Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini...

154
Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku Madura (Kasus Manajemen Konflik di Kelurahan Kebon kelapa Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor) ROFI’AH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Transcript of Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini...

Page 1: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku Madura (Kasus Manajemen Konflik di Kelurahan Kebon kelapa Kecamatan

Bogor Tengah Kota Bogor)

ROFI’AH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 2: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku Madura (Kasus Manajemen Konflik di Kelurahan Kebon kelapa Kecamatan

Bogor Tengah Kota Bogor)

ROFI’AH

I352090111

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

Magister Profesional pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 3: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku Madura (Kasus Manajemen Konflik di Kelurahan Kebon Kelapa Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor),” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2012

Rofi’ah

NRP I 352 090111

Page 4: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

RINGKASAN

ROFI’AH. Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku Madura (Kasus Manajemen Konflik di Kelurahan Kebon kelapa Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor) Dibimbing Oleh Sarwititi S. Agung dan Nurmala K. Panjaitan.

Salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan infrastruktur transportasi yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia adalah terjadinya kontak budaya. Kontak budaya antarsuku pada saat ini cenderung menimbulkan konflik antarbudaya, demikian juga kontak budaya yang terjadi antara Suku Sunda dan suku Madura. Namun, suku Sunda dan Madura di Kelurahan Kebon Kelapa Kota Bogor memperlihatkan suatu kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi Antarbudaya antara suku Sunda dan suku Madura. (2)Menganalisa konflik dan manajemen konflik pada suku Sunda dan suku Madura. (3)Menganalisa efektivitas komunikasi antarbudaya pada suku Sunda dan suku Madura.

Ting-Toomey (1998) berpendapat bahwa konflik antarbudaya dapat diatasi dengan diciptakannya komunikasi yang efektif antar individu dalam budaya yang berbeda. Efektivitas komunikasi antar budaya adalah adanya saling pengertian, saling menghargai dan saling mendukung diantara peserta komunikasi antarbudaya. efektivitas komunikasi ini dipengaruhi oleh karakteristik individu yang diperoleh melalui pengamatan, pembelajaran dan pengalaman terkait perbedaan-perbedaan kebudayaan. Pengamatan, pembelajaran, dan pengalaman tersebut akan melahirkan faktor pengetahuan dan faktor motivasi dari individu dalam mengupayakan komunikasi yang efektif. Dalam kasus komunikasi antarbudaya di Kelurahan Kebon Kelapa saling pengertian, saling menghargai dan saling mendukung yang tercipta melalui pengamatan, pembelajaran dan pengalaman individu ini kemudian menimbulkan manajemen konflik antarbudaya yang baik diantara mereka dan mengakibatkan terciptanya harmonisasi antarsuku.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, menggunakan strategi studi kasus. Jumlah informan yang ditemui peneliti sejumlah 18 yang didapat dengan teknik Snowball. yang terdiri dari 9 orang suku Sunda dan 9 orang suku Madura.Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kebon Kelapa Kota Bogor, tepatnya di RT 04 RW 10

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Bentuk komunikasi antarbudaya antara suku Sunda dan suku Madura berupa penyelesaian konflik-konflik yang ada diantara mereka. Bentuk komunikasi antarbudaya di antara mereka juga berupa arena interaksi didalam area tinggal dan di luar area lingkungan tinggal. Melalui kedua bentuk komunikasi ini suku Sunda dan suku Madura menjalin keakraban diantara mereka (2) Jenis konflik yang terjadi dilokasi penelitian adalah menyangkut isu isi, relasi dan identitas. Konflik yang menyangkut isu isi dan relasi cenderung dapat dikompromikan disebabkan terpenuhinya kebutuhan akan kepentingan-kepentingan bersama. Sedangkan konflik menyangkut isu identitas lebih sulit dikompromikan karena terdapat kekhawatiran dianggap menyalahi kelompoknya menyangkut hal yang dianggap melanggar inti didalam nilai budaya masing-masing. Berkat pengamatan, pembelajaran dan pengalaman yang baik, generasi dua menggunakan gaya manajemen konflik berupa

Page 5: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

mengkompromikan. Generasi ini menjadi panutan bagi generasi tiga dan generasi satu. Generasi tiga menggunakan gaya konflik intergrasi. Hal ini dapat mereka akukan berkat bimbingan dari generasi dua juga karena generasi ini mengalami pembauran budaya sejak kecil. Generasi satu bergaya konflik menghindari. Hal ini diakibatkan kurangnya pengetahuan dan motivasi diantara mereka (3) Efektivitas komunikasi antarbudaya antar suku Sunda dan suku Madura terjadi ketika konflik-konflik diatara mereka dapat diselesaikan, juga berkat adanya arena interaksi yang ada di dalam dan di luar lingkungan tinggal mereka. hal ini dikarenakan pengamatan, pembelajaran dan pengalaman yang terus berkembang pada seluruh generasi sehingga pengetahuan dan motivasi antarbudaya semakin baik.

Page 6: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

ABSTRACT

ROFI’AH. intercultural communication effectiveness (conflict management in the village Kebon Kelapa) Supervised by SARWITITI S. AGUNG (Chairperson) and NURMALA K.

PANJAITAN (Members).

Indonesia has experienced several severe ethnic conflicts since 1998. One of the most severe ethnic conflicts is Dayak and the Madurese conflict in Kalimantan. However there is a case of successful Madurese adapt and resolve conflicts with Sundanese in the village Kebon Kelapa. Identity Negotiation Theory, Hall’s cultural dimensions, and intercultural conflict management styles serve as the theoretical foundations for this research. The research data were collected by conducting indepth interviews with 9 Madurese residents and 9 Sundanese residents who represent three generations of conflict parties. Focus group discussions with Madurese and Sundanese were held to generate richer data. This study found that conflicts related to the content and relational issues as cultural differences; Madurese’s low context culture and Sundanese’s high context culture, resolved through compromise styles that led to better intercultural interpersonal relationship and working relationship. Improving those relationships were able to reduce an unresolved identity issue conflict that was usually exacerbated by economic disparity issues. More importantly, the second and third generations of those ethnic groups are found to have significant role on resolving conflicts. In this situation, the opinion leader of each ethnic group is a critical component that can facilitate dialog between conflicting parties, whereas the monumental event that symbolize the success of resolving conflict also plays a role as media of uniting Madurese and Sundanese as an community. It suggested principles or lessons for effectively handling intercultural conflicts. Key words: social identity negotiation, ethnic conflict, intercultural communication, management conflict style

 

 

 

Page 7: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2012

Hak cipta dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penyusunan kritik atau tujuan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Page 8: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku Madura (Kasus Manajemen Konflik di Kelurahan Kebon kelapa Kecamatan

Bogor Tengah Kota Bogor)

ROFI’AH

I352090111

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

Magister Profesional pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 9: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: . Ir. Hadiyanto, MSi

Page 10: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

Judul Tesis : Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Pada Suku Sunda dan Suku Madura (Kasus Manajemen Konflik di Kelurahan Kebon Kelapa Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor)

Nama : Rofi’ah NIM : I352090111 Mayor : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, MS Dr. Nurmala K. Panjaitan, MS, DEA Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi a.n Dekan Sekolah Pascasarjana Komunikasi Pembangunan Sekretaris Program S2 Pertanian dan Pedesaan

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS Prof. Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc

Tanggal Pengesahan :

Page 11: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul Efektivitas

Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku Madura (Kasus Manajemen Konflik

di Kelurahan Kebon kelapa Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor). Penulisan tesis ini

dilaakkan sebagai salahsatu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program

Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP), Sekolah Pascasarjana IPB.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Sarwititi S, MS dan Dr. Nurmala K.

Panjaitan, MS, DEA selaku komisi pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk

memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis dalam penulisan tesis ini. Terimakasih

juga penulis ucapkan kepada Ir. Hadiyanto, Msi selaku penguji luar komisi pada ujian, yang

telah memberikan masukan yang bermanfaat bagi penyempurnaan tesis ini. Penulis

mengucapan terimakasih kepada semua pihak yang tidak apat disebutkan satu-persatu atas

dukungan yang diberikan. Semoga tesis ini bermnfaat bagi penulis sendiri, akademisi, serta

pihak lainnya. Tesis ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak kekurangan, karena itu

penulis meminta maaf atas ketidak sempurnaan dan kekurangan yang ada.

Bogor, Agustus 2012

Rofi’ah

 

Page 12: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL…………………………………………………………………. xii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………. xiv

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………. xvi

PENDAHULUAN ……………………………………………………………………1

Latar Belakang ……………………………………………………………. 1

Perumusan Masalah ………………………………………………………… 5

Tujuan Penelitian …………………………………………………………. 5

Kegunaan Penelitian ………………………………………………………… 6

TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………………….. 7

Komunikasi Antar Budaya……………………………………………….. 7

Pengertian Komunikasi Antar Budaya………………………………… 7

Konflik dan Manajemen Konflik.........……………………………….. 10

Tahapan Perkembangan Kearah Terjadinya Konflik................. 11

Dampak Konflik........................................................................... 12

Strategi Mengatasi Konflik........................................................... 13

Strategi Mengatasi Konflik antarpribadi....................................... 13

Individualistik dan Kolektivistik..... …………………….……............. 15

Kompetensi dan Unsur-Unsur Kompetensi Komunikasi

Antar Budaya ……………………………………………….…..…….. 18

Efektifitas Komunikasi Antar Budaya …………………………..…… 19

KERANGKA BERPIKIR ………………………………………………………. 22

METODE PENELITIAN ……………………….………………………………. 25

Paradigma Penelitian …………………………………..……………………. 25

Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………………………… 27

Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………… 27

Analisa Data ………………………………………….…………………… 28

Triangulasi …………………………….…………………………………… 28

Page 13: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………………. 31

Profil dan Kependudukan Kelurahan Kebon Kelapa………………………….. 31

Sejarah Kedatangan Suku Madura dan berbagai Tanggapannya …….. 40

Kelembagaan Warga RT 04 RW 10…..……………………………….. 42

Bidang Ekonomi ………..…………………………………. 42

Bidang Keagamaan …………………………………………. 48

Pernikahan Antar Suku ……………………………………… 50

Pendidikan …………………………………………………… 53

Keberadaan Suku Lainnya …………………………………………… 58

Berbagai Arena Interaksi suku Sunda dan suku Madura..................... 59

Arena Interaksi dalam Lingkungan Tinggal…………………….. 59

Arena Interaksi di Luar Lingkungan Tinggal…………………….. 66

Berbagai Konflik Antara Suku Sunda dan Suku Madura………............. 75

Terjadinya Konflik di RT 04 RW10 ………………………………… 75

Kasus bermuka galak ….……………………………………… 75

Kasus Clurit ……………………………………………….. 77

Kasus Pembangunan Masjid...........................................................80

Kasus Kepanitiaan Maulid Nabi..................................................... 87

Kasus Penggunaan Jalan ................................................................92

Kasus Perdagangan Versus Jabatan.............................................. 94

Kasus Slametan...............................................................................95

Kasus Kaya Miskin...................................................................... 98

Jenis Konflik…………………………………………………………...100

Manajemen Konflik ...................................................................……. 111

Efektivitas Komunikasi Antarbudaya di RT 04 RW 10 ……………. 122

Gambaran Budaya ……………………………………………………….. 130

Suku Sunda ………………………………………………………….. 130

Suku Madura ………………………………………………………. 132

SIMPULAN DAN SARAN……………………………………………………..... 135

Simpulan…………………………………………………………......... 135

Saran ………………………………………………………………. 136

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi
Page 15: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Percampuran budaya yang terjadi di Indonesia dilatar belakangi oleh

beragam suku bangsa Indonesia yang berasal dari Sabang sampai Merauke.

Berbagai suku tersebut mencirikan diri dengan bahasa yang khas, kebiasaan-

kebiasaan yang unik, bahkan sistem nilai yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Kekhasan, keberbedaan dan keunikan masing-masing suku tersebut selanjutnya

menentukan ciri-ciri keanggotaan setiap suku, juga menentukan interaksi dengan

pola tertentu. Menurut Ting-Toomey (1998) identitas kultural merupakan

perasaan (emotional significance) dari seseorang untuk ikut memiliki (sense of

belonging) atau berafiliasi dengan kultur tertentu. Masyarakat yang terbagi

kedalam kelompok-kelompok itu kemudian melakukan identifikasi kultural

(cultural identification), yaitu masing-masing orang mempertimbangkan diri

mereka sebagai representasi dari sebuah budaya partikular. Identifikasi kultur ini

akan menentukan individu-individu yang termasuk dalm ingroup dan outgroup

(Roger&Steinfatt dalam Raharjo 2004) Beragam suku tersebut selanjutnya

menyebar dan menempati wilayah Indonesia yang luas. Hal ini memungkinkan

terjadinya dua suku atau lebih menempati lingkungan sosial yang sama.

Kelompok suku tersebut bertemu, berinteraksi dan menciptakan hubungan sosial

yang khas.

Masyarakat Indonesia yang multikultural ini secara demografis maupun

sosiologis potensial bagi terjadinya konflik. dalam konteks identifikasi kultur ini,

dimana para anggota kelompok suku dilahirkan, dididik,dan dibesarkan dalam

suatu suasana askriptif primodial suku mereka yang mengakibatkan perbedaan

antara “siapa saya” dengan “siapa anda” terlihat nyata, membutuhkan komunikasi

yang efktif sebagai upaya menjalin hubungan antarsuku.

Hubungan yang terjalin dengan baik akan menciptakan interaksi yang

efektif, sebaliknya, hubungan yang tidak baik menyebabkan interaksi tidak

efektif, tidak harmonis dan pada akhirnya mengarah kepada konflik. Salah satu

contoh hubungan yang tidak harmonis antar dua suku yang menyebabkan konflik

yaitu antara suku Dayak dan suku Madura di Sambas, Kalimantan Barat.

Page 16: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

2

Penelitian mengenai konflik yang melibatkan kedua suku tersebut pernah

dilakukan oleh Yohanes Bahari pada tahun 2005. Bahari (2005) menyebutkan

bahwa konflik kekerasan antara suku Dayak dan suku Madura di Sambas selama

ini memang tidak terlepas dari adanya tradisi kekerasan dalam budaya suku

Dayak, sedangkan dari sisi suku Madura, perilaku dan tindakan orang Madura

yang tinggal di Kalimantan, baik yang sudah lama maupun masih baru, tidak

banyak berbeda dengan perilaku dan tindakan mereka di tempat asalnya di pulau

Madura. Keberanian orang Madura berbicara terus terang dan apa adanya

dianggap tidak sopan dan terkesan sebagai suatu perlawanan pada suku pribumi.

Oleh karena itu dalam pandangan suku Dayak, orang Madura merespon masalah

atau kekerasan dengan tindakan resistensi yang cenderung berupa kekerasan.

Dapat dilihat dari sini bahwa komunikasi memegang peran penting dalam

menentukan bentuk suatu hubungan. Perbedaan keinginan dalam cara

berkomunikasi pada suku Madura dan suku Dayak dalam penelitian Bahari

mengakibatkan terjadinya hubungan yang tidak harmonis sehingga menimbulkan

konflik.

Penelitian Wuysang (2003) menunjukkan bahwa dalam interaksi antara

suku Melayu dan suku Madura di Sampit Kalimantan Tengah, salah satu pesan

yang disampaikan yakni: ciri, sifat dan atribut negatif yang dilekatkan pada suatu

suku tertentu. Perasaan negatif terhadap suku lain ini merupakan prasangka yang

akan menjadi penghambat komunikasi. Padahal, perasaan negatif tersebut

sebenarnya muncul dari perbedaan persepsi karena perbedaan penafsiran pesan

yang dibawa komunikator dan komunikan hingga akhirnya memperbesar jarak

sosial. Konflik-konflik yang terjadi menyiratkan makna bahwa sebagai bagian

dari masyarakat multikultural, kita selama ini tidak atau belum melakukan

komunikasi antarbudaya yang efektif. Sebuah relasi antarmanusia yang bertujuan

untuk meminimalisir kesalahpahaman budaya. Interaksi antar individu dan

kelompok budaya selama ini tidak lebih dari komunikasi semu, tidak sungguh-

sungguh, cenderung tidak mencerminkan ketulusan, yaitu tidak mengatakan yang

sebenarnya, apa yang ada dalam pikiran dan hatinya. Dalam keadaan demikian

komunikasi menjadi sekedar basa-basi, bukan untuk tujuan menyampaikan pesan

yang sebenarnya.

Page 17: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

3

Dalam studi komunikasi antarbudaya, ketidaktulusan dalam menjalin

interaksi dicerminkan oleh sebuah konsep yang dikenal dengan mindlessness,

yaitu orang yang sangat percaya pada kerangka referensi yang sudah dikenal,

kategori-kategori yang bersifat rutin, dan melakukan sesuatu dengan cara-cara

yang sudah lazim (Ting-Toomey, 1998). Artinya, ketika melakukan kontak

antrbudaya individu yang berada dalam keadaan mindless menjalankan aktifitas

komunikasinya tanpa dilandasi kesadaran dalam berpikir. Ia hanya menggunakan

sudut pandangnya dalam menilai dan memperlakukan orang lain. Seseorang yang

mindless tidak menyadari bahwa ada perbedaan-perbedaan dalam masing-masing

kelompok budaya disamping juga terdapat kesamaan-kesamaan diantara mereka.

Bahwa komunikan merupakan individu-individu yang unik dan memerlukan

pemahaman yang baik untuk dapat berperilaku yang tepat terhadap masing-

masing individu tersebut. Konsep ini dikenal dengan emotional vulnerability,

yaitu ketika seseorang berkomunikasi dengan dissimilar others, maka ia akan

mengalami emotional vulnerability. Dalam arti bahwa identitas kelompok

(misalnya identitas kultural) dan identitas individu (seperti sifat-sifat kepribadian)

akan mempengaruhi cara-cara seseorang dalam mempersepsi, berpikir dan

bertingkah laku dalam suatu lingkungan sosial (Ting-Toomey, 1998).

Cara komunikasi yang mindless ini disebabkan oleh munculnya situasi

ketidakpastian (uncertainty) dan kecemasan (anxiety). (Gudykunst & Kim, 1997)

ketidakpastian merupakan ketidakmampuan seseorang untuk memprediksi atau

menjelaskan perilaku, perasaan, sikap atau nilai-nilai yang diyakini oleh orang

lain. Sedangkan kecemasan merupakan perasaan gelisah, tegang, atau khawatir

tentang sesuatu yang akan terjadi.

Penelitian ini melihat, suku Madura, sebagai salahsatu suku di Indonesia,

sebagaimana menurut (Rahman, 2007) merupakan suku pengembara terbesar dan

menempati banyak lokasi di Indonesia, Suku ini menyebar hampir di seluruh

penjuru tanah air bahkan hingga manca negara. Di sebagian tempat sebagaimana

dijelaskan di atas, suku ini mengalami konflik dengan suku lain. Di sebagian

tempat lainnya suku Madura berhasil menjalin hubungan yang baik dengan suku

setempat (Rifa‟i 2007).

Page 18: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

4

Salah satunya di kelurahan Kebon Kelapa Kecamatan Bogor Tengah Kota

Bogor. Di daerah ini terdapat keragaman suku bangsa. Suku yang dominan adalah

suku Sunda dan suku Madura. Suku Sunda sebagai penduduk asli sedangkan suku

Madura sebagai suku pendatang. Mereka berdomisili di kelurahan Kebon Kelapa

sejak tahun 70-an.

Pernah terjadi beberapa konflik diantara kedua suku ini, diantaranya dalam

kegiatan pembangunan mesjid serta memilih dan menetapkan pengurus masjid.

Kegiatan ini ternyata memancing terjadinya konflik. Perbincangan santai dan

musyawarah kerukunan warga yang diselenggarakan atas inisiatif salahsatu

warganya dan berkat dukungan ketua RW setempat, untuk membahas konflik

dalam perkara kepengurusan masjid dan beberapa kasus kesalahpahaman di antara

keduanya, diduga memberikan kesempatan bagi kedua belah pihak untuk

memahami dan menegosiasikan perbedaan budaya yang menjadi penyebab dari

ketegangan dan permasalahan yang terjadi.

Kemampuan suku Madura bersama-sama dengan suku Sunda di Kelurahan

Kebon Kelapa untuk menanggulangi konflik dan bertahan di lingkungan bersama,

diduga tidak lepas dari kemampuan mereka untuk menjalin komunikasi dan

interaksi yang baik, yaitu menciptakan suatu situasi komunikasi antarbudaya yang

di sebut mindfullness, yaitu ketika seseorang berpikir tentang kecakapan

komunikasinya dan terus menerus berusaha merubah apa yang dia lakukan supaya

menjadi lebih efektif (Gudykunst & Kim, 1997). Suatu situasi komunikasi

antarbudaya dimana masing-masing peserta komunikasi berusaha meningkatkan

kecakapan komunikasinya serta mamapu merubah apa yang dilakukannya

menjadi lebih baik adalah berkat kemampuan menghilangkan ketidakpastian dan

kecemasan, serta mengaplikasikan pegetahuan budaya dan motivasi kedalam

suatu kecakapan perilaku yang tepat disebut komunikasi antarbudaya yang efektif

(Gudykunst & Kim, 1997). Mindfulness juga merupakan proses memfokuskan

kognitif yang dipelajari melalui praktik yang diulang-ulang. (Ting-Toomey,

1998). Dalam teori Negosiasi Identitas milik Ting-Toomey (1998), ia

menegaskan bahwa mindful intercultural communication menekankan pentingnya

mengintegrasikan pengetahuan antarbudaya yang penting, motivasi, dan

kecakapan-kecakapan untuk berkomunikasi secara memuaskan, layak dan efektif,

Page 19: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

5

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti merumuskan

beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk komunikasi Antarbudaya antara suku Sunda dan suku

Madura?

2. Bagaimana konflik dan manajemen konflik pada suku Sunda dan suku

Madura ?

3. Bagaimana efektivitas komunikasi antarbudaya pada suku Sunda dan suku

Madura?

Tujuan Penelitian

Berbagai identifikasi masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka

penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisa bentuk komunikasi Antarbudaya antara suku Sunda dan suku

Madura.

2. Menganalisa konflik dan manajemen konflik pada suku Sunda dan suku

Madura.

3. Menganalisa efektivitas komunikasi antarbudaya pada suku Sunda dan

suku Madura.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini bertujuan memperkaya khasanah

penelitian mengenai komunikasi yang berkaitan dengan konflik antar etnik.

Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi dalam mengupayakan

harmonisasi budaya atau memperbaiki kondisi pasca konflik untuk mengambil

langkah-langkah terbaik.

Page 20: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

6

Page 21: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

7

TINJAUAN PUSTAKA

Komunikasi Antarbudaya

Pengertian Komunikasi Antarbudaya

Gudykunts (1991) membedakan antara komunikasi lintasbudaya dengan

komunikasi antarabudaya, yaitu jika komunikasi lintas budaya lebih menekankan

pada perbandingan pola-pola komunikasi antarpribadi di antara peserta

komunikasi yang berbeda kebudayaan, maka studi komunikasi antarbudaya lebih

mendekati objek melalui pendekatan kritik budaya. Aspek utama dari komunikasi

antarbudaya adalah komunikasi antarpribadi di antara komunikator dan

komunikan yang kebudayaannya berbeda.

Komunikasi lebih dari sekedar menolong seseorang untuk mengumpulkan

informasi atau untuk memenuhi kebutuhan interpersonal. Komunikasi juga

berperan dalam menentukan dan menjelaskan identitas, baik sebagai pribadi,

kelompok maupun suatu identitas budaya. Interaksi seorang individu dengan yang

lainnya menentukan siapakah dirinya. Identitas merupakan hal yang penting

dalam komunikasi antarbudaya dalam menentukan jatidiri yang ditawarkan oleh

seorang individu untuk dapat diterima oleh individu yang lainnya. Oleh karena itu

pembahasan komunikasi antarbudaya adalah membahas ciri-ciri penting dan

berbeda pada suatu individu yang disebabkan perbedaan budayanya (Mulyana,

2008)

Berbagai definisi yang menyangkut komunikasi antarbudaya antara lain

adalah sebagai berikut:

Rich dan Ogawa (dalam Liliweri 2002) menyatakan komunikasi

antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaan,

misalnya antara suku bangsa, antar etnik dan ras dan antar kelas sosial.

Samovar (2010), mengatakan komunikasi antarbudaya yaitu komunikasi

yang terjadi ketika anggota dari satu budaya tertentu memberikan pesan kepada

anggota dari budaya yang lain. Lebih tepatnya, komunikasi antarbudaya

melibatkan interaksi antara orang-orang yang persepsi budaya dan sistem

simbolnya cukup berbeda dalam suatu komunikasi

Page 22: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

8

Dood (dalam Liliweri 2002) mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya

meliputi komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi,

antarpribadi dan kelompok. Dengan tekanan pada perbedaan latar belakang

kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta

Chen dan Starosta (dalam Liliweri 2002) mengatakan bahwa komunikasi

antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang

membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan

fungsinya sebagai kelompok.

Ting-Toomey (1998) menyatakan komunikasi antarbudaya adalah suatu

proses komunikasi simbolik antara orang-orang dari budaya yang berbeda.

Manusia merupakan makhluk pembuat simbol. Dalam komunikasi manusia,

simbol merupakan ekspresi yang mewakili atau menandakan sesuatu hal yang

lainnya. Salah satu karakteristik simbol yang harus diingat adalah bahwa simbol

itu tidak mempunyai hubungan langsung dengan apa yang diwakilinya, sehingga

dapat berubah-ubah. Simbol dapat dalam bentuk suara, tanda, gerakan, dan lain-

lainnya yang dapat digunakan dalam berbagi fakta dengan orang lain. Dalam

interaksi sehari-hari hal ini mungkin terjadi. Bahwa seseorang menggunakan

simbol untuk memberikan makna, menggambarkan apa arti sesuatu, memperluas

perspektif, memeriksa ulang persepsi dan menamai perasaan-perasaan sehingga

menjadi nyata. Dengan cara ini seseorang secara aktif memberikan arti melalui

simbol-simbol.

Menurut Ting-Toomey (1998) beragamnya latar belakang budaya dari

para peserta komunikasi memungkinkan terjadinya keberagaman pemikiran

diantara mereka. Hal ini yang menyebabkan dibutuhkannya simbol untuk di

pertukarkan dan disepakati maknanya dalam suatu komunikasi. Karena itu agar

menjadi efektif komunikasi antarbudaya memerlukan suatu situasi yang disebut

mindfullness untuk dapat melakukan negosiasi terkait simbol dan pemaknaannya

dalam suatu budaya tertentu, yang menjadi latarbelakang individu dalam suatu

interaksi antarbudaya. dari latarbelakang pendapat ini Ting-Toomey

mengembangkan sebuah teori dalam menjelaskan kejadian komunikasi

antarbudaya, yaitu teori negosiasi identitas.

Page 23: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

9

Teori Negosiasi Identitas yang dikembangkan oleh Stella Ting-Toomey

memberikan sebuah dasar dalam memperkirakan bagaimana manusia akan

menunjukan citra dirinya dalam sebuah kebudayaan yang berbeda. Citra diri

adalah bagaimana seseorang menggambarkan dan menampilkan dirinya di

hadapan orang lain. Hal ini melibatkan rasa hormat, kehormatan, status, koneksi,

kesetiaan dan nilai-nilai lain yang serupa. Citra diri selanjutnya menjadi dasar

perilaku komunikasi manusia yang digunakan untuk membangun dan melindungi

identitas mereka serta untuk melindungi, membangun dan mengancam identitas

orang lain.

Beberapa asumsi teori Negosiasi Identitas mencakup komponen-

komponen penting dari teori ini: citra diri, konflik, dan budaya. Dengan demikian

poin-poin berikut menuntun teori dari Ting-Toomey:

1. Identitas diri penting di dalam interaksi interpersonal, dan individu-

individu menegosiasikan identitas mereka secara berbeda dalam

budaya yang berbeda.

2. Manajemen konflik dimediasi oleh citra diri dan budaya.

3. Tindakan-tindakan tertentu mengancam citra diri seseorang yang

ditampilkan.

Asumsi pertama menekankan pada (self identity). Self identity ini adalah

identitas yang ia harapkan dan ia inginkan agar identitas tersebut diterima orang

lain. Identitas diri mencakup pengalaman kolektif seseorang, pemikiran, ide,

memori, dan rencana. Identitas diri tidak bersifat stagnan, melainkan

dinegosiasikan dalam interaksi dengan orang lain. Orang memiliki kekhawatiran

akan identitasnya dan identitas orang lain. Bagaimana persepsi seseorang tentang

dirinya sendiri dan bagaimana seseorang ingin orang lain mempersepsi dirinya

merupakan hal yang sangat penting dalam komunikasi.

Asumsi kedua berkaitan dengan konflik, yang merupakan komponen

utama dari teori ini. Konflik dapat merusak identitas seseorang dan dapat

mengurangi kedekatan hubungan antara dua orang. konflik adalah „forum” bagi

kehilangan identitas dan penghinaan terhadap diri ketika terdapat negosiasi yang

tidak berkesesuaian dalam menyelesaikan konflik tersebut (seperti menghina

orang lain, memaksakan kehendak, dan lain sebagainya), Dalam hal ini cara

Page 24: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

10

manusia bersosialisasi dalam budaya mereka memengaruhi bagaimana mereka

akan mengelola konflik.

Asumsi ketiga berkaitan dengan dampak yang dapat diakibatkan oleh

suatu tindakan terhadap citra diri. Pertama, penyelamatan citra diri (face-saving)

mencakup usaha-usaha untuk mencegah peristiwa yang dapat menimbulkan

kerentanan atau merusak citra seseorang. Penyelamatan citra diri sering kali

menghindarkan rasa malu. Pemulihan citra diri (face restoration) terjadi setelah

adanya peristiwa yang dianggap mempermalukan citra diri. Orang akan selalu

berusaha untuk memulihkan citra diri dalam merespon suatu peristiwa. Misalnya,

alasan-alasan yang diberikan orang merupakan bagian dari teknik-teknik

pemulihan citra diri ketika suatu peristiwa yang dianggap memalukan terjadi.

Konflik dan Manajemen Konflik

Dalam kehidupan bermasyarakat kita selalu dihadapkan dengan berbagai

macam masalah atau konflik. Konflik adalah hal yang akan selalu terjadi, entah

konflik dengan orang lain atau dengan keluarga kita sendiri. Konflik dalam

kehidupan pasti selalu ada dan tidak dapat dihilangkan. Konflik hanya dapat

dicegah agar masalah yang timbul tidak semakin besar dan parah (Agus, 2003).

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu

dalam suatu interaksi. Dengan dibawasertanya ciri ciri individual dalam interaksi

sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak

satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau

dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan

dengan hilangnya masyarakat itu sendiri (Syarif, 2003)

Menurut Nardjana (dalam Wijono,1993), konflik adalah suatu situasi

dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu

dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu. Menurut

Killman dan Thomas (dalam Wijono,1993), konflik merupakan kondisi terjadinya

ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada

dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang

telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya

emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja

Page 25: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

11

Dalam konflik setidak-tidaknya ada dua pihak secara perseorangan

maupun kelompok yang terlibat dalam suatu interaksi yang saling bertentangan.

Paling tidak timbul pertentangan antara dua pihak secara perseorangan maupun

kelompok dalam mencapai tujuan, memainkan peran, atau adanya nilai-nilai atau

norma yang saling berlawanan. Munculnya interaksi yang seringkali ditandai oleh

gejala-gejala perilaku yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi,

dan menekan terhadap pihak lain agar dapat memperoleh keuntungan seperti

status, jabatan, tanggung jawab, pemenuhan berbagai macam kebutuhan fisik

seperti sandang pangan, materi dan kesejahteraan atau tunjangan-tunjangan

tertentu seperti mobil, rumah, bonus, atau pemenuhan kebutuhan sosio-psikologis

seperti rasa aman, kepercayaan diri, kasih, penghargaan dan aktualisasi diri. Hal

ini mengakibatkan munculnya tindakan yang saling berhadap-hadapan sebagai

akibat pertentangan yang berlarut-larut, munculnya ketidakseimbangan akibat dari

usaha masing-masing pihak yang terkait dengan kedudukan, status sosial,

pangkat, golongan, kewibawaan, kekuasaan, harga diri, prestise dan sebagainya

(Wijono, 1993).

Tahapan Perkembangan kearah terjadinya Konflik

1. Konflik masih tersembunyi (laten). Berbagai macam kondisi emosional

yang dirasakan sebagai hal yang biasa dan tidak dipersoalkan sebagai hal

yang mengganggu dirinya.

2. Konflik yang mendahului (antecedent condition). Tahap perubahan dari

apa yang dirasakan secara tersembunyi yang belum mengganggu dirinya,

kelompok atau organisasi secara keseluruhan, seperti timbulnya tujuan dan

nilai yang berbeda, perbedaan peran dan sebagainya.

3. Konflik yang dapat diamati (perceived conflicts) dan konflik yang dapat

dirasakan (felt conflict) Muncul sebagai akibat antecedent condition yang

tidak terselesaikan.

4. Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior)

Upaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang

ditimbulkannya; individu, kelompok atau organisasi cenderung melakukan

berbagai mekanisme pertahanan diri melalui perilaku.

Page 26: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

12

5. Penyelesaian atau tekanan konflik. Pada tahap ini, ada dua tindakan yang

perlu diambil terhadap suatu konflik, yaitu penyelesaian konflik dengan

berbagai strategi atau sebaliknya malah ditekan.

Jika konflik diselesaikan dengan efektif dengan strategi yang tepat maka

dapat memberikan kepuasan dan dampak positif bagi semua pihak. Sebaliknya

bila tidak, maka bisa berdampak negatif terhadap kedua belah pihak sehingga

mempengaruhi produkivitas kerja (Rahardjo, 2007)

Dampak Konflik

1. Dampak Positif Konflik

Apabila upaya penanganan dan pengelolaan suatu konflik dilakukan

secara efisien dan efektif maka dampak positif akan muncul melalui perilaku para

pelaku konflik berupa saling mendukung, saling menghargai dan saling

pengertian. Semua ini bisa menjadikan tujuan bersama dapat tercapai bahkan

berdampak pada produktivitas kerja yang meningkat sehingga akhirnya

kesejahteraan bersama dapat terwujud dan terjamin. (Wijono, 1993).

2. Dampak Negatif Konflik

Dampak negatif konflik sesungguhnya disebabkan oleh kurang efektifnya

pengelolaan terhadap konflik yaitu ada kecenderungan untuk membiarkan konflik

tumbuh subur dan menghindari terjadinya konflik yang efektif. Akibatnya muncul

keadaan-keadaan yang tidak menyenangkan semua pihak berupa hilangnya

kondusifitas lingkungan bahkan menurunnya produktivitas kerja. (Wijono, 1993).

Strategi Mengatasi Konflik

1. Pengenalan. Kesenjangan antara keadaan yang ada diidentifikasi dan

bagaimana keadaan yang seharusnya. Satu-satunya yang menjadi

perangkap adalah kesalahan dalam mendeteksi (tidak mempedulikan

masalah atau menganggap ada masalah padahal sebenarnya tidak ada).

2. Diagnosis. Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah

diuji mengenai siapa, apa, mengapa, dimana, dan bagaimana berhasil

dengan sempurna. Pusatkan perhatian pada masalah utama dan bukan pada

hal-hal sepele.

Page 27: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

13

3. Menyepakati suatu solusi. Yaitu mengumpulkan masukan mengenai jalan

keluar yang memungkinkan dari orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Serta bersedia untuk menanggung secara bersma-sama keuntungan dan

kerugian.

4. Evaluasi. Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian masalah

baru. Jika penyelesaiannya tampak tidak berhasil, kembalilah ke langkah-

langkah sebelumnya dan cobalah lagi. (Rahardjo, 2007)

Strategi Mengatasi Konflik Antar Pribadi (Interpersonal Conflict)

1. Strategi Kalah-Kalah (Lose-Lose Strategy). Beroientasi pada dua individu

atau kelompok yang sama-sama kalah. Biasanya individu atau kelompok

yang bertikai mengambil jalan tengah (berkompromi) atau membayar

sekelompok orang yang terlibat dalam konflik atau menggunakan jasa

orang atau kelompok ketiga sebagai penengah. Dalam strategi kalah-kalah,

konflik bisa diselesaikan dengan cara melibatkan pihak ketiga bila

perundingan mengalami jalan buntu. Maka pihak ketiga diundang untuk

campur tangan oleh pihak-pihak yang berselisih atau barangkali bertindak

atas kemauannya sendiri. Ada dua tipe utama dalam campur tangan pihak

ketiga yaitu: a. Arbitrasi (Arbitration). Arbitrasi merupakan prosedur di

mana pihak ketiga mendengarkan kedua belah pihak yang berselisih, pihak

ketiga bertindak sebagai hakim dan penengah dalam menentukan

penyelesaian konflik melalui suatu perjanjian yang mengikat. b. Mediasi

(Mediation). Mediasi dipergunakan oleh Mediator untuk menyelesaikan

konflik tidak seperti yang diselesaikan oleh abriator, karena seorang

mediator tidak mempunyai wewenang secara langsung terhadap pihak-

pihak yang bertikai dan rekomendasi yang diberikan tidak mengikat.

2. Strategi Menang-Kalah (Win-Lose Strategy). Dalam strategi saya menang

anda kalah (win-lose strategy), menekankan adanya salah satu pihak yang

sedang konflik mengalami kekalahan tetapi yang lain memperoleh

kemenangan. Beberapa cara yang digunakan untuk menyelesaikan konflik

dengan win-lose strategy Hal ini dapat melalui:

a. Penarikan diri, yaitu proses penyelesaian konflik antara dua atau lebih

pihak yang kurang puas sebagai akibat dari ketergantungan tugas (task

Page 28: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

14

independence).

b. Taktik-taktik penghalusan dan damai, yaitu dengan melakukan tindakan

perdamaian dengan pihak lawan untuk menghindari terjadinya konfrontasi

terhadap perbedaan dan kekaburan dalam batas-batas bidang kerja

(jurisdictioanalambiquity).

c. Bujukan, yaitu dengan membujuk pihak lain untuk mengubah posisinya

untuk mempertimbangkan informasi-informasi faktual yang relevan

dengan konflik, karena adanya rintangan komunikasi (communication

barriers).

d. Taktik paksaan dan penekanan, yaitu menggunakan kekuasaan formal

dengan menunjukkan kekuatan (power) melalui sikap otoriter karena

dipengaruhi oleh sifat-sifat individu (individual traits).

e. Taktik-taktik yang berorientasi pada tawar-menawar dan pertukaran

persetujuan sehingga tercapai suatu kompromi yang dapat diterima oleh

dua belah pihak, untuk menyelesaikan konflik yang berkaitan dengan

persaingan terhadap sumber-sumber (competition for resources) secara

optimal bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

3. Strategi Menang-Menang (Win-Win Strategy). Penyelesaian yang

dipandang manusiawi karena menggunakan segala pengetahuan, sikap dan

keterampilan menciptakan relasi komunikasi dan interaksi yang dapat

membuat pihak-pihak yang terlibat saling merasa aman dari ancaman,

merasa dihargai, menciptakan suasana kondusif dan memperoleh

kesempatan untuk mengembangkan potensi masing-masing dalam upaya

penyelesaian konflik. Jadi strategi ini menolong memecahkan masalah

pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, bukan hanya sekedar

memojokkan orang. Strategi menang-menang jarang dipergunakan dalam

organisasi dan industri, tetapi ada 2 cara didalam strategi ini yang dapat

dipergunakan sebagai alternatif pemecahan konflik interpersonal yaitu:

a. Pemecahan masalah terpadu (Integrative Problem Solving). Usaha untuk

menyelesaikan secara mufakat atau memadukan kebutuhan-kebutuhan

kedua belah pihak.

Page 29: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

15

b. Konsultasi proses antar pihak (Inter-Party Process Consultation) Dalam

penyelesaian melalui konsultasi proses, biasanya ditangani oleh konsultan

proses, dimana keduanya tidak mempunyai kewenangan untuk

menyelesaikan konflik dengan kekuasaan atau menghakimi salah satu atau

kedua belah pihak yang terlibat konflik. (Rahardjo, 2007)

Individualistik dan Kolektivistik

Ting-Toomey memfokuskan pembahasan penyebabka konflik berdasarkan

latarbelakang perbedaan budaya. Menurut (Ting-Toomey 1998) salah satu

penyebab konflik terjadi adalah karena adanya perbedaan budaya individualis dan

kolektivis. Budaya individualis adalah budaya “kemandirian” dan budaya

kolektivis adalah budaya “saling ketergantungan”. Budaya di seluruh dunia

memiliki kadar dan ragam yang berbeda-beda dalam hal individualis dan

kolektivis. Kedua dimensi ini memainkan peranan yang penting dalam cara

bagaimana citra diri dan konflik dikelola.

Individualisme merujuk pada kecenderungan orang untuk mengutamakan

identitas individual dibandingkan identitas kelompok, hak individual

dibandingkan hak kelompok, dan kebutuhan individu dibandingkan kebutuhan

kelompok. Individualisme adalah identitas “Aku. Iindividualisme menekankan

inisiatif individu, kemandirian, ekspresi individu, dan bahkan privasi. Nilai-nilai

individualistik menekankan adanya antara lain kebebasan, kejujuran,

kenyamanan, dan kesetaraan pribadi. Individualisme melibatkan motivasi diri,

otonomi, dan pemikiran mandiri. Individualisme menyiratkan komunikasi

langsung (to the point) dengan orang lain yang sering dikenal dengan

budaya komunikasi konteks rendah.

Apabila individualisme berfokus pada identitas personal seseorang,

kolektivisme melihat ke luar diri sendiri. Kolektivisme adalah penekanan pada

tujuan kelompok dibandingkan tujuan individu, kewajiban kelompok

dibandingkan hak individu dan kebutuhan kelompok dibandingkan kebutuhan

pribadi. Kolektivisme adalah identitas “Kita”. Orang-orang di dalam

budaya kolektivistik menganggap penting berkerja sama dan memandang diri

mereka sebagai bagian dari kelompok yang lebih besar. Masyarakat kolektivistik

mementingkan keterlibatan. Beberapa nilai kolektivistik diantaranya adalah

Page 30: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

16

menekankan keselarasan, menghargai keinginan orang yang lebih tua, dan

pemenuhan kebutuhan orang lain. Kolektivisme menyiratkan komunikasi tidak

langsung (lebih banyak basa-basi), istilah sering dikenal dengan

budaya komunikasi konteks tinggi. Ting-Toomey berargumen bahwa anggota-

anggota dari budaya yang mengikuti nilai-nilai individualistik cenderung lebih

berorientasi pada citra diri, sementara anggota-anggota yang mengikuti nilai yang

berorientasi pada kelompok cenderung lebih berorientasi pada citra orang lain

atau identitas bersama dalam sebuah konflik. Budaya kolektivistik berkaitan

dengan kemampuan adaptasi. Kemampuan beradaptasi memungkinkan

munculnya ikatan yang saling tergantung dengan orang lain. Maksudnya adalah

anggota dari komunitas kolektivistik mempertimbangkan hubungan mereka

dengan orang lain ketika mereka mendiskusikan sesuatu dan merasa bahwa suatu

percakapan membutuhkan keberlanjutan dari kedua komunikator.

Konflik sering kali terjadi ketika anggota-anggota dari budaya berbeda,

atau memiliki tingkat individualistik dan tingkat kolektivistik yang berbeda

bertemu, sehingga individu-individu yang berbeda tersebut akan menggunakan

beberapa gaya konflik yang berbeda. Gaya-gaya ini merujuk pada respon yang

berpola, atau cara khas untuk mengatasi konflik pada berbagai peristiwa

komunikasi.

Menurut Ting-Toomey (1998) manajemen konflik mencakup Avoiding

(menghindar), Obliging (menurut), Compromising (berkompromi), Dominating

(mendominasi), dan Integrating (mengintegrasikan). Dalam menghindar, orang

akan berusaha menjauhi ketidaksepakatan dan menghindari pertukaran yang tidak

menyenangkan dengan orang lain. Pada gaya menurut, orang yang berkonflik

akan melakukan akomodasi pasif, yaitu berusaha memuaskan kebutuhan

kebutuhan orang lain atau sepakat dengan saran-saran dari orang lain. Dalam

berkompromi, individu-individu berusaha menemukan jalan tengah untuk

mengatasi jalan buntu dan menggunakan pendekatan memberi-menerima sehingga

kompromi dapat tercapai. Gaya mendominasi mencakup perilaku-perilaku yang

menggunakan pengaruh, wewenang atau keahlian untuk menyampaikan ide atau

mengambil keputusan. Terakhir gaya mengintegrasikan digunakan untuk

menemukan solusi masalah. Tidak seperti berkompromi, integrasi membutuhkan

Page 31: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

17

perhatian yang tinggi untuk diri anda dan orang lain, yang mengharuskan masing-

masing kelompok yang bertikai memperhatikan kelompok lainnya demi

tercapainya kepentingan bersama.

Keputusan untuk menggunakan satu atau lebih dari gaya-gaya ini akan

bergantung dari variabilitas budaya dari komunikator. Manajemen konflik juga

menganggap penting persoalan citra diri dan citra orang lain. Sehubungan dengan

perbandingan yang melintasi lima budaya (Jepang, Cina, Korea Selatan, Taiwan

dan Amerika Serikat), Ting-Toomey beberapa hal:

1. Anggota-anggota dari budaya Amerika Serikat menggunakan lebih banyak

gaya mendominasi dalam manajemen konflik.

2. Orang Taiwan menyatakan bahwa lebih banyak menggunakan gaya

mengintegrasikan dalam manajemen konflik.

3. Orang Cina dan Taiwan menggunakan lebih banyak gaya menurut.

4. Orang Cina lebih banyak menggunakan tingkat menghindar yang tinggi

sebagai gaya konflik dibandingkan kelompok budaya lainnya.

5. Orang Korea menggunakan tingkat kompromi yang lebih tinggi dari

budaya-budaya lainnya.

Budaya kolektivistik (Cina, Korea dan Taiwan) memiliki tingkat

perhatian terhadap citra diri orang lain yang lebih tinggi. Dari sini jelaslah bahwa

penelitian mengenai citra diri dan konflik menunjukkan variabilitas budaya

memengaruhi bagaimana konflik dikelola. Dalam budaya kolektivis, keanggotaan

dalam kelompok biasanya merupakan sumber utama identitas. Bagi masyarakat

Jepang, wajah melibatkan, “kehormatan, kesopanan, kehadiran, dan pengaruh

pada orang lain”. Di antara masyarakat Cina, “memperoleh dan kehilangan wajah

dekat hubungannya dengan masalah harga diri, martabat, penghingaan, rasa malu,

aib, kerendahan hati, kepercaayaan, rasa curiga, rasa hormat dan gengsi”.

Sikap yang berbeda menyangkut apa yang mewakili citra diri memiliki pengaruh

yang nyata pada bagaimana budaya memandang dan mendekati konflik. Dalam

budaya kolektif, konflik dalam kelompok-dalam “dianggap merusak citra sosial

dan keharmonisan hubungan, jadi harus dihindari sedapat mungkin”. ketika

berhadapan dengan sesuatu yang berpotensi menimbulkan konflik, masyarakat

dari budaya kolektivis cenderung menghindar. Masyarakat dari budaya

Page 32: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

18

individualistis bagaimanapun, lebih peduli pada citra sendiri dan cenderung

menghadapi dan menggunakan pendekatan yang berorientasi pada solusi untuk

mengatasi konflik. Perilaku berbeda terhadap konflik menimbulkan gaya

komunikasi budaya yang cukup berbeda. Selama komunikasi antarbudaya terjadi,

gaya yang berlawanan ini dapat menimbulkan kebingungan, kesalahpahaman,

atau bahkan kebencian di antara pelaku komunikasi. Hal yang sama juga berlaku

pada gaya komunikasi tidak langsung (seperti pada budaya konteks tinggi) dalam

rangka mempertahankan hubungan baik dapat menimbulkan efek yang sebaliknya

di antara peserta individualistis yang menganggap bahwa interaksi dapat

mengancam identitas. (Ting-Toomey, 1998).

Kompetensi dan Unsur-Unsur Kompetensi Komunikasi Antarbudaya

Kata competence adalah state of being capable, atau dapat diartikan

sebagai suatu keadaan yang menunjukkan kapabilitas atau kemampuan seseorang

sehingga ia dapat berfungsi dalam keadaan yang mendesak dan penting.

Kompetensi komunikator adalah sebuah kompetensi yang dimiliki oleh seorang

komunikator, atau kemampuan tertentu dari seorang komunikator untuk

menghindari perangkap atau hambatan komunikasi. Misalnya, mampu

meminimalisasi kesalahpahaman, kekurangmengertian, dan memahami perbedaan

sikap dan persepsi orang lain.

Oleh karena itu, yang dimaksud dengan kompetensi antarbudaya adalah

kompetensi yang dimiliki oleh seseorang (baik secara pribadi, berkelompok,

organisasi, atau dalam etnik dan ras) untuk meningkatkan kapasitas, keterampilan,

pengetahuan yang berkaitan dengan kebutuhan utama dari orang-orang yang

berbeda kebudayaannya. Kompetensi antarbudaya merupakan suatu perilaku yang

konkrit beserta sikap, struktur dan kebijakan yang datang bersamaan atau

menghasilkan kerja sama dalam situasi antarbudaya.

Ada beberapa faktor yang mendorong kita mempelajari kompetensi

antarbudaya, antara lain adanya perbedaan nilai antarbudaya, tata aturan budaya

cenderung mengatur dirinya sendiri, kesadaran untuk mengelola dinamika

perbedaan, pengetahuan kebudayaan yang sudah institusionalisasi, dan

mengadaptasikan kekuatan semangat layanan dalam keragaman budaya demi

melayani orang lain. (Liliweri, 2002).

Page 33: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

19

Dengan kata lain, kompetensi antarbudaya itu tergantung pada konteks.

Konteks tersebut itu adalah (1) konteks verbal, misalnya berkaitan dengan

pembentukan kata-kata dalam sebuah pernyataan dan topik; (2) konteks relasi,

yang menggambarkan penyusunan, tipe, dan gagasan pesan dalam berkomunikasi

dengan orang lain; (3) konteks lingkungan fisik maupun sosial suatu masyarakat

yang menggambarkan bentuk penerimaan dan penolakan tanda, simbol, ataupun

pesan dalam komunikasi. (Gudykunst, 1991).

Menurut Ting-Toomey (1998), ada tiga komponen kompetensi dalam

berkomunikasi yaitu:

1. Motivasi. Motivasi adalah daya tarik dari komunikator yang mendorong

seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain

2. Pengetahuan. Pengetahuan menentukan tingkat kesadaran atau

pemahaman seseorang tentang kebutuhan apa yang harus dilakukan dalam

rangka komunikasi secara tepat dan efektif, komponen pengetahuan turut

menentukan kompetensi komunikasi karena hal ini berkaitan erat dengan

tingkat kesadaran terhadap apa yang dibutuhkan untuk berkomunikasi

dengan orang lain.

3. Keterampilan. Kemampuan dapat membimbing kita untuk menghadirkan

sebuah perilaku tertentu yang cukup dan mampu mendukung proses

komunikasi secara tepat dan efektif. Tujuan utama dari keterampilan

semata-mata untuk mengurangi tingkat ketidakpastian dan kecemasan.

Untuk mengurangi ketidakpastian setidaknya seseorang harus mempunyai

keterampilan empati, berperilaku seluwes mungkin dan kemampuan untuk

mengurangi situasi ketidakpastian itu sendiri.

Jadi kompetensi komunikasi antarbudaya adalah seperangkat pengetahuan

dan motivasi yang harus dimiliki oleh seseorang yang dituangkan dalam

keterampilan berkomunikasi, khususnya komunikasi antar manusia berbeda

budaya.

Efektivitas Komunikasi Antarbudaya.

Gudykunts (1991) mengungkapkan bahwa efektivitas komunikasi

antarbudaya adalah kemampuan para peserta komunikasi untuk dapat

Page 34: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

20

menciptakan iklim komunikasi yang positif. Iklim positif diartikan dengan adanya

derajat kognitif yang baik, perasaan yang positif, dan tindakan yang menunjukan

kemampuan berperilaku yang tepat.

DeVito (1997) menyatakan bahwa untuk menghasilkan komunikasi

antarbudaya yang efektif adalah mengetahui pentingnya pemahaman kita

terhadap diri sendiri dan terhadap harapan orang lain dalam melintasi batas-batas

interpersonal atau budaya.

Mulyana dan Rakhmat (2006) menyatakan efektivitas komunikasi

antarbudaya adalah mengetahui pola-pola penafsiran pesan dari budaya yang

berlainan serta meminimalisir bias penilaian dan persepsi interpersonal, agar tidak

terjebak dalam stereotype.

Menurut Rich dan Ogawa (dalam Liliweri 2004) efekivitas komunikasi

tergantung pada budaya yang mempengaruhi perilaku manusianya. Semakin baik

kita mengenali dan memahami budaya mitra berkomuniaksi kita, maka akan

semakin efektif pula proses komunikasi yang kita lakukan Selain itu sikap

stereotipe atas beragam budaya harus kita terima sebagai makna yang positif atas

ragam budaya dan uniknya manusia. Jadi efektivitas komunikasi antarbudaya

adalah jika dalam interaksi tersebut tercapai pemahaman dan penerimaaan yang

tulus terhadap perbedaan – perbedaan budaya.

Kealey dan Ruben (dalam Amiruddin Z 2010) menyatakan efektivitas

komunikasi terletak pada kepuasan seseorang untuk melakukan tindakan simbolik

tertentu yang menggambarkan tidak hanya maksud atau gagasan melainkan juga

motivasi untuk bertindak. Dalam hal ini, efektivitas komunikasi antarbudaya

didahului oleh hubungan antarbudaya yang terjadi terus menerus sampai ke taraf

kualitas terbaiknya. Kualitas ini dapat dicapai ketika seseorang dapat

membedakan pengalaman berhubungan antarbudaya dengan orang yang berbeda-

beda, sehingga dapat mengambil keputusan untuk mewujudkan suatu tindakan

simbolik tertentu. Pada efektivitas komunikasi antarbudaya terdapat variabel yang

menentukan terjadinya komunikasi antarbudaya yang efektif melalui variabel

yang terkait dengan keterampilan social yaitu kejujuran, empati, pengungkapan

rasa hormt dan keluwesan dari pelaku komunikasi. Variabel lain yang

mempengaruhi efektivitas komunikasi antarbudaya adalah variabel situasional

Page 35: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

21

yang terdiri atas kondisi kerja, batasan-batasan kerja dan tingkat kesulitan kerja,

kondisi hidup, persoalan kesehatan, sasaran-sasarn proyek yang realistis,

kesimpangsiuran politik, dan kesulitan bahasa dari pelaku komunikasi. Kekuata

pribadi, partisipasi sosial, kemampuan bahasa lokal dan apresiasi adat-istidat dari

pelaku komunikasi juga mempengaruhi efektivitas komunikasi. Sebagai catatan,

kelay dan Ruben menyatakan bahwa variabel pribadi menjadi lebih penting

daripada variabel situasional didalam keefektivan komunikasi antrbudaya.

Ting-Toomey (1998) menyatakan efektivitas komunikasi antarbudaya

adalah sejauh mana komunikator mencapai makna bersama dan hasil yang

diinginkan dalam suatu situasi interaksi tertentu. Dalam teori negosiasi identitas

dinjelaskan tentang tercapainya makna bersama melalui proses negosiasi di dalam

interaksi antarbudaya, serta menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

terjadinya efektivitas dalam interaksi tersebut. Pendekatan ini dapat membantu

memahami faktor-faktor yang penting dalam terjadinya negosiasi identitas yang

efektif pada beragam kebudayaan yang melakukan interaksi dan komunikasi,

dalam suatu lingkungan sosial bersama. Interaksi komunikasi antarbudaya yang

kompetitif adalah kemampuan mengintegrasikan faktor-faktor pengetahuan dan

faktor-faktor motivasi ke dalam keterampilan interaksi sehari-hari, Ting-Toomey

(1998).

Artinya efektivitas dalam komunikasi antarbudaya adalah terciptanya

kemampuan peserta komunikasi dalam melakukan hal yang tepat dalam

menghadapi perbedaan-perbedaan budaya yang ada dalam suatu interaksi

antarbudaya.

Kemampuan melakukan hal yang tepat tersebut menurut Gudykunts(1991)

berupa terciptanya suatu iklim komunikasi yang positif. Menurut Mulyana dan

Rakhmat (2006) kemampuan tersebut berupa pengetahuan terhadap pola-pola

penafsiran pesan dari budaya yang berlainan serta meminimalisir bias penilaian

dan persepsi interpersonal, agar tidak terjebak dalam stereotype. Rich dan Ogawa

(dalam Liliweri 2004) kemampuan itu berupa pemahaman dan penerimaaan yang

tulus terhadap perbedaan – perbedaan budaya, atau sebagaimana menurut Kealey

dan Ruben (dalam Amiruddin Z 2010) kemampuan melakukan hal yang tepat

berupa kepuasan seseorang untuk dapat melakukan tindakan simbolik tertentu.

Page 36: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

22

Ting Toomey menjabarkan kemampuan melakukan hal yang tepat tersebut

melalui didapatkannya pengetahuan yang baik terkait perbedaan budaya serta

adanya motivasi dalam mencapai keselarasan makna suatu pesan.

KERANGKA BERPIKIR

Penelitian mengenai efektivitas komunikasi antarbudaya pada suku Sunda

dan suku Madura di Kelurahan Kebon Kelapa Kota Bogor dilatarbelakangi oleh

munculnya berbagai konflik yang terjadi diantara mereka yang terjadi sejak

kedatangan suku Madura pada tahun 70-an. Konflik-konflik tersebut membentuk

interaksi yang unik diantara mereka. Pada dasarnya perbedaan budaya diantara

mereka menimbulkan permusuhan dan perpecahan. Hal ini disebabkan masing-

masing suku menganggap nilai budayanya sebagai hal yang benar dan

menganggap salah pada setiap nilai yang dianggap berbeda dengan nilai yang

dianutnya. Kondisi ini dalam masa-masa awal percampuran budaya suku Sunda

dan suku Madura mengakibatkan konflik-konflik terpendam dan konflik terbuka

terjadi diantara mereka.

Selanjutnya melalui proses yang panjang seiring masa yang dilalui oleh

kedua suku ini, para anak muda berhasil melakukan manajemen konflik yang

tepat berbasiskan penyelarasan berbagai kepentingan nilai dan budaya yang ada

diantara mereka. Keterbukaan dan kesadaran pemikiran serta upaya-upaya

penerimaan atas berbagai perbedaan dilakukan oleh para generasi muda ini.

Dimasa selanjutnya apa yang dilakukan oleh para anak muda tersebut dilakukan

pula oleh para orang tua dan juga oleh generasi yang lebih muda dari keduabelah

suku. Hal inilah yang menghasilkan berkembangnya pengertian-pengertian

terhadap pengetahuan terkait perbedaan-perbedaan budaya diantara mereka.

pengetahuan ini selanjutnya memotivasi kedua belah pihak untuk mengupayakan

terciptanya komunikasi yang efektif diantara mereka.

Melalui manajemen konflik tersebut suku Sunda dan suku Madura berhasil

merubah pola pergaulan diantara keduanya yaitu hilangnya kecurigaan terhadap

perbedaan nilai dan budaya. Kondisi ini menciptakan keakraban, kepercayaan

bahkan kerjasama dalam berbagai bidang diantara mereka.

Hal ini nampaknya sesuai dengan teori negosiasi identitas oleh Stella

Ting-Toomey. Dalam teori negosiasi identitas, Ting-Toomey (1998) berasumsi

Page 37: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

23

bahwa setiap orang dalam setiap budaya sebenarnya selalu menegosiasikan

identitasnya masing-masing, yaitu keinginan bagaimana kita memperlakukan dan

diperlakukan oleh oran lain, dan untuk menegakkan dan serta menghormati

identitas dirinya dan orang lain. Tujuan utama yang hendak dicapai adalah

mengidentifikasi bagaimana orang-orang dengan budaya yang berbeda dapat

bernegosiasi dalam menangani konflik. Keinginan bernegosiasi diantara pelaku

komunikasi dengan latar belakang budaya berbeda tersebut mensyaratkan adanya

pengetahuan dan motivasi terkait perbedaan kebudayaan-kebudayaan tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi antarbudaya adalah

adanya pengetahuan dan motivasi. Interaksi komunikasi antarbudaya yang

kompetitif adalah kemampuan mengintegrasikan faktor-faktor pengetahuan dan

faktor-faktor motivasi ke dalam praktek interaksi sehari-hari.

Analisa awal dalam melihat terjadinya berbagai konflik diantara suku

Sunda dan suku Madura serta bagaimana cara mereka mengatasi konflik-konflik

adalah untuk memahami alasan terbentuknya efektivitas komunikasi antarbudaya

pada suku Sunda dan suku Madura. Melalui pemahaman yang mendalam perihal

konflik dan penanganannya memperlihatkan bahwa telah terjadi perubahan sikap

pada suku Sunda dan suku Madura yang dipelopori generasi muda dari kedua

suku. Pada awal terjadinya percampuran budaya memperlihatkan bahwa keduanya

merupakan dua suku yang berbeda dan saling terpisah dalam berbagai segi

kehidupan dan kesehari-hariannya. Pasca konflik-konfik yang berhasil

diselesaikan berkembang kegiatan pengamatan, pembelajaran dan pengalaman

para individu dari kedua suku yang menurut Ting-Toomey berfungsi sebagai alat

mendapatkan pengetahuan dan mengembangkan motivasi antarbudaya.

Penelitian ini menekankan bagaimana proses efektivitas komunikasi

antarbudaya terjadi di kelurahan Kebon Kelapa antara suku Sunda dan suku

Madura. Manajemen konflik yang dilakukan oleh suku Sunda dan suku Madura

yang menjadi dasar terjadinya negosiasi identitas bagi masing-masing budaya bisa

jadi membenarkan atau mengembangkan teori negosiasi identitas milik Stella

Ting-Toomey yang menyatakan bahwa pengamatan, pembelajaran dan

pengalaman dapat melahirkan efektivitas komunikasi antarbudaya berupa

pengertian, penghargaan dan dukungan.

Page 38: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

24

Penelitian ini menekankan bagaimana proses interaksi dan komunikasi

sosial yang dialami oleh suku Sunda dan Suku Madura sedang berjalan menuju

sebuah identitas bersama yang unik, yang menjadi ciri khas lokal. Dimana dengan

melalui tahapan-tahapan yang disepakati bersama, suku Sunda dan suku Madura

menjadikan interaksi yang terjalin diantara mereka sebagai respon dari kebutuhan

akan harmonisasi hidup berdampingan di satu sisi, dan pembuktian jati diri dan

budayanya di sisi lain.

Secara skematis dapat dilihat dalam bagan berikut ini:

Keterangan :

Pengaruh Langsung : Pengaruh Langsung

Gambar 1. Kerangka pemikiran efektivitas komunikasi antar budaya

Karakteristik Individu

Pengamatan

Pembelajaran

Pengalaman

Faktor Pengetahuan

Nilai budaya

Bahasa

Non verbal

In-group out-group

Relationshiph development

Manajemen konflik

Adaptasi antarbudaya

Faktor motivasi

Kesadaran identitas

domain

Kesadaran identitas

needs

Efektivitas komunikasi antar budaya

Saling mengerti

Saling menghargai

Saling mendukung

Page 39: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

25

METODE PENELITIAN

Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah

paradigma konstruktivisme. Pemaknaan terhadap fenomena efektivitas

komunikasi antarbudaya pada suku Sunda dan suku Madura merupakan fakta

sosial yang dikonstruksi dan dimaknai oleh Sunda dan suku Madura itu sendiri.

Realitas sosial di dalam paradigma ini dianggap merupakan konstruksi mental

individu, dan pengalaman yang sifatnya spesifik. Realitas sosial dari paradigma

konstruktivis ini tidak dapat digeneralisasikan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (induktif) dengan

menggunakan informasi yang sifatnya subyektif. Menurut Denzin (dalam Upe,

2010) penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang menjadikan multi metode

sebagai fokusnya, melibatkan pendekatan intrepetatif dan naturalistik terhadap

pokok persoalannya. Artinya bahwa peneliti kualitatif mengkaji suatu masalah

dalam situasi alami, yang tujuannya memberikan pemaknaan yang diletakkan

pada fenomena yang sedang dikaji.

Strategi penelitian adalah studi kasus, dengan pertimbangan bahwa : (1)

pertanyaan penelitian berkenaan dengan bagaimana dan mengapa, (2) penelitian

ini memberikan peluang yang sangat kecil bagi peneliti untuk mengontrol gejala

atau peristiwa sosial yang diteliti, dan (3) menyangkut peristiwa dan gejala

kontemporer dalam kehidupan yang riil (Yin, 1996 dalam Widiyanto, 2009).

Penelitian studi kasus terutama sangat berguna untuk informasi latar belakang

guna perencanaan penelitian yang lebih besar dalam ilmu-ilmu sosial. Karena

studi yang demikian itu intensif sifatnya, studi tersebut menerangi variabel-

variabel yang penting, proses-proses, dan interaksi-interaksi, yang memerlukan

perhatian lebih luas. Penelitian kasus itu merintis dasar baru dan seringkali

menjadi sumber hipotesis-hipotesis untuk penelitian lebih jauh (Suryabrata, 1997).

Menurut Sitorus (1999) penelitian studi kasus menggunakan pendekatan kualitatif

yang memungkinkan dialog peneliti dan tineliti, sehingga kebenaran adalah

kesepahaman bersama atas sebuah masalah berupa intersubjektifitas yang lahir

akibat interaksi antara peneliti dan tineliti.

Page 40: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

26

Mengingat studi mengenai efektivitas komunikasi adalah gejala yang

mengandung dimensi-dimensi historis, maka menurut Sitorus (1999) agar gejala

tersebut tertangkap maka pilihan studi kasus pada penelitian tersebut harus

memadukan dua pendekatan sekaligus antara lain menggunakan metode kasus

historis studi riwayat hidup tineliti yang khas, sehingga ditemukan jawaban

mengenai mengapa dan bagaimana peristiwa percampuran budaya terjadi.

Kemudian kajian sejarah lokal, yang memungkinkan perolehan pengetahuan

mengenai perubahan sosial pada suku Sunda dan suku Madura. Penelitian ini

kemudian akan memetakan proses terjadinya komunikasi antarbudaya, untuk

memperoleh pemahaman secara mendalam mengenai efektivitas komunikasi

antarbudaya pada suku Sunda dan suku Madura di Kelurahan Kebon Kelapa Kota

Bogor.

Penelitian dilakukan menjadi tiga tahap, antara lain :

Tabel Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian

No Tahap Penelitian Kegiatan Waktu

1. Analisis Dokumen Melakukan pengumpulan dan

kajian literatur yang berkaitan

dengan topik penelitian.

Februari 2012

2. Pra survey Melakukan penelusuran awal

tempat penelitian. Dari tahap

ini dapat diperoleh gambaran

umum wilayah penelitian,

kondisi fisik demografi,

kependudukan, dan kondisi

sosial lainnya.

Maret 2012

3. Penelitian Lapang

dan analisis

Memahami gambaran umum

suku Sunda dan suku Madura ,

memahami bagaimana proses

perkembangan interaksi dan

komunikasi dari generasi satu,

generasi dua dan genesari tiga,

manajemen konflik sebagai

hasil adaptasi dengan

April-Mei 2012

Page 41: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

27

lingkungannya, dan perubahan

pemaknaan terhadap identitas

budaya.

4. Analisis dan

Penyusunan Hasil

Penelitian

Menganalisis fakta/temuan di

lapangan

Juni-Juli 2012

5. Verifikasi Hasil

Penelitian

Memverifikasi hasil penelitian

oleh tineliti (subyek

penelitian) sebelum

dipublikasi.

Juli 2012

6. Publikasi Mempublikasi hasil penelitian

sebagai sumbangan ilmiah

dalam pengembangan studi

strategi komunikasi

antarbudaya.

Agustus 2012

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Kebon Kelapa Kecamatan Bogor

Tengah Kota Bogor, tepatnya di RT 04 RW Dimulai dari bulan Februari-Juli

2012. Lokasi dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa :

1. Di daerah ini komunitas Madura paling banyak terdapat diantara wilayah

lainnya di Kelurahan Kebon Kelapa, dimana jumlah komunitasnya menyamai

jumlah komunitas suku sunda yang tinggal di RT 04.

2. Berdasarkan kajian literatur ditemukan fakta bahwa terjadi harmonisasi hidup

antara suku sunda dan suku Madura yang menunjukkan terdapat perbedaan

pola pergaulan suku Madura yang berdiam di RT 04 dengan suku Madura

yang berada di beberapa wilayah yang mengalami konflik dengan penduduk

asli.

3. Memungkinkan secara finansial karena lokasinya mudah dijangkau.

Teknik Pengumpulan data

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kualitatif field

research dimulai dengan perumusan masalah yang tidak terlalu baku dengan

strategi penelitian studi kasus. Untuk memperoleh data, maka teknik pengumpulan

Page 42: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

28

data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi berperan serta, dan

analisis dokumen. Sebagai bentuk penyimpanan data dari ketiga teknik yang

digunakan, maka peneliti membuat catatan harian yang berisi hasil wawancara

mendalam tineliti, dan hasil pengamatan berperan serta.

Wawancara mendalam dilakukan dengan subyek kasus sebagai informan

kunci yang telah ditentukan sebelumnya dengan mempertimbangan keterwakilan

dari suku Sunda dan suku Madura area tinggal yang berbaur. Untuk memahami

perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat suku Sunda dan suku Madura

maka studi riwayat hidup (life history) informan kunci dilakukan. Para informan

kunci, ditentukan secara teknik snowball. Guna memahami fenomena sosial

komunikasi antarbudaya, maka peneliti mewawancarai sejumlah tokoh kunci

antara lain para orang tua dari generasi satu suku Sunda dan suku Madura. Mereka

adalah orang-orang yang mengalami percampuran budaya paling awal yaitu

dimulai dari kedatangan suku Madura lokasi penelitian. Generasi dua suku Sunda

dan suku Madura, yaitu anak-anak dari generasi satu. Generasi tiga, yaitu anak-

anak dari generasi dua.

Analisa Data

Untuk menganalisis data yang telah terkumpul, dalam penelitian ini

digunakan metode analisis data kualitatif. Analisa dilakukan dengan melakukan

reduksi data. Reduksi dalam proses pengumpulan data meliputi kegiatan : (1)

meringkas data; (2) mengkode ; (3) menelusuri tema ; (4) membuat gugus-gugus;

(5) membuat partisi; (6) membuat memo. Kegiatan ini berlangsung semenjak

pengumpulan data sampai dengan penyusunan laporan. Reduksi data merupakan

bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang

yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga

dapat memberikan kesimpulan akhir (Sitorus, 1998)

Triangulasi

Pensahihan pada suatu penelitian adalah dengan memeriksa satu butir uji

baru dihadapkan dengan ukuran-ukuran keterampilan atau “construct” yang sama

dan yang telah disahihkan. Bila mereka bertemu-bertumpang tindih, berkolerasi

dengan kuat-butir atau uji baru tersebut memiliki “kesahihan bersama” yang baik.

Page 43: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

29

Dalam penelitian kualitatif uji kesahihan dalam suatu penelitian disebut

triangulasi. (Miles dan Huberman 1992)

Triangulasi meliputi triangulasi sumber, teknik pengumpulan data.

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh

dari generasi pertama, kepada beberapa orang yang berbeda yang masuk dalam

kategori generasi pertama, demikian pula mengecek data yang telah diperoleh dari

generasi kedua, kepada beberapa orang yang berbeda yang masuk dalam kategori

generasi kedua, dan mengecek data yang telah diperoleh dari generasi ketiga

kepada beberapa orang yang berbeda yang masuk dalam kategori generasi ketiga.

Triangulasi teknik pengumpulan data adalah dengan cara membandingkan temuan

lapangan dalam kasus pembangunan masjid dengan kasus interaksi di kasus

penggunaan jalan dan kasus lainnya, dan dengan membandingkan temuan

lapangan melalui wawancara antara peneliti dengan yang diteliti, dengan

pengamatan peneliti perihal ketiga kasus tersebut.

Page 44: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

30

Page 45: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

31

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Kependudukan Kelurahan Kebon Kelapa

Kelurahan Kebon Kelapa adalah salah satu kelurahan yang berada di

Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor. Luas wilayah Kelurahan Kebon Kelapa

adalah -/+ 57,81 Ha, dengan jumlah penduduk sebanyak 17.419 jiwa yang

tersebar di 10 RW dan 45 RT. Kelurahan Kebon Kelapa berbatasan wilayah

dengan Kelurahan Menteng di sebelah utara, berbatasan dengan Kelurahan

Ciwaringin di sebelah timur, berbatasan dengan Kelurahan Gunung Batu di

sebelah barat, dan berbatasan dengan Kelurahan Panaragan di sebelah selatan.

Kelurahan Kebon Kelapa terletak di tengah-tengah kota Bogor. Kantor

Kelurahan Kebon Kelapa berada tepat di pinggir jalan yang merupakan pertigaan

jalan mawar. Jalur pertama ke arah utara jalan menjadi jalur menuju pusat

perbelanjaan kota Bogor seperti PGB, taman topi, atau yang lebih dikenal dengan

nama taman Ade Irma Suryani, deptstore matahari, stasiun kereta api Bogor, pusat

perdagangan kaki lima jembatan merah, Balai Kota Bogor, hingga pusat

pertokoan Suka Sari. Jalur kedua ke arah selatan adalah jalur menuju arah padang

golf Bogor, rumah sakit Karya Bakti dan rumah sakit Marjuki Mahdi, serta

merupakan jalan terusan ke Parung dan ke kota Jakarta. Jalur ketiga adalah ke

arah timur menuju gelanggang olahraga kota Bogor, serta menuju pusat

perbelanjaan Jambu Dua, dan arah menuju Cibinong.

Letak Kelurahan Kebon Kelapa sendiri berhadapan dengan di pisah satu

bidang jalan dengan dua area perdagangan kaki lima. Jajaran pedagang kaki lima

pun terdapat di sebelah kiri Kelurahan Kebon Kelapa. Kondisi ini menjadikan

kelurahan Kebon Kelapa dapat memantau kegiatan warga di sekelilingnya di satu

sisi, namun menjadikannya berhadapan langsung dengan segala permasalahan

perkotaan di sisi lain. Seperti kemacetan jalan raya, berbagai problem kaki lima,

berbagai kejahatan di jalan raya, berbagai kecelakaan jalan serta banyak lagi

masalah lainnya yang merupakan problem khas perkotaan.

Kelurahan Kebon Kelapa juga berdekatan dengan pasar rakyat kota Bogor

yaitu pasar Anyar dengan jarak satu kilometer. Pada malam hari di seluruh jalan

menuju pasar dan di tengah jalan yang menjadi muara dari jalan-jalan yang

berbentuk pertigaan tersebut menjadi pasar ilegal. Hal ini membuat wilayahnya

Page 46: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

32

terus ramai selama 24 jam. Sejak dari pukul satu dini hari, badan jalan ini di

padati oleh para pedagang yang menjual barang dagangannya di sepanjang jalan

yang menghubungkan berbagai tempat sebagaimana disebutkan di atas. Aktivitas

perdagangan ini sebenarnya merupakan kegiatan ilegal karena berada di lokasi-

lokasi ilegal, mengingat tempat yang digunakan tersebut merupakan badan jalan

raya, namun dikarenakan kemanfaatan yang didapat dari adanya para pedagang

tersebut, seperti memudahkan para penjual makanan jadi untuk berbelanja ke

tempat yag lebih dekat dan dengan harga yang lebih murah serta bahan bahan

makanan yang masih segar, maka fenomena tersebut dibiarkan oleh pemerintah

setempat, dengan ketentuan bahwa pasar harus sudah bubar pada pukul setengah

lima pagi untuk menghindari permasalahan bagi pengguna jalan seperti kemacetan

lalu lintas yang mulai ramai sejak pukul lima pagi tersebut.

Para pedagang yang datang untuk berjualan di pasar dini hari itu terdiri

dari para petani dan para pedagang yang tidak memiliki tempat berjualan di pasar

legal, sehingga harus menjual sendiri hasil taninya, dengan tanpa melalui mata

rantai perdagangan pasar yang legal. Jika kemudian barang-barang dagangan

tersebut tidak habis terjual, maka para pedagang pasar ilegal itu akan menjualnya

kepada para pedagang pasar legal. Barang-barang tersebut kemudian dijual pada

pagi harinya oleh para pedagang pasar legal tersebut dengan harga mencapai dua

kali lipat dari harga beli. Adapun para pembeli adalah mereka yang merupakan

para pedagang makanan jadi. Mereka berdatangan dari berbagai penjuru kota

Bogor, termasuk para pedagang dari RT 04. Mereka sangat senang dengan adanya

pasar ilegal tersebut, karena di samping tempatnya yang relatif lebih dekat dengan

tempat tinggal mereka, juga karena di pasar ilegal tersebut mereka bisa

mendapatkan bahan-bahan yang masih segar dengan harga yang cukup murah.

Para pedagang makanan ini memulai aktivitasnya sejak pukul tiga dini hari

sehingga olahan makanan segera dapat mereka jual untuk keperluan sarapan bagi

mereka yang menjadi konsumen dagangannya.

Pada awalnya, keberadaan pasar ilegal tersebut dilarang dan sering kali di

bubarkan oleh pemerintah setempat, dengan alasan menggunakan tempat yang

tidak semestinya, serta menyebabkan kotornya jalan raya oleh sampah dagangan.

Namun setelah melihat manfaatnya baik bagi para warga yang menjadi pembeli

Page 47: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

33

dan juga bagi para petani yang penjadi penjual di pasar ilegal tersebut, maka

pemerintah kota Bogor membuat kesepakatan tidak tertulis dengan para pelaku

pasar ilegal tersebut. Perjanjian yang dimaksud yaitu kegiatan pasar hanya boleh

dimulai dari pukul dua dini hari dan sudah harus berakhir ketika pukul setengah

lima pagi. Juga dengan catatan jalan yang menjadi area pedagangan harus bersih

tanpa meninggalkan sampah sisa dagangan. Selama para pelaku pasar mampu

untuk memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan itu, maka selama itu pula

mereka di perbolehkan melakukan aktivitas ilegal tersebut.

Bagi warga RT 04, keberadaan pasar ilegal tersebut semakin membuka

peluang dalam mengembangkan berbagai usaha mereka terutama dalam hal

penjualan makanan jadi dan juga kreativitas-kreativitas lainnya. Bahkan sebagian

warga RT 04 memanfaatkan pasar ilegal tersebut untuk menjual jasa angkutan dan

juga jasa tenaganya.

Kelurahan Kebon Kelapa juga berdekatan dengan lokasi-lokasi penting

yang ada di kota Bogor, yaitu jarak 5 kilometer dari jalan utama yang

menghubungkan kota Bogor dengan kota-kota di sekitarnya seperti Jakarta,

Banten, dan Bandung, 1 kilometer jarak menuju kebon raya Bogor, dan 2

kilometer menuju pasar dan pusat-pusat perdagangan kota bogor. Kedekatan pada

berbagai lokasi penting ini berdampak pada kemudahan akses menuju lokasi-

lokasi tersebut sehingga memungkinkan roda perekonomian berbasis perdagangan

berkembang di sekitar wilayah kelurahan Kebon kelapa ini.

Page 48: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

34

Tabel 1. Profil Kelurahan Kebon Kelapa Bogor Tahun 2011

No Profil Jumlah

1.

2.

3.

4.

Luas Kelurahan Kebun Kelapa

Formasi Kelurahan :

RT

RW

Batas wilayah :

Utara

Timur

Barat

Selatan

Keadaan demografi :

Penduduk

-Laki-laki

-Perempuan

Kepala Keluarga

-/+ 57,81 Ha

45 RT

10 RW

Kelurahan Menteng

Kelurahan Ciwaringin

Kelurahan Gunung Batu

Kelurahan Panaragan

16.460 jiwa

8.471 jiwa

7.998 jiwa

4.654 KK

Sumber : Profil kelurahan Kebon Kelapa Kota Bogor Tahun 2011.

Adapun RT 04 RW 10 merupakan salah satu dari 45 RT dari 10 RW yang

berada dalam lingkungan Kelurahan Kebon Kelapa. Letak RT 04 RW 10 berada

di sebelah kanan dari kelurahannya, yaitu kelurahan Kebon Kelapa, oleh karena

itu, RT 04 RW 10 pun berada di pusat kota Bogor, dengan jarak sejauh 500 meter

ke Kelurahan, jarak 2 kilometer ke kecamatan dan jarak yang cukup dekat yaitu

sekitar satu kilometer untuk ke berbagai pusat perdagangan dan perbelanjaan yang

banyak terdapat di kota Bogor. Keadaan ini memungkinkan berkembangnya usaha

perdagangan dan berbagai kreativitas usaha dan jasa. Kebanyakan warga RT 04

bergerak dibidang ini sehingga perekonomiannya di dominasi perdagangan,

wiraswasta dan penyedia jasa. Sebagian yang lain berprofesi sebagai karyawan

swasta atau negeri, atau sebagai tenaga pengajar.

Wilayah RT 04 terdiri dari beberapa area pemukiman. Sebagai area utama

adalah area yang disebut area pinggir jalan, yaitu sebuah lokasi pemukiman

dimana posisi rumah-rumah warga saling berhadapan dengan dipisahkan jalan

kecil yang hanya dapat dilalui satu mobil. Area ini selain sebagai area

pemukiman, karena letaknya yang terpisah oleh sebuah ruas jalan, juga

Page 49: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

35

merupakan pusat kegiatan ekonomi yang berada di RT 04. Di sana terdapat enam

buah warung sembako besar dan kecil, tujuh buah warung makan, satu buah toko

material, satu buah bengkel motor, dua buah pangkalan becak, dua buah warnet,

satu buah warung bakso dan mie ayam dan satu buah warung soto. Selanjutnya

adalah area pemukiman pinggir kali, dinamakan demikian karena letaknya yang

berada di sepanjang aliran sungai Cidepit. Area ini terletak di pangkal jalan area

pinggir jalan, disana terdapat pula tiga buah warung makan, empat buah warung

sembako kecil, dua buah counter handphone dan satu buah warnet. Selanjutnya

area gang kuburan. Area ini adalah sebuah gang yang dipisah oleh tembok yang

tinggi yang berfungsi sebagai pembatas area ini dengan pekuburan umum yang

terdapat di wilayah Kebon Kelapa. Posisi area ini berada di ujung jalan area

pinggir jalan. Di pangkal jalan menuju area ini terdapat dua buah counter

handphone sebagai tempat usaha milik warga setempat serta satu buah warung

sembako dan satu buah home industri kacang kemasan. Keseluruhan wilayah yang

masuk ke dalam RT 04 ini adalah seluas 20 hektar. Lokasi pemukiman yang

digunakan juga untuk berbagai kegiatan perekonomian ini menjadikan RT 04 RW

10 ini relatif padat.

Banyaknya kegiatan perdagangan yang terjadi di RT 04 ini tidak terlepas

dari kedekatannya kepada berbagai akses di sekitarnya sebagaimana

Kelurahannya. Ketersediaan berbagai kebutuhan yang mudah didapat pun menjadi

faktor lain yang menghidupkan berbagai usaha di RT 04. Adapun para pembeli

dari barang-barang dagangan yang ditawarkan di sepanjang jalan di RT 04 adalah

para warga sendiri dan siswa sekoalah yang terdapat di sekitar area pemukiman

RT 04. Terdapat beberapa lembaga pendidikan yang mengelilingi RT 04. Salah

satunya adalah yayasan pendidikan Islam Alghazali. Yayasan pendidikan ini

memiliki jenjang pendidikan dari SD, SMP dan SMA sebagai lembaga pendidikan

umum, juga terdapat jenjang pendidikan Diniyah, Tsanawiyah dan Aliyah,

sebagai pendidikan keagamaan. Ada juga SD impres yang terdiri dari SD 1, SD 2,

SD 3, dan SD 4, yang berada dekat dengan wilayah RT 04 yang memungkinkan

murid-murid di sana bermain dan berbelanja ke RT 04. Di dekat SD impres

tersebut terdapat juga sekolah tingkat menengah bernama SMK Bina Bangsa.

Lokasi jalan di RT 04 yang berfungsi sebagai jalan tembus ke berbagai tempat

Page 50: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

36

seperti pemukiman rumah di Gunung Batu, pemukiman rumah Lebak, pemukiman

rumah Kebon Kopi, memungkinkan area ini dapat menghidupkan berbagai jenis

usaha.

Hal ini membuat kemampuan berkreativitas mengelola potensi-potensi

yang ada sangat dibutuhkan, karena di sisi lain, dampak perkotaan adalah

kesulitan lapangan pekerjaan yang berakibat pada tingginya angka pengangguran

bagi mereka yang berdaya kreatif rendah. Kedua hal tersebut terjadi di RT 04,

yaitu bagi orang-orang yang memiliki daya kreativitas yang tinggi maka akan

mampu untuk memperoleh penghidupan yang layak bahkan berlebih. Adapun

mereka yang kurang kreatif akan menjadi korban persaingan hidup dan cenderung

menjadi pengangguran.

Orang-orang yang memiliki daya kreatif inilah selanjutnya yang menjadi

kunci kesuksesan perekonomian RT 04. Mereka mengadakan kerjasama-

kerjasama bisnis di antara sesama RT 04. Kegiatan ini selain bertujuan

membesarkan usaha-usaha yang mereka rintis, juga bertujuan membangun

ekonomi bersama, yaitu mereka yang kurang beruntung direkrut untuk

bekerjasama baik sebagai pegawai, sebagai partner dalam kegiatan ekonomi

mereka, hingga peminjaman modal usaha.

Luas wilayah RT 04 adalah 20 kilometer. Lahan ini terbagi menjadi tiga

area pemukiman dan digunakan pula sebagai tempat berbagai usaha dan

perekonomian. Ketersediaan lahan yang sempit dengan penduduk sebanyak 180

KK ini menjadikan RT 04 hanya memiliki fasilitas umum berupa satu buah

masjid, satu buah puskesmas, satu buah lapangan futsal, satu buah tempat

pemandian umum, satu buah mushola, dan satu ruas jalan sepanjang 500 meter.

Page 51: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

37

Tabel 2. Profil Usaha Warga RT 04 RW 10

Area

No Bentuk Usaha Pinggir Jalan Pinggir

Kali

Gang Kuburan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

Warung sembako

(besar dan kecil)

Warung makan

Warung bakso

Warung mie ayam

Warung soto

Warnet

Konter handphone

Toko material

Shworoom motor

Home industri

Pangkalan becak

6 buah (besar

dan kecil)

7 buah

1 buah

2 buah

1 buah

2 buah

-

1 buah

1 buah

-

2 buah

4 buah

(kecil)

3 buah

-

-

-

1 buah

2 buah

-

-

-

1 buah (kecil)

-

-

-

-

-

2 buah

-

-

1 buah (kacang

kemasan)

-

Sumber : Profil RT 04 RT 10 Tahun 2011

Dipilihnya wilayah ini sebagai tempat penelitian, karena hanya di RT 04

lah komunitas Madura paling banyak terdapat, di antara wilayah lainnya di

kecamatan Kebon Kelapa. Jumlah mereka yang sebanyak 35% dari total

penduduk RT 04 menyamai jumlah suku Sunda yang tinggal bersama mereka

sebagai warga RT 04 yaitu sebanyak 40% .

Diketiga area yang masuk ke dalam wilayah RT 04 tersebut, suku Sunda

dan suku Madura hidup berdampingan dan berbaur. Keberbauran tersebut dapat

dilihat dari posisi rumah orang yang berasal dari suku Sunda yang bersebelahan,

ataupun berhadapan dengan rumah orang yang berasal dari suku Madura. Kondisi

rumah yang berdekatan satu sama lainnya ini memungkinkan mereka untuk

bertemu dan bertegur sapa disetiap kesempatan. Di area pinggir jalan, pembauran

antar suku lebih jelas terlihat, yaitu warga dari suku Sunda berdampingan rumah

dengan tetangganya yang bersuku Madura. Terdapat 60 KK di area pinggir jalan,

dan dari 60 KK yang ada tersebut terdiri dari suku Sunda sebanyak 28 KK, suku

Page 52: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

38

Madura 22 KK, sedangkan sisanya terdiri dari suku Jawa, suku Padang dan suku

Batak. Dari ketiga area yang termasuk dalam wilayah RT 04, suku Batak, suku

Jawa dan suku Padang hanya terdapat di area pinggir jalan ini. Berbagai kondisi

yang telah dijelaskan, menjadikan area ini merupakan pusat segala problematika

sekaligus penyelesaiannya di RT 04. Pusat perdagangan di area RT 04 juga

terdapat di sini. Masjid RT 04 juga terdapat di area ini. Berbagai kejadian konflik

juga selalu berawal dari area ini. Demikian juga berbagai penyelesaiannya selalu

merupakan inisiatif warga yang berada di area pinggir jalan ini. Para informan

yang diambil dalam penelitian ini sebagian besarnya adalah warga RT 04 yang

berada di area pinggir jalan ini. Seperti Pak Agus dan Pak Syamsudin dan juga

beberapa informan yang kemudian masuk dalam kategori generasi ketiga. Lokasi-

lokasi yang kemudian menjadi arena interaksi di lingkungan dalam wilayah

tinggal juga terdapat di sini. Hal ini dikarenakan bentuk pemukiman yang

terbentuk di sepanjang jalan RT 04 memungkinkan terjadinya beragam kegiatan

di sana. Melalui jalan ini pulalah para penduduk RT 04 datang dan pergi. Para

pedagang yang termasuk jajaran orang kaya RT 04 baik yang terdiri dari suku

Sunda maupun yang terdiri dari suku Madura tinggal di area pinggir jalan ini. Di

jalan ini juga lah beberapa isu berkembang dan kemudian menjadi konflik di

antara suku Sunda dan suku Madura.

Hal ini mengindikasikan bahwa selain jumlah kedua suku yang diteliti

yaitu suku Sunda dan suku Madura di area yang pertama ini dapat dikatakan

sepadan, juga bahwa di area inilah yang menjadi titik sentral bagi perkembangan

hubungan kedua suku yang di teliti ini.

Selanjutnya di area pinggir kali, warga yang tinggal di sana didominasi

suku Madura, sebanyak 20 KK, sedangkan suku Sunda sebanyak 11 KK. Area ini

masih merupakan bantaran kali Cidepit ketika suku Madura gelombang yang

selanjutnya itu datang ke RT 04. Tidak terdapat perumahan penduduk di sana,

sehingga orang Madura lah yang menjadi pemukim pertama di sepanjang

pinggiran sungai Cidepit itu. Maka dari itu sangat wajar ketika kemudian

penduduk yang berasal dari suku Madura jumlahnya lebih banyak dari penduduk

yang berasal dari suku Sunda yang tinggal disana. Hal ini juga di sebabkan karena

suku Sunda yang bertempat tinggal di area pinggir kali ini merupakan para

Page 53: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

39

pendatang dari luar RT 04 yang kedatangannya terjadi setelah komunitas Madura

di sana cukup banyak. Di area ini kehidupan antar suku relatif lebih tenang

dibandingkan percampuran suku yang terjadi di area pinggir jalan maupun di area

gang kuburan yang terkadang di warnai beberapa konflik. Di area ini tidak pernah

terjadi konflik di antara suku Sunda dan suku Madura. Namun sisi negatif dari

kondisi yang relatif tenang itu adalah tidak adanya perkembangan hubungan yang

terjadi di sana. Kedua suku ini tetaplah merupakan dua suku yang terpisah satu

sama lain. Masing-masing hanya peduli pada kehidupannya sendiri saja. Jika

bukan karena hubungan yang semakin akrab antara suku Sunda dan suku Madura

di area pinggir jalan pasca berbagai konflik yang mereka lalui, di area pinggir kali

tidak akan terjalin keakraban antar suku. Hanya karena mengikuti pola interaksi

warga pinggir jalan, dimana hal tersebut mereka lihat saat di masjid, maka area

pinggir kali pun selanjutnya mengembangkan hubungan yang lebih akrab di

antara suku Sunda dan suku Madura yang terdapat di sana

Area penelitian yang ketiga adalah area gang kuburan. Di area gang

kuburan suku Sunda sebanyak 32 KK, sedangkan suku Madura hanya 11 KK.

Area gang kuburan adalah area pemukiman yang pertama ada di wilayah RT 04.

Sejak awal, memang area inilah yang menjadi lingkungan tinggal warga yang

pada awalnya semuanya terdiri dari suku Sunda. Di area inilah para tokoh utama

suku Sunda berada. Di area ini pula komunitas Sunda memang merupakan

penduduk asli RT 04. Di area ini pula warga sering berkumpul terutama ketika

konflik-konflik terjadi, karena ketua RT 04 selalu merupakan warga yang berasal

dari tempat ini, bertempat tinggal di sini dan bersama orang-orang yang

merupakan komunitas penting suku Sunda. Orang Madura terutama para anak

muda sering berkunjung ke tempat ini. Mereka akan memulai tradisi

silaturahminya dari tempat ini. Serta sering kali menjadikan salah satu rumah

warga di sana sebagai tempat merencanakan pertemuan antar suku ketika konflik

mulai tercium. Walaupun pada akhirnya pertemuan-pertemuan besar di antara

mereka selalu terjadi di area pinggir jalan, baik di masjid maupun di rumah salah

satu warga Madura, karena alasan ruang yang luas yang cukup untuk menampung

banyak orang seperti TPA milik Pak Syamsudin. Hanya terdapat sedikit suku

Madura yang tinggal di area ini. Hal ini karena lokasi tinggal di area ini sudah

Page 54: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

40

padat sejak semula sehingga hanya dapat menampung sedikit tambahan saja.

Tidak terdapat suku lain selain suku Sunda dan suku Madura di area gang kuburan

ini. Hal itu justru membuat keakraban antar suku menjadi lebih mudah terjadi.

Sebelas keluarga suku madura yang tinggal di sana tidak kesulitan untuk berbaur

dengan komunitas Sunda yang dominan di area tinggalnya. Hal ini dikarenakan

pada dasarnya suku Sunda memang merupakan suku yang ramah, ditambah

kondisi suku Madura yang tinggal di sana tidak terlalu berbeda secara ekonomi

dengan mereka, sehingga tidak terdapat kesenjangan di antara kedua suku yang

tinggal berdampingan tersebut.

Dari data ini terlihat bahwa terdapat pembauran dari segi posisi area rumah

tinggal di seluruh wilayah RT 04, yang berdampak pula pada pergaulan dan

interaksi keseharian warga setempat.

Tabel 3. Wilayah dan jumlah warga RT 04 RW 10 Kelurahan Kebonkelapa Kota Bogor

N

No

Suku Wilayah pinggir

jalan

Wilayah pinggir

kali

Wilayah gang

kuburan

1 Sunda 28 KK 11 KK 32 KK

2 Madura 22 KK 20 KK 11 KK

Sumber: Profil RT 04 RT 10 Tahun 2011.

Sejarah kedatangan suku Madura dan berbagai tanggapannya

Menurut keterangan dari informan, bahwa pendatang yang tinggal di RT

04 bukan saja dari suku Madura yang datang sejak tahun 70-an, tetapi dari suku

Sunda pun ada sebagian yang merupakan pendatang, dimana asal mereka adalah

dari kota Garut dan kota Banten. Ada pun kedatangan suku Madura ke RT 04

yang paling awal yaitu pada tahun 1970 disebut sebagai pendatang pertama. Suku

Sunda pendatang berada di RT 04 sejak tahun 1978. Selain mereka adalah suku

Sunda pribumi. Namun suku Sunda pribumi menganggap suku Sunda yang datang

dari Garut dan Banten sebagai pribumi sebagaimana mereka, sedangkan pada

orang Madura, tetap dianggap sebagai pendatang. Oleh karena itu, tetap terdapat

dua kategori penghuni RT 04, pribumi yaitu suku Sunda dan pendatang yaitu suku

Madura.

Saya juga sebenernya lahirnya di daerah Bantar Kambing sana,

bukan disini, tapi keluarga banyak di sini, pak Odih kan masih

Page 55: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

41

saudara saya, ada juga pak Ukuy dari banten, ya sama aja sesama

Sunda ya pribumi lah kita ini (Agus, Sunda generasi 2)

Kedatangan suku Madura yang pertama kalinya, yaitu pak Munara,

menempati area pinggir jalan. Dalam pengakuan informan yang merupakan suku

Sunda pribumi, digambarkan sebagai orang yang tidak banyak bicara, raut

wajahnya terkesan galak, dan berperilaku mudah marah dan mudah pula

mengeluarkan senjata cluritnya. Hal ini mengakibatkan suku Sunda enggan

menyapa ataupun berbincang dengan Pak Munara dan keluarganya, informasi ini

dibenarkan oleh beberapa orang suku Sunda lainnya, bahkan orang-orang dari

suku Madura pun membenarkan cerita tersebut.

Selanjutnya terjadi perubahan sikap pada pendatang yang datang

kemudian yaitu pada tahun 1973. Mereka yang datang kemudian itu adalah Pak

Siddik, Pak Mawi dan Pak Bunawi. Mereka dianggap lebih ramah dan mau

bertegur sapa dengan tetangganya yang berbeda suku, ketiga pendatang ini pun

menempati area pinggir jalan. Karena kedatangan yang pertama dengan

kedatangan gelombang kedua tidak terlalu jauh jaraknya, serta usia mereka yang

hampir sepadan, maka mereka dikategorikan sebagai generasi pertama dari suku

Madura yang datang ke RT 04. Selanjutnya suku Madura masih berdatangan ke

RT 04 hingga tahun 2011.

Ini mah saya mau cerita zaman dulu ya, dulu tuh sekitar tahun tujuh

puluhan lah, saya ingetnya mah, Pak Munara, yang pertama datang

tuh dia suku Madura, orangnya galak, ya gimana ya wajahnya tuh

sangar menurut saya mah, ih pokoknya mah takut lah kita tuh, mau

lewat depan rumahnya aja enggak berani da’, kebiasaannya nih

kalau sore, itu celurit, gede, diasah sama dia di depan rumah teh,

kaya gitu tuh, tapi pas kira-kira tiga tahunan lah dari itu, datang

Pak Mawi, Pak Husen dan Pak Siddik, segitu kalau ga salah, nah

mereka mah ramah tuh apalagi Pak Siddik, orangnya baik” (Ujang

Madi, Sunda, generasi 1)

Adapun dari suku Sunda, penghuni yang dianggap mula-mula adalah

keluarga Pak Arsa, yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Arsa. Mbah Arsa

lebih dikenal dari yang lainnya sebagai penduduk asli RT 04, lebih disebabkan

posisinya sebagai pemuka agama, sehingga orang-orang kemudian

menganggapnya sebagi tetua suku mereka. Selanjutnya dari keturunan Pak Arsa

Page 56: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

42

inilah para pemuka suku Sunda bermunculan, seperti Pak Odih yang dalam

penelitian ini dimasukkan dalam kategori generasi pertama suku Sunda.

Suku Sunda yang dijadikan sebagai informan generasi pertama dalam

penelitian ini dilihat dari segi kesepadanan usia dengan para pendatang suku

Madura di awal kedatangan suku ini.

Mbah Arsa mah kabuyutan orang sini lah, iya kabuyutan, Sunda

aslinya lah di RT 04 mah, orangnya sholeh, kita semua tuh ngaji ke

dia dulu mah, sekarang kan ke keturunannya, Pak Odih, Pak Arif

(Ujang Madi, Sunda, generasi satu)

Kelembagaan Warga RT 04 RW 10

Bidang Ekonomi

Terdapat banyak kerjasama di bidang ekonomi yang terjadi di RT 04. Di

antaranya berupa anak-anak muda suku Sunda yang bekerja sebagai pegawai pada

para pedagang suku Madura. Contoh model kerjasama ini seperti Mumuh, seorang

suku Sunda yang bekerja kepada Pak Madi seorang suku Madura sebagai

pegawainya yaitu sebagai tukang sate. Pekerjaan para tukang sate dimulai sejak

dini hari. Seperti pak Madi yang akan berangkat ke pasar untuk membeli ayam

serta berbagai keperluan bumbu sate pada pukul 03.00 dini hari. Sesampainya

dirumah, dia bersama istrinya akan langsung bekerja seperti meracik bumbu dan

mengolah ayam dan menusuk sate. Adapun sebagai pegawainya, Mumuh bertugas

sejak dari pembuatan sate pada pagi harinya yaitu sekitar jam delapan pagi,

dilanjutkan dengan mendorong gerobak pada pukul empat sore ke lokasi

perdagangan yang di sediakan pemerintah yaitu disepanjang pinggiran jembatan

merah, dan melayani pembeli sejak sore hingga malam hari. Adapun pak Madi

bertindak sebagai pembakar sate serta peracik bumbu sate yang telah dipersiapkan

oleh istrinya dari rumah. Disepanjang kegiatan ini, pak Madi akan mengajarkan

kepada Mumuh berbagai ilmu dagang yang di milikinya, dengan tujuan kelak

ketika Mumuh sudah siap untuk mandiri ilmu itu akan berguna untuknya. Ketika

penelitian ini dilakukan, Mumuh sudah berkeluarga dan menjalani usaha sebagai

pedagang sate dan mie ayam. Selain penghidupan yang semakin membaik,

Mumuh juga semakin erat menjalin hubungan baik dengan mantan bosnya

tersebut. Dia sering berkunjung kerumah pak Madi untuk sekedar ngobrol atau

Page 57: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

43

bahkan mendiskusikan usaha dagang masing-masing. Sering juga mereka

mengobrol sambil menusuk sate baik di rumah pak Madi maupun di rumah

Mumuh.

Bentuk lain kerjasama ekonomi adalah antara Indra dan Kiki. Kiki adalah

anak muda suku Madura yang menangani usaha toko Material milik ayahnya. Ia

mengajak Indra yang merupakan orang Sunda itu untuk membantunya sebagai

pegawai di tokonya. Ketika penelitian ini dilakukan, kerjasama kedua anak muda

ini berdampak pada kedekatan keluarga kedua belah pihak. Ibu Indra menjalin

hubungan dekat dengan ibu Kiki, Bahkan ayah indra yang terkena PHK, akhirnya

ikut bekerja di material Kiki. Selain dengan Indra, Kiki berteman juga dengan

Adi. Adi adalah suku Sunda yang menjadi pemilik warung sembako kecil

diseberang toko Material milik Kiki. Keduanya sering saling membantu dalam

pengembangan usaha masing-masing. Tidak hanya soal perdagangan, mereka

memperluas pergaulan pada berdiskusi berbagai hal termasuk hal-hal yang

menyangkut agama, bahkan diantara mereka saling memperkenalkan nilai- nilai

kebudayaan masing-masing. Perkembngn hubungan inilah yng di kemudian hari

berdampk pada efektivitas komunikasi antarbudaya di RT 04.

Kerjasama juga terjalin antara pak Marsuli (Madura) dan pak Edi (Sunda).

Sebagai pemilik toko sembako yang relatif besar, pak Marsuli membantu pak Edi

mengisi toko sembako kecilnya, dengan perjanjian pengembalian modal dilakukan

secara menyicil. Nampaknya kedekatan hubungan pertemanan diantara mereka

membuat kepercayaan ini terbentuk diantara mereka. Ketika penelitian ini

dilakukan, pak Edi sedang mengalami masalah keuangan di toko sembakonya,

yaitu pegawainya berbuat curang kepadanya dengan melarikan uang hasil

penjualan. Hal ini mengakibatkan toko sembako pak Edi mengalami

kebangkrutan. Menghadapi kondisi ini pak Marsuli kemudian menarik pak Edi

untuk bekerja di warung sembakonya, dengan catatan hasil kerjanya harus di

tabung sebagai bekal untuk menjadi modal usahanya, kelak ketika uang tersebut

sudah cukup banyak.

Kerjasama juga terjalin diantara Subhi dan Ekha. Ekha yang merupakan

orang Sunda itu adalah seorang anak yatim. Ayahnya meninggal ketika ia masih

duduk di bangku kelas dua SD. Ekha hanya mampu bersekolah hingga tingkat

Page 58: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

44

satu SMA berkat harta peninggalan ayahnya. Setelah putus sekolah Ekha

menganggur cukup lama. Subhi seorang suku Madura itu adalah temannya semasa

SMP dan juga mereka bertetangga rumah. Ketika Subhi melanjutnya ke jenjang

pendidikan tinggi di jakarta, usaha yang baru dirintisnya berupa Warnet menjadi

agak terbengkalai, oleh karena itu ia mengajak Ekha untuk bekerja membantunya

mengurusi Warnet miliknya tersebut. Karena rumah Ekha yang kecil dengan

penghuni yang cukup banyak, maka Subhi mengajak Ekha untuk tinggal

dirumahnya. Hal ini mengakibatkan kedekatan bukan saja antara Ekha dengan

keluarga Subhi, tapi juga keluarga Ekha akhirnya menjadi akrab dengan keluarga

Subhi. Ketika penelitian ini dilakukan, mereka berdua sedang berusaha mencari

akses dalam usaha menjual karigrafi buah tangan Ekha.

Hasil kerjasama juga di rasakan oleh pak Amat. Ketika penelitian ini

dilakukan pak Amat yang orang Sunda ini adalah seorang pedangan Sate yang

sangat sukses. Dia berhasil membuka sebuah restouran sate dengan

mempekerjakan 10 karyawan. Kesuksesannya menyamai kesuksesan pedagang-

pedangan sate yang termasuk jajaran orang kaya dari suku Madura. Awalnya pak

Amat adalah pegawai di Restoran Sate milik pak Ismail, seorang suku Madura.

Selama bekerja pada pak Ismail Pak Amat secara bergantian ditempatkan

diberbagai bagian seperti peracikan bumbu, pencarian akses penjualan, hingga

mengurus keperluan pegawai restoran. Hal ini memungkinkan pak Amat

mempelajari seluk beluk usaha sate yang memjadikannya sukses di kemudian

hari. Ilmu dagannya ini kemudian diwariskannya kepada anak-anaknya. Namun

dari keenam anaknya, hanya anaknya yang bernama Oma yang berhasil

meneruskan bakat dagang sang ayah. Ketika penelitian ini dilakukan ayah dan

anak ini telah sama-sama memiliki usaha perdagangan sate yang cukup besar dia

lokasi perdagangan air mancur Kota Bogor.

Pak Syamsudin dan pak Jajat berteman sejak mereka berdua duduk di

bangku SD. Pak Syamsudin adalah orang dari suku Madura sedangkan pak Jajat

berasal dari suku Sunda. Pak Syamsudin memiliki usaha pembuatan batako. Ia

mempekerjakan Pak Jajat yang mengalami putus sekolah itu di rumah usahanya

tersebut. Kedekatan hubungan pertemanan mereka merambat pada pendidikan

keagamaan oleh Pak Syamsudin kepada Pak Jajat dan anak-anaknya. Pak Jajat

Page 59: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

45

belajar mengaji kepada Pak Syamsudin. Kedua anak Pak Jajat belajar mengaji di

TPA milik Pak Syamsudin tanpa di pungut bayaran.

Mata pencarian warga di wilayah RT 04 terdiri dari para pedagang

makanan jadi, pelaku ekonomi ini di dominasi warga dari suku Madura. Salah

satu nilai budaya pada suku Madura adalah “giat bekerja”. Nilai ini nampaknya

menjadi semakin kuat ketika suku ini mejadi suku pengembara terbesar di

Indonesia. Mencari penghidupan di rantau orang membutuhkan kesungguhan dan

kerja keras agar dapat bertahan hidup. Orang Madura akan merasa malu untuk

pulang ke kampung halamannya jika tidak mampu berhasil di rantau orang. Hal

ini membuat suku Madura menjadi suku yang terkenal gigih dan giat dalam

bekerja.

Untuk mewujudkan kesuskesan tersebut, orang Madura kebanyakan

memilih dunia perdagangan sebagai alat mencapai keberhasilan. Hasil dari

perdagangan ini akan mereka kumpulkan dengan tujuan untuk bekal naik haji dan

menyekolahkan anak-anaknya. Demikian lah hal ini menjadi pendorong bagi suku

Madura untuk mencapai kesuksesan melalui berdagang. Di RT 04 perdagangan

yang biasanya di lakoni oleh suku Madura berupa jual beli besi tua, perdagangan

ini adalah peringkat pertama diantara perdagangan lainnya dalam tingginya

penghasilan yang di peroleh. Pelaku perdagangan besi tua dari suku Madura di RT

04 adalah Pak Siddik dan Pak Jamal. Kedua orang ini selain termasuk para

pendatang yang mula-mula, juga karena usahanya terbilang paling sukses

membuat keduanya termasuk orang-orang yang dituakan oleh warga Madura yang

lainnya, juga oleh warga RT 04 yang bukan suku Madura. Perdagangan yang

kedua yang berhasil memberikan kehidupan yang layak bagi orang Madura adalah

perdagangan sate. Para pedagang sate yang berada di RT 04 dari warga Madura

sangatlah banyak, bahkan rata-rata orang Madura di RT 04 berprofesi sebagai

pedagang sate. Namun diantara mereka yang terlihat paling sukses adalah Pak

Ismail, Pak Madi dan Pak adul. Mereka bertiga memiliki restoran sate di wilayah

Bogor dan Jakarta. Sedangkan pedagang sate yang lebih kecil dari ketiga orang ini

biasanya menggunakan gerobak yang mangkal di Jembatan Merah atau di area

perdagangan air mancur dan di area Jalan Mawar.

Page 60: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

46

Jenis pedagang ketiga yang di lakoni suku Madura di RT 04 adalah

pedagang bubur ayam yang biasanya juga sebagai penjual bubur kacang hijau.

Para pedagang ini, sebagaimana pedagang sate, cukup berhasil untuk dapat hidup

berkecukupan. Ada juga orang Madura yang berdagang martabak telor atau

martabak manis. Para pedagang marabat telor dan martabak manis pun ternyata

mampu untuk hidup berkecukupan. Hidup berkecukupan bagi orang Madura

adalah mampu untuk naik haji dan menyekolahkan anak setinggi mungkin.

Bahkan banyak anak-anak orang Madura yang melanjutkan sekolah hingga ke

Mesir dan Riyadh.

Selain yang telah di sebutkan di atas, sebagian kecil suku Madura di RT

04 ada yang menjadi pegawai swasta dan guru, baik guru umum maupun guru

agama. Orang Madura yang menjadi pegawai maupun guru biasanya merupakan

anak-anak dari generasi pertama, dengan orientasi keberhasilan yang lebih luas

dari para orang tuanya.

Sedangkan suku Sunda yang ada di RT 04 kebanyakan berprofesi sebagai

pegawai baik negeri maupun swasta di kantor pemerintahan tingkat kelurahan,

tingkat RW dan tingkat RT. Pak Ujang Madi dan keempat saudaranya bekerja

sebagai pegawai negeri di kantor pemerintahan bagian tata kota. Pak Jojo adalah

ketua RT 04. Pak Sukirman adalah ketua RW 10 di kelurahan Kebon Kelapa. Pak

Arif adalah ustadz yang mengajar di beberapa tempat di sekitar RT 04, tetapi

ketiga Pak Arif adalah para pegawai di pabrik tekstil di Jakarta. Ada juga yang

bekerja si swalayan dan pabrik yang terdapat di kota Bogor seperti Eko dan yang

lainnya. Ada juga dari mereka yang berjualan makanan jadi, namun jumlah ini

cukup sedikit dibanding suku Madura yang berdagang. Diantara suku Sunda yang

berjualan makanan jadi adalah Pak Yunus, ia berjualan bubur ayam. Pak Husin, ia

berjualan mie ayam. Pak Kardi berjualan sembako keliling dan Pak Sabar

berjualan nasi goreng. Mereka berjualan di tempat yang berdekatan dengan para

pedagang dari orang-orang Madura di area Jembatan Merah dan sebagian di dekat

kantor kelurahan. Adapun pedagang yang paling sukses dari suku Sunda diantara

yang lainnya adalah Pak Amat dan anaknya Pak Oma. Mereka memiliki restoran

sate di daerah air mancur kota Bogor.

Page 61: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

47

Dari semua kegiatan ekonomi warga RT 04 orang-orang dari suku Madura

lah yang terlihat lebih survive secara ekonomi, meskipun suku Sunda sendiri

secara umum tidak dalam kategori miskin. Kondisi yang cukup berimbang di

antara suku Sunda dan suku Madura, juga karena berbagai kerjasama yang saling

menguntungkan yang terjadi diantar mereka ini menjadikan RT 04 adalah salah

satu basis kegiatan ekonomi yang baik. RT 04 mampu menjadi wilayah dengan

tingkat perputaran ekonomi tertinggi diantara wilayah lainnya, sehingga

penduduknya dikategorikan memiliki kesejahteraan ekonomi yang baik. Hal ini,

sebagaimana di jelaskan sebelumnya terjadi akibat kejasama yang banyak terjadi

diantara warga RT 04 sendiri terutama pada suku Sunda dan suku Madura.

Karakteristik suku Madura yang giat bekerja menjadikan suku ini secara umum

memegang kendali perdagangan bukan saja di RT 04 namun juga di beberapa

wilayah di Kebon Kelapa. Kesadaran akan hidup bersama sebagai sesama RT 04,

di samping kepentingan untuk hidup damai dengan cara saling menghargai satu

sama lain membuat para pedagang suku Madura melibatkan banyak suku Sunda

untuk bekerja dan belajar membangun usaha dari mereka.

Kasus-kasus kerusuhan yang terjadi di beberapa tempat di luar jawa, yang

disebabkan oleh kesenjangan-kesenjangan ekonomi serta ketidakharmonisan antar

warga bagaimanapun menjadi pelajaran bagi suku Madura di RT 04. Mereka

mengambil pelajaran terutama untuk tidak hanya memperhatikan kesejahteraan

diri dan kelompoknya. Keadaan suku Sunda yang hidup bersama mereka di RT 04

semestinya menjadi perhatian mereka juga jika ingin hidup damai dalam arti

saling menghargai dan saling tolong menolong di antara sesama. Inilah yang

melatar belakangi banyaknya kerjasama yang terjadi diantara kedua Suku

tersebut. Meskipun banyaknya kerjasama yang sudah terjalin belum sepenuhnya

berhasil mensejahterahan seluruh warga RT 04, namun warga sepakat bahwa hal

yang sudah di lakukan merupakan upaya yang sangat berarti bagi kelangsungan

harmonisasi diantara suku Sunda dan suku Madura yang ada di RT 04.

Diperlukan suatu konsep yang lebih matang untuk dapat secara sempurna

menjalin kerjasama di antara keduanya. Beberapa tokoh di RT 04 sudah sejak

lama memikirkan hal tersebut. Diantara ide-ide itu adalah ekonomi berbasis

masjid. Ekonomi model ini adalah dengan mengumpulkan zakat dari para orang

Page 62: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

48

kaya RT 04 untuk dijadikan modal usaha bagi yang kurang mampu. Dengan pola

usaha seperti ini diharapkan terjadi kerjasama yang baik dari semua pihak yang

ada di RT 04. Ketika penelitian ini dilakukan ide ini masih dalam tahap rencana.

Tabel 4. Profil Mata Pencarian warga RT 04 RW 10

Suku

No. Profil matapencarian Sunda Madura

1.

2.

3.

4.

5.

6.

PNS

Pegawai swasta

Pegawai pabrik

Guru

Pedagang makanan jadi

Toko sembako

20 %

40 %

20 %

10 %

10 %

0 %

0 %

10 %

0 %

10 %

50 %

30 %

Sumber : Profil RT 04 RT 10 Tahun 2011

Bidang Keagamaan

Semenjak berdirinya masjid di RT 04 atas swadaya warga pada tahun 1990

lalu, kegiatan keagamaan warga semakin meningkat. Warga menginginkan

menjadikan masjid tidak hanya sebagai tempat shalat namun juga sebagai pusat

berbagai kegiatan keagamaan seperti pengajian bapak-bapak, pengajian ibu-ibu,

pengajian remaja, hingga berbagai diskusi menyangkut keagamaan dan

pemecahan masalah-masalah aktual yang terjadi di RT 04.

Hubungan-hubungan pertemanan yang disebabkan kesamaan tujuan dalam

hal menghidupkan kegiatan masjid banyak terjadi. Seperti yang terjadi diantara

Pak Syamsudin dan Pak Agus. Pak Syamsudin adalah orang Madura, dia menjadi

salah satu pemuka pendapat di RT 04 yang dipercaya warga karena di pandang

memiliki ilmu agama yang baik. Pak Agus adalah orang Sunda, dia dipandang

memiliki ilmu agama yang baik, sehingga menjadi orang kepercayaan suku Sunda

untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang menyangkut suku Sunda.

Orang-orang Madura pun menaruh hormat kepadanya dikarenakan perangai sopan

santun yang ditunjukkannya. Pak Syamsudin dan Pak Agus sering melakukan

diskusi terutama menyangkut keagamaan. Diskusi-diskusi ini mereka lakukan di

masjid, di rumah Pak Syamsudin dan terkadang juga mereka berdiskusi di rumah

Pak Agus. Diskusi juga akan mereka lakukan untuk membahas masalah-masalah

Page 63: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

49

yang terjadi di RT 04. Dikarenakan kesibukan sehari-hari yang cukup padat,

mereka bertemu di masjid untuk berdiskusi pada saat malam hari ketika selesai

shalat magrib dan isya. Saat berdiskusi di masjid beberapa orang yang juga ikut

shalat berjamaah terkadang ikut juga berdiskusi dengan kedua orang ini. Hal ini

memberikan dampak yang baik, terutama karena kebanyakan terselenggaranya

berbagai kegiatan masjid merupakan hasil dari forum diskusi ini. Kegiatan diskusi

ini selanjutnya diikuti oleh yang lain, seperti Pak Marsuli yang kemudian sering

berdiskusi dengan Pak Arif, Pak Jaub menjadi suka berdiskusi dengan Pak Jojo.

Kebiasaan yang baik ini menjadi lebih berkembang di kemudian hari, terutama

karena Pak Sukirman, ketua RW setempat belakangan sering menyempatkan diri

untuk mampir di toko material milik Kiki, untuk sekedar ngobrol dengan para

anak muda yang memang banyak berkumpul di sana. Obrolan yang terjadi

diantara mereka berkisar dari hal-hal ringan seperti tentang keseharian hidup,

sampai tentang kegiatan-kegiatan masjid dan permasalahan-permasalahan yang

terjadi di RT 04. Pak Ujang Madi selaku ketua RT 04 melihat gejala positif ini

pun ikut melakukan diskusi. Teman berdiskusinya adalah Pak Husen. Sebagai

ketua RT ia berdiskusi dengan semua orang dan terutama para anak mudanya,

sehingga membuat kegiatan-kegiatan yang di rencanakan yang berawal dari

berdiskusi santai ini menjadi dapat di realisasikan karena selalu mendapatkan

dukungan dari banyak pihak termasuk dari ketua RT dan ketua RW setempat

Karena pada awalnya diskusi terjalin dengan alasan tema keagamaan,

maka meskipun kemudian diskusi berkembang ke tema yang lain seperti

membahas permasalahan aktual, bahkan tentang bisnis terutama di antara para

anak muda, namun tema keagamaan tetap menjadi tema utama dalam setiap awal

diskusi yang terjadi. Tema keagamaan inilah yang selanjutnya banyak melahirkan

kegiatan-kegiatan di RT 04. Inilah nampaknya yang menjadi alasan masjid RT 04

terlihat sangat hidup oleh berbagai kegiatan keagamaan, dimana hal tersebut

memang merupakan cita-cita semua warga RT 04.

Selain berbagai kegiatan pengajian sebagaimana di sebutkan sebelumnya,

kegiatan masjid yang menjadi sangat meriah adalah berbagai perayaan hari besar

Islam seperti kegiatan acara maulid nabi, isra‟ mi‟raj nabi, dan terutama kegiatan

berbuka puasa bersama di setiap bulan ramadhan datang. Kegiatan-kegiatan ini

Page 64: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

50

menjadi hal besar bagi warga RT 04. Seluruh warga berpartisipasi dan ikut ambil

bagian dalam setiap kegiatan perayaan hari besar Islam yang diselenggarakan.

Setiap perayaan menjadi kegembiraan seluruh warga, bahkan para tetangga RT di

sekitar RT 04 yang ikut menghadiri setiap perayaan merasakan kemeriahan dan

kegembiraan di setiap perayaan yang di selenggarakan di RT 04. Para tetangga RT

04 ini turut merasa senang dan selalu bersedia untuk ikut menghadiri setiap

perayaan keagamaan yang di selenggarakan di RT 04. Para tetangga menganggap

kebersamaan antar warga di RT 04 sangat baik sehingga berbagai kegiaan yang di

selenggarakan dan kesuksesannya dapat menggambarkan kebersamaan yang baik

tersebut.

Pernikahan Antarsuku

Banyak terjadi pernikahan diantara para anak muda suku Sunda dengan

anak muda suku Madura. Pernikahan antar suku yang pertama adalah antara Pak

Dayat seorang suku Madura yang merupakan anak dari Pak Munara yang menjadi

pendatang pertama suku Madura di RT 04, dengan Susi, anak dari suku Sunda RT

04. Mereka adalah teman sewaktu di SMA. Mereka melangsungkan pernikahan

setelah mereka lulus SMA. Pernikahan mereka terjadi pada tahun 1990 bertepatan

dengan awal pembangunan masjid di RT 04. Saat pernikahan mereka

menggunakan ritual adat Sunda. Ketika penelitian ini dilakukan keluarga ini telah

memiliki enam anak dan tinggal di luar RT 04.

Pernikahan selanjutnya adalah antara Johar dari suku Madura dengan

Rusmini dari suku Sunda. Mereka bertetangga rumah. Johar adalah keponakan

dari Pak Bunawi. Ia dan Rusmini menikah setelah Johar menyelesaikan

pendidikan pesantrennya di tingkat SMA. Pasangan inipun menikah dengan tata

cara adat suku Sunda. Ketika penelitian ini dilakukan pasangan ini sudah bercerai

dan memiliki satu orang anak laki-laki yang kini dirawat oleh keluarga Pak

Bunawi.

Pernikahan juga terjadi diantara Asep dari suku Sunda dengan Zahroh dari

suku Madura. Mereka adalah teman semasa kuliah. Pasangan ini menikah setelah

tiga tahun mereka lulus kuliah. Zahroh adalah anak Pak Sidik, yaitu orang Madura

yang menjadi pendatang kedua di RT 04, sedangkan Asep adalah suku Sunda

yang berasal dari kota Tasikmalaya dan tinggal di RT 04. Ketika penelitian ini di

Page 65: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

51

lakukan pasangan ini telah memiliki tiga anak perempuan. Mereka tinggal di luar

RT 04. Meskipun tinggal di luar RT 04, mereka sering datang ke RT 04. Selain

untuk mengunjungi orang tua mereka yang ada di RT 04, mereka juga datang

untuk keperluan bisnis yang mereka lakukan dengan anak-anak muda RT 04

seperti Paul, suku Sunda, Indra, suku Sunda, Hafidz suku Madura dan banyak lagi

yang lainnya. Bisnis mereka bergerak di bidang properti. Bisnis mereka meliputi

pembangunan rumah baik didalam kota Bogor maupun di luar kota Bogor seperti

Bandung dan Jakarta. Karena mereka menjalani bisnis yang cukup besar ini, maka

sedikit banyak membuka lowongan pekerjaan yang baik untuk para anak muda

RT 04 yang mereka rekrut untuk bergabung. Pak Asep juga mengajarkan berbagai

ilmu bisnis yang di milikinya kepada para anak muda tersebut, sehingga ketika

penelitian ini dilakukan, sudah terdapat dua anak muda RT 04 yang kemudian

membangun bisnisnya sendiri, berkat bimbingan dan arahan dari Pak Asep selama

bekerja dengannya. Kerjasama yang saling menguntungkan dan sekaligus

pembinaan dan pengkaderan tersebut menjadikan keluarga ini dan juga keluarga

kedua orang tua mereka sangat dicintai di RT 04, karena dianggap memiliki

kepedulian yang besar terhadap sesama warga RT 04 dalam memperbaiki

perekonomian bersama.

Pasangan Sunda dan Madura yang lain adalah Nasiyah dari Madura

dengan Adi dari Sunda. Pasangan inipun menikah dengan tata cara adat Sunda.

Mereka berdua bertemu karena sama-sama mengajar di TPA milik Pak

Syamsudin. Setelah menikah, pasangan ini membuka TPA nya sendiri. Pasangan

ini tinggal di rumah orang tua Adi, sehingga TPA yang mereka bina pun berada

dekat dengan rumah orang tua Adi. Belakangan setelah Adi mendapatkan

pekerjaan sebagai guru SMP di sebuah sekolah swasta, maka TPA di tangani oleh

Nasiyah. Hal ini menjadikan Nasiyah akrab dengan anak-anak Sunda dan Madura

serta dengan anak-anak dari berbagai suku yang mengaji di tempatnya. Para

muridnya itu ada yang berasal dari RT 04, ada juga yang berasal dari luar RT 04.

Keakraban Nasiyah tidak saja dengan para muridnya, namun juga dengan para

orang tua murid-muridnya itu. Hal ini mengakibatkan seringnya para orang tua

tersebut mengobrol bahkan curhat dengan Nasiyah seputar permasalahan rumah

tangga yang mereka hadapi. Nampaknya pasangan ini mendapatkan perhatian

Page 66: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

52

pula dari warga RT 04 sebagai pasangan yang dilihat kemudian menjadikan

orang-orang dari berbagai suku yang ada di RT 04, terutama antara suku Sunda

dan suku Madura menjadi akrab dan saling sharing dan membantu dalam

menyelesaikan permasalahan-permasalahan baik yang menyangkut kehidupan

sehari-hari, maupun isu-isu di sekitar lingungannya.

Pernikahan antarsuku juga terjadi pada Yuli, suku Sunda dengan Syarif

suku Madura. Ketika menikah, mereka adalah janda dan duda yang masing-

masing telah memiliki satu anak dari pernikahan sebelumnya. Yuli bercerai

dengan suami pertamanya dikarenakan sang suami tidak pernah mau bekerja

dengan sungguh-sungguh sehingga kebutuhan rumah tangga sering kali tidak

tercukupi. Adapun Syarif menikah dengan Yuli setelah istri pertamanya yang

orang Madura itu meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya. Ketika

penelitian ini dilakukan Syarif bekerja sebagai kepala bagian di sebuah

perusahaan swasta, sedangkan Yuli telah diangkat sebagai pegawai negeri.

Sebagaimana pasangan antarsuku lainnya, Yuli dan Syarif pun ternyata banyak

membantu bagi lingkungan sekitarnya. Anak-anak muda yang sedang kuliah

banyak yang meminta bantuan Syarif untuk mendapatkan tempat magang dan

praktik kuliahnya di tempat Syarif bekerja. Tercatat beberapa anak dari suku

Sunda seperti Dewi, Wiwi dan Sari yang kuliah di jurusan Ekonomi magang di

tempat Syarif bekerja bersama Iyya dan David yang berasal dari suku Madura.

Banyaknya pernikahan antara orang-orang dari suku Sunda dengan orang-

orang dari suku Madura berfungsi mempererat keakraban kedua suku. Apalagi

dengan kemanfaatan-kemanfaatan yang dirasakan oleh warga akibat dari

pernikahan-pernikahan antarsuku tersebut secara signifikan berkontribusi pada

perbaikan ekonomi dan sosial bersama.

Tidak hanya antara suku Sunda dan Suku Madura yang saling terhubung

berkat berbagai kondisi yang telah disebutkan sebelumnya. Pada pergaulan

dengan suku Jawa dan suku Padang yang ada di RT 04 pun terjadi jalinan

sebagaimana yang terjadi diantara suku Sunda dan Madura. Istri Pak Syamsudin

dan Pak Agus sama sama berasal dari suku Jawa. Keakraban suami-suami mereka

juga berimbas kepada keduanya serta berfungsi memperkuat keakraban antar suku

yang ada di RT 04. Suku Sunda yang pada dasarnya dikarenakan sejarah

Page 67: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

53

kulturalnya cenderung merasa lebih dekat dengan suku Jawa, sehingga didalam

pergauan sehari-hari kedua suku ini relatif serasi. Namun pada bagian kerjasama

terutama di bidang ekonomi, suku Jawa lebih banyak bekerjasama dengan suku

Madura. Hal ini dikarenakan kedua suku sama-sama berkarakter pekerja keras.

Kondisi ini justru menciptakan keseimbangan pergaulan dikarenakan hubungan-

hunbungan yang khas yang cenderung tidak saling menganggu satu sama lain.

Berbeda dengan pola suku Padang, mereka cenderung bekerja secara mandiri. Hal

ini mengakibatkan model hubungan suku Padang dengan suku lainnya hanya

sebatas tetangga dan sebagai sesama warga RT 04 saja. Oleh karena itu meskipun

tidak banyak terdapat kerjasama antara suku Padang dengan suku lainnya yang

berada di RT 04, namun kehidupan kerukunan warga diantara mereka cukup baik.

Sedangkan terhadap suku Batak, meskipun tidak seakrab dengan suku

yang lainnya, namun hingga penelitian ini di lakukan tidak pernah ada sengketa

diantara suku-suku yang ada dengan suku Batak yang tinggal di RT 04. Bahkan

suku ini sering kali ikut membantu dan memeriahkan berbagai acara yang di

selenggarakan di RT 04 termasuk acara keagamaan meskipun suku Batak

beragama Kristen. Ketika berbagai musyawarah diselenggarakan dalam rangka

menyelesaikan berbagai permasalahan yang timbul, mereka ikut serta berembuk

mencari solusi, meskipun perkara yang di bahas adalah perkara masjid yang

identik dengan agama Islam. Hal ini mereka lakukan karena suku Batak

menganggap diri mereka sebagai bagian dari warga RT 04, dan kepedulian

mereka atas berbagai masalah di RT 04 sangat dihargai oleh warga setempat,

sehingga suku Batak pun dihargai dan dihormati agamanya. Warga RT 04 terbiasa

memberikan ucapan selamat ketika suku Batak merayakan hari besar Kristen, hal

yang sama juga dilakukan oleh suku Batak terhadap warga yang beragama Islam.

Pendidikan

Bentuk pendidikan yang di ambil oleh warga RT 04 sangatlah beragam.

Keberagaman pendidikan di RT 04 yaitu masih terdapat keluarga yang

beranggapan pendidikan formal tidak penting dan mementingkan pendidikan

keagamaan. Pendukung pola pendidikan ini ditandai dengan anak-anaknya di

masukkan ke pendidikan pesantren kuno, dimana tidak terdapat jenjang

pendidikan SD, SMP dan SMA di dalamnya. Ada pula keluarga yang disamping

Page 68: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

54

memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan pesantren, namun juga

mengupayakan pendidikan umum bagi anak-anaknya hingga ketingkat perguruan

tinggi. Sebagian keluarga yang lain menyekolahkan anaknya di sekolah umum

saja tanpa memasukkan anak tersebut ke lembaga pesantren.

Di RT 04 keempat fenomena ini terjadi baik dari keluarga suku Madura

maupun keluarga dari suku Sunda, sehingga dinamika pendidikan kedua suku

tersebut dapat dikatakan sepadan. Artinya baik pada suku Sunda maupun suku

Madura sama-sama terdapat anggotanya yang masih berpikiran tradisional, dan

sebagiannya sudah berpikir lebih modern dan terbuka. Kondisi ini memungkinkan

terjadinya saling pengertian satu sama lain, terutama karena pendidikan

keagamaan merupakan pendidikan yang utama bagi kedua suku meskipun

sebagian mereka tidak memasukkan anak-anaknya ke lingkungan pendidikan

pesantren. Oleh karena setiap anak mendapatkan pendidikan keagamaan baik

melalui pesantren maupun dari tempat mengaji seperti TPA, maka perbedaan pola

pendidikan tidak menghalangi keberbauran pergaulan diantara mereka.

Tingkat pendidikan yang beragam tetap dapat disatukan melalui latar

belakang keagamaan. Diskusi-diskusi yang dilatarbelakangi agama dalam

membahas masalah-masalah aktual memungkinkan perbedaan jenjang dan konsep

pendidikan menjadi bukan kendala di antara mereka.

Adapun bagi kedua suku yaitu suku Sunda dan suku Madura, model-model

pendidikan yang relatif sama ini membuat satu sama lain merasa saling setara.

Terutama karena keberagaman pendidikan juga terdapat pada mereka yang

menjadi pemimpin di antara mereka. Pak Syamsudin adalah orang dengan latar

pendidikan pesantren saja. Sedangkan Pak Agus memiliki latar belakang sekolah

umum saja. Demikian juga Pak Marsuli yang bersekolah umum saja hingga

tingkat SMA, Pak Ujang Madi mengenyam pendidikan hingga taraf sarjana muda.

Kulsum mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi, Jajah sekolah hanya

sampai tingkat SMP dan keduanya berteman baik tanpa salah satu menganggap

yang lain lebih utama. Semntara anak-anak yang lebih muda hampir seluruhnya

berpendidikan tinggi, dengn latar belakang pesantren maupun non-pesantren.

Mereka memiliki hubungan pertemanan yang paling baik diantara generasi yang

lainnya, dimana latar belakang pendidikan yang berbeda tidak menghambat

Page 69: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

55

mereka untuk saling menghargai satu sama lain, sebagaimana perbedaan suku

tidak membuat mereka merasa berbeda.

Perbedaan pendidikan pada warga di RT 04 juga tidak terlalu tampak di

dalam perolehan pekerjaan mereka. Hal ini dikarenakan kebanyakan dari warga

menjalani wiraswasta yang mandiri. Hal ini lebih diakibatkan potensi lingkungan

yang tersedia sebagaimana telah di paparkan. Suku Madura terlihat yang paling

menonjol dalam hal kesuksesan ekonomi yang tidak berhubungan dengan latar

belakang pendidikannya, namun karena kemampuan eksplorasi kreatifitas usaha.

Adapaun suku Sunda meskipun dengan berbagai bantuan dari suku Madura

mengalami hal yang sama.

Dari paparan ini menunjukan bahwa pendidikan berkontribusi bagi

kerekatan hubungan antara kedua suku dengan cara yang tidak biasa sebagaimana

yang banyak terjadi berupa tingkat pendidikan yang sama menciptakan

keseimbangan derajat sosial, melainkan dikarenakan keragaman model

pendidikan yang sama-sama terjadi diantara kedua belah suku, dan karena tingkat

pendidikan yang berbeda tidak terlalu menciptakan kesenjangan derajat sosial

diantara keduanya.

Permasalahan justru timbul dari mereka yang tidak memiliki daya

kreatifitas yang baik meskipun berpendidikan tinggi. Dimana persaingan dunia

kerja khas perkotaan yang kemudian menyingkirkan mereka dari mendapatkan

pekerjaan yang dipandang layak dan sepadan dengan latar belakang pendidikan

mereka, sehingga golongan inilah yang kemudian menjadi pengangguran di antara

warga RT 04 lainnya. Bahkan melalui penelitian ini diketahui bahwa orang-orang

inilah yang sering kali menyulut kerusuhan di RT 04 yang di beberapa

kesempatan cukup berhasil mempengaruhi egoisme kesukuan diantara suku Sunda

dan suku Madura, meskipun tidak pernah sampai ketingkat pecahnya pertikaian

antar suku.

Para pengangguran ini terdapat diantara suku Sunda dan suku Madura.

Orang-orang menyebut mereka sebagai biang kerok dan cenderung di hubungkan

dengan keterlibatan dengan dunia narkoba. Hingga penelitian ini dilakukan warga

setempat merasa belum tahu cara mengatasi masalah ini dan merasa keberadaan

mereka cukup mengganggu baik bagi kelangsungan kerukunan antar suku maupun

Page 70: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

56

bagi keluarga yang mengalaminya. Para anak muda yang bergabung dalam remaja

masjid sering kali mengalami bentrokan dengan kelompok ini sehingga para orang

tua anak-anak pengangguran ini merasa sangat sedih dengan kondisi anggota

keluarganya tersebut. Hal ini lebih dikarenakan para orang tua yang cenderung

menyeluruh di RT 04 dalam mendukung masjid dimana para pemuda masjid

termasuk didalamnya meresa kecewa karena anak-anak mereka tidak seperti para

remaja masjid yang menjadi kebanggaan RT 04 itu.

Permasalahan anak-anak yang menjadi pengangguran ini sudah berulang

kali didiskusikan dan diupayakan penyelesaianya, namun belum juga menemukan

penyelesaian yang tepat karena permasalahan bukan pada pendidikan yang

kurang, karena banyak diantara mereka bahkan berhasil tamat kuliah. Gaya hidup

modern yang terlalu mengagungkan pekerjaan yang disebut sepadan dengan

tingkat pendidikan nampaknya membuat mereka justru tidak mau bekerja keras

dan cenderung manja. Hal ini menunjukan budaya modern yang tidak dibarengi

kekuatan nilai budaya justru membahayakan kehidupan.

Tabel 5. Profil Pendidikan Warga di RT 04 RW 10

Suku

No. Profil Pendidikan Sunda Madura

1.

2.

3.

4.

Pesantren saja

Pesantren dan Sekolah Umum

Sekolah Umum saja

Perguruan Tinggi

20 %

40 %

20 %

20 %

30 %

40 %

0 %

30 %

Sumber : Profil RT 04 RT 10 Kelurahan Kebon Kelapa Tahun 2011

Adapun informan penelitian ini memiliki keragaman tingkat pendidikan,

dimana rata-rata informan dari generasi pertama yang dijadikan informan terdiri

dari SD kelas dua hingga sarjana muda. Ujang Madi berpendidikan hingga tingkat

sarjana muda. Ujang Madi adalah suku Sunda yang berteman baik dengan Pak

Bunawi. Pak Bunawi adalah orang Madura yang berpendidikan hanya sampai

kelas dua SD. Pak Husen adalah orang Madura dengan tingkat pendidikan lulus

SD. Ia berteman baik dengan Pak Jojo yang berpendidikan terakhir SMA kelas

Page 71: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

57

dua. Adapun Ibu Nipah adalah orang Madura berpendidikan SD kelas 4. Ia

berteman baik dengan ibu Nunung, orang dari suku Sunda yang berpendidikan

terakhir kuliah tingkat satu.

Informan dari generasi kedua tingkat pendidikannya berkisar pada lulusan

SMP hingga sarjana. Marsuli adalah orang Madura yang berpendidikan SMP, ia

berteman baik dengan Arif yang berpendidikan pesantren tradisional, yaitu

pesantren yang tidak ada jenjang pendidikan didalamnya. Adapun Pak Syamsudin

adalah orang yang mengenyam pendidikan pesantren modern, yaitu terdapat

jenjang pendidikan hingga Aliyah, setingkat SMA dan melanjutkan pendidikan di

Kairo, Mesir. Ia berteman baik dengan Pak Agus yang lulusan SMA. Kulsum

adalah suku Madura dengan pendidikan S1, berteman baik dengan Jajah, seorang

suku Sunda, berpendidikan SMA.

Informan dari generasi ketiga memiliki tingkat pendidikan berkisar lulusan

SMA hingga sarjana. Ekha adalah suku Sunda dengan pendidikan terakhir SMA

kelas dua. Ia berteman baik dengan Subhi. Subhi adalah orang Madura, ia

mahasiswa tingkat akhir di UIN Jakarta. Adapun Kiki, ia adalah orang Madura, ia

mahasiswa tingkat akhir di UIN Jakarta. Kiki berteman baik dengan Adi, seorang

suku Sunda dengan pendidikan terakhir adalah lulus SMA. Halim adalah suku

Madura. Saat penelitian ini dilakukan ia adalah santri di pondok pesantren Daarul

Rahman Jakarta. Ia masih kelas dua aliyah, setingkat kelas dua SMA. Halim

berteman baik dengan Eka yang sudah lulus SMA dua tahun yang lalu. Eka kini

bekerja di sebuah supermarket di Bogor. Responden penelitian ini, dalam hal

pendidikan pesantren sebagian mengenyam pendidikan pesantren sebagian lagi

tidak mengenyam pendidikan pesantren.

Tabel 6. Ragam tingkat pendidikan generasi

No Generasi Tingkat Pendidikan

1 Generasi satu (generasi awal

terjadinya percampuran budaya)

SD kelas dua – Sarjana Muda

2 Generasi dua (anak dari generasi

satu)

Lulus SMP - Sarjana

3 Generasi tiga (anak generasi dua) Tingkat SMA - Sarjana

Sumber : Profil RT 04 RT 10 Kelurahan Kebon Kelapa Tahun 2011

Page 72: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

58

Keberadaan Suku Lain

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa para pribumi yaitu orang-

orang suku Sunda yang mula-mula bertempat tinggal di RT 04. Selain mereka,

orang-orang Madura adalah suku yang juga dianggap mula-mula bertempat

tinggal di RT 04 sebelum suku lainnya yaitu suku Jawa, suku Padang dan suku

Batak kemudian datang dan bertempat tinggal disana. Suku Batak adalah

pendatang kedua setelah suku Madura. Mereka datang ke RT 04 pada tahun 1977,

terdiri dari tiga keluarga yang merupakan kakak beradik beserta istri dan anak-

anak mereka. Tidak terdapat pendatang kedua dari suku Batak ini, kecuali yang

datang sebagai menantu dari keluarga yang telah ada. Jumlah mereka hingga

penelitian ini dilakukan berjumlah 15 kepala keluarga saja.

Pendatang selanjutnya datang pada 1978, mereka terdiri dari suku Jawa

dan suku Padang. Mereka datang hampir bersamaan. Tidak seperti suku Batak,

kedua suku ini mengalami pertambahan pendatang disetiap tahunnya. Hingga

penelitian ini dilakukan jumlah mereka mencapai 20 persen dari total penduduk di

RT 04.

Pola interaksi yang telah terbentuk antara suku Sunda dan suku Madura

sebagai penduduk yang lebih tua nampaknya menjadi pedoman bagi suku-suku

yang datang kemudian. Mereka mengikuti keberbauran kedua suku ini dalam hal

lokasi tinggal, yaitu tidak tinggal berkelompok dengan sukunya, namun berbaur

dan bertetangga dengan suku lainnya yang ada di RT 04. Mereka juga melakukan

interaksi didalam maupun diluar area pemukiman tinggal sebagaimana yang

dilakukan suku Sunda dan suku Madura. Hal ini mereka lakukan karena

menganggap hal-hal yang sudah ada tersebut merupakan hal yang baik dan

bermanfaat bagi keharmonisan hidup bersama.

Adapun pada berbagai konflik yang terjadi mereka memilih netral pada

saat konflik muncul, dengan cara tidak memihak dan menolak membahasnya

karena khawatir dianggap memperkeruh keadaan, namun mereka akan ikut

berpartisipasi ketika forum-forum musyawarah dilaksanakan, serta akan ikut

mensukseskan kesepakatan-kesepakatan yang diambil dalam forum musyawarah

tersebut.

Page 73: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

59

Tabel 7. Ragam suku lain yang ada di RT 04 RW 10

No Suku Jumlah

1 Jawa 20 %

2 Padang 6 %

3 Batak 4 %

Sumber : Profil RT 04 RT 10 Kelurahan Kebon Kelapa Tahun 2011

Berbagai Arena Interaksi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku Madura

Arena Interaksi di Dalam Lingkungan Tinggal

“Anak-anak muda di sini mah paling seneng ngobrol di toko

materialnya si Kiki. Kita soalnya ngobrolnya macem-macem, dari

ngobrol santai, curhat, soal kejadian di sini, soal masid juga enak di

pake ngobrol di si Kiki. Ya model diskusi santai gitu, namanya juga

anak muda” (Subhi, Madura Generasi tiga)

“Kalo orang tua mah seringnya ngumpul di masjid, eh tapi iya di

pangkalan motor Pak Jamal juga ngumpul mereka. Kan Pak Jamal

mantan ketua DKM, dari mulai dia jadi ketua DKM dulu sih mulai

ngmpul-ngumpul di bengkelnya, ya karena ngobrolin kegiatan

masjid sih, kadang kalau lagi ada berantem-berantem juga di situ

jadi tempat diskusi bapak-bapak, banyak lagi sih di sini mah tempat

ngumpul-ngumpul warga. Ya kalau anak muda paling banyak sih di

tempat si Kiki ngumpul-ngumpulnya.(Pak Agus, Sunda, generasi

dua)

Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa terdapat pembauran posisi rumah

tinggal antara suku Sunda dan suku Madura. hal ini menjadikan terdapatnya

arena-arena interaksi di RT 04. Arena interaksi ini yang terpenting yang ada di

dalam lokasi tinggal warga RT 04 adalah masjid, di sana warga biasanya selain

bertegur sapa juga banyak membahas keagamaan dan permasalahan warga.

Efektivitas interaksi yang terjadi di masjid merupakan imbas dari keterjalinan

kerjasama dalam membangun masjid tersebut. Interaksi di antara kedua suku kian

membaik setelah mereka berhasil menyelesaikan konflik diantara mereka terkait

Page 74: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

60

masalah kepanitiaan masjid yang menjadi pemicu konflik yang menyertai

pembangunan masjid.

Interaksi juga terjadi di toko material milik orang Madura bernama

Kiki.Kiki berusia 22 tahun. Ia mengelola toko material milik ayahnya, Pak Shaleh

yang sudah berusia 70 tahun. Kiki adalah anak terkecil dalam keluarganya, ia

seusia dengan Arman anak Pak Agus yang termasuk kategori generasi ketiga. Pak

Agus merupakan generasi kedua suku Sunda. Oleh karena itu Kiki termasuk

dalam kategori generasi ketiga suku Madura yang tinggal di RT 04. Sambil

mengelola toko material milik ayahnya, Kiki sedang menyelesaikan kuliahnya di

UIN Jakarta.

Lokasi toko material Kiki berada di area pinggir jalan. Keberadaan toko

material yang berada beberapa langkah ketika memasuki area pinggir jalan ini,

memungkinkan setiap orang yang datang dan pergi dari RT 04 melewati toko

material tersebut. Toko material Kiki menjadi arena interaksi warga RT 04

sebenarnya bermula dari pertemanan Kiki dengan Adi, pemilik toko sembako

kecil yang berada tepat di hadapan toko material Kiki dengan dipisah sebuah jalan

kecil. Adi berusia 3 tahun lebih tua dari Kiki. Adi juga merupakan generasi ketiga

dari suku Sunda. Kedua sahabat ini sering ngobrol ketika ada waktu senggang

seperti ketika kedua toko yang mereka kelola sedang sepi pembeli. Dari kebiasaan

mengobrol, berlanjut pada Kiki banyak memperkenalkan teman-temannya sesama

suku Madura kepada Adi. Demikian pula Adi mengajak teman-temannya yang

berasal dari suku Sunda untuk ikut ngobrol dengan Kiki. Gerombolan anak muda

ini selanjutnya menarik perhatian para orang tua dan kakak-kakak mereka yang

kebetulan lewat atau pulang kerja untuk sejenak bergabung di toko material

tersebut. Ketertarikan para orang tua itu bukan saja karena yang berkumpul di

toko material tersebut terdiri dari berbagai suku yang ada di RT 04, tetapi juga

karena para anak muda itu adalah orang-orang yang merupakan binaan Pak

Syamsudin dan Pak Agus untuk terlibat aktif pada setiap acara masjid.

Berkumpulnya para anak muda tersebut mempermudah para pemuka pendapat

seperti Pak Syamsudin dan Pak Agus serta para orang tua untuk membicarakan

berbagai kegiatan yang di rencanakan dan untuk meminta keterlibatan mereka

semua. Karena mereka saling berteman, maka ketika terdapat kegiatan-kegiatan di

Page 75: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

61

RT 04 terutama kegiatan masjid mereka akan bersama-sama menyukseskan

kegiatan-kegiatan tersebut. Selanjutnya tempat mereka ngobrol dan berdiskusi

berpindah-pindah antara toko material milik Kiki, di toko sembako milik Adi atau

di masjid.

Tempat lain yang menjadi arena interaksi warga adalah pangkalan becak

milik Pak Kholik. Pak Kholik adalah suku Sunda, berusia 70 tahun. Di RT 04

banyak warga yang memiliki becak, baik itu orang Madura maupun orang Sunda.

Karena terbatasnya lahan tinggal mereka, maka Pak Kholik menyewakan

tempatnya untuk tempat menyimpan becak-becak tersebut. Orang-orang yang

menitipkan becaknya paada Pak Kholik antara lain adalah Pak Husen, orang

Madura, generasi satu, Pak Salim, orang Sunda generasi satu, Pak Tupi, orang

Madura generasi dua dan bayak lagi yang lainnya. Hal ini mengakibatkan para

pemilik becak dari berbagai suku yang menitipkan becaknya di tempat Pak Kholik

sering bertemu satu sama lain. Awalnya pembicaraan diantara mereka adalah

seputar becak dengan segala permasalahannya, namun lama kelamaan obrolan itu

berkembang ke topik lainnya. Tidak hanya itu, perkumpulan yang awalnya hanya

terjadi diantara para pemilik becak menjadi berkembang pada seluruh warga yang

kebetulan lewat di sana. Tempat mengobrol semakin mengasyikkan ketika

kemudian ada warung kopi kecil di sebelah pangkalan becak milik Pak Kholik

tersebut. Meskipun arena interaksi di pangkalan becak milik Pak Kholik tidak

berkembang kearah diskusi-diskusi sebagai mana yang terjadi di material milik

Kiki, namun arena interaksi ini cukup efektif dalam menjalik keakraban antar

warga.

Kondisi yang sama terjadi di bengkel motor milik Pak Jamal. Pak Jamal

adalah orang dari suku Madura berusia 70 tahun. Sebagian pegawainya adalah

orang-orang dari suku Sunda generasi dua dan tiga seperti Wahyu dan Nandang,.

Teman-teman pegawainya sering berkunjung ke bengkel motor itu unutuk sekedar

mengobrol dengan teman mereka Wahyu dan Nandang yang bekerja di sana.

Mereka kemudian sering pula mengobrol dengan teman-teman Pak Jamal yang

kebetulan datang untuk membahas masalah bisnis motor dengan Pak Jamal seperi

Pak Samat orang suku Madura dan Bandi orang dari suku Sunda. Kedua teman

Pak Jamal ini termasuk kategori generasi satu. Perkumpulan ini pun ternyata

Page 76: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

62

berkembang menjadi forum diskusi santai sebagaimana yang terjadi di toko

material milik Kiki. Hal ini disebabkan selain sebagai pemilik bengkel motor, Pak

Jamal adalah ketua DKM masjid. Sebagaimana telah di jelaskan bahwa masjid

merupakan sentra interaksi warga, dimana masjid berfungsi sebagai tempat untuk

mendiskusikan dan mencari jalan keluar dari berbagai masalah yang dihadapi.

Dikarenakan Pak Jamal adalah ketua DKM, maka diskusi di masjid sering

berlanjut atau di mulai dari bengkel motornya.

Satu lagi arena interaksi warga, yaitu warung sembako milik ceu Emmi.

Letak warung sembako ini berada dekat dengan masjid tepatnya disamping kiri

masjid warga RT 04 tersebut. Pada awalnya obrolan para ibu dan remaja putri

yang berbelanja hanya seputar sembako dengan segala permasalahannya tersebut.

Namun belakangan terutama ketika masjid telah menjadi pusat interaksi warga

melalui berbagai kegiatan yang diselenggarakannya, obrolan di warung sembako

ini berkembang menjadi membahas masjid. Mereka menghubungkan makanan-

makanan khas suku masing-masing yang akan di sajikan ketika acara keagamaan.

Mereka menceritakan cara membuat makanan khas mereka, hingga nilai-nilai apa

yang terkandung didalam makann tersebut. Topik juga berkembang membahas

situasi yang dialami masjid seperti pertikaian yang terjadi, solusi yang diambil

hingga kontribusi para ibu dalam meredam kemarahan para bapak yang

berkonflik. Hal ini terjadi, sebagaimana menurut informan dari suku Sunda Ibu

Nunug, toko sembako Ceu Emmi ramai di datangi para pedangang makanan jadi

untuk membeli berbagai bahan pokok di sana. hal ini karena letak RT 04 yang

berada di pusat kota Bogor menjadikan RT 04 adalah wilayah dengan potensi

ekonomi yang baik. Dimana posisinya yang strategis membuat penduduk RT 04

memiliki banyak kegiatan ekonomi dan profesional di sekitar pemukimannya

sendiri.

Arena-arena interaksi yang berada di dalam lingkungan tinggal warga RT

04 ini adalah alasan pertama yang ditemukan dalam penelitian ini yang menjadi

penyebab terjadinya proses efektivitas manajemen konflik di RT 04.

Page 77: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

63

Tabel 8. Arena Interaksi Warga di Dalam Area Tinggal

Suku

No. Arena Interaksi Sunda Madura

1.

2.

3.

4.

Toko material (Kiki)

Warung sembako (Ceu Emmi)

Pangkalan becak (Pak Kholik)

Bengkel Motor (Pak Jamal)

-

-

-

-

Sumber : Profil RT 04 RT 10 Kelurahan Kebon Kelapa Tahun 2011

Keterangan: √ (Suku Pemilik Arena interaksi)

Sebagaimana disebutkan terdahulu bahwa pembauran lokasi tinggal adalah

salah satu penyebab bagi terjadinya efektivitas komunikasi antar budaya pada

suku Sunda dan suku Madura di RT 04. Bagi generasi tua pembauran area tinggal

menuntut mereka untuk dapat saling menerima keberadaan satu dengan yang

lainnya. Penerimaan yang di maksud oleh suku Sunda adalah terjalinnya intensitas

bertegur sapa diantara mereka. Hal ini berbeda dengan suku Madura. Suku ini

memiliki nilai menjaga keselarasan hidup dengan lingkungan tinggal, namun arti

keselarasan bagi suku Madura dalah terbatas pada tidak saling mengganggu

kepentingan masing-masing. Perbedaan ini membuat kedua suku dari generasi tua

ini sering mengalami ketidak sepahaman.

Pembauran lokasi tinggal menjadi basis pasang surutnya hubungan antar

generasi tua ini. Fokus mereka terhadap keselarasan lingkungan hidup diantara

mereka justru menjadikan kedua suku saling berseberangan ketika terdapat

ketidak samaan makna pada suatu konsep. Adapun ketika mereka merasakan

suatu keselarasan diantara mereka dari suatu nilai tertentu maka hal itu pun akan

berpengaruh pada terciptanya harmonisasi diantara mereka. Hingga peneltian ini

dilakukan tarik menarik diantara nilai-nilai yang menselaraskan dan yang

memisahkan diantara kedua suku pada generasi pertama ini masih sama. Tidak

dapat disimpulkan perihal seberapa banyak hal-hal yang membuat mereka bersatu

di bandingkan hal-hal yang memisahkan. Kondisi tarik menarik ini hanya mereda

di saat-saat tertentu seperti ketika terdapat kegiatan bersama atau ketika baru

terjadinya suatu penyelesaian konflik-konflik.

Page 78: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

64

Pembauran area tinggal dengan segala problematikanya pada generasi

pertama ini menjadikan kedua suku terus melakukan interaksi diantara mereka.

Generasi selanjutnya yaitu generasi dua dan generasi tiga yang menyaksikan pola-

pola yeng membentuk para orang tua mereka nampaknya membuat mereka

mempelajari situasi yang ada diantara mereka. Generasi selanjutnya ini

menimbang apa yang baik dan perlu dikembangkan dan apa yang buruk dan perlu

di perbaiki. Oleh karena itu generasi selanjutnya memanfaatkan pembauran are

tinggal ini degan cara yang berbeda dengan generasi pertama.

Adapun bagi generasi dua dengan mengambil pelajaran dari apa yang

terjadi pada generasi satu, pembauran area tinggal di manfaat kan oleh mereka

untuk meningkatkan intensitas interaksi warga, sambil melibatkan diri pada setiap

permasalahan yang ditimbulkan oleh intensitas interaksi tersebut. Mereka

bertujuan mengurangi dampak perbedaan yang ada melalui pemahaman terhadap

perbedaan itu sendiri. Generasi kedua selanjutnya berhasil merubah persepsi

generasi satu terhadap perbedaan-perbedaan yang ada. Pada awalnya generasi

pertama akan melihat perbedaan sebagai suatu yang salah dan tidak pantas. Pada

masa selanjutnya mereka melihat perbedaan sebagai hanya perbedaan cara saja.

Hal ini berakibat pada mengecilnya dampak dari konflik yang ditimbulkan.

Kemampuan generasi dua merubah persepsi generasi satu diakibatkan karena pada

umumnya mereka sendiri mengalami negosiasi pada perbedaan budaya yang

mereka miliki. Negosiasi diantara para anak muda generasi kedua terjadi dengan

lebih akrab yaitu karena mereka umumnya bergaul sejak kecil, bermain bersama

dan memahami adanya perbedaan dengan cara yang lebih natural dan bertahap,

tidak sekaligus sebagaimana yang terjadi pada generasi satu. Generasi satu adalah

orang-orang yang telah terbentuk oleh adat kebiasaan masing-masing dan tidak

punya kesempatan mengenal kebudayaan yang lain. Pemahaman atas kondisi ini

membawa generasi dua untuk memanfaatkan pembauran area tinggal untuk

kesadaran membangun kontak antar budaya, melalukan adaptasi budaya dan

melakukan kegiatan-kegiatan bersama. Generasi dua berharap dengan

terbangunnya hal-hal tersebut menjadikan dampak konflik tidak terlalu keras

sehingga dapat menjadikan konflik sebagai sarana bernegosiasi berbagai

perbedaan budaya yang ada.

Page 79: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

65

Adapun generasi tiga melihat pembauran area tinggal diantara mereka

sebagai sarana membangun kebudayaan yang akan menjadi cirri khas warga RT

04 dengan memanfaatkan berbagai unsur budaya yang ada. Generasi ini mejalin

keakraban dengan memanfaatkan keberbauran area tinggal diantara mereka.

Mereka berkunjung, menginap dan berdiskusi di rumah-rumah mereka secara

bergantian. Hal ini membuat strategi yang dibangun oleh generasi dua menjadi

lebih mungkin tercapai yaitu membuat perbedaan tidak berdampak pada konflik

yang keras. Melalui pembauran area tingggal pula generasi tiga membangun

kesatuan warga RT 04 yang lebih mendalam.

Pada dasarnya diawal percmpuran budaya antara suku Sunda dan suku

Madura tidak terdapat lokasi khusus yang di jadikan arena berinteraksi pada

generasi satu. Karena pada dasarnya kontak yang terjadi cenderung menimbulkan

masalah bagi mereka. Arena interaksi baru tercipta ketika generasi tiga yang pada

umumnya adalah anak-anak sekolah mulai membantu orang tunya

mengembangkan usaha mereka yang ada di lingkungan tinggal. Arena interaksi

yang pertama dan utama yang tercipta adalah di toko material milik Kiki. Arena

interasi ini selanjutnya menginspirasi lahirnya arena-arena interaksi yang lainnya

seperti pangkalan becak Pak Kholik, bengkel motor Pak Jamal dan Warug

sembako Ceu Emmi. Kiki adalah genrasi tiga yang mengelola toko material milik

ayahnya. Toko material itu sudah ada sejak lama sekali, namun ia hanya berfungsi

sebagai ladang usaha milik orang tua Kiki. Baru ketika Kiki mengelola toko

tersebut, toko material berfungsi sebagai arena interaksi warga RT 04. Di toko ini

anak-anak muda berkumpul untuk mengobrol, bercanda, berbagi pengalaman,

hingga berdiskusi berbagai permasalahan. Letak toko material yang berada tepat

di pangkal jalan lokasi pemukiman pinggir jalan memungkinkan semua orang

untuk melihat kegiatan anak-anak muda tersebut. Kondisi ini memobilisasi

generasi yang lainnya untuk sekedar ikut bergabung mengobrol dengan mereka

sepulang dari mereka bekerja, memanfaatkan perkumpulan tersebut sebagai basis

mobilisasi anak muda, hingga menciptakan arena-arena interaksi yang kemudian

banyak terdapat di RT 04 dengan berbagai variasinya sesuai level generasi yang

menciptakannya. Generasi satu selanjutnya menciptakan arena interasi di dalam

lingkungan tinggal berupa pangkalan becak, bengkel motor dan warung sembako.

Page 80: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

66

Sedangkan generasi dua menambahkan fungsi masjid untuk mengembangkan

kegiatan interaksi di sana.

Adapun generasi dua memanfaatkan perkumpulan anak-anak muda

generasi tiga ini sebagai alat pembauran antar suku yang lebih efektif. Generasi

dua kemudian mendorong generasi tiga untuk memegang kendali di setiap

kegiatan masjid yang di selenggarakan. Dari mulai kepanitiaan hingga pembagian

tugas pada seluruh warga RT 04 dalam mensukseskan setiap acara yang diadakan.

Keakraban antar suku yang terjadi pada generasi tiga selanjutnya menginspirasi

generasi satu untuk lebih membayr satu sama lain.

Arena Interaksi di Luar Lingkungan Tinggal

Kegiatan ekonomi warga terdiri dari sebagai pedagang sejumlah 110

orang, pegawai kelurahan sebanyak 20 orang, pegawai pabrik dan swalayan

sebanyak 27, guru sekolah tingkat SD, SMP dan SMA, serta perguruan tinggi

sebanyak 10 orang. Keadaan ini membuat di samping ekonomi warga secara

umum terbilang cukup baik, juga disisi lain menjadi keuntungan tersendiri dari

segi sosial, yaitu sesama warga RT 04 dapat saling berinteraksi bukan saja di

wilayah pemukimannya, namun juga ditempat mereka berdagang karena sama-

sama sebagai pedagang. Pak Husen bercerita, sebagai penjual sate di area

jembatan merah dirinya pernah juga kehabisan nasi untuk di jual, sementara

pembeli meminta nasi untuk teman makan satenya. Menghadapi masalah ini maka

Pak Husen akan meminjam nasi pada Pak Amri, pedagang soto yang berjualan di

sebelah tempat dirinya berjualan. Pak Husen memilih meminjam nasi kepada pak

Amri karena Pak Amri adalah warga RT 04 juga sebagai mana dirinya meskipun

Pak Amri adalah orang suku Sunda. Pak Amri juga akan melakukan hal yang

sama, yaitu dia akan meminta pertolongan pada Pak Husen karena merasa lebih

dekat dengan sesama RT 04. Keberadaan mereka di luar area tinggal nampaknya

menjadikan satu sama lain saling merasa lebih membutuhkan. Terkadang interaksi

lewat saling tolong menolong ini berlanjut di area tinggal. Pak Husen akan

sengaja datang kerumah Pak Amri dengan alasan mengembalikan nasi yang di

pinjamnya. Setelah itu biasanya mereka akan mengobrol.

Interaksi di tempat dagang pun terkadang terjadi karena Pak Lupi seorang

Madura yang berjualan soto ingin makan bubur, maka ia akan makan bubur jualan

Page 81: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

67

Pak Husin, orang sunda yang berjualan di sebelah tempat ia berjualan. Pak Lupi

melakukan hal tersebut agar ada kesempatan mengobrol dengan Pak Husin,

karena mereka sama-sama sebagai warga RT 04. Mengobrol di tempat berjualan

bagi mereka berfungsi mengusir kebosanan, terutama ketika sepi pelanggan. Hal

itu akan semakin menyenangkan jika mengobrol dengan tetangga sesama warga

RT 04, meskipun mereka tetap mengobrol juga dengan sesama penjul lainnya

yang bukan dari RT 04. Adapun Pak Husin mengaku sering membantu Pak Lupi

melayani pembelinya, jika kebetulan di tempatnya sedang sepi pembeli.

Menurutnya ia senang membantu Pak Lupi karena merasa sama-sama sebagai

warga RT 04.

Pak Syamsudin selalu melewati pertigaan Mawar yang merupakan area

pergadangan ketika pulang dari bekerja. Biasanya ia akan membeli beberapa

makanan untuk makan malam keluarganya. Keluarga Pak Syamsudin senang

makan malamnya ditemani martabak telor. Pak Syamsudin akan membeli

martabak telot Pak Tupi. Ia juga sering kali membeli mie ayam Pak Sabar.

Baginya membeli makanan dari sesama warga RT 04 merupakan cara

mendekatkan diri satu sama lain apalagi para penjual itu terdiri dari suku Sunda

dan suku Madura. Demikian juga pak Agus yang bekerja di Jakarta. Sepulang

bekerja ia akan menyempatkan diri untuk membeli sate favoritnya dan juga favorit

keluarganya. Keluarga Pak Agus suka pada sate Pak Madi. Menurut mereka sate

Pak Madi sangat khas kemaduraannya, dan karena ketika dirinya membeli sate

pada Pak Madi, maka Pak Agus sering kali mendapatkan tambahan sate dari Pak

Madi.

Demikian juga dengan Jajah. Jajah adalah orang Sunda yang berprofesi

sebagai guru TK. Tempat mengajarnya yang berdekatan dengan area perdagangan

di pertigaan Mawar membuatnya sering mampir ke area itu untuk membeli

makanan. Terkadang ia membeli makanan pada sesama warga RT 04 karena bisa

sambil mengobrol dengan mereka.

Adapun pak Jojo, orang Sunda yang bekerja di kantor kelurahan Kebon

Kelapa, karena kantornya berseberangan dengan area perdagangan Mawar, maka

ketika makan siang ia akan memilih makan di area ini sambil mengobrol dengan

sesama warga RT 04 yang berjualan di sana.

Page 82: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

68

“kita mah kebanyakan kerjanya ya disekitar kita aja, soalnya tempat

kerjanya deket-deket sini. Jadi kita mah sering ketemu satu sama

lain. Dirumah ketemu, di luar RT ketemu. Saya kerja di kantor

kelurahan kan, mau makan siang, nyebrang dikit, ketemu tuh si Tupi

(madura generasi 1) yang jualan soto Madura, atau si Husin (Sunda

generasi 1) disebelah Tupi, jualan bubur”(Ujang Madi, sunda

generasi 1)

Dari penjelasan di atas menggambarkan bahwa arena interaksi warga RT

04 diluar lingkungan tinggalnya yang pertama adalah lokasi kantor kelurahan

yang berhadapan dengan lokasi perdagangan kaki lima di sekitar pertigaan Jalan

Mawar. Lokasi antara area perdagangan dengan kantor kelurahan Kebon Kelapa

ini dipisah oleh jalan beraspal yang tidak terlalu lebar. Di kantor kelurakan Kebon

Kelapa terdapat beberapa warga RT 04 yang bekerja sebagai staf disana. Untuk

makan siang mereka akan menyeberang jalan dan menemukan beberapa pedagang

yang juga merupakan warga RT 04. Para pedagang ini terdiri pula dari beberapa

suku Sunda dan beberapa suku Madura. Keadaan ini membuat terjalin interaksi

diantara mereka yang memungkinkan satu sama lain merasa dekat akibat sama-

sama sebagai warga RT 04. Demikian juga di antara pedagang yang bersebelahan

lokasi dagang tersebut, mereka yang terdiri dari suku Sunda dan suku Madura itu

menjadi sering mengobrol dan menjalin keakraban karena sama-sama sebagai

warga RT 04.

Lokasi interaksi di luar lingkungan tinggal yang kedua adalah lokasi

pedagang kaki lima di sepanjang Jembatan Merah. Lokasi ini adalah tempat

pemberhentian orang-orang yang menuju arah kelurahan Kebon Kelapa, dan juga

RT 04. Beberapa para pedagang di jembatan merah adalah orang-orang RT 04

yang terdiri dari suku Sunda dan suku Madura. Mereka berinteraksi dan saling

membantu keperluan dagang diantara mereka. Interaksi juga terjadi ketika para

pegawai kantor dan juga para guru yang berasal dari RT 04 berhenti sejenak untuk

membeli beberapa makanan kepada mereka yang berdagang di Jembatan Merah.

Para karyawan dan guru tersebut mengutamakan membeli makanan jadi pada

sesama warga RT 04 bukan saja karena alasan kedekatan sebagai sesama warga

RT 04, namun juga karena seringnya mereka mendapat tambahan dari apa yang

mereka beli jika mereka membeli pada sesama orang RT 04, disamping tentu saja

Page 83: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

69

karena mereka merasakan makanan yang dijual memang enak dan layak untuk di

beli sebagai oleh-oleh di rumah.

Artinya selain interaksi yang terjadi antara pedagang, interaksi juga terjadi

antara pedagang dengan sesama warga RT 04 yang bekerja sebagai pegawai

kelurahan, karena kantor kelurahan pun berdekatan dengan tempat perdagangan.

Interaksi dengan warga RT 04 yang berprofesi sebagai guru, dapat terjadi saat

para pengajar pulang dari tempatnya bekerja melalui kantor kelurahan maupun

area perdagangan. Dan meskipun terdapat beberapa warga yang memilki aktifitas

ekonomi di luar Bogor seperti Jakarta, Depok dan Tangerang, namun orang-orang

ini tetap memiliki waktu berinteraksi yaitu di masjid, karena secara kebetulan

mereka adalah orang-orang yang sering ke mesjid untuk melakukan ritual shalat

dan yang lainya. Meskipun demikian masih terdapat warga RT 04 yang menjadi

pengangguran, dan biasanya komunitas ini tidak terlalu intens berinteraksi

Saya kan kerja di Jakarta, jadi ketemu sama orang RT 04 ya di

maasjid, subuh, magrib atau isya.kadang juga saya berkunjung

kerumah Pak Syamsudin, lagian pulang kerja saya suka beli

martabaknya orang Madura yang dipinggir jalan itu,itu Pak

Samat, sekalian lewat” (Agus, Sunda, generasi 2)

Sebagaiman di sebutkan terdahulu di area dalam RT 04 kegiatan ekonomi

warga terkonsentrasi pada warung sembako, toko material, pangkalan becak dan

bengkel motor. Tempat-tempat yang kemudian juga berfungsi sebagai tempat

interaksi warga, disamping interaksi warga yang terjadi di masjid, dan merupakan

tempat interaksi yang paling efektif karena menjadi pusat interaksi sosial warga

RT 04.

Kegiatan ekonomi warga yang tersebar pada perdagangan, pegawai

kelurahan ataupun swasta, pofesional dalam hal ini tenaga pengajar, warung

sembako, toko material, pangkalan becak, bengkel motor memberi kesempatan

pada warga untuk melakukan interaksi. Demikian pula keberadaan masjid yang

sejak awal pembangunannya, meski interaksi diwarnai beberapa konflik, telah

menjadi alat pemersatu warga, dan telah membentuk pola interaksi yang khas bagi

warga RT 04.

“ya bisa dibilang sesama warga sering ngumpul, itu di toko

material Pak Shaleh (Madura generasi 1), yang jaga kan anaknya

si Kiki (madura generasi 3) anak mudanya hobi nongkrong disitu,

Page 84: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

70

ada juga yang ngumpul sambil nyantainya di pangkalan becak Pak

Kholik (sunda generasi 1) atau toko si Adi (Sunda generasi 3)

disebelahnya toko Kiki kan, banyak lagi lah, saya juga kalau pas

pulang kerja sering ikutan nongkrong sebentar, kan sekalian lewat,

itung-itung silaturahmi” (ujang Madi, Sunda, generasi 1)

Interaksi antar warga di RT 04 terutama di arena lokasi tinggal sudah

terjalin sejak awal sekali dengan berbagai dinamikanya. Pada awal interaksi

diwarnai stereotipe yang melekat pada suku Madura. Suku Madura dianggap tidak

ramah oleh suku Sunda yang merupakan penduduk setempat. Berbagai stereotipe

negatif di tujukan pada pendatang pertama suku Madura ini seperti berwatak

keras, pemarah dan mudah mengeluarkan senjatanya. Gambaran ini seakan

dibenarkan oleh pendatang pertama suku Madura yang bermukim di RT 04.

Pencitraan buruk tersebut menurut suku Sunda karena orang Madura yang

pertama datang beserta keluarganya itu berwajah tidak ramah, jarang bertegur

sapa saat berpapasan dan sering terlihat mengasah celuritnya didepan rumahnya

yang disaksikan oleh orang Sunda yang kebetulan lewat didepan rumahnya.

Mereka mengartikan semua sikap yang terlihat pada orang Madura itu sebagai

ketidakramahan. Meskipun terbukti hingga penelitian ini dilakukan bahwa orang

pertama yang datang tesebut maupun keluarganya tidak pernah mengalami

bentrok atau perseteruan dengan pribumi.

Kondisi di atas telah cukup menjadikan interaksi antara suku Sunda dan

suku Madura tidak berjalan baik, yaitu ditandai penghindaran orang Sunda untuk

lewat didepan rumah orang Madura terutama ketika orang Madura ini sedang

mengasah cluritnya, ataupun menghindari berpapasan dengan orang tersebut.

Bahkan orang Sunda merasa tidak tenang bertetangga dengan orang Madura

tersebut. Sedangkan bagi orang Madura sendiri, penghindaran suku Sunda

terhadapnya membuat mereka menganggap suku Sunda enggan bergaul dan suka

lainnya, dan berkumpul dengan sesama warga Sunda saja. Berbeda dengan suku

Sunda yang merasa terganggu dengan segala tindak tanduk suku Madura, suku

Madura tidak terlalu mempermasalahkan sikap suku Sunda. Bagi suku Madura

merupakan hak suku Sunda untuk tidak mau bergaul dengan mereka. Sedangan

suku Sunda justru menganggap hal yang benar adalah menjalin keakraban dengan

sesama tetangga. Belakangan hal ini menimbulkan konflik di antara mereka.

Page 85: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

71

Iya kalo Pak Munara itu bukan galak, cuman memang begitu

wataknya, enggak banyak ngomong, orangnya mah baik, orang

Sunda aja yang takut duluan,buktinya kan dia enggak pernah

berantem, orang Sunda kan senengnya ngumpul ya bareng

orang-orangnya sendiri, sambil mancing gitu, tapi ya suku Sunda

kalau kita sapa ya baik lah” (Husen Madura generasi 1)

Hal tersebut tidak berlangsung lama, karena selang tiga tahun dari

kehadiran orang pertama tersebut, datanglah keluarga Madura yang lainnya untuk

bertempat tinggal di RT 04. Tipe orang yang datang kemudian ini dipandang

berbeda dengan pendatang pertama, yaitu lebih ramah, mau bertegur sapa dan

berwajah lebih bersahabat. Hal ini membuat suku Sunda mulai membuka diri dan

bergaul dengan orang Madura, dan selanjutnya hubungan antar warga diatara

kedua suku tersebut terjalin baik.

Proses perubahan persepsi diantara suku Sunda dan suku Madura ini tidak

pernah dibicarakan secara tebuka diantara kedua suku tersebut, yang terjadi

hanyalah upaya masing-masing memperbaiki persepsinya sendiri. Proses ini pula

yang kemudian sedikit demi sedikit menghapus stereotipe suku Madura yang

paling mereka takuti. Bahkan selanjutnya mereka mengakui bahwa pada dasarnya

setiap orang ada yang baik dan ada yang buruk, bukan karena seseorang bersuku

Madura, maka ia pasti berwatak buruk, sebagaimana sebaliknya pada suku Sunda

pun terdapat orang baik dan buruk. Proses ini nampaknya memperbaiki corak

interaksi dari yang tadinya negatif menjadi interaksi yang positif.

Ya ngapain galak-galak, kita disini cuman cari hidup, numpang

kita ya harus baik sama tetangga, peduli lingkungan lah”

(Bunawi, Madura, generasi 1)

“iya menurut saya mah sama aja sih mau Madura kek, mau

Sunda kek, yang baik mah baik, yang galak ya galak”(Arif,

Sunda, generasi 2)

Semakin positifnya hubungan diantar keduanya juga terlihat dari cara

mereka menceritakan kasus pembangunan masjid, dimana mereka menceritakan

dulu kejadian musyawarah dan kesepakatan bersama perihal akan dibangunnya

masjid di wilayah mereka dengan dana swadaya seluruh warga RT 04. Masing-

masing suku mengakui kerukunan yang sudah ada antar warga, bahwa konflik di

anggap sebagai suatu peristiwa yang wajar terjadi di dalam suatu masyarakat

berbeda suku bangsa. Konflik dianggap sebagai sesuatu yang tidak perlu di

Page 86: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

72

hindari. Oleh karena itu, konflik harus di jadikan sebagai suatu hal yang

bermanfaat guna mendorong terjadinya motivasi untuk melakukan inovasi atau

perubahan di dalam tubuh masyarakat itu sendiri.

Di RT 04 mah boleh dibilang sejak awal juga kita harmonis ya

suku Sunda suku Madura, mesjid dibangunkan dari obrolan-

obrolan kita pas abis jumatan gitu, wah ga kebagian tempat deui

euy, gitu, terus musyawarah lah kita untuk buat masjid, ya soal

pernah enggak setuju mah ya biasa lah namanya juga orang

banyak” (Syamsudin, Madura, generasi 2)

Seperti di sebutkan sebelumnya bahwa interaksi dan komunikasi antar

warga RT 04 dapat terjadi baik didalam wilayah tinggal maupun diluar wilayah

tinggalnya. Menurut keterangan informan, di warung-warung sembako interaksi

antar pedagang makanan jadi berkisar seputar harga sembako hingga perbedan

adat istiadat dalam hal makanan, hingga perayaan-perayaan hari-hari besar Islam.

Interaksi juga banyak terjadi di bengkel motor milik suku Madura maupun

pangkalan becak milik suku Sunda.

Ya kalau di warung ngobrolin masakan, ya misalnya pas acara

maulidan, kita ngobrol, kalau di Madura mah biasanya maulidan

itu harus kuah ahun itu, wajib, kalau Sunda yang harus ada itu

tumpeng gitu jadi kita tau lah adat istiadat yang beda, seneng aja

jadi saling tau (Nipah, Madura, generasi 1)

Adapun di luar wilayah tinggal sebagaimana telah disebutkan, terjadi

setelah interaksi di area wilayah tinggal semakin membaik. Tidak terdapat konflik

di area ini. Orang Madura yang berprofesi sebagai pedagang banyak berinteraksi

dengan sesama pedagang yang berasal dari suku Sunda, karena banyak dari

mereka yang bersebelahan lokasi dagangnya. Para pedagang inipun dapat pula

melakukan interaksi dengan warga RT 04 yang berprofesi sebagi pegawai

kelurahan, karena lokasi kantor kelurahan yang berseberangan dengan lokasi

perdagangan. Demikian juga interaksi dapat terjadi dengan warga RT 04 yang

hendak pulang kerja sebagai guru atau yang bekerja di luar kota, karena mereka

melalui jalan yang ditempati para pedagang dan kantor kelurahan. Bahkan tidak

jarang terjadi para pegawai itu kemudian membeli makanan jadi dari sesama

warga RT 04 saat mereka pulang kerja.

Page 87: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

73

Saya senengnya sate, kalau pas pulang ngajar, kadang mampir

buat beli sate ke Pak husen yang saya seneng mah, bumbunya

banyak soalnya, (Jajah, Sunda, generasi 2)

Arena interaksi di luar lingkungan tinggal terjadi pada generasi satu dan

generasi dua. Arena ini tercipta setelah arena interaksi di dalam lingkungan

tinggal di ciptakan oleh generasi tiga dan generasi dua dan di rasakan

kemanfaatannya oleh seluruh warga RT 04. Arena interaksi di luar lingkungan

tinggal yang berupa berdekatan lokasi perdagangan, bersebrangan dengan lokasi

kantor kelurahan dimana banyak terdapat pegawai kelurakan yang merupakan

warga RT 04, serta kegiatan membeli makanan jadi warga RT 04 ketika mereka

pulang kerja kepada sesama warga RT 04 yang berdagang di area yang dilalui

oleh para pegawai yang pulang kantor.

Arena interaksi di luar lingkungan tinggal ini di rasakan sangat bermanfaat

bagi generasi dua dan generasi tiga sebagai alat mendekatkan antar suku. Dari

mulai memanfaatkan waktu luang unutk sekedar ngobrol mengusir kebosanan di

tengah-tengah aktifitas berdagang, hingga mengenbangkan bisnis di antara

mereka. Kesamaan fungsi pada terciptanya arena-arena interaksi antar warga di

RT 04 selanjutnya di manfaatkan oleh seluruh warga dalam membangun sinergi-

sinerga diantara mereka. Banyaknya terjalin berbagai hubungan baik berupa

kerjasama dagang, diskusi-diskusi berbagai permasalah warga dan diskusi agama,

serta terjadinya banyak perkawinan antar suku adalah akibat dari sinergi yang

tercipta diantara suku Sunda dan suku Madura.

Kepuasan yang mereka dapatkan dari terciptanya pembauran diantara

mereka memberi ruang terutama bagi generasi tiga untuk menciptakan identita

baru yang menjadi cirri khas seluruh warga melalui berbagai kegiatan bersama

yang di lakukan. Ketika penelitian ini di lakukan berbagai pujian dari warga yang

berasal di luar RT 04 sering di tujukan pada para anak muda ini. Mereka

dianggap berhasil menyatukan warga dalam setiap kegiatan sehingga kegiatan itu

terkesan akrab dan unik.

Arena interaksi di dalam dan di luar area tinggal serta keseluruhan proses

interaksi warga RT 04 berakibat terjalinnya keakraban diantara mereka. Hal ini

pulalah yang mendukung dijadikannya proses interaksi di masjid sebagai pusat

interaksi warga. Segala hal yang menyangkut tentang masjid baik dari awal

Page 88: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

74

pembangunan hingga beragam kegiatan yang dilaksanakan di masjid, termasuk

konflik dan penyelesaiannya selalu menjadi tema utama dan pusat perhatian

seluruh warga. Semua informan mengetahui kasus yang menyangkut masjid, dari

permasalahan yang menyertai pembangunannya hingga musyawarah warga yang

menjadi penyelesaiannya. Sedangkan terhadap beberapa peristiwa konflik yang

selain masalah masjid, terdapat beberapa informan yang tidak mengetahui, atau

merasa tidak terlibat, dan mereka bangga pada hasil yang kemudian dapat mereka

capai baik berupa kesuksesan pembangunan masjid, kesuksesan pada setiap

kegiatan yang diselenggarakan di masjid, sampai terbangunnya kerekatan

hubungan antar warga yang semakin baik dari generasi ke generasi

berlatarbelakang kegiatan masjid.

Iya sih meskipun kadang ada konflik, bahkan pernah cukup besar

dalam pandangan orang tua kita, tapi ya masjid itu yang

mempersatukan warga RT 04, semua antusias ambil bagian

pokoknya kalau pas ada acara di masjid” (Syamsudin, Madura,

generasi 2)

Keseluruhan proses ini berdampak pada hilangnya stereotipe Madura di

mata suku Sunda, yaitu tidak lagi menganggap orang Madura galak, mereka mulai

merasa tidak takut pada orang Madura, dan tidak keberatan bertetangga dengan

suku Madura. Suku Sunda menyebut kondisi tersebut sebagai upaya kedamaian

hidup bermasyarakat, dengan mengutamakan hubungan baik dan upaya-upaya

menjauh dari konflik.

“Sekarang mah yang penting hidup rukun, tidak saling jegal,

egois atau apalah, malah saya mah prinsipnya mengalah

meskipun saya benar, kalau itu untuk kebaikan bersama, kan

orang Madura juga udah pada baik sekarang mah ya yang tua,

apalagi yang mudanya, walaupun dengan caranya masing-

masing, yang lebih tua biasanya ya sekedar nyapa kalau lagi

ketemu, atau yang lebih akrab lagi diskusi seperti Pak Agus dan

Pak Syamsudin, kalau yang lebih muda ya udah bersahabatlah

mereka mah, saling kerjasama, tolong menolong”(Arif, Sunda,

generasi 2)

Page 89: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

75

26

Gambar 2. Peta Arena interaksi didalam lingkungan tinggal dan diluar

lingkungan tinggal suku Sunda dan suku Madura.

Berbagai Konflik Antara Suku Sunda dan Suku Madura

Terjadinya Konflik di RT 04 RW10

Konflik antarbudaya di RT 04 sebenarnya bukan merupakan fenomena

baru bagi warga RT 04 sendiri. Terdapat beberapa konflik yang diceritakan oleh

mereka dan dianggap menemukan penyelesaian yang memuaskan semua pihak,

sehingga hubungan menjadi semakin harmonis. Namun disisi lain terdapat pula

konflik-konflik yang sifatnya masih terpendam, belum mengemuka, dan masih

menjadi semacam duri dalam keharmonisan hidup di RT 04, dan masih

memerlukan kesediaan masing-masing pihak untuk menemukan akar masalah

serta cara menyelesaikannya.

Beberapa konflik yang kemudian dapat diselesaikan dan menjadi media

untuk menjalin komunikasi antarbudya yang lebih efektif antara lain adalah:

Kasus Bermuka Galak

“Ini saya bicara soal suku dulu ya, saya mah melihat memang ada

perubahan pada orang Madura, dulu ya, waktu pertama kali orang

madura datang kesini, itu pak Munara, wuah orangnya keras,

galak keliatan dari mukanya juga, maen ngeluarin senjata aja

Page 90: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

76

kalau ada masalah teh, apa itu celurit, iya bener, dia itu di takuti

pokoknya mah. Orangnya dingin, enggak pernah nyapa, kecuali di

sapa. Gitu dulu teh ya,saya mah sampe takut mau lewat depan

rumahnya tapi kesini kesini, Pak Siddik, terus Pak Bunawi, enggak

tuh, ya walaupun ada juga yang masih kaku, kaya pak jamal, tapi

tetep enggak separah yang saya sebut tadi ya.“(Jojo, Sunda,

generasi 1)

Di masa awal kedatangan suku Madura ke wilayah RT 04 yaitu di tahun

70-an. Pendatang pertama itu bernama Pak Munara. Dia datang ke Bogor bersama

istri dan keempat anaknya. Rumah tinggal Pak Munara berada di area pinggir

jalan. Hal ini menyebabkan setiap waktu orang yang berlalu lalang di jalan depan

rumhnya dapat melihatnya serta berbagai kegiatan yang di lakukannya. Ketika

penelitian ini dilakukaan Pak Munara sudah meninggal. Ia meninggal pada tahun

1989. menurut keterangan informan, Pak Munara berwajah galak, tidak ramah

pada tetangga, dan sering terlihat mengasah clurit di depan rumahnya. Hal ini

mengakibatkan suku Sunda enggan bertegur sapa dengan orang Madura itu,

bahkan merasa takut meskipun hanya untuk lewat di depan rumahnya, serta

merasa terganggu dengan keberadaan orang tersebut di wilayahnya.

Meskipun di akui oleh informan bahwa hingga meninggalnya pun, orang

Madura yang menjadi pendatang pertama di RT 04 itu terbukti tidak pernah

bersengketa dengan pribumi, namun dari sikap yang ditunjukannya di anggap

membenarkan stereotipe yang terlanjur melekat pada diri orang Madura. dan

meskipun selanjutnya orang Sunda mulai beranggapan bahwa setiap orang ada

yang baik ada yang buruk, tidak terbatas apakah itu suku Madura ataupun suku

Sunda.

Namun masih menurut informan, tidak selang lama, sekitar tiga tahun

kemudian, datanglah suku Madura yang lain, dengan ciri-ciri yang dianggap

berbeda dengan orang yang datang sebelumnya, yaitu di nilai lebih ramah, mau

bergaul, bahkan terkesan berperilaku sopan kepada pribumi. Hal ini membuat

mereka selanjutnya tidak lagi merasa takut pada orang Madura dan mulai tidak

keberatan bertetangga dengan mereka.

“Sekarang mah semuanya udah baik orang Maduranya, apalagi

anak mudanya, sopan banget, kaya’ si Apung itu lah. Ya

sebenernya semua suku sama aja, ada yang baik ada yang enggak

baik, tergantung orang nya kali ya.” (Nunung, Sunda, generasi 1)

Page 91: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

77

Kasus Clurit

“Orang madura zaman dulu yang saya ngeri banget, pernah

kerumahnya Bu Nipah kan mau apa waktu itu teh lupa, eh di

ruang tamunya teh, celurit di pajang, udah mah gede, mengkilap

lagi, ih saya sampe merinding, mulai itu enggak pernah saya

kerumahnya lagi, takut. Ya sekarang mah Bu Nipah juga udah

enggak punya celurit. Saya juga tahu itu, makanya sekarangmah,

apalagi kalau ada acara, ya sampe malem, dirumahnya, udah

enggak apa-apa, ya dulu juga sebenernya mah enggak apa-apa,

orang kata Bu Nipah teh itu mah cuman pajangan, kunaon atuh

celurit gitu yang dipajang, apa kek, gitu” (Nunung, Sunda,

generasi 1)

“Kita orang Madura mah mengerti emang kudunya ngalah terus,

kita itu sebagai pendatang meskipun lebih gigih dalam berusaha,

ya tetep kudu menghargai pribumi, ya demi kerukunan bersama,

pokonya mah jauh dari berantem lah. Sampe-sampe sayamah

sekarang udah enggak punya celurit dirumah, ya karena orang

Sundanya takut katanya, ya udah saya jual, ngapain bikin orang

takut. Padahal mah itu seneng aja kenang-kenangan Madura

ceritanya sih, ya pajangan lah gitu maksudnya mah, kalau

sesama Maduranya mah itu tuh jadi topik pembicaraan, misalnya

beli dimana, bahan nya apa, ya gitu lah”

(Bunawi, Madura, generasi 1)

Diawal-awal kedatangan suku Madura ke wilayah RT 04, salah satu

kebiasaan mereka yang tidak disukai atau bahkan ditakuti oleh orang Sunda

adalah kebiasaan suku Madura meletakkan clurit di dinding ruang tamunya. Hal

tersebut membuat suku Sunda enggan datang kerumah suku Madura karena ketika

melihat clurit itu, suku Sunda merasa terancam dan takut. Menurut keterangan

informan orang Madura tidak bermaksud menakuti ataupun mengancam orang

lain, diletakkannya clurit di dinding bagi suku Madura adalah sebagai hiasan

semata.

Sebagaimana menurut keterangan Ibu Nunung, seorang suku Sunda yang

berusia 68 tahun ini. Dulu dirinya merasa takut untuk datang kerumah orang

Madura. hal ini disebabkan ia melihat clurit di pajang di dinding ruang tamu oran

Madura. Pada masa selanjutnya suku Madura akhirnya mendengar omongan-

omongan yang menyangkut ketakutan suku Sunda tersebut. Bahwa suku Sunda

selalu tidak mau ketika di ajak mampir kerumah mereka, dengan alasan takut pada

Page 92: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

78

clurit. Pada awal di ketahuinya permasalahan ini adalah terdapat salah satu suku

Madura yaitu Pak Siddik yang melakukan kebiasaan memandikan burung-burung

peliharaannya di sore hari saat rutinitas pekerjaannya sudah selesai. Sambil

melakukan kegiatan tersebut yang dia lakukan di depan rumahnya ia sering

bertegur sapa dengan siapa saja yang lewat di depan rumahnya tersebut, termasuk

suku Sunda. Suku Sunda menganggap Pak Siddik berbeda dengan orang Madura

yang mereka kenal sebeumnya. Pak Siddik selain tidak mengasah clurit, juga mau

bertegur sapa. Ketika mereka membalas tegur sapa pak Siddik, dengan cara

mengomentari burung-burung yang sedang di mandikannya, mereka akan

bertanya banyak hal termasuk menanyakan mengapa tidak mengasah clurit

sebagaimana orang Madura lainnya. Pak Siddik hanya menjawab bahwa cluritnya

di simpan saja olehnya sehingga tidak perlu di bersihkan. Ia juga menyatakan

bahwa kegiatan yang dilakukan oleh beberapa orang Madura di depan rumahnya

itu hanya sekedar bersantai dengan membersihkan benda kenangan tanah

leluhurnya, bukan sedang mengasah senjata seolah akan berperang. Namun

kejadian itu membuat Pak Siddik dan yang lainnya sadar bahwa kebiasaan mereka

ternyata mengganggu ketenangan orang Sunda,

Kejadian ini membuat orang Madura memindah clurit tersebut ke dinding

kamar, atau tempat-tempat yang tidak terlihat oleh tamu. Mereka juga tidak lagi

mengasah clurit di depan rumhnya. Dimasa selanjutnya sebagaiman pernyataan

informan, suku Madura di RT 04 kebanyakan sudah tidak lagi memiliki senjata

khas sukunya itu. Hal ini diketahui oleh suku Sunda dan mereka mulai mau

berkunjung kerumah-rumah suku Madura. Bahkan sebagian orang Madura

megaku menjual barang-barang tersebut, dan tidak lagi menganggapnya sebagai

sesuatu yang syakral, atau identitas yang penting. Hal tersebut kemudian direspon

oleh suku Sunda dengan mau bertegur sapa dan datang ke rumah suku Madura.

Kedua konflik yang telah di jelaskan menunjukan bahawa di awal

terjadinya percampuran budaya antar suku Sunda dan suku Madura, proses

penyampaian pesan (encoding) dan penterjemahan pesan (decoding) masih

bersifat spontan. Komunikasi di antara mereka belum secara sistematis diarahkan

sebagai alat dalam memahami perbedaan-perbedaan yang ada. Hal ini

Page 93: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

79

mengakibatkan komunikasi antarbudaya diantara kedua suku belum efektif.

Konflik-konflik yang timbul diantara kedua suku ini pun diakibatkan hal tersebut.

Masing-masing suku hanya melakukan komunikasi intrapersonal dalam

menyikapi permasalahan-permasalahan di antara mereka. Contohnya, ketika suku

Madura merasakan bahwa suku Sunda merasa takut pada beberapa kebiasaan

mereka seperti di anggap berwajah galak, mengasah clurit di depan rumah di sore

hari yang mereka lakukan sebagai teman bersantai setelah rutinitas yang padat

seharian. Atau kebiasaan dipajangnya clurit di dinding ruang tamu, yang mereka

maksudkan sebagai kenangan tanah leluhur, maka orang Madura mengubah

kebiasaan tersebut, yaitu berusaha ramah, tidak lagi mengasah clurit di depan

rumahnya dan tidak lagi memajang clurit di dinding ruang tamunya. Perubahan ini

di lakukan oleh orang Madura karena kemudian mereka tahu perbedaan

pandangan diantara mereka dengan suku Sunda. Dalam melihat kebiasaan

mengasah clurit misalnya, mereka hanya bertujuan membersihkan benda yang

mereka lihat sebagai kenang-kenangan mereka atas tanah leluhurnya yaitu

Madura. Dibersihkannya clurit oleh mereka di sore hari itu dalam pandangan

mereka agar benda tersebut tetap nampak bersih dan tidak berdebu saat di pajang

nanti. Sedangkan suku Sunda melihat kegiatan mengasah clurit suku Madura di

depan rumahnya tersebut sebagai ancaman pada mereka yang hendak lewat di

depan rumahnya. Bagi suku Sunda kebiasaan suku Madura beserta pemaknaan

yang mereka berikan pada kebiasaan-kebiasaaan tersebut membuat mereka

enggan lewat di depan rumah suku Madura terutama di sore hari saat mereka

mengasah cluritnya. Suku Sunda juga enggan bertegur sapa dengan suku Madura

karena mereka sudah menganggap suku Madura sebagai suku yang tidak baik.

Meskipun kedua konflik ini menurut kedua suku telah berhasil di

selesaikan, namun tidak terdapat diskusi ataupun musyawarah yang terjadi dalam

hal kedua konflik yang telah di sebutkan. Baik suku Sunda maupun suku Madura

tidak pernah membicarakan secara langsung perihal kesalah pahaman yang terjadi

diantara mereka. suku Sunda menyelesaikan masalah ini dengan cara merubah

persepsinya sendiri, sedangkan suku Madura hanya merespon gelagat suku Sunda

yang mereka artikan sendiri.

Page 94: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

80

Kasus pembangunan Masjid.

“Ya pada awalnya disitu tuh mushala, kondisinya udah rusak.

Terus melalui obrolan ba’da jumatan di masjid bawah, obrolan

juga berlanjut setelah acara-acara perayaan Islam, disepakatilah

bahwa mushala akan dibongkar untuk dijadikan masjid.

Kemudian dibentuklah panitia pembangunan masjid dengan

ketua terpilih Pak Enday (Sunda, generasi 1) tapi memang

terdapat sedikit kesalahan, yaitu inisiatif melanjutkan

pembangunan mesjid tersebut tanpa melalui prosedur, yaitu

membubarkan terlebih dahulu kepengurusan lama, terus

pembentukan melalui rapat RT, nah hal itu kemudian memancing

ketidaksukaan sebagian orang Sunda (Pak Odih dan Arif, Sunda,

generasi 1 dan 2), (Pak Odih dan Arif adalah ayah dan anak,

mereka salah satu tokoh suku Sunda)menjadi merasa tidak

dilibatkan.” (Syamsudin, Madura, generasi 2)

Informasi dari informan Madura tadi dibenarkan oleh informan lainnya

yang berasal dari suku Sunda

“Sayangnya orang Madura itu senengnya langsung aja apa-apa

teh, ga pernah nanya-nanya dulu, jadilah pernah ada masalah,

yaitu orang Sunda merasa tidak diajak kerjasama dalam

pembangunan masjid. Sempet lama juga sih pada diem-dieman

antara ya kebanyakan Suku Sunda dan Suku Madura yang diem-

dieman itu.” (Jojo, Sunda, generasi 1)

Menurut keterangan informan, kasus konflik masjid terjadi pada tahun

1992 lalu. Pada awalnya terjadi perbincangan sekumpulan warga RT 04 perihal

perlunya membangun masjid sendiri, karena permasalahan ketidakmampuan

masjid Al-Hurriyah yang merupakan masjid bersama bagi warga RW 10 untuk

menampung semua jama‟ah. Ide ini nampaknya direspon baik oleh semua pihak,

yaitu warga RT 04 sendiri, maupun oleh pihak RT dan RW setempat. Karena itu

selanjutnya diadakanlah musyawarah RT dalam rangka pembentukan kepanitiaan

pembangunan masjid tersebut.

Masalah kemudian timbul, ketika kepanitiaan pembangunan masjid

mengalami kemandegan akibat Ketua panitia yaitu Pak Enday, yang merupakan

suku Sunda dan bekerja sebagai PNS, dipindahtugaskan, sehingga harus keluar

dari RT 04. Karena kefakuman tersebut, salah seorang anggota kepanitiaan yaitu

Pak Agus dari suku Sunda, berinisiatif melanjutkan kegitan pembangunan masjid

dengn cara meminta bantuan kepada beberapa warga yang dipandang mampu dan

mau mendukung kegiatan tersebut. Warga yang di mintai bantuan oleh Pak Agus

Page 95: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

81

antara lain adalah Pak Siddik, Pak Marsuli dan Pak Jamal. Ketiganya kebetulan

merupakan orang-orang dari suku Madura. Pak Agus meminta bantuan ketiga

orang ini dikarenakan mereka termasuk orang-orang yang menurut Pak Agus

sangat bersemangat dalam upaya pembangunan masjid. Berkat inisiatif ini, serta

berkat berbagai usaha yang dilakukan ketiga orang Madura tersebut,

pembangunan masjid dapat dilanjutkan.

Namun cara ini ternyata tidak disukai oleh sebagian orang Sunda karena

dianggap menyalahi aturan, yaitu tidak melalui forum musyawarah. Oleh sebab

itu selang beberapa waktu kemudian, terdengar isu bahwa seorang pemimpin dari

suku Sunda tidak mau ikut serta menyukseskan pembangunan masjid. Dan

menurut keterangan informan, hal ini mengakibatkan orang-orang Sunda yang

lainnya pun melakukan hal yang sama yaitu tidak mau lagi terlibat dalam urusan

pembangunan masjid. Sejak itu suasana di RT 04 menjadi terbagi dua golongan,

yaitu golongan Madura dan gologan Sunda, dimana masing-masing golongan

enggan untuk saling bertegur sapa, dan menjadi terkesan saling bermusuhan.

Menyadari keadaan yang semakin tidak kondusif dan mulai mengarah

pada konflik, maka beberapa anak muda saat itu berupaya mencari penyelesaian

atas masalah yang terjadi. Para anak muda itu antara lain adalah Pak Syamsudin,

Pak Oji dan Pak Marsuli. Berkat usaha para anak muda ini lah maka disepakatilah

agar ketua RT 04 mengundang semua pihak yang berseteru untuk

menyelenggarakan forum musyawarah, yang karena pertimbangan tempat, maka

musyawarahpun diadakan disalah satu rumah warga yaitu di TPA milik Pak

Syamsudin. Forum musyawarah dilaksanakan dengan terlebih dahulu membaca

sholawat bersama, dengan harapan dengan bacaan-bacaan shalawat pihak-pihak

yang bersengketa mampu meredam amarahnya dan dapat menyelesaikan masalah

dengan cara terbaik.

“Ada yang ngomong si Madura kenceng suaranya, jadi bikin

kaget lah, si Sunda yang suka diem aja padahal enggak setuju

lah, terus saya juga jadi tahu untuk melibatkan mereka dalam

kepengurusan mesjid itu kudu menawarkannya berkali-kali, terus

orang Madura juga jadi mawas diri untuk ga langsung aja apa-

apa teh kudu diomongin dulu lah semuanya itu. Setelah itu mah

berjalan lancar, rapat berjalan lancar, panitia pembangunan

masjid diresmikan, ketuanya pak Ukuy,(Sunda, generasi 1)

wakilnya saya (Syamsudin, madura, generasi 2)dan semua warga

Page 96: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

82

terlibat, baik secara materiel, dengan cara setiap keluarga

menyumbang sebanyak seratus ribu, tapi boleh nyicil, dan warga

bersama-sama mencari dana kemana ajah. Nah kalau udah gitu

tuh kita harus ngalah, denga datang kerumahnya, tanya apa

maunya, biasanya mereka baru mau ngomong apa maunya, tidak

setujunya kenapa.”(Kulsum, Madura, generasi 2)

Menurut keterangan informan, forum musyawarah berjalan dengan baik,

dimana masing-masing pihak dalam hal ini suku Sunda mengungkapkan sebab

musabab ketidaksetujuannya yaitu tidak bermusyawarah dalam melanjutkan

pembangunan mesjid dan tidak terlebih dahulu membubarkan kepanitiaan yang

fakum. Artinya bagi suku Sunda masalah terjadi terutama disebabkan kegiatan

melanjutkan pembangunan masjid tidak berlandaskan kesepakatan forum resmi

Hal ini membuat suku Sunda merasa tidak dilibatkan, mengingat orang-orang

yang kemudian menangani pembangunan masjid, dalam pandangan mereka,

didominasi oleh orang Madura. Orang Madura pun kemudian menyatakan

pendapatnya bahwa mereka tidak bermaksud menguasai masjid, karena mereka

hanya membantu para panitia pembangunan masjid, dimana panitia itu berisikan

orang-orang Sunda juga.

“Padahal kan sebenernya saya kan juga termasuk penitia

pembangunan masjid waktu itu, karena ketuanya Pak Enday

(Sunda, generasi 1) tidak aktif disebabkan pindah tugas dan beliu

tidak tinggal di sini lagi, jadi saya (Pak Agus) mengajak yang

panitia yang masih ada, sambil minta bantuan Pak Siddiq

(Madura, generasi 1), Pak Mawi (Madura, generasi 1)dan Pak

Marsuli (Madura, generasi 2)utuk meneruskan pembangunan

masjid ini, eh ternyata itu malah dianggap tidak etis, enggak

musyawarah dulu katanya, itu yang ngomong ya Pak Odih

(Sunda, generasi 1) jadinya orang-orang Madura sempet heran

sama sikap Pak Odih, kok begitu aja jadi masalah, kan yang

penting pembangunan masjid berjalan.” (Agus, Sunda, generasi

2)

“Karena itu, saya (Syamsudin) bersama-sama dengan Pak Agus

(Sunda, generasi 2)yang waktu itu salah satu panitia

pembangunan masjid, berinisiatif mengumpulkan semua orang

RT 04 terutama yang berseteru untuk duduk bareng,

membicarakan permasalahan ini. Waktu itu sebelum rapat

dimulai, sambil nunggu Pak Odih waktu itu, kita jadi ngobrol-

ngobrol dulu, nah disitu orang Madura teh ngomong bahwa

mereka tidak bermaksud memonopoli pembangunan masjid,

begitu juga orang Sunda ngomong mereka hanya merasa tidak

Page 97: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

83

dilibatkan karena tidak ditawari untuk bekerjasama”

(Syamsudin, Madura, generasi 2)

Terselenggaranya forum musyawarah ini nampaknya berdampak sangat

baik. Kegiatan pembangunan masjid yang kemudian berjalan baik hingga masjid

selesai dibangun, juga berlanjut pada setiap kegiatan masjid, menjadi perekat bagi

kehidupan warga RT 04 yang harmonis dan saling mendukung. Sebagimana

keterangan informan

“Setelah itu mah berjalan lancar, rapat berjalan lancar, panitia

pembangunan masjid diresmikan, ketuanya Pak Ukuy (Sunda,

generasi 1) , wakilnya Pak Syamsudin (madura, generasi 2) dan

semua warga terlibat, baik secara materil, dengan cara setiap

keluarga menyumbang sebanyak seratus ribu, tapi boleh nyicil,

dan warga bersama-sama mencari dana kemana ajah.

Alhamdulilah, pembangunan mesjid selesai lebih cepat dari

perkiraan” (Marsuli, Madura, generasi 1)

Pada kasus pembangunan masjid adalah kasus konflik terbuka yang

pertama terjadi di RT 04. Kasus ini terjadi setelah suku Sunda dan suku Madura

hidup berdampingan selama kurang lebih 20 tahun. Pesan non verbal suku Sunda

berupa diam dan kembali menghindar bertegur sapa, diartikan sebagai bentuk

ketidaksetujuan oleh anak-anak muda RT 04. Kemampuan anak-anaka muda

tersebut memahami watak suku Sunda dengan lebih baik daripada para orang tua

mereka adalah akibat mereka sudah bergaul sejak kecil dengan mereka, baik di

sekolah maupun sebagai teman sepermaianan sehingga mereka lebih mengenal

watak suku Sunda.

Situasi tersebut dilihat sebagai suatu konflik oleh para anak muda RT 04,

baik anak muda suku Sunda maupun anak muda suku Madura, sehingga mereka

merespon kondisi ini dengan tawaran diadakannya forum musyawarah untuk

mengungkapkan permasalahan sekaligus mencari solusinya. Tawaran ini mereka

lakukan dengan cara sekumpuan anak muda yang terdiri dari anak muda suku

Sunda seperti Pak Agus, Pak Oji dan Pak Jajat bersama anak-anak muda suku

Madura seperti Pak Syamsudin, Pak Heri dan Pak Marsuli bersama-sama

mendatangi rumah-rumah orang tua mereka baik orang tua suku Sunda maupun

orang tua suku Madura. Di rumah-rumah para orang tua itu mereka akan

mendengarkan keluhan mereka dan hal-hal yang mereka tidak setujui. Setelah itu

Page 98: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

84

para anak muda itu akan menawarkan solusi di selenggarakannya forum

musyawarah pada para orang tua tersebut.

Kegiatan ini nampaknya berhasil menggugah kedua pihak baik suku Sunda

maupun suku Madura untuk merespon ajakan para anak muda tersebut. Mereka

kemudian mau untuk menghadiri forum musyawarah dalam rangka

menyelesaikan permasalahan diantara mereka. Selanjutnya berkat para anak muda

ini dan forum musyawarah, masalah berhasil di selesaikan.

Orang-orang yang disebut sebagai anak muda saat peristiwa konflik masjid

terjadi adalah mereka yang dalam penelitian ini disebut sebagai generasi kedua,

yaitu anak-anak dari suku Madura dan suku Sunda yang mengalami persentuhan

antarbudaya secara lebih akrab, berupa bersekolah di tempat yang sama, atau

sebagai teman sepermainan sehingga diantara mereka telah berkembang pola

hidup sebagai sesama warga RT 04. Meraka saling bertemu untuk membicarakan

situasi konflik dan dengan meminta dukungan ketua RT setempat maka

diadakanlah forum musyawarah sebagai media dalam meyelesaikan konflik yang

terjadi, hingga tercapai kesepakatan-kesepakatan dan perdamaian diantara kedua

suku yang berseteru tersebut.

Terdapat kaitan antara budaya komunikasi konteks tinggi dan budaya

konteks rendah dengan terjadinya konflik masjid ini, demikian juga pada konflik-

konflik berikutnya diantara suku Sunda dan suku Madura. Gaya komunikasi

konteks tinggi suku Sunda dicirikan menggunakan kata-kata implisit dan ambigu

dalam meyatakan ketidak setujuan. Gaya komuniksai ini dilakukan untuk

menghindari kesan asertif. Suku Madura terbiasa menggunakan kalimat langsung

tanpa basa-basi dalam menyampaikan pesan. Gaya komunikasi model ini

membuat mereka tidak terlalu banyak menggunakan bahasa non verbal, termasuk

tidak akan merespon pesan yang tidak di sampaikan secara langsung. Dalam kasus

kepanitiaan pembangunan masjid ketika suku Madura mengambil inisiatif

melanjutkan pembangunan masjid yang terbengkalai akibat kefakuman panitia

pembangunan masjid, mendapatkan respon diam dan menghindari bertegur sapa

dari suku Sunda. Pesan “tidak setuju” suku Sunda yang disampaikan dalam

bentuk non verbal tersebut tidak dapat dipahami suku Madura yang berbudaya

konteks rendah. Suku Madura cenderung menganggap sikap diam suku Sunda

Page 99: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

85

sebagai tanda semua baik-baik saja. Karena suku Madura akan menyemakan

dengan kebiasaan mereka yaitu mereka akan angkat bicara ketika mereka tidak

setuju terhadap suatu hal. Perbedaan gaya komunikasi ini selanjutnya

mengakibatkan terjadinya konflik diantara kedua suku tersebut. Sikap diam suku

Sunda berubah menjadi kemarahan karena tidak mendapatkan tanggapan apapun

dari suku Madura. Suku Sunda selanjutnya memisahkan diri dari kegiatan

pembangunan masjid. Mereka juga tidak lagi bertegur sapa dengan suku Madura

di manapun mereka bertemu. Baru setelah keadaan semakin genting, yaitu

terjadinya kondisi yang tidak harmonis di RT 04. Masing-masing orang saing

menghindar dan berwajah tidak ramah. Setelah kondisi menjadi jelas iniah suku

Madura baru megerti bahwa adanya permasalahan. Ajakan diadakannya forum

musyawarah oleh para anak muda pun akhirnya mendapat dukungan dari semua

pihak setelah kedua suku kemudian bertekad untuk menyelesaikan permasalahan

yang dirasa merugikan semua pihak tersebut.

Konflik pembangunan masjid ternyata menjadi interaksi yang penting bagi

kedua suku. Keberhasilan mereka menyelesaikan konflik masjid menjadikan

masjid dan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakannya sebagai pusat interaksi

sosial warga RT 04. Masjid pulalah yang menyebabkan konflik yang terjadi

belakangan menjadi tidak terlalu keras di satu sisi, dan interaksi menjadi semakin

efektif di sisi lain.

Terjadinya konflik masjid serta keberhasilan pengelolaannya dikarenakan

kedua suku sama-sama menganggap penting terhadap masjid, yang merupakan

salah satu interpretasi keagamaan, bahkan sebagai inti kehidupan. Suku Sunda dan

suku Madura adalah sama-sama suku yang di anggap lebih baik keagamaannya

dari suku yang lainnya di Indonesia, sehingga keberhasilan menangani konflik

masjid menjadi hal yang penting bagi kedua suku. Hal ini nampaknya menjadi

kekuatan utama bagi mereka dalam menjaga perdamaian.

Masjid bagi suku Sunda adalah pusat kehidupan. Masjid dijadikan sebagai

tempat menempa berbagai ilmu dan juga sebagai tempat menyelesikan masalah

yang mereka padankan dengan pesantren. Masjid juga bagi suku Sunda menjadi

basis kekuatan masyarakat yang menjadi psat perlawanan terhadp pemerintahan

Belanda ketika zaman penjajahan dan menjadi forum diskusi yang mengevaluasi

Page 100: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

86

kegiatan pemerintahan pasca kemerdekaan. Inilah yang mereka sebut sebagi inti

kehidupan di level kehidupan bermasyarakat. Sedangkan di tingkat individu

masjid menjadi identitas yang lekat dengan suku Sunda. Mereka akan merasa

bukan sebagi suku Sunda jika meskipun beragama islam namun di rumahnya tidak

terdapat pasolatan. Suatu ruangan khusus untuk melaksanakan shalat yang selalu

ada pada setiap rumah suku Sunda.

Dari latar belakang makna masjid bagi suku Sunda ini dapat di mengerti

mengapa kemudian konflik masjid menjadi konflik pertama yang terjadi di RT 04

setelah sebelumnya konflik-konflik yang terjadi cenderung dibiarkan terpendam

meski sebagian terselesaikan. Hal ini menunjukan masjid mencakup

pembangunan, penyelesaian konfliknya, serta setiap kegiatan yang diadakannya

menjadi hal penting bagi identitas suku Sunda.

Demikian pun suku Madura. Suku ini menganggap masjid sangatlah

penting bagi kehidupan mereka. Di Madura, keluarga Madura selalu ditandai

keberadaan masjid di tengah-tengah rumah-rumah yang berbentuk melingkar

diantara sanak saudara yang tinggal berdampingan. Ini menunjukan masjid

sebagai inti kehidupan bagi suku Madura. Organisasi orang Madura selalu

berbasis masjid. Demikian pula pola pendidikan dan ekonomi mereka adalah

representasi dari masjid.

Pemaparan ini menunjukan suku Sunda dan suku Madura sama-sama

menganggap penting keberadaan masjid di tempatnya. Mereka sangat

berkepentingan dalam berkontribusi pada setiap hal yang menyangkut masjid dari

sejak pembangunannya hingga setiap acara yang diadakannya. Inilah yang

menyebabkan konflik menjadi sangat penting bagi mereka, baik dalam hal di

terimanya masing-masing keinginan, maupun dalam menemukan solusi yang tepat

bagi kelangsungan pembangunan masjid. Oleh karena itu kedua suku menjadi

sama-sama berkepentingan untuk menyelesaikan masalah masjid demi identitas

suku mereka. Hal ini menjadi penyebab terbesar bagi keberhasilan di

selenggarakannya forum musyaawarah dan juga bagi ditemukannya kompromi

atas konflik yang terjadi.

Keberhasilan menangani konflik masjid menjadi kebanggaan tersendiri

bagi setiap warga RT 04. Mereka menjadikan peristiwa tersebut sebagai alasan

Page 101: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

87

perdamaian di setiap konflik yang terjadi pasca konflik masjid. Mereka

menganggap masjid sebagai simbol yang mempersatukan antara suku Sunda dan

suku Madura, juga bagi berbagai suku yang hidup bersama mereka. Sejauh ini

masjid menjadi kekuatan yang dominan di RT 04 sehingga konflik-konfik yang

berpotensi memisahkan cenderung tidak dominan disana.

Kasus Kepanitiaan Maulid Nabi

“Tapi kita tetep akur, kalau ada acara hari besar Islam selalu

bagus acaranya, kepanitiaannya selalu anak muda dari berbagai

suku disini yang urus, ga ada yang dominan, tapi yang kemaren

itu pas acara muludan, enggak tahu kenapa jadi kita teh tidak di

undang rapat, tahu-tahu diminta bantuannya mencari dana, saya

kurang setuju gitu tuh, tapi tetep saya bantuin carai dana, karena

kan demi acara masji, Marsuli (Madura, generasi 2) juga udah

minta maaf soal ini.ya gara-garanya anak mudanya lagi pada

sibuk, jadi acara maulidan kemaren itu terkesan buru-buru.”

(Jojo, Sunda, generasi 1)

Sejak dibangunnya masjid RT 04, seluruh warga RT 04 menjadikan masjid

sebagai pusat interaksi mereka melalui setiap kegiatan yang diselenggarakannya.

Kebersamaan suku Sunda dan suku Madura melalui masjid nampaknya menjadi

dasar kerukunan antar warga yang sama-sama mereka jaga, sekaligus tempat

dimana mereka saling bernegosiasi identitas sosial dan kebudayaan masing-

masing. Kasus-kasus selanjutnya menunjukan hal tersebut.

Telah menjadi kebiasaan di RT 04 bahwa disetiap kepanitiaan acara hari

besar Islam, ditangani oleh anak-anak muda dari berbagai suku yang tinggal di RT

04. Berbagai kegiatan masjid selalu sukses di tangan para anak muda ini. Mereka

mampu melibatkan seluruh warga RT 04 dari para anak muda hingga orang tua

untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan. Hal ini mengakibatkan

seluruh warga merasa memiliki acara tersebut dan berkontribusi secara optimal

untuk mensukseskannya. Kerekatan antar warga terjalin berkat berbagai acara

masjid tersebut. Namun tidak seperti biasanya, kepanitiaan acara Maulid Nabi

yang diselenggarakan pada bulan Januari 2012 ini di pimpin langsung oleh ketua

DKM Masjid RT 04, yaitu Pak Jamal yang kebetulan adalah orang Madura. Pak

Jamal berusia 70 tahun. Ia termasuk golongan Madura generasi pertama. Menurut

Page 102: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

88

keterangan informan, hal ini disebabkan berbagai kesibukan yang ada, para anak

muda saat itu kebetulan tidak ada yang bersedia menjadi ketua panitia.

Hal ini ternyata menimbulkan masalah, yaitu Pak Jojo, ketu RT 04,

seorang suku Sunda merasa tidak dilibatkan dalam acara tersebut, dan tidak

pernah di undang untuk rapat pembentukan kepanitiaan. Namun meskipun

tersinggung, Pak Jojo dan suku Sunda yang lainnya tetap mau membantu

kesuksesan acara, karena acara tersebut berkaitan dengan agama dan masjid. Hal

ini mereka buktikan dengan oarng Sunda tetap membantu ketika para pengurus

masjid meminta bantuan mereka untuk mengumpulkan dana. mereka mau

melakukannya pengumpulan dana bersama-sama orang Madura

Adapun menurut keterangan dari Pak Marsuli, informan suku Madura dari

generasi dua menyatakan, sebenarnya Pak Jamal sebagai ketua panitia waktu itu

sudah mengundang suku Sunda ketika akan di adakan rapat pembentukan panitia

acara maulid, namun suku Sunda tidak ada yang datang. Masalah ini diselesaikan

berkat kesadaran Pak Marsuli. Sebagai anak muda ia mengetahui gelagat ketidak

sukaan suku Sunda maka ia bersama dengan ketua DKM masjid datang ke rumah

ketua RT 04 dan meminta maaf jika ada hal yang kurang berkenan di hati

masyarakat suku Sunda. Pak Marsuli menyadari bahwa cara mengundang yang

dilakukan Pak Jamal orang Madura kepada pak Jojo orang Sunda yang

disampaikan ketika berpapasan di jalan, di anggap bukan cara yang baik, dan

hanya dianggap sebagai pemberitahuan semata, bukan permintaan kehadiran yang

bersangkutan. Sedangkan ketika para anak muda yang memimpin suatu acara,

suku Sunda merasa dihargai dan selalu dilibatkan, karena sikap para anak muda

itu, baik yang berasal dari suku Sunda maupun yang berasal dari suku Madura,

dalam pandangan mereka, sama-sama bersikap sopan kepada mereka.

Belakangan diketahui orang Sunda merasa orang Madura tidak serius

dalam melibatkan suku Sunda untuk urusan kepanitiaan maulid ini, terbukti ketika

mengundang untuk rapat pembentukan panitia maulid, dilakukan hanya satu kali

saja, padahal dalam prinsip suku Sunda, mereka baru merasa benar-benar di

undang rapat jika cara penyampaian undangannya dilakukan berkali-kali, karena

bagi mereka pengulangan tersebut adalah bentuk penghargaan terhadap mereka.

Sementara suku Madura menganggap semestinya satu kali menyampaikan

Page 103: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

89

undangan sudah cukup, artinya ketika suatu pesan telah disampaikan dan

mendapatkan tanggapan maka orang Madura tidak akan menganggap sebagai

suatu masalah pada ketidak hadiran suku Sunda, karena beranggapan mungkin

memiliki kesibukan lain.

Jika ditelusuri pangkal masalahnya adalah terletak pada kata “mangga”

yang di ucapakan oleh suku Sunda ketika menanggapi undangan rapat yang

disampaikan oleh seorang yang bersuku Madura. Suku Madura memahami kata

tersebut sebagai mana artinya yang berarti “iya” dan menganggap suku Sunda

yang di undang telah memahami pesan yang disampaikannya. Namun ternyata

bagi suku Sunda kata “mangga” tidak selalu berarti “iya”. Seseorang harus

memahami lagu dari kata mangga yang diucapkan untuk dapat memaknai kata

tersebut dengan tepat. Dalam hal ini sebagaimana pengakuan suku Sunda yang

menganggap orang Madura tidak serius dalam mengundang, karena selain

dilakukan sekali, juga dalam pandangan suku Sunda dilakukan dengan cara sambil

lalu saja. Nampaknya hal tersebut mengindikasikan bahwa kata “mangga” yang

diucapkan ketika menanggapi undangan rapat belum berarti “iya”, melainkan

“tidak”. Karena suku Sunda akan menunggu undangan berikutnya untuk melihat

keseriusan suku Madura, baru akan mengatakan “iya”.

Adapun informan suku Madura menyatakan setelah mengetahui sebab

musabab masalah sebagaimana dijelaskan diatas, mereka mengakui semakin

berhati-hati dalam menghadapi suku Sunda yang dalam pandangan mereka serba

formal itu.

“Waktu itu, sama juga sih sama masalah yang baru-baru ini

acara maulidan kemaren, saya tahu Pak Jamal sebagai orang

Madura enggak ngerasa melangkahi Pak Jojo, atau enggak

ngajak musyawarah, seinget saya udah diajak itu, tapi enggak

taunya kalau diajaknya itu cuman sekali mereka merasa kurang

mantep gitu lah.ya saya terus minta maaf aja, datang kerumah

Pak Jojo, ya kaya’nya memeng kudu hati-hati sama Suku Sunda

mah orangnya forml banget apa-apa juga”(Marsuli Madura,

generasi 2)

Adapun pernyataan informan bahwa suku Sunda untuk tetap bekerjasama

menyukseskan acara meskipun ada ketidak cocokan, hal itu karena menyangkut

masjid, dimana mereka merasa sebagai suatu keharusan mengutamakan semua hal

yang berkaitan dengan masjid.

Page 104: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

90

“Ya walaupun tidak cocok sama caranya orang Madura, saya itu

tidak pernah di libatkan dalam rapat acara. Pernah cuman

ngomong mau ngadain acara Maulid, waktu itu Pak Marsuli yang

ngasi tau itu pun di jalan waktu pas ketemu. Saya enggak pernah

di undang untuk datang tuh. Tapi saya tetep bantuin lah kan

acara masjid” (Jojo, Sunda, Generasi satu)

Terdapat kaitan antara budaya komunikasi konteks tinggi dan budaya

konteks rendah dengan terjadinya konflik pada kasus kepanitiaan acara Maulid

Nabi. Cara menyampaikan pesan yang praktis dan langsung dari suku Madura

ketika mengundang rapat pembentukan panitia maulid yang dilakukan saat

berpapasan di jalan, dianggap sebagai ketidakseriusan mengundang rapat oleh

suku Sunda, sehingga kemudian hal tersebut menimbulkan konflik. Namun

timbulnya berbagai konflik pasca konflik masjid menjadikan kedua suku semakin

kreatif didalam menangani masalah diantara mereka. Hal ini dapat dilihat dari

solusi yang mereka sepakati bersama dalam menyelesaikan peristiwa kepanitiaan

maulid ini. Sebagai jalan tengah dipilih cara mengundang tetap satu kali, tidak

berulang kali sebagaimana kebiasaan suku Sunda tetapi dilakukan dengan sopan

berupa datang ke rumah orang yang akan diundang, tidak mengundang dengan

cara suku Madura yaitu menyampaikan undangan saat berpapasan di jalan.

Pada kasus peringatan Maulid Nabi orang Sunda kembali “merasa tidak

dilibatkan” namun dalam perkara ini suku Sunda bersedia untuk tidak

memperpanjang permasalahan, terbukti dengan tetap berpartisipasinya mereka

dalam kegiatan tersebut, sebagaimana pernyataan mereka bahwa mereka ikut serta

dalam pengumpulan dana dan perangkain acara, dan sebagainya. Suku Sunda

menyadari bahwa suku Madura tidak bermaksud tidak sopan atau tidak

melibatkan mereka, hanya caranya saja yang mereka tidak sukai, yaitu kurang

prosedural dalam pandangan mereka. Adapun suku Madura merasa mulai

mengerti, bahwa ketika suasana mulai terasa berbeda, itu berarti dalam kegiatan

tersebut tercium gelagat adanya permasalahan, sehingga sebagaimana pernyataan

mereka, mereka segera meminta maaf jika ada hal yang kurang berkenan dihati

orag Sunda, meskipun mereka hanya menduga dan tidak tahu pasti apa

permasalahannya.

Disini terlihat kedua belah pihak mulai menyadari adanya perbedaan

budaya diantara mereka meskipun dengan ungkapan yang lebih sederhana, yaitu

Page 105: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

91

suku Sunda terlalu formal menurut suku Madura, dan suku Madura terlalu

terburu-buru, menurut suku Sunda. Sehingga sebagaimana pernyataan mereka

bahwa semua itu adalah proses untuk saling memahami dan agar dapat saling

mendukung

Dari kedua kasus diatas terihat, bahwa terjadi negosiasi diantara kedua

suku diatas terkait perbedaan-perbedaan diatara mereka, yaitu berupa kesediaan

suku Sunda menerima watak suku Madura yang terbiasa terburu-buru, sedangkan

suku Madura bersedia memahami keinginan suku Sunda yang penuh formalitas.

Inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya permasalahan yang sama

mengahasilkan dampak yang berbeda.

Pada kasus yang awal yaitu pembangunan masjid, perbedaan cara pada

masing-masing budaya ternyata menimbulkan konflik yang cukup besar dan

mencekam hingga dirasakan berat bagi seluruh warga RT 04, tetapi pada kasus

yang kedua yaitu kepanitiaan Maulid, perbedaan itu selanjutnya disikapi dengan

saling memaklumi dan mau menerima perbedaan tersebut demi apa yang mereka

sebut kebaikan bersama, yaitu kesadaran yang semakin tinggi untuk tidak terlalu

mempermasalahkan hal kecil, dan bahwa kesdaran akan timbulnya malapetaka

yang merugikan semua pihak, jika permasalahan yang menyangkut perbedaan

budaya tidak segera diredam dan diselesaikan.

Perbedaan penyikapan terhadap konflik pun tergambar dalam pernyataan

mereka bahwa konflik pertama memerlukan forum resmi yang melibatkan semua

pemimpin suku dari kedua belah pihak untuk menyelesaikannya, dimana hal itu

terjadi karena inisiatif generasi kedua yang mengupayakan dipertemukannya

kedua pihak yang berseteru. Sedangkan pada kasus kedua, konflik sudah dapat

diselesaikan hanya karena para generasi pertama menyaksikan kerjasama yang

harmonis yang terjadi pada anak-anak muda, yang berbaur antara suku Sunda dan

Madura, dimana mereka bersama-sama mensukseskan acara Maulid Nabi, tanpa

merasa bahwa perbedaan tersebut perlu untuk dipermasalahkan, karena

sebagaimana ungkapan generasi ketiga, sering kali kekakuan sikap para orang

tualah yang menjadikan hal sepele menjadi besar dan rumit.

Kasus yang berkaitan dengan masjid, entah itu perihal pembangunannya,

hingga kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dimasjid seperti acara Maulid Nabi,

Page 106: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

92

nampaknya mendapatkan perhatian paling besar di RT 04. Hal ini sebagaimana

pengakuan mereka semua, karena masjid sesungguhnya menjadi alat pemersatu di

antara warga RT 04 khususnya suku Sunda dan suku Madura yang menjadikan

agama Islam sebagai salah satu identitas yang paling menonjol didalam suku

masing-masing. Sebagaimana pernyataan mereka bahwa suku mereka adalah suku

yang identik dengan agama Islam, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa masjid

menjadi simbol bersama bagi suku Sunda dan suku Madura.

Kasus Penggunaan Jalan

“Ya kita karena cuman isu doang, jadi Saya tanya siapa yang

keberatan, katanya itu si Pak Ukuy, trus kita panggil juga, Pak

Ukuy bilang yang lain juga keberatan, sebabnya kan jalan baru

di benerin, susah payah kita, masyarakat keluar biaya banyak

untuk benerin jalan itu, makanya jangan sampe rusak lagi. Trus

saya bilang Marsuli juga kan enggak jorok pake jalannya, dia

hati-hati. Jadinya disepkatilah truknya jangan gede-gede, jadi

bisa terus tetep boleh pake jalan itu. “(Ujang Madi, Sunda,

generasi 1)

“Iya ituh soal jalan yang portal juga, alasannyakan kuatir jalan

cepet rusak kalau dilewati truk-truk yang terlalu gede gitu,

maklum kan jalan baru aja beres diperbaiki, kita bareng-bareng

betulin jalan itu, ya padahal mah menurut saya ya memang itu

gunanya jalan diaspal kan supaya kuat, ya supaya bisa dilewatin

truk.,” (Nipah, Madura, generasi 1)

Kasus ini sebenarnya sudah ada sejak beberapa tahun yang lalu, yaitu

sejak Pak Marsuli, seorang dari suku Madura terlihat semakin sukses mengelola

toko sembakonya, sehingga perlu menggunakan truk-truk besar untuk

mengangkut dagangannya. Truk itu melalui jalan yang baru di perbaiki di RT 04,

dan hal tersebut membuat suku Sunda, salah satunya adalah Pak Ukuy, orang tua

berusia 69 tahun ini merasa khawatir akan merusak jalan tersebut. Kekhawatiran

suku Sunda di sebabkan perbaikan jalan cukup menguras tenaga dan uang seluruh

warga RT 04. Hal itu mengkibatkan mereka merasa perlu untuk berhati-hati dalam

menggunakannya agar jangan sampai rusak lagi. Adapun permasalah itu terus

dipendam, menurut informan, hal itu karena suku Sunda khawatir dianggap iri hati

pada kesuksesan suku Madura tersebut.

Pada akhirnya suku Madura yang bersangkutan mengetahui isu-isu yang

beredar terkait masalah dirinya dan usahanya, maka setelah bermusyawarah

Page 107: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

93

dengan beberapa teman Madura yang ia mintai pendapat cara mnyelesaikan

masalahnya, maka ia pun beserta beberapa suku Madura datang kepada ketua

suku Sunda untuk mencari solusi masalah tersebut.

Perbedaan dalam mengartikan nilai keberadaan jalan yang baru di

perbaiki, yang tidak dikomunikasikan dengan baik adalah menyebabkan

terjadinya konflik dalam kasus penggunaan jalan ini. Perbedaan nilai antara suku

Sunda dan suku Madura dalam mengartikan fungsi jalan berupa memaksimalkan

fungsi jalan bagi orang Madura bertentangan dengan nilai suku Sunda dalam

memandang jalan yang baru diperbaiki yaitu menjaga keindahannya. Suku

Madura menggunakan truk-truk besar yng menghabiskan badan jalan yang dilalui

truk tersebut ketika mengangkut barang-barang dagangannya. Hal ini bagi mereka

sebagai bentuk efisiensi, juga karena mereka ingin mempergunakan jalan secara

maksimal. Adapun suku Sunda sebagai suku yang sangat mementingkan unsur

keindahan setiap sesuatu memandang jalan sebagai hal yang penting untuk dijaga

keindahannya dengan menggunakannya secara hati-hati agar tidak kembali rusak.

Perbedaan ini menimbulkan perselisihan ketika orang Madura menyatakan

nilai budayanya dengan cara digunakannya truk berukuran besar untuk

mengangkut barang-barang dagangannya. Hal tersebut dipandang menyalahi nilai

budaya yang dianut suku Sunda yaitu menjaga keindahan dengan menjaga jalan

yang baru diperbaiki tidak kembali rusak. Perbedaan cara pandang terhadap

keberadaan jalan yang baru diperbaiki ini selanjutnya diselesaikan dengan cara

orang Sunda meminta suku madura untuk meskipun menggunakan jalan secara

maksimum namun diharuskan berhati-hati agar tidak menimbulkan kerusakan

pada jalan, sedangkan suku Madura meminta suku Sunda untuk tetap mengizinkan

penggunaan jalan dengan mengurangi kadar maksimum penggunaan jalan tersebut

demi kehati-hatian penggunaannya dan menjaga keindahan jalan tersebut. Setelah

permasalahan diungkap, dan negosiasi dilakukan maka menghasilkan suatu solusi

yang cukup unik di antara suku Sunda dan suku Madura di RT 04. Negosiasi

menghasilkan penggunaan truk berukuran sedang oleh para pengguna jalan dari

suku Madura, sebagai bentuk dikuranginya nilai pemaksimalan penggunaan jalan,

untuk menghormati nilai kehati-hatian menjaga keindahan suku Sunda yang juga

sudah dikurangi intensitasnya tersebut.

Page 108: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

94

Pada kasus ini musyawarah dan penyelesaian masalah dengan cara

bernegosiasi perbedaan budaya masing-masing mulai mahir dilakukan oleh kedua

belah pihak terutama pada generasi pertama yang masih kental terikat pada adat

istiadat budaya sukunya. Pernyataan-pernyataan kerukunan, kerjasama, toleransi,

saling pengertin, saling mendukung dan saling menghargai banyak disebutkan

setelah konflik permasalahan jalan ini, terutama pada generasi pertama.

Sedangkan pada generasi kedua dan ketiga kesadaran-kesadaran tersebut sudah

ada sejak perselisihan terkait masjid berhasil didamaikan, meskipun penyebabnya

belum benar-benar mereka fahami.

Kasus Perdagangan versus Jabatan

“Saya berangen-angen, Pak Syamsudin kan dipercaya banyak

orang, ya Madura, ya Sunda, kenapa enggak coba dia jadi RT

gitu, selama inikan jabatan tuh sunda doang yang suka heboh,

rebutan, tapi pas saya obrolin ke pak Husen gitu, dia bilang

orang Madura mah dagang aja lah, katanya mah gitu, trus Pak

Syamsudin saya tanyain cuman senyum doang, enggak lah pak

katanya gitu” (Agus, Sunda, generasi 2)

“enggak lah, gini loh, kita inikan menurut saya kerukunan itu

juga harus dilandasi saling menghargai, kita orang Madura, ya

udahlah kemampuannya kan dagang, banyak yang sukses,

sementara kalau orang Sunda sukses itu ya kalau punya jabatan,

PNS, Lurah, RT, RW, ya udah bener, jadinya seimbang, saling

merasa terhormat lah. Di masjid juga saya gitu, berusaha supaya

imam dan pengurus masjid teh bareng-bareng ya Sunda ya

Madura, supaya saling menghomati lah jadi bisa saling

mendukung lah (Syamsudin, Madura, generasi 1)

Menurut keterangan informan, dilihat dari banyaknya permasalahan yang

berhasil diredam oleh para pemimpin terutama dari pemimpin suku Madura,

informan beranggapan perlunya menjadikan pemimpin tersebut sebagai ketua RT

atau ketua RW di wilayahnya. Pak Agus pernah meminta Pak Siddik utuk maju

menjadi ketua RT 04, namun Pak Siddik menolak. Demikian juga Pak Symsudin

menolak tawaran tersebut.

Ketika peneliti mengkonfirmasi ide tersebut kepada Pak Syamsudin, ia

menyatakan bahwa hal tersebut bukan lah ide yang baik jika untuk menjaga

keseimbangan bermasyarakat di RT 04. Sebabnya, karena pada dasarnya suku

Madura lebih suka berdagang daripada menjadi pejabat sebagai cara mereka

Page 109: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

95

mencari kehormatan dalam hidupnya, sementara suku Sunda menganggap jabatan

adalah hal yang penting bagi kehormatan diri dan keluarganya. Konsep ini justru

menciptakan keseimbangan dan keselarasan warga di RT 04, sehingga hal tersebut

justru baik untuk dipertahankan karena berdampak positif pada terbangunnya rasa

saling mendukung dan menghargai antar suku.

Beberapa orang suku Sunda memandang Pak Siddik dan juga Pak

Syamsudin layak menjadi ketua RT di RT 04. Orang-orang ini selain terkenal

baik, juga merupakan pemuka agama yang selalu menjadi rujukan mencari solusi

ketika terjadi konflik. Orang-orang ini pun di pandang sebagai pemuka suku

Madura. Dengan dijadikannya mereka ketua RT diharapkan kedekatan antara

suku Sunda dan suku Madura menjadi lebih erat. Karena sebagai orang-orang

yang dipandang baik, Pak Siddik ataupun Pak Syamsudin akan berbuat adil baik

pada suku Sunda maupun pada suku Madura dan pada siapa saja yang berada di

lingkungan RT 04. Ketika Pak Siddik menolak jabatan yang di tawarkan, warga

RT 04 beralih pada Pak Syamsudin yang juga dianggap orang yang pantas

memimpin warga RT 04. Pak Syamsudin juga ternyata menolak jabatan yang

ditawarkan. Suku Madura menolak tawaran tersebut dengan alasan lebih suka

berdagang. Alasan ini membuat suku Sunda tidak senang karena terkesan orang

Madura tidak peduli pada kebaikan bersama dan kehormatan yang mereka

tawarkan. Suku Sunda memiliki nilai budya sangat menghargai jabatan. Jabatan

merupakan interpretasi bagi kehormatan hidup dan sebagi bentuk kepedulian bagi

kebaikan bersama.

Dalam hal ini konflik berhasil dihindari berkat terjadinya komunikasi antar

pribadi yang dilakukan suku Sunda dan suku Madura berupa menyelaraskan

perbedaan nilai terkait apa yang disebut kehormatan diri yang pada suku Sunda

berupa jabatan, sedangkan bagi suku Madura kehormatan diri terletak pada

kesuksesan berdagang.

Kasus slametan.

“Diundang coba suku Sunda teh kalau ada slametan gitu, kan

sesama warga RT 04, kenapa sih cuman madura doang yang

datang, malah sampe ada omongan yang sampe ke saya mah

malah ngeluh apa karena kita miskin gitu, jadi enggak di undang,

kan slametan gitu mah hak orang yang ngadain siapa saja yang

Page 110: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

96

mau di undang, jadi kita merasa ada jurang pemisah lah dalam

perkara ini (Jojo, Sunda, generasi 1)

“Ya cuman slametan kita orang madura malah takut disangka

sombong kalau pake ngundang segala, yang namanya slametan

itu ya siapa aja yang mau datang ya datang, namanya juga

slametan, bukan pesta kan ini mah yang perlu pake undangan

segala, emang kawinan, pake ngundang resmi gitu” (Husen,

Madura, generasi 1)

Dalam pandangan umum slametan memiliki padanan arti syukuran,

perayaan ataupun pesta. Namun bagi orang Madura, slametan “hanya” kata yang

berarti berkumpulnya orang-orang untuk mendo‟akan sesuatu yang dianggap

penting, maupun hal-hal yang dianggap baru, dan lain sebagainya, yang berbeda

dengan acara pernikahan misalnya, yang memerlukan undangan. Tradisi slametan

lebih dikenal berasal dari suku Madura, meskipun suku lain melaksanakan hal

yang sama yang biasanya menggunakan kata Syukuran. Suku Madura, demikian

juga suku Madura yang berada di wilayah RT 04, sering sekali mengadakan

slametan. Mereka melaksanakan kegiatan ini dalam rangka menyambut kelahiran,

pembangunan rumah, pindah rumah, khatam Qur‟an, haid pertama bagi

perempuan, dan lain sebagainya. Pendeknya untuk semua hal yang dianggap

penting untuk di do‟akan, maka akan diadakan slametan.

Dalam slametan, tradisi yang berlaku adalah tanpa perlu diundang, sesama

suku Madura akan merespon dengan datang kerumah orang yang mengadakan

slametan tersebut sambil membawa berbagai kebutuhan terutama sembako, dalam

rangka membantu orang yang mengadakan slametan tersebut. Selanjutnya pada

malam hari slametan dilanjutkan dengan melantunkan berbagai do‟a bersama.

Menutur keterangan responden para tamu yang hadir dalam acara slametan

tersebut adalah mereka yang kebetulan mendengar akan diadakannya slametan,

serta sedang memiliki waktu untuk menghadirinya. Bagi orang madura, slametan

berbeda dengan pesta pernikahan, ataupun yang lainnya. Slametan bukanlah

sebuah acara resmi dimana acara tersebut mengharuskan orang diundang untuk

datang, melainkan suatu acara santai dan terbuka bagi siapa saja yang mendengar

tentang diselenggarakannya slametan tersebut. Slametan adalah suatu acara yang

di lakukan oleh orang Madura dalam rangka mensyukuri setiap kegembiraan yang

mereka terima. Rasa syukur diwujudkan dalam bentuk pembacaan berbagai do‟a

Page 111: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

97

bersama disambung dengan makan-makan secara sederhana pula. Dalam

menghadapi acara slametan yang dilakukan oleh salah satu orang Madura, orang

Madura yang lainnya akan merespon dengan datang kerumah si penyelenggara

slametan dengan membawa berbagai sembako seadanya, sebagai bentuk keikut

sertaan mereka atas kegembiraan yang dirasakan. Tradisi berupa kedatangan

orang lainnya dengan membawa sembako alakadarnya ini terjadi secara spontan

diantara mereka tanpa di koordinir ataupun di undang. Nilai yang di tekankan

dalam kegiatan slametan suku Madura ini adalah kepedulian sesama terhadap

kebahagiaan sesamanya, yaitu dengan cara merespon berupa meghadiri acara

slametan tersebut. Diselenggarakannya slametan secara sederhana serta tanpa

undangan merupakan aturan dari kegiatan tersebut, sehingga jika tidak demikian

akan diartikan sebagai kesombongan bagi orang Madura. Nilai ini bertentangan

dengan nilai budaya yang ada pada suku Sunda. Nilai kebersamaan yang

dipedomani pada suku Sunda diwujudkan dengan cara meminta kehadiran orang

lain atas suatu kegiatan yang diselenggarakan. Artinya suku ini memiliki nilai

budaya pentingnya udangan bagi mereka untuk berpartisipasi dalam suatu

kegiatan yang diselenggarakan oleh salah satu diantara mereka. tidak adanya

undangan berarti menunjukan kesombongan dari penyelenggara kegiatan karena

menunjukan ketidak butuhan mereka pada sesamanya.

Ketidaktahuan suku Sunda perihal aturan slametan ini ternyata memicu

konflik. Dalam tradisi suku Sunda, semua acara yang menghadirkan masyarakat,

haruslah dengan cara diundang. Dan tidak adanya undangan yang datang pada

mereka perihal diadakanya berbagai acara slametan suku Madura, membuat

mereka merasa suku Madura hanya mau berbagi dengan sesama sukunya saja.

Kecurigaan diperparah dengan dihembuskannya isu kesenjangan sosial,

yaitu orang Madura hanya mau mengundang dan berbagi dengan orang-orang

kaya saja, sedangkan kepada yang miskin tidak mau mengundang untuk hadir di

acara slametannya. Apalagi ketika diketahui si pembuat acara slametan adalah

seorang suku Madura yang di dalam pergaulan sehari-harinya terkesan cuek

dengan tetangganya, maka isu kesenjangan ini semakin besar.

Dari keterangan informan diketahui, bagi suku Madura justru akan merasa

terkesan sombong, jika hanya untuk acara slametan saja, sampai harus memakai

Page 112: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

98

undangan segala. Karena bagi suku Madura undangan akan mengesankan

formalitas, dan formalitas berarti kesenjangan antar sesama warga, dan merusak

keakraban dan solidaritas.

Belum ditemukannya titik temu dalam masalah ini, selain karena

ditumpangi provokasi isu kesenjangan sosial, juga karena kedua belah pihak tetap

menganggap slametan adalah hak setiap orang untuk melaksanakan, dan

menentukan aturanya seperti siapa yang datang atau yang diundang. Slametan

tidak dianggap sebagai kepentingan bersama dan tidak berhubungan dengan

kerukunan warga sebagaimana masalah-masalah yang lainnya, seperti masalah

masjid, dan yang lainnya.

Kasus kaya miskin

“Soalnya walaupun sebenernya sama ya dimana-mana

kesenjangan ekonomi itu bikin masalah, tapi kalau ada kaitannya

dengan perbedaan suku itu bisa gawat masalahnya, jadi harus

segera diatasi, enggak enak gitu ngomongin kaya miskin segala.

Selama ini solusi saya, banyak ngajak orang Sunda terutama

yang muda untuk kerja disini, diwarung saya, tapi tetep kalau

males saya berhentiin, atau warung-warung kecil ambil ke saya

dengan harga yang beda dengan orang beli untuk dipake aja, itu

juga sedikit banyak membantu menjalin persahabatan, bareng

Pak Syamsudin dan yang lainnya sih kita juga sedang ngomong-

ngomongin ekonomi berbasis masjid lah, Kenapa saya pilih

mesjid sebagai alat pemersatu warga sini, Kita kalau ada acara

hari besar Islam selalu bagus acaranya”

(Marsuli, Madura, generasi 2)

Sebagaimana di sebutkan seberlumnya, kasus tidak di undangnya suku

Sunda pada acara slametan suku Madura berakibat suku Sunda merasa suku

Madura hanya mengundang sesama suku Madura saja. Karena kebanyakan suku

Madura yang tinggal di RT 04 adalah orang kaya, hal ini berakibat suku Sunda

merasa bahwa mereka tidak di undang karena bukan orang kaya sebagaimana

suku Madura. artinya sebenarnya kasus ini merupakan lanjutan dari kasus

slametan, bahwa orang Madura tidak mau mengundang orang Sunda yang miskin

dan hanya mau mengundang pada sesama Madura saja yang merupakan orang

kaya. Hal ini kemudian timbul kesan umum bahwa suku Madura adalah orang-

orang kaya dan suku Sunda adalah orang-orang miskin . Menurut keterangan

informan, meskipun diutarakan dengan nada berseloroh, kalimat-kalimat ini

Page 113: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

99

sering muncul dalam pembicaraan sehari-hari, bahkan terkadang membuat

suasana ngobrol kemudian menjadi tidak nyaman.

Menghadapi kondisi yang seperti itu, banyak dari suku Madura berinisiatif

mencairkannya dengan berbagai cara. Sebagimana pernyataan informan, bahwa

beberapa suku Madura memperkerjakan suku Sunda di toko sembako miliknya, di

bengkel motor, di toko material, bahkan mengajak kerjasama dagang dan join

bisnis.

Sebagian lagi berpikir untuk mengagas ekonomi berbasis masjid, yaitu

suatu pola pengumpulan dana yang dikoordinir oleh pengurus masjid untuk

kemudian dijadikan modal usaha bagi orang-orang yang membutuhkan. Menurut

informan hal ini akan baik dilakukan karena disamping masjid merupakan milik

bersama, suku Sunda pun sebagaimana suku Madura seringkali merespon baik

terhadap apapun yang menyangkut soal masjid.

Kekeliruan cara menangani masalah ini diperparah dengan kenyataan

bahwa usaha-usaha diatas belum melihatkan hasilnya. Hal ini dikarenakan

kendala yang ada pada perbedaan karakter suku Sunda yang terlalu santai menurut

suku Madura, dengan karakter suku Madura yang terlalu giat bekerja menurut

suku Sunda. Meskipun demikian cara ini sedikit banyak memberikan pengaruh

bagi peredaman kecemburuan sosial di RT 04. Telah cukup banyak kerjasama di

bidang ekonomi antara suku sunda dan suku Madura dimana hal tersebut berhasil

memperbaiki perekonomian beberapa keluarga suku Sunda, meski diakui semua

pihak hal tersebut belumlah optimal, karena belum mempengaruhi perekonomian

suku Sunda secara umum.

Dari kedelapan kasus konflik yang terjadi di RT 04, kedua kasus yang

terakhir ini dikategorikan sebagai konflik negatif, karena selain menyebabkan

masing-masing suku saling menjauh, juga karena nilai yang diketahui bertolak

belakang itu menjadi alat untuk memisahkan antar golongan, yang menjadi lawan

dari kebersamaan yang diakibatkan oleh konflik masjid dan konflik yang lainnya,

yang cenderung dapat di selesaikan dan mengakibatkan efektivitas komunikasi

antarsuku.

Maka terdapat dua kutub yang saling tarik-menarik di RT 04, yaitu perihal

permasalaha-permasalah yang akhirnya mendekatkan suku Sunda dan suku

Page 114: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

100

Madura, disamping ada juga konflik-konflik yang kemudian menjauhkan satu

sama lainnya. Dari paparan ini jelas terlihat efektivitas komunikasi antarbudaya di

RT 04 terjadi dan terjalin melalui proses yang sangat panjang, dimana benturan-

benturan yang ada justru mengarah pada terbangunnya kesadaran bernegosiasi

diantara mereka, bahkan hingga ketingkat kemampuan menemukan simbol

bersama, dalam hal ini adalah masjid, serta terbangunnya kemampuan mencari

solusi-solusi cerdas bagi kebaikan dan kesejahteraan bersama

Jenis Konflik

Konsep menjaga kerukunan dan tidak saling menganggu ini nampaknya

menjadi pedoman di semua generasi antar suku yang diteliti dalam menghadapi

berbagai situasi konflik. Namun terdapat perbedaan tujuan dalam hal menjalin

hubungan baik dan menjauh dari konflik tersebut. Pada generasi pertama

hubungan baik dan upaya-upaya menjauh dari konflik bertujuan menjaga

kerukunan hidup bertetangga, tetapi tetap mempertahankan adat dan kebiasaan

masing-masing suku, termasuk dalam kedekatan pergaulannya, dalam hal ini yang

dimaksud adat dan kebiasaan adalah cara saling memberikan penghargaan,

dimana dalam setiap permasalahan yang timbul selalu menjadi penyebabnya,

sedangkan yang di maksud jarak pergaulan adalah generasi ini hanya menjalin

hubungan formal dan tidak menjalin hubungan yang akrab

Di generasi kedua menjalin hubungan baik dan upaya menjauhi konflik

bertujuan membangun masyarakat yang bersatu dan dinamis, baik dalam hal

sosial maupun ekonomi. Suatu hubungan yang sudah lebih mendalam daripada

yang ada pada generasi pertama. Tujuan ini diaplikasikan dengan diadakannya

kegiatan-kegiatan bersama seperti acara maulid maupun perbaikan jalan.

Kebiasaan saling kunjung mulai nampak pada generasi ini. Meskipun masih

dalam kontek formal yaitu membahas masalah yang kebetulan terjadi atau

berdiskusi tentang keagamaan.

Adapun pada generasi ketiga, para anak muda ini melihat pentingnya

penghargaan yang tulus pada setiap suku dengan kelebihan dan kekurangan yang

ada. Hal ini mengakibatkan upaya-upaya membangun kepercayaan dalam

persahabatan yang lebih akrab dan non-formal berkembang dalam pergaulan

Page 115: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

101

generasi ini. Persahabatan, rekanan bisnis hingga pernikahan terjadi di generasi

ini. Hal ini nampaknya semakin mencairkan suasana percampuran budaya di RT

04, dimana pembuka jalannya adalah generasi kedua.

“Ya intinya menjaga kerukunan bertetangga, perkara yang lain-

lainnya mah, masalah dunia, kerjaan, ya itu mah masing-masing

aja, ga usah saling ikut campur. (Husen, Madura, generasi 1)

“Saya mah udah biasa diskusi ini itu sama Pak Syamsudin, Pak

Marsuli, ya kalau enggak kita yang pedui lingkungan siapa lagi,

hidup bertetangga kan harus saling peduli, enggak cuman

selewat doang bergaul itu”, (Arif, Sunda generasi 2)

“Iyalah anak mudanya mah udah sama, warga RT 04,

kesusahan ditolong sebisa mungkin, curhat, gawe barengan, ya

kaya si Indra kerja ke si Apung itukan mereka beda suku, tapi ya

no problem istilah mereka mah, ya udah anak RT 04 lah.” (Agus,

Sunda generasi 2)

“Kaya’ saya misalnya, buka usaha rental, bareng Ekha, dia suku

Sunda dan enggak males, Yang lebih baik, ya diadakan kegiatan

bersama, kaya’ kepanitian masjid waktu acara maulid itu, justru

supaya kita belajar menyikapi perbedaan yang ada, dan hasilnya

baguskan, kita jadi bisa saling ngerti, saling dukung, saling

menghormati, bahwa ada kelebihan dan kekurangan masing-

masing orang mah. Contoh kecil ini mah, kita orang Madura

misalnya bagus ditempatkan di penggalangan dana, karena kita

orangnya aktif kesono-kesini, kuat lah, terus orang Sunda bagian

dekorasi panggung, nah mereka telaten tuh bikin suasana acara

jadi sesuai tema acaranya, gitu kan bagus, orang dari RT lain aja

palng seneng katanya kalau ada acara di RT kita, meriah, dan

hal kaya’ gitu bisa terjadi karena ada orang-orang kaya’ Pak

Syamsudin, Pak Agus

(Subhi, Madura, generasi 3)

Terdapat delapan kasus konflik dengan latar belakang perbedaan budaya

yang terjadi di lokasi penelitian. Konflik-konflik tersebut terbagi dalam tiga

kategori yang telah disebutkan oleh Ting-Toomey (1998). Yang pertama adalah

konflik-konflik yang menyangkut isi. Konfik-konfik yang masuk kedalam jenis

ini adalah konflik berwajah galak dan konflik clurit. Kedua jenis konflik ini telah

dipaparkan sebelumnya. Keduanya adalah konflik-konflik yang menyangkut

relasi. Konflik ini termasuk kedalam jenis konflik relasi dikarenakan yang

menjadi permasalahan dalam peristiwa di atas adalah terdapatnya perbedaan

meyatakan hubungan. Suku Madura merasa cukup untuk menyapa sesekali saja

sebagai bentuk hubungan bertetangga. Suku Sunda menganggap pentingnya

intensitas bertegur sapa sebagai bentuk jalinan bertetangga yang baik. Sehingga

Page 116: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

102

sikap suku Madura yang suka meyapa sambil lalu itu dianggap menunjukan

karakternya yang tidak ramah.

Demikian juga pada kasus clurit. Ancaman yang dirasakan oleh suku

Sunda dengan dipajangnya clurit di ruang tamu suku Madura menunjukkan

ketidakramahan antar tetangga. Terdapat juga kasus yang termasuk dalam

kategori ini disebabkan perbedaan prosedural diantara kedua suku. Kasus

kepanitiaan pembangunan masjid bermula dari perbedaan cara dalam menangani

permasalahan kefakuman kepanitiaan pembangunan masjid. Hal ini

mengakibatkan hubungan yang tidak selaras diantara kedua belah pihak, demikian

juga kasus perbedaan cara mengundang rapat diantara suku Sunda dan suku

Madura, yang mengakibatkan perbedaan cara menyatakan hubungan diantara

mereka.

Kedua jenis konflik diatas cenderung dapat diselesaikan melalui

kompromi-kompromi dan berhasil menemukan titik persetujuan seperti yang

terjadi dalam konflik kasus karakter galak, kasus clurit, kasus pembangunan

masjid, kasus kepanitiaan maulid dan kasus penggunaan jalan. Kebutuhan-

kebutuhan bersama seperti kerukunan hidup bertetangga, harmonisasi sesama

warga RT 04 melatarbelakangi keberhasilan penyelesaian konflik jenis ini.

Budaya suku Sunda perihal nilai kerukunan warga yang di wujudkan berupa

saling bertegur sapa dengan intensitas yang tinggi di satu sisi, serta kesediaan

suku Madura mengikuti pola ini di sisi lain, mengakibatkan keberbauran rumah

tinggal diantara mereka menjadi media interaksi dan komunikasi yang efektif

untuk mencapai kepentingan kerukunan hidup bertetangga ini. Kepentingan-

kepentingan inilah, disertai faktor pendukungnya berupa pembauran area tinggal

dan adanya arena interaksi di dalam lingkungan tinggal menjadi penyebab

keberhasilan menyelesaikan masalah-masalah menyangkut relasi ataupun

menyangkut isi sebagaimana di jelaskan diatas.

Demikian juga keberadaan arena-arena interkasi di luar area tinggal,

menjadi media komunikasi yang efektif dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Sebagaimana telah di sebutkan, bahwa salah satu nilai suku Madura adalah giat

bekerja. Nilai ini menjadikan suku Madura sangat menjaga jalinan relasi yang

terkait dengan perdagangan. Kedekatan area perdagangan diantara beberapa suku

Page 117: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

103

Sunda dan suku Madura dijadikan sebagai sarana interaksi dan komunikasi

menjalin relasi perdagangan oleh suku Madura. Hal ini ternyata direspon baik

oleh suku Sunda, meskipun bagi suku Sunda hal tersebut lebih karena kebutuhan

menjalin kebersamaan sebagai warga RT 04. Ketika berada di luar lingkunga

tinggal dan bertemu dengan banyak orang, bagi suku Sunda kesamaan sebagai

sesama warga RT 04 menjadi sarana yang efektif dalam memenuhi kebutuhan

akan rasa aman diantara mereka. Hal ini kemudian menjadi penyebab banyaknya

jalinan kerjasama diantara keduanya, yang terjadi baik di dalam area tinggal

maupun di area perdagangan itu sendiri. Ketercapaian tujuan membangun relasi

melalui komunikasi di area perdagangan ini berdampak pada keberhasilan suku

Sunda dan suku Madura menangani konflik-konflik berjenis relasi maupun isi

diantara mereka. Konflik-konflik ini menjadi media untuk saling mengungkapkan

keinginan masing-masing suku serta menemukan persetujuan dan solusi bersama,

keberhasilan menyelaraskan nilai budaya diantara suku Sunda dan suku Madura

menjadikan kepentingan-kepentingan diantara keduanya dapat terpenuhi dengan

baik.

Sedangkan konflik yang menyangkut identitas lebih sulit menemukan titik

temu ketika berseberangan, seperti yang terlihat dalam konflik slametan. Identitas

harga diri muncul dalam bentuk yang saling bertolak belakang. Orang Madura

akan merasa bersikap sombong jika harus mengundang orang lain hanya untuk

acara slametan yang diadakannya. Suku Sunda merasa tidak dihargai

keberadaannya, jika orang Madura menyelenggarakan slametan dirumahnya tanpa

mengundang mereka. Dalam kasus kaya-miskin permasalahan terletak pada

perbedaan arti bekerja bagi kedua suku. Suku Sunda bekerja jika kebutuhan

sehari-hari telah habis. Suku Madura bekerja untuk menabung. Kesulitan dalam

menemukan titik temu pada konflik yang menyangkut identitas ini membuat

terhambatnya komunikasi diantara mereka. hambatan komunikasi terjadi karena

adanya perbedaan manafsirkan makna dalam kegiatan slametan. Dari uraian ini

terlihat bahwa hambatan komunikasi terjadi karena hal yang mereka

pertentangkan menyangkut nilai ideal dari kedua suku tersebut. Suku Madura

akan merasa sombong jika harus mengundang dalam acara slametan, dimana bagi

mereka kesombongan bukanlah identitas suku Madura sehingga mereka akan

Page 118: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

104

menjauhinya karena tidak mau dianggap menyalahi nilai kelompoknya.

Sedangkan suku Sunda merasa orang Madura sombong karena tidak mengundang

mereka dalam acara slametan yang diadakannya, sehingga mereka merasa tidak

dihargai. Penghargaan dengan cara di undang merupakan identitas yang penting

bagi suku Sunda.

Perbedaan nilai inilah yang mengakibatkan terhambatnya komunikasi

diantara mereka untuk menemukan solusi bagi kasus yang menyangkut identitas

tersebut. Bahkan meskipun para anak muda sudah berusaha mencairkan situasi ni

dengan cara pemuda suku Madura akan mengajak para pemuda suku Sunda untuk

datang ke acara slametan suku Madura, kedua suku ini sama-sama tidak dapat

merubah kondisi ini karena mereka khawatir menyalahi nilai yang menjadi

identitas budaya masing-masing. Inilah yang menyebabkan konflik yang

menyangkut identitas suku sulit di selesaikan di antara suku Sunda dan suku

Madura di RT 04.

Konflik identitas dapat pula menciptakan keseimbangan antarsuku, jika

perbedaan yang ada justru menjadikan kedua suku saling melengkapi. Suku

Sunda dan suku Madura berhasil mengkomunikasikan perihal perbedaan nilai

diantara mereka. nilai yang berhasil mereka komunikasikan adalah bahwa Suku

Sunda mengutamakan jabatan, sebagai bentuk kehormatan didalam hidupnya. Hal

ini secara kebetulan dapat diselaraskan dengan nilai suku Madura yang

mengutamakan perdagangan sebagai kehormatan di dalam menjalani hidup.

Keberhasilan mengkomunikasikan tentang adanya keselarasan nilai diantara

kedua budaya yang berbeda ini selanjutnya menciptakan keseimbangan hidup

diantara mereka dalam sama-sama meraih kehormatan di dalam kehidupan yang

sesuai dengan nilai budaya suku masing-masing.

Dari tipe konflik yang telah disebutkan, sebagian dapat di kompromikan

dan berdampak pada kebersatuan kedua suku ini. Bentuk kebersatuan antara suku

Sunda dan suku Madura adalah tumbuhnya saling percaya diantara mereka dalam

hal perekonomian, diskusi keagamaan dan diskusi masalah-masalah aktual, serta

pernikahan antar suku. Tidak ada yang mempermasalahkan atau menganggap

bertentangan dengan nilai-nilai budaya pada terjadinya kerjasama-kerjasama yang

telah di sebutkan. Kedua suku tidak membatasi kerjasama ekonominya, diskusi

Page 119: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

105

keagamaan dan masalah aktualnya serta tidak membatasi pernikahannya hanya

untuk atau kepada sesama sukunya saja. Baik suku Sunda maupun suku Madura

sama-sama menghargai ketika anggota sukunya bekerjasma dalam hal ekonomi,

berdiskusi maupun menikah dengan suku lainya. Hal ini menunjukan kepercayaan

diantara mereka telah membuat diantara mereka saling mengerti, menghargai dan

mendukung satu sama lain, sehingga berbagai kerjasama itu dapat terjadi.

Sebagian konflik yang terjadi di antara suku Sunda dan suku Madura

tidak berhasil dikompromikan sehingga memisahkan suku Sunda dan suku

Madura. Kondisi ini berdampak pada saling curiga diantara mereka. Tidak

terselesaikannya masalah slametan berdampak pada munculnya isu kesenjangan

sosial diantara mereka. Suku Sunda menganggap suku Madura hanya akan

mengundang sesamanya saja. Bagi mereka suku Madura identik dengan orang

kaya di RT 04, itu berarti mereka beranggapan orang Madura hanya akan

mengundang sukunya saja sebagai sesama orang kaya. Isu kesenjangan sosial ini

akan dapat berdampak buruk jika keberadaannya tidak segera di tanggulangi

dengan benar, bahkan dapat memicu terjadinya konflik besar diantara mereka

mengingat isu kesenjangan sosial adalah isu yang sering menimbulkan konflik

besar.

Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa terdapat dua dampak konflik.

Pertama adalah konflik-konflik yang kemudian menjadikan kedua suku lebih

dapat saling mengerti, saling menghargai dan saling mendukung, sehingga mereka

dapat bersatu dan hidup harmonis. Kedua adalah konfik-konflik yang berpotensi

saling menjauhkan satu sama lain karena tidak berhasil mencapai kesepakatan dan

kompromi. Di RT 04, hingga penelitian ini di lakukan terlihat bahwa kedua

dampak konflik ini selanjutnya menjadi dua kutub yang saling tarik menarik, yaitu

jika konflik yang mempersatukan menjadi kekuatan yang dominan, maka konflik

yang memisahkan menjadi tidak berbahaya bagi kelangsungan keharmonisan

kedua suku, sebaliknya jika konflik yang memisahkan itu menjadi semakin kuat

dan konflik yang mempersatukan menjadi lemah, maka konflik besar mungkin

bisa terjadi.

“Iya bener damai itu bukan berarti tidak ada konflik, ya

contohnya dulu yang paling besar masalahnya menurut saya, ya

masalah pembangunan masjid itu.Karena kita mah sadar, kalau

Page 120: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

106

ada masalah yang kebetulan beda suku, kalau enggak cepet

diselesaikan takut merambat, bahaya kaya di sampit itu ya kan

tau sendiri ceritanya gimana, itu sebabnya masalahnya di

pendem-pendem terus enggak cepet diselesaikan jaadi pas ada

kesempatan meledak (Ujang Madi, Sunda, generasi 1)

Menurut saya memang ada perbedaan dulu dengan sekarang,

kalau dulu masalah mesjid, kaya’nya itu jadi besar sekali, sampai

Pak Odih ngambek enggak mau jadi imam lagi, terus orang

Sunda yang lain jadi ikut-ikutan karena mengikuti pemimpinnya,

orang Maduranya juga gitu sama aja, seneng ke geng Madura

aja, (Nipah, Madura, generasi 1)

kalau sekarang enggak begitu, ada yang berantem, yang lain

apakah itu orang Sunda maupun orang Madura cepet cepet

bertemu, meluruskan masalah, kita lihat yang salah siapa,

masalahnya apa dan penyelesaiannya bagaimana, jadi enggak

sampai kaya’ dulu semua orag ikutan berantem”(Marsuli,

Madura, generasi 2)

Konflik-konflik diatas selanjutnya dikategorikan pada jenis konflik positif.

Karena sebagaimana menurut Johnson (dalam Edhar 2003) konflik dapat

menjadikan seseorang sadar tentang adanya suatu persoalan yang perlu

dipecahkan. Konflik juga dapat mendorong seseorang atau kelompok untuk

melakukan perubahan dalam dirinya dalam rangka memecahkan suatu

permasalahan yang sebelumnya tidak disadari. Atau dengan kata lain ketika

proses negosiasi berjalan dengan baik, dan menghasikan perbaikan-perbaikan

sosial, maka suatu koflik menjadi salah satu proses sosial yang dibutuhkan.

Jika dilihat dari konflik-konflik diatas, tipe konflik yang terjdi di RT 04

antara suku Sunda dan suku Madura bercorak “tidak terlalu keras” dan cenderung

berhasil diselesaikan berkat kesadaran warga itu sendiri. Sebagaimana disebutkan,

bahwa keberhasilan membangun masjid, terlebih keberhasilan dalam

menyelesaikan konflik yang terkait dengan mesjid, merupakan prestasi yang

mereka banggakan sekaligus menjadi simbol kerukunan dan identitas bersama.

Hal ini kemudian menyebabkan konflik-konflik diluar masalah masjid menjadi

tidak terlalu keras, karena sudah mengutamakan kesamaan daripada perbedaan.

Artinya kedamaian yang kemudian mereka dapatkan adalah berkat penyaluran

secara benar perbedaan-perbedaan budaya yang ada melalui konflik-konflik yang

tanpa kekerasan dan “beradab” (Varshney, 2009).

Page 121: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

107

Sudah sejak awal disadari oleh warga RT 04, sebagaimana keterangan

informan, bahwa sejak kedatangan orang Madura yang pertama kalinya, sudah

menampakkan perbedaan tersebut, sekaligus pola negosiasinya, dimana ketika

kemudian orang-orang Madura yang datang kemudian dipersepsi dengan cara

yang berbeda, menjadi alasan mereka mengelola stereotipe yang sudah ada.

Demikian juga dalam kasus penggunaan jalan dan kasus keseimbangan jenis mata

pencaharian, perbedaan cara pandang budaya terhadap suatu objek baik berupa

pengutamaan keindahan jalan, berlawanan dengan pemaksimalan fungsi jalan,

maupun pada apa yang disebut terhormat berupa jabatan bagi suku Sunda dan

berupa kesuksesan perdagangan bagi orang Madura, dinegosiasikan dengan

semangat keselarasan dan keseimbangan hidup bermasyarakat berlandaskan

penghargaan atas perbedaan-perbedaan budaya.

“Pak Siddik mah baik, terus berlanjut ke anak mudanya, Pak

Syamsudin, Magfur, Rasyidi, terus ke yang lebih muda si Subhi

misalnya, ada juga perempuannya si Kulsum, itu udah pada

baik, ramah, mau berbaur, Nah saya sebagai RT membaca situasi

itu, ada keinginan semua warga, baik orang Sunda maupun

orang Madura, untuk hidup damai, tenteram, saling menghargai,

saling mendukung, sama-sama membangun masjid,

menghidupkan kegiatannya, itu semua adalah upaya semua

warga untuk menciptakan kerukunan. Maka saya dukung habis-

habisan” (Ujang Madi, Sunda, generasi 1)

Terjadinya negosiasi bagi berbagai kepentingan yang berseberangan

tersebut, adalah hasil dari perjalanan panjang percampuran budaya yang terjadi di

RT 04, serta dengan melibatkan seluruh generasi yang ada, demi terciptanya

keharmonisan yang menyeluruh dan mendalam. Hal ini terliht dari di telusurinya

konflik sejak keberadaan orang Madura pertama, dan beragamnya peran disetiap

generasi dalam memicu maupun menyelesaikan konflik.

Selanjutnya saya juga bergaul baik terutama dengan anak

mudanya waktu itu, Pak Syamsudin, sering sharing, diskusi

masalah-masalah warga, ya dia kan orang pinter ya, mau

bergaul sama siapa aja lagi jadi saya suka tuh diskusi sama dia,

dia sering ke sini rumah saya, saya juga suka kerumahnya

walaupun lebih muda, tapi pikirannya lebih laus menurut saya

mah, bahkan anak mudanya paling nurut sama dia, kepanitiaan

bareng-bareng suku Sunda, suku Madura, ya ide dia sama Pak

Agus juga (Arif, Sunda, generasi 2)

Page 122: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

108

Pada kasus yang paling fenomenal, yaitu kasus masjid, peran anak muda

saat kejadian terjadi, yang kemudian oleh peneliti disebut generasi kedua, yaitu

orang-orang dalam rentan usia 39-50, terlihat dan diakui sangat menonjol oleh

seluruh informan, yaitu baik orang-orang yang berusia lebih tua, yang oleh

peneliti disebut generasi pertama, yaitu orang-orang dalam rentan usia 60 -70

tahun, maupun mereka yang lebih muda, yaitu orang-orang dalam rentan usia 18-

38, yang selanjutnya disebut generasi ketiga.

“Saya sering diskusi sama Pak Syamsudin, saya bilang kedia

sebenernya kita ini kalau misalnya, ngopi bareng aja, itu udah

hal baik mencairkan kekakuan antar suku. Terus misalnya kalau

lagi Pak Arif ada pengajian dirumahnya, kita sebisa mungkin

hadir lah, mau diundang kek atau enggak. Dan kalau Madura

juga dirumahnya ad acara pengajian misalnya ya kita undang

orang Sunda nya juga, jangan masing-masing cuek gitu.” (Subhi,

Madura, generasi 3)

“Sekarang ini mah saya kan terlibat jadi panitia maulid, ya kita

dengerinnya Pak Syamsudin, Pak Agus, pokoknya yang baik lah.

Ya menurut saya mah orang tua emang kolot, kalau yang

selanjutnya Pak Agus, Pak Syamsudin, itu lebih pinter mereka

mah jadi bisa lah jadi penengah. Ya karena Pak Syamsudin dan

Pak Agus mah ramah sama kita-kita yang muda, enggak ja’im,

kalau ada acara mesjid kaya’ acara maulid kemaren kita di

bimbing, tapi juga kita disuruh cari kreatifitas baru, jadinya kita

seru aja.” (Ekha, Sunda, generasi 3)

Keberanian berpikir berbeda dengan generasi sebelumnya, dengan

menyebut diri masing-masing sebagai sama-sama warga RT 04, serta kesadaran

yang lebih jauh akan akibat konflik yang dapat meluas disebabkan keterkaitan isu

suku, membuat generasi kedua ini, suku Madura bersama-sama dengan suku

Sunda, berani menggagas di adakannya forum musyawarah, dengan cara

mengunjungi rumah para orang tua yang berseteru tersebut, dan meminta

kesediaan mereka untuk meluruskan permasalahan melalui forum musyawarah.

Meskipun pada awalnya ide itu tidak diacuhkan oleh semua pihak yang

berseteru, namun dengan kesabaran dan kegigihan generasi ini, maka forum

musyawarah berhasil di adakan, dan menghasilkan kesepakatan perdamaian serta

kembali bekerjasamanya seluruh warga RT 04. Meskipun dalam forum

musyawarah yang pertama kalinya ini, belum secara detail mengungkapkan dan

membahas timbulnya permasalaha yang terkait perbedaan-perbedaan budaya pada

Page 123: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

109

suku Sunda dan suku Madura, namun forum ini berhasil melahirkan titik temu

yaitu sama-sama tidak bermaksud meguasai satu dengan yang lainnya, dan seiring

berjalannya waktu, di dalam pergaulan sehari-hari yang kemudian menjadi lebih

akrab pasca konflik masjid, sebagaimana pengakuan responden, mulai semakin

membuka pengertian-pengertian akan adanya perbedaan-perbedaan budaya, atau

yang mereka sebut “hanya perbedaan cara”, dan mulai mahir cara

menegosiasikannya. Sejak itu hubungan antar suku menjadi lebih erat ditandai

dengan dimulainya saling kunjung kerumah temannya yng berbeda suku, dalam

rangka membahas berbagai kejadian maupun diskusi keagamaan. Model

hubungan ini meskipun sudah lebih baik dari hubungan generasi pertama yang

kaku dan menjaga jarak, masih terkesan formal dan insidental, terutama ketika

terjadi ketegangan maupun kasus-kasus tertentu.

“Sebagai anak muda, saya kan disuruh mimpin kepanitiaan

waktu itu, ya dibimbing sih sama Pak Agus, Pak Syamsudin, Pak

Marsuli, Pak Arif juga, makanya saya sama temen-temen waktu

itu, berusaha tahu maunya orang tua kita, suku Sunda kita

datangin kerumahnya rame-rame, kita undang, enakkan jadinya ,

sama pak Jojo mah saya dianggap anak sendiri dah (Kiki,

Madura, generasi 3)

Buktinya kita kalau ada acara hari besar Islam selalu bagus

acaranya, kepanitiaannya selalu anak muda dari berbagai suku

disini yang urus, ga ada yang dominan. Setiap orang beda-beda,

ada yang keras ada yang kalem, ya itu mah biasa aja ngapain

jadi musuhan gara-gara itu

Enggak usah lah disangkutpautkan sama suku segala, menurut

saya setiap suku punya kelebihan dan kekurangan masing-

masing.” (Eko, Sunda, generasi 3)

Adapun peran generasi tiga, sebagaimana terlihat dalam kasus kepanitiaan

acara Maulid Nabi, adalah sebagai menyempurnakan pembauran yang sudah

dirintis oleh generasi dua ketingkat yang lebih akrab dan non formal, generasi

inipun mampu membuat generasi pertama mulai berbaur lebih akrab terutama

dengan generasi tiga sehingga menjadi hubungan layaknya anak dan orang tua.

Pada generasi ketiga ini generasi tua bukan saja bersikap terbuka namun juga

penuh perhatian seperti pada kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya.

“Iya untungnya kita itu enggak ngeblok lah istilahnya, disebelah

rumah saya kan orang Madura, si Tupi, terus kesananya lagi ada

si Enti, Sunda, disebelah enti kan rumah Pak Siddik, itu Madura,

terus kesananya, Ceu iyuk, Sunda, keluarga Pak Munara,

Page 124: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

110

disebelahnya, kan Madura, gitu terus, di gang kuburan juga gitu,

pinggir kali juga berbaur kita. Menurut saya mah itu bagus jadi

bersatu lah” (Kulsum, Madura, generasi 2)

“Saya tetanggaan sama Suryati, dia orang Madura, enggak apa-

apa, sebelah dia pak Madroji, orang Sunda, emang gitu di RT 04

mah, enggak ketara mana Sunda mana Madura, nyampur aja”

(Jajah, Sunda, generasi 2)

Perbedaan hasil konflik di RT 04 dengan beberapa konflik yang juga

melibatkan suku Madura seperti peristiwa Sampit dan Sambas misalnya, adalah

juga berkat keberbauran kegiatan yang didukung pula dengan berbaurnya rumah

tinggal mereka. Suku Sunda yang kemudian menjadi akrab dengan para pemuda

madura karena anggapan mereka lebih sopan dan mengerti tatakrama suku Sunda

sebagaimana yang terlihat dalam kasus kepanitiaan acara Maulid Nabi,

melengkapi pemburan yang terjadi antar suku karena lokasi rumah yang

bersebelahan, untuk membentuk interaksi yang lebih natural, berkelanjutan dan

menjadi kekuatan kumunal yang kuat, terutama dimasa-masa terjadinya

ketegangan. Hal ini sejalan dengan pendapat (Varshney, 2009) yang menyatakan

bahwa keseharian ikatan kewargaan seperti melaksanakan kegiatan perayaan

bersama, bermain dalam satu lingkungan bersama, adalah salah satu pendorong

terwujudnya perdamaian.

Tabel 10. jenis Konflik dan Akibatnya

Page 125: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

111

Jenis-jenis konflik serta

penyelesaiannya

Jenis

Konflik

Kasus Jenis

penyelesaian

Dampak Konflik

Relasi/isi Karakter galak,

clurit, panitia

pembangunan

masjid, panitia

acara maulid,

kegunaan jalan,

Toleransi Bersatu

Identitas Slametan,

Miskin-kaya

Mempertahakan

identitas masing-

masing suku

Memisahkan

Manajemen Konflik

“Kita orang Madura mah mengerti emang kudunya ngalah terus,

kita itu sebagai pendatang meskipun lebih gigih dalam berusaha,

ya tetep kudu menghargai pribumi, ya demi kerukunan bersama,

pokonya mah asal jauh dari berantem aja lah.” (Husen, Madura,

generasi 1)

“Pokoknya orangnya fleksibel dan kita orang Sunda seneng

kalau sama pak Syamsudin mah, kalau ada masalah, dia tuh yang

tukang mendamaikan dan kita mah percaya kalau dia yang

urusin. Saya berteman baik sama Pak Syamsudin, sering diskusi,

membahas bahwa kita tuh Sunda, Madura, memang beda, tapi

gimana cara menyatukannya, gitu intinya mah, tapi bukan sama

dia aja sih saya berteman, sama Pak Sidik (generasi 1), Pak

Husen (gerasi 1), pak Mawi (generasi 1). Ya intinya kita bisa lah

saling menerima, menghargai satu sama lain.” (Agus, Sunda,

Generasi 2)

“Kudunya begitu, kalau suka ngobrol jadinya kita akrab, saya

sama Adi udah lama berteman, dari kecil. Kita mah enggak

pernah berantem, ngapain berantem, mendingan diskusi apa aja,

Page 126: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

112

agama, dagangan, cewek kan lebih asik. Kadang si Adi nolongin

saya ngelayanin langganan material saya. Saya juga suka jagain

warung sembakonya dia, dia suka nginep dirumah saya. Saya

mah enggak pernah nginep dirumahnya, soalnyakan banyak

tukang becaknya dia, ga ada tempat.” (Kiki, Madura, generasi 3)

Kondisi di atas menunjukan terdapat manajemen konflik yang berbeda

pada masing-masing generasi yang menjadi informan dalam penelitian ini.

Sebagaimana telah disebutkan bahwa dalam proses harmonisasi percampuran

antarbudaya yang diteliti ditemukan bahwa terdapat tiga generasi pada suku

Sunda dan suku Madura. Mereka mengembangkan pola hubungan yang berbeda

satu dengan yang lainnya.

Pada generasi pertama, meskipun telah saling menjaga kerukunan dan

sebisa mungkin menghindari konflik, namun generasi ini tetaplah dua suku yang

terpisah, yang saling mempertahankan adat dan kebiasaan masing-masing. Hal ini

dikarenakan identitas kesukuan yang mereka fahami adalah identitas yang secara

fundamental berarti perbedaan-perbedaan antara suku Sunda dan suku Madura.

Dengan berdasarkan identitas seperti ini baik orang Sunda maupun orang Madura

menimbang persamaan dan perbedaan orang lain dengan dirinya. Semakin mirip

seseorang dengan yang lainnya semakin suka mereka satu sama lain. Demikian

sebaliknya, semakin berbeda seseorang akan membuat orang itu semakin jauh satu

sama lain. Dalam kasus suku Sunda dan suku Madura ini, tidak adanya persamaan

diantara mereka dalam segi watak antara watak suku Sunda yang cenderung

lembut dengan watak suku Madura yang relatif keras, dan kebahasaan, baik

berupa dialek, intonasi maupun gaya komunikasinya membuat suku Sunda merasa

sangat berbeda denga suku Madura. Hal ini mengakibatkan kedua suku saling

berjarak antara satu dengan yang lainnya.

Kecenderungan terhadap perbedaan inilah yang menuntun pengertian dan

pengenalan masing-masing suku akhirnya membentuk persepsi dan sikap yang

mengarahkan suku Sunda dan suku Madura pada stereotipe, prasangka dan

rasisme serta etnosentrisme. Dalam kasus-kasus yang diteliti menunjukan hal

tersebut selalu muncul sebagai pemicunya. Masing-masing suku merasa adat dan

kebiasaannyalah yang paling benar. Maka dapat dilihat kekakuan dari cara

generasi ini bertegur sapa saat berpapasan di jalan, yaitu pergaulan dalam generasi

Page 127: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

113

ini masih bersifat sambil lalu, dan tidak mendalam. Tidak terdapat kerjasama

ataupun saling kunjung pada generasi ini, dan kesempatan bertemu hanya ketika

kebetulan berpapasan di jalan, di warung atau bahkan di masjid. Pertama, mereka

adalah para orang tua yan mengalami percampuran budaya sejak suku Madura

datang pertama kalinya ke RT 04. Mereka telah saling menjaga kerukunan dan

sebisa mungkin menghindari konflik. penyelesaian yang terjadi dalam kasus

berwajah galak dan kasus clurit menunjukan hal tersebut. Bahwa perubahan

persepsi yang mereka lakukan adalah untuk meghindari konflik dan menjaga citra

kelompoknya. Mereka tidak mengupayakan penerimaan-penerimaan terhadap

perbedaan budaya. Hal ini menjadikan generasi ini tetap merupakan dua suku

yang terpisah. Meraka saling mempertahankan adat dan kebiasaan masing-

masing. Hal yang berbeda maka akan direspon sebagai ketidak pantasan. Hal ini

dapat dilihat dari berbagai konflik yang terjadi. Bagi mereka kebiasaan suku

madura yang tidak di sukai oleh mereka menunjukan kebiasaan tersebut adalah

hal yang buruk. Oleh karenanya mereka menghubungkan kebiasaan tersebut

dengan karakteristik pendatang pertama Madura yang digambarkan tidak ramah

dan berwatak keras. Suku Sunda melihat perbedaan tersebut sebagai watak yang

tidak pantas karena bertentangan dengan watak ramah dan lembut yang mereka

pedomani sebagai hal yang benar. Suku Sunda selanjutnya menuntut suku Madura

untuk merubah kebiasaan-kebiasaaan tersebut jika ingin dianggap orang yang baik

bagi suku Sunda. Oleh karena itu suku Sunda baru mau menerima orang Madura

sebagai orang yang layak menjadi tetangga mereka, ketika orang Madura mereka

rasakan mau merubah watak tersebut.

Adapun orang Madura menganggap keengganan orang Sunda untuk

berbaur dengan mereka dianggap sebagai watak suku Sunda yang senang

berkumpul dengan sesama sukunya saja. Suku Madura tidak terlalu peduli dengan

keengganan suku Sunda bertegur sapa dengan mereka. Suku Madura pun tidak

merasakan hal tersebut sebagai sebuah masalah. Bagi suku Madura pertengkaran

baru merupakan masalah yang perlu diselesaikan, sedangkan keengganan bertegur

sapa bagi mereka hanyalah hak masing-masing orang. Oleh karena itu, generasi

ini hanya menjalin hubungan formal, sambil lalu dan tidak akrab. Keadaan

pergaulan seperti ini sebenarnya meciptakan suasana yang tidak kondusif di antara

Page 128: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

114

kedua suku. Tidak terdapat suasana kekeluargaan di RT 04 saat itu. Di sana pun

tidak terdapat kerjasama-kerjasama yang menguntungkan antar warga RT 04.

Secara tidak langsung kondisi ini pula mengakibatkan tidak berkembangnya

perekonoian warga. Keterpisahan kedua suku pada generasi pertama ini

berlangsung cukup lama sehingga suasana interaksi diantara mereka menjadi

kaku, serta mudah terjadi salah paham dan konflik.

Generasi ini nampaknya berpedoman pada prinsip manajemen konflik

saling menghindari. Dalam menghindar, ditandai dengan reaksi saling menjauhi

ketidaksepakatan dan menghindari pertukaran yang tidak menyenangkan dengan

orang lain. Pola ini ditunjukan oleh suku Sunda dengan cara menjaga jarak

dengan suku Madura. mereka tidak bertegur sapa ataupun berusaha

mengklarifikasi persepsi mereka. Suku Sunda hanya akan mengubah cara pandang

mereka ketika dirasa ada kesempatan untuk melakukan hal tersebut. Momen

merubah persepsi itu mereka temukan terhadap pendatang kedua suku Madura.

Mereka menganggap pendatang kedua lebih ramah daripada pendatang Madura

yang pertama, sehingga selanjutnya mereka mau hidup bertetangga dengan orang

Madura. Hal ini menunjukan bahwa pada setiap konflik yang muncul upaya yang

dilakukan adalah dalam rangka menyelamatkan identitas dan harga diri sukunya

semata.

Pada generasi kedua pola pertemanan mulai lebih akrab, bahkan masing-

masing informan mau untuk menyatakan pertemanan dan keakraban dirinya

dengan temannya yang berbeda suku, meski masih bersifat formal. Persahabatan

yang mereka maksudkan adalah menjalin pola berdiskusi dan saling kunjung ke

rumah meskipun hal itu terjadi hanya ketika ada konflik atau ketika mulai tercium

akan munculnya masalah. Dari diskusi dan saling kunjung tersebut

mengakibatkan mulai disadari adanya perbedaan serta dinegosiasikannya

perbedaan adat dan cara menyikapinya. Tradisi ini menjadi ajang pengamatan,

pembelajaran dan pengalaman antarbudaya bagi mereka

Kesadaran terhadap situasi dan kondisi lingkungan mulai dibina pada

generasi ini, bahwa suasana yang kaku dan pergaulan yang sambil lalu, di nilai

oleh generasi kedua ini sebagai merupakan cikal bakal konflik di RT 04, mereka

pun telah mampu mengidentifikasi orang-orang dari kedua belah suku yang sangat

Page 129: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

115

mungkin menjadi sumber konflik sehingga dilakukan upaya-upaya pendekatan

pada orang yang di maksud.

“Ya kaya waktu ada masalah soal masjid, kita yang muda

bareng-bareng mendatangi Pak Odih dia kan sesepuhnya suku

sunda lah, silaturahmi, dan hasilnya memang bagus, kita jadi

bisa menyelenggarakan musyawarah dengan sukses, waktu

lebaran juga kan kita berupaya saling kunjung lah”.(Marsuli,

Madura, generasi 2)

Dalam hal ini adalah para orang tua dari kedua belah suku, terutama para

tetua yang memiliki pengikut. Orang-orang dari generasi kedua ini memulai

tradisi kunjungan kepada para tetua setempat secara bersama-sama, artinya

beberapa generasi dua dari suku Sunda bersama-sama dengan beberapa orang dari

suku Madura secara bergerombol bersilaturahmi pada para orang tua tersebut. Hal

ini sebagaimana pengakuan mereka agar para orang tua melihat keakraban

pergaulan diantara mereka dan berharap mendapatkan respon baik dari mereka.

“Nah kalau udah gitu tuh kita yang muda-muda harus ngalah,

denga rame-rame datang kerumahnya, tanya apa maunya,

biasanya mereka baru mau ngomong apa maunya, tidak

setujunya kenapa (Agus, Sunda, generasi 2)”.

Generasi ini pulalah yang mencetuskan ide di adakannya berbagai macam

kegiatan bersama yang melibatkan kedua suku, seperti pengajian bapak-bapak dan

ibu-ibu. Namun dari keseluruhan upaya yang dilakukan oleh generasi dua,

sebagaimana pengakuan mereka hal ini masih kurang berhasil, maka mereka

mengalihkan upaya pembauran pada anak mudanya yang kemudian dalam

penelitian ini disebut sebagai generasi ketiga. Dalam upaya ini seperti akan

dibahas kemudian, cukup berhasil membuat para anak muda lebih akrab, bahkan

menginspirasi para orang tua untuk juga mulai membaur. Ketika konflik terjadi

generasi kedua inilah yang segera mengupayakan jalan keluar, bahkan

musyawarah yang kemudian terjadi dimanfaatkan oleh mereka sebagi ajang saling

mengenal lebih dekat antar suku.

“Buktinya kalau ada apa-apa acara kawinan misalnya, saya ya

diundang, disuruh mewakili keluarga pengantin segala, terus

saya perhatikan, kaya’ pembetulan jalan waktu itu, atau acara

maulid kaya’ kemaren, ya mereka turun bersama-sama orang

Madura, bareng saya, kerjasama sampe kegiatan sukses.” (Pak

Agus, Sunda, generasi 2).

Page 130: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

116

Generasi kedua mengelola konflik dengan cara melakukan kompromi.

Salah satu contohnya adalah upaya generasi ini penyelenggaraan forum

musyawarah agar masing-masing suku dapat mengetahui adanya perbedaan cara

menyelesaikan masalah kefakuman panitia pada kasus pembangunan masjid.

Kompomi adalah gaya konflik yang didasari pemahaman-pemahaman terhadap

perbedaan-perbedaan yang ada. Kesadaran-kesadaran yang terbangun akibat

intensitas interaksi yang tercipta antar warga RT 04 menginspirasi generasi ini

lebih dari yang lainnya dalam menciptakan kerukunan antar suku di RT 04.

Generasi ini mengembangkan pola pendekatan ke atas yaitu generasi satu, dan ke

bawah yaitu generasi tiga dalam upaya menegosiasikan perbedaan adat dan

kebudayaan yang berbeda.

Dari kebanyakan kasus konflik yang terjadi di RT 04 antara suku Sunda

dan suku Madura, generasi dua selalu tampil sebagai penengah dan penyelesai

konflik. kemampuan mereka mengkoordinir warga ini selanjutnya menjadi kunci

bagi terselesaikannya berbagai konflik. Apalagi keberhasilan mereka dam

membina generasi tiga melalui berbagai kegiatan bersama yang mereka

selenggarakan, berhasil menciptakan pembauran warga RT 04. Pembauran yang

dicapai oleh generasi tiga ini mencapai tingkat kemampuan mengintegrasikan

berbagai perbedaan kebudayaan yang ada menjadi suatu kekuatan pemersatu yang

menjadi ciri khas warga RT 04.

Kompromi juga dilakukan dalam penyelesaian masalah jalan, berupa

solusi di gunakan truk berukuran tanggung agar tercapai nilai suku Sunda berupa

menjaga keindahan jalan, dan suku Madura tetap dapat melaksanakan nilai

budayanya, yaitu menggunakan jalan secara maksimal. Pada kasus kepanitiaan

masjid, perbedaan cara mengundang dikompromikan dengan cara mengundang

dilakukan satu kali, tidak berkali-kali sebagaimana nilai suku Sunda, Namun

dilakukan dengan sopan yaitu dengan datang kerumah orang yang diundang, tidak

dilakukan ketika berpapasan di jalan sebagaimana kebiasaan suku Madura. bentuk

kompromi dalam masalah penolakan Madura pada jabatan yang ditawarkan

adalah menjaga keseimbangan hidup bersama berupa menempatkan suku Sunda

pada jabatan RT, karena sesuai dengan nilai budayanya dalam memandang

Page 131: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

117

kehormatan hidup, dan menempatkan suku Madura di sektor perdagangan karena

sesuai nilai budayanya dalam memandang kehormatan hidup.

Dalam mencapai kompromi, selain dengan menyelenggarakan forum

musyawarah, generasi dua juga mengupayakan berbagai macam kegiatan

bersama yang melibatkan kedua suku, seperti pengajian bapak-bapak dan ibu-ibu,

mengunjungi para tetua kedua suku dan lain-lain. Namun karena masih kurang

berhasil, maka mereka mengalihkan upaya pembauran pada anak muda dari

kedua suku. Para anak muda binaan generasi dua ini dalam penelitian ini disebut

sebagai generasi ketiga. Usaha pembauran yang dimaksud adalah diadakan

kegiatan bersama dalam kepanitiaan acara masjid, acara- acara RT, hingga gotong

royong perbaikan jalan.

Generasi kedua mampu mengembangkan pola kompromi dikarenakan

identitas yang mereka pedomani bukanlah merupakan suatu yang statis, namun

bisa berubah menurut pengalaman hidup. Generasi ini menyadari identitas

kesukuan mereka masing-masing. Konsep diri mereka telah di bentuk oleh

keluarga, budaya serta etnis mereka masing-masing. Suku Madura generasi dua

berbahasa Madura terutama dengn keluarga dan orang tua mereka. mereka juga

masih memegang berbagai adat dan kebiasaan sukunya, seperti pulang kampung

saat lebaran haji, berdedikasi kerja yang baik, dan lain sebagainya. Demikian juga

pada generasi dua suku Sunda. Mereka tetap dapat di identifikasi kesundaannya.

Namun kedua suku Generasi dua ini mengembangkan makna identitas.

pengalama dan keterlibatan generasi dua pada konflik masjid membuat mereka

memahami perihal perbedaan yang ada diantara mereka, serta menjadikan hal

tersebut sebagai pelajaran yang menjadi pemandu dalam menghadapi konfli-

konflik berikutnya. Pada dasarnya identitas bagi generasi dua ini merupakan

pandangan reflektif mengenai diri sendiri ataupun persepsi orang lain mengenai

gambaran diri mereka. Suku Madura generasi ini mampu melihat keunggulan nilai

pada sukunya serta mepertahankannya. Mereka juga dapat melihat kekurangan

pada sukunya dan bersedia memperbaikinya. Demikian juga suku Sunda

melakukan hal yang sama, yaitu mampu melihat kelebihan dan kekurangan

budaya sukunya. Kegiatan diskusi dan saling kunjung yang dimulai oleh generasi

ini menggambarkan kesadaran tersebut, dan berusaha mempertukarkannya

Page 132: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

118

diantara mereka. Hal ini mengakibatkan mereka saling mengembangkan identitas

pribadi mereka sebagai tidak berhenti pada suku Sunda dan suku Madura saja,

menjadi identitas yang lebih luas yaitu sebagai suku Madura yang sudah

tercampur dengan berbagai adat dan kebiasaan suku Sunda dan juga sebagai suku

Sunda yang sudah berbaur dengan adat dan kebiasaan suku Madura.

Perkembangan identitas pada generasi kedua ini mereka peroleh akibat pergaulan

yang lebih akrab yang kebanyakan dimulai sejak masa kanak-kanak, baik berupa

teman bermain maupun teman sekolah. Identitas yang lebih kaya inilah yang

membentuk generasi dua memiliki pandangan-pandanga yang berbeda dengan

generasi sebelumnya, sehingga mereka mampu mengidentifikasi permasalahan

serta mengupayakan jalan keluarnya.

Pada generasi ketiga hubungan personal sudah sangat baik, persahabatan

antar suku ditandai dengan kedekatan satu orang Sunda yang bersahabat dengan

satu suku Madura tertentu dengan model pertemanan yang lebih dinamis, yaitu

meliputi saling menginap dirumah temannya, bergerombol baik saat berdiskusi

berbagai kegiatan masjid dan bisnis anak muda, maupun untuk nongkrong dan

minum kopi bersama semata. Pertemanan ini dilatarbelakangi dengan berbagai

penyebabnya, ada yang karena kerjasama bisnis, bertetangga rumah maupun

dalam berbisnis, sampai pertemanan yang tidak terkait bisnis sama sekali.

Generasi ini mengembangkan identitas yang khas yang terjadi dalam

masyarakat multikultural. Generasi tiga adalah anak-anak yang di lahirkan dan

besarkan di tempat yang sama, memiliki pergaulan yang sama serta berpola hidup

yang sama. Mereka mengembangkan identitasnya melalui interaksi dengan

kelompok budaya mereka dan interaksi dengan lingkungan sosial mereka secara

bersamaan. Interaksi-interaksi ini memberi ruang bagi generasi tiga untuk

melakukan pengamatan, pembelajaran dan mencari pengalaman budaya dan

membentuk identitas sendiri yang berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya.

Mereka sudah tidak memandang perbedaan adat sebagai pembatas dalam

hubungan baik yang dibina, bahkan mereka melihat hal tersebut sebagai

pelengkap bagi masing-masing suku, dan mampu dengan jujur mengakui

kelebihan dan kekurangan sukunya dan suku temanya. Identitas baru yang mereka

ciptakan ini membuat satu sama lain saling merasa nyaman untuk saling berbagi

Page 133: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

119

dan mengisi kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hubungan generasi tiga

sudah mencapai tarap hubungan interpersonal, dimana berbagai latar belakang

perbedaan budaya sudah tidak menjadi penghalang diantara mereka untuk

menjalin persahabatan dan melakukan berbagai kerjasama yang saling

menguntungkan. Berbagai kegiatan bersama yang mereka lakukan seperti sama-

sama menjadi panitia acara masjid, gotong royong jalan dan lain-lain, berhasil

megintegrasikan perbedaan-perbedaan menjadi suatu kesatuan yang saling

melengkapi.

Inilah gaya konflik yang dipakai oleh generasi tiga, yaitu

mengintegrasikan berbagai perbedaan kebudyaan yang ada menjadi sebuah

kebersamaan yang khas milik warga RT 04. Dalam kerjasama melaksanakan acara

maulid misalnya, suku Madura memandang suku Sunda baik ditempatkan di

urusan dekorasi panggung karena sesuai dengan wataknya yang menyukai

keindahan, sedangkan suku Madura ditempatkan di urusan penggalangan dana,

karena dianggap cocok dengan tabiatnya yang gigih. Pengintegrasian ini

menghasilkan berbagai keberhasilan disetiap kegiatan bersama yang dilaksanakan,

seperti kemeriahan acara-acara masjid, kesuksesan perbaikan jalan dan lain-lain.

Integrasi yang berhasil mereka ciptakan ini selain sebagai binaan generasi dua

juga dikarenakan kedekatan yang tercipta diantar generasi tiga. Kesadaran-

kesadaran membangun kontak berbasis antar budaya, dilakukannya berbagai

kegiatan bersama serta dilakukannya adaptasi budaya nampak jelas pada genersi

ini. Pembauran area tinggal antara suku Sunda dan suku Madura, terdapatnya

arena-arena interaksi antar suku baik di dalam maupun di luar area tinggal

memberi ruang untuk mengembangkan hubugan dekat diantara mereka,

menghilangkan penghalang untuk berhubugan secara langsung dan terus menerus.

Hal ini sesungguhnya menjadi cikal bakal terjalinnya keharmonisan dan integrasi

diantara keduanya. Kondisi ini kemudian di perjelas dengan keberhasilan mereka

menginterasikan berbagai perbedaan yang pada masa sebelumnya justru

menimbulkan berbagai konflik. keharmonisan yang terjalin bahkan hingga di

temukannya simbol bersama pada suku Sunda dan suku Madura berupa masjid.

Pola yag lebih akrab ini sebagaimana mereka akui adalah binaan generasi

dua, berdampak memancing generasi pertama untuk mulai mencairkan kekakuan

Page 134: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

120

masing-masing, bahkan para orang tua ini mengakui bahwa dari generasi ketiga

inilah mereka belajar banyak dan malu dengan sikap mereka yang kemudian

dirasa terlalu menjaga jarak pada sesama warga RT 04. Kondisi sosial yang lebih

akrab inilah yang kemudian berhasil mengintegrasikan seluruh warga RT 04 dari

generasi satu hingga generasi tiga.

Hal ini secara keseluruhan menjadi alasan keberhasilan manajemen

konflik berkat peran aktif warga sendiri, dalam hal ini generasi dua dan diikuti

oleh generasi tiga. Melalui rentan waktu dan proses yang amat panjang mereka

berhasil saling membangun dan melindungi identitas masing-masing suku.

Diterimanya identitas suku amatlah penting bagi kedua suku tersebut dikarenakan

kedua budaya yang diteliti ini termasuk dalam kategori budaya kolektif. Budaya

kolektivis memandang identitas suku sangat penting, mengutamakan kewajiban

kelompok daripada hak individu, tujuannya menjaga identitas bersama. Meski

sama-sama berbudaya kolektif, tingkat kolektivitas suku Sunda lebih kental

daripada budaya kolektif yang ada pada suku Madura (Rifa‟i 2007).

“Contoh kecil ini mah, kita orang Madura misalnya bagus

ditempatkan di penggalangan dana, karena kita orangnya aktif

kesono-kesini, kuat lah, terus orang sunda bagian dekorasi

panggung, nah mereka telaten tuh bikin suasana acara jadi

sesuai tema acaranya, gitu kan bagus, orang dari RT lain aja

palng seneng katanya kalau ada acara di RT kita, meriah, dan

hal kaya’ gitu bisa terjadi karena ada orang-orang kaya’ Pak

Syamsudin, Pak Agus, tapi ya kalau sama kita Pak Jojo aja jadi

suka ikutan nongkrong, asik katanya sama anak muda mah

.”(Subhi, Madura, generasi 3)

“Kalau sama Apung mah udah kaya anak sendiri, anaknya baik,

saya kalau terlalu kekeh juga sekarang mah malu sama yang

muda-muda itu, mereka bisa kerjasama, akrab dan enggak ada

uh berantem-berantemannya, mereka mah ya mungkin karena

masih muda aturannya ya aturan anak muda aja (Jojo, Sunda,

generasi 1)

Terdapat orang-orang yang disebut biang kerok, baik oleh suku Sunda

maupun suku Madura untuk menyebutkan mereka yang sering menyulut

pertikaian, orang-orang ini mereka sebut sebagai orang yang tidak mau bergaul

dan merupakan akibat dari narkoba. Para biang kerok ini adalah orang-orang yang

menjadi penyebab disetiap pertengkaran yang terjadi namun tidak terkait masjid,

dan hampir menimbulkan bentrok antar suku. Penyebutan biang kerok ini

Page 135: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

121

mengindikasikan bahwa tidak ada dari kedua belah suku yang mengakui perangai

itu sebagai perangan kaumnya yang pantas untuk dibela. Para biang kerok ini

terdiri dari generasi pertama, kedua bahkan ketiga.

Maka bagi warga RT 04 sepanjang orang tersebut tidak mau membuka

diri, ia akan dapat berpotensi menjadi biang kerok kerusuhan. Dan dari penamaan

yang diberikan oleh warga pada para pengacau ini terlihat kesadaran akan

pentingnya perangai baik sebagai landasan bagi penilaian setiap orang di RT 04,

bahkan karena kesadaran itu pulalah warga RT 04 tidak membiarkan para biang

kerok tersebut memecah belah mereka.

“Ada sih berantem-berantem kecil kaya si Mail (Madura,

generasi 3) emang biang kerok dia mah dari suku Maduranya,

maklum kena narkoba, dan enggak bergaul lagi orangnya, mana

dia punya temen, enggak, berantemnya sama oji (Sunda, generasi

2), sama tuh pengangguran ya biang kerok juga dari Sundanya,

yang laen mah enggak, si Adi (Sunda, generasi 3), berteman

akrab sama si Kiki (Madura, generasi 3) subhi, berteman sama

ekha, mereka mah baik.” (Nunung, Sunda, generasi 1)

Namun meskipun tidak ada dari responden yang mengakui akan pengaruh

para biang kerok ini, nampaknya dalam beberapa kejadian yang memicu konflik,

justru disebabkan oleh profokasi mereka. Peneliti melihat para biang kerok ini,

jika yang berasal dari suku Sunda adalah mereka yang berstatus pengangguran,

dan cenderung dekat dengan dunia narkoba. Adapun dari suku Madura, para

penyebab konflik disamping juga para pecandu narkoba, ada juga mereka yang

bertabiat cuek, dingin dan kurang akrab, bahkan meskipun berpapasan dijalan.

Kedua karakter ini kemudian memicu bebagai kecurigaan, terutama ketika

dikaitkan dengan isu kesenjangan ekonomi, maka kedua karakter ini memang

kemudian memicu konflik.

“Orang Sunda itukan memang agak males ya, anak mudanya

masih banyak yang nganggur, sementara orang Madura mah

kerja kerasnya bagus, wajar kalau mereka kebanyakan sukses, itu

kadang menimbulkan kecemburuan sosial. Apalagi ditambah

sikap cueknya ya kadang dari orang Madura masih ada aja yang

cuek itu.” (Agus, Sunda, generasi 2)

Tabel 11. Manajemen Konflik Antar Generasi

Page 136: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

122

21

Manajemen Konflik Antar Generasi PadaSuku Sunda dan Suku Madura

Generasi satu Generasi dua Generasi tiga

Peran Formal- dua

suku yang

terpisah

Formal-menjalin

hubungan yang

fungsional

Berbaur

membangun

keserasian budaya

Manajem

en Konflik

Menghindari

konflik

Mengkompromika

n perbedaan-

perbedaan demi

keuntungan dan

kebaikan bersama

Mengintegrasikan

perbedaan menjadi

identitas bersama

dan saling

melengkapi

Efektivitas Komunikasi Antarbudaya

Pengamatan, proses belajar dan pengalaman terbukti berpengaruh terhadap

didapat dan dikembangkannya pengetahuan dan motivasi yang berdampak pada

komunikasi antarbudaya yang efektif, yaitu terciptanya saling mengerti, saling

menghargai dan saling mendukung diantara suku Sunda dan suku Madura. Dalam

penelitian ini terbangunnya saling pengertian, penghargaan dan dukungan

antarbudaya disebabkan suatu konflik yang terjadi antara suku Sunda dan suku

Madura dapat di selesaikan. Beberapa konflik yang dapat di selesaikan oleh

mereka antara lain adalah konflik berwajah galak, konflik clurit, konflik masjid,

konflik kepanitiaan maulid, konflik kegunaan jalan dan konflik perdagangan

versus jabatan. Konflik-konflik yang cenderung akibat perbedaan persepsi budaya

pada para orang tua ini dapat di selesaikan berkat komunikasi baik personal

maupun interpersonal yang terjadi pada kedua suku tersebut. Ketika konflik –

konflik tersebut terjadi generasi dua dari kedua suku berusaha untuk melakukan

pengamatan, pembelajaran dan mencari perngalaman dari kejadian tersebut.

Dengan cara ini mereka mendapatkan pengetahuan dan mengembangkan motivasi

antarbudaya sebagai upaya mencari penyelesaiannya. Hal ini yang mengakibatkan

Page 137: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

123

pada masa selanjutnya generasi dua mampu memprakarsai penyelesaian konflik

dengan lebih baik, yaitu konflik pada kasus masjid. Pada kasus ini generasi dua

berkat pengetahuan budaya dan motivasi yang telah mereka kembangkan di masa

sebelumnya berhasil memegang kendali dalam menyelesaikannya serta

menjadikan konflik sebagai sarana komunikasi yang efektif yang melahirkan

pengertian, penghargaan dan dukungan antarbudaya pada suku Sunda dan suku

Madura.

Generasi dua ini melakukan manajemen konflik sebagai usaha pengelolaan

atas konflik-konflik tersebut. keberhasilan ini selanjutnya menjadikan generasi

dua di pandang sebagai figur pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang berbeda

dengan para pemimpin sebelumnya yang kaku dan bercirikan khas kesukuan. Para

pemimpin muda ini lebih merupaka pemuka pendapat yang di ikuti karena

kemampuan mereka mengupayakan kompromi-kompromi budaya daripada saling

mempertentangkannya.

Melalui peran sebagi pemuka pendapat ini, generasi dua mampu

menegosiasikan adat dan budayaannya, hingga mampu mengorganisir generasi

satu untuk lebih membuka diri sebagai upaya menyelesaikan konflik, dan

mengorganisir generasi tiga melakukan pemburan budaya dalam melaksanakan

berbagai kegiatan bersama. Konsep pembauran lokasi tinggal yang secara tidak

sengaja terbentuk di RT 04 menjadi faktor utama bagi generasi dua untuk

melakukan pengamatan, pembelajaran dan mencari pengalaman dalam

menciptakan efektivitas komunikasi antarbudaya disana. Pembagian peran dan

tugas warga di RT 04 yang dibuat agar tercipta keseimbangan kedudukan pasca

konflik dan berbagai kegiatan bersama antara suku Sunda dan Madura pun

ternyata efektif membangun kesadaran pengertian, penghargaan dan dukungan

antar warga.

Pada mulanya Pak Syamsudin di kenal warga sebagai orang Madura yang

ramah dan mau bergaul dengan akrab dengan siapa saja. Hal yang memungkinkan

Pak Syamsudin melakukan pembelajaran, pengamatan dan mencari pengalaman

dalam mengembangkan pengetahuan dan motivasi budayanya. Pak Syamsudin

dapat dengan akrab bergul dengan orang-orang yang lebih tua darinya, dapat juga

bergaul dengan orang yang lebih muda dari dirinya, terlebih dengan orang-orang

Page 138: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

124

yang sebaya dengan dirinya. Inilah yang menyebabkan ide Pak Syamsudin untuk

melakukan pendekatan pada berbagai pihak yang beseteru, menggagas forum

musyawarah serta mengupayakan negosiasi, mendapat dukungan dari berbagai

pihak. Pak Syamsudin berusia 40 tahun. Ia merupakan generasi kedua suku

Madura yang tinggal di RT 04

Pak Syamsudin berteman baik dengan Pak Agus. Pak Agus sebaya dengan

Pak Syamsudin. Oleh karena itu ia juga merupakan generasi kedua dari suku

Sunda. Pak Agus adalah sosok yang di pandang memiliki perangai sama baiknya

dengan pak Syamsudin dalam hal pergaulan. Ia menghormati setiap orang baik tua

maupun muda dan tidak pernah memandang rendah siapa pun. Ia di kenal suka

mendengarkan pendapat dari siapa saja dan akan mengikuti pendapat itu

meskipun yang berpendapat tersebut adalah orang yang lebih muda darinya atau

dalam pandangan umum lebih rendah ilmunya di banding pak Agus. Pak Agus

inilah yang meminta bantuan pada warga RT 04 yang di pandangnya mampu

meneruskan pembangunan masjid yang terbengkalai kala itu. Orang-orang

Madura yang merespon ajakan Pak Agus saat itu antara lain karena kepercayaan

mereka terhadap niat baik Pak Agus, disamping karena nilai budaya suku Madura

yang menganggap penting pada masjid sebagaimana telah di paparkan.

Kedua orang ini karena perangai mereka yang baik, serta karena berbagai

penyelesaian konflik yang mereka lakukan menjadikan mereka di hormati di antar

suku Sunda dan suku Madura. orang-orang tua akan merasa tenang jika mereka

berdua turun tangan dalam menyeesaikan suatu masalah dan akan mendukung

kedua orang ini ketika mereka menggagas suatu kegiatan. Kepercayaan ini mereka

dapatkan karena mereka mampu mengemukakan pendapat yang di anggap tepat

dalam menyelesaikan berbagai konflik atau dalam hal menyempaikan apa yang

memang dibutuhkan oleh warga.

Dalam konsep kepemimpinan mereka berdua termasuk dalam kategori

pemuka pendapat. Seluruh warga akan menyatakan setuju dengan berbagai

pendapat yang mereka ajukan serta mendukung bagi terrealisasikannya pendapat

tersebut. Para pemuka pendapat selanjutnya adalah Pak Marsuli. Ia adalah suku

Madura yang ketika penelitian ini dilakukan Pak Marsuli sedang menjabat sebagai

ketua DKM. Pak Marsuli di kenal sebagai orang kaya yang senang membantu

Page 139: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

125

terutama pada sesama pemilik warung sembako yang lebih kecil dari toko

sembako miliknya. Ia juga banyak memperkerjakan anak-anak suku Sunda yang

putus sekola sambil mengajarkan kepada para pegawainya tersebut berbagai ilmu

dagang yang di milikinya. Pak Marsuli di kenal sangat loyal pada semua hal yang

berurusan dengan masjid. Tidak jarang Pak Marsuli menggunakan uang

pribadinya demi kelancaran kegiatan masjid. Pak Marsuli berteman dengan Arif.

Suku sunda yang juga masuk dalam kategori generasi kedua. Pak Arif adalah anak

Pak Odih, seorang pemuka suku Sunda. Kedua orang ini sering berdiskusi

membahas berbagai permasalahan di RT 04. Kedua orang ini pun sering

melakukan diskusi dengan Pak Agus dan Pak Syamsudin sehingga keempat orang

ini akhirnya dianggap para pemimpin yang di ikuti pendapatnya oleh warga RT 04

baik suku Sunda maupun suku Madura.

Model pertemanan yang di ciptakan oleh generasi dua ini selanjutnya

menginspirasi hampir seluruh warga untuk menjalin model pertemanan yang

sama. Terutama pada generasi tiga yang membuat pola pertemanan menjadi lebih

akrab dan lebih bermanfaat bahkan berkembang hingga mereka berhasil

menciptakan arena interaksi bagi warga RT 04. Ketika penelitian ini di lakukan

pertemanan-pertemanan antar suku si RT 04 sudah mencakup keseluruhan

generasi yang di teliti, demikian juga arena interaksi telah mencakup luar dan

dalam lokasi tinggal pada seluruh generasi.

Pengamatan, pembelajaran dan pengalaman juga lah yang membuat

generasi dua menyadari pentingnya masjid bagi suku Sunda dan suku Madura.

karena kesadaran ini mereka menjadikan masjid sebagai basis berbagai kegiatan

bersama yang terbukti berhasil merekatkan kedua suku tersebut. keberhasilan ini

ditandai dengan dijadikannya masjid sebagai media pemersatu oleh seluruh warga

RT 04. Melalui masjid generasi dua mampu mengorganisir generasi satu untuk

bersatu dalam mensukseskan kegiatan-kegiatan masjid di satu sisi, serta

membangun pembauran dan kerjasama yang lebih mendalam pada generasi tiga.

Hal ini selanjutnya membuat seluruh generasi pada suku Sunda dan suku Madura

menjadikan masjid sebagai simbol bersama bagi mereka.

Selanjutnya ketika konflik-konflik berhasil di selesaikan maka terjadilah

saling pengertian, penghargaan dan dukungan diantara mereka. adapun pada

Page 140: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

126

konfli-konflik yang tidak berhasil di komunikasikan dengan baik karena

menyangkut identitas yang tidak dapat di tawar sehingga tidak dapat di temuka

penyelesaiannya seperti konflik slametan dan konflik kaya versus miskin,

mengakibatkan upaya pengamatan, pembelajaran ataupun pencarian pengalaman

menjadi tidak optimal. Hal ini mengakibatkan komunikasi menjadi tidak efektif,

yaitu tidak terjadinya saling pengertian, dukungn maupun penghargaan

antarbudaya.

Sebagaimana telah di sebutkan, terutama pasca konflik masjid, ketika

berbagai kegiatan bersama berhasil dilakukan oleh suku Sunda dan suku Madura,

berdampak pula terciptanya arena interaksi antara suku Sunda dan suku Madura di

dalam lingkungan tinggal mereka dan di luar lingkungan tinggal kedua suku. Hal

ini menjadi media yang palig efektif dalam mengupayakan harmoniasasi antara

suku.

Arena interaksi di dalam lingkungan tinggal diprakarsai para generasi

muda terutama generasi tiga. Melalui arena interaksi dalam lingkungan tinggal ini

mereka berhasil menciptakan interaksi antarsuku yang positif dan tanpa konflik.

hal ini di sebabkan para anak-anak muda ini melakukan pembelajaran

antarbudaya melalui pergaulan yang lebih akrab diantara mereka, disamping juga

pengamatan dan pembelajaran yang mereka lakukan pada kejadian-kejadian

konflik para orang tua mereka dan berkat arahan generasi dua. Pembauran lokasi

tinggal yang secara tidak sengaja terbentuk di RT 04 yang mengakibatkan

terjadinya berbagai konflik diantara orang tua di satu sisi, penyelesaian-

penyelesaian konflik oleh generasi dua di sisi lain, memberi kesempatan pada

generasi muda untuk melakukan proses belajar melalui pengalaman para

pendahulunya tersebut. Melalui proses ini maka di arena interaksi ini para anak

muda mengembangkan identitas kesukuan masing-masing menjadi lebih fleksibel.

Mereka menyadari bahwa mempertentangkan perbedaan budaya hanya

melahirkan kesenjangan. Mereka juga belajar bahwa ternyata perbedaan budaya

dapat di kompromikan bahkan diintegrasikan untuk menciptakan keselarasan

diantara mereka. inilah bentuk pengetahuan dan motivasi yang lahir dari gnerasi

tiga.

Page 141: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

127

Dari arena interaksi ini pula adaptasi antarbudaya banyak dilakukan oleh

generasi ini. Para anak muda suku Madura, pengetahuan terutama dari segi

bahasa, cukup berhasil mempersempit jarak diantara kedua suku ini mengingat

permasalahan awal pada percampuran budaya di RT 04 adalah perbedaan bahasa

beserta intonasi suku Madura yang dirasakan amat bertolak belakang dengan

bahasa dan sekaligus karakteristik suku Sunda. Adapun anak-anak suku Sunda

dengan menginap di rumah temannya yang bersuku Madura, mengembangkan

pemahaman yang lebih mendalam terhadap pengetahuan perihal budaya suku ini

dan termotivasi menjalin keakraban dengan para orang tua suku Madura.

Arena interaksi yang di ciptakan generasi ini juga berhasil menginspirasi

generasi yang lebih tua untuk menciptakan arena interaksi diantara mereka. ketika

penelitian ini dilakukan terdapat empat arena interaksi dalam lingkungan tinggal

yang paling efektif dalam membangun keharmonisan antarbudaya. keempat arena

interaksi ini mencakup arena interaksi anak muda yaitu toko material, arena

interaksi para bapak yaitu pangkalan becak dan bengkel motor, dan arena interaksi

berupa warung sembako. Di arena-arena interaksi ini warga melakukan

pembagian peran dan tugas sosial masing-masing suku sebagai warga di RT 04.

Hal ini dilakukan agar tercipta keseimbangan kedudukan antara suku Sunda dan

Madura dan membangun kesadaran pengertian, penghargaan dan dukungan

antarsuku.

Efektivitas komunikasi antarbudaya selanjutnya yang juga tercipta akibat

trinspirasi para anak muda yang mengembangkan interaksi di dalam lingkungan

tinggal, terjadi di arena interaksi di luar lingkungan tinggal. Arena interaksi

antarsuku ini terdiri dari para pedagang kaki lima, pegawai kelurahan dan pekerja

lainnya. Kebutuhan menjalin relasi perdagangan melatarbelakangi terciptanya

arena interaksi ini. Arena interaksi ini dan juga berkat arena interaksi di dalam

lingkungan tinggal di masa selanjutnya menjadi penyebab banyaknya kerjasama

antara suku Sunda dan suku Madura terutama didalam bidang ekonomi. Kedua

arena interaksi ini merupakan media yang efektif dalam membina kerukunan

antarbudaya pada suku Sunda dan suku Madura di RT 04. Pada kondisi inilah

generasi satu dari suku Sunda dan suku Madura mulai melakukan pengamatan,

pembelajaran dan pencarian pengalaman budaya. Mereka berhasil

Page 142: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

128

mengembangkan pengetahuan dan motivasi dalam kondisi ini. Keadaan ini

menunjukan komunikasi atarbudaya antara suku Sunda dan suku Madura di RT 04

lebih efektif pada arena interaksi, daripada efektivitas komunikasi yang terjadi

pada pecahnya konflik yang kemudian dapat di selesaikan. Adapun pada konflik

yang tidak berhasil diselesaikan efektivitasa komunikasi antarbudaya tidak terjadi.

Penelitian ini juga menunjukan bahwa dari kasus-kasus yang diteliti yaitu

pada kasus pembangunan masjid dan kepanitian Maulid Nabi, terlihat bahwa

seiring berjalannya waktu penyebab yang sama ternyata dapat menimbulkan efek

yang berbeda disetiap kenflik yang terjadi. Pada kasus masjid, terjadinya masalah

yang disebabkan oleh adanya perbedaan budaya menyebabkan kemarahan yang

dikaitkan pada asumsi tidak adanya penghargaan satu pada yang lainnya, sehingga

hal tersebut dianggap merendahkan harga diri masing-masing suku. Hal ini

mengakibatkan konflik menjadi sangat besar. Namun dimasa selanjutnya, pada

kasus kepanitiaan acara maulid baik para pelaku konflik maupun para juru

damainya menyatakan permasalahan itu terjadi hanya dikarenakan adanya

perbedaan cara pada suku Sunda dan suku Madura terkait suatu masalah. Asumsi

ini ternyata berdampak pula pada respon masing-masing orang terhadap

kemunculan konflik, yaitu dari anggapan “sangat urgen”, “menyangkut harga diri”

bahkan “penghinaan” menjadi “hanya beda cara”, dan “untuk tidak terlalu

membesar-besarkan masalah”. Dampak konflik menjadi jauh lebih mengecil lagi

berkat kesadaran yang lebih tinggi lagi yang terjadi pada generasi dua dan tiga.

Perubahan persepsi ini sebagai mana pengakuan mereka adalah karena

intensitas komunikasi dan musyawarah yang terus meningkat di RT 04, sehingga

setiap orang menjadi lebih berpengatahuan dan termotivasi untuk lebih saling

mengerti, menghargai dan mendukung pada satu sama lain. Suatu proses sosial

yang menghasilkan komunikasi antar budaya yang efektif, pembinaan kesadaran

antarbudaya, serta pendewasaan karakter melalui upaya-upaya bersama, untuk

kepentingan bersama pula. Artinya efektivitas komunikasi antarbudaya yang

terjadi antara suku Sunda dan suku Madura di RT 04 RW 10 ini adalah berkat

kemampuan mereka melakukan manajemen konflik yang tepat, dan dalam kurun

waktu yang sangat panjang, serta dengan melibatkan seluruh generasi yang ada.

Mereka melakukan manajemen konflik dengan urutan memahami penyebab

Page 143: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

129

konflik, mengurangi persepsi kerasnya konflik, mengurangi hambatan-hambatan

budaya penyebab konflik, menegosiasikan perbedaan-perbedaan budaya, hingga

menemukan keselarasan-keselarasan budaya.

Sebagaimana telah di jelaskan bahwa konflik-konflik yang terjadi terbagi

menjadi dua kekuatan yang saling tarik menarik diantara yang berakibat

mempererat hubungan dengan yang merusak hubungan keharmonisan pad suku

Sunda dan suku Madura. Namun hingga penelitian ini dilakukan kebersatuan antar

suku masih terlihat lebih dominan dari potensi pemisahan keduanya hal ini di

karenakan diantar mereka terdapat media pemersatu yaitu masjid.

Pengetahuan dan

motivasi pasca konflik

yang diselesaikan

Pengetahuan dan

motivasi melalui arena

interaksi didalam lokasi

tinggal

Pengetahuan dan

motivasi melalui arena

interaksi diluar lokasi

tinggal

Pengamatan

Pembelajaran

pengalaman

Kerjasama antargenerasi

Figur Pemimpin

Masjid sebagai simbol

bersama

Efektivitas Komunikasi

Antarbudaya

Page 144: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

130

Gambaran Budaya

Suku Sunda

Dari 180 kepala keluarga yang bertempat tinggal di wilayah RT 04,

sebanyak 90 KK merupakan suku Sunda. Tipe suku sunda yang berada di RT 04

terdiri dari suku sunda yang terlahir di RT 04 dan sebagiannya adalah suku sunda

yang datang dari kota Garut dan kota Banten, namun kedua tipe ini tetap

menyatakan diri sebagai pribumi, karena mereka datang dan bertempat tinggal

dilingkungan Jawa Barat atau yang sering mereka sebut sebagai Tatar Sunda atau

wilayah Sunda.

Secara umum dapatlah dikatakan bahwa yang disebut orang Sunda itu

adalah mereka yang sehari-hari mempergunakan bahasa Sunda dan menjadi

pendukung kebudayaan Sunda (Ajip Rosidi 1984). Adapun ciri-ciri sifat seperti

suka humor, periang, senang kepada kesenian, tidak pendendam dan semacamnya

menurut Budayan Ajip Rosidi (1984) masih perlu dibuktikan secara ilmiah, dan

adapun pencirian suku Sunda terhadap dirinya sendiri seperti berwatak lemah

lembut, sopan, halus, berjiwa satria, sangat menenggang rasa orang lain, dan

sejumlah ciri yang dianggap baik lainnya, semestinya dipandang sebagi konsep

ideal suku Sunda, karena menurut Ajip, pada kenyataannya masih banyak orang

Sunda yang bersifat kebalikannya, seperti malas, kasar dan kurang bertanggung

jawab.

Dari adat yang sekarang masih terdapat, maupun naskah-naskah kuno dan

cerita cerita pantun atau bentuk sastra lisan yang lainnya, masyarakat Sunda

memperlihatkan kehidupan yang cukup demokratis. Artinya meskipun memiliki

sejarah kerajaan, namun tidak ada petunjuk yang menyatakan bahwa pernah

dikenal pembagian masyarakat kedalam kasta-kasta, birokrasi feodal, ataupun

keraton sebagai pusat kebudayaan.

Setelah terjadi penaklukan mataran atas Tatar Sunda, bermula ketika setiap

tahun harus mengirimkan upeti yang mengharuskan penggunaan undak-unduk

bahasa di pedaleman (lingkungan kabupaten), maka undak-unduk pun menjadi

tradisi kaum terpelajar kala itu. Sejak itulah bahasa Sunda mengikuti bahasa Jawa

yaitu dibuat menjadi terbagi kepada undak-unduk kasar-sedang-lemes yang

kadang-kadang ditambah lemes pisan. Adapun dalam lingkungan yang jauh dari

Page 145: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

131

kabupaten dan keluarga bupati, seperti didaerah pedalaman Karawang, Kuningan,

dan lain-lain, undak-unduk basa belum mencengkeramkan akar-akarnya. Adapun

jika dilihat dari banyaknya lelucon-lelucon yang lahir dengan mempertukarkan

undak-unduk basa, dimana bahasa ayang disebut kasar dipakai untuk berbicara

pada orang yang dipandang tinggi derajarnya sedangkan bahasa halus digunakan

untuk dirinya sendiri, maka jelas kiranya bahwa sistem ini merupakan beban yang

tidak ada manfaatnya, karena fenomena modern membuktikan orang Sunda

menjadi takut berbahasa Sunda karena takut salah dan membuat mereka memilih

menggunakan bahasa Indosesia dalam berkomunikasi dengan orang lain baik itu

sesama suku Sunda sendiri maupun dengan orang yang diluar sukunya (Ekadjati,

1987).

Di sepanjang sejarahnya ternyata bahwa masyarakat Sunda selamanya

merupakan masyarakat terbuka yang mudah sekali menerima pengaruh dari luar,

tetapi juga kemudian menyerap pengaruh itu sedemikian rupa hingga menjadi

miliknya sendiri. Dalam hal seni misalnya, disamping banyaknya ragam kesenian

yang memang merupakan milik mereka sendiri, yang biasanya sebagai alat

mengekspresikan diri maupun menghibur diri, banyak pula ditemukan dari bentuk

kesenian yang pada mulanya menunjukan pengaruh Mataram, kemudian

berkembang sesuai dengan lingkungan kebudayaan Sunda yang tidak lagi

memperlihatkan pengaruh asalnya.

Nampaknya tanah Sunda yang terbukti merupakan tanah tersubur di

Indonesia, yang menjadikan kehidupan penduduknya cukup santai, dan karena itu

berdampak pada cukup tersedianya waktu untuk berkesenian dan terus

mengembangkannya, hingga dikatakan seni Sunda terutama sastranya termasuk

yang mempunyai potensi berkembang yang besar. Bahkan dari khazanah

kesusastraan pasundan yang kaya inilah gambaran sosok manusia Sunda berhasil

ditampilkan

Dalam hal keberagamaan, sejak pengislaman Banten dan Cirebon pada

abad ke 15, agama Islam menjadi agama yang dipeluk oleh orang Sunda.

Pengaruh agama ini dalam kehidupan masyarakat Sunda dapat dikatakan

menyeluruh dan sangatlah besar, yang tercermin dari hukum adatnya meliputi

hukum waris, pernikahan, sosial, ekonomi, bahkan dalam budaya pesantren, dan

Page 146: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

132

lain sebagainya, hingga boleh dikatakan seluruh masyarakat Sunda memeluk

agama Islam (Ekadjati, 1984). Menurut Ajip (1984) pengaruh Islam yang kuat

pada suku Sunda pun dapat dilihat dari kenyataan, bahwa selama lebih dari seratus

tahun sejak kedatangan misi Kristen pada abad ke 19, agama ini tidak banyak

berkembang di kalangan orang Sunda.

Dari segi bahasa, salah satu keistimewaan bahasa Sunda adalah dalam

memahami sebuah kata terkadang bergantung pada lagu dari pengucapan kalimat

tersebut, dan juga kontek ketika kata itu di ucapkan. Contohnya kata “mangga”

dapat berarti “iya”, dapat juga berarti tidak, atau nanti dulu, atau penolakan

secara halus, bahkan ketidak pedulian. Keunikan bahasa Sunda juga, subyek

seringkali tidak ditemukan dalam kalimat bahasa Sunda, namun orang yang

mendengarnya akan faham siapa yang melakukan predikat dan seterusnya,

apakah hal ini merupakan manifestasi dari pribadi orang Sunda yang tidak suka

menonjolkan diri. (Ajip Rosyidi, dalam Ekadjati, 1984)

Suku Madura

Sebanyak 71 KK yang tinggal di RT 04 adalah suku Madura. Suku ini

merupakan suku pendatang terbesar dan tertua yang menempati RT 04 selain suku

Batak, suku Jawa, dan suku Ambon yang juga terdapat di RT 04.

Tidak seperti suku Sunda yang di gambarkan oleh Ajip Rosidi (1984)

melalui kekayaan khazanah kesusastraannya, karena diakibatkan hidup di alam

tandus yang mengharuskan seluruh waktu di gunakan untuk berjuang menghidupi

diri, suku bangsa Madura tidak memiliki waktu banyak untuk berkesenian. Dan

meskipun mereka belakangan diidentifikasi melalui peribahasa yang mereka

miliki, dikarenakan suku Madura mengalami perkembangan sastra yang miskin,

dengan sendirinya hal tersebut mengakibatkan ketiadaan gambaran sosok ideal

suku ini. Dengan sendirinya citra umum sosok manusia Madura yang terlukiskan

adalah apa yang di wariskan oleh Belanda yang diabadikan dalam surat kabar, esai

dan berbagai bentuk propaganda zaman penjajahan, yang karena tidak tertarik

pada alam Madura yang tandus, serta pemberontakan suku Madura yang terus

Page 147: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

133

menerus merepotkan penguasa Belanda, dan juga diperparah oleh memanasnya

politik Madura-Jawa kala itu, maka sebagai gantinya dirangkailah segala sifat

negatif untuk mengklasifikasikan dan penamaan, bahwa yang disebut sebagai

suku Madura adalah orang dengan tabiat kasar, rendahan dan berbeda, dalam

rangka melecehkan dan mengalahkan suku Madura secara politis (Rifai, 2007) .

Keunikan budaya Madura pada dasarnya banyak dibentuk dan dipengaruhi

oleh kondisi geografis dan topografis hidraulis dan lahan pertanian tadah hujan

yang cenderung tandus sehingga survivalitas kehidupan mereka lebih banyak

melaut sebagai mata pencarian utamanya. Mereka pun dibentuk oleh kehidupan

bahari yang penuh tantangan resiko sehingga memunculkan keberanian mental

dan fisik yang tinggi, berjiwa keras dan ulet, penuh percaya diri, defensif dalam

berbagai situasi bahaya dan genting, bersikap terbuka, lugas dalam bertutur, serta

menjunjung martabat dan harga diri (Rifai, 2007).

Suatu karakter yang oleh budayawan Emha Ainun Nadjib disebut sebagai

“the most favourable people” yang watak dan kepribadiannya patut di puji dan

dikagumi dengan setulus hati. Tidak ada kelompok masyarakat di muka bumi ini

yang dalam menjaga perilaku dan moral hidupnya begitu berhati-hati seperti

diperlihatkan oleh orang Madura. Mereka sangat bersungguh-sungguh dan lugu

serta lugas dalam berkata-kata. Oleh karena itu kalau orang madura menyatakan

sesuatu maka memang demikian isi hati dan pikirannya, dan jika

mengunggkapkan suatu bentuk sikap tertentu biasanya karena memang begitulah

muatan batinnya. Atau dalam bahasa yang lain sebagai sosok yang berderajat

rendah, tidak berpendidikan, kasar, kikir, pemarah dan pendendam.

Sebagaimana suku Sunda di Jawa Barat, Suku Madura di pulaunya juga

dianggap komunitas yang sangat patuh dalam menjalankan ajaran Islam,

dibandingkan suku bangsa lainnya. Ketaatan pada agama Islam yang di anutnya

merupakan penjatidiri penting orang Madura, sehingga tercermin dalam

pakaiannya, pola rumahnya bahkan pola pendidikannya.

Jeffrey Mellefont (1994) seorang pakar dari Australian National Maritime

Museum di Sidney menggambarkan sifat dinamis orang Madura sebagai berikut:

“layaknya baik anak perahu maupun tukang pembuatnya, selalu beradaptasi

mengikuti perkembangan tuntutan zaman, walaupun kukuh memegang tuntunan

Page 148: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

134

pertimbangan adat tradisinya dalam menerima inovasi. Untuk itu mereka bersikap

menyayangi semua mahluk dan berusaha hidup serasi dengan lingkungan dan

alamnya, disamping juga memanfaatkan pemaksimuman niai dan kegunaan

lingkungan tersebut.

Dari segi bahasa, dikatakan bahwa bahasa Madura tidak memiliki

“kemanisan” nyanyian merdu berdawai bahasa Sunda, serta “kedalaman lembab

yang berbayang-bayang redup” seperti bahasa Jawa, suatu model bahasa yang

mencerminkan perwatakan apa adanya, langsung dan terbuka pada pemiliknya

(Huub De Jonge, dalam Rifai 2007)

Demikianlah selanjutnya gambaran suku Madura yang dimasa belakangan

berhasil di indentifikasi melalui peribahasanya, bahwa nilai budaya yang

dikandung peribahasa Madura secara tidak langsung dapat mencerminkan sosok

manusia Madura yang diidealkan suku tersebut.

Page 149: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

135

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Bentuk komunikasi antarbudaya antara suku Sunda dan suku Madura

berupa penyelesaian konflik-konflik yang ada diantara mereka. Bentuk

komunikasi antarbudaya di antara mereka juga berupa arena interaksi

didalam area tinggal suku Sunda dan suku Madura yang diprakarsai anak-

anak muda generasi tiga dari kedua suku tersebut, dan arena interaksi

diluar area tinggal mereka yang dikembangkan oleh para pedagang dan

pegawai dari kedua suku.

2. Penyebab terjadinya konflik adalah perbedaan budaya berupa konteks

tinggi suku Sunda dengan konteks rendah suku Madura. Hal ini

mengakibatkan jenis konflik yang terjadi di lokasi penelitian adalah

menyangkut isu isi, relasi dan identitas. Konflik yang menyangkut isu isi

dan relasi cenderung dapat dikompromikan disebabkan terpenuhinya

kepentingan kepentingan bersama berupa kepentingan hidup rukun bagi

suku Sunda. Kepentingan ini terpenuhi melalui interaksi didalam

lingkungan tinggal yang berbaur dan adanya arena interaksi di dalam

lingkungan tinggal. Kepentingan lain yang terpenuhi adalah menjaga relasi

dalam perdagangan bagi suku Madura. kepentingan ini terpenuhi berkat

interaksi di area perdagangan suku Sunda dan suku Madura yang

berdekatan. Sedangkan konflik menyangkut isu identitas lebih sulit di

kompromikan karena terdapat kekhawatiran dianggap menyalahi

kelompoknya menyangkut hal yang di anggap inti didalam nilai budaya

masing-masing, sehingga saling bersikukuh dalam memegang nilai-nilai

budaya tersebut. Peran generasi terutama generasi dua adalah pemrakarsa

terjadinya manajemen konflik yang efektif dengan melibatankan generasi

tiga dan generasi satu. Generasi dua menggunakan gaya manajemen

konflik berupa mengkompromikan Hal ini disebabkan terbentuknya

identitas budaya yang lebih fleksibel pada generasi dua, yaitu meskipun

bersuku bangsa berbeda, namun karena bergaul di tempat yang sama,

maka mereka mengadopsi nilai-nilai budaya di lingkungannya. Sedangkan

pada generasi tiga dengan gaya konflik mengintergrasikan, telah

Page 150: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

136

menciptakan identitas baru yaitu sama-sama sebagai warga RT 04 RW 10.

Hal ini membedakan generasi dua dan generasi tiga dari cara generasi satu

yang menyatakan identitas kesukuannya secara kaku dan mutlak. Generasi

satu bergaya konflik menghindar.

3. Efektivitas komunikasi antarbudaya antar suku Sunda dan suku Madura

terjadi ketika konflik-konflik diatara mereka dapat diselesaikan. Adapun

konflik-konflik yang tidak berhasil diselesaikan mengakibatkan efektivitas

komunikasi antarbudaya tidak terjadi. Efektivitas komunikasi antarbudaya

pada suku Sunda dan suku Madura juga terjadi berkat adanya arena

interaksi yang ada di dalam dan di luar lingkungan tinggal mereka.

Adapun efektivitas komunikasi antarbudaya antara suku Sunda dan suku

Madura yang terjadi di arena interaksi lebih besar pengaruhnya pada

lahirnya pengertian, penghargaan dan dukungan yang terjadi pada kedua

suku daripada efektivitas komunikasi yang dihasilkan pasca konflik.

Saran

1. Perlunya membangun identitas bersama yang lebih fleksibel dengan

menggali potensi dan kreativitas pembauran antarbudaya pada generasi

muda

2. Perlunya menemukan media-media pemersatu antar suku yang hidup

berdampingan yang berfungsi menjaga keharmonisan dan juga dapat

digunakan sebagai alat peredam konflik ketika terjadi lagi ketegangan

antar suku

3. Penelitian tentang sebab terjadinya konflik-konflik yang mempersatukan

dan konflik-konflik yang memisahkan perlu dilakukan lebih lanjut untuk

melihat dampaknya pada efektivitas komunikasi antarbudaya.

Page 151: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkn di Bogor, 22 Desember. Penulis adalah anak ke 6 pasangan bapak H.

Siddiq dan ibu Hj. Misbah.

Pendidikan SD penulis tempuh di Bogor, sedangkan SMP, dan SMA penulis tempuh

di kota Pasurun- Jawa Timur. Pendidikan Sarjana ditempuh di universitas Ibn Khaldun

Bogor. Pada tahun 2009 penulis melanjutkan studi pada Sekolah Pascasajana IPB Program

Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP).

Dalam rangka penyelesaian studi, penulis melakukan penelitian yang berjudul

Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku Madura (Kasus Manajemen

Konflik di Kelurahan Kebon kelapa Kota Bogor) dibawah bimbingan Dr. Ir. Sarwititi S, MS

dan Dr. Nurmala K. Panjaitan, MS, DEA.

Page 152: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

137

DAFTAR PUSTAKA

.

Asy‟ari, Suaidi. 2003. Konflik Kumunal di Indonesia Saat ini. Leiden, Jakarta

Bahari,Yohanes. 2005. Konflik Sambas dan Kekerasan budaya. Universitas

Indonesia. Jakarta.

Devito, Joseph, A. 1998. Komunikasi Antar Manusia. edisi kelima. Alih bahasa:

Agus Maulana. Profesional Book. Jakarta

Editor Cornell University. 1990. Measurement and Application. Guilford. New York.

Denzin, Norman K and Yvonna S. Lincoln (1998). The Landscape of Qualitative

Research: Theory and Issues, Thousand Oak. London, new delhi, Sage

Publication

Effendy OU. 2006. Ilmu komunikasi: teori dan praktek. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Ekadjati, Edi S. 1987. Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya. Bandung:

Girimukti Pasaka.

Gudykunst, et al. 1991. Handbook of International & Intercultural

Communication. Sage Publications. London

Hartati, Sri. 2009. Pengaruh Komunikasi Antarbudaya Dan Harmonisasi Kerja Di

PT Sumber Tani Agung Medan. Universitas Indonesia. Jakarta

Herwening, Eko. 2003. Modernisasi Perikanan dan Potensi Konflik (Studi Kasus

di Kelorahan Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi). Tesis IPB Bogor

Hefner, Robert W. Geger Tengger, Perubahan Sosial, dan Perkelahian

Politik (Pengantar Martinvan Bruinssen). Yogyakarta : LKiS.

Ibrahim, Syarif. 2003. Konflik etnis: suatu tinjauan sosiologi antropologi Indonesia.

Universitas Indonesia. Jakarta.

Page 153: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

138

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.

Liliwer, Alo. 2003. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar Yogyakarta.

Muhammad A. 2009. Komunikasi organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyana D. 2008. Ilmu komunikasi suatu pengantar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mulyana dan Rakhmat (Ed). 2006. Komunikasi Antarbudaya: Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Rakhmat. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem sosial Budaya Indonesia. Galia Indonesia. Bogor.

Rahman, Taufiqur. 2007. Identitas Budaya Madura. STAIN-Pamekasan

Rahardjo, Tornomo. 2007 Menghadapi Perbedaan Kultural. Jakarta: Salemba

Humanika

Rifa‟i. Mien. A. 2007. Manusia Madura. Nuansa Aksara. Yogyakarta.

Rosidi, Ajip. 1984. Manusia Sunda.Inti Idayu Press. Jakarta.

Samovar, et al. 2010. Komunikasi Lintas Budaya Jakarta: Salemba Humanika

Sikwan, Agus. 2003. Model Program Pemberdayaan Dalam Rangka

Meningkatkan Kesejahteraan Hidup Pengungsi Etnik Madura Asal

Sambas di Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Empowerment Program

Model to Increase The Welfare of Madurese Refugees from sambas In

Pontianak, West Kalimantan). Universitas Sumatra Utara.

Sitorus, MT, Felix. 1998. Penelitian Kualitatif ; Suatu Pengenalan. Diterbitkan

oleh Kelompok Dokumentasi Ilmu-ilmu Sosial IPB. Bogor.

Suryabrata, Sumadi. 1997 Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali Press.

Page 154: Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Suku Sunda dan Suku ... · kehidupan yang harmonis. Kondisi ini menarik menjadi landasan penelitian dengan tujuan: (1)Menganalisa bentuk komunikasi

139

Soekanto, Soerjono 1990. Sosiologi, Suatu pengantar. Jakarta, PT Raja Grafindo

Persada.

Ting-Toomey, Stella. 1998. Communicating Across Cultures. New York London

Upe, Ambon. 2010. Asas-Asas Multiple Researches. Tiara Wacana.

Vardiansyah D. 2004. Pengantar ilmu komunikasi: pendekatan taksonomi

konseptual. Bogor: Ghalia.

Varshney, Ashutosh 2002. Konflik Etnis dan Peran Masyarakat Sipil,

Pengalaman India. Yale university

Wuysang, Anandar. 2003. Kebudayaan dan Atribut Negatif Studi Kasus Sampit

Kalimantan Tengah. Universitas Sumatra Utara.

Widiyanto. 2009. Strategi nafkah Rumahtangga Petani Tembakau di Lereng

Gunung Sumbing. Studi Kasus di Desa Wonotirto dan Campursari Kec.

Bulu Kab. Temanggung Jateng. Tesis Master SPS-IPB. Bogor.

Wijono, Hendro. 2008. Konflik dan Beragam Penyebab Konflik. ISAI (Institut

Studi Arus Informasi)

West R dan Turner LH. 2009. Pengantar teori komunikasi analisis dan aplikasi.

Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.

Zamzami, Amiruddin. 2010. Efektivitas Komunikasi antarbudaya. Warta

Litkayasa.