EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, …digilib.unila.ac.id/58336/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, …digilib.unila.ac.id/58336/3/SKRIPSI TANPA BAB...
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION,
READ, REFLECT, RECITE, REVIEW DITINJAU DARI
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII SMPN 20 Bandarlampung Semester Genap
Tahun Pelajaran 2018/2019)
(Skripsi)
Oleh
JAMAL LUDINSYAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2019
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION,
READ, REFLECT, RECITE, REVIEW DITINJAU DARI
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII SMPN 20 Bandarlampung Semester Genap
Tahun Pelajaran 2018/2019)
Oleh
Jamal Ludinsyah
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas metode pembelajaran Preview,
Question, Read, Reflect, Recite, Review (PQ4R) ditinjau dari pemahaman konsep
matematis siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP
Negeri 20 Bandarlampung semester genap tahun pelajaran 2018/2019 sebanyak
346 siswa yang terdistribusi ke dalam sebelas kelas. Dari sebelas kelas tersebut
diambil satu kelas secara acak sebagai sampel penelitian. Penelitian ini
menggunakan one-group pretest-posttest design. Data penelitian diperoleh melalui
tes berbentuk uraian pada materi Segiempat dan Segitiga. Analisis data penelitian
ini menggunakan uji t berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan pemahaman
konsep matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan metode PQ4R
lebih tinggi dibandingkan pemahaman konsep matematis siswa sebelum
mengikuti pembelajaran dengan metode PQ4R namun persentase siswa yang
memiliki pemahaman konsep terkategori baik tidak lebih dari 60% dari
banyaknya siswa yang mengikuti pembelajaran metode PQ4R. Dengan demikian,
metode PQ4R tidak efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.
Kata kunci: efektivitas, pemahaman konsep matematis, PQ4R
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION,
READ, REFLECT, RECITE, REVIEW DITINJAU DARI
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII SMPN 20 Bandarlampung Semester Genap
Tahun Pelajaran 2018/2019)
Oleh
Jamal Ludinsyah
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi Udik, Kecamatan Kotabumi Kota, Kabupaten
Lampung Utara, Lampung pada 03 Januari 1997. Penulis merupakan anak ketiga
dari pasangan Bapak Baheramsyah dan Ibu Kamsiah.
Penulis telah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 2 Kotabumi
Tengah pada tahun 2008, pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 2
Kotabumi pada tahun 2011, dan pendidikan sekolah menengah atas di SMA
Negeri 4 Kotabumi pada tahun 2014. Penulis melanjutkan pendidikan di
Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur Seleksi Bersama Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) sebagai mahasiswa bidikmisi pada Program
Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT)
pada tahun 2017 di Desa Bandar Dalam, Kecamatan Negeri Agung, Kabupaten
Way Kanan, Lampung dan menjalani Praktik Profesi Keguruan (PPK) di SMA
Negeri 1 Negeri Agung, Kecamatan Negeri Agung, Kabupaten Way Kanan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam beberapa organisasi internal
kampus. Pada tahun 2014, penulis aktif menjadi Ketua Angkatan Pendidikan
Matematika, Generasi Muda Divisi Pembinaan Medfu, Eksakta Muda Divisi
Kaderisasi Himasakta Kabinet HeBat, Generasi Muda BSO BBQ Forum
Pembinaan dan Pengkajian Islam (FPPI), Brigade Muda Dinas Pendidikan BEM
FKIP, Kepala Keluarga Muda Fakultas (KKMF) KMB Birohmah, dan Ketua
Forkom Bidikmisi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP. Pada tahun 2015, penulis
aktif menjadi Kepala Divisi Kerohanian Kabinet SIAP Berkarya, Panitia khusus
(PanSus) Pemilihan Raya Ke-XVI Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
anggota Divisi Dana dan Usaha FPPI, dan Anggota Departemen Kajian Islam
Ilmiah (KII) Birohmah. Pada tahun 2016, penulis aktif menjadi Ketua Umum
Himasakta Kabinet Amanah. Pada tahun 2017, penulis aktif menjadi Wakil
Gubernur Mahasiswa BEM FKIP Kabinet Kebanggaan Bersama. Pada tahun
2018, penulis aktif menjadi Wakil Presiden Mahasiswa BEM U KBM Unila
Kabinet Sinergis dalam Gerak.
MOTTO
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya
Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”
(QS. Muhammad : 7)
Berjuang Hingga Akhir dengan Pilar Sabar dan Sholat
(Jamal Ludinsyah)
PERSEMBAHAN
Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna.
Shalawat serta Salam Selalu Tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Ku persembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta, kasih sayang,
dan terima kasihku kepada:
Bapak (Baheramsyah) dan Ibu (Kamsiah) tercinta, yang selalu memberikan
semangat, dukungan dan mendoakan setiap waktu sehingga putramu ini yakin
bahwa Allah selalu memberikan apa yang hamba-Nya butuhkan dan selalu
memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya.
Abangku (Ari Firman Syah), Ayukku (Dina Septiana) dan Adikku (Zulviana)
serta seluruh keluarga besar yang terus memberikan dukungan, doa, dan semangat
kepadaku.
Para pendidik yang telah mengajar dan mendidik dengan penuh kesabaran dan
ketulusan.
Semua sahabat terbaikku yang begitu tulus menyayangiku dengan segala
kekuranganku, kalian telah memberi warna di kehidupanku dan dari kalian aku
belajar banyak hal serta memahami arti sebuah ukhuwah.
Almamater Universitas Lampung.
i
SANWACANA
Bismillaahirrohmaanirrohiim.
Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat
diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang
akhlaknya paling mulia, pemimpin dan murobbi terbaik yang telah membawa
perubahan yang luar biasa, menjadi uswatun hasanah di muka bumi ini, yaitu
Rasulullah Muhammad SAW.
Skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Preview, Question, Read, Reflect,
Recite, Review Ditinjau dari Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada
Siswa Kelas VII SMPN 20 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran
2018/2019)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan
pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Baheramsyah dan Ibu Kamsiah, Abangku
Ari Firman Syah, Ayukku Dina Septiana, dan Adikku Zulviana, serta seluruh
keluarga besarku yang selalu mendoakan, memberikan motivasi, dukungan,
dan semangat tanpa kenal lelah.
ii
2. Ibu Dr. Tina Yunarti, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus
Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
membimbing, memberikan saran, perhatian, sumbangan pemikiran, motivasi
dan semangat selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih
baik.
3. Bapak Agung Putra Wijaya, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan kritik dan
saran, sumbangan pemikiran, dan semangat demi penyelesaian penyusunan
skripsi ini.
4. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah
memberikan motivasi, semangat, perhatian, kritik, dan saran dalam
memperbaiki penulisan skripsi ini.
5. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung beserta jajaran dan stafnya yang telah memberikan bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP
Universitas Lampung.
7. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika FKIP Universitas Lampung.
8. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lampung
yang selalu menginspirasi, yang telah memberikan bekal ilmu dan menjadi
penyemangat penulis untuk mengikuti jejak-jejak beliau menjadi orang yang
baik.
iii
9. Ibu Nurwana, S.Pd. selaku guru mitra, seluruh siswa kelas VIIF SMP Negeri
20 Bandarlampung semester genap tahun pelajaran 2018/2019, dan seluruh
perangkat sekolah serta staf SMP Negeri 20 Bandarlampung yang telah
memberikan kemudahan selama penelitian.
10. Keluarga besar penerima Beasiswa Perintis Nusantara (BPN) angkatan kedua
atas pelajaran, motivasi, semangat, dan kebersamaan yang diberikan untuk
bisa bersama-sama diterima di perguruan tinggi melalui jalur SBMPTN.
11. Keluarga besar penerima beasiswa Bidikmisi angkatan 2014 untuk pelajaran,
motivasi, dan kebersamaan selama menjadi penerima beasiswa bidikmisi.
12. Rekan seperjuangan Pimpinan Himasakta Kabinet SIAP Berkarya 2015/2016
(Kak herwin, Mbak Rizky, Kak Adam, Mbak Isti, Meta, Fandy, Mbak Retno,
Mbak Nisaul, Kak Yuli, Mbak Salma, Sandy Ka, Mbak Dessy, Kak Kihar,
Mbak Ewid, Dani, Mbak Iis, Enti, Kak Doni, Mbak Niddi Kak hadi, Mbak
Amel, Kak Putra, Mbak Ibro), seluruh anggota divisi dan Eksakta Muda,
untuk pelajaran, kebersamaan dan suka duka selama satu periode
kepengurusan.
13. Rekan seperjuangan Pimpinan Himasakta Kabinet Amanah 2016 (Hanani,
Meta, Arini, Bisri Dewi, Syifa, Kartika, Dian, Ridwan, Asih, Adi Hartoyo,
Tumirah, Dola, Septa, Faqih, Rofika, Febri, Uut, Ronald, Maury, Daryono,
Anca), seluruh anggota divisi dan Esakta Muda untuk pelajaran, kebersamaan
dan suka duka selama satu periode kepengurusan.
14. Rekan seperjuangan Pimpinan BEM FKIP Kabinet Kebanggaan Bersama
2017 (Kak Dani, April, Tri Yulia Ningrum, Hanani, Mustofi, Rantika, Hanafi,
Ambar, Fajar, Sulis, Kak Arsyad, Zulaikah, Devisa, Khusnul, Renna, Ratu,
iv
Zara, Maury), seluruh staff kebanggaan dan Brigade Muda, untuk pelajaran,
kebersamaan dan suka duka selama satu periode kepengurusan.
15. Rekan seperjuangan Pimpinan BEM U KBM Unila Kabinet Sinergis dalam
Gerak 2018 (Fauzul, Syarifah, Tri Yulia Ningrum, Hanani, Siti Komariah,
Hilmi, Nurul, Rafli, Ocid, Anggi, Desti, Fitriani, Ardi, Fitria Ningsih, Irvan,
Tri Handayani, Tyasz, Elgi Dhea, Mustofi, Qonita, Rofi Fauzia, Hilda, Siro,
Hadera, Ridwan, Khusnul), seluruh staff Siger dan KMB XIV, untuk
pelajaran, kebersamaan dan suka duka selama satu periode kepengurusan.
16. Teman-teman 14 GeH (Generasi Hijrah 14), atas doa dan saling
mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran. Semoga ukhuwah kita
mengantarkan kita ke Jannah-Nya.
17. Teman-teman IGF (Ikhwan Ganteng FPPI), atas doa dan saling mengingatkan
dalam kebaikan dan kesabaran. Semoga ukhuwah kita mengantarkan kita ke
Jannah-Nya.
18. Teman-teman Khoirunnas matematika 14, atas doa dan saling mengingatkan
dalam kebaikan dan kesabaran. Semoga ukhuwah kita mengantarkan kita ke
Jannah-Nya.
19. Teman-teman se-PA (Agung, Jelly, Khusnul, Kumala, Erlina, dan Isni) atas
dukungan dan kebersamaan selama ini.
20. Kakak-kakak menginsipirasi (Pimpinan FPPI 2014, Himasakta 2014, BEM
FKIP 2014, Birohmah 2014) yang telah memberikan pelajaran, bimbingan,
dan kebersamaan selama menjadi anggota muda
21. Keluarga seperjuangan Pansus XVI Pemira FKIP Universitas Lampung
untuk kebersamaan dan suka duka selama ini.
v
22. Rekan-rekan Pejuang Wisuda Pendidikan Matematika angkatan 2014 atas
kebersamaannya selama ini.
23. Rekan seperjuangan KKN-KT Unila Desa Bandar Dalam Kecamatan Negeri
Agung Way Kanan (Rafli, Purnomo Aji, Sigit, Carlos, Desti, Nissa, Dian,
Aisyah, dan Selly) serta rekan seperjuangan KKN-KT se-Kecamatan Negeri
Agung yang tidak bisa disebutkan satu persatu untuk kebersamaan dan
bantuan selama ini.
24. Keluarga besar Bapak Ibrahim selaku Kepala Desa Bandar Dalam, rekan-
rekan karang taruna, dan anak-anak TPA, atas nasihat, motivasi, dan
pelajaran yang diberikan selama mengabdi di Desa Bandar Dalam.
25. Ibu Eka Kesumawati, M.Pd. sebagai guru pamong mata pelajaran
matematika, seluruh guru-guru, dan seluruh siswa SMAN 1 Negeri Agung
yang telah memberikan banyak pelajaran, nasihat, semangat, dan
kebersamaan selama menjalani Praktik Profesi Keguruan (PPK).
26. Teman-teman yang selalu memberikan motivasi, dukungan, nasihat, dan siap
untuk direpotkan (Mbak Eka, Mbak Dita, Mbak Dwi K, Anggi, Sandy Ka).
Semoga bisa selalu menyambung tali silaturahim.
27. Kakak tingkat 2011, 2012, 2013, serta adik tingkat 2015, 2016, 2017 dan
2018 yang telah memberikan bantuan serta dukungan selama ini.
28. Pak Liyanto dan Pak Mariman atas bantuannya selama ini.
29. Almamater tercinta yang telah menjadi tempat belajar serta mendewasakan
diri.
30. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
vi
Semoga kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada penulis
mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga skripsi ini
bermanfaat.
Bandarlampung, Juli 2019
Penulis
Jamal Ludinsyah
NPM 1413021035
vii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 12
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 12
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ....................................................................................... 14
B. Definisi Operasional .......................................................................... 24
C. Kerangka Pikir ................................................................................... 26
D. Anggapan Dasar ................................................................................. 28
E. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 28
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel .......................................................................... 30
B. Desain Penelitian ............................................................................... 31
C. Prosedur Penelitian ............................................................................ 31
D. Data Penelitian ................................................................................... 34
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 34
F. Instrumen Penelitian .......................................................................... 35
G. Teknik Analisis Data.......................................................................... 41
viii
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 48
B. Pembahasan........................................................................................ 52
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................ 58
B. Saran .................................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Analisis Hasil Ujian Semester Ganjil Mata Pelajaran Matematika
Kelas VII SMPN 20 Bandarlampung .................................................... 5
Tabel 1.2 Analisis Daya Serap Perbutir Soal Ujian Semester Ganjil kelas VII
SMPN 20 BandarlampungTahun Pelajaran 2018/2019 ........................ 6
Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran dengan Metode PQ4R .................................... 21
Tabel 3.1 Rata-rata Nilai Ujian Matematika Semester Ganjil Siswa Kelas VII
SMPN 20 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2018/2019 ..................... 30
Tabel 3.2 Bagan Desain One-Group Pretest-Posttest ......................................... 31
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematis .................. 36
Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas ............................................................................. 38
Tabel 3.5 Koefisien Reliabilitas Tes Pemahaman Konsep Matematis ................ 38
Tabel 3.6 Interpretasi Indeks Daya Pembeda ...................................................... 39
Tabel 3.7 Daya Pembeda Butir Soal Tes Pemahaman Konsep Matematis ......... 40
Tabel 3.8 Interpretasi Tingkat Kesukaran ........................................................... 41
Tabel 3.9 Tingkat Kesukaran Tes Pemahaman Konsep Matematis .................... 41
Tabel 3.10 Kategori Nilai Akhir Pemahaman Konsep Matematis Siswa ............. 46
Tabel 4.1 Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa ....................................... 48
Tabel 4.2 Persentase Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis ..... 50
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A : PERANGKAT PEMBELAJARAN
A.1. Silabus ................................................................................................ 63
A.2. RPP Pelaksanaan Pembelajaran ......................................................... 67
A.3. Bahan Ajar ......................................................................................... 91
LAMPIRAN B : PERANGKAT TES
B.1. Kisi-kisi Soal Pretest Pemahaman Konsep Matematis ...................... 116
B.2. Soal Pretest ........................................................................................ 118
B.3. Kunci Jawaban Soal Pretest............................................................... 120
B.4. Form Validasi Pretest Pemahaman konsep Matematis ..................... 122
B.5. Kisi-kisi Soal Posttest Pemahaman Konsep Matematis .................... 123
B.6. Soal Posttest ....................................................................................... 125
B.7. Kunci Jawaban Soal Posttest ............................................................. 127
B.8. Form Validasi Posttest Pemahaman konsep Matematis .................... 130
LAMPIRAN C : ANALISIS DATA
C.1. Reliabilitas Instrumen Pretest Pemahaman Konsep Matematis ........ 131
C.2. Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Butir Soal Pretest
Pemahaman Konsep Matematis .................................................... 132
C.3. Reliabilitas Instrumen Posttest Pemahaman Konsep Matematis ....... 134
C.4. Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Butir Soal Posttest
Pemahaman Konsep Matematis ......................................................... 135
C.5. Analisis Nilai Pemahaman Konsep Matematis Siswa ....................... 137
C.6. Skor Per Indikator dan Rekapitulasi Pencapaian Indikator pada Tes
Awal Pemahaman Konsep Matematis Siswa ..................................... 138
xi
C.7. Skor Per Indikator dan Rekapitulasi Pencapaian Indikator pada Tes
Akhir Pemahaman Konsep Matematis Siswa .................................... 141
C.8. Uji Normalitas Data Perbedaan (Different) Nilai Awal dan Nilai
Akhir Pemahaman Konsep Matematis Siswa .................................... 144
C.9. Uji Hipotesis Pertama Pemahaman Konsep Matematis Siswa .......... 146
C.10. Uji Normalitas Data Nilai Akhir Pemahaman Konsep Matematis
Siswa .................................................................................................. 149
C.11. Kategori Pemahaman Konsep Matematis Siswa Setelah Mengikuti
Pembelajaran Dengan Metode PQ4R ................................................ 151
C.12. Uji Hipotesis Kedua Pemahaman Konsep Matematis Siswa ............. 153
LAMPIRAN D : TABEL-TABEL STATISTIK
D.1 Tabel Z ................................................................................................. 155
D.2 Tabel Nilai Persentil untuk Distribusi t ................................................ 156
D.3 Tabel Liliefors ...................................................................................... 157
LAMPIRAN E : LAIN-LAINNYA
E.1 Surat Izin Penelitian ........................................................................... 158
E.2 Surat Keterangan Penelitian ............................................................... 159
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan dunia kini tengah memasuki era revolusi industri 4.0 dimana teknologi
informasi telah menjadi basis dalam kehidupan manusia. Segala hal menjadi tanpa
batas (borderless) dengan penggunaan daya komputasi dan data yang tidak
terbatas (unlimited), karena dipengaruhi oleh perkembangan internet dan
teknologi digital yang masif sebagai tulang punggung pergerakkan dan
konektivitas manusia dan mesin. Era ini juga akan mendisrupsi berbagai aktivitas
manusia, termasuk di dalamnya bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
serta pendidikan.
The World Economic Forum (WEF) dalam Setiyo (2018) menyatakan bahwa
revolusi industri 4.0 ditandai oleh pembauran (fusion) yang mampu menghapus
batas-batas penggerak aktivitas ekonomi, baik dari perspektif fisik, digital,
maupun biologi. Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dalam Siaran
Pers (Kemenristekdikti, 2018) juga menyampaikan bahwa tantangan revolusi
industri 4.0 harus direspon secara cepat dan tepat oleh seluruh pemangku
kepentingan di lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
agar mampu meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di tengah persaingan
2
global. Salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing bangsa adalah dengan
meningkatkan kualitas pendidikan.
Pendidikan merupakan hal terpenting yang harus dimiliki oleh setiap individu,
karena dengan pendidikan seseorang dapat menemukan potensinya sehingga
dapat menjadi individu-individu yang berintelektual dan siap bersaing secara
global. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Bab 1 Ayat 2 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional
adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk
mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Pelaksanaan pendidikan di Indonesia telah diatur dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam Lampiran Permendikbud No 21 Tahun 2016,
terdapat tujuh mata pelajaran untuk jenjang SD atau sederajat, sepuluh mata
pelajaran untuk jenjang SMP atau sederajat, dan sembilan mata pelajaran wajib,
dua belas mata pelajaran peminatan, dan empat mata pelajaran bebas untuk
jenjang SMA atau sederajat yang harus dikuasai oleh siswa. Perlu diketahui,
matematika adalah mata pelajaran yang selalu ada pada setiap jenjang pendidikan.
Dengan demikian, keberhasilan dalam mempelajari matematika adalah salah satu
tolak ukur berhasilnya suatu pendidikan.
3
Matematika menjadi pelajaran yang perlu diajarkan kepada siswa di sekolah.
Seperti yang diungkapkan oleh Cockrof dalam Cahyono (2015) bahwa alasan
perlunya belajar matematika yaitu, (1) matematika selalu digunakan dalam segala
segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika
yang sesuai, (3) matematika merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat,
dan jelas, (4) matematika dapat digunakan menyajikan informasi dengan berbagai
cara, (5) matematika dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis, teliti, dan
kesadaran akan keruangan, dan (6) matematika dapat memberikan kepuasan
terhadap usaha untuk menyelesaikan masalah yang menantang.
Keberhasilan dalam mempelajari matematika dapat dilihat dari berkembangnya
kemampuan kognitif dan psikomotor siswa. Hal ini sejalan dengan tujuan
pembelajaran matematika yang tertuang dalam Lampiran Permendikbud No 58
Tahun 2014 yaitu agar siswa dapat (1) memahami konsep matematika, (2)
menggunakan pola sebagai dugaan dalam menyelesaikan masalah, dan mampu
membuat generalisasi berdasarkan fenomena atau data yang ada, (3)
menggunakan penalaran pada sifat, melakukan manipulasi matematika baik dalam
penyederhanaan, maupun menganalisa komponen yang ada dalam pemecahan
masalah, (4) mengomunikasikan gagasan, penalaran, serta mampu menyusun
pembuktian matematika, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika
dalam kehidupan sehari-hari, (6) memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan
nilai-nilai dalam matematika dan pembelajarannya, (7) melakukan kegiatan-
kegiatan motorik yang menggunakan pengetahuan matematika, dan (8)
meggunakan alat peraga sederhana maupun hasil teknologi untuk melakukan
kegiatan-kegiatan matematika. Dari tujuan tersebut, kemampuan memahami
4
konsep matematika merupakan hal penting yang harus dikuasai siswa, karena
kemampuan ini menjadi dasar untuk dapat memiliki kemampuan-kemampuan
lainnya dalam matematika.
Pemahaman konsep merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa
dalam penguasaan materi pelajaran yang sedang diajarkan. Kesumawati (2008)
mengemukakan bahwa pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan atau
kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika,
yaitu dengan menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajarinya,
menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau
algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
Pemahaman konsep matematis penting untuk belajar matematika secara
bermakna, tentunya guru mengharapkan pemahaman yang dicapai siswa tidak
terbatas pada pemahaman yang bersifat dapat menghubungkan.
Pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiah
dijelaskan bahwa pemahaman konsep merupakan salah tujuan penting dalam
pembelajaran matematika. Dengan memahami konsep, siswa akan lebih mudah
untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Pernyataan tersebut
sejalan dengan pendapat O’Connell (2007) bahwa dengan pemahaman konsep
siswa akan lebih mudah dalam memecahkan permasalahan karena siswa akan
mampu mengaitkan serta memecahkan permasalahan tersebut.
Hasil Trend in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2015
dalam bidang matematika menempatkan Indonesia pada peringkat ke-45 dari 50
5
negara dan hasil Programme for International Student Assesment (PISA) dalam
Kemendikbud (2016) menempatkan Indonesia pada posisi ke-62 dari 70 negara.
Fakta ini menunjukkan bahwa prestasi matematika dalam skala internasional
masih sangat rendah. Salah satu penyebabnya adalah masih lemahnya
pemahaman konsep matematis siswa. Hal ini didukung oleh pendapat Rustaman
(2003) bahwa untuk dapat menjawab soal-soal yang diujikan oleh PISA
dibutuhkan pemahaman yang baik terhadap konsep-konsep dalam matematika.
Oleh karena itu, perlu diadakan perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran
matematika di sekolah. Guru harus selalu berusaha menemukan cara-cara
pembelajaran yang dapat membantu siswa mencapai pemahaman konsep
matematis yang optimal.
Rendahnya pemahaman konsep matematis juga dialami oleh siswa kelas VII
SMPN 20 Bandarlampung. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis hasil ujian
semester ganjil mata pelajaran matematika kelas VII SMPN 20 Bandarlampung
tahun pelajaran 2018/2019 seperti yang terlihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Analisis Hasil Ujian Semester Ganjil Mata Pelajaran Matematika
Kelas VII SMPN 20 Bandarlampung
Jumlah peserta ujian 346
Nilai rata-rata 28,26
Nilai tertinggi 60,00
Nilai terendah 5,00
Standar deviasi 8,07
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa tidak ada satu pun siswa yang berhasil mencapai
ketuntasan pada ujian semester ganjil, karena nilai kriteria ketuntasan minimal
(KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah adalah 70,00. Pada Tabel 1.1 terlihat
6
pula bahwa nilai rata-rata ujian semester ganjil masih jauh di bawah nilai KKM.
Data ini menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa kelas VII
SMPN 20 Bandarlampung masih terkategori rendah. Lebih mendalam, data pada
Tabel 1.2 menjelaskan bahwa pemahaman konsep matematis siswa kelas VII
SMPN 20 Bandarlampung pada sebagian besar materi matematika yang diajarkan
guru di semester ganjil masih tergolong rendah. Hal ini diindikasikan dari
lemahnya daya serap siswa pada setiap butir soal dalam ujian semester ganjil.
Tabel 1.2 Analisis Daya Serap Perbutir Soal Ujian Semester Ganjil Kelas
VII SMPN 20 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2018/2019
Jumlah butir soal 40
Jumlah soal dengan daya serap baik 1
Jumlah soal dengan daya serap cukup 2
Jumlah soal dengan daya serap kurang 1
Jumlah soal dengan daya serap sangat kurang 36
Daya serap rata-rata 28,26 %
Tidak cukup melihat dari data tersebut, pada 24 Januari 2019 peneliti melakukan
pengamatan langsung pada pembelajaran matematika di kelas VII-I SMPN 20
Bandarlampung. Pembelajaran dimulai guru dengan membagi kelas ke dalam 8
kelompok kecil. Pada awal pembelajaran, guru meminta siswa untuk membaca
materi perbandingan pada bahan ajar yang telah disediakan. Sebagian siswa
terlihat masih malas untuk membaca dan sibuk dengan kegiatan lain di dalam
kelompoknya. Kemudian, guru menyampaikan materi dengan menjelaskan
konsep dan memberikan contoh yang relevan dengan konsep. Walaupun sekolah
telah menerapkan Kurikulum 2013, namun pembelajaran masih berpusat kepada
guru. Dalam pembelajaran, guru menggunakan model pembelajaran semi Team
Games Tournament (TGT) sebagai upaya membuat siswa aktif dalam
7
pembelajaran, hanya saja selama pembelajaran siswa masih terlihat pasif. Siswa
mulai terlihat aktif hanya di sesi games dan pemberian reward saja. Hal ini
terjadi karena kurang antusiasnya siswa dalam membaca materi pembelajaran,
sehingga siswa terlihat bingung dan cenderung pasif dalam pembelajaran yang
disampaikan oleh guru. Pada akhir sesi, guru memberikan soal seperti pada
Gambar 1.1
Gambar 1.1 Soal Latihan Pemahaman Konsep
Dari delapan kelompok, hanya satu kelompok yang dapat menjawab soal dengan
benar, dengan jawaban seperti yang tertera pada Gambar 1.2
Gambar 1.2 Jawaban Kelompok yang Benar
Dalam waktu relatif singkat, kelompok tersebut berhasil menyelesaikan soal yang
telah diberikan dengan benar. Namun terlihat dari jawaban yang dituliskan, siswa
belum menggunakan konsep yang telah diajarkan. Untuk menguji pemahaman
8
siswa, guru meminta siswa tersebut menyatakan ulang kembali jawaban dan siswa
tersebut terlihat begitu kesulitan untuk mengungkapkan jawabannya.
Dari tujuh kelompok lainnya, enam kelompok menjawab soal dengan kurang tepat
dan satu kelompok tidak mampu dalam menjawab soal. Berikut ini salah satu
contoh jawaban siswa yang menjawab soal dengan kurang tepat seperti pada
Gambar 1.3.
Gambar 1.3 Jawaban Kelompok yang Kurang Tepat
Dari jawaban tersebut, terlihat siswa salah dalam memahami konsep. Hasil dari
perbandingan diperoleh 5,5 menit dan tanpa melalui proses yang benar diperoleh
lama perjalanan 3,5 jam. Observasi ini semakin menguatkan fakta bahwa
pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMPN 20 Bandarlampung masih
tergolong rendah.
Melihat permasalahan tersebut, perlu dilakukan upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu pembelajaran matematika, salah satunya dengan melakukan
inovasi pembelajaran. Untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa,
pembelajaran harus dapat membuat siswa mengerti akan materi yang dipelajari
9
dan dapat mengungkapkan kembali pemahaman mereka dengan menggunakan
bahasanya sendiri.
Dalam proses pembelajaran, membaca menjadi kegiatan yang paling mendasar
yang dilakukan oleh siswa untuk mengetahui informasi yang belum diketahui
sebelumnya. Hal ini didukung oleh pernyataan Djamarah (2008) bahwa membaca
dan menulis adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan di sekolah.
Kemampuan seseorang dalam membaca adalah bagian penting yang tidak
terpisahkan dari kemampuan literasi. Literasi matematika merupakan hal yang
sangat penting dalam pemahaman konsep matematis siswa. Hal ini dikarenakan
menurut OECD dalam Masjaya (2018), literasi matematika merupakan
kemampuan mencakup penalaran matematis dan kemampuan menggunakan
konsep-konsep matematika, prosedur, fakta, dan fungsi matematika untuk
menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi suatu fenomena.
Dalam Kurikulum 2013, literasi matematika merupakan kemampuan yang
diperlukan oleh setiap siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini
didasarkan dari hasil penelitian Syahlan (2015) yang menjelaskan bahwa untuk
mencapai tujuan pendidikan yang mengacu kepada Standar Kompetensi Lulusan
(SKL), kompetensi inti, dan kompetensi dasar matematika, serta mengacu pada
standar penilaian diperlukan literasi matematika dalam proses pembelajaran
matematika. Namun permasalahannya siswa di Indonesia memiliki kemampuan
literasi matematika yang rendah. Hal ini didasarkan dari hasil PISA 2015 dalam
Syawahid (2017), yang menyebutkan bahwa Indonesia masuk 10 negara dengan
kemampuan literasi rendah dengan hanya menduduki posisi 69 dari 76 negara
10
yang disurvei oleh PISA. Salah satu penyebabnya adalah masih banyak siswa
yang malas membaca secara komprehensif. Salah satu metode yang paling banyak
dikenal untuk membantu siswa memahami dan mengingat materi yang mereka
baca adalah metode PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review)
yang dipelopori oleh Thomas dan Robinson pada tahun 1972.
Menurut Trianto (2009), metode PQ4R ini meliputi enam tahap yang
berkesinambungan yaitu (1) preview yaitu membaca (judul, subjudul, topik,
kalimat pertama) selintas dengan cepat sebelum memulai membaca, (2) question
yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada diri sendiri mengenai bahan
bacaan yang akan dibaca, (3) read yaitu mulai untuk membaca sambil mengingat
pertanyaan yang sudah dibuat, (4) reflect yaitu selama membaca siswa mencari
jawaban atas pertanyaan yang sudah dibuat dan memahami informasi yang ada
pada bacaan tersebut, (5) recite yaitu merenungkan informasi yang telah dipelajari
dari hasil bacaan dengan cara membuat intisari dari bacaan, dan (6) review yaitu
membaca intisari yang telah dibuat.
Metode PQ4R digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka
baca dan membantu siswa memahami pembelajaran dengan kegiatan membaca
materi pembelajaran. Metode PQ4R merupakan bagian dari strategi elaborasi.
Strategi elaborasi adalah proses penambahan perincian sehingga informasi baru
akan lebih bermakna. Oleh karena itu, metode ini diharapkan dapat membantu
siswa untuk mencapai pemahaman konsep matematis yang optimal.
Untuk memastikan keselarasan antara metode PQ4R dengan karakteristik
pembelajaran di kelas VII SMPN 20 Bandarlampung, peneliti melakukan
11
wawancara kembali kepada guru mata pelajaran matematika. Dari hasil
wawancara tersebut diperoleh beberapa hal yang menjadi alasan untuk
diterapkannya metode PQ4R dalam pembelajaran. Pertama, kondisi siswa yang
selalu bergantung pada guru dan menjadikan guru sebagai satu-satunya pusat
informasi, sehingga membuat guru senang menggunakan metode ceramah dalam
pembelajaran. Penerapan metode ceramah dan ditambah senangnya guru dalam
berbicara membuat pembelajaran selalu berpusat pada guru. Pada metode PQ4R
ini, guru akan tetap dapat menyalurkan kesenangannya dalam berbicara, namun
bukan untuk menjelaskan, melainkan untuk memberi pertanyaan-pertanyaan yang
dapat memicu siswa mengalami proses berpikir.
Kedua, pembelajaran yang berpusat pada guru akan mengakibatkan siswa menjadi
pasif dan bergantung kepada guru. Dalam pembelajaran dengan metode PQ4R,
memungkinkan adanya interaksi aktif antara siswa dengan guru dan siswa dengan
siswa, dikarenakan dalam metode ini, siswa dilatih kemandirian belajarnya.
Kemandirian belajar siswa tercipta dari metode PQ4R yang mengharuskan siswa
membaca dan memahami materi yang diberikan oleh guru pada bahan ajar,
sehingga hal tersebut dapat membuat pembelajaran menjadi berpusat pada siswa.
Ketiga, pembelajaran yang berpusat pada guru juga akan mengakibatkan proses
berpikir siswa menjadi tidak optimal. Dalam pembelajaran dengan metode PQ4R,
siswa diminta untuk menggali informasi dengan membaca materi pada bahan ajar,
tanya jawab terhadap materi yang belum siswa pahami, dan berdiskusi untuk
mendalami pemahaman siswa pada tahap 4R (Read, Reflect, Recite, Review). Dari
12
proses yang dialami siswa tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
berpikir siswa
Dengan demikian, diterapkannya metode PQ4R pada pembelajaran matematika
diharapkan efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VII
SMPN 20 Bandarlampung. Berdasarkan pemaparan di atas, perlu dilakukan
penelitian dengan judul “Efektivitas Pembelajaran Preview, Question, Read,
Reflect, Recite, Review Ditinjau dari Pemahaman Konsep Matematis Siswa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apakah penerapan metode pembelajaran PQ4R efektif ditinjau dari
pemahaman konsep matematis siswa?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini
adalah untuk mengkaji efektivitas penerapan metode pembelajaran PQ4R ditinjau
dari pemahaman konsep matematis siswa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang positif
dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan referensi bagi
13
dunia pendidikan terutama bagaimana hubungan metode PQ4R dengan
pemahaman konsep matematis siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi calon guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi
untuk menyelesaikan persoalan dalam proses pembelajaran matematika,
sehingga proses pembelajaran yang berlangsung dapat mempermudah
siswa memahami materi yang telah diajarkan, serta bermakna bagi siswa.
b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat menyumbangkan pemikiran dalam
menciptakan suasana belajar yang baik, agar siswa menjadi nyaman,
sehingga kebermaknaan belajar dapat tercapai.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini memberikan informasi sebagai masukan
dalam upaya pembinaan guru-guru untuk meningkatkan kualitas
pendidikan matematika di kelas.
d. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi yang ingin
meneliti dengan variabel yang sama.
14
.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pemahaman Konsep Matematis
Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang diartikan
sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari. Menurut Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (2016), paham berarti mengerti dengan
tapat. Menurut Purwanto dalam Murizal dkk (2012), pemahaman adalah tingkat
kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep,
situasi serta fakta yang diketahui. Untuk memahami suatu objek yang mendalam,
sesorang harus mengetahui 1) objek itu sendiri, 2) relasinya dengan objek lain
yang sejenis, 3) relasinya dengan objek lain yang tidak sejenis, 4) relasi-dual
dengan objek lainnya yang sejenis, dan 5) relasi dengan objek dalam teori lainnya.
Lebih lanjut, Mawaddah (2016) mengemukakan bahwa pemahaman adalah suatu
proses yang terdiri dari kemampuan untuk menerangkan dan menginterpretasikan
sesuatu, mampu memberikan gambaran, contoh, dan penjelasan yang lebih luas
dan memadai serta mampu memberikan uraian dan penjelasan yang lebih kreatif.
Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil dari
berpikir abstrak terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan banyak
pengalaman. Konsep adalah ide abstrak yang digunakan untuk menggolongkan
15
atau mengklasifikasikan suatu obyek. Soedjadi (2000) mengatakan bahwa jika
siswa belajar tanpa menggunakan konsep, proses belajar tidak akan optimal. Oleh
karena itu, memahami konsep dapat membantu kegiatan pembelajaran di dalam
kelas berjalan sesuai tujuan pembelajaran. Lebih lanjut, Chiu dalam Huo (2014),
menjelaskan kemampuan memahami konsep merupakan kemampuan menangkap
pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan
dalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi, dan mampu
mengaplikasikannya.
Pemahaman konsep matematis penting dalam belajar matematika agar proses
belajar lebih bermakna. Hal ini didukung oleh Lampiran Permendikbud No 58
tahun 2014 yang menerangkan bahwa memahami konsep matematika merupakan
kompetensi dalam menjelaskan keterkaitan antar konsep dan menggunakan
konsep maupun algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam
pemecahan masalah. Lebih lanjut, Kesumawati (2008) menjelaskan bahwa
pemahaman matematis akan bermakna jika pembelajaran matematika diarahkan
pada pengembangan kemampuan koneksi matematis antar berbagai ide,
memahami bagaimana ide-ide matematis saling terkait satu sama lain sehingga
terbangun pemahaman yang menyeluruh dan menggunakan pemahaman
matematis dalam konteks di luar matematika.
NCTM (2000) menjelaskan siswa dikatakan memahami konsep jika mampu (1)
memaknai secara verbal dan tulisan konsep yang ditemukan, (2) mengidentifikasi
masalah dan membuat contoh atau bukan contoh, (3) menggunakan model
diagram dan simbol-simbol untuk mempresentasikan suatu konsep, (4) mengubah
16
suatu bentuk representasi ke bentuk yang lainnya, (5) mengenal berbagai konsep
yang bermakna dan mampu menginterpretasikan konsep, (6) mengidentifikasi
konsep yang diberikan dan memahami konsep tersebut, (7) membandingkan dan
membedakan konsep. Selain itu, dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan No.58 tahun 2014 disebutkan beberapa indikator pemahaman
konsep matematis siswa, yaitu: (1) menyatakan ulang konsep yang telah
dipelajari, (2) mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi tidaknya
persyaratan yang membentuk konsep tersebut, (3) mengidentifikasi sifat-sifat
operasi atau konsep, (4) menerapkan konsep secara logis, (5) memberikan contoh
atau bukan contoh dari konsep yang dipelajari, (6) menyajikan konsep dalam
berbagai macam bentuk representasi matematis, (7) mengaitkan berbagai konsep
di dalam maupun luar matematika, dan (8) mengembangkan syarat perlu dan/atau
syarat cukup suatu konsep.
Berdasarkan uraian di atas, pemahaman konsep matematis merupakan
kemampuan siswa menangkap materi yang disajikan pada pembelajaran
matematika ke dalam bentuk yang mudah dipahami, mampu memberikan
interpretasi, dan mengaplikasikannya secara luwes, akurat, efisien, dan tepat. Pada
penelitian ini, siswa dikatakan memiliki pemahaham konsep matematis jika
mampu: (1) menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari, (2)
mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan yang
membentuk konsep tersebut, (3) mengidentifikasi sifat-sifat operasi atau konsep,
(4) menerapkan konsep secara logis, (5) memberikan contoh atau bukan contoh
dari konsep yang dipelajari, (6) menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk
representasi matematis, (7) mengaitkan berbagai konsep di dalam maupun luar
17
matematika, dan (8) mengembangkan syarat perlu dan/atau syarat cukup suatu
konsep.
2. Metode Preview, Question, Read, Reflect, Recite, Review (PQ4R)
Metode PQ4R digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang telah
dibaca. P singkatan dari Preview (membaca selintas dengan cepat), Q adalah
Question (bertanya), dan 4R singkatan dari Read (membaca), Reflecty (refleksi),
Recite (tanya-jawab sendiri), Review (mengulang secara menyeluruh). Metode
PQ4R membuat siswa lebih mampu mendalami materi yang akan diajarkan. Hal
ini didukung oleh Anderson dalam Yuliana (2013) yang menyampaikan bahwa
metode PQ4R pada hakikatnya merupakan penimbul pertanyaan dan tanya jawab
yang dapat mendorong pembaca teks memahami materi secara lebih luas dan
mendalam. Dengan menggunakan metode PQ4R, pembelajaran akan menjadi
bermakna seperti yang diungkapkan Slavin dalam Yuliana (2013) bahwa dengan
mengikuti prosedur PQ4R, siswa terfokus pada pengorganisasian informasi yang
bermakna dan melibatkan mereka dalam strategi efektif yang lainnya, seperti
perumusan pertanyaan, penjabaran, dan praktik pendistribusian (kesempatan
mengkaji kembali informasi dalam suatu kurun waktu).
Metode PQ4R adalah salah satu bagian dari strategi elaborasi. Menurut Hernaeni
(2015), strategi elaborasi merupakan strategi yang digunakan untuk mengorganisir
isi pembelajaran sehingga tahap pembelajaran akan lebih mudah dan terarah,
dikarenakan pembelajaran dimulai dari gambaran yang paling umum dan
sederhana dari isi yang akan disampaikan. Strategi ini membantu memindahkan
informasi baru dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang melalui
18
penciptaan gabungan dan hubungan antara informasi baru dengan apa yang telah
diketahui.
Lebih lanjut, Dzulhikam (2012) menyatakan metode PQ4R dapat digunakan untuk
membantu siswa mengingat apa yang siswa baca serta membantu proses
pembelajaran di kelas yang dilakukan dengan membaca bahan ajar. Selain itu,
siswa diminta untuk mengungkapkan kemampuan membuat struktur berpikir
sebelum membaca dengan menyusun pertanyaan-pertanyaan yang menjadi
pedoman siswa untuk menggali informasi yang dibutuhkan, kemudian siswa
secara mandiri membaca materi serta mencoba mencari pertanyaan dari jawaban
yang telah dibuatnya.
Dari uraian di atas, metode PQ4R merupakan suatu metode membaca yang
membantu siswa memahami dan mengingat materi yang sudah dipelajari dalam
ingatan jangka panjang, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk
membangun pengalaman awal belajar melalui aktivitas membaca, sehingga siswa
dapat mengolah materi yang telah mereka pelajari secara lebih luas dan
mendalam.
Menurut Anderson dalam Wati (2016), Tahapan pembelajaran metode PQ4R
sesuai dengan singkatannya meliputi Preview (meninjau), Question (bertanya),
Read (mambaca), Reflect (refleksi), Recite (merenungkan), dan Review
(memeriksa). Dalam hal ini, tahap-tahap pembelajaran tersebut adalah sebagai
berikut.
19
a. Preview (meninjau/membaca sepintas)
Tahap pertama dimaksudkan agar siswa dapat membaca sekilas dengan cepat.
Siswa dapat memulai dengan membaca topik-topik, sub topik utama, judul dan
sub judul, kalimat-kalimat permulaan atau akhir suatu paragraf atau ringkasan
akhir suatu bab. Apabila hal itu tidak ada, siswa dapat memeriksa setiap halaman
dengan cepat, membaca satu atau dua kalimat sehingga diperoleh sedikit
gambaran mengenai apa yang akan dipelajari. Dengan demikian, jika siswa
memperhatikan pokok bahasan yang menjadi inti pembahasan materi, maka akan
mempermudah siswa untuk memberikan seluruh ide yang ada.
b. Question (bertanya)
Pada tahap question, siswa merumuskan pertanyaan-pertanyaan untuk dirinya
sendiri. Pertanyaan tersebut dapat dikembangkan dari yang sederhana menuju
pertanyaan yang kompleks. Bahkan siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan
kepada diri sendiri untuk setiap persoalan yang belum diketahui dan dipahami
dengan jelas pada bahan bacaan siswa. Biasanya pertanyaan diawali dengan
menggunakan kata, apa, siapa, mengapa, atau bagaimana. Jika pada akhir materi
terdapat daftar pertanyaan yang dibuat oleh pengarang, hendaknya baca terlebih
dahulu pertanyaan yang telah disediakan. Dalam hal ini, pengalaman telah
menunjukkan bahwa apabila seseorang membaca untuk menjawab sebuah
pertanyaan, maka akan membuat mereka membaca lebih berhati-hati dan seksama
serta dapat membantu mengingat apa yang dibaca dengan baik.
c. Read (membaca)
Pada tahap ini, siswa membaca secara aktif dan detail dari bahan bacaan yang
dipelajarinya, yakni membaca dengan memberikan reaksi terhadap apa yang
20
dibacanya. Selama membaca, siswa dapat mengingat, menghafal, dan memahami
informasi yang dibacanya. Kemudian, siswa dapat mencari jawaban terhadap
semua pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebelumnya.
d. Reflect (merefleksi)
Selama proses read, recite dan review, siswa harus melakukan refleksi. Siswa
mencoba memahami materi dan menghubungkannya dengan pengalaman
belajarnya. Reflect bukanlah satu tahap terpisah dari tahap 3R (Read, Recite,
Review) yang lain tetapi merupakan suatu komponen dari tahap tersebut. Selama
merefleksi, siswa tidak hanya cukup mengingat atau menghafal, tetapi mencoba
untuk memahami informasi materi yang dipelajari.
e. Recite (merenungkan)
Pada tahap ini, siswa diminta merenungkan kembali informasi yang telah
dibacanya baik secara lisan ataupun tulisan. Selain diminta untuk merenungkan
kembali informasi yang diperoleh, siswa juga mengingat kembali informasi yang
telah dipelajari dengan menyatakan butir-butir penting dan menanyakan serta
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan.
f. Review (memeriksa)
Pada tahap terakhir ini, siswa diminta untuk memeriksa dan menjawab kembali
pertanyaan-pertanyaan yang sudah dibuat. Selanjutnya, siswa diminta untuk
membuat rangkuman atau merumuskan inti materi yang sudah dipelajari. Dalam
hal ini, siswa mampu merumuskan kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan yang telah diajukannya.
Aktivitas guru dan siswa pada tahap pembelajaran secara umum dapat dilihat pada
Tabel 2.1.
21
Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran dengan Metode PQ4R
Tahapan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Tahap 1
Preview
a. Memberikan bahan bacaan kepada
siswa untuk dibaca.
b. Menginformasikan kepada siswa
bagaimana ide pokok tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai
Membaca selintas dengan
cepat untuk menemukan ide
pokok/tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai
Tahap 2
Question
a. Menginformasikan kepada siswa
agar memperhatikan makna bacaan.
b. Memberikan tugas pada siswa untuk
membuat pertanyaan dari ide pokok
yang ditemukan dengan
menggunakan kata-kata, apa, siapa,
mengapa, dan bagaimana.
Memperhatikan penjelasan
guru dan membuat
pertanyaan yang berkaitan
dengan materi.
Tahap 3
Read
a. Memberikan tugas kepada siswa
untuk membaca.
b. Menanggapi/pertanyaan yang telah
disusun
Membaca secara aktif
sambil memberikan
tanggapan terhadap apa
yang telah dibaca dan
menjawab pertanyaan yang
dibuatnya.
Tahap 4
Reflect
Menginformasikan materi yang ada pada
bahan bacaan.
Bukan sekedar mengingat
atau menghafal materi
pelajaran tetapi mecoba
memecahkan masalah dari
informasi yang diberikan
oleh guru dengan
pengetahuan telah diketahui
melalui bahan bacaan
Tahap 5
Recite
Meminta siswa membuat inti sari dari
seluruh pembahasan pelajaran yang telah
dipelajari.
a. Menanyakan dan
menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang telah
dibuat.
b. Melihat catatan/ inti
sari yang telah dibuat
c. Membuat inti sari dari
seluruh bahasan.
Tahap 6
Review
a. Menugaskan siswa membaca inti
sari yang dibuat dari rincian ide
pokok yang ada dalam benaknya.
b. Meminta siswa membaca kembali
bahan bacaan, jika masih belum
yakin dengan jawabannya.
a. Membaca inti sari yang
telah dibuat.
b. Membaca kembali
bahan bacaan siswa jika
belum yakin akan
bacaan yang dibuatnya
(Sumber: Purwanti, 2016 :16)
22
Dari tahapan yang telah diuraikan, metode pembelajaran ini dapat membantu
siswa memahami materi pelajaran secara luas dan dalam, terutama untuk materi-
materi sulit dan membantu siswa untuk berpikir serta berkonsentrasi lebih lama
dalam memahami konsep, sehingga informasi yang diperoleh siswa diharapkan
akan lebih lama untuk diingat dalam jangka waktu yang panjang.
Sebagaimana metode-metode pembelajaran yang lain, metode PQ4R juga
memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Trianto (2009), ada beberapa
kelebihan dan kekurangan dari metode PQ4R, yakni dijelaskan sebagai berikut.
a. Kelebihan dari metode PQ4R ini adalah sebagai berikut.
1) Sangat tepat digunakan untuk pengajaran pengetahuan yang bersifat
deklaratif berupa konsep-konsep, definisi, kaidah-kaidah, dan pengetahuan
penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Dapat membantu siswa yang daya ingatnya lemah untuk menghafal
konsep-konsep pelajaran.
3) Mudah diterapkan pada semua jenjang pendidikan.
4) Mampu membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan proses
bertanya mengomunikasikan kemampuannya.
5) Dapat menjangkau materi pelajaran dalam cakupan yang luas.
b. Kelemahan dari metode PQ4R ini adalah sebagai berikut.
1) Kurang tepat jika diterapkan pada pengajaran pengetahuan yang bersifat
prosedural seperti pengetahuan keterampilan.
2) Sangat sulit dilaksanakan jika sarana seperti bacaan siswa tidak tersedia di
sekolah.
23
3) Tidak efektif jika dilaksanakan pada kelas yang jumlah siswanya terlalu
besar, karena bimbingan guru tidak maksimal terutama dalam
merumuskan pertanyaan.
Dengan demikian, penyampaian pembelajaran dengan metode ini harus
memperhatikan beberapa hal yang telah dianggap sebagai kekurangan, sehingga
metode ini efektif untuk digunakan dalam proses pembelajaran.
3. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Menurut Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa (2016), efektif berarti manjur, berpengaruh, atau berhasil,
sedangkan efektivitas adalah keadaan berpengaruh, hal berkesan, keberhasilan
(usaha, tindakan). Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2010) yang
mengatakan bahwa efektivitas adalah taraf tercapainya suatu tujuan yang telah
ditentukan. Dengan demikian, efektivitas adalah taraf keberhasilan dari suatu
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini, efektivitas yang dimaksud
adalah efektivitas pembelajaran.
Efektivitas pembelajaran dapat membuat siswa merasa pembelajarannya
bermanfaat. Hal ini sejalan dengan pernyataan Daulae (2014) yang
mengemukakan bahwa pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang dirasa
bermanfaat yang ditujukan kepada siswa dengan cara yang tepat. Hal ini juga
didukung oleh Supardi (2013) yang menyatakan bahwa pembelajaran efektif
adalah kombinasi yang tersusun meliputi manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke
24
arah positif yang lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Salah satu indikator yang diharapkan dari efektivitas pembelajaran adalah hasil
belajar siswa yang baik. Ditinjau dari pemahaman konsep matematis, hasil belajar
siswa dapat dikatakan baik bila memiliki nilai akhir pemahaman konsep
matematis terekategori baik. Interpretasi kategori nilai akhir pemahaman konsep
matematis siswa menurut Arifin (2012) ditentukan berdasarkan penilaian acuan
norma (PAN).
Dari uraian di atas, pembelajaran efektif merupakan proses membelajarkan siswa
yang dilakukan oleh guru, sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini, pembelajaran dikatakan efektif
ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa apabila pemahaman konsep
matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan metode PQ4R lebih
tinggi dibandingkan pemahaman konsep matamatis siswa sebelum mengikuti
pembelajaran dengan metode PQ4R dan proporsi siswa yang memiliki
pemahaman konsep terkategori baik lebih dari 60% dari jumlah siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan metode PQ4R.
B. Definisi Operasional
Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pemahaman dan
perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah dalam judul penelitian.
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini antara lain.
25
1. Efektivitas pembelajaran merupakan taraf keberhasilan pembelajaran dari
suatu tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini,
pembelajaran dikatakan efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis
siswa, apabila (1) pemahaman konsep matematis siswa setelah mengikuti
pembelajaran dengan metode PQ4R lebih tinggi dibandingkan pemahaman
konsep matamatis siswa sebelum mengikuti pembelajaran dengan metode
PQ4R dan (2) proporsi siswa yang memuliki pemahaman konsep matematis
terkategori baik lebih dari 60% dari jumlah siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan metode PQ4R. Siswa dikatakan dikatakan memiliki
pemahaman konsep terkategori baik apabila nilai akhir pemahaman konsep
matematis siswa memiliki kategori sedang, tinggi, dan sangat tinggi.
2. Metode PQ4R merupakan suatu metode membaca yang membantu siswa
memahami dan mengingat materi yang sudah dipelajari dalam ingatan jangka
panjang, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun
pengalaman awal belajar melalui aktivitas membaca, sehingga siswa dapat
mengolah materi yang telah mereka pelajari secara lebih luas dan mendalam.
Metode PQ4R ini memiliki enam tahap pembelajaran yaitu preview
(meninjau), question (bertanya), read (membaca), reflect (refreksi), recite
(merenung), dan review (memeriksa).
3. Pemahaman konsep matematis merupakan kemampuan siswa menangkap
materi yang disajikan pada pembelajaran matematika kedalam bentuk yang
mudah dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mengaplikasikannya
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat. Pada penelitian ini, indikator
pemahaham konsep matematis yang dikur adalah: (1) menyatakan ulang
26
konsep yang telah dipelajari, (2) mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan
dipenuhi tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut, (3)
mengidentifikasi sifat-sifat operasi atau konsep, (4) menerapkan konsep secara
logis, (5) memberikan contoh atau bukan contoh dari konsep yang dipelajari,
(6) menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematis,
(7) mengaitkan berbagai konsep di dalam maupun luar matematika, dan (8)
mengembangkan syarat perlu dan/atau syarat cukup suatu konsep.
C. Kerangka Pikir
Penelitian tentang efektivitas metode PQ4R ditinjau dari pemahaman konsep
matematis siswa ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat.
Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah pemahaman konsep
matematis dan yang menjadi variabel terikatnya adalah metode PQ4R.
Pemahaman konsep adalah bagian yang sangat penting bagi proses pembelajaran
dan merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa. Pemahaman
konsep matematis yang baik akan sangat membantu siswa dalam menyelesaikan
permasalahan matematika. Namun demikian, pemahaman konsep matematis
siswa SMPN 20 Bandarlampung saat ini belum tergolong baik. Hal ini
dikarenakan pembelajaran yang masih berpusat pada guru dan siswa hanya
terbiasa mengerjakan soal yang sama dengan contoh yang diberikan guru,
sehingga kemampuan siswa terbatas dan tidak berkembang. Untuk meningkatkan
pemahaman konsep matematis, siswa harus dilatih menemukan konsep dan
dihadapkan pada permasalahan yang tidak rutin. Oleh sebab itu, guru harus
27
merencanakan pembelajaran yang baik sehingga dapat meningkatkan pemahaman
konsep matematis siswa.
Pada metode PQ4R, pembelajaran tidak berpusat pada guru. Guru hanya sebagai
fasilitator, siswa dituntut lebih banyak aktif dalam pembelajaran dan berusaha
mencari informasi yang mereka butuhkan dengan bahan ajar yang diberikan oleh
guru. Pada metode pembelajaran ini, siswa melalui enam tahap pembelajaran
sesuai dengan nama metodenya yaitu preview (meninjau), question (bertanya),
read (membaca), reflect (refleksi), recite (merenung), dan review (memeriksa).
Pada tahap preview (meninjau), guru memberikan bahan bacaan kepada siswa dan
menginformasikan kepada siswa agar membaca sepintas materi-materi yang akan
mereka pelajari. Selanjutnya pada tahap question (bertanya), guru meminta siswa
agar memperhatikan makna bacaan, dan meminta siswa untuk membuat
pertanyaan yang berkaitan dengan materi pada lembar pertanyaan yang telah
disediakan. Pada tahap read (membaca), guru memberikan tugas kepada siswa
agar membaca bahan bacaan dengan seksama, dan mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang telah mereka susun sebelumnya. Bila terdapat siswa
belum mendapat jawaban dari pertanyaannya, maka guru akan menanggapi dan
membantu siswa mencari informasi dari pertanyaan yang telah mereka susun.
Pada tahap ini, siswa dapat menyatakan kembali konsep yang telah mereka
pahami, mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan
konsepnya, dan memberikan contoh dan non contoh dari konsep yang mereka
pahami.
28
Kemudian pada tahap refect (merefleksi), siswa diminta bukan sekedar mengingat
atau menghafal materi pelajaran tetapi mencoba memecahkan masalah dari
permasalahan yang diberikan oleh guru. Pada tahap ini, siswa dapat
menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur tertentu dari materi yang
telah mereka pelajari untuk memecahkan permasalahan dan menyajikan konsep
dalam berbagai bentuk representasi matematika. Selanjutnya pada tahap recite
(merenung), siswa diminta untuk membuat inti sari dari seluruh pembahasan
pelajaran yang telah dipelajari. Kemudian pada tahap review (memeriksa), siswa
diminta untuk membaca kembali inti sari yang telah mereka buat, dan meminta
siswa membaca atau menanyakan kembali, jika terdapat materi yang belum
mereka pahami. Pada tahap ini, siswa akan mengingat dan memahami materi yang
sudah dipelajari dalam ingatan yang panjang.
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran matematika dengan menggunakan
metode PQ4R diduga efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.
D. Anggapan Dasar
Anggapan dasar penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Negeri 20
Bandarlampung semester genap tahun pelajaran 2018/2019 memperoleh materi
yang sama dan sesuai Kurikulum 2013.
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, hipotesis penelitian ini adalah:
29
1. Hipotesis Umum
Penerapan metode PQ4R efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep
matematis.
2. Hipotesis Khusus
a. Pemahaman konsep matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran
dengan metode PQ4R lebih tinggi dibandingkan pemahaman konsep
matematis sebelum mengikuti pembelajaran dengan metode PQ4R.
b. Proporsi siswa yang memiliki pemahaman konsep matematis terkategori
baik lebih dari 60% dari jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan metode PQ4R.
30
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 20 Bandarlampung. Populasi penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 20 Bandarlampung tahun pelajaran
2018/2019 sebanyak 346 siswa yang terdistribusi ke dalam 11 kelas yaitu kelas
VIIA-VIIK. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan pertimbangan
populasi memiliki kemampuan matematis yang relatif sama. Hal ini didasarkan
dari rata-rata nilai ujian semester ganjil mata pelajaran matematika seperti yang
tertera pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Rata-rata Nilai Ujian Matematika Semester Ganjil Siswa Kelas
VII SMPN 20 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2018/2019
Kelas Jumlah Siswa Nilai Rata-rata
VII-A 31 27,58
VII-B 31 29,68
VII-C 31 25,16
VII-D 32 30,23
VII-E 31 25,56
VII-F 32 32,34
VII-G 32 33,82
VII-H 31 24,76
VII-I 32 24,84
VII-J 31 27,98
VII-K 32 29,22
Populasi 346 28,26
31
Oleh karena siswa kelas VII SMPN 20 Bandarlampung mempunyai kemampuan
matematis yang relatif sama yang terdistribusi dalam kelompok-kelompok (kelas),
pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling.
Berdasarkan proses sampling, diperoleh siswa kelas VIIF sebagai sampel. Sampel
bertindak sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang menggunakan metode
pembelajaran PQ4R.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan one-group pretest-
posttest design. Peneliti hanya menggunakan satu kelas eksperimen untuk diberi
tes awal dan tes akhir. Tes awal dilakukan untuk mengetahui pemahaman konsep
matematis siswa sebelum mendapat perlakuan, sedangkan tes akhir diberikan
untuk mengetahui pemahaman konsep matematis siswa setelah mendapat
perlakuan. Perlakuan yang dimaksud adalah pembelajaran dengan metode PQ4R.
Bagan desain one-group pretest-posttest dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Bagan Desain One-Group Pretest-Posttest
Y1 X Y2
Tes Awal pemahaman
konsep matematis
Pembelajaran dengan
Metode PQ4R
Tes akhir pemahaman
konsep matematis
(Furchan, 1982)
C. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur pada penelitan ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu:
32
1. Tahap Persiapan
Adapun persiapan yang dilaksanakan sebelum penelitian ini yaitu:
a. Melakukan observasi untuk melihat karakteristik populasi yang ada.
Observasi dilakukan pada hari Kamis, 24 Januari 2019 bersama Ibu
Nurwana, S.Pd. selaku guru bidang studi matematika kelas VII SMPN 20
Bandarlampung. Berdasarkan hasil observasi ini, diperoleh data seluruh
siswa kelas VII SMPN 20 Bandarlampung semester genap tahun pelajaran
2018/2019 sebanyak 346 siswa yang terdistribusi ke dalam 11 kelas yaitu
kelas VIIA-VIIK. Dari observasi ini juga diketahui bahwa karakteristik
populasi mempunyai kemampuan matematis yang relatif sama dengan
melihat daftar rata-rata nilai ujian semester ganjil mata pelajaran
matematika tahun pelajaran 2018/2019.
b. Menentukan sampel penelitian.
Berdasarkan karakteristik populasi, pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik cluster random sampling. Melalui proses sampling,
diperoleh kelas VIIF sebagai kelas eksperimen.
c. Menetapkan materi pembelajaran yang dibahas dalam penelitian.
Materi pembelajaran yang dibahas yaitu materi Segiempat dan Segitiga.
d. Menyusun proposal penelitian.
e. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen tes yang digunakan
dalam penelitian.
f. Mengonsultasikan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian
dengan dosen pembimbing.
g. Melakukan validasi dan uji coba instrumen penelitian.
33
Uji coba instrumen pada penelitian ini dilakukan pada 29 Maret 2019 di
kelas VIIIC dan VIID dan pengujian validitas dilakukan oleh guru mitra.
Selanjutnya, data yang diperoleh dari hasil uji coba diolah dengan bantuan
Microsoft Excel untuk mengetahui reliabilitas instrumen, daya pembeda,
dan tingkat kesukaran butir soal.
2. Tahap Pelaksanaan
Adapun tahap pelaksanaan pada penelitian ini adalah:
a. Memberikan tes awal pemahaman konsep matematis siswa pada kelas
eksperimen.
Pemberian tes awal (pretest) pada kelas eksperimen dilaksanakan pada 02
Mei 2019.
b. Melaksanakan pembelajaran dengan metode PQ4R pada kelas eksperimen.
Pelaksanaan pembelajaran dengan metode PQ4R pada kelas eksperimen
dimulai dari 04 April sampai dengan 09 Mei 2019.
c. Memberikan tes akhir pemahaman konsep matematis pada kelas
eksperimen.
Pemberian tes akhir (posttest) pada kelas eksperimen dilaksanakan pada
09 Mei 2019.
3. Tahap Akhir
Adapun tahap akhir dari prosedur penelitian ini adalah:
a. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh.
Proses pengolahan data dilakukan dari 10-21 Mei 2019. Dengan bantuan
Microsoft Excel data diolah untuk menguji normalitas data different dan
34
nilai akhir pemahaman konsep matematis, serta menguji hipotesis pertama
dan kedua pemahaman konsep matematis siswa.
b. Membuat kesimpulan
Setelah data berhasil diolah, selanjutnya hasil analisis data dikonsultasikan
kepada dosen pembimbing. Setelah analisis valid, selanjutnya dibuat
kesimpulan berdasarkan hasil analisis data.
c. Membuat laporan penelitian
Pembuatan laporan penelitian didasari dari hasil analisis data. Laporan
penelitian ini kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing,
sampai dengan laporan penelitian dinyatakan layak untuk diseminarkan.
D. Data Penelitian
Data penelitian ini merupakan data kuantitatif berupa nilai pemahaman konsep
matematis siswa. Nilai pemahaman konsep matematis siswa tersebut diperoleh
dari hasil tes awal (pretest), hasil tes akhir (posttest), dan perbedaan (different)
hasil tes awal dan tes akhir.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik tes, yang dilakukan dengan
memberikan tes pemahaman konsep matematis. Tes dilakukan dua kali, yaitu tes
awal dan tes akhir. Tes awal digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep
matematis siswa sebelum diberi perlakuan. Materi yang digunakan untuk tes awal
merupakan materi yang sudah dipelajari siswa dan masih serumpun dengan materi
diajarkan dalam pembelajaran. Materi yang dipilih pada tes awal yaitu materi
35
garis dan sudut karena materi ini dipelajari siswa tepat sebelum siswa
mendapatkan pembelajaran PQ4R. Tes akhir digunakan untuk mengetahui
pemahaman konsep matematis siswa setelah diberi perlakuan. Materi yang
digunakan pada tes akhir yaitu materi segiempat dan segitiga.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dalam bentuk
uraian yang disusun untuk mengukur pemahaman konsep matematis siswa.
Masing-masing soal memuat indikator pemahaman konsep matematis.
Penyusunan instrumen tes dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Melakukan pembatasan materi yang diujikan
2. Menentukan tipe soal, waktu, dan petunjuk pengerjaan soal
3. Membuat kisi-kisi soal berdasarkan indikator pembelajaran yang ingin dicapai
dan indikator pemahaman konsep matematis
4. Menuliskan butir soal, kunci jawaban, dan pedoman penskoran
5. Menganalisis validitas isi.
6. Mengujicobakan instrumen tes
7. Menganalisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran
8. Mengonsultasikan hasil uji coba instrumen kepada dosen pembimbing
Dalam hal ini, instrumen tes awal dan akhir pemahaman konsep matematis siswa
memiliki indikator pemahaman konsep yang sama. Adapun pedoman penskoran
tes pemahaman konsep matematis disajikan pada Tabel 3.3
36
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematis
NO Indikator Pemahaman
Konsep Matematis Reaksi terhadap soal/masalah Skor
1
Menyatakan ulang
konsep
Tidak menjawab 0
Penyajian konsep ada namun salah 1
Penyajian konsep benar dan kurang lengkap 2
Penyajian konsep benar dan lengkap 3
2
Mengklasifikasikan
objek-objek
berdasarkan dipenuhi
tidaknya persyaratan
yang membentuk
konsep tersebut
Tidak menjawab 0
Ada pengklasifikasian objek namun salah 1
Pengklasifikasian objek benar dan kurang
lengkap 2
Pengklasikasian benar dan lengkap 3
3
Mengidentifikasi sifat-
sifat operasi atau
konsep
Tidak menjawab 0
Menggunakan sifat-sifat operasi namun salah 1
Menggunakan sifat-sifat operasi dengan benar,
dan tidak lengkap 2
Menggunakan sifat-sifat operasi dengan benar
dan lengkap 3
4 Menerapkan konsep
secara logis
Tidak menjawab 0
Menerapkan konsep secara logis namun salah 1
Menerapkan konsep secara logis dengan benar 2
5
Memberikan contoh
atau bukan contoh dari
konsep yang telah
dipelajari
Tidak menjawab 0
Memberikan contoh atau bukan contoh, namun
salah 1
Memberikan contoh atau bukan contoh dengan
benar tetapi kurang lengkap 2
Memberikan contoh atau bukan contoh dengan
benar dan lengkap 3
6
Menyajikan konsep
dalam berbagai macam
bentuk representasi
matematis
Tidak menjawab 0
Penyajian konsep ada namun salah 1
Penyajian konsep benar dan kurang lengkap 2
Penyajian konsep benar dan lengkap 3
7
Mengaitkan berbagai
konsep dalam
matematika maupun di
luar matematika
Tidak menjawab 0
Mengaitkan konsep lain, namun salah 1
Mengaitkan konsep lain dengan benar, namun
kurang lengkap 2
Mengaitkan konsep lain dengan benar dan
lengkap 3
8
Mengembangkan
syarat perlu dan / atau
syarat cukup suatu
konsep
Tidak menjawab 0
Mengembangkan syarat perlu dan / atau syarat
cukup, namun salah 1
Mengembangkan syarat perlu dan / atau syarat
cukup dengan benar, namun kurang lengkap 2
Mengembangkan syarat perlu dan / atau syarat
cukup dengan benar dan lengkap 3
37
Agar data yang diperoleh akurat, tes yang digunakan dalam penelitian ini harus
memenuhi kriteria tes yang baik. Instrumen tes yang baik adalah instrumen tes
yang harus memenuhi beberapa syarat, yaitu validitas, reliabilitas, daya pembeda
dan tingkat kesukaran.
1. Validitas
Validatas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada
validitas isi dari tes pemahaman konsep matematis yang diketahui dengan cara
menilai kesesuaian isi yang terkandung dalam tes pemahaman konsep matematis
dengan indikator pemahaman konsep matematis yang telah ditentukan. Untuk
memperoleh tes yang valid, pengujian validitas instrumen tes dalam penelitian ini
dilakukan oleh guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 20
Bandarlampung, dengan asumsi bahwa guru tersebut mengetahui dengan benar
Kurikulum 2013 untuk tingkat SMP.
Hasil penilaian guru menunjukkan bahwa instrumen tes yang digunakan untuk
mengambil data awal dan akhir pemahaman konsep matematis telah memenuhi
validitas isi, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.4 dan Lampiran B.8.
Dengan demikian, instrumen tes dapat diujicobakan untuk mengetahui reliabilitas,
daya pembeda, dan tingkat kesukaran.
2. Reliabilitas
Reliabilitas digunakan untuk melihat sejauh mana instrumen tes dapat dipercaya
dalam suatu penelitian. Bentuk soal yang digunakan pada penelitian ini adalah
38
uraian. Menurut Arikunto (2010) untuk mencari koefisien reliabilitas (r11) soal
tipe uraian menggunakan rumus Alpha yang dirumuskan sebagai berikut.
(
)(
∑
)
Keterangan :
11r = Koefisien reliabilitas yang dicari
n = Banyaknya butir soal
= Varian skor total
∑ = Jumlah varians butir
Dalam penelitian ini, koefisien reliabilitas diinterpretasikan berdasarkan pendapat
Arikunto (2010) seperti yang terlihat dalam Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas (r11) Kriteria
0,80 < 11r ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 < 11r ≤ 0,80 Tinggi
0,40 < 11r ≤ 0,60 Cukup
0,20 < 11r ≤ 0,40
Rendah
0,00 < 11r ≤ 0,20 Sangat rendah
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh hasil sebagaimana disajikan pada Tabel
3.5.
Tabel 3.5 Koefisien Reliabilitas Tes Pemahaman Konsep Matematis
Data Uji Coba Koefisien Reliabilitas Kriteria
Tes Awal (Pretest) 0,61 Tinggi
Tes Akhir (Posttest) 0,81 Sangat Tinggi
Berdasarkan Tabel 3.5, instrumen tes awal memiliki reliabilitas tinggi dengan
koefisien reliabilitas 0,61 dan instrumen tes akhir memiliki reliabilitas sangat
39
tinggi dengan koefisien reliabilitas 0,81. Hasil perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran C.1 dan Lampiran C.3.
3. Daya Pembeda (DP)
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat
membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan
rendah. Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa
yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah.
Kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok
atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah).
Menurut Arifin (2012), teknik yang digunakan untuk menghitung daya pembeda
soal uraian sebagai berikut.
Keterangan :
DP = indeks daya pembeda
= rata-rata dari kelompok atas
= rata-rata dari kelompok bawah
Skor maks = skor maksimum
Kriteria tolak ukur daya pembeda butir soal yang digunakan menurut Arifin
(2012) selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Interpretasi Indeks Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Interpretasi
DP ≥ 0,4 Sangat baik
0,30 < DP ≤ 0,39 Baik
0,20 < DP ≤ 0,29 Cukup
DP ≤ 0,19 Sangat buruk
40
Berdasarkan hasil perhitungan, indeks daya pembeda butir soal tes awal dan tes
akhir dapat dilihat dari Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Daya Pembeda Butir Soal Tes Pemahaman Konsep Matematis
No Soal
Indeks Daya Pembeda Butir Soal
Pretest Pemahaman Konsep
Matematis
Indeks Daya Pembeda Butir Soal
Posttest Pemahaman Konsep
Matematis
1 0,86 (Sangat Baik) 0,41 (Baik)
2 0,32 (Baik) 0,58 (Sangat Baik)
3 0,68 (Sangat Baik) 0,78 (Sangat Baik)
4 0,34 (Baik) 0,69 (Sangat Baik)
5 0,71 (Sangat Baik)
Berdasarkan Tabel 3.7 butir soal instrumen tes awal dan tes akhir pemahaman
konsep matematis memiliki daya pembeda baik dan sangat baik. Hasil
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2 dan Lampiran C.4.
4. Tingkat Kesukaran (TK)
Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir
soal. Suatu tes dikatakan baik jika memiliki derajat kesukaran sedang, yaitu tidak
terlalu sukar, dan tidak terlalu mudah. Seperti yang dikemukakan Sudijono (2011:
372) untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus :
Keterangan:
TK : tingkat kesukaran suatu butir soal
JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh
IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal
Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria
kesukaran menurut Sudijono (2011) seperti pada Tabel 3.8.
41
Tabel 3.8 Interpretasi Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran Interpretasi
0,00 ≤ TK ≤ 0,15 Sangat sukar
0,16 < TK ≤ 0,30 Sukar
0,31 < TK ≤ 0,70
Sedang
0,71 < TK ≤ 0,85
Mudah
0,86 < TK ≤ 1,00 Sangat mudah
Menurut Sudijono (2011) butir-butir soal dikatakan baik apabila butir-butir soal
tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah.
Berdasarkan hasil perhitungan, tingkat kesukaran butir soal tes awal dan tes akhir
dapat dilihat pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Tingkat Kesukaran Tes Pemahaman Konsep Matematis
No Soal
Tingkat Kesukaran Butir Soal
Pretest Pemahaman Konsep
Matematis
Tingkat Kesukaran Butir Soal
Posttest Pemahaman Konsep
Matematis
1 0,54 (Sedang) 0,68 (Sedang)
2 0,63 (Sedang) 0,66 (Sedang)
3 0,42 (Sedang) 0,64 (Sedang)
4 0,29 (Sukar) 0,38 (Sedang)
5 0,35 (Sedang)
Berdasarkan Tabel 3.9, butir soal tes awal dan tes akhir pemahaman konsep
matematis memiliki tingkat kesukaran yang sedang dan sukar. Hasil perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2 dan Lampiran C.4.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis. Sebelum
melakukan uji hipotesis, dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas.
42
1. Hipotesis Pertama
a. Uji Normalitas Data Perbedaan (Different) Nilai Awal dan Nilai Akhir
Pemahaman Konsep Matematis Siswa
Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data perbedaan (different) nilai
awal dan nilai akhir pemahaman konsep matematis siswa berasal dari populasi
berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang
digunakan adalah uji Lilliefors dengan taraf signifikan α = 0,05. Rumusan
hipotesis untuk uji ini adalah:
H0 : sampel data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Prosedur pengujian menggunakan uji Lilliefors menurut Sudjana (2005: 466)
adalah sebagai berikut.
1) Mengubah data different pemahaman konsep matematis siswa menjadi
bilangan baku z menggunakan rumus
2) Menghitung peluang ( ) ( )
3) Menghitung proporsi yang lebih kecil atau sama dengan . Jika
proporsi ini dinyatakan oleh ( ), maka
( )
4) Menghitung selisih ( ) ( ) kemudian menentukan harga mutlaknya
5) Mengambil nilai yang paling besar diantara nilai-nilai mutlak selisih tersebut.
Melambangkan nilai terbesar dengan L0
43
Kriteria uji, H0 ditolak jika . Untuk hal lainnya, H0 diterima. Dengan
diambil dari daftar tabel uji Lilliefors untuk taraf nyata ∝ = 0,05.
Berdasarkan hasil uji normalitas data perbedaan (different) nilai awal dan nilai
akhir pemahaman konsep matematis, diperoleh = 0,0915 dengan =
0,1591. Oleh karena , maka H0 diterima, sehingga disimpulkan data
perbedaan (different) nilai awal dan nilai akhir pemahaman konsep matematis
siswa berasal dari populasi berdistribusi normal. Hasil perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran C.8.
b. Uji Perbedaan Pemahaman Konsep Matematis
Berdasarkan hasil uji prasyarat, data perbedaan (different) nilai awal dan nilai
akhir pemahaman konsep matematis berasal dari pupulasi bersitribusi normal,
sehingga uji hipotesis menggunakan uji t berpasangan (paired t-test). Adapun Uji
t berpasangan menurut Budiyono (2009) adalah sebagai berikut.
a. Hipotesis
Dengan , hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut.
Ho : , (Rata-rata nilai pemahaman konsep matematis siswa sebelum
mengikuti pembelajaran metode PQ4R sama dengan rata-rata
nilai pemahaman konsep matematis siswa setelah mengikuti
pembelajaran metode PQ4R)
H1 : , (Rata-rata nilai pemahaman konsep matematis siswa sebelum
mengikuti pembelajaran metode PQ4R tidak sama dengan rata-
rata nilai pemahaman konsep matematis siswa setelah
mengikuti pembelajaran metode PQ4R)
44
b. Taraf signifikan α = 0,05.
c. Statistik uji
√
Keterangan:
= nilai akhir pemahaman konsep matematis
= nilai awal pemahaman konsep matematis
D = different nilai awal dan nilai akhir pemahaman konsep matematis
= rata-rata dari D
= deviasi baku dari D
n = banyaknya data
d. Kriteria Uji
Pada taraf signifikansi 5% dengan dk = (n – 1), maka H0 ditolak jika
(∝ ), untuk harga t lainnya H0 diterima.
Bila H0 ditolak, selanjutnya dilakukan uji lanjutan, dengan membandingkan rata-
rata nilai awal pemahaman konsep matematis dengan rata-rata nilai akhir
pemahaman konsep matematis. Apabila rata-rata nilai akhir pemahaman konsep
matematis lebih tinggi dari rata-rata nilai awal pemahaman konsep matematis,
maka pemahaman konsep matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran
dengan metode PQ4R lebih tinggi dibandingkan pemahaman konsep matematis
siswa sebelum mengikuti pembelajaran dengan metode PQ4R, dan sebaliknya.
2. Hipotesis Kedua
a. Uji Normalitas Data Nilai Akhir Pemahaman Konsep Matematis Siswa
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data nilai akhir
pemahaman konsep matematis siswa berasal dari pupulasi berdistribusi normal
45
atau tidak berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan prosedur yang
sama dengan uji normalitas pada data perbedaan (different) nilai awal dan nilai
akhir pemahaman konsep matematis.
Berdasarkan hasil uji normalitas data nilai akhir pemahaman konsep matematis,
diperoleh = 0,1081 dengan = 0,1591. Oleh karena , maka H0
diterima. Dengan demikian, data nilai akhir pemahaman konsep matematis berasal
dari populasi berdistribusi normal. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran C.10.
b. Uji Proporsi
Berdasarkan uji prasyarat, diketahui bahwa data nilai akhir pemahaman konsep
matematis siswa berasal dari populasi berdistribusi normal. Oleh karena itu,untuk
menguji proporsi siswa yang memiliki pemahaman konsep matematis terkategori
baik lebih dari 60% dari jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
metode PQ4R menggunakan uji proporsi satu pihak. Adapun hipotesis uji
proporsi ialah sebagai berikut.
H0: π0 = 0,6 (persentase siswa yang memiliki pemahaman konsep matematis
terkategori baik sama dengan 60% dari jumlah siswa yang
mengikuti pembelajaran metode PQ4R)
H1: π0 > 0,6 (persentase siswa yang memiliki pemahaman konsep matematis
terkategori baik lebih dari 60% dari jumlah siswa yang mengikuti
pembelajaran metode PQ4R)
46
Dalam penelitian ini, interpretasi kategori nilai akhir pemahaman konsep
matematis siswa menurut Arifin (2012) ditentukan berdasarkan penilaian acuan
norma (PAN), maka digunakan nilai rata-rata( ) dan simpangan baku (s).
Berdasarkan data nilai akhir pemahaman konsep matematis siswa diperoleh
dan . Kategori nilai akhir pemahaman konsep matematis
siswa diinterpretasikan pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Kategori Nilai Akhir Pemahaman Konsep Matematis Siswa
Kategori Banyak Siswa
Sangat Tinggi 2
Tinggi 7
Sedang 10
Rendah 12
Sangat Rendah 0
Siswa yang memiliki pemahaman konsep matematis terkategori baik adalah yang
memiliki kriteria pemahaman konsep matematis sedang, tinggi, dan sangat tinggi
atau nilai akhir yang dimiliki siswa lebih dari atau sama dengan 43,31. Hal ini
didasarkan pendapat Jusmawati dkk (2015), salah satu kriteria keefektifitan
pembelajaran adalah rata-rata hasil belajar minimal berada pada kategori sedang.
Pada penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud adalah nilai akhir pemahaman
konsep matematis. Dengan demikian, siswa yang memiliki pemahaman konsep
matematis terkategori baik sebanyak 19 siswa. Kategori pemahaman konsep
matematis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.11.
Statistik yang digunakan untuk uji proporsi menurut Sudjana (2005) sebagai
berikut.
47
√ ( )
Keterangan:
x : Banyaknya siswa yang memiliki pemahaman konsep matematis terkategori
baik
n : Jumlah sampel
: Proporsi siswa yang memiliki pemahaman konsep matematis terkategori baik
Kriteria uji pada taraf signifikan α = 0,05 adalah terima H0 jika ,
dan tolak H0 jika , dengan ( ) didapat dari daftar
distribusi normal.
58
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, diperoleh pemahaman konsep
matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan metode PQ4R lebih
tinggi dibandingkan pemahaman konsep matematis sebelum mengikuti
pembelajaran dengan metode PQ4R dan persentase siswa yang memiliki
pemahaman konsep terkategori baik tidak lebih dari 60% dari banyaknya siswa
yang mengikuti pembelajaran metode PQ4R. Dengan demikian, metode
pembelajaran PQ4R tidak efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis
siswa untuk diterapkan pada siswa kelas VII SMPN 20 Bandarlampung pada
semester genap tahun pelajaran 2018/2019.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep
matematis siswa, salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan guru
adalah metode PQ4R, namun dalam pelaksanaanya harus diimbangi dengan
pengelolaan kelas yang baik yakni pada tahap recite diperlukan keahlian guru
dalam melihat sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi dan penggunaan
media pembelajaran yang menarik sehingga dapat meingkatkan keaktifan siswa,
agar pembelajaran semakin kondusif dan mendapatkan hasil yang optimal.
V. SIMPULAN DAN SARAN
59
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta : Dirjen Pendidikan Islam
Kementerian Agama
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :Bumi
Aksara.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.
Baridatul, dkk, 2018. Teknik Membaca Sekilas (Skimming) dalam Meningkatkan
Kemampuan Memahami Teks Narasi. Jurnal Wahana Sekolah Dasar No.1.
Budiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Cahyono, Agung. 2015. Efektivitas Pembelajaran Socrates Konstektual dalam
Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa. Jurnal
Pendidikan Matematika Universitas Lampung Volume 2 nomor 1.
Daulae, Tatta H. 2014. Menciptakan Pembelajaran Yang Efektif. Jurnal Forum
Paedagogik Vol 6 nomor 2.
Depdiknas. 2003. Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta : Depdiknas.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Dzulhikam, Muhammad. 2012. Penerapan Metode Pembelajaran PQ4R dalam
Meningkatkan Penguasaan Konsep siswa. Cirebon : Fakultas Tarbiah IAIN
Cirebon
Fanani, Achmad. 2010. Ice Breaking Pada Proses Mengajar. Jurnal Dosen PGSD
FKIP Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Furchan, Arief.1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya : Usaha
Nasional.
Harnaeni,Ulfah. 2015. Pengaruh Strategi Pembelajaran Elaborasi Terhadap
Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar. (online)
https://media.neliti.com/media/publications/234935-pengaruh-strategi-
pembelajaran-elaborasi-447ab298.pdf. Diakses pada 30 januari 2019
60
Huo, Meldi S. 2014 Analisis Pehamaman Konseptual dan Kemampuan
Menyelesaikan Soal-soal Hitungan pada Materi Keseimbangan Mimia
Siswa Kelas XI IPA SMAN 2Limboto. [online], http://eprints.ung.ac.id/cgi/,
Diakses pada 18 Januari 2019
Jusmawati, dkk. 2015. Efektivitas Penerapan Model Berbasis Masalah Setting
Kooperatif dengan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Matematika di
Kelas X SMA Negeri 11 Makassar. Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika
Volume 3 Nomor 1. (online) https://ojs.unm.ac.id/JDM/article/view/1314
Diakses pada 17 Juni 2019.
Kemendikbud. 2014 . Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58
Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 SMP/MTs. Jakarta Kemendikbud.
___________. 2015. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 53
Tahun 2015 Tentang Penilain Hasil Belajar Oleh Pendidik dan Satuan
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta : Kemendibud.
___________. 2016. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2016, Tentang Standar Isi Guruan Dasar dan
Menengah. Jakarta: Kemendikbud.
___________. 2016. Ringkasan Hasil-hasil Asesment Belajar Dari Hasil UN,
PISA, TIMSS, INA (online).
https://puspendik.kemdikbud.go.id/seminar/upload/Hasil%20Seminar%20P
uspendik%202016/NizamHasil%20Penilaian_seminar%20puspendik%2020
16.pdf. Diakses 15 januari 2019
Kemenristekdikti. 2018. Siaran Pers Nomor : 04/SP/HM/BKKP/I/2018. (online)
https://www.ristekdikti.go.id/siaran-pers/pengembangan-iptek-dan-
pendidikan-tinggi-di-era-revolusi-industri-4-0. Diakses pada 29 januari
2019
Kesumawati, Nila. 2008. Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran
Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang.
Masjaya, Wardono. 2018. Pentingnya Kemampuan Literasi Matematika untuk
Menumbuhkan Kemampuan Koneksi Matematika dalam Meningkatkan
SDM. Jurnal FMIPA Universitas Negeri Semarang Vol 1 No 1.
Mawaddah, S, Ratih M. 2016. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa
SMP dalam Pembelajaran Menggunakan Model Penemuan Terbimbing
(Discovery Learning). Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4 No 1.
Munawaroh, B., Madyono, S., dan Suwarti.(2018). Teknik Membaca Sekilas
(Skimming) dalam Meningkatkan Kemampuan Memahami Narasi. Jurnal
Universitas Negeri Malang Tahun 26 Nomor 1.
61
Murizal, A., Yaman, Yerizon. 2012. Pemahaman Konsep Matematis dan Model
Pembelajaran Quantum Teaching. Jurnal Pendidikanan Matematika Vol.1
No.1 UNP.
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 2000. Executive Summary
Principle and Standards For School Mathematics. (online)
https://www.nctm.org/publications/journal-for-research-in-mathematics-
education. Diakses pada 18 januari 2019
O’connel, Susan. 2007. Introduction to Problem Solving. Portsmuth : Heinemann
Purwanti, Yuni.2016. Perbandingan Pemahaman Konsep Matematis Siswa
Antara pembelajaran Problem Based Learning dengan Pembelajaran
PQ4R. Skripsi Matematika Unila
Rustaman, Nuryani Y. 2003. Literasi Sains Anak Indonesia 2002 & 2003.
Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Suyuti, Rahfinada N.R. 2017. Pemberian Reward dan Punisment dalam Rangka
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi
FIS –UNM Vol 4 No 1.
Setiyo. 2018. Perkembangan Revolusi Industri 4.0 (Industrial Revolusion 4.0) dan
Tantangan Ke Depan. (online)
https://www.ajarekonomi.com/2018/05/perkembangan-revolusi-industri-
40.html. Diakses pada 24 januari 2019
Sheskin, D.J. 2004. Handbook Of Parametric and Nonparametric Statistical
Procedures. New York : Chapman and Halucrc.
Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta : Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo
Persada: Jakarta
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Supardi. 2013. Sekolah Efektif, Konsep Dasar, dan Praktiknya. Jakarta : Rajawali
Pers.
Syahlan. 2015. Literasi Matematika Dalam Kurikulum 2013. Jurnal Dosen FKIP
UISU Vol 3 No 1.
Syawahid, M, Putrawangsa, Susilahudin. 2017. Kemampuan Literasi Matematika
Siswa SMP Ditinjau dari Gaya Belajar. Jurnal Tadris Matematika Volume
10 Nomor 2.
TIMSS.2015. International Results In Mathematic. (online).
https://puspendik.kemdikbud.go.id/seminar/upload/Hasil%20Seminar%20P
uspendik%202016/RahmawatiSeminar%20Hasil%20TIMSS%202015.pdf.
Diakses 14 januari 2019.
62
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana
Wati, Mega Fitri W. 2016. Deskripsi Disposisi Pemahaman Konsep Siswa dalam
Pembelajaran Matematika dengan Metode PQ4R. Skripsi Pendidikan
Matematika Unila.
Yuliana, I., Noor Fajriah. 2013. Penerapan Metode PQ4R dalam Pembelajaran
Matematika di Kelas VII SMP. Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1 No. 1
Unlam.