Efektivitas Madu Untuk Mukositis

download Efektivitas Madu Untuk Mukositis

of 14

Transcript of Efektivitas Madu Untuk Mukositis

  • 8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis

    1/14

    Efektivitas Madu dalam Menurunkan Derajat Mukositis Akibat

    Kemoterapi Pada Pasien Kanker

    Marthalena Simamora1, Dewi Prabawati2, Wilhelmus Hary Susilo3

    1Program Magister Keperawatan Medikal Bedah, 2 Dosen Tetap STIK Sint

    Carolus, 3 Dosen Tidak Tetap STIK Sint Carolus

    ABSTRAK

    Mukositis merupakan peradangan dan ulcerasi pada mucosa oral dan sub mucosa yang terjadi

    akibat efek samping kemoterapi. Salah satu tindakan yang direkomendasikan untuk mencegah dan

    menurunkan derajat mukositis adalah melakukan perawatan mulut menggunakan madu.Penelitian

    ini bertujuan mengetahui efektivitas madu dalam menurunkan derajat mukositis pada pasien

    kanker akibat kemoterapi di rumah sakit umum Kota Medan. Penelitian ini merupakan kuasi

    eksperimen non equivalent control group pre test-post test . Metode sampling dengan tehnik totalsampling berjumlah 96 responden terdiri dari kelompok intervensi (76 responden) dilakukan

     perawatan mulut menggunakan madu dankelompok kontrol (22 responden) dilakukan perawatan

    mulut menggunakan chlorhexidine 0,2%. Analisa data dengan regresi logistic ordinal, uji

     beda Mann Withney  dan Wilcoxon. Hasil analisis menunjukkan bahwa perawatan mulut

    menggunakan madu efektif menurunkan derajat mukositis pada pasien kanker (p=0.000). Uji

     beda Mann Wthney diperoleh hasil terdapat perbedaan derajat mukositis pada kelompok inervensi

    dan kelompok kontrol P

  • 8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis

    2/14

    &Wilson, 2005). Kanker terjadi

    karena adanya sel yang bersifat

    mutagenik.Pertumbuhan sel kanker

    yang terus menerus dan tidak

    terkontrol dapat mengakibatkankematian.(Chan & Ingoffo,

    2005).Kemoterapi berperan penting

    dalam penatalaksanaan

    kanker.Kemoterapi bekerja dengan

    merusak proses pembentukan sel

    kanker pada fase-fase pembelahan sel

    sehingga siklus sel kanker terganggu

    dan pembelahannya terhambat.

    Prinsip kerja kemoterapi

    adalah membunuh sel-sel kanker yang

     bekerja dengan cepat, namunkemoterapi juga menimbulkan efek

    samping yaitu selain membunuh sel-

    sel kanker juga membunuh sel-sel

    yang sehat sehingga kemoterapi sering

    menimbulkan efek samping

    diantaranya adalah mukositis. Sekitar

    40% dari semua pasien kanker yang

    menjalani kemoterapi mengalami

    mukositis; 80% pasien kanker

    kepaladan leher yang menjalani terapi

    radiasi juga mengalami mukositis

    (Sonis et al, 1999 dalam Mohamed,

    2012).75% pasien yang mengalami

    mukositis akibat kemoterapi

    mengalami komplikasi nyeri

    mulut.Nyeri yang dirasakan adalah

    nyeri sedang sampai berat sehingga

    kadang-kadang pasien diberikan obat

    narkotika untuk menurunkan

    nyerinya.

    Mukositis merupakaninflamasi dan ulserasi pada membrane

    mukosa oral.Gejala mukositis

    diantaranya adalah timbulnya rasa

    sakit, ulserasi, perdarahan, mulut

    kering serta kesulitan

     berbicara.(Eilers, 2004). Bila

    gangguan ini tidak segera ditangani

    akan mengakibatkan gangguan lebih

    lanjut yaitu gangguan kesimbangan

    nutrisi dan pada akhirnya

    mengakibatkan penurunan kualitas

    hidup pasien kanker.

    Beberapa penelitian

    merekomendasikan penggunaan madu

    dalam menurunkan mukositis akibatkemoterapi. Madu juga merupakan

    zat yang kaya nutrisi. Menurut

     beberapa penelitian madu digunakan

    dalam berbagai pengobatan modern

    karena memiliki efek terapeutik yaitu

    memiliki viskositas tinggi, memiliki

     pH rendah (asam), mengandung zat

    anti oksidan, anti inflamasi, zat

    stimulant pertumbuhan, asam amino,

    vitamin, enzim dan mineral. Menurut

    Bognadov (2011), madu efektifdalam mempercepat penyembuhan

     pada luka pembedahan, luka

     penekanan, luka pada pasien diabetes

    mellitus dan luka scarring. Penelitian

    lain yang dilakukan Mohamed (2012)

    tentang pengaruh penggunaanmadu

    secara topical dalam managemen

    stomatitis pada pasien yang menjalani

    kemoterapi. Penelitian ini dilakukan

     pada 40 responden yang dibagi dalam

    dua kelompok denganmemberikan 20

    ml madu (kelompok intervensi) dan

     perawatan mulut rutin di rumah sakit

    (kelompok kontrol). Hasil penelitian

    diperoleh kelompok intervensi

    mengalami stomatitis yang lebih

    rendah dibandingkan kelompok yang

    mendapat perawatan mulut biasa.

    Rumusan Masalah

    Bagaimana efektifitas madudalam menurunkan derajat mukositis

    akibat kemoterapi pada pasien

    kanker?

    TujuanDiperolehnya kejelasan

    efektivitas madu dalam menurunkan

    derajat mukositis akibat kemoterapi

     pada pasien kanker.

  • 8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis

    3/14

     

    METODE PENELITIAN

    Desain PenelitianDesain penelitian adalah quasi

    eksperimentalnon equivalent control

     group pre test –  post test design.

    Populasi dan SampelPopulasi dalam penelitian ini

    adalah pasien kanker menjalani

    kemoterapi di RSUP H. Adam Malik

    Medan dan RSU DR. Pirngadi kota

    Medan dengan kriteria inklusi adalah

    mengalami mukositis derajat 1-4,dirawat di rumah sakit selama 7 hari,

    usia 17-75 tahun, tidak memiliki

     penyakit lain seperti DM yang dapat

    mempengaruhi proses penyambuhan

    luka dan memiliki nilai-nilai

     pemeriksaan hematologis dalam

    rentang normal. (Hb > 10gr/dl).

    Populasi eksternal adalah

     pasien kanker mulut atau kanker

    nasofaring stadium akhir yang

    menyebabkan pasien kesulitan

    membuka mulut sehingga sulit

    dilakukan pemeriksaan derajat

    mukositis.

    Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian dilakukan di Unit

    Kemoterapi RSUP H.Adam Malik

    Medan dan RSUD DR. Pirngadi Kota

    Medan pada 12 Mei  –  25 Juni 2014.

    Prosedur Pengumpulan Data1.  Persiapan

    Mengurus surat izin penelitian di

    RSUP. H. Adam Malik medan dan

    RSUD DR. Pirngadi Medan

    2.  Pelaksanaan

    a.  Memilih responden yang sesuai

    dengan kriteria responden dengan

    tehnik total sampling

     b. Menentukan kelompok intervensi

    dan kelompok kontrol berdasarkan

     perbedaan waktu. Kelompok

    kontrol diambil terlebih dahulu

     pada minggu pertama. Kelompok

    intervensi diambilsetelah

    kelompok kontrol selesaic.  Menjelaskan tujuan dan prosedur

     penelitian pada pasien kelompok

    kontrol dan kelompok intervensi

    dan memberikan informent

    concern 

    d. Pada kelompok kontrol responden

    diberikan informasi tentang

     perawatan mulut menggunakan

    chlorhexidine  dan jadwal

     perawatan mulut sesuai derajat

    mukositis. Selanjutnya dilakukan pengambilan data skor derajat

    mukositis pertama ( pretest ) yang

    dilakukan sebelum responden

    mendapat kemoterapi.

    Pengambilan data skor derajat

    mukositis kedua ( post test )

    dilakukan pada hari ketiga (T2)

    dan hari keenam (T3) setelah

     pasien melakukan perawatan

    mulut

    e.  Pada kelompok intervensi sebelum

     perawatan mulut responden

    dianjurkan untuk membersihkan

    mulut terlebih dahulu. Berkumur

    dengan madu dilakukan selama 30

    detik, respoden dianjurkan untuk

    menggerak-gerakkan larutan madu

    agar menjangkau semua mukosa

    mulut .setelah berkumur larutan

    madu dibuang.

    f. 

    Pada mukositis derajat 1 dan 2,responden dianjurkan melakukan

     perawatan mulut sebanyak tiga

    kali sehari. Sedangkan pada pasien

    mukositis derajat 3 dan 4,

     perawatan mulut dilakukan

    sebanyak enam kali sehari.

    g. Mengobservasi derajat mukositis

    dan menilai derajat muositis pada

    hari ketiga (T2) dan pada hari

    keenam (T3).

  • 8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis

    4/14

    Instrumen yang Digunakan

    Instrumen yang digunakan adalah

    kuesioner, lembar penilaian derajat

    mukositis menggunakan Oral

     Assesment Guide  dan lembar

    observasi derajat mukositis.

    Analisis Data

    Analisis data dalam penelitian ini

    menggunakananalisis univariat

    statististik deskriptif untuk melihat

    gambaran karakteristik responden

    dalam penelitian, analisis multivariat

    menggunakan regresi logistic ordinal,Uji beda independent (Mann

    Witney)dan uji beda berpasangan

    (Wilcoxon).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    1.  Karakteristik Responden

    Tabel 4.1. Distribusi responden

     berdasarkan status nutrisi, jenis

    kanker,jenis kemoterapi dan

    Perawatan Mulut

     No

    Kategori

    Jumlah

    intervensi

    Jumlah

    kontroln = 76

    (74.48%)n = 22

    (21.56%)1 Status Gizi:

    - Gizi kurang-  Normal

    - Gizi baik

    23 (30,3%)48 (63.1%)

    5 (6.6)

    4 (18.2)18 (81.8)

    2 Jenis Kanker-  Kanker/

    tumorsolid

    -  Kankerdarah

    75 (98,7%)

    1 (1,3%)

    22 (100%)

    3 JenisKemoterapi- PotensiMukosatoks

    ik sedang

    - Potensimukosatok sik tinggi

    14 (18.4)

    62 (81,6)

    2 (9.1))

    20 (90.9)

    4 PerawatanMulut:

    - Chlorhexidine

    Madu 76 (77.6)

    22 (22,4)

    Sumber : data primer, 2014

    2.  Uji Pseudo R-Square

  • 8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis

    5/14

     

    Estimasi Sig.

    Threshold

    [derajatpost = 0] -40.750 .879

    [derajatpost = 1] -18.980 .915[derajatpost = 2] -14.908 .933

    [derajatpost = 3] -11.287 .949

    Variab

    elindepe

    nden

    Perawatan Mulut 4.662 .000Usia -12.156 .925

    Status gizi  .763 .576Jenis kanker - 1.466 .888

    Jenis Kemoterapi -18.197 .918

    Model

    Hari ke III Hari ke VI

    -2 Log

     Likelihood  

    Sig. -2 Log

     Likelihood  

    Sig.

     NullHypothesis

    109.446 41.519

    General .000 .023 .000 1.000

    Pengaruh Perawatan Mulut

    Menggunakan Madu terhadap

    Penurunan Derajat Mukositis

    Berdasarkan hasil uji statistik

     pengaruh perawatan mulut terhadap

     penurunan derajat mukositisdidapatkan p value 0.000 (p

  • 8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis

    6/14

    Kandungan glukosa, frukstosa

    dan sukrosa berfungsi meningkatkan

    tekanan osmotic.Madu mempunyai

    osmolaritas yang tinggi dan

    merupakan larutan yang mengalamisuper saturasi dengan kandungan gula

    yang tinggi dan mempunyai interaksi

    yang kuat dengan molekul air.

    Tingginya kadar gula dalam madu

    terutama fruktosa dan kandungan air

    dalam madu menyebabkan madu

    memiliki efek osmotic yang tinggi.

    Kadar osmotic madu yang sangat

    tinggi menyebabkan madu mampu

    mengekstrak dan mengabsorpsi air

    dari sel bakteri sehingga bakterikehilangan banyak air dan

    metabolismenya terganggu.

    Akibatnya, pertumbuhan bakteri

    terhenti dan akhirnya bakteri akan

    mati (Iqbal, 2008).

    Faktor lain yang mempengaruhi

     penurunan derajat mukositis adalah

    kadar pH yang rendah yaitu pH 3.62

    (sangat asam). pH madu yang asam

     berfungsi menghambat pertumbuhan

     bakteri dengan menciptakan

    lingkungan asam pada luka sehingga

    akan mencegah bakteri melakukan

     penetrasi dan kolonisasi. Kadar asam

    yang tinggi yang dioleskan pada

    mukosa yang mengalami mukositis

    mengakibatkan respon nyeri.Hal ini

    terlihat dari hasil observasi terhadap

     pasien dimana setelah dilakukan

     perawatan mulut terdapat 5 responden

    yang menunjukkan ekspresi wajahmeringis kesakitan dan beberapa

     pasien mengungkapkan secara verbal

    tentang nyeri yang dirasakan. Untuk

    mengatasi nyeri yang dirasakan oleh

     pasien, dokter yang merawat pasien

    menganjurkan pencampuran lidokain

    dengan NaCl setelah dilakukan

     perawatan mulut lalu 15 menit

    kemudian pasien berkumur dengan

    madu yang sudah diencerkan dengan

     NaCl 0,9%.

    Pengaruh Faktor Usia Terhadap

    Penurunan Derajat Mukositis

    Berdasarkan hasil analisis pengaruh faktor usia terhadap

     penurunan derajat mukositis dengan

    menggunakan regresi logistic ordinal

    menunjukkan bahwa terdapat

     pengaruh faktor usia terhadap

     penurunan derajat mukositis pada hari

    ke III dengan p=0.004 (p0.05) sehingga Ha 2

    ditolak. Meskipun dalam penelitian

    ini secara signifikan usia tidak

    mempengaruhi penurunan derajat

    mukositis, tetapi pada anak usia muda

    mempunyai resiko yang lebih besar

    mengalami mukositis yaitu 58-85%.

    (James, 2010). Hal ini sesuai dengan

     pendapat Back (1999) dalam Eilers

    (2004) yang menyatakan bahwa pada

    anak-anak dan lansia mempunyai

    resiko lebih tinggi mengalami

    mukositis dibandingkan dengan usia

    lainnnya karena pada anak-anak sel-

    sel epitel da membrane mukosa lebih

    sensitive mengalami toksisitas

    sedangkan pada lansia diketahui

    mengalami penurunan pertumbuhan

    sel-sel yang baru dan berkaitan

    dengan fungsi hati dan ginjal. 

    Estimasi besar pengaruhvariabel usia terhadap penurunan

    derajat mukositis dapat dilihat pada

    nilai parameter estimates (tabel 5.13).

    Sebagai contohpada tabel 5.13 usia 26

    tahun berkontribusi sebesar 7.263 kali

    terhadap penurunan derajat mukositis

    sedangkan usia 60 tahun berkontribusi

    sebesar 1.741 kali terhadap penurunan

    derajat mukositis dibandingkan

    dengan kelompok kontrol. Hasil diatas

    menunjukkan bahwa usia muda

  • 8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis

    7/14

    memiliki pengaruh yang lebih besar

    dalam menurunkan derajat mukositis,

    hal ini disebabkan karena usia muda

    memiliki kemampuan yang lebih baik

    dalam memperbaiki sel atau jaringanyang rusak dibandingkan dengan usia

    tua. Gambaran ini sesuai dengan hasil

     penelitian ini dimana hasil yang

    signifikan mengenai pengaruh faktor

    usia terhadap penurunan derajat

    mukositis dialami oleh responden

    dengan usia 26 tahun meskipun pada

     beberapa responden dengan usia

     produktif menunjukkan hasil yang

    signifikan.

    Pengaruh Status Gizi terhadap

    Penurunan Derajat Mukositis

    Distribusi frekuensi status gizi

    responden dalam penelitian ini adalah

    mayoritas responden memiliki status

    gizi normal sebanyak 67,3% (66)

    reponden. Hasil analisis pengaruh

    status gizi terhadap penurunan derajat

    mukositis dengan menggunakan

    regresi logistic ordinal menunjukkan

     bahwa tidak terdapat pengaruh yang

    signifikan variabel status gizi terhadap

     penurunan derajat mukositis pada hari

    ke III dan hari ke VI dengan p

    value=0,317 hari ke III dan pada hari ke

    VI p=0,576 (p>0.05) sehingga Ha 3

    ditolak.

    Pengukuran status nutrisi

    dalam penelitian ini menggunakan

    rumus IMT.IMT banyak digunakandirumah sakit untuk mengukur status

    nutrisi pasien.Meskipun dari hasil

    IMT status gizi tidak berpengaruh

    secara signifikan terhadap penurunan

    derajat mukositis mungkin disebabkan

    karena IMT hanya dapat

    memperkirakan ukuran lemak tubuh

    sekalipun hanya estimasi tetapi lebih

    akurat dari pada pengukuran berat

     badan.Berat badan tidak memberikan

    informasi mengenai komposisi tubuh

    dan tidak seefektif untuk menentukan

     penyakit kronis.Pasien yang

     berukuran besar tetapi bukan gemuk

    dapat memiliki BMI diatas standar,

    namun tidak ada hubungannya dengankelebihan nutrisi (obesitas).(Hartono,

    2004). IMT tidak cukup memberikan

    gambaran yang tepat tentang status

    gizi, sehingga diperlukan pemeriksaan

    laboratorium yang lain untuk

    mengukur status nutrisi responden

    terutama pada pasien penyakit kronis.

    Selain menggunakan IMT,

     penilaian status nutrisi dapat dilihat

    melalui kadar Albumin, protein dan

    Hb. Kadar albumin dalam serummerupakan parameter yang dapat

    digunakan untuk menilai status nutrisi.

    Penurunan kadar albumin dalam

    serum merupakan salah satu alat yang

    digunakan untuk menilai protein

    tubuh dan lebih akurat dalam

    menentukan status nutrisi pasien

     penyakit kronis. Penilaianan protein

    tubuh, konsentrasi protein dalam

    serum dapat digunakan untuk menilai

    derajat hilangnya protein tubuh.

     Namun dalam penelitian ini, peneliti

    tidak menggunakan nilai albumin

    dalam menilai status nutrisi pasien

    karena tidak semua pasien kemoterapi

    di rumah sakit tempat dilakukannya

     penelitian dilakukan pemeriksaan

    albumin sebelum kemoterapi selain itu

    kadar albumin dalam serum memiliki

    keterbatasan sebagai parameter status

    nutrisi karena memiliki waktu paruhyang panjang. Albumin disintesis di

    hepar dan memiliki waktu paruh rata-

    rata 20 hari (Hartono, 2004).

    Pengaruh Jenis Kanker Terhadap

    Penurunan Derajat Mukositis

    Berdasarkan distribusi

    frekuensi jenis kanker secara

    keseluruhan dalam penelitian ini

    adalah jenis tumor solid. Jenis tumor

  • 8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis

    8/14

    solid yang paling banyak dalam

     penelitian ini adalah nasofaring

    carcinoma  (NPC), kanker kolorectal,

    kanker paru dengan metastase tulang

    dan kanker payudara.Hasil analisis pengaruh jenis kanker terhadap

     penurunan derajat mukositis dengan

    menggunakan regresi logistic ordinal

    menunjukkan bahwa tidak terdapat

     pengaruh yang signifikan variabel

     jenis kanker terhadap penurunan

    derajat mukositis, p=0.918 (p>0.05)

    sehingga Ha 4 ditolak.

    Dalam penelitian ini jenis

    kanker secara signifikan tidak

    mempengaruhi mukositis mugkindisebabkan karena rata-rata responden

    yang diambil dalam penelitian ini

    adalah jenis kanker kanker/ tumor

    solid. Berdasarkan literature bahwa

    mukositis lebih banyak terjadi pada

     pasien dengan kanker darah yang

    menjalani kemoterapi karena leukemia

    merupakan jenis kanker yang

    mengakibatkan mielosuppresi. Pada

     pasien leukemia yang mengalami

    neutropenia akan mudah mengalami

    infeksi bakteri seperti mukositis

    (Eilers, 2004).

    Pengaruh Jenis Kemoterapi

    Terhadap Penurunan Derajat

    Mukositis

    Hasil analisis pengaruh jenis

    kemoterapi terhadap penurunan

    derajat mukositis menunjukkan bahwatidak terdapat pengaruh yang

    signifikan variabel jenis kemoterapi

    terhadap penurunan derajat mukositis

     pada hari ke III dan VI dengan nilai

     p=0,08 (p>0.05).

    Meskipun dalam penelitian ini

     jenis kemoterapi secara signifikan

    tidak mempengaruhi penurunan

    derajat mukositis, hal ini mungkin

    disebabkan karena berdasarkan hasil

     pengamatan dilahan yang dilakukan

     peneliti pasien kanker nasofaring yang

    akan menjalani kemoterapi sebelum

    kemoterapi dilakukan pasien terlebih

    dahulu dianjurkan untuk mengisap es

     batu selama lima menit, selama proseskemoterapi berlangsung dan setelah

    kemoterapi. Terapi ini disebut

    cryotherapy. Tujuan terapi ini adalah

    agar memvasikontriksi pembuluh

    darah sehingga meminimalkan

    masuknya obat kemoterapi pada sel.

    Intervansi ini masih menjadi

     perdebatan karena pemberian butiran

    es dalam waktu lama mengakibatkan

    vasokontriksi pembuluh darah yang

     berlebihan (Eilers, 2004). Adanyaintervensi ini mungkin menjadi salah

    satu faktor tidak ada pengaruh jenis

    kemoterapi terhadap penurunan

    derajat mukositis.

    Mukositis Oral juga

    dipengaruhi oleh jenis obat yang

    digunakan dan dosis kemoterapi.

    Menurut Otto (2001) jenis kemoterapi

    yang dapat mengakibatkan mukositis

    adalah yang bersifat toksik terhadap

    mukosa. Menurut Hiks (2007), jenis

    obat kemoterapi yang bersifat

    mukotoksik tinggi adalah jenis anti

    tumor dan antibiotic seperti

    doxorubicin, vincristine, obat

    kemoterapi yang bersifat anti

    metabolit seperti methotrexate dan 5

    FU.

    Pada penelitian ini lebih dari

    separuh jumlah responden (83,7%)

    mendapat jenis kemoterapi dengan potensi mukosatoksik tinggi seperti

    cisplatin dan 5FU. Kedua

    antisitostatikanini merupakan jenis

    kemoterapi yang beresiko tinggi

    menyebabkan mukositis.Menurut

    Firdaus dan Prijadi (2010),cisplatin

    merupakan obat utama dan paling

    sering sering dipakai pada terapi

    kankernasofaring.Cisplatin biasanya

    diberikan dalam waktu 2-6 jam

    dengan dosis 60-120 mg/m2. Efek

  • 8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis

    9/14

    toksik pada renal biasanya terjadi,

    termasuk terjadinya azotemia

    moderat, kebocoran elektrolit

    khususnya magnesium dan

     potassium.Efek toksik lainnya adalahmual dan muntah, neurotoksik perifer,

    ototoksik, dan mielosupresi yang

    terjadi setelah diberikan beberapa kali

    kemoterapi.

    Mekanisme kerja 5

    Fluorouracil (5 Fu) adalah

    menghambat enzim thymidylate

    sinthase dan konversi uridine menjadi

    thymidine. Sel akan kekurangan

    thymidine dan tidak dapat mensintesa

    DNA. Banyak obat-obatan lain yangdapat berinteraksi dengan 5-

    fluorouracil dan menimbulkan efek

    yang lebih baik.Efek samping obat ini

    antara lain mielosupresi, mucositis,

    diare, dermatitis, dan cardiac toksik.

    Kesimpulan 1.  Karakteristik responden penelitian

    ini adalah adalah mayoritas

     berusia berusia 57 tahun sebanyak

    7,1% (7 responden), status gizi

    normal sebanyak 67,3% (66

    responden), jenis kemoterapi

    dengan potensi mukosatoksik

    tinggi sebanyak 83,7% (82

    responden) dengan jenis

    kanker/tumor solid sebanyak 99%

    (97 responden).

    2.  Perawatan mulut menggunakan

    madu berpengaruh terhadap penurunan derajat mukositis

    dengan p value 0.000. Madu lebih

    efektif menurunkan derajat

    mukositis sebesar 4.662 kali

    dibandingkan chlorhexidine  0,2

     persen

    3.  Secara statistik terdapat perbedaan

    signifikan penurunan derajat

    mukositis pada kelompok

    intervensi dan kelompok kontrol

    dengan p value =0.000

    4.  Secara statistik terdapat perbedaan

    signifikan penurunan derajat

    mukositis sebelum dan sesudah

    dilakukan perawatan mulut

    menggunakan madu5.  Secara statistik terdapat perbedaan

    signifikan intensitas nyeri pada

    kelompok intervensi dibandingkan

    dengan kelompok kontrol

    (p=0.004).

    Saran

    1.  Bagi Pelayanan Keperawatan 

    Merancang Standar AsuhanKeperawatan dalam manajemen

    efek samping kemoterapi

    2.  Penelitian Selanjutnya

    Mengembangkan hasil penelitian

    terkait komponen mikrobiologi

    yang mempengaruhi penurunan

    derajat mukositis 

    DAFTAR PUSTAKA

    Al-Waili, N.S. (2004). Topical Honey Increase Saliva, Plasma and

    Urine Content of Total Nitrite

    Consentration.Journal of

    medical food.Diaksestanggal

    18 Februari 2014.

    http://www.online.liebertpub.c

    om/doi/abs/10.1089/jmf.2004

    Arikunto, Suharsimi.(2010).

    ProsedurPenelitianSuatuPende

    katanPraktek. Jakarta:

    RinekaCipta

    Black, M. Joice& Hawks, Jane

    Hokanson. ( 2009).  Medical

    Surgical Nursing Clinical

     Management for Positive

    Outcome. Volume I.

    http://www.online.liebertpub.com/doi/abs/10.1089/jmf.2004http://www.online.liebertpub.com/doi/abs/10.1089/jmf.2004http://www.online.liebertpub.com/doi/abs/10.1089/jmf.2004http://www.online.liebertpub.com/doi/abs/10.1089/jmf.2004http://www.online.liebertpub.com/doi/abs/10.1089/jmf.2004

  • 8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis

    10/14

    ElseiverSaunder Company.

    USA

    Black, M. Joice& Hawks, Jane

    Hokanson. ( 2005).  MedicalSurgical Nursing Clinical

     Management for Positive

    Outcome. Volume I.

    ElseiverSaunder Company.

    USA

    Baggot, R.B., Kelly, K.P., Fochtman,

    D., &Folley, G.

    (2002). Nursing Care of

    children and adolescent with

    cancer .3 rd edition.

    Pennsylvania: W.B Saunders

    Company

    Bardy, J., Slevin,N., Male, K.L.,

    &Mallasiotis, A (2008).  A

    Systematic Review Of Honey

    Uses and Its Potential value

    within Oncology Care. Journal

    of Clinical Nursing.Diakses 09

    Januari

    2014.http://onlinelibrary.wiley.

    com/doi/10.1111/j.1365-

    2702.2008

    Bognadov, Stefan. (2010).  Honey In

     Medicine. Bee product

    Scinece. Diaksestanggal 16

    Desember2013.http://www.bee-

    hexagon.net/files/file/fileE/He

    althHoney/9HoneyMedicineRe

    view.pdf

    Bognadov, Stefan. (2011). Honey is

     Nutrient and Functional Food:

     A Review.Diaksestanggal 16

    Desember

    2013.http://www.apitherapie.c

    h/files/files/Honig/8HoneyNut

    rientFunctionalReview.pdf  

    Bowden, V.R., Dickey, S.B., &

    Greenberg, C.S.(1998).Children and Their

     Families: The Continum of

    Care.  Philadelphia: W.B.

    Saunders Company

    Cancer Care Nova Stovia. (2008).

    Best Practice Guidelines for

    The Management of Oral

    Complications From Cancer

    Therapy. California. Nova

    StoviaGovernment.Diaksestanggal

    16 Desember

    2013.http://www.cancercare.ns

    .ca

    Depkes RI. (2013). Seminar

    SehariDalamRangkaMemperin

     gatiHariKankerSedunia  2010.

    Diakses9 Januari 2013.

    http://www.depkes.go.id/index

    .php/berita/press-release/2233-

    seminar-sehari-dalam-rangka-

    memperingati-hari-kanker-

    sedunia-2013.html. 

    Eilers, J. (2004).  Nursing Intervention

    and Supportive Care for Prevention and Treatment of

    Oral Mukositis Associated

    with Cancer Treatment.

    Oncology Nursing

     Forum.Diaksestanggal 20

    Februari

    2014.http://ons.metapress.com/

    content/h35n277470541837/

    Eilers, J., berger, A.M., & Petersen,

    M.C. (1988).  Development,

    testing and Application of Oral

     Assessment Guide. Oncology

     Nursing

    http://www.bee-hexagon.net/files/file/fileE/HealthHoney/9HoneyMedicineReview.pdfhttp://www.bee-hexagon.net/files/file/fileE/HealthHoney/9HoneyMedicineReview.pdfhttp://www.bee-hexagon.net/files/file/fileE/HealthHoney/9HoneyMedicineReview.pdfhttp://www.bee-hexagon.net/files/file/fileE/HealthHoney/9HoneyMedicineReview.pdfhttp://www.apitherapie.ch/files/files/Honig/8HoneyNutrientFunctionalReview.pdfhttp://www.apitherapie.ch/files/files/Honig/8HoneyNutrientFunctionalReview.pdfhttp://www.apitherapie.ch/files/files/Honig/8HoneyNutrientFunctionalReview.pdfhttp://www.apitherapie.ch/files/files/Honig/8HoneyNutrientFunctionalReview.pdfhttp://www.cancercare.ns.ca/http://www.cancercare.ns.ca/http://www.cancercare.ns.ca/http://www.cancercare.ns.ca/http://www.cancercare.ns.ca/http://www.apitherapie.ch/files/files/Honig/8HoneyNutrientFunctionalReview.pdfhttp://www.apitherapie.ch/files/files/Honig/8HoneyNutrientFunctionalReview.pdfhttp://www.apitherapie.ch/files/files/Honig/8HoneyNutrientFunctionalReview.pdfhttp://www.apitherapie.ch/files/files/Honig/8HoneyNutrientFunctionalReview.pdfhttp://www.bee-hexagon.net/files/file/fileE/HealthHoney/9HoneyMedicineReview.pdfhttp://www.bee-hexagon.net/files/file/fileE/HealthHoney/9HoneyMedicineReview.pdfhttp://www.bee-hexagon.net/files/file/fileE/HealthHoney/9HoneyMedicineReview.pdfhttp://www.bee-hexagon.net/files/file/fileE/HealthHoney/9HoneyMedicineReview.pdf

  • 8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis

    11/14

     Forum.Diaksestanggal 20

    Februari

    2014.http://www.wiley.com/do

    i/10.1002

    Elting, L.S., Cooksley, C., &

    Chamber, N. (2003).The

     Burden of Cancer Therapy:

    Clinical and Economic

    Outcome of Chemotherapy-

    induced Mucositis. Cancer

    care.Diakses 28 Februari

    2014.http://onlinelibrary.wiley.

    com/doi/10.1002/cncr.11671/f 

    ull

    Evans, J., &Flavin,.S (2008):  A guide

     for Healthcare Professionals.

     British Journal of Nursing.Vol

    17, 24-30.

    Globocan IARC.(2008).  Estimated

    cancer Incidence, Mortality,

     Prevalence and Disability-

    adjusted life years (DALYs)

    Worldwide in 2008.diakses 08

    Maret 2014

    http://globocan.iarc.fr/

    Gralla, R.J., Houlihan, N.G.,

    &Messner, C.

    (2010).Understanding and

    Managing Chemotherapy Side

    Effect. New York: Cancer care

    Content. Diakses 08 Maret

    2014.

    http://www.cancercare.org.

    Hong, Shu Lei.(2013). Perkembangan

    Ilmu Pengetahuan Modern dan

    Penyakit Kanker Berbicara

    Tentang Kehidupan

    Memerlukan "Sejati-Baik-

    Sabar”. Era Baru

    News: Universitas

    Tokyo.diakses; 06 Januari

    2014.

    Kemenkes.(2013).

    SituasiEpidemiologiHiv-Aids

     Di

     Indonesia.KementerianKeseha

    tan RI. diakses; 06 Januari

    2014.

    Kindler, Hedy

    Lee.(2010).Gemcitabine Plus

    Bevacizumab Compared With

    Gemcitabine Plus Placebo in

    Patients With

    AdvancedPancreatic Cancer:

    Phase III Trial of the Cancer

    andLeukemia Group B

    (CALGB 80303.  Journal of

    Clinical Oncology volume 28

    no. 22.Diaksestanggal 6

     Januari

    2014.

    Jagathan, S.K &Mandal

    (2009). Antiproloverative

     Effect and of Its Polyphenols:

     A review. Journal of

     Biomedicine and Biotechnology. , 9, 1-13

    Lewis S.L. et al. (2012).  Medical

    Surgical Nursing: Assesment

    and Management of Clinical

     Problems. Elseiver Mosby.

    Missouri. 

    Mohamed Salwa, A.

    AmanyShebl&Soheir

    Mohamed Weheida. (2012).

    The Effect of Topical

    http://www.wiley.com/doi/10.1002http://www.wiley.com/doi/10.1002http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/cncr.11671/fullhttp://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/cncr.11671/fullhttp://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/cncr.11671/fullhttp://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://jco.ascopubs.org/content/28/22/3617.full.pdf+htmlhttp://jco.ascopubs.org/content/28/22/3617.full.pdf+htmlhttp://jco.ascopubs.org/content/28/22/3617.full.pdf+htmlhttp://jco.ascopubs.org/content/28/22/3617.full.pdf+htmlhttp://jco.ascopubs.org/content/28/22/3617.full.pdf+htmlhttp://jco.ascopubs.org/content/28/22/3617.full.pdf+htmlhttp://jco.ascopubs.org/content/28/22/3617.full.pdf+htmlhttp://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/cncr.11671/fullhttp://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/cncr.11671/fullhttp://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/cncr.11671/fullhttp://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/cncr.11671/fullhttp://www.wiley.com/doi/10.1002http://www.wiley.com/doi/10.1002http://www.wiley.com/doi/10.1002

  • 8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis

    12/14

     Application of Honey on

     Management of Chemotherapy

     Induced Oral Stomatitis. Life

    Science

    Journal.Diaksestanggal17Desember 2013. http://www.

    Lifesciencesite.com

    Mottalebnejad, M., Akram, S.,

    Moghadamina.,Moulana, Z.,

    Omidi, S. (2008). The effect of

    topical application of pure

    honey on radiation- induced

    mucositis; A randomized

    Control trial. The Journal of

    Contemporary Dental Practice.Diaksestanggal 17

    Desember

    2013.http://www.jaypeejournal

    s.

    Muehlbauer, P., Thorpe, D., Davis,

    A., &Rawling, B.L.

    (2009). Putting EvidanceInto

     Practice: Evidance based

     Intervention to Prevent,

     Manage and treat

    Chemotherapy and

     Radiotherapy induced

     Diarrhea.Clinical Journal of

    Oncology Nursing. 13 (3),

    336-341

    Murti, Bhisma.

    (2010).DesaindanUkuranSamp

    eluntukPenelitianKuantitatif di

    BidangKesehatan.GadjahMadaUniversity MurtiPress,

    Yogyakarta

     National Cancer Institute. (2010),

    Surveilence, Epidemiology and

    end Result   (SEER).

    Diaksestanggal 29 Septermber

    2013.http://www.seer.cancer,g

    ov./canque/incidence.html

     Nurhidayatun. (2012).

    UjiKlinisrandomisasi:

    Pengaruhperawatanmulutmeng

    gunakanmaduterhadapperubah

    an stadiummukositispadaanakkanker di

    RS KankerDarmaisJakarta.

    Depok: FIK UI

    Otto, S. (2001).Oncology

     Nursing.Fourth Edition.

    Mosby

    Orsolic, N., & basic, I. (2004). Honey

    as A cancer Preventive Agent.Periodicum Biology, 106(4),

    397-401

    Orsolic Nada. (2009). Review

    Artikel Bee Honey and

    Cancer . Journal of

    ApiProduct and ApiMedical

    Science 1 (4); 93-103. DOI

    10.3896/ IBRA.4.014.01

    Polit, D.F., &Hugler, B.P.(1999).Nursing Reseach:

    Principle and Method.

    Philadelphia: Lippincott

    Williams & Wilkins.

    Polit, D.F., & Beck, C.T

    (2012). Nursing Reseach:

     generating and Assessing

     Evidance for Nursing

     Practice.  9 th edition.

    Philadelphia: LippincottWilliams & Wilkins

    Price, S.A., & Wilson, L.M.

    (2005).Patofisiologi:

    Konsepklinis proses-proses

     penyakit. Jakarta: EGC

    Purbaya.J.R.

    (2007).MengenaldanMemanfa

    atkanKhasiatMaduAlami.

    Bandung: Pionir Jaya

    http://www.seer.cancer%2Cgov./http://www.seer.cancer%2Cgov./http://www.seer.cancer%2Cgov./http://www.seer.cancer%2Cgov./http://www.seer.cancer%2Cgov./http://www.seer.cancer%2Cgov./http://www.seer.cancer%2Cgov./

  • 8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis

    13/14

     

    Risdakes.(2007). Prevalensi

    Tumor/kanker .Diakses

    08september 2013.

    www.depkes.go.id

    Riwidikdo, Handoko. (2013).

    StatistikaKesehatan.DenganAp

    likasi SPSS

    dalamProsedurPenelitian.

    Jakarta: Rohima Press

    Rubin, Philip & Williams, Jacquelina.

    (2011). Clinical Oncology A

     Multidisiplinary Approach for

     Physicians and Students. 8th 

    Edition.WB. Saunders

    Company. USA

    Rubenstein, E.B. Petersen, D.E., &

    Schubert, M (2004).Clinical

     Practice Guideline For

     Prevention and Treatment of

    cancer Theraphy-Induced Oral

    and Gastrointestinal Mucositis. cancer Supplement,

    100, 2026-2046

    Smeltzer& Bare.(2002).

     KeperawatanMedikalBedah. Edisi

    8.EGC.Jakarta

    Susilo, W.H &Limakrisma, N.

    (2012).BiostatistikalanjutAplik 

    asidengan SPSS dan LISREL padaIlmuKesehatan. Jakarta:

    Trans Info Media

    Susilo, W.H. (2012).

    Statistika&AplikasiUntukPene

    litianIlmuKesehatan. Jakarta:

    Trans Info Media

    Susilo, WH., M.HavidzAima.,

    FitrianiSuprapti. (2014).

    BiostatistikaLanjutdanAplikasi

    Riset. Jakarta: Trans Info

    Media

    SufiawatiIrna., Gus PermanaSubita.,

    (2008).IdentifikasidanPengendalianFa

    ktorResikoMukositis Oral

    selamaRadioterapiKankerNaso

    faring.Indonesian Journal of

    Dentistry.http//www.fkg.ui.ed

    u

    Sonis, S.T., Elting, L.S., Keefe, D.,

    Schubert,M., Peterson, D.E.,

    Hauer-Jensen, M., et al/

    (2004).  Perspective on cancertherapy-induced mucosal

    injury: Pahogenesis,

    measurent, epidemiology and

    Consequences for Patient. 

    Supplement to Cancer

    American Cancer Society, 100

    (9). 95-120

    Sonis, S.T (1998). Mucositis as a

    Biological Process: A new

    Hypothesis for the

    Development of

    Chemotherapy- Induced

    Stomatotoxicity. Oral

    Oncology, 34 (1). 39-43

    Tabane, L. (2004). Sample Size

    Determination in Clinical Trial

    HRM-733 Calss Note.

    Hamilton: Mc Master

    University

    Tomey & Alligood. (2010).  Nursing

    Theorists and Their Work

    Seventh Edition. Mosby

    Elsevier, Maryland Heights

    Misouri, United States of

    America

    Tipton, J. McDaniel, R., Barbour, L.,Jhonson, M., Kayne, M.,

    LeRoy, P., & Ripple, M.L

  • 8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis

    14/14

    (2007).Putting Evidance into

    Practice.Evidance  – Based

    Intervention to prevent,

    manage and treat

    Chemotherapy-induced nauseaand vomiting. Clinical Journey

    of Oncology Nursing, 11 (1).

    69-78

    Tricia Fransiska.,

    Pudjirahayu.,RusSuheryanto

    (2012). Hubungan status

    nutrisipenderitakarsinomanaso

    faring stadium

    lanjutdengankejadianmukositis

    sesudahradioterapi.Vol. 42 No1.www.or.id/index.php/orli/art

    icle.

    Vorh Werner., Hans (2005).

     Encyclopedia Reference of

     Immuno-

    Toxicology. NewYorkSpinger

    Berlin Heidelberg

    WHO.(2011).

    Cancer .http://www.who.int/fea

    tures/qa/15/en/index.html.

    Diakses 06 Januari 2014 

    WHO. (2012).  Data WHO 2008:

     Epidemiologikanker .

    http://id.shvoong.com/medicin

    e-and-health/epidemiology- public-health/ di akses 08

    september 2013

    Wiyono, G. (2011). 3 in one

     MerancangPenelitianBisnisde

    nganAlatanalisis SPSS 17.0 &

    Smart PLS 2.0. Yogyakar ta:

    Percetakan STIM YKPN

    YKI.(2012). Jakarta Race

    2012.Yayasankanker

     Indonesia/ Indonesian Cancer

     Foundation.Diakses 03 Maret

    2014.

    http://yayasankankerindonesia.

    org/2012/jakarta-race-2012

    http://www.or.id/index.php/orli/http://www.who.int/features/qa/15/en/index.html.%20Diakses%2006%20Januari%202014http://www.who.int/features/qa/15/en/index.html.%20Diakses%2006%20Januari%202014http://www.who.int/features/qa/15/en/index.html.%20Diakses%2006%20Januari%202014http://www.who.int/features/qa/15/en/index.html.%20Diakses%2006%20Januari%202014http://www.who.int/features/qa/15/en/index.html.%20Diakses%2006%20Januari%202014http://www.who.int/features/qa/15/en/index.html.%20Diakses%2006%20Januari%202014http://www.who.int/features/qa/15/en/index.html.%20Diakses%2006%20Januari%202014http://www.who.int/features/qa/15/en/index.html.%20Diakses%2006%20Januari%202014http://www.or.id/index.php/orli/