EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH ADAS (Foeniculum …digilib.unila.ac.id/55382/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH ADAS (Foeniculum …digilib.unila.ac.id/55382/3/SKRIPSI TANPA BAB...
EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH ADAS (Foeniculum vulgare)
TERHADAP DAYA HAMBAT Propionibacterium acnes
(Skripsi)
Oleh
IQBAL LAMBARA PUTRA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH ADAS (Foeniculum vulgare)
TERHADAP DAYA HAMBAT Propionibacterium acnes
Oleh
IQBAL LAMBARA PUTRA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Jurusan Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Iqbal Lambara Putra, dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 22
November 1997 sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak
Iwan Suyana dan Ibu Heni Wahyuni.
Riwayat pendidikan penulis yaitu pendidikan Taman Kanak-Kanak Citra Darma
tahun 2002-2003. Sekolah Dasar Negeri 1 Karang Agung tahun 2003-2006 dan
dilanjutkan di Sekolah Dasar Negeri 1 Puralaksana tahun 2006-2009. Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Way Tenong tahun 2009-2012. Sekolah Menengah
Atas Negeri 1 Way Tenong tahun 2012-2015.
Tahun 2015 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa,
penulis aktif mengikuti organisasi Forum Studi Islam Ibnu Sina dan Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Alhamdulillah
Tulisan ini saya persembahkan untuk Bapak, Mamah,
dan Adik tercinta Hilda. Semoga Allah SWT selalu
melindungi dan memberikan mereka kebahagiaan baik
di dunia maupun akhirat.
SANWACANA
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Atas berkat limpahan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, beserta
keluarganya, para sahabatnya, dan umatnya.
Skripsi dengan judul “EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH ADAS
(Foeniculum vulgare) TERHADAP DAYA HAMBAT Propionibacterium
acnes” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang baik secara
langsung maupun tak langsung berperan dengan memberikan dukungan,
bimbingan, kritik, dan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, antara lain
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung.
3. Dr. dr. Asep Sukohar, S.Ked., M.Kes., selaku Pembimbing I atas
kesediannya meluangkan waktu, memberikan bimbingan, saran, dan
dorongan selama penyelesaian skripsi ini.
4. Dr. dr. Susianti, S.Ked., M.Sc., selaku Pembimbing II dan dr. Chicy
Widya Morfi, S.Ked., selaku Pembimbing II sebelumnya atas saran,
dukungan, ketersediaan waktu, serta bimbingannya selama penyelesaian
skripsi ini.
5. dr. Dwi Indria Anggraini, S.Ked., M.Sc., Sp. KK, selaku Penguji Utama
pada ujian skripsi ini yang telah memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun, sekaligus membimbing selama penyelesaian skripsi ini.
6. dr. Rani Himayani, S.Ked., Sp. M., selaku Pembimbing Akademik selama
penulis menjalankan studi di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
7. Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan IPA, Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran, dan Laboratorium Kimia Organik
Universitas Lampung beserta laboran.
8. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung yang telah berjasa selama ini.
9. Bapak dan Mamah yang tak pernah lupa memanjatkan doa kepada Allah
SWT demi kesuksesan penulis, sehingga penulis bisa sampai pada tahap
ini.
10. Adik tercinta Hilda Aulia Putri yang tawanya tak pernah gagal untuk
menumbuhkan motivasi diri agar selalu bangkit dan tidak menyerah.
11. Teman-teman yang selalu ada dalam keadaan apapun: Kesumayuda,
Kibar, Farhandika, Reandy, Thare, Sukma, Semadela, Maya, Nanda,
Fidya, Rachmi, Dita, Khalis, dan Nadhia.
12. ENDOM15IUM, terimakasih atas kebersamaannya selama 3 tahun ini.
13. Semua pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung turut
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis berharap semoga jasa pihak-pihak yang telah memberikan dukungan dan
bantuan kepada penulis selama ini akan mendapat balasan kebaikan dari Allah
SWT.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam skripsi
ini, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Bandarlampung, Desember 2018
Penulis,
Iqbal Lambara Putra
ABSTRACT
THE EFFECTIVITY OF ETHANOLIC EXTRACT OF FENNEL SEED
(Foeniculum vulgare) AGAINST Propionibacterium acnes INHIBITION
By
IQBAL LAMBARA PUTRA
Fennel seed (Foeniculum vulgare) contains flavonoids and essential oils which
have several benefits, including antifungi, antiviral, antiallergenic,
antiinflamatory, antioxidant, anticancer, and antibacterial. This study was
conducted to determine the effectivity of antibacterials in fennel seed against
Propionibacterium acnes. This study was held on July to December 2018 in the
Laboratory of Microbiology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, and
Laboratory of Microbiology, Faculty of Medicine, University of Lampung. Fennel
seed extract was obtained from the Laboratory of Organic Chemistry, University
of Lampung with maceration techniques which were then diluted to obtain ethanol
extract of fennel fruit with concentrations of 10%, 20%, and 40%. The
antibacterial activity of fennel seed extract was carried out in vitro using the disc
diffusion method on Mueller-Hinton Agar media. This study showed the presence
of inhibitory zones formed at fennel fruit concentrations of 10%, 20%, and 40%,
with the highest inhibitory power at a concentration of 40% which is 11.44 mm.
The conclusion of this study is that fennel seed has antibacterial effect on
Propionibacterium acnes.
Keywords: Disc diffusion, fennel, Foeniculum vulgare, Propionibacterium acnes
ABSTRAK
EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH ADAS (Foeniculum vulgare)
TERHADAP DAYA HAMBAT Propionibacterium acnes
Oleh
IQBAL LAMBARA PUTRA
Buah adas (Foeniculum vulgare) memiliki kandungan flavonoid dan minyak atsiri
yang memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai antifungi, antivirus, antialergi,
antiinflamasi, antioksidan, antikarsinogenik, dan antibakteri. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui efektivitas antibakteri pada buah adas terhadap
Propionibacterium acnes. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai
Desember 2018 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung. Ekstrak buah adas didapatkan dari Laboratorium Kimia
Organik Universitas Lampung dengan teknik maserasi yang kemudian dilakukan
pengenceran sehingga didapatkan ekstrak etanol buah adas dengan konsentrasi
10%, 20%, dan 40%. Aktivitas antibakteri ekstrak buah adas dilakukan secara in
vitro menggunakan metode disc diffusion pada media Mueller-Hinton Agar. Hasil
penelitian ini menunjukan adanya zona hambat yang terbentuk pada konsentrasi
buah adas 10%, 20%, dan 40%, dengan daya hambat tertinggi pada konsentrasi
40% yaitu sebesar 11,44 mm. Dapat disimpulkan bahwa buah adas memiliki efek
antibakteri terhadap Propionibacterium acnes.
Kata kunci: Adas, disc diffusion, Foeniculum vulgare, Propionibacterium acnes
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 6
2.1. Propionibacterium acnes ..................................................................... 6
2.2. Akne vulgaris ....................................................................................... 8
2.3. Adas ...................................................................................................... 17
2.4. Kerangka Teori ..................................................................................... 23
2.5. Kerangka Konsep ................................................................................. 24
2.6. Hipotesis ............................................................................................... 24
BAB III METODE ......................................................................................... 25
3.1. Desain Penelitian .................................................................................. 25
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 25
3.3. Mikroba Uji dan Bahan Uji Penelitian ................................................. 25
3.4. Identifikasi Variabel ............................................................................. 26
ii
3.5. Definisi Operasional ............................................................................. 27
3.6. Besar Sampel ........................................................................................ 27
3.7. Prosedur Penelitian ............................................................................... 31
3.8. Analisis Data ........................................................................................ 34
3.8. Ethical Clearance ................................................................................. 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 36
4.1. Uji Pendahuluan ................................................................................... 36
4.2. Hasil Penelitian ..................................................................................... 37
4.3. Pembahasan .......................................................................................... 39
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 43
5.1. Simpulan ............................................................................................... 43
5.2. Saran ..................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 44
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Klasifikasi Akne Vulgaris ................................................................... 12
Tabel 2 Definisi Operasional ........................................................................... 27
Tabel 3 Kelompok Perlakuan ........................................................................... 29
Tabel 4 Hasil Uji Pendahuluan ........................................................................ 35
Tabel 5 Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol Adas
(Foeniculum vulgare) Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes..... 37
Tabel 6 Uji Post hoc LSD .......................................................................................... 38
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1 Propionibacterium acnes ................................................................... 8
Gambar 2 Patogenesis Akne Vulgaris ................................................................ 14
Gambar 3 Patogenesis Akne Vulgaris ................................................................ 16
Gambar 4 Tanaman Adas (Foeniculum vulgare) ................................................ 19
Gambar 5 Struktur Molekuler Komponen Minyak Atsiri Buah Adas ................ 21
Gambar 6 Kerangka Teori ................................................................................... 23
Gambar 7 Kerangka Konsep ............................................................................... 24
Gambar 8 Alur Penelitian.................................................................................... 30
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Akne vulgaris merupakan penyakit paling umum ke-8 di dunia dengan prevalensi
tersering pada remaja laki-laki pasca pubertas. Sekitar 9,4% dari populasi dunia
terkena akne vulgaris. Progresivitas dan prevalensi akne vulgaris akan berkurang
seiring bertambahnya usia (Tan dan Bhate, 2014).
Di Indonesia terdapat sebanyak 60% penderita akne vulgaris pada tahun 2006 dan
sebanyak 80% penderita pada tahun 2007. Pada tahun 2009 penderita akne
vulgaris di Indonesia mencapai 90% dengan prevalensi tertinggi yaitu laki-laki
pada usia 16-19 tahun dengan persentase sebesar 95-100% (Mizwar dkk, 2012;
Fulton, 2010).
Penelitian mengenai prevalensi akne vulgaris juga dilakukan di beberapa daerah
di Indonesia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mizwar dkk (2012) di RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado secara retrospektif pada 10.003 pasien pada tahun
2009-2011, didapatkan 121 pasien merupakan penderita baru akne vulgaris
dengan didominasi pasien perempuan sebanyak 75 pasien (61,9%). Sebanyak 76
pasien (62,8%) merupakan kelompok usia 15-24 tahun, serta sebanyak 73 pasien
(60,3%) berstatus pelajar dengan lokasi lesi dominan pada wajah. Berdasarkan
2
penelitian dengan metode potong lintang pada 5.204 sampel usia 14-21 tahun di
Palembang didapatkan hasil prevalensi umum penderita akne vulgaris sebanyak
68,2% dari subjek penelitian. Sebanyak 78,9% merupakan laki-laki dengan umur
terbanyak yaitu 15-16 tahun. Tipe akne vulgaris terbanyak yaitu tipe
papulopustular (35,8%). Kejadian akne vulgaris ini diketahui memiliki hubungan
dengan riwayat menggunakan kosmetik (Tjekyan, 2008). Namun belum
didapatkan data penelitian mengenai prevalensi penderita akne vulgaris di
Lampung.
Akne vulgaris merupakan penyakit dengan manifestasi klinis seperti komedo,
papul, pustul, nodus, dan kista dengan penyebab multifaktor seperti genetik,
makanan, infeksi, dan lain-lain. Penyakit ini berupa peradangan kronis folikel
pilosebasea dan dapat sembuh dengan sendirinya (Sitohang dan Wasitatmadja,
2016). Akne vulgaris disebabkan oleh bakteri Propionibacterium acnes. Bakteri
ini merupakan flora normal pada kulit manusia terutama pada wajah, punggung,
dan dada (Afriyanti, 2015; Behzadi dkk, 2016).
Akne vulgaris umumnya muncul pada saat remaja dan dapat menetap hingga
dekade ketiga bahkan lebih. Perkembangan akne vulgaris pada wanita terjadi pada
saat premenarke. Pada usia 8-9 tahun dapat terlihat lesi awal dengan puncak
insiden terjadi pada usia 14-17 tahun. Pada pria, puncak insiden terjadinya akne
vulgaris yaitu pada usia 16-19 tahun (Ramdani dan Sibero, 2015).
Minyak atsiri merupakan senyawa volatil kompleks yang diketahui memiliki efek
antimikrobial, antifungal, serta antiviral. Salah satu tumbuhan yang memiliki
3
kandungan minyak atsiri dan diketahui memiliki efek antibakteri yaitu buah adas
(Foeniculum vulgare) (Swamy dkk, 2016).
Berbagai bagian dari tumbuhan adas sering digunakan dalam berbagai tradisi
masakan. Terutama biji adas, atau yang biasa disebut buah adas sering kali
digunakan sebagai bumbu masakan. Di negara lain, buah adas dapat dimanfaatkan
untuk membuat parfum dan minuman keras. Dalam 30 tahun terakhir, produk dari
adas telah semakin dikenali karena adas merupakan sumber dari minyak atsiri
yang dapat digunakan dalam produksi anetol sebagai bahan perasa makanan
(Napoli dkk, 2010).
Di Indonesia, tanaman obat biasa dikonsumsi dalam bentuk jamu dan digunakan
sebagai pencegah penyakit. Buah adas biasa digunakan sebagai bumbu masakan,
selain itu buah adas juga secara empiris digunakan sebagai obat untuk mengobati
sakit perut, mual, muntah, diare, nyeri haid, asma, dan lain-lain (Admi, 2011).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Budianto dkk (2015) tentang aktivitas
antibakteri ekstrak buah adas pada Vibrio harveyi dan Vibrio alginolyticus dengan
menggunakan metode uji Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dan difusi
cakram kertas, didapatkan hasil bahwa buah adas memiliki aktivitas antibakteri
terhadap Vibrio harveyi yang merupakan bakteri gram negatif (-) berbentuk basil
dan bersifat fakultatif anaerobik dan Vibrio alginolyticus.
Berdasarkan Al-Hadid (2017) ekstrak minyak atsiri dari Foeniculum vulgare
memiliki efek daya hambat yang kuat terhadap Bacillus cereus, Escherichia coli,
Salmonella typhi, dan Staphylococcus aureus. Biji adas merupakan bagian yang
memiliki efek antimikroba terkuat jika dibandingkan dengan bagian lainnya, dan
4
biji juga merupakan bagian yang sering diekstrak untuk mendapatkan minyak
atsiri.
Adas memiliki kandungan senyawa minyak atsiri dan flavonoid. Berdasarkan
penelitian Pratibha dkk (2012) yang meneliti efek senyawa flavonoid dari ekstrak
Camellia sinensis, Glycyrrhiza glabra, Calendula officinalis and Linum
usitatissimum terhadap Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan
Propionibacterium acnes, didapatkan efek antibakteri terhadap ketiga bakteri
tersebut.
Pada penelitian dengan menggunakan krim topikal dengan kandungan ekstrak
adas sebesar 4% yang dilakukan untuk meneliti efek ekstrak tersebut terhadap
parameter-parameter fungsional kulit seperti sebum, melanin kulit, dan eritema
kulit dengan menggunakan sampel pria sehat sebanyak 11 orang, didapatkan
penurunan pada kadar sebum dan melanin kulit. Menurut penelitian ini, ekstrak
adas dapat digunakan sebagai pengobatan akne vulgaris karena mampu
menurunkan kadar sebum yang merupakan salah satu penyabab terjadinya akne
vulgaris. (Rasul dkk, 2012). Namun, efek buah adas terhadap bakteri penyebab
jerawat Propionibacterium acnes secara langsung belum diketahui. Oleh karena
itu, penelitian ini dilakukan untuk menguji efektivitas ekstrak etanol buah adas
terhadap daya hambat Propionibacterium acnes.
5
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, dapat dibentuk pertanyaan penelitian:
Apakah ekstrak etanol buah adas memiliki efek antibakteri terhadap
Propionibacterium acnes?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak etanol buah adas terhadap
Propionibacterium acnes.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti
Peneliti dapat mengetahui tingkat efektivitas antibakteri ekstrak etanol
buah adas terhadap daya hambat Propionibacterium acnes.
2. Bagi instansi terkait
a. Memberikan informasi mengenai efektivitas ekstrak etanol buah
adas terhadap daya hambat Propionibacterium acnes.
b. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan
acuan bagi kalangan yang akan melakukan penelitian dengan topik
yang berhubungan dengan judul penelitian.
c. Menambah referensi penelitian dalam bidang kedokteran di
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Propionibacterium acnes
Pada kulit manusia terdapat banyak mikroflora seperti Acinobacter, Candida,
Corynebacterium, Malassezia, Micrococcus, Saccharomyces, Staphylococcus, dan
Propionibacterium. Propionibacterium dominan terdapat pada daerah yang
terdapat folikel pilosebasea dan daerah banyak sebum seperti dada, punggung, dan
kepala. Residu populasi flora normal kulit tergantung pada kondisi fisikokimiawi
kulit seperti kelenjar, folikel, keringat, sebum, sekresi antimikrobial, nutrisi, suhu,
oksigen, pH, serta produk mikrobial yang memiliki efek antagonis maupun
sinergis (Behzadi dkk, 2016).
Terdapat berbagai variasi di antara spesies Propionibacterium, yaitu terdiri dari
Propionibacterium avidium, Propionibacterium lymphophilum,
Propionibacterium granulosum, Propionibacterium propionicum, dan
Propionibacterium acnes. Propionibacterium acnes merupakan bakteri gram
positif (+) fakultatif anaerobik dan mikroaerofilik yang berbentuk batang. Bakteri
ini dapat menghasilkan produk fermentasi yaitu asam propionat.
Propionibacterium acnes dapat ditemui di beberapa bagian tubuh manusia seperti
konjungtiva, rongga mulut, dan nares hingga ke usus dan saluran pernafasan.
7
Populasi Propionibacterium acnes berbeda pada setiap bagian tubuh manusia,
yaitu sekitar < 10 sel/cm2 pada hidung dan 107 sel/cm2 pada kulit wajah manusia
(Behzadi dkk, 2016).
Penelitian mengenai urutan genom lengkap dari beberapa strain milik
Propionibacterium acnes menunjukkan beragam faktor inflamasi, faktor virulensi
seperti adhesins, dan faktor pelemah sel inang seperti enzim protease, lipase,
hidrolase, dan lain-lain. Sekresi enzim lipase ekstraseluler oleh Propionibacterium
acnes dapat menjadi faktor yang membantu bakteri ini untuk mendominasi
mikroorganisme lain di permukaan kulit manusia (Perry dan Lambert, 2011;
Behzadi dkk, 2016).
Klasifikasi Propionibacterium acnes, yaitu (Brooks dkk, 2008):
Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Kelas : Actinomycetales
Ordo : Propionibacterinease
Famili : Propionibacteriaceae
Genus : Propionibacterium
Spesies : Propionibacterium acnes
8
Gambar 1. Propionibacterium acnes (Abate, 2013)
Propionibacterium acnes merupakan bakteri yang tidak menyebabkan penyakit
pada orang dengan kekebalan tubuh normal, namun dapat menyebabkan penyakit
pada orang dengan kekebalan tubuh yang buruk. Bakteri ini juga dapat
menyebabkan penyakit infeksi pasca operasi. Penyakit infeksi yang dapat
disebabkan oleh bakteri ini di antaranya adalah infeksi tulang dan sendi, mulut,
mata, dan otak. Bakteri ini juga dapat berperan dalam berbagai penyakit lain
seperti atherosclerosis, primary biliary cirrhosis, sarcoidosis, low back pain,
sindrom SAPHO (synovitis, acne, pustulosis, hyperostosis, osteitis), dan kanker
prostat. Di antara penyakit-penyakit tersebut, akne vulgaris merupakan salah satu
penyakit yang sering ditimbulkan oleh bakteri ini (Perry dan Lambert, 2011).
2.2. Akne vulgaris
2.2.1. Definisi
Akne vulgaris merupakan penyakit peradangan yang terjadi pada unit
pilosebasea dan juga disertai penyumbatan akibat penimbunan bahan keratin
duktus kelenjar (Anggraini dkk, 2018). Unit pilosebasea merupakan struktur
yang terdiri dari folikel rambut, folikel infundibulum keratinosit, duktus
sebasea, dan kelenjar sebasea. Penyakit ini ditandai dengan adanya kelainan
9
kulit berupa komedo, papul, pustul, nodul, dan jaringan parut. Akne vulgaris
biasanya terjadi bagian-bagian tubuh seperti wajah, leher, bahu, lengan bagian
atas, dada, dan punggung (Afriyanti, 2015; Rimadhani dan Rahmadewi, 2015).
2.2.2. Prevalensi
Prevalensi akne vulgaris berkisar antara 47-90% pada usia remaja. Perempuan
ras Afrika Amerika memiliki prevalensi akne vulgaris tertinggi yaitu sebesar
37%, sementara wanita ras Asia memiliki prevalensi terkena akne vulgaris
sebesar 30% dengan penyebab tersering karena lesi inflamasi, yaitu sebesar
20% (Movita, 2013). Akne vulgaris terjadi paling banyak pada laki-laki pada
usia remaja, namun pada usia dewasa prevalensi terbanyak adalah wanita.
Sebanyak 95-100% remaja laki-laki terkena akne vugaris, sedangkan pada
remaja wanita sebanyak 83-85% (Latifah dan Kurniawati, 2015).
Menurut sebuah studi retrospektif di Divisi Kosmetik Medik URJ Kesehatan
Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2008-2010,
didapatkan hasil penderita akne vulgaris terbanyak yaitu terjadi pada
pelajar/mahasiswa dengan persentase sebesar 39,1%. Faktor pencetus tersering
merupakan faktor hormonal dengan persentase sebesar 55,6%. Sementara tipe
lesi terbanyak yaitu papulopustular yaitu sebesar 75,6%. Faktor hormonal dan
kosmetik menjadi pencetus tersering terjadinya akne vulgaris pada wanita,
sedangkan pada laki-laki akne vulgaris sering disebabkan karena faktor
makanan dan stres (Ayudianti dan Indramaya, 2014).
10
2.2.3. Etiologi dan Faktor Resiko
Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan proses terjadinya akne
vulgaris, diantaranya: perubahan pola keratinisasi, peningkatan produksi
sebum, peningkatan hormon androgen, stress psikis, usia, ras, makanan, cuaca,
dan penggunaan kosmetik tertentu (Ramdani dan Sibero, 2015). Beberapa
hormon seperti androgen, growth hormone, estrogen, progesteron, insulin,
insulin-like growth factor-1, adrenocorticotropichormone, melanokortin,
corticotropin releasing hormone, dan glukokortikoid juga memiliki pengaruh
terhadap aktivitas kelenjar sebasea dan memiliki hubungan dengan terjadinya
akne vulgaris (Rimadhani dan Rahmadewi, 2015).
Penyebab terjadinya akne vulgaris adalah multifaktorial, baik disebabkan oleh
faktor eksogen maupun endogen, di antaranya yaitu (Afriyanti, 2015):
a. Genetik
Adanya gen CYP17-34C/C dapat meningkatkan terjadinya akne vulgaris.
Seseorang dengan gen ini dapat mengalami peningkatan respon unit
pilosebasea terhadap kadar androgen.
b. Hormonal
Hormon estrogen dapat menurunkan pertumbuhan akne vulgaris karena
meningkatkan supresi gonadotropin. Sementara hormon progesteron dapat
menyebabkan lesi akne menjadi lebih aktif, hal ini terutama terjadi pada
wanita kurang lebih satu minggu sebelum haid.
11
c. Makanan
Diet tinggi lemak, tinggi karbohidrat, atau tinggi garam dapat
menyebabkan terjadinya akne vulgaris. Makanan tinggi lemak dapat
menyebabkan peningkatan sebum yang menyebabkan akne vulgaris.
Beberapa contoh makanan tinggi lemak seperti gorengan, susu, keju, dan
lain-lain.
d. Kosmetik
Kosmetik yang mengandung bahan komedogenik dapat menyebabkan
akne vulgaris. Bahan-bahan yang bersifat komedogenik di antaranya yaitu
petrolatum, lanolin, dan bahan kimia murni seperti asam oleik, bahan
pewarna, butil stearat, dan lain-lain.
e. Infeksi dan Trauma
Faktor penyebab infeksi di antaranya adalah bakteri seperti
Propionibacterium acnes, Corynebacterium Acnes, Pityrosporum ovale
dan Staphylococcus epidermidis. Sedangkan trauma seperti cubitan,
garukan, gesekan, dan tekanan pada kulit juga dapat menjadi faktor
pencetus terjadinya akne vulgaris.
f. Kondisi Kulit
Kulit berminyak memiliki hubungan dengan akne vulgaris. Kulit
berminyak yang kotor dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan di
saluran kelenjar sebasea sehingga menimbulkan akne vulgaris.
12
g. Pekerjaan
Disebut juga “occupational acne” yaitu terjadi pada pekerja-pekerja yang
terpajan bahan-bahan seperti debu maupun bahan kimia seperti oli dan
logam.
2.2.4. Gambaran Klinis dan Klasifikasi
Akne vulgaris memiliki lesi yang bervariasi dengan satu jenis lesi yang
mendominasi. Akne vulgaris paling banyak terjadi pada wajah dibandingkan
bagian tubuh lainnya seperti punggung, dada, dan bahu. Terdapat lesi inflamasi
dan lesi non inflamasi. Lesi inflamasi dapat berupa papul, pustul, nodus, dan
kista. Sedangkan lesi non inflamasi yaitu komedo. Terdapat dua jenis komedo
yaitu komedo terbuka atau biasa disebut blackhead comedoes dan komedo
tertutup atau whitehead comedoes (Movita, 2013).
Berdasarkan jumlah dan tipe lesi, akne vulgaris dapat diklasifikasikan menjadi
(Movita, 2013):
Tabel 1. Klasifikasi akne vulgaris
Derajat Komedo Papul/pustul Nodul, kista,
sinus Inflamasi
Jaringan
parut
Ringan <10 <10 - - -
Sedang <20 >10-50 - + +
Berat >20-50 >50-100 <5 ++ ++
Sangat berat >50 >100 >5 +++ +++
13
2.2.5. Patogensis
Menurut Tahir (2010) terdapat 4 faktor patogen utama, yaitu: 1) peningkatan
produksi sebum; 2) hiperkeratinisasi duktus pilosebasea; 3) fungsi bakteri yang
abnormal; 4) produksi inflamasi.
a. Peningkatan Produksi Sebum
Kelompok penderita akne vulgaris cenderung memiliki sekresi sebum lebih
banyak dibandingkan dengan kelompok normal. Hormon androgen memiliki
efek kendali terhadap ukuran dan pertumbuhan kelenjar sebasea yang akan
berpengaruh terhadap tingkat keparahan dari akne vulgaris. Pada laki-laki
terdapat hubungan antara hormon androgen dengan lesi akne (Tahir, 2010).
Pada pasien dengan akne vulgaris juga dideteksi adanya peningkatan kadar
serum testosteron bebas yang dapat dijadikan parameter diagnosis untuk
penderita akne vulgaris laki-laki. Sedangkan pada wanita terdapat kenaikan
kadar testosteron plasma pada akne nodulokistik (Tahir, 2010).
Sebum memiliki peran dalam komedogenesis. Sebum juga berperan dalam
penyediaan substrat untuk pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes.
Substrat yang terkadung di dalam sebum yaitu squalene, kolesterol dan
kolesterol ester, ester lilin, dan trigliserida. Trigliserida akan dipecah oleh
Propionibacterium acnes menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak
bebas memiliki efek untuk meningkatkan kolonisasi Propionibacterium acnes,
peradangan, dan merangsang pembentukan komedo (Picardo dkk, 2009; Tahir,
2010).
14
Berdasarkan Picardo dkk (2009) terdapat hubungan antara asupan makanan
dengan tingkat produksi sebum. Produksi sebum mengalami peningkatan
akibat konsumsi lemak dan karbohidrat. Variasi asupan karbohidrat juga dapat
mempengaruhi komposisi sebum. Pada studi epidemiologi didapatkan hasil
bahwa peningkatan konsumsi asam lemak omega 3 dapat menurunkan akne
vulgaris. Asam lemak omega 3 dapat diperoleh dengan mengkonsumsi ikan
dan makanan laut.
Gambar 2. Patogenesis akne vulgaris (Tahir, 2010)
Androgen
Propionibacterium acnes
Propionibacterium acnes
Lesi inflamasi (papul,
pustul, nodul)
Lesi non inflamasi
(komedo)
Obstruksi
Keratinisasi folikuler abnormal Peningkatan produksi sebum
15
b. Hiperkeratinisasai Duktus Pilosebasea
Proses keratinisasi dirangsang oleh hormon androgen, sebum, asam lemak
bebas, dan squalene. Androgen dapat merangsang proliferasi keratinosit.
Hiperproliferasi epidermis juga dapat disebabkan oleh karena penurunan asam
linoleat kulit dan peningkatan aktivitas IL-1 alfa. Kohesi keratosit dan
hiperproliferasi infundibulum meningkat sehingga menyebabkan terjadinya
penyumbatan pada muara folikel rambut yang kemudian akan membuat
keratin, sebum, dan bakteri terakumulasi di dalam folikel rambut. Kemudian
terjadi dilatasi pada folikel dan menyebabkan hilangnya arsitektur folikel
normal dan terjadi pembentukan mikrokomedo. Mikrokomedo ini kemudian
akan menjadi semakin besar dan ruptur dan menyebabkan inflamasi (Tahir,
2010; Movita, 2013).
c. Fungsi Bakteri yang Abnormal
Bakteri yang berperan dalam proses terjadinya akne vulgaris yaitu
Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis dan Pityrosporum
ovale. Bakteri utama penyebab jerawat adalah Propionibacterium acnes yang
pada dasarnya merupakan flora normal kelenjar pilosebasea. Bakteri ini
berproliferasi pada lumen yang kaya lipid dengan penurunan tekanan oksigen
pada komedo. Propionibacterium acnes menghasilkan enzim lipase, protease,
hialuronidase, dan faktor kemotaktik yang menyebabkan inflamasi. Enzim
lipase pada bakteri ini menghidrolisis kandungan trigliserida yang terdapat di
dalam sebum menjadi asam lemak bebas dan dapat menyebabkan
hiperkeratosis, retensi, dan pembentukan mikrokomedo (Tahir, 2010;
Afriyanti, 2015). Selain lipase, inflamasi dapat disebabkan akibat respon
16
antibodi terhadap antigen Propionibacterium acnes melalui aktivasi
komplemen (Movita, 2013).
Gambar 3. Patogenesis akne vulgaris (Tahir, 2010)
Propionibacterium acnes
Low molecular weight
chemoattractants
Fagositosis
Propionibacterium
acnes oleh neutrofil
Pelepasan enzim
hidrolitik
neutrofil
Ruptur dinding
folikuler
Inflamasi
Perbaikan
Lipase
Sebum
Asam
lemak
bebas
Neutrophil
chemoattractants
Aktivasi
komplemen
(C5a)
Protease
Foreign
bodies
17
d. Produksi Inflamasi
Inflamasi terjadi karena pecahnya mikrokomedo yang berisi keratin, sebum,
dan bakteri. Enzim matrix meta/loproteinase (MMP) juga memiliki peran untuk
menyebabkan inflamasi yang lebih hebat yaitu dengan memicu pecahnya
kantong keratin (Rimadhani dan Rahmadewi, 2015).
Proses inflamasi juga dapat disebabkan oleh faktor kemotaktik yang dimiliki
oleh Propionibacterium acnes. Faktor kemotaktik ini akan menarik leukosit
polimorfonuklear ke dalam lumen komedo. Kerusakan dinding folikuler terjadi
apabila leukosit polimorfonuklear memfagosit Propionibacterium acnes dan
mensekresikan enzim hidrolisis. Kerusakan dinding folikuler ini akan
menyebabkan ruptur dan membuat lipid dan komponen keratin yang
merupakan isi dari folikel masuk ke dalam dermis (Afriyanti, 2015).
2.3. Adas
Tanaman adas (Foeniculum vulgare) merupakan keluarga Apiaceae yang
penyebarannya paling luas. Adas merupakan tanaman herba tahunan yang berasal
dari Mediterania dan Eropa Selatan. Secara liar, adas tumbuh di garis pantai
Mediterania, Mesir. Kemudian, tanaman ini dibudidayakan secara luas di seluruh
dunia. Vulgare merupakan satu-satunya spesies dari genusnya (Bermawie dkk,
2017).
Adas dibagi menjadi dua subspesies yaitu piperitum dan capillaceum dan
mencakup tiga varietas yaitu var. vulgare (Mill.), Thell., var. Dulce (Mill.) Thell.,
dan var. Azoricum (Mill.) Thel (Napoli, 2010). Subspesies capillaceum dapat
menghasilkan minyak atsiri (Bermawie dkk, 2017).
18
Klasifikasi adas (Foeniculum vulgare) (Khan, 2014):
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Foeniculum P. Mill.
Spesies : Foeniculum vulgare P. Mill
Tanaman adas memiliki batang berbentuk bulat. Warna pada batang muda yaitu
hijau muda atau pucat, sedangkan batang tua berwarna hijau muda kekuningan.
Terdapat lapisan sejenis lilin berwarna putih pada batang muda. Bentuk batang
adas berbuku-buku dan dari setiap bagian buku ini muncul cabang daun atau
cabang bunga. Pada percabangan yang terbentuk dari setiap buku tadi muncul
daun adas yang berbentuk seperti jarum. Daun adas muda memiliki warna hijau
muda terang, sedangkan daun adas tua memiliki warna hijau gelap. Daun adas
memiliki stomata bertipe diacytic (Bermawie dkk, 2017).
Bunga adas memiliki ukuran 2,4 mm sampai 2,8 mm. Bunga adas membentuk
struktur bunga payung majemuk atau umbrella composite, yaitu bunga tersusun
dalam rangkaian bunga majemuk tak terbatas dimana pedunkulusnya membentuk
lagi cabang-cabang yang sama panjang. Cabang-cabang ini tersusun sedemikian
rupa mengulangi percabangan pedunkulusnya. Adas memiliki struktur bunga yang
19
terdiri dari kelopak, mahkota, putik, dan benang sari sehingga termasuk struktur
bunga lengkap. Bagian mahkota adas memiliki jumlah lima helai dan berwarna
kuning cerah. Di antara mahkota muncul benang sari yang berjumlah lima helai.
Bagian putik terletak di tengah dan berwarna kuning muda. Adas termasuk
tanaman penyerbuk sendiri (Bermawie dkk, 2017).
Gambar 4. Tanaman adas (Foeniculum vulgare) (Abdoli, 2014)
Tradisi kuliner di dunia sudah lama mengenal tanaman adas sebagai bumbu,
parfum, bahkan minuman keras (Napoli, 2010). Adas juga dikenal sebagai ramuan
aromatik yang memiliki buah berbentuk lonjong, elips atau silindris, lurus atau
sedikit melengkung, dan berwarna coklat kekuningan atau coklat kehijauan.
Setiap buah memiliki berat sekitar 6 mg hingga 7 mg (Khan, 2014).
Di Indonesia tanaman adas selain dikenal sebagai bumbu masak, juga dikenal
sebagai ramuan obat tradisional sebagai obat batuk, pilek, sakit perut, penghilang
rasa mual, dan sebagai peluruh air seni. Adas juga digunakan untuk mengobati
berbagai penyakit inflamasi. Bagian dari tanaman adas yang sering dimanfaatkan
oleh masyarakat yaitu buahnya yang memiliki komponen minyak atsiri. Minyak
20
dari buah adas (minyak adas, fennel oil) memiliki manfaat sebagai stimultan,
karminatif, antibakteri, dan antihelmintik (Bermawie dkk, 2017).
Adas memiliki kandungan flavonoid dan minyak atsiri. Kandungan flavonoid
dalam buah adas yaitu sebesar 8,58% sampai 15,06%, dan kandungan minyak
atsiri sebesar 2% hingga 6% (Kaur dan Arora, 2009; Perwitasari, 2012).
Flavonoid merupakan senyawa fenolik yang bersifat antioksidan kuat. Pada tubuh
manusia, antioksidan bekerja dengan cara menghambat aktivitas senyawa oksidan
termasuk enzim-enzim dan protein-protein pengikat logam, hal ini berguna untuk
mengantisipasi kerusakan pada pembuluh darah (Susianti dkk, 2014). Selain
antioksidan, flavonoid juga memiliki beberapa efek lain pada tubuh manusia,
diantaranya yaitu sebagai antifungi, antivirus, antialergi, antikarsinogenik, dan
antibakteri. Flavonoid kini dikembangkan menjadi berbagai macam obat-obatan
(Fitriana, 2013). Penelitian mengenai flavonoid tidak terbatas hanya dilakukan
dan dilihat efeknya terhadap manusia, berdasarkan penelitian Sukohar dkk (2015)
senyawa flavonoid juga memiliki efek larvasida yang dapat menghambat sistem
pernafasan dan bersifat toksik terhadap serangga.
Sebagai antibakteri, mekanisme kerja flavonoid dapat dibagi menjadi 3 macam,
yaitu dengan cara menghambat metabolisme energi, menghambat sintesis asam
nukleat, dan menghambat fungsi membran sel. Flavonoid dapat menghambat
pergerakan bakteri serta mencegah pembentukan energi pada membran sitoplasma
bakteri. Penghambatan metabolisme energi ini dilakukan dengan cara
menghambat penggunaan oksigen oleh bakteri. Flavonoid dapat menghambat
pembentukan DNA dan RNA bakteri dengan menumpuk basa asam nukleat
melalui proses ikatan hidrogen. Interaksi antara flavonoid dan DNA bakteri dapat
21
menyebabkan kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom, dan
lisosom. Flavonoid juga dapat merusak membran sel bakteri dengan cara merusak
fungsi integritas sel membran sitoplasma bakteri, sehingga menyebabkan senyawa
intraseluler keluar. Hal ini menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel bakteri
(Suteja dkk, 2016; Hafsari dkk, 2015).
Adas mengandung 9,5% protein, 10% lemak, 13,4% mineral, 18,5% serat, dan
42,3% karbohidrat. Mineral dan vitamin yang terdapat di dalam adas yaitu
kalsium, kalium, natrium, besi, fosfor, tiamin, riboflavin, niasin, dan vitamin C.
Adas juga terkenal dengan kandungan minyak atsirinya. Komponen utama
minyak atsiri adas yaitu trans-anethole, fenchone, estragol (methyl chavicol), dan
alpha-phellandrene (Rather dkk, 2012).
Gambar 5. Struktur molekuler komponen minyak atsiri buah adas (Rather dkk, 2012)
Minyak atsiri yang diekstrak dari adas memiliki berbagai macam manfaat, di
antaranya yaitu (Rather dkk, 2012):
Trans-anethole Fenchone
Estragol Para-anisaldehyde
Alpha-phellandrene
22
a. Aktivitas antibakteri
Minyak atsiri dari adas diketahui memiliki efek terhadap patogen makanan
seperti Escherichia coli, Bacillus megaterium, dan Staphylococcus aureus.
Ekstrak etanol dan air dari adas menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap
Campylobacter jejuni dan Helicobacter pylori.
b. Aktivitas antifungal
Ekstrak adas diketahui memiliki aktivitas antifungal terhadap Candida
albicans, Sclerotinia scleroticum, Aspergillum niger, Aspergillum flavus,
Fusarium graminearum, dan Fusarium moniliforme.
c. Aktivitas antiinflamasi
Ekstrak metanol adas yang diadministrasikan per oral memiliki efek
penghambatan terhadap inflamasi akut dan subakut dan reaksi alergi tipe IV.
Selain ketiga manfaat tersebut, minyak atsiri adas memiliki manfaat lainnya
seperti aktivitas antioksidan, antitrombotik, antiinflamasi, estrogenik,
hepatoprotektif, antidiabetik, dan lain-lain (Rather dkk, 2012).
Minyak atsiri dapat menyebabkan hilangnya material sitoplasma dengan cara
mengubah stabilitas membran sel bakteri. Dinding bakteri terdiri atas polisakarida,
asam lemak, dan fosfolipid sehingga minyak atsiri yang memiliki sifat lipofilik
dapat melewati dinding bakteri. Minyak atsiri mampu mengubah permeabilitas
membran sel, menghilangkan ion-ion sel, mengurangi potensial membran,
menghalangi pompa proton, dan menurunkan produksi adenosin trifosfat (ATP)
yang dapat menyebabkan kematian sel bakteri (Korenblum dkk, 2013).
23
2.4. Kerangka Teori
Keterangan:
: Unsur yang diteliti
Gambar 6. Kerangka teori
Minyak atsiri
Buah adas
Pertumbuhan
Propionibacterium acnes
terhambat
Flavonoid
Mengubah permeabilitas membran sel
Menghilangkan ion-ion sel
Mengurangi potensial membran
Menghalangi pompa proton
Menurunkan produksi ATP
Menghambat metabolisme energi
Menghambat sintesis asam nukleat
Menghambat fungsi membran sel
Peningkatan diameter zona
hambat
Kerusakan sel bakteri
24
2.5. Kerangka Konsep
Gambar 7. Kerangka konsep
Variabel bebas: ekstrak buah adas
Variabel terikat: diameter zona hambat koloni Propionibacterium acnes
2.6. Hipotesis
Terdapat efek antibakteri ekstrak etanol buah adas terhadap daya hambat
Propionibacterium acnes
Ekstrak etanol buah
adas (Foeniculum
vulgare) konsentrasi
10%, 20%, dan 40%
Diameter zona hambat koloni
Propionibacterium acnes
25
BAB III
METODE
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan meneliti efek dari ekstrak
buah adas (Foeniculum vulgare) terhadap diameter zona hambat
Propionibacterium acnes. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode disk diffusion dengan media Mueller-Hinton Agar.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Organik dan Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), dan
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Desember 2018.
3.3. Mikroba Uji dan Bahan Uji Penelitian
3.3.1. Mikroba Uji Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan mikroba uji yaitu bakteri gram positif (+)
Propionibacterium acnes. Bakteri ini diperoleh dari Laboratorium
Mikrobiologi Universitas Indonesia.
26
3.3.2. Bahan Uji Penelitian
Penelitian ini menggunakan buah adas (Foeniculum vulgare) yang diperoleh
dari penjual buah adas di pasar tradisional Bandarlampung. Buah adas
(Foeniculum vulgare) dibersihkan, lalu dikeringkan selama 3-5 hari, kemudian
diekstrak etanol di Laboratorium Kimia Organik Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung.
3.3.3. Media Kultur
Media kultur yang digunakan pada penelitian ini yaitu lempeng agar darah
pada cawan petri berukuran 10 cm. Media ini digunakan untuk membiakkan
Propionibacterium acnes. Setelah dilakukan kultur, digunakan media Mueller-
Hinton Agar (MHA) sebagai media uji diameter zona hambat bakteri.
3.4. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini digunakan beberapa variabel yang dibagi ke dalam dua
bagian, yaitu variabel independen dan dependen.
3.4.1. Variabel Independen
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak buah adas (Foeniculum
vulgare) dalam berbagai tingkat konsentrasi (10%, 20%, dan 40%).
3.4.2. Variabel Dependen
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah diameter zona hambat
pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes.
27
3.5. Definisi Operasional
Tabel 2. Definisi operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1. Ekstrak etanol buah
adas konsentrasi
10%, 20%, dan
40%
Suatu zat yang
diperoleh dari
ekstraksi buah
adas
menggunakan
etanol menjadi
cairan yang
mengandung
minyak atsiri.
Kemudian
ekstrak etanol
dengan volume
tertentu
diencerkan
menggunakan
akuades sehingga
konsentrasi
mencapai 10%,
20%, dan 40%.
Menggunakan
persamaan:
N1xV1=N2xV2
Keterangan:
N1=konsentrasi awal
V1=volume awal
N2=konsentrasi akhir
V2=Volume akhir
Ekstrak buah
adas dengan
konsentrasi
10%, 20%, dan 40%
Ordinal
2. Daya hambat
pertumbuhan
Propionibacterium
acnes
Pertumbuhan
bakteri yang
terbentuk setelah
variabel
independen dan
kontrol positif
serta negatif
diberikan dengan
menggunakan
metode disc
diffusiion.
Menggunakan
jangka sorong untuk
mengukur zona
hambat
Zona hambat
pertumbuhan
bakteri (mm)
Numerik
3.6. Besar Sampel
Dalam penelitian ini dilakukan pemberian berbagai kadar ekstrak buah adas yang
diuji, yaitu pada kadar 10%, 20%, dan 40%, serta dengan Klindamisin fosfat 1,2%
topical solution sebagai kontrol positif, dan akuades sebagai kontrol negatif.
Untuk menentukan banyaknya pengulangan yang dilakukan pada penelitian ini
digunakan rumus Federer (Sastroasmoro, 1995):
28
(n-1) (k-1) ≥ 15
(n-1) (5-1) ≥ 15
(n-1) 4 ≥ 15
4n – 4 ≥ 15
4n ≥ 19
n ≥ 4,75
Keterangan :
n = banyaknya sampel (pengulangan)
k = banyaknya perlakuan
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Federer diatas maka
besar sampel yang digunakan adalah lebih dari sama dengan 4,75. Besar sampel
ini dibulatkan menjadi 5 untuk menghindari terjadinya kesalahan. Besar sampel
ini digunakan sebagai acuan dilakukannya pengulangan perlakuan pada penelitian
ini. Setiap pengulangan dilakukan pada masing-masing kelompok. Maka dari itu
pada penelitian ini akan dilakukan 25 kali perlakuan.
29
3.6.1. Kelompok Perlakuan
Tabel 3. Kelompok perlakuan
No. Kelompok Perlakuan
1. K (+) Kelompok Propionibacterium acnes yang
diberikan klindamisin sebagai kontrol
positif.
2. K (-) Kelompok Propionibacterium acnes yang
diberikan akuades sebagai kontrol negatif.
3. P1 Kelompok Propionibacterium acnes yang
diberikan ekstrak etanol buah adas
(Foeniculum vulgare) dengan konsentrasi
10%.
4. P2 Kelompok Propionibacterium acnes yang
diberikan ekstrak etanol buah adas
(Foeniculum vulgare) dengan konsentrasi
20%.
5. P3 Kelompok Propionibacterium acnes yang
diberikan ekstrak etanol buah adas
(Foeniculum vulgare) dengan konsentrasi
40%.
30
3.6.2. Diagram Alur Penelitian
Gambar 8. Alur penelitian
Perlakuan terhadap Propionibacterium
acnes pada media MHA
K (+) K (-) P1
P2
P3
Pengukuran diameter zona hambat
Pengumpulan data
Ekstraksi buah adas di
FMIPA UNILA
Peremajaan Propionibacterium
acnes pada media agar darah
Analisis data
Bakteri
diberikan
klindamisin
sebagai
kontrol
positif
Bakteri
diberikan
akuades
sebagai
kontrol
negatif
Bakteri
diberikan
ekstrak
etanol buah
adas
(Foeniculum
vulgare)
dengan
konsentrasi
10%
Bakteri
diberikan
ekstrak
etanol buah
adas
(Foeniculum
vulgare)
dengan
konsentrasi
20%
Bakteri
diberikan
ekstrak
etanol buah
adas
(Foeniculum
vulgare)
dengan
konsentrasi
40%
31
3.7. Prosedur Penelitian
Buah adas diekstrak etanol di Laboratorium Kimia Organik FMIPA Universitas
Lampung. Selanjutnya, ekstrak etanol tersebut diencerkan menggunakan akuades
menjadi konsentrasi 10%, 20%, dan 40% yang kemudian dilakukan pengujian
daya hambat menggunakan metode disc diffusion pada media MHA dengan
proses inkubasi menggunakan anaerobic jar untuk melihat daya hambatnya
terhadap Propionibacterium acnes.
3.7.1. Persiapan
3.7.1.1. Alat Penelitian
1. Rak dan tabung reaksi
2. Ose
3. Pipet
4. Kapas alkohol
5. Beker glass
6. Autoklaf
7. Cawan petri berdiameter 10 cm
8. Alat pengaduk
9. Inkubator
10. Mikropipet
11. Bunsen dan korek api
12. Cakram uji kosong
13. Swab kapas
14. Jangka sorong
15. Anaerobic jar
32
3.7.1.2. Bahan Penelitian
1. Ekstrak buah adas (Foeniculum vulgare.) yang diperoleh dari
ekstraksi etanol buah adas di laboratorium kimia FMIPA.
2. Bakteri Propionibacterium acnes yang diperoleh dari laboratorium
mikrobiologi Universitas Indonesia.
3. Media lempeng agar darah dan MHA (Muller Hinton Agar).
4. Klindamisin fosfat 1,2% topical solution
5. Cakram uji kosong
6. Akuades steril.
3.7.2. Sterilisasi Alat
Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 120oC selama
15-20 menit agar terbebas dari pengaruh mikroorganisme lain yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian. Alat-alat ditunggu sampai mencapai suhu
kamar dan kering setelah itu baru bisa digunakan.
3.7.3. Pembuatan Ekstrak Buah adas
Pembuatan ekstrak buah adas dilakukan di Laboratorium Kimia Organik
FMIPA Universitas Lampung. Buah adas dicuci bersih, kemudian dijemur
menggunakan panas matahari hingga kering, kemudian dihaluskan sampai
menjadi serbuk menggunakan blender. Setelah itu 300 gram buah adas yang
telah dihaluskan dimaserasi dengan 2L etanol, selanjutnya disaring untuk
diambil filtratnya. Hasil penyaringan dimasukan kedalam rotary evaporator
dengan suhu 40oC untuk menguapkan bahan pelarut ekstrak, sehingga
didapatkan larutan aktif yang pekat, berwarna coklat, dengan bau khas
aromatik (larutan stok).
33
3.7.4. Pengenceran Ekstrak Etanol Buah Adas
1. Pada pengenceran 10%, larutkan 0,5 ml ekstrak etanol buah adas ke dalam
4,5 ml akuades di dalam tabung reaksi.
2. Pada pengenceran 20%, larutkan 1 ml ekstrak etanol buah adas ke dalam 4
ml akuades di dalam tabung reaksi.
3. Pada pengenceran 40%, larutkan 2 ml ekstrak etanol buah adas ke dalam 3
ml akuades di dalam tabung reaksi.
4. Ketiga larutan tersebut kemudian dikocok hingga homogen
3.7.5. Peremajaan Bakteri
Bakteri yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas Indonesia
diremajakan dengan cara diambil menggunakan ose bulat yang telah steril,
kemudian bakteri tersebut diinokulasi pada media agar darah. Setelah itu,
media agar darah tersebut diinkubasi menggunakan anaerobic jar selama 48
jam dengan suhu 370C. Peremajaan bakteri ini dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Matematika dan IPA Universitas Lampung
3.7.6. Uji Diameter Zona Hambat Propionibacterium acnes dengan Metode
Disc Diffusion
1. Teteskan masing-masing cakram uji kosong dengan 50 µl larutan stok
konsentrasi 10%, 20%, dan 40%, kemudian diamkan selama 15 menit.
2. Teteskan cakram uji kosong dengan 50 µl akuades sebagai kontrol negatif,
kemudian diamkan selama 15 menit.
3. Teteskan cakram uji kosong dengan 50 µl klindamisin fosfat 1,2% topical
solution sebagai kontrol positif, kemudian diamkan selama 15 menit.
34
4. Encerkan bakteri dengan mencampurkan 1 ose suspensi bakteri
Propionibacterium acnes ke dalam tabung reaksi yang telah berisi larutan
NaCl
5. Homogenkan menggunakan vortex dan kekeruhannya distandarisasi
dengan konsentrasi 0,5 Mc Farland sehingga jumlah bakteri sesuai standar
untuk uji kepekaan, yaitu 105-108/ml.
6. Oleskan larutan bakteri yang telah distandarisasi tadi pada media Mueller-
Hinton Agar.
7. Letakkan cakram uji yang telah ditetesi larutan stok, akuades, dan
klindamisin fosfat 1,2% topical solution di atas permukaan media Mueller-
Hinton Agar secara higienis di dalam laminar air flow.
8. Media yang telah dibuat tadi kemudian diinkubasi menggunakan anaerobic
jar dengan suhu 37oC selama 48 jam.
9. Setelah 48 jam, ukur diameter zona terang (clear zone) dengan
menggunakan penggaris atau jangka sorong.
10. Prosedur di atas dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali.
3.8. Analisis Data
Besar sampel penelitian ini <50, maka digunakan uji Shapiro-Wilk untuk
menguji normalitas data. Setelah data dinyatakan berdistribusi normal (p>0,05)
maka dilakukan uji homogenitas menggunakan uji Levene dan data dikatakan
homogen ketika p>0,05. Selanjutnya digunakan uji statistik ANOVA satu arah
(one way ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji post-hoc LSD. Analisis ini
digunakan untuk menganalisis variabel independen dan dependen, yaitu untuk
mengetahui efektivitas pemberian ekstrak buah adas (Foeniculum vulgare)
35
terhadap pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes. Interpretasi uji satistik
ini, yaitu;
1. Bila p<α (0,05) maka hasil bermakna/signifikan, artinya terdapat
hubungan bermakna antara variabel independen dan dependen, atau
hipotesis penelitian diterima.
2. Bila p>α (0,05) maka hal ini berarti sampel yang diteliti tidak
mendukung adanya perbedaan yang bermakna dan tidak ada pengaruh
variabel independen terhadap dependen, atau hipotesis penelitian
ditolak.
3.9. Ethical Clearance
Penelitian ini telah diajukan dan disetujui oleh bagian Ethical Clearance dari
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor
4002/UN26.18/PP.05.02.00/2018.
43
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Terdapat efek antibakteri ekstrak etanol buah adas terhadap daya hambat
Propionibacterium acnes
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyarankan:
1. Melakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui efek ekstrak buah adas
terhadap akne vulgaris
2. Melakukan uji toksisitas ekstrak buah adas
3. Meneliti lebih lanjut tentang potensi zat-zat aktif dalam buah adas sebagai
antibakteri
44
DAFTAR PUSTAKA
Abate ME. 2013. Shedding New Light on Acne: The Effects of Photodynamic
Therapy on Propionibacterium acnes. Inquiries Journal/Student Pulse.
5(09).
Abdoli M. 2014. Advances in Applied Agricultural Science. AAAS Journal, 2(2):
1–7.
Admi M. 2011. Efektivitas Ekstrak Etanol Sambiloto, Adas dan Sirih Merah
dalam Menghambat Infeksi Virus AI pada Ayam Pedaging [tesis]. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Afriyanti RN. 2015. Akne Vulgaris Pada Remaja. Medical Faculty of Lampung
University. 4(6): 102–9.
Al-Hadid KJ. 2017. Quantitative Analysis of Antimicrobial Activity of
Foeniculum vulgare. A Review. Plant OMICS 10(1): 28–36.
Ali S, Baharuddin M, Sappewali. 2013. Pengujian Aktivitas Antibakteri Minyak
Atsiri Jahe (Zingiber officinale Roscoe) Terhadap Bakteri Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli. Al Kimia. 1(2): 18-31.
Anggraini DI, Andriana R, Sari RDP, Mayasari D. 2018. Hubungan Penggunaan
Blemish Balm Cream Terhadap Kejadian Akne Vulgaris Pada Remaja Putri
Di SMA Negeri 10 Bandar Lampung. J MAJORITY. 7(2): 122-8.
Ayudianti P, Indramaya DM. 2014. Studi Retrospektif: Faktor Pencetus Akne
Vulgaris. BIKKK. 26(1): 41-7.
Behzadi E, Behzadi, P, Voicu, C. 2016. Propionibacterium acnes and the Skin
Disease of Acne Vulgaris. RoJCED. 3(2): 117–20.
Bermawie N, Ajijah N, Rostiana O. 2017. Karakteristik Morfologi dan Mutu Adas
(Foeniculum vulgare MILL.). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
Budianto, Prajitno A, Yuniarti, A. 2015. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Buah Adas
(Foeniculum vulgare Mill) pada Vibrio harveyi dan Vibrio alginolyticus.
Agritech. 35(3): 266-72.
45
Hafsari AR, Cahyanto T, Sujarwo T, Lestari RI. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica (L.) Less. ) terhadap
Propionibacterium acnes Penyebab Jerawat. Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Gunung Djati Bandung. 9(1): 141-61.
Kaur GJ, Arora DS. 2009. Antibacterial and Phytochemical Screening of Anethum
graveolens, Foeniculum vulgare and Trachyspermum ammi. BMC
Complementary and Alternative Medicine. 9(30): 1-10.
Khan M. 2014. Foeniculum vulgare Mill. A Medicinal Herb. Medicinal Plant
Research. 4(6): 46–54.
Korenblum E, Goulart FRV, Rodrigues IA, Abreu F, Lins U, Alves PB, dkk.
2013. Antimicrobial Action and Anti-Corrosion Effect Against Sulfate
Reducing Bacteria By Lemongrass (Cymbopogon citratus) Essential Oil
And Its Major Component, The Citral. AMB Express. 3(44): 1-8.
Kurniawan SW. 2015. Uji Daya Hambat Daun Sirih Merah (Piper crocatum)
Terhadap Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi [skripsi]. Lampung:
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Latifah S, Kurniawaty E. 2015. Stres dengan Akne Vulgaris. Majority. 4(9): 129-
34.
Lova IPT. 2017. Perbandingan Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun,
Tangkai Bunga Dan Bunga Cengkeh Bali (Syzygium aromaticum L.)
Terhadap Bakteri Propionibacterium acne Dengan Metode Difusi [skripsi]
Disk. Bali: Universitas Udayana
Mizwar M, Kapantow MG, Suling PL. 2012. Profil Akne Vulgaris di RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado Periode 2009-2011. Manado: Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado. 1(2): 1-7.
Mulyadi M, Wuryanti, Sarjono PR. 2017. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
Kadar Sampel Alang-Alang (Imperata cylindrica) dalam Etanol Melalui
Metode Difusi Cakram. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. 20(3): 130-5.
Movita T. 2013. Acne Vulgaris. Continuing Medical Education. 40(4): 269–72.
Napoli EM, Curcuruto G, Ruberto G. 2010. Screening the Essential Oil
Composition of Wild Sicilian Fennel. Biochemical Systematics and
Ecology. Elsevier Ltd. 38(2): 213–23.
Perry A, Lambert P. 2011. Propionibacterium acnes: Infection Beyond the Skin.
Expert Review of Anti-Infective Therapy. 9(12): 1149–56.
Perwitasari AS. 2012. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Adas
(Foeniculum vulgare Mill) Terhadap Staphylococcus epidermidis, Shigella
sonnei ATCC 9290, dan Citrobacter diversus [naskah publikasi]. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta
46
Pratibha N, Sushma D, K Gupta R. Screening for Antioxidant and Antibacterial
Potential of Common Medicinal Plants in the Treatment of Acne.
International Journal of Drug Development & Research. 4(1):65-71.
Picardo M, Ottaviani M, Camera E, Mastrofrancesco A. 2009. Sebaceous Gland
Lipids. Dermato-Endocrinology. 1(2): 68–71.
Ramdani R, Sibero HT. 2015. Treatment for Acne Vulgaris. J Majority. 4(2): 87–
95.
Rasul A, Akhtar N, Iqbal M, Khan BA, Madni A, Murtaza G, dkk. 2012.
Sebumetric and Mexametric Evaluation of A Fennel Based Cream.
ScienceAsia. 38(1): 262-7.
Rather MA, Dar BA, Sofi SN, Bhat BA, Qurishi MA. 2012. Foeniculum Vulgare:
A Comprehensive Review of Its Traditional Use, Phytochemistry,
Pharmacology, and Safety. Arabian Journal of Chemistry. 9(2): 1574-83.
Rimadhani M, Rahmadewi. 2015. Pengaruh Hormon Terhadap Akne Vulgaris.
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. 27(3): 220–1.
Sholecha F. 2017. Uji Aktivitas Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanolik Bonggol
Pohon Pisang Raja (Musa x paradisiaca L. ”Raja”) Terhadap
Propionibacterium acnes Secara In vitro [skripsi]. Semarang: Universitas
Islam Sultan Agung.
Sitohang IBS, Wasitatmadja SM. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin 7th ed.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Sukohar A, Kurniawan B, Rapina R, Nareswari S. 2015. Effectiveness of the
Pepaya Leaf (Carica papaya Linn)Ethanol Extract As Larvacide For Aedes
aegypti Instar III. J MAJORITY. 4(5): 76-84.
Susianti S, Asmariati YD, Busman H, Susantiningsih T. Protective Effect of
Binahong Leaf (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Extract Against
Ethanol-Induced Proximal Tubule Renal Histopatological Features Of
Sprague dawley Strains White Rats. J MAJORITY. 3(3): 168-77.
Suteja IKP, Rita WS, Gunawan IWG. 2016. Identifikasi dan Uji Aktivitas
Senyawa Flavonoid Dari Ekstrak Daun Trembesi (Albizia saman (Jacq.)
Merr) Sebagai Antibakteri Escherichia coli. Jurnal Kimia. 10(1): 141-8.
Swamy MK, Akhtar, MS, Sinniah UR. 2016. Antimicrobial Properties of Plant
Essential Oils Against Human Pathogens and Their Mode of Action: An
Updated Review. Evidence-based Complementary and Alternative
Medicine. Hindawi Publishing Corporation. 2016(1): 1-21.
Tahir CM. 2010. Pathogenesis of Acne Vulgaris: Simplified. Journal of Pakistan
Association of Dermatologists. 20(2): 93–7.
Tan JKL, Bhate K. 2014. A Global Perspective on the Epidemiology of Acne.
British Journal of Dermatology. 172(S1): 3–12.
47
Tjekyan RMS. 2008. Kejadian dan Faktor Resiko Akne Vulgaris. Media Medika
Indonesiana. 46(36): 6–11.
Wardhani AK. 2012. Uji Antimikroba Ekstrak Bunga Cengkeh (Syzygium
aromaticum) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Secara In vitro
[skripsi]. Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Wulansari P. 2018. Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia S.) Dalam Sediaan Krim Jerawat Propionibacterium acnes
[skripsi]. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.