EFEKTIVITAS KINERJA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · pendekatan arsitektur strategik. Hasil...
Transcript of EFEKTIVITAS KINERJA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · pendekatan arsitektur strategik. Hasil...
EFEKTIVITAS KINERJA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KELOMPOK
TANI DARMA BAKTI DALAM PENGUSAHAAN BERAS HITAM DI
KECAMATAN CIGUDEG KABUPATEN BOGOR
ARINA PRADIAHSARI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Kinerja dan
Strategi Pengembangan Kelompok Tani Darma Bakti dalam Pengusahaan Beras
Hitam di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Arina Pradiahsari
NIM H34100090
ABSTRAK
ARINA PRADIAHSARI. Efektivitas Kinerja dan Strategi Pengembangan
Kelompok Tani Darma Bakti dalam Pengusahaan Beras Hitam di Kecamatan
Cigudeg Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI.
Beras hitam merupakan komoditi subsektor tanaman pangan yang perlu
dikembangkan karena permintaannya terus meningkat namun volume produksinya
masih rendah. Kecamatan Cigudeg adalah kecamatan di Kabupaten Bogor yang
dikenal sebagai penghasil beras hitam. Pengusahaan beras hitam di Kecamatan
Cigudeg dilakukan oleh Kelompok Tani Darma Bakti. Keberadaan kelompok tani
ini dapat membantu pengembangan beras hitam di Kabupaten Bogor dengan
memiliki kinerja yang efektif dan strategi pengembangan yang tepat untuk
diterapkan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis efektivitas kinerja
Kelompok Tani Darma Bakti dan merumuskan alternatif strategi pengembangan
bagi Kelompok Tani Darma Bakti dalam pengusahaan beras hitam dengan
pendekatan arsitektur strategik. Hasil penelitian menunjukan bahwa Kelompok
Tani Darma Bakti memiliki kinerja yang cukup efektif. Adapun alternatif strategi
yang diperoleh yaitu membangun mitra kerja yang kontinu dalam penyediaan
input, pemasaran produk serta penelitian dan pengembangan; meningkatkan
kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produksi beras hitam untuk memenuhi
permintaan; meningkatkan ketersediaan modal; penguatan kelembagaan
kelompok tani; mengembangkan produk beras hitam dengan optimalisasi
sumberdaya untuk memenangkan persaingan; mengembangkan produk dengan
penelitian dan pengembangan berkelanjutan; dan menciptakan nama jual dan
sertifikasi sebagai jaminan pada produk beras hitam yang dihasilkan. Seluruh
alternatif strategi dapat diimplementasikan oleh Kelompok Tani Darma Bakti
dengan rentang waktu pelaksanaannya masing–masing berdasarkan rancangan
arsitektur strategik.
Kata kunci: Arsitektur Strategik, Beras Hitam, Kelompok Tani, Kinerja, Strategi
Pengembangan.
ABSTRACT
ARINA PRADIAHSARI. Performance Effectiveness and Development Strategy
of Darma Bakti Farmers Group in Black Rice Cultivation in Cigudeg Subdistrict
Bogor Regency. Supervised by ANNA FARIYANTI.
Black rice is a food crops subsector’s commodity that need to be developed
because the demand is continues increasing but the volume production is still in
the low rate. Cigudeg is a subdistrict in Bogor regency that known as the producer
of black rice. In Cigudeg subdistrict, black rice cultivated by Darma Bakti
Farmers Group. The existence of these farmers group can help the black rice
development in Bogor Regency if it has an effective performance and appropriate
development strategies to be applied. The purposes of this research are to analyze
Darma Bakti Farmers Group’s performance effectivity and to formulate
appropriate alternative development strategies for Darma Bakti Farmers Group in
black rice cultivation with strategic architectural approach. The result of this
research shows that Darma Bakti Farmers Group has quite effective performance
all this time. There are alternative strategies that obtained are build a continuous
partner in the provision of inputs, marketing of products as well as research and
development; increase the quality, quantity, and continuity of black rice
production to meet demand; improve the capital availability; farmers group
institutional strengthening; develop black rice products with available resource
optimization to win the competition; develop products with continuous research
and development; and creating trademark and certification as a guarantee of black
rice products that produced. The entire alternative strategies can be implemented
by Darma Bakti Farmers Group with timescales respectively based on a strategic
architecture.
Keywords: Black Rice, Development Strategy, Farmers Group, Performance,
Strategic Architecture.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
EFEKTIVITAS KINERJA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KELOMPOK
TANI DARMA BAKTI DALAM PENGUSAHAAN BERAS HITAM DI
KECAMATAN CIGUDEG KABUPATEN BOGOR
ARINA PRADIAHSARI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Efektivitas Kinerja dan Strategi Pengembangan Kelompok Tani Darma Bakti
dalam Pengusahaan Beras Hitam di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor”.
Shalawat serta salam senantiasa diucapkan kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai pemimpin dan suri tauladan terbaik bagi seluruh umat manusia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Anna Fariyanti, MSi selaku
pembimbing yang telah memberikan banyak ide dan masukan dalam penyelesaian
skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Narni Farmayanti, MSc dan
Rahmat Yanuar, SP MSi selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan kritik dalam rangka
penyempurnaan skripsi penulis. Terima kasih juga disampaikan kepada Dr Ir Netti
Tinaprilla, MM yang senantiasa memberikan arahan dan dukungan dalam
menjalani masa – masa perkuliahan sebagai wali akademik. Tak lupa, penulis
sampaikan terima kasih kepada Ajeng Tiara Cesari, SE yang telah menjadi
pembahas dalam seminar hasil skripsi penulis. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada Ibu dan Bapak atas doa, dukungan moril dan materil serta
kasih sayang yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Selanjutnya, ucapan terima kasih dan apresiasi penulis sampaikan kepada
Kelompok Tani Darma Bakti di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor yang telah
bersedia menjadi objek penelitian dan membantu memberikan informasi untuk
penelitian ini. Tidak lupa, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada teman–
teman khususnya para sahabat, teman–teman Agribisnis 47 dan teman–teman
sebimbingan atas segala dukungan, motivasi, kasih sayang dan semangat yang
diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Arina Pradiahsari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 6
Ruang Lingkup Penelitian 6
TINJAUAN PUSTAKA 7
Studi Empiris Kandungan, Manfaat dan Budidaya Beras Hitam 7
Studi Empiris Efektivitas Kinerja Kelompok Tani 9
Studi Empiris Strategi Pengembangan Kelompok Tani 10
Keterkaitan Kajian Empiris dengan Penelitian 11
KERANGKA PEMIKIRAN 13
Kerangka Pemikiran Teoritis 13
Efektivitas Kinerja Kelembagaan Kelompok Tani 13
Identifikasi Lingkungan Organisasi 16
Konsep Strategi 19
Kerangka Pemikiran Operasional 22
METODE PENELITIAN 25
Lokasi dan Waktu Penelitian 25
Jenis dan Instrumentasi Data 25
Metode Penentuan Sampel 25
Metode Pengolahan dan Analisis Data 26
Analisis Efektivitas Kinerja Kelembagaan Kelompok Tani 26
Analisis Alternatif Strategi Pengembangan 27
GAMBARAN UMUM KELOMPOK TANI 30
Sejarah dan Perkembangan Kelompok Tani Darma Bakti 30
Visi dan Misi Kelompok Tani Darma Bakti 32
Lokasi dan Letak Geografis 32
Struktur Organisasi Kelompok Tani Darma Bakti 33
Gambaran Umum Karakteristik Petani Responden 34
EFEKTIVITAS KINERJA KELOMPOK TANI DARMA BAKTI 36
STRATEGI PENGEMBANGAN KELOMPOK TANI DARMA BAKTI
DALAM PENGUSAHAAN BERAS HITAM 45
Analisis Lingkungan Kelompok Tani Darma Bakti 45
Analisis Lingkungan Internal 45
Identifikasi Faktor Strategis Internal 55
Analisis Lingkungan Eksternal 55
Identifikasi Faktor Strategis Eksternal 65
Komponen SWOT 65
Kekuatan (Strenght) 65
Kelemahan (Weakness) 67
Peluang (Opportunity) 70
Ancaman (Threath) 73
Matriks SWOT 74
Strategi S-O 76
Strategi W-O 76
Strategi S-T 77
Strategi W-T 78
Perancangan Arsitektur Strategik 78
Visi dan Misi Kelompok Tani Darma Bakti 78
Industry Foresight 78
Tantangan Organisasi 79
Sasaran Organisasi 79
Rekomendasi Program Kegiatan 79
Rancangan Arsitektur Strategik Pengembangan Kelompok Tani Darma
Bakti dalam Pengusahaan Beras Hitam 82
SIMPULAN DAN SARAN 85
Simpulan 85
Saran 85
DAFTAR PUSTAKA 86
LAMPIRAN 88
RIWAYAT HIDUP 94
DAFTAR TABEL
1 Product domestic bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan
usaha (miliar rupiah) 2008 – 2012 1
2 Persentase pengeluaran rata-rata per kapita penduduk Indonesia menurut
kelompok makanan pada September 2013 2
3 Komposisi gizi pada jenis – jenis beras 3
4 Skor jawaban skala likert 27
5 Selang kategori penilaian efektivitas kinerja 27
6 Luas wilayah Desa Bangunjaya menurut penggunaan tahun 2013 32
7 Karakteristik petani anggota berdasarkan tingkat usia 34
8 Karakteristik petani anggota berdasarkan tingkat pendidikan 35
9 Karakteristik petani anggota berdasarkan luas lahan yang diusahakan 35
10 Karakteristik petani anggota berdasarkan status kepemilikan lahan 35
11 Karakteristik petani anggota berdasarkan status usaha 36
12 Karakteristik petani anggota berdasarkan lamanya bertani 36
13 Selang kategori penilaian efektivitas kinerja Kelompok Tani Darma
Bakti 37
14 Identifikasi faktor strategis internal Kelompok Tani Darma Bakti 55
15 Pertumbuhan produk domestik bruto Indonesia atas dasar harga konstan
2000 tahun 2009 – 2013 56
16 Produk domestik regional bruto Kabupaten Bogor atas dasar harga
konstan tahun 2008-2012 (jutaan rupiah) 57
17 Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia tahun 1990 - 2010 58
18 Jumlah penduduk Kabupaten Bogor tahun 2008-2012 59
19 Identifikasi faktor strategis eksternal Kelompok Tani Darma Bakti 65
20 Matriks SWOT pengembangan Kelompok Tani Darma Bakti dalam
pengusahaan beras hitam 75
21 Rekomendasi program kegiatan 80
DAFTAR GAMBAR
1 Supply beras hitam Kelompok Tani Darma Bakti terhadap demand
Carefour pada tahun 2013 - 2014 5
2 Model lima kekuatan porter 18
3 Kerangka pemikiran operasional 24
4 Matriks SWOT 29
5 Kerangka perancangan arsitektur strategik Kelompok Tani Darma Bakti 30
6 Struktur organisasi Kelompok Tani Darma Bakti 33
7 Diagram kategori penilaian adanya pertemuan atau rapat anggota dan
pengurus secara berkala 38
8 Diagram kategori penilaian adanya rencana kerja dan evaluasi akhir
kelompok tani secara partisipatif 39
9 Diagram kategori penilaian adanya aturan atau norma tertulis yang
disepakati dan ditaati bersama 40
10 Diagram kategori penilaian adanya pencatatan atau pengadministrasian
organisasi yang rapih 41
11 Diagram kategori penilaian memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha
bersama di sektor hulu hingga hilir 42
12 Diagram kategori penilaian memfasilitasi usahatani komersial dan
berorientasi pasar 43
13 Diagram kategori penilaian pemberian pelayanan informasi dan
teknologi bagi anggota 43
14 Diagram kategori penilaian adanya jejaring kerjasama antara kelompok
tani dengan pihak lain dalam bentuk kemitraan 44
15 Diagram kategori penilaian adanya pemupukan modal baik iuran dari
anggota atau penyisihan hasil usaha kelompok 45
16 Sticker kemasan produk beras hitam Kelompok Tani Darma Bakti
terbaru 46
17 Saluran distribusi Kelompok Tani Darma Bakti 47
18 Teknologi tanam jajar legowo Kelompok Tani Darma Bakti 52
19 Rancangan arsitektur strategik pengembangan Kelompok Tani Darma
Bakti 82
DAFTAR LAMPIRAN
1 Perhitungan skor efektivitas kinerja Kelompok Tani Darma Bakti 88
2 Gambaran pendapatan usahatani per musim tanam petani beras hitam
di Kelompok Tani Darma Bakti Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor 91
(Hektar)
3 Dokumentasi 92
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang dilintasi oleh garis khatulistiwa dan juga
memiliki sumber daya alam yang melimpah sehingga baik pengaruhnya bagi
sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor yang mampu menyediakan
bahan pangan, sandang dan papan bagi penduduk Indonesia. Terlebih sektor
pertanian merupakan sektor dimana sebagian besar rakyat Indonesia
menggantungkan hidupnya. Hal ini terlihat dari besarnya peranan sektor pertanian
terhadap perekonomian di Indonesia melalui sumbangan Product Domestic Bruto
(PDB) yang diberikannya. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (2014), sektor
pertanian merupakan sektor penyumbang PDB terbesar kedua di setiap tahunnya
setelah sektor pengolahan. Selain itu berdasarkan Tabel 1, PDB yang diberikan
oleh sektor pertanian jumlahnya terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
dimulai dari tahun 2008 hingga tahun 2012. Pada tahun 2008, kontribusi PDB
sektor pertanian mencapai 14.48 persen dan pada tahun 2012 mampu meningkat
mencapai 14.50 persen dari total PDB atas dasar harga berlaku yang mampu
diperoleh Indonesia.
Tabel 1 Product domestic bruto atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha
(miliar rupiah) 2008 – 2012
Lapangan Usaha Tahun
2008 2009 2010 2011
20121
Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan
Perikanan
716 656.2 857 196.8 985 470.5 1 091 447.1 1 193 452.9
•Tanaman Bahan
Pangan 349 795.0 419 194.8 482 377.1 529 967.8 574 916.3
•Tanaman Perkebunan 105 960.5 111 378.5 136 048.5 153 709.3 162 542.6
•Peternakan 83 276.1 104 883.9 119 371.7 129 297.7 145 720
•Kehutanan 40 375.1 45 119.6 48 289.8 51 781.3 54 906.5
•Perikanan 137 249.5 176 620 199 383.4 226 691 255 367.5
Status Angka : 1
= sementara
Sumber: BPS (2014)
Sektor pertanian di Indonesia secara luas terdiri dari beberapa subsektor
yaitu subsektor tanaman pangan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan,
dan perikanan. Subsektor tanaman pangan merupakan subsektor yang memiliki
peranan penting dalam pembangunan sektor pertanian. Berdasarkan Tabel 1,
subsektor tanaman pangan sebagai subsektor penyumbang PDB terbesar setiap
tahunnya jika dibandingkan dengan subsektor lain. Pada tahun 2012 subsektor
tanaman pangan mampu memberi sumbangan PDB mencapai 6.99 persen yang
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011 yaitu 7.14 persen. Komoditas
tanaman pangan terdiri dari padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah,
kedelai, dan kacang hijau. Salah satu komoditi dari subsektor tanaman pangan
yang utama adalah padi. Menurut Mears dan Moeljono (1990), padi menjadi
komoditi subsektor tanaman pangan yang utama dan menempati prioritas penting
di Indonesia karena: (1) padi adalah bahan konsumsi penting baik dari segi
2
pengeluaran rumah tangga, sebagai sumber kalori maupun protein, (2) padi
sebagai sumber pendapatan dan kesempatan kerja bagi sebagian besar penduduk,
dan (3) padi merupakan komoditas politis. Hingga saat ini ketergantungan pangan
pada komoditi padi masih sangat besar. Hal ini dikarenakan adanya budaya di
Indonesia yang berbunyi “belum makan jika belum mengkonsumsi nasi“ dan
menurut data CIA World Fact Book 2006 lebih dari 95 persen penduduk di
Indonesia menjadikan beras sebagai sumber makanan pokok1. Terlihat pada Tabel
2 yang menunjukan bahwa persentase pengeluaran penduduk Indonesia tertinggi
pada kelompok makanan adalah untuk konsumsi beras (padi-padian) yaitu
mencapai 7.46 persen dari total pengeluaran konsumsi makanan per kapita pada
September 2013. Selain itu, tinggi nya jumlah penduduk di Indonesia yaitu
mencapai 253 juta jiwa pada tahun 2014 menyebabkan Indonesia menjadi negara
yang mengkonsumsi beras dengan jumlah tertinggi di dunia yakni mencapai 139
kilogram per kapita per tahun2.
Tabel 2 Persentase pengeluaran rata-rata per kapita penduduk Indonesia menurut
kelompok makanan pada September 2013
Kelompok Makanan Persentase Pengeluaran
Padi-padian 7.46
Umbi-umbian 0.47
Ikan 3.98
Daging 1.8
Telur dan susu 2.85
Sayur-sayuran 3.91
Kacang-kacangan 1.24
Buah-buahan 1.84
Makanan lainnya 23.65
Jumlah makanan 47.2
Sumber: BPS (2014)
Menurut Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Purworejo (2012),
beras terdiri dari berbagai macam jenis yaitu beras putih, beras merah, beras hitam,
ketan putih dan ketan hitam. Beras hitam merupakan beras yang paling baik untuk
dikonsumsi. Komoditi pangan ini memang belum sepopuler komoditi pangan
lainnya namun beras hitam memiliki gizi paling baik dan memiliki begitu banyak
manfaat. Manfaat-manfaat tersebut yaitu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit, memperbaiki kerusakan sel hati (hepatitis dan chirosis), mencegah dan
menyembuhkan gangguan fungsi ginjal, kanker atau tumor, kencing manis, darah
tinggi, leukemia, jantung, diabetes, anemia, maag, asma, pengerasan pembuluh
nadi atau asam urat, alergi makanan, kegemukan, masalah pencernaan, masalah
kewanitaan, membersihkan kolesterol atau kolesterol jahat dalam darah,
mengurangi peradangan, memperlambat penuaan, memperkecil resiko penyakit
pembuluh darah otak dan sebagai antioksidan3. Selain itu, beras hitam diusahakan
dengan pertanian organik sehingga sangat baik untuk kesehatan dan lingkungan.
1 CIA. 2006. CIA World Fact Book [Internet]. [Diakses 29 Januari 2014]. Tersedia pada:
https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/id.html 2 [BKPD] Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat. 2014. Konsumsi Beras Tertinggi di Dunia
[Internet]. [Diakses 29 Januari 2014]. Tersedia pada: http://bkpd.jabarprov.go.id/ 3 Suardi D, Ridwan I. 2009. Beras Hitam Pangan Berkhasiat Belum Populer [Internet]. [Diakses 20 Desember
2013]. Tersedia pada: http://www.pustaka.litbang.deptan.go.id.pdf
3
Berdasarkan Tabel 3, beras hitam juga merupakan jenis beras yang memiliki
kandungan serat lebih tinggi 100 kali lipat jika dibandingkan jenis beras lainnya
yaitu sebesar 20.1 gram. Hal ini membuat tingkat kekenyangan yang mampu
diberikan beras hitam berkali lipat dan efek kenyang yang diberikan lebih lama
dibandingkan jenis beras lainnya. Untuk itu, beras hitam selain sangat baik bagi
kesehatan dan ramah lingkungan juga dapat membantu mengurangi jumlah
konsumsi beras di Indonesia.
Tabel 3 Komposisi kandungan gizi pada jenis – jenis beras
Nama Bahan Energi
(Kkal)
Protein
(gram)
Karbohidrat
(gram)
Lemak
(gram)
Serat (gram)
1 Beras Hitam 351 8 1.3 76.9 20.1
2 Beras Putih 357 8.4 1.7 77.1 0.2
3 Beras Merah 352 7.3 0.9 76.2 0.8
4 Beras Ketan Putih 361 7.4 0.8 78.4 0.4
5 Beras Ketan Hitam 360 8 2.3 74.5 1
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Purworejo (2012)
Tinggi nya laju pertumbuhan populasi penduduk menurut Badan Pusat
Statistik (2014) yaitu sebesar 1.49 persen pada tahun 1990 hingga 2010, membuat
jumlah permintaan akan beras terus meningkat. Namun seiring dengan semakin
baiknya pengetahuan dan kesadaran masyarakat khususnya dalam hal kesehatan
dan lingkungan maka permintaan diikuti dengan selektivitas masyarakat dalam
memilih jenis beras yang akan dikonsumsi. Dengan demikian, muncul permintaan
terhadap beras hitam. Beras hitam mulai diminati dan permintaan beras hitam
terus mengalami peningkatan. Namun saat ini beras hitam masih terbilang langka
keberadaannya karena volume produksi beras hitam di Indonesia masih sangat
rendah4. Melihat hal tersebut dan mengingat begitu besarnya kandungan gizi serta
manfaat dari beras hitam, maka pentingnya melestarikan keanekaragaman plasma
nutfah yaitu beras hitam dan mengembangkannya untuk kesehatan. Hal ini karena
dikhawatirkan keberadaan beras hitam semakin langka bahkan hampir punah atau
diambil oleh pihak atau negara lain. Untuk itu, beberapa pemerintah daerah
menjadikan pelestarian dan pengembangan beras hitam sebagai program atau
agenda pembangunan pertaniaannya5. Salah satu daerah yang mulai menjadikan
pengembangan beras hitam sebagai agenda yang ditargetkan lebih lanjut adalah
Kabupaten Bogor6.
Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat
sebagai daerah penghasil beras. Menurut Dinas Pertanian dan Kehutanan
Kabupaten Bogor (2012), pada tahun 2012 Kabupaten Bogor memiliki total luas
tanam 93 786 ha, luas panen 85 652 ha, produksi 549 154 ton dan produktivitas
64.11 ku/ha dalam pengusahaan komoditi padi. Besarnya luas lahan dan tinggi
nya produksi serta produktivitas pengusahaan padi di Kabupaten Bogor
4 [DEPTAN] Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2010. Beras Hitam, Nasinya Bercita Rasa
Bangsawan [Internet]. [Diakses 20 Desember 2013]. Tersedia pada:
http://www.litbang.deptan.go.id 5 Kristamtini. 2009. Mengenal Beras Hitam dari Bantul [Internet]. [Diakses pada 18 Juni 2014]. Tersedia
pada: http://www.litbang.deptan.go.id/ 6 Kurnia A. 2014. Agenda Pengembangan Beras Hitam di Kabupaten Bogor [Komunikasi singkat]. Bogor:
Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan
Kabupaten Bogor.
4
menunjukkan bahwa Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah potensial
untuk pengembangan komoditi padi khususnya beras hitam. Kecamatan Cigudeg
merupakan kecamatan di Kabupaten Bogor yang dikenal sebagai daerah penghasil
beras hitam atau terkenal dengan “mutiara hitam” nya7. Pengusahaan beras hitam
di Kecamatan Cigudeg dilakukan dan didukung oleh kelompok tani bernama
Kelompok Tani Darma Bakti.
Menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013,
kelompok tani merupakan kelembagaan yang terbentuk secara non formal,
ditumbuh-kembangkan dari, oleh dan untuk petani. Kelompok tani memiliki
beberapa fungsi dan peran yaitu sebagai kelas belajar, wahana kerjasama, unit
penyedia sarana prasarana, unit produksi, unit pengolahan dan pemasaran serta
unit jasa penunjang. Tinggi rendahnya fungsi, peranan dan manfaat kelompok tani
berhubungan erat dengan kinerja kelompok tani tersebut. Tidak semua kelompok
tani mampu memiliki kinerja yang efektif. Salah satu contohnya terlihat pada hasil
penelitian yang dilakukan oleh Abdurrahman (2001). Hasil penelitian menyatakan
bahwa kinerja Kelompok Tani di Kabupaten Halmahera Tengah Maluku Utara
masih rendah atau belum efektif. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Santoso (2008). Hasil penelitian menyatakan bahwa kelompok tani penghasil
beras bermutu atau beras delangu memiliki kinerja sedang atau sudah cukup
efektif. Keberadaan Kelompok Tani Darma Bakti diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada para petani. Kelompok Tani Darma Bakti kerap dijadikan
kelompok tani percontohan dalam pengusahaan beras hitam. Namun tingkat
produksi beras hitam yang mampu dihasilkan masih terbilang rendah sehingga
belum mampu memenuhi permintaan yang ada. Selain itu, Kelompok Tani Darma
Bakti tercatat memiliki 113 anggota tetapi saat ini jumlah anggota yang aktif
kurang lebih hanya berjumlah 30 anggota. Menurut BP3K setempat, hal ini
dikarenakan para petani menganggap bahwa Kelompok Tani Darma Bakti
merupakan usaha dari ketua kelompok semata8. Berdasarkan hal tersebut, maka
perlu dilihat bagaimana sebenarnya kinerja dari Kelompok Tani Darma Bakti.
Kelompok Tani Darma Bakti juga dihadapkan pada munculnya kelompok-
kelompok tani dan pesaing lainnya yang mulai mengusahakan beras hitam. Hal ini
dikarenakan besarnya peluang yang ada dan keuntungan yang mampu diperoleh
sedangkan budidaya yang dilakukan tidak berbeda dengan jenis beras lainnya.
Berdasarkan hal tersebut maka Kelompok Tani Darma Bakti perlu memiliki daya
saing dan juga keunggulan. Hal ini dilakukan untuk memenuhi dan
mempertahankan posisi usaha serta permintaan yang ada ditengah persaingan
yang terus berkembang melalui strategi pengembangan. Untuk itu, pentingnya
meneliti efektivitas kinerja dan merumuskan alternatif strategi pengembangan
bagi Kelompok Tani Darma Bakti dalam pengusahaan beras hitam. Dengan
kinerja yang efektif dan strategi pengembangan yang tepat diharapkan Kelompok
Tani Darma Bakti mampu membantu pengembangan beras hitam di Kabupaten
Bogor.
7 Kurnia A. 2014. Kecamatan Cigudeg sebagai Penghasil Mutiara Hitam di Kabupaten Bogor [Komunikasi
singkat]. Bogor: Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan
Kehutanan Kabupaten Bogor 8 Setiadi A. 2014. Ketidakaktifan Petani Anggota Kelompok Tani Darma Bakti [Komunikasi singkat]. Bogor:
Badan Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan Wilayah Cigudeg, Jasinga dan Sukajaya.
5
Perumusan Masalah
Kelompok Tani Darma Bakti merupakan kelompok tani yang
mengusahakan dan mengembangkan beras hitam di Kecamatan Cigudeg,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Keberadaan Kelompok Tani Darma Bakti
diharapkan mampu mendukung dan membantu pengembangan beras hitam di
Kabupaten Bogor. Menurut Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor,
Kelompok Tani Darma Bakti memiliki ketua kelompok yang aktif dan dinamis,
memiliki hubungan baik dengan pihak pemerintahan dan kelompok tani lain, dan
kerap dijadikan kelompok tani percontohan dalam pengusahaan beras hitam9.
Dalam mengusahakan beras hitam, Kelompok Tani Darma Bakti memiliki
kemampuan dalam menghasilkan benih secara mandiri dan memiliki sarana
prasarana serta jalur pemasarannya sendiri. Meskipun demikian, kelompok tani ini
masih dihadapkan dengan berbagai kendala.
Beras hitam yang dihasilkan belum memiliki nama jual dan sertifikasi serta
masih dikemas secara sederhana sehingga kurang memiliki daya jual dan daya
saing. Kelompok Tani Darma Bakti memiliki kemampuan manajemen yang
rendah untuk menunjang usahanya. Saat ini, Kelompok Tani Darma Bakti tercatat
memiliki 113 anggota namun jumlah anggota yang aktif kurang lebih hanya
berjumlah 30 anggota. Menurut BP3K setempat, hal ini dikarenakan para petani
menganggap bahwa Kelompok Tani Darma Bakti merupakan usaha dari ketua
kelompok semata10
. Kelompok Tani Darma Bakti juga masih memiliki
keterbatasan modal dan belum mampu memenuhi permintaan yang ada,
sedangkan permintaan terus mengalami peningkatan. Salah satu permintaan beras
hitam yang belum dapat dipenuhi Kelompok Tani Darma Bakti adalah permintaan
dari kerjasama yang terjalin dengan pihak Carefour. Berdasarkan 14 kali periode
pengiriman yang dilakukan kurang lebih setiap satu bulan sekali, Kelompok Tani
Darma Bakti baru mampu memenuhi maksimal satu ton dari delapan ton
permintaan pihak Carefour seperti yang terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Supply beras hitam Kelompok Tani Darma Bakti terhadap demand
Carefour pada tahun 2013 - 2014
9 [DISTANHUT] Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. 2014. Kelompok Tani Darma Bakti
[Komunikasi singkat]. Bogor: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. 10
Setiadi A. 2014. Ketidakaktifan Petani Anggota Kelompok Tani Darma Bakti [Komunikasi singkat].
Bogor: Badan Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan Wilayah Cigudeg, Jasinga dan
Sukajaya.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jum
lah (
ton
)
Periode pengiriman
Demand
Carefour (Ton)
Supply
Kelompok Tani
Darma Bakti
(Ton)
6
Selain itu, Kelompok Tani Darma Bakti dihadapkan pada kenyataan
munculnya kelompok–kelompok tani dan pesaing lain yang mulai mengusahakan
beras hitam. Hal ini dikarenakan besarnya peluang yang ada dan keuntungan yang
mampu diperoleh namun budidaya yang dilakukan tidak berbeda dengan jenis
beras lainnya. Menurut ketua kelompok, beberapa kelompok tani pesaing yang
juga mengusahakan beras hitam di Kabupaten Bogor adalah Kelompok Tani
Barokah Harapan Kita di Kecamatan Parung Panjang dan Kelompok Tani Subur
di Wilayah Jasinga. Kelompok-kelompok tani tersebut mulanya memperoleh
benih dari Kelompok Tani Darma Bakti. Saat ini kelompok tani tersebut juga
mengusahakan beras hitam dan bersaing untuk memperoleh pasar. Berdasarkan
hal tersebut maka Kelompok Tani Darma Bakti perlu memiliki daya saing dan
juga keunggulan. Hal ini dilakukan guna memenuhi dan mempertahankan posisi
usaha serta permintaan yang ada ditengah persaingan yang terus berkembang
melalui strategi pengembangan. Terlebih lagi saat ini Kelompok Tani Darma
Bakti belum mampu memenuhi permintaan yang ada. Strategi pengembangan
digunakan agar peluang dan sumber daya yang dimiliki Kelompok Tani Darma
Bakti dapat termanfaatkan dengan baik dan kendala serta ancaman yang dihadapi
mampu teratasi. Strategi pengembangan juga diperlukan agar kelompok tani
mampu mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi.
Untuk itu, perlu diketahui sejauh mana tingkat efektivitas kinerja
Kelompok Tani Darma Bakti selama ini serta alternatif strategi pengembangan
yang tepat diterapkan Kelompok Tani Darma Bakti dalam pengusahaan beras
hitam. Dengan demikian, Kelompok Tani Darma Bakti dapat meningkatkan
efektivitas kinerjaanya dan mencapai visi, misi dan tujuan yang dimiliki serta
turut membantu pengembangan beras hitam di Kabupaten Bogor. Berdasarkan
uraian diatas, adapun permasalahaan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:
1. Apakah Kelompok Tani Darma Bakti memiliki kinerja yang efektif?
2. Bagaimana alternatif strategi pengembangan Kelompok Tani Darma Bakti
dalam pengusahaan beras hitam dan bagaimana rancangan pelaksanaan
strateginya dilihat dengan menggunakan pendekatan arsitektur strategik?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya maka
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis efektivitas kinerja Kelompok Tani Darma Bakti.
2. Merumuskan alternatif strategi pengembangan bagi Kelompok Tani
Darma Bakti dalam pengusahaan beras hitam dengan pendekatan
arsitektur strategik.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kelompok Tani Darma Bakti yang berlokasi
di Kampung Nanggung, Desa Bangunjaya, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten
Bogor. Adapun komoditi yang diusahakan kelompok tani dan menjadi fokus
dalam penelitian ini adalah komoditi dari subsektor tanaman pangan yaitu beras
hitam. Ruang lingkup penelitian difokuskan pada analisis efektivitas kinerja
kelompok tani mengacu pada sembilan upaya kelompok tani dalam Peraturan
7
Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013, perumusan strategi
pengembangan dan rancangan arsitektur strategik Kelompok Tani Darma Bakti.
Adapun alat analisis yang digunakan yaitu: skala likert, analisis lingkungan
internal dan eksternal, matriks SWOT dan peta arsitektur strategik. Penelitian ini
dengan keterbatasan yang ada yaitu belum dapat melakukan analisis pendapatan
usahatani beras hitam secara lebih mendalam dan masih memiliki tingkat
subjektivitas yang cukup tinggi karena lebih bersifat kualitatif. Selain itu,
keterbatasan lainnya terletak pada sampel yang dipilih sebagai responden untuk
menganalisis efektivitas kinerja yakni hanya petani anggota aktif.
TINJAUAN PUSTAKA
Studi Empiris Kandungan, Manfaat dan Budidaya Beras Hitam
Beras hitam memiliki nama latin Oryza Sativa L. Indica. Berbeda dengan
jenis beras putih ataupun beras merah, beras hitam adalah varietas lokal berwarna
hitam yang hanya tumbuh dan dibudidayakan di daerah tertentu saja. Beras hitam
kebanyakan di jumpai di kawasan Asia, termasuk di Indonesia. Orang Amerika
menyebut beras hitam sebagai Indonesian Black Rice atau beras hitam melati
Thailand Thai Jasmine Black Rice. Pada masa kerajaan dahulu, beras hitam adalah
makanan yang hanya dikonsumsi kalangan raja, sultan, para bangsawan, ataupun
sebagai upeti persembahan antar kerajaan. Di Keraton Kasunanan Surakarta, beras
hitam dikenal sebagai Beras Wulung. Di Sleman disebut sebagai Gempo Ireng
atau Beras Jlitheng, di Bantul disebut sebagai Beras Melik dan di Subang, Jawa
Barat disebut sebagai Beras Gadong. Sementara itu di negara China, beras hitam
terbatas untuk dikonsumsi keluarga kaisar karena kaya akan nutrisi dan disebut
sebagai Beras Terlarang atau Forbidden Rice11
.
Komoditi pangan ini memang belum sepopuler komoditi pangan lainnya
namun beras hitam merupakan salah satu jenis beras yang paling baik untuk
dikonsumsi. Beras hitam merupakan varietas lokal yang mengandung gizi paling
baik, berbeda dengan beras putih dan jenis beras lainnya. Selain itu, beras hitam
memiliki rasa yang enak, pulen dan mempunyai aroma yang wangi dengan
penampilan yang spesifik dan unik. Bila dimasak, warna beras hitam menjadi
pekat dengan rasa dan aroma yang menggugah selera. Pada dasarnya beras hitam
berwarna ungu pekat mendekati hitam karena jenis beras ini mengandung zat
antosianin dengan intensitas tinggi yang diproduksi oleh aleuron dan endospermia.
Kestabilan zat antosianin bergantung pada suhu, pH, oksigen, cahaya, struktur dan
konsentrasi dari antosianin serta komponen lain seperti flavonoid, protein dan
mineral. Beras hitam mengandung protein dan kadar gula yang lebih sedikit.
Namun beras hitam merupakan jenis beras yang memiliki kandungan vitamin E,
zat besi lebih tinggi yaitu sebesar 15,52 ppm dan serat 100 kali lipat lebih tinggi
dibandingkan jenis beras lainnya yaitu sebesar 20,1 gram. Hal–hal tersebutlah
yang membuat beras hitam mampu memberikan khasiat yang paling baik jika di
konsumsi dibandingkan dengan jenis beras lainnya.
11 [DEPTAN] Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2010. Mengenal Beras Hitam [Internet]. [Diakses
20 Desember 2013]. Tersedia pada: http://pustaka.litbang.deptan.go.id//bppi/search.php
8
Kandungan beras hitam berupa zat antosianin berguna untuk melindungi
kerusakan sel akibat oksidasi atau kontaminasi zat berbahaya seperti pengawet
makanan, pewarna makanan, obat-obatan, pestisida, dan sebagainya. Selain itu zat
ini juga memberi perlindungan kepada sistem kardiovaskular dan dapat berfungsi
untuk melawan penyakit kanker, jantung, kencing manis dan penyakit–penyakit
lainnya. Pigmen beras hitam juga kaya akan kandungan materi aktif flavanoid
yang sangat berperan dalam mencegah pengerasan pembuluh nadi. Zat flavanoid
yang dikandungnya lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan zat flavanoid yang
dikandung beras putih biasa. Beras hitam memiliki kadar vitamin, mikroelemen,
maupun asam amino yang tinggi yang berperan dalam anti penuaan, pemelihara
metabolisme tubuh agar tetap prima, sehat dan membantu kekebalan tubuh
terhadap serangan virus, penyakit atau bakteri. Beras hitam juga memiliki indeks
glikemik yang rendah sehingga mampu menjaga kestabilan gula darah dan baik
dikonsumsi oleh penderita diabetes karena beras hitam memiliki efek
mengenyangkan dan rasa kenyang yang panjang.
Dengan demikian, dapat disimpulkan banyak sekali manfaat yang dapat
diperoleh dari mengkonsumsi beras hitam. Manfaat-manfaat tersebut diantaranya
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit, memperbaiki kerusakan sel
hati (hepatitis dan chirosis), mencegah dan menyembuhkan gangguan fungsi
ginjal, kanker atau tumor, darah tinggi, leukemia, jantung, kencing manis,
diabetes, anemia, maag, asma, pengerasan pembuluh nadi atau asam urat, alergi
makanan, kegemukan, masalah pencernaan, masalah kewanitaan, membersihkan
kolesterol atau kolesterol jahat dalam darah, mengurangi peradangan,
memperlambat penuaan, memperkecil resiko penyakit pembuluh darah otak dan
sebagai antioksidan12
.
Ratnaningsih (2010) menjabarkan hasil penelitiannya mengenai kandungan
yang dimiliki beras hitam dan kandungan produk-produk turunan dari beras hitam.
Ratnaningsih (2010) menyatakan kandungan gizi beras hitam meliputi kadar abu
(berdasarkan berat kering) sebesar 0.71 – 1.69 persen, kadar protein total sebesar
8.40 – 10.44 persen, kadar lemak total sebesar 2.33 – 2.88 persen, kadar serat
kasar sebesar 1.09 – 1.28 persen, kadar karbohidrat sebesar 72.49 – 83.94 persen,
kadar protein tercerna sebesar 4.53 – 5.66 persen, kadar zat Fe sebesar 5.64 – 8.07
ppm dan warna beras hitam adalah biru kehitaman. Kandungan antosianin total
pada beras hitam berkisar antara 159.31 – 359.5 1 mg/IOO g. Aktivitas
antioksidan pada beras hitam secara in vitro berdasarkan bilangan TBA sebesar
0.404 – 0.477 mg malonaldehid/kg dan pemerangkapan DPPH sebesar 68.968 –
85.287 persen. Formulasi produk makanan tradisional Yogyakarta berbasis beras
hitam sudah diperoleh dengan penggunaan beras hitam berkisar 50 - 100 persen,
yaitu kembang goyang, putu mayang, kue apem, putu ayu, kue semprong,
nagasari, bolu kukus, dan kue lapis. Tingkat kesukaan terhadap produk makanan
tradisional Yogyakarta berbasis beras hitam berkisar antara 4.00 sampai dengan
6.20 atau kategori netral sampai dengan disukai. Kandungan gizi produk makanan
tradisional (berdasarkan berat kering) berkisar 2.58 – 49.89 persen air, 0.66 – 3.17
persen abu, 5.33 – 13.19 persen protein, 2.95 – 38.12 persen lemak, 4.28 – 22.06
persen serat kasar, 39.87 – 82.77 persen karbohidrat, 16.09 – 34.09 ppm Fe dan
15.35 – 56.83 mg/l00 g antosianin.
12
Suardi D, Ridwan I. 2009. Beras Hitam Pangan Berkhasiat Belum Populer [Internet]. [Diakses 20
Desember 2013]. Tersedia pada: http://www.pustaka.litbang.deptan.go.id.pdf
9
Menurut Sa’adah (2013) terdapat empat kelompok varietas lokal padi beras
hitam yakni Melik, Cempo Ireng, Padi Hitam, dan Padi Hitam Cianjur.
Berdasarkan morfologi gabah terdapat keragaman yang cukup tinggi pada
karakter bentuk biji (CV = 58,01 persen), panjang beras pecah kulit (CV = 55,31
persen) dan warna beras pecah kulit (CV = 23,79 persen). Adapun motivasi utama
petani membudidayakan atau menanam padi beras hitam adalah harga yang tinggi
sebesar 26 persen, untuk kesehatan sebesar 14 persen, untuk pelestarian padi
karena merupakan kultivar berkualitas dan untuk kemandirian petani masing -
masing sebesar 12 persen. Petani penanam varietas lokal padi beras hitam
sebagian besar mempraktekan pola budidaya konvensional dengan kecenderungan
kepada penerapan pola pertanian organik.
Terkait dengan pola budidaya yang dilakukan pada padi beras hitam, Hadi
P dan Sarwono (2013) berdasarkan penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa
perlakuan macam pupuk kandang dan pestisida berpengaruh nyata pada
pertumbuhan dan hasil tanaman padi beras hitam. Perlakuan macam pupuk
kandang berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan produktif,
berat segar brangkasan, berat gabah kering giling per-rumpun dan berat gabah
kering giling per-petak. Sedangkan perlakuan macam pestisida organik beda
sangat nyata pada jumlah gabah hampa per-malai tetapi tidak beda nyata pada
tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, berat segar brangkasan, jumlah gabah isi
per-malai, berat gabah kering giling per-rumpun dan berat gabah kering giling
per-petak.
Studi Empiris Efektivitas Kinerja Kelompok Tani
Beras hitam masih terbilang langka karena volume produksi beras hitam di
Indonesia masih sangat rendah. Untuk itu, komoditi beras hitam perlu
dikembangkan. Keberadaan kelembagaan informal dalam sektor pertanian yaitu
kelompok tani bagi para petani beras hitam dengan kinerja yang efektif,
diharapkan dapat membantu para petani beras hitam meningkatkan volume
produksi beras hitam di Indonesia. Dengan demikian perlu diketahui bagaimana
tingkat efektivitas kinerja Kelompok Tani Darma Bakti melalui analisis efektivitas
kinerja.
Penelitian yang dijadikan referensi dalam mengkaji efektivitas kinerja
kelompok tani adalah penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2008) di
Kecamatan Delanggu. Kecamatan Delanggu merupakan penghasil jenis beras
bermutu dengan trademark yang dikenal “Beras Delanggu”. Tingkat efektivitas
kelompok tani dianalisis dengan rumus interval, hubungan antar variabel
penelitian dianalisis dengan koefisien korelasi rank Spearman, dan tingkat
signifikansi diuji dengan uji distribusi t-student pada tingkat kepercayaan 95
persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efektivitas kelompok tani
hamparan termasuk dalam kategori sedang. Dimana produktivitas kelompok tani
termasuk dalam kategori sedang, kepuasan anggota kelompok tani termasuk
dalam kategori sedang, dan semangat kelompok tani termasuk dalam kategori
tinggi. Hubungan antar variabel penelitian berdasarkan nilai koefisien korelasi
rank Spearman pada tingkat kepercayaan 95 persen adalah kepemimpinan, waktu
pertemuan, fungsi tugas kelompok tani dan tingkat karya Penyuluh Pertanian
Lapangan memiliki hubungan signifikan dengan efektivitas kelompok tani
10
hamparan. Sedangkan kehomogenan kelompok tani, dan tingkat penguasaan
materi penyuluhan oleh penyuluh pertanian lapangan memiliki hubungan tidak
signifikan dengan efektivitas kelompok tani hamparan.
Penelitian lainnya yang menjadi referensi adalah penelitian yang dilakukan
oleh Astuti (2010). Analisis efektivitas kinerja kelompok tani dilakukan dengan
menggunakan rumus korelasi rank Spearman. Hasil penelitian menunjukan bahwa
dari segi produktivitas kelompok, Kelompok Tani di Kecamatan Gatak Kabupaten
Sidoarjo memiliki tingkat efektivitas sedang atau cukup efektif. Sedangkan dari
segi kepuasan anggota Kelompok Tani di Kecamatan Gatak Kabupaten Sidoarjo
memiliki tingkat efektivitas yang juga sedang atau cukup efektif.
Penelitian yang juga menganalisis efektivitas kinerja kelompok tani adalah
penelitian yang dilakukan oleh Abdurrahman (2001). Penelitian ini dilakukan
dengan metode deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa (1)
semakin tinggi kelas kemampuan kelompok semakin baik kinerjanya (2)
efektivitas kelompok tani masih rendah yang dibuktikan dengan terjadinya
perubahan produktivitas yang rendah dan tingkat keberhasilan kegiatan yang
masih rendah; (3) secara umum kemampuan kelompok tani masih rendah yang
dibuktikan kelompok belum mampu melaksanakan kegiatan untuk meningkatkan
produktivitas, kelompok belum mampu memupuk modal, kelompok belum
mampu meningkatkan hubungan yang melembaga dengan koperasi, kelompok
belum mampu mencari dan memanfaatkan informasi serta menjalin kerjasama,
walaupun disisi lain kelompok telah mampu merencanakan kegiatan dengan
rekomendasi yang tepat.
Studi Empiris Strategi Pengembangan Kelompok Tani
Penelitian yang dijadikan referensi dalam membahas strategi
pengembangan usaha di kelompok tani adalah penelitian yang dilakukan oleh
Dudiagunoviani (2009). Alat analisis yang digunakan dalam penelitian adalah
analisis IFE, analisis EFE, analisis IE, analisis SWOT dan analisis QSPM. Hasil
penelitian menunjukkan pada faktor internal yang menjadi kekuatan utama adalah
memiliki produk yang bernilai ekonomis, berdaya saing tinggi dan bersertifikasi
organik. Sedangkan kelemahan utama pada kelompok tani Cibeureum Jempol
adalah terjadinya konversi lahan dari pertanian ke non-pertanian, sehingga lahan
yang masih produktif semakin menyempit. Pada faktor eksternal peluang yang
paling utama dapat dimanfaatkan adalah adanya program pemerintah “Go
Organic”. Sedangkan untuk ancaman terbesar yang harus diwaspadai kelompok
tani Cibeureum Jempol adalah tingkat daya beli masyarakat yang masih rendah.
Posisi kelompok tani Cibeureum Jempol berada dalam kondisi tumbuh dan harus
lebih dibina lagi. Hasil analisis terhadap faktor-faktor strategis internal dan
eksternal digunakan matriks SWOT sehingga diperoleh alternatif startegi SO
yaitu: 1) Memperluas jaringan pasar; dan 2) Meningkatkan kualitas produk beras
organik melalui kemasan ataupun pengembangan penanganan pascapanen.
Strategi ST yaitu: 1) Meningkatkan promosi mengenai beras organik kepada
masyarakat baik melalui penyuluhan ataupun media lain; dan 2) Mengembangkan
produksi dengan menggunakan bibit organik unggul dengan tingkat produktivitas
yang lebih tinggi. Startegi WO yaitu: 1) Memperkuat modal melalui
pengembangan kerjasama dengan pihak swasta, pemerintah serta masyarakat
11
setempat; dan 2) Perbaikan sistem manajemen keuangan pada kelompok tani
Cibeureum Jempol. Sedangkan strategi WT terdiri dari: 1) Meningkatkan
pendidikan SDM yang ada melalui pelatihan rutin didalam kelompok tani
Cibeureum Jempol; dan 2) Menjalin kerjasama dengan para ahli teknologi
baikdari institusi pendidikan maupun instansi terkait guna mendapatkan teknologi
pe rtanian yang sehat, cepat dan tepat guna. Berdasarkan hasil matriks QSP
diperoleh bahwa strategi memperluas jaringan pasar sebagai strategi prioritas.
Dengan alat analisis dan metode yang sama, hasil penelitian Dewi (2011)
menyatakan bahwa peluang utama yang dihadapi oleh Gapoktan Silih Asih adalah
ketersediaan bahan baku sedangkan ancaman utama adalah perubahan cuaca tak
menentu. Kekuatan utama yang dimiliki adalah yang berjiwa wirausaha tinggi,
disiplin dan bertanggung jawab sedangkan kelemahan yang utama adalah
kurangnya ketersediaan air. Berdasarkan hasil matriks IE, unit usaha Gapoktan
Silih Asih berada pada sel ke V yaitu dalam menjaga dan mempertahankan
(penetrasi pasar dan pengembangan produk). Berdasarkan matriks SWOT terdapat
enam strategi yang dapat diterapkan meliputi meningkatkan promosi beras SAE,
meningkatkan pengembangan produk beras SAE, meningkatkan keterampilan
SDM petani Gapoktan Silih Asih, meningkatkan kualitas dan kuantitas beras SAE,
mengefisiensi fasilitas Gapoktan untuk perbaikan ketersediaan air serta
memperbaiki sistem administrasi. Berdasarkan matriks QSPM yang menjadi
prioritas utama adalah meningkatkan pengembangan produk beras SAE. Cara
pengembangan produk beras SAE tersebut yaitu mengupayakan peningkatan
penjualan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi jasa atau produk saat ini.
Penelitian lainnya mengenai strategi pengembangan usaha yang dijadikan
referensi adalah yang dilakukan oleh Siahaan (2009). Metode penelitian yang
digunakan yaitu analisis lingkungan internal (pendekatan fungsional), analisis
lingkungan eksternal (lingkungan industri dan lingkungan makro), matriks SWOT
dan arsitektur strategik. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat delapans
alternatif strategi yaitu mengembangkan pasar dengan mempertahankan hubungan
yang baik dengan Dinas Pertanian dan menjalin kerjasama dengan TB Silalahi
Center, mengembangkan padi organik dengan meningkatkan permodalan melalui
menjalin kerjasama dengan TB Silalahi Center, mengembangkan produk dengan
cara meningkatkan keahlian budidaya padi organik melalui menjalin kerja sama
baik dengan Dinas Pertanian dan konsultan pertanian, penguatan kelembagaan
kelompok tani, pengembangan produk dengan adanya sertifikasi organik,
mengembangkan produk dengan adanya pemahaman pentingnya sektor pertanian
untuk menyangga ekonomi keluarga, menjalin kerjasama dengan para ahli
teknologi baik dari institusi pendidikan maupun instansi terkait untuk
mendapatkan teknologi yang sehat, cepat, dan tepat guna.
Keterkaitan Kajian Empiris dengan Penelitian
Kajian empiris yang peneliti jabarkan sebelumnya merupakan penelitian-
penelitian terkait yang menjadi referensi bagi peneliti untuk melakukan dan
menyelesaikan penelitian. Kajian empiris yang dipilih yaitu terkait beras hitam,
analisis efektivitas kinerja dan juga analisis strategi pengembangan pada
kelompok tani. Secara umum penelitian ini memiliki persamaan dan juga
perbedaan dengan kajian-kajian empiris yang telah dijabarkan.
12
Penelitian ini memiliki persamaan dengan kajian empiris mengenai beras
hitam yaitu sama-sama mengangkat dan melakukan penelitian terkait komoditi
dari subsektor tanaman pangan tersebut. Perbedaan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sa’adah (2013), Hadi P dan Sarwono (2013) juga Ratnaningsih
(2010) terletak pada topik yang diambil, permasalahan yang dikaji, dan juga
lokasi dilakukannya penelitian. Namun kajian-kajian empiris beras hitam yang
telah dijabarkan dapat memberikan informasi dasar terkait komoditi beras hitam.
Hasil penelitian pada kajian-kajian empiris beras hitam mampu menjelaskan
varietas dari beras hitam, motivasi para petani membudidayakan beras hitam, pola
budidaya beras hitam, pengaruh pupuk dan pestisida organik terhadap penanaman
beras hitam serta kandungan-kandungan yang terdapat pada beras hitam juga
produk turunannya.
Kajian empiris berupa penelitian terdahulu mengenai efektivitas kinerja
kelompok tani dipilih peneliti karena memiliki keterkaitan dan persamaan dengan
penelitian yang dilakukan. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Santoso (2008), Abdurrahman (2001) dan Astuti (2010) terletak pada tujuan
penelitian, topik yang diambil, dan kelembagaan informal yang diteliti. Tujuan
dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan mengukur efektivitas kinerja pada
kelompok tani, topik yang diambil yaitu efektivitas kinerja dan kelembagaan
informal yang diteliti adalah kelompok tani. Sedangkan perbedaan terletak pada
objek atau lokasi kelompok tani yang dipilih dan alat analisis yang digunakan
serta variabel-variabel yang diperhatikan untuk menganalisis efektivitas kinerja
pada kelompok tani. Selain itu yang membedakan pula, analisis efektivitas kinerja
pada penelitian ini dikaitkan dengan analisis strategi pengembangan. Tidak sama
halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2008), Abdurrahman
(2001) dan Astuti (2010) yang hanya menganalisis efektivitas kinerja kelompok
tani saja. Hasil penelitian dari Santoso (2008) dan Astuti (2010) selaras dengan
hasil dari penelitian ini yaitu kelompok tani memiliki kinerja yang sedang atau
cukup efektif. Sedangan hasil dari penelitian Abdurrahman (2001) berbeda
dengan penelitian ini yaitu kelompok tani memiliki kinerja yang rendah atau
belum efektif. Kajian empiris terkait efektivitas kinerja mampu memberikan
gambaran dan mengarahkan peneliti dalam melakukan dan menyelesaikan
penelitian terkait analisis efektivitas kinerja pada kelompok tani.
Kajian empiris berupa penelitian terdahulu mengenai strategi
pengembangan kelompok tani khususnya kelompok tani yang mengusahakan
komoditi padi atau beras dipilih peneliti juga dikarenakan memiliki keterkaitan
dan persamaan dengan penelitian yang dilakukan. Persamaan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Dudiagunoviani (2009), Dewi (2011) dan Siahaan (2009)
terletak pada tujuan penelitian, topik yang diambil dan kelembagaan informal
yang dipilih untuk diteliti. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh
alternatif strategi pengembangan bagi kelompok tani, topik yang diambil yaitu
strategi pengembangan dan kelembagaan informal yang diteliti adalah kelompok
tani. Persamaan lainnya terletak pada metode dan alat analisis yang digunakan
pada tahap pencocokan yaitu matriks SWOT serta komoditi yang dipilih untuk
diteliti merupakan komoditi utama dari subsektor tanaman pangan yaitu beras.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
Dudiagunoviani (2009), Dewi (2011) dan Siahaan (2009) terdapat pada
permasalahan yang dikaji, objek atau lokasi kelompok tani yang diteliti, alat
13
analisis yang digunakan pada tahap input dan pengambilan keputusan serta jenis
beras yang diteliti. Jenis beras yang diteliti merupakan beras yang masih terbilang
baru namun mampu memberikan begitu banyak manfaat yaitu beras hitam.
Perbedaan lainnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Dudiagunoviani (2009)
dan Dewi (2011) adalah matriks atau alat analisis yang digunakan pada tahap
input, tahap pencocokan dan tahap pengambilan keputusan dalam menganalisis
strategi pengembangan. Dudiagunoviani (2009) dan Dewi (2011) menggunakan
matriks IFE dan EFE pada tahap input, matriks IE dan SWOT pada tahap
pencocokan, matriks QSPM pada tahap pengambilan keputusan sedangkan
penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan Siahaan (2009) yaitu
menggunakan analisis lingkungan internal dan eksternal pada tahap input, matriks
SWOT pada tahap pencocokan dan perancangan peta arsitektur strategik pada
tahap pengambilan keputusan. Selain itu yang membedakan, analisis strategi
pengembangan ini dilakukan dengan dikaitkan pada analisis efektivitas kinerja.
Sedangkan penelitian terdahulu yang dilakukan Dudiagunoviani (2009), Dewi
(2011) dan Siahaan (2009) hanya menganalisis strategi pengembangan saja.
Kajian empiris terkait strategi pengembangan mampu memberikan gambaran dan
mengarahkan peneliti menyelesaikan penelitian terkait strategi pengembangan
pada kelompok tani.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Efektivitas Kinerja Kelembagaan Kelompok Tani
Menurut Amstrong dan Baron dalam Wibowo (2009), kinerja (performance)
adalah hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan
dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang
dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakan nya. Kinerja merupakan hasil
pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi,
kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi. Robbins dalam
Moeheriono (2009) mengemukakan kinerja sebagai fungsi interaksi antara
kemampuan atau ability (A), motivasi atau motivation (M), dan kesempatan atau
opportunity (O) yaitu kinerja = f (A x M x O) artinya kinerja merupakan fungsi
dari kemampuan, motivasi dan kesempatan. Sedangkan menurut Moeheriono
(2009) sendiri kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencaan strategis suatu
organisasi. Kinerja dapat diketahui dan diukur jika individu atau sekelompok
karyawan telah mempunyai kriteria atau standar keberhasilan tolak ukur yang
ditetapkan dalam pengukuran. Kinerja pada seseorang atau kinerja organisasi
tidak mungkin dapat diketahui bila tidak ada tolok ukur keberhasilannya.
Pengukuran kinerja dilakukan untuk mengetahui apakah selama
pelaksanaan kinerja terdapat deviasi dari rencana yang telah ditentukan, atau
apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu yang ditentukan, atau apakah
hasil kinerja telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Apabila terdapat
deviasi berupa progress yang lebih rendah daripada rencana, maka perlu dilakukan
14
langkah-langkah atau strategi-strategi untuk memacu kegiatan agar tujuan yang
diharapkan dapat dicapai (Wibowo 2009). Menurut Moeheriono (2009),
pengukuran kinerja sendiri memiliki pengertian sebagai suatu proses penilaian
tentang kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran dalam pengelolaan
sumber daya manusia untuk menghasilkan barang dan jasa, termasuk informasi
atas efisiensi serta efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan organisasi.
Terdapat beberapa aspek yang mendasar dan paling pokok dari pengukuran
kinerja yaitu:
1. Menetapkan tujuan, sasaran dan strategi organisasi dengan menetapkan secara
umum apa yang diinginkan oleh organisasi sesuai dengan tujuan, visi dan
misinya.
2. Merumuskan indikator kinerja dan ukuran kinerja, yang mengacu pada
penilaian kinerja secara tidak langsung, sedangkan indikator kinerja mengacu
pada pengukuran kinerja secara langsung yang berbentuk keberhasilan utama
(critical success factors) dan indikator kinerja kunci (key performance
indicator).
3. Mengukur tingkat capaian tujuan dan sasaran organisasi, menganalisis hasil
pengukuran kinerja yang dapat diimplementasikan dengan membandingkan
tingkat capaian tujuan dan sasaran organisasi.
4. Mengevaluasi kinerja dengan menilai kemajuan organisasi dan pengambilan
keputusan yang berkualitas, memberikan gambaran atau hasil kepada
organisasi seberapa besar tingkat keberhasilan tersebut dan mengevaluasi
langkah atau strategi apa yang dapat diambil organisasi selanjutnya.
Kinerja merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari tiap-
tiap lembaga organisasi, baik lembaga pemerintahan maupun lembaga swasta.
Menurut Rintuh dan Miar (2003), lembaga dapat diartikan sebagai suatu norma
atau kaidah peraturan atau organisasi yang memudahkan korrdinasi dalam
membentuk harapan masing-masing yang mungkin dapat dicapai dengan saling
bekerja sama. Sedangkan kelembagaan dimaksudkan sebagai tradisi dan pranata
baru yang sesuai dengan tuntutan pemberdayaan dan modernisasi maupun
organisasi kelompok yang mampu menghasilkan beragam produk yang dapat
mengembangkan keunggulan komparatif (comparative advantage) atau
keunggulan kompetitif (competitive advantage). Menurut Roland Bunch (1992)
dalam Rintuh dan Miar (2003), beberapa alasan pentingnya kelembagaan yaitu:
1. Banyaknya masalah yang hanya dapat dipecahkan oleh suatu lembaga seperti
pelayanan perkreditan, pembasmian hama, penyebaran inovasi pertanian dan
lain-lain disamping berperan sebagai lembaga besar dalam masyarakat.
2. Dapat memberi kelanggengan pada masyarakat desa untuk terus menerus
mengembangkan usahanya seperti untuk mengembangkan teknologi dan
menyebarkannya, dan
3. Dapat mengorganisasi masyarakat desa untuk dapat bersaing dengan pihak luar.
Selain itu, sebagian besar rakyat ekonomi lemah di Indonesia yaitu lebih
dari 60 persen hidup di daerah pedesaan dari kegiatan pertanian. Karakteristik
bidang pekerjaan yang berkembang di pedesaan pada umumnya masih bertumpu
pada sektor informal dan sektor pertanian tradisional. Berdasarkan hal tersebut
maka sangat pentingnya kelembagaan organisasi masyarakat yang berswadaya di
pedesaan, khususnya kelembagaan pertanian. Salah satu kelembagaan pertanian
yang mengakar di pedesaan adalah kelompok tani.
15
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
82/Permentan/OT.140/8/2013 dalam Kementerian Pertanian (2013), kelompok
tani adalah kumpulan petani atau peternak atau pekebun yang dibentuk atas dasar
kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi, lingkungan (sosial, ekonomi, sumber
daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.
Kelompok tani dipimpin oleh seorang ketua dengan sebutan kontak tani, terbentuk
secara non formal, ditumbuh-kembangkan dari, oleh dan untuk petani. Ciri-ciri
kelompok tani yakni: 1) Saling mengenal, akrab dan saling percaya di antara
sesama anggota; 2) Mempunyai pandangan dan kepentingan serta tujuan yang
sama dalam berusaha tani; dan 3) Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau
pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi dan sosial, budaya atau
kultur, adat istiadat, bahasa serta ekologi. Adapun unsur pengikat kelompok tani
adalah sebagai berikut: 1) Adanya kawasan usahatani yang menjadi tanggung
jawab bersama di antara para anggotanya; 2) Adanya kader tani yang berdedikasi
tinggi untuk menggerakkan para petani dengan kepemimpinan yang diterima oleh
sesama petani lainnya; 3) Adanya kegiatan yang manfaatnya dapat dirasakan oleh
sebagian besar anggotanya; 4) Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh
masyarakat setempat untuk menunjang program yang telah ditetapkan; dan 5)
Adanya pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan
kesepakatan bersama.
Menurut Kementerian Pertanian (2013), kelompok tani sebagai kumpulan
dari petani memiliki beberapa fungsi dan peranan sebagai berikut:
1. Kelas belajar; kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi
anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS)
serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga
produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang
lebih sejahtera.
2. Wahana kerjasama; kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat
kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok
tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha lainnya
akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan.
3. Unit penyedia sarana dan prasarana produksi, unit produksi, unit pengolahan
dan pemasaran; Usahatani yang dilakukan oleh masing-masing anggota
kelompok tani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai suatu kesatuan
usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik
dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
4. Unit jasa penunjang yaitu mampu melakukan akses dengan berbagai lembaga
lain guna memajukan kegiatan kelompok.
Kelompok tani perlu dikuatkan dan dikembangkan agar kelembagaan ini
dapat berperan dan berfungsi menjadi kelembagaan efektif, kooperatif dan
produktif yaitu (1) kelompok tani dapat membantu pengadaan sumberdaya
finansial (modal) bagi anggota kelompok dalam mengembangkan usaha-usaha
produktif; (2) kelompok tani sebagai lembaga usaha-usaha produktif dan ekonomi
yang mampu menciptakan lapangan kerja dan usaha ditingkat kelompok; (3)
kelompok tani sebagai lembaga ekonomi di tingkat kelompok; dan (4) kelompok
tani sebagai unit usaha di tingkat kelompok.
16
Identifikasi Lingkungan Organisasi
Secara garis besar, lingkungan organisasi dibagi ke dalam dua kelompok
lingkungan yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan
internal merupakan merupakan lingkungan yang ada di dalam organisasi atau
dapat di katakan bersumber dari organisasi itu sendiri. Sedangkan lingkungan
eksternal adalah lingkungan yang berada di luar perusahaan atau organisasi
dimana perusahaan atau organisasi tidak memiliki kendali atas lingkungan
tersebut. Lingkungan eksternal di bedakan menjadi dua kelompok lingkungan
yaitu lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro adalah
lingkungan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja
organisasi. Sedangkan lingkungan industri adalah lingkungan yang berpengaruh
langsung dan signifikan terhadap organisasi. Dengan mengetahui lingkungan
internal dan eksternal perusahaan maka akan dapat dirumuskan strategi yang
dapat digunakan oleh organisasi untuk mengambil kebijakan guna mencapai
tujuan yang dimiliki oleh organisasi.
Salah satu lingkungan yang penting dianalisis dalam rangka merumuskan
strategi adalah lingkungan internal. Menurut David (2006), identifikasi terhadap
lingkungan internal merupakan langkah awal untuk merumuskan strategi.
Identifikasi dimulai dengan menganalisis semua aspek yang ada didalam
organisasi sebagai dasar pertimbangan dan perhitungan dalam menilai kekuatan
dan kelemahan organisasi. Adapun aspek-aspek yang dianalisis dalam
mengidentifikasi lingkungan internal yaitu:
1. Aspek pemasaran
Pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan, mengantisipasi,
menciptakan serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan
jasa. Adapun tujuh fungsi pemasaran yaitu analisis pelanggan, penjualan produk
dan jasa, penetapan harga, perencanaan produk dan jasa, distribusi, riset
pemasaran, dan analisis peluang.
2. Aspek keuangan
Kondisi keuangan menjadi ukuran terbaik untuk posisi kompetitif perusahaan
dan daya tarik keseluruhan suatu perusahaan. Menggunakan kekuatan dan
kelemahan keuangan suatu organisasi merupakan hal yang penting guna
memformulasikan strategi secara efektif. Likuiditas, leverage, modal kerja,
profitabilitas, utilisasi aset, arus kas, dan modal perusahaan dapat menghapuskan
beberapa strategi dari alternatif yang layak. Faktor keuangan seringkali mengubah
strategi dan mengubah rencana implementasi.
3. Aspek manajemen
Manajemen memiliki fungsi yang terdiri dari lima aktivitas dasar yaitu
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemberian motivasi
(actuating), pengendalian (controlling), pengolahan staf (leading). Perencanaan
terdiri dari semua aktivitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan
menghadapi masa depan. Pengorganisasian meliputi semua aktivitas manajerial
yang menghasilkan struktur pekerjaan dan hubungan wewenang. Pemotivasian
didefinisikan sebagai usaha yang diarahkan untuk membentuk perilaku manusia.
Pengendalian merujuk pada semua aktivitas manajerial yang diarahkan untuk
memastikan bahwa hasil aktual konsisten sesuai dengan perencanaan. Pengelolaan
staf dipusatkan pada manajemen personalia atau manajemen sumber daya manusia.
17
4. Aspek produksi atau operasi
Fungsi produksi dari suatu bisnis terdiri dari semua aktivitas yang mengubah
input menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi atau operasi berhubungan
dengan input, transformasi dan output yang bervariasi antar industri dan pasar.
Manajemen produksi atau operasi terdiri atas lima area keputusan atau fungsi
yaitu proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan kualitas.
5. Aspek penelitian dan pengembangan
Organisasi berinvestasi pada litbang karena percaya bahwa investasi akan
menghasilkan produk atau jasa yang superior dan akan memberikan keunggulan
kompetitif. Pengeluaran litbang ditujukan pada pengembangan produk baru
sebelum pesaing melakukannya untuk memperbaiki kualitas produk atau
memperbaiki proses produksi untuk mengurangi biaya. Perusahaan yang
menjalankan strategi pengembangan produk harus mempunyai orientasi penelitian
dan pengembangan yang kuat.
6. Sistem informasi manajemen
Informasi menghubungkan semua fungsi bisnis menjadi satu dan menyediakan
dasar untuk semua keputusan manajerial. Kegunaan sistem informasi manajemen
adalah untuk memperbaiki kinerja suatu perusahaan dengan memperbaiki kualitas
keputusan manajerial. Sistem informasi manajemen yang efektif memanfaatkan
hardware, software, model analisis dan database komputer.
Dalam penyusunan strategi, lingkungan eksternal sama pentingnya dengan
lingkungan internal. Menurut David (2006), identifikasi lingkungan eksternal
bertujuan untuk membuat daftar terbatas mengenai berbagai peluang yang dapat
menguntungkan perusahaan dan berbagai ancaman yang merugikan perusahaan.
Lingkungan eksternal dibagi menjadi lima kategori besar yaitu (1) kekuatan
ekonomi; (2) kekuatan sosial, budaya, demografi dan lingkungan; (3) kekuatan
politik, pemerintah dan hukum; (4) kekuatan teknologi; dan (5) kekuatan
kompetitif. Namun secara umum lingkungan eksternal terdiri atas lingkungan
makro dan lingkungan industri. Adapun kekuatan-kekuatan yang dianalisis dalam
mengidentifikasi lingkungan makro yaitu:
1. Kekuatan ekonomi
Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim
berbisnis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi nya maka iklim
bisnis juga akan memburuk dan sebaliknya. Menurut Purwanto (2006), beberapa
faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam menganalis ekonomi suatu daerah atau
negara adalah (1) siklus bisnis; (2) ketersediaan energi; (3) inflasi dalam harga
barang dan jasa yaitu jika inflasi sangat tajam maka pengendalian upah dan harga
dapat menjadi beban yang berat; (4) kebijakan moneter, tarif suku bunga dan
devaluasi atau revaluasi mata uang relatif pada mata uang lainnya; (4) kebijakan
fiskal yaitu tingkat pajak untuk perusahaan dan perorangan; (5) neraca
pembayaran.
2. Kekuatan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan.
Kondisi sosial, budaya, demografi, dan lingkungan yang terdiri dari sikap,
gaya hidup, adat istiadat, dan kebiasaan dari orang-orang di lingkungan eksternal
perusahaan dapat berubah-ubah. Perubahan sosial, budaya, demografi dan
lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap hampir semua produk, jasa, pasar
dan pelanggan. Tren sosial, budaya, demografi dan lingkungan membentuk cara
orang hidup, bekerja, berproduksi dan mengkonsumsi. Oleh sebab itu, perubahan-
18
perubahan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan yang mempengaruhi
perusahaan hendaknya dapat diantisipasi oleh perusahaan.
3. Kekuatan politik, pemerintah dan hukum
Faktor politik, pemerintah dan hukum dapat menjadi peluang atau ancaman
utama untuk perusahaan kecil maupun besar. Situasi politik yang tidak kondusif
akan berdampak negatif bagi dunia usaha sebaliknya, situasi politik yang kondusif
akan mendukung dunia usaha. Meningkatnya persaingan global menekankan
kebutuhan akan peramalan yang akurat dalam bidang politik, pemerintah dan
hukum.
4. Kekuatan teknologi
Perubahan teknologi yang revolusioner dan penemuan memiliki pengaruh
yang dramatis terhadap organisasi. Kemajuan teknologi mempengaruhi produk,
jasa, pasar, pemasok, distributor, pesaing, pelanggan, proses produksi, praktik
pemasaran, dan posisi kompetitif perusahaan secara dramatis. Kemajuan teknologi
dapat menciptakan pasar baru, yang menghasilkan penciptaan produk baru dan
produk yang lebih baik, perubahan posisi biaya kompetitif dalam suatu industri,
dan membuat produk dan jasa saat ini menjadi ketinggalan jaman (David 2006).
Menurut David (2006), kekuatan kompetitif atau lingkungan industri dapat
diidentifikasi dengan menggunakan Model Lima Kekuatan Porter (Porter’s Five-
Forces Model) dari Michael R. Porter. Porter menyatakan hakikat persaingan
suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas lima kekuatan:
Gambar 2 Model lima kekuatan Porter
Sumber: David (2006)
1. Potensi pengembangan produk substitusi
Perusahaan bersaing dekat dengan produsen produk substitusi dalam industri
yang berbeda. Keberadaan produk substitusi menciptakan batas harga tertinggi
yang dapat dibebankan sebelum konsumen beralih ke produk substitusi. Tekanan
kompetisi yang berasal dari produk substitusi meningkat sejalan dengan
menurunnya harga relatif dari produk substitusi dan sejalan dengan biaya
konsumen untuk beralih ke produk lain menurun.
2. Kemungkinan masuknya pesaing baru
Ketika perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke dalam industri tertentu,
intensitas persaingan antar perusahaan meningkat. Masuknya pendatang baru ke
dalam industri tergantung pada rintangan atau hambatan masuk yang ada.
Potensi pengembangan produk
substitusi
Persaingan
antar
perusahaan
sejenis
Kekuatan tawar
menawar pemasok
Kekuatan tawar
menawar pembeli
Kemungkinan masuknya
pesaing baru
19
Hambatan untuk masuk dapat mencangkup kebutuhan untuk mencapai skala
ekonomi dengan cepat, kebutuhan untuk mendapatkan teknologi dan pengetahuan
khusus, kurangnya pengalaman, tingginya kesetiaan pelanggan, kuatnya
preferensi merek, besarnya kebutuhan akan modal, kurangnya jalur distribusi yang
memadai, peraturan pemerintah, tarif, kurangnya akses terhadap bahan mentah,
kepemilikan paten, lokasi yang kurang menguntungkan, serangan balasan dari
perusahaan yang sudah mapan, dan potensi kejenuhan pasar. Jika rintangan atau
hambatan ini besar atau pendatang baru memperkirakan akan ada perlawanan
yang keras dari pelaku usaha lama, maka ancaman masuknya pendatang baru akan
menjadi rendah.
3. Kekuatan tawar menawar pembeli
Kekuatan tawar-menawar pembeli mempengaruhi intensitas pesaingan dalam
suatu industri jika pembeli atau konsumen terkonsentrasi atau besar jumlahnya.
Kekuatan tawar menawar konsumen juga lebih tinggi ketika yang dibeli adalah
produk standar atau tidak terdiferensiasi. Pembeli mempengaruhi suatu industri
dengan cara tawar-menawar untuk harga yang lebih rendah, mutu yang lebih
tinggi dan pelayanan yang lebih baik, semuanya dengan mengorbankan
kemampulabaan industri.
4. Kekuatan tawar menawar pemasok
Kekuatan tawar-menawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan
dalam suatu industri, khususnya ketika ada sejumlah besar pemasok, ketika hanya
ada sedikit barang substitusi yang cukup bagus, atau ketika biaya untuk mengganti
bahan baku sangat mahal. Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat
kemampuan menaikkan harga atau pengurangan kualitas produk atau jasa.
Pemasok yang kuat dapat menekan kemampulabaan industri yang tidak mampu
mengimbangi kenaikan harganya.
5. Persaingan antara perusahaan sejenis
Persaingan antar perusahaan sejenis biasanya merupakan kekuatan terbesar
dalam lima kekuatan kompetitif. Intensitas persaingan di antara perusahaan
sejenis yang bersaing cenderung meningkat karena jumlah pesaing semakin
bertambah, karena pesaing semakin seragam dalam hal ukuran dan kemampuan,
karena permintaan untuk produk industri menurun, dan karena pemotongan harga
menjadi semakin umum. Persaingan juga meningkat ketika pelanggan dapat
berpindah merek dengan mudah; ketika hambatan untuk meninggalkan pasar
tinggi; ketika biaya tetap tinggi; ketika produk mudah rusak; ketika perusahaan
pesaing berbeda dalam hal strategi, tempat mereka berasal, dan budaya; serta
ketika merger dan akuisisi menjadi umum dalam suatu industri. Strategi yang
dijalankan oleh suatu perusahaan dapat berhasil hanya jika mereka memberikan
keunggulan kompetitif dibanding strategi yang dijalankan perusahaan pesaing
(David 2006).
Konsep Strategi
Strategi memiliki beberapa pengertian sebagaimana dikemukakan oleh
para ahli. Menurut David (2006), strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan
jangka panjang. Strategi adalah tindakan potensial yang membutuhkan keputusan
manajemen tingkat atas dan sumberdaya perusahaan dalam jumlah yang besar.
Strategi mempengaruhi kemakmuran perusahaan dalam jangka panjang,
20
khususnya untuk lima tahun, dan berorientasi ke masa depan. Strategi memiliki
konsekuensi yang multifungsi dan multidimensi serta perlu mempertimbangkan
faktor-faktor eksternal dan internal yang dihadapi perusahaan. Strategi bisnis
dapat mencangkup ekspansi geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan
produk, penetrasi pasar, pengurangan bisnis, divestasi, likuidasi, dan joint venture.
Sedangkan Salusu (2005) dalam Masyhudzulhak (2011) mengartikan strategi
sebagai suatu seni menggunakan kecakapan dan sumberdaya suatu organisasi
untuk mencapai sasarannya melalui hubungannya yang efektif dengan lingkungan
dalam kondisi yang paling menguntungkan.
Strategi digunakan dalam organisasi bisnis untuk meningkatkan
profitabilitas dan keberlanjutan usaha sekaligus memenangkan persaingan
produknya di dalam pasar. Sedangkan organisasi pemerintahan menggunakan
strategi untuk keberhasilan pembangunan supaya hasil pembangunan mencapai
sasarannya dan bermanfaat bagi masyarakat. Selanjutnya organisasi politik
menggunakan strategi untuk keberhasilannya dalam memenangkan dan merebut
suara rakyat dalam pemilihan umum. Beragamnya bentuk dan karakteristik
organisasi menggunakan strategi menunjukan strategi telah banyak memberikan
kontribusi terhadap kemajuan dan perkembangan organisasi. Peranan strategi
dalam menunjang keberhasilan organisasi untuk mencapai tujuan, menjadikan
strategi sebagai alat pendukung para pimpinan organisasi untuk mengambil
kebijakan (Masyhudzulhak 2011).
Definisi Visi, Misi dan Tujuan Organisasi
Visi adalah mental image dari keadaan yang memungkinkan dan diinginkan
pada masa mendatang oleh organisasi yang bersangkutan. Visi merupakan suatu
pernyataan organisasi yang sangat penting, di dalam visi ada harapan dan cita –
cita yang hendak dicapai suatu organisasi di masa mendatang. Misi dalam
organisasi merupakan suatu perwujudan dari visi, artinya misi adalah
implementasi dari kehendak visi, dengan misi organisasi tercermin bahwa
organisasi tersebut terlihat jelas tujuannya, ada hubungan yang erat dan
keterkaitan misi dengan strategi. Sedangkan tujuan sendiri menggambarkan
keadaan masa mendatang tentang kegiatan dari organisasi yang dapat
direalisasikan (Masyhudzulhak 2011). Menurut Purwanto (2006) tujuan di artikan
sebagai pernyataan tentang keinginan yang akan dijadikan pedoman bagi
manajemen perusahaan untuk meraih hasil tertentu atas kegiatan yang dilakukan
dengan dimensi waktu tertentu. Adapun empat alasan pentingnya tujuan bagi
perusahaan ataupun organisasi yaitu:
1. Tujuan membantu mendefinisikan organisasi dalam lingkungannya
2. Tujuan membantu mengkoordinasi keputusan dan pengambil keputusan
3. Tujuan menyediakan norma untuk menilai pelaksanaan prestasi organisasi
4. Tujuan merupakan sasaran yang lebih nyata daripada pernyataan visi dan
misi.
Analisis Strength, Weakness, Opportunity, and Threat (SWOT)
Matriks SWOT adalah sebuah alat analisis pada tahap pencocokan
(matching tool) yang penting guna membantu mengembangkan empat tipe strategi.
Keempat tipe strategi yang dimaksudkan yaitu:
21
1. Strategi S-O (Strength-Opportunity)
Strategi S-O memanfaatkan kekuatan-kekuatan internal yang dimiliki
perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang-peluang eksternal yang ada.
2. Strategi W-O (Weakness-Opportunity)
Strategi W-O bertujuan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan internal
yang dimiliki perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal
yang ada.
3. Strategi S-T (Strength-Threat)
Strategi S-T menggunakan kekuatan-kekuatan internal yang dimiliki
perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-
ancaman eksternal yang ada.
4. Strategi W-T (Weakness-Threat)
Strategi W-T adalah taktik defensive yang diarahkan untuk mengurangi
kelemahan-kelemahan internal yang dimiliki perusahaan serta menghindari
ancaman-ancaman eksternal yang ada (David 2006).
Arsitektur Strategik
Adanya perubahan lingkungan yang cepat akan memaksa setiap organisasi
yang untuk bersikap lebih adaptif dan lebih fleksibel. Menurut Yoshida (2006),
arsitektur strategik merupakan pendekatan yang lebih adaptif dan lebih fleksibel
dalam melakukan perencanaan strategik sekaligus sebagai solusi untuk
menghadapi perubahan lingkungan bisnis yang amat cepat. Yoshida (2006) juga
menyatakan bahwa arsitektur strategik adalah suatu gambar rancangan arsitektur
strategi yang bermanfaat bagi perusahaan untuk merumuskan strateginya ke dalam
kanvas (blueprint) rencana organisasi untuk meraih visi dan misinya. Arsitektur
strategik merupakan alat yang dapat dimanfaatkan organisasi baik profit ataupun
non profit untuk memenangkan persaingan dalam industri tertentu. Caranya
adalah dengan membangun dan menggunakan kekuatan inti organisasi bersamaan
dengan pengembangan sendiri batasan industri yang dimasukinya guna
memperoleh peluang pasar yang lebih besar sehingga keinginan untuk build to
last dapat diwujudkan. Untuk itu, kekuatan inti yang ada pada organisasi dapat
dimaksimalkan untuk meraih kemenangan. Dengan arsitektur strategik, pilihan
strategi yang akan diimplementasikan dapat dipetakan sehingga memudahkan
pelaksana dalam membaca, memahami, melakukan atau mengimplementasikan
dan mengevaluasinya.
Untuk menyusun sebuah arsitektur strategik yang lengkap perlu
memperhatikan komponen inti dan komponen pendamping. Komponen inti adalah
komponen krusial yang menjadi syarat cukup untuk menyusun arsitektur strategik.
Tanpa komponen inti, arsitektur strategik akan sulit disusun dan
diimplementasikan. Sedangkan komponen pendamping adalah komponen yang
akan melengkapi komponen dan merupakan turunan lanjutan dari komponen inti.
Komponen pendamping akan mempertajam hasil arsitektur strategik yang
dirumuskan untuk diimplementasikan. Hasil akhir dari arsitektur strategik
dituangkan ke dalam gambar berisikan program-program dengan rentang waktu
pelaksanaan. Untuk menggambarkan peta arsitektur strategik sendiri belum ada
daftar yang baku. Namun gambar arsitektur strategik harus dapat memperlihatkan
jalan perubahan yang akan ditempuh organisasi untuk mewujudkan visi, misi, dan
tujuannya.
22
Yoshida (2006) mengatakan bahwa arsitektur strategik disusun melalui
pendekatan dengan memperhatikan beberapa unsur berikut: visi dan misi
organisasi, analisis lingkungan internal dan eksternal organisasi, melakukan
pengintipan terhadap masa depan yang akan dihadapi atau industry foresight,
mengetahui dan memahami tantangan organisasi serta sasaran yang ingin dicapai.
a. Visi dan misi organisasi
Visi organisasi adalah pernyataan tentang cita-cita yang ingin dicapai di
masa mendatang (what do we want to become). Misi organisasi adalah pernyataan
tentang alasan keberadaan organisasi (the reason for being).
b. Analisis lingkungan internal dan eksternal
Analisis lingkungan internal dan eksternal merupakan identifikasi terhadap
faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan ekstenal (peluang dan
ancaman) yang mempengaruhi organisasi saat ini dan dimasa yang akan datang.
c. Redefinisi industri masa depan (industry foresight)
Menurut Hamel dan Prahalad (1995) dalam Yoshida (2006), industry
foresight merupakan suatu asumsi terbaik yang disepakati bersama tentang masa
depan suatu industri atau perusahaan maupun organisasi dan berdasarkan hal ini
dibangun segala hal yang diperlukan untuk menunjang evolusi bisnis tersebut.
Industry foresight memberikan gambaran tentang hal-hal yang potensial dalam
organisasi untuk dikembangkan di masa depan dan memungkinkan organisasi
tersebut untuk mengambil posisi sebagai pemimpin.
d. Tantangan organisasi (strategic challenge)
Menurut Hamel dan Prahalad (1995) dalam Yoshida (2006), tantangan
organisasi adalah sarana atau tata cara operasional yang harus dimiliki dan harus
diaplikasikan organisasi untuk memperoleh keunggulan-keunggulan bersaing baru
dan secara bertahap. Tantangan rencana organisasi juga merupakan rencana awal
(tujuan jangka pendek) yang perlu dipersiapkan organisasi meliputi potensi bisnis
dan perkiraan investasi yang diperlukan untuk merealisasikan bisnis baru.
e. Sasaran yang ingin dicapai
Sasaran yang ingin dicapai merupakan tujuan organisasi yang telah
dikuantifisir dengan baik. Sasaran dibuat dalam rangka memudahkan organisasi
dalam mencapai tujuannya, baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang.
Sasaran diidentifikasi dengan memperjelas visi, misi, dan tujuan organisasi.
Biasanya sasaran perusahaan merupakan visi, misi, dan tujuan organisasi itu
sendiri.
Kerangka Pemikiran Operasional
Di Indonesia, tanaman pangan merupakan subsektor dari sektor pertanian
sebagai penyumbang PDB terbesar di setiap tahunnya. Salah satu komoditi dari
subsektor tanaman pangan yang utama adalah beras. Beras merupakan makanan
pokok hampir seluruh penduduk di Indonesia. Salah satu jenis beras yang paling
baik untuk dikonsumsi adalah beras hitam. Baiknya kandungan gizi dan besarnya
manfaat yang mampu diberikan oleh beras hitam membuat masyarakat tertarik
untuk mengkonsumsi beras hitam. Permintaan akan beras hitam terus mengalami
peningkatan. Namun saat ini beras hitam masih terbilang langka keberadaannya
karena volume produksi beras hitam di Indonesia masih rendah. Untuk itu beras
hitam perlu dilestarikan dan dikembangkan, salah satunya di Kabupaten Bogor.
23
Kelompok Tani Darma Bakti merupakan salah satu kelompok tani yang
membudidayakan dan mengusahakan beras hitam di Kabupaten Bogor. Untuk
mampu berperan dan memberikan manfaat bagi para petani khususnya petani
anggota, Kelompok Tani Darma Bakti perlu memiliki kinerja yang efektif. Selain
itu, Kelompok Tani Darma Bakti perlu memiliki alternatif strategi pengembangan
untuk mampu meningkatkan efektivitas kinerja, mempertahankan posisi usaha dan
permintaan yang ada, bersaing serta beradaptasi dengan perubahan yang terus
terjadi untuk mencapai tujuan kelompok. Dengan demikian, pentingnya mengukur
efektivitas kinerja dan merumuskan alternatif strategi pengembangan bagi
Kelompok Tani Darma Bakti.
Langkah pertama dari penelitian ini adalah mengukur tingkat efektivitas
kinerja Kelompok Tani Darma Bakti selama ini. Tingkat efektivitas kinerja
Kelompok Tani Darma Bakti diukur melalui persepsi dan penilaian petani anggota
terhadap sembilan buah indikator menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor
82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani.
Efektivitas kinerja diukur menggunakan kuesioner yang kemudian hasilnya diolah
dengan skala likert. Hasil analisis ini dapat digunakan sebagai gambaran kondisi
kinerja Kelompok Tani Darma Bakti selama ini dan membantu merumuskan
alternatif strategi pengembangan yang tepat pada matriks SWOT dan perancangan
arsitektur strategik. Tahap selanjutnya yaitu tahap kedua dilakukan analisis
lingkungan Kelompok Tani Darma Bakti, baik lingkungan internal maupun
eksternal. Analisis lingkungan internal dilakukan melalui pendekatan fungsional
dengan mengidentifikasi aspek manajemen, keuangan, produksi operasi,
pemasaran, penelitian dan pengembangan serta sistem informasi manajemen.
Analisis internal dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan Kelompok
Tani Darma Bakti. Analisis lingkungan eksternal dibedakan menjadi dua yaitu
lingkungan industri dan lingkungan makro. Lingkungan makro dianalisis dengan
memperhatikan kekuatan: 1) ekonomi; 2) sosial, budaya, demografi dan
lingkungan; 3) politik, pemerintah dan hukum serta 4) teknologi. Lingkungan
industri dianalisis dengan Model Lima Kekuatan Porter yaitu potensi
pengembangan produk substitusi, kemungkinan masuknya pendatang baru,
kekuatan tawar menawar pemasok, kekuatan tawar menawar pembeli dan
persaingan antara perusahaan sejenis. Analisis eksternal bertujuan untuk
mengetahui peluang dan ancaman Kelompok Tani Darma Bakti.
Hasil analisis lingkungan berupa faktor strategis internal dan eksternal
dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan alternatif strategi pengembangan beras
hitam yang tepat diterapkan Kelompok Tani Darma Bakti. Perumusan alternatif
strategi pengembangan merupakan langkah ketiga pada penelitian ini dan
dilakukan dengan menggunakan Matriks SWOT. Alternatif strategi yang
dihasilkan pada matriks SWOT kemudian dirancang dan dijabarkan menjadi
rekomendasi program-program kegiatan yang lebih mudah dipahami dan
diimplementasikan oleh kelompok tani. Rekomendasi program-program kegiatan
tersebut kemudian dipetakan dalam rancangan arsitektur strategik dengan
menggunakan rentang waktu. Dengan diketahuinya tingkat efektivitas kinerja dan
alternatif strategi pengembangan beras hitam yang tepat bagi Kelompok Tani
Darma Bakti diharapkan Kelompok Tani Darma Bakti dapat meningkatkan
efektivitas kinerjanya dan mencapai visi, misi dan tujuan kelompok serta
membantu pengembangan beras hitam di Kabupaten Bogor.
24
Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional
Lingkungan industri
( 5 kekuatan porter )
1. Ancaman
pendatang baru
2. Daya tawar
menawar pembeli
3. Daya tawar
menawar pemasok
4. Ancaman produk
substitusi
5. Persaingan industri
Formulasi alternatif strategi pengembangan Kelompok Tani Darma Bakti
Perancangan arsitektur strategik
Analisis lingkungan eksternal
kelompok tani
Analisis lingkungan
internal kelompok tani
(fungsional)
1. Pemasaran
2. Keuangan
3. Manajemen
4. Produksi operasi
5. Penelitian
pengembangan
6. Sistem informasi
manajemen
Lingkungan makro
1. Ekonomi
2. Sosial,
Budaya, demografi
dan lingkungan
3. Politik,
pemerintahan dan
hukum
4. Teknologi
1. Adanya pertemuan atau rapat anggota dan pengurus yang berkala
2. Adanya rencana kerja kelompok dan evaluasi akhir kelompok tani secara partisipatif
3. Adanya aturan atau norma tertulis yang disepakati dan ditaati bersama
4. Adanya pencatatan atau pengadministrasian organisasi yang rapih
5. Memfasilitasi kegiatan usaha bersama di sektor hulu hingga hilir
6. Memfasilitasi usahatani secara komersial dan berorientasi pasar
7. Memberikan pelayanan informasi dan teknologi bagi anggota
8. Adanya jejaring kerjasama antara kelompok tani dengan pihak lain dalam bentuk
kemitraan, dan
9. Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil usaha
kegiatan kelompok.
Efektivitas kinerja Kelompok Tani Darma Bakti
Kelompok Tani Darma Bakti
25
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Kelompok Tani Darma Bakti yang
berlokasi di Kampung Nanggung, Desa Bangunjaya, Kecamatan Cigudeg,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan
bahwa Kecamatan Cigudeg merupakan kecamatan yang terkenal dengan “mutiara
hitam“ nya di Kabupaten Bogor dan Kelompok Tani Darma Bakti merupakan
kelompok tani dimana uji coba penanaman beras hitam oleh BP3K wilayah
Cigudeg, Jasinga dan Sukajaya pertama kali dilakukan. Kelompok Tani Darma
Bakti juga merupakan kelompok tani yang kerap dijadikan percontohan dan
panutan bagi kelompok tani lainnya khususnya dalam pengusahaan beras hitam.
Pertimbangan lainnya dalam pemilihan lokasi penelitian yaitu Kelompok Tani
Darma Bakti juga dilakukan berdasarkan saran yang diberikan oleh Dinas
Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor serta pihak BKP5K karena Kelompok
Tani Darma Bakti dinilai aktif dan memiliki hubungan baik dengan pemerintah.
Selain itu, beras hitam dinilai sangat potensial dan menjadi salah satu agenda
pengembangan di Kabupaten Bogor. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan
Maret sampai dengan bulan April 2014.
Jenis dan Instrumentasi Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi) di
lokasi Kelompok Tani Darma Bakti, wawancara mendalam dengan beberapa
responden ahli dan pengisian kuesioner dengan dipandu oleh peneliti. Data primer
yang diperoleh meliputi gambaran umum, visi, misi, tujuan, sasaran, industry
foresight, tantangan kelompok, persepsi anggota terhadap kinerja kelompok serta
informasi mengenai lingkungan internal dan eksternal Kelompok Tani Darma
Bakti. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur pada penelitian terdahulu,
buku, jurnal-jurnal, internet, artikel, dan literatur yang berhubungan dengan topik,
permasalahan dan komoditi yang dianalisis. Untuk data penunjang dikumpulkan
data-data dari instansi terkait seperti Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten
Bogor, BKP5K, BP3K, UPT setempat dan juga dari BPS.
Instrumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar
pertanyaan untuk responden ahli dan juga petani anggota. Instrumen pendukung
lainnya adalah komputer, alat pencatatan dan alat perekam (voice recorder) untuk
mendukung proses wawancara.
Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel untuk menganalisis efektivitas kinerja
kelompok tani dilakukan dengan purposive sampling dengan pertimbangan bahwa
responden yakni 30 petani anggota yang aktif dapat merepresentasikan kondisi
kinerja kelompok saat ini. Metode penentuan responden untuk perumusan strategi
pengembangan dilakukan dengan purposive sampling dengan pertimbangan
bahwa responden merupakan responden ahli yang benar-benar berkompeten dan
26
memiliki informasi yang dibutuhkan peneliti terkait beras hitam dan Kelompok
Tani Darma Bakti. Adapun responden ahli tersebut yaitu Pak Murjia (Ketua
Kelompok Tani Darma Bakti), Pak Abdurrahman (Sekertaris Kelompok Tani
Darma Bakti), dan Pak Rian (Penyuluh Pendamping Lapangan) beserta Pak Agus
(Ketua BP3K setempat).
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif
dan kuantitatif. Data kualitatif disajikan dalam bentuk deskriptif untuk
mendeskripsikan gambaran umum, visi, misi, tujuan, sasaran, industry foresight,
tantangan kelompok, serta informasi mengenai lingkungan internal dan eksternal
Kelompok Tani Darma Bakti. Data kuantitatif disajikan dalam bentuk tabulasi
yang ditransfer dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner kemudian diolah
menggunakan kalkulator dan Microsoft Excel lalu diinterpretasikan. Pada
penelitian ini dilakukan analisis berupa analisis efektivitas kinerja dan analisis
alternatif strategi pengembangan. Adapun alat analisis yang digunakan adalah
skala likert, analisis lingkungan, matriks SWOT dan arsitektur strategik.
Analisis Efektivitas Kinerja Kelembagaan Kelompok Tani
Pengukuran efektivitas kinerja Kelompok Tani Darma Bakti dilakukan
berdasarkan persepsi dan penilaian baik oleh pengurus kelompok tani sendiri
maupun oleh petani-petani anggota yang aktif dengan menggunakan skala likert.
Menurut Sugiono (2012), skala likert merupakan skala pengukuran yang
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Fenomena sosial disebut juga sebagai
variabel penelitian. Dengan skala likert, variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator variabel tersebut dijadikan
sebagai titik tolak ukur untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa
pertanyaan atau pernyataan. Pada penelitian ini, yang menjadi variabel penelitian
adalah efektivitas kinerja Kelompok Tani Darma Bakti. Kemudian yang menjadi
indikator variabel atau titik tolak ukur adalah kesembilan upaya kelompok tani
yang kuat dan mandiri menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor
82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petanis.
Adapun indikator variabel tersebut yaitu (1) Adanya pertemuan atau rapat anggota
dan pengurus yang berkala; (2) Adanya rencana kerja kelompok dan evaluasi
akhir kelompok tani secara partisipatif; (3) Adanya aturan atau norma tertulis
yang disepakati dan ditaati bersama; (4) Adanya pencatatan atau
pengadministrasian organisasi yang rapih; (5) Memfasilitasi kegiatan usaha
bersama di sektor hulu hingga hilir; (6) Memfasilitasi usahatani secara komersial
dan berorientasi pasar; (7) Memberikan pelayanan informasi dan teknologi bagi
anggota; (8) Adanya jejaring kerjasama antara kelompok tani dengan pihak lain
dalam bentuk kemitraan; dan (9) Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari
anggota atau penyisihan hasil usaha kegiatan kelompok. Selanjutnya indikator-
indikator tersebut ditransformasikan menjadi item-item instrumen berupa
pertanyaan-pertanyaan yang disajikan dengan kuesioner. Untuk mengisi kuesioner,
responden diminta untuk memberikan jawaban yang terdiri dari tiga kategori
27
pilihan jawaban, dimana masing-masing jawaban tersebut memiliki tingkatan skor
yaitu 1–3. Tingkatan skor jawaban tersebut masing-masing memiliki definisi yang
dijelaskan pada Tabel 4.
Tabel 4 Skor jawaban skala likert
Skor Jawaban Skala Jawaban
3 Jawaban yang paling mendukung
2 Jawaban yang mendukung
1 Jawaban yang tidak mendukung
Sumber: Sugiono 2012
Berdasarkan perolehan skor dari responden, selanjutnya ditentukan selang
untuk menentukan keberadaan efektivitas kinerja kelompok tani. Selang diperoleh
dari selisih total skor tertinggi yang mungkin dengan total skor terendah yang
mungkin dibagi jumlah kategori jawaban.
Dimana total skor tertinggi atau skor ideal (kriterium) dan total skor
terendah diperoleh dari:
Setelah diperoleh nilai selang, selanjutnya selisih antara total skor tertinggi
atau skor ideal dan total skor terendah dibagi menjadi tiga berdasarkan nilai
selang sehingga menghasilkan tiga selang kategori penilaian efektivitas kinerja
kelompok tani. Selang kategori penilaian pertama atau selang terendah
menyatakan bahwa upaya atau kinerja Kelompok Tani Darma Bakti belum efektif
atau kinerja kelompok tani rendah. Selang kategori penilaian kedua menyatakan
bahwa upaya atau kinerja Kelompok Tani Darma Bakti cukup efektif. Selang
kategori penilaian terakhir atau selang tertinggi menyatakan bahwa upaya atau
kinerja Kelompok Tani Darma Bakti efektif. Pada penelitian ini selang yang
diperoleh adalah 400 dengan nilai skor tertinggi 1800 dan terendah 600.
Tabel 5 Selang kategori penilaian efektivitas kinerja Kelompok Tani Darma Bakti
No Kategori Penilaian Selang Kategori Penilaian
1 Belum efektif 600 – 1 000
2 Cukup efektif 1 001 – 1 400
3 Efektif 1 401 – 1 800
Analisis Alternatif Strategi Pengembangan
Metode pengolahan dan analisis data untuk merumuskan alternatif strategi
pengembangan pada penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu: 1) Tahap
pengumpulan data (input stage) dengan analisis lingkungan internal dan eksternal;
28
2) Tahap pencocokan (matching stage) dengan menggunakan matriks SWOT; dan
3) Tahap perancangan arsitektur strategik. Data diolah secara kualitatif guna
mendeskripsikan lingkungan internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan,
lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman, rekomendasi alternatif
strategi dan rancangan arsitektur strategik yang dapat diterapkan untuk
pengembangkan Kelompok Tani Darma Bakti dalam pengusahaan beras hitam.
Tahap Pengumpulan Data (Input Stage)
Tahap pertama atau tahap pengumpulan data (input stage) digunakan
untuk meringkas informasi dasar yang dibutuhkan untuk merumuskan strategi.
Pada tahap ini data yang dikumpulkan dibedakan menjadi dua yaitu data internal
dan data eksternal. Berdasarkan David (2006), pengumpulan data internal
dilakukan dengan menganalisis lingkungan internal menggunakan pendekatan
fungsional. Lingkungan internal dianalisis melalui identifikasi terhadap aspek
manajemen, keuangan, produksi operasi, pemasaran, penelitian dan
pengembangan serta sistem informasi manajemen. Tujuan mengidentifikasi
lingkungan internal adalah untuk menentukan faktor–faktor strategis yang
menjadi kekuatan dan kelemahan Kelompok Tani Darma Bakti. Pengumpulan
data eksternal dilakukan dengan menganalisis lingkungan eksternal yang
dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan makro dan lingkungan industri
(kompetitif). Berdasarkan David (2006), lingkungan makro dianalisis dengan
mengidentifikasi kekuatan ekonomi, sosial, budaya, demografi dan lingkungan,
politik, pemerintah dan hukum, serta teknologi. Sedangkan lingkungan industri
dianalisis dengan menggunakan Model Lima Kekuatan Porter yaitu potensi
pengembangan produk substitusi, kemungkinan masuknya pesaing baru, kekuatan
tawar menawar pemasok, kekuatan tawar menawar pembeli dan persaingan antara
perusahaan sejenis. Tujuan mengidentifikasi data eksternal adalah untuk
mengetahui faktor-faktor strategis yang menjadi peluang dan ancaman Kelompok
Tani Darma Bakti.
Tahap Pencocokan (Matching Stage)
Tahap pencocokan pada perumusan alternatif strategi bersandar pada
informasi yang diturunkan dari tahap input untuk mencocokan peluang dan
ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal. Mencocokan faktor-
faktor strategis internal dan eksternal adalah kunci untuk menghasilkan alternatif
strategi yang layak dan efektif. Pada penelitian ini alat yang digunakan pada tahap
pencocokan adalah matriks SWOT. Menurut David (2006), matriks SWOT terdiri
dari komponen kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), peluang
(opportunities) dan ancaman (threats). Dengan komponen yang dimiliki, matriks
SWOT akan membantu mengembangkan empat tipe alternatif strategi yaitu:
1. Strategi S-O (Strength-Opportunity)
Strategi S-O memanfaatkan kekuatan-kekuatan internal yang dimiliki
perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang-peluang eksternal yang ada.
2. Strategi W-O (Weakness-Opportunity)
Strategi W-O bertujuan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan internal
yang dimiliki perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal
yang ada.
29
3. Strategi S-T (Strength-Threat)
Strategi S-T menggunakan kekuatan-kekuatan internal yang dimiliki
perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-
ancaman eksternal yang ada.
4. Strategi W-T (Weakness-Threat)
Strategi W-T adalah taktik defensive yang diarahkan untuk mengurangi
kelemahan-kelemahan internal yang dimiliki perusahaan serta menghindari
ancaman-ancaman eksternal yang ada.
Matriks SWOT terdiri dari sembilan sel yaitu empat sel faktor (S, W, O,
dan T), empat sel alternatif strategi dan satu sel kosong. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 4. Terdapat delapan tahapan dalam membentuk matriks SWOT, yaitu:
1) Membuat daftar faktor-faktor peluang eksternal perusahaan.
2) Membuat daftar faktor-faktor ancaman eksternal perusahaan.
3) Membuat daftar kekuatan kunci internal perusahaan.
4) Membuat daftar kelemahan kunci internal perusahaan.
5) Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal dan peluang-peluang eksternal dan
catat hasilnya dalam sel strategi S-O.
6) Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal dan peluang eksternal
perusahaan yang hasilnya dicatat dalam sel strategi W-O.
7) Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal perusahaan dan ancaman-ancaman
eksternal yang hasilnya dicatat dalam sel strategi S-T.
8) Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal perusahaan dan ancaman-
ancaman eksternal yang hasilnya dicatat dalam sel strategi W-T (David 2006).
Gambar 4 Matriks SWOT
Sumber: David (2006)
Tahap Perancangan Arsitektur Strategik
Berdasarkan pada Yoshida (2006), perumusan arsitektur strategik
dilakukan dengan mempertimbangkan input – input berupa hasil identifikasi
terhadap visi, misi dan tujuan, industry foresight, tantangan yang dihadapi dan
sasaran yang ingin dicapai oleh Kelompok Tani Darma Bakti. Pada penelitian ini,
arsitektur strategik diturunkan dari hasil matriks SWOT berupa strategi SO, WO,
ST dan WT yang diperoleh sebelumnya dengan menggunakan input dari hasil
analisis lingkungan internal dan ekstenal. Arsitektur strategik juga diperoleh
dengan meninjau hasil analisis terhadap efektivitas kinerja. Dengan
30
mempertimbangkan input - input yang telah diperoleh, masing-masing alternatif
strategi yang dihasilkan dari matriks SWOT dikembangkan secara lebih rinci
menjadi rekomendasi program-program kegiatan dengan rentang waktu tertentu.
Program-program yang dilengkapi dengan rentang waktu pelaksanaan
tersebut lebih mudah untuk dipahami dan diimplementasikan oleh organisasi
khususnya kelompok tani. Rentang waktu pengimplementasian arsitektur strategik
Kelompok Tani Darma Bakti ditetapkan selama enam tahun (2014-2020).
Penetapan lamanya rentang waktu selama enam tahun berdasarkan keinginan dari
ketua kelompok untuk mencapai sasaran kelompok pada tahun 2020. Selain itu
diharapkan pada tahun tersebut kondisi lahan yang digunakan sudah kembali sehat
dan tidak lagi mengandung unsur kimia. Tahapan perancangan arsitektur strategik
pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Kerangka perancangan arsitektur strategik Kelompok Tani Darma
Bakti
GAMBARAN UMUM KELOMPOK TANI
Sejarah dan Perkembangan Kelompok Tani Darma Bakti
Kelompok Tani Darma Bakti merupakan salah satu kelompok tani yang
mengusahakan dan mengembangkan beras hitam. Kelompok Tani Darma Bakti
terletak di Kampung Nanggung, Desa Bangunjaya, Kecamatan Cigudeg,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kelompok tani ini berdiri sejak tahun 1996 atas
dasar kerjasama para petani di kampung nanggung dan diketuai oleh Bapak H.
Sumari. Namun sepeninggalnya Bapak H. Sumari, pada tahun 2002 Bapak H.
Sumari digantikan oleh Bapak Murjia yang ditunjuk langsung oleh pihak BP3K
sebagai ketua Kelompok Tani Darma Bakti. Selain sebagai ketua kelompok tani,
Bapak Murjia juga menjabat sebagai ketua Asosiasi Petani Beras Hitam
Kabupaten Bogor. Namun sayangnya asosiasi tersebut belum aktif berjalan hingga
kini. Saat ini, jumlah anggota Kelompok Tani Darma Bakti tercatat sebanyak 113
orang anggota namun anggota yang aktif kurang lebih hanya 30 orang anggota.
Efektivitas Kinerja
Analisis Lingkungan
Eksternal
Tantangan
Organisasi
Matriks SWOT
Rekomendasi
Program
Industry
Foresight
Analisis Lingkungan
Internal
Arsitektur
Strategik
Visi dan
Misi
Sasaran
31
Luas lahan yang dimiliki oleh Kelompok Tani Darma Bakti secara keseluruhan
terhitung seluas 43.5 ha. Namun saat ini total luas lahan yang ada jika dilihat dari
kepemilikan petani anggota yang aktif yaitu 18.5 ha. Kelompok Tani Darma Bakti
tergabung dalam gabungan kelompok tani yang ada di Desa Bangunjaya bernama
Gabungan Kelompok Tani Dina Lestari.
Terbentuknya Kelompok Tani Darma Bakti didasari oleh mata pencarian
penduduk Desa Bangunjaya yang mayoritasnya adalah sebagai petani dan
sebagian besar luas lahannya adalah lahan sawah. Selain itu, terbentuknya
Kelompok Tani Darma Bakti juga didasari adanya kesulitan para petani untuk
memperoleh informasi dan sarana prasarana produksi pertanian serta adanya
keinginan dari para petani untuk meningkatkan kesejahteraan hidup bersama.
Berdirinya Kelompok Tani Darma Bakti merupakan saran dan binaan dari pihak
terkait seperti Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, UPT dan BP3K
setempat agar berbagai bantuan dan juga informasi dapat tersalurkan secara
efektif dan efisien. Pada tanggal 28 September 2009, Kelompok Tani Darma Bakti
menerima sertifikat pengukuhan No.520/19/IX/09 dari Bupati Bogor sebagai
kelompok tani kelas madya dengan total nilai 527.
Pada awalnya, komoditi dari sektor tanaman pangan yang diusahakan oleh
Kelompok Tani Darma Bakti adalah beras putih karena seluruh petani anggota
sudah mengusahakan beras putih sejak sebelum menjadi anggota kelompok tani.
Namun pada tahun 2000, pihak BP3K setempat melakukan percobaan penanaman
beras hitam oleh untuk pertama kalinya pada Kelompok Tani Darma Bakti. Pada
saat itu benih beras hitam diperoleh dari Kepala BP3K yang bernama Pak Agus.
Benih diperoleh dari hasil persilangan secara alami antara varietas beras hitam
yang ditemukannya pada tahun 1995 di Parung Panjang Kecamatan Tenjo dengan
varietas IR 64. Dengan berbekalkan benih beras hitam yang diperoleh dari hasil
percobaan penanaman yang dilakukan BP3K pada tahun 2000, Pak Murjia mulai
mencoba membudidayakan beras hitam. Ternyata keuntungan yang diperoleh Pak
Murjia dari mengusahakan beras hitam berkali lipat dibandingkan mengusahakan
beras putih. Hal ini membuat para petani khususnya anggota Kelompok Tani
Darma Bakti tertarik dan secara serempak mengusahakan beras hitam pada tahun
2006.
Benih dan pupuk pengusahaan beras hitam diperoleh para petani dari Pak
Murjia. Namun para petani mengalami kerugian karena kesulitan memasarkan
beras hitam pada saat itu hingga hasil produksinya tidak mampu terjual. Sejak saat
itu hingga tahun 2010 para petani enggan untuk kembali menanam beras hitam.
Pada tahun 2010, berkat keaktifan ketua kelompok tani muncul kembali
permintaan akan beras hitam pada Kelompok Tani Darma Bakti sehingga para
petani mulai kembali mengusahakan beras hitam. Namun tidak seluruh petani
anggota aktif yang ada kembali mengusahakan beras hitam. Hal ini dikarenakan
petani yang memiliki lahan sempit lebih memilih untuk menanam beras putih
yang menjadi konsumsi rumah tangga petani dan mudah untuk dijual. Selain itu,
masih adanya ke khawatiran petani akan kondisi pasar dari beras hitam yang
mungkin saja dapat kembali menimbulkan kerugian. Meskipun permintaan yang
ada pada saat itu tidak menentu dan belum dalam jumlah yang besar serta
konsumen yang membeli hanya konsumen akhir namun Kelompok Tani Darma
Bakti tetap optimis. Hingga akhirnya pada tahun 2013, Kelompok Tani Darma
Bakti dibantu dengan perantara atau yang disebut dengan cukang lantaran diminta
32
untuk memasok produk beras hitam kepada Carefour meskipun jumlah
permintaannya belum mampu terpenuhi. Hingga saat ini, Kelompok Tani Darma
Bakti pun masih tetap berusaha agar dapat menjalin kerjasama dengan pihak-
pihak distributor lainnya. Kelompok Tani Darma Bakti juga aktif dalam
mengikuti berbagai program yang diadakan pemerintah seperti adanya
penyuluhan, pelatihan dan menerima berbagai bantuan sarana prasarana produksi
pertanian.
Visi dan Misi Kelompok Tani Darma Bakti
Visi merupakan harapan dan cita – cita yang hendak dicapai suatu
organisasi di masa mendatang. Visi akan dilengkapi dengan misi yang merupakan
implementasi dari kehendak visi. Adanya visi dan misi pada suatu organisasi
mencerminkan bahwa organisasi terlihat jelas tujuan yang hendak dicapainya.
Sedangkan tujuan sendiri menggambarkan keadaan masa mendatang tentang
kegiatan dari organisasi yang dapat direalisasikan. Kelompok Tani Darma Bakti
memiliki visi dan misi tertulis. Visi yang dimiliki oleh Kelompok Tani Darma
Bakti yaitu terwujudnya masyarakat petani yang adil dan sejahtera. Adapun misi
yang dimiliki Kelompok Tani Darma Bakti yaitu pengembangan pertanian,
menumbuhkan rasa kegotong-royongan dan keswadayaan, serta menumbuh-
kembangkan regenerasi muda dalam pertanian. Visi dan misi yang dimiliki
Kelompok Tani Darma Bakti merupakan sarana untuk memperoleh tujuan umum
kelompok tani yang ingin dicapai yaitu meningkatkan kesejahteraan hidup
bersama.
Lokasi dan Letak Geografis
Kelompok Tani Darma Bakti berada di Desa Bangunjaya, Kecamatan
Cigudeg, Kabupaten Bogor. Desa Bangunjaya memiliki luas wilayah 1 590.50
hektar dengan ketinggian tanah 1500 meter di atas permukaan laut dan topografi
dataran 100-150 m. Luas wilayah yang dimiliki Desa Bangunjaya sebesar 69.73
persen atau sebesar 1109 hektar diperuntukan untuk sawah dan ladang, selebihnya
0.79 persen atau seluas 12 500 km untuk jalan, 14.46 persen atau seluas 230
hektar untuk pemukiman dan perumahan, 10.88 persen atau seluas 173 hektar
untuk jalur penghijauan, 2.20 persen atau 35 hektar untuk pemakaman untuk
prasarana umum lainnya 31 hektar atau sebesar 1.95 persen.
Tabel 6 Luas wilayah Desa Bangunjaya menurut penggunaan tahun 2013
No. Penggunaan wilayah Luas Lahan (Ha) Persen (%)
1 Sawah dan ladang 1109 69.73
2 Jalan 12.5 0.79
3 Pemukiman 230 14.46
4 Jalur penghijauan 173 10.88
5 Pemakaman 35 2.20
6 Prasarana umum lain 31 1.95
Total 1590.5 100.00
Sumber: Monografi Desa Bangunjaya (2013)
33
Suhu udara rata-rata yang dimiliki Desa Bangunjaya sepanjang tahun
berkisar antara 20º - 35º celsius dan dengan curah hujan rata-rata sepanjang tahun
sebesar 40 mm. Batas wilayah Desa Bangunjaya yaitu:
- Sebelah utara : Berbatasan dengan Desa Ciomas
- Sebelah timur : Berbatasan dengan Desa Rengasjajar
- Sebelah selatan : Berbatasan dengan Desa Banyuwangi
- Sebelah barat : Berbatasan dengan Desa Argapura
Total jumlah penduduk Desa Bangunjaya yaitu sebanyak 8852 orang yang
terdiri dari 4621 orang laki-laki dan 4231 orang perempuan. Desa ini memiliki
akses cukup sulit ke pusat kecamatan, kota atau kabupaten, ibu kota provinsi dan
ibu kota negara. Jarak Desa Bangunjaya dari pusat kecamatan adalah 15 km
dengan lama jarak tempuh dengan kendaraan bermotor selama 40 menit. Jarak
Desa Bangunjaya dari pusat kota atau kabupaten adalah 80 km dengan lama jarak
tempuh kendaraan bermotor selama 120 menit. Jarak Desa Bangunjaya dari pusat
ibu kota provinsi adalah 175 km dengan lama jarak tempuh dengan kendaraan
bermotor selama 5 jam. Jarak Desa Bangunjaya dari ibu kota negara adalah 120
km dengan lama jarak tempuh dengan kendaraan bermotor selama 3 jam.
Struktur Organisasi Kelompok Tani Darma Bakti
Susunan struktur organisasi yang dimiliki Kelompok Tani Darma Bakti
terdiri atas ketua kelompok yang dibantu oleh bendahara dan juga sekretaris serta
membawahi beberapa seksi yaitu seksi humas, seksi sarana prasarana, seksi POPT
(Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman) dan seksi usaha. Kelompok Tani
Darma Bakti juga memiliki pelindung penasehat yaitu Kepala Desa Bangunjaya.
Ketua kelompok, sekertaris, bendahara dan seksi-seksi pada struktur organisasi
memiliki tugas pokoknya masing-masing sesuai dengan jabatan dan amanah yang
dijalankannya. Anggota yang dimiliki Kelompok Tani Darma Bakti tercatat
sebanyak 113 orang anggota namun anggota yang aktif saat ini kurang lebih
hanya 30 orang anggota. Pembentukan struktur organisasi pada Kelompok Tani
Darma Bakti dilakukan secara terbuka dan dengan persetujuan para anggota.
Gambar 6 Struktur organisasi Kelompok Tani Darma Bakti
Pelindung Penasehat
Kepala Desa Bangunjaya
Ketua Kelompok
A. Murji
Bendahara
Mulyadi A.M Sekretaris
Abdurrahman
Seksi
Humas
Ust. Rohmad
Sapras
Jumri
POPT
Uci Sanusi
Usaha
Ust. Saepulloh
Anggota Kelompok Tani
34
Gambaran Umum Karakteristik Petani Responden
Responden dalam menganalisis efektivitas kinerja pada penelitian ini
adalah 30 petani anggota aktif Kelompok Tani Darma Bakti. Karakteristik petani
responden yang akan dibahas dalam penelitian meliputi tingkat usia, tingkat
pendidikan, luas lahan, status kepemilikan lahan, status usahatani dan pengalaman
usahatani.
Tingkat Usia
Berdasarkan hasil wawancara, umur petani anggota termuda adalah 30
tahun dan yang tertua 89 tahun. Petani anggota Kelompok Tani Darma Bakti
mayoritas memiliki umur yang berada pada selang umur antara 40 sampai 49
tahun sebesar 26.67 persen, 50 sampai 59 tahun sebesar 26.67 persen dan 60
sampai 69 tahun sebesar 26.67 persen. Umur petani anggota lainnya sebesar 10
persen berada pada selang 30 hingga 39 tahun, 6.67 persen berada pada selang 70
hingga 79 tahun, dan 3.33 persen memiliki umur diatas 80 tahun. Semakin tua
umur dari pertani maka kemampuan dan tenaga yang dimiliki untuk melakukan
produksi semakin rendah. Karakteristik petani anggota berdasarkan umur dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Karakteristik petani anggota berdasarkan tingkat usia
Tingkat Usia (Tahun) Jumlah Responden Persentase (%)
30-39 3 10.00
40-49 8 26.67
50-59 8 26.67
60-69 8 26.67
70-79 2 6.67
>80 1 3.33
Jumlah 30 100.00
Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dimiliki oleh setiap
petani untuk mendukung usahanya. Tingkat pendidikan petani anggota Kelompok
Tani Darma Bakti mayoritas atau sebesar 66.67 persen adalah lulusan dari sekolah
dasar. Petani anggota lainnya sebesar 6.67 persen merupakan lulusan dari sekolah
menengah pertama dan juga sebesar 6.67 persen merupakan lulusan dari sekolah
menengah atas. Terlepas dari pendidikan yang dimiliki oleh sebagian besar petani,
terdapat pula pertani anggota yang tidak bersekolah yaitu sebesar 20 persen.
Kondisi petani anggota kelompok yang mayoritasnya memiliki pendidikan hanya
hingga sekolah dasar dan tidak bersekolah berimplikasi pada rendahnya kualitas
sumberdaya manusia kelompok tani. Hal ini dikarenakan rendahnya kemampuan
petani dalam melakukan kegiatan manajemen dan administrasi, menerima
pengetahuan serta teknologi baru untuk menunjang usahanya. Semakin tinggi
tingkat pendidikan dari petani maka semakin luas pengetahuan yang dimilikinya
untuk mendukung usaha yang dijalankan.
35
Tabel 8 Karakteristik petani anggota berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persentase (%)
Tidak sekolah 6 20.00
SD 20 66.67
SMP 2 6.67
SMA 2 6.67
Jumlah 30 100.00
Luas Lahan
Luas lahan yang terluas dimiliki petani anggota Kelompok Tani Darma
Bakti adalah seluas 2 hektar dan luas lahan tersempit yaitu 0.1 hektar. Sebagian
besar luas lahan yang diusahakan petani anggota berada pada selang luas lahan
antara 0.5 hingga 0.9 hektar. Hal tersebut terlihat pada Tabel 9 bahwa sebesar
43.33 persen petani anggota memiliki luas lahan antara 0.5 hingga 0.9 hektar.
Petani anggota lainnya sebesar 33.33 persen memiliki luas lahan kurang dari 0.5
hektar, 16.67 persen memiliki luas lahan antara 1 hingga 1.4 hektar dan sebesar
6.67 persen memiliki luas lahan lebih dari sama dengan 1.5 hektar. Lahan
merupakan sumberdaya utama yang dibutuhkan oleh petani. Semakin luas lahan
yang diusahakan maka akan semakin tinggi jumlah produksi yang mampu
dihasilkan dan semakin tinggi pula pendapatan yang diperoleh.
Tabel 9 Karakteristik petani anggota berdasarkan luas lahan yang diusahakan
Luas Lahan (Ha) Jumlah Responden Persentase (%)
< 0.5 10 33.33
0.5 - 0.9 13 43.33
1.0 - 1.4 5 16.67
≥1.5 2 6.67
Jumlah 30 100.00
Status Kepemilikan Lahan
Petani anggota Kelompok Tani Darma Bakti sebagian besar
mengusahakan lahan milik pribadi. Hal tersebut terlihat pada Tabel 10, sebesar 50
persen status kepemilikan lahan petani anggota adalah milik pribadi, 26.67 persen
merupakan lahan sewa dan sebesar 23.33 persen lahan yang diusahakan
merupakan lahan milik pribadi dan juga lahan sewa. Status kepemilikan lahan
petani anggota yang mayoritas merupakan lahan milik pribadi merupakan
sumberdaya dan kelebihan bagi petani. Hal ini dikarenakan lahan yang dimiliki
dapat dimanfaatkan oleh petani tanpa perlu mengeluarkan biaya sewa lahan yang
akan mengurangi pendapatannya.
Tabel 10 Karakteristik petani anggota berdasarkan status kepemilikan lahan
Status Kepemilikan Lahan Jumlah Responden Persentase (%)
Milik pribadi 15 50.00
Sewa 8 26.67
Milik pribadi dan sewa 7 23.33
Jumlah 30 100.00
36
Status Usahatani
Petani anggota Kelompok Tani Darma Bakti sebagian besar menjadikan
bertani sebagai pekerjaan pokok. Hal tersebut terlihat pada Tabel 11, sebesar
86.76 persen pertani anggota menjadikan bertani sebagai mata pencaharian utama
dan 13.33 persen lainnya menjadikan bertani sebagai mata pencaharian sampingan.
Petani anggota yang menjadikan bertani sebagai pekerjaan sampingan pada
umumnya memiliki mata pencaharian utama sebagai wirausaha, satpam, buruh
dan pekerjaan swasta lainnya. Meskipun demikian disela waktu yang ada petani
anggota tetap bercocok tanam pada lahan yang dimilikinya. Banyaknya petani
anggota yang memiliki mata pencaharian utama sebagai petani mengindikasikan
bahwa pekerjaan sebagai petani dapat memenuhi kebutuhan pokok rumah tangga
petani.
Tabel 11 Karakteristik petani anggota berdasarkan status usaha
Status Usaha (Bertani) Jumlah Responden Persentase (%)
Utama 26 86.67
Sampingan 4 13.33
Jumlah 30 100.00
Pengalaman Usahatani
Pengalaman merupakan hal utama yang dapat mendukung keberhasilan
usaha yang dilakukan oleh petani. Mayoritas petani anggota Kelompok Tani
Darma Bakti telah bertani selama 6 hingga 15 tahun. Hal tersebut dapat dilihat
pada Tabel 12, sebesar 80 persen petani anggota telah memiliki pengalaman
bertani selama 6 hingga 15 tahun, 15.67 persen selama kurang dari sama dengan 5
tahun dan sebesar 3.33 persen selama lebih dari sama dengan 16 tahun. Pada
umumnya semakin lama petani melakukan usahatani, maka ia akan memiliki
tingkat keberhasilan semakin tinggi dalam bertani. Hal ini dikarenakan
pengalaman memberikan pengetahuan mengenai tindakan–tindakan yang dapat
dilakukan petani dalam menghadapi berbagai kondisi.
Tabel 12 Karakteristik petani anggota berdasarkan lamanya bertani
Lama Bertani (Tahun) Jumlah Responden Persentase (%)
≤ 5 5 15.67
6--15 24 80.00
16 ≤ 1 3.33
Jumlah 30 100.00
EFEKTIVITAS KINERJA KELOMPOK TANI DARMA BAKTI
Efektivitas kinerja kelompok tani adalah sejauh mana kemampuan dan
keberhasilan suatu kelompok tani untuk mengelola dan memberikan manfaat
kepada tiap-tiap anggotanya serta mampu menjalankan fungsi-fungsinya untuk
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan bersama. Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pengembangan
37
Kelembagaan Petani dalam Kementerian Pertanian (2013) mengarahkan
kelompok tani menjadi kelompok tani kuat dan mandiri untuk memiliki kinerja
yang efektif. Sesuai dengan Permentan tersebut, kelompok tani yang kuat dan
mandiri adalah kelompok tani yang melakukan upaya-upaya yaitu: (1) Adanya
pertemuan atau rapat anggota dan pengurus yang berkala; (2) Adanya rencana
kerja kelompok dan evaluasi akhir kelompok tani secara partisipatif; (3) Adanya
aturan atau norma tertulis yang disepakati dan ditaati bersama; (4) Adanya
pencatatan atau pengadministrasian organisasi yang rapih; (5) Memfasilitasi
kegiatan usaha bersama di sektor hulu hingga hilir; (6) Memfasilitasi usahatani
secara komersial dan berorientasi pasar; (7) Memberikan pelayanan informasi dan
teknologi bagi anggota; (8) Adanya jejaring kerjasama antara kelompok tani
dengan pihak lain dalam bentuk kemitraan; dan (9) Adanya pemupukan modal
usaha baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil usaha kegiatan kelompok.
Untuk itu dilakukan pengukuran sejauh mana upaya Kelompok Tani Darma
Bakti menjadi kelompok tani yang kuat dan mandiri untuk melihat seberapa
efektif kinerja yang dimilikinya. Efektivitas kinerja Kelompok Tani Darma Bakti
diukur berdasarkan persepsi dan penilaian 30 petani anggota. Berdasarkan
perhitungan dengan menggunakan skala likert, selang kategori penilaian
efektivitas kinerja Kelompok Tani Darma Bakti dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Selang kategori penilaian efektivitas kinerja Kelompok Tani Darma
Bakti No Kategori Penilaian Selang Kategori Penilaian
1 Belum efektif 600 – 1000
2 Cukup efektif 1001 – 1400
3 Efektif 1401 – 1800
Total skor tertinggi yang dapat diperoleh Kelompok Tani Darma Bakti
adalah 1800 dan total skor terendah yaitu 600 dengan selang sebesar 400. Hasil
pengukuran dari penelitian yang dilakukan, Kelompok Tani Darma Bakti
memperoleh total skor 1238 yang berada pada selang kategori penilaian antara
1001 sampai 1400. Perhitungan total skor efektivitas kinerja Kelompok Tani
Darma Bakti dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan total skor yang
diperoleh dan hasil identifikasi pada tiap-tiap indikator, secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa Kelompok Tani Darma Bakti memiliki kinerja yang cukup
efektif. Namun perlu adanya perbaikan dan peningkatan efektivitas kinerja pada
pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil usaha
kegiatan kelompok.
Adanya Pertemuan atau Rapat Anggota dan Pengurus secara Berkala
Pertemuan berkala kelompok tani adalah pertemuan antara pengurus atau
antara pengurus dengan anggota kelompoktani di suatu tempat, pada waktu
tertentu, dengan aturan-aturan yang telah disepakati untuk membicarakan agenda
yang telah ditetapkan. Pertemuan kelompok tani secara berkala dilakukan secara
teratur setiap dua minggu sekali atau dengan waktu yang disepakati oleh semua
anggota kelompok tani. Pertemuan kelompok merupakan suatu hal yang penting
karena dapat membantu menyelesaikan masalah, menggali potensi, sebagai media
38
pertanggung jawaban atau laporan pengurus dan sekaligus sebagai media
pengambilan berbagai keputusan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
berkelompok tersebut.13
Berdasarkan persepsi dan penilaian dari petani anggota, kinerja Kelompok
Tani Darma Bakti dalam adanya pertemuan atau rapat anggota dan pengurus
secara berkala dinilai sangat baik namun tingkat kehadiran petani anggota perlu
ditingkatkan. Hal tersebut dapat dilihat dari sebesar 52 persen skor yang diperoleh
kelompok tani pada indikator ini berasal dari penilaian sangat baik yang diberikan
anggota. Kelompok Tani Darma Bakti rutin melaksanakan pertemuan atau rapat
anggota dan pengurus yaitu setiap dua minggu sekali. Pada setiap pertemuan atau
rapat yang diadakan Kelompok Tani Darma Bakti selalu memiliki informasi yang
hendak didiskusikan bersama atau disampaikan dalam bentuk pelatihan dan
penyuluhan seperti contohnya terkait pertanian organik, cara bercocok tanam
dengan teknologi tanam jajar legowo yang dilakukan, teknik SRI, teknologi
Pertanian Tanaman Terpadu (PTT) padi, cara penanggulangan hama, cara
pembuatan pupuk kompos, adanya permintaan dan teknologi serta informasi baru
lainnya. Pertemuan atau rapat diadakan di sekertariat yang dimiliki Kelompok
Tani Darma Bakti dan kerap dihadiri oleh penyuluh pendamping dari pihak BP3K,
pihak Dispertanhut Kabupaten Bogor, pihak BKP5K dan pihak luar lainnya yang
merupakan kerabat atau memiliki hubungan kerjasama dengan kelompok tani.
Meskipun kinerja kelompok secara keseluruhan pada indikator ini sangat baik
namun tingkat kehadiran petani anggota pada pertemuan atau rapat yang diadakan
perlu ditingkatkan melalui pemotivasian yang lebih baik lagi oleh kelompok.
Gambar 7 Diagram kategori penilaian adanya pertemuan atau rapat anggota dan
pengurus secara berkala
Adanya Rencana Kerja dan Evaluasi Akhir Kelompok Tani secara
Partisipatif
Rencana kerja sangat penting dimiliki oleh kelompok tani agar kelompok
tani memiliki upaya - upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai target – target
yang diinginkan. Rencana kerja kelompok tani biasa dikenal dengan Rencana
Definitif Kelompok (RDK). RDK merupakan rencana kegiatan kelompok tani
untuk satu tahun yang berisi rencana kegiatan dan kesepakatan bersama dalam
pengelolaan usahatani. Selain rencana kegiatan, kelompok tani pun perlu memiliki
evaluasi yang rutin dilakukan. Adapun kegunaan dari evaluasi adalah memonitor
13 Febrina L. 2013. Kelompok Tani Sebagai Kelas Belajar [Internet]. [Diakses 9 Mei 2014]. Tersedia pada:
http://cybex.deptan.go.id/.
75
52%
70
48%
0
0%
Total Skor 145
Sangat Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
39
pelaksanaan rencana kerja agar berjalan sesuai dengan yang seharusnya hingga
tercapai target yang diinginkan.
Berdasarkan persepsi dan penilaian dari petani anggota, kinerja Kelompok
Tani Darma Bakti dalam adanya rencana kerja dan evaluasi akhir kelompok tani
secara partisipatif dinilai cukup baik. Namun masih ada faktor lain yang perlu
diperbaiki yaitu evaluasi akhir dan tingkat partisipasi anggota dalam proses
perencanaan serta realisasinya perlu ditingkatkan. Hal tersebut dapat dilihat dari
sebesar 49 persen skor yang diperoleh kelompok tani pada indikator ini berasal
dari penilaian cukup baik yang diberikan anggota. Kelompok Tani Darma Bakti
masih belum memiliki rencana kerja tertulis baik untuk jangka pendek, menengah
ataupun jangka panjang. Meskipun demikian, kelompok ini tetap memiliki
rencana kerja yang hendak direalisasikan. Rencana kerja yang ingin direalisasikan
oleh Kelompok Tani Darma Bakti dalam waktu dekat adalah menjadi kelompok
tani penangkar benih dan pengembang beras hitam, meningkatkan produksi beras
hitam kelompok untuk dijual, mengadakan iuran kas bagi anggota dan perbaikan
irigasi. Selain rencana kerja, kelompok Tani Darma Bakti juga memiliki visi, misi
dan tujuan yang ingin dicapai. Proses perencanaan pada Kelompok Tani Darma
Bakti didominasi oleh ketua kelompok, pengurus kelompok yaitu sekertaris dan
bendahara, serta penyuluh pendamping. Meskipun rencana yang dimiliki
kelompok dinilai baik dan tepat oleh anggota namun tingkat partisipasi anggota
dalam proses perencanaan serta realisasinya perlu ditingkatkan.
Gambar 8 Diagram kategori penilaian adanya rencana kerja dan evaluasi akhir
kelompok tani secara partisipatif
Adanya Aturan atau Norma Tertulis yang Disepakati dan Ditaati Bersama
Norma merupakan aturan yang dilengkapi dengan sanksi untuk
mendorong atau menekan perorangan, kelompok, maupun masyarakat secara
keseluruhan guna mencapai nilai – nilai sosial. Kelompok tani perlu memiliki
aturan atau norma yang dapat digunakan sebagai patokan para petani anggota
berperilaku. Adanya aturan atau norma kelompok tani perlu diketahui, disepakati,
dipahami, ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh pengurus maupun petani anggota.
Berdasarkan persepsi dan penilaian dari petani anggota, kinerja Kelompok
Tani Darma Bakti dalam adanya aturan atau norma tertulis yang disepakati dan
ditaati bersama dinilai cukup baik. Namun masih adanya faktor lain yang harus
diperbaiki yaitu perlunya menuliskan aturan atau norma dan kesadaran para petani
anggota untuk menaati aturan atau norma perlu ditingkatkan. Hal tersebut dapat
dilihat dari sebesar 57 persen skor yang diperoleh kelompok tani pada indikator
ini berasal dari penilaian cukup baik yang diberikan anggota. Adapun aturan atau
24
39%
30
49%
7
12%
Total Skor 61
Sangat Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
40
norma yang saat ini dimiliki Kelompok Tani Darma Bakti menurut pengurus dan
petani-petani anggota yaitu keaktifan diharuskan bagi para petani anggota. Selain
itu, cara atau pola tanam dan teknis produksi yang dilakukan para petani anggota
harus sesuai dengan pelatihan, penyuluhan dan hasil kesepakatan kelompok
sehingga tidak adanya perbedaan kualitas dari produk yang dihasilkan. Namun
belum adanya SOP tertulis pada aturan ini. Aturan atau norma lainnya yang
dimiliki Kelompok Tani Darma Bakti yaitu pinjam gabah. Para petani anggota
dapat meminjam gabah kepada kelompok dengan ketentuan pengembalian 10
persen lebih banyak dari jumlah gabah yang dipinjamnya.
Gambar 9 Diagram kategori penilaian adanya aturan atau norma tertulis yang
disepakati dan ditaati bersama
Adanya Pencatatan atau Pengadministrasian Organisasi yang Rapih
Administrasi kelompok tani adalah seperangkat catatan atau dokumen
yang menyangkut tentang semua kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tersebut.
Perangkat administrasi kelompok yang baik dan benar diperlukan sebagai bahan
informasi bagi kelompok maupun dari pihak lain yang berkaitan dengan
kelompok itu seperti usaha, permodalan, jaringan kerjasama dan lain-lain.
Perangkat administrasi itu dibedakan menjadi dua bagian pokok, yaitu
administrasi kegiatan dan administrasi keuangan14
.
Berdasarkan persepsi dan penilaian dari petani anggota, kinerja Kelompok
Tani Darma Bakti dalam adanya pencatatan atau pengadministrasian organisasi
yang rapih dinilai cukup baik. Namun pencatatan dan pengadministrasian belum
dilakukan dengan rapih dan belum disimpan dengan baik sehingga perlu
diperbaiki. Hal tersebut dapat dilihat dari sebesar 79 persen skor yang diperoleh
kelompok tani pada indikator ini berasal dari penilaian cukup baik yang diberikan
anggota. Dalam administrasi kegiatan, Kelompok Tani Darma Bakti melakukan
pencatatan terhadap hasil pengubinan kelompok di setiap panen namun catatan
yang dimiliki belum disimpan dengan baik. Pencatatan kegiatan lainnya yang
dilakukan Kelompok Tani Darma Bakti adalah pencatatan kehadiran dengan
menggunakan buku daftar hadir pada setiap pertemuan atau rapat yang diadakan.
Kelompok Tani Darma Bakti juga memiliki buku daftar kunjungan yang berisi
daftar nama tamu dan keperluan dari pihak-pihak luar kelompok tani yang
melakukan kunjungan. Perlengkapan administrasi kegiatan yang penting dimiliki
kelompok tani adalah daftar anggota, identitas serta kepemilikan masing-masing
14 [BKP3M] BKP3M Kabupaten Tangerang. 2012. Administrasi Kelompok [Internet]. [Diakses 9 Mei 2014].
Tersedia pada: http://bpp-kaliasin.com/
51
39%
76
57%
5
4%
Total Skor 132
Sangat Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
41
anggota. Berdasarkan pengakuan ketua, kelompok memiliki daftar nama petani
anggota tersebut namun telah hilang.
Selain administrasi kegiatan, administrasi keuangan penting dimiliki oleh
kelompok tani. Kelompok Tani Darma Bakti melakukan administrasi keuangan
berupa pencatatan penjualan dan pembelian. Namun kelompok ini tidak memiliki
melakukan pencatatan kas, iuran maupun tabungan karena tidak mengadakan
pemupukan modal kelompok. Administrasi keuangan dan kegiatan dilakukan
kelompok dengan menggunakan alat tulis sederhana dan belum menggunakan
komputer serta belum disimpan dengan baik. Hal ini karena administrasi
dilakukan oleh ketua kelompok sehingga kurang mendapatkan perhatian karena
ketua kelompok memiliki tugas yang tumpang tindih.
Gambar 10 Diagram kategori penilaian adanya pencatatan atau
pengadministrasian organisasi yang rapih
Memfasilitasi Kegiatan Usaha Bersama di Sektor Hulu hingga Hilir
Kinerja kelompok tani dalam memfasilitasi kegiatan – kegiatan usaha
bersama di sektor hulu hingga hilir bagi anggota dapat ditinjau dari penyediaan
sarana prasarana berupa input–input dan alat serta mesin pertanian, pemasaran,
permodalan, dan juga penyediaan informasi melalui pelatihan dan penyuluhan.
Berdasarkan persepsi dan penilaian dari petani anggota, kinerja Kelompok Tani
Darma Bakti dalam memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu
hingga hilir dinilai sangat baik. Hal tersebut dapat dilihat dari sebesar 56 persen
skor yang diperoleh kelompok tani pada indikator ini berasal dari penilaian sangat
baik yang diberikan anggota.
Dalam rangka memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor
hulu hingga hilir, Kelompok Tani Darma Bakti menyediakan sarana prasarana
produksi berupa benih dan pupuk serta alat mesin pertanian. Input-input produksi
yang disediakan kelompok tani tidak rutin ketersediaannya melainkan hanya saat
adanya bantuan atau subsidi dari pemerintah atau saat adanya pasokan dari mitra.
Kelompok Tani Darma Bakti menyediakan sarana prasarana berupa traktor, hand
sprayer, power thresher, mesin pencacah, mesin kompos, alat pendeteksi hama,
gudang, sekretariat, alat press kemasan dan akan menyusul pengadaan heller.
Namun beberapa dari sarana prasarana yang disediakan kelompok dinilai belum
memadai seperti contohnya gudang dan sekertariat yang saat ini masih sedang
dalam pembangunan. Untuk memfasilitasi kegiatan hulu hingga hilir, Kelompok
Tani Darma Bakti dinilai rutin mengadakan pelatihan dan penyuluhan. Dengan
demikian, petani anggota akan terus memperoleh informasi dan keahlian-keahlian
baru yang dibutuhkan untuk kegiatan produksinya. Meskipun kinerja Kelompok
Tani Darma Bakti pada indikator ini secara keseluruhan dinilai cukup baik namun
12
19%
50
79%
1
2%
Total Skor 63
Sangat Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
42
masih perlu adanya perbaikan pada faktor penyediaan pinjaman atau modal bagi
anggota. Menurut petani anggota, Kelompok Tani Darma Bakti belum menjalin
kerjasama dalam penyediaan modal dan belum menyediakan pinjaman modal
yang terkadang diperlukan petani anggota untuk melakukan kegiatan usahanya
dari hulu hingga hilir.
Gambar 11 Diagram kategori penilaian dalam memfasilitasi kegiatan-kegiatan
usaha bersama di sektor hulu hingga hilir
Memfasilitasi Usahatani Komersial dan Berorientasi Pasar
Kinerja kelompok tani dalam memfasilitasi usahatani komersial dan
berorientasi pasar ditinjau dengan melihat bauran pemasaran yang dilakukan
kelompok yaitu produk, harga, promosi dan distribusi. Berdasarkan persepsi dan
penilaian dari petani anggota, kinerja Kelompok Tani Darma Bakti dalam
memfasilitasi usahatani komersial dan berorientasi pasar dinilai sangat baik. Hal
tersebut dapat dilihat dari sebesar 52 persen skor yang diperoleh kelompok tani
pada indikator ini berasal dari penilaian sangat baik yang diberikan anggota.
Menurut petani anggota, komoditas atau produk yang dianjurkan kelompok untuk
dikembangkan bersama cukup sesuai dengan keinginan anggota dan pasar seperti
beras hitam. Hal ini dikarenakan beras hitam mudah diusahakan atau
pengusahaannya sama dengan beras putih, namun keuntungan yang dapat
diperoleh petani anggota lebih besar. Harga yang ditawarkan Kelompok Tani
Darma Bakti dalam membeli hasil panen anggota dan dalam menjual hasil
produksi kelompok ke pasar juga dinilai sudah cukup sesuai. Hal ini dilihat dari
harga yang ditawarkan sama dengan harga yang ada di pasar dan pembayaran
yang dilakukan kelompok tani terbilang lancar (simpan-bayar ≤ 7 hari) dalam
membeli hasil panen anggota. Untuk itu petani anggota cenderung lebih memilih
menjual hasil panennya bersama dengan Kelompok Tani Darma Bakti. Kelompok
Tani Darma Bakti dinilai cukup baik dalam memfasilitasi tempat penjualan dan
pendistribusian hasil panen anggota. Hal ini juga dikarenakan kelompok mampu
melakukan promosi yang efektif meski dilakukan dengan cara sederhana. Saat ini,
beras hitam yang diproduksi petani anggota selalu terjual habis di setiap musim
tanamnya.
138
56%
68
28%
40
16%
Total Skor 246
Sangat Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
43
Gambar 12 Diagram kategori penilaian dalam memfasilitasi usahatani komersial
dan berorientasi pasar
Memberikan Pelayanan Informasi dan Teknologi bagi Anggota
Petani memerlukan beragam informasi dan teknologi untuk mendukung
usaha taninya. Informasi yang dibutuhkan tidak hanya informasi praktis tentang
teknologi produksi tanaman, tetapi juga informasi mengenai pengolahan,
penyimpanan, dan penanganan serta pemasaran. Media yang paling sering
digunakan petani dalam mengakses informasi adalah pertemuan, diikuti media
elektronis dan media cetak. Tersedianya berbagai informasi teknologi pertanian
akan mempercepat kemajuan dan pengembangan usaha pertanian para petani
(Andriaty et al. 2011).
Berdasarkan persepsi dan penilaian dari petani anggota, kinerja Kelompok
Tani Darma Bakti dalam memberikan pelayanan informasi dan teknologi bagi
anggota dinilai sangat baik. Hal tersebut dapat dilihat dari sebesar 60 persen skor
yang diperoleh kelompok tani pada indikator ini berasal dari penilaian sangat baik
yang diberikan anggota. Menurut petani anggota, Kelompok Tani Darma Bakti
memberikan informasi dan teknologi yang mencukupi. Adapun informasi dan
teknologi yang diberikan Kelompok Tani Darma Bakti untuk petani anggota yaitu
terkait dengan pertanian organik, cara bercocok tanam dengan teknologi tanam
jajar legowo, teknik SRI, teknologi Pertanian Tanaman Terpadu (PTT) padi, cara
penanggulangan hama, cara pembuatan pupuk kompos, adanya permintaan dan
teknologi serta informasi terkait lainnya. Kelompok Tani Darma Bakti juga
menyediakan teknologi berupa mesin yang berasal dari bantuan pemerintah yaitu
traktor, hand sprayer, power thresher, mesin pencacah, mesin kompos, alat
pendeteksi hama dan akan menyusul pengadaan heller.
Gambar 13 Diagram kategori penilaian dalam pemberian pelayanan informasi
dan teknologi bagi anggota
180
52% 146
43%
17
5%
Total Skor 343
Sangat Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
42
60%
24
34%
4
6%
Total Skor 70
Sangat Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
44
Adanya Jejaring Kerjasama antara Kelompok Tani dengan Pihak Lain
dalam Bentuk Kemitraan
Kemitraan merupakan suatu bentuk hubungan kerjasama dimana pihak-
pihak yang bermitra berbagi keuntungan dan kerugian dari hubungan kerjasama
yang dijalankan. Jejaring kerjasama dan kemitraan diperlukan oleh kelompok tani
sebagai jalan keluar dari segala keterbatasan sumberdaya yang dimiliki seperti
modal, teknologi, informasi dan pasar. Berdasarkan persepsi dan penilaian dari
petani anggota, kinerja Kelompok Tani Darma Bakti dalam adanya jejaring
kerjasama antara kelompok tani dengan pihak lain dalam bentuk kemitraan dinilai
cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari sebesar 86 persen skor yang diperoleh
kelompok tani pada indikator ini berasal dari penilaian cukup baik yang diberikan
anggota. Kelompok Tani Darma Bakti menjalin kerjasama dengan pihak lain
dalam bentuk kemitraan namun jumlahnya tidak banyak. Adapun mitra yang
dimiliki kelompok tani secara resmi yaitu Carefour, K’Link, dan Nutrimas.
Kerjasama yang terjalin dengan Carefour adalah dalam bidang pemasaran, dimana
Carefour bertindak sebagai retailer. Tiap-tiap permintaan beras hitam dari pihak
Carefour maksimal jumlahnya delapan ton namun Kelompok Tani Darma Bakti
saat ini baru mampu memasok maksimal satu ton. Kerjasama yang terjalin dengan
K’Link dan Nutrimas adalah dalam pengadaan input produksi khususnya pupuk.
K’Link sempat rutin menyediakan pupuk organik dengan merek Bio Boost,
namun saat ini K’Link sudah tidak lagi rutin menyediakan. Sedangkan kerjasama
kelompok dengan Nutrimas sudah tidak lagi terjalin. Meskipun demikian
Kelompok Tani Darma Bakti tetap memiliki hubungan yang baik dengan pihak-
pihak mitra dan pihak luar lainnya.
Gambar 14 Diagram kategori penilaian adanya jejaring kerjasama antara
kelompok tani dengan pihak lain dalam bentuk kemitraan
Adanya Pemupukan Modal Usaha Baik Iuran dari Anggota atau Penyisihan
Hasil usaha Kegiatan Kelompok
Permasalahan pokok yang dihadapi petani atau kelompok tani dalam
pengembangan usaha pertanian adalah lemahnya permodalan. Salah satu cara
untuk mendapatkan modal petani atau kelompok tani adalah melalui pemupukan
modal. Pemupukan modal dilakukan dengan cara menggali sumber-sumber modal,
baik modal dari kelompok (internal) ataupun sumber modal dari luar kelompok
(eksternal). Pemupukan modal internal yang dapat dilakukan kelompok tani yaitu
mengadakan kas, iuran atau tabungan bagi para petani anggota.
Berdasarkan persepsi dan penilaian dari petani anggota, kinerja Kelompok
Tani Darma Bakti dalam pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau
18
16%
86
75%
11
9%
Total Skor 115
Sangat Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
45
penyisihan hasil usaha dinilai kurang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari sebesar
90 persen skor yang diperoleh kelompok tani pada indikator ini berasal dari
penilaian kurang baik yang diberikan anggota. Kelompok Tani Darma Bakti
belum menjalin kerjasama dengan penyedia modal ataupun investor. Dalam
rangka pemupukan modal usaha internal, Kelompok Tani Darma Bakti tidak
mengadakan iuran dari anggota dan juga tidak melakukan penyisihan hasil usaha.
Kelompok Tani Darma Bakti tidak mengadakan kas, tabungan, dan iuran dari
anggota karena kelompok ini pernah mengadakan iuran kas bagi para anggota
sebelumnya namun pembayaran iuran kas tersebut tidak berjalan lancar.
Rendahnya kesadaran anggota untuk rutin membayar iuran kas tersebut dan kas
yang telah dibayarkan tidak jarang diambil kembali. Namun sadar akan
pentingnya iuran dan penyisihan hasil usaha, dalam waktu dekat Kelompok Tani
Darma Bakti akan mengadakannya kembali untuk keberlangsungan kelompok.
Gambar 15 Diagram kategori penilaian adanya pemupukan modal baik iuran dari
anggota atau penyisihan hasil usaha kelompok
STRATEGI PENGEMBANGAN KELOMPOK TANI DARMA
BAKTI DALAM PENGUSAHAAN BERAS HITAM
Analisis Lingkungan Kelompok Tani Darma Bakti
Analisis lingkungan merupakan tahap awal dalam perumusan strategi yang
bertujuan untuk mengindentifikasi lingkungan Kelompok Tani Darma Bakti.
Lingkungan kelompok tani mencakup semua faktor yang mempengaruhi
kelompok tani baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
pengembangannya menjadi kelompok tani yang mengusahakan komoditi pangan
beras hitam. Secara garis besar lingkungan yang dianalisis terdiri dari lingkungan
internal dan lingkungan eksternal.
Analisis Lingkungan Internal
Lingkungan internal adalah lingkungan yang berada dalam kelompok tani
dan memiliki implikasi atau pengaruh langsung terhadap Kelompok Tani Darma
Bakti. Setiap perusahaan atau organisasi baik formal maupun informal seperti
Kelompok Tani Darma Bakti mampu mengendalikan lingkungan internal.
Analisis lingkungan internal merupakan proses yang dilakukan guna
mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang menjadi kekuatan dan kelemahan
kelompok tani dengan meninjau aspek pemasaran, aspek keuangan, aspek
0
0%
6
10%
57
90% Total Skor 63
Sangat Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
46
manajemen, aspek produksi dan operasi, aspek penelitian dan pengembangan serta
sistem informasi manajemen Kelompok Tani Darma Bakti.
Pemasaran
Pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan,
mengantisipasi, menciptakan serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan
atas barang dan jasa. Aspek pemasaran mencakup bauran pemasaran yang perlu
diperhatikan yaitu produk, harga, distribusi dan promosi. Selain itu, analisis aspek
pemasaran juga mencakup komponen-komponen strategi pemasaran yang perlu
diperhatikan seperti segmenting, targeting dan positioning.
Produk yang dihasilkan oleh Kelompok Tani Darma Bakti adalah beras
hitam. Beras hitam menawarkan banyak sekali manfaat bagi kesehatan dan ramah
lingkungan karena diusahakan dengan perlakuan organik. Beras hitam yang
dihasilkan belum dapat dikatakan bersifat organik melainkan semi organik karena
menurut BP3K setempat lahan yang diusahakan kelompok ini masih mengandung
unsur-unsur kimia (Fe) dan PH yang cukup tinggi sebesar 4.0 – 5.5. Produk beras
hitam yang dipasarkannya pun belum memiliki nama jual dan juga sertifikasi.
Selain itu, beras hitam yang dihasilkan masih dikemas secara sederhana. Untuk
pemasaran dengan tujuan bazar atau konsumen akhir, beras hitam dikemas dengan
plastik ukuran satu kilogram kemudian di press dan ditempelkan label sticker.
Sedangkan untuk pemasaran dengan tujuan curah kepada distributor atau retailer,
beras hitam hanya dikemas di dalam karung-karung. Adapun label sticker yang
ditempelkan pada kemasan plastik ukuran satu kg dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16 Sticker kemasan produk beras hitam Kelompok Tani Darma Bakti
terbaru
Beras hitam merupakan komoditi yang sedang menjadi fokus utama untuk
dikembangkan pada Kelompok Tani Darma Bakti. Meskipun demikian, kelompok
tani ini tidak membatasi jika pengurus dan anggotanya juga ingin mengusahakan
komoditi lain sebagai sampingan baik untuk konsumsi pribadi maupun dijual
seperti beras putih, pare, jagung dan kangkung. Kelompok Tani Darma Bakti
membeli gabah kering beras hitam yang dihasilkan petani anggota dengan harga
Rp 7 000 per kg. Kemudian gabah kering beras hitam tersebut digiling oleh
kelompok dan satu ton gabah kering hanya menghasilkan 6.5 kwintal beras hitam.
Produk beras hitam yang dihasilkan Kelompok Tani Darma Bakti dijual dengan
47
kisaran harga antara Rp 20 000 sampai 25 000 per kg. Untuk retailer beras hitam
dijual dengan harga Rp 20 000 per kg sedangkan bagi konsumen akhir beras hitam
dijual dengan harga Rp 25 000 per kg. Berdasarkan hasil pengukuran efektivitas
kinerja, sebesar 53.3 persen petani anggota menyatakan bahwa harga yang
ditawarkan kelompok dalam membeli hasil panen anggota dan dalam menjual
hasil produksi kelompok ke pasar dinilai sudah cukup sesuai. Sistem penetapan
harga dilakukan kelompok berdasarkan pada harga pasar sehingga produk dapat
bersaing sehat dengan produk yang ada di pasar.
Distribusi dilakukan Kelompok Tani Darma Bakti melalui dua buah
saluran distribusi yang sederhana. Saluran distribusi yang pertama dilakukan
kelompok ini dengan menjual beras hitam yang dihasilkan langsung kepada
konsumen akhir. Hal ini dilakukan selain melalui bazar juga melalui pemesanan
oleh konsumen akhir atau bahkan kunjungan yang dilakukan konsumen akhir
langsung ke kelompok tani. Saluran distribusi yang kedua dilakukan kelompok ini
dengan menjual beras hitam yang dihasilkan kepada retailer untuk dijual kembali
kepada konsumen akhir. Penjualan kelompok kepada retailer pada saluran ini
dilakukan melalui penyalur atau distributor. Untuk saat ini, Kelompok Tani
Darma Bakti baru menjalin kerjasama hanya dengan pihak Carefour saja sebagai
retailer. Sedangkan distributor adalah distributor perseorangan yang merupakan
rekan dari Kelompok Tani Darma Bakti dan juga pihak Carefour. Konsumen
akhir dari produk beras hitam yang dihasilkan kelompok tani yaitu dosen-dosen
Institut Pertanian Bogor, karyawan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten
Bogor, pilot dan pramugari dari Tangerang, penikmat beras organik dan orang-
orang berkebutuhan khusus terhadap beras hitam dengan alasan kesehatan.
Sampai saat ini beras hitam yang diproduksi telah didistribusikan ke wilayah
Tangerang dan sekitarnya, Kabupaten dan Kota Bogor dan sekitarnya serta
Sukabumi. Untuk mendistribusikan produk dalam jumlah yang besar dan dengan
jarak yang cukup jauh, Kelompok Tani Darma Bakti harus menyewa kendaraan
bermotor, angkutan umum atau mobil bak karena kelompok ini belum memiliki
sarana transportasi. Seringkali pihak distributor atau retailer bahkan mengambil
sendiri beras hitam yang dibelinya. Dengan saluran distribusi yang dimiliki oleh
Kelompok Tani Darma Bakti maka petani anggota tidak kesulitan memasarkan
beras hitam yang dihasilkan.
Gambar 17 Saluran distribusi Kelompok Tani Darma Bakti
Kegiatan promosi dilakukan oleh pengurus dan anggota Kelompok Tani
Darma Bakti melalui metode mulut ke mulut (word to mouth) dari satu daerah ke
daerah lainnya dan juga melalui brosur dalam bentuk lembar fotocopy. Selain itu,
promosi juga dilakukan oleh kelompok tani ini dengan rajin mengikuti pameran-
pameran atau bazar khususnya bazar yang rutin diadakan oleh Dinas Pertanian
dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Kegiatan promosi yang dilakukan masih
Saluran I
Saluran II
distributor
Kelompok Tani
Darma Bakti Konsumen
Akhir
Retailer
48
terbilang sederhana mengingat terbatasnya biaya dan kemampuan untuk
melakukan promosi dengan lebih baik. Namun promosi yang telah dilakukan
sampai saat ini dinilai sudah efektif bagi Kelompok Tani Darma Bakti untuk dapat
memasarkan produk beras hitamnya. Hal ini sesuai dengan hasil pengukuran
efektivitas kinerja yaitu sebesar 73.3 persen petani anggota menyatakan bahwa
promosi yang dilakukan Kelompok Tani Darma Bakti sudah efektif.
Segmentasi dari beras hitam Kelompok Tani Darma Bakti tidak
membedakan jenis kelamin, variabel usia, pekerjaan, atau letak geografisnya.
Segmentasi beras hitam Kelompok Tani Darma Bakti adalah semua masyarakat
atau konsumen yang peduli akan kesehatan. Target dari beras hitam Kelompok
Tani Darma Bakti yaitu kepada kalangan menengah ke atas karena harga beras
hitam yang lebih tinggi jika dibandingkan jenis beras lainnya. Namun tidak
menutup kemungkinan adanya kalangan menengah ke bawah yang juga
mengkonsumsi beras hitam untuk alasan kesehatan. Posisi, image atau citra beras
hitam di mata konsumen adalah beras yang mampu memberikan begitu banyak
manfaat bagi kesehatan atau biasa disebut juga sebagai beras obat karena mampu
mencegah bahkan menyembuhkan berbagai macam penyakit. Selain baik bagi
kesehatan, beras hitam juga dikenal sebagai beras yang ramah lingkungan karena
diusahakan secara organik.
Keuangan
Keuangan merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan oleh setiap
usaha, termasuk juga Kelompok Tani Darma Bakti. Kondisi keuangan seringkali
dianggap sebagai ukuran terbaik untuk posisi kompetitif perusahaan atau
organisasi dan daya tarik bagi investor. Semakin baik sistem dan kondisi
keuangan suatu perusahaan atau organisasi maka semakin baik pula penilaian
terhadap perusahaan atau organisasi tersebut. Kelompok Tani Darma Bakti
didirikan berdasarkan hasil musyawarah masyarakat, pihak desa dan BP3K
dengan menggunakan modal awal yang jumlahnya tidak besar. Modal awal
berasal dari bantuan pihak desa, BP3K dan ketua kelompok saat itu. Modal
tersebut digunakan untuk keperluan kelompok seperti pembuatan spanduk
kelompok, pembelian alat-alat administrasi dan pembukuan, pompa air, dan
keperluan lainnya.
Untuk menjalankan usahanya, seluruh petani anggota menggunakan modal
pribadi. Namun baik kelompok maupun anggota memiliki keterbatasan modal
sehingga terkadang untuk melakukan produksi perlu menunggu pembayaran hasil
penjualan atau melakukan peminjaman modal. Menurut hasil pengukuran
efektivitas kinerja salah satu penyebabnya adalah kinerja kelompok dalam adanya
pemupukan modal usaha baik melalui iuran anggota maupun penyisihan hasil
usaha dinilai kurang baik. Kelompok Tani Darma Bakti pernah mengadakan iuran
anggota atau kas yang digunakan untuk keperluan kegiatan kelompok. Namun
iuran atau kas yang diadakan tidak berjalan lama karena kas tersebut diambil
kembali oleh para anggota. Saat ini, Kelompok Tani Darma Bakti tidak
mengadakan iuran anggota ataupun penyisihan hasil usaha dengan alasan
kurangnya kesadaran anggota untuk menaatinya. Selain itu, Kelompok Tani
Darma Bakti memiliki sistem keuangan yang masih sangat sederhana. Adapun
alat-alat yang digunakan dalam proses pencatatan keuangan yaitu berupa buku
keuangan yang berisi data pemasukan dan pengeluaran kelompok, alat tulis
49
sederhana, kwitansi penjualan dan kalkulator untuk proses perhitungan. Namun
pencatatan keuangan dan pembukuan yang dilakukan Kelompok Tani Darma
Bakti belum dilakukan dengan rapih, belum disimpan dengan baik dan terpisah
satu dengan yang lainnya sehingga peneliti kesulitan untuk mendokumentasikan.
Kelompok Tani Darma Bakti memiliki sarana prasarana produksi pertanian
yang diperoleh dari bantuan yang diberikan oleh pemerintah yaitu Dinas Pertanian
dan Kehutanan Kabupaten Bogor dan UPT Kecamatan Cigudeg. Adapun bantuan
sarana prasarana produksi pertanian tersebut yaitu traktor, hand sprayer, power
thresher, mesin pencacah, mesin kompos, alat pendeteksi hama, bangunan gudang
dan sekretariat kelompok. Rencana bantuan lainnya yang akan diberikan oleh
pemerintah untuk Kelompok Tani Darma Bakti adalah heller atau mesin
penggiling padi. Bantuan-bantuan ini diberikan oleh pemerintah setempat secara
bertahap dengan mempertimbangkan perkembangan Kelompok Tani Darma Bakti.
Mesin-mesin dan sarana prasarana yang diperoleh kelompok dari bantuan dapat
digunakan oleh seluruh anggota untuk keperluan produksi pertaniannya.
Penerimaan para petani anggota yang mengusahakan beras hitam diperoleh
dari penjualan output kepada kelompok tani yang dihasilkan dari kegiatan
usahatani berupa gabah kering panen. Gabah kering panen rata - rata yang mampu
dihasilkan petani beras hitam adalah sebanyak 5000 kg per hektar per musim
tanam dengan harga jual Rp 7 000 per kg nya. Untuk itu, penerimaan yang
mampu diperoleh petani beras hitam sebesar Rp 35 000 000 per hektar per musim
tanam. Pengusahaan beras hitam dilakukan dengan pertanian organik sehingga
tidak menggunakan input-input yang mengandung bahan-bahan kimia. Hal ini
baik bagi lahan yang diusahakan, beras yang dihasilkan menjadi lebih sehat dan
menguntungkan bagi petani. Sebagian petani memperoleh input-input organik
dengan membeli dan sebagian lainnya membuat sendiri melalui bahan-bahan yang
diperoleh dari alam atau lingkungan sekitar. Total biaya yang dikeluarkan
keduanya tentu berbeda. Biaya total yang dikeluarkan petani yang memperoleh
input dengan membeli sebesar Rp 8 029 782.71 per hektar per musim tanam.
Sedangkan biaya total yang dikeluarkan petani yang memperoleh input dengan
membuat sendiri sebesar Rp 7 237 899.38 per hektar per musim tanam. Input –
input tersebut yaitu benih, pupuk organik padat, pupuk organik cair, mol, dan
pestisida organik. Berdasarkan nilai tersebut diperoleh R/C total usahatani dengan
input yang diperoleh melaui pembelian adalah sebesar 3.36. Artinya setiap Rp 1
dari biaya total yang dikeluarkan oleh petani beras hitam akan memberikan
penerimaan sebesar Rp 3.36. Kemudian R/C total usahatani dengan input yang
diperoleh melalui pembuatan secara mandiri adalah sebesar 3.84. Artinya setiap
Rp 1 dari biaya total yang dikeluarkan oleh petani beras hitam akan memberikan
penerimaan sebesar Rp 3.84. Nilai R/C total menyatakan bahwa usahatani beras
hitam layak diusahakan atau sudah efisien. R/C total usahatani beras hitam dengan
input yang diperoleh melalui pembuatan secara mandiri nilainya lebih besar maka
dapat dikatakan lebih menguntungkan. Berdasarkan hasil perhitungan, pendapatan
total petani beras hitam yang memperoleh input dengan cara membeli yaitu
sebesar Rp 26 970 217.29 per hektar per musim tanam. Sedangkan pendapatan
total petani beras hitam yang memperoleh input dengan membuatnya sendiri
sebesar Rp 27 762 100.62 per hektar per musim tanam. Perhitungan dapat dilihat
pada Lampiran 2.
50
Manajemen
Manajemen memiliki fungsi yang terdiri dari lima aktivitas dasar yaitu
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemberian motivasi
(actuating), pengendalian (controlling), pengolahan staf (leading).
Perencanaan terdiri dari semua aktivitas manajerial yang berkaitan dengan
persiapan menghadapi masa depan. Kelompok Tani Darma Bakti masih belum
memiliki perencanaan tertulis baik untuk jangka pendek, menengah ataupun
jangka panjang. Meskipun belum memiliki perencanaan tertulis namun bukan
berarti kelompok ini tidak memiliki rencana yang hendak direalisasikan. Rencana
kerja yang ingin direalisasikan oleh Kelompok Tani Darma Bakti adalah menjadi
kelompok tani penangkar benih dan pengembang beras hitam, meningkatkan
produksi beras hitam kelompok untuk dijual, dan mengadakan iuran kas bagi
anggota. Selain rencana kerja, kelompok Tani Darma Bakti juga memiliki visi,
misi dan tujuan yang ingin dicapai. Proses perencanaan pada Kelompok Tani
Darma Bakti didominasi oleh ketua kelompok, pengurus kelompok yaitu
sekertaris dan bendahara, serta penyuluh pendamping. Hal ini dikarenakan
rendahnya partisipasi anggota. Selain itu, baik ketua dan pengurus kelompok
merupakan perwakilan dari kelompok yang sering berhubungan dengan pihak luar
seperti Badan Penyuluh Pertanian (BPP), pihak desa dan kecamatan serta Dinas
Pertanian dan Kehutanan setempat. Tentu saja hal ini menjadi kekuatan bagi
kelompok tani karena selain dapat mendukung proses perencanaan, kelompok tani
juga menjadi lebih dikenal. Hal ini sesuai dengan hasil pengukuran efektivitas
kinerja yang menyatakan bahwa kinerja kelompok dalam adanya rencana kerja
dan evaluasi akhir dinilai sudah cukup baik namun tingkat partisipasi anggota
dalam proses perencanaan dan realisasinya perlu ditingkatkan.
Pengorganisasian meliputi semua aktivitas manajerial yang menghasilkan
struktur pekerjaan dan hubungan wewenang. Kelompok Tani Darma Bakti
memiliki struktur organisasi yang dipilih dan ditentukan secara terbuka dengan
kesepakatan bersama. Adapun struktur organisasi Kelompok Tani Darma Bakti
terdiri dari ketua kelompok yang dibantu oleh bendahara dan juga sekretaris serta
membawahi beberapa seksi yaitu seksi humas, seksi sarana prasarana, seksi POPT
(Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman) dan seksi usaha. Tiap-tiap
pengurus dalam struktur organisasi tersebut memiliki spesialisasi pekerjaan atau
tugasnya masing-masing. Perangkat organisasi yang ada sudah cukup tepat bagi
kelompok tani namun pengorganisasiannya masih terpusat pada ketua karena
tugas dari masing-masing pengurus belum dijalankan dengan baik. Hal ini
menjadi salah satu kendala bagi pengembangan Kelompok Tani Darma Bakti.
Pemotivasian didefinisikan sebagai usaha yang diarahkan untuk
membentuk perilaku manusia. Pemotivasian yang diberikan Kelompok Tani
Darma Bakti terhadap anggota berdasarkan pengamatan dirasakan masih rendah.
Hal ini ditunjukkan oleh adanya sejumlah besar anggota yang tidak aktif dan
rendahnya jumlah keikutsertaan anggota kelompok dalam pertemuan-pertemuan
yang diadakan meskipun pertemuan telah terjadwal. Hal ini dikarenakan
kurangnya pemahaman anggota akan manfaat dan peranan kelompok tani serta
ketua kelompok kurang melibatkan anggota dalam perencanaan dan pengambilan
keputusan.
Pengendalian merujuk pada semua aktivitas manajerial yang diarahkan
untuk memastikan bahwa hasil aktual konsisten sesuai dengan perencanaan.
51
Pengendalian terdiri atas empat tahap dasar yaitu menetapkan standar kinerja,
mengukur kinerja individu dan organisasi, membandingkan kinerja aktual dengan
standar-standar yang direncanakan, dan melakukan tindakan korektif. Pada
kelompok tani, pengendalian dilakukan oleh pengurus kelompok terutama ketua
kelompok tani. Pengendalian Kelompok Tani Darma Bakti dilakukan terhadap
aktivitas anggota khususnya dalam hal kegiatan produksi. Namun pengendalian
dirasakan masih kurang efektif karena belum ditetapkannya standar kinerja atau
SOP bagi anggota dalam melakukan produksi. Sedangkan seperti yang telah
dijabarkan sebelumnya, penetapan standar kinerja atau SOP merupakan tahap
awal dalam proses pengendalian.
Pengelolaan staf dipusatkan pada manajemen personalia atau manajemen
sumber daya manusia. Saat ini, Kelompok Tani Darma Bakti tercatat memiliki
113 orang anggota dengan anggota aktif berjumlah 30 orang anggota. Dalam
rangka perekrutan anggota, Kelompok Tani Darma Bakti tidak memiliki prosedur,
syarat atau ketentuan khusus. Hanya saja untuk menjadi anggota Kelompok Tani
Darma Bakti, calon anggota harus memiliki kemauan dan semangat yang tinggi
serta mengikuti peraturan yang ada. Untuk meningkatkan kemampuan anggota
khususnya dalam kegiatan produksi, Kelompok Tani Darma Bakti seringkali
mengadakan pelatihan dan penyuluhan dibantu oleh penyuluh dan pemerintah
setempat. Komunikasi yang terjalin antara ketua, pengurus dan anggota pun tidak
kaku sehingga memudahkan pelaksanaan aktivitas pada Kelompok Tani Darma
Bakti.
Produksi dan Operasi
Kelompok Tani Darma Bakti memiliki anggota yang didominasi oleh
petani pemilik lahan. Para petani anggota Kelompok Tani Darma Bakti bertani
kurang lebih selama 6 jam per harinya dengan jam kerja yang tidak menentu.
Namun biasanya para petani berada di sawah pagi hingga siang hari dimulai pukul
07.30-15.00 WIB dengan selang waktu istirahat pada pukul 11.30-13.00 WIB.
Proses produksi yang dilakukan oleh para petani dimulai dari kegiatan penyediaan
bahan baku, pengolahan lahan hingga pemanenan. Selanjutnya untuk kegiatan
pasca panen hingga pemasaran dilakukan petani anggota bersama dengan
Kelompok Tani Darma Bakti.
1. Penyediaan bahan baku
Bahan baku yang diperlukan oleh petani meliputi benih beras hitam,
pupuk, pestisida organik, karung dan plastik kemas. Proses perolehan bahan baku
dilakukan secara mandiri oleh para petani dengan mendatangi penjual retailer agar
bahan baku yang didapatkan sesuai dengan kualitas dan harga yang diinginkan.
Benih beras hitam diperoleh para petani pada mulanya dari ketua Kelompok Tani
Darma Bakti yaitu Pak Murjia. Sedangkan pupuk dan obat atau pestisida organik
diperoleh petani dari toko-toko penjual sarana produksi pertanian yang ada di
Pasar Leuwiliang atau pasar lainnya yang ada di Kabupaten Bogor. Pupuk organik
yang biasa digunakan petani anggota kelompok adalah petroganik atau Bio Boost.
Sedangkan obat atau pestisida organik yang biasa digunakan petani anggota
kelompok adalah Bio Boost, Superfarm atau Nutrimas. Bio Boost dapat diperoleh
pertani anggota kelompok dari kerjasama yang terjalin antara Kelompok Tani
Darma Bakti dengan produsen Bio Boost yaitu K’Link. Pupuk dan pestisida
52
organik dapat pula diperoleh petani tanpa membeli melainkan membuatnya
sendiri dengan bahan-bahan yang berasal dari alam atau lingkungan sekitar.
Namun Kelompok Tani Darma Bakti masih jarang melakukannya. Pupuk kompos
dibuat dengan mencampur rebung atau buah-buahan yang sudah di hancurkan
dengan EM-4 dan air lalu difermentasi kurang lebih selama satu minggu. Pupuk
bokashi dibuat dengan mencampur kotoran ternak dan dedak bekatul atau jerami
dengan EM-4, air, molasses atau tetes tebu lalu difermentasi kurang lebih selama
satu minggu. Sedangkan pestisida organik dibuat dari daun picung, daun nangka,
daun sirsak, tanaman nimba, mindi atau bawang putih dengan gula merah lalu
difermentasi kurang lebih selama satu minggu. Karung dan plastik kemas tersedia
pada kelompok tani yang diperoleh kelompok dari toko-toko plastik di Pasar
Leuwiliang atau pasar lainnya di Kabupaten Bogor.
2. Pengolahan lahan
Pengolahan lahan dilakukan saat lahan diberakan selama kurang lebih satu
bulan. Lahan diolah dengan menggunakan traktor. Selain diolah dengan
menggunakan traktor lahan juga ditaburkan jerami dan pupuk serta dijaga kadar
airnya. Pengolahan lahan ini dilakukan agar lahan yang diusahakan oleh petani
tetap gembur dan juga subur.
3. Pembenihan
Varietas benih yang digunakan merupakan varietas beras hitam lokal
Kecamatan Cigudeg. Benih yang baik digunakan merupakan benih dengan umur
14-15 hari. Namun para petani anggota seringkali masih menggunakan benih dari
kelompok dengan umur yang sudah tua. Semakin tua umur benih yang digunakan
maka akan semakin rendah produktivitas anakannya.
4. Penanaman
Proses penanaman di Kelompok Tani Darma Bakti sudah menggunakan
teknologi tanam jajar legowo. Tanam jajar legowo yang digunakan oleh petani
anggota adalah legowo 2 : 1 dengan jarak antar barisan yaitu 25 cm dan jarak
antar kelompok barisan adalah 40 cm. Benih yang digunakan untuk setiap tanam
dengan tanam jajar legowo adalah 3 butir benih. Alasan petani tidak
menggunakan legowo 4 : 1 atau 3 : 1 karena jarak antar tanaman akan terlalu
padat dan mempengaruhi ketersediaan makanan untuk tiap – tiap tanaman.
Legowo 4 : 1 atau 3 : 1 pun lebih cocok diterapkan pada lahan dengan kondisi
yang sangat subur karena sumber makanan untuk tiap – tiap tanaman sudah dapat
tercukupi. Teknologi penanaman jajar legowo ini sangat membantu petani untuk
meningkatkan produktivitas, menghemat penggunaan benih, membantu
mengurangi gangguan hama seperti contohnya tikus dan mempermudah proses
pemupukan dan penyiangan.
25cm
40cm
Gambar 18 Teknologi tanam jajar legowo Kelompok Tani Darma Bakti
53
5. Pemupukan
Dalam satu musim tanam, pemupukan dilakukan petani sebanyak dua kali.
Pemupukan pertama dilakukan setelah tanaman berumur 15-20 HST bersamaan
dengan penyiangan atau pembersihan gulma. Pemupukan susulan atau pemupukan
kedua dilakukan petani setelah tanaman berumur 30-35 HST. Pemupukan
dilakukan petani dengan menggunakan pupuk organik yaitu petroganik, pupuk
kompos atau pupuk bokashi buatan.
6. Penyuburan
Penyuburan dilakukan setiap 10 hari sekali menggunakan apron, moll atau
buatan. Hal ini dilakukan untuk menyuburkan tanaman sehingga anakan muncul
dalam jumlah yang lebih banyak.
7. Penyiangan
Penyiangan dilakukan petani biasanya bersamaan dengan saat para petani
melakukan pemupukan. Dengan demikian, dalam satu kali musim tanam petani
melakukan dua kali penyiangan yaitu setelah tanaman berumur 10-20 HST dan
setelah tanaman berumur 30-35 HST. Penyiangan dilakukan untuk membersihkan
tanaman dari gulma yang dapat mengganggu tanaman sehingga dapat menurunkan
hasil yang mampu diperoleh petani.
8. Pengairan
Pengairan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam
proses budidaya tanaman padi termasuk padi hitam. Kadar air pada lahan yang
diusahakan sangat mempengaruhi produktivitas tanaman yang diusahakan.
Pengairan dengan kondisi menggenang dilakukan sebelum proses pengolahan
lahan untuk menggemburkan lahan. Pada saat penanaman hingga tanaman
berumur 10 HST, lahan dibiarkan dalam kondisi setengah basah setengah kering
atau becek untuk mempermudah proses penanaman. Setelah tanaman berumur
lebih dari 10 HST, pengecekan kadar air dan pengairan dilakukan seminggu sekali
untuk membantu pembuahan. Kadar air pada lahan sawah yang diusahakan tidak
boleh terlalu banyak karena akan memicu munculnya hama keong. Namun lahan
sawah juga tidak boleh terlalu kering karena akan menghambat pertumbuhan dan
menurunkan produktivitas.
9. Pemberatasan hama dan penyakit
Umumnya dalam satu musim tanam, pemberantasan hama dengan
penyemprotan frekuensinya fleksibel atau tidak tentu karena dilakukan setiap kali
tanaman terserang hama saja. Dengan demikian, frekuensinya dapat berubah-ubah
tergantung ada atau tidaknya hama. Pemberantasan hama dilakukan petani dengan
menggunakan obat atau pestisida organik seperti Bio Boost, Superfarm, Nutrimas
atau pestisida organik buatan.
10. Pemanenan dan pasca panen
Pemanenan dilakukan saat padi telah menghitam 90 persen keatas atau
dapat dikatakan cukup umur. Umur panen berbeda-beda tergantung pada
ketinggian daerah lahan sawah yang diusahakan untuk mendapatkan kualitas beras
yang bagus. Pada Kelompok Tani Darma Bakti yang terletak di Desa Bangunjaya
54
dengan ketinggian 1500 mdpl, tanaman dipanen pada umur 105 HST. Pemanenan
dilakukan dengan menggunakan sabit. Setelahnya, malai padi yang telah dipanen
dan dikumpulkan dikeprik untuk merontokan bulir-bulir padi. Perontokan
dilakukan dengan menggunakan alat perontok sederhana dan dialaskan terpal
plastik berukuran 8 x 9 m agar bulir-bulir padi yang dirontokan tidak terbuang sia-
sia. Bulir-bulir padi yang diperoleh dikumpulkan lalu dimasukan ke dalam karung
kemudian ditimbang. Setelah itu, bulir-bulir padi dijemur sampai kering yang
lama pengeringannya tergantung pada cuaca biasanya 3 hari. Bulir-bulir padi yang
telah kering diayak atau ditampi untuk memisahkan bulir yang berisi dan bulir
yang kosong. Kemudian bulir-bulir padi tersebut digiling namun sebelum
penggilingan bulir-bulir padi di masukan ke dalam karung dan didiamkan terlebih
dahulu sampai dingin agar baik untuk digiling. Kelompok Tani Darma Bakti
belum memiliki alat penggiling atau heller sehingga pengggilingan dilakukan
melalui heller milik orang lain dengan biaya 600 rupiah per kg nya. Bulir-bulir
padi hitam yang telah digiling menjadi beras hitam dimasukan kembali ke dalam
karung untuk mengembalikannya ke suhu normal. Untuk pemasaran dengan
tujuan bazar atau konsumen akhir, beras hitam dikemas dengan plastik ukuran
satu kilogram kemudian di press dan ditempelkan label sticker. Sedangkan untuk
pemasaran dengan tujuan curah kepada distributor atau retailer, beras hitam hanya
dikemas di dalam karung-karung saja.
Penelitian dan Pengembangan
Pada awal mulanya, beras hitam yang diusahakan Kelompok Tani Darma
Bakti merupakan hasil uji coba pihak BP3K setempat terhadap jenis produk yang
akan dikembangkan. Uji coba penanaman beras hitam dilakukan diatas lahan
milik ketua kelompok dengan tujuan untuk melihat apakah beras hitam layak
untuk dikembangkan para petani atau tidak. Hasilnya dinyatakan bahwa beras
hitam layak diusahakan, diliat dari hasil panen melalui jumlah produksi dan
kualitasnya serta ketertarikan pasar terhadap produk karena begitu banyak
manfaat yang mampu ditawarkan. Selain itu sebagai tindak lanjut, pemerintahan
juga melakukan penelitian kandungan dan keasaman tanah yang diusahakan
Kelompok Tani Darma Bakti dalam rangka pengembangan beras hitam secara
organik. Hasilnya menyatakan bahwa lahan yang diusahakan kelompok masih
mengandung unsur-unsur kimia (Fe) dan PH yang cukup tinggi sebesar 4.0 – 5.5.
Sejak saat itu hingga sekarang, BP3K, BKP5K, UPT dan Dinas setempat
seringkali melakukan pelatihan dan penyuluhan di Kelompok Tani Darma Bakti
dalam rangka penelitian dan pengembangan terkait beras hitam. Pelatihan dan
penyuluhan terkait beras hitam yang telah dan rutin diadakan di Kelompok Tani
Darma Bakti diantaranya pertanian organik, teknologi tanam jajar legowo,
teknologi Pertanian Tanaman Terpadu (PTT) padi, budidaya padi hibrida, SRI,
dan pembuatan pupuk kompos. Teknologi lainnya yang diberikan pemerintah
dalam rangka pengembangan beras hitam di Kelompok Tani Darma Bakti yaitu
bantuan berupa traktor, hand sprayer, power thresher, mesin pencacah, mesin
kompos, dan alat pendeteksi hama.
Sistem Informasi Manajemen
Informasi menghubungkan semua fungsi bisnis menjadi satu dan
menyediakan dasar untuk semua keputusan manajerial. Kegunaan sistem
55
informasi manajemen adalah untuk memperbaiki kinerja suatu perusahaan dengan
memperbaiki kualitas keputusan manajerial. Sistem informasi manajemen yang
efektif memanfaatkan hardware, software, model analisis dan database komputer.
Kelompok Tani Darma Bakti belum memiliki sistem informasi manajemen yang
dapat digunakan untuk membantu pengambilan keputusan manajerial. Informasi
atau data-data yang dimiliki kelompok tani mengenai lingkungan internal maupun
lingkungan eksternal belum di dokumentasikan dan belum dikelola dengan baik
menggunakan sistem komputerisasi. Informasi dibicarakan dan disebar melalui
pertemuan-pertemuan saja.
Identifikasi Faktor Strategis Internal
Tabel 14 Identifikasi faktor strategis internal Kelompok Tani Darma Bakti
Lingkungan Internal Kekuatan Kelemahan
1. Pemasaran 1.Produk menawarkan banyak
manfaat bagi kesehatan dan
ramah lingkungan
1. Produk belum memiliki
nama jual dan sertifikasi
2. Keuangan 2. Ketersediaan modal terbatas
3. Manajemen 2. Ketua kelompok aktif,
dinamis dan penuh semangat
3. Memiliki jaringan
pemasaran yang luas dan
hubungan kerjasama dengan
beberapa pihak
3. Kemampuan administrasi
masih rendah
4. Pengorganisasian belum
berjalan dengan baik
5. Kurangnya keaktifan
anggota
6. Sumberdaya manusia
(petani anggota) kurang
kompeten
4. Produksi Operasi 4. Tersedia alat mesin
produksi pertanian
5. Telah menerapkan teknologi
tanam jajar legowo dan
pertanian organik
7. Masih sering menggunakan
benih berumur tua
8. Produksi belum mampu
memenuhi permintaan pasar
9. Lahan masih mengandung
unsur-unsur kimia
5. Penelitian
Pengembangan
6. Seringnya menerima
pelatihan dan penyuluhan
6. Sistem Informasi
Manajemen
10. Belum menggunakan
sistem komputerisasi
Analisis Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal adalah lingkungan yang pada dasarnya berada diluar
atau terlepas dari Kelompok Tani Darma Bakti sehingga kelompok tani pun tidak
memiliki kendali atas lingkungan tersebut. Analisis lingkungan eksternal
merupakan proses yang dilakukan guna mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang
menjadi peluang dan ancaman bagi Kelompok Tani Darma Bakti dengan
meninjau kekuatan ekonomi, kekuatan sosial, budaya, demografi dan lingkungan,
kekuatan politik, pemerintah dan hukum, kekuatan teknologi dan kekuatan
kompetitif. Lingkungan eksternal dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan makro
dan lingkungan industri.
56
Lingkungan Makro
Lingkungan makro merupakan lingkungan yang berada diluar lingkungan
kelompok tani yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi
usaha dari Kelompok Tani Darma Bakti. Adapun lingkungan makro yang mampu
mempengaruhi pengembangan usaha organisasi meliputi kekuatan ekonomi,
kekuatan sosial, budaya, demografi dan lingkungan, kekuatan politik,
pemerintahan dan hukum, serta kekuatan teknologi.
1. Kekuatan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu negara atau suatu daerah dapat diindikasikan
dengan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) karena PDB menggambarkan total
pendapatan termasuk warga negara asing yang bermukim di negara atau wilayah
tersebut. Kondisi ekonomi suatu negara atau daerah yang digambarkan dengan
PDB dapat mempengaruhi setiap perusahaan atau organisasi termasuk Kelompok
Tani Darma Bakti. Pada tahun 2009 sampai dengan 2013 PDB Indonesia
cenderung terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 perekonomian
Indonesia tumbuh sebesar 4.63 persen dengan nilai PDB sebesar 2 178.8 triliun
rupiah. Tahun 2010 nilai PDB Indonesia naik menjadi 2 314.4 triliun rupiah atau
tumbuh sebesar 6.22 persen. Tahun 2011 nilai PDB Indonesia meningkat dari
tahun sebelumnya menjadi 2 464.5 triliun rupiah atau tumbuh sebesar 6.49 persen
dari tahun sebelumnya. Tahun 2012 PDB Indonesia terus mengalami peningkatan
dari tahun sebelumnya menjadi 2 618.9 triliun rupiah atau tumbuh sebesar 6.26
persen. Sedangkan pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak
sebesar tahun 2010 hingga tahun 2012 yaitu hanya 5.78 persen. Meskipun
demikian, nilai PDB Indonesia tetap mengalami peningkatan menjadi 2 770.3
triliun rupiah. Pertumbuhan produk domestik bruto Indonesia atas dasar harga
konstan pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Pertumbuhan produk domestik bruto Indonesia atas dasar harga konstan
2000 tahun 2009 – 2013
Tahun PDB (Triliun Rupiah) Pertumbuhan PDB (%)
2009 2 178.8 4.63
2010 2 314.4 6.22
2011 2 464.5 6.49
2012 2 618.9 6.261
2013 2 770.3 5.782
Status Angka : 1
=sementara; 2 = sangat sementara
Sumber: BPS (2014)
Selain kondisi ekonomi nasional, kondisi ekonomi suatu daerah juga akan
mempengaruhi Kelompok Tani Darma Bakti. Perekonomian Kabupaten Bogor
yang digambarkan dengan Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB
Kabupaten Bogor juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan
PDRB Kabupaten Bogor berdasarkan kontribusi setiap lapangan usaha atas dasar
harga konstan pada tahun 2008 sampai dengan 2012 dapat dilihat pada Tabel 16.
Berdasarkan tabel tersebut, sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang
memegang peranan penting bagi Kabupaten Bogor karena sektor pertanian
sebagai penyumbang PDRB terbesar ketiga setelah industri pengolahan dan
57
perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini membuktikan bahwa pembangunan dan
perkembangan Kabupaten Bogor bergantung pada pertanian dan lumpuhnya
sektor pertanian akan berdampak negatif bagi perekonomian Kabupaten Bogor.
Tabel 16 Produk domestik regional bruto Kabupaten Bogor atas dasar harga
konstan tahun 2008-2012 (jutaan rupiah)
No Lapangan
Usaha 2008 2009 2010 2011 2012
1
1 Pertanian 1 485 678.10 1 546 930.00 1 627 559.56 1 613 443.36 1 608 438.92
2 Pertambangan
dan penggalian 330 383.70 340 610.00 360 054.93 373 270.77 389 678.46
3 Industri
pengolahan 18 589 893.54 19 108 336.56 19 917 353.89 21 046 764.08 22 273 315.43
4 Listrik, gas dan
air bersih 1 103 399.11 1 122 270.00 1 185 797.38 1 255 700.12 1 326 483.67
5 Bangunan 908 267.47 989 633.84 1 075 484.90 1 172 063.44 1 277 314.74
6
Perdagangan,
hotel dan
restoran
4 756 635.82 5 138 388.64 5 463 530.00 5 909 834.93 6 392 800.62
7 Pengangkutan
dan komunikasi 830 011.78 902 144.12 985 229.02 1 072 340.50 1 142 183.19
8
Keuangan,
persewaan, dan
jasa perusahaan
514 699.45 546 707.63 582 378.00 623 385.32 662 344.81
9 Jasa-jasa 1 202 729.07 1 257 117.04 1 329 062.00 1 398 034.67 1 458 183.66
Total PDRB 29 721 698.04 30 952 137.83 32526 449.67 34 464 837.29 36 530 743.49
Status Angka : 1
=sementara
Sumber: BPS Kab. Bogor (2014)
Tidak hanya melihat PDB nasional atau PDRB suatu daerah, kondisi
ekonomi juga dapat ditinjau dengan melihat tingkat inflasi suatu negara. Menurut
Badan Pusat Statistik (2014), inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara
umum dimana barang dan jasa tersebut merupakan kebutuhan pokok masyarakat
atau turunnya daya jual mata uang suatu negara15
. Pada Februari 2014 terjadi
inflasi umum sebesar 0.26 persen dengan Indeks Harga Konsumen 111.28.
Penyebab utama adanya inflasi ini didominasi oleh makanan jadi, minuman,
rokok dan tembakau sebesar 0.08 persen. Inflasi pada bulan kedua di tahun 2014
ini tercatat lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yaitu Januari 2014 yang
sebesar 1.07 persen dengan Indeks Harga Konsumen 110.99. Adanya inflasi
berpengaruh negatif terhadap pengembangan beras hitam yang dilakukan
Kelompok Tani Darma Bakti.
Pertumbuhan ekonomi yang terjadi setiap tahunnya dan kondisi ekonomi
yang baik pada suatu negara atau daerah yang digambarkan melalui PDB dan
PDRB akan mendukung kelancaran usaha termasuk pengembangan beras hitam
yang dilakukan Kelompok Tani Darma Bakti. Hal ini dikarenakan semakin
baiknya kondisi perekonomian dari masyarakat maka akan semakin besar pula
daya beli dari masyakat tersebut dan semakin tinggi pula kualitas akan pangan
yang ingin dikonsumsinya. Lain halnya dengan adanya inflasi pada suatu negara.
Adanya inflasi akan membuat harga input-input produksi pertanian meningkat
15 [BPS]. Badan Pusat Statistik. 2014. Inflasi [Internet]. [Diakses 2 April 2014]. Tersedia pada :
http://bps.go.id
58
sehingga menyebabkan harga beras hitam yang dijual pun akan meningkat.
Sedangkan adanya inflasi akan membuat daya beli masyarakat khususnya
terhadap beras hitam semakin rendah.
2. Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan
Kondisi sosial, budaya, demografi, dan lingkungan yang terdiri dari sikap,
gaya hidup, adat istiadat, dan kebiasaan dari orang-orang di lingkungan eksternal
perusahaan dapat berubah-ubah dan memiliki pengaruh besar terhadap produk,
jasa, pasar dan pelanggan. Menurut Pemerintah Kabupaten Bogor (2014),
Kabupaten Bogor merupakan daerah dengan daya tarik wisata yang memadukan
antara karakter alamnya yang kuat, seni dan kebudayaan serta sejarah
kepurbakalaan. Beberapa kawasan Kabupaten Bogor yang menjadi primadona
pariwisata yaitu kawasan Puncak, kawasan Gunung Salak Endah (Gn. Bunder),
Taman Safari Indonesia, Kebun Raya Cibodas, Taman Wisata Matahari, Taman
Wisata Mekarsari, Gunung Gede Pangrango, Situs Batu Tulis Ciaruteun dan
masih banyak yang lainnya16
. Kecamatan Cigudeg sendiri memiliki beberapa
kawasan wisata yaitu Curug Grahong, Gua Gudawang, dan Misteri Air Dalam
Tanah. Selain itu Kabupaten dan Kota Bogor juga merupakan daerah yang
terkenal dengan kulinernya yang enak dan juga beragam. Banyaknya kawasan
wisata yang dimiliki Kabupaten Bogor mendukung pengembangan beras hitam
karena semakin banyak kawasan wisata yang ada maka akan semakin banyak pula
jumlah wisatawan yang mengunjungi Kabupaten Bogor dan berpotensi sebagai
konsumen dari beras hitam yang dihasilkan.
Indonesia merupakan negara yang sebagian besar penduduknya menjadikan
beras sebagai bahan pangan yang utama. Di Indonesia pula terdapat budaya
masyarakat yang berbunyi “ belum makan jika belum mengkonsumsi nasi ” yang
pada kenyataannya sudah mengkonsumsi kentang, jagung, singkong, roti atau
komoditi lain yang mengenyangkan. Fenomena dan budaya tersebut terjadi di
seluruh wilayah Indonesia tidak terkecuali Kabupaten Bogor. Adanya kenyataan
tersebut membuat Indonesia menjadi negara pengkonsumsi beras tertinggi di
dunia yaitu mencapai 139 kg per kapita per tahun. Adanya beras hitam dirasakan
mampu menjadi jalan keluar dari budaya yang ada dan mengurangi jumlah
konsumsi beras karena beras hitam memberikan tingkat kekenyangan dua kali
lipat dibandingkan dengan beras biasa serta memberikan efek kenyang yang lebih
lama. Dengan demikian jika mengkonsumsi beras hitam, beras yang dikonsumsi
jumlahnya akan lebih sedikit dibandingkan beras putih biasa. Selain itu, Indonesia
juga merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia
dan terus mengalami peningkatan seperti yang terlihat pada Tabel 17.
Tabel 17 Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia tahun 1990 - 2010
No Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
1 1990 179 378 946
2 1995 194 754 808
3 2000 206 264 595
4 2010 237 641 326
Sumber: BPS (2014)
16 [PEMKABBOGOR]. Pemerintah Kabupaten Bogor. 2014. Pariwisata Kabupaten Bogor [Internet].
[Diakses 2 April 2014]. Tersedia pada : http://www.bogorkab.go.id/
59
Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan dengan laju pertumbuhan sebesar 1.49 persen pada tahun 1990
hingga 2010. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia, jumlah
penduduk Kabupaten Bogor juga terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun khususnya pada tahun 2008 hingga 2012 yang dapat di lihat pada Tabel 18.
Peningkatan jumlah penduduk yang terjadi dari tahun ke tahun dan tingginya laju
pertumbuhan populasi penduduk akan meningkatkan permintaan akan beras.
Namun seiring dengan semakin baiknya pengetahuan masyarakat khususnya
dalam hal kesehatan dan lingkungan, maka peningkatan permintaan beras diiringi
dengan selektivitas masyarakat dalam memilih beras yang akan di konsumsi. Hal
ini membuka peluang bagi beras hitam yang mampu menjadi pangan utama
dengan kualitas yang sangat baik dan begitu kaya akan manfaat bagi kesehatan
serta ramah lingkungan karena diusahakan dengan organik.
Tabel 18 Pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Bogor tahun 2008-2012 No Tahun Jumlah penduduk (Jiwa)
1 2008 4 340 520
2 2009 4 477 344
3 2010 4 771 932
4 2011 4 857 612
5 2012 5 077 210
Sumber: BPS Kab.Bogor (2014)
Pengusahaan beras hitam sama dengan pengusahaan jenis beras lainnya
yaitu sangat rentan terhadap pengaruh iklim dan juga cuaca serta sama-sama
memiliki sifat mudah rusak. Selain iklim dan cuaca, faktor lingkungan lainnya
yang mempengaruhi pengusahaan beras hitam dimulai dari tanam hingga panen
yaitu tingkat kesuburan tanah, curah hujan dan ketersediaan air. Menurut BPS
Kabupaten Bogor (2014), wilayah Kabupaten Bogor memiliki iklim tropis sangat
basah di bagian selatan dan iklim tropis basah di bagian utara. Pada tahun 2012,
Kabupaten Bogor memiliki suhu udara rata-rata berkisar antara 25.1º sampai
26.3ºC. Suhu udara maksimum terjadi pada bulan oktober yaitu 35.4ºC sedangkan
suhu udara minimum terjadi pada bulan agustus dengan suhu 19.6ºC. Sepanjang
tahun 2012, Kabupaten Bogor diguyur hujan setiap bulan dengan curah hujan
tertinggi pada bulan November 2012 yang mencapai 548.9 mm dengan jumlah
hari hujan 27 dan terendah pada bulan Agustus 2012 yaitu 79.3 mm dengan
jumlah hari hujan 3117
. Curah hujan yang fluktuatif dan tidak menentu merupakan
ancaman bagi para petani dalam mengembangkan beras hitam karena mampu
mengurangi produktivitas. Selain itu, tingkat kesuburan lahan sawah yang
digunakan juga mempengaruhi pengembangan beras hitam. Hal ini dikarenakan
beras hitam seharusnya diusahakan secara organik sehingga lahan sawah yang
digunakan merupakan lahan yang tidak mengandung unsur-unsur kimia dan bebas
dari limbah industri maupun rumah tangga. Menurut BP3K setempat, lahan yang
dimiliki dan diusahakan Kelompok Tani Darma Bakti masih mengandung unsur-
unsur kimia akibat pengusahaan beras putih secara anorganik yang sebelumnya
dilakukan. Selain itu, lokasi Kelompok Tani Darma Bakti berdekatan dengan
17 [BPSBOGORKAB]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2014. Kondisi Geografis Kabupaten Bogor.
[Internet]. [Diakses 16 April 2014]. Tersedia pada : http://bogorkab.bps.go.id
60
beberapa industri pemecahan batu. Hal ini merupakan ancaman bagi Kelompok
Tani Darma Bakti karena mempengaruhi ketersediaan dan kandungan air yang
digunakan oleh kelompok tani untuk mengusahakan beras hitam.
3. Kekuatan Politik, Pemerintahan, dan Hukum
Faktor politik, pemerintah dan hukum dapat menjadi peluang atau
ancaman utama untuk perusahaan kecil maupun besar. Situasi politik yang tidak
kondusif akan berdampak negatif bagi dunia usaha sebaliknya, situasi politik yang
kondusif akan mendukung dunia usaha. Kekuatan politik, pemerintahan dan
hukum yang dapat mempengaruhi pengusahaan dan pengembangan beras hitam
Kelompok Tani Darma Bakti adalah adanya Kebijakan dan Program
Pembangunan Pertanian 2014 yang tertuang dalam Rencana Kinerja Tahunan
(RKT) Kementrian Pertanian 2014. Adapun salah satu arah Kebijakan dan
Program Pembangunan Pertanian 2014 adalah pencapaian dan pemantapan
swasembada lima komoditas strategis nasional yaitu padi, jagung, kedelai, tebu
atau gula dan daging sapi. Swasembada difokuskan pada kelima komoditas
strategis nasional ini dengan dibedakan menjadi dua yaitu pencapaian
swasembada 2014 untuk kedelai, tebu dan daging sapi dan pencapaian
swasembada berkelanjutan untuk komoditas padi dan jagung18
. Salah satu
program yang dibentuk guna mendorong pencapaian swasembada berkelanjutan
komoditi padi adalah Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN).
Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) bertujuan untuk membantu petani
meningkatkan produksi dan produktivitas beras19
. Adanya kebijakan dan program
pemerintah terkait dengan padi menjadi salah satu komoditi strategis nasional ini
menjadi peluang bagi pengembangan beras hitam yang juga berasal dari salah satu
jenis padi. Hal ini karena Kementerian Pertanian akan memfasilitasi
pengembangan lima komoditas strategis nasional di kabupaten atau kota melalui
penyediaan sarana dan prasarana, kemudahan perijinan, pemanfaatan lahan,
penyediaan data dan informasi, promosi, penganggaran dan lainnya.
Arah Kebijakan Pengembangan Pertanian 2014 yang juga menjadi peluang
bagi Kelompok Tani Darma Bakti dalam pengembangan beras hitam nya adalah
peningkatan kesejahteraan petani melalui kegiatan Pengembangan Usaha
Agribisnis Pedesaan (PUAP) dan Lembaga Mandiri yang Mengakar di
Masyarakat (LM3). PUAP merupakan bantuan dana dari pemerintahan melalui
Kementerian Pertanian yang bertujuan untuk mengembangkan usahatani pedesaan
khususnya agribisnis. Sedangkan LM3 merupakan bantuan dana yang bertujuan
untuk mengembangkan usaha swadaya yang dilakukan di pedesaan. Baik PUAP
maupun LM3 tidak begitu saja menyalurkan bantuan dana tetapi disertai dengan
pengawasan dan diharapkan bantuan dapat menjadi modal dasar untuk
ketersediaan modal yang kontinu. PUAP dan LM3 mampu membantu
meningkatkan pendapatan petani per kapita sehingga terciptanya kesejahteraan
petani dan berimplikasi pada ketersediaan modal yang dimiliki petani20
.
18 [KEMENTAN]. Kementrian Pertanian. 2014. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Kementrian Pertanian
2014. [Internet]. [Diakses 16 April 2014]. Tersedia pada : http://www.pertanian.go.id 19 [DEPTAN]. Departemen Pertanian. 2014. Program Peningkatan Produksi Beras Nasional. [Internet].
[Diakses 16 April 2014]. Tersedia pada : http://p2bnbppsdmp.deptan.go.id 20
[KEMENTAN]. Kementrian Pertanian. 2014. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Kementrian Pertanian
2014. [Internet]. [Diakses 16 April 2014]. Tersedia pada : http://www.pertanian.go.id
61
Selain menciptakan peluang bagi Kelompok Tani Darma Bakti dalam
pengembangan beras hitamnya, ada pula program pemerintah yang menjadi
ancaman bagi kelompok yaitu peningkatan diversifikasi pangan. Peningkatan
diversifikasi pangan ini bertujuan agar terjadinya penurunan konsumsi beras
melalui pengembangan pangan lokal yaitu umbi-umbian, sayur-sayuran, buah-
buahan dan kacang-kacangan kecuali kedelai. Hal ini menjadi ancaman bagi
Kelompok Tani Darma Bakti dalam pengembangan beras hitamnya karena dapat
mengurangi konsumen, peminat atau pasar dari beras hitam yang dihasilkan oleh
kelompok.
4. Kekuatan Teknologi
Adanya penyusutan luas lahan akibat adanya konversi lahan dari lahan
pertanian menjadi pemukiman, industri, infrastruktur jalan maupun perkantoran,
membuat dibutuhkannya upaya-upaya untuk mendorong peningkatan produksi
pangan nasional. Selain dibutuhkannya peningkatan produksi pangan nasional,
produk-produk komoditas pangan dan industri pangan Indonesia juga harus
memiliki daya saing yang kuat. Menurut Departemen Pertanian, indikator
peningkatan daya saing produk-produk pangan terdiri dari efisiensi, produktivitas,
mutu dan layanan. Peningkatan produksi pangan dan penciptaan daya saing yang
kuat pada produk-produk pangan dapat diwujudkan melalui penggunaan teknologi.
Adanya teknologi dapat menjadi peluang sekaligus ancaman bagi Kelompok Tani
Darma Bakti. Teknologi sebagai peluang karena mampu meningkatkan produksi
dan daya saing melalui efisiensi, produktivitas, mutu dan layanan pada beras
hitam yang dihasilkan Kelompok Tani Darma Bakti. Sedangkan teknologi sebagai
ancaman karena dapat diakses oleh pihak manapun dan meningkatkan persaingan
yang ada.
Perkembangan teknologi mendorong pada perkembangan teknik atau
teknologi budidaya suatu produk khususnya produk-produk pertanian. Kelompok
Tani Darma Bakti menerapkan teknik budidaya beras hitam dengan mengarah
kepada pertanian organik. Teknik organik merupakan teknik yang sangat baik
dilakukan karena aman, lestari dan mensejahterakan petani, konsumen dan juga
lingkungan. Namun dikarenakan menurut pihak BP3K setempat lahan sawah yang
diusahakan masih mengandung unsur-unsur kimia akibat pengusahaan beras putih
yang dilakukan sebelumnya menggunaan pestisida, maka teknik budidaya yang
dilakukan masih digolongkan semi organik atau perlakuan organik. Meskipun
demikian, Kelompok Tani Darma Bakti terus mengembangkan teknik budidaya
organik dengan tepat. Untuk hal itu, ketua kelompok Pak Murjia selalu mengikuti
dan mengikutsertakan kelompoknya dalam berbagai pelatihan dan penyuluhan.
Bentuk teknik atau teknologi budidaya lainnya yang sudah diterapkan oleh
Kelompok Tani Darma Bakti adalah sistem tanam jajar legowo. Teknik ini
membantu para petani dalam menghemat benih, penyiangan, pemupukan dan
mencegah serta memberantas hama penyakit.
Lingkungan Industri (Kekuatan Kompetitif)
Lingkungan industri adalah lingkungan yang berada diluar lingkungan
kelompok tani yang secara langsung dapat mempengaruhi usaha Kelompok Tani
Darma Bakti. Lingkungan industri dapat ditinjau dengan melihat potensi
pengembangan produk substitusi, kemungkinan masuknya pesaing baru, kekuatan
62
tawar menawar pembeli, kekuatan tawar menawar pemasok, dan pesaingan antara
perusahaan sejenis.
1. Potensi pengembangan produk substitusi
Produk pengganti (substitusi) adalah produk-produk yang memiliki
manfaat dan kegunaan yang sama dengan produk yang dihasilkan perusahaan dan
dapat mempengaruhi produk perusahaan di pasar. Keberadaan produk substitusi
dapat menjadi ancaman bagi suatu perusahaan karena produk substitusi dapat
membatasi potensi suatu industri melalui harga yang lebih murah namun dengan
kualitas yang sama atau bahkan lebih baik. Begitu pula pada produk beras hitam
yang diusahakan oleh Kelompok Tani Darma Bakti. Secara umum, komoditi beras
hitam memiliki produk substitusi yang sama-sama mengandung karbohidrat dan
juga mengenyangkan seperti kentang, mie, singkong, sorgum, roti, ubi, jagung
dan jenis beras lain seperti beras putih dan beras merah. Namun, keberadaan
produk-produk substitusi tersebut tidak mengancam keberadaan produk beras
hitam Kelompok Tani Darma Bakti. Hal ini disebabkan oleh mayoritas penduduk
Indonesia yang masih menjadikan beras sebagai pangan utama dan kandungan
serta manfaat beras hitam yang begitu kaya belum dapat digantikan posisinya oleh
komoditi atau jenis beras lain bahkan beras merah, beras organik atau beras sehat
sekalipun.
2. Kemungkinan masuknya pesaing baru
Ketika perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke dalam industri
tertentu, intensitas persaingan antar perusahaan meningkat. Masuknya pendatang
baru ke dalam industri tergantung pada rintangan atau hambatan masuk yang ada.
Jika hambatan yang ada besar atau pendatang baru memperkirakan akan ada
perlawanan yang keras dari pelaku usaha lama, maka ancaman masuknya
pendatang baru akan menjadi rendah. Hambatan untuk memasuki industri beras
hitam yang diusahakan bersama melalui kelompok tani dapat dilihat melalui:
a. Skala ekonomi
Untuk mengusahakan komoditi pangan beras hitam yang dikembangkan
melalui kelompok tani tidak diharuskan memiliki skala usaha yang besar. Hal
ini dikarenakan setiap orang dapat memulai usaha pada skala manapun, mulai
dari skala rumah tangga dengan pasar rumah tangga atau konsumen akhir
hingga skala besar dengan pangsa pasar yang banyak. Namun dengan skala
usaha yang kecil, pendatang baru akan sulit bersaing dengan kelompok tani
lainnya yang telah mencapai skala ekonomi yang lebih besar. Pendatang baru
dengan skala usaha yang kecil akan mengeluarkan biaya untuk setiap unit yang
lebih besar sehingga akan memperoleh keuntungan yang lebih sedikit dan sulit
untuk masuk ke dalam industri beras hitam.
b. Differensiasi produk
Bila dilihat dari differensiasi produk, hambatan untuk memasuki industri cukup
besar karena differensiasi produk dilakukan dengan menciptakan merek.
Sedangkan untuk menciptakan merek perlu mengeluarkan biaya yang lebih
besar guna merebut perhatian konsumen yang sudah loyal akan merek tertentu.
Kelompok Tani Darma Bakti sendiri belum memiliki merek dagang pada beras
hitam yang telah dipasarkannya karena belum memperoleh sertifikasi.
Komoditi yang diusahakannya yaitu beras hitam memang memiliki
63
karakteristik yang berbeda dengan jenis beras lainnya karena beras hitam
dikenal sebagai beras obat yang mampu mencegah dan menyembuhkan
berbagai penyakit, menawarkan begitu banyak manfaat bagi kesehatan dan juga
diproduksi secara organik sehingga ramah lingkungan. Namun produk beras
hitam tersebut juga perlu memiliki nama jual untuk membedakannya dengan
produk lain. Untuk itu, tidak mudah pula bagi pendatang baru untuk masuk ke
dalam industri ini.
c. Kebutuhan modal
Modal awal yang diperlukan bagi pendatang baru untuk mengusahakan beras
hitam relatif rendah atau cenderung sama saja dengan pengusahaan jenis beras
lainnya khususnya yang dilakukan secara organik. Hanya saja karena masih
sedikitnya pihak-pihak yang melakukan penangkaran benih beras hitam maka
benih beras hitam tidak mudah untuk diperoleh. Sedangkan untuk pupuk
karena diusahakan secara organik maka pupuk dapat dibeli dipasaran atau
dibuat secara alami dengan bahan – bahan yang diperoleh dari alam.
d. Hambatan biaya bukan karena skala
Keunggulan yang dimiliki Kelompok Tani Darma Bakti yang dapat menjadi
hambatan biaya bukan karena skala bagi pendatang baru adalah pengetahuan
dan juga pengalaman yang lebih banyak. Hal ini disebabkan Kelompok Tani
Darma Bakti telah melalui proses pembelajaran lebih lama karena telah
memulai usaha lebih dahulu dibandingkan para pendatang baru. Dengan
pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya Kelompok Tani Darma Bakti
akan lebih mengenal situasi, kondisi dan cara yang tepat serta efisien dalam
mengusahakan beras hitam. Selain pengetahuan dan pengalaman, Kelompok
Tani Darma Bakti juga telah menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan
pihak pemerintah setempat, swasta, dan terlebih kelompok-kelompok tani
lainnya. Kerjasama yang terjalin tidak hanya dalam bentuk bantuan pengadaan
input tetapi juga dalam hal informasi terkait, penyuluhan dan pelatihan, sarana
prasarana, perkembangan teknologi, dan juga pemasaran.
e. Akses ke saluran distribusi
Kelompok Tani Darma Bakti telah memiliki saluran distribusi nya sendiri yang
dibangun dan diperoleh melalui kerja keras kelompok khususnya Pak Murjia
selaku ketua kelompok dalam membangun koneksi ke berbagai daerah selama
ini. Berkat kerja kerasnya, banyak pihak yang mendukung perkembangan beras
hitam pada kelompok tani ini dan adanya distributor yang datang langsung ke
Kelompok Tani Darma Bakti. Bagi pendatang baru akses ke saluran distribusi
masih rendah atau merupakan hambatan. Selain karena beras hitam memiliki
target pasar yang berbeda, waktu dan biaya yang harus dikeluarkan oleh
pendatang baru pun tidak sedikit untuk membentuk saluran distribusi baru atau
menggeser pesaing dan masuk ke dalam saluran distribusi yang telah ada.
f. Kebijakan pemerintah
Pemerintah sewaktu-waktu dapat membatasi atau memberikan penghalang
kepada para pendatang baru untuk masuk ke dalam suatu industri melalui
tindakan-tindakan seperti keharusan adanya ijin usaha dan pembatasan akses ke
bahan baku. Jika pemerintah mulai menetapkan dan merealisasikannya maka
hal ini akan menjadi hambatan bagi para pendatang baru karena akan tidak
mudahnya mengurus perijinan dan pengaksesan bahan baku.
64
3. Kekuatan tawar menawar pembeli
Kekuatan tawar menawar pembeli dipengaruhi oleh jumlah konsumen
besar atau pembeli terkonsentrasi, pembeli membeli dalam jumlah yang banyak,
produk yang dibeli standar atau tidak terdifferensiasi, produk merupakan
komponen penting dan biaya yang cukup besar bagi pembeli, pembeli menerima
laba yang rendah, kemampuan pembeli untuk melakukan integrasi balik dan
pembeli memiliki informasi yang lengkap. Kekuatan tawar menawar pembeli
terhadap beras hitam yang dihasilkan Kelompok Tani Darma Bakti terbilang
cukup kuat karena konsumen yang melakukan pembelian jumlahnya terus
meningkat dan pembelian pun dilakukan dalam jumlah yang besar. Selain itu,
beras hitam yang dihasilkan pun belum terdiferensiasi melalui nama jual dan
belum memperoleh sertifikasi. Salah satu contohnya adalah pihak Carefour
sebagai retailer yang membeli beras hitam hanya dengan harga Rp 17 000 per kg
meski seharusnya Rp 20 000 per kg. Hal ini karena Carefour memiliki permintaan
dalam jumlah yang sangat besar dan Kelompok Tani Darma Bakti baru mampu
memenuhi satu ton dari 8 ton tiap-tiap permintaan pihak Carefour. Selain itu,
konsumen akhir juga seringkali melakukan penawaran harga jika beras hitam
yang dihasilkan berwarna kurang hitam.
4. Kekuatan tawar menawar pemasok
Kekuatan tawar menawar pemasok dipengaruhi oleh jumlah pemasok yang
ada, bahan baku pengganti yang tersedia, peran produk yang dipasok dan biaya
yang dikeluarkan untuk beralih ke pemasok lain. Keberadaan pemasok memiliki
peran yang penting bagi produksi yang dilakukan oleh Kelompok Tani Darma
Bakti. Hal ini karena seperti yang diketahui bahwa tidak banyak kelompok tani
yang mampu menguasai sendiri sumber-sumber sarana produksi pertaniannya
seperti benih, pupuk, pestisida, mesin dan peralatan-peralatan pertanian. Kekuatan
tawar menawar pemasok terhadap Kelompok Tani Darma Bakti rendah karena
kelompok tani tidak bergantung pada satu pemasok saja. Kelompok Tani Darma
Bakti bebas untuk memilih saprotan dan pemasok mana yang dituju berdasarkan
harga dan kualitas untuk memenuhi kebutuhannya khususnya kebutuhan akan
pupuk dan pestisida organik. Selain membeli kepada pemasok, Kelompok Tani
Darma Bakti juga dapat membuat pupuk dan pestisida organik secara mandiri
melalui bahan-bahan yang diperolehnya dari alam atau lingkungan sekitar dengan
biaya yang lebih rendah.
5. Persaingan antara perusahaan sejenis
Tingkat persaingan dalam suatu industri dipengaruhi oleh jumlah pesaing
yang ada di dalam industri tersebut. Persaingan yang terjadi pada usaha beras
hitam yang dilakukan Kelompok Tani Darma Bakti meningkat karena banyak
bermunculannya kelompok tani yang mulai turut mengusahakan beras hitam dan
mencoba masuk ke dalam industri beras hitam. Adanya pesaing merupakan
ancaman bagi Kelompok Tani Darma Bakti. Beras hitam mulai dilirik kelompok
tani untuk diusahakan karena melihat peluang permintaan beras hitam yang terus
meningkat dan keuntungan yang mampu dihasilkan lebih besar. Selain itu
pengusahaan beras hitam mudah atau sama dengan pengusahaan jenis beras
lainnya. Namun adanya kelompok tani lain yang mengusahakan beras hitam dan
65
masuk ke dalam industri beras hitam menjadi motivasi tersendiri bagi Kelompok
Tani Darma Bakti untuk terus maju dan lebih kompetitif lagi.
Identifikasi Faktor Strategis Eksternal
Tabel 19 Identifikasi faktor strategis eksternal Kelompok Tani Darma Bakti
Komponen SWOT
Untuk menyusun alternatif strategi pengembangan diperlukan hasil
identifikasi terhadap lingkungan internal dan eksternal berupa faktor – faktor
strategis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Indentifikasi lingkungan
internal dan eksternal diperoleh dari hasil diskusi dan wawancara dengan ketua
kelompok tani, sekertaris kelompok tani, penyuluh pendamping pertanian,
observasi lapang dan studi literatur. Hasil identifikasi terhadap lingkungan
Kelompok Tani Darma Bakti menyatakan bahwa terdapat
16 faktor strategis internal dan 16 faktor strategis eksternal. Faktor strategis
internal terdiri dari 6 kekuatan dan 10 kelemahan. Sedangkan faktor strategis
eksternal terdiri dari 10 peluang dan 6 ancaman.
Kekuatan (Strenght)
Berdasarkan identifikasi terhadap lingkungan internal, Kelompok Tani
Darma Bakti memiliki 7 kekuatan yaitu:
Lingkungan
Eksternal
Peluang Ancaman
1. Ekonomi 1. Pertumbuhan ekonomi masyarakat
semakin baik
2. Adanya permintaan yang belum
terpenuhi dan terus meningkat
1. Terjadinya inflasi
2. Sosial, Budaya,
Demografi,
Lingkungan
3. Berlokasi di Kab. Bogor yang memiliki
daya tarik wisata
4. Adanya budaya “belum makan jika
belum mengkonsumsi nasi”
5. Jumlah penduduk yang terus meningkat
6. Tingkat pengetahuan dan kesadaran
masyarakat akan pentingnya gizi,
kesehatan dan lingkungan semakin baik
2. Iklim dan cuaca yang
tidak menentu
3. Lokasi berdekatan
dengan beberapa
industri pemecahan batu
3. Politik,
Pemerintahan,
Hukum
7. Adanya kebijakan pencapaian
swasembada lima komoditas strategis
8. Adanya kebijakan peningkatan
kesejahteraan petani
4. Adanya program
peningkatan
diversifikasi pangan.
4.Teknologi
5. Kompetitif 9. Tidak ada produk substitusi
10. Menjalin hubungan baik dengan Dinas
Pertanian dan Kehutanan, BP3K dan
UPT setempat.
5. Tingkat persaingan
dalam industri semakin
tinggi
6. Kekuatan tawar
menawar pembeli tinggi
66
1. Produk menawarkan banyak manfaat bagi kesehatan dan ramah lingkungan
Komoditi dari subsektor tanaman pangan yang diusahakan yaitu beras
hitam merupakan komoditi yang mampu memberikan banyak sekali manfaat bagi
kesehatan. Beras hitam bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit, memperbaiki kerusakan sel hati (hepatitis dan chirosis),
mencegah, menyehatkan dan menyembuhkan gangguan fungsi ginjal, kanker atau
tumor, leukemia, jantung, diabetes, anemia, maag, asma, alergi makanan,
kegemukan, masalah pencernaan, masalah kewanitaan, membersihkan kolesterol
atau kolesterol jahat dalam darah, mengurangi peradangan, memperlambat
penuaan, memperkecil resiko serangan penyakit pembuluh darah otak dan sebagai
antioksidan. Beras hitam juga diusahakan dengan perlakuan teknologi pertanian
organik sehingga ramah bagi lingkungan karena tidak mengunakan input-input
berbahan dasar kimia. Selain itu, beras hitam juga hanya tumbuh dan dapat
dibudidayakan di daerah-daerah tertentu saja.
2. Ketua kelompok aktif, dinamis dan penuh semangat
Kelompok Tani Darma Bakti saat ini memiliki ketua yang penuh dengan
semangat untuk terus mengembangkan beras hitam dan memajukan kelompoknya
serta meningkatkan kesejahteraan bersama. Pak Murjia merupakan ketua
kelompok yang sangat aktif dalam mencari berbagai informasi yang dibutuhkan
kelompok terkait usaha yang dijalankan dan juga aktif dalam memperkenalkan
serta mempromosikan beras hitam baik kepada pihak pemerintahan, swasta
maupun masyarakat. Selain itu, ketua kelompok juga bersifat dinamis, mau
menerima perubahan, masukan dan juga menerapkan teknologi baru untuk
menunjang usaha kelompok. Hal ini menjadi kekuatan bagi Kelompok Tani
Darma Bakti.
3. Memiliki jaringan pemasaran yang luas dan hubungan kerjasama dengan
beberapa pihak
Kelompok Tani Darma Bakti memiliki jaringan yang luas karena keaktifan
ketua kelompok selama ini. Ketua kelompok sangat aktif mempromosikan beras
hitam yang dihasilkan kelompok kepada rekan, teman, dan setiap orang yang
ditemuinya pada berbagai acara terkait pertanian seperti bazaar yang diadakan
pemerintah dan bazar pertanian lainnya. Promosi dilakukan melalui metode mulut
ke mulut (word to mouth) dan pembagian brosur dalam bentuk fotocopy. Hal ini
membuat Kelompok Tani Darma Bakti mampu memiliki jaringan pemasaran yang
luas dan memiliki hubungan kerjasama dengan beberapa pihak seperti Carefour
sebagai retailer, distributor, K’Link sebagai penyedia input produksi dan beberapa
kelompok tani lainnya.
4. Tersedia alat mesin produksi pertanian
Kelompok Tani Darma Bakti memiliki alat mesin produksi pertanian
berupa traktor, hand sprayer, power thresher, mesin pencacah, mesin kompos,
alat pendeteksi hama, bangunan gudang dan sekertariat kelompok. Sarana
prasarana ini diperoleh kelompok dari bantuan yang diberikan oleh pemerintah
yaitu Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor dan UPT Kecamatan
Cigudeg. Rencana bantuan lainnya yang akan diberikan oleh pemerintah untuk
Kelompok Tani Darma Bakti adalah heller atau mesin penggiling padi. Bantuan-
67
bantuan ini diberikan oleh pemerintah setempat secara bertahap dengan
mempertimbangkan perkembangan dari Kelompok Tani Darma Bakti. Mesin-
mesin dan sarana prasarana yang diperoleh kelompok dari bantuan dapat
digunakan oleh seluruh anggota untuk keperluan produksi pertaniannya.
Tersedianya sarana prasarana produksi pertanian ini membuat Kelompok Tani
Darma Bakti memiliki keunggulan dibanding kelompok tani lain.
5. Telah menerapkan teknologi tanam jajar legowo dan pertanian organik
Kelompok Tani Darma Bakti telah menerapkan teknologi tanam jajar
legowo dan pertanian organik. Tanam jajar legowo yang digunakan oleh petani
anggota adalah legowo 2 : 1 dengan jarak antar barisan yaitu 25 cm dan jarak
antar kelompok barisan adalah 40 cm. Benih yang digunakan untuk setiap tanam
adalah 3 buah benih. Teknologi penanaman jajar legowo ini sangat membantu
petani untuk meningkatkan produktivitas, menghemat penggunaan benih,
membantu mengurangi gangguan hama seperti tikus dan mempermudah proses
pemupukan dan penyiangan. Kelompok Tani Darma Bakti juga telah menerapkan
pertanian organik. Namun beras hitam yang dihasilkan belum dapat dikatakan
bersifat organik melainkan semi organik karena lahan yang diusahakan masih
mengandung unsur kimia. Penerapan pertanian organik memiliki kelebihan selain
ramah lingkungan, beras yang dihasilkan pun lebih menyehatkan karena tidak
diusahakan dengan bahan-bahan kimia sehingga lebih memiliki nilai ekonomis.
6. Seringnya menerima pelatihan dan penyuluhan
Kelompok Tani Darma Bakti memiliki hubungan yang baik dengan pihak
pemerintah yaitu Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, BP3K,
BKP5K dan juga UPT setempat. Hal ini membuat Kelompok Tani Darma Bakti
sering diikutsertakan dan menerima pelatihan serta penyuluhan dari pihak
pemerintah terkait pertanian organik, teknologi tanam jajar legowo, teknologi
Pertanian Tanaman Terpadu (PTT) padi, budidaya padi hibrida, SRI, dan
pembuatan pupuk kompos. Hal ini merupakan kekuatan bagi Kelompok Tani
Darma Bakti karena pelatihan dan penyuluhan yang dilakukan mampu
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petani anggota.
Kelemahan (Weakness)
Berdasarkan identifikasi terhadap lingkungan internal, Kelompok Tani
Darma Bakti memiliki 12 kelemahan yaitu:
1. Produk belum memiliki nama jual dan sertifikasi
Produk beras hitam yang dihasilkan Kelompok Tani Darma Bakti belum
memiliki nama jual dan belum memiliki sertifikasi. Sertifikasi belum dapat
diperoleh kelompok karena beras hitam yang dihasilkan kelompok tani dinilai
masih bersifat semi organik. Beras hitam Kelompok Tani Darma Bakti yang
diusahakan dengan pertanian organik dinilai masih bersifat semi organik karena
lahan yang diusahakan masih mengandung unsur-unsur kimia. Nama jual dan
sertifikasi yang belum dimiliki oleh produk beras hitam Kelompok Tani Darma
Bakti dapat menimbulkan keraguan dibenak beberapa konsumen yang ingin
membelinya. Hal ini merupakan kelemahan bagi Kelompok Tani Darma Bakti
68
karena menyebabkan daya saing dan daya jual pada produk yang dipasarkannya
berkurang.
2. Ketersediaan modal terbatas
Tidak berbeda dengan kendala yang kerap dialami oleh kelompok tani
lainnya, Kelompok Tani Darma Bakti memiliki keterbatasan modal. Untuk
menjalankan usahanya, masing-masing petani anggota menggunakan modal yang
berasal dari modal pribadi. Namun dikarenakan keterbatasan modal yang dimiliki
seringkali untuk melakukan produksi petani anggota maupun kelompok tani perlu
menunggu pembayaran hasil penjualan. Hal ini menjadi kelemahan bagi
Kelompok Tani Darma Bakti karena modal yang terbatas menghambat produksi
yang dilakukan.
3. Kemampuan administrasi masih rendah
Kelompok Tani Darma Bakti memiliki kemampuan administrasi yang
rendah, baik dalam administrasi keuangan maupun administrasi kegiatan.
Administrasi keuangan dan kegiatan dilakukan kelompok dengan menggunakan
alat tulis sederhana, belum dilakukan dengan rapih, belum rutin dilakukan, belum
menggunakan komputer dan belum disimpan dengan baik. Adapun perlengkapan
yang digunakan dalam proses pengadministrasian baru berupa buku keuangan
yang berisi data pemasukan dan pengeluaran kelompok, daftar hadir dan buku
tamu, alat tulis sederhana, kwitansi penjualan dan kalkulator untuk proses
perhitungannya. Masih terdapat perlengkapan administrasi lainnya yang perlu
dilengkapi kelompok. Selain itu, Kelompok Tani Darma Bakti juga belum
memiliki SOP (Standar Operational Procedure) yang dapat digunakan dalam
proses pengendalian pada kegiatan produksinya. Hal ini menjadi kelemahan bagi
Kelompok Tani Darma Bakti karena informasi-informasi dari luar dan juga dari
kelompok untuk kelompok tidak terdokumentasi dengan baik sehingga sulit
diperoleh jika dibutuhkan.
4. Pengorganisasian belum berjalan dengan baik
Kelompok Tani Darma Bakti sudah memiliki struktur organisasi atau
struktur kelompok tani yang terdiri dari ketua, sekertaris, bendahara dan seksi-
seksi. Perangkat organisasi yang ada sudah cukup tepat bagi kelompok tani namun
pengorganisasiannya masih terpusat pada ketua karena kinerja dari masing-
masing pengurus belum dijalankan dengan baik. Banyaknya atau tumpang
tindihnya tugas yang harus dilakukan oleh ketua berpengaruh pada keadaan
kelompok. Akibatnya tidak semua anggota mendapatkan informasi terkait
kegiatan-kegiatan kelompok maupun informasi lainnya. Banyak anggota
kelompok tani yang beranggapan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh
ketua hanya untuk kepentingan pribadi ketua sehingga seringkali timbul
kesalahpahaman. Hal ini menjadi salah satu kekurangan bagi pengembangan
Kelompok Tani Darma Bakti.
5. Kurangnya keaktifan anggota
Kelompok Tani Darma Bakti tercatat memiliki petani anggota sebanyak
113 orang petani. Namun saat ini, petani anggota yang aktif kurang lebih hanya
berjumlah 30 orang petani saja. Hal ini dilihat dari kehadiran para petani anggota
69
dalam rapat dan pertemuan yang tertera pada daftar hadir serta berdasarkan
pengamatan Pak Murjia sebagai ketua kelompok. Berdasarkan hasil wawancara
peneliti dengan 30 petani anggota aktif, sebesar 50 persen atau 15 orang petani
menyatakan selalu hadir dalam rapat dan pertemuan karena ingin memperoleh
informasi dan 50 persen atau 15 orang petani lainnya menyatakan tidak selalu
hadir dalam rapat dan pertemuan karena adanya keperluan lain. Tingginya jumlah
petani anggota non aktif dan rendahnya tingkat kehadiran serta partisipasi anggota
merupakan kelemahan bagi kelompok karena dapat menghambat pengembangan
beras hitam pada Kelompok Tani Darma Bakti.
6. Sumberdaya manusia (petani anggota) kurang kompeten
Tingkat pendidikan para petani anggota didominasi oleh lulusan sekolah
dasar sebesar 66.67 persen dan tidak bersekolah sebesar 20 persen. Tingkat
pendidikan yang rendah berimplikasi pada rendahnya kualitas sumberdaya
manusia kelompok tani karena rendahnya kemampuan petani dalam melakukan
kegiatan manajemen dan administrasi, menerima pengetahuan serta teknologi baru
untuk menunjang usahanya. Hal ini dapat dilihat dari tidak mudahnya petani
untuk menerima dan menerapkan cara tanam, perubahan teknologi serta kegiatan
manajemen yang masih belum dilakukan dengan baik.
7. Masih sering menggunakan benih berumur tua
Pada mulanya, petani anggota Kelompok Tani Darma Bakti memperoleh
benih beras hitam dari ketua kelompok yaitu Pak Murjia. Benih beras hitam yang
dimiliki Pak Murjia berasal dari hasil uji coba penanaman beras hitam oleh pihak
BP3K di lahan ketua pada tahun 2000. Benih yang digunakan saat ini seringkali
merupakan benih dengan umur tua yakni benih dengan umur diatas 20 hari.
Sedangkan benih yang baik untuk digunakan adalah benih dengan umur 14-15
hari. Hal ini merupakan kelemahan bagi Kelompok Tani Darma Bakti karena
benih dengan umur tua memiliki daya tahan dan produktivitas anakan yang rendah
sehingga rendah pula produktivitas beras hitam.
8. Produksi belum mampu memenuhi permintaan pasar
Besarnya jumlah permintaan yang ada dan terus meningkat membuat
produksi beras hitam yang mampu dihasilkan oleh Kelompok Tani Darma Bakti
saat ini belum mampu memenuhi permintaan yang ada. Salah satu permintaan
yang belum mampu terpenuhi oleh kelompok tani adalah permintaan dari pihak
Carefour. Pihak Carefour meminta kelompok tani untuk memasok delapan ton
beras hitam untuk beberapa periode pengiriman terakhir sedangkan kelompok tani
baru mampu memasok sejumlah satu ton beras hitam. Belum lagi kebutuhan
kelompok tani untuk penjualan pada bazar-bazar yang diikuti dan permintaan dari
konsumen akhir lainnya yang terus berdatangan dan memesan beras hitam hasil
produksi Kelompok Tani Darma Bakti.
9. Lahan masih mengandung unsur–unsur kimia
Menurut BP3K setempat berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan,
lahan yang diusahakan oleh Kelompok Tani Darma Bakti masih mengandung
unsur – unsur kimia yaitu unsure Fe dan PH tanah berkisar 4 – 5.5 yang tergolong
tinggi. Kandungan unsur kimia pada lahan disebabkan oleh pembudidayaan
70
pertanian non organik yang sebelumnya dilakukan. Selain itu, lokasi Kelompok
Tani Darma Bakti yang berdekatan dengan industri – industri pemecahan batu
mempengaruhi ketersediaan dan kandungan air yang digunakan oleh kelompok
tani untuk mengusahakan beras hitam. Unsur Fe dan PH yang tinggi
mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat dan jumlah anakan produktif
tidak dapat optimal. Hal ini merupakan kelemahan bagi kelompok tani karena
pertanian organik tidak sepenuhnya dapat diusahakan.
10. Belum menggunakan sistem komputerisasi pada SIM
Kelompok Tani Darma Bakti belum memiliki sistem informasi manajemen.
Informasi atau data-data yang dimiliki kelompok tani mengenai lingkungan
internal maupun lingkungan eksternal belum di dokumentasikan dan belum
dikelola dengan baik menggunakan sistem komputerisasi. Informasi dibicarakan
dan disebarkan melalui rapat pertemuan saja. Sedangkan tingkat kehadiran para
petani anggota pada rapat dan pertemuan tergolong rendah sehingga informasi
tidak dapat tersampaikan.
Peluang (Opportunity)
Berdasarkan identifikasi terhadap lingkungan eksternal, Kelompok Tani
Darma Bakti memiliki 8 peluang yaitu:
1. Pertumbuhan ekonomi masyarakat semakin baik
Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diindikasikan dengan Produk
Domestik Bruto (PDB) sedangkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah
diindikasikan dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan
Badan Pusat Statistik (2014), perekonomian Indonesia terus mengalami
pertumbuhan. Hal ini terlihat dari total jumlah PDB yang diperoleh atas dasar
harga konstan 2000 pada tahun 2009 hingga 2013. Selain kondisi ekonomi
nasional, pertumbuhan ekonomi juga terjadi pada Kabupaten Bogor, kabupaten
yang menjadi lokasi dari Kelompok Tani Darma Bakti. Berdasarkan Badan Pusat
Statistik Kabupaten Bogor (2014), perekonomian Kabupaten Bogor juga terus
mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari total jumlah PDRB yang diperoleh
atas dasar dasar harga konstan pada tahun 2008 hingga 2012. Adanya
pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya merupakan peluang bagi pengembangan
beras hitam Kelompok Tani Darma Bakti karena pertumbuhan ekonomi
mengindikasikan tingkat perekonomian masyarakat yang semakin baik sehingga
daya beli masyarakat akan semakin besar.
2. Adanya permintaan yang belum terpenuhi dan terus meningkat
Menurut Departemen Pertanian (2010), permintaan akan beras hitam terus
mengalami peningkatan namun beras hitam masih terbilang langka keberadaannya
termasuk di Indonesia. Volume produksi beras hitam di Indonesia masih sangat
rendah sehingga perlu ditingkatkan dan dikembangkan untuk dapat memenuhi
permintaan yang ada. Begitu pula dengan yang dialami oleh Kelompok Tani
Darma Bakti. Permintaan beras hitam pada Kelompok Tani Darma Bakti begitu
besar namun Kelompok Tani Darma Bakti belum dapat memenuhinya. Salah satu
permintaan yang belum dapat dipenuhi adalah permintaan dari kerjasama yang
71
terjalin dengan pihak Carefour. Berdasarkan 14 kali pengiriman yang telah
dilakukan, kelompok tani baru mampu memenuhi maksimal satu ton dari delapan
ton permintaan pihak Carefour. Belum lagi permintaan untuk mengisi bazar-bazar
pertanian dan permintaan serta pesanan dari konsumen akhir yang terus
berdatangan dan terus meningkat. Hal ini menjadi peluang bagi pengusahaan
beras hitam yang dilakukan oleh Kelompok Tani Darma Bakti.
3. Berlokasi di Kabupaten Bogor yang memiliki daya tarik wisata
Menurut Pemerintah Kabupaten Bogor (2014), Kabupaten Bogor
merupakan daerah dengan daya tarik wisata yang memadukan antara karakter
alamnya yang kuat, seni dan kebudayaan serta sejarah kepurbakalaan. Selain itu
Kabupaten dan Kota Bogor juga merupakan daerah yang terkenal dengan kuliner–
kulinernya yang enak dan juga beragam. Hal ini mendukung pengembangan beras
hitam karena semakin banyak kawasan wisata yang ada maka akan semakin
banyak pula jumlah wisatawan yang mengunjungi Kabupaten Bogor dan
berpotensi sebagai konsumen dari beras hitam yang dihasilkan Kelompok Tani
Darma Bakti.
4. Adanya budaya “ belum makan jika belum mengkonsumsi nasi “
Di Indonesia terdapat budaya masyarakat yang berbunyi “ belum makan
jika belum mengkonsumsi nasi ” yang pada kenyataan nya sudah mengkonsumsi
kentang, jagung, singkong, roti atau komoditi lain nya yang mengandung
karbohidrat dan protein serta mengenyangkan. Budaya tersebut terjadi di seluruh
wilayah Indonesia tak terkecuali Kabupaten Bogor. Hal ini menjadi peluang bagi
pengembangan beras hitam Kelompok Tani Darma Bakti karena beras hitam juga
merupakan salah satu jenis beras dan permintaan akan beras akan terus ada. Selain
itu, beras hitam juga dapat menjadi salah satu jalan keluar dari budaya yang ada
dan mengurangi jumlah konsumsi beras di Indonesia karena beras hitam
memberikan tingkat kekenyangan dua kali lipat dibandingkan dengan beras biasa
serta memberikan efek kenyang yang lebih lama.
5. Jumlah penduduk yang terus meningkat
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk
terbanyak di dunia dan terus mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan
1.49 persen pada tahun 1990 hingga 2010. Seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk Indonesia, jumlah penduduk Kabupaten Bogor pun terus mengalami
peningkatan khususnya pada tahun 2008 hingga 2012. Adanya peningkatan
jumlah penduduk yang terjadi dari tahun ke tahun dan tingginya laju pertumbuhan
populasi penduduk merupakan peluang bagi pengembangan beras hitam
Kelompok Tani Darma Bakti karena permintaan akan semakin meningkat pula
dan pasar yang dapat dituju akan semakin besar.
6. Tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi,
kesehatan dan lingkungan semakin baik
Seiring dengan semakin baiknya kondisi perekonomian masyarakat maka
akan semakin baik pula tingkat pendidikan dan pengetahuan yang dimilikinya
khususnya terkait dengan pentingnya gizi, kesehatan dan lingkungan. Tingkat
pendidikan, pengetahuan serta kesadaran masyarakat yang semakin baik mengenai
72
pentingnya gizi, kesehatan dan lingkungan merupakan peluang bagi
pengembangan beras hitam Kelompok Tani Darma Bakti. Hal ini dikarenakan
baiknya pendidikan dan pengetahuan dari masyarakat tersebut akan mendorong
masyarakat untuk menjadi konsumen dari beras hitam.
7. Adanya kebijakan pencapaian swasembada lima komoditas strategis
Pencapaian swasembada lima komoditas strategis merupakan salah satu
arah Kebijakan Pembangunan Pertanian 2014. Swasembada difokuskan pada
kelima komoditas strategis nasional ini dengan dibedakan menjadi dua yaitu
pencapaian swasembada 2014 untuk kedelai, tebu dan daging sapi serta
pencapaian swasembada berkelanjutan untuk komoditas padi dan jagung. Padi
merupakan salah satu komoditas strategis nasional yang menjadi fokus
swasembada berkelanjutan. Hal ini merupakan peluang bagi pengembangan beras
hitam Kelompok Tani Darma Bakti karena beras hitam juga berasal dari salah satu
jenis padi dan Kementrian Pertanian akan memfasilitasi pengembangan lima
komoditas strategis nasional tersebut. Salah satu program yang dibentuk guna
mendorong pencapaian swasembada berkelanjutan komoditi padi adalah Program
Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN).
8. Adanya kebijakan peningkatan kesejahteraan petani
Peningkatan kesejahteraan petani juga merupakan salah satu arah
Kebijakan Pembangunan Pertanian 2014. Peningkatan kesejahteraan petani
dilakukan melalui kegiatan Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP)
dan Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3). Adanya kebijakan
ini merupakan peluang bagi pengembangan beras hitam Kelompok Tani Darma
Bakti karena kebijakan ini membantu meningkatkan pendapatan petani per kapita
melalui pemberian bantuan modal awal sehingga terciptanya kesejahteraan petani
dan berimplikasi pada ketersediaan modal yang dimiliki petani.
9. Tidak ada produk substitusi
Beras hitam merupakan komoditi yang belum memiliki produk substitusi.
Hingga saat ini belum ditemukannya komoditi atau produk yang memiliki
kandungan dan memberikan manfaat yang begitu banyak seperti beras hitam.
Bahkan jenis beras lain pun seperti beras putih dan beras merah belum mampu
menjadi produk substitusi dari beras hitam. Tidak adanya produk substitusi dari
beras hitam menjadi peluang bagi pengembangan beras hitam Kelompok Tani
Darma Bakti.
10. Menjalin hubungan baik dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan, BP3K dan
UPT setempat.
Kelompok Tani Darma Bakti memiliki hubungan baik dengan pihak
pemerintahan karena keaktifan dan kedinamisan ketua kelompok selama ini.
Ketua kelompok rajin bersosialisasi dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan,
BP3K dan UPT setempat. Ketua dan pengurus kelompok juga aktif dalam
berbagai acara yang diadakan pemerintah seperti bazar pertanian dan
mempromosikan beras hitam yang dihasilkannya. Hal ini membuat kelompok tani
sering diikutsertakan pada pelatihan dan penyuluhan yang diadakan pihak
pemerintah. Tidak hanya itu, Kelompok Tani Darma Bakti juga banyak
73
memperoleh bantuan seperti alat dan mesin-mesin produksi pertanian dari pihak
pemerintah khususnya Dinas Pertanian dan Kabupaten Bogor dan UPT setempat.
Hal ini menjadi kekuatan bagi Kelompok Tani Darma Bakti karena tidak semua
kelompok memiliki hubungan baik dengan pihak pemerintahan.
Ancaman (Threath)
Berdasarkan identifikasi terhadap lingkungan eksternal, Kelompok Tani
Darma Bakti memiliki 4 ancaman yaitu:
1. Terjadinya inflasi
Kondisi ekonomi suatu negara dapat ditinjau dengan melihat tingkat
inflasi yang terjadi pada negara tersebut. Menurut Badan Pusat Statistik (2014),
pada bulan Februari 2014 terjadi inflasi umum di Indonesia sebesar 0.26 persen
dengan indeks harga konsumen 111.28. Adanya inflasi menjadi ancaman dan
berpengaruh negatif bagi pengembangan beras hitam pada Kelompok Tani Darma
Bakti karena membuat harga input-input produksi pertanian meningkat sehingga
menyebabkan harga beras hitam yang dihasilkan pun akan meningkat. Sedangkan
adanya inflasi akan membuat daya beli masyarakat khususnya terhadap beras
hitam semakin rendah karena masyarakat lebih memilih untuk menabungkan
sejumlah uangnya di bank.
2. Iklim dan cuaca yang tidak menentu
Pengusahaan beras hitam sama dengan pengusahaan jenis beras lainnya
yaitu sangat rentan terhadap pengaruh iklim dan cuaca. Curah hujan yang terlalu
tinggi akan membuat lahan terlalu banyak mengandung air dan dapat memicu
hama keong. Sedangkan cuaca panas yang terlalu ekstrim akan membuat lahan
kekurangan air atau kekeringan dan menyebabkan rendahnya jumlah anakan
sehingga berimplikasi pada rendahnya produktivitas. Cuaca dan iklim yang tidak
menentu menjadi ancaman bagi pengembangan beras hitam Kelompok Tani
Darma Bakti karena mempengaruhi produktivitas yang dihasilkan serta
mempengaruhi umur panen.
3. Lokasi berdekatan dengan beberapa industri pemecahan batu
Kelompok Tani Darma Bakti berlokasi di Desa Bangunjaya yang letaknya
bersebelahan dan berdekatan dengan lokasi industri–industri pemecahan batu. Hal
ini menjadi ancaman bagi Kelompok Tani Darma Bakti karena menurut pihak
BP3K setempat, pengusahaan beras hitam sebaiknya dipilih lokasi–lokasi yang
jauh dari pabrik maupun industri atau tambang untuk menghindari pencemaran
lahan maupun air.
4. Adanya program peningkatan diversifikasi pangan
Program peningkatan diversifikasi pangan bertujuan agar terjadinya
penurunan konsumsi beras melalui pengembangan pangan lokal yaitu umbi-
umbian, sayur-sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan kecuali kedelai.
Adanya program ini menjadi ancaman bagi pengembangan beras hitam Kelompok
Tani Darma Bakti karena jika masyarakat beralih pada umbi-umbian, sayur-
74
sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan maka konsumen atau pasar dari beras
hitam yang dihasilkan kelompok akan berkurang.
5. Tingkat persaingan dalam industri semakin tinggi
Beras hitam mulai dilirik para petani untuk diusahakan karena melihat
peluang permintaan beras hitam yang terus meningkat dan keuntungan yang
mampu dihasilkan dari pengusahaan beras hitam lebih besar. Semakin banyak
bermunculannya petani maupun kelompok tani yang turut mengusahakan beras
hitam dan bersaing di dalam industri. Hal ini menyebabkan tingkat persaingan
dalam industri beras hitam semakin tinggi. Tingkat persaingan yang semakin
tinggi menjadi ancaman bagi Kelompok Tani Darma Bakti.
6. Kekuatan tawar menawar pembeli tinggi
Kekuatan tawar menawar pembeli terhadap beras hitam yang dihasilkan
Kelompok Tani Darma Bakti terbilang tinggi karena konsumen yang melakukan
pembelian jumlahnya terus meningkat dan pembelian pun dilakukan dalam jumlah
yang besar. Selain itu, beras hitam yang dihasilkan pun belum terdiferensiasi
melalui nama jual dan juga belum memperoleh sertifikasi sehingga konsumen
memiliki kekuatan untuk melakukan penawaran. Hal ini menjadi ancaman bagi
Kelompok Tani Darma Bakti.
Matriks SWOT
Alternatif strategi diformulasikan dengan menggunakan matriks SWOT
berdasarkan faktor strategis internal yaitu kekuatan dan kelemahan serta faktor
strategis eksternal yaitu peluang dan ancaman. Matriks SWOT menggambarkan
secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi Kelompok Tani
Darma Bakti dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
Kelompok Tani Darma Bakti. Matriks SWOT menghasilkan alternatif strategi
yang diklasifikasikan menjadi empat strategi umum yaitu strategi SO, ST, WO
dan WT. Berdasarkan analisis matriks SWOT pada Kelompok Tani Darma Bakti
melalui Tabel 20 diperoleh alternatif – alternatif strategi umum yang terdiri dari
dua strategi SO, dua strategi WO, satu strategi ST dan dua strategi WT.
75
Tabel 20 Matriks SWOT Kelompok Tani Darma Bakti dalam pengusahaan komoditi
beras hitam
Internal
Eksternal
Kekuatan (Strenght)
1. Produk menawarkan banyak
manfaat bagi kesehatan dan ramah
lingkungan
2. Ketua kelompok aktif, dinamis dan
penuh semangat
3. Memiliki jaringan pemasaran yang
luas dan hubungan kerjasama
dengan beberapa pihak
4. Tersedianya alat mesin produksi
pertanian
5. Telah menerapkan teknologi tanam
jajar legowo dan pertanian organik
6. Seringnya menerima pelatihan dan
penyuluhan
Kelemahan (Weakness)
1. Produk belum memiliki nama jual
dan sertifikasi
2. Ketersediaan modal terbatas
3. Kemampuan administrasi masih
rendah
4. Pengorganisasian belum berjalan
dengan baik
5. Kurangnya keaktifan anggota
6. Sumberdaya manusia (petani
anggota) kurang kompeten
7. Masih sering menggunakan benih
berumur tua
8. Produksi belum mampu memenuhi
permintaan pasar
9. Lahan masih mengandung unsur-
unsur kimia
10. Belum menggunakan sistem
komputerisasi pada SIM
Peluang (Opportunities)
1. Pertumbuhan ekonomi
masyarakat semakin baik
2. Adanya permintaan yang
belum terpenuhi dan terus
meningkat
3. Berlokasi di Kab. Bogor yang
memiliki daya tarik wisata
4. Adanya budaya “belum
makan jika belum
mengkonsumsi nasi”
5. Jumlah penduduk yang terus
meningkat
6. Tingkat pengetahuan dan
kesadaran masyarakat akan
pentingnya gizi, kesehatan
dan lingkungan semakin baik
7. Adanya kebijakan pencapaian
swasembada lima komoditas
strategis
8. Adanya kebijakan
peningkatan kesejahteraan
petani
9. Tidak ada produk substitusi
10. Menjalin hubungan baik
dengan Dinas Pertanian dan
Kehutanan, BP3K dan UPT
setempat.
Strategi S-O
(SO1). Membangun mitra kerja yang
kontinu dalam penyediaan input,
pemasaran produk, serta penelitian
dan pengembangan (S2, S3, S6,
O7, O8, O10)
(SO2).Meningkatkan kualitas,
kuantitas dan kontinuitas produksi
beras hitam untuk memenuhi
permintaan (S1, S3 S4, S5, S6,
O1, O2, O3, O4, O5, O6, O7, O8,
O9, O10)
Strategi W-O
(WO1). Meningkatkan ketersediaan
modal (W2, O8, O10)
(WO2). Penguatan kelembagaan
kelompok tani (W3, W4, W5, W6,
W10, O10)
Ancaman (Threath)
1. Terjadinya inflasi
2. Iklim dan cuaca yang tidak
menentu
3. Lokasi berdekatan dengan
beberapa industri pemecahan
batu
4. Adanya program peningkatan
diversifikasi pangan
5. Tingkat persaingan dalam
industri semakin tinggi
6. Kekuatan tawar menawar
pembeli tinggi
Strategi S-T
(ST1).Mengembangkan produk beras
hitam dengan optimalisasi
sumberdaya yang ada untuk
memenangkan persaingan ( S1,
S2, S3, S4, S5, S6, T2, T4, T5,
T6)
Strategi W-T
(WT1).Mengembangkan produk
dengan penelitian dan
pengembangan berkelanjutan (W1,
W7, W8, W9, T2, T3, T5, T6)
(WT2). Menciptakan nama jual dan
sertifikasi sebagai jaminan pada produk
beras hitam yang dihasilkan (W1, T5,
T6)
76
Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT, terdapat tujuh alternatif strategi
pengembangan beras hitam Kelompok Tani Darma Bakti yaitu:
Strategi S-O
1. Membangun mitra kerja yang kontinu dalam penyediaan input, pemasaran
produk, serta penelitian dan pengembangan
Dalam upaya pengembangan beras hitam yang dilakukan Kelompok Tani
Darma Bakti perlu menjamin ketersediaan sarana prasarana, input produksi,
menjamin produk seluruhnya terjual dansampai hingga tangan konsumen dengan
baik, serta terus melakukan penelitian pengembangan. Hal ini dapat dilakukan
dengan tetap menjalin kerjasama yang kontinu dengan beberapa pihak seperti
pemasok input, distributor, retailer, rumah makan dan rumah sakit sebagai
pemasar dan pihak pemerintah serta instansi terkait. Dengan strategi ini
diharapkan Kelompok Tani Darma Bakti dapat menjaga ketersediaan input – input
yang diperlukan, terus mampu memenuhi permintaan yang ada dan
mengembangkan beras hitam yang dihasilkannya.
2. Meningkatkan kualitas, kuantitas dan kontinuitas produksi beras hitam untuk
memenuhi permintaan
Selama ini, sebagian dari petani anggota belum mengusahakan beras hitam
secara kontinu dan beberapa dari petani anggota bahkan belum mulai menanam
beras hitam. Untuk itu perlunya pemotivasian oleh kelompok tani untuk
meningkatkan kontinuitas produksi dari para petani anggota. Pemotivasian dapat
dilakukan dengan membuat percontohan berupa demplot bagi para anggota.
Untuk menjaga kualitas beras hitam yang dihasilkan dan menjaga ketersediaan
benih maka kelompok tani dapat membuat penangkaran benih. Peningkatan
kualitas, kuantitas dan kontinuitas produksi beras hitam kelompok dapat terwujud
jika seluruh anggota menerapkan teknologi tanam jajar legowo dan pertanian
organik dengan sungguh–sungguh guna memenuhi peluang permintaan yang ada.
Strategi W-O
3. Meningkatkan ketersediaan modal
Salah satu kendala yang dialami Kelompok Tani Darma Bakti dalam
mengembangkan beras hitam adalah terbatasnya ketersediaan modal. Untuk itu
perlunya strategi meningkatkan ketersediaan modal. Peningkatan ketersediaan
modal dapat dilakukan dengan memanfaatkan peluang yang ada yaitu adanya
kebijakan peningkatan kesejahteraan petani dari pemerintah melalui program
PUAP dan LM3. PUAP dan LM3 mampu membantu meningkatkan pendapatan
petani per kapita sehingga terciptanya kesejahteraan petani dan berimplikasi pada
ketersediaan modal yang dimiliki petani. Peningkatan ketersediaan modal juga
dapat dilakukan melalui kerjasama dengan pihak penyedia modal atau investor
dan memanfaatkan hubungan baik yang dimiliki dengan Dinas Pertanian dan
Kehutanan dan UPT setempat. Pihak pemerintahan setempat dapat membantu
meningkatkan ketersediaan modal kelompok melalui bantuan-bantuan yang
diberikan berupa saprodi dan alat mesin pertanian. Selain itu, peningkatan
77
ketersediaan modal dapat dilakukan melalui pemupukan modal internal kelompok
dengan mengadakan kas atau iuran dan tabungan anggota.
4. Penguatan kelembagaan kelompok tani
Penguatan kelembagaan kelompok tani merupakan strategi utama yang
perlu dilakukan Kelompok Tani Darma Bakti. Manajemen yang dilakukan oleh
Kelompok Tani Darma Bakti belum menciptakan koordinasi yang baik.
Kelompok Tani Darma Bakti perlu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan
administrasi baik administrasi keuangan maupun administrasi kegiatan bagi
pengurus kelompok dan para petani anggota. Selain itu, struktur organisasi perlu
diperbaiki disesuaikan dengan kemampuan dan keaktifan anggota yang ada serta
dilengkapi dengan pembagian tugas yang jelas dan tertulis. Setiap pengurus dari
struktur organisasi yang ada wajib melaksanakan tugasnya masing–masing
dengan transparan dan saling berkoordinasi. Perbaikan sistem manajemen yang
ada harus dibuat berdasarkan kesepakatan bersama agar pelaksanaannya dapat
berjalan secara partisipatif. Untuk dapat meningkatkan partisipasi pengurus dan
anggota kelompok, pengendalian dan pemotivasian juga perlu dilakukan.
Pengendalian dapat dilakukan dengan membuat aturan atau norma dan SOP yang
jelas dan tertulis terkait proses produksi beras hitam yang dilakukan kelompok
serta dilengkapi dengan evaluasi. Pengurus kelompok dan petani-petani anggota
juga perlu diberikan pemahaman dan pendampingan dalam penerapan sistem
manajemen kelompok tani. Dengan demikian, diharapkan penguatan kelembagaan
kelompok tani mampu membantu pengembangan beras hitam.
Strategi S-T
5. Mengembangkan produk beras hitam dengan optimalisasi sumberdaya yang ada
untuk memenangkan persaingan.
Pengembangan produk merupakan strategi yang digunakan untuk dapat
meningkatkan penjualan dan memperbaiki produk atau menciptakan inovasi-
inovasi terhadap produk. Pengembangan produk dilakukan dengan menggunakan
seluruh sumber daya yang dimiliki kelompok secara optimal untuk meningkatkan
daya saing dan daya jual produk dimata konsumen ditengah persaingan industri
yang semakin meningkat dan tingginya daya tawar menawar pembeli. Untuk
meningkatkan daya saing dan daya jual, kelompok tani perlu melakukan grading
pada beras hitam yang diproduksi kelompok. Grading dilakukan untuk menjaga
kualitas dan meningkatkan penjualan. Beras hitam dengan grade baik dapat
dipasarkan melalui distributor, retailer, rumah sakit, dan rumah makan. Sedangkan
beras hitam dengan grade kurang baik dapat dijual kepada konsumen rumahan
atau dapat diolah dan diberi inovasi menjadi produk turunan atau olahan beras
hitam melalui kerja sama dengan kelompok wanita tani yang ada. Hal ini
dilakukan agar produk tetap dapat dimanfaatkan dengan memberikan nilai tambah.
Dengan adanya grading, petani anggota akan berusaha dan berlomba-lomba untuk
memproduksi beras hitam dengan grade yang baik. Selain itu, untuk
meningkatkan penjualan, kelompok tani perlu memperbaiki kemasan dan
membuat materi pemasaran atau brosur dengan lebih baik.
78
Strategi W-T
6. Mengembangkan produk dengan penelitian dan pengembangan berkelanjutan.
Baik lingkungan internal maupun eksternal dari pengusahaan beras hitam
yang dilakukan Kelompok Tani Darma Bakti akan terus mengalami perubahan.
Untuk itu, Kelompok Tani Darma Bakti diharapkan terus melakukan penelitian
dan pengembangan guna terus melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas
serta penciptaan inovasi–inovasi terkait beras hitam. Adapun penelitian–penelitian
yang dibutuhkan oleh Kelompok Tani Darma Bakti yaitu dilakukannya penelitian
kembali pada kandungan tanah dan air yang digunakan kelompok, penelitian
tingkat organik produk beras hitam yang dihasilkan kelompok dan penelitian pada
produk turunan atau olahan berbahan dasar beras hitam yang dikembangkan. Hal
ini dilakukan agar Kelompok Tani Darma Bakti tetap dapat memenuhi permintaan
konsumen dan mampu bersaing di dalam industri sesuai dengan dinamika pasar
yang ada.
7. Menciptakan nama jual dan sertifikasi sebagai jaminan pada produk beras
hitam yang dihasilkan
Kelompok Tani Darma Bakti perlu menciptakan nama jual bagi produk
beras hitam yang dihasilkannya untuk membentuk diferensiasi produk dimata
konsumen. Produk beras hitam yang dihasilkannya pun perlu memiliki sertifikasi
sehingga meningkatkan tingkat kepercayaan konsumen terhadap produk yang
dihasilkan. Terlebih pasar yang dimiliki komoditi beras hitam adalah kalangan
menengah keatas. Dengan demikian, konsumen akan merasa percaya dan aman
dalam mengkonsumsi produk dan melakukan pembelian yang berulang.
Perancangan Arsitektur Strategik
Visi dan Misi Kelompok Tani Darma Bakti
Adanya visi dan misi tertulis pada Kelompok Tani Darma Bakti
mencerminkan bahwa kelompok tani ini merupakan suatu organisasi yang
memiliki tujuan jelas yang hendak dicapai. Visi yang dimiliki oleh Kelompok
Tani Darma Bakti yaitu terwujudnya masyarakat petani yang adil dan sejahtera.
Adapun misi yang dimiliki Kelompok Tani Darma Bakti yaitu (1) pengembangan
pertanian, (2) menumbuhkan rasa kegotong-royongan dan keswadayaan, serta (3)
menumbuh-kembangkan regenerasi muda dalam pertanian.
Industry Foresight
Industry foresight memberikan gambaran tentang hal-hal yang potensial
dalam perusahaan (organisasi) untuk dikembangkan di masa depan dan
memungkinan perusahaan tersebut untuk mengambil posisi sebagai pemimpin.
Gambaran atau peramalan mengenai industri beras hitam di masa mendatang
menurut penyuluh BP3K dan BKP5K budidaya beras hitam memiliki peluang
yang sangat baik untuk dikembangkan oleh para petani. Permintaan beras hitam
terus bermunculan dan akan terus mengalami peningkatan. Hal ini karena saat ini
masyarakat berlomba–lomba untuk hidup sehat. Seiring dengan adanya kemajuan
79
teknologi, beberapa tahun kedepan akan dikembangkan produk olahan dari beras
hitam seperti contohnya pembuatan tepung beras hitam untuk pengolahan produk
makanan berbentuk sereal, kue, biskuit dan inovasi lainnya. Kecamatan Cigudeg
merupakan daerah yang terkenal sebagai penghasil mutiara hitamnya di
Kabupaten Bogor dan pengembangan beras hitam di Cigudeg merupakan agenda
dari pihak BKP5K. Untuk itu, Cigudeg dan Kelompok Tani Darma Bakti
berpeluang dan dapat tampil serta memimpin di dalam industri beras hitam.
Tantangan Organisasi
Beberapa tantangan yang dihadapi oleh Kelompok Tani Darma Bakti
dalam pengembangan beras hitam yaitu:
1. Memajukan anggota dari segi kemampuan, keahlian dan pengetahuan dalam
budidaya beras hitam dengan pertanian organik
2. Memberikan pemahaman kepada petani anggota akan fungsi dan peranan
kelompok tani
3. Meningkatkan mutu dan kualitas beras hitam yang dihasilkan serta menjaga
mutu dan kualitas tersebut jangan sampai menurun
4. Meningkatkan volume produksi beras hitam untuk dapat memenuhi
permintaan yang ada dan terus meningkat.
Sasaran Organisasi
Sasaran merupakan tujuan organisasi yang telah dikuantifisir dengan baik.
Sasaran dibuat dalam rangka memudahkan organisasi dalam mencapai tujuannya.
Sasaran umum yang ingin dicapai oleh Kelompok Tani Darma Bakti dalam
pengembangan beras hitam adalah menjadi kelompok tani pionir atau pelopor
pengembangan beras hitam. Adapun tujuan umum Kelompok Tani Darma Bakti
yang hendak dicapai melalui sasaran–sasaran yang ada adalah menciptakan serta
meningkatkan kesejahteraan hidup bersama.
Rekomendasi Program Kegiatan
Alternatif strategi pengembangan Kelompok Tani Darma Bakti dalam
pengusahaan beras hitam yang dihasilkan dari matriks SWOT diturunkan dan
dijabarkan menjadi rekomendasi program-program kegiatan. Rekomendasi
program–program kegiatan diharapkan akan lebih mudah dimengerti dan
diimplementasikan oleh Kelompok Tani Darma Bakti sehingga dapat membantu
kelompok meningkatkan efektivitas kinerjanya dan mewujudkan visi, misi,
sasaran serta tujuan yang dimiliki. Program-program ini membahas lebih lanjut
dan lebih rinci langkah-langkah yang dapat ditempuh Kelompok Tani Darma
Bakti dalam mengusahakan beras hitam selama enam tahun ke depan (2014 –
2020). Rekomendasi program kerja dapat dilihat pada Tabel 21.
80
Tabel 21 Rekomendasi program – program kegiatan
Alternatif Strategi Program Kegiatan Penanggung
Jawab
Rentang Waktu
Pelaksanaan I II III IV
1. Membangun mitra
kerja yang kontinu
dalam penyediaan
input, pemasaran
produk, serta
penelitian dan
pengembangan
A. Melakukan kerjasama/kemitraan
dengan pemasok input (pupuk dan
pestisida organik), distributor,
retailer seperti supermarket, rumah
makan, rumah sakit dan pihak
pemerintah serta instansi penelitian
terkait.
Kelompok tani
B. Membuat kontrak kerjasama (MOU)
dengan para mitra untuk
memastikan keberlanjutan
kerjasama yang dijalin.
Kelompok tani
2. Meningkatkan
kualitas, kuantitas,
dan kontinuitas
beras hitam untuk
memenuhi
permintaan
A. Pembuatan demplot beras hitam
dengan penerapan pertanian organik
Kelompok
tani, penyuluh
pertanian
B. Pembuatan penangkaran benih untuk
menjaga kualitas dan ketersediaan
benih berkelanjutan
Kelompok
tani, penyuluh
pertanian
C. Memotivasi seluruh anggota untuk
memproduksi beras hitam secara
kontinu
Kelompok tani
D. Menerapkan teknologi tanam jajar
legowo dan pertanian organik
dengan sungguh-sungguh
Kelompok tani
E. Pembuatan dan pemanfaatan pupuk
kompos sesuai pelatihan yang telah
diikuti
Kelompok tani
F. Penyuluhan dan evaluasi rutin
terkait cara penanaman hingga
penanganan pasca panen
Penyuluh
pertanian
3. Meningkatkan
ketersediaan modal
A. Mengadakan kembali kas atau iuran
dan tabungan anggota dalam rangka
pemupukan modal internal bersama
Kelompok tani
B. Membuat proposal dengan baik
untuk dapat memanfaatkan program
bantuan modal dari pemerintah atau
untuk menjalin kerjasama dengan
penyedia bantuan modal lainnya
seperti investor
Kelompok tani
4. Penguatan
kelembagaan
kelompok tani
A. Penyuluhan mengenai fungsi dan
peranan kelompok tani
Penyuluh
pertanian
B. Mengumpulkan kembali seluruh
pengurus dan anggota untuk
memperbaiki struktur organisasi
yang ada serta menetapkan
pembagian tugas secara jelas,
tertulis dan disepakati bersama
Kelompok tani
C. Menyusun rencana kerja tertulis
yang disepakati dan dilaksanakan
bersama serta mengadakan evaluasi
di setiap akhir pelaksanaannya
secara partisipatif.
Kelompok tani
D. Menetapkan aturan atau norma Kelompok tani
81
Keterangan: I = 2014 – 2015, II = 2016 -2017, III = 2018 – 2019, IV = 2020
beserta sanksi dan SOP proses
produksi tertulis secara bersama dan
untuk ditaati bersama
E. Melengkapi dan memperbaiki
administrasi keuangan dan
administrasi kegiatan
Kelompok tani
F. Pembinaan, pelatihan dan
pendampingan penerapan sistem
manajemen kelompok tani
Penyuluh
pertanian
5. Mengembangkan
produk beras hitam
dengan optimalisasi
sumberdaya yang
ada untuk
memenangkan
persaingan
A. Memperbaiki kemasan produk beras
hitam
Kelompok tani
B. Pembuatan materi pemasaran atau
brosur yang lebih baik
Kelompok tani
C. Melakukan grading pada beras
hitam yang dihasilkan dan membuat
tujuan pemasaran untuk masing-
masing grade
Kelompok tani
D. Melakukan uji coba pembuatan
produk turunan atau olahan
berbahan dasar beras hitam untuk
memanfaat hasil produksi dengan
grade yang kurang baik
Kelompok
tani, KWT
6. Mengembangkan
produk dengan
penelitian dan
pengembangan
berkelanjutan
A. Melakukan penelitian terhadap
produk turunan atau olahan beras
hitam yang nanti akan
dikembangkan kelompok
Kelompok
tani, penyuluh
pertanian
B. Melakukan penelitian kandungan
tanah lebih lanjut pada lahan - lahan
yang usahakan serta kandungan air
yang digunakan Kelompok Tani
Darma Bakti
Kelompok
tani, penyuluh
pertanian, dan
Distanhut
C. Melakukan penelitian mengenai
tingkat organik pada beras hitam
yang dihasilkan Kelompok Tani
Darma Bakti
Kelompok
tani, penyuluh
pertanian, dan
Distanhut
7. Menciptakan nama
jual dan sertifikasi
sebagai jaminan
pada produk beras
hitam yang
dihasilkan.
A. Menjalin kerjasama dengan
Distanhut Kab. Bogor dan BP3K
setempat terkait pembuatan surat
rujukan untuk mengajukan
sertifikasi
Kelompok tani
B. Mempersiapkan persyaratan dan
kelengkapan untuk pembuatan
sertifikasi
Kelompok tani
C. Mendaftar dan mengajukan
pembuatan sertifikasi
Kelompok tani
D. Mendiskusikan nama jual yang tepat
dengan seluruh petani anggota untuk
menciptakan diferensiasi produk
Kelompok tani
82
Rancangan Arsitektur Strategik Pengembangan Kelompok Tani Darma
Bakti dalam Pengusahaan Beras Hitam
Rancangan arsitektur strategik pengembangan Kelompok Tani Darma
Bakti dalam pengusahaan beras hitam merupakan peta strategi untuk mewujudkan
sasaran kelompok pada tahun 2020 mendatang, yaitu menjadi kelompok tani
pionir atau pelopor pengembangan beras hitam untuk mencapai tujuan kelompok
yaitu mencapai dan meningkatkan kesejahteraan hidup bersama. Sumbu X
(horizontal) merupakan rentang waktu selama enam tahun yang direncanakan
untuk mengembangkan beras hitam di Kelompok Tani Darma Bakti. Pemilihan
lamanya rentang waktu selama enam tahun berdasarkan keinginan dari ketua
kelompok untuk mencapai sasaran dan tujuan kelompok pada tahun 2020. Selain
itu diharapkan pada tahun tersebut kondisi lahan yang digunakan sudah kembali
sehat dan tidak lagi mengandung unsur kimia. Sumbu Y (vertikal) merupakan
program–program kegiatan yang direkomendasikan untuk mencapai sasaran
kelompok. Program kegiatan ini dibagi menjadi dua program yaitu program
kegiatan yang dilakukan secara bertahap dan program kegiatan yang di upayakan
secara terus-menerus. Rekomendasi program kegiatan ini merupakan hasil diskusi
dengan ketua kelompok tani dan penyuluh pertanian.
Alternatif strategi yang telah diformulasikan diturunkan dan dijabarkan
dalam rekomendasi program–program kegiatan bertahap secara lebih rinci yang
meliputi:
1. Mengumpulkan kembali seluruh pengurus dan anggota untuk memperbaiki
struktur organisasi yang ada serta menetapkan pembagian tugas secara jelas,
tertulis dan disepakati bersama
2. Menetapkan aturan atau norma beserta sanksi dan SOP proses produksi
tertulis secara bersama dan untuk ditaati bersama
3. Melengkapi dan memperbaiki administrasi keuangan dan administrasi
kegiatan
4. Memperbaiki kemasan produk beras hitam
5. Pembuatan materi pemasaran atau brosur yang lebih baik
6. Mendiskusikan nama jual yang tepat dengan seluruh petani anggota untuk
menciptakan diferensiasi produk
7. Pembuatan demplot beras hitam dengan penerapan pertanian organik
8. Pembuatan penangkaran benih untuk menjaga kualitas dan ketersediaan benih
berkelanjutan
9. Membuat proposal dengan baik untuk dapat memanfaatkan program bantuan
modal dari pemerintah atau untuk menjalin kerjasama dengan penyedia
bantuan modal lainnya seperti investor
10. Melakukan uji coba pembuatan produk turunan atau olahan berbahan dasar
beras hitam
11. Melakukan penelitian kandungan tanah lebih lanjut pada lahan-lahan yang
usahakan serta kandungan air yang digunakan Kelompok Tani Darma Bakti
12. Melakukan penelitian mengenai tingkat organik pada beras hitam yang
dihasilkan Kelompok Tani Darma Bakti
13. Melakukan penelitian terhadap produk turunan atau olahan beras hitam yang
akan dikembangkan kelompok
14. Mempersiapkan persyaratan dan kelengkapan untuk pembuatan sertifikasi
83
15. Menjalin kerjasama dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor
dan BP3K setempat terkait pembuatan surat rujukan untuk mengajukan
sertifikasi
16. Mendaftar dan mengajukan pembuatan sertifikasi
Rekomendasi program – program kegiatan yang perlu diupayakan secara
terus menerus meliputi:
1. Menerapkan teknologi tanam jajar legowo dan pertanian organik dengan
sungguh–sungguh
2. Memotivasi anggota untuk memproduksi beras hitam secara kontinu
3. Pembuatan dan pemanfaatan pupuk kompos sesuai pelatihan yang telah diikuti
4. Penyuluhan dan evaluasi rutin terkait cara penanaman hingga penanganan
pasca panen
5. Penyuluhan mengenai fungsi dan peranan kelompok tani
6. Menyusun rencana kerja tertulis yang disepakati dan dilaksanakan bersama
serta mengadakan evaluasi di setiap akhir pelaksanaannya secara partisipatif.
7. Pembinaan, pelatihan dan pendampingan penerapan sistem manajemen
kelompok tani
8. Melakukan grading pada beras hitam yang dihasilkan dan membuat tujuan
pemasaran untuk masing-masing grade
9. Melakukan kerjasama atau kemitraan dengan pemasok input (pupuk dan
pestisida organik), distributor, retailer seperti supermarket, rumah makan,
rumah sakit dan pihak pemerintah serta instansi penelitian terkait.
10. Membuat kontrak kerjasama dengan mitra untuk memastikan keberlanjutan
kerjasama
11. Mengadakan kembali kas atau iuran dan tabungan anggota dalam rangka
pemupukan modal bersama.
1
84
2.A Pembuatan demplot
beras hitam dengan
penerapan pertanian organik
2.B Pembuatan penangkaran
benih beras hitam
2014 – 2015
i
2016 - 2017 2018 - 2019 2020
Tantangan
1. Memajukan anggota dari segi
kemampuan, keahlian dan
pengetahuan dalam budidaya beras
hitam dengan pertanian organik
2. Memberikan pemahaman kepada
petani anggota akan fungsi dan
peranan kelompok tani
3. Meningkatkan mutu dan kualitas beras
hitam yang dihasilkan serta menjaga
mutu dan kualitas tersebut jangan
sampai menurun
4. Meningkatkan volume produksi beras
hitam untuk dapat memenuhi
permintaan yang ada dan terus
meningkat.
Sasaran
Menjadi kelompok tani pionir atau
pelopor pengembangan beras hitam
untuk menciptakan serta meningkatkan
kesejahteraan hidup bersama.
Alternatif Strategi
1. Membangun mitra
kerja yang kontinu
dalam penyediaan
input, pemasaran
produk serta
penelitian dan
pengembangan
2. Meningkatkan
kualitas, kuantitas dan
kontinuitas produksi
beras hitam untuk
memenuhi permintaan
3. Meningkatkan
ketersediaan modal
4. Penguatan
kelembagaan
Kelompok Tani
Darma Bakti
5. Mengembangkan
produk beras hitam
dengan optimalisasi
sumberdaya yang ada
untuk memenangkan
persaingan
6. Mengembangkan
produk dengan
penelitian dan
pengembangan
berkelanjutan
7. Menciptakan nama
jual dan sertifikasi Program yang terus di upayakan
1.A Melakukan kerjasama atau kemitraan secara kontinu
1.B Membuat kontrak kerjasama dengan mitra untuk memastikan keberlanjutan kerjasama
2.C Memotivasi anggota untuk memproduksi beras hitam secara kontinu
2.D Menerapkan teknologi tanam jajar legowo dan pertanian organik dengan sungguh – sungguh
2.E Pembuatan dan pemanfaatan pupuk kompos sesuai pelatihan yang telah diikuti
2.F Penyuluhan dan evaluasi rutin terkait cara penanaman hingga penanganan pasca panen
3.A Mengadakan pemupukan modal internal bersama berupa kas atau iuran dan tabungan anggota
4.A Penyuluhan mengenai fungsi dan peranan kelompok tani
4.C Menyusun rencana kerja tertulis yang disepakati dan dilaksanakan bersama serta mengadakan evaluasi di setiap akhir pelaksanaannya secara
partisipatif.
4.F Pembinaan, pelatihan dan pendampingan penerapan sistem manajemen kelompok tani
5.C Melakukan grading pada beras hitam yang dihasilkan
4.B Restrukturisasi
organisasi dan pembagian
tugas secara jelas, tertulis
dan disepakati bersama
4.D Menetapkan aturan
beserta sanksi dan SOP
proses produksi tertulis
5.A Memperbaiki kemasan
produk
5.B Membuat materi
pemasaran atau brosur
yang lebih baik
7.D Menciptakan nama
jual untuk membentuk
diferensiasi produk
X
Y
7.A Menjalin kerjasama
dengan Distanhut Kab.
Bogor dan BP3K setempat
terkait pembuatan surat
rujukan untuk mengajukan
sertifikasi
Gambar 19 Rancangan arsitektur strategik pengembangan Kelompok Tani Darma Bakti dalam pengusahaan beras hitam
6.B Penelitian lebih lanjut
pada kandungan tanah dan
kandungan air
6.C Penelitian lebih lanjut
mengenai tingkat organik
beras hitam Kelompok
Tani Darma Bakti
7.C Mendaftar dan
mengajukan pembuatan
sertifikasi
7.B Mempersiapkan
persyaratan dan kelengkapan
pembuatan sertifikasi
5.D Melakukan uji coba
pembuatan produk turunan
atau olahan berbahan dasar
beras hitam
6.A Penelitian lebih lanjut
pada produk turunan atau
olahan yang dihasilkan
3.B Pembuatan proposal
untuk dapat mengakses
bantun modal dari
Pemerintah atau penyedia
bantuan modal
4.E Melengkapi dan
memperbaiki administrasi
keuangan dan administrasi
kegiatan
85
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada Kelompok Tani
Darma Bakti Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor, diperoleh beberapa
kesimpulan yaitu:
1. Kelembagaan Kelompok Tani Darma Bakti memiliki kinerja yang cukup
efektif.
2. Alternatif strategi pengembangan yang dapat diterapkan Kelompok Tani
Darma Bakti dalam pengusahaan beras hitam terdiri dari tujuh alternatif
strategi yaitu: (1) Membangun mitra kerja yang kontinu dalam penyediaan
input, pemasaran produk, serta penelitian dan pengembangan, (2)
Meningkatkan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas beras hitam untuk memenuhi
permintaan, (3) Meningkatkan ketersediaan modal, (4) Penguatan kelembagaan
kelompok tani, (5) Mengembangkan produk beras hitam dengan optimalisasi
sumberdaya yang ada untuk memenangkan persaingan, (6) Mengembangkan
produk dengan penelitian dan pengembangan berkelanjutan, dan (7)
Menciptakan nama jual dan sertifikasi sebagai jaminan pada produk beras
hitam yang dihasilkan. Seluruh alternatif strategi dapat diterapkan oleh
Kelompok Tani Darma Bakti dengan rentang waktu pelaksanaannya masing –
masing berdasarkan rancangan arsitektur strategik.
Saran
1. Kelompok Tani Darma Bakti perlu melakukan perbaikan dan penguatan
terhadap fungsi dan peranannya sebagai kelompok tani sesuai dengan fungsi
dan peranan kelembagaan kelompok tani yang seharusnya menurut Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013.
2. Sebaiknya Kelompok Tani Darma Bakti dapat mengimplementasikan alternatif
strategi pengembangan sesuai dengan hasil arsitektur strategik yang dihasilkan
dalam penelitian ini dan melakukan evaluasi sebagai upaya untuk
meningkatkan efektivitas kinerja dan upaya mewujudkan visi, misi, sasaran dan
tujuan Kelompok Tani Darma Bakti.
3. Pengimplementasian alternatif strategi pengembangan beras hitam di
Kelompok Tani Darma Bakti memerlukan kerjasama dan koordinasi yang baik
dari seluruh pihak. Untuk itu, perlunya komunikasi yang baik dan komitmen
yang tinggi dari seluruh stakeholder, baik pengurus maupun para petani
anggota dalam mengimplementasikan strategi pengembangan.
4. Penelitian lanjutan yang diharapkan dapat dilakukan yaitu mengenai analisis
pendapatan usahatani beras hitam secara lebih mendalam khususnya di
Kabupaten Bogor. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan dengan
tidak bersifat subjektif dan juga dengan turut menjadikan petani anggota yang
tidak aktif sebagai sampel untuk menjadi responden dalam menganalisis
efektivitas kinerja kelompok.
86
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman MN. 2001. Analisis Kinerja Kelompok Tani di Kabupaten
Halmahera Tengah Maluku Utara [Thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Andriaty E, Sankarto BS, Setyorini E. 2011. Kajian Kebutuhan Informasi
Teknologi Pertanian di Beberapa Kabupaten di Jawa [Jurnal]. Jurnal
Perpustakaan Pertanian Vol. 20, Nomor 2, 2011.
Astuti AN. 2010. Analisis Efektivitas Kelompok Tani di Kecamatan Gatak
Kabupaten Sukoharjo [Skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2014. PDB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha pada Tahun 2008-2012. Indonesia: Badan Pusat Statistik.
[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2014. Persentase Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita
Penduduk Indonesia Menurut Kelompok Makanan pada September 2013.
Indonesia: Badan Pusat Statistik.
[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2014. Pertumbuhan Jumlah Penduduk Indonesia
Tahun 1990 – 2010. Indonesia: Badan Pusat Statistik.
[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2014. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto
Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2009 – 2013. Indonesia:
Badan Pusat Statistik.
[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2014. PDRB Kabupaten Bogor
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2008-2012. Bogor: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Bogor.
[BPS]. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2014. Pertumbuhan Jumlah
Penduduk Kabupaten Bogor Tahun 2008 – 2012. Bogor: Badan Pusat
Statistik Kabupaten Bogor.
[DISTANHUT] Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. 2012.
Monografi Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor Tahun 2012. Bogor:
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor
[DISTANHUT] Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Purworejo. 2012.
Komposisi Gizi pada Jenis - Jenis Beras.
http://distanhut.purworejokab.go.id [Diakses 20 Desember 2013]
David FR. 2006. Strategic Management Concepts and Cases, 10th
ed. Jakarta (ID):
Salemba Empat
Dewi JK. 2011. Strategi Pengembangan Unit Usaha Beras SAE (Sehat, Aman,
dan Enak) Gapoktan Silih Asih, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong,
Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Dudiagunoviani Y. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usahatani Beras
Organik Kelompok Tani Cibeureum Jempol (Studi Kasus : Kelurahan
Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor) [Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Hadi P, Sarwono. 2013. Pengaruh Macam Pupuk dan Pestisida Organik terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Hitam [Jurnal]. Jurnal Inovasi
Pertanian Vol 11 (1) 1-5 Mei 2013
[KEMENTAN] Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2013. Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013. Jakarta (ID):
Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
87
Masyhudzulhak. 2011. Manajemen Strategis. Bengkulu (ID): LP2S
Mears LA, Moeljono S. 1990. Kebijakan pangan dalam Ekonomi Orde Baru.
Jakarta (ID): LP3ES
Moeheriono. 2009. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Jakarta (ID):
Ghalia Indonesia.
Purwanto I. 2006. Manajemen Strategis. Bandung (ID): Yrama Widya
Ratnaningsih N. 2010. Potensi Beras Hitam sebagai Sumber Anthosianin dan
Aplikasi nya pada Makanan Tradisional Yogyakarta [Skripsi].Yogyakarta
(ID): Universitas Negeri Yogyakarta
Rintuh C, Miar. 2003. Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat. Yogyakarta (ID):
PUSTEP-UGM.
Sa’adah IR. 2013. Konservasi Varietas Lokal Padi Beras Hitam (Oryza Sativa L.)
Oleh Petani di Kabupaten Sleman, Bantul dan Magelang [Skripsi].
Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada.
Santoso A. 2008. Analisis Efektivitas Kelompok Tani Hamparan di Kecamatan
Delanggu Kabupaten Klaten [Thesis]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas
Maret.
Siahaan L. 2009. Strategi Pengembangan Padi Organik Kelompok Tani Sisandi,
Desa Baruara, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara [Skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung
(ID): ALFABETA Bandung.
Wibowo. 2009. Manajemen Kinerja Edisi 2. Jakarta (ID): Rajawali Pers.
Yoshida DT. 2006. Arsitektur strategik: Solusi Meraih Kemenangan dalam Dunia
yang Senantiasa Berubah. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo.
88
LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan skor efektivitas kinerja Kelompok Tani Darma Bakti
No. Keterangan Tolak Ukur Skor
Jumlah
Responden
(Orang)
Total
Skor
Adanya pertemuan dan rapat secara berkala
1 Adanya pertemuan dan rapat
Sangat rutin (satu minggu sekali) 3 10 30
Rutin (dua minggu sekali) 2 20 40
Jarang ( satu bulan atau lebih dari satu bulan sekali) 1 0 0
2 Tingkat kehadiran responden dalam pertemuan dan
rapat
Selalu hadir 3 15 45
Jarang hadir 2 15 30
Kehadiran kurang dari 3x 1 0 0
Sub total 30 145
Adanya rencana kerja dan evaluasi akhir
3 Adanya rencana kerja dan evaluasi akhir
Ya memiliki rencana kerja dan ada evaluasi 3 8 24
Ya memiliki rencana kerja namun tidak ada evaluasi 2 15 30
Tidak memiliki rencana kerja dan evaluasi 1 7 7
Sub total 30 61
Adanya aturan atau norma tertulis yang
disepakati dan ditaati bersama
4 Adanya aturan dan norma tertulis
Adanya aturan dan norma tertulis 3 5 15
Ya memiliki aturan dan norma namun tidak tertulis 2 24 48
Tidak memiliki aturan dan norma 1 1 1
5 Aturan dan norma disepakati dan ditaati bersama
Seluruh aturan dan norma disepakati dan ditaati
dengan baik 3 12 36
Tidak seluruh norma disepakati dan ditaati dengan
baik 2 14 28
Seluruh aturan dan norma tidak disepakati dan
ditaati dengan baik 1 4 4
Sub total 30 132
Pencatatan dan pengadministrasian organisasi
6 Adanya pencatatan dan administrasi organisasi
Ya ada pencatatan dan dilakukan dengan baik dan
rapih 3 4 12
Ya ada pencatatan namun tidak dilakukan dengan
baik dan rapih 2 25 50
Tidak melakukan pencatatan 1 1 1
Sub total 30 63
Memfasilitasi kegiatan usaha bersama hulu-hilir
7 Menyediakan input-input produksi dan tingkat
ketersediaan input-input produksi tersebut
Ya menyediakan, rutin dan ketersediaan mencukupi 3 5 15
Ya menyediakan namun tidak rutin tersedia 2 14 28
Tidak menyediakan 1 11 11
8 Menyediakan sarana prasarana dan kondisi sarana
prasarana (alsintan. gudang, dan lain-lain)
Ya menyediakan dan sapras memadai 3 13 39
Ya menyediakan namun sapras belum memadai 2 15 30
Belum menyediakan sapras 1 2 2
89
9 Adanya pelatihan dan penyuluhan
Ada dan rutin 3 - 6 bulan sekali 3 28 84
Ada namun sangat jarang (kurang dari 3x) 2 2 4
Belum ada 1 0 0
10 Menyediakan bantuan pinjaman atau modal
Menyediakan dan mudah diperoleh 3 0 0
Menyediakan namun sulit didapatkan 2 3 6
Belum menyediakan pinjaman atau modal 1 27 27
Sub total 30 246
Memfasilitasi usahatani secara komersial dan
berorientasi pasar
11 Harga yang ditawarkan kelompok pada hasil panen
anggota dan harga penjualan kelompok ke pasar
Harga sangat sesuai 3 5 15
Harga cukup sesuai 2 16 32
Harga belum sesuai 1 9 9
12 Pembayaran hasil panen anggota oleh kelompok tani
Lancar (Simpan-bayar <= 7 hari) 3 25 75
Sedang (Simpan-bayar 8-14 hari) 2 5 10
Lambat (Simpan-bayar >= 15 hari) 1 0 0
13
Komoditas atau produk yang dianjurkan dan
dikembangkan bersama kelompok sesuai keinginan
anggota dan sesuai permintaan pasar
Sangat sesuai 3 12 36
Cukup sesuai 2 18 36
Kurang sesuai 1 0 0
14 Penjualan hasil produksi anggota kelompok
Dijual keseluruhan bersama kelompok tani 3 12 36
Sebagian dijual ke kelompok tani dan sebagian
dijual mandiri 2 12 24
Dijual keseluruhan secara mandiri 1 6 6
15 Promosi yang dilakukan Kelompok Tani
Sangat efektif 3 6 18
Efektif 2 22 44
Belum efektif 1 2 2
Sub total 30 343
Memberikan pelayanan informasi dan teknologi
16 Menyediakan pelayanan informasi dan teknologi
Ya menyediakan dan mencukupi 3 14 42
Ya menyediakan namun tidak mencukupi 2 12 24
Belum menyediakan 1 4 4
Sub total 30 70
Adanya jejaring kerjasama kelompok tani
dengan pihak lain dalam bentuk kemitraan
17 Adanya kerjasama kelompok tani dengan pihak luar
Ya banyak menjalin kerjasama (> 3) 3 0 0
Ya menjalin kerjasama namun tidak banyak (≤ 3) 2 23 46
Belum menjalin kerjasama 1 7 7
18 Hubungan yang terjalin antara kelompok tani
dengan pihak luar
Sangat baik 3 6 18
Baik 2 20 40
Kurang baik 1 4 4
Sub total 30 115
Adanya pemupukan modal usaha baik iuran
anggota atau penyisihan hasil usaha kelompok
19 Adanya iuran rutin bagi seluruh anggota
Ada iuran rutin dan pembayaran nya lancar 3 0 0
90
Ada iuran rutin namun pembayaran tidak lancar 2 3 6
Tidak ada iuran rutin 1 27 27
20 Adanya penyisihan hasil usaha dari pendapatan
Ya ada dan rutin melakukan penyisihan usaha 3 0 0
Ya ada namun tidak rutin melakukan penyisihan
usaha 2 0 0
Tidak melakukan penyisihan usaha 1 30 30
Sub total 30 63
Total Skor 1238
Kategori Cukup Efektif
91
Lampiran 2 Gambaran pendapatan usahatani beras hitam per musim tanam di Kelompok Tani Darma
Bakti Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor (Hektar)
Uraian I II
Satuan Jumlah Harga Nilai Jumlah Harga Nilai
Penerimaan tunai (gkp) kg 5 000.00 7 000.00 35 000 000.00 5 000.00 7 000.00 35 000 000.00
Penerimaan diperhitungkan kg 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Total Penerimaan (gkp) rp/kg 5 000.00 7 000.00 35 000 000.00 5 000.00 7 000.00 35 000 000.00
Biaya tunai
• Benih kg 25.00 40 000.00 1 000 000.00
• Pupuk organik padat kg 200.00 500.00 100 000.00
• Pupuk organik cair liter 8.00 75 000.00 600 000.00
• Mol liter 6.00 25 000.00 150 000.00
• Pestisida organik liter 2.00 50 000.00 100 000.00
• Biaya tenaga kerja luar
keluarga hok 95.50 30 000.00 2 865 000.00 95.50 30 000.00 2 865 000.00
• Pajak lahan musim 1.00 34 520.55 34 520.55 1.00 34 520.55 34 520.55
• Sewa traktor unit 2.00 250 000.00 500 000.00 2.00 250 000.00 500 000.00
Total biaya tunai
5 349 520.55
3 399 520.55
Biaya diperhitungkan
• Benih hasil pembenihan kg
25.00 40 000.00 1 000 000.00
• Pupuk kompos buatan kg
200.00 550.00 110 000.00
• Pupuk organik cair buatan liter
8.00 275.00 2 200.00
• Mol buatan liter
6.00 7 250.00 43 500.00
• Pestisida organik buatan liter
2.00 1 208.33 2 416.67
• Sewa lahan rp 1.00 1 438 356.16 1 438 356.16 1.00
1 438
356.16 1 438 356.16
• Penyusutan
207 033.34
207 033.34
• Biaya tenaga kerja dalam
keluarga hok 40.50 30 000.00 1 215 000.00 40.50 30 000.00 1 215 000.00
Total biaya diperhitungkan
2 860 389.50
4 018 506.17
Total biaya 8 209 910.05 7 418 026.72
Pendapatan atas biaya tunai
29 650 479.45
31 600 479.45
Pendapatan atas biaya total
26 790 089.95
27 581 973.28
R/C atas biaya tunai
5.54
9.30
R/C atas biaya total 3.26 3.72
Keterangan: I = Usahatani dengan input yang diperoleh melalui pembelian
II = Usahatani dengan input yang dibuat secara mendiri oleh petani
92
Lampiran 3 Dokumentasi
Sekretariat dan gudang Kelompok Tani Darma Bakti Beras hitam kemasan satu kg
Tanaman padi beras hitam dan beberapa lahan yang ditanami beras hitam dengan legowo 2: 1
Proses penyabitan oleh petani Proses perontokan bulir padi Alat pencaplak legowo
Salah satu traktor kelompok Perontok bulir padi manual Sprayer
93
Mesin pencacah Pupuk cair organik Decomposer
Kegiatan panen beras hitam yang dihadiri oleh pihak BKP5K, BP3K, dan tamu lainnya
Pak Rian (Penyuluh pendamping) Pak Agus Setiadi (Ketua BP3K) Pak Asep Kurnia (BKP5K)
Pertemuan rutin kelompok Petani anggota kelompok Peneliti
94
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Arina Pradiahsari lahir pada tanggal 5 Agustus 1992 di Jakarta
Selatan. Penulis adalah anak tunggal dari pasangan orang tua bernama Mardianto Soemaryo
dan Ernawati Bakrie. Pendidikan formal penulis dimulai di Sekolah Dasar Negeri Pondok
Petir 01 pada tahun 1998 hingga tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan ke sekolah
menengah pertama di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pamulang pada tahun 2004
hingga tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis diterima di Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Kota Tangerang Selatan. Tahun 2010, penulis mulai melanjutkan pendidikannya di Institut
Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur undangan Penelusuran Minat dan Kemampuan
(PMDK). Penulis berkuliah dengan Mayor Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor dilengkapi dengan Minor Manajemen Fungsional.
Selama mengikuti pendidikan sebagai mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan
organisasi intra kampus sebagai staff Departemen Komunikasi dan Informasi (KOMINFO)
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
(BEM FEM IPB) pada tahun 2012 – 2013. Pada tahun 2012, penulis dipercaya sebagai
Ketua Pelaksana The 2nd
JUST (Jurnalistic, Workshop and Training), Fakultas Ekonomi
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan
kepanitiaan diantaranya yaitu OMG (Orange Magazine), The 3th
- 4th
Extravaganza
(Perlombaan dan Seminar Kewirausahaan Nasional), Student Expo, dan The 2nd
Bogor Art
Festival. Selain aktif dalam kegiatan organisasi dan kepanitiaan, penulis juga aktif dalam
bidang olahraga yaitu Coast Fakultas Ekonomi Manajemen IPB. Bersama tim basket putri
dari Coast FEM IPB, penulis memperoleh prestasi sebagai Juara I Cabang Olahraga Basket
Tingkat Institut Pertanian Bogor di Olimpiade Mahasiswa Institut Pertanian Bogor Periode
2013 dan 2014 serta Juara II Kompetisi Basket Tingkat Nasional Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.