EFEKTIVITAS PERSIAPAN AKREDITASI RUMAH SAKIT UMUM …digilib.unila.ac.id/56655/2/TESIS TANPA BAB...
Transcript of EFEKTIVITAS PERSIAPAN AKREDITASI RUMAH SAKIT UMUM …digilib.unila.ac.id/56655/2/TESIS TANPA BAB...
EFEKTIVITAS PERSIAPAN AKREDITASI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH MUARADUA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU
SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
(Tesis)
Oleh
ELVINA WULANDARI
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
EFEKTIVITAS PERSIAPAN AKREDITASI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH MUARADUA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU
SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Oleh
ELVINA WULANDARI
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN
pada
Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PERSIAPAN AKREDITASI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH MUARADUA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU
SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
Oleh
ELVINA WULANDARI
Rumah Sakit Umum Daerah Muaradua masih belum mampu memenuhi standar
akreditasi yang ditetapkan oleh komite akreditasi rumah sakit pada pelayanan di
bidang administrasi dan manjemen, keperawatan, pelayanan medik, rekam medis
dan instalasi gawat darurat. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana proses persiapan akreditasi dan bagaimana efektivitas akreditasi
terhadap kepuasan pasien Rumah Sakit Umum Daerah Muaradua Kabupaten
Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi Sumatera Selatan. Metode penelitian yang
digunakan dalam mengkaji penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif teknik pengumpulan data menggunakan wawancara,
observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan
akreditasi rumah sakit belum bisa dilaksanakan dengan baik, yang dilihat dari
empat standar akreditasi rumah sakit yaitu standar pelayanan berfokus pasien,
standar manajemen rumah sakit, standar keselamatan pasien, serta program
nasional/sustainable development goals di bidang kesehatan belum mampu
diwujudkan oleh rumah sakit. Selain kepuasan pelanggan atau pasien rumah sakit
secara keseluruhan masih relatif cukup rendah hal itu disebabkan oleh waktu
pelayanan masih belum sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh kementrian
kesehatan, sedangkan dari segi kecermatan dan gaya pemberi pelayanan pegawai
sudah lebih tanggap dalam merespon keluhan pasien, informatif dan selalu
menanyakan keadaan pasien lebih dalam. Berdasakan hasil penelitian tersebut
maka rumah sakit hendaknya lebih mengoptimalkan monitoring dan supervisi,
penambahan kegiatan pelatihan dan workshop serta penempatan jabatan
disesuaikan dengan kompetensi, penambahan anggaran untuk kegiatan rumah
sakit.
Kata Kunci: Efektivitas, Akreditasi, Rumah Sakit
ABSTRACT
THE EFFECTIVENESS OF ACCREDITATION PREPARATION
REGIONAL PUBLIC HOSPITAL ACCREDITATION MUARADUA OGAN
KOMERING ULU REGENCY SOUTH SUMATERA PROVINCE
By
ELVINA WULANDARI
Muaradua Area General Hospital are still not able to meet accreditation
standards set by the Committee on accreditation of hospitals at the Ministry in the
field of administration and managing of, medical services, nursing, medical
record and the installation of emergency. Formulation of the problem in this
research is how the accreditation preparation process and how the effectiveness
of the accreditation against the Public Hospital patient satisfaction Area Ogan
Komering Ulu Regency Muaradua South of South Sumatra Province. Research
methods used in the study the study was descriptive research with qualitative
approach using data collection techniques interviews, observation and
documentation. The results showed that the implementation of the accreditation of
the hospital has not been implemented properly, which seen from four hospitals
accreditation standard i.e., patient-focused service standard, the standard of
hospital management, safety standards patients, as well as national
programs/sustainable development goals in the field of health hasn't been able to
be realized by the hospital. In addition to customer satisfaction or hospital
patients overall are still relatively low enough it is because the time service was
still not in compliance with the standards established by the Ministry of health,
while the incredible detail and style of the giver Ministry employees has been
more responsive in responding to the complaints of the patient, informative and
always asking the State of the patient. Upon the results of the study should further
optimize hospital monitoring and supervision, increased training activities and
workshops as well as the placement of office tailored to competence, increased
the budget for the activities of the House sick.
Key Words: Effectiveness, Accreditation. Hospital
RIWAYAT HIDUP
Elvina Wulandari, dilahirkan di Muaradua pada tanggal 1
Oktober 1993, merupakan anak dari pasangan Bapak
Thamrin Ismail (Alm) dan Ibu Sundari Latifah. Penulis
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Jenjang
akademis penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan
dasar (SD) Negeri 2 Muaradua pada tahun 2005, kemudian melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Muaradua dan lulus
pada tahun 2008, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menangah Atas
(SMA) Negeri 1 Muaradua dan lulus pada tahun 2008. Tahun 2011 Penulis
melanjutkan pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan
Sosiologi Universitas Sriwijaya, selama proses perkuliahan penulis aktif di
berbagai organisasi intra dan ekstra kampus diantaranya Himpunan Mahasiswa
Sosiologi, Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Sriwijaya Indralaya, Dewan
Perwakilan Mahasiswa Universitas Sriwijaya, serta Keluarga Mahasiswa Serasan
Seandanan dan penulis wisuda pada bulan Februari tahun 2016. Kemudian pada
tahun yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Pascasarjana
Magister Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung.
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya kecilku ini
1. Suamiku tercinta yang selalu memberikan ridho, doa, dukungan serta
motivasi.
2. Ayahku (Alm) dan Ibuku tercinta yang tanpa henti mendoakan, memberikan
semangat, agar putrinya menggapai cita-cita.
3. Saudaraku (Cak Atika, Cik Tammi, Kak Herman dan Yuk Fajar) yang selalu
mendoakan dan memberikan semangat, serta membantu proses penelitian.
4. Keempat keponakanku (Abang Calvin, Kakak Alza, Adek Alya, Mamas
Danu)
5. Almamaterku Tercinta, Universitas Lampung.
MOTTO
Orang yang hari ini sama dengan hari kemarin adalah orang yang merugi. Orang yang hari
ini lebih buruk dari hari kemarin adalah orang yang celaka. Dan orang yang hari ini lebih
baik dari kemarin adalah orang yang beruntung (Al-Hadits)
Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Usaha dengan keras adalah kemenangan
yang hakiki (Mahatma Gandhi)
Sesungguhnya sukses itu bukan tentang apa yang kita dapatkan, melainkan apa yang kita
perjuangkan (Elvina Wulandari)
SANWACANA
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Puji Syukur Penulis kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, yang telah melimpahkan nikmat, anugerah serta kekuatan lahir dan
bathin kepada Penulis. Dengan berbekal keyakinan, ketabahan, kemauan yang
keras, bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak, hingga penulis mampu
menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Efektivitas Persiapan Akreditasi
Rumah Sakit Umum Daerah Muaradua Kabupaten Ogan Komering Ulu
Selatan Provinsi Sumatera Selatan” sebagai salah satu syarat mencapai gelar
magister ilmu pemerintahan di Universitas Lampung, dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir Hasriadi Mat Akin.M.P. Selaku Rektor Universitas Lampung
2. Prof. Drs. Mustofa, M.A. Ph.D. Selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Lampung.
3. Dr. Syarief Makhya Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung.
4. Drs. Hertanto, M.Si Selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan
Universitas Lampung.
5. Dr. Feni Rosalia, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Utama, yang telah
memberikan bimbingan, saran dan pendapat kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan tesis ini.
6. Ibu Intan Fitri Meutia, Ph.D. Selaku Dosen Pembimbing Pendamping, yang
telah memberikan bimbingan, nasihat, saran dan pendapat kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.
7. Seluruh dosen jurusan Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung yang telah memberikan banyak pelajaran
berharga baik akademik maupun moral selama menempuh pendidikan.
8. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Muaradua Kabupaten Ogan Komering
Ulu Selatan Provinsi Sumatera Selatan yang telah memberikan izin
penelitian, beserta staf yang telah bersedia menjadi informan, dan banyak
membantu memberikan data selama pelaksanaan penelitian.
9. Terimakasih kepada Ibu Titin dan Bapak Hardianto pasien RSUD Muaradua
Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel yang telah bersedia menjadi
informan, banyak membantu memberikan data mengenai perkembangan dan
keluhan terhadap rumah sakit.
10. Terimakasih kepada sahabatku Mba Iyan, Mba Indah, Luluk dan teman-
teman seperjuangan MIP 2016 yang selalu memberikan bantuan dan kerja
sama selama ini.
11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, tetapi telah berjasa
dalam membantu penulis menyelesaikan pendidikan.
Akhir kata semoga segala kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis
mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh
dari kesempurnaan, tetapi besar harapan penulis semoga tesis yang sederhana ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, 22 April 2019
Penulis
Elvina Wulandari
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................... ii
ABSTRACT .................................................................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. v
SURAT PERNYATAAN................................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii
MOTTO .................................................................................................. ix
SANWACANA ................................................................................................ x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xix
DAFTRA SIANGKATAN............................................................................... xx
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 14
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 15
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 15
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas .............................................................................................. 16
1. Pengertian Efektivitas ........................................................................ 16
2. Pengukuran Efektivitas ...................................................................... 20
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas.................................... 27
B. Akreditasi Rumah Sakit ......................................................................... 29
1. Pengertian Akreditasi Rumah Sakit ................................................... 29
2. Akreditasi Nasional Rumah Sakit ..................................................... 30
3. Tujuan Akreditasi Rumah Sakit ........................................................ 31
4. Standar Akreditasi Rumah Sakit ....................................................... 32
5. Peran Pemerintah dalam Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit
Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kepada Pasien........... 37
6. Pelayanan dan Administrasi Kesehatan ............................................. 39
a. Pelayanan Kesehatan ................................................................... 39
b. Administrasi Kesehatan ............................................................... 41
C. Organisasi dan Manajemen .................................................................... 45
1. Pengertian Organisasi ........................................................................ 45
2. Pengertian Manjemen ........................................................................ 49
D. Kerangka Pikir ....................................................................................... 50
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian ....................................................................................... 56
B. Fokus Penelitian ..................................................................................... 57
C. Lokasi Penelitian .................................................................................... 59
D. Sumber Data ........................................................................................... 59
E. Informan Penelitian ................................................................................ 61
F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 62
G. Teknik Analisis Data .............................................................................. 71
H. Keabsahan Data ...................................................................................... 72
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan ............. 74
B. Struktur Organisasi RSUD Muaradua .................................................... 75
C. Tugas Pokok dan Fungsi RSUD Muaradua ........................................... 78
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Akreditasi RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan ......................... 86
1. Keselamatan Pasien
a. Mengidentifikasi Pasien dengan Benar ....................................... 86
b. Meningkatkan Komunikasi yang Efektif ..................................... 89
c. Meningkatkan Kemanan Obat-obatan yang Harus Diwaspadai .. 92
d. Memastikan Lokasi Pembedahan yang Benar, Prosedur yang
Benar, Pembedahan yang Benar .................................................. 95
e. Mengurangi Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan .......... 99
f. Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh .................... 103
2. Standar Pelayanan Kepada Pasien
a. Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan (ARK) ......... 106
b. Hak Pasien dan Keluarga (HPK) ................................................. 110
c. Asesmen Pasien (AP) .................................................................. 112
d. Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP) .......................................... 115
e. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB) ........................................ 119
f. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO) ............. 121
g. Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE)............................. 131
3. Standar Manajemen Rumah Sakit
a. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) ................ 133
b. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) .............................. 138
c. Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS) .............................................. 141
d. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) .......................... 143
e. Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKS) ................................. 145
f. Manajemen Informasi dan Rekam Medis ................................... 153
4. Program Nasional/Sustainable Development Goals
a. Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi ............................. 158
b. Menurunkan Angka Kesakitan HIV/AIDS ................................ 163
c. Menurunkan Angka Kesakitan Tuberkulosis (TB) .................... 166
d. Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) .......................... 169
e. Pelayanan Geriatri ...................................................................... 172
B. Efektifitas Akreditasi Rumah Sakit terhadap Mutu Pelayanan .............. 174
1. Waktu ................................................................................................ 174
2. Kecermatan ........................................................................................ 181
3. Gaya Pemberian Pelayanan ............................................................... 184
C. Pembahasan ............................................................................................. 187
1. Akreditasi RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan .................... 187
a. Keselamatan Pasien ..................................................................... 187
b. Standar Pelayanan Kpeada Pasien ............................................... 202
c. Manajemen Rumah Sakit ............................................................ 218
d. Program Nasional/ Sustainable Development Goals ................... 236
2. Efektifitas Akreditasi Rumah Sakit terhadap Mutu Pelayanan ......... 243
a. Waktu .......................................................................................... 243
b. Kecermatan ................................................................................. 249
c. Gaya Pemberi Pelayanan............................................................. 252
3. Meningkatnya Mutu Pelayanan Pasca Akreditasi RSUD Muaradua
Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel ........................................ 258
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................................ 268
B. Saran ....................................................................................................... 271
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah Tenaga Medis Berdasarkan Profesi .............................................. 7
2. Skor Awal Akreditasi ................................................................................ 10
3. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 12
4. Hasil Observasi Penelitian ........................................................................ 65
5. Data Kepegawaian RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan ............... 76
6. Kelayakan Perencanaan Pembedahan Tahun 2019 ................................... 96
7. Pelaksanaan Pembedahan Tahun 2019 ..................................................... 97
8. Data Penularan Infeksi di RSUD Muaradua ............................................. 102
9. Data Terkait Risiko Pasien Cedera Akibat Terjatuh ................................. 104
10. Jumlah Pasien Anestasi dan Bedah RSUD Muaradua .............................. 120
11. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat ......................................... 126
12. Hasil Indikator Peningkatan Mutu Tahun 2018 ........................................ 134
13. Progres Dokumen Pokja KKS ................................................................ 149
14. Jumlah Pasien Rawat Inap RSUD Muaradua ........................................... 177
15. Keselamatan Pasien .................................................................................. 199
16. Standar Pelayanan Kepada Pasien ............................................................ 214
17. Standar Manajemen Rumah Sakit ............................................................ 233
18. Program Nasional/Sustainable Development Goals ................................. 240
19. Standar Waktu Tunggu Pelayanan Rumah Sakit ...................................... 244
20. Waktu Tunggu Pelayanan di RSUD Muaradua ........................................ 245
21. Efektivitas Akreditasi RSUD Muaradua ................................................... 256
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Grafik Kunjungan Pasien Rawat Inap Tahun 2015-2017 ......................... 3
2. Hubungan Efektivitas ................................................................................ 16
3. Kerangka Pikir .......................................................................................... 55
4. Teknik Analisis Data ................................................................................. 72
5. Rumah Sakit Umum Daerah Muaradua .................................................... 74
6. Struktur Organisasi RSUD Muaradua ...................................................... 77
7. Pelaksanaan Identifikasi Pasien ................................................................ 88
8. Rak Obat-obatan yang Diwaspadai ........................................................... 93
9. Proses Pembedahan di RSUD Muaradua .................................................. 98
10. Fasilitas Kursi Roda .................................................................................. 105
11. Sosialisasi Posisi Tidur yang Benar .......................................................... 105
12. Mobil Ambulans untuk Merujuk Pasien ................................................... 107
13. Alur Pelayanan di RSUD Muaradua ......................................................... 108
14. Ruang Penyimpanan Obat ......................................................................... 124
15. Kegiatan Pelatihan PMKP ........................................................................ 137
16. Kegiatan Pelatihan Cuci Tangan dan Etika Batuk .................................... 140
17. Ruang Penyimpanan Hasil Rekam Medis ................................................. 155
18. Pencarian Ruangan Pasien Rawat Inap ..................................................... 156
19. Grafik Angka Kematian Ibu di Kabupaten OKU Selatan ........................ 159
20. Grafik Angka Kematian Bayi (AKB) ....................................................... 160
21. Grafik Penyebab Kematian Bayi .............................................................. 161
22. Penderita HIV (+) Kabupaten OKU Selatan .............................................. 164
23. Penderita AIDS Kabupaten OKU Selatan .................................................. 164
24. Grafik Penderita Tuberkulosis .................................................................. 167
25. Suasana Pendaftaran ................................................................................. 180
26. Pemeriksaan Tensi Oleh Perawat UGD .................................................... 182
27. Grafik Kepuasan Pasien pada Layanan Dokter......................................... 260
28. Grafik Kepuasan Pasien pada Pelayanan Perawat .................................... 261
29. Grafik Kepuasan Pasien pada Layanan Farmasi ....................................... 262
30. Grafik Kepuasan Pasien pada Penerimaan Pasien .................................... 262
31. Grafik Kepuasan Pasien pada Layanan Administrasi ............................... 263
32. Grafik Kepuasan Pasien pada Layanan Dokter Spesialis ......................... 264
33. Grafik Kepuasan Pasien pada Layanan Dokter Umum ............................ 264
34. Grafik Kepuasan Pasien pada Layanan Penunjang Medik ....................... 265
35. Grafik Kepuasan Pasien pada Layanan Umum......................................... 265
36. Grafik Kepuasan Pasien pada Layanan Makanan ..................................... 266
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Panduan Wawancara
2. Triangulasi Data Wawancara
3. Surat Persetujuan Riset
4. Dokumentasi Foto Wawancara dengan Informan
5. Dokumentasi Terkait Lainnya
DAFTAR SINGKATAN
AKI : Angka Kematian Ibu
AKB : Angka Kematian Bayi
AP : Asesmen Pasien
APD : Alat Perlindungan Diri
ARK : Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan
BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
B3 : Bahan Berbahaya Beracun
CPPT : Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
Depkes : Departemen Kesehatan
DPJP : Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
EP : Elemen Penilaian
GHG : Good Hospital Governance
HIV : Human Immunodeficiency Virus
HPK : Hak Pasien dan Keluarga
IGD : Instalasi Gawat Darurat
JIC : Joint Comission International
KARS : Komite Akreditasi Rumah Sakit
KKS : Kompetensi dan Kewenangan Staf
KTD : Kejadian Tidak Diharapkan
MFK : Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
MIRM : Manajemen Informasi dan Rekam Medis
MKE : Manajemen Komunikasi dan Edukasi
MPP : Manajer Pelayanan Pasien
NORUM : Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip
OKU : Ogan Komering Ulu
PAB : Pelayanan Anestesi dan Bedah
PAP : Pelayanan dan Asuhan Pasien
PBB : Perserikatan Bangsa-bangsa
PKPO : Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat
PMKP : Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
PPA : Profesional Pemberi Asuhan
PPI : Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
PPK : Panduan Prakterk Klinis
PPRA : Pengendalian Resistensi Antimikroba
RI : Republik Indonesia
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SDGS : Sustainable Development Goals
SDM : Sumber Daya Manusia
SIP : Surat Izin Praktek
SNARS : Standar Nasional Akreditasi
SOP : Standar Operasional Prosedur
SPM : Standar Pelayanan Minimal
STR : Surat Tanda Registrasi
Sumsel : Sumatera Selatan
TB : Tuberkulosis
TKRS : Tata Kelola Rumah Sakit
TU : Tata Usaha
UTW : Uraian Tugas Wewenang
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan merupakan faktor terpenting dalam menunjang aktivitas kegiatan
sehari-hari manusia, sedikit atau sebanyak apapun aktivitas yang kita miliki tidak
akan berjalan dengan baik apabila kondisi kesehatan tidak memadai. Untuk itu
diperlukan rumah sakit sebagai sarana yang memberikan pelayanan kesehatan
bagi setiap orang. Sejalan dengan fungsinya yaitu memberikan pelayanan medis,
baik itu dari dokter, perawat, maupun tenaga ahli kesehatan lainnya.
Berdasarkan hal tersebut untuk mendorong agar suatu organisasi dapat tumbuh
dan berjalan secara efektif dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien, maka diperlukannya suatu tata kelola yang baik di dalam organisasi
tersebut, atau yang biasa disebut good governance. Menurut Robinso dalam
Harun (2009:73), good governance merupakan wujud dari penerimaan akan penting
suatu perangkat peraturan atau tata kelola yang baik untuk mengatur hubungan,
fungsi dan kepentingan berbagai pihak dalam urusan pelayanan publik. Good
governance merupakan prinsip yang universal, sehingga dapat ditemukan pada
kultur budaya di manapun, hal yang membedakan praktik good governance di
suatu negara adalah good governance sebagai sistem, karena harus selalu
menyesuaikan dengan sistem hukum, keadaan dan perkembangan kemajuan, serta
kultur bangsa itu sendiri. Menurut Wasistiono (2013:28), mengemukakan bahwa
2
tuntutan adanya good governance ini timbul karena adanya penyimpangan dalam
penyelenggaraan demokratisasi, sehingga mendorong kesadaran warga negara
untuk menciptakan sistem atau paradigma baru untuk mengawasi jalannya
pemerintahan, agar tidak melenceng dari tujuan semula.
Rumah sakit sebagai organisasi sektor publik dalam pengelolaannya belum sesuai
dengan harapan masyarakat di daerah, masyarakat belum mendapatkan pelayanan
yang optimal dari rumah sakit, transparansi dan akuntabilitas publik dirasa masih
kurang serta efektivitas pelayanan kepada pasien juga masih kurang berjalan, hal
ini terjadi dimungkinkan karena belum diimplementasikan sepenuhnya good
governance oleh lembaga rumah sakit. Padahal dalam menyelenggarakan
program-program kerja rumah sakit seharusnya melaksanakan semua prinsip-
prinsip good governance demi kepentingan masyarakat, karena pada hakikatnya
pelaksanaan prinsip good governance sebagai upaya mendekatkan pemerintah
dengan rakyatnya.
Implementasi konsep good governance di rumah sakit belum banyak dibahas
dalam penelitian-penelitian sebelumnya, rumah sakit merupakan jenis usaha yang
unik. Rumah Sakit berdasarkan fungsinya memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat sehingga sebagian besar dikelompokkan dalam organisasi
sektor publik yang tidak berorientasi mencari keuntungan. Namun dalam
kenyataannya terdapat rumah sakit yang bentuk usahanya yang bertujuan mencari
keuntungan.
Konsep good governance pada rumah sakit sering disebut sebagai Good
Hospital Governance (GHG) atau dalam bahasa indonesia disebut sebagai sistem
3
0
1000
2000
30002015 2016 2017
1.193 1.321 1.371
Tahun Pasien
tata kelola rumah sakit. Konsep ini sama dengan konsep sistem tata kelola
organisasi pemerintah pada umumnya, namun disesuaikan aplikasinya pada jenis
bisnis layanan kesehatan ini di Indonesia. Dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 36 disebutkan
bahwa rumah sakit harus menyelenggarakan tata kelola rumah sakit dan tata
kelola klinis yang baik. Hal ini menunjukkan urgensi dari penerapan sistem tata
kelola rumah sakit di setiap rumah sakit, guna melayani kebutuhan akan
kesehatan masyarakat yang sangat penting.
Hasil observasi pra penelitian Tanggal 20 Mei 2018, diketahui bahwa Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Muaradua Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU)
Selatan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) belum sepenuhnya melaksanakan
prinsip-prinsip good governance dalam setiap kegiatan pelayanan publik, hal itu
terlihat dari pelayanan belum mampu dilaksanakan dengan efektif dikarenakan
kurangnya sarana dan prsarana serta fasilitas yang kondisinya masih sangat
memperihatinkan, padahal jumlah pasien yang berobat mengalami peningkatan,
hal itu bisa dilihat dalam gambar grafik di bawah ini.
Gambar 1. Grafik Kunjungan Pasien Rawat Inap Tahun 2015-2017
Sumber: RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel Tahun 2018
4
Berdasarkan gambar di atas dijelaskan bahwa, pasien rawat inap di RSUD
Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel selalu mengalami
peningkatan. Hal itu dibuktikan dengan pada tahun 2015 jumlah pasien sebanyak
1.193 orang, kemudian pada tahun 2016 mengalami peningkatan pasien sekitar
11% yaitu sebanyak 1.321 pasien dan pada tahun 2017 kembali mengalami
peningkatan yang cukup signifikan yaitu sekitar 15% dengan jumlah pasien
sebanyak 1.371 orang. Namun pada kenyataannya peningkatan jumlah pasien
tidak didukung dengan peningkatan sarana prasana penunjang diantaranya,
banyak fasilitas toilet dan kamar rawat inap yang rusak terbengkalai. Seperti yang
dilansir dalam berita harian Sriwijaya Pos pada tanggal 4 September 2017,
keluarga pasien yang berada di ruang inap RSUD Muaradua Kabupaten OKU
Selatan mengeluhkan rusaknya toilet di tempat tersebut, kondisi ini
mengakibatkan keluarga pasien terpaksa mencari ke ruangan lain hanya untuk
menggunakan toilet (sumber: www.sripoku.com).
Hasil observasi pra penelitian yang dilakukan Tanggal 20 Juli 2018 ditemukan
bahwa adanya faktor lain yang makin memperburuk kualitas pelayanan di RSUD
Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel yaitu karena sering
terjadinya padam listrik. Hal ini dikarenakan listrik di rumah sakit tersebut masih
sangat bergantung pada suplai listrik dari PT PLN Rayon Muaradua, yang hingga
saat ini masih sering terjadinya pemadaman listrik yang disebabkan oleh berbagai
gangguan teknis, dan faktor cuaca. Sementara generator listrik (genset) yang ada,
tidak bisa difungsikan secara maksimal dikarenakan pihak RSUD tidak mampu
menanggung biaya untuk bahan bakarnya sehingga genset dihidupkan jika ada
keadaan yang mendesak saja seperti tindakan operasi dan sebagainya.
5
Pelayanan yang tidak efektif kepada pasien juga berdampak pada meningkatnya
ketidakpuasan pasien hal itu terlihat dari masih banyaknya keluhan masyarakat
yang merasa tidak puas dengan efektivitas pelayanan yang diberikan oleh pegawai
RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel, hal itu disampaikan
oleh 2 (dua) orang yang pernah berobat di RSUD Muaradua Kabupaten OKU
Selatan Provinsi Sumsel yang menjelaskan bahwa:
Pasien 1 menjelaskan bahwa saya terpaksa pergi ke RSUD Ibnu Soetowo
karena dokter spesialis mata di RSUD Muaradua sudah tidak bisa
menjelaskan penyakit yang saya derita, berbeda dengan dokter spesialis
mata di Baturaja, salah satu dokter langsung mendiagnosa masalah dalam
5 (lima) menit, lambatnya pelayanan dokter di RSUD Muaradua membuat
mata saya justru semakin memburuk, (Wawancara Tanggal 27 Agustus
2018).
Pasien 2 saya pemilik BPJS kelas III dan Surat Keterangan Tidak Mampu
(SKTM), saya sangat menyayangkan buruknya pelayanan RSUD
Muaradua, karena saya pernah menyampaikan keluhan akan pelayanan di
bagian rekam medis tentang kesalahan diagnosa penyakit yang saya derita,
bukannya direspon malah saya justru mendapatkan tindakan diskriminatif
dari pegawai RSUD Muaradua, (Wawancara Tanggal 27 Agustus 2018).
Keluhan seperti yang dikemukakan oleh kedua pasien di atas juga selaras dengan
berbagai macam keluhan masyarakat yang diungkapkan di berbagai media, seperti
yang dimuat dalam Harian OKU Selatan pada tanggal 10 Januari 2018 diketahui
bahwa, telah dilahirkan seorang bayi melalui persalinan normal di RSUD
Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel, dan pihak rumah sakit
menyatakan bahwa bayi tersebut boleh pulang ke rumah karena dalam keadaan
sehat dan normal, namun setelah pulang ke rumah, bayi tersebut tidak berhenti
menangis, dan ketika sang ibu memandikan bayinya ditemukan bahwa bayi
tersebut tidak memiliki lubang anus. kemudian bayi tersebut terpaksa dilarikan ke
RSUD Ibnu Soetowo Kabupaten OKU untuk diambil tindakan operasi (Sumber:
6
Web Resmi Harian OKU Selatan). Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa tenaga
medis pada ruangan anak tidak bekerja sesuai Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang telah ditetapkan, berdasarkan SOP yang ditetapkan ketika bayi lahir
harus dilakukan pemeriksaan 7 (tujuh) lubang pada bayi yaitu kedua lubang
hidung, kedua lubang telinga, lubang mulut, lubang kemaluan, dan lubang anus.
Kondisi di atas menunjukkan bahwa, pemberian pelayanan kesehatan yang ada di
RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel masih belum berjalan
efektif. Hal itu dibuktikan dengan masih banyaknya pegawai yang kurang
memahami pelaksanaan pelayanan publik yang sesuai dengan prinsip-prinsip
good governance, sehingga masih perlu menjadi perhatian manajemen untuk
memperbaiki tata kelola organisasi, agar dapat mempengaruhi peningkatan kinerja
pegawai dan mutu pelayanan yang ada di rumah sakit tersebut.
Kebutuhan akan karakteristik good governance dalam penyelenggaraan pelayanan
publik yang menyangkut efektivitas pelayanan, sangat diharapkan oleh
masyarakat, sehingga dalam melakukan transaksi-transaksi dengan organisasi
pemerintah seperti rumah sakit yang berkaitan dengan kepentingan pelayanan
dapat dilaksanakan secara mudah, murah, cepat dan tepat. Untuk mewujudkan hal
tersebut, agar tetap mampu eksis dalam persaingan global yang semakin ketat,
maka setiap organisasi pemerintah daerah seperti rumah sakit harus melakukan
perubahan ke arah perbaikan secara bertahap, sistematis dan berkelanjutan
(sustainable) sebagai sarana mempermudah pencapaian tujuan.
7
Menurut Ivancevich dkk (dalam Ratminto dan Atik 2005:2) pelayanan adalah
produk-produk yang tidak kasat mata (tidak dapat diraba), yang melibatkan usaha-
usaha manusia dan menggunakan peralatan. Artinya suatu output dari pelayanan
kesehatan itu sangat bergantung pada usaha-usaha sumber daya manusia selaku
pemberi pelayanan dan bagaimana mereka menggunakan peralatan medis dalam
memaksimalkan pelayanan. Berbagai kasus di atas menggambarkan bahwa
pelayanan yang diberikan oleh RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan
Provinsi Sumsel masih kurang optimal dan belum sesuai dengan harapan publik,
padahal jika di lihat dari sumber daya manusia sudah mencukupi baik tenaga
medis, perawat maupun tenaga administrasi. Berikut data tenaga medis
berdasarkan profesi yang ada di RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan
Provinsi Sumsel:
Tabel 1. Tenaga Medis RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan
Berdasarkan Profesi Bulan Januari - Maret Tahun 2018
No Profesi Status
PNS TKS Honorer
1 Dokter Bedah 2 0 0
2 Dokter Penyakit Dalam 4 0 0
3 Dokter Anak 2 0 0
4 Dokter Mata 1 0 0
5 Dokter Patologi Anatomi 1 0 0
6 Dokter Obgym 2 0 0
7 Dokter THT 1 0 0
8 Dokter Gigi 1 0 0
9 Dokter Umum 4 0 5
10 SI Farmasi Profesi Apoteker 3 1 2
11 SI Keperawatan Profesi Ners 10 5 0
Jumlah 31 6 7 Sumber: LAKIP RSUD Muaradua Tahun Anggaran 2018
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa jumlah tenaga medis yang ada
di RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel sebanyak 44 orang,
8
yang terdiri dari 31 orang Pegawai Negeri Sipil, 6 Orang Tenaga Sukarela dan 7
Orang Tenaga Honorer, dan jumlah dokter mencapai 18 orang yang meliputi
Dokter Bedah 2 orang, Dokter Penyakit Dalam 4 orang, Dokter Anak 1 orang,
Dokter Mata 1 orang, Dokter Patologi Anatomi 2 orang, Dokter Obgym 2 orang,
Dokter THT 1 orang, Dokter Gigi 1 orang dan Dokter Umum 4 orang sedangkan
jumlah apoteker sebanyak 3 orang dan 10 orang perawat.
Dalam rangka meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
prinsip-prinsip good governance maka pemerintah mengeluarkan peraturan,
melalui Undang-undang 44 Tahun 2009 pada pasal 40 bagian ketiga disebutkan
bahwa semua rumah sakit di Indonesia wajib melaksanakan akreditasi dengan
tujuan agar mutu rumah sakit semakin meningkat. Adapun tujuan akreditasi
rumah sakit yang tertuang pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2017 Pasal Kedua sebagai berikut: Pertama, meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit dan melindungi keselamatan pasien. Kedua, meningkatkan
perlindungan bagi masyarakat, sumber daya manusia di rumah sakit dan rumah
sakit sebagai institusi. Ketiga, mendukung program Pemerintah di bidang
kesehatan. Keempat, meningkatkan profesionalisme rumah sakit Indonesia di
mata internasional.
Akreditasi rumah sakit merupakan salah satu cara pemantauan bagi pelaksanaan
pengukuran indikator kinerja rumah sakit, pengembangan penilaian terhadap
kinerja rumah sakit merupakan tugas dari pemerintah melalui Departemen
Kesehatan. Dalam hal ini rumah sakit diharuskan mempunyai program
peningkatan mutu baik internal maupun eksternal, untuk mengevaluasi seluruh
9
kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan bagi pasien. Komisi Akreditasi Rumah
Sakit (KARS) tahun 2018 melalui Kementerian Kesehatan, melakukan
standarisasi penilaian akreditasi rumah sakit terhadap empat hal terpenting yaitu:
Pertama, kelompok standar pelayanan berfokus pada pasien. Kedua, kelompok
standar manajemen rumah sakit. Ketiga, sasaran keselamatan pasien rumah sakit,
dan Keempat, sasaran sustainable development goals (SDGs).
RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel masih menjalani
proses tahap persiapan akreditasi, berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan
oleh Tim KARS menjelaskan bahwa RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan
Provinsi Sumsel masih belum layak untuk dilakukan akreditasi hal itu
dikarenakan ada beberapa jenis pelayanan yang masih belum sesuai dengan
standar pelayanan yang ditetapkan, sehingga harus diperbaiki secara menyeluruh.
Jenis pelayanan tersebut antara lain pelayanan administrasi dan manajemen,
pelayanan keperawatan, pelayanan medik, pelayanan rekam medis dan pelayanan
unit gawat darurat. Selain itu RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi
Sumsel juga masih kesulitan dalam persiapan sumber daya manusia untuk
penyusunan program akreditasi, hal itu terlihat rumah sakit belum memiliki
kebijakan terkait dengan pelaksanaan petugas terhadap perlindungan dokumen
rekam medis dari kerusakan dan kehilangan, sarana dan prasarana yang tidak
menunjang serta keterbatasan sistem manajemen rumah sakit.
Proses akreditasi di RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel
melibatkan seluruh tenaga atau SDM di rumah sakit mulai dari tenaga medis,
penunjang medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen
10
rumah sakit dan tenaga non kesehatan. Sumber daya manusia yang terlibat
langsung dalam pemberian pelayanan kepada pasien adalah dokter, perawat, bidan
serta tenaga penunjang lainnya. Berdasarkan penetapan skor pada survei awal
yang dilakukan oleh tim KARS diketahui bahwa, beberapa pelayanan di RSUD
Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel masih mendapatkan skor
yang sangat rendah dan dipastikan tidak akan lulus ketika dilakukan akreditasi.
Untuk itu KARS memberikan rekomendasi untuk segera memperbaiki semua
jenis pelayanan tersebut, agar RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi
Sumsel bisa mengikuti tahapan selanjutnya pada proses akreditasi, sehingga sudah
bisa dinyatakan lulus akreditas selambatnya pada bulan januari tahun 2019, skor
awal yang diberikan KARS dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 2. Skor Awal Akreditasi RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan
Provinsi Sumsel
Bidang Pelayanan Elemen Penilaian
(EP) Hasil Skor Awal
Pelayanan rekam medic 50% 5
Administrasi dan manajemen 50% 5
Unit Gawat Darurat (UGD) 50% 5
Manajemen pelayanan medik 40% 5
Keperawatan 45% 5 Sumber: RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel Tahun 2018, (diolah)
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa kelima bidang pelayanan di RSUD
Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel hanya memenuhi rata-rata
47% dari elemen penilaian, sehingga rata-rata skor awal yang diperoleh adalah 5
(lima). Angka tersebut masih jauh dari skor yang ditetapkan oleh tim KARS,
dimana tim KARS menetapkan kelima bidang pelayanan tersebut harus
mendapatkan skor 10 dengan memenuhi elemen penilaian minimal 80%,
dikarenakan kelima bidang pelayanan tersebut sangat erat kaitannya dengan
11
keselamatan pasien (patient safety), pelayanan kepada pasien, standar manajemen
rumah sakit dan pelaksanaan program nasional/SDGs.
Di samping itu, masih adanya staf medis khususnya bidan dan perawat di RSUD
Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel yang tidak mempunyai Surat
Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP), yang menyebabkan proses
akreditasi ditunda, karena sesuai dengan Standar Nasional Akreditasi Rumah
Sakit (SNARS) bila ada laporan tim survei masih ada staf medis yang belum/habis
masa berlaku/dalam proses perpanjangan STR dan SIP maka penetapan status
akreditasi ditunda. Sementara jumlah staf medis bidan dan perawat yang belum
mempunyai STR berjumlah 45 orang dari total keseluruhan staf sebanyak 85
orang, artinya jumlah staf medis yang belum mempunyai STR lebih mendominasi.
STR itu sendiri merupakan merupakan bukti tertulis oleh pemerintah kepada
tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat lulus uji kompetensi.
Berdasarkan uraian tersebut, untuk menambah referensi dalam penelitian ini
penulis menambahkan beberapa penelitian terdahulu yang akan menjadi acuan
penulis dalam melakukan penelitian, sehingga penulis dapat memperkaya teori
yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Penelitian terdahulu
tersebut berupa tesis atau jurnal dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
12
Tabel 3. Penelitian Terdahulu
No Penulis dan Judul
Penelitian
Metode
Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
1 Kusbaryanto (2010),
Peningkatan Mutu
Rumah Sakit dengan
Akreditasi
Metode Penelitian
dalam penelitian
ini adalah metode
dengan
pendekatan
kualitatif
1. Pelayanan rumah sakit merupakan pelayanan
yang paling kritis dan berbahaya karena
sasaran kegiatannya adalah jiwa manusia,
maka semua bentuk pelayanan di rumah sakit
harus bermutu tinggi.
2. Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan dan
penghargaan kepada rumah sakit yang telah
mencapai tingkat pelayanan kesehatan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
3. Tujuan umum akreditasi adalah mendapat
gambaran rumah sakit-rumah sakit di
Indonesia yang telah memenuhi standar
sehingga mutu pelayanannya dapat
dipertanggungjawabkan.
Perbedaan dengan penelitian terdahulu
adalah penelitian terdahulu memfokuskan
pada peningkatan mutu pelayanan dengan
menggunakan akreditasi sebagai standar
untuk mencapai pelayanan. Sedangkan dalam
penelitian ini peneliti lebih memfokuskan
pada program akreditasi untuk mencapai
mutu atau kualitas baik pelayanan maupun
sumber daya manusia rumah sakit
2 Widodo Hariyono
(2013), Analisis
Kesiapan
Menghadapi
Akreditasi pada
Pelayanan
Administrasi dan
Manajemen di
Rumah Sakit Umum
Rajawali Citra
Kabupaten Bantul
(Telaah Pembanding
pada Akreditasi
Metode Penelitian
dalam penelitian
ini adalah metode
dengan
pendekatan
kualitatif
Kesiapan dalam menghadapi akreditasi dapat
diketahui dari aspek sumber daya manusia,
fasilitas, dan dokumentasi yang disiapkan dalam
menghadapi akreditasi bidang pelayanan
administrasi dan manajemen di rumah sakit
tersebut, semuanya dalam kondisi siap dan baik.
Artinya, tidak ada kendala berarti yang terkait
dengan penyiapan 3 segi dan sumber daya
mendasar. Secara teoritis, bidang pelayanan ini
tidak berat untuk disiapkan sebagai salah satu
dari lima bidang pelayanan dalam paket dasar
akreditasi rumah sakit. Namun, di sisi lain,
bidang pelayanan K3B yang merupakan paket
Perbedaan dengan penelitian terdahulu
adalah penelitian terdahulu memfokuskan
pada kesiapan pelaksanaan akreditasi mulai
dari kesiapan sumber daya manusia, fasilitas
dan dokumentasi untuk menunjang pelayanan
kepada pasien sedangkan dalam penelitian ini
peneliti memfokuskan pada kesiapan rumah
sakit dalam pelaksanaan akreditasi di bidang
pelayanan medis, administrasi dan tenaga
keperawatan yang disesuaikan dengan
penerapan prinsip-prinsip good governance.
13
Rumah Sakit Bidang
Pelayanan K3B)
kedua (salah satu dari 12 bidang pelayanan)
akreditasi rumah sakit, menjadi beban cukup
berat bagi penyiapannya.
3 Rika Puspa Dewi
(2010), Hubungan
Pengetahuan
Mengenai Akreditasi
Rumah Sakit dan
Karakteristik
Individu Dengan
Kinerja Perawat
Rumah Sakit Zahirah
Tahun 2010
Penelitian ini
bersifat analitik
dengan
pendekatan
kuantitatif.
Karakteristik individu perawat di RSU Zahirah
adalah sebagian besar berjenis kelamin
perempuan, tingkat pendidikan terakhir SPK-
D3, umur 24 tahun keatas, dan masa kerja 2
tahun keatas. Sebagian besar perawat memiliki
pengetahuan yang baik, karakteristik individu
yang terdiri dari umur, jenis kelamin, dan
pendidikan tidak memiliki hubungan yang
signifikan terhadap kinerja perawat, masa kerja
terbukti mempunyai hubungan yang signifikan,
pengetahuan perawat mempunyai hubungan
yang signifikan terhadap kinerja perawat.
Perbedaan dengan penelitian terdahulu
adalah penelitian terdahulu memfokuskan
pada pengetahuan perawat dengan
pelaksanaan akreditasi rumah sakit yang
bertujuan untuk meningkatkan kinerja
perawat sedangkan dalam penelitian ini
memfokuskan pada semua pegawai rumah
sakit mulai dari tenaga medis, tenaga
administasi dan tenaga perawat yang
bertujuan untuk mengefektifkan kegiatan
pelayanan kepada pasien agar prinisip good
governance dapat tercapai
4 Murti Mandawati
(2018), Dampak
Akreditasi Rumah
Sakit: Studi
Kualitatif Terhadap
Perawat Di RSUD
KRT Setjonegoro
Wonosobo
Metode Penelitian
dalam penelitian
ini adalah metode
dengan
pendekatan
kualitatif
penelitian ini menunjukkan bahwa perawat
memiliki persepsi positif terhadap pelaksanaan
akreditasi di RSUD Setjonegoro Wonosobo.
Dampak positif dari pelaksanaan akreditasi bagi
pelayanan keperawatan adalah meningkatnya
usaha keselamatan pasien yag dilakukan oleh
perawat. Selain itu akreditasi juga memberikan
dampak pada perbaikan fasilitas dan lingkungan
kerja.
Perbedaan dengan penelitian terdahulu
adalah penelitian terdahulu hanya
memfokuskan pada dampak akreditasi rumah
sakit terhadap perawat sementara penelitian
yang akan dilakukan lebih komprehensif
karena memfokuskan pada proses akreditasi
dan bagaimana efektivitas akreditasi terhadap
mutu pelayanan. Selain itu penelitian yang
akan dilakukan melibatkan semua tenaga
medis dan non medis dalam persiapan
akreditasi sedangkan penelitian terdahulu
hanya menyoroti dampak akreditasi terhadap
perawat. Sumber: Diolah oleh Peneliti (2018)
14
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu di atas, menjadi dasar bagi peneliti untuk
melakukukan penelitian, tentang akreditasi RSUD Muaradua Kabupaten OKU
Selatan Provinsi Sumsel. Penelitian ini juga sangat penting untuk dilakukan, hal
itu dikarenakan bisa dijadikan sebuah informasi bagi instansi terkait untuk
meningkatkan kualitas pelayanan yang mengacu pada prinsip-prinsip good
governance.
B. Rumusan Masalah
RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel masih menjalani
proses tahap persiapan akreditasi, namun RSUD Muaradua Kabupaten OKU
Selatan Provinsi Sumsel masih belum layak untuk dilakukan akreditasi hal itu
terlihat dari beberapa permasalahan yang terjadi diantaranya pelayanan yang
meliputi pelayanan administrasi dan manajemen, pelayanan keperawatan,
pelayanan medik, pelayanan rekam medis dan pelayanan unit gawat darurat masih
belum bisa dijalankan dengan efektif sesuai dengan standar yang sudah
ditetapkan, RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel masih
kesulitan dalam mempersiapkan sumber daya manusia untuk penyusunan program
akreditasi, serta masih kurangnya kegiatan pelatihan atau workshop bagi tenaga
kesehatan baik medis dan non medis untuk menunjang kelancaran pelaksanaan
akreditas rumah sakit. Berdasarkan permasalahan tesebut maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses persiapan akreditasi RSUD Muaradua Kabupaten OKU
Selatan Provinsi Sumsel?
2. Bagaimanakah efektivitas persiapan akreditasi rumah sakit terhadap kepuasan
pasien RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel?
15
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis proses persiapan akreditasi RSUD
Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis efektivitas proses persiapan akreditasi
rumah sakit terhadap kepuasan pasien RSUD Muaradua Kabupaten OKU
Selatan Provinsi Sumsel.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan
sumbangan ilmiah dalam perkembangan teori politik, maupun teori sosial,
khususnya tentang pelaksanaan akreditasi rumah sakit untuk meningkatkan
efektivitas pelayanan kepada pasien.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan
bahan informasi bagi RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi
Sumsel untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui akreditasi
rumah sakit.
16
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas
Secara etimologi kata efektivitas berasal dari kata efektif, dalam bahasa inggris
effective telah mengintervensi ke dalam bahasa Indonesia dan memiliki makna
berhasil. Soekanto (2010:17), menerangkan efektivitas berasal dari kata
effektiviens yang berarti ukuran sampai sejauh mana suatu kelompok mencapai
tujuan. Efektivitas berfokus pada outcome (hasil), atau kegiatan yang dinilai
efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan
atau dikatakan spending wisely. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
mengenai hubungan arti efektivitas di bawah ini.
Gambar 2. Hubungan Efektivitas
Sumber: Mahmudi (2005:92)
Beberapa ahli berpendapat tentang efektivitas seperti Miller dalam Tangkilisan
(2015:160), mengungkapkan bahwa:
Effectiveness be define as the degree to which a social system achieve
its goals. Effectiveness must be distinguished from efficiency. Efficiency
is meanly concerd with goal attainment. (Efektivitas dimaksud sebagai
tingkat seberapa jauh suatu sistem sosial mencapai tujuannya.
Efektivitas ini harus dibedakan dengan efisiensi. Efisiensi terutama
mengandung pengertian perbandingan antara biaya dan hasil sedangkan
Efektivitas =OUTCOME
OUTPUT
17
efektivitas secara langsung dihubungkan dengan pencapaian suatu
tujuan).
Menurut Bastian dalam Tangkilisan (2015:162), menyatakan efektivitas adalah
hubungan antara output dan tujuan, dimana efektivitas diukur berdasarkan
seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur dari organisasi mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Artinya bahwa efektivitas dapat dilihat melalui
pencapaian hasil yang kemudian disesuaikan dengan tujuan yang telah
direncanakan sebelumnya. Sedangkan Handayadiningrat (2012:251),
mengemukakan bahwa efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya
sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Melihat dari uraian diatas, terdapat berbagai macam konsep efektivitas yang
diungkapkan oleh para ahli yang juga mengandung berbagai macam makna
sesuai dengan kerangka acuan yang dipakai. Efektivitas dapat dipakai untuk
menjelaskan keberhasilan dalam melaksanakan sesuatu atau melakukan
sesuatu, efektivitas juga dapat digunakan untuk memberi batasan dari segi hasil
dan dampak yang dicapai. Walaupun demikian, peneliti menyimpulkan bahwa
efektivitas lebih dapat digunakan sebagai ukuran untuk melihat tercapai atau
tidaknya suatu kegiatan atau program yang telah ditetapkan yang dapat dilihat
melalui tujuan dan hasil yang dicapainya.
Pada dasarnya, alasan dari didirikannya suatu organisasi adalah untuk
mencapai tujuan dan sasaran yang telah disepakati bersama dengan lebih
efektif dan efisien. Selain itu, dengan tindakan yang dilakukan bersama-sama
dengan penuh rasa tanggung jawab, maka pencapaian tujuan dari organisasi
tersebut diharapkan dapat terlaksana dengan hasil yang baik. Suatu organisasi
18
yang berhasil dapat diukur dengan melihat pada sejauh mana organisasi
tersebut dapat mencapai tujuannya.
Tangkilisan (2015:158), mendefinisikan organisasi secara sederhana sebagai
suatu bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan bersama-sama secara efisien
dan efektif melalui kegiatan yang telah ditentukan secara sistematis dan di
dalamnya ada pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas
dalam mencapai tujuan organisasi tersebut. Lebih lanjut dikatakan oleh
Georgopualos dan Tannebaum dalam Tangkilisan (2015:161), mengenai
pengertian efektivitas organisasi bahwa:
…Organization effectiveness as the extent to which an organization as
a social system, given certain resources and mean, fulfill it’s objective
without incapacitating it’s means and resources and without placing
strain upon it’s member. (Efektivitas organisasi adalah tingkat sejauh
mana suatu organisasi yang merupakan system sosial dengan segala
sumber daya dan sarana tertentu yang tersedia memenuhi tujuan-
tujuannya tanpa pemborosan dan menghindari ketegangan yang tidak
perlu diantara anggota-anggotanya).
Jadi secara umum ada pandangan bahwa efektivitas organisasi dimaksudkan
atau dapat didefinisikan dalam batas-batas tingkat pencapaian tujuan
organisasi. Efektivitas organisasi menurut Sedarmayanti (2009:38), sebagai
tingkat keberhasilan organisasi dalam usaha mencapai tujuan/sasaran. Hall
dalam Tangkilisan (2015:164), mengartikan bahwa dengan tingkat sejauh mana
suatu organisasi merealisasikan tujuannya, semua konsep tersebut hanya
menunjukan pada pencapaian tujuan organisasi, sedangkan bagaimana cara
mencapainya tidak dibahas. Sedangkan Tangkilisan (2015:166), mengartikan
efektivitas organisasi menyangkut dua aspek, yaitu tujuan organisasi dan
pelaksanaan fungsi atau cara untuk mencapai tujuan tersebut.
19
Pengertian lain menurut Susanto (2015:156), efektivitas organisasi merupakan
daya pesan untuk mempengaruhi atau tingkat kemampuan pesan-pesan untuk
mempengaruhi. Menurut pengertian Susanto tersebut, efektivitas organisasi
bisa diartikan sebagai suatu pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah
direncanakan sebelumnya secara matang. Efektivitas organisasi merupakan
suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai,
(Sedarmayanti, 2009:61). Pendapat tersebut menyatakan bahwa efektivitas
organisasi merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh
target yang telah ditetapkan sebelumnya oleh lembaga atau organisasi dapat
tercapai. Hal tersebut sangat penting peranannya di dalam setiap lembaga atau
organisasi, serta berguna untuk melihat perkembangan dan kemajuan yang
dicapai oleh suatu lembaga atau organisasi itu sendiri. Setiap organisasi atau
lembaga menginginkan adanya pencapaian tujuan, hal itu akan tercapai jika
segala kegiatannya berjalan dengan efektif, dan dapat dilaksanakan apabila
didukung oleh faktor-faktor pendukung efektivitas organisasi.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
efektivitas organisasi merupakan ukuran yang menunjukkan seberapa jauh
program atau kegiatan mencapai hasil dan manfaat yang diharapkan. Menurut
pendapat Mahmudi (2005:92), efektivitas merupakan hubungan antara output
dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap
pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, atau kegiatan.
Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa efektivitas mempunyai hubungan timbal
balik antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi output, maka
semakin efektif suatu kegiatan.
20
Sehubungan dengan pengertian di atas, maka efektivitas organisasi adalah
menggambarkan seluruh siklus input, proses dan output yang mengacu pada
hasil guna dari suatu organisasi, atau kegiatan yang menyatakan sejauh mana
tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai, serta ukuran berhasil
tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya dan mencapai target-targetnya.
Hal ini berarti dalam efektivitas organisasi, yang dipentingkan adalah semata-
mata hasil atau tujuan yang dikehendaki.
Melihat dari uraian mengenai efektivitas, organisasi dan efektivitas organisasi
diatas, peneliti menyimpulkan bahwa efektivitas organisasi lebih dapat
digunakan sebagai ukuran untuk melihat tercapai atau tidaknya suatu
organisasi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan atau fungsi-fungsi, sehingga
tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan menggunakan secara
optimal alat-alat dan sumber-sumber yang ada.
2. Pengukuran Efektivitas
Penilaian keefektivan suatu organisasi dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa pendapat ahli sebagai pisau untuk mengetahui apakah organisasi
tersebut telah mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya atau tidak.
Sterss dalam Tangkilisan (2015:174), mengemukakan lima kriteria dalam
pengukuran efektivitas organisasi, yaitu:
a. Produktivitas
b. Kemampuan adaptasi atau fleksibilitas
c. Kepuasan kerja
d. Pencarian sumber daya.
21
Sementara Gibson dalam Tangkilisan (2015:176), mengatakan bahwa
efektivitas suatu organisasi dapat pula diukur dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai
b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan
c. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap
d. Perencanaan yang matang
e. Penyusunan program yang tepat
b. Tersedianya sarana dan prasarana
c. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik.
Tangkilisan (2015:177), menyatakan yang digunakan untuk mengukur
keefektivan suatu organisasi adalah dengan prospek tujuan, tolak ukurnya
adalah bagaimana organisasi mencapai tujuan, termasuk merealisasikan visi
dan misi organisasi sesuai dengan mandat yang diembannya. Di lain pihak,
Sharma dalam Tangkilisan (2015:182), memberikan kriteria atau ukuran
efektivitas organisasi yang menyangkut faktor internal organisasi dan faktor
eksternal organisasi, yang meliputi antara lain:
a. Produktivitas organisasi atau output
b. Kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan di dalam dan
di luar organisasi
c. Tidak adanya ketegangan di dalam organisasi atau hambatan-hambatan
konflik di antara bagian-bagian organisasi.
22
Jika dicermati pendapat dari beberapa ahli di atas, diketahui bahwa dalam
pengukuran efektivitas organisasi dapat dilakukan dengan berbagai
pendekatan. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis ukuran-ukuran atau
indikator-indikator keefektifan organisasi dengan mengidentifikasi ukuran
yang sesuai dengan kondisi organisasi yang akan peneliti teliti, yaitu efektivitas
organisasi perangkat daerah sehingga data yang diperoleh nanti akan relevan.
Selain itu, dengan memperhatikan hal yang diungkapkan oleh Steers dalam
Tangkilisan (2015:175), tentang beberapa masalah dalam usaha melakukan
pengukuran efektivitas, maka identifikasi terhadap pengukuran efektivitas
organisasi perangkat daerah dapat dilakukan dengan lebih baik. Masalah-
masalah tersebut, yaitu:
a. Kriteria evaluasi
b. Perspektif waktunya berbeda-beda
c. Kriteria sering kali bertentangan satu sama lain
d. Sebagian kriteria tidak dapat diterapkan pada jenis-jenis organisasi tertentu
e. Sebagian kriteria mungkin sulit diukur dengan tepat.
Menurut Siagian (2016:60), efektivitas kerja organisasi sangat tergantung dari
efektivitas kerja dari orang-orang yang bekerja di dalamnya, ada beberapa
kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur efektivitas kerja dari organisasi
yang memberikan pelayanan antara lain:
a. Waktu
Waktu merupakan ketepatan waktu dan kecepatan waktu dari pelayanan
yang diberikan oleh pemberi pelayanan, hanya saja penggunaan ukuran
23
tentang tepat tidaknya atau cepat tidaknya pelayanan yang diberikan
berbeda dari satu orang ke orang lain. Terlepas dari penilaian subjektif
yang demikian, yang jelas ialah faktor waktu dapat dijadikan sebagai salah
satu ukuran efektivitas kerja.
Lovelock dan Wright (2012:17), ketepatan waktu adalah kesesuaian
pelayanan medis yang diberikan dari apa yang dibutuhkan dari waktu
kewaktu. Jika semua pelayanan yang diberikan belum bisa memuaskan
pasien hal ini akan berakhir pada rendahnya tingkat kepuasan pasien.
Tjiptono (2015:182), mendefinisikan ketepatan waktu adalah "mencakup
dua hal pokok, yaitu konsistensi kerja (performance) dan kemampuan
untuk dipercaya (dependability).
Mansjour (2010:122), yang mengungkapkan bahwa keberhasilan dalam
kesembuhan pasien salah satunya adalah ketepatan dalam menentukan
diagnosis penyakit, sehingga dapat diberikan obat sesuai dengan penyakit
yang dideritanya. Parasuraman (2008:2), yang menyatakan bahwa dimensi
kualitas pelayanan yang terkait dengan orang, relatif lebih penting adalah
dimensi reliability (kehandalan). Moenir (2015:65), yang menyatakan agar
layanan dapat memuaskan konsumen yang dilayani, maka waktu
pelayanannya harus tepat.
Wilde (2009:11), telah membuktikan secara jelas tentang pentingnya waktu
tanggap (response time) bahkan pada pasien selain penderita penyakit
jantung. Mekanisme response time juga dapat mengurangi beban
pembiayaan. Kecepatan dan ketepatan pertolongan yang diberikan pada
24
pasien yang memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan
kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat
dengan response time yang cepat dan penanganan yang tepat. Hal ini dapat
dicapai dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia dan
manajemen rumah sakit/puskesmas sesuai standar. Yoon (2013:12),
mengemukakan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
keterlambatan pelayanan antara lain karakter pasien, penempatan staf,
ketersediaan peralatan dan petugas kesehatan, pelaksanaan manajemen, dan
strategi pemeriksaan dan penanganan yang dipilih.
b. Kecermatan
Kecermatan dapat dijadikan ukuran untuk menilai tingkat efektivitas kerja
organisasi yang memberikan pelayanan, kecermatan dapat dilihat
berdasarkan, faktor ketelitian dari pemberi pelayanan kepada pelanggan.
Pelanggan akan cenderung memberikan nilai yang tidak terlalu tinggi
kepada pemberi pelayanan, apabila terjadi banyak kesalahan dalam proses
pelayanan.
Menurut Siagian (2007:151), menjelaskan bahwa kecermatan adalah
kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang
dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan
harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama
untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan
akurasi yang tinggi. Sementara itu menurut Zeithaml, Parasuraman dan
25
Berry (2014:261), menjelaskan bahwa kecermatan kemampuan
memberikan pelayanan yang dijanjikan segera dan memuaskan.
c. Gaya pemberian pelayanan
Gaya pemberian pelayanan merupakan salah satu ukuran lain yang
biasanya digunakan dalam mengukur efektivitas kerja, yang dimaksud
dengan gaya adalah cara dan kebiasaan pemberi pelayanan dalam
memberikan jasa kepada pelanggan. Bisa saja si pelanggan merasa tidak
sesuai dengan gaya pelanggan yang diberikan oleh pemberi pelayanan. Jika
membahas tentang sesuatu hal yang menyangkut kesesuaian, sesungguhnya
apa yang dibicarakan termasuk hal yang tidak terlepas kaitannya dengan
nilai-nilai sosial yang dianut oleh orang yang bersangkutan.
Menurut Potter dalam Supriyono (2013:16), pelayanan yang berkualitas
perlu beberapa kriteria, antara lain dapat menjamin rasa keadilan, artinya
terbuka dalam memberikan perlakuan terhadap individu atau sekelompok
orang dalam keadaan yang sama. Sinambela dkk. (2007:6), mengatakan
bahwa kualitas pelayanan tercermin dari hal, diantaranya adalah kesamaan
hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek
apapun khususnya suku, ras, agama, golongan dan status sosial.
Menurut Robert dan Prevost dalam Azwar (2008:38), menyatakan bahwa
pemakai jasa kesehatan, mutu layanan terkait pada dimensi gaya pemberi
pelayanan dalam memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi
terjalin, keprihatinan serta keramah-tamahan petugas dalam melayani
pasien serta kesembuhan penyakit yang sedang diderita pasien.
26
Berdasarkan hal tersebut, indikator yang diungkapkan oleh Steers tidak akan
dipakai dalam penelitian ini, karena (5) lima kriteria yang telah disebutkan
sebelumnya lebih cocok digunakan untuk organisasi yang berorientasi
ekonomi, sehingga tidak sesuai dengan organisasi perangkat daerah yang
merupakan organisasi pemerintah yang berorentasi pada pelayanan publik.
Sedangkan, indikator keefektivan organisasi menurut Gibson, lebih baik jika
digunakan oleh organisasi besar yang memiliki wilayah kerja yang luas dan
struktur organisasi yang kompleks, sehingga peneliti menyimpulkan akan
menggunakan indikator-indikator tersebut, karena relevan dengan keadaan
organisasi perangkat daerah yang akan diteliti yang memiliki kompleksitas
yang tinggi dikarenakan memiliki wilayah kerja yang luas.
Selanjutnya, pendapat yang diungkapkan oleh Tangkilisan hanya menggunakan
satu alat ukur yaitu tujuan, yang menurut peneliti apabila digunakan dalam
penelitian ini maka akan sulit menjawab rumusan masalah penelitian. Sama
halnya dengan pendapat yang diungkapkan oleh Sharma, tiga indikator yang
digunakan sebagai alat ukur keefektivan organisasi, juga tidak bisa digunakan
pada penelitian ini dikarenakan ada beberapa indikator yang kurang relevan
dengan keadaan organisasi perangkat daerah, meskipun indikator yang
diungkapkan sudah mencakup faktor internal dan faktor eksternal organisasi.
Sehingga dengan demikian dalam penelitian ini peneliti menggunakan
indikator yang dikembangkan oleh Siagian untuk mengukur tingkat efektivitas
organisasi dalam meningkatkan pelayanan di sektor organisasi publik seperti
rumah sakit, indikator tersebut antara lain waktu, kecermatan dan gaya
27
pemberian pelayanan ketiga indikator tersebut sangat erat dengan kegiatan
pelayanan di rumah sakit.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas
Menurut Steers (2015:9), ada empat faktor yang mempengaruhi efektivitas
kerja, yaitu:
a. Karakteristik organisasi
Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan teknologi organisasi yang
dapat mempengaruhi segi-segi tertentu dari efektivitas dengan berbagai
cara, yang dimaksud struktur adalah hubungan yang relatif tepat sifatnya,
seperti dijumpai dalam organisasi. Sehubungan dengan susunan sumber
daya manusia, struktur meliputi bagaimana cara organisasi menyusun orang-
orangnya dalam menyelesaikan pekerjaan, sedangkan yang dimaksud
teknologi adalah mekanisme suatu organisasi untuk mengubah masukan
mentah menjadi keluaran (output).
b. Karakteristik lingkungan
Aspek lingkungan luar dan lingkungan dalam juga telah dinyatakan
mempunyai pengaruh terhadap efektivitas kerja, meskipun kedua aspek
tersebut sedikit berbeda, namun saling berhubungan. Lingkungan luar yaitu
semua kekuatan yang timbul di luar batas-batas organisasi dan
mempengaruhi keputusan serta tindakan di dalam organisasi. Pengaruh
faktor semacam ini terhadap dinamika organisasi pada umumnya dianggap
meliputi derajat kestabilan yang relatif dari lingkungan, derajat
kompleksitas lingkungan dan derajat ketidak pastian lingkungan. Sedangkan
lingkungan dalam yang pada umumnya disebut iklim organisasi, meliputi
28
macam-macam atribut lingkungan kerja yang mempunyai hubungan dengan
segi-segi tertentu dari efektivitas, khususnya atribut-atribut yang diukur
pada tingkat individual. Keberhasilan hubungan organisasi dengan
lingkungan tampaknya amat tergantung pada tingkat variabel kunci yaitu
tingkat keterdugaan keadaan lingkungan, ketepatan persepsi atas keadaan
lingkungan dan tingkat rasionalisme organisasi. Ketiga faktor ini
mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi terhadap perubahan
lingkungan.
c. Karakteristik pekerja
Kenyataannya para anggota organisasi merupakan faktor pengaruh yang
paling penting, karena perilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan
memperlancar atau merintangi tercapainya tujuan organisasi. Pekerja
merupakan sumber daya yang langsung berhubungan dengan pengelolaan
semua sumber daya yang ada di dalam organisasi, oleh sebab itu perilaku
pekerja sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi. Pekerja
merupakan modal utama di dalam organisasi yang akan berpengaruh besar
terhadap efektivitas, karena walaupun teknologi yang digunakan merupakan
teknologi yang canggih dan didukung oleh adanya struktur yang baik,
namun tanpa adanya pekerja maka semua itu tidak ada gunanya.
d. Kebijaksanaan dan praktek manajemen
Secara umum, para pemimpin memainkan peranan sentral dalam
keberhasilan suatu organisasi melalui perencanaan, koordinasi dan
memperlancar kegiatan yang ditunjukan ke arah sasaran. Kewajiban mereka
para pemimpin untuk menjamin, bahwa struktur organisasi konsisten dan
29
menguntungkan untuk teknologi dan lingkungan yang ada. Sudah menjadi
tanggung jawab dari para pemimpin untuk menetapkan suatu sistem imbalan
yang pantas, sehingga para pekerja dapat memuaskan kebutuhan dan tujuan
pribadinya sambil mengejar tujuan dan sasaran organisasi. Peranan
pemimpin ini mungkin merupakan fungsi yang paling penting, dengan
makin rumitnya proses teknologi dan makin rumit dan kejamnya keadaan
lingkungan, peranan manajemen dalam mengkoordinasi orang dan proses
demi keberhasilan organisasi tidak hanya bertambah sulit, tapi juga menjadi
semakin penting artinya.
B. Akreditasi Rumah Sakit
1. Pengertian Akreditasi Rumah Sakit
Menurut Permenkes Nomor 34 Tahun 2017 akreditasi rumah sakit adalah
pengakuan terhadap rumah sakit yang diberikan oleh lembaga independen
penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, setelah
dinilai bahwa rumah sakit itu memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang
berlaku untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara
berkesinambungan.
Akreditasi internasional rumah sakit menurut Depkes RI (2009:18) adalah
akreditasi yang diberikan oleh pemerintah dan/atau Badan Akreditasi Rumah
Sakit taraf Internasional yang bersifat Independen yang telah memenuhi
standar dan kriteria yang ditentukan. Menurut Joint Comission International
(JCI) (2011:8), akreditasi adalah proses penilaian organisasi pelayanan
kesehatan dalam hal ini rumah sakit utamanya rumah sakit non pemerintah,
30
oleh lembaga akreditasi internasional berdasarkan standar internasional yang
telah ditetapkan. Akreditasi disusun untuk meningkatkan keamanan dan
kualitas pelayanan kesehatan, akreditasi saat ini mendapat perhatian dari publik
internasional karena merupakan alat pengukuran dan evaluasi kualitas
pelayanan dan manajemen rumah sakit yang efektif.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akreditasi internasional
rumah sakit adalah proses penilaian organisasi kesehatan, oleh lembaga
akreditasi internasional berdasar standar dan kriteria yang ditetapkan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan dan perawatan kesehatan.
2. Akreditasi Nasional Rumah Sakit
Akreditasi rumah sakit baik tingkat nasional maupun internasional sudah diatur
oleh pemerintah melalui undang-undang maupun peraturan tertulis lainnya,
yaitu Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 40
ayat 1 yang menjelaskan bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala menimal 3 (tiga) tahun
sekali, ayat 2 menjelaskan bahwa akreditasi rumah sakit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suatu lembaga independen baik dari
dalam maupun dari luar negeri berdasarkan standar akreditasi yang berlaku.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemerintah
memberikan dukungan sepenuhnya terhadap rumah sakit untuk
mengembangkan kualitas pelayanan kesehatan, dengan demikian diharapkan
setiap organisasi rumah sakit mampu mengembangkan potensi dan kualitas
pelayanan kesehatan dengan semaksimal mungkin. Kementerian Kesehatan
31
berupaya untuk menjaga mutu layanan melalui kegiatan akreditasi rumah sakit
baik rumah sakit pemerintah maupun swasta.
Dasar hukum pelaksanaan akreditasi rumah sakit adalah Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 29 huruf b menyebutkan
bahwa Rumah Sakit wajib memberikan pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan
pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit, kemudian pada Pasal 40
ayat (1) disebutkan bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah
sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali.
Berdasarkan undang-undang tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
akreditasi rumah sakit penting untuk dilakukan dengan alasan agar
mutu/kualitas diintegrasikan dan dibudayakan ke dalam sistem pelayanan di
rumah sakit.
Sebagai salah satu sub sistem dalam pelayanan kesehatan, rumah sakit menjadi
tempat rujukan bagi berbagai unit pelayanan kesehatan dasar. Rumah sakit
merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang jasa dengan ciri-ciri padat
karya, padat modal, padat teknologi, padat masalah dan padat umpatan. Sejalan
dengan lajunya pembangunan nasional maka tuntutan akan mutu pelayanan
kesehatan oleh rumah sakit juga semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan
berbagai kritikan tentang ketidakpuasan terhadap pelayanan rumah sakit.
3. Tujuan Akreditasi Rumah Sakit
Menurut Permenkes Nomor 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit
memiliki tujuan:
32
a. Meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa rumah sakit menitik beratkan
sasarannya pada keselamatan pasien dan mutu pelayanan.
b. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien sehingga staf merasa
puas.
c. Mendengarkan pasien dan keluarga mereka, menghormati hak-hak mereka,
dan melibatkan mereka sebagai mitra dalam proses pelayanan.
d. Menciptakan budaya mau belajar dari laporan insiden keselamatan pasien
e. Membangun kepemimpinan yang mengutamakan kerja sama.
Kepemimpinan ini menetapkan prioritas demi terciptanya kepemimpinan
yang berkelanjutan, untuk meraih kualitas dan keselamatan pasien pada
semua tingkatan.
4. Standar Akreditasi Rumah Sakit
Menurut Permenkes Nomor 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit.
Standar akreditasi rumah sakit terdiri dari beberapa kelompok antara lain:
a. Kelompok Standar Pelayanan Berfokus Pada Pasien
Standar pelayanan kepada pasien yang harus dimiliki oleh rumah sakit
menurut Azwar, (2006:17), adalah sebagai berikut:
1) Pelayanan farmasi harus dilakukan dibawah pengawasan tenaga ahli
farmasi yang baik
2) Rumah sakit harus menyediakan pelayanan laboratorium patologi
anatomi dan patologi klinik
3) Rumah sakit harus menyediakan ruang bedah lengkap dengan
fasilitasnya
33
4) Rumah sakit harus dibangun, dilengkapi dan dipelihara dengan baik
untuk menjamin kesehatan dan keselamatan pasiennya.
Azwar dalam Hidayati (2008:7), menyatakan bahwa mutu atau kualitas
adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan atau sesuai dengan
persyaratan. Standar pelayanan kepada pasien merupakan suatu ketentuan-
ketentuan bagi rumah sakit yang dikeluarkan oleh menteri kesehatan
Republik Indonesia dalam rangka usaha pemerintah untuk menjamin mutu
pelayanan rumah sakit. Berdasarkan penjelasan tersebut maka indikator
standar pelayanan berfokus pada pasien adalah sebagai berikut:
1) Akses Kepelayanan dan Kontinuitas Pelayanan (APK).
2) Hak Pasien dan Keluarga (HPK).
3) Asesmen Pasien (AP).
4) Pelayanan Pasien (PP).
5) Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB).
6) Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO).
7) Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK).
b. Kelompok standar manajemen rumah sakit
Jacobalis (2010:175), yang menyatakan bahwa, masalah utama dari
manajemen rumah sakit saat ini adalah cara rumah sakit dalam mengatasi
kelemahan-kelemahan institusional, antara lain meningkatkan mutu
sumberdaya manusia, menyempurnakan sistem-sistem di rumah sakit dan
menyempurnakan sarana untuk mendukung manusia dan sistem. Menurut
Suparto (2005:46), standar manajemen rumah sakit adalah koordinasi antara
berbagai sumber daya (unsur manajemen) melalui proses perencanaan,
34
pengorganisasian, ada kemampuan pengendalian untuk mencapai tujuan
Rumah Sakit). Hal tersebut sesuai dengan dengan penjelasan dari Duncan,
Truitt, dan Swayne, (2012:18), yang menjelaskan bahwa penerapan standar
manajemen rumah sakit sebagai langkah-langkah para pemimpin organisasi
publik melakukan berbagai kegiatan secara sistematis. Langkah-langkah
tersebut antara lain melakukan analisis lingkungan organisasi yang memberi
gambaran mengenai peluang dan ancaman, kemudian langkah berikutnya
melakukan analisis kekuatan dan kelemahan organisasi dalam konteks
lingkungan internal. Berdasarkan penjelasan tersebut maka indikator standar
manajemen rumah sakit antara lain:
1) Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP).
2) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
3) Tata Kelola, Kepepimpinan dan Pengarahan (TKP).
4) Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK).
5) Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS).
6) Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI).
c. Kelompok sasaran keselamatan pasien rumah sakit
Menurut Hughes dalam Sutanto (2014:9), menyatakan bahwa keselamatan
pasien merupakan pencegahan cedera terhadap pasien, pencegahan cedera
didefinisikan sebagai bebas dari bahaya yang terjadi dengan tidak sengaja
atau dapat dicegah sebagai hasil perawatan medis. Sedangkan praktek
keselamatan pasien diartikan sebagai menurunkan risiko kejadian yang
tidak diinginkan yang berhubungan dengan paparan terhadap lingkup
diagnosis atau kondisi perawatan medis. Komite Keselamatan Pasien
35
Rumah Sakit/ KKP-RS (2008), mendefinisikan bahwa keselamatan (safety)
adalah bebas dari bahaya atau risiko (hazard). Keselamatan pasien (patient
safety) adalah pasien bebas dari harm/cedera yang tidak seharusnya terjadi
atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera
fisik/sosial/psikologis, cacat, kematian dan lain-lain), terkait dengan
pelayanan kesehatan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka indikator dari
keselamatan pasien rumah sakit adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi pasien dengan benar.
2) Mengidentifikasi pasien dengan benar.
3) Meningkatkan keamanan obat-obat yang harus diwaspadai (high alert
medications.
4) Memastikan lokasi pembedahan yang benar prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar.
5) Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
6) Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh.
d. Kelompok Sasaran Sustainable Development Goals
Menurut Ishartono dalam Raharjo (2016:192,) Sustainable Development
Goals (SDGs) memiliki 17 tujuan Global (Global Goals) yaitu:
1) Tidak ada kemiskinan
2) Tidak ada kelaparan
3) Kesehatan dan kesejahteraan yang baik
4) Pendidikan berkualitas
5) Kesetaraan gender
6) Air bersih dan sanitasi
36
7) Energi bersih dan terjangkau
8) Pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan yang layak
9) Industri, inovasi dan infrastruktur
10) Mengurangi kesenjangan
11) Keberlanjutan kota dan komunitas
12) Bertanggung jawab terhadap konsumsi dan produksi
13) Aksi terhadap iklim
14) Kehidupan bawah laut
15) Kehidupan di darat
16) Institusi peradilan yang kuat dan kedamaian
17) Kemitraan untuk mencapai tujuan
Sedangkan tujuan utama SDGs menurut Brodjonegoro (2017:192).
Pertama, mengurangi tingkat kemiskinan. Kedua, menghilangkan
kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta
meningkatkan meningkatkan pertanian berkelanjutan. Ketiga meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja
yang produktif, menyeluruh dan layak untuk semua masyarakat. Keempat,
membangun infratruktur yang tangguh, meningkatkan industri yang inklusif
dan berkelanjutan serta mendorong investasi. Berdasarkan penjelasan di atas
maka indikator SDGs antara lain:
1) Penurunan angka kematian ibu dan bayi dan peningkatan kesehatan ibu
dan bayi.
2) Penurunan angka kesakitan HIV/AIDS.
3) Penurunan angka kesakitan tuberkulosis.
37
4) Pengendalian resistensi antimikroba.
5) Pelayanan geriatri.
5. Peran Pemerintah dalam Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Sebagai
Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kepada Pasien
Menurut KARS (2018:18), akreditasi rumah sakit yang diselenggarakan oleh
pemerintah sejak tahun 2012 menuju standar akreditasi internasional. Standar
akreditasi ini mengacu pada International Principles for Healthcare
Standards, A Framework of requirement for standards, 3rd Edition tahun
2007, Joint Commission International Accreditation Standards for Hospitals
4th Edition tahun 2011, Instrumen akreditasi rumah sakit tahun 2007 dan
dilengkapi dengan muatan lokal berupa program prioritas nasional yang
berupa program Sustainable Development Goals (SDGs) meliputi PONEK,
HIV dan TB DOTS serta standar-standar yang berlaku di Kementerian
Kesehatan RI.
Kebijakan akreditasi rumah sakit di Indonesia telah lama dilaksanakan
sebelum versi tahun 2012. Sejak tahun 1995, yang dimulai hanya 5 (lima)
pelayanan, pada tahun 1998 berkembang menjadi 12 (dua belas) pelayanan
dan pada tahun 2002 menjadi 16 pelayanan. Akreditasi dengan sistem ini
dinilai tidak komprehensif karena rumah sakit dapat memilih akreditasi untuk
5 (lima), 12 (dua belas) atau 16 (enam belas) pelayanan, sehingga standar
mutu rumah sakit dapat berbeda tergantung berapa pelayanan akreditasi yang
diikuti.
38
Akreditasi rumah sakit disempurnakan menjadi lebih baik, komprehensif di
mana standar penilaian tidak berdiri sendiri tetapi mencakup kesinambungan
layanan dari setiap pelayanan yang ada di rumah sakit. Standar akreditasi
tersebut terdiri dari 4 (empat) kelompok yaitu standar berfokus kepada pasien
yang terdiri dari 7 bab, standar manajemen rumah sakit yang terdiri dari 6 bab,
sasaran keselamatan pasien dan sasaran menuju Sustainable Development
Goals (SDGs) yang masing-masing terdiri dari 1 bab. Total bab yang ada
adalah 15 bab yang terdiri dari tiap-tiap elemen penilaian sebagai penentu
kelulusan, tingkat kelulusan terdiri dari tingkat dasar, madya, utama dan
paripurna, (KARS, 2018:21).
Menurut Ayuningtyas (2014:17), kebijakan akreditasi rumah sakit yang
diselenggarakan oleh pemerintah merupakan pengembangan kebijakan yang
berangkat dari kebutuhan akan standar pelayanan yang komprehensif,
sehingga pemerintah membuat formulasi kebijakan baru berdasarkan
rekomendasi dari pelaksanaan kebijakan terdahulu, yang pada dasarnya
dikembangkan dari evaluasi penerapan akreditasi 5 (lima) pelayanan tahun
1995, 12 (dua belas) pelayanan tahun 1998 dan 16 (enam belas) pelayanan
tahun 2002. Evaluasi merupakan mekanisme pengawasan kebijakan, evaluasi
dilakukan jika kebijakan telah dimplementasikan dan menilai sejauh mana
kebijakan tersebut efektif dan mencapai tujuan.
Perubahan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang terus berkembang
menuntut rumah sakit untuk berbenah ke arah yang lebih baik agar mampu
bersaing secara sehat. Kualitas dan mutu layanan berkembang seiring dengan
39
adanya akreditasi yang harus dijalankan rumah sakit. Akreditasi rumah sakit
adalah hal yang wajib dilaksanakan dan diperlukan sebagai cara efektif untuk
mengevaluasi mutu suatu rumah sakit, dengan penetapan standar-standar mutu
pelayanan. Akreditasi merupakan suatu proses di mana suatu lembaga, yang
independen, melakukan penilaian terhadap rumah sakit yang tujuannya adalah
menentukan apakah rumah sakit tersebut memenuhi standar yang dirancang
untuk memperbaiki keselamatan dan mutu pelayanan.
Pemerintah dan pemerintah daerah merupakan pemangku kebijakan yang
dapat mempengaruhi keberhasilan akreditasi di tingkat pusat maupun daerah.
Permenkes Nomor 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit
menegaskan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mendukung,
memotivasi, mendorong dan memperlancar proses pelaksanaan akreditasi
untuk semua rumah sakit dan dapat memberikan bantuan pembiayaan kepada
rumah sakit untuk proses akreditasi. Peran pemerintah untuk mengawal
pelaksanaan suatu kebijakan sangat diharapkan namun tetap harus didukung
oleh semua pihak yang terkait termasuk pimpinan rumah sakit. Komitmen dari
pimpinan dan dukungan dari seluruh SDM yang ada rumah sakit juga
memiliki peran penting dalam mencapai keberhasilan.
6. Pelayanan dan Administrasi Kesehatan
a. Pelayanan Kesehatan
Menurut Hardiyansah (2011:11), mendefinisikan bahwa pelayanan dapat
diartikan sebagai aktivitas yang diberikan untuk membantu, menyiapkan,
dan mengurus baik itu berupa barang atau jasa dari satu pihak ke pihak lain.
40
Pelayanan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu proses
pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh
kehidupan organisasi dalam masyarakat. Proses yang dimaksudkan
dilakukan sehubungan dengan saling memenuhi kebutuhan antara penerima
dan pemberi pelayanan.
Menurut Wijono (2010:35), pelayanan kesehatan atau pemeliharaan
kesehatan diterima dan didefinisikan dalam banyak pengertian. Pelayanan
kesehatan dapat semata-mata dimaksudkan dari aspek teknis medis yang
hanya berhubungan langsung antara pelayanan medis dan pasien saja, atau
kualitas kesehatan dari sudut pandang sosial dan sistem pelayanan kesehatan
secara keseluruhan, termasuk akibat-akibat manajemen administrasi,
keuangan, peralatan dan tenaga kesehatan lainnya. Pelayanan kesehatan
sebenarnya menunjuk kepada penampilan (performance) dari pelayanan
kesehatan secara umum disebutkan bahwa makin sempurna penampilan
pelayanan kesehatan, makin sempurna pula mutunya. Penampilan
merupakan keluaran (output) dari suatu pelayanan kesehatan. Baik atau
tidaknya keluaran (output) dipengaruhi oleh proses (process), masukan
(input) dan lingkungan (environment), (Walgito, 2014:147).
Pelayanan kesehatan bersifat multi dimensi, ditinjau dari pemakai jasa
pelayanan kesehatan health consumer maka menurut Robert dan Prevest
dalam Lupiyoadi (2011:231), pengertian pelayanan lebih terkait pada
ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi
antara petugas dengan pasien, keperihatinan serta keramahtamahan petugas
41
dalam melayani pasien, kerendahan hati dan kesungguhan. Ditinjau dari
penyelenggara pelayanan kesehatan (health provider), maka pelayanan lebih
terkait pada kesesuaian pelayanan yang diselenggarakan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran mutakhir. Pelayanan
kesehatan perlu dilakukan pembatasan yang secara umum dapat disebutkan
bahwa yang dimaksud dengan kualitas pelayanan kesehatan adalah mengacu
pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, pada satu sisi dapat
menimbulkan kepuasan kepada pasien, sedang pada sisi lain prosedurnya
harus sesuai dengan kode etik standar profesi yang ditetapkan, (Azwar,
2007:234).
Pengertian pelayanan kesehatan dalam penelitian ini mengadopsi dari teori
yang dikembangkan oleh Azwar, dapat peneliti simpulkan bahwa pelayanan
kesehatan adalah upaya pemerintah untuk memberikan memberikan
pelayanan kesehatan serta bantuan demi terwujudnya suatu negara yang
sehat dan sejahtera. Salah satu kewenangan wajib pemerintah yaitu
memberikan pelayanan minimal bidang kesehatan yaitu penyelenggaraan
kesehatan dasar. Jenis pelayanan dalam penyelenggaraan kesehatan dasar
adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan kesehatan anak pra
sekolah, pelayanan keluarga berencana, pelayanan imunisasi, pelayanan
pengobatan atau perawatan, pelayanan kesehatan jiwa.
b. Administrasi Kesehatan
Menurut Leonard dalam Handayaningrat (1980:2), administrasi berasal dari
bahasa Belanda, yakni Administratie yang berarti kegiatan catat-mencatat,
42
surat-menyurat, pembukuan ringan, ketik-mengetik, agenda dan sebagainya
yang bersifat teknis ketatausahaan. Administrasi dalam pengertiaan luas
dapat ditinjau dari sudut proses, fungsi, dan dari sudut kepranataan
(institutional). Ditinjau dari sudut proses, administrasi merupakan
keseluruhan proses yang dimulai dari proses pemikiran, perencanaan,
pengaturan, penggerakan, pengawasan sampai dengan proses pencapaian
tujuan.
Ditinjau dari sudut fungsi atau tugas, administrasi berarti keseluruhan
tindak (aktivitas) yang mau atau tidak mau harus dilakukan dengan sadar
oleh seseorang atau sekelompok orang yang kedudukan sebagai
administrator atau manajemen puncak suatu organisasi usaha sedangkan
administrasi dari sudut kepranataan atau institusi, kelompok orang yang
secara tertentu melakukan aktivitas-aktivitas di dalam organisasi.
Menurut Siagian dalam Anggara (2012:21), menyebutkan administrasi
adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang
didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. Berdasarkan pendapat tersebut maka disimpulkan
bahwa administrasi adalah suatu proses kerjasama antara dua orang atau
lebih untuk bisa mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Sementara itu administrasi kesehatan menurut Azwar (2010:120), adalah
suatu proses yang menyangkut perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengawasan, pengkoordinasian, dan penilaian terhadap sumber, tata cara
dan kesanggupan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
43
terhadap kesehatan, perawatan kedokteran serta lingkungan yang sehat
dengan jalan menyediakan dan menyelenggarakan berbagai upaya
kesehatan yang ditujukan kepada perseorangan, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
Selain itu Azwar (2010:122), juga menjelaskan bahwa terdapat banyak
orang yang jika membicarakan administrasi kesehatan, asosiasi hanya pada
kegiatan tata usaha saja, yaitu mencatat dan atau melaporkan jumlah kasus,
jumlah pengeluaran obat atau pekerjaan rutin diloket karcis sebuah balai
pengobatan misalnya. Selanjutnya Azwar (2010:122), mengatakan
seseorang yang melaksanakan administrasi kesehatan berarti melaksanakan
segala fungsi aministrasi yakni perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengawasan, pengorganisasian dan penilaian.
Fungsi administrasi menurut Azwar (2010:136), dibedakan atas 4 macam
yakni:
1) Perencanaan termasuk perencanaan pembiayaan
2) Pengorganisasian, yang didalamnya termasuk penyusunan staff
3) Pelaksanaan, yang didalamnya termasuk pengerahan, pengkoordinasian
4) Penilaian, yakni dalam rangka melihat apakah rencana yang telah
disusun dapat dicapai atau tidak.
Dalam pencapaian tujuan administrasi kesehatan ini melibatkan banyak
pihak, diantaranya pemerintah, rumah sakit, asuransi dan apotik. Namun
dalam administrasi kesehatan ini tidak hanya pelayanan pengobatan tetapi
juga bersifat preventif (pencegahan). Menurut Azwar (2010:139),
44
mengatakan karena keadaan sehat yang ingin dicapai adalah untuk seluruh
masyarakat, dan untuk itu setiap program seyogyanya menerapkan prinsip
ilmu kesehatan masyarakat, maka dalam mebicarakan administrasi
kesehatan tidak boleh pula melepaskan diri dari konsep ilmu kesehatan
masyarakat.
Disebutkan oleh winslow pada tahun 1920 bahwa yang dimaksudkan
dengan ilmu kesehatan masyarakat tersebut adalah suatu ilmu dan
keterampilan untuk mencegah terjangkitnya penyakit, memperpanjang usia
hidup dan memelihara kesehatan fisik, mental serta ketepat gunaan melalui
usaha-usaha masyarakat yang diorganisir dalam bidang kesehatan
lingkungan, pemberantasan penyakit menular, pendidikan dalam
kebersihan perorangan, pengaturan usaha perawatan dan kedokteran untuk
diagnosa dini dan pengobatan pencegahan penyakit, serta mengembangkan
mekanisme sosial yang akan menjamin setiap orang dalam masyarakat
akan capai suatu tingkatan kehidupan yang cukup, demi tercapainya
pemeliharaan kesehatannya. Jadi dalam administrasi kesehatan tidak hanya
melayani pengobatan masyarakat, tetapi banyak hal yang mesti dilakukan
sebagaimana pengertian ilmu kesehatan masyarakat yang tersebut di atas.
Sementara itu fungsi administrasi kesehatan yang berkaitan dengan tujuan
subsistem manajemen kesehatan Azwar (2010:164), tersebut adalah:
1) Perencanaan (planning), suatu kegiatan atau proses penganalisisan,
pemahaman sistem, penyusunan konsep dan kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan demi masa depan yang lebih baik
45
2) Pengorganisasian (organizing), langkah untuk menetapkan,
menggolong-golongkan, dan mengatur berbagai macam kegiatan,
menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang serta pendelegasian
wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai tujuan
organisasi
3) Penggerakan dan pelaksanaan (actuating), usaha untuk menciptakan
iklim kerjasama diantara staf pelaksana program sehingga tujuan
organisasi dapat dicapai secara efektif dan efisien
4) Pengawasan dan pengendalian, (controlling) Proses untuk mengamati
secara terus-menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja
yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat di ketahui bahwa administrasi
kesehatan adalah suatu proses yang menyangkut perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, pengkoordinasian dan
penilaian terhadap sumber, tata cara dan kesanggupan yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhan dan tuntutan akan kesehatan, perawatan, kedokteran
serta lingkungan sehat dengan menyedian dan menyelenggarakan berbagai
upaya kesehatan perorangan, kelompok dan masyarakat.
C. Organisasi dan Manajemen
1. Pengertian Organisasi
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek
seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan
eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi sebagai
46
sarana sosialisasi dan sebagai wadah yang dibuat untuk menampung aspirasi
masyarakat serta untuk mencapai tujuan bersama.
Organisasi menurut Siagian (2008:6), mengemukakan organisasi ialah setiap
bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta
secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah
ditentukan dalam ikatan yang terdapat seorang/beberapa orang yang disebut
atasan dan seorang/sekelompok orang yang disebut bawahan. Organisasi pada
dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah bagi orang-orang untuk
berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terpimpin
dan terkendali dalam memanfaatkan sumber daya, sarana-prasarana, data, dan
lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai
tujuan organisasi.
Manullang (2009:59) mengemukakan perkataan organisasi berasal dari istilah
Yunani organon dan istilah Latin organum yang berarti alat, bagian, anggota,
atau badan. Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk
mencapai suatu tujuan bersama. Menurut Hasibuan (2007:5), mengemukakan,
bahwa organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal dari dua orang atau
lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Orang-orang yang ada
di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus menerus.
Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup akan tetapi,
organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka,
meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi
berpartisipasi secara relatif teratur.
47
Bentuk Organisasi menurut Manullang (2009:61), yaitu:
a. Bentuk organisasi garis
Organisasi garis adalah bentuk organisasi yang tertua dan paling sederhana.
Sering juga disebut organisasi militer karena digunakan pada zaman dahulu
di kalangan militer
b. Bentuk organisasi fungsional
Organisasi fungsional adalah organisasi di mana segelintir pimpinan tidak
mempunyai bawahan yang jelas sebab setiap atasan berwenang memberi
komando kepada setiap bawahan, sepanjang ada hubungannya dengan
fungsi atasan tersebut.
c. Bentuk organisasi garis dan staf
Bentuk organisasi ini pada umumnya dianut oleh organisasi besar, daerah
kerjanya luas dan mempunyai bidang-bidang tugas yang beraneka ragam
serta rumit, serta jumlah pegawainya banyak pada bentuk organisasi garis
dan staf, terdapat satu atau lebih tenaga staf.
d. Bentuk organisasi staf dan fungsional
Bentuk organisasi staf dan fungsional merupakan kombinasi dari bentuk
organisasi fungsional dan bentuk organisasi garis dan staf.
Organisasi baik itu organisasi formal maupun informal dalam melakukan
segala aktivitasnya pastilah terdapat hubungan diantara orangorang yang
melaksanakan aktivitas tersebut. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan,
maka akan semakin kompleks juga hubungan yang terjalin, mengatasi masalah
48
itu, maka dibuatlah struktur organisasi yang menggambarkan hubungan antar
kelompok/bagian.
Sementara itu unsur-unsur organisasi menurut Anggara (2012:29),
menyebutkan:
b. Organisasi, yaitu wadah bagi segenap kegiatan usaha kerja sama
c. Manajemen, yaitu kegiatan menggerakkan sekelompok orang dan
mengerahkan fasilitas kerja. Meliputi perencanaan, pembuatan keputusan,
pembimbingan, pengoordinasian, pengawasan, penyempurnaan dan
perbaikan tata struktur dan tata kerja
d. Komunikasi, yaitu penyampaian berita dan pemindahan buah pikiran dari
seseorang kepada yang lainnya dalam rangka terwujudnya kerjasama
e. Kepegawaian, yaitu pengaturan dan pengurusan pegawai yang diperlukan
f. Keuangan, yaitu pengolahan segi-segi pembiayaan dan
pertanggungjawaban keuangan
g. Perbekalan, yaitu perencanaan, pengadaan dan pengaturan pemakaian
barang-barang keperluan kerja
h. Tata usaha, yaitu penghimpunan, pencatatan, pengolahan, pengiriman dan
penyimpanan berbagai keterangan yang diperlukan
i. Hubungan Masyarakat, yaitu perwujudan hubungan yang baik dan
dukungan dari lingkungan masyarakat terhadap usaha kerjasama.
Setiap organisasi didalamnya terdapat manajemen, sekecil apapun bentuk
organisasi itu tanpa adanya manajemen organisasi tidak akan berjalan
49
sebagaimana yang diharapkan dan tanpa proses manajemen maka tujuan
organisasi akan sulit dicapai.
2. Pengertian Manajemen
Manajemen menjadi hal yang esensial dibutuhkan dalam setiap kerjasama
karena manajemen mampu mengoptimasi dan mengintegrasi setiap usaha-
usaha individual menjadi usaha bersama untuk mencapai tujuan bersama.
Keberhasilan kerjasama organisasional mencapai tujuan secara kuat
dipengaruhi oleh aktivitas manajemen dari organisasi, manajemen pada intinya
upaya untuk mencapai tujuan organisasi yang dilakukan dengan memanfaatkan
atau menggunakan sumber daya dalam organisasi.
Menurut Hasibuan (2007:1), mengemukakan, bahwa manajemen adalah ilmu
dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumbersumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Manajemen dengan penggunaan sumber-sumber menjadi efisien (low
waste) dan pencapaian tujuan menjadi efektif (high attainment) karena
masyarakat tidak lepas dari kerjasama dan kerjasama membutuhkan
manajemen, maka kegiatan masyarakat yang selalu ada pada tiap waktu dalam
banyak kegiatan pencapaian tujuan adalah kegiatan manajemen. Menurut
Siagian (2008:5) mengemukakan, bahwa manajemen dapat didefinisikan dari
dua sudut pandang, yaitu sebagai proses penyelenggaraan berbagai kegiatan
dalam rangka penerapan tujuan dan sebagai kemampuan atau keterampilan
orang yang menduduki jabatan manajerial untuk memperoleh sesuatu hasil
dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.
50
Manajemen pada hakikatnya berfungsi untuk melakukan semua kegiatan-
kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas-
batas kebijaksanaan umum yang telah ditentukan pada tingkat administrasi.
Jelas hal ini tidak berarti bahwa manajemen tidak boleh menentukan tujuan,
akan tetapi tujuan yang ditentukan pada tingkat manajemen hanya boleh
bersifat departemental atau sektoral.
D. Kerangka Pikir
Rumah sakit sebagai institusi layanan kesehatan dituntut untuk dapat memberikan
layanan kesehatan yang merata bagi masyarakat, karena kesehatan merupakan hak
bagi manusia. Rumah sakit menyediakan layanan kesehatan berupa layanan rawat
jalan, layanan rawat inap, serta penunjang medis. Pasien yang memerlukan
perawatan yang intensif diharuskan melakukan rawat inap kemudian pasien
memperoleh ruang rawat inap sesuai dengan kemampuan pasien dan kondisi
kesehatan pasien, namun fakta di lapangan menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda di mana pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit termasuk RSUD
Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel masih jauh dari harapan para
pasien, hal itu bisa dilihat dari beberapa permasalahan antara lain:
1. Minimnya sarana prasarana dan peralatan kesehatan.
2. Pelayanan di bidang pelayanan administrasi dan manajemen, keperawatan,
pelayanan medik, rekam medis dan unit gawat darurat belum sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan oleh KARS.
3. Rumah sakit masih kesulitan dalam menyiapkan sumber daya manusia ketika
pelaksanaan akreditasi berlangsung.
51
4. Tenaga keperawatan dan kebidanan masih banyak yang belum lulus uji
kompetensi yang dibuktikan dengan tidak adanya Surat Tanda Registrasi
(STR) serta kurangnya kegiatan pelatihan untuk para tenaga medis dan non
medis untuk menunjang optimalisasi kegiatan akreditasi rumah sakit.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka RSUD Muaradua Kabupaten OKU
Selatan Provinsi Sumsel harus mempercepat mengatasi masalah tersebut hal itu
dikarenakan akan berdampak besar pada ketercapaian program akreditasi rumah
sakit yang sedang dalam proses pelaksanaan, akreditasi rumah sakit berkaitan
dengan, penilaian kepatuhan terhadap standar-standar yang mencakup seluruh
fungsi dan kegiatan rumah sakit. Menurut Keputusan Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.00.06.3.5.00788 tentang Komisi Gabungan Akreditasi Rumah Sakit
ditentukan bahwa yang berwenang melakukan akreditasi rumah sakit, baik milik
pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, maupun swasta adalah Komisi
Gabungan Akreditasi Rumah Sakit, yaitu suatu tim yang bersifat non-struktural
yang dibentuk berdasarkan keputusan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Standar yang digunakan untuk akreditasi mengacu pada standar yang tertuang
dalam Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit yang disusun oleh Komisi
Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Akreditasi rumah sakit tersebut sekurang-
kurangnya setiap tiga tahun sekali dan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, standar
dalam akreditasi rumah sakit bersifat umum, sehingga wajib diterapkan oleh
semua rumah sakit di Indonesia tanpa memandang kelas dan status
52
kepemilikannya, maka pada prinsipnya semua rumah sakit baik pemerintah
maupun swasta harus diakreditasikan. Tahun 2018 Komisi Akreditasi Rumah
Sakit (KARS) menetapkan standar akreditasi rumah sakit ke dalam 4 (empat)
sasaran yaitu:
1. Sasaran keselamatan pasien, yang meliputi:
a. Mengidentifikasi pasien dengan benar.
b. Meningkatkan komunikasi yang efektif.
c. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai (High Alert
Medications).
d. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar.
e. Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
f. Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh.
3. Standar pelayanan berfokus pasien, yang meliputi:
a. Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan (ARK).
b. Hak Pasien dan Keluarga (HPK).
c. Asesmen Pasien (AP).
d. Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP).
e. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB).
f. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO).
g. Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE).
4. Standar manajemen rumah sakit, yang meliputi:
a. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP).
b. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
53
c. Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS).
d. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK).
e. Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKS).
f. Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM).
5. Program nasional / Sustainable development goals, yang meliputi:
a. Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
b. Menurukan Angka Kesakitan HIV/AIDS.
c. Menurukan Angka Kesakitan TB.
d. Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA).
e. Pelayanan Geriatri.
Keempat program sasaran akreditasi rumah sakit tersebut harus terlaksana secara
efektif sebagai wujud dari pelaksanaan prinsip-prinsip good governance oleh
rumah sakit dengan tujuan kegiatan pelayanan di rumah sakit dapat meningkat
sesuai dengan keinginan masyarakat atau pasien, untuk itu pihak rumah sakit
harus menyelenggarakan kegiatan pelayanan secara efektif sesuai yang di
ungkapkan oleh Siagian (2016:60), yang menjelaskan untuk mengukur efektivitas
kerja dari organisasi yang memberikan pelayanan seperti rumah sakit, ada 3 (tiga)
indikator yang harus dilaksanakan antara lain:
A. Waktu
Waktu yang dimaksudkan adalah ketepatan waktu dan kecepatan waktu dari
pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan
B. Kecermatan
Kecermatan yang dimaksudkan adalah faktor ketelitian dari pemberi
pelayanan kepada pelanggan.
54
C. Gaya pemberian pelayanan
Gaya yang dimaksudkan adalah cara dan kebiasaan pemberi pelayanan dalam
memberikan jasa kepada pelanggan.
Apabila indikator-indikator tersebut mampu dilaksanakan dengan optimal oleh
seluruh pegawai yang terlibat dalam kegiatan pelayanan, maka kepuasan pasien
akan terus mengalami peningkatan. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat
peneliti gambarkan dalam bentuk karangka pikir seperti di bawah ini:
55
Gambar 3. Skema Kerangka Pikir
Keterangan :
Sumber : Olahan Peneliti, 22 April 2019
: Sistematika Berpikir
--------------- : Batas Ruang Lingkup Kajian
Permasalahan Pelayanan Kesehatan di RSUD Muaradua OKU
Selatan:
1. Minimnya sarana prasarana dan peralatan kesehatan.
2. Banyaknya keluhan masyarakat dan rendahnya tingkat kepuasan pasien.
3. Pelayanan di bidang pelayanan administrasi dan manajemen,
keperawatan, pelayanan medik, rekam medis dan instalasi gawat darurat
belum sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh komite akreditasi
4. Rumah sakit masih kesulitan dalam menyiapkan sumber daya manusia
ketika pelaksanaan akreditasi berlangsung.
Akreditasi Rumah Sakit
(SNARS Edisi I, Tahun
2017):
1. Keselamatan Pasien
2. Standar Pelayanan
Kepada Pasien
3. Standar Manajemen
Rumah Sakit
4. Program Nasional SDGs
Efektivitas Program
Akreditasi Terhadap
Kepuasan Pasien Rumah
Sakit
Meningkatnya Kepuasan
Pasien Rumah Sakit
1. Waktu
1. Kecermatan
2. Gaya pemberian pelayanan
Sumber: Siagian (2016:60)
56
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini dapat
dikategorikan sebagai penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan
lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode ilmiah, (Moleong, 2011:6). Lebih lanjut Moleong (2011:11),
mengemukakan bahwa penelitian deskriptif menekankan pada data berupa kata-
kata, gambar, dan bukan angka-angka yang disebabkan oleh adanya penerapan
metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi
kunci terhadap apa yang sudah diteliti.
Penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif digunakan untuk meneliti obyek
dengan cara menuturkan, menafsirkan data yang ada, adapun pelaksanaanya
melalui pengumpulan, penyusunan, analisa dan interpretasi data yang diteliti pada
masa sekarang. Tipe penelitian ini dianggap sangat relevan untuk dipakai karena
menggambarkan keadaan obyek yang ada pada masa sekarang secara kualitatif
berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian. Penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif merupakan penelitian yang berusaha melihat kebenaran-
57
kebenaran atau membenarkan kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran
tersebut, tidak selalu dapat dan cukup didapat dengan melihat sesuatu yang nyata,
akan tetapi kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi
kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi, dan harus
melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata tersebut, (Moleong, 2011:7).
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian menyatakan pokok persoalan apa yang menjadi pusat perhatian
dalam penelitian, hal ini karena suatu penelitian kualitatif tidak dimulai dari
sesuatu yang kosong atau tanpa adanya masalah, baik masalah-maslah yang
bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui kepustakaan ilmiah, (Moleong,
2011:62). Prinsipnya fokus penelitian dimaksudkan untuk dapat membantu
penulis agar dapat melakukan penelitiannya sehingga hanya akan ada beberapa
hal atau beberapan aspek yang dapat diarahkan penulis sesuai dengan tema yang
telah ditentukan sebelumnya.
Fokus penelitian ini adalah:
1. Proses Persiapan akreditasi RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan
Provinsi Sumsel, dengan fokus yaitu:
g. Keselamatan pasien:
1) Mengidentifikasi pasien dengan benar.
2) Meningkatkan komunikasi yang efektif.
3) Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai (High
Alert Medications).
4) Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar.
58
5) Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6) Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh
h. Standar pelayanan kepada Pasien:
1) Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan (ARK).
2) Hak Pasien dan Keluarga (HPK).
3) Asesmen Pasien (AP).
4) Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP).
5) Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB).
6) Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO).
7) Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE).
i. Standar manajemen rumah sakit:
1) Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP).
2) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
3) Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS).
4) Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK).
5) Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKS).
6) Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM).
j. Program nasional/sustainable development goals:
1) Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
2) Menurukan Angka Kesakitan HIV/AIDS.
3) Menurukan Angka Kesakitan TB.
4) Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA).
5) Pelayanan Geriatri.
59
2. Efektivitas akreditasi rumah sakit terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit
Umum Daerah Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel, dengan
fokus yaitu:
a. Waktu.
b. Kecermatan.
c. Gaya pemberian pelayanan.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian menunjukkan pada pengertian tempat atau lokasi sosial
penelitian yang dicirikan oleh adanya unsur yaitu pelaku, tempat, dan kegiatan
yang dapat diobservasi. Berdasarkan penjelasan tersebut maka penelitian ini
mengambil lokasi di Rumah Sakit Umum Daerah Muaradua Kabupaten OKU
Selatan Provinsi Sumsel, dengan alasan sebagai berikut:
1. Lokasi penelitian lebih dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga lebih
efektif dan efesien baik dari waktu maupun biaya operasional penelitian
2. RSUD Muaradua merupakan satu-satunya rumah sakit yang ada di wilayah
Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel sehingga menjadi rujukan utama
masyarakat .
3. Informan mulai dari pihak RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi
Sumsel baik medis maupun non medis, serta pasien yang sudah peneliti tunjuk
telah bersedia memberikan informasi yang akurat dan obyektif.
D. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kulitatif yaitu kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Moleong, 1998:
60
112). Sumber data yang digunakan adalah data hasil penelitian yang didapatkan
melalui dua sumber data primer dan sekunder.
1. Data primer
Data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan mengenakan alat
pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber
informasi yang dicari. Cara pengambilan data primer melalui wawancara,
wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumber data, yaitu direktur, ketua
pelaksana akreditasi, dokter, perawat, tenaga administrasi, pasien rawat inap
dan pasien rawat jalan di RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi
Sumsel, wawancara yang penulis lakukan dengan teknik wawancara
berstruktur. Wawancara berstruktur dengan cara menggunakan panduan
wawancara sehingga informasi yang diperoleh tidak menyimpang dan mampu
menjawab permasalahan peneliti.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang dipergunakan untuk mendukung data
primer yang diperoleh melalu studi pustaka yang berasal dari buku-buku,
penelitian lapangan, maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan objek
penelitian. Berbagai dokumen dihasilkan melalui objek penelitian yang
merupakan data sekunder guna mendukung dan memperkuat data primer. Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal, hasil-hasil
penelitian terdahulu, dokumen-dokumen tentang efektivitas akreditasi RSUD
Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel dan data-data yang
relevan dengan penelitian ini.
61
E. Informan Penelitian
Menurut Moleong (2011:6), penelitian kualitatif pada umumnya mengambil
jumlah informan yang lebih kecil dibandingkan dengan bentuk penelitian lainnya.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu atau perorangan. Untuk
memperoleh informasi yang diharapkan, peneliti terlebih dahulu menentukan
informan yang akan dimintai informasi, pada penelitian kualitatif tidak ada
informan acak tetapi bertujuan (purposive). Informan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. dr. Meri Astuti. Direktur RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi
Sumsel
2. dr. Agus Arif Wijaya, Sp.PD. Ketua Pelaksana Program Akreditasi RSUD
Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel
3. dr. Yuliana Flavia. Dokter RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi
Sumsel
4. Yuliani Indah Lestari, S.Kep, Ns. Perawat RSUD Muaradua Kabupaten OKU
Selatan Provinsi Sumsel
5. Atika Wulandari, SKM. Tenaga Administrasi RSUD Muaradua Kabupaten
OKU Selatan Provinsi Sumsel
6. Ibu Titin. Pasien Rawat Inap RSUD Muaradua OKU Selatan Provinsi Sumsel
7. Bapak Hardianto. Pasien Rawat Jalan RSUD Muaradua Kabupaten OKU
Selatan Provinsi Sumsel
Alasan penentuan informan dari berbagai elemen tersebut didasarkan pada adanya
pengetahuan/pengalaman para informan terkait dengan pembahasan tesis tentang
efektifitas akreditasi rumah sakit umum daerah, selain itu adanya informasi atau
62
data dari para informan dan kesediaan informan untuk memberikan informasi
kepada peneliti.
F. Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti harus memasang strategi dalam persiapan mengumpulkan
data-data lapangan yang diteliti, pemilihan tempat yang tepat sasaran adalah
strategi yang tepat untuk menjaring banyak informan dan informasi. Keakraban
juga sangat diutamakan untuk menciptakan suasana yang tidak terlalu formal
kemudian menggunakan kaidah-kaidah penelitian yang benar dan tanpa
mengundang rasa ketidak nyamanan bagi informan. Menurut Moleong (2011:83),
teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif terdiri dari:
1. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam merupakan percakapan yang dilakukan oleh dua pihak,
dengan maksud tertentu, dengan cara pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2014: 186). Metode ini digunakan
untuk mengetahui bagaimana efektivitas akreditasi RSUD Muaradua
Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel. Dalam penelitian ini wawancara
dilakukan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara
dan informan, menggunakan alat pengumpulan data yang berupa pedoman
wawancara yaitu instrumen yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan secara langsung kepada informan.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan mulai tanggal 4 sampai 10 Januari
2019 kepada pihak RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel
63
dan dilanjutkan pada tanggal 15 Januari kepada pasien rawat inap dan rawat
jalan di RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel. Sebelum
bertemu dengan informan yang peneliti inginkan peneliti mengajukan surat
permohonan izin penelitian terlebih dahulu yang dibuat oleh Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan
Universitas Lampung yang ditujukan ke Direktur RSUD Muaradua Kabupaten
OKU Selatan Provinsi Sumsel.
Pengajuan surat izin penelitian peneliti ajukan ke Direktur RSUD Muaradua
Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel yang diterima oleh Bagian Umum
pada tanggal 17 Desember 2018 dan didisposisikan langsung oleh Kepala
Bagian Umum RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel,
setelah itu peneliti diizinkan untuk bertemu informan mulai tanggal 4 Januari
2019 bertemu dengan dr. Meri Astuti Direktur RSUD Muaradua dan Yuliani
Indah Lestari, S.Kep, Ns selaku Perawat, kemudian tanggal 7 Januari 2019
peneliti bertemu dengan dr. Agus Arif Wijaya, Sp.PD Ketua Pelaksana
Program Akreditasi RSUD Muaradua dan dr. Yuliana Flavia Dokter yang
bertugas di RSUD Muaradua, kemudian pada tanggal 10 Januari 2019 peneliti
bertemu dengan Atika Wulandari, SKM selaku Tenaga Administrasi RSUD
Muaradua. Terakhir pada tanggal 15 Januari 2019 peneliti langsung bertemu
dengan pasien rawat jalan dan rawat inap Rawat Inap RSUD Muaradua
Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel.
Dalam proses pelaksanaan wawancara banyak hambatan yang peneliti hadapi
yaitu ketidakpastian waktu informan untuk bertemu dengan peneliti serta
64
lamanya respon dari informan kepada peneliti, hal itu terlihat dari 3 sampai 4
kali peneliti datang ke lokasi penelitian untuk menindak lanjuti surat izin
penelitian yang peneliti sampaikan, serta lambatnya informasi yang peneliti
peroleh membuat peneliti kesulitan dalam pengolahan data penelitian.
2. Observasi
Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti (Usman dan Akbar, 2014:52). Dalam teknik
observasi ini, peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi
penelitian dan mencatat secara sistematis gejala ataupun fenomena yang
ditemui dan diselidiki, baik itu berupa sikap, perilaku, maupun kegiatan yang
dilakukan oleh para aparatur yang ada di RSUD Muaradua Kabupaten OKU
Selatan Provinsi Sumsel. Dengan pengamatan langsung ini, peneliti
memperoleh keterangan-keterangan ataupun informasi yang sangat mendukung
permasalahan penelitian, teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
jalan mengamati terhadap fenomena yang diteliti, melalui teknik ini diharapkan
akan mendapatkan gambaran yang lebih lengkap dan menyeluruh mengenai
obyek yang diamati, karena peneliti dalam hal ini akan mengadakan
pengamatan langsung. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan observasi non partisipan karena pengumpulan data melalui
observasi terhadap objek pengamatan dengan tidak terlibat dalam aktivitas
kehidupan objek pengamatan, peneliti hanya sebagai pengamat independen
(Sugiyono, 2013: 145).
65
Observasi dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara mendalam
tentang proses persiapan akreditasi RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan
Provinsi Sumsel serta efektivitas akreditasi rumah sakit terhadap mutu
pelayanan RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel.
Observasi dalam penelitian ini dilakukan selama beberapa hari yaitu mulai dari
tanggal 4 sampai dengan tanggal 20 Januari 2019. Hasil observasi di RSUD
Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel tersebut diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Observasi Penelitian
Indikator Hasil Observasi
Keselamatan Pasien
Mengidentifikasi pasien
dengan benar
Masih ada beberapa kesalahan yang dilakukan oleh
perawat dan pegawai rekam medis dalam identifikasi
pasien, selama kurun waktu tiga bulan yaitu bulan
september sampai dengan november 2018 yang
dilihat dari:
1. Perawat lupa untuk mencatat nama/nomor yang
tertera di gelang dan nama/nomor yang tertera di
media lain
2. Perawat tidak segera melaporkan hal tersebut
kepada Kepala Unit/Kepala Ruangan/Penanggung
Jawab tim/shift jika terdapat perbedaan signifikan
(perbedaan nomor rekam medis, perbedaan nama,
bukan perbedaan suku kata/huruf)
Meningkatkan komunikasi
yang efektif
Komunikasi yang terjadi antara pegawai baik itu
dokter, perawat dan tenaga administrasi dengan
pasien dan keluarga pasien sudah berjalan efektif.
Hal itu terbukti ketika dokter berusaha menjelaskan
hasil diagnosa kepada pasien dengan sabar dan
menggunakan bahasa yang sederhana, dokter juga
memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga
pasien untuk bertanya, selaras dengan itu perawat
juga selalu berusaha menanyakan keadaan pasien
lebih dalam, komunikasi yang dilakukan oleh tenaga
administrasi juga cukup baik, karena dalam
memberikan pelayanan tenaga adminitrasi selalu
melayani dengan ramah berusaha menghargai pasien
sehingga hal tersebut berdampak positif kepada
pasien, karena lebih mudah memahami intruksi atau
arahan dari tenaga administrasi
Meningkatkan keamanan
obat-obatan yang harus
diwaspadai (High Alert
Pegawai bagian farmasi sudah melakukan upaya
umtuk meningkatkan kewaspadaan pada obat-obatan
yang perlu diwaspadai dengan cara membuat rak
66
Medications) khusus, sehingga lebih berhati-hati dalam
penggunaan obat-obatan tersebut
Memastikan lokasi
pembedahan yang benar,
prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien
yang benar
Tim pembedahan yang terdiri dari dokter bedah,
asisten dokter dan pihak yang diberikan
pendelegasian (perawat bedah) sudah tepat dalam
menentukan lokasi pembedahan, karena tim bedah
melibatkan pasien dan membuat satu tanda yang
mudah dikenali, tanda yang digunakan selalu
konsisten oleh rumah sakit, hal itu dilakukan agar
kegiatan pembedahan tidak salah, tim bedah selalu
mengikuti prosedur yang benar hanya melakukan
kegiatan pembedahan sesuai dengan hasil diagnoasa
dan ketepatan pasien yaitu pasien diharuskan
melewati check in, sign in, time out, sign out dan
check out sebelum dimulainya kegiatan pembedahan,
hal tersebut dilakukan agar keselamatan pasien tetap
terjaga dengan baik serta mengurangi adanya
kesalahan setelah kegiatan pembedahan selesai
Mengurangi risiko infeksi
terkait pelayanan kesehatan
RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi
Sumsel belum memiliki program pencegahan dan
pengendalian infeksi kepada pasien ataupun keluarga
pasien yang membesuk di rumah sakit
Mengurangi risiko cedera
pasien akibat terjatuh
Jumlah pasien yang jatuh pada tahun 2018 masih
relatif tinggi, ada beberapa faktor penyebab pasien
terjatuh dikarenakan pengaruh obat-obatan,
penglihatan pasien yang buruk atau tidak jelas,
perubahan situasi mental pasien, lantai licin, terlalu
banyak furniture di rumah sakit, medan tidak merata,
hidrasi yang kurang dan mobilisasi
Standar Pelayanan Kepada Pasien
Akses ke Rumah Sakit dan
Kontinuitas Pelayanan
(ARK)
ARK sudah mampu dijalankan dengan baik, hal itu
dirasakan langsung oleh pasien ketika mereka
mendapatkan pelayanan. Rumah sakit sudah sangat
memperhatikan proses pelayanan mulai dari
pendaftaran, penerimaan pasien dari IGD ke rawat
inap, penahanan pasien untuk observasi,
kesinambungan pelayanan, pemulangan dari rumah
sakit (discharge) dan tindak lanjut, hingga pada
proses rujukan pasien rumah sakit sudah
menyediakan tiga unit ambulan dan perawat atau
bidan pendamping untuk mendampingi pasien. Selain
itu juga dokter mempertimbangkan kebutuhan klinis
pasien dan memberi tahu pasien jika terjadi
penundaan dan kelambatan dan penundaan
pelaksanaan tindakan / pengobatan dan atau
pemeriksaan penunjang diagnostik
Hak Pasien dan Keluarga
(HPK)
Rumah Sakit belum sepenuhnya memenuhi hak
pasien dan keluarga hal itu terlihat dari petugas
rumah sakit tidak menginformasikan hak pasien
ketika diberikan pelayanana kesehatan, petugas
Rumah Sakit tidak melibatkan keluarga pasien dalam
mengambil tindakan, serta selama tahun 2018 rumah
67
sakit kurang memberikan pelatihan atau diklat
kepada pegawai Rumah Sakit sehingga pegawai
Rumah Sakit masih sangat kurang memperhatikan
hak dan kewajiban pasien
Asesmen Pasien (AP) Asesmen pasien dinilai masih kurang tepat hal itu
dikarenakan perawat tidak secara lengkap dalam
mengumpulkan informasi pasien mulai dari keadaan
fisik, psikologis, sosial, kultur, spiritual dan riwayat
kesehatan pasien, perawat juga tidak melakukan
analisis akan informasi dan data termasuk hasil
laboratorium dan radiologi diagnostik imajing untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan
pasien serta rencana pelayanan untuk memenuhi
kebutuhan pasien di buat seadanya
Pelayanan dan Asuhan
Pasien (PAP)
Rumah sakit belum mampu memberikan kualitas
asuhan yang sama pada pasien dengan masalah
kesehatan yang sama, hal itu terlihat pada pasien
rawat inap bagian kebidanan. Diskriminasi pelayanan
yang terjadi bukan diakibatkan oleh faktor ekonomi
antara pasien umum atau BPJS, melainkan faktor
kekeluargaan karena pasien yang ada ikatan keluarga
dengan dokter dan bidan yang bertugas akan jauh
lebih diperhatikan dibandingkan dengan pasien
lainnya
Pelayanan Anestesi dan
Bedah (PAB)
Pelayanan anestasi dan bedah yang dilakukan oleh
petugas kesehatan rumah sakit masih berjalan kurang
maksimal hal itu terlihat dari program mutu dan
keselamatan pasien belum dilakukan secara
menyeluruh dan lengkap, petugas kesehatan anestasi
tidak melakukan monitoring secara
berkesinambungan bagi pasien yang masih berstatus
fisiologis, kurang melakukan monitoring dan evaluasi
kepada pasien pasca pemulihan anestasi dan sedasi
dalam
Pelayanan Kefarmasian dan
Penggunaan Obat (PKPO)
PKPO sudah dijalankan dengan baik, hal itu terlihat
dari tenaga kefarmasian rumah sakit sudah
memahami tugas dan fungsi yang harus dilaksanakan
sebagai seorang apoteker, selalu melakukan seleksi
dan pengadaan obat-obatan dengan benar,
implementasi proses penyimpanan obat yang tepat
agar kondisi obat tetap stabil, termasuk obat yang
disimpan di luar instalasi farmasi,
peresepan/permintaan obat dan instruksi pengobatan
dilaksanakan oleh staf medis yang kompeten serta
berwenang, pelaksana apoteker melakukan
rekonsiliasi obat pada saat pasien masuk, pindah unit
pelayanan, dan sebelum pulang serta selalu
melakukan pemantauan efek samping obat
Manajemen Komunikasi
dan Edukasi (MKE)
Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga
pasien masih di rasa sangat kurang, dikarenakan
pasien hanya diberikan edukasi hanya tentang
penggunaan obat-obatan secara efektif, aman serta
68
potensi efek samping obat dan cara cuci tangan yang
aman dan benar sedangkan edukasi keamanan dan
efektivitas peralatan medis, teknik rehabilitasi dan
pemberian nutrisi yang memadai dan aman tidak
diberikan
Standar Manajemen Rumah Sakit
Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien
(PMKP)
PMKP sudah dilaksanakan namun belum
menunjukkan optimalisasi hal itu terlihat dari
komite/tim peningkatan mutu dan keselamatan pasien
memfasilitasi secara penuh pemilihan prioritas
pengukuran klinis yang akan dievaluasi, akan tetapi
kurang melakukan koordinasi dan integrasi kegiatan
pengukuran mutu selain itu komite/tim jarang
melakukan supervisi terhadap progres pengumpulan
data sesuai dengan yang sudah direncanakan
Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI)
Program PPI yang dilaksanakan oleh rumah sakit
ternyata masih kurang maksimal, selama ini rumah
sakit hanya melakukan strategi PPI melalui sterilisasi
alat-alat medis, seterilisasi penyedian makanan dan
sosialisasi untuk selalu menjaga kebersihan tangan,
sedangkan strategi untuk selalu melakukan
superveilans risiko infeksi, investigasi wabah,
peningkatan pengawasan, asesmen berkalan kepada
pasien, serta pengelolaan limbah tidak dilakukan
dengan optimal, sehingga hal tersebut berdampak
pada meningkatnya pasien yang terindikasi infeksi.
Tata Kelola Rumah Sakit
(TKRS)
Secara hirarki organisasi RSUD Muaradua
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi
Sumatera Selatan sudah baik dan sesuai dengan
regulasi, namun dari segi pengisian jabatan kepala
ruangan masih diisi oleh orang-orang yang tidak
sesuai dengan kemampuan atau kompetensi
Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan (MFK)
MFK yang dilaksanakan masih kurang optimal,
dikarenakan program MFK yang dilaksanakan hanya
penyediaan fasilitas fisik dan menciptakan
lingkungan yang aman bagi pasien
Kompetensi dan
Kewenangan Staf (KKS)
Sudah melakukan orientasi pada staf baru, staf
diberikan pendidikan dan pelatihan, pimpinan sudah
memberikan kewenangan klinis staf medis,
monitoring dan evaluasi berkelanjutan anggota staf
medis. Namun belum melaksanakan pemutakhiran
staf
Manajemen Informasi dan
Rekam Medis (MIRM)
Rumah sakit belum memiliki Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) hal itu terlihat
ketika pasien rawat inap akan melakukan pendaftaran
serta fasilitas dan tempat perawatan yang dicari
secara manual
Program Nasional/Sustainable Development Goals
Menurunkan Angka
Kematian Ibu dan Bayi
AKI di Kabupaten OKU Selatan mulai dari tahun
2012 sampai dengan 2018 angkanya relatif cukup
tinggi dan relatif mengalami kenaikan. Padahal bila
69
dibandingkan dengan target pencapain SDGs untuk
Indonesia pada tahun 2018, AKI sebesar 102 per
100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi
(AKB) hanya turun sedikit dari pencapaian tahun
2018, yaitu dari 34 per 1.000 kelahiran hidup menjadi
32 per 1.000 kelahiran hidup
Menurukan Angka
Kesakitan HIV/AIDS
Program penurunan Angka Kesakitan HIV/AIDS
yang dilakukan oleh RSUD Muaradua Kabupaten
OKU Selatan Provinsi Sumsel masih belum
maksimal dilaksanakan hal itu terjadi dikarenakan
pimpinan rumah sakit tidak ikut dalam berpartisipasi
dalam menetapkan keseluruhan proses/mekanisme
dalam pelayanan penanggulangan HIV/AIDS
termasuk pelaporannya, selama ini pimpinan selalu
mendelegasikan atau menyerahkan hal tersebut
kepada bawahannya, belum berfungsinya tim
HIV/AIDS yang ada di rumah sakit, belum adanya
kegiatan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan
teknis Tim HIV/AIDS sesuai standar serta belum
optimalnya pelayanan VCT, ART, PMTCT, IO,
ODHA.
Menurukan Angka
Kesakitan Tubekulosis
(TB)
Data penderita TB di RSUD Muaradua Kabupaten
OKU Selatan Provinsi Sumsel dalam kurun waktu
tiga tahun terakhir menunjukkan adanya peningkatan
Pengendalian Resistensi
Antimikroba (PPRA)
PPRA yang dilakukan belum mampu menurunkan
resistensi antimikroba, hal terjadi dikarenakan
penggunaan antimikroba yang tidak bijak dan
bertanggung jawab serta penyebaran mikroba resisten
dari pasien ke lingkungannya karena tidak
dilaksanakannya praktik pengendalian dan
pencegahan infeksi dengan baik
Pelayanan Geriatri Pelayanan untuk pasien geriatri masih belum optimal,
hal itu terlihat dari selama ini RSUD Muaradua
Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel hanya
menyiapkan ruang rawat inap bagi pasien geriatri,
sedangkan ruang poliklinik dan ruang rehabilitas
pasien geriatri sampai saat ini tidak ada, selain itu
tenaga psikiater sampai saat ini belum dimiliki oleh
rumah sakit sehingga hanya mengandalkan dokter
dan perawat dalam mengoptimalkan pelayanan
kepada pasien geriatric Sumber: Data Primer Tahun 2019
3. Dokumentasi
Dokumentasi pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan peneliti (Usman dan Akbar, 2014: 69). Data
dokumentasi dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan mempelajari
70
literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian, maupun jurnal, artikel dan
laporan-laporan penelitian yang sudah ada sehingga menunjang dalam
pelaksanaan penelitian ini. Peneliti juga mendapatkan data-data dari media
massa, serta data lainnya dari sumber internet yang juga berkaitan dengan
kajian penelitian.
Berdasarkan penjelasan tersebut dokumentasi yang diperoleh dalam penelitian
ini adalah data foto-foto kegiatan medis maupun non medis yang dilakukan
oleh pegawai RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel, foto
alur pelayanan kesehatan untuk pasien serta foto sarana dan prasarana yang ada
di RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel, data
kepegawaian, data struktur organisasi, data penularan infeksi Tahun 2018, data
terkait risiko pasien cedera akibat terjatuh Tahun 2018, data hasil indikator
peningkatan mutu RSUD Muaradua Tahun 2018, grafik angka kematian ibu di
Kabupaten OKU Selatan, grafik Angka Kematian Bayi Kabupaten OKU
Selatan, grafik penyebab Kematian Bayi Kabupaten OKU Selatan, grafik
jumlah penderita tuberkulosis Kabupaten OKU Selatan serta jumlah pasien
rawat inap RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel.
Data dokumentasi yang peneliti inginkan dari RSUD Muaradua Kabupaten
OKU Selatan Provinsi Sumsel rata-rata terpenuhi, namun data tentang
anggaran pelaksanaan akreditasi yang ada di RSUD Muaradua sulit peneliti
dapatkan, hal itu dikarenakan adanya ketidakpercayaan RSUD Muaradua
kepada peneliti.
71
G. Teknik Analisis Data
Setelah mendapatkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka langkah
selanjutnya adalah mengolah data yang terkumpul dengan menganalisis data.
Analisis data kualitatif menurut Moleong (2011:248), adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan dengan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Proses
analisis data dilakukan dengan tahapan, sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan 7 informan di RSUD
Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel dituangkan ke dalam
bentuk laporan selanjutnya direduksi, dirangkum, difokuskan pada hal-hal
penting. Dicari tema dan polanya disusun secara sistematis. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap reduksi data adalah memilih dan merangkum data dari
hasil wawancara dan dokumentasi yang sesuai dengan fokus penelitian ini.
2. Penyajian data (display data)
Untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari
penelitian harus diusahakan membuat bermacam matriks, grafik, jaringan, dan
bagian atau bisa pula dalam bentuk naratif saja. Kegiatan dilakukan pada tahap
display data adalah menyajikan data secara naratif, yaitu menceritakan hasil
wawancara ke dalam bentuk kalimat dan disajikan pada pembahasan
3. Mengambil kesimpulan atau verifikasi data
72
Pengumpulan
Data Penyajian Data
Peneliti berusahan mencari arti, pola, tema, yang penjelasan alur sebab akibat,
dan sebagainya. Kesimpulan harus senantiasa diuji selama penelitian
berlangsung, dalam hal ini dengan cara penambahan data baru. Kegiatan yang
penulis lakukan pada tahap verifikasi data adalah membuat kesimpulan
berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, (Moleong, 2011:249).
Berikut gambar teknik analisis data:
Gambar 4. Teknik Analisis Data
Sumber: Sugiyono (2005:56)
H. Keabsahan Data
Penelitian kualitatif standard tersebut dinamakan keabsahan data menurut
Guba dan Lincoln dalam Moleong (2011:182), mengemukakan bahwa untuk
menetapkan keabsahan data kualitatif tersebut diperlukan teknik pemeriksaan
berupa:
1. Derajat kepercayaan yang fungsinya untuk melaksanakan penyelidikan,
sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan
menunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan
Reduksi Data
Verifikasi Data
73
pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang diteliti, derajat
kepercayaan dapat dicapai lewat ketekunan pengamatan, perpanjangan
partisipasi, melakukan triangulasi, memperbanyak referensi dan mengkaji
kasus negatif
2. Keteralihan merupakan validitas eksternal didasarkan pada konteks empiris
setting penelitian, yaitu tentang yang diterima peneliti dan yang cermat, rinci,
tebal atau mendalam serta adanya kesamaan konteks antara pengirim dan
penerima
3. Kepastian yaitu objektivitas yang berdasarkan pada tradisi penelitian kualitatif,
derajat ini juga dapat dicapai melalui pemeriksaan (audit) yang cermat
terhadap seluruh komponen dan proses penelitian serta hasil penelitian.
74
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan.
RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel, beralamatkan di
Jalan Raya Ranau Kecamatan Buay Rawan Kabupaten OKU Selatan Kode Pos
32211. Kode Registrasi Rumah Sakit: 16.08.15, Kepemilikan Kabupaten OKU
Selatan dengan Luas Tanah ± 3 hektar, tahun mulai dibangunnya RSUD
Muaradua pada tahun 2007, mulai dioperasionalkan pada tahun 2009.
Gambar 5. RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel
Sumber: Data Primer Tahun 2019
Nama-nama Direktur yang pernah memimpin :
a. Dr. Yoanda Falia Chori 2009
b. Dr. Heri Madles Safa’at,M.Si 2009 – September 2014
75
c. Dr. Hj. Rieka Kamelya September 2014-Desember 2014
d. Dr. Meri Astuti Desember 2014 sampai dengan Sekarang
B. Struktur Organisasi RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi
Sumsel
Berdasarkan Perda no. 30 Tahun 2009 Susunan Organisasi RSUD Muaradua
Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel sebagai berikut :
1. Direktur
2. Sub. Bagian Tata Usaha meliputi:
Sub. Bagian Umum
Sub. Bagian Perlengkapan
Sub. Bagian Kepegawaian
Sub. Bagian Perencanaan
Sub. Bagian Keuangan (Penerimaan, Pengeluaran, Gaji)
3. Kasi Pelayanan Medik dan Keperawatan
Pelayanan Medik Meliputi:
IGD
Gizi
Farmasi
Laboratorium
Radiologi
Fisioterapi
UTDRS
Pelayanan Keperawatan meliputi:
IRNA Umum
IRNA OBGYN
NEONATUS
4. Penunjang Lain
Karcis
Rekam Medis
Satpam
Sopir
76
Tabel 5. Data Kepegawaian RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan
No Profesi Strata Jumlah
1 Dokter Spesialis Penyakit Dalam S-2 4
2 Dokter Spesialis Anak S-2 2
3 Dokter Sesialis Mata S-2 1
4 Dokter Spesialis Kandungan S-2 1
5 PPDS Bedah S-2 2
6 PPDS Penyakit Dalam S-2 1
7 Dokter Umum S-1 9
8 Dokter Gigi S-1 1
9
Apoteker
Asisten Apoteker
Sarjana Farmasi
S-1
D-3/S.AA
S-1
6
3
2
10 NERS
Sarjana Keperawatan
S-1
S-1
15
12
11 Kes Mas (SKM) S-1 14
12 Perawat DIII 31
13 Bidan DIII
DI
27
1
14 Fisika Medik
Radiografer (Radiologi)
S-1
DIII
2
7
15 Analisa Kesehatan DIII 4
16 Gizi DIII 4
17 Perawat Gigi
SPRG
DIII
SMA
4
2
18 Teknik Gigi DIII 1
19
Farmasi
Analis Farmasi
SMF
DIII
DIII
SMF
3
1
1
20 Fisioterafi DIII 6
21 Penata Anastesi 5
22 Kesling DIII
SPPH
1
1
23 Psikologi S-1 2
24 Satpam (Non PNS) SMA 6
25 Cleaning Servis SMP 20
Total 202 Sumber: RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Tahun 2019
77
DIREKTUR
KASI
PERAWATAN
KASUBBAG TU
MED.REC
Gambar 6. Struktur Organisasi RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan
IRNA
KASI
PELAYANAN MEDIK
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
LAB FARMASI RADIOLOGI FISIOTERAPI POLI
IGD ICU OK UTDRS AMBULAN GIZI NEONATUS OBGYN UMUM
Sumber: RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Tahun 2019
78
C. Tugas Pokok Dan Fungsi RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan
Tugas dan fungsi RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan mempunyai tugas
melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan perorangan yang
dilaksanakan secara integral dan terpadu. Untuk melaksanakan tugas RSUD
Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel mempunyai fungsi:
a. Melaksanakan Pelayanan Medik Dasar
b. Menyelenggarakan Pelayanan Medik Gigi dan Mulut
c. Menyelenggarakan Pelayanan Gawat Darurat
d. Menyelenggarakan Pelayanan Medik Spesialis Dasar
e. Menyelenggarakan Pelayanan Medik Spesialis Mata
f. Menyelenggarakan Pelayanan Penunjang Medik
g. Meneyelnggarakan Pelayanan Rujukan
h. Menyelenggarakan Administrasi Umum dan Keuangan.
Stuktur organisasi RSUD yang merupakan penjabaran terhadap tugas pokok dan
fungsinya adalah sebagai berikut:
a. Direktur
Tugas Pokok:
Memimpin, menyusun kebijakan, membina, mengkoordinasikan dan
mengawasi pelaksanaan program dan kegiatan di Rumah Sakit Umum
Daerah Muaradua sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Fungsi:
1) Penyusunan rencana strategis Rumah Sakit Umum Daerah Muaradua
79
2) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan di Rumah
Sakit
3) Umum Daerah Muaradua
4) Koordinasi antar instansi terkait agar pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi
5) Rumah Sakit Umum Daerah Muaradua berjalan dengan baik.
6) Merumuskan bahan kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis serta
Administrasi dalam Rumah Sakit
7) Menetapkan Kebijakan Rumah Sakit sesuai dengan kewenanganya
8) Merndistribusikan tugas dan member petunjuk kepada bawahan sesuai
dengan tugasnya
9) Mengevaluasi, memeriksa dan menyempurnakan hasil kerja
bawahanya
10) Menetapkan, menyelenggarakan dan mengawasi standar minimal
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Tugas Pokok :
1) Mengelola urusan rumah tangga dan ketatausahaan yang meliputi
persuratan, tata kearsipan, perjalanan dinas dan keprotokolan,
perpustakaan serta perlengkapan kantor
2) Menyusun rencana kebutuhan, pengelolaan, pengadaan dan
pemeliharaan peralatan kantor, kendaraan operasional, ambulan dan
barang inventaris lainnya
80
3) Menyelenggarakan urusan kebersihan kantor, keamanan dan ketertiban
4) Menyusun dan memelihara data perencanaan serta pengembangan
pegawai
5) Menyiapkan bahan dan memproses administrasi pengangkatan,
kenaikan pangkat, penempatan dalam jabatan, hukuman jabatan,
pemberhentian, pemindahan, cuti, pensiun, kenaikan gaji berkala,
pemberian tanda jasa serta kegiatan lain yang berhubungan dengan
hak, kewajiban dan kesejahteraan pegawai
6) Melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja serta disiplin pegawai
7) Menyediakan fasilitas penyelenggaraan peningkatan sumber daya
manusia dan pemantauan kegiatan profesi, penataran, bimbingan
teknis, pelatihan, penelitian dan pengembangan
8) Melaksanakan pembukuan dan pencatatan keuangan
9) Mengelola gaji pegawai, dana operasional dan perbendaharaan
10) Mengelola dan menggerakkan dana yang diperoleh dari pelayanan
fungsional
11) Menyiapkan bahan koordinasi atau kerjasama dengan instansi/
lembaga lain
12) Mengembangkan promosi, membangun image pelayanan kesehatan
serta melaksanakan sosialisasi program pelayanan
13) Mengembangkan fungsi dan penampilan/ performa petugas layanan
informasi (front desk)
81
14) Melaksanakan tugas kehumasan dan penanganan permasalahan
sengketa hukum
15) Menerima dan memproses keluhan, komplain dan penyelesaian
pengaduan masyarakat/ pasien
16) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh direktur.
c. Kasi Pelayanan Medik
Tugas Pokok:
1) Mengkoordinasikan kebutuhan tenaga, prasarana dan sarana pelayanan
medis pada instalasi rawat darurat, instalasi rawat inap, instalasi rawat
jalan, instalas perawatan intensif, instalasi bedah sentral, instalasi
farmasi, laboratorium dan radiologi
2) Melaksanakan pengendalian dan pengawasan serta evaluasi terhadap
penggunaan dan kelayakan pakai fasilitas pelayanan medis di intalasi
rawat darurat, instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan, instalasi
perawatan intensif, instalasi bedah sentral, instalasi farmasi,
laboratorium dan radiologi
3) Melaksanakan koordinasi dengan komite medis dalam hal pembinaan
dan bimbingan etika dan mutu tenaga medis
4) Melaksanakan penilaian terhadap sumber daya di instalasi rawat
darurat, instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan, instalasi perawatan
intensif dan instalasi bedah sentral
82
5) Mengkoordinasikan kebutuhan tenaga, prasarana dan sarana pelayanan
keperawatan pada instalasi rawat darurat, instalasi rawat inap, instalasi
rawat jalan, instalasi perawatan intensif dan instalasi bedah sentral
6) Melaksanakan pengendalian dan pengawasan serta evaluasi terhadap
asuhan keperawatan dan kebidanan
7) Melaksanakan koordinasi dengan komite keperawatan dalam hal
pembinaan dan bimbingan etika dan mutu keperawatan
8) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Direktur.
d. Kasi Keperawatan
1) Menyusun Program kerja dan rencana kegiatan perawatan pada
instalasi yang berada dibawah bidang tugasnya
2) Menyusunusulan rencana anggaran unit instalasi perawatan rumah
Sakit yang berada dibawah bidang tugasnya
3) Mempelajari dan menelaah peraturan perundang-undangan dibidang
tugasnya
4) Menyusun konsep kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis dan
administrasi pada unit instalasi perawatan dibawah bidang tugasnya
Fungsi Kasi Keperawatan:
1) Pengkoordinasian standar pelayanan kesehatan instalasi perawatan
Rumah sakit yang berada dibawah Bidangnya
2) Pengkoordinasian tenaga medis dan non medis pada unit instalasi
perawatan Rumah Sakit
83
3) Pengkoordinasian pelaksanaan standar prosedur opat jalan operasional
rawat inap Rumah Sakit.
e. Instalasi
1) Instalasi dipimpin oleh Kepala Instalasi
2) Kepala Instalasi diangkat dan diberhentikan oleh Direktur
3) Kepala Instalasi diangkat sebagai jabatan fungsional yang ada di
Rumah Sakit Umum Daerah Muaradua
4) Tugas pokok instalasi adalah membantu Direktur dalam
penyelenggaraan pelayanan fungsional sesuai dengan fungsinya.
f. Komite Medik
1) Komite Medis berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Direktur
2) Komite medis dipimpin oleh seorang ketua, yang dipilih oleh
anggotanya dan ditetapkan dengan keputusan Direktur
3) Anggota Komite Medis terdiri dari para ketua staf medis fungsional
4) Tugas pokok Komite Medis adalah membantu Direktur dalam
menyusun dan memantau pelaksanaan standar pelayanan medis,
melaksanakan pembinaan etika profesi, mengatur kewenangan profesi
staf medis fungsional dan mengembangkan program pelayanan medis.
g. Staf medis fungsional dan staf fungsional lainnya
84
1) Staf medis fungsional adalah kelompok dokter yang bekerja di bidang
medis dalam jabatan fungsional dan bertanggung jawab kepada Ketua
Komite Medis
2) Staf medis fungsional mempunyai tugas melaksanakan diagnosis,
pengobatan, pencegahan akibat penyakit, peningkatan dan pemulihan
kesehatan, penyuluhan kesehatan, pendidikan dan latihan serta
penelitian dan pengembangan
3) Kelompok staf medis fungsional dipimpin oleh seorang Ketua yang
dipilih oleh anggota kelompoknya dan ditetapkan dengan keputusan
direktur
4) Staf medis fungsional dan staf fungsional lainnya merupakan Pegawai
Negeri Sipil yang diberi hak dan wewenang secara penuh oleh pejabat
yang berwenang sesuai keahliannya dalam rangka menunjang tugas
pokok dan fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Muaradua .
269
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diberikan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Proses Persiapan akreditasi RSUD Muaradua Kabupaten OKU Selatan Provinsi
Sumsel masih belum bisa dilaksanakan dengan efektif hal itu bisa dilihat dari
beberapa indikator antara lain:
a. Keselamatan pasien, keselamatan pasien belum sepenuhnya mampu
dijalankan dengan efektif oleh rumah sakit hal itu terlihat dari 6 (enam)
indikator keselamatan pasien yang harus dilaksanakan hanya 2 (dua)
indikator yang maksimal dilaksanakan yaitu mengidentifikasi pasien dengan
benar dan meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai
(High Alert Medications) sementara itu 4 (empat) indikator yaitu
meningkatkan komunikasi yang efektif, memastikan lokasi pembedahan
yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang benar,
mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan mengurangi
risiko cedera pasien akibat terjatuh masih belum maksimal dilaksanakan
b. Standar pelayanan kepada pasien, standar pelayanan kepada pasien yang
terdiri dari 7 (tujuh) indikator yang terdiri akses ke rumah sakit dan
kontinuitas relayanan, hak Pasien dan keluarga, asesmen pasien, pelayanan
270
dan asuhan pasien, pelayanan anestesi dan bedah serta manajemen
komunikasi dan edukasi belum mampu diwujudkan dengan efektif sehingga
proses akreditasi yang dilaksanakan oleh rumah sakit berjalan sangat lambat
dan tidak mengalami perkembangan.
c. Standar manajemen rumah sakit, standar manajemen rumah sakit masih
belum sesuai hal itu terlihat dari 7 indikator yang harus dilaksanakan hanya
dua indikator yang mampu dilaksanakan dengan efektif, yaitu indikator
peningkatan mutu dan keselamatan pasien dan tata kelola rumah sakit
sementara indikator pencegahan dan pengendalian infeksi, manajemen
fasilitas dan keselamatan, kompetensi dan kewenangan staf, manajemen
informasi dan rekam medis belum mampu diwujudkan dengan efektif.
d. Program nasional/sustainable development goals, program
nasional/milenium development goals yang terdiri 5 (lima) indikator sampai
saat ini belum mampu dipenuhi oleh rumah sakit secara efektif, hal tersebut
di pengaruhi oleh meningkanya angka kematian ibu dan bayi, meningkatnya
ngka kesakitan HIV/AIDS (ODHA), meningkatnya angka kesakitan
penderita Tuberkulosis (TB), Program Pengendalian Resistensi Antimikroba
(PPRA) juga belum mampu menurunkan resistensi antimikroba serta belum
maksimalnya pelayanan untuk pasien geriatri terlihat dari rumah sakit tidak
menyiapkan ruang poliklinik dan ruang rehabilitas pasien geriatri serta
tenaga psikiater.
2. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh petugas di RSUD Muaradua
Kabupaten OKU Selatan Provinsi Sumsel secara keseluruhan sudah mulai
271
mengalami peningkatan namun belum bisa dikatakan efektif, hal itu terlihat
dari beberapa hal antara lain:
a. Waktu, waktu pelayanan baik medis maupun non medis yang dilaksanakan
oleh petugas rumah sakit sudah mengalami peningkatan walaupun masih di
bawah target yang ditetapkan.
b. Kecermatan, kecermatan para pegawai sudah efektif jika dilihat dari
kejelasan petugas yang bertanggung jawab dan kesiapan petugas dalam
melayani pasien karena petugas sudah cermat dalam melakukan identifikasi
pasien, melakukan diagnosa, teliti dan hati-hati terutama dalam pemeriksaan
pasien sehingga kecermatan efektif apabila digunakan untuk meningkatkan
mutu pelayanan di rumah sakit.
c. Gaya pemberian pelayanan, gaya petugas pemberi pelayanan sebelum
adanya program akreditasi masih kurang sesuai dengan keinginan pasien
serta adanya perbedaan pelayanan antara pasien BPJS dengan pasien umum,
namun setelah adanya program akreditasi gaya pemberi pelayanan
mengalami perubahan, pegawai rumah sakit sudah mulai responsif dengan
merespon secara cepat keluhan yang disampaikan oleh pasien informatif
karena pegawai selalu memberikan informasi secara akurat, ramah karena
pegawai rumah sakit sudah mulai menegur dan menyapa semua pasien dan
keluarga pasien serta peduli akan kebutuhan pasien di mana pegawai selalu
membantu kesulitan yang dialami oleh pasien.
272
B. Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan di atas maka dapat diberikan penulis memberikan
saran sebagai berikut:
1. Direktur atau pimpinan rumah sakit hendaknya lebih mengoptimalkan
monitoring dan supervisi untuk meningkatkan keselamatan pasien, mulai dari
melakukan croscek secara berkala yaitu 3 bulan sekali, 6 bulan sekali dan 1
tahun sekali terhadap hasil identifikasi pasien mulai dari nama dan hasil rekam
medis, serta menerapkan stretagi komunikasi yang efektif yang mudah di
pahami oleh pasien serta mempercepat imlementasi program pencegahan dan
pengendalian infeksi guna menurunnkan angka penularan infeksi.
2. Perlu adanya penambahan kegiatan pelatihan dan workshop untuk bagian Unit
Gawat Darutat, pegawai bagian rekam medis, perawat dan apoteker tentang
standar pelayanan kepada pasien, hal itu dilakukan agar pelayanan kesehatan
yang dilaksanakan oleh tenaga medis dan non medis sudah sesuai dengan
standar yang ditetapkan, serta bertindak sesuai dengan petunjuk yang sudah
ditetapkan. Penambahan kegiatan pelatihan dan workshop akreditasi akan
berdampak pada meningkatnya motivasi tenaga kesehatan dan tenaga
administrasi dalam menghadapi akreditasi, sehingga tujuan akrditasi dapat
tercapai.
3. Pengisian jabatan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan atau kompetensi
yang dimiliki oleh pegawai serta dilakukan secara transparan dalam memilih
pegawai untuk menempati salah satu jabatan di rumah sakit sesuai dengan
kualifikasi yang ditetapkan, pimpinan juga harus memberikan keleluasaan
273
dalam menjalankan kewenangannya kepada seluruh staf rumah sakit serta
pimpinan harus melakukan audit kinerja setiap satu bulan sekali, enam bulan
sekali dan satu tahun sekali, hal itu dilakukan agar manajemen yang
dilaksanakan di rumah sakit mudah untuk dipenuhi.
4. Kegiatan program nasional/sustainable development goals hendaknya
dilakukan dengan cara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan
tujuan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak, penurunan angka
kesakitan HIV/AIDS (ODHA), penurunan penderita Tuberkulosis,
menurunkan resistensi antimikroba, serta mengoptimalkan dalam pelayanan
kepada pasien geriatri.
5. Pimpinan hendaknya selalu melakukan pengawasan atau monitoring kepada
seluruh pegawai di semua unit pelayanan kesehatan baik secara langsung
misalnya pimpinan meminta laporan di tempat secara langsung kepada
pegawai maupun tidak langsung misalnya melalui Closed Circuit Television
(CCTV) hal tersebut dilakukan agar tidak ada perbedaan pelayanan antar
pasien, pelayanan dapat dilaksanakan dengan tepat waktu serta meningkatkan
kedisiplinan baik pegawai medis maupun non medis.
6. Pasien hendaknya melaporkan secara langsung kepada pimpinan apabila
terdapat perlakukan deskriminatif dari gaya pemberian pelayanan yang
dilakukan oleh pegawai.
7. Rumah Sakit hendaknya melakukan penambahan anggaran untuk kegiatan
oprasional rumah sakit, untuk kegiatan pelatihan pegawai medis maupun non
medis, kegiatan sosialisasi untuk menurkan angka HIV/AIDS (ODHA) dan
274
penurunan penderita Tuberkulosis serta kegiatan penambahan kelengkapan
fasilitas rumah sakit hal itu dilakukan dengan tujuan kepuasan pasien semakin
tinggi dikarenakan meningkatnya kualitas pelayanan rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
A. Referensi Buku
Ayuningtyas, Dumilah. 2014. Kebijakan Kesehatan: Primsip dan Praktik. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Azwar, Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga. Jakarta:
Binarupa Aksara Publisher.
Atik dan Ratminto. 2005. Manajemen Pelayanan, Disertai dengan
Pengembangan Model Konseptual, Penerapan Citizen’s Charter dan
Standar Pelayanan Minimal.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar.A 2006. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan Aplikasi Prinsip Lingkaran
Pemecahan Masalah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
________. 2007. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan Aplikasi Prinsip Lingkaran
Pemecahan Masalah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
__________2008. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta (ID): Sinar
Harapan
Anggara, Sahya. 2012. Ilmu administrasi Negara. Bandung: CV Pustaka Setia
Brodjonegoro, B. S. 2017. Sustainable Development Goals (SDGs) dan
Pengentasan Kemiskinan. Jakarta: LP3ES.
Depkes, RI. 2008. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit edisi ke 2.
Jakarta
Depkes RI. 2009. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. (Edisi 2).
Jakarta. Bhakti Husada
Depkes RI. 2017. Pedoman Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan Klinik di
Sarana Kesehatan. Jakarta. Bhakti Husada
Duncan, W. J., Ginter, P. M., & Swayne, L. E. 2012. Strategic Management of
Health Care Organizations. Blackwell Business.
Frederickson, H. George. 2007. The Spirit of Public Administration, San
Francisco: Jossey-Bass Publishers
Hardiansyah. 2011. Kualitas Pelayanan Publik. Yogyakarta: Gava Media.
Handayaningrat, Soewarno. 1980. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan
Manajemen. Jakarta: CV. Haji Mas Agung.
________________. 2005. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen.
Jakarta: CV. Haji Mas Agung.
_______________. 2012. Sistem Birokrasi Pemerintah. Jakarta: CV. Mas Agung.
Harun. 2009. Reformasi dan Manajemen Sektor Publik di Indonesia.Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu S.P. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi,
Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Joint Commission International (JCI). 2011. Standar Akreditasi Rumah Sakit:
EnamSasaran Keselamatan Pasien. Edisi ke-4. Jakarta.
Jacobalis, Samsi. 2010. Menjaga Mutu Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: PT Citra
Windu Satria.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit. 2018. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit,
Jakarta.
Lupiyoadi. 2011. Manajemen Pemasaran Jasa Edisi kedua. Jakata: Penerbit
Salemba Empat.
Lovelock, Cristopher H. dan Wright, Lauren K. 2012. Manajemen Pemasaran
Jasa. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.
Mardiasmo. 2008. Otonomi Daerah dan Manajemen Keuangan Daerah.
Yogyakarta: Andi Offse
Mahmudi. 2005. Manajemen Pelayanan Umum Sektor Publik, Yogyakarta: UPP
AMP YKPN.
Manullang, M. 2009. Dasar-dasar Manajemen Bagi Pimpinan Perusahaan.
Jakarta. Gajah Mada Press.
Moleong, Lexy, J. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Ramadja
Karya.
___________. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.
___________ 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Mansjoer, arif. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ke 3. Jakarta : FK
UI press
Moenir, H.A.S. 2015. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Jakarta: Bumi
Aksar
Purnama, Dadang H. 2004. Modul Ajar Metode Penelitian Kualitatif. Palembang :
Universitas Sriwijaya.
Raharjo. 2016. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia untuk Pencapaian
Pembangunan Milenium (MDGs), Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.
Rumah Sakit Umum Daerah Muaradua . 2017. Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah. Muaradua: RSUD Muaradua.
Sedarmayanti. 2007. Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) dan Good
Corporate Governance (Tata kelola Perusahaan Yang Baik). Bandung:
CV. Mandar Maju.
Sedarmayanti. 2009. Restrukturisasi dan Pemberdayaan Organisasi Untuk
Menghadapi Dinamika Perubahan Lingkungan. Bandung: Mandar Maju.
Sinambela, Lijan Poltak. Dkk. 2007. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta:Bumi
Aksara
Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Susanto, Azhar. 2015. Sistem Informasi Akuntansi, Struktur Pengendalian Resiko
Pengembangan. Bandung: Linggar Jaya.
Sutanto, H. 2014. Analisis Implementasi Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
Umum Deli Medan. Medan : Universitas Sumatera Utara
Suparto. 2005. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan
Pangsa Pasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Siagian, Sondang. P. 2007. Filsafat Administrasi. Edisi revisi. Jakarta; Bumi
Aksar
______________.2008. Kepemimpinan Organisasi & Perilaku Administrasi,
Jakarta: Penerbit Gunung Agung
______________. 2016. Teori Pengembangan Organisasi. Bandung: Ganesha.
Steers. M. Richard. 2015. Efektivitas Organisasi, Jakarta: Erlangga.
Tangkilisan, Nogi Hessel. 2015. Manajemen Publik. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Tjiptono, Fandy. 2015. Service management Mewujudkan Layanan Prima,
Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo S. 2014. Metodologi Penelitian Sosial Edisi
Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
Walgito, Bimo. 2011. Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Fakultas
Psikologi UGM.
Wahab, Solichin Abdul. 2012. Analisis Kebijakan Negara. Jakarta: Rieneka Cipta.
Wasistiono, Sadu. 2013. Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Bandung: Fokus Media.
Wijono, Joko. 2010. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Vol.2, Surabaya:
Airlangga
Wilde, O.A. 2009. Customer Service Cara Efektif Memuaskan Pelanggan,
Jakarta: Penerbit Pradnya Paramita.
Wibowo. 2010. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Parsada.
B. Referensi Jurnal dan Artikel
Angelina, Kandou dan Tilaar. 2015. Analisis Pelaksanaan Standar Sasaran
Keselamatan Pasien di Unit Gawat Darurat RSUD Dr. San Ratulangi
Tondano Sesuai dengan Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012.
JIKMU.Vol.5, No 2.
Berry L. 2014. Problems and Strategies in Services Marketing. Jurnal of
Marketing Vol. 49. (Spring).
Hidayati, A.N.. 2008. Analisis Hubungan Karakteristik Pasien dengan Kepuasan
Pelayanan Rawat Jalan Semarang Eye Center (SEC) Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, volume 2, nomor
1, januari 2018.
Kusbaryanto. 2010. Peningkatan Mutu Rumah Sakit dengan Akreditasi. Mutiara
Medika. Vol. 10, No. 1-86-89.
Purnomowati, Wiwin dan Ismini. 2014. Konsep Smart City dan Pengembangan
Pariwisata di Kota Malang, Jurnal JIBAKA Volume 8 No 1 Februari
2014. Universitas Widyaguna Malang.
Parasuraman, A. 2008. Konsep dan Teknik Pengukuran Kualitas Produk Jasa,
Kajian Bisnis dan Manajemen, Vol 4, No I, Hal 55-56.
Mandawati. 2018. Dampak Akreditasi Rumah Sakit: Studi Kualitatif Terhadap
Perawat di RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo. Jurnal Keperawatan dan
Pemikiran Ilmiah. Vol. 4, No.4, 23-29.
Supriyono, B. 2013. Pengaruh Dimensi Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan
Pasien Rumah Sakit “Nirmala Suri” Kabupaten Sukoharjo dalam Jurnal
STIE AUB Surakarta.
Yoon, Y. 2013. An Examination of The Effects of Motivation and Satisfaction on
Destination Loyalty: A Structural Model. Tourism Management, 26 (1),
45-56
C. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2017 tentang
Akreditasi Rumah Sakit.
Surat Keputusan Dirjen Yan Med No.HK.00.06.3.5.00788 tentang Komisi
Gabungan Akreditasi Rumah Sakit dan Sarana Kesehatan Lainnya.
D. Referensi Lainnya
www.harianokuselatan.com diakses pada tanggal 1 September 2018
www.okuselatankab.go.id diakses pada tanggal 1 Desember 2018
www.okuselatankab.bps.go.id diakses pada tanggal 1 Desember 2018
www.sripoku.com diakses pada tanggal 9 oktober 2018
www.sumselprov.go.id diakses pada tanggal 27 November 2018