Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

177
Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan SKRIPSI Elida Verawati Sihotang 140904025 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 Universitas Sumatera Utara

Transcript of Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Page 1: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara Medan

SKRIPSI

Elida Verawati Sihotang

140904025

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di Rumah

Sakit Universitas Sumatera Utara Medan

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program

Strata 1 (S1) pasa Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Uiversitas Sumatera Utara

Elida Verawati Sihotang

140904025

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

i Universitas Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Elida Verawati Sihotang

NIM : 14090402

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Dr. Nurbani, M.Si Dra. Dewi Kurniawati, M.Si.,Ph.D

NIP. 196108021987012001 NIP. 196505241989032001

Dekan FISIP USU

Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si

NIP. 197409302005011002

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip

maupun yang dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar.Jika di

kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya

bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Elida Verawati Sihotang

NIM : 140904025

Departemen : Ilmu Komunikasi

Tanda Tangan :

Tanggal : 16 Agustus 2018

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara iii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Elida Verawati Sihotang

NIM : 140904025

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk mencegah gelar Sarjana Ilmu

Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : ( )

Penguji : ( )

Penguji Utama : ( )

Ditetapkan di : Medan

Tanggal :

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas

berkat dan karuniaNya yang senantiasa menyertai, menolong, dan membimbing

penulis.Suatu hal yang istimewa dan membanggakan ketika Allah mempercayakan

penulis dapat mengecap pendidikan di bangku perkuliahan Universitas Sumatera

Utara, sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.Itu semua dapat

terjadi, atas berkat dan campur tangan dari pada Allah saja.Ayat yang selalu

mengingatkan penulis untuk pertolongan Tuhan khususnya dalam penulisan skripsi

ini tertulis dalam Mazmur 37: 5 “Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan

percayalah kepadanya-Nya, dan Ia akan bertindak”.

Selama penulisan skripsi ini, penulis selalu diberikan bantuan, dukungan,

bahkan bimbingan dari berbagai pihak khususnya keluarga yang selalu setia

memberikan semangat bagi penulis. Penulis secara khusus mengucapkan terimakasih

kepada kedua orangtua penulis, yaitu Jomson Sihotang dan Saurlan Manurung, serta

saudara penulis yaitu Janter Maruli Sihotang, Alanuari Sihotang, Putra Jaya Sihotang,

Risnawati Sihotang dan Eka Manurung yang selalu mendukung dan mendoakan

penulis secara khusus sepanjang penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulis juga mendapat banyak bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi

ini.Tanpa bantuan dan bimbingan mereka, sangatlah sulit bagi penulis untuk dapat

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dewi Kurniawati, M.Si., Ph.D selaku Ketua Departemen Ilmu

Komunikasi.

3. Ibu Emilia Ramadhani,S.Sos.,M.A selaku Sekretaris Departemen Ilmu

Komunikasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara v

4. Ibu Dr. Nurbani, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi penulis. Terima kasih

banyak kepada beliau yang telah membimbing dan telah memberikan

masukan kepada penulis dari awal memulai skripsi sampai penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Seluruh dosen dan staff pengajar yang ada di lingkungan FISIP USU

khususnya Departemen Ilmu Komunikasi, atas pengajaran yang telah

diberikan selama penulis menjalani masa perkuliahan.

6. Pihak dari rumah sakit Universitas Sumatera Utara Medan atas

ketersediaannya memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian

di rumah sakit ini.

7. Ketujuh informan yang telah bersedia meluangkan waktu untuk melakukan

wawancara mendalam dengan penulis, khususnya keempat informan yang

merupakan perawat rumah sakit Universitas Sumatera Utara Medan, yaitu

perawat Yunita, perawat Fitri, perawat Azura dan perawat Mahdiana.

8. Sahabat penulis sejak Sekolah Menangah Atas (SMA) yang akhirnya

dipersatukan lagi di Universitas yang sama yang sudah menghibur,

memotivasi dan memberi bantuan satu sama lain mereka adalah Novika

Simarmata dan Stevany Rayani Butar- Butar.

9. Teman-teman penulis semasa perkuliahan yang juga menjadi teman

seperjuangan dalam penulisan skripsi dari awal sampai akhir dan saling

memberi masukan, dukungan, bahkan bantuan satu sama lain, mereka adalah

Ira Maya Siburian, S.Ikom, Yanna Op. Sunggu, S.Ikom ,Lusi Hutagalung, dan

Elvi Debora Sihite, S.Ikom.

10. Hotman Firnando Sitorus yang selalu menghibur, mendukung, dan teman

penulis untuk berjuang bersama untuk menyelesaikan skripsi.

11. Teman-teman satu tempat tinggal yang selalu menjadi teman disuka duka

penulis, yang memotivasi penulis dan menghibur mereka adalah Lasmi

Sihombing, Novika Simarmata, Stevany Butar- Butar, Koko Sihombing,

Godma Vetty Sianturi dan kak Rosari Butar-Butar, S.Pd.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara vi

12. Semua pihak yang tidak bisa penulis ucapkan satu per satu, namun telah turut

membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu

dengan segala kerendahan hati penulis berharap pembaca dapat memberikan saran

dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan skripsi ini serta memperdalam

pengetahuan dan pengalaman penulis.Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi

pengembangan ilmu.

Medan, 10 Agustus 2018

Elida Verawati Sihotang

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan

dibawah ini :

Nama : Elida Verawati Sihotang

NIM : 140904025

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas : Sumatera Utara

Jenis : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-exclusive

Royalti-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien (Studi Deskriptif Kualitatif

Efektivitas Komunikasi Interpersonal Perawat dalam Menyampaikan

Komunikasi Kesehatan Terhadap Pasien Dengan Hak Bebas Royalti Non-

Eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih

media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan

mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama

mencantumkan nama saya sebagai penulis. Pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada Tanggal : 16 Agustus 2018

Yang menyatakan,

(Elida Verawati Sihotang)

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara viii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Komunikasi Interpersonal Perawat Terhadap Pasien dalam

Menyampaikan Komunikasi Kesehatan di Rumah Sakit Universitas Sumatera

Utara”.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas komunikasi

interpersonal perawat dan pasien dalam menyampaikan komunikasi kesehatan kepada

pasien dan untuk melihat respon pasien terhadap komunikasi kesehatan yang ditelah

diterima dari perawat. Teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah,

Komunikasi, Komunikasi Interpersonal, Komunikasi Kesehatan, Pengungkapan Diri

(Self Disclouser), Keperawatan, dan Pasien.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif . penentuan informan dalam penelitian ini

adalah menggunakan purposive sampling, dengan kriteria informan merupakan

Perawat Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan yang sudah bekerja lebih

dari 2 tahun di bidangnya dan yang sudah pernah menyampaikan komunikasi

kesehatan kepada pasien. Lalu orang Pasien Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

Medan yang sedang dirawat inap dan telah menerima komunikasi kesehatan dari

perawat sebagai triangulasi data, hingga sampai menemukan data jenuh.Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, observasi, dan

dokumentasi. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian yang

diperoleh yaitu efektivitas perawat dalam menyampaikan komunikasi kesehatan

kepada pasien, pasien yang telah menerapkan komunikasi kesehatan yang telah

diterima dari perawat di kehidupan sehari- hari, karena menurut pasien kesehatan itu

suatu hal yang sangat penting. Penyampaian komunikasi kesehatan oleh perawat

rumah sakit Universitas Sumatera Utara Medan sudah efektif hal itu dapat dilihat

sesuai dengan ciri- ciri efektivitas komunikasi interpersonal yaitu, keterbukaan,

empati, dukungan, rrasa positif dan kesetaraan atau kesamaan antara perawat dan

pasien rumah sakit Universitas Sumatera Utara.

Kata kunci : Komunikasi Interpersonal Perawat Terhadap Pasein

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara ix

ABSTRACT

This thesis is entitled "Interpersonal Communication of Nurses to Patients in

Delivering Health Communication at the University of North Sumatra Hospital". The

purpose of this study was to determine the effectiveness of interpersonal

communication between nurses and patients in delivering health communication to

patients and to see the patient's response to health communication that was received

from the nurse. Theories that are considered relevant to this research are,

Communication, Interpersonal Communication, Health Communication, Self

Disclouser, Nursing, and Patients.

This research is descriptive research. Determination of informants in this study was

using purposive sampling, with the criteria of informants as Medan North Sumatra

University Hospital Nurses who had worked for more than 2 years in their fields and

who had delivered health communication to patients. Then the Patients of Medan

North Sumatra University Hospital who were hospitalized and had received health

communication from nurses as data triangulation, until they found saturated data.

Data collection techniques in this study are in-depth interviews, observation, and

documentation. Data analysis techniques carried out in this study were data

reduction, data presentation, and drawing conclusions. The research results obtained

are the effectiveness of nurses in delivering health communication to patients,

patients who have implemented health communication that has been received from

nurses in their daily lives, because according to health patients it is a very important

thing. The delivery of health communication by nurses at the University of North

Sumatra Medan hospital has been effective, it can be seen in accordance with the

characteristics of the effectiveness of interpersonal communication, namely,

openness, empathy, support, positive feelings and equality or similarity between

nurses and patients at the University of North Sumatra

Keyword Interpersonal Communication Nurse To Patients.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ...................................... viii

ABSTRAK ........................................................................................................... ix

ABSTRACT ......................................................................................................... x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Konteks Masalah ........................................................................... 1

1.2. Fokus Masalah ............................................................................... 7

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7

1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. ParadigmaKajian ........................................................................ 9

2.1.1. Konstrutivisme Dalam Komunikasi ..................................... 10

2.2. Kerangka Teori ........................................................................... 11

2.2.1.Pengertian Komunikasi Berdasarkan Kata dan Defenisinya 11

2.2.1.1. Proses Komunikasi ................................................ 12

2.2.1.2 Unsur Komunikasi ................................................. 13

2.2.1.3 Tujuan Komunikasi Secara Umum ........................ 14

2.2.1.4 Tujuan Komunikasi Antara Tenaga Kesehatan

Terhadap Pelayanan Kesehatan Klien ................... 15

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara xi

2.2.1.5 KomunikasiDalam Aplikasinya diPelayanan

Kesehatan ............................................................... 18

2.3. Komunikasi Interpersonal ............................................................. 22

2.3.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal ................................ 22

2.3.1.1 Model Komunikasi Interpersonal ............................ 25

2.3.1.2. TujuanKomunikasi Interpersonal Dalam

Kesehatan ................................................................ 26

2.3.1.3. Fungsi Komunikasi Interpersonal ........................... 26

2.3.1.4. Efektivitas Komunikasi Interpersonal ..................... 27

2.3.1.5. Faktor-Faktor Penghambat Komunikasi

Interpersonal ........................................................... 28

2.4. Komunikasi Kesehatan .................................................................. 29

2.4.1.Pengertian Komunikasi Kesehatan ....................................... 29

2.4.1.1. Cakupan Komunikasi Kesehatan ............................ 31

2.4.1.2. Model Komunikasi Kesehatan ................................ 32

2.4.1.3.Prinsip Komunikasi Kesehatan dalam pelayanan

Kesehatan ................................................................ 33

2.4.1.4. Komunikasi Kesehatan, Kultur dan perubahan

Perilaku.................................................................... 34

2.4.1.5. Tujuan Komunikasi Kesehatan ............................... 35

2.4.1.6. Manfaat Mempelajari Komunikasi Kesehatan........ 36

2.4.1.7. Komunikator Dalam Komunikasi Kesehatan ......... 39

2.4.1.8. Faktor-Faktor mengapa Ilmu komunikasi Menjadi

sangat Subsansial dan kursial dalam bidang

kesehatan ................................................................. 42

2.5. Pengungkapan diri (Self Disclouser) ............................................. 43

2.5.1. Pengertian Pengungkapan Diri ............................................ 43

2.5.1.1. Bahaya Pengungkapan Diri..................................... 44

2.5.1.2. Jendela Jahori .......................................................... 45

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara xii

2.6. Pengertian Keperawatan, Perawat dan Pasien ............................ 47

2.6.1. Pengertian Keperawatan dan Perawat ........................ 47

2.6.1.1. Fungsi Perawat ........................................................ 49

2.6.1.2Paradigma Keperawatan ........................................... 49

2.6.2. Pengertian Pasien ....................................................... 50

2.6.2.1.Hak Pasien ............................................................... 51

2.7. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. MetodologiPenelitian .................................................................... 53

3.2. Subjek Penelitian ........................................................................... 53

3.3. ObjekPenelitian ............................................................................. 53

3.4.Unit Analisis Penelitian .................................................................. 54

3.5. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 54

3.6.Keabsahan Data .............................................................................. 55

3.7.Teknik Analisis ............................................................................... 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil Penelitian ............................................................................... 58

4.1.1. Deskripsi Tempat Penelitian................................................. 58

4.1.1.1. Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara ..................... 58

4.1.2Proses Penelitian ..................................................................... 62

4.1.3.DeskripsiProfil Informan ....................................................... 68

4.2. Hasil Wawancara ........................................................................... 73

4.3.Pembahasan .................................................................................... 112

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara xiii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 121

5.1. Kesimpulan .................................................................................... 121

5.2. Saran .............................................................................................. 122

5.2.1. Saran dalam Kaitan Akademis ............................................. 122

5.2.1. Saran dalam Kaitan Praktis .................................................. 122

DAFTAR REFERENSI ...................................................................................... 123

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1Karakteristik Informan 72

Tabel 4.2 Reduksi Data Efektivitas Komunikasi 99

Tabel 4.3 Reduksi Data Pentingnya Hubungan Interpersonal Untuk

Menerapkan Komunikasi Kesehatan 103

Tabel 4.4. Reduksi Data Komunikasin Kesehatan yang Pernah diterapkan 105

Tabel 4.5.Reduksi DataReduksi Data Cara Penyampaian Komunikasi

Kesehatan dan Pentingnya menerapkan Komunikasi Kesehatan ................... 106

Tabel 4.6. Reduksi Data Reduksi Data Hambatan dalam menyampaikan

komunikasi Kesehatan 108

Tabel 4.7Reduksi Data Batasan Hubungan Antara Perawat dan Pasien

dan Persiapan yang dilakukan Saat menyampaikan Komunikasi

Kesehatan 109

Tabel 4.8. Saran Pasien Terhadap Perawat 112

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara xv

DAFTAR GAMBAR

1.Gambaran proses komunikasi 13

2.Gambar: Ilustrasi komunikasi interpersonal 25

2.5.1.2. Jendela Jahori 45

2.7. Kerangka Pemikiran 52

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

1Universitas Sumatera Utara

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia yang juga menjadi

tanggung jawab pemerintah dan seluruh elemen masyarakat, harus diwujudkan

dengan berbagai upaya melaui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang

berkualitas dan terjangkau, sebagai salah satu profesi di bidang kesehatan perawat

juga turut berkontrubusi dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

sebagaimana diamanatkan dalam UU Dasar 1945 (Sumijatun, 2017 : 87).

Menurut Azwar A (Sumijatun, 2017 : 87)sistem kesehatan adalah tumpuan

dari berbagai faktor yang kompleks dan saling berhubungan yang terdapat dalam

negara, yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan perseorangan,

keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat pada setiap saat yang dibutuhkan.

Semua manusia semasa hidupnya terpaksa menghadapi berbagai masalah yang harus

dicari penyelesaianya, baik seseorang tersebut sudah dewasa maupun belum.Barang

kali pada sebagian orang ada yang tidak mampu menemukan penyelesaiannya, oleh

karena itu mencari bantuan dari seseorang ahli (Profesional) yang sesuai dengan

kemampuan dan pengetahuannya pada bidang tertentu(Priyanto, 2009: 2)

Klien dibidang perawatan mengalami masalah yang beraneka ragam dan

cukup rumit seperti contoh operasi persiapan endoskopi, hemodialisis, klien yang

sedang menjalani keperawatan di ruang ICU, klien dengan persiapan amputasi, ibu

yang mengalami persalinan anak pertama, serta pemilihan alat kontasepsi.

Pemahaman keluarga terhadap keadaan klien menentukan pilihan yang terbaik

diantara beberapa pilihan yang ada, seperti apakah klien harus pulang paksa atau

sebaliknya klien harus tetap menjalani perawatan dan sebagainya(Priyanto, 2009: 2)

Menurut Myrtle Aydelotte(Sumijatun, 2017: 93) Keperawatan merupakan

suatu seni yang berorientasi kepada manusia, perasaan untuk menghargai sesama

individu dan suatu naluri kesusilaan serta tindakan apa yang harus

dikerjakan.Perkembangan keperawatan tidak dapat dipisahkan oleh perkembangan

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

2Universitas Sumatera Utara

struktur dan kemajuan peradaban manusia.Kepercayaan terhadap animisme,

penyebaran agama-

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

2

Universitas Sumatera Utara

agama besar di dunia serta kondisi sosial ekonomi masyarakat ikut berpengaruh

terhadap berkembangnyailmu keperawatan.Seperti misalnya keperawatan yang kita

kenal sekarang menurut UU RI No.38 2014, keperawatan adalah kegiatan pemberian

asuhan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan

sakit maupun sehat(Kodim, 2015: 16)

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak kepada pergeseran

olah kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah

menjadi masyarakat yang maju.Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak

pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan.Pergeseran ini juga

terjadi pada sifat pelayanan keperawatan dari pelayanan vokasional yang hanya

berdasarkan keterampilan belaka kepada pelayanan profesional yang berpijak pada

penguasaan IPTEK dalam keperawatan dan spesialisasi dalam pelayanan

keperawatan.Fokus peran perawat bergeser dari penekanan aspek kuratif kepada

peran aspek preventif dan promotif tanpa meninggalkan peran kuratif dan rehabillatif

(Kodim, 2015: 17).

Tim keperawatan akan sukses jika seluruh anggotanya mejadi “perawat

baik”. Perawat yang baik diasumsikan sebagai perawat yang dapat bekerja sesuai

dengan harapan dan kebutuhan klein, standar praktik dan standar kerja. Untuk dapat

menjadi perawat yang baik diperlukan kerja keras dari individu peer group dan

pembinaan pihak manajemen(Sumijatun, 2017: 101). Pada umumnya rumah sakit

atau pusat pelayanan kesehatan mempunyai tim kerja terdiri dari satu disiplin ilmu,

seperti tim keperawatan dan tim medis, serta tim multi disiplin ilmu seperti tim

operasi dan tim nosokomia infeksi. Tim diartikan sebagai salah satu kelompok yang

didirikan guna mencapai tujuan.Beberapa pembinaan yang perlu dilakukan oleh pihak

manajemen kepada tim keperawatan adalah membuat perawat dapat menyadari peran

dan fungsinya, selalu mengacu pada profesi, meningkatkan kompetensi

profesionalnya, serta dapat bekerja sama (kaloborasi).Kaloborasi dapat berjalan

dengan baik jika semua profesi mempunyai visi dan misi yang sama, masing-masing

profesi mengetahui batas- batas dari pekerjaannya, anggota profesi dapat bertukaran

informasi dengan baik dan masing-masing profesi mengakui keahlian dan profesi lain

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

3

Universitas Sumatera Utara

yang tergabung di dalam tim.Agar kolaborasi dapat berjalan dengan baik, perlu

adanya kemampuan dalam berkomunikasi, mempunyai respek dan kepercayaan,

memberikan serta menerima feed back (umpan balik) dengan jelas, pengambilan

keputusan yang tepat dan mampu mengelola konflik dengan baik (Sumijatun, 2017:

102).

Pedoman keterampilan komunikasi dasar bagi para profesional kesehatan

untuk berkomunikasi efektif dengan pasien telah ditetapkan oleh banyak peneliti

keterampilan komunikasi di seluruh dunia.Berbicara mengenai komunikasi erat

kaitannya dengan kehidupan manusia.Hampir semua kegiatan manusia membutuhkan

komunikasi dalam kesehariannya. Istilah komunikasi (Communication) sendiri secara

etimologis berasal dari bahasa latin yaitu Communicotus yang memiliki makna

“berbagi” atau “menjadi milik bersama”, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa

komunikasi merupakan suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau

kesamaan makna. Komunikasi secara terminologis merujuk pada proses pernyataan

yang melibatkan dua orang atau lebih(Budyatna, 2015: 6).

Komunikasi merupakan cara manusia membangun realitas mereka. Dunia

manusia tidak terdiri dari objek-objek tetapi respon-respon manusia kepada objek-

objek, atau kepada makna-maknanya.Makna-makna ini terdapat dalam komunikasi.

Jangan mencoba berpikir mengenai komunikasi sesederhana seperti cara

menyampaikan gagasan-gagasan, sebab lebih daripada itu. Hal ini merupakan proses

dimana manusia menggunakan untuk mendefenisikan realitas itu sendiri. Dari

perspektif ini, komunikasi antarpribadi lebih daripada penyampaian informasi antara

dua manusia. Sebaliknya, ini merupakan cara manusia memperoleh makna, identitas,

dan hubungan- hubungan melalui komunikasi antarmanusia(Budyatna, 2015: 6).

Pawito dan Sardjono mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses

dengan mana suatu pesan dipindahkan (lewat suatu saluran) dari suatu sumber kepada

penerima dengan maksud mengubah periaku, perubahan dalam pengetahuan, sikap

dan atau perilaku overt lainnya.Wilbur Schramm menyatakan komunikasi sebagai

suatu proses berbagi (Sharing process). Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita

sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commones) dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

4

Universitas Sumatera Utara

seseorang.Yaitu kita berusaha berbagi informasi, idea tau sikap.Demikian pula ragam

dinamika sosial masyarakat lainnya, antara lain lingkup sosial dunia kesehatan seperti

yang dibahas penjelasan berikut ini yaitu berhubungan dengan komunikasi

kesehatan(Prabowo, 2007: 7).

Menurut Health Comunication Partnership`s M/MC Heath Communication

Materials Database komunikasi kesehatan adalah studi yang mempelajari bagaimana

cara menggunakan strategi komunikasi untuk menyebarluaskan informasi kesehatan

yang dapat mempengaruhi individu dan komunitas agar mereka dapat membuat

keputusan yang berkaitan dengan pengelola kesehatan (Liliweri, 2007: 46).Seni dan

teknik penyebarluasan informasi kesehatan yang bermaksud mempengaruhi dan

memotivasi individu, mendorong lahirnya lembaga atau institusi baik sebagai

peraturan ataupun sebagai informasi dikalangan audiens yang mengatur perhatian

terhadap kesehatan.Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan

penyakit, promosi kesehatan, regulasi bisnis dalam bidang kesehatan, yang sejauh

mungkin mengubah dan membaharui kualitas individu dalam suatu komunitas atau

masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu pengetahuan dan etika (Liliweri,

2007:47).

Komunikasi kesehatan juga dianggap relevan dengan beberapa konteks

dalam bidang kesehatan, termasuk didalamnya 1) hubungan antara ahli medis dengan

pasien, 2) daya jangkau individu dalam mengakses serta memanfaatkan informasi

kesehatan, 3) kepatuhan individu pada proses pengobatan yang harus dijalani serta

kepatuhan dalam melakukan saran medis yang diterima, 4) bentuk penyampaian

pesan kesehatan dan kampanye kesehatan 5) penyebaran informasi mengenai resiko

kesehatan pada individu dan populasi, 6) gambaran secara garis besar profil

kesehatan di media massa danbudaya, 7) pendidikan bagi pengguna jasa kesehatan

bagaimana mengakses fasilitas kesehatan umum serta sistem kesehatan dan 8)

perkembangan aplikasi program seperti tele–

kesehatan(http://academicjournal.yarsi.ac.id/ojs-2.4.6/index.php/Jurnal-Online-

Psikogenesis/article/viewFile/38/19).

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

5

Universitas Sumatera Utara

Menurut RogerKomunikasi kesehatan secara umum didefinisikan sebagai

segala aspek dari komunikasi antarmanusia yang berhubungan dengan

kesehatan.Komunikasi kesehatan secara khsusus didefinisikan sebagai semua jenis

komunikasi manusia yang isinya pesannya berkaitan dengan kesehatan.Definisi ini

menjelaskan bahwa komunikasi kesehatan dibatasi pada pesan yang dikirim atau

diterima, yaitu ragam pesan berkaitan dengan dunia kesehatan dan faktor-faktor

yangmempengaruhi. Sebagaimana dikutip dalam Rogermengatakan

bahwakomunikasi kesehatan adalah :“health communication has been defined as

referring to „any type of humancommunication whose content is concerned with

health”.https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&v

ed=0ahUKEwjblP7f_qXaAhXILo8KHcWFBUoQFggoMAA&url=http%3A%2F%2

Fjurnalilkom.uinsby.ac.id%2Findex.php%2Fjurnalilkom%2Farticle%2Fview%2F42

%2F36&usg=AOvVaw3EhEAtwfItvhDkehvSElGb

Komunikasi kesehatan melibatkan dokter, pasien, dan keluarga adalah

komunikasi yang tidak dapat dihindari dalam kegiatan kesehatan atau klinikal.Pasien

datang berobat menyampaikan keluhannya, didengar, dan ditanggapi oleh dokter

sebagai respon dari keluhan tersebut.Menurut R.Wayne Pace, komunikasi antara

dokter dan pasien adalah bentuk komunikasi kesehatan yang sifatnya interpersonal

yang komplek.Komunikasi interpersonal didefenisikan sebagai komunikasi yang

terjadi antara dua orang atau lebih secara tatap muka sedangkan menurut Joseph A.

Devito komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-

pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang- orang dengan beberapa

efek dan beberapa umpan balik(Purwoastuti & Walyani, 2015: 19).

Agar berjalan sesuai yang di harapkan diperlukan kemampuan dan

kecakapan dalam melakukan komunikasi antarpribadi. Kompetensi komunikasi

adalah tingkatan dimana perilaku kita dalam komunikasi interpersonal yang kita

lakukan dengan orang lain(Budyatna& Ganiem, 2011: 10).Pada hubungan

komunikasi antarpribadi, para komunikator membuat prediksi terhadap satu sama lain

atas dasar data psikologis. Masing-masing mencoba mengerti bagaimana pihak

lainnya bertindak sebagai individu, tidak seperti hubungan kultural dan

sosiologis.Rentangan perilaku komunikasi yang dibolehkan menjadi sangat berbeda

dibandingkan dengan rentangan perilaku komunikasi yang dibolehkan pada situasi

non-antarpribadi.Pilihan pribadi dapat secara bebas dilaksanakan dalam

pengembangan hubungan(Budyatna& Ganiem, 2011: 10).

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

6

Universitas Sumatera Utara

Kemampuan dalam mengambil keputusan adalah sangat penting bagi klien

untuk menyelesaikan masalah kegawat-daruratan terutama yang berhubungan dengan

kesehatan.Dalam konseling dengan pengambilan keputusan mutlak diambil oleh

klien, perawat hanya mampu membantu agar keputusan yang diambil klien

tepat.Rumah Sakit USU adalah entitas Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan/Dikti yang pengelolaannya dilaksanakan oleh Universitas Sumatera

Utara. Merupakan salah satu dari 20 RS Perguruan Tinggi Negeri dengan status yang

sama dan akan dikembangkan di Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan/Dikti. Berlokasi di Jalan Dr Mansyur, kawasan Kampus USU Medan,

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara berdiri tahun 2011 yang dimulai dari

peletakan batu pertama yang dilakukan oleh Rektor USU saat itu Prof dr Chairuddin

P Lubis dan Gubernur Sumatera Utara saat itu H Syamsul Arifin, SE, pada tahun

2009, karena rumah sakit Sumatera Utara Medan belum lama beroperasi membuat

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian, yang memungkinkan belum banyaknya

para peneliti melakukan penelitiannya di tempat tersebut dan termaksud dalam bidang

komunikasikesehatan(https://www.usu.ac.id/id/unit-pendukung/154-rumah-sakit-

pendidikan.htm)

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik melakukan

penelitian lebih mendalam lagi untuk mengindentifikasikanBagaimanakah Efektivitas

Komunikasi Interpersonal Perawat Terhadap Pasien dalam Menyampaikan

Komunikasi Kesehatan di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.Untuk itu peneliti

membuat suatu karya tulis yaitu skripsi untuk mengetahui dengan lebih jelas lagi di

Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

7

Universitas Sumatera Utara

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan uraian konteks masalah diatas, penulis merumuskan fokus

masalah dalam penelitian ini adalah BagaimanaEfektivitas Komunikasi

InterpersonalPerawat Terhadap Pasien dalam Menyampaikan Komunikasi

Kesehatandi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui efektivitas komunikasi antarpribadi perawat terhadap

pasien dalam menyampaikan komunikasi kesehatan diRumah Sakit

Universitas Sumatera Utara Medan

2. Untuk mengetahui seberapa terpengaruhnya seorang pasien setelah

mendapatkan ilmu komunikasi kesehatan dari Perawat Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Temuan yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan

sebagai berikut:

1. Secara Teoritis,Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menguji

pengalaman teoritis serta menambah ilmu pengetahuan dan pemahaman para

peneliti mengenai komunikasi Interpesonal Perawat dalam menyampaikan

komunikasi kesehatan terhadap Pasien.

2. Secara akademis dapat menjadi masukan dan informasi yang positif bagi

mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sumatera Utara (FISIP USU) mengenai Komunikasi kesehatan

Perawat terhadap Pasien.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

8

Universitas Sumatera Utara

3. Secara Praktis, Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan, informasi,

referensi, serta perbandingan untuk penelitian selanjutnya dalam mengkaji

komunikasi kesehatan Perawat terhadap. Selain itu juga pemikiran bagi

pihak-pihak yang terlibat agar dapat membuat suatu metode pelayanan

keperawatan yang lebih baik lagi kepada para pasien.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

9

Universitas Sumatera Utara

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Paradigma Kajian

Sebuah penelitian memerlukan paradigma teori dan model teori sebagai

dasar dalam menyusun kerangka penelitian. Menurut Bogdan dan Biklen (dalam

Moleong, 2009: 50) adalah kumpulan longgar dari sebuah asumsi yang di pegang

bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian.

Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian

dan hubungannya) atau bagaimana bagian- bagian berfungsi (perilaku yang

didalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu). Berdasarkan defenisi Kuhn

tersebut, Harmonmendefinisikan “Paradigma”sebagai cara mendasar untuk

mempersepsi, berpikir, meniai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara

khusus tentang realitas(Moleong 2009: 50). Menurut Moleong (2009: 50) ada

bermacam- macam paradigma , tetapi yang mendominasi ilmu pengetahuan adalah

scientific paradigm (paradigma ilmiah) dan naturalistic paradigm (Paradigma

alamiah), Paradigma ilmiah bersumber dari pandangan positivisme (lazimnya disebut

sebagai paradigm kualitatif).Adapun metodologi yang digunakan peneliti dalam

pembahasannya adalah metode deskriptif kualitatif dengan paradigma

konstruktivisme.Konstruktivisme mengatakan bahwa kita tidak pernah dapat

mengerti realitas yang sesungguhnya secara ontologisme. Yang kita mengerti adalah

struktur konstruktivis kita akan suatu objek. Konstruktivisme tidak bertujuan

mengerti realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana kita menjadi tahu akan

sesuatu. Boleh juga dikatakan bahwa “realitas” bagi konstruktivisme tidak pernah ada

secara terpisah dari pengamat (Ardianto dan Q-Anees, 2007: 80).

Paradigma konstruktivisme atau sering disebut konstruktivis berpandangan

bahwa pengetahuan bukanlah potret langsung dari realitas, namun ada konstruksi di

dalamnya.Paradigma ini berkeyakinan bahwa semesta alam adalah suatu konstruksi,

yang berarti semata tidak dipahami sebagai semesta yang otonom, namun

dikonstruksi secara sosial (Ardianto dan Q-Anees 2007 : 152).Secara ringkas gagasan

Universitas Sumatera Utara

Page 28: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

10

Universitas Sumatera Utara

konstruktivisme menurut Von Glasersferld dan Kitchener, 1987 (Ardianto dan Q-

Anees, 2007: 155) mengenai pengetahuan dapat dirangkum sebagaia berikut

1. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi

selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.

2. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu

untuk pengetahuan.

3. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi

membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan

pengalaman-pengalaman seseorang (Ardianto dan Q-Anees, 2007:151-155).

2.1.1.Konstuktivisme Dalam Ilmu Komunikasi

Teori konstruktivis atau konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis

untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Delia dan rekan-

rekan sejawatnya (Ardianto dan Q-Anees, 2007: 157).Robyn Penmann (dalam

Ardianto dan Q-Anees, 2007: 158-159)merangkum kaitan konstruktivisme dalam

hubungannya dengan Ilmu Komunikasi:

1. Tindakan komunikatif sifatnya sukarela. Pembuat komunikasi adalah subjek

yang memiliki pilihan bebas, walaupun lingkungan sosial membatasi apa

yang dapat dan telah dilakukan. Jadi tindakan komunikatif dianggap sebagai

tindakan sukarela, berdasarkan pilihan subjeknya.

2. Pengetahuan adalah sebuah produk sosial. Pengetahuan bukan sesuatu yang

objektif sebagai sebagaimana diyakini positivisme, melainkan diturunkan dari

interaksi dalam kelompok sosial. Pengetahuan itu dapat ditemukan dalam

bahasa, melalui bahasa itulah konstruksi realitas tercipta.

3. Pengetahuan bersifat kontekstual, maksudnya pengetahuan merupakan produk

yang dipengatuhi ruang waktu dan akan dapat berubah sesuai dengan

pergeseran waktu

4. Teori-teori menciptakan dunia. Teori bukanlah alat, melainkan suatu cara

pandang yang ikut memengaruhi pada cara pandang kita terhadap realitas atau

dalam batas tertentu teori menciptakan dunia. Dunia di sini bukanlah “segala

Universitas Sumatera Utara

Page 29: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

11

Universitas Sumatera Utara

sesuatu yang ada” melainkan “segala sesuatu yang menjadi lingkungan hidup

dan pengahayatan hidup manusia”, jadi dunia dapat dikatakan sebagai hasil

pemahaman manusia atas kenyataan di luar dirinya

5. Pengetahuan bersifat sarat nilai.Teori konstruktivisme menyatakan bahwa

individu menginterpretasikan dan bereaksi menurut kategori konseptual dari

pikiran. Realitas tidak menggambarkan diri individu namun harus disaring

melalui cara pandang orang terhadap relaitas tersebut.

2.2 Kerangka Teori

2.2.1Pengertian komunikasi berdasarkan Kata dan defenisinya

Menurut Struat Kata “Komunikasi” berasal dari bahasa Latin yaitu,

Comunis, yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara

dua orang atau lebih.Akar katanya adalah communis adalah communico, yang artinya

berbagi.Dalam hal ini, yang dibagi adalah pemahaman bersama melalui pertukaran

pesan. Komunikasi sebagai kata kerja (verb) dalam bahasa inggris, communicate

berarti: (1) untuk bertukar pikiran- pikiran, perasaan- perasaan, dan informasi; (2)

untuk membuat tahu; (3) untuk membuat sama; dan (4) untuk mempunyai sebuah

hubungan yang simpatik. Sedangkan dalam kata benda (noun), communication,

berarti (1)pertukaran simbol, pesan-pesan yang sama dan informasi; (2) proses

pertukaran diantar individu- individu melalui sistem simbol- simbol yang sama; (3)

seni untuk mengekspresikan gagasan- gagasan dan (4) Ilmu pengetahuan tentang

pengiriman informasi (Pryanto, 2009: 7).

Dalam Pryanto (2009: 7) mengutip beberapa defenisi komunikasi sebagai

berikut:

a. Menurut Lu Verne, Wollf, Marlene H.W., Elinor V.F (1984) komunikasi

merupakan proses timbal balik dan suatu pengalaman dimana pengirim dan

penerima pesan berpartisiasi secara simultan

b. Menurut John R Schemerhom komunikasi dapat diartikan sebagai proses

antarapribadi dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi

kepentingan mereka

Universitas Sumatera Utara

Page 30: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

12

Universitas Sumatera Utara

c. Menurut Burgess, komunikasi yaitu proses penyampaian informasi, makna

dan pemahaman dari pengirim pesan kepada penerima pesan.

d. Menurut Yuwono,komunikasi mengajukan pengertian yang diinginkan

pengirim informasi kepada penerima informasi dan menimbulkan tingkah laku

yang diinginkan dari penerima informasi.

e. Menurut Onong, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh

seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap,

pendapat atau perilaku, baik secara langsung atau tidak langsung melalui

media.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi

merupakan penyampaian informasi antara-individu atau kelompok, baik secara verbal

maupun non-verbal yang dapat menimbulkan respons timbal balik antara pengirim

dan penerima informasi(Pryanto 2009: 7)

2.2.1.1Proses Komunikasi

Proses komunikasi, menurut Effendy (Mondry, 2008:3-5), terdiri atas dua

tahap, meliputi secara primer dan secara sekunder.

1. Proses komunikasi primer

Proses komunikasi secara primer merupakan proses penyampaian pikiran

dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan

lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai proseskomunikasi

meliputi bahasa, kial (gesture), gambar, warna dan sebagainya.

2. Proses komunikasi sekunder

Proses komunikasi sekunder merupakan proses penyampaian pesan dari

seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai

media kedua setelah menggunakan lambang sebagai media pertama. Sarana

yang sering dikemukakan untuk komunikasi sebagai media kedua antara lain

surat, telepon, faksimili, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, internet,

dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

13

Universitas Sumatera Utara

3. Gambaran proses komunikasi

Dengan defenisi tersebut, secara umum, proses komunikasi sederhana

dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.1 Model Komunikasi

Sumber :Meinando, Teguh. 1981. Pengantar ilmu komunikasi. Bandung: Armico.

(Mondry, 2008: 5-6).

2.2.1.2Unsur Komunikasi

Komunikasi telah didefinisikan sebagai usaha penyampaian pesan

antarmanusia. Dari defenisi terlihat bahwa untuk dapat terjadi proses komunikasi

terdiri dari beberapa unsur yaitu sebagai berikut:

1. Komunikator

Menurut Meinando (Mondry, 2008: 8), komunikator merupakan individu atau

kelompok yang mengambil prakarsa dalam mengadakan komunikasi kepada

individu atau kelompok lain.

Syarat umum sumber pesan yang baik, meliputi:

a. Harus memiliki pengetahuan luas

b. Tidak menyembunyikan fakta

c. Berpendidikan (formal atau informal)

d. Mengetahui tentang yang dikomunikasikan

2. Pesan

Pesan merupakan inti atau perumusan tujuan dan maksud dari komunikator

kepada komunikan, pesan ini merupakan unsur yang sangat menentukan

dalam keberhasilan komunikasi(Mondry, 2008: 8).

KOMUNIKAN PESAN KOMUNIKATOR

Umpan Balik (Feed Back)

Universitas Sumatera Utara

Page 32: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

14

Universitas Sumatera Utara

3. Saluran

Agar pesan yang diterima mudah dimengerti komunikan, maka harus

dipertimbangkan saluran yang digunakan dalam komunikasi tersebut. Saluran

itu meliputi:

a. Metode yang ditempuh bisa dengan menggunakan komunikasi verbal

yang bersifat langsung (tatap muka) atau tidak langsung (melalui surat,

dan sebagainya), bisa juga dengan komunikasi nonverbal.

b. Metode atau alat yang digunakan juga mempertimbangkan kebutuhan dan

sasaran. Bisa dengan peralatan yang sederhana,dan juga menggunakan

peralatan yang rumit(Mondry, 2008: 8)

4. Komunikan

Komunikan atau penerima memang diharapkan minimal punya pengetahuan

yang luas tentang masalah yang dikomunikasikan.Keberhasilan komunikasi

tergantung pada komunikator, pesan dan saluran(Mondry, 2008: 8)

5. Efek

Harapan dari proses komunikasi, informasi atau pesan yang disampaikan oleh

komunikator adalah bisa dimengertioleh komunikan secara baik dan akhirnya

membawa dampak sesuai dengan yang diharapkan(Mondry, 2008:9).

6. Umpan Balik

Setelah proses komunikasi berlangsung, salah satu unsurnya menyangkut

umpan balik (feedback), arus umpan balik tersebut selalu diharapkan

seseorang atau kelompok orang yang melakukan kegiatan komunikasi

(Mondry, 2008: 8-9).

2.2.1.3Tujuan Komunikasi Secara Umum

Beberapa tujuan komunikasi secara umum menurut Pryanto(2009; 8)

a. Mengerti

Universitas Sumatera Utara

Page 33: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

15

Universitas Sumatera Utara

Komunikator hendaknya menyampaikan pesan atau informan kepada

komunikan (penerima) dengan cara yang baik dan jelas, sehingga informasi

tersebut data dimengerti maksudnya.

b. Memahami

Memahami mengandung arti bahwa informasi yang disampaikan komunikator

harus disesuaikan dengan keinginan dan kemauan komunikan atau penerima

informasi, sehingga segala sesuatu yang disampaikan benar- benar berasal

dari aspirasi penerima informasi atau masyarakat pada umumnya.

c. Diterima

Komunikator dalam menyampaikan informasinya harus menggunakan cara

yang arsetif sehingga informasi tersebut dapat diterima dengan baik.

d. Termotivasi

Setelah informasi disampaikan maka komunikan tergerak untuk melakukan

suatu kegiatan yang diinginkan oleh komunikator dan ini merupakan suatu

yang diharapkan oleh pemberi pesan.

2.2.1.4Tujuan Komunikasi antara Tenaga Kesehatan terhadap Pelayanan

Kesehatan Klien

Tujuan utama komunikasi antar-tenaga kesehatan adalah tercapainya tingkat

kesehatan klien semaksimal mungkin dengan memberikan perawatan koprehensif

melalui pertukaran informasi yang akan meningkatkan koordinasi dan

kesinambungan pelayanan kesehatan terhadap klien. Bila klien mendapatkan

pelayanan kesehatan dari berbagai bagian rumah sakit, seperti bagian pemeriksaan

rongent,laboratorium, ruang operasi, fisioterapi, maka komunikasi yang sangat

dibutuhkan untuk mengoordinasikan pelayanan yang telah diberikan. Komunikasi

antar-tenaga kesehatan juga sangat diperlukan dalam memberikan pelayanan bagi

klien tersebut akan melanjutkan pelayanan pada lembaga kesehatan lain. Lembaga ini

akan memberikan pelayanan kesehatan, berupa home care , ahli fisitotrapi, terapi

kerja, konseling, dan lain lain(Pryanto, 2009:9).

Universitas Sumatera Utara

Page 34: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

16

Universitas Sumatera Utara

Secara umum, menurut Lu Verne Wolff, Marlene H.W., dan Elinor V.F.

(dalam Pryanto, 2009: 10).,komunikasi antar-tenaga kesehatan terbagi dalam empat

kategori yaitu melaporkan, mengarahkan, mendiskusikan (conffering), dan

memberikan rujukan (referring).

a. Melaporkan

Merupakan suatu bentuk penyampaian atau penuturan tentang sesuatu yang

dilihat, didengar, dilakukan atau dipertimbangkan. Sebagai contoh perawat

dinas (shift) pagi melaporkan kondisi terakhir klien dan tindakan

keperawatan yang telah diberikan kepada perawat shift sore atau bidan

melaporkan persalinan yang telah dilakukan pada dokter yang bertanggung

jawab terhadap klien tersebut.

b.Mengarahkan

Mengarahkan bisa juga disebut membimbing atau memerintahkan.Seorang

perawat senior (misalnya kepala ruangan) dapat memberikan perintah pada

bawahannya(perawat pelaksana) dalam rangka pelaksanaan asuhan

keperawatan.Seorang perawat atau petugas kesehatan lain juga bisa

memberikan pengarahan. Bila suatu informasi berisi tentang pengarahan,

maka perlu ditunjuk dengan jelas orang yang akan mendapat tugas tersebut

dan berapa lama waktu untuk menyelelesaikan tugas tersebut. Pengarahan

sering dilakukan secara verbal, tetapi lebih baik jika secara tertulis karena itu

akan jauh lebih aman, dapat dipertanggung-jawabkan, serta mengurangi

terjadinya kesalah-pahaman. Misalnya perawat atau bidan yang memberikan

perawatan disuatu ruang rawat inap, maka perawat atau bidan tersebut harus

benar-benar mengetahui tindakan- tindakan yang akan diberikan dokter, dan

akan menjadi akan sangat baik jika pengarahan (instruksi) tersebut diberikan

secara tertulis pada format status klien.

c. Berdiskusi

Berdiskusi biasa juga dikatakan berkonsultasi dengan seseorang untuk

bertukar pendapat atau meminta informasi, nasehat, atau instruksi. Seorang

Universitas Sumatera Utara

Page 35: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

17

Universitas Sumatera Utara

perawat dan bidan dalam bekerja akan berkonsultasi denga perawat atau

bidan lain atau bahkan dokter yang merawat klien. Misalnya ketua tim

perawatan suatu shift berkonsultasi dengan kepala ruangan tentang suatu

kasus sulit yang dijumpai di ruangan.Kasus tersebut kemudian didiskusikan

dalam suatu pertemuan antara ketua tim, kepala ruangan dan dokter yang

merawat bersama dengan tim lain di sarana pelayanan kesehatan yang

kompeten.

d. Rujukan (Refer)

Rajukan adalah suatu keputusan untuk mengirim atau mengarahkan

seseorang mengambil tindakan atau mencari bantuan.Seorang klien dapat

dikirim oleh sebuah rumah sakit kelembagaan pelayanan perawatan

kesehatan masyarakat atau puskesmas guna meminta bantuan dalam

perawatan lanjutan di rumah.Contoh seorang klien di UGD datang dengan

keadaan patah tulang terbuka disebelah paha kanan (open fracture femur

dextra) kemudian dokter penanggung jawab (dokter jaga) UGD tersebut

merasa kesulitan dengan alasan tindakan memadainya peralatan yang

ada(Pryanto, 2009:10).

Menurut Sudeen ((Priyanto, 2009: 10)jikamenemui hal demikian maka

dokter tersebut boleh mengambil keputusan untuk merujuk kerumah sakit yang lebih

lengkap fasilitasnya, baik dari segi peralatan maupun sumber daya manusia (memiliki

dokter spesialis ortopedi, dokter anestesi perawat bedah yang bersertifikasi dan lai-

lain.Menurut Stuart Sudeen(Priyanto, 2009:11) bagi perawat komunikasi dapat

mempunyai pengertian sebagai berikut.

1. Merupakan sarana untuk membangun hubungan terapeutik.

2. Merupakan sarana bagi perawat untuk mempengaruhi tingkah laku klien

yang berujung pada keberhasilan dalam melakukan intervensi keperawatan.

3.Merupakan sarana yang istimewa, karena tanpa komunikasi tidak mungkin

terjadi hubungan terapeutik antara perawat dan klien.Hal tersebut diatas

dapat juga berlaku bagi tenaga kesehatan lain seperti bidan (Pryanto, 2009:

11).

Universitas Sumatera Utara

Page 36: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

18

Universitas Sumatera Utara

Kedua jenis komunikasi (langsung dan tidak langsung) dapat digunakan

dalam semua kategori tersebut.Perawat, bidan, dan dokter bisa saja melakukan

pelaporan, pengarahan, diskusi (berunding), atau membuat rujukan baik secara

langsung dengan pertemuan tatap muka atau secara tidak langsung melalui catatan

klien.Dengankomunikasi seseorang dapat melahirkan ide-ide baru atau meneruskan

gagasan yang sudah ada serta dapat menjadikannya sebagai kritik yang

membangun.Melalui komunikasi pula ide-ide tersebut dapat disebarluaskan untuk

dianalisis, diuji kembali, dan disempurnakan(Pryanto, 2009:11).

Komunikasi dapat berlangsung antara-individu yang mempunyai minat dan

keterampilan (skill) yangsama, seperti komunikasi di antara perawat guna

penyempurnaan pelaksanaan asuhan keperawatan.Sebagai contoh ada dua orang

perawat yang menaruh perhatian antara perawat atas perawat pada pasien yang

menghadapi masalah penyesuaian diri terhadap penyakit kronis, mereka lalu

melakukan pengamatan, penjelasan teori, mengusulkan penyempurnaan terhadap

asuhan keperawatan yang telah ada, kemudian mereka mendiskusikan ide- ide

tersebut.Penyajian ide-ide tentang asuhan keperawatan dan hasil-hasil riset dibahas

dalam berbagai pertemuan dan koferensi. Organisasi-organisasi yang dapat

dipergunakan sebagai mediator penyajian ide-ideatau hasil penelitian seperti diantara

lain adalah Persatuan Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI),

Persatuan Perawat Endoskopi Gastrointestina Indonesia (PEGI), Perhimpunan

Perawat Kamar Bedah, Perhimpunan Perawat ICU, Perhimpunan Perawat Anestesi,

dan lain- lainnya(Pryanto, 2009:11).

2.2.1.5Komunikasi dalam Aplikasinya di Pelayanan Kesehatan

Komunikasi merupakan proses yang sanagt berarti dan istimewa dalam

hubungan antar manusia. Dalam profesi keperawatan, komunikasi menjadi sangat

bermakna karena menjadi metode-utama dalam menginplementasikan proses

keperawatan maupun kebidanan.Dalam hal ini perawat/ bidan memerlukan

kemampuan dan keterampilan khusus serta kepedulian sosial yang mencakup

keterampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin perilaku setiap

individu dengan orang lain (Priyanto, 2009: 12).

Universitas Sumatera Utara

Page 37: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

19

Universitas Sumatera Utara

Perawat atau bidan yang memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik

tidak saja akan mudah membina hubungan saling percaya dengan klien, tetapi juga

dapat mencegah terjadinya masalah legal dan meningkatkan citra profesi

keperawatan/kebidanan serta citra rumah sakit dalam memberikan pelayanan

(Priyanto, 2009: 12).Dalam Priyanto (2009: 12) ada tiga jenis komunikasi yaitu

verbal, tertulis dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.

1.Komunikasi Verbal

Komunikasi ini merupakan bentuk paling lazim digunakan dalam pelayanan

kesehatan, seperti rumah sakit, balai pengobatan ataupun puskesmas.Komunikasi

verbal adalaha pertukaran informasi secara verbal terutama berbicara secara tatap

muka (face to face) .komunikasi verbal lebih akurat dan tepat waktu.Kata atau

kalimat digunakan sebagai alat atau simbol untuk mengekspresikan ideatau

perasaan, membangkitkan respon emosional dan memori, mengartikan objek, serta

melakukan observasi.Selain itu ucapan kata dan kalimat juga dipakai untuk

menyampaikan arti yang tersembunyi sekaligus sebagai sarana untuk menguji minat

seseorang(Priyanto. 2009: 15)

Keuntungan komunikasi verbal dengan tatap muka diantaranya adalah

memungkinkan tiap individu untuk berinteraksi secara langsung, selain itu

dapat dilakukan secara cepat dan langsung, terhindar dari kesalahpahaman, dan

informasi yang disampaikan jelas. Namun, disamping memiliki kelebihan,

jenis komunikasi ini juga memiliki kekurangan yaitu terkadang dilakukan satu

arah dari atasan ke bawahan (terdominasi), seperti pada rapat rutin suatu

kelompok yang dipimpin oleh ketua kelompok atau kepala ruangan rawat inap,

kaloborasi antara perawat atau bidan dengan dokter, konsultasi atau pelaporan

keadaan pasien melaui telepon dan lain sebagainya(Priyanto. 2009: 15)

Beberapa hal yang penting dalam berkomunikasi secara verbal menurut Ellis

dan Nowlis (Priyanto, 2009: 15)adalah sebagai berikut:

a. Penggunaan bahasa

Tingkat pendidikan klien, pengalaman, dan kemampuan berbahasa seperti

bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan lain-lain penting sekali

Universitas Sumatera Utara

Page 38: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

20

Universitas Sumatera Utara

dipertimbangkan konselor dan berkomunikasi. Penggunaan bahasa dalam

berkomunikasi memerlukan kata- kata yang jelas, ringkas, dan sederhana.

b. Kecepatan

Kecepatan dalam berbicara dapat mempengaruhi komunikasi verbal.

Seseorang dalam keadaan cemas atau sibuk, biasanya berbicara dengan

sangat cepat dan akan lupa untuk berhenti berbicara, sehingga dapat

menyebabkan pendengar memproses pesan dan menyusun respon yang akan

diberikan. Komunikasi verbal dengan kecepatan yang sesuai akan

memberikan kesempatan bagi pembicara untuk berpikir jernih tentang apa

yang diucapkan juga dapat menjadikan seseorang yang efektif.

c. Nada suara (voice tone)

Nada suara atau voice tone dapat menunjukkan gaya dan ekspresi yang

digunakan dalam bicara, selain itu juga dapat mempengaruhi arti kata.

Pengaruh dari berbicara dengan keras akan berbeda dengan suara lembut

atau lemah. Suara yang keras akan menunjukkan seorang yang berbicara

sedang terburu- buru, tidak sabar, sindiran tajam atau marah.

Salah satu komunikasi verbal dalam keperawatan adalah interviu. Interviu

adalah merupakan salah satu cara untuk mendapatkan data dari klien dalam

tahap pengkajian. Interviu adalah pola komunikasi yang mempunyai tujuan

spesifik, seperti mendapatkan riwayat kesehatan klien, mengindentifikasi

kebutuhan dasar klien dan faktor resiko, serta menentukan perubahan

spesifik dari tingkat kesehatan dan pola hidup klien(Priyanto, 2009: 14)

2. Komunikasi Tertulis

Komunikasi tertulis adalah komunikasi yang disampaikan dengan cara

tertulis. Komunikasi ini mempunyai keuntungan di antaranya dapat dipersiapkan

dengan baik, dapat dibaca berulang-ulang, mempunyai bentuk tertentu, tidak

mengeluarkan biaya yang cukup banyak sehinggah lebih hemat dan sebagainya.

Namun, memiikibeberapa kekurangan yaitu pendokumentasian yang lebih banyak,

kadang- kadang kurang jelas, dan responbalik dari penerima pesan cukup memakan

waktu. Guna mengatasi hal tersebut di atas maka komunikasi dalam bentuk tertulis

Universitas Sumatera Utara

Page 39: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

21

Universitas Sumatera Utara

diusahakan memenuhi faktor- faktor seperti memakai kata- kata yang pendek dan

jelas, memakai kata-kata yang tidak mempunyai persepsi atau arti ganda,

memberikan gambaran untuk memperjelas, kalimat tersusun dengan baik, susunan

kata-kata atau kalimat mudah diingat.Misalnya, penulisan laporan shift disuatu ruang

inap, pendokumentasian suatu perawatan pasien pada format catatan perawat, catatan

perkembangan pasien, pendokumentasian tentang perjalaan suatu tindakan atau

pelaporan proses pertolongan salinan, dan sebagainya (Priyanto, 2009: 14)

3. Komunikasi Non-verbal

Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-

kata. Komunikasi ini merupakan komunikasi yang menggunakan mimik, gerakan-

gerakan , pantonim, dan bahasa isyarat.Perawat perlu menyadari pesan verbal dan

non-verbal yang disampaikan klien, mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi

asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap sebuah

pesan verbal.Perawat atau bidan yang mendeteksikan suatu kondisi dan menentukan

kebutuhan asuhan keperawatan klien melaui komunikasi non- verbal.Berikut adalah

komunikasi non-verbal yang dapat dinilai dari klien(Priyanto, 2009: 14).

a. Metakomunikasi

Metakomunikasi adalah suatu pendapat atau penilaian terhadap isi

pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan yang

ada pada pengirim dan penerima.Komunikasi tidak hanya tergantung pada

pesan tetapi juga pada hubungan antara pembicara dengan lawan

pembicaranya.Misalnya tersenyum, pada saat marah.

b. Penampilan individu (self performance)

Menurut Laila Ascosi (Priyanto, 2009: 16) bentuk tubuh, cara berpakain,

dan cara berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekerjaan, agama,

budaya dan konsep diri seseorang. Penampilan seseorang merupakan hal

pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal.Kesan pertama

timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama.Delapan puluh empat persen

(84%) kesan terhadap seseorang adalah berdasarkan

penampilannya.Perawat yang memperhatikan penampilan diri dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 40: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

22

Universitas Sumatera Utara

menimbulkan citra diri professional yang positif. Penampilan perawat dari

segi fisik sangat memengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan asuhan

keperawatan yang diberikan oleh perawat tersebut, karena tiap klien

mempunyai citra diri bagaimana seharusnya penampilan seorang

perawat.walaupun penampilan tidak seutuhnya mencerminkan kemampuan

perawat, tetapi mungkin klien akan lebih menerima bila perawat

berpenampilan sesuai dengan keinginan klien.

c. Intonasi suara

Intonasi terkadang mempunyai dampak yang salah bagi perawat.

d. Ekspresi wajah

Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar yang penting dalam

menentukan pendapat interpersonal.Hasil penelitian menunjukan ada enam

keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah, yaitu terkejut,

takut, marah, jijik, sedih, dan senang.Kontak mata sangat penting dalam

melakukan komunikasi interpersonal.

e. Sikap tubuh dan langkah

Perawat dalam memposisikan dan mengatur tubuh serta langkahnya dapat

menggambarkan sikap, emosi, konsep diri, dan keadaan fisik.Perawat atau

bidan dapat mengumpulkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati

sikap tubuh dan langkah klien.

f. Sentuhan

Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat- klien.

Akan tetapi harus tetap memperhatikan norma sosial. Rasa kasih sayang,

dukungan emosional, dan perhatian dapat disampaikan melalui sentuhan.

Perawat dapat memberikan asuhan keperawatannya dengan menyentuh

klien , seperti ketika melakukan pemeriksaan fisik atau membantu klien

berpakaian (Priyanto, 2009: 17) .

2.3. Komunikasi interpersonal

2.3.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Universitas Sumatera Utara

Page 41: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

23

Universitas Sumatera Utara

Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara

seseorang dengan orang lain biasanya diantara dua orang yang dapat berlangsung

diketahui balikannya (Rismalinda dan Prasetyo,2016;109).Keberhasilan sebuah pesan

untuk dapat diterima oleh komunikan dengan mudah dan cermat adalah kemampuan

kapasitas komunikator dalam menyampaikan informasi.Kapasitas komunikator akan

mempengaruhi penyampaian pesan dapat berhasil sesuai harapan, maka pilihan

metode dan saluran komunikasi menjadi sangat penting dalam wilayah ini.

Sensitifitas informasi juga sangat mempengaruhi bentuk komunikasi apa yang tepat

agar informasi tersampaikan. Dalam ranah kesehatan khususunya keperawatan,

pilihan komunikasi dalam menyampaiakan informasi kepada klien/ pasien menjadi

faktor penentu pesan tersampaikansudah menjadi jamaknya bahwa komunikasi

interpersonal menjadi pilihan untuk penyampaian pesan antara komunikan (perawat)

kepada komunikasi (pasien).(Rismalinda dan Prasetyo, 2016; 109).

Komunikasi interpersonal pada dasarnya merupakan jalinan hubungan

interaktif antara seorang dengan orang lain, dimana lambang- lambang pesan secara

efektif digunakan adalah bahasa. Ada beberapa ahli yang mempunyai pengertian

tentang komunikasi interpersonal.(dalamRismalinda dan Prasetyo, 2016: 110).

1. Wiryanto 2004

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi

tatap muka antara dua orang atau lebih baik secara terorganisasi maupun pada

kumpulan orang.

2. Miller

Menuntun pemahaman hubungan simbolitis antara komunikasi dengan

perkembangan relation.

3. Muhammad 2005

Proses pertukaran informasi antara seseorang dengan orang lain atau lebih

yang langsung diketahui umpan baliknya, dengan kata lain komunikasi

interpersonal memberikan dampaknya langsung bagi pelaku komunikasinya.

4. Effendy

Universitas Sumatera Utara

Page 42: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

24

Universitas Sumatera Utara

Komunikasi antara orang- orang secara tatap muka. Yang memungkinkan

setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung. Baik secara

verbal maupun non verbal.

Kemudian Burgon dan Huffner (dalam Rismalinda dan Prasetyo, 2016: 111)

menyimpulkan bahwa proses komunikasi interpersonal melibatkan beberapa

unsur , yakni:

1. Sensasi, yaitu proses menangkap stimulus

2. Persepsi, yaitu proses memberikan makna terhadap informasi yang

ditangkap oleh sensasi.

3. Memori, proses penyimpanan informasi dan evaluasinya dalam kognitif

individu.

4. Berpikir, proses mengolah dan memanipuasi informasi untuk memenuhi

kebutuhan atau menyelesaikan masalah.

Dalam tulisan Brant R. Burleson dengan judul The Nature of Interpersonal

CommunicationScience membagi definisi komunikasi antarpribadi dalam tiga

perspektif. Pertama dinamakan perspektif situasional, membedakan bentuk- bentuk

komunikasi atas dasar mengenai ciri-ciri daripada konteks komunikasi, dan yang

terpenting ialah mengenai jumlah komunikator, kedekatan fisik komunikator,

tersedianya saluran-saluran komunikasi terutama saluran komunikasi nonverbal dan

umpan balik langsung diterima oleh para komunikator (Budyatna, 2015: 8).Jadi

komunikasi antarpribadi secara khusus terjadi antara dua orang terlibat dalam

interaksi tatap muka yang menggunaakan saluran-saluran verbal maupun nonverbal

dan memiliki akses kepada umpan balik langsung.Perspekif yang kedua yang itu

perspektif perkembangan atau developmental perspective, perspektif ini dimulai

dengan membedakan antara komunikasi.“impersonal” dan “antarpribadi”(Budyatna,

2015: 8).

Dalam komunikasi interpersonal, para interektan berhubungan terhadap

satu sama lain sebagai peran sosial bukan sebagai pribadi yang berbeda dan

mendasarkan prediksi mereka mengenai bagaimana piihan-pilihan pesan akan

mempengaruhi pihak lain berdasarkan kultur dan pengetahuan sosiologi bukan

Universitas Sumatera Utara

Page 43: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

25

Universitas Sumatera Utara

berdasarkan informasi psikologis. Sebaliknya komunikasi antarpribadi, para

interektan berhubungan terhadap satu sama lain sebagai pribadi yang unik dan

mendasarkan prediksi- prediksi mereka tentang pilihan-piihan pesan pada informasi

psikologis yang spesifik mengenai pihak lain, dan yang ketiga prespektif

interaksional, pada perspektif ini komunikasi antarpribadi meliputi interaksi.Capella

(1987) menampilkan pemikiran yang paling sistematis mengenai perspektif

interaksional, mendefenisikan komunikasi antarpribadi ialah sebagai penyesuaian

atau pengaruh timbale balik( Budyatna, 2015: 9).

2.3.1.1 Model Komunikasi Interpersonal

1. Model Umum Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpersonal juga sering disebut komunikasi

interpersonal.Komunikasi antarpersonal terjadi antara komunikator dengan

komunikan secara langsung, baik bertatap muka langsung ataupun tidak.Komunikasi

seperti ini lebih efektif karena kedua belah pihak bisa menyimpulkan komunikasinya

secara tepat dan efisien dan dengan sehingga umpan balik dari kedua komunikator

langsung bisa di dapatkan(Rismalinda & catur, 2016: 111)

Gambar 2.2 Ilustrasi komunikasi interpersonal

Sumber :Rismalinda & catur, 2016: 111

2.Menurut Barnlund

Dean C. Barnlund mengartikan komunikasi antarpribadi sebagai pertemuan

dua,tiga, empat, orang, yang terjadi sangat spontan dan tidak berstruktur.

Komunikasi antar pribadi memiliki ciri:

a. Bersifat spontan

b. Tidak berstruktur

c. Tidak mengejar tujuan yang direncanakan

d. Identitas keanggotaan tidak jelas

e. Terjadi sambil lalu. (Prabowo, 2007: 15)

A B

Universitas Sumatera Utara

Page 44: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

26

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.3. Model Komunikasi Barnlud

Sumbergambar: Prabowo, 2007: 15

2.3.1.2 Tujuan Komunikasi Interpesonal Dalam Dunia Kesehatan

Tujuan dari komunikasi interpersonal antara perawat dengan klien adalah

memberikan hasil yang baik, diantaranya;

1. Menemukan diri sendiri, komunikasi interpersonal memberikan kesempatan

bagi perawat untuk mengenal dirinya terutama yang berkaitan dengan

perasaan, pikiran dan tingkah laku.

2. Menemukan dunia luar, komunikasi yang menjadikan perawat bisa

memahami lebih banyak tentang dirinya dan kliennya.

3. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti, komunikasi

interpersonal sebagai dasar- dasar pembentukan rasa percaya klien dan

sebagai dasar pembentukan hubungan sosialnya dan klien.

4. Mengubah sikap dan tingkah laku, banyak waktu yang digunakan perawat

untuk mengubah sikap dan tingkah laku kliennya melalui pertemuan dan

komunikasi interpersonal.

5. Untuk membantu, para perawat dianjurkan untuk selalu menggunakan

komunikasi interpersonal karena sangat membantu, terutama pada saat

mengarahkan kliennya(Rismalinda & catur, 2016: 111)

2.3.1.3 Fungsi Komunikasi Interpersonal

Miler & Steinberg (Budyatna & Leila, 2011: 27) defenisinya, fungsi adalah

sebagai tujuan dimana komunikasi digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.Fungsi

Universitas Sumatera Utara

Page 45: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

27

Universitas Sumatera Utara

utama komunikasi ialah mengendalikan lingkungan guna memperoleh imbalan-

imbalan tertentu berupa, fisik, ekonomi dan sosial.Sebagaimana telah dikemukakan

bahwa komunikasi insan atau human communication baik yang non- antarpribadi

maupun antarpribadi semuanya tentang pengendalian lingkungan guna mendapatkan

imbalan seperti dalam bentuk fisik, ekonomi, dan sosial (Budyatna &Leila, 2011: 27).

Keberhasilan yang relatif dalam pengendalian lingkungan melalui komunikasi

menambah kemungkinan menjadi bahagia, kehidupan pribadi yang produktif,

kegagalan relatif mengarah kepada ketidakbahagiaan akhirnya bias terjadi krisis

identitas diri(Budyatna &Leila, 2011: 27).

Menurut Miller & Steinberg(Budyatna &Leila, 2011: 27) kita dapat

membedakan pengendalian lingkungan dalam dua tingkatan, yaitu:

1. Hasil yang diperoleh sesuai dengan apa yang diinginkan yang dinamakan

compliance.

2. Hasil yang diperoleh mencerminkan adanya kompromi dari keinginan semula

bagi pihak- pihak yang terlibat, yang dinamakan penyelesaian konflik atau

conflict resolution

2.3.1.4 Efektifitas komunikasi Interpersonal

Menurut pandangan Kumar dan De Vito (Rismalinda & Catur, 2016 ; 112)

ciri- ciri efektivitas komunikasi interpersonal diantaranya:

1. Keterbukaan (openness), adalah kemauan seseorang menanggapi dengan

senang hati informasi yang diterima dalam menghadapi hubungan

interpersonal.

2. Empati (Emphaty), komunikasi interpersonal dapat berlangsung kondusif

apabila komunikator (pengirim pesan) menunjukkan rasa empati pada

komunikan (penerima pesan)

3. Dukungan(Supportiveness), dalam komunikasi interpersonal diperlukan sikap

member dukungan dari pihak komunikator, agar komunikan mau

berpartisipasi dalam komunikasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

28

Universitas Sumatera Utara

4. Rasa positif (Positiveness), Sikap kita dalam komunikasi interpersonal

dilakukan dengan dua cara, yakni menyatakan sikap positif dan secara positif

mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi.

5. Kesetaraan atau Kesamaan( Equality), Kesetaraan menggambarkan

pengakuan secara diam- diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna

dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

2.3.1.5.Faktor- Faktor Penghambat Komunikasi Interpersonal

Menurut(Rismalinda & Catur, 2016 ; 113) seringkali dalam komunikasi

interpersonal antara komunikator (Perawat) dengan komunikan (klien) tidak saling

memahami maksud pesan atau informasi yang disampaikan, hal ini disebabkan

beberapa masalah, diantaranya :

1. Komunikator, kesulitan biologis maupun gangguan psikologis dari

komunikator. Misal, komunikator yang gagap dan gugup.

2. Media, meliputi hambatan teknis, hambatan geografis, hambatan symbol atau

bahasa dan hambatan budaya.

3. Komunikan, hambatan yang berkaitan dengan hambatan biologis seperti

komunikan yang tuli. Hambatan psikologis, seperti komunikan yang sulit

konsetrasi dengan pembicara.

4. Interaksi sosial, hasil dari interaksi dapat bersifat positif, yaitu suatu interaksi

yang mengarah kerja sama dan menguntungkan, dan dapat juga bersifat

negative, yaitu suatu interaksi yang mengarahkan suatu pertentangan yang

berakibat buruk atau merugikan.

5. Kultur, istilah kultur merupakan penyebutan terhadap istilah budaya.

Perbedaan kultur menyebabkan terjadinya; perbedaan persepsi, perbedaan

style bahasa, penafsiran yang berbeda hingga tujuan pesan. Dan terjadi

penolakan dalam komunikasi interpersonal.

6. Experience (pengalaman), Perbedaan pengalaman antara individu bermula

dari perbedaan persepsi masing- masing tentang sesuatu hal. Perbedaan

persepsi disebabkan oleh perbedaan kemampuan kognitif, afektif dan konatif,

Universitas Sumatera Utara

Page 47: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

29

Universitas Sumatera Utara

sehingga kondisi ini akan memberikan perbedaan komunikasi interpersonal

(Rismalinda & Catur, 2016 ; 113).

2.4 Komunikasi Kesehatan

2.4.1 Pengertian Komunikasi Kesehatan

Defenisi komunikasi kesehatan sebenarnya melekat pada hubungan

konseptual antara”komunikasi” dengan “kesehatan” sehinggakonsep komunikasi

memberikan peranan pada kata yang mengikutinya (bandingkan dengan komunikasi

bisnis, komunikasi kultural, komunikasi gender, dll)(Liliweri, 2007: 46).

Berikut ini dikemukakan beberapa defenisi komunikasi kesehatan.

Komunikasi kesehatan adalah:

1. Studi mempelajari bagaimana cara menggunakan strategi komunikasi untuk

menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat mempengaruhi individu dan

komunitas agar mereka dapat membuat keputusan yang tepat dengan

pengelolaan kesehatan.

2. Studi yang menekankan peranan teori komunikasi yang dapat digunakan

dalam penelitian dan praktik yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan

pemiliharaan kesehatan.

3. Kegunaan teknik komunikasi dan teknologi komunikasi secara positif untuk

mempengaruhi individu, organisasi, komunitas dan penduduk bagi tujuan

mempromosikan kondisi yang kondusif atau yang memungkinkan tumbuhnya

kesehatan manusia dan lingkungan. Kegunaan ini termaksud beragam

aktivitasseperti interaksi antara pasien di klinik, self-help groups, mailings,

hotines dan kampanye media massa, dan penciptaan peristiwa.

4. Pendidikan kesehatan, yakni suatu pendekatan yang menekankan pada usaha

mengubah perilaku kesehatanaudiens (skala makro) agar mereka mempunyai

kepekaan terhadap masalah kesehatan tertentu yang sudah didefenisikan

dalam satuan waktu tertentu( Elayne Cift & Vicki Freimuth)

Universitas Sumatera Utara

Page 48: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

30

Universitas Sumatera Utara

5. Proses untuk mengembangkan atau membagi pesan kesehatan kepada audiens

tertentu dengan maksud mempengaruhi pengetahuan, sikap, keyakinan

mereka tentang pilihan perilaku hidup sehat.

6. Seni dan teknik penyebarluasan informasi kesehatan yang bermaksud

mempengaruhi dan memotivasi individu, mendorong lahirnya lembaga atau

institusi baik sebagai peraturan ataupun sebagai organisasi dikalangan audiens

yang mengatur perhatian terhadap kesehatan. Komunikasi kesehatan meliputi

informasi tentang pencegahan penyakit, promosi kesehatan, kebijaksanaan

pemiliharaan kesehatan (Liliweri, 2007: 47)

DefenisikomunikasikesehatanmenurutKunoli&Herman (dalam 2013; 46Kunoli&

Herman) :

a. Studi yang mempelajari bagaimana cara menggunakan strategi komunikasi

untuk menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat mempengaruhi

individu dan komunitas agar mereka dapat membuat keputusan yang tepat

berkaitan dengan pengelola kesehatan.

b. Studi yang menekankan peranan teori komunikasi yang dapat digunakan

dalam penelitian dan praktik yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan

pememliharaan kesehatan.

c. Proses untuk mengembangkan atau membagi pesan kesehatan kepada audiens

tertentu dengan maksud mempengaruhi pengetahuan sikap, keyakinan mereka

tentang pilihan perilaku hidup sehat.

1. Unsur komunikasi Kesehatan

Ada beberapa unsur komunikasi kesehatan menurut Kunoli & Herman(dalam

Kunoli& Herman,2013: 46)

a. Proses komunikasimanusia (Human Communication) demi

mengatasimasalahkesehatan

b. Komunikasi yang samadengankomunikasiumumnya, yaitu (Komunikator,

komunikan, pesan, media, efek, adakontekskomunikasikesehatan)

Universitas Sumatera Utara

Page 49: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

31

Universitas Sumatera Utara

c. Beroprasipada level ataukontekskomunikasisepertikomunikasiantar- personal,

kelompok, organisasi, publik dankomunikasimassa.

d. Belajarmemanfaatkanstrategikomunikasi

e. Belajartentangperananteorikomunikasidalampenelitiandanpraktik yang

berkaitandenganpromosikesehatan

f. Penyeberluasaninformasitentangkesehatan

g. Keterpengaruhandariindividudariindividudankomunitasdalampembuatankeput

usan yang berkaitandengankesehatan.

h. Pemanfaatan media

danteknologikomunikasidanteknologiinformasidalampenyebarluasaninformasi

kesehatan

i. Pengubahankondisi yang kondusif yang

memungkinkantumbuhnyakesehatanmanusiadanlingkungan

j. Variasiinteraksidalamkerjakesehatanmisalnyakomunikasidenganpasien di

klinik

k. Pendidikankesehatan

l. Pendekatan yang menekankanusahamengubahperilakuaudiens agar

merekatanggapterhadapmasalahkesehatan

m. Senidanteknikuntukmenyebarluaskaninformasikesehatan

n. Proses kemitraandanpartisipasiberdasarkan dialog duaarah.

2.4.1.1 Cakupan komunikasi kesehatan

Banyak sekali teori, model dan perspektif mengenai komunikasi

kesehatan(dalam Kunoli& Herman, 2013; 47). Namun semua model teoritik

maupun praktis meliputi:

a. Komunikasi persuasive ataukomunikasi yang

berdampakpadaperubahanperilakukesehatan.

b. Faktor- faktorpsikologis individual yang

mempengaruhipersepsiterhadapkesehatan

1. Stimulus (obyekpersepsi) danpemaknaan stimulus (Respon)

2. Bagaimanamengorganisir stimulus berdasarkanaturan

Universitas Sumatera Utara

Page 50: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

32

Universitas Sumatera Utara

3. Interprestasidanevaluasiberdasarkanpengetahuan, pengalaman, dll.

4. Memori

5. Recall

c. Pendidikankesehatan (health education), yang

bertujuanmemperkenalkanperilakuhidupsehatmelaluiinformasidanpendidikan

kepadaindividudenganmenggunakanaktifitas material maupunterstruktur.

d. Pemasaransosial yang

bertujuanuntukmemperkenalkanataumengubahperilakupositifmelaluipenerapa

nprinsip- prinsippemasarandenganmengintervensiinformasikesehatan yang

bermanfaatbagikomunitas.

e. Penyebarluasaninformasikesehatan, melalui media (Sosialisasiinformasi,

pendidikan, hiburan, opini, pemberitaan, dll)

f. Advokasi, pendampingmelaluikomunitas, kelompokatau media massa yang

bertujuanuntukmemperkenalkan, kebijakan, peraturandan program- program

untukmemperbaharuikesehatan. (Kunoli& Herman, 2013; 47)

2.4.1.2 Model Komunikasi Kesehatan

Menurut Charles et al, 2004 ((Kunoli& Herman, 2013; 49),ada tiga model

komunikasi kesehatan (dokter dan pasien) yaitu:

1. Paternalistic Model.Dalam model komunikasiini,

doktermengendalikanaliraninformasikepadapasiendanmemutuskanpengobatan

.

2. Informant Model. Model

komunikasiinimenggambarkandoktermenyampaikansemuainformasi yang

diperlukankepadapasien.

Informasiituberisimanfaatdanresikosebagaipengobatanberdasarkanbukti yang

sah. Setelahitupasiensendiri yang mempertimbangkandanmemutuskanapa

yang terbaikbaginya.

3. Shared Model. Model ini mengasumsikan bahwa dokter dan pasien membuat

keputusan bersama, terutama mengenai pengobtan medis. Model komunikasi

Universitas Sumatera Utara

Page 51: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

33

Universitas Sumatera Utara

dokter- pasien terbaru ditandai dengan partisipasi pasien yang lebih aktif.

Arus informasi dikendalikan baik oleh dokter atau oleh pasien.

Model Deddy Mulyana, model komunikasi paling berguna untuk

penyembuhan pasien adalah Shared Model. Model komunikasi ini menempatkan

pasien sebagai subjek yang mempunyai latar belakang sosial budaya, nilai- nilai,

harapan, perasaan, keinginan, kekhawatiran dan juga mendambakan

kebahagiaan(Kunoli& Herman, 2013: 49).Shared model juga memungkinkan

terjadinya dialog, dimana peran dokter bukan lah membujuk pasien untuk menerima

pendapatnya. Dalam konteks ini, hubungan dokter dan pasien sebagai mitra medis

yang saling membutuhkan dalam memerangi keadaan sakitnya pasien.Ini membuat

pasien lebih kooperatif untuk mengikuti rencana pengobatan seperti yang disarankan

dokter.Pada saat yang sama, pasien pun bertanggung jawab untuk memutuskan

nasibnya sendiri (Kunoli& Herman, 2013: 49).

MenurutAdler, hubungan di atasmemberikanhasillebihbaik

:rekamanmedislebihlengkap, penilaianlebihbaik, diagnosis lebihcermat,

reseplebihmurahdanpenyembuhanlebihcepat (Kunoli& Herman, 2013: 49).

DalampandanganCegala,

jikadokterhanyamengumpulkaninformasitentangpenyakittapibukankeadaansakit,

yaknitanpamemahamikonteksbudaya sosial budayalebihluas yang melatarbelakangi

problem medispasien, makainformasi yang

mungkinsangatpentingakanhilangdankecermatan diagnosis

danrencanapengobatanakanberbahaya. Secarafisiksajatapijugamempunyai

pengalamanhidup yang berhubungandengankeadaansakit (Kunoli& Herman, 2013:

49)

2.4.1.3 Prinsip Promosi Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Fasilitaspelayanankesehatanadalahsuatualatdan/atautempat yang

digunakanuntukmeyelenggarakanupayapelayanankesehatan, baikpromotif, preventif,

kuratifmaupunrehabilitatif yang dilakukanolehPemerintah, pemerintahdaerah, dan/

ataumasyarakat(Veronica Komalawati, 1999:

Universitas Sumatera Utara

Page 52: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

34

Universitas Sumatera Utara

77).PengertianpelayanankesehatanmenurutLaveydanLoombaadalahsetiapupayabaik

yang diselenggarakansendiriataubersama-

samadalamsuatuorganisasidalammeningkatkandanmemiliharakesehatan,

mencegahpenyakit, mengobatipenyakitdanmemulihkankesehatan yang

ditunjukanterhadapperseorangan, kelompokdanmasyarakat (Veronica Komalawati,

1999: 77).Berikutinibeberapaprinsipdasarpromosikesehatandirumahsakit, yakni :

1. Promosikesehatan di RumahSakitkhususnyauntukindividu-individu yang

sedangmemerlukanpengobatandanperawatan,

selainituditujukankepadapengunjungrumahsakit,

baikpasienrawatjalanmaupunkeluargapasien yang

mengantarataumenemanipasiendirumahsakit,

karenakeluargapasiendiharapkandapatmembantu/ menunjang proses

penyembuhandanpemulihanpasien.

2. Pengembanganpengertianataupemahamanpasiendankeluarganyaterhadapmasa

lahkesehatan/penyakit yang dideritanya.

Pasiendankeluarganyaharusmengetahuihal-hal yang terkaitdenganpenyakit

yang dideritanyaseperti:penyebabpenyakit, carapenularanya

(bilapenyakitmenular), carapencegahannya, proses pengobatan yang

tepatdansebagainya.

3. Pemberdayaanpasiendankeluarganyadalamkesehatan. Hal

inidimaksudkanapabilapasiensudahsembuhdankembalikerumahnya,

merekamampumelakukanupaya-upayapreventifdanpromotifkesehatannya,

terutamaterkaitdenganpenyakit yang telahdialaminya.

Penerapan proses belajarkesehatandirumahsakit.

Artinyasemuapengunjungrumahsakit,

baikpasienmaupunkeluargamemperolehpengalamanataupembelajarandarirumahsakit

(Kunoli& Herman, 2013: 49).

2.4.1.4 Komunikasi Kesehatan, Kultur dan Perubahan Perilaku

Universitas Sumatera Utara

Page 53: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

35

Universitas Sumatera Utara

Komunikasikesahatanmerupakanupayasistematis yang

secarapositifmempengaruhipraktik- praktifkesehatanpopulasi-

populasibesar.Sasaranutamakomunikasikesehatanadalahmelakukanperbaikankesehata

n yang berkaitandenganpraktikdanpadagilirannya, status kesehatan.Meskipunbanyak

professional yang bekerja di bidanginimenariksuatuperbedaandalamhalistilah-

istilahpendidikankesehatan; komunikasikesehatan; promosikesehatan;

sertainformasipendidikandankomunikasi (IEC, Informatioin, Education and

Comunication).Pendekatankomunikasikesehatanditurunkandariberbagaidisiplinilmu,

meliputipemasaransosial, antropologi, analisisperilaku, periklanan, komunikasi,

pendidikansertailmu-ilmusosial yang lain.

Berbagaidisiplinilmutersebutsalingmelengkapi,

salingtukarmenukarprinsipdantkenikumumsatusamalain, sehinggamasing-

masingmemberikansumbangan yang unikbagimetodelogikomunikasikesehatan(

Graeff A Juithdkk, 1996: 18)

2.4.1.5 Tujuan Komunikasi Kesehatan

1. Tujuan Strategis

Pada umumnya(dalam Liliweri, 2007: 46) program-program yang berkaitan

dengan komunikasi kesehatan yang dirancang dalam bentuk paket acara atau paket

modul itu dapat berfugsi untuk:

a) Relay Information- Meneruskan informasi kesehatan dari suatu sumber

kepada pihak lain secara berangkai (hunting)

b) Enable informed decision making- memberikan informasi akurat untuk

memungkinkan pengambilan keputusan.

c) Promote healthy- memberikan informasi untuk memperkenalkan

perilaku hidup sehat.

d) Promote peer informationexchange and emotional support –

mendukung pertukaran informasi pertama dan mendukung secara

emosional pertukaran informasi kesehatan

Universitas Sumatera Utara

Page 54: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

36

Universitas Sumatera Utara

e) Promote self- care- memperkenalkan pemeliharaan kesehatan diri

sendiri.

f) Manage demand for health services- memenuhi permintaan layanan

kesehatan.

2. Tujuan Praktis

Menurut Taibi Kahler (Kahler Communications), Washington, D.C.

(Courses Process Communication Model, 2003)(dalam buku Liliweri, 2007:

45), sebenarnya secara praktis tujuan khusus komunikasi kesehatan itun

meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui beberapa usaha

pendidikan dan pelatihan agar dapat:

a) Meningkatkan pengetahuan yang mencakup:

b) Prinsip-prinsip dan proses komunikasi manusia.

c) Menjadi komunikatoryang memiliki etos, patos, logos, kredibilitas dan

lain-lain.

d) Menyusun pesan verbal dan non-verbal dalam komunikasi kesehatan

e) Memilih media yang sesuai dengan konteks komunikasi kesehatan.

f) Menentukan segmen komunikan yang sesuai dengan konteks

komunikasi kesehatan

g) Mengelola umpan-balik atau dampak pesan kesehatan yang sesuai

dengan kehendak komunikator dan komunikan.

h) Mengelola hambatan-hambatan dalam komunikasi kesehatan.

i) Mengenal dan mengelola konteks komunikasi kesehatan.

j) Prinsip-prinsip riset.

k) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan berkomunikasi efektif.

l) Praktis berbicara, berpidato, memimpin rapat, dialog, diskusi, negosiasi,

menyelesaikan konflik, menulis, membaca, wawancara, menjawab

pertanyaan, argumentasi dan lain-lain.

Menurut Liliweri (2007: 46) membentuk sikap dan perilaku berkomunikasi

a) Berkomunikasi yang menyenangkan, empati.

b) Berkomunikasi dengan kepercayaan pada diri.

Universitas Sumatera Utara

Page 55: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

37

Universitas Sumatera Utara

c) Menciptakan kepercayaan publik dan pemberdayaan publik.

d) Membuat pertukaran gagasan dan informasi mungkin menyenangkan.

e) Memberikan apresiasi terbentuknya komunikasi yang baik (Report of

the Liberal Arts and Sciences Task Force, Truman State University,

1994).

1. Manfaat Mempelajari Komunikasi Kesehatan

Studi mengenai komunikasi kesehatan pada dasarnya menghubungkan studi

komunikasi dengan kesehatan. Dalam artian itu maka studi tentang kesehatan

masyarakat “ditambahkan”satu tema penting yakni peranan komunikasi, terutama

strategi komunikasi dalam merancang dan menyebarluaskan informasi kepada

individu, keluarga ,komunitas, organisasi, maupun masyarakat umum sehingga semua

kelompok dapat membuat keputusan yang tepat terhadap usaha pemeliharaan

kesehatan(Liliweri, 2007: 47)

Pengetahuan komunikasi kesehatan, terutama hasi komunikasi kesehatan

yang efektif, dapat membantu kita untuk meningkatkan kesadaran tentang resiko dan

solusi terhadap masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat, juga memberikan

motivasi agar masyarakat dapat mengembangkan keterampilan untuk mengurangi

resiko tersebut. Sedangkan bagi komunitas, komunikasi kesehatan dapat digunakan

untuk memengaruhi agenda publik, mengadakan pedampingan terhadap program dan

kebijakan di bidang kesehatan, memperkenalkan perubahan yang positif dalam

lingkungan sosial dan ekonomi, politik, dan lingkungan alamiah bagi pembaharuan

kesehatan masyarakat serta layanan kesehatan berdasarkan norma- norma sosial yang

menguntungkan bagi kualitas hidup manusia(Liliweri, 2007: 48)

Secara praktis, komunikasi kesehatan memberikan kontribusi bagi promosi

kesehatan, mencegah penyakit dalam suatu wilayah tertentu. Salah satu pembaruan

atas itu, misalnya membarui situasi klinik berupa interaksi antara provider-pasien,

provider-provider, dan diantara anggota tim pemelihara kesehatan melalui pelatihan

professional kesehatan dalam kerangka membangun komunikasi yang efektif dengan

pasien(Liliweri, 2007; 49). Adapun manfaat lain menurut NCI “Making Health

Universitas Sumatera Utara

Page 56: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

38

Universitas Sumatera Utara

Comunication Programs Work a Planners Guide” (NIH Publication no.92- 1493,

1992dalam Liliweri, 2007: 58) sangat bermanfaat bagi kita, untuk :

a) Memahami interaksi antara kesehatan dengan perilaku individu. Perlu

diketahui bahwa individu berada dalam situasi, yakni situasi biologis, perilaku

(psikologis) dan sosial kemasyarakatan(sosiologi dan antropologis). Ketiga

faktor berpengaruh terhadap status kesehatan dan hasil kesehatan seorang

individu. Kalau kita belajar komunikasi kesehatan, kita akan memahamai

hubungan timbal-balik antara faktor biologis, psikologis dan sosiologis.

b) Meningkatkan kesadaran kita tentang isi kesehatan, masalah atau solusi. Siapa

yang harus disadarkan? jawaban pertama adalah individu, namun individu itu

adalah dalam lingkungan sosial. Sehingga, kita akan meningkatkan kesadaran

individu yang berdampak pada keluarga, jaringan interaksi dan afiliasi dari

individu, keluarga, tempat kerja, sekolah, afiliasi agama, struktur sosial atau

komunitas yang mempengaruhi individu untuk mengambil keputusan dalam

kesehatan. Ini berkaitan dengan level penyelenggaraan komunikasi kesehatan,

yakni pada level:

1.Komunikasi antarpersonal (antara dua atau tiga orang partisipan

komunikasi kesehatan)

2. Kelompok kecil atau komunitas social maupun kultural

3. Organisasi

4. Publik

5. Massa

c. Sebagai tindak-lanjut dari kesadaran tersebut, kita dapat melakukan strategi

intervensi pada tingkat komunikasi. Dasar sosial dan pengaruh social dari

komunitas itu sangat besar dalam partisiasi mulai dari merancang usaha

kesehatan individu, implementasi, dan evaluasi terhadapa evaluation of

intervensipromosi kesehatan. Mempengaruhi sikapuntuk menciptakan

dukungan bagi individu atau tindakan kolektif.

d. Menghadapi disparitas pemeliharaan kesehatan antar etnik atau antar ras

dalam suatu masyarakat. Komunikasi kesehatan bermanfaat untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 57: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

39

Universitas Sumatera Utara

menentukan pilihan terhadap bentuk dan level komunikasi karena dari itu,

analisis audiens berdasarkan kebutuhan dan keinginan etnik dan ras.

e. Menampilkan ilustrasi keterampilan, menggambarkan berbagai jenis

keterampilan untuk memelihara kesehatan, pencegahaan, advokasi atau sistem

layanan kesehatan kepada masyarakat. Termaksud metode dan teknik yang

terampil dalam layanan kesehatan.

f. Menjawab permintaan terhadap layanan kesehatan, tujuan kita mempelajari

komunikasi kesehatan agar kita dapat mengetahui informasi tentang

kesehatan, layanan kesehatan, dll. Dari sini kita dapat menampilkan jawaban

yang telah jadi tujuan kita adalah mengetahui dan melakukan analisis

kebutuhan.

g. Memperkuat infrastruktur kesehatan masyarakat dimana yang akan datang

bagi hasil yang memuaskan masyarakat umum, misalnya mendapatkan

dukungan kolektif dari publik atau organisasi swasta yang difokuskan pada

pembaruan kesehatan masyarakat membuat strategi investigasi bagi

pengeluaran terhadap layanan kesehatan masyarakat. Investasi ini dapat

ditunjang oleh organisasi swasta dalam mendorong kebijakan pemerintah

tentang kesehatan, pendidikan, rumah yang baik, udara yang bersih dan lain-

lain.

h. Memperbaharui peranan para professional dibidang kesehatan masyarakat,

misalnya meningkatkan pengetahuan dalam keterampilan para petugas medis.

Memperkuat infrastruktur kesehatan, membangun kemitraan,

mengembangkan akuntabilitas, mengembangkan pembuktian atas layanan,dan

membarui komunikasi itu harus dicapai.

i. Membarui kepustakaan tentang komunikasi kesehtan dengan memberikan

informasi kesehatan, apalagi kini kita kekurangan dokumentasi, informasi,

buku, majalah, dll, tentang komunikasi kesehatan (Copy right 2004 Nationa

Acedemy of Sciences. All rights reserved. Focus on health Communication:

lacing) (Liliweri, 2007:58).

2. Komunikator Dalam Komunikasi Kesehatan

Universitas Sumatera Utara

Page 58: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

40

Universitas Sumatera Utara

MenurutLiliweri(2007: 73) peranan komunikator dalam proses komunikasi

kesehatan sangatlah besar, karena komunikatorlah yang menetapkan peranan dari

seluruh unsur proses komunikasi. Seorang komunikator kesehatan (penyuluhan

kesehatan masyarakat) yang ingin agar warga masyarakat dan mau mencuci tangan

sebelum makan, yang membuang limbah cucian dan mandi atau yang membuang

sampah pada tempatnya, harus mampu mengembangkan diri sebagai penyebar pesan,

memanipulasi pesan, memilih media, menganalisis audiens agar pesan- pesan

tersebut dapat memengaruhi:

a) Aktivitas komunikasi manusia (termasuk komunikasi kesehatan) pada semua

level komunikasi, yakni antarpersonal, kelompok, organisasi, publik maupun

komunikasi membutuhkan peranan komunikator yang memperkasai

komunikasi. Peranan utama komunikator yang adalah mempengaruhi sikap

penerima. Peranan inilah yang dalam psikologi- komunikasi disebut

"komunikasi persuasiv”(Liliweri, 2007: 95).

b) Topik mengenai komunikasi kesehatan dapat dimasukkan ke dalam

komunikasi pembangunan (Development Communication). Atas alasan ini

kita dapat bertanya:

1. Bagaimana fungsi komunikator dalam pembangunan kesehatan?

2. Bagaimanakah kualifikasi komunikator pembangunan?

3.Di manakah komunikator professional itu dilatih

4.Bagaiman metode dan teknik serta kurikulum pelatihan tersebut

Kita biasamenjawabnya secara ringkas bahwa fungsi seorang komunikator

dalam pembangunan kesehatan masyarakat adalah merancang suatu proses

komunikasi yang tepat sesuai dengan program tertentu(Liliweri, 2007: 95).

c. Secara umum para komunikator komunikasi pembangunan yang diharapkan

adalah komunikator yang dapat berperan ganda- serentak untuk beberapa

program. Misalnya meningkatkan kemampuan dan keterampilan bagi

komunikator sebagai leader dalam kebijakan komunikasi kesehatan, sebagai

perancang strategi dan impllemtasi komunikasi dan lain-lain.(Liliweri, 2007:

95).

Universitas Sumatera Utara

Page 59: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

41

Universitas Sumatera Utara

d. Ada banyak defenisi mengenai persuasi, namun persuasi dapat diartikan

sebagai: suatu kemauan yang disadari seseorang komunikator untuk

memodifikasi pikiran dan tindakan komunikan melalaui manipulasi motif

dari komunikan agar komunikan dapat berubah pikiran dan tindakan

sebagaimana yang dikehendaki oleh sumber: atau persuasi adalah proses

untuk mengubah sikap, kepercayaaan, pendapat atau perilaku

komunikan(Liliweri, 2007: 95).

e. Persuasi hanya dapat terjadi karena adanya hubungan “antara komunikator

dengan komunikan”. Maka yang perlu diperhatikan adalah bahwa persuasi

itu terjadi hanya karena ada kerja sama antar sumber penerima, namun kerja

sama itu di prakarsai oleh komunikator (sumber), bukan sebaliknya dari

komunikan(Liliweri, 2007: 95).

f. Seorang komunikator dapat melakukan persuasi dengan baik jika dia dapat

memanfaatkan dua taktik untuk mencapai tujuannya, yaitu taktik intensify

.yakni komunikatir melakukan intensify atau meningkatkan kualitas dan

kuantitas pesan sehingga dapat menghasilkan pengaruh tertentu: taktik

intensify meliputi repetisi, asosiasi, komposisi. Disusul taktik

downplay,yakni teknik untuk menurunkan kualitas atau kuantitas pesan

sehinggah pengaruh tertentu pula. Taktik ini terdiri atas omisi, diversi, dan

konfusi(Liliweri, 2007: 95).

g. Syarat menjadi komunikator yang baik adalah mampu beretorika melalui:

1. Etos, yakni karakter seseorang komunikator yang dicirikan oleh

intelligence, karakter dan goodwill.

2. Patos, berkaitan dengan emosi, artinya bagaimana seorang komunikator

menampilkan daya tarik emosional melalui: making a calming – anger,

love- hate, fear- confidence, shame- shamelessness, indignation- envy,

dan adminiration- envy.

3. Logos, berkaitan dengan kemampuan komunikator secara intelek

(cerdik atau pandai) mengatakan sesuatu secara rasional dan

argumentative, misalnya menyampaikan informasi dengan dukungan

Universitas Sumatera Utara

Page 60: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

42

Universitas Sumatera Utara

data statistik, memberikan contoh- contoh. Atau dengan kesaksian-

kesaksian. Logos meliputi invention, arrangement, style, memory, dan

delivery(Liliweri, 2007: 95)

h. Kredibilitasi merupakan suatu image atau gambaran audiens mengenai

kepribadian komunikarot. Seorang pendengarakanmendengarkan

komunikatornya yang dinilai mempunyai tingkatan kredibilitas tinggi yang

dirincikan oeh variabel-variabelattractiveness, motives, similarity,

expertness, dan origin of the message. Studi mengenai kredibilitas sumber

selalu memperhatikan beragam variable tersebut karena peranananretorika

komunikator sangat menentukan jenis komunikan apakah tujuan komunikasi

kita hanya mengubah kognitif, afektif, atau psiko-mo-torik (what force do

the communications themselves bring to bear on the impact of the message?)

(Liliweri, 2007: 95).

i. Ada beberapa dimensi dan tipe kredibilitasi, yakni: competence- kemampuan

komunikator yang diperlihatkan melalui kewenangan (pangkat, jabatan,

kepakaran) diatas suatu subjek yang sedang dipercakapkan; character- yang

diperlihatkan oleh komunikator mengatakan sesuatu; personality- yakni

perasaan kedekatan (proximity) antara komunikan dengan komunikator

(kesamaan psikologis, sosiologis, antropologis sering memengaruhi “rasa

kedekatan” antara komunikan dengan komunikator; dan lain- lain(Liliweri,

2007: 95).

j. Ada tiga tipe kredibilitas komunikator,

1. Intial credibility, yaitu kredibilitas yang sudah ada dalam diri komunikasi

sebelum dia melakukan komunikasi, misalnya pangkat, gelar, jabatan, dan

lain-lain.

2. Derived credibility, yaitu kredibilitas komunikator disaat komunikasi itu

berlangsung (etos, patos, logos).

3. Terminal credibility, perubahan yang dialami audiens setelah komunikasi

berlangsung.

Universitas Sumatera Utara

Page 61: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

43

Universitas Sumatera Utara

k. Komunikasi antarpersonal merupakan dasar dari konteks level komunikasi

lain, demikian maka dasar- dasar peran dan kredibiitas komunikator dalam

komunikasi antarpersonal yang ditunjukkan dalam suatu percakapan dapat

dijadikan dasar bagi perlakuan terhadap peranan dan kredibilitas

komunikator dalam konteks komunikasi lainnya (Liliweri, 2007: 95)

2.4.1.8. Faktor-fakor mengapa “ilmu komunikasi” menjadi sangat subsansial

dan kursial dalam konteks kesehatan

Faktor-fakor mengapa “ilmu komunikasi” menjadi sangat subsansial dan

krusial dalam konteks kesehatan Menurut(Liliweri, 2007:98) yaitu;

a. Maraknya terjadi kasus malpraktek karena masalah komunikasi atau informasi

yang efekif

b. Terjadi peningkatan kecenderungan masyarakat dan rumah sakit swasta atau

bahkan berobat hingga keluar negeri

c. Adanya perubahan paradigma medis dari modern (lebih banyak disebabkan

karena faktor biaya) ke tradisional (karena banyaknya pengobatan alternatif

yang terbukti efekitif)

d. Adanya anggapan atau pemikiran bahwa “ilmu komunikasi”tidak penting

dalam dunia medis ataukesehatan.Padahal dalam kesehatan. Padahal dalam

mendiagnosa penyakit pasien, maka dokter atau perawat terlebih dahulu

menggunakan pesan verbal atau nonverbal (Liliweri, 2007: 98)

2.5. Pengungkapan Diri(Self Disclouser)

2.5.1. Pengertian Self Disclouser

Self- disclosure (pengungkapan diri) adalah tipe khusus dari percakapan

dimana kita berbagai informasi dan perasaan pribadi dengan orang lain. Percakapan

adalah aspek penting dalam interaksi manusia. Ketika seorang kawan

mengungkapkan kisah sedihnya di masa lalu, maka kita secara emosional akan

merasa dekat dengannya (Canary, Cody & Manusov, 2003; Dindia, 2002 dalam

Taylor Shelley E dkk, 2009 dalam Taylor, dkk, 2009; 334).Pengungkapan diri adalah

Universitas Sumatera Utara

Page 62: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

44

Universitas Sumatera Utara

memberikan informasi tentang diri sendiri. Banyak sekali yang kita ungkapkan

tentang diri kita melalui ekspresi wajah, sikap, tubuh, pakaian, nada, suara, dan

melalui isyarat- isyarat nonverbal lainnya yang tidak terhitung jumlahnya, meskipun

banyak diantara perilaku tersebut tidak sengaja(Tubbs, & Sylvia, 1996:

12).Pengungkapan diri merupakan suatu usaha untuk membiarkan keotentikan

memasuki hubungan sosial kita, dan kita mengetahui bahwa hal ini berkaitan dengan

kesehatan mental dan dengan pengembangan diri( Tubbs, & Sylvia, 1996: 12).

Menurut Dalega & Grzelak, &Omarzu, (dalam buku Taylor Shelley E dkk,

2009: 334) ada beberapa alasan seseorang mengatakan rahasianya pada orang lain

untuk menciptakan kedekatan hubungan yaitu :

a. Penerimaan sosial. Kita mengungkapkan informasi tentang diri kita guna

meningkatkan penerimaan sosial dan agar kita disukai orang lain.

b. Pengembangan hubungan. Berbagai informasi pribadi dan keyakinan pribadi

adalah salah satu cara untuk mengawali hubungan dan bergerak kearah

informasi

c. Ekspresi diri. Terkadang kita berbicara tentang perasaan kita untuk

“melepaskan himpitan di dada” setelah bekerja keras seharian, kita mungkin

beri tahu kawan kita tentang betapa jengkelnya kita pada bos kita dan

bagaimana kesalnya perasaan kita karena tidak dihargai. Mengekspresikan

perasaan dapat mengurangi stress.

d. Klarifikasi diri. Dalam proses berbagi perasaan atau pengalaman pribadi pada

orang lain, kita mungkin mendapatkan pemahaman dan kesadaran yang

membantu kita menjelaskan pemikiran kita tentang situasi. Orang lain

mungkin menilai ekspresi kita adalah wajar atau mungkin mengatakan kita

terlalu berpikir yang bukan-bukan. Pendengar akan memberikan informasi

yang berguna tentang realitas sosial.

e. kontrol sosial. Kita mungkin mengungkapkan atau menyembunyikan

informasi tentang diri kita tentang sebagai alat kontrol sosial. Misalnya tidak

berbicara tentang diri kita untuk melindungi privasi (Taylor Shelley E dkk,

2009: 334)

Universitas Sumatera Utara

Page 63: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

45

Universitas Sumatera Utara

2.5.1.1.Bahaya Pengungkapan Diri

Meskipun pengungkapan diri dapat memperkuat rasa suka dan

mengembangkan hubungan, ia juga mengandung resiko (Darlega, 1984).

Mengungkapkan informasi personal akan membuat kita berada dalam kondisi rawan.

(Taylor Shelley E dkk, 2009: 336).Beberapa resiko yang terjadi saat mengungkapkan

dirimenurut Taylor Shelley E dkk, (2009: 336) antara lain:

a. Pengabaian. Kita mungkin berbagi sedikit informasi dengan orang lain saat

mengawali suatu hubungan. Terkadang pengungkapan diri kita dibalas dengan

pengungkapan diri orang lain dan hubungan pun berkembang. Tetapi

terkadang kita menyadari orang lain tak peduli pada pengungkapan diri kita

dan sama sekali tidak tertarik untuk mengenal kita.

b. Penolakan. Informasi diri yang kita ungkapkan mungkin menimbulkan

penolakan sosial. Misalnya, seorang mahasiswa mungkin tidak akan

mengatakan kepada teman sekamarnya bahwa dirinya menderita epilepis,

karena khawatir informasi ini akan membuat dirinya ditolak.

c. Hilangnya kontrol. Ada kebenaran dalam pepatah lama: “pengetahuan adalah

kekuasaan.”Terkadang orang memanfaatkan informasi yang kita berikan

kepada mereka untuk menyakiti kita atau untuk mengontrol perilaku kita

(Taylor Shelley E dkk, 2009: 336)

2.5.1.2.Jendela Johari

Salah satu inovatif memahami tingkat-tingkat kesadaran dan penyikapan-

diri dalam komunikasi insan adalah Jendela Johari(Johari window) (*Johari berasal

dari nama depan dua orang psikolog yang mengembangkan konsep ini, Joseph Luft

dan Harry Ingham).Model ini menawarkan suatu cara melihat kesalingbergantungan

hubungan interpersonal dan hubungan antarpersonal(Tubbs, & Sylvia, 1996: 14) .

Universitas Sumatera Utara

Page 64: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

46

Universitas Sumatera Utara

TERBUKA

1

GELAP

2

TERSEMBUNYI

3

TIDAK DIKETAHUI

4

Gambar 2.3 Jendela Johari

Sumber: Tubbs, & Sylvia, 1996; 14

1.Kuadran terbuka, mencerminkan keterbukaan anda pada dunia secara umum,

keinginan anda untuk diketahui. Kuadran ini mencakup semua aspek diri anda

yang anda ketahui oleh orang lain dan diketahui orang lain. Kuadran ini

adalah dasar bagi kebanyakan komunikasi antara dua orang.

2.Kuadran gelap, meliputi semua hal mengenai diri anda yang dirasakan orang

lain tetapi tidak anda rasakan. Mungkin anda cenderung memonopoi

percakapan tanpa anda sadari, atau anda menganggap diri anda jenaka tetapi

teman anda menganggap gurauan anda canggung. Dapat pula merasa percaya

diri, tetapi anda menunjukan beberapa sikap gugup yang terlibat oleh orang

lain namun tidak anda sadari. Kuadran gelap dapat memuat setiap rangsangan

komunikatif yang tidak di sengaja.

3.Kuadran tersembunyi. Andalah yang menentukankebijaksanaan, kuadran ini

dibangun oleh semua hal yang anda lebih suka tidak membeberkannya kepada

orang lain, apakah ini mengenai diri anda dan orang lain: gaji anda, perceraian

orang tua anda, perasaan anda pada sahabat teman sekamar anda dan

sebagainya. Kuadran ini mewakili perasaan anda untuk membatasi masukan

atau informasi yang menyangkut diri anda.

4. Kuadran tak diketahui. Kuadran gelap tidak anda ketahui, meskipun

diketahui orang lain. Kuadran tersembunyi tidak diketahui orang lain tetapi

anda ketahui. Kuadran 4 betul-betul tidak diketahui. Ini mewakili segala

Universitas Sumatera Utara

Page 65: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

47

Universitas Sumatera Utara

sesuatu tentang diri anda yang belum pernah ditelusuri, oleh anda atau orang

lain- semua sumber yang tidak tersentuh, semua potensi anda bagi

pengembangan pribadi. Anda hanya dapat menduga bahwa hal ini ada, atau

menyadarinya dalam retrospeksi (Tubbs, & Sylvia, 1996: 14)

Keempat jendela Johari ini saling bergantung: suatu perubahan dalam

sebuah kuadran akan mempengaruhi kuadran lainnya. Bila anda menyikapkan sesuatu

kuadran tersembunyi, misalnya anda membuatnya jadi bagian dari kuadran terbuka;

anda memperbesar ukuran kuadran 1 dan mengurangi ukuran kuadran

tersembunyi.Bila teman anda mengatakan kepada anda tentang sikap gugup anda,

informasi ini menjadi bagian dari kuadran terbuka, yang berkaitan dengan

menyusutnya kuadran gelap.Perubahan semacam ini tidak selalu dikehendaki.

Kadang- kadang, misalnya memberitahukan kepada seseorang bahwa ia tampak

gelisah hanya menyebabkannya bertambah terganggu. Karena pengungkapan

perasaan atau persepsi yang tidak tepat mengenai orang lain dapat merusak, teman

anda perlu menggunakan beberapa kebijaksanaan dalam memberikan umpan balik

mereka kepada anda tentang kuadran 2 (Tubbs, & Sylvia, 1996: 14)

2.6. Pengertian Keperawat, Perawat dan Pasien

2.6.1. Pengertian Keperawatan dan Perawat

Keperawatan merupakan profesi yang membantu dan memberikan

pelayanan yang berkontrubusi pada kesehatan dan kesejahteraan

individu.Keperawatan juga diartikan sebagai konsekuensi penting bagi individu yang

menerima pelayanan profesi ini memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh

seseorang, keluarga atau kelompok di komunitas(Sumijatun, 2017; 32).Reilly dan

Oberman dalam Yahya, (dalam Sumijatun, 2017; 32), mengatakan bahwa

keperawatan merupakan suatu aktivitas interverensi untuk kesehatan individu saat

berinteraksi dengan lingkungan mereka disemua tahapan kehidupan baik dalam

keadaan sakit maupun sehat(Sumijatun, 2017: 32).Diktorat pelayanan Keperawatan

diktorat Jenderal pelayanan Medik Departemen Kesehatan, 2001, Perawat adalah

Universitas Sumatera Utara

Page 66: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

48

Universitas Sumatera Utara

seorang yang telah menyelesaikan pendidikan formal keperawatan serta mempunyai

wewenang untuk melaksanakan peran dan fungsinya.

International Council of Nurses (ICN, 2003), (dalam Sumijatun, 2017: 32),

Keperawatan merupakan bagian integral dari system kesehatan yang meliputi

promosi kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan fisik bagi yang sakit, perawatan

jiwa dan ketidakmampuan untuk semua usia, pada tatanan kesehatan dan

komunitas.Menurut Undang- undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014,

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik

dalam maupun luar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan

peratutan perundang undangan(Sumijatun, 2017: 33). WHO Expert on Nursing(dalam

Sumijatun, 2017; 32), mengatakan bahwa pelayanan keperawatan adalah gabungan

dari ilmu kesehatan dan seni melayani/ memberiasuhan(care)suatu gabungan

humanistic dari ilmu pengetahuan, filosofi keperawatan, kegiatan klinik, komunikasi

dan ilmu sosial.(Sumijatun, 2017: 31). Grifth, 1967(Sumijatun, 2017;31),

mengungkapkan bahwa pelayanan keperawatan memiiki lima tugas, yaitu:

1. Melakukan kegiatan promosi kesehatan, termaksud kesehatan emosional dan

sosial.

2. Melakukan upaya pencegahan penyakit dan kecacatan.

3. Menciptakan keadaanlingkungan, fisik, kognitif dan emosiona sedemikian

rupa yang dapat membantu penyembuhan penyakit.

4. Berupaya meminimalkan akibat buruk dari penyakit serta,

5. Mengupayakan kegiatan rehabilitasi(Sumijatun, 2017: 31).

Menurut Hood L.J dan Leddy S.K (Sumijatun, 2017: 3)perawat profesional

akan menggunakan pendekatan holistic dalam menemukan kebutuhan kesehatan bagi

klien yang dirawatnya, hal ini sesuai dengan pernyataan kebijakan yang disampaikan

oleh American Nurses Association (dalam Sumijatun, 2017; 32), ada empat ciri

praktik prefesional yang harus dilakukan oleh perawat, yaitu:

1. Perawat menggunakan fokus orientasi pada masalah, dengan memperhatikan

rangkaian seluruh respon manusia terhadap kesehatan dan penyakit.

Universitas Sumatera Utara

Page 67: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

49

Universitas Sumatera Utara

2. Perawat terinterigrasi dalam tenaga kesehatan yang menggunakan

pengetahuannya untuk membantu mencapai tujuan pasien dengan

mengumpulkan data subjetik maupun objektif pasien dan memahaminya baik

secara individual atau kelompok.

3. Perawat mengaplikasikan ilmu pengetahuannya untuk menentukan diagnosa

dan melakukan tretmen respon manusia.

4. Perawat melakukan asuhan keperawatan dengan melakukan hubungan

terapeutik dengan pasien untuk menfasilitasi kesehatan penyembuhan

(Sumijatun, 2017: 3).

2.6.1.1. Fungsi Perawat

Menurut ICN (dalam Sumijatun, 2017: 34), perawat mempunyai fungsi unik

dalam pemberian asuhan keperawatan pada individu, baik sakit maupun sehat,

melakukan pengkajian terhadap respon mereka terhadap status kesehatannya dan

membantu mereka untuk dapat menampilkan konstribusi aktivitas kemandirian untuk

memperbaiki kesehatan atau menghargai dan menghadapi kematian dan tenang, kuat,

mempunyai pengetahuan yang cukup untuk melakukan sesuatu agar dapat

memberikan bantuan dalam kemandirian .

Selain itu menurut PK.St.Carolus (dalam Sumijatun, 2017: 35), perawat memiliki tiga

fungsi yaitu:

1. Fungsi pokok

Fungsi pokoknya adalah membantu individu, keluarga, dan masyarakat baik

sakit maupun sehat dalam melaksanakan kegiatan yang menunjang kesehatan,

penyembuhan atau menghadapi kematian yang pada hakekatnya dapa mereka

laksanakan tanpa bantuan apabila mereka memilki kekuatan, kemauan dan

pengetahuan.

2. Fungsi Tambahan

Fungsi tambahan yaitu membantu pasien/ individu, keluarga dan masyarakat

dalam melaksanakan rencana pengobatan yang ditentukan oeh dokter.

Universitas Sumatera Utara

Page 68: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

50

Universitas Sumatera Utara

3. Fungsi Kolaboratif

Fungsi kolaboratif yaitu sebagai anggota tim kesehatan, perawat bekerja

dalam merencanakan dan melaksanakan program kesehatan yang mencakup

pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, penyembuhan dan rehabilitasi.

2.6.1.2.Paradigma Keperawatan

Paradigma keperawatan terdiri dari empat konsep sentral yang saling

berhubungan, berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain yaitu manusia,

lingkungan, kesehatan dan intervensi keperawatan(Sumijatun, 2017; 35).Berikut

penjelasan tentang paradigma keperawatan:

a. Manusia. Ditinjau dari erspektif keperawatan, manusia adalah penerima

asuhan keperawatan yang meliputi individu keluarga, kelompok dan

masyarakat. Manusia sebagai makhluk bio psikososio spiritual yang

komprehensif dan unik, mandiri, dinamis dan rasional, mempunyai

kemampuan beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan dasarnya agar dapat

hidup dan berkembang. Manusia berinteraksi dengan lingkungannya baik

internal maupun eksternal.

b. Lingkungan. Lingkungan internal mencakup factor genetika, struktur,

anatomis, fsiologis, psikologis, nilai, keyakinan serta factor internal lain dan

potensial mempengaruhi perubahan system manusia. Sedangkan lingkungan

eksternal meliputi keadaan fisik, demografis, ekologis, hubungan

interpersonal dan nilai sosial budaya serta penerapannyadalam kehidupan

sehari- hari.

c. Kesehatan. Arti kesehatan bagi perawat adalah suatu keadaan yang bukan

hanya bebas dari penyakit, tetapi juga merupakan suatu keadaan sehat secara

fisik, mental, sosial dan spiritual yang komprehensif, terintegrasi, dinamis dan

produktif.

d. Intervensi keperawatan. Konsep intervensi keperawatan dikembangkan dari

paradigma keperawatan yang disepakati sebagai bentuk pelayanan profesional

yang merupakan kajian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada

ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio psiko sosio cultural

Universitas Sumatera Utara

Page 69: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

51

Universitas Sumatera Utara

spiritual yang komprehensif, ditunjukan kepada individu, keluarga,

kelompok, dan komunitas, baik sakit ataupun sehat, serta mencakupi seluruh

siklus kehidupan manusia(Sumijatun, 2017: 35)

2.6.2 Pengertiaan Pasien

Menurut kamus Umum Bahasa Indonesia, pasien adalah orang yang sakit,

maksudnya disini adalah orang yang sakit tersebut dibawa kerumah sakit dan

mendapatkan perobatan dan rawat inap, itulah yang dapat dikatakan

pasien.Sedangkan menurut Arwani(Sumijatun, 2017:230), pasien adalah orang yang

sakit(yang dirawat dokter atau perawat), seseorang yang mengalami penderitaan

(sakit). Pasien dalam praktek sehari-hari sering dikelompokkan menjadi:

a. Pasien dalam, pasien yang memperoleh pelayanan tinggal atau dirawat khusus

pada suatau unt pelayanan kesehatan tertentu.

b. Pasien jalan/luar, yaitu hanya memperoleh pelayanan kesehatan yang biasa

juga disebut dengan pasien rawat jalan, biasanya pasien yang sudah sembuh

tapi masih dalam perobatan juga.

c. Pasien opname, yaitu pasien yang memperoleh pelayanan kesehatan dengan

cara menginap dan dirawat dirumah sakit atau disebut juga pasien rawat inap.

2.6.2.1 Hak Pasien

Hak adalah sesuatu yang benar, ada kekuasaan yang benar- benar dimiliki,

mempunyai kewenangan untuk melakukan sesuatu.Hak pasien adalah hak- hak

pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien (Sumijatun, 2017; 232).Hak tersebut

meliputi: (1) Hak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang

berlakudi Rumah Sakit, (2) Hak atas pelayanan yang manusiawi yang adil dan jujur,

(3) Hak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai standar profesi

kedokteran/ kodekteran gigi tanpa diskriminasi, (4) Hak memperoleh asuhan

keperawatan sesuai dengan standar profesi keperawatan yang berlaku, (5) Hak

memiih dokter dan kelas kperawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang

berlaku di Rumah Sakit, (6) Hak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan

pendapat klinis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak lain, (7) Hak

meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di Rumah Sakit tersebut

Universitas Sumatera Utara

Page 70: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

52

Universitas Sumatera Utara

(Second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya, (8) Hak mendapat informasi

tentang penyakit, tindakan medis, kemungkinan penyulit, tindakan untuk

mengatasinya, alternatif terapi lain, prognosa dan perkiraan biaya, (10) hak

menyetujui/ memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan sehubungan dengan

penyakitnya, (11) Hak menolak tindakan yang akan dilakukan dan mengakhiri

pengobatan serta perawatan atas tanggungjawabnya sendiri setelah memperoleh

informasi yang jelas tentang penyakitnya, (12) Hak didampingi keuarga dalam

keadaan kritis, (13) Hak menjalankan ibadah sesuai agama yang dianut, selama tidak

mengganggu pasien lain, (14) Hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama

perawatan di rumah sakit, (15) Hak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan

rumah sakit terhadap dirinya dan (16) Hak menerima atau menolak bimbingan moril

maupun spiritual(Sumijatun, 2017: 232)

2.7. KerangkaPemikiran

Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dimulai untuk melihat

bagaimana kefektivan komunikasi interpersonal perawat dalam menyampaikan

komunikasi kesehatan kepada pasien. Menyampaikan Pesan kesehatan kepada pasien

bukanlah hal yang mudah maka dari itu seorang Perawat di rumah sakit Universitas

Sumatera Utara Medan harus memiliki keterampilan komunikasi Interpersonal yang

baik yang berfungsi untuk mengenal pribadi pasien dengan lebih baik sehingga

terjalin hubungan yang baik juga terhadap pasien.Karena untuk menyampaikan pesan

kesehatan dibutuhkan strategi agar pasien mampu memberikan rasa kepercayaannya

terhadap perawat.Perawat menggunakan komunikasi interpersonal dengan pasien

sebagai pendekatan awal untuk mengetahui keluhan yang sedang dialami oleh pasien.

Dengan demikian pasien akan memberikan feedback yang baik terhadap komunikasi

kesehatan yang diterimanya dari para perawat. Berikut adalah kerangka pemikiran

pada penelitian ini :

- Efektivitas komunikasi interpersonal Perawat terhadap Pasien dalam

menyampaikan komunikasi kesehatan

- Penerapan pasien terhadap komunikasi kesehatan yang disampaikan perawat

Universitas Sumatera Utara

Page 71: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

53

Universitas Sumatera Utara

-

Gambar 2: kerangka pemikiran

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran

Sumber: Peneliti

Pasien Perawat Efektivitas

Komunikasi

Interpersonal

Pengaruh komunikasi kesehatan yang disampaikan

perawat kepada pasien

Universitas Sumatera Utara

Page 72: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

53

Universitas Sumatera Utara

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian

kualitatif.Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai peneitianyang menghasilkan

data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang

diamati dari orang- orang yang diteliti (Taylor dan Bogdan,1984:5).Penelitian

kualitatif yang berakar dari “paradigma” interpretatif` pada awalnya muncul dari

ketidakpuasan atau reaksi terhadap “paradigma positivist”yang menjadikan akar

penelitian kuantitatif (Suyanto &Sutinah : 2005)

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian

kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil

kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain

pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang

dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi

sebagai narasumber, atau partisipan, informan atau guru dalam penelitian (Sugiyono,

2008: 298).

3.2 Objek penelitian

Objek penelitian pada penelitian kualitatif yaitu apa yang menjadi sasaran.

Sasaran peneliti tidak tergantung pada judul dan topik penelititan, topik secara

konkret tergambarkan dalam fokus masalah (Bungin, 2007 :78).Objek penelitian

adalah sesuatu yang menjadi fokus penelitian para penulis berupa data, informasi

ataupun gejala.Sehingga objek penelitian yang diteliti dalam penelitian ini adalah

Efektivitas komunikasi antarpribadi perawat terhadap pasien dalam menyampaikan

komunikasi kesehatan di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang- orang yang terlibat atau pelaku dalam

sebuah realitas dan memberikan data atau informasi kepada peneliti tentang realitas

yang diteliti (Pujileksono, 2015:36).Dalam penelitian ini, peneliti menunjukan

Universitas Sumatera Utara

Page 73: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

58

Universitas Sumatera Utara

subjek penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu

penentuan sample dengan pertimbangan tertentu untuk mencapai tujuan

penelitian.Dengan demikian yang menjadi subjek penelitian ini adalah 4 orang

Perawat yang sudah bekerja lebih dari 2 tahun di bidangnya dan yang sudah pernah

menyampaikan komunikasi kesehatan kepada pasien.Lalu 3 orang Pasien yang

sedang dirawat inap dan telah menerima komunikasi kesehatan dari perawat.

3.4. Unit analisis

Analisis pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang

umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti objek penelitian. Unit

analisis dalam penelitian ini meliputi 3 komponen menurut Spradly (dalam

Sugyono,2007; 68) yaitu:

1. Tempat (place), tempat penelitian ini berlangsung di rumah sakit Universitas

Sumatera Utara Medan.

2. Pelaku (actor), pelaku atau orang yang sesuai dengan objek penelitian adalah

Perawat dan Pasien dirumah sakit Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Kegiatan (Activity), kegiatan yang dilakukan pelaku- pelaku berkaitan dengan

objek penelitian, yaituadalah Efektivitas komunikasi antarpribadi perawat

terhadap pasien dalam menyampaikan komunikasi kesehatanrumah sakit

Universitas Sumatera Utara Medan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah metode atau cara- cara yang digunakan

peneliti guna untuk mendapatkan serta mengumpulkan data- data yang diperlukan

untuk penyelesaian penelitian ini. Ada tiga macam pengumpulan data secara

kualitatif.

1. Wawancara mendalam dan terbuka adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan peneitian dengan caratanya jawab sambil bertatap muka antar

pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau

tanpa pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan

terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian kekhasan

Universitas Sumatera Utara

Page 74: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

55

Universitas Sumatera Utara

wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan

(Bungin, 2007 : 108).

2. Metode Observasi langsung

Data yang didapatkan melalui observasi langsung terdiri dari pemerian rinci

dari kegiatan, perilaku, tindakan orang-orang, serta juga keseluruhan

kemungkinan interaksi interpersonal, dan proses penataan yang merupakan

bagian dari pengalaman manusia yang dapat diamati.

3. Metode Penelaahan terhadap dokumen penulis

Data yang diperoleh dari metode ini berupa cuplikan, kutipan, atau penggalan-

penggalan dari catatan- catatan organisasi, klinis, atau program;

memorandum-memorandum dan korespondensi; terbitan dan laporan resmi

buku harian pribadi; dan jawaban tertulis yang terbuka terhadap kuesioner dan

survey (Suyanto,Bagong& Sutinah: 2005: 186).

4. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah metode pengumpulan data dengan mencari

penelitian yang relevan dengan penelitian kita saat ini. Bisa didapatkan dari

berbagai sumber seperti buku, jurnal, surat kabar,

internet,dll(Suyanto,Bagong& Sutinah: 2005: 186).

2.6. Keabsahan Data

Data atau informasi yang telah dikumpulkan dalam suatu penelitian

kualitatifperlu diuji keabsahannya (kebenarannya) melalui teknik teknik berikut :

1. Trianggulasi Data

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain. Dalam memenuhi keabsahan data penelitian ini maka

dilakukan dengan triangiulasi sumber. Menurut Patton, triangulasi dnegan

sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan

suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam

penelitian kualitatif (Moleong, 2005:330)

Universitas Sumatera Utara

Page 75: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

56

Universitas Sumatera Utara

2. Ketekunan atau Keajengan Pengamatan

Keajengan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan

berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentative.

Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri- ciri dan unsur- unsur dalam

situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan

kemudian memusatkan diri pada hal- hal tersebut secara rinci (Moleong,

2005:329)

2.7. Teknik Analisis Data

Setelah dilakukan pengumpulan data menggunakan metode yang

ditetapkan,maka tahap selanjutnya adalah menentukan teknik analisis data. Deskriptif

kualitatif biasa disebut juga dengan kuasi kualitatif karena sifatnya yang tidak terlalu

mengutamakan makna, sebaliknya, penekanannya pada deskriptif menyebabkan

format deskriptif kualitatif lebih banyak menganalisis permukaan data, hanya

memperhatikan proses-proses kepada kejadian suatu fenomena, bukan kedalaman

data atau makna data (Bungin, Burhan, 2007 : 146).Analisis data ini dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas hingga datanya sudah

jenuh. Analisis data model Miles dan Huberman dilakukan 3 tahap (Pujileksono,

2015: 152) yaitu :

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan

pada hal yang penting, dicari pola dan temanya. Reduksi data merupakan

proses pemilihan, pemusatan perhatian melalui, penyederhanaan,

pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-

catatan tertulis di lapangan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data berarti mendisplay atau menyajikan data dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sebagainya.Penyajian data yang

sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bersifat naratif. Ini

dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami.

Universitas Sumatera Utara

Page 76: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

57

Universitas Sumatera Utara

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Draving Kesimpulan)

Kesimpulan dalam penelitian mungkin dapat menjawab rumusan masalah,

karena rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara

dan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.Penarikan kesimpulan

dilakukan setelah dari lapangan.

Universitas Sumatera Utara

Page 77: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

58

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap 7 informan, dimana diantaranya adalah

4 orang perawat dan 3 orang pasien rumah sakit yang sedang dirawat inap dan

termaksud dari ruangan rawat inap yang berbeda, mengapa demikian, karena

peneliti ingin melihat apakah pelayanan dan penerapan efektivitas komunikasi

interpersonal dalam menyampaikan komunikasi kesehatan yang diterima dan di

sampaikan sama rata, tidak membeda- bedakan usia, status, dan tingkatan

ekonomi. Para informan terpilih adalah individu- indivudu yang sesuai dengan

teknik penarikan sample , yaitu purposive sample yang mana memiliki kriteria

yang telah ditetapkan oleh peneliti, yaitu informan merupakan perawat yang sudah

bekerja lebih dari 2 tahun dibidangnya dan telah menerapkan komunikasi

kesehatan dan pasien yang sedang dirawat inap dan telah menerima komunikasi

kesehatan dari perawat.

Peneliti memilih rumah sakit Universitas Sumatera Utara Medan sebagai

tempat penelitian karena RS USU adalah rumah sakit yang baru saja beroperasi

namun sudah memilki tingkat kepercayaan dan kepuasan dari pasien yang

berkonsultasi di rumah sakit ini.Selain itu RS USU juga memiliki letak strategis

yang berdekatan dengan wilayah tempat tinggal penulis.

4.1.1 Deskripsi Tempat Penelitian

4.1.1.1 Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

1. Sejarah Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

Sejarah pendirian rumah sakit USU sebenarnya telah dimulai pada tahun

2003 dengan diajukannya usulan proyek pembangunan Pusat Penelitian dan

Diagnostik Kesehatan (PPDK) USU ke Bappenas yang kemudian direvisi menjadi

usulan Pembangunan Rumah Sakit Pendidikan (RSP) USU.Pada tahun 2004,

diperoleh rekomendasi /dukungan Mendiknas kepada Bappenas untuk mendirikan

Universitas Sumatera Utara

Page 78: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

59

Universitas Sumatera Utara

RSP USU. Akhirnya usulan pembangunan RSP USU disetujui dan masuk dalam

perencanaan Bappenas (Blue book, Code No : P- 04.11.1.03.0405.67).

Rekomendasi/Dukungan Menkes kepada Rektor USU untuk mendirikan

RSP USU diperoleh pada tahun 2005. Pada tahun yang sama Islamic

Development Bank (IDB) menawarkan Loan untuk membangun RSP USU.

Terjadi proses negosiasi antara IDB dengan pemerintah tentang Loan pembiayaan

RSP USU tersebut. IDB menyetujui pemberian Loan pembangunan RSP USU

pada tanggal 1 Februari 2006.Antara tahun 2007- 2009 berlangsung proses lelang

pelaksanaan pembangunan RSP USU yang akhirnya menetapkan PT Waskita

Karya sebagai pelaksana pembangunan RSP USU (19 Juli 2009).

Pembangunan RSP USU berlangsung antara tahun 2009 – 2011 dan

sementara itu mulai pula disusun usulan rencana pengadaan alkes/non alkes dan

usulan ketenagaan. Depdiknas mengalokasi sejumlah tenaga berstatus PNS untuk

ditempatkan sebagai tenaga di RSP USU.Antara tahun 2011 – 2013 berlangsung

pengadaan alkes/non alkes RSP USU. Disamping itu mulai pula disusun rencana

program dan anggaran operasional RSP USU. Dengan berbagai persiapan

operasional tersebut, diharapkan RS USU dapat segera beroperasi secara

penuh.“Soft opening” RS USU dilaksanakan pada tanggal 4 Desember 2014 dan

pembukaan operasional penuh baru dapat terlaksana pada tanggal 28 Maret 2016.

Tanggal Kegiatan

2003 Pengusulan Proyek

2004 Masuk dalam perencanaan Bappenas

2006 Persetujuan pinjaman pembangunan RS

USU oleh IDB

Desember 2013 Alat-alat kesehatan masuk ke RS USU

17 Nopember 2014

Penandatangan MoU RS USU, Fakultas

Kedokteran USU, dan RSUP H Adam

Malik

4 Desember 2014 Soft Opening RS USU (Pembukaan

layanan Rawat Jalan)

Universitas Sumatera Utara

Page 79: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

60

Universitas Sumatera Utara

28 Maret 2016 Soft Launching RS USU (Operasional RS

USU)

1 April 2016 RS USU melayani pasien BPJS

28 Desember 2016 RS USU meraih Akreditasi PARIPURNA

9 Januari 2017 Grand Opening RS USU

10 Maret 2017 RS USU jalin kerjasama dengan BPJS

Tenagakerjaan

1 April 2017 RS USU buka praktek bersama Dokter

Spesialis

10 Oktober 2017 Peresmian ruang rawat anak Talasemia

2. VISI dan MISI

Visi

Visi rumah sakit USU adalah sebagai Pusat pengembanganIPTEKDOK 2025 di

wilayah Indonesia Barat.

Misi

Misi Rumah Sakit USU adalah :

1. Meningkatkan mutu Dokter, Dokter Spesialis dan tenaga kesehatan serta

mutu Pelayanan Kesehatan khususnya di Sumatera Bagian Utara.

2. Mengembangkan IPTEKDOK secara terpadu antara berbagai cabang ilmu

kedokteran dan kesehatan maupun ilmu-ilmu lain yang menunjang

Motto

Rumah Sakit USU menggunakan motto : Kualitas, Aman dan

Bersahabat (Quality, Safety and Friendly).

Falsafah, Nilai-Nilai, Budaya Kerja dan Tujuan

Rumah Sakit USU memiliki falsafah :

1. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

yang harus diwujudkan;

Universitas Sumatera Utara

Page 80: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

61

Universitas Sumatera Utara

Kesehatan masyarakat yang paripurna akan terwujud melalui pelayanan

kesehatan yang:

2. bermutu dan terjangkau;

3. Pelayanan kesehatan yang bermutu terselenggara melalui proses

pengembangan sumber daya kesehatan yang berkualitas.

Rumah Sakit USU menganut nilai-nilai :

1. Kesehatan pasien adalah hukum yang utama (Salus aegroti suprema lex);

2. Pertama adalah tidak membahayakan pasien (Primum non nocere);

Rumah Sakit USU memelihara dan memupuk budaya kerja :

1. Empati

2. Non diskriminatif

3. Komunikatif

4. Energik

5. Inisiatif

6. Inovatif

7. Tim (team work)

8. Efektif

Tujuan Rumah Sakit USU

1. Menghasilkan sumberdaya manusia bidang kedokteran/kesehatan yang

bermutu, handal dan tulus dalam melaksanakan serta mengintegrasikan

pelayanan pemeliharaan kesehatan, pendidikan dan penelitian;

2. Mewujudkan upaya pelayanan pemeliharaan kesehatan yang paripurna,

menyeluruh, terintegrasi, terjangkau dan berkesinambungan;

3. Menciptakan suasana akademik yang mendukung pendidikan, penelitian

dan pelayanan pemeliharaan kesehatan yang bermutu dan aman,;

4. Membina tim kerjasama profesional yang solid dengan perbaikan mutu

kinerja berkesinambungan.

5. Menyelenggarakan jejaring rumah sakit yang mengemban tugas

pendidikan, penelitian dan pemeliharaan kesehatan serta mampu menjadi

pusat rujukan regional rumah sakit di wilayah Sumatera Utara/Sumatera.

6. Meningkatkan kemandirian Universitas dalam pelaksanaan Tridarma dan

pengembangan otonomi Perguruan Tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Page 81: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

62

Universitas Sumatera Utara

3. Profil

Data Rumah

Sakit

Kode Rumah

Sakit

1275913

Tanggal Daftar 18 Pebruari 2016

Nama Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

Jenis Rumah Sakit Umum

Kelas C

Direktur Umum dr. Syah Mirsya Warli, SP.U

Penyelenggara Kementerian Riset dan Teknologi dan

Pendidikan Tinggi

Lokasi Alamat Jl. Dr. T Mansur No.66, Medan

Kode Pos 20154

Telepon 061-8218928

Fax 061-8218928

Email [email protected]

Telepon Humas 061-8218928

Website rumahsakit.usu.ac.id

Profil Rumah

Sakit

Luas Tanah 38.000m2

Luas Bangunan 52.200m2 (5 Lantai)

Surat Izin Dinas Kesehatan Kota Medan

Tanggal Surat

Izin

19 Oktober 2015

Masa Berlaku 5 Tahun

4.1.2 Proses Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mencari

informasi tentang rumah sakit USU melalui konter pelayanan informasi yang

berada dilantai I, peneliti mencari informasi tentang syarat yang harus peneliti

persiapkan, tempat penyerahan berkas dan jam kerja para pegawai yang

berhubungan dengan hal tersebut. Karena peneliti merasa hal itu penting untuk

berjalannya proses penelitian.Setelah mengetahui informasi tersebut keesokan

harinya peneliti kembali lagi ke RS USU Medan dengan membawa syarat yang

ditentukan dan menyerahkannya ke lantai IV atau Diklat penelitian. Bagian

Direktur dan Diklat penelitian ini lah yang memproses berkas dan mengeluarkan

surat izin setelah menunggu 3 hari. Setelah surat keluar ada berkas yang harus

peneliti penuhi untuk jenis penelitian deskriptif kualitatif, yaitu

Universitas Sumatera Utara

Page 82: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

63

Universitas Sumatera Utara

mengurus surat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara ( F.KEP USU) berupa surat Ethical Clearence penelitian surat ini berfungsi

agar peneliti mendapat izin untuk melakukan wawancara mendalam terhadap

perawat RS USU Medan.

Setelah semua syarat terpenuhi pada tanggal 16 Juli 2018 peneliti

melakukan observasi pertama dengan bimbingan salah satu staff diklat penelitian.

Peneliti mendapatkan arahan dari kak Mutia dan diberitahu kemana peneliti harus

pergi dan sebelum melakukan penelitian peneliti harus meminta izin kepada setiap

kepala ruangan (Karu) ruang rawat inap lalu jika sudah selesai harus mengisi

absen penelitian lengkap dengan tanda tangan kepala ruangan.Ruangan pertama

yang peneliti kunjungi yaitu ruangan rawat inap anak yang berada di lantai IV

(empat), sebelum menjalankan tujuan peneliti terlebih dahulu meminta izin

kepada kepala ruangan Ibu Rahmita S.Kep Ners peneliti mendapat sambutan yang

baik, peneliti menyampaikan maksud dan tujuan peneliti kepala ruangan

mengijinkan peneliti untuk terlebih dahulu mewawancarai pasien. Peneliti

dituntun menuju ruangan yang menjadi salah satu narasumber. Namanya Teddy

berusia 12 tahun penyakit yang dialami cukup serius, melihat kondisi Teddy tidak

memungkinkan untuk menjadi narasumber dan berhubung semua perawat sedang

sibuk peneliti di berikan saran untuk datang kembali pada pukul sekitar 15:00

WIB. Lalu peneliti berahli keruangan rawat inap lainnya. Sekarang yang menjadi

tujuan peneliti yaitu ruangan Maternitas (rawat ibu dan anak) yang berada di

lantai III (tiga), seperti halnya di ruangan rawat inap anak yang pertama peneliti

lakukan yaitu meminta izin kepada kepala ruangan Ibu Rizka S.Kep Ners dan

peneliti mendapatkan izin untuk mewawancarai pasien yang menjadi narasumber

peneliti yaitu Ibu Meyrani Ginting. Ibu Meyrani Ginting yang baru saja selesai di

periksa perawat mengijinkan saya untuk menjadikan nya sebagai narasumber.

Sebelum melakukan wawancara mendalam peneliti memperkenalkan diri terlebih

dahulu dan menjelaskan tentang judul peneliti yang akan diteliti. Tepat pada pukul

10: 44 WIB peneliti memulai wawancara mendalam dengan informan pertama.

Pada saat itu di ruangan informan sedang mendapatkan kunjungan dari keluarga

yang ingin juga merasakan kebahagian atas lahirnya anak ketiga informan yang

berjenis kelamin laki-laki.Walaupun ruangan tampak ramai informan tetap fokus

Universitas Sumatera Utara

Page 83: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

64

Universitas Sumatera Utara

menjawab pertanyaan dari peneliti dengan baik dan juga senyuman tanpa terlihat

merasa terganggu. Bahkan pada saat ada kalimat peneliti yang susah untuk

dimengerti informan menanyakannya dengan lembut sembari tersenyum.Melihat

sifat ramah informan rasa gugup peneliti sedikit demi sedikit menghilang.

Wawancara mendalam dengan informan selesai sampai pukul 11: 22 WIB.

Wawancara dengan informan kedua dilaksanakan pada hari yang sama

dengan Ibu Meyrani yaitu, pada hari senin 16 Juli 2018. Informan kedua ini

adalah perawat dari ruangan rawat ini maternitas. Informan kedua bernama

Perawat Yunita S.Kep Ners. Pada saat itu informan menggunakan jilbab berwarna

orange dan sedang berseragam perawat yang berwarna biru dengan ukuran celana

yang panjang.Beliau adalah pribadi yang ramah dan tegas, beliau bersedia

diwawancara sembari sedang mengerjakan laporan tentang pasien. Selama

informan bekerja di bidangnya ia mengaku selalu menyampaikan komunikasi

kesehatan kepada pasien di rumah sakit dan juga di luar rumah sakit jika memang

dibutuhkan. Sebelum wawancara peneliti juga melakukan hal yang sama seperti

dengan infornman pertama. Peneliti memperkenalkan diri secara singkat,

menjelaskan judul penelitian.

Tanpa terlalu banyak berbincang- bincang dan melihat bahwa informan

sedang mengerjakan sesuatu yang penting tepat pukul 12:20 WIB wawancara di

mulai dengan informan kedua. Wawancara dengan informan kedua berlangsung

dengan cepat karena ke telatetan dan kejelasan informan menjwab membuat

wawancara berjalan dengan lancar dan cepat, tepat pukul 12: 50 WIB peneliti

menyelesaikan wawancara dengan informan kedua.Setelah selesai melakukan

wawancara dengan perawat Yunita peneliti kembali ke ruang rawat inap anak

namun hasilnya nihil peneliti belum juga boleh melakukan wawancara dengan

pasien dan perawat. Berhubung waktu sudah larut peneliti memutuskan untuk

melanjutkannya keesokan harinya.

Pada Selasa tanggal 17 Juli 2018 peneliti kembali lagi melakukan

penelitian, dan untuk melanjutkan ruangan yang pertama yaitu ruangan rawat inap

anak karena peneliti sudah memiliki janji dihari sebelumnya. Setelah izin dengan

kepala ruangan Ibu Rahmita peneliti di persilahkan dan diantar untuk melakukan

Universitas Sumatera Utara

Page 84: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

65

Universitas Sumatera Utara

wawancara terlebih dahulu pada pasien, kali ini pasien yang berbeda pasien ini

bernama Naim sinulingga. Naim sebagai informan ketiga dan pasien yang

menderita batu ginjal dengan usia yang sangat dini yaitu 10 tahun. Ketika kepala

ruangan menghantarkan peneliti kepada Naim dan keluarganya kepala ruangan

keluar dan meninggalkan peneliti untuk melakukan penelitian. Seperti biasanya

peneliti selalu memperkenalkan diri dan memberitahukan maksud dan tujuan dari

penelitian ini. Peneliti disambut baik oleh kedua orang tua Naim dan ibu dari

Naim memperingatkan Naim agar bersedia diwawancara. Namun Naim tidak mau

menjawab Naim terkesan malu- malu jadi yang menjadi informan adalah kedua

orang tua Naim. Pada saat itu Naim menggunakan baju tidur berwarna biru

sembari memainkan game di telepon genggamnya tetapi ibunya mengambil

telepon genggamnya ketika peneliti menyampaikan maksud penelitian. Tepat

pukul 11: 53 peneliti memulai wawancara mendalam kepada Naim dan kedua

orang tuanya, pertanyaan yang peneliti lontarkan sesekali juga dijawab oleh Naim,

namun ketika Naim tidak mengerti peneliti mejelaskan maksud dari pertanyaan

tersebut. Wawancara ini berlangsung sampai pukul 12: 40 WIB. Setelah selesai

peneliti tidak langsung meninggalkan ruangan tetapi menghibur Naim dan

bertanya seputar sekolah dan tepat pukul 13: 15 WIB peneliti pamit keluar dan

mengucapkan terimah kasih kepada Naim dan keluarganya tidak lupa peneliti juga

menyampaikan ucapan lekas sembuh kepada Naim.

Setelah beranjak dari ruangan informan ketiga, peneliti kembali

menemui kepala ruangan dan meminta izin untuk melakukan wawancara kepada

perawat, kepala ruangan mengijinkan namun meminta izin agar peneliti

menunggu sebentar karena perawat sedang melakukan pekerjaan.Informan ke

empat peneliti adalah Perawat Azura khazhiah S.Kep Ners. Wawancara dilakukan

di ruangan karu (kepala ruangan). Informan ke empat adalah sosok yang ceria dan

lucu. Pada saat itu informan menggunakan jilbab berwarna merah maroon dan

baju hijau dengan pinggiran bercorak batik. Saat ingin memulai wawancara

terlebih dahulu informan menggunakan kacamatanya karena ia ingin membaca

sendiri pertanyaannya. Wawancara dimulai pada pukul 13: 50 WIB. Informan

menjawab pertanyaan peneliti sembari melontarkan kalimat- kalimat lucunya.

Karena sikap informan yang ceria penelitian seperti berlangsung dengan cepat dan

Universitas Sumatera Utara

Page 85: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

66

Universitas Sumatera Utara

tepat pukul 14: 38 WIB. Setelah menyelesaikan wawancara mendalam peneliti

pamit dan melanjutkan penelitian keesokan harinya karena melihat situasi bahwa

semua perawat benar- benar sibuk dan pasien juga sedang beristirahat.

Peneliti kembali melanjutkan penelitian pada hari Kamis 19 Juli 2018

ruangan yang menjadi sasaran peneliti yaitu ruangan rawat inap kelas II yang

berada dilantai II, seperti biasanya hal yang pertama lakukan yaitu meminta izin

kepada kepala ruangan ruang rawat inap Ibu Anita Sitorus S.Kep Ners. Peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan dari judul penelitian kepada karu, lalu peneliti

mendapatkan izin. Informan peneliti yaitu Perawat Mahdiana Sinuhaji. Sosok

informan kelima adalah sosok yang sangat ramah dan tampak ke ibuan. Pada saat

itu informan menggunakan seragam berwarna biru muda dengan lengan yang

pendek, rambut yang di tata rapi dan raut wajah yang ramah membuat gugup

peneliti secara perlahan hilang. Wawancara dengan informan kelima di mulai

pada pukul 11: 53 WIB. Informan menjawabpertanyaan dengan jelas. Tepat pada

pukul 12: 40 wawancara dengan informan selesai. Ruangan yang terakhir yang

menjadi tujuan peneliti yaitu ruangan rawat inap kelas tiga yang berada dilantai

yang sama dengan ruangan rawat inap kelas II. Semua perawat tampak sibuk

sehingga peneliti sangat kecil kemungkinan untuk mendapatkan pelayanan dari

mereka, namun begitu peneliti menunggu di ruang tunggu. Selang beberapa jam

peneliti kembali lagi ke ruang rawat inap kelas III suasana tampak tidak berbeda

dengan yang sebelumnya. Namun seorang perawat menghampiri peneliti dan

bertanya, lalu peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti. Berhubung kepala

ruangan sedang libur peneliti tidak bisa bertemu dan meminta izin. Perawat yang

menghampiri peneliti mengijinkan untuk melakukan penelitian kepada pasien

terlebih dahulu karena para perawat benar- benar sibuk dan tidak dapat di ganggu

pada saat itu. Peneliti di persilahkan memasuki ruangan para pasien dan memilih

sendiri pasien yang akan menjadi informan peneliti dan tentunya sesuai kriteria

dan yang rela meluangkan waktunya untuk melakukan wawancara. Setelah

mencari dengan waktu yang tidak terlalu lama peneliti bertemu dengan informan

ke enam yaitu Chairunissa gadis berusia 19 tahun. Chairunissa yang mengalami

pembengkakan pada gusinya awalnya merasa malu untuk melakukan wawancara,

namun peneliti berusaha membujuk dan berkata seputar judul dan yang menjadi

Universitas Sumatera Utara

Page 86: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

67

Universitas Sumatera Utara

topik wawancara penelitian, akhirnya setelah mendapatkan bujukan dari peneliti

dan orangtua Chairunissa pun bersedia. Pada saat itu informan ke enam sedang

mendapatkan kunjungan dari nenek dan teman teman sepekerjaannya namun

informan tetap fokus menjawab pertanyaan dari peneliti. Wawancara berlangsung

selama kurang lebih satu jam, tepat pukul 15: 32 wawancara selesai. Setalah

berpamitan dengan informan ke enam dan keluarganya peneliti kembali ke

ruangan perawat. Perawat yang berjanji untuk menjadi informan peneliti

selanjutnya sedang melakukan suatu tugas dan tidak bisa di ganggu dalam

memakan waktu yang lama, sedangkan perawat yang lain juga sedang sibuk

dengan tugasnya masing masing. Peneliti memutuskan datang lagi keesokan

harinya.

Pada hari Jumat 20 Juli, langsung saja peneliti menemui kepala ruangan

rawat inap kelas III, namun lagi lagi peneliti tidak dapat bertemu dikarenakan

kepala ruangannya sedang ada tugas diluar. Peneliti memperkenalkan diri kepada

perawat yang melayani peneliti dan menyampaikan maksud dan tujuan penelitian.

Perawat sempat menolak untuk memberi izin di karena kepala ruangan sedang

tidak ada di tempat. Namun dengan membujuk dan memberitahu bahwa hari

sebelumnya peneliti telah melakukan wawancara dengan pasien dan yang

memberiizin juga sesama perawat, akhirnya perawat ini memberi izin dan

bersedia juga menjadi informan peneliti namun dengan syarat peneliti harus

menunggu karena informan sedang menyelesaikan pekerjaannya. Setelah

menunggu beberapa jam akhirnya tepat jam 15: 20 WIB wawancara mendalam

pun dilakukan. Perawat Fitri Yuningsih adalah informan ke tujuh peneliti.

Informan yang mengenakkan seragam dinas berwarna hijau muda dengan corak

batik dan menggunakan jilbab berwarna merah. Informan ke tujuh adalah sosok

yang murah senyum dan menjawab pertanyaan dengan jelas. Setiap pertanyaan

yang peneliti lontarkan informan menjawabnya dengan jelas, wawancara berjalan

dengan lancar, dan memakan waktu kurang lebih satu jam. Perawat Fitri menjadi

informan terakhir penelitian ini di karena kan peneliti telah mendapatkan data

yang cukup dan telah menemukan data jenuh, sehingga pada hari itu juga peneliti

mengakhiri penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 87: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

68

Universitas Sumatera Utara

Pada hari keesokan hari peneliti kembali ke rumah sakit USU untuk men

foolow- up data tentang profil rumah sakit, sebagai data pelengkap penelitian.

Untuk kepentingan ini peneliti bertemu dengan Ibu Mutia selaku penanggung

jawab bagian diklat penelitian.Dalam proses penelitian, peneliti tentu mengalami

beberapa kendala, yaitu seperti harus menyesuaikan jadwal peneliti dengan jam

kerja perawat yang tidak menentu selesai jam bekerjanya, kendala dengan

menemukan pasien yang bersedia menjadi informan. Namun sepanjang

melakukan penelitian di RS USU, peneliti merasa sangat senang karena semua

pegawai menyambut peneliti dengan baik, ramah, dan benar- benar membantu

peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini.

4.1.3 Deskripsi Profil Informan

Gambaran secara umum untuk ke empat informan dalam penelitian ini

adalah informan terdiri dari usia 28 tahun sampai usia 40 tahun. Masing- masing

memiliki masa pengabdian sebagai perawat lebih dari dua tahun dan telah

melakukan komunikasi antarpribadi dalam menerapkan komunikasi kesehatan

kepada pasien yang berbeda- beda usia dan jenis penyakitnya, mulai dari anak-

anak, remaja, ibu dan bayi dan orang tua. Dan pasien yang menjadi informan

terdiri dari usia 10 tahun sampai 40 tahun, masing- masing pernah mendapatkan

komunikasi kesehatan dari perawat dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-

hari dengan alasan kesehatan itu mahal.

Informan I

Yunita S.Kep. Ners adalah perawat di RS USU Medan, yang merupakan

lulusan Strata 1 (S1) Keperawatan Ners dari Universitas Sumatera Utara. Perawat

yang biasa disapa suster yuni ini, telah berprofesi sebagai perawat sejak tahun

2010, namun bekerja di RS USU Medan sejak tahun 2016 hingga saat ini. Beliau

mengaku menjadi perawat ialah cita- citanya sejak kecil dan beliau pun

mendapatkan dukungan dari kedua orang tua nya. Wanita berusia 29 tahun ini

telah menikah dan dikaruniai seorang anak dan tinggal di perumahan griya 3

tanjung anol.

Universitas Sumatera Utara

Page 88: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

69

Universitas Sumatera Utara

Informan II

Fitri Yuningsih S.Kep Ners adalah perawat RS USU yang bekerja sejak

2012 di rumah sakit USU. Beliau merupakan kelulusan Strata 1 (S1) USU. Gadis

berusia 28 tahun ini mengaku bercita cita menjadi guru sewaktu masih kecil yang

membuat ia menjadi perawat karena tuntutan orang tua. Beliau mengaku merasa

banyak pengalaman yang membuat ia bangga menjadi perawat salah satunya yaitu

menyelamatkan pasien dari yang kritis, hingga dapat pulih kembali beraktivitas

seperti biasanya. Selama ia bekerja belum pernah mendapatkan pengalaman yang

membuat ia trauma menjadi perawat karena ia mengatakan selama menikmati

pekerjaan semua akan terasa ringan dan berjalan dengan baik. Wanita yang

menyukai warna hijau ini bertempat tinggal di Jalan Eka Rosmi Gang Eka Sari

Johor.

Informan III

Mahdiana Sinuhaji Amd adalah perawat RS USU yang bekerja selama

2013 di Rumah sakit Universitas Sumatera Utara. Beliau merupakan lulusan D3

USU. Ia mengaku merasa senang menjadi perawat karena dapat membantu

keluarga yang sedang sakit dan meringankan beban keluarga. Menjadi perawat

adalah cita cita beliau sejak kecil. Ibu 3 anak ini mengaku pekerjaan nya ia tekuni

dengan baik namun yang membuat ia merasa sedih ketika harus meninggalkan

anaknya yang masih berusia 1 ½ bulan demi pengabdiannya. Ibu mahdiana

bertempat tinggal di Jalan Perjuangan Gang Daun Tanjung Selamat.

Informan IV

Azura khazhiah S.Kep Ners.merupakan perawat RS USU Medan, dan

telah berprofesi sebagai perawat sejak 2014, dan mulai bergabung di rumah sakit

USU Medan sejak 2016. Ia merupakan lulusan Strata 1 (S1) Keperawatan Ners

dari Universitas Sumatera Utara. Perawat yang sangat suka dengan warna hitam

ini mengaku bahwa cita- cita awalnya adalah menjadi guru, namun karena

permintaan kedua orang tua nya ia pun memutuskan untuk menjadi perawat di

tambah lagi ketika mengikuti ujian, ia terlebih dahulu menerima pengumuman

kelulusan di bidang keperawatan. Beliau mengaku sangat menikmati pekerjaannya

Universitas Sumatera Utara

Page 89: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

70

Universitas Sumatera Utara

dikarena dapat membantu pasien yang sakit menjadi sehat dan dapat beraktivitas

kembali dan itu juga menjadi kebanggaan tersendiri baginya di bidang pekerjaan

yang ia jalankan ini. Wanita berusia 30 tahun ini belum menikah, dan bertempat

tinggal di jalan medan area selatan no. 224a/5. Wanita yang hobi nonton dan tidur

ini mengaku tidak pernah mengalami kejadian yang buruk sampai menyebabkan

trauma selama bekerja, karena sifat kerja sistem tim, jadi jika ada masalah di

selesaikan bersama.

Informan V

Meyrani Ginting Amd merupakan pasien RS USU di ruangan rawat inap

Maternitas yang berada di lantai tiga. Wanita yang berusia 35 tahun ini sudah

dirawat sejak 13 Juli 2018 dan telah melahirkan bayi laki- laki yang menjadi anak

ketiga nya dengan selamat. Ibu yang belum mempersiapkan nama untuk buah

hatinya ini mengaku dari awal sudah berencana untuk melahirkan di RS USU,

karena sejak mengandung sudah melakukan check-up di RS USU juga. Ibu yang

menyukai warna biru ini bertempat tinggal di Jalan Mawar XI lk. XIX no.68 dan

jika kembali ke rumah ia akan menerapkan komunikasi kesehatan yang ia terima

demi kesehatan dirinya dan sang buah hati .

Informan VI

Naim Sinulingga adalah Pasien RS USU yang di rawat di ruangan rawat

inap anak yang berada dilantai empat. Naim anak berusia 10 tahun yang sedang

mengidap penyakit batu ginjal ini sudah dirawat selama 1 minggu. Orang tua

Naim mengatakan alasan membawa Naim ke RS USU karena rujukan dari rumah

sakit sebelumnya yang merasa tidak mampu menangani penyakit Naim. Setelah di

rujuk Naim mengalami peningkatan kesehatan karena memang benar- benar

menerapkan komunikasi kesehatan yang ia terima dari perawat yang

menanganinya, wajah yang mulai ceria dan menuruti semua nasehat perawat demi

kesehatannya. Jika Naim sudah memperlihatkan tanda-tanda kesehatan maka pada

tanggal 17 Juli perawat akan memperbolehkan Naim untuk kembali pulang ke

rumahnya di Batu Karang, Tanah Karo dan beraktivitas kembali seperti biasanya.

Informan VII

Universitas Sumatera Utara

Page 90: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

71

Universitas Sumatera Utara

Chairunissa merupakan pasien rumah sakit USU adalah anak ke 2 dari

tiga bersaudara. Ia di rawat sejak 15 juli 2018. Penyakit yang ia derita yaitu

pembengkakan gusi dan adanya daging tumbuh pada gusi. Ia mengaku sudah

selama 3 minggu merasakan sakit pada gusinya namun menghiraukannya, karena

keadaannya semakin parah ia pun dirujuk dan akan melakukan operasi pada

tanggal 17 Juli 2018 jika Hemoglobin (HB) nya sudah mecukupi (13-18

gram/dL). Gadis yang berusia 19 tahun merasa menyesal selama ini tidak

menjalani pola hidup yang sehat, dan bertekad setelah pulih akan merubah gaya

hidupnya. Ia pun mengaku menerapkan komunikasi kesehatan yang ia dapatkan

dari perawat agar cepat pulih dan kembali bekerja seperti biasanya. Gadis yang

menyukai warna merah ini bertempat tinggal di Jalan Sosro N0.18b

Universitas Sumatera Utara

Page 91: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

72

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1

Karekteristik Informan Penelitian

1. Perawat Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan

No Profil Informan Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4

1 Nama Lengkap Yunita S.Kep

Ners

Fitri

Yuningshi

Mahdiana

Sinuhaji Amd

Azura

Khazhiah.

S.Kep Ners

2 Umur 29 Tahun 28 Tahun 40 Tahun 30 Tahun

3 Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan

4 Pendidikan Terakhir S-1

Keperawatan

S-1

Keperawatan

Ners

D3

Keperawatan

S-1

Keperawatan

Ners

5 Lama bekerja/

pengabdian

8 Tahun 8 Tahun 6 Tahun 6 Tahun

6 Alamat Perumahan

Griya 3

Tanjung Anol

Gang Eka

Sari Johor

Jalan

Perjuangan

Gang Daun

Tanjung

Selamat

Jalan Medan

Area Selatan

No.244a/5Jala

n Eka Rosmi

2. Pasien Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan

No Profil Informan Informan 5 Informan 6 Informan 7

1 Nama Lengkap Meyrani

Ginting Amd

Naim

Sinulingga

Chairunissa

2 Umur 35 Tahun 10 Tahun 19 Tahun

3 Jenis Kelamin Perempuan Laki- Laki Perempuan

4 Jangka Waktu

Perawatan

Sejak Tanggal

13 Juli 2018

Sejak Tanggal

9 Juli 2018

Sejak Tanggal

15 Juli 2018

5 Alamat Jalan Mawar

XI LK.XIX

No.68

Batu Karang

Tanah Karo

Jalan Sosro

no.18b

Universitas Sumatera Utara

Page 92: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

73

Universitas Sumatera Utara

4.2 Hasil Wawancara

Informan I

Nama : Yunita S.Kep Ners

Usia : 29 Tahun

Lama Bekerja : 8 Tahun

Pendidikan : S1 Keperawatan Ners

Efektivitas Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien

1. Keterbukaan (Openness)

Menurut informan pertama, ketika melakukan komunikasi interpersonal

saat menyampaikan komunikasi kesehatan kepada setiap pasien, keterbukaan dari

pasien adalah hal yang sangat penting, karena dari keterbukaan tersebut perawat

akan mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan, komunikasi kesehatan

seperti apa yang harus disampaikan. Sejauh informan bekerja pasien yang

informan hadapi terbuka dengan penyakit yang pasien derita, dan sudah berapa

lama pasien mengalami rasa sakit itu sampai gejala awal yang pasien rasakan.

“Keterbukaan ya? Itu pasti penting sekali. Dengan mereka terbuka maka

perawat atau tim medis menjadi lebih tahu memberikan penanganan, melakukan

tindakan dan memberi apa yang mereka butuhkan dan yang tidak boleh

dillakukan. Ya jadi memang penting dan sepertinya harus kalau memang ingin

sehat. Sejauh ini semua pasien yang saya hadapi terbuka. Mungkin karena saya

menangani khusus ibu dan anak ya, jadi enggak perlu malu, apalagi menyangkut

anak dan mengapa harus malu kan?”.

2. Empati (Emphaty)

Menurut informan pertama tentang ciri kedua efektivitas komunikasi

interpersonal yaitu “empati” ketika mendengarkan keluhan dari pasien, tentu harus

menunjukkan rasa empati. Tetapi rasa empati yang ditunjukkan terhadap pasien

Universitas Sumatera Utara

Page 93: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

74

Universitas Sumatera Utara

juga harus memiliki batasan, karena informan merasa semua ada batasan dan

aturannya.

“Mendengarkan keluhan mereka, memberikan arahan- arahan yang baik

yah seperti itu.ya batas yang wajar lah, hanya hubungan perawat dan

pasien tidak lebih. Disini jasa kita hanya diperlukan untuk kesehatan jika

sudah kelewatan yah kita bertindak, karena semua ada aturan mainnya,

jika terlalu empati juga salah ya, karena pasien yang kita hadapi berbeda-

beda sikap, umur, dan sukunya jadi benar- benar harus tahu cara

membatasinya supaya tidak terjerumus atau terlalu terbawa perasaan”.

3. Dukungan (Supportiveness)

Ketika mendengarkan pasien menyampaikan keluhannya tentang

penyakitnya, tentu ada dukungan yang diberikan kepada pasien tersebut. Karena

salah satu pendorong pasien untuk cepat pulih adalah dukungan dari perawat,

tetapi yang lebih penting hanyalah dukungan dari orang terdekat seperti keluarga.

“Dukungan dari tim medis penting sih, tapi ingat jauh lebih penting

dukungan dari keluarga. Kalau tim medis hanya mendukung bagaimana

cara untuk pulih kembali, kan selepas dari sini mereka sudah bersama

keluarga”.

4. Rasa Positif (Positiveness)

Menurut informan pertama, ketika mendengarkan pasien saat

berkonsultasi, perawat harus menunjukkan rasa positif dan dukungan yang positif.

“ Sikap positif dari kami juga kan mempengaruhi kepulihan mereka, seperti

pada saat mereka konsultasi kita harus terlihat welcome, cara

penyampaian kita juga harus baik agar pasien nyaman menyampaikan

semua masalah penyakitnya saat berkonsultasi, setelah mereka nyaman

kita pun akan lebih mudah menyampaikan komunikasi kesehatan kepada

mereka”.

5. Kesetaraan atau Kesamaan (Equality)

Ketika melakukan komunikasi interpersonal dengan pasien, informan

pertama ini biasanya mengajak pasien berbicara dan membuatnya merasa nyaman,

dan menempatkan diri sebagai teman agar pasien mau mengungkapkan segala

keluhannya saat konsultasi.

“Seperti rasa empati tadi yah,enggak jauh beda bukan? ya gitu jika mereka

berbicara kita mendengarkan baik, saya membuatnya menjadi nyaman, merasa di dengarkan, menjadi teman, merangkul kurang lebih begitu”.

Pentingnya Hubungan Interpersonal Pasien dengan Perawat

Universitas Sumatera Utara

Page 94: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

75

Universitas Sumatera Utara

Menurut informan I hubungan interpersonal sangatlah penting, dengan

begitu selama berkonsultasi perlu membangun sebuah hubungan interpersonal,

agar komunikasi berjalan dengan lancar dan efektif.

“Hubungan yang di bangun dengan baik. Misalnya pada saat kita ingin

menyampaikan komunikasi kesehatan kita tahu dulu, namanya, usia, latar

belakang pendidikannya, sukunya, agama, agar kita tahu bagaimana cara

penyampaiannya, bahasa yang kita gunakan, bagaimana sikapnya dan

pola berpikirnya, setelah terjalin hubungan yang baik maka komunikasi

menjadi efektif. Kalau kita sudah tahu bagaimana latar belakang pasien

kita, pasti kita lebih mengerti, menjadi lebih nyaman saat berbicara jadi

lebih nyambung lah. Pasien pun akan lebih mudah mengerti”.

Komunikasi Kesehatan yang Pernah di Terapkan

Komunikasi Kesehatan tidak pernah terpisahkan dari dunia kesehatan.

Perawat adalah salah satu sarana untuk penyampaian komunikasi kesehatan.

Informan pertama sudah menerapkan komunikasi kesehatan sejak ia bekerja

menjadi perawat.

“Penkes (Pendidikan kesehatan). Penyuluhan. Penyuluhan makan 4 sehat

5 sempurna, makan tinggi protein bagi pasien- pasien yang habis operasi,

Seperti kakak ini sedang menyusui cara memberi air susu ibu (ASI)

eksklusif. Mobilisasi kek tadi”.

Cara Penyampaian Komunikasi Kesehatan dan Pentingnya Penerapan

Komunikasi Kesehatan Perawat Terhadap Pasien

Komunikasi kesehatan adalah suatu hal yang wajib diterapkan perawat

terhadap pasien. Menurut informan pertama untuk menerapkan komunikasi

kesehatan bukan lah hal yang hanya disampaikan semata saja tetapi harus benar-

benar memastikan pasien menerapkannya.

“Saat dirasa perlu. Hampir semua pasien memerlukannya. Kita jelaskan

secara benar, keuntungannya apa, kerugiannya apa dan kita bantu juga

menfasilitasinya biar termotivasi juga dia, dengan kita menyampaikan

manfaatnya pasti pasien yang benar- benar ingin sehat pasti

menerapkannya. Pentingnya komunikasi kesehatan diterapkan karena

untuk menambah pengetahuan pasien, untuk mempercepatan

penyembuhan pasien, kadang kalau pengetahuan aja tanpa diterapkan

pasien sama aja kan”

Hambatan dalam menyampaikan komunikasi kesehatan

Menurut informan I, hambatan dalam menyampaikan komunikasi

kesehatan adalah tingkat pendidikan dari pasien tersebut dan pasien yang

Universitas Sumatera Utara

Page 95: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

76

Universitas Sumatera Utara

masih mempercayai kebiasaan orang- orang zaman dahulu. Cara mengatasi

hambatan yang informan hadapi yaitu dengan tetap mengedukasi dan

mengingatkan kembali manfaat dan tujuan komunikasi kesehatan yang

informan terapkan.

“Tingkat pendidikan. Kalo pasiennya kadang cuman lulusan sekolah

dasar (SD) itu lebih sulit menyampaikannya.Apalagi kalo dia menganut

orang- orang zaman dulu, gak terbuka.Contohnya pemberian ASI, kalo di

edukasi untuk memberikan ASI eksklusif dia belum tentu mau karena zaman

dahulu masih bisa kasih susu formula. Tetap di edukasi, tetap kita jelaskan

apa manfaatnya, tujuannya, ya gitu terus kita sampaikan kita ingatkan”.

Batasan Hubungan Antara Perawat dan Pasien

Pada dasarnya hubungan perawat dan pasien bersifat profesional yang

diarahkan ada pencapaian tujuan. Hubungan perawat dengan pasien merupakan

hubungan interpersonal titik tolak saling memberi pengertian.

“Iya memang ada , karena kita bekerja sebatas pelayanan kesehatan aja,

sesuai dengan profesi di tempat kerja, jika ada permintaan lain yang tidak

sesuai dengan profesi maka kita punya hak untuk menolaknya. Karena

semua memang harus dibatasi jika tidak maka semua akan bersifat

semenah-menah”.

Persiapan Yang Dilakukan Saat Menyampaikan Komunikasi Kesehatan

Menurut informan I saat ia akan menyampaikan komunikasi kesehatan

kepada pasien, tidak melakukan persiapan khusus, karena pekerjaan ini sudah

menjadi hal biasa bagi dirinya.

“Persiapan khusus enggak ada sih. yang begitu ada pasien kita tahu

penyakitnya yah kita sampaikan pendidikan kesehatan yang dia butuhkan,

kan terkadang juga ada pasien yang gawat darurat enggak mungkin dong

kita melakukan yang gimana- gimana dulu. Kecuali mau memberikan

materi seperti penyuluhan ke suatu tempat atau desa- desa. ya paling

banyak banyak belajar lah. Selalu upgrade ilmu”.

Universitas Sumatera Utara

Page 96: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

77

Universitas Sumatera Utara

Informan II

Nama : Fitri Yuningsih S.Kep Ners

Usia : 28 Tahun

Lama Bekerja : 6 Tahun

Pendidikan : S1 Keperawatan Ners

Efektivitas Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien

1. Keterbukaan (Openness)

Menurut informan kedua, pada saat ia menyampaikan komunikasi

kesehatan kepada pasien, ada pasien yang terbuka tentang penyakitnya, dan ada

pula yang malu untuk memberitahu penyakit yang pasien derita. Sedangkan

keterbukaan hal yang sangat penting dalam menerapkan komunikasi kesehatan,

tetapi hal itu sudah biasa dan dapat diatasi oleh informan kedua.

“Sangat penting lah. Karena semua semua yang dibutuhkan dari

keterbukaan pasien dan keluarga, apa yang harus kita lakukan, jadi

sangat penting. Pasti ada yang tidak terbuka. Karena ada penyakit

menular yang mereka tutupi seperti HIV, Hepatitis, itu mereka tau

penularannya itu cepat,gampang tapi susah di sembuhkan. Cara

mengetahuinya yah kita kaji secara mendalam, intern berdua, atau dia

panggil keluarga terdekat kalau memang dia enggak bisa terbuka. Satu

lagi yah cek. Yang paling sensitif itu yah cek darah apalagi yah seperti

HIV dan Hepatitis lebih jelas kalau sudah cek darah”.

2. Empati (Emphaty)

Menurut informan kedua, ada perasaan empati yang ia rasakan, pada saat

pasien menyampaikan keluhannya mengenai penyakitnya. Rasa empati yang ia

perlihatkan adalah mendengarkan keluhan, dan membuat pasien merasa nyaman

dengan menempatkan diri sebagai teman. Menurut informan kedua batasan

menunjukkan rasa empati ditentukan oleh gender, karena gender sangat sensitif

untuk memperlihatkan rasa empati.

“Kita mendengarkan keluhan mereka, kita menanggapi dengan baik, kita

seperti teman lah. Kita dorong agar tetap semangat begitu lah. Hem..ada

lah. Apa lagi kalo pasien laki- laki dan perawat perempuan, gitu

sebaliknya pasien perempuan ke perawat laki- laki. Hem.. kalau bisa

gender itu timbulnya untuk rasa empati. Gender menyebabkan batasan

Universitas Sumatera Utara

Page 97: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

78

Universitas Sumatera Utara

karena gimana yah. Kalo perempuan kan ekspresinya sama kalau sesama

perempuan , jadi lebih nyaman lebih mengerti gitu lah. Kalau sama lelaki

yah gitu lah ekspresinya berbeda jadi benar- benar harus ada batasan.

Perawat tidak boleh hanya simpati karena kan simpati hanya turut

merasakan enggak melakukan tindakan, jadi perawat memang harus

empati tapi memiliki batasan”.

3. Dukungan (Supportiveness)

Dukungan dari perawat sangat penting untuk mendukung pasien pulih

kembali. Bentuk dukungan yang biasanya diberikan informan ini kepada pasien

biasanya seperti memberikan komunikasi kesehatan, terapi dan memberi motivasi.

“Sebenarnya kalau dari kami sih dukungannya hanya seputar terapi,

komunikasi kesehatan tadi, itu sebenarnya lebih ke keluarga, ke dokter

karena dokter yang menjelaskan semua penyakitnya, jadi kalau kami

hanya memberikan obat sama memotivasi gitu lah. Yah memang penting

kali lah karena kami yang memang menjaga 24 jam”.

4. Rasa Positif (Positiveness)

Menurut informan kedua ini, rasa positif yang ia lakukan saat pasien

menyampaikan keluhannya, ia selalu mendengarkan keluhannya dengan baik,

menyampaikan keluhan pasien tersebut kepada dokter agar cepat mendapatkan

penanganan dari dokter.

“Mendengarkan, mendengarkan keluhannya, menyampaikan keluhannya

kepada dokter agar cepat di proses, terus menyampaikan solusi ke dokter

penanggung- jawabnya pada pasiennya, tapi kalo misalnya dokternya

datang yah dokternya sendiri yang menjelaskan, saya hanya

menyampaikan keluhannya pasien kepada dokter, keluhan keluarganya”.

5. Kesetaraan atau Kesamaan (Equality)

Ketika melakukan komunikasi interpersonal dengan pasien, informan

kedua ini tidak membeda- bedakan golongan keperawatan dan status pasien.

Informan ini melayani semua pasien dengan baik.

“Kesetaraan, kayaknya untuk pasien kelas tiga, yah melakukannya

dengan sama walaupun ia pasien BPJS. Kalau keluhan yah semuanya

setara, semuanya di tampung keluhannya, kita buat mereka senyaman

mungkin lah berbicara dengan kita”.

Pentingnya Hubungan Interpersonal Pasien dengan Perawat

Universitas Sumatera Utara

Page 98: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

79

Universitas Sumatera Utara

Menurut informan kedua hubungan interpersonal antara perawat dan

pasien sangatlah penting, dan hubungan yang dijalin selama menerapkan

komunikasi kesehatan harus hubungan interpersonal yang baik. Dengan begitu

selama berkonsultasi perlu membangun sebuah hubungan interpersonal, agar

komunikasi berjalan dengan lancar dan efektif.

“Hubungannya baik. Seperti kita tahu latar belakangnya, tahu suku,

dengan begitu kan hubungan interpersonal jadi lebih baik. sedikit

banyaknya yah efektif lah. Supaya efektif yang begini lah mereka kan

orang Medan jadi memang sudah tau bahasa kita, mereka juga

pendidikannya kan sudah ini lah jadi udah bisa menerima informasi dari

kita”.

Komunikasi Kesehatan yang Pernah di Terapkan

Komunikasi Kesehatan tidak pernah terpisahkan dari dunia kesehatan.

Perawat adalah salah satu sarana untuk penyampaian komunikasi kesehatan,

maka perawat harus mengetahui komunikasi kesehatan. Informan kedua ini

sudah menerapkan berbagai komunikasi kesehatan kepada berbagai pasien juga.

“Iya tahu. Ya seperti pendidikan kesehatan, disini kan banyak pasien

paruh baya, bagaimana menerapkan pola hidup sehat, kalau yang

memang di tuberculosis (TBC) atau apa ya bagaimana cara batuk yang

efektif, kalau bagian komunikasi pada pasien yang persiapan pulang, ya

kita beritahu bagaimana cara dia minum obat teratur, olahraga, dan

terapi”.

Cara Penyampaian Komunikasi Kesehatan dan Pentingnya Penerapan

Komunikasi Kesehatan Perawat Terhadap Pasien

Komunikasi kesehatan adalah suatu hal yang wajib diterapkan perawat

terhadap pasien. Menurut informan kedua ini, untuk menerapkan komunikasi

kesehatan bukan lah hal yang hanya disampaikan semata saja tetapi harus benar-

benar memastikan pasien menerapkannya, karena manfaat komunikasi kesehatan

sangat penting bagi kesehatan pasien.Menurut informan kedua ini, komunikasi

kesehatan adalah kegiatan yang harus dilakukan setiap saat .

“Udah kewajiban perawat. selalu kita ingatkan, kita ingatkan manfaatnya,

ingatkan keuntungan, siapa yang enggak mau sehat kan. Kalau mau sehat

yah pasti di terapkan. Menambah informasi sama pasiennya, tentang

Universitas Sumatera Utara

Page 99: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

80

Universitas Sumatera Utara

penyakitnya, tentang hidup sehat, cara menanggulanginya. Apa yang bisa

dilakukan di rumah. Dan apa yang dilakukan untuk kontrol

kembali.Seharusnya komunikasi kesehatan ini dilakukan setiap saat. Tapi

kan dengan kondisi pasien yang banyak apa lagi ini dibagi tim jadi ada

fokus nya, kamu yang ngurus ini, saya ngurus ini, ya gitu. Biasanya kalo

yang disini perawat yang lagi injeksi dia lah memberi komunikasi

kesehatan”.

Hambatan dalam menyampaikan komunikasi kesehatan

Menurut informan kedua ini, hambatan dalam menyampaikan

komunikasi kesehatan adalah keterbatasan ilmu yang perawat dapatkan, karena

ilmu keperawatan selalu di upgrade, selain itu sarana dan prasarana juga menjadi

salah satu penyebabnya. Selama informan bekerja tidak selalu berhadapan

dengan pasien yang aktif, dengan begitu strategi yang informan lakukan adalah

tetap melakukan komunikasi.

“Ya adalah. Kita kan enggak semua penyakit disini tau diagnosanya, jadi

harus belajar itu lah hambatannya. Ilmu itu kan berkembang jadi yah kita

harus belajar supaya informasi kita berjalan dengan baik dan efektif.

Terus sarana dan prasarananya yang kurang biasanya kalau

menyampaiakn penyakit itu bisa dengan reflek bisa dari luar aja, kan ada

alat yang melihat gambarnya bagian dalam tubuh. Terus itu saya pernah

mengalami dulu pasien itu benar- benar dari kampung jadi enggak bisa

mengerti bahasa kita. Jadi cara mengatasinya yah ditulis, itu kan sudah

enggak efektif.Jika berhadapan dengan pasien yang pasif tetap

komunikasi aja, itu kan kewajiban pasien mau dengarkan atau enggak.

Tetapi kewajiban kita menyampaikan komunikasi kesehatan itu. Kita tetap

berkomunikasi aja kalau enggak di dengar yah gitu lah, yang penting kita

sudah menjalankan tugas”.

Batasan Hubungan Antara Perawat dan Pasien

Setiap hubungan memiliki batasan. Pada dasarnya hubungan perawat dan

pasien bersifat professional yang diarahkan ada pencapaian tujuan. Hubungan

perawat dengan pasien merupakan hubungan interpersonal titik tolak saling

memberi pengertian.

“Ya. memang harus adalah. Jadikan pasien itu harus tahu dia disini hanya

pasien. Jadikan pasien itu hanya bisa mengeluhkan penyakitnya, kita

menanggapi dan menerima informasinya. Kita beri solusi jika diterima ya

sudah, pokoknya disini hanya sebatas pasien gitu”.

Universitas Sumatera Utara

Page 100: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

81

Universitas Sumatera Utara

Persiapan Yang Dilakukan Saat Menyampaikan Komunikasi Kesehatan

Menurut informan kedua ini, saat ia akan menyampaikan komunikasi

kesehatan kepada pasien memerlukan persiapan. Persiapan yang informan

lakukan yaitu mengetahui penyakit apa yang di derita pasien agar perawat dapat

melakukan tindakan.

“Ada persiapan. Kita tahu dulu penyakitnya, identitasnya, kita pelajari

dulu dengan begitu kita tahu tindakan seperti apa yang di perlukan

pasien”.

Informan III

Nama : Mahdiana Sinuaji Amd

Usia : 40 Tahun

Lama Bekerja : 5 Tahun

Pendidikan : Amd.

Efektivitas Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien

1. Keterbukaan (Openness)

Menurut informan ketiga, pada saat pasien konsultasi masalah kesehatan,

pasien terbuka dalam menyampaikan masalah kesehatannya, sehingga

informan belum pernah berhadapan dengan pasien pasif , sehingga informan

dengan mudah menyampaikan komunikasi kesehatan sesuai dengan kebutuhan

pasien.

“Yah penting lah. Dari situ kita bisa tau komunikasi kesehatan yang

seperti apa yang dibutuhkan pasien, tindakan apa yang kita lakukan,

penting kali lah keterbukaan itu pokoknya.Sejauh ini belum pernah ada.

Misalkan kalau malu kita bisa cari tahu dari pemeriksaan selanjutnya,

seperti tes darah, kan gejala gejalanya pasti kelihatan lah itu. Dari situ

kita bisa tahu”.

2. Empati (Emphaty)

Menurut informan ketiga ini, rasa empati yang informan tunjukkan pada

saat pasien berkonsultasi yaitu berjuang semampu mungkin agar pasien dapat

pulih dari penyakitnya dan memberikan pelayanan kesehatan yang baik. Batasan

Universitas Sumatera Utara

Page 101: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

82

Universitas Sumatera Utara

rasa empati yang informan tunjukkan pun harus dikontrol, tetap mengingat bahwa

hubungan mereka hanya sebatas perawat dan pasien.

“Membantu semampu kita untuk memulihkan penyakitnya, terus

memberikan pelayanan kesehatan, gitu sih, rasa empati yang kita

tunjukkan sebatas itu tadi hanya antara pasien dan pelayan kesehatan,

agar tidak baper lah yah istilah saat ini”.

3. Dukungan (Supportiveness)

Dukungan dari perawat sangat penting untuk mendukung pasien pulih

kembali tetapi tidak kalah penting dari dukungan keluarga. Bentuk dukungan yang

biasanya diberikan informan ini kepada pasien biasanya seperti memberikan

komunikasi kesehatan, dan memberi motivasi.

“Dukungan dari medis penting ya, tapi yang berhubungan lebih dekat lagi

lebih penting seperti keluarga dan saudara. Dukungan yang biasa saya

berikan yaitu mendukung untuk cepat sembuh, mengingatkan minum obat,

terus memberikan komunikasi kesehatan”.

4. Rasa Positif (Positiveness)

Menurut informan ketiga ini, rasa positif yang ia tunjukkan saat pasien

menyampaikan keluhannya, ia selalu mendengarkan keluhannya dengan baik, dan

membuat pasien nyaman ketika menyampaikan keluhannya dan membantu untuk

meringankan beban pasien .

“Kita mendengarkannya dengan baik. Kita bikin nyaman bercerita kepada

kita, kita berikan nasehat kesehatan, kita bantu meringankan bebannya

lah”.

5. Kesetaraan atau Kesamaan (Equality)

Ketika berhadapan dengan pasien yang ingin menerima informasi

kesehatan, informan ketiga ini menunjukkan rasa kesetaraan dengan memberi

semangat dan motivasi kepada setiap pasien, dan menciptakan rasa nyaman

terhadap pasien

“Kita semangati lah, kita beritahu segala penyakit ada obatnya, dan pasti

akan sembuh jika benar- benar kita merawat diri dengan baik, kita

ceritakan sedikit pengalaman kita, kita buat lah pasien itu nyaman”.

Pentingnya Hubungan Interpersonal Pasien dengan Perawat

Universitas Sumatera Utara

Page 102: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

83

Universitas Sumatera Utara

Menurut informan ketiga, untuk menghasilkan komunikasi yang efektif

diperlukannya hubungan interpersonal antara perawat dan pasien. Maka perlu

terlebih dahalu membangun hubungan interpersonal yang baik agar pasien

mendengarkan perawat yang menyampaikan komunikasi kesehatan dan dapat

memberikan tanggapan yang baik pula. Selama informan bekerja merasa telah

menyampaikan komunikasi kesehatan dengan efektif.

“Ya hubungan sebatas nyamannya memberikan dan menyampaikan

komunikasi kesehatan terhadap pasien. Hubungan yang nyaman itu kita

menyampaikan dengan senyuman, kan komunikasi verbal dan nonverbal

kita dinilai, dari situ rasa nyaman di bangun. Karena kan nanti kalo

pasien itu udah kembali pun ke rumahnya, pasti dia kontrol lagi ke rumah

sakit, kan kita juga nya yang mengontrol jadi hubungan itu perlu agar

selalu merasa nyama,. efektif. Tapi belum 100% lah, karena pasien ini kan

beragamnya sifatnya. Suku pun kan beragamnya, nanti kita kan

menyampaikan komunikasi kesehatan tapi dia enggak ngerti itu lah yang

bikin enggak efektif”.

Komunikasi Kesehatan yang Pernah di Terapkan

Komunikasi Kesehatan tidak pernah terpisahkan dari dunia kesehatan.

Perawat adalah salah satu sarana untuk penyampaian komunikasi kesehatan,

maka perawat harus mengetahui komunikasi kesehatan. Informan ketiga ini,

sudah menerapkan berbagai komunikasi kesehatan kepada pasien.

“Iya. Dan memang harus menerapkannya sama pasien. Yang pernah saya

terapkan mengenai bagaimana pasien menyikapi penyakit yang sedang ia

derita, terus pendidikan kesehatan yang diperlukan pasien”.

Cara Penyampaian Komunikasi Kesehatan dan Pentingnya Penerapan

Komunikasi Kesehatan Perawat Terhadap Pasien

Komunikasi kesehatan adalah suatu hal yang wajib diterapkan perawat

terhadap pasien. Menurut informan ketiga ini, untuk menerapkan komunikasi

kesehatan bukan lah yang hanya disampaikan semata saja tetapi harus benar-

benar memastikan pasien menerapkannya, karena manfaat komunikasi kesehatan

sangat penting bagi kesehatan pasien. Informan mengatakan komunikasi

kesehatan adalah kegiatan yang harus dilakukan karena dalam keperawatan hal itu

menjadi tugas utama yang harus dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

Page 103: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

84

Universitas Sumatera Utara

“Karena dalam keperawatan itu, komunikasi yang paling penting.

Komunikasi yang efektif yang memberikan pendidikan kesehatan kepada

pasien, jadi memang harus diberikan. Apa yang harus ia kerjakan, yang

apa yang harus ia perbuat setelah kembali ke rumah, kan kesehatan itu

harus di jaga juga meski pun sudah kembali ke rumah. Cara bicara yang

baik kepada pasien, agar komunikasi itu efektifkan. Pasien juga

menerimanya dengan baik, kita terus mengingatkan, enggak boleh ini, itu,

kalo kita ingatkan dan ia ingin sehat pasti di terapkan. Manfaat

komunikasi kesehatan ini sangat banyak. Terlebih- lebih pada pasien kan.

Karena pemulihan pasien itu bukan karena pengobatan juga kan,

pendidikan kesehatan juga perlu agar pasien tahu bagaimana menjaga

kesehatan. Itu juga membuat bebannya menjadi ringan, mendapatkan

dorongan agar lebih semangat untuk berobat. Dan menyampaikan

komunikasi kesehatan itu selalu. Yah dalam pelayanan keperawatan

komunikasi efektif,dan komunikasi kesehatan yang selalu diterapkan”.

Hambatan dalam menyampaikan komunikasi kesehatan

Menurut informan ketiga ini, hambatan dalam menyampaikan

komunikasi kesehatan adalah tidak adanya kerja sama yang baik antara perawat

dan keluarga pasien. Menurut informan cara mengatasi hambatan ini adalah

dengan melakukan tindakan pengeluaran surat penolakan.

“Pernah. Terutama tidak adanya kerja sama yang baik antara keluarga

pasien dengan pasien dengan tim pelayanan rumah sakit. Misalnya kita

sudah kasih pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan tapi keluarganya

tidak terima bisa juga gitu peduli enggak peduli lah dia dengan

komunikasi kesehatan yang kita berikan.Itu kita lakukan pengeluaran

surat tindakan penolakan, jika pasiennya benar- benar bebal, tapi sejauh

ini belum ada yah, kalo datang kemari yah berarti dia mau berobat”.

Batasan Hubungan Antara Perawat dan Pasien

Setiap hubungan memiliki batasan. Pada dasarnya hubungan perawat dan

pasien bersifat professional yang diarahkan ada pencapaian tujuan.

“Ada lah dek. Kita batasannya yah sebatas kita memberi pelayanan

kesehatan, kalo sudah diluar udah lain lah, tapi kalo masih berada di

Universitas Sumatera Utara

Page 104: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

85

Universitas Sumatera Utara

rumah sakit dia masih tanggung jawab kita. Memang boleh kalau diluar

tetap masih yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan lah ya”.

Persiapan Yang Dilakukan Saat Menyampaikan Komunikasi Kesehatan

Menurut informan ketiga ini, saat ia akan menyampaikan komunikasi

kesehatan kepada pasien memerlukan persiapan. Persiapan yang informan

lakukan yaitu selalu menambah ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan.

“persiapannya apa yah. Karena udah sering dilakukan jadi seperti natural

aja gitu berjalan. Palingan upgrade ilmu lah, kan ilmu selalu berkembang

supaya pengetahuan selalu bertambah, setiap pasien yang bertanya pun

kita jadi bisa menjawab”.

Informan IV

Nama : Azura khazhiah S.Kep Ners

Usia : 30 Tahun

Lama Bekerja : 4 Tahun

Pendidikan : S1 Keperawatan Ners

Efektivitas Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien

1. Keterbukaan (Openness)

Menurut informan keempat, keterbukaann dari pasien masalah penyakit

yang di derita sangat penting, agar perawat tahu tindakan apa yang dilakukan.

Selama informan keempat ini bekerja orang tua selalu memberitahu masalah

kesehatan seperti apa yang sedang di derita si anak.

“Ya penting lah dek. Kan biar tau memberi edukasi yang seperti apa, apa

obatnya, apa yang diperlukan, komunikasi kesehatan yang kayak apa yang

dibutuhkan, penting lah pokoknya dek. kakak belum pernah sih mengalami,

karna kan kakak khusus anak-anakan, ya orang tua juga pasti ngasih tau

penyakit anaknya kalo memang mau anaknya sehat”.

2. Empati (Emphaty)

Menurut informan keempat ini, merasakan rasa empati ketika orang tua

pasien memberitahu masalah kesehatan yang di derita anaknya. Rasa empati itu

Universitas Sumatera Utara

Page 105: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

86

Universitas Sumatera Utara

informan tunjukkan dengan turut merasakan hal yang sedang pasien derita.

Gender merupakan menjadi masalah dalam batasan memnunjukan rasa empati itu.

“Ya kita memberikan bantuan semampu kita, apa lagi kakak pernah

menangani pasien anak-anak yang masih berusia 1 tahun tapi udah punya

penyakit yang betul- betul serius gitu, kasihan lihat orang tua yah pasti

kita melakukan semampu kita untuk anak itu sembuh dan dapat kembali

lagi seperti biasanya makanya tadi kan enggak boleh hanya simpati harus

empati.hemm. Batasan ya ada. Paling sering sih masalah gender yah.

Misalnya perawat perempuan sama laki-laki, atau sebaliknya, enggak

boleh terlalu hanyut gitu kan disini hanya hubungan kerja di bidang

kesehatan aja, yah memang harus benar benar tau membatasi lah, sejauh

ini kakak masih bisa membatasi sih, jadi enggak tau yang gimana-

gimana”.

3. Dukungan (Supportiveness)

Dukungan dari perawat sangat penting untuk mendukung pasien pulih

kembali. Informan keempat ini juga memberikan dukungan kepada pasiennya.

“Dukungan yah, dukungan seperti memberi obat, memberi pertolongan

dengan cepat, yah sebisa mungkin bekerja dengan maksimal”.

4. Rasa Positif (Positiveness)

Menurut informan kempat ini, rasa positif yang ia tunjukkan saat pasien

menyampaikan keluhannya, ia selalu mendengarkan keluhannya dengan baik, dan

membuat pasien nyaman ketika menyampaikan keluhannya dan membantu untuk

meringankan beban pasien .

“Kita dengarin dia saat menyampaikan keluhannya, kita beri solusi, kita

bilang jangan begini, jangan begitu. Seperti menanggapi anakkan, pasti

ibu nya sedih sekali melihat anaknya begitu, ya kita beri dorongan kita

yakin kan kita bisa membuat anaknya pulih lagi, dan di bantu doa juga,

gitu lah dek”.

5. Kesetaraan atau Kesamaan (Equality)

Ketika berhadapan dengan pasien yang ingin menerima informasi

kesehatan, informan keempat ini, menunjukkan rasa kesetaraan dengan memberi

semangat dan motivasi kepada orang tua pasien, dan turut bersedih dengan

masalah kesehatan yang di derita pasien.

“Kita ikut merasakan. Lagi pula jika kita mendengar anak nya gini,

keluhannya hati siapa yang enggak ikut sedih, ya itu otomatis aja sih

terlihat, seperti kita ikut merasakan, jadi kita juga sepertinya menggerakkan segala kemampuan untuk pemulihan pasien”.

Universitas Sumatera Utara

Page 106: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

87

Universitas Sumatera Utara

Pentingnya Hubungan Interpersonal Pasien dengan Perawat

Menurut informan keempat, hubungan interpersonal dalam

menyampaikan komunikasi kesehatan sangat penting. Perawat terlebih dahulu

harus mengenal dengan siapa ia berkomunikasi, dengan begitu maka komunikasi

akan berjalan efektif.

“Ya sebatas hubungan pasien dan perawat, dan seputar kesehatan. Ya

paling nanya biodata, kayak tinggal dimana, anak ke berapa, kan enggak

boleh terlalu dalam juga, itu tadi enggak boleh terlalu simpati. Ya

gunanya untuk membuat pasien nyaman kalo saat diperiksa kita tanyain,

kita ajak cerita, gitu aja lah dek.hemm.. efektif lah dek, kalo pasien sudah

nyaman kita pun kan nyampaikannya enak, kita bertanya pun di tanggapi

dengan baik, mereka pun mendengarkannya dengan sikap yang baik pula,

kan dengan gitu jadi efektif lah. Jadi itu penting lah dek”.

Komunikasi Kesehatan yang Pernah di Terapkan

Komunikasi Kesehatan tidak pernah terpisahkan dari dunia kesehatan.

Perawat adalah salah satu sarana untuk penyampaian komunikasi kesehatan,

maka perawat harus mengetahui komunikasi kesehatan. Informan keempat ini,

sudah menerapkan berbagai komunikasi kesehatan kepada pasien.

“Hemm,tahu tapi menjelaskan secara teori gimana ya, kalo secara

praktekkan ya turun lapangan. Yang udah pernah saya terapkan yaitu

penyuluhan kepada keluarga, kalo sama pasien anak misalnya ya sama

mama nya biasanya kami sampaikan, tadi pasiennya gimana?. Itu sama

Naim kan ada masalah sama ginjalnya berhubung dia masih kecil yah kita

nyampain sama orang tua. Seperti perhatikan makanannya jangan

bergaram, sebelum di beri ke si anak rasain dulu, jangan makan buah

dulu karna tinggi kalium nya, kalo sama anaknya kan gak mungkin. Tapi

kalo sudah dewasa biasanya sama pasien langsung juga keluarga tapi

kami kan khusus anak jadi sama orang tua apa lagi kalo berurusan sama

bayi kan?. Ya gitu lah dek menerapkannya sesuai kebutuhannya, kalo tadi

misalnya kan mama nya si Naim tanya boleh makan pisang gak? Kita

bilang jangan dulu, ya gitu lah dek”.

Cara Penyampaian Komunikasi Kesehatan dan Pentingnya Penerapan

Komunikasi Kesehatan Perawat Terhadap Pasien

Komunikasi kesehatan adalah suatu hal yang wajib diterapkan perawat

terhadap pasien. Menurut informan keempat ini, agar pasien benar- benar

menerapkan komunikasi kesehatan yang disampaikan maka perawat harus

Universitas Sumatera Utara

Page 107: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

88

Universitas Sumatera Utara

memberitahu apa manfaat komunikasi kesehatan, mengingatkan kembali kepada

pasien mengenai hal yang harus dilakukan demi kesehatan pasien.

“Yah penting dek. Kan demi kesehatan. Hemm. Gitu sih lagian itu bagian

dari tugas kami.Komunikasi kesehatan kita terapkan saat di perlukan.

Hemm gimana yah kalo di bilang setiap saat sih enggak yah, kalo di

perlukan yah memang perlu. Kayak si Naim itu kan kalau udah kami

jelaskan enggak mungkin kami jelaskan ulang- ulang gitu, yang penting

dia kan udah tau. Ya paling sesekali di ingatkan lagi. Ya diberi sesuai

kebutuhan pasien tadi lah. Kalo masalah ginjal diberitahu apa yang

menjadi larangannya. Dan misalnya kalo ada pasien gawat yah saat itu

lah diberi edukasi, ibu pasang ini ya, atau beberapa jam lagi kita datang

ibu pasang ini untuk ini ya, kalo di tanya saat kapan komunikasi

kesehatan diterapkan ya enggak tentu”.

Hambatan dalam menyampaikan komunikasi kesehatan

Menurut informan keempat ini, hambatan dalam menyampaikan

komunikasi kesehatan adalah tingkat pendidikan pasien dan bahasa. Selama

informan bekerja ia pernah menghadapi pasien yang pasif, dan cara

mengatasinya adalah informan harus selalu melakukan tindakan tertulis juga

agar terhindar dari fitnah dan tuntutan dari pasien.

“Ini pasti ada. Pasti ada. Apa lagi hambatan dalam bahasa sama

pendidikan. Apalagi dia tamatan sekolah dasar (SD) susah sekali memberi

edukasi, susah benar. Apa lagi hambatan bahasa. Dia enggak tau tuh

bahasa Indonesia, itu kami pernah alami, jadi kami ada punya khusus

misalnya dia pandenya bahasa inggris, pande bahasa karo, atau bahasa

batak itu kami telvon memberikan penjelasan sama si pasien tadi. Apalagi

tamatan SD dia kurang ngerti jadi kadang dia manggil paman, keluarga

atau apanya jadi yah gitu bolak-balik lah menjelaskannya, gitu lah cuman

pendidikan sama bahasa aja nya ini jadi hambatannya. Ini juga selalu

ada. Kalau biasanya kami kalau enggak mau ngikuti aba- aba, apalagi

kalo dalam melakukan hal tindakan, kalo misalnya kami mau pasang

selang makan dia enggak mau, yah kami kan harus ada tulisan nya

enggak bisa hanya lisan aja. Kami juga minta bantuan dari dokter- dokter

untuk menjelaskan, nanti dokter bantu jelasin tapi kalau dia enggak mau

juga yah kami bikin surat penolakkan. Soalnya nanti kan kalo ada apa-

apa dia ngajukan dia udh gak bias lagi karena udah ada bukti tulisan.

Kami sudah menganjurkan, udah memberi edukasi dan tetap enggak mau

yah gitulah. Biasanya disini gitu”.

Universitas Sumatera Utara

Page 108: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

89

Universitas Sumatera Utara

Batasan Hubungan Antara Perawat dan Pasien

Setiap hubungan memiliki batasan. Pada dasarnya hubungan perawat dan

pasien bersifat professional yang diarahkan ada pencapaian tujuan jadi memang

diperlukan batasan hubungan demi menjaga ke profesionalan tersebut.

“Memang harus ada batasan katanya. Kita itu enggak boleh simpati harus

empati. Simpati enggak boleh sih, kakak belum pernah ngalamin sampe

terjatuh kali sih, jadi kakak enggak ngerti. Kita itu enggak boleh

terhanyut, gitu lah dek”.

Persiapan Yang Dilakukan Saat Menyampaikan Komunikasi Kesehatan

Menurut informan keempat ini, saat ia akan menyampaikan komunikasi

kesehatan kepada pasien tidak memerlukan persiapan khusus. Karena sudah

terbiasa dengan kegiatan yang informan lakukan, tetapi hal yang harus dilakukan

informan adalah upgrade ilmu dalam dunia kesehatan.

“Oh…kakak enggak terlalu ada persiapan, kalo misalnya kakak enggak

tau tanya dokter, boleh gini gak?, ya gitu lah, pokok nya begitu kalau

diperiksa langsung beritahu edukasi kepada pasien. Karna langsung turun

lapangan, lain ceritanya kalo kakak jadi pemateri dalam satu pertemuan,

itu memang harus memerlukan persiapan, yah persiapan materi”.

Informan V

Nama : Meyrani Ginting Amd

Usia : 35 Tahun

Lama Perawatan : Sejak 13 Juli 2018

Pendidikan : Amd (Gizi)

Efektivitas Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien

1. Keterbukaan (Openness)

Informan kelima ini adalah seorang pasien yang membutuhkan tenaga

dari medis untuk membantu melahirkan. Menurut informan untuk menyampaikan

kondisi kesehatannya ia terbuka, karena ia sadar itu baik untuk kesehatannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 109: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

90

Universitas Sumatera Utara

“Ya tentunya terbuka lah yah, kan kita juga butuh pertolongan perawat.

Mau kayak mana mereka menangani kita jika kita enggak menyampaikan

keluhan kita”.

2. Empati (Emphaty)

Menurut informan kelima ini, ketika ia sedang menyampaikan kondisi

kesehatannya, ia merasakan jika perawat berempati terhadap dirinya dan rasa

empati itu berpengaruh terhadap kondisi kesehatan informan.

“Aku kan kasusnya melahirkan, jadi empati yang aku terima itu waktu aku

mulai merasakan mulas di perut perawat yang menangani sepertinya udah

pernah merasakan yang ku rasakan jadi dia kayak ngasih semangat dan

bilang untuk lebih mengeluarkan tenaga yang banyak supaya prosesnya

lancar. Adalah pengaruhnya.Yang kayak di semangati itu kan jadi

kayaknya dia ngerti kita ,kita pun semakin semakin. Sempat aku udah

lemas karna semangat suami sama perawat ini lah aku semangat lagi,

tapi karna Tuhan juga lah itu”.

3. Dukungan (Supportiveness)

Informan kelima mengatakan bahwa bentuk dukungan yang di berikan

oleh perawat ketika menyampaikan keluhanya adalah dalam bentuk semangat dan

dukungan itu sangat penting.

“Ada yang tadi itu kan dukungan. Itulah memberi semangat, penting.

Mungkin kalo nggak di semangati aku mungkin udah menyerah jadi udah

tau lah tadi pentingnya sejauh apa”.

4. Rasa Positif (Positiveness)

Menurut informan kelima ketika ia menyampaikan kondisi kesehatannya,

perawat menanggapinya dengan positif dan penyamaian komunikasi kesehatan

berjalan dengan baik.

“Saat perawat menyampaikan apa aja yang nggak boleh dilakukan dan

yang boleh itu nyaman lah dengarnya, bahasanya bagus, penyampaiannya

lembut pokoknya baik lah”.

5. Kesetaraan atau Kesamaan (Equality)

Menurut informan kelima ketika dalam proses konsultasi. Ia merasakan

bahwa perawat menempatkan posisinya seperti teman, sama halnya seperti pasien.

“Itulah tadi, perawatnya udah ada yang jadi ibu, jadi kayak diberi

dukungan kan, dan dari cara raut wajahnya pun kayak bilangkan

semangat, harus bisa, ini perjuangan ibu, gitu lah dek”.

Universitas Sumatera Utara

Page 110: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

91

Universitas Sumatera Utara

Pentingnya Hubungan Interpersonal Pasien dengan Perawat

Informan kelima mengatakan, hubungan interpersonal perawat dan

pasien terjalin dengan baik. Perawat menunjukan adanya hubungan interpersonal

saat menyampaikan komuikasi kesehatan sehingga komunikasi pun berjalan

dengan efektif.

“Sudah. Seperti cara memberi anak saya kepada saya ketika baru lahir,

itu benar- benar ke ibuan yah, enggak tau lah yah karna udah biasa

juga.terus saat mengajari bagaimana member ASI dengan benar itu

benar- benar di praktekkan, jadi gampang di mengerti, bagaimana

memandikan bayi jugan diajari. Meskipun ini kan bukan anak pertama

saya tapi menurut saya itu masih penting .Perawat disini sudah

menunjukkan hubungan interpersonal, itu tadi hubungan yang

menganggap kita lebih dari pasien, merawat anak kita yang baru lahir

dengan baik. Sewaktu menyampaikan komunikasi kesehatan ngomongnya

tulus gitu, nyampe gitu pesannya, kita juga ngerti dengan apa yang

disampaikan, bahasa nya mudah di pahami, bagus lah. Jadi dengan

adanya komunikasi interpersonal tadi perawat sudah efektif dalam

menyampaikan komunikasi kesehatan”.

Komunikasi Kesehatan yang Pernah di Terapkan

Informan kelima adalah salah satu pasien yang mendapatkan komunikasi

kesehatan dari perawat. Komunikasi kesehatan yang ia terima yang berhubungan

dengan masalah kesehatan yang ia derita.

“Pasti dapat yah. Cara merawat bayi, cara memberikan air susu ibu

(ASI). Makanan apa yang dikomsumsi biar ASI lancar, anak harus di

gimanain, yah seputar ibu dan anak lah”.

Cara Penyampaian Komunikasi Kesehatan dan Pentingnya Penerapan

Komunikasi Kesehatan Perawat Terhadap Pasien

Menurut informan kelima, komunikasi kesehatan sangat penting

diterapkan dan berpengaruh terhadap kesehatannya, karena dengan mendapatkan

komunikasi kesehatan dapat memberi pengetahuan baru seputar kondisi yang

sedang ia alami. Informan pun bertekad untuk menerapkannya dalam kehidupan

sehari- hari. Cara penyampaian perawat pun sudah baik.

“Berpengaruh baik. Asal kita lakukan ya pasti menghasilkan. Seperti

sebelum saya melahirkan dulu masa- masa mengandung saya disuruh

banyak gerak biar melahirkannya gampang, ini kan terbukti.Pasti saya kan

terapkan, demi kebaikan anak saya dan pemulihan saya juga kan.Bagus. Diterangkan secara jelas. Dan juga ini kan anak ketiga saya jadi saya

sudah mengertilah sedikit tentang masalah kehamilan dan setelah

melahirkan.”

Universitas Sumatera Utara

Page 111: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

92

Universitas Sumatera Utara

Hambatan dalam menyampaikan komunikasi kesehatan

Menurut informan kelima ini, ia tidak menngalami hambatan saat

mendengarkan komunikasi kesehatan, karena menurut informan perawat sudah

menyampaikan nya dengan sangat baik.

“Hambatan untuk saya sendiri enggak ada. Perawatnya menyampikan

dengan jelas dan detail”.

Saran Pasien Untuk Penerapan Kesehatan Perawat.

Saran atau masukkan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan mutu

pelayanan kerja. Saran informan kelima ini kepada perawat yaitu untuk

meningkatkan kualitas pelayanan.

“Sarannya semoga pelayanannya semakin di tingkat kan, gini yah

meningkat boleh berkurang jangan, setidaknya mempertahankan agar

masyarakat lain percaya dengan pelayanannya. Ini kan baru beroperasi

mungkin diluar sana masih banyak yang belum percaya, maka dari situ

ayo tingkatkan dan bukti kan pelayanan disini itu baik”.

Informan VI

Nama : Naim Sinulingga

Usia : 10 Tahun

Lama Perawatan : Sejak 9 Juli 2018

Pendidikan : 6 SD (Sekolah Dasar)

Efektivitas Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien

1. Keterbukaan (Openness)

Informan Keenam ini mengatakan bahwa ketika melakukan konsultasi

mengenai kesehatan anaknya, ia terbuka dengan kondisi yang dialami sang anak.

“Percaya ajalah dek, soalnya kan kita harus bilang semua penyakitnya

anak kita biar orang itu tau untuk bertindak, kan gitunya”.

2. Empati (Emphaty)

Universitas Sumatera Utara

Page 112: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

93

Universitas Sumatera Utara

Menurut informan keenam ini, ketika ia sedang menyampaikan kondisi

kesehatannya, ia merasakan jika perawat berempati terhadap dirinya dan rasa

empati itu berpengaruh terhadap kondisi kesehatan sang anak.

“Ini si Naim ini kan sakitnya udah bisa dibilang parah lah ya untuk anak

se-usia dia, bayangkan lah udah batu ginjal. Ini rumah sakit ke 3 lah yang

kami datangi dua sebelumnya lama kali diproses, udah takut lah aku

sebagai orang tua, tiba disini seperti yang langsung di sambut kami,

pengerjaannya juga cepat, jadi kayak mereka merasakan ke khawatiran

kami juga, gitu dek. gimana ya. Berpengaruh lah, jadi kalo pun ada apa-

apa tapi jauh- jauh lah yah, karna kita udah tau begini pelayanannya

pasti ada lagi niat kesini kan”.

3. Dukungan (Supportiveness)

Informan keenammengatakan bahwa bentuk dukungan yang di berikan

oleh perawat ketika menyampaikan keluhanya adalah dalam bentuk semangat dan

dukungan itu sangat penting.

“Ada dek. Mendengar penyakitnya ini pun udah gimana rasanya, tapi

perawat terus berkata apa aja yang jadi pantangan dan apa yang harus

dilakukan, rasa ku pun itu udah dukungan, dukungan untuk mengingatkan

lah namanya biar nggak dimakan pantangannya berarti dia mau si Naim

cepat sembuh. Dukungannya penting kali lah dek. Kalo nggak di kasih tau

apa aja larangan pasti aku pun gak tau, jadi kalo di bilang penting,

penting kali lah”.

4. Rasa Positif (Positiveness)

Menurut informan keenam ketika ia menyampaikan kondisi

kesehatannya, perawat menanggapinya dengan positif dan penyamaian komunikasi

kesehatan berjalan dengan baik.

“Selama kami disini kalau ada yang tidak kami mengerti atau tidak kami

tahu kalo bertanya dengan perawat respon mereka baik, jadi nyaman lah

gitu dek, ngak takut takut”.

5. Kesetaraan atau Kesamaan (Equality)

Menurut informan keenam ketika dalam proses konsultasi. Ia merasakan

bahwa perawat menyesuaikan dirinya sesuai dengan pasien yang dihadapi, bahasa

yang digunakan perawat mudah dimengerti untuk anak- anak.

“Cara menyampaikan pesan itu dek, kalo perawatnya ngomong sama si

Naim bahasanya lebih gampang dimengerti, si Naim pun ku lihat nggak

takut menjawab, kalo nggak mengerti pun kita istilah yang disampaikan pasti dikasih tau maksudnya jadi ya itu lah berarti dianggap kestaraan itu

ada”.

Universitas Sumatera Utara

Page 113: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

94

Universitas Sumatera Utara

Pentingnya Hubungan Interpersonal Pasien dengan Perawat

Informan keenam mengatakan, hubungan interpersonal perawat dan

pasien terjalin dengan baik. Perawat menunjukan adanya hubungan interpersonal

saat menyampaikan komuikasi kesehatan sehingga komunikasi pun berjalan

dengan efektif.

“Iya komunikasi interpersonalnya bagus. Kami nyaman. Sewaktu perawat

menyampaikan nasihat kan, apa yang jadi larangan dan yang harus

dilakukan untuk si Naim ini, bagus kami ngerti bahasanya juga bagus,

kalo kami enggak ngerti terus bertanya di jelaskan lagi. : iya efektif. Kalo

udah berkomunikasi interpersonal itu sama dengan pribadi kan? Jadi

udah gimana yah, udah adalah suasana nyaman yang di bangun, suasana

hangat gitu lah, jadi efektif”.

Komunikasi Kesehatan yang Pernah di Terapkan

Informan keenam adalah salah satu pasien yang mendapatkan komunikasi

kesehatan dari perawat. Komunikasi kesehatan yang ia terima yang berhubungan

dengan masalah kesehatan yang ia derita.

“Iya menerima. Kayak banyak minum,kalo lagi berobat jangan makan

diluar,kalo udah sembuh pun jangan minum- minuman gopek itu, yang

tadi itu lah. Kalo dulu setiap hari lah dia minum itu, dan kalo pun ada

keluhan kita sampaikan sama susternya, ditanggapi cepat dan baik kok.

Sesuai sama penyakitnya lah cara mengatasi batu ginjal”.

Cara Penyampaian Komunikasi Kesehatan dan Pentingnya Penerapan

Komunikasi Kesehatan Perawat Terhadap Pasien

Menurut informan keenam, komunikasi kesehatan sangat penting

diterapkan dan berpengaruh terhadap kesehatannya, karena dengan mendapatkan

komunikasi kesehatan dapat memberi pengetahuan baru seputar kondisi yang

sedang ia alami. Informan pun bertekad untuk menerapkannya dalam kehidupan

sehari- hari. Cara penyampaian perawat pun sudah baik.

“Berpengaruh lah, bermanfaat. Karena biasanya kalo adeknya beli

makanan dari luar gitu biasanya dia congok gitu kan, sekarang dia udah

enggak berani minta, udah takut dia. Biasanya kalo adeknya makan apa

pun biasanya dia minta, minta terus kalo sekarang udah enggak berani

lagi. iyalah iya. Mudah mudahan lah dek diterapkan. Lagian dia kan

masih kecil udh dua minggu dia di rawat, tapi disini masih seminggu.

Cara penyampaian perawatnya pun ya bagus, puas lah sama pelayannya.

Kami ngerti apa yang di sampaikan, saran- sarannya pun baiknya untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 114: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

95

Universitas Sumatera Utara

kesehatan, ini lah mungkin dia besok udah boleh pulang, jadi bisa lah dia

sekolah kan”.

Hambatan dalam menyampaikan komunikasi kesehatan

Menurut informan keenam ini tidak memilikin hambatan. Karena

perawat menyampaikan komunikasi kesehatan dengan jelas.

“Selama kami disini enggak ada hambatan, semua pasien bagus

menyampaikannya, kalo enggak ngerti kami tanya dijelaskan lagi”.

Saran Pasien Terhadap Perawat

Saran atau masukkansangat dibutuhkan untuk meningkatkan mutu

pelayanan kerja. Saran informan kelima ini kepada perawat yaitu untuk

meningkatkan kualitas pelayanan.

“Apa yah, udah bagus pulanya rumah sakit ini. Yah untuk

mempertahankan pelayanan nya ajalah. Cuman aku heran aja kenapa

pasiennya masih sedikit, padahal pelayanannya bagus, kenapa di rumah

sakit yang lain sampe berdesak desakan, ngantri, yah kesini lah maunya,

bagus juga nya disini. Itu lah sarannya mempertahankan pelayananannya

dan terimakasih untuk pelayanannya”.

Informan VII

Nama : Chairunissa

Usia : 19 Tahun

Lama Perawatan : Sejak 15 Juli 2018

Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Efektivitas Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien

1. Keterbukaan (Openness)

Informan ketujuh ini adalah seorang pasien yang membutuhkan tenaga

dari medis dalam penanganan kesehatan kebersihan mulut. Saat konsultasi

Universitas Sumatera Utara

Page 115: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

96

Universitas Sumatera Utara

dengan perawat ia terbuka terhadap perawat dalam menyampaikan kondisi

kesehatannya.

“Ya. Dikasih tau lah semua apa yang kita rasakan kak, kalo enggak kita

kasih tau rugi di kita lah kak, sakit di kita juga kan. Hehehehe…”

2. Empati (Emphaty)

Menurut informan ketujuh ini, ketika ia sedang menyampaikan kondisi

kesehatannya, ia merasakan jika perawat berempati terhadap dirinya dan rasa

empati itu berpengaruh terhadap kondisi kesehatan informan.

“Sewaktu ku bilang keluhan ku responnya baik, terus raut wajahnya juga kayak

gitu lah kak, nyaman lah kita, kayak dia ngerti gitu rasa sakitnya. Berpengaruh

baik, baik lah kak kita jadi nyaman dan gak malu malu sama penyakit kita”.

3. Dukungan (Supportiveness)

Informan ketujuh mengatakan bahwa bentuk dukungan yang di berikan

oleh perawat ketika menyampaikan keluhanya adalah dalam bentuk semangat dan

dukungan itu sangat penting.

“Penting kak. Kalo enggak di dukung mungkin nggak operasi oerasi aku

kak, karna di dukungkan harus makan ini, harus begini, cepat lakuin ini

biar cepat opersai gitu kak. Dapat. Dukungan seperti semangat, kan aku

mau di operasi nih kak, tapi belum bisa karna HB ku kurang jadi yah

dikasih tau lah apa makanan yang harus dikomsumsi biar cepat aku bisa

dioperasi karna HB aku rendah kali kak, gitu udah termaksud dukungan

itu kan kak..hehehehehe”.

4. Rasa Positif (Positiveness)

Menurut informan ketujuh ketika ia menyampaikan kondisi

kesehatannya, perawat menanggapinya dengan positif dan penyamaian komunikasi

kesehatan berjalan dengan baik.

“Saat aku menyampaikan keluhan ku, respon perawatnya positif.

Diberitahu penyebab dan larangannya gitu kak”.

5. Kesetaraan atau Kesamaan (Equality)

Menurut informan ketujuh ketika dalam proses konsultasi. Ia merasakan

bahwa perawat menempatkan posisinya seperti teman, dan dengan dukungan

tersebut informan memberanikan diri untuk melakukan operasi.

“Waktu aku memberitahu penyakit ku, aku kayak di dukung untuk sembuh,

awalnya aku takut untuk operasi, terus terusan aku dikasih tau efek sama

manfaatnya jadi enggak takut lagi lah aku operasi”.

Universitas Sumatera Utara

Page 116: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

97

Universitas Sumatera Utara

Pentingnya Hubungan Interpersonal Pasien dengan Perawat

Informan ketujuh mengatakan, hubungan interpersonal perawat dan

pasien terjalin dengan baik. Perawat menunjukan adanya hubungan interpersonal

saat menyampaikan komuikasi kesehatan sehingga komunikasi pun berjalan

dengan efektif .

“Sudah kak. Komunikasi yang di terapkan ada yang bagus ada yang tidak.

Soalnya tadi kan ibu aku nanya gitu sama perawatnya, tapi perawatnya

ketawa gitu dengar pertanyaan ibu ku, kan kita nggak ngerti semua

bahasa perawat jadi enggak ada salahnya nanya ulang, tapi enggak tau

sih kak nanya apa soalnya saya disini, ibu saya menghadap kesana

hemm.. cuman itu aja sih kak, selainnya bagus semua, mudah di

mengerti, jelas juga dan yah bagus lah kak. menurutku efektif kak. Jadi

perawat tau apa penyakit kita, kita juga enggak malu- malu nyampaiin

penyakit kita, itu sih kak”.

Komunikasi Kesehatan yang Pernah di Terapkan

Informan ketujuh adalah salah satu pasien yang mendapatkan komunikasi

kesehatan dari perawat. Komunikasi kesehatan yang ia terima yang berhubungan

dengan masalah kesehatan yang ia derita.

“Ada. Komunikasi kesehatan yang kayak, aku ka ada benjolan nih kak,

jadi perawat nyampein enggak boleh makan yang aneh- aneh dulu,

minumnya harus minum susu, makannya harus makan daging”.

Cara Penyampaian Komunikasi Kesehatan dan Pentingnya Penerapan

Komunikasi Kesehatan Perawat Terhadap Pasien

Menurut informan ketujuh, komunikasi kesehatan sangat penting

diterapkan dan berpengaruh terhadap kesehatannya, karena dengan mendapatkan

komunikasi kesehatan dapat memberi pengetahuan baru seputar kondisi yang

sedang ia alami. Informan pun bertekad untuk menerapkannya dalam kehidupan

sehari- hari. Cara penyampaian perawat pun sudah baik.

“Berpengaruh kak. Yah dari situ karena dibilang sama perawatnya kita

mulai menjaga kesehatan kita, enggak suka makan sembarangan lagi.

yang tadinya saya bisa makan bakso, sekarang enggak bisa makan

bakso.Cara penyampaiannya biasa aja sih, sopan, ramah, enggak bentak-

bentak. saya akan menerapkan. Untuk menjaga biar enggak terulang

lagi”.

Universitas Sumatera Utara

Page 117: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

98

Universitas Sumatera Utara

Hambatan dalam menyampaikan komunikasi kesehatan

Menurut informan ketujuh ini, ia mengalami hambatan saat

mendengarkan komunikasi kesehatan, yaitu sseputar bahasa perawat yang kurang

dimengerti.

“Hambatannya, yah cuman bahasa- bahasa yang kurang mengerti tapi

enggak jadi hambatan juga sih soalnya kalau kita enggak ngerti di

jelaskan juga sama susternya”.

Saran Pasien Terhadap Perawat

Saran atau masukkan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan mutu

pelayanan kerja. Saran informan kelima ini kepada perawat yaitu untuk

meningkatkan kualitas pelayanan.

“Sarannya yah kak, hemm pelayanan suster- susternya itu harus lebih

ditingkatkan mutu kerjanya dan keramahannya, itu aja sih kak”.

Universitas Sumatera Utara

Page 118: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

99

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.2

Reduksi Data Efektivitas Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien

Informan Keterbukaan

(Openness)

Empati (Emphaty) Dukungan

(Suportiveness)

Rasa Positif

(Positiveness)

Kesetaraan atau

Kesamaan

(Equality)

Informan I

(Perawat)

Ketika

menyampaikan

komunikasi

kesehatan

keterbukaan dari

pasien sangat

penting, dan selama

ia menjadi perawat

ia selalu berhadapan

dengan pasien yang

terbuka.

Ketika

mendengarkan

keluhan dari pasien

ia menunjukkan

rasa empati, namun

rasa empati yang ia

tunjukkan terbatas,

tidak boleh terlalu

terhanyut agar

pasien tidak

bersikap semenah-

menah.

Informan

mengatakan ketika

mendengarkan

pasien

menyampaikan

keluhan yang di

derita, ada

dukungan yang

diberikan informan

berupa motivasi

untuk semangat

pemulihan.

Sifat positif yang

diberikan informan

pada pasien yaitu,

memberikan rasa

nyaman, dan ramah

agar pasien tetap

nyaman ketika

menyampaikan

keluhan yang

sedang di derita.

Ketika melakukan

komunikasi

interpersonal

dengan pasien,

informan biasanya

menempatkan

dirinya sebagai

teman bagi pasien

Informan 2

(Perawat)

Ketika berhadapan

dengan pasien ada

yang terbuka,

sehingga perawat

dapat melakukan

tindakan, dan

memberikan

komunikasi

kesehatan

berdasarkan

penyakit yang

diderita, namun ada

juga yang malu

mengungkapkan

penyakitnya, untuk

Ketika

mendengarkan

keluhan dari pasien

ia menunjukkan

rasa empati,

informan

memposisikan diri

sebagai teman

pasien agar pasien

merasa nyaman saat

bercerita. Batasan

rasa empati

informan

berdasarkan gender

, karena jika

Dukungan dari

perawat penting.

Informan

menunjukkan rasa

dukungannya

dengan memberi

motivasi,

melakukan terapi

dan selalu

mengingatkan

tentang komunikasi

kesehatan.

Rasa positif yang

informan tunjukkan

ketika pasien

menyampaikan

keluhannya,

mendengarkan

dengan baik,

memproses semua

keluhan yang di

derita pasien kepada

dokter agar segera

diproses.

Ketika melakukan

komunikasi

interpersonal

dengan pasien,

informan

menampung semua

keluhan pasien

dengan sama rata,

tanpa membeda-

bedakan golongan

keperawatan dan

status sosial dari

pasien.

Universitas Sumatera Utara

Page 119: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

100

Universitas Sumatera Utara

mengatasi hal itu perawat berusaha

melaukan intern

berdua, jika tidak

terbuka juga maka

akan dilakukan cek

darah.

berhadapan dengan berbeda gender,

maka eksperesi

yang ditunjukkan

pasien juga berbeda,

sehingga tidak

boleh terlalu

terhanyut.

Informan 3

(Perawat)

Ketika

mendengarkan

keluhan dari pasien,

pasien terbuka

sehingga dengan

mudah melakukan

dan memberikan

komunikasi

kesehatan kepada

pasien yang

bersangkutan.

Empati yang

ditunjukkan

informan ketika

pasien berkonsultasi

yaitu melakukan

pelayanan kesehatan

dengan baik,

melakukan

semampu mungkin

demi kesehatan

pasien.

Dukungan dari

perawat tidak kalah

penting dengan

dukungan keluarga.

Informan

memberikan

dukungannya

dengan menerapkan

komunikasi

kesehatan kepada

pasien, dan

memberikan

motivasi

Rasa positif yang

informan tunjukkan

ketika pasien

konsultasi yaitu

memberi rasa

kenyamananan,

memberi

komunikasi

kesehatan untuk

meringankan beban

dari pasien.

Kesetaraan yang

informan tunjukkan

ketika pasien

konsultasi yaitu

memotivasi dan

meyakinkan bahwa

penyakit yang

pasien derita dapat

disembuhkan.

Informan 4

(Perawa)

Keterbukaan dari

pasien sangat

penting untuk

mengetahui tindak

lanjut dari

tindakkan perawat.

Informan selalu

berhadapan dengan

pasien dan keluarga

pasien yang terbuka,

sehingga

memudahkan

Rasa empati yang

ditunjukkan ketika

pasien berkonsultasi

yaitu ikut

merasakan dan

melakukann

tindakan untuk

pemulihan pasien.

Dukungan dari

perawat sangat

penting, informan

ini memberikan

dukungannya

seperti memberikan

komunikasi

kesehatan kepada

pasien,

mengingatkan

pasien minum obat

dan memberikan

Rasa positif yang

ditunjukkan

informan kepada

pasien yaitu

mendengarkan

keluhannya,

memberi solusi, dan

membantu

meringankan

pikiran orang tua

pasien dengan

memberikan

Informan

menempatkan diri

sebagai teman bagi

orang tua pasien

yang

menyampaikan

kondisi kesehatan

anak. Dan

membantu

memberikan solusi

juga motivasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 120: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

101

Universitas Sumatera Utara

pekerjaan informan. pertolongan dengan cepat.

pelayanan yang baik kepada pasien anak.

Informan 5 (Pasien) Ketika melakukan

konsultasi

komunikasi

kesehatan pasien

terbuka mengenai

kondisi

kesehatannya,

menurutnya itu

penting untuk

kesehatan dirinya

dan tindak lanjut

dari perawat.

Ketika melakukan

konsultasi

komunikasi

kesehatan pasien

merasakan adanya

rasa empati dari

perawat, dan itu

berpengaruh untuk

keyakinannya

menerapkan

komunikasi

kesehatan yang

disampaikan

perawat.

Ketika melakukan

konsultasi

komunikasi

kesehatan pasien

mendapatkan

dukungan dari

perawat, dukungan

yang ia terima

berupa motivasi.

Ketika melakukan

konsultasi

komunikasi

kesehatan pasien,

perawat

memberikan sifat

positif, berupa rasa

nyaman yang

diberikan perawat

membuat pasien

tidak malu untuk

bercerita kondisi

kesehatan yang

sedang dialami.

Ketika melakukan

konsultasi

komunikasi

kesehatan pasien,

perawat seperti

seseorang yang juga

merasakan hal yang

dirasakan, dan

seperti memiliki

status yang sama

dnegan

dirinya(keibuan)

Informan 6 (Pasien) Ketika melakukan

konsultasi kesehatan

pasien selalu

terbuka, karena

menurutnya itu

penting untuk

kesehatan dan

tindakan yang

diberikan perawat.

Ketika melakukan

konsultasi

komunikasi

kesehatan pasien

merasakan adanya

rasa empati yang

diberikan oleh

perawat. Proses

yang cepat

membuat pasien

merasa puas dengan

pelayanan perawat.

Ketika melakukan

konsultasi

komunikasi

kesehatan pasien

merasakan adanya

dukungan dari

perawat. Dengan

memberikan

komunikasi

kesehatan

merupakan

dukungan yang

deberikan perawat

kepada pasien.

Ketika melakukan

konsultasi kesehatan

pasien merasakan

adanya sifat positif

yang diberikan

perawat. Dengan

menjelaskan kalimat

yang tidak

dimengerti sudah

termaksud sifat

positif yang

diberikan perawat.

Ketika melakukan

konsultasi kesehatan

pasien merasakan

adanya kesetaraan

yang di tunjukkan

perawat. Ketika

berbicara dengan

pasien anak perawat

menggunakan

bahasa yang mudah

dimengerti.

Universitas Sumatera Utara

Page 121: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

102

Universitas Sumatera Utara

Informan 7 (Pasien) Pasien yang ingin mendapatkan

komunikasi

kesehatan dari

perawat terbuka

terhadap kondisi

kesehatan yang di

deritanya. Menurut

informan itu sangat

penting karena

dengan begitu

perawat akan

mengetahui

tindakan apa yang

akan diberikan

kepada pasien.

Pasien merasakan adanya rasa empati

yang diterima dari

perawat ketika

melakukan

konsultasi

kesehatan. Rasa

empati ini membuat

pasien nyaman dan

berani melakukan

tindakan operasi

yang awalnya ia

takutkan.

Pasien yang datang ke rumah sakit

untuk menerima

komunikasi

kesehatan

mendapatkan

dukungan dari

perawat. Dukungan

tersebut membuat ia

dengan cepat

melakukan operasi

yang ia butuhkan.

Sikap positif yang pasien terima dari

perawat yaitu rasa

nyaman yang

membuat pasien

menerapkan

komunikasi

kesehatan yang

diterima dari

perawat, salah

satunya tidak

mengkomsumsi

makanan yang

sudah dilarang.

Kesetaraan yang diterima pasien

yaitu ketika perawat

menyampaikan

komunikasi

kesehatan perawat

menempatkan

posisinya sebagai

teman,

mendengarkan

keluhan pasien

dengan baik, dan

dengan sigap

melakukan

tindakan.

Universitas Sumatera Utara

Page 122: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

103

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.3

Pentingnya Hubungan Interpersonal Untuk Menerapkan Komunikasi

Kesehatan

Informan

Pentingnya Hubungan Interpersonal Pasien dengan

Perawat

Yunita S.Kep

Ners

(Perawat)

Menurut informan hubungan interpersonal sangat lah

penting, dengan begitu selama berkonsultasi perlu

membangun sebuah hubungan interpersonal, agar

komunikasi berjalan dengan lancar dan efektif.

Fitri

Yuningsih

S.Kep

Ners

(Perawat)

Menurut informan hubungan interpersonal antara perawat

dan pasien penting, dan hubungan yang dijalin selama

menerapkan komunikasi kesehatan harus hubungan

interpersonal yang baik. Dengan begitu selama

berkonsultasi perlu membangun sebuah hubungan

interpersonal, agar komunikasi berjalan dengan lancar dan

efektif.

Mahdiana

Sinuaji Amd

(Perawat)

Menurut informan, untuk menghasilkan komunikasi yang

efektif diperlukannya hubungan interpersonal antara

perawat dan pasien. Maka perlu terlebih dahalu

membangun hubungan interpersonal yang baik agar

pasien mendengarkan perawat yang menyampaikan

komunikasi kesehatan dan dapat memberikan tanggapan

yang baik pula. Selama informan bekerja merasa telah

menyampaikan komunikasi kesehatan dengan efektif.

Azura

khazhiah

S.Kep Ners

(Perawat)

Menurut informan hubungan interpersonal dalam

menyampaikan komunikasi kesehatan sangat penting.

Perawat terlebih dahulu harus mengenal dengan siapa ia

berkomunikasi, dengan begitu maka komunikasi akan

berjalan efektif.

Universitas Sumatera Utara

Page 123: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

104

Universitas Sumatera Utara

Meyrani

Ginting Amd

(Pasien)

Informan mengatakan, hubungan interpersonal perawat

dan pasien terjalin dengan baik. Perawat menunjukan

adanya hubungan interpersonal saat menyampaikan

komuikasi kesehatan sehingga komunikasi pun berjalan

dengan efektif .

Naim

Sinulingga

(Pasien)

Informan mengatakan, hubungan interpersonal perawat dan

pasien sangat penting. Selama informan dirawat di rumah

sakit ia mendapatakn hubungan interpersonal yang.

Perawat menunjukan adanya hubungan interpersonal saat

menyampaikan komuikasi kesehatan sehingga komunikasi

pun berjalan dengan efektif dan dapat dengan mudah di

mengerti.

Chairunissa

(Pasien)

Menurut informan, hubungan interpersonal perawat dan

pasien terjalin dengan baik ketika menyampaikan

komunikasi kesehatan sehingga komunikasi pun berjalan

dengan efektif .

Universitas Sumatera Utara

Page 124: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

105

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.4

Reduksi Data Komunikasi Kesehatan yang Pernah di Terapkan

Informan Komunikasi Kesehatan yang Pernah di

Terapkan

Yunita S.Kep

Ners

(Perawat)

Komunikasi Kesehatan yang pernah diterapkan informan

yaitu Penkes (Pendidikan kesehatan). Penyuluhan.

Penyuluhan makan 4 sehat 5 sempurna, makan tinggi

protein bagi pasien- pasien yang habis operasi, memberi

air susu ibu (ASI) eksklusif dan mobilisasi.

Fitri

Yuningsih

S.Kep

Ners

(Perawat)

Komunikasi kesehatan yang telah diterapkan informan

seperti pendidikan kesehatan, ia sering menangani pasien

paruh baya, bagaimana menerapkan pola hidup sehat,

Tentang tuberculosis (TBC) atau bagaimana cara batuk

yang efektif, kalau bagian komunikasi pada pasien yang

persiapan pulang, informan beritahu bagaimana cara dia

minum obat teratur, olahraga, dan terapi.

Mahdiana

Sinuaji Amd

(Perawat)

Komunikasi kesehatan yang telah diterapkan informan

yaitu pendidikan kesehatan mengenai penyakit yang di

derita pasien dan bagaimana pasien menyikapi penyakit

yang sedang di derita.

Azura

khazhiah

S.Kep Ners

(Perawat)

Informan adalah perawat yang bekerja di ruangan rawat

inap anak. Informan telah memberikan komunikasi

kesehatan dengan berbagai jenis penyakit anak, contohnya

seperti batu ginjal, kebersihan mulut dan gigi anak, gizi

anak dan lain- lain.

Meyrani

Ginting Amd

(Pasien)

Komunikasi kesehatan yang telah diterima informan dan

juga sudah ia terapkan yaitu, bagaimana cara memberi air

susu ibu (ASI) eksklusif, cara merawat bayai dengan

benar dan cara memandikan bayi.

Naim

Sinulingga

(Pasien)

Komunikasi kesehatan yang telah diterima dan diterapkan

informan adalah cara menjaga nutrisi makanan yang

dikomsumsi. Tidak jajan sembarangan dan mengurangi

asupan garam karena ada masalah pada ginjal.

Chairunissa

(Pasien)

Komunikasi kesehatan yang telah diterima dan diterapkan

informan adalah tetap menjaga kebersihan makanan yang

akan dikomsumsi, tidak jajan sembarangan dan

mengurangi mengkomsumsi bakso.

Universitas Sumatera Utara

Page 125: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

106

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.5

Reduksi Data Cara Penyampaian Komunikasi Kesehatan dan

Pentingnya Penerapan Komunikasi Kesehatan Perawat Terhadap

Pasien

Informan Cara Penyampaian Komunikasi Kesehatan dan

Pentingnya Penerapan Komunikasi Kesehatan

Perawat Terhadap Pasien

Yunita

S.Kep Ners

(Perawat)

Komunikasi kesehatan adalah suatu hal yang wajib

diterapkan perawat terhadap pasien. Menurut informan

untuk menerapkan komunikasi kesehatan bukan lah hal

yang hanya disampaikan semata saja tetapi harus benar-

benar memastikan pasien menerapkannya. Cara

menyampaikan komunikasi kesehatan harus benar- benar

jelas, memberitahu untung dan rugi dari komunikasi

kesehatan yang dijelaskan, agar pasien benar- benar

menerapkannya.

Fitri

Yuningsih

S.Kep Ners

(Perawat)

Untuk menyampaikan komunikasi kesehatan sudah

menjadi kewajiban perawat. Dengan selalu mengingatkan,

dan terus mengingarkan apa manfaat komunikasi

kesehatan yang disampaikan akan membuat pasien terpacu

untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari.

Pentingnya menyampaiakan komunikasi kesehatan yaitu

untuk menambah pengetahuan pasien terhadap dunia

kesehatan.

Mahdiana

Sinuaji Amd

(Perawat)

Komunikasi kesehatan adalah suatu hal yang wajib

diterapkan perawat terhadap pasien. Menurut informan,

untuk menerapkan komunikasi kesehatan bukan lah yang

hanya disampaikan semata saja tetapi harus benar- benar

memastikan pasien menerapkannya, karena manfaat

komunikasi kesehatan sangat penting bagi kesehatan

pasien.Informan mengatakan komunikasi kesehatan

adalah kegiatan yang harus dilakukan karena dalam

keperawatan hal itu menjadi tugas utama yang harus

dilakukan.

Azura

khazhiah

S.Kep Ners

(Perawat)

Komunikasi kesehatan adalah suatu hal yang wajib

diterapkan perawat terhadap pasien. Menurut informan ini,

agar pasien benar- benar menerapkan komunikasi

kesehatan yang disampaikan maka perawat harus

memberitahu apa manfaat komunikasi kesehatan,

mengingatkan kembali kepada pasien mengenai hal yang

harus dilakukan demi kesehatan pasien.

Meyrani Menurut informan, komunikasi kesehatan sangat penting

Universitas Sumatera Utara

Page 126: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

107

Universitas Sumatera Utara

Ginting Amd

(Pasien)

diterapkan dan berpengaruh terhadap kesehatannya, karena

dengan mendapatkan komunikasi kesehatan dapat memberi

pengetahuan baru seputar kondisi yang sedang ia alami.

Informan pun bertekad untuk menerapkannya dalam

kehidupan sehari- hari. Cara penyampaian perawat pun

sudah baik.

Naim

Sinulingga

(Pasien)

Menurut informan, komunikasi kesehatan sangat penting

diterapkan dan berpengaruh terhadap kesehatannya, karena

dengan mendapatkan komunikasi kesehatan dapat memberi

pengetahuan baru seputar kondisi yang sedang ia alami.

Informan pun bertekad untuk menerapkannya dalam

kehidupan sehari- hari, karena mengingat umur informan

terlalu muda untuk penyakit yang di derita, jadi sejak ini ia

akan mnerapkan komunikasi kesehatan yang telah

diterapkan perawat.

Chairunissa

(Pasien)

Komunikasi kesehatan yang diterapkan perawat sangat

berpengaruh terhadap kesehatannya. Informan akan

menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari, karena tidak

ingin penyakit yang ia derita kambuh lagi.

Universitas Sumatera Utara

Page 127: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

108

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.6

Reduksi Data Hambatan dalam menyampaikan komunikasi kesehatan

Informan Hambatan dalam menyampaikan komunikasi

kesehatan

Yunita

S.Kep Ners

(Perawat)

Menurut informan, hambatan dalam menyampaikan

komunikasi kesehatan adalah tingkat pendidikan dari

pasien tersebut dan pasien yang masih mempercayai

kebiasaan orang- orang zaman dahulu. Cara mengatasi

hambatan yang informan hadapi yaitu dengan tetap

mengedukasi dan mengingatkan kembali manfaat dan

tujuan komunikasi kesehatan yang informan terapkan.

Fitri

Yuningsih

S.Kep Ners

(Perawat)

Menurut informan ini, hambatan dalam menyampaikan

komunikasi kesehatan adalah keterbatasan ilmu yang

perawat dapatkan, karena ilmu keperawatan selalu di

upgrade, selain itu sarana dan prasarana juga menjadi

salah satu penyebabnya. Selama informan bekerja tidak

selalu berhadapan dengan pasien yang aktif, dengan begitu

strategi yang informan lakukan adalah tetap melakukan

komunikasi.

Mahdiana

Sinuaji Amd

(Perawat)

Menurut informan ini, hambatan dalam menyampaikan

komunikasi kesehatan adalah tidak adanya kerja sama

yang baik antara perawat dan keluarga pasien. Menurut

informan cara mengatasi hambatan ini adalah dengan

melakukan tindakan pengeluaran surat penolakan.

Azura

khazhiah

S.Kep Ners

(Perawat)

Menurut informan ini, hambatan dalam menyampaikan

komunikasi kesehatan adalah tingkat pendidikan pasien

dan bahasa. Selama informan bekerja ia pernah

menghadapi pasien yang pasif, dan cara mengatasinya

adalah informan harus selalu melakukan tindakan tertulis

Universitas Sumatera Utara

Page 128: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

109

Universitas Sumatera Utara

juga agar terhindar dari fitnah dan tuntutan dari pasien

Meyrani

Ginting Amd

(Pasien)

Menurut informan kelima ini, ia tidak menngalami

hambatan saat mendengarkan komunikasi kesehatan,

karena menurut informan perawat sudah menyampaikan

nya dengan sangat baik dan detail.

Naim

Sinulingga

(Pasien)

Menurut informan ini, ia tidak menngalami hambatan saat

mendengarkan komunikasi kesehatan, karena menurut

informan perawat sudah menyampaikan nya dengan sangat

baik

Chairunissa

(Pasien)

Menurut informan ini, ia mengalami hambatan saat

mendengarkan komunikasi kesehatan, yaitu seputar bahasa

perawat yang kurang dimengerti namun saat ia minta

penjelasan ulang maka perawat akan menjelaskannya

dnegan bahasa yang mudah dimengerti

Universitas Sumatera Utara

Page 129: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

110

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.7

Reduksi Data Batasan Hubungan Antara Perawat dan Pasien

dan Persiapan yang dilakukan Saat Menyampaikan Komunikasi

Kesehatan

Informan Batasan Hubungan Antara

Perawat dan Pasien

Persiapan yang

dilakukan Saat

Menyampaikan

Komunikasi Kesehatan

Yunita

S.Kep Ners

(Perawat)

Pada dasarnya hubungan perawat dan

pasien bersifat professional yang

diarahkan ada pencapaian tujuan.

Hubungan perawat dengan pasien

merupakan hubungan interpersonal

titik tolak saling memberi pengertian.

Batasan hubungan ini bertujuan agar

ke profesionalan kerja tetap terjaga.

Jika berada di rumah sakit pasien

menjadi tanggung-jawab perawat,

jika sudah diluar urusannya sudah

berbeda.

Menurut informan saat ia

akan menyampaikan

komunikasi kesehatan

kepada pasien, tidak

melakukan persiapan

khusus, karena pekerjaan

ini sudah menjadi hal biasa

bagi dirinya.Kecuali mau

memberikan materi seperti

penyuluhan ke suatu

tempat atau desa- desa. ya

paling banyak banyak

belajar lah. Selalu upgrade

ilmu.

Fitri

Yuningsih

S.Kep Ners

(Perawat)

Batasan hubungan pasien dan

perawat bertujuan agar pasien tidak

bersikap semenah- menah kepada

perawat. Masalah gender sering kali

menjadi batasan hubungan perawat.

Menurut informan jika perawat

wanita berhadap dengan pasien laki-

laki dan sebaliknya, harus benar-

benar professional tidak boleh

Persiapan yang dilakukan

informan ini, saat ia akan

menyampaikan komunikasi

kesehatan kepada pasien

yaitu mengetahui terlebih

dahulu penyakit apa yang

di derita pasien agar

perawat dapat melakukan

Universitas Sumatera Utara

Page 130: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

111

Universitas Sumatera Utara

terhanyut dan bawa perasaan. tindakan.

Mahdiana

Sinuaji Amd

(Perawat)

Setiap hubungan memiliki batasan.

Pada dasarnya hubungan perawat dan

pasien bersifat professional yang

diarahkan ada pencapaian tujuan.

Hubunga perawat hanya sebatas jasa

kesehatan jika sudah di minta lebih

oleh pasien maka perawat berhak

menolaknya.

Menurut informan ini, saat

ia akan menyampaikan

komunikasi kesehatan

kepada pasien memerlukan

persiapan. Persiapan yang

informan lakukan yaitu

selalu menambah ilmu

pengetahuan dalam bidang

kesehatan.

Azura

khazhiah

S.Kep Ners

(Perawat)

Setiap hubungan memiliki batasan.

Pada dasarnya hubungan perawat dan

pasien bersifat professional yang

diarahkan ada pencapaian tujuan jadi

memang diperlukan batasan

hubungan demi menjaga ke

profesionalan tersebut.

Menurut informan ini, saat

ia akan menyampaikan

komunikasi kesehatan

kepada pasien tidak

memerlukan persiapan

khusus. Karena sudah

terbiasa dengan kegiatan

yang informan lakukan,

tetapi hal yang harus

dilakukan informan adalah

upgrade ilmu dalam dunia

kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 131: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

112

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.8

Saran Pasien Untuk Penerapan Kesehatan Perawat.

Informan Saran Pasien Untuk Penerapan Komunikasi Kesehatan

Meyrani

Ginting Amd

(Pasien)

Saran informan ini yaitu semoga pelayanannya semakin

ditingkatkan, menurutnya meningkatkan mutu pelayanan boleh

berkurang jangan, setidaknya mempertahankan agar masyarakat

lain percaya dengan pelayanannya. Berhubung rumah sakit ini

baru beroperasi mungkin diluar sana masih banyak yang belum

percaya, maka dari situ informan menyarankan untuk

meningkatkan dan bukti kan pelayanan disini itu baik.

Naim

Sinulingga

(Pasien)

Menurut informan ini penerapan komunikasi kesehatan dan

pelayanan sudah bagus, prosesnya cepat, dan informan

menyarankan untuk mempertahankannya.

Chairunissa

(Pasien)

Saran informan ini terhadap penerapan komunikasi kesehatan dan

pelayanan yaitu, meningkatkan mutu kerja, meningkatkan

keramahan dari perawat.

4.3 Pembahasan

Kesehatan merupakan salah satu faktor penting untuk melakukan

aktivitas sehari- hari. Banyak orang memiliki berbagai keluhan kesehatan akibat

tidak mempedulikan kesehatan tubuhnya baik itu keluhan yang ringan hingga

keluhan yang berat seperti, kegemukan, diabetes, penyakit jantung, masalah

pencernaan dan sebagainya.Menurut Azwar A (Sumijatun, 2017 : 87) sistem

kesehatan adalah tumpuan dari berbagai faktor yang kompleks dan saling

berhubungan yang terdapat dalam negara, yang diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat

pada setiap saat yang dibutuhkan.

Semua manusia semasa hidupnya terpaksa menghadapi berbagai

masalah yang harus dicari penyelesaianya, baik seseorang tersebut sudah dewasa

Universitas Sumatera Utara

Page 132: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

113

Universitas Sumatera Utara

maupun belum. Barang kali pada sebagian orang ada yang tidak mampu

menemukan penyelesaiannya, oleh karena itu mencari bantuan dari seseorang ahli

(Profesional) yang sesuai dengan kemampuan dan pengetahuannya pada bidang

tertentu. (Priyanto, 2009: 2). Menurut Roger, (1996:16)Komunikasi kesehatan

secara umum didefinisikan sebagai segala aspek dari komunikasi antarmanusia

yang berhubungan dengan kesehatan. Komunikasi kesehatan secara khsusus

didefinisikan sebagai semua jenis komunikasi manusia yang isinya pesannya

berkaitan dengan kesehatan. Komunikasi juga mempunyai peranan yang sangat

penting dalam kehidupan sehari- hari manusia dimana manusia sebagai mahkluk

sosial yang saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhannya. Kegiatan

berkomunikasi juga dilakukan antaa perawat dan pasien. Komunikasi merupakan

proses yang dilakukan perawat dalam menjaga kerja sama yang baik dengan

pasien dalam memenuhi kebutuhan kesehatan pasien, maupun dengan tenaga

kesehatan yang lain dalam rangka mengatasi masalah pasien.

Kemampuan berkomunikasi yang efektif sangat membantu dalam upaya

pemecahatn masalah pasien, mempermudah pemberian bantuan pelayanan medic

maupun pelayanan psikologis. Oleh karena itu komunikasi sangat penting untuk

dipahami perawat.Peneliti telah berhasil melakukan wawancara dengan ketujuh

informan yang sesuai dengan penelitian ini, empat diantaranya adalah perawat

yang telah bekerja lebih dari dua tahun dan telah menerapkan komunikasi

kesehatan kepada pasiennya dan tiga pasien yang sedang di rawat inap dan telah

menerima komunikasi kesehatan dari perawat. Wawancara telah selesai dilakukan

dan peneliti telah mendapatkan jawaban dari masing- masing informan. Setelah

melakukan wawancara dengan informan pertama sampai ketujuh informan

peneliti merasa data yang di dapat sudah jenuh, karena peneliti tidak mendapatkan

hal baru dari ketujuh informan. Hasil wawancara telah peneliti paparkan, dalam

wawancara tersebut peneliti dapat melihat bagaimana komunikasi interpersonal

perawat dalam menyampaikan komunikasi kesehatan kepada pasien sehingga

pasien menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari.

Empat informan merupakan perawat di rumah sakit Universitas

Sumatera Utara Medan (RS USU), yang telah berprofesi sebagai perawat selama 6

tahun sampai 8 tahun, dengan jangka waktu yang demikian dapat dikatakan

Universitas Sumatera Utara

Page 133: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

114

Universitas Sumatera Utara

bahwa informan dalam penelitian ini telah memiliki pengalaman yan cukup

sebagai perawat. Selain itu, tiga informan lainnya adalah pasien RS USU, yang

telah menerima komunikasi kesehatan dari perawat. Sehingga dapat dikatakan

bahwa ketiga informan sudah memiliki pengalaman dengan perawat dalam

mengatasi masalah kesehatan pasien.Komunikasi antara dokter dan pasien adalah

bentuk komunikasi kesehatan yang sifatnya interpersonal yang komplek.

Komunikasi interpersonal didefenisikan sebagai komunikasi yang terjadi antara

dua orang atau lebih secara tatap muka (R.Wayne Pace, 1979). Komunikasi

interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan orang

lain biasanya diantara dua orang yang dapat berlangsung diketahui balikannya. .

(Rismalinda dan Prasetyo, 2016;109).

Menurut pandangan Kumar dan De Vito (Rismalinda & Catur, 2016 ;

112) ciri- ciri efektivitas komunikasi interpersonal diantaranya:

1.Keterbukaan (openness), adalah kemauan seseorang menanggapi dengan

senang hati informasi yang diterima dalam menghadapi hubungan

interpersonal.Keterbukaan merupakan komunikasi interpersonal penting

sebagai landasan bahwa sudah terjadi hubungan saling percaya (trust).

Dengan adanya hubungan saling percaya ini, biasanya komunikasi lebih

nyaman untuk dilakukan dan masing- masing pihak bisa lebih terlebih secara

personal. Tidak hanya itu, aspek keterbukaan ini penting karena

menunjukkan bahwa komunikasi yang sedang kita lakukan memang

mendapatkan respon baik. Begitu juga pada saat perawat Yunita, perawat

Fitri, perawat Mahdiana dan perawat Azuhra yang merupakan informan

peneliti mengaku bahwa ketika menerapkan komunikasi kesehatan kepada

pasien melalui komunikasi interpersonal pasien sudah terbuka terhadap

perawat dalam menyampaikan kondisi kesehatannya. Perawat fitri

mengatakan meskipun terdapat pasien yang malu untuk mengungkapkan

kondisi kesehatannya, namun dengan beberapa cara seperti mengajak pasien

berbicara bertatap muka, mengajak keluarga berkonsultasi dan sampai

akhirnya melakukan tes darah. Dengan begitu akhirnya perawat dapat

mengetahui permasalahan pasien tersebut. Perawat Yunita, perawat

Mahdiana, dan perawat Azura mengatakan bahwa pasien yang mereka

Universitas Sumatera Utara

Page 134: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

115

Universitas Sumatera Utara

tanggani terbuka dengan kondisi kesehatannya. Dengan begitu mereka

dengan mudah melakukan tindakan, memberi edukasi dan komunikasi

kesehatan sesuai yang dibutuhkan pasien.

Ibu Meyrani, Naim dan Chairunissa yang juga merupakan informan dalam

penelitian ini, mengaku bahwa ketika melakukan komunikasi interpersonal

dengan perawat dalam penerapan komunikasi kesehatan sudah terbuka

mengenai kondisi kesehatan mereka.

2.Empati (Emphaty), komunikasi interpersonal dapat berlangsung kondusif

apabila komunikator (pengirim pesan) menunjukkan rasa empati pada

komunikan (penerima pesan).

Menerapkan empati dalam komunikasi interpersonal merupakan sesuatu

yang penting. Dalam komunikasi interpersonal tersebut, kita mesti

memahami bahwa lawan komunikasi itu adalah manusia. Oleh karenanya,

kita harus memandang bahwa mereka juga pasti memiliki perasaan. Apa

yang akan kita sampaikan tentu juga sangat berpengaruh dengan proses

penerimaan pesan tersebut. Hal tersebut dialami oleh Perawat Yunita,

perawat Mahdiana, dan perawat Azura selaku perawat ketika mendengarkan

pasien menyampaikan kondisi kesehatannya mereka selalu merasakan

empati terhadap pasien. Rasa empati sangat berpengaruh untuk kenyamanan

pasien dalam menyampaikan kondisi kesehatannya. Namun rasa empati

yang ditunjukkan kepada pasien itu ada batasannya seperti yang dikatakan

perawat Fitri, masalah gender merupakan salah satu batasan menunjukkan

rasa empati. Perawat wanita dengan pasien laki- laki dan sebaliknya tidak

boleh berempati terlalu dalam karena akan mengganggu keprofesionalan

kerja. Ekspresi yang diberikan antara perawat dan pasien yang berbeda

gender berbeda dengan ekspresi yang diberikan perawat dan pasien sesama

gender oleh sebab itu harus benar- benar dapat membatasi diri. Sedangakan

menurut perawat Yunita, perawat Mahdiana dan Perawat Azura rasa empati

dibatasi karena tidak ingin pasien bertingkah laku terlalu jauh atau bersifat

semenah- menah kepada perawat.

Ibu Meyrani, Naim dan Chairunissa juga mengatakan bahwa ketika perawat

melakukan komuniaksi interpersonal untuk menyampaikan komunikasi

Universitas Sumatera Utara

Page 135: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

116

Universitas Sumatera Utara

kesehatan, mereka merasakan bahwa perawat bermpati terhadap mereka.

Sehingga mereka merasa nyaman ketika menyampaikan kondisi kesehatan

dan merasa harus menerapkan komunikasi kesehatan yang disampaikan

perawat.

3.Dukungan(Supportiveness), dalam komunikasi interpersonal diperlukan

sikap memberi dukungan dari pihak komunikator, agar komunikan mau

berpartisipasi dalam komunikasi.

Sikap mendukung adalah salah satu tugas perawat agar kesehatan pasien

pulih. Perawat Fitri, perawat Yunita, perawat Mahdiana, dan perawat Azura

juga menyadari bahwa tugas mereka bukan hanya menyampaikan

komunikasi kesehatan kepada pasien, tetapi juga harus benar- benar

mendukung pasien untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari agar

komunikasi kesehatan yang disampaiakan bermanfaat dan berjalan seperti

tujuannya.

Ibu Meyrani, Naim dan Chairunisa juga mengatakan ketika melakukan

komunikasi interpersonal dalam menyampaikan komunikasi kesehatan

perawat memberikan dukungan kepada mereka, yaitu dalam bentuk motivasi

dan selalu mengulangi komunikasi kesehatan yang mereka perlukan.

4.Rasa positif (Positiveness), sikap kita dalam komunikasi interpersonal

dilakukan dengan dua cara, yakni menyatakan sikap positif dan secara positif

mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi.

Perawat Yunita, perawat Fitri, perawat Mahdiana, dan perawat Azura selaku

perawat yang melakukan komunikasi interpersonal untuk menyampaikan

komunikasi kesehatan menunjukkan rasa positifnya kepada pasien dengan

mendengarkan pasien menyampaikan keluhan penyakit yang sedang diderita

dan mendorong secara positif untuk pemulihan pasien.

Ibu Meyrani, Naim dan Chairunissa saat melakukan komunikasi interpersonal

dalam menyampaikan komunikasi kesehatan mereka merasakan bahwa

perawat menanggapi mereka dan kondisi kesehatan mereka dengan positif.

5.Kesetaraan atau Kesamaan ( Equality), Kesetaraan menggambarkan

pengakuan secara diam- diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna

dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 136: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

117

Universitas Sumatera Utara

Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Perawat

Yunita, perawat Ningsi, perawat Mahdiana, dan perawat Azura mengatakan

bahwa ketika melakukan interpersonal untuk menyampaikan komunikasi

kesehatan mereka selalu menempatkan posisi sesuai dengan status, umur dan

pasien. Intinya mereka akan membuat pasien merasa nyaman ketika berbicara

dengan pasien. Perawat Yunita yang bertugas diruang rawat inap meternitas

menempatkan posisinya sebagai teman jika sedang berkomunikasi dengan

pasien yang berkonsultasi, perawat Fitri yang bekerja di ruang rawat inap

kelas tiga menunjukkan sikap kesetaraannya kepada pasien dengan

memperlakukan pasien dengan sama, menampung semua keluhan dan tidak

membedakan golongan perawatan pasien, baik yang menggunakan BPJS atau

tidak ia memperlakukannya dengan sama, begitu juga dengan perawat

Mahdiana pada saat menyampaikan komunikasi kesehatan ia menempatkan

posisinya sebagai teman agar pasien merasa nyaman, dan perawat Azuhra

yang bekerja di ruang rawat inap anak menempatkan posisi sebagai teman

dari orang tua anak dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti saat

berkomunikasi dengan pasien anak.

Ibu Meyrani mengatakan bahwaia merasa senang saat berkomunikasi atau

konsultasi masalah kesehatan dengan perawat dia merasa nyaman dan sudah

ada kedekatan antara dirinya dengan perawat. Begitu juga dengan orang tua

Naim merasa nyaman saat berkomunikasi dengan perawat, para perawat

memperlakukan Naim seperti anaknya sendiri, dan Chairunissa merasakan

hal yang sama, ada rasa nyaman dan senang ketika berkomunikasi dengan

perawat menurutnya perawat menyampaikan komunikasi kesehatan secara

ramah, jelas dan selalu tersenyum.

Untuk membuat seseorang terbuka terhadap kita, salah satu caranya kita

harus memiliki kedekatan dengan orang tersebut. Untuk menghasilkan

keterbukaan tersebut perawat melakukannya denga cara mengenal terlebih dahulu

siapa yang menjadi teman bicaranya, seperti namanya, asal, status dan usia.

Pendekatan tersebut melalui berkomunikasi dengan pasien, perawat Yunita

mengatakan ketika sebelum melakukan pemeriksaan ia terlebih dahulu

Universitas Sumatera Utara

Page 137: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

118

Universitas Sumatera Utara

menanyakan biodata dari pasien, dan mengajak pasien bercerita seputar penyakit

yang diderita, ketika pasien sudah nyaman maka komunikasi akan berjalan dengan

efektif yang berarti sudah adanya kedekatan antar perawat dan pasien. Hal yang

sama dilkukan dengan perawat Fitri untuk menciptakan kedekatan ia terlebih

dahulu mengenal siapa yang menjadi lawan bicaranya karena jika sudah mengenal

maka menurutnya akan lebih mudah menyampaikan komunikasi kesehatan

kepada pasien, begitu juga dengan perawat Mahdiana untuk menciptakan

kedekatan hal yang pertama dilakukan yaitu sikap ramah, dan menyambut pasien

dengan baik, dengan begitu pasien akan merasa nyaman dan akan mudah terbuka

untuk bercerita mengenai kondisi kesehatannya. Tidak berbeda dengan yang

dilakukan perawat Azura, ketika berhubungan dengan pasien pertama yang

dilakukan adalah menyambut pasien dengan baik, membuat pasien merasa

nyaman sehingga pasien merasa adanya hubungan interpersonal yang baik.

Setelah melakukan komunikasi interpersonal untuk menyampaikan

komunikasi kesehatan tentunya perawat dapat mengetahui tentang kondisi

kesehatan pasien di RS USU Medan. Masing- masing perawat sudah pernah

menerapkan berbagai komunikasi kesehatan kepada pasien. Beberapa komunikasi

kesehatan yang telah diterapkan yaitu pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, cara

batuk dengan benar, cara mengatasi batu ginjal, cara membersikan gigi dan mulut

dan menjaga kesehatan jantung.Ibu Meyrani, Naim dan Chairunissa sebagai

pasien menerapkan komunikasi kesehatan yang telah disampaikan oleh perawat

kepada mereka. Ibu Meyrani dengan kondisinya yang baru saja melahirkan

seorang bayi laki- laki mendapatkan komunikasi kesehatan tentang bagaiman cara

memberi ASI eksklusif, bagaimana menjaga kesehatan ibu dan bayi dan

bagaimana memperoleh ASI dengan lancar. Ibu meyrani mengatakan meskipun

ini bukan anak pertama namun rasa takut saat melahirkan masih ada, tetapi karena

bantuan perawat semua berjalan dengan baik. Ibu Meyrani menerapkan

komunikasi kesehatan yang ia terima dari perawat karena merasa hal itu peting

dan bermanfaat bagi kesehatanya dan bayinya. Hal yang sama dengan Naim,

Naim yang mengalami batu ginjal merasa menyesal tidak menerapkan hidup

sehat, setelah mendapatkan komunikasi kesehatan dari perawat Naim telah

menerapkannya dalam kehidupan sehari- harinya. Ia tidak lagi jajan sembarangan

Universitas Sumatera Utara

Page 138: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

119

Universitas Sumatera Utara

dan mengkomsumsi air sesuai kebutuhan tubuh. Perubahan yang dirasakn Naim

setelah menerapkan komunikasi kesehatan sangat terlihat, wajahnya menjadi lebih

ceria, dan akhirnya ia dapat kembali ke sekolah dalam waktu dekat. Begitu juga

dengan Chairunissa yang mengalami pembengkakan pada mulutnya. Chairunissa

yang telah menerima komunikasi kesehatan dari perawat telah menerapkannya

dalam kehidupan sehari- hari. Ia tidak akan jajan sembarangan dan lebih menjaga

kebersihan gigi dan mulut. Ketiga pasien ini bertekad untuk menerapkan

komunikasi kesehatan yang diterapkan perawat karena merasa kesehatan sangat

mahal harganya.

Dalam hal komunikasi interpersonal, seluruh jawaban yang diberikan

informan kepada peneliti sesuai dengan ciri- ciri efektivitas komunikasi

interpersonal. Dimana pada dasarnya komunikasi interpersonal perawat dalam

memahami kondisi kesehatan pasien dan dengan komunikasi interpersonal

perawat mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan terhadap pasien. Hal ini

bisa dilihat dari adanya keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan

kesetaraan atau kesamaan yang terjadi antara perawat dan pasien yang sedang

berkonsultasi mengenai kesehatan dirinya. Jawaban yang mereka berikan kepada

peneliti secara kesleuruhan memiliki kesamaan. Kesamaan tersebut terjadi karena

mereka memahami dan menyadari arti pentingnya kesehatan dan menerapkan cara

hidup sehat dalam kehidupan sehari- hari, oleh karena itu mereka bertekad untuk

terus menjaga kesehatan dan menjalankan komunikasi kesehatan yang telah

disampaikan perawat. Stanton (Liliweri, 2011: 28) mengatakan bahwa sekurang-

kurangnya ada lima tujuan komunikasi manusia, yaitu mempengaruhi orang lain,

membangun atau mengolah relasi antarpersonal, menemukan perbedaan

pengetahuan, membantu orang lain, bermain atau bergurau (Devito 2001).

Mempengaruhi orang lain mengarah keperubahan sikap. Komunikasi

interpersonal perawat dan pasien untuk menyampaikan komunikasi kesehatan

membuat pasien mengalami perubahan sikap, dan dapat menjadi manusia yang

peduli dengan kesehatan.

Komunikasi interpersonal dalam menyampaikan komunikasi kesehatan

antara perawat dan pasien sudah baik dan efektif, itu terlihat dari perawat yang

Universitas Sumatera Utara

Page 139: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

120

Universitas Sumatera Utara

terus menerus mengingatkan pasien untuk menerapkan komunikasi kesehatan

dalam kehidupan sehari- harinya dan pasien juga mengalami perubahan sikap

dengan komunikasi kesehatan yang disampaikan oleh perawat, dari seorang

pasien yang suka jajan sembarangan, kini berubah menjadi seseorang yang sudah

lebih cermat dalam memilih sesuatu yang akan dikomsumsi. Keefektifan ini juga

terlihat dari pasien mudah mengerti terhadap pesan yang disampaikan oleh

perawat karena memang sudah memiliki hubungan interpersonal.

Universitas Sumatera Utara

Page 140: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

121

Universitas Sumatera Utara

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Setelah dilakukan penelitian mengenai Komunikasi Interpersonal

Perawat Terhadap Pasien dalam Menyampaikan Komunikasi Kesehatan di Rumah

Sakit Universitas Sumatera Utara Medan, maka peneliti menyimpulkan:

1. Komunikasi interpersonal perawat dalam menyampaikan komunikasi

kesehatan sangat efektif. Hal ini berdasarkan hasil wawancara yang telah

dilakukan oleh peneliti dengan ketujuh informan. Hasil dari wawancara

yang peneliti temukan dari ketujuh informan sesuai dengan ciri- ciri

efektifitas komunikasi interpersonal menurut Kumar dan Do Vito, dimana

dalam proses komunikasi interpersonal perawat dan pasien terdapat

keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan kesetaraan atau

kesamaan.

2. Setelah melakukan komunikasi interpersonal dalam menyampaikan

komunikasi kesehatan, perawat berhasil menerapkan komunikasi

kesehatan kepada pasien. Dengan menggunakan komunikasi interpersonal

perawat dengan mudah melakukan edukasi atau tindakan yang sesuai

dengan kebutuhan pasien. Selain itu dengan komunikasi interpersonal

juga pasien dengan nyaman dan tidak merasa malu menyampaikan

kondisi kesehatan yang dirasakan.

3. Setelah melakukan komunikasi interpersonal dalam menyampaikan

komunikasi kesehatan, pasien terpengaruh dengan pesan yang

disampaikan. Dari sosok yang tidak peduli dengan kesehatan, makan

sembarangan, kini telah bertekad untuk menerapkan komunikasi

kesehatan yang telah disampaikan perawat dengan alasan trauma, dan

kesehatan adalah hal yang lebih penting dari segalanya.

Universitas Sumatera Utara

Page 141: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

122

Universitas Sumatera Utara

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan selama penelitian, peneliti

melihat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Saran ini diharapkan dapat

menjadi masukan yang positif

demi kebaikan bersama. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Saran dalam Kaitan Akademis

Peneliti ini dapat diharapkan menjaddi salah satu sumber informasi yang

menghadirkan pemikiran baru, memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan bagi

peneliti maupun mahasiswa lainnya mengenai komunikasi interpersonal perawat

terhadap pasien dalam menyampaikan komunikasi kesehatan di Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara. Peneliti berharap agar penelitian ini berguna bagi

peneliti selanjutnya yang tertarik dengan penelitian yang sama serta dapat

melanjutkan penelitian dengan terperinci. Topik dan pembahasan telah

dipaparkan juga harapannya dapat menimbulkan rasa keingintahuan untuk

melakukan penelitian lanjutan dengan melakukan wawancara yang lebih

mendalam kepada pihak yang bersangkutan untuk mendapatkan informasi yang

lebih mendalam sehingga dapat disampaikan kepada semua pihak.

2. Saran dalam Kaitan Praktis

1. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit Universitas

Sumatera Utara Medan agar mendapatkan kepercayaan dari pasien dengan

mutu pelayananya karena rumah sakit ini baru beroperasi.

2. Perawat selalu memperbaruhi ilmunya tentang ilmu komunikasi kesehatan,

seperti yang kita ketahui ilmu selalu berkembang.

Universitas Sumatera Utara

Page 142: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

123

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR REFERENSI

Ardianto Elvinaro, Bambang Q Aness. (2007). Filsafat Ilmu Komunikasi.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Ofest.

Budyatna Muhammad. Teori-teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kencana;

2015

Budyatna Muhammad& Leila Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta :

Kencana ; 2011

Bungin, Burhan.2007.Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Graeff, A, Judith dkk. (1996). Komunikasi Untuk Kesehatan dan Perubahan

Perilaku.Yogyakarta, Indonesia: Gadjah Mada Univerity Press

Hamdani, M. (2013).Promosi Kesehatan untuk Bidan.DKI Jakarta: CV.Trans Info

Media

Hamidi. (2010). Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktispenulisan

Proposal Dan Laporan Penelitian. Malang: Umm Press.

Kodim, Yulianingsih 2015.Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta Timur: CV.Trans

Info Media

Kunoli, Firdaus, J & Achmad Herman(2013). Pengantar Komunikasi Kesehatan

untuk Mahasiswa Institusi Kesehatan.Jakarta: IN MEDIA

Liliweri, Alo. 2007. Dasar- Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana

M, Mondry, Sos. (2008). Pemahaman Teori Dan Praktik Jurnalistik. Bogor:

Ghalia Indonesia.

Moleong, Lexy J. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Pujileksono, Sugeng. 2015. Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Malang:

Kelompok Intrans Publishing.

Purwoastuti, Endang & Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Komunikasi & Konseling

Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Universitas Sumatera Utara

Page 143: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

Prabowo, Tri 2007. Komunikasi Dalam Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru

Press

Priyanto, Agus. 2009. Komunikasi dan Konseling Aplikasi dalam Sarana

Pelayanan Kesehatan untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba

Medika

Rismalinda dan Catur Prastyo. 2016. Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik

Kesehatan.Jakarta : Trans Info Media

Sumijatun. 2017. Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta:

CV.Trans Info Media

Sugyono.2008. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta

Suyanto, Bagong & Sutinah.2005.Metode Penelitian Sosial.Jakarta: Kencana

Taylor, Shelly E dkk (2009).Psikologi Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group

Tubbs, L. Stewart dan Sylvia Moss.(1996). Human Communication: Konteks-

konteks komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia

Sumber Online:

(http://academicjournal.yarsi.ac.id/ojs-2.4.6/index.php/Jurnal-Online-

Psikogenesis/article/viewFile/38/19)

(Diakses pada 14 Maret 2018 Pukul 22:13 WIB)

https://www.usu.ac.id/id/unit-pendukung/154-rumah-sakit-pendidikan.html

(Diakses pada 20 Maret 2018; 20: 12 WIB)

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0ahUKE

wjblP7f_qXaAhXILo8KHcWFBUoQFggoMAA&url=http%3A%2F%2Fjurnalilkom.u

insby.ac.id%2Findex.php%2Fjurnalilkom%2Farticle%2Fview%2F42%2F36&usg=

AOvVaw3EhEAtwfItvhDkehvSElGb

(Diakses pada 20 Maret 2018; 20: 56WIB)

Universitas Sumatera Utara

Page 144: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN UNTUK PERAWAT

Pertanyaan Umum

1. Nama lengkap :

2. Usia :

3. Agama :

4. Alamat :

5. Status :

6. Pendidikan :

7. Hobby :

8. Anak ke berapa :

9. Warna kesukaan :

#Seputar Profesi

Pertanyaan Khusus :

1. Sudah berapa lama anda bekerja sebagai Perawat

2. Sebelum menjadi perawat kegiatan apa yang anda lakukan, mengapa tidak

meneruskan kegiatan itu (jika berkerja dibidang lain)

3. Apakah sejak awal anda bercita-cita menjadi Perawat? Jika iya mengapa?

Jika tidak, apa cita cita yang anda inginkan sebelumnya, Mengapa cita- cita

itu tidak tercapai?

4. Apakah anda menikmati pekerjaan anda sebagai Perawat? Jika iya, Mengapa

anda anda menikmatinya, jika tidak mengapa?

5. Adakah pengalaman,kejadian, atau hal- hal yang membuat anda merasa

bangga menjadi perawat? Kejadian seperti apakah itu?

6. Adakah pengalaman, kejadian, kesulitan ataupun tantangan yang membuat

anda ingin berhenti menjadi perawat? Pengalaman apakah itu?

Universitas Sumatera Utara

Page 145: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

# Efektivitas Komunikasi Antarpribadi

6. Bagaimana hubungan interpersonal antara perawat dan pasien

7. Keterbukaan (openness), adalah kemauan seseorang menanggapi dengan

senang hati informasi yang diterima dalam menghadapi hubungan interpersonal.

a. Seberapa penting Keterbukaan pasien tentang keluhannya untuk kelancaran

menyampaikan komunikasi Kesehatan?

b. Sejauh anda bekerja adakah pasien yang merasa minder dan malu mengungkap

kan penyakitnya?. Bagaimana cara anda agar pasien mau terbuka tentang semua

penyakitnya?

8. Empati (Emphaty), komunikasi interpersonal dapat berlangsung kondusif

apabila komunikator (pengirim pesan) menunjukkan rasa empati pada komunikan

(penerima pesan)

a. Bagaimana anda menunjukkan rasa empati kepada pasien?

b. Sejauh mana batasan rasa empati yang ditetapkan dalam bidang pekerjaan

anda?

9. Dukungan(Supportiveness), dalam komunikasi interpersonal diperlukan sikap

member dukungan dari pihak komunikator, agar komunikan mau berpartisipasi

dalam komunikasi.

a. Seberapa penting dukungan dari pihak medis untuk pemulihan pasien?

Dukungan yang seperti apa yang anda berikan untuk pemulihan pasien?

10. Rasa positif (Positiveness), Sikap kita dalam komunikasi interpersonal

dilakukan dengan dua cara, yakni menyatakan sikap positif dan secara positif

mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi.

a. sikap positif seperti yang bagaimana yang anda lakukan pada saat pasien

menyampaikan keluhannya?

11. Kesetaraan atau Kesamaan ( Equality), Kesetaraan menggambarkan pengakuan

secara diam- diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna dan mempunyai

sesuatu yang penting untuk disumbangkan

a. Sikap kesetaraan yang seperti apa yang anda perlihatkan agar pasien merasa

nyaman dan mau berbagi keluhannya?

Universitas Sumatera Utara

Page 146: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

12. Apakah menurut anda dengan menerapkan komunikasi interpersonal

penyampain komunikasi kesehatan sudah efekif? Mengapa?

#Penerapan Komunikasi Kesehatan Perawat terhadap pasien

1. Apakah anda mengetahui komunikasi kesehatan.Komunikasi kesehatan

seperti apa yang pernah anda terapkan ?

2. Mengapa penting menerapkan komunikasi kesehatan kepada pasien?

3. Bagaimana cara anda menyampaikan komunikasi kesehatan agar pasien

tersebut benar- benar menerapkannya

4. Bagaimana persiapan yang anda sebelum menyampaikan komunikasi

kesehatan?

5. Apakah maksud dan tujuan komunikasi kesehatan

6. Saat kapan komunikasi kesehatan diterapkan

7. Bagaimana bila ada seorang pasien yang tidak mau mengikuti aba-aba

#Hambatan dalam menyampaikan komunikasi kesehatan

1. Apakah anda mempunyai hambatan- hambatan dalam menerapkan

komunikasi kesehatan,? Apakah yang menjadi hambatan anda dan

bagaimana cara mengatasinya?

2. Mengapa ada batasan hubungan antara perawat dan pasien

Universitas Sumatera Utara

Page 147: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN UNTUK PASIEN

Pertanyaan Umum

1. Nama lengkap :

2. Usia :

3. Agama :

4. Alamat :

5. Status :

6. Pendidikan :

7. Hobby :

8. Anak ke berapa :

9. Warna kesukaan :

Pertanyaan Khusus

1. Sudah berapa lama anda di rawat di Rumah Sakit USU

2. Penyakit apa yang anda derita

3. Sudah berapa lama anda mengidap penyakit tersebut

4. Adakah perubahan setelah dirawat di RS USU

5. Bagaimana menurut anda pelayanan para perawat di Rumah Sakit USU,

#Efektivitas Komunikasi Antarpribadi

1. Apakah pelayanan para perawat sudah memperlihatkan adanya hubungan

interpersonal?Komunikasi interpersonal yang seperti apa yang diterapkan

perawat saat menyampaikan komunikasi kesehatan?

2. Keterbukaan (openness), adalah kemauan seseorang menanggapi dengan

senang hati informasi yang diterima dalam menghadapi hubungan

interpersonal.

a. Sejauh mana Keterbukaan(kepercayaan) anda kepada perawat saat

menyam,paikan keluhan yang sedang anda alami?

3. Empati (Emphaty), komunikasi interpersonal dapat berlangsung kondusif

apabila komunikator (pengirim pesan) menunjukkan rasa empati pada

komunikan (penerima pesan)

a. Rasa empati yang seperti apa yang anda terima dari perawat?

c. Bagaimana pengaruh rasa empati dari perawat untuk kesehatan anda?

Universitas Sumatera Utara

Page 148: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

4. Dukungan(Supportiveness), dalam komunikasi interpersonal diperlukan

sikap member dukungan dari pihak komunikator, agar komunikan mau

berpartisipasi dalam komunikasi.

a. Apakah anda mendapatkan dukungan dari perawat? Dukungan seperti apa

yang anda terima?

b. Seberapa penting dukungan dari pihak medis untuk pemulihan kesehatan

anda?

5. Rasa positif (Positiveness), Sikap kita dalam komunikasi interpersonal

dilakukan dengan dua cara, yakni menyatakan sikap positif dan secara

positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi.

a. Sikap positif yang bagaimana yang anda terima pada saat perawat

menyampaikan komunikasi kesehatan?

6. Kesetaraan atau Kesamaan ( Equality), Kesetaraan menggambarkan

pengakuan secara diam- diam bahwa kedua belah pihak menghargai,

berguna dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan

7. Sikap kesetaraan yang seperti apa yang diperlihatkan perawat ketika anda

menyampaikan keluhan dan pada saat perawat memberikan komunikasi

kesehatan?

8.Apakah menurut anda dengan menerapkan komunikasi interpersonal

penyampain komunikasi kesehatan sudah efekif? Mengapa?

9. Apakah pelayanan para perawat sudah memperlihatkan adanya hubungan

interpersonal?Bagaiamana menurut anda komunikasi interpersonal yang

diterapkan perawat saat menyampaikan komunikasi kesehatan?

#Penerapan Komunikasi Kesehatan

1. Apakah anda mendapatkan komunikasi kesehatan dari perawat

?Komunikasi kesehatan yang seperti apa yang pernah anda dapatkan dari

perawat?

2. Bagaimana menurut anda cara penyampain komunikasi kesehatan yang

dilakukan perawat?

3. Bagaimana pengaruh komunikasi kesehatan yang diberikan perawat

terhadap kehidupan anda?

Universitas Sumatera Utara

Page 149: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

4. Apakah anda menerapkan komunikasi kesehatan dalam kehidupan sehari

hari, mengapa anda menerapkannya?

5. Menurut anda apakah perawat benar benar sudah menyampaikan

komunikasi kesehatan dengan baik? Dan alasan mengataka iya/ tidak

#Hambatan Dalam mendengar komunikasi kesehatan

1. Apa yang menjadi hambatan pasien saat mendengarkan komunikasi

kesehatn yang disampaikan oleh perawat?

2. Saran pasien terhadap perawat dalam menyampaikan komunikasi

kesehatan

Universitas Sumatera Utara

Page 150: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

HASIL WAWANCARA PENELITIAN PERAWAT

Nama lengkap : Yunita

Usia : 29 Tahun

Agama : Islam

Alamat : Perumahan Griya 3, Tanjung Anol

Status : Menikah (memiliki 1 anak)

Pendidikan : S1 Keperawatan Ners

Hobby : Nonton

Anak ke : 2 dari 3 bersaudara

Warna kesukaan : Merah

P : Selamat siang bu, saya mahasiswa dari Komunikasi FISIP USU yang

ingin melakukan penelitian untuk skripsi yang berjudul komunikasi

interpersonal perawat dan pasien, boleh saya meminta waktunya sebentar

agar ibu mau menjadi narasumber saya?

I : Oh iya boleh. Silahkan tetapi gapapa ya jika saya sambil bekerja

(mencari data pasien)

P : Oh iya gapapa bu. Kita mulai dari biodata ya bu. Setelah itu lanjut

kepertanyaan.

I : oke silahkan.

P : Sudah berapa lama anda bekerja sebagai Perawat?

I : bekerja sudah dimulai 2010, kalau di rawat inap ini mulai dari 2016

berarti berapa tahun tuh, mau dua tahun setengah kan.

P : Sebelum menjadi perawat kegiatan apa yang anda lakukan, mengapa

tidak meneruskan kegiatan itu (jika berkerja dibidang lain)

I : Enggak ada, saya fokus kuliah.

P : Apakah sejak awal anda bercita-cita menjadi Perawat? Jika iya mengapa?

Jika tidak, apa cita cita yang anda inginkan sebelumnya, Mengapa cita-

cita itu tidak tercapai?

I : Hem..menjadi manusia yang bermanfaat gitu ajalah.

P : Apakah anda menikmati pekerjaan anda sebagai Perawat? Jika iya,

Mengapa anda anda menikmatinya, jika tidak mengapa?

I : Menikmati, menikmati karena setiap hari dilakukan dnegan iklas lah.

Karena ini profesi yang unik dan menarik.

P : Adakah pengalaman,kejadian, atau hal- hal yang membuat anda merasa

bangga menjadi perawat? Kejadian seperti apakah itu?

Universitas Sumatera Utara

Page 151: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

I : Hem.membuat saya bangga itu saya bisa bermanfaat, dari yang pasien

enggak bisa apa- apa jadinya sembuh, pulang dengan sehat itu sangat

membanggakan.

P : Adakah pengalaman, kejadian, kesulitan ataupun tantangan yang

membuat anda ingin berhenti menjadi perawat? Pengalaman apakah itu?

I : Ada. Kejadian seperti apa yah. Kalo reward-nya kurang, kadang mau

juga membuat malas bekerja jadi perawat.

P : Bagaimana hubungan interpersonal antara perawat dan pasien

I : Hubungan yang di bangun dengan baik. Misalnya pada saat kita ingin

menyampaikan komunikasi kesehatan kita tahu dulu, namanya, usia,latar

belakang pendidikannya, sukunya, agamanya. agar kita tahu bagaimana

cara penyampaiannya,bahasa yang kita gunakan, bagaimana sikapnya dna

pola berpikirnya, yah begitu lah.

P : Seberapa penting Keterbukaan pasien tentang keluhannya untuk

kelancaran menyampaikan komunikasi Kesehatan?

I : Keterbukaan yah? Itu pasti penting sekali. Dengan mereka terbuka maka

perawat atau tim medis menjadi lebih tau memberikan penanganan,

melakukan tindakan dan memberi apa yang mereka butuhkan dan yang

tidak boleh dillakukan. Ya jadi memang penting dan sepertinya harus kalau

memang ingin sehat.

P :Sejauh anda bekerja adakah pasien yang merasa minder dan malu

mengungkap kan penyakitnya?. Bagaimana cara anda agar pasien mau

terbuka tentang semua penyakitnya?

I : hem..gimana yah belum pernah. Sejauh ini semua pasien yang saya hadapi

terbuka. Mungkin karena saya menangani khusus ibu dan anak yah, jadi

enggak perlu malu, apalagi menyangkut anak dan mengapa harus malu

kan?

P :Bagaimana anda menunjukkan rasa empati kepada pasien?

I : Mendengarkan keluhan mereka, memberikan arahan arahan yang baik ya

seperti itu .

P : Sejauh mana batasan rasa empati yang ditetapkan dalam bidang pekerjaan

anda?

I : ya batas yang wajar lah, hanya hubungan perawat dan pasien tidak lebih.

Disini jasa kita hanya diperlukan untuk kesehatan jika sudah kelewatan yah

kita bertindak, karena semua ada aturan mainnya jika terlalu empati juga

salah ya, karena pasien yang kita hadapi berbeda- beda sikap, umur, dan

sukunya jadi benar- benar harus tahu cara membatasinya supaya tidak

terjerumus atau terlalu bawa perasaan.

P :Seberapa penting dukungan dari pihak medis untuk pemulihan pasien?

Dukungan yang seperti apa yang anda berikan untuk pemulihan pasien?

I : Dukungan dari tim medis penting sih, tapi ingat jauh lebih penting

dukungan dari keluarga. Kalau tim medis hanya mendukung bagaimana

cara untuk pulih kembali, kan selepas dari sini mereka sudah bersama

keluarga.

P :sikap positif yang bagaimana yang anda lakukan pada saat pasien

menyampaikan keluhannya?

Universitas Sumatera Utara

Page 152: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

I : Selama yang mereka kata kan, dan mereka lakukan baik ya kita juga

meresponnya baik. Sikap positif dari kami juga kan mempengaruhi

kepulihan mereka, seperti pada saat mereka konsultasi kita harus terlihat

welcome, cara penyampaian kita juga harus baik agar pasien nyaman

menyampaikan semua masalah penyakitnya saat berkonsultasi, setelah

mereka nyaman kita pun akan lebih mudah menyampaikan komunikasi

kesehatan kepada mereka .

P :Sikap kesetaraan yang seperti apa yang anda perlihatkan agar pasien

merasa nyaman dan mau berbagi keluhannya?

I : yah seperti empati tadi yah, gak jauh beda bukan? Ya gitu jika mereka

berbicara kita mendengarkan baik, saya membuatnya menjadi nyaman,

merasa di dengarkan, menjadi teman, merangkul kurang lebih begitu.

P :Apakah menurut anda dengan menerapkan komunikasi interpersonal

penyampain komunikasi kesehatan sudah efektif? Mengapa?

I : yah menjadi efektif. Kalau kita sudah tau bagaimana latar belakang pasien

kita, pasti kita lebih mengerti, menjadi lebih nyaman saat berbicara jadi

lebih nyambung lah. Pasien pun akan lebih mudah mengerti.

P :Apakah anda mengetahui komunikasi kesehatan.Komunikasi kesehatan

seperti apa yang pernah anda terapkan ?

I : Penkes (Pendidikan kesehatan). Penyuluhan. Penyuluhan makan 4 sehat

5 sempurna, makan tinggi protein bagi pasien- pasien yang habis operasi,

Seperti kakak ini sedang menyusi cara member ASI eksklusif. Mobilisasi

kek tadi.

P :Mengapa penting menerapkan komunikasi kesehatan kepada pasien?

I : Karena untuk menambah pengetahuan pasien, untuk mempercepatan

penyembuhan pasien, kadang kalau pengetahuan aja tanpa dilakukan

pasien sama aja kan.

P : Bagaimana cara anda menyampaikan komunikasi kesehatan agar pasien

tersebut benar- benar menerapkannya

I : Kita jelaskan secara benar, keuntungannya apa, kerugiannya apa dan kita

bantu juga menfasilitasinya biat termotivasi juga dia dengan kita

menyampaikan manfaatnya pasti pasien yang benar- benar ingin sehat

pasti menerapkannya.

P : Bagaimana persiapan yang anda sebelum menyampaikan komunikasi

kesehatan?

I : Persiapan khusus enggak ada sih. Yang begitu ada pasien kita tahu

penyakitnya yah kita sampaikan pendidikan kesehatan yang dia butuhkan,

kan terkadang juga ada pasien yang gawat darurat enggak mungkin donk

kita melakukan yang gimana- gimana dulu. Kecuali mau memberikan

materi seperti penyuluhan ke suatu tempat atau desa- desa. yah paling

banyak banyak belajar lah. Selalu upgrade ilmu.

P : Apakah maksud dan tujuan komunikasi kesehatan

Universitas Sumatera Utara

Page 153: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

I : Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, mutu kesehatan

masyarakat.

P : Saat kapan komunikasi kesehatan diterapkan

I : Saat dirasa perlu. Hampir semua pasien memerlukannya.

P :Bagaimana bila ada seorang pasien yang tidak mau mengikuti aba-aba

I : Tetap di edukasi, tetap kita jelaskan apa manfaatnya, tujuannya, yah gitu

terus kita sampaikan kita ingatkan.

P :Apakah anda mempunyai hambatan- hambatan dalam menerapkan

komunikasi kesehatan,? Apakah yang menjadi hambatan anda dan

bagaimana cara mengatasinya?

I : tingkat pendidikan. Kalo pasiennya kadang cuman lulusan SD itu lebih

sulit menyampaikannya. Apalagi kalo dia menganut orang- orang zaman

dulu, gak terbuka.Contohnya pemberian ASI, contohnya kalo di edukasi

untuk memberikan ASI eksklusif dia belum tentu mau karena zaman

dahulu masih bisa kasih susu formula.

P :Mengapa ada batasan hubungan antara perawat dan pasien

I : iya memang ada , karena kita bekerja sebatas pelayanan kesehatan aja,

sesuai denga profesi di tempat kerja, jika ada permintaan lain yang tidak

sesuai dengan profesi maka kita punya hak untuk menolaknya. Karena

semua memang harus dibatasi jika tidak maka semua akan bersifat

semenah-menah

P : Sudah selesai bu, terimahkasih buat waktunya.

I : iya sama-sama, sukses yah.

Universitas Sumatera Utara

Page 154: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

HASIL WAWANCARA PENELITIAN PASIEN

Nama lengkap : Meyrani Ginting

Usia : 35 tahun (sudah memiliki 3 anak)

Agama : Kristen

AlamaT : Jl. Mawar XI LK. XIX No. 68 Medan

Status : Menikah/ Ibu Rumah Tangga

Pendidikan Terakhir : D3 Gizi

Hobby : Membaca

Anak ke berapa : 4 dari 5 bersaudara

Warna kesukaan : Biru

P : Selamat siang bu, saya mahasiswa dari Komunikasi FISIP USU yang

ingin melakukan penelitian untuk skripsi yang berjudul komunikasi

interpersonal perawat dan pasien, boleh saya meminta waktunya sebentar

agar ibu mau menjadi narasumber saya?

I : iya silahkan tanyakan saja, saya bersedia.

P : terimah kasih bu, baik kita mulai ya bu.

P :Sudah berapa lama anda di rawat di Rumah Sakit USU

I : saya sudah dirawat dimulai hari jumat pada tanggal 13 juli berarti

dihitung sudah 3 hari sampai saat ini.

P :Penyakit apa yang anda derita( kenapa ibu dibawa ke RS ini, nama anak

ibu siapa) ?

I : eh.. kesini karna melahirkan. Waktunya juga udah pas, jadi saat

pembukaan dan mulas suami langsung bawa kesini. Belum punya nama

tapi belakangnya ada sihombingnya karna suami saya sihombing.

hahahaha

P : Sudah berapa lama anda dirawat disini?

I : Sejak tanggal 13 juni 2018(Melahirkan)

P : Adakah perubahan setelah dirawat di RS USU

I : yah ada. Sebelum di bawa kesini rasa mulesnya menjadi- jadi, disini di

tangani lah seperti dikasih penenanag.

P : Bagaimana menurut anda pelayanan para perawat di Rumah Sakit USU?

I : Bagus yah. Cepat juga pelayanannya. Saya kan melahirkan normal begitu

mules mules atau kontraksi, perawat langsung tanggap disitu saya sudah

mengalami bukaan yang ke 9.

Universitas Sumatera Utara

Page 155: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

P :Apakah pelayanan para perawat sudah memperlihatkan adanya hubungan

interpersonal? Komunikasi interpersonal yang seperti apa yang diterapkan

perawat saat menyampaikan komunikasi kesehatan?

I : sudah. Seperti cara memberi anak saya kepada saya ketika baru lahir, itu

benar- benar ke ibuan yah, enggak tau lah yah karna udah biasa juga.terus

saat mengajari bagaimana member ASI dengan benar itu benar- benar di

praktekkan, jadi gampang di mengerti, bagaimana memandikan bayi jugan

diajari. Meskipun ini kan bukan anak pertama saya tapi menurut saya itu

masih penting .

P : Sejauh mana Keterbukaan(kepercayaan) anda kepada perawat saat

menyampaikan keluhan yang sedang anda alami?

I : yah tentunya terbuka lah yah, kan kita juga butuh pertolongan perawat.

Mau kayak mana mereka menangani kita jika kita enggak menyampaikan

keluhan kita.

P : Rasa empati yang seperti apa yang anda terima dari perawat?

I : aku kan kasusnya melahirkan, jadi empati yang aku terima itu waktu aku

mulai merasakan mulas di perut perawat yang menangani sepertinya udah

pernah merasakan yang ku rasakan jadi dia kayak ngasih semangat dan

bilang untuk lebih mengeluarkan tenaga yang banyak supaya prosesnya

lancar.

P : Bagaimana pengaruh rasa empati dari perawat untuk kesehatan anda?

I : adalah pengaruhnya. Yang kayak di semangati itu kan jadi kayaknya dia

ngerti kita ,kita pun semakin semakin. Sempat aku udah lemas karna

semnagat suami sam perawat ini lah aku semangat lagi, tapi karna Tuhan

juga lah itu.

P :Apakah anda mendapatkan dukungan dari perawat? Dukungan seperti apa

yang anda terima?

I : ada yang tadi itu kan dukungan. Itulah memberi semangat

P : Seberapa penting dukungan dari pihak medis untuk pemulihan kesehatan

anda?

I : penting. Mungkin kalo nggak di semangati aku mungkin udah menyerah

jadi udah tau lah tadi pentingnya sejauh apa

P : Sikap positif yang bagaimana yang anda terima pada saat perawat

menyampaikan komunikasi kesehatan?

I : saat perawat menyampaikan apa aja yang nggak boleh dilakukan dan yang

boleh itu nyaman lah dengarnya, bahasanya bagus, penyampaiannya lembut

pokoknya baik lah.

P : Sikap kesetaraan yang seperti apa yang diperlihatkan perawat ketika anda

menyampaikan keluhan dan pada saat perawat memberikan komunikasi

kesehatan?

I : Itulah tadi, perawatnya udah ada yang jadi ibu, jadi kayak diberi dukungan

kan, dan dari cara raut wajahnya pun kayak bilangkan semnagat, harus bias,

ini perjuangan ibu, gitu lah dek.

P : Apakah menurut anda dengan menerapkan komunikasi interpersonal

penyampain komunikasi kesehatan sudah efekif? Mengapa?

Universitas Sumatera Utara

Page 156: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

I : iya sudah. Karena kita paham yang di sampaikan. Kalo kita udah kenal

dan udah nyaman pasti kita kayak ada apa gitu, ehhh… kayak ada

hubungan, karena udah ada hubungan yah efektif lah.

P : Apakah pelayanan para perawat sudah memperlihatkan adanya hubungan

interpersonal? Bagaiamana menurut anda komunikasi interpersonal yang

diterapkan perawat saat menyampaikan komunikasi kesehatan?

I : Perawat disini sudah menunjukkan hubungan interpersonal, itu tadi

hubungan yang menganggap kita lebih dari pasien, merawat anak kita yang

baru lahir dengan baik. Sewaktu menyampaikan komunikasi kesehatan

ngomongnya tulus gitu, nyampe gitu pesannya, kita juga ngerti dengan apa

yang disampaikan, bahasa nya mudah di pahami, bagus lah.

P : Apakah anda mendapatkan komunikasi kesehatan dari perawat

?Komunikasi kesehatan yang seperti apa yang pernah anda dapatkan dari

perawat?

I : Pasti dapat yah. Cara merawat bayi, cara memberikan ASI. Makanan apa

yang dikomsumsi biar ASI lancar, anak harus di gimanain, yah seputar ibu

dan anak lah.

P : Bagaimana menurut anda cara penyampain komunikasi kesehatan yang

dilakukan perawat?

I : Bagus. Diterangkan secara jelas. Dan juga ini kan anak ketiga saya jadi

saya sudah mengertilah sedikit tentang masalah kehamilan dan setelah

melahirkan.

P : Bagaimana pengaruh komunikasi kesehatan yang diberikan perawat

terhadap kehidupan anda?

I : berpengaruh baik. Asal kita lakukan yah pasti menghasilkan. Seperti

sebelum saya melahirkan dulu masa- masa mengandung saya disuruh

banyak gerak biar melahirkannya gampang, ini kan terbukti.

P : Apakah anda menerapkan komunikasi kesehatan dalam kehidupan sehari

hari, mengapa anda menerapkannya?

I : Pasti saya kan terapkan, demi kebaikan anak saya dan pemulihan saya

juga kan.

P : Menurut anda apakah perawat benar benar sudah menyampaikan

komunikasi kesehatan dengan baik? Dan alasan mengataka iya/ tidak

I : Sudah baik yah. Udah efektif juga. Tadi juga udah kita bahas, efektifnya

bagaimana ya .

P : Apa yang menjadi hambatan pasien saat mendengarkan komunikasi

kesehatn yang disampaikan oleh perawat?

I : Hambatan untuk saya sendiri enggak ada. Perawatnya menyampikan

dengan jelas dan detail.

P : Saran pasien terhadap perawat dalam menyampaikan komunikasi

kesehatan?

I : Sarannya semoga pelayanannya semakin di tingkat kan, gini yah

meningkat boleh berkurang jangan, setidaknya mempertahankan agar

masyarakat lain percaya dengan pelayanannya. Ini kan baru beroperasi

mungkin diluar sana masih banyak yang belum percaya, maka dari situ ayo

tingkatkan dan bukti kan pelayanan disini itu baik.

P : Terimahkasih buat waktunya ya bu, semoga ibu dan bayi sehat selalu.

I : Iya nak, sukses buat skripsi mu.

Universitas Sumatera Utara

Page 157: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

HASIL WAWANCARA PENELITIAN PERAWAT

Nama lengkap : Fitri Yuningshi

Usia : 28 Tahun

Agama : Islam

Alamat : Gang Eka Sari Johor

Status : Belum Menikah

Pendidikan : S-1 Keperawatan Ners

Hobby : Membaca

Anak ke berapa : 3 dari 5 bersaudara

Warna kesukaan : Hijau

P : Selamat Sore bu, saya mahasiswa dari ilmu komunikasi FISIP USU yang

sudah beberapa hari melakukan penelitian disini untuk skripsi yang

berjudul komunikasi interpersonal perawat dan pasien, boleh saya

meminta waktunya sebentar agar ibu mau menjadi narasumber saya?

I : Ya mumpung saya tidak terlalu sibuk, boleh silahkan saja

P : Begini bu, kita mulai dari biodata dulu ya. Selanjutnya kepertanyaan.

I : baik silahkan.

P : Sudah berapa lama anda bekerja sebagai Perawat

I : selama 6 tahun, dari rumah sakit ini beroperasi saya diterima dari tahun

2012

P : Sebelum menjadi perawat kegiatan apa yang anda lakukan, mengapa

tidak meneruskan kegiatan itu (jika berkerja dibidang lain)

I : Enggak pernah.

P : Apakah sejak awal anda bercita-cita menjadi Perawat? Jika iya mengapa?

Jika tidak, apa cita cita yang anda inginkan sebelumnya, Mengapa cita-

cita itu tidak tercapai?

P : enggak. Awalnya saya mau jadi guru karena disuruh orang tua.

P : Apakah anda menikmati pekerjaan anda sebagai Perawat? Jika iya,

Mengapa anda anda menikmatinya, jika tidak mengapa?

I : iya menikmati. Karena kita menjalankannya dengan senang hati,

menekuninya dengan baik.

P : Adakah pengalaman,kejadian, atau hal- hal yang membuat anda merasa

bangga menjadi perawat? Kejadian seperti apakah itu?

I :Banyak. Dari menyelamatkan pasien yang kritis itu suatu kebanggaan.

Dari keadaannya yang sekarat bisa sembuh pulang, itu kebanggaan sekali

lah yah.

P : Adakah pengalaman, kejadian, kesulitan ataupun tantangan yang

membuat anda ingin berhenti menjadi perawat? Pengalaman apakah itu?

I : Hem..enggak ada sih. Kalau komplenan keluarga itu sudah biasa.

P : Bagaimana hubungan interpersonal antara perawat dan pasien

I : Hubungannya baik. Seperti kita tahu latar belakangnya, tahu suku,

dengan begitu kan hubungan interpersonal jadi lebih baik.

P ;Seberapa penting Keterbukaan pasien tentang keluhannya untuk

kelancaran menyampaikan komunikasi Kesehatan?

Universitas Sumatera Utara

Page 158: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

I : Sangat penting lah. Karena semua semua yang dibutuhkan dari

keterbukaan pasien dan keluarga, apa yang harus kita lakukan, jadi sangat

penting.

P : Sejauh anda bekerja adakah pasien yang merasa minder dan malu

mengungkap kan penyakitnya?. Bagaimana cara anda agar pasien mau

terbuka tentang semua penyakitnya?

I : Pasti ada. Karena ada penyakit menular yang mereka tutupi seperti HIV,

Hepatitis, itu mereka tau penularannya itu cepat,gampang tapi susah di

sembuhkan. Cara mengetahuinya yah kita kaji secara mendalam, interent

berdua, atau dia panggil keluarga terdekat kalau memang dia enggak bisa

terbuka. Satu lagi yah cek. Yang paling sensitive itu yah cek darah apalagi

yah seperti HIV dan Hepatitis lebih jelas kalau sudah cek darah.

P : menunjukan rasa empati kepada pasien?

I : Kita mendengarkan keluhan mereka, kita menanggapi dengan baik, kita

seperti teman lah. Kita dorong agar tetap semangat begitu lah.

P : Sejauh mana batasan rasa empati yang ditetapkan dalam bidang

pekerjaan anda?

I : Hem..ada lah. Apa lagi kalo pasien laki- laki dan perawat perempuan,

gitu sebaliknya pasien perempuan ke perawat laki- laki. Hem.. kalau bisa

gender itu tibulnya untuk rasa empati. Gender menyebabkan batasan

karena gimana yah. kalo perempuan kan ekspresinya sama kalau sesama

perempuan , jadi lebih nyaman lebih mengerti gitu lah. Kalau sama lelaki

yah gitu lah ekspresinya berbeda jadi benar- benar harus ada batasan.

Perawat tidak boleh hanya simpati karena kan simpati hanya turut

merasakan enggak melakukan tindakan, jadi perawat memang harus

empati tapi memiliki batasan.

P : Seberapa penting dukungan dari pihak medis untuk pemulihan pasien?

Dukungan yang seperti apa yang anda berikan untuk pemulihan pasien?

I : Sebenarnya kalau dari kami sih dukungannya hanya seputar terapi,

komunikasi kesehatan tadi, itu sebanrnya lebih ke ke keluarga, ke dokter

karena dokter tang menjelaskan semua penyakitnya, jadi kalau kami hanya

memberikan obat sama memotivasi gitu lah. Yah memang penting kali lah

karena kami yang memang menjaga 24 jam.

P :Sikap positif seperti yang bagaimana yang anda lakukan pada saat

pasien menyampaikan keluhannya?

I : Mendengarkan, mendengarkan keluhannya, menyampaikan keluhannya

kepada dokter agar cepat dip roses, terus menyampaikan solusi ke dokter

penanggung- jawabnya pada pasiennya, tapi kalo misalnya dokternya

dating yah dokternya senidir yang menjelaskan, saya hanya

menyampaikan keluhannya pasien kepada dokter, keluhan keluarganya.

P : Kesetaraan atau Kesamaan ( Equality), Kesetaraan menggambarkan

pengakuan secara diam- diam bahwa kedua belah pihak menghargai,

berguna dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkanSikap

kesetaraan yang seperti apa yang anda perlihatkan agar pasien merasa

nyaman dan mau berbagi keluhannya?

I : Kesetaraan, kayaknya untuk pasien kelas tiga, yah melakukannya

dengan sama walaupun ia pasien BPJS. Kalau keluhan yah semuanya

Universitas Sumatera Utara

Page 159: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

setara, semuanya di tampung keluhannya, kita buat mereka senyaman

mungkin lah berbicara dengan kita.

P : Apakah menurut anda dengan menerapkan komunikasi interpersonal

penyampain komunikasi kesehatan sudah efekif? Mengapa?

I : sedikit banyaknya yah efektif lah. Supaya efektif yang begini lah mereka

kan orang medan jadi memang sudah tau bahasa kita, mereka juga

pendidikannya kan sudah ini lah jadi udah bisa menerima informasi dari

kita.

P : Apakah anda mengetahui komunikasi kesehatan.Komunikasi kesehatan

seperti apa yang pernah anda terapkan ?

I : iya tahu. Ya seperti pendidikan kesehatan, disini kan banyak pasien paruh

baya, bagaimana menerapkan pola hidup sehat, kalau yang memang di

TBC atau apa yah bagaimana cara batuk yang efektif, kalau bagian

komunikasi pada pasien yang persiapan pulang, yah kita beritahu

bagaimana cara dia minum obat teratur, olahraga, dan terapi.

P :Mengapa penting menerapkan komunikasi kesehatan kepada pasien?

I : Udah kewajiban perawat.

P : Bagaimana cara anda menyampaikan komunikasi kesehatan agar pasien

tersebut benar- benar menerapkannya?

I : selalu kita ingatkan, kita ingatkan manfaatnya, ingatkan keuntungan, siapa

yang enggak mau sehat kan. Kalau mau sehat yah pasti di terapkan.

P : Bagaimana persiapan yang anda sebelum menyampaikan komunikasi

kesehatan?

I : ada persiapan. Kita tahu dulu penyakitnya, identitasnya, kita pelajari dulu

dengan begitu kita tahu tindakan seperti apa yang di perlukan pasien .

P : Apakah maksud dan tujuan komunikasi kesehatan

I : Menambah informasi sama pasiennya, tentang penyakitnya, trntang hidup

sehat, cara menanggulanginya. Apa yang bisa dilakukan dirumah. Dan apa

yang dilakukan untuk kontrol kembali.

P : Saat kapan komunikasi kesehatan diterapkan

I : Setiap saat. Tapi kan dengan kondisi pasien yang banyak apa lagi ini

dibagi tim jadi ada fokus nya, kamu yang ngurus ini, saya ngurus ini, yah

gitu. Biasanya kalo yang disini perawat yang lagi injeksi dial ah member

komunikasi kesehatan.

P : Bagaimana bila ada seorang pasien yang tidak mau mengikuti aba-aba

I : Tetap komunikasi aja, itu kan kewajiban pasien mau dengarkan atau

enggak. Tetapi kewajiban kita menyampaikan komunikasi kesehatan itu.

Kita tetap berkomunikasi aja kalau enggak di dengar yah gitu lah, yang

penting kita sudah menjalankan tugas.

P : Apakah anda mempunyai hambatan- hambatan dalam menerapkan

komunikasi kesehatan,? Apakah yang menjadi hambatan anda dan

bagaimana cara mengatasinya?

I : yah adalah. Kita kan enggak semua penyakit disini tau diagnosanya, jadi

harus belajar itu lah hambatannya. Ilmu itu kan berkembang jadi yah kita

harus belajar supaya informasi kita berjalan dengan baik dan efektif. Terus

sarana dan prasarananya yang kurang biasanya kalau menyampaiakn

penyakit itu bisa dnegan reflek bisa dari luar aja, ka nada alat yang melihat

gambarnya bagian dalam tubuh. Terus itu saya pernah mengalami dulu dia

Universitas Sumatera Utara

Page 160: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

benar- benar dari kampung jadi enggak bisa mengerti bahasa kita. Jadi cara

mengatasinya yah ditulis, itu kan sudah enggak efektif.

P : Mengapa ada batasan hubungan antara perawat dan pasien

I : Yah. memang harus adalah. Jadikan pasien itu harus tahu dia disini hanya

pasien. Jadikan pasien itu hanya bisa mengeluhkan penyakitnya, kita

menanggapi dan menerima informasinya. Kita beri solusi jika diterima

yasudah, pokoknya disini hanya sebatas pasien gitu.

P :Terimahkasih buat waktunya ya bu, semoga ibu sehat selalu.

I : Iya dek, sukses buatmu.

Universitas Sumatera Utara

Page 161: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

HASIL WAWANCARA PENELITIAN PASIEN

Nama lengkap : Chairunissa

Usia : 19 Tahun

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sosro No.18b Medan Denai

Status : Belum Menikah / Karyawan PT BRI (Bringga Roa

Indonesia)

Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Hobby : Membaca

Anak ke berapa : 2 dari 3 bersaudara

Warna kesukaan : Merah Muda

P : Selamat Sore kak, saya mahasiswa dari Komunikasi FISIP USU yang

ingin melakukan penelitian untuk skripsi yang berjudul komunikasi

interpersonal perawat dan pasien, boleh saya meminta waktunya sebentar

agar ibu mau menjadi narasumber saya?

I : Ya boleh kak.

P : makasi kak, kita mulai dari biodata dulu ya. Selanjutnya kepertanyaan.

I : baik silahkan.

P : Sudah berapa lama anda di rawat di Rumah Sakit USU?

I : Baru Sabtu kemarin masuk (Sejak 15 Juli 2018)

P : Penyakit apa yang anda derita?

I : Kurang tau kak, soalnya ada benjolan dalam mulut, harus di operasi dulu,

ini lagi menunggu mau di operasi jika HB saya sudah cukup sekarang Hb

saya 6 jadi dokter minta saya naikkan jadi 10.

P : Sudah berapa lama anda mengidap penyakit tersebut?

I : Baru tiga minggu lebih gitu lah kak.

P : Adakah perubahan setelah dirawat di RS USU?

I : Belum ada sih kak. Saya rujukan dari dokter sana disuruh langsung

kesini.

P : Bagaimana menurut anda pelayanan para perawat di Rumah Sakit USU?

I : bagus sih.Kalau misalnya infuse kita habis gitu, kita panggil dokter,

dokternya langsung kesini gitu, cepat nanggapi kak.

P : Apakah pelayanan para perawat sudah memperlihatkan adanya hubungan

interpersonal? Komunikasi interpersonal yang seperti apa yang diterapkan

perawat saat menyampaikan komunikasi kesehatan?

I : iya menunjukkan adanya hubungan interpersonal. Saya nyaman kak saat

berhadapan dengan perawat. Perawatnya sopan, ramah

P : Sejauh mana Keterbukaan(kepercayaan) anda kepada perawat saat

menyampaikan keluhan yang sedang anda alami?

I : yah. Dikasih tau lah semua apa yang kita rasakan kak, kalo enggak kita

kasih tau rugi di kita lah kak, sakit di kita juga kan. Hehehehe

P : Rasa empati yang seperti apa yang anda terima dari perawat?

I : sewaktu ku bilang keluhan ku responnya baik, terus raut wajahnya juga

kayak gitu lah kak, nyaman lah kita, kayak dia ngerti gitu rasa sakitnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 162: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

P : Bagaimana pengaruh rasa empati dari perawat untuk kesehatan anda?

I : Berpengaruh baik, baik lah kak kita jadi nyaman dan gak malu malu

sama penyakit kita.

P : Apakah anda mendapatkan dukungan dari perawat? Dukungan seperti

apa yang anda terima?

I : Dapat. Dukungan seperti semangat, kan aku mau di operasi nih kak, tapi

belum bisa karna HB ku kurang jadi yah dikasih tau lah apa makanan yang

harus dikomsumsi biar cepat aku bisa dioperasi karna HB aku rendah kali

kak, gitu udah termaksud dukungan itu kan kak..hehehehehe

P : Seberapa penting dukungan dari pihak medis untuk pemulihan kesehatan

anda?

I : penting kak. Kalo enggak di dukung mungkin nggak operasi oerasi aku

kak, karna di dukungkan harus makan ini, harus begini, cepat lakuin ini

biar cepat opersai gitu kak.

I : Sikap positif yang bagaimana yang anda terima pada saat perawat

menyampaikan komunikasi kesehatan?

P : Saat aku menyampaikan keluhan ku, respon perawatnya positif.

Diberitahu penyebab dan larangannya gitu kak.

P : Sikap kesetaraan yang seperti apa yang diperlihatkan perawat ketika anda

menyampaikan keluhan dan pada saat perawat memberikan komunikasi

kesehatan?

I : Waktu aku memberitahu penyakit ku, aku kayak di dukung untuk

sembuh, awalnya aku takut untuk operasi, terus terusan aku dikasih tau

efek sama manfaatnya jadi enggak takut lagi lah aku operasi.

P : Apakah menurut anda dengan menerapkan komunikasi interpersonal

penyampain komunikasi kesehatan sudah efekif? Mengapa?

I :Menurutku efektif kak. Jadi perawat tau apa penyakit kita, kita juga

enggak malu- malu nyampaiin penyakit kita, itu sih kak.

P : Apakah pelayanan para perawat sudah memperlihatkan adanya hubungan

interpersonal? Bagaimana menurut anda komunikasi interpersonal yang

diterapkan perawat saat menyampaikan komunikasi kesehatan?

I :Sudah kak. Komunikasi yang di terapkan ada yang bagus ada yang tidak.

Soalnya tadi kan ibu aku nanya gitu sama perawatnya, tapi perawatnya

ketawa gitu dengar pertanyaan ibu ku, kan kita nggak ngerti semua bahasa

perawat jadi enggak ada salahnya nanya ulang, tapi enggak tau sih kak

nanya apa soalnya saya disini, ibu saya menghadap kesana hemm.. cuman

itu aja sih kak, selainnya bagus semua, mudah di mengerti, jelas juga dan

yah bagus lah kak.

P : Apakah anda mendapatkan komunikasi kesehatan dari perawat

?Komunikasi kesehatan yang seperti apa yang pernah anda dapatkan dari

perawat?

I : Ada. Komunikasi kesehatan yang kayak, aku ka ada benjolan nih kak,

jadi perawat nyampein enggak boleh makan yang aneh- aneh dulu,

minumnya harus minum susu, makannya harus makan daging.

P : Bagaimana menurut anda cara penyampain komunikasi kesehatan yang

dilakukan perawat?

I : Cara penyampaiannya biasa aja sih, sopan, ramah, enggak bentak-

bentak.

Universitas Sumatera Utara

Page 163: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

P :Bagaimana pengaruh komunikasi kesehatan yang diberikan perawat

terhadap kehidupan anda?

I : Berpengaruh kak. Yah dari situ karena dibilang sama perawatnya kita

mulai menjaga kesehatan kita, enggak suka makan sembarangan lagi. yang

tadinya saja bisa makan bakso, sekarang enggak bisa makan bakso.

P : Apakah anda menerapkan komunikasi kesehatan dalam kehidupan sehari

hari, mengapa anda menerapkannya?

I : iya saya akan menerapkan. Untuk menjaga biar enggak terulang lagi.

Menurut anda apakah perawat benar benar sudah menyampaikan

komunikasi kesehatan dengan baik? Dan alasan mengataka iya/ tidak

P : Sudah cukup sih kak. Cukup aja sih kak mungkin karena pengaruh waktu

ibu saya bertanya lalu di tertawain kali yah. Tapi cuman sebatas masalah

itu kalau pelayanan yang lain- lain bagus semua.

P : Apa yang menjadi hambatan pasien saat mendengarkan komunikasi

kesehatn yang disampaikan oleh perawat?

I : Hambatannya, yah cuman bahasa- bahasa yang kurang mengerti tapi

enggak jadi hambatan juga sih soalnya kalau kita enggak ngerti di jelaskan

juga sama susternya.

P : Saran pasien terhadap perawat dalam menyampaikan komunikasi

kesehatan

I : Sarannya yah kak, hemm pelayanan suster- susternya itu harus lebih

ditingkatkan mutu kerjanya dan keramahannya, itu aja sih kak.

P : Baiklah sudah selesai, terimakasih buat waktunya ya kak, semoga lekas

sembuh dan operasinya berjalan dengan lancar.

I : iya kak, terimakasih kembali.

Universitas Sumatera Utara

Page 164: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

HASIL WAWANCARA PENELITIAN PERAWAT

Nama lengkap : Azura Khashiah

Usia : 30 Tahun

Agama :Islam

Alamat : Jalan Medan Area Selatan No. 244a/5 Gang Eka Rosmi

Status : Pelajar

Pendidikan : Sekolah Dasar kelas VI (SD 6)

Hobby : Bersepeda

Anak ke : 1 Dari 2 Bersaudara

Warna kesukaan : Putih

P : Selamat sore bu, saya mahasiswa dari Komunikasi FISIP USU yang

ingin melakukan penelitian untuk skripsi yang berjudul komunikasi

interpersonal perawat dan pasien, boleh saya melakukan wawancara

dengan ibu ?

I : Ya boleh dek, silahkan.

P : terimakasih bu, kita mulai dari biodata dulu ya. Selanjutnya

kepertanyaan.

I : baik silahkan.

P : Sudah berapa lama anda bekerja sebagai Perawat

I Dihitung darimana nih? Kalo di luar dua tahun, disini 2 tahun, jadi berapa

tahun tuh..4 ya kan?

P : Sebelum menjadi perawat kegiatan apa yang anda lakukan, mengapa

tidak meneruskan kegiatan itu (jika berkerja dibidang lain)

I : Kayaknya enggak ada. Begitu lulus langsung bekerja di rumah sakit. Ehh

tetapi ketika kuliah bekerja sih, yah tapi di rumah sakit juga di klinik

rawat jalan.

P :Apakah sejak awal anda bercita-cita menjadi Perawat? Jika iya mengapa?

Jika tidak, apa cita cita yang anda inginkan sebelumnya, Mengapa cita-

cita itu tidak tercapai?

I : Gak tau kalo ini yah. Bingung sama cita- cita, kemarin di suruh kuliah

dan ngambil jurusan ini sama orang tua ehh rupanya lulus. Di bilang cita-

cita kayaknya enggak. Pengennya dulu kerja di kantor kantor aja sih, tapi

kayaknya keluarga lebih berharap kesini dan di coba rupanya lulus yaudah

lah. Kalo enggak salah dulu di beri pilihan guru dan perawat. Ternyata

USU (Universitas Sumatera Utara) yang ujian duluan, rupanya udah lulus

duluan di USU yaudah disini lah.

P : Apakah anda menikmati pekerjaan anda sebagai Perawat? Jika iya,

Mengapa anda anda menikmatinya, jika tidak mengapa?

Universitas Sumatera Utara

Page 165: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

I : Di bilang menikmati sih, yah menikmati aja, santai- santai juga kerja nya.

Kerjaan nya gak terlalu berat, karena kerjanya tim kali yah, jadi kalo ada

masalah bisa saling sharing jadi enggak pusing sendiri, bisa konsultasi

sama kepala ruangannya juga, kalo sama pasien sih enggak terlalu apa, ya

gitu udah cukup yah.

P : Adakah pengalaman,kejadian, atau hal- hal yang membuat anda merasa

bangga menjadi perawat? Kejad\ian seperti apakah itu?

I : ya ada pasti ada kalo di bilang bangga. Apalagi kalo pasien nya sembuh

dari yang parah jadi sehat kembali.

P : Adakah pengalaman, kejadian, kesulitan ataupun tantangan yang

membuat anda ingin berhenti menjadi perawat? Pengalaman apakah itu?

I : hemm…biasanya gimana yah. Biasanya si masalah sama dokter aja sih.

Karena kalo sama dokter pelaporannya kan bias sampe ke direktur kan.

Kita bias di panggil tapi itu lah enaknya tim ini kalo ada masalah kan karu

nya (kepala ruangan) membantu. Hemm. Kalo sama pasien sih enggak

ada.paling gitu gitu aja dan bias teratasi.

P : Bagaimana hubungan interpersonal antara perawat dan pasien

I : ya sebatas hubungan pasien dan perawat, dan seputar kesehatan. Ya

paling nanya biodata, kayak tinggal dimana, anak ke berapa, kan enggak

boleh terlalu dalam juga, itu tadi enggak boleh terlalu simpati. Ya untuk

membuat pasien nyaman kalo saat diperiksa kita tanyain, kita ajak cerita,

gitu aja lah dek.

P :Seberapa penting Keterbukaan pasien tentang keluhannya untuk

kelancaran menyampaikan komunikasi Kesehatan?

I : ya penting lah dek. Kan biar tau member edukasi yang seperti apa, apa

obatnya, apa yang diperlukan, komunikasi kesehatan yang kayak apa yang

dibutuhkan, penting lah pokoknya dek.

P : Sejauh anda bekerja adakah pasien yang merasa minder dan malu

mengungkap kan penyakitnya?. Bagaimana cara anda agar pasien mau

terbuka tentang semua penyakitnya?

I : kakak belum pernah sih mengalami, karna kan kakak khusus anak-

anakan, ya orang tua juga pasti ngasih tau penyakit anaknya kalo memang

mau anaknya sehat.

P : Bagaimana anda menunjukkan rasa empati kepada pasien?

I : ya kita memberikan bantuan semampu kita, apa lagi kakak pernah

menangani pasien anak-anak yang masih berusia 1 tahun tapi udah punya

penyakit yang betul- betul serius gitu, kasihan lihat orang tua yah pasti kita

melakukan semampu kita untuk anak itu sembuh dan dapat kembali lagi

Universitas Sumatera Utara

Page 166: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

seperti biasanya maknya tadi kan enggak boleh hanya simpati harus

empati.

P :Sejauh mana batasan rasa empati yang ditetapkan dalam bidang pekerjaan

anda?

I : hemm..batasan yah ada. Paling sering sih masalah gender yah. Misalnya

perawat perempuan sama laki-laki, atau sebaliknya, enggak boleh terlalu

hanyut gitu kan disini hanya hubungan kerja di bidang kesehatan aja, yah

memang harus benar benar tau membatasi lah, sejauh ini kakak masih bisa

membatasi sih, jadi enggak tau yang gimana- gimana.

P : Seberapa penting dukungan dari pihak medis untuk pemulihan pasien?

Dukungan yang seperti apa yang anda berikan untuk pemulihan pasien?

I : Dukungan yah, dukungan seperti memberi obat, memberi pertolongan

dengan cepat, yah sebisa mungkinbekerja dengan maksimal.

P :Sikap positif seperti yang bagaimana yang anda lakukan pada saat

pasien menyampaikan keluhannya?

I : kita dengarin dia saat menyampaikan keluhannya, kita beri solusi, kita

bilang jangan begini, jangan begitu. Seperti menangani anak kan, pasti ibu

nya sedih sekali melihat anaknya begitu, yah kita beri dorongan kita yakin

kan kita bisa membuat anaknya pulih lagi, dan di bantu doa juga, gitu lah

dek.

P : Sikap kesetaraan yang seperti apa yang anda perlihatkan agar pasien

merasa nyaman dan mau berbagi keluhannya?

I : kita ikut merasakan. Lagi pula jika kita mendengar anak nya gini,

keluhannya hati siapa yang enggak ikut sedih, yah itu otomatis aja sih

terlihat, seperti kita ikut merasakan, jadi kita juga sepertinya

menggerakkan segala kemampuan untuk pemulihan pasien.

P : Apakah menurut anda dengan menerapkan komunikasi interpersonal

penyampain komunikasi kesehatan sudah efekif? Mengapa?

I : hemm.. efektif lah dek, kalo pasien sudah nyaman kita pun kan

nyampaikannya enak, kita bertanya pun di tanggapi dengan baik. Kan

dengan gitu jadi efektif lah. Jadi itu penting lah dek.

P : Apakah anda mengetahui komunikasi kesehatan.Komunikasi kesehatan

seperti apa yang pernah anda terapkan ?

I : hemm,tau tapi menjelaskan secara teori gimana yah, kalo secara

praktekkan yah turun lapangan. Yang udah pernah saya terapkan yaitu

penyuluhan kepada keluarga, kalo sama pasien anak misalnya ya sama

mama nya biasanya kami sampaikan.tadi pasiennya kemana? Ahh .itu

sama Naim ka nada masalah sama ginjalnya berhubung dia masih kecil

yah kita nyampain sama orang tua. Seperti perhatikan makanannya jangan

Universitas Sumatera Utara

Page 167: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

bergaram, sebelum di beri ke si anak rasain dulu, jangan makan buah dulu

karna tinggi kalium nya, kalo sama anaknya kan gak mungkin. Tapi kalo

sudah dewasa biasanya sama pasien langsung juga keluarga tapi kami kan

khusus anak jadi sama orang tua apa lagi kalo berurusan sama bayi kan?.

Ya gitu lah dek menerapkannya sesuai kebutuhannya, kalo tadi misalnya

kan mama nya si Naim tanya boleh makan pisang gak? Kita bilang jangan

dulu, ya gitu lah dek.

P :Mengapa penting menerapkan komunikasi kesehatan kepada pasien?

I : yah penting dek. Kan demi kesehatan. Hemm. Gitu sih lagian itu bagian

dari tugas kami.

P : Bagaimana cara anda menyampaikan komunikasi kesehatan agar pasien

tersebut benar- benar menerapkannya

I : kayak tadi, si Naim ya berulang ulang kita sampaikan, tidak boleh ini

tidak boleh itu? Tadi waktu di ruangan kalian lihat enggak air kecilnya

ditampung? Tuh kan diterapkan, yah itu tadi untuk kesehatan.

P : Bagaimana persiapan yang anda sebelum menyampaikan komunikasi

kesehatan?

I : oh…kakak enggak terlalu ada persiapan, kalo misalnya kakak enggak tau

tanya dokter, boleh gini gak?, ya gitu lah, pokok nya begitu kalau

diperiksa langsung beritahu edukasi kepada pasien. Karna langsung turun

lapangan, lain ceritanya kalo kakak jadi pemateri dalam satu pertemuan,

itu memang harus memerlukan persiapan, yah persiapan materi.

P :Apakah maksud dan tujuan komunikasi kesehatan

I : ya maksudnya yaitu lah apa yang kami sampaikan mengerti bagi pasien

dan diterapkan , untuk kesehatannya juga. Itu aja sih menurut kakak.

P :Saat kapan komunikasi kesehatan diterapkan

I : saat di perlukan. Hemm gimana yah kalo di bilang setiap saat sih enggak

yah, kalo di perlukan yah memang perlu. Kayak si Naim itu kan kalo udah

kami jelaskan enggak mungkin kami jelaskan ulang- ulang gitu, yang

penting dia kan udah tau. Yah paling sesekali di ingatkan lagi. Yah diberi

sesuai kebutuhan pasien tadi lah. Kalo masalah ginjal diberitahu apa yang

menjadi larangannya. Dan misalnya kalo ada pasien gawat yah saat itu lah

diberi edukasi, ibu pasang ini yah, atau beberapa jam lagi kita datang ibu

asang ini untuk ini yah, kalo di Tanya saat kapan ya enggak tentu.

P : Bagaimana bila ada seorang pasien yang tidak mau mengikuti aba-aba?

I : Ini pasti ada ini, pasti. Kalau biasanya kami kalau enggak mau ngikuti

aba- aba, apalagi kalo dalam melakukan hal tindakan, kalo misalnya kami

mau pasang selang makan dia enggak mau, yah kami kan harus ada tulisan

nya enggak bias hanya lisan aja. Kami juga minta bantuan dari dokter-

Universitas Sumatera Utara

Page 168: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

dokter untuk menjelaskan, nanti dokter bantu jelasin tapi kalau dia enggak

mau juga yah kami bikin surat penolakkan. Soalnya nanti kan kalo ada

apa-apa dia ngajukan dia udh gak bias lagi karena udah ada bukti tulisan.

Kami sudah menganjurkan, udah member edukasi dan tetap enggak mau

yah gitulah. Biasanya disini gitu.

P : Apakah anda mempunyai hambatan- hambatan dalam menerapkan

komunikasi kesehatan,? Apakah yang menjadi hambatan anda dan

bagaimana cara mengatasinya?

I : Ada. Pasti ada. Apa lagi hambatan dalam bahasa sama pendidikan.

Apalagi dia tamatan sekolah dasar (SD) susah sekali memberi edukasi,

susah benar. Apa lagi hambatan bahasa. Dia enggak tau tuh bahasa

indonesi, itu kami pernah alami, jaddi kami ada punya khusus misalnya

dia pandenya bahasa inggris, pande bahasa karo, atau bahasa batak itu

kami telvon memberikan penjelasan sama si pasien tadi. Apalagi tamatn

SD dia kurang ngerti jadi kadang dia manggil paman, keluarga atau

apanya jadi yah gitu bolak-balik lah menjelaskannya, gitu lah cumin

pendidikan sama bahasa aja nya ini jadi hambatannya.

P : Mengapa ada batasan hubungan antara perawat dan pasien?

I : Memang harus ada batasan katanya. Kita itu enggak boleh simpati harus

empati. Simpati enggak boleh sih, kakak belum pernah ngalamin sampe

terjatuh kali sih, jadi kakak enggak ngerti. Kita itu enggak boleh terhanyut,

gitu lah dek.

P : Terimahkasih buat waktunya ya kak,

I : Iya dek sama- sama, sukses buatmu.

Universitas Sumatera Utara

Page 169: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

HASIL WAWANCARA PENELITIAN PASIEN

Nama lengkap : Naim Sinulingga

Usia : 10 Tahun

Agama :Kristen

Alamat : Batu karang tanah karo

Status : Pelajar

Pendidikan : Sekolah dasar kelas VI (SD 6)

Hobby : Bermain Sepeda

Anak ke berapa : 1 dari 2 bersaudara

Warna kesukaan : Putih

P : Selamat Sore pak, saya mahasiswa dari Komunikasi FISIP USU yang

ingin melakukan penelitian untuk skripsi yang berjudul komunikasi

interpersonal perawat dan pasien, boleh saya mewawancarai anak bapak?

I : Ya boleh silahkan aja dek, lagian biar dia tidak main handphone terus.

P : makasi pak,saya mulai dari biodata dulu ya. Selanjutnya kepertanyaan.

I : baik silahkan saja.

P : Sudah berapa lama anda di rawat di Rumah Sakit USU?

I : Si Naim ini udah seminggu lah di rawat disini

P : Penyakit apa yang anda derita?

I : Batu ginjal, dia malas minum, suka kali minum-minuman yang berasa itu

loh dek, yang dijual di warung harga gopek itu, x-tea, pop ice, yang ber

warna- warna itu lah.

P :Sudah berapa lama anda mengidap penyakit tersebut?

I : Baru- baru ini aja dia kena penyakit ini, tapi dulu umur 4 tahun dia

pernah kenak demam berdarah juga (DBD)

P : Adakah perubahan setelah dirawat di RS USU?

I : itu udah lumayan lah. Tengok lah muka nya itu udah lebih ceria, dulu

sebelum kesini pucat kali mukanya, kami pun udah takut lihat mukanya,

tapi Puji Tuhan lah sekarang dia pun udah bias bercanda sama adeknya.

P : Bagaimana menurut anda pelayanan para perawat di Rumah Sakit USU?

I : Kalo kami bilang bagus, karna kami kan rujukan dari Kaban jahe, Mitra

sejati, dan yang ini lah yang cocok. Perawatnya ramah semua, dokternya

pun ramah.

P : Apakah pelayanan para perawat sudah memperlihatkan adanya hubungan

interpersonal? Komunikasi interpersonal yang seperti apa yang diterapkan

perawat saat menyampaikan komunikasi kesehatan?

I : ia komunikasi interpesonalnya bagus. Kami nyaman. Sewaktu perawat

menyampaikan nasihat kan, apa yang jadi larangan dan yang harus

dilakukan untuk si Naim ini, bagus kami ngerti bahasanya juga bagus, kalo

kami enggak ngerti terus bertanya di jelaskan

P : Sejauh mana Keterbukaan(kepercayaan) anda kepada perawat saat

menyam,paikan keluhan yang sedang anda alami?

I : Percaya percaya ajalah dek, soalnya kan kita harus bilang semua

penyakitnya anak kita biar orang itu tau untuk bertindak, kan gitunya.

Universitas Sumatera Utara

Page 170: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

P : Rasa empati yang seperti apa yang anda terima dari perawat?

I : Ini si Naim ini kan sakitnya udah bias dibilang parah lah ya untuk anak

seusia dia, bayangkan lah udah batu ginjal. Ini rumah sakit ke 3 lah yang

kami datangi dua sebelumnya lama kali dip roses, udah takut lah aku

sebagai orang tua, tiba disini seperti yang langsung di sambut kami,

pengerjaannya juga cepat, jadi kayak mereka merasakan ke khawatiran

kami juga, gitu dek.

P :Bagaimana pengaruh rasa empati dari perawat untuk kesehatan anda?

I : gimana yah. Berpengaruh lah, jadi kalo pun ada apa apa tapi jauh jauh

lah yah, karna kita udah tau begini pelayanannya pasti ada lagi niat kesini

kan.

P : Apakah anda mendapatkan dukungan dari perawat? Dukungan seperti

apa yang anda terima?

I : Ada dek. Mendengar penyakitnya ini pun udah gimana rasanya, tapi

perawat terus berkata apa aja yang jadi pantangan dan apa yang harus

dilakukan, rasa ku pun itu udah dukungan, dukungan untuk mengingatkan

lah namanya biar nggak dimakan kan pantangannya berarti dia mau si

Naim cepat sembuh.

P : Seberapa penting dukungan dari pihak medis untuk pemulihan kesehatan

anda?

I : Penting kali lah dek. Kalo nggak di kasih tau apa aja larangan pasti aku

pun gak tau, jadi kalo di bilang penting, penting kali lah.

P : Sikap positif yang bagaimana yang anda terima pada saat perawat

menyampaikan komunikasi kesehatan?

I : Selama kami disini kalau ada yang tidak kami mengerti atau tidak kami

tahu kalo bertanya dengan perawat respon mereka baik, jadi nyaman lah

gitu dek, ngak takut takut.

P : Sikap kesetaraan yang seperti apa yang diperlihatkan perawat ketika anda

menyampaikan keluhan dan pada saat perawat memberikan komunikasi

kesehatan?

I : Cara menyampaikan pesan itu dek, kalo perawatnya ngomong sama si

Naim bahasanya lebih gampang dimengerti, si Naim pun ku lihat nggak

takut menjawab, kalo nggak mengerti pun kita istilah yang disampaikan

pasti dikasih tau maksudnya jadi ya itu lah berarti dianggap kestaraan itu

ada.

P : Apakah menurut anda dengan menerapkan komunikasi interpersonal

penyampain komunikasi kesehatan sudah efekif? Mengapa?

I : iya efektif. Kalo udah berkomunikasi interpersonal itu sama dengan

pribadi kan? Jadi udah gimana yah, udah adalah suasana nyaman yang di

bangun, suasana hangat gitu lah, jadi efektif.

P : Apakah pelayanan para perawat sudah memperlihatkan adanya hubungan

interpersonal? Bagaiamana menurut anda komunikasi interpersonal yang

diterapkan perawat saat menyampaikan komunikasi kesehatan?

I : Sudah, kan penyampaiannya sudah efektif . penyampaiannya bagus, jelas

dan selalu mengingatkan terus menerus.

P : Apakah anda mendapatkan komunikasi kesehatan dari perawat

?Komunikasi kesehatan yang seperti apa yang pernah anda dapatkan dari

perawat?

Universitas Sumatera Utara

Page 171: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

I : iya menerima. Kayak banyak minum,kalo lagi berobat jangan makan

diluar,kalo udah sembuh pun jangan minum- minuman gopek itu, yang

tadi itu lah. Kalo dulu setiap hari lah dia minum itu, dan kalo pun ada

keluhan kita sampaikan sama susternya, ditanggapi cepat dan baik kok.

Sesuai sama penyakitnya lah cara mengatasi batu ginjal.

P : Bagaimana menurut anda cara penyampain komunikasi kesehatan yang

dilakukan perawat?

I : Bagus yah. Macam ibu ke anaknya lah gitu. Itu lah menunjukan

hubungan interpersonal, jadi si Naim pun enggak malu- malu.

P : Bagaimana pengaruh komunikasi kesehatan yang diberikan perawat

terhadap kehidupan anda?

I : Berpengaruh lah, bermanfaat. Karena biasanya kalo adeknya beli

makanan dari luar gitu biasanya dia congok gitu kan, sekarang dia udah

enggak berani minta, udah takut dia. Biasanya kalo adeknya makan apa

pun biasanya dia minta, minta terus kalo sekarang udah enggak berani lagi.

P : Apakah anda menerapkan komunikasi kesehatan dalam kehidupan sehari

hari, mengapa anda menerapkannya?

I : iyalah iya. Mudah mudahan lah dek. Lagian dia kan masih kecil udh dua

minggu dia di rawat, tapi disini masih seminggu.

P : Menurut anda apakah perawat benar benar sudah menyampaikan

komunikasi kesehatan dengan baik? Dan alasan mengataka iya/ tidak?

I : Yah bagus, puas lah sama pelayannya. Kami ngerti apa yang di

sampaikan, saran- sarannya pun baiknya untuk kesehatan, ini lah mungkin

dia besok udah boleh pulang, jadi bisa lah dia sekolah kan.

P : Apa yang menjadi hambatan pasien saat mendengarkan komunikasi

kesehatan yang disampaikan oleh perawat?

I : Selama kami disini enggak ada hambatan, semua pasien bagus

menyampaikannya, kalo enggak ngerti kami Tanya dijelaskan lagi

P :Saran pasien terhadap perawat dalam menyampaikan komunikasi

kesehatan

I : Apa yah, udah bagus pulanya rumah sakit ini. Yah untuk

mempertahankan pelayanan nya ajalah. Cuman aku heran aja kenapa

pasiennya masih sedikit, padahal pelayanannya bagus, kenapa di rumah

sakit yang lain sampe berdesak desakan, ngantri, yah kesini lah maunya,

bagus juga nya disini. Itu lah sarannya mempertahan kan pelayananannya

dan terimah kasih untuk pelayanannya.

P : Terimakasih buat waktunya ya pak, semoga Naim cepat sembuh

I : Iya dek, sukses buatmu.

Universitas Sumatera Utara

Page 172: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

HASIL WAWANCARA PENELITIAN PERAWAT

Nama lengkap : Mahdiana Sinuhaji

Usia : 40 Tahun

Agama : Kristen

Alamat : Gang Perjuangan Gang Daun Tanjung Selamat

Status : Menikah (sudah mempunyai 3 anak)

Pendidikan : D3 Perawatan

Hobby : Membaca

Anak ke berapa : 4 dari 4 bersaudara

Warna kesukaan : Merah

P : Selamat siang bu, saya mahasiswa dari Komunikasi FISIP USU yang

ingin melakukan penelitian untuk skripsi yang berjudul komunikasi

interpersonal perawat dan pasien, boleh saya mewawancarai ibu untuk jadi

salah satu narasumber saya?

I : Ya boleh tanyakan saja.

P : makasi bu,saya mulai dari biodata dulu ya. Selanjutnya kepertanyaan.

I : baik silahkan saja.

P : Sudah berapa lama anda bekerja sebagai Perawat?

I : Sejak akhir 2012, bias dibilang sejak 2013 lah

P : Sebelum menjadi perawat kegiatan apa yang anda lakukan, mengapa

tidak meneruskan kegiatan itu (jika berkerja dibidang lain)?

I : enggak ada kegiatan lain, memang langsung jadi perawat setelah lulus

kuliah

P : Apakah sejak awal anda bercita-cita menjadi Perawat? Jika iya mengapa?

Jika tidak, apa cita cita yang anda inginkan sebelumnya, Mengapa cita-

cita itu tidak tercapai?

I : iya memang dari awal sudah menjadi perawat, makanya saya senang

menjalankan pekerjaan ini.

P : Apakah anda menikmati pekerjaan anda sebagai Perawat? Jika iya,

Mengapa anda anda menikmatinya, jika tidak mengapa?

I : dibilang menikmati ya menikmati lah, cita- cita juga. Suka dukanya juga

di jalani aja.

P : Adakah pengalaman,kejadian, atau hal- hal yang membuat anda merasa

bangga menjadi perawat? Kejadian seperti apakah itu?

I : hem..pengalaman.. kalo ada keluarga yang sakit kita bisa praktektekan

ilmu yang kita dapatkan di pekerjaan ini.

P : Adakah pengalaman, kejadian, kesulitan ataupun tantangan yang

membuat anda ingin berhenti menjadi perawat? Pengalaman apakah itu?

I : kalo terkhusus dibidang pekerjaan nggak ada, cuman kesulitannya ketika

masih punya anak kecil, terus harus dinas malam kan dulu saya harus

meninggalkan anak usia 1 ½ bulan, kan kasihan, harus orang yang

merawat kan.

P : Bagaimana hubungan interpersonal antara perawat dan pasien?

I : yah hubungan sebatas nyamannya memberikan dan menyampaikan

komunikasi kesehatan terhadap pasien. Hubungan yang nyaman itu kita

Universitas Sumatera Utara

Page 173: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

menyampiakan dengan senyuman, kan komunikasi verbal dan nonverbal

kita dinilai, dari situ rasa nyaman di bangun. Karena kan nanti kalo pasien

itu udah kembali pun ke rumahnya, pasti dia kontrol lagi ke rumah sakit,

kan kita juga nya yang mengontrol jadi hubungan itu perlu agar selalu

merasa nyaman.

P :Seberapa penting Keterbukaan pasien tentang keluhannya untuk

kelancaran menyampaikan komunikasi Kesehatan?

I : yah penting lah. Dari situ kita bisa tau komunikasi kesehatan yang seperti

apa yang dibutuhkan pasien, tindakan apa yang kita lakukan, penting kali

lah keterbukaan itu pokoknya.

P :Sejauh anda bekerja adakah pasien yang merasa minder dan malu

mengungkap kan penyakitnya?. Bagaimana cara anda agar pasien mau

terbuka tentang semua penyakitnya?

I : Sejauh ini belum pernah ada. Lagian kalo malu kita bisa cari tau dari

pemeriksaan selanjutnya, seperti tes darah, kan gejala gejalanya pasti

kelihatan lah itu. Dari situ kita bisa tahu.

P : Bagaimana anda menunjukkan rasa empati kepada pasien?

I : Membantu sepampu kita untuk memulihakn penyakitnya, terus

memberikan pelayanan kesehatan, gitu sih.

P : Sejauh mana batasan rasa empati yang ditetapkan dalam bidang

pekerjaan anda?

I : rasa empati yang kita tunjukkan sebatas itu tadi hanya antara pasien dan

pelayan kesehatan, agar tidak baper lah yah istilah saat ini .

P : Seberapa penting dukungan dari pihak medis untuk pemulihan pasien?

Dukungan yang seperti apa yang anda berikan untuk pemulihan pasien?

I : dukungan dari medis penting yah, tapi yang berhubungan lebih dekat lagi

lebih penting seperti keluarga dan saudara. Dukungan yang biasa saya

berikan yaitu mendukung untuk cepat sembuh, mengingatkan minum obat,

terus memberikan komunikasi kesehatan.

P :Sikap positif seperti yang bagaimana yang anda lakukan pada saat

pasien menyampaikan keluhannya?

I : kita mendengarkannya dengan baik. Kita bikin nyaman bercerita kepada

kita, kita berikan nasehat kesehatan, kita bantu meringankan bebannya lah.

P : Sikap kesetaraan yang seperti apa yang anda perlihatkan agar pasien

merasa nyaman dan mau berbagi keluhannya?

I : kita semangati lah, kita beritahu segala penyakit ada obatnya, dan pasti

akan sembuh jika benar- benar kita merawat diri dengan baik, kita

ceritakan sedikit pengalaman kita, kita buat lah pasien itu nyaman.

P : Apakah menurut anda dengan menerapkan komunikasi interpersonal

penyampain komunikasi kesehatan sudah efekif? Mengapa?

I : efektif. Tapi belum 100% lah, karena pasien ini kan beragamnya sifatnya.

Suku pun kan beragamnya, nanti kita kan menyampaikan komunikasi

kesehatan tapi dia enggak ngerti itu lah yang bikin enggak efektif.

P : Apakah anda mengetahui komunikasi kesehatan.Komunikasi kesehatan

seperti apa yang pernah anda terapkan?

I : iya. Dan memang harus menerapkannya sama pasien. Yang pernah saya

terapkan mengenai bagaimana pasien menyikapi penyakit yang sedang ia

derita, terus pendidikan kesehatan yang diperlukan pasien.

Universitas Sumatera Utara

Page 174: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

P : Mengapa penting menerapkan komunikasi kesehatan kepada pasien?

I : Karena dalam keperawatan itu, komunikasi yang paling Penting.

Komunikasi yang efektif yang memberikan pendidikan kesehatan kepada

pasien, jadi memang harus diberikan. Apa yang harus ia kerjakan, yang

apa yang harus ia perbuat setelah kembali ke rumah, kan kesehatan itu

harus di jaga juga meski pun sudah kembali ke rumah.

P : Bagaimana cara anda menyampaikan komunikasi kesehatan agar pasien

tersebut benar- benar menerapkannya

I : Cara bicara yang baik kepada pasien, agar komunikasi itu efektif kan.

Pasien juga menerimanya dengan baik, kita terus mengingatkan, enggak

boleh ini, itu, kalo kita ingatkan dan ia ingin sehat pasti di terapkan.

P : Bagaimana persiapan yang anda sebelum menyampaikan komunikasi

kesehatan?

I : persiapannya apa yah. Karena udah sering dilakukan jadi seperti natural

aja gitu berjalan. Palingan upgrade ilmu lah, kan ilmu selalu berkembang

supaya pengetahuan selalu bertambah, setiap pasien yang bertanya pun

kita jadi bisa menjawab.

P : Apakah maksud dan tujuan komunikasi kesehatan

I : Banyak lah. Terlebih- lebih pada pasien kan. Karena pemulihan pasien

itu bukan karena pengobatan juga kan, pendidikan kesehatan juga perlu

agar pasien tahu bagaimana menjaga kesehatan. Itu juga membuat

bebannya menjadi ringan, mendapatkan dorongan agar lebih semangat

untuk berobat.

P : Saat kapan komunikasi kesehatan diterapkan

I :itu selalu. Yah dalam pelayanan keperawatan komunikasi efektif,dan

komunikasi kesehatan yang selalu diterapkan.

P : Bagaimana bila ada seorang pasien yang tidak mau mengikuti aba-aba

Jawab : Itu kita lakukan pengeluaran surat tindakan penolakan, jika

pasiennya benar- benar bebal, tapi sejauh ini belum ada yah, kalo datang

kemari yah berarti dia mau berobat.

P : Apakah anda mempunyai hambatan- hambatan dalam menerapkan

komunikasi kesehatan,? Apakah yang menjadi hambatan anda dan

bagaimana cara mengatasinya?

I : Pernah. Teutama tidak adanya kerja sama yang baik antara keluarga

pasien dengan pasien dengan tim pelayanan rumah sakit. Misalnya kita

sudah kasih pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatn tapi keluarganya

tidak terima bias juga gitu peduli enggak peduli lah dia dengan

komunikasi kesehtan yang kita berikan.

P : Mengapa ada batasan hubungan antara perawat dan pasien

I : Ada lah dek. Kita batasannya yah sebatas kita memberi pelayanan

kesehatan, kalo sudah diluar udah lain lah, tapi kalo masih berada di

rumah sakit dia masih tanggung jawab kita. Memang boleh kalau diluar

tetap masih yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan lah yah.

P : Terimakasih buat waktunya ya bu, semoga ibu sehat selalu.

Universitas Sumatera Utara

Page 175: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

Dokumentasi Selama Penelitian.

Keterangan : Foto saat melakukan wawancara dengan Perawat Yunita

S.Kep Ners yang bertugas di ruang rawat inap Maternitas (kesehatan ibu dan

anak) Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

Keterangan : Foto saat melakukan wawancara dengan Pasien Meyrani

Ginting Amd yangdirawat di ruang rawat inap Maternitas (Kesehatan Ibu dan

anak) Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Page 176: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

1. 2.

. 2.

Keterangan : (1) Foto saat melakukan wawancara dengan Pasien

Chairunissa penderita pembengkakan pada mulut yang dirawat di ruang rawat

inap kelas III Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara dan (2) Foto saat

melakukan wawancara dengan Perawat Fitri Yuningshi S.Kep Ners yang bertugas

di ruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara..

1. 2

.

Keterangan : (1) Foto saat melakukan wawancara Pasien Naim Sinulingga

penderita gagal ginjal yang dirawat di ruang rawat inap Anak Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara dan (2) Foto saat melakukan wawancara Perawat

Azura yang dibertugas di ruang rawat inap Anak Rumah Sakit Universitas

Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Page 177: Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...

Universitas Sumatera Utara

Keterangan : Foto saat melakukan wawancara Perawat Mahdiana Sinuhaji

Amd yang dibertugas di ruang rawat kelas II Sakit Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara