Efektivitas Penerapan Model Pbljran Simulasi & Non Simulasi Pd SMP Di Kec IB I Plg)
-
Upload
tama-rustam-k-ama -
Category
Documents
-
view
17 -
download
1
Transcript of Efektivitas Penerapan Model Pbljran Simulasi & Non Simulasi Pd SMP Di Kec IB I Plg)
1
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI DAN NON SIMULASI PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
DI KECAMATAN ILIR BARAT I KOTA PALEMBANG
PROPOSALUntuk Seminar Proposal
Dalam Rangka Penulisan Tesis
Pada
Program Pascasarjana Stisipol CandradimukaProgram Studi Administrasi Publik
Konsentrasi Kebijakan Publik
Diajukan oleh:
SYAHRILNPM. 051423083
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIKPROGRAM PASCASARJANASTISIPOL CANDRADIMUKA
2014
2
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI DAN NON SIMULASI PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
DI KECAMATAN ILIR BARAT I KOTA PALEMBANG
PROPOSAL TESIS
Disusun oleh:
SYAHRILNPM. 051423083
Program Studi Administrasi Publik
Konsentrasi Kebijakan Publik
Telah Disetujui Untuk Diseminarkan
Pembimbing Utama (I)
Dr. H. Effendi Nawawi, M.Si
Pembimbing Pembantu (II)
Drs. Fauzil Marwan, M.Si
3
DAFTAR ISI
HalamanHALAMAN JUDUL iDAFTAR ISI ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah 42. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis 52. Manfaat Praktis 6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 71. Efektivitas 72. Guru 233. Model Pembelajaran Simulasi 264. Indikator Penerapan Model Pembelajaran Simulasi 30
dan Non Simulasi pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang
B. Pembahasan Penelitian yang Relevan 32C. Kerangka Pikir Penelitian 38
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Perspektif Pendekatan Penelitian 40B. Ruang Lingkup Penelitian 41C. Variabel Penelitian
1. Klasifikasi Variabel 422. Definisi Konseptual 423. Definisi Operasional 43
D. Unit Analisis 44E. Pemilihan Informant 44F. Jenis dan Sumber Data 45G. Teknik Pengumpulan Data 46H. Teknik Analisa Data 47I. Rencana Sistematika Tesis 48
DAFTAR PUSTAKA iii
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
Pasal 11 Ayat 2 yang berbunyi “Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap
warga negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun”. Pendidikan
adalah salah satu bentuk hasil ciptaan manusia yang dijadikan sebagai sarana
untuk mencapai kehidupan yang baik. Dengan adanya pendidikan manusia
mendapatkan suatu pengalaman sehingga memiliki suatu pemahaman.
Pemahaman yang terbentuk terjadi karena adanya interaksi. Proses interaksi
menimbulkan suatu perubahan yang bersifat tetap dan bertahan lama. Suatu
pendidikan dikatakan baik jika pendidikan tidak hanya menyiapkan peserta
didik untuk suatu jabatan tertentu, tetapi lebih menekankan pada kemampuan
untuk dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Salah
satunya dilakukan saat kegiatan belajar mengajar disekolah
Kegiatan belajar ini akan dikemukakan tantang konsep, karakteristik,
prosedur, keterbatasan, dan keunggulan metode mengajar simulasi yang
mungkin banyak digunakan oleh guru. Pembelajaran pada dasarnya
merupakan suatu interaksi positif antara pendidik dan peserta didik dan antara
peserta didik dengan peserta didik lainnya. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran diperlukan suatu pemilihan model pembelajaran yang tepat.
5
Ada banyak model pembelajaran yang bisa diterapkan untuk membangun
interaksi dan komunikasi yang baik antara peserta didik dan pendidik.
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran dikelas atau yang lain (Joyce dan Weil, 1980: 1). Model
pembelajaran dapat dijadikan pola pikiran, artinya para guru boleh memilih
model pembelajaran yang sesuai dan efisien utntuk mencapai tujuan
pendidikannya.
Model pembelajaran Simulasi dapat digunakan sebagai metode
mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan
secara langsung pada objek yang sebenarnya. Metode mengajar simulasi
banyak digunakan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Pendidikan Agama, dan Pendidikan
Apresiasi. Pembinaan kemampuan bekerjasama, komunikasi dan interaksi
merupakan bagian dari keterampilan yang akan dihasilkan melalui
pembelajarn simulasi. Metode mengajar simulasi lebih banyak menuntut
aktivitas siswa sehingga metode simulasi sebagai metode yang berlandaskan
pada pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan keterampilan proses.
Disamping itu, metode ini dapat digunakan dalam pembelajaran
berbasis konstektual, salah satu contoh bahan pembelajaran dapat diangkat
dari kehidupan sosial, nilai-nilai sosial maupun permasalahan-permasalahan
sosial yang aktual maupun masa lalu untuk masa yang akan datang.
6
Permasalahan- permasalahan yang berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan
sosial maupun membentuk sikap atau perilaku dapat dilakukan melalui
pembelajaran ini. Langsung maupun tidak langsung melalui simulasi
kemampuan siswa yang berkaitan dengan bermain peran dapat
dikembangkan. Siswa akan menguasai konsep dan keterampilan intelektual,
sosial, dan motorik dalam bidang-bidang yang dipelajarinya serta mampu
belajar melalui situasi tiruan dengan sistem umpan balik dan penyempurnaan
yang berkelanjutan.
Model Pembelajaran Simulasi juga mulai diterapkan pada Sekolah
Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang. Namun
berdasarkan hasil pengamatan pra penelitian diketahui bahwa, penerapannya
masih mengalami kendala, antara lain: Model Pembelajaran Simulasi relatif
memerlukan waktu yang cukup banyak serta sangat bergantung pada aktivitas
siswa. Banyak siswa yang kurang menyenangi simulasi, faktor psikologis
seperti rasa malu dan takut sering mempengaruhi siswa dalam melakukan
simulasi sehingga simulasi tidak efektif. Selain itu, Pengalaman yang
diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di
lapangan, dimana pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan
sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
Penggunaan metode mengajar yang didasarkan pada pembentukan
kemampuan siswa, seperti memiliki kreativitas. Setiap metode mengajar
memiliki keunggulan dan kekurangan sehingga hal tersebut dapat dijadikan
bahan pertimbangan dalam memilih metode tersebut. Kelemahan-kelemahan
7
metode harus diantisipasi dan dikaji oleh guru agar penggunaannya dapat
efektif
Oleh karena itu peneliti menjadi tertarik untuk melihat Efektivitas
Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dan Non Simulasi pada Sekolah
Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diidentifikasikan
permasalahan yang ada, bahwa:
1) Model Pembelajaran Simulasi relatif memerlukan waktu yang cukup
lama serta sangat bergantung pada aktivitas siswa.
2) Banyaknya Siswa yang kurang menyenangi simulasi, faktor psikologis
seperti rasa malu dan takut sering mempengaruhi siswa dalam
melakukan simulasi sehingga simulasi tidak efektif.
3) Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan
sesuai dengan kenyataan di lapangan, dimana pengelolaan yang kurang
baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan
pembelajaran menjadi terabaikan
Berdasarkan identifikasi tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji
permasalahan yang berkaitan dengan Efektivitas Penerapan Model
Pembelajaran Simulasi dan Non Simulasi pada Sekolah Menengah
8
Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang. Pengkajian diharapkan
dapat menemukan solusi atau pemecahan masalah.
2. Rumusan Masalah
Terkait dengan permasalahan yang telah teridentifikasi tersebut, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Bagaimana Efektivitas
Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dan Non Simulasi pada Sekolah
Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektivitas Penerapan
Model Pembelajaran Simulasi dan Non Simulasi pada Sekolah Menengah
Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam
mengembangkan konsep atau teori yang terkait dengan acuan teori
dalam penelitian ini, yaitu Ilmu Administrasi Publik khususnya
konsep-konsep efektivitas program.
9
2. Manfaat Praktis
Memberikan kontribusi bahan pemikiran dan masukan yang berguna
bagi peneliti itu sendiri, Instansi/Dinas terkait (Dinas Pendidikan Kota
Palembang, Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I
Kota Palembang serta masyarakat umumnya untuk bersama-sama
membantu mengatasi berbagai permasalahan pendidikan melalui
Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dan Non Simulasi pada
Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota
Palembang.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Efektivitas
Keberhasilan suatu organisasi dalam menjaga keberlangsungannya,
biasanya akan selalu dikaitkan dengan bagaimana suatu organisasi secara
keseluruhan mencapai tujuanyang telah ditetapkan. Salah satu cara yang
paling banyak digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu
organisasi yaitu melalui efektivitas.
Efektivitas pada dasarnya merupakan suatu tingkatan ukuran prestasi
melaksanakan dalam melaksanakan suatu pekerjaan guna mencapai tujuan
tertentu. Sesuai dengan teori yaag paling sederhana berpendapat bahwa
efektivitas organisasi sama dengan prestasi organisasi secara keseluruhan
(Munir, dkk. 2004: 59). Keseluruhan tersebut dalam artian setiap tingkatan
sub-sub yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan, dituntut untuk
melakukan setiap pekerjaan semaksimal dan seoptimal mungkin serta
memiliki ketepatan dalam penyelesaiannya dan memiliki daya dukung
terhadap setiap pekerjaan.
Selain itu beberapa ahli juga mampu mendefinisikan efektivitas antara
lain sebagai berikut, Hidayat (2006: 7) mendefinisikan efektivitas sebagai
suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kualitas, kuantitas,
dan waktu) telah tercapai, makin besar presentase target yang dicapai,
11
maka makin tinggi tingkat efektivitasnya. Menurut Fremont E. Kas (dalam
Sugiyono, 2003: 23), bahwa “Effectiveness is concerned with the
accomplishment of explicit oer implicit goals”.
Definisi efektivitas organisasi yang dikemukakan oleh ahli-ahli
tersebut tentu saja memiliki perbedaan karena tergantung sudut pandang
masing-masing, namun demikian saya menyetujui pendapat yang
dikemukakan oleh Steers (dalam Rukmana, 2006: 15) yang menyatakan
bahwa efektivitas paling baik dapat dimengerti jika dilihat dari sudut
keberhasilan organisasi mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya
dalam usaha mengejar tujuan operasi dan tujuan operasionalnya. Terutama
jika pada Organisasi Pemerintahan yang tidak bertujuan mencari laba
melainkan berorientasi kepada pencapaian efektivitas.
Adapun kriteria yang digunakan dalam mengukur Efektivitas
(menurut Siagian, 2003) antara lain sebagai berikut:
a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai
b. Kejelasan strategi untuk mencapai tujuan
c. Proses analisa dan perumusan kebijaksanaan yang mantap
d. Perencanaan yang matang
e. Penyusunan program yang tepat
f. Tersedianya sarana dan prasarana kerja
g. Pelaksanaan yang efektif dan efisien
h. Adanya pengawasan dan pengendalian yang sifatnya mendidik.
12
Selanjutnya, Stephen dan Robbins (Keban, 2004: 141),
mengungkapkan bahwa dalam mengukur efektivitas organisasi terdapat
empat pendekatan yaitu:
a. Goal-attainment, yang mengukur sampai seberapa jauh tujuan yang telah
ditetapkan dicapai, yang ditekankan adalah hasil dan bukan cara.
b. System, mengukur tersedianya sumber daya yang dibutuhkan, memelihara
dirinya secara internal sebagai suatu organisme dan berinteraksi secara
sukses dengan lingkungan luar.
c. Strategic-constituencies, mengukur tingkat kepuasan dari para
konstituante kunci. Dukungan konstituante inilah yang dibutuhkan
organisasi untuk mempertahankan eksistensi selanjutnya.
d. Competiting values, mengukur apakah criteria keberhasilan yang
dipentingkan organisasi, seperti keadilan, return of investment, market
share, new-product innovation, dan job security yang telah sesuai dengan
kepentingan atau kesukaan para konstituantenya.
Selanjutnya Sharma (dalam Kurniawan 2005: 106) memberikan
kriteria atau ukuran efektivitas organisasi yang menyangkut faktor internal
organisasi dan faktor eksternal organisasi yang meliputi antara lain:
1. Produktivitas organisasi (output)
2. Fleksibilitas organisasi dalam bentuk keberhasilannya menyesuaikan
diri dari perubahan-perubahan di dalam dan di luar organisasi.
3. Tidak adanya ketegangan di dalam organisasi atau hambatan-
hambatan konflik diantara bagian-bagian organisasi.
13
Steers (dalam Kurniawan 2005: 107), mengemukakan bahwa terdapat
lima kriteria dalam pengukuran efektivitas organisasi, yaitu:
1. Produktivitas2. Kemampuan adaptasi atau fleksibilitas3. Kepuasan kerja4. Kemampuan berlaba dan pencarian sumber daya
Pada dasarnya ketiga pendapat mengenai pendekatan atau indikator
yang digunakan untuk mengukur efektivitas sama-sama melihatnya dari
aspek internal dan eskternal organisasi. Aspek internal meliputi aspek:
tujuan, sumber daya, produktivitas organisasi, keselarasan dalam
organisasi, manajemen konflik, atau kemampuan mencari laba. Sedangkan
aspek eksternal meliputi aspek: fleksibilitas/adaptabilitas organisasi
dengan lingkungan, ataupun dukungan lingkungan terhadap organisasi.
Emitai Etzioni (dalam Munir, dkk., 2004: 64), mengemukakan
pendekatan pegukuran efektivitas organisasi yang disebutnya Sistem
Model, yang mencakup empat kriteria, yaitu:
1. Adaptasi, dipersoalkan kemampuan suatu organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2. Integrasi, pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan sosialisasi pengembangan konsensus dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya.
3. Motivasi anggota, pengukuran mengenai keterikatan dan hubungan antara pelaku organisasi dan kelengkapan sarana bagi pelaksanaan tugas pokok fungsi organisasi.
4. Produksi, usaha pengukuran efektivitas organisasi serta intensitas kegiatan suatu organisasi.
Pendekatan pengukuran efektivitas organisasi dengan Sistem Model
tersebut memperlihatkan salah satu aspek internal organisasi yang sedikit
berbeda dengan pendekatan-pendekatan yang telah dikemukakan
14
sebelumnya, yaitu motivasi anggota organisasi. Pada Sistem Model ini,
motivasi para anggota organisasi dengan dukungan sumber daya yang ada
seperti sarana dinilai sangat berpengaruh pada kelancaran pelaksanaan
tugas dan fungsi organisasi dan produktivitas organisasi. Disamping,
kemampuan organisasi beradaptasi dengan lingkungannya juga patut
diperhitungkan untuk memaksimalkan produktivitas organisasi sebagai
cerminan dari efektivitas organisasi dalam mencapai tujuannya.
Indikator pengukur efektivitas organisasi dari Gibson ini seluruhnya
hanya mempertimbangkan aspek-aspek internal organisasi sebagai penentu
efektivitas organisasi yang meliputi aspek: tujuan, strategi, kebijakan,
sumber daya dan aspek manajemen (perencanaan, pengawasan,
pengendalian) tanpa mempertimbangkan aspek lingkungan luar organisasi
yang dinilai berpengaruh pula pada pencapaian efektivitas organisasi. Hal
ini dikarenakan nyatanya organisasi hidup dalam suatu lingkungan yang
dinamis sehingga mau tidak mau lingkungan akan memberi andil bagi
eksistensinya.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dalam pengukuran efektivitas
tersebut dapat disimpulkan bahwa istilah efektivitas sangat variatif dimana
penjelasannya menyangkut berbagai dimensi yang memusatkan perhatian
pada kriteria-kriteria tertentu. Penentuan pendekatan atau indikator apa
yang akan dipakai tentunya harus mempertimbangkan atau disesuaikan
dengan karakteristik organisasi.
15
Pengukuran efektivitas yang sekarang banyak digunakan adalah
menurut Ricard M. Steers yang mengatakan bahwa efektivitas suatu
organisasi tergantung kepada seberapa jauh organisasi tersebut mencapai
tujuannya. Berdasarkan pendapat Steers (1996: 4-6), cara yang terbaik
untuk meneliti efektivitas adalah memperhatikan secara serempak tiga
buah konsep yang saling berhubungan, antara lain:
1. Paham mengenai optimalisasi tujuan, efektivitas dinilai menurut ukuran beberapa jauh sebuah organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai.
2. Perspektif sistematika, organisasi terdiri dari berbagai unsur yang saling mendukung dan saling melengkapi. Unsur-unsur tersebut sangat berpengaruh terhadap proses pencapaian tujuan suatu organisasi.
3. Tekanan pada segi tingkah laku manusia dalam susunan organisasi, tingkah laku individu dan kelompok dalam menentukan kelancaran tercapainya tujuan suatu organisasi.
Berdasarkan konsep yang diutarakan oleh Steers tersebut maka acuan
untuk mengukur efektivitas Sekolah dalam Penerapan Model
Pembelajaran Simulasi dan Non Simulasi pada Sekolah Menengah
Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang dapat menggunakan
perspektif sistem. Perspektif sistem ini adalah untuk melihat optimalisasi
dari komponen-komponen sistem tersebut yang terdiri dari komponen
dasar yaitu input, throughput (proses) dan output dalam pencapaian tujuan.
Dapat kita lihat pengertian sistem itu sendiri adalah himpunan sesuatu
“benda” nyata atau abstrak (a set of thing) yang terdiri dari bagian-bagian
atau komponen-komponen yang saling mendukung yang secara
keseluruhan bersatu dalam satu kesatuan (unity) untuk mencapai tujuan
16
tertentu secara efisien dan efektif (Zulkifli, 2007: 4). Perspektif sistem
terbuka dapat diperjelas dengan gambar berikut:
Gambar 2.1: Pola Dasar Sebuah Model SistemSumber: Zulkifli. 2007
Berdasarkan gambar 2.1 tersebut dapat dilihat bahwa terdapat
keterpaduan dari berbagai unsur dalam suatu sistem yang saling
berhubungan untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai. Unsur-unsur
tersebut adalah: Input yaitu unsur-unsur yang dimasukkan atau diolah,
misalnya uang, sumber daya manusia, alat, informasi; Throughput yaitu
kegiatan mengubah input menjadi output; serta Output yaitu hasil yang
diperoleh dari proses pengolahan berupa produksi fisik (barang) dan jasa
(pelayanan)
Model dasar sistem seperti yang dikemukakan oleh Katz dan Khan
(2006) yang mengatakan bahwa paradigma dasar dari sistem terdiri dari:
1. Inputs yaitu semua faktor yang diperlukan dari lingkungannya
termasuk uang, tenaga kerja, bahan mentah dan mesin-mesin.
2. Throughputs yaitu kegiatan mengubah input menjadi output
3. Outputs yaitu bisa berupa barang jadi, keuntungan, lulusan dan
sebagainya
Berdasarkan pendapat tersebut, maka konteks penelitian ini yaitu
untuk mengetahui keefektifan Sekolah dalam Penerapan Model
Pembelajaran Simulasi dan Non Simulasi pada Sekolah Menengah
throughput outputinput
17
Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang yang akan digunakan
model perspektif sistem yang terdiri dari tiga komponen, yaitu:
1. Input, yaitu faktor masukan dari efektivitas kerja yang menekankan
pada komponen sumber daya manusia yang akan dilihat dari sisi
internal dan eksternalnya. Dari sisi internal berkenaan dengan aspek
motivasi kerja yang dilihat dari perilaku kerjanya yaitu perilaku
disiplin dalam pelaksanaan kerja. Kemudian dari sisi eksternal, yaitu
dari sisi manajemen SDM yang berkenaan dengan optimalisasi sistem
pengawasan.
2. Proses, yang akan terfokus pada proses pelaksanaan kerja dari para
pegawai yang akan menelaah kendala, dan permasalahan yang
dihadapi dalam bekerja. Adapun pekerjaan/tugas yang akan dijadikan
fokus adalah tugas-tugas atau pekerjaan yang telah terprogram di
dalam Rencana Strategis.
3. Output, yaitu tingkat ketercapaian tujuan program kegiatan yang telah
direncanakan di dalam Rencana Strategis dalam hal ini, ketercapaian
Sekolah dalam Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dan Non
Simulasi pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I
Kota Palembang.
Dalam penelitian ini maka akan dilihat bagaimana efektivitas Sekolah
dalam Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dan Non Simulasi pada
Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang
18
dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berdasarkan kriteria
yang menjadi tolak ukur efektivitas, seperti yang disebut diatas.
Berdasarkan pemikiran yang diutarakan para ahli tersebut, maka
Efektivitas sebagai suatu sistem merupakan suatu Proses yang terdiri
serangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dengan demikian, ketiga fungsi pengelolaan ini akan digunakan untuk
menganalisis masalah dalam penelitian ini, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, koordinasi dan pengawasan.
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan hal pertama dalam proses pencapaian
tujuan, apabila rencana baik, maka akan baik pulalah hasil atau tujuan
yang dicapai. Karena pentingnya perencanaan bagi masa depan,
perencanaan diartikan sebagai keseluruhan proses penentuan dan
pemikiran secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan di masa
yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan
(Siagian, 2004: 108). Perencanaan diartikan juga sebagai suatu proses
pengambilan keputusan tentang apa tujuan yang harus dicapai pada
kurun waktu tertentu di masa mendatang dan apa yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan tersebut (Kebban, 2004: 86).
Perencanaan menurut Newman (dalam Handayadiningrat, 1998:
126) adalah keputusan apa yang akan dikerjakan untuk waktu yang akan
19
datang yaitu suatu rencana yang diproyeksikan dalam suatu tindakan.
Sedangkan perencanaan menurut Moekijat (2005: 4) adalah suatu usaha
untuk membuat suatu rencana tindakan, artinya menentukan apa yang
dilakukan, siapa yang melakukan, dan dimana hal itu dilakukan.
Perencanaan merupakan penentuan arah tindakan yang menentukan
apa, mengapa, dimana, kapan, siapa, dan bagaimana kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan atau
penentuan arah tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan.
Perencanaan merupakan kegiatan menetapkan tujuan serta merumuskan
dan mengatur pendayagunaan manusianya, materil, metode ataupun
waktu untuk memaksimumkan efektivitas pencapaian tujuan.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dilihat bahwa dalam suatu
perencanaan harus terdapat dua hal, yaitu:
a. Penetapan tujuan
b. Menentukan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan tersebut.
Dengan kata lain, suatu perencanaan membutuhkan adanya
pemikiran yang didahului dengan pelaksanaan kegiatan pendahuluan
yang sifatnya research agar didapat data serta fakta-fakta yang relevan.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perencanaan
merupakan keseluruhan proses penentuan kegiatan yang akan
dikerjakan dalam rangka, pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
20
Sasaran dari kegiatan perencanaan adalah pencapaian tujuan, oleh
karena itu tahap awal dalam perencanaan adalah menetapkan sejumlah
tujuan. Menurut Silalahi (2006: 167), beberapa tujuan perencanaan
adalah:
a. Perencanaan adalah jalan atau cara untuk mengantisipasi dan
merekam perubahan.
b. Perencanaan memberikan pengarahan kepada administrator-
administrator maupun non administrator.
c. Perencanaan juga dapat menghindari atau setidaknya memperkecil
atau tumpang tindih dan pemborosan pelaksanaan aktivitas-aktivitas.
d. Perencanaan menetapkan tujuan-tujuan dan standard-standard yang
akan digunakan untuk memudahkan pengawasan.
Sasaran perencanaan adalah menetapkan tujuan yang akan dicapai
dan pelaksanaan kegiatan pencapaian tujuan. Hal itu berarti tujuan yang
direncanakan merupakan landasan atau tolok ukur penyusunan
pelaksanaan kegiatan. Tujuan yang hendak dicapai dalam Penerapan
Model Pembelajaran Simulasi dan Non Simulasi pada Sekolah
Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang harus
dirumuskan dengan jelas agar rencana yang bersifat operasional, seperti
rencana mengenai tahapan Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dan
Non Simulasi pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I
Kota Palembang atau kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan, akan sangat mudah dirumuskan.
21
Menurut Silalahi (2006: 168), perencanaan merupakan landasan atau
kunci pokok pelaksanaan fungsi atau kegiatan manajemen atau
administrasi, sebab:
a. Perencanaan memberikan arah kepada administrator atau manajer
b. Perencanaan merupakan cara untuk mengantisipasi dan merekam
perubahan
c. Perencanaan merupakan pusat tujuan organisasi
d. Perencanaan dapat menjaga agar kegiatan tidak tumpang tindih,
menjaga kontinuitas kegiatan, dan menghindari pemborosan
e. Tujuan dan standar yang direncanakan dapat digunakan untuk
memudahkan evaluasi dan pengawasan fasilitas
f. Membantu usaha penghematan pemakaian biaya dengan adanya
pemusatan perhatian
g. Membantu kelancaran pengambilan keputusan oleh semua tingkat
pejabat secara unit atau sektoral atau departemental
Perencanaan mengenai pembagian kerja/tugas, atau prosedur yang
harus dilalui dalam Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dan Non
Simulasi pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota
Palembang akan memberikan arah para pegawai yang mengelola
Laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam sehingga tidak ada pekerjaan yang
tumpang tindih, pemborosan, serta dapat menjaga kesinambungan dalam
pelaksanaan pekerjaan. Perencanaan juga dapat memudahkan
dilakukannya pengawasan atau evaluasi bagaimana kinerja para pengelola
22
Laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam, serta keefektifan pelaksanaan
prosedur Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dan Non Simulasi pada
Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang
sehingga di kemudian hari dapat diputuskan mengenai langkah atau
pemecahan permasalahan yang tepat atas permasalahan yang ada.
Sehubungan dengan arti pentingnya kegiatan perencanaan, maka
perencanaan prosedur Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dan Non
Simulasi pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota
Palembang serta para pengelolanya perlu dirumuskan sebaik mungkin
dengan memperhatikan potensi serta ketersediaan sumber daya yang ada
agar pelaksanaan prosedur pemungutannya serta manajemen sumber daya
manusia (SDM) mampu berjalan secara efektif dan efisien. Jika semua ini
dapat berjalan sebagaimana yang direncanakan, tentu akan mempengaruhi
optimalisasi Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dan Non Simulasi
pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota
Palembang.
b. Pelaksanaan
Pelaksanan merupakan penerapan dari adanya rencana yang telah
ditetapkan. Pelaksanaan menurut Tjokroamidjojo (1990), merupakan
wujud nyata dari aturan-aturan yang dibuat untuk mengikat setiap orang
yang terlibat di dalamnya selama rentang waktu kegiatan, hal ini tentu
terkait dengan perencanaan itu sendiri. Dengan kata lain, adanya suatu
23
pelaksanaan sangatlah tidak terlepas dan adanya perencanaan sebagai
patokan dari pelaksanaan suatu kegiatan.
Pelaksanaan merupakan kegiatan operasionalisasi dari rencana yang
telah ditentukan atau mengimplementasikan rencana yang yang ada.
Menurut Handayadiningrat (1998: 27) pelaksanaan adalah menentukan
prosedur pengambilan keputusan dan cara mengorganisasikannya sehingga
rencana tersebut dilaksanakan. Selanjutnya menurut Meter dan Horn
(1975) mendefinisikan pelaksanaan sebagai tindakan yang dilakukan baik
oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok
pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan
yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan tersebut, maka peneliti
menyimpulkan bahwa pelaksanaan merupakan proses penerapan rencana
yang telah ditetapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan yang telah
disepakati. Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dan Non Simulasi
pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota
Palembang sepenuhnya dilakukan oleh sekolah dengan ketentuan yang
telah ditetapkan secara nasional.
c. Koordinasi
Koordinasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk
melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan,
kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan, dan
24
menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerjasama yang
terarah dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Usaha yang dapat
dilakukan untuk mencapai tujuan itu, antara lain dengan member
instruksi, perintah, mengadakan pertemuan untuk memberikan
penjelasan, bimbingan atau nasihat, dan mengadakan coaching dan bila
perlu memberi teguran.
d. Pengawasan
Menurut Handoko (1995: 359), pengawasan didefinisikan sebagai
proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen
tercapai.
Sedangkan menurut Mockler (dalam Handoko, 1995: 360) mengemukakan
bahwa:
“Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistemik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan”.
Pengawasan secara umum dapat diartikan sebagai proses
pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa
semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan sebelumnya. Atas dasar pengertian inilah maka fungsi
pengawasan tidak dapat dilepaskan dalam kegiatan yang sedang
dilakukan oleh suatu organisasi. Demikian halnya dengan hasil yang akan
25
didapat tidak akan tercapai sesuai dengan tujuan yang direncanakan jika
tidak adanya suatu pengawasan di dalamnya.
Hal ini dikarenakan fungsi pengawasan bertujuan:
a. Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dari rencana
b. Melakukan tindakan perbaikan jika terjadi penyimpangan
c. Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencana.
Menurut Terry (dalam Manullang, 2005: 172), pengawasan adalah
menentukan apa yang dicapai, artinya menilai hasil pekerjaan dan apabila
perlu, mengadakan tindakan-tindakan pembetulan sedemikian rupa
sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana. Sejalan dengan
pengertian tersebut, maka Fayol (dalam Siagian, 2003: 169) mengatakan:
“Pengawasan terdiri dari usaha verifikasi apakah segala sesuatu sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, instruksi-instruksi yang telah dikeluarkan dan asas-asas kerja yang telah ditentukan. Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa sasaran pengawasan adalah untuk menunjukkan kelemahan-kelemahan dan kesalahan-kesalahan dengan maksud memperbaiki dan mencegah agar supaya tidak terulang lagi”.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengawasan itu pada intinya
adalah usaha sadar dan sistematik untuk menjamin semua kegiatan yang
sedang dilakukan itu sesuai dengan rencana dan sebagai suatu upaya
mencegah terjadinya berbagai jenis penyimpangan dan penyelewengan
yang disengaja maupun tidak yang dilakukan dengan menggunakan
strategi dasar organisasi yang telah dirumuskan dan ditetapkan serta
menjadi program dan rencana kerja.
26
Dengan demikian, suatu pengawasan dilakukan tidak hanya sebelum
proses dan juga akhir suatu proses kegiatan tetapi juga pada saat proses
pelaksanaan berlangsung. Untuk menjalankan pengendalian itu menurut
Siagian (2003: 139-140) maka ada beberapa macam yang dapat
digunakan sebagai berikut:
a. Pengawasan Langsung
1) Inspeksi Langsung
2) Observasi Ditempat
3) Laporan Ditempat
b. Pengawasan Tidak Langsung
1) Laporan Lisan
2) Laporan Tertulis
Berdasarkan uraian tersebut, maka pengawasan dapatlah disimpulkan
sebagai usaha sadar dan sistematik untuk menjamin semua kegiatan yang
sedang dilakukan itu sesuai dengan rencana.
2. Guru
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik. Guru sebagai tenaga profesional
mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh
seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan
27
sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan
jenjang pendidikan tertentu. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa
prinsip profesi guru.
Profesi Guru, menurut Made Pidarta (2007: 279) merupakan bidang
khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan,
keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia.3. Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas.4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi
kerja.7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan.
Profesionalisasi guru masih merupakan sesuatu hal yang ideal, namun
bukan sesuatu yang mustahil untuk diwujudkan, justru profesionalisasi
guru akan menjadi tantangan bagi siapa saja yang berkecimpung dan
bertanggung jawab terhadap pekerjaan sebagai guru. Oleh karena itu
tantangan tentang guru profesional itu diharapkan dapat lebih
mendekatkan kepada suatu tujuan produk pendidikan yang baik. Keahlian
seorang guru secara profesional belum dapat menjamin sepenuhnya bahwa
cara-cara atau prosedur kerja dan teknik yang digunakan dalam mengajar
akan dapat menyebabkan peserta didik memperoleh hasil belajar sesuai
dengan yang diinginkan. Suatu cara yang cocok digunakan untuk mengajar
28
suatu materi pembelajaran kepada individu atau sekelompok individu,
belum tentu cocok untuk yang lain. Demikian pula di tangan seorang guru
mungkin suatu cara efektif, namun di tangan yang lain tidak efektif.
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban
merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
berkualitas, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
Kemudian, meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Selain itu, bertindak obyektif dan tidak
diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, dan
kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial
ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.
Agar guru dapat melaksanakan fungsinya keprofesionalannya, maka
harus mempunyai ciri-ciri, yaitu mempunyai penguasaan ilmu yang harus
diajarkan kepada peserta didik. memiliki kemampuan mengajar, meliputi
perencanaan, pelaksanaan mengajar dan efisiensi, guru perlu menciptakan
suasana belajar yang memungkinkan peserta didik mau belajar, dengan
cara membina hubungan kepercayaan satu sama lainnya, dan
mengembangkan minat mengajarkan ilmunya kepada peserta didik. Jika
guru mempunyai minat besar untuk mengajar, maka akan selalu berusaha
untuk meningkatkan efektivitas mengajarnya. Oleh karena itu dituntut
kompetensi atau kemampuan profesional dari seorang guru
29
3. Model Pembelajaran Simulasi
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan dalam proses
pembelajaran yang berisi berbagai teori pelaksanaan pembelajaran yang
berkenaan dengan strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik
pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran. (Uno, Hamzah: 2008)
Reilly (1999) menyatakan bahwa simulasi adalah metode
pembelajaran yang menyajikan pelajaran dengan menggunakan situasi
atau proses nyata dan peserta didik terlibat aktif dalam berinteraksi dengan
situasi di lingkungannya. Tujuan metode simulasi ini dapat membantu
peserta didik dalam mempraktikan keterampilan dalam membuat
keputusan dan penyelesaian masalah, mengembangkan kemampuan
interaksi antar manusia, memberikan kesempatan peserta didik untuk
menerapakan berbagai prinsip dan teori, serta untuk meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan sandra de young
(1990, dalam nursalam 2011) menyatakan ada tiga tipe simulasi yaitu:
latihan simulasi (simulasi exescise), permainan simulasi (simulation
game), dan bermain peran (role playing). Kelebihan simulasi adalah
memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan serta pengalaman tidak
langsung yang diperlukan dalam menghadapi berbagai problema sosial,
peserta didik berkesempatan menyalurkan perasaan yang terpendam
sehingga mendapat kepuasan, kesegaran, serta kesehatan jiwa, melalui
simulasi dapat dikembangkan bakat dan kemampuan yang mungkin
30
dimiliki oleh peserta didik, apakah dalam seni drama, bermain peran dan
sebagainya.
Model pembelajaran simulasi merupakan model pembelajaran yang
membuat suatu peniruan terhadap sesuatu yang nyata, terhadap keadaan
sekelilingnya (state of affaris) atau proses. Model pembelajaran ini
dirancang untuk membantu siswa mengalami bermacam-macam proses
dan kenyataan sosial dan untuk menguji reaksi mereka, serta untuk
memperoleh konsep keterampilan pembuatan keputusan.
Model pembelajaran ini diterapkan didalam dunia pendidikan dengan
tujuan mengaktifkan kemampuan yang dianalogikan dengan proses
sibernetika. Pendekatan simulasi dirancang agar mendekati kenyataan
dimana gerakan yang dianggap kompleks sengaja dikontrol, misalnya,
dalam proses simulasi ini dilakukan dengan menggunakan simulator
Model pembelajaran simulasi bertujuan untuk:
1) Melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi
kehidupan sehari-hari,
2) Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip,
3) Melatih memecahkan masalah,
4) Meningkatkan keaktifan belajar,
5) Memberikan motivasi belajar kepada siswa,
6) Melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok,
7) Menumbuhkan daya kreatif siswa, dan
8) Melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi
31
Ada beberapa jenis model simulasi di antaranya, yaitu:
1) Bermain peran (role playing)
Dalam proses pembelajarannya metode ini mengutamakan pola
permainan dalam bentuk dramatisasi. Dramatisasi dilakukan oleh
kelompok siswa dengan mekanisme pelaksanaan yang diarahkan oleh
guru untuk melaksanakan kegiatan yang telah ditentukan/direncanakan
sebelumnya. Simulasi ini lebih menitik beratkan pada tujuan untuk
mengingat atau menciptakan kembali gambaran masa silam yang
memungkinkan terjadi pada masa yang akan datang atau peristiwa yang
aktual dan bermakna bagi kehidupan sekarang.
2) Sosiodram
Dalam pembelajarannya yang dilakukan oleh kelompok untuk
melakukan aktivitas belajar memecahkan masalah yang berhubungan
dengan masalah individu sebagai makhluk sosial. Misalnya, hubungan
anak dan orangtua, antara siswa dengan teman kelompoknya.
3) Permainan Simulasi (Simulasi games)
Dalam pembelajarannya siswa bermain peran sesuai dengan peran yang
ditugaskan sebagai balajar membuat suatu keputusan
Menurut Joyce dan Weil (1980) dalam Udin (2001:66), model ini
memiliki tahap sebagai berikut:
a) Tahap I: Orientasi
1) Menyediakan berbagai topik simulasi dan konsep-konsep yang akan
diintegrasikan dalam proses simulasi
32
2) Menjelaskan prinsip Simulasi dan permainan
3) Memberikan gambaran teknis secara umum tentang proses simulasi
b) Tahap II: Latihan bagi Peserta
1) Membuat skenario yang berisi aturan, peranan, langkah, pencatatan,
bentuk keputusan yang harus dibuat, dan tujuan yang akan dicapai
2) Menugaskan para pemeran dalam simulasi
3) Mencoba secara singkat suatu episode
c) Tahap III: Proses Simulasi
1) Melaksanakan aktivitas permainan dan pengaturan kegiatan tersebut
2) Memperoleh umpan balik dan evaluasi dari hasil pengamatan
terhadap performa si pemeran
3) Menjernihkan hal-hal yang miskonsepsional
4) Melanjutkan permainan/simulasi
d) Tahap IV: Pemantapan dan debriefing
1) Memberikan ringkasan mengenai kejadian dan persepsi yang timbul
selama simulasi
2) Memberikan ringkasan mengenai kesulitan-kesulitan dan wawasan
para peserta
3) Menganalisis proses
4) Membandingkan aktivitas simulasi dengan dunia nyata
5) Menghubungkan proses simulasi dengan isi pelajaran
6) Menilai dan merancang kembali simulasi
33
Kekurangan metode simulasi adalah pengalaman yang diperoleh
melalui simulasi tidak selalu tepat dan sempurna dengan kenyataan di
lapangan atau dalam kehidupan, fungsinya sering terabaikan karna hanya
dijadikan sebagai alat hiburan, pelaksanaan simulasi sering menjadi kaku,
bahkan jadi salah arah, karena kurangnya pengalaman, keterampilan, dan
penguasaan mahasiswa terhadap sosial yang diperankan, Simulasi
dipengaruhi oleh faktor- faktor emosional seperti rasa malu, ragu- ragu
atau takut, simulasi menuntut hubungan informal antara pengajar dan
peserta didik yang akrab dan fleksible, simulasi menuntut imajinasi peserta
didik, Simulasi memerlukan pengelompokan peserta didik secara memadai
dan fleksible, serta ruang dan fasilitas yang tidak selalu tersedia dengan
baik (Nursalam, 2011).
4. Indikator Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dan Non
Simulasi pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir
Barat I Kota Palembang
Berdasarkan model konseptual manajemen serta Standar Operasional
Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dan Non Simulasi pada Sekolah
Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang terdiri dari
beberapa tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan pengendalian. Pada
uraian sub bab sebelumnya, maka dalam konteks penelitian ini model
konseptual ini akan menjadi:
34
Input Proses Output
- Sumber daya manusia - Persiapan - Pencapaian Tujuan - Sumber dana - Pelaksanaan - Sasaran - Sarana dan Prasarana - Pengendalian
Umpan balik Gambar 2.2: Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dan
Non Simulasi pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang
Berdasarkan model konseptual serta Standar Operasional Penerapan
Model Pembelajaran Simulasi dan Non Simulasi pada Sekolah Menengah
Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang tersebut, maka
indikator dalam Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dan
Non Simulasi pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I
Kota Palembang, antara lain meliputi:
a. Input, meliputi:
1. Sumber Daya Manusia
2. Sumber Dana
3. Sarana dan Prasarana
a. Proses, meliputi:
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
3. Pengendalian
b. Output, yakni Pencapaian Tujuan dan Sasaran, berupa Hasil
Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dan Non Simulasi pada
35
Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota
Palembang
B. Pembahasan Penelitian yang Relevan
Penelitian serupa telah dilakukan oleh Dwi Aryani Tahun 2013
dengan judul penelitian Penerapan Pembelajaran Materi Sistem Peredaran
Darah dengan Metode Simulasi Taman Sirkulasi Berbasis Bioedutainment di
SMP Negeri 1 Gabus Kabupaten Pati. Materi sistem peredaran darah tidak
dapat dipelajari secara langsung karena struktur dan fungsinya berada dalam
tubuh, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi.
Pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi akan membuat siswa
lebih mudah memahami materi sistem peredaran darah. Salah satu strategi
yang dapat diterapkan untuk membangkitkan motivasi dan semangat belajar
siswa adalah dengan menggunakan metode simulasi taman sirkulasi berbasis
bioedutainment. Metode simulasi adalah metode mengajar untuk menjelaskan
sesuatu melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau melalui proses tingkah
laku imitasi atau bermain peran mengenai suatu tingkah laku yang dilakukan
seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran
dengan metode simulasi taman sirkulasi berbasis bioedutainment.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Gabus Kabupaten Pati
pada Semester Genap Tahun Ajaran 2012/ 2013. Populasi penelitian adalah
semua kelas siswa VIII SMP Negeri 1 Gabus. Sampel pada penelitian ini
36
diambil menggunakan cara purposive sampling dan terpilih tiga kelas yaitu
VIII C, VIII D, dan VIII E. Rancangan penelitian ini adalah pre experiment
design dengan bentuk one shot case study.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar dari ketiga
kelas mencapai ketuntasan klasikal sebesar 84,46%. Rata-rata aktivitas siswa
dari ketiga kelas sampel mencapai 87,20%. Hasil penelitian tersebut sudah
melampaui kriteria minimum yang ditetapkan yaitu sebesar ≥ 80%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode
simulasi taman sirkulasi berbasis bioedutainment pada materi sistem
peredaran darah berpengaruh positif terhadap hasil belajar dan aktivitas
siswa.
Yuni Ulfia M. Tahun 2013 dengan judul penelitian Penerapan Metode
Pembelajaran Simulasi dengan Teknik Sosiodrama untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Pemahaman Siswa pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Materi
Kegiatan Pokok Ekonomi (Studi Kasus pada Siswa Kelas VII-F SMP Negeri
9 Jember Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011). Proses pembelajaran
IPS terpadu yang selama ini berlangsung di SMP Negeri 9 Jember masih
menggunakan metode pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat
menyebabkan rendahnya aktivitas dan pemahaman siswa terhadap materi
yang dipelajari. Siswa harus berpartisipasi secara langsung dalam proses
pembelajaran agar memudahkan siswa dalam mengingat dan memahami
materi yang diajarkan. Oleh karena itu, guru harus selektif dalam memilih
metode pembelajaran agar dapat meningkatkan aktivitas dan pemahaman
37
siswa pada mata pelajaran IPS terpadu. Salah satu metode pembelajaran yang
dapat meningkatkan aktivitas sekaligus pemahaman siswa adalah metode
pembelajaran simulasi dengan teknik sosiodrama. Melalui peran yang
dimainkan siswa dalam sebuah drama sosial dapat memupuk keaktifan siswa
dalam mengungkapkan pendapatnya di depan kelas. Pembentukan kelompok
belajar yang terdiri dari beberapa siswa dapat memupuk kerjasama antar
siswa dalam kelompok serta melatih siswa untuk melakukan pemecahan
masalah dan mengambil kesimpulan bersama. Aktivitas yang dimaksud
dalam penelitian ini yaitu segala kegiatan yang dilakukan siswa saat proses
pembelajaran yang meliputi visual, lisan, mendengarkan, menulis, dan
metrik. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa
dari sangat rendah menjadi sangat tinggi sekaligus pemahaman siswa hingga
mencapai KKM yang ditetapkan pada mata pelajaran IPS terpadu.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang
dilaksanakan sebanyak 2 siklus yang meliputi kegiatan perencanaan, tindakan
dan observasi, dan refleksi. Penentuan tempat penelitian menggunakan
metode purposive area, yaitu pada kelas VII-F di SMP Negeri 9 Jember.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, tes,
wawancara dan dokumen. Analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode simulasi
dengan teknik sosiodrama dapat meningkatkan aktivitas dan pemahaman
siswa kelas VII-F yang diwujudkan dengan nilai ulangan harian yang sesuai
38
dengan KKM mata pelajaran IPS terpadu di SMP Negeri 9 Jember. Hal
tersebut dibuktikan dari hasil pelaksanaan siklus I dan siklus II. Hasil
observasi mengenai aktivitas menunjukkan adanya peningkatan pada seluruh
indikator aktivitas yang awalnya masuk kriteria sedang, setelah diterapkannya
tindakan pada siklus II meningkat hingga mencapai kriteria sangat tinggi.
Peningkatan pemahaman siswa yang sesuai dengan KKM dapat diketahui
dari peningkatan nilai rata-rata ulangan harian siswa yang awalnya sebesar
73,38 dengan kriteria baik pada siklus I, meningkat hingga mencapai 84,51
dengan kriteria amat baik pada siklus II. Hasil tersebut telah memenuhi
ketuntasan secara individu yaitu sebesar ≥75. Ketuntasan secara klasikal juga
mengalami peningkatan yang awalnya sebesar 67,74% pada siklus I,
meningkat mencapai 90,32% setelah dilaksanakannya siklus II. Jumlah siswa
pada siklus II telah memenuhi ketuntasan secara klasikal yaitu sebesar ≥75%.
Selanjutnya Manggi Parama Sanatati tahun 2012 juga telah
melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Metode Pembelajaran
Simulasi dan Teknik Mind Mapping untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas VIII pada Mata Pelajaran IPS Ekonomi di SMP Negeri 2 Malang.
Pendidikan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia
dan juga merupakan kunci dalam keberhasilan pembangunan. Sekolah
sebagai salah satu lembaga pendidikan diharapkan mampu menerapkan
strategi belajar yang baik bagi siswanya dalam rangka menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas dan berprestasi. Dengan penerapan strategi
yang baik dan tepat sasaran belajar bagi siswa diharapkan akan meningkatkan
39
prestasi dan kualitas belajar yang baik. Upaya peningkatan kualitas
pendidikan tidak dapat berhasil dengan maksimal tanpa didukung oleh
adanya peningkatan kualitas pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru
sebagai fasilitator harus mampu memilih dan menentukan pendekatan,
metode, dan model pembelajaran yang tepat dengan pokok bahasan yang
akan dipelajari, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif
dan tujuan pembelajaran berhasil dicapai.
Pembelajaran kooperatif metode simulasi dan teknik peta pikiran
atau mind mapping adalah metode mengajar yang menitikberatkan pada
aktivitas siswa dalam belajar. Melalui metode simulasi dan teknik
pembelajaran mind mapping ini diharapkan dapat membuat suasana kegiatan
belajar mengajar di kelas menjadi lebih menyenangkan dan tidak
membosankan sehingga siswa (secara tidak langsung) dapat meningkatkan
kemampuan akademiknya. Selain itu, metode simulasi dan teknik mind
mapping merupakan metode pembelajaran yang baru dan belum banyak yang
menerapkan dalam proses belajar mengajar.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus
terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Tindakan yang diberikan pada Siklus I dan II sesuai dengan Rencana
Pembelajaran (RPP) dengan metodesimulasi dan teknik mind mapping.
Mata Pelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah IPS
Ekonomi untuk kelas VIII tahun pelajaran 2011/2012, yaitu terfokus pada
40
kompetensi dasar ”Ketenagakerjaan”. Untuk mengetahui ketepatan guru
dalam menerapkan pembelajaran kooperatif metode simulasi dan teknik mind
mapping maka dilakukan observasi dengan menggunakan instrumen
pengamatan aktivitas guru dalam pembelajaran. Sedangkan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar ditinjau dari aspek kognitif, melalui perhitungan
nilai pre-test dan post-test pada siklus I dan siklus II, serta aspek afektif yang
dilakukan melalui lembar pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran
menggunakan metode simulasi dan teknik mind mapping.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Malang
yang berlokasi di Jalan Prof. Mokh. Yamin No. 60 Malang, pada tanggal 4
Februari sampai 9 April 2012. Siswa yang menjadi subjek penelitian ini
adalah siswa kelas VIII-I tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 27
siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara, catatan lapangan, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data
yang digunakan adalah analisis data pada penelitian dilakukan dengan
data reduction (reduksi data), display (penyajian data), dan conclution
drawing/verification.
Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut:
(1) Penerapan metode pembelajaran simulasi dan teknik mind mapping pada
mata pelajaran IPS Ekonomi di SMP Negeri 2 malang sudah baik, ha ini
dapat dilihat dari persentse keberhasilan tindakan dari siklus I ke siklus II
mengalami peningkatan. (2) Penerapan metode pembelajaran simulasi dan
teknik mind mapping terbukti dapat meningkatkan hasil belajar. Hal tersebut
41
dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa, baik dari aspek kognitif dan afektif
terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II, dimana ketuntasan belajar
klasikal baru tercapai pada siklus II. Sedangkan saran yang diajukan sebagai
berikut: (1) Bagi guru mata pelajaran IPS Ekonomi dapat menggunakan
metode dan teknik pembelajaran ini pada pokok bahasan yang dapat
disimulasikan agar siswa lebih mudah mengingat dan mengaplikasikan materi
tersebut serta dapat menghindari kebosanan. (2) Sekolah diharapkan
menyediakan peralatan yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran khusunya pada pelaksanaan kegiatan simulasi maupun dalam
pembuatan mind mapping. (3) Bagi peneliti berikutnya, penelitian ini dapat
dikembangkan untuk materi selain pokok bahasan ketenagakerjaan pada mata
pelajaran IPS Ekonomi dan dapat dikembangkan untuk sekolah-sekolah lain
Pembahasan hasil penelitian diatas dapat pula digunakan sebagai
masukan dalam melaksanakan penelitian mengenai Efektivitas Penerapan
Model Pembelajaran Simulasi dan Non Simulasi pada Sekolah Menengah
Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang, sehingga dapat diketahui
informasi secara mendalam dan menyeluruh.
C. Kerangka Pikir Penelitian
Bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa uang/barang dari
pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat
yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk
melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.
42
Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dan Non
Simulasi pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota
Palembang adalah usaha untuk mengukur Penerapan Model Pembelajaran
Simulasi dan Non Simulasi pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan
Ilir Barat I Kota Palembang yang meliputi input, proses dan output.
Secara sederhana, Kerangka Pikir Penelitan ini dapat dijelaskan pada
diagram alir sebagai berikut:
a. Input, meliputi:1. Sumber Daya Manusia2. Sumber Dana3. Sarana dan Prasarana
b. Proses, meliputi:1. Persiapan2. Pelaksanaan3. Pengendalian
c. Output, meliputi:1. Tujuan2. Sasaran
Bagan. 2.3. Kerangka Pikir Penelitian Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dan Non Simulasi pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang
Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dan Non Simulasi pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota PalembangEfektif
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Perspektif Pendekatan Penelitian
Penelitian merupakan suatu proses dari kegiatan yang ilmiah yang
pada hakekatnya berawal dari minat untuk mengetahui gejala tertentu.
Selanjutnya berhubungan dan berkembang menjadi gagasan teori,
konseptualisasi yang pada akhirnya menentukan metode penelitian yang
sesuai.
Tingkat eksplanasi untuk penelitian yang berjudul Efektivitas
Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dan Non Simulasi pada Sekolah
Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang ini tergolong
dalam penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap variabel
mandiri (Sugiyono, 2003: 6). Variabel mandirinya adalah efektivitas
penyaluran dana bantuan Gubernur.
Pendekatan penelitian ini berdasarkan fakta-fakta sebagaimana
adanya, oleh karena itu metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut Bogman (2000) bahwa prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif adalah berupa kata-kata tertulis
ataupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati bersifat kualitatif.
Menurut Arikunto (2002: 127) bahwa penelitian deskriptif merupakan
penelitian non hipotesis, pendapat serupa dikemukakan oleh Singarimbun
(1995: 4) yang menyatakan, bahwa penelitian deskriptif hanya
44
mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tidak memerlukan
pengujian hipotesis. Sedangkan penelitian kualitatif adalah suatu bentuk
penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan suatu keadaan yang
sebenarnya melalui kata-kata atau kalimat, atau bukan dengan angka-angka.
B. Ruang Lingkup Penelitian
Menurut Strauss dan Corbin (1990: 60), setiap penelitian diperlukan
adanya fokus penelitian, karena bertujuan untuk:
1. Membatasi studi
2. Untuk menentukan kriteria-kriteria untuk memasukkan/mengeluarkan
suatu informasi yang diperoleh di lapangan. Artinya dengan melalui
bimbingan dan arahan fokus yang telah ditetapkan peneliti tahu persis
data mana yang perlu dikumpulkan dan data mana (meski mungkin
menarik tetapi karena tidak relevan) yang tidak perlu dimasukkan ke
dalam data yang sedang dikumpulkan.
Sejalan dengan hal tersebut, yang menjadi ruang lingkup penelitian ini
adalah Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dan Non
Simulasi pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota
Palembang yang meliputi input, proses dan output.
45
C. Variabel Penelitian
1. Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2003: 38).
Variabel dalam penelitian ini berupa variabel mandiri yaitu Penerapan
Model Pembelajaran Simulasi dan Non Simulasi pada Sekolah Menengah
Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang. Variabel ini bersifat
mandiri karena karena tidak mempengaruhi dan dipengaruhi atau
dihubungkan dengan variabel lain.
2. Definisi Konseptual
Definisi konsep adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu
yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun dan Efendi,
1995: 32). Berdasarkan pengertian tersebut, maka:
a. Efektivitas adalah ukuran yang dilihat dari sudut keberhasilan
organisasi mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha
mengejar tujuan operasi dan tujuan operasionalnya.
b. Model Pembelajaran Simulasi merupakan model pembelajaran yang
membuat suatu peniruan terhadap sesuatu yang nyata, terhadap
keadaan sekelilingnya (state of affaris) atau proses, yang dirancang
46
untuk membantu siswa mengalami bermacam-macam proses dan
kenyataan sosial dan untuk menguji reaksi mereka, serta untuk
memperoleh konsep keterampilan pembuatan keputusan
c. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dan Non
Simulasi pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I
Kota Palembang adalah usaha untuk mengukur Penerapan Model
Pembelajaran Simulasi dan Non Simulasi pada Sekolah Menengah
Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang yang meliputi
input, proses dan output.
3. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan bagaimana
caranya mengukur suatu variabel tentang bagaimana suatu variabel diukur
(Singarimbun dan Effendi, 1995: 46). Adanya definisi operasional tersebut
berarti terdapatnya indikator yang akan diukur dalam suatu penelitian.
Penelitian dengan judul Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran
Simulasi dan Non Simulasi pada Sekolah Menengah Pertama di
Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang ini memiliki dimendi dan
indikator, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
47
Tabel 3.1Definisi Operasional
Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dan Non Simulasi pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang
Variabel Dimensi IndikatorEfektivitas Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dan Non Simulasi pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang
a. Input 1. Sumber Daya Manusia
2. Sumber Dana3. Sarana dan Prasarana
b. Proses 1. Persiapan2. Pelaksanaan3. Pengendalian
c. Output Pencapaian Tujuan dan Sasaran, berupa Hasil Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dan Non Simulasi pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang
D. Unit Analisis
Unit analisis adalah unit yang akan diteliti atau dianalisis
(Singarimbun dan Efendi, 1995: 155). Adapun unit analisis dalam penelitian
ini adalah: Organisasi, yaitu Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir
Barat I Kota Palembang
E. Pemilihan Key Informant
Informant pada penelitian ini ditentukan berdasarkan kemampuan/
kapabilitas yang dimiliki yaitu pihak-pihak mengerti benar tentang
permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Pihak yang paling
48
mengetahui dan mengerti atau bahkan yang melaksanakan tugas dan fungsi
yang berkaitan dengan Penerapan Model Pembelajaran Simulasi dan Non
Simulasi pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota
Palembang meliputi:
1. Kepala Sekolah Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I
Kota Palembang
2. Guru Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota
Palembang
3. Siswa Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I Kota
Palembang
F. Jenis dan Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data-data diperoleh, selanjutnya
data tersebut diolah dan mendapat hasil dari penelitian tersebut (Arikunto,
2002: 15). Data yang akan diolah dalam penelitian ini yaitu data kualitatif
yang berasal dari data primer dan data sekunder, yang akan dipaparkan
sebagai berikut:
1. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan menggunakan
pedoman wawancara pada sumber data dilapangan. Pedoman
wawancara tersebut digunakan sebagai pedoman pada saat melakukan
wawancara dengan informants yang telah ditentukan sebagai key
informant. Hasil wawancara dari informants merupakan data utama atau
data primer dari kegiatan penelitian ini.
49
2. Data sekunder, yaitu data yang didapat dari dokumen-dokumen, buku-
buku, atau berupa laporan yang relevan dengan penelitian ini.
G. Teknik Pegumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode:
1. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya
jawab langsung kepada informan. Merupakan usaha pengumpulan data
dan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan lisan dan
untuk dijawab secara lisan pula melalui tanya jawab yang terarah. Peneliti
berpedoman pada pertanyaan-pertanyaan wawancara (interview Guide)
yang telah disiapkan serta tidak menutup kemungkinan mengembangkan
pertanyaan-pertanyaan baru. Validitas penelitian terletak pada kedalaman
menggali informasi yang mencakup beberapa hal, yaitu pertanyaan
deskriptif, pertanyaan komparatif dan pertanyaan analisis.
2. Observasi, yaitu sebagai pengamatan informasi secara sistematik terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian dengan jalan penelusuran atau
terjun langsung mengamati objek penelitian yang akan diteliti (Arikunto,
2002: 133). Dalam penelitian ini peneliti mengamati secara langsung dan
mencatat informasi yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti secara
sistematik.
3. Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data melalui berbagai literatur
yang berhubungan dengan masalah penelitian (Arikunto, 2002: 135).
50
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan secara
mendalam mengenai pelaksanaan Penerapan Model Pembelajaran Simulasi
dan Non Simulasi pada Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ilir Barat I
Kota Palembang yang dianalisis dengan menggunakan kata-kata atau kalimat
sehingga diperoleh suatu kesimpulan. Analisis data pada penelitian ini akan
menggunakan model interaktif dari Miles dan Huberman (1992: 20) yang
meliputi tiga komponen analisis, yaitu reduksi, sajian data, penarikan
kesimpulan. Proses analisis interaktif disajikan dalam bentuk gambar berikut:
Gambar 3.1 Analisis Model Interaktif Sumber: Miles dan Huberman (1992: 20)
Berdasarkan gambar dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan dan tulisan di lapangan. Jadi, data yang diperoleh dari
lapangan akan dipilah-pilah dengan cara mengambil yang diperlukan dan
mengabaikan yang tidak diperlukan.
Pengumpulan Data
Sajian Data
Verifikasi/kesimpulan
Reduksi Data
51
2. Penyajian data, dimaksudkan agar memudahkan bagi peneliti untuk
melihat gambaran secara mendalam dan keseluruhan atau bagian-bagian
tertentu.
3. Verifikasi, peneliti mencoba mencari makna dari data yang dikumpulkan
dengan melakukan penarikan kesimpulan. Verifikasi dilakukan secara
terus menerus sepanjang proses penelitian berlangsung sejak awal
memasuki lokasi penelitian selama proses pengumpulan data hingga
diperoleh suatu kesimpulan.
I. Rencana Sistematika Tesis
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan tesis ini
adalah:
BAB I : Pendahuluan yaitu bagian yang terdiri dari: latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat
penelitian.
BAB II : Tinjauan Pustaka yang berisi landasan teori yang digunakan.
BAB III : Metode Penelitian yang berisi perspektif pendekatan penelitian,
ruang lingkup/fokus penelitian, klasifikasi variabel, definisi
konseptual, definisi operasional, unit analisis, key informants,
jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis
data, dan rencana sistematika laporan/tesis.
BAB IV : Deskripsi Wilayah Penelitian, yaitu gambaran/keadaan umum
dari lokasi penelitian.
52
BAB V : Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian, merupakan
inti dari penulisan yang berisikan pembahasan terhadap variabel-
variabel penelitian yang didasarkan pada data yang telah
terkumpul dan diolah serta dianalisis dengan metode kualitatif.
BAB VI : Kesimpulan dan Saran, yaitu bagian akhir dari penulisan yang
berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang mungkin
berguna bagi semua pihak terutama pihak-pihak yang terkait.
53
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Beane, A. J. 1997. Curriculum Integration, Designing the core of Democratic. Education. New York: Teacher Colleggs
Bogman dan Taylor. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Fogarty. 1991. Production &. Inventory Management 2edition. New York
Handayadiningrat. 1998. Peranan Aparatur Pemerintah. Jakarta: Sinar Harapan
Handoko, T. Hani. 1995. Manajemen (Edisi Kedua) Yokyakarta: BPFE (Anggota IKAPI) Gadjah Mada
Hidayat. 2006. Teori Efektifitas dalam Kinerja Karyawan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Katz, Daniel dan Robert L. Kahn. 2006. Organizations and The System Concept, dalam Shafritz, Jay M dan J. Steven Ott. 1987. Classics of Organization Theory, Brooks/Cole Publishing Company Pacific Grove, California.
Keban, Yeremias T. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep, Teori dan Isu. Yogyakarta: Gaya Media
Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaharuan
Made Pidarta. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Manullang, M. 2005. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Meter, Donald Van, dan Carl Van Horn. 1975. The Policy Implementation Process: A Conceptual Framework dalam Administration and Society 6, 1975, London: Sage.
54
Miles, Matthew dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tantang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press
Moekijat. 2005. Pengantar Sistem Informasi Manajemen. Bandung: CV. Mandar Maju
Munir, dkk. 2004. Teori Efektivitas. Jakarta: Rineka Cipta
Rukmana, Rahmat. 2006. Efektivitas Organisasi. Yogyakarta: Kanisius
Siagian, Sondang P. 2003. Administrasi Pembangunan : Konsep, Dimensi, dan Strateginya. Jakarta: Bumi Aksara
Silalahi, Ulber. 2006. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press
Singarimbun, Masri & Effendi, Sofian. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES
Strauss, Ansem dan Juliet Corbin. 2003. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif: Tata Langkah dan Teknik-teknik Teorisasi Data, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta
Tjokroamidjojo, Bintoro. 1990. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta: LP3ES
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara
Zulkifli, Amsyah. 2007. Manajemen Sistem Informasi. Jakarta: Garamedia. Pustaka Utama
Peraturan Perundangan:
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional