Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...
Transcript of Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di ...
Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara Medan
SKRIPSI
Elida Verawati Sihotang
140904025
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara
Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien di Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara Medan
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program
Strata 1 (S1) pasa Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Uiversitas Sumatera Utara
Elida Verawati Sihotang
140904025
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara
i Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :
Nama : Elida Verawati Sihotang
NIM : 14090402
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul : Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien
Dosen Pembimbing Ketua Departemen
Dr. Nurbani, M.Si Dra. Dewi Kurniawati, M.Si.,Ph.D
NIP. 196108021987012001 NIP. 196505241989032001
Dekan FISIP USU
Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si
NIP. 197409302005011002
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip
maupun yang dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar.Jika di
kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya
bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.
Nama : Elida Verawati Sihotang
NIM : 140904025
Departemen : Ilmu Komunikasi
Tanda Tangan :
Tanggal : 16 Agustus 2018
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :
Nama : Elida Verawati Sihotang
NIM : 140904025
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul : Efektivitas Komunikasi Kesehatan Perawat dan Pasien
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk mencegah gelar Sarjana Ilmu
Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
Majelis Penguji
Ketua Penguji : ( )
Penguji : ( )
Penguji Utama : ( )
Ditetapkan di : Medan
Tanggal :
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
berkat dan karuniaNya yang senantiasa menyertai, menolong, dan membimbing
penulis.Suatu hal yang istimewa dan membanggakan ketika Allah mempercayakan
penulis dapat mengecap pendidikan di bangku perkuliahan Universitas Sumatera
Utara, sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.Itu semua dapat
terjadi, atas berkat dan campur tangan dari pada Allah saja.Ayat yang selalu
mengingatkan penulis untuk pertolongan Tuhan khususnya dalam penulisan skripsi
ini tertulis dalam Mazmur 37: 5 “Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan
percayalah kepadanya-Nya, dan Ia akan bertindak”.
Selama penulisan skripsi ini, penulis selalu diberikan bantuan, dukungan,
bahkan bimbingan dari berbagai pihak khususnya keluarga yang selalu setia
memberikan semangat bagi penulis. Penulis secara khusus mengucapkan terimakasih
kepada kedua orangtua penulis, yaitu Jomson Sihotang dan Saurlan Manurung, serta
saudara penulis yaitu Janter Maruli Sihotang, Alanuari Sihotang, Putra Jaya Sihotang,
Risnawati Sihotang dan Eka Manurung yang selalu mendukung dan mendoakan
penulis secara khusus sepanjang penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulis juga mendapat banyak bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi
ini.Tanpa bantuan dan bimbingan mereka, sangatlah sulit bagi penulis untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dewi Kurniawati, M.Si., Ph.D selaku Ketua Departemen Ilmu
Komunikasi.
3. Ibu Emilia Ramadhani,S.Sos.,M.A selaku Sekretaris Departemen Ilmu
Komunikasi.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara v
4. Ibu Dr. Nurbani, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi penulis. Terima kasih
banyak kepada beliau yang telah membimbing dan telah memberikan
masukan kepada penulis dari awal memulai skripsi sampai penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Seluruh dosen dan staff pengajar yang ada di lingkungan FISIP USU
khususnya Departemen Ilmu Komunikasi, atas pengajaran yang telah
diberikan selama penulis menjalani masa perkuliahan.
6. Pihak dari rumah sakit Universitas Sumatera Utara Medan atas
ketersediaannya memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian
di rumah sakit ini.
7. Ketujuh informan yang telah bersedia meluangkan waktu untuk melakukan
wawancara mendalam dengan penulis, khususnya keempat informan yang
merupakan perawat rumah sakit Universitas Sumatera Utara Medan, yaitu
perawat Yunita, perawat Fitri, perawat Azura dan perawat Mahdiana.
8. Sahabat penulis sejak Sekolah Menangah Atas (SMA) yang akhirnya
dipersatukan lagi di Universitas yang sama yang sudah menghibur,
memotivasi dan memberi bantuan satu sama lain mereka adalah Novika
Simarmata dan Stevany Rayani Butar- Butar.
9. Teman-teman penulis semasa perkuliahan yang juga menjadi teman
seperjuangan dalam penulisan skripsi dari awal sampai akhir dan saling
memberi masukan, dukungan, bahkan bantuan satu sama lain, mereka adalah
Ira Maya Siburian, S.Ikom, Yanna Op. Sunggu, S.Ikom ,Lusi Hutagalung, dan
Elvi Debora Sihite, S.Ikom.
10. Hotman Firnando Sitorus yang selalu menghibur, mendukung, dan teman
penulis untuk berjuang bersama untuk menyelesaikan skripsi.
11. Teman-teman satu tempat tinggal yang selalu menjadi teman disuka duka
penulis, yang memotivasi penulis dan menghibur mereka adalah Lasmi
Sihombing, Novika Simarmata, Stevany Butar- Butar, Koko Sihombing,
Godma Vetty Sianturi dan kak Rosari Butar-Butar, S.Pd.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara vi
12. Semua pihak yang tidak bisa penulis ucapkan satu per satu, namun telah turut
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
dengan segala kerendahan hati penulis berharap pembaca dapat memberikan saran
dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan skripsi ini serta memperdalam
pengetahuan dan pengalaman penulis.Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Medan, 10 Agustus 2018
Elida Verawati Sihotang
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan
dibawah ini :
Nama : Elida Verawati Sihotang
NIM : 140904025
Departemen : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas : Sumatera Utara
Jenis : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-exclusive
Royalti-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien (Studi Deskriptif Kualitatif
Efektivitas Komunikasi Interpersonal Perawat dalam Menyampaikan
Komunikasi Kesehatan Terhadap Pasien Dengan Hak Bebas Royalti Non-
Eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih
media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama
mencantumkan nama saya sebagai penulis. Pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan
Pada Tanggal : 16 Agustus 2018
Yang menyatakan,
(Elida Verawati Sihotang)
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Komunikasi Interpersonal Perawat Terhadap Pasien dalam
Menyampaikan Komunikasi Kesehatan di Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara”.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas komunikasi
interpersonal perawat dan pasien dalam menyampaikan komunikasi kesehatan kepada
pasien dan untuk melihat respon pasien terhadap komunikasi kesehatan yang ditelah
diterima dari perawat. Teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah,
Komunikasi, Komunikasi Interpersonal, Komunikasi Kesehatan, Pengungkapan Diri
(Self Disclouser), Keperawatan, dan Pasien.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif . penentuan informan dalam penelitian ini
adalah menggunakan purposive sampling, dengan kriteria informan merupakan
Perawat Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan yang sudah bekerja lebih
dari 2 tahun di bidangnya dan yang sudah pernah menyampaikan komunikasi
kesehatan kepada pasien. Lalu orang Pasien Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
Medan yang sedang dirawat inap dan telah menerima komunikasi kesehatan dari
perawat sebagai triangulasi data, hingga sampai menemukan data jenuh.Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, observasi, dan
dokumentasi. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian yang
diperoleh yaitu efektivitas perawat dalam menyampaikan komunikasi kesehatan
kepada pasien, pasien yang telah menerapkan komunikasi kesehatan yang telah
diterima dari perawat di kehidupan sehari- hari, karena menurut pasien kesehatan itu
suatu hal yang sangat penting. Penyampaian komunikasi kesehatan oleh perawat
rumah sakit Universitas Sumatera Utara Medan sudah efektif hal itu dapat dilihat
sesuai dengan ciri- ciri efektivitas komunikasi interpersonal yaitu, keterbukaan,
empati, dukungan, rrasa positif dan kesetaraan atau kesamaan antara perawat dan
pasien rumah sakit Universitas Sumatera Utara.
Kata kunci : Komunikasi Interpersonal Perawat Terhadap Pasein
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara ix
ABSTRACT
This thesis is entitled "Interpersonal Communication of Nurses to Patients in
Delivering Health Communication at the University of North Sumatra Hospital". The
purpose of this study was to determine the effectiveness of interpersonal
communication between nurses and patients in delivering health communication to
patients and to see the patient's response to health communication that was received
from the nurse. Theories that are considered relevant to this research are,
Communication, Interpersonal Communication, Health Communication, Self
Disclouser, Nursing, and Patients.
This research is descriptive research. Determination of informants in this study was
using purposive sampling, with the criteria of informants as Medan North Sumatra
University Hospital Nurses who had worked for more than 2 years in their fields and
who had delivered health communication to patients. Then the Patients of Medan
North Sumatra University Hospital who were hospitalized and had received health
communication from nurses as data triangulation, until they found saturated data.
Data collection techniques in this study are in-depth interviews, observation, and
documentation. Data analysis techniques carried out in this study were data
reduction, data presentation, and drawing conclusions. The research results obtained
are the effectiveness of nurses in delivering health communication to patients,
patients who have implemented health communication that has been received from
nurses in their daily lives, because according to health patients it is a very important
thing. The delivery of health communication by nurses at the University of North
Sumatra Medan hospital has been effective, it can be seen in accordance with the
characteristics of the effectiveness of interpersonal communication, namely,
openness, empathy, support, positive feelings and equality or similarity between
nurses and patients at the University of North Sumatra
Keyword Interpersonal Communication Nurse To Patients.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ...................................... viii
ABSTRAK ........................................................................................................... ix
ABSTRACT ......................................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1. 1. Konteks Masalah ........................................................................... 1
1.2. Fokus Masalah ............................................................................... 7
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. ParadigmaKajian ........................................................................ 9
2.1.1. Konstrutivisme Dalam Komunikasi ..................................... 10
2.2. Kerangka Teori ........................................................................... 11
2.2.1.Pengertian Komunikasi Berdasarkan Kata dan Defenisinya 11
2.2.1.1. Proses Komunikasi ................................................ 12
2.2.1.2 Unsur Komunikasi ................................................. 13
2.2.1.3 Tujuan Komunikasi Secara Umum ........................ 14
2.2.1.4 Tujuan Komunikasi Antara Tenaga Kesehatan
Terhadap Pelayanan Kesehatan Klien ................... 15
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara xi
2.2.1.5 KomunikasiDalam Aplikasinya diPelayanan
Kesehatan ............................................................... 18
2.3. Komunikasi Interpersonal ............................................................. 22
2.3.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal ................................ 22
2.3.1.1 Model Komunikasi Interpersonal ............................ 25
2.3.1.2. TujuanKomunikasi Interpersonal Dalam
Kesehatan ................................................................ 26
2.3.1.3. Fungsi Komunikasi Interpersonal ........................... 26
2.3.1.4. Efektivitas Komunikasi Interpersonal ..................... 27
2.3.1.5. Faktor-Faktor Penghambat Komunikasi
Interpersonal ........................................................... 28
2.4. Komunikasi Kesehatan .................................................................. 29
2.4.1.Pengertian Komunikasi Kesehatan ....................................... 29
2.4.1.1. Cakupan Komunikasi Kesehatan ............................ 31
2.4.1.2. Model Komunikasi Kesehatan ................................ 32
2.4.1.3.Prinsip Komunikasi Kesehatan dalam pelayanan
Kesehatan ................................................................ 33
2.4.1.4. Komunikasi Kesehatan, Kultur dan perubahan
Perilaku.................................................................... 34
2.4.1.5. Tujuan Komunikasi Kesehatan ............................... 35
2.4.1.6. Manfaat Mempelajari Komunikasi Kesehatan........ 36
2.4.1.7. Komunikator Dalam Komunikasi Kesehatan ......... 39
2.4.1.8. Faktor-Faktor mengapa Ilmu komunikasi Menjadi
sangat Subsansial dan kursial dalam bidang
kesehatan ................................................................. 42
2.5. Pengungkapan diri (Self Disclouser) ............................................. 43
2.5.1. Pengertian Pengungkapan Diri ............................................ 43
2.5.1.1. Bahaya Pengungkapan Diri..................................... 44
2.5.1.2. Jendela Jahori .......................................................... 45
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara xii
2.6. Pengertian Keperawatan, Perawat dan Pasien ............................ 47
2.6.1. Pengertian Keperawatan dan Perawat ........................ 47
2.6.1.1. Fungsi Perawat ........................................................ 49
2.6.1.2Paradigma Keperawatan ........................................... 49
2.6.2. Pengertian Pasien ....................................................... 50
2.6.2.1.Hak Pasien ............................................................... 51
2.7. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. MetodologiPenelitian .................................................................... 53
3.2. Subjek Penelitian ........................................................................... 53
3.3. ObjekPenelitian ............................................................................. 53
3.4.Unit Analisis Penelitian .................................................................. 54
3.5. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 54
3.6.Keabsahan Data .............................................................................. 55
3.7.Teknik Analisis ............................................................................... 56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Penelitian ............................................................................... 58
4.1.1. Deskripsi Tempat Penelitian................................................. 58
4.1.1.1. Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara ..................... 58
4.1.2Proses Penelitian ..................................................................... 62
4.1.3.DeskripsiProfil Informan ....................................................... 68
4.2. Hasil Wawancara ........................................................................... 73
4.3.Pembahasan .................................................................................... 112
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara xiii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 121
5.1. Kesimpulan .................................................................................... 121
5.2. Saran .............................................................................................. 122
5.2.1. Saran dalam Kaitan Akademis ............................................. 122
5.2.1. Saran dalam Kaitan Praktis .................................................. 122
DAFTAR REFERENSI ...................................................................................... 123
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1Karakteristik Informan 72
Tabel 4.2 Reduksi Data Efektivitas Komunikasi 99
Tabel 4.3 Reduksi Data Pentingnya Hubungan Interpersonal Untuk
Menerapkan Komunikasi Kesehatan 103
Tabel 4.4. Reduksi Data Komunikasin Kesehatan yang Pernah diterapkan 105
Tabel 4.5.Reduksi DataReduksi Data Cara Penyampaian Komunikasi
Kesehatan dan Pentingnya menerapkan Komunikasi Kesehatan ................... 106
Tabel 4.6. Reduksi Data Reduksi Data Hambatan dalam menyampaikan
komunikasi Kesehatan 108
Tabel 4.7Reduksi Data Batasan Hubungan Antara Perawat dan Pasien
dan Persiapan yang dilakukan Saat menyampaikan Komunikasi
Kesehatan 109
Tabel 4.8. Saran Pasien Terhadap Perawat 112
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara xv
DAFTAR GAMBAR
1.Gambaran proses komunikasi 13
2.Gambar: Ilustrasi komunikasi interpersonal 25
2.5.1.2. Jendela Jahori 45
2.7. Kerangka Pemikiran 52
Universitas Sumatera Utara
1Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Konteks Masalah
Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia yang juga menjadi
tanggung jawab pemerintah dan seluruh elemen masyarakat, harus diwujudkan
dengan berbagai upaya melaui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang
berkualitas dan terjangkau, sebagai salah satu profesi di bidang kesehatan perawat
juga turut berkontrubusi dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
sebagaimana diamanatkan dalam UU Dasar 1945 (Sumijatun, 2017 : 87).
Menurut Azwar A (Sumijatun, 2017 : 87)sistem kesehatan adalah tumpuan
dari berbagai faktor yang kompleks dan saling berhubungan yang terdapat dalam
negara, yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan perseorangan,
keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat pada setiap saat yang dibutuhkan.
Semua manusia semasa hidupnya terpaksa menghadapi berbagai masalah yang harus
dicari penyelesaianya, baik seseorang tersebut sudah dewasa maupun belum.Barang
kali pada sebagian orang ada yang tidak mampu menemukan penyelesaiannya, oleh
karena itu mencari bantuan dari seseorang ahli (Profesional) yang sesuai dengan
kemampuan dan pengetahuannya pada bidang tertentu(Priyanto, 2009: 2)
Klien dibidang perawatan mengalami masalah yang beraneka ragam dan
cukup rumit seperti contoh operasi persiapan endoskopi, hemodialisis, klien yang
sedang menjalani keperawatan di ruang ICU, klien dengan persiapan amputasi, ibu
yang mengalami persalinan anak pertama, serta pemilihan alat kontasepsi.
Pemahaman keluarga terhadap keadaan klien menentukan pilihan yang terbaik
diantara beberapa pilihan yang ada, seperti apakah klien harus pulang paksa atau
sebaliknya klien harus tetap menjalani perawatan dan sebagainya(Priyanto, 2009: 2)
Menurut Myrtle Aydelotte(Sumijatun, 2017: 93) Keperawatan merupakan
suatu seni yang berorientasi kepada manusia, perasaan untuk menghargai sesama
individu dan suatu naluri kesusilaan serta tindakan apa yang harus
dikerjakan.Perkembangan keperawatan tidak dapat dipisahkan oleh perkembangan
Universitas Sumatera Utara
2Universitas Sumatera Utara
struktur dan kemajuan peradaban manusia.Kepercayaan terhadap animisme,
penyebaran agama-
Universitas Sumatera Utara
2
Universitas Sumatera Utara
agama besar di dunia serta kondisi sosial ekonomi masyarakat ikut berpengaruh
terhadap berkembangnyailmu keperawatan.Seperti misalnya keperawatan yang kita
kenal sekarang menurut UU RI No.38 2014, keperawatan adalah kegiatan pemberian
asuhan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan
sakit maupun sehat(Kodim, 2015: 16)
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak kepada pergeseran
olah kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah
menjadi masyarakat yang maju.Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak
pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan.Pergeseran ini juga
terjadi pada sifat pelayanan keperawatan dari pelayanan vokasional yang hanya
berdasarkan keterampilan belaka kepada pelayanan profesional yang berpijak pada
penguasaan IPTEK dalam keperawatan dan spesialisasi dalam pelayanan
keperawatan.Fokus peran perawat bergeser dari penekanan aspek kuratif kepada
peran aspek preventif dan promotif tanpa meninggalkan peran kuratif dan rehabillatif
(Kodim, 2015: 17).
Tim keperawatan akan sukses jika seluruh anggotanya mejadi “perawat
baik”. Perawat yang baik diasumsikan sebagai perawat yang dapat bekerja sesuai
dengan harapan dan kebutuhan klein, standar praktik dan standar kerja. Untuk dapat
menjadi perawat yang baik diperlukan kerja keras dari individu peer group dan
pembinaan pihak manajemen(Sumijatun, 2017: 101). Pada umumnya rumah sakit
atau pusat pelayanan kesehatan mempunyai tim kerja terdiri dari satu disiplin ilmu,
seperti tim keperawatan dan tim medis, serta tim multi disiplin ilmu seperti tim
operasi dan tim nosokomia infeksi. Tim diartikan sebagai salah satu kelompok yang
didirikan guna mencapai tujuan.Beberapa pembinaan yang perlu dilakukan oleh pihak
manajemen kepada tim keperawatan adalah membuat perawat dapat menyadari peran
dan fungsinya, selalu mengacu pada profesi, meningkatkan kompetensi
profesionalnya, serta dapat bekerja sama (kaloborasi).Kaloborasi dapat berjalan
dengan baik jika semua profesi mempunyai visi dan misi yang sama, masing-masing
profesi mengetahui batas- batas dari pekerjaannya, anggota profesi dapat bertukaran
informasi dengan baik dan masing-masing profesi mengakui keahlian dan profesi lain
Universitas Sumatera Utara
3
Universitas Sumatera Utara
yang tergabung di dalam tim.Agar kolaborasi dapat berjalan dengan baik, perlu
adanya kemampuan dalam berkomunikasi, mempunyai respek dan kepercayaan,
memberikan serta menerima feed back (umpan balik) dengan jelas, pengambilan
keputusan yang tepat dan mampu mengelola konflik dengan baik (Sumijatun, 2017:
102).
Pedoman keterampilan komunikasi dasar bagi para profesional kesehatan
untuk berkomunikasi efektif dengan pasien telah ditetapkan oleh banyak peneliti
keterampilan komunikasi di seluruh dunia.Berbicara mengenai komunikasi erat
kaitannya dengan kehidupan manusia.Hampir semua kegiatan manusia membutuhkan
komunikasi dalam kesehariannya. Istilah komunikasi (Communication) sendiri secara
etimologis berasal dari bahasa latin yaitu Communicotus yang memiliki makna
“berbagi” atau “menjadi milik bersama”, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
komunikasi merupakan suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau
kesamaan makna. Komunikasi secara terminologis merujuk pada proses pernyataan
yang melibatkan dua orang atau lebih(Budyatna, 2015: 6).
Komunikasi merupakan cara manusia membangun realitas mereka. Dunia
manusia tidak terdiri dari objek-objek tetapi respon-respon manusia kepada objek-
objek, atau kepada makna-maknanya.Makna-makna ini terdapat dalam komunikasi.
Jangan mencoba berpikir mengenai komunikasi sesederhana seperti cara
menyampaikan gagasan-gagasan, sebab lebih daripada itu. Hal ini merupakan proses
dimana manusia menggunakan untuk mendefenisikan realitas itu sendiri. Dari
perspektif ini, komunikasi antarpribadi lebih daripada penyampaian informasi antara
dua manusia. Sebaliknya, ini merupakan cara manusia memperoleh makna, identitas,
dan hubungan- hubungan melalui komunikasi antarmanusia(Budyatna, 2015: 6).
Pawito dan Sardjono mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses
dengan mana suatu pesan dipindahkan (lewat suatu saluran) dari suatu sumber kepada
penerima dengan maksud mengubah periaku, perubahan dalam pengetahuan, sikap
dan atau perilaku overt lainnya.Wilbur Schramm menyatakan komunikasi sebagai
suatu proses berbagi (Sharing process). Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita
sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commones) dengan
Universitas Sumatera Utara
4
Universitas Sumatera Utara
seseorang.Yaitu kita berusaha berbagi informasi, idea tau sikap.Demikian pula ragam
dinamika sosial masyarakat lainnya, antara lain lingkup sosial dunia kesehatan seperti
yang dibahas penjelasan berikut ini yaitu berhubungan dengan komunikasi
kesehatan(Prabowo, 2007: 7).
Menurut Health Comunication Partnership`s M/MC Heath Communication
Materials Database komunikasi kesehatan adalah studi yang mempelajari bagaimana
cara menggunakan strategi komunikasi untuk menyebarluaskan informasi kesehatan
yang dapat mempengaruhi individu dan komunitas agar mereka dapat membuat
keputusan yang berkaitan dengan pengelola kesehatan (Liliweri, 2007: 46).Seni dan
teknik penyebarluasan informasi kesehatan yang bermaksud mempengaruhi dan
memotivasi individu, mendorong lahirnya lembaga atau institusi baik sebagai
peraturan ataupun sebagai informasi dikalangan audiens yang mengatur perhatian
terhadap kesehatan.Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan
penyakit, promosi kesehatan, regulasi bisnis dalam bidang kesehatan, yang sejauh
mungkin mengubah dan membaharui kualitas individu dalam suatu komunitas atau
masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu pengetahuan dan etika (Liliweri,
2007:47).
Komunikasi kesehatan juga dianggap relevan dengan beberapa konteks
dalam bidang kesehatan, termasuk didalamnya 1) hubungan antara ahli medis dengan
pasien, 2) daya jangkau individu dalam mengakses serta memanfaatkan informasi
kesehatan, 3) kepatuhan individu pada proses pengobatan yang harus dijalani serta
kepatuhan dalam melakukan saran medis yang diterima, 4) bentuk penyampaian
pesan kesehatan dan kampanye kesehatan 5) penyebaran informasi mengenai resiko
kesehatan pada individu dan populasi, 6) gambaran secara garis besar profil
kesehatan di media massa danbudaya, 7) pendidikan bagi pengguna jasa kesehatan
bagaimana mengakses fasilitas kesehatan umum serta sistem kesehatan dan 8)
perkembangan aplikasi program seperti tele–
kesehatan(http://academicjournal.yarsi.ac.id/ojs-2.4.6/index.php/Jurnal-Online-
Psikogenesis/article/viewFile/38/19).
Universitas Sumatera Utara
5
Universitas Sumatera Utara
Menurut RogerKomunikasi kesehatan secara umum didefinisikan sebagai
segala aspek dari komunikasi antarmanusia yang berhubungan dengan
kesehatan.Komunikasi kesehatan secara khsusus didefinisikan sebagai semua jenis
komunikasi manusia yang isinya pesannya berkaitan dengan kesehatan.Definisi ini
menjelaskan bahwa komunikasi kesehatan dibatasi pada pesan yang dikirim atau
diterima, yaitu ragam pesan berkaitan dengan dunia kesehatan dan faktor-faktor
yangmempengaruhi. Sebagaimana dikutip dalam Rogermengatakan
bahwakomunikasi kesehatan adalah :“health communication has been defined as
referring to „any type of humancommunication whose content is concerned with
health”.https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&v
ed=0ahUKEwjblP7f_qXaAhXILo8KHcWFBUoQFggoMAA&url=http%3A%2F%2
Fjurnalilkom.uinsby.ac.id%2Findex.php%2Fjurnalilkom%2Farticle%2Fview%2F42
%2F36&usg=AOvVaw3EhEAtwfItvhDkehvSElGb
Komunikasi kesehatan melibatkan dokter, pasien, dan keluarga adalah
komunikasi yang tidak dapat dihindari dalam kegiatan kesehatan atau klinikal.Pasien
datang berobat menyampaikan keluhannya, didengar, dan ditanggapi oleh dokter
sebagai respon dari keluhan tersebut.Menurut R.Wayne Pace, komunikasi antara
dokter dan pasien adalah bentuk komunikasi kesehatan yang sifatnya interpersonal
yang komplek.Komunikasi interpersonal didefenisikan sebagai komunikasi yang
terjadi antara dua orang atau lebih secara tatap muka sedangkan menurut Joseph A.
Devito komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-
pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang- orang dengan beberapa
efek dan beberapa umpan balik(Purwoastuti & Walyani, 2015: 19).
Agar berjalan sesuai yang di harapkan diperlukan kemampuan dan
kecakapan dalam melakukan komunikasi antarpribadi. Kompetensi komunikasi
adalah tingkatan dimana perilaku kita dalam komunikasi interpersonal yang kita
lakukan dengan orang lain(Budyatna& Ganiem, 2011: 10).Pada hubungan
komunikasi antarpribadi, para komunikator membuat prediksi terhadap satu sama lain
atas dasar data psikologis. Masing-masing mencoba mengerti bagaimana pihak
lainnya bertindak sebagai individu, tidak seperti hubungan kultural dan
sosiologis.Rentangan perilaku komunikasi yang dibolehkan menjadi sangat berbeda
dibandingkan dengan rentangan perilaku komunikasi yang dibolehkan pada situasi
non-antarpribadi.Pilihan pribadi dapat secara bebas dilaksanakan dalam
pengembangan hubungan(Budyatna& Ganiem, 2011: 10).
Universitas Sumatera Utara
6
Universitas Sumatera Utara
Kemampuan dalam mengambil keputusan adalah sangat penting bagi klien
untuk menyelesaikan masalah kegawat-daruratan terutama yang berhubungan dengan
kesehatan.Dalam konseling dengan pengambilan keputusan mutlak diambil oleh
klien, perawat hanya mampu membantu agar keputusan yang diambil klien
tepat.Rumah Sakit USU adalah entitas Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan/Dikti yang pengelolaannya dilaksanakan oleh Universitas Sumatera
Utara. Merupakan salah satu dari 20 RS Perguruan Tinggi Negeri dengan status yang
sama dan akan dikembangkan di Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan/Dikti. Berlokasi di Jalan Dr Mansyur, kawasan Kampus USU Medan,
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara berdiri tahun 2011 yang dimulai dari
peletakan batu pertama yang dilakukan oleh Rektor USU saat itu Prof dr Chairuddin
P Lubis dan Gubernur Sumatera Utara saat itu H Syamsul Arifin, SE, pada tahun
2009, karena rumah sakit Sumatera Utara Medan belum lama beroperasi membuat
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian, yang memungkinkan belum banyaknya
para peneliti melakukan penelitiannya di tempat tersebut dan termaksud dalam bidang
komunikasikesehatan(https://www.usu.ac.id/id/unit-pendukung/154-rumah-sakit-
pendidikan.htm)
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik melakukan
penelitian lebih mendalam lagi untuk mengindentifikasikanBagaimanakah Efektivitas
Komunikasi Interpersonal Perawat Terhadap Pasien dalam Menyampaikan
Komunikasi Kesehatan di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.Untuk itu peneliti
membuat suatu karya tulis yaitu skripsi untuk mengetahui dengan lebih jelas lagi di
Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
7
Universitas Sumatera Utara
1.2 Fokus Masalah
Berdasarkan uraian konteks masalah diatas, penulis merumuskan fokus
masalah dalam penelitian ini adalah BagaimanaEfektivitas Komunikasi
InterpersonalPerawat Terhadap Pasien dalam Menyampaikan Komunikasi
Kesehatandi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui efektivitas komunikasi antarpribadi perawat terhadap
pasien dalam menyampaikan komunikasi kesehatan diRumah Sakit
Universitas Sumatera Utara Medan
2. Untuk mengetahui seberapa terpengaruhnya seorang pasien setelah
mendapatkan ilmu komunikasi kesehatan dari Perawat Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
Temuan yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan
sebagai berikut:
1. Secara Teoritis,Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menguji
pengalaman teoritis serta menambah ilmu pengetahuan dan pemahaman para
peneliti mengenai komunikasi Interpesonal Perawat dalam menyampaikan
komunikasi kesehatan terhadap Pasien.
2. Secara akademis dapat menjadi masukan dan informasi yang positif bagi
mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sumatera Utara (FISIP USU) mengenai Komunikasi kesehatan
Perawat terhadap Pasien.
Universitas Sumatera Utara
8
Universitas Sumatera Utara
3. Secara Praktis, Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan, informasi,
referensi, serta perbandingan untuk penelitian selanjutnya dalam mengkaji
komunikasi kesehatan Perawat terhadap. Selain itu juga pemikiran bagi
pihak-pihak yang terlibat agar dapat membuat suatu metode pelayanan
keperawatan yang lebih baik lagi kepada para pasien.
Universitas Sumatera Utara
9
Universitas Sumatera Utara
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Paradigma Kajian
Sebuah penelitian memerlukan paradigma teori dan model teori sebagai
dasar dalam menyusun kerangka penelitian. Menurut Bogdan dan Biklen (dalam
Moleong, 2009: 50) adalah kumpulan longgar dari sebuah asumsi yang di pegang
bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian.
Paradigma merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian
dan hubungannya) atau bagaimana bagian- bagian berfungsi (perilaku yang
didalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu). Berdasarkan defenisi Kuhn
tersebut, Harmonmendefinisikan “Paradigma”sebagai cara mendasar untuk
mempersepsi, berpikir, meniai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara
khusus tentang realitas(Moleong 2009: 50). Menurut Moleong (2009: 50) ada
bermacam- macam paradigma , tetapi yang mendominasi ilmu pengetahuan adalah
scientific paradigm (paradigma ilmiah) dan naturalistic paradigm (Paradigma
alamiah), Paradigma ilmiah bersumber dari pandangan positivisme (lazimnya disebut
sebagai paradigm kualitatif).Adapun metodologi yang digunakan peneliti dalam
pembahasannya adalah metode deskriptif kualitatif dengan paradigma
konstruktivisme.Konstruktivisme mengatakan bahwa kita tidak pernah dapat
mengerti realitas yang sesungguhnya secara ontologisme. Yang kita mengerti adalah
struktur konstruktivis kita akan suatu objek. Konstruktivisme tidak bertujuan
mengerti realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana kita menjadi tahu akan
sesuatu. Boleh juga dikatakan bahwa “realitas” bagi konstruktivisme tidak pernah ada
secara terpisah dari pengamat (Ardianto dan Q-Anees, 2007: 80).
Paradigma konstruktivisme atau sering disebut konstruktivis berpandangan
bahwa pengetahuan bukanlah potret langsung dari realitas, namun ada konstruksi di
dalamnya.Paradigma ini berkeyakinan bahwa semesta alam adalah suatu konstruksi,
yang berarti semata tidak dipahami sebagai semesta yang otonom, namun
dikonstruksi secara sosial (Ardianto dan Q-Anees 2007 : 152).Secara ringkas gagasan
Universitas Sumatera Utara
10
Universitas Sumatera Utara
konstruktivisme menurut Von Glasersferld dan Kitchener, 1987 (Ardianto dan Q-
Anees, 2007: 155) mengenai pengetahuan dapat dirangkum sebagaia berikut
1. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi
selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.
2. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu
untuk pengetahuan.
3. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi
membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan
pengalaman-pengalaman seseorang (Ardianto dan Q-Anees, 2007:151-155).
2.1.1.Konstuktivisme Dalam Ilmu Komunikasi
Teori konstruktivis atau konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis
untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Delia dan rekan-
rekan sejawatnya (Ardianto dan Q-Anees, 2007: 157).Robyn Penmann (dalam
Ardianto dan Q-Anees, 2007: 158-159)merangkum kaitan konstruktivisme dalam
hubungannya dengan Ilmu Komunikasi:
1. Tindakan komunikatif sifatnya sukarela. Pembuat komunikasi adalah subjek
yang memiliki pilihan bebas, walaupun lingkungan sosial membatasi apa
yang dapat dan telah dilakukan. Jadi tindakan komunikatif dianggap sebagai
tindakan sukarela, berdasarkan pilihan subjeknya.
2. Pengetahuan adalah sebuah produk sosial. Pengetahuan bukan sesuatu yang
objektif sebagai sebagaimana diyakini positivisme, melainkan diturunkan dari
interaksi dalam kelompok sosial. Pengetahuan itu dapat ditemukan dalam
bahasa, melalui bahasa itulah konstruksi realitas tercipta.
3. Pengetahuan bersifat kontekstual, maksudnya pengetahuan merupakan produk
yang dipengatuhi ruang waktu dan akan dapat berubah sesuai dengan
pergeseran waktu
4. Teori-teori menciptakan dunia. Teori bukanlah alat, melainkan suatu cara
pandang yang ikut memengaruhi pada cara pandang kita terhadap realitas atau
dalam batas tertentu teori menciptakan dunia. Dunia di sini bukanlah “segala
Universitas Sumatera Utara
11
Universitas Sumatera Utara
sesuatu yang ada” melainkan “segala sesuatu yang menjadi lingkungan hidup
dan pengahayatan hidup manusia”, jadi dunia dapat dikatakan sebagai hasil
pemahaman manusia atas kenyataan di luar dirinya
5. Pengetahuan bersifat sarat nilai.Teori konstruktivisme menyatakan bahwa
individu menginterpretasikan dan bereaksi menurut kategori konseptual dari
pikiran. Realitas tidak menggambarkan diri individu namun harus disaring
melalui cara pandang orang terhadap relaitas tersebut.
2.2 Kerangka Teori
2.2.1Pengertian komunikasi berdasarkan Kata dan defenisinya
Menurut Struat Kata “Komunikasi” berasal dari bahasa Latin yaitu,
Comunis, yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara
dua orang atau lebih.Akar katanya adalah communis adalah communico, yang artinya
berbagi.Dalam hal ini, yang dibagi adalah pemahaman bersama melalui pertukaran
pesan. Komunikasi sebagai kata kerja (verb) dalam bahasa inggris, communicate
berarti: (1) untuk bertukar pikiran- pikiran, perasaan- perasaan, dan informasi; (2)
untuk membuat tahu; (3) untuk membuat sama; dan (4) untuk mempunyai sebuah
hubungan yang simpatik. Sedangkan dalam kata benda (noun), communication,
berarti (1)pertukaran simbol, pesan-pesan yang sama dan informasi; (2) proses
pertukaran diantar individu- individu melalui sistem simbol- simbol yang sama; (3)
seni untuk mengekspresikan gagasan- gagasan dan (4) Ilmu pengetahuan tentang
pengiriman informasi (Pryanto, 2009: 7).
Dalam Pryanto (2009: 7) mengutip beberapa defenisi komunikasi sebagai
berikut:
a. Menurut Lu Verne, Wollf, Marlene H.W., Elinor V.F (1984) komunikasi
merupakan proses timbal balik dan suatu pengalaman dimana pengirim dan
penerima pesan berpartisiasi secara simultan
b. Menurut John R Schemerhom komunikasi dapat diartikan sebagai proses
antarapribadi dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi
kepentingan mereka
Universitas Sumatera Utara
12
Universitas Sumatera Utara
c. Menurut Burgess, komunikasi yaitu proses penyampaian informasi, makna
dan pemahaman dari pengirim pesan kepada penerima pesan.
d. Menurut Yuwono,komunikasi mengajukan pengertian yang diinginkan
pengirim informasi kepada penerima informasi dan menimbulkan tingkah laku
yang diinginkan dari penerima informasi.
e. Menurut Onong, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap,
pendapat atau perilaku, baik secara langsung atau tidak langsung melalui
media.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi
merupakan penyampaian informasi antara-individu atau kelompok, baik secara verbal
maupun non-verbal yang dapat menimbulkan respons timbal balik antara pengirim
dan penerima informasi(Pryanto 2009: 7)
2.2.1.1Proses Komunikasi
Proses komunikasi, menurut Effendy (Mondry, 2008:3-5), terdiri atas dua
tahap, meliputi secara primer dan secara sekunder.
1. Proses komunikasi primer
Proses komunikasi secara primer merupakan proses penyampaian pikiran
dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai proseskomunikasi
meliputi bahasa, kial (gesture), gambar, warna dan sebagainya.
2. Proses komunikasi sekunder
Proses komunikasi sekunder merupakan proses penyampaian pesan dari
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai
media kedua setelah menggunakan lambang sebagai media pertama. Sarana
yang sering dikemukakan untuk komunikasi sebagai media kedua antara lain
surat, telepon, faksimili, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, internet,
dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
13
Universitas Sumatera Utara
3. Gambaran proses komunikasi
Dengan defenisi tersebut, secara umum, proses komunikasi sederhana
dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.1 Model Komunikasi
Sumber :Meinando, Teguh. 1981. Pengantar ilmu komunikasi. Bandung: Armico.
(Mondry, 2008: 5-6).
2.2.1.2Unsur Komunikasi
Komunikasi telah didefinisikan sebagai usaha penyampaian pesan
antarmanusia. Dari defenisi terlihat bahwa untuk dapat terjadi proses komunikasi
terdiri dari beberapa unsur yaitu sebagai berikut:
1. Komunikator
Menurut Meinando (Mondry, 2008: 8), komunikator merupakan individu atau
kelompok yang mengambil prakarsa dalam mengadakan komunikasi kepada
individu atau kelompok lain.
Syarat umum sumber pesan yang baik, meliputi:
a. Harus memiliki pengetahuan luas
b. Tidak menyembunyikan fakta
c. Berpendidikan (formal atau informal)
d. Mengetahui tentang yang dikomunikasikan
2. Pesan
Pesan merupakan inti atau perumusan tujuan dan maksud dari komunikator
kepada komunikan, pesan ini merupakan unsur yang sangat menentukan
dalam keberhasilan komunikasi(Mondry, 2008: 8).
KOMUNIKAN PESAN KOMUNIKATOR
Umpan Balik (Feed Back)
Universitas Sumatera Utara
14
Universitas Sumatera Utara
3. Saluran
Agar pesan yang diterima mudah dimengerti komunikan, maka harus
dipertimbangkan saluran yang digunakan dalam komunikasi tersebut. Saluran
itu meliputi:
a. Metode yang ditempuh bisa dengan menggunakan komunikasi verbal
yang bersifat langsung (tatap muka) atau tidak langsung (melalui surat,
dan sebagainya), bisa juga dengan komunikasi nonverbal.
b. Metode atau alat yang digunakan juga mempertimbangkan kebutuhan dan
sasaran. Bisa dengan peralatan yang sederhana,dan juga menggunakan
peralatan yang rumit(Mondry, 2008: 8)
4. Komunikan
Komunikan atau penerima memang diharapkan minimal punya pengetahuan
yang luas tentang masalah yang dikomunikasikan.Keberhasilan komunikasi
tergantung pada komunikator, pesan dan saluran(Mondry, 2008: 8)
5. Efek
Harapan dari proses komunikasi, informasi atau pesan yang disampaikan oleh
komunikator adalah bisa dimengertioleh komunikan secara baik dan akhirnya
membawa dampak sesuai dengan yang diharapkan(Mondry, 2008:9).
6. Umpan Balik
Setelah proses komunikasi berlangsung, salah satu unsurnya menyangkut
umpan balik (feedback), arus umpan balik tersebut selalu diharapkan
seseorang atau kelompok orang yang melakukan kegiatan komunikasi
(Mondry, 2008: 8-9).
2.2.1.3Tujuan Komunikasi Secara Umum
Beberapa tujuan komunikasi secara umum menurut Pryanto(2009; 8)
a. Mengerti
Universitas Sumatera Utara
15
Universitas Sumatera Utara
Komunikator hendaknya menyampaikan pesan atau informan kepada
komunikan (penerima) dengan cara yang baik dan jelas, sehingga informasi
tersebut data dimengerti maksudnya.
b. Memahami
Memahami mengandung arti bahwa informasi yang disampaikan komunikator
harus disesuaikan dengan keinginan dan kemauan komunikan atau penerima
informasi, sehingga segala sesuatu yang disampaikan benar- benar berasal
dari aspirasi penerima informasi atau masyarakat pada umumnya.
c. Diterima
Komunikator dalam menyampaikan informasinya harus menggunakan cara
yang arsetif sehingga informasi tersebut dapat diterima dengan baik.
d. Termotivasi
Setelah informasi disampaikan maka komunikan tergerak untuk melakukan
suatu kegiatan yang diinginkan oleh komunikator dan ini merupakan suatu
yang diharapkan oleh pemberi pesan.
2.2.1.4Tujuan Komunikasi antara Tenaga Kesehatan terhadap Pelayanan
Kesehatan Klien
Tujuan utama komunikasi antar-tenaga kesehatan adalah tercapainya tingkat
kesehatan klien semaksimal mungkin dengan memberikan perawatan koprehensif
melalui pertukaran informasi yang akan meningkatkan koordinasi dan
kesinambungan pelayanan kesehatan terhadap klien. Bila klien mendapatkan
pelayanan kesehatan dari berbagai bagian rumah sakit, seperti bagian pemeriksaan
rongent,laboratorium, ruang operasi, fisioterapi, maka komunikasi yang sangat
dibutuhkan untuk mengoordinasikan pelayanan yang telah diberikan. Komunikasi
antar-tenaga kesehatan juga sangat diperlukan dalam memberikan pelayanan bagi
klien tersebut akan melanjutkan pelayanan pada lembaga kesehatan lain. Lembaga ini
akan memberikan pelayanan kesehatan, berupa home care , ahli fisitotrapi, terapi
kerja, konseling, dan lain lain(Pryanto, 2009:9).
Universitas Sumatera Utara
16
Universitas Sumatera Utara
Secara umum, menurut Lu Verne Wolff, Marlene H.W., dan Elinor V.F.
(dalam Pryanto, 2009: 10).,komunikasi antar-tenaga kesehatan terbagi dalam empat
kategori yaitu melaporkan, mengarahkan, mendiskusikan (conffering), dan
memberikan rujukan (referring).
a. Melaporkan
Merupakan suatu bentuk penyampaian atau penuturan tentang sesuatu yang
dilihat, didengar, dilakukan atau dipertimbangkan. Sebagai contoh perawat
dinas (shift) pagi melaporkan kondisi terakhir klien dan tindakan
keperawatan yang telah diberikan kepada perawat shift sore atau bidan
melaporkan persalinan yang telah dilakukan pada dokter yang bertanggung
jawab terhadap klien tersebut.
b.Mengarahkan
Mengarahkan bisa juga disebut membimbing atau memerintahkan.Seorang
perawat senior (misalnya kepala ruangan) dapat memberikan perintah pada
bawahannya(perawat pelaksana) dalam rangka pelaksanaan asuhan
keperawatan.Seorang perawat atau petugas kesehatan lain juga bisa
memberikan pengarahan. Bila suatu informasi berisi tentang pengarahan,
maka perlu ditunjuk dengan jelas orang yang akan mendapat tugas tersebut
dan berapa lama waktu untuk menyelelesaikan tugas tersebut. Pengarahan
sering dilakukan secara verbal, tetapi lebih baik jika secara tertulis karena itu
akan jauh lebih aman, dapat dipertanggung-jawabkan, serta mengurangi
terjadinya kesalah-pahaman. Misalnya perawat atau bidan yang memberikan
perawatan disuatu ruang rawat inap, maka perawat atau bidan tersebut harus
benar-benar mengetahui tindakan- tindakan yang akan diberikan dokter, dan
akan menjadi akan sangat baik jika pengarahan (instruksi) tersebut diberikan
secara tertulis pada format status klien.
c. Berdiskusi
Berdiskusi biasa juga dikatakan berkonsultasi dengan seseorang untuk
bertukar pendapat atau meminta informasi, nasehat, atau instruksi. Seorang
Universitas Sumatera Utara
17
Universitas Sumatera Utara
perawat dan bidan dalam bekerja akan berkonsultasi denga perawat atau
bidan lain atau bahkan dokter yang merawat klien. Misalnya ketua tim
perawatan suatu shift berkonsultasi dengan kepala ruangan tentang suatu
kasus sulit yang dijumpai di ruangan.Kasus tersebut kemudian didiskusikan
dalam suatu pertemuan antara ketua tim, kepala ruangan dan dokter yang
merawat bersama dengan tim lain di sarana pelayanan kesehatan yang
kompeten.
d. Rujukan (Refer)
Rajukan adalah suatu keputusan untuk mengirim atau mengarahkan
seseorang mengambil tindakan atau mencari bantuan.Seorang klien dapat
dikirim oleh sebuah rumah sakit kelembagaan pelayanan perawatan
kesehatan masyarakat atau puskesmas guna meminta bantuan dalam
perawatan lanjutan di rumah.Contoh seorang klien di UGD datang dengan
keadaan patah tulang terbuka disebelah paha kanan (open fracture femur
dextra) kemudian dokter penanggung jawab (dokter jaga) UGD tersebut
merasa kesulitan dengan alasan tindakan memadainya peralatan yang
ada(Pryanto, 2009:10).
Menurut Sudeen ((Priyanto, 2009: 10)jikamenemui hal demikian maka
dokter tersebut boleh mengambil keputusan untuk merujuk kerumah sakit yang lebih
lengkap fasilitasnya, baik dari segi peralatan maupun sumber daya manusia (memiliki
dokter spesialis ortopedi, dokter anestesi perawat bedah yang bersertifikasi dan lai-
lain.Menurut Stuart Sudeen(Priyanto, 2009:11) bagi perawat komunikasi dapat
mempunyai pengertian sebagai berikut.
1. Merupakan sarana untuk membangun hubungan terapeutik.
2. Merupakan sarana bagi perawat untuk mempengaruhi tingkah laku klien
yang berujung pada keberhasilan dalam melakukan intervensi keperawatan.
3.Merupakan sarana yang istimewa, karena tanpa komunikasi tidak mungkin
terjadi hubungan terapeutik antara perawat dan klien.Hal tersebut diatas
dapat juga berlaku bagi tenaga kesehatan lain seperti bidan (Pryanto, 2009:
11).
Universitas Sumatera Utara
18
Universitas Sumatera Utara
Kedua jenis komunikasi (langsung dan tidak langsung) dapat digunakan
dalam semua kategori tersebut.Perawat, bidan, dan dokter bisa saja melakukan
pelaporan, pengarahan, diskusi (berunding), atau membuat rujukan baik secara
langsung dengan pertemuan tatap muka atau secara tidak langsung melalui catatan
klien.Dengankomunikasi seseorang dapat melahirkan ide-ide baru atau meneruskan
gagasan yang sudah ada serta dapat menjadikannya sebagai kritik yang
membangun.Melalui komunikasi pula ide-ide tersebut dapat disebarluaskan untuk
dianalisis, diuji kembali, dan disempurnakan(Pryanto, 2009:11).
Komunikasi dapat berlangsung antara-individu yang mempunyai minat dan
keterampilan (skill) yangsama, seperti komunikasi di antara perawat guna
penyempurnaan pelaksanaan asuhan keperawatan.Sebagai contoh ada dua orang
perawat yang menaruh perhatian antara perawat atas perawat pada pasien yang
menghadapi masalah penyesuaian diri terhadap penyakit kronis, mereka lalu
melakukan pengamatan, penjelasan teori, mengusulkan penyempurnaan terhadap
asuhan keperawatan yang telah ada, kemudian mereka mendiskusikan ide- ide
tersebut.Penyajian ide-ide tentang asuhan keperawatan dan hasil-hasil riset dibahas
dalam berbagai pertemuan dan koferensi. Organisasi-organisasi yang dapat
dipergunakan sebagai mediator penyajian ide-ideatau hasil penelitian seperti diantara
lain adalah Persatuan Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI),
Persatuan Perawat Endoskopi Gastrointestina Indonesia (PEGI), Perhimpunan
Perawat Kamar Bedah, Perhimpunan Perawat ICU, Perhimpunan Perawat Anestesi,
dan lain- lainnya(Pryanto, 2009:11).
2.2.1.5Komunikasi dalam Aplikasinya di Pelayanan Kesehatan
Komunikasi merupakan proses yang sanagt berarti dan istimewa dalam
hubungan antar manusia. Dalam profesi keperawatan, komunikasi menjadi sangat
bermakna karena menjadi metode-utama dalam menginplementasikan proses
keperawatan maupun kebidanan.Dalam hal ini perawat/ bidan memerlukan
kemampuan dan keterampilan khusus serta kepedulian sosial yang mencakup
keterampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin perilaku setiap
individu dengan orang lain (Priyanto, 2009: 12).
Universitas Sumatera Utara
19
Universitas Sumatera Utara
Perawat atau bidan yang memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik
tidak saja akan mudah membina hubungan saling percaya dengan klien, tetapi juga
dapat mencegah terjadinya masalah legal dan meningkatkan citra profesi
keperawatan/kebidanan serta citra rumah sakit dalam memberikan pelayanan
(Priyanto, 2009: 12).Dalam Priyanto (2009: 12) ada tiga jenis komunikasi yaitu
verbal, tertulis dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.
1.Komunikasi Verbal
Komunikasi ini merupakan bentuk paling lazim digunakan dalam pelayanan
kesehatan, seperti rumah sakit, balai pengobatan ataupun puskesmas.Komunikasi
verbal adalaha pertukaran informasi secara verbal terutama berbicara secara tatap
muka (face to face) .komunikasi verbal lebih akurat dan tepat waktu.Kata atau
kalimat digunakan sebagai alat atau simbol untuk mengekspresikan ideatau
perasaan, membangkitkan respon emosional dan memori, mengartikan objek, serta
melakukan observasi.Selain itu ucapan kata dan kalimat juga dipakai untuk
menyampaikan arti yang tersembunyi sekaligus sebagai sarana untuk menguji minat
seseorang(Priyanto. 2009: 15)
Keuntungan komunikasi verbal dengan tatap muka diantaranya adalah
memungkinkan tiap individu untuk berinteraksi secara langsung, selain itu
dapat dilakukan secara cepat dan langsung, terhindar dari kesalahpahaman, dan
informasi yang disampaikan jelas. Namun, disamping memiliki kelebihan,
jenis komunikasi ini juga memiliki kekurangan yaitu terkadang dilakukan satu
arah dari atasan ke bawahan (terdominasi), seperti pada rapat rutin suatu
kelompok yang dipimpin oleh ketua kelompok atau kepala ruangan rawat inap,
kaloborasi antara perawat atau bidan dengan dokter, konsultasi atau pelaporan
keadaan pasien melaui telepon dan lain sebagainya(Priyanto. 2009: 15)
Beberapa hal yang penting dalam berkomunikasi secara verbal menurut Ellis
dan Nowlis (Priyanto, 2009: 15)adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan bahasa
Tingkat pendidikan klien, pengalaman, dan kemampuan berbahasa seperti
bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan lain-lain penting sekali
Universitas Sumatera Utara
20
Universitas Sumatera Utara
dipertimbangkan konselor dan berkomunikasi. Penggunaan bahasa dalam
berkomunikasi memerlukan kata- kata yang jelas, ringkas, dan sederhana.
b. Kecepatan
Kecepatan dalam berbicara dapat mempengaruhi komunikasi verbal.
Seseorang dalam keadaan cemas atau sibuk, biasanya berbicara dengan
sangat cepat dan akan lupa untuk berhenti berbicara, sehingga dapat
menyebabkan pendengar memproses pesan dan menyusun respon yang akan
diberikan. Komunikasi verbal dengan kecepatan yang sesuai akan
memberikan kesempatan bagi pembicara untuk berpikir jernih tentang apa
yang diucapkan juga dapat menjadikan seseorang yang efektif.
c. Nada suara (voice tone)
Nada suara atau voice tone dapat menunjukkan gaya dan ekspresi yang
digunakan dalam bicara, selain itu juga dapat mempengaruhi arti kata.
Pengaruh dari berbicara dengan keras akan berbeda dengan suara lembut
atau lemah. Suara yang keras akan menunjukkan seorang yang berbicara
sedang terburu- buru, tidak sabar, sindiran tajam atau marah.
Salah satu komunikasi verbal dalam keperawatan adalah interviu. Interviu
adalah merupakan salah satu cara untuk mendapatkan data dari klien dalam
tahap pengkajian. Interviu adalah pola komunikasi yang mempunyai tujuan
spesifik, seperti mendapatkan riwayat kesehatan klien, mengindentifikasi
kebutuhan dasar klien dan faktor resiko, serta menentukan perubahan
spesifik dari tingkat kesehatan dan pola hidup klien(Priyanto, 2009: 14)
2. Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis adalah komunikasi yang disampaikan dengan cara
tertulis. Komunikasi ini mempunyai keuntungan di antaranya dapat dipersiapkan
dengan baik, dapat dibaca berulang-ulang, mempunyai bentuk tertentu, tidak
mengeluarkan biaya yang cukup banyak sehinggah lebih hemat dan sebagainya.
Namun, memiikibeberapa kekurangan yaitu pendokumentasian yang lebih banyak,
kadang- kadang kurang jelas, dan responbalik dari penerima pesan cukup memakan
waktu. Guna mengatasi hal tersebut di atas maka komunikasi dalam bentuk tertulis
Universitas Sumatera Utara
21
Universitas Sumatera Utara
diusahakan memenuhi faktor- faktor seperti memakai kata- kata yang pendek dan
jelas, memakai kata-kata yang tidak mempunyai persepsi atau arti ganda,
memberikan gambaran untuk memperjelas, kalimat tersusun dengan baik, susunan
kata-kata atau kalimat mudah diingat.Misalnya, penulisan laporan shift disuatu ruang
inap, pendokumentasian suatu perawatan pasien pada format catatan perawat, catatan
perkembangan pasien, pendokumentasian tentang perjalaan suatu tindakan atau
pelaporan proses pertolongan salinan, dan sebagainya (Priyanto, 2009: 14)
3. Komunikasi Non-verbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-
kata. Komunikasi ini merupakan komunikasi yang menggunakan mimik, gerakan-
gerakan , pantonim, dan bahasa isyarat.Perawat perlu menyadari pesan verbal dan
non-verbal yang disampaikan klien, mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi
asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap sebuah
pesan verbal.Perawat atau bidan yang mendeteksikan suatu kondisi dan menentukan
kebutuhan asuhan keperawatan klien melaui komunikasi non- verbal.Berikut adalah
komunikasi non-verbal yang dapat dinilai dari klien(Priyanto, 2009: 14).
a. Metakomunikasi
Metakomunikasi adalah suatu pendapat atau penilaian terhadap isi
pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan yang
ada pada pengirim dan penerima.Komunikasi tidak hanya tergantung pada
pesan tetapi juga pada hubungan antara pembicara dengan lawan
pembicaranya.Misalnya tersenyum, pada saat marah.
b. Penampilan individu (self performance)
Menurut Laila Ascosi (Priyanto, 2009: 16) bentuk tubuh, cara berpakain,
dan cara berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekerjaan, agama,
budaya dan konsep diri seseorang. Penampilan seseorang merupakan hal
pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal.Kesan pertama
timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama.Delapan puluh empat persen
(84%) kesan terhadap seseorang adalah berdasarkan
penampilannya.Perawat yang memperhatikan penampilan diri dapat
Universitas Sumatera Utara
22
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan citra diri professional yang positif. Penampilan perawat dari
segi fisik sangat memengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan asuhan
keperawatan yang diberikan oleh perawat tersebut, karena tiap klien
mempunyai citra diri bagaimana seharusnya penampilan seorang
perawat.walaupun penampilan tidak seutuhnya mencerminkan kemampuan
perawat, tetapi mungkin klien akan lebih menerima bila perawat
berpenampilan sesuai dengan keinginan klien.
c. Intonasi suara
Intonasi terkadang mempunyai dampak yang salah bagi perawat.
d. Ekspresi wajah
Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar yang penting dalam
menentukan pendapat interpersonal.Hasil penelitian menunjukan ada enam
keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah, yaitu terkejut,
takut, marah, jijik, sedih, dan senang.Kontak mata sangat penting dalam
melakukan komunikasi interpersonal.
e. Sikap tubuh dan langkah
Perawat dalam memposisikan dan mengatur tubuh serta langkahnya dapat
menggambarkan sikap, emosi, konsep diri, dan keadaan fisik.Perawat atau
bidan dapat mengumpulkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati
sikap tubuh dan langkah klien.
f. Sentuhan
Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat- klien.
Akan tetapi harus tetap memperhatikan norma sosial. Rasa kasih sayang,
dukungan emosional, dan perhatian dapat disampaikan melalui sentuhan.
Perawat dapat memberikan asuhan keperawatannya dengan menyentuh
klien , seperti ketika melakukan pemeriksaan fisik atau membantu klien
berpakaian (Priyanto, 2009: 17) .
2.3. Komunikasi interpersonal
2.3.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Universitas Sumatera Utara
23
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara
seseorang dengan orang lain biasanya diantara dua orang yang dapat berlangsung
diketahui balikannya (Rismalinda dan Prasetyo,2016;109).Keberhasilan sebuah pesan
untuk dapat diterima oleh komunikan dengan mudah dan cermat adalah kemampuan
kapasitas komunikator dalam menyampaikan informasi.Kapasitas komunikator akan
mempengaruhi penyampaian pesan dapat berhasil sesuai harapan, maka pilihan
metode dan saluran komunikasi menjadi sangat penting dalam wilayah ini.
Sensitifitas informasi juga sangat mempengaruhi bentuk komunikasi apa yang tepat
agar informasi tersampaikan. Dalam ranah kesehatan khususunya keperawatan,
pilihan komunikasi dalam menyampaiakan informasi kepada klien/ pasien menjadi
faktor penentu pesan tersampaikansudah menjadi jamaknya bahwa komunikasi
interpersonal menjadi pilihan untuk penyampaian pesan antara komunikan (perawat)
kepada komunikasi (pasien).(Rismalinda dan Prasetyo, 2016; 109).
Komunikasi interpersonal pada dasarnya merupakan jalinan hubungan
interaktif antara seorang dengan orang lain, dimana lambang- lambang pesan secara
efektif digunakan adalah bahasa. Ada beberapa ahli yang mempunyai pengertian
tentang komunikasi interpersonal.(dalamRismalinda dan Prasetyo, 2016: 110).
1. Wiryanto 2004
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi
tatap muka antara dua orang atau lebih baik secara terorganisasi maupun pada
kumpulan orang.
2. Miller
Menuntun pemahaman hubungan simbolitis antara komunikasi dengan
perkembangan relation.
3. Muhammad 2005
Proses pertukaran informasi antara seseorang dengan orang lain atau lebih
yang langsung diketahui umpan baliknya, dengan kata lain komunikasi
interpersonal memberikan dampaknya langsung bagi pelaku komunikasinya.
4. Effendy
Universitas Sumatera Utara
24
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi antara orang- orang secara tatap muka. Yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung. Baik secara
verbal maupun non verbal.
Kemudian Burgon dan Huffner (dalam Rismalinda dan Prasetyo, 2016: 111)
menyimpulkan bahwa proses komunikasi interpersonal melibatkan beberapa
unsur , yakni:
1. Sensasi, yaitu proses menangkap stimulus
2. Persepsi, yaitu proses memberikan makna terhadap informasi yang
ditangkap oleh sensasi.
3. Memori, proses penyimpanan informasi dan evaluasinya dalam kognitif
individu.
4. Berpikir, proses mengolah dan memanipuasi informasi untuk memenuhi
kebutuhan atau menyelesaikan masalah.
Dalam tulisan Brant R. Burleson dengan judul The Nature of Interpersonal
CommunicationScience membagi definisi komunikasi antarpribadi dalam tiga
perspektif. Pertama dinamakan perspektif situasional, membedakan bentuk- bentuk
komunikasi atas dasar mengenai ciri-ciri daripada konteks komunikasi, dan yang
terpenting ialah mengenai jumlah komunikator, kedekatan fisik komunikator,
tersedianya saluran-saluran komunikasi terutama saluran komunikasi nonverbal dan
umpan balik langsung diterima oleh para komunikator (Budyatna, 2015: 8).Jadi
komunikasi antarpribadi secara khusus terjadi antara dua orang terlibat dalam
interaksi tatap muka yang menggunaakan saluran-saluran verbal maupun nonverbal
dan memiliki akses kepada umpan balik langsung.Perspekif yang kedua yang itu
perspektif perkembangan atau developmental perspective, perspektif ini dimulai
dengan membedakan antara komunikasi.“impersonal” dan “antarpribadi”(Budyatna,
2015: 8).
Dalam komunikasi interpersonal, para interektan berhubungan terhadap
satu sama lain sebagai peran sosial bukan sebagai pribadi yang berbeda dan
mendasarkan prediksi mereka mengenai bagaimana piihan-pilihan pesan akan
mempengaruhi pihak lain berdasarkan kultur dan pengetahuan sosiologi bukan
Universitas Sumatera Utara
25
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan informasi psikologis. Sebaliknya komunikasi antarpribadi, para
interektan berhubungan terhadap satu sama lain sebagai pribadi yang unik dan
mendasarkan prediksi- prediksi mereka tentang pilihan-piihan pesan pada informasi
psikologis yang spesifik mengenai pihak lain, dan yang ketiga prespektif
interaksional, pada perspektif ini komunikasi antarpribadi meliputi interaksi.Capella
(1987) menampilkan pemikiran yang paling sistematis mengenai perspektif
interaksional, mendefenisikan komunikasi antarpribadi ialah sebagai penyesuaian
atau pengaruh timbale balik( Budyatna, 2015: 9).
2.3.1.1 Model Komunikasi Interpersonal
1. Model Umum Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpersonal juga sering disebut komunikasi
interpersonal.Komunikasi antarpersonal terjadi antara komunikator dengan
komunikan secara langsung, baik bertatap muka langsung ataupun tidak.Komunikasi
seperti ini lebih efektif karena kedua belah pihak bisa menyimpulkan komunikasinya
secara tepat dan efisien dan dengan sehingga umpan balik dari kedua komunikator
langsung bisa di dapatkan(Rismalinda & catur, 2016: 111)
Gambar 2.2 Ilustrasi komunikasi interpersonal
Sumber :Rismalinda & catur, 2016: 111
2.Menurut Barnlund
Dean C. Barnlund mengartikan komunikasi antarpribadi sebagai pertemuan
dua,tiga, empat, orang, yang terjadi sangat spontan dan tidak berstruktur.
Komunikasi antar pribadi memiliki ciri:
a. Bersifat spontan
b. Tidak berstruktur
c. Tidak mengejar tujuan yang direncanakan
d. Identitas keanggotaan tidak jelas
e. Terjadi sambil lalu. (Prabowo, 2007: 15)
A B
Universitas Sumatera Utara
26
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3. Model Komunikasi Barnlud
Sumbergambar: Prabowo, 2007: 15
2.3.1.2 Tujuan Komunikasi Interpesonal Dalam Dunia Kesehatan
Tujuan dari komunikasi interpersonal antara perawat dengan klien adalah
memberikan hasil yang baik, diantaranya;
1. Menemukan diri sendiri, komunikasi interpersonal memberikan kesempatan
bagi perawat untuk mengenal dirinya terutama yang berkaitan dengan
perasaan, pikiran dan tingkah laku.
2. Menemukan dunia luar, komunikasi yang menjadikan perawat bisa
memahami lebih banyak tentang dirinya dan kliennya.
3. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti, komunikasi
interpersonal sebagai dasar- dasar pembentukan rasa percaya klien dan
sebagai dasar pembentukan hubungan sosialnya dan klien.
4. Mengubah sikap dan tingkah laku, banyak waktu yang digunakan perawat
untuk mengubah sikap dan tingkah laku kliennya melalui pertemuan dan
komunikasi interpersonal.
5. Untuk membantu, para perawat dianjurkan untuk selalu menggunakan
komunikasi interpersonal karena sangat membantu, terutama pada saat
mengarahkan kliennya(Rismalinda & catur, 2016: 111)
2.3.1.3 Fungsi Komunikasi Interpersonal
Miler & Steinberg (Budyatna & Leila, 2011: 27) defenisinya, fungsi adalah
sebagai tujuan dimana komunikasi digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.Fungsi
Universitas Sumatera Utara
27
Universitas Sumatera Utara
utama komunikasi ialah mengendalikan lingkungan guna memperoleh imbalan-
imbalan tertentu berupa, fisik, ekonomi dan sosial.Sebagaimana telah dikemukakan
bahwa komunikasi insan atau human communication baik yang non- antarpribadi
maupun antarpribadi semuanya tentang pengendalian lingkungan guna mendapatkan
imbalan seperti dalam bentuk fisik, ekonomi, dan sosial (Budyatna &Leila, 2011: 27).
Keberhasilan yang relatif dalam pengendalian lingkungan melalui komunikasi
menambah kemungkinan menjadi bahagia, kehidupan pribadi yang produktif,
kegagalan relatif mengarah kepada ketidakbahagiaan akhirnya bias terjadi krisis
identitas diri(Budyatna &Leila, 2011: 27).
Menurut Miller & Steinberg(Budyatna &Leila, 2011: 27) kita dapat
membedakan pengendalian lingkungan dalam dua tingkatan, yaitu:
1. Hasil yang diperoleh sesuai dengan apa yang diinginkan yang dinamakan
compliance.
2. Hasil yang diperoleh mencerminkan adanya kompromi dari keinginan semula
bagi pihak- pihak yang terlibat, yang dinamakan penyelesaian konflik atau
conflict resolution
2.3.1.4 Efektifitas komunikasi Interpersonal
Menurut pandangan Kumar dan De Vito (Rismalinda & Catur, 2016 ; 112)
ciri- ciri efektivitas komunikasi interpersonal diantaranya:
1. Keterbukaan (openness), adalah kemauan seseorang menanggapi dengan
senang hati informasi yang diterima dalam menghadapi hubungan
interpersonal.
2. Empati (Emphaty), komunikasi interpersonal dapat berlangsung kondusif
apabila komunikator (pengirim pesan) menunjukkan rasa empati pada
komunikan (penerima pesan)
3. Dukungan(Supportiveness), dalam komunikasi interpersonal diperlukan sikap
member dukungan dari pihak komunikator, agar komunikan mau
berpartisipasi dalam komunikasi.
Universitas Sumatera Utara
28
Universitas Sumatera Utara
4. Rasa positif (Positiveness), Sikap kita dalam komunikasi interpersonal
dilakukan dengan dua cara, yakni menyatakan sikap positif dan secara positif
mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi.
5. Kesetaraan atau Kesamaan( Equality), Kesetaraan menggambarkan
pengakuan secara diam- diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna
dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
2.3.1.5.Faktor- Faktor Penghambat Komunikasi Interpersonal
Menurut(Rismalinda & Catur, 2016 ; 113) seringkali dalam komunikasi
interpersonal antara komunikator (Perawat) dengan komunikan (klien) tidak saling
memahami maksud pesan atau informasi yang disampaikan, hal ini disebabkan
beberapa masalah, diantaranya :
1. Komunikator, kesulitan biologis maupun gangguan psikologis dari
komunikator. Misal, komunikator yang gagap dan gugup.
2. Media, meliputi hambatan teknis, hambatan geografis, hambatan symbol atau
bahasa dan hambatan budaya.
3. Komunikan, hambatan yang berkaitan dengan hambatan biologis seperti
komunikan yang tuli. Hambatan psikologis, seperti komunikan yang sulit
konsetrasi dengan pembicara.
4. Interaksi sosial, hasil dari interaksi dapat bersifat positif, yaitu suatu interaksi
yang mengarah kerja sama dan menguntungkan, dan dapat juga bersifat
negative, yaitu suatu interaksi yang mengarahkan suatu pertentangan yang
berakibat buruk atau merugikan.
5. Kultur, istilah kultur merupakan penyebutan terhadap istilah budaya.
Perbedaan kultur menyebabkan terjadinya; perbedaan persepsi, perbedaan
style bahasa, penafsiran yang berbeda hingga tujuan pesan. Dan terjadi
penolakan dalam komunikasi interpersonal.
6. Experience (pengalaman), Perbedaan pengalaman antara individu bermula
dari perbedaan persepsi masing- masing tentang sesuatu hal. Perbedaan
persepsi disebabkan oleh perbedaan kemampuan kognitif, afektif dan konatif,
Universitas Sumatera Utara
29
Universitas Sumatera Utara
sehingga kondisi ini akan memberikan perbedaan komunikasi interpersonal
(Rismalinda & Catur, 2016 ; 113).
2.4 Komunikasi Kesehatan
2.4.1 Pengertian Komunikasi Kesehatan
Defenisi komunikasi kesehatan sebenarnya melekat pada hubungan
konseptual antara”komunikasi” dengan “kesehatan” sehinggakonsep komunikasi
memberikan peranan pada kata yang mengikutinya (bandingkan dengan komunikasi
bisnis, komunikasi kultural, komunikasi gender, dll)(Liliweri, 2007: 46).
Berikut ini dikemukakan beberapa defenisi komunikasi kesehatan.
Komunikasi kesehatan adalah:
1. Studi mempelajari bagaimana cara menggunakan strategi komunikasi untuk
menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat mempengaruhi individu dan
komunitas agar mereka dapat membuat keputusan yang tepat dengan
pengelolaan kesehatan.
2. Studi yang menekankan peranan teori komunikasi yang dapat digunakan
dalam penelitian dan praktik yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan
pemiliharaan kesehatan.
3. Kegunaan teknik komunikasi dan teknologi komunikasi secara positif untuk
mempengaruhi individu, organisasi, komunitas dan penduduk bagi tujuan
mempromosikan kondisi yang kondusif atau yang memungkinkan tumbuhnya
kesehatan manusia dan lingkungan. Kegunaan ini termaksud beragam
aktivitasseperti interaksi antara pasien di klinik, self-help groups, mailings,
hotines dan kampanye media massa, dan penciptaan peristiwa.
4. Pendidikan kesehatan, yakni suatu pendekatan yang menekankan pada usaha
mengubah perilaku kesehatanaudiens (skala makro) agar mereka mempunyai
kepekaan terhadap masalah kesehatan tertentu yang sudah didefenisikan
dalam satuan waktu tertentu( Elayne Cift & Vicki Freimuth)
Universitas Sumatera Utara
30
Universitas Sumatera Utara
5. Proses untuk mengembangkan atau membagi pesan kesehatan kepada audiens
tertentu dengan maksud mempengaruhi pengetahuan, sikap, keyakinan
mereka tentang pilihan perilaku hidup sehat.
6. Seni dan teknik penyebarluasan informasi kesehatan yang bermaksud
mempengaruhi dan memotivasi individu, mendorong lahirnya lembaga atau
institusi baik sebagai peraturan ataupun sebagai organisasi dikalangan audiens
yang mengatur perhatian terhadap kesehatan. Komunikasi kesehatan meliputi
informasi tentang pencegahan penyakit, promosi kesehatan, kebijaksanaan
pemiliharaan kesehatan (Liliweri, 2007: 47)
DefenisikomunikasikesehatanmenurutKunoli&Herman (dalam 2013; 46Kunoli&
Herman) :
a. Studi yang mempelajari bagaimana cara menggunakan strategi komunikasi
untuk menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat mempengaruhi
individu dan komunitas agar mereka dapat membuat keputusan yang tepat
berkaitan dengan pengelola kesehatan.
b. Studi yang menekankan peranan teori komunikasi yang dapat digunakan
dalam penelitian dan praktik yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan
pememliharaan kesehatan.
c. Proses untuk mengembangkan atau membagi pesan kesehatan kepada audiens
tertentu dengan maksud mempengaruhi pengetahuan sikap, keyakinan mereka
tentang pilihan perilaku hidup sehat.
1. Unsur komunikasi Kesehatan
Ada beberapa unsur komunikasi kesehatan menurut Kunoli & Herman(dalam
Kunoli& Herman,2013: 46)
a. Proses komunikasimanusia (Human Communication) demi
mengatasimasalahkesehatan
b. Komunikasi yang samadengankomunikasiumumnya, yaitu (Komunikator,
komunikan, pesan, media, efek, adakontekskomunikasikesehatan)
Universitas Sumatera Utara
31
Universitas Sumatera Utara
c. Beroprasipada level ataukontekskomunikasisepertikomunikasiantar- personal,
kelompok, organisasi, publik dankomunikasimassa.
d. Belajarmemanfaatkanstrategikomunikasi
e. Belajartentangperananteorikomunikasidalampenelitiandanpraktik yang
berkaitandenganpromosikesehatan
f. Penyeberluasaninformasitentangkesehatan
g. Keterpengaruhandariindividudariindividudankomunitasdalampembuatankeput
usan yang berkaitandengankesehatan.
h. Pemanfaatan media
danteknologikomunikasidanteknologiinformasidalampenyebarluasaninformasi
kesehatan
i. Pengubahankondisi yang kondusif yang
memungkinkantumbuhnyakesehatanmanusiadanlingkungan
j. Variasiinteraksidalamkerjakesehatanmisalnyakomunikasidenganpasien di
klinik
k. Pendidikankesehatan
l. Pendekatan yang menekankanusahamengubahperilakuaudiens agar
merekatanggapterhadapmasalahkesehatan
m. Senidanteknikuntukmenyebarluaskaninformasikesehatan
n. Proses kemitraandanpartisipasiberdasarkan dialog duaarah.
2.4.1.1 Cakupan komunikasi kesehatan
Banyak sekali teori, model dan perspektif mengenai komunikasi
kesehatan(dalam Kunoli& Herman, 2013; 47). Namun semua model teoritik
maupun praktis meliputi:
a. Komunikasi persuasive ataukomunikasi yang
berdampakpadaperubahanperilakukesehatan.
b. Faktor- faktorpsikologis individual yang
mempengaruhipersepsiterhadapkesehatan
1. Stimulus (obyekpersepsi) danpemaknaan stimulus (Respon)
2. Bagaimanamengorganisir stimulus berdasarkanaturan
Universitas Sumatera Utara
32
Universitas Sumatera Utara
3. Interprestasidanevaluasiberdasarkanpengetahuan, pengalaman, dll.
4. Memori
5. Recall
c. Pendidikankesehatan (health education), yang
bertujuanmemperkenalkanperilakuhidupsehatmelaluiinformasidanpendidikan
kepadaindividudenganmenggunakanaktifitas material maupunterstruktur.
d. Pemasaransosial yang
bertujuanuntukmemperkenalkanataumengubahperilakupositifmelaluipenerapa
nprinsip- prinsippemasarandenganmengintervensiinformasikesehatan yang
bermanfaatbagikomunitas.
e. Penyebarluasaninformasikesehatan, melalui media (Sosialisasiinformasi,
pendidikan, hiburan, opini, pemberitaan, dll)
f. Advokasi, pendampingmelaluikomunitas, kelompokatau media massa yang
bertujuanuntukmemperkenalkan, kebijakan, peraturandan program- program
untukmemperbaharuikesehatan. (Kunoli& Herman, 2013; 47)
2.4.1.2 Model Komunikasi Kesehatan
Menurut Charles et al, 2004 ((Kunoli& Herman, 2013; 49),ada tiga model
komunikasi kesehatan (dokter dan pasien) yaitu:
1. Paternalistic Model.Dalam model komunikasiini,
doktermengendalikanaliraninformasikepadapasiendanmemutuskanpengobatan
.
2. Informant Model. Model
komunikasiinimenggambarkandoktermenyampaikansemuainformasi yang
diperlukankepadapasien.
Informasiituberisimanfaatdanresikosebagaipengobatanberdasarkanbukti yang
sah. Setelahitupasiensendiri yang mempertimbangkandanmemutuskanapa
yang terbaikbaginya.
3. Shared Model. Model ini mengasumsikan bahwa dokter dan pasien membuat
keputusan bersama, terutama mengenai pengobtan medis. Model komunikasi
Universitas Sumatera Utara
33
Universitas Sumatera Utara
dokter- pasien terbaru ditandai dengan partisipasi pasien yang lebih aktif.
Arus informasi dikendalikan baik oleh dokter atau oleh pasien.
Model Deddy Mulyana, model komunikasi paling berguna untuk
penyembuhan pasien adalah Shared Model. Model komunikasi ini menempatkan
pasien sebagai subjek yang mempunyai latar belakang sosial budaya, nilai- nilai,
harapan, perasaan, keinginan, kekhawatiran dan juga mendambakan
kebahagiaan(Kunoli& Herman, 2013: 49).Shared model juga memungkinkan
terjadinya dialog, dimana peran dokter bukan lah membujuk pasien untuk menerima
pendapatnya. Dalam konteks ini, hubungan dokter dan pasien sebagai mitra medis
yang saling membutuhkan dalam memerangi keadaan sakitnya pasien.Ini membuat
pasien lebih kooperatif untuk mengikuti rencana pengobatan seperti yang disarankan
dokter.Pada saat yang sama, pasien pun bertanggung jawab untuk memutuskan
nasibnya sendiri (Kunoli& Herman, 2013: 49).
MenurutAdler, hubungan di atasmemberikanhasillebihbaik
:rekamanmedislebihlengkap, penilaianlebihbaik, diagnosis lebihcermat,
reseplebihmurahdanpenyembuhanlebihcepat (Kunoli& Herman, 2013: 49).
DalampandanganCegala,
jikadokterhanyamengumpulkaninformasitentangpenyakittapibukankeadaansakit,
yaknitanpamemahamikonteksbudaya sosial budayalebihluas yang melatarbelakangi
problem medispasien, makainformasi yang
mungkinsangatpentingakanhilangdankecermatan diagnosis
danrencanapengobatanakanberbahaya. Secarafisiksajatapijugamempunyai
pengalamanhidup yang berhubungandengankeadaansakit (Kunoli& Herman, 2013:
49)
2.4.1.3 Prinsip Promosi Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitaspelayanankesehatanadalahsuatualatdan/atautempat yang
digunakanuntukmeyelenggarakanupayapelayanankesehatan, baikpromotif, preventif,
kuratifmaupunrehabilitatif yang dilakukanolehPemerintah, pemerintahdaerah, dan/
ataumasyarakat(Veronica Komalawati, 1999:
Universitas Sumatera Utara
34
Universitas Sumatera Utara
77).PengertianpelayanankesehatanmenurutLaveydanLoombaadalahsetiapupayabaik
yang diselenggarakansendiriataubersama-
samadalamsuatuorganisasidalammeningkatkandanmemiliharakesehatan,
mencegahpenyakit, mengobatipenyakitdanmemulihkankesehatan yang
ditunjukanterhadapperseorangan, kelompokdanmasyarakat (Veronica Komalawati,
1999: 77).Berikutinibeberapaprinsipdasarpromosikesehatandirumahsakit, yakni :
1. Promosikesehatan di RumahSakitkhususnyauntukindividu-individu yang
sedangmemerlukanpengobatandanperawatan,
selainituditujukankepadapengunjungrumahsakit,
baikpasienrawatjalanmaupunkeluargapasien yang
mengantarataumenemanipasiendirumahsakit,
karenakeluargapasiendiharapkandapatmembantu/ menunjang proses
penyembuhandanpemulihanpasien.
2. Pengembanganpengertianataupemahamanpasiendankeluarganyaterhadapmasa
lahkesehatan/penyakit yang dideritanya.
Pasiendankeluarganyaharusmengetahuihal-hal yang terkaitdenganpenyakit
yang dideritanyaseperti:penyebabpenyakit, carapenularanya
(bilapenyakitmenular), carapencegahannya, proses pengobatan yang
tepatdansebagainya.
3. Pemberdayaanpasiendankeluarganyadalamkesehatan. Hal
inidimaksudkanapabilapasiensudahsembuhdankembalikerumahnya,
merekamampumelakukanupaya-upayapreventifdanpromotifkesehatannya,
terutamaterkaitdenganpenyakit yang telahdialaminya.
Penerapan proses belajarkesehatandirumahsakit.
Artinyasemuapengunjungrumahsakit,
baikpasienmaupunkeluargamemperolehpengalamanataupembelajarandarirumahsakit
(Kunoli& Herman, 2013: 49).
2.4.1.4 Komunikasi Kesehatan, Kultur dan Perubahan Perilaku
Universitas Sumatera Utara
35
Universitas Sumatera Utara
Komunikasikesahatanmerupakanupayasistematis yang
secarapositifmempengaruhipraktik- praktifkesehatanpopulasi-
populasibesar.Sasaranutamakomunikasikesehatanadalahmelakukanperbaikankesehata
n yang berkaitandenganpraktikdanpadagilirannya, status kesehatan.Meskipunbanyak
professional yang bekerja di bidanginimenariksuatuperbedaandalamhalistilah-
istilahpendidikankesehatan; komunikasikesehatan; promosikesehatan;
sertainformasipendidikandankomunikasi (IEC, Informatioin, Education and
Comunication).Pendekatankomunikasikesehatanditurunkandariberbagaidisiplinilmu,
meliputipemasaransosial, antropologi, analisisperilaku, periklanan, komunikasi,
pendidikansertailmu-ilmusosial yang lain.
Berbagaidisiplinilmutersebutsalingmelengkapi,
salingtukarmenukarprinsipdantkenikumumsatusamalain, sehinggamasing-
masingmemberikansumbangan yang unikbagimetodelogikomunikasikesehatan(
Graeff A Juithdkk, 1996: 18)
2.4.1.5 Tujuan Komunikasi Kesehatan
1. Tujuan Strategis
Pada umumnya(dalam Liliweri, 2007: 46) program-program yang berkaitan
dengan komunikasi kesehatan yang dirancang dalam bentuk paket acara atau paket
modul itu dapat berfugsi untuk:
a) Relay Information- Meneruskan informasi kesehatan dari suatu sumber
kepada pihak lain secara berangkai (hunting)
b) Enable informed decision making- memberikan informasi akurat untuk
memungkinkan pengambilan keputusan.
c) Promote healthy- memberikan informasi untuk memperkenalkan
perilaku hidup sehat.
d) Promote peer informationexchange and emotional support –
mendukung pertukaran informasi pertama dan mendukung secara
emosional pertukaran informasi kesehatan
Universitas Sumatera Utara
36
Universitas Sumatera Utara
e) Promote self- care- memperkenalkan pemeliharaan kesehatan diri
sendiri.
f) Manage demand for health services- memenuhi permintaan layanan
kesehatan.
2. Tujuan Praktis
Menurut Taibi Kahler (Kahler Communications), Washington, D.C.
(Courses Process Communication Model, 2003)(dalam buku Liliweri, 2007:
45), sebenarnya secara praktis tujuan khusus komunikasi kesehatan itun
meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui beberapa usaha
pendidikan dan pelatihan agar dapat:
a) Meningkatkan pengetahuan yang mencakup:
b) Prinsip-prinsip dan proses komunikasi manusia.
c) Menjadi komunikatoryang memiliki etos, patos, logos, kredibilitas dan
lain-lain.
d) Menyusun pesan verbal dan non-verbal dalam komunikasi kesehatan
e) Memilih media yang sesuai dengan konteks komunikasi kesehatan.
f) Menentukan segmen komunikan yang sesuai dengan konteks
komunikasi kesehatan
g) Mengelola umpan-balik atau dampak pesan kesehatan yang sesuai
dengan kehendak komunikator dan komunikan.
h) Mengelola hambatan-hambatan dalam komunikasi kesehatan.
i) Mengenal dan mengelola konteks komunikasi kesehatan.
j) Prinsip-prinsip riset.
k) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan berkomunikasi efektif.
l) Praktis berbicara, berpidato, memimpin rapat, dialog, diskusi, negosiasi,
menyelesaikan konflik, menulis, membaca, wawancara, menjawab
pertanyaan, argumentasi dan lain-lain.
Menurut Liliweri (2007: 46) membentuk sikap dan perilaku berkomunikasi
a) Berkomunikasi yang menyenangkan, empati.
b) Berkomunikasi dengan kepercayaan pada diri.
Universitas Sumatera Utara
37
Universitas Sumatera Utara
c) Menciptakan kepercayaan publik dan pemberdayaan publik.
d) Membuat pertukaran gagasan dan informasi mungkin menyenangkan.
e) Memberikan apresiasi terbentuknya komunikasi yang baik (Report of
the Liberal Arts and Sciences Task Force, Truman State University,
1994).
1. Manfaat Mempelajari Komunikasi Kesehatan
Studi mengenai komunikasi kesehatan pada dasarnya menghubungkan studi
komunikasi dengan kesehatan. Dalam artian itu maka studi tentang kesehatan
masyarakat “ditambahkan”satu tema penting yakni peranan komunikasi, terutama
strategi komunikasi dalam merancang dan menyebarluaskan informasi kepada
individu, keluarga ,komunitas, organisasi, maupun masyarakat umum sehingga semua
kelompok dapat membuat keputusan yang tepat terhadap usaha pemeliharaan
kesehatan(Liliweri, 2007: 47)
Pengetahuan komunikasi kesehatan, terutama hasi komunikasi kesehatan
yang efektif, dapat membantu kita untuk meningkatkan kesadaran tentang resiko dan
solusi terhadap masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat, juga memberikan
motivasi agar masyarakat dapat mengembangkan keterampilan untuk mengurangi
resiko tersebut. Sedangkan bagi komunitas, komunikasi kesehatan dapat digunakan
untuk memengaruhi agenda publik, mengadakan pedampingan terhadap program dan
kebijakan di bidang kesehatan, memperkenalkan perubahan yang positif dalam
lingkungan sosial dan ekonomi, politik, dan lingkungan alamiah bagi pembaharuan
kesehatan masyarakat serta layanan kesehatan berdasarkan norma- norma sosial yang
menguntungkan bagi kualitas hidup manusia(Liliweri, 2007: 48)
Secara praktis, komunikasi kesehatan memberikan kontribusi bagi promosi
kesehatan, mencegah penyakit dalam suatu wilayah tertentu. Salah satu pembaruan
atas itu, misalnya membarui situasi klinik berupa interaksi antara provider-pasien,
provider-provider, dan diantara anggota tim pemelihara kesehatan melalui pelatihan
professional kesehatan dalam kerangka membangun komunikasi yang efektif dengan
pasien(Liliweri, 2007; 49). Adapun manfaat lain menurut NCI “Making Health
Universitas Sumatera Utara
38
Universitas Sumatera Utara
Comunication Programs Work a Planners Guide” (NIH Publication no.92- 1493,
1992dalam Liliweri, 2007: 58) sangat bermanfaat bagi kita, untuk :
a) Memahami interaksi antara kesehatan dengan perilaku individu. Perlu
diketahui bahwa individu berada dalam situasi, yakni situasi biologis, perilaku
(psikologis) dan sosial kemasyarakatan(sosiologi dan antropologis). Ketiga
faktor berpengaruh terhadap status kesehatan dan hasil kesehatan seorang
individu. Kalau kita belajar komunikasi kesehatan, kita akan memahamai
hubungan timbal-balik antara faktor biologis, psikologis dan sosiologis.
b) Meningkatkan kesadaran kita tentang isi kesehatan, masalah atau solusi. Siapa
yang harus disadarkan? jawaban pertama adalah individu, namun individu itu
adalah dalam lingkungan sosial. Sehingga, kita akan meningkatkan kesadaran
individu yang berdampak pada keluarga, jaringan interaksi dan afiliasi dari
individu, keluarga, tempat kerja, sekolah, afiliasi agama, struktur sosial atau
komunitas yang mempengaruhi individu untuk mengambil keputusan dalam
kesehatan. Ini berkaitan dengan level penyelenggaraan komunikasi kesehatan,
yakni pada level:
1.Komunikasi antarpersonal (antara dua atau tiga orang partisipan
komunikasi kesehatan)
2. Kelompok kecil atau komunitas social maupun kultural
3. Organisasi
4. Publik
5. Massa
c. Sebagai tindak-lanjut dari kesadaran tersebut, kita dapat melakukan strategi
intervensi pada tingkat komunikasi. Dasar sosial dan pengaruh social dari
komunitas itu sangat besar dalam partisiasi mulai dari merancang usaha
kesehatan individu, implementasi, dan evaluasi terhadapa evaluation of
intervensipromosi kesehatan. Mempengaruhi sikapuntuk menciptakan
dukungan bagi individu atau tindakan kolektif.
d. Menghadapi disparitas pemeliharaan kesehatan antar etnik atau antar ras
dalam suatu masyarakat. Komunikasi kesehatan bermanfaat untuk
Universitas Sumatera Utara
39
Universitas Sumatera Utara
menentukan pilihan terhadap bentuk dan level komunikasi karena dari itu,
analisis audiens berdasarkan kebutuhan dan keinginan etnik dan ras.
e. Menampilkan ilustrasi keterampilan, menggambarkan berbagai jenis
keterampilan untuk memelihara kesehatan, pencegahaan, advokasi atau sistem
layanan kesehatan kepada masyarakat. Termaksud metode dan teknik yang
terampil dalam layanan kesehatan.
f. Menjawab permintaan terhadap layanan kesehatan, tujuan kita mempelajari
komunikasi kesehatan agar kita dapat mengetahui informasi tentang
kesehatan, layanan kesehatan, dll. Dari sini kita dapat menampilkan jawaban
yang telah jadi tujuan kita adalah mengetahui dan melakukan analisis
kebutuhan.
g. Memperkuat infrastruktur kesehatan masyarakat dimana yang akan datang
bagi hasil yang memuaskan masyarakat umum, misalnya mendapatkan
dukungan kolektif dari publik atau organisasi swasta yang difokuskan pada
pembaruan kesehatan masyarakat membuat strategi investigasi bagi
pengeluaran terhadap layanan kesehatan masyarakat. Investasi ini dapat
ditunjang oleh organisasi swasta dalam mendorong kebijakan pemerintah
tentang kesehatan, pendidikan, rumah yang baik, udara yang bersih dan lain-
lain.
h. Memperbaharui peranan para professional dibidang kesehatan masyarakat,
misalnya meningkatkan pengetahuan dalam keterampilan para petugas medis.
Memperkuat infrastruktur kesehatan, membangun kemitraan,
mengembangkan akuntabilitas, mengembangkan pembuktian atas layanan,dan
membarui komunikasi itu harus dicapai.
i. Membarui kepustakaan tentang komunikasi kesehtan dengan memberikan
informasi kesehatan, apalagi kini kita kekurangan dokumentasi, informasi,
buku, majalah, dll, tentang komunikasi kesehatan (Copy right 2004 Nationa
Acedemy of Sciences. All rights reserved. Focus on health Communication:
lacing) (Liliweri, 2007:58).
2. Komunikator Dalam Komunikasi Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
40
Universitas Sumatera Utara
MenurutLiliweri(2007: 73) peranan komunikator dalam proses komunikasi
kesehatan sangatlah besar, karena komunikatorlah yang menetapkan peranan dari
seluruh unsur proses komunikasi. Seorang komunikator kesehatan (penyuluhan
kesehatan masyarakat) yang ingin agar warga masyarakat dan mau mencuci tangan
sebelum makan, yang membuang limbah cucian dan mandi atau yang membuang
sampah pada tempatnya, harus mampu mengembangkan diri sebagai penyebar pesan,
memanipulasi pesan, memilih media, menganalisis audiens agar pesan- pesan
tersebut dapat memengaruhi:
a) Aktivitas komunikasi manusia (termasuk komunikasi kesehatan) pada semua
level komunikasi, yakni antarpersonal, kelompok, organisasi, publik maupun
komunikasi membutuhkan peranan komunikator yang memperkasai
komunikasi. Peranan utama komunikator yang adalah mempengaruhi sikap
penerima. Peranan inilah yang dalam psikologi- komunikasi disebut
"komunikasi persuasiv”(Liliweri, 2007: 95).
b) Topik mengenai komunikasi kesehatan dapat dimasukkan ke dalam
komunikasi pembangunan (Development Communication). Atas alasan ini
kita dapat bertanya:
1. Bagaimana fungsi komunikator dalam pembangunan kesehatan?
2. Bagaimanakah kualifikasi komunikator pembangunan?
3.Di manakah komunikator professional itu dilatih
4.Bagaiman metode dan teknik serta kurikulum pelatihan tersebut
Kita biasamenjawabnya secara ringkas bahwa fungsi seorang komunikator
dalam pembangunan kesehatan masyarakat adalah merancang suatu proses
komunikasi yang tepat sesuai dengan program tertentu(Liliweri, 2007: 95).
c. Secara umum para komunikator komunikasi pembangunan yang diharapkan
adalah komunikator yang dapat berperan ganda- serentak untuk beberapa
program. Misalnya meningkatkan kemampuan dan keterampilan bagi
komunikator sebagai leader dalam kebijakan komunikasi kesehatan, sebagai
perancang strategi dan impllemtasi komunikasi dan lain-lain.(Liliweri, 2007:
95).
Universitas Sumatera Utara
41
Universitas Sumatera Utara
d. Ada banyak defenisi mengenai persuasi, namun persuasi dapat diartikan
sebagai: suatu kemauan yang disadari seseorang komunikator untuk
memodifikasi pikiran dan tindakan komunikan melalaui manipulasi motif
dari komunikan agar komunikan dapat berubah pikiran dan tindakan
sebagaimana yang dikehendaki oleh sumber: atau persuasi adalah proses
untuk mengubah sikap, kepercayaaan, pendapat atau perilaku
komunikan(Liliweri, 2007: 95).
e. Persuasi hanya dapat terjadi karena adanya hubungan “antara komunikator
dengan komunikan”. Maka yang perlu diperhatikan adalah bahwa persuasi
itu terjadi hanya karena ada kerja sama antar sumber penerima, namun kerja
sama itu di prakarsai oleh komunikator (sumber), bukan sebaliknya dari
komunikan(Liliweri, 2007: 95).
f. Seorang komunikator dapat melakukan persuasi dengan baik jika dia dapat
memanfaatkan dua taktik untuk mencapai tujuannya, yaitu taktik intensify
.yakni komunikatir melakukan intensify atau meningkatkan kualitas dan
kuantitas pesan sehingga dapat menghasilkan pengaruh tertentu: taktik
intensify meliputi repetisi, asosiasi, komposisi. Disusul taktik
downplay,yakni teknik untuk menurunkan kualitas atau kuantitas pesan
sehinggah pengaruh tertentu pula. Taktik ini terdiri atas omisi, diversi, dan
konfusi(Liliweri, 2007: 95).
g. Syarat menjadi komunikator yang baik adalah mampu beretorika melalui:
1. Etos, yakni karakter seseorang komunikator yang dicirikan oleh
intelligence, karakter dan goodwill.
2. Patos, berkaitan dengan emosi, artinya bagaimana seorang komunikator
menampilkan daya tarik emosional melalui: making a calming – anger,
love- hate, fear- confidence, shame- shamelessness, indignation- envy,
dan adminiration- envy.
3. Logos, berkaitan dengan kemampuan komunikator secara intelek
(cerdik atau pandai) mengatakan sesuatu secara rasional dan
argumentative, misalnya menyampaikan informasi dengan dukungan
Universitas Sumatera Utara
42
Universitas Sumatera Utara
data statistik, memberikan contoh- contoh. Atau dengan kesaksian-
kesaksian. Logos meliputi invention, arrangement, style, memory, dan
delivery(Liliweri, 2007: 95)
h. Kredibilitasi merupakan suatu image atau gambaran audiens mengenai
kepribadian komunikarot. Seorang pendengarakanmendengarkan
komunikatornya yang dinilai mempunyai tingkatan kredibilitas tinggi yang
dirincikan oeh variabel-variabelattractiveness, motives, similarity,
expertness, dan origin of the message. Studi mengenai kredibilitas sumber
selalu memperhatikan beragam variable tersebut karena peranananretorika
komunikator sangat menentukan jenis komunikan apakah tujuan komunikasi
kita hanya mengubah kognitif, afektif, atau psiko-mo-torik (what force do
the communications themselves bring to bear on the impact of the message?)
(Liliweri, 2007: 95).
i. Ada beberapa dimensi dan tipe kredibilitasi, yakni: competence- kemampuan
komunikator yang diperlihatkan melalui kewenangan (pangkat, jabatan,
kepakaran) diatas suatu subjek yang sedang dipercakapkan; character- yang
diperlihatkan oleh komunikator mengatakan sesuatu; personality- yakni
perasaan kedekatan (proximity) antara komunikan dengan komunikator
(kesamaan psikologis, sosiologis, antropologis sering memengaruhi “rasa
kedekatan” antara komunikan dengan komunikator; dan lain- lain(Liliweri,
2007: 95).
j. Ada tiga tipe kredibilitas komunikator,
1. Intial credibility, yaitu kredibilitas yang sudah ada dalam diri komunikasi
sebelum dia melakukan komunikasi, misalnya pangkat, gelar, jabatan, dan
lain-lain.
2. Derived credibility, yaitu kredibilitas komunikator disaat komunikasi itu
berlangsung (etos, patos, logos).
3. Terminal credibility, perubahan yang dialami audiens setelah komunikasi
berlangsung.
Universitas Sumatera Utara
43
Universitas Sumatera Utara
k. Komunikasi antarpersonal merupakan dasar dari konteks level komunikasi
lain, demikian maka dasar- dasar peran dan kredibiitas komunikator dalam
komunikasi antarpersonal yang ditunjukkan dalam suatu percakapan dapat
dijadikan dasar bagi perlakuan terhadap peranan dan kredibilitas
komunikator dalam konteks komunikasi lainnya (Liliweri, 2007: 95)
2.4.1.8. Faktor-fakor mengapa “ilmu komunikasi” menjadi sangat subsansial
dan kursial dalam konteks kesehatan
Faktor-fakor mengapa “ilmu komunikasi” menjadi sangat subsansial dan
krusial dalam konteks kesehatan Menurut(Liliweri, 2007:98) yaitu;
a. Maraknya terjadi kasus malpraktek karena masalah komunikasi atau informasi
yang efekif
b. Terjadi peningkatan kecenderungan masyarakat dan rumah sakit swasta atau
bahkan berobat hingga keluar negeri
c. Adanya perubahan paradigma medis dari modern (lebih banyak disebabkan
karena faktor biaya) ke tradisional (karena banyaknya pengobatan alternatif
yang terbukti efekitif)
d. Adanya anggapan atau pemikiran bahwa “ilmu komunikasi”tidak penting
dalam dunia medis ataukesehatan.Padahal dalam kesehatan. Padahal dalam
mendiagnosa penyakit pasien, maka dokter atau perawat terlebih dahulu
menggunakan pesan verbal atau nonverbal (Liliweri, 2007: 98)
2.5. Pengungkapan Diri(Self Disclouser)
2.5.1. Pengertian Self Disclouser
Self- disclosure (pengungkapan diri) adalah tipe khusus dari percakapan
dimana kita berbagai informasi dan perasaan pribadi dengan orang lain. Percakapan
adalah aspek penting dalam interaksi manusia. Ketika seorang kawan
mengungkapkan kisah sedihnya di masa lalu, maka kita secara emosional akan
merasa dekat dengannya (Canary, Cody & Manusov, 2003; Dindia, 2002 dalam
Taylor Shelley E dkk, 2009 dalam Taylor, dkk, 2009; 334).Pengungkapan diri adalah
Universitas Sumatera Utara
44
Universitas Sumatera Utara
memberikan informasi tentang diri sendiri. Banyak sekali yang kita ungkapkan
tentang diri kita melalui ekspresi wajah, sikap, tubuh, pakaian, nada, suara, dan
melalui isyarat- isyarat nonverbal lainnya yang tidak terhitung jumlahnya, meskipun
banyak diantara perilaku tersebut tidak sengaja(Tubbs, & Sylvia, 1996:
12).Pengungkapan diri merupakan suatu usaha untuk membiarkan keotentikan
memasuki hubungan sosial kita, dan kita mengetahui bahwa hal ini berkaitan dengan
kesehatan mental dan dengan pengembangan diri( Tubbs, & Sylvia, 1996: 12).
Menurut Dalega & Grzelak, &Omarzu, (dalam buku Taylor Shelley E dkk,
2009: 334) ada beberapa alasan seseorang mengatakan rahasianya pada orang lain
untuk menciptakan kedekatan hubungan yaitu :
a. Penerimaan sosial. Kita mengungkapkan informasi tentang diri kita guna
meningkatkan penerimaan sosial dan agar kita disukai orang lain.
b. Pengembangan hubungan. Berbagai informasi pribadi dan keyakinan pribadi
adalah salah satu cara untuk mengawali hubungan dan bergerak kearah
informasi
c. Ekspresi diri. Terkadang kita berbicara tentang perasaan kita untuk
“melepaskan himpitan di dada” setelah bekerja keras seharian, kita mungkin
beri tahu kawan kita tentang betapa jengkelnya kita pada bos kita dan
bagaimana kesalnya perasaan kita karena tidak dihargai. Mengekspresikan
perasaan dapat mengurangi stress.
d. Klarifikasi diri. Dalam proses berbagi perasaan atau pengalaman pribadi pada
orang lain, kita mungkin mendapatkan pemahaman dan kesadaran yang
membantu kita menjelaskan pemikiran kita tentang situasi. Orang lain
mungkin menilai ekspresi kita adalah wajar atau mungkin mengatakan kita
terlalu berpikir yang bukan-bukan. Pendengar akan memberikan informasi
yang berguna tentang realitas sosial.
e. kontrol sosial. Kita mungkin mengungkapkan atau menyembunyikan
informasi tentang diri kita tentang sebagai alat kontrol sosial. Misalnya tidak
berbicara tentang diri kita untuk melindungi privasi (Taylor Shelley E dkk,
2009: 334)
Universitas Sumatera Utara
45
Universitas Sumatera Utara
2.5.1.1.Bahaya Pengungkapan Diri
Meskipun pengungkapan diri dapat memperkuat rasa suka dan
mengembangkan hubungan, ia juga mengandung resiko (Darlega, 1984).
Mengungkapkan informasi personal akan membuat kita berada dalam kondisi rawan.
(Taylor Shelley E dkk, 2009: 336).Beberapa resiko yang terjadi saat mengungkapkan
dirimenurut Taylor Shelley E dkk, (2009: 336) antara lain:
a. Pengabaian. Kita mungkin berbagi sedikit informasi dengan orang lain saat
mengawali suatu hubungan. Terkadang pengungkapan diri kita dibalas dengan
pengungkapan diri orang lain dan hubungan pun berkembang. Tetapi
terkadang kita menyadari orang lain tak peduli pada pengungkapan diri kita
dan sama sekali tidak tertarik untuk mengenal kita.
b. Penolakan. Informasi diri yang kita ungkapkan mungkin menimbulkan
penolakan sosial. Misalnya, seorang mahasiswa mungkin tidak akan
mengatakan kepada teman sekamarnya bahwa dirinya menderita epilepis,
karena khawatir informasi ini akan membuat dirinya ditolak.
c. Hilangnya kontrol. Ada kebenaran dalam pepatah lama: “pengetahuan adalah
kekuasaan.”Terkadang orang memanfaatkan informasi yang kita berikan
kepada mereka untuk menyakiti kita atau untuk mengontrol perilaku kita
(Taylor Shelley E dkk, 2009: 336)
2.5.1.2.Jendela Johari
Salah satu inovatif memahami tingkat-tingkat kesadaran dan penyikapan-
diri dalam komunikasi insan adalah Jendela Johari(Johari window) (*Johari berasal
dari nama depan dua orang psikolog yang mengembangkan konsep ini, Joseph Luft
dan Harry Ingham).Model ini menawarkan suatu cara melihat kesalingbergantungan
hubungan interpersonal dan hubungan antarpersonal(Tubbs, & Sylvia, 1996: 14) .
Universitas Sumatera Utara
46
Universitas Sumatera Utara
TERBUKA
1
GELAP
2
TERSEMBUNYI
3
TIDAK DIKETAHUI
4
Gambar 2.3 Jendela Johari
Sumber: Tubbs, & Sylvia, 1996; 14
1.Kuadran terbuka, mencerminkan keterbukaan anda pada dunia secara umum,
keinginan anda untuk diketahui. Kuadran ini mencakup semua aspek diri anda
yang anda ketahui oleh orang lain dan diketahui orang lain. Kuadran ini
adalah dasar bagi kebanyakan komunikasi antara dua orang.
2.Kuadran gelap, meliputi semua hal mengenai diri anda yang dirasakan orang
lain tetapi tidak anda rasakan. Mungkin anda cenderung memonopoi
percakapan tanpa anda sadari, atau anda menganggap diri anda jenaka tetapi
teman anda menganggap gurauan anda canggung. Dapat pula merasa percaya
diri, tetapi anda menunjukan beberapa sikap gugup yang terlibat oleh orang
lain namun tidak anda sadari. Kuadran gelap dapat memuat setiap rangsangan
komunikatif yang tidak di sengaja.
3.Kuadran tersembunyi. Andalah yang menentukankebijaksanaan, kuadran ini
dibangun oleh semua hal yang anda lebih suka tidak membeberkannya kepada
orang lain, apakah ini mengenai diri anda dan orang lain: gaji anda, perceraian
orang tua anda, perasaan anda pada sahabat teman sekamar anda dan
sebagainya. Kuadran ini mewakili perasaan anda untuk membatasi masukan
atau informasi yang menyangkut diri anda.
4. Kuadran tak diketahui. Kuadran gelap tidak anda ketahui, meskipun
diketahui orang lain. Kuadran tersembunyi tidak diketahui orang lain tetapi
anda ketahui. Kuadran 4 betul-betul tidak diketahui. Ini mewakili segala
Universitas Sumatera Utara
47
Universitas Sumatera Utara
sesuatu tentang diri anda yang belum pernah ditelusuri, oleh anda atau orang
lain- semua sumber yang tidak tersentuh, semua potensi anda bagi
pengembangan pribadi. Anda hanya dapat menduga bahwa hal ini ada, atau
menyadarinya dalam retrospeksi (Tubbs, & Sylvia, 1996: 14)
Keempat jendela Johari ini saling bergantung: suatu perubahan dalam
sebuah kuadran akan mempengaruhi kuadran lainnya. Bila anda menyikapkan sesuatu
kuadran tersembunyi, misalnya anda membuatnya jadi bagian dari kuadran terbuka;
anda memperbesar ukuran kuadran 1 dan mengurangi ukuran kuadran
tersembunyi.Bila teman anda mengatakan kepada anda tentang sikap gugup anda,
informasi ini menjadi bagian dari kuadran terbuka, yang berkaitan dengan
menyusutnya kuadran gelap.Perubahan semacam ini tidak selalu dikehendaki.
Kadang- kadang, misalnya memberitahukan kepada seseorang bahwa ia tampak
gelisah hanya menyebabkannya bertambah terganggu. Karena pengungkapan
perasaan atau persepsi yang tidak tepat mengenai orang lain dapat merusak, teman
anda perlu menggunakan beberapa kebijaksanaan dalam memberikan umpan balik
mereka kepada anda tentang kuadran 2 (Tubbs, & Sylvia, 1996: 14)
2.6. Pengertian Keperawat, Perawat dan Pasien
2.6.1. Pengertian Keperawatan dan Perawat
Keperawatan merupakan profesi yang membantu dan memberikan
pelayanan yang berkontrubusi pada kesehatan dan kesejahteraan
individu.Keperawatan juga diartikan sebagai konsekuensi penting bagi individu yang
menerima pelayanan profesi ini memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh
seseorang, keluarga atau kelompok di komunitas(Sumijatun, 2017; 32).Reilly dan
Oberman dalam Yahya, (dalam Sumijatun, 2017; 32), mengatakan bahwa
keperawatan merupakan suatu aktivitas interverensi untuk kesehatan individu saat
berinteraksi dengan lingkungan mereka disemua tahapan kehidupan baik dalam
keadaan sakit maupun sehat(Sumijatun, 2017: 32).Diktorat pelayanan Keperawatan
diktorat Jenderal pelayanan Medik Departemen Kesehatan, 2001, Perawat adalah
Universitas Sumatera Utara
48
Universitas Sumatera Utara
seorang yang telah menyelesaikan pendidikan formal keperawatan serta mempunyai
wewenang untuk melaksanakan peran dan fungsinya.
International Council of Nurses (ICN, 2003), (dalam Sumijatun, 2017: 32),
Keperawatan merupakan bagian integral dari system kesehatan yang meliputi
promosi kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan fisik bagi yang sakit, perawatan
jiwa dan ketidakmampuan untuk semua usia, pada tatanan kesehatan dan
komunitas.Menurut Undang- undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014,
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik
dalam maupun luar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan
peratutan perundang undangan(Sumijatun, 2017: 33). WHO Expert on Nursing(dalam
Sumijatun, 2017; 32), mengatakan bahwa pelayanan keperawatan adalah gabungan
dari ilmu kesehatan dan seni melayani/ memberiasuhan(care)suatu gabungan
humanistic dari ilmu pengetahuan, filosofi keperawatan, kegiatan klinik, komunikasi
dan ilmu sosial.(Sumijatun, 2017: 31). Grifth, 1967(Sumijatun, 2017;31),
mengungkapkan bahwa pelayanan keperawatan memiiki lima tugas, yaitu:
1. Melakukan kegiatan promosi kesehatan, termaksud kesehatan emosional dan
sosial.
2. Melakukan upaya pencegahan penyakit dan kecacatan.
3. Menciptakan keadaanlingkungan, fisik, kognitif dan emosiona sedemikian
rupa yang dapat membantu penyembuhan penyakit.
4. Berupaya meminimalkan akibat buruk dari penyakit serta,
5. Mengupayakan kegiatan rehabilitasi(Sumijatun, 2017: 31).
Menurut Hood L.J dan Leddy S.K (Sumijatun, 2017: 3)perawat profesional
akan menggunakan pendekatan holistic dalam menemukan kebutuhan kesehatan bagi
klien yang dirawatnya, hal ini sesuai dengan pernyataan kebijakan yang disampaikan
oleh American Nurses Association (dalam Sumijatun, 2017; 32), ada empat ciri
praktik prefesional yang harus dilakukan oleh perawat, yaitu:
1. Perawat menggunakan fokus orientasi pada masalah, dengan memperhatikan
rangkaian seluruh respon manusia terhadap kesehatan dan penyakit.
Universitas Sumatera Utara
49
Universitas Sumatera Utara
2. Perawat terinterigrasi dalam tenaga kesehatan yang menggunakan
pengetahuannya untuk membantu mencapai tujuan pasien dengan
mengumpulkan data subjetik maupun objektif pasien dan memahaminya baik
secara individual atau kelompok.
3. Perawat mengaplikasikan ilmu pengetahuannya untuk menentukan diagnosa
dan melakukan tretmen respon manusia.
4. Perawat melakukan asuhan keperawatan dengan melakukan hubungan
terapeutik dengan pasien untuk menfasilitasi kesehatan penyembuhan
(Sumijatun, 2017: 3).
2.6.1.1. Fungsi Perawat
Menurut ICN (dalam Sumijatun, 2017: 34), perawat mempunyai fungsi unik
dalam pemberian asuhan keperawatan pada individu, baik sakit maupun sehat,
melakukan pengkajian terhadap respon mereka terhadap status kesehatannya dan
membantu mereka untuk dapat menampilkan konstribusi aktivitas kemandirian untuk
memperbaiki kesehatan atau menghargai dan menghadapi kematian dan tenang, kuat,
mempunyai pengetahuan yang cukup untuk melakukan sesuatu agar dapat
memberikan bantuan dalam kemandirian .
Selain itu menurut PK.St.Carolus (dalam Sumijatun, 2017: 35), perawat memiliki tiga
fungsi yaitu:
1. Fungsi pokok
Fungsi pokoknya adalah membantu individu, keluarga, dan masyarakat baik
sakit maupun sehat dalam melaksanakan kegiatan yang menunjang kesehatan,
penyembuhan atau menghadapi kematian yang pada hakekatnya dapa mereka
laksanakan tanpa bantuan apabila mereka memilki kekuatan, kemauan dan
pengetahuan.
2. Fungsi Tambahan
Fungsi tambahan yaitu membantu pasien/ individu, keluarga dan masyarakat
dalam melaksanakan rencana pengobatan yang ditentukan oeh dokter.
Universitas Sumatera Utara
50
Universitas Sumatera Utara
3. Fungsi Kolaboratif
Fungsi kolaboratif yaitu sebagai anggota tim kesehatan, perawat bekerja
dalam merencanakan dan melaksanakan program kesehatan yang mencakup
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, penyembuhan dan rehabilitasi.
2.6.1.2.Paradigma Keperawatan
Paradigma keperawatan terdiri dari empat konsep sentral yang saling
berhubungan, berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain yaitu manusia,
lingkungan, kesehatan dan intervensi keperawatan(Sumijatun, 2017; 35).Berikut
penjelasan tentang paradigma keperawatan:
a. Manusia. Ditinjau dari erspektif keperawatan, manusia adalah penerima
asuhan keperawatan yang meliputi individu keluarga, kelompok dan
masyarakat. Manusia sebagai makhluk bio psikososio spiritual yang
komprehensif dan unik, mandiri, dinamis dan rasional, mempunyai
kemampuan beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan dasarnya agar dapat
hidup dan berkembang. Manusia berinteraksi dengan lingkungannya baik
internal maupun eksternal.
b. Lingkungan. Lingkungan internal mencakup factor genetika, struktur,
anatomis, fsiologis, psikologis, nilai, keyakinan serta factor internal lain dan
potensial mempengaruhi perubahan system manusia. Sedangkan lingkungan
eksternal meliputi keadaan fisik, demografis, ekologis, hubungan
interpersonal dan nilai sosial budaya serta penerapannyadalam kehidupan
sehari- hari.
c. Kesehatan. Arti kesehatan bagi perawat adalah suatu keadaan yang bukan
hanya bebas dari penyakit, tetapi juga merupakan suatu keadaan sehat secara
fisik, mental, sosial dan spiritual yang komprehensif, terintegrasi, dinamis dan
produktif.
d. Intervensi keperawatan. Konsep intervensi keperawatan dikembangkan dari
paradigma keperawatan yang disepakati sebagai bentuk pelayanan profesional
yang merupakan kajian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio psiko sosio cultural
Universitas Sumatera Utara
51
Universitas Sumatera Utara
spiritual yang komprehensif, ditunjukan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan komunitas, baik sakit ataupun sehat, serta mencakupi seluruh
siklus kehidupan manusia(Sumijatun, 2017: 35)
2.6.2 Pengertiaan Pasien
Menurut kamus Umum Bahasa Indonesia, pasien adalah orang yang sakit,
maksudnya disini adalah orang yang sakit tersebut dibawa kerumah sakit dan
mendapatkan perobatan dan rawat inap, itulah yang dapat dikatakan
pasien.Sedangkan menurut Arwani(Sumijatun, 2017:230), pasien adalah orang yang
sakit(yang dirawat dokter atau perawat), seseorang yang mengalami penderitaan
(sakit). Pasien dalam praktek sehari-hari sering dikelompokkan menjadi:
a. Pasien dalam, pasien yang memperoleh pelayanan tinggal atau dirawat khusus
pada suatau unt pelayanan kesehatan tertentu.
b. Pasien jalan/luar, yaitu hanya memperoleh pelayanan kesehatan yang biasa
juga disebut dengan pasien rawat jalan, biasanya pasien yang sudah sembuh
tapi masih dalam perobatan juga.
c. Pasien opname, yaitu pasien yang memperoleh pelayanan kesehatan dengan
cara menginap dan dirawat dirumah sakit atau disebut juga pasien rawat inap.
2.6.2.1 Hak Pasien
Hak adalah sesuatu yang benar, ada kekuasaan yang benar- benar dimiliki,
mempunyai kewenangan untuk melakukan sesuatu.Hak pasien adalah hak- hak
pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien (Sumijatun, 2017; 232).Hak tersebut
meliputi: (1) Hak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlakudi Rumah Sakit, (2) Hak atas pelayanan yang manusiawi yang adil dan jujur,
(3) Hak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai standar profesi
kedokteran/ kodekteran gigi tanpa diskriminasi, (4) Hak memperoleh asuhan
keperawatan sesuai dengan standar profesi keperawatan yang berlaku, (5) Hak
memiih dokter dan kelas kperawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit, (6) Hak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan
pendapat klinis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak lain, (7) Hak
meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di Rumah Sakit tersebut
Universitas Sumatera Utara
52
Universitas Sumatera Utara
(Second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya, (8) Hak mendapat informasi
tentang penyakit, tindakan medis, kemungkinan penyulit, tindakan untuk
mengatasinya, alternatif terapi lain, prognosa dan perkiraan biaya, (10) hak
menyetujui/ memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan sehubungan dengan
penyakitnya, (11) Hak menolak tindakan yang akan dilakukan dan mengakhiri
pengobatan serta perawatan atas tanggungjawabnya sendiri setelah memperoleh
informasi yang jelas tentang penyakitnya, (12) Hak didampingi keuarga dalam
keadaan kritis, (13) Hak menjalankan ibadah sesuai agama yang dianut, selama tidak
mengganggu pasien lain, (14) Hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama
perawatan di rumah sakit, (15) Hak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan
rumah sakit terhadap dirinya dan (16) Hak menerima atau menolak bimbingan moril
maupun spiritual(Sumijatun, 2017: 232)
2.7. KerangkaPemikiran
Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dimulai untuk melihat
bagaimana kefektivan komunikasi interpersonal perawat dalam menyampaikan
komunikasi kesehatan kepada pasien. Menyampaikan Pesan kesehatan kepada pasien
bukanlah hal yang mudah maka dari itu seorang Perawat di rumah sakit Universitas
Sumatera Utara Medan harus memiliki keterampilan komunikasi Interpersonal yang
baik yang berfungsi untuk mengenal pribadi pasien dengan lebih baik sehingga
terjalin hubungan yang baik juga terhadap pasien.Karena untuk menyampaikan pesan
kesehatan dibutuhkan strategi agar pasien mampu memberikan rasa kepercayaannya
terhadap perawat.Perawat menggunakan komunikasi interpersonal dengan pasien
sebagai pendekatan awal untuk mengetahui keluhan yang sedang dialami oleh pasien.
Dengan demikian pasien akan memberikan feedback yang baik terhadap komunikasi
kesehatan yang diterimanya dari para perawat. Berikut adalah kerangka pemikiran
pada penelitian ini :
- Efektivitas komunikasi interpersonal Perawat terhadap Pasien dalam
menyampaikan komunikasi kesehatan
- Penerapan pasien terhadap komunikasi kesehatan yang disampaikan perawat
Universitas Sumatera Utara
53
Universitas Sumatera Utara
-
Gambar 2: kerangka pemikiran
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran
Sumber: Peneliti
Pasien Perawat Efektivitas
Komunikasi
Interpersonal
Pengaruh komunikasi kesehatan yang disampaikan
perawat kepada pasien
Universitas Sumatera Utara
53
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian
kualitatif.Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai peneitianyang menghasilkan
data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang
diamati dari orang- orang yang diteliti (Taylor dan Bogdan,1984:5).Penelitian
kualitatif yang berakar dari “paradigma” interpretatif` pada awalnya muncul dari
ketidakpuasan atau reaksi terhadap “paradigma positivist”yang menjadikan akar
penelitian kuantitatif (Suyanto &Sutinah : 2005)
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian
kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil
kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain
pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang
dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi
sebagai narasumber, atau partisipan, informan atau guru dalam penelitian (Sugiyono,
2008: 298).
3.2 Objek penelitian
Objek penelitian pada penelitian kualitatif yaitu apa yang menjadi sasaran.
Sasaran peneliti tidak tergantung pada judul dan topik penelititan, topik secara
konkret tergambarkan dalam fokus masalah (Bungin, 2007 :78).Objek penelitian
adalah sesuatu yang menjadi fokus penelitian para penulis berupa data, informasi
ataupun gejala.Sehingga objek penelitian yang diteliti dalam penelitian ini adalah
Efektivitas komunikasi antarpribadi perawat terhadap pasien dalam menyampaikan
komunikasi kesehatan di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.
3.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang- orang yang terlibat atau pelaku dalam
sebuah realitas dan memberikan data atau informasi kepada peneliti tentang realitas
yang diteliti (Pujileksono, 2015:36).Dalam penelitian ini, peneliti menunjukan
Universitas Sumatera Utara
58
Universitas Sumatera Utara
subjek penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu
penentuan sample dengan pertimbangan tertentu untuk mencapai tujuan
penelitian.Dengan demikian yang menjadi subjek penelitian ini adalah 4 orang
Perawat yang sudah bekerja lebih dari 2 tahun di bidangnya dan yang sudah pernah
menyampaikan komunikasi kesehatan kepada pasien.Lalu 3 orang Pasien yang
sedang dirawat inap dan telah menerima komunikasi kesehatan dari perawat.
3.4. Unit analisis
Analisis pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang
umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti objek penelitian. Unit
analisis dalam penelitian ini meliputi 3 komponen menurut Spradly (dalam
Sugyono,2007; 68) yaitu:
1. Tempat (place), tempat penelitian ini berlangsung di rumah sakit Universitas
Sumatera Utara Medan.
2. Pelaku (actor), pelaku atau orang yang sesuai dengan objek penelitian adalah
Perawat dan Pasien dirumah sakit Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Kegiatan (Activity), kegiatan yang dilakukan pelaku- pelaku berkaitan dengan
objek penelitian, yaituadalah Efektivitas komunikasi antarpribadi perawat
terhadap pasien dalam menyampaikan komunikasi kesehatanrumah sakit
Universitas Sumatera Utara Medan.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah metode atau cara- cara yang digunakan
peneliti guna untuk mendapatkan serta mengumpulkan data- data yang diperlukan
untuk penyelesaian penelitian ini. Ada tiga macam pengumpulan data secara
kualitatif.
1. Wawancara mendalam dan terbuka adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan peneitian dengan caratanya jawab sambil bertatap muka antar
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau
tanpa pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian kekhasan
Universitas Sumatera Utara
55
Universitas Sumatera Utara
wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan
(Bungin, 2007 : 108).
2. Metode Observasi langsung
Data yang didapatkan melalui observasi langsung terdiri dari pemerian rinci
dari kegiatan, perilaku, tindakan orang-orang, serta juga keseluruhan
kemungkinan interaksi interpersonal, dan proses penataan yang merupakan
bagian dari pengalaman manusia yang dapat diamati.
3. Metode Penelaahan terhadap dokumen penulis
Data yang diperoleh dari metode ini berupa cuplikan, kutipan, atau penggalan-
penggalan dari catatan- catatan organisasi, klinis, atau program;
memorandum-memorandum dan korespondensi; terbitan dan laporan resmi
buku harian pribadi; dan jawaban tertulis yang terbuka terhadap kuesioner dan
survey (Suyanto,Bagong& Sutinah: 2005: 186).
4. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah metode pengumpulan data dengan mencari
penelitian yang relevan dengan penelitian kita saat ini. Bisa didapatkan dari
berbagai sumber seperti buku, jurnal, surat kabar,
internet,dll(Suyanto,Bagong& Sutinah: 2005: 186).
2.6. Keabsahan Data
Data atau informasi yang telah dikumpulkan dalam suatu penelitian
kualitatifperlu diuji keabsahannya (kebenarannya) melalui teknik teknik berikut :
1. Trianggulasi Data
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain. Dalam memenuhi keabsahan data penelitian ini maka
dilakukan dengan triangiulasi sumber. Menurut Patton, triangulasi dnegan
sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif (Moleong, 2005:330)
Universitas Sumatera Utara
56
Universitas Sumatera Utara
2. Ketekunan atau Keajengan Pengamatan
Keajengan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan
berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentative.
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri- ciri dan unsur- unsur dalam
situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan
kemudian memusatkan diri pada hal- hal tersebut secara rinci (Moleong,
2005:329)
2.7. Teknik Analisis Data
Setelah dilakukan pengumpulan data menggunakan metode yang
ditetapkan,maka tahap selanjutnya adalah menentukan teknik analisis data. Deskriptif
kualitatif biasa disebut juga dengan kuasi kualitatif karena sifatnya yang tidak terlalu
mengutamakan makna, sebaliknya, penekanannya pada deskriptif menyebabkan
format deskriptif kualitatif lebih banyak menganalisis permukaan data, hanya
memperhatikan proses-proses kepada kejadian suatu fenomena, bukan kedalaman
data atau makna data (Bungin, Burhan, 2007 : 146).Analisis data ini dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas hingga datanya sudah
jenuh. Analisis data model Miles dan Huberman dilakukan 3 tahap (Pujileksono,
2015: 152) yaitu :
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan
pada hal yang penting, dicari pola dan temanya. Reduksi data merupakan
proses pemilihan, pemusatan perhatian melalui, penyederhanaan,
pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-
catatan tertulis di lapangan.
2. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data berarti mendisplay atau menyajikan data dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sebagainya.Penyajian data yang
sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bersifat naratif. Ini
dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami.
Universitas Sumatera Utara
57
Universitas Sumatera Utara
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Draving Kesimpulan)
Kesimpulan dalam penelitian mungkin dapat menjawab rumusan masalah,
karena rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara
dan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.Penarikan kesimpulan
dilakukan setelah dari lapangan.
Universitas Sumatera Utara
58
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap 7 informan, dimana diantaranya adalah
4 orang perawat dan 3 orang pasien rumah sakit yang sedang dirawat inap dan
termaksud dari ruangan rawat inap yang berbeda, mengapa demikian, karena
peneliti ingin melihat apakah pelayanan dan penerapan efektivitas komunikasi
interpersonal dalam menyampaikan komunikasi kesehatan yang diterima dan di
sampaikan sama rata, tidak membeda- bedakan usia, status, dan tingkatan
ekonomi. Para informan terpilih adalah individu- indivudu yang sesuai dengan
teknik penarikan sample , yaitu purposive sample yang mana memiliki kriteria
yang telah ditetapkan oleh peneliti, yaitu informan merupakan perawat yang sudah
bekerja lebih dari 2 tahun dibidangnya dan telah menerapkan komunikasi
kesehatan dan pasien yang sedang dirawat inap dan telah menerima komunikasi
kesehatan dari perawat.
Peneliti memilih rumah sakit Universitas Sumatera Utara Medan sebagai
tempat penelitian karena RS USU adalah rumah sakit yang baru saja beroperasi
namun sudah memilki tingkat kepercayaan dan kepuasan dari pasien yang
berkonsultasi di rumah sakit ini.Selain itu RS USU juga memiliki letak strategis
yang berdekatan dengan wilayah tempat tinggal penulis.
4.1.1 Deskripsi Tempat Penelitian
4.1.1.1 Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
1. Sejarah Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
Sejarah pendirian rumah sakit USU sebenarnya telah dimulai pada tahun
2003 dengan diajukannya usulan proyek pembangunan Pusat Penelitian dan
Diagnostik Kesehatan (PPDK) USU ke Bappenas yang kemudian direvisi menjadi
usulan Pembangunan Rumah Sakit Pendidikan (RSP) USU.Pada tahun 2004,
diperoleh rekomendasi /dukungan Mendiknas kepada Bappenas untuk mendirikan
Universitas Sumatera Utara
59
Universitas Sumatera Utara
RSP USU. Akhirnya usulan pembangunan RSP USU disetujui dan masuk dalam
perencanaan Bappenas (Blue book, Code No : P- 04.11.1.03.0405.67).
Rekomendasi/Dukungan Menkes kepada Rektor USU untuk mendirikan
RSP USU diperoleh pada tahun 2005. Pada tahun yang sama Islamic
Development Bank (IDB) menawarkan Loan untuk membangun RSP USU.
Terjadi proses negosiasi antara IDB dengan pemerintah tentang Loan pembiayaan
RSP USU tersebut. IDB menyetujui pemberian Loan pembangunan RSP USU
pada tanggal 1 Februari 2006.Antara tahun 2007- 2009 berlangsung proses lelang
pelaksanaan pembangunan RSP USU yang akhirnya menetapkan PT Waskita
Karya sebagai pelaksana pembangunan RSP USU (19 Juli 2009).
Pembangunan RSP USU berlangsung antara tahun 2009 – 2011 dan
sementara itu mulai pula disusun usulan rencana pengadaan alkes/non alkes dan
usulan ketenagaan. Depdiknas mengalokasi sejumlah tenaga berstatus PNS untuk
ditempatkan sebagai tenaga di RSP USU.Antara tahun 2011 – 2013 berlangsung
pengadaan alkes/non alkes RSP USU. Disamping itu mulai pula disusun rencana
program dan anggaran operasional RSP USU. Dengan berbagai persiapan
operasional tersebut, diharapkan RS USU dapat segera beroperasi secara
penuh.“Soft opening” RS USU dilaksanakan pada tanggal 4 Desember 2014 dan
pembukaan operasional penuh baru dapat terlaksana pada tanggal 28 Maret 2016.
Tanggal Kegiatan
2003 Pengusulan Proyek
2004 Masuk dalam perencanaan Bappenas
2006 Persetujuan pinjaman pembangunan RS
USU oleh IDB
Desember 2013 Alat-alat kesehatan masuk ke RS USU
17 Nopember 2014
Penandatangan MoU RS USU, Fakultas
Kedokteran USU, dan RSUP H Adam
Malik
4 Desember 2014 Soft Opening RS USU (Pembukaan
layanan Rawat Jalan)
Universitas Sumatera Utara
60
Universitas Sumatera Utara
28 Maret 2016 Soft Launching RS USU (Operasional RS
USU)
1 April 2016 RS USU melayani pasien BPJS
28 Desember 2016 RS USU meraih Akreditasi PARIPURNA
9 Januari 2017 Grand Opening RS USU
10 Maret 2017 RS USU jalin kerjasama dengan BPJS
Tenagakerjaan
1 April 2017 RS USU buka praktek bersama Dokter
Spesialis
10 Oktober 2017 Peresmian ruang rawat anak Talasemia
2. VISI dan MISI
Visi
Visi rumah sakit USU adalah sebagai Pusat pengembanganIPTEKDOK 2025 di
wilayah Indonesia Barat.
Misi
Misi Rumah Sakit USU adalah :
1. Meningkatkan mutu Dokter, Dokter Spesialis dan tenaga kesehatan serta
mutu Pelayanan Kesehatan khususnya di Sumatera Bagian Utara.
2. Mengembangkan IPTEKDOK secara terpadu antara berbagai cabang ilmu
kedokteran dan kesehatan maupun ilmu-ilmu lain yang menunjang
Motto
Rumah Sakit USU menggunakan motto : Kualitas, Aman dan
Bersahabat (Quality, Safety and Friendly).
Falsafah, Nilai-Nilai, Budaya Kerja dan Tujuan
Rumah Sakit USU memiliki falsafah :
1. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan;
Universitas Sumatera Utara
61
Universitas Sumatera Utara
Kesehatan masyarakat yang paripurna akan terwujud melalui pelayanan
kesehatan yang:
2. bermutu dan terjangkau;
3. Pelayanan kesehatan yang bermutu terselenggara melalui proses
pengembangan sumber daya kesehatan yang berkualitas.
Rumah Sakit USU menganut nilai-nilai :
1. Kesehatan pasien adalah hukum yang utama (Salus aegroti suprema lex);
2. Pertama adalah tidak membahayakan pasien (Primum non nocere);
Rumah Sakit USU memelihara dan memupuk budaya kerja :
1. Empati
2. Non diskriminatif
3. Komunikatif
4. Energik
5. Inisiatif
6. Inovatif
7. Tim (team work)
8. Efektif
Tujuan Rumah Sakit USU
1. Menghasilkan sumberdaya manusia bidang kedokteran/kesehatan yang
bermutu, handal dan tulus dalam melaksanakan serta mengintegrasikan
pelayanan pemeliharaan kesehatan, pendidikan dan penelitian;
2. Mewujudkan upaya pelayanan pemeliharaan kesehatan yang paripurna,
menyeluruh, terintegrasi, terjangkau dan berkesinambungan;
3. Menciptakan suasana akademik yang mendukung pendidikan, penelitian
dan pelayanan pemeliharaan kesehatan yang bermutu dan aman,;
4. Membina tim kerjasama profesional yang solid dengan perbaikan mutu
kinerja berkesinambungan.
5. Menyelenggarakan jejaring rumah sakit yang mengemban tugas
pendidikan, penelitian dan pemeliharaan kesehatan serta mampu menjadi
pusat rujukan regional rumah sakit di wilayah Sumatera Utara/Sumatera.
6. Meningkatkan kemandirian Universitas dalam pelaksanaan Tridarma dan
pengembangan otonomi Perguruan Tinggi.
Universitas Sumatera Utara
62
Universitas Sumatera Utara
3. Profil
Data Rumah
Sakit
Kode Rumah
Sakit
1275913
Tanggal Daftar 18 Pebruari 2016
Nama Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
Jenis Rumah Sakit Umum
Kelas C
Direktur Umum dr. Syah Mirsya Warli, SP.U
Penyelenggara Kementerian Riset dan Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
Lokasi Alamat Jl. Dr. T Mansur No.66, Medan
Kode Pos 20154
Telepon 061-8218928
Fax 061-8218928
Email [email protected]
Telepon Humas 061-8218928
Website rumahsakit.usu.ac.id
Profil Rumah
Sakit
Luas Tanah 38.000m2
Luas Bangunan 52.200m2 (5 Lantai)
Surat Izin Dinas Kesehatan Kota Medan
Tanggal Surat
Izin
19 Oktober 2015
Masa Berlaku 5 Tahun
4.1.2 Proses Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mencari
informasi tentang rumah sakit USU melalui konter pelayanan informasi yang
berada dilantai I, peneliti mencari informasi tentang syarat yang harus peneliti
persiapkan, tempat penyerahan berkas dan jam kerja para pegawai yang
berhubungan dengan hal tersebut. Karena peneliti merasa hal itu penting untuk
berjalannya proses penelitian.Setelah mengetahui informasi tersebut keesokan
harinya peneliti kembali lagi ke RS USU Medan dengan membawa syarat yang
ditentukan dan menyerahkannya ke lantai IV atau Diklat penelitian. Bagian
Direktur dan Diklat penelitian ini lah yang memproses berkas dan mengeluarkan
surat izin setelah menunggu 3 hari. Setelah surat keluar ada berkas yang harus
peneliti penuhi untuk jenis penelitian deskriptif kualitatif, yaitu
Universitas Sumatera Utara
63
Universitas Sumatera Utara
mengurus surat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara ( F.KEP USU) berupa surat Ethical Clearence penelitian surat ini berfungsi
agar peneliti mendapat izin untuk melakukan wawancara mendalam terhadap
perawat RS USU Medan.
Setelah semua syarat terpenuhi pada tanggal 16 Juli 2018 peneliti
melakukan observasi pertama dengan bimbingan salah satu staff diklat penelitian.
Peneliti mendapatkan arahan dari kak Mutia dan diberitahu kemana peneliti harus
pergi dan sebelum melakukan penelitian peneliti harus meminta izin kepada setiap
kepala ruangan (Karu) ruang rawat inap lalu jika sudah selesai harus mengisi
absen penelitian lengkap dengan tanda tangan kepala ruangan.Ruangan pertama
yang peneliti kunjungi yaitu ruangan rawat inap anak yang berada di lantai IV
(empat), sebelum menjalankan tujuan peneliti terlebih dahulu meminta izin
kepada kepala ruangan Ibu Rahmita S.Kep Ners peneliti mendapat sambutan yang
baik, peneliti menyampaikan maksud dan tujuan peneliti kepala ruangan
mengijinkan peneliti untuk terlebih dahulu mewawancarai pasien. Peneliti
dituntun menuju ruangan yang menjadi salah satu narasumber. Namanya Teddy
berusia 12 tahun penyakit yang dialami cukup serius, melihat kondisi Teddy tidak
memungkinkan untuk menjadi narasumber dan berhubung semua perawat sedang
sibuk peneliti di berikan saran untuk datang kembali pada pukul sekitar 15:00
WIB. Lalu peneliti berahli keruangan rawat inap lainnya. Sekarang yang menjadi
tujuan peneliti yaitu ruangan Maternitas (rawat ibu dan anak) yang berada di
lantai III (tiga), seperti halnya di ruangan rawat inap anak yang pertama peneliti
lakukan yaitu meminta izin kepada kepala ruangan Ibu Rizka S.Kep Ners dan
peneliti mendapatkan izin untuk mewawancarai pasien yang menjadi narasumber
peneliti yaitu Ibu Meyrani Ginting. Ibu Meyrani Ginting yang baru saja selesai di
periksa perawat mengijinkan saya untuk menjadikan nya sebagai narasumber.
Sebelum melakukan wawancara mendalam peneliti memperkenalkan diri terlebih
dahulu dan menjelaskan tentang judul peneliti yang akan diteliti. Tepat pada pukul
10: 44 WIB peneliti memulai wawancara mendalam dengan informan pertama.
Pada saat itu di ruangan informan sedang mendapatkan kunjungan dari keluarga
yang ingin juga merasakan kebahagian atas lahirnya anak ketiga informan yang
berjenis kelamin laki-laki.Walaupun ruangan tampak ramai informan tetap fokus
Universitas Sumatera Utara
64
Universitas Sumatera Utara
menjawab pertanyaan dari peneliti dengan baik dan juga senyuman tanpa terlihat
merasa terganggu. Bahkan pada saat ada kalimat peneliti yang susah untuk
dimengerti informan menanyakannya dengan lembut sembari tersenyum.Melihat
sifat ramah informan rasa gugup peneliti sedikit demi sedikit menghilang.
Wawancara mendalam dengan informan selesai sampai pukul 11: 22 WIB.
Wawancara dengan informan kedua dilaksanakan pada hari yang sama
dengan Ibu Meyrani yaitu, pada hari senin 16 Juli 2018. Informan kedua ini
adalah perawat dari ruangan rawat ini maternitas. Informan kedua bernama
Perawat Yunita S.Kep Ners. Pada saat itu informan menggunakan jilbab berwarna
orange dan sedang berseragam perawat yang berwarna biru dengan ukuran celana
yang panjang.Beliau adalah pribadi yang ramah dan tegas, beliau bersedia
diwawancara sembari sedang mengerjakan laporan tentang pasien. Selama
informan bekerja di bidangnya ia mengaku selalu menyampaikan komunikasi
kesehatan kepada pasien di rumah sakit dan juga di luar rumah sakit jika memang
dibutuhkan. Sebelum wawancara peneliti juga melakukan hal yang sama seperti
dengan infornman pertama. Peneliti memperkenalkan diri secara singkat,
menjelaskan judul penelitian.
Tanpa terlalu banyak berbincang- bincang dan melihat bahwa informan
sedang mengerjakan sesuatu yang penting tepat pukul 12:20 WIB wawancara di
mulai dengan informan kedua. Wawancara dengan informan kedua berlangsung
dengan cepat karena ke telatetan dan kejelasan informan menjwab membuat
wawancara berjalan dengan lancar dan cepat, tepat pukul 12: 50 WIB peneliti
menyelesaikan wawancara dengan informan kedua.Setelah selesai melakukan
wawancara dengan perawat Yunita peneliti kembali ke ruang rawat inap anak
namun hasilnya nihil peneliti belum juga boleh melakukan wawancara dengan
pasien dan perawat. Berhubung waktu sudah larut peneliti memutuskan untuk
melanjutkannya keesokan harinya.
Pada Selasa tanggal 17 Juli 2018 peneliti kembali lagi melakukan
penelitian, dan untuk melanjutkan ruangan yang pertama yaitu ruangan rawat inap
anak karena peneliti sudah memiliki janji dihari sebelumnya. Setelah izin dengan
kepala ruangan Ibu Rahmita peneliti di persilahkan dan diantar untuk melakukan
Universitas Sumatera Utara
65
Universitas Sumatera Utara
wawancara terlebih dahulu pada pasien, kali ini pasien yang berbeda pasien ini
bernama Naim sinulingga. Naim sebagai informan ketiga dan pasien yang
menderita batu ginjal dengan usia yang sangat dini yaitu 10 tahun. Ketika kepala
ruangan menghantarkan peneliti kepada Naim dan keluarganya kepala ruangan
keluar dan meninggalkan peneliti untuk melakukan penelitian. Seperti biasanya
peneliti selalu memperkenalkan diri dan memberitahukan maksud dan tujuan dari
penelitian ini. Peneliti disambut baik oleh kedua orang tua Naim dan ibu dari
Naim memperingatkan Naim agar bersedia diwawancara. Namun Naim tidak mau
menjawab Naim terkesan malu- malu jadi yang menjadi informan adalah kedua
orang tua Naim. Pada saat itu Naim menggunakan baju tidur berwarna biru
sembari memainkan game di telepon genggamnya tetapi ibunya mengambil
telepon genggamnya ketika peneliti menyampaikan maksud penelitian. Tepat
pukul 11: 53 peneliti memulai wawancara mendalam kepada Naim dan kedua
orang tuanya, pertanyaan yang peneliti lontarkan sesekali juga dijawab oleh Naim,
namun ketika Naim tidak mengerti peneliti mejelaskan maksud dari pertanyaan
tersebut. Wawancara ini berlangsung sampai pukul 12: 40 WIB. Setelah selesai
peneliti tidak langsung meninggalkan ruangan tetapi menghibur Naim dan
bertanya seputar sekolah dan tepat pukul 13: 15 WIB peneliti pamit keluar dan
mengucapkan terimah kasih kepada Naim dan keluarganya tidak lupa peneliti juga
menyampaikan ucapan lekas sembuh kepada Naim.
Setelah beranjak dari ruangan informan ketiga, peneliti kembali
menemui kepala ruangan dan meminta izin untuk melakukan wawancara kepada
perawat, kepala ruangan mengijinkan namun meminta izin agar peneliti
menunggu sebentar karena perawat sedang melakukan pekerjaan.Informan ke
empat peneliti adalah Perawat Azura khazhiah S.Kep Ners. Wawancara dilakukan
di ruangan karu (kepala ruangan). Informan ke empat adalah sosok yang ceria dan
lucu. Pada saat itu informan menggunakan jilbab berwarna merah maroon dan
baju hijau dengan pinggiran bercorak batik. Saat ingin memulai wawancara
terlebih dahulu informan menggunakan kacamatanya karena ia ingin membaca
sendiri pertanyaannya. Wawancara dimulai pada pukul 13: 50 WIB. Informan
menjawab pertanyaan peneliti sembari melontarkan kalimat- kalimat lucunya.
Karena sikap informan yang ceria penelitian seperti berlangsung dengan cepat dan
Universitas Sumatera Utara
66
Universitas Sumatera Utara
tepat pukul 14: 38 WIB. Setelah menyelesaikan wawancara mendalam peneliti
pamit dan melanjutkan penelitian keesokan harinya karena melihat situasi bahwa
semua perawat benar- benar sibuk dan pasien juga sedang beristirahat.
Peneliti kembali melanjutkan penelitian pada hari Kamis 19 Juli 2018
ruangan yang menjadi sasaran peneliti yaitu ruangan rawat inap kelas II yang
berada dilantai II, seperti biasanya hal yang pertama lakukan yaitu meminta izin
kepada kepala ruangan ruang rawat inap Ibu Anita Sitorus S.Kep Ners. Peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan dari judul penelitian kepada karu, lalu peneliti
mendapatkan izin. Informan peneliti yaitu Perawat Mahdiana Sinuhaji. Sosok
informan kelima adalah sosok yang sangat ramah dan tampak ke ibuan. Pada saat
itu informan menggunakan seragam berwarna biru muda dengan lengan yang
pendek, rambut yang di tata rapi dan raut wajah yang ramah membuat gugup
peneliti secara perlahan hilang. Wawancara dengan informan kelima di mulai
pada pukul 11: 53 WIB. Informan menjawabpertanyaan dengan jelas. Tepat pada
pukul 12: 40 wawancara dengan informan selesai. Ruangan yang terakhir yang
menjadi tujuan peneliti yaitu ruangan rawat inap kelas tiga yang berada dilantai
yang sama dengan ruangan rawat inap kelas II. Semua perawat tampak sibuk
sehingga peneliti sangat kecil kemungkinan untuk mendapatkan pelayanan dari
mereka, namun begitu peneliti menunggu di ruang tunggu. Selang beberapa jam
peneliti kembali lagi ke ruang rawat inap kelas III suasana tampak tidak berbeda
dengan yang sebelumnya. Namun seorang perawat menghampiri peneliti dan
bertanya, lalu peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti. Berhubung kepala
ruangan sedang libur peneliti tidak bisa bertemu dan meminta izin. Perawat yang
menghampiri peneliti mengijinkan untuk melakukan penelitian kepada pasien
terlebih dahulu karena para perawat benar- benar sibuk dan tidak dapat di ganggu
pada saat itu. Peneliti di persilahkan memasuki ruangan para pasien dan memilih
sendiri pasien yang akan menjadi informan peneliti dan tentunya sesuai kriteria
dan yang rela meluangkan waktunya untuk melakukan wawancara. Setelah
mencari dengan waktu yang tidak terlalu lama peneliti bertemu dengan informan
ke enam yaitu Chairunissa gadis berusia 19 tahun. Chairunissa yang mengalami
pembengkakan pada gusinya awalnya merasa malu untuk melakukan wawancara,
namun peneliti berusaha membujuk dan berkata seputar judul dan yang menjadi
Universitas Sumatera Utara
67
Universitas Sumatera Utara
topik wawancara penelitian, akhirnya setelah mendapatkan bujukan dari peneliti
dan orangtua Chairunissa pun bersedia. Pada saat itu informan ke enam sedang
mendapatkan kunjungan dari nenek dan teman teman sepekerjaannya namun
informan tetap fokus menjawab pertanyaan dari peneliti. Wawancara berlangsung
selama kurang lebih satu jam, tepat pukul 15: 32 wawancara selesai. Setalah
berpamitan dengan informan ke enam dan keluarganya peneliti kembali ke
ruangan perawat. Perawat yang berjanji untuk menjadi informan peneliti
selanjutnya sedang melakukan suatu tugas dan tidak bisa di ganggu dalam
memakan waktu yang lama, sedangkan perawat yang lain juga sedang sibuk
dengan tugasnya masing masing. Peneliti memutuskan datang lagi keesokan
harinya.
Pada hari Jumat 20 Juli, langsung saja peneliti menemui kepala ruangan
rawat inap kelas III, namun lagi lagi peneliti tidak dapat bertemu dikarenakan
kepala ruangannya sedang ada tugas diluar. Peneliti memperkenalkan diri kepada
perawat yang melayani peneliti dan menyampaikan maksud dan tujuan penelitian.
Perawat sempat menolak untuk memberi izin di karena kepala ruangan sedang
tidak ada di tempat. Namun dengan membujuk dan memberitahu bahwa hari
sebelumnya peneliti telah melakukan wawancara dengan pasien dan yang
memberiizin juga sesama perawat, akhirnya perawat ini memberi izin dan
bersedia juga menjadi informan peneliti namun dengan syarat peneliti harus
menunggu karena informan sedang menyelesaikan pekerjaannya. Setelah
menunggu beberapa jam akhirnya tepat jam 15: 20 WIB wawancara mendalam
pun dilakukan. Perawat Fitri Yuningsih adalah informan ke tujuh peneliti.
Informan yang mengenakkan seragam dinas berwarna hijau muda dengan corak
batik dan menggunakan jilbab berwarna merah. Informan ke tujuh adalah sosok
yang murah senyum dan menjawab pertanyaan dengan jelas. Setiap pertanyaan
yang peneliti lontarkan informan menjawabnya dengan jelas, wawancara berjalan
dengan lancar, dan memakan waktu kurang lebih satu jam. Perawat Fitri menjadi
informan terakhir penelitian ini di karena kan peneliti telah mendapatkan data
yang cukup dan telah menemukan data jenuh, sehingga pada hari itu juga peneliti
mengakhiri penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
68
Universitas Sumatera Utara
Pada hari keesokan hari peneliti kembali ke rumah sakit USU untuk men
foolow- up data tentang profil rumah sakit, sebagai data pelengkap penelitian.
Untuk kepentingan ini peneliti bertemu dengan Ibu Mutia selaku penanggung
jawab bagian diklat penelitian.Dalam proses penelitian, peneliti tentu mengalami
beberapa kendala, yaitu seperti harus menyesuaikan jadwal peneliti dengan jam
kerja perawat yang tidak menentu selesai jam bekerjanya, kendala dengan
menemukan pasien yang bersedia menjadi informan. Namun sepanjang
melakukan penelitian di RS USU, peneliti merasa sangat senang karena semua
pegawai menyambut peneliti dengan baik, ramah, dan benar- benar membantu
peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini.
4.1.3 Deskripsi Profil Informan
Gambaran secara umum untuk ke empat informan dalam penelitian ini
adalah informan terdiri dari usia 28 tahun sampai usia 40 tahun. Masing- masing
memiliki masa pengabdian sebagai perawat lebih dari dua tahun dan telah
melakukan komunikasi antarpribadi dalam menerapkan komunikasi kesehatan
kepada pasien yang berbeda- beda usia dan jenis penyakitnya, mulai dari anak-
anak, remaja, ibu dan bayi dan orang tua. Dan pasien yang menjadi informan
terdiri dari usia 10 tahun sampai 40 tahun, masing- masing pernah mendapatkan
komunikasi kesehatan dari perawat dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari dengan alasan kesehatan itu mahal.
Informan I
Yunita S.Kep. Ners adalah perawat di RS USU Medan, yang merupakan
lulusan Strata 1 (S1) Keperawatan Ners dari Universitas Sumatera Utara. Perawat
yang biasa disapa suster yuni ini, telah berprofesi sebagai perawat sejak tahun
2010, namun bekerja di RS USU Medan sejak tahun 2016 hingga saat ini. Beliau
mengaku menjadi perawat ialah cita- citanya sejak kecil dan beliau pun
mendapatkan dukungan dari kedua orang tua nya. Wanita berusia 29 tahun ini
telah menikah dan dikaruniai seorang anak dan tinggal di perumahan griya 3
tanjung anol.
Universitas Sumatera Utara
69
Universitas Sumatera Utara
Informan II
Fitri Yuningsih S.Kep Ners adalah perawat RS USU yang bekerja sejak
2012 di rumah sakit USU. Beliau merupakan kelulusan Strata 1 (S1) USU. Gadis
berusia 28 tahun ini mengaku bercita cita menjadi guru sewaktu masih kecil yang
membuat ia menjadi perawat karena tuntutan orang tua. Beliau mengaku merasa
banyak pengalaman yang membuat ia bangga menjadi perawat salah satunya yaitu
menyelamatkan pasien dari yang kritis, hingga dapat pulih kembali beraktivitas
seperti biasanya. Selama ia bekerja belum pernah mendapatkan pengalaman yang
membuat ia trauma menjadi perawat karena ia mengatakan selama menikmati
pekerjaan semua akan terasa ringan dan berjalan dengan baik. Wanita yang
menyukai warna hijau ini bertempat tinggal di Jalan Eka Rosmi Gang Eka Sari
Johor.
Informan III
Mahdiana Sinuhaji Amd adalah perawat RS USU yang bekerja selama
2013 di Rumah sakit Universitas Sumatera Utara. Beliau merupakan lulusan D3
USU. Ia mengaku merasa senang menjadi perawat karena dapat membantu
keluarga yang sedang sakit dan meringankan beban keluarga. Menjadi perawat
adalah cita cita beliau sejak kecil. Ibu 3 anak ini mengaku pekerjaan nya ia tekuni
dengan baik namun yang membuat ia merasa sedih ketika harus meninggalkan
anaknya yang masih berusia 1 ½ bulan demi pengabdiannya. Ibu mahdiana
bertempat tinggal di Jalan Perjuangan Gang Daun Tanjung Selamat.
Informan IV
Azura khazhiah S.Kep Ners.merupakan perawat RS USU Medan, dan
telah berprofesi sebagai perawat sejak 2014, dan mulai bergabung di rumah sakit
USU Medan sejak 2016. Ia merupakan lulusan Strata 1 (S1) Keperawatan Ners
dari Universitas Sumatera Utara. Perawat yang sangat suka dengan warna hitam
ini mengaku bahwa cita- cita awalnya adalah menjadi guru, namun karena
permintaan kedua orang tua nya ia pun memutuskan untuk menjadi perawat di
tambah lagi ketika mengikuti ujian, ia terlebih dahulu menerima pengumuman
kelulusan di bidang keperawatan. Beliau mengaku sangat menikmati pekerjaannya
Universitas Sumatera Utara
70
Universitas Sumatera Utara
dikarena dapat membantu pasien yang sakit menjadi sehat dan dapat beraktivitas
kembali dan itu juga menjadi kebanggaan tersendiri baginya di bidang pekerjaan
yang ia jalankan ini. Wanita berusia 30 tahun ini belum menikah, dan bertempat
tinggal di jalan medan area selatan no. 224a/5. Wanita yang hobi nonton dan tidur
ini mengaku tidak pernah mengalami kejadian yang buruk sampai menyebabkan
trauma selama bekerja, karena sifat kerja sistem tim, jadi jika ada masalah di
selesaikan bersama.
Informan V
Meyrani Ginting Amd merupakan pasien RS USU di ruangan rawat inap
Maternitas yang berada di lantai tiga. Wanita yang berusia 35 tahun ini sudah
dirawat sejak 13 Juli 2018 dan telah melahirkan bayi laki- laki yang menjadi anak
ketiga nya dengan selamat. Ibu yang belum mempersiapkan nama untuk buah
hatinya ini mengaku dari awal sudah berencana untuk melahirkan di RS USU,
karena sejak mengandung sudah melakukan check-up di RS USU juga. Ibu yang
menyukai warna biru ini bertempat tinggal di Jalan Mawar XI lk. XIX no.68 dan
jika kembali ke rumah ia akan menerapkan komunikasi kesehatan yang ia terima
demi kesehatan dirinya dan sang buah hati .
Informan VI
Naim Sinulingga adalah Pasien RS USU yang di rawat di ruangan rawat
inap anak yang berada dilantai empat. Naim anak berusia 10 tahun yang sedang
mengidap penyakit batu ginjal ini sudah dirawat selama 1 minggu. Orang tua
Naim mengatakan alasan membawa Naim ke RS USU karena rujukan dari rumah
sakit sebelumnya yang merasa tidak mampu menangani penyakit Naim. Setelah di
rujuk Naim mengalami peningkatan kesehatan karena memang benar- benar
menerapkan komunikasi kesehatan yang ia terima dari perawat yang
menanganinya, wajah yang mulai ceria dan menuruti semua nasehat perawat demi
kesehatannya. Jika Naim sudah memperlihatkan tanda-tanda kesehatan maka pada
tanggal 17 Juli perawat akan memperbolehkan Naim untuk kembali pulang ke
rumahnya di Batu Karang, Tanah Karo dan beraktivitas kembali seperti biasanya.
Informan VII
Universitas Sumatera Utara
71
Universitas Sumatera Utara
Chairunissa merupakan pasien rumah sakit USU adalah anak ke 2 dari
tiga bersaudara. Ia di rawat sejak 15 juli 2018. Penyakit yang ia derita yaitu
pembengkakan gusi dan adanya daging tumbuh pada gusi. Ia mengaku sudah
selama 3 minggu merasakan sakit pada gusinya namun menghiraukannya, karena
keadaannya semakin parah ia pun dirujuk dan akan melakukan operasi pada
tanggal 17 Juli 2018 jika Hemoglobin (HB) nya sudah mecukupi (13-18
gram/dL). Gadis yang berusia 19 tahun merasa menyesal selama ini tidak
menjalani pola hidup yang sehat, dan bertekad setelah pulih akan merubah gaya
hidupnya. Ia pun mengaku menerapkan komunikasi kesehatan yang ia dapatkan
dari perawat agar cepat pulih dan kembali bekerja seperti biasanya. Gadis yang
menyukai warna merah ini bertempat tinggal di Jalan Sosro N0.18b
Universitas Sumatera Utara
72
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1
Karekteristik Informan Penelitian
1. Perawat Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan
No Profil Informan Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4
1 Nama Lengkap Yunita S.Kep
Ners
Fitri
Yuningshi
Mahdiana
Sinuhaji Amd
Azura
Khazhiah.
S.Kep Ners
2 Umur 29 Tahun 28 Tahun 40 Tahun 30 Tahun
3 Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan
4 Pendidikan Terakhir S-1
Keperawatan
S-1
Keperawatan
Ners
D3
Keperawatan
S-1
Keperawatan
Ners
5 Lama bekerja/
pengabdian
8 Tahun 8 Tahun 6 Tahun 6 Tahun
6 Alamat Perumahan
Griya 3
Tanjung Anol
Gang Eka
Sari Johor
Jalan
Perjuangan
Gang Daun
Tanjung
Selamat
Jalan Medan
Area Selatan
No.244a/5Jala
n Eka Rosmi
2. Pasien Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan
No Profil Informan Informan 5 Informan 6 Informan 7
1 Nama Lengkap Meyrani
Ginting Amd
Naim
Sinulingga
Chairunissa
2 Umur 35 Tahun 10 Tahun 19 Tahun
3 Jenis Kelamin Perempuan Laki- Laki Perempuan
4 Jangka Waktu
Perawatan
Sejak Tanggal
13 Juli 2018
Sejak Tanggal
9 Juli 2018
Sejak Tanggal
15 Juli 2018
5 Alamat Jalan Mawar
XI LK.XIX
No.68
Batu Karang
Tanah Karo
Jalan Sosro
no.18b
Universitas Sumatera Utara
73
Universitas Sumatera Utara
4.2 Hasil Wawancara
Informan I
Nama : Yunita S.Kep Ners
Usia : 29 Tahun
Lama Bekerja : 8 Tahun
Pendidikan : S1 Keperawatan Ners
Efektivitas Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien
1. Keterbukaan (Openness)
Menurut informan pertama, ketika melakukan komunikasi interpersonal
saat menyampaikan komunikasi kesehatan kepada setiap pasien, keterbukaan dari
pasien adalah hal yang sangat penting, karena dari keterbukaan tersebut perawat
akan mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan, komunikasi kesehatan
seperti apa yang harus disampaikan. Sejauh informan bekerja pasien yang
informan hadapi terbuka dengan penyakit yang pasien derita, dan sudah berapa
lama pasien mengalami rasa sakit itu sampai gejala awal yang pasien rasakan.
“Keterbukaan ya? Itu pasti penting sekali. Dengan mereka terbuka maka
perawat atau tim medis menjadi lebih tahu memberikan penanganan, melakukan
tindakan dan memberi apa yang mereka butuhkan dan yang tidak boleh
dillakukan. Ya jadi memang penting dan sepertinya harus kalau memang ingin
sehat. Sejauh ini semua pasien yang saya hadapi terbuka. Mungkin karena saya
menangani khusus ibu dan anak ya, jadi enggak perlu malu, apalagi menyangkut
anak dan mengapa harus malu kan?”.
2. Empati (Emphaty)
Menurut informan pertama tentang ciri kedua efektivitas komunikasi
interpersonal yaitu “empati” ketika mendengarkan keluhan dari pasien, tentu harus
menunjukkan rasa empati. Tetapi rasa empati yang ditunjukkan terhadap pasien
Universitas Sumatera Utara
74
Universitas Sumatera Utara
juga harus memiliki batasan, karena informan merasa semua ada batasan dan
aturannya.
“Mendengarkan keluhan mereka, memberikan arahan- arahan yang baik
yah seperti itu.ya batas yang wajar lah, hanya hubungan perawat dan
pasien tidak lebih. Disini jasa kita hanya diperlukan untuk kesehatan jika
sudah kelewatan yah kita bertindak, karena semua ada aturan mainnya,
jika terlalu empati juga salah ya, karena pasien yang kita hadapi berbeda-
beda sikap, umur, dan sukunya jadi benar- benar harus tahu cara
membatasinya supaya tidak terjerumus atau terlalu terbawa perasaan”.
3. Dukungan (Supportiveness)
Ketika mendengarkan pasien menyampaikan keluhannya tentang
penyakitnya, tentu ada dukungan yang diberikan kepada pasien tersebut. Karena
salah satu pendorong pasien untuk cepat pulih adalah dukungan dari perawat,
tetapi yang lebih penting hanyalah dukungan dari orang terdekat seperti keluarga.
“Dukungan dari tim medis penting sih, tapi ingat jauh lebih penting
dukungan dari keluarga. Kalau tim medis hanya mendukung bagaimana
cara untuk pulih kembali, kan selepas dari sini mereka sudah bersama
keluarga”.
4. Rasa Positif (Positiveness)
Menurut informan pertama, ketika mendengarkan pasien saat
berkonsultasi, perawat harus menunjukkan rasa positif dan dukungan yang positif.
“ Sikap positif dari kami juga kan mempengaruhi kepulihan mereka, seperti
pada saat mereka konsultasi kita harus terlihat welcome, cara
penyampaian kita juga harus baik agar pasien nyaman menyampaikan
semua masalah penyakitnya saat berkonsultasi, setelah mereka nyaman
kita pun akan lebih mudah menyampaikan komunikasi kesehatan kepada
mereka”.
5. Kesetaraan atau Kesamaan (Equality)
Ketika melakukan komunikasi interpersonal dengan pasien, informan
pertama ini biasanya mengajak pasien berbicara dan membuatnya merasa nyaman,
dan menempatkan diri sebagai teman agar pasien mau mengungkapkan segala
keluhannya saat konsultasi.
“Seperti rasa empati tadi yah,enggak jauh beda bukan? ya gitu jika mereka
berbicara kita mendengarkan baik, saya membuatnya menjadi nyaman, merasa di dengarkan, menjadi teman, merangkul kurang lebih begitu”.
Pentingnya Hubungan Interpersonal Pasien dengan Perawat
Universitas Sumatera Utara
75
Universitas Sumatera Utara
Menurut informan I hubungan interpersonal sangatlah penting, dengan
begitu selama berkonsultasi perlu membangun sebuah hubungan interpersonal,
agar komunikasi berjalan dengan lancar dan efektif.
“Hubungan yang di bangun dengan baik. Misalnya pada saat kita ingin
menyampaikan komunikasi kesehatan kita tahu dulu, namanya, usia, latar
belakang pendidikannya, sukunya, agama, agar kita tahu bagaimana cara
penyampaiannya, bahasa yang kita gunakan, bagaimana sikapnya dan
pola berpikirnya, setelah terjalin hubungan yang baik maka komunikasi
menjadi efektif. Kalau kita sudah tahu bagaimana latar belakang pasien
kita, pasti kita lebih mengerti, menjadi lebih nyaman saat berbicara jadi
lebih nyambung lah. Pasien pun akan lebih mudah mengerti”.
Komunikasi Kesehatan yang Pernah di Terapkan
Komunikasi Kesehatan tidak pernah terpisahkan dari dunia kesehatan.
Perawat adalah salah satu sarana untuk penyampaian komunikasi kesehatan.
Informan pertama sudah menerapkan komunikasi kesehatan sejak ia bekerja
menjadi perawat.
“Penkes (Pendidikan kesehatan). Penyuluhan. Penyuluhan makan 4 sehat
5 sempurna, makan tinggi protein bagi pasien- pasien yang habis operasi,
Seperti kakak ini sedang menyusui cara memberi air susu ibu (ASI)
eksklusif. Mobilisasi kek tadi”.
Cara Penyampaian Komunikasi Kesehatan dan Pentingnya Penerapan
Komunikasi Kesehatan Perawat Terhadap Pasien
Komunikasi kesehatan adalah suatu hal yang wajib diterapkan perawat
terhadap pasien. Menurut informan pertama untuk menerapkan komunikasi
kesehatan bukan lah hal yang hanya disampaikan semata saja tetapi harus benar-
benar memastikan pasien menerapkannya.
“Saat dirasa perlu. Hampir semua pasien memerlukannya. Kita jelaskan
secara benar, keuntungannya apa, kerugiannya apa dan kita bantu juga
menfasilitasinya biar termotivasi juga dia, dengan kita menyampaikan
manfaatnya pasti pasien yang benar- benar ingin sehat pasti
menerapkannya. Pentingnya komunikasi kesehatan diterapkan karena
untuk menambah pengetahuan pasien, untuk mempercepatan
penyembuhan pasien, kadang kalau pengetahuan aja tanpa diterapkan
pasien sama aja kan”
Hambatan dalam menyampaikan komunikasi kesehatan
Menurut informan I, hambatan dalam menyampaikan komunikasi
kesehatan adalah tingkat pendidikan dari pasien tersebut dan pasien yang
Universitas Sumatera Utara
76
Universitas Sumatera Utara
masih mempercayai kebiasaan orang- orang zaman dahulu. Cara mengatasi
hambatan yang informan hadapi yaitu dengan tetap mengedukasi dan
mengingatkan kembali manfaat dan tujuan komunikasi kesehatan yang
informan terapkan.
“Tingkat pendidikan. Kalo pasiennya kadang cuman lulusan sekolah
dasar (SD) itu lebih sulit menyampaikannya.Apalagi kalo dia menganut
orang- orang zaman dulu, gak terbuka.Contohnya pemberian ASI, kalo di
edukasi untuk memberikan ASI eksklusif dia belum tentu mau karena zaman
dahulu masih bisa kasih susu formula. Tetap di edukasi, tetap kita jelaskan
apa manfaatnya, tujuannya, ya gitu terus kita sampaikan kita ingatkan”.
Batasan Hubungan Antara Perawat dan Pasien
Pada dasarnya hubungan perawat dan pasien bersifat profesional yang
diarahkan ada pencapaian tujuan. Hubungan perawat dengan pasien merupakan
hubungan interpersonal titik tolak saling memberi pengertian.
“Iya memang ada , karena kita bekerja sebatas pelayanan kesehatan aja,
sesuai dengan profesi di tempat kerja, jika ada permintaan lain yang tidak
sesuai dengan profesi maka kita punya hak untuk menolaknya. Karena
semua memang harus dibatasi jika tidak maka semua akan bersifat
semenah-menah”.
Persiapan Yang Dilakukan Saat Menyampaikan Komunikasi Kesehatan
Menurut informan I saat ia akan menyampaikan komunikasi kesehatan
kepada pasien, tidak melakukan persiapan khusus, karena pekerjaan ini sudah
menjadi hal biasa bagi dirinya.
“Persiapan khusus enggak ada sih. yang begitu ada pasien kita tahu
penyakitnya yah kita sampaikan pendidikan kesehatan yang dia butuhkan,
kan terkadang juga ada pasien yang gawat darurat enggak mungkin dong
kita melakukan yang gimana- gimana dulu. Kecuali mau memberikan
materi seperti penyuluhan ke suatu tempat atau desa- desa. ya paling
banyak banyak belajar lah. Selalu upgrade ilmu”.
Universitas Sumatera Utara
77
Universitas Sumatera Utara
Informan II
Nama : Fitri Yuningsih S.Kep Ners
Usia : 28 Tahun
Lama Bekerja : 6 Tahun
Pendidikan : S1 Keperawatan Ners
Efektivitas Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien
1. Keterbukaan (Openness)
Menurut informan kedua, pada saat ia menyampaikan komunikasi
kesehatan kepada pasien, ada pasien yang terbuka tentang penyakitnya, dan ada
pula yang malu untuk memberitahu penyakit yang pasien derita. Sedangkan
keterbukaan hal yang sangat penting dalam menerapkan komunikasi kesehatan,
tetapi hal itu sudah biasa dan dapat diatasi oleh informan kedua.
“Sangat penting lah. Karena semua semua yang dibutuhkan dari
keterbukaan pasien dan keluarga, apa yang harus kita lakukan, jadi
sangat penting. Pasti ada yang tidak terbuka. Karena ada penyakit
menular yang mereka tutupi seperti HIV, Hepatitis, itu mereka tau
penularannya itu cepat,gampang tapi susah di sembuhkan. Cara
mengetahuinya yah kita kaji secara mendalam, intern berdua, atau dia
panggil keluarga terdekat kalau memang dia enggak bisa terbuka. Satu
lagi yah cek. Yang paling sensitif itu yah cek darah apalagi yah seperti
HIV dan Hepatitis lebih jelas kalau sudah cek darah”.
2. Empati (Emphaty)
Menurut informan kedua, ada perasaan empati yang ia rasakan, pada saat
pasien menyampaikan keluhannya mengenai penyakitnya. Rasa empati yang ia
perlihatkan adalah mendengarkan keluhan, dan membuat pasien merasa nyaman
dengan menempatkan diri sebagai teman. Menurut informan kedua batasan
menunjukkan rasa empati ditentukan oleh gender, karena gender sangat sensitif
untuk memperlihatkan rasa empati.
“Kita mendengarkan keluhan mereka, kita menanggapi dengan baik, kita
seperti teman lah. Kita dorong agar tetap semangat begitu lah. Hem..ada
lah. Apa lagi kalo pasien laki- laki dan perawat perempuan, gitu
sebaliknya pasien perempuan ke perawat laki- laki. Hem.. kalau bisa
gender itu timbulnya untuk rasa empati. Gender menyebabkan batasan
Universitas Sumatera Utara
78
Universitas Sumatera Utara
karena gimana yah. Kalo perempuan kan ekspresinya sama kalau sesama
perempuan , jadi lebih nyaman lebih mengerti gitu lah. Kalau sama lelaki
yah gitu lah ekspresinya berbeda jadi benar- benar harus ada batasan.
Perawat tidak boleh hanya simpati karena kan simpati hanya turut
merasakan enggak melakukan tindakan, jadi perawat memang harus
empati tapi memiliki batasan”.
3. Dukungan (Supportiveness)
Dukungan dari perawat sangat penting untuk mendukung pasien pulih
kembali. Bentuk dukungan yang biasanya diberikan informan ini kepada pasien
biasanya seperti memberikan komunikasi kesehatan, terapi dan memberi motivasi.
“Sebenarnya kalau dari kami sih dukungannya hanya seputar terapi,
komunikasi kesehatan tadi, itu sebenarnya lebih ke keluarga, ke dokter
karena dokter yang menjelaskan semua penyakitnya, jadi kalau kami
hanya memberikan obat sama memotivasi gitu lah. Yah memang penting
kali lah karena kami yang memang menjaga 24 jam”.
4. Rasa Positif (Positiveness)
Menurut informan kedua ini, rasa positif yang ia lakukan saat pasien
menyampaikan keluhannya, ia selalu mendengarkan keluhannya dengan baik,
menyampaikan keluhan pasien tersebut kepada dokter agar cepat mendapatkan
penanganan dari dokter.
“Mendengarkan, mendengarkan keluhannya, menyampaikan keluhannya
kepada dokter agar cepat di proses, terus menyampaikan solusi ke dokter
penanggung- jawabnya pada pasiennya, tapi kalo misalnya dokternya
datang yah dokternya sendiri yang menjelaskan, saya hanya
menyampaikan keluhannya pasien kepada dokter, keluhan keluarganya”.
5. Kesetaraan atau Kesamaan (Equality)
Ketika melakukan komunikasi interpersonal dengan pasien, informan
kedua ini tidak membeda- bedakan golongan keperawatan dan status pasien.
Informan ini melayani semua pasien dengan baik.
“Kesetaraan, kayaknya untuk pasien kelas tiga, yah melakukannya
dengan sama walaupun ia pasien BPJS. Kalau keluhan yah semuanya
setara, semuanya di tampung keluhannya, kita buat mereka senyaman
mungkin lah berbicara dengan kita”.
Pentingnya Hubungan Interpersonal Pasien dengan Perawat
Universitas Sumatera Utara
79
Universitas Sumatera Utara
Menurut informan kedua hubungan interpersonal antara perawat dan
pasien sangatlah penting, dan hubungan yang dijalin selama menerapkan
komunikasi kesehatan harus hubungan interpersonal yang baik. Dengan begitu
selama berkonsultasi perlu membangun sebuah hubungan interpersonal, agar
komunikasi berjalan dengan lancar dan efektif.
“Hubungannya baik. Seperti kita tahu latar belakangnya, tahu suku,
dengan begitu kan hubungan interpersonal jadi lebih baik. sedikit
banyaknya yah efektif lah. Supaya efektif yang begini lah mereka kan
orang Medan jadi memang sudah tau bahasa kita, mereka juga
pendidikannya kan sudah ini lah jadi udah bisa menerima informasi dari
kita”.
Komunikasi Kesehatan yang Pernah di Terapkan
Komunikasi Kesehatan tidak pernah terpisahkan dari dunia kesehatan.
Perawat adalah salah satu sarana untuk penyampaian komunikasi kesehatan,
maka perawat harus mengetahui komunikasi kesehatan. Informan kedua ini
sudah menerapkan berbagai komunikasi kesehatan kepada berbagai pasien juga.
“Iya tahu. Ya seperti pendidikan kesehatan, disini kan banyak pasien
paruh baya, bagaimana menerapkan pola hidup sehat, kalau yang
memang di tuberculosis (TBC) atau apa ya bagaimana cara batuk yang
efektif, kalau bagian komunikasi pada pasien yang persiapan pulang, ya
kita beritahu bagaimana cara dia minum obat teratur, olahraga, dan
terapi”.
Cara Penyampaian Komunikasi Kesehatan dan Pentingnya Penerapan
Komunikasi Kesehatan Perawat Terhadap Pasien
Komunikasi kesehatan adalah suatu hal yang wajib diterapkan perawat
terhadap pasien. Menurut informan kedua ini, untuk menerapkan komunikasi
kesehatan bukan lah hal yang hanya disampaikan semata saja tetapi harus benar-
benar memastikan pasien menerapkannya, karena manfaat komunikasi kesehatan
sangat penting bagi kesehatan pasien.Menurut informan kedua ini, komunikasi
kesehatan adalah kegiatan yang harus dilakukan setiap saat .
“Udah kewajiban perawat. selalu kita ingatkan, kita ingatkan manfaatnya,
ingatkan keuntungan, siapa yang enggak mau sehat kan. Kalau mau sehat
yah pasti di terapkan. Menambah informasi sama pasiennya, tentang
Universitas Sumatera Utara
80
Universitas Sumatera Utara
penyakitnya, tentang hidup sehat, cara menanggulanginya. Apa yang bisa
dilakukan di rumah. Dan apa yang dilakukan untuk kontrol
kembali.Seharusnya komunikasi kesehatan ini dilakukan setiap saat. Tapi
kan dengan kondisi pasien yang banyak apa lagi ini dibagi tim jadi ada
fokus nya, kamu yang ngurus ini, saya ngurus ini, ya gitu. Biasanya kalo
yang disini perawat yang lagi injeksi dia lah memberi komunikasi
kesehatan”.
Hambatan dalam menyampaikan komunikasi kesehatan
Menurut informan kedua ini, hambatan dalam menyampaikan
komunikasi kesehatan adalah keterbatasan ilmu yang perawat dapatkan, karena
ilmu keperawatan selalu di upgrade, selain itu sarana dan prasarana juga menjadi
salah satu penyebabnya. Selama informan bekerja tidak selalu berhadapan
dengan pasien yang aktif, dengan begitu strategi yang informan lakukan adalah
tetap melakukan komunikasi.
“Ya adalah. Kita kan enggak semua penyakit disini tau diagnosanya, jadi
harus belajar itu lah hambatannya. Ilmu itu kan berkembang jadi yah kita
harus belajar supaya informasi kita berjalan dengan baik dan efektif.
Terus sarana dan prasarananya yang kurang biasanya kalau
menyampaiakn penyakit itu bisa dengan reflek bisa dari luar aja, kan ada
alat yang melihat gambarnya bagian dalam tubuh. Terus itu saya pernah
mengalami dulu pasien itu benar- benar dari kampung jadi enggak bisa
mengerti bahasa kita. Jadi cara mengatasinya yah ditulis, itu kan sudah
enggak efektif.Jika berhadapan dengan pasien yang pasif tetap
komunikasi aja, itu kan kewajiban pasien mau dengarkan atau enggak.
Tetapi kewajiban kita menyampaikan komunikasi kesehatan itu. Kita tetap
berkomunikasi aja kalau enggak di dengar yah gitu lah, yang penting kita
sudah menjalankan tugas”.
Batasan Hubungan Antara Perawat dan Pasien
Setiap hubungan memiliki batasan. Pada dasarnya hubungan perawat dan
pasien bersifat professional yang diarahkan ada pencapaian tujuan. Hubungan
perawat dengan pasien merupakan hubungan interpersonal titik tolak saling
memberi pengertian.
“Ya. memang harus adalah. Jadikan pasien itu harus tahu dia disini hanya
pasien. Jadikan pasien itu hanya bisa mengeluhkan penyakitnya, kita
menanggapi dan menerima informasinya. Kita beri solusi jika diterima ya
sudah, pokoknya disini hanya sebatas pasien gitu”.
Universitas Sumatera Utara
81
Universitas Sumatera Utara
Persiapan Yang Dilakukan Saat Menyampaikan Komunikasi Kesehatan
Menurut informan kedua ini, saat ia akan menyampaikan komunikasi
kesehatan kepada pasien memerlukan persiapan. Persiapan yang informan
lakukan yaitu mengetahui penyakit apa yang di derita pasien agar perawat dapat
melakukan tindakan.
“Ada persiapan. Kita tahu dulu penyakitnya, identitasnya, kita pelajari
dulu dengan begitu kita tahu tindakan seperti apa yang di perlukan
pasien”.
Informan III
Nama : Mahdiana Sinuaji Amd
Usia : 40 Tahun
Lama Bekerja : 5 Tahun
Pendidikan : Amd.
Efektivitas Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien
1. Keterbukaan (Openness)
Menurut informan ketiga, pada saat pasien konsultasi masalah kesehatan,
pasien terbuka dalam menyampaikan masalah kesehatannya, sehingga
informan belum pernah berhadapan dengan pasien pasif , sehingga informan
dengan mudah menyampaikan komunikasi kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien.
“Yah penting lah. Dari situ kita bisa tau komunikasi kesehatan yang
seperti apa yang dibutuhkan pasien, tindakan apa yang kita lakukan,
penting kali lah keterbukaan itu pokoknya.Sejauh ini belum pernah ada.
Misalkan kalau malu kita bisa cari tahu dari pemeriksaan selanjutnya,
seperti tes darah, kan gejala gejalanya pasti kelihatan lah itu. Dari situ
kita bisa tahu”.
2. Empati (Emphaty)
Menurut informan ketiga ini, rasa empati yang informan tunjukkan pada
saat pasien berkonsultasi yaitu berjuang semampu mungkin agar pasien dapat
pulih dari penyakitnya dan memberikan pelayanan kesehatan yang baik. Batasan
Universitas Sumatera Utara
82
Universitas Sumatera Utara
rasa empati yang informan tunjukkan pun harus dikontrol, tetap mengingat bahwa
hubungan mereka hanya sebatas perawat dan pasien.
“Membantu semampu kita untuk memulihkan penyakitnya, terus
memberikan pelayanan kesehatan, gitu sih, rasa empati yang kita
tunjukkan sebatas itu tadi hanya antara pasien dan pelayan kesehatan,
agar tidak baper lah yah istilah saat ini”.
3. Dukungan (Supportiveness)
Dukungan dari perawat sangat penting untuk mendukung pasien pulih
kembali tetapi tidak kalah penting dari dukungan keluarga. Bentuk dukungan yang
biasanya diberikan informan ini kepada pasien biasanya seperti memberikan
komunikasi kesehatan, dan memberi motivasi.
“Dukungan dari medis penting ya, tapi yang berhubungan lebih dekat lagi
lebih penting seperti keluarga dan saudara. Dukungan yang biasa saya
berikan yaitu mendukung untuk cepat sembuh, mengingatkan minum obat,
terus memberikan komunikasi kesehatan”.
4. Rasa Positif (Positiveness)
Menurut informan ketiga ini, rasa positif yang ia tunjukkan saat pasien
menyampaikan keluhannya, ia selalu mendengarkan keluhannya dengan baik, dan
membuat pasien nyaman ketika menyampaikan keluhannya dan membantu untuk
meringankan beban pasien .
“Kita mendengarkannya dengan baik. Kita bikin nyaman bercerita kepada
kita, kita berikan nasehat kesehatan, kita bantu meringankan bebannya
lah”.
5. Kesetaraan atau Kesamaan (Equality)
Ketika berhadapan dengan pasien yang ingin menerima informasi
kesehatan, informan ketiga ini menunjukkan rasa kesetaraan dengan memberi
semangat dan motivasi kepada setiap pasien, dan menciptakan rasa nyaman
terhadap pasien
“Kita semangati lah, kita beritahu segala penyakit ada obatnya, dan pasti
akan sembuh jika benar- benar kita merawat diri dengan baik, kita
ceritakan sedikit pengalaman kita, kita buat lah pasien itu nyaman”.
Pentingnya Hubungan Interpersonal Pasien dengan Perawat
Universitas Sumatera Utara
83
Universitas Sumatera Utara
Menurut informan ketiga, untuk menghasilkan komunikasi yang efektif
diperlukannya hubungan interpersonal antara perawat dan pasien. Maka perlu
terlebih dahalu membangun hubungan interpersonal yang baik agar pasien
mendengarkan perawat yang menyampaikan komunikasi kesehatan dan dapat
memberikan tanggapan yang baik pula. Selama informan bekerja merasa telah
menyampaikan komunikasi kesehatan dengan efektif.
“Ya hubungan sebatas nyamannya memberikan dan menyampaikan
komunikasi kesehatan terhadap pasien. Hubungan yang nyaman itu kita
menyampaikan dengan senyuman, kan komunikasi verbal dan nonverbal
kita dinilai, dari situ rasa nyaman di bangun. Karena kan nanti kalo
pasien itu udah kembali pun ke rumahnya, pasti dia kontrol lagi ke rumah
sakit, kan kita juga nya yang mengontrol jadi hubungan itu perlu agar
selalu merasa nyama,. efektif. Tapi belum 100% lah, karena pasien ini kan
beragamnya sifatnya. Suku pun kan beragamnya, nanti kita kan
menyampaikan komunikasi kesehatan tapi dia enggak ngerti itu lah yang
bikin enggak efektif”.
Komunikasi Kesehatan yang Pernah di Terapkan
Komunikasi Kesehatan tidak pernah terpisahkan dari dunia kesehatan.
Perawat adalah salah satu sarana untuk penyampaian komunikasi kesehatan,
maka perawat harus mengetahui komunikasi kesehatan. Informan ketiga ini,
sudah menerapkan berbagai komunikasi kesehatan kepada pasien.
“Iya. Dan memang harus menerapkannya sama pasien. Yang pernah saya
terapkan mengenai bagaimana pasien menyikapi penyakit yang sedang ia
derita, terus pendidikan kesehatan yang diperlukan pasien”.
Cara Penyampaian Komunikasi Kesehatan dan Pentingnya Penerapan
Komunikasi Kesehatan Perawat Terhadap Pasien
Komunikasi kesehatan adalah suatu hal yang wajib diterapkan perawat
terhadap pasien. Menurut informan ketiga ini, untuk menerapkan komunikasi
kesehatan bukan lah yang hanya disampaikan semata saja tetapi harus benar-
benar memastikan pasien menerapkannya, karena manfaat komunikasi kesehatan
sangat penting bagi kesehatan pasien. Informan mengatakan komunikasi
kesehatan adalah kegiatan yang harus dilakukan karena dalam keperawatan hal itu
menjadi tugas utama yang harus dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
84
Universitas Sumatera Utara
“Karena dalam keperawatan itu, komunikasi yang paling penting.
Komunikasi yang efektif yang memberikan pendidikan kesehatan kepada
pasien, jadi memang harus diberikan. Apa yang harus ia kerjakan, yang
apa yang harus ia perbuat setelah kembali ke rumah, kan kesehatan itu
harus di jaga juga meski pun sudah kembali ke rumah. Cara bicara yang
baik kepada pasien, agar komunikasi itu efektifkan. Pasien juga
menerimanya dengan baik, kita terus mengingatkan, enggak boleh ini, itu,
kalo kita ingatkan dan ia ingin sehat pasti di terapkan. Manfaat
komunikasi kesehatan ini sangat banyak. Terlebih- lebih pada pasien kan.
Karena pemulihan pasien itu bukan karena pengobatan juga kan,
pendidikan kesehatan juga perlu agar pasien tahu bagaimana menjaga
kesehatan. Itu juga membuat bebannya menjadi ringan, mendapatkan
dorongan agar lebih semangat untuk berobat. Dan menyampaikan
komunikasi kesehatan itu selalu. Yah dalam pelayanan keperawatan
komunikasi efektif,dan komunikasi kesehatan yang selalu diterapkan”.
Hambatan dalam menyampaikan komunikasi kesehatan
Menurut informan ketiga ini, hambatan dalam menyampaikan
komunikasi kesehatan adalah tidak adanya kerja sama yang baik antara perawat
dan keluarga pasien. Menurut informan cara mengatasi hambatan ini adalah
dengan melakukan tindakan pengeluaran surat penolakan.
“Pernah. Terutama tidak adanya kerja sama yang baik antara keluarga
pasien dengan pasien dengan tim pelayanan rumah sakit. Misalnya kita
sudah kasih pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan tapi keluarganya
tidak terima bisa juga gitu peduli enggak peduli lah dia dengan
komunikasi kesehatan yang kita berikan.Itu kita lakukan pengeluaran
surat tindakan penolakan, jika pasiennya benar- benar bebal, tapi sejauh
ini belum ada yah, kalo datang kemari yah berarti dia mau berobat”.
Batasan Hubungan Antara Perawat dan Pasien
Setiap hubungan memiliki batasan. Pada dasarnya hubungan perawat dan
pasien bersifat professional yang diarahkan ada pencapaian tujuan.
“Ada lah dek. Kita batasannya yah sebatas kita memberi pelayanan
kesehatan, kalo sudah diluar udah lain lah, tapi kalo masih berada di
Universitas Sumatera Utara
85
Universitas Sumatera Utara
rumah sakit dia masih tanggung jawab kita. Memang boleh kalau diluar
tetap masih yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan lah ya”.
Persiapan Yang Dilakukan Saat Menyampaikan Komunikasi Kesehatan
Menurut informan ketiga ini, saat ia akan menyampaikan komunikasi
kesehatan kepada pasien memerlukan persiapan. Persiapan yang informan
lakukan yaitu selalu menambah ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan.
“persiapannya apa yah. Karena udah sering dilakukan jadi seperti natural
aja gitu berjalan. Palingan upgrade ilmu lah, kan ilmu selalu berkembang
supaya pengetahuan selalu bertambah, setiap pasien yang bertanya pun
kita jadi bisa menjawab”.
Informan IV
Nama : Azura khazhiah S.Kep Ners
Usia : 30 Tahun
Lama Bekerja : 4 Tahun
Pendidikan : S1 Keperawatan Ners
Efektivitas Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien
1. Keterbukaan (Openness)
Menurut informan keempat, keterbukaann dari pasien masalah penyakit
yang di derita sangat penting, agar perawat tahu tindakan apa yang dilakukan.
Selama informan keempat ini bekerja orang tua selalu memberitahu masalah
kesehatan seperti apa yang sedang di derita si anak.
“Ya penting lah dek. Kan biar tau memberi edukasi yang seperti apa, apa
obatnya, apa yang diperlukan, komunikasi kesehatan yang kayak apa yang
dibutuhkan, penting lah pokoknya dek. kakak belum pernah sih mengalami,
karna kan kakak khusus anak-anakan, ya orang tua juga pasti ngasih tau
penyakit anaknya kalo memang mau anaknya sehat”.
2. Empati (Emphaty)
Menurut informan keempat ini, merasakan rasa empati ketika orang tua
pasien memberitahu masalah kesehatan yang di derita anaknya. Rasa empati itu
Universitas Sumatera Utara
86
Universitas Sumatera Utara
informan tunjukkan dengan turut merasakan hal yang sedang pasien derita.
Gender merupakan menjadi masalah dalam batasan memnunjukan rasa empati itu.
“Ya kita memberikan bantuan semampu kita, apa lagi kakak pernah
menangani pasien anak-anak yang masih berusia 1 tahun tapi udah punya
penyakit yang betul- betul serius gitu, kasihan lihat orang tua yah pasti
kita melakukan semampu kita untuk anak itu sembuh dan dapat kembali
lagi seperti biasanya makanya tadi kan enggak boleh hanya simpati harus
empati.hemm. Batasan ya ada. Paling sering sih masalah gender yah.
Misalnya perawat perempuan sama laki-laki, atau sebaliknya, enggak
boleh terlalu hanyut gitu kan disini hanya hubungan kerja di bidang
kesehatan aja, yah memang harus benar benar tau membatasi lah, sejauh
ini kakak masih bisa membatasi sih, jadi enggak tau yang gimana-
gimana”.
3. Dukungan (Supportiveness)
Dukungan dari perawat sangat penting untuk mendukung pasien pulih
kembali. Informan keempat ini juga memberikan dukungan kepada pasiennya.
“Dukungan yah, dukungan seperti memberi obat, memberi pertolongan
dengan cepat, yah sebisa mungkin bekerja dengan maksimal”.
4. Rasa Positif (Positiveness)
Menurut informan kempat ini, rasa positif yang ia tunjukkan saat pasien
menyampaikan keluhannya, ia selalu mendengarkan keluhannya dengan baik, dan
membuat pasien nyaman ketika menyampaikan keluhannya dan membantu untuk
meringankan beban pasien .
“Kita dengarin dia saat menyampaikan keluhannya, kita beri solusi, kita
bilang jangan begini, jangan begitu. Seperti menanggapi anakkan, pasti
ibu nya sedih sekali melihat anaknya begitu, ya kita beri dorongan kita
yakin kan kita bisa membuat anaknya pulih lagi, dan di bantu doa juga,
gitu lah dek”.
5. Kesetaraan atau Kesamaan (Equality)
Ketika berhadapan dengan pasien yang ingin menerima informasi
kesehatan, informan keempat ini, menunjukkan rasa kesetaraan dengan memberi
semangat dan motivasi kepada orang tua pasien, dan turut bersedih dengan
masalah kesehatan yang di derita pasien.
“Kita ikut merasakan. Lagi pula jika kita mendengar anak nya gini,
keluhannya hati siapa yang enggak ikut sedih, ya itu otomatis aja sih
terlihat, seperti kita ikut merasakan, jadi kita juga sepertinya menggerakkan segala kemampuan untuk pemulihan pasien”.
Universitas Sumatera Utara
87
Universitas Sumatera Utara
Pentingnya Hubungan Interpersonal Pasien dengan Perawat
Menurut informan keempat, hubungan interpersonal dalam
menyampaikan komunikasi kesehatan sangat penting. Perawat terlebih dahulu
harus mengenal dengan siapa ia berkomunikasi, dengan begitu maka komunikasi
akan berjalan efektif.
“Ya sebatas hubungan pasien dan perawat, dan seputar kesehatan. Ya
paling nanya biodata, kayak tinggal dimana, anak ke berapa, kan enggak
boleh terlalu dalam juga, itu tadi enggak boleh terlalu simpati. Ya
gunanya untuk membuat pasien nyaman kalo saat diperiksa kita tanyain,
kita ajak cerita, gitu aja lah dek.hemm.. efektif lah dek, kalo pasien sudah
nyaman kita pun kan nyampaikannya enak, kita bertanya pun di tanggapi
dengan baik, mereka pun mendengarkannya dengan sikap yang baik pula,
kan dengan gitu jadi efektif lah. Jadi itu penting lah dek”.
Komunikasi Kesehatan yang Pernah di Terapkan
Komunikasi Kesehatan tidak pernah terpisahkan dari dunia kesehatan.
Perawat adalah salah satu sarana untuk penyampaian komunikasi kesehatan,
maka perawat harus mengetahui komunikasi kesehatan. Informan keempat ini,
sudah menerapkan berbagai komunikasi kesehatan kepada pasien.
“Hemm,tahu tapi menjelaskan secara teori gimana ya, kalo secara
praktekkan ya turun lapangan. Yang udah pernah saya terapkan yaitu
penyuluhan kepada keluarga, kalo sama pasien anak misalnya ya sama
mama nya biasanya kami sampaikan, tadi pasiennya gimana?. Itu sama
Naim kan ada masalah sama ginjalnya berhubung dia masih kecil yah kita
nyampain sama orang tua. Seperti perhatikan makanannya jangan
bergaram, sebelum di beri ke si anak rasain dulu, jangan makan buah
dulu karna tinggi kalium nya, kalo sama anaknya kan gak mungkin. Tapi
kalo sudah dewasa biasanya sama pasien langsung juga keluarga tapi
kami kan khusus anak jadi sama orang tua apa lagi kalo berurusan sama
bayi kan?. Ya gitu lah dek menerapkannya sesuai kebutuhannya, kalo tadi
misalnya kan mama nya si Naim tanya boleh makan pisang gak? Kita
bilang jangan dulu, ya gitu lah dek”.
Cara Penyampaian Komunikasi Kesehatan dan Pentingnya Penerapan
Komunikasi Kesehatan Perawat Terhadap Pasien
Komunikasi kesehatan adalah suatu hal yang wajib diterapkan perawat
terhadap pasien. Menurut informan keempat ini, agar pasien benar- benar
menerapkan komunikasi kesehatan yang disampaikan maka perawat harus
Universitas Sumatera Utara
88
Universitas Sumatera Utara
memberitahu apa manfaat komunikasi kesehatan, mengingatkan kembali kepada
pasien mengenai hal yang harus dilakukan demi kesehatan pasien.
“Yah penting dek. Kan demi kesehatan. Hemm. Gitu sih lagian itu bagian
dari tugas kami.Komunikasi kesehatan kita terapkan saat di perlukan.
Hemm gimana yah kalo di bilang setiap saat sih enggak yah, kalo di
perlukan yah memang perlu. Kayak si Naim itu kan kalau udah kami
jelaskan enggak mungkin kami jelaskan ulang- ulang gitu, yang penting
dia kan udah tau. Ya paling sesekali di ingatkan lagi. Ya diberi sesuai
kebutuhan pasien tadi lah. Kalo masalah ginjal diberitahu apa yang
menjadi larangannya. Dan misalnya kalo ada pasien gawat yah saat itu
lah diberi edukasi, ibu pasang ini ya, atau beberapa jam lagi kita datang
ibu pasang ini untuk ini ya, kalo di tanya saat kapan komunikasi
kesehatan diterapkan ya enggak tentu”.
Hambatan dalam menyampaikan komunikasi kesehatan
Menurut informan keempat ini, hambatan dalam menyampaikan
komunikasi kesehatan adalah tingkat pendidikan pasien dan bahasa. Selama
informan bekerja ia pernah menghadapi pasien yang pasif, dan cara
mengatasinya adalah informan harus selalu melakukan tindakan tertulis juga
agar terhindar dari fitnah dan tuntutan dari pasien.
“Ini pasti ada. Pasti ada. Apa lagi hambatan dalam bahasa sama
pendidikan. Apalagi dia tamatan sekolah dasar (SD) susah sekali memberi
edukasi, susah benar. Apa lagi hambatan bahasa. Dia enggak tau tuh
bahasa Indonesia, itu kami pernah alami, jadi kami ada punya khusus
misalnya dia pandenya bahasa inggris, pande bahasa karo, atau bahasa
batak itu kami telvon memberikan penjelasan sama si pasien tadi. Apalagi
tamatan SD dia kurang ngerti jadi kadang dia manggil paman, keluarga
atau apanya jadi yah gitu bolak-balik lah menjelaskannya, gitu lah cuman
pendidikan sama bahasa aja nya ini jadi hambatannya. Ini juga selalu
ada. Kalau biasanya kami kalau enggak mau ngikuti aba- aba, apalagi
kalo dalam melakukan hal tindakan, kalo misalnya kami mau pasang
selang makan dia enggak mau, yah kami kan harus ada tulisan nya
enggak bisa hanya lisan aja. Kami juga minta bantuan dari dokter- dokter
untuk menjelaskan, nanti dokter bantu jelasin tapi kalau dia enggak mau
juga yah kami bikin surat penolakkan. Soalnya nanti kan kalo ada apa-
apa dia ngajukan dia udh gak bias lagi karena udah ada bukti tulisan.
Kami sudah menganjurkan, udah memberi edukasi dan tetap enggak mau
yah gitulah. Biasanya disini gitu”.
Universitas Sumatera Utara
89
Universitas Sumatera Utara
Batasan Hubungan Antara Perawat dan Pasien
Setiap hubungan memiliki batasan. Pada dasarnya hubungan perawat dan
pasien bersifat professional yang diarahkan ada pencapaian tujuan jadi memang
diperlukan batasan hubungan demi menjaga ke profesionalan tersebut.
“Memang harus ada batasan katanya. Kita itu enggak boleh simpati harus
empati. Simpati enggak boleh sih, kakak belum pernah ngalamin sampe
terjatuh kali sih, jadi kakak enggak ngerti. Kita itu enggak boleh
terhanyut, gitu lah dek”.
Persiapan Yang Dilakukan Saat Menyampaikan Komunikasi Kesehatan
Menurut informan keempat ini, saat ia akan menyampaikan komunikasi
kesehatan kepada pasien tidak memerlukan persiapan khusus. Karena sudah
terbiasa dengan kegiatan yang informan lakukan, tetapi hal yang harus dilakukan
informan adalah upgrade ilmu dalam dunia kesehatan.
“Oh…kakak enggak terlalu ada persiapan, kalo misalnya kakak enggak
tau tanya dokter, boleh gini gak?, ya gitu lah, pokok nya begitu kalau
diperiksa langsung beritahu edukasi kepada pasien. Karna langsung turun
lapangan, lain ceritanya kalo kakak jadi pemateri dalam satu pertemuan,
itu memang harus memerlukan persiapan, yah persiapan materi”.
Informan V
Nama : Meyrani Ginting Amd
Usia : 35 Tahun
Lama Perawatan : Sejak 13 Juli 2018
Pendidikan : Amd (Gizi)
Efektivitas Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien
1. Keterbukaan (Openness)
Informan kelima ini adalah seorang pasien yang membutuhkan tenaga
dari medis untuk membantu melahirkan. Menurut informan untuk menyampaikan
kondisi kesehatannya ia terbuka, karena ia sadar itu baik untuk kesehatannya.
Universitas Sumatera Utara
90
Universitas Sumatera Utara
“Ya tentunya terbuka lah yah, kan kita juga butuh pertolongan perawat.
Mau kayak mana mereka menangani kita jika kita enggak menyampaikan
keluhan kita”.
2. Empati (Emphaty)
Menurut informan kelima ini, ketika ia sedang menyampaikan kondisi
kesehatannya, ia merasakan jika perawat berempati terhadap dirinya dan rasa
empati itu berpengaruh terhadap kondisi kesehatan informan.
“Aku kan kasusnya melahirkan, jadi empati yang aku terima itu waktu aku
mulai merasakan mulas di perut perawat yang menangani sepertinya udah
pernah merasakan yang ku rasakan jadi dia kayak ngasih semangat dan
bilang untuk lebih mengeluarkan tenaga yang banyak supaya prosesnya
lancar. Adalah pengaruhnya.Yang kayak di semangati itu kan jadi
kayaknya dia ngerti kita ,kita pun semakin semakin. Sempat aku udah
lemas karna semangat suami sama perawat ini lah aku semangat lagi,
tapi karna Tuhan juga lah itu”.
3. Dukungan (Supportiveness)
Informan kelima mengatakan bahwa bentuk dukungan yang di berikan
oleh perawat ketika menyampaikan keluhanya adalah dalam bentuk semangat dan
dukungan itu sangat penting.
“Ada yang tadi itu kan dukungan. Itulah memberi semangat, penting.
Mungkin kalo nggak di semangati aku mungkin udah menyerah jadi udah
tau lah tadi pentingnya sejauh apa”.
4. Rasa Positif (Positiveness)
Menurut informan kelima ketika ia menyampaikan kondisi kesehatannya,
perawat menanggapinya dengan positif dan penyamaian komunikasi kesehatan
berjalan dengan baik.
“Saat perawat menyampaikan apa aja yang nggak boleh dilakukan dan
yang boleh itu nyaman lah dengarnya, bahasanya bagus, penyampaiannya
lembut pokoknya baik lah”.
5. Kesetaraan atau Kesamaan (Equality)
Menurut informan kelima ketika dalam proses konsultasi. Ia merasakan
bahwa perawat menempatkan posisinya seperti teman, sama halnya seperti pasien.
“Itulah tadi, perawatnya udah ada yang jadi ibu, jadi kayak diberi
dukungan kan, dan dari cara raut wajahnya pun kayak bilangkan
semangat, harus bisa, ini perjuangan ibu, gitu lah dek”.
Universitas Sumatera Utara
91
Universitas Sumatera Utara
Pentingnya Hubungan Interpersonal Pasien dengan Perawat
Informan kelima mengatakan, hubungan interpersonal perawat dan
pasien terjalin dengan baik. Perawat menunjukan adanya hubungan interpersonal
saat menyampaikan komuikasi kesehatan sehingga komunikasi pun berjalan
dengan efektif.
“Sudah. Seperti cara memberi anak saya kepada saya ketika baru lahir,
itu benar- benar ke ibuan yah, enggak tau lah yah karna udah biasa
juga.terus saat mengajari bagaimana member ASI dengan benar itu
benar- benar di praktekkan, jadi gampang di mengerti, bagaimana
memandikan bayi jugan diajari. Meskipun ini kan bukan anak pertama
saya tapi menurut saya itu masih penting .Perawat disini sudah
menunjukkan hubungan interpersonal, itu tadi hubungan yang
menganggap kita lebih dari pasien, merawat anak kita yang baru lahir
dengan baik. Sewaktu menyampaikan komunikasi kesehatan ngomongnya
tulus gitu, nyampe gitu pesannya, kita juga ngerti dengan apa yang
disampaikan, bahasa nya mudah di pahami, bagus lah. Jadi dengan
adanya komunikasi interpersonal tadi perawat sudah efektif dalam
menyampaikan komunikasi kesehatan”.
Komunikasi Kesehatan yang Pernah di Terapkan
Informan kelima adalah salah satu pasien yang mendapatkan komunikasi
kesehatan dari perawat. Komunikasi kesehatan yang ia terima yang berhubungan
dengan masalah kesehatan yang ia derita.
“Pasti dapat yah. Cara merawat bayi, cara memberikan air susu ibu
(ASI). Makanan apa yang dikomsumsi biar ASI lancar, anak harus di
gimanain, yah seputar ibu dan anak lah”.
Cara Penyampaian Komunikasi Kesehatan dan Pentingnya Penerapan
Komunikasi Kesehatan Perawat Terhadap Pasien
Menurut informan kelima, komunikasi kesehatan sangat penting
diterapkan dan berpengaruh terhadap kesehatannya, karena dengan mendapatkan
komunikasi kesehatan dapat memberi pengetahuan baru seputar kondisi yang
sedang ia alami. Informan pun bertekad untuk menerapkannya dalam kehidupan
sehari- hari. Cara penyampaian perawat pun sudah baik.
“Berpengaruh baik. Asal kita lakukan ya pasti menghasilkan. Seperti
sebelum saya melahirkan dulu masa- masa mengandung saya disuruh
banyak gerak biar melahirkannya gampang, ini kan terbukti.Pasti saya kan
terapkan, demi kebaikan anak saya dan pemulihan saya juga kan.Bagus. Diterangkan secara jelas. Dan juga ini kan anak ketiga saya jadi saya
sudah mengertilah sedikit tentang masalah kehamilan dan setelah
melahirkan.”
Universitas Sumatera Utara
92
Universitas Sumatera Utara
Hambatan dalam menyampaikan komunikasi kesehatan
Menurut informan kelima ini, ia tidak menngalami hambatan saat
mendengarkan komunikasi kesehatan, karena menurut informan perawat sudah
menyampaikan nya dengan sangat baik.
“Hambatan untuk saya sendiri enggak ada. Perawatnya menyampikan
dengan jelas dan detail”.
Saran Pasien Untuk Penerapan Kesehatan Perawat.
Saran atau masukkan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kerja. Saran informan kelima ini kepada perawat yaitu untuk
meningkatkan kualitas pelayanan.
“Sarannya semoga pelayanannya semakin di tingkat kan, gini yah
meningkat boleh berkurang jangan, setidaknya mempertahankan agar
masyarakat lain percaya dengan pelayanannya. Ini kan baru beroperasi
mungkin diluar sana masih banyak yang belum percaya, maka dari situ
ayo tingkatkan dan bukti kan pelayanan disini itu baik”.
Informan VI
Nama : Naim Sinulingga
Usia : 10 Tahun
Lama Perawatan : Sejak 9 Juli 2018
Pendidikan : 6 SD (Sekolah Dasar)
Efektivitas Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien
1. Keterbukaan (Openness)
Informan Keenam ini mengatakan bahwa ketika melakukan konsultasi
mengenai kesehatan anaknya, ia terbuka dengan kondisi yang dialami sang anak.
“Percaya ajalah dek, soalnya kan kita harus bilang semua penyakitnya
anak kita biar orang itu tau untuk bertindak, kan gitunya”.
2. Empati (Emphaty)
Universitas Sumatera Utara
93
Universitas Sumatera Utara
Menurut informan keenam ini, ketika ia sedang menyampaikan kondisi
kesehatannya, ia merasakan jika perawat berempati terhadap dirinya dan rasa
empati itu berpengaruh terhadap kondisi kesehatan sang anak.
“Ini si Naim ini kan sakitnya udah bisa dibilang parah lah ya untuk anak
se-usia dia, bayangkan lah udah batu ginjal. Ini rumah sakit ke 3 lah yang
kami datangi dua sebelumnya lama kali diproses, udah takut lah aku
sebagai orang tua, tiba disini seperti yang langsung di sambut kami,
pengerjaannya juga cepat, jadi kayak mereka merasakan ke khawatiran
kami juga, gitu dek. gimana ya. Berpengaruh lah, jadi kalo pun ada apa-
apa tapi jauh- jauh lah yah, karna kita udah tau begini pelayanannya
pasti ada lagi niat kesini kan”.
3. Dukungan (Supportiveness)
Informan keenammengatakan bahwa bentuk dukungan yang di berikan
oleh perawat ketika menyampaikan keluhanya adalah dalam bentuk semangat dan
dukungan itu sangat penting.
“Ada dek. Mendengar penyakitnya ini pun udah gimana rasanya, tapi
perawat terus berkata apa aja yang jadi pantangan dan apa yang harus
dilakukan, rasa ku pun itu udah dukungan, dukungan untuk mengingatkan
lah namanya biar nggak dimakan pantangannya berarti dia mau si Naim
cepat sembuh. Dukungannya penting kali lah dek. Kalo nggak di kasih tau
apa aja larangan pasti aku pun gak tau, jadi kalo di bilang penting,
penting kali lah”.
4. Rasa Positif (Positiveness)
Menurut informan keenam ketika ia menyampaikan kondisi
kesehatannya, perawat menanggapinya dengan positif dan penyamaian komunikasi
kesehatan berjalan dengan baik.
“Selama kami disini kalau ada yang tidak kami mengerti atau tidak kami
tahu kalo bertanya dengan perawat respon mereka baik, jadi nyaman lah
gitu dek, ngak takut takut”.
5. Kesetaraan atau Kesamaan (Equality)
Menurut informan keenam ketika dalam proses konsultasi. Ia merasakan
bahwa perawat menyesuaikan dirinya sesuai dengan pasien yang dihadapi, bahasa
yang digunakan perawat mudah dimengerti untuk anak- anak.
“Cara menyampaikan pesan itu dek, kalo perawatnya ngomong sama si
Naim bahasanya lebih gampang dimengerti, si Naim pun ku lihat nggak
takut menjawab, kalo nggak mengerti pun kita istilah yang disampaikan pasti dikasih tau maksudnya jadi ya itu lah berarti dianggap kestaraan itu
ada”.
Universitas Sumatera Utara
94
Universitas Sumatera Utara
Pentingnya Hubungan Interpersonal Pasien dengan Perawat
Informan keenam mengatakan, hubungan interpersonal perawat dan
pasien terjalin dengan baik. Perawat menunjukan adanya hubungan interpersonal
saat menyampaikan komuikasi kesehatan sehingga komunikasi pun berjalan
dengan efektif.
“Iya komunikasi interpersonalnya bagus. Kami nyaman. Sewaktu perawat
menyampaikan nasihat kan, apa yang jadi larangan dan yang harus
dilakukan untuk si Naim ini, bagus kami ngerti bahasanya juga bagus,
kalo kami enggak ngerti terus bertanya di jelaskan lagi. : iya efektif. Kalo
udah berkomunikasi interpersonal itu sama dengan pribadi kan? Jadi
udah gimana yah, udah adalah suasana nyaman yang di bangun, suasana
hangat gitu lah, jadi efektif”.
Komunikasi Kesehatan yang Pernah di Terapkan
Informan keenam adalah salah satu pasien yang mendapatkan komunikasi
kesehatan dari perawat. Komunikasi kesehatan yang ia terima yang berhubungan
dengan masalah kesehatan yang ia derita.
“Iya menerima. Kayak banyak minum,kalo lagi berobat jangan makan
diluar,kalo udah sembuh pun jangan minum- minuman gopek itu, yang
tadi itu lah. Kalo dulu setiap hari lah dia minum itu, dan kalo pun ada
keluhan kita sampaikan sama susternya, ditanggapi cepat dan baik kok.
Sesuai sama penyakitnya lah cara mengatasi batu ginjal”.
Cara Penyampaian Komunikasi Kesehatan dan Pentingnya Penerapan
Komunikasi Kesehatan Perawat Terhadap Pasien
Menurut informan keenam, komunikasi kesehatan sangat penting
diterapkan dan berpengaruh terhadap kesehatannya, karena dengan mendapatkan
komunikasi kesehatan dapat memberi pengetahuan baru seputar kondisi yang
sedang ia alami. Informan pun bertekad untuk menerapkannya dalam kehidupan
sehari- hari. Cara penyampaian perawat pun sudah baik.
“Berpengaruh lah, bermanfaat. Karena biasanya kalo adeknya beli
makanan dari luar gitu biasanya dia congok gitu kan, sekarang dia udah
enggak berani minta, udah takut dia. Biasanya kalo adeknya makan apa
pun biasanya dia minta, minta terus kalo sekarang udah enggak berani
lagi. iyalah iya. Mudah mudahan lah dek diterapkan. Lagian dia kan
masih kecil udh dua minggu dia di rawat, tapi disini masih seminggu.
Cara penyampaian perawatnya pun ya bagus, puas lah sama pelayannya.
Kami ngerti apa yang di sampaikan, saran- sarannya pun baiknya untuk
Universitas Sumatera Utara
95
Universitas Sumatera Utara
kesehatan, ini lah mungkin dia besok udah boleh pulang, jadi bisa lah dia
sekolah kan”.
Hambatan dalam menyampaikan komunikasi kesehatan
Menurut informan keenam ini tidak memilikin hambatan. Karena
perawat menyampaikan komunikasi kesehatan dengan jelas.
“Selama kami disini enggak ada hambatan, semua pasien bagus
menyampaikannya, kalo enggak ngerti kami tanya dijelaskan lagi”.
Saran Pasien Terhadap Perawat
Saran atau masukkansangat dibutuhkan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kerja. Saran informan kelima ini kepada perawat yaitu untuk
meningkatkan kualitas pelayanan.
“Apa yah, udah bagus pulanya rumah sakit ini. Yah untuk
mempertahankan pelayanan nya ajalah. Cuman aku heran aja kenapa
pasiennya masih sedikit, padahal pelayanannya bagus, kenapa di rumah
sakit yang lain sampe berdesak desakan, ngantri, yah kesini lah maunya,
bagus juga nya disini. Itu lah sarannya mempertahankan pelayananannya
dan terimakasih untuk pelayanannya”.
Informan VII
Nama : Chairunissa
Usia : 19 Tahun
Lama Perawatan : Sejak 15 Juli 2018
Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Efektivitas Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien
1. Keterbukaan (Openness)
Informan ketujuh ini adalah seorang pasien yang membutuhkan tenaga
dari medis dalam penanganan kesehatan kebersihan mulut. Saat konsultasi
Universitas Sumatera Utara
96
Universitas Sumatera Utara
dengan perawat ia terbuka terhadap perawat dalam menyampaikan kondisi
kesehatannya.
“Ya. Dikasih tau lah semua apa yang kita rasakan kak, kalo enggak kita
kasih tau rugi di kita lah kak, sakit di kita juga kan. Hehehehe…”
2. Empati (Emphaty)
Menurut informan ketujuh ini, ketika ia sedang menyampaikan kondisi
kesehatannya, ia merasakan jika perawat berempati terhadap dirinya dan rasa
empati itu berpengaruh terhadap kondisi kesehatan informan.
“Sewaktu ku bilang keluhan ku responnya baik, terus raut wajahnya juga kayak
gitu lah kak, nyaman lah kita, kayak dia ngerti gitu rasa sakitnya. Berpengaruh
baik, baik lah kak kita jadi nyaman dan gak malu malu sama penyakit kita”.
3. Dukungan (Supportiveness)
Informan ketujuh mengatakan bahwa bentuk dukungan yang di berikan
oleh perawat ketika menyampaikan keluhanya adalah dalam bentuk semangat dan
dukungan itu sangat penting.
“Penting kak. Kalo enggak di dukung mungkin nggak operasi oerasi aku
kak, karna di dukungkan harus makan ini, harus begini, cepat lakuin ini
biar cepat opersai gitu kak. Dapat. Dukungan seperti semangat, kan aku
mau di operasi nih kak, tapi belum bisa karna HB ku kurang jadi yah
dikasih tau lah apa makanan yang harus dikomsumsi biar cepat aku bisa
dioperasi karna HB aku rendah kali kak, gitu udah termaksud dukungan
itu kan kak..hehehehehe”.
4. Rasa Positif (Positiveness)
Menurut informan ketujuh ketika ia menyampaikan kondisi
kesehatannya, perawat menanggapinya dengan positif dan penyamaian komunikasi
kesehatan berjalan dengan baik.
“Saat aku menyampaikan keluhan ku, respon perawatnya positif.
Diberitahu penyebab dan larangannya gitu kak”.
5. Kesetaraan atau Kesamaan (Equality)
Menurut informan ketujuh ketika dalam proses konsultasi. Ia merasakan
bahwa perawat menempatkan posisinya seperti teman, dan dengan dukungan
tersebut informan memberanikan diri untuk melakukan operasi.
“Waktu aku memberitahu penyakit ku, aku kayak di dukung untuk sembuh,
awalnya aku takut untuk operasi, terus terusan aku dikasih tau efek sama
manfaatnya jadi enggak takut lagi lah aku operasi”.
Universitas Sumatera Utara
97
Universitas Sumatera Utara
Pentingnya Hubungan Interpersonal Pasien dengan Perawat
Informan ketujuh mengatakan, hubungan interpersonal perawat dan
pasien terjalin dengan baik. Perawat menunjukan adanya hubungan interpersonal
saat menyampaikan komuikasi kesehatan sehingga komunikasi pun berjalan
dengan efektif .
“Sudah kak. Komunikasi yang di terapkan ada yang bagus ada yang tidak.
Soalnya tadi kan ibu aku nanya gitu sama perawatnya, tapi perawatnya
ketawa gitu dengar pertanyaan ibu ku, kan kita nggak ngerti semua
bahasa perawat jadi enggak ada salahnya nanya ulang, tapi enggak tau
sih kak nanya apa soalnya saya disini, ibu saya menghadap kesana
hemm.. cuman itu aja sih kak, selainnya bagus semua, mudah di
mengerti, jelas juga dan yah bagus lah kak. menurutku efektif kak. Jadi
perawat tau apa penyakit kita, kita juga enggak malu- malu nyampaiin
penyakit kita, itu sih kak”.
Komunikasi Kesehatan yang Pernah di Terapkan
Informan ketujuh adalah salah satu pasien yang mendapatkan komunikasi
kesehatan dari perawat. Komunikasi kesehatan yang ia terima yang berhubungan
dengan masalah kesehatan yang ia derita.
“Ada. Komunikasi kesehatan yang kayak, aku ka ada benjolan nih kak,
jadi perawat nyampein enggak boleh makan yang aneh- aneh dulu,
minumnya harus minum susu, makannya harus makan daging”.
Cara Penyampaian Komunikasi Kesehatan dan Pentingnya Penerapan
Komunikasi Kesehatan Perawat Terhadap Pasien
Menurut informan ketujuh, komunikasi kesehatan sangat penting
diterapkan dan berpengaruh terhadap kesehatannya, karena dengan mendapatkan
komunikasi kesehatan dapat memberi pengetahuan baru seputar kondisi yang
sedang ia alami. Informan pun bertekad untuk menerapkannya dalam kehidupan
sehari- hari. Cara penyampaian perawat pun sudah baik.
“Berpengaruh kak. Yah dari situ karena dibilang sama perawatnya kita
mulai menjaga kesehatan kita, enggak suka makan sembarangan lagi.
yang tadinya saya bisa makan bakso, sekarang enggak bisa makan
bakso.Cara penyampaiannya biasa aja sih, sopan, ramah, enggak bentak-
bentak. saya akan menerapkan. Untuk menjaga biar enggak terulang
lagi”.
Universitas Sumatera Utara
98
Universitas Sumatera Utara
Hambatan dalam menyampaikan komunikasi kesehatan
Menurut informan ketujuh ini, ia mengalami hambatan saat
mendengarkan komunikasi kesehatan, yaitu sseputar bahasa perawat yang kurang
dimengerti.
“Hambatannya, yah cuman bahasa- bahasa yang kurang mengerti tapi
enggak jadi hambatan juga sih soalnya kalau kita enggak ngerti di
jelaskan juga sama susternya”.
Saran Pasien Terhadap Perawat
Saran atau masukkan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kerja. Saran informan kelima ini kepada perawat yaitu untuk
meningkatkan kualitas pelayanan.
“Sarannya yah kak, hemm pelayanan suster- susternya itu harus lebih
ditingkatkan mutu kerjanya dan keramahannya, itu aja sih kak”.
Universitas Sumatera Utara
99
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2
Reduksi Data Efektivitas Komunikasi Interpersonal Perawat dan Pasien
Informan Keterbukaan
(Openness)
Empati (Emphaty) Dukungan
(Suportiveness)
Rasa Positif
(Positiveness)
Kesetaraan atau
Kesamaan
(Equality)
Informan I
(Perawat)
Ketika
menyampaikan
komunikasi
kesehatan
keterbukaan dari
pasien sangat
penting, dan selama
ia menjadi perawat
ia selalu berhadapan
dengan pasien yang
terbuka.
Ketika
mendengarkan
keluhan dari pasien
ia menunjukkan
rasa empati, namun
rasa empati yang ia
tunjukkan terbatas,
tidak boleh terlalu
terhanyut agar
pasien tidak
bersikap semenah-
menah.
Informan
mengatakan ketika
mendengarkan
pasien
menyampaikan
keluhan yang di
derita, ada
dukungan yang
diberikan informan
berupa motivasi
untuk semangat
pemulihan.
Sifat positif yang
diberikan informan
pada pasien yaitu,
memberikan rasa
nyaman, dan ramah
agar pasien tetap
nyaman ketika
menyampaikan
keluhan yang
sedang di derita.
Ketika melakukan
komunikasi
interpersonal
dengan pasien,
informan biasanya
menempatkan
dirinya sebagai
teman bagi pasien
Informan 2
(Perawat)
Ketika berhadapan
dengan pasien ada
yang terbuka,
sehingga perawat
dapat melakukan
tindakan, dan
memberikan
komunikasi
kesehatan
berdasarkan
penyakit yang
diderita, namun ada
juga yang malu
mengungkapkan
penyakitnya, untuk
Ketika
mendengarkan
keluhan dari pasien
ia menunjukkan
rasa empati,
informan
memposisikan diri
sebagai teman
pasien agar pasien
merasa nyaman saat
bercerita. Batasan
rasa empati
informan
berdasarkan gender
, karena jika
Dukungan dari
perawat penting.
Informan
menunjukkan rasa
dukungannya
dengan memberi
motivasi,
melakukan terapi
dan selalu
mengingatkan
tentang komunikasi
kesehatan.
Rasa positif yang
informan tunjukkan
ketika pasien
menyampaikan
keluhannya,
mendengarkan
dengan baik,
memproses semua
keluhan yang di
derita pasien kepada
dokter agar segera
diproses.
Ketika melakukan
komunikasi
interpersonal
dengan pasien,
informan
menampung semua
keluhan pasien
dengan sama rata,
tanpa membeda-
bedakan golongan
keperawatan dan
status sosial dari
pasien.
Universitas Sumatera Utara
100
Universitas Sumatera Utara
mengatasi hal itu perawat berusaha
melaukan intern
berdua, jika tidak
terbuka juga maka
akan dilakukan cek
darah.
berhadapan dengan berbeda gender,
maka eksperesi
yang ditunjukkan
pasien juga berbeda,
sehingga tidak
boleh terlalu
terhanyut.
Informan 3
(Perawat)
Ketika
mendengarkan
keluhan dari pasien,
pasien terbuka
sehingga dengan
mudah melakukan
dan memberikan
komunikasi
kesehatan kepada
pasien yang
bersangkutan.
Empati yang
ditunjukkan
informan ketika
pasien berkonsultasi
yaitu melakukan
pelayanan kesehatan
dengan baik,
melakukan
semampu mungkin
demi kesehatan
pasien.
Dukungan dari
perawat tidak kalah
penting dengan
dukungan keluarga.
Informan
memberikan
dukungannya
dengan menerapkan
komunikasi
kesehatan kepada
pasien, dan
memberikan
motivasi
Rasa positif yang
informan tunjukkan
ketika pasien
konsultasi yaitu
memberi rasa
kenyamananan,
memberi
komunikasi
kesehatan untuk
meringankan beban
dari pasien.
Kesetaraan yang
informan tunjukkan
ketika pasien
konsultasi yaitu
memotivasi dan
meyakinkan bahwa
penyakit yang
pasien derita dapat
disembuhkan.
Informan 4
(Perawa)
Keterbukaan dari
pasien sangat
penting untuk
mengetahui tindak
lanjut dari
tindakkan perawat.
Informan selalu
berhadapan dengan
pasien dan keluarga
pasien yang terbuka,
sehingga
memudahkan
Rasa empati yang
ditunjukkan ketika
pasien berkonsultasi
yaitu ikut
merasakan dan
melakukann
tindakan untuk
pemulihan pasien.
Dukungan dari
perawat sangat
penting, informan
ini memberikan
dukungannya
seperti memberikan
komunikasi
kesehatan kepada
pasien,
mengingatkan
pasien minum obat
dan memberikan
Rasa positif yang
ditunjukkan
informan kepada
pasien yaitu
mendengarkan
keluhannya,
memberi solusi, dan
membantu
meringankan
pikiran orang tua
pasien dengan
memberikan
Informan
menempatkan diri
sebagai teman bagi
orang tua pasien
yang
menyampaikan
kondisi kesehatan
anak. Dan
membantu
memberikan solusi
juga motivasi.
Universitas Sumatera Utara
101
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan informan. pertolongan dengan cepat.
pelayanan yang baik kepada pasien anak.
Informan 5 (Pasien) Ketika melakukan
konsultasi
komunikasi
kesehatan pasien
terbuka mengenai
kondisi
kesehatannya,
menurutnya itu
penting untuk
kesehatan dirinya
dan tindak lanjut
dari perawat.
Ketika melakukan
konsultasi
komunikasi
kesehatan pasien
merasakan adanya
rasa empati dari
perawat, dan itu
berpengaruh untuk
keyakinannya
menerapkan
komunikasi
kesehatan yang
disampaikan
perawat.
Ketika melakukan
konsultasi
komunikasi
kesehatan pasien
mendapatkan
dukungan dari
perawat, dukungan
yang ia terima
berupa motivasi.
Ketika melakukan
konsultasi
komunikasi
kesehatan pasien,
perawat
memberikan sifat
positif, berupa rasa
nyaman yang
diberikan perawat
membuat pasien
tidak malu untuk
bercerita kondisi
kesehatan yang
sedang dialami.
Ketika melakukan
konsultasi
komunikasi
kesehatan pasien,
perawat seperti
seseorang yang juga
merasakan hal yang
dirasakan, dan
seperti memiliki
status yang sama
dnegan
dirinya(keibuan)
Informan 6 (Pasien) Ketika melakukan
konsultasi kesehatan
pasien selalu
terbuka, karena
menurutnya itu
penting untuk
kesehatan dan
tindakan yang
diberikan perawat.
Ketika melakukan
konsultasi
komunikasi
kesehatan pasien
merasakan adanya
rasa empati yang
diberikan oleh
perawat. Proses
yang cepat
membuat pasien
merasa puas dengan
pelayanan perawat.
Ketika melakukan
konsultasi
komunikasi
kesehatan pasien
merasakan adanya
dukungan dari
perawat. Dengan
memberikan
komunikasi
kesehatan
merupakan
dukungan yang
deberikan perawat
kepada pasien.
Ketika melakukan
konsultasi kesehatan
pasien merasakan
adanya sifat positif
yang diberikan
perawat. Dengan
menjelaskan kalimat
yang tidak
dimengerti sudah
termaksud sifat
positif yang
diberikan perawat.
Ketika melakukan
konsultasi kesehatan
pasien merasakan
adanya kesetaraan
yang di tunjukkan
perawat. Ketika
berbicara dengan
pasien anak perawat
menggunakan
bahasa yang mudah
dimengerti.
Universitas Sumatera Utara
102
Universitas Sumatera Utara
Informan 7 (Pasien) Pasien yang ingin mendapatkan
komunikasi
kesehatan dari
perawat terbuka
terhadap kondisi
kesehatan yang di
deritanya. Menurut
informan itu sangat
penting karena
dengan begitu
perawat akan
mengetahui
tindakan apa yang
akan diberikan
kepada pasien.
Pasien merasakan adanya rasa empati
yang diterima dari
perawat ketika
melakukan
konsultasi
kesehatan. Rasa
empati ini membuat
pasien nyaman dan
berani melakukan
tindakan operasi
yang awalnya ia
takutkan.
Pasien yang datang ke rumah sakit
untuk menerima
komunikasi
kesehatan
mendapatkan
dukungan dari
perawat. Dukungan
tersebut membuat ia
dengan cepat
melakukan operasi
yang ia butuhkan.
Sikap positif yang pasien terima dari
perawat yaitu rasa
nyaman yang
membuat pasien
menerapkan
komunikasi
kesehatan yang
diterima dari
perawat, salah
satunya tidak
mengkomsumsi
makanan yang
sudah dilarang.
Kesetaraan yang diterima pasien
yaitu ketika perawat
menyampaikan
komunikasi
kesehatan perawat
menempatkan
posisinya sebagai
teman,
mendengarkan
keluhan pasien
dengan baik, dan
dengan sigap
melakukan
tindakan.
Universitas Sumatera Utara
103
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3
Pentingnya Hubungan Interpersonal Untuk Menerapkan Komunikasi
Kesehatan
Informan
Pentingnya Hubungan Interpersonal Pasien dengan
Perawat
Yunita S.Kep
Ners
(Perawat)
Menurut informan hubungan interpersonal sangat lah
penting, dengan begitu selama berkonsultasi perlu
membangun sebuah hubungan interpersonal, agar
komunikasi berjalan dengan lancar dan efektif.
Fitri
Yuningsih
S.Kep
Ners
(Perawat)
Menurut informan hubungan interpersonal antara perawat
dan pasien penting, dan hubungan yang dijalin selama
menerapkan komunikasi kesehatan harus hubungan
interpersonal yang baik. Dengan begitu selama
berkonsultasi perlu membangun sebuah hubungan
interpersonal, agar komunikasi berjalan dengan lancar dan
efektif.
Mahdiana
Sinuaji Amd
(Perawat)
Menurut informan, untuk menghasilkan komunikasi yang
efektif diperlukannya hubungan interpersonal antara
perawat dan pasien. Maka perlu terlebih dahalu
membangun hubungan interpersonal yang baik agar
pasien mendengarkan perawat yang menyampaikan
komunikasi kesehatan dan dapat memberikan tanggapan
yang baik pula. Selama informan bekerja merasa telah
menyampaikan komunikasi kesehatan dengan efektif.
Azura
khazhiah
S.Kep Ners
(Perawat)
Menurut informan hubungan interpersonal dalam
menyampaikan komunikasi kesehatan sangat penting.
Perawat terlebih dahulu harus mengenal dengan siapa ia
berkomunikasi, dengan begitu maka komunikasi akan
berjalan efektif.
Universitas Sumatera Utara
104
Universitas Sumatera Utara
Meyrani
Ginting Amd
(Pasien)
Informan mengatakan, hubungan interpersonal perawat
dan pasien terjalin dengan baik. Perawat menunjukan
adanya hubungan interpersonal saat menyampaikan
komuikasi kesehatan sehingga komunikasi pun berjalan
dengan efektif .
Naim
Sinulingga
(Pasien)
Informan mengatakan, hubungan interpersonal perawat dan
pasien sangat penting. Selama informan dirawat di rumah
sakit ia mendapatakn hubungan interpersonal yang.
Perawat menunjukan adanya hubungan interpersonal saat
menyampaikan komuikasi kesehatan sehingga komunikasi
pun berjalan dengan efektif dan dapat dengan mudah di
mengerti.
Chairunissa
(Pasien)
Menurut informan, hubungan interpersonal perawat dan
pasien terjalin dengan baik ketika menyampaikan
komunikasi kesehatan sehingga komunikasi pun berjalan
dengan efektif .
Universitas Sumatera Utara
105
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4
Reduksi Data Komunikasi Kesehatan yang Pernah di Terapkan
Informan Komunikasi Kesehatan yang Pernah di
Terapkan
Yunita S.Kep
Ners
(Perawat)
Komunikasi Kesehatan yang pernah diterapkan informan
yaitu Penkes (Pendidikan kesehatan). Penyuluhan.
Penyuluhan makan 4 sehat 5 sempurna, makan tinggi
protein bagi pasien- pasien yang habis operasi, memberi
air susu ibu (ASI) eksklusif dan mobilisasi.
Fitri
Yuningsih
S.Kep
Ners
(Perawat)
Komunikasi kesehatan yang telah diterapkan informan
seperti pendidikan kesehatan, ia sering menangani pasien
paruh baya, bagaimana menerapkan pola hidup sehat,
Tentang tuberculosis (TBC) atau bagaimana cara batuk
yang efektif, kalau bagian komunikasi pada pasien yang
persiapan pulang, informan beritahu bagaimana cara dia
minum obat teratur, olahraga, dan terapi.
Mahdiana
Sinuaji Amd
(Perawat)
Komunikasi kesehatan yang telah diterapkan informan
yaitu pendidikan kesehatan mengenai penyakit yang di
derita pasien dan bagaimana pasien menyikapi penyakit
yang sedang di derita.
Azura
khazhiah
S.Kep Ners
(Perawat)
Informan adalah perawat yang bekerja di ruangan rawat
inap anak. Informan telah memberikan komunikasi
kesehatan dengan berbagai jenis penyakit anak, contohnya
seperti batu ginjal, kebersihan mulut dan gigi anak, gizi
anak dan lain- lain.
Meyrani
Ginting Amd
(Pasien)
Komunikasi kesehatan yang telah diterima informan dan
juga sudah ia terapkan yaitu, bagaimana cara memberi air
susu ibu (ASI) eksklusif, cara merawat bayai dengan
benar dan cara memandikan bayi.
Naim
Sinulingga
(Pasien)
Komunikasi kesehatan yang telah diterima dan diterapkan
informan adalah cara menjaga nutrisi makanan yang
dikomsumsi. Tidak jajan sembarangan dan mengurangi
asupan garam karena ada masalah pada ginjal.
Chairunissa
(Pasien)
Komunikasi kesehatan yang telah diterima dan diterapkan
informan adalah tetap menjaga kebersihan makanan yang
akan dikomsumsi, tidak jajan sembarangan dan
mengurangi mengkomsumsi bakso.
Universitas Sumatera Utara
106
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5
Reduksi Data Cara Penyampaian Komunikasi Kesehatan dan
Pentingnya Penerapan Komunikasi Kesehatan Perawat Terhadap
Pasien
Informan Cara Penyampaian Komunikasi Kesehatan dan
Pentingnya Penerapan Komunikasi Kesehatan
Perawat Terhadap Pasien
Yunita
S.Kep Ners
(Perawat)
Komunikasi kesehatan adalah suatu hal yang wajib
diterapkan perawat terhadap pasien. Menurut informan
untuk menerapkan komunikasi kesehatan bukan lah hal
yang hanya disampaikan semata saja tetapi harus benar-
benar memastikan pasien menerapkannya. Cara
menyampaikan komunikasi kesehatan harus benar- benar
jelas, memberitahu untung dan rugi dari komunikasi
kesehatan yang dijelaskan, agar pasien benar- benar
menerapkannya.
Fitri
Yuningsih
S.Kep Ners
(Perawat)
Untuk menyampaikan komunikasi kesehatan sudah
menjadi kewajiban perawat. Dengan selalu mengingatkan,
dan terus mengingarkan apa manfaat komunikasi
kesehatan yang disampaikan akan membuat pasien terpacu
untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari.
Pentingnya menyampaiakan komunikasi kesehatan yaitu
untuk menambah pengetahuan pasien terhadap dunia
kesehatan.
Mahdiana
Sinuaji Amd
(Perawat)
Komunikasi kesehatan adalah suatu hal yang wajib
diterapkan perawat terhadap pasien. Menurut informan,
untuk menerapkan komunikasi kesehatan bukan lah yang
hanya disampaikan semata saja tetapi harus benar- benar
memastikan pasien menerapkannya, karena manfaat
komunikasi kesehatan sangat penting bagi kesehatan
pasien.Informan mengatakan komunikasi kesehatan
adalah kegiatan yang harus dilakukan karena dalam
keperawatan hal itu menjadi tugas utama yang harus
dilakukan.
Azura
khazhiah
S.Kep Ners
(Perawat)
Komunikasi kesehatan adalah suatu hal yang wajib
diterapkan perawat terhadap pasien. Menurut informan ini,
agar pasien benar- benar menerapkan komunikasi
kesehatan yang disampaikan maka perawat harus
memberitahu apa manfaat komunikasi kesehatan,
mengingatkan kembali kepada pasien mengenai hal yang
harus dilakukan demi kesehatan pasien.
Meyrani Menurut informan, komunikasi kesehatan sangat penting
Universitas Sumatera Utara
107
Universitas Sumatera Utara
Ginting Amd
(Pasien)
diterapkan dan berpengaruh terhadap kesehatannya, karena
dengan mendapatkan komunikasi kesehatan dapat memberi
pengetahuan baru seputar kondisi yang sedang ia alami.
Informan pun bertekad untuk menerapkannya dalam
kehidupan sehari- hari. Cara penyampaian perawat pun
sudah baik.
Naim
Sinulingga
(Pasien)
Menurut informan, komunikasi kesehatan sangat penting
diterapkan dan berpengaruh terhadap kesehatannya, karena
dengan mendapatkan komunikasi kesehatan dapat memberi
pengetahuan baru seputar kondisi yang sedang ia alami.
Informan pun bertekad untuk menerapkannya dalam
kehidupan sehari- hari, karena mengingat umur informan
terlalu muda untuk penyakit yang di derita, jadi sejak ini ia
akan mnerapkan komunikasi kesehatan yang telah
diterapkan perawat.
Chairunissa
(Pasien)
Komunikasi kesehatan yang diterapkan perawat sangat
berpengaruh terhadap kesehatannya. Informan akan
menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari, karena tidak
ingin penyakit yang ia derita kambuh lagi.
Universitas Sumatera Utara
108
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6
Reduksi Data Hambatan dalam menyampaikan komunikasi kesehatan
Informan Hambatan dalam menyampaikan komunikasi
kesehatan
Yunita
S.Kep Ners
(Perawat)
Menurut informan, hambatan dalam menyampaikan
komunikasi kesehatan adalah tingkat pendidikan dari
pasien tersebut dan pasien yang masih mempercayai
kebiasaan orang- orang zaman dahulu. Cara mengatasi
hambatan yang informan hadapi yaitu dengan tetap
mengedukasi dan mengingatkan kembali manfaat dan
tujuan komunikasi kesehatan yang informan terapkan.
Fitri
Yuningsih
S.Kep Ners
(Perawat)
Menurut informan ini, hambatan dalam menyampaikan
komunikasi kesehatan adalah keterbatasan ilmu yang
perawat dapatkan, karena ilmu keperawatan selalu di
upgrade, selain itu sarana dan prasarana juga menjadi
salah satu penyebabnya. Selama informan bekerja tidak
selalu berhadapan dengan pasien yang aktif, dengan begitu
strategi yang informan lakukan adalah tetap melakukan
komunikasi.
Mahdiana
Sinuaji Amd
(Perawat)
Menurut informan ini, hambatan dalam menyampaikan
komunikasi kesehatan adalah tidak adanya kerja sama
yang baik antara perawat dan keluarga pasien. Menurut
informan cara mengatasi hambatan ini adalah dengan
melakukan tindakan pengeluaran surat penolakan.
Azura
khazhiah
S.Kep Ners
(Perawat)
Menurut informan ini, hambatan dalam menyampaikan
komunikasi kesehatan adalah tingkat pendidikan pasien
dan bahasa. Selama informan bekerja ia pernah
menghadapi pasien yang pasif, dan cara mengatasinya
adalah informan harus selalu melakukan tindakan tertulis
Universitas Sumatera Utara
109
Universitas Sumatera Utara
juga agar terhindar dari fitnah dan tuntutan dari pasien
Meyrani
Ginting Amd
(Pasien)
Menurut informan kelima ini, ia tidak menngalami
hambatan saat mendengarkan komunikasi kesehatan,
karena menurut informan perawat sudah menyampaikan
nya dengan sangat baik dan detail.
Naim
Sinulingga
(Pasien)
Menurut informan ini, ia tidak menngalami hambatan saat
mendengarkan komunikasi kesehatan, karena menurut
informan perawat sudah menyampaikan nya dengan sangat
baik
Chairunissa
(Pasien)
Menurut informan ini, ia mengalami hambatan saat
mendengarkan komunikasi kesehatan, yaitu seputar bahasa
perawat yang kurang dimengerti namun saat ia minta
penjelasan ulang maka perawat akan menjelaskannya
dnegan bahasa yang mudah dimengerti
Universitas Sumatera Utara
110
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7
Reduksi Data Batasan Hubungan Antara Perawat dan Pasien
dan Persiapan yang dilakukan Saat Menyampaikan Komunikasi
Kesehatan
Informan Batasan Hubungan Antara
Perawat dan Pasien
Persiapan yang
dilakukan Saat
Menyampaikan
Komunikasi Kesehatan
Yunita
S.Kep Ners
(Perawat)
Pada dasarnya hubungan perawat dan
pasien bersifat professional yang
diarahkan ada pencapaian tujuan.
Hubungan perawat dengan pasien
merupakan hubungan interpersonal
titik tolak saling memberi pengertian.
Batasan hubungan ini bertujuan agar
ke profesionalan kerja tetap terjaga.
Jika berada di rumah sakit pasien
menjadi tanggung-jawab perawat,
jika sudah diluar urusannya sudah
berbeda.
Menurut informan saat ia
akan menyampaikan
komunikasi kesehatan
kepada pasien, tidak
melakukan persiapan
khusus, karena pekerjaan
ini sudah menjadi hal biasa
bagi dirinya.Kecuali mau
memberikan materi seperti
penyuluhan ke suatu
tempat atau desa- desa. ya
paling banyak banyak
belajar lah. Selalu upgrade
ilmu.
Fitri
Yuningsih
S.Kep Ners
(Perawat)
Batasan hubungan pasien dan
perawat bertujuan agar pasien tidak
bersikap semenah- menah kepada
perawat. Masalah gender sering kali
menjadi batasan hubungan perawat.
Menurut informan jika perawat
wanita berhadap dengan pasien laki-
laki dan sebaliknya, harus benar-
benar professional tidak boleh
Persiapan yang dilakukan
informan ini, saat ia akan
menyampaikan komunikasi
kesehatan kepada pasien
yaitu mengetahui terlebih
dahulu penyakit apa yang
di derita pasien agar
perawat dapat melakukan
Universitas Sumatera Utara
111
Universitas Sumatera Utara
terhanyut dan bawa perasaan. tindakan.
Mahdiana
Sinuaji Amd
(Perawat)
Setiap hubungan memiliki batasan.
Pada dasarnya hubungan perawat dan
pasien bersifat professional yang
diarahkan ada pencapaian tujuan.
Hubunga perawat hanya sebatas jasa
kesehatan jika sudah di minta lebih
oleh pasien maka perawat berhak
menolaknya.
Menurut informan ini, saat
ia akan menyampaikan
komunikasi kesehatan
kepada pasien memerlukan
persiapan. Persiapan yang
informan lakukan yaitu
selalu menambah ilmu
pengetahuan dalam bidang
kesehatan.
Azura
khazhiah
S.Kep Ners
(Perawat)
Setiap hubungan memiliki batasan.
Pada dasarnya hubungan perawat dan
pasien bersifat professional yang
diarahkan ada pencapaian tujuan jadi
memang diperlukan batasan
hubungan demi menjaga ke
profesionalan tersebut.
Menurut informan ini, saat
ia akan menyampaikan
komunikasi kesehatan
kepada pasien tidak
memerlukan persiapan
khusus. Karena sudah
terbiasa dengan kegiatan
yang informan lakukan,
tetapi hal yang harus
dilakukan informan adalah
upgrade ilmu dalam dunia
kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
112
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8
Saran Pasien Untuk Penerapan Kesehatan Perawat.
Informan Saran Pasien Untuk Penerapan Komunikasi Kesehatan
Meyrani
Ginting Amd
(Pasien)
Saran informan ini yaitu semoga pelayanannya semakin
ditingkatkan, menurutnya meningkatkan mutu pelayanan boleh
berkurang jangan, setidaknya mempertahankan agar masyarakat
lain percaya dengan pelayanannya. Berhubung rumah sakit ini
baru beroperasi mungkin diluar sana masih banyak yang belum
percaya, maka dari situ informan menyarankan untuk
meningkatkan dan bukti kan pelayanan disini itu baik.
Naim
Sinulingga
(Pasien)
Menurut informan ini penerapan komunikasi kesehatan dan
pelayanan sudah bagus, prosesnya cepat, dan informan
menyarankan untuk mempertahankannya.
Chairunissa
(Pasien)
Saran informan ini terhadap penerapan komunikasi kesehatan dan
pelayanan yaitu, meningkatkan mutu kerja, meningkatkan
keramahan dari perawat.
4.3 Pembahasan
Kesehatan merupakan salah satu faktor penting untuk melakukan
aktivitas sehari- hari. Banyak orang memiliki berbagai keluhan kesehatan akibat
tidak mempedulikan kesehatan tubuhnya baik itu keluhan yang ringan hingga
keluhan yang berat seperti, kegemukan, diabetes, penyakit jantung, masalah
pencernaan dan sebagainya.Menurut Azwar A (Sumijatun, 2017 : 87) sistem
kesehatan adalah tumpuan dari berbagai faktor yang kompleks dan saling
berhubungan yang terdapat dalam negara, yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat
pada setiap saat yang dibutuhkan.
Semua manusia semasa hidupnya terpaksa menghadapi berbagai
masalah yang harus dicari penyelesaianya, baik seseorang tersebut sudah dewasa
Universitas Sumatera Utara
113
Universitas Sumatera Utara
maupun belum. Barang kali pada sebagian orang ada yang tidak mampu
menemukan penyelesaiannya, oleh karena itu mencari bantuan dari seseorang ahli
(Profesional) yang sesuai dengan kemampuan dan pengetahuannya pada bidang
tertentu. (Priyanto, 2009: 2). Menurut Roger, (1996:16)Komunikasi kesehatan
secara umum didefinisikan sebagai segala aspek dari komunikasi antarmanusia
yang berhubungan dengan kesehatan. Komunikasi kesehatan secara khsusus
didefinisikan sebagai semua jenis komunikasi manusia yang isinya pesannya
berkaitan dengan kesehatan. Komunikasi juga mempunyai peranan yang sangat
penting dalam kehidupan sehari- hari manusia dimana manusia sebagai mahkluk
sosial yang saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhannya. Kegiatan
berkomunikasi juga dilakukan antaa perawat dan pasien. Komunikasi merupakan
proses yang dilakukan perawat dalam menjaga kerja sama yang baik dengan
pasien dalam memenuhi kebutuhan kesehatan pasien, maupun dengan tenaga
kesehatan yang lain dalam rangka mengatasi masalah pasien.
Kemampuan berkomunikasi yang efektif sangat membantu dalam upaya
pemecahatn masalah pasien, mempermudah pemberian bantuan pelayanan medic
maupun pelayanan psikologis. Oleh karena itu komunikasi sangat penting untuk
dipahami perawat.Peneliti telah berhasil melakukan wawancara dengan ketujuh
informan yang sesuai dengan penelitian ini, empat diantaranya adalah perawat
yang telah bekerja lebih dari dua tahun dan telah menerapkan komunikasi
kesehatan kepada pasiennya dan tiga pasien yang sedang di rawat inap dan telah
menerima komunikasi kesehatan dari perawat. Wawancara telah selesai dilakukan
dan peneliti telah mendapatkan jawaban dari masing- masing informan. Setelah
melakukan wawancara dengan informan pertama sampai ketujuh informan
peneliti merasa data yang di dapat sudah jenuh, karena peneliti tidak mendapatkan
hal baru dari ketujuh informan. Hasil wawancara telah peneliti paparkan, dalam
wawancara tersebut peneliti dapat melihat bagaimana komunikasi interpersonal
perawat dalam menyampaikan komunikasi kesehatan kepada pasien sehingga
pasien menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari.
Empat informan merupakan perawat di rumah sakit Universitas
Sumatera Utara Medan (RS USU), yang telah berprofesi sebagai perawat selama 6
tahun sampai 8 tahun, dengan jangka waktu yang demikian dapat dikatakan
Universitas Sumatera Utara
114
Universitas Sumatera Utara
bahwa informan dalam penelitian ini telah memiliki pengalaman yan cukup
sebagai perawat. Selain itu, tiga informan lainnya adalah pasien RS USU, yang
telah menerima komunikasi kesehatan dari perawat. Sehingga dapat dikatakan
bahwa ketiga informan sudah memiliki pengalaman dengan perawat dalam
mengatasi masalah kesehatan pasien.Komunikasi antara dokter dan pasien adalah
bentuk komunikasi kesehatan yang sifatnya interpersonal yang komplek.
Komunikasi interpersonal didefenisikan sebagai komunikasi yang terjadi antara
dua orang atau lebih secara tatap muka (R.Wayne Pace, 1979). Komunikasi
interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan orang
lain biasanya diantara dua orang yang dapat berlangsung diketahui balikannya. .
(Rismalinda dan Prasetyo, 2016;109).
Menurut pandangan Kumar dan De Vito (Rismalinda & Catur, 2016 ;
112) ciri- ciri efektivitas komunikasi interpersonal diantaranya:
1.Keterbukaan (openness), adalah kemauan seseorang menanggapi dengan
senang hati informasi yang diterima dalam menghadapi hubungan
interpersonal.Keterbukaan merupakan komunikasi interpersonal penting
sebagai landasan bahwa sudah terjadi hubungan saling percaya (trust).
Dengan adanya hubungan saling percaya ini, biasanya komunikasi lebih
nyaman untuk dilakukan dan masing- masing pihak bisa lebih terlebih secara
personal. Tidak hanya itu, aspek keterbukaan ini penting karena
menunjukkan bahwa komunikasi yang sedang kita lakukan memang
mendapatkan respon baik. Begitu juga pada saat perawat Yunita, perawat
Fitri, perawat Mahdiana dan perawat Azuhra yang merupakan informan
peneliti mengaku bahwa ketika menerapkan komunikasi kesehatan kepada
pasien melalui komunikasi interpersonal pasien sudah terbuka terhadap
perawat dalam menyampaikan kondisi kesehatannya. Perawat fitri
mengatakan meskipun terdapat pasien yang malu untuk mengungkapkan
kondisi kesehatannya, namun dengan beberapa cara seperti mengajak pasien
berbicara bertatap muka, mengajak keluarga berkonsultasi dan sampai
akhirnya melakukan tes darah. Dengan begitu akhirnya perawat dapat
mengetahui permasalahan pasien tersebut. Perawat Yunita, perawat
Mahdiana, dan perawat Azura mengatakan bahwa pasien yang mereka
Universitas Sumatera Utara
115
Universitas Sumatera Utara
tanggani terbuka dengan kondisi kesehatannya. Dengan begitu mereka
dengan mudah melakukan tindakan, memberi edukasi dan komunikasi
kesehatan sesuai yang dibutuhkan pasien.
Ibu Meyrani, Naim dan Chairunissa yang juga merupakan informan dalam
penelitian ini, mengaku bahwa ketika melakukan komunikasi interpersonal
dengan perawat dalam penerapan komunikasi kesehatan sudah terbuka
mengenai kondisi kesehatan mereka.
2.Empati (Emphaty), komunikasi interpersonal dapat berlangsung kondusif
apabila komunikator (pengirim pesan) menunjukkan rasa empati pada
komunikan (penerima pesan).
Menerapkan empati dalam komunikasi interpersonal merupakan sesuatu
yang penting. Dalam komunikasi interpersonal tersebut, kita mesti
memahami bahwa lawan komunikasi itu adalah manusia. Oleh karenanya,
kita harus memandang bahwa mereka juga pasti memiliki perasaan. Apa
yang akan kita sampaikan tentu juga sangat berpengaruh dengan proses
penerimaan pesan tersebut. Hal tersebut dialami oleh Perawat Yunita,
perawat Mahdiana, dan perawat Azura selaku perawat ketika mendengarkan
pasien menyampaikan kondisi kesehatannya mereka selalu merasakan
empati terhadap pasien. Rasa empati sangat berpengaruh untuk kenyamanan
pasien dalam menyampaikan kondisi kesehatannya. Namun rasa empati
yang ditunjukkan kepada pasien itu ada batasannya seperti yang dikatakan
perawat Fitri, masalah gender merupakan salah satu batasan menunjukkan
rasa empati. Perawat wanita dengan pasien laki- laki dan sebaliknya tidak
boleh berempati terlalu dalam karena akan mengganggu keprofesionalan
kerja. Ekspresi yang diberikan antara perawat dan pasien yang berbeda
gender berbeda dengan ekspresi yang diberikan perawat dan pasien sesama
gender oleh sebab itu harus benar- benar dapat membatasi diri. Sedangakan
menurut perawat Yunita, perawat Mahdiana dan Perawat Azura rasa empati
dibatasi karena tidak ingin pasien bertingkah laku terlalu jauh atau bersifat
semenah- menah kepada perawat.
Ibu Meyrani, Naim dan Chairunissa juga mengatakan bahwa ketika perawat
melakukan komuniaksi interpersonal untuk menyampaikan komunikasi
Universitas Sumatera Utara
116
Universitas Sumatera Utara
kesehatan, mereka merasakan bahwa perawat bermpati terhadap mereka.
Sehingga mereka merasa nyaman ketika menyampaikan kondisi kesehatan
dan merasa harus menerapkan komunikasi kesehatan yang disampaikan
perawat.
3.Dukungan(Supportiveness), dalam komunikasi interpersonal diperlukan
sikap memberi dukungan dari pihak komunikator, agar komunikan mau
berpartisipasi dalam komunikasi.
Sikap mendukung adalah salah satu tugas perawat agar kesehatan pasien
pulih. Perawat Fitri, perawat Yunita, perawat Mahdiana, dan perawat Azura
juga menyadari bahwa tugas mereka bukan hanya menyampaikan
komunikasi kesehatan kepada pasien, tetapi juga harus benar- benar
mendukung pasien untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari agar
komunikasi kesehatan yang disampaiakan bermanfaat dan berjalan seperti
tujuannya.
Ibu Meyrani, Naim dan Chairunisa juga mengatakan ketika melakukan
komunikasi interpersonal dalam menyampaikan komunikasi kesehatan
perawat memberikan dukungan kepada mereka, yaitu dalam bentuk motivasi
dan selalu mengulangi komunikasi kesehatan yang mereka perlukan.
4.Rasa positif (Positiveness), sikap kita dalam komunikasi interpersonal
dilakukan dengan dua cara, yakni menyatakan sikap positif dan secara positif
mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi.
Perawat Yunita, perawat Fitri, perawat Mahdiana, dan perawat Azura selaku
perawat yang melakukan komunikasi interpersonal untuk menyampaikan
komunikasi kesehatan menunjukkan rasa positifnya kepada pasien dengan
mendengarkan pasien menyampaikan keluhan penyakit yang sedang diderita
dan mendorong secara positif untuk pemulihan pasien.
Ibu Meyrani, Naim dan Chairunissa saat melakukan komunikasi interpersonal
dalam menyampaikan komunikasi kesehatan mereka merasakan bahwa
perawat menanggapi mereka dan kondisi kesehatan mereka dengan positif.
5.Kesetaraan atau Kesamaan ( Equality), Kesetaraan menggambarkan
pengakuan secara diam- diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna
dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
Universitas Sumatera Utara
117
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Perawat
Yunita, perawat Ningsi, perawat Mahdiana, dan perawat Azura mengatakan
bahwa ketika melakukan interpersonal untuk menyampaikan komunikasi
kesehatan mereka selalu menempatkan posisi sesuai dengan status, umur dan
pasien. Intinya mereka akan membuat pasien merasa nyaman ketika berbicara
dengan pasien. Perawat Yunita yang bertugas diruang rawat inap meternitas
menempatkan posisinya sebagai teman jika sedang berkomunikasi dengan
pasien yang berkonsultasi, perawat Fitri yang bekerja di ruang rawat inap
kelas tiga menunjukkan sikap kesetaraannya kepada pasien dengan
memperlakukan pasien dengan sama, menampung semua keluhan dan tidak
membedakan golongan perawatan pasien, baik yang menggunakan BPJS atau
tidak ia memperlakukannya dengan sama, begitu juga dengan perawat
Mahdiana pada saat menyampaikan komunikasi kesehatan ia menempatkan
posisinya sebagai teman agar pasien merasa nyaman, dan perawat Azuhra
yang bekerja di ruang rawat inap anak menempatkan posisi sebagai teman
dari orang tua anak dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti saat
berkomunikasi dengan pasien anak.
Ibu Meyrani mengatakan bahwaia merasa senang saat berkomunikasi atau
konsultasi masalah kesehatan dengan perawat dia merasa nyaman dan sudah
ada kedekatan antara dirinya dengan perawat. Begitu juga dengan orang tua
Naim merasa nyaman saat berkomunikasi dengan perawat, para perawat
memperlakukan Naim seperti anaknya sendiri, dan Chairunissa merasakan
hal yang sama, ada rasa nyaman dan senang ketika berkomunikasi dengan
perawat menurutnya perawat menyampaikan komunikasi kesehatan secara
ramah, jelas dan selalu tersenyum.
Untuk membuat seseorang terbuka terhadap kita, salah satu caranya kita
harus memiliki kedekatan dengan orang tersebut. Untuk menghasilkan
keterbukaan tersebut perawat melakukannya denga cara mengenal terlebih dahulu
siapa yang menjadi teman bicaranya, seperti namanya, asal, status dan usia.
Pendekatan tersebut melalui berkomunikasi dengan pasien, perawat Yunita
mengatakan ketika sebelum melakukan pemeriksaan ia terlebih dahulu
Universitas Sumatera Utara
118
Universitas Sumatera Utara
menanyakan biodata dari pasien, dan mengajak pasien bercerita seputar penyakit
yang diderita, ketika pasien sudah nyaman maka komunikasi akan berjalan dengan
efektif yang berarti sudah adanya kedekatan antar perawat dan pasien. Hal yang
sama dilkukan dengan perawat Fitri untuk menciptakan kedekatan ia terlebih
dahulu mengenal siapa yang menjadi lawan bicaranya karena jika sudah mengenal
maka menurutnya akan lebih mudah menyampaikan komunikasi kesehatan
kepada pasien, begitu juga dengan perawat Mahdiana untuk menciptakan
kedekatan hal yang pertama dilakukan yaitu sikap ramah, dan menyambut pasien
dengan baik, dengan begitu pasien akan merasa nyaman dan akan mudah terbuka
untuk bercerita mengenai kondisi kesehatannya. Tidak berbeda dengan yang
dilakukan perawat Azura, ketika berhubungan dengan pasien pertama yang
dilakukan adalah menyambut pasien dengan baik, membuat pasien merasa
nyaman sehingga pasien merasa adanya hubungan interpersonal yang baik.
Setelah melakukan komunikasi interpersonal untuk menyampaikan
komunikasi kesehatan tentunya perawat dapat mengetahui tentang kondisi
kesehatan pasien di RS USU Medan. Masing- masing perawat sudah pernah
menerapkan berbagai komunikasi kesehatan kepada pasien. Beberapa komunikasi
kesehatan yang telah diterapkan yaitu pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, cara
batuk dengan benar, cara mengatasi batu ginjal, cara membersikan gigi dan mulut
dan menjaga kesehatan jantung.Ibu Meyrani, Naim dan Chairunissa sebagai
pasien menerapkan komunikasi kesehatan yang telah disampaikan oleh perawat
kepada mereka. Ibu Meyrani dengan kondisinya yang baru saja melahirkan
seorang bayi laki- laki mendapatkan komunikasi kesehatan tentang bagaiman cara
memberi ASI eksklusif, bagaimana menjaga kesehatan ibu dan bayi dan
bagaimana memperoleh ASI dengan lancar. Ibu meyrani mengatakan meskipun
ini bukan anak pertama namun rasa takut saat melahirkan masih ada, tetapi karena
bantuan perawat semua berjalan dengan baik. Ibu Meyrani menerapkan
komunikasi kesehatan yang ia terima dari perawat karena merasa hal itu peting
dan bermanfaat bagi kesehatanya dan bayinya. Hal yang sama dengan Naim,
Naim yang mengalami batu ginjal merasa menyesal tidak menerapkan hidup
sehat, setelah mendapatkan komunikasi kesehatan dari perawat Naim telah
menerapkannya dalam kehidupan sehari- harinya. Ia tidak lagi jajan sembarangan
Universitas Sumatera Utara
119
Universitas Sumatera Utara
dan mengkomsumsi air sesuai kebutuhan tubuh. Perubahan yang dirasakn Naim
setelah menerapkan komunikasi kesehatan sangat terlihat, wajahnya menjadi lebih
ceria, dan akhirnya ia dapat kembali ke sekolah dalam waktu dekat. Begitu juga
dengan Chairunissa yang mengalami pembengkakan pada mulutnya. Chairunissa
yang telah menerima komunikasi kesehatan dari perawat telah menerapkannya
dalam kehidupan sehari- hari. Ia tidak akan jajan sembarangan dan lebih menjaga
kebersihan gigi dan mulut. Ketiga pasien ini bertekad untuk menerapkan
komunikasi kesehatan yang diterapkan perawat karena merasa kesehatan sangat
mahal harganya.
Dalam hal komunikasi interpersonal, seluruh jawaban yang diberikan
informan kepada peneliti sesuai dengan ciri- ciri efektivitas komunikasi
interpersonal. Dimana pada dasarnya komunikasi interpersonal perawat dalam
memahami kondisi kesehatan pasien dan dengan komunikasi interpersonal
perawat mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan terhadap pasien. Hal ini
bisa dilihat dari adanya keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan
kesetaraan atau kesamaan yang terjadi antara perawat dan pasien yang sedang
berkonsultasi mengenai kesehatan dirinya. Jawaban yang mereka berikan kepada
peneliti secara kesleuruhan memiliki kesamaan. Kesamaan tersebut terjadi karena
mereka memahami dan menyadari arti pentingnya kesehatan dan menerapkan cara
hidup sehat dalam kehidupan sehari- hari, oleh karena itu mereka bertekad untuk
terus menjaga kesehatan dan menjalankan komunikasi kesehatan yang telah
disampaikan perawat. Stanton (Liliweri, 2011: 28) mengatakan bahwa sekurang-
kurangnya ada lima tujuan komunikasi manusia, yaitu mempengaruhi orang lain,
membangun atau mengolah relasi antarpersonal, menemukan perbedaan
pengetahuan, membantu orang lain, bermain atau bergurau (Devito 2001).
Mempengaruhi orang lain mengarah keperubahan sikap. Komunikasi
interpersonal perawat dan pasien untuk menyampaikan komunikasi kesehatan
membuat pasien mengalami perubahan sikap, dan dapat menjadi manusia yang
peduli dengan kesehatan.
Komunikasi interpersonal dalam menyampaikan komunikasi kesehatan
antara perawat dan pasien sudah baik dan efektif, itu terlihat dari perawat yang
Universitas Sumatera Utara
120
Universitas Sumatera Utara
terus menerus mengingatkan pasien untuk menerapkan komunikasi kesehatan
dalam kehidupan sehari- harinya dan pasien juga mengalami perubahan sikap
dengan komunikasi kesehatan yang disampaikan oleh perawat, dari seorang
pasien yang suka jajan sembarangan, kini berubah menjadi seseorang yang sudah
lebih cermat dalam memilih sesuatu yang akan dikomsumsi. Keefektifan ini juga
terlihat dari pasien mudah mengerti terhadap pesan yang disampaikan oleh
perawat karena memang sudah memiliki hubungan interpersonal.
Universitas Sumatera Utara
121
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Setelah dilakukan penelitian mengenai Komunikasi Interpersonal
Perawat Terhadap Pasien dalam Menyampaikan Komunikasi Kesehatan di Rumah
Sakit Universitas Sumatera Utara Medan, maka peneliti menyimpulkan:
1. Komunikasi interpersonal perawat dalam menyampaikan komunikasi
kesehatan sangat efektif. Hal ini berdasarkan hasil wawancara yang telah
dilakukan oleh peneliti dengan ketujuh informan. Hasil dari wawancara
yang peneliti temukan dari ketujuh informan sesuai dengan ciri- ciri
efektifitas komunikasi interpersonal menurut Kumar dan Do Vito, dimana
dalam proses komunikasi interpersonal perawat dan pasien terdapat
keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan kesetaraan atau
kesamaan.
2. Setelah melakukan komunikasi interpersonal dalam menyampaikan
komunikasi kesehatan, perawat berhasil menerapkan komunikasi
kesehatan kepada pasien. Dengan menggunakan komunikasi interpersonal
perawat dengan mudah melakukan edukasi atau tindakan yang sesuai
dengan kebutuhan pasien. Selain itu dengan komunikasi interpersonal
juga pasien dengan nyaman dan tidak merasa malu menyampaikan
kondisi kesehatan yang dirasakan.
3. Setelah melakukan komunikasi interpersonal dalam menyampaikan
komunikasi kesehatan, pasien terpengaruh dengan pesan yang
disampaikan. Dari sosok yang tidak peduli dengan kesehatan, makan
sembarangan, kini telah bertekad untuk menerapkan komunikasi
kesehatan yang telah disampaikan perawat dengan alasan trauma, dan
kesehatan adalah hal yang lebih penting dari segalanya.
Universitas Sumatera Utara
122
Universitas Sumatera Utara
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan selama penelitian, peneliti
melihat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Saran ini diharapkan dapat
menjadi masukan yang positif
demi kebaikan bersama. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Saran dalam Kaitan Akademis
Peneliti ini dapat diharapkan menjaddi salah satu sumber informasi yang
menghadirkan pemikiran baru, memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan bagi
peneliti maupun mahasiswa lainnya mengenai komunikasi interpersonal perawat
terhadap pasien dalam menyampaikan komunikasi kesehatan di Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara. Peneliti berharap agar penelitian ini berguna bagi
peneliti selanjutnya yang tertarik dengan penelitian yang sama serta dapat
melanjutkan penelitian dengan terperinci. Topik dan pembahasan telah
dipaparkan juga harapannya dapat menimbulkan rasa keingintahuan untuk
melakukan penelitian lanjutan dengan melakukan wawancara yang lebih
mendalam kepada pihak yang bersangkutan untuk mendapatkan informasi yang
lebih mendalam sehingga dapat disampaikan kepada semua pihak.
2. Saran dalam Kaitan Praktis
1. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit Universitas
Sumatera Utara Medan agar mendapatkan kepercayaan dari pasien dengan
mutu pelayananya karena rumah sakit ini baru beroperasi.
2. Perawat selalu memperbaruhi ilmunya tentang ilmu komunikasi kesehatan,
seperti yang kita ketahui ilmu selalu berkembang.
Universitas Sumatera Utara
123
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR REFERENSI
Ardianto Elvinaro, Bambang Q Aness. (2007). Filsafat Ilmu Komunikasi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Ofest.
Budyatna Muhammad. Teori-teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kencana;
2015
Budyatna Muhammad& Leila Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta :
Kencana ; 2011
Bungin, Burhan.2007.Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Graeff, A, Judith dkk. (1996). Komunikasi Untuk Kesehatan dan Perubahan
Perilaku.Yogyakarta, Indonesia: Gadjah Mada Univerity Press
Hamdani, M. (2013).Promosi Kesehatan untuk Bidan.DKI Jakarta: CV.Trans Info
Media
Hamidi. (2010). Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktispenulisan
Proposal Dan Laporan Penelitian. Malang: Umm Press.
Kodim, Yulianingsih 2015.Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta Timur: CV.Trans
Info Media
Kunoli, Firdaus, J & Achmad Herman(2013). Pengantar Komunikasi Kesehatan
untuk Mahasiswa Institusi Kesehatan.Jakarta: IN MEDIA
Liliweri, Alo. 2007. Dasar- Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Liliweri, Alo. 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana
M, Mondry, Sos. (2008). Pemahaman Teori Dan Praktik Jurnalistik. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Moleong, Lexy J. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Pujileksono, Sugeng. 2015. Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Malang:
Kelompok Intrans Publishing.
Purwoastuti, Endang & Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Komunikasi & Konseling
Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Prabowo, Tri 2007. Komunikasi Dalam Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press
Priyanto, Agus. 2009. Komunikasi dan Konseling Aplikasi dalam Sarana
Pelayanan Kesehatan untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba
Medika
Rismalinda dan Catur Prastyo. 2016. Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik
Kesehatan.Jakarta : Trans Info Media
Sumijatun. 2017. Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta:
CV.Trans Info Media
Sugyono.2008. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta
Suyanto, Bagong & Sutinah.2005.Metode Penelitian Sosial.Jakarta: Kencana
Taylor, Shelly E dkk (2009).Psikologi Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group
Tubbs, L. Stewart dan Sylvia Moss.(1996). Human Communication: Konteks-
konteks komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia
Sumber Online:
(http://academicjournal.yarsi.ac.id/ojs-2.4.6/index.php/Jurnal-Online-
Psikogenesis/article/viewFile/38/19)
(Diakses pada 14 Maret 2018 Pukul 22:13 WIB)
https://www.usu.ac.id/id/unit-pendukung/154-rumah-sakit-pendidikan.html
(Diakses pada 20 Maret 2018; 20: 12 WIB)
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0ahUKE
wjblP7f_qXaAhXILo8KHcWFBUoQFggoMAA&url=http%3A%2F%2Fjurnalilkom.u
insby.ac.id%2Findex.php%2Fjurnalilkom%2Farticle%2Fview%2F42%2F36&usg=
AOvVaw3EhEAtwfItvhDkehvSElGb
(Diakses pada 20 Maret 2018; 20: 56WIB)
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN UNTUK PERAWAT
Pertanyaan Umum
1. Nama lengkap :
2. Usia :
3. Agama :
4. Alamat :
5. Status :
6. Pendidikan :
7. Hobby :
8. Anak ke berapa :
9. Warna kesukaan :
#Seputar Profesi
Pertanyaan Khusus :
1. Sudah berapa lama anda bekerja sebagai Perawat
2. Sebelum menjadi perawat kegiatan apa yang anda lakukan, mengapa tidak
meneruskan kegiatan itu (jika berkerja dibidang lain)
3. Apakah sejak awal anda bercita-cita menjadi Perawat? Jika iya mengapa?
Jika tidak, apa cita cita yang anda inginkan sebelumnya, Mengapa cita- cita
itu tidak tercapai?
4. Apakah anda menikmati pekerjaan anda sebagai Perawat? Jika iya, Mengapa
anda anda menikmatinya, jika tidak mengapa?
5. Adakah pengalaman,kejadian, atau hal- hal yang membuat anda merasa
bangga menjadi perawat? Kejadian seperti apakah itu?
6. Adakah pengalaman, kejadian, kesulitan ataupun tantangan yang membuat
anda ingin berhenti menjadi perawat? Pengalaman apakah itu?
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
# Efektivitas Komunikasi Antarpribadi
6. Bagaimana hubungan interpersonal antara perawat dan pasien
7. Keterbukaan (openness), adalah kemauan seseorang menanggapi dengan
senang hati informasi yang diterima dalam menghadapi hubungan interpersonal.
a. Seberapa penting Keterbukaan pasien tentang keluhannya untuk kelancaran
menyampaikan komunikasi Kesehatan?
b. Sejauh anda bekerja adakah pasien yang merasa minder dan malu mengungkap
kan penyakitnya?. Bagaimana cara anda agar pasien mau terbuka tentang semua
penyakitnya?
8. Empati (Emphaty), komunikasi interpersonal dapat berlangsung kondusif
apabila komunikator (pengirim pesan) menunjukkan rasa empati pada komunikan
(penerima pesan)
a. Bagaimana anda menunjukkan rasa empati kepada pasien?
b. Sejauh mana batasan rasa empati yang ditetapkan dalam bidang pekerjaan
anda?
9. Dukungan(Supportiveness), dalam komunikasi interpersonal diperlukan sikap
member dukungan dari pihak komunikator, agar komunikan mau berpartisipasi
dalam komunikasi.
a. Seberapa penting dukungan dari pihak medis untuk pemulihan pasien?
Dukungan yang seperti apa yang anda berikan untuk pemulihan pasien?
10. Rasa positif (Positiveness), Sikap kita dalam komunikasi interpersonal
dilakukan dengan dua cara, yakni menyatakan sikap positif dan secara positif
mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi.
a. sikap positif seperti yang bagaimana yang anda lakukan pada saat pasien
menyampaikan keluhannya?
11. Kesetaraan atau Kesamaan ( Equality), Kesetaraan menggambarkan pengakuan
secara diam- diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna dan mempunyai
sesuatu yang penting untuk disumbangkan
a. Sikap kesetaraan yang seperti apa yang anda perlihatkan agar pasien merasa
nyaman dan mau berbagi keluhannya?
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
12. Apakah menurut anda dengan menerapkan komunikasi interpersonal
penyampain komunikasi kesehatan sudah efekif? Mengapa?
#Penerapan Komunikasi Kesehatan Perawat terhadap pasien
1. Apakah anda mengetahui komunikasi kesehatan.Komunikasi kesehatan
seperti apa yang pernah anda terapkan ?
2. Mengapa penting menerapkan komunikasi kesehatan kepada pasien?
3. Bagaimana cara anda menyampaikan komunikasi kesehatan agar pasien
tersebut benar- benar menerapkannya
4. Bagaimana persiapan yang anda sebelum menyampaikan komunikasi
kesehatan?
5. Apakah maksud dan tujuan komunikasi kesehatan
6. Saat kapan komunikasi kesehatan diterapkan
7. Bagaimana bila ada seorang pasien yang tidak mau mengikuti aba-aba
#Hambatan dalam menyampaikan komunikasi kesehatan
1. Apakah anda mempunyai hambatan- hambatan dalam menerapkan
komunikasi kesehatan,? Apakah yang menjadi hambatan anda dan
bagaimana cara mengatasinya?
2. Mengapa ada batasan hubungan antara perawat dan pasien
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN UNTUK PASIEN
Pertanyaan Umum
1. Nama lengkap :
2. Usia :
3. Agama :
4. Alamat :
5. Status :
6. Pendidikan :
7. Hobby :
8. Anak ke berapa :
9. Warna kesukaan :
Pertanyaan Khusus
1. Sudah berapa lama anda di rawat di Rumah Sakit USU
2. Penyakit apa yang anda derita
3. Sudah berapa lama anda mengidap penyakit tersebut
4. Adakah perubahan setelah dirawat di RS USU
5. Bagaimana menurut anda pelayanan para perawat di Rumah Sakit USU,
#Efektivitas Komunikasi Antarpribadi
1. Apakah pelayanan para perawat sudah memperlihatkan adanya hubungan
interpersonal?Komunikasi interpersonal yang seperti apa yang diterapkan
perawat saat menyampaikan komunikasi kesehatan?
2. Keterbukaan (openness), adalah kemauan seseorang menanggapi dengan
senang hati informasi yang diterima dalam menghadapi hubungan
interpersonal.
a. Sejauh mana Keterbukaan(kepercayaan) anda kepada perawat saat
menyam,paikan keluhan yang sedang anda alami?
3. Empati (Emphaty), komunikasi interpersonal dapat berlangsung kondusif
apabila komunikator (pengirim pesan) menunjukkan rasa empati pada
komunikan (penerima pesan)
a. Rasa empati yang seperti apa yang anda terima dari perawat?
c. Bagaimana pengaruh rasa empati dari perawat untuk kesehatan anda?
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
4. Dukungan(Supportiveness), dalam komunikasi interpersonal diperlukan
sikap member dukungan dari pihak komunikator, agar komunikan mau
berpartisipasi dalam komunikasi.
a. Apakah anda mendapatkan dukungan dari perawat? Dukungan seperti apa
yang anda terima?
b. Seberapa penting dukungan dari pihak medis untuk pemulihan kesehatan
anda?
5. Rasa positif (Positiveness), Sikap kita dalam komunikasi interpersonal
dilakukan dengan dua cara, yakni menyatakan sikap positif dan secara
positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi.
a. Sikap positif yang bagaimana yang anda terima pada saat perawat
menyampaikan komunikasi kesehatan?
6. Kesetaraan atau Kesamaan ( Equality), Kesetaraan menggambarkan
pengakuan secara diam- diam bahwa kedua belah pihak menghargai,
berguna dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan
7. Sikap kesetaraan yang seperti apa yang diperlihatkan perawat ketika anda
menyampaikan keluhan dan pada saat perawat memberikan komunikasi
kesehatan?
8.Apakah menurut anda dengan menerapkan komunikasi interpersonal
penyampain komunikasi kesehatan sudah efekif? Mengapa?
9. Apakah pelayanan para perawat sudah memperlihatkan adanya hubungan
interpersonal?Bagaiamana menurut anda komunikasi interpersonal yang
diterapkan perawat saat menyampaikan komunikasi kesehatan?
#Penerapan Komunikasi Kesehatan
1. Apakah anda mendapatkan komunikasi kesehatan dari perawat
?Komunikasi kesehatan yang seperti apa yang pernah anda dapatkan dari
perawat?
2. Bagaimana menurut anda cara penyampain komunikasi kesehatan yang
dilakukan perawat?
3. Bagaimana pengaruh komunikasi kesehatan yang diberikan perawat
terhadap kehidupan anda?
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
4. Apakah anda menerapkan komunikasi kesehatan dalam kehidupan sehari
hari, mengapa anda menerapkannya?
5. Menurut anda apakah perawat benar benar sudah menyampaikan
komunikasi kesehatan dengan baik? Dan alasan mengataka iya/ tidak
#Hambatan Dalam mendengar komunikasi kesehatan
1. Apa yang menjadi hambatan pasien saat mendengarkan komunikasi
kesehatn yang disampaikan oleh perawat?
2. Saran pasien terhadap perawat dalam menyampaikan komunikasi
kesehatan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
HASIL WAWANCARA PENELITIAN PERAWAT
Nama lengkap : Yunita
Usia : 29 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Perumahan Griya 3, Tanjung Anol
Status : Menikah (memiliki 1 anak)
Pendidikan : S1 Keperawatan Ners
Hobby : Nonton
Anak ke : 2 dari 3 bersaudara
Warna kesukaan : Merah
P : Selamat siang bu, saya mahasiswa dari Komunikasi FISIP USU yang
ingin melakukan penelitian untuk skripsi yang berjudul komunikasi
interpersonal perawat dan pasien, boleh saya meminta waktunya sebentar
agar ibu mau menjadi narasumber saya?
I : Oh iya boleh. Silahkan tetapi gapapa ya jika saya sambil bekerja
(mencari data pasien)
P : Oh iya gapapa bu. Kita mulai dari biodata ya bu. Setelah itu lanjut
kepertanyaan.
I : oke silahkan.
P : Sudah berapa lama anda bekerja sebagai Perawat?
I : bekerja sudah dimulai 2010, kalau di rawat inap ini mulai dari 2016
berarti berapa tahun tuh, mau dua tahun setengah kan.
P : Sebelum menjadi perawat kegiatan apa yang anda lakukan, mengapa
tidak meneruskan kegiatan itu (jika berkerja dibidang lain)
I : Enggak ada, saya fokus kuliah.
P : Apakah sejak awal anda bercita-cita menjadi Perawat? Jika iya mengapa?
Jika tidak, apa cita cita yang anda inginkan sebelumnya, Mengapa cita-
cita itu tidak tercapai?
I : Hem..menjadi manusia yang bermanfaat gitu ajalah.
P : Apakah anda menikmati pekerjaan anda sebagai Perawat? Jika iya,
Mengapa anda anda menikmatinya, jika tidak mengapa?
I : Menikmati, menikmati karena setiap hari dilakukan dnegan iklas lah.
Karena ini profesi yang unik dan menarik.
P : Adakah pengalaman,kejadian, atau hal- hal yang membuat anda merasa
bangga menjadi perawat? Kejadian seperti apakah itu?
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
I : Hem.membuat saya bangga itu saya bisa bermanfaat, dari yang pasien
enggak bisa apa- apa jadinya sembuh, pulang dengan sehat itu sangat
membanggakan.
P : Adakah pengalaman, kejadian, kesulitan ataupun tantangan yang
membuat anda ingin berhenti menjadi perawat? Pengalaman apakah itu?
I : Ada. Kejadian seperti apa yah. Kalo reward-nya kurang, kadang mau
juga membuat malas bekerja jadi perawat.
P : Bagaimana hubungan interpersonal antara perawat dan pasien
I : Hubungan yang di bangun dengan baik. Misalnya pada saat kita ingin
menyampaikan komunikasi kesehatan kita tahu dulu, namanya, usia,latar
belakang pendidikannya, sukunya, agamanya. agar kita tahu bagaimana
cara penyampaiannya,bahasa yang kita gunakan, bagaimana sikapnya dna
pola berpikirnya, yah begitu lah.
P : Seberapa penting Keterbukaan pasien tentang keluhannya untuk
kelancaran menyampaikan komunikasi Kesehatan?
I : Keterbukaan yah? Itu pasti penting sekali. Dengan mereka terbuka maka
perawat atau tim medis menjadi lebih tau memberikan penanganan,
melakukan tindakan dan memberi apa yang mereka butuhkan dan yang
tidak boleh dillakukan. Ya jadi memang penting dan sepertinya harus kalau
memang ingin sehat.
P :Sejauh anda bekerja adakah pasien yang merasa minder dan malu
mengungkap kan penyakitnya?. Bagaimana cara anda agar pasien mau
terbuka tentang semua penyakitnya?
I : hem..gimana yah belum pernah. Sejauh ini semua pasien yang saya hadapi
terbuka. Mungkin karena saya menangani khusus ibu dan anak yah, jadi
enggak perlu malu, apalagi menyangkut anak dan mengapa harus malu
kan?
P :Bagaimana anda menunjukkan rasa empati kepada pasien?
I : Mendengarkan keluhan mereka, memberikan arahan arahan yang baik ya
seperti itu .
P : Sejauh mana batasan rasa empati yang ditetapkan dalam bidang pekerjaan
anda?
I : ya batas yang wajar lah, hanya hubungan perawat dan pasien tidak lebih.
Disini jasa kita hanya diperlukan untuk kesehatan jika sudah kelewatan yah
kita bertindak, karena semua ada aturan mainnya jika terlalu empati juga
salah ya, karena pasien yang kita hadapi berbeda- beda sikap, umur, dan
sukunya jadi benar- benar harus tahu cara membatasinya supaya tidak
terjerumus atau terlalu bawa perasaan.
P :Seberapa penting dukungan dari pihak medis untuk pemulihan pasien?
Dukungan yang seperti apa yang anda berikan untuk pemulihan pasien?
I : Dukungan dari tim medis penting sih, tapi ingat jauh lebih penting
dukungan dari keluarga. Kalau tim medis hanya mendukung bagaimana
cara untuk pulih kembali, kan selepas dari sini mereka sudah bersama
keluarga.
P :sikap positif yang bagaimana yang anda lakukan pada saat pasien
menyampaikan keluhannya?
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
I : Selama yang mereka kata kan, dan mereka lakukan baik ya kita juga
meresponnya baik. Sikap positif dari kami juga kan mempengaruhi
kepulihan mereka, seperti pada saat mereka konsultasi kita harus terlihat
welcome, cara penyampaian kita juga harus baik agar pasien nyaman
menyampaikan semua masalah penyakitnya saat berkonsultasi, setelah
mereka nyaman kita pun akan lebih mudah menyampaikan komunikasi
kesehatan kepada mereka .
P :Sikap kesetaraan yang seperti apa yang anda perlihatkan agar pasien
merasa nyaman dan mau berbagi keluhannya?
I : yah seperti empati tadi yah, gak jauh beda bukan? Ya gitu jika mereka
berbicara kita mendengarkan baik, saya membuatnya menjadi nyaman,
merasa di dengarkan, menjadi teman, merangkul kurang lebih begitu.
P :Apakah menurut anda dengan menerapkan komunikasi interpersonal
penyampain komunikasi kesehatan sudah efektif? Mengapa?
I : yah menjadi efektif. Kalau kita sudah tau bagaimana latar belakang pasien
kita, pasti kita lebih mengerti, menjadi lebih nyaman saat berbicara jadi
lebih nyambung lah. Pasien pun akan lebih mudah mengerti.
P :Apakah anda mengetahui komunikasi kesehatan.Komunikasi kesehatan
seperti apa yang pernah anda terapkan ?
I : Penkes (Pendidikan kesehatan). Penyuluhan. Penyuluhan makan 4 sehat
5 sempurna, makan tinggi protein bagi pasien- pasien yang habis operasi,
Seperti kakak ini sedang menyusi cara member ASI eksklusif. Mobilisasi
kek tadi.
P :Mengapa penting menerapkan komunikasi kesehatan kepada pasien?
I : Karena untuk menambah pengetahuan pasien, untuk mempercepatan
penyembuhan pasien, kadang kalau pengetahuan aja tanpa dilakukan
pasien sama aja kan.
P : Bagaimana cara anda menyampaikan komunikasi kesehatan agar pasien
tersebut benar- benar menerapkannya
I : Kita jelaskan secara benar, keuntungannya apa, kerugiannya apa dan kita
bantu juga menfasilitasinya biat termotivasi juga dia dengan kita
menyampaikan manfaatnya pasti pasien yang benar- benar ingin sehat
pasti menerapkannya.
P : Bagaimana persiapan yang anda sebelum menyampaikan komunikasi
kesehatan?
I : Persiapan khusus enggak ada sih. Yang begitu ada pasien kita tahu
penyakitnya yah kita sampaikan pendidikan kesehatan yang dia butuhkan,
kan terkadang juga ada pasien yang gawat darurat enggak mungkin donk
kita melakukan yang gimana- gimana dulu. Kecuali mau memberikan
materi seperti penyuluhan ke suatu tempat atau desa- desa. yah paling
banyak banyak belajar lah. Selalu upgrade ilmu.
P : Apakah maksud dan tujuan komunikasi kesehatan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
I : Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, mutu kesehatan
masyarakat.
P : Saat kapan komunikasi kesehatan diterapkan
I : Saat dirasa perlu. Hampir semua pasien memerlukannya.
P :Bagaimana bila ada seorang pasien yang tidak mau mengikuti aba-aba
I : Tetap di edukasi, tetap kita jelaskan apa manfaatnya, tujuannya, yah gitu
terus kita sampaikan kita ingatkan.
P :Apakah anda mempunyai hambatan- hambatan dalam menerapkan
komunikasi kesehatan,? Apakah yang menjadi hambatan anda dan
bagaimana cara mengatasinya?
I : tingkat pendidikan. Kalo pasiennya kadang cuman lulusan SD itu lebih
sulit menyampaikannya. Apalagi kalo dia menganut orang- orang zaman
dulu, gak terbuka.Contohnya pemberian ASI, contohnya kalo di edukasi
untuk memberikan ASI eksklusif dia belum tentu mau karena zaman
dahulu masih bisa kasih susu formula.
P :Mengapa ada batasan hubungan antara perawat dan pasien
I : iya memang ada , karena kita bekerja sebatas pelayanan kesehatan aja,
sesuai denga profesi di tempat kerja, jika ada permintaan lain yang tidak
sesuai dengan profesi maka kita punya hak untuk menolaknya. Karena
semua memang harus dibatasi jika tidak maka semua akan bersifat
semenah-menah
P : Sudah selesai bu, terimahkasih buat waktunya.
I : iya sama-sama, sukses yah.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
HASIL WAWANCARA PENELITIAN PASIEN
Nama lengkap : Meyrani Ginting
Usia : 35 tahun (sudah memiliki 3 anak)
Agama : Kristen
AlamaT : Jl. Mawar XI LK. XIX No. 68 Medan
Status : Menikah/ Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : D3 Gizi
Hobby : Membaca
Anak ke berapa : 4 dari 5 bersaudara
Warna kesukaan : Biru
P : Selamat siang bu, saya mahasiswa dari Komunikasi FISIP USU yang
ingin melakukan penelitian untuk skripsi yang berjudul komunikasi
interpersonal perawat dan pasien, boleh saya meminta waktunya sebentar
agar ibu mau menjadi narasumber saya?
I : iya silahkan tanyakan saja, saya bersedia.
P : terimah kasih bu, baik kita mulai ya bu.
P :Sudah berapa lama anda di rawat di Rumah Sakit USU
I : saya sudah dirawat dimulai hari jumat pada tanggal 13 juli berarti
dihitung sudah 3 hari sampai saat ini.
P :Penyakit apa yang anda derita( kenapa ibu dibawa ke RS ini, nama anak
ibu siapa) ?
I : eh.. kesini karna melahirkan. Waktunya juga udah pas, jadi saat
pembukaan dan mulas suami langsung bawa kesini. Belum punya nama
tapi belakangnya ada sihombingnya karna suami saya sihombing.
hahahaha
P : Sudah berapa lama anda dirawat disini?
I : Sejak tanggal 13 juni 2018(Melahirkan)
P : Adakah perubahan setelah dirawat di RS USU
I : yah ada. Sebelum di bawa kesini rasa mulesnya menjadi- jadi, disini di
tangani lah seperti dikasih penenanag.
P : Bagaimana menurut anda pelayanan para perawat di Rumah Sakit USU?
I : Bagus yah. Cepat juga pelayanannya. Saya kan melahirkan normal begitu
mules mules atau kontraksi, perawat langsung tanggap disitu saya sudah
mengalami bukaan yang ke 9.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
P :Apakah pelayanan para perawat sudah memperlihatkan adanya hubungan
interpersonal? Komunikasi interpersonal yang seperti apa yang diterapkan
perawat saat menyampaikan komunikasi kesehatan?
I : sudah. Seperti cara memberi anak saya kepada saya ketika baru lahir, itu
benar- benar ke ibuan yah, enggak tau lah yah karna udah biasa juga.terus
saat mengajari bagaimana member ASI dengan benar itu benar- benar di
praktekkan, jadi gampang di mengerti, bagaimana memandikan bayi jugan
diajari. Meskipun ini kan bukan anak pertama saya tapi menurut saya itu
masih penting .
P : Sejauh mana Keterbukaan(kepercayaan) anda kepada perawat saat
menyampaikan keluhan yang sedang anda alami?
I : yah tentunya terbuka lah yah, kan kita juga butuh pertolongan perawat.
Mau kayak mana mereka menangani kita jika kita enggak menyampaikan
keluhan kita.
P : Rasa empati yang seperti apa yang anda terima dari perawat?
I : aku kan kasusnya melahirkan, jadi empati yang aku terima itu waktu aku
mulai merasakan mulas di perut perawat yang menangani sepertinya udah
pernah merasakan yang ku rasakan jadi dia kayak ngasih semangat dan
bilang untuk lebih mengeluarkan tenaga yang banyak supaya prosesnya
lancar.
P : Bagaimana pengaruh rasa empati dari perawat untuk kesehatan anda?
I : adalah pengaruhnya. Yang kayak di semangati itu kan jadi kayaknya dia
ngerti kita ,kita pun semakin semakin. Sempat aku udah lemas karna
semnagat suami sam perawat ini lah aku semangat lagi, tapi karna Tuhan
juga lah itu.
P :Apakah anda mendapatkan dukungan dari perawat? Dukungan seperti apa
yang anda terima?
I : ada yang tadi itu kan dukungan. Itulah memberi semangat
P : Seberapa penting dukungan dari pihak medis untuk pemulihan kesehatan
anda?
I : penting. Mungkin kalo nggak di semangati aku mungkin udah menyerah
jadi udah tau lah tadi pentingnya sejauh apa
P : Sikap positif yang bagaimana yang anda terima pada saat perawat
menyampaikan komunikasi kesehatan?
I : saat perawat menyampaikan apa aja yang nggak boleh dilakukan dan yang
boleh itu nyaman lah dengarnya, bahasanya bagus, penyampaiannya lembut
pokoknya baik lah.
P : Sikap kesetaraan yang seperti apa yang diperlihatkan perawat ketika anda
menyampaikan keluhan dan pada saat perawat memberikan komunikasi
kesehatan?
I : Itulah tadi, perawatnya udah ada yang jadi ibu, jadi kayak diberi dukungan
kan, dan dari cara raut wajahnya pun kayak bilangkan semnagat, harus bias,
ini perjuangan ibu, gitu lah dek.
P : Apakah menurut anda dengan menerapkan komunikasi interpersonal
penyampain komunikasi kesehatan sudah efekif? Mengapa?
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
I : iya sudah. Karena kita paham yang di sampaikan. Kalo kita udah kenal
dan udah nyaman pasti kita kayak ada apa gitu, ehhh… kayak ada
hubungan, karena udah ada hubungan yah efektif lah.
P : Apakah pelayanan para perawat sudah memperlihatkan adanya hubungan
interpersonal? Bagaiamana menurut anda komunikasi interpersonal yang
diterapkan perawat saat menyampaikan komunikasi kesehatan?
I : Perawat disini sudah menunjukkan hubungan interpersonal, itu tadi
hubungan yang menganggap kita lebih dari pasien, merawat anak kita yang
baru lahir dengan baik. Sewaktu menyampaikan komunikasi kesehatan
ngomongnya tulus gitu, nyampe gitu pesannya, kita juga ngerti dengan apa
yang disampaikan, bahasa nya mudah di pahami, bagus lah.
P : Apakah anda mendapatkan komunikasi kesehatan dari perawat
?Komunikasi kesehatan yang seperti apa yang pernah anda dapatkan dari
perawat?
I : Pasti dapat yah. Cara merawat bayi, cara memberikan ASI. Makanan apa
yang dikomsumsi biar ASI lancar, anak harus di gimanain, yah seputar ibu
dan anak lah.
P : Bagaimana menurut anda cara penyampain komunikasi kesehatan yang
dilakukan perawat?
I : Bagus. Diterangkan secara jelas. Dan juga ini kan anak ketiga saya jadi
saya sudah mengertilah sedikit tentang masalah kehamilan dan setelah
melahirkan.
P : Bagaimana pengaruh komunikasi kesehatan yang diberikan perawat
terhadap kehidupan anda?
I : berpengaruh baik. Asal kita lakukan yah pasti menghasilkan. Seperti
sebelum saya melahirkan dulu masa- masa mengandung saya disuruh
banyak gerak biar melahirkannya gampang, ini kan terbukti.
P : Apakah anda menerapkan komunikasi kesehatan dalam kehidupan sehari
hari, mengapa anda menerapkannya?
I : Pasti saya kan terapkan, demi kebaikan anak saya dan pemulihan saya
juga kan.
P : Menurut anda apakah perawat benar benar sudah menyampaikan
komunikasi kesehatan dengan baik? Dan alasan mengataka iya/ tidak
I : Sudah baik yah. Udah efektif juga. Tadi juga udah kita bahas, efektifnya
bagaimana ya .
P : Apa yang menjadi hambatan pasien saat mendengarkan komunikasi
kesehatn yang disampaikan oleh perawat?
I : Hambatan untuk saya sendiri enggak ada. Perawatnya menyampikan
dengan jelas dan detail.
P : Saran pasien terhadap perawat dalam menyampaikan komunikasi
kesehatan?
I : Sarannya semoga pelayanannya semakin di tingkat kan, gini yah
meningkat boleh berkurang jangan, setidaknya mempertahankan agar
masyarakat lain percaya dengan pelayanannya. Ini kan baru beroperasi
mungkin diluar sana masih banyak yang belum percaya, maka dari situ ayo
tingkatkan dan bukti kan pelayanan disini itu baik.
P : Terimahkasih buat waktunya ya bu, semoga ibu dan bayi sehat selalu.
I : Iya nak, sukses buat skripsi mu.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
HASIL WAWANCARA PENELITIAN PERAWAT
Nama lengkap : Fitri Yuningshi
Usia : 28 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Gang Eka Sari Johor
Status : Belum Menikah
Pendidikan : S-1 Keperawatan Ners
Hobby : Membaca
Anak ke berapa : 3 dari 5 bersaudara
Warna kesukaan : Hijau
P : Selamat Sore bu, saya mahasiswa dari ilmu komunikasi FISIP USU yang
sudah beberapa hari melakukan penelitian disini untuk skripsi yang
berjudul komunikasi interpersonal perawat dan pasien, boleh saya
meminta waktunya sebentar agar ibu mau menjadi narasumber saya?
I : Ya mumpung saya tidak terlalu sibuk, boleh silahkan saja
P : Begini bu, kita mulai dari biodata dulu ya. Selanjutnya kepertanyaan.
I : baik silahkan.
P : Sudah berapa lama anda bekerja sebagai Perawat
I : selama 6 tahun, dari rumah sakit ini beroperasi saya diterima dari tahun
2012
P : Sebelum menjadi perawat kegiatan apa yang anda lakukan, mengapa
tidak meneruskan kegiatan itu (jika berkerja dibidang lain)
I : Enggak pernah.
P : Apakah sejak awal anda bercita-cita menjadi Perawat? Jika iya mengapa?
Jika tidak, apa cita cita yang anda inginkan sebelumnya, Mengapa cita-
cita itu tidak tercapai?
P : enggak. Awalnya saya mau jadi guru karena disuruh orang tua.
P : Apakah anda menikmati pekerjaan anda sebagai Perawat? Jika iya,
Mengapa anda anda menikmatinya, jika tidak mengapa?
I : iya menikmati. Karena kita menjalankannya dengan senang hati,
menekuninya dengan baik.
P : Adakah pengalaman,kejadian, atau hal- hal yang membuat anda merasa
bangga menjadi perawat? Kejadian seperti apakah itu?
I :Banyak. Dari menyelamatkan pasien yang kritis itu suatu kebanggaan.
Dari keadaannya yang sekarat bisa sembuh pulang, itu kebanggaan sekali
lah yah.
P : Adakah pengalaman, kejadian, kesulitan ataupun tantangan yang
membuat anda ingin berhenti menjadi perawat? Pengalaman apakah itu?
I : Hem..enggak ada sih. Kalau komplenan keluarga itu sudah biasa.
P : Bagaimana hubungan interpersonal antara perawat dan pasien
I : Hubungannya baik. Seperti kita tahu latar belakangnya, tahu suku,
dengan begitu kan hubungan interpersonal jadi lebih baik.
P ;Seberapa penting Keterbukaan pasien tentang keluhannya untuk
kelancaran menyampaikan komunikasi Kesehatan?
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
I : Sangat penting lah. Karena semua semua yang dibutuhkan dari
keterbukaan pasien dan keluarga, apa yang harus kita lakukan, jadi sangat
penting.
P : Sejauh anda bekerja adakah pasien yang merasa minder dan malu
mengungkap kan penyakitnya?. Bagaimana cara anda agar pasien mau
terbuka tentang semua penyakitnya?
I : Pasti ada. Karena ada penyakit menular yang mereka tutupi seperti HIV,
Hepatitis, itu mereka tau penularannya itu cepat,gampang tapi susah di
sembuhkan. Cara mengetahuinya yah kita kaji secara mendalam, interent
berdua, atau dia panggil keluarga terdekat kalau memang dia enggak bisa
terbuka. Satu lagi yah cek. Yang paling sensitive itu yah cek darah apalagi
yah seperti HIV dan Hepatitis lebih jelas kalau sudah cek darah.
P : menunjukan rasa empati kepada pasien?
I : Kita mendengarkan keluhan mereka, kita menanggapi dengan baik, kita
seperti teman lah. Kita dorong agar tetap semangat begitu lah.
P : Sejauh mana batasan rasa empati yang ditetapkan dalam bidang
pekerjaan anda?
I : Hem..ada lah. Apa lagi kalo pasien laki- laki dan perawat perempuan,
gitu sebaliknya pasien perempuan ke perawat laki- laki. Hem.. kalau bisa
gender itu tibulnya untuk rasa empati. Gender menyebabkan batasan
karena gimana yah. kalo perempuan kan ekspresinya sama kalau sesama
perempuan , jadi lebih nyaman lebih mengerti gitu lah. Kalau sama lelaki
yah gitu lah ekspresinya berbeda jadi benar- benar harus ada batasan.
Perawat tidak boleh hanya simpati karena kan simpati hanya turut
merasakan enggak melakukan tindakan, jadi perawat memang harus
empati tapi memiliki batasan.
P : Seberapa penting dukungan dari pihak medis untuk pemulihan pasien?
Dukungan yang seperti apa yang anda berikan untuk pemulihan pasien?
I : Sebenarnya kalau dari kami sih dukungannya hanya seputar terapi,
komunikasi kesehatan tadi, itu sebanrnya lebih ke ke keluarga, ke dokter
karena dokter tang menjelaskan semua penyakitnya, jadi kalau kami hanya
memberikan obat sama memotivasi gitu lah. Yah memang penting kali lah
karena kami yang memang menjaga 24 jam.
P :Sikap positif seperti yang bagaimana yang anda lakukan pada saat
pasien menyampaikan keluhannya?
I : Mendengarkan, mendengarkan keluhannya, menyampaikan keluhannya
kepada dokter agar cepat dip roses, terus menyampaikan solusi ke dokter
penanggung- jawabnya pada pasiennya, tapi kalo misalnya dokternya
dating yah dokternya senidir yang menjelaskan, saya hanya
menyampaikan keluhannya pasien kepada dokter, keluhan keluarganya.
P : Kesetaraan atau Kesamaan ( Equality), Kesetaraan menggambarkan
pengakuan secara diam- diam bahwa kedua belah pihak menghargai,
berguna dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkanSikap
kesetaraan yang seperti apa yang anda perlihatkan agar pasien merasa
nyaman dan mau berbagi keluhannya?
I : Kesetaraan, kayaknya untuk pasien kelas tiga, yah melakukannya
dengan sama walaupun ia pasien BPJS. Kalau keluhan yah semuanya
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
setara, semuanya di tampung keluhannya, kita buat mereka senyaman
mungkin lah berbicara dengan kita.
P : Apakah menurut anda dengan menerapkan komunikasi interpersonal
penyampain komunikasi kesehatan sudah efekif? Mengapa?
I : sedikit banyaknya yah efektif lah. Supaya efektif yang begini lah mereka
kan orang medan jadi memang sudah tau bahasa kita, mereka juga
pendidikannya kan sudah ini lah jadi udah bisa menerima informasi dari
kita.
P : Apakah anda mengetahui komunikasi kesehatan.Komunikasi kesehatan
seperti apa yang pernah anda terapkan ?
I : iya tahu. Ya seperti pendidikan kesehatan, disini kan banyak pasien paruh
baya, bagaimana menerapkan pola hidup sehat, kalau yang memang di
TBC atau apa yah bagaimana cara batuk yang efektif, kalau bagian
komunikasi pada pasien yang persiapan pulang, yah kita beritahu
bagaimana cara dia minum obat teratur, olahraga, dan terapi.
P :Mengapa penting menerapkan komunikasi kesehatan kepada pasien?
I : Udah kewajiban perawat.
P : Bagaimana cara anda menyampaikan komunikasi kesehatan agar pasien
tersebut benar- benar menerapkannya?
I : selalu kita ingatkan, kita ingatkan manfaatnya, ingatkan keuntungan, siapa
yang enggak mau sehat kan. Kalau mau sehat yah pasti di terapkan.
P : Bagaimana persiapan yang anda sebelum menyampaikan komunikasi
kesehatan?
I : ada persiapan. Kita tahu dulu penyakitnya, identitasnya, kita pelajari dulu
dengan begitu kita tahu tindakan seperti apa yang di perlukan pasien .
P : Apakah maksud dan tujuan komunikasi kesehatan
I : Menambah informasi sama pasiennya, tentang penyakitnya, trntang hidup
sehat, cara menanggulanginya. Apa yang bisa dilakukan dirumah. Dan apa
yang dilakukan untuk kontrol kembali.
P : Saat kapan komunikasi kesehatan diterapkan
I : Setiap saat. Tapi kan dengan kondisi pasien yang banyak apa lagi ini
dibagi tim jadi ada fokus nya, kamu yang ngurus ini, saya ngurus ini, yah
gitu. Biasanya kalo yang disini perawat yang lagi injeksi dial ah member
komunikasi kesehatan.
P : Bagaimana bila ada seorang pasien yang tidak mau mengikuti aba-aba
I : Tetap komunikasi aja, itu kan kewajiban pasien mau dengarkan atau
enggak. Tetapi kewajiban kita menyampaikan komunikasi kesehatan itu.
Kita tetap berkomunikasi aja kalau enggak di dengar yah gitu lah, yang
penting kita sudah menjalankan tugas.
P : Apakah anda mempunyai hambatan- hambatan dalam menerapkan
komunikasi kesehatan,? Apakah yang menjadi hambatan anda dan
bagaimana cara mengatasinya?
I : yah adalah. Kita kan enggak semua penyakit disini tau diagnosanya, jadi
harus belajar itu lah hambatannya. Ilmu itu kan berkembang jadi yah kita
harus belajar supaya informasi kita berjalan dengan baik dan efektif. Terus
sarana dan prasarananya yang kurang biasanya kalau menyampaiakn
penyakit itu bisa dnegan reflek bisa dari luar aja, ka nada alat yang melihat
gambarnya bagian dalam tubuh. Terus itu saya pernah mengalami dulu dia
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
benar- benar dari kampung jadi enggak bisa mengerti bahasa kita. Jadi cara
mengatasinya yah ditulis, itu kan sudah enggak efektif.
P : Mengapa ada batasan hubungan antara perawat dan pasien
I : Yah. memang harus adalah. Jadikan pasien itu harus tahu dia disini hanya
pasien. Jadikan pasien itu hanya bisa mengeluhkan penyakitnya, kita
menanggapi dan menerima informasinya. Kita beri solusi jika diterima
yasudah, pokoknya disini hanya sebatas pasien gitu.
P :Terimahkasih buat waktunya ya bu, semoga ibu sehat selalu.
I : Iya dek, sukses buatmu.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
HASIL WAWANCARA PENELITIAN PASIEN
Nama lengkap : Chairunissa
Usia : 19 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sosro No.18b Medan Denai
Status : Belum Menikah / Karyawan PT BRI (Bringga Roa
Indonesia)
Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Hobby : Membaca
Anak ke berapa : 2 dari 3 bersaudara
Warna kesukaan : Merah Muda
P : Selamat Sore kak, saya mahasiswa dari Komunikasi FISIP USU yang
ingin melakukan penelitian untuk skripsi yang berjudul komunikasi
interpersonal perawat dan pasien, boleh saya meminta waktunya sebentar
agar ibu mau menjadi narasumber saya?
I : Ya boleh kak.
P : makasi kak, kita mulai dari biodata dulu ya. Selanjutnya kepertanyaan.
I : baik silahkan.
P : Sudah berapa lama anda di rawat di Rumah Sakit USU?
I : Baru Sabtu kemarin masuk (Sejak 15 Juli 2018)
P : Penyakit apa yang anda derita?
I : Kurang tau kak, soalnya ada benjolan dalam mulut, harus di operasi dulu,
ini lagi menunggu mau di operasi jika HB saya sudah cukup sekarang Hb
saya 6 jadi dokter minta saya naikkan jadi 10.
P : Sudah berapa lama anda mengidap penyakit tersebut?
I : Baru tiga minggu lebih gitu lah kak.
P : Adakah perubahan setelah dirawat di RS USU?
I : Belum ada sih kak. Saya rujukan dari dokter sana disuruh langsung
kesini.
P : Bagaimana menurut anda pelayanan para perawat di Rumah Sakit USU?
I : bagus sih.Kalau misalnya infuse kita habis gitu, kita panggil dokter,
dokternya langsung kesini gitu, cepat nanggapi kak.
P : Apakah pelayanan para perawat sudah memperlihatkan adanya hubungan
interpersonal? Komunikasi interpersonal yang seperti apa yang diterapkan
perawat saat menyampaikan komunikasi kesehatan?
I : iya menunjukkan adanya hubungan interpersonal. Saya nyaman kak saat
berhadapan dengan perawat. Perawatnya sopan, ramah
P : Sejauh mana Keterbukaan(kepercayaan) anda kepada perawat saat
menyampaikan keluhan yang sedang anda alami?
I : yah. Dikasih tau lah semua apa yang kita rasakan kak, kalo enggak kita
kasih tau rugi di kita lah kak, sakit di kita juga kan. Hehehehe
P : Rasa empati yang seperti apa yang anda terima dari perawat?
I : sewaktu ku bilang keluhan ku responnya baik, terus raut wajahnya juga
kayak gitu lah kak, nyaman lah kita, kayak dia ngerti gitu rasa sakitnya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
P : Bagaimana pengaruh rasa empati dari perawat untuk kesehatan anda?
I : Berpengaruh baik, baik lah kak kita jadi nyaman dan gak malu malu
sama penyakit kita.
P : Apakah anda mendapatkan dukungan dari perawat? Dukungan seperti
apa yang anda terima?
I : Dapat. Dukungan seperti semangat, kan aku mau di operasi nih kak, tapi
belum bisa karna HB ku kurang jadi yah dikasih tau lah apa makanan yang
harus dikomsumsi biar cepat aku bisa dioperasi karna HB aku rendah kali
kak, gitu udah termaksud dukungan itu kan kak..hehehehehe
P : Seberapa penting dukungan dari pihak medis untuk pemulihan kesehatan
anda?
I : penting kak. Kalo enggak di dukung mungkin nggak operasi oerasi aku
kak, karna di dukungkan harus makan ini, harus begini, cepat lakuin ini
biar cepat opersai gitu kak.
I : Sikap positif yang bagaimana yang anda terima pada saat perawat
menyampaikan komunikasi kesehatan?
P : Saat aku menyampaikan keluhan ku, respon perawatnya positif.
Diberitahu penyebab dan larangannya gitu kak.
P : Sikap kesetaraan yang seperti apa yang diperlihatkan perawat ketika anda
menyampaikan keluhan dan pada saat perawat memberikan komunikasi
kesehatan?
I : Waktu aku memberitahu penyakit ku, aku kayak di dukung untuk
sembuh, awalnya aku takut untuk operasi, terus terusan aku dikasih tau
efek sama manfaatnya jadi enggak takut lagi lah aku operasi.
P : Apakah menurut anda dengan menerapkan komunikasi interpersonal
penyampain komunikasi kesehatan sudah efekif? Mengapa?
I :Menurutku efektif kak. Jadi perawat tau apa penyakit kita, kita juga
enggak malu- malu nyampaiin penyakit kita, itu sih kak.
P : Apakah pelayanan para perawat sudah memperlihatkan adanya hubungan
interpersonal? Bagaimana menurut anda komunikasi interpersonal yang
diterapkan perawat saat menyampaikan komunikasi kesehatan?
I :Sudah kak. Komunikasi yang di terapkan ada yang bagus ada yang tidak.
Soalnya tadi kan ibu aku nanya gitu sama perawatnya, tapi perawatnya
ketawa gitu dengar pertanyaan ibu ku, kan kita nggak ngerti semua bahasa
perawat jadi enggak ada salahnya nanya ulang, tapi enggak tau sih kak
nanya apa soalnya saya disini, ibu saya menghadap kesana hemm.. cuman
itu aja sih kak, selainnya bagus semua, mudah di mengerti, jelas juga dan
yah bagus lah kak.
P : Apakah anda mendapatkan komunikasi kesehatan dari perawat
?Komunikasi kesehatan yang seperti apa yang pernah anda dapatkan dari
perawat?
I : Ada. Komunikasi kesehatan yang kayak, aku ka ada benjolan nih kak,
jadi perawat nyampein enggak boleh makan yang aneh- aneh dulu,
minumnya harus minum susu, makannya harus makan daging.
P : Bagaimana menurut anda cara penyampain komunikasi kesehatan yang
dilakukan perawat?
I : Cara penyampaiannya biasa aja sih, sopan, ramah, enggak bentak-
bentak.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
P :Bagaimana pengaruh komunikasi kesehatan yang diberikan perawat
terhadap kehidupan anda?
I : Berpengaruh kak. Yah dari situ karena dibilang sama perawatnya kita
mulai menjaga kesehatan kita, enggak suka makan sembarangan lagi. yang
tadinya saja bisa makan bakso, sekarang enggak bisa makan bakso.
P : Apakah anda menerapkan komunikasi kesehatan dalam kehidupan sehari
hari, mengapa anda menerapkannya?
I : iya saya akan menerapkan. Untuk menjaga biar enggak terulang lagi.
Menurut anda apakah perawat benar benar sudah menyampaikan
komunikasi kesehatan dengan baik? Dan alasan mengataka iya/ tidak
P : Sudah cukup sih kak. Cukup aja sih kak mungkin karena pengaruh waktu
ibu saya bertanya lalu di tertawain kali yah. Tapi cuman sebatas masalah
itu kalau pelayanan yang lain- lain bagus semua.
P : Apa yang menjadi hambatan pasien saat mendengarkan komunikasi
kesehatn yang disampaikan oleh perawat?
I : Hambatannya, yah cuman bahasa- bahasa yang kurang mengerti tapi
enggak jadi hambatan juga sih soalnya kalau kita enggak ngerti di jelaskan
juga sama susternya.
P : Saran pasien terhadap perawat dalam menyampaikan komunikasi
kesehatan
I : Sarannya yah kak, hemm pelayanan suster- susternya itu harus lebih
ditingkatkan mutu kerjanya dan keramahannya, itu aja sih kak.
P : Baiklah sudah selesai, terimakasih buat waktunya ya kak, semoga lekas
sembuh dan operasinya berjalan dengan lancar.
I : iya kak, terimakasih kembali.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
HASIL WAWANCARA PENELITIAN PERAWAT
Nama lengkap : Azura Khashiah
Usia : 30 Tahun
Agama :Islam
Alamat : Jalan Medan Area Selatan No. 244a/5 Gang Eka Rosmi
Status : Pelajar
Pendidikan : Sekolah Dasar kelas VI (SD 6)
Hobby : Bersepeda
Anak ke : 1 Dari 2 Bersaudara
Warna kesukaan : Putih
P : Selamat sore bu, saya mahasiswa dari Komunikasi FISIP USU yang
ingin melakukan penelitian untuk skripsi yang berjudul komunikasi
interpersonal perawat dan pasien, boleh saya melakukan wawancara
dengan ibu ?
I : Ya boleh dek, silahkan.
P : terimakasih bu, kita mulai dari biodata dulu ya. Selanjutnya
kepertanyaan.
I : baik silahkan.
P : Sudah berapa lama anda bekerja sebagai Perawat
I Dihitung darimana nih? Kalo di luar dua tahun, disini 2 tahun, jadi berapa
tahun tuh..4 ya kan?
P : Sebelum menjadi perawat kegiatan apa yang anda lakukan, mengapa
tidak meneruskan kegiatan itu (jika berkerja dibidang lain)
I : Kayaknya enggak ada. Begitu lulus langsung bekerja di rumah sakit. Ehh
tetapi ketika kuliah bekerja sih, yah tapi di rumah sakit juga di klinik
rawat jalan.
P :Apakah sejak awal anda bercita-cita menjadi Perawat? Jika iya mengapa?
Jika tidak, apa cita cita yang anda inginkan sebelumnya, Mengapa cita-
cita itu tidak tercapai?
I : Gak tau kalo ini yah. Bingung sama cita- cita, kemarin di suruh kuliah
dan ngambil jurusan ini sama orang tua ehh rupanya lulus. Di bilang cita-
cita kayaknya enggak. Pengennya dulu kerja di kantor kantor aja sih, tapi
kayaknya keluarga lebih berharap kesini dan di coba rupanya lulus yaudah
lah. Kalo enggak salah dulu di beri pilihan guru dan perawat. Ternyata
USU (Universitas Sumatera Utara) yang ujian duluan, rupanya udah lulus
duluan di USU yaudah disini lah.
P : Apakah anda menikmati pekerjaan anda sebagai Perawat? Jika iya,
Mengapa anda anda menikmatinya, jika tidak mengapa?
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
I : Di bilang menikmati sih, yah menikmati aja, santai- santai juga kerja nya.
Kerjaan nya gak terlalu berat, karena kerjanya tim kali yah, jadi kalo ada
masalah bisa saling sharing jadi enggak pusing sendiri, bisa konsultasi
sama kepala ruangannya juga, kalo sama pasien sih enggak terlalu apa, ya
gitu udah cukup yah.
P : Adakah pengalaman,kejadian, atau hal- hal yang membuat anda merasa
bangga menjadi perawat? Kejad\ian seperti apakah itu?
I : ya ada pasti ada kalo di bilang bangga. Apalagi kalo pasien nya sembuh
dari yang parah jadi sehat kembali.
P : Adakah pengalaman, kejadian, kesulitan ataupun tantangan yang
membuat anda ingin berhenti menjadi perawat? Pengalaman apakah itu?
I : hemm…biasanya gimana yah. Biasanya si masalah sama dokter aja sih.
Karena kalo sama dokter pelaporannya kan bias sampe ke direktur kan.
Kita bias di panggil tapi itu lah enaknya tim ini kalo ada masalah kan karu
nya (kepala ruangan) membantu. Hemm. Kalo sama pasien sih enggak
ada.paling gitu gitu aja dan bias teratasi.
P : Bagaimana hubungan interpersonal antara perawat dan pasien
I : ya sebatas hubungan pasien dan perawat, dan seputar kesehatan. Ya
paling nanya biodata, kayak tinggal dimana, anak ke berapa, kan enggak
boleh terlalu dalam juga, itu tadi enggak boleh terlalu simpati. Ya untuk
membuat pasien nyaman kalo saat diperiksa kita tanyain, kita ajak cerita,
gitu aja lah dek.
P :Seberapa penting Keterbukaan pasien tentang keluhannya untuk
kelancaran menyampaikan komunikasi Kesehatan?
I : ya penting lah dek. Kan biar tau member edukasi yang seperti apa, apa
obatnya, apa yang diperlukan, komunikasi kesehatan yang kayak apa yang
dibutuhkan, penting lah pokoknya dek.
P : Sejauh anda bekerja adakah pasien yang merasa minder dan malu
mengungkap kan penyakitnya?. Bagaimana cara anda agar pasien mau
terbuka tentang semua penyakitnya?
I : kakak belum pernah sih mengalami, karna kan kakak khusus anak-
anakan, ya orang tua juga pasti ngasih tau penyakit anaknya kalo memang
mau anaknya sehat.
P : Bagaimana anda menunjukkan rasa empati kepada pasien?
I : ya kita memberikan bantuan semampu kita, apa lagi kakak pernah
menangani pasien anak-anak yang masih berusia 1 tahun tapi udah punya
penyakit yang betul- betul serius gitu, kasihan lihat orang tua yah pasti kita
melakukan semampu kita untuk anak itu sembuh dan dapat kembali lagi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
seperti biasanya maknya tadi kan enggak boleh hanya simpati harus
empati.
P :Sejauh mana batasan rasa empati yang ditetapkan dalam bidang pekerjaan
anda?
I : hemm..batasan yah ada. Paling sering sih masalah gender yah. Misalnya
perawat perempuan sama laki-laki, atau sebaliknya, enggak boleh terlalu
hanyut gitu kan disini hanya hubungan kerja di bidang kesehatan aja, yah
memang harus benar benar tau membatasi lah, sejauh ini kakak masih bisa
membatasi sih, jadi enggak tau yang gimana- gimana.
P : Seberapa penting dukungan dari pihak medis untuk pemulihan pasien?
Dukungan yang seperti apa yang anda berikan untuk pemulihan pasien?
I : Dukungan yah, dukungan seperti memberi obat, memberi pertolongan
dengan cepat, yah sebisa mungkinbekerja dengan maksimal.
P :Sikap positif seperti yang bagaimana yang anda lakukan pada saat
pasien menyampaikan keluhannya?
I : kita dengarin dia saat menyampaikan keluhannya, kita beri solusi, kita
bilang jangan begini, jangan begitu. Seperti menangani anak kan, pasti ibu
nya sedih sekali melihat anaknya begitu, yah kita beri dorongan kita yakin
kan kita bisa membuat anaknya pulih lagi, dan di bantu doa juga, gitu lah
dek.
P : Sikap kesetaraan yang seperti apa yang anda perlihatkan agar pasien
merasa nyaman dan mau berbagi keluhannya?
I : kita ikut merasakan. Lagi pula jika kita mendengar anak nya gini,
keluhannya hati siapa yang enggak ikut sedih, yah itu otomatis aja sih
terlihat, seperti kita ikut merasakan, jadi kita juga sepertinya
menggerakkan segala kemampuan untuk pemulihan pasien.
P : Apakah menurut anda dengan menerapkan komunikasi interpersonal
penyampain komunikasi kesehatan sudah efekif? Mengapa?
I : hemm.. efektif lah dek, kalo pasien sudah nyaman kita pun kan
nyampaikannya enak, kita bertanya pun di tanggapi dengan baik. Kan
dengan gitu jadi efektif lah. Jadi itu penting lah dek.
P : Apakah anda mengetahui komunikasi kesehatan.Komunikasi kesehatan
seperti apa yang pernah anda terapkan ?
I : hemm,tau tapi menjelaskan secara teori gimana yah, kalo secara
praktekkan yah turun lapangan. Yang udah pernah saya terapkan yaitu
penyuluhan kepada keluarga, kalo sama pasien anak misalnya ya sama
mama nya biasanya kami sampaikan.tadi pasiennya kemana? Ahh .itu
sama Naim ka nada masalah sama ginjalnya berhubung dia masih kecil
yah kita nyampain sama orang tua. Seperti perhatikan makanannya jangan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
bergaram, sebelum di beri ke si anak rasain dulu, jangan makan buah dulu
karna tinggi kalium nya, kalo sama anaknya kan gak mungkin. Tapi kalo
sudah dewasa biasanya sama pasien langsung juga keluarga tapi kami kan
khusus anak jadi sama orang tua apa lagi kalo berurusan sama bayi kan?.
Ya gitu lah dek menerapkannya sesuai kebutuhannya, kalo tadi misalnya
kan mama nya si Naim tanya boleh makan pisang gak? Kita bilang jangan
dulu, ya gitu lah dek.
P :Mengapa penting menerapkan komunikasi kesehatan kepada pasien?
I : yah penting dek. Kan demi kesehatan. Hemm. Gitu sih lagian itu bagian
dari tugas kami.
P : Bagaimana cara anda menyampaikan komunikasi kesehatan agar pasien
tersebut benar- benar menerapkannya
I : kayak tadi, si Naim ya berulang ulang kita sampaikan, tidak boleh ini
tidak boleh itu? Tadi waktu di ruangan kalian lihat enggak air kecilnya
ditampung? Tuh kan diterapkan, yah itu tadi untuk kesehatan.
P : Bagaimana persiapan yang anda sebelum menyampaikan komunikasi
kesehatan?
I : oh…kakak enggak terlalu ada persiapan, kalo misalnya kakak enggak tau
tanya dokter, boleh gini gak?, ya gitu lah, pokok nya begitu kalau
diperiksa langsung beritahu edukasi kepada pasien. Karna langsung turun
lapangan, lain ceritanya kalo kakak jadi pemateri dalam satu pertemuan,
itu memang harus memerlukan persiapan, yah persiapan materi.
P :Apakah maksud dan tujuan komunikasi kesehatan
I : ya maksudnya yaitu lah apa yang kami sampaikan mengerti bagi pasien
dan diterapkan , untuk kesehatannya juga. Itu aja sih menurut kakak.
P :Saat kapan komunikasi kesehatan diterapkan
I : saat di perlukan. Hemm gimana yah kalo di bilang setiap saat sih enggak
yah, kalo di perlukan yah memang perlu. Kayak si Naim itu kan kalo udah
kami jelaskan enggak mungkin kami jelaskan ulang- ulang gitu, yang
penting dia kan udah tau. Yah paling sesekali di ingatkan lagi. Yah diberi
sesuai kebutuhan pasien tadi lah. Kalo masalah ginjal diberitahu apa yang
menjadi larangannya. Dan misalnya kalo ada pasien gawat yah saat itu lah
diberi edukasi, ibu pasang ini yah, atau beberapa jam lagi kita datang ibu
asang ini untuk ini yah, kalo di Tanya saat kapan ya enggak tentu.
P : Bagaimana bila ada seorang pasien yang tidak mau mengikuti aba-aba?
I : Ini pasti ada ini, pasti. Kalau biasanya kami kalau enggak mau ngikuti
aba- aba, apalagi kalo dalam melakukan hal tindakan, kalo misalnya kami
mau pasang selang makan dia enggak mau, yah kami kan harus ada tulisan
nya enggak bias hanya lisan aja. Kami juga minta bantuan dari dokter-
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
dokter untuk menjelaskan, nanti dokter bantu jelasin tapi kalau dia enggak
mau juga yah kami bikin surat penolakkan. Soalnya nanti kan kalo ada
apa-apa dia ngajukan dia udh gak bias lagi karena udah ada bukti tulisan.
Kami sudah menganjurkan, udah member edukasi dan tetap enggak mau
yah gitulah. Biasanya disini gitu.
P : Apakah anda mempunyai hambatan- hambatan dalam menerapkan
komunikasi kesehatan,? Apakah yang menjadi hambatan anda dan
bagaimana cara mengatasinya?
I : Ada. Pasti ada. Apa lagi hambatan dalam bahasa sama pendidikan.
Apalagi dia tamatan sekolah dasar (SD) susah sekali memberi edukasi,
susah benar. Apa lagi hambatan bahasa. Dia enggak tau tuh bahasa
indonesi, itu kami pernah alami, jaddi kami ada punya khusus misalnya
dia pandenya bahasa inggris, pande bahasa karo, atau bahasa batak itu
kami telvon memberikan penjelasan sama si pasien tadi. Apalagi tamatn
SD dia kurang ngerti jadi kadang dia manggil paman, keluarga atau
apanya jadi yah gitu bolak-balik lah menjelaskannya, gitu lah cumin
pendidikan sama bahasa aja nya ini jadi hambatannya.
P : Mengapa ada batasan hubungan antara perawat dan pasien?
I : Memang harus ada batasan katanya. Kita itu enggak boleh simpati harus
empati. Simpati enggak boleh sih, kakak belum pernah ngalamin sampe
terjatuh kali sih, jadi kakak enggak ngerti. Kita itu enggak boleh terhanyut,
gitu lah dek.
P : Terimahkasih buat waktunya ya kak,
I : Iya dek sama- sama, sukses buatmu.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
HASIL WAWANCARA PENELITIAN PASIEN
Nama lengkap : Naim Sinulingga
Usia : 10 Tahun
Agama :Kristen
Alamat : Batu karang tanah karo
Status : Pelajar
Pendidikan : Sekolah dasar kelas VI (SD 6)
Hobby : Bermain Sepeda
Anak ke berapa : 1 dari 2 bersaudara
Warna kesukaan : Putih
P : Selamat Sore pak, saya mahasiswa dari Komunikasi FISIP USU yang
ingin melakukan penelitian untuk skripsi yang berjudul komunikasi
interpersonal perawat dan pasien, boleh saya mewawancarai anak bapak?
I : Ya boleh silahkan aja dek, lagian biar dia tidak main handphone terus.
P : makasi pak,saya mulai dari biodata dulu ya. Selanjutnya kepertanyaan.
I : baik silahkan saja.
P : Sudah berapa lama anda di rawat di Rumah Sakit USU?
I : Si Naim ini udah seminggu lah di rawat disini
P : Penyakit apa yang anda derita?
I : Batu ginjal, dia malas minum, suka kali minum-minuman yang berasa itu
loh dek, yang dijual di warung harga gopek itu, x-tea, pop ice, yang ber
warna- warna itu lah.
P :Sudah berapa lama anda mengidap penyakit tersebut?
I : Baru- baru ini aja dia kena penyakit ini, tapi dulu umur 4 tahun dia
pernah kenak demam berdarah juga (DBD)
P : Adakah perubahan setelah dirawat di RS USU?
I : itu udah lumayan lah. Tengok lah muka nya itu udah lebih ceria, dulu
sebelum kesini pucat kali mukanya, kami pun udah takut lihat mukanya,
tapi Puji Tuhan lah sekarang dia pun udah bias bercanda sama adeknya.
P : Bagaimana menurut anda pelayanan para perawat di Rumah Sakit USU?
I : Kalo kami bilang bagus, karna kami kan rujukan dari Kaban jahe, Mitra
sejati, dan yang ini lah yang cocok. Perawatnya ramah semua, dokternya
pun ramah.
P : Apakah pelayanan para perawat sudah memperlihatkan adanya hubungan
interpersonal? Komunikasi interpersonal yang seperti apa yang diterapkan
perawat saat menyampaikan komunikasi kesehatan?
I : ia komunikasi interpesonalnya bagus. Kami nyaman. Sewaktu perawat
menyampaikan nasihat kan, apa yang jadi larangan dan yang harus
dilakukan untuk si Naim ini, bagus kami ngerti bahasanya juga bagus, kalo
kami enggak ngerti terus bertanya di jelaskan
P : Sejauh mana Keterbukaan(kepercayaan) anda kepada perawat saat
menyam,paikan keluhan yang sedang anda alami?
I : Percaya percaya ajalah dek, soalnya kan kita harus bilang semua
penyakitnya anak kita biar orang itu tau untuk bertindak, kan gitunya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
P : Rasa empati yang seperti apa yang anda terima dari perawat?
I : Ini si Naim ini kan sakitnya udah bias dibilang parah lah ya untuk anak
seusia dia, bayangkan lah udah batu ginjal. Ini rumah sakit ke 3 lah yang
kami datangi dua sebelumnya lama kali dip roses, udah takut lah aku
sebagai orang tua, tiba disini seperti yang langsung di sambut kami,
pengerjaannya juga cepat, jadi kayak mereka merasakan ke khawatiran
kami juga, gitu dek.
P :Bagaimana pengaruh rasa empati dari perawat untuk kesehatan anda?
I : gimana yah. Berpengaruh lah, jadi kalo pun ada apa apa tapi jauh jauh
lah yah, karna kita udah tau begini pelayanannya pasti ada lagi niat kesini
kan.
P : Apakah anda mendapatkan dukungan dari perawat? Dukungan seperti
apa yang anda terima?
I : Ada dek. Mendengar penyakitnya ini pun udah gimana rasanya, tapi
perawat terus berkata apa aja yang jadi pantangan dan apa yang harus
dilakukan, rasa ku pun itu udah dukungan, dukungan untuk mengingatkan
lah namanya biar nggak dimakan kan pantangannya berarti dia mau si
Naim cepat sembuh.
P : Seberapa penting dukungan dari pihak medis untuk pemulihan kesehatan
anda?
I : Penting kali lah dek. Kalo nggak di kasih tau apa aja larangan pasti aku
pun gak tau, jadi kalo di bilang penting, penting kali lah.
P : Sikap positif yang bagaimana yang anda terima pada saat perawat
menyampaikan komunikasi kesehatan?
I : Selama kami disini kalau ada yang tidak kami mengerti atau tidak kami
tahu kalo bertanya dengan perawat respon mereka baik, jadi nyaman lah
gitu dek, ngak takut takut.
P : Sikap kesetaraan yang seperti apa yang diperlihatkan perawat ketika anda
menyampaikan keluhan dan pada saat perawat memberikan komunikasi
kesehatan?
I : Cara menyampaikan pesan itu dek, kalo perawatnya ngomong sama si
Naim bahasanya lebih gampang dimengerti, si Naim pun ku lihat nggak
takut menjawab, kalo nggak mengerti pun kita istilah yang disampaikan
pasti dikasih tau maksudnya jadi ya itu lah berarti dianggap kestaraan itu
ada.
P : Apakah menurut anda dengan menerapkan komunikasi interpersonal
penyampain komunikasi kesehatan sudah efekif? Mengapa?
I : iya efektif. Kalo udah berkomunikasi interpersonal itu sama dengan
pribadi kan? Jadi udah gimana yah, udah adalah suasana nyaman yang di
bangun, suasana hangat gitu lah, jadi efektif.
P : Apakah pelayanan para perawat sudah memperlihatkan adanya hubungan
interpersonal? Bagaiamana menurut anda komunikasi interpersonal yang
diterapkan perawat saat menyampaikan komunikasi kesehatan?
I : Sudah, kan penyampaiannya sudah efektif . penyampaiannya bagus, jelas
dan selalu mengingatkan terus menerus.
P : Apakah anda mendapatkan komunikasi kesehatan dari perawat
?Komunikasi kesehatan yang seperti apa yang pernah anda dapatkan dari
perawat?
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
I : iya menerima. Kayak banyak minum,kalo lagi berobat jangan makan
diluar,kalo udah sembuh pun jangan minum- minuman gopek itu, yang
tadi itu lah. Kalo dulu setiap hari lah dia minum itu, dan kalo pun ada
keluhan kita sampaikan sama susternya, ditanggapi cepat dan baik kok.
Sesuai sama penyakitnya lah cara mengatasi batu ginjal.
P : Bagaimana menurut anda cara penyampain komunikasi kesehatan yang
dilakukan perawat?
I : Bagus yah. Macam ibu ke anaknya lah gitu. Itu lah menunjukan
hubungan interpersonal, jadi si Naim pun enggak malu- malu.
P : Bagaimana pengaruh komunikasi kesehatan yang diberikan perawat
terhadap kehidupan anda?
I : Berpengaruh lah, bermanfaat. Karena biasanya kalo adeknya beli
makanan dari luar gitu biasanya dia congok gitu kan, sekarang dia udah
enggak berani minta, udah takut dia. Biasanya kalo adeknya makan apa
pun biasanya dia minta, minta terus kalo sekarang udah enggak berani lagi.
P : Apakah anda menerapkan komunikasi kesehatan dalam kehidupan sehari
hari, mengapa anda menerapkannya?
I : iyalah iya. Mudah mudahan lah dek. Lagian dia kan masih kecil udh dua
minggu dia di rawat, tapi disini masih seminggu.
P : Menurut anda apakah perawat benar benar sudah menyampaikan
komunikasi kesehatan dengan baik? Dan alasan mengataka iya/ tidak?
I : Yah bagus, puas lah sama pelayannya. Kami ngerti apa yang di
sampaikan, saran- sarannya pun baiknya untuk kesehatan, ini lah mungkin
dia besok udah boleh pulang, jadi bisa lah dia sekolah kan.
P : Apa yang menjadi hambatan pasien saat mendengarkan komunikasi
kesehatan yang disampaikan oleh perawat?
I : Selama kami disini enggak ada hambatan, semua pasien bagus
menyampaikannya, kalo enggak ngerti kami Tanya dijelaskan lagi
P :Saran pasien terhadap perawat dalam menyampaikan komunikasi
kesehatan
I : Apa yah, udah bagus pulanya rumah sakit ini. Yah untuk
mempertahankan pelayanan nya ajalah. Cuman aku heran aja kenapa
pasiennya masih sedikit, padahal pelayanannya bagus, kenapa di rumah
sakit yang lain sampe berdesak desakan, ngantri, yah kesini lah maunya,
bagus juga nya disini. Itu lah sarannya mempertahan kan pelayananannya
dan terimah kasih untuk pelayanannya.
P : Terimakasih buat waktunya ya pak, semoga Naim cepat sembuh
I : Iya dek, sukses buatmu.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
HASIL WAWANCARA PENELITIAN PERAWAT
Nama lengkap : Mahdiana Sinuhaji
Usia : 40 Tahun
Agama : Kristen
Alamat : Gang Perjuangan Gang Daun Tanjung Selamat
Status : Menikah (sudah mempunyai 3 anak)
Pendidikan : D3 Perawatan
Hobby : Membaca
Anak ke berapa : 4 dari 4 bersaudara
Warna kesukaan : Merah
P : Selamat siang bu, saya mahasiswa dari Komunikasi FISIP USU yang
ingin melakukan penelitian untuk skripsi yang berjudul komunikasi
interpersonal perawat dan pasien, boleh saya mewawancarai ibu untuk jadi
salah satu narasumber saya?
I : Ya boleh tanyakan saja.
P : makasi bu,saya mulai dari biodata dulu ya. Selanjutnya kepertanyaan.
I : baik silahkan saja.
P : Sudah berapa lama anda bekerja sebagai Perawat?
I : Sejak akhir 2012, bias dibilang sejak 2013 lah
P : Sebelum menjadi perawat kegiatan apa yang anda lakukan, mengapa
tidak meneruskan kegiatan itu (jika berkerja dibidang lain)?
I : enggak ada kegiatan lain, memang langsung jadi perawat setelah lulus
kuliah
P : Apakah sejak awal anda bercita-cita menjadi Perawat? Jika iya mengapa?
Jika tidak, apa cita cita yang anda inginkan sebelumnya, Mengapa cita-
cita itu tidak tercapai?
I : iya memang dari awal sudah menjadi perawat, makanya saya senang
menjalankan pekerjaan ini.
P : Apakah anda menikmati pekerjaan anda sebagai Perawat? Jika iya,
Mengapa anda anda menikmatinya, jika tidak mengapa?
I : dibilang menikmati ya menikmati lah, cita- cita juga. Suka dukanya juga
di jalani aja.
P : Adakah pengalaman,kejadian, atau hal- hal yang membuat anda merasa
bangga menjadi perawat? Kejadian seperti apakah itu?
I : hem..pengalaman.. kalo ada keluarga yang sakit kita bisa praktektekan
ilmu yang kita dapatkan di pekerjaan ini.
P : Adakah pengalaman, kejadian, kesulitan ataupun tantangan yang
membuat anda ingin berhenti menjadi perawat? Pengalaman apakah itu?
I : kalo terkhusus dibidang pekerjaan nggak ada, cuman kesulitannya ketika
masih punya anak kecil, terus harus dinas malam kan dulu saya harus
meninggalkan anak usia 1 ½ bulan, kan kasihan, harus orang yang
merawat kan.
P : Bagaimana hubungan interpersonal antara perawat dan pasien?
I : yah hubungan sebatas nyamannya memberikan dan menyampaikan
komunikasi kesehatan terhadap pasien. Hubungan yang nyaman itu kita
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
menyampiakan dengan senyuman, kan komunikasi verbal dan nonverbal
kita dinilai, dari situ rasa nyaman di bangun. Karena kan nanti kalo pasien
itu udah kembali pun ke rumahnya, pasti dia kontrol lagi ke rumah sakit,
kan kita juga nya yang mengontrol jadi hubungan itu perlu agar selalu
merasa nyaman.
P :Seberapa penting Keterbukaan pasien tentang keluhannya untuk
kelancaran menyampaikan komunikasi Kesehatan?
I : yah penting lah. Dari situ kita bisa tau komunikasi kesehatan yang seperti
apa yang dibutuhkan pasien, tindakan apa yang kita lakukan, penting kali
lah keterbukaan itu pokoknya.
P :Sejauh anda bekerja adakah pasien yang merasa minder dan malu
mengungkap kan penyakitnya?. Bagaimana cara anda agar pasien mau
terbuka tentang semua penyakitnya?
I : Sejauh ini belum pernah ada. Lagian kalo malu kita bisa cari tau dari
pemeriksaan selanjutnya, seperti tes darah, kan gejala gejalanya pasti
kelihatan lah itu. Dari situ kita bisa tahu.
P : Bagaimana anda menunjukkan rasa empati kepada pasien?
I : Membantu sepampu kita untuk memulihakn penyakitnya, terus
memberikan pelayanan kesehatan, gitu sih.
P : Sejauh mana batasan rasa empati yang ditetapkan dalam bidang
pekerjaan anda?
I : rasa empati yang kita tunjukkan sebatas itu tadi hanya antara pasien dan
pelayan kesehatan, agar tidak baper lah yah istilah saat ini .
P : Seberapa penting dukungan dari pihak medis untuk pemulihan pasien?
Dukungan yang seperti apa yang anda berikan untuk pemulihan pasien?
I : dukungan dari medis penting yah, tapi yang berhubungan lebih dekat lagi
lebih penting seperti keluarga dan saudara. Dukungan yang biasa saya
berikan yaitu mendukung untuk cepat sembuh, mengingatkan minum obat,
terus memberikan komunikasi kesehatan.
P :Sikap positif seperti yang bagaimana yang anda lakukan pada saat
pasien menyampaikan keluhannya?
I : kita mendengarkannya dengan baik. Kita bikin nyaman bercerita kepada
kita, kita berikan nasehat kesehatan, kita bantu meringankan bebannya lah.
P : Sikap kesetaraan yang seperti apa yang anda perlihatkan agar pasien
merasa nyaman dan mau berbagi keluhannya?
I : kita semangati lah, kita beritahu segala penyakit ada obatnya, dan pasti
akan sembuh jika benar- benar kita merawat diri dengan baik, kita
ceritakan sedikit pengalaman kita, kita buat lah pasien itu nyaman.
P : Apakah menurut anda dengan menerapkan komunikasi interpersonal
penyampain komunikasi kesehatan sudah efekif? Mengapa?
I : efektif. Tapi belum 100% lah, karena pasien ini kan beragamnya sifatnya.
Suku pun kan beragamnya, nanti kita kan menyampaikan komunikasi
kesehatan tapi dia enggak ngerti itu lah yang bikin enggak efektif.
P : Apakah anda mengetahui komunikasi kesehatan.Komunikasi kesehatan
seperti apa yang pernah anda terapkan?
I : iya. Dan memang harus menerapkannya sama pasien. Yang pernah saya
terapkan mengenai bagaimana pasien menyikapi penyakit yang sedang ia
derita, terus pendidikan kesehatan yang diperlukan pasien.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
P : Mengapa penting menerapkan komunikasi kesehatan kepada pasien?
I : Karena dalam keperawatan itu, komunikasi yang paling Penting.
Komunikasi yang efektif yang memberikan pendidikan kesehatan kepada
pasien, jadi memang harus diberikan. Apa yang harus ia kerjakan, yang
apa yang harus ia perbuat setelah kembali ke rumah, kan kesehatan itu
harus di jaga juga meski pun sudah kembali ke rumah.
P : Bagaimana cara anda menyampaikan komunikasi kesehatan agar pasien
tersebut benar- benar menerapkannya
I : Cara bicara yang baik kepada pasien, agar komunikasi itu efektif kan.
Pasien juga menerimanya dengan baik, kita terus mengingatkan, enggak
boleh ini, itu, kalo kita ingatkan dan ia ingin sehat pasti di terapkan.
P : Bagaimana persiapan yang anda sebelum menyampaikan komunikasi
kesehatan?
I : persiapannya apa yah. Karena udah sering dilakukan jadi seperti natural
aja gitu berjalan. Palingan upgrade ilmu lah, kan ilmu selalu berkembang
supaya pengetahuan selalu bertambah, setiap pasien yang bertanya pun
kita jadi bisa menjawab.
P : Apakah maksud dan tujuan komunikasi kesehatan
I : Banyak lah. Terlebih- lebih pada pasien kan. Karena pemulihan pasien
itu bukan karena pengobatan juga kan, pendidikan kesehatan juga perlu
agar pasien tahu bagaimana menjaga kesehatan. Itu juga membuat
bebannya menjadi ringan, mendapatkan dorongan agar lebih semangat
untuk berobat.
P : Saat kapan komunikasi kesehatan diterapkan
I :itu selalu. Yah dalam pelayanan keperawatan komunikasi efektif,dan
komunikasi kesehatan yang selalu diterapkan.
P : Bagaimana bila ada seorang pasien yang tidak mau mengikuti aba-aba
Jawab : Itu kita lakukan pengeluaran surat tindakan penolakan, jika
pasiennya benar- benar bebal, tapi sejauh ini belum ada yah, kalo datang
kemari yah berarti dia mau berobat.
P : Apakah anda mempunyai hambatan- hambatan dalam menerapkan
komunikasi kesehatan,? Apakah yang menjadi hambatan anda dan
bagaimana cara mengatasinya?
I : Pernah. Teutama tidak adanya kerja sama yang baik antara keluarga
pasien dengan pasien dengan tim pelayanan rumah sakit. Misalnya kita
sudah kasih pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatn tapi keluarganya
tidak terima bias juga gitu peduli enggak peduli lah dia dengan
komunikasi kesehtan yang kita berikan.
P : Mengapa ada batasan hubungan antara perawat dan pasien
I : Ada lah dek. Kita batasannya yah sebatas kita memberi pelayanan
kesehatan, kalo sudah diluar udah lain lah, tapi kalo masih berada di
rumah sakit dia masih tanggung jawab kita. Memang boleh kalau diluar
tetap masih yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan lah yah.
P : Terimakasih buat waktunya ya bu, semoga ibu sehat selalu.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Dokumentasi Selama Penelitian.
Keterangan : Foto saat melakukan wawancara dengan Perawat Yunita
S.Kep Ners yang bertugas di ruang rawat inap Maternitas (kesehatan ibu dan
anak) Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
Keterangan : Foto saat melakukan wawancara dengan Pasien Meyrani
Ginting Amd yangdirawat di ruang rawat inap Maternitas (Kesehatan Ibu dan
anak) Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
1. 2.
. 2.
Keterangan : (1) Foto saat melakukan wawancara dengan Pasien
Chairunissa penderita pembengkakan pada mulut yang dirawat di ruang rawat
inap kelas III Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara dan (2) Foto saat
melakukan wawancara dengan Perawat Fitri Yuningshi S.Kep Ners yang bertugas
di ruang rawat inap kelas III Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara..
1. 2
.
Keterangan : (1) Foto saat melakukan wawancara Pasien Naim Sinulingga
penderita gagal ginjal yang dirawat di ruang rawat inap Anak Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara dan (2) Foto saat melakukan wawancara Perawat
Azura yang dibertugas di ruang rawat inap Anak Rumah Sakit Universitas
Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : Foto saat melakukan wawancara Perawat Mahdiana Sinuhaji
Amd yang dibertugas di ruang rawat kelas II Sakit Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara