EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DALAM …Muhammadiyah Cabang Makassar.Dan untuk...
Embed Size (px)
Transcript of EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DALAM …Muhammadiyah Cabang Makassar.Dan untuk...

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DALAM MENGATASI
KESULITAN MEMBACA AL-QUR’AN DI MADRASAH TSANAWIYAH
MUALLIMIN MUHAMMADIYAH CABANG MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd ) Pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
MUSLIMAH DWI PUTRI SUTRISNO
105191101816
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
I442 H/ 2020





vii
ABSTRAK
MUSLIMAH DWI PUTRI S. 105191101816. Efektivitas Pembelajaran
Al-Qur’an Hadits dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur’an Di Madrasah
Tsanawiyah Muallimin Muhammadiyah Cabang Makassar. Dibimbing oleh
Mahlani Sabaedan Abdul Fattah.
Tujuan dari penelitian ini yaitu Untuk mengetahui Peran Guru Qur’an
Hadistmencapai Efektivitas Pembelajaran Al-Qur’an Hadits dalam Mengatasi
Kesulitan Membaca al-Qur’an Di Madrasah Tsanawiyah Muallimin
Muhammadiyah Cabang Makassar. Mengetahui upaya apa saja yang dilakukan
guru Qur’an Hadits dalam Mengefektifkan Pembelajaran Al-Qur’an Hadist dalam
Mengatasi Kesulitan Membaca al-Qur’an Di Madrasah Tsanawiyah Muallimin
Muhammadiyah Cabang Makassar.Dan untuk mengetahui faktor pendukung dan
penghambat guru Qur’an Hadits dalam Efektivitas Pembelajaran Al-Qur’an
Hadist dalam Mengatasi Kesulitan Membaca al-Qur’an Di Madrasah Tsanawiyah
Muallimin Muhammadiyah Cabang Makassar.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Sumber data
dalam penelitian adalah guru Qur’an Hadist, Kepala Madrasah dan peserta didik,
instrumen penelitian yang digunakan yaitu pedoman observasi, pedoman
wawancara, dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik
reduksi data, penyajian data, verifikasi data.
Hasil penelitian dapat dirangkum sebagai berikut: Pembelajaran Al-Qur’an
Hadits dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an di Madrasah Tsanawiyah
Muallimin Muhammadiyah Makassar. Upaya yang dilakukan dalam mencapai
Efektivitas pembelajaran Al-Qur’an Hadits dalam mengatasi kesulitan membaca
Al-Qur’anDi Madrasah Tsanawiyah Muallimin Muhammadiyah Cabang
Makassar. Faktor-Faktor apa saja yang menjadi Pendukung dan
PenghambatEfektivitas Pembelajaran Al-Qur’an Hadits dalam menagatasi
kesulitan membaca Al-Qur’an di Madrasah Tsanawiyah Muallimin
Muhammadiyah, Makassar.
Kata Kunci: Efektivitas Pembelajaran Al-Qur’an Hadits mengatasi kesulitan
membaca Al-Qur’an.

viii
KATA PENGANTAR
حيم ن ٱلره حم ٱلره بسم ٱلله
Alhamdulillah, itulah kata yang sepantasnya penulis ucapkan sebagai
ungkapan rasa syukur kepada Allah Swt atas inayah, taufik dan hidayahnya
sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. Banyak kendala dan hambatan yang
dilalui oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini, akan tetapi dengan segala usaha
yang penulis lakukan sehingga semuanya itu dapat teratasi shalawat dan salam tak
lupa penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai Nabi pembawa
risalah, petunjuk dan menjadi suri tauladan di permukaan bumi ini.
Keberadaan skripsi ini tidak terlepas dari keterlibatan berbagai pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang
telah membantu peneliti. Dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan terima
kasih yang tulus dan ikhlas kepada yang terhormat:
1. Kedua orang tua Bapak Sutrisno, S.Pd dan Ibu Andi Nursaadah. A, serta
saudara-saudaraku tercinta, yang dengan kelembutan dan kesabaran hati
telah memberikan perhatian, kasih sayang dan motivasi baik spiritual
maupun material yang senantiasa mengiringi langkahku.
2. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar. Yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga
terselesainya skripsi ini.
3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar.

ix
4. Dr.Amirah Mawardi,S.Ag., M.Si selaku ketua prodi pendidikan agama islam
di fakultas agama islam universitas muhammadiyah makassar
5. Mahlani Sabae, S.Thi., M.A dan Abdul Fattah, S.Th.I., M.Th.I. selaku
Pembimbing I dan II yang telah membimbing penulis dengan mencurahkan
segala waktu dan fikirannya dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu para dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Makassar.
7. Semua lembaga di Fakultas Agama Islam, yaitu Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah Fakultas Agama Islam, Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Agama Islam, dan Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan
Agama Islam.
8. Lande, S.Ag., M.Pd selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah Tsanawiyah
Muallimin Muhammadiyah Makassar, yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian.
9. Herman, S.Ag., selaku Guru Qur’an Hadits.
10. Peserta didik Madrasah Tsanawiyah Muallimin Muhammadiyah.
11. Teman-teman dan sahabat penulis, yang selalu memberikan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini.

x
Dan masih banyak lagi yang tidak disebut satu persatu, akhirnya kepada
Allah peneliti serahkan segalanya, semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca,terutama bagi diri pribadi penulis, Aamiin.
Makassar, 23 Dzuhijjah 1441 H
13 Agustus 2020 M
Muslimah Dwi Putri. S
NIM. 105191101816

xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
PENGESAHAN SKRIPSI iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI vi
ABSTRAK vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan Penelitian 7
D. Manfaat Penelitian 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Al-Qur’an Hadits 9
1. Pengertian Al-Qur’an Hadits 9
2. Metode Pembelajaran Al-Qur’an Hadits 11
3. Karakteristik Pembelajaran Al-Qur’an Hadits 15

xii
B. Membaca Al-Qur’an 15
1. Pengertian Al-Qur’an 15
2. Metode Membaca Al-Qur’an 16
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 25
B. Lokasi dan Objek Penelitian 25
C. Fokus Penelitian 26
D. Deskripsi Fokus Penelitian 26
E. Sumber Data Penelitian 29
F. Instrumen Penelitian 30
G. Teknik Pengumpulan Data 30
H. Teknik Analisis Data 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Lingkungan Sekolah 35
2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah 36
3. Identitas Sekolah 37
4. Keadaan Madrasah 38
5. Struktur Organisasi Madrasah………………………………….40
A. Efektfitas Pembelajaran Al-Qur’an Hadits dalam mengatasi Kesulitan
Membaca Al-Qur’an di Madrasah Tsanawiyah Muallimin
Muhammadiyah Makassar 48
B. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi Kesulitan Membaca

xiii
Al-Qur’an 52
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam mengatasi Kesulitan
Membaca Al-Qur’an 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 61
B. Saran 62
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 67
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 75

xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data Guru 41
Tabel 2 Data Staf 44

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara sederhana pendidikan Islam dapat diartikan sebagai pendidikan
yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana yang tercantum
dalam al-Qur’an dan hadits serta dalam pemikiran para ulama dan dalam
praktek sejarah umat Islam. Berbagai komponen dalam pendidikan mulai dari
tujuan, kurikulum, guru, metode, pola hubungan guru dan siswa, sarana dan
prasarana, lingkungan dan evaluasi pendidikan harus didasarkan pada nilai-
nilai ajaran Islam. Jika berbagai komponen tersebut satu dan lainnaya
membentuk suatu sistem yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam, maka
sistem tersebut selanjutnya dapat disebut sebagai sistem pendidikan Islam1.
Oleh sebab itu, pendidikan Islam adalah merupakan pendidikan yang
berlandaskan al-Qur’an dan hadis yang di dalammya tedapat berbagai
komponen yang salin terkait dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan
lainnya.
Pendidikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk
mengembangkan potensi manusia lain atau memindahkan nilai-nilai yang
dimilikinya kepada orang lain dalam masyarakat dapat dilakukan dengan
berbagai cara, di antaranya melalui pengajaran yaitu proses pemindahan nilai
berupa ilmu pengetahuan dari seorang guru kepada siswa dari generasi ke
1Ahmad Tafsir, Epistimologi untuk Pendidikan Islam (Bandung: IAIN Sunan Gunung Jati,
1995), h. 15.

2
generasi berikutnya. 2 Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai berupa ilmu
pengetahuan kepada siswa, diselenggarakan dalam suatu satuan pendidikan,
yaitu kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada
jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan.
Intisari pendidikan adalah interaksi antara pendidik dengan siswa yang
dalam pelaksanaannya bisa terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, atau di
dalam masyarakat. Pada umumnya pendidikan dalam keluarga berjalan secara
alamiah, tanparencana sistematis yang dipersiapkan sebelumnya. Orang tua
tidak mempunyai rencana khusus, tertulis, dan formal tentang pendidikan
yang akan diberikan kepada anaknya.
Umumnya mereka hanya memiliki harapan tentang apa yang diinginkan
kepada anaknya. Mereka menjadi pendidik karena statusnya sebagai orang tua.
Karena kondisi dan sifat-sifat yang tidak formal, tidak adanya rancangan
konkret dan bahkan ada kalanya tidak disadari, pendidikan dalam lingkungan
keluarga disebut pula sebagai pendidikan informal.
Sebaliknya, pendidikan di lingkungan sekolah lebih terencana dan
sistematis. Guru sebagai pendidik telah dipersiapkan secara formal melalui
lembaga pendidikan guru. Mereka dibekali dengan berbagai kompetensi
2Mohammad Daud Ali dan Habibah Daud, Lembaga-Lembaga Islam di Indonesia (Cet. I;
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h. 137.

3
seperti kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial
dan kompetensi profesional yang sangat diperlukan oleh seorang guru.3
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran siswa yang sekurang-kurangnya meliputi: pemahaman wawasan
atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap siswa, pengembangan
kurikulum, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang
mendidik dan dialogis, pemamfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi belajar
dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup: kepribadian
yang mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, berahlak mulia,
menjadi tauladan bagi siswa, dan masyarakat, secara obyektif mengevaluasi
kinerja sendiri dan mengembangkan diri secaramandiri dan berkelanjutan.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk berkomunikasi
lisan dan atau isyarat, mengusahakan teknologi komunikasi dan informasi
secara fungsional, bergaul secara efektif dengan siswa, sesama siswa, tenaga
kependidikan, orang tua/wali siswa dan bergaul secara santun dengan
masyarakat sekitar.
Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi
pelajaran secara luas dan mendalam.
3Abd. Rahman Getteng, Menuju Guru Profesinal dan Ber Etika (Cet, I; Grha Guru, 2009),
h. 32.

4
Keempat kompetensi guru yang ditetapkan dalam Undang-Undang Guru
dan Dosen tersebut, dapat dipisahkan satu sama lain akan tetapi secara praktis
tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena empat jenis kompetensi tersebut
saling menjalin secara terpadu dalam karakteristik tingkah laku guru.
Di sekolah, guru melaksanakan fungsi sebagai pendidik secara sadar dan
terencana berdasarkan kurikulum yang telah disusun sebelumnya. Dalam
lingkungan masyarakatpun terjadi proses pendidikan dengan berbagai bentuk.
Ada yang dilakukan secara formal seperti kursus atau pelatihan dan ada pula
yang tidak formal seperti ceramah-ceramah, sarasehan, atau pergaulan hidup
sehari-hari. Gurunya juga bervariasi mulai dari yang berpendidikan formal
guru sampai dengan mereka yang menjadi guru hanya karena pengalaman.
Dengan demikian, dibandingkan dengan pendidikan informal dan
nonformal, pendidikan formal memiliki sejumlah kelebihan. Dari segi isi,
pendidikan formalmemiliki cakupan yang lebih luas karena tidak hanya
berkaitan dengan masalah pembinaan moral saja, akan tetapi juga ilmu
pengetahuan dan keterampilan. Dari segi fungsi, pendidikan formal memiliki
peran untuk membantu keterbatasan pendidikan siswa dalam mempersiapkan
masa depan mereka. Dari sisi penyelenggaraan,pendidikan formal memiliki
dasar, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil yang lebih terencana,
sistematis dan jelas.
Dalam konteks pendidikan informal, formal dan non formal, pada
hakikatnya masing-masing berkonsentrasi pada upaya pendewasaan dan

5
pembinaan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa/ peserta
didik.4
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional disebutkan bahwa pendidikan nasional diselenggarakan melalui jalur
pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi
dan memperkaya.5 Dengan demikian, eksistensi pendidikan sangat tinggi apa
lagi dengan adanya madrasah yang merupakan salah satu pendidikan formal
yang memadukan antara pelajaran umum dan pelajaran agama.
Eksistensi Madrasah Tsanawiyah Muallimin, Makassar sebagai bentuk
pendidikan fomal yang menyelenggarakan pendidikan dasar, merupakan
jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah, dipandang
penting artinya dalam Sistem Pendidikan Nasional untuk menciptakan
manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha
Esa.
Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah pada umumnya
hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga
siswa yang berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang terabaikan.
Dengan demikian siswa yang berkategori di luar rata-rata itu (sangat pintar
dan sangat bodoh) tidak mendapatkan kesempatan yang memadai untuk
4Waluyo Hadi Purnomo, Belajar Membelajarkan (Cet. II; Yogyakarta: Media pustaka
Kencana: Alfabeta, 2009), h. 12.
5Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Cet. I; Jakarta: BP. Panca Usaha, 2003), h. 5.

6
berkembang sesuai dengan kapasitasnya.6 Lalu kemudian timbullah kesulitan
belajar yang tidak sekedar menimpah siswa yang berkemampuan rendah saja,
tetapi juga dialami oleh siswa yang berkemampuan tinggi.
Secara garis besarnya, faktor yang memengaruhi terjadinya proses belajar
tersebut, dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa
sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yang
dapat memengaruhi proses pembelajaran.
Adapun Hadist yang menjelaskan tentang keutamaan mempelajari Al-
Qur’an sebagai berikut,
عليه عنه قال : قال رسول الله صهلى الله وسلهم خيكم من عن عثمان رضى الله
تعلهمالقران وعلهمه .) رواه البخاري وابو داود والترمذي والنسائ وابي ماجه (
Artinya
Dari Utsman r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda, “Sebaik-baik kamu adalah
orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya”H.R. Bukhari, Abu
Dawud, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah.7
6Muhibbin Syah, Psikologi Belajar(Cet. I; Jakarta: Logos, 1999), h. 165.
7Muntakhab Ahadits h.72

7
عنه قالسمعت رسول الله عليه صهلى عن أبي أمامة الباهليرضى الله إق رؤالقراآن، فإنه الله
عا لصحابه ) رواه البخاري( يت ي وم القيامة شفي
Artinya
”Abu Umamah Al Bahili Radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bacalah Al
Qur’an karena sesungguhnya Al Qur’an dia akan datang pada Hari Kiamat
sebagai pemberi syafaat kepada orang yang membacanya”H.R. Bukhari.
B. Rumusan Masalah
Berbagai pandangan yang melatar belakangi pentingnya penelitian ini,
yang mengantar peneliti untuk merumuskan masalah, yaitu:
1. Bagaimana Efektivitas Pembelajaran Al-Qur’an Hadits dalam mengatasi
kesulitan membaca Al-Qur’an siswa di Madrasah Tsanawiyah Muallimin
Muhammadiyah Makassar?
2. Upaya apa yang dilakukan dalam mengefektifkan Pembelajaran Al-Qur’an
Hadits dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an siswa di Madrasah
Tsanawiyah Muallimin Muhammadiyah Makassar?
3. Faktor-Faktor apa saja yang menjadi Pendukung dan Penghambat
Efektivitas Pembelajaran Al-Qur’an Hadits dalam menagatasi kesulitan
membaca Al-Qur’an di Madrasah Tsanawiyah Muallimin Muahmmadiyah
Makassar?
C. Tujuan Penelitian

8
Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah dikemukakan di atas,
maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui Efektivitas pembelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah
Tsanawiyah Muallimin Muhammadiyah Makassar.
2. Mengetahui Upaya yang dilakukan dalam mengefektifkan Pembelajaran
Al-Qur’an Hadits dalam menagatasi kesulitan membaca Al-Qur’an siswa
di Madrasah Tsanawiyah Muallimin Muhammadiyah Makassar.
3. Mengetahui Faktor-Faktor apa saja yang menjadi Pendukung dan
Penghambat Efektivitas Pembelajaran Al-Qur’an Hadits dalam menagatasi
kesulitan membaca Al-Qur’an siswa di Madrasah Tsanawiyah Muallimin
Muhammadiyah Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Pencapaian tujuan penelitian di atas diharapkan dapat bermanfaat, baik
secara teoritis maupun secara praktis yaitu :
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
bahan perbandingan bagi semua pihak dalam menyelenggarakan diagnosis
kesulitan belajar dan sekaligus dapat menambah khazanah perbendaharaan
Ilmu Pendidikan.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat terutama bagi para
praktisi pendidikan untuk mengembangkan berbagai cara dalam mengatasi
kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dan sekaligus menjadi tolak ukur
bagi peneliti lain dalam mengembangkan penelitian relevan selanjutnya.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
1. Pengertian Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Pembelajaran Al-Qur’an Hadits adalah kegiatan pembelajaran materi
ilmu Al-Qur’an dan Hadits didalam proses pendidikan. Jadi pembelajaran
Al-Qur’an Hadits memberikan tuntunan tentang jalan yang harus ditempuh
dalam kegiatan pembelajaran materi ilmu Al-Qur’an dan Hadits kepada
anak didik.
Al-Qur’an Hadits merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan
di madrasah tsanawiyah yang merupakan suatu bagian dari mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di madrasah.
Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2007 tentang
Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan disebutkan, bahwa
Pendidikan Agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
membentuk sikap, kepribadian dan keterampilan siswa dalam
mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya
melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis
pendidikan.8
Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari,
memperdalam serta memperkaya kajian al-Qur'an dan al-Hadits terutama
menyangkut dasar-dasar keilmuannya sebagai persiapan untuk
8Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2007 Bab I Pasal 1 tentang Pendidikan
Agama dan Pendidikan Keagamaan. h. 27.

10
melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, serta memahami dan
menerapkan tema-tema tentang manusia dan tanggung jawabnya di muka
bumi, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam perspektif al-Qur'an dan al-Hadits sebagai persiapan untuk hidup
bermasyarakat.
Tujuan pembelajaran Al-Qur’an Hadits di tingkat Madrasah
Tsanawiyah (Sekolah Menengah Pertama) yaitu agar siswa gemar
membaca al-Qur’an dan hadist dengan baik dan benar, serta
mempelajarinya, memahami, meyakini kebenarannya, dan mengamalkan
ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai
petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya. Sehubungan
dengan hal tersebut fungsi guru sebagai inisiator (penggagas) ide-ide,
gagasan dan terobosan akan sangat membantu peningkatan kemampuan
dan keprofesionalan guru itu sendiri di satu sisi dan di sisi lain pada
gilirannya diharapkan dapat meningkatkan pula hasil belajar siswanya.
Untuk meningkatkan hasil belajar dimaksud, guru harus menggunakan
metode yang efektif dan efisien supaya hasil yang diharapkan dapat
maksimal.
Adapun ruang lingkup pembelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah
Tsanawiyah, yaitu:
1. Membaca dan menulis yang merupakan unsur penerapan ilmu tajwid.

11
2. Menerjemahkan makna (tafsiran) yang merupakan pemahaman,
interpretasi ayat dan hadist dalam memperkaya khazanah intelektual.9
Oleh karenanya mata pembelajaran Al-Qur’an Hadits menekankan
pada kemampuan membaca dan menulis al-Qur’an yang baik dan benar,
memahami makna secara tekstual dan kontekstual serta mengamalkan
kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang dijelaskan pada
Q.S Al- Baqarah ayat 121 :
لونه ب ي ت هم ٱلكت ن ۦيكفربه ومن ۦئك ي ؤمنون به أول ۦ حق تلوته ۥٱلذين ءات ي
ولئك هم ٱلسرون فأ
Terjemahnya
“Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka
membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman
kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka
itulah orang-orang yang rugi.”10
2. Metode Pembelajaran Qur’an Hadits
Metode pengajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
bermacam-macam, metode yang bisa dipilih oleh guru dalam proses
pembelajaran al-Qur’an dan hadits yaitu: metode drill, metode kerja
kelompok, metode tanya jawab metode resitasi, metode diskusi dan
metode ceramah.
9KTSP Madrasah Tsanawiyah Darus Shafaa (Manipi Tahun Pelajaran 2009/2010), h. 19.
10Al-Qur’an dan Terjemahnya

12
a. Metode Drill (Latihan)
Penggunaan istilah “latihan” sering disamakan artinya dengan
istilah “ulangan”Padahal maksudnya berbeda, latihan bermaksud agar
pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik anak didik
dan dikuasai sepenuhnya, sedangkan ulangan hanyalah untuk sekedar
mengukur sejauh mana dia telah menyerap pengajaran tersebut.11
Pengajaran yang diberikan melalui metode Drill dengan baik
selalu akan menghasilkan hal-hal sebagai berikut:
1. Anak didik itu akan dapat mempergunakan daya berfikirnya yang
makin lama makin bertambah baik, karena dengan pengajaran
yang baik maka anak didik akan menjadi lebih teratur dan lebih
teliti dalam mendorong daya ingatnya. Ini berarti daya berpikir
bertambah.
2. Pengetahuan anak didik bertambah dari berbagai segi, dan anak
didik tersebut akan memperoleh paham yang lebih baik dan lebih
mendalam. Guru berkewajiban menyelidiki sejauh mana
kemajuan yang telah dicapai oleh anak didik dalam proses
belajar-mengajar, salah satu cara ialah mengukur kemajuan
tersebut melalui ulangan (tes) tertulis atau lisan.
b. Metode Kerja Kelompok
11Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, h. 302.

13
Apabila guru dalam menghadapi anak didik di kelas merasa perlu
membagi - bagi anak didik dalam kelompok - kelompok untuk
memecahkan suatu masalah atau untuk menyerahkan suatu pekerjaan
yang perlu dikerjakan bersama-sama, maka secara mengajar tersebut
dapat dinamakan metode kerja kelompok.
c. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah salah satu teknik mengajar yang
dapat membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode
ceramah. Ini disebabkan karena guru dapat memperoleh gambaran
sejauh mana murid dapat mengerti dan dapat mengungkapkan apa
yang telah di ceramakan.
d. Metode Pemberian Tugas (Resitasi)
Yang dimaksud denag metode ini adalah suatu cara dalam proses
belajar-mengajar bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid
mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan
kepada guru. Dengan cara demikian diharapkan agar murid belajar
secara bebas bertanggungjawab dan murid-murid akan berpengalaman
mengetahui berbagai kesulitan kemudian berusaha untuk ikut
mengatasi kesulitan-kesulitan itu.
e. Metode Diskusi
Metode ini biasanya erat kaitanya dengan metode lainnya,
misalnya metode ceramah, karyawisata dan lain-lain karena metode
diskusi ini adalah bagian yang terpenting dalam memecahkan sesuatu

14
masalah (problem solving). Dalam dunia pendidikan metode diskusi
ini mendapat perhatian karena dengan diskusi akan merangsang
murid-murid berpikir atau mengeluarkan pendapat sendiri.
f. Metode Ceramah
Guru memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid
pada waktu tertentu (waktunya terbatas) dan tempat tertentu pula.
Dilaksanakan dengan bahasa lisan untuk memberikan pengertian
terhadap sesuatu masalah. Dalam metode ceramah ini murid duduk,
melihat, dan mendengar serta percaya bahwa apa yang diceramakan
guru itu adalah benar, murid mengutip ikhtisar ceramah semampu
murid itu sendiri dan menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih
lanjut oleh guru yang bersangkutan.12
Dalam metode ceramah ini murid duduk, melihat dan
mendengarkan serta percaya bahwa apa yang diceramakan guru itu
adalah benar, murid mengutip ikhtisar ceramah semampu murid itu
sendiri dan menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih lanjut oleh
guru yang bersangkutan.
Cara mengajar hadits sama dengan cara mengajar al-Qur’an,
hanya saja hadits tidak dibaca secara berlagu. Hadits biasanya lebih
pendek dari ayat-ayat al-Qur’an. Mengajar hadits dapat menggunakan
cara mengajar al-Qur’an, baik mengenai pengantar, pembahasan,
memberi contoh, menyuruh murid membaca, mendiskusikan,
12Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama. h. 61

15
membagi-bagi kepada satuan-satuan pikiran, menjelaskan sinonim-
sinonimnya, menghubungkan maksud hadits dengan persoalan-
persoalan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari dan mengambil
kesimpulan dari maksud hadits. Disamping itu guru juga harus
memperhatikan hubungan pengajaran hadits dengan persoalan-
persoalan agama yang ada hubungannya dengan hadits dengan hadits
yang diajarkan dan dengan ayat-ayat al-Qur’an serta persoalan-
persoalan akhlak.
3. Karakteristik Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Karakteristik bidang studi merupakan aspek yang dapat memberikan
landasan yang berguna dalam mendiskripsikan strategi pembelajaran.
Karakteristik pembelajaran Al-Qur’an Hadits antara lain:
a. Menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar
b. Memahami makna secara tekstual dan kontekstual
c. Mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.13
B. Membaca Al-Qur’an
1. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan sebuah kitab suci bagi umat islam, selain itu
Al-Qur’an juga adalah sumber hukum utama dalam ajaran agama islam.
Menurut bahasa Al-Qur’an berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jamak
dari kata benda (masdar) dari kata kerja qar’a-yaqra’u-qur’anan yang
berarti bacaan atau sesuatu yang dapat di baca berulang-ulang, inilah
13Http://www.scribd.com/doc/50758146/pembelajaran-alqur’an-hadits.

16
pengertian al qur’an dalam bahasa arab, dan Allah memilih bahasa arab
menjadi bahasa al-quran yaitu : dalam kosa kata bahasa arab tidak dapat
dirubah walau satu huruf saja, jika di rubah maka maknanya akan berbeda.
Jadi bisa di bilang Al-Qur’an adalah bacaan suci (membacanya
bernilai ibadah dan mendapatkan pahala), tentunya sesuai dengan tata
aturan yang berlaku baik dalam pengucapan huruf perhuruf (mahroj)
ataupun tajwidnya.
Dan secara istilah Al-Qur’an berarti bacaan mulia yang merupakan
wahyu yang di turunkan oleh Allah untuk Nabi Muhammad SAW melalui
Malaikat Jibril AS dan merupakan penutup kitab suci dari agama samawi
(yang di turunkan dari langit). Al-Qur’an adalah wahyu murni dari Allah
SWT, bukan dari hawa nafsu perkataan Nabi Muhammad SAW.
Al-Qur’an memuat aturan-aturan kehidupan manusia di dunia,
sehingga Al-Qur’an menjadi petunjuk bagi orang-orang yang beriman dan
bertakwa. Di dalam Al-Qur’an terdapat rahmat yang besar dan pelajaran
bagi orang-orang yang berian. Al-Qur’an juga memiliki suatu kedudukan
yang sangat tinggi bagi penganut agama islam, sehingga umat islam akan
sangat marah apabila ada orang atau pihak yang mencoba melecehkan Al-
Qur’an.
2. Metode Membaca Al-Qur’an
Adapun metode yang biasa dipakai dalam membaca Al-Qur’an, yaitu:
a. Metode Qiraati

17
Belajar adalah sebagai suatu proses di mana seorang berubah
perilakuknya akibat pengalama. Pengalaman dapat diperoleh melalui
proses belajar, dengan mengamati, melakukan, memikirkan dan
merefleksikan. Pengalaman akan menjadi pengetahuan. Demikian
pula dengan pengetahuan Al Qur’an diperoleh dengan cara yang sama.
Membaca Al Qur’an merupakan bagian dari pengetahuan Al Qur’an,
diperoleh dengan cara belajar, sehingga tidak ada orang yang otomatis
bisa, dalam belajar diperlukan waktu, tenaga dan biaya14.
Banyak ditemukan metode pembelajaran membaca Al Qur’an
mulai dari al-Baghdadi, Qiraati, al-Barqi, Iqro’, Insani, Tartila dan
lainnya, yang dapat mempermudah pebelajar membaca Al Qur’an
dengan cepat. Cepat yang dimaksud yaitu cepat membaca huruf Al
Qur’an dengan menggunakan metode Qiraati.
Metode Qiraati adalah suatu model dalam belajar membaca Al
Qur’an yang secara langsung (tanpa dieja) dan menggunakan atau
menerapkan pembiasaan membaca tartil sesuai dengan kaidah tajwid15.
Metode Qiraati telah banyak mengantarkan para pebelajar untuk
dapat secara cepat mampu membaca Al Qur’an secara bertajwid.
Diakui bahwa tujuan utama metode Qiraati bukan semata-mata
menjadikan para pebelajar bisa membaca Al Qur’an dengan cepat dan
singkat melainkan untuk menjadikan para pebelajar dapat membaca
Al Qur’an secara baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
14 Gagne, Metode Qiraati ( Jakarta:1958) h 35.
15 Ibid, h 37.

18
b. Prinsip-Prinsip Dasar Pembelajaran Metode Qiraati
1. Praktis dan Sederhana
Artinya lansung (tanpa dieja atau diuraikan) sebagai contoh:
bila A-Ba (ب أ ) tidak dieja alif fatha A ba’ fatha B =A-Ba (ب أ )
dan tidak juga dibaca Aa-Baa. Kalimat yang dipakai harus
sederhana, menunjuk pada realitas bentuk tulisan teks yang akan
dibaca atau menghindari kalimat yang bersifat teoritik atau
deskriptif. Gunakan kalimat: perhatikan ini! Bunyinya “ ب ” (Ba),
jangan mengatakan “yang bentuknya begini”, seperti ini bunyinya
adalah “ ب ” untuk membedakan antar huruf “ ث ت ب ” cukup
membedakan perhatikan titiknya ini, “ ب” atau “ ت ” atau ini “ ث”.
2. Sedikit demi Sedikit
Pembelajaran dengan menggunakan metode Qiraati
dilakukan dengan santai dan tidak tergesa-gesa untuk melanjutkan
pada bagian lain. Pembelajar dapat diperkenankan untuk
menambah materi pada pembelajaran berikutnya bila sudah bisa
membaca dengan lancar dan bertajwid. Demikian pula halnya
dengan mengajarkan materi utama maupun materi tambahan
seperti mengajarkan materi menghafal surat Al Fatihah, dilakukan
dengan sedikit demi sedikit, dan tidak mengajarkannya secara
utuh. Tambahan materi diberikan jika telah manghafal dengan

19
secara baik materi yang diberikan. Demikian seterusnya, sehingga
surat-surat pendek dihafal dan anak mampu membaca Al Qur’an
dengan bertajwid.
Setiap pebelajar dipandang mampu untuk menguasai materi
pelajaran secara memuaskan, asal disediakan waktu yang cukup
baginya, perbedaan kemampuan antara pebelajar, diukur menurut
waktu yang deperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Namun, pebelajar yang tidak sepenuhnya menggunakan waktu
yang disediakan dan tidak belajar dengan sungguh-sungguh
selama waktu yang disedikan juga tidak akan mencapai tingkat
penguasaan yang diharapkan. Dengan demikian, tingkat
penguasaan dalam belajar bergantung baik pada jumlah waktu
yang disedikan, maupun juga pada jumlah waktu yang sebenarnya
digunakan untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
3. Bimbing dan Arahkan
Seorang pembelajar cukup mengulangi berkali-kali contoh
di atas pada setiap bab, tidak menuntut membaca pada bagian
latihan di bawahnya, sehingga anak mampu membaca sendiri
setiap bab yang telah diajarkan. Metode ini menjadikan anak-anak
betul-betul paham dengan pelajaran yang tidak dihafal. Anak
mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai
kemauan dan aspirasi sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh
orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain,

20
belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami
sendiri. Belajar menyangkut apa yang harus dikerjakan pebelajar
untuk dirinya sendiri, maka inisiatif belajar harus datang dari
dirinya sendiri. Pembelajar sekedar pembimbing dan pengarah.
Anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu mencari
sesuatu. Pembelajaran membaca Al Qur’an dengan metode
Qiraati lebih bersifat mengarahkan dan membimbing, pebelajar
untuk aktif, kreatif dalam belajar membaca Al Qur’an, sehingga
tidak dibenarkan dalam membaca Al Qur’an pembelajar
membacakan semua tulisan yang ada pada setiap halamannya,
pembelajar hanya menegur dan memperbaiki bacaan pebelajar
yang salah.
4. Waspada dengan Bacaan Salah
Kegiatan belajar diperlukan motivasi dari pembelajar dan
usaha-usaha tentang cara belajar efektif agar kesalahan dan lupa
dapat dikurangi oleh pembelajar. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberikan tes secara berkala dan kontinyu, serta memberikan
umpan balik kepada pembelajar mengenai keberhasilan atau
kegagalan saat itu juga. Pembelajar yang ternyata belum
menguasai bahan tertentu, harus melakukan usaha-usaha
perbaikan program pembelajaran, perbaikan dapat terlaksana
melalui pengajaran kembali kepada kelompok yang belum
menguasai, melalui pembelajaran remedial secara individu.

21
Dengan langkah semacam ini secara otomatis pembelajar akan
melakukan persiapan belajar sebelum proses pembelajaran, dan
pembelajar akan lebih konsentrasi dalam belajar, karena kurang
konsentrasi dapat menyebabkan lupa dan salah dalam belajar.
Lupa dan salah mengharuskan pembelajar mengulang pada materi
yang sama, dan tertinggal oleh pembelajar lain.
c. Metode Iqro’
Metode Iqro’ adalah metode pembelajaran membaca huruf-
huruf hijaiyah dari permulaan dengan disertai aturan bacaan, tanpa
makna dan tanpa lagu dengan tujuan agar pebelajar dapat membaca Al
Qur’an sesuai dengan kaidahnya (Humam, 1990). Huruf-
huruf hijaiyah yang dimaksud adalah huruf Arab dimulai dari Alif ( ا )
sampai huruf Ya (ي ) yang berjumlah 30 huruf16.
1. Prinsip-prinsip Metode Iqro’
Buku Iqro’ ini terbukti telah sanggup mengantarkan anak-
anak usia TK, sampai orang tua (usia lanjut) mampu membaca Al
Qur’an dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan
cara lama. Fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa buku Iqro’
disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) At-thariqah As-shoutiyah
Langsung dibaca atau langsung diajarkan menurut bunyi
suaranya. Maka Alif bukan dijabarkan namanya ini huruf
16 As’ad Humam, Metode Iqro’ (Metode Pembelajaran Al-Qur’an: Yogyakarta, 1989) h
21

22
’Alif’ melainkan diajarkan bunyi suaranya ’a’ bagi yang
bertanda fathah, ’i’ bagi yang bertanda kasrah dan ’u’ bagi
yang bertada dhamah17. Pembelajar dapat membaca bunyi
huruf hijaiyah, karena menekankan sistem membaca
langsung atau membaca huruf yang sudah diberi tanda baca.
Pebelajar dapat membaca huruf Al Qur’an secara langsung,
dengan tidak diuraikan atau dieja.
b) At-thariqah Tadaruj
Berangsur-angsur, TKA/TPA ini masuk 6 kali dalam 1
minggu, tiap kali masuk memakan waktu 60 menit,
diperuntukkan: pembukaan, 05 menit (salam dan do’a);
klasikal I, 10 menit (hafalan); privat, 30 menit (belajar buku
Iqro’); klasikal II, 10 menit (bermain, cerita dan menyanyi);
penutup, 05 menit (do’a dan salam). Pembagian waktu di atas
dapat diketahui bahwa untuk pelajaran membaca (belajar
membaca Iqro’ jilid 1-6) dilakukan secara privat, artinya tiap
pebelajar dihadapi oleh seorang pembelajar. Masing-masing
pebelajar mendapatkan jatah waktu antara 5-10 menit untuk
belajar Iqro’ dengan seorang pembelajar, dengan cara
bergantian. Dengan demikian waktu untuk belajar membaca
tidak lebih dari 10 menit tiap kali pertemuan. Waktu 10 menit
adalah waktu maksimal daya konsentarsi anak usia TK.
17 Budiyanto, Tanda Baca Huruf Al-Qur’an (AMM: Bandung, 1995) h 13.

23
c) At-thariqah Riyadlotuil Athfal
Riyadlotuil Athfal adalah suatu prinsip dalam
pembelajaran yang diutamakan belajar dari pada mengajar,
atau dengan perkataan lain pembelajaran yang menekankan
keaktifan pebelajar secara fisik, mental, intelektual dan
emosional18. Pembelajaran semacam itu dimaksudkan untuk
memperoleh hasil belajar, yang merupakan perpaduan tiga
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, jika disandarkan
pada taksonomi Bloom.
Prinsip ini memang sangat pentingkan, dalam
pembelajaran buku Iqro’ seorang pembelajar hanya
diperkenankan menerangkan dan memberikan contoh bacaan
yang tercantum dalam pokok bahasan, sedangkan bacaan
pada lembar kerja yang digunakan sebagai latihan pebelajar,
pembelajar tidak boleh ikut membacakan atau menuntunnya.
Pebelajarlah yang dituntut untuk aktif membacanya, dan
pembelajar hanya bertugas menyimak dan memberi motivasi,
koreksi dan komentar-komentar seperlunya.
d) At-Tawassui Fi-lmaqaasid Lafil Alat
At-Tawassui Fi-lmaqaasid Lafil Alat adalah pembelajaran
berorentasi pada tujuan, bukan kepada alat yang
18 Ibid, h 15

24
dipergunakan untuk mecapai tujuan itu19. Dengan demikian
yang dipentingkan adalah tercapainya tujuan yang telah
dirumuskan.
Kaitanya dengan pembelajaran membaca Al Qur’an,
tujuan yang hendak dicapai adalah ”pebelajar bisa membaca
Al Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-
kaidah tajwid yang ada.” Mengenai kemampuan mengenal
nama-nama huruf, kemampuan mengeja, mengetahui ilmu
tajwid adalah termasuk alat untuk tercapainya tujuan tersebut.
Untuk itu, penguasaan pembelajar terhadap alat cukup
sekedarnya saja.
Tujuan pembelajaran itu dapat tercapai dengan
melakukan latihan-latihan membaca. Dengan banyak latihan
akan memperkuat retensi pebelajar. Pembelajaran membaca
Al Qur’an dapat tercapai dengan baik dengan cara melakukan
latihan-latihan membaca. Latihan ini dimaksud untuk
memberikan penguatan. Pembelajaran membaca dengan
latihan-latihan dikenal dengan metode assosiasi atau
pengulangan
19 Ibid, h 17.

25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini berbentuk non eksperimen yakni suatu
penelitian yang bersifat analisis dan kualitatif dimaksudkan untuk mengkaji
obyek yang diteliti pendekatan atau teknik itu mengungkapkan fenomena
yang berkaitan dengan permasalahan dan penelitian. 20 Dengan kata lain,
penelitian untuk melakukan eksplorasi dan memperkuat prediksi terhadap
suatu gejala yang berlaku atas dasar data yang diperoleh di lapangan.21
Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud penelitian kualitatif deskriptif
di sini adalah peneliti mendeskriptifkan secara faktual dan sistematis
mengenai efektifitas belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di
Madrasah Tsanawiyah Muallimin, Makassar.
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini adalah Madrasah Tsanawiyah Muallimin
Muhammadiyah Makassar. Dan yang menjadi objek penelitian yaitu guru dan
siswa di Madrasah Tsanawiyah Muallimin Muhammadiyah Makassar.
20 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Cet. VIII; Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), h. 14.
21Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya (Cet. IV; Jakarta:
Bumi Aksara, 2007), h. 14.

26
Adapun yang menjadi pertimbangan sehingga peneliti menetapkan
Madrasah Tsanawiyah Muallimin, Makassar sebagai lokasi penelitian adalah:
1. Setelah peneliti menelusuri, belum ditemukan penelitian yang membahas
tentang masalah yang diteliti.
2. Madrasah ini memiliki guru yang cukup, tetapi guru mata pelajaran Al-
Qur’an Hadits hanya ada 1 orang.
C. Fokus Penelitian
1. Adapun fokus penelitian ini adalah :
a. Efektivitas pembelajaran Al-Qur’an Hadist dalam mengatasi
kesulitan membaca Al-Qur’an siswa.
b. Upaya yang Dilakukan untuk Mengefektifkan pembelajaran Al-
Qur’an Hadits dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an
siswa.
c. Faktor-faktor pendukung dan penghambat Efektivitas pembelajaran
Al-Qur’an Hadist dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an
siswa.
D. Deskripsi Fokus Penelitian
Adapun yang menjadi deskripsi fokus penelitian adalah:
1. Efektivitas pembelajaran Al-Qur’an Hadist dalam mengatasi kesulitan
membaca Al-Qur’an siswa.
2. Upaya yang Dilakukan untuk Mengefektifkan pembelajaran Al-Qur’an
Hadits dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an siswa.

27
a) Metode Bimbingan Individu
Dengan metode individu kemungkinan kesalahan dapat
terminimalisir dengan baik. Selain itu dengan metode individu,
tingkat emosional dengan guru pembimbing bisa lebih dekat.
Sehingga, siswa tidak akan sungkan untuk bertanya kepada guru
pembimbing tentang kesulitan yang dialami dalam membaca Al-
Qur’an.
b) Metode Bimbingan Menyimak
Dengan metode menyimak guru berharap siswa akan lebih mudah
mengingat huruf-huruf hijaiyah, kemampuan siswa dalam membaca
al-Qur’an bisa lebih lancar, penerapan bacaan tajwid, dan penerapan
huruf sesuai dengan makharijul huruf akan lebih mudah difahami
lagi. Karena salah satu keunggulan dari metode ini adalah
mendengarkan dan melihat yang diucapkan dari guru pembimbing.
Sehingga, siswa mampu menirukan dan mendengarkan bacaan yang
benar.
c) Metode Bimbingan targib dan tarhib
Dengan metode bimbingan targib dan tarhib, siswa akan lebih
faham terhadap kesalahan yang di baca dan lebih mudah mengingat
kesalahan yang di baca. Sehingga, dengan metode tersebut tingkat
keberhasilan lebih mudah dicapai. Salah satu keunggulan dari
metode ini adalah adanya pembenaran yang berasal dari kesalahan
membaca yang kemudian diulang bekali-kali sampai benar-benar bisa.

28
Sehingga siswa lebih mudah mengingat, karena pengulangan-
pengulangan tersebut.
3. Faktor pendukung dan penghambat dalam mengatasi kesulitan
membaca Al-Qur’an siswa.
1. Faktor Pendukung
Yang menjadi faktor pendukung terlaksananya BTA di Madrasah
Tsanawiyah Muallimin adalah:
a) Tersedianya sarana pembelajaran. Al-Qur’an dan iqra’
merupakan sarana yang sudah disediakan demi berlangsungnya
kegiatan BTA. Selain Al-Qur’an dan iqra’ tersedia pula ruang
kelas yang bisa digunakan untuk kegiatan BTA. Sehingga,
dalam sarana prasarana tidak ada hambatan demi
berlangsungnya kegiatan BTA.
b) Terdapat siswa yang lebih pintar dalam kelompok. Selain
tersedianya sarana pembelajaran, dalam setiap kelompok
terdapatnya siswa yang lebih pintar. Sehingga, bisa membantu
temannya yang kurang bisa sekaligus mempermudah guru
pembimbing dalam mengatasi kesulitan membaca A-Qur’an
tersebut.
2. Faktor Penghambat
a) Lemahnya pemahaman siswa terhada huruf hijaiyah. Tidak
sedikit siswa yang memiliki hafalan terhadap huruf hijaiyah
sehingga menjadi faktor penghambat besar demi kelancaran

29
BTA di Madrasah Tsanawiyah Mualliimin. Guru pembimbing
tidak boleh patah semangat untuk melancarkan kegiatan BTA
tersebut.
b) Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak. Orang tua
merupakan lingkungan yang utama untuk mewujudkan tujuan
BTA untuk bisa membaca Al-Qur’an. Dukungan orang tua di
rumah memberikan pengaruh yang sangat positif bagi kemajuan
siswa. Perhatian orang tua menjadi hal yang paling utama,
kemudian baru pihak pendukung dari sekolah.
E. Sumber Data Penelitian
Sumber data yang di ambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data primer.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek suatu
penelitian. Adapun sumber data yang menjadi sumber data primer dalam
penelitian ini yaitu tentang mengatasi kesulitan belajar dalam
pembelajaran Al-Qur’an Hadist di Madrasah Tsanawiyah Muallimin
Muhammadiyah Makassar.
2. Data Sekunder.
Data Sekunder adalah data yang mengenai karakteristik variabel yang
meskipun melekat pada diri, namun diambil/diperoleh dari informan lain
yang bukan guru mata pelajaran Al-Qur’an Hadits untuk menjamin
obyektifitas penelitian. Data sekunder ini juga diperoleh melalui studi
dokumenter yang dilakukan Madrasah Tsanawiyah Muallimin, Makassar

30
terutama berkenaan dengan deskripsi umum sekolah.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat penting
dalam penelitian karena berfungsi sebagai alat bantu agar kegiatan penelitian
berjalan secara sistematis dan terstruktur.
1. Pedoman Observasi adalah pengumpulan data dengan cara mengamati
dan mengadakan komunikasi secara langsung dengan sumber informasi
(informan) tentang kondisi lokasi penelitian, dalam hal ini peneliti
berkomunikasi dengan pendidik dan siswa.
2. Pedoman Wawancara adalah Tanya Jawab atau percakapan dengan para
responden untuk memperoleh data, baik dengan menggunakan daftar
pertanyaan ataupun percakapan bebaas yang berhubungan dengan
permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya.
3. Catatan Dokumentasi adalah data yang berhubungan dengan
menghimpun dan menganalisis melalui dokumen-dokumen tertulis,
gambar, maupun elektronik.
G. Teknik Pengumpulan Data
Data adalah sebuah apa yang telah disimpulkan oleh peneliti dari
lapangan penelitian. Data merupakan bahan spesifik dalam melakukan suatu
penelitian yang menggunakan teknik pengumpulan data. Adapun teknik
pengumpulan data sebagai berikut :

31
1. Observasi
Pengumpulan data dengan cara observasi dilakukan dengan
pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti seperti
keadaan siswa didalam mengikuti proses pembelajaran maupun diluar
dari proses pembelajaran serta mengamati bagaimana kegiatan yang
dilakukan oleh guru mata pelajaran dalam menangani siswa yang
mengalami kesulitan belajar.
2. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan cara ini yakni dengan melakukan
pencatatan terhadap dokumen-dokumen yang berkaitan dengan jenis
kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran dan melakukan pencatatan terhadap jumlah keseluruhan
siswa yang mengalami kesulitan belajar dan dikumpulkan malalui
gambaran tentang objek yang diteliti.
3. Wawancara/interview
Pengumpulan data dengan cara ini dilakukan dengan memberikan
pertanyaan secara lisan kepada salah satu atau lebih responden penelitian.
Pertanyaan ini berisi tentang kesulitan belajar yang dialami siswa.
Disamping memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan
data, dengan metode interview peneliti harus memikirkan tentang
pelaksanaannya. Sikap pada waktu datang, sikap duduk, kecerahan wajah,
tutur kata, keramahan, kesabaran, serta keseluruhan penampilan, akan

32
sangat berpengaruh terhadap isi jawaban responden yang diterima oleh
peneliti.
H. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh melalui observasi, interview wawancara dan
dokumentasi diolah dan dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif.
Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah seluruh
responden atau sumber data lain terkumpul. Dalam penelitian kuantitatif,
analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis
responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,
menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk
menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji
hipotesis yang telah diajukan.22
Tujuan utama analisis data adalah untuk meringkaskan data dalam bentuk
yang mudah dipahami dan mudah ditafsirkan, sehingga hubungan antar
problem penelitian dapat dipelajari dan diuji.
Penelitian kualitatif adalah proses pencarian data untuk memahami
masalah sosial yang didasari pada penelitian yang menyeluruh (holistic),
dibentuk oleh kata-kata, dan diperoleh dari situasi yang alamiah.
Pada penelitian kualitatif, peneliti berusaha memahami subyek dari
kerangka berpikirnya sendiri. Dengan demikian, yang penting adalah
pengalaman, pendapat, perasaan dan pengetahuan partisipan. Oleh karena itu,
semua perspektif menjadi bernilai bagi peneliti.
22Sugiono, op. cit., h. 169.

33
Metode yang digunakan dalam pendekatan ini tidak kaku dan tidak
terstandarisasi. Penelitian kualitatif sifatnya fleksibel, dalam arti
kesesuaiannya tergantung dari tujuan setiap penelitian. Walaupun demikian,
selalu ada pedoman untuk diikuti, tapi bukan aturan yang mati. Jalannya
penelitian dapat berubah sesuai kebutuhan, situasi muncul selama
berlangsungnya penelitian tersebut.
Ada berbagai macam pendapat yang dikemukakan oleh sejumlah peneliti
mengenai kapan pendekatan kualitatif digunakan. Sebagian besar peneliti
mengemukakan bahwa pendekatan kualitatif digunakan bila peneliti ingin
memahami sudut pandang partisipan secara lebih mendalam, dinamis dan
menggali berbagai macam faktor sekaligus. Selain itu pendekatan kualitif
tepat digunakan dalam situasi yang informal, dimana hal ini dimungkinkan
oleh topik yang peka bagi responden, latar belakang demografis (pendidikan,
tempat tinggal dan sebagainya) tertentu, dan hal lain yang menyebabkan
pendekatan kuantitatif sulit diterapkan.23
Dengan adanya metode deskriptif kualitatif maka teknik analisa data
dilakukan melalui 3 tahapan yaitu:
1. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah atau data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dengan kata
lain proses reduksi data ini dilakukan oleh peneliti secara terus menerus
saat melakukan penelitian untuk menghasilkan data sebanyak mungkin.
23Creswell & Symon.s. Jenis Penelitian. (Jakarta: Shofiah,2007) h 15.

34
2. Penyajian data, yaitu penyusunan informasi yang kompleks ke dalam
suatu bentuk yang sistematis, sehingga menjadi lebih selektif dan
sederhana serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
data dan pengambilan tindakan. Dengan proses penyajian data ini peneliti
telah siap dengan data yang telah disederhanakan dan menghasilkan
informasi yang sistematis
3. Kesimpulan, yaitu merupakan tahap akhir dalam proses analisa data.
Pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang
telah diperoleh dari observasi dan interview. Dengan adanya kesimpulan
peneliti akan terasa sempurna karena data yang dihasilkan benar-benar
valid atau maksimal.24
Hasil akhir dari penelitian kualitatif, bukan sekedar menghasilkan
data atau informasi yang sulit dicari melalui metode kualitatif, tetapi juga
harus mampu menghasilkan informasi-informasi yang bermakna, atau
ilmu baru yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah.
24 Ibid, h 17.

35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Lingkungan Sekolah
Madrasah Tsanawiyah Muallimin Muhammadiyah cabang Makassar
mulai berdiri pada tahun 1926 diketahui oleh H. M. Yusuf Dg. Mattiro.
Kemudian pada tahun 1928 berdirilah dua sekolah untuk pria dan wanita.
Untuk pria diberi nama Tablik School sedangkan untuk wanita diberi nama
School Menyesal atau dalam bahasa Belanda disebut Menyesal School.
Selanjutnya, pada tahun 1933 kedua sekolah ini (Menyesal School dan Tablik
School) digabung serta diubah menjadi Muallimin oleh Doktor H. Abdul
Malik Karim Abdullah (HAMKA).
Sesudah merdeka, Madrasah Tsanawiyah Muallimin Muhammadiyah
dipimpin oleh KH. Makmur Halik kemudian diganti lagi oleh KH. Abdul
Malik Ibrahim dan selanjutnya dipimpin oleh KH. Syamsuddin Latif sebagai
Direktur dan Bapak Dahlan Sulaiman S. Ag sebagai Kepala Sekolah samapai
sekarang.
Sekolah Madrsah Tsanawiah Muallimin Muhammadiyah dahulu
dikenal dengan Muallimin Pertama dan Muallimin Uliyah. Muallimin
Pertama berlangsung selama 5 tahun sedangkan Muallimin Uliyah hanya
berlangsung selama 2 tahun. KH. Syamsuddin Latif kemudian merubahnya

36
menjadi MTs (Madrasah Tsanawiyah) dan MA (Madrasah Aliyah) yang
akhirnya berlangsung hingga sekarang25.
2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah
a. Visi
Dalam merumuskan Visi Madrasah Tsanawiyah Muallimin
Muhammadiyah Cabang Makassar bersama dengan Stakecholder
Madrasah mengadakan musyawarah untuk menyatukan pendapat dalam
mencapai kesepakatan didalam memberikan aspirasi sehingga seluruh
komponen yang terkait didalamnya terwakili, sehingga rumusan Visi
dapat terwujud.
Visi pada umumnya dirumuskan dengan kata-kata filosofi, ciri
khas dan mudah diingat dan dapat di jabarkan pada setiap kegiatan
Madrasah Tsanawiyah Muallimin Muhammadiyah Makassar sebagai
berikut :
” Mewujudkan Kader Umat Yang Berkualitas Dalam IMTAQ dan
IPTEK Yang Berperan Aktif Dalam Gerakan Amar Ma’ruf Nahi
Mungkar ”
b. Misi
Dengan berdasarkan pada Visi, maka Misi Madrasah Tsanawiyah
Muallimin Muhammadiyah Kota Makassar, sebagai berikut :
1) Menanamkan Dasar-Dasar Akhlatul Karimah Kepada siswa-siswi
2) Menumbuhkan Dasar-Dasar Kemahiran Beribadah dan Beramal
Shaleh
25 Tata Usaha Madrasah Muallimin Muhammadiyah Makassar, Tanggal 23 Juli 2020

37
3) Mengembangkan Kemampuan Memecahkan Masalah dan
Kemampuan Berfikir Logis, Kritis dan Kreatif.
4) Menumbuhkan Sikap Toleran, Tanggung Jawab, Kemandirian dan
Kecakapan Emosional.
5) Memberikan Dasar-Dasar Keterampilan Berbahasa dan Etos Kerja
Islami
6) Mempersiapkan peserta didik agar menjadi Insan yang
Berkepribadian, Cerdas, Terampil dan Berprestasi.
7) Meningkatkan Komitmen dan Tanggung Jawab peserta didik dalam
melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
8) Meningkatkan Profesionalisme seluruh Tenaga Pendidik dan
Kependidikan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
c. Tujuan Madrasah
Kegiatan dilaksanakan secara terprogram dengan melibatkan
seluruh siswa-siswi dan Guru. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari,
sekolah sebelum mengikuti pelajaran : yaitu mengadakan Tadarrus dan
Sholat Dhuha.
3. Identitas Sekolah
NAMA SEKOLAH :MTs. Muallimin Muhammaadiyah Makassar
STATUS : Swasta Milik Perserikatan Muhammadiyah
LUAS TANAH : 3.512 m2
LUAS BANGUNAN : 1.500 m2
TAHUN BERDIRI : 1932

38
ALAMAT SEKOLAH : Jl. Muhammadiyah No. 51B
DESA/KELURAHAN : Melayu
KECAMATAN : Wajo
KABUPATEN/KOTA : Makassar
PROVINSI : Sulawesi Selatan
NILAI AKREDITASI : B
JUMLAH ROMBEL : 8 ( ROMBEL )
4. Keadaan Madrasah
a. Sarana Prasarana
1. Tanah dan Halaman
Tanah sekolah sepenuhnya tanah wakaf. Luas daerah
seluruhnya 3.512 m2. Sekitar sekolah dikelilingi oleh pagar tembok.
Keadaan tanah MTs Muallimin Muhammadiyah Makassar
Status : Milik Persyarikatan Muhammadiyah
Luas Tanah : 3.512 m2 Sertifikat NO. 12 AL. I / 1982 –
Ma. 000 117
Luas Bangunan : 1.500 m2
Luas Pekarangan : - m2
2. Gedung Sekolah
Bangunan sekolah pada umumnya dalam kondisi baik. Jumlah
ruang kelas menunjang kegiatan belajar memadai.
Keadaan Gedung MTs Muallimin Muhammadiyah Makassar
Ruang Kepala Sekolah : 1 Baik

39
Ruang TU : 1 Baik
Ruang Guru : 1 Baik
Ruang Kelas : 9 Baik
Ruang Lab. IPA : 1 Baik
Ruang Lab. Bahasa : 1 Baik
Ruang Komputer : 1 Baik
Ruang Perpustakaan : 1 Baik
Mushollah : 1 Baik
Ruang OSIS : 1 Baik
Kantin Sekolah : 1 Baik
WC
1. Kepala Sekolah : 1 Baik
2. Guru dan Pegawai : 3 Baik
3. Siswa : 9 Baik

40
STRUKTUR ORGANISASI
MTs. MUALLIMIN MUHAMMADIYAH CABANG MAKASSAR
KOMITE MADRASAH
Drs. H. Nasir,M.Si
KEPALA MADRASAH
Lande,S.Ag., M.Pd
KEPALA TATA USAHA
Trisyani Tahir
BENDAHARA
Maghfira. R
WAKAMAD BID.
KESISWAAN
Herman,S.Ag
WAKAMAD BID.
KURIKULUM
Muzakkar.Y,S.Ag
WAKAMAD
BID. SARPRAS
Dra. Ummu
Kalsum,M.Pd
WAKAMAD BID.
HUMAS
Salbiah.N,S.Pd
KA
LABORATORIUM
IPA
Khaeriyani H.ST
KA LAB.
KOMPUTER
Hadiyanto, SE
BIMBINGAN
KONSELING
Masrul. SS
SECURITY
Muh. Said
SECURITY
Syamsuddin
BUJANG SEKOLAH
Dg. Juma
STAF TATA USAHA
WALI KELAS
PESERTA DIDIK
DEWAN GURU
MAJELIS DIKDASMEN MUHAMMADIYAH KEMENTERIAN AGAMA KOTA MAKASSAR

41
Tabel 1 : Data Guru
1. KEPALA MADRASAH
No Nama Alamat Tlp / Hp
1. Lande, S.Ag., M. Pd Jl. Muhammadiyah No. 51B 085242612009
2. KEPALA TATA USAHA
No Nama Alamat Tlp / Hp
1. Trisyani Tahir Jl. Tinumbu No. 364 085399952889
3. STAF TATA USAHA
No Nama Alamat Tlp / Hp
1.
4. BENDAHARA
No Nama Alamat Tlp / Hp
1. Magfira Ramadhani Jl. Butung Lr 200 No 14 A 085256473894
5. WAKAMAD
No Nama Alamat Tlp / Hp
1. Herman, S. Ag Jl. Banda Lr 202 085255830296
2. Dra. Ummu Kalsum Jl. Dakwah 2 No. 47 081543179745
3. Hikmayanti, S. Pd., M. Pd Jl. Gunung Bawakaraeng Lr
75B No.3 085342282459
6. WALI KELAS
No Nama Kelas Alamat Tlp / Hp
1 A. Fauziah Mustafa, S.
Pd., Gr VII A Jl. Mannuruki
2 Asriadi Ibrahim, S. Pd. I VII B

42
3. Muzakkar Y, S.Ag. VIII A BTN Tabaria Blok B7
No. 20 085210886406
4. Nirwana, S. Pd VIII B
Jl. BTN Paccinongan
Harapan PA. 20 No.
12 Somba Opu
08127600536
5. Masrul, SS IX A Jl. Kabaena Lr. 49 No.
49D 08135498206
6 Hasfira, S.Pd IX B Jl. Manuruki 2 085242429298
7. Salbiah Nurdin, S.Pd IX C Jl. Nuri Baru Lr. 312
No. 12 C 081342475745
7. GURU BIDANG STUDI
No Nama Mapel Alamat Tlp / Hp
1. Lande, S.Ag., M. Pd Bhs. Arab
Jl.
Muhammadiyah
No. 51B
085242612009
2. Muzakkar Y, S.Ag. Bhs. Arab BTN Tabaria
Blok B7 No. 20 085210886406
3. Drs. Herman Al Qur’an
Hadist Jl. Banda Lr 202 085255830296
4. Dra. Ummu Kalsum Aqidah
Akhlah
Jl. Dakwah 2
No. 47 081543179745
5. Salbiah Nurdin, S.Pd Prakarya
Jl. Nuri Baru
Lr. 312
No. 12 C
081342475745
6. Hariyadi Slamet, S. Pd Penjas Jl. Satando Raya
3 No. 10A 085299895827
7. Dahlan Sulaiman, S.Ag S K I
Jl. Komp. BTN
Aura Blok A1
No. 12
081342742144
8. Muh. Ridwan B, S. Pd IPA Terpadu Jl. Muhajirin
Raya No. 7 081524087736
9. Suriana, S. Pd Bhs. Inggris Jl. Sabutung
Baru 081354702365
10. Hadiyanto, SE IPS Terpadu Jl. Sinassara Lr.
9 085255117067
11. Muammar, S.Pd.I Fiqih Jl. Andi 085210896990

43
Pettarani Komp.
BPK No. C1
12. Trisyani Tahir, S. Pd IPS Terpadu Jl. Tinumbu No.
354 085399952889
13. Khaeriyani Hamzah, ST IPA Terpadu Jl. Tamalate 8
Perumnas 081355365696
14. Masrul, S.S Bhs. Inggris Jl. Kabaena Lr.
49 No. 49D 08135498206
15. Hikmayanti, S.Pd Matematika
Jl. Gunung
Bawakaraeng Lr
75B No.3
085342282459
16. Muh. Yusuf Mahmud,
S.Sos PKn
Jl. Sarappo Lr.
195 No. 1A 085341341967
17. Nirwana, S. Pd Bhs.
Indonesia
Jl. BTN
Paccinongan
Harapan PA. 20
No. 12 Somba
Opu
08127600536
18. Hasfira, S.Pd IPA Terpadu Jl. Manuruki 2 085242429298
19 Nurlinda, S. Pd Bhs.
Indonesia Jl. Sabutung 085242261660
20 A. Fauziah M, S. Pd., Gr Matematika
21 Asriadi, S. PdI
S K I _
Kemuhamma
diyahan
22 Suardi, S. Pd Penjas
23 Iswar, S. PdI Fiqih
8. GURU BP / BK
No Nama Alamat Tlp / Hp
1. Tifanni Putri Damari Jl. Banda No. 1 D 081330677396
9. LABORAN
No Nama Alamat Tlp / Hp
1. Hadiyanto, SE Jl. Sinassara Lr. 9 085255117067

44
2. Khaeriyani Hamzah, ST Jl. Jipang Raya 2 No. 15 081355365696
10. PUSTAKAWAN
No Nama Alamat Tlp / Hp
1. Munirah
11. SATPAM
No Nama Alamat Tlp / Hp
1. Jamaluddin Antang
2 Syamsuddin Jl. Muna
12. CLEANING SERVICE
No Nama Alamat Tlp / Hp
1. Dg. Juma Jl. Muhammadiyah No 51 B 082187371048
2. Asma Jl. Muhammadiyah No 51 B -
13. Personil Madrasah
MTs Muallimin Muhammadiyah Makassar didirikan pada tahun 1932
Pimpinan sekolah yang pernah bertugas di MTs Muallimin Muhammadiyah
Makassar sejak awal berdirinya sebagai berikut
No Nama Tempat Tanggal
Lahir Periode Tugas
1 Buya Hamka - -
2 KH. Makmur Ali - 1955 – 1962
3 KH. Malik Ibrahim - 1962 – 1970
4 H. Arsyad - 1970 -1971
5 KH. Malik Ibrahim - 1971 -1985
6 KH. Syamsuddin Latif Sinjai, 19-7-1936 1986 – 2006
7 Dahlan Sulaiman, S. Ag Flores, 18-8-1971 2007 – 2012

45
8 Lande,S.Ag Sidrap ,15-10-1974 2012 -
14. KEPALA MADRASAH
No Nama Alamat Tlp / Hp
1. Lande, S.Ag., M. Pd Jl. Muhammadiyah No. 51B 085242612009
15. KEPALA TATA USAHA
No Nama Alamat Tlp / Hp
1. Trisyani Tahir Jl. Tinumbu No. 364 085399952889
16. BENDAHARA
No Nama Alamat Tlp / Hp
1. Magfira Ramadhani Jl. Butung Lr 200 No 14 A 085256473894
17. WAKAMAD
No Nama Alamat Tlp / Hp
1. Herman, S. Ag Jl. Banda Lr 202 085255830296
2. Dra. Ummu Kalsum Jl. Dakwah 2 No. 47 081543179745
3. Hikmayanti, S. Pd., M. Pd Jl. Gunung Bawakaraeng
Lr 75B No.3 085342282459
18. WALI KELAS
No Nama Kelas Alamat Tlp / Hp
1 A. Fauziah Mustafa, S.
Pd., Gr VII A Jl. Mannuruki
2 Asriadi Ibrahim, S. Pd. I VII B
3. Muzakkar Y, S.Ag. VIII A BTN Tabaria Blok B7
No. 20 085210886406

46
4. Nirwana, S. Pd VIII B
Jl. BTN Paccinongan
Harapan PA. 20 No.
12 Somba Opu
08127600536
5. Masrul, SS IX A Jl. Kabaena Lr. 49 No.
49D 08135498206
6 Hasfira, S.Pd IX B Jl. Manuruki 2 085242429298
7. Salbiah Nurdin, S.Pd IX C Jl. Nuri Baru Lr. 312
No. 12 C 081342475745
19. GURU BIDANG STUDI
No Nama Mapel Alamat Tlp / Hp
1. Lande, S.Ag., M. Pd Bhs. Arab Jl. Muhammadiyah
No. 51B 085242612009
2. Muzakkar Y, S.Ag. Bhs. Arab BTN Tabaria Blok
B7 No. 20 085210886406
3. Drs. Herman Al Qur’an
Hadist Jl. Banda Lr 202 085255830296
4. Dra. Ummu Kalsum Aqidah Akhlah Jl. Dakwah 2 No. 47 081543179745
5. Salbiah Nurdin, S.Pd Prakarya Jl. Nuri Baru Lr.
312 No. 12 C 081342475745
6. Hariyadi Slamet, S. Pd Penjas Jl. Satando Raya 3
No. 10A 085299895827
7. Dahlan Sulaiman, S.Ag S K I Jl. Komp. BTN Aura
Blok A1 No. 12 081342742144
8. Muh. Ridwan B, S. Pd IPA Terpadu Jl. Muhajirin Raya
No. 7 081524087736
9. Suriana, S. Pd Bhs. Inggris Jl. Sabutung Baru 081354702365
10. Hadiyanto, SE IPS Terpadu Jl. Sinassara Lr. 9 085255117067
11. Muammar, S.Pd.I Fiqih Jl. Andi Pettarani
Komp. BPK No. C1 085210896990
12. Trisyani Tahir, S. Pd IPS Terpadu Jl. Tinumbu No. 354 085399952889
13. Khaeriyani Hamzah, ST IPA Terpadu Jl. Tamalate 8
Perumnas 081355365696
14. Masrul, S.S Bhs. Inggris Jl. Kabaena Lr. 49
No. 49D 08135498206

47
20. GURU BP / BK
No Nama Alamat Tlp / Hp
1. Tifanni Putri Damari Jl. Banda No. 1 D 081330677396
21. LABORAN
No Nama Alamat Tlp / Hp
1. Hadiyanto, SE Jl. Sinassara Lr. 9 085255117067
2. Khaeriyani Hamzah, ST Jl. Jipang Raya 2
No. 15 081355365696
22. PUSTAKAWAN
No Nama Alamat Tlp / Hp
1. Munirah
15. Hikmayanti, S.Pd Matematika
Jl. Gunung
Bawakaraeng Lr
75B No.3
085342282459
16. Muh. Yusuf Mahmud,
S.Sos PKn
Jl. Sarappo Lr. 195
No. 1A 085341341967
17. Nirwana, S. Pd Bhs. Indonesia
Jl. BTN Paccinongan
Harapan PA. 20 No.
12 Somba Opu
08127600536
18. Hasfira, S.Pd IPA Terpadu Jl. Manuruki 2 085242429298
19 Nurlinda, S. Pd Bhs. Indonesia Jl. Sabutung 085242261660
20 A. Fauziah M, S. Pd.,
Gr Matematika
21 Asriadi, S. PdI
S K I _
Kemuhammadi
yahan
22 Suardi, S. Pd Penjas
23 Iswar, S. PdI Fiqih

48
23. SATPAM
No Nama Alamat Tlp / Hp
1. Jamaluddin Antang
2 Syamsuddin Jl. Muna
24. CLENING SERVIS
No Nama Alamat Tlp / Hp
1. Dg. Juma Jl. Muhammadiyah No 51 B 082187371048
2. Asma Jl. Muhammadiyah No 51 B -
Hasil dan Pembahasan
A. Efektivitas Pembelajaran Al-Qur’an Hadits Dalam Mengatasi Kesulitan
Membaca Al-Qur’an di Madrasah Tsanawiyah Muallimin Muhammadiyah
Makassar.
Al-Qur’an merupakan pedoman, konsep, serta aturan hidup bagi manusia, di
dalam kitab tersebut mengatur bagaimana hubungan makhluk dengan
penciptanya seperti shalat, puasa, haji, dan lain sebagainya. Selain itu, Al-Quran
juga mengatur hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan
manusia yang lainnya, serta hubungan antara manusia dengan makhluk ciptaan
Allah SWT lainnya. Oleh karena itulah maka sudah menjadi kewajiban bagi
setiap muslim untuk mempelajari, memahami, serta mengamalkan Al- Qur’an,
bahkan hal tersebut merupakan salah satu syarat utama bagi orang-orang yang
beriman kepada Allah SWT.

49
Adapun kebiasaan yang dilakukan Guru Qur’an Hadits sebelum memulai
pelajaran yang dapat menunjang efektifitas pembelajaran Al-Qur’an Hadits
dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an adalah :
a. Membiasakan siswa membaca surah- surah dalam Al-Qur’an sebelum
memulai pelajaran dan setelah membaca do’a sebelum belajar yang dimana
guru Qur’an Hadist tersebut yang membacakan terlebih dahulu kemudian
menyuruh siswa mengikutinya.
b. Membiasakan menggunakan berbagai metode, guru Qur’an Hadist tidak
hanya menyuruh membaca surah-surah dalam Al-Qur’an, tetapi juga
mengunakan metode ceramah yang dimana metode tersebut dapat
membantu siswa lebih cepat menguasai bacaan karena diberikan beberapa
pemahaman tentang pentingnya membaca Al-Qur’an.
c. Membaca do’a, sebelum mata pelajaran dimulai setiap siswa dibiasakan
membaca doa terlebih dahulu sebelum memulai sesuatu pekerjaan atau
dalam proses belajar.
d. Menerapkan beberapa nilai-nilai kepada siswa agar siswa bisa lebih mudah
memahaminya dan mengaplikasikannya.
e. Menerapkan pola Pendekatan kemudian menasehati siswa layaknya seorang
bapak ke anaknya, dengan lemah lembut agar siswa juga tidak merasa takut
saat di ajar oleh kita26.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa sebelum memulai
pelajaran, guru memiliki kebiasaan seperti misalnya membiasakan siswa
26 Guru Qur’an Hadist MTs Muallimin Muhammadiyah Makassar.

50
membaca surah- surah dalam Al-Qur’an sebelum memulai pelajaran dan setelah
membaca do’a, membiasakan menggunakan berbagai metode, membaca do’a,
sebelum mata pelajaran dimulai, guna menunjang tercapainya efektifitas
pembelajaran Al-Qur’an Hadits dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an.
Menurut dari hasil wawancara Bapak Herman, S.Ag selaku Guru Qur’an
Hadist mengatakan bahwa:
“Pembelajaran Al-Qur’an Hadits metode yang digunakan sampai sekarang
tidak ada berbeda, guru yang membacakan kemudian siswa mengulangnya.
Sebenarnya efektif kalau kita ajarkan, jika metode itu yang dipakai terus-
menerus, namun untuk mengejar kurikulum supaya pembelajaran itu tuntas
pasti tidak bisa sampai. karena siswa agak lambat memahami, jadi harus
berbagai macam metode yang kita pakai seperti metode ceramah, maupun
metode ilustrasi kepada siswa atau selalu memberikan semangat kepada
siswa supaya ada gairah untuk belajar. Dan sekarang ini saya mengamati
metode yang selama ini kami pakai disini Alhamdulillah 75% tercapai
artinya dianggap sudah menjadi metode yang baik, hanya saja masih perlu
di gabungkan metode yang lain agar bisa mencapai 90% keatas. Karena kita
harus lemah lembut kepada siswa, kapan kita kasar maka pasti kita dijauhi
oleh siswa, jadi pembelajarannya menggunakan kasih sayang yang
diberikan kepada mereka dianggap sebagai anak kita, memang mereka
ketika berada disini orangt uanya adalah kita, jadi kita tidak boleh terlalu
kasar kepada siswa, istilahnya tegas tapi tidak kasar.”27
Hasil wawancara diatas menyimpulkan bahwa guru Qur’an Hadist dalam
mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an terhadap siswa yakni untuk mencapai
keefektifan pembelajaran Al-Qur’an Hadits, maka dibutuhkan beberapa metode
untuk menguatkan, karena siswa beberapa mempunyai pemahaman yang lambat
yang membuat guru harus maksimal dalam mengajar atau mendidik mereka.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Lande, S.Ag., M.Pd selaku
kepala Madrasah mengatakan bahwa:
27 Herman,S.Ag (Guru Qur’an Hadist) wawancara langsung di Madrasah Tsanawiyah
Muallimin Muhammadiyah Makassar 20 Juli 2020

51
“Nilai-nilai yang diajarkan itu dalam artian ilmu yang diajarkan di pesantren
itu juga diajarkan di madrasah ini, hanya perbedaannya di madrasah ini
tidak kami terapkan boarding school, tidak ada semacam tempat menginap,
tetapi ajaran-ajaran disini kami terapkan secara rutin seperti Mahfusat
(hafalan-hafalan), karena ilmu yang tidak di amalkan seperti pohon yang tak
berbuah. Selain Al-Qur’an Hadist, kami di madrasah juga mengajarkan
Bahasa Arab, Akidah Akhlak dan sebagainya, untuk lebih membantu
efektifnya pemelajaran dalam mengatasi siswa yang masih kurang
pemahamannya terhadap Al-Qur’an”.28
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sekolah Madrasah
hampir sama dengan Pesantren, yang dimana hanya kegiatan Boarding School
saja yang tidak diajarkan, sedangkan nilai-niai yang lain tetap diajarkan pada
siswa.
Menurut siswi yang bernama Alya mengatakan bahwa:
“Guru Al-Qur’an Hadist selalu membiasakan kami membaca surah-surah
dalam Al-Qur’an sebelum memulai pelajaran, beliau juga kadang
mendiktekan terlebih dahulu kemudian menyuruh kami untuk
mengikutinya. Selain itu beliau juga kadang berceramah di atas memberikan
penjelasan tentang pentingya belajar Al-Quran dan menurut saya ini sudah
efektif untuk saya yang memang termasuk sulit memahami saat proses
pembelajaran”29
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Guru Qur’an Hadist setiap hari
mengajarkan dan menanamkan cara-cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan
benar sesuai dalam syariat islam, sehingga terwujud beberapa model dalam
penanaman kebiasaan membaca siswa untuk mengajak dan mengarahkan selalu
rajin membaca Al-Qur’an agar mereka tidak mengalami lagi kesulitan ketika
membacanya.
28 Lande,S.Ag., M.Pd (Kepala Sekolah) wawancara langsung di Madrasah Tsanawiyah
Muallimin Muhammadiyah Makassar 20 Juli 2020 29 Alya (siswi kelas VII) wawancara Daring 15 Juli 2020

52
Adapun kesimpulan akhir dari hasil wawancara ketiga objek di atas, yakni
pembelajaran Al-Qur’an Hadits dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an
di Madrasah Tsanawiyah Muallimin Muhammadiyah Makassar sudah efektif.
B. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an.
Berdasarkan faktor pendukung dan penghambat, maka guru melakukan
upaya dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, yaitu :
1. Membuat dan memperbanyak materi ajar untuk siswa selama pandemi.
2. Mengefektifkan waktu belajar sebaik mungkin karena selama pandemi,
waktu belajar siswa semakin sempit.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Herman, S.Ag selaku Guru
Qur’an Hadist mengatakan bahwa:
“Upaya kita berusaha bagaimana supaya siswa yang tidak pernah belajar itu
di copy kan disekolah kemudian orangtua yang datang mengambil
materinya, tapi tetap mengikuti protokol kesehatan,itu yang memang harus
kita lakukan saat ini. jadi dipadukan dengan kegiatan Daring dengan
pembelajaran langsung tetapi orang tua juga yang harus ikut aktif, materinya
ada disekolah kemudian orangtua datang mengambilnyasupaya semua anak
yang punya Hp maupun tidak juga bisa tetap belajar meskipun tidak datang
langsung ke sekolah. Berbeda saat dia kesekolah karena disekolah ada
aturannya jam 07.15 sudah harus berada disekolah, jadi di ancang-ancang
memang waktunya dengan baik, berbeda dengan kondisi sekarang yang
banyak anak terlambat masuk saat di absen lewat pembelajaran daring,
sudah setengah jam pembelajaran dimulai, baru dia hadir. Dan pembelajaran
daring saat ini dikurangi jamnya, yang selama ini berlangsung 2 jam,
sekarang hanya tinggal 1 jam saja kita mengajar, dan itu semakin sempit.”30
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa Guru Qur’an Hadist
dalam upaya mengatasi kesulitan belajar saat pandemi yakni melibatkan orang
30 Herman,S.Ag (Guru Qur’an Hadits) wawancara langsung di Madrasah Tsanawiyah
Muallimin Muhammadiyah Makassar 20 Juli 2020

53
tua siswa agar turut berpartisipasi dalam proses pembelajaran selama pandemi,
dan juga tetap mengikuti protokol kesehatan demi keselamatan semua, karena
melihat beberapa dari siswa tentu tidak bisa setiap saat mengikuti pelajaran
lewat daring, jadi guru Qur’an Hadist mengambil tindakan seperti yang di
uraikan di atas untuk lebih memudahkan siswa belajar.
a. Melibatkan orang tua agar proses pembelajaran berjalan sebaik mungkin.
Menurut siswi yang bernama Tasya mengatakan bahwa:
“iya, memang saat ini proses belajar kami lewat daring, dan orang tua saya
selalu datang ke sekolah untuk ambil materi untuk belajar di rumah, karena
tidak boleh ke sekolah dulu untuk belajar secara langsung, jadi guru
mengupayakan sebaik mungkin agar kami tetap belajar di tengah
pandemi”31
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa siswa sedikit
terbantu dengan upaya guru dalam melibatkan orang tua yang datang
langsung untuk mengambil materi ajar, dan siswa yang belajar dirumah
sudah tidak khawatir lagi saat sinyal kurang baik atau kuota tidak ada.
Dari beberapa hasil wawancara Guru, dan siswa berdasarkan faktor
pendukung dan penghambat maka dapat disimpulkan bahwa bukan hanya
guru, tetapi orangtua juga sangat penting untuk ikut serta dalam proses
pembelajaran. Meskipun belum mencapai hasil maksimal, tetapi itu dapat
sedikit membantu untuk siswa menerima proses pembelajaran dengan baik.
Upaya yang dilakukan oleh guru Al-Qur’an Hadits dalam rangka mengatasi
kesulitan belajar siswa pada pembelajaran tesebut di MTs sudah cukup baik.
Hal ini terlihat adanya usaha yang sungguh-sungguh dari pihak guru untuk
31 Tasya (siswi kelas IX) wawancara Daring 15 Juli 2020

54
memotivasi dan mensuport siswa-siswinya agar lebih terampil dan tidak
bosan untuk belajar pembelajaran Al-Qur’an Hadits yang semuanya
ditunjukkan dalam sebuah usahanya yaitu :
Pertama : Penataan kelas, Kedua : Menggunakan variasi gaya
mengajar yaitu dengan tekanan tertentu untuk menggaris bawahi konsep
yang perlu mendapat perhatian khusus dari anak, dan variasi mimik yang
dapat membantu siswa untuk menangkap makna yang disampaikan guru.
Ketiga : Menggunakan variasi media pengajaran dan bahan pembelajaran
yang dapat dilihat seperti menggunakan gambar, film, foto, media yang
dapat didengar seperti suara guru, media yang dapat diraba seperti tiruan
benda. Keempat : Menggunakan variasi pola interaksi diantaranya yaitu
ceramah guru–tugas kelompok–diskusi kelas, demonstrasi keterampilan–
tanya jawab–ceramah, tanya jawab–ceramah–tugas individual.
Dengan adanya berbagai bentuk upaya yang dilakukan tersebut diatas,
diamksudkan untuk memberi semangat, menghilangkan kesan monoton juga
untuk menimbulkan kesan khusus atas konsep dan masalah yang perlu
diperhatikan siswa-siswi serta mengurangi kejenuhan dalam proses
pembelajaran salah satunya pada pembelajaran Al-Qur’an Hadits agar tidak
mengalami kesulitan belajar dan agar dapat menyentuh ranah kognitif,
affektif, maupun psikomotorik sehingga tujuan dari pengajaran dapat
tercapai.
Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan menunjukkan bahwa
aplikasi guru Al-Qur’an Hadits dalam mengatasi kesulitan belajar siswa

55
terealisasi dengan baik, upaya tersebut dilakukan untuk menambah
semangat siswa untuk lebih giat belajar dan agar siswa tergugah motivasi
belajarnya sehingga siswa-siswi tidak mengalami kesulitan belajar pada
pembelajaran Al-Qur’an Hadits yaitu dengan melakukan berbagai cara yang
telah disebutkan diatas. Akan tetapi alangkah lebih baiknya apabila seorang
guru menguasai dan mengetahui tipe belajar dan karakteristik psikologi
anak didik dan latar belakang yang menyebabkan siswa-siswi mengalami
kesulitan belajar pada pembelajaran tersebut.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam mengatasi kesulitan membaca
Al-Qur’an.
Dalam mempelajari Al-Qur’an tidak selamanya akan lancar prosesnya, tentu
akan mengalami hambatan juga dukungan dari berbagai arah. Adapun faktor
pendukung dan penghambat terhadap siswa dalam mempelajari Al-Qur’an yaitu:
1. Faktor Pendukung
a. Tersedianya sarana pembelajaran. Al-Qur’an dan iqra’ merupakan
sarana yang sudah disediakan demi berlangsungnya kegiatan BTA.
Selain Al-Qur’an dan iqra’ tersedia pula ruang kelas yang bisa
digunakan untuk kegiatan BTA. Sehingga, dalam sarana prasarana tidak
ada hambatan demi berlangsungnya kegiatan BTA.
b. Terdapat siswa yang lebih pintar dalam kelompok. Selain tersedianya
sarana pembelajaran, dalam setiap kelompok terdapatnya siswa yang
lebih pintar. Sehingga, bisa membantu temannya yang kurang bisa

56
sekaligus mempermudah guru pembimbing dalam mengatasi kesulitan
membaca A-Qur’an tersebut.
c. Adanya akses internet yang bisa lebih memudahkan siswa untuk
belajar.
Berdasarkan hasil wawancara Bapak Herman, S.Ag selaku Guru Quran
Hadist mengatakan bahwa :
“Faktor pendukung itu sebenarnya banyak, mulai dari Tafsir,
Qur’anbiasa maupun Digital, buku sekolah itu sendiri yang dicetak
oleh Departemen agama, kemudian google sendiri itu kan mendukung
mereka untuk mencari pengertian Al-Qur’an, Tajwid dan lain
sebagainya karena sekarang ini informasi itu sudah luar biasa tinggal
kita mengarahkan siswa untuk mendukung mereka lebih
meningkatkan tahap pembelajarannya”.32
Hasil wawancara diatas menyimpulkan bahwa dalam mengajarkan
pembelajaran Qur’an Hadist tentu harus ada faktor pendukung agar siswa
dapat lebih mudah dalam belajarnya.
Hasil wawancara dengan Bapak Lande, S.Ag., M.Pd selaku kepala
Madrasah mengatakan bahwa :
“hal-hal yang menjadi pendukung proses pembelajaran ini bisa berupa
Buku Qur’an Hadist, Al-Qur’an biasa maupun Digital dan lain-lain
yang bisa di gunakan oleh siswa agar Gurunya juga tidak kesulitan
dalam mengajarkan”.33
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sekolah
Madrasah juga menyiapkan buku Qur’an Hadist dalam membantu
kelancaran proses pembelajaran.
32 Herman,S.Ag (Guru Qur’an Hadist) wawancara langsung di Madrasah Tsanawiyah
Muallimin Muhammadiyah Makassar 20 Juli 2020 33 Lande,S.Ag., M.Pd (Kepala Sekolah) wawancara langsung di Madrasah Tsanawiyah
Muallimin Muhammadiyah Makassar 20 Juli 2020

57
Menurut siswa yang bernama Ahmad Yani mengatakan bahwa:
“kalau di sekolah kami memang tersedia buku Qur’an Hadist, juga
semuanya sudah punya Al-Qur’an, baik yang biasa maupun Al-Qur’an
yang ada di HP (Digital) jadi kami lebih mudah untuk belajarnya”34
Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa tersedianya buku dan
fasilitas lain dapat menjadi faktor pendukung dalam membantu kelancaran
setiap proses pembelajaran.
Dari hasil wawancara Guru, Kepala Madrasah dan Siswa maka dapat
disimpulkan bahwa hal-hal yang menjadi pendukung selama proses
pembelajaran yakni tersedianya buku Al-Qur’an Hadits sebagai acuan siswa
untuk belajar, ada juga tafsir, Qur’an biasa maupun digital yang bisa
membantu siswa lebih giat lagi belajar, google juga digunkan untuk
mendukung proses pembelajaran selama guru tidak terjun langsung
mendidik di masa pandemi.
2. Faktor Penghambat
Yang menjadi penghambat dalam proses pembelajaran yaitu :
a. Lemahnya pemahaman siswa terhada huruf hijaiyah. Tidak sedikit
siswa yang memiliki hafalan terhadap huruf hijaiyah sehingga menjadi
faktor penghambat besar demi kelancaran BTA di Madrasah
Tsanawiyah Mualliimin. Guru pembimbing tidak boleh patah semangat
untuk melancarkan kegiatan BTA tersebut.
b. Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak. Orang tua merupakan
lingkungan yang utama untuk mewujudkan tujuan BTA untuk bisa
34 Ahmad Yani (siswa kelas VIII) wawancara Daring 15 Juli 2020

58
membaca Al-Qur’an. Dukungan orang tua di rumah memberikan
pengaruh yang sangat positif bagi kemajuan siswa. Perhatian orang tua
menjadi hal yang paling utama, kemudian baru pihak pendukung dari
sekolah.
c. Terhambatnya pembelajaran lewat Daring yang membuat siswa
semakin sulit belajar dan memahami.
Hasil wawancara dengan Bapak Herman, S.Ag selaku Guru Qur’an
Hadist mengatakan bahwa:
“Dalam keadaan pandemi, faktor penghambat yang sangat sulit untuk
kita terapkan didalam pembelajaran Al-Qur’an Hadist itu karena : 1.
kita tidak langsung bertemu dengan siswa, 2. Dan tidak semua siswa itu
mampu melakukan pembelajaran Daring, karena yang pertama itu,
mereka punya Hp mungkin saja bukan jenis Android, kedua punya Hp
Android tidak bisa lagi beli kuota, ada juga kuotanya tetapi terkendala
di sinyal yang kurang bagus. Itu termasuk faktor penghambat yang
sangat sulit sekarang dalam kondisi pandemic, yang dimana banyak
merugikan siswa dan merugikan guru. karena kondisi saat ini tidak
mendukung, jadinya proses pembelajarannya juga tidak berjalan sesuai
harapan.”35
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses
pembelajaran selama pandemi justru sangat menghambat dibandingkan saat
sebelum masa pandemi. Berbeda saat masih normal, Guru tersebut justru
lebih bisa terjun langsung mengamati apa sja yang menjadi kendala pada
siswa saat proses pembelajaran dimulai.
Wawancara dengan Bapak Lande, S.Ag., M.Pd selaku kepala Madrasah
mengatakan bahwa:
35 Herman,S.Ag (Guru Qur’an Hadist) wawancara langsung di Madrasah Tsanawiyah
Muallimin Muhammadiyah Makassar 20 Juli 2020

59
“Saya sendiri pernah terjun langsung mengamati proses pembelajaran
Al-Qur’an Hadist saat kondisi masih normal, semuanya berjalan dengan
baik, akan tetapi memang ada beberapa siswa yang kemampuanya
masih kurang, ada juga yang tidak terlalu memperhatikan saat gurunya
menjelaskan, waktu untuk belajar juga pun sangatlah sempit, sedangkan
mereka semua harus di bimbing terus-menerus. Belum lagi di masa
pandemi saat ini justru akan sangat menyulitkan untuk guru dan siswa
melakukan proses pembelajaran karena beberapa dari mereka ada yang
tidak memiliki HP Android”.36
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan yang menjadi
penghambat saat proses belajar karena beberapa dari siswa kemampuannya
masih kurang dan juga kadang tidak memperhatikan saat guru menjelaskan,
ditambah lagi saat kondisi pandemi akan membuat mereka semakin sulit
untuk belajar dan memahami.
Hasil wawancara siswa yang bernama Ahmad Yani mengatakan bahwa:
“banyak yang jadi penghambat dalam belajar kami, apalagi saat
pandemi saat ini, saya sendiri yang merasa punya kemampuan terbatas
juga makin kesulitan untuk belajar, Hp Android juga ada tetapi kadang
kuota saya habis dan tidak mampu untuk membeli, orang tua saya juga
punya kemampuan terbatas dalam hal Baca Qur’an, hanya di sekolah
saja saya bisa belajar dengan baik karena bimbingan guru secara
langsung. Memang buku ada, tetapi saya lebih mudah faham saat guru
yang menjelaskan”37
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa siswa akan
semakin sulit belajar ditengah situasi pandemi saat ini, karena tingkatan
kemmpuan menangkap penjelasan setiap orang berbeda-beda, ditambah lagi
saat mereka memang mempunyai kemampuan memahami yang sangat
kurang, sudah pasti harus ada bimbingan langsung dari guru di sekolah.
36 Lande,S.Ag., M.Pd (Kepala Sekolah) wawancara langsung di Madrasah Tsanawiyah
Muallimin Muhammadiyah Makassar 20 Juli 2020 37 Ahmad Yani (siswa kelas VIII) wawancara Daring 15 Juli 2020

60
Dari hasil wawancara Guru, Kepala Madrasah dan siswa maka dapat
disimpulkan bahwa hal-hal yang menjadi penghambat yakni kemampuan
siswa yang memang sangat kurang, ditambah lagi saat kondisi pandemi
ketika belajar lewat Daring, karena ada beberapa siswa yang tidak
mempunyai Hp Android, ada juga yang kuotanya habis dan tidak mampu
beli, juga yang jaringannya tidak mendukung justru akan membuat siswa
semakin sulit belajar.

61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian diatas tentang Efektivitas Pembelajaran Qur’an
Hadits dalam mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur’an di Madrasah
Tsanawiyah Muallimin Muhammadiyah Makassar, maka penulis
menyimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil ukuran efektivitas pembelajaran Al-Qur’an Hadits dalam mengatasi
kesulitan membaca Al-Qur’an di Madrasah Tsanawiyah Muallimin
Muhammadiyah Makassar dapat dikategorikan sangat efektif dan
mendukung dalam pembelajaran mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an
dikarenakan beberapa siswa mengalami hal tersebut. .
2. Upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa
yakni melibatkan orang tua siswa agar turut berpartisipasi dalam proses
pembelajaran selama pandemi,dan juga tetap mengikuti protokol kesehatan
demi keselamatan semua, karena melihat beberapa dari siswa tentu tidak
bisa setiap saat mengikuti pelajaran lewat daring agar siswa tetap terpantau
dalam proses pembelajaran.
3. Adapun faktor-faktor yang menjadi faktor pendukung selama proses
pembelajaran yakni tersedianya buku Al-Qur’an Hadits sebagai acuan
siswa untuk belajar, ada juga tafsir, Qur’an biasa maupun digital yang bisa
membantu siswa lebih giat lagi belajar, sedangkan hal-hal yang menjadi
faktor penghambat yakni kemampuan siswa yang memang sangat kurang,

62
ditambah lagi saat kondisi pandemi ketika belajar lewat daring, karena ada
beberapa siswa yang tidak mempunyai Hp Android, juga yang jaringannya
tidak mendukung justru akan membuat siswa semakin sulit belajar dan
yang paling penting ada juga beberapa siswa yang sangat tidak mengetahui
huruf hijaiyah sehingga inilah yang dilakukan oleh guru agar siswa dapat
mengetahuinya meskipun melalui daring tetapi pantang semangat yang
tidak pernah menyerah.
B. Saran
Melihat hasil penelitian diatas, peneliti memberikan beberapa saran yang
diharapkan akan dijadikan bahan pertimbangan Madrasah Tsanawiyah
Muallimin Muhammadiyah Makassar, maka disampaikan saran sebagai
berikut:
1. Bagi Kepala Sekolah, agar kiranya lebih meningkatkan lagi kinerja kerja
agar kualitas Madrasah Tsanawiyah Muallimin Muhammadiyah lebih baik
lagi.
2. Bagi Guru, agar lebih menambah wawasan kepada peserta didik dan lebih
banyak bersabar mendidik mereka agar tercapai peserta didik yang cerdas
dan berakhlakul karimah.
3. Untuk Siswa, agar kiranya lebih giat lagi belajar dalam situasi dan kondisi
apapun.
4. Bagi peneliti lain, semoga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan acuan untuk menambah referensi pengetahuan peneliti tentang

63
Efektifitas pembelajaran Al-Qur’an Hadits dalam mengatasi kesulitan
membaca Al-Qur’an ataupun referensi lain.
5. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan menambah informasi
mengenai Efektifitas pembelajaran Al-Qur’an Hadits dalam mengatasi
kesulitan membaca Al-Qur’an. Dengan demikian dapat memberikan
masukan dan pembekalan untuk kedepannya saat terjun langsung sebagai
tenaga pendidik.

64
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahannya
Abdurahman, Mulyono, 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta, PT. Rineka Cipta
Ahmadi, Abu, 2004. Psikologi Belajar. Jakarta, PT. Rineka Cipta
Ali, Muhammad daud dan Habibah Daud, 1995. Lembaga-Lembaga Islam di
Indonesia. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada
Aminulloh, Yusron, 2011. Minset Pembelajaran. Surabaya, Nuansa
Anggawirya, Erhans, 1995. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya, Indah
Budiyanto, 1995. Tanda Baca Huruf Al-Qur’an. Bandung, AMM
Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta,
Balai Pustaka
Djamarah, Syaiful Bahri, 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta, PT. Rineka
Cipta
Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1988. Jakarta, Adi Pustaka
Gagne, 1958. Metode Qiraati. Jakarta. Pembelajaran Al-Qur’an
Getteng, Abd.Rahman, 2009. Menuju Guru Profesional dan Beretika. Jakarta,
Graha Guru
Gunarsa, Singgih, 1992. Psikologi Keluarga. Jakarta, PT. Bina Rena Pertama
Hawi, Akmal, 2008. Kompetensi Guru PAI. Palembang, P3RF
Humam, As’ad, 1989. Metode Iqro’. Yogyakarta, Metode Pembelajaran AlQur’an

65
Indonesia Republik, 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta, BP. Panca Usaha
Komaruddin dan Yooke Tjuparman, S, 2000. Kamus Karya Tulis Ilmiah. Jakarta,
Bumi Aksara
KTSP Madrasah Tsanawiyah Darus Shafaa Manipi Tahun Pelajaran 2009/2010
Mahmud, Lihat Dimyati, 1990. Psikologi Pendidikan Suatu Pendidikan Terapan.
Yogyakarta, BPFE
Moleong, Lexi.J, 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung, Remaja
Rosdakarya
Muntakhab Ahadits
Mulyadi, 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar. Malang, Nuha Litera
NK, Reostiyah, dkk, 1986. Masalah-Masalah Ilmu Keguruan. Jakarta, Bina
Aksara
Nasution, Noehi, dkk, 1991. Materi Pokok Psikologi Pendidikan. Jakarta,
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan
Universitas Terbuka
Nasution, S, 1995. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta, Bumi Aksara
Partowisastro, Koestro, dkk, 1982. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar.
Jakarta, Erlangga
Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2007 Bab 1 Pasal 1 tentang Pendidikan
Agama dan Pendidikan Keagamaan
Purnomo, Waluyo Hadi, 2009. Belajar Membelajarkan. Yogyakarta, Media
Pustaka Kencana

66
Purwanto, Ngalim, 1992. Psikologi Pendidikan. Jakarta, Rineka Cipta
Salam, Burhanuddin, 2004. Cara Belajar yang Sukses di Perguruan Tinggi.
Jakarta, PT. Bineka Cipta
Sudjana, Nana, 1991. Penilaian Proses Pembelajaran. Bandung, PT. Remaja
Rosda karya
Sugiono, 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung, CV. Alvabeta
Syah, Muhibbin, 1999. Psikologi Belajar. Jakarta, Logos
Tafsir, Ahmad, 1995. Epistimologi Untuk Pendidikan Islam. Bandung, IAIN
Sunan Gunung Jati
Tim Penyusun Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, 1993. Pengantar
Didaktik Metodik Kurikulum PBM. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada
Wisastro, Koestoer Parto, 1998. Pengajaran Remedial. Jakarta, Rineka Cipta

67
L
A
M
P
I
R
A
N

68
INSTRUMEN PENELITIAN
PEDOMAN WAWANCARA
Kepala Sekolah Dan Guru Al-Qur’an Hadits
1. Apakah pembelajaran Al-Qur’an Hadits sudah efektif dalam mengatasi
kesulitan membaca Al-Qur’an pada siswa?
2. Pola pembinaan apa yang diterapkan Guru Al-Qur’an Hadits dalam kegiatan
mengatasi kesulitan membaca pada siswa?
3. Apa faktor pedukung untuk tercapainya efektifitas pembelajaran Al-Qur’an
Hadits dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an pada siswa?
4. Apa faktor penghambat untuk tercapainya efektifitas pembelajaran Al-Qur’an
Hadits dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an pada siswa?
5. Bagaimana upaya Bapak dalam mengefektifkan pembelajaran Al-Qur’an
Hadits untuk megatasi kesulitan membaca Al-Qur’an siswa?

69
Untuk Siswa
1. Bagaimana menurut ananda terhadap efektifitas pembelajaran Al-Qur’an
Hadits dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an di Kelas?
2. Pola pembinaan apa yang diterapkan Guru Al-Qur’an Hadits dalam kegiatan
mengatasi kesulitan membaca di kelas?
3. Faktor apakah yang menjadi pendukung tercapainya efektifitas pebalajaran
Al-Qur’an Hadits dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an di kelas?
4. Faktor apakah yang menjadi penghambat tercapainya efektifitas pebalajaran
Al-Qur’an Hadits dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an di kelas?
5. Apakah upaya yang dilakukan Guru Qur’an Hadits dalam mengefektifkan
pembelajarannya untuk mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an di kelas?

70
Gambar 1 dan 2: Wawancara dengan Kepala Madrasah Tsanawiyah
Muallimin Muhammadiyah Makassar dirangkaikan dengan
penyerahan Surat Penelitian

71
Gambar 3: Wawancara dengan Guru Al-Qur’an Hadist Madrasah
Tsanawiyah Muallimin Muhammadiyah Makassar
Gambar 4: Foto bersama Guru Al-Qur’an Hadist dan Kepala
Madrasah Tsanawiyah Muallimin Muhammadiyah Makassar

72
Gambar 5: Wawancara Daring dengan perwakilan siswi kelas VII
Madrasah Tsanawiyah Muallimin Muhammadiyah Makassar

73
Gambar 6: Wawancara Daring dengan perwakilan siswi kelas IX
Madrasah Tsanawiyah Muallimin Muhammadiyah Makassar

74
Gambar 7: Wawancara Daring dengan perwakilan siswa kelas VIII
Madrasah Tsanawiyah Muallimin Muhammadiyah Makassar

75
RIWAYAT HIDUP
Muslimah Dwi Putri. S, lahir di Ujung pandang, tanggal 18
bulan April tahun 1997 Masehi. Merupakan anak ke Dua dari
empat bersaudara, buah hati dari Bapak Sutrisno, S.Pd dan
Ibu Andi Nursaadaah Akbar, mulai memasuki jenjang
pendidikan formal di TK Al-Hidayah Makassar, kemudian
melanjutkan pendidikan di SD Negeri Kalukuang III Makassar, kemudian
melanjutkan Pendidikan di SMP Negeri 37 Makassar, kemudian penulis
melanjutkan pendidikan ke SMK Negeri 7 Makassar dan lulus pada tahun 2015.
Setelah menamatkan pendidikan di SMK Negeri 7 Makassar, penulis melanjutkan
pendidikan ke jenjang perguruan tinggi di Universitas Muhammadiyah Makassar
dan mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam pada
tahun 2016.