kerja Insektisida yang digunakan sebagai

Pemberantasan Vektor Nyamuk di Indonesia

Insektisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan

dan membunuh serangga. Dalam fungsinya untuk mengendalikan dan membunuh

serangga sebagai vektor, insektisida bekerja terhadap tubuh serangga melalui 2

cara yaitu mode of action dan mode of entry. Mode of action adalah cara

insektisida memberikan pengaruh melalui titik tangkap (target size) di dalam

Page 23: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

10

tubuh serangga. Titik tangkap dalam tubuh serangga dapat berupa enzim atau

protein, sedangkan mode of entry adalah cara insektisida masuk kedalam tubuh

serangga. Secara umum terdapat 5 cara kerja insektisida di dalam tubuh serangga

yaitu :10

1. Mempengaruhi sistem saraf

2. Menghambat produksi energi

3. Mempengaruhi sistem endokrin

4. Menghambat produksi kutikula

5. Menghambat keseimbangan air

Secara umum terdapat 2 kelompok besar insektisida yang digunakan

untuk pengendalian vektor, yaitu Insektisida kimiawi dan Insektisida biologis.

a. Insektisida Kimiawi

1. Organofosfat

Insektisida jenis organofosfat bekerja di dalam tubuh serangga dengan

mengganggu kerja sistem saraf. Gangguan yang ditimbulkan dikarenakan

adanya inhibisi enzim asetilkolinesterase (AchE) yang penting dalam

penghantaran impuls saraf. Penghambatan enzim ini akan mengakibatkan

akumulasi asetilkolin didalam sistem saraf sehingga mengakibatkan

konvulsi, paralisis, hingga kematian pada organism yang terkena paparan

insektisida golongan organofosfat.22 Insektisida golongan organofosfat ini

biasa digunakan sebagai space spraying, IRS, maupun larvasida. Contoh

insektisida organofosfat adalah malation, fenitrotion, temefos, metal-pirimifos,

dan lain – lain.10

Menurut Loretta (1992), penggunaan malathion yang merupakan salah

satu contoh golongan oerganofosfat mengakibatkan banyak kerugian baik bagi

manusia, mamalia, unggas, dan lingkungan. Bagi manusia jika terjadi

toksisitas akut akan mengakibatkan berupa sakit kepala, mual, muntah,

pandangan buram, konstriksi pupil, depresi nafas hingga koma. Pada paparan

jangka lama, organofosfat dapat mengakibatkan defek kelahiran, masalah

Page 24: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

11

reproduksi dan defek genetic bagi manusia. Bagi mamalia lingkungan,

malathion memiliki potensi tinggi untuk mengkontaminasi tanah dan air.22

2. Karbamat

Insektisida jenis karbamat bekerja pada serangga dengan cara menghambat

sistem saraf yaitu enzim esterase. Penghambatan ini berlangsung secara

reversible. Artinya penghambatan enzim tersebut tidak akan berlangsung lama

dan pada suatu waktu enzim kolinesterase akan kembali diproduksi. Karena

sifatnya yang reversible maka jenis karbamat terbilang lebih aman

dibandingkan jenis organofosfat. Contoh insektisida jenis karbamat adalah

bendiocarb, propoksur, dan lain – lain.10

3. Piretrin

Piretrin merupakan insektisida alami yang dibuat dari sintesis bunga

kering Chrysanthemum cinerariaefolium dan / atau Chrysanthemum cineum.

Sebagai insektisida alami, piretrin memiliki sifat – sifat sebagai berikut23 :

a. Titik didih tinggi

b. Sensitif terhadap oksidasi

c. Tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama

d. Tidak tahan terhadap cahaya langsung

e. Waktu paruh < 5 jam dibawah sinar matahari langsung

Dikarenakan sifatnya diatas maka pada tahun 1924, Staudinger dan

Ruzicka mengembangkan sintesis piretrin dan menghasilkan 6 konstituen

piretrin yaitu piretrin I dan II, cinerin I dan II, dan jasmolin I dan II. Keenam

hasil tersebut dinamakan berdasarkan kandungan chrysanthemic dan asam

piretrik di dalamnya. Dari keenam hasil tersebut yang digunakan sebagai

insektisida adalah Piretrin I dan II. Keduanya digunakaan karena Piretrin I (eg.

permetrin) memiliki efek lethal yang tinggi sedangkan Piretrin II (eg.

deltametrin) memiliki efek knockdown yang tinggi.23

4. Piretroid Sintetik

Page 25: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

12

Piretroid merupakan insektisida sintetik dari piretrin yang memiliki cara

kerja sama. Piretroid sintetik ini dikembangkan untuk meningkatkan spesifitas

dan aktifitas dari piretrin dengan tetap menjaga efek knockdown yang tinggi

dan efek toksik yang rendah terhadap vertebra. Tingkat aktifitas dari piretroid

ini ditentukan dari penetrasi, metabolisme, dan sensitifitas target.23

Berdasarkan struktur dan toksikositasnya, piretroid digolongkan menjadi

tipe I dan tipe II. Tipe I merupakan golongan piretroid yang tidak memiliki

gugus α-cyano dan tipe II yang memiliki gugus α-cyano.23

Secara umumcara kerja piretroid adalah dengan mengganggu sistem saraf

serangga. Tipe I piretroid bekerja dengan cara induksi berulang pada akson

sehingga serangga menjadi restlessness, un-coordination, dan hiperaktifitas

yang diikuti dengan prostration dan paralisis. Sedangkan tipe II piretroid

bekerja dengan cara depolarisasi terus menerus pada akson saraf yang bersifat

irreversible. Depolarisasi terus menerus pada akson ini mengakibatkan

serangga menjadi konvulsi pada serangga. Efek yang ditimbulkan oleh tipe I

berlangsung 10-100 milisecond, sedangkan tipe II berefek selama beberapa

detik.24

Terdapat beberapa cara masuk dan pengaruh piretroid dalam tubuh

organisme, yaitu23 ;

1. Penetrasi melalui epidermis

Cara ini memungkinkan piretroid untuk penetrasi secara cepat kedalam

tubuh organisme melalui folikel yang terdapat pada epidermis kulit.

2. Central Nervous System (CNS)

Piretroid mempengaruhi CNS organisme dapat melalui difusi piretroid

dalam sel epidermis yang didistribusikan ke CNS atau secara langsung

melalui kontak dengan organ sensori pada sistem saraf tepi.

3. Penetrasi melalui udara

Hanya sedikit molekul yang masuk ke dalam tubuh organisme dengan

cara penetrasi melalui udara ini.

4. Penetrasi melalui jalur hemolimf

Penggunaan jenis piretroid banyak untuk pengendalian vektor serangga

dewasa (space spraying dan IRS), kelambu celup atau Insecticide Treated

Page 26: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

13

Net (ITN), Long Lasting Insecticidal Net (LLIN), dan sebagai formulasi

berbagai insektisida rumah tangga. Contoh insektisida jenis peritroid

antara lain metoflutrin, transflutrin, d-fenotrin, lamda-sihalotrin, permetrin,

sipermetrin, deltametrin, etofenproks, dan lain-lain. 10

5. Insect Growth Regulator (IGR)

Insect Growth Regulator bekerja mengganggu proses dan pertumbuhan

serangga. IGR terbagi dalam 2 kelas, yaitu :10

Juvenoid

Lebih dikenal sebagai Juvenille Hormone Analog (JHA). Pemberian

juvenoid pada serangga akan berakibat pada perpanjangan stadium larva

dan kegagalan pembentukan pupa, sehingga stadium dewasa pun tidak

terbentuk. Contoh JHA adalah fenoksikrab, metopren, piriproksifen, dan

lain – lain.10

Chitin Synthesis Inhibitor (CSI)

CSI bekerja mengganggu proses ganti kulit pada serangga dengan

menghambat pembentukan kitin. Proses penggantian kulit diperlukan oleh

serangga untuk berubah dari satu stadium ke stadium lain. Contoh

insektisida CSI adalah diflubensuron, heksaflumuron, dan lain – lain. 10

b. Insektisida Biologis

Insektisida biologis yang banyak digunakan untuk pengendalian vektor

adalah mikroba. Mikroba yang banyak digunakan untuk insektisida antara lain

Bacillus thuringinensis var israelensis (Bti), Bacillus sphaericus (BS),

abamektin, spinosad, dan lain – lain. 10

Page 27: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

14

2.1.4 Aplikasi penggunaan Cypermetrin pada kelambu celup dalam

pengendalian vektor nyamuk di Indonesia

Penggunaan kelambu celup insektisida sebagai salah satu cara pengendalian

vektor telah disarankan oleh WHO sejak tahun 2007. Oleh WHO, kelambu celup

insektisida dibagi menjadi 2 jenis, yaitu10 :

1. Long Lasting Insecticidal Nets (LLINs)

LLINs merupakan kelambu insektisida yang efektif untuk penggunaan jangka

lama sekitar 3-5 tahun tanpa pencelupan ulang. Dalam proses pencelupannya,

terdapat 3 proses yang dilakukan, yaitu :

- Pencampuran pada serat benang (fiber)

- Pelapisan pada serat benang

- Pencelupan insektisida tahan lama pada kelambu yang sudah jadi

Bahan yang dapat digunakan untuk LLINs antara lain katun, nilon,

polyester dan polyethylene.

2. Impregnated Bed Nets (IBN) atau Insecticide Treated Nets (ITN)

IBN atau ITN adalah kelambu biasa (tidak berinsektisida) yang dicelup

dengan insektisida tertentu. Kelambu ini dapat bertahan kurang lebih selama 6-12

bulan dengan pencucian kelambu setiap 6 bulan. Agar tetap efektif , harus

dilakukan pencelupan ulang dengan insektisida setiap 6- 12 bulan sekali

bergantung dengan insektisida ynag digunakan. Jenis bahan yang digunakan untuk

kelambu celup ulang adalah katun, nilon, polyester, dan polyethylene.

Pencelupan kelambu biasanya menggunakan insektisida golongan Piretroid

Sintetik yang konsentrasinya telah direkomendasikan oleh WHO dan terdaftar di

KOMPES (Komisi Pestisida) berdasarkan tabel 2.1.

Page 28: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

15

Tabel 2.1 Konsentrasi pemakaian insektisida piretroid sintetik di Indonesia25

Insektisida Konsentrasi (per m2)

Alpha-cypermethrine 10 SC 20 – 40 mg

Cyfluthrin 5 % EW 50 mg

Deltamethrin 1 % SC/WT 25 % 15 – 25 mg

Etofenprox 10 % EW 200 mg

Lamdacyhalothrin 2,5 % CS 10 – 20 mg

Permethrin 10 % EC 200-500 mg

Insektisida yang digunakan dapat juga berupa insektisida siap pakai dengan

konsentrasi yang telah direkomendasikan oleh WHO dan terdaftar di KOMPES

(Komisi Pestisida) yang terlihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Konsentrasi pemakaian insektisida golongan piretroid sintetik siap pakai

di Indonesia25

Insektisida Konsentrasi per kelambu

Alpha-cypermethrine 10 % SC 6 ml

Cyfluthrin 5 % EW 15 ml

Deltamethrin 1 % SC 40 ml

Deltamethrin WT 1 tablet

Etofenprox 10 % EW 30 ml

Lamda-cyhalothrin 2,5 % CS 10 ml

Permethrin 10 % EC 75 ml

2.1.5 Cypermethrin

Cypermethrin merupakan salah satu insektisida yang tergolong kedalam

gologan Piretroid. Cypermethrin pertama kali disintesis pada tahun 1974. Secara

kimiawi, Cypermethrin memiliki rumus molekul C22H19Cl2NO3. Cypermethrin

memiliki kandungan kimia seperti piretrin yang diekstrak dari tanaman

Page 29: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

16

Chrysanthemum. Akan tetapi golongan piretroid didesain agar lebih lama efektif

dibandingkan dengan golongan Pyrethrin.26

Dalam fungsinya sebagai insektisida, cypermethrin bekerja mempengaruh

secara langsung sistem saraf pusat dari serangga yang mendekat. Pada paparan

jangka lama, Cypermethrin akan menghasilkan impuls berulang pada susunan

saraf. Pengulangan impuls ini akan mengakibatkan kanal Na terbuka lebih lama

dari normal.27-28

Selain mempengaruhi pembukaan kanal Na, Cypermethrin juga

menghambat kerja ATPase. Pada serangga, ATPase merupakan enzim yang

menghasilkan energy bagi kelangsungan hidup. Sehinga penghambatan enzim ini

akan mengakibatkan gangguan pertukaran oksigen dan keseimbangan ion. 28

Di Indonesia, Cypermethrin digunakan secara luas untuk pengendalian

serangga seperti nyamuk, lalat dan kecoa. Penggunaan Cypermethrin pada

kelambu celup juga digunakan untuk mencegah malaria.10

2.1.6 Efek kelumpuhan (Knock down effect) pada serangga

Knock down effect merupakan salah satu ciri khas dari insektisida piretroid

sintetik. Pada serangga, efek ini berlangsung secara langsung saat seekor serangga

terpapar insektisida piretroid sintetik. Ketika seekor serangga terpapar oleh

piretroid, mereka akan pingsan tetapi tidak mati. Untuk serangga yang masih

rentan terhadap piretroid maka akan mati secara permanen. Serangga yang sudah

resisten terhadap piretroid akanpulih kembalidan kembali terbang setelah

Gambar 8. Struktur kimia Cypermethrin29

Page 30: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

17

beberapa saat. Waktu yang dibutuhkan untuk akan semakin meningkat seiring

dengan status resistensi suatu serangga. 30

Serangga yang telah resisten terhadap suatu insektisida akan dapat dan

terbang kembali dikarenakan setelah piretroid masuk kedalam tubuh maka tubuh

akan melakukan proses metabolisme untuk detoksifikasi piretroid. Proses

detoksifikasi inilah yang akan membuat kadar piretroid lama – kelamaan akan

berkurang di dalam tubuh serangga sehingga serangga dapat pulih dan terbang

kembali.30

2.1.7 Mekanisme Resistensi Insektisida piretroid sintetik pada nyamuk

Culex quinquefasciatus

Piretroid merupakan insektisida yang telah digunakan secara luas untuk

pengendalian vektor baik secara indoor maupun outdoor. Piretroid juga

merupakan satu – satunya senyawa kimia yang direkomendasikan untuk mosquito

nets oleh WHO. Penggunaan yang secara luas dan dalam jangka waktu yang lama

mengakibatkan beberapa perubahan karena terjadinya resistensi piretroid pada

nyamuk.23

Resistensi merupakan kemampuan vektor dalam bertahan hidup pada

suatu konsentrasi insektisida yang dalam keadaan normal dapat mematikan

vektor.10 Resistensi terhadap piretroid yang terjadi pada serangga dapat terlihat

dari adanya penurunan sensitifitas kanal sodium karena adanya perubahan

struktur, penurunan sensitifitas terhdap piretroid melalui perubahan pada kinetika

kanal sodium, penurunan jumlah kanal yang dapat mengikat piretroid, dan

perubahan membran lipid disekitar saraf.23

Secara umum mekanisme resistensi piretroid pada nyamuk dapat dibagi

menjadi dua mekanisme, yaitu metabolic detoxification dan pengikatan protein

target pada channel sodium.31

Detoksikasi metabolik (Metabolic detoxification)

Mekanisme resitensi insektisida yang paling sering terjadi pada nyamuk

adalah dengan peningkatan metabolic detoxification. Hal yang berperan pada

Page 31: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

18

detoksikasi metabolik tersebut antara lain metabolime Cytochrome P450,

Gluthation transferase (GSTs), dan esterase atau karboksilesterase.31 Metabolisme

Cytochrome P450 memiliki peran yang paling besar pada proses resistensi

insektisida pada nyamuk. Peran Cytocrhome P450 adalah untuk detoksifikasi,

aktivasi xenobiotics dan untuk metabolisme senyawa endogen.31 Glutathione

transferase (GSTs) merupakan protein larut dimer yang berperan dalam

metabolisme, detoksifikasi, dan eksresi dari senyawa endogen dan eksogen31

Esterase atau karboksilase merupakan kumpulan enzim heterogen yang terdapat

pada sebagian besar organisme. Enzim ini berperan dalam proteolisis, fungsi

sistem saraf, metabolism hormon, dan metabolisme insektisida/sequistrasi.31

Pada nyamuk yang masih rentan terhadap insektisida metabolisme enzim

dan protein tersebut akan menurun seiring dengan naiknya senyawa piperonyl

butoxide (PBO), S,S,S,-tributylphosphorotrithioate (DEF), dan diethyl maleate

(DEM) yang merupakan inhibitor dari Cytochrome P450 monooksigenase,

hidrolase, dan glutathione S-transferase (GST). Namun pada nyamuk yang telah

mengalami resistensi terhadap insektisida terjadi penurunan dari PBO, DEF, dan

DEM sehingga terjadi proses inhibisi pada proses detoksifikasi.31

Pengikatan protein target pada kanal sodium

Piretroid merupakan insektisida dengan sifat neurotoksin yang bekerja

dengan mengikat protein pada voltage – gated sodium channel (VGSC). VGSC ini

memiliki peran dalam depolarisasi potensial aksi pada membran neuron dan

proses eksitasi elektrik dari sel. Oleh sebab itu, jika terjadi pengikatan protein

pada VGSC akan menginhibisi repolariasi. Inhibisi repolarisasi ini akan

menyebabkan depolarisasi terus menerus pada sistem saraf sehingga

menyebabkan hipereksitasi pada serangga.31-33

2.1.8 Uji resistensi Insektisida pada nyamuk

Secara umum terdapat tiga cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui

status resistensi nyamuk terhadap insektisida. Uji resistensi nyamuk terhadap

Page 32: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

19

insektisida dilakukan dengan pengujian aktivitas enzim esterase spesifik dan non

spesifik sebagai berikut34 :

a. Bioassay test

Uji bioassay merupakan uji resistensi yang mudah dilakukan dan dapat

mendeteksi resistensi berdasarkan letak atau geografis suatu tempat. Uji ini

menggunakan nyamuk dewasa dengan standar usia, jenis kelamin dan status

fisiologis yang sama untuk menghindari faktor perancu dari hasil uji. Meskipun

mudah dilakukan, uji ini tidak dapat menentukan secara pasti level status

resistensi insektisida pada suatu populasi karena keterbatasan sensitifitasnya.

Penilaian resistensi didasarkan pada standar WHO yaitu jika kematian nyamuk di

suatu populasi <80%.34

Salah satu cara yang dipakai untuk uji bioassay adalah dengan kelambu celup

berinsektisida. Uji bioassay dengan kelambu celup berinsektisida digunakan

sebagai salah satu cara untuk mengukur efek residual insektisida pada kematian

nyamuk. Penggunaan insektisida sebagai bahan untuk kelambu celup harus

memenuhi kriteria WHO yaitu memiliki daya bunuh tinggi, penggunaan yang

aman bagi manusia, serta memiliki efek residu yang panjang. Salah satu bahan

insektisida yang direkomendasikan oleh WHO yaitu golongan piretroid sintetik.

Banyak golongan piretroid sintetik yang digunakan untuk bahan kelambu celup

antara lain : permetrin, cypermethrin, delta metrin dan lamda sihalotrin.35 Selain

itu WHO juga menetapkan kriteria nyamuk yang digunakan untuk uji bioassay ini

yaitu sugar-fed dengan usia kurang dari 7 hari setelah menetas dari pupa.36

b. Biochemical test

Uji biokimia merupakan suatu uji yang didasarkan pada deteksi perubahan

enzim yang terkait dengan insektisida uji yang digunakan. Pengujian ini dapat

mendeteksi resisten yang terjadi pada insektisida golongan organofosfat dan

karbamat dengan melihat peningkatan pada enzim asetilkolinesterase (AChE).

Peningkatan yang terjadi mengakibatkan perubahan warna yang dapat dilihat jelas

tanpa alat bantu tertentu. Akan tetapi uji ini memiliki batasan sensitifitas dan

spesifitas karena peningkatan yang terjadi dapat terjadi pula karena faktor lain

diluar insektisida.34

Page 33: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

20

c. Molecular test

Uji molekular dikembangkan untuk mendeteksi alel kdr pada nyamuk. Uji ini

biasanya dilakukan oleh peneliti di laboratorium untuk pemantauan resistensi

insektisida secara bertahap terkait dengan program nasional pemberantasan

malaria. Deteksi mutasi genetik yang terjadi pada nyamuk yang telah resisten

dapat menjadi peringatan dini bagi status resistensi di suatu populasi.34

Dari ketiga uji yang dapat dilakukan terdapat kelebihan dan kekurangan dari

masing – masing uji sebagai berikut.

Tabel 2.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Deteksi Resistensi Insektisida34

Metode Kelebihan Kekurangan

Uji bioassay dengan dosis

insektisida yang ditetapkan

oleh WHO

Terstandar, mudah untuk

dilakukan, mendeteksi tanpa

memperhatikan mekanisme

resistensi

Kurang sensitif, tidak dapat

mengetahui level dari status

dan tipe resistensi pada

nyamuk secara langsung

Uji bioassay dengan dosis

yang responsif

Dapat mengetahui level status

resistensi pada suatu populasi

tanpa memperhatikan

mekanismenya

Membutuhkan sampel yang

besar untuk sekali pengujian,

data pada grup insektisida

yang berbeda tidak dapat

dibandingkan

Uji biokimia

Dapat mengetahui informasi

spesifik tentang mekanisme

resistensi insektisida

berdasarkan perubahan enzim

Hanya dapat mendeteksi

mekanisme resistensi yang

berkaitan dengan perubahan

enzim

Uji molekular

Sangat sensitif, dapat menjadi

peringatan dini bagi

mekanisme terjadinya

resistensi selanjutnya

Membutuhkan alat dan tenaga

ahli dalam pengerjaannya,

hanya dapat dilakukan pada

sedikit mekanisme resistensi

Page 34: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

21

2.2 Kerangka Teori

Kekejangan

pada nyamuk

Hipereksitasi

Depolarisasi

terus menerus

Peningkatan senyawa

piperonylbutoxide (PBO),

S,S,S,-tributyl phosphoro

trithioate (DEF), dan diethyl

maleate (DEM)

Mengikat

protein pada

kanal sodium

Metabolic

detoxification

Neurotoksin

pada nyamuk

Insektisida

Cypermethrin

Kematian pada

nyamuk

Penurunan Cytochrome

P450 monooksigenase,

hidrolase, dan

glutathione S-

transferase (GST)

Proses detoksifikasi

racun insektisida

tidak terjadi pada

nyamuk

Page 35: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

22

2.3 Kerangka Konsep

Stadium

larva

Nyamuk Culex

quinquefasciatu

s

Homogenat larva

direaksikan

dengan substrat

Uji enzim

esterase dengan

ELISA

Nyamuk

dewasa

Identifikasi berdasarkan

kriteria Lee :

• 0 – 0,7 = sangat peka

• 0,7 – 0,9 = resistens edang

• > 0,9 = sangat

resisten

Peningkatan nilai

Absorbance

Value pada

ELISA

Konsentrasi

Cypermethrin 100

mg/m2, 200 mg/m2, 300 mg/m2, 400

mg/m2, dan 500

mg/m2

Uji Bioassay

dengan kelambu

celup

Cypermethrin

Paralisis yang

diamati pada

menit ke 30

pasca paparan

Menyebabkan hipereksitasi,

konvulsi, paralisis

dan kematian nyamuk

Mengganggu system

saraf dan metabolism

nyamuk

Memiliki efek

neurotoksin dan racun

perut

Kematian yang

diamati pada 24

jam pasca

paparan

Page 36: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

23

2.4 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala

Ukur

1. Variabel terikat :

Kelumpuhan/Knock

down nyamuk Culex

quinquefasciatus

Banyaknya nyamuk

yang jatuh atau tidak

aktif bergerak terbang

setelah terpapar dengan

kelambu celup.

Tidak

ada

Jumlah nyamuk

yang lumpuh

Numerik

2. Variabel terikat :

Mortality atau

Kematian nyamuk

Banyaknya nyamuk

yang mati setelah 24

jam di luar kelambu

celup pasca paparandan

diberi pakan larutan gula

Tidak

ada

Jumlah nyamuk

yang mati

Numerik

3.

Variabel bebas :

Konsentrasi

Cypermethrin 100

EC

Cypermethrin dalam

bentuk larutan 100 EC

(Emulsifiable

Concentration) yang

dibuat dalam beberapa

konsentrasi dengan

pelarut air/aquades

Mikro

pipet

Konsentrasi

Cypermethrin

100 EC yaitu

100 mg/m2, 200

mg/m2, 300

mg/m2, 400

mg/m2, dan 500

mg/m2

Scale

Page 37: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini bersifat eksperimental, dengan metode penelitian secara

bioassay terhadap nyamuk Culex quinquefasciatus dengan menggunakan kelambu

celup insektisida cypermetrin 100 EC. Pengambilan sampel nyamuk dilakukan

secara purposive sampling.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan di daerah Bekasi, Jawa Barat. Sampel yang

diambil berupa telur dan larva nyamuk Culex quinquefasciatus instar 1-4 beserta

air tempat hidupnya. Sampel yang telah diambil kemudian dibiakkan untuk

mendapatkan nyamuk dewasa sebagai sampel uji. Pengujian sampel dilakukan

sejak April 2015 sampai Juli 2015 di Laboratorium Parasitologi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3.3 Kriteria Sampel

3.3.1 Kriteria Inklusi

a. Sampel untuk uji resistensi enzim esterase

Sampel yang digunakan untuk uji resistensi enzim esterase adalah larva

nyamuk instar 3-4 yang diambil dari tempat pengambilan sampel. Kriteria

yang digunakan untuk sampel uji adalah :

Larva instar 3-4

Bergerak aktif dalam media biakan

b. Sampel untuk uji kelambu celup Cypermethrin 100 EC

Sampel yang digunakan untuk uji kelambu celup Cypermethrin 100 EC

adalah nyamuk dewasa betina yang telah dibiakkan di Laboratorium

Page 38: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

25

Parasitologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kriteria

sampel uji yang digunakan ;

Nyamuk dewasa betina

Usia 1-2 hari setelah menetas dari pupa

Masih aktif bergerak

Masih aktif makan (pakan berupa larutan gula)

3.3.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :

Larva atau nyamuk yang telah lumpuh, atau mati sebelum diberi perlakuan.

Usia nyamuk > 2 hari

Nyamuk tidak sehat atau cacat

3.4 Besar Sampel

Banyaknya nyamuk dewasa betina yang digunakan dalam penelitian adalah

150 ekor nyamuk atau sebanyak 25 ekor untuk setiap kelompok perlakuan.

Penentuan banyaknya sampel yang digunakan pada setiap wadah

menggunakan rumus Federer12, yaitu :

(n-1) (t-1) ≥ 15

Keterangan :

n = banyak sampel

t = jumlah kelompok perlakuan

Karena pada penelitian ini digunakan 5 kelompok perlakuan dengan 1

kelompok kontrol, maka banyaknya sampel yang digunakan adalah:

(n-1) (t-1) ≥ 15

(n-1) (5-1) ≥ 15

(n-1) 4≥ 15

4n - 4≥ 15

4n ≥ 20

Page 39: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

26

n ≥ 5

Dari hasil perhitungan didapatkan minimal sampel yang digunakan untuk

setiap kelompok perlakuan adalah 5 ekor.

Pada penelitian ini digunakan 25 ekor nyamuk untuk setiap kelompok

perlakuan dan 3 kali ulangan.

3.5 Identifikasi Variabel

3.5.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Cypermethrin 100 EC dengan

konsentrasi 100, 200, 300, 400 dan 500 mg/m2

3.5.2 Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah kelumpuhan/knock

down nyamuk pada menit ke 30 dan kematian nyamuk dewasa betina setelah 24

jam pasca paparan dengan kelambu celup Cypermethrin 100 EC dengan

konsentrasi yang berbeda.

3.6 Alat dan Bahan

3.6.1 Alat

Kandang nyamuk, pipet tetes, mikropipet, paper cup, gelas ukur, nampan

plastik, sarung tangan, masker, label, aspirator, termometer, kelambu, pengaduk,

kasa, kapas, dan microplate ELISA. Foto alat dilampirkan pada lampiran 1.

3.6.2 Bahan

Larva Culex quinquefasciatus instar IV, nyamuk dewasa betina Culex

quinquefasciatus, Cypermethrin 100 EC, air aquades sebagai pelarut, pellet ikan

sebagai pakan larva, air gula sebagai pakan nyamuk dewasa dan bahan uji esterase

: larutan phosphate buffer saline (PBS) 0,02 M, coupling reagen, α-naftil asetat

dan asam asetat 10%. Foto bahan dilampirkan pada lampiran 1.

Page 40: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

27

3.7 Cara Kerja Penelitian

3.7.1 Persiapan dan pengumpulan sampel

Sampel didapatkan dari biakan larva nyamuk Culex quenquifasciatus yang

diambil dari daerah Bekasi, Jawa Barat. Larva yang telah dikumpulkan lalu

dimasukkan ke dalam wadah dan dibawa ke Laboratorium Parasitologi untuk

dibiakkan. Kemudian, nyamuk betina diambil untuk uji bioassay.

3.6.2 Pembuatan kelambu celup Cypermethrin 100 EC dengan berbagai

konsentrasi

Sebelum dilakukan proses pencelupan kelambu berbahan nilon, maka

dilakukan pengukuran larutan Cypermethrin 100 EC yang dibutuhkan dalam

berbagai konsentrasi. Pemilihan bahan nilon dibandingkan bahan katun karena

bahan nilon memiliki daya bunuh nyamuk yang lebih tinggi dibandingkan dengan

bahan katun pada konsentrasi yang sama.35 Kelarutan cairan dalam bahan nilon

adalah 15 ml/m2.10

Untuk itu dilakukan pengukuran luas kelambu yang berbentuk tabung

terlebih dahulu dengan rumus :

Luas kelambu = Luas tabung

= ( 2 x Luas lingkaran ) + Luas persegi panjang

= ( 2 x 𝜋𝑟2 ) + ( p x l )

= 2𝜋𝑟2 + ( keliling lingkaran x tinggi )

= 2𝜋𝑟2 + 2πrt

r = 11 cm

t = 34 cm

Page 41: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

28

= 2πr (r + t )

= 2 x 3,14 x 11 (11 + 34 )

= 3108.6 cm2

= 0.31086 m2

Dari luas kelambu tersebut, dapat dihitung kebutuhan larutan

Cypermethrin 100 EC yang digunakan yaitu sebagai berikut:

Kebutuhan larutan Cypermethrin = luas kelambu x 15 ml/m2

= 0.31086 m2 x 15 ml/m2

= 4.6629 ml

Setelah mendapat jumlah larutan Cypermethrin 100 EC yang dibutuhkan

maka kita dapat membuat larutan Cypermehtrin 100 EC dalam berbagai

konsentrasi dengan perhitungan sebagai berikut.

Rumus kebutuhan insektisida10 :

Luas kelambu (m2) x konsentrasi (gram/m2) x 1/konsentrasi insektisida

1. Kebutuhan Cypermethrin untuk konsentrasi 100 mg/m2

= luas kelambu x konsentrasi Cypermethrin x 1000ml/100gr

= 0.31086 m2 x 100 mg/m2 x 1000 ml/ 100 gr

= 0.31086 ml

= 31.086 µl

Kebutuhan air sebagai pelarut

= kebutuhan larutan – kebutuhan cypermethrin

= 4.6629 ml – 0.31086 ml

= 4.35204 ml

2. Kebutuhan Cypermethrin untuk konsentrasi 200 mg/m2

= luas kelambu x konsentrasi Cypermethrin x 1000ml/100gr

= 0.31086 m2 x 200 mg/m2 x 1000 ml/ 100 gr

= 0.62172 ml

Page 42: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

29

= 62.172 µl

Kebutuhan air sebagai pelarut

= kebutuhan larutan – kebutuhan cypermethrin

= 4.6629 ml – 0.62172 ml

= 4.04118 ml

3. Kebutuhan Cypermethrin untuk konsentrasi 300 mg/m2

= luas kelambu x konsentrasi Cypermethrin x 1000ml/100gr

= 0.31086 m2 x 300 ml/m2 x 1000 ml/ 100 gr

= 0.93258 ml

= 93.258 µl

Kebutuhan air sebagai pelarut

= kebutuhan larutan – kebutuhan cypermethrin

= 4.6629 ml – 0.93258 ml

= 3.73032 ml

4. Kebutuhan Cypermethrin untuk konsentrasi 400 mg/m2

= luas kelambu x konsentrasi Cypermethrin x 1000ml/100gr

= 0.31086 m2 x 400 ml/m2 x 1000 ml/ 100 gr

= 1.24344 ml

= 124.344 µl

Kebutuhan air sebagai pelarut

= kebutuhan larutan – kebutuhan cypermethrin

= 4.6629 ml – 1.24344 ml

= 3.41946 ml

5. Kebutuhan Cypermethrin untuk konsentrasi 500 mg/m2

= luas kelambu x konsentrasi Cypermethrin x 1000ml/100gr

= 0.31086 m2 x 500 mg/m2 x 1000 ml/ 100 gr

= 1.5543 ml

= 155.43 µl

Kebutuhan air sebagai pelarut

Page 43: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

30

= kebutuhan larutan – kebutuhan cypermethrin

= 4.6629 ml – 1.5543 ml

= 3.1086 ml

Setelah didapatkan banyaknya Cypermethrin 100 EC dan air yang

dibutuhkan, kedua bahan tersebut dicampur di dalam sebuah wadah.. Pencelupan

kelambu dalam larutan Cypermethrin 100 EC dilakukan sesuai dengan masing-

masing konsentrasi yang berbeda. Setelah dicampur, dilakukan pengeringan pada

tempat yang teduh (tidak terkena sinar matahari langsung).10

3.6.3. Uji pendahuluan

A. Uji resistensi enzim esterase terhadap larva nyamuk Culex quinquefasciatus

dengan metode Lee

Sebelum dilakukan uji bioassaydengan kelambu celup Cypermethrin 100

EC, maka dilakukan uji esterase dengan ELISA terlebih dahulu untuk mengetahui

status kerentanan nyamuk terhadap insektisida. Uji esterase dilakukan pada larva

yang nantinya akan menjadi nyamuk yang akan digunakan dalam bioassay.37

Sebelum dilakukan pembacaan dengan menggunakan ELISA, dilakukan

persiapan sampel dengan reagen terlebih dahulu.Berikut adalah tahapan – tahapan

persiapan sampel tersebut. 37

a. Ambil seekor larva instar 4 dan taruh dalam wadah kecil.

b. Haluskan larva tersebut dan tambahkan 0,5 ml larutan Phosphat Buffer Saline (

PBS ) 0,02 M, pH = 7.

c. Aduk homogenat yang berisi larva dan larutan PBS 0,5 ml.

d. Pindahkan homogenate tersebut kedalam microplat sebanyak 50 µl dengan

mikropipet.

e. Kedalam setiap sumur microplat tambahkan 50 µl larutan α-naftil asetat dan

diamkan selama 60 detik.

f. Lalu tambahkan reagen sebanyak 50 µl.

Page 44: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

31

g. Selanjutnya dilakukan pembacaan aktivitas enzim esterase secara kuantitatif

dengan menggunakan ELISA reader pada panjang gelombang 450 nm.10

B. Uji Bioassay Kelambu celup Cypermethrin 100 EC38

a. Siapkan kelambu yang telah dicelup dalam larutan Cypermethrin 100 EC

dengan konsentrasi 100, 200, 300,400 dan 500 mg/m2

b. Pada kelambu tersebut dimasukkan 25 ekor nyamuk dewasa betina Culex

quenquifasciatus.

c. Nyamuk dewasa betina yang telah dimasukkan kedalam kelambu

didiamkan selama 30 menit di dalam kelambu lalu dicatat jumlah

nyamuk yang pingsan(knock down). Setelah dicatat, nyamuk dikeluarkan

dengan aspirator dengan perlahan, dan ditaruh didalam sebuah wadah

(paper cup) tertutup kasa.

d. Nyamuk diberi makan berupa larutan gula 10% yang diletakkan pada

permukaan kasa di bagian mulut cup.

e. Pengamatan dan penghitungan terhadap kematian nyamuk dilakukan

setelah 24 jam pasca pemaparan di luar kelambu celup.

Uji pendahuluan ditujukan untuk menentukan rentang konsentrasi

insektisida yang efektif memberikan kematian pada nyamuk uji serta menentukan

rentang waktu yang dibutuhkan untuk pemaparan atau kontak nyamuk dalam

kelambu.

Page 45: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

32

3.8 Alur Penelitian

Nyamuk yang mati maupun

yang masih hidup setelah 24

jam ditaruh dalam paper cup

kemudian dimasukkan dalam

freezer -200C atau diberi

alhohol 70%.

Pengujian dilakukan

pada minggu ke 1, 4,

dan 8 pasca

pencelupan 1. Kelompok 1 : konsentrasi

Cypermethrin 100 mg/m2

2. Kelompok 2 : konsentrasi

Cypermethrin 200 mg/m2

3. Kelompok 3 : konsentrasi

Cypermethrin 300 mg/m2

4. Kelompok 4 : konsentrasi

Cypermethrin 400 mg/m2

5. Kelompok 5 : konsentrasi

Cypermethrin 500 mg/m2

Pengujian memakai 5

kelompok perlakuan dan

3 kali ulangan

Larva yang telah

dikumpulkan dari

lapangan dibiakkan

hingga menjadi nyamuk

dewasa

Siapkan 25 ekor nyamuk

dewasa betina untuk

setiap perlakuan

Pilih nyamuk betina

sebagai sampel penelitian

Larva dilaskukan uji

esterase untuk melihat

resistensi terhadap

insektisida

Diamkan nyamuk pada

cup dengan diberi larutan

gula selama 24 jam

Amati kematian nyamuk

pada 24 jam paska

perlakuan

Diamkan nyamuk

didalam kelambu celup

selama 30 menit

Hasil dilakukan analisis

data

Amati kelumpuhan

nyamuk pada menit ke 30

Page 46: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Sampel

Karakteristik Sampel Jumlah / keterangan lain

1. Nyamuk Culex quinquefasciatus

1.1. Betina dewasa

1.2 Larva instar 3-4

2. Usia nyamuk

3. Jumlah sampel tiap perlakuan

konsentrasi

4. Konsentrasi Cypermethrin 100

EC

5. Jenis kelambu celup

450 ekor per satu kali uji/minggu

1 ekor per ulangan

1-2 hari setelah keluar dari pupa

25 ekor

100 mg/m2, 200 mg/m2, 300 mg/m2, 400

mg/m2, 500 mg/m2

Nilon

4.2 Hasil Uji Esterase

Sebelum dilakukan pengujian utama, terlebih dahulu dilakukan uji esterase

pada larva nyamuk untuk mengetahui status kerentanan nyamuk terhadap

insektisida. Uji esterase dilakukan dengan metode Lee yang mengukur tingkat

resistensi berdasarkan jumlah enzim esterase yang diproduksi oleh tubuh nyamuk.

Dari hasil pada tabel 4.1 , rata – rata nilai AV dengan ELISA reader pada panjang

gelombang 450 nm adalah 1.363 dan 1.101. Dari hasil tersebut, maka larva

sampel uji termasuk kriteria sangat resisten.

Hasil ini didasarkan pada penelitian Lee (1990) dengan kriteria37 :

0 – 0,7 = sangat peka

0,7 – 0,9 = resisten sedang

0,9 = sangat resisten

Page 47: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

34

Tabel 4.13Nilai Absorbance Value (AV) larva uji pada ELISA

Percobaan

ke

Nilai AV pada tiap ulangan Rata – rata

nilai AV 1 2 3 4 5

1 1.257 1.483 1.508 1.333 1.240 1.364

2 1.311 1.479 1.369 1.347 1.310 1.101

Kriteria tersebut menunjukkan bahwa nyamuk Culex quinquefasciatus di

daerah pengambilan sampel sudah resisten terhadap insektisida golongan

Organofosfat, Karbamat, dan Piretroid. Pada keadaan normal, insektisida

Organofosfat bekerja menghambat produksi enzim esterase pada tubuh nyamuk.

Sedangkan pada keadaan resistensi, hambatan enzim esterase tidak dapat terjadi

karena produksi enzim esterase yang berlebih pada tubuh nyamuk. Hambatan

enzim esterase ini akan semakin besar seiring dengan banyaknya paparan nyamuk

terhadap insektisida.33

4.3 Hasil Uji Kelambu Celup Cypermethrin 100 EC 100 EC

a. Uji pendahuluan

Setelah dilakukan uji esterase, dilakukan pula uji pendahuluan untuk

mengetahui konsentrasi awal yang dapat dijadikan acuan untuk uji utama. Uji

pendahuluan dilakukan dengan menggunakan 4 konsentrasi rendah, yaitu 20

mg/m2, 40 mg/m2, 80 mg/m2, dan 100 mg/m2 serta kontrol. Pengujian dilakukan

dengan 3 kali pengulangan. Sampel uji yang digunakan untuk uji pendahuluan

adalah nyamuk keturunan pertama (F1) yang merupakan nyamuk biakan

laboratorium. Pengamatan dilakukan dengan menghitung knockdown/

kelumpuhan nyamuk pada 30 menit pasca paparan dan kematian nyamuk 24 jam

pasca paparan.

Berdasarkan tabel 4.2 dan grafik 4.1 dapat diketahui bahwa semakin besar

konsentrasi Cypermethrin 100 EC maka semakin banyak nyamuk yang

mengalami kelumpuhan.

Page 48: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

35

Tabel 4.2 Hasil kelumpuhan/knockdown nyamuk pada uji pendahuluan

Konsentrasi

(mg/m2)

Knockdown 30 menit pada tiap

ulangan (ekor)

Knockdown

30 menit

rata - rata

(ekor)

Presentase

Knockdown

30 menit rata

- rata (%)

Jumlah

sampel

(ekor) I II III

Kontrol 0 0 0 0 0% 10

20 1 1 1 1 10% 10

40 1 1 1 1 10% 10

80 2 1 1 1,3 13% 10

100 2 2 2 2 20% 10

Grafik 4.1 Kelumpuhan/knockdown nyamuk pada uji pendahuluan

Sedangkan hasil kematian nyamuk yang diamati dalam 24 jam pasca 30 menit

perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.3 dan grafik 4.2

0%

5%

10%

15%

20%

25%

20 40 80 100

% K

no

ck D

ow

n

Konsentrasi Cypermethrin (mg/m2)

Page 49: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

36

Tabel 4.35Hasil kematian nyamuk dalam 24 jam pada uji pendahuluan

Konsentrasi

(mg/m2)

Kematian nyamuk pada tiap ulangan

(ekor)

Kematian

nyamuk

rata - rata

(ekor)

Presentase

Kematian

nyamuk rata

- rata (%)

Jumlah

sampel

(ekor) I II III

Kontrol 0 0 0 0 0% 10

20 0 0 0 0 10% 10

40 1 1 2 1,3 13% 10

80 2 1 2 1,67 16,7% 10

100 2 2 2 2 20% 10

Grafik 4.2 Hasil kematian nyamuk setelah 24 jam pasca paparan

Dari uji pendahuluan didapatkan hasil bahwa dengan konsentrasi

Cypermethrin 100 EC 20 mg/m2, 40 mg/m2, 80 mg/m2, dan 100 mg/m2 hanya

menyebabkan sekitar < 20% kematian nyamuk. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa nyamuk ini masihdapat bertahan terhadap perlakuan dengan Cypermethrin

100 EC. Hal ini dimungkinkan karena nyamuk yang digunakan untuk uji

0%

5%

10%

15%

20%

25%

20 40 80 100

% K

emat

ian

Konsentrasi Cypermethrin (mg/m2)

Page 50: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

37

pendahuluan merupakan nyamuk keturunan laboratorium (F1) dimana belum

terdapat paparan terhadap insektisida sehingga metabolisme detoksifikasi zat aktif

insektisida belum terjadi. Hal lain yang memungkinkan terdapatnya kematian

nyamuk < 20% karena jumlah sampel yang digunakanuntuk uji pendahuluan

hanya 10 ekor tidak sebanding dengan luas kelambu celup yang digunakan. Hal

ini menyebabkan paparan insektisida yang diterima oleh nyamuk lebih sedikit

sehingga efek yang ditimbulkan oleh insektida lebih rendah.

b. Uji Utama

Setelah dilakukan uji pendahuluan, maka ditetapkan konsentrasi 100 mg/m2

sebagai konsentrasi awal meskipun pada uji pendahuluan konsentrasi tersebut

menyebabkan kematian < 20%. Hal tersebut dimungkinkan karena pada uji

pendahuluan masih banyak faktor – faktor perancu (suhu, kelembaban udara,

makanan nyamuk, usia nyamuk, dll) yang mempengaruhi kematian nyamuk.

Namun, pada uji utama ini faktor – faktor tersebut diharapkan sudah dapat

terkontrol sehingga jumlah kematian nyamuk tidak lagi disebabkan oleh faktor

perancu tersebut. Selain itu penentuan konsentrasi Cypermethrin 100 EC yang

dipakai juga didasarkan konsentrasi yang direkomendasikan oleh WHO.

Pada uji utama dilakukan pengujian untuk melihat banyaknya nyamuk yang

knockdown dan nyamuk yang mati pada tiap konsentrasi di minggu ke 1, 4, dan

8 pasca pencelupan. Konsentrasi yang digunakanpada uji utama adalah 100

mg/m2, 200 mg/m2, 300 mg/m2, 400 mg/m2, dan 500 mg/m2. Pengujian

dilakukan dengan 3 kali pengulangan dan dilakukan dalam waktu yang berbeda,

mulai dari minggu ke-1, 4, dan 8 setelah dilakukan pencelupan insektisida.

Hasil kelumpuhan/knockdown

Kelumpuhan/knockdown pada nyamuk diamati pada menit ke 30 pasca

paparan insektisida Cypermethrin 100 EC. Perhitungan dilakukan pada nyamuk

yang tidak dapat bergerak (pingsan), tidak dapat terbang, ataupun jika alat gerak

nyamuk telah terlepas. Dari tabel 4.4 dan grafik 4.3 dapat terlihat bahwa KD 50%

diperoleh pada konsentrasi 100 mg/m2 di minggu I dan IV perlakuan, sedangkan

Page 51: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

38

pada minggu VIII KD meningkat menjadi 64%. Untuk KD 90% dicapai

padakonsentrasi 400 mg/m2 dan 500 mg/m2 pada minggu ke IV.

Tabel 4.46Tabel kelumpuhan/knockdown nyamuk pada 30 menit pasca perlakuan

di tiap minggu perlakuan

Konsentrasi

Minggu I Minggu IV Minggu VIII Jumlah

Sampel

(ekor)

KD (30 menit) KD (30 menit) KD (30 menit)

Jumlah

(ekor)

Presentase

(%)

Jumlah

(ekor)

Presentase

(%)

Jumlah

(ekor)

Presentase

(%)

Kontrol 0 0% 0 0% 0 0% 25

100 14 56% 13 52% 16 64% 25

200 17 68% 17 68% 18 72% 25

300 19 76% 18 72% 19 76% 25

400 20 80% 23 92% 21 84% 25

500 21 84% 24 96% 23 92% 25

Grafik 4.3 Presentase Knockdown 30 menit pada tiap minggu perlakuan

Dari tabel 4.4 dan grafik 4.3 dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi

Cypermethrin 100 EC yang digunakan maka akan semakin banyak nyamuk yang

lumpuh / knockdown yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Erna K

(2013) di Lombok Barat.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

100 200 300 400 500

% K

no

ck d

ow

n

Konsentrasi Cypermethrin (mg/m2)

Minggu I

Minggu IV

Minggu VIII

Page 52: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

39

Knockdown terjadi karenacara kerja Cypermethrin sebagai racun perut yang

akan menginhibisi proses detoksifikasi racun serta sebagai neurotoksin yang

mengakibatkan hipereksitasi sehingga nyamuk yang sudah lumpuh akan dapat

bergerak aktif kembali.30-33 Proses inhibisi ini berlangsung semakin cepat seiring

dengan bertambahnya paparan insektisida yang diterima oleh nyamuk.32

Hasil kematian nyamuk

Kematian pada nyamuk diamati setelah 24 jam pasca paparan. Perhitungan

dilakukan pada nyamuk yang sudah benar – benar tidak dapat bergerak. Dari

pengamatan didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.57Hasil Kematian nyamuk tiap minggu perlakuan

Konsentrasi

Minggu I Minggu IV Minggu VIII

Jumlah

Sampel

Kematian (24 jam) Kematian (24 jam) Kematian (24 jam)

Jumlah

(ekor)

Presentase

(%)

Jumlah

(ekor)

Presentase

(%)

Jumlah

(ekor)

Presentase

(%)

Kontrol 0 0% 0 0% 0 0% 25

100 17 68% 10 40% 7 28% 25

200 20 80% 12 48% 8 32% 25

300 20 80% 13 52% 10 40% 25

400 24 96% 17 68% 12 48% 25

500 24 96% 19 76% 16 64% 25

Berdasarkan tabel 4.5 dan grafik 4.4 dapat terlihat bahwa angka

kematian nyamuk meningkat seiring dengan kenaikan konsentrasi yang

diberikan. Pada minggu I angka kematian tertinggi dicapai oleh konsentrasi

400 mg/m2 dan 500 mg/m2 dengan 96% kematian. Untuk minggu ke IV

angka kematian tertinggi dicapai oleh konsentrasi 500 mg/m2 dengan 76%

kematian dan pada minggu VIII angka kematian tertinggi dicapai oleh

konsentrasi 500 mg/m2 dengan 64% kematian. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa kelambu celup Cypermethrin 100 EC masih efektif menyebabkan

kematian nyamuk > 50% pada minggu ke VIII pasca pencelupan kelambu.

Page 53: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

40

Grafik4.4 Presentase kematian nyamuk pada tiap minggu perlakuan

Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwarsono

(2004) bahwa kematian nyamuk terus menurun seiring dengan bertambahnya

usia residu insektisida pada kelambu celup. Hal tersebut dikarenakan semakin

bertambahnya usia kelambu celup maka kandungan insektisida yang terdapat

pada kelambu celup semakin berkurang.6 Hal lain yang dapat menurunkan

efektifitas kelambu celup insektisida adalah cara penyimpanan yang tidak baik.

Salah satu contohnya adalah debu – debu yang menempel pada kelambu celup

dapat mengurangi paparan insektisida terhadap kelambu celup sehingga

menyebabkan menurunnya kematian nyamuk.39

4.5 Hasil Analisa Statistik

4.5.1 Uji Normalitas Data

Sebelum dilakukan uji ANOVA one way, data harus memenuhi syarat

distribusi normal dan sebaran normal. Untuk mengetahui sebaran normal

dilakukan uji Saphiro-Wilk karena sampel <50 dengan menggunakan SPSS

21.0. Pada tabel normalitas berikut didapatkan hasil p value > 0,05, maka

dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Hasil perhitungan dapat

dilihat pada lampiran 2.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

100 200 300 400 500

% K

emat

ian

Konsentrasi Cypermethrin (mg/m2)

Minggu I

Minggu IV

Minggu VIII

Page 54: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

41

4.5.2 Uji Varian Data

Syarat dilakukannya uji ANOVA one way adalahharus memiliki sebaran

normal dan memiliki varian data yang sama atau homogen. Untuk mengetahui

varian data sama atau tidak digunakan varian data dengan menggunakan SPSS

21.0. Dari tabel dapat dilihat bahwa p value bernilai p>0,05. Dapat

disimpulkan bahwa varian data homogen. Hasil perhitungan dapat dilihat pada

lampiran 2.

4.5.3 Uji ANOVA one way

Setelah didapatkan hasil data berdistribusi normal dengan sebaran yang

sama, maka data dapat dilakukan uji ANOVA one way.

Hasil uji ANOVA didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara kematian nyamuk dengan perbedaan konsentrasi, yang

ditunjukkan dengan nilai p=0,374. Namun terdapat perbedaan nyata antara

minggu perlakuan dengan kematian nyamuk, dengan nilai p=0,001. Hasil

perhitungan dapat dilihat pada lampiran 2.

4.5.5 Uji Regresi Linier

Hasil uji regresi linier didapatkan bahwaperbedaan konsentrasi

Cypermethrin 100 EC tidak berpengaruh terhadap kematian nyamuk Culex

quinquefasciatus dengan nilai R=0,561. Sedangkan perbedaan waktu efek

residu kelambu celup Cypermethrin 100 EC memiliki pengaruh yang kuat

terhadapterhadapkematian nyamuk Culex quinquefasciatus dengan nilai

R=0,966. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 2.

4.5.6 Analisis Probit

Berdasarkan hasil pengamatan pada kematian nyamuk yang dilakukan

pada minggu ke I, IV, dan VIII dapat dilakukan perhitungan LC50 dan LC90

pada tiap minggu perlakuan. Setelah dilakukan uji probit didapatkan hasil

sebagai berikut.

Page 55: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

42

Tabel84.6 Lethal Concentration (LC50& LC90) tiap minggu perlakuan

Minggu ke LC50 LC90

I 57.565 355.345

IV 191.361 1598.27

VIII 383.627 4093.3

Grafik 4.5 Lethal Concentration (LC50 & LC90) tiap minggu perlakuan

Dari tabel 4.6 dan grafik 4.5 dapat dilihat bahwa kelambu celup masih

efektif mengakibatkan 50% kematian nyamuk hingga minggu ke VIII pada

konsentrasi ≤500 mg/m2. Namun kelambu celup Cypermetrin 100 EC ini tidak

lagi efektif untuk digunakan lebih dari 8 minggu. Dari grafik diatas juga

digambarkan bahwa efek kematian 90% bisa diperoleh bila konsentrasi

Cypermetrin 100 EC dinaikkan >500 mg/m2, yang berarti bahwa cypermetrin

tidak efektif digunakan untuk membunuh nyamuk Culex quinquefasciatus

dengan konsentrasi yang rendah dan aman bagi lingkungan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suwarsono (2004) didapatkan

bahwa efek residu kelambu celup permetrin (piretroid sintetik) berbahan nilon

masih efektif hingga 3 bulan dengan satu kali pencucian dengan LC50 0,04

ml/m2.6 Sedangkan menurut Nasir (2013) kelambu celup permetrin dengan

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

Minggu I Minggu IV Minggu VIII

Leth

al C

on

cen

trat

ion

(LC

)

Kematian nyamuk minggu ke

LC90

LC50

Page 56: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

43

konsentrasi 200 mg/m2 masih efektif hingga 5 bulan pasca pencelupan.39

Dengan demikian diperkirakan efikasi kelambu celup dapat bertahan selama 2-3

bulan tanpa pencucian.

Page 57: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Konsentrasi Cypermethrin 100 EC yang menyebabkan kematian nyamuk

≥50% adalah : 100-500 mg/m2 pada minggu I, 300-500 mg/m2 pada minggu

IV, dan 500 mg/m2 pada minggu VIII

2. Perbedaan konsentrasi Cypermethrin 100 EC tidak berpengaruh terhadap

kematian nyamuk Culex quinquefasciatus dengan nilai p=0,374.

3. Perbedaan waktu mempengaruhi efek residu kelambu celup Cypermethrin

100 EC terhadap kematian nyamuk Culex quinquefasciatus dengan nilai

p=0,001.

4. Nilai terendah dari LC50 dan LC90 didapatkan pada minggu I. Semakin lama

usia kelambu celup maka nilai LC (Lethal Concentratiion) akan semakin

tinggi.

5. Kelambu celup Cypermethrin 100 EC efektif mengakibatkan kematian

nyamuk 50% hingga 2-3 bulan tanpa pencucian pada konsentrasi 400-500

mg/m2.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan pengujian dalam ukuran kelambu yang lebih besar atau

ukuran tempat tidur di dalam rumah, dan bisa juga digunakan untuk

gorden jendela rumah.

2. Merekomendasikan kepada dinas kesehatan setempat tentang penggunaan

kelambu celup insektisida golongan piretroid sintetik turunan terbaru

dengan konsentrasi yang lebih rendah dan efek residu lebih lama ( > 6

bulan) untuk digunakan secara masal dalam program pemberantasan

vektor nyamuk di wilayah endemis.

Page 58: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

45

3. Perlu dilakukan adanya uji efek penggunaan insektisida serta limbah

pencelupannya terhadap dampak lingkungan dan hewan bukan sasaran.

Page 59: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

46

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. Pedoman penggunaan kelambu berinsektisida menuju

eliminasi malaria. Jakarta : Kemenkes RI. 2011

2. Zulhasril and Lesmana SD. Resistensi larva Aedes aegypti terhadap

insektisida organofosfat di Tanjung Priok dan Mampang Prapatan. Majalah

Kedokteran FK UKI 2010 Vol XXVII No.3

3. Kemenkes RI. Pedoman penggunaan insektisida (pestisida) dalam

pengendalian vector. Jakarta : Kemenkes RI. 2012

4. Widiarti, Heriyanto B, Damar TBD. Peta resistensi vektor demam berdarah

dengue Aedes aegypti terhadap insektisida kelompok organophosfat,

karbamat dan pyrethroid di Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta. Buletin

Penelit Kesehatan. 2011;39(4)

5. Sayono DS. Distribusi resistensi nyamuk aedes aegypti terhadap insektisida

sipermetrin di Kota Semarang. Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian.

LPPM Unimus. 2012

6. Suwasono H, Boewono DT, Sutopo, Suwaryono T, Raharjo. Uji efikasi

kelambu celup insektisida berbahan aktif Alphacypermethrin terhadap vector

filariasis Culexquinquefasciatus . Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol 3. No 3.

Desember 2004 : 118-122

7. Ikawati B, Sunaryo, Widiastuti D. Peta status kerentanan Aedes aegypti

(Linn.) terhadap insektisida cypermethrin dan malathion di JawaTengah.

Aspirator, 7(1). 2015, pp. 23-28

8. Lagunes,. lmpact of the use of mixture and sequences of tissues in the

evolution of resistance in Culex quinquefaciatus. University of California

Riverside. 1980

9. Ahmad I, Astari S, Resti R, Hariani N. Status kerentanan Aedes aegypti

(Diptera : Culicidae) pada tahun 2006-2007 terhadap Malation di Bandung,

Jakarta, Surabaya, Palembang, dan Palu. Biosfera 26 (2). Mei 2009

Page 60: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

47

10. Kemenkes RI. Pedoman penggunaan insektisida (pestisida) dalam

pengendalian vector. Jakarta : Kemenkes RI. 2012

11. Dindin W and Teguh BP. Aedes mosquito susceptibility test for the

insecticide used in dengue Haemorrhagice fever (dhf) controling programs

Incimahi city of west java province. Bandung : Politeknik Kesehatan

Bandung. 2012

12. University of Michigan Museum of Zoology. Culex quinquefasciatus.

[Cited 23 November 2014, 6:52 PM]. Available from :

http://animaldiversity.ummz.umich.edu/accounts/Culex_quinquefasciatus/clas

sification/

13. World Health Organization. World Health Organization Global Programme

to Eliminate Lymphatic Filariasis : a Handbook for National Elimination

Programmes. Geneva : WHO, 2013

14. Astuti MAW. Uji daya bunuh ekstrak bunga kecombrang (Nicolaiaspeciosa/

blumehoran) terhadap larva nyamuk Culex quinquefasciatus say .2011

15. New Zealand Biosecure Entomology Laboratory. Culex quinquefasciatus.

New Zealand, 2008

16. Stephanie H and Roxanne C. Southern house mosquito Culex

quinquefasciatus Say. USA : Institut of Food and Agricultural Sciences,

University of Florida. May 2013

17. NSW Arbovirus Surveillance and Vector Monitoring Program. Mosquito

photos : Culex quinquefasciatus. [cited at 26 July 2015]. Download from :

http://www.arbovirus.health.nsw.gov.au/mosquit/photos/eggraft_quinq.jpg

18. NSW Arbovirus Surveillance and Vector Monitoring Program. Mosquito

photos : Culex quinquefasciatus. [cited at 26 July 2015]. Download from :

http://www.arbovirus.health.nsw.gov.au/mosquit/photos/culex_quinquefascia

tus_larvgroup.jpg

19. NSW Arbovirus Surveillance and Vector Monitoring Program. Mosquito

photos : Culex quinquefasciatus. [cited at 26 July 2015]. Download from :

http://www.arbovirus.health.nsw.gov.au/mosquit/photos/culex_quinquefascia

tus_pupa.jpg

Page 61: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

48

20. NSW Arbovirus Surveillance and Vector Monitoring Program. Mosquito

photos : Culex quinquefasciatus. [cited at 26 July 2015]. Download from :

http://www.arbovirus.health.nsw.gov.au/mosquit/photos/culex_quinquefascia

tus.jpg

21. NSW Arbovirus Surveillance and Vector Monitoring Program. Mosquito

photos : Culex quinquefasciatus. [cited at 26 July 2015]. Download from :

http://www.arbovirus.health.nsw.gov.au/mosquit/photos/culex_quinquefascia

tus_male.jpg

22. Brenner L. Organophosphates. Journal of Pesticide Reform, vol. 12, No. 9, p.

29 (9). 1992

23. Environmental Protection Agency. Synthetic pyrethroids for mosquito

control. United States : Environmental Protection Agency. May 2000

24. Davies TGE, Field LM, Usherwood PNR, and Williamson MS. DDT,

Pyrethrins, Pyrethroids and insect sodium channels. IUBMB Life, 59(3):

151-162. Maret 2007

25. World Health Organisations. 2002. Instruction for treatment and use

insecticide treated mosquito nets.WHO//CDS/RBM/2002.41

26. National pesticide Information Centre. Cypermethrin. USA : Oregon State

University, 1998

27. Jin H and GRB Webster. Persistence, penetration, and surface available of

cypermethrin and its majr degradation products in elm bak. J.Agric Food

Chem, 1998

28. Vijverberg and Ven den Bercken. Neurotoxicological effects and the mode of

action of pyrethroid insecticides. Critical reviews in Toxicology, 1990

29. Heitzman RJ. Cypermethrin. [cited 26 July 2015]. Available from :

http://www.fao.org/docrep/w4601e/w4601e07.htm

30. Astari S, Ahmad I. Insecticide resistance and effect of piperonylbutoxide as

a synergist in three strains of Aedesaegypti (Linn.) (Diptera: Culicidae) on

insecticides permethrin, cypermethrin, and d-allethrin. Bulletin Penelitian

Kesehatan. Vol 33. No 2. 2005 : 73-79

31. Liu N, Xu Q, Zhu F, Zhang L. Pyrethroid resistance in mosquitoes. Insect

Science (2005) 13, 159-166

Page 62: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

49

32. Dykes CL, et al. Knockdown resistance (kdr) mutations in Indian Anopheles

culicifacies populations. Biomed Central : Parasites & Vectors (2015)8:333

33. Ghiffari A, Fatimi H, Anwar C. Deteksi resistensi insektisida sintetik

piretroid pada Aedesaegypti (L.) in Palembang using Polymerase Chain

Reaction. Jurnal Aspirator. Vol 5. No 2. 2013 : 37-44

34. Vincent C and Raphael N. Distribution, mechanisms, impact and

management of insecticide resistance malaria vectors: a pragmatic review.

InTech. 2013

35. Harminarti N. 2008. Kelambu celup permetrin. Majalah Kedokteran Andalas,

Vol. 1. No. 32

36. Lee HL, Abimbola O, Singh KI. Determination of insecticide susceptibility in

Culexquinquefasciatus Say adult by rapid enzyms microassay. Southeast

Asean J Trop Med Public Health Vol 23. No 3. September 1992

37. Lee et al. Determination of insecticide susceptibility in Culex

quinquefasciatus Say adults by rapid enzimse microassay. Nigeria. September

1992

38. WHO. Guidelines for laboratory and field testing of long-lasting insecticidal

nets. 2013. WHO/HTM/NTD/WHOPES/2013.1

39. Nasir M, Arsin A, Nawi R. Hubungan penggunaan kelambu berinsektisida

dengan kejadian malaria di Kabupaten Halmahera Timur. Jurnal Indonesia,

vol. 1, no. 3. Januari-Juni 2013

Page 63: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

50

LAMPIRAN 1

a. Alat dan Bahan

Gelas ukur

Kemasan larutan

Cypermethrin 100 EC

Aspirator (Alat untuk

mengambil nyamuk)

Baki untuk penyimpanan larva

Kandang nyamuk dewasa

Mikropipet 100

dan 1000 μL

Kelambu celup uji dalam

5 konsentrasi + kontrol

100 mg/m2

200 mg/m2

300 mg/m2

400 mg/m2

500 mg/m2

Page 64: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

51

Pemberian makan larva berupa

pelet ikan

Air conditioner untuk mengatur suhu

ruangan tempat nyamuk hidup

Temperatur ruangan 28ºC

Pengukuran pH air wadah tempat

larva hidup

Page 65: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

52

b. Proses pengambilan dan pembiakan sampel

Lokasi pengambilan sampel

Telur dan larva Culex diambil dengan cara

disaring

Page 66: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

53

Sampel yang didapat

dipisahkan berdasarkan telur,

larva, atau pupa

Sampel yang didapat dari lokasi

dipindahkan ke lab parasitologi

Pupa dimasukkan ke

kandang nyamuk

Page 67: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

54

c. Proses pembuatan kelambu celup

Cypermethrin 100 EC yang

sudah dihitung dilarutkan

dengan aquades

Page 68: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

55

Hasil campuran Cypermethrin

100 EC dengan aquades

Kelambu dicelupkan kedalam

larutan Cypermetrin 100 EC

Page 69: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

56

d. Proses uji kelambu celup Cypermethrin 100 EC

Kelambu yang telah dicelup

dikeringkan di tempat teduh

Untuk pengujian pilih nyamuk betina dewasa

Page 70: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

57

Nyamuk betina yang terpilih dimasukkan kedalam masing –

masing kelambu celup dan diobservasi selama 30 menit

Setelah 30 menit, nyamuk dikeluarkan dan diamati

banyaknya nyamuk yang pingsan (knockdown)

Page 71: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

58

Nyamuk yang ada di dalam gelas karton didiamkan selama

24 jam dengan diberikan larutan gula 10%

Amati kematian nyamuk setelah 24 jam

Page 72: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

59

e. Uji esterase

Setelah dilakukan pencatatan, cup berisi

nyamuk mati maupun hidup ditaruh di freezer

sebelum dibuang

Sampel uji : larva instar IV Bahan untuk uji resistensi

enzim esterase larva nyamuk

Cx. quinquefasciatus

Page 73: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

59

f. Identifikasi sampel dibawa mikroskop

Sumur dalam uji resistensi enzim esterase

larva nyamuk Cx. quinquefasciatus

Hasil ELISA Reader

Telur Cx. quinquefasciatus yang

diidentifikasi dibawah mikroskop

Larva instar I Cx. quinquefasciatus

yang diidentifikasi dibawah

mikroskop

Page 74: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

60

Larva instar II Cx. quinquefasciatus

yang diidentifikasi dibawah

mikroskop

Larva instar III Cx. quinquefasciatus

yang diidentifikasi dibawah

mikroskop

Larva instar IV Cx. quinquefasciatus

yang diidentifikasi dibawah

mikroskop

Pupa Cx. quinquefasciatus yang

diidentifikasi dibawah mikroskop

Nyamuk betina Cx. quinquefasciatus

yang diidentifikasi dibawah

mikroskop

Nyamuk jantan Cx. quinquefasciatus

yang diidentifikasi dibawah

mikroskop

Page 75: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

61

LAMPIRAN 2

Hasil Analisa Data

a. Hubungan antara konsentrasi Cypermethrin yang digunakan dengan kematian

nyamuk Culex quinquefasciatus

Tabel uji normalitas Saphiro Wilk

Tests of Normality

konsentrasi Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

kematian

100 .949 3 .567

200 .964 3 .637

300 .949 3 .567

400 .991 3 .817

500 .980 3 .726

a. Lilliefors Significance Correction

Tabel uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

kematian

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.172 4 10 .948

Tabel uji ANOVA one way

ANOVA

kematian Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2169.600 4 542.400 1.188 .374

Within Groups 4565.333 10 456.533

Total 6734.933 14

Page 76: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

62

b. Hubungan antara kematian nyamuk Culex quinquefasciatus dengan minggu

perlakuan

Tabel uji normalitas Saphiro Wilk

Tests of Normality

minggu_ke Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

kematian

1 .877 5 .295

4 .943 5 .687

8 .943 5 .685

*. This is a lower bound of the true significance.

Tabel uji homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

kematian

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.205 2 12 .818

Tabel uji ANOVA oneway

ANOVA

kematian Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 4462.933 2 2231.467 11.786 .001

Within Groups 2272.000 12 189.333

Total 6734.933 14

Tabel uji LSD

Multiple Comparisons

(I) minggu_ke (J) minggu_ke Mean Difference

(I-J)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

1 4 27.200* 8.702 .009 8.24 46.16

8 41.600* 8.702 .000 22.64 60.56

4 1 -27.200-* 8.702 .009 -46.16- -8.24-

8 14.400 8.702 .124 -4.56- 33.36

8 1 -41.600-* 8.702 .000 -60.56- -22.64-

4 -14.400- 8.702 .124 -33.36- 4.56

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Page 77: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

63

c. Uji Regresi Linier

Model Summaryc

Mode

l

R R

Square

Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 .561a .314 .262 18.848

2 .966b .934 .923 6.096 1.053

a. Predictors: (Constant), konsentrasi

b. Predictors: (Constant), konsentrasi, minggu_ke

c. Dependent Variable: kematian

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 35.867 11.413 3.143 .008

konsentrasi .084 .034 .561 2.441 .030

2

(Constant) 61.070 4.391 13.907 .000

konsentrasi .084 .011 .561 7.547 .000

minggu_ke -5.816 .549 -.787 -10.595 .000

a. Dependent Variable: kematian

Page 78: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

64

d. Tabel uji Probit

Minggu I

No Point Exposure

Concentration (mg/m2)

95% Confidence Limit

Lower Upper

1 LC1 2.114 .006 11.304

2 LC2 3.114 .015 14.526

3 LC3 3.981 .026 17.033

4 LC4 4.789 .040 19.204

5 LC5 5.566 .055 21.173

6 LC10 9.325 .176 29.623

7 LC20 17.419 .713 44.584

8 LC30 27.333 1.948 60.024

9 LC40 40.168 4.585 77.626

10 LC50 57.565 10.157 99.178

11 LC60 82.495 22.304 127.844

12 LC70 121.233 50.565 171.667

13 LC80 190.235 119.605 267.056

14 LC90 355.345 255.023 762.885

15 LC95 595.313 381.474 2267.678

16 LC96 691.872 424.625 3146.376

17 LC97 832.299 483.004 4719.898

18 LC98 1064.052 571.302 8119.171

19 LC99 1567.145 740.819 19181.818

Page 79: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

65

Minggu IV

No Point Exposure

Concentration (mg/m2)

95% Confidence Limit

Lower Upper

1 LC1 4.060 .304 12.992

2 LC2 6.377 .632 18.038

3 LC3 8.492 1.004 22.218

4 LC4 10.535 1.422 25.994

5 LC5 12.553 1.887 29.538

6 LC10 22.912 4.983 45.856

7 LC20 47.478 16.075 78.459

8 LC30 80.290 37.132 116.411

9 LC40 125.784 74.897 165.341

10 LC50 191.361 139.206 237.918

11 LC60 291.126 233.938 378.639

12 LC70 456.084 355.297 714.227

13 LC80 771.288 539.252 1612.846

14 LC90 1598.273 931.424 5153.840

15 LC95 3476.092 1648.898 17998.137

16 LC96 4311.967 1930.174 25482.193

17 LC97 5742.211 2378.856 40470.170

18 LC98 9018.927 3304.953 83954.819

19 LC99 1961.086 1083.297 7158.689

Page 80: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

66

Minggu VIII

No Point Exposure

Concentration (mg/m2)

95% Confidence Limit

Lower Upper

1 LC1 5.218 .247 17.526

2 LC2 8.634 .601 24.956

3 LC3 11.885 1.056 31.242

4 LC4 15.114 1.613 37.004

5 LC5 18.377 2.276 42.476

6 LC10 35.954 7.402 68.353

7 LC20 81.039 30.529 122.945

8 LC30 145.610 82.596 192.774

9 LC40 240.244 177.971 307.543

10 LC50 383.627 300.341 577.903

11 LC60 612.582 443.290 1241.644

12 LC70 1010.707 644.932 2933.702

13 LC80 1816.041 984.275 8154.447

14 LC90 4093.301 1751.748 33992.723

15 LC95 8008.370 2809.851 110897.457

16 LC96 9737.591 3223.449 156552.555

17 LC97 12383.243 3815.705 239225.577

18 LC98 17044.852 4773.807 420424.221

19 LC99 28202.936 6792.786 1022839.052

Page 81: EFIKASI KELAMBU CELUP CYPERMETHRIN 100 EC TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37949/1/FITRIANA... · Peta resistensi insektisida Cypermethrin oleh nyamuk

67

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PERSONAL DATA

Nama : Fitriana Nurharyani Haryono

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 8 Maret 1995

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. Rawa Bebek Rt 015/013 No 34, Penjaringan,

Jakarta Utara

No. Telepon/HP : 0812-9061-7921

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1998-2000 : TK Nurul Huda, Demak, Semarang, Jawa Tengah

2000-2001 : SD Negeri Jatilawang, Boyolali, Jawa Tengah

2001-2002 : SD Negeri Mangunranan, Kebumen, Jawa Tengah

2002-2006 : SD Negeri Penjaringan 09 Petang, Jakarta Utara

2006-2009 : SMP Negeri 21 Jakarta

2009-2012 : SMA Negeri 2 Jakarta

2012-sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta