EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI...

58
EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENYIMPULKAN (Skripsi) Oleh EKA NOVITA SUWISNO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Transcript of EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI...

Page 1: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN

PENYANGGA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN

MEMPREDIKSI DAN MENYIMPULKAN

(Skripsi)

Oleh

EKA NOVITA SUWISNO

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 2: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN

PENYANGGA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN

MEMPREDIKSI DAN MENYIMPULKAN

Oleh

EKA NOVITA SUWISNO

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model Discovery

Learning untuk meningkatkan keterampilan memprediksi dan menyimpulkan

peserta didik pada materi larutan penyangga. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh peserta didik kelas XI MIPA1 sampai dengan XI MIPA4 SMA Negeri 1

Bandar Lampung semester genap Tahun 2015-2016 yang berjumlah 132 peserta

didik. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu kelas

XI MIPA4 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIPA1 sebagai kelas kontrol.

Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan Non Equivalence Control

Group Design. Kelas eksperimen diberi perlakuan menggunakan model

Discovery Learning sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model

pembelajaran konvensional. Efektivitas model discovery learning ditunjukkan

oleh adanya perbedaan rata-rata n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan

kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata n-Gain keterampilan

memprediksi peserta didik untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing

Page 3: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

Eka Novita Suwisno

0,32 dan 0,46 dan rata-rata n-Gain keterampilan memprediksi peserta didik untuk

kelas kontrol dan eksperimen masing-masing 0,40 dan 0,59. Berdasarkan

pengujian hipotesis (uji-t), disimpulkan bahwa penggunaan model discovery

learning efektif dalam meningkatkan keterampilan memprediksi dan

menyimpulkan peserta didik pada materi larutan penyangga.

Kata kunci: keterampilan memprediksi dan menyimpulkan, larutan penyangga,

Discovery Learning.

Page 4: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN

PENYANGGA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN

MEMPREDIKSI DAN MENYIMPULKAN

Oleh

EKA NOVITA SUWISNO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Pogram Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahian Alam

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 5: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum
Page 6: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum
Page 7: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum
Page 8: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi (Lampung Utara), pada

tanggal 16 November 1992 sebagai anak pertama dari 3

bersaudara dari kedua orang tua senantiasa dimuliakan oleh

Allah SWT yaitu Bapak Suwisno, S.Sos. dan Ibu Hamsanah.

Pendidikan formal diawali di TK Aisyiyah Bustanul Athfal diselesaikan tahun

1999, SDN 04 Tanjung Aman Kotabumi, Lampung Utara diselesaikan tahun

2005, SMP Negeri 7 Kotabumi, Lampung Utara diselesaikan tahun 2008, dan

SMA Negeri 3 Kotabumi, Lampung Utara diselesaikan tahun 2011.

Tahun 2011 terdaftar sebagai Mahasiswi Program Studi Pendidikan Kimia di

Jurusan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung

melalui jalur mandiri. Berbagai kegiatan organisasi kampus yang pernah diiukuti,

mulai dari Koperasi Mahasiswa (KOKMA). Di tingkat jurusan, aktif sebagai

anggota eksakta muda Penelitian dan Pengembangan (Litbang) 2011-2012.

Tahun 2015 penulis mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP

Negeri 4 Pesisir Selatan dan mengikuti Kuliah Kerja Nyata Kependidikan

Teritegrasi (KKNKT) di Desa Marang, Kec. Pesisir Selatan, Kab. Pesisir Barat.

Page 9: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

PERSEMBAHAN

Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Dengan baitan-baitan syukur kepada-Nya “Alhamdulillahirabbil „alamin” kupersembahkan

lembaran goresan tinta ini kepada Mamah dan Papah yang sangat ku muliakan

Mamah HAMSANAH dan Papah SUWISNO,S.SOS. yang senantiasa dimuliakan

oleh Allah SWT

Tak pernah sedikitpun beliau meminta balasan atas cucuran keringat yang

telah diteteskan untuk memenuhi kebutuhan pendidikanku

Mamah dan Papah, terima kasih atas segala ridho, do’a yang selalu mengiringi

langkah putri sulungmu untuk menggapai kesuksesan. Terimakasih telah

menjadi motivasi dan alasan terbesarku untuk tetap melangkah dalam

kesulitan sekalipun.

Semoga karyaku ini dapat membuat mu tersenyum bangga padaku, dan

semoga Allah SWT membalas setiap langkah, pengorbanan dan derai nafasmu

dengan Jannah-Nya. Aamiin Ya Robbalalamin.

Adik-adikku tercinta (Dewi Agustini dan Khaisar Soewisno) Barokallohu fiikum,

Terima kasih sudah selalu memberikan semangat, keceriaan, motivasi dan

dukungannya.

Keluarga dan semua sahabat-sahabatku, dan orang-orang

yang kusayangi yang tak dapat aku sebutkan satu persatu.

Almamaterku tercinta Universitas Lampung

Page 10: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

MOTTO

Jangan kau kira kesuksesan seperti buah kurma yang kau makan, engkau tidak akan meraih

kesuksesan sebelum meneguk pahitnya kesabaran

(Sabda Nabi SAW)

“tak satupun dapat menggantikan ketekunan untuk

mencapai keberhasilan”

(Calvin Coolidge)

“Kamu sendiri yang dapat merubah dimasa depan dengan usaha mu dimasa

kini, bukan orang lain atau bahkan sahabatmu sendiri, mereka hanya menjadi

penonton dari usaha yang kamu kerjakan. Maka, berikanlah pertunjukan

yang membuat penonton itu kagum dan bangga kepadamu”

(Dr. Ary Ginanjar Agustian)

Manusia yang paling baik adalah yang bisa memberi manfaat

bagi manusia lainnya.

(HR Al-Thabarani)

Page 11: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

SANWACANA

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga dapat diselesaikannya skripsi yang berjudul “Efektivitas

model discovery learning pada Materi Larutan Penyangga dalam Meningkatkan

keterampilan memprediksi dan menyimpulkan ” sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Atas dasar kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka adanya bimbingan

dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi

ini. Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Dekan FKIP Unila;

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA;

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

4. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Pembimbing I terima kasih, yang telah

berkenan memberikan bimbingan, kesabaran dan motivasinya untuk

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs.Tasviri Efkar, M.Si. selaku selaku Pembimbing II dan

Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan bimbingan, motivasi,

kritik dan saran dengan segala kesediaan, keikhlasan, dan kesabarannya

selama proses perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

Page 12: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

6. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si. selaku Pembahas, terima kasih atas kritik dan

saran untuk perbaikan skripsi ini agar lebih baik.

7. Seluruh Dosen Pendidikan Kimia yang telah mengajar dan membimbing

selama ini, juga staf administrasi P. MIPA Unila atas segala bantuannya.

8. Bapak Badruzamann,, S.Pd. M.Pd. selaku Kepala Sekolah, staf TU, siswa

kelas XI MIPA1 dan MIPA4 SMAN 1 Bandar Lampung dan Ibu Diah Eko

Erniwanti, S.Pd. sebagai Guru Mitra yang telah membantu selama penelitian.

9. Keluarga Tercinta ( Papah, Mamah, Batin Dewi, Kiyai Khaisar) yang tak

pernah berhenti memberiku doa dan dukungan.

10. Abang (Akhmad Ferdi Arianto) yang setia menjadi pendengar dan penasihat

terbaik serta selalu ada baik dalam kesenangan maupun kesulitan.

11. Sahabat P.Kimia 11 (Resti, Murni, Tika, Subainar, Dian .A. , Tami, Septi dan

Ika ). Rekan seperjuangan skripsi Dhaifina Trias Sukawati, Mahdalena .N

Purba, mbak Yesi Elmasari, semua rekan P.Kimia 2011 serta adik tingkat

P.Kimia, dan keluarga KKN-KT (Ayu, Nanda, Mella, Viska, Rifka, Utari,

Tari,Yoga).

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan rujukan penelitian,

dan dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Bandar Lampung, 18 Agustus 2016

Penulis,

Eka Novita Suwisno

Page 13: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ........................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5

E. Ruang Lingkup .................................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8

A. Pembelajaran Konstruktivisme ............................................................ 8

B. Model Discovery Learning .................................................................. 11

C. Efektivitas Pembelajaran ..................................................................... 15

D. Keterampilan Proses Sains ................................................................... 16

E. Analisis konsep .................................................................................... 21

F. Kerangka Pemikiran............................................................................. 24

G. Anggapan Dasar .................................................................................. 25

H. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 26

Page 14: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 27

A. Populasi dan Sampel ............................................................................ 27

B. Data Penelitian ..................................................................................... 28

C. Metode dan Desain Penelitian ............................................................. 28

D. Variabel Penelitian ............................................................................... 29

E. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen ..................................... 29

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian.......................................................... 30

G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ................................................ 32

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 37

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ....................................................... 37

B. Pembahasan.......................................................................................... 43

C. Hambatan-Hambatan dalam Pembelajaran .......................................... 53

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan .............................................................................................. 54

B. Saran .................................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Analisis SKL-KI-KD .......................................................................... 59

2. Silabus .................................................................................................. 68

3. RPP ...................................................................................................... 80

4. Lembar Kerja Siswa 1 (LKS 1) ........................................................... 95

5. Lembar Kerja Siswa 2 (LKS 2) .......................................................... 101

6. Lembar Kerja Siswa 3 (LKS 3) .......................................................... 107

Page 15: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

7. Lembar Kerja Siswa 4 (LKS 4) ........................................................... 115

8. Tabel Kisi-Kisi Soal Tes Uraian ......................................................... 120

9. Soal Pretes dan Postes .......................................................................... 122

10. Rubrik Penilaian Soal Pretes dan Postes ............................................. 125

11. Lembar Observasi Guru Mengajar ...................................................... 136

12. Penilaian Sikap Siswa pada Kelas Eksperimen ................................... 147

13. Penilaian Sikap Siswa pada Kelas Kontrol .......................................... 154

14. Rubrik Penilaian Perilaku .................................................................... 157

15. Data Pemeriksaan Jawaban Siswa Keterampilan Memprediksi .......... 168

16. Data Pemeriksaan Jawaban Siswa Keterampilan Menyimpulkan ....... 176

17. Daftar Nilai Pretes, Nilai Postes dan n-Gain ...................................... 184

18. Perhitungan dan Analisis Data ............................................................ 188

Page 16: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Analisis konsep larutan penyangga ............................................................. 22

2. Desain penelitian ........... ............................................................................. 28

3. Data normalitas keterampilan memprediksi ................................................ 40

4. Data normalitas keterampilan menyimpulkan ............................................. 40

5. Data homogenitas n-Gain keterampilan memprediksi................................. 41

6. Data homogenitas n-Gain keterampilan menyimpulkan ............................ 41

7. Data perbedaan dua rata-rata n-Gain memprediksi ..................................... 42

8. Data perbedaan dua rata-rata n-Gain menyimpulkan ................................. 42

Page 17: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Prosedur pelaksanaan penelitian ................................................. 32

Gambar 2 Rata-rata nilai pretes dan postes memprediksi ........................... 37

Gambar 3 Rata-rata nilai pretes dan postes menyimpulkan ........................ 38

Gambar 4 Rata-rata nilai n-Gain memprediksi dan menyimpulkan ............ 39

Page 18: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

struktur, komposisi, sifat, dinamika, kinetika, dan energetika yang melibatkan

keterampilan dan penalaran. Konten ilmu kimia yang berupa konsep, hukum, dan

teori, pada dasarnya merupakan produk dari rangkaian proses menggunakan sikap

ilmiah (Fadiawati, 2011). Tiga aspek penting yang merupakan hakikat ilmu kimia

yaitu kimia sebagai produk, proses, dan sikap (Tim Penyusun,2006). Menurut

Tawil dan Liliasari (2014), ketiga aspek tersebut dalam kegiatan pembelajarannya

saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya.

Kimia sebagai proses meliputi kegiatan mengamati, mengidentifikasi, mengajukan

pertanyaan, meng-umpulkan data, meramalkan, menerapkan konsep, merencana-

kan percobaan, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan. Kimia sebagai pro-

duk dapat berupa hukum, konsep, dalil, dan teori. Kimia sebagai sikap meliputi

keterampilan berkomunikasi, bekerja sama, ulet, kritis, kreatif, tanggung jawab

dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi ketika menjumpai suatu fenomena (Tim

Penyusun, 2013).

Pendekatan ilmiah (scientific approach) merupakan suatu pendekatan yang di-

amanatkan oleh kurikulum 2013 yang mengadopsi langkah-langkah ilmiah dalam

Page 19: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

2

memecahkan suatu masalah. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pen-

dekatan ilmiah adalah mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba

(experimenting), menalar (associating), dan membentuk jejaring (networking)

(Tim Penyusun, 2013).

Pendekatan ilmiah dapat diakomodasikan dalam suatu model pembelajaran.

Model pembelajaran akan menentukan terjadinya proses belajar mengajar yang

selanjutnya menentukan hasil belajar (Hudojo Purmiasa, 2002). Salah satu model

pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan ilmiah adalah discovery learning

(Permendikbud No. 65, 2013).

Model discovery learning merupakan suatu metode dimana dalam proses belajar

mengajar guru memperkenankan peserta didiknya menemukan sendiri beragam

informasi yang dibutuhkan ( Nasih dan Lilik, 2009). Discovery learning lebih

menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak di-

ketahui. Tahapan pada model discovery learning yaitu stimulation (pemberian

rangsangan), problem statement (identifikasi masalah), data collection (pengum-

pulan data), data processing (pengolahan data), verification (pembuktian), dan

generalization (pengambilan kesimpulan). Langkah-langkah tersebut akan men-

dorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat serta

mendorong dan menginspirasi peserta didik sehingga mampu berpikir hipotetik,

mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang

rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran sehingga hasil belajar

melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif (Tim

Penyusun, 2013c).

Page 20: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

3

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SMA Negeri 1

Bandar Lampung dengan guru bidang studi kimia diperoleh bahwa pembelajaran

kimia cenderung masih berpusat pada guru (teacher centered learning). Pembela-

jaran kimia di SMA Negeri 1 Bandar Lampung lebih dominan menggunakan

metode konvensional, meskipun terkadang guru sudah menggunakan cara mem-

bentuk kelompok diskusi. Peserta didik lebih sering mencatat apa yang guru

bacakan atau tuliskan dipapan tulis, sehingga peserta didik menjadi jenuh. Peserta

didik kurang diajak untuk menggunakan pengetahuan dan kemampuan berpikir-

nya untuk merumuskan sendiri apa yang harus dicapai dalam pembelajaran. Ke-

giatan praktikum hanya dilakukan pada materi tertentu saja untuk membuktikan

konsep kimia yang didapat. Akibatnya peserta didik kurang diajak untuk meng-

gunakan pengetahuannnya dan kemampuan berpikirnya untuk membangun

konsep yang harus dicapai dalam pembelajaran serta peserta didik menjadi pasif.

Hal ini dapat dilihat bahwa peserta didik kurang kreatif dalam memecahkan

masalah, partisispasi rendah, kerja sama dalam kelompok tidak optimal, kegiatan

belajar mengajar tidak efisien dan pada akhirnya hasil belajar menjadi rendah.

Berkaitan dengan hal di atas, perlu diupayakan suatu bentuk pembelajaran yang

mampu mengaktifkan peserta didik agar penyajian materi kimia menjadi lebih

menarik, sehingga dapat membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar dan

menghilangkan persepsi buruk peserta didik terhadap pelajaran kimia. Pembela-

jaran yang dimaksud adalah pembelajaran yang tidak hanya mampu memahami

materi saja tetapi juga mempunyai kemampuan yang dapat membuat siswa aktif

terlibat dalam proses belajar mengajar sehingga diharapkan mampu meningkatkan

prestasi belajar peserta didik.

Page 21: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

4

Salah satu kompetensi dasar yang harus di kuasai peserta dikelas XI semester

genap adalah KD 3.13 Menganalisis peran larutan penyangga dalam tubuh

makhluk hidup dan KD 4.13 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta

menyajikan hasil percobaan untuk menentukan sifat larutan penyangga. Untuk

mencapai kompetensi tersebut peserta didik diajak aktif ikut serta dalam proses

pembelajaran untuk mendapatkan ide dan gagasan baru yang sebelumnya tidak

diketahui. Berdasarkan hal tersebut maka pembelajaran kimia harus lebih diarah-

kan pada proses pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan memberikan

pengalaman belajar secara langsung yang dapat melatih berfikir siswa melalui

proses keterampilan proses sains.

KPS adalah semua keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh mengem-

bangkan, dan menerapkan konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori IPA,

baik berupa keterampilan mental, keterampilan fisik (manual) maupun keterampil-

an sosial (Rustaman, 2005). KPS terdiri atas keterampilan-keterampilan dasar

(basic skills) dan keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrated skills)

(Dimyati dan Mudjiono, 2009).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Diatini (2015), yang berjudul “Efektivitas

Model Discovery Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Generating pada

Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit”, hasil penelitiannya menyimpulkan

bahwa model discovery learning efektif dapat meningkatkan kemampuan

Generating pada materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit”, dan Sari (2014),

menyimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan

Page 22: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

5

penguasaan konsep dan kemampuan menyimpulkan pada materi hukum-hukum

dasar kimia.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian ini dengan judul:

“Efektivitas Model Discovery Learning Pada Materi Larutan Penyangga

Dalam Meningkatkan Keterampilan Memprediksi dan Menyimpulkan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi pada pembelajaran larutan penyangga,

rumusan masalah dari penelitian ini adalah: “Bagaimana efektivitas model pem-

belajaran discovery learning pada materi larutan penyangga dalam meningkatkan

keterampilan memprediksi dan menyimpulkan.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian

ini adalah mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran discovery learning

dalam meningkatkan keterampilan memprediksi dan menyimpulkan pada materi

larutan penyangga.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat, yaitu:

1. Bagi siswa

Dengan diterapkannya pembelajaran menggunakan model discovery learning

dalam kegiatan belajar mengajar akan memberikan pengalaman baru bagi

Page 23: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

6

siswa dalam memecahkan masalah kimia dan melatih keterampilan

memprediksi dan menyimpulkan.

2. Bagi guru

Pembelajaran menggunakan model discovery learning dapat menjadi salah

satu alternatif pembelajaran yang inovatif dan kreatif bagi guru.

3. Bagi Sekolah

Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan

mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari penelitian yang berbeda-beda terhadap istilah yang digunakan,

maka perlu dikembangkan beberapa istilah sebagai berikut:

1. Dalam penelitian ini, pembelajaran dikatakan efektif apabila secara statistik

keterampilan memprediksi dan menyimpulkan siswa menunjukkan perbedaan

n-Gain yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

2. Adapun tahap-tahap pembelajaran dalam model discovery learning adalah

pemberian rangsangan, identifikasi masalah dan merumuskan hipotesis,

pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian, dan generalisasi (Priyatni,

2014).

3. Keterampilan proses sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerap-

kan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu

pengetahuan (Dahar, 1989).

4. Keterampilan memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau mem-

buat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang,

Page 24: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

7

berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan

antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.

5. Keterampilan menyimpulkan yaitu kemampuan menarik kesimpulan dengan

menggunakan logika induktif dari data yang telah terkumpul melalui hasil

observasi/pengamatan (Dirdjosoemarto dkk, 2004).

Page 25: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Menurut Nur dalam Trianto (2010), teori pembelajaran berkembang dari kerja

Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif

yang lain, seperti teori Bruner. Pendekatan pembelajaran yang berfilosofi

konstruktivisme merupakan pembelajaran yang menitik beratkan pada keaktifan

siswa dan mengharuskan siswa membangun pengetahuannya sendiri. Pendekatan

ilmiah sangat relevan dengan tiga teori belajar, yaitu teori Bruner, teori Piaget,

dan teori Vygotsky.

Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Menurut Carin dan

Sund dalam Hosnan (2014), ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar

Bruner. Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila

ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif

dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual

yang merupakan suatu penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar

seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia

memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan

penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah

Page 26: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

9

bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran meng-

gunakan pendekatan ilmiah.

Bruner (Dahar, 1989) menganggap bahwa belajar bermakna hanya dapat terjadi

melalui belajar penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan

bertahan lama dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan

meningkatkan penalaran dan kemampuan berpikir secara bebas dan melatih

keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.

Gabel dalam Husamah dan Yanur (2013) menyatakan bahwa melalui kegiatan

laboratorium terutama praktikum memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir siswa.

Piaget menjelaskan teori belajar pada dasarnya siswa diharapkan membangun

sendiri perolehan yang ia dapatkan melalui pengalaman. Teori ini dikenal sebagai

teori belajar konstruktivisme. Menurut Von Glaserfeld (1989) dalam Pannen,

Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001) menyatakan bahwa konstruktivisme merupa-

kan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan

kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Slavin dalam Nurhadi dan Senduk (2002) mengemukakan teori-teori baru dalam

psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivis

(constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa

siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks,

mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila

aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan

dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah,

Page 27: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

10

menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan

ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemeroses-

an informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner.

Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mem-

punyai pengetahuan kepada orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan,

bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada

siswa, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu

lewat pengalamannya (Trianto, 2007).

Menurut Nur dan Wikandari dalam Trianto (2007), proses belajar mengajar IPA

lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat me-

nemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori, dan sikap ilmiah

siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh postif terhadap kualitas proses

pendidikan maupun produk pendidikan.

Menurut Von Glaserfeld (1989) dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu

(2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali peng-

alaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi

individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.

2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan

mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membanding-

kan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari

pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya

untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuan-

nya.

3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang

lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul

penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pemben-

tukan pengetahuannya.

Page 28: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

11

B. Model Discovery Learning

Menurut Dahar (1996), salah satu model instruksional kognitif yang berpengaruh

ialah model dari Bruner yang dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery

learning). Bruner menganggap, bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian

pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya meberikan hasil

yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta

pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar

bermakna. Belajar bermakna dengan arti seperti diatas, merupakan satu-satunya

macam belajar yang mendapat perhatian Bruner.

Discovery learning merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang me-

libatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, kritis dan logis sehingga mereka dapat menemukan

sendiri pengetahuan sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan

perilaku (Hanafiah dan Suhana, 2009).

Ketika mengaplikasikan model discovery learning, guru berperan sebagai pem-

bimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif,

dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kegiatan belajar

seperti ini mengubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented (berorien-

tasi pada guru) menjadi student oriented (berorientasi pada siswa). Pada pembela-

jaran dengan model discovery learning, guru harus memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menjadi problem solver, seorang saintis, historian/seorang

ahli. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk

melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, meng-

Page 29: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

12

kategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta

membuat kesimpulan-kesimpulan (Kurniasih dan Sani, 2014).

Ada beberapa fungsi metode discovery learning, yaitu sebagai berikut:

a. Membangun komitmen dikalangan peserta didik untuk belajar, yang diwujud-

kan dengan keterlibatan, kesungguhan dan loyalitas terhadap mencari dan

menemukan sesuatu dalam proses pembelajaran.

b. Membangun sikap, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam

rangka mencapai tujuan pengajaran.

c. Membangun sikap percaya diri (self confidance) dan terbuka (openess)

terhadap hasil temuannya (Hanafiah dan Suhana, 2009).

Berikut ini merupakan kelebihan dari model discovery learning :

a. Pengetahuan itu bertahan lama atau dapat diingat lebih lama.

b. Hasil belajar dengan model ini mempunyai efek transfer yang lebih baik dari-

pada hasil belajar lainnya.

c. Secara menyeluruh, belajar dengan model ini meningkatkan penalaran siswa

dan kemampuan untuk berfikir secara bebas (Dahar, 1996).

Adapun kekurangan dari model discovery learning yaitu :

a. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode discovery ini dapat hilang

bila berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara

belajar yang lama.

b. Pengajaran discovery learning lebih cocok untuk mengembangkan

pemahaman, sedangkan pengembangan aspek konsep, keterampilan dan

emosi kurang diperhatikan.

Page 30: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

13

c. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur

gagasan yang dikemukakan siswa.

d. Tidak menyediakan kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh

siswa karena telah dipilih lebih dulu oleh guru (Kurniasih dan Sani, 2014).

Menurut Pemendikbud Nomor 59 Tahun 2014, dalam mengaplikasikan model

discovery learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan

dalam kegiatan pembelajaran yaitu:

1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan

kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi agar

timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai kegiatan pem-

belajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku dan aktivitas

belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar

yang dapat mengembangkan dan membantu siswa untuk melakukan eksplorasi.

Kegiatan memberikan stimulasi dapat menggunakan teknik bertanya yaitu dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi

internal yang mendorong eksplorasi, seorang guru harus menguasai teknik-teknik

dalam memberi stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk

mengeksplorasi dapat tercapai.

Page 31: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

14

2. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)

Identifikasi masalah merupakan tahapan setelah melakukan stimulasi, dalam hal

ini guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak

mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran. Mem-

berikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan

yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun pema-

haman siswa agar terbiasa untuk menemukan masalah.

3. Data collection (pengumpulan data)

Pada tahap ini guru memberi kesempatan siswa mengumpulkan berbagai infor-

masi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara

sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini

adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan

dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja

siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

4. Data processing (pengolahan data)

Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah

diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu di-

tafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya,

semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung

dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Data

processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi

sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Berdasarkan generalisasi tersebut

siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban yang logis.

Page 32: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

15

5. Verification (pembuktian)

Verifikasi bertujuan agar proses belajar berjalan dengan baik dan kreatif jika guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,

aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan-

nya. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, pernyataan atau identifikasi

masalah yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab

atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Tahap generalisasi adalah proses menarik kesimpulan yang dapat dijadikan prin-

sip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan

memperhatikan hasil verifikasi.

C. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Nuraeni (2010) definisi efektivitas

adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur,

membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam

hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus

yang telah dicanangkan. Efektivitas model pembelajaran merupakan suatu ukuran

yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran.

Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila adanya perbedaan secara statistik

terhadap rata-rata nilai pretes postes siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol

(Soelemani dkk, 2012). Menurut Sudjana (1990) efektivitas dapat diartikan

sebagai tindakan keberhasilan siswa untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat

Page 33: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

16

membawa hasil belajar secara maksimal. Keefektivan proses pembelajaran ber-

kenaan dengan jalan, upaya teknik dan strategi yang digunakan dalam mencapai

tujuan secara optimal, tepat dan cepat.

Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan

tingkat keberhasilan dari suatu pelajaran. Kriteria keefektivan menurut

Wicaksono (2008) mengacu pada :

1. Ketuntasan belajar pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-

kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 60 dalam

peningkatan hasil belajar.

2. Model pembelajaran dikatakn efektif meningkatkan hasil belajar siswa

apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang

signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pem-

belajaran.

3. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan

motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi

untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.

D. Keterampilan Proses Sains

Menurut Gagne dalam Dahar (1996) keterampilan proses sains adalah kemam-

puan-kemampuan dasar tertentu yang dibutuhkan untuk menggunakan dan mema-

hami sains. Setiap keterampilan proses merupakan keterampilan yang khas yang

digunakan oleh semua ilmuwan, serta dapat digunakan untuk memahami feno-

mena apapun juga. Keterampilan proses sains mempunyai cakupan yang sangat

luas, sehingga aspek-aspek keterampilan proses sains dapat digunakan dalam

beberapa pendekatan dan model pembelajaran. Demikian halnya dalam model

pembelajaran yang dikembangkan yaitu discovery learning, keterampilan proses

sains menjadi bagian yang tidak terpisah dalam kegiatan belajar mengajar yang

dilaksanakan.

Page 34: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

17

Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses sains, seperti yang di-

kemukakan Funk dalam Nur (1996) keterampilan proses sains terdiri dari

keterampilan-keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan-keterampilan

terpadu (integrated skills). Keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari enam

keterampilan, yakni: mengamati (mengobservasi), mengklasifikasi, mengukur,

memprediksi, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan.

1. Mengamati

Melalui kegiatan mengamati, kita belajar tentang dunia sekitar kita yang fan-

tastis. Manusia mengamati objek-objek dan fenomena alam dengan pancain-

dra: penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasa atau penge-

cap. Informasi yang kita peroleh, dapat menuntut keingintahuan, memper-

tanyakan, memikirkan, melakukan interpretasi tentang lingkungan kita, dan

meneliti lebih lanjut. Selain itu, kemampuan mengamati merupakan keteram-

pilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta me-

rupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan

proses yang lain. Mengamati memiliki dua sifat yang utama, yakni sifat

kualitatif dan sifat kuantitatif. Mengamati bersifat kualitatif apabila dalam

pelaksanaannya hanya menggunakan panca indra untuk memperoleh infor-

masi. Mengamati bersifat kuantitatif apabila dalam pelaksanaannya selain

menggunakan panca indra, juga menggunakan peralatan lain yang mem-

berikan informasi khusus dan tepat.

Page 35: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

18

2. Mengklasifikasikan (mengelompokkan)

Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai

objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga di dapatkan

golongan/ kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud. Contoh

kegiatan yang menampakkan keterampilan mengklasifikasikan antara lain:

mengklasifikasikan cat berdasarkan warna, mengklasifikasikan binatang

menjadi binatang beranak dan bertelur dan kegiatan lain yang sejenis.

3. Mengukur

Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan

satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Contoh-contoh

kegiatan yang menampakkan ketermpilan mengukur antara lain: mengukur

panjang garis, mengukur berat badan, mengukur temperatur, dan kegiatan

sejenis yang lain.

4. Memprediksi

Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan

tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan per-

kiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta,

konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.

5. Mengkomunikasikan

Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh

fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk tulisan, gambar,

gerak, tindakan, atau penampilan misalnya dengan berdiskusi, mendekla-

masikan, mendramakan, mengungkapkan, melaporkan (dalam bentuk lisan,

tulisan, gerak, atau penampilan).

Page 36: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

19

6. Menyimpulkan

Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutus-

kan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip

yang diketahui.

Adapun salah satu keterampilan proses sains yang ingin ditingkatkan pada

penelitian ini adalah keterampilan memprediksi dan menyimpulkan. Mempre-

diksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala

hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola

atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip

dalam ilmu pengetahuan. Apabila siswa dapat menggunakan pola-pola hasil pe-

ngamatannya untuk mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang

belum diamatinya, maka siswa tersebut telah mempunyai kemampuan proses

memprediksi. Prediksi bisa berdasarkan metode ilmiah atau pun subjektif belaka.

Cartono (2007) menyusun indikator-indikator keterampilan memprediksi sebagai

berikut : menggunakan pola-pola hasil pengamatan dan mengemukakan apa yang

mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati.

Salah satu indikator dari keterampilan proses sains yang selanjutnya yaitu kete-

rampilan menyimpulkan. Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keteram-

pilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta,

konsep dan prinsip yang diketahui. Kemampuan menyimpulkan merupakan aspek

penting dari keterampilan proses sains yang perlu dilatihkan dalam pembelajaran

kimia di sekolah, karena keterampilan ini menuju pada pembuatan kesimpulan

mengenai hasil observasi yang didasarkan atas pengetahuan awal siswa

Page 37: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

20

(Indrawati, 1999). Tidak seperti pengamatan yang buktinya langsung terkumpul

di sekitar obyek, kesimpulan adalah penjelasan atau tafsiran (interpretasi) yang

dibuat berdasarkan pengamatan. Ketika siswa mampu membuat kesimpulan,

menafsirkan dan menjelaskan peristiwa-peristiwa di sekitar mereka, siswa me-

miliki apresiasi yang lebih baik terhadap lingkungan di sekitar mereka. Para

ilmuwan mengemukakan hipotesis tentang mengapa suatu peristiwa dapat terjadi,

didasarkan pada kesimpulannya tentang hasil penyelidikan (investigasi). Siswa

perlu diajarkan bagaimana membedakan antara pengamatan dan kesimpulan.

Mereka harus mampu membedakan dengan bukti yang mereka kumpulkan

mengenai alam antara pengamatan dengan tafsiran mereka berdasarkan peng-

amatan atau kesimpulan.

Guru dapat membantu siswa membuat perbedaan ini dengan terlebih dahulu men-

dorong mereka untuk mendeskripsikan pengamatan mereka menjadi rinci.

Kemudian, dengan memberi pertanyaan-pertanyaan siswa tentang pengamatan

mereka guru dapat mendorong siswa untuk berpikir tentang makna dari peng-

amatan. Berpikir untuk membuat kesimpulan dengan cara ini mengingatkan

siswa untuk mengkaitkan kesimpulan apa yang telah diamati dengan apa yang

sudah diketahui dari pengalaman sebelumnya.

Seringkali kesimpulan yang berbeda dapat dibuat berdasarkan pengamatan yang

sama. Kesimpulan kita juga bias berubah seiring dengan hasil pengamatan tam-

bahan. Pada umumnya siswa lebih percaya diri tentang kesimpulan siswa ketika

pengamatan yang diperoleh cocok dengan pengalaman masa lalu. Siswa juga

lebih percaya diri tentang kesimpulan saat mengumpulkan lebih banyak bukti pen-

Page 38: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

21

dukung. Ketika siswa mencoba untuk membuat kesimpulan, mereka sering harus

kembali dan membuat pengamatan tambahan agar menjadi lebih percaya diri

dalam mengambil kesimpulan. Kadang-kadang membuat pengamatan tambahan

akan memperkuat kesimpulan, tapi kadang-kadang informasi tambahan akan

menyebabkan kita untuk memodifikasi atau bahkan menolak kesimpulan

sebelumnya. Dalam ilmu pengetahuan, kesimpulan tentang bagaimana segala

sesuatu bekerja secara terus menerus dibangun, diubah, dan bahkan ditolak ber-

dasarkan pengamatan baru.

E. Analisis konsep

Herron et al dalam (Fadiawati, 2011) berpendapat bahwa belum ada definisi

tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep

disamakan dengan ide. Markle dan Tieman (Fadiawati, 2011) mendefinisikan

konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satupun

definisi yang dapat mengungkapkan arti dari konsep. Untuk itu diperlukan suatu

analisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep, sekaligus

menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.

Lebih lanjut lagi, Herron et al (Fadiawati, 2011) mengemukakan bahwa analisis

konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru

dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur

ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk.

Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau

label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi

konsep, contoh, dan non contoh.

Page 39: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

22

Tabel 1

KD 3.13 Menganalisis Peran Larutan Penyangga dalam Tubuh Makhluk Hidup

Analisis Konsep

No Label

Konsep

Defenisi Konsep Jenis

Konsep

Atribut Konsep Kedudukan Konsep Contoh Non

Contoh Atribut

Kritis

Atribut

Variabel

Sub

Ordinat

Koordinat Super

Koordinat

1 Larutan

penyangga

Larutan yang dapat

mempertahankan

PH bila diberikan

sedikit asam

ataupun basa, dan

memiliki peran

penting dalam

kehidupan terutama

di dalam tubuh

makhluk hidup,

Larutan penyangga

ada 2 macam yaitu

larutan penyangga

asam dan

penyangga basa

Prinsip Memperta

hankan

PH

Larutan

penyangga

asam

Larutan

penyangga

basa

Peran

larutan

penyangga

Fungsi

penyangga

dalam

tubuh

PH

Kompone

n larutan

penyangga

Penyangga

asam,

penyanga

basa, peran

larutan

penyangga

dalam

tubuh, pH

larutan

penyangga

Kesetimba

ngan

dalam

larutan

Air liur,

darah,

CH3COOH

+NaCH3CO

OH

NH3

+NH4Cl

Air, HCl,

NaOH

2 Penyangga

asam

Larutan yang

mengandung suatu

asam lemah, dan

basa konjugasinya

Prinsip Asam lemah

Basa

konjugasi

Jenis

asam dan

basa

Penyangga

asam

Kesetimba

ngan

dalam

larutan

CH3COOH

+NaCH3CO

OH

HCl

Page 40: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

23

3 Penyangga

basa

Larutan yang

mengandung suatu

basa lemah, dan

asam konjugasiny

Prinsip

Basa lemah

Asam

konjugasi

Jenis

asam

basa

Penyangga

basa

Kesetimba

ngan

dalam

larutan

NH3 +

NH4Cl

NaCl

4. Fungsi

Larutan

Penyangga

Pada Tubuh

Larutan penyangga

sangat penting

dalam kehidupan,

seperti darah , air

liur untuk menjaga

kesetimbangan

dalam tubuh

Proses Darah , dan

air liur

Jenis

larutan

penyang

ga dalam

tubuh ,

Fungsi

larutan

penyangga

dalam

tubuh

Kesetimba

ngan

dalam

larutan

Penyangga

fosfat,

penyangga

hemoglobin

, penyangga

karbonat,

5. Perhitungan

pH larutan

penyangga

asam dan

basa

pH larutan

penyangga yang

cenderung konstan

memiliki

perumusan pH yang

berbeda dari rumus

pH sebelumnya,

konsep Rumus pH

larutan

penyangga

pH

larutan

penyang

ga

Perhitunga

n pH

larutan

penyangga

Kesetimba

ngan

dalam

larutan

pH larutan

(100 ml

CH3COOH

0,1 M + 180

ml

CH3COOK

0,1 M)

adalah 5

pH

larutan

HCl 0,1

M = 1

Page 41: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

24

F. Kerangka Pemikiran

Tujuan pembelajaran kimia tidak sekedar mencapai pemahaman kimia tetapi juga

diharapkan dapat mengembangkan atau meningkatkan kemampuan soft skill

peserta didik. Discovery learning mengkombinasikan dua cara pengajaran yaitu

guru sebagai fasilitator juga aktif dalam membimbing siswa memperoleh penge-

tahuan dan menempatkan siswa bersikap aktif.

Materi yang dipakai untuk mengapilkasikan model discovery learning adalah

larutan penyangga. Tahap awal model discovery learning adalah pemberian

rangsangan (stimulasi).

Pemberian rangsangan dengan peserta didik yaitu dengan memahami suatu wa-

cana pendahuluan atau mengamati suatu visualisasi gambar mikroskopis, animasi

atau video yang relevan dengan menggunakan inderanya. Melalui pemberian

stimulasi ini, peserta didik akan terlatih untuk mengidentifikasi wacana, perma-

salahan atau fenomena-fenomena pada larutan penyangga. Tahap kedua adalah

identifikasi masalah dan merumuskan hipotesis. Setelah diberikan permasalahan,

peserta didik diminta untuk membuat pertanyaan tentang masalah apa saja yang

mereka temukan melalui pengamatan yang telah dilakukan. Pada tahap ini peserta

didik diminta untuk merumuskan hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Tahap

ket iga adalah pengumpulan data (data collection). Pada tahap ini, peserta didik

mengumpulkan data-data atau informasi tentang permasalahan atau fenomena

yang relevan guna menguji benar tidaknya hipotesis. Proses pengumpulan infor-

masi yang dilakukan dalam pembelajaran ini yaitu dengan mengidentifikasi gam-

Page 42: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

25

bar submikroskopis, serta merancang percobaan dan melakukan percobaan larutan

penyangga.

Selanjutnya tahap keempat adalah pengolahan data (data processing). Pada tahap

ini, data yang telah dikumpulkan kemudian diolah untuk menemukan informasi

yang akan dijadikan pengetahuan baru untuk mendapatkan pembuktian secara

logis. Pada tahap ini guru membimbing siswa dalam mengolah data hasil pe-

ngumpulan yang telah dilakukan, peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS. Pada kegiatan

ini, diharapkan peserta didik dapat bersikap jujur dalam hal pengolahan data per-

cobaan. Tahap kelima adalah pembuktian (verification). Pada tahap ini peserta

didik dapat menentukan suatu kebenaran hipotesis yang dihubungkan dengan

hasil pengolahan data. Dengan kebebasan dalam mengolah semua informasi yang

mereka dapatkan, lalu mengaitkannya dengan pengetahuan awal yang dimiliki

peserta didik. Tahap terakhir adalah generalisasi (generalization). Pada tahap ini

siswa diminta untuk merumuskan kesimpulan, berdasarkan hasil menalar secara

lisan, tertulis, atau media lainnya. Pada tahap ini peserta didik dapat memberikan

alasan yang dapat dipertanggung jawabkan untuk mencapai suatu keputusan.

Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas dengan diterapkannya pembela-

jaran menggunakan discovery learning pada materi larutan penyangga.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Perbedaan n-Gain kemampuan membedakan siswa kelas XI semester genap

SMA Negeri 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2015/2016 yang menjadi

Page 43: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

26

subjek penelitian semata-mata terjadi karena perbedaan perlakuan dalam

proses belajar.

2. Faktor-faktor lain di luar perilaku pada kedua kelas diabaikan.

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Model discovery learning efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam

memprediksi dan menyimpulkan pada materi larutan penyangga.

Page 44: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

27

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bandar

Lampung Tahun Ajaran 2015-2016 yang tersebar dalam empat kelas yaitu kelas

XI MIPA1 sampai dengan XI MIPA4 yang masing-masing berkisar antara 30-35

siswa. Selanjutnya, dari populasi tersebut diambil sebanyak dua kelas untuk di-

jadikan sampel penelitian.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Purposive

sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertim-

bangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat

populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Syaodih, 2009). Berdasarkan pertim-

bangan dari peneliti dengan bantuan guru mitra maka diambil 2 kelas sampel yaitu

kelas XI MIPA1 dan XI MIPA4 karena kedua kelas tersebut memiliki kemampuan

awal yang tidak jauh berbeda atau dianggap sama. Pembagian siswa pada tiap

kelas dilakukan secara heterogen, sehingga proporsi jumlah siswa yang memiliki

kemampuan akademik yang tinggi, sedang maupun kurang dalam tiap kelasnya

hampir sama antara satu kelas dengan kelas yang lainnya.Kelas XI IPA4 diten-

tukan sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan model discovery learning

Page 45: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

28

(X), sedangkan kelas XI IPA1 sebagai kelas kontrol yang tidak diberikan per-

lakuan atau menggunakan pembelajaran konvensional.

B. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Data hasil tes sebelum pembelajaran (pretes) mengenai materi larutan

penyangga yang bertujuan untuk mengelompokkan siswa sesuai kelompok

kognitifnya.

2. Data kinerja guru.

3. Data aktivitas siswa.

4. Data hasil tes setelah pembelajaran (postes) mengenai materi larutan

penyangga.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan design non

equivalent control group design (Creswell, 1997) yaitu desain kuasi eksperimen

dengan melihat perbedaan pretes maupun postes antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

Tabel 2. Desain penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Kelas eksperimen O1 X O2

Kelas kontrol O1 - O2

Sebelum diterapkan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretes (O1) yang

terdiri dari 9 soal uraian. Kemudian pada kelas eksperimen diterapkan perlakuan

model discovery learning (X) dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran

Page 46: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

29

konvensional. Selanjutnya, kedua kelompok sampel diberikan postes (O2) yang

terdiri dari 9 soal uraian.

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai

variabel bebas adalah pembelajaran yang digunakan, yaitu pembelajaran meng-

gunakan model discovery learning (X) dan pembelajaran konvensional. Sebagai

variabel terikat adalah keterampilan proses sains dalam memprediksi dan

menyimpulkan pada materi larutan penyangga kelas XI SMA Negeri 1 Bandar

Lampung Tahun Ajaran 2015/2016.

E. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen

Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu.

Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul

data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 2004). Pada

penelitian ini, instrumen yang digunakan antara lain adalah silabus, rencana pelak-

sanaan pembelajaran (RPP), LKS kimia yang menggunakan model discovery

learning pada materi larutan penyangga sejumlah 4 LKS, soal pretes dan soal

postes yang berupa soal uraian yang mengukur keterampilan memprediksi dan

menyimpulkan, pada lembar observasi kinerja guru.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan

dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Penelitian ini

menggunakan kevalidan isi. Kevalidan isi adalah kesesuaian antara instrumen

Page 47: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

30

dengan ranah yang diukur. Adapun pengujian kevalidan isi ini dilakukan dengan

cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, ter-

utama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan

butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka

dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengum-

pulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena itu,

dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka

peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh Ibu Dra.

Ila Rosilawati, M.Si., dan bapak Drs. Tasviri Efkar, M. Si., sebagai dosen

pembimbing untuk memvalidasi.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pra penelitian

Tujuan pra penelitian, yaitu:

a. Meminta izin kepada Kepala SMAN 1 Bandar Lampung untuk melak-

sanakan penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan

informasi tentang data siswa, karakteristik siswa, jadwal dan sarana-

prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana

pendukung pelaksanaan penelitian.

c. Menentukan populasi dan sampel penelitian.

2. Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

Page 48: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

31

a. Tahap persiapan

Pada tahap ini, peneliti menyusun analisis konsep, silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kisi-kisi soal pretes dan postes, soal

pretes dan postes,Lembar Kerja Siswa (LKS) materi larutan penyangga,

dan lembar kinerja guru terhadap pembelajaran materi larutan

penyangga.

b. Tahap pelaksanaan penelitian

Adapun prosedur pelaksanaan penelitian, yaitu:

(1) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eks-

perimen dan kelas kontrol

(2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi larutan penyangga

sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing

kelas, pembelajaran menggunakan model discovery learning diterap-

kan di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional diterapkan

di kelas kontrol

(3) Melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol.

c. Analisis dan pelaporan hasil penelitian

Pada tahap ini dilakukan pengolahan dan analisis data untuk memperoleh

suatu kesimpulan.

Page 49: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

32

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian

G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis data

Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan

untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan

hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Berikut teknik analisis data, antara

lain:

a. 1. Mengajukan permohonan izin kepada pihak sekolah.

b. 2. Melakukan wawancara dengan guru kimia di sekolah.

Pra

pen

elit

ian

pen

elit

ian

1. Menentukan populasi dan sampel

penelitian

2. Menyusun instrumen penelitian

Pretes

Kelas kontrol

(Pembelajaran

konvensional)

Kelas eksperimen

(Pembelajaran

menggunakan

model Discovery

Learning) Postes

Analisis data

Pembahasan dan simpulan

Pen

elit

ian

Anal

isis

dan

pel

apora

n

has

il

pen

elit

ian

Page 50: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

33

a. Mengubah skor menjadi nilai

Nilai pretes dan postes pada penilaian keterampilan proses sains dalam

memprediksi dan menyimpulkan pada materi larutan penyangga dirumuskan

sebagai berikut:

Nilai peserta didik = ...................................(1)

b. Menghitung n-Gain dari nilai peserta didik

Perhitungan n-Gain digunakan untuk melihat efektivitas model discovery learning

pada sampel. Perhitungan n-Gain dirumuskan sebagai berikut:

Pretes Nilai - Maksimum Nilai

Pretes Nilai - Postes Nilai Gain-n .............................................................(2)

2. Pengujian hipotesis

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas menggunakan

uji chi-kuadrat. Menurut Sudjana (2005) uji normalitas sebagai berikut:

Hipotesis: H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Untuk uji normalitas, digunakan rumus sebagai berikut:

................................................................................................(3)

Keterangan:

Oi= frekuensi pengamatan

Ei= frekuensi yang diharapkan

Page 51: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

34

Kriteria uji:

Terima H0 jika 2<

2(1-α)(k-3) atau

2 hitung <

2Tabel dengan taraf nyata 0,05.

b. Uji homogenitas dua varians

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh informasi bahwa sampel penelitian

yang dibandingkan memiliki varians homogen atau tidak, yang selanjutnya untuk

menentukan statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Menurut

Sudjana (2005) untuk menguji homogenitas varians dapat menggunakan uji F.

Hipotesis

( Sampel penelitian memiliki varians yang homogen)

( Sampel penelitian memiliki varians yang tidak homogen)

Statistik Uji

Atau

......................(4)

Kriteria Uji

Terima H0 hanya jika atau dengan taraf nyata

0,05. Dalam hal lainnya tolak H0.

c. Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa efektif

perlakuan terhadap sampel dengan melihat n-Gain keterampilan memprediksi

dan menyimpulkan pada materi larutan penyangga yang lebih tinggi antara

pembelajaran discovery learning dengan pembelajaran konvensional dari

peserta didik SMA Negeri 1 Bandar Lampung.

Page 52: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

35

Rumusan Hipotesis:

H0 : µ1x≤ µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan memprediksi dan menyimpul

kan pada materi larutan penyangga pada kelas yang diterapkan

pembelajaran discovery learning lebih rendah atau sama

dengan rata-rata n-Gain keterampilan memprediksi dan

menyimpulkan pada materi larutan penyangga yang pada kelas

diterapkan pembelajaran konvensional.

H1 : µ1x> µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan memprediksi dan menyimpul

kan pada materi larutan penyangga pada kelas yang diterapkan

pembelajaran discovery learning lebih tinggi dari pada rata-

rata n-Gain keterampilan memprediksi dan menyimpulkan

pada materi larutan penyangga ada kelas yang diterapkan

pembelajaran konvensional.

Keterangan:

µ1 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi pokok larutan penyangga pada kelas

yang diterapkan pembelajaran discovery learning.

µ2 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi larutan penyangga pada kelas yang

diterapkan pembelajaran konvensional.

x : keterampilan memprediksi dan menyimpulkan.

Jika data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen ( = ), maka

pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t dengan

rumus sebagai berikut:

(Sudjana, 2005)

..............................(5)

Page 53: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

36

Keterangan:

thitung = Perbedaan dua rata-rata.

= Rata-rata n-Gain keterampilan memprediksi dan menyimpulkan pada

materi larutan penyangga yang diterapkan model pembelajaran discovery

learning.

= Rata-rata n-Gain keterampilan memprediksi dan menyimpulkan pada

materi larutan penyangga yang diterapkan model pembelajaran konven-

sional.

= Simpangan baku gabungan.

= Jumlah peserta didik pada kelas yang diterapkan discovery learning.

= Jumlah speserta didik yang menggunakan pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku peserta didik yang diterapkan discovery learning..

= Simpangan baku peserta didik yang menggunakan pembelajaran

konvensional.

Dengan kriteria pengujian: terima H0 jika t < t1-α dengan derajat kebebasan d (k) =

n1 + n2 – 2 dan tolak H0 untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf

signifikan α = 5% peluang (1 – α).

Page 54: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata n-Gain keterampilan memprediksi dan menyimpulkan pada kelas

yang diterapkan discovery learning pada materi larutan penyangga lebih

tinggi daripada rata-rata n-Gain keterampilan memprediksi dan

menyimpulkan pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional pada

materi larutan penyangga.

2. Model discovery learning pada materi larutan penyangga efektif dalam

meningkatkan keterampilan memprediksi dan menyimpulkan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Model discovery learning hendaknya diterapkan sebagai model pembelajaran

yang digunakan pada mata pelajaran kimia khususnya materi larutan

penyangga.

2. Bagi calon peneliti lain tertarik untuk menerapkan model discovery learning,

hendaknya lebih mengoptimalkan persiapan yang diperlukan terutama pada

persiapan perangkat pembelajaran.

Page 55: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

55

3. Pada penerapan pembelajaran dengan model discovery learning hendaknya

memperhatikan alokasi waktu, karena dalam pelaksanaannya pembelajaran

membutuhkan waktu yang lebih lama disetiap tahap-tahap discovery

learning.

Page 56: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

DAFTAR PUSTAKA

Cartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program Pendidi-

kan Jarak Jauh SI PGSD Universitas Sriwijaya. Seminar Proseeding of The

International Seminar of Seminarof Science Education, 27 Oktober 2007.

Bandung.

Creswell, J. W. 1997. Re-search Design Qualitative and Quantitative Approach-

es. London: Sage Publications.

Dahar, R. W. 1989. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Diantini. 2015. “Efektivitas Model Discovery Learning dalam Meningkatkan

Kemampuan Generating pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-

Elektrolit”. Skripsi (tidak diterbitkan). Bandar Lampung: Universitas

Lampung.

Dimyanti dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Dirdjosoemarto dkk. 2004. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung:

FPMIPA UPI dan JICA IMSTEP.

Esler, W.K dan Esler, M.K. 1996. Teaching Elementary Science. California

Wads Worth.

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pelajar Tentang Struktur Atom

Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. SPs- UPI. Bandung.

Hanafiah dan Suhana, C. 2009. Konsep Strategi Pembeajaran. PT Refika

Aditama. Bandung

Hudojo. 2002. Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivisme. FMIPA

UM. Malang

Husamah, S., dan Yanur. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Kompetensi

Panduan Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi

Kurikulum 2013. Presentasi Pustakaraya. Jakarta.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran

Abad 21. Ghalia Indonesia. Bogor.

Page 57: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

Indrawati. 1999. Pembelajaran Inovatif Kreatif dan Inovatif untuk Siswa Sekolah

Dasar. FMIPA UNJ. Jakarta.

Kurniasih, I dan Sani, B. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013.

Kata Pena. Jakarta

Syaodih N.S. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Pannen, P., D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam

Pembelajaran. Dikti. Jakarta.

Priyatni, E. T. 2014. Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum

2013. Bumi Aksara. Jakarta.

Roestiyah, N. K. 2008. Strategi Belajar Mengajar: salah satu unsur pelaksanaan

strategi belajar mengajar: teknik penyajian. Rineka Cipta. Jakarta.

Rustaman, N.Y dan Widodo, A. 2005. Keterpaduan Kurikulum dan Pembel-

ajaran dalam Menyiapkan Guru IPA Sekolah Dasar Treand dan Alternatif.

Majalah Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta.

Sani, I. K. 2014. Sukses Mengimplemenasikan Kurikulum 2013. Kata Pena.

Jakarta.

Sari, P.A.W. 2014. Efektivitas Discovery Learning Dalam Meningkatkan

Penguasan Konsep dan Kemampuan Menyimpulkan Pada Hukum-Hukum

Dasar Kimia. Skripsi (tidak diterbitkan). Bandar Lampung: Universitas

Lampung.

Slavin, R. E. 2002. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media.

Bandung

Soelemani, H dkk. 2012. The Effect of Instruction Based on Multiple

Intelligences of Theory on the Attitude and Learning of General English.

Journal English Language Teaching 5 (9).University of Istahan. Iran

Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung.

Tawil, M. dan Liliasari. 2014. Keterampilan-Keterampilan Sains dan

Implementasinya dalam Pembelajaran IPA. Makasar: Badan Penerbit UNM.

Tim Penyusun. 2013a. Konsep Pendekatan Ilmiah. Kemdikbud. Jakarta.

__________. 2013c. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69

Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah

Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Kemendikbud. Jakarta.

Page 58: EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN ...digilib.unila.ac.id/24057/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · 1. Analisis konsep larutan penyangga ... giatan praktikum

__________. 2014. Permendikbud Nomor 59. 2014 Kurikuum 2013 Sekolah

Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Kemendikbud. Jakarta.

__________. 2013. Permendikbud Nomor 65. 2013. Kerangka Dasar dan

Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

Kemendikbud. Jakarta.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

ke-3. Balai Pustaka. Jakarta.

Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruk-

tivistik. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

Wicaksono, A. 2008. Efektivitas Pembelajaran. Agung (ed). 3 April 2016,

Tersedia:http://www.Edukasi.kompas.com