EFEKTIVITAS PENYALURAN PEMBIAYAAN SYARIAH PADA...
Transcript of EFEKTIVITAS PENYALURAN PEMBIAYAAN SYARIAH PADA...
EFEKTIVITAS PENYALURAN PEMBIAYAAN SYARIAH
PADA SEKTOR PERTANIAN
(Studi Kasus pada BMT Beringharjo Cabang Nganjuk periode 2013-2015)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh
Khoirunnisa
NIM : 1112046100073
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
i
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata 1 di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Juni 2016
12 Ramadhan 1437 H
Khoirunnisa
ii
ABSTRAK
Khoirunnisa (1112046100073). “Efektivitas Penyaluran Pembiayaan
Syariah pada Sektor Pertanian (Studi Kasus pada BMT Beringharjo Cabang
Nganjuk)” Skripsi Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Konsentrasi
Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta 1437H/2016 M.
Pertanian adalah bagian integral yang tidak dapat terpisahkan dari
kehidupan manusia. Peranannya begitu krusial bagi keseimbangan pangan dan
kelangsungan manusia bahkan menjadi sektor yang harus menjadi perhatian
utama suatu negara dalam tatanan ekonomi makro. Dengan melihat peranan
sektor pertanian begitu sangat penting dan strategis dan penting seharusnya petani
sebagai pelaku utama memiliki posisi tawar petani yang tinggi. Namun
kenyataannya kehidupan petani kecil jauh dibawah titelnya sebagai pejuang
pangan negara. Petani kekurangan dana untuk membiayai pertaniannya, sehingga
terjerat hutang pada rentenir.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat efektivitas pembiayaan
syariah pada sektor pertanian yang disalurkan oleh BMT Beringharjo Cabang
Nganjuk. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan
perhitungan efektivitas dan pengukuran efektivitas dari klasifikasi pengukuran
efektivitas yang ditentukan oleh Kementrian Dalam Negeri. Pengumpulan data
melalui wawancara langsung dengan pihak BMT Beringharjo Cabang Nganjuk
dan dokumentasi data-data di lapangan yang terkait dengan objek penelitian serta
melalui penelitian kepustakaan.
Hasil dari penelitian ini yaitu BMT Beringharjo telah mencapai
Efektivitas pada tahun 2013 dengan besarnya presentase 87%, pada tahun 2014
mencapai 96%, dan 2015 mencapai 84%.
Kata Kunci: Efektivitas, Pembiayaan Syariah, Pertanian.
Pembimbing : A.M. Hasan Ali, MA.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, yang
senantiasa melimpahkan curahan rahmat dan kasih sayang yang tiada hentinya
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta Salam
tidak lupa penulis curahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga,
sahabat dan para pengikut-Nya.
Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan, untuk itu dengan segala
kerendahan hati penulis akan menerima setiap pandangan dan saran yang terkait
dengan skripsi ini dengan hati terbuka.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis memperoleh bantuan, bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan kerendahan hati, penulis
ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A, selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak A.M. Hasan Ali, M.A. dan Bapak Abdurrauf, M.A, selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Muamalat.
3. Bapak A.M. Hasan Ali, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus
dosen pembimbing akademik yang senantiasa membimbing dan meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan saran sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
iv
4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan untuk memberikan ilmunya kepada penulis selama bangku kuliah.
5. Bapak Bey Arifin selaku Divisi Bering Campus BMT Beringharjo Pusat yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
6. Bapak Tri Djayanto selaku Manajer Cabang Nganjuk dalam memberikan
data- data yang berkaitan dengan skripsi ini.
7. Kepala Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan.
8. Kedua orang tuaku tercinta, bapak H. Syafaat dan Ibu Hj. Khoeroh Orang-
orang nomor satu di hati saya, motivasi terbesar saya. Serta adik dan kakak-
kakakku tercinta. Terima kasih atas setiap doa‟nya, setiap dukungannya.
Berkat doa dan motivasi mereka penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
9. Untuk Lukman Nul Hakim yang selalu menemani di setiap kali bimbingan,
memotivasi dan memberi warna dalam kehidupan.
10. Teman-teman terdekatku dan juga teman-teman Perbankan Syariah B dan
seangkatan 2012 yang selalu membantu dalam mengerjakan skripsi dan
memotivasi saya, terkhusus Ika Puspasari, Aprilya Wulandari, Dwi
Handayani, dan Gita Ramadhini yang selalu mensupport dalam penulisan
skripsi dan menemani selama 4 tahun bangku kuliah.
v
11. Untuk Kak Eni, Hamdi, Kak Zam, Zidni, Aldi, dan semua genk Jogja yang
sudah menemani selama berada di Jogja untuk mengurusi berkas-berkas
penelitian di BMT Beringharjo.
12. Untuk Ghina, Fazal, Soin dan semua teman-teman Ghina yang di Malang
yang sudah menemani selama di Malang. Khususnya buat Ghina, Fazal, dan
Soin yang sudah mau menyempatkan waktunya mengantar dari Malang ke
Nganjuk untuk mencari lokasi BMT Beringharjo Cabang Nganjuk.
13. Teman-teman KKN Bimasakti yang ikut mewarnai hidup penulis selama
sebulan di Desa Sukagalih.
14. Teman-teman kosan buat Tuti, Qibti, Bela, Widi yang sempat mengisi hidup
dan berbagi cerita penulis dari pagi, siang, sore, dan malam.
15. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah
memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat lulus
menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hingga akhir.
Akhirnya semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan karunia, limpahan
rahmat dan berkat-Nya atas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis,
dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
dan pihak-pihak yang memerlukan.
Jakarta, 17 Juni 2016
12 Ramadhan 1437
Khoirunnisa
vi
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................... 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitin ................................................................ 8
E. Kerangka Teori dan Konsep .................................................................. 9
F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Efektivitas ............................................................................................ 16
1. Pengertian Efektivitas ..................................................................... 16
2. Kriteria dalam Efektivitas ............................................................... 17
3. Perencanaan yang Efektif ............................................................... 19
B. Pembiayaan ......................................................................................... 21
1. Pengertian Pembiayaan ................................................................. 21
2. Macam-Macam Pembiayaan ......................................................... 22
vii
C. Pembiayaan pada Sektor Pertanian ..................................................... 26
1. Pembiayaan Murabahah ................................................................. 27
2 Pembiayaan Istishna ....................................................................... 30
3 Pembiayaan Salam .......................................................................... 32
4 Pembiayaan Musyarakah ................................................................ 35
5 Pembiayaan Mudharabah ............................................................... 39
6 Pembiayaan Ijarah ......................................................................... 42
D. Tinjauan Kajian Terdahulu .................................................................. 44
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ........................................................................ 50
B. Jenis dan Sumber Penelitian ................................................................. 51
C. Wilayah Penelitian .............................................................................. 53
D. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 53
E. Teknik Analisis Data ........................................................................... 54
F. Uji Keabsahan Data .............................................................................. 58
G. Teknik Penulisan .................................................................................. 59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Pertanian Nganjuk ............................................................... 60
1. Letak Geografis ............................................................................. 60
2. Kondisi Demografi ........................................................................ 61
3. Potensi Pertanian ............................................................................ 62
viii
B. Profil BMT Beringharjo ................................................................ 63
1. Informasi BMT Beringharjo ......................................................... 63
2. Sejarah BMT Beringharjo ............................................................. 64
3. Visi dan Misi BMT Beringharjo .................................................... 68
4. Struktur Organisasi ....................................................................... 69
C. Aplikasi dan Prosedur Pembiayaan Pertanian di BMT Beringharjo
Cabang Nganjuk .......................................................................... 70
1. Prosedur Pembiayaan Pertanian .................................................... 70
2. Analisis Kelayakan Pembiayaan Pertanian di BMT Beringharjo
Cabang Nganjuk ............................................................................ 71
3. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di BMT Beringharjo Cabang
Nganjuk ......................................................................................... 74
4. Peluang dan Tantangan Penyaluran Pembiayaan Pertanian di BMT
Beringharjo Cabang Nganjuk ........................................................ 76
D. Analisis Efektivitas Penyaluran Pembiayaan Syariah pada Sektor
Pertanian di BMT Beringharjo Cabang Nganjuk .......................... 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 82
B. Saran .............................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 86
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 90-99
ix
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1.1 Data Lapangan Pekerjaan Utama Penduduk Indonesia ...................... 3
2. Tabel 1.2 Lahan Pertanian di Indonesia 2009-2013 ............................................ 4
3. Tabel 3.1 Klasifikasi Pengukuran Efektivitas ................................................... 58
4. Tabel 4.1 Statistik Pertanian Kabupaten Nganjuk ............................................. 62
5. Tabel 4.2 Klasifikasi Pengukuran Efektivitas .................................................. 78
6. Tabel 4.3 Laporan Perbandingan Target-Realisasi Pembiayaan Musyarakah
Pertanian BMT Beringharjo Cabang Nganjuk ................................................. 79
x
DAFTAR GAMBAR
A. Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Murabahah ...................................... 28
B. Gambar 2.2 Skema Pembiayaan Istishna ............................................. 31
C. Gambar 2.3 Skema Pembiayaan Salam ............................................... 33
D. Gambar 2.4 Skema Pembiayaan Musyarakah ...................................... 39
E. Gambar 2.5 Skema Pembiayaan Mudharabah .................................... 40
F. Gambar 2.6 Skema Pembiayaan Ijarah ................................................ 43
G. Gambar 4.1 Struktur Organisasi BMT Beringharjo ............................. 69
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahun 2014, BMT Beringharjo berhasil meraih juara The Best Islamic
Micro Finance pada kategori BMT dengan asset lebih dari 50 Milyar pada event
Award & Cup. Penghargaan ini dengan bangga diberikan oleh Karim Consulting
Indonesia pada 24 Februari di Thamrin Nine Ballroom Jakarta.1 BMT Beringharjo
yang telah berdiri pada tahun 1994, dengan bermodalkan Rp 1.000.000,-.2 Dengan
kiprahnya selama 22 tahun, BMT Beringharjo telah banyak mengalami
perkembangan yang sangat pesat, dengan modal awal Rp 1.000.000, kini aset
yang dimiliki oleh BMT Beringharjo terakhir pada desember 2015 sebesar 110
Milyar3, dan memiliki 12 cabang yang tersebar di Indonesia.
BMT Beringharjo yang memiliki tujuan utama lembaga yaitu untuk
menekan gerak langkah rentenir, menegakkan ekonomi syariah dan
memberdayakan masyarakat. Sebagai lembaga keuangan mikro syariah, BMT
Beringharjo mencoba menjadi wadah bagi masyarakat yang memiliki kelebihan
dana, dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan
pembiayaan. Jika dilihat dari tujuan utama BMT Beringharjo, BMT itu mencoba
1http://www.bmtberingharjo.com/post-333-
BMT%20Beringharjo%20Berprestasi%20(lagi).html diakses pada 26 maret 2016 pukul 12.48 2http://www.bmtberingharjo.com/pages-105-sejarah.html diakses pada 26 maret 2016
pukul 13.01 3Wawancara Pribadi dengan Bapak Arifin selaku divisi Reset dan Development. Jakarta,
25 Maret 2016
2
mengubah pola pikir masyarakat untuk meminjam uang kepada rentenir, yang
pada kenyataannya hanya memberatkan masyarakat dengan beban bunga yang
begitu besar, BMT Beringharjo hadir dengan menerapkan sistem ekonomi syariah
yang bebas bunga, dan bukan hanya bertujuan meraih profit saja, BMT
Beringharjo mencoba pula untuk memberdayakan masyarakat.
Pertanian memiliki peranan penting dalam pembangunan suatu negara.
Karena kehidupan manusia tidak dapat terpisah dari kegiatan pertanian. Mulai dari
kebutuhan sandang, pangan hingga papanpun didapat dari kegiatan pertanian.
Serta mayoritas mata pencaharian penduduk Indonesia adalah sebagai petani.
Produk yang dimiliki oleh BMT Beringharjo bukan hanya pada produk
penghimpunan dana, tetapi juga pada produk penyaluran dana yaitu berupa
pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat dengan berbagai jenis akad yang
disediakan. Salah satu pembiayaan yang dimiliki oleh BMT Beringharjo yaitu
pembiayaan pada sektor pertanian. Pembiayaan pertanian ini menggunakan akad
musyarakah. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Arifin selaku divisi Reset dan
Development, model akad musyarakah yang digunakan oleh BMT Beringharjo
yaitu dengan cara para petani mengajukan pembiayaan pada musim tanam yang
biasanya selama 3 bulan, kemudian para petani mengajukan sejumlah pembiayaan
yang nantinya akan dilunasi selama 3 bulan, model pembiayaan ini yaitu jatuh
tempo, jadi para petani tiap bulan membayar kepada pihak BMT Beringharjo
berupa bagi hasil.4 BMT Beringharjo mengaku bahwa pengadaan produk
4Wawancara Pribadi dengan Bapak Arifin selaku divisi Reset dan Development. Jakarta,
25 Maret 2016
3
pembiayaan ini sesuai dengan keadaan masyarakat disana yaitu mayoritas
penduduknya adalah sebagai petani.
Tabel 1.1
Data Lapangan Pekerjaan Utama Penduduk Indonesia
No. Lapangan Pekerjaan Utama
2013 2014
Februari Agustus Februari Agustus
1 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan
Perikanan 40 764 720 39 220 261 40 833 052 38 973 033
2 Pertambangan dan Penggalian 1 558 686 1 426 454 1 623 109 1 436 370
3 Industri 14 998 937 14 959 804 15 390 188 15 254 674
4 Listrik, Gas dan Air 260 116 252 134 308 588 289 193
5 Konstruksi 6 952 928 6 349 387 7 211 967 7 280 086
6 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 25 270 435 24 105 906 25 809 269 24 829 734
7 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 5 285 277 5 096 987 5 324 105 5 113 188
8 Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan
dan Jasa Perusahaan 3 045 787 2 898 279 3 193 357 3 031 038
9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 17 792 726 18 451 860 18 476 287 18 420 710
10 Lainnya - - - -
Total 115 929 612 112 761 072 118 169 922 114 628 026
Sumber: Badan Pusat Statistik5
Indonesia yang memiliki luas daratan 192 juta ha dan sekitar kurang lebih
102 juta ha dari daratan bumi Indonesia sebagai lahan pertanian. Dengan jumlah
tenaga yang berpotensi di sektor pertanian yang juga banyak, dapat dilihat dari
data yang terdapat di BPS bahwa mayoritas mata pencaharian penduduk Indonesia
5 http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/970 diakses pada 03 April 2016
4
yaitu sebagai petani, ini merupakan potensi yang sangat besar bagi pembangunan
pertanian. Itu pula sebabnya mengapa Indonesia disebut sebagai negara agraris.
Tabel 1.2
Luas Lahan Pertanian di Indonesia, 2009-2013
Sumber: Badan Pusat Statistik6
Potensi dan peluang dari penyaluran pembiayaan pertanian ini begitu
besar, lihat saja jumlah masyarakat yang bergerak di sektor pertanian begitu besar.
Ini tentu menjadi peluang pengumpulan dana produk tabungan maupun produk
pembiayaan pertanian. Selain itu sektor pertanian juga memiliki banyak kegiatan
usaha, mulai dari pengadaan tanaman, budidaya, panen, pasca panen, pengolahan,
hingga pemasaran hasilnya. Tentunya kegiatan-kegiatan usaha ini memerlukan
modal yang tidak sedikit.
BMT Beringharjo dalam hal menjalankan kegiatan yang dilakukan pasti
memiliki tujuan, tentu tujuan dan target yang telah dibuat oleh BMT Beringharjo
diharapkan dapat terwujud. Seperti tujuan utama BMT beringharjo salah satunya
yaitu pemberdayaan masyarakat. Melalui pembiayaan, tentunya BMT Beringharjo
6www.pertanian.go.id diakses pada 03 April 2016
5
bukan saja berorientasi pada perolehan profit yang besar, tetapi juga pada hal
pemberdayaan masyarakat, sehingga pemberian pembiayaan tersebut tidak
membebani nasabah, tidak seperti yang dijalankan oleh rentenir dengan bunga
yang besar sehingga membebani nasabah dalam kasus ini adalah petani. BMT
ataupun lembaga keuangan yang baik yaitu lembaga yang mampu menjalankan
kegiatan usahanya sesuai dengan target yang direncanakan, sehingga lembaga
tersebut dapat mencapai efektifitas dari kegiatan itu.
BMT sebagai lembaga yang menjadi jembatan antara nasabah yang
memiliki kelebihan dana, dan nasabah yang kekurangan dana. Tentunya BMT
memiliki tanggung jawab untuk dapat mengembalikan uang yang dimiliki
nasabah yang kelebihan dana ketika nasabah tersebut menarik dananya dari BMT,
dan BMT dapat menjamin nasabah yang diberikan dana berupa pembiayaan
tersebut mampu mengembalikan dana yang dipinjamkan, sehingga terhindar dari
pembiayaan bermasalah yang dapat merugikan pihak BMT dan juga nasabah yang
memiliki kelebihan dana yang menyimpan dananya pada BMT. Apalagi dalam
kasus ini, jumlah aset yang dimiliki oleh BMT Beringharjo cukup besar untuk
ukuran lembaga keuangan mikro syariah. Jika ditinjau pula pada tujuan utama
BMT Beringharjo yaitu memerdayakan masyarakat, maka perlu dilakukan
pengukuran efektivitas penyaluran pembiayaan pertanian ini, dan apakah
penyaluran pembiayaan pertanian ini telah sesuai dengan target yang
direncanakan oleh BMT Beringharjo.
6
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu kiranya penulis untuk
menganalisis secara mendalam yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul
“EFEKTIVITAS PENYALURAN PEMBIAYAAN SYARIAH PADA
SEKTOR PERTANIAN” (Studi Kasus pada BMT Beringharjo Periode
2013-1015)”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, penulis
mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam penelitian adalah sebagai
berikut.
a. Apa yang dimaksud Pembiayaan Pertanian?
b. Bagaimana proses penyaluran pembiayaan pertanian di BMT
Beringarjo?
c. Bagaimana manajemen strategi pembiayaan pertanian BMT
Beringharjo?
d. Bagaimana analisis kelayakan pembiayaan pertanian di BMT
Beringharjo?
e. Bagaimana penangan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan
pertanian di BMT Beringharjo?
f. Apakah penyaluran pembiayaan pertanian pada BMT Beringharjo
telah mencapai efektivitas?
g. Apakah peluang dan tantangan pembiayaan pertanian yang dihadapi
oleh BMT Beringharjo?
7
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan yang diangkat tidak meluas, maka perlu pembatasan
atas objek yang akan dikaji. Adapun permasalahan penelitian ini dibatasi
pada hal-hal berikut:
a. Data yang diambil hanya sebatas pada produk penyaluran pembiayaan
pertanian, seperti yang dipaparkan dalam latar belakang penelitian bahwa
penulis ingin meneliti keefektivitasan Baitul Mal wa Tamwil (BMT)
dalam penyaluran pembiayaan syariah ke sektor pertanian .
b. Data yang diambil hanya cara atau strategi yang dilakukan oleh BMT
Beringharjo Cabang Nganjuk dalam memberikan pembiayaan syariah
pada sektor pertanian, karena ada beberapa BMT yang melakukan
penyaluran pembiayaan pertanian, hanya saja terbatas oleh jarak yang
akan ditempuh oleh penulis.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan diatas, penulis
membuat rumusan masalah dengan beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana proses penyaluran pembiayaan untuk petani di BMT
Beringharjo Cabang Nganjuk?
b. Apakah peluang dan tantangan pembiayaan pertanian yang dihadapi oleh
BMT Beringharjo Cabang Nganjuk?
8
c. Apakah pembiayaan pertanian yang dilakukan oleh BMT Beringharjo
Cabang Nganjuk sudah efektif?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain:
a. Untuk mengetahui strategi BMT Beringharjo menyalurkan pembiayaan ke
sektor pertanian
b. Untuk mengetahui peluang dan tantangan yang dihadapi BMT Beringharjo
dalam menyalurkan pembiayaan ke sektor pertanian.
c. Untuk mengetahui penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh BMT
beringharjo sudah efektif.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat teoritis-akademis untuk penelitian ini sebagai berikut:
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi positif terhadap
ilmu-ilmu mengenai penyaluran pembiayaan pertanian.
b. Menambah literatur perpustakaan tentang community development
sehingga dapat bermanfaat untuk dunia akademisi, bagi kalangan pelajar
dan mahasiswa serta dapat menambah wawasan intelektual dan bahan
referensi. Juga untuk memperkaya koleksi dalam lingkup penelitian di
bidang Ekonomi Islam.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif
ataupun dapat dijadikan bahan evaluasi serta tolok ukur, sehingga
Lembaga Keuangan Syariah ataupun Bank Syariah dapat mengikuti cara
9
yang dilakukan BMT Beringharjo dalam melakukan penyaluran dana
pembiayaan kepada petani agar terhindar dari risiko pembiayaan
bermasalah yang dapat merugikan Lembaga Keuangan Syariah ataupun
Bank Syariah itu sendiri.
Kemudian manfaat praktis-pragmatis dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pihak praktisi
khususnya bagi bank-bank syariah untuk ikut andil dalam
mengembangkan pembiayaan pertanian.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat
sebagai informasi dan referensi dalam hal pembiayaan pertanian di bank
syariah.
E. Kerangka Konsep dan Teori
1. Kerangka Konsep
Menurut Amin Widjaja dalam buku Ensiklopedia Bahasa Indonesia yang
ditulis oleh Hasan Sadili, efektivitas adalah berhubungan dengan penentuan
apakah tujuan perusahaan yang telah ditetapkan tercapai.7 Sementara itu, Tjukir P.
Tawat mengatakan bahwa efektivitas adalah kemampuan suatu unit kerja untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan menurut Hasan Sadili, efektivitas
bermakna menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan
7Hasan Sadili, Ensiklopedia Bahasa Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve, 1980),
Jilid II, h. 134
10
efektif jika usaha itu mencapai tujuannya. Secara ideal efektivitas dapat
dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang agak pasti.8
Untuk itu efektivitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam
mencapai sasaran-sasaran (hasil akhir) yang telah ditetapkan secara tepat.
Pencapaian hasil akhir yang sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan
secara tepat. Pencapaian hasil akhir yang sesuai dengan target waktu yang telah
ditetapkan dan ukuran maupu standar yang berlaku mencerminkan suatu
perusahaan tersebut telah memperhatikan operasionalnya.9
Pembiayaan adalah salah satu tugas pokok lembaga keuangan, yaitu
pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak
yang merupakan defisit unit.10
Al-Syirkah atau Musyarakah secara etimologi berarti pencampuran, yaitu
percampuran antara sesuatu dengan yang lainnya, sehingga sulit dibedakan. Asy-
syirkah termasuk salah satu bentuk kerjasama dagang dengan rukun dan syarat
tertentu, yang dalam hukum positif disebut dengan perserikatan dagang.
Sedangkan syirkah menurut terminologi yaitu ikatan kerjasama yang
dilakukan dua orang atau lebih dalam perdagangan. Dengan adanya akad asy-
syirkah yang disepakati kedua belah pihak, semua pihak yang mengikatkan diri
8Hasab Sadili, Ensiklopedia Bahasa Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve, 1980),
Jilid II, h. 371 9Amirullah, dan Haris Budiyono, Pengantar Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2004), h. 8 10
Rifaat Ahmad Abdul Karim, “The Impact of the Busle Capital Adequacy Ratio
Regulation on the Financial Strategy of Islamic Banks” dalam proceeding of the 9th Expert level
Conference on Islamic Banking, disponsori oleh Bank Indonesia dan International Association of
Islamic Banks, 7-8 April 1995, Jakarta, dalam Muhammad Syafi‟iAntonio, Bank Syariah: Dari
Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 160.
11
berhak bertindak hukum terhadap harta serikat itu, dan berhak mendapatkan
keuntungan sesuai dengan persetujuan yang disepakati.
Macam-macam syirkah:
a. Syirkah amlak, adalah dua orang atau lebih memiliki harta bersama
tanpa melalui atau didahului oleh akad syirkah. Syirkah ini terbagi
menjadi dua yaitu syirkah ikhtiyar dan syirkah jabar.
b. Syirkah Al-„Uqud, adalah akad yang disepakati dua orang atau lebih
untuk mengikatkan diti dalam perserikatan modal dan keuntungannya.
Syirkah ini terbagi menjadi 5 bentuk, yaitu syirkah al-inan, syirkah al-
mufawadhah, syirkah abdan, syirkah al-wujuh dan syirkah al-
mudharabah.
2. Kerangka Teori
Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilai bahwa suatu
strategi/perencanaan tersebut berjalan secara efektif, yaitu mencakup:11
a. Berhasil guna, untuk menyatakan bahwa kegiatan telah
dilaksanakan dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan
waktu yang ditetapkan.
b. Ekonomis, ialah untuk menyebutkan bahwa di dalam usaha
pencapaian efektif itu, maka biaya, tenaga kerja material,peralatan,
waktu, ruangan dan lain-lain telah dipergunakan dengan setepat-
11
Sujadi F.X, O & M Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen, (Jakarta: CV.
Masagung,1990), cet ke-3, h. 36-39
12
tepatnya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perencanaan dan
tidak adanya pemborosan serta penyelewengan.
c. Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab, yakni untuk
membuktikan bahwa dalam pelaksanaan kerja sumber-sumber telah
dimanfaatkan dengan setepat-tepatnya haruslah dilaksanakan
dengan bertanggung jawab sesuai dengan perencanaan dan waktu
yang tersedia.
d. Pembagian kerja yang nyata, yakni pelaksanaan kerja dibagi
berdasarkan beban kerja, dan waktu yang tersedia.
e. Rasionalitas wewenang dan tanggung jawab, artinya wewenang
harus seimbang dengan tanggung jawab. Dan harus dihindari
adanya dominasi oleh salah satu pihak atas pihak lainnya.
f. Prosedur kerja yang praktis, yaitu untuk menegaskan bahwa
kegiatan kerja adalah kegiatan yang praktis, maka target efektif dan
ekonomis. Pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggungjawabkan
serta pelayanan kerja yang memuaskan tersebut haruslah kegiatan
operasional yang dapat dilaksanakan dengan lancar.
Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal
berikut12
:
a. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk
12
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek, cet. I, (Jakarta:
Gema Insani, 2001), h. 160-161
13
peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun
investasi.
b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dibagi menjadi dua hal
berikut:
a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan, antara lain: peningkatan produksi baik secara
kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif
yaitu peningkatan kuatlitas atau mutu hasil produksi; dan untuk
keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu
barang.
b. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-
barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat
kaitannya dengan itu.
Syarat-syarat umum syirkah:
Perserikatan dalam kedua bentuknya diatas, yaitu syirkah al-amlak dan
syirkah al-uqud mempunyai syarat-syarat umum, yaitu:
a. Perserikatan itu merupakan transaksi yang boleh diwakilakan. Artinya,
salah satu pihak jika bertindak hukum terhadap obyek perserikatan itu,
14
dengan izin pihak lain, dianggap sebagai wakil seluruh pihak yang
berserikat.
b. Presentase pembagian keuntungan untuk masing-masing pihk yang
berserikat dijelaskan ketika berlangsungnya akad.
c. Keuntungn itu diambilkan dari hasil laba harta perserikatan, bukan dari
harta lain.
F. Sistematika Penulisan
Untuk dapat lebih memahami proses dan alur pemikiran dalam penelitian
ini, penulis perlu menjelaskan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN
Pada bab ini penulis akan menjelaskan teori mengenai Efektifitas,
teori mengenai Pembiayaan, musyarakah, Dan Review Studi Terdahulu.
BAB III METODE PENELITIAN
Yang meliputi: Metode Penelitian, Jenis Penelitian, Tempat dan Waktu
, Jenis data, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data
15
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN ANALISIS
Meliputi: Gambaran Umum Objek Penelitian, Aplikasi dan prosedur
pembiayaan pertanian di BMT Beringharjo, Analisis Efektivitas
Pembiayaan pertanian di BMT Beringharjo.
BAB V PENUTUP
Yang meliputi: Kesimpulan dan Saran dari hasil penelitian
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas
Dua konsep utama untuk mengukur potensi kerja (performance)
manajemen adalah efisiensi dan efektivitas. Efisiensi adalah kemampuan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar. Sedangkan efektivitas merupakan
kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lai, seorang manajer efektif
dapat memilih pekerjaan yang harus dilakukan atau metode (cara) yang tepat
untuk mencapai tujuan.13
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektivitas adalah: 1) keadaan
berpengaruh, hal berkesan: 2) kemanjuran, kemujaraban; dan 3) keberhasilan
(tentang usaha, tindakan). Efisien adalah besaran atau angka.14
Dalam Kamus Istilah Ekonomi, efektivitas adalah suatu besaran atau
angka untuk menunjukkan sampai seberapa jauh sasaran (target tercapai).15
Efektivitas berasal dari kata efektif yang mempunyai arti sebagai berikut:
a. Adanya efeknya (akibatnya, pengaruh dan kesan)
b. Manjur dan mujarab
c. Membawa hasil, berhasil guna (usaha tindakan) dan mulai berlaku
13
T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2003) edisi 2, h. 7 14
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005) h. 284 15
Ety Rochaety dan Ratih Tresnati, Kamus Istilah Ekonomi, (Jakarta: Bumi Aksara,
2003) h. 71
17
Kemudian dari kata itu muncul pada kata keefektifan yang diartikan
dengan kerelaan, hal terkesan, kemajuan, dan keberhasilan.16
Sedangkan dalam
Ensiklopedi Umum efektifitas diartikan dengan menunjukkan taraf tercapainya
suatu tujuan, maksudnya adalah suatu usaha dapat dikatakan efektif kalau usaha
tersebut mencapai tujuannya. Secara ideal efektif dapat dinyatakan dengan ukuran
yang agak pasti tercapai tujuannya.
Untuk itu efektivitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam
mencapai sasaran-sasaran (hasil akhir) yang telah ditetapkan secara tepat.
Pencapaian hasil akhir yang sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan dan
ukuran maupun standar yang berlaku mencerminkan suatu perusahaan tersebut
telah memperhatikan efektvitas operasionalnya,17
2. Kriteria Penilaian Efektivitas
Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilai bahwa suatu
strategi/ perencanaan tersebut berjalan efektif, yaitu mencakup:18
a. Berhasil guna, untuk menyatakan bahwa kegiatan telah dilaksanakan
dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan waktu yang
ditetapkan.
16
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1998), h. 219. 17
Amirullah dan Haris Budiyono, Pengantar Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2004), h. 8 18
Sujadi F.X, O & M Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen, (Jakarta: CV.
Masagung, 1990), cet ke-3, h. 36-39
18
b. Ekonomis, ialah untuk menyebutkan bahwa di dalam usaha pencapaian
efektif itu, maka biaya, tenaga kerja material, peralatan, waktu,
ruangan, dan lain-lain telah dipergunakan dengan setepat-tepatnya
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perencanaan dan tidak
adanya pemborosan serta penyelewengan.
c. Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab, yakni untuk membuktikan
bahwa dalam pelaksanaa kerja sumber-sumber telah dimanfaatkan
dengan setepat-tepatnya haruslah dilaksanakan dengan bertanggung
jawab sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
d. Pembagian kerja yang nyata, yakni pelaksanaan kerja dibagi
berdasarkan beban kerja, dan waktu yang tersedia.
e. Rasionalitas wewenang dan tanggung jawab, artinya wewenang harus
seimbang dengan tanggung jawab, dan harus dihindari adanya
dominasi oleh salah satu pihak atas pihak lainnya.
f. Prosedur kerja yang praktis, yaitu untuk menegaskan bahwa kegiatan
kerja adalah kegiatan yang praktis, maka target efektif dan ekonomis.
Pelaksanaan kerja yang memuaskan tersebut haruslah kegiatan
operasional yang dapat dilaksanakan dengan lancar.
Adapun menurut T. Hani Handoko dalam bukunya Manajemen, beberapa
kriteria dapat digunakan untuk menilai efetivitas perencanaan, yaitu mencakup:19
19
T. Handoko, Manajemen, h. 103-105
19
a. Kegunaan; agar berguna bagi manajemen dalam pelaksanaan fungsi-
fungsinya yang lain, suatu rencana harus fleksibel, stabil,
berkesinambungan, dan sederhana.
b. Ketepatan dan objektivitas; rencana-rencana harus dievaluasi untuk
mengetahui apakah jenis, ringkas, nyata, dan akurat. Berbagai
keputusan dan kegiatan manajemen lainnya hanya efektif bila
didasarjan atas informasi yang tepat.
c. Ruang lingkup; perencanaan perlu memperhatikan prinsip-prinsip
kelengkapan (comprehensiveness), kepaduan (unity), dan konsisten.
d. Efektivitas biaya; efektivitas biaya perencanaan dalam perencanaan
dalam hal ini adalah menyangkut waktu, usaha, dan aliran emosional.
e. Akuntabilitas, ada dua aspek perencanaan: 1) tanggung jawab atas
pelaksanaan perencanaan, dan 2) tanggung jawab atas implementasi
rencana. Suatu perencanaan harus mencakup keduanya.
f. Ketepatan waktu; berbagai perubahan yang terjadi sangat cepat akan
dapat menyebabkan rencana tidak tepat atau sesuai untuk berbagai
perbedaan waktu.
3. Perencanaan yang Efektif
Untuk membuat strategi/perencanaan yang baik, pada dasarnya melalui
empat tahap berikut ini:20
20
T. Handoko¸ Manajemen, h. 79
20
a. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan. Tanpa rumusan tujuan
yang jelas, suatu perusahaan akan menggunakan sumber daya-sumber
daya secara tidak efektif.
b. Merumuskan keadaan saat ini. Pemahaman akan posisi perusahaan
sekarang dari tujuan yang hendak dicapai atau sumber daya-sumber
daya yang tersedia untuk pencapaian tujuan, adalah sangat penting,
karena tujuan dan rencana menyangkut waktu yang akan datang.
Hanya setelah keadaan perusahaan saat ini di analisa, rencana dapat
dirumuskan untuk menggambarkan rencana kegiatan lebih lanjut.
c. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan. Segala kekuatan
dan kelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu diidentifikasikan
untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan.
Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor lingkungan intern dan
ekstern yang dapat membantu organisasi mencapai tujuannya, atau
yang mungkin menimbulkan masalah.
d. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian
tujuan. Tahap terakhir dalam proses perencanaan meliputi
pengembangan berbagai alternatif kegiatan untuk pencapaian tujuan,
penilaian alternatif-alternatif tersebut dan pemilihan alternatif terbaik
(paling memuaskan) diantara berbagai alternatif yang ada.
21
Sebuah strategi/perencanaan dikatakan baik, jika memenuhi persyaratan
berikut ini:21
a. Didasarkan pada sebuah keyakinan bahwa apa yang dilakukan adalah
baik. Standar baik dalam agama Islam adalah yang sesuai dengan
ajaran Islam.
b. Dipastikan betul bahwa sesuatu yang dilakukan memiliki banyak
manfaat. Manfaat ini bukan sekedar untuk orang yang melakukan
perencanaan, tetapi juga untuk orang lain.
c. Didasarkan pada ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan apa yang
akan dilakukan.
d. Dilakukakan studi banding (benchmark). Benchmark adalah
melakukan studi terhadap praktik terbaik dari perusahaan sejenis yang
telah sukses menjalankan bisnisnya.
e. Dipikirkan proses perencanaan agar berjalan maksimal.
B. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Menurut Syafii Antonio dalam buku Manajemen Perbankan Syariah yang
ditulis oleh Gita Danupranata, pembiayaan merupakan salah satu tugas tugas
pokok bank, yaitu pemberian fsilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan
21
Didin Hafinuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2003), h. 90
22
pihak-pihak yang tergolong sebagai pihak yang mengalami kekurangan dana
(deficit unit).22
Sedangkan menurut Muhammad dalam buku Manajemen Bank Syariah,
pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak
kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan.23
2. Macam-Macam Pembiayaan
Menurut sifat penggunaannya, Syafii Antonio dalam buku Manajemen
Perbankan Syariah yang ditulis oleh Gita Danupranata, pembagian pembiayaan
yaitu:24
a. Pembiayaan produktif, yaitu jenis pembiayaan ini ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam definisi yang luas, yaitu
untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan,
maupun investasi.
b. Pembiayaan konsumtif, yaitu jenis pembiayaan yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan
saat dipakai untuk memenuhi kebutuhan.
22
Gita Danupranata, Manajemen Perbankan Syariah, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), h.
103 23
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2005), h. 17 24
Gita Danupranata, Manajemen Perbankan Syariah, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), h.
103
23
Sedang menurut keperluannya, pembiayaan pembiayaan produktif dapat
dibagi menjadi dua jenis, yaitu:25
a. Pembiayaan modal kerja. Jenis pembiayaan ini untuk memenuhi
kebutuhan peningkatan produksi (secara kuantitatif [jumlah hasil
produksi] atau secara kualitatif [peningkatan kualitas atau mutu hasil
produksi]) dan untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of
place dari suatu barang.
b. Pembiayaan investasi. Jenis pembiayaan ini untuk memenuhi
kebutuhan barang-barang modal (capital goods) dan fasilitas-fasilitas
yang erat kaitannya dengan itu.
Menurut Adiwarman Karim dalam bukunya Bank Islam Analisis Fiqh dan
Keuangan, dalam menyalurkan dananya kepada nasabah, secara garis besar
produk pembiayaan syariah terbagi dalam empat kategori yang dibedakan
berdasarkan tujuan penggunaanya, yaitu:26
a. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli
b. Pembiayaan dengan prinsip sewa
c. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
d. Pembiayaan dengan prinsip akad pelengkap
Pembiayaan dengan prinsip jual-beli ditujukan untuk memiliki barang,
sedangkan yang menggunakan prinsip sewa ditujukan untuk mendapatkan jasa.
25
Gita Danupranata, Manajemen Perbankan Syariah, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), h.
103 26
Adiwarman A. Karim, Bank Islam dalam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2010), h. 97
24
Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna
mendapatkan barang sekaligus jasa.
Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank ditentukan di
depan dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang dijual. Produk yang
termasuk dalam kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual-beli,
seperti Murabahah, Salam, dan Istishna serta produk yang menggunakan prinsip
sewa, yaitu Ijarah dan IMBT.
Sedangkan pada kategori ketiga, tingkat keuntungan bank ditentukan dari
besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi-hasil. Pada produk bagi
hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati di muka.
Produk perbankan yang termasuk dalam kelompok ini adalah Musyarakah dan
Mudharabah.27
Dalam buku Kebijakan Manajemen Pembiayaan Bank Syariah yang ditulis
oleh BPRS PNM Al-Ma‟soem, untuk dapat merincikan pembiayaan yang
dilakukan oleh lembaga keuangan dibagi berdasarkan jenisnya, yaitu:28
a. Berdasarkan Tujuan Penggunaanya, dibedakan dalam:
1) Pembiayaan modal kerja, yakni pembiayaan yang ditujukan untuk
memberikan modal usaha seperti antara lain pembelian bahan baku atau
barang yang akan diperdagangkan.
27
Adiwarman A. Karim, Bank Islam dalam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2010), h. 98 28
BPRS PPNM Al-Ma‟soem, Kebijakan Manajemen Bank Syariah, ((Bandung: BPRS
PNM Al-Ma‟soem, 2004), h. 3
25
2) Pembiayaan investasi, yakni pembiayaan yang ditujukan untuk modal
usaha pembelian sarana alat produksi dan atau pembelian barang modal
berupa aktiva tetap/investaris.
3) Pembiayaan konsumtif, yakni pembiayaan yang ditujukan untuk
pembelian suatu barang yang digunakan untuk kepentingan perseorangan
(pribadi).
b. Berdasarkan cara pembayaran/ angsuran bagi hasil, dibedakan dalam:
1) Pembiayaan dengan angsuran pokok dan bagi hasil periodik, yakni
angsuran untuk jenis pokok dan bagi hasil dibayar/ diangsur tiap periodik
yang telah ditentukan, mislanya bulanan.
2) Pembiayaan dengan bagi hasil angsuran pokok periodik dan akhir, yakni
untuk bagi hasil dibayar/diangsur tiap periodik, sedangkan pokok dibayar
sepenuhnya pada saat akhir jangka waktu angsuran.
3) Pembiayaan dengan angsuran pokok dan bagi hasil akhir, yakni untuk
pokok dan bagi hasil dibayar pada saat akhir jangka waktu pembayaran,
dengan catatan jangka waktu maksimal satu bulan.
c. Metode hitung angsuran yang akan digunakan. Ada tiga metode yang
ditawarkan, yaitu:
1) Efektif, yakni angsuran yang dibayarkan selama periode angsuran. Tipe
ini adalah angsuran pokok pembiayaan meningkat dan bagi hasil menurun
dengan total sama dalam periode angsuran.
2) Flat, yakni angsuran pokok dan margin merata untuk setiap periode.
26
3) Sliding, yakni angsuran pokok pembiayaan tetap dan bagi hasilnya
menurun mengikuti sisa pembiayaan (outstanding).
d. Berdasarkan jangka waktu pemberiannya, dibedakan dalam:
1) Pembiayaan dengan jangka waktu pendek umumnya dibawah 1 tahun
2) Pembiayaan dengan jangka waktu menengah, umumnya sama dengan 1
tahun
3) Pembiayaan dengan jangka waktu panjang, umumnya diatas 1 tahun
sampai dengan 3 tahun
4) Pembiayaan dengan jangka waktu diatas tiga tahun dalam yang tertentu,
seperti untuk pembiayaan investasi perumahan, atau penyelamatan
pembiayaan
e. Berdasarkan sektor usaha yang dibiayai, yakni:
1) Pembiayaan sektor perdagangan, contoh: pasar, toko kelontongan, warung
sembako, dll)
2) Pembiayaan sektor industri, contoh: keonveksi, home industry.
3) Pembiayaan konsumtif, contohL pembiayaan kepemilikan motor
C. Pembiayaan Syariah pada Sektor Pertanian
Jenis pembiayaan yang perlu didorong untuk sektor pertanian adalah:29
1. Murabahah
2. Istishna
29
Anton Apriantono, Pembiayaan Syariah di Sektor Pertanian, Kementrian Pertanian
Republik Indonesia
27
3. Salam
4. Musyarakah
5. Mudharabah
6. Ijarah
a) Pembiayaan Murabahah
Murahabah adalah transaksi jual-beli dimana bank menyebut jumlah
keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai
pembeli. Dalam kasus murabahah ini, bank memperoleh barang dari pemasok
yang kemudian dari pemasok tersebut barang diserahkan kepada nasabah.
Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan
(margin). Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu
pembayaran. Harga dicantumkan dalam akad jual-beli dan jika telah disepakati
tidak dapat berubah selama barlakunya akad. Dalam perbankan, murabahah
selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan. Dalam transaksi ini barang
diserahkan segera setelah akad, sementara pembayarannya dilakukan secara
tangguh/cicilan.30
30
Mahmud Thoha dan Yeni Saptia, Efektivitas Model Pembiayaan Syariah dalam Mengembangkan Sektor Pertanian, (Jakarta: LIPI Press, 2010), h. 13-14
28
Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Murabahah31
Rukun dan Syarat Murabahah
Syarat yang harus dipenuhi dalam transaksi murabahah adalah meliputi hal-hal
sebagai berikut:32
1) Jual beli murabahah harus dilakukan atas barang yang telah dimiliki (hak
kepemilikan telah berada di tangan si penjual). Artinya, keuntungan dan
risiko barang tersebut ada pada penjual sebagai konsekuensi dari
kepemilikan yang timbul dari akad yang sah. Ketentuan ini sesua dengan
31
www.ojk.co.id diakses pada 29 April 2016 32
Mardani, Fiqh Ekonomi syariah, (Jakarta: Kencana, 2012) h. 137
29
kaidah, bahwa keuntungan yang terkait dengan risiko dapat mengambil
keuntungan.
2) Adanya kejelasam informasi mengenai besarnya modal dan biaya-biaya
lain yang lazim dikeluarkan dalam jual beli pada suatu komoditas,
semuanya harus diketahui oleh pembeli saat transaksi, ini merupakan suatu
syarat sah murabahah.
3) Adanya informasi yang jelas tentang keuntungan, baik nominal maupun
persentase sehingga diketahui oleh pembeli sebagai salah satu syarat
murabahah.
4) Dalam sistem murabahah, penjual boleh menetapkan syarat pada pembeli
untuk menjamin kerusakan yang tidak tampak pada barang, tetapi lebih
baik syarat seperti itu tidak ditetapkan, karena pengawasan barang
merupakan kewajinam penjual di smaping untuk menjaga kepercayaan
yang sebaik-baiknya.
Aplikasi Pembiayaan Murabahah
Murabahah digunakan untuk kredit penjualan oleh IBI (Islamic Bank
Institution). Subjek yaitu materi/aset yang dipilih oleh pelanggan dan dibeli
oleh IBI dan kemudian dijual kepada pelanggan tersebut atas dasar
penangguhan pembayaran.
30
Konsep agency yang digunakan dalam murabahah yaitu pihak ketiga atau
pelanggan ditunjuk sebagai agen untuk bertindak atas nama IBI.33
Misalnya
pembelian bibit, pupuk, insektisida, penyemprotan manual, dll.
b) Pembiayaan Istishna
Produk istishna menyerupai produk salam, tapi dalam istishna pembayarannya
dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran, skim
istishna dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan
manufaktur dan konstruksi.
Ketentuan umum pembiayaan istishna adalah spesifikasi barang pesanan harus
jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu dan jumlahnya. Harga jual yang telah
disepakati dicantumkan dalam akad istishna dan tidak boleh berubah selama
berlakunya akad. Jika terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan terjadi
perubahan harga setelah akad ditandatangani, seluruh biaya tambahan tetap
ditanggung nasabah.34
33
Davi Hendri, Pedoman Pembiayaan Pertanian sesuai Syariah, Peneliti Mitra pada
BAPPEDA Prov. Sumatera Barat, h. 8 34
Mahmud Thoha dan Yeni Saptia, Efektivitas Model Pembiayaan Syariah dalam
Mengembangkan Sektor Pertanian, (Jakarta: LIPI Press, 2010), h. 14
31
Gambar 2.2 Skema Pembiayaan Istishna35
Rukun dan Syarat Istishna:
Rukun istishna yaitu sebagai berikut:36
1) Al-aqidain (dua pihak yang melakukan transaksi) harus mempunyai hak
membelanjakan harta.
2) Shigat, yaitu segala sesuatu yang menunjukkan aspek suka sama suka dari
kedua belah pihak, yaitu penjual dan pembeli.
3) objek yang ditransaksikan, yaitu barang produksi.
Adapun syarat istishna menurut pasal 104 sampai dengan Pasal 108 Kompilasi
Hukum Ekonomi Syariah yaitu sebagai berikut:37
1) Ba‟i Istishna mengikat setelah masing-masing pihak sepakat atas barang
yang dipesan.
35
www.ojk.go.id diakses pada 29 April 2016 36
Mardani, Fiqh Ekonomi syariah, (Jakarta: Kencana, 2012) h. 124 37
Mardani, Fiqh Ekonomi syariah, (Jakarta: Kencana, 2012) h.125-126
32
2) Ba‟i Istishna dapat dilakukan pada barang yang bisa dipesan.
3) Dalam ba‟i istishna, identifikasi dan deskripsi barang yang dijual harus
sesuai permintaan pemesanan.
4) Pembayaran dalam ba‟i istishna dilakukan pada waktu dan tempat yang
disepakati.
5) Setelah akad jual beli pesanan mengikat, tidak satu pun boleh tawar-
menawar kembali terhadap isi akad yang sudah disepakati.
6) Jika objek dari barang pesanan tidak sesuai dengan spesifikasi, maka
pemesanan dapat menggunakan hak pilihan (khiyar) untuk melanjutkan
atau mebatalkan pemesanan
Aplikasi Pembiayaan Istishna
Istishna adalah modus pembiayaan yang dapat digunakan untuk aset/ barang/
yang memerlukan pengolahan/penambahan nilai. Ini dapat digunakan untuk
pembiayaan bangunan pertanian, mesin, fabrikasi dan jenis aset lainnya yang
digunakan dalam sektor pertanian.38
c) Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum
ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran
dilakukan tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai
penjual.
Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan kepada bank, maka
bank akan menjualnya kepada rekanan nasabah atau kepada nasabah itu sendiri
38
Davi Hendri, Pedoman Pembiayaan Pertanian sesuai Syariah, Peneliti Mitra pada
BAPPEDA Prov. Sumatera Barat, h. 10
33
secara tunai atau cicilan. Harga jual yang telah ditetapkan oleh bank adalah
harga beli bank dari nasabah ditambah keuntungan. Dalam hal bank
menjualnya secara tunai biasa disebut pembiayaan talangan (bridging
financing). Sedangkan dalam hal bank menjualnya secara cicilan, kedua pihak
harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran.
Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak
dapat berubah selama berlakunya akad. Umumnya transaksi ini diterapkan
dalam pembiayaan barang yang belum ada seperti pembelian komoditi
pertanian oleh bank untuk kemudian dijual kembali secara tunai atau cicilan.39
Gambar 2.3 Skema Pembiayaan Salam40
39
Mahmud Thoha dan Yeni Saptia, Efektivitas Model Pembiayaan Syariah dalam
Mengembangkan Sektor Pertanian, (Jakarta: LIPI Press, 2010), h. 14-15 40
Anton Apriantono, Pembiayaan Syariah di Sektor Pertanian, Kementrian Pertanian
Republik Indonesia
34
Rukun dan Syarat Salam
Sebagaimana jual beli, dalam akad salam harus terpenuhi rukun dan syaratnya.
Adapun rukun salam menurut jumhur ulama yaitu:41
1. Shigat, yaitu ijab dan kabul.
2. „aqidain (dua orang yang melakukan transaksi), yaitu orang yang memesan
dan orang yang menerima pesanan, dan
3. Objek transaksi, yaitu harga dan barang yang dipesan.
Adapun syarat-syarat dalam salam sebagai berikut:42
1. Uangnya dibayar di tempat akad, berarti pembayaran dilakukan terlebih
dahulu.
2. Barangnya menjadi utang bagi penjual.
3. Barangnya dapat diberikan sesuai waktu yang dijanjikan. Berarti pada
waktu dijanjikan barang itu harus sudah ada. Oleh sebab itu, men-salam
buah-buahan pada waktunya ditentukan bukan pada musimnya tidak sah.
4. Barang tersebut hendaklah jelas ukurannya, takarannya, ataupun
bilangannya, menurut kebiasaan cara menjual barang semacam itu.
5. Diketahu dan disebutkan sifat-sifat dan macam barangnya dengan jelas,
agar tidak ada keraguan yang akan mengakibatkan perselisihan antara
kedua belah pihak. Dengan sifat itu, berarti harga dan kemauan orang pada
barang tersebut dapat berbeda.
6. Disebutkan tempat penerimaannya.
41
Mardani, Fiqh Ekonomi syariah, (Jakarta: Kencana, 2012) h. 113-114 42
Mardani, Fiqh Ekonomi syariah, (Jakarta: Kencana, 2012) h. 114
35
Aplikasi Pembiayaan Salam
Salam digunakan untuk memfasilitasi petani pelanggan yang membutuhkan
modal kerja/ pembiayaan berjalan. pembeli memiliki keuntungan dari
pembelian komoditas pada harga relatif lebih rendah. Pada sisi lain, penjual
akan mendapat yang dari item-item/ komoditi yang belum dihasilkannya. Hal
ini mungkin membantu dia untuk memenuhi kebutuhan modal kerja,
persyaratan kerja, dll.43
Misalnya, pemliharaan pertanian, mesin, penerapan
dan modal kerja lainnya, biaya tenaga kerja, air, biaya kebutuhan lainnya.
d) Pembiayaan Musyarakah
Syirkah menurut bahasa berarti percampuran (al-ikhtilath). Dalam literatur
berbahasa Inggris, syirkah disebut juga dengan “partnership”. Lembaga-
lembaga keuangan islam menerjemahkannya dengan istilah “participation
financing”. Secara terminologi, ada beberapa definisi syirkah yang
dikemukakan oleh beberapa ulama fiqh. Pertama, menurut ulama malikiyah,
syirkah adalah suatu keizinan untuk bertindak secara hukum bagi dua orang
yang bekerjasama terhadap harta mereka. Kedua, definisi yang dikemukakan
oleh ulama Syafiiyah dan Hanabilah, menurut mereka, syirkah adalah hak
bertindak hukum bagi dua orang atau lebih pada sesuatu yang mereka sepakati.
Ketiga, definisi yang dikemukakan oleh ulama Hanafiyah. Menurut mereka,
43
Davi Hendri, Pedoman Pembiayaan Pertanian sesuai Syariah, Peneliti Mitra pada
BAPPEDA Prov. Sumatera Barat, h. 9
36
asy-syirkah adalah akad yang dilakukan oleh orang-orang yang bekerjasama
dalam modal dan keuntungan.44
Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Syirkah (musyarakah) adalah
kerjasama antara dua orang atau lebih dalam hal permodalan, keterampilan,
atau kepercayaan dalam usaha tertentu dengan pembagian keuntungan
berdasarkan nisbah.45
Rukun dan Syarat Musyarakah
Hanafiyah berpendapat bahwa rukun syirkah hanyaada satu, yaitu shigat (ijab
dan kabul) karena shigat-lah yang mewujudkan adanya transaksi syirkah. 46
Mayoritas ulama berpendapat bahwa rukun syirkah ada empat, yaitu: shigat,
dua orang yang melakukan transaksi („aqidhain), dan objek yang
ditransaksikan. Shigat yaitu ungkapan yang keluar dari masing-masing dua
pihak yang bertransaksi yang menunjukkan kehendak untuk melaksanakannya,
shigat terdiri dari ijab dan qabul yang sah dengan semua hal yang
menunjukkan maksud syirkah, baik berupa perbuatan maupun ucapan.
„Aqidhain adalah dua pihak yang melakukan transaksi. Syirkah tidak sah
kecuali dengan adanya kedua belah pihak ini. Disyaratkan bagi keduanya
adanyya kelayakan melakukan transaksi (ahliyah al-„aqad, yaitu balig, berakal,
pandai, dan tidak dicekal untuk membelanjakan harta. Adapun objek syirkah,
yaitu modal pokok. Ini bisa berupa harta yang terutang atau benda yang tidak
44
AH. Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Jakarta Press. 2005) h. 129 45
Mardani, Fiqh Ekonomi syariah, (Jakarta: Kencana, 2012) h. 220 46
Mardani, Fiqh Ekonomi syariah, h. 220-221
37
diketahui karena tidak dapat dijalankan sebagaimana yang menjadi tujuan
syirkah, yaitu mendapat keuntungan.
Adapun yang menjadi syarat syirkah menurut kesepakatan ulama, yaitu:
a. Dua pihak yang melakukan transaksi mempunyai kecakapan/ keahlian
(ahliyah) untuk mewakilkan dan menerima perwakilan. Demikian ini
dapat terwujud bila seseoranga berstatus merdeka, balig, dan pandai
(rasyid). Hal ini karena masing-masing dari dua pihak itu posisinya
sebagai mitra jika ditinjau dari segi adilnya sehingga ia menjadi wakil
mitranya dalam membelanjakan hartanya.
b. Modal syirkah diketahui.
c. Modal syirkah ada pada saat transaksi.
d. Besarnya keuntungan diketahui dengan penjumlahan yang berlaku, seperti
setengah, dan lain sebagainya.
Ketentuan umum pembiayaan Musyarakah sebagai berikut:47
a. Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan
dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal bentuk turut serta dalam
menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.
Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah dan tidak
boleh melakukan tindakan seperti:
1) Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.
47
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011) h. 102-103
38
2) Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa izin pemilik
modal lainnya.
3) Memberi pinjaman kepada pihak lain.
4) Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau digantikan
oleh pihak lain.
5) Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila:
a) Menarik diri dari perserikatan
b) Meninggal dunia
c) Menjadi tidak cakap hukum
6) Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu
proyek harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai prosi
kesepakatan, sedangkan kerugian dibagi sesuai dengan porsi kontribusi
modal.
7) Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah
proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi
hasil yang telah disepakati untuk bank.
39
Gambar 2.4 Skema Pembiayaan Musyarakah48
Aplikasi pembiayaan Musyarakah
Musyarakah dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja dan
membiayai proyek dari jangka pendek (short term financing) sampai jangka
panjang (term financing). Penertibatan sertifikat dan berbagai kebutuhan
keuangan lainnya juga bisa terstruktur dalam model ini.49
d) Pembiayaan Mudharabah
Secara spesisifik terdapat bentuk musyarakah yang popular dalam produk
perbankan syariah yaitu mudharabah. Mudharabah adalah bentuk kerjasama
anatara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal kepada pengelola modal
(mudhorib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini
menegaskan kerjasama dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari
shahibul maal dan keahlian dari mudharib.
48
www.ojk.go.id diakses pada 15 April 2016 49
Davi Hendri, Pedoman Pembiayaan Pertanian sesuai Syariah, Peneliti Mitra pada
BAPPEDA Prov. Sumatera Barat, h. 11
40
Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil shabil al-maal dalam
manajemen proyek. Sebagai orang kepercayaan, mudharib hanya bertindak
hati-hati dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat
kelalaian. Sedangkan sebagai wakil shahib al-maal dia diharapkan untuk
mengelola modal dengan cara tertentu untuk menciptakan laba optimal.
Perbedaan antara musyarakah dan mudharabah terletak pada besarnya
kontribusi atas manajemen dan keuangan atau salah satu diantaranya. Dalam
mudharabah, modal hanya berasal dari satu pihak, sedangkan dalam
musyarakah modal berasal dari dua pihak atau lebih.50
Gambar 2.5 skema pembiayaan mudharabah51
Rukun dan Syarat Mudharabah:
Ulama Hanafiyah mengemukakan bahwa rukun mudharabah adalah ijab dan
qabul. Sedangkan menurut jumhur ulama yaitu: 1).orang yang berakad, 2).
Modal, pekerjaan, dan keuntungan, 3). Shigat (ijab dan qabul).52
50
Mahmud Thoha dan Yeni Saptia, Efektivitas Model Pembiayaan Syariah dalam
Mengembangkan Sektor Pertanian, (Jakarta: LIPI Press, 2010), h. 17 51
www.ojk.go.id diakses pada 29 April 2016
41
Adapun syarat-syarat mudharabah adalah sebagai berikut:53
1. Modal atau barang yang diserahkan ini berbentuk uang tunai. Apabila
barang itu berbentuk emas atau perak batangan (tabar), maka emas hiasan
atau barang dagangan lainnya, mudharabah tersebut batal.
2. Bagi orang yang melakukan akad disyaratkan mampu melakukan tasaruf,
maka dibatalkan akad anak-anak yang masih kecil, orang gila, dan orang-
orang yang berada dibawah pengampuan.
3. Modal harus diketahui dengan jelas agar dapat dibedakan antara modal
yang diperdagangkan dan laba atau keuntungan dari perdagangan tersebut
yang akan dibagikan kepada dua belah pihak sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakati.
4. Keuntungan yang akan menjadi milik pengelola dan pemilik modal harus
jelas presentasenya, umpamanya setengah, sepertiga, atau seperempat.
5. Melafazkan ijab dari pemilik modal – misalnya aku serahkan uang ini
kepadamu untuk dagang jika ada keuntungan akan dibagi dua – dan kabul
dari pengelola.
6. Mudharabah bersifat mutlak, pemilik modal tidak mengikat pengelola
harta untuk berdagang di negara tertentu, memperdagangkan barang-
barang tertentu, pada waktu-waktu tertentu, sementara di waktu lain tidak
terkena persyaratan yang mengikat sering menyimpang dari tujuan akad
mudharabah, yaitu keuntungan. Bila dalam mudharabah ada persyaratan-
persyaratan, maka mudharabah tersebut menjadi rusak (fasid) menurut
52
AH. Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Jakarta Press. 2005) h. 135 53
Mardani, Fiqh Ekonomi syariah, (Jakarta: Kencana, 2012) h. 198-199
42
pendapat Syafii dan Maliki. Adapun menurut Abu Hanifah dan Ahmad
Ibn Hambal, mudharabah tersebut sah.
Menurut pasal 231 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, syarat-syarat
mudharabah, yaitu sebagai berikut:54
1. Pemilik modal wajib menyerahkan dana dan, atau barang yang
berharga kepada pihak lain untuk melakukan kerja sama dalam usaha.
2. Penerima modal menjalankan usaha dalam bidang yang disepakati.
3. Kesepakatan bidang usaha yang akan dilakukan ditetapkan dalam
akad.
Aplikasi Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah seperti halnya dapat digunakan untuk sebagian besar kebutuhan
pembiayaan pada sektor pertanian.55
e) Pembiayaan Ijarah
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi, pada dasarnya
prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak
pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang,
pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.
Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakannya
kepada nasabah, karena itu dalam perbankan syariah dikenal ijarah
54
Mardani, Fiqh Ekonomi syariah, (Jakarta: Kencana, 2012) h. 198-199 55
Davi Hendri, Pedoman Pembiayaan Pertanian sesuai Syariah, Peneliti Mitra pada
BAPPEDA Prov. Sumatera Barat, h. 11
43
muntahiya bittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan).
Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian.56
Gambar 2.6 Skema Pembiayaan Ijarah57
Aplikasi Pembiayaan Ijarah
Berkebalikan dengan model pembiayaan berbasis perdagangan lainnya, ijarah
adalah kontraj terus-menerus yang memiliki fleksibilitas kenaikan dalam
jumlah sewa selama kepemilikan tersebut. Ijarah adalah modus pembiayaan
sangat bergunan khusus untuk jangka panjang dengan opsi untuk mengubah
sewa sesuai aturan ijarah. Biasanya aset jangka panjang tidak layak untuk
model pembiayaan berbasis perdagangan meskipul skenario dari akad diubah
namun tidak mempengaruhi harga dengan cara apapun, sementara hal ini
56
Mahmud Thoha dan Yeni Saptia, Efektivitas Model Pembiayaan Syariah dalam
Mengembangkan Sektor Pertanian, (Jakarta: LIPI Press, 2010), h. 15-16 57
www.ojk.go.id diakses pada 29 April 2016
44
dapat digunakan untuk hampir semua pembiayaan berbagai jenis mesin dan
kebutuhan peralatan seperti tabung, traktor atau bangunan dan pembiayaan
lahan, dsb.58
D. Tinjauan Kajian Terdahulu
Untuk menjaga nilai keaslian (orisinalitas) dalam penelitian kali ini,
maka perlu penulis sajikan penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan
tema yang penulis ajukan. Berikut ini adalah penelitian-penelitian yang pernah
dilakukan dengan materi yang akan dibahas:
1. Efektivitas Pembiayaan Agribisnis Bank Syariah dalam Pemberdayaan
Petani (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Pusat)-
(Ibnu Ubaedillah, Mahasiswa FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2011)
Penelitian ini dilakukan di PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Pusat,
dalam penelitian ini dijelaskan bagaimana prosedur yang dilakukan bank
Muamalat Indonesia dalam melakukan pembiayaan guna memberdayakan petani,
dijelaskan pula bahwa Bank Muamalat Indonesia melakukan kerjasama dengan
koperasi yang memang dibawah naungan Bank Muamalat Indonesia dalam
pengajukan pembiayaan ini. PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. sebagai shahibul
mal tidak secara langsung memberikan pembiayaan pada petani melainkan pada
58
Davi Hendri, Pedoman Pembiayaan Pertanian sesuai Syariah, Peneliti Mitra pada
BAPPEDA Prov. Sumatera Barat, h. 10-11
45
anggota-anggota koperasi. Kemudian pembiayaan yang dilakukan oleh PT Bank
Muamalat Indonesia tidak khusus untuk membiayai sektor pertanian, melainkan
perkebunan khususnya perkebunan kelapa sawit.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menganalisis secara
deskriptif. Sedangkan pengumpulan data menggunakan metode studi dokumentasi
dan metode wawancara.
Fokus
Pembahasan
Metode
Penelitian
Objek Penelitian Perbedaan
Efektifitas
Pembiayaan
Agribisnis dalam
Pemberdayaan
Petani
Kualitatif-
Desktiptif analitis
PT. Bank
Muamalat
Indonesia Tbk.
Pusat
- Fokus
pembahasan
adalah efektifitas
pembiayaan
agribisnis dan
tidak membahas
pengaruh dari
pemberian
pembiayaan
tersebut terhadap
pemberdayaan
petani
46
- Deskriptif-
Analitis
2. Analisis Pengaruh Pembiayaan Qardhul Hasan Terhadap Pendapatan
Petani (Studi Pada Lembaga Pertanian Sehat Dompet Dhuafa Cluster
Cianjur)- (Zikril Hakim, Mahasiswa FSH UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2012)
Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pertanian Sehat milik dompet dhuafa
cluster Cianjur, dalam penelitian ini dijelaskan bahwa untuk memperoleh
pembiayaan, dan didapat pula bahwa tidak terdapat pengaruh antara penyaluran
pembiayaan terhadap pendapatan petani.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis data
menggunakan analisis deskriptif variabel dan uji koefisiensi determinasi.
Fokus
Pembahasan
Metode
Penelitian
Objek Penelitian Perbedaan
Pengaruh
pembiayaan
qardhul hasan
terhadap
pendapatan petani
Kuantitatif Lembaga
Pertanian Sehat
Dhompet Dhuafa
Cluster Cianjur
-Metode
Kuantitatif
-membahas
pengaruh
pembiayaan
47
Qardhul Hasan
terhadap
pendapatan petani
3. Peran Perbankan Syariah dalam Pembiayaan Sektor Pertanian di
Indonesia- Forum Penelitian Agro Ekonomi Volume 27 No.1, Juli 2009:
13- 27 oleh Ashari
Dalam penelitian ini diketahui bahwa belum optimalnya dukungan
perbankan dalam alokasi kredit ke sektor pertanian merupakan tantangan bagi
pemerintah, pelaku usaha pertanian dan pihak perbankan untuk dicari solusinya.
Pemerintah sebagai pihak yang memiliki kewenangan dalam regulasi seyogyanya
memiliki keberanian untuk membuat terobosan kebijakan di sektor perbankan
yang lebih pro-pertanian dan usaha mikro kecil di perdesaan. Terkait dengan
masih sulitnya pelaku usaha pertanian (terutama petani) akibat kendala
persyaratan collateral, pemerintah dapat membantu dengan fasilitasi program
sertifikasi lahan secara berkelanjutan. Pemerintah perlu juga menyusun buku
pintar komoditas yang membahas secara lengkap dan proporsional “a to z” terkait
dengan komoditas pertanian. Hal ini dimaksudkan agar dengan buku tersebut
dapat dijadikan panduan dalam pengembangan bisnis bank, misalnya bagi account
officer (AO) dan pengambil keputusan di perbankan ketika melakukan
persetujuan kredit/pembiayaan.
48
Pelaku usaha di sektor pertanian juga harus membuat terobosan dan
langkah-langkah kongkret agar sektor pertanian “laku jual” dan memang layak
diberikan dukungan dana yang memadai. Profesionalitas dan integritas moral
pelaku usaha pertanian harus menjadi prioritas untuk segera dibenahi. Ibaratnya
uang akan mengalir ke tempat yang paling menguntungkan masih menjadi pakem
praktisi perbankan. Artinya perbankan akan secara otomatis mengalokasikan dana
pada usaha-usaha yang memiliki ekspektasi paling menguntungkan.
Pelaku perbankan diharapkan juga lebih proporsional dan tidak apriori terhadap
pembiayaan di sektor pertanian. Dengan luasnya cakupan usaha, komoditas, skala
usaha, maupun karakteristik pelaku di sektor pertanian diharapkan memunculkan
upaya-upaya terobosan dalam penyusunan skim kredit sesuai dengan pelaku usaha
pertanian yang beragam tersebut. Untuk itu, perlu upaya yang terencana dan
sistematis untuk meningkatkan pemahaman terhadap sektor pertanian yang lebih
baik bagi petugas analisis kredit/account officer di setiap perbankan. Pemerintah
dapat memfasilitasi dengan mengadakan seminar/ workshop/training bagi banker
tentang segala aspek terkait dengan sektor pertanian beserta prospek pembiayaan
di sektor tersebut.
Sementara itu, alternatif pendirian Bank Pertanian walaupun dipandang
ideal tetapi cukup kompleks dalam implementasinya dan memerlukan proses yang
panjang. Hal praktis yang dapat dilakukan pemerintah adalah memanfaatkan
semaksimal mungkin lembaga pembiayaan yang telah eksis untuk didorong agar
memiliki kepedulian yang lebih besar terhadap sektor pertanian. Untuk
memperlancar penyaluran kredit perbankan ke pelaku usaha pertanian yang
49
mayoritas di pedesaan, perlu diintensifkan kegiatan lingkage program antara
perbankan dengan BPR maupun LKM yang telah banyak tumbuh dan
berkembang di wilayah perdesaan
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, yaitu pendekatan yang digunakan karena beberapa pertimbangan
yaitu bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak lazim mengidentifikasikan suatu
konsep, serta memberikan kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala
ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik, dan unik bermakna di
lapangan.59
Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller dalam Burhan
Bungin pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang
dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif. Pengamatan kuantitatif
melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertetu. Untuk menemukan
sesuatu dalam pengamatan, pengamatan harus mengetahui apa yang menjadi
ciri sesuatu itu.60
Dipihak lain kualitas menunjukan segi alamiah yang dipertentangkan
dengan kuantum atau jumlah tersebut. Atas dasar pertimbangan itulah maka
kemudian penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang
tidak mengadakan perhitungan.61
59
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003) h. 39 60
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2001) h. 2 61
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif,h. 3
51
Penulis buku penelitian kualitatif Denzim dan Lincoln dalam Lexy J.
Moleong menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang
terjadi dan dilakukan dengan jalan yang melibatkan berbagai metode yang
ada.62
Dari kajian tentang definisi-definisi tersebut dapatlah disintesiskan
bahwa penelitian kualitatif afalah penelitian yang dimaksud untuk memahami
fenomena tentang yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk meneliti secara
mendalam, mentajikan data secara akurat, kemudian melihat dan menilai
efektivitas BMT Beringharjo dalam menyalurkan pembiayaan pada sektor
pertanian.
B. Jenis dan Sumber Penelitian
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang
didapat dari penelitian lapangan, penelitian lapangan ide pentingnya adalah
62
62
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif,h. 5
52
bahwa penelit berangkat ke „lapangan‟untuk mengadakan pengamatan
tentang sesuatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah atau „in situ‟
Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa sumber data yang
didapat oleh penulis dalam menunjang data yang didapat sebelumnya,
sehingga peneliti mendapatkan data yang valid, diantaranya:
1. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung oleh pengumpul data dari objek
risetnya.63
Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari wawancara dengan
pengurus BMT Beringharjo Cabang Nganjuk yang menangani masalah produk
penyaluran pembiayaan syariah pada sektor pertanian. Data yang terkumpul
merupakan gambaran umum tentang BMT Beringharjo dan strategi
penyaluran pembiayaan syariah pada sektor pertanian yang dilakukan oleh
BMT Beringharjo KC Nganjuk.
2. Data Sekunder
Yaitu semua data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek
yang diteliti.64
Data sekunder ini meliputi data yang bersumber dari buku-
buku atau laporan yang terkait dengan penyaluran pembiayaan pertanian.
63
HM. Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2004), h. 69 64
HM. Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2004), h. 69,
53
C. Wilayah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di BMT Beringharjo Kantor Cabang Nganjuk
yang berada di Jalan Soetomo 66 E Nganjuk Jawa Timur.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan suatu cara atau proses yang
sistematis dalam pengumpulan, pencatatan, dan penyajian fakta untuk tujuan
tertentu.65
Dalam penelitian ini menggunakan instrumen sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi.
Dalam proses ini, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang
berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut
ialah: pewawancara, responden, topik penelitian yang tertuang dalam
daftar pertanyaan, dan situasi wawancara.66
Dalam penelitian ini, peneliti
akan melakukan wawancara kepada pimpinan BMT Beringharjo KC
Nganjuk khususnya pimpinan yang menangani masalah penyaluran
pembiayaan pada sektor pertanian.
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:67
65
HM. Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manuisa, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2004), h. 66 66
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3S, ) h.
192 67
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2001), h. 189-190
54
a. Terstruktur
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya
menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan. Dalam jenis ini, peneliti akan membuat draft pertanyaan yang
disusun secara rapi dan ketat sesuai dengan kriteria penelitian.
b. Tidak Terstruktur
Wawancara tak terstruktur merupakan wawancara yang berbeda
dengan yang tidak terstruktur. Cirinya kurang diinterupsi dan arbiter.
Wawancara semacam ini digunakan untuk menemukan informasi yang
bukan baku atau informasi tunggal. Peneliti menggunakan jenis ini juga
karena peneliti ingin menanyakan sesuatu secara lebih mendalam lagi pada
seorang subjek tertentu dan juga peneliti ingin mengungkapkan motivasi,
maksud, atau penjelasan dari responden.
2. Observasi
Observasi adalah usaha untuk memperoleh dan mengumpulkan
data dengan melakukan pengamatan terhadap suatu kegiatan secara akurat,
serta mencatat fenomena yang muncul serta mempertimbangkan hubungan
antar aspek dalam fenomena tersebut.
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia
dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain
pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Metode
observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
55
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.68
Dalam
penelitian ini, peneliti akan melakukan observasi terhadap proses BMT
Beringharjo dalam memberikan pembiayaan pertanian ini kepada para petani
daerah Nganjuk yang memakai produk pembiayaan pertanian ini.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah data pendukung yang memperkuat data primer
yang didapat dari sumber data berupa dokumentasi dan laporan.
Studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat
oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Studi dokumentasi
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatatif untuk
mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media
tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek
yang bersangkutan69
E. Teknik Analisis Data
Pada dasarnya dan pada prinsipnya, semua teknik analisis data
kualitatif adalah sama, yaitu melewati prosedur pengumpulan data, input data,
analisis data, penarikan kesimpulan dan verifikasi, dan diakhiri dengan
penulisan hasil temuan bentuk narasi.70
68
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 115 69
Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2012), h. 143 70
Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, h. 163
56
Teknik analisis data yang lebih dipahami dan lebih sesuai adalah
teknik analisis data model interaktiif menurut Miles & Huberman yang terdiri
atas empat tahapan yang harus dilakukan. Pertama adalah tahap pengumpulan
data, tahapan kedua adalah tahap reduksi data, tahapan ketiga adalah tahap
display data, dan tahapan keempat adalah tahap penarikan kesimpulan
dan/atau tahap verifikasi.
Proses pengumpulan data dilakukan sebelum penelitian, pada saat
penelitian, dan bahkan di akhir penelitian. Inti dari reduksi data adalah proses
penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi
satu bentuk tulisan yang akan dianalisis. Display data adalah mengolah data
setengan jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki
alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks kategorisasi sesuai tema-tema
yang sudah dikelompokkan dan dikategorikan, serta akan memecah tema-
tema yang sudah dikelompokkan dan dikategorikan, serta akan memecah
tema-tema tersebut ke dalam bentuk yang lebih konkrit dan sederhana yang
disebut dengan subtema yang diakhiri dengan memberikan coding dari
subtema tersebut sesuai dengan verbatim wawancara yang sebelumnya telah
dilakukan. Kesimpulan merupakan tahap akhir dalam rangkaian analisis data
kualitatif menurut model interaktif yang dikemukakan oleh Miles &
Huberman, secara esensial berisi tentang uraian dari seluruh subkategorisasi
tema yang tercantum pada tabel kategorisasi dan pengodean yang telah
terselesaikan disertai dengan quote verbatim wawancara.71
71
Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, h. 164-179
57
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode deskriptif72
analisis, yaitu suatu teknik data dimana penulis lebih dahulu memaparkan
semua data yang diperoleh dari hasil pengamatan secara sistematis, lalu
diklarifikasi untuk dianalisis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan
penelitian, untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk laporan ilmiah.
Pengukuran Efektivitas Keuangan73
Efektivitas = Realisasi x 100%
Target
Untuk mengukur suatu keefektivitasan, maka dapat digunakan indikator
sebagai berikut:74
72
Moch Nadzir, Metode Penelitian, (Bogor: Graha Indonesia, 2011), hlm. 54 73
Putu Yemima Clay Clarita, dkk., “ Analisis Efektivitas Pemberian Kredit Dalam
Rangka Mengoptimalkan Alokasi Dana Bank (Studi pada PT. Bank Jatim Cabang Batu periode
2011-2013)”, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 15 (Oktober 2014): h. 4 74
Putu Yemima Clay Clarita, dkk., “ Analisis Efektivitas Pemberian Kredit Dalam
Rangka Mengoptimalkan Alokasi Dana Bank (Studi pada PT. Bank Jatim Cabang Batu periode
2011-2013)”, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 15 (Oktober 2014): h. 4
58
Tabel 3.1
Klasifikasi Pengukuran Efetivitas
Presentase Kriteria
>100% Sangat Efektif
90-100% Efektif
80-90% Cukup Efektif
60-80% Kurang Efektif
<60% Tidak Efektif
( Sumber: Depdagri, Kepemendagri No 690.900.327 tahun 1996)
F. Uji Keabsahan Data
Lexy J. Moleong dalam bukunya Metodelogi Kualiatif, dalam
menentukan keabsahan data salah satunya adalah dengan melakukan
tiangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Triangulasi yang dipilih adalah triangulasi sumber data. Triangulasi
dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan: (1)
membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara; (2)
membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
59
dikatakannya secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-
orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang
waktu; (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengan atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan; (5)
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.75
G. Teknik Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengacu pada “Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012”. Buku ini merupakan rujukan
ilmiah bagi para peneliti mahasiswa UIN Jakarta, khususnya mahasiswa
Fakultas Syariah dan Hukum yang sedang menyusun tugas akhir untuk
memperoleh gelar sarjana.
75
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2001), h. 330-331
82
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Pertanian Nganjuk
1. Letak Geografis
Luas wilayah administratif Kabupaten Nganjuk adalah 1.224.331 Km2
atau
setara dengan 122.433 Ha yang terdiri dari atas:
Tanah sawah 43.052 Ha
Tanah kering 32.373 Ha
Tanah hutan 47.007 Ha
Dengan batas-batas wilayah, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten
Bojonegoro, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Kabupaten
Tulungagung, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Jombang dan
Kabupaten Kediri, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo dan
Kabupaten Madiun. Kabupaten Nganjuk merupakan salah satu kabupaten di
Provinsi Jawa Timur yang terletak di bagian barat dari wilayah Provinsi Jawa
Timur pada koordinat 111° 5‟ – 112° 13‟ Bujur Timur dan 7° 20‟ – 7° 50‟ Lintang
Selatan.
Dengan wilayah yang terletak di dataran rendah dan pegunungan,
Kabupaten Nganjuk memiliki kondisi dan struktur tanah yang cukup produktif
untuk berbagai jenis tanaman, baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan
sehingga sangat menunjang pertumbuhan ekonomi di bidang pertanian. Kondisi
61
dan struktur tanah yang produktif ini sekaligus ditunjang adanya sungai Widas
yang mengalir sepanjang 69,332 km dan mengairi daerah seluas 3.236 Ha, dan
sungai Brantas yang mampu mengairi sawah seluas 12.705 Ha.
Jumlah curah hujan per bulan selama 2002 terbesar terjadi pada bulan
Januari yaitu 7.416 mm dengan rata-rata 436 mm. Sedangkan terkecil terjadi pada
bulan November dengan jumlah curah hujan 600 mm dengan rata-rata 50mm.
Pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober tidak terjadi hujan sama sekali.76
2. Kondisi Demografi
Pertumbuhan penduduk Kabupaten Nganjuk bertambah terus, dari
1.000.132 jiwa pada tahun 2008 menjadi 1.025.640 pada pertengahan tahun 2012,
dengan perincian jumlah penduduk laki-laki sebesar 510.360 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan sebesar 515.280 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk
Kabupaten Nganjuk selalu meningkat dari tahun ke tahun, yaitu 817 jiwa per km2
pada tahun 2008 menjadi 838 jiwa per km2 pada tahun 2012. Hasil Sensus
Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa komposisi penduduk di Kabupaten
Nganjuk didominasi oleh penduduk muda dan dewasa. Namun demikian
komposisi penduduk anak-anak dibawah 14 tahun masih cukup tinggi yaitu 24.62
persen. Sedangkan penduduk pada kelompok umur 20–24 tahun mengalami
penurunan, hal ini bisa dijelaskan karena sebagian penduduk pada kelompok umur
76
Profil Kabupaten Nganjuk dari http://www.nganjukkab.go.id/ diakses pada 11 Mei 2016
62
tersebut tinggal di luar wilayah Kabupaten Nganjuk baik untuk bekerja maupun
melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi.77
3. Potensi Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor andalan dalam perekonomian
kabupaten Nganjuk. Sedangkan komoditi sayuran yang menonjol adalah bawang
merah. Sentra produksi bawang merah di Kabupaten Nganjuk adalah : Kecamatan
Rejoso, Kecamatan Sukomoro, Kecamatan Bagor dan Kecamatan Gondang.
Selain tanaman pangan dan sayuran, Kabupaten Nganjuk penghasil buah-
buahan/hortikultura yang potensial, antara lain : melon, semangka, mangga, jeruk,
durian, alpokat, duku, rambutan, pepaya, sawo dan salak
Tabel 4.1
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Nganjuk78
77
Profil Kabupaten Nganjuk dari http://www.nganjukkab.go.id/ diakses pada 11 Mei
2016
63
B. Profil BMT Beringharjo
1. Informasi BMT Beringharjo79
a) Nama KJKS/UJKS : KJKS BMT BERINGHARJO
b) Nomor Badan Hukum : 157/BH/KWK-12/V/1997
c) Tanggal Badan Hukum : 17 Mei 1997
d) PAD : 89/PAD/MENEG.I/X/2006
Tanggal 13 Oktober 2006
e) Pengawas Manajemen
Drs. H. Syafaruddin Alwi, MS
Drs. Erie Sudewo, MDM
f) Pengawas Syari‟ah : Prof. Dr. Amir Mu‟allim, MIS.
g) Konsultan Kelembagaan : Ir. Syahbenol Hasibuan, MBA
h) Susunan Pengurus
Ketua : Dra. Mursida Rambe
Sekretaris : Ninawati, SH.
Bendahara : Moh. Affan Hamdani, SE.
Anggota : Rury Febrianto,SE. MM.
i) Susunan Pengelola Pusat
General Manager : Rury Febrianto,SE. MM.
Manager Ops & Keuangan : Ahmad Sadjid Laeli,S.Si
Manager Marketing & Pembiayaan : Nazaruddin M.Diah, SH.
79
Arsip BMT Beringharjo
64
Manager Pengendalian Internal : Rida Artari, ST.
j) Jumlah Karyawan : 134 Orang
k) Jumlah Anggota yang Dilayani: + 47 000
l) Out Standing : 100 Milyar (Desember 2015)
m) Funding : 110 Milyar (Desember 2015)
2. Sejarah BMT Beringharjo80
Berdirinya Baitul Maal wat Tamwil Beringharjo (BMT BDB) bermula dari
digelarnya Pendidikan dan Latihan (Diklat) Manajemen Zakat, Infaq dan Sedekah
(ZIS) dan Ekonomi Syariah di BPRS Amanah Ummah di Leuwiliang, Bogor,
Jawa Barat pada tanggal 1-5 September 1994.
Dari diklat tersebut pada tanggal 2-6 November 1994 di Semarang digelar
pula Diklat yang sama sekaligus sebagai tonggak awal terbentuknya Forum
Ekonomi Syariah (FES) dimana kedua Diklat tersebut diprakarsai oleh Dompet
Dhuafa (DD) Republika dan Asosiasi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
se-Indonesia (ASBISINDO). Diklat ketiga diadakan di Yogyakarta pada tanggal
5-11 Januari 1995. Dari ketiga Diklat tersebut beberapa peserta kemudian ikut
magang dan diberi kesempatan untuk mendirikan BMT yang dimodali oleh
Dompet Dhuafa Republika.
80
Arsip BMT Beringharjo Pusat
65
Dra. Mursida Rambe dan Ninawati, SH adalah dua orang peserta yang
mengikuti ketiga Diklat tersebut. Seusai keduanya mengikuti Diklat mereka
kemudian mengikuti magang di BPR Syariah Margi Rizki Bahagia dibilangan
Bantul, Yogyakarta. Selepas magang kedua orang aktivis ini mulai melakukan
survey pasar, lokasi, lobby-lobby dan persiapan lainnya untuk mendirikan BMT
yang pada waktu itu baru pertama kali ada di Yogyakarta.81
Dengan keteguhan hati kedua akhwat tersebut dan di-support oleh Dompet
Dhuafa Republika, berjalanlah proses pematangan BMT Bina Dhuafa
Beringharjo. Bermodalkan niat baik untuk melakukan perubahan bagi para kaum
dhuafa dan semangat yang pantang menyerah, akhirnya Dra. Mursida Rambe dan
Ninawati, SH berhasil mendirikan BMT Beringharjo pada tanggal 31 Desember
1994 di serambi Masjid Muttaqien Pasar Beringharjo. Dengan bermodalkan Rp.
1.000.000,- (satu juta rupiah) keduanya mulai membangun BMT dengan
keikhlasan dan keterbatasan. Keduanya sadar bahwa membangun kepercayaan
dari masyarakat dengan prinsip kejujuran dan komitmen untuk tetap bisa
membantu masyarakat kecil akan semakin meneguhkan keberadaan BMT di hati
masyarakat.82
Pada saat itu, semuanya serba terbatas kalau tidak ingin dikatakan serba
darurat. Untuk keperluan administrasi kantor mereka harus meminjam mesin ketik
seorang teman kos selama 1 (satu) tahun. Tidak hanya sekedar meminjam mesin
ketik, meja dan kursi pun mereka pinjam dari ruangan takmir Masjid Muttaqien.
81
Arsip BMT Beringharjo Pusat 82
Arsip BMT Beringharjo Pusat
66
Bahkan fasilitas telpon mereka pinjam dari seorang sahabat. Pada bulan ketiga
pendirian BMT mereka sempat kaget karena mereka mendapat honor sebesar Rp
20.000,- (dua puluh ribu rupiah). Mereka tidak menyangka kalau akhirnya mereka
mendapat honor, sesuatu yang sebelumnya tidak pernah mereka pikirkan. 83
BMT Beringharjo secara informal berdiri pada 31 Desember 1994 dan
secara resmi didirikan bersamaan dengan 17 BMT lainnya di Indonesia pada
tanggal 21 April 1995 di Yogyakarta oleh Menristek kala itu yaitu Bapak . Prof.
DR. Ing. BJ. Habibie Kantor pertama BMT Beringharjo berada di pelataran
Masjid Muttaqien Pasar Beringharjo Yogyakarta. Akhirnya pada tahun 1997 BMT
Bina Dhuafa Beringharjo memiliki badan hukum Koperasi dengan nomor
157/BH/KWK-12/V/1997. Sejak saat itu hubungan kerja sama dengan Dompet
Dhuafa Republika terus terjalin dengan erat, terlebih setelah adanya Memorandum
of Understanding (MoU) kedua pada tanggal 10 Maret 2001. Pada saat itu
Dompet Dhuafa Republika menyertakan modalnya pada BMT Bina Dhuafa
Beringharjo.84
Dukungan dana dari Dompet Dhuafa Republika membuat perkembangan
BMT Beringharjo semakin baik. Pada tahun 2003 BMT Beringharjo memiliki
kantor kedua yang terletak di jalan Kauman Yogyakarta dengan diperkuat oleh 42
karyawan dan aset per-Maret pada tahun 2016 yang mencapai 110 milyar
rupiah.85
83
Arsip BMT Beringharjo Pusat 84
Arsip BMT Beringharjo Pusat 85
Arsip BMT Beringharjo Pusat
67
Dipilihnya brand mark Bina Dhuafa sebagai implementasi kegelisahan
yang sangat tinggi para pendirinya untuk bisa bertindak nyata meningkatkan
pemberdayaan ekonomi kelas bawah yang seringkali dimanfaatkan oleh para
tengkulak dan para pemodal dengan jalan yang tidak benar. Sektor ekonomi kelas
bawah ini sering dilupakan dan tidak digarap oleh bank-bank umum dan
konvensional.86
Kalaupun akhirnya dipegang oleh bank-bank umum yang ada, umumnya
para pelaku pasar di sektor ekonomi lemah ini seringkali terbentur oleh peraturan-
peraturan yang ditetapkan oleh bank. Peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh
bank tersebut ternyata lebih banyak merugikan masyarakat kelas bawah. Dengan
diterapkannya bunga yang sangat tinggi tanpa mau peduli apakah usaha seseorang
berjalan atau tidak, tentu akan semakin memberatkan masyarakat dan itu ibarat
“gali lubang tutup lubang”.
Oleh karena itu komitmen besar bersama kaum dhuafa terus dipegang dan
dijalankan hingga sekarang oleh BMT Beringharjo. Selain sebagai alternatif mitra
kerja dalam menjalankan usaha, BMT Beringharjo juga memberikan siraman
rohani kepada segenap anggota ataupun nasabah sehingga diharapkan para
pedagang kecil tersebut mampu selamat berusaha di dunia dan akhirat.
86
Arsip BMT Beringharjo Pusat
68
3. Visi dan Misi BMT Beringharjo87
VISI
”BMT TERKEMUKA MITRA BISNIS TERPERCAYA BERBASIS
SYARI’AH”
VISI Dicapai melalui :
1) SDM yang visioner, kompeten, dan profesional serta memiliki komitmen
nilai-nilai syari‟ah
2) Pertumbuhan & perkembangan usaha yang profitable
3) Penerapan Sistem Manajemen berbasis nilai (value base management) &
proses bisnis yang accountable
4) Produk Syari‟ah yang Inovatif
MISI
1) Community Services (Pelayanan terbaik untuk anggota)
2) Community Development (Pemberdayaan berkelanjutan untuk anggota)
3) Community Reletation (Relasi yang memberikan banyak manfaat untuk
anggota)
TAGLINE
“Trust Together”, Kepercayaan untuk bersama
TUJUAN
87
Arsip BMT Beringharjo Pusat
69
1) Tercapainya Sisa Hasil Usaha yang mampu mendorong pertumbuhan
perkembangan usaha
2) Peningkatan Produktivitas Usaha yang Maksimal
3) Peningkatan Kesejahteraan Karyawa
4. Stuktur Organisasi
Gambar 4. 1 Struktur Organisasi BMT Beringharjo
Sumber: BMT Beringharjo Pusat
Keterangan :
Pengawasan Kantor Cabang langsung dibawah Kantor Pusat. Kantor Cabang
dipimpin langsung oleh seorang Manajer Cabang. Secara keseluruhan tanggung
KANTOR PUSAT
MANAJER CABANG
Senior Account Officer/Marketing
AO
(Account Officer)
AO
(Account Officer)
Kabag. Operasional
Akunting
Teller
Jasmit
(Jasa Mitra)
MANAJER CABANG
MANAJER CABANG
70
jawab operasional kantor cabang berada dibawah kendali Manajer Cabang.
Adapun tanggung jawab Manajer Cabang langsung kepada atasan, yakni Direktur
BMT Beringharjo.
C. Aplikasi dan Prosedur Pembiayaan Pertanian di BMT Beringharjo
Cabang Nganjuk
1. Prosedur Pembiayaan Pertanian
Pembiayaan pertanian yang disalurkan oleh BMT Beringharjo Cabang
Nganjuk ini dimulai pada tahun 2013. Pihak BMT Beringharjo menilai bahwa
peluang penyaluran pembiayaan pertanian ini sangat bagus, pasalnya mayoritas
masyarakat di Kota Nganjuk ini adalah bekerja sebagai petani, khususnya petani
bawang merah. jadi bahwa di nganjuk itu luas lahannya sampe seluas 9994 Ha,
dan jumlah petaninya itu 4500 se-Nganjuk. Hingga saat ini permintaan terhadap
pembiayaan pertanian ini terus meningkat.
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Tri Djayanto selaku Manajer
Kantor Cabang Nganjuk, prosedur pembiayaan pada sektor pertanian yaitu dengan
cara pihak BMT Beringharjo mendatangi langsung para petani, baik itu di sawah
maupun di rumah, dengan cara para petani menghubungi pihak BMT Beringharjo
jika menginginkan kebutuhan dana pembiayaan, sebab sistem yang diterapkan
oleh BMT Beringharjo adalah menjemput bola. Dapat pula dilakukan dengan
mendatangi langsung kantor BMT Beringharjo. Kemudian perlu juga dilampirkan
persyaratan yang perlu dipenuhi oleh para petani, yaitu berupa KTP (Kartu Tanda
Penduduk), KK (Kartu Keluarga), Surat nikah, dan juga jaminan.
71
Akad yang digunakan pada penyaluran pembiayaan pertanian ini adalah
musyarakah, dengan nisbah tergantung besarnya dana pembiayaan yang dipinjam
oleh para petani. Pada pembiayaan pertanian ini, sistemnya adalah jatuh tempo.
Dimana pada petani di Kota Nganjuk ini yang merupakan mayoritas petani
bawang merah yang menerima hasil panen itu selama 3 bulan atau 90 hari,
kemudian selama 3 bulan itu petani membayar bagi hasil kepada BMT dan setelah
jatuh tempo 3 bulan petani wajib melunasi pembiayaan yang diberikan oleh
BMT.88
2. Analisis Kelayakan Pembiayaan Pertanian di BMT Beringharjo Cabang
Nganjuk
Dalam pemberian pembiayaan pada sektor pertanian banyak hal yang
perlu diperhitungkan dan dipertimbangkan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan sehingga analisis pembiayaan menjadi tepat guna. Hal ini
diperuntukkan agar tidak membebani nasabah dan meminimalkan risiko
pembiayaan.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan yaitu aspek character,
capacity, capital, condition dan collateral.89
1) Character
Character merupakan penilaian terhadap personalitas calon nasabah
berupa sifat atau watak. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan bahwa
88
Wawancara Pribadi dengan Bapak Tri Djayanto Manajer Cabang Nganjuk. Nganjuk, 17
Mei 2016. 89
Arsip BMT Beringharjo Cabang Nganjuk
72
sifat atau watak dari pihak yang akan diberikan pembiayaan benar-benar dapat
dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari bagaimana sifatnya, kejujurannya, gaya
hidup yang dianutnya, tidak pemabuk, tidak penjudi, usia debitur dan lain-lain.
Watak calon nasabah dapat diketahui dengan melihat kelancaran pembayaran
pembiayaan di masa lalu jika nasabah merupakan nasabah lama, sedangkan untuk
nasabah permohonan baru dapat diketahui dengan melihat kebiasaan setor tarik
pada tabungan. SO/ AO akan memeriksa Daftar Hitam Bank Indonesia (BI
Checking) untuk melihat kolektibilitas pembiayaan/ tingkat kesehatan pembiayaan
nasabah. SO/ AO juga melakukan trade checking yaitu pencarian informasi ke
rekan bisnis permohonan pembiayaan, pesaingnya ataupun pemilik usaha sejenis
untuk memperoleh informasi mengenai reputasi.
2) Capacity
Capacity digunakan untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam
membayar pembiayaan yang dihubungkan dengan kemampuannya untuk
melunasi hutangnya, dimana diteliti mengenai pendidikan dan pekerjaan, slip gaji,
jumlah anggota keluarga, pengeluaran rumah tangga, riwayat usaha, tersebut
sehingga bank memperoleh keyakinan bahwa nasabah yang dibiayai dengan
pembiayaan tersebut diberikan oleh orang yang tepat. Analis pembiayaan akan
melihat bagaimana kemampuan calon nasabah dalam melunasi hutang,
kemampuan membiayai kegiatan operasional sehari-hari, dan memenuhi
kewajiban pembiayaan.
73
Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam melunasi
hutang. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang maka semakin besar
kemampuannya untuk membayar pembiayaan.
3) Capital
Capital adalah berkaitan dengan modal atau kekayaan yang dimiliki calon
nasabah untuk menjalankan dan memelihara kelangsungan calon nasabah dalam
membayar angsuran. Adapun penilaian terhadap capital adalah untuk mengetahui
keadaan permodalan sumber-sumber dana dan penggunaannya, meneliti besar
kecilnya gaji nasabah dan pekerjaanya.
4) Condition
Condition adalah keadaan sosial ekonomi suatu saat yang mungkin dapat
mempengaruhi pendapatan dan pengeluaran usaha calon nasabah. Penilaian
terhadap kondisi ekonomi itu berpengaruh terhadap kegiatan usaha calon nasabah
dan bagaimana nasabah mengatasinya atau mengantisipasi sehingga usahanya
tetap hidup dan berkembang. Hal yang dianalisis meliputi persaingan antar
sesama pengusaha dalam batas kewajaran atau tidak, prospek usaha nasabah dan
jumlah pesaing yang mengancam usaha nasabah jika banyak maka akan
mempengaruhi omset penjualan nasabah.
5) Collateral
Collateral merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah. Jaminan
hendaknya melebihi jumlah pembiayaan yang diberikan, jaminan juga harus
diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang
74
dititipkan akan dapat dipergunakan. Fungsi jaminan adalah sebagai pelindung
bank dari risiko kerugian. Jaminan ini diperlukan bila suatu saat nasabah
wanprestasi walaupun demikian jaminan merupakan pendukung bukan aspek
utama yang diperhitungkan.
3. Penyelesaian Pembiayaan Pertanian Bermasalah pada BMT Beringharjo
Dalam hal menyalurkan pembiayaan, sudah pasti tentu ada saja
pembiayaan yang bermasalah tidak terkecuali pada penyaluran pembiayaan
pertanian yang dilakukan oleh BMT Beringharjo Cabang Nganjuk, seperti
wawancara yang dilakukan kepada Bapak Tri Djayanto, beliau menjelaskan
bahwa dalam hal menangani pembiayaan bermasalah pada pembiayaan pertanian
ini yaitu dengan:90
1) Rescheduling
Rescheduling adalah proses memperpanjang jangka waktu pembiayaan.
Dalam hal ini si debitur (petani) diberikan keringanan dalam masalah jangka
waktu pembiayaan dari 6 bulan menjadi satu tahun sehingg debitur mempunyai
waktu yang lama untuk mengembalikannya.
Memperpanjang jangka waktu angsuran hampir sama dengan jangka
waktu pembiayaan. Dalam hal ini jangka waktu angsuran pembiayaannya
diperpanjang pembayarannya pun misalnya dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal
90
Arsip BMT Beringharjo Cabang Nganjuk dan Wawancara pribadi dengan Bapak Tri
Djayanto Manajer Cabang Nganjuk. Nganjuk, 17 Mei 2016.
75
ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi mengecil seiring dengan penambahan
jumlah angsuran.
2) Reconditioning
Reconditioning adalah dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang
ada seperti:
a. Penundaan pembayaran marjin sampai waktu tertentu. Dalam hal
penundaan pembayaran marjin sampai waktu tertentu, maksudnya hanya
marjin yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya
tetap harus dibayar seperti biasa.
b. Penurunan marjin. Penurunan marjin dimaksud agar lebih meringankan
beban nasabah. Sebagai contoh jika marjin per tahun sebelumnya
dibebankan 20% diturunkan menjadi 18%. Hal ini tergantung dari
pertimbangan yang bersangkuta.
c. Penurunan marjin akan mempengaruhi jumlah angsuran yang semakin
mengecil, sehingga diharapkan dapat meringankan nasabah.
d. Pembebasan marjin. Dalam pembebasan marjin diberikan kepada nasabah
dengan pertimbangan nasabah sudah akan mampu lagi membayar
pembiayaan tersebut. Akan tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiban
untuk membayar pokok pinjamannya sampai lunas.
3) Restructuring
Yaitu dengan menambah jumlah pembiayaan dan dengan menambah
equity.
76
Jika semua langkah diatas sudah dilakukan, tetapi tidak ada i‟tikad baik
dari nasabah dalam hal ini petani, maka pihak BMT Beringharjo akan melakukan
pelelangan terhadap jaminan yang diberikan oleh para petani kepada pihak BMT
Beringharjo Cabang Nganjuk.
4. Peluang dan Tantangan Penyaluran Pembiayaan Pertanian di BMT
Beringharjo Cabang Nganjuk
Dalam wawancara yang dilakukan kepada Bapak Tri Djayanto Selaku
Manajer Cabang Nganjuk, beliau menjelaskan bahwa peluang pada penyaluran
pembiayaan pertanian ini adalah adanya sistem jemput bola yang dilakukan oleh
BMT Beringharjo Cabang Nganjuk dalam menyalurkan dana pembiayaan pada
sektor pertanian di daerah Nganjuk ini, sehingga petani lebih tertarik untuk
menggunakan produk pembiayaan dari BMT Beringharjo Cabang Nganjuk ini.
Sistem jemput bola ini yaitu dengan cara pihak BMT Beringharjo Cabang
Nganjuk mendatangi langsung ke petani baik itu di sawah maupun di rumah
ketika petani membutuhkan dana pembiayaan. Selain itu, penduduk kota Nganjuk
mayorita mata pencahariannya adalah sebagai petani bawang merah, sehingga
menjadi peluang yang sangat besar bagi BMT Beringharjo dalam hal
menghimpun maupun menyalurkan dananya kepada petani di kota Nganjuk ini.
Sedangkan tantangan yang dihadapi oleh BMT Beringharjo Cabang
Nganjuk yaitu adanya gagal panen yang terkadang dialami oleh petani. Penyebab
gagal panen disini yaitu bisa dari serangan hama ataupun harga anjlok. Sehingga
77
pada kasus seperti ini, petani sulit untuk mengembalikan dana yang dipinjamkan
oleh BMT Beringharjo Cabang Nganjuk. Meskipun demikian, untuk menghindari
pembiayaan bermasalah akibat ini, BMT Beringharjo Cabang Nganjuk sudah
memiliki strategi khusus dalam menangani masalah ini, diantaranya yaitu dengan
cara rescheduling, reconditioning, dan restructuring. Namun, jika ketiga cara
tersebut masih belum ada i‟tikad baik dari petani, maka pihak BMT Beringharjo
melakukan pelelangan terhadap barang jaminan yang telah diberikan.
D. Analisis Efektivitas Penyaluran Pembiayaan Syariah pada Sektor
Pertanian di BMT Beringharjo Cabang Nganjuk
BMT Beringharjo sebagai salah satu Lembaga Keuangan Mikro Syariah
yang memiliki prestasi yang cukup banyak dan memiliki aset >100 Milyar perlu
mampu merangkul semua sektor dalam hal pemberian pembiayaan guna ikut
serta dalam memberdayakan masyarakat. Dalam Kasus ini, BMT Beringharjo
merangkul sektor pertanian dengan memberikan pembiayaan kepada para petani,
khususnya para petani yang ada di Nganjuk, Jawa Timur.
BMT Beringharjo khususnya cabang Nganjuk dalam hal menyalurkan
pembiayaan kepada petani, memiliki strategi khusus. Seperti yang telah dilakukan
oleh BMT Beringharjo Cabang Nganjuk yaitu dengan sistem menjemput bola,
yaitu dengan pihak BMT Beringharjo mendatangi para petani langsung untuk
memberikan pembiayaan tersebut maupun menarik angsuran bagi hasil atas
pembiayaan tersebut. Lalu, dari strategi yang telah dilakukan, dapat kita lihat
78
laporan keuangan realisasi penyaluran pembiayaan pertanian yang dilakukan
oleh BMT Beringharjo Cabang Nganjuk berikut ini:
Analisis terkait dengan efektivitas dilihat dari hasil presentase
perbandingan antara target penyaluran pembiayaan pertanian oleh BMT
Beringharjo dengan realisasi penyaluran pembiayaan pertanian ini, dengan
ketentuan sebagai berikut:91
Tabel 4.2
Klasifikasi Pengukuran Efetivitas
Presentase Kriteria
>100% Sangat Efektif
90-100% Efektif
80-90% Cukup Efektif
60-80% Kurang Efektif
<60% Tidak Efektif
( Sumber: Depdagri, Kepemendagri No 690.900.327 tahun 1996)
91
Putu Yemima Clay Clarita, dkk., “ Analisis Efektivitas Pemberian Kredit Dalam
Rangka Mengoptimalkan Alokasi Dana Bank (Studi pada PT. Bank Jatim Cabang Batu periode
2011-2013)”, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 15 (Oktober 2014): h. 4
79
Tabel 4.3 Laporan Perbandingan Target-Realisasi
Pembiayaan Musyarakah Pertanian
BMT Beringharjo Cabang Nganjuk
(dalam Rupiah, Kecuali Presentase)
Sumber: BMT Beringharjo Cabang Nganjuk (Data diolah)
Perhitungan efektivitas penyaluran pembiayaan syariah pada sektor pertanian
menggunakan rumus berikut ini:
Efektivitas = Realisasi 100%
Target
2013 : Efektiftas = Rp. 7.230.500.000 X 100% = 87% -- Artinya Cukup
Efektif
Rp. 8.266.973.528
2014 : Efektivitas = Rp. 8.328.666.001 X 100% = 96% -- Artinya Efektif
Rp. 8.683.246.896
80
2015 : Efektivitas = Rp. 7.479.800.000 X 100% = 84% -- Artinya Cukup
Efektif
Rp. 8.949.999.999
Tahun 2013
Penyaluran pembiayaan syariah pada sektor pertanian di BMT
Beringharjo dikategorikan ke dalam kategori cukup efektif, hal ini terlihat dari
realisasi penyaluran pembiayaan syariah pada sektor pertanian ini mencapai 87%.
Jumlah dana realisasi penyaluran terjadi pada bulan November yaitu sebesar Rp
750.000.000 dengan presentase 87%. Tetapi besarnya jumlah presentase realisasi
penyaluran pada sektor pertanian ini terjadi pada bulan januari dengan besar
presentase yaitu 116% dan jumlah dana sebesar Rp 400.500.000,-.
Tahun 2014
Penyaluran pembiayaan syariah pada sektor pertanian di BMT
Beringharjo Cabang Nganjuk pada tahun 2014 masuk pada kategori efektif, hal ini
terlihat dari realisasi penyaluran pembiayaan syariah pada sektor pertanian ini
mencapai 96%. Pada tahun 2014 ini perkembangan penyaluran pembiayaan
pertanian ini berada pada posisi stabil setiap bulannya, terlihat dari besarnya
presentase realisasi penyaluran pembiayaan ini mencapai 96% dari bulan Januari
hingga Desember 2014.
Tahun 2015
81
Pada tahun 2015 efektivitas penyaluran pembiayaan syariah pada sektor
pertanian mencapai 84%, ini artinya mengalami penurunan dari tahun-tahun
sebelumnya. Meskipun demikian, penyaluran pembiayaan syariah pada sektor
pertanian ini masuk pada kategori cukup efektif.
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan bab-bab sebelumnya maka penulis menarik beberapa
kesimpulan, antara lain:
1. prosedur pembiayaan pada sektor pertanian yaitu dengan cara pihak
BMT Beringharjo mendatangi langsung para petani, baik itu di sawah
maupun di rumah, dengan cara para petani menghubungi pihak BMT
Beringharjo jika menginginkan kebutuhan dana pembiayaan, sebab
sistem yang diterapkan oleh BMT Beringharjo adalah menjemput
bola. Dapat pula dilakukan dengan mendatangi langsung kantor BMT
Beringharjo. Kemudian perlu juga dilampirkan persyaratan yang
perlu dipenuhi oleh para petani, yaitu berupa KTP (Kartu Tanda
Penduduk), KK (Kartu Keluarga), Surat nikah, dan juga jaminan.
Akad yang digunakan pada penyaluran pembiayaan pertanian ini
adalah musyarakah, dengan nisbah tergantung besarnya dana
pembiayaan yang dipinjam oleh para petani. Pada pembiayaan
pertanian ini, sistemnya adalah jatuh tempo. Dimana pada petani di
Kota Nganjuk ini yang merupakan mayoritas petani bawang merah
yang menerima hasil panen itu selama 3 bulan atau 90 hari, kemudian
selama 3 bulan itu petani membayar bagi hasil kepada BMT dan
83
setelah jatuh tempo 3 bulan petani wajib melunasi pembiayaan yang
diberikan oleh BMT.
2. Beberapa hal yang dijadikan pertimbangan untuk memberikan
pembiayaan kepada petani yang dilakukan oleh BMT Beringharjo
yaitu dengan analisis character, capacity, capital, condition dan
collateral.
3. Dalam hal menyelesaikan pembiayaan bermasalah pada produk
pembiyaan pertanian ini, BMT Beringharjo Cabang Nganjuk
melakukan cara dengan Rescheduling, Reconditioning, dan
Restructuring.
Namun, jika semua langkah diatas sudah dilakukan, tetapi tidak ada
i‟tikad baik dari nasabah dalam hal ini petani, maka pihak BMT
Beringharjo akan melakukan pelelangan terhadap jaminan yang
diberikan oleh para petani kepada pihak BMT Beringharjo Cabang
Nganjuk.
4. Peluang tantangan pada penyaluran pembiayaan pertanian ini adalah
adanya sistem jemput bola yang dilakukan oleh BMT Beringharjo
Cabang Nganjuk dalam menyalurkan dana pembiayaan pada sektor
pertanian di daerah Nganjuk ini, sehingga petani lebih tertarik untuk
menggunakan produk pembiayaan dari BMT Beringharjo Cabang
Nganjuk ini. Sedangkan tantangan yang dihadapi oleh BMT
Beringharjo Cabang Nganjuk yaitu adanya gagal panen yang
terkadang penyebab gagal panen yang dialami oleh petan yaitu bisa
84
dari serangan hama ataupun harga anjlok. Sehingga pada kasus
seperti ini, petani sulit untuk mengembalikan dana yang dipinjamkan
oleh BMT Beringharjo Cabang Nganjuk.
5. Berdasarkan data yang didapat mengenai perbandingan laporan
keuangan antara target dengan realisasi produk penyaluran
pembiayaan pada sektor pertanian yang dilakukan oleh BMT
Beringharjo Cabang Nganjuk, secara umum dari tahun 2013-2015
dinyatakan cukup efektif. Pada tahun 2013 besarnya efektivitas
mencapai 86% yang artinya cukup efektif, pada tahun 2014 mencapai
96% yang artinya efektif, dan pada tahun 2015 mencapai 84% yang
artinya cukup efektif.
B. Saran
Dari hasil studi dan observasi skripsi ini, penulis ingin mengemukakan
saran sebaga berikut:
1. BMT Beringharjo Cabang Nganjuk perlu menelisik lebih dalam lagi
pada bagian pembiayaan pada sektor pertaniannya, mengerahkan
seluruh cara dan tenaga agar kedepannya hasil penyaluran
pembiayaan syariah pada sektor pertanian ini dapat mencapai batas
efektif, bahkan lebih. Penyaluran pembiayaan syariah pada sektor
pertanian kepada petani ini mengacu pada target yang ditentukan oleh
BMT Beringharjo Cabang Nganjuk, dengan target tersebut maka
penyaluran pembiayaan syariah pada sektor pertanian ini dapat
85
dilakukan dengan maksimal dan terarah. Semakin banyak dana yang
dikeluarkan, maka akan semakin tercapai targetnya, sehingga tahun-
tahun ke depan akan terus tercapai efektivitasnya.
2. Dalam penelitian ini masih dirasakan kekurangan, terutama dalam hal
pengaruhnya pembiayaan ini terhadap pendapatan ataupun kehidupan
petani, sehingga terjadinya pemberdayaan kepada petani. Maka
peneliti mengharapkan pada penelitian selanjutnya membahas
mengenai pengaruh pemberian pembiayaan pertanian pada
kesejateraan para petani.
86
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah, dan Haris, Budiyono. Pengantar Manajemen. Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2004.
Antonio, Muhammad Syafi‟i. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek, cet. I.
Jakarta: Gema Insani, 2001.
Apriantono, Anton. Pembiayaan Syariah di Sektor Pertanian. Kementrian
Pertanian Republik Indonesia.
BPRS PPNM Al-Ma‟soem. Kebijakan Manajemen Bank Syariah.
Bandung: BPRS PNM Al-Ma‟soem, 2004.
Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2003.
Danupranata, Gita. Manajemen Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba
Empat, 2013.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998.
F.X, Sujadi. O & M Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen. Jakarta:
CV. Masagung,1990.
Hafinuddin, Didin dan Hendri, Tanjung. Manajemen Syariah dalam
Praktik. Jakarta: Gema Insani Press, 2003.
Handoko, T. Hani. Manajemen. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2003.
Hendri, Davi. Pedoman Pembiayaan Pertanian sesuai Syariah. Peneliti
Mitra pada BAPPEDA Prov. Sumatera Barat.
Herdiansyah, Haris. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika, 2012.
Karim, Adiwarman A. Bank Islam dalam Analisis Fiqh dan Keuangan.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010.
87
Lathif, AH. Azharuddin. Fiqh Muamalat. Jakarta: UIN Jakarta Press.
2005.
Mardani. Fiqh Ekonomi syariah. Jakarta: Kencana, 2012.
Moleong, Lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2001.
Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP
AMP YKPN, 2005.
Nadzir, Moch. Metode Penelitian. Bogor: Graha Indonesia, 2011.
Rochaety, Ety dan Ratih, Tresnati. Kamus Istilah Ekonomi. Jakarta: Bumi
Aksara, 2003.
Sadili, Hasan. Ensiklopedia Bahasa Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru-van
Hoeve, 1980.
Singarimbun, Masri dan Sofian, Effendi. Metode Penelitian Survey.
Jakarta: LP3S.
Sumarsono, Sonny. Metode Riset Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2004.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Wawancara
Wawancara Pribadi dengan Bapak Tri Djayanto Manajer Cabang Nganjuk.
Nganjuk, 17 Mei 2016.
Wawancara Pribadi dengan Bapak Arifin selaku divisi Reset dan
Development. Jakarta, 25 Maret 2016
88
Internet
Profil Kabupaten Nganjuk dari http://www.nganjukkab.go.id/ diakses pada
11 Mei 2016
www.ojk.go.id diakses pada 29 April 2016
Data Lapangan Pekerjaan Utama Penduduk Indonesia
http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/970 diakses pada 03 April 2016
Sejarah BMT Beringharjo http://www.bmtberingharjo.com/pages-105-
sejarah.html diakses pada 26 maret 2016
Prestasi BMT Beringharjo http://www.bmtberingharjo.com/post-333-
BMT%20Beringharjo%20Berprestasi%20(lagi).html diakses pada 26 maret 2016
Jurnal
Thoha, Mahmud dan Yeni, Saptia. Efektivitas Model Pembiayaan Syariah
dalam Mengembangkan Sektor Pertanian. Jakarta: LIPI Press, 2010.
Clarita, Putu Yemina Clay, Darminto, dan Zahroh Z.A. Analisis Efektivitas
Pemberian Kredit dalam Rangka Mengoptimalkan Alokasi Dana Bank (Studi
pada PT. Bank Jatim Cabang Batu Periode 2011-2013). Jurnal Administrasi
Bisnis (JAB) Vol. 15 No. 2 (Oktober 2014). Malang : Fakultas Ilmu Administrasi,
Universitas Brawijaya Malang.
Dewi, Ely Cintana, Moch Dzulkirom, dan Zahroh ZA. Analisis Efektivitas
Kebijakan Kredit untuk Meningkatkan Profitabilitas (Studi pada PT. Bank
Perkreditan Rakyat Dau Kusumadjaja Malang). Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB) Vol. 17 No. 2 (Desember 2014). Malang : Fakultas Ilmu Administrasi,
Universitas Brawijaya Malang.
89
Skripsi
Hakim, Zikril. “Analisis Pengaruh Pembiayaan Qardhul Hasan Terhadap
Pendapatan Petani (Studi Pada Lembaga Pertanian Sehat Dompet Dhuafa Cluster
Cianjur)” Skripsi S1 Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.
Ubaedillah , Ibnu. “Efektivitas Pembiayaan Agribisnis Bank Syariah
dalam Pemberdayaan Petani (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia
Tbk. Pusat” Skripsi S1 Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
90
91
92
93
94
95
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK WAWANCARA
1. Bagaimana BMT Beringharjo melihat sektor pertanian saat ini?
2. Bagaimana BMT Beringharjo melihat sumber daya petani?
3. Bagaimana prosedur pembiayaan pertanian yang dilakukan oleh BMT
Beringharjo?
4. Akad apa yang digunakan dalam pembiayaan pertanian ini, lalu bagaimana
mekanismenya?
5. Bagaimana peluang dan tantangan pembiayaan pertanian pada BMT
Beringharjo?
6. Sejak kapan pembiayaan pertanian ini dijalankan oleh BMT Beringharjo
dan bagaimana perkembangannya?
7. Bagaimana strategi yang dilakukan BMT Beringharjo dalam pembiayaan
pertanian ini dan adakah strategi khusus?
8. Adakah pembiayaan bermasalah pada pembiayaan ini? Lalu bagaimana
BMT Beringharjo menangani masalah pembiayaan bermasalah ini?
96
TRANSKIP WAWANCARA
Pertanyaan : bagaimana BMT Beringharjo melihat sektor pertanian saat ini?
Jawaban : memang nganjuk merupakan pusat penghasil bawang merah di
Jawa Timur, jadi bahwa di nganjuk itu luas lahannya sampe
seluas 9994 Ha, dan jumlah petaninya itu 4500 se-Nganjuk. Data
ini didapatkan di Dinas Pertanian Nganjuk, data 2015 akhir. Jadi
pertanian bawang merah itu fluktuatifnya sangat tinggi sekali, jadi
harga itu dari hari ke hari bisa naik bisa juga turun. Nah, ini siapa
yang diuntungkan? Yang jelas pedagang. Petani juga untung,
tetapi tidak sebesar pedagang. Saya ambil contoh misalnya, ketika
bawang dari petani Rp 4000,-, tetapi di masyarakat itu Rp
10.000,-. Makanya disitu, kita melihat ada peluang perputaran
dana besar sekali dan cepat sekali.
Pertanyaan : bagaimana prosedur pembiayaan pertanian di BMT Beringharjo
KC Nganjuk?
Jawaban : ini kita memakai akad musyarakah, kita lihat di sana biasanya
petani mempunyai beberapa lahan, dan lahan itu akan ditanami
dengan bawang merah, dan umur bawang merah itu 90 hari jadi
mulai 4cm sampai nanti 90 hari di panen. Ini kebanyakan petani
menjual ketika bawang merah tersebut masih di dalam tanah.
Maksudnya ketika 90 hari, petani tidak memanen, tetapi yang
memanen adalah pedagang yang beli. Jadi petani tahunya wes
panenen piro duite? Jadi yang memanen itu pedagang dan
kemudian di naikkan ke pasar. Kita prosedurnya, kita ke sana,
kita datangi petani ketika masa tanam dan ke sawah juga, karena
kita mengandalkan layanan jemput bola. Selama ini petani
pemenuhan dana itu lewat kantor yang dekat-dekat situ, makanya
kita lihat disitu kita datangi kesana karena mereka tidak akan
bergerak dari tempat kerjanya. Itu yang membuat mereka senang.
Maka dari pengumpulan data, bukti-bukti, dalam arti
persyaratannya itu KTP, KK, surat Nikah dan jaminan. Kita yang
bergerak ke sana dengan team analisa survei. Setelah kita survei,
data-data lengkap, kita rapatkan di sini dengan rapat komite
pembiayaan, hasilnya langsung kita sampaikan. Pencairannya
juga ada 2 versi, dalam arti ketika petani tidak dapat ke kantor, ya
kita kesana dengan team. Teamnya ada 2. Pencairannya di rumah
97
petani, jika mau di kantor ya di kantor. Itu yang membuat nilai
plusnya BMT di mata petani. Ada sejarah ya, ketika kita masuk
ada petani yang biasa menggunakan jasa lembaga lain, kemudian
pindah ke kami. Karena itu “mas, mas tidak ribet gakne kantor
bolak bali, wong pencairan di kantor, bayar angsuran ngantri,
arek ngarep tabungan ngantri, di sampean wae lah, di telpon wae
moro. Istilae ATM (angkat telpon moro)”. Jadi ketika petani
membutuhkan pelayanan, kita yang ke sana. Misalnya punya
tabungan, mereka butuh dana, kita yang ke sana. Jadi pada
prinsipnya tidak mau petani ribet.
Pertanyaan : berapa nisbah bagi hasil?
Jawaban : nisbah bagi hasilnya itu variatif tergantung jumlah dana
pembiayaannya. Kalau di pertanian kita itu jatuh tempo, jadi
pembiayaan musiman. Jadi kita punya plafon 6 bulan, padahal
petani panennya 3 bulan, jadi kita kasih rentan waktu 2
bulan,meskipun dia selama 2 bulan melunasi ya tidak papa.
Selama kurun waktu misalnya pokoknya belum dilunasi, dia
memberikan bagi hasil. Bagi hasilnya itu diberikan tiap bulan.
Kami menjelaskan kepada petani bahwa ini modalnya sekian,
bagi hasil sekian, jangka waktunya 6 bulan, mau dititip perbulan
gak papa, langsung 6 bulan juga tidak papa.
Pertanyaan : bagaimana peluang dan tantangan di pembiayaan pertanian di
BMT Beringharjo KC Nganjuk?
Jawaban :peluangnya yaitu dengan jemput bola itu, petani lebih tertarik.
Tantangannya ketika panen itu gagal, kadang petani itu gagalnya
ada dua, serangan hama dan harga anjlok. Tetapi kita punya
produk yang mungkin ketika tidak dapat memenuhi jatuh tempo
ini bisa dengan rescheduling, reconditioning dan restructuring.
Jadi tetap memberi kelonggaran kepada petani.
Pertanyaan : bagaimana strategi untuk pembiayaan pertanian ini?
Jawaban : pertama, personal. Kedua, kemudahan pelayanan. Misal, ketika
6 bulan dikasih waktu yang sudah panen, ketika pembayaran
dilunasi sebelum tempo, kita beri diskon. Strategi khususnya
dengan pelayanan dan juga pelunasan. Kita juga lihat, di lembaga
lain ketika pelunasan itu lebih mahal. Makanya kita juga ketika
mau melangkah, ya jelas kita dapat memungkiri bahwa satu
98
petani pastikan mempunyai kerjasama dengan lembaga keuangan
bermacam-macam. Meskipun ketika survei jawaban para petani
hanya BMT ini saja. Sekaligus juga misalnya bisa diterima
dimasyarakat, kita kasih pelayanan cepat. Pagi masuk, sore bisa
mencairkan pembiayaan dengan cara mitra yang menelpon.
Dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.
Pertanyaan : sejak kapan pembiayaan pertanian ini ada di BMT Beringharjo
KC Nganjuk?
Jawaban : kita masuk tahun 2013 untuk pembiayaan pertanian ini.
Pertanyaan : bagaimana perkembangan pembiayaan pertanian di BMT
Beringharjo hingga saat ini?
Jawaban : pembiayaan masih ada pemintaan saat ini, kita lihat juga
likuiditas. Jika permintaan banyak, dan dana tidak ada, kita
meminta likuiditas dana dari kantor pusat.
Pertanyaan : bagaimana penanganan pembiayaan bermasalah di BMT
Beringharjo ini?
Jawaban : dengan cara rescheduling, reconditioning dan restructuring,
selama itu sudah dijalankan ya selesai, tetapi jika tidak bisa ya kita
melakukan pelelangan jaminan. Dan ketika kita datang kesana
silaturahim dan mengingatkan dengan pendeketan persuasif. Jalan
terakhir ya dengan jalan lelang.
Pertanyaan : jika petani telat membayar angsuran pembiayaan, apakah ada
denda yang dibebani kepada petani.
Jawaban : tidak ada
Pertanyaan : berapa jumlah dana pembiayaan yang biasa di pinjam oleh
petani?
Jawaban : < Rp 30.000.000 yang biasa digunakan untuk pembelian bibit,
pembelian obat, terus untuk upahnya juga itu. Itu termasuk bagian
dari usaha, ya tugas kita membantu bagian usaha itu. Tidak pada
pengadaan bahan-bahan tadi.
99
BIODATA PENULIS
Nama : Khoirunnisa
NIM : 1112046100073
Universitas : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Prodi / Jurusan : Muamalat / Perbankan Syariah
Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 08 Juli 1994
Telpon : 081219697322
Alamat : Jalan syafiul ikhwan no. 48 rt 007 rw 002
Jaticempaka Pondok
Gede Bekasi
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Angkatan : 2012
Email : [email protected]