EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM...

138
EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete chysosporium, Basillus circulans, Tricoderma reesei, DAN Saccharomyces cerevisiae) DALAM PROSES BIODELIGNIFIKASI RUMPUT GAJAH (Pannisetum Purpureum) DENGAN PENAMBAHAN UREA SKRIPSI NABILA QORINA FIRDAUS PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/1439 H

Transcript of EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM...

Page 1: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM

MIKROORGANISME (Phanerochaete chysosporium, Basillus

circulans, Tricoderma reesei, DAN Saccharomyces cerevisiae)

DALAM PROSES BIODELIGNIFIKASI RUMPUT GAJAH

(Pannisetum Purpureum) DENGAN PENAMBAHAN UREA

SKRIPSI

NABILA QORINA FIRDAUS

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/1439 H

Page 2: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM

MIKROORGANISME (Phanerochaete chysosporium, Basillus circulans,

Tricoderma reesei, DAN Saccharomyces cerevisiae) DALAM PROSES

BIODELIGNIFIKASI RUMPUT GAJAH (Pannisetum Purpureum)

DENGAN PENAMBAHAN UREA

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

NABILA QORINA FIRDAUS

1113096000008

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018 M/1439 H

Page 3: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete
Page 4: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete
Page 5: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete
Page 6: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

ABSTRAK

NABILA QORINA FIRDAUS. Efektivitas variasi inokulan konsorsium

mikroorganisme (Phanerochaete chysosporium, Basillus circulans, Tricoderma

reesei, DAN Saccharomyces cerevisiae) dalam proses biodelignifikasi rumput

gajah (Pannisetum purpureum)dengan penambahan urea. Dimbimbing oleh TRI

RETNO DYAH LARASATI dan DEDE SUKANDAR.

Lignoselulosa merupakan komponen utama dari biomassa yang terdapat

pada tanaman yang terbentuk dari proses fotosintesis, dengan produktivitas

mencapai 50x109

ton/tahun. Komponen utama lignoselulosa adalah selulosa,

hemiselulosa dan lignin. Tanaman yang memiliki kadar lignin yang cukup tinggi

yaitu rumput gajah. Rumput gajah (Pennisetum purpureum) memiliki nutrisi yang

sangat tinggi yaitu mengandung bahan kering sebanyak 19,9%, protein kasar

10,2%, lemak 1,6%, serat kasar 34,2%, dan abu 11,24%. Tujuan dari penelitian ini

adalah meningkatkan kualitas tanaman rumput gajah melalui biodelignifikasi

dengan metode fermentasi SSF menggunakan perlakuan F1 inokulan konsorsium

mikroorganisme (M1) = Phanerochaete chysosporium dan Basillus circulans,

(M2) = Phanerochaete chysosporium, Tricoderma reesei, dan Saccharomyces

cerevisiae dan F2 dengan adanya penambahan urea 2% (U1) dan tanpa dengan

penambahan urea (U0), peningkatan kadar protein dan glukosa, serta penurunan

kadar lignin sehingga kualitas biomassa rumput gajah dapat meningkat yang

difermentasi selama 16 hari. Variabel pengamatan terdiri dari pH, kadar air, bahan

organik, abu, aktivitas lignin peroksidase, aktivitas selulase, kadar ekstraktif,

kadar hemiselulosa, kadar protein terlarut, kadar lignin, selulosa, dan kadar

glukosa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fermentasi rumput gajah yang

paling baik dalam proses fermentasi SSF ini adalah sampel M2U1 dihari ke-12

dengan kadar lignin sebesar 1,08% ; kadar glukosa sebesar 12,69%; kadar

hemiselulosa sebesar 9,81 %; kadar selulosa sebesar 67,02%; dan kadar protein

terlarut sebesar 19,96% karena pada hari ke-12 kandungan nutrisi dan protein

masih baik dan konsorsium masih bekerja dengan baik dalam sampel.

Kata Kunci : Biodelignifikasi, rumput gajah, lignoselulosa

Page 7: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

ABSTRACT

NABILA QORINA FIRDAUS. Effectiveness of inoculant variations of

consortium of microorganisms (Phanerochaete chysosporium, Basillus circulans,

Tricoderma reesei, and Saccharomyces cerevisiae) in elephant grass

biodelignification process (Pannisetum purpureum) with the addition of urea.

Supervised by TRI RETNO DYAH LARASATI and DEDE SUKANDAR.

Lignocellulose is a major component of biomass found in plants formed

from photosynthesis, with productivity reaching 50x109 tons / year. The main

components of lignocellulose are cellulose, hemicellulose and lignin. Plants that

have high levels of lignin that is elephant grass. Elephant grass (Pennisetum

purpureum) has a very high nutrient that contains 19,9% dry matter, 10,2% crude

protein, 1,6% fat, crude fiber 34,2%, and ash 11,24%. The objective of this

research is to improve the quality of elephant grass plants through

biodelignification with SSF fermentation method using F1 inoculant treatment of

consortium of microorganisms (M1) = Phanerochaete chysosporium and Basillus

circulans, (M2) = Phanerochaete chysosporium, Tricoderma reesei, and

Saccharomyces cerevisiae and F2 with the addition urea 2% (U1) and without the

addition of urea (U0), increased levels of protein and glucose, and decreased

lignin levels so that the quality of elephant grass biomass can be increased

fermented for 16 days. Observational variables consisted of pH, moisture content,

organic matter, ash, lignin peroxidase activity, cellulase activity, extractives,

hemicellulose, dissolved protein, lignin, cellulose and glucose levels. The results

of this study indicate that the best elephant grass fermentation in the SSF

fermentation process is M2U1 sample on the 12th day with lignin level of 1,08%;

glucose levels of 12,69%; hemicellulose levels of 9,81%; cellulose content of

67,02%; and dissolved protein content of 19,96% because on the 12th day the

content of nutrients and protein is still good and the consortium is still working

well in the sample.

Keywords : Biodelignification, elephant grass, lignocellulose.

Page 8: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang SWT, karena berkat

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Efektivitas variasi inokulan konsorsium mikroorganisme (Phanerochaete

chysosporium, Basillus circulans, Tricoderma reesei, DAN Saccharomyces

cerevisiae) dalam proses biodelignifikasi rumput gajah (Pannisetum

purpureum) dengan penambahan urea”. Penulis menyadari bahwa

terselesaikannya proposal ini tak lepas dari bantuan banyak pihak. Pada

kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dra. Tri Retno Dyah Lestari, M.Si selaku Pembimbing I yang telah

memberikan pengarahan serta bimbingannya sehingga banyak membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Drs. Dede Sukandar, M.Si selaku Pembimbing II yang telah

memberikan pengarahan, bimbingannya serta dukungan sehingga

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. La Ode Sumarlin, M.Si sebagai penguji yang telah banyak

memberikan saran serta masukan yang bermanfaat dalam menyelesaikan

skripsi ini.

4. Nurhasni, M.Si sebagai penguji yang telah memberikan saran serta

masukan yang bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. Dede Sukandar, M.Si dan Islami Aziz, M.T. selaku ketua

Page 9: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

ix

dan sekretaris Program Studi Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah mengatur mekanisme administrasi.

6. Dr. Agus Salim selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

7. Nana Mulyana, S.T yang telah banyak memberikan pengetahuannya dan

meluangkan waktu untuk berdikusi.

8. Ayah, Ibu, Abang, dan Syifa tercinta atas segala doa, nasihat dan

motovasinya kepada penulis.

9. Pegawai BATAN PAIR Laboratorium Biologi (Pak Wardi, Pak Edi, Pak

Dadang, Mas Yogi, dan Bu Rita) yang senantiasa membantu penulis

selama penelitian berlangsung.

10. Anggi Anggraini selaku teman satu tim yang menjadi teman diskusi, selalu

membantu, mimi, icew, dan rekan seperjuangan Kimia 2013 UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan semangat dan dukungan

memberikan semangat.

11. Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak

kekurangan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

dan umumnya bagi kemajuan ilmu dan teknologi.

Jakarta, 6 Juni 2018

Penulis

Page 10: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

x

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................... 5

1.3. Hipotesis ......................................................................................................... 5

1.4. Tujuan ............................................................................................................. 5

1.5. Manfaat ........................................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7

2.1. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) ......................................................... 7

2.2. Inokulan Konsorsium Mikroorganisme ........................................................... 9

2.2.1. Fungi Phanerochaete crhysosporium .................................................... 9

2.2.2. Fungi Tricoderma reesei ..................................................................... 13

2.2.3. Bakteri Basillus circulans .................................................................... 14

2.2.4. Khamir Saccharomyces cerevisiae ...................................................... 16

2.3. Lignoselulosa ................................................................................................. 19

2.3.1. Selulosa ................................................................................................ 21

2.3.2. Hemiselulosa ........................................................................................ 22

Page 11: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

xi

2.4. Lignin ............................................................................................................. 23

2.4.1. Degradasi Lignin.................................................................................. 25

2.5. Protein ............................................................................................................ 27

2.6. Glukosa .......................................................................................................... 28

2.7. Fermentasi Padat ............................................................................................ 29

2.8. Urea ............................................................................................................... 30

2.9. Spektrofotometri UV-VIS .............................................................................. 32

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 35

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 35

3.2. Alat dan Bahan ................................................................................................ 35

3.2.1. Alat...................................................................................................... 35

3.2.2. Bahan ................................................................................................... 35

3.3. Rancangan Penelitian ..................................................................................... 36

3.4. Cara Kerja ...................................................................................................... 38

3.4.1. Peremajaan Kultur Fungi (Mulyana et al., 2015) ................................ 38

3.4.2. Preparasi Substrak Tajuk Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) .... 38

3.4.3. Pembuatan Nutrisi Molase ................................................................... 38

3.4.4. Pembuatan Inokulan Konsorsium (Mulyana et al., 2015) ................... 38

3.4.5. Perlakuan Pada Substrat....................................................................... 39

3.5. Evaluasi .......................................................................................................... 40

3.5.1. Penentuan pH (Alidadi et al., 2007) .................................................... 40

3.5.2. Kadar Air (AOAC, 2005) .................................................................... 40

3.5.3. Kadar Abu dan Bahan Organik (BSN, 1992) ...................................... 41

3.5.4. Aktivitas Enzim Selulase (Miller, 1972) ............................................. 41

Page 12: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

xii

3.5.5. Aktivitas Enzim Lignin Peroksidase (LiP) (Bonnen et al., 1994) ....... 42

3.5.6. Kadar Glukosa (Nelson, 1945 dan Somogyi, 1944) ........................... 43

3.5.7. Penentuan Protein Terlarut (Lowry et al., 1951) ................................. 43

3.5.8. Kadar Ekstraktif (Ayeni et al., 2015) (Metode Chesson dan SNI

0492:2008) ......................................................................................... 44

3.5.9. Penentuan Kadar Selulosa (Ayeni et al., 2015 ) .................................. 44

3.5.10. Penentuan Kadar Hemiselulosa (Ayeni et al., 2015) ........................ 45

3.5.11. Penentuan Kadar Lignin (Ayeni et al., 2015) .................................... 45

3.5.1. Analisis Data ........................................................................................ 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 47

4.1. Fermentasi Rumput Gajah............................................................................. 47

4.1.1. Perubahan pH ...................................................................................... 48

4.1.2. Kadar Air ............................................................................................ 50

4.1.3. Perubahan Aktivitas LiP dalam Medium SSF ..................................... 53

4.1.4. Perubahan aktivitas selulase dalam medium SSF ................................ 56

4.1.5. Kadar Bahan Organik dan Abu ............................................................ 58

4.1.6. Kadar Ekstraktif ................................................................................... 61

4.1.7. Kadar Lignin ........................................................................................ 63

4.1.8. Kadar Glukosa .................................................................................... 67

4.1.9. Kadar Hemiselulosa .......................................................................... 70

4.2.10. Kadar Protein Terlarut ....................................................................... 72

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 76

5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 76

5.2.Saran ................................................................................................................ 77

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 78

Page 13: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

xiii

LAMPIRAN .......................................................................................................... 88

Page 14: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Rumput gajah (Pennisetum purpureum) .............................................. 8

Gambar 2. Jamur Phanerochaete chrysosporium (Kenyon Collage, 2011). ....... 13

Gambar 3. Trichoderma reesei (https://www.industrie-techno.com).................. 13

Gambar 4. Bacillus circulans (http://microbe-canvas.com) ............................... 16

Gambar 5. Khamir Saccharomyces cerevisiae pembesaran 10x40

(Jean. Michael. 2005) ........................................................................... 17

Gambar 6. Struktur kimia selulosa (Sixta. 2006) ................................................ 22

Gambar 7. Struktur kimia hemiselulosa (Sixta. 2006) ........................................ 22

Gambar 8. Unit-unit penyusun lignin (Ibrahim.1998) ......................................... 25

Gambar 9. Struktur glukosa (Fessenden. 1997) .................................................. 28

Gambar 10. Struktur urea (Fessenden 1997) ....................................................... 30

Gambar 11. Komponen-komponen UV-Vis (Khopkar. 2003) ............................ 32

Gambar 12. Diagram alir penelitian .................................................................... 36

Gambar 13. Grafik perubahan nilai pH medium SSF ......................................... 48

Gambar 14. Perubahan kadar air medium SSF.................................................... 51

Gambar 15. Perubahan aktivitas LiP dalam medium SSF .................................. 54

Gambar 16. Perubahan kadar selulase substrat rumput gajah terhadap waktu

fermentasi ........................................................................................... 56

Gambar 17. Perubahan kadar bahan organik selama fermentasi ........................ 58

Gambar 18. Perubahan kadar abu selama fermentasi .......................................... 59

Gambar 19. Grafik perubahan kadar ekstraktif substrat rumput gajah terhadap

waktu inkubasi.................................................................................... 61

Gambar 20. Perubahan kadar lignin selama fermentasi ...................................... 63

Page 15: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

xv

Gambar 21. Degradasi lignin hari ke-12 dan hari ke-16 ..................................... 65

Gambar 22. Perubahan kadar glukosa selama fermentasi ................................... 67

Gambar 23. Mekanisme reaksi hidrolisis selulosa (Dee et al., 2011) ................. 68

Gambar 24. Grafik perubahan kadar hemiselulosa hasil fermentasi ................... 69

Gambar 25. Perubahan kadar protein terlarut selama fermentasi ........................ 72

Gambar 26. Peranan urea dalam proses biodelignifikasi .................................... 72

Page 16: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Perlakuan terhadap sampel ..................................................................... 38

Page 17: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data hasil penelitian........................................................................ 88

Lampiran 2. Contoh perhitungan ........................................................................ 91

Lampiran 3. Data uji statistik IBM SPSS 20.0 .................................................... 99

Lampiran 4. Dokumentasi penelitian ............................................................ …117

Page 18: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lignoselulosa merupakan komponen utama dari biomassa yang terdapat

pada tanaman yang terbentuk dari proses fotosintesis, dengan produktivitas

mencapai 50x109

ton/tahun. Komponen utama lignoselulosa adalah selulosa,

hemiselulosa dan lignin (Sanchez, 2009).

Tingginya kadar selulosa dan hemiselulosa dalam substrat dapat

digunakan sebagai bahan pembuatan kertas dan etanol (Sari, 2009), salah satu

tumbuhan hijauan yang mengandung kadar selulosa dan hemiselulosa yang tinggi

yaitu rumput gajah. Kandungan gizi rumput gajah terdiri atas: 19,9% bahan kering

(BK); 10,2% protein kasar (PK); 1,6% lemak; 34,2% serat kasar; 11,7% abu;

kadar lignin 24,3%; dan 42,3% bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN).

Tingginya kadar lignin dalam rumput gajah membuat banyak dilakukan

penelitian untuk bisa menurunkan kadar lignin. Perlakuan fisik, kimia maupun

biologis diaplikasikan dengan tujuan memecahkan ikatan lignoselulosa sehingga

serat kasar yang berupa selulosa dan hemiselulosa yang terikat pada ikatan

lignoselulosa dapat dimanfaatkan oleh mikroba sebagai sumber energi. Jenis

kapang yang memiliki kemampuan degradasi lignoselulosa yang tinggi adalah

kapang Phanerochaete chrysosoporium, kapang ini diketahui menghasilkan enzim

lignin peroxidase, manganese peroxidase dan laccase (Hafni et al., 2016)

Jamur dalam pertumbuhannya memerlukan energi dan protein serta waktu

tertentu pada proses delignifikasi. Lama waktu yang dibutuhkan oleh jamur

tergantung kepada ketersediaan energi dan protein untuk pertumbuhan. Nisbah

Page 19: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

2

antara karbon dan nitrogen yang tepat akan menentukan pertumbuhan jamur yang

optimal. Untuk menunjang pertumbuhan sel-sel jamur yang lebih cepat perlu

disediakan sumber nitrogen, salah satunya adalah urea. Penelitian Hendritomo

(1995) melaporkan bahwa pada suhu lingkungan 28–30oC dan tambahan urea

sebesar 0,5–1,5% dapat memperbaiki pertumbuhan miselium jamur. Pada

penelitian yang dilakukan Musnandar (2004) melaporkan bahwa penggunaan 1-

2% urea pada substrat sabut kelapa sawit akan memberikan pertumbuhan jamur

Marasmius sp. yang lebih baik.

Allah SWT tidak pernah menciptakan sesuatu yang sia-sia tergantung

manusia yang dapat memanfaatkanya dengan baik dan benar, seperti halnya

rumput gajah yang dapat bermanfaat untuk produksi lebih lanjut dengan cara

biodelignifikasi. Sebagaimana dijelaskan didalam Al-Qur‟an surah Al-Jatsiah ayat

13 :

Artinya : „‟Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang

di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang

demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang

berfikir‟‟ (Al Jatsiah : 13 ).

Ayat diatas menjelaskan bahwa segala sesuatu yang Allah ciptakan

memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Rumput gajah biasanya hanya

digunakan sebagai pakan ternak tanpa dilakukan perlakuan atau ditambahkan

bahan lain sehingga kurang baik untuk hewan ternak ruminansia karena memiliki

Page 20: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

3

serat kasar dan kadar lignin yang tinggi sehingga tingkat kecernaanya rendah.

Pemanfaatan hijauan rumput gajah sebagai bahan produksi lanjutan atau untuk

pakan ternak secara umum mempunyai faktor pembatas antara lain kualitas

nutrisi yang rendah akibat kandungan serat yang tinggi, sehingga diberikan

perlakuan untuk menghilangkan atau memutuskan ikatan lignoselulosa yang

terjadi diantara komponen serat.

Metode fermentasi fase padat atau Solid State Fermentation (SSF)

digunakan karena potensial untuk memproduksi enzim lebih banyak dengan

biaya yang murah serta pengaturan operasi yang lebih sederhana (Shinghania,

2009) karena pada metode umum yang digunakan seperti fermentasi media cair

(SMF) memerlukan biaya yang banyak serta enzim yang dihasilkannya rendah.

Tujuan dari SSF adalah untuk mengkondisikan fungi yang telah dikultivasi agar

terikat kuat dengan substrat yang tidak larut air sehingga diperoleh konsentrasi

nutrisi tertinggi untuk fermentasi (Bhargav et al., 2008).

Inokulan konsorsium mikroorganisme merupakan sekumpulan mikroba

yang bekerjasama dalam suatu kelompok sehingga mempunyai kemampuan yang

lebih untuk mendegradasi senyawa organik (Sumarsono, 2009). Tidak ada

satupun spesies mikroba yang mampu mendegradasi semua komponen dalam

suatu senyawa hidrokarbon. Degradasi yang lengkap sangat ditentukan oleh

peran bersama dari berbagai spesies mikroba (Soegianto, 2012).

Inokulan konsorsium yang akan digunakan dalam proses fermentasi

substrat rumput gajah adalah M1 = Phanerochaete chysosporium dan Basillus

circulans, M2 = Phanerochaete chysosporium, Tricoderma reesei, dan

Saccharomyces cerevisiae karena Phanerochaete chysosporium dapat

Page 21: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

4

mendegradasi lignin, Basillus circulans dapat mengikat nitrogen yang merupakan

unsur pembentuk protein, Tricoderma reesei dapat menghasilkan banyak enzim

selulase yang dapat digunakan untuk menghidrolisis selulosa, dan

Saccharomyces cerevisiae dapat mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2,

merupakan aktivitas lanjutan enzim selulolitik untuk mengekspose selulosa

(Dofour et al.,2014)

Penelitian yang dilakukan oleh Juliando (2010) menyatakan bahwa

kapang pelapuk putih Phanerochaete chrysosporium memiliki kemampuan untuk

mendegradasi lignin sampai 17,76% dari bahan tongkol jagung dengan proses

biodelignifikasi selama 20 hari. Kapang Aspergillus niger dan Trichoderma

viride merupakan dua jenis kapang yang baik untuk menghidrolisis selulosa,

namun kapang Trichoderma viride memiliki kemampuan degradasi selulosa

yang lebih baik jika dibandingkan dengan Aspergillus niger (Juliando, 2010).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Juliando (2010),

penelitian ini akan dilakukan biodelignifikasi rumput gajah dengan F1 =

formulasi perlakuan variasi inokulum konsorsium mikroorganisme M1 =

phanerochaete chysosporium dan Basillus circulans, M2 = Phanerochaete

chysosporium, Tricoderma reesei, dan Saccharomyces cerevisiae dan F2 =

penambahan urea 2% untuk meningkatkan aktivitas enzim lignin peroksidase

dan peningkatan aktivitas enzim selulase guna meningkatkan kualitas substrat

rumput gajah dengan variable pengamatan yang terdiri dari pH, kadar air, bahan

kering, bahan organik dan abu, aktivitas lignin peroksidase, aktivitas selulase,

kadar lignin, hemiselulosa, selulosa, kadar glukosa, dan kadar protein.

Page 22: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

5

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana variasi inokulan konsorsium mikroorganisme M1 =

phanerochaete chysosporium dan Basillus circulans, dan M2 =

Phanerochaete chysosporium, Tricoderma reesei, dan Saccharomyces

cerevisiae dapat menurunkan kadar lignin, meningkatkan kadar protein

dan glukosa rumput gajah?

2. Apakah penambahan urea 2% dapat menurunkan kadar lignin, kadar

protein dan glukosa rumput gajah?

3. Apakah waktu fermentasi dapat menurunkan kadar lignin, kadar protein

dan glukosa rumput gajah?

1.3. Hipotesis 1. Variasi inokulan konsorsium mikroorganisme M1 = Phanerochaete

chysosporium dan Basillus circulans, M2 = Phanerochaete

chysosporium, Tricoderma reesei, dan Saccharomyces cerevisiae dapat

meningkatkan kadar protein dan glukosa rumput gajah.

2. Penambahan urea 2% dalam substrat dapat menurunkan kadar lignin,

dan meningkatkan kadar protein dan glukosa rumput gajah?

3. Waktu fermentasi dapat menurunkan kadar lignin dan meningkatkan

kadar protein dan glukosa rumput gajah.

1.4. Tujuan

1. Meningkatkan kualitas tanaman rumput gajah melalui delignifikasi

menggunakan variasi inokulan konsorsium mikroorganisme M1 =

Page 23: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

6

phanerochaete chysosporium dan Basillus circulans, M2 =

Phanerochaete chysosporium, Tricoderma reesei, dan Saccharomyces

cerevisiae untuk proses produksi selanjutnya.

2. Meningkatan kadar protein dan glukosa, serta penurunan kadar lignin

rumput gajah dengan penambahan 2% urea.

3. Menentukan waktu optimum fermentasi rumput gajah untuk

menurunkan kadar lignin serta meningkatkan kadar protein dan glukosa.

1.5. Manfaat

Memberikan informasi tentang perlakuan yang dapat dilakukan terhadap

tanaman budidaya rumput gajah untuk proses produksi lebih lanjut melalui

proses delignikasi menggunakan metode fermentasi substrat padat (SSF) dengan

variasi inokulan konsorsium mikroorganisme M1 = phanerochaete chysosporium

dan Basillus circulans, M2 = Phanerochaete chysosporium, Tricoderma reesei,

dan Saccharomyces cerevisiae dan penambahan urea 2% guna meningkatkan

kualitas tanaman rumput gajah untuk proses produksi lebih lanjut.

Page 24: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)

Biomassa adalah sumber energi terbarukan yang melimpah dan dapat

diperoleh dari berbagai industri sebagai sampah/limbah seperti pertanian, industri

gula, limbah industri yang menggunakan kayu, dan industri makanan. Selain

menggunakan bahan yang merupakan limbah dari industri lain energi terbarukan

dapat berasal dari tanaman yang ditanam sebagai sumber energi (sumber karbon)

(Strezos et al., 2008). Salah satu tanaman yang mempunyai potensi dijadikan

sumber biomassa pada energi terbarukan adalah rumput gajah (Pennisetum

purpureum).

Rumput gajah (Pennisetum purpureum) adalah tanaman yang dapat

tumbuh di daerah dengan minimal nutrisi. Rumput gajah membutuhkan minimal

atau tanpa tambahan nutrient, sehingga tanaman ini dapat memperbaiki kondisi

tanah yang rusak akibat erosi. Tanaman ini juga dapat hidup pada tanah kritis

dimana tanaman lain relatif tidak dapat tumbuh dengan baik (Sanderson dan

Paul, 2008). Produktivitas rumput gajah adalah 40 ton per hektar berat kering

pada daerah beriklim subtropis dan 80 ton per hektar pada daerah beriklim tropis

(Woodard dan Prine, 1993). Total karbohidrat dan serat kasar termasuk selulosa

jumlahnya masing-masing adalah 30,91% dan 9,09% (Okaraonye dan Ikewuchi,

2009).

Rumput gajah banyak dimanfaatkan pada bidang peternakan yaitu

sebagai makanan hewan ternak seperti sapi, kambing dan kuda. Umumnya

Page 25: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

8

rumput gajah yang digunakan di Indonesia adalah rumput yang tumbuh secara

liar. Namun untuk peternakan yang relatif besar maka rumput yang digunakan

adalah rumput yang sengaja ditanam atau dipelihara secara khusus. Hal

ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Rumput-rumputan

dipilih karena merupakan tanaman yang produktifitasnya tinggi dan memiliki

sifat yang dapat memperbaiki kondisi tanah (Gonggo et al., 2006). Tanaman

rumput gajah dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Rumput gajah (Pennisetum purpureum)

Berikut adalah klasifikasi dari rumput gajah (Pennisetum purpureum) :

(Tjitrosoepomoe, 2004)

Kingdom : Plantae

Phlum : Spermatophyta

Class : Monokotil

Ordo : Poales

Family : Poaceae

Genus : Pennisetum

Spesies : Pennisetum purpureum

Keunggulan rumput gajah antara lain mampu beradaptasi diberbagai

macam tanah, merupakan tumbuhan parenial, produksinya tinggi, nilai gizinya

tinggi dan tingkat pertumbuhannya tinggi. Produksi hijauan di kebun rumput baik

itu rumput gajah bila melebihi atau melewati umur potong akan mengurangi

kualitas hijauan tersebut, untuk mengoptimalkan produksi dan menjaga kualitas,

pemotongan dilakukan harus tepat waktu. Kandungan nutrient rumput gajah

Page 26: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

9

terdiri atas : bahan kering (BK) 19,9%; protein kasar (PK) 10,2%; lemak kasar

(LK) 1,6%; serat kasar (SK) 3,2%; abu 11,7%; dan bahan ekstrak tanpa nitrogen

(BETN) 42,3%. (Rukmana, 2005).

2.2. Inokulan Konsorsium Mikroorganisme

Konsorsium mikroba adalah sekumpulan mikroba yang bekerja dalam

suatu kelompok sehingga mempunyai kemampuan lebih untuk mendegradasi

suatu senyawa organik. Mikroba dalam konsorsium mempunyai peluang yang

besar untuk memperoleh energi dan bertahan hidup, karena dapat saling

memanfaatkan koenzim atau eksoenzim yang dieksresikan oleh mikroba lainya,

selain itu mikroba lainya dapat menguraikan substrat yang telah didegradasi

sebelumnya oleh suatu mikroba. Notodarmojo (2005) menuturkan beberapa

keuntungan menggunakan konsorsium mikroba adalah (1) dapat melakukan

degradasi secara berurutan, (2) konsorsium dapat menghasilkan enzim atau zat

yang dibutuhkan, (3) dapat meningkatkan laju degradasi substrat secara

keseluruhan, (4) dapat mempermudah oksidasi, karena dapat mencari jalur secara

termodinamik paling mudah.

2.2.1. Fungi Phanerochaete crhysosporium

Phanerochaete chrysosporium merupakan mikroorganisme bersel banyak,

hidup secara aerobik, nonfotosintetik kemoheterotrof dan termasuk eukariotik.

Mikroba ini menggunakan senyawa organik sebagai substrat dan bereproduksi

secara aseksual dengan spora. Kebutuhan metabolisme mereka sama seperti

bakteri, namun membutuhkan lebih sedikit nitrogen serta dapat tumbuh dan

berkembang biak pada pH rendah. Ukuran jamur lebih besar dari bakteri tetapi

Page 27: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

10

karakteristik pengendapannya buruk. Oleh karena itu mikroba ini tidak disukai

dalam proses activated sludge (Dyah dan Adi, 2010).

Menurut Dyah dan Adi (2010) P. chrysosporium memiliki klasifikasi

sebagai berikut :

Divisio : Mycota

Kelas : Bacidiomycetes

Famili : Hymenomycetaceae

Genus : Phanerochaete

Spesies : Phanerochaete chrysosporium

Fungi P. chrysosporium memiliki keadaan fisik yang berserabut seperti

kapas dan berwarna putih serta memiliki spora dan talus bercabang yang disebut

hifa. Kumpulan dari hifa disebut miselium (Fardiaz, 1989). Miselium P.

chrysosporium mempunyai tiga fase pertumbuhan, yaitu fase vegetatif, seksual

dan aseksual. Fase vegetatif merupakan fase pertumbuhan dominan. Selama fase

ini jamur paling banyak menghasilkan enzim ekstraselular. Tubuh buah jamur

secara alami mulai terbentuk pada hari ke 18-20. Tubuh buah basah dan lembut,

berwarna putih kekuningan (Satitiningrum, 1998).

P. chrysosporium lebih sering digunakan untuk penerapan dalam bidang

bioteknologi daripada tahap sporanya (Iriani 2003), setelah umur empat hari

jamur ini akan mencapai fase ligninolitik dan segera memulai mendegradasi

lignin. Tumbuh pada suhu 100oC – 40

oC (Iriani, 2003) dengan suhu optimum

37oC (Iriani, 2003), pH berkisar antara 4 – 5 dan memerlukan kandungan oksigen

tinggi. P. chrysosporium tidak dapat tumbuh pada substrat yang hanya

mengandung lignin sebagai sumber karbon untuk menunjang perkembangbiakan

sel, sehingga dibutuhkan sumber karbon lain seperti glukosa, sukrosa, dan lain-

lain (Martina, 1998). Pertumbuhan jamur dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

Page 28: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

11

yaitu media, temperatur inkubasi dan pH media (Rosyida et al., 2013).

Pertumbuhan jamur dapat diamati dengan mengukur diameter (Rosyida et al.,

2013), ketebalan miselium (Nurjanah, 2016), kenampakan miselium secara

mikroskopis (Ilyas, 2007), warna substrat dan sifat permukaan (Menge et al.,

2013).

P. chrysosporium memiliki kemampuan untuk mendegradasi lignin dari

mikroorgenisme yang menghasilkan enzim serta memproduksi lignin peroksidase

(LiPs) dan manganese peroksidase (MnPs). P. chrysporium merupakan model

pengembangan sistem produksi lignin yang mempoduksi enzim lignolitik yang

lebih lengkap dan kompleks daripada jamur jenis lain. P. Chrysosporium terbukti

mengandung nutrisi dan memiliki kondisi yang optimum untuk produksi LiPs. P.

chrysosporium merupakan jenis dari jamur white-rot dimana tergolong dalam

filum basidiomycota. Suhu optimal pertumbuhan jamur ini yakni 40oC dan

memproduksi banyak spora aseksual dan mengekskresi array LDPs untuk

mendegradasi lignin secara selektif. Secara metabolis. P. chrysosporium dapat

menghasilkan senyawa metabolis sekunder dan mendegradasi beberapa senyawa

organik. P. chrysosporium mensekresi banyak enzim yang mendegradasi senyawa

organik kompleks dimana organisme dapat mendegradasi senyawa racun seperti

pestisida, polyaromatic hydrocarbon, polychlorinated biphenyl, dan halogen

aromatic (termasuk di dalamnya dioxins), trinitrotoluene (TNT) dan polutan

racun seperti sianida, azide, carbon tetracglorida, dan pentaklorifenol (Singh dan

Chen, 2008).

Pada tahun 1976, mikroorganisme lignoselulotik yang kebanyakan berupa

jamur dan bakteri diteliti dengan jumlah jamur sebanyak 14.000 yang aktif

Page 29: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

12

memecah selulosa dan serat tak larut yang lain. Penelitian menunjukkan bahwa T.

reesei dan mutant memiliki hemiselulosa dan selulosa dalam jumlah berlimpah. T.

reesei merupakan organisme selulotik pertama yang diisolasi pada tahun 1950

yang memiliki strain yang ekstensif dan kemampuannya dalam memproses

selulosa. T. ressei merupakan penghasil selulosa dan hemiselulosa yang baik

untuk dikembangkan kemudian penelitian menemukan bahwa P. chrysosporium

lebih efisien dan ekstensif dalam pendegradasian lignin. P. chysosporium

merupakan jamur white-rot yang merupakan bagian dari basidiomycetes yang

diakui memiliki kemampuan dalam mendegradasi lignin dan menghasilkan

kumpulan jumlah enzim lignoselulotik yang unik dalam proses biokonversi

lignoselulosa (Singh dan Chen, 2008).

Pemecahan lignin jamur secara aerob melalui penggunaan enzim

ekstraseluler koloektif disebut dengan lignase. Enzim lignolitik berperan dalam

degradasi enzim: fenol oksidase (laccase) dan peroksidas (lignin peroksidase

(LiP) dan mangan peroksidase (MnP). Enzim-enzim lain yang terbentuk meliputi

enzim yang memproduksi H2O2: glyoxal oxidase, glucose oxidase, veratyrl

alcohol oxidase, dan oxido-reductase. Hemiselulosa adalah kumpulan nama dari

polisakarida yang larut dalam alkali, terhubung dengan selulosa pada dinding sel

tumbuhan, senyawa pektin (polygalacturonans), dan beberapa heteropolysakarida

seperti galaktosa (arabinogalaktan), mannosa (galaktogluko dan glukomannan)

dan xylose (arabinoglucurono dan glukuronoxylan) (Singh dan Chen, 2008).

Gambar dan bentuk jamur P. chrysosporium dapat dilihat pada Gambar 2. yaitu:

Page 30: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

13

2.2.2. Fungi Tricoderma reesei

Trichoderma reesei adalah jamur mesofilik yang termasuk dalam jenis

jamur berbentuk filamen. T. reesei memiliki kemampuan mensekresikan sejumlah

besar enzim selulolitik, seperti selulase dan hemiselulase. Komponen utama dari

sistem selulase T. reesei adalah kedua jenis enzim selobiohidrolasenya, yaitu

CBHI dan CBHII, yang berjumlah total 80% dari total protein selulase yang

dihasilkan (Lynd et al., 2002). T. Reesei menghasilkan endoglukanase dan

eksoglukanase sampai 80% tetapi ß-glukosidasenya lebih rendah sehingga produk

utama hidrolisisnya bukan glukosa melainkan selobiosa (Ahmed dan Vermette,

2008; Martins et al., 2008) yang merupakan inhibitor kuat terhadap

endoglukanase dan eksoglukanase. Gambar dan bentuk jamur T. Reseei dapat dilihat

pada Gambar 3 yaitu:

Gambar 3. Trichoderma reesei (https://www.industrie-techno.com)

Gambar 2. Jamur Phanerochaete chrysosporium (Kenyon Collage, 2011).

Page 31: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

14

Aplikasi selulase sangat terpakai di dunia industri, dimana enzim ini dapat

mengkonversi materi biomassa suatu tumbuhan seperti selulosa menjadi

bioproduk yang berguna seperti gula (glukosa) dan bioethanol. Bersama

Aspergillus sp. dan Penicillium janthinelum, Trichoderma reesei diteliti sebagai

sumber potensial bagi enzim β-glukosidase (Rapp et al., 1981; Srivastava et al.,

1984; Schmid et al., 1987; Kwon et al., 1992; Saha et al., 1995).

Perkembangan aspek biokimia dan enzimologi dari selulase, mekanisme

hidrolisis selulosa (selulolisis), dan kloning molekuler mengakibatkan selulase

dari Trichoderma reesei semakin menuju suatu tahap komersial untuk proses

hidrolisis selulosa. Kemajuan terbesar sampai saat ini dicapai dengan telah

diisolasinya sejumlah mutan Trichoderma, contohnya Rut-C30 (Montenecourt

dan Eveleigh, 1979), RL-P37 dan MCG-80 (Gallo et al., 1979).

2.2.3. Bakteri Basillus circulans

Bacillus circulans merupakan bakteri Gram positif, berbentuk batang,

dapat tumbuh pada kondisi aerob dan anaerob. Sporanya tahan terhadap panas

(suhu tinggi), mampu mendegradasi Xylandan karbohidrat (Cowandan Stell‟s,

1973). Bacillus spp mempunyai sifat: (1) mampu tumbuh pada suhu lebih dari

50oC dan suhu kurang dari 5

oC, (2) mampu bertahan terhadap pasteurisasi, (3)

mampu tumbuh pada konsentrasi garam tinggi (>10%), (4) mampu menghasilkan

spora dan (5) mempunyai daya proteolitik yang tinggi dibandingkan mikroba

lainnya. Bacillus adalah salah satu genus bakteri yang berbentuk batang dan

merupakan anggota dari divisi Firmicutes. Bacillus merupakan bakteri yang

bersifat aerob obligat atau fakultatif, dan positif terhadap uji enzim katalase.

Page 32: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

15

Bacillus secara alami terdapat dimana-mana, dan termasuk spesies yang

hidup bebas atau bersifat patogen. Beberapa spesies Bacillus menghasilkan enzim

ekstraseluler seperti protease, lipase, amilase, dan selulase yang bisa membantu

pencernaan dalam tubuh hewan (Wongsa dan Werukhamkul, 2007). Jenis Bacillus

(B. cereus, B. clausii, B. circulans dan B. pumilus) termasuk dalam lima produk

probiotik komersil terdiri dari spora bakteri yang telah dikarakterisasi dan

berpotensi untuk kolonisasi, immunostimulasi, dan aktivitas antimikrobanya (Duc

et al., 2004).

Beberapa penelitian telah berhasil mengisolasi dan memurnikan

bakteriosin Bacillus sp. Gram positif diantaranya yaitu subtilin yang dihasilkan

oleh Bacillus subtilis (Klein et al., 1993), megacin yang dihasilkan oleh B.

megaterium (Tagg et al., 1976), coagulin dihasilkan oleh B. coagulans

(Hyronimus, 1998), cerein dihasilkan oleh B. cereus (Oscariz dan Pisabarro,

2000), dan tochicin yang dihasilkan oleh B. thuringiensis (Paik et al., 1997).

Bakteriosin merupakan zat antimikroba berupa polipeptida, protein, atau

senyawa yang mirip protein. Bakteriosin disintesis diri bosom oleh bakteri selama

masa pertumbuhannya dan umumnya hanya menghambat pertumbuhan galur-

galur bakteri yang berkerabat dekat dengan bakteri penghasil bakteriosin (Kone

and Fung, 1992). Menurut Tagg et al., (1976), kriteria yang merupakan ciri-ciri

bakteriosin adalah sebagai berikut: (1) memiliki spektra aktivitas yang lebih

sempit, (2) senyawa aktif merupakan polipeptida atau protein, (3) bersifat

bakterisida, (4) mempunyai reseptor spesifik pada sel sasaran, 5) gen determinan

terdapat pada plasmid. Senyawa antibiotik yang dihasilkan Bacillus sp adalah

basitrasin, pumulin, laterosporin, gramisidin, dan tirocidin yang efektif melawan

Page 33: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

16

bakteri Gram positif serta kolistin dan polimiksin bersifat efektif melawan bakteri

Gram negatif. Sedangkan difficidin memilikis pektrum lebar, mikobacilin dan

zwittermicin bersifat anti jamur (Todar, 2005). Gambar dari bakteri Bacillus

circulans dapat dilihat pada Gambar 4.

2.2.4. Khamir Saccharomyces cerevisiae

Saccharomyces cerevisiae merupakan cendawan berupa khamir (yeast)

sejatinya tergolong eukariot mempunyai potensi kemampuan yang tinggi sebagai

imunostimulan, dan bagian yang bermanfaat tersebut adalah dinding selnya. S.

cerevisiae secara morfologi hanya membentuk blastospora berbentuk bulat

lonjong, silindris, oval atau bulat telur yang dipengaruhi oleh strainnya.

Ragi/khamir merupakan mikroba bersel tunggal yang berukuran 5-20 mikron.

Khamir sejati tergolong eukariot yang secara morfologi hanya membentuk

blastospora berbentuk bulat lonjong, silindris, oval atau bulat telur yang

dipengaruhi oleh strainnya (Heru, 2011). Gambar dari Khamir S. cerevisiae dapat

dilihat pada Gambar 5.

Gambar 4. Bacillus circulans (http://microbe-canvas.com)

Page 34: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

17

Khamir merupakan fungi uniselular dan dapat bersifat dimorfistik, yaitu

memiliki dua fase dalam siklus hidupnya bergantung kepada keadaan lingkungan

yaitu fase hifa (membentuk miselium) dan fase khamir (membentuk sel tunggal).

Khamir dapat membentuk hifa palsu (pseudohypha) yang tumbuh menjadi

miselium palsu (pseudomycelium) dan ada juga sejumlah khamir yang dapat

membentuk miselium sejati, misalnya pada khamir Trichosporon sp.

Pseudomiselium adalah sel-sel tunas khamir yang memanjang dan tidak melepas

kan diri dari sel induknya, sehingga saling berhubungan membentuk rantai

misalnya pada Candida sp, Kluyveromyces sp., dan Pichia sp., (Kurtzman dan

Fell, 2011).

Ragi S. cerevisiae telah memiliki sejarah yang luar biasa di industri

fermentasi. Penyebabnya karena kemampuannya dalam menghasilkan alkohol

inilah S. cerevisiae disebut sebagai mikroorganisme aman (Generally Ragarded

as Safe) yang paling komersial saat ini (Aguskrisno, 2011).

Gambar 5. Khamir Saccharomyces cerevisiae Pembesaran 10x40

(Jean. Michael. 2005)

Page 35: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

18

Ragi menghasilkan enzim pitase yang dapat melepaskan ikatan fospor

dalam phitin, sehingga dengan ditambahkan ragi tape dalam ransum akan

menambah ketersediaan mineral (Widodo, 2011). Penjelasan lebih lanjut bahwa

ragi bersifat katabolik atau memecah komponen yang kompleks menjadi zat yang

lebih sederhana sehingga lebih mudah dicerna oleh ternak. S. cerevisiae termasuk

khamir jenis Ascomycetes yang banyak mengandung protein, karbohidrat, dan

lemak sehingga dapat dikonsumsi oleh manusia dan hewan guna melengkapi

kebutuhan nutriennya sehari-hari. S. cerevisiae juga mengandung vitamin,

khususnya vitamin B kompleks. S. cerevisiae mudah dicerna, enak dan tidak

menularkan atau menimbulkan penyakit (Amaria et al., 2012).

Khamir merupakan salah satu kelompok mikroorganisme yang banyak

diteliti berkaitan dengan kemampuannya memfermentasi gula. Kemampuan

khamir memfermentasi gula dapat ditentukan oleh adanya suatu sistem transfor

untuk gula dan sistem enzim yang dapat menghidrolisis gula dengan akseptor

elektron alternatif selain oksigen, pada kondisi anaerob fakultatif (Moat et al.,

2008). Gula-gula tersebut diasimilasi melalui jalur glikolisis untuk menghasilkan

asam piruvat. Asam piruvat dalam kondisi anaerob akan mengalami penguraian

oleh piruvat dekarboksilase menjadi etanol dan karbon dioksida (Madigan et al.,

2009).

Sel khamir selama proses fermentasi akan menjalani tahap adaptasi pada

lingkungan baru (fase lag), tahap pembelahan sel yang sangat aktif (fase log), dan

tahap istirahat atau menurunnya aktivitas sel (fase stationer). Pada proses

fermentasi khamir, substrat akan dikonversi menjadi karbon dioksida dan etanol

dan berlangsung asimilasi asam amino, lipid, asam nukleat, serta produksi

Page 36: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

19

senyawa untuk aroma atau rasa. Penggunaan jenis inokulum kering berpengaruh

terhadap kadar gula reduksi tertinggi karena didalam ragi pasar mengandung

berbagai jenis mikroorganisme yang dapat menghasilkan bermacam-macam

enzim, dimana jenis enzim dan banyaknya enzim yang dihasilkan akan

mempengaruhi laju fermentasi sehingga dibandingkan dengan inokulum murni

kering S. cerevisiae yang hanya mengandung khamir saja, enzim yang dihasilkan

ragi pasar relatif lebih bervariasi dibandingkan enzim yang dihasilkan inokulum

murni (Dufour et al., 2014)

Khamir S. cereviceae berkembang biak dengan membelah diri melalui

“budding cell”. Reproduksinya dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan serta

jumlah nutrien yang tersedia bagi pertumbuhan sel. S. cerevisiae yang mempunyai

kemampuan fermentasi telah lama dimanfaatkan untuk pembuatan berbagai

produk makanan dan sudah banyak digunakan sebagai probiotik (Agawane dan

Lonkar, 2004). Yiannikouris et al., (2006) juga melaporkan bahwa ß-D-glucans

pada dinding sel S. cerevisiae dapat mengikat aflatoksin yang diproduksi oleh A.

flavus.

2.3. Lignoselulosa

Lignoselulosa adalah komponen utama tanaman yang menggambarkan

jumlah sumber bahan organik yang dapat diperbaharui. Unsur utama dari

lignoselulosa adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin. Kesulitan yang

dihadapi dalam proses degradasi lignoselulosa adalah susunan yang heterogen

dari polisakarida yang terdapat pada dinding sel. Komposisi unsur ini dapat

bervariasi dari satu spesies tanaman lain, misalnya kayu memiliki kandungan

selulosa lebih banyak dibandingkan dengan jerami gandum, sedangkan daun

Page 37: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

20

memiliki kandungan hemiselulosa yang lebih banyak. Selain itu, komposisinya di

dalam suatu tanaman bervariasi tergantung dengan usia dan tingkat

pertumbuhannya (Perez et al., 2002).

Ikatan lignoselulosa ini merupakan pembatas dalam pemanfaatan bahan

pakan dalam ransum karena akan menurunkan tingkat kecernaan sehingga

mengurangi nilai nutrisi pakan. Komponen lignoselulosa merupakan sumber

utama untuk menghasilkan produk bernilai seperti gula dari hasil fermentasi,

bahan kimia, bahan bakar cair, sumber karbon dan energi. Menurut Mosier (2005)

berbagai produk nilai tambah dari limbah lignoselulosa diantaranya adalah untuk

pupuk organik, bioetanol, biogas, biodiesel, biohidrogen dan industri kimia.

Bahan lignoselulosa merupakan komponen organik yang berlimpah di

alam, komponen terbesar lignoselulosa adalah selulosa (35-50%), hemiselulosa

(20-35%) dan lignin (10-25%) (Saha, 2004). Komponen ini merupakan sumber

utama untuk menghasilkan produk bernilai seperti gula dari hasil fermentasi,

bahan kimia, bahan bakar cair, sumber karbon dan energi. Konversi bahan

lignoselulosa banyak dipelajari dari mikroba selulolitik maupun xilanolitik (Pason

et al., 2003). Bahan lignoselulosa bisa diperoleh dari berbagai sumber, misalnya

tangkai kayu, jerami padi, daun, rumput dan sebagainya.

Struktur lignoselulosa terdiri dari mikrofibril-mikrofibril selulosa yang

membentuk kluster-kluster. Mikrofibril mempunyai struktur dan orientasi yang

berbeda pada setiap lapisan dinding sel (Perez et al., 2002). Mikrofibril

dikelilingi oleh hemiselulosa dan lignin, bagian antara dua dinding disebut lamela

lengan yang diisi oleh hemiselulosa dan lignin. Hemiselulosa dihubungkan oleh

ikatan kovalen dengan lignin. Selulosa secara alami terproteksi dari degradasi

Page 38: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

21

dengan adanya hemiselulosa dan lignin.

Ekstraktif dan Abu merupakan zat-zat berat molekul rendah berasal dari

golongan senyawa kimia yang sangat berbeda. Klasifikasi yang dapat dibuat

yaitu dengan membaginya menjadi zat organik dan anorganik. Bahan organik

lazim disebut ekstraktif, sedangkan bahan anorganik secara ringkas disebut abu

(Fengel dan Wegner 1995). Di dalam kayu masih ada beberapa zat organik,

yang disebut bagian-bagian abu (mineral pembentuk abu yang tertinggal

setelah lignin dan selulosa habis terbakar). Kadar zat ini bervariasi antara 0,2 -

1% dari berat kayu (Dumanauw, 2001).

2.3.1. Selulosa

Selulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel tanaman.

Kandungan selulosa pada dinding sel tanaman tingkat tinggi sekitar 35-50% dari

berat kering tanaman (Lynd et al., 2002). Selulosa merupakan polimer glukosa

dengan ikatan ß-1,4 glukosida dalam rantai lurus. Bangun dasar selulosa berupa

suatu selobiosa yaitu dimer dari glukosa. Rantai panjang selulosa terhubung

secara bersama melalui ikatan hidrogen (Perez et al., 2002). Selulosa

mengandung sekitar 50-90% bagian berkristal (Aziz et al., 2002). Ikatan ß-1,4

glukosida pada serat selulosa dapat dipecah menjadi monomer glukosa dengan

cara hidrolisis asam atau enzimatis. Kesempurnaan pemecahan selulosa pada

saluran pencernaan ternak tergantung pada ketersediaan enzim pemecah selulosa

yaitu selulase. Selulosa merupakan polisakarida yang mempunyai fungsi

sebagai unsur struktural pada dinding sel tumbuhan tingkat tinggi dan

juga polisakarida terbanyak yang ditemukan pada tanaman (Linder dan Teeri,

1997).

Page 39: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

22

Selulosa berbentuk serabut, liat, tidak larut di dalam air, dan ditemukan

terutama pada bagian berkayu pada tumbuhan. Molekul-molekul sellulosa

seluruhnya berbentuk linier, dimana setiap molekul glukosa sebagai penyusun

polimer dapat berotasi hingga 180°C (Brown et al., 1996).

Struktur kimia selulosa adalah ß-1,4-glukosa dihubungkan dengan ikatan

ß1,4-D-glikosida (Fingel et al., 1995). Struktur kimia selulosa disajikan pada

Gambar 6.

Gambar 6. Struktur kimia selulosa (Sixta, 2006)

2.3.2. Hemiselulosa

Hemiselulosa adalah polisakarida pada dinding sel tanaman yang larut

dalam alkali dan menyatu dengan selulosa. Hemiselulosa terdiri atas D-glukosa,

D-galaktosa, D-manosa, D-xylosa, dan L-arabinosa yang terbentuk bersamaan

dalam kombinasi dan ikatan glikosidik yang bermacam–macam (Mc Donald et

al., 2002). Struktur hemiselulosa dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Struktur kimia hemiselulosa (Sixta, 2006)

Page 40: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

23

Hemiselulosa merupakan salah satu senyawa pada dinding sel tanaman

dengan jumlah 30% dari berat kering tanaman (Wenjuan, 2010). Hemiselulosa

pada dinding sel tanaman mempunyai 2 fungsi utama. Melalui ikatan silang,

hemiselulosa membentuk jarak antara jaringan-jaringan selulosa, dan

mempertahankan derajat fleksibilitas pada dinding sel. Sementara itu, di saat yang

sama ikatan silang hemiselulosa membantu matriks-matriks dinding sel tetap pada

tempatnya (Kristensen, 2009).

Hemiselulosa dapat tersusun oleh gula dengan rumus C5H10O5 disebut

pentosan atau gula dengan rumus C6H12O6 disebut heksosan. Zat-zat ini

terdapat sebagai bahan bangunan dinding-dinding sel dan juga sebagai bahan

cadangan. (Dumanauw, 2001).

2.4. Lignin

Lignin adalah material organik penyusun matrik dinding sel tanaman

tingkat tinggi (Spermatophyta), predominan pada jaringan pengangkut (Glazer

dan Nikaido, 2007). Lignin adalah termasuk penyusun sebagian besar biomassa

atau yang lebih dikenal dengan lignoselulosa. Lignin adalah polimer aromatik

terbanyak di bumi dan merupakan penyebab utama degradasi lignoselulosa

menjadi lambat (Ahmed et al., 2001). Struktur lignin tidak seragam, lignin juga

terdapat bagian yang crystalline dan amorphous. Lignin pada tanaman tingkat

tinggi tidak berbentuk crystalline (Palonen, 2004). Struktur kimia pada lignin yang

terdapat di alam dapat berubah pada kondisi suhu tinggi dan asam, seperti saat

dilakukan perlakuan dengan menggunakan uap air. Pada saat dilakukan perlakuan

dengan menggunakan suhu di atas 200°C, maka lignin akan mengalami degradasi

Page 41: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

24

menjadi senyawa partikel dengan ukuran yang kecil dan lepasnya ikatan dengan

selulosa (Palonen, 2004)

Lignin merupakan senyawa polimer aromatik yang sulit didegradasi dan

hanya sedikit organisme yang mampu mendegradasi lignin, diantaranya fungi

pelapuk putih. Banyak cara mendegradasi lignin atau delignifikasi misalnya dalam

chemical pulping terutama proses sulfat. Proses sulfat ini memang banyak

digunakan di Indonesia karena toleran terhadap semua kayu baik kayu daun jarum

dan daun lebar. Meskipun demikian proses ini berdampak negatif apabila

berlangsung secara terus menerus akan mengancam kelangsungan hidup

organisme. Ada proses yang lebih ramah lingkungan selain proses sulfat yaitu

biodelignifikasi menggunakan fungi subdivisi Basidiomycetes. Fungi tersebut

diantaranya P. chrysosporium spesies white-rot fungi yang dapat menghasilkan

enzim ekstraseluler laktase, MnP dan LiP (Bajpai, 2009).

Lignin adalah gabungan beberapa senyawa yang hubungannya erat satu

sama lain, mengandung karbon, hidrogen dan oksigen, namun proporsi

karbonnya lebih tinggi dibanding senyawa karbohidrat. Lignin sangat tahan

terhadap degradasi kimia, termasuk degradasi enzimatik. Lignin sering

digolongkan sebagai karbohidrat karena hubunganya dengan selulosa dan

hemiselulosa dalam menyusun dinding sel namun lignin bukan karbohidrat. Hal

ini ditunjukkan oleh proporsi karbon yang lebih tinggi pada lignin (Suparjo et

al., 2008). Pengerasan dinding sel kulit tanaman yang disebabkan oleh lignin

menghambat enzim untuk mencerna serat dengan normal. Hal ini merupakan bukti

bahwa adanya ikatan kimia yang kuat antara lignin, polisakarida tanaman dan

protein dinding sel yang menjadikan komponen-komponen ini tidak dapat dicerna

Page 42: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

25

oleh ternak (McDonald et al., 2002). Struktur unit-unit penyusun lignin dapat

dilihat pada Gambar 8.

2.4.1. Degradasi Lignin

Proses untuk mempermudah dalam mendegradasi lignoselulosa maka

diperlukan delignifikasi. Delegnifikasi adalah suatu proses dalam menghilangkan

lignin yang dilakukan dengan menggunakan bahan kimia (Ahmed et al., 2001).

Namun kerena sudah ditemukan Mikroorganisme yang dapat mendegradasi

lignin dengan cepat dan telah disadari bahwa menggunakan bahan kimia dalam

proses penghilangan lignin akan mengakibatkan limbah yang sangat berbahaya

bagi lingkungan (Glazer dan Nikaido, 2007).

Lignin tersusun oleh unit yang disebut dengan lignol, yang terdiri dari

aryl propanol yang tersusun pada senyawa aromatik dan tiga karbon rantai

karbon. Lignol secara struktural sangat berhubungan dengan asam amino

phenylalanine dan tyrosin. Lignol adalah derivat dari asam amino phenylalanine

dan tyrosin. Lignin lebih bersifat hidrofobik dibandingkan dengan selulosa dan

hemiselulosa (Ahmed et al., 2001).

Gambar 8. Unit-unit penyusun lignin (Ibrahim,1998)

Page 43: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

26

Lignin merupakan salah satu polimer fenilpropanoid yang sulit

dirombak ("recalcitrant") , oleh karena strukturnya heterogen dan sangat

kompleks. Lebih dari 30% material tumbuhan tersusun oleh lignin, sehingga dapat

memberikan kekuatan pada kayu terhadap serangan mikroorganisme (Orth

et al., 1993). Beberapa kelompok jamur dilaporkan mampu mendegradasi

senyawa lignin, seperti misalnya kelompok "White-rotfungi" mampu

menggunakan sellulosa sebagai sumber karbon untuk substrat pertumbuhannya

dan mempunyai kemampuan mendegradasi lignin. Jamur pendegradasi lignin

yang paling aktif adalah white-rot fungi seperti misalnya P. chrysosporium dan

Coriolus versicolor yang mampu merombak hemisellulosa, sellulosa dan lignin

dari limbah tanaman menjadi CO2 dan H2O (Paul, 1992; Limura, 1996).

Pada umumnya basidiomisetes white-rot mensintesis 3 macam enzim,

yaitu Lignin-peroksidase (LIPs), Manganese-peroksidase (MNPs) dan Laccase.

Ketiga enzim tersebut sangat berperan dalam proses degradasi lignin

(Srinivasan et al,. 1995). Enzim-enzim tersebut juga mampu mengoksidasi

senyawa-senyawa fenol. Dilaporkan, sebagian besar reaksi degradasi lignin oleh

basidiomisetes dikatalisis oleh enzim lignin peroksidase, Mn peroksidase

(Addleman et al., 1993; Dozoretz et al., 1993). Beberapa jamur pendegradasi

kayu di laporkan mampu mensintesis satu atau dua jenis enzim tersebut di atas,

misalnya P. chrysosporium, Trametes versicolor mampu mengekskresikan

lignin-peroksidase dan manganese peroksidase ke dalam medium, sedangkan

kelompok brown-rot fungi hanya mampu mensintesis lignin-peroksidase saja.

Enzim ligninase dan organisme yang mampu memproduksi enzim tersebut

mempunyai peluang yang sangat besar untuk diaplikasikan di industri-industri,

Page 44: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

27

seperti misalnya untuk degradasi polutan, biokonversi, biobleaching dan

biopulping dari potongan-potongan kayu (wood chip), desulfurisasi minyak bumi

dan batu bara dan deligninasi limbah pertanian (Dosoretz et al., 1993).

Prosedegradasi lignin oleh "white rot fungi" juga berguna untuk bioremediasi.

2.5. Protein

Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena yang paling erat

hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Nama protein berasal dari bahasa

Yunani (Greek) proteus yang berarti “yang pertama” atau “yang terpenting”.

Seorang ahli kimia Belanda yang bernama Mulder, mengisolasi susunan tubuh

yang mengandung nitrogen dan menamakannya protein, terdiri dari satuan

dasarnya yaitu asam amino (biasa disebut juga unit pembangun protein) (Suhardjo

dan Clara, 1992). Dalam proses pencernaan, protein akan dipecah menjadi satuan-

satuan dasar kimia.

Protein terbentuk dari unsur-unsur organik yang hampir sama dengan

karbohidrat dan lemak yaitu terdiri dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan

oksigen (O), akan tetapi ditambah dengan unsur lain yaitu nitrogen (N). Molekul

protein mengandung pula fosfor, belerang, dan ada jenis protein yang

mengandung unsur logam seperti besidan tembaga.

Molekul protein tersusun dari satuan-satuan dasar kimia yaitu asam

amino Dalam molekul protein, asam-asam amino ini saling berhubung-hubungan

dengan suatu ikatan yang disebut ikatan peptida (CONH). Satu molekul protein

dapat terdiri dari 12 sampai 18 macam asam amino dan dapat mencapai jumlah

ratusan asam amino (Suhardjo dan Clara, 1992).

Protein kasar (crude protein) adalah kandungan protein dalam bahan

Page 45: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

28

makanan yang didapat dengan mengalikan kandungan nitrogennya dengan faktor

konversi yaitu 6,25 menggunakan metode Kjeldahl. Protein kasar tidak hanya

mengandung true protein saja akan tetapi juga mengandung nitrogen yang bukan

berasal dari protein (non protein nitrogen). Nilai gizi protein adalah kemampuan

protein untuk memenuhi kebutuhan asam amino yang diperlukan (Silalahi, 1994).

2.6. Glukosa

Glukosa adalah karbohidrat yang tidak dihidrolisis atau diuraikan menjadi

sakarida lain yang lebih sederhana.Glukosa juga merupakan bentuk karbohidrat

yang beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energi.

Glukosa, suatu gula monosakarida, karbohidrat terpenting yang digunakan

sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk

sintesis semua karbohidrat lain di dalam tubuh seperti glikogen, ribose dan

deoxiribose dalam asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, dalam glikolipid,

dan dalam glikoprotein dan proteoglikan Glukosa terdapat dalam buah-buahan dan

madu lebah serta dalam darah manusia (Almatsier, 2004). Struktur glukosa dapat

dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Struktur glukosa (Fessenden. 1997)

Page 46: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

29

2.7. Fermentasi Padat

Fermentasi substrat padat berkaitan dengan pertumbuhan mikroorganisme

pada bahan padat dalam ketiadaan atau hampir ketiadaan air bebas. Tingkat lebih

atas dari fermentasi substrat padat (yaitu sebelum air bebas tampak) merupakan

fungsi penyerapan (absorbancy), dan dengan demikian kadar airnya pada

gilirannya tergantung pada jenis substrat yang digunakan. Aktivitas biologis

menurun bila kandungan air substrat sekitar 12%. Semakin mendekati nilai

tersebut, aktivitas mikrobiologis semakin tertahan. Fermentasi substrat padat

tidak memperhatikan fermentasi slurry (yaitu cairan dengan kandungan zat

padat taklarut yang tinggi) ataupun fermentasi substrat padat dalam medium cair.

Substrat yang paling banyak digunakan dalam fermentasi substrat padat adalah

biji-bijian serealia, kacang- kacangan, sekam gandum, bahan yang mengandung

linoselulosa (seperti kayu dan jerami), dan berbagai bahan lain yang berasal dari

tanaman dan hewan. Senyawaan tersebut selalu berupa molekul primer, tak larut

atau sedikit larut dalam air, tetapi murah, mudah diperoleh dan merupakan

sumber hara yang tinggi (Brok et al., 2006).

Jenis mikroorganisme yang tumbuh baik dibawah kondisi fermentasi

substrat padat ditentukan terutama oleh faktor aktivitas air (aw). nilai aw substrat

secara kuantitatif menyatakan banyaknya air yang dibutuhkan bagi aktivitas

mikroba (Brok et al., 2006)

Fermentasi media (substrat) padat mempunyai kandungan nutrien per

volume jauh lebih pekat sehingga hasil per volume dapat lebih besar. Produksi

protein mikroba untuk pakan ternak dari keseluruhan hasil fermentasi

dapat dilakukan dengan pengeringan sel-sel mikroba dan sisa substrat.

Page 47: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

30

Fermentasi substrat padat dengan kapang mempunyai keuntungan, (Dharma,

1992) yaitu :

1. Medium yang digunakan relatif sederhana

2. Ruang yang diperlukan pada saat fermentasi relatif kecil, karena air

yang digunakan sangat kecil.

3. Inokulum dapat disiapkan secara sederhana

4. Kondisi medium tempat pertumbuhan fungi mendekati kondisi habitat

aslinya.

5. Aerasi dihasilkan dengan mudah karena ada ruang udara diantara tiap

partikel substrat.

6. Produk yang dihasilkan dapat dipanen dengan mudah.

2.8. Urea

Urea juga dikenal dengan istilah carbamide. Urea dengan rumus kimia

(NH2)2CO merupakan senyawa kimia organik yang dihasilkan dari proses

metabolisme protein. Pada dasarnya urea merupakan limbah yang dihasilkan oleh

metabolisme di dalam tubuh manusia. Ketika hati (liver) memecah protein atau

asam animo dan amonia, maka proses pemecahan tersebut menghasilkan limbah

yang disebut dengan urea. Selanjutnya ginjal akan memindahkan atau melarutkan

urea dalam darah ke urin. Kelebihan nitrogin dalam tubuh juga akan dikeluarkan

melalui urea. Manusia umumnya mengeluarkan urea rata-rata 30 gram perhari

melalui urin dan keringat. Kandungan urea dalam urin lebih banyak daripada

kandungan urea dalam keringat. Selain urea yang diproduksi alami oleh tubuh,

maka saat ini urea juga dibuat oleh pabrik (Andriati, 2017). Struktur kimia urea

dapat dilihat pada Gambar 10.

Page 48: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

31

Gambar 10. Struktur urea (Fessenden. 1997)

Urea dapat dibuat dalam bentuk padat atau cair, dan sering digunakan

untuk bahan pembuatan pupuk dan pakan ternak. Mungkin kita lebih sering

menemukan tulisan "urea" di kantong pupuk yang digunakan oleh petani. Urea

diproduksi sebagai pupuk tanaman. Ketika nitrogen ditambahkan ke urea, maka

urea menjadi larut dalam air dan dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman.

Selain sebagai bahan dasar kandungan pupuk, urea juga digunakan untuk

membuat plastik, pakan ternak, lem, pembersih toilet, deterjen, pewarna

rambut,pestisida, dan fungisida (Andriati, 2017).

Dalam dunia kedokteran dan pengobatan, urea digunakan dalam

barbiturat. Barbiturat adalah produk dermatologis yang dapat mengembalikan

kelembapan kulit dan diuretik. Selain itu, dokter dapat menggunakan urea dengan

takaran tertentu untuk mendeteksi penyakit dan gangguan yang mempengaruhi

ginjal, seperti gagal ginjal akut atau penyakit ginjal stadium akhir (ESRD).

Kandungan nitrogen urea dalam darah dan nitrogen urea dalam urin bisa

digunakan untuk menentukan apakah seseorang mempunyai ginjal yang sehat atau

tidak. Kekurangan atau kelebihan urea dalam darah atau urin tidak selalu

menunjukkan padah masalah ginjal, tapi kadang disebabkan karena dehidrasi atau

karena asupan protein yang berlebihan (Andriati, 2017)

Page 49: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

32

2.9. Spektrofotometri UV-VIS

Spektrofotometri UV-Vis merupakan teknik analisis spektroskopik yang

memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dan

sinar tampak (380-780 nm). Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya

(monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian

dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap, dan sisanya diteruskan.

Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai

absorbansi dan berbanding lurus dengan konsentrasi sampel Spektrofotometer

UV-Vis tersusun atas sumber spektrum yang kontinyu, monokromator, sel

pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur

perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding (Khopkar,

2003). Komponen dalam UV-Vis dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Komponen-komponen UV-Vis (Khopkar. 2003)

Spektroskopi UV-Vis telah menjadi salah satu teknik spektroskopi

absorpsi yang banyak dimanfaatkan karena relatif sederhana dan praktis

digunakan dalam 19 berbagai jenis analisis, misalnya senyawa organik, anorganik,

maupun dalam bidang mikrobiologi (Day et al., 2002). Spektroskopi absorpsi

Page 50: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

33

biasanya digunakan untuk mengukur larutan berwarna. Absorban dari suatu

larutan bergantung dari konsentrasi larutan tersebut dan oleh karena

ituspektrioiskopi absorpsi digunakan untuk pengukuran kuantitatif. Panjang

gelombang adsopsi dan kekuatan absorban dari molekul tidak hanya bergantung

dari sifat kimia molekul tapi juga keadaan lingkungan kromofor molekul tersebut

(Schmid, 2001).

Komponen-komponen pokok dari spektrofotometer meliputi:

1. Sumber tenaga radiasi yang stabil, sumber yang biasa digunakan adalah

lampu wolfram.

2. Monokromator untuk menghasilkan sinar yang monokromatiss.

3. Sel absorpsi, pada pengukuran di daerah visibel menggunakan kuvet kaca

atau kuvet kaca corex, tetapi untuk pengukuran pada UV menggunakan sel

kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.

4. Detektor radiasi yang dihubungkan dengan sistem meter atau pencatat.

Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya

pada berbagai panjang gelombang (Khopkar, 2010)

Spektrofotometer UV-Vis digunakan terutama untuk analisa kuantitatif,

tetapi dapat juga untuk analisa kualitatif. Penggunaan untuk analisa kuantitatif

didasarkan pada hukum Lambert – Beers yang menyatakan hubungan empirik

antara intensitas cahaya yang di transmisikan dengan tebalnya larutan (Hukum

Lambert / Bouguer ), dan hubungan antara intensitas tadi dengan konsentrasi zat

(Hukum Beers). Spektrum absorbsi daerah ini sekitar 220 nm sampai 800 nm dan

dinyatakan sebagai spektrum elektron.Suatu spektrum ultraviolet meliputi daerah

Page 51: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

34

bagian ultraviolet ( 190–380 nm ), spektrum visibel bagian sinar tampak (380–780

nm) (Sastroamidjojo, 1985 dan Roth, 1994).

Hukum Lambert–Beers = A = log Io/It = ε. b . c

Dimana : Io = Intensitas sumber sinar

It = Intensitas sinar yang diteruskan

ε = Absortivitas molar

b = Panjang medium

c = Konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar

A = Absorbansi

Page 52: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

35

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai November 2017 di

Laboratorium Kelompok Lingkungan, Bidang Industri dan Lingkungan, Pusat

Aplikasi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional (PAIR-BATAN),

Pasar Jum‟at, Jakarta Selatan.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah laminar air flow

(LK 180), sentrifuge (Hitachi Himac CR 21G II), spektrofotometer UV-Vis

(Hitachi), inkubator (Blue M, Adams Air Bath, Heraeus), autoklaf (Wiseclave),

oven (Memmert), pH meter (Pcstestr 35), magnetic stirrer (Wisestir MHD 20),

vortex (Bohemia), shaker mekanis (Edmund Buhler SM 25), timbangan analitik

(Acculab), desikator (Sanplatec), cutting mill, hot plate, micropipette, kapas,

karet, paralon kecil berukuran 5 cm, microtube, cawan petri, oase, bunsen,

gunting, cawan porselein, alumunium foil dan alat-alat gelas lainnya.

3.2.2. Bahan

Bahan yang digunakan adalah tajuk rumput gajah yang berumur 2 bulan

masa tanam yang diperoleh dari lahan perbibitan unggul di PAIR-BATAN,

inokulan konsorsium mikroorganisme M1 = P. chysosporium dan B. circulans,

M2 = P. chysosporium, T. reesei, dan S. cerevisiae, Potato Dextrose Broth

(PDB), Potato Dextrose Agar (PDA), larutan dinitrosalisilat (DNS), larutan

Page 53: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

36

karboksi metil selulosa (CMC). Larutan fisiologi (NaCl), reagen arseno

molibdat, molase, larutan asam sitrat, larutan NaOH, buffer natrium sitrat

(Na3C6H5O7), K2Cr2O7, H2SO4 pekat, katalis selenium, larutan HCl, indikator

fenolftalein (C20H14O4), glukosa (C6H12O6), pepton , yeast extract, CH3COOH,

urea teknis (NH2)2CO, natrium asetat (C2H3NaO2), buffer asetat pH 5,

veratril alkohol dan akuades.

3.3. Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini substrat yang digunakan adalah tajuk rumput gajah

yang berusia dua bulan masa tanam dengan perlakuan F1 inokulan konsorsium

mikroorganisme (M1) = Phanerochaete chysosporium dan Basillus circulans,

(M2) = Phanerochaete chysosporium, Tricoderma reesei, dan Saccharomyces

cerevisiae dan F2 dengan adanya penambahan urea 2% (U1) dan tanpa dengan

penambahan urea (U0). Biodelignifikasi substrat biomassa tanaman rumput gajah

dilakukan selama 16 hari. Evaluasi sampel M0U0, M0U1, M1U0, M1U1, M2U0,

dan M2U1 dilakukan pada hari ke- 0, 4, 8, 12 dan 16 hari setelah inokulasi.

Substrat rumput gajah hasil biodelignifikasi selama 16 hari (waktu inkubasi

optimum) dengan evaluasi pengamatan yang terdiri dari pH, kadar air, bahan

kering, bahan organik, abu, aktivitas lignin peroksidase, aktivitas selulase, kadar

lignin, hemiselulosa dan selulosa, kadar glukosa, kadar C organik. Data yang

diperoleh dianalisis menggunakan analysis of variance (ANOVA) pada IBM

SPSS versi 20.0.

Page 54: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

37

DIAGRAM ALIR PENELITIAN

Pembuatan inokulan konsorsium mikroorganisme

M1 = Phanerochaete chysosporium dan

Basillus circulans

M2 = Phanerochaete chysosporium, Tricoderma

reesei, dan Saccharomyces cerevisiae

Preparasi tajuk rumput gajah

Delignifikasi dan fermentasi SSF menggunakan inokulan konsorsium

mikroorganisme F1 dan F2 dan penambahan urea 0, 4, 8, 12, dan 16 hari

M0U0 dan M0U1 M2U0 dan M2U1 M1U0 dan M1U1

Evaluasi

pH dan kadar air

Pengeringan substrat dalam oven 65 oC selama 72 jam

Evaluasi

Kadar glukosa, bahan organik, kadar abu

Kadar ekstraktif, selulosa, hemiselulosa, lignin, kadar C organik, TKN (protein

kasar) dan protein terlarut.

Gambar 12. Diagram alir penelitian

Page 55: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

38

3.4. Cara Kerja

3.4.1. Peremajaan Kultur Fungi (Mulyana et al., 2015)

Kultur inokulan konsorsium M1 = phanerochaete chysosporium dan

basillus circulans, M2 = phanerochaete chysosporium, tricoderma reesei, dan

Saccharomyces cerevisiae diperoleh dari koleksi kultur mikroba terpilih di

kelompok lingkungan, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR-BATAN).

Kedua kultur inokulan konsorsium diremajakan dalam media PDB (potatoes

dextrose broth). Potongan kultur fungi sekitar 0,5 x 0,5 cm dimasukan ke dalam

25 mL PDB dan diinkubasi dalam shaker pada 100 rpm selama 4 hari.

Sebanyak 100 µl kultur fungi tersebut disebarkan pada permukaan media

PDA (potatoes dextrose agar) dalam cawan petri kemudian diinkubasi pada

30ºC selama 4-7 hari.

3.4.2. Preparasi Substrak Tajuk Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)

Rumput gajah (Pannisatum purpureum) yang berusia 2 bulan masa tanam

dan ditebang ½ m dari akar diperoleh dari lokasi penanaman di Pusat Aplikasi

Isotop dan Radiasi, BATAN. Tajuk rumput gajah dikeringkan dan dicacah

dengan chopper mekanis.

3.4.3. Pembuatan Nutrisi Molase

Molase yang didapatkan di Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATAN.

Molase teknis di encerkan dengan perbandingan 1 : 1, 100 mL molase teknis

dicampurkan dengan 100 mL aquades kemudian distirer selama 15 menit.

3.4.4. Pembuatan Inokulan Konsorsium (Mulyana et al., 2015)

Potongan kultur inokulan konsorsium M1 = P. chysosporium dan B.

Page 56: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

39

circulans, M2 = P. chysosporium, T. reesei, dan S. cerevisiae, masing-masing

sekitar 0,5x0,5 cm dikultivasi dalam media PDB (Potatoes Dextrose Broth) yang

berbeda. Kemudian diinkubasi dalam shaker pada 100 rpm dan suhu ruang 28-

30ºC selama 4 hari sehingga diperoleh kultur cair atau starter dengan kerapatan

sekitar 107

propagul/mL. Starter ini digunakan pada fermentasi padat substrat

rumput gajah.

3.4.5. Perlakuan Pada Substrat

Tajuk rumput gajah yang sudah di potong menggunakan chopper mekanis

selanjutnya ditimbangg masing-masing 200 gram kemudian masing-masing

dicampurkan 15 mL aquades dan 10 mL nutrisi molase kemudian dimasukan

kedalam plastik polyethylen berukuran 5 kg, selanjutnya disterilkan

menggunakan autoclave dengan suhu 1210C selama 2 jam. Setelah selesai tunggu

hingga suhu substrat stabil, kemudian perlakuan pada substrat yang akan

difermentasi dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Perlakuan Terhadap Sampel

Masing-masing sampel yang diberikan perlakuan setelah diaduk rata

dimasukkan kedalam plastik berukuran 200 gram kemudian sampel dimampatkan

Sampel Bobot

Sampel Aquades Molase

Urea

2% Konsorsium

M0U0 Substrat 200 gram 15 mL 10 mL - -

M0U1 Substrat 200 gram 5 mL 10 mL 10 mL -

M1U0 Substrat 200 gram 10 mL 10 mL - 5 mL

M1U1 Substrat 200 gram - 10 mL 10 mL 5 mL

M2U0 Substrat 200 gram 10 mL 10 mL - 5 mL

M2U1 Substrat 200 gram - 10 mL 10 mL 5 mL

Page 57: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

40

dan ujung plastik diberikan paralon berukuran 5 cm kemudian plastik diikat dan

ditengah paralon tersebut diberikan kapas kemudian difermantasi selama 0, 4, 8,

12, dan 16 hari pada suhu ruang.

3.5. Evaluasi

3.5.1. Penentuan pH (Alidadi et al., 2007)

Sebanyak 2 gram sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer berukuran 100

ml, kemudian ditambahkan 40 mL akuades dan dikocok menggunakan

shaker mekanis pada 100 rpm selama 30 menit. Endapan dipisahkan dengan

kertas saring dan supernatan ditampung dalam erlenmeyer 50 mL, kemudian

dilakukan pengukuran pH sampel dengan pH meter digital.

3.5.2. Kadar Air (AOAC, 2005)

Cawan porselen dicuci menggunkan akuades lalu dikeringkan dalam oven

pada suhu 105oC selama 1 hari. Cawan tersebut kemudian diletakkan di desikator

selama 30 menit lalu ditimbang (a). Sampel seberat 3 gram ditimbang kedalam

cawan (b). Cawan yang berisi sampel dimasukkan kedalam oven dengan suhu

105oC selama 1 hari. Cawan kemudian dimasukkan kembali ke dalam desikator

dan dibiarkan selama 30 menit kemudian ditimbang hingga memperoleh bobot

yang tetap (c). Perhitungan kadar air dapat dilakukan menggunakan rumus:

kadar air = b c

b a x

Keterangan :

a = berat cawan kosong (gram)

b = berat cawan yang diisi dengan sampel (gram)

c = berat cawan yang sudah dikeringkan (gram)

Page 58: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

41

3.5.3. Kadar Abu dan Bahan Organik (BSN, 1992)

Analisis bahan organik dilakukan untuk mengetahui jumlah bahan

organik yang terdapat pada suatu bahan. Cawan porselen dibersihkan dan

dikeringkan di dalam oven bersuhu sekitar 105°C selama 1 jam. Cawan porselen

kemudian dimasukkan ke dalam desikator selama 1 jam dan kemudian

ditimbang. Sampel sebanyak 2-3 g ditimbang ke dalam cawan porselen. Cawan

yang berisi sampel dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105°C selama 24

jam dan dimasukkan ke dalam furnace dengan suhu 550°C hingga mencapai

pengabuan sempurna (5-6 jam). Cawan dimasukkan ke dalam desikator dibiarkan

sampai dingin kemudian ditimbang hingga memperoleh bobot tetap. Perhitungan

kadar abu dapat dilakukan menggunakan rumus:

kadar abu = w w

w w x

Keterangan :

W0 = berat cawan kosong(gram)

W1 = berat cawan dengan sampel (gram)

W2 = berat cawan dengan sampel yang sudah diabukan (gram)

Bahan organik dapat dihitung dengan rumus:

% Bahan Organik = 100% - Kadar Abu

Keterangan :

a = berat cawan kosong (gram)

b = berat cawan dengan sampel (gram)

c = berat cawan dengan sampel yg sudah diabukan (gram)

3.5.4. Aktivitas Enzim Selulase (Miller, 1972)

Sebanyak 2 gram substrat rumput gajah fermentasi ditambahkan 20 mL

larutan buffer sitrat kemudian disentrifuse dengan kecepatan 12000 rpm.

Supernatan merupakan ekstrak enzim selulase. Pada penentuan aktivitas enzim

Page 59: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

42

selulase, sebanyak 500 μL substrat berupa carboxymethylcellulose (CMC) 1%

ditambah dengan 500 μL ekstrak enzim kasar lalu divortex dan diinkubasi

selama 30 menit pada suhu 500C. Setelah itu campuran substrat dan enzim

diambil sebanyak 500 μL dan ditambah dengan 500 μL DNS, dipanaskan sampai

mendidih dan berubah warna kemudian didinginkan. Larutan kemudian

ditambahkan 5 mL akuades. Aktifitas enzim diukur menggunakan

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 540 nm.

Aktivitas enzim selulase (u

g D ) =

V buffer sitrat x fp x Abs x a x , 7

berat kering sampel (gram)

Keterangan :

Fp : faktor pengenceran

Abs : absorbansi sampel

A : slope pada kurva standar glukosa

0,37 : standar internasional (1 unit enzim mampu menghasilkan 0,37 g

glukosa)

3.5.5. Aktivitas Enzim Lignin Peroksidase (LiP) (Bonnen et al., 1994)

Sebanyak 2 g sampel tajuk rumput gajah dan 20 mL bufer asetat

dimasukan ke dalam erlenmeyer 250 mL dan dikocok dengan shaker mekanis

pada 100 rpm selama 30 menit. Pemisahan endapan dan supernatan dilakukan

dengan sentrifuse pada 8000 rpm dan -4ºC selama 15 menit. Supernatan (ekstrak

kasar enzim) ini digunakan sebagai sampel pada analisis aktivitas lignin

peroksidase (LiP). Ke dalam microtube berukuran 2 mL dimasukan 0,1 mL

veratryl-alkohol (8 mM), 0,2 mL bufer asetat (50 mM pH 3), 0,45 mL akuades,

0,05 mL H2O2 (5 mM) dan 0,2 mL sampel (ekstrak kasar enzim). Tabung/cuvet

dikocok perlahan agar semua bahan tercampur. Reaksi aktivitas enzim dilakukan

pada suhu ruang 28-32ºC kemudian dilakukan pengukuran dengan

Page 60: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

43

spektrofotometer pada 310 nm. Absorbansi diukur pada waktu 0 dan 10 menit

atau lebih lama (Bonnen et al., 1994).

Aktivitas Enzim (U

ml)=

D x Vtotal x

max x d x Venzim(ml)x t

Keterangan :

∆OD = selisih absorbansi pada 10 dan 0 menit

Vtotal = 1 ml, Venzim = 0,2 ml εmaks = absorpsivitas molar veratril - alkohol 9300/M.cm

d = tebal bagian dalam kuvet (cm)

t = waktu reaksi aktivitas enzim (menit)

3.5.6. Kadar Glukosa (Nelson, 1945 dan Somogyi, 1944)

Sebanyak 3 gram substrat sampel fermentasi ditambahkan 30 mL

akuades kemudian disentrifuse dengan kecepatan 12000 rpm. Supernatan

kemudian diuji kadar glukosanya. Pada penentuan kadar glukosa, sebanyak 250

μL sampel ditambahkan 250 μL reagen nelson kemudian dipanaskan dalam

penangas air sampai 100oC. Reagen nelson terdiri dari campuran reagen nelson A

dan nelson B dengan perbandingan 1 : 25. Larutan kemudian didinginkan sampai

suhu ruang. Setelah dingin, ditambahkan 250 μL reagen arseno molibdat dan

divortex sampai endapan CuO larut lalu ditambahkan 4 mL akuades dan divortex

kembali. Kadar glukosa diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang

gelombang 540 nm.

Aktivitas enzim selulase (mg

g D ) =

fp x Abs x V aquades x a

berat kering sampel (gram)

3.5.7. Penentuan Protein Terlarut (Lowry et al., 1951)

Dicampurkan ke dalam gelas beaker 100 mL NaCO3, 1 mL

CuSO4.5H2O, dan 1 mL Kalium Natrium Tartarat. Sample sebanyak 500 µl

Page 61: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

44

dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 4 mL larutan

campuran dan ditunggu 5 menit. Setelah 5 menit ditambahkan folin 500 µl ke

dalam tabung reaksi dan diinkubasi selama 30 menit. Kemudian dilakukan

pengukuran dengan spektrofotometer pada panjang gelombang (λ) 6 nm.

Aktivitas spesifik didefinisikan sebagai unit aktivitas permiligram protein.

Perhitungan aktivitas spesifik menurut Machfoed et al., (1989) adalah sebagai

berikut :

Aktivitas Spesifik =unit aktivitas (

UmL

filtrat)

kadar protein (mgmL

)

3.5.8. Kadar Ekstraktif (Ayeni et al., 2015) (Metode Chesson dan SNI

0492:2008)

Dimasukan 2,5 g sampel kering oven ke dalam erlenmeyer ukuran 250

ml. Kemudian ditambahkan 150 mL aseton atau alkohol-benzen 1: 2 (Metode

Chesson) atau akuades, kemudian dididihkan pada 100ºC dalam water bath

selama 1 jam dan didinginkan. Pemisahan ekstraktif dilakukan dalam cawan masir

dan divakum sehingga diperoleh endapan bebas ekstraktif kemudian dikeringkan

dalam oven pada 105ºC selama 24 jam. Kadar ekstraktif adalah selisih bobot

sampel awal dan sampel bebas ekstraktif.

3.5.9. Penentuan Kadar Selulosa (Ayeni et al., 2015 )

Selulosa (konten % w/w) dihitung dengan perbedaan, beranggapan

bahwa ekstraktif, hemiselulosa, lignin, abu, dan selulosa adalah komponen

keseluruhan biomassa

adar selulosa = erat kering ekstraktif hemiselulosa abu – lignin

Page 62: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

45

3.5.10. Penentuan Kadar Hemiselulosa (Ayeni et al., 2015)

Dimasukan 0,5 g sampel kering bebas ekstraktif ke dalam erlenmeyer

ukuran 250 mL. Lalu ditambahkan 75 mL larutan 2% NaOH kemudian dididihkan

pada 100ºC selama 3,5 jam dan didinginkan. Dilakukan filtrasi vakum dalam

cawan masir dan dicuci menggunakan akuades sehingga diperoleh pH endapan

yang netral. Endapan kemudian dikeringkan dalam oven pada 105ºC selama 24

jam.

Kadar hemiselulosa adalah selisih bobot sampel bebas ekstraktif sebelum

dan sesudah perlakuan ini dibandingkan dengan bobot sampel awal (berat kering

sampel).

3.5.11. Penentuan Kadar Lignin (Ayeni et al., 2015)

Dimasukan 0,3 g sampel kering bebas ekstraktif ke dalam erlenmeyer

ukuran 250 mL. Kemudian ditambahkan 5 mL larutan 72% H2SO4 kemudian

dikocok secara hati-hati dengan interval waktu 30 menit selama 2 jam.

Ditambahkan 140 mL akuades kemudian dipanaskan dalam autoclave pada 121ºC

selama 3 x 15 menit dan didinginkan. Hidrolisat lalu dipisahkan dengan filter

vakum dalam cawan masir kemudian endapan dikeringkan dalam oven pada

105ºC selama 24 jam (endapan kering ini mengandung lignin dan abu). Endapan

dipanaskan dalam tanur pada 575ºC - 650ºC selama 5 jam.

Perhitungan untuk mencari kadar lignin adalah:

Page 63: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

46

kadar lignin= endapan abu

sampel awal x

3.5.1. Analisis Data

Data hasil penelitian ini dianalisis menggunakan analysis of variamce

(ANOVA) pada SPSS versi 20.0 dengan batas kepercayaan sebesar 95% (α =

0,05) dan uji lanjut Duncan.

Page 64: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

47

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Fermentasi Rumput Gajah

Sebelum proses fermentasi dilakukan, substrat rumput gajah dipreparasi

terlebih dahulu dengan perlakuan mekanik dan kimia. Perlakuan mekanik

dengan mencacah substrat rumput gajah menggunakan cutting mill dan

dikeringkan guna menurunkan kadar air dari substrat rumput gajah yang baru

ditebang dalam suhu ruang selama 2 hari. Pada perlakuan kimia substrat rumput

gajah ditambahkan nutrisi dan disterilkan guna menghilangkan bakteri atau zat-

zat kimia yang dapat memperhambat proses fermentasi. Tujuannya adalah

mengadaptasikan sel terhadap medium fermentasi (rumput gajah), sehingga

mempersingkat lag phase (fase adaptasi) dan pertumbuhan fungi akan

maksimum dalam waktu yang relatif singkat (Pangesti et al., 2012).

Larutan nutrisi atau Mineral Salts Medium (MSM) merupakan media

pertumbuhan mikroorganisme yang memiliki peran penting pada proses

fermentasi karena mempengaruhi kestabilan mikroorganisme (Somda et

al., 2011). Mineral-mineral tersebut digunakan untuk pertumbuhan sel fungi

termasuk pembelahan sel dan proses metabolismenya (Birch dan Walker,

2000). Media yang digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme selain MSM

adalah Yeast extract. Yeast extract pada dasarnya berisi asam glutamat yang

merupakan sumber nitrogen. Nitrogen berperan dalam pengaturan degradasi

lignin sebagai bagian dari metabolisme sekunder dalam fungi. Konsentrasi

nitrogen dalam media mempengaruhi enzim pendegradasi lignin yang

dihasilkan fungi (Fadilah dan Distantina, 2009). Konsentrasi nitrogen yang

Page 65: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

48

rendah akan menstimulasi produksi enzim, sebaliknya konsentrasi nitrogen

yang tinggi akan menekan produksi enzim (Fadilah dan Distantina, 2009).

4.1.1. Perubahan pH

pH merupakan satu diantara beberapa faktor penting yang mampu

mempengaruhi pertumbuhan fungi dan proses fermentasi.

Gambar 13. Grafik perubahan nilai pH medium SSF

Keterangan :

M0U0 = Konrol

M0U1 = Kontrol + Urea 2%

M1U0 = konsorsium mikroorganisme M1

M1U1 = konsorsium mikroorganisme M1 + urea 2%

M2U0 = konsorsium mikroorganisme M2

M2U1 = konsorsium mikroorganisme M2 + urea 2%

Dari Gambar 13 dapat dilihat bahwa pada hari ke-0 atau pada saat

fermentasi baru dimulai, range pH yang dihasilkan pada semua sampel berkisar

antara 5,84 – 6,35 (Lampiran 1). Hal ini dikarenakan pH pada substrat rumput

gajah yaitu 6, terjadinya kenaikan atau penurunan kadar pH di hari ke-0

fermentasi disebabkan adanya penambahan mikroorganisme, urea, dan nutrisi

pada sampel yang akan difermentasi. Pada hari ke-4 fermentasi terjadi kenaikan

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

0 4 8 12 16

Per

ubah

an p

H M

ediu

m S

SF

Waktu Fermentasi (Hari)

M0U0 M0U1 M1U0

M1U1 M2U0 M2U1

Page 66: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

49

nilai pH yang fluktuatif pada masing sampel yaitu berkisar 6,97 – 7,95, karena

pada hari ke-4 mikroorganisme dalam sampel mulai bekerja. Pada hari ke-8, 12,

dan 16 fermentasi terjadi perubahan kadar pH pada masing-masing sampel dengan

range nilai pH berkisar antara 7,57 – 7, 97. Hal ini dikarenakan pH optimum

mikroorganisme yang terdapat dalam sampel yaitu berkisar antara pH 6 – 8

sehingga mikroorganisme pada sampel dapat bekerja dengan baik. Pada sampel

M0U1 dan M2U0 dengan adanya penambahan urea tidak terjadi perubahan yang

signifikan hal ini dikarenakan urea yang terdapat dalam sampel dapat digunakan

oleh mikroorganisme sebagai mineral yang berguna untuk proses metabolisme

tubuh mikroorganisme pada saat fermentasi berlangsung. Menurut Manfaati

(2010), urea sebagai sumber nitrogen merupakan makronutrien untuk

pertumbuhan mikroorganisme. Unsur tersebut akan membentuk komponen

protein mikroba, nitrogen dibutuhkan dalam pebentukan asam amino esensial

(Dhalika et al., 2012). Hasil analisis duncan juga menunjukan bahwa adanya

penambahan urea berpengaruh nyata atau (p<0,05) terhadap nilai pH hasil

fermentasi SSF yaitu nilai pH pada sampel yang ditambahkan urea lebih besar

dari sampel yang tidak ditambahkan urea (Lampiran 3).

Kenaikan pH dapat disebabkan oleh perombakan bahan organik yang

terdapat dalam substrat oleh mikroorganisme yang menghasilkan gas

karbondioksida CO2 dan ammonia (NH3) (Romayanto et al., 2006). Mekanisme

mikroba pada dekomposisi bahan organik (Munawaroh et al., 2013). Perubahan

nilai pH yang terjadi juga dapat disebabkan oleh adanya perubahan dalam

kesetimbangan ion hidrogen yang mungkin terjadi karena pengaruh pembentukan

produk, pengambilan nutrien, reaksi oksidasi reduksi serta perubahan dalam

Page 67: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

50

kapasitas buffer (Rahayuningsih, 2003). Perubahan pH ini dapat mengakibatkan

perubahan sisi aktif serta struktur enzim akibat adanya perubahan ionisasi pada

asam amino penyusunnya. Saat pH optimum, struktur dan sisi aktif enzim berada

pada keadaan yang paling sesuai untuk berikatan dengan substrat dan proses

katalisis pada saat fermentasi berlangsung. Semakin jauh dari pH optimum maka

struktur dan sisi aktif enzim semakin tidak sesuai karena terjadi perubahan akibat

pelipatan pada struktur enzim akibat perubahan ionisasi pada asam aminonya

(Triana, 2012).

Rentang nilai pH pada hasil penelitian yang telah dilakukan berkisar

antara 6-8 masih dalam pertumbuhan yang optimum bagi dua variasi konsorsium

M1 = P. chysosporium dan B. circulans, dan M2 = P. chysosporium, T. reesei,

dan S. cerevisiae. Rentang pH tersebut juga masih dalam pertumbuhan optimum

bagi enzim pendegradasi lignin yang pada umumnya bekerja optimal pada kisaran

pH asam sampai netral (Sharaf et al., 2012).

Kondisi pH yang optimum akan membantu enzim untuk mengkatalis suatu

reaksi dengan baik. Enzim tidak dapat bekerja pada pH yang terlalu rendah atau

pH yang terlalu tinggi karena akan mengakibatkan enzim terdenaturasi sehingga

sisi aktif enzim terganggu (Safaria et al., 2013).

4.1.2. Kadar Air

Analisis kadar air dilakukan untuk mengetahui jumlah air yang terkandung

dalam substrat. Penentuan kadar air dilakukan untuk mengetahui berat kering dari

suatu bahan dengan metode gravimetri. Pada metode gravimetri diasumsikan

bahwa hanya air yang menguap dalam proses pengeringan. Kadar air sangat

Page 68: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

51

mempengaruhi dekomposisi bahan organik. Mikroorganisme dapat bekerja

dengan baik, bila kadar airnya berkisar antar 50-75% (Indriani et al., 2015).

Gambar 14. Perubahan kadar air medium SSF

Keterangan :

M0U0 = Konrol

M0U1 = Kontrol + Urea 2%

M1U0 = konsorsium mikroorganisme M1

M1U1 = konsorsium mikroorganisme M1 + urea 2%

M2U0 = konsorsium mikroorganisme M2

M2U1 = konsorsium mikroorganisme M2 + urea 2%

Kadar air substrat hasil fermentasi selama 16 hari mengalami perubahan

fluktuatif (Gambar 14). Kadar air semua sampel mengalami kenaikan yang

fluktuatif dari hari ke-0 atau proses awal dilakukanya proses fermentasi SSF

(Lampiran 1). Kenaikan kadar air optimum terjadi dihari ke-12 fermentasi yaitu

berkisar antara 68,11% - 73,57%, karena pada hari ke-12 mikroorganisme yang

terdapat dalam sampel menggunakan kandungan air untuk proses metabolisme

tubuhnya dan pada hari ke-16 fermentasi mengalami penurunan yaitu berkisar

antara 69,07% - 70,27%, hal ini dikarenakan pada hari ke-16 kandungan air yang

terkandung oleh substrat telah banyak digunakan oleh mikroorganisme untuk

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

0 4 8 12 16

Kad

ar A

ir (

%)

Waktu Fermentasi (Hari)

M0U0 MOU1 M1U0

M1U1 M2U0 M2U1

Page 69: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

52

proses pertumbuhanya. Pada sampel M1U1 dan M2U1 kadar air relatif konstan

dari hari ke- 12 dan hari ke-16 yaitu berkisar antara 68% - 73%, hal ini

dikarenakan urea merupakan nitrogen yang dapat digunakan sebagai tambahan

mineral dan nutrisi yang dapat digunakan untuk proses metabolisme

mikroorganisme yang terdapat dalam sampel.

Pengurangan kadar air dapat disebabkan oleh pemanfaatan air tersebut

oleh fungi untuk proses metabolisme dalam tubuhnya. Selain itu, pada proses

fermentasi kadar air berfungsi untuk proses transport nutrien dan produk-

produk metabolit melalui membran sel (Hilakore, 2008).

Menurut Hall (1970), perkembangan mikroorganisme dipengaruhi oleh

suhu dan air. Pada penelitian ini besarnya kadar air yang didapatkan yaitu berkisar

antara 64% - 74%. Kadar air tersebut masih dalam jumlah yang baik untuk proses

pertumbuhan mikroorganisme pada saat fermentasi berlansung. Kadar air yang

tinggi pada bahan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan berbagai

mikroba, dengan banyaknya populasi mikroba maka akan lebih banyak memecah

bagian makanan sebagai sumber energi seperti karbohidrat, protein, dan lemak.

Keadaan ini akan menurunkan kadar bahan kering dari bahan pakan. Suhardjo et

al. (1986) menyatakan bahwa selama proses penyimpanan, penurunan bahan

kering dapat terjadi akibat aktifitas enzim, mikroorganisme, proses oksidasi

dengan membentuk uap air sehingga kandungan air meningkat.

Kenaikan kadar air disebabkan oleh hasil metabolisme konsorsium yang

digunakan pada substrat rumput gajah. Selain itu jumlah penambahan jenis

konsorsium pada substrat rumput gajah juga mempengaruhi kadar air. Menurut

Fardiaz (1988) selama fermentasi berlangsung, mikroorganisme menggunakan

Page 70: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

53

karbohidrat sebagai sumber energi yang dapat menghasilkan molekul air dan

karbondioksida. Sebagian besar air akan tertinggal dalam produk dan sebagian

lagi akan keluar dari produk. Air yang tertinggal dalam produk inilah yang akan

menyebabkan kadar air menjadi tinggi dan bahan kering menjadi rendah

(Winarno et al., 1980).

4.1.3. Perubahan Aktivitas LiP dalam Medium SSF

LiP adalah enzim peroksidase ekstraseluler yang aktivitasnya bergantung

pada H2O2. LiP mengoksidasi senyawa aromatik (fenolik dan non fenolik) dengan

memindahkan 1 elektron, menghasilkan phenoxy radical dan kation radikal.

Kemudian bereaksi secara spontan dengan nukleofil (bagian utama air) dan

molekul oksigen. Hasilnya sebuah “enzymatic combustion” (pembakaran secara

enzimatik) yang memecah ikatan C-C dan C-O, mendepolimerasi senyawa

polimer dan membuka cincin aromatik. Kebanyakan produk aromatik dan alifatik

terbentuk dengan cara demikian. Veratril alkohol merupakan produk metabolit

sekunder. VA merupakan substrat untuk LiP dan menstimulasi kerjanya,

kemungkinan bukan sebagai mediator elektron akan tetapi dengan mendonasikan

elektron ke LiP, sehingga akan membuat siklus katalitiknya menjadi lengkap

(Akhtar, 2010). Perubahan aktivitas LiP dapat dilihat pada Gambar 15.

Page 71: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

54

Gambar 15. Perubahan aktivitas LiP dalam medium SSF

Keterangan :

M1U0 = konsorsium mikroorganisme M1

M1U1 = konsorsium mikroorganisme M1 + urea 2%

M2U0 = konsorsium mikroorganisme M2

M2U1 = konsorsium mikroorganisme M2 + urea 2%

Berdasarkan Gambar 15 kenaikan aktifitas LiP setelah 16 hari fermentasi

SSF terjadi kenaikan pada sampel M2U1 pada hari ke-4 sebesar 4487 U/g

mengingkat pada hari ke-8 menjadi 7174 U/g kemudian meningkat lagi pada hari

ke-12 yaitu menjadi 15588 U/g dan terjadi penurunan pada hari ke-16 menjadi

4408 U/g. Hal ini disebabkan oleh berhentinya pertumbuhan kapang atau

pertumbuhan kapang maksimum terjadi pada hari ke-12 selanjutnya pada hari ke-

16 terjadinya penurunan pertumbuhan kapang yang terlihat dengan menurunnya

enzim pada sampel (Lampiran 1), hal ini disebabkan oleh pada hari ke-16

kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh kapang sudah banyak terpakar pada saat

fermentasi sampai hari ke-16. Hasil uji statistik Duncan juga menunjukkan beda

nyata atau (P<0,05) pada sampel M1U1 dan M2U1 dengan sampel lainya yaitu

pada sampel yang mengandung urea aktivitas LiP nya lebih besar dari sampel

yang tidak mengandung urea (Lampiran 3). Aktivitas LiP pada sampel yang

0

5000

10000

15000

20000

4 8 12 16

Ak

tiv

itas

LiP

(U

/g)

Waktu Fermentasi (Hari)

M1U0 M1U1M2U0 M2U1

Page 72: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

55

mengandung urea yaitu M1U1 dan M2U1 terjadi kenaikan yang signifikan karena

kapang P. chysosporium mendapatkan nutrisi dan mineral dari adanya

penambahan urea sehingga kapang tersebut dapat tumbuh dengan baik dan dapat

menghasilkan aktifitas LiP yang lebih besar dari sampel lainya atau tanpa

penambahan urea.

Pengukuran Aktifitas enzim LiP menggunakan H2O2 veratril alkohol

buffer asetat pH 3 dan akuades. H2O2 berfungsi sebagai reduktor yang akan

mengoksidasi enzim pada keadaan awal (restyng enzyme) dengan dua elektron

membentuk senyawa intermediet I (Cullen dan Kersten, 1996). Veratril alkohol

berfungsi sebagai mediator dalam reaksi redoks untuk menstimulasi oksidasi LiP

pada substrat limbah organik lignoselulosa (Huang et al., 2003). Buffer asetat

berfungsi sebagai larutan penyangga untuk mempertahankan pH pada saat

terjadinya reaksi enzimatis, dan pH 3 merupakan pH optimum untuk

menghasilkan aktifitas LiP yang maksimum (Prasetya, 2012).

Rumput gajah merupakan salah satu medium yang paling baik untuk

meningkatkan aktivitas enzim. LiP merupakan katalis utama dalam proses

ligninolisis oleh kapang karena mampu memecah unit non fenolik yang menyusun

90 persen struktur lignin (Srebotnik et al., 1998). P. chrysosporium yang

ditumbuhkan pada medium fermentasi padat (SSF) optimum menghasilkan

aktifitas LiP pada pH 3 dan 5 dan P.chrysosporium menghasilkan aktifitas LiP

maksimum pada pH yang sama, ketika ditumbuhkan pada medium (Asgher,

2011).

LiP maksimum yang dihasilkan oleh P. chrysosporium pada medium

fermentasi padat (SSF) terdapat pada suhu 34oC

dan 40

oC pada medium yang

Page 73: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

56

ditambahkan serbuk jerami gandum (Hossain dan Anantharaman, 2008). Berbeda

dengan yang dilaporkan oleh (Nishizawa, 1995) pada banyak penelitian suhu

25oC merupakan suhu optimum yang diperlukan untuk menghasilkan aktifitas LiP

maksimum, sangat berhubungan dengan pertumbuhan fungi itu sendiri (Arora dan

Gill, 2004). Hal ini disebabkan karena setiap fungi mempunyai suhu optimum,

minimum dan maksimum yang berbeda untuk pertumbuhannya. Pertumbuhan

pada suhu di bawah suhu optimum dapat menurunkan rata-rata metabolisme

selnya. Suhu di atas optimum, menyebabkan pertumbuhan menurun dan

dimungkinkan terjadinya kematian jika melampaui suhu maksimumnya (Hossain

dan Anantharaman, 2008).

4.1.4. Perubahan Aktivitas Selulase dalam Medium SSF

Gambar 16. Perubahan kadar selulase substrat rumput gajah terhadap

waktu fermentasi

0

1

2

3

4

5

6

7

4 8 12 16

Kad

ar S

elula

se (

%)

Waktu Fermentasi (Hari)

M1U0 M1U1

M2U0 M2U1

Page 74: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

57

Keterangan :

M1U0 = konsorsium mikroorganisme M1

M1U1 = konsorsium mikroorganisme M1 + urea 2%

M2U0 = konsorsium mikroorganisme M2

M2U1 = konsorsium mikroorganisme M2 + urea 2%

Kadar selulase substrat rumput gajah selama fermentasi mengalami

fluktuatif (Gambar 16). Kadar selulase tertinggi yaitu pada sampel M1U0 dan

M2U0 pada hari ke-8 sebesar 6,24% dan 5,53%. Penurunan kadar selulase

signifikan terjadi pada sampel M1U0 yaitu menjadi 3,47%. Pada fermentasi dihari

ke-12 semua sampel mengalami penurunan yaitu sekitar 1-2% (Lampiran 1). Hal

ini disebabkan oleh banyaknya jumlah atau jenis mikroorganisme yang

ditambahkan pada saat fermentasi dan penambahan urea yang menyebabkan

aktivitas selulase dapat meningkat (Meryandini et al., 2009). Berdasarkan hasil uji

statistik Duncan, perlakuan pada sampel dihari ke-8 menunjukkan perbedaan yang

nyata (p<0,05) terhadap kandungan selulase dengan hasil yang lain (Lampiran 3).

Aktivitas selulase maksimum dapat menghidrolisis selulosa secara optimal

sehingga produksi gula mudah larut seperti glukosa yang juga maksimum

aktivitas enzim dinyatakan sebagai jumlah gula pereduksi yang dilepaskan oleh

kerja enzim per satuan waktu. Bakteri selulolitik menghasilkan kompleks enzim

selulase yang berbeda-beda, tergantung dari gen yang dimiliki dan sumber karbon

yang digunakan (Meryandini et al., 2009). Selulosa yang digunakan pada

penelitian ini adalah substrat selulosa komersil yaitu Carboxymethyl Cellulose

(CMC) dengan konsentrasi 1%. CMC merupakan substrat terbaik untuk

menginduksi sintesis enzim selulolitik ekstraseluler (Alam et al., 2004) dan

berdasarkan Narasimha et al, (2005), konsentrasi selulosa 1% merupakan

konsentrasi yang optimum produksi selulase. Secara umum mikroorganisme

Page 75: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

58

selulolitik adalah kelompok bakteri yang memiliki tingkat pertumbuhan sel yang

cepat, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk produksi enzim juga lebih pendek.

4.1.5. Kadar Bahan Organik dan Abu

Gambar 17. Perubahan kadar bahan organik selama fermentasi.

Keterangan :

M1U0 = konsorsium mikroorganisme M1

M1U1 = konsorsium mikroorganisme M1 + urea 2%

M2U0 = konsorsium mikroorganisme M2

M2U1 = konsorsium mikroorganisme M2 + urea 2%

Berdasarkan Gambar 17 substrat selama proses fermentasi memiliki kadar

bahan organik yang fluktuatif. Kandungan bahan organik semua sampel pada hari

ke-0 fermentasi berkisar antara 88,25% - 89,34%, pada hari ke-16 menurun

berkisar antara 86,87% - 87,73% (Lampiran 1). Pada penelitian ini terjadi

penurunan kadar bahan organik dari hari ke-4, 8, 12, dan 16. Terjadinya

penurunan kandungan bahan organik tersebut disebabkan oleh nutrien yang

tersedia pada bahan yang telah dirombak dan dimanfaatkan oleh fungi.

Kehilangan bahan organik yang rendah dapat disebabkan oleh 3 kemungkinan

84

85

86

87

88

89

90

91

4 8 12 16

Kad

ar B

ahan

Org

anik

(%

)

Waktu Fermentasi (Hari)

M1U0 M1U1

M2U0 M2U1

Page 76: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

59

yaitu pertumbuhan fungi yang relatif besar, tingkat biodegradasi yang berjalan

lambat atau tingkat pertumbuhan fungi dalam biomassa lebih besar dibanding

tingkat pemanfaatan produk fermentasi oleh fungi (Nelson et al., 2011).

Penurunan kadar bahan organik juga dapat disebabkan oleh lama waktu

fermentasi. Semakin lama waktu fermentasi, pertumbuhan kapang akan semakin

baik, merata dan kompak sesuai dengan ketersediaan nutrien pada bahan. Kapang

yang tumbuh semakin aktif melakukan perombakan karbohidrat dan protein yang

merupakan bagian dari bahan organik (Kasmiran, 2011).

Abu merupakan mineral dalam bahan yang tidak mudah terbakar selama

proses pembakaran. Kadar abu dipengaruhi oleh jenis bahan yang dianalisis,

kondisi bahan, umur bahan, dan faktor lain yang berpengaruh terhadap

karakteristik bahan. Kadar abu digunakan untuk menunjukkan besarnya

kandungan bahan anorganik dan unsur mineral yang terdapat dalam suatu bahan

(Juliando, 2010).

Gambar 18. Perubahan kadar abu selama fermentasi

0

2

4

6

8

10

12

14

16

4 8 12 16

Kad

ar A

bu

(%

)

Waktu Fermentasi (Hari)

M1U0 M1U1

M2U0 M2U1

Page 77: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

60

Keterangan :

M1U0 = konsorsium mikroorganisme M1

M1U1 = konsorsium mikroorganisme M1 + urea 2%

M2U0 = konsorsium mikroorganisme M2

M2U1 = konsorsium mikroorganisme M2 + urea 2%

Berdasarkan Gambar 18 sampel M1U1 mengalami penurunan pada hari

ke-8 dari 12,18% menjadi 11,29%, kemudian naik pada hari ke-12 dan 16 menjadi

12,46% - 13,68%. Pada sampel M1U0 terjadi kenaikan yang cukup konstan dari

hari ke-4 sampai hari ke-16 yaitu sebesar 1%. Pada sampel M2U1 terjadi

penurunan pada hari ke-8 menjadi 1,78% kemudian naik kembali pada hari ke-12

dan hari ke-16 menjadi 12,11% - 12,96%. Pada sampel M2U0 stagnan di hari ke-4

sampai hari ke-12 yaitu sebesar 11% kemudian terjadi kenaikan pada hari ke-16

menjadi 12% (Lampiran 1). Peningkatan kadar abu disebabkan oleh adanya

proses mineralisasi. Dalam peroses mineralisasi, metabolisme mikroba

menyebabkan mineral–mineral hara tanaman terlepas dengan lengkap (N, P, K,

Ca, Mg dan S, serta hara mikro) dalam jumlah yang tidak tentu dan relatif kecil

(Andini, 2015).

Pada sampel dengan adanya penambahan urea M1U1 dan M2U1 memiliki

kadar abu yang relatif besar dari sampel lainya. Hal ini dikarenakan adanya urea

dalam sampel membuat pertumbuhan mikroorganisme dalam sampel berjalan

dengan baik karena adanya pasokan nutrien. Percepatan fermentasi dan

pertumbuhan mikroorganisme memerlukan nutrien tambahan. Selain memerlukan

karbohidrat, juga membutuhkan nitrogen dan mineral yang cukup untuk dapat

tumbuh dan produksi dengan optimal (Akbar et al., 2013)

Page 78: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

61

4.1.6. Kadar Ekstraktif

Penentuan kadar ekstraktif dengan menggunakan (metode Chesson, SNI

0492:2008) dan (Ayeni et al., 2015) dengan menggunakan aseton akuades

perbandingan 1:2 sebanyak 150 mL, kemudian dididihkan selama 1 jam.

Penggunaan akuades dan aseton sebagai pelarut zat ekstraktif pada substrat jerami

padi. Persentase zat ekstraktif ini rata-rata 3-8% dari berat kering (Fengel dan

Wegener, 1995).

Gambar 19. Grafik Perubahan Kadar Ekstraktif Substrat Rumput Gajah terhadap

Waktu Inkubasi

Keterangan :

M1U0 = konsorsium mikroorganisme M1

M1U1 = konsorsium mikroorganisme M1 + urea 2%

M2U0 = konsorsium mikroorganisme M2

M2U1 = konsorsium mikroorganisme M2 + urea 2%

Kadar ekstraktif substrat rumput gajah selama fermentasi mengalami

fluktuatif (Gambar 19). Kadar ekstraktif tertinggi terjadi pada sampel M1U0 yaitu

sebesar 13,55%. Semua sampel terjadi kenaikan kadar ekstraktif pada hari ke-12

sekitar 7%-14% kecuali sampel M1U1 yang mengalami penurunan dari hari ke-8,

0

2

4

6

8

10

12

14

16

4 8 12 16

Kad

ar E

kst

rakti

f (%

)

Waktu Fermentasi (Hari)

M1U0 M1U1

M2U0 M2U1

Page 79: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

62

sebesar 14,01% menjadi 12,7% dihari ke-12. Penurunan kadar ekstraktif yang

paling stabil dalam sampel yaitu M1U1 dan M2U1 dengan adanya penambahan

urea di H-16 fermentasi. Perubahan ini disebabkan oleh adanya proses hidrolisis

dari urea yang mampu memecah ikatan lignoselulosa dan lignohemiselulosa, serta

melarutkan silika dan lignin yang terdapat dalam dinding sel bahan pakan berserat

(Komar, 1984). Selain itu menurut (Marjuki, 2012) amonia dalam proses

hidrolisis urea yang terbentuk mengubah komposisi dan struktur dinding sel

padatan lumpur organik unit gas bio yang dapat melonggarkan atau membebaskan

ikatan antara lignin dan selulose atau hemiselulose yaitu dengan memutus 8

jembatan hidrogen antara lignin dan selulose atau hemiselulose.

Zat ekstraktif yang larut dalam air adalah gula, zat warna, tannin, gum, dan

pati, dan yang larut dalam pelarut organik adalah resin, lemak, asam lemak, lilin,

minyak dan tannin (Sjostrom, 1999). Dalam pembuatan bioetanol dari

lignoselulosa, zat ekstraktif merupakan inhibitor/ penghambat bekerjanya enzim

dalam proses hidrolisis dan menurunkan kerja mikroorganisme dalam proses

fermentasi sehingga kecepatan reaksi fermentasi menjadi turun. Zat ekstraktif

mengisi rongga-rongga sel dan rongga-rongga mikro dinding sel sehingga

aksesibilitas agen hidrolisis menjadi terhambat. Oleh karena itu, kadar ekstraktif

yang tinggi tidak diharapkan dalam pembuatan bioetanol (Sokanandi et al., 2012).

Page 80: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

63

4.1.7. Kadar Lignin

Gambar 20. Perubahan kadar lignin selama fermentasi

Keterangan :

M1U0 = konsorsium mikroorganisme M1

M1U1 = konsorsium mikroorganisme M1 + urea 2%

M2U0 = konsorsium mikroorganisme M2

M2U1 = konsorsium mikroorganisme M2 + urea 2%

Kadar lignin substrat rumput gajah selama fermentasi mengalami

penurunan pada semua perlakuan (Gambar 20). Kadar lignin cenderung menurun

dari hari ke- 4 dengan kadar lignin berkisar antara 6% - 5% sampai hari ke- 16

dengan kadar lignin berkisar antara 2% - 1% (Lampiran 1). Penurunan kadar

lignin yang paling tinggi terdapat pada sampel M2U0 dan M2U1 yang

menggunakan konsorsium M2 = P. chysosporium, T. reesei, dan S. cerevisiae dan

dengan penambahan urea 2%. P. chysosporium merupakan kapang lignolitik dan

T. reesei merupakan bakteri selolitik yang mampu membongkar selulose dan

hemiselulosa menjadi glukosa. Kedua bakteri ini mampu bersinergi dalam

mendegradasi lignin dan penambahan urea berguna untuk sumber nitrogen yang

0

1

2

3

4

5

6

7

4 8 12 16

Kad

ar l

ignin

(%

)

Waktu fermentasi (Hari)

M1U0 M1U1

M2U0 M2U1

Page 81: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

64

akan digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme dalam proses fermentasi.

Penggunaan S. cerevisiae karena S. cerevisiae merupakan probiotik yang mampu

mempercepat berlangsungnya proses fermentasi. Pada semua sampel penurunan

kadar lignin yang baik terjadi di hari ke-12 dan hari ke-16 hal ini dapat dilihat

juga dari kandungan nutrisi dan protein yang masih baik pada saat fermentasi

dihari ke-12 dan hari ke-16 (Mulyana et al., 2015). Analisis Duncan menunjukan

beda nyata (P<0,05) penurunan kadar lignin sampel yang menggunakan urea

dengan variasi inokulan konsorsium mikroorganisme lebih besar dari sampel yang

tidak ditambahkan urea (Lampiran 3).

Fermentasi rumput gajah selama 16 hari memperlihatkan kadar lignin

yang paling rendah dikarenakan waktu fermentasi selama 16 hari merupakan

puncak pertumbuhan kapang sehingga produksi enzim yang dihasilkan juga tinggi

sehingga mempengaruhi degradasi lignin di dalam proses fermentasi rumput

gajah. Perubahan kandungan lignin pada substrat terjadi karena perombakan

struktur lignin menjadi komponen yang lebih sederhana. Hal ini sesuai dengan

pendapat dari Shi et al., (2009) yang menyatakan bahwa sebagian besar degradasi

lignin terjadi pada hari 8 - 18 setelah fermentasi. Gupte et al., (2007) juga

melaporkan bahwa kehilangan lignin maksimum oleh P. chrysosporium terjadi

pada hari kesepuluh setelah inkubasi.

Nilai lignin pada lama fermentasi berhubungan dengan produksi enzim

ligninase (Gupte el al., 2007). Jager et al., (1985) melaporkan bahwa produksi

enzim ligninase dimulai terjadi pada hari keenam setelah inokulasi. Degradasi

lignin ini akan membuka jalan untuk perombakan selulosa dan hemiselulosa.

Page 82: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

65

Penurunan kandungan lignin dapat terjadi selama proses fermentasi. Hal

ini menunjukkan bahwa telah terjadi proses pemisahan serta pemecahan ikatan-

ikatan lignoselulosa, sehingga selulosa yang tinggi akan menurunkan kadar lignin.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Arif (2001) yang menyatakan bahwa kandungan

lignin yang rendah disebabkan oleh selulosa yang tinggi pada proses lignoselulosa

sehingga setelah proses ensilase terjadi perenggangan dan pemisahan

lignoselulosa dan lignohemiselulosa, sehingga semakin tinggi selulosa pada

pemisahan ikatan lignin maka selulosa akan menurunkan lignin. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa dalam pembuatan silase pakan komplit berbahan dasar

rumput gajah dan beberapa level biomassa rumput gajah, biomassa rumput gajah

menyubstitusi konsentrat dapat memperbaiki kualitas rumput gajah hasil

fermentasi.

Proses delignifikasi penting dilakukan sebelum hidrolisis bahan

selulosa, sebab lignin merupakan dinding kokoh yang melekat pada serat selulosa

dan hemiselulosa sehingga suatu tanaman menjadi keras dan dapat berdiri kokoh

(Ariyani et al., 2013).

Gambar 21. Degradasi lignin hari ke-12 dan hari ke-16

0

20

40

60

80

100

12 16

Deg

radas

i L

ignin

(%

)

Waktu Fermentasi (Hari)

M1U0 M1U1

M2U0 M2U1

Page 83: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

66

Keterangan :

M1U0 = konsorsium mikroorganisme M1

M1U1 = konsorsium mikroorganisme M1 + urea 2%

M2U0 = konsorsium mikroorganisme M2

M2U1 = konsorsium mikroorganisme M2 + urea 2%

Berdasarkan Gambar 21 menunjukkan bahwa sampel M2U1 menghasilkan

kemampuan degradasi optimal sebesar 91,22% di hari ke-16 (Lampiran 1). Hal ini

disebabkan karena adanya perombakan kandungan lignin oleh fungi pelapuk putih

akan melibatkan kerja enzim ligninolitik yang akan menguraikan lignin menjadi

karbondioksida (CO2), enzim tersebut adalah lignin peroksidase dan mangan

peroksidase. Enzim ligninolitik ini bekerja aktif dengan adanya oksigen, kunci

reaksi degradasi lignin oleh fungi pelapuk putih adalah biokatalis enzim ligninase

yang mengkatalis oksidasi cincin aromatik lignin untuk melepas ikatan-ikatan

pada cincin aromatiknya dan membentuk radikal-radikal kation. Radikal - radikal

tersebut menjalani reaksi spontan membawa kearah degradasi lignin, sebagian

radikal memecah ikatan intramolekul lignin dan sebagian lagi memecah cincin

aromatik (Retno et al., 2016). Analisis Duncan menunjukan beda nyata (P<0,05)

degradasi lignin antara sampel yang menggunakan urea dengan variasi inokulan

konsorsium mikroorganisme yang diberikan (Lampiran 3).

Penelitian Kartiwa (2003) memperlihatkan bahwa biodelignifikasi bahan

lignoselulosa pada kayu sengon oleh jamur P. chrysosporium mencapai 39,94 %

setelah mengalami fermentasi selama 12 hari pada suhu 300C penggunaan urea

pada tingkat 1,5% dalam substrat lumpur sawit ternyata lebih efektif membantu

jamur P. chrysosporium dalam komponen serat : selulosa dan lignin, jamur ini

dapat melonggarkan ikatan lignoselulosa, bahkan membebaskan sebagian besar

selulosa dengan ikatan lignin. Untuk memenuhi kebutuhan energi pada

Page 84: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

67

pertumbuhan sekundernya, jamur memenuhi energinya dari gula mudah larut

yang terdapat dalam substrat lumpur sawit, namun setelah itu jamur akan

mendegradasi komponen serat melalui kerja enzim ektraselulernya yaitu enzim

LiP dan selulase.

4.1.8. Kadar Glukosa

Peningkatan kadar glukosa sinergis dengan peningkatan kadar selulosa .

Kadar glukosa rumput gajah selama proses fermentasi dapat dilihat pada Gambar

22.

Gambar 22. Perubahan kadar glukosa selama fermentasi

Keterangan :

M1U0 = konsorsium mikroorganisme M1

M1U1 = konsorsium mikroorganisme M1 + urea 2%

M2U0 = konsorsium mikroorganisme M2

M2U1 = konsorsium mikroorganisme M2 + urea 2%

0

5

10

15

20

25

4 8 12 16

Kad

ar G

lukosa

(%

)

Waktu Fermentasi (Hari)

M1U0 M1U1

M2U0 M2U1

Page 85: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

68

Dari Gambar 22 dapat dilihat bahwa kadar glukosa semua sampel

mengalami kenaikan dari hari ke-4 berkisar antara 9,44% - 13,3% menjadi 13,7% -

18,24% pada hari ke-12 fermentasi. Pada sampel M1U0 pada hari ke-16 tidak

mengalami perubahan atau kadar glukosa tatap pada 14,55% sama seperti hari ke-

12 fermentasi. Pada sampel M1U1 terjadi penurunan kadar glukosa dari hari ke-12

berkisar 14,8% ke hari 16 fermentasi menjadi 12,03%. Hasil analisis Duncan juga

menunjukkan sampel di hari ke-12 dan 16 berbeda nyata (P<0,005) dengan

sampel di hari ke-4 dan 8, kadar glukosa pada hari ke-12 dan 16 lebih tinggi dari

ke-4 da 8 (Lampiran 3).

Reaksi dengan DNS yang terjadi merupakan reaksi redoks pada gugus

aldehid gula dan teroksidasi menjadi gugus karboksil. Sementara itu DNS sebagai

oksidator akan tereduksi membentuk 3-amino-5 nitrosalicylic acid

(Sastrohamidjojo, 2005). Reaksi ini berjalan dalam suasana basa. Perubahan

warna larutan dari kuning menjadi jingga kemerahan menunjukkan adanya gula

pereduksi (Lehninger, 1997). Gula pereduksi yang terbentuk karena

terhidrolisisnya hemiselulosa dan selulosa yang terlarut menjadi monomer gula

(Imman et al., 2014). Mekanisme reaksi DNS dan glukosa dapat dilihat pada

Gambar 23.

Gambar 23. Mekanisme reaksi DNS dengan Glukosa

Page 86: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

69

Pada saat hidrolisis enzimatik, enzim kasar yang telah diproduksi dapat

langsung bekerja ke dalam substrat. Tingginya kadar glukosa rumput gajah pada

hari ke-12 dan hari ke-16 karena struktur rumput gajah mengalami kerusakan

sehingga mempermudah kapang dalam mendegradasi selulosa. Kadar glukosa

yang mengalami kenaikan selama hidolisis menunjukkan bahwa terjadi konversi

selulosa dan hemiselulosa pada substrat selama hidrolisis berlangsung dengan

bantuan kapang. Kadar selulosa yang banyak akan menghasilkan kadar glukosa

yang banyak pula, karena selulosa merupakan polimer homogen dan jika

dihidrolisis akan menghasilkan glukosa. (Naufala dan Pandebesie, 2015).

Kadar glukosa yang dihasilkan melebihi hari ke-16 dikhawatirkan akan

menurun pada substrat rumput gajah karena telah habis terfermentasi menjadi

produk lain karena sudah tidak ada lagi monosakarida yang dihasilkan dari

hidrolisis polisakarida. (Ruso et al., 2010). Hal tersebut dikarenakan pada saat

fermentasi pertumbuhan kapang tergantung pada supplai zat gizi antara lain gula

sebagai sumber karbon dan energi terutama karbohidrat, sehingga kapang

menggunakan karbon dan nitrogen untuk pertumbuhan kapang tersebut (Ariyani

et al., 2013).

Page 87: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

70

4.1.9. Kadar Hemiselulosa

Gambar 24. Grafik Perubahan Kadar Hemiselulosa hasil fermentasi

Keterangan :

M1U0 = konsorsium mikroorganisme M1

M1U1 = konsorsium mikroorganisme M1 + urea 2%

M2U0 = konsorsium mikroorganisme M2

M2U1 = konsorsium mikroorganisme M2 + urea 2%

Kadar hemiselulosa substrat rumput gajah selama fermentasi mengalami

fluktuatif (Gambar 24). Terjadi kenaian kadar glukosa dari hari ke-12 berkisar

9,81% - 16,1% sampai dihari ke-16 yaitu kadar hemiselulosa berkisar 21,08% -

31,99% (Lampiran 1). Sampel dengan adanya penambahan urea M1U1 dan M2U1

dapat meningkatkan kadar hemiselulosa, hal ini dikarenakan urea merupakan

nutrisi dan mineral yang dapat dimanfaatkan oleh mikroorganisme dalam proses

fermentasi untuk metabolisme tubuhnya sehingga proses fermentasi dapat berjalan

dengan baik dan dapat meningkatkan kadar hemiselulosa. Berdasarkan hasil uji

statistik Duncan, sampel M2U1 menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

terhadap kandungan hemiselulosa pada sampel yang lain, sampel M2U1 dihari ke-

0

5

10

15

20

25

30

35

12 16

Kad

ar H

emis

elulo

sa,

%

Waktu Fermentasi (Hari)

M1U0 M1U1

M2U0 M2U1

Page 88: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

71

16 memiliki kadar hemiselulosa yang paling tinggi dibandingkan dengan sampel

lainnya (Lampiran 3).

Hemiselulosa merupakan polimer amorf yang berasosiasi dengan selulosa

dan lignin. Sifatnya mudah mengalami depolimerisasi, hidrolisis oleh asam, basa,

mudah larut air. Kenaikan kadar hemiselulosa disebabkan kemampuan jamur

mendegradasi lignin sehingga hemiselulosa tidak terdegradasi. Rantai

hemiselulosa lebih mudah dipecah menjadi komponen gula penyusunnya

dibandingkan dengan selulosa. Menurut Nelson dan Suparjo (2011), bahwa

degradasi lignin akan membuka akses untuk perombakan selulosa dan

hemiselulosa. Hasil perombakan selulosa menghasilkan enzim selulose merombak

gula-gula dan membatasi produksi sebagian enzim-enzim pendegradasi

hemiselulosa oleh jamur pelapuk putih (Kirk dan Crowling,1984).

Perbedaan kadar hemiselulosa dipengaruhi oleh komposisi perlakuan

(Harfiah, 2010). Tingginya nilai kadar hemiselulosa disebabkan oleh ikatan

lignin yang terputus dari biomasa akibat dari degradasi pada alfa dan beta

lignin, sehingga hemiselulosa yang dihasilkan semakin meningkat (Ghendis et

al., 2016). Adanya aktifitas mikroorganisme, karbohidrat kompleks yang terdiri

dari selulosa dan hemiselulosa akan dipecah menjadi asam lemak atsiri (asetat,

propionat dan butirat) (Rajhan dan Pathank, 1979). Asam lemak atsiri ini

merupakan sumber energi bagi ternak ruminansia dan mampu menyediakan

energi 55% - 60% dari kebutuhannya (Rajhan, 1977).

Page 89: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

72

4.2.10. Kadar Protein Terlarut

Protein yang terlarut dalam media fermentasi perlu diukur untuk

mengetahui jumlah protein enzim yang disintesis oleh mikroba dan untuk

menghitung aktivitas spesifik enzim. Namun protein terlarut yang terukur tidak

mutlak mencerminkan bahwa yang terukur semuanya enzim yang disintesis oleh

mikroorganisme, karena di dalam media juga mengandung protein terlarut berupa

sisa media (yeast ekstrak) atau hasil metabolisme protein mikroorganisme yang di

eksresikan (Albar dan Setyawan,2009).

G

a

m

b

a

r

2

5

.

P

erubahan kadar protein terlarut selama fermentasi

Keterangan :

M1U0 = konsorsium mikroorganisme M1

M1U1 = konsorsium mikroorganisme M1 + urea 2%

M2U0 = konsorsium mikroorganisme M2

M2U1 = konsorsium mikroorganisme M2 + urea 2%

Pada Gambar 25 terlihat kenaikan kadar protein terlarut fluktuatif

(Lampiran 1) didapatkan bahwa kadar protein terlarut tertinggi pada sampel

M2U0 dengan kadar protein sebesar 39,72% dihari ke-16 fermentasi. Hal ini

disebabkan oleh variasi penambahan mikroorganisme yang ditambahkan pada saat

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

12 16

Kad

ar P

rote

in T

erla

rut

(%)

Waktu Fermentasi (Hari)

M1U0 M1U1

M2U0 M2U1

Page 90: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

73

proses fermentasi yaitu P. chysosporium, T. reesei, dan S. cerevisiae karena ketiga

mikroorganisme ini dapat bekerja secara sinergis dan tidak bersifat antagonistik

atau tidak saling meniadakan antar mikroorganisme sehingga dapat meningkatkan

kadar protein terlarut. Hal ini didukung oleh analisis duncan yang menunjukan

adanya beda nyata (P<0,05) antara sampel M2U0 dengan sampel lainyya, pada

fermentasi hari ke-16 kadar protein terlarut M2U0 lebih tinggi dari sampel lainnya

(Lampiran 3).

Bakteri selulolitik merupakan sel tunggal dan mempunyai kapasitas

fungsional pertumbuhan, reproduksi, pencernaan, asimilasi dan memperbaiki isi

dalam sel dimana bagi kehidupan tingkat tinggi sudah didistribusikan ke jaringan,

oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sel tunggal merupakan wujud kehidupan

lengkap yang memiliki produktivitas enzim dan kapasitas fermentatif yang tinggi

dibandingkan dengan mahluk hidup yang lainnya. Penggunaan mikroorganisme

memberikan keuntungan tersendiri karena dapat meningkatkan nutrisi bahan

pakan (Widjastuti et al., 2007).

Urea akan bermanfaat bagi pertumbuhan jamur setelah mengalami

serangkaian perombakan di dalam substrat rumput gajah, urea mudah terurai

menjadi NH3+ dan CO2, bersama air media tumbuh NH3

+ membentuk basa

(NH4)OH. Jamur menggunakan nitrogen terutama dalam bentuk ammonium,

ammonium mampu memasok nitrogen (N) bagi pertumbuhan jamur. Namun

apabila ammonia bebas berlebihan dapat bersifat toksik sehingga dapat

menghambat pertumbuhan jamur. Penambahan urea berlebih akan mendorong

pembentukan ammonia bebas dalam jumlah lebih banyak. Penggunaan 2% urea

sebagai sumber nitrogen pada substrat rumput gajah sudah mampu digunakan

Page 91: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

74

untuk pertumbuhan dan perkembangan jamur P. chrysosporium, dimana jamur ini

membutuhkan nitrogen untuk sintesis beberapa kandungan sel yang sangat

penting, termasuk asam-amino dan protein. Skema peranan urea dalam proses

delignifikasi dapat dilihat pada Gambar 26.

Gambar 26. Skema peranan urea pada proses delignifikasi

Rumput Gajah

Ikatan Lignoselulosa

SSF

Konsorsiun

Lignin

Selulosa

Hemiselulosa

Pc Bc Tr Sc

Enzim LiP

(degradasi

lignin)

Mengikat nitrogen

(unsur pembentuk

protein)

Enzim selulase

(hidrolisis selulosa) Mengubah

glukosa

menjadi

alkohol dan

CO2

Kadar lignin menurun, kadar protein dan glukosa meningkat

Urea

(nutrisi mikroorganisme)

Page 92: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

75

Penelitian yang dilakukan oleh Trahaju (1994) melaporkan bahwa

penambahan nitrogen anorganik (urea) 0,5% – 2% dalam substrat serbuk gergaji

mampu memberikan pertumbuhan jamur Marasmius sp. cukup tinggi. Pada

penelitian Musnandar (2004) melaporkan bahwa penggunaan 1% - 2% urea pada

substrat sabut kelapa sawit akan memberikan pertumbuhan jamur Marasmius sp.

yang lebih baik.

Page 93: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

76

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1 . Fermentasi rumput gajah dengan perlakuan terbaik adalah sampel yang

diinokulasi dengan konsorsium M2 = P. chysosporium, T. reesei, dan S.

cerevisiae karena ke-3 fungi ini tidak bersifat antagonistik sehingga dapat

bekerja secara bersinergis guna mempercepat proses fermentasi.

2 . Adanya penambahan urea 2% dalam sampel dapat menurunkan kadar

lignin, meningkatkan kadar glukosa dan kadar protein dalam rumput

gajah dalam proses fermentasi, karena urea merupakan sumber nutrisi

yang dapat menghasilkan nitrogen untuk pertumbuhan mikroorganisme

selama fermentasi berlangsung.

3 . Waktu fermentasi optimum rumput gajah yang paling baik adalah sampel

M2U1 dihari ke-12 dengan kadar lignin sebesar 1,08%; kadar glukosa

sebesar 12,697%; kadar hemiselulosa sebesar 9,81%; kadar selulosa

sebesar 67,02%; dan kadar protein terlarut sebesar 19,96% karena pada

hari ke-12 kadar nutrisi dan protein masih baik dan konsorsium masih

bekerja dengan baik dalam sampel.

Page 94: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

77

5.2. Saran

Saran peneliti untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan skala beberapan jenis sustrat yang ligninnya jauh lebih tinggi.

2. Inokulum konsorsium mikroorganisme dikembangkan dengan bahan

pembawa padat agar mudah didistribusikan. 3.

3. Peningkatan penelitian untuk proses produksi lanjutan agar dapat

digunakan digunakan di lapangan.

Page 95: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

78

DAFTAR PUSTAKA

Addleman, K. dan F. Archibald. 1993. Kraft Pulp Bleaching and Delignification

by Dikaryons and Monokaryon of Trametes versicolor. Applied and

Environmental Microbiology. 59(1):266-273.

Amaria, Isnawati, Rini, dan Tukiran. 2012. Biomassa Saccharomyces cerevisiae

dari Limbah Buah dan Sayur sebagi Sumber Vitamin B, Himpunan Makalah

Seminar Nasional Teknologi Pan gan.

Aguskrisno. 2011. Peranan Jamur Saccharomyces cerevisiae sebagai Ferentasi

Roti, [Skripsi]. Jurusan Teknologi Pangan Universitas Pasundan, Bandung.

Ahmed, Z., Banu, H., Rahman, M. M., Akhter F., dan Haque M. S. 2001.

Microbial activity on the degradation of lignocellulosic polysaccharides.

Journal of biological sciences. 1(10):993-997.

Ahmed A, dan P. Vermette. 2008. Culture-based Strategies to EnhanceCellulase

Enzyme Production from Trichoderma reesei RUTC30 in Bioreactor Culture

Conditions, Journal Biochemical Engineering. 40:399–407.

Akbar, R.T.M, Yani Suryani, dan Iman Hernaman. 2015. Peningkatan Nutrisi

Limbah Produksi Bioetanol Dari Singkong Melalui Fermentasi Oleh

KonsorsiumSaccharomyces dan Trichoderma viridie Jurnal Sainteks. 8(2):1-

15.

Albar B, dan Setyawan S. 2009. Pengaruh Konsentrasi Substrat, Lama Inkubasi

dan pH dalam Proses Isolasi Enzim Xylanase dengan Menggunakan Media

Jerami Padi. Semarang: Universitas Dipongoro.

Alidadi, H., Parvaresh, A.R., dan Shahmansouri, M.R. 2007. Combine Compost

and Composting Process in the Treatment and Bioconversion of Sludge,

Pakistan Journal of Biological Science. 10(21):3944-3947.

Andriati Kurnia. 2017. Modifikasi surfaktan CPC (Cetylpyridinium Chloride)

berbantu micriwave pada karbon aktif untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi

urea. Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

AOAC. 2005. Official Method of Analysis. Association of Official Analytical

Chemists. Maryland.

Aquino, K. 2012. Sterilization by Gamma Irradiation. Gamma Radiation. Journal

InTech. Intech. 1(10):171-206.

Arora, S.P. 1995. Pencernaan Mikrobia pada Ruminansia. Cetakan Kedua.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Ayeni, A.O., Adeeyo, O.A., Oresegun, O.M., dan Oladimeji, T.E. 2015.

Compositional Analysis of Lignoselullosic Materials, Evaluation of an

Economicaly Viable Method Suitable for Woody and Non woody Biomass.

American Journal of Engineering and Research. 4(4):14–19.

Page 96: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

79

Badan Standarisasi Nasional (BSN). 1992. Cara Uji Makanan dan Minuman. SNI

01-2891-1992. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Bandung: Widya

Padjadjaran, ISBN: 978-602-8323-48-2.

Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2008. Pulp dan Kayu - Cara Uji Kadar

Lignin Metode Clason. SNI 0492. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

Bakteri Trichoderma reesei. 2013. https://www.industrie-techno.com. 20 Februari

2018 (18:45)

Bakteri Bacillus circulans http://microbe-canvas.com. 20 Februari 2018 (21:45)

Bhargav, S., Panda, B.P., Ali, M., dan Javed, S. 2008. Solid State Fermentation:

An Overview. Chem, Biochem, Eng Q. 22(1):49-70.

Birch, R.M., dan Walker, G.M. 2000. Influence of magnesium ions on heat shock

and ethanol stress responses of Saccharomyces cerevisiae. Enzymol. J.

Microbiol. Tech. 26:678-687.

Brok, T.D., Madigan, M.T. Martinko, J.M. 2006. Biology of Microorganisms.

11th

Edition. Pearson Prentice Hall. Upper Saddle River, Nj 07458

Brock, T.D dan Madigan, M.T. 2009. Biology of Microorganism. Prentice-Hall

International Edition

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1992. Cara Uji Makanan dan Minuman. SNI

01- 2891-1992. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Cookson, J.T. 1995. Biomediation Engineering: Design and Aplication Mc. Graw

Hill. Sititiningrum. 1998. Inc.

Cook R.J. dan K.F. Baker. 1974. Biocontrol of plant pathogens. The American

Phytopathology Society.St. Paul MN

Day , R.A., dan A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Kelima.

Jakarta. Erlangga.

Dee, S.J., dan Bell, A.T. 2011.A Study Of The Acid Catalyzed Hydrolysis Of

Cellulose Disolved In Ionic Liquids And The Factor Influencing

Thedehidration Of Glucose And The Formation Of Humins.Chemsuschem.

4(8):66-73.

Del Gallo M dan Fendrikl. 1979. The Rhizosphere and Azospirillum. Dalam :

Azospirillum Plant Association, Ed. by Y. Okon, Boca Raton, Fla. 57-75.

Dhalika, T, Mansyur, dan A. Budiman. 2012. Evaluasi karbohidrat dan lemak

batang tanaman pisang (Musa paradisiaca. Val) hasil fermentasi anaerob

dengan suplementasi nitrogen dan sulfur sebagai bahan pakan ternak. J.

Pastura. 1(2):97-101.

Dumanauw, J.F. 2001. Mengenal Kayu. Jakarta. Gramedia

Page 97: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

80

Dozoretz C.G., N. Rothschild, and Y. Hadar. 1993. Over-production of lignin

Peroxidase by Phanerochaete chrysosporium BKM-F1767. Applied and

Environmetal Microbiology. 59(6):1919-1926.

Duc LH, Hong HA, Barbosa TM, Henriques A, Cutting SM. 2004.

Characterization of bacillus probiotics available for human use. Appl Environ

Microbiol 70 (4): 2161–2171.

Dyah, S., dan Adi, S. Erwan. 2010. Optimalisasi Konsentrasi Phanerochaete chrysosporium pada Biosorpsi Ion Logam Pb dalam Limbah Cair Elektroplatting. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, Volume 2 (2) program Studi Teknik Kima, Fakultas Teknik Industry, UPN Jawa Timur.

Fadilah, dan Distantina, S. 2009. Delignifikasi Ampas Batang Aren:

Pembandingan Pengaruh Penambahan Glukosa dengan Penambahan Tetes.

Ekuilibrium. 8(2):19-25.

Fardiaz, S. 1988. Fermentasi Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB. Gramedia.

Bogor.

Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi.

Fateta IPB. Bogor.

Fessenden, RJ. dan Fessenden JS .1997. Kimia Organik Jilid II. Diterjemahkan

oleh Aloysus Hadyana pudjaatmaka. Edisi Kedua. Erlangga: Jakarta

Freer, M. dan H. Dove. 2002. Sheep Nutrition. CABI and CSIRO Publishing,

Canberra.

Glazer, A. N., and Nikaido, H. 2007. Microbial biotechnology: fundamentals of

applied microbiology, second edition. Cambridge : USA

Gonggo, M. Bambang, Hermawan B., dan Anggraeni, D. 2006. Pengaruh Jenis

Tanaman Penutup dan Pengolahan Tanah Terhadap Sifat Fisika Tanah pada

Lahan Alang-Alang. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 7(1):44-50.

Hafni Indriati Nasution11*; Ratna Sari Dewi1 dan Primajogi Hasibuan (2016).

[Skripsi] Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Medan, Medan

Hall, B. J. dan Silver, S. 2009. Nutrition and Feeding of The Cow-Calf Herd:

Digestive System of the Cow. Journal Virginia Technology. 10(4):400-409.

Hamzah, Ainon, M.A., Zarin, dan Hamid, A.A. 2012. Optimal Physical and

Nutrient Parameters for Growth of Trichoderma virens UKMP-1M for Heavy

Crude Oil Degradation, Journal Sains Malaysiana. 41(1):71–79.

Hanafi, N.D. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. Departemen

Peternakan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. Medan.

Hieronymus, dan Budi. S. 1998. Tanaman Obat Keluarga TOGA 1. Yogyakarta:

Kanisius.

Page 98: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

81

Hilakore, M.A. 2008. Peningkatan Kualitas Nutrisi Putak Melalui Fermentasi

Campuran Trichoderma reesei dan Aspergillus niger sebagai Pakan

Ruminansia. Tesis. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Howard, R.L., Abotsi, E., Jansen van Rensburg, E.L., dan Howard, S. 2003.

Lignocellulose Biotechnology: Issues of Bioconversion and Enzyme

Production. African Journal of Biotechnology. 2(12):602-619.

Hungate, R.E. 1966. The Rumen and Its Microbes. Academic Press: New York

and London.

Imman, S., Arnthong, J., Burapatana, V., Champreda, V., dan Laosiripojana, N.

2014. Effects of Acid and Alkali Promoters on Compressed Liquid Hot Water

Preteatment of Rice Straw. Bioresource Technology. 171:29-36.

Indriani, D.O., Sriherfyna, F.H., dan Wardani, A.K. 2015. Invertase of Aspergillus

niger with Solid State Fermentation Method and The Application in Industry.

Pangan dan Agroindustri. 3(4):1405-1411.

Isamiyati. 2012. Proposal Disertasi diakses pada tanggal 4 Mei 2017: 21.22 WIB

Juliando. 2010. Pengaruh Delignifikasi Menggunakan Phanerochaete

chrysosporium Dan Hidrolisis Oleh Kapang Selulolitik Terhadap Kualitas

Tongkol Jagung Sebagai Pakan Ternak. [Skripsi]. Fakultas Teknologi

Pertanian. Institut Pertanian Bogor

Johjima, T., Itoh, N., Kabuto, M., Tokimura, F., Nakagawa, T., Wariishi, H., dan

Tanaka, H. 1999. Diretct Interaction of Lignin and Lignin Peroxidase from

Phanerochaete chrysosporium. National Academy Science. USA. 96:1989-

1994.

Kasmiran, A. 2011. Pengaruh Lama Fermentasi Jerami Padi dengan

Mikroorganisme Lokal Terhadap Kandungan Bahan Kering, Bahan Organik

dan Abu. Jurnal Lentera. 11(1).

Kenyon College. 2011. Phanerochaete chrysosporium. Microbe Wiki:

http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Corynebacterium_diphtheriae.asp

20 Februari 2018: 15.45 WIB

Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press

Kirk, T.K dan Cowling, E.B. 1984. Biological Decomposition of Solid Wood.

Dalam : Rowel, R.M, Editor. The Chemistry of Solid Wood. Washington DC:

American Chemical Society.

Kjeldahl, J. 1883. A New Method for The estimation Of Nitrogen in organaic

Coumpounds. Journal Analysis Chemistry. 22:336

Komar, A. 1984. Teknologi Pengolahan Jerami sebagai Makanan Ternak. Cetakan

Pertama. Yayasan Dian Gahita. Bandung.

Page 99: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

82

Kone K & Fung YC. 1992. Undertanding Bacterions and their usus in food.

Journal Food Environ Sanit. 12:282-285.

Kristensen, J.B. 2009. Enzymatic Hydrolysis of Lignocellulose: Substrate

Interaction and High Solids Loadings. Forest and Landscape Research. 42:

102–111.

Kurtzman, C., Fell, J.W. dan Boekhout, T. eds. 2011. The yeasts: a taxonomic

study. Elsevier.

Kurnianingtyas, I.B., Pandansari, P.R., Astuti, I., Widyawati, S.D., dan Suprayogi,

W.P.S. 2012. Pengaruh Macam Akselerator terhadap Kualitas Fisik, Kimiawi,

dan Biologis Silase Rumput Kolonjono. Tropical Animal Husbandry. 1(1):7-

14.

Langi P. R. 2014. Pengaruh Pemberian Pupuk Mikoria Terhadap Kandungan

Protein Kasar dan Serat Kasar Rumput Gajah Mini dan Rumput Benggala.

[Skripsi]. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar

Lasamadi, R.D., S.S.Malalantang, Rustandi,dan S. D. Anis. 2013. Pertumbuhan

dan perkembangan rumput Gadjah Dwarf (Pennisetum purpureum cv Moot)

yang diberi pupuk organik hasil fermentasi EM4. Jurnal Zootek. 32(5):158–

171.

Linder, M., and Teeri, T. 1997. The role and fungtion of cellulosebinding

domains. Journal Biotechnology. 57:15-28.

Lowry, O.H., Rosenbrough, N.J., Farr, A.L. dan Randall, R.J. 1951. Protein

Measurement with the Folin Phenol Reagent. Journal Biology Chemistry.

93:265-275.

Lynd L.R., PJ. Weimer, WH. van Zyl WH, I.S. Pretorius. 2002. Microbial

Cellulose Utilization: Fundamentals and Biotechnology. Microbiol Mol

Biology. Rev. 66 (3):506-577.

M. Akhtar, R.A. Blanchette dan T. . irk, “Fungal Delignification and

Biomechanical Pulping of wood,” Advances in Biochemical Engineering

Biotechnology. 57(10):159-195.

Manfaati, R. 2010. Kinetika dan Variabel Optimum Fermentasi Asam Laktat

dengan Media Campuran Tepung Tapioka dan Limbah Cair Tahu oleh

Rhizopus oryzae. [Tesis]. Program Magister Teknik Kimia. Universitas

Diponegoro, Semarang.

Martins, L.F., D. Kolling, M. Camassola, A.J.P. Dillon, L.P. Ramos (2008),

Comparison of Penicillium echinulatum and Trichoderma reesei Cellulases

in Relation to Their Activity Against Various Cellulosic Substrates, Journal

Biotechnology. 99:1417–1424.

Marjuki. 2012. Peningkatan Kualitas Jerami Padi Melalui Perlakuan Urea

Amoniasi. Artikel Ilmiah. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.

Page 100: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

83

Mc Donald, P., R. A. Edward, J. F. D. Greenhalg dan C. A. Morgan. 2002.

Animal Nutrition, 6th

Edition. Longman Scientific and Technical Co.

Published in The United States with John Willey and Sons inc, New York.

Michael, dan T. Madigan. (2009). Biology of Microorganisms. 12th ed. New

York: Prentice Hall International.

Miller. 2001. ESR Spectra. http://www.ensta.Fr/esr.html. 2 Mei 2017: 22.02 WIB

Moat, A.G., J.W. Foster & M.P. Spector, (2008), Microbial Physiology 4th ed,

Elvisier Science B.V. Amsterdam

Musnandar, E. 2004. Pertumbuhan jamur Bacillus sp. pada substrat kelapa sawit

untuk bahan pakan ternak. Majalah Ilmiah Angsana 8(3):25-30.

Nelson, D.H. 45. A Photometric Adaptation of the Somogyi‟s ethod for the

Determination of the Glucose. Journal Biology Chemistry. 153:373-380.

Nelson dan Suparjo. 2011. Penentuan Lama Fermentasi Kulit Buah Kakao dengan

Phanerochaete chrysosporium: evaluasi kulaitas nitrisi secara kimiawi

ARGINAK. 1(1):1-10.

Nugroho, A. 2009. Biodegradasi Sludge Minyak Bumi dalam Skala

Mikrokosmos: Simulasi Sederhana Sebagai Kajian Awal Bioremediasi Land

Treatment. MAKARA, Teknologi. 10(2):82-86. Jakarta: Universitas Trisakti.

Nofri, D. 2014. Perubahan Kandungan Komponen Serat Pelepah dan Daun Sawit

Melalui Fermentasi dengan Kapang Phanerochaete chrysosporium. Jurnal

Universitas Padang. 2-13.

N. Iriani. 2003. Prospek Pengembangan Tanaman Jagung Sebagai Sumber

Hijauan Pakan Ternak. Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti.

Balai Penelitian Ternak Bogor. 26–31.

Okaraonye, C.C, dan Ikewuchi, J.C. 2009. Nutritional and antinutritional

components of Pennisetum purpureum Schumach. Pakistan journal of

nutritional. 8(1):32-34.

Orth, A.B., D.J. Royse, dan M. Tien. 1993. Ubiquity of Lignin Peroxidase among

Various Wood-Degrading Fungi. Applied and Environmental Microbiology.

59(12):4017-4023.

Oscariz, J.C. dan A.G. Pisabarro. 2000. Classification and mode of action of

membrane-active bacteriocins produced by gram-positive bacteria.

Internation Journal Microbiol. 4(1):13-19.

Palonen, H. 2004. Role of lignin in the enzymatic hydrolysis of lignocelluloses.

Disertation at University of Technology. Hel sinki Finland.

Paik HD, Bae SS, Park SH, dan Pan JG. 1997. Identification and partial

characterization of tochicin a bacterion produced by Bacillus thuringiensis

subsp. tochingiensis. Journal Indust Microbiol Biotechnol. 19:294-299.

Page 101: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

84

Pangesti, N. W. I., Arini, P., dan Estu, R. N. 2012. Pengaruh Penambahan Molase

pada Produksi Enzim Xilanase oleh Fungi Aspergillus niger dengan Substrat

Jerami Padi. Jurnal Bioteknologi. 9(2):41-48.

Pason, P., K. Ratanakhanokchai dan Kyu K.L. 2003. Multiple Cellulases and

Xylanases of Bacillus circulans B-6. Biotechnology for Sustainable

Utilization of Biological Resources in the Tropics. Proceedings of Project

Seminars in 2000-2003 for JSPS- NCRT/DOST/LIPI/VCC. IC Biotech, Japan.

16:305-310.

Paul EA. 1992. Organic Matter Decompositionn. Encyclo-pedia of Microbiology,

3. Academic Press. Inc

Perez, J., Munoz, J., Dorado, T., De la Rubia., dan Martinez, J. 2002.

Biodegradation and biological treatments of cellulose, hemicellulose and

lignin: an overview,Int. Microbiol. 5:53-63.

Pikukuh, P. 2011. Selulosa komponen yang paling banyak ditemukan di alam.

http:/blog.ub.ac.id/supat/2011/03/14/hello world/ diakses pada 9 Mei 2017:

22.23 WIB.

Prasetyo, B.H dan Suriadikarta, D.A. 2006. Karakteristik, Potensi dan Teknologi

Pengelolaan Tanah Ultisol Untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di

Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. 25(2):39-46.

Rafat C, Haymann JP, Gaudry S, Labbe V, Montanes RM, Dufour N, et al..2014.

The case: A crystal-clear diagnosis: acute kidney injury in a patient with

suspected meningoencephalitis. Kidney Int. 86:1065–1069.

Rahayuningsih, M. 2003. Toksisitas dan Aktivitas Dipterosidal Bioinsektisida

Bacillus thuringiensis israelensis Tipe Liar dan Mutan pada Berbagai

Formulasi Media dan Kondisi Kultivasi. Disertasi. Bogor: Institut Pertanian

Bogor.

Rukmana, R. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius.

Yogyakarta.

Romayanto, M. E. W., Wiryanto dan Sajidan. 2006. Pengolahan Limbah

Domestik Dengan Aerasi dam Penambahan Bakteri Pseudomonas putida.

Journal Bioteknologi. 3(2):42-49.

Safaria, S. 2013. Efektivitas Campuran Enzim Selulase dari Aspergillus niger dan

Tricoderma reesei dalam menghidrolisis Substrat Sabut Kelapa. ISSN : 2303-

1077. 2 (1):46–51.

Saha, B.C. 2004. Lignocellulose Biodegradation and Application in

Biotechnology. US Government Work. American Chemical Society, halaman

2-14.

Sanchez,Lopez. M. 2009. Relationship Between Physical Activity enzime and

temperature. Rev. Esp.Cardiol. 61(2):108-111.

Page 102: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

85

Sanderson, M. A. Dan R. A., Paul. 2008. Perennial forages as second generation

bioenergy crops. International Journal of Molecular Sciences. 9:768-788.

Schmid F. 2001. Biological Macromolecules: UV-Visible Spectrophotometry.

Encyclopedia of Life Sciences. Nature Publishing Group.

Sari, N.K. 2009. Pembuatan Bioetanol Dari Rumput Gajah Dengan Destilasi

Batch, Jurnal Teknik Kimia. 8(3):94-103.

Sastroamidjojo, H.1985. Spektroskopi , Edisi I, Liberty , Yogyakarta.

Sharaf EF, El-Sarrany AEAQ, and l – Deeb E. . “ iorecycling of shrimp

shell by Trichoderma viride for production of antifungal chitinase”.

African Journal Microbiol. 6(21):4538-4545.

Shinghania. 2009. Cellulytic Enzyme. Biotechnology For Industrial Residues

Utilization.

Silalahi, J. 1994. Kadar Protein yang Terdapat dalam Beberapa Bahan Makanan.

Medan: Silalahi. 1-20.

Singh, D dan Chen, S. 2008. The White-rot Fungus Phanerochaete

chrysosporium: Conditions For The Production of Lignin-degrading

Enzymes. Appl Microbial Biotechnol. 81:399-417

Sjostrom, E., Alen, R. 1999. Analytical Methods in Wood Chemistry, Pulping and

Papermaking. New York: Springer- Verlag Berlin Heidelerg.

Soegianto, Agus. 2012. Ilmu Lingkungan, Sarana Menuju Masyarakat

Berkelanjutan, Airlangga University Press, Surabaya.

Sokanandi, A., Pari, G., Setiawan, D. dan Saepuloh. 2012. Komponen Kimia

Sepuluh Jenis Kayu Kurang Dikenal: Kemungkinan Penggunaan Sebagai

Bahan Baku Pembuatan Bioetanol. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 32(3):209-

220.

Somda, M.K., Aly S., Nicolas B., Philippe T. dan Alfred S.T. 2011. Effect of

Minerals Salts in Fermentation Process using Mango Residues as Carbon

Source for Bioethanol Production. Asian of Industrial Engineering.

3(1):29-38.

Srinivasan, C, T.M.D. Souza, K. Boominathan, dan C.A. Reddy. 1995.

Demonstration of Laccase in the White Rot Basidiomycete Phanerochaete

chrysosporium. Aplied and Environmental Microbiology. 61(2):4274-4277.

Stewart, J., Akiyama, T., Chapple, C., Ralph, J., dan Mansfield, S. 2009. The

effects on lignin structure of everexpression of farulate 5-hydroxylase in

hybrid popla. Elephan grass. Plant physiol. 150:621-635.

Page 103: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

86

Subekti, G., Suwarno dan Nur Hidayat. 2013. Penggunaan Beberapa Aditif Dan

Bakteri Asam Laktat Terhadap Karakteristik Fisik Silase Rumput Gajah Pada

Hari Ke- 14. Jurnal Ilmiah Peternakan. 1(3):835–841.

Sumarno. 1986. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Penerbit Sinar Baru, Bandung.

Sumarsono, T. 2009. Efektivitas Jenis dan Konsentrasi Nutrien dalam

Bioremediasi Tanah Tercemar Minyak Mentah yang Diaugmentasi Dengan

Konsorsium Bakteri. [Skripsi]. Departemen Biologi FSAINTEK Universitas

Airlangga, Surabaya.

Suparjo. 2008. Saponin Peran dan Pengaruhnya Bagi Ternak dan Manusia.

Fakultas Peternakan. Universitas Jambi: Jambi.

Sutardi, T. 1980. Peningkatan mutu hasil limbah lignoselulosa sebagai makanan

ternak. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.

Sutardi, T., 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Makanan Ternak,

IPB, Bogor.

Tagg JR, Dajani AS, dan Wannamaker LW. 1976. Bacteriocins of Gram Positive

Bacteria. Journal Bacteriol Rev 40:722-756.

Taherzadeh M.J. 1999. “Ethanol from Lignocellulose: Physiological Effects of

Inhibitors and Fermentation Strategies”. [Thesis].Göteborg: Department of

Chemical Reaction Engineering, Chalmers University Of Technology.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan S.

Lebdosoekoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2004. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah

Mada University Press: Yogyakarta

Todar, . 5. Salmonella and Salmonellosis. Todar‟s nline Textbook of

Bacteriology. University of Wisconsin-Madison Department of Bacteriology.

http://textbookofbacteriology.net/salmonella.html.15 Januari 2018: 21.23

WIB

Tri Retno, D. L., Mulyana, N., Nurhasni dan Uswatun, H. 2015. Pengaruh Radiasi

Sinar Gamma Terhadap Kemampuan Degradasi Lignin Phanerochaete

chrysosporium dan Ganoderma lucidum. Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir

Indonesia. 17(1):21-36.

Urribari, L., A. Ferrer dan A. Collina. 2009. Leaf protein from ammonia treasted

dwarf elephant grass (Pennisetum purpureum schum cv mott). Journal

Applied Biochemistry and Biotechnology. 122(1-3):7 ‒7 .

Walkley, A., Black, I.A 1934. An Examination of the Degtjareff Method for

Determining Organic Carbon in Soils: Effect of Variations in Digestion

Conditions and of Inorganic Soil Constituents. Soil Sci. 63:251-263.

Page 104: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

87

Widuri, A.E., 2001. Pengaruh Jenis Inokulum Kering dan Suhu Fermentasi pada

Pembuatan Tape Talas Padang, [Skripsi] Jurusan Teknologi Pangan

Universitas Pasundan, Bandung.

Winarno, F.G. 1986. Enzim Pangan. Gramedia. Jakarta.

Wongsa, P. dan P. Werukhamkul. 2007. Product Development and Technical

Service, Biosolution Internation. Bangkadi Industrial Park. Thailand. 134/4.

Woodard, K.R dan G.M. Prine.1993. Dry matter accumulation of elephantgrass,

energycane and elephantmillet in a subtropical climate. Crop science. 33:818-

824.

https://www.industrie-techno.com/les-7-employes-modeles-de-la-chimie.33814

Diakses pada hari Minggu 18 Maret 2018 pukul 21:13 WIB

Page 105: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

88

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Hasil Penelitian

1. Perubahan nilai pH medium SSF

Hari ke- 0 4 8 12 16

M0U0 5,95a 7,95

b 7,97

c 7,64

c 7,55

b

M0U1 5,84a 7,38

a 7,59

b 7,50

b 7,06

b

M1U0 6,35a 6,97

a 7,95

c 7,72

c 7,34

b

M1U1 6,10a 7,83

b 7,89

c 7,81

c 7,53

b

M2U0 5,86a 7,65

a 7,74

c 7,62

c 7,29

b

M2U1 5,98a 7,45

a 7,57

b 7,59

b 7,09

b

2. Perubahan kadar air medium SSF %

Hari Ke- 0 4 8 12 16

M0U0 64,26a

67,07a 68,17

a 73,25

a 70,27

c

MOU1 65,47cd

65,39

cd 70,43

c 73,57

a 78,82

b

M1U0 67,84de

68,21

ef 71,6

bc 73,51

cd 74,22

cd

M1U1 67,95

ef

70,69de

69,76ab

68,3ef

69,07c

M2U0 68,39de

71,28

cd 70,51

c 72,6

bc 73,73

ab

M2U1

71,48ab

70,76

ab 72,21

cd 72,34

c 72,88

c

3. Perubahan Aktivitas LiP dalam medium SSF, U/g

Hari ke- 4 8 12 16

M1U0 14498a 11833

de 5489

ab 9272

bcd

M1U1 17904g 6137

ab 10288

cd 6415

abc

M2U0 16382fg

13020efg

6131ab

4762a

M2U1 4487a 7174

abc 15588

efg 4408

a

4. Perubahan aktivitas selulase dalam medium SSF, U/ml

Hari ke- 4 8 12 16

M1U0 0,9a 6,24

c 3,47

c 4,05

d

M1U1 1,94ab

4,03b 2,75

ab 4,35

c

M2U0 0,99cd

5,53b 5,2

cd 3,38

ab

M2U1 1,62ab

4,9c 3,83

a 5,31

b

Page 106: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

89

5. Perubahan kadar bahan organik selama fermentasi, %

Hari ke- 4 8 12 16

M1U0 89,08a 88,49

a 89,27

a 86,87

a

M1U1 87,82b 88,71

bc 87,54

b 86,32

a

M2U0 89,34b 89,1

c 88,58

ab 87,73

a

M2U1 88,25c 88,22

a 87,04

a 86,89

a

6. Perubahan kadar abu selama fermentasi, %

Hari ke- 4 8 12 16

M1U0 10,92b 11,51

b 10,73

c 13,13

b

M1U1 12,18b 11,29

bc 12,46

b 13,68

b

M2U0 10,66b 10,9

bc 11,42

a 12,27

b

M2U1 11,75c 11,78

c 12,96

a 12,11

b

7. Kadar Ekstraktif, %

Hari ke- 4 8 12 16

M1U0 5,19a 6,5

c 13,55

a 10,48

a

M1U1 8,6cd

14,01de

12,7de

7,4bc

M2U0 7,21c 8,89

ab 13,56

b 6,1

ab

M2U1 7,6ab

8,29bc

9,13c 4,9

a

8. Kadar Lignin, %

Hari ke- 4 8 12 16

M1U

0 6,23

j 5,07

gh 3,26

de 2,29

c

M1U

1 4,78

g 3.12

de 1,33

b 1,32

b

M2U

0 5,7h

i 4,11

f 3,45

e 1,39

ij

M2U

1 5,47

h 2,76

cd 1,08

ab 0,66

a

9. Degradasi Lignin, %

Hari ke- 12 16

M1U0 56,91a

70,22b

M1U1 82,41c

82,5c

M2U0 54,39a

81,62c

M2U1 85,7c 91,22

d

Page 107: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

90

10. Kadar Glukosa, %

Hari ke- 4 8 12 16

M1U0 12,32de

14,01a 15,1

b 14,55b

M1U1 12,28ab

13,93cd

14,48b 12,03b

M2U0 13,3cd

15,55ab

18,24a 18,81c

M2U1 9,44c 13,24

c 12,7

c 14,39a

11. Kadar Hemiselulosa, %

Hari ke- 12 16

M1U0 16,1cde

21,08a

M1U1 15,22ef

31,99c

M2U0 7,29def

26,71abc

M2U1 9,81de

29,19bc

12. Kadar Protein Terlarut, %

Hari ke- 12 16

M1U0 15,18b 34,94

g

M1U1 12,02a 22,63

e

M2U0 17,53c 39,72

h

M2U1 19,96d 27,84

f

Page 108: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

91

Lampiran 2. Contoh Perhitungan

a. Aktivitas Enzim Lignin Peroksidase (LiP)

Uraian Ulangan M1U0

4 8 12 16

Sampel, g

1,0000 1,0000 1,0000 1,0000

Bufer asetat, ml

10 10 10 10

Kadar air sampel, %

68,21 71,60 73,51 74,22

Bk sampel, g

0,318 0,284 0,265 0,258

Faktor pengenceran, kali 1 1 1 1

Abs T=0 1 0,515 0,440 0,510 0,575

2 0,505 0,450 0,515 0,585

Abs T=30 1 0,530 0,450 0,510 0,585

2 0,525 0,460 0,520 0,595

Delta absorbansi 1 0,015 0,010 0,005 0,010

2 0,020 0,010 0,005 0,010

Volume total, ml

4 4 4 4

Tebal dalam kuvet, cm

1 1 1 1

Volume enzim, ml

0,8 0,8 0,8 0,8

Waktu inkubasi, menit 1 21 16 19 22

2 20 16 18 23

Aktivitas LiP, U/ml 1 384,02 336,02 141,48 244,38

2 537,63 336,02 149,34 233,75

Rerata 460,83 336,02 145,41 239,07

STDEV 108,62 0,00 5,56 7,51

Aktivitas LiP, U/g 1 12082 11833 5341 9478

2 16914 11833 5637 9066

Rerata 14498 11833 5489 9272

(

)

( )

(

)

Page 109: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

92

b. Kadar Air

Uraian Ulangan M1U0

0 4 8 12 16

W0, g 1 17,8807 17,8801 17,8812 17,8789 17,8794

2 24,1011 24,0996 24,0991 24,0987 24,1001

W1, g 1 18,8913 18,9067 18,9171 18,9838 18,9243

2 25,1811 25,1219 25,1019 25,1270 25,2975

W2, g 1 18,1940 18,2146 18,2057 18,1743 18,1390

2 24,4610 24,4164 24,3545 24,3686 24,4201

Bb sampel, g 1 1,0106 1,0266 1,0359 1,1049 1,0449

2 1,0800 1,0223 1,0028 1,0283 1,1974

Bk sampel, g 1 0,3133 0,3345 0,3245 0,2954 0,2596

2 0,3599 0,3168 0,2554 0,2699 0,3200

Kadar air, % 1 69,00 67,42 68,67 73,26 75,16

2 66,68 69,01 74,53 73,75 73,28

Rerata 67,84 68,21 71,60 73,51 74,22

STDEV 1,64 1,13 4,14 0,35 1,33

Page 110: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

93

c. Kadar Bahan Organik Dan Abu

Uraian Ulangan M1U0

4 8 12 16

W0, g 1 19,7417 21,0922 26,9797 34,1766

2 34,5957 21,9410 23,6363 37,9816

W1, g 1 20,7647 22,1776 27,9876 35,3029

2 35,8967 22,9847 24,6703 39,1182

W2, g 1 20,7086 22,1115 27,8660 35,2037

2 35,8436 22,9198 24,5477 39,0090

W3, g 1 19,8521 21,2104 27,0763 34,3154

2 34,7258 22,0528 23,7326 38,1125

Bb sampel, g 1 1,0230 1,0854 1,0079 1,1263

2 1,3010 1,0437 1,0340 1,1366

Bk sampel, g 1 0,9669 1,0193 0,8863 1,0271

2 1,2479 0,9788 0,9114 1,0274

Abu sampel, g 1 0,1104 0,1182 0,0966 0,1388

2 0,1301 0,1118 0,0963 0,1309

Kadar bahan organik (BO), % 1 88,58 88,40 89,10 86,49

2 89,57 88,58 89,43 87,26

Rerata 89,08 88,49 89,27 86,87

STDEV 0,70 0,12 0,24 0,55

Kadar abu, % 1 11,42 11,60 10,90 13,51

2 10,43 11,42 10,57 12,74

Rerata 10,92 11,51 10,73 13,13

Page 111: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

94

d. Kadar Ekstraktif

Uraian Ulangan M1U0

4 8 12 16

Sampel, g 1 2,5008 2,5000 2,5006 2,5008

2 2,5009 2,5008 2,5001 2,5008

Rerata 2,5009 2,5004 2,5004 2,5008

W0, g 1 48,6187 50,7980 48,6114 48,3530

2 50,4453 48,5197 48,3425 50,4595

W1, g 1 50,8251 52,9874 50,5168 50,5005

2 52,6514 50,7183 50,2430 52,6278

SBE, g (b) 1 2,2064 2,1894 1,9054 2,1475

2 2,2061 2,1986 1,9005 2,1683

Rerata 2,206 2,194 1,903 2,158

Kadar BK sampel, % 93,0448 93,8465 88,0392 96,3873

Bk sampel, g (a) 1 2,3269 2,3462 2,2015 2,4105

2 2,3270 2,3469 2,2011 2,4105

Ekstraktif, g (c) 1 0,1205 0,1568 0,2961 0,2630

2 0,1209 0,1483 0,3006 0,2422

BK : SBE, kali 1 1,055 1,072 1,155 1,122

2 1,055 1,067 1,158 1,112

Rerata 1,055 1,070 1,157 1,117

Kadar bahan organik BK, % 89,078 88,491 89,267 86,873

Total bahan organik BK, g 1 2,0727 2,0761 1,9652 2,0940

2 2,0728 2,0768 1,9648 2,0940

Bahan organik SBE, g 1 1,9523 1,9194 1,6691 1,8311

2 1,9520 1,9285 1,6643 1,8519

Abu SBE, g 1 0,2541 0,2700 0,2363 0,3164

2 0,2541 0,2701 0,2362 0,3164

Kadar bahan organik SBE, % 1 88,482 87,667 87,599 85,265

2 88,480 87,714 87,570 85,407

Rerata 88,481 87,691 87,585 85,336

Kadar abu SBE, % 1 11,518 12,333 12,401 14,735

2 11,520 12,286 12,430 14,593

Rerata 11,519 12,309 12,415 14,664

Kadar ekstraktif, % bk sampel 1 5,177 6,682 13,450 10,909

2 5,194 6,319 13,656 10,046

Rerata 5,19 6,50 13,55 10,48

( )

( )

( )

%

Page 112: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

95

e. Kadar Lignin

Uraian Ulangan M1U0

4 8 12 16

SBE, g 1 0,3002 0,3000 0,3006 0,3003

2 0,3009 0,3001 0,3008 0,3006

Rerata 0,3006 0,3001 0,3007 0,3005

W0, g (b) 1 50,2810 50,8241 48,6297 47,8594

2 48,9825 48,5238 48,3661 50,7986

W1, g (a) 1 50,3073 50,8461 48,6477 47,8743

2 49,0097 48,5487 48,3852 50,8145

LA (lignin+abu), g (c) 1 0,0263 0,0220 0,0180 0,0180

2 0,0272 0,0249 0,0191 0,0159

Rerata 0,0267 0,0234 0,0185 0,0170

Abu LA :

W0

31,7460 19,8692 21,5355 28,3295

W1

31,8369 19,9909 21,6489 28,5066

W3

31,7688 19,9064 21,5796 28,4276

LA, g

0,0909 0,1217 0,1134 0,1771

Abu, g

0,0228 0,0372 0,0441 0,0981

Kadar abu LA, % 25,0825 30,5670 38,8889 55,3924

BK : SBE, kali

1,055 1,070 1,157 1,117

BK, g (d) 1 0,3166 0,3209 0,3477 0,3355

2 0,3174 0,3210 0,3480 0,3358

Abu, g 1 0,0066 0,0067 0,0070 0,0100

2 0,0068 0,0076 0,0074 0,0088

Rerata 0,0067 0,0072 0,0072 0,0094

Kadar lignin, % bk sampel 1 6,22 4,76 3,16 2,39

2 6,42 5,39 3,35 2,11

Rerata 6,32 5,07 3,26 2,25

( )

( )

( )

( )

( )

Page 113: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

96

f. Kadar glukosa

Kurva standar glukosa (D-glukosa monohidrat)

Uraian Ulangan I II III IV V VI

Kadar glukosa, mg/ml

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Absorbansi pada 540 nm 1 0.00 0.12 0.21 0.38 0.46 0.58

2 0.00 0.10 0.21 0.39 0.47 0.58

Rerata 0.00 0.11 0.21 0.38 0.47 0.58

Kurva standar :

Absorbansi pada 540 nm 0.0 0.1 0.2 0.4 0.5 0.6

Glukosa, mg/ml 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Uraian Ulangan M1U0

4 8 12 16

Sampel, g

1,0080 1,0090 1,0040 1,0070

Akuades, ml

20 20 20 20

BK sampel, %

93,045 93,846 88,039 96,387

Bk sampel, g

0,9379 0,9469 0,8839 0,9706

Faktor pengenceran, kali 1 1 1 1

Absorbansi pada 540 nm 1 0,35 0,39 0,37 0,41

2 0,38 0,385 0,41 0,415

Slope kurva standar (a) 1,7116 1,7116 1,7116 1,7116

Glukosa, mg/ml 1 0,599 0,668 0,633 0,702

2 0,650 0,659 0,702 0,710

Kadar glukosa, mg/g 1 12,775 14,099 14,329 14,460

2 13,870 13,918 15,878 14,636

Rerata 13,322 14,009 15,104 14,548

(

) ( )

(

)

y = 1,5714x + 0,0286

R² = 0,9878

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6

Glu

kosa

mg/m

L

Absorbansi pada 540 nm

Kurva Standar Glukosa

Page 114: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

97

g. Kadar Hemiselulosa

Uraian Ulangan M1U0H12 M1U0H16

Sampel, g (a) 1,0009 1,0009

1,0007 1,0005

Rerata 1,0008 1,0007

W0, g

47,7629 50,1726

50,4622 47,8348

W1, g 48,6195 50,8522

51,2345 48,6853

Non-hemiselulosa, g (b) 0,8566 0,6796

0,7723 0,8505

Hemiselulosa, g (c) 0,1443 0,3213

0,2284 0,1500

Rerata 0,1864 0,2357

BK : SBE, kali 1 1,155 1,122

2 1,158 1,112

BK, g (d)

1,1563 1,1232

1,1591 1,1125

Kadar hemiselulosa, % BK 1 16,12 20,98

2 16,08 21,18

Rerata 16,10 21,08

( )

( )

( )

Page 115: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

98

h. Kadar Selulosa

Uraian Ulangan M1U0H12 M1U0H16 M1U1H12

Kadar abu, % (a)

10,733 13,127 12,459

Kadar ekstraktif, % (b)

13,553 10,477 12,700

Kadar hemiselulosa, % (c)

16,097 21,081 15,216

Kadar lignin, % (d) 1 3,163 2,394 1,259

2 3,354 2,112 1,403

Kadar hemiselulosa, % BK 1 56,45 52,92 58,37

2 56,26 53,20 58,22

Rerata 56,36 53,06 58,29

Page 116: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

99

Lampiran 3. Data Uji Statistik IBM SPSS 20.0

1. Perubahan aktivitas selulase dalam medium SSF ANOVA

VAR00006

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 88.316 15 5.888 39.244 .000

Within Groups 2.400 16 .150

Total 90.716 31

Page 117: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

100

VAR00006

Duncan Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.00.

BB N Subset for alpha = .05

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

M2U1H16 2 .8700

M1U0H4 2 .9000

M2U0H4 2 .9900

M2U1H4 2 1.6250 1.6250

M1U1H4 2 1.9450 1.9450

M1U1H12 2 2.7500 2.7500

M2U0H16 2 3.3750 3.3750

M1U0H12 2 3.4700 3.4700 3.4700

M2U1H12 2 3.8350 3.8350

M1U1H8 2 4.0300 4.0300 4.0300

M1U0H16 2 4.0550 4.0550 4.0550

M1U1H16 2 4.3500 4.3500 4.3500

M2U1H8 2 4.9000 4.9000 4.9000

M2U0H12 2 5.2000 5.2000

M2U0H8 2 5.5300 5.5300

M1U0H8 2 6.2400

Sig. .090 .421 .054 .096 .131 .056 .054 .053 .142 .085

100

Page 118: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

101

2. Perubahan aktivitas LiP dalam medium SSF ANOVA

VAR00006

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 651004240.969

15 43400282.731 14.514 .000

Within Groups 47842596.500

16 2990162.281

Total 698846837.469

31

Page 119: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

102

VAR00006

Duncan

BB N Subset for alpha = .05

1 2 3 4 5 6 7

M2U1H16 2 4408.0000

M2U1H4 2 4487.5000

M2U0H16 2 4762.0000

M1U0H12 2 5489.0000 5489.0000

M2U0H12 2 6131.0000 6131.0000

M1U1H8 2 6137.5000 6137.5000

M1U1H16 2 6415.0000 6415.0000 6415.0000

M2U1H8 2 7174.5000 7174.5000 7174.5000

M1U0H16 2 9272.0000 9272.0000 9272.0000

M1U1H12 2

10287.5000

10287.5000

M1U0H8 2

11833.0000

11833.0000

M2U0H8 2

13020.0000

13020.0000

13020.0000

M1U0H4 2

14498.0000

14498.0000

14498.0000

M2U1H12 2

15588.0000

15588.0000

15588.0000

M2U0H4 2

16382.0000

16382.0000

M1U1H4 2

17903.5000

Sig. .177 .068 .055 .062 .062 .091 .087

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.

Page 120: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

103

3. Kadar lignin ANOVA

VAR00006

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 135.546 16 8.472 117.835 .000

Within Groups 1.222 17 .072

Total 136.768 33

Page 121: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

104

VAR00006

Duncan

BB N Subset for alpha = .05

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

M2U1H16 2 .6650

M2U1H12 2 1.0800 1.0800

M1U1H16 2 1.3250

M1U1H12 2 1.3300

M2U0H16 2 1.3900

M1U016 2 2.2500

M2U1H8 2 2.7650 2.7650

M1U1H8 2 3.1200 3.1200

M1U0H12 2 3.2550 3.2550

M2U0H12 2 3.4500

M2U0H8 2 4.1100

M1U1H4 2 4.7850

M1U0H8 2 5.0750 5.0750

M2U1H4 2 5.4700 5.4700

M2U0H4 2 5.6950

M1U0H4 2 6.3200

K 2 7.5650

Sig. .140 .303 .072 .100 .260 1.000 .295 .159 .413 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.

Page 122: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

105

4. Kadar Glukosa ANOVA

VAR00006

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 252.897 16 15.806 73.597 .000

Within Groups 3.651 17 .215

Total 256.548 33

Page 123: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

106

VAR00006

Duncan

BB N Subset for alpha = .05

1 2 3 4 5 6 7 8 9

K 2 6.8345

M2U1H4 2 9.4465

M1U1H16 2 12.0265

M1U1H4 2 12.2840 12.2840

M2U1H12 2 12.6975 12.6975

M2U1H8 2 13.2440 13.2440

M2U0H4 2 13.2985 13.2985

M1U0H4 2 13.3225 13.3225

M1U1H8 2 13.9325 13.9325

M1U0H8 2 14.0085 14.0085

M2U1H16 2 14.3875 14.3875

M1U0H16 2 14.5480 14.5480 14.5480

M1U1H12 2 14.8445 14.8445 14.8445

M1U0H12 2 15.1035 15.1035

M2U0H8 2 15.5475

M2U0H12 2 18.2460

M2U0H16 2 18.8190

Sig. 1.000 1.000 .187 .058 .154 .093 .173 .062 .233

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.

Page 124: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

107

5. Degradasi bahan organik

ANOVA

VAR00006

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 16.484 7 2.355 5.081 .018

Within Groups 3.708 8 .463

Total 20.192 15

VAR00006

Duncan

BB N Subset for alpha = .05

1 2 3

M1U0H12 2 1.0150

M2U0H12 2 1.7800 1.7800

M2U0H16 2 2.7200 2.7200

M1U1H12 2 2.9300 2.9300

M2U1H12 2 3.4900

M2U1H16 2 3.6500

M1U0H16 2 3.6750

M1U1H16 2 4.2800

Sig. .294 .144 .068

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.

6. Degradasi lignin ANOVA

VAR00006

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2607.972 7 372.567 79.903 .000

Within Groups 37.302 8 4.663

Total 2645.274 15

Page 125: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

108

VAR00006

Duncan

BB N Subset for alpha = .05

1 2 3 4

M2U0H12 2 54.3900

M1U0H12 2 56.9150

M1U0H16 2 70.2200

M2U0H16 2 81.6200

M1U1H12 2 82.4050

M1U1H16 2 82.5000

M2U1H12 2 85.6950

M2U1H16 2 91.2200

Sig. .276 1.000 .114 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.

7. Peningkatan kadar glukosa ANOVA

VAR00006

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1.681 7 .240 28.322 .000

Within Groups .068 8 .008

Total 1.749 15

VAR00006

Duncan

BB N Subset for alpha = .05

1 2 3

M2U0H12 2 .7600

M2U1H16 2 .8600

M1U1H12 2 1.1300

M1U1H16 2 1.1700

M1U0H12 2 1.2100

M1U0H16 2 1.2100

M2U0H16 2 1.6700

M2U1H12 2 1.7550

Sig. .309 .436 .383

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000

Page 126: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

109

8. Peningkatan kadar protein terlarut

ANOVA

VAR00006

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 7.357 7 1.051 251.749 .000

Within Groups .033 8 .004

Total 7.391 15

VAR00006

Duncan

BB N Subset for alpha = .05

1 2 3 4 5 6 7 8

M1U1H12 2 -.1050

M1U0H12 2 .1300

M2U0H12 2 .3050

M2U1H12 2 .4850

M1U1H16 2 .6800

M2U1H16 2 1.0750

M1U0H16 2 1.6000

M2U0H16 2 1.9600

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.

Page 127: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

110

9. pH substrat ANOVA

VAR00006

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 3.997 4 .999 249.798 .000

Within Groups .020 5 .004

Total 4.017 9

VAR00006

Duncan

BB N

Subset for alpha = .05

1 2 3 4

K 2 5.7450

M2U2 2 7.1400

M2U0 2 7.2750 7.2750

M1U0 2 7.3350 7.3350

M1U1 2 7.4650

Sig. 1.000 .086 .386 .095

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.

10. Kadar bahan kering, % ANOVA

VAR00006

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 12965.628 4 3241.407 454.117 .000

Within Groups 35.689 5 7.138

Total 13001.318 9

VAR00006

Duncan

BB N

Subset for alpha = .05

1 2

K 2 4.5000

M2U1 2 91.4700

M2U0 2 94.6450

M1U1 2 95.2050

M1U0 2 96.3900

Sig. 1.000 .136

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.

Page 128: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

111

11. Kadar bahan organik, % ANOVA

VAR00006

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 18.697 4 4.674 7.705 .023

Within Groups 3.033 5 .607

Total 21.731 9

VAR00006

Duncan

BB N

Subset for alpha = .05

1 2

M1U1 2 86.3250

M1U0 2 86.8750

M2U1 2 86.8950

M2U0 2 87.7350

K 2 90.1850

Sig. .141 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.

12. Kadar ekstraktif, % ANOVA

VAR00006

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 38.122 4 9.530 20.054 .003

Within Groups 2.376 5 .475

Total 40.498 9

VAR00006

Duncan

BB N

Subset for alpha = .05

1 2 3 4

M2U1 2 4.9000

M2U0 2 6.1000 6.1000

M1U1 2 7.4000 7.4000

K 2 8.7050

M1U0 2 10.4800

Sig. .142 .118 .117 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.

Page 129: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

112

13. Kadar hemiselulosa, %

ANOVA

VAR00006

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 142.988 4 35.747 7.180 .026

Within Groups 24.895 5 4.979

Total 167.883 9

VAR00006

Duncan

BB N

Subset for alpha = .05

1 2 3

M1U0 2 21.0800

K 2 24.3050 24.3050

M2U0 2 26.7050 26.7050 26.7050

M2U1 2 29.1900 29.1900

M1U1 2 31.9900

Sig. .058 .087 .070

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.

14. Kadar selulosa, % ANOVA

VAR00006

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 743.865 8 92.983 1392.078 .000

Within Groups .601 9 .067

Total 744.466 17

Page 130: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

113

VAR00006

Duncan

BB N Subset for alpha = .05

1 2 3 4 5 6 7 8

M1U1H16 2 45.6100

K 2 49.6100

M2U1H16 2 52.1400

M1U1H16 2 53.0600

M2U0H16 2 53.5350

M1U0H12 2 56.3550

M1U1H12 2 58.2950

M2U0H12 2 64.2800

M2U1H12 2 67.0200

Sig. 1.000 1.000 1.000 .099 1.000 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.

15. Kadar selulosa, % ANOVA

VAR00006

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 85.470 4 21.368 227.291 .000

Within Groups .470 5 .094

Total 85.940 9

Page 131: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

114

VAR00006

Duncan

BB N

Subset for alpha = .05

1 2 3 4

M1U1 2 45.6100

K 2 49.6100

M2U1 2 52.1400

M1U0 2 53.0600

M2U0 2 53.5350

Sig. 1.000 1.000 1.000 .182

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.

16. Kadar lignin, % ANOVA

VAR00006

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 63.200 4 15.800 165.428 .000

Within Groups .478 5 .096

Total 63.678 9

VAR00006

Duncan

BB N

Subset for alpha = .05

1 2 3

M2U1 2 .6650

M1U1 2 1.3250

M2U0 2 1.3900

M1U0 2 2.2500

K 2 7.5650

Sig. .072 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.

Page 132: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

115

17. Kadar glukosa, mg/g ANOVA

VAR00006

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 153.233 4 38.308 718.728 .000

Within Groups .267 5 .053

Total 153.499 9

VAR00006

Duncan

BB N

Subset for alpha = .05

1 2 3 4

K 2 6.8350

M1U1 2 12.0300

M2U1 2 14.3850

M1U0 2 14.5500

M2U0 2 18.8200

Sig. 1.000 1.000 .507 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.

18. Kadar protein terlarut, mg/g ANOVA

VAR00006

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 852.507 4 213.127 322.680 .000

Within Groups 3.302 5 .660

Total 855.809 9

VAR00006

Duncan

BB N

Subset for alpha = .05

1 2 3 4 5

K 2 13.4300

M1U1 2 22.6300

M2U1 2 27.8350

M1U0 2 34.9400

M2U0 2 39.7200

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.

Page 133: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

116

19. Kadar abu, % ANOVA

VAR00006

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 18.697 4 4.674 7.705 .023

Within Groups 3.033 5 .607

Total 21.731 9

VAR00006

Duncan

BB N

Subset for alpha = .05

1 2

K 2 9.8150

M2U0 2 12.2650

M2U1 2 13.1050

M1U0 2 13.1250

M1U1 2 13.6750

Sig. 1.000 .141

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.

Page 134: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

117

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

Magnetic Stirer Laminar Air Flow (LK 180)

Sentrifuge (Hitachi Himac CR 21G II) Spektrofotometer UV-Vis

(Hitachi)

Cutting Mill Tanur

Page 135: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

118

Proses fermentasi SSF Rumput gajah

Uji kadar lignin

Uji kadar protein

Page 136: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

119

Larutan urea dan molase Inokulan konsorsium

mikroorganisme

Uji kadar glukosa Uji Lip

Page 137: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

BIODATA MAHASISWA

IDENTITAS PRIBADI

Nama Lengkap : Nabila Qorina Firdaus

Tempat Tanggal Lahir : Bekasi, 6 Desember 1995

NIM : 1113096000008

Anak ke : 2 dari 3 bersaudara

Alamat Rumah : Villa Setia Mekar Blok D3 No.4

Tambun Selatan, Bekasi

Telp/HP. : 089692501998

Email : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

Sekolah Dasar : SDN Aren Jaya XXI

Lulus tahun 2007

Sekolah Menengah Pertama : P.P. MTs Al-Fatah Maos Cilacap

Lulus tahun 2010

SLTA/SMK : SMAN 4 Tambun Selatan

Lulus tahun 2013

Perguruan Tinggi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Masuk tahun 2013

PENDIDIKAN NON FORMAL

Kursus/Pelatihan

1. Sistem Managemen Mutu

Berbasis ISO 9001: 2008

: No. Sertifikat 067/ISP-S/V/2017

2. Sistem Managemen Mutu

Berbasis ISO 17025: 2005

: No. Sertifikat 068/ISP-S/III/2017

3. Keamanan dan Keselamatan Kerja

di Laboratorium Kimia

:

No. Sertifikat -

Page 138: EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47857... · 2019-10-25 · EFEKTIVITAS VARIASI INOKULAN KONSORSIUM MIKROORGANISME (Phanerochaete

PENGALAMAN ORGANISASI

1. DEMA FST UIN Jakarta

2. Himpunan Mahasiswa Kimia

:

:

Staff Ahli Dikti

Tahun 2014 s/d 2015

Jabatan Staff Ahli PSDM

Tahun 2014 s/d 2015

3. Himpunan Mahasiswa Kimia : Jabatan Staff Ahli PSDM

Tahun 2015 sd 2016

PENGALAMAN KERJA

1. Praktek Kerja Lapangan (PKL) : Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi

(PAIR) BATAN / 2016

Judul PKL “Pengaruh Inokulan

Mikroba Fungsional Rhizosfer Pada

Remediasi Lumpur Lapindo”

SEMINAR/LOKAKARYA

1. Seminar Nasional Biokimia : Bulan/Tahun Mei/2014

Sertifikat ada

2. Keamanan dan Keselamatan Kerja

di Laboratorium Kimia, dan

Pengenalan Android untuk

Pembelajaran Kimia di

Laboratorium

: Bulan/Tahun September/2013

Sertifikat ada