Efektivitas Madu Untuk Mukositis
-
Upload
intansarifnosaa -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of Efektivitas Madu Untuk Mukositis
-
8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis
1/14
Efektivitas Madu dalam Menurunkan Derajat Mukositis Akibat
Kemoterapi Pada Pasien Kanker
Marthalena Simamora1, Dewi Prabawati2, Wilhelmus Hary Susilo3
1Program Magister Keperawatan Medikal Bedah, 2 Dosen Tetap STIK Sint
Carolus, 3 Dosen Tidak Tetap STIK Sint Carolus
ABSTRAK
Mukositis merupakan peradangan dan ulcerasi pada mucosa oral dan sub mucosa yang terjadi
akibat efek samping kemoterapi. Salah satu tindakan yang direkomendasikan untuk mencegah dan
menurunkan derajat mukositis adalah melakukan perawatan mulut menggunakan madu.Penelitian
ini bertujuan mengetahui efektivitas madu dalam menurunkan derajat mukositis pada pasien
kanker akibat kemoterapi di rumah sakit umum Kota Medan. Penelitian ini merupakan kuasi
eksperimen non equivalent control group pre test-post test . Metode sampling dengan tehnik totalsampling berjumlah 96 responden terdiri dari kelompok intervensi (76 responden) dilakukan
perawatan mulut menggunakan madu dankelompok kontrol (22 responden) dilakukan perawatan
mulut menggunakan chlorhexidine 0,2%. Analisa data dengan regresi logistic ordinal, uji
beda Mann Withney dan Wilcoxon. Hasil analisis menunjukkan bahwa perawatan mulut
menggunakan madu efektif menurunkan derajat mukositis pada pasien kanker (p=0.000). Uji
beda Mann Wthney diperoleh hasil terdapat perbedaan derajat mukositis pada kelompok inervensi
dan kelompok kontrol P
-
8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis
2/14
&Wilson, 2005). Kanker terjadi
karena adanya sel yang bersifat
mutagenik.Pertumbuhan sel kanker
yang terus menerus dan tidak
terkontrol dapat mengakibatkankematian.(Chan & Ingoffo,
2005).Kemoterapi berperan penting
dalam penatalaksanaan
kanker.Kemoterapi bekerja dengan
merusak proses pembentukan sel
kanker pada fase-fase pembelahan sel
sehingga siklus sel kanker terganggu
dan pembelahannya terhambat.
Prinsip kerja kemoterapi
adalah membunuh sel-sel kanker yang
bekerja dengan cepat, namunkemoterapi juga menimbulkan efek
samping yaitu selain membunuh sel-
sel kanker juga membunuh sel-sel
yang sehat sehingga kemoterapi sering
menimbulkan efek samping
diantaranya adalah mukositis. Sekitar
40% dari semua pasien kanker yang
menjalani kemoterapi mengalami
mukositis; 80% pasien kanker
kepaladan leher yang menjalani terapi
radiasi juga mengalami mukositis
(Sonis et al, 1999 dalam Mohamed,
2012).75% pasien yang mengalami
mukositis akibat kemoterapi
mengalami komplikasi nyeri
mulut.Nyeri yang dirasakan adalah
nyeri sedang sampai berat sehingga
kadang-kadang pasien diberikan obat
narkotika untuk menurunkan
nyerinya.
Mukositis merupakaninflamasi dan ulserasi pada membrane
mukosa oral.Gejala mukositis
diantaranya adalah timbulnya rasa
sakit, ulserasi, perdarahan, mulut
kering serta kesulitan
berbicara.(Eilers, 2004). Bila
gangguan ini tidak segera ditangani
akan mengakibatkan gangguan lebih
lanjut yaitu gangguan kesimbangan
nutrisi dan pada akhirnya
mengakibatkan penurunan kualitas
hidup pasien kanker.
Beberapa penelitian
merekomendasikan penggunaan madu
dalam menurunkan mukositis akibatkemoterapi. Madu juga merupakan
zat yang kaya nutrisi. Menurut
beberapa penelitian madu digunakan
dalam berbagai pengobatan modern
karena memiliki efek terapeutik yaitu
memiliki viskositas tinggi, memiliki
pH rendah (asam), mengandung zat
anti oksidan, anti inflamasi, zat
stimulant pertumbuhan, asam amino,
vitamin, enzim dan mineral. Menurut
Bognadov (2011), madu efektifdalam mempercepat penyembuhan
pada luka pembedahan, luka
penekanan, luka pada pasien diabetes
mellitus dan luka scarring. Penelitian
lain yang dilakukan Mohamed (2012)
tentang pengaruh penggunaanmadu
secara topical dalam managemen
stomatitis pada pasien yang menjalani
kemoterapi. Penelitian ini dilakukan
pada 40 responden yang dibagi dalam
dua kelompok denganmemberikan 20
ml madu (kelompok intervensi) dan
perawatan mulut rutin di rumah sakit
(kelompok kontrol). Hasil penelitian
diperoleh kelompok intervensi
mengalami stomatitis yang lebih
rendah dibandingkan kelompok yang
mendapat perawatan mulut biasa.
Rumusan Masalah
Bagaimana efektifitas madudalam menurunkan derajat mukositis
akibat kemoterapi pada pasien
kanker?
TujuanDiperolehnya kejelasan
efektivitas madu dalam menurunkan
derajat mukositis akibat kemoterapi
pada pasien kanker.
-
8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis
3/14
METODE PENELITIAN
Desain PenelitianDesain penelitian adalah quasi
eksperimentalnon equivalent control
group pre test – post test design.
Populasi dan SampelPopulasi dalam penelitian ini
adalah pasien kanker menjalani
kemoterapi di RSUP H. Adam Malik
Medan dan RSU DR. Pirngadi kota
Medan dengan kriteria inklusi adalah
mengalami mukositis derajat 1-4,dirawat di rumah sakit selama 7 hari,
usia 17-75 tahun, tidak memiliki
penyakit lain seperti DM yang dapat
mempengaruhi proses penyambuhan
luka dan memiliki nilai-nilai
pemeriksaan hematologis dalam
rentang normal. (Hb > 10gr/dl).
Populasi eksternal adalah
pasien kanker mulut atau kanker
nasofaring stadium akhir yang
menyebabkan pasien kesulitan
membuka mulut sehingga sulit
dilakukan pemeriksaan derajat
mukositis.
Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian dilakukan di Unit
Kemoterapi RSUP H.Adam Malik
Medan dan RSUD DR. Pirngadi Kota
Medan pada 12 Mei – 25 Juni 2014.
Prosedur Pengumpulan Data1. Persiapan
Mengurus surat izin penelitian di
RSUP. H. Adam Malik medan dan
RSUD DR. Pirngadi Medan
2. Pelaksanaan
a. Memilih responden yang sesuai
dengan kriteria responden dengan
tehnik total sampling
b. Menentukan kelompok intervensi
dan kelompok kontrol berdasarkan
perbedaan waktu. Kelompok
kontrol diambil terlebih dahulu
pada minggu pertama. Kelompok
intervensi diambilsetelah
kelompok kontrol selesaic. Menjelaskan tujuan dan prosedur
penelitian pada pasien kelompok
kontrol dan kelompok intervensi
dan memberikan informent
concern
d. Pada kelompok kontrol responden
diberikan informasi tentang
perawatan mulut menggunakan
chlorhexidine dan jadwal
perawatan mulut sesuai derajat
mukositis. Selanjutnya dilakukan pengambilan data skor derajat
mukositis pertama ( pretest ) yang
dilakukan sebelum responden
mendapat kemoterapi.
Pengambilan data skor derajat
mukositis kedua ( post test )
dilakukan pada hari ketiga (T2)
dan hari keenam (T3) setelah
pasien melakukan perawatan
mulut
e. Pada kelompok intervensi sebelum
perawatan mulut responden
dianjurkan untuk membersihkan
mulut terlebih dahulu. Berkumur
dengan madu dilakukan selama 30
detik, respoden dianjurkan untuk
menggerak-gerakkan larutan madu
agar menjangkau semua mukosa
mulut .setelah berkumur larutan
madu dibuang.
f.
Pada mukositis derajat 1 dan 2,responden dianjurkan melakukan
perawatan mulut sebanyak tiga
kali sehari. Sedangkan pada pasien
mukositis derajat 3 dan 4,
perawatan mulut dilakukan
sebanyak enam kali sehari.
g. Mengobservasi derajat mukositis
dan menilai derajat muositis pada
hari ketiga (T2) dan pada hari
keenam (T3).
-
8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis
4/14
Instrumen yang Digunakan
Instrumen yang digunakan adalah
kuesioner, lembar penilaian derajat
mukositis menggunakan Oral
Assesment Guide dan lembar
observasi derajat mukositis.
Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini
menggunakananalisis univariat
statististik deskriptif untuk melihat
gambaran karakteristik responden
dalam penelitian, analisis multivariat
menggunakan regresi logistic ordinal,Uji beda independent (Mann
Witney)dan uji beda berpasangan
(Wilcoxon).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden
Tabel 4.1. Distribusi responden
berdasarkan status nutrisi, jenis
kanker,jenis kemoterapi dan
Perawatan Mulut
No
Kategori
Jumlah
intervensi
Jumlah
kontroln = 76
(74.48%)n = 22
(21.56%)1 Status Gizi:
- Gizi kurang- Normal
- Gizi baik
23 (30,3%)48 (63.1%)
5 (6.6)
4 (18.2)18 (81.8)
2 Jenis Kanker- Kanker/
tumorsolid
- Kankerdarah
75 (98,7%)
1 (1,3%)
22 (100%)
3 JenisKemoterapi- PotensiMukosatoks
ik sedang
- Potensimukosatok sik tinggi
14 (18.4)
62 (81,6)
2 (9.1))
20 (90.9)
4 PerawatanMulut:
- Chlorhexidine
-
Madu 76 (77.6)
22 (22,4)
Sumber : data primer, 2014
2. Uji Pseudo R-Square
-
8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis
5/14
Estimasi Sig.
Threshold
[derajatpost = 0] -40.750 .879
[derajatpost = 1] -18.980 .915[derajatpost = 2] -14.908 .933
[derajatpost = 3] -11.287 .949
Variab
elindepe
nden
Perawatan Mulut 4.662 .000Usia -12.156 .925
Status gizi .763 .576Jenis kanker - 1.466 .888
Jenis Kemoterapi -18.197 .918
Model
Hari ke III Hari ke VI
-2 Log
Likelihood
Sig. -2 Log
Likelihood
Sig.
NullHypothesis
109.446 41.519
General .000 .023 .000 1.000
Pengaruh Perawatan Mulut
Menggunakan Madu terhadap
Penurunan Derajat Mukositis
Berdasarkan hasil uji statistik
pengaruh perawatan mulut terhadap
penurunan derajat mukositisdidapatkan p value 0.000 (p
-
8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis
6/14
Kandungan glukosa, frukstosa
dan sukrosa berfungsi meningkatkan
tekanan osmotic.Madu mempunyai
osmolaritas yang tinggi dan
merupakan larutan yang mengalamisuper saturasi dengan kandungan gula
yang tinggi dan mempunyai interaksi
yang kuat dengan molekul air.
Tingginya kadar gula dalam madu
terutama fruktosa dan kandungan air
dalam madu menyebabkan madu
memiliki efek osmotic yang tinggi.
Kadar osmotic madu yang sangat
tinggi menyebabkan madu mampu
mengekstrak dan mengabsorpsi air
dari sel bakteri sehingga bakterikehilangan banyak air dan
metabolismenya terganggu.
Akibatnya, pertumbuhan bakteri
terhenti dan akhirnya bakteri akan
mati (Iqbal, 2008).
Faktor lain yang mempengaruhi
penurunan derajat mukositis adalah
kadar pH yang rendah yaitu pH 3.62
(sangat asam). pH madu yang asam
berfungsi menghambat pertumbuhan
bakteri dengan menciptakan
lingkungan asam pada luka sehingga
akan mencegah bakteri melakukan
penetrasi dan kolonisasi. Kadar asam
yang tinggi yang dioleskan pada
mukosa yang mengalami mukositis
mengakibatkan respon nyeri.Hal ini
terlihat dari hasil observasi terhadap
pasien dimana setelah dilakukan
perawatan mulut terdapat 5 responden
yang menunjukkan ekspresi wajahmeringis kesakitan dan beberapa
pasien mengungkapkan secara verbal
tentang nyeri yang dirasakan. Untuk
mengatasi nyeri yang dirasakan oleh
pasien, dokter yang merawat pasien
menganjurkan pencampuran lidokain
dengan NaCl setelah dilakukan
perawatan mulut lalu 15 menit
kemudian pasien berkumur dengan
madu yang sudah diencerkan dengan
NaCl 0,9%.
Pengaruh Faktor Usia Terhadap
Penurunan Derajat Mukositis
Berdasarkan hasil analisis pengaruh faktor usia terhadap
penurunan derajat mukositis dengan
menggunakan regresi logistic ordinal
menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh faktor usia terhadap
penurunan derajat mukositis pada hari
ke III dengan p=0.004 (p0.05) sehingga Ha 2
ditolak. Meskipun dalam penelitian
ini secara signifikan usia tidak
mempengaruhi penurunan derajat
mukositis, tetapi pada anak usia muda
mempunyai resiko yang lebih besar
mengalami mukositis yaitu 58-85%.
(James, 2010). Hal ini sesuai dengan
pendapat Back (1999) dalam Eilers
(2004) yang menyatakan bahwa pada
anak-anak dan lansia mempunyai
resiko lebih tinggi mengalami
mukositis dibandingkan dengan usia
lainnnya karena pada anak-anak sel-
sel epitel da membrane mukosa lebih
sensitive mengalami toksisitas
sedangkan pada lansia diketahui
mengalami penurunan pertumbuhan
sel-sel yang baru dan berkaitan
dengan fungsi hati dan ginjal.
Estimasi besar pengaruhvariabel usia terhadap penurunan
derajat mukositis dapat dilihat pada
nilai parameter estimates (tabel 5.13).
Sebagai contohpada tabel 5.13 usia 26
tahun berkontribusi sebesar 7.263 kali
terhadap penurunan derajat mukositis
sedangkan usia 60 tahun berkontribusi
sebesar 1.741 kali terhadap penurunan
derajat mukositis dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Hasil diatas
menunjukkan bahwa usia muda
-
8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis
7/14
memiliki pengaruh yang lebih besar
dalam menurunkan derajat mukositis,
hal ini disebabkan karena usia muda
memiliki kemampuan yang lebih baik
dalam memperbaiki sel atau jaringanyang rusak dibandingkan dengan usia
tua. Gambaran ini sesuai dengan hasil
penelitian ini dimana hasil yang
signifikan mengenai pengaruh faktor
usia terhadap penurunan derajat
mukositis dialami oleh responden
dengan usia 26 tahun meskipun pada
beberapa responden dengan usia
produktif menunjukkan hasil yang
signifikan.
Pengaruh Status Gizi terhadap
Penurunan Derajat Mukositis
Distribusi frekuensi status gizi
responden dalam penelitian ini adalah
mayoritas responden memiliki status
gizi normal sebanyak 67,3% (66)
reponden. Hasil analisis pengaruh
status gizi terhadap penurunan derajat
mukositis dengan menggunakan
regresi logistic ordinal menunjukkan
bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan variabel status gizi terhadap
penurunan derajat mukositis pada hari
ke III dan hari ke VI dengan p
value=0,317 hari ke III dan pada hari ke
VI p=0,576 (p>0.05) sehingga Ha 3
ditolak.
Pengukuran status nutrisi
dalam penelitian ini menggunakan
rumus IMT.IMT banyak digunakandirumah sakit untuk mengukur status
nutrisi pasien.Meskipun dari hasil
IMT status gizi tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap penurunan
derajat mukositis mungkin disebabkan
karena IMT hanya dapat
memperkirakan ukuran lemak tubuh
sekalipun hanya estimasi tetapi lebih
akurat dari pada pengukuran berat
badan.Berat badan tidak memberikan
informasi mengenai komposisi tubuh
dan tidak seefektif untuk menentukan
penyakit kronis.Pasien yang
berukuran besar tetapi bukan gemuk
dapat memiliki BMI diatas standar,
namun tidak ada hubungannya dengankelebihan nutrisi (obesitas).(Hartono,
2004). IMT tidak cukup memberikan
gambaran yang tepat tentang status
gizi, sehingga diperlukan pemeriksaan
laboratorium yang lain untuk
mengukur status nutrisi responden
terutama pada pasien penyakit kronis.
Selain menggunakan IMT,
penilaian status nutrisi dapat dilihat
melalui kadar Albumin, protein dan
Hb. Kadar albumin dalam serummerupakan parameter yang dapat
digunakan untuk menilai status nutrisi.
Penurunan kadar albumin dalam
serum merupakan salah satu alat yang
digunakan untuk menilai protein
tubuh dan lebih akurat dalam
menentukan status nutrisi pasien
penyakit kronis. Penilaianan protein
tubuh, konsentrasi protein dalam
serum dapat digunakan untuk menilai
derajat hilangnya protein tubuh.
Namun dalam penelitian ini, peneliti
tidak menggunakan nilai albumin
dalam menilai status nutrisi pasien
karena tidak semua pasien kemoterapi
di rumah sakit tempat dilakukannya
penelitian dilakukan pemeriksaan
albumin sebelum kemoterapi selain itu
kadar albumin dalam serum memiliki
keterbatasan sebagai parameter status
nutrisi karena memiliki waktu paruhyang panjang. Albumin disintesis di
hepar dan memiliki waktu paruh rata-
rata 20 hari (Hartono, 2004).
Pengaruh Jenis Kanker Terhadap
Penurunan Derajat Mukositis
Berdasarkan distribusi
frekuensi jenis kanker secara
keseluruhan dalam penelitian ini
adalah jenis tumor solid. Jenis tumor
-
8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis
8/14
solid yang paling banyak dalam
penelitian ini adalah nasofaring
carcinoma (NPC), kanker kolorectal,
kanker paru dengan metastase tulang
dan kanker payudara.Hasil analisis pengaruh jenis kanker terhadap
penurunan derajat mukositis dengan
menggunakan regresi logistic ordinal
menunjukkan bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan variabel
jenis kanker terhadap penurunan
derajat mukositis, p=0.918 (p>0.05)
sehingga Ha 4 ditolak.
Dalam penelitian ini jenis
kanker secara signifikan tidak
mempengaruhi mukositis mugkindisebabkan karena rata-rata responden
yang diambil dalam penelitian ini
adalah jenis kanker kanker/ tumor
solid. Berdasarkan literature bahwa
mukositis lebih banyak terjadi pada
pasien dengan kanker darah yang
menjalani kemoterapi karena leukemia
merupakan jenis kanker yang
mengakibatkan mielosuppresi. Pada
pasien leukemia yang mengalami
neutropenia akan mudah mengalami
infeksi bakteri seperti mukositis
(Eilers, 2004).
Pengaruh Jenis Kemoterapi
Terhadap Penurunan Derajat
Mukositis
Hasil analisis pengaruh jenis
kemoterapi terhadap penurunan
derajat mukositis menunjukkan bahwatidak terdapat pengaruh yang
signifikan variabel jenis kemoterapi
terhadap penurunan derajat mukositis
pada hari ke III dan VI dengan nilai
p=0,08 (p>0.05).
Meskipun dalam penelitian ini
jenis kemoterapi secara signifikan
tidak mempengaruhi penurunan
derajat mukositis, hal ini mungkin
disebabkan karena berdasarkan hasil
pengamatan dilahan yang dilakukan
peneliti pasien kanker nasofaring yang
akan menjalani kemoterapi sebelum
kemoterapi dilakukan pasien terlebih
dahulu dianjurkan untuk mengisap es
batu selama lima menit, selama proseskemoterapi berlangsung dan setelah
kemoterapi. Terapi ini disebut
cryotherapy. Tujuan terapi ini adalah
agar memvasikontriksi pembuluh
darah sehingga meminimalkan
masuknya obat kemoterapi pada sel.
Intervansi ini masih menjadi
perdebatan karena pemberian butiran
es dalam waktu lama mengakibatkan
vasokontriksi pembuluh darah yang
berlebihan (Eilers, 2004). Adanyaintervensi ini mungkin menjadi salah
satu faktor tidak ada pengaruh jenis
kemoterapi terhadap penurunan
derajat mukositis.
Mukositis Oral juga
dipengaruhi oleh jenis obat yang
digunakan dan dosis kemoterapi.
Menurut Otto (2001) jenis kemoterapi
yang dapat mengakibatkan mukositis
adalah yang bersifat toksik terhadap
mukosa. Menurut Hiks (2007), jenis
obat kemoterapi yang bersifat
mukotoksik tinggi adalah jenis anti
tumor dan antibiotic seperti
doxorubicin, vincristine, obat
kemoterapi yang bersifat anti
metabolit seperti methotrexate dan 5
FU.
Pada penelitian ini lebih dari
separuh jumlah responden (83,7%)
mendapat jenis kemoterapi dengan potensi mukosatoksik tinggi seperti
cisplatin dan 5FU. Kedua
antisitostatikanini merupakan jenis
kemoterapi yang beresiko tinggi
menyebabkan mukositis.Menurut
Firdaus dan Prijadi (2010),cisplatin
merupakan obat utama dan paling
sering sering dipakai pada terapi
kankernasofaring.Cisplatin biasanya
diberikan dalam waktu 2-6 jam
dengan dosis 60-120 mg/m2. Efek
-
8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis
9/14
toksik pada renal biasanya terjadi,
termasuk terjadinya azotemia
moderat, kebocoran elektrolit
khususnya magnesium dan
potassium.Efek toksik lainnya adalahmual dan muntah, neurotoksik perifer,
ototoksik, dan mielosupresi yang
terjadi setelah diberikan beberapa kali
kemoterapi.
Mekanisme kerja 5
Fluorouracil (5 Fu) adalah
menghambat enzim thymidylate
sinthase dan konversi uridine menjadi
thymidine. Sel akan kekurangan
thymidine dan tidak dapat mensintesa
DNA. Banyak obat-obatan lain yangdapat berinteraksi dengan 5-
fluorouracil dan menimbulkan efek
yang lebih baik.Efek samping obat ini
antara lain mielosupresi, mucositis,
diare, dermatitis, dan cardiac toksik.
Kesimpulan 1. Karakteristik responden penelitian
ini adalah adalah mayoritas
berusia berusia 57 tahun sebanyak
7,1% (7 responden), status gizi
normal sebanyak 67,3% (66
responden), jenis kemoterapi
dengan potensi mukosatoksik
tinggi sebanyak 83,7% (82
responden) dengan jenis
kanker/tumor solid sebanyak 99%
(97 responden).
2. Perawatan mulut menggunakan
madu berpengaruh terhadap penurunan derajat mukositis
dengan p value 0.000. Madu lebih
efektif menurunkan derajat
mukositis sebesar 4.662 kali
dibandingkan chlorhexidine 0,2
persen
3. Secara statistik terdapat perbedaan
signifikan penurunan derajat
mukositis pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol
dengan p value =0.000
4. Secara statistik terdapat perbedaan
signifikan penurunan derajat
mukositis sebelum dan sesudah
dilakukan perawatan mulut
menggunakan madu5. Secara statistik terdapat perbedaan
signifikan intensitas nyeri pada
kelompok intervensi dibandingkan
dengan kelompok kontrol
(p=0.004).
Saran
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Merancang Standar AsuhanKeperawatan dalam manajemen
efek samping kemoterapi
2. Penelitian Selanjutnya
Mengembangkan hasil penelitian
terkait komponen mikrobiologi
yang mempengaruhi penurunan
derajat mukositis
DAFTAR PUSTAKA
Al-Waili, N.S. (2004). Topical Honey Increase Saliva, Plasma and
Urine Content of Total Nitrite
Consentration.Journal of
medical food.Diaksestanggal
18 Februari 2014.
http://www.online.liebertpub.c
om/doi/abs/10.1089/jmf.2004
Arikunto, Suharsimi.(2010).
ProsedurPenelitianSuatuPende
katanPraktek. Jakarta:
RinekaCipta
Black, M. Joice& Hawks, Jane
Hokanson. ( 2009). Medical
Surgical Nursing Clinical
Management for Positive
Outcome. Volume I.
http://www.online.liebertpub.com/doi/abs/10.1089/jmf.2004http://www.online.liebertpub.com/doi/abs/10.1089/jmf.2004http://www.online.liebertpub.com/doi/abs/10.1089/jmf.2004http://www.online.liebertpub.com/doi/abs/10.1089/jmf.2004http://www.online.liebertpub.com/doi/abs/10.1089/jmf.2004
-
8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis
10/14
ElseiverSaunder Company.
USA
Black, M. Joice& Hawks, Jane
Hokanson. ( 2005). MedicalSurgical Nursing Clinical
Management for Positive
Outcome. Volume I.
ElseiverSaunder Company.
USA
Baggot, R.B., Kelly, K.P., Fochtman,
D., &Folley, G.
(2002). Nursing Care of
children and adolescent with
cancer .3 rd edition.
Pennsylvania: W.B Saunders
Company
Bardy, J., Slevin,N., Male, K.L.,
&Mallasiotis, A (2008). A
Systematic Review Of Honey
Uses and Its Potential value
within Oncology Care. Journal
of Clinical Nursing.Diakses 09
Januari
2014.http://onlinelibrary.wiley.
com/doi/10.1111/j.1365-
2702.2008
Bognadov, Stefan. (2010). Honey In
Medicine. Bee product
Scinece. Diaksestanggal 16
Desember2013.http://www.bee-
hexagon.net/files/file/fileE/He
althHoney/9HoneyMedicineRe
view.pdf
Bognadov, Stefan. (2011). Honey is
Nutrient and Functional Food:
A Review.Diaksestanggal 16
Desember
2013.http://www.apitherapie.c
h/files/files/Honig/8HoneyNut
rientFunctionalReview.pdf
Bowden, V.R., Dickey, S.B., &
Greenberg, C.S.(1998).Children and Their
Families: The Continum of
Care. Philadelphia: W.B.
Saunders Company
Cancer Care Nova Stovia. (2008).
Best Practice Guidelines for
The Management of Oral
Complications From Cancer
Therapy. California. Nova
StoviaGovernment.Diaksestanggal
16 Desember
2013.http://www.cancercare.ns
.ca
Depkes RI. (2013). Seminar
SehariDalamRangkaMemperin
gatiHariKankerSedunia 2010.
Diakses9 Januari 2013.
http://www.depkes.go.id/index
.php/berita/press-release/2233-
seminar-sehari-dalam-rangka-
memperingati-hari-kanker-
sedunia-2013.html.
Eilers, J. (2004). Nursing Intervention
and Supportive Care for Prevention and Treatment of
Oral Mukositis Associated
with Cancer Treatment.
Oncology Nursing
Forum.Diaksestanggal 20
Februari
2014.http://ons.metapress.com/
content/h35n277470541837/
Eilers, J., berger, A.M., & Petersen,
M.C. (1988). Development,
testing and Application of Oral
Assessment Guide. Oncology
Nursing
http://www.bee-hexagon.net/files/file/fileE/HealthHoney/9HoneyMedicineReview.pdfhttp://www.bee-hexagon.net/files/file/fileE/HealthHoney/9HoneyMedicineReview.pdfhttp://www.bee-hexagon.net/files/file/fileE/HealthHoney/9HoneyMedicineReview.pdfhttp://www.bee-hexagon.net/files/file/fileE/HealthHoney/9HoneyMedicineReview.pdfhttp://www.apitherapie.ch/files/files/Honig/8HoneyNutrientFunctionalReview.pdfhttp://www.apitherapie.ch/files/files/Honig/8HoneyNutrientFunctionalReview.pdfhttp://www.apitherapie.ch/files/files/Honig/8HoneyNutrientFunctionalReview.pdfhttp://www.apitherapie.ch/files/files/Honig/8HoneyNutrientFunctionalReview.pdfhttp://www.cancercare.ns.ca/http://www.cancercare.ns.ca/http://www.cancercare.ns.ca/http://www.cancercare.ns.ca/http://www.cancercare.ns.ca/http://www.apitherapie.ch/files/files/Honig/8HoneyNutrientFunctionalReview.pdfhttp://www.apitherapie.ch/files/files/Honig/8HoneyNutrientFunctionalReview.pdfhttp://www.apitherapie.ch/files/files/Honig/8HoneyNutrientFunctionalReview.pdfhttp://www.apitherapie.ch/files/files/Honig/8HoneyNutrientFunctionalReview.pdfhttp://www.bee-hexagon.net/files/file/fileE/HealthHoney/9HoneyMedicineReview.pdfhttp://www.bee-hexagon.net/files/file/fileE/HealthHoney/9HoneyMedicineReview.pdfhttp://www.bee-hexagon.net/files/file/fileE/HealthHoney/9HoneyMedicineReview.pdfhttp://www.bee-hexagon.net/files/file/fileE/HealthHoney/9HoneyMedicineReview.pdf
-
8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis
11/14
Forum.Diaksestanggal 20
Februari
2014.http://www.wiley.com/do
i/10.1002
Elting, L.S., Cooksley, C., &
Chamber, N. (2003).The
Burden of Cancer Therapy:
Clinical and Economic
Outcome of Chemotherapy-
induced Mucositis. Cancer
care.Diakses 28 Februari
2014.http://onlinelibrary.wiley.
com/doi/10.1002/cncr.11671/f
ull
Evans, J., &Flavin,.S (2008): A guide
for Healthcare Professionals.
British Journal of Nursing.Vol
17, 24-30.
Globocan IARC.(2008). Estimated
cancer Incidence, Mortality,
Prevalence and Disability-
adjusted life years (DALYs)
Worldwide in 2008.diakses 08
Maret 2014
http://globocan.iarc.fr/
Gralla, R.J., Houlihan, N.G.,
&Messner, C.
(2010).Understanding and
Managing Chemotherapy Side
Effect. New York: Cancer care
Content. Diakses 08 Maret
2014.
http://www.cancercare.org.
Hong, Shu Lei.(2013). Perkembangan
Ilmu Pengetahuan Modern dan
Penyakit Kanker Berbicara
Tentang Kehidupan
Memerlukan "Sejati-Baik-
Sabar”. Era Baru
News: Universitas
Tokyo.diakses; 06 Januari
2014.
Kemenkes.(2013).
SituasiEpidemiologiHiv-Aids
Di
Indonesia.KementerianKeseha
tan RI. diakses; 06 Januari
2014.
Kindler, Hedy
Lee.(2010).Gemcitabine Plus
Bevacizumab Compared With
Gemcitabine Plus Placebo in
Patients With
AdvancedPancreatic Cancer:
Phase III Trial of the Cancer
andLeukemia Group B
(CALGB 80303. Journal of
Clinical Oncology volume 28
no. 22.Diaksestanggal 6
Januari
2014.
Jagathan, S.K &Mandal
(2009). Antiproloverative
Effect and of Its Polyphenols:
A review. Journal of
Biomedicine and Biotechnology. , 9, 1-13
Lewis S.L. et al. (2012). Medical
Surgical Nursing: Assesment
and Management of Clinical
Problems. Elseiver Mosby.
Missouri.
Mohamed Salwa, A.
AmanyShebl&Soheir
Mohamed Weheida. (2012).
The Effect of Topical
http://www.wiley.com/doi/10.1002http://www.wiley.com/doi/10.1002http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/cncr.11671/fullhttp://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/cncr.11671/fullhttp://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/cncr.11671/fullhttp://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://jco.ascopubs.org/content/28/22/3617.full.pdf+htmlhttp://jco.ascopubs.org/content/28/22/3617.full.pdf+htmlhttp://jco.ascopubs.org/content/28/22/3617.full.pdf+htmlhttp://jco.ascopubs.org/content/28/22/3617.full.pdf+htmlhttp://jco.ascopubs.org/content/28/22/3617.full.pdf+htmlhttp://jco.ascopubs.org/content/28/22/3617.full.pdf+htmlhttp://jco.ascopubs.org/content/28/22/3617.full.pdf+htmlhttp://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361perkembangan-ilmu%20pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan%20memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/2361-perkembangan-ilmu-pengetahuan-modern-dan-penyakit-kanker-berbicara-tentang-kehidupan-memerlukan-qsejati-baik-sabarq-http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/cncr.11671/fullhttp://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/cncr.11671/fullhttp://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/cncr.11671/fullhttp://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/cncr.11671/fullhttp://www.wiley.com/doi/10.1002http://www.wiley.com/doi/10.1002http://www.wiley.com/doi/10.1002
-
8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis
12/14
Application of Honey on
Management of Chemotherapy
Induced Oral Stomatitis. Life
Science
Journal.Diaksestanggal17Desember 2013. http://www.
Lifesciencesite.com
Mottalebnejad, M., Akram, S.,
Moghadamina.,Moulana, Z.,
Omidi, S. (2008). The effect of
topical application of pure
honey on radiation- induced
mucositis; A randomized
Control trial. The Journal of
Contemporary Dental Practice.Diaksestanggal 17
Desember
2013.http://www.jaypeejournal
s.
Muehlbauer, P., Thorpe, D., Davis,
A., &Rawling, B.L.
(2009). Putting EvidanceInto
Practice: Evidance based
Intervention to Prevent,
Manage and treat
Chemotherapy and
Radiotherapy induced
Diarrhea.Clinical Journal of
Oncology Nursing. 13 (3),
336-341
Murti, Bhisma.
(2010).DesaindanUkuranSamp
eluntukPenelitianKuantitatif di
BidangKesehatan.GadjahMadaUniversity MurtiPress,
Yogyakarta
National Cancer Institute. (2010),
Surveilence, Epidemiology and
end Result (SEER).
Diaksestanggal 29 Septermber
2013.http://www.seer.cancer,g
ov./canque/incidence.html
Nurhidayatun. (2012).
UjiKlinisrandomisasi:
Pengaruhperawatanmulutmeng
gunakanmaduterhadapperubah
an stadiummukositispadaanakkanker di
RS KankerDarmaisJakarta.
Depok: FIK UI
Otto, S. (2001).Oncology
Nursing.Fourth Edition.
Mosby
Orsolic, N., & basic, I. (2004). Honey
as A cancer Preventive Agent.Periodicum Biology, 106(4),
397-401
Orsolic Nada. (2009). Review
Artikel Bee Honey and
Cancer . Journal of
ApiProduct and ApiMedical
Science 1 (4); 93-103. DOI
10.3896/ IBRA.4.014.01
Polit, D.F., &Hugler, B.P.(1999).Nursing Reseach:
Principle and Method.
Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Polit, D.F., & Beck, C.T
(2012). Nursing Reseach:
generating and Assessing
Evidance for Nursing
Practice. 9 th edition.
Philadelphia: LippincottWilliams & Wilkins
Price, S.A., & Wilson, L.M.
(2005).Patofisiologi:
Konsepklinis proses-proses
penyakit. Jakarta: EGC
Purbaya.J.R.
(2007).MengenaldanMemanfa
atkanKhasiatMaduAlami.
Bandung: Pionir Jaya
http://www.seer.cancer%2Cgov./http://www.seer.cancer%2Cgov./http://www.seer.cancer%2Cgov./http://www.seer.cancer%2Cgov./http://www.seer.cancer%2Cgov./http://www.seer.cancer%2Cgov./http://www.seer.cancer%2Cgov./
-
8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis
13/14
Risdakes.(2007). Prevalensi
Tumor/kanker .Diakses
08september 2013.
www.depkes.go.id
Riwidikdo, Handoko. (2013).
StatistikaKesehatan.DenganAp
likasi SPSS
dalamProsedurPenelitian.
Jakarta: Rohima Press
Rubin, Philip & Williams, Jacquelina.
(2011). Clinical Oncology A
Multidisiplinary Approach for
Physicians and Students. 8th
Edition.WB. Saunders
Company. USA
Rubenstein, E.B. Petersen, D.E., &
Schubert, M (2004).Clinical
Practice Guideline For
Prevention and Treatment of
cancer Theraphy-Induced Oral
and Gastrointestinal Mucositis. cancer Supplement,
100, 2026-2046
Smeltzer& Bare.(2002).
KeperawatanMedikalBedah. Edisi
8.EGC.Jakarta
Susilo, W.H &Limakrisma, N.
(2012).BiostatistikalanjutAplik
asidengan SPSS dan LISREL padaIlmuKesehatan. Jakarta:
Trans Info Media
Susilo, W.H. (2012).
Statistika&AplikasiUntukPene
litianIlmuKesehatan. Jakarta:
Trans Info Media
Susilo, WH., M.HavidzAima.,
FitrianiSuprapti. (2014).
BiostatistikaLanjutdanAplikasi
Riset. Jakarta: Trans Info
Media
SufiawatiIrna., Gus PermanaSubita.,
(2008).IdentifikasidanPengendalianFa
ktorResikoMukositis Oral
selamaRadioterapiKankerNaso
faring.Indonesian Journal of
Dentistry.http//www.fkg.ui.ed
u
Sonis, S.T., Elting, L.S., Keefe, D.,
Schubert,M., Peterson, D.E.,
Hauer-Jensen, M., et al/
(2004). Perspective on cancertherapy-induced mucosal
injury: Pahogenesis,
measurent, epidemiology and
Consequences for Patient.
Supplement to Cancer
American Cancer Society, 100
(9). 95-120
Sonis, S.T (1998). Mucositis as a
Biological Process: A new
Hypothesis for the
Development of
Chemotherapy- Induced
Stomatotoxicity. Oral
Oncology, 34 (1). 39-43
Tabane, L. (2004). Sample Size
Determination in Clinical Trial
HRM-733 Calss Note.
Hamilton: Mc Master
University
Tomey & Alligood. (2010). Nursing
Theorists and Their Work
Seventh Edition. Mosby
Elsevier, Maryland Heights
Misouri, United States of
America
Tipton, J. McDaniel, R., Barbour, L.,Jhonson, M., Kayne, M.,
LeRoy, P., & Ripple, M.L
-
8/18/2019 Efektivitas Madu Untuk Mukositis
14/14
(2007).Putting Evidance into
Practice.Evidance – Based
Intervention to prevent,
manage and treat
Chemotherapy-induced nauseaand vomiting. Clinical Journey
of Oncology Nursing, 11 (1).
69-78
Tricia Fransiska.,
Pudjirahayu.,RusSuheryanto
(2012). Hubungan status
nutrisipenderitakarsinomanaso
faring stadium
lanjutdengankejadianmukositis
sesudahradioterapi.Vol. 42 No1.www.or.id/index.php/orli/art
icle.
Vorh Werner., Hans (2005).
Encyclopedia Reference of
Immuno-
Toxicology. NewYorkSpinger
Berlin Heidelberg
WHO.(2011).
Cancer .http://www.who.int/fea
tures/qa/15/en/index.html.
Diakses 06 Januari 2014
WHO. (2012). Data WHO 2008:
Epidemiologikanker .
http://id.shvoong.com/medicin
e-and-health/epidemiology- public-health/ di akses 08
september 2013
Wiyono, G. (2011). 3 in one
MerancangPenelitianBisnisde
nganAlatanalisis SPSS 17.0 &
Smart PLS 2.0. Yogyakar ta:
Percetakan STIM YKPN
YKI.(2012). Jakarta Race
2012.Yayasankanker
Indonesia/ Indonesian Cancer
Foundation.Diakses 03 Maret
2014.
http://yayasankankerindonesia.
org/2012/jakarta-race-2012
http://www.or.id/index.php/orli/http://www.who.int/features/qa/15/en/index.html.%20Diakses%2006%20Januari%202014http://www.who.int/features/qa/15/en/index.html.%20Diakses%2006%20Januari%202014http://www.who.int/features/qa/15/en/index.html.%20Diakses%2006%20Januari%202014http://www.who.int/features/qa/15/en/index.html.%20Diakses%2006%20Januari%202014http://www.who.int/features/qa/15/en/index.html.%20Diakses%2006%20Januari%202014http://www.who.int/features/qa/15/en/index.html.%20Diakses%2006%20Januari%202014http://www.who.int/features/qa/15/en/index.html.%20Diakses%2006%20Januari%202014http://www.who.int/features/qa/15/en/index.html.%20Diakses%2006%20Januari%202014http://www.or.id/index.php/orli/