Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat...

32
EFEKTIVITAS METODE PENYIAPAN BIBIT, INOKULAN MIKORIZA DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SIFAT BIOLOGI MEDIUM TUMBUH BIBIT JATI SOLOMON Abstrak Penelitian bertujuan menilai efektivitas metode penyiapan bibit, inokulan mikoriza, dan pupuk dalam meningkatkan pertumbuhan dan mengubah karakteritik medium tumbuh bibit jati Solomon (Tectona grandis L.f). Penelitian dilaksanakan dengan metode petak-petak terbagi dengan rancangan acak kelompok lengkap. Petak utama ialah metode penyiapan bibit (polybag vs akar telanjang. Anak petak ialah inokulasi mikoriza G. etunicatum (dengan dan tanpa inokulasi). Anak-anak petak ialah pupuk (pupuk NPK vs vermikompos). Seluruh kombinasi perlakuan diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan pupuk vermikompos meng-hasilkan pertumbuhan bibit jati Solomon umur 26 minggu setelah tanam yang lebih baik pada sistem polybag maupun akar telanjang dibandingkan dengan pupuk NPK. Vermikompos juga dapat meningkatkan kesuburan medium tumbuh, ditinjau dari gatra aktivitas biologi dan karakteristik kimia, bibit jati Solomon yang diperbanyak dengan sistem akar telanjang. Kata kunci: G. etunicatum, T. grandis, vermikompos, bibit akar telanjang Abstract The study was aimed to investigate the seedling preparation methods and mycorrhizal inoculation in increasing of Solomon teak (Tectona grandis L.f) seedling growth and characteristic changes of growth medium. The research was conducted in split-split plot design with three replications. The main plot was seedling preparation method (polybag vs bareroot). Sub plot was G. etunicatum inoculation (with and without). Sub-sub plot was two sources of nutrient (NPK fertilizer and vermicompost). The results showed that vermicompost application gave better effects on growth of 26 weeks old Solomon teak seedling grown on either bareroot or polybag in comparison to NPK. Vermicompost also gave better result in increasing growth medium fertility in terms of biological activity and chemical characteristics of teak seedling growth medium in bareroot system. Keywords: G. etunicatum, T. grandis, vermicompost, bare root seedling Pendahuluan Jati (Tectona grandis L.f) merupakan pohon penghasil kayu utama dunia dan sebagian besar dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan serta mudah dibudidayakan. Persemaian jati berperan penting untuk produksi bahan tanaman. Mutu bahan tanaman jati tidak saja menentukan keberhasilan pertumbuhan di

description

Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati

Transcript of Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat...

Page 1: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

EFEKTIVITAS METODE PENYIAPAN BIBIT, INOKULAN MIKORIZA DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SIFAT BIOLOGI MEDIUM TUMBUH BIBIT JATI SOLOMON

Abstrak

Penelitian bertujuan menilai efektivitas metode penyiapan bibit, inokulan mikoriza, dan pupuk dalam meningkatkan pertumbuhan dan mengubah karakteritik medium tumbuh bibit jati Solomon (Tectona grandis L.f). Penelitian dilaksanakan dengan metode petak-petak terbagi dengan rancangan acak kelompok lengkap. Petak utama ialah metode penyiapan bibit (polybag vs akar telanjang. Anak petak ialah inokulasi mikoriza G. etunicatum (dengan dan tanpa inokulasi). Anak-anak petak ialah pupuk (pupuk NPK vs vermikompos). Seluruh kombinasi perlakuan diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan pupuk vermikompos meng-hasilkan pertumbuhan bibit jati Solomon umur 26 minggu setelah tanam yang lebih baik pada sistem polybag maupun akar telanjang dibandingkan dengan pupuk NPK. Vermikompos juga dapat meningkatkan kesuburan medium tumbuh, ditinjau dari gatra aktivitas biologi dan karakteristik kimia, bibit jati Solomon yang diperbanyak dengan sistem akar telanjang. Kata kunci: G. etunicatum, T. grandis, vermikompos, bibit akar telanjang

Abstract

The study was aimed to investigate the seedling preparation methods and mycorrhizal inoculation in increasing of Solomon teak (Tectona grandis L.f) seedling growth and characteristic changes of growth medium. The research was conducted in split-split plot design with three replications. The main plot was seedling preparation method (polybag vs bareroot). Sub plot was G. etunicatum inoculation (with and without). Sub-sub plot was two sources of nutrient (NPK fertilizer and vermicompost). The results showed that vermicompost application gave better effects on growth of 26 weeks old Solomon teak seedling grown on either bareroot or polybag in comparison to NPK. Vermicompost also gave better result in increasing growth medium fertility in terms of biological activity and chemical characteristics of teak seedling growth medium in bareroot system.

Keywords: G. etunicatum, T. grandis, vermicompost, bare root seedling

Pendahuluan

Jati (Tectona grandis L.f) merupakan pohon penghasil kayu utama dunia dan

sebagian besar dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan serta mudah

dibudidayakan. Persemaian jati berperan penting untuk produksi bahan tanaman.

Mutu bahan tanaman jati tidak saja menentukan keberhasilan pertumbuhan di

Page 2: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

114 lapangan, akan tetapi juga menjamin bagusnya keragaan pertumbuhan dan hasil

kayu pada periode berikutnya. Upaya meningkatkan mutu bibit memerlukan

keahlian khusus, diantaranya ialah perencanaan komponen utama pembibitan

seperti mutu benih, media pertumbuhan yang tepat, wadah/pot, kesehatan dan

perlindungan persemaian. Manipulasi bahan tanaman, misalnya melalui perlakuan

akar telanjang pada bedengan, merupakan salah satu alternatif untuk memperbaiki

pola perakaran dan kinerja bibit jati (Hartmann et al. 1997). Pola perakaran

merupakan indikator yang baik untuk respons pertumbuhan bibit jati terhadap

kesuburan media pertumbuhan dan kondisi lingkungannya.

Bibit jati dapat diproduksi di persemaian menggunakan polybag sebagai

wadah atau sistem akar telanjang di persemaian. Kadar hara dan bahan organik

medium tumbuh berpengaruh penting terhadap pertumbuhan bibit jati. Kadar

bahan organik dan hara media pertumbuhan bibit jati dapat diperbaiki dengan cara

pemberian pupuk organik, misalnya vermikompos, yang memiliki berbagai sifat

menguntungkan bagi tanah (Mitchell & Alter 1993; Ndegwa & Thompson 2001;

Ferreras et al. 2006) dan pertumbuhan tanaman (Manna et al. 2003; Bachman &

Metzger 2008; Padmavathiamma et al. 2008) tanpa menimbulkan dampak negatif

terhadap lingkungan. Penggunaan vermikompos belum merupakan praktek yang

umum dilakukan dalam pengelolaan persemaian jati di Indonesia dan oleh karena

itu perlu dievaluasi manfaatnya sebagai bagian tak terpisahkan dari pengelolaan

persemaian.

Fungi mikoriza arbuskula (FMA) merupakan jasad hidup yang sejarah

evolusinya jauh lebih tua dibandingkan dengan tanaman darat. Simbion obligat

tersebut ditengarai telah ada semenjak 600 juta tahun yang lalu dan memiliki tugas

utama membantu tanaman menangkal berbagai cekaman biotik dan abiotik

sehingga mempengaruhi hasil interaksi tanah-tanaman-lingkungan (Smith & Read

2008; Vosátka & Albrechtová 2009). Namun demikian hasil akhir interaksi

demikian ditentukan oleh jenis FMA, jenis tanaman, sistem budidaya tanaman, dan

lingkungan (Smith & Read 2008; Hoeksema et al. 2010).

Page 3: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

115

Cukup banyak bukti yang menunjukkan peran FMA dalam membantu

pertumbuhan dan kebugaran tanaman pada tanah terdegradasi (Allen et al. 2005)

atau tanaman yang ditumbuhkan dalam rumah kaca (Davies et al. 2001). Fungi MA

meningkatkan pasokan hara ke tanaman (khususnya P) (Harrison et al. 2002),

memperbaiki agregasi tanah tererosi (Rillig et al. 2002), mengurangi dampak

cekaman lengas (Augé et al. 2007), menangkal unsur beracun (González-Chávez et

al. 2004), meningkatkan penangkapan karbon di rizosfir (Rillig et al. 2006), dan

meningkatkan aktivitas jasad renik di rizosfir (Duponnois et al. 2005). Peningkatan

daya hidup tanaman akibat serangan jasad pengganggu juga telah dilaporkan pada

berbagai jenis tanaman (Budi et al. 1999; Pozo et al. 2002).

Inokulasi jenis FMA yang tepat akan menjamin para produsen bibit jati

mendapatkan bibit jati bermutu tinggi. Manfaat FMA untuk meningkatkan keragaan

bibit jati telah dilaporkan sebelumnya oleh para peneliti (Rajan et al. 2000;

Turjaman et al. 2003; Irianto et al. 2003; Sangaji 2004; Suwandi et al. 2006;

Corryanti et al. 2007; Arif et al. 2009) dengan hasil yang berbeda-beda bergantung

kepada provenan jati, jenis FMA, dan perlakuan yang diberikan. Namun demikian

penelitian mengenai manfaat FMA untuk memperbaiki kesuburan medium tumbuh,

khususnya yang menyangkut indikator biologi dan kimia masih jarang dilakukan di

Indonesia. Dewasa ini perlu diketahui karakteristik bibit jati dan tanah yang dengan

cepat merespon metoda pembibitan dan inokulasi mikoriza untuk memastikan

apakah kedua hal tersebut dapat dipraktekkan atau tidak. Indikator biokimia tanah

yang berkaitan dengan aktivitas jasad renik dapat digunakan untuk mengevaluasi

mutu tanah. Penelitian penggunaan parameter demikian khususnya sebagai

indikator mutu media pertumbuhan bibit jati masih sangat sedikit di Indonesia. Oleh

sebab itu perlu dilakukan penelitian yang bertujuan menilai efektivitas interaksi

metoda penyiapan bibit, inokulasi FMA G. etunicatum dan penambahan pupuk

terhadap parameter pertumbuhan bibit jati dan parameter kesuburan medium

tumbuh bibit jati di persemaian.

Page 4: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

116

Bahan dan Metode

Bahan. Percobaan penanaman dilaksanakan di persemaian yang berlokasi di

Semplak, Bogor menggunakan bibit jati (T. grandis L.f) provenan Solomon hasil

perbanyakan dengan kultur jaringan dan telah diaklimatisasi dengan kondisi di

lapangan (Gambar 21). Inokulan mikoriza berupa campuran media zeolit, substrat

vermikompos, akar kudzu (Pueraria phaseoloides Roxb) yang dikolonisasi oleh G.

etunicatum, dan spora G. etunicatum. Medium tumbuh bibit jati merupakan

campuran pasir dan tanah steril dengan abu sekam padi dengan nisbah 3:1:1 dengan

karakteristik sebagai berikut: pH (H2O) 5.5, C organik 0.47%, N total 0.05%, P

Bray I 4.9 mg kg-1, Ca 3.21 me/100 g, Mg 2.05 me/100 g, K 0.46 me/100 g,

kapasitas tukar kation 10.71 me/100 g, kejenuhan basa 55.4%, Al 0.32 me/100 g,

Cu 0.5 μg g-1, Zn 14.6 μg g-1, Mn 86.4 μg g-1, Fe 63.1 μg g-1, daya hantar listrik 160

dS m-1 pasir 46%, debu 13.1 %, liat 41%. Tipologi demikian menunjukkan media

tanam tergolong agak masam dan berkesuburan rendah dengan unsur pembatas

kadar N, P dan K namun dengan kadar unsur mikro yang cukup. Dazomet

digunakan sebagai fumigan untuk meniadakan potensi mikoriza pribumi.

Gambar 21 Aklimatisasi bibit jati Solomon hasil perbanyakan melalui kultur

jaringan.

Pelaksanaan Percobaan. Metode penyiapan bibit yang digunakan ialah

menggunakan polybag dan bibit akar telanjang yang masing-masing menggunakan

polybag dan kotak kayu berukuran 50 cm x 50 cm x 15 m (P x L x T) (Gambar 22).

Page 5: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

117

Setiap polybag berisi 5 kg medium tumbuh dan satu bibit, lima polybag disiapkan

untuk setiap kombinasi perlakuan. Setiap kotak kayu berisi 60 kg medium tumbuh

dan 12 bibit jati. Untuk setiap bibit ditambahkan 1 g pupuk NPK (10-10-10) dan

10 g inokulan mikoriza. Bibit jati dalam media ditumbuhkan selama 20 minggu di

persemaian, akar bibit jati dalam kotak kayu dipotong pada umur 8 dan 16 minggu

setelah tanam.

Gambar 22 Penanaman bibit jati dalam polybag (kiri) dan akar telanjang kanan).

Medium tumbuh dalam polybag dan kotak kayu disiram dengan air sampai

jenuh kemudian dibuat lubang tanaman. Ke bagian bawah lubang tanam diletakkan

10 g inokulan mikoriza dan di bagian atasnya kemudian diletakkan bibit jati (tinggi

1 – 2 cm) yang diproduksi melalui kultur jaringan dan yang telah diaklimatisasikan

di lapangan. Lubang tanam ditutup dengan medium tumbuh sambil dicampur

dengan 1 g pupuk buatan dan media kemudian ditekan agar bibit tidak mudah

goyah. Untuk perlakuan tanpa inokulan mikoriza diberikan 1 g inokulan mikoriza

yang telah disterilkan dengan Dazomet. Seluruh bibit kemudian ditumbuhkan

selama 26 minggu di persemaian dan tidak diberikan pupuk apapun.

Pengamatan. Karakterisasi medium tumbuh dilakukan sebelum percobaan

meliputi pH dan daya hantar listrik (DHL), KTK, kadar N total dan P tersedia,

bahan organik dan sebaran butir. pH dan DHL diukur pada suspensi tanah nisbah

1:5 (bobot/volume). Nitrogen total dengan metode Kjeldahl, P tersedia diukur

Page 6: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

118 secara kolorimetri menggunakan sedangkan total kation tertukar dengan ekstraksi

ammonium asetat (Prasetyo et al. 2005). Tinggi, garis tengah batang, dan jumlah

daun diamati setiap bulan yang dilakukan mulai umur 2 MST. Kolonisasi mikoriza

pada akar bibit umur 4 MST diamati dengan metode Vierheilig et al. (1998)

dimodifikasi. Akar segar setelah dipotong dan dicuci bersih, kemudian direndam

selama 12 jam dalam larutan KOH 10% (bobot/volume), keesokan harinya akar

dicuci bersih dengan air mengalir dan kemudian direndam selama 12 jam dalam

campuran cuka komersial dengan 2.5% tinta Quink biru. Kolonisasi diukur

berdasarkan proporsi bidang pandang bermikoriza dengan total bidang pandang

yang diamati. Pada umur 26 MST tanaman dibongkar, bagian atas tanaman dan

akar dipisahkan untuk kemudian dilakukan pengukuran biomassa tanaman, kadar

hara pada daun dan akar bibit jati, indeks mutu bibit, kadar C organik, biomassa

jasad renik, respirasi, dan aktivitas fosfatase alkalin tanah. Bobot kering tanaman

ditimbang pasca pengeringan dalam oven bersuhu 80 ºC selama 24 jam Indeks

kekokohan bibit dinilai berdasarkan nisbah tinggi dengan garis tengah bibit, nisbah

tajuk akar dihitung berdasarkan proporsi bobot kering tajuk dengan akar untuk

kemudian digunakan dalam menilai indeks mutu bibit (Hendromono (2003) :

Indeks Mutu Bibit = Bobot Kering Total (g)

Indeks Kekokohan Bibit � cmmm�+Nisbah Tajuk Akar

Kadar hara ditetapkan sesuai dengan pedoman analisis Balai Penelitian Tanah

Bogor (Prasetyo et al. 2005). Biomassa jasad renik ditetapkan dengan metoda

fumigasi ekstraksi (Vance et al. 1987). Aktivitas fosfatase diukurkan dengan

substrat p-nitrophenyl phosphate disodium (PNPP, 0.115 M) (Tabatabai & Bremner

1969). Respirasi medium tumbuh diukur berdasarkan evolusi CO2 pada contoh

medium segar (Anas 1989).

Rancangan Percobaan dan Analisis Data. Percobaan dilaksanakan secara

petak-petak terbagi (split-split plot) menggunakan rancangan dasar acak kelompok

lengkap. Petak utama ialah metoda penyiapan bibit (metode akar telanjang dan

metode konvensional dengan polybag). Anak petak ialah pemberian inokulan

mikoriza arbuskula G. etunicatum (tanpa dan dengan inokulan). Anak-anak petak

Page 7: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

119

ialah pemberian pupuk (NPK dan vermikompos). Seluruh kombinasi perlakuan

diulang tiga kali. Interaksi metode penyiapan bibit, inokulasi mikoriza, dan

pemberian pupuk diuji dengan sidik ragam sedangkan perbandingan antar rerata

perlakuan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (n < 6) atau Uji Jarak Berganda Duncan

(n > 6) pada p < 0.05. Model sidik ragam yang digunakan ialah sebagai berikut:

Yijk = µ + αi + δil + β j + (αβ)ij + ζ ijl + γk + (αγ)ik + (βγ)jk + (αβγ)ijk + ρl + εijkl

yang : i = 1, 2 = faktor petak utama (metode penyiapan bibit)

j = 1, 2, 3 = faktor anak petak (pemberian inokulan FMA)

k = 1, 2, …..5 = faktor anak-anak petak (pemberian pupuk)

Yijkl = nilai pengamatan respon akibat faktor petak utama taraf ke i, faktor anak

petak taraf ke j, faktor anak-anak petak ke k dan pengelompokan taraf ke l

µ = rerata umum

αi = pengaruh utama faktor petak utama pada taraf ke i

ρl = pengaruh pengelompokan

δil = pengaruh acak akibat faktor petak utama taraf ke i dan pengelompokan ke l

βj = pengaruh utama faktor anak petak pada taraf ke j

(αβ)ij = pengaruh interaksi faktor petak utama taraf ke i dan faktor anak petak

taraf ke j

ζ jl = pengaruh acak akibat faktor anak petak taraf ke j dan pengelompokan ke l

γk = pengaruh utama faktor anak-anak petak pada taraf ke k

(αγ)ik = pengaruh interaksi faktor petak utama taraf ke i dan faktor anak-anak

petak taraf ke k

(βγ)jk = pengaruh interaksi faktor anak petak taraf ke j dan faktor anak-anak petak

taraf ke k

(αβγ)ijk = pengaruh interaksi faktor petak utama taraf ke i, faktor anak petak taraf

ke j, dan faktor anak-anak petak taraf ke k

εijkl = pengaruh galat percobaan

Page 8: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

120

Hasil dan Pembahasan

Hasil

Tinggi dan Garis Tengah Bibit Jati Umur 4 – 26 MST. Keragaan bibit

jati selama 26 MST di persemaian tampak berbeda satu dengan yang lain

bergantung kepada perlakuan yang diberikan. Bibit jati bermikoriza di sistem akar

telanjang (Gambar 23 A & B) memiliki rerata tinggi yang kurang lebih sama

dengan yang tidak bermikoriza (Gambar 23 D & E). Sebaliknya, bibit jati

bermikoriza di polybag (Gambar 24 A & B) tampak lebih tinggi dibandingkan

dengan yang tidak bermikoriza (Gambar 24 D & E).

Interaksi metode penyiapan bibit, inokulasi mikoriza, dan pemberian pupuk

berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit jati umur 2 – 26 minggu setelah

tanam (MST) (Tabel 22). Interaksi metode penyiapan bibit dan inokulasi mikoriza

berpengaruh nyata pada umur 2 – 18 MST sedangkan faktor tunggal inokulasi

mikoriza berpengaruh nyata pada umur 2 – 26 MST. Interaksi metode penyiapan

bibit, inokulasi mikoriza, dan pemberian pupuk berpengaruh nyata terhadap garis

tengah batang bibit jati umur 6 – 8 dan 14 - 20 MST (Tabel 23). Inokulasi

mikoriza berpengaruh nyata pada umur 4 – 26 MST sedangkan interaksi metode

penyiapan bibit dan inokulasi mikoriza berpengaruh nyata pada umur 2 – 18

MST. Pengaruh inokulasi mikoriza terhadap tinggi bibit jati dipengaruhi oleh

metode penyiapan bibitnya. Inokulasi mikoriza tidak mempengaruhi tinggi bibit

jati pada sistem akar telanjang namun berpengaruh terhadap tinggi bibit pada

sistem polybag.

Page 9: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

121

Gambar 23 Keragaan bibit jati Solomon umur 26 MST pada sistem akar telanjang yang diinokulasi mikoriza (A& B), tidak diinokulasi mikoriza (D & E), dipupuk NPK (A & D) dan vermikompos (B & E)

Gambar 24 Keragaan bibit jati Solomon umur 26 MST pada sistem polybag

yang diinokulasi mikoriza (A&B), tidak diinokulasi mikoriza (D & E), diberi pupuk NPK (A & D) dan vermikompos (B & E).

Page 10: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

122 Tabel 22 Rekapitulasi nilai F hitung tinggi bibit jati umur 2 – 26 MST.

Perlakuan Tinggi bibit pada umur 2 – 26 (MST) 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26

Metode (Me) 20.79 * 22.95 * 0.11 tn 0.07 tn 0.44 tn 0.49 tn 0.32 tn 0.02 tn 0.06 tn 0.27 tn 0.17 tn 0.09 tn 0.85 tn Mikoriza (M) 1.70 tn 37.78 ** 6.13 tn 7.85 * 18.18 * 6.81 tn 11.26 * 16.93 * 16.98 * 17.68 * 22.14 ** 16.80 * 8.81 * M * Me 8.91 * 0.86 tn 10.13 * 6.28 tn 11.64 * 8.32 * 9.30 * 9.34 * 8.34 * 7.07 tn 7.03 tn 7.66 tn 4.67 tn Pupuk (P) 15.25 ** 25.55 ** 40.03 ** 15.93 ** 16.64 ** 9.88 * 17.02 ** 18.89 ** 22.53 ** 24.13 ** 25.01 ** 18.59 ** 13.96 ** P * Me 0.21 tn 0.78 tn 0.24 tn 0.12 tn 0.34 tn 0.06 tn 0.04 tn 0.01 tn 0.00 tn 0.17 tn 0.03 tn 0.11 tn 0.30 tn P * M 0.03 tn 0.00 tn 0.66 tn 1.41 tn 3.06 tn 3.44 tn 5.15 tn 5.27 tn 6.44 * 7.70 * 10.65 * 10.05 * 8.81 * P * M * Me 0.59 tn 0.20 tn 1.29 tn 0.55 tn 1.85 tn 2.86 tn 2.72 tn 3.66 tn 3.93 tn 4.14 tn 4.43 tn 4.67 tn 4.36 tn KK (%) 17 8 12 7 13 6 6 11 16 16 18 18 14 λ Box Cox - 0.54 - 0.98 - 0.34 - 0.67 - 0.29 - 0.36 - 0.82 - 1.34 - 1.53 - 1.95 - 1.80 - 1.25

Keterangan : ** = p < 0.01, * = p < 0.05, tn = p > 0.05

Page 11: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

123

Tabel 23 Rekapitulasi nilai F hitung garis tengah batang bibit jati umur 2 – 26 MST.

Perlakuan Garis tengah batang bibit pada umur 2 – 26 (MST) 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26

Metode (Me) 0.25 tn 5.68 tn 0.07 tn 0.86 tn 0.48 tn 0.43 tn 0.99 tn 1.64 tn 2.78 tn 3.32 tn 4.54 tn 20.24 * 1515.57 ** Mikoriza (M) 0.10 tn 1.71 tn 4.86 tn 6.13 tn 6.50 tn 8.25 * 6.02 tn 5.49 tn 4.79 tn 3.34 tn 1.44 tn 0.90 tn 0.30 tn M * Me 0.10 tn 27.43 ** 23.89 ** 21.49 ** 8.65 * 12.92 * 12.31 * 12.91 * 12.83 * 10.99 * 8.73 * 15.45 * 22.83 ** Pupuk (P) 1.47 tn 12.50 ** 26.63 ** 28.17 ** 33.92 ** 14.92 ** 17.17 ** 13.45 ** 9.94 * 5.17 tn 2.42 tn 2.67 tn 1.61 tn P * Me 0.53 tn 0.22 tn 0.17 tn 0.05 tn 0.69 tn 0.20 tn 0.67 tn 1.37 tn 2.67 tn 2.27 tn 1.44 tn 0.56 tn 0.14 tn P * M 4.76 tn 0.89 tn 6.84 * 3.13 tn 6.23 * 14.45 ** 17.84 ** 16.73 ** 18.17 ** 10.37 * 7.46 * 4.69 tn 2.38 tn P * M * Me 1.47 tn 2.72 tn 13.30 ** 6.44 * 3.77 tn 5.31 tn 7.30 * 7.35 * 9.56 * 6.30 * 5.15 tn 0.99 tn 0.00 tn KK (%) 5 7 3 2 1 8 6 3 1 1 4 5 7 λ Box Cox - - - 0.49 - 0.24 - 0.07 - 0.73 - 0.78 - 0.46 - 0.11 0.11 0.55 0.75 - Keterangan : ** = p < 0.01, * = p < 0.05, tn = p > 0.05

Page 12: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

124

Faktor tunggal inokulasi mikoriza menghasilkan bibit jati tertinggi (26.45

cm) (Gambar 25). Inokulasi mikoriza pada sistem polybag menghasilkan bibit jati

tertinggi (26.62 cm) sedangkan yang tidak diinokulasi mikoriza menghasilkan

bibit jati berpenampilan terpendek (21.84 cm) (Gambar 26).

5.37 a

10.78 a

16.70 a

21.46 a 23.28 a

24.36 a 26.45 a

5.67 a 10.53 a

15.03 b

18.71 b 20.30 b

21.48 b

23.58 b

0

5

10

15

20

25

30

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26

Tin

ggi b

ibitg

(cm

)

Umur bibit (MST)

Mikoriza

Tanpa mikoriza

0

5.26

11.06

14.39 17.05

20.23 22.24

25.18 26.44 26.62

0

5

10

15

20

25

30

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26

Tin

ggi b

ibit

(cm

)

Umur bibit (MST)

B + M

B - M

P + M

P - M

Gambar 25 Pengaruh inokulasi mikoriza terhadap tinggi bibit jati umur 2 – 26 minggu setelah tanam.

Gambar 26 Pengaruh metode penyiapan bibit dan inokulasi mikoriza terhadap tinggi bibit jati umur 2 – 26 MST (B = akar telanjang, P = polybag, + M = diinokulasi mikoriza, - M = tanpa mikoriza)

Page 13: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

125

Pemberian pupuk berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit umur 2 – 26 MST

namun interaksi inokulasi mikoriza dan pemberian pupuk baru berpengaruh nyata

pada umur 18 – 26 MST. Pengaruh inokulasi mikoriza terhadap tinggi bibit jati

dipengaruhi oleh pupuk yang diberikan. Pengaruh pupuk, khususnya vermi-

kompos, lebih dominan dibandingkan dengan pengaruh inokulasi mikoriza.

Medium tumbuh yang diberi pupuk vermikompos, dengan atau tanpa inokulasi

mikoriza, menghasilkan bibit jati yang penampilannya paling tinggi (26.85 cm)

sedangkan pemberian pupuk NPK saja tanpa inokulasi mikoriza menghasilkan

bibit jati yang paling pendek (23.18 cm) (Gambar 27). Kombinasi vermikompos

dengan inokulasi mikoriza menghasilkan bibit jati berpenampilan tertinggi (27.80

cm) sedangkan pemupukan NPK tanpa inokulasi mikoriza menghasilkan bibit jati

berpenampilan terpendek (20.36 cm) (Gambar 28).

Penanaman bibit jati pada polybag dan diinokulasi mikoriza menghasilkan

bibit yang garis tengah batangnya terbesar (0.95 cm) dibandingkan dengan

perlakuan lainnya (Gambar 29). Inokulasi mikoriza pada sistem akar telanjang

tidak meningkatkan garis tengah batang bibit jati. Pemberian pupuk berpengaruh

nyata terhadap garis tengah bibit umur 4 – 18 MST, pupuk NPK dan

vermikompos menghasilkan garis tengah batang bibit jati yang sama pada umur

4.79 b

8.94 b

13.52 b

17.67 b 19.57 b

21.02 b

23.18 b

6,.5 a

12.38 a

18.22 a

22.49 a 24.01 a 24.82 a

26.85 a

0

5

10

15

20

25

30

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26

Tin

ggi b

ibit

(cm

)

Umur bibit (MST)

NPK

Vermikompos

Gambar 27 Pengaruh pupuk terhadap tinggi bibit jati umur 2 – 26 MST

Page 14: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

126 26 MST (Gambar 30). Interaksi inokulasi mikoriza dan pemberian pupuk hanya

berpengaruh nyata pada umur 18 – 26 MST. Perlakuan vermikompos tanpa

inokulasi mikoriza menghasilkan bibit jati yang garis tengah batangnya terbesar

(0.92 cm) sedangkan pemupukan NPK saja menghasilkan garis tengah batang

terkecil (0.86 cm) (Gambar 31).

Gambar 28 Pengaruh inokulasi mikoriza dan pemberian pupuk terhadap tinggi

bibit jati umur 2 – 26 MST (M = mikoriza, TM = tanpa mikoriza)

0

6.79 8.35

12.65

19.22

22.98 23.42 23.99

27.80

0

4.97

8.36

11.60 15.09

16.91 18.25

20.36

0

5

10

15

20

25

30

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26

Tin

ggi b

ibit

(cm

)

Umur bibit (MST)

M + NPKM + VermikomposTM + NPKTM + Vermikompos

0.19 0.28

0.40

0.52 0.60

0.67

0.82

0.19

0.34

0.51 0.66

0.75 0.82

0.95

0.00.10.20.30.40.50.60.70.80.91.0

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26

Gar

is te

ngah

bat

ang

bibi

t (cm

)

Umur (MST)

B + M

B - M

P + M

P - M

Gambar 29 Pengaruh metode penyiapan bibit dan inokulasi mikoriza terhadap garis tengah batang bibit jati umur 2 – 26 MST

Page 15: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

127

Bobot Kering, Panjang Akar, Kolonisasi Mikoriza dan Aktivitas

Fosfatase Bibit Jati Umur 4 MST. Interaksi metode penyiapan bibit, inokulasi

mikoriza, dan pemberian pupuk berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering

bibit, panjang akar primer, dan aktivitas enzim fosfatase alkalin akar jati umur 4

0,19 a 0,28 b

0,38 b

0,53 b

0,63 b

0,72 a

0,87 a

0,19 a 0,32 a

0,46 a

0,59 a 0,67 a

0,75 a

0,90 a

0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

1.0

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26

Gar

is te

ngah

bat

ang

bibi

t (cm

)

Umur bibit (MST)

NPKVermikompos

0.19 0.26

0.33

0.46

0.57 0.68

0.86

0.18 0.32

0.45

0.60 0.68

0.76

0.92

0.00.10.20.30.40.50.60.70.80.91.0

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26

Gar

is te

ngah

bat

ang

bibi

t (m

m)

Umur bibit (MST)

FMA + NPK

FMA +VermikomposNPK

Gambar 30 Pengaruh pemberian pupuk terhadap garis tengah batang bibit jati umur 2 – 26 MST.

Gambar 31 Pengaruh inokulasi mikoriza dan pemberian pupuk terhadap garis tengah batang bibit jati umur 2 – 26 MST.

Page 16: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

128 MST (Tabel 24). Kolonisasi mikoriza arbuskula pada akar bibit jati hanya

dipengaruhi oleh inokulasi mikoriza.

Tabel 24 Rekapitulasi nilai F hitung bobot kering bibit, panjang akar primer,

kolonisasi mikoriza arbuskula, dan aktivitas enzim fosfatase asam dan alkalin di akar bibit jati umur 4 MST.

Sumber Keragaman

Bobot kering bibit

Panjang akar primer

Kolonisasi mikoriza

Aktivitas fosfatase alkalin

Asam Alkalin Metode (Me) 278.47 ** 2378.68 ** 0.06 tn 94.37 * 78.11 * Mikoriza (M) 22.39 ** 1.22 tn 200.45 ** 41.55 ** 8.11 * M * Me 14.42 * 29.91 ** 5.41 tn 1.44 tn 15.42 * Pupuk (P) 9.82 * 4.18 tn 0.95 tn 2.74 tn 0.76 tn P * Me 10.74 * 2.28 tn 2.34 tn 0.01 tn 0.12 tn P * M 15.41 ** 16.71 ** 0.24 tn 4.05 tn 76.48 ** P * M * Me 22.25 ** 15.15 ** 1.66 tn 3.00 tn 56.56 ** KK (%) 5 10 19 15 1 λ Box Cox - 0.43 - 0.7 0.4 - 0.10

Keterangan : ** = p < 0.01, * = p < 0.05, tn = p > 0.05

Metode akar telanjang menghasilkan bibit dengan bobot kering (230.33

mg), panjang akar primer (22.77 cm), dan aktivitas fosfatase alkalin (2960.24 µg

g-1 jam-1) yang tertinggi dibandingkan dengan sistem polybag (Tabel 25).

Pemberian vermikompos dengan mikoriza atau pupuk NPK tanpa mikoriza

menghasilkan bobot kering bibit yang berbeda tidak nyata (230.33 mg vs 239.33

mg). Inokulasi mikoriza, baik dengan pemberian vermikompos atau pupuk NPK,

menghasilkan panjang akar primer yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa

mikoriza (22.77 dan 22.53 cm vs 19.03 dan 18.53 cm). Aktivitas alkalin fosfatase

akar pada sistem akar telanjang tidak dipengaruhi oleh pemberian mikoriza dan

pupuk. Aktivitas fosfatase alkalin akar pada sistem polybag yang diinokulasi

mikoriza lebih tinggi dari yang tanpa inokulasi dan yang diberi pupuk NPK lebih

tinggi dari yang diberi vermikompos. Akar bibit jati yang diinokulasi mikoriza

memiliki kolonisasi mikoriza (13%) yang lebih tinggi dan berbeda nyata

dibandingkan dengan yang tidak diinokulasi (2%).

Page 17: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

129

Tabel 25 Interaksi metode penyiapan bibit, inokulasi mikoriza, dan pupuk ter-hadap bobot kering, panjang akar primer, dan aktivitas enzim fosfatase alkalin akar bibit jati umur 4 MST.

Metode Penyiapan

Bibit Mikoriza Pupuk

Bobot kering

bibit (mg)

Panjang akar

primer (cm)

Aktivitas fosfatase

alkalin akar (µg g-1 jam-1)

Akar telanjang

Mikoriza NPK 88.00 d 10.47 c 2475.38 a Vermikompos 108.67 cd 13.50 c 1332.46 b

Tanpa NPK 103.67 d 18.50 b 812.40 c Vermikompos 141.00 bc 10.60 c 1588.21 b

Polybag Mikoriza NPK 148.33 b 22.77 a 2649.43 a

Vermikompos 230.33 a 22.53 a 2569.73 a

Tanpa NPK 239.33 a 19.03 b 2715.36 a Vermikompos 155.00 b 18.53 b 2960.24 a

Keterangan: Rerata sekolom diikuti huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan pada taraf nyata 5%

Bobot kering dan mutu bibit umur 26 MST. Interaksi metode penyiapan

bibit, inokulasi mikoriza dan pemberian pupuk berpengaruh nyata dan sangat

nyata terhadap bobot kering tajuk, bobot kering akar primer, bobot kering akar

total, dan bobot kering total bibit jati umur 26 MST (Tabel 26). Metode

penyiapan bibit berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk, akar, dan total

bibit jati umur 26 MST. Inokulasi mikoriza hanya berpengaruh nyata terhadap

bobot kering total bibit jati umur 26 MST. Pemupukan berpengaruh tidak nyata

terhadap bobot kering tajuk namun berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar

dan bobot kering total bibit. Bobot kering tajuk (12.57 g), bobot kering akar

primer (10.21 g), bobot kering akar total (15.32 g) dan bobot kering total bibit

(27.88 g) tertinggi dihasilkan oleh sistem polybag yang diinokulasi mikoriza dan

diberi pupuk NPK (Tabel 27).

Page 18: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

130 Tabel 26 Rekapitulasi nilai F hitung pengaruh metode penyiapan bibit, inokulasi

mikoriza, dan pemberian pupuk terhadap bobot kering bibit jati umur 26 MST.

Sumber Keragaman

Bobot Kering

Tajuk Akar Akar Total Bibit total Primer Lateral Metode (Me) 19.02 * 49.50 * 9.81 tn 32.19 * 168.75 ** Mikoriza (M) 3.94 tn 7.35 tn 3.06 tn 6.70 tn 12.50 * M * Me 60.29 ** 18.22 * 22.56 ** 24.51 ** 220.50 ** Pupuk (P) 0.00 tn 14.17 ** 5.36 * 37.96 ** 8.17 ** P * Me 0.17 tn 1.14 tn 0.60 tn 4.88 tn 0.17 tn P * M 31.38 ** 38.20 ** 1.17 tn 48.65 ** 28.17 ** P * M * Me 8.57 * 18.24 ** 2.88 tn 31.14 ** 13.50 ** KK (%) 6 3 1 2 1 λ Box Cox - 0.49 0.08 0.35 -0.14

Keterangan : ** = p < 0.01, * = p < 0.05, tn = p > 0.05

Tabel 27 Interaksi metode penyiapan bibit, inokulasi mikoriza, dan pupuk terhadap bobot kering bibit bibit jati umur 26 MST.

Metode

Penyiapan Bibit

Mikoriza Pupuk Bobot kering (g)

Tajuk Akar Primer

Akar Total

Bibit total

Akar telanjang

Mikoriza NPK 7.94 de 3.17 e 5.84 e 13.78 f Vermikompos 7.26 e 3.52 de 6.79 d 14.05 f

Tanpa NPK 8.94 cd 3.29 e 6.34 d 15.28 e Vermikompos 9.46 c 4.08 d 7.72 c 17.18 d

Polybag Mikoriza NPK 12.57 a 10.21 a 15.32 a 27.88 a

Vermikompos 10.77 b 8.75 b 13.34 a 24.11 b

Tanpa NPK 7.95 de 6.16 c 9.43 c 17.38 d Vermikompos 9.97 bc 8.34 b 12.70 b 22.66 c

Keterangan: Rerata sekolom diikuti huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan pada taraf nyata 5%

Interaksi metode penyiapan bibit, inokulasi mikoriza dan pemupukan

berpengaruh tidak nyata terhadap komponen mutu jati umur 26 MST (Tabel 28).

Metode penyiapan bibit berpengaruh nyata hanya terhadap garis tengah batang

dan Indeks Mutu Bibit, inokulasi mikoriza berpengaruh nyata terhadap tinggi dan

Indeks Kekokohan Bibit, dan interaksi metode penyiapan bibit dan inokulasi

Page 19: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

131

mikoriza berpengaruh nyata terhadap garis tengah batang dan Indeks Mutu Bibit.

Pemupukan berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit dan nisbah tajuk akar.

Interaksi pemupukan dan metode penyiapan bibit berpengaruh nyata terhadap

tinggi bibit. Bobot kering akar leteral (4.85 g), garis tengah batang (0.95 cm), dan

Indeks Mutu Bibit (0.92) tertinggi dihasilkan oleh sistem polybag yang

diinokulasi mikoriza (Tabel 29).

Tabel 28 Rekapitulasi nilai F hitung pengaruh metode penyiapan bibit, inokulasi mikoriza, dan pemberian pupuk terhadap mutu bibit jati umur 26 MST.

Sumber Keragaman

Tinggi bibit

Garis tengah batang

Nisbah Tajuk akar

Indeks Kekokohan

Bibit

Indeks Mutu Bibit

Metode (Me) 0.86 tn 931.04 ** 8.30 tn 2.28 tn 64.34 * Mikoriza (M) 8.99 * 0.32 tn 0.41 tn 8.39 * 1.14 tn M * Me 4.49 tn 24.31 ** 0.51 tn 0.55 tn 16.41 * Pupuk (P) 14.20 ** 1.50 tn 18.71 ** 4.51 tn 0.03 tn P * Me 0.33 tn 0.14 tn 3.84 tn 0.11 tn 0.26 tn P * M 8.98 * 2.70 tn 0.00 tn 2.07 tn 1.40 tn P * M * Me 4.46 tn 0.00 tn 2.30 tn 1.69 tn 0.26 tn KK (%) 14 7 5 4 2 λ Box Cox -1.25 - -0.89 -0.29 -0.12

Keterangan : ** = p < 0.01, * = p < 0.05, tn = p > 0.05

Tabel 29 Interaksi metode penyiapan bibit dan inokulasi mikoriza terhadap bobot kering akar lateral dan garis tengah batang bibit jati umur 26 MST.

Metode

Penyiapan Bibit Mikoriza Bobot kering akar lateral (g)

Garis tengah batang (mm)

Indeks Mutu Bibit

Akar telanjang Mikoriza 2.97 c 8.15 c 3.15 c Tanpa Mikoriza 3.34 bc 8.74 b 3.83 d

Polybag Mikoriza 4.85 a 9.52 a 7.27 a Tanpa Mikoriza 3.81 b 9.05 ab 6.24 b

Keterangan: Rerata sekolom diikuti huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji BNT pada taraf nyata 5%

Serapan Hara Bibit Jati Umur 26 MST. Metode penyiapan bibit,

inokulasi mikoriza arbuskula dan pemberian pupuk berinteraksi tidak nyata

Page 20: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

132 terhadap serapan hara N, P dan K namun berpengaruh nyata terhadap serapan hara

Fe, Mn, dan Zn bibit jati umur 26 MST (Tabel 30). Serapan hara N hanya

dipengaruhi oleh interaksi metode penyiapan bibit dan inokulasi mikoriza.

Serapan hara P dipengaruhi oleh interaksi interaksi metode penyiapan bibit dan

inokulasi mikoriza, metode penyiapan bibit dan pemupukan, dan inokulasi

mikoriza dan pemupukan. Serapan K dipengaruhi oleh metode penyiapan bibit

dan inokulasi mikoriza, dan pemupukan dan inokulasi mikoriza.

Serapan hara N, P dan K pada bibit akar telanjang bermikoriza lebih rendah

dibandingkan dengan bibit jati tidak bermikoriza (Tabel 31). Hal tersebut

disebabkan oleh lebih rendahnya bobot kering bibit jati bermikoriza dan bukan

oleh kadar haranya. Kadar hara N, P, dan K bibit jati bermikoriza sesungguhnya

lebih tinggi dibandingkan dengan bibit jati tidak bermikoriza. Sebaliknya, bibit

jati bermikoriza pada polybag menyerap lebih banyak unsur hara N, P dan K

dibandingkan dengan yang tidak bermikoriza. Serapan hara N, P dan K tertinggi

masing-masing sebesar 207.24, 79.97 dan 189.14 mg dihasilkan oleh bibit jati

bermikoriza pada polybag.

Tabel 30 Rekapitulasi nilai F hitung pengaruh metode penyiapan bibit, inokulasi

mikoriza, dan pemberian pupuk terhadap serapan hara (mg) makro dan mikro bibit jati umur 26 MST.

Perlakuan N P K Fe Mn Zn Metode (Me) 2.02 tn 3.00 ** 1.47 tn 24.14 * 76.30 * 990.32 ** Mikoriza (M) 0.17 tn 10.73 * 10.03 * 0.62 tn 48.69 ** 7.45 tn M * Me 66.09 ** 32.33 ** 61.45 ** 5.61 tn 70.33 ** 97.11 ** Pupuk (P) 0.12 tn 0.33 tn 1.67 tn 22.28 ** 62.79 ** 20.85 tn P * Me 0.31 tn 11.93 ** 4.24 tn 0.49 tn 4.99 tn 9.04 * P * M 1.57 tn 15.08 ** 17.44 ** 8.20 * 41.40 ** 9.33 * P * M * Me 0.22 tn 4.93 tn 0.35 tn 19.46 ** 7.711 * 8.57 * KK (%) 4 6 5 3 3 7 λ Box Cox 0.20 -0.76 -0.85 -0.19 -0.46 0.55

Keterangan : ** = p < 0.01, * = p < 0.05, tn = p > 0.05

Page 21: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

133

Tabel 31 Interaksi metode penyiapan bibit dan inokulasi mikoriza terhadap serapan unsur hara makro N, P dan K bibit jati umur 26 MST.

Metode Penyiapan

Bibit Mikoriza Serapan hara (mg)

N P K

Akar telanjang Mikoriza 151.88 b 69.77 b 146.17 c Tanpa Mikoriza 200.26 a 75.13 ab 159.14 b

Polybag Mikoriza 207.24 a 79.97 a 189.14 a Tanpa Mikoriza 163.23 b 61.65 c 152.81 bc

Keterangan: Rerata sekolom diikuti huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji BNT pada taraf nyata 5%

Bibit jati yang ditumbuhkan pada polybag lebih banyak menyerap hara Fe,

Mn, dan Zn dibandingkan dengan pada akar telanjang (Tabel 32). Bibit jati dalam

polybag yang diberi vermikompos umumnya lebih banyak menyerap hara Fe, Mn

dan Zn dibandingkan dengan yang diberi pupuk NPK. Inokulasi mikoriza hanya

mempengaruhi peningkatan serapan Mn. Serapan Fe tertinggi (5.15 mg)

dihasilkan oleh bibit jati tidak bermikoriza di polybag yang diberi vermikompos.

Serapan hara Mn tertinggi (1.59 mg) dihasilkan oleh bibit jati bermikoriza di

polybag yang dipupuk NPK sedangkan serapan hara Zn tertinggi (18.83 mg)

dihasilkan oleh bibit jati tidak bermikoriza di polybag yang diberi vermikompos. Tabel 32 Interaksi metode penyiapan bibit, inokulasi mikoriza, dan pupuk

terhadap serapan unsur hara mikro Fe, Mn, dan Zn bibit jati umur 26 MST.

Metode Penyiapan Bibit Mikoriza Pupuk

Serapan hara (mg) Fe Mn Zn

Akar telanjang Mikoriza NPK 2.12 d 0.81 d 5.78 c

Vermikompos 3.14 bc 0.96 c 6.38 c

Tanpa NPK 2.94 bcd 0.78 d 10.20 b Vermikompos 3.54 b 1.10 b 11.15 b

Polybag Mikoriza NPK 3.92 ab 1.59 a 17.27 a

Vermikompos 3.47 b 1.41 a 18.35 a

Tanpa NPK 2.17 cd 0.77 d 10.30 b Vermikompos 5.15 a 1.14 b 18.83 a

Keterangan: Rerata sekolom diikuti huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan pada taraf nyata 5%

Page 22: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

134

Kadar Hara dan Kolonisasi Mikoriza Akar Bibit Jati Umur 26 MST.

Interaksi metode penyiapan bibit, inokulasi mikoriza, dan pemberian pupuk

berpengaruh tidak nyata terhadap kadar hara N dan P namun berpengaruh nyata

terhadap kolonisasi mikoriza pada akar bibit jati umur 26 MST (Tabel 33).

Interaksi metode penyiapan bibit dan inokulasi mikoriza hanya berpengaruh nyata

terhadap kadar P akar bibit jati umur 26 MST. Akar jati pada sistem akar

telanjang memiliki kadar hara N yang lebih rendah dan kadar P yang lebih tinggi

namun kolonisasi mikorizanya sama dengan akar di polybag. Inokulasi mikoriza

menghasilkan serapan hara N dan P serta kolonisasi mikoriza yang lebih tinggi di

akar bibit jati umur 26 MST dibandingkan dengan yang tidak diinokulasi

mikoriza.. Pemberian vermikompos menghasilkan akar dengan kadar hara N yang

sama dengan yang diberi pupuk NPK namun menghasilkan akar dengan kadar

hara P dan kolonisasi mikoriza yang lebih tinggi.

Tabel 33 Rerata kadar N dan P dan kolonisasi mikoriza pada akar bibit jati umur

26 MST.

Sumber keragaman N (%) P (%) Kolonisasi mikoriza (%) Metode penyiapan bibit Polybag 0.95 a 0.19 b 79 a Akar telanjang 0.81 b 0.28 a 77 a Inokulasi mikoriza Mikoriza 0.91 a 0.28 a 87 a Tanpa mikoriza 0.85 a 0.19 b 70 b Pupuk NPK 0.90 a 0.22 b 76 b Vermikompos 0.86 a 0.26 a 81 a F hitung Metode (Me) 37.81 * 30.63 * 2.04 tn Mikoriza (M) 2.30 tn 20.52 * 287.58 ** M * Me 3.76 tn 15.26 * 2.42 tn Pupuk (P) 1.09 tn 6.83 * 14.86 ** P * Me 0.16 tn 4.48 tn 3.61 tn P * M 1.09 tn 0.02 tn 0,75 tn P * M * Me 2.29 tn 0.45 tn 10.02 ** KK (%) 9 6 5 λ Box Cox -0.69 - 0.61 -

Keterangan : ** = p < 0.01, * = p < 0.05, tn = p > 0.05

Page 23: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

135

Inokulasi mikoriza menghasilkan kolonisasi mikoriza tertinggi pada akar

bibit jati yang ditumbuhkan dalam polybag dan akar telanjang baik yang diberi

pupuk NPK maupun vermikompos (Tabel 34). Adanya kolonisasi mikoriza pada

perlakuan tanpa inokulasi menunjukkan fumigasi tidak sepenuhnya berhasil

meniadakan potensi inokulum medium tumbuh bibit jati yang digunakan dalam

penelitian.

Tabel 34 Interaksi metode penyiapan bibit, inokulasi mikoriza, dan pupuk terhadap kolonisasi mikoriza pada akar bibit jati umur 26 MST.

Metode penyiapan bibit Inokulasi mikoriza Pemupukan NPK Vermikompos

Akar telanjang Mikoriza 87 ab 83 b Tanpa 75 c 64 e

Polybag Mikoriza 93 a 84 ab Tanpa 68 de 71 cd

Keterangan : ** = p < 0.01, * = p < 0.05, tn = p > 0.05 Rerata yang sama diikuti huruf sama menunjukkan berbeda tidak nyata dengan Uji Duncan pada taraf nyata 5%

Karakteristik Biologi Medium tumbuh Bibit Jati Umur 26 MST.

Interaksi metode penyiapan bibit, inokulasi mikoriza arbuskula dan pemberian

pupuk berpengaruh nyata terhadap total fungi, respirasi tanah, dan aktivitas

fosfatase alkalin medium tumbuh bibit jati umur 26 MST (Tabel 35).

Tabel 35 Rekapitulasi nilai F hitung pengaruh metode penyiapan bibit, inokulasi mikoriza, dan pemberian pupuk terhadap populasi dan aktivitas biologi medium tumbuh bibit jati umur 26 MST.

Perlakuan Total jasad renik Total fungi Kadar C

biomassa Respirasi

tanah Fosfatase

asam Fosfatase

alkalin Metode (Me) 20.57 * 184.10 ** 17.27 tn 0.11 tn 11.01 tn 42.44 * Mikoriza (M) 5.73 tn 27.99 ** 2.50 tn 0.38 tn 16.84 * 29.18 ** M * Me 4.56 tn 0.51 tn 1.34 tn 0.00 tn 2.66 tn 18.19 ** Pupuk (P) 166.06 ** 71.34 ** 75.61 ** 6.89 * 5.85 * 0.26 tn P * Me 2.05 tn 5.73 * 2.08 tn 0.00 tn 15.95 ** 12.69 ** P * M 6.16 * 15.27 ** 3.28 tn 0.04 tn 10.00 * 30.03 ** P * M * Me 2.95 tn 95.90 ** 0.21 tn 6.53 * 1.45 tn 18.32 ** KK (%) 1 8 16 12 12 1 λ Box Cox - 0.04 0.63 0.72 - 1.08 0.71 - 0.1

Keterangan : ** = p < 0.01, * = p < 0.05, tn = p > 0.05

Page 24: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

136

Medium tumbuh yang diberi vermikompos pada umumnya mememiliki

aktivitas biologi yang lebih tinggi yang ditunjukkan dengan lebih tingginya

populasi total fungi, kadar C biomassa jasad renik, respirasi medium, dan aktivitas

fosfatase asam dan alkalin dibandingkan dengan yang diberi pupuk NPK (Tabel

36). Perlakuan akar telanjang yang diinokulasi mikoriza dan diberi pupuk

vermikompos menghasil total fungi (18.17x104 SPK g-1), respirasi (6.51 Mg C-

CO2 kg-1 hari-1), aktivitas fosfatase alkalin (30.01 μg g-1 jam-1) tertinggi pada

medium tumbuh bibit jati Solomon umur 26 MST. Inokulasi mikoriza

menghasilkan rerata total fungi, respirasi, dan aktivitas alkalin fosfatase akar

masing-masing sebesar 12.28x104 SPK g-1, 5.89 Mg C-CO2 kg-1 hari-1, dan 20.40

μg g-1 jam-1 sedangkan tanpa inokulasi sebesar 7.69 x104 SPK g-1, 5.97 Mg C-

CO2 kg-1 hari-1, dan 17.09 μg g-1 jam-1. Informasi demikian menunjukkan

inokulasi FMA meningkatkan total fungi dan aktivitas alkalin fosfatase akar

namun tidak mempengaruhi respirasi.

Tabel 36 Interaksi metode penyiapan bibit, inokulasi mikoriza, dan pupuk

terhadap total fungi, respirasi, dan aktivitas fosfatase alkalin medium tumbuh bibit jati umur 26 MST.

Metode Penyiapan

Bibit Mikoriza Pupuk

Total fungi (104 SPK g-1)

Respirasi (Mg C-

CO2 kg-1 hari-1)

Aktivitas alkalin

fosfatase (μg g-1 jam-1)

Akar telanjang

Mikoriza NPK 15.07 bc 5.09 b 23.19 b Vermikompos 18.17 a 6.91 a 30.01 a

Tanpa NPK 6.71 d 5.94 ab 14.73 cd Vermikompos 15.53 ab 6.06 ab 23.59 b

Polybag Mikoriza NPK 3.39 e 5.78 ab 14.10 d

Vermikompos 12.50 c 5.77 ab 17.09 c

Tanpa NPK 2.84 e 5.37 b 14.17 d Vermikompos 5.68 d 6.51 ab 15.86 cd

Keterangan: Rerata sekolom diikuti huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan pada taraf nyata 5%

Page 25: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

137

Karakteristik Kimia Medium Tumbuh Bibit Jati Umur 26 MST.

Interaksi metode penyiapan bibit, inokulasi mikoriza, dan pemupukan ber-

pengaruh nyata terhadap kadar N total, P tersedia, dan C organik namun ber-

pengaruh tidak nyata terhadap kapasitas tukar kation medium tumbuh bibit jati

umur 26 MST (Tabel 37).

Tabel 37 Rekapitulasi nilai F hitung pengaruh metode penyiapan bibit, inokulasi mikoriza, dan pemberian pupuk terhadap karakteristik kimia medium tumbuh bibit jati umur 26 MST.

Perlakuan N total P tersedia C organik Kapasitas tukar kation Metode (Me) 357.94 ** 160.17 ** 28.34 * 206.71 ** Mikoriza (M) 0.22 tn 52.44 ** 1.13 tn 1.13 tn M * Me 1.05 tn 1.37 tn 1.32 tn 3.34 tn Pupuk (P) 0.33 tn 11.33 ** 98.10 ** 41.63 ** P * Me 0.93 tn 37.80 ** 8.55 * 0.82 tn P * M 0.04 tn 0.01 tn 10.18 * 0.09 tn P * M * Me 9.91 * 9.30 * 17.20 ** 0.03 tn KK (%) 10 5 7 2 λ Box Cox 0.89 - 0.79 - 0.66

Keterangan : ** = p < 0.01, * = p < 0.05, tn = p > 0.05

Metode penyiapan bibit pengaruhnya konsisten terhadap kadar N total, P

tersedia, dan C organik maupun kapasitas tukar kation medium tumbuh bibit jati.

Inokulasi mikoriza hanya berpengaruh nyata terhadap kadar P medium tumbuh

bibit jati sedangkan pemberian pupuk berpengaruh nyata terhadap kadar P

tersedia, C organik dan kapasitas tukar kation medium tumbuh bibit jati. Medium

tumbuh bibit jati umur 26 MST dengan sistem akar telanjang memiliki kadar N

total, P tersedia, dan C organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan medium

tumbuh dalam polybag (Tabel 38).

Inokulasi mikoriza meningkatkan kadar P tersedia dalam media bibit jati,

namun peningkatannya tidak dramatis karena hanya mencapai 6%. Pemberian

vermikompos umumnya menghasilkan media dengan kadar hara N total, P

tersedia, C organik dan KTK yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian

Page 26: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

138 pupuk NPK. Medium tumbuh bibit jati sistem akar telanjang yang diinokulasi

mikoriza dan diberi vermikompos memiliki kadar N total (0.12%), P tersedia

(18.78 mg kg-1 tanah) dan C organik (1.2%) yang tertinggi.

Tabel 38 Interaksi metode penyiapan bibit, inokulasi mikoriza, dan pupuk terhadap kadar N total, P tersedia, dan C organik medium tumbuh bibit jati umur 26 MST.

Metode

Penyiapan Bibit

Mikoriza Pupuk Kadar N total (%)

Kadar P tersedia

(mg kg-1)

Kadar C organik (%)

Akar telanjang

Mikoriza NPK 0.12 a 17.26 b 0.93 b Vermikompos 0.12 a 18.78 a 1.20 a

Tanpa NPK 0.12 a 15.06 c 0.96 b Vermikompos 0.10 b 15.12 c 1.16 a

Polybag Mikoriza NPK 0.09 b 11.11 d 0.66 c

Vermikompos 0.07 b 14.44 c 0.83 b

Tanpa NPK 0.08 b 9.81 e 0.55 c Vermikompos 0.09 b 11.50 d 1.21 a

Keterangan: Rerata sekolom diikuti huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan pada taraf nyata 95%

Pembahasan

Pada penelitian ini terlihat adanya kolonisasi FMA pada akar bibit yang

tidak diinokulasi FMA. Hal tersebut menunjukkan Dazomet tidak sepenuhnya

berhasil menghilangkan potensi propagul mikoriza indigenous dalam medium

tumbuh yang digunakan. Namun demikian propagul mikoriza dalam medium

tumbuh tersebut lebih lambat perkembangannya dibandingkan dengan mikoriza

asal inokulan yang digunakan dalam penelitian ini. Sampai umur 26 MST

mikoriza indigenous hanya mampu menghasilkan kolonisasi sebesar 70% atau

tergolong tinggi sedangkan G. etunicatum yang diinokulasikan menghasilkan

kolonisasi yang nyata (p > 0.01) lebih tinggi yaitu sebesar 87% (Tabel 33) atau

tergolong sangat tinggi berdasarkan kriteria Rajapakse dan Miller (1992,

dimodifikasi). Hal tersebut menunjukkan FMA indigenous tidak selalu lebih baik

dibandingkan dengan FMA introduksi.

Page 27: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

139

Pemangkasan akar pada bibit akar telanjang sehingga mengurangi panjang

akar primer dan pada akhirnya berdampak negatif terhadap bobot kering total bibit

umur 4 MST (Tabel 25). Penurunan bobot kering menjadi semakin besar jika bibit

akar telanjang diinokulasi dengan FMA. Inokulasi FMA pada bibit akar telanjang

menghasilkan rerata bobot kering bibit sebesar 98.34 g sedangkan jika tidak

diinokulasi FMA menghasilkan rerata bobot kering bibit sebesar 122.34 g. Bibit

jati harus lebih banyak mengalokasikan karbon untuk pembentukan akar baru

sekaligus membentuk simbiosis dengan FMA. Sebaliknya, pada bibit dalam

polybag karena tidak mengalami pemangkasan akar maka hanya mengalokasikan

sebagian karbon hasil fotosintesis ke FMA saja sehingga inokulasi FMA tidak

menghasilkan perbedaan bobot kering total bibit umur 4 MST.

Dampak negatif kolonisasi mikoriza pada pertumbuhan awal tanaman telah

dilaporkan oleh peneliti lain (Bethlenfalvay et al. 1982; Koide 1985; Johnson et

al. 1997). Penurunan biomassa demikian dapat disebabkan oleh berbagai faktor,

misalnya kadar P tersedia dalam tanah yang tinggi (Mosse et al. 1973), persaingan

mendapatkan karbon antara tanaman dengan FMA pada kondisi intensitas cahaya

rendah (Buwalda & Goh 1982), dan adanya perbedaan pola alokasi biomassa

antara tanaman bermikoriza dan tidak bermikoriza (Smith & Read 2008). Namun

demikian, hal tersebut tidak berlaku pada penelitian ini karena kadar P media dan

cahaya bukan merupakan faktor pembatas. Medium tumbuh yang digunakan

memiliki kadar P rendah yaitu 4.9 mg kg-1. Pemberian pupuk juga tidak dengan

serta merta meningkatkan kadar P sampai pada batas berlebihan. Cahaya juga

bukan merupakan faktor pembatas mengingat percobaan dilakukan dalam keadaan

udara terbuka di lapangan. Perbedaan pola alokasi karbon juga bukan merupakan

faktor penyebab mengingat yang diukur ialah biomassa tajuk secara keseluruhan.

Kompatibilitas FMA G, etunicatum dengan bibit jati provenan Solomon mungkin

merupakan penyebab hal tersebut. Setiap kombinasi jenis FMA dengan tanaman

inang tertentu dilaporkan memiliki pola translokasi karbon yang spesifik sehingga

mempengaruhi produksi biomassa tanaman mitra simbiosis FMA (Smith & Read

Page 28: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

140 2008; Smith et al. 2009). Simbiosis yang tidak efisien memanfaatkan karbon

dapat menurunkan biomassa bibit jati. Kolonisasi mikoriza dapat menghasilkan

pengaruh yang positif, netral, atau negatif tergantung kepada jenis FMA, tanaman,

dan lingkungan tumbuhnya (Johnson et al. 1997; Hoeksema et al. 2010).

Dampak negatif kolonisasi mikoriza pada sistem akar telanjang ternyata

tidak dapat dipulihkan dengan semakin bertambahnya waktu. Hal tersebut terlihat

dari lebih rendahnya bobot kering bibit akar telanjang umur 26 MST yang

diinokulasi FMA dibandingkan dengan yang tidak diinokulasi FMA (Tabel 27).

Kolonisasi FMA berkorelasi negatif dengan bobot kering tajuk dan akar lateral

(r = - 0.56, p < 0.05) dan bobot kering total (r = - 0.77, p < 0.01) bibit akar

telanjang umur 26 MST. Korelasi yang negatif antara kolonisasi FMA dengan

bobot kering akar lateral menunjukkan semakin rendah bobot kering akar lateral

semakin tinggi kolonisasi FMA yang dengan kata lain pemangkasan akar sistem

akar telanjang menyebabkan akar bibit jati harus lebih banyak dikolonisasi FMA

agar berfungsi sepenuhnya untuk mendapatkan hara dari dalam tanah. Sebaliknya

pada sistem polybag, kolonisasi mikoriza berdampak positif terhadap biomassa

bibit jati sistem umur 26 MST. Kolonisasi FMA berkorelasi positif dengan bobot

kering tajuk (r = 0.89, p < 0.01), akar (r = 0.76, p < 0.01), dan total (r = 0.86, p <

0.01) bibit jati umur 26 MST. Pengaruh positif FMA terhadap pertumbuhan bibit

jati telah dilaporkan sebelumnya oleh para peneliti (Rajan et al. 2000; Irianto et

al. 2003; Turjaman et al. 2003; Arif et al. 2009)

Vermikompos mengandung sejumlah hara dan senyawa biologis aktif serta

jasad renik yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman dan perkembangan

FMA. Vermikompos harus mengalami mineralisasi atau dihidrolisis terlebih

dahulu oleh enzim fosfatase yang diproduksi oleh tanaman dan jasad renik tanah.

Mekanisme yang melandasi perolehan P organik dari bahan organik umumnya

dikaitkan dengan aktivitas enzim, misalnya fosfatase asam dan basa ataupun

fitase, yang mampu meningkatkan defosforilisasi atau hidrolisis P organik. Enzim

fosfatase di rizosfir dapat berasal dari akar tanaman (Hubel & Beck 1993; Hayes

et al. 1999) atau dari jasad renik rizosfir misalnya bakteri (Richardson & Hadodas

Page 29: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

141

1997) ataupun FMA (Tarafdar 1995). Tanaman yang kahat hara P umumnya

memiliki aktivitas fosfatase (Henkel et al. 1989) atau suksinat dehidrogenase

(Tawaraya et al. 1996) dan lebih banyak mengeksudasikan senyawa-senyawa

karbohidrat mudah larut (Sylvia & Neal 1990; Schwab et al. 1991) untuk

memfasilitasi bekerjanya mikoriza. Namun demikian, hidrolisis P organik dalam

tanah lebih dipengaruhi oleh fosfatase jasad renik daripada fosfatase tanaman (Li

et al. 1997). Fosfatase asam jasad renik lebih efisien menghidrolisis P organik

daripada fosfatase asal tanaman (Tarafdar et al. 2001). Fungi MA dilaporkan

dapat membantu tanaman memanfaatkan P organik (Widiastuti 2004) karena

memproduksi fosfatase asam dan alkalin (Joner et al. 2000; Song et al. 2000)

bergantung kepada jenis fungi dan tahap kolonisasi akar oleh FMA (Ramos et al.

2005). Hasil hidrolisis P organik oleh enzim fosfatase kemudian dialirkan melalui

hifa ekstra- dan intraradikal ke tubuh ke tanaman. Fosfatase asam diekspresikan

oleh hifa ekstraradikal yang membantu akar tanaman bermikoriza ketika

menyerap P dari dalam tanah sedangkan fosfatase alkalin diekspresikan oleh hifa

intraradikal yang aktif mengasimilasi atau mengangkut dan memindahkan P dari

hifa ke akar tanaman (Khade et al. 2010). Hipotesis demikian didukung oleh hasil

penelitian yang menunjukkan arbuskula merupakan organ penting untuk

pertukaran hara khususnya P, mengingat organ tersebut mengekspresikan aktivitas

alkalin fosfatase yang tinggi ketika terbentuk simbiosis MA (Aono et al. 2004).

Namun demikian, tanaman juga dapat memanfaatkan mekanisme serapan hara

langsung sekalipun bersimbiosis dengan FMA (Smith et al. 2010). Hipotesis

demikian didukung oleh adanya korelasi positif antara kolonisasi FMA dengan

kadar hara P (r = 0.73, p < 0.01), K (r = 0.62, p < 0.05), dan Ca (r = 0.72, p <

0.01) pada daun bibit jati akar telanjang, sebaliknya pada bibit dalam polybag

tidak terdapat korelasi nyata antara kolonisasi dengan kadar hara dalam daun. Hal

tersebut menunjukkan bibit akar telanjang memerlukan bantuan FMA untuk

mendapatkan hara dari dalam tanah sedangkan bibit dalam polybag menyerap

hara melalui mekanisme serapan langsung oleh akar tanaman.

Page 30: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

142

Salah satu tujuan memproduksi bibit akar telanjang ialah untuk menghemat

biaya pengadaan medium tumbuh sekaligus menghindari terjadinya perusakan

sumber daya alam. Medium tumbuh pada sistem akar telanjang tidak ikut

dipindahkan ke lapangan dan dapat digunakan untuk produksi bibit pada periode

berikutnya. Oleh sebab itu karakteristik medium tumbuh bibit sistem akar

telanjang menjadi penting artinya. Karakteristik kimia dan biologi tanah telah

umum digunakan sebagai indikator baik atau buruknya karakteristik medium

tumbuh tanaman (Batisda et al. 2010).

Pemangkasan akar yang dilakukan pada sistem akar telanjang meninggalkan

sebagian akar di dalam medium tumbuh. Pangkasan akar tersebut merupakan

sumber karbon dan energi bagi jasad renik yang ada dalam medium tumbuh.

Ketersediaan substrat demikian meningkatkan populasi dan aktivitas jasad hidup

dalam medium tumbuh yang ditunjukkan dengan meningkatnya populasi fungi,

respirasi tanah dan aktivitas fosfatase alkalin dalam medium tumbuh akar

telanjang (Tabel 36). Dekomposisi potongan akar sebagai akibat peningkatan

populasi dan aktivitas jasad hidup tersebut meningkatkan kadar hara N dan P serta

kadar C organik dalam medium tumbuh sistem akar telanjang (Tabel 38). Kadar

hara N dan P serta C organik yang dihasilkan pada penelitian ini masing-masing

ialah 0.06 – 0.14%, 9.31 – 19.29 mg kg-1 dan 0.52 – 1.30%. Berdasarkan kriteria

Balai Besar Penelitian Tanah masing-masing kadar hara tersebut tergolong sangat

rendah – rendah (N), sedang – sangat tinggi (P), dan sangat rendah – rendah (C

organik) (Prasetyo et al. 2005). Jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelum

tanam yaitu dengan kadar hara N dan P serta C organik masing-masing sebesar

0.05%, 4.9 mg kg-1, dan 0.47% maka telah terjadi peningkatan kadar hara N dan P

serta C organik yang cukup bermakna. Peningkatan kadar hara medium tumbuh

tersebut dapat berasal dari hasil dekomposisi akar bibit jati yang mengandung

hara, khususnya P, (Tabel 33). Lebih tingginya kadar hara P pada akar bibit jati

bermikoriza menunjukkan peran mikoriza terhadap serapan P oleh tanaman

sebagaimana telah diketahui secara luas (Smith & Read 2008). Hal tersebut

didukung oleh adanya korelasi positif (r = 0.76, p < 0.01) antara kolonisasi FMA

Page 31: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

143

dengan kadar P akar. Medium tumbuh sistem akar telanjang dengan aktivitas

biologi dan kadar hara yang lebih tinggi dapat menghasilkan keuntungan ekonomi

yang nyata bagi operator persemaian karena di kebun pembibitannya telah

tersedia medium tumbuh yang subur yang dapat digunakan untuk produksi bibit di

periode berikutnya.

Mutu bibit yang tinggi merupakan tujuan akhir dalam proses produksi bibit.

Bibit bermutu tinggi dapat diketahui berdasarkan indikator morfofisologi bibit

misalnya NTA, NKB, IMB dan kadar hara. Bibit dikatakan siap ditanam di

lapangan jika nilai NTA yang berkisar 2 – 5, NKB yang relatif tinggi, dan IMB >

0.09 (Hendromono 2003). Bibit jati Solomon yang diperoleh pada penelitian ini

memiliki karakteristik morfologi sebagai berikut NTA sebesar 0.66 – 1.88, NKB

sebesar 1.78 – 4.16 dan IMB > 0.09. Nisbah tajuk akar (NTA) menggambarkan

kesetimbangan antara permukaan respiratif (tajuk) dan absorptif (akar). Bibit yang

dikatakan bermutu tinggi jika memiliki kesetimbangan antara tajuk dengan akar

yaitu pertumbuhan yang kokoh ditunjang dengan sistem perakaran yang ekstensif.

Belum ada kesepakatan mengenai besar kecilnya NTA, khususnya untuk bibit jati,

yang sesungguhnya menggambarkan kemampuan bibit untuk tumbuh baik di

lapangan. Fujimori (2001) menyatakan NTA yang mendekati angka 1 merupakan

gambaran bibit yang baik sedangkan Hendromono (2003) menyatakan NTA yang

baik ialah dengan nilai 2 – 5 dan yang mendekati 5 lebih baik dibandingkan

dengan yang mendekati 2. Sebagian bibit jati pada penelitian ini telah memenuhi

kriteria Fujimori (2001) namun tidak satupun yang memenuhi kriteria

Hendromono (2003). Sampai saat ini juga belum ada kesepakatan mengenai besar

kecilnya NKB, Fujimori (2001) dan Hendromono (2003) keduanya menyatakan

NKB yang semakin besar semakin baik. Indeks Mutu Bibit (IMB) merupakan

indikator yang lebih baik dibandingkan dengan NTA dan NKB karena

menggabungkan kebaikan NTA dan NKB. Bibit jati yang diperoleh pada

penelitian ini telah memenuhi persyaratan IMB yaitu > 0.09 sehingga dapat

dikatakan sebagai bibit yang siap ditanam di lapangan.

Page 32: Efektivitas Metode Penyiapan Bibit, Inokulan Mikoriza Dan Pupuk Terhadap Pertumbuhan Dan Sifat Biologi Medium Tumbuh Bibit Jati Solomon

144

Mutu bibit juga dapat dinilai berdasarkan kriteria fisiologi, salah satu

diantaranya ialah kadar hara dalam daun. Bibit jati yang dihasilkan melalui

penelitian ini memiliki kadar N daun 1.5 – 2.64%, kadar P daun 0.66 – 0.98%,

kadar K daun 1.57 – 2.27%, kadar Fe daun 245 – 553 mg kg-1, kadar Mn daun 81

– 139 mg kg-1, dan kadar Zn daun 615 – 2029 mg kg-1. Sejauh ini belum pernah

ditetapkan kadar hara optimal yang diperlukan untuk pertumbuhan bibit tanaman

hutan, khususnya bibit jati. Sekalipun telah diterbitkan landasan hukum mengenai

mutu bibit, yaitu Peraturan Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial No.

P.05/V-PTH/2007 tertanggal 10 Oktober 2007 tentang Pedoman Sertifikasi Mutu

Bibit Tanaman Hutan, namun tidak ada kejelasan mengenai pembakuan mutu

fisiologi bibit, khususnya yang menyangkut kadar hara. Youngberg (1984)

menyatakan kadar hara N, P, dan K untuk bibit Douglas-fir digolongkan tinggi

jika masing-masing besarnya > 2%, > 0.2% dan > 0.8%. Kandungan hara

berkaitan erat dengan kesehatan bibit atau kemampuan bibit menghadapi cekaman

selama tumbuh di lapangan (Ritchie 1984; van der Driessche 1984; Landis 1985).

Simpulan

Inokulasi mikoriza menghasilkan bibit jati yang berpenampilan lebih tinggi

dibandingkan dengan yang tidak diinokulasi baik pada sistem akar telanjang

maupun polybag. Pemberian vermikompos menghasilkan bibit jati yang

berpenampilan lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipupuk NPK baik pada

sistem akar telanjang maupun polybag. Bibit jati yang diproduksi dengan sistem

akar telanjang dan polybag dikombinasikan dengan inokulasi mikoriza dan

pemupukan menghasilkan bibit bermutu tinggi ditinjau dari aspek morfofisologi

bibit. Sistem akar telanjang menghasilkan medium tumbuh dengan kadar hara dan

aktivitas biologi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem polybag.

Perbanyakan bibit jati, melalui sistem akar telanjang dan polybag, tetap

memerlukan pupuk dan vermikompos merupakan pupuk alternatif yang sama

baiknya dengan pupuk buatan.