EFIKASI HERBISIDA ISOPROPILAMINA GLIFOSAT UNTUK ...digilib.unila.ac.id/58654/3/3. SKRIPSI FULL...

58
EFIKASI HERBISIDA ISOPROPILAMINA GLIFOSAT UNTUK PENGENDALIAN GULMA PADA BUDIDAYA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TANAMAN MENGHASILKAN (Skripsi) Oleh Maria Salviana FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Transcript of EFIKASI HERBISIDA ISOPROPILAMINA GLIFOSAT UNTUK ...digilib.unila.ac.id/58654/3/3. SKRIPSI FULL...

  • EFIKASI HERBISIDA ISOPROPILAMINA GLIFOSAT UNTUKPENGENDALIAN GULMA PADA BUDIDAYA KELAPA SAWIT

    (Elaeis guineensis Jacq.) TANAMAN MENGHASILKAN

    (Skripsi)

    Oleh

    Maria Salviana

    FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG2019

  • ABSTRAK

    EFIKASI HERBISIDA ISOPROPILAMINA GLIFOSAT UNTUKPENGENDALIAN GULMA PADA BUDIDAYA KELAPA SAWIT

    (Elaeis Guineensis Jacq.) TANAMAN MENGHASILKAN

    Oleh

    Maria Salviana

    Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman perkebunan yang

    banyak dibudidayakan di Indonesia. Pemeliharaan areal perkebunan salah

    satunya dengan pengendalian gulma dilakukan untuk menjaga kualitas dan

    kuantitas hasil produksi. Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit dapat

    dilakukan dengan berbagai macam salah satunya secara kimiawi dengan herbisida

    isopropilamina glifosat. Herbisida isopropilamina glifosat merupakan herbisida

    yang bersifat sistemik dan pasca tumbuh. Penelitian bertujuan untuk mengetahui

    dosis herbisida isopropilamina glifosat yang efektif mengendalikan gulma pada

    lahan kelapa sawit tanaman menghasilkan, mengetahui komposisi gulma pada

    lahan kelapa sawit tanaman menghasilkan setelah dilakukan aplikasi herbisida

    isopropilamina glifosat, dan mengetahui apakah terjadi fitotoksisitas dan pengaruh

    terhadap pertumbuhan tandan buah segar pada tanaman kelapa sawit.

  • Maria Salviana

    Penelitian dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit menghasilkan (TM) rakyat di

    Desa Srimulyo Kenanga Sari, Kecamatan Seputih Surabaya, Kabupaten Lampung

    Tengah dan Laboratorium Ilmu Gulma Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

    Penelitian dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan

    6 perlakuan dan 4 ulangan yaitu berbagai taraf dosis isopropilamina glifosat (735 ,

    980, 1225, 1470 g ha-1), penyiangan manual, dan kontrol. Homogentias ragam

    diuji dengan uji Bartlet, aditivitas diuji dengan uji Tukey, dan perbedaan nilai

    tengah diuji dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.

    Hasil penelitian menunujukkan bahwa herbisida isopropilamina glifosat dosis

    735-1470 g ha-1 mampu mengendalikan gulma total serta gulma golongan rumput

    (Axonopus compressus dan Ottochloa nodosa) pada 4-12 MSA, dan golongan

    daun lebar (Asystasia gangetica) dengan dosis 1470 g ha-1 pada 8 hingga 12 MSA,

    terdapat perubahan komposisi jenis gulma akibat aplikasi herbisida glifosat yang

    ditunjukkan oleh jumlah jenis gulma yang berbeda pada setiap perlakuan yang

    dibandingkan dengan kontrol, semua taraf dosis herbisida glifosat yang diuji tidak

    meracuni tanaman kelapa sawit menghasilkan (TM) dan tidak mempengaruhi

    komponen produksi tanaman kelapa sawit.

    Kata Kunci : efikasi, glifosat, gulma, kelapa sawit

  • EFIKASI HERBISIDA ISOPROPILAMINA GLIFOSAT UNTUK

    PENGENDALIAN GULMA PADA BUDIDAYA KELAPA SAWIT

    (Elaeis Guineensis Jacq.) TANAMAN MENGHASILKAN

    Oleh

    Maria Salviana

    Skripsi

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

    SARJANA PERTANIAN

    Pada

    Jurusan Agroteknologi

    Fakultas Pertanian Universitas Lampung

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG

    2019

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Kota Bumi, pada 4 Maret 1997, merupakan anak kedua dari

    tiga bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Mahad dan Ibu Lismawati.

    Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Bratasena Adiwarna

    pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2003. Kemudian penulis melanjutkan

    pendidikan di SD Negeri 1 Bratasena Adiwarna dan selesai pada tahun 2009.

    Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Al Kautsar Bandar Lampung

    dan selesai pada tahun 2012 lalu melanjutkan pendidikan ke SMA Al Kautsar

    Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2015.

    Pada tahun 2015, penulis diterima sebagai Mahasiswa Jurusan Agroteknologi

    Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional Masuk

    Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa penulis pernah

    menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Ilmu dan Teknik Pengendalian Gulma dan

    Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Pada Januari-Maret 2018, penulis

    melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas Lampung

    di Desa Gunung Agung, Kecamatan Gunung Terang, Kabupaten Tulang Bawang

    Barat. Pada bulan Juli-Agustus 2018, penulis melaksanakan Praktik Umum di

    Laboratorium Perlindungan Hama dan Penyakit Tanaman Pangan di Kecamatan

    Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah.

  • Dengan segenap rasa syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karuania-Nya

    kepadaku selama ini

    Kupersembahkan karya kecilku ini kepada

    Kedua orang tuaku tercinta serta kakak dan adikku atas segala doa, kesabaran,

    kasih sayang, nasehat, dan dukungan kepadaku hingga saat ini.

    Sahabat-sahabat yang selalu bersamaku dalam suka maupun duka, atas segala

    dukungan, kenangan, dan pengalaman berharga yang telah kalian berikan

    kepadaku hingga saat ini

    Serta almamaterku tercinta

    Universitas Lampung

  • “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

    (QS. Al-Insyiroh : 5)

    “Tidak terlalu penting bagaimana caramu memulainya, tugasmu

    menyelesaikannya dengan baik”

    (Maria Salviana)

    “Menyederhanakan Syarat Hidup”

  • i

    SANWACANA

    Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis

    dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efikasi Herbisida Isopropilamina

    Glifosat untuk Pengendalian Gulma pada Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis

    guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan”.

    Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas

    Pertanian Universitas Lampung.

    2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku ketua Jurusan Agroteknologi.

    3. Bapak Dr. Hidayat Pujisiswanto, S.P., M.P., selaku pembimbing pertama

    atas ilmu pengetahuan, bimbingan, saran, semangat, motivasi, serta

    kesabaran kepada penulis selama penelitian hingga penyelesaian skripsi.

    4. Bapak Dr. Ir. Rusdi Evizal, M.S., selaku pembimbing kedua atas ilmu

    pengetahuan, bimbingan, saran, motivasi, serta kesabaran kepada penulis

    selama penyelesaian skripsi.

    5. Bapak Ir. Herry Susanto, M.P., selaku pembahas atas ilmu pengetahuan,

    bimbingan, saran, motivasi, serta segala masukkan kepada penulis selama

    penyelesaian skripsi.

  • ii

    6. Ibu Prof. Dr. Ir. Rosma Hasibuan, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik

    atas motivasi, nasihat, serta dukungannya kepada penulis selama menjadi

    mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

    7. Kedua orang tua penulis Ayahanda Mahad dan Ibunda Lismawati, S.Pd.,

    yang selalu memberikkan doa, kesabaran, kasih sayang, nasehat, motivasi,

    serta dukungan kepada penulis selama ini.

    8. Kakak dan adik penulis Junia Yurika, S.Pd., dan suami Melki Setiadi,

    S.Kom., adik Alief Firmansyah, serta keponakan Agam M Setiadi yang

    selalu menjadi penyemangat terbaik, memberikan doa, kasih sayang, dan

    dukungan kepada penulis selama ini.

    9. Bapak Selamet yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga untuk

    membantu penulis selama di lapang, serta atas segala ilmu dan saran yang

    telah diberikkan kepada penulis.

    10. Tim penelitian gulma yang selalu kompak Elizabeth Hardini, Ahmad

    Rosikin, Meryanda Fitri, Pera Novalinda, Puspa Indah, Gangga Prastita dan

    Wasri Yaman atas perjuangan, semangat, dan kerjasama sejak penelitian

    berlangsung hingga skripsi ini terselesaikan.

    11. Teman-teman Agroteknologi kelas B dan Agroteknologi 2015 atas

    persahabatan, doa, dan kebersamaan selama ini.

  • iii

    Dengan ketulusan hati penulis menyampaikan terimakasih dan semoga Allah

    SWT membalas semua kebaikan kita. Penulis berharap skripsi ini dapat

    bermanfaat dan memberikan informasi bagi para pembaca.

    Bandar Lampung, Agustus 2019.

    Maria Salviana

  • iv

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR ISI................................................................................................. iv

    DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii

    I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

    1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4

    1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4

    1.4 Landasan Teori........................................................................................ 5

    1.5 Kerangka Pemikiran................................................................................ 7

    1.6 Hipotesis.................................................................................................. 11

    II. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 12

    2.1 Tanaman Kelapa Sawit ........................................................................... 12

    2.2 Gulma pada Perkebunan Kelapa Sawit ................................................... 15

    2.3 Pengendalian Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit ................................. 16

    2.4 Herbisida Glifosat ................................................................................... 18

    2.5 Fitotoksisitas ........................................................................................... 21

  • v

    III. BAHAN DAN METODE ...................................................................... 23

    3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 23

    3.2 Alat dan Bahan......................................................................................... 23

    3.3 Metode Penelitian.................................................................................... 23

    3.4 Pelaksanaan Penelitian ............................................................................ 24

    3.4.1 Pemilihan Lokasi .......................................................................... 24

    3.4.2 Pembuatan Petak Perlakuan .......................................................... 24

    3.4.3 Aplikasi Herbisida ........................................................................ 25

    3.4.4 Penyiangan Manual dan Kontrol................................................... 26

    3.5 Pengamatan ............................................................................................. 26

    3.5.1 Pengamatan Gulma ....................................................................... 26

    3.5.1.1 Bobot Kering Gulma ........................................................ 26

    3.5.1.2 Summed Dominance Ratio (SDR) .................................... 27

    3.5.1.3 Penekanan Herbisida Terhadap Gulma ............................ 28

    3.5.1.4 Koefisien Komunitas ........................................................ 29

    3.5.2 Pengamatan Tanaman Kelapa Sawit .................................................... 29

    3.5.2.1 Pengamatan Fitotoksisitas Kelapa sawit .......................... 29

    3.5.2.2 Pengamatan Komponen Produksi Buah Kelapa Sawit..... 30

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 31

    4.1 Efikasi Herbisida Isopropilamina Glifosat terhadap Gulma Total.......... 31

    4.2 Efikasi Herbisida Isopropilamina Glifosat terhadap Gulma Pergolongan 32

    4.2.1 Efikasi herbisida isopropilamina glifosat terhadap gulmagolongan daun lebar....................................................................... 32

    4.2.2 Efikasi herbisida isopropilamina glifosat terhadap gulmagolongan rumput............................................................................ 34

  • vi

    4.3 Efikasi Herbisida Isopropilamina Glifosat terhadap Gulma Dominan ... 36

    4.3.1 Efikasi herbisida isopropilamina glifosat terhadap gulmaAsystasia gangetica ....................................................................... 37

    4.3.2 Efikasi herbisida isopropilamina glifosat terhadap gulmaAxonopus compressus.................................................................... 38

    4.3.3 Efikasi herbisida isopropilamina glifosat terhadap gulmaOttochloa nodosa........................................................................... 40

    4.4 Koefisien Komunitas dan Komposisi Gulma.......................................... 41

    4.5 Fitotoksitas Tanaman Kelapa Sawit........................................................ 44

    4.6 Pengamatan Komponen Buah Kelapa Sawit........................................... 44

    4.7 Rekomendasi ........................................................................................... 46

    V. SIMPULAN ........................................................................................... 47

    5.1 Simpulan ................................................................................................. 47

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 48

    LAMPIRAN.................................................................................................. 52

    Tabel............................................................................................................... 53-73

    Gambar........................................................................................................... 74-76

  • vii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Satuan perlakuan efikasi herbisida isopropilamina glifosat.................... 24

    2. Pengaruh perlakuan herbisida isopropilamina glifosat terhadap bobotkering gulma total ................................................................................... 31

    3. Pengaruh perlakuan herbisida isopropilamina glifosat terhadap bobotkering gulma golongan daun lebar.......................................................... 33

    4. Pengaruh perlakuan herbisida isopropilamina glifosat terhadap bobotkering gulma golongan rumput ............................................................... 35

    5. Nilai SDR dengan urutan dominansi pada perlakuan kontrol4,8, dan 12 MSA ..................................................................................... 36

    6. Pengaruh perlakuan herbisida isopropilamina glifosat terhadapbobot kering gulma Asystasia gangetica ................................................ 37

    7. Pengaruh perlakuan herbisida isopropilamina glifosat terhadapbobot kering gulma Axonopus compressus............................................. 39

    8. Pengaruh perlakuan herbisida isopropilamina glifosat terhadapbobot kering gulma Ottochloa nodosa.................................................... 40

    9. Koefisien komunitas di lahan kelapa sawit TM pada 4,8,dan 12 MSA ............................................................................................ 42

    10. Jenis dan tingkat dominansi gulma di lapangan pada 4 MSA ................ 53

    11. Jenis dan tingkat dominansi gulma di lapangan pada 8 MSA ................ 54

    12. Jenis dan tingkat dominansi gulma di lapangan pada 12 MSA .............. 55

    13. Bobot kering gulma total pada 4 MSA akibat perlakuan herbisidaisopropilamina glifosat ........................................................................... 56

  • viii

    14. Transformasi √√ (x+0,5) bobot kering gulma total pada 4 MSA akibatperlakuan herbisida isopropilamina glifosat ........................................... 56

    15. Analisis ragam bobot kering gulma total pada 4 MSA akibatperlakuan herbisida isopropilamina glifosat ........................................... 56

    16. Bobot kering gulma total pada 8 MSA akibat perlakuan herbisidaisopropilamina glifosat............................................................................ 57

    17. Transformasi √(x+0,5) bobot kering gulma total pada 8 MSA akibatperlakuan herbisida isopropilamina glifosat ........................................... 57

    18. Analisis ragam bobot kering gulma total pada 8 MSA akibatperlakuan herbisida isopropilamina glifosat ........................................... 57

    19. Bobot kering gulma total pada 12 MSA akibat perlakuan herbisidaisopropilamina glifosat............................................................................ 58

    20. Transformasi √√(x+0,5) bobot kering gulma total pada 12 MSAakibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat ................................ 58

    21. Analisis ragam bobot kering gulma total pada 12 MSA akibat perlakuanherbisida isopropilamina glifosat ............................................................ 58

    22. Bobot kering gulma golongan daun lebar pada 4 MSA akibat perlakuanherbisida isopropilamina glifosat ............................................................ 59

    23. Transformasi √√ (x+0,5) bobot kering gulma golongan daun lebarpada 4 MSA akibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat ........... 59

    24. Analisis ragam bobot kering gulma golongan daun lebar pada4 MSA akibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat.................... 59

    25. Bobot kering gulma golongan daun lebar pada 8 MSA akibatperlakuan herbisida isopropilamina glifosat ........................................... 60

    26. Transformasi √√ (x+0,5) bobot kering gulma golongan daun lebarpada 8 MSA akibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat ........... 60

    27. Analisis ragam bobot kering gulma golongan daun lebar pada8 MSA akibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat.................... 60

    28. Bobot kering gulma golongan daun lebar pada 12 MSA akibatperlakuan herbisida isopropilamina glifosat ........................................... 61

    29. Transformasi √√(x+0,5) bobot kering gulma golongan daun lebarpada 12 MSA akibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat ......... 61

  • ix

    30. Analisis ragam bobot kering gulma golongan daun lebar pada12 MSA akibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat.................. 61

    31. Bobot kering gulma golongan rumput pada 4 MSA akibatperlakuan herbisida isopropilamina glifosat ........................................... 62

    32. Transformasi √√ √ (x+0,5) bobot kering gulma golongan rumputpada 4 MSA akibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat ........... 62

    33. Analisis ragam bobot kering gulma golongan rumput pada 4 MSAakibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat ................................ 62

    34. Bobot kering gulma golongan rumput pada 8 MSA akibat perlakuanherbisida isopropilamina glifosat ........................................................... 63

    35. Transformasi √√ √ (x+0,5) bobot kering gulma golongan rumput pada8 MSA akibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat.................... 63

    36. Analisis ragam bobot kering gulma golongan rumput pada 8 MSAakibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat ................................ 63

    37. Bobot kering gulma golongan rumput pada 12 MSA akibat perlakuanherbisida isopropilamina glifosat ............................................................ 64

    38. Transformasi √√√ (x+0,5) bobot kering gulma golongan rumputpada 12 MSA akibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat ......... 64

    39. Analisis ragam bobot kering gulma golongan rumput pada 12 MSAakibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat ................................ 64

    40. Bobot kering gulma Asystasia gangetica pada 4 MSA akibat perlakuanherbisida isopropilamina glifosat ............................................................ 65

    41. Transformasi √√ (x+0,5) bobot kering gulma Asystasia gangetica pada 4MSA akibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat....................... 65

    42. Analisis ragam bobot kering gulma Asystasia gangetica pada 4 MSAakibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat ................................ 65

    43. Bobot kering gulma Asystasia gangetica pada 8 MSA akibat perlakuanherbisida isopropilamina glifosat ............................................................ 66

    44. Transformasi √√ (x+0,5) bobot kering gulma Asystasia gangetica pada 8MSA akibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat....................... 66

    45. Analisis ragam bobot kering gulma Asystasia gangetica pada 8 MSAakibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat ................................ 66

  • x

    46. Bobot kering gulma Asystasia gangetica pada 12 MSA akibat perlakuanherbisida isopropilamina glifosat ............................................................ 67

    47. Transformasi √√(x+0,5) bobot kering gulma Asystasia gangetica pada 12MSA akibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat....................... 67

    48. Analisis ragam bobot kering gulma Asystasia gangetica pada 12 MSAakibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat ................................ 67

    49. Bobot kering gulma Ottochloa nodosa pada 4 MSA akibat perlakuanherbisida isopropilamina glifosat ............................................................ 68

    50. Transformasi √√ √ (x+0,5) bobot kering gulma Ottochloa nodosa pada 4MSA akibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat....................... 68

    51. Analisis ragam bobot kering gulma Ottochloa nodosa pada 4 MSAakibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat ................................ 68

    52. Bobot kering gulma Ottochloa nodosa pada 8 MSA akibat perlakuanherbisida isopropilamina glifosat ............................................................ 69

    53. Transformasi √√ √ (x+0,5) bobot kering gulma Ottochloa nodosa pada 8MSA akibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat....................... 69

    54. Analisis ragam bobot kering gulma Ottochloa nodosa pada 8 MSAakibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat ................................ 69

    55. Bobot kering gulma Ottochloa nodosa pada 12 MSA akibat perlakuanherbisida isopropilamina glifosat ............................................................ 70

    56. Transformasi √√√(x+0,5) bobot kering gulma Ottochloa nodosa pada 12MSA akibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat....................... 70

    57. Analisis ragam bobot kering gulma Ottochloa nodosa pada 12 MSAakibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat ................................ 70

    58. Bobot kering gulma Axonopus compressus pada 4 MSA akibat perlakuanherbisida isopropilamina glifosat ............................................................ 71

    59. Transformasi √ √ √ (x+0,5) bobot kering gulma Axonopus compressuspada 4 MSA akibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat ........... 71

    60. Analisis ragam bobot kering gulma Axonopus compressuspada 4 MSA akibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat ........... 71

    61. Bobot kering gulma Axonopus compressus pada 8 MSA akibat perlakuanherbisida isopropilamina glifosat ............................................................ 72

  • xi

    62. Transformasi √√√ (x+0,5) bobot kering gulma Axonopus compressuspada 8 MSA akibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat ........... 72

    63. Analisis ragam bobot kering gulma Axonopus compressuspada 8 MSA akibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat ........... 72

    64. Bobot kering gulma Axonopus compressus pada 12 MSAakibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat ................................ 73

    65. Transformasi √√(x+0,5) bobot kering gulma Axonopus compressuspada 12 MSA akibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat ......... 73

    66. Analisis ragam bobot kering gulma Axonopus compressuspada 12 MSA akibat perlakuan herbisida isopropilamina glifosat ......... 73

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Diagram alur kerangka pemikiran........................................................... 10

    2. Rumus bangun glifosat ........................................................................... 19

    3. Tata letak percobaan ............................................................................... 25

    4. Petak pengambilan sampel...................................................................... 27

    5. Tingkat penekanan herbisida isopropilamina glifosat tehadap bobotkering gulma total .................................................................................. 32

    6. Tingkat penekanan herbisida isopropilamina glifosat tehadap bobotkering gulma golongan daun lebar.......................................................... 34

    7. Tingkat penekanan herbisida isopropilamina glifosat tehadap bobotkering gulma golongan rumput ............................................................... 35

    8. Tingkat penekanan herbisida isopropilamina glifosat tehadap bobotkering gulma Asystassia gangetica ........................................................ 38

    9. Tingkat penekanan herbisida isopropilamina glifosat tehadap bobotkering gulma Axonopus compressus ....................................................... 39

    10. Tingkat penekanan herbisida isopropilamina glifosat tehadap bobotkering gulma Ottochloa nodosa .............................................................. 41

    11. Produksi bunga jantan dan betina per pohon kelapa sawit akibatperlakuan herbisida isopropilamina glifosat ........................................... 45

    12. Komponen produksi per pohon kelapa sawit akibatperlakuan herbisida isopropilamina glifosat ........................................... 45

    13. Produksi tandan per pohon kelapa sawit akibatperlakuan herbisida isopropilamina glifosat ........................................... 46

  • xiii

    14. Keadaan gulma pada pengamatan 4 MSA akibat perlakuan herbisidaisopropilamina glifosat............................................................................ 74

    15. Keadaan gulma pada pengamatan 8 MSA akibat perlakuan herbisidaisopropilamina glifosat............................................................................ 75

    16. Keadaan gulma pada pengamatan 12 MSA akibat perlakuan herbisidaisopropilamina glifosat............................................................................ 76

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman perkebunan yang

    banyak dibudidayakan di Indonesia. Tanaman kelapa sawit mulai menghasilkan

    pada umur 24 sampai 30 bulan setelah ditanam di lapang, dan mampu

    mengasilkan tandan hingga 15 tandan/tahun dengan berat mencapai 15–25 kg

    (Razali et al., 2012). Permintaan pasar yang tinggi terhadap produk olahan kelapa

    sawit mendukung eksistensi kegiatan budidaya kelapa sawit. Kelapa sawit pada

    umumnya dimanfaatkan sebagai sumber minyak untuk bahan pangan, kosmetik,

    dan energi.

    Menurut Setyohadi (2010) permintaan pasar yang terus meningkat terhadap

    produk olahan kelapa sawit memicu petani melakukan kegiatan budidaya secara

    luas dan efektif. Salah satu cara untuk mempertahankan produktifitas tanaman

    kelapa sawit tetap tinggi diperlukan pemeliharaan yang tepat terhadap tanaman

    menghasilkan (TM). Kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit menghasilkan

    (TM) salah satunya dengan pengendalian pertumbuhan gulma. Pemeliharaan

    areal TM penting dilakukan untuk menjaga kualitas dan kuantitas hasil produksi.

  • 2Gulma merupakan tumbuhan yang memiliki daya saing tinggi sehingga dapat

    menjadi kompetitor tanaman budidaya dalam penyerapan unsur hara. Menurut

    Sarjono dan Sofyan (2017), penurunan produktifitas kelapa sawit terjadi secara

    signifikan disebabkan oleh adanya pertumbuhan gulma yang tidak terkendali.

    Pertumbuhan berbagai macam gulma dengan kuantitas yang tinggi dapat

    menurunkan 20% tandan buah segar tanaman kelapa sawit. Kompetisi

    penyerapan hara tanaman kelapa sawit dengan gulma akan menurunkan

    optimalisasi dan efektifitas pemupukan pada budidaya kelapa sawit. Penyerapan

    hara yang tidak optimal menyebabkan dampak negatif terhadap produksi tandan

    kelapa sawit segar yang dapat dihasilkan. Dampak negatif yang ditimbulkan dari

    menurunnya optimalisasi dan efektifitas penyerapan hara pada kelapa sawit akan

    menurunkan tingkat produktivitas budidaya, yang menyebabkan penurunan

    pendapatan petani kelapa sawit.

    Gulma menjadi masalah serius pada perkebunan kelapa sawit karena luasan

    perkebunana kelapa sawit cukup luas, sehingga membutuhkan waktu, biaya, dan

    tenaga kerja dalam pengendaliannya (Pasaribu, 2017). Menurut Sembodo (2010)

    secara umum terdapat enam cara pengendalian gulma, yaitu preventif atau

    pencegahan, mekanik atau fisik, kultur teknis, hayati, kimia, dan terpadu.

    Pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit umumnya dilakukan dengan

    tiga cara yaitu pengendalian gulma secara manual, pengendalian gulma secara

    kimia, dan pengendalian gulma secara kultur teknis. Pengendalian secara manual

    umumnya dilakukan dengan menggunakan alat seperti dibabat, dicangkul dan

    sebagainya, kemudian pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan

    menggunakan herbisida yang bersifat kontak maupun sistemik. Selanjutnya

  • 3pengendalian gulma secara kultur teknis, yaitu pengendalian gulma yang

    dilakukan dengan memanfaatkan tanaman penutup tanah yaitu LCC (Legume

    Cover Crop) atau tanaman jenis kacangan (Setyamidjaja, 2006).

    Pengendalian gulma secara kimia menggunakan herbisida merupakan cara yang

    paling umum dilakukan di perkebunan kelapa sawit karena relatif lebih efektif dan

    efisien (Setyamidjaja, 2006). Salah satu herbisida yang dapat digunakan untuk

    mengendalikan gulma pada lahan budidaya kelapa sawit adalah herbisida

    isopropilamina glifosat. Herbisida isopropilamina glifosat bersifat pasca tumbuh

    dan non selektif dalam mengendalikan gulma. Herbisida isopropilamina glifosat

    mengandung senyawa glifosat yang bersifat sistemik dalam merusak jaringan

    gulma.

    Herbisida glifosat pada umumnya lebih efektif untuk gulma tahunan. Herbisida

    glifosat diabsorbsi oleh daun dan ditranslokasikan dalam tumbuhan yang

    berlangsung secara sistemik, yaitu melalui jaringan hidup dan pembuluh utama

    floem menuju ke jaringan meristem. Pada dosis aplikasi yang cukup, bagian akar,

    rimpang, maupun umbi gulma akan rusak dan mati (Sriyani, 2010). Menurut

    Oktavia (2018) bahwa herbisida isopropilamina glifosat dengan dosis 1080-2520

    g ha-1 efektif untuk mengendalikan gulma total di perkebunan kelapa sawit

    menghasilkan (TM), sedangkan menurut Mukarromah (2014) herbisida glifosat

    dengan dosis 1080-2160 g ha-1 mampu menekan pertumbuhan gulma daun lebar

    di lahan kelapa sawit TBM. Berdasarkan sifat dan karakteristik dari herbisida

    isopropilamina glifosat, maka herbisida isopropilamina glifosat mampu

  • 4mendukung kegiatan pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit

    menghasilkan.

    1.2 Rumusan Masalah

    Pengujian efikasi herbisida isopropilamina glifosat adalah untuk menjawab

    rumusan masalah sebagai berikut:

    1. Berapa dosis herbisida isopropilamina glifosat yang mampu untuk

    mengendalikan gulma pada lahan budidaya kelapa sawit tanaman

    menghasilkan?

    2. Apakah aplikasi herbisida herbisida isopropilamina glifosat dapat

    mempengaruhi komposisi gulma pada area tanaman kelapa sawit

    menghasilkan?

    3. Apakah aplikasi herbisida isopropilamina glifosat dapat menyebabkan

    fitotoksisitas dan mempengaruhi komponen produksi pada tanaman kelapa

    sawit menghasilkan?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun adalah

    sebagai berikut:

    1. Mengetahui kemampuan herbisida isopropilamina glifosat dalam

    mengendalikan gulma pada lahan budidaya kelapa sawit tanaman

    menghasilkan.

    2. Mengetahui komposisi gulma pada lahan budidaya kelapa sawit tanaman

    mengahasilkan setelah dilakukan aplikasi herbisida isopropilamina glifosat.

  • 53. Mengetahui apakah terjadi fitotoksisitas dan mempengaruhi komponen

    produksi pada tanaman kelapa sawit menghasilkan yang disebabkan oleh

    aplikasi herbisida isopropilamina glifosat.

    1.4 Landasan Teori

    Gulma merupakan tumbuhan yang keberadaannya tidak diinginkan dan

    merugikan manusia. Gulma memilki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki

    oleh tanaman budidaya, salah satunya yaitu gulma mampu memproduksi biji

    dalam jumlah yang banyak sehingga pertumbuhan populasinya cukup besar

    (Sembodo, 2010).

    Menurut Umiyati dan Kurniadie (2016) pertumbuhan dan penyebaran gulma di

    suatu daerah dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tumbuh gulma, kultur teknis,

    dan jenis tanaman yang dibudidayakan. Di perkebunan kelapa sawit

    menghasilkan, umumnya gulma yang tumbuh di piringan merupakan gulma yang

    toleran terhadap naungan karena tajuk tanaman yang sudah menutup pertumbuhan

    gulma akibat cahaya matahari yang sampai ke permukaan tanah berkurang.

    Berdasarkan penelitian Meilin (2008) gulma yang mendominasi lahan perkebunan

    kelapa sawit berumur 5 tahun adalah Asystasia gangetica, Panicum repens, dan

    Borreria alata.

    Pengendalian gulma merupakan kegiatan penanganan dan bersifat antisipatif

    terhadap dampak buruk yang mungkin terjadi karena pertumbuhan gulma diarea

    budidaya. Pada area lahan kelapa sawit yang luas, pengendalian gulma secara

    kimia dengan menggunakan herbisida menjadi pilihan terbaik untuk dilakukan

  • 6(Lubis dan Widanarko, 2011). Herbisida merupakan bahan kimia atau kultur

    hayati yang dapat menghambat pertumbuhan bahkan mematikan tumbuhan.

    Herbisida dapat mempengaruhi sistem metabolisme pada tumbuhan seperti proses

    pembelahan sel, perkembangan jaringan, pembentukan klorofil, fotosintesis, dan

    sebagainya yang sangat diperlukan tumbuhan untuk mempetahankan

    kelangsungan hidupnya (Sembodo, 2010).

    Herbisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan gulma salah satunya adalah

    herbisida glifosat. Glifosat memiliki mekanisme kerja secara sistemik dan

    bersifat non selektif, yang diaplikasikan pasca tumbuh dalam kegiatan

    pengendalian gulma. Glifosat diabsorbsi oleh jaringan daun, dan dengan cepat

    didistribusikan ke seluruh jaringan gulma. Secara umum glifosat tersedia pada

    produk pertanian dalam bentuk garam ammonium dimetilamin, isopropilamina,

    atau kalium (Supawan dan Haryadi, 2014).

    Glifosat merupakan penghambat 5-enolpyruvyl-shikimate-3-phosphonate synthase

    (EPSPS), yaitu enzim yang mempengaruhi biosintesis asam aromatik. Dengan

    adanya glifosat, sintesis asam amino yang penting untuk pembentukan protein

    akan terhambat (Tomlin, 2009). Menurut Sriyani (2010) glifosat sangat efektif

    mengendalikan gulma rumput dan daun lebar yang mempunyai perakaran dalam

    dan diaplikasikan sebagai herbisida pascatumbuh.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa, herbisida berbahan aktif Isoproilamina

    Glifosat 250 SL efektif mengendalikan gulma jenis gramineae yaitu jenis gulma

    rumput-rumputan, salah satunya yaitu gulma Paspalum conjugatum. (Pasaribu,

    2017). Sedangkan menurut Girsang (2005) herbisida glifosat efektif dalam

  • 7mengendalikan gulma Imperata cylindrica. Gulma Imperata cylindrica.

    berkembang biak menggunakan rhizoma dan biji. Rhizoma terletak didalam tanah

    dengan kedalaman 0-20 cm, morfologi inilah yang membuat gulma ini sulit untuk

    dikendalikan dengan herbisida kontak sehingga herbisidaa sistemik yang mampu

    mengendalikan, salah satunya yaitu herbisida glifosat.

    Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit menghasilkan dengan

    menggunakan herbisida glifosat umumnya tidak menyebabkan fitotoksisitas

    tanaman. Fitotoksisitas tanaman dipengaruhi oleh bebrapa faktor seperti cara

    aplikasi, tinggi rendah tanaman, serta faktor lingkungan saat aplikasi. Tanaman

    kelapa sawit menghasilkan berukuran lebih tinggi sehingga potensi terkena

    keracunan akibat herbisida rendah, hal ini disebabkan oleh posisi daun yang jauh

    dengan area aplikasi (Adnan, 2012)

    Menurut Nurjannah (2003) perubahan komposisi gulma terjadi setelah aplikasi

    herbisida sehingga dapat dikatakan bahwa pengendalian gulma dengan herbsida

    mengakibatkan terjadinya perubahan komposisi gulma. Menurut Hastuti et al.,

    (2015) perubahan komposisi gulma dipengaruhi oleh kompetisi antar gulma,

    kemampuan gulma untuk berkembang biak, dan pengendalian gulma.

    1.5 Kerangka Pemikiran

    Kelapa sawit merupakan komoditas tanaman penting bagi sektor pertanian

    khususnya dalam bidang perkebunan di Indonesia. Olahan kelapa sawit yang

    menghasilkan berbagai macam produk industrial, menciptakan permintaan pasar

    yang tinggi terhadap kelapa sawit. Tingginya permintaan pasar terhadap kelapa

  • 8sawit memicu kegiatan petani dalam meningkatkan produksi kelapa sawit yang

    dibudidayakan. Budidaya tanaman kelapa sawit memiliki banyak kendala dalam

    mencapai produksi optimal. Salah satu faktor pembatas yang menjadi kendala

    didalam kegiatan budidaya kelapa sawit adalah pertumbuhan gulma yang tidak

    terkendali diarea budidaya.

    Gulma yang tumbuh di area budidaya kelapa sawit menyebabkan efektifitas dan

    kuantitas penyerapan hara dan air oleh kelapa sawit menurun. Penurunan

    penyerapan hara dan air tersebut disebabkan oleh kompetisi dengan gulma yang

    tumbuh di lahan budidaya. Selain itu tingkat pertumbuhan dan penyebaran gulma

    yang luas akan menjadi masalah serius dalam kegiatan pemeliharaan,

    pengawasan, pemanenan dan transportasi di area budidaya kelapa sawit tanaman

    menghasilkan. Pengendalian gulma perlu dilakukan untuk meminimalisasi

    dampak buruk yang disebabkan oleh gulma.

    Pengendalian gulma pada budidaya kelapa sawit umunya dilakukan secara kimia

    yaitu dengan menggunakan herbisida. Pengendalian gulma secara kimia

    umumnya dipilih karena praktis, efektif, dan efisien dalam penerapanya. Salah

    satu herbisida yang dapat digunakan dalam mengendalikan gulma pada budidaya

    kelapa sawit tanaman menghasilkan adalah herbisida isopropilamina glifosat.

    Herbisida isopropilamina glifosat sebagai bahan aktif memiliki sifat pasca tumbuh

    dan non selektif dalam menekan pertumbuhan dan perkembangan gulma.

    Karakteristik bahan aktif tersebut efektif dalam menekan pertumbuhan gulma

    dengan variasi jenis dan tingkat penyebaran gulma yang tinggi pada area

    budidaya. Keracunan pada tanaman kelapa sawit menghasilkan setelah

  • 9penggunaan herbisida glifosat umumnya tidak terjadi, hal ini disebabkan karena

    ukuran tanaman yang lebih tinggi dan posisi daun jauh dari area aplikasi sehingga

    aman untuk digunakan pada perkebunan kelapa sawit menghasilkan. Efektifitas

    bahan aktif dari herbisida glifosat tersebut berpotensi menjadi solusi yang baik

    untuk mengatasi masalah yang disebabkan oleh gulma diarea budidaya kelapa

    sawit. Diagram alur kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

  • 10

    Gambar 1. Diagram alur kerangka pemikiran

    1. Persainganantara tanamanpokok dangulma.

    2. Mempengaruhipemeliharaan,pengawasan,pemanenan, dantransportasi.

    PengendalianBerhasil

    PengendalianTidak Berhasil

    PemilihanBahan Aktif

    Glifosat

    Dosis Aplikasi

    Pengendalian Gulma Tanpa Pengendalian

    Perkebunan Kelapa Sawit

    Gulma

    Manual Kimiawi KulturTeknis

    Efisiensi

    DosisRekomendasi

    Produksi KelapaSawit

    Tidak TerjadiFitotoksisitas

    EfikasiGulma

    PerubahanKomposisi Gulma

  • 111.6 Hipotesis

    Berdasarkan kerangka pemikiran, disimpulkan hipotesis sebagai berikut :

    1. Herbisida isopropilamina glifosat dengan dosis 735–1470 g ha -1 mampu

    mengendalikan gulma pada perkebunan kelapa sawit menghasilkan (TM).

    2. Aplikasi herbisida isopropilamina glifosat menyebabkan perubahan

    komposisi gulma pada perkebunan kelapa sawit menghasilkan (TM).

    3. Herbisida isopropilamina glifosat dengan dosis yang diaplikasikan tidak

    menyebabkan keracunan dan tidak mempengaruhi komponen produksi

    tanaman kelapa sawit menghasilkan.

  • 12

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tanaman Kelapa Sawit

    Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas tanaman perkebunan

    penting dalam sektor pertanian di Indonesia. Kelapa sawit merupakan tanaman

    perkebunan dengan taksonomi sebagai berikut ini:

    Devisi : Spermatophyta

    Subdivisi : Angiospermae

    Kelas : Monocotyledonae

    Ordo : Pelmales

    Famili : Palmaceae

    Genus : Elaeis

    Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

    Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan daerah tropis. Tanaman

    kelapa sawit pada pertumbuhannnya menghendaki keadaan antara lain curah

    hujan 1.500-4.000 mm per tahun, suhu optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit

    yaitu 240C- 280C. Kelapa sawit menghendaki kelembaban udara sekitar 80% dan

    penyinaran matahari 5-7 jam per hari. Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan

    kelapa sawit yaitu tanah latosol, podsolik merah kuning, hidromorf, dan organosol

    atau gambut (Setyamidjaja, 2006).

  • 13Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang termasuk kedalam tanaman

    monoecious atau disebut juga dengan tanaman berumah satu, yaitu tanaman yang

    memilki bunga jantan dan betina dalam satu pohon yang masing-masing terangkai

    dalam satu tandan. Bentuk bunga jantan tanaman kelapa sawit yaitu lonjong

    memanjang dengan ujung kelopak meruncing dan garis tengah bunga lebih kecil.

    Sedangkan bentuk bunga betina agak bulat dengan ujung kelopak agak rata

    dengan garis bunga lebih besar. Tanaman kelapa sawit tidak berbuku, dan

    memilki bentuk akar yaitu akar serabut. Batang tanaman kelapa sawit tidak

    berkambium dan tidak memilki cabang. Tanaman kelapa sawit memilki daun

    dengan tulang daun sejajar, dan berisirip genap (Suwarto et al., 2014).

    Tanaman kelapa sawit mulai menghasilkan pada umur 24 sampai 30 bulan setelah

    ditanam di lapang, dan mampu mengasilkan tandan hingga 15 tandan/tahun

    dengan berat mencapai 15 – 25 kg. Buah kelapa sawit normalnya memerlukan

    waktu 20 - 22 minggu untuk proses kematangan buah. Kematangan buah kelapa

    sawit dapat diartikan sebagai tercapainya akumulasi maksimum minyak yang

    terkadung dalam satu buah, dan seluruh buah dalam tandan (Razali et al., 2012)

    Buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan bergerombol

    pada tandan buah. Jumlah per tandan dapat mencapai 1.600, berbentuk lonjong

    sampai membulat. Panjang buah 2-5 cm, beratnya 15-30 gram. Bagian-bagian

    buah terdiri atas kulit buah (exocarp), sabut dan biji (mesocarp). Eksokarp dan

    mesokarp disebut perikarp (pericarp). Biji terdiri atas cangkang (endocarp) dan

    inti (kernel), sedangkan untuk inti sendiri terdiri atas endosperm atau putih

    lembaga dan embrio. Dalam embrio terdapat bakal daun (plumula), bakal akar

  • 14(radicula) dan haustorium (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Menurut

    Sastrosayono (2003) buah yang matang dibedakan atas matang morfologis yaitu

    buah telah sempurna bentuknya serta kandungan minyaknya sudah optimal

    sedangkan matang fisiologis adalah buah yang sudah matang sempurna yaitu telah

    siap untuk tumbuh dan berkembang.

    Kelapa sawit banyak dibudidayakan oleh petani dan perusahaan besar karena

    kelapa sawit memberikan beberapa manfaat dan keuntungan. Kelapa sawit

    menyumbang devisa negara secara signifikan dalam kegiatan perdagangan

    khususnya ekspor produk bahan mentah dan olahan. Indonesia menjadi salah satu

    negara produsen kelapa sawit dengan jumlah produksi tertinggi di dunia, sehingga

    stabilitas pasar kelapa sawit di dunia tidak dapat terlepas dari peran serta

    perdagangan sawit yangbersumber dari pertanian Indonesia (Nasamsir dan Mei,

    2016).

    Data Direktorat Jenderal Perkebunan Republik Indonesia pada tahun 2013

    mencatat, bahwa Indonesia telah melakukan ekspor kelapa sawit dengan jumlah

    volume 20.572.200 ton, dengan nilai ekpor mencapai 15.8.trilyun USD. Total

    luas lahan kelapa sawit pada tahun 2013 adalah seluas 9.149.919 ha. Produk

    olahan kelapa sawit secara umum bersumber dari tandan segar yang diolah

    menjadi berbagai macam produk industrial. Produk yang bersumber dari kelapa

    sawit secara umum meliputi Cruide Palm Oil (CPO), minyak goreng, sabun,

    kosmetik, dan sedang berkembang dalam bidang energi ramah lingkungan

    (Prasetyo dan Sofyan, 2016).

  • 15Permintaan pasar yang tinggi yang didukung dengan perkembangan industri

    kelapa sawit di Indonesia akan mendorong petani melakukan budidaya kelapa

    sawit secara optimal. Budidaya kelapa sawit yang optimal bertujuan untuk

    meningkatkan produktifitas dan produksi kelapa sawit baik secara kualitas

    maupun kuantitas. Usaha untuk meningkatkan produktifitas dan produksi kelapa

    sawit dapat dilakukan dengan melakukan pemeliharaan kebun kelapa sawit,

    terutama pada periode tanaman menghasilkan (TM). Salah satu usaha

    pemeliharaa dalam budidaya kelapa sawit adalah pengendalian gulma (Sarjono

    dan Sofyan, 2017).

    2.2 Gulma pada Perkebunan Tanaman Kelapa Sawit

    Menurut Evizal (2014) dalam usaha perkebunan gulma menjadi masalah serius

    sejak pembibitan, persiapan lahan, hingga saat produksi ketika panen. Gulma

    pada perkebunan tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat menyebabkan

    tanaman budidaya tidak tumbuh dengan baik bahkan kematian, sedangkan gulma

    pada perkebunan tanaman menghasilkan (TM) dapat menyebabkan penurunan

    produktivitas.

    Menurut Setyamidjaja (2006), secara umum gulma yang tumbuh diarea budidaya

    kelapa sawit dikelompokan menjadi gulma berbahaya dan gulma kurang

    berbahaya. Gulma berbahaya merupakan gulma yang memiliki tingkat atau daya

    saing yang tinggi terhadap tanaman utama, meliputi Imperata cylindrica., Micania

    sp., Panicum repens., Lantana camara., Cyperus rotundu.s, dan Chromolaena

    ordata. Sedangkan gulma yang dikelompokan dalam gulma tidak berbahaya yaitu

    gulma yang memiliki tingkat daya saing yang relatif rendah. Gulma yang kurang

  • 16berbahaya pada budidaya kelapa sawit meliputi Ageratum conyzoides., Paspalum

    conjugatum., dan Nepholephis biserrata. Menurut Prasetyo (2016) pada

    perkebunan kelapa sawit gulma yang mendominasi di areal TM tua adalah gulma

    Axonopus compressus., kemudian gulma dominan pada areal TM muda adalah

    gulma Cynodon dactylon.

    Gulma pada perkebunan kelapa sawit dapat menimbulkan kerugian seperti

    menurunkan jumlah hasil (kuantitas), menurunkan mutu hasil (kualitas), dapat

    meracuni tanaman (alelopati), menurunkan nilai tanah, menghambat penggunaan

    alat mekanik, menjadi inang hama dan penyakit, serta dapat menambah biaya

    produksi (Sembodo, 2010).

    2.3 Pengendalian Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit

    Pengendalian gulma di areal perkebunan kelapa sawit merupakan kegiatan

    pemeliharaan tanaman. Gulma pada perkebunan kelapa sawit apabila

    keberadaannya tidak dikendalikan dapat menyebabkan gulma tumbuh subur dan

    menganggu tanaman pokok, sehingga menyebabkan keadaan kebun menjadi

    rimbun dan lembab. Pengendalian gulma pada kebun kelapa sawit TM

    dimaksudkan untuk mengurangi terjadinya persaingan terhadap tanaman pokok,

    memudahkan pelaksaan pemeliharaan, dan mencegah berkembangnya hama dan

    penyakit tertentu (Setyamidjaja, 2006).

    Pengendalian gulma dilakukan di empat lokasi areal perkebunan kelapa sawit,

    yaitu di piringan, di gawangan, pasar pikul (pasar rintis), dan tempat pengumpulan

    hasil (TPH) (Tammara, 2012). Pengendalian gulma pada piringan bertujuan

  • 17untuk mengurangi persaingan antara tanaman utama dan gulma serta

    meningkatkan efektifitas pekerjaan panen, pemupukan dan pekerjaan pengawasan.

    Biasanya pengendalian gulma umum dilakukan jika kondisi penutupan gulma

    telah mencapai 30% sampai 50% pada piringan kelapa sawit (Barus, 2003).

    Kemudian pengendalian gulma pada gawangan dilakukan untuk mengurangi

    kompetisi hara, air, dan sinar matahari, serta menekan pertumbuhan dan

    penyebaran hama dan penyakit. Pengendalian gulma di pasar rintis berfungsi

    untuk sebagai jalan panen, lansir pupuk, pemberantasan hama dan penyakit, dan

    sebagai jalan kontrol. TPH adalah lokasi terakhir penyusunan buah yang telah

    dipotong dari pokok sebelum diangkut ke pabrik kelapa sawit. Kondisi TPH yang

    tidak terawat (gulmanya tidak dikendalikan) dapat meningkatkan jumlah

    kontaminasi sehingga dapat menurunkan mutu buah yang dihasilkan (Artanto dan

    Lontoh, 2008).

    Pengendalian gulma diperkebunan kelapa sawit umumnya dilakukan dengan tiga

    cara yaitu, pengendalian secara manual, pengendalian secara kimia, dan

    pengendalian secara kultur teknis. Pengendalian gulma di perkebuanan kelapa

    sawit secara manual yaitu dengan menggunakan peralatan atau secara

    konvensional misalnya dengan menggunakan cangkul, membabat, dan

    membongkar. Kemudian pengendalian gulma secara kimia yaitu dilakukan

    dengan cara menggunakan herbisida yang bersifat kontak maupun sistemik.

    Sedangkan pengendalian gulma secara kultur teknis yaitu dengan menggunakan

    tanaman penutup tanah jenis kacangan (Tim Bina Karya Tani, 2009).

  • 18Menurut Lubis (2008) pengendalian gulma secara manual dilakukan di gawangan,

    piringan, pasar rintis dan TPH. Pengendalian dilakukan dengan cara membabat

    dan menggaruk, akan tetepi pada tanah yang mudah terkena erosi akan merusak

    tanah. Pengendalian gulma secara manual dapat menimbulkan cekungan tanah,

    merusak akar, membutuhkan biaya yang mahal dan tidak efektif dilakukan pada

    musim hujan. Pengendalian gulma secara manual dilakukan untuk mengendalikan

    jenis gulma berkayu dengan cara memotong dan membongkar gulma agar tidak

    tumbuh kembali (Pahan, 2008)

    Pengendalian gulma secara kimia merupakan metode pengendalian yang paling

    sering digunakan di perkebunan kelapa sawit. Pengendalian gulma secara kimia

    dilakukan dengan menggunakan herbisida. Penggunaan herbisida dirasa lebih

    menguntungkan karena beberapa alasan, antara lain lebih efisiensi penggunaan

    waktu dan tenaga kerja, ekonomis (biaya pengendalian relatif murah), pilihan

    banyak tersedia di pasar dan mudah didapat, dapat mengendalikan gulma yang

    sulit, hasil cepat terlihat, dan memiliki daya kendali yang baik. Pengendalian

    gulma menggunakan herbisida mampu mengendalikan gulma hingga 3 bulan

    dengan daya kendali yang sebanding dengan penyiangan manual yang lebih

    memerlukan waktu, tenanga, dan biaya (Sriyani, 2010).

    2.4 Herbisida Glifosat

    Herbisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan gulma

    yang mengganggu tanaman budidaya. Bahan aktif yang terkandung didalam

    herbisida mampu menghambat dan mematikan pertumbuhan dan perkembangan

    gulma. Salah satu bahan aktif dalam herbisida yang dapat digunakan untuk

  • 19mengendalikan berbagai macam gulma adalah glifosat. Secara umum glifosat

    tersedia pada produk pertanian dalam bentuk garam ammonium dimetilamin,

    isopropilamina, atau kalium (Supawan dan Haryadi, 2014).

    Rumus bangun senyawa glifosat secara umum terdiri dari (C3H8NO5P), dengan

    rangkaian yang dapat dilihat pada Gambar 1.

    Gambar 2. Rumus bangun glifosat (Williams et al., 2000).

    Glifosat merupakan penghambat 5-enolpyruvyl-shikimate-3-phosphonate synthase

    (EPSPS), yaitu enzim yang memengaruhi biosintesis asam aromatik. Dengan

    adanya glifosat, sintesis asam amino yang penting untuk pembentukan protein

    akan terhambat (Tomlim, 2009). Menurut Girsang (2005) cara kerja herbisida ini

    adalah secara sistemik, sehingga dapat mematikan seluruh bagian gulma termasuk

    akar dan bagian vegetatif di dalam tanah. Hal ini terjadi karena partikel herbisida

    yang bersifat racun ditranslokasikan dari daun sampai ke bagian akar di dalam

    tanah. Herbisida berbahan aktif glifosat memiliki tipe formulasi aqua solution

    yang berbentuk kepekatan berwarna kuning kecoklatan yang larut dalam air.

    Menurut penelitian Girsang (2005), herbisida glifosat merupakan herbisida yang

    efektif untuk mengendalikan gulma golongan rumput hingga 2 bulan setelah

  • 20aplikasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian glifosat mampu

    mengendalikan gulma golongan rumput dari 4 MSA sampai 12 MSA. Sedangkan

    menurut Mukarromah (2014) herbisida glifosat dengan dosis 1080-2160 g ha-1

    mampu menekan pertumbuhan gulma daun lebar dilahan kelapa sawit TBM pada

    4 dan 8 MSA, gulma rumput ditekan pada 12 MSA, dan gulma teki ditekan pada 4

    MSA

    Herbisida glifosat dapat mempengaruhi pigmen sampai terjadi klorosis,

    pertumbuhan terhenti dan tumbuhan dapat mati. Herbisida ini juga menghambat

    lintasan biosintetik asam amino aromatik (Ariyani dan Junaidi, 2007). Sedangkan

    menurut Sriyani (2016) gejala yang akan ditimbulkan pada gulma yang

    diaplikasikan herbisida glifosat adalah menjadi layu, berwarna kuning, berwarna

    coklat, mengering, dan kemudian mati. Pada dosis aplikasi yang cukup, bagian

    akar, rimpang, maupun umbi gulma akan rusak dan mati.

    Menurut Girsang (2005) herbisida glifosat memilki kelemahan yaitu dalam

    mengendalikan gulma Cyrtoccocum acrencens. membutuhkan waktu yang cukup

    lama. Kemampuan meracuni ini disebabkan oleh gulma Cyrtoccocum acrencens.

    memiliki bulu halus yang terdapat di daun sehingga herbisida mengalami

    hambatan untuk masuk melalui daun. Selain itu herbisida glifosat juga kurang

    efektif untuk mengendalikan gulma Nephrolevis biseratta hal ini disebabkan oleh

    morfologi dan anatomi dari gulma Nephrolevis biseratta Gulma Nephrolevis

    biseratta merupakan tumbuhan jenis pakis-pakisan yang banyak mengandung air

    dan tubuhnya dipenuhi bulu-bulu halus sebagai protektor. Menurut Sukman dan

  • 21Yakup (1995) gulma Nephrolevis biseratta. mengandung banyak air sehingga

    membutuhkan dosis herbisida yang lebih tinggi untuk mengendalikannya.

    Menurut Tomlim (2010) glifosat diaplikasikan sebagai herbisida pascatumbuh

    yang bersifat sistemik, yang diserap oleh daun tumbuhan, namun akan segera

    tidak aktif apabila masuk kedalam tanah. Sehingga herbisida glifosat yang

    diaplikasikan tidak mencemari lingkungan karena herbisida glifosat mudah

    terdegradasi didalam tanah. Menurut Fan et al., (2012) bakteri mendegradasi

    glifosat melalui 2 cara yaitu melalui jalur sarkosin dan asam aminometilfosfonat

    (AMPA). Bakteri memutuskan ikatan C-P dari glifosat menghasilkan fosfonat

    dan sarkosin. Selanjutnya fosfonat digunakan oleh bakteri sebagai sumber fosfor

    untuk kehidupannya sedangkan sarkosin digunakan sebagai sumber karbon untuk

    menghasilkan glisin. Selain itu, bakteri memutuskan ikatan C-N pada struktur

    glifosat dan memanfaatkannya sebagai sumber karbon dengan menghasilkan

    AMPA (Widowati et al., 2017).

    2.5 Fitotoksisitas

    Fitotoksisitas merupakan tingkat keracunan tanaman pokok yang disebabkan oleh

    aplikasi herbisida. Menurut Umiyati (2018) secara umum tanaman yang

    keracunan akibat aplikasi herbisida menunjukan gejala yaitu klorisis, nekrosis,

    dan pertumbuhan tidak normal bahkan dapat menyebabkan kematian tanaman.

    Pengamatan fitotoksisitas yang dilakukan pada tanaman kelapa sawit berfungsi

    untuk mengetahui respon yang diberikan tanaman akibat aplikasi herbisida. Pada

  • 22tanaman kelapa sawit gejala keracunan yang ditimbulkan yaitu pelepah pecah,

    pelepah mmenggulung, kanopi tanaman muda menggulung, dan pelepah paling

    bawah jatuh.

    Fitotoksisitas tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti cara aplikasi,

    tinggi rendah tanaman, serta faktor lingkungan saat aplikasi. Tanaman yang

    berukuran lebih rendah berpotensi tinggi terkena keracunan akibat herbisida, hal

    ini disebabkan oleh posisi daun yang dekat dngan area aplikasi. Selain itu,

    kondisi lingkungan seperti udara mampu menjadi vektor penyebaran herbisida

    pada tanaman pokok (Adnan, 2012).

    Menurut Mukaromah (2014) herbisida glifosat dengan dosis 1080-2160 g ha-1

    yang diaplikasikan pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan (TBM) tidak

    menimbulkan keracunan pada tanaman pokok. Hal ini sejalan dengan hasil

    penelitian Oktavia (2018) yang menyatakan herbisida glifosat dengan dosis 1080-

    2520 g ha-1 tidak menimbulkan keracunan pada tanaman pokok.

  • 23

    III. BAHAN DAN METODE

    3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit petani di Desa Srimulyo

    Kenanga Sari, Kecamatan Seputih Surabaya, Kabupaten Lampung Tengah dan di

    Laboratorium Gulma Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Juli 2018.

    3.2 Alat dan Bahan

    Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini knapsack sprayer semi automatic,

    nozel biru, gelas ukur, pipet, rubber bulb, nampan, ember, cangkul, arit,

    timbangan, oven, kuadran ukuran 0,5 m x 0,5 m, kuas, dan alat tulis. Bahan yang

    digunakan dalam penelitian ini yaitu kantong plastik, kantong kertas, areal

    perkebunan kelapa sawit tanaman menghasilkan (TM) yang seragam berumur 6

    tahun, air, cat kayu, dan herbisida berbahan aktif isopropilamina glifosat 490 g l-1.

    3.3 Metode Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak kelompok

    (RAK) dengan 6 perlakuan dalam 4 ulangan. Satuan percobaan terdiri dari 3

    tanaman kelapa sawit menghasilkan (TM). Satuan perlakuan dalam penelitian ini

    dapat dilihat pada Tabel 1 yaitu :

  • 24Tabel 1. Satuan perlakuan efikasi herbisida isopropilamina glifosat

    No. PerlakuanDosis Formulasi

    (l ha-1)Dosis Bahan Aktif

    (g ha-1)1. Isopropilamina glifosat 1,5 735

    2. Isopropilamina glifosat 2 980

    3. Isopropilamina glifosat 2,5 1225

    4. Isopropilamina glifosat 3 1470

    5. Penyiangan Manual - -

    6. Kontrol - -

    Homogenitas ragam akan diuji menggunakan uji Bartlett, dan additifitas data diuji

    dengan uji Tukey. Jika hasil uji memenuhi asumsi, dilakukan analisis sidik ragam

    dan uji nilai tengah dengan uji Beda NyataTerkecil (BNT) taraf 5%.

    3.4 Pelaksanaan Penelitian

    3.4.1 Pemilihan Lokasi

    Pemilihan lokasi penelitian ini dilakuan pada kebun kelapa sawit rakyat tanaman

    menghasilkan yang berumur 6 tahun dengan kondisi penutupan gulma yang

    seragam pada piringan tidak kurang dari 75%.

    3.4.2 Pembuatan Petak Perlakuan

    Petak perlakuan dilakukan dengan membuat petak sebanyak 6 perlakuan dengan 4

    ulangan, dalam satu petak terdiri dari 3 piringan tanaman kelapa sawit. Piringan

    tanaman kelapa sawit yang akan diaplikasikan herbisida berjari-jari 1,5 meter.

    Jarak antar satuan petak dipisahkan dengan satu tanaman kelapa sawit. Tata letak

    petak dapat dilihat pada Gambar 3.

  • 25

    II IV

    I III

    Keterangan:P1 : Perlakuan isopropilamina glifosat 735 g ha-1

    P2 : Perlakuan isopropilamina glifosat 980 g ha-1

    P3 : Perlakuan isopropilamina glifosat 1.225 g ha-1

    P4 : Perlakuan isopropilamina glifosat 1.470 g ha-1

    P5 : Penyiangan manualP6 : Kontrol

    Gambar 3. Tata Letak Percobaan

    3.4.3 Aplikasi Herbisida

    Aplikasi herbisida isopropilamina glifosat dilakukan dengan kalibrasi

    menggunakan metode luas untuk menentukan volume semprot herbisida pada satu

    petak perlakuan. Volume semprot yang digunakan yaitu sebesar 566 l ha-1.

    Dosis herbisida per satuan petak percobaan dihitung dengan cara sebagai berikut:

    Dosis Herbisida = . x dosis formulasiDosis herbisida pada setiap perlakuan kemudian dilarutkan dengan air hasil yang

    didapatkan dari kalibrasi. Larutan herbisida kemudian disemprotkan pada gulma

    yang terdapat dipiringan tanaman kelapa sawit secara merata. Aplikasi herbisida

    dilakukan pada pagi hari tanpa hujan minimal 4 jam setelah aplikasi.

  • 263.4.4 Penyiangan Manual dan Kontrol

    Penyiangan manual dilakukan untuk mengetahui perbandingan pengaruh aplikasi

    herbisida isopropilamina glifosat pada tanaman kelapa sawit menghasilkan (TM).

    Penyiangan manual dilakukan pada saat 0 MSA bersamaan dengan dilakukan

    aplikasi herbisida. Penyiangan manual dilakuan menggunakan cangkul dengan

    cara dikoret. Sedangkan pada perlakuan kontrol, gulma petak perlakuan dibiarkan

    atau tanpa perlakuan.

    3.5 Pengamatan

    3.5.1 Pengamatan Gulma

    3.5.1.1 Bobot Kering Gulma

    Bobot kering gulma diukur dengan mengambil sampel gulma pada 4, 8, dan 12

    MSA. Sampel gulma diambil pada piringan kelapa sawit pada setiap petak

    perlakuan dengan menggunakan kuadran 0,5m x 0,5m,dengan cara gulma yang

    berada didalam kuadran dipotong tepat setinggi permukaan tanah. Pengambilan

    sampel gulma dilakukan di dua titik yang berbeda untuk setiap perlakuan dan

    setiap waktu pengambilan sampel gulma. Pengambilan sampel gulma dapat

    dilihat pada Gambar 4.

  • 27

    Keterangan :

    : Piringan tanaman kelapa sawit yang dikendalikan

    : Tanaman kelapa sawit

    : Petak kuadran pengambilan sampel gulma 4 MSA

    : Petak kuadran pengambilan sampel gulma 8 MSA

    : Petak kuadran pengambilan sampel gulma 12 MSA

    Gambar 4. Petak pengambilan sampel gulma

    Gulma yang diambil pada setiap perlakuan kemudian dikelompokkan pada setiap

    spesies, lalu dikeringkan menggunakan oven selama 48 jam dengan suhu 800C,

    kemudian bobot keringgulma ditimbang. Bobot kering gulma selanjutnya

    dianalisi menggunakan statistika untuk mendapatkan kesimpulan mengenai

    keberhasilan efikasi herbisida. Bobot kering gulma yang diamati yaitu bobor

    kering gulma total, per golongan dan gulma dominan.

    3.5.1.2 Summed Dominance Ratio (SDR)

    Perhitungan SDR dilakukan dengan menggunakan bobot kering gulma yang

    bertujuan untuk menentukan jenis dan urutan gulma dominan pada lahan kelapa

    sawit tanaman menghasilkan. Menurut Tjitrosoedirdjo et al., (1984). nilai SDR

    dapat dihitung menggunakan rumus :

    1

    2

    3

    1

    2

    3

    1

    2

    3

    1

    2

    3

  • 28a) Dominansi Mutlak (DM)

    Dominansi mutlak dihitung dari bobot kering gulma petak tertentu dari setiap

    petak contoh.

    b) Dominansi Nisbi (DN)

    Dominansi Nisbi (DN) = x 100%

    c) Frekuensi Mutlak

    Frekuensi mutlak merupakan jumlah kemunculan gulma tertentu pada setiap

    ulangan.

    d) Frekuensi Nisbi (FN)

    Frekuensi Nisbi (FN) = x 100%e) Nilai Penting (NP)

    Nilai penting (NP) = Dominansi Nisbi (DN) + Frekuensi Nisbi (FN)

    f) Summed Dominance Ratio (SDR)

    SDR = =

    3.5.1.3 Penekanan Herbisida Terhadap Gulma

    Data bobot kering kemudian dikonversi dan dibuat grafik persen penekanan

    herbisida terhadap gulma, yaitu gulma total, per golongan, dan dominan.

    Penekanan herbisida terhadap gulma dapat dihitung dengan rumus :

    Penekanan = ( x 100

  • 293.5.1.4 Koefisien Komunitas

    Perhitungan koefisien komunitas dilakukan untuk menentukan perbedaan

    komposisi jenis gulma antar perlakuan. Koefisien komunitas dapat dihitung

    menggunakan rumus berdasarkan Tjitrosoedirdjo et al. (1984):

    C = x 100%Keterangan:C = Koefisien komunitasW = Jumlah nilai terendah dari pasangan SDR pada dua komunitas yang

    dibandingkana = Jumlah semua SDR dari komunitas Ib = Jumlah semua SDR dari komunitas II

    Nilai C menunjukkan kesamaan komposisi gulma antar perlakuan yang

    dibandingkan. Nilai C >75% menunjukkaan bahwa kedua komunitas yang

    dibandingkan memiliki tingkat kesamaan komposisi.

    3.5.2 Pengamatan Tanaman Kelapa Sawit

    3.5.2.1 Pengamatan Fitotoksisitas Kelapa Sawi

    Pengamatan fitotoksisitas tanaman kelapa sawit menghasilkan dilakukan pada saat

    2, 4, dan 6 MSA. Menurut Direktorat Pupuk dan Pestisida (2012) dalam metode

    standar pengujian efikasi herbisida, pengamatan fitotoksisitas tanaman dapat

    dilakukan dengan metode scoring sebagai berikut :

    0 = Tidak ada keracunan, 0 – 5 % bentuk dan atau warna daun dan atau

    pertumbuhan tanaman kelapa sawit tidak normal.

    1 = Keracunan ringan, >5 – 20 % bentuk dan atau warna daun dan atau

    pertumbuhan tanaman kelapa sawit tidak normal.

  • 302 = Keracunan sedang, >20 – 50 % bentuk dan warna daun dan atau

    pertumbuhan tanaman kelapa sawit tidak normal.

    3 = Keracunan berat, >50 – 75 % bentuk dan atau warna daun dan atau

    pertumbuhan tanaman kelapa sawit tidak normal.

    4= Keracunan sangat berat, >75 % bentuk dan atau warna daun dan

    pertumbuhan tanaman kelapa sawit tidak normal.

    3.5.2.2 Pengamatan Komponen Buah Kelapa Sawit

    Pengamatan komponen produksi kelapa sawit dilakukan dengan melakukan

    pengamatan terhadap bunga betina, bunga jantan, buah muda, dugan, dan buah

    tua. Pengamatan ini bertujuan untuk memprediksi produksi kelapa sawit selama 6

    bulan kedepan. Produksi tandan per pohon persemester dapat dihitung dengan

    rumus:

    Produksi Tandan/Pohon/Semester = Bunga betina+Buah Muda+Dugan+Buah Tua

  • 47

    V. SIMPULAN

    5.1 Simpulan

    Simpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

    1. Herbisida isopropilamina glifosat dosis 735-1470 g ha-1 mampu

    mengendalikan gulma total serta gulma golongan rumput (Axonopus

    compressus dan Ottochloa nodosa) pada 4-12 MSA, dan golongan daun lebar

    (Asystasia gangetica) dengan dosis 1470 g ha-1 pada 8 hingga 12 MSA.

    2. Herbisida isopropilamina glifosat dosis 735-1470 g ha-1 mengakibatkan

    terjadinya perubahan komposisi gulma 4-12 MSA dari gulma golongan

    rumput menjadi gulma daun lebar.

    3. Aplikasi herbisida isopropilamina glifosat dosis 735-1470 g ha-1 di piringan

    tanaman kelapa sawit tidak menyebabkan keracunan dan tidak mempengaruhi

    komponen produksi tanaman kelapa sawit menghasilkan.

  • 48

    DAFTAR PUSTAKA

    Adnan. 2012. Aplikasi Beberapa Dosis Herbisida Glifosat dan Paraquat padaSistem Tanpa Olah Tanah (TOT) serta Pengaruhnya terhadap Sifat KimiaTanah, Karakteristik Gulma dan Hasil Kedelai. J. Agrista. 16 (3) : 135-145.

    Apriadi, W., D. R. J. Sembodo,dan H., Susanto. 2013. Efikasi Herbisida 2,4-D TerhadapGulma Pada Budidaya Tanaman Padi Sawah (Oryza SativaL.). J.AgrotekTropika. 10 (2) : 79-84.

    Artanto, A. dan A.P. Lontoh. 2008. Pengendalian gulma dalam hubungannyadengan pemupukan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diKebun Gunung Kemasan Estate PT Bersama Sejahtera Sakti, MinamasPlantation, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Makalah Seminar ProgramStudi Agronomi dan Hortikultura. 5 hlm.

    Ariyani. D. dan Junaidi. A.B. 2007. Kuantifikasi Toksisitas Glifosat TerhadapPertumbuhan Fitoplankton Berdasarkan Konsentrasi Klorofil Dan CacaSelnya. J.Sains dan Terapan Kimia. 1(1): 11–19.

    Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan, Efektivitas dan EfisiensiAplikasi Herbisida. Kanisius. Yogyakarta (ID).

    Direktorat Pupuk dan Pestisida. 2012. Metode Standar Pengujian EfikasiHerbisida. Direktorat Sarana dan Prasarana Pertanian. Jakarta. 229 hlm.

    Evizal, R. 2014. Dasar-Dasar Produksi Perkebunan. Graha Ilmu. Yogyakarta.203 hlm.

    Fan, J., G. Yang, H. Zhao, G. Shi, Y. Geng, T. Hou, dan K. Tao. 2012. Isolation,identification and characterization of a glyphosate-degrading bacterium,Bacillus cereus CB4, from soil. Journal of Genetic and AppliedMicrobiology. 58: 263–271

    Girsang, W. 2005. Pengaruh tingkat dosis herbisida isopropilamina glifosat danselang waktu terjadinya pencucian setelah aplikasi terhadap efektivitaspengendalian gulma pada perkebunan karet (Havea brasiliensis) TBM.Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian. 3 (2): 31–36.

  • 49Hastuti, N. Y., D.R.J. Sembodo, dan R. Evizal. 2015. Efikasi herbisida amonium

    glufosinat gulma umum pada perkebunan karet yang menghasilkan[Hevea brasiliensis (Muell.) Arg]. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan.15 (1): 41-47.

    Hill, T.A., 1977. The Biology of Weed . Edward Arnold, London.

    Meilin, A. 2008. Pergeseran dominansi spesies gulma pada perkebunan kelapasawit setelah aplikasi herbisida sistemik. Jurnal Ilmiah UniversitasBatanghari Jambi. 8 (2) 58-66.

    Mukarromah, L., D.R.J. Sembodo, dan Sugiatno. 2014. Efikasi herbisida glifosatterhadap gulma di lahan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)belum menghasilkan. Jurnal Agrotek Tropika. 2 (3): 369–374.

    Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma dalam Sistem Pertanian. Raja Grafindo Persada.Jakarta.

    Nasamsir. dan Mei Indrayadi. 2016. Karakteristik Fisik dan Produksi KelapaSawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Tiga Agroekologi Lahan. J.MediaPertanian. 1 (2) 55 – 61.

    Nurjannah, U. 2003. Pengaruh dosis herbisida glifosat dan 2,4 D terhadappergeseran gulma dan tanaman kedelai tanpa olah tanah. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 5(1): 27-33.

    Oktavia, E., D.R.J. Sembodo, dan R. Evizal. 2014. Efikasi herbisida glifosatterhadap gulma umum pada perkebunan karet (Havea brasiliensis[Muell.] Arg) yang sudah menghasilkan. Jurnal Agrotek Tropika. 2 (3):382-387.

    Oktavia, K. 2019. Efikasi Herbisida Isopropilamina Glifosat terhadap GulmaPerkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) TanamanMenghasilkan Muda. Jurnal Agrotek Tropika. 3 (2) 369-374.

    Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit (Manajemen Agribisnis Huluhingga Hilir). Penabar Swadaya. Jakarta.

    Pasaribu, R., Wicaksono, dan Tyasmoro. 2017. Uji Lapangan Efikasi HerbisidaBerbahan Aktif IPA Glifosat 250 g l-1 pada Budidaya Kelapa SawitBelum Menghasilkan. Jurnal Produksi Tanaman. 5 (6) : 108-115.

    Prasetyo, H. dan Sofyan Z. 2016. Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit(Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Padang Halaban Sumatera Utara.J. Agrohorti. 4(1): 87-93.

  • 50Prawirosukarto, S., E, Syamsuddin., W, Darmosarkoro., dan A, Purba,. 2005.

    Tanaman Penutup Tanah dan Gulma pada Kebun Kelapa Sawit. PPKS.Medan. 74 hal

    Razali, M.H., A.S.M.A. Halim, S. Roslan. 2012. A Review on crop plantproduction and ripeness forecasting. Journal IJACS, 4 (2) : 54-63.

    Sari, C. 2002. Penggunaan glifosat 480 g/l dalam mengendalikan gulma padapiringan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) yang telahmenghasilkan. Skripsi. Institus Pertanian Bogor. Bogor. 53 hlm.

    Sarjono, B. Y. dan Sofyan Z. 2017. Pengendalian Gulma pada Perkebunan KelapaSawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Bangun Koling. J. Agrohorti.5(3) : 384 – 391.

    Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta

    Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Graha Ilmu. Yogyakarta.168 hlm.

    Setyamidjaja, D. 2006. Seni Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta.

    Singgalingging, D.R., D.R.J. Sembodo, dan N. Sriyani. 2014. Efikasi herbisidaglifosat untuk mengendalikkan gulma pada pertanaman kopi (Coffeacanephora) menghasilkan. Jurnal Agrotek Tropika. 2 (2) : 258-263.

    Setyohadi. 2010. Diktat Agroindustri Hasil Tanaman Perkebunan. USU Press,Medan.

    Sriyani, N. 2010. Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk MeningkatkanProduktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan. Pidato IlmiahPengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma dan Herbisida.Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

    Supawan, I. G. dan Haryadi. 2014. Efektivitas Herbisida IPA Glifosat 486 SLuntuk Pengendalian Gulma pada Budidaya Tanaman Karet (Heveabrasiliensis Muell. Arg) Belum Menghasilkan. J. Agrohorti. 2(1): 95-103.

    Suwarto, Y.,Octavianty, dan S. Hermawati. 2014.Top 15 Tanaman Perkebunan.Penebar Swadaya. Jakarta. 316 hlm.

    Tammara, E.Y. 2012. Manajemen pemanenan tandan buah segar kelapa sawit(Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate, PT Aneka IntipersadaMinamas Plantation Riau. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 73hlm.

  • 51Tjitrosoedirdjo, S., I.H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma di

    Perkebunan. Gramedia. Jakarta. 210 hlm.

    Tomlin, C. D. S. 2010. A World Compedium The Pesticide Manual. Fifteenth ed.British Crop Protection Council. English. 1606 p.

    Umiyati, dan K. Denny. 2018. Pengendalian Gulma Umum dengan HerbisidaCampuran (Amonium Glufosinat 150 g/l dan Metil Metsulfuron 5 g/l)pada Tanaman Kelapa Sawit TBM. J. Pen. Kelapa Sawit. (26)1: 29-35.

    Widowati, T., R.C.B. Ginting, U. Widyastuti, A. Nugraha, dan Ardiwinata. 2017.Isolasi dan identifikasi bakteri resisten herbisida glifosat dan paraquatdari rizosfer tanaman padi. Biopropal Industri. 8 (2): 63–70.

    Williams, G.M., R. Kroes, I.C. Munro. 2000. Safety evaluation and riskassessment of the herbicide Roundup and its active ingredient,glyphosate for human. Regulatory Toxicology and Pharmacology. 31 (2):117–165.

    Yanti, M., Indriyanto, dan Duryat. 2016. Pengaruh zat alelopati dari alang-alangterhadap pertumbuhan semai tiga spesies akasia. Jurnal Sylva Lestari.4(2):27–38.

    Cover.pdf1 - ABSTRAK (1.4).pdf3 - Sanwacana.pdf4 - DAFTAR ISI (1.5).pdf5 - BAB I-IV (1.11).pdfpengesahan.pdfpersetujuan.pdfmaria.pdf