EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

74
EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN TANCAP DAN BAGAN APUNG DI UNIT PENGELOLA PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (UPPPP) MUNCAR, KABUPATEN BANYUWANGI, JAWA TIMUR SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN Oleh: RIFKI ARIHAFIKI NIM. 11508200111004 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

Transcript of EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

Page 1: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN TANCAP DAN

BAGAN APUNG DI UNIT PENGELOLA PELABUHAN PERIKANAN PANTAI

(UPPPP) MUNCAR, KABUPATEN BANYUWANGI, JAWA TIMUR

SKRIPSI

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

Oleh:

RIFKI ARIHAFIKI

NIM. 11508200111004

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN TANCAP DAN

BAGAN APUNG DI UNIT PENGELOLA PELABUHAN PERIKANAN PANTAI

(UPPPP) MUNCAR, KABUPATEN BANYUWANGI, JAWA TIMUR

SKRIPSI

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana

di Fakultas Peikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya

Oleh:

RIFKI ARIHAFIKI

NIM. 11508200111004

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 3: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

SKRIPSI

EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN TANCAP DAN

BAGAN APUNG DI UNIT PENGELOLA PELABUHAN PERIKANAN PANTAI

(UPPPP) MUNCAR, KABUPATEN BANYUWANGI, JAWA TIMUR

Oleh:

RIFKI ARIHAFIKI

NIM. 115080213111012

telah dipertahankan didepan penguji

pada tanggal 19 Juni 2015

dan dinyatakan memenuhi syarat

Mengetahui,Ketua Jurusan

(Dr. Ir. Daduk Setyohadi, MP)NIP. 19630608 198703 1 003Tanggal:

Dosen Penguji I,

(Ir. Agus Tumulyadi, MP)NIP. 19640830 198903 1 002Tanggal:

MenyetujuiDosen Pembimbing I,

(Ir. Martinus, MP)NIP. 19520110 198103 1 004Tanggal:

Dosen Penguji II,

(Dr. Eng. Abu Bakar S., S.Pi, MTNIP. 19780717 200501 1 002Tanggal:

Dosen Pembimbing II,

(Ledhyane Ika Harlyan, S.Pi, M.Sc)NIP. 19820620 200501 2 001Tanggal:

Page 4: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak

terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali

yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut. Sesuai hokum yang berlaku di Indonesia.

Malang, 27 Juni 2015

Mahasiswa

Rifki Arihafiki

Page 5: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

v

UCAPAN TERIMAKASIH

Atas terselesaikannya laporan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Orang tua dan keluarga yang selalu mendo’akan dan mendukung penulis.

2. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya beserta seluruh

civitas akademika yang telah berperan penting dalam penyusunan laporan ini.

3. Dr. Ir. Daduk Setyohadi, MP sebagai Ketua Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya

Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Brawijaya.

4. Sunardi, ST, MT sebagai Kepala Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya

Perikanan.

5. Ir. Martinus, MP sebagai dosen pembimbing 1 dan Ledhyane Ika Harlyan, S.Pi,

M.Sc sebagai dosen pembimbing 2 yang telah memberikan saran dan

bimbingan dalam penyelesaian tugas akhir.

6. Seluruh staff UPPPP Muncar yang telah membantu kelancaran penelitian di

lapang.

7. Bapak Rosuli dan Bapak Romli selaku nelayan bagan yang telah mengijinkan

saya untuk mengikuti beliau melaut untuk mengambil data.

Malang, 27 Juni 2015

Penulis

Page 6: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

vi

RINGKASAN

RIFKI ARIHAFIKI. Skripsi tentang efektivitas dan efisiensi pengoperasian bagantancap dan bagan apung di Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai (UPPPP)Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur (dibawah bimbingan Ir. Martinus, MPdan Ledhyane Ika Harlyan, S.Pi, M.Sc.).

Muncar merupakan salah satu daerah di Jawa Timur yang memiliki predikatsebagai pelabuhan perikanan terbesar di Indonesia. Komoditas hasil tangkapannyaadalah lemuru (Sardinella lemuru) dan mayoritas alat tangkapnya adalah purseseine. Saat ini stok ikan menurun drastis yang berimbas terhadap pengoperasianpurse seine, sehingga banyak armada purse seine yang tidak beroperasi. Namundisamping itu terdapat alat tangkap yang mampu beroperasi secara rutin. Meskipunhasil tangkapan bagan tidak sebanyak hasil tangkapan purse seine, namunsetidaknya bagan mampu memberikan penghasilan terhadap nelayan secara rutin.Bagan yang beroperasi di UPPPP Muncar terdapat dua jenis yaitu bagan tancap danbagan apung.

Tujuan penelitian ini adalah mengestimasi efektivitas bagan tancap danbagan apung dari segi hasil tangkapan. Selain itu juga mengestimasi efisiensi bagantancap dan bagan apung dilihat dari segi waktu yang dibutuhkan saatpengoperasian, jarak fishing ground, jumlah setting, modal tetap, modal tidak tetap,peyusutan nilai ekonomis, dan pendapatan nelayan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Independent Sampel t Testuntuk mengestimasi efektivitas dan efisiensi selama 15 trip. Selain itu untukmengestimasi efisiensi juga menggunakan analisis cashflow (keuntungan, BenefitCost Ratio (B/C), Payback Period (PP)) dan kriteria investasi yaitu Net PresentValue (NPV).

Hasil Independent t Test hasil tangkapan selama 15 trip menunjukkan nilaisignifikan 0,152, nilai tersebut > 0,05 maka tidak ada perbedaan atau kedua baganmempunyai efektivitas yang sama. Sedangkan Hasil Independent t Test pendapatanselama 15 trip menunjukkan nilai signifikan 0,000, nilai tersebut < 0,05 makaterdapat perbedaan atau bagan tancap lebih efisien dripada bagan apung.

Efisiensi juga diestimasi menggunakan analisis cashflow dan kriteriainvestasi. Namun untuk membandingkan efisiensi sebuah usaha yang dapatdibandingkan hanya nilai NPV-nya saja. Berdasarkan hasil perhitungan diperolehnilai NPV bagan tancap > NPV bagan apung. NPV bagan tancap dan bagan apungmasing-masing adalah Rp. 662.468.058,00 dan Rp. 10.493.076,00. Jadikesimpulannya adalah bagan tancap lebih efisien daripada bagan apung. Hal inidikarenakan biaya investasi dan biaya operasional bagan apung lebih tinggidaripada bagan tancap sedangkan penerimaan keduanya hampir sama.

Page 7: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena

berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan laporan Skripsi yang berjudul

“Efektivitas dan Efisiensi Pengoperasian Bagan Tancap dan Bagan Apung di Unit

Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai (UPPPP) Muncar, Kabupaten Banyuwangi,

Jawa Timur”. Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar

Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya.

Laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya laporan ini. Semoga

laporan ini memberikan informasi yang bermanfaat untuk pengembangan wawasan

dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Malang, 19 Juni 2015

Penulis

Page 8: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

viii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ......................................................................................................... i

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..................................................... iv

HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH.............................................................. v

RINGKASAN .................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xiii

1. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 3

1.3 Tujuan ............................................................................................. 3

1.4 Manfaat Penelitian............................................................................ 4

2. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 5

2.1 Pengertian Bagan Secara Umum .................................................... 5

2.1.1 Bagan Tancap ....................................................................... 6

2.1.2 Bagan Apung ......................................................................... 7

2.2 Efektivitas Penangkapan.................................................................. 8

2.3 Efisiensi Penangkapan..................................................................... 9

2.4 Cashflow dan Kriteria Investasi ........................................................ 9

3. METODE PENELITIAN............................................................................. 12

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................... 12

3.2 Alat dan Bahan ................................................................................ 12

3.3 Data................................................................................................. 12

3.3.1 Data Primer ............................................................................ 12

3.3.2 Data Sekunder ....................................................................... 14

Page 9: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

ix

3.4 Analisis Data.................................................................................... 14

3.4.1 Efektivitas .............................................................................. 14

3.4.1.1 Uji Homogenitas........................................................ 15

3.4.1.2 Analisis Perbandingan Hasil Tangkapan................... 15

3.4.2 Efisiensi ................................................................................. 16

3.4.2.1 Analisis Finansial (Cashflow) .................................... 17

4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 21

4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian .................................................... 21

4.1.1 Kabupaten Banyuwangi ......................................................... 21

4.1.2 Kecamatan Muncar ................................................................ 21

4.2 Tren Jumlah Unit Bagan di UPPPP Muncar ..................................... 22

4.3 Tren Produksi Bagan di UPPPP Muncar .......................................... 23

4.4 Konstruksi Bagan............................................................................. 25

4.4.1 Konstruksi Bagan Tancap ...................................................... 25

4.4.2 Konstruksi Bagan Apung........................................................ 26

4.5 Armada Penangkapan Bagan .......................................................... 28

4.6 Metode Pengoperasian .................................................................... 29

4.6.1 Metode Pengoperasian Bagan Tancap .................................. 29

4.6.2 Metode Pengoperasian Bagan Apung.................................... 30

4.7 Fishing Ground ................................................................................ 32

4.7.1 Fishing Ground Bagan Tancap............................................... 32

4.7.2 Fishing Ground Bagan Apung ................................................ 32

4.8 Hasil Tangkapan ............................................................................. 33

4.8.1 Hasil Tangkapan Bagan Tancap ............................................ 33

4.8.2 Hasil Tangkapan Bagan Apung.............................................. 34

4.9 Hasil Tangkapan Selama Penelitian................................................. 34

4.10 Analisis Uji t Tidak Berpasangan (Independent Sample t Test) ....... 36

4.11 Sistem Bagi Hasil ............................................................................. 39

4.12 Analisis Finansial : Kelayakan Usaha Perikanan.............................. 40

4.12.1 Investasi............................................................................... 41

4.12.2 Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap...................................... 42

4.12.3 Analisis Rugi-Laba (Cashflow) dan Kriteria Investasi............ 43

5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 46

Page 10: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

x

5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 46

5.2 Saran .............................................................................................. 46

6. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 47

7. LAMPIRAN ............................................................................................. 49

Page 11: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data yang Digunakan Untuk Mengestimasi Efektivitas ........................ 13

Tabel 2. Data yang Digunakan Untuk Mengestimasi Efisiensi............................ 13

Tabel 3. Format Perlakuan yang Digunakan Untuk Memperoleh Data Hasil

Tangkapan .......................................................................................... 16

Tabel 4. Format Perlakuan yang Digunakan Untuk Memperoleh Data

Pendapatan ......................................................................................... 17

Tabel 5. Konstruksi Bagan Tancap yang Beroperasi di Perairan Muncar........... 26

Tabel 6. Konstruksi Bagan Apung yang Beroperasi di Perairan Muncar ............ 27

Tabel 7. Hasil Tangkapan Bagan Tancap dan Bagan Apung............................. 35

Tabel 8. Hasil Pendapatan Bagan Tancap dan Bagan Apung............................ 35

Tabel 9. Uji Homogenitas Hasil Tangkapan ....................................................... 36

Tabel 10. Uji Homogenitas Pendapatan............................................................... 37

Tabel 11. Uji Independent t Test Hasil Tangkapan............................................... 38

Tabel 12. Uji Independent t Test Pendapatan ...................................................... 38

Tabel 13. Harga Ikan Hasil Tangkapan Pada Saat Penelitian.............................. 39

Tabel 14. Sistem bagi Hasil Nelayan Bagan Tancap dan bagan Apung............... 39

Tabel 15. Investasi Bagan Tancap....................................................................... 41

Tabel 16. Investasi Bagan Apung ........................................................................ 41

Tabel 17. Biaya Bagan Tancap dan Bagan Apung Per Trip ................................. 42

Tabel 18. Biaya Bagan Tancap dan Bagan Apung Per Tahun ............................. 43

Tabel 19. Analisis Cashflow Unit Penangkapan Bagan Tancap dan Bagan

Apung .................................................................................................. 43

Page 12: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tren Jumlah Bagan Tancap yang Dioperasikan di UPPPP Muncar.. 22

Gambar 2. Tren Jumlah Bagan Apung yang Dioperasikan di UPPPP Muncar ... 23

Gambar 3. Tren Produksi Bagan Tancap di UPPPP Muncar ............................. 24

Gambar 4. Tren Produksi Bagan Apung di UPPPP Muncar............................... 25

Gambar 5. Bagan Tancap yang Beroperasi di Perairan Muncar ........................ 25

Gambar 6. Bagan Apung yang Beroperasi di Perairan Muncar.......................... 27

Gambar 7. Kapal Nelayan Bagan Tancap.......................................................... 28

Gambar 8. Kapal Nelayan Bagan Apung ........................................................... 28

Gambar 9. Lampu Bagan Tancap...................................................................... 30

Gambar 10. Proses Hauling Bagan Tancap ........................................................ 30

Gambar 11. Lampu Bagan Apung ....................................................................... 31

Gambar 12. Proses Hauling Bagan Apung ......................................................... 31

Gambar 13. Denah Lokasi Fishing Ground Sampling Bagan Tancap .................. 32

Gambar 14. Denah Lokasi Fishing Ground Sampling Bagan Apung.................... 33

Page 13: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Analisis Finansial Bagan Tancap ..................................................... 46

Lampiran 2. Analisis Finansial Bagan Apung....................................................... 51

Lampiran 3. Sebaran Lokasi Bagan Tancap di Perairan Muncar ......................... 59

Lampiran 4. Sebaran Lokasi Bagan Apung di Perairan Muncar ........................... 60

Page 14: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Muncar merupakan daerah di Jawa Timur yang berada di paling ujung

timur sehingga berhadapan langsung dengan Pulau Bali. Pada saat ini Unit

Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai (UPPPP) Muncar menjadi pelabuhan

perikanan terbesar di Indonesia dengan jumlah nelayan 13.200 orang dengan

jumlah armada 5 ribu unit. Namun kondisi perikanan di Muncar kini telah

mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Berdasarkan laporan tahunan

UPPPP Muncar pada tahun 2003 total produksi ikan sebanyak 23.777.539 kg,

sedangkan pada tahun 2013 total produksinya menurun menjadi 8.010.771 kg,

sehingga dapat dikatakan selama 10 tahun terakhir terjadi penurunan total

produksi sebesar 67%. Salah satu faktor penyebab penurunan produksi tersebut

adalah terlalu banyaknya armada yang beroperasi dan mayoritas adalah alat

tangkap aktif dengan skala besar. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian

Setyohadi, et al., (2009) bahwa perairan Muncar mempunyai stok yang

melimpah. Namun jika dilakukan penangkapan secara besar-besaran tanpa

memperhatikan ukuran ikan maka semakin lama stok ikan akan semakin habis.

Penurunan stok pada tahun 1992, 1997, dan 2002 sudah mampu

mengindikasikan bahwa perairan Muncar sudah mengalami over fishing.

Kondisi tersebut membuat intensitas pengoperasian alat tangkap di

Muncar saat ini menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, khususnya

purse seine. Dalam penelitian Nurrahman (2014) dijelaskan bahwa dalam kurun

waktu 5 tahun terakhir terjadi penurunan jumlah armada purse seine yang

beroperasi di UPPPP Muncar. Hingga saat ini armada purse seine yang

beroperasi hanya 176 unit. Namun bukan berarti semua alat tangkap mengalami

penurunan intensitas operasi penangkapan yang drastis, contohnya alat tangkap

Page 15: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

2

bagan. Bagan mampu melakukan operasi penangkapan secara rutin karena

nelayan menilai bagan tidak terlalu membutuhkan biaya operasional yang tinggi

dibandingkan purse seine sebagai alat tangkap dominan di Muncar, khususnya

pada penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM). Meskipun hasil tangkapan bagan

lebih kecil jika dibandingkan dengan alat tangkap besar lainnya, namun

setidaknya bagan lebih mampu beroperasi secara rutin, sehingga bagan mampu

memberi pendapatan nelayan secara rutin pula.

Selain itu kini pemerintah melalui Permen Kelautan dan Perikanan No. 2

tahun 2015 telah melarang pengoperasian pukat hela (trawls) dan pukat tarik

(seine net) sehingga perlu adanya alternatif bagi nelayan untuk berpindah ke alat

tangkap lain termasuk bagan. Terdapat 2 jenis bagan yang beroperasi di UPPPP

Muncar, yakni bagan tancap dan bagan apung.

Menurut Subani dan Barus (1989), bagan tancap merupakan bagan yang

dipasang secara menetap di perairan atau tidak dapat dipindah-pindahkan. Satu

kali penanaman bagan berlaku untuk satu kali musim penangkapan. Hal ini yang

membuat bagan hemat biaya operasional karena nelayan hanya membutuhkan

BBM untuk generator dan transportasi menuju bagan. Namun bagan tancap juga

mempunyai dampak negatif. BBPPI (2006) menyatakan bahwa keberadaan

bagan tancap dapat mengganggu jalur pelayaran. Sedangkan bagan apung

merupakan alat tangkap yang mempunyai konstruksi dan metode penangkapan

yang hampir sama dengan bagan tancap. Perbedaannya adalah bagan apung

dapat berpindah-pindah menyesuaikan posisi ikan karena menggunakan perahu.

Selain itu fishing ground bagan apung lebih jauh dan kedalaman jaringnya yang

lebih dalam membuat hasil tangkapannya pun lebih bervariasi. Namun hal

tersebut membuat biaya operasional bagan apung lebih tinggi daripada bagan

tancap.

Page 16: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

3

Kelebihan dan kekurangan antara bagan tancap dan bagan apung

berpengaruh terhadap nilai efektivitas dan efisiensinya. Melihat kondisi tersebut

maka bisa dikatakan bagan tancap dan bagan apung mempunyai nilai efektivitas

dan efisiensi yang berbeda. Oleh karena itu pada penelitian ini bagan tancap dan

bagan apung akan dikaji mengenai efektivitas dan efisiensinya dari segi hasil

tangkapan, waktu pengoperasian, jarak fishing ground, modal, dan pendapatan

nelayan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan manakah yang lebih efektif dan

efisien. Mengingat penelitian mengenai bagan tancap dan bagan apung di

Muncar juga jarang dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

Keberadaan alat tangkap aktif yang selama ini menunjang produktifitas

ikan di UPPPP Muncar kini jumlahnya sudah berkurang. Hal ini karena biaya

operasional yang semakin tinggi sedangkan hasil tangkapan menurun sehingga

pemilik kapal banyak yang memilih untuk tidak mengoperasikan armadanya

karena takut rugi. Sedangkan di sisi lain terdapat alat tangkap bagan yang

mampu beroperasi secara rutin karena biaya operasionalnya yang lebih rendah,

khusunya pada konsumsi BBM. Terdapat 2 jenis bagan yang beroperasi di

Muncar, yakni bagan tancap dan bagan apung. Namun bagan tancap dan bagan

apung tentunya mempunyai nilai efektivitas dan efisiensi yang berbeda.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengestimasi efektivitas bagan tancap dan bagan apung dilihat dari

segi hasil tangkapan.

2. Untuk mengestimasi efisiensi bagan tancap dan bagan apung dilihat dari segi

waktu yang dibutuhkan saat pengoperasian, jarak fishing ground, jumlah

Page 17: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

4

setting, modal tetap, modal tidak tetap, penyusutan nilai ekonomis, dan

pendapatan nelayan.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan akan mendapatkan manfaat diantaranya:

1. Akademisi : mampu mengembangkan desain bagan tancap dan bagan

apung di UPPPP Muncar, Kabupaten Banyuwangi,

Jawa Timur.

2. Masyarakat : masyarakat khususnya nelayan dapat mengetahui efektivitas

dan efisiensi pengoperasian bagan tancap dan bagan apung

sehingga bisa dijadikan sebagai alat tangkap alternatif.

3. Pemerintah : mampu mengoptimalkan dan memberi dukungan terhadap

pengoperasian bagan sebagai alat tangkap tangkap alternatif

dibandingkan alat tangkap besar lain yang lebih destruktif.

Page 18: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

5

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bagan Secara Umun

Bagan merupakan salah satu alat tangkap pasif yang dioperasikan di

Indonesia. Bagan termasuk alat tangkap yang sudah lama dioperasikan di

perairan Indonesia. Subani dan Barus (1989) menyatakan bahwa bagan pertama

kali diperkenalkan oleh nelayan Bugis-Makassar sekitar tahun 1950-an.

Selanjutnya dalam waktu relatif singkat alat tangkap tersebut sudah dikenal di

seluruh Indonesia. Bagan dikelompokkan dalam jaring angkat (liftnet), namun

karena menggunakan cahaya lampu mengumpulkan untuk ikan maka disebut

juga light fishing. Bagan dalam perkembangannya telah banyak mengalami

perubahan baik bentuk maupun ukuran yang dimodifikasi sedemikian rupa

sehingga sesuai dengan daerah penangkapannya.

Metode pengoperasian bagan dapat dikatakan cukup sederhana bila

dibandingkan alat tangkap lain, contohnya purse seine. Fridman (1986)

menyatakan bahwa bagan (liftnet) dioperasikan dengan cara ditarik ke

permukaan air pada posisi horisontal, selanjutnya ditenggelamkan kembali untuk

penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya yang berada di atas

waring. Pada saat pengangkatan waring di permukaan terjadi proses

penyaringan air, ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan

tersaring pada waring. Sejauh ini terdapat 2 metode pengoperasian bagan, yakni

bagan yang dioperasikan dengan cara menetap (bagan tancap) dan bagan yang

dioperasikan dengan cara berpindah-pindah (bagan apung dengan perahu atau

rakit).

Konstruksi bagan terdisi dari bambu-bambu yang disusun berbentuk segi

empat. Konstruksi bambu saling menyilang untuk memperkuat berdirinya bagan.

Konstruksi harus sangat kuat agar bagan tidak roboh jika terkena arus laut.

Page 19: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

6

Menurut Sudirman dan Achmar (2004), alat ini terdiri dari bangunan bagan yang

terbuat dari bambu, dan jaring berbentuk segi empat yang terbuat dari waring

dengan mesh size 0,4 cm. Bambu-bambu disilangkan pada keempat sisinya

untuk memperkuat berdirinya bagan. Di atas bangunan bagan di bagian tengah

terdapat bangunan rumah yang berfungsi sebagai tempat istirahat, pelindung

lampu dari hujan dan tempat untuk melihat ikan. Di atas bangunan ini terdapat

roller yang terbuat dari bambu yang berfungsi untuk menarik jaring. Umumnya

alat tangkap ini berukuran 9x9 m sedangkan tinggi dari dasar perairan rata-rata 8

m. Jaring berada di bagian bawah dari bangunan bagan yang diikatkan pada

bingkai bambu yang berbentuk segi empat. Bingkai bambu tersebut dihubungkan

dengan tali pada ke empat sisinya yang berfungsi untuk menarik jaring. Pada ke

empat sisi jaring ini diberi pemberat yang berfungsi untuk memberikan posisi

jaring yang baik selama dalam air. Ukuran jaring biasanya satu meter lebih kecil

dari ukuran bangunan bagan.

2.1.1 Bagan Tancap

Bagan tancap adalah alat tangkap yang dibangun di tengah laut dan

tersusun dari beberapa bambu. Bagan tancap ditancapkan di dasar perairan

sehingga membuat bagan tancap tidak dapat dipindahkan seperti bagan apung.

Subani dan Barus (1989) menyatakan bagan tancap di tancapkan (ditanam)

sehingga kedudukannya tidak dapat dipindah-pindahkan. Sekali dipasang maka

berlaku untuk satu kali musim penangkapan. Alat bantu yang digunakan pada

bagan tancap adalah lampu sehingga bagan tancap juga disebut sebagai light

fishing. Lampu yang digunakan adalah petromaks berkekuatan antara 200-300

lilin. Penggunaan lampu disesuaikan dengan konisi perairan. Pada saat bualn

gelap maka lampu dinyalakan sejak matahari terbenam. Lampu diletakkan

dengan ketinggian 1 meter diatas permukaan air. Jika ikan sudah terkumpul

Page 20: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

7

maka jaring diangkat. Pengangkatan jaring dilakukan berulang kali sampai hasil

tangkapan yang diharapkan tercapai.

Sebagai alat tangkap pasif, bagan dianggap oleh nelayan sebagai alat

tangkap yang lebih ramah lingkungan dibandingkan alat tangkap besar lain yang

cenderung destruktif. Namun ternyata bagan juga mempunyai dampak negatif

karena mesh size jaring pada bagan berukuran sangat kecil. Hal tersebut

membuat bagan menangkap ikan yang masih berukuran kecil dan belum matang

gonad. BBPPI (2006) menyatakan bahwa para ahli sesungguhnya

mengkhawatirkan dampak negatif yang ditimbulkan bagan tancap terhadap

sumber daya alam. Dampak negatif yang juga menjadi masalah bagan tancap

adalah gangguan terhadap pelayaran, bagan tancap diduga dapat dimanfaatkan

untuk lalu lintas perdagagan ilegal, penyempitan daerah operasi alat-alat tangkap

ikan pelagis, tonggak yang ditinggalkan bagan dapat mengganggu operasi

penangkapan ikan demersal yang menyapu dasar, dan diduga merusak sumber

daya ikan karena menangkap ikan-ikan kecil.

2.1.2 Bagan Apung

Bagan apung merupakan pengembangan dari bagan tancap dengan

modifikasi lift net dan lampu. Perbedaan bagan apung dengan bagan tancap

adalah bagan apung mampu berpindah tempat menyesuaikan posisi ikan. Hal

tersebut juga dinyatakan oleh BBPPI (2006) bahwa bagan apung mampu

dipindah-pindahkan sehingga dapat memilih fishing ground yang sesuai dengan

keadaan dan musim. Bagan apung yang saat ini dioperasikan adalah bagan

apung satu perahu dan bagan apung dua perahu.

Konstruksi bagan apung berbeda dengan bagan tancap. Bagan apung

mempunyai konstruksi yang lebih sederhana. Subani dan Barus (1989)

menyatakan bentuk bagan perahu lebih sederhana dan lebih ringan sehingga

Page 21: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

8

mampu berpindah-pindah tempat. Pengoperasian bagan apung adalah di

perairan-perairan yang dangkal. Pada waktu penangkapan, bagan perahu ini

dilabuh dengan jangkar. Hal inilah yang menjadikan bagan apung lebih fleksibel

dan mampu menjadi alternatif bagi alat tangkap lain, contohnya bagan tancap.

BBPPI (2006) menyatakan bagan apung mampu mengatasi problema bagan

tancap. Tekologi bagan apung dapat dikembangkan dimana bagan tancap tidak

bisa dibuat.

2.2 Efektivitas Penangkapan

Efektivitas adalah pemanfaatan sumberdaya, sarana dan prasarana

dalam jumlah tertentu yang ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah

barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan

keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkannya. Jika

hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya

(Siagian, 2001).

Jika dikaitkan dengan penangkapan maka efektivitas penangkapan dapat

diartikan hasil tangkapan yang sudah mencapai jumlah yang dikehendaki dengan

perencanaan yang matang, baik dalam teknis, waktu, biaya, dan mutunya. Hasil

tangkapan berkaitan erat dengan produktivitas penangkapan. Dari pernyataan

tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi produktivitas

penangkapan maka semakin tinggi pula nilai efektifitasnya. Sesuai dengan yang

dinyatakan oleh Iriana (2012) bahwa produktivitas alat tangkap menunjukkan

efektif tidaknya suatu jenis alat tangkap dalam menghasilkan jenis ikan

tangkapan.

Page 22: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

9

2.3 Efisiensi Penangkapan

Pada dasarnya pengertian efisiensi adalah ukuran tingkat penggunaan

sumber daya dalam suatu proses. Efisiensi seringkali dikaitkan dengan kinerja

suatu organisasi karena efisiensi mencerminkan perbandingan antara keluaran

(output) dengan masukan (input). Menurut Bishop dan Toussaint (1979), efisiensi

teknis diartikan sebagai perbandingan dari nilai-nilai hasil (output) terhadap nilai-

nilai input. Konsep efisiensi dalam ilmu ekonomi produksi pada dasarnya

mencakup tiga pengertian, yaitu efisiensi teknis, efisiensi harga, dan efisiensi

ekonomi

Definisi efisiensi dalam bidang penangkapan dapat diartikan sebagai

proses penangkapan dengan menggunakan sumberdaya seminimal mungkin

baik dalam segi waktu, alat, maupun modal, namun dapat menghasilkan

tangkapan yang maksimal. Untuk menentukan tingkat efisiensi alat tangkap

dibutuhkan analisis efeisiensi, salah satunya adalah efisiensi teknis. Puspita

(2008) menjelaskan bahwa untuk menghasilkan output berupa hasil tangkapan

yang optimal pada perhitungan efisiensi teknis maka dibutuhkan beberapa input.

Input-input tersebut meliputi jumlah trip, ukuran kapal, kekuatan mesin, jumlah

BBM, dan jumlah ABK. Perhitungan tersebut dilakukan untuk mengetahui unit

penangkapan yang input produksinya paling efisien.

2.4 Cashflow dan Kriteria Investasi

Basri (1992) menyatakan bahwa kriteria investasi dapat digolongkan

menjadi 2 yaitu:

1. Kriteria investasi yang mendasarkan pada konsep keuntungan atau income

adalah Average Rate of Return (ARR)

2. Kriteria investasi yang mendasarkan pada konsep cashflow yang dapat dirinci

sebagai berikut:

Page 23: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

10

a. Konsep cashflow yang tidak memperhatikan nilai waktu dan uang atau

faktor diskonto yaitu payback period.

b. Konsep cashflow yang memperhatikan nilai waktu dan uang atau faktor

diskonto antara lain:

1. Nilai sekarang bersih/netto atau

2. Net Present Value (NPV)

3. Profitabilitas Indeks (PI)

4. Internal Rate of Return (IRR)

Dengan demikian maka untuk menilai layak tidaknya suatu usaha yang akan

dipakai untuk mangambil keputusan ada beberapa kriteria yang digunakan.

Kriteria penilaian yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Average rate of Return (ARR)

Average rate of return disebut juga accounting rate of return atau

accounting return to investment adalah metode penilaian investasi yang

berusaha menunjukkan ratio atau perbandingan antara keuntungan neto

tahunan terhadap nilai investasi yang diperlukan untuk memperoleh laba

atau keuntungan tersebut baik diperhitungkan dengan awal investasi (initial

investment) atau rata-rata investasi (average investment). Investasi yang

diterima adalah investasi yang menghasilkan ARR lebih besar dari ARR

minimum atau di atas cost of found (biaya modal).

2. Net Present Value (NPV)

Dalam metode ini menggunakan faktor diskonto. Semua

pengeluaran dan penerimaan (dimana saat pengeluaran serta

penerimaannya adalah waktu yang tidak bersamaan) harus

diperbandingkan dengan nilai yang sebanding dalam arti waktu. Dalam hal

ini berarti harus mediskontokan nilai-nilai pengeluaran dan penerimaan

tersebut ke dalam nilai yang sebanding (sama). Pengeluaran adalah

Page 24: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

11

dilakukan pada saat mula-mula (sekarang), sedangkan penerimaan baru

akan diperoleh di masa-masa yang akan datang, padahal nilai uang

sekarang adalah tidak sama (lebih tinggi) dari nilai uang kemudian hari.

3. Payback Period (PP)

Payback Period menunjukkan periode waktu yang diperoleh untuk

menutup kembali uang yang telah diinvestasikan dengan hasil yang akan

diperoleh (net cashflow) dari investasi tersebut. Payback period ini

dimaksudkan untuk mengukur kecepatan dari suatu investasi dapat ditutup

kembali dengan net cashflow dari hasil investasi tersebut.

Untuk pengambilan keputusan, diperbandingkan antara payback

period maksimum yang ditetapkan dengan payback period investasi yang

akan dilaksanakan. Apabila payback period investasi yang akan

dilaksanakan lebih singkat atau pendek waktunya dibanding payback

period maksimum yang disyaratkan maka investasi itu dilaksanakan

demikian juga sebaliknya.

4. Profitabilitas Indeks (PI)

PI adalah perbandingan antara present value dari net cashflow

dengan present value dari intial outlays (investasi awal).

5. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah tingkat diskonto (discount rate) yng menjadikan sama

antara present value dari penerimaan cash dan present value dari nilai

investasi discount rate atau tingkat diskonto yang menunjukkan net present

value atau sama besarnya dengan nol.

Page 25: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

12

3. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 di UPPPP Muncar,

Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Adapun pengolahan data dilaksanakan

pada bulan April dan Mei 2015.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran, alat tulis,

kamera, dan seperangkat komputer untuk mengolah data yang diperoleh,

sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil dari

wawancara, dan observasi.

3.3 Data

3.3.1 Data Primer

Adapun data primer yang dibutuhkan adalah ukuran konstruksi luas

bangunan atas bagan tancap dan bagan apung, ukuran jaring bagan tancap dan

bagan apung, metode pengoperasian, waktu yang dibutuhkan untuk

pengoperasian, jarak fisihing ground, jumlah hasil tangkapan, modal, dan

pendapatan nelayan. Adapun data yang digunakan untuk mengestimasi

efektivitas dapat dilihat pada Tabel 1 dan data yang digunakan untuk

mengestimasi efisiensi data dilihat pada Tabel 2.

Page 26: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

13

Tabel 1. Data yang Digunakan untuk Mengestimasi Efektivitas

No Item Bagan Tancap Bagan Apung Metode

1 Ukuran Jaring observasi

2 GT Kapal observasi

3 Luas Bangunan Atas Bagan observasi

4 Jarak Fishing Ground observasi

5 Waktu Pengoperasian observasi

6 Jumlah setting observasi

7 Jumlah Hasil Tangkapan observasi

8 Jumlah lampu observasi

Tabel 2. Data yang Digunakan untuk Mengestimasi Efisiensi

No Item Bagan Tancap Bagan Apung Metode

A. Investasi Awal

1 Bagan wawancara

2 Kapal wawancara

3 Mesin wawancara

4 Generator wawancara

5 Pengadaan jaring wawancara

B. Biaya Tetap

1 Perawatan bagan wawancara

2 Perawatan kapal wawancara

3 Perawatan mesin wawancara

4 Perawatan generator wawancara

5 Perawatan jaring wawancara

6 Perawatan lampu wawancara

7 Pengadaan lampu wawancara

8 Penyusutan harga bagan wawancara

9 Penyusutan harga kapal wawancara

10 Penyusutan harga mesin wawancara

11 Penyusutan harga jaring wawancara

12 Penyusutan harga generator wawancara

C. Biaya Tidak Tetap

1 Solar wawancara

2 Oli wawancara

3 Konsumsi wawancara

D. Pendapatan wawancara

Page 27: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

14

3.3.2 Data Sekunder

Adapun data sekunder yang digunakan adalah data jumlah bagan tancap

dan bagan apung yang beroperasi, data produksi, dan data kondisi geografis

lokasi penelitian.

3.4 Analisis Data

3.4.1 Efektivitas

Untuk menghitung efektifitas bagan tancap dan bagan apung digunakan

metode analisa Uji-t populasi bebas (independent t test) karena membandingkan

hasil tangkapan dari dua populasi. Kurniawan (2008) menyatakan bahwa uji-t 2

sampel independen (bebas) adalah metode yang digunakan untuk menguji

kesamaan rata-rata dari 2 populasi yang bersifat independen, dimana peneliti

tidak memiliki informasi mengenai ragam populasi. Independen maksudnya

adalah bahwa populasi yang satu tidak dipengaruhi atau tidak berhubungan

dengan populasi yang lain. Uji t populai bebas (independent t test) dibagi menjadi

dua yaitu:

a. Populasi bebas ragam sama

S2 disebut kuadrat tengah yang dijabarkan dalam rumus berikut:

Selang kepercayaan:

Fungsi selang kepercayaan diatas nilai t adalah nilai t dari tabel dengan α/2

dengan derajat bebas sebesar (n1+n2-2).

Page 28: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

15

b. Populasi bebas ragam berbeda

Selang kepercayaan:

Dengan t adalah nilai dari t tabel dengan α/2 tertentu, derajat bebas sebesar

(n1+n2-2).

3.4.1.1 Uji Homogenitas

Penggunaan uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui varian dari

beberapa populasi sama atau tidak. Selain itu uji homogenitas digunakan

sebagai prasyarat dalam analisis independen sampel t test, uji one sampel t test,

dan analisis of varians (ANOVA). Asumsi yang mendasari dalam ANOVA adalah

bahwa ragam dari beberapa populasi adalah sama. Untuk menentukan ragam

dari populasi sama atau tidak maka digunakanlah dasar keputusan sebagai

berikut:

1. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, maka dikatakan bahwa

ragam dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah tidak sama.

2. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, maka dikatakan bahwa

ragam dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah sama.

3.4.1.2 Analisis Perbandingan Hasil Tangkapan

Data hasil tangkapan diambil per trip sebanyak 15 trip dari masing-

masing bagan. Adapun format perlakuan yang digunakan untuk memperoleh

data hasil tangkapan dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 29: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

16

Tabel 3. Format perlakuan yang digunakan untuk memperoleh data hasil

tangkapan.

NoTripke-

Hasil Tangkapan (Kg)

Bagan Tancap Bagan Apung

1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

6 6

7 7

8 8

9 9

10 10

11 11

12 12

13 13

14 14

15 15

Menentukan Hipotesis:

H0 = Tidak ada perbedaan hasil tangkapan antara kedua bagan

H1 = Ada perbedaan hasil tangkapan antara kedua bagan

Menentukan Keputusan:

Jika, t hitung < t tabel berarti tidak terdapat pengaruh perbedaan hasil tangkapan

antara bagan tancap dan bagan apung, sedangkan jika t hitung > t table berarti

terdapat perbedaan hasil tangkapan antara bagan tancap dan bagan apung.

3.4.2 Efisiensi

Analisis efisiensi yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis

finansial (cashflow) dan analisis kriteria investasi. Analisis efisiensi tentunya

mencakup pendapatan hasil tangkapan. Pendapatan diperoleh dari hasil

Page 30: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

17

tangkapan sebanyak 15 trip, Format perlakuan untuk memproleh data hasil

penjualan tangkapan (pendapatan) dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Format perlakuan yang digunakan untuk memperoleh data hasil

penjualan tangkapan (pendapatan)

NoTripke-

Pendapatan (Rp)

Bagan Tancap Bagan Apung

1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

6 6

7 7

8 8

9 9

10 10

11 11

12 12

13 13

14 14

15 15

Pendapatan per trip terdiri dari total harga masing-masing jenis ikan hasil

tangkapan, sehingga dapat diperoleh total kesuluruhan pendapatan per trip.

3.4.2.1 Analisis Finansial (Cashflow)

Ketika melakukan analisis efisiensi berarti juga melakukan analisis

terhadap kelayakan usaha. Kelayakan usaha mencakup cashflow dengan

memperhitungkan outcome dan income perusahaan yang bertujuan untuk

mengelola kekayaan. Analisis cashflow yang digunakan pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Page 31: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

18

1. Analisis Pendapatan Usaha

1) Keuntungan

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pendapatan yang

diperoleh dalam suatu usaha. Apabila nilai bernilai negatif maka usaha

dinyatakan mengalami kerugian. Menurut Soekartiwi (2003), analisis

pendapatan usaha dapat dihitung dengan rumus berikut:

Keterangan:

= keuntungan atau laba

TR = total penerimaan

TC = total biaya

Cara pengambilan keputusan:

jika TR > TC, maka usaha menguntungkan

jika TR < TC, maka usaha mengalami kerugian

2) Benefit Cost Ratio (B/C)

Soekartiwi (2003) menyatakan bahwa Benefit Cost Ratio adalah suatu

metode analisa usaha yang membandingkan antara keuntungan (benefit) dan

total biaya (cost) yang sudah dikeluarkan. B/C dapat dihitung dengan rumus

berikut:

=

Kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut:

B/C > 1, maka usaha layak

B/C = 1, maka usaha impas

B/C = 1, maka usaha tidak layak

Page 32: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

19

3) Payback Period (PP)

Payback Period merupakan perhitungan untuk mengetahui waktu yang

dibutuhkan untuk memperoleh pendapatan sesuai biaya investasi yang

dikeluarkan. Menurut Soekartiwi (2003), Payback Period dapat dihitung

dengan rumus berikut:

2. Analisis Kriteria Investasi

Menurut Kadariah, et al. (1999), kriteria investasi digunakan untuk

mengukur secara menyeluruh layak atau tidaknya suatu usaha. Kriteria

investasi menggunakan present value yang telah di discount dari arus-arus

benefit dan biaya selama umur proyek. Kriteria penilaian investasi yang

digunakan pada penelitian ini adalah Net Present Value (NPV). Pratama

(2012) menyatakan bahwa Net Present Value (NPV) adalah selisih antara

present value dari investasi dan nilai nilai sekarang dari penerimaan-

penerimaan kas bersih (arus kas operasional maupun arus kas terminal)

dengan masa yang akan datang. Perlu menentukan tingkat bunga yang

relevan untuk menghitung nilai sekarang. NPV dapat dihitung dengan rumus

berikut:

NPV =

Keterangan:

B = pendapatan (benefit)

C = pembiayaan (cost)

i = discount rate

t = tahun operasi

kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut:

Page 33: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

20

NPV > 0, maka usaha tersebut layak

NPV = 0, maka usaha tersebut impas

NPV < 0, maka usaha tersebut tidak layak atau rugi

Page 34: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

21

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian

4.1.1 Kabupaten Banyuwangi

Kabupaten Banyuwangi adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa

Timur. Kabupaten ini terletak di ujung paling timur Pulau Jawa. Berbatasan

dengan Situbondo di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan, serta

Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di Barat. Letak geografis

Kabupaten Banyuwangi adalah 7°54’28,3” - 8°46’43,9” LS dan 113°50’18” -

114°38’18,9” BT. Luas wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah 5.782,50 km2

yang terbagi menjadi 24 Kecamatan (Kabupaten Banyuwangi, 2014).

4.1.2 Kecamatan Muncar

UPPPP Muncar (2014) menyatakan bahwa Unit Pengelola Pelabuhan

Perikanan Pantai (UPPPP) Muncar berada di Desa Kedungrejo, Kecamatan

Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Kecamatan Muncar

terletak di Selat Bali pada posisi 8⁰22’18,4” – 08⁰29’25,5” LS dan 114⁰17’09,2” –

114⁰21’55,4” BT yang mempunyai teluk bernama Teluk Pangpang, mempunyai

panjang pantai 13 km dengan pendaratan ikan sepanjang 5,5 km. Jarak

UPPPP Muncar dengan ibukota kecamatan 2 km, dengan ibukota kabupaten 37

km, dan dengan ibukota propinsi 332 km. Kecamatan Muncar mempunyai

penduduk 130.280 jiwa dan masyarakatnya terutama dari segi struktur budaya

nelayan terdiri dari Suku Jawa, Madura, Osing, dan Bugis. Adapun kondisi

eksisting UPPPP Muncar adalah sebagai berikut:

1. Luas tanah PPP Muncar saat ini 177.500 m2.

2. Luas total kolam labuh 25,8 Ha dapat menampung kapal perikanan ± 900-

1000 unit berbagai ukuran.

Page 35: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

22

3. Panjang total breakwater sisi barat sepanjang 570 m dan sisi timur 1.422,17 m

untuk melindungi kapal perikanan dari hempasan gelombang.

4. Lahan komersial seluas ±16.400 m2 dengan rincian sebelah selatan ±8.000m2

dan sebelah utara ±8.400 m2.

4.2 Tren Jumlah Unit Bagan di UPPPP Muncar

Berdasarkan data sepuluh tahun terakhir terjadi penurunan jumlah bagan

tancap yang dioperasikan di UPPPP Muncar. Tercatat pada tahun 2005 dan

2006 terdapat 100 unit bagan tancap yang dioperasikan, namun setelah itu

jumlah bagan tancap yang dioperasikan terus mengalami penurunan hingga

tahun 2014. Tren jumlah bagan tancap yang dioperasikan di UPPPP Muncar

dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tren Jumlah Bagan Tancap yang Dioperasikan di UPPPP Muncar

Berbeda dengan bagan tancap, jumlah unit bagan apung yang

dioperasikan di UPPPP Muncar terus mengalami peningkatan. Tercatat pada

tahun 2005 bagan apung yang dioperasikan hanya 10 unit, namun kemudian

Page 36: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

23

jumlah tersebut mengalami kenaikan dari tahun ke tahun hingga pada tahun

2014 terdapat 80 unit. Tren jumlah unit bagan apung yang dioperasikan di

UPPPP Muncar dapat diligat pada Gambar 2.

Gambar 2. Tren Jumlah Bagan Apung yang Dioperasikan di UPPPP Muncar

4.3 Tren Produksi Bagan di UPPPP Muncar

Berdasarkan data sepuluh tahun terakhir jumlah produksi bagan tancap di

UPPPP Muncar mengalami penurunan. Meskipun terjadi peningkatan drastis

pada tahun 2009, namun setelah itu jumlah produksinya terus menurun. Jumlah

produksi tersebut meliputi seluruh jenis ikan yang didaratkan. Tren jumlah

produksi bagan tancap di UPPPP Muncar dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 37: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

24

Gambar 3. Tren Jumlah Produksi Bagan Tancap di UPPPP Muncar

Jumlah produksi bagan apung di UPPPP Muncar justru mengalami

kenaikan. Data produksi menunjukkan peningkatan yang signifikan dari tahun ke

tahun dan puncaknya pada tahun 2014. Jumlah produksi tersebut sudah meliputi

seluruh jenis ikan. Tren jumlah produksi bagan apung di UPPPP Muncar dapat

dilihat pada Gambar 4.

Page 38: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

25

Gambar 4. Tren Jumlah Produksi Bagan Apung di UPPPP Muncar

4.4 Konstruksi Bagan

4.4.1 Konstruksi Bagan Tancap

Bagan tancap mempunyai konstruksi yang tidak jauh beda dengan bagan

apung. Hal yang membedakan yaitu bagan tancap posisinya menancap pada

dasar perairan. Jumlah bambu yang digunakan lebih sedikit daripda bagan

apung yaitu ±120 batang. Pada bagian tengah bagan tancap juga terdapat

rumah kecil seperti pada bagan apung yang mempunyai fungsi yang sama yaitu

untuk tempat tidur dan berlindung jika ada cuaca buruk. Pada bagian bawah

rumah tersebut juga terdapat lubang berukuran 0,5 m x 0,5 m yang berfungsi

sebagai tempat lampu dan tempat nelayan melihat ikan yang berada di bawah

bagan. Pada bagan tancap terdapat katrol (kerekan) yang digunakan untuk

memindah hasil tangkapan dari bagan ke kapal karena posisinya cukup tinggi.

Gambar bagan tancap dapat dilihat pada Gambar 5 dan konstruksi bagan tancap

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tahun

Has

ilTa

ngk

apan

(Kg)

Page 39: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

26

Gambar 5. Bagan Tancap yang Beroperasi di Perairan Muncar

Tabel 5. Konstruksi Bagan Tancap yang Beroperasi di Perairan Muncar

No Unit Ukuran Jumlah

1 Bangunan atas bagan 10 m x 10 m x 5 m 1

2 Rumah bagan 2,1 m x 1,6 m x 1,4 m 1

3 Bambu - 120

4 Jaring 10 m x 10 m 1

5 Pemberat jaring Batu 5 kg 4

7 Panjang tali jaring depan 24 m 2

8 Panjang tali jaring belakang 18 m 2

9 Daya lampu

65 watt 1

45 watt 1

24 watt 3

10 Roller/line hauler 9 m 1

4.4.2 Konstruksi Bagan Apung

Bagan apung yang beroperasi di perairan Muncar mempunyai ukuran

yang sedikit lebih besar daripada bagan tancap. Jumlah bambu yang digunakan

juga lebih banyak yaitu ± 150 batang. Pada bagian tengah bagan terdapat rumah

kecil yang digunakan nelayan untuk tempat tidur dan berlindung ketika hujan.

Pada bagian bawah rumah bagan tersebut terdapat lubang berukuran 0,5 m x

0,5 m yang berfungsi sebagai tempat lampu dan tempat nelayan melihat ikan

Page 40: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

27

yang ada di bawah bagan. Pada bagian bawah bagan terdapat tabung yang

membuat bagan ini mampu mengapung. Bagan apung menggunakan jangkar

agar posisinya tidak berubah ketika terkena arus. Jangkar diletakkan di depan

bagan. Tali jangkar dikaitkan dengan roller yang biasa disebut manggar. Gambar

bagan apung dapat dilihat pada Gambar 6 dan konstruksi bagan apung dapat

dilihat pada Tabel 6.

Gambar 6. Bagan Tancap yang Beroperasi di Perairan Muncar

Tabel 6. Konstruksi Bagan Apung yang Beroperasi di Perairan Muncar

No Unit Ukuran Jumlah

1 Bangunan atas bagan 11 m x 11 m x 5 m 1

2 Rumah bagan 1,75 m x 2,4 m x 1,6 m 1

3 Bambu - 150

4 Jaring 10 m x 10 m 1

5 Pemberat jaring Batu 5 kg 4

6 Jangkar 40 kg 1

7 Tali jangkar 300 m 1

8 Tabung/Pelampung d = 58 cm, t = 90 cm 20

9 Panjang tali jaring depan 26 m 2

10 Panjang tali jaring belakang 18 m 2

11 Daya lampu

65 watt 1

45 watt 1

24 watt 2

250 watt 1

500 watt 1

12 Roller/line hauler 10 m 1

Page 41: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

28

4.5 Armada Penangkapan Bagan

Armada penangkapan yang digunakan oleh nelayan bagan tancap dan

nelayan bagan apung sangat berbeda. Perbedaan tersebut dikarenakan oleh

jarak fishing ground yang berbeda dan bobot muatan yang diangkut kapal. Kapal

yang digunakan oleh nelayan bagan tancap berukuran hanya 1 GT. Kapal

digunakan untuk menempuh jarak fishing ground yang hanya sejauh 3,83 mil,

sedangkan kapal yang digunakan oleh nelayan bagan apung berukuran 7 GT.

Hal ini dikarenakan fishing ground yang ditempuh lebih jauh yaitu 13,11 mil

sehingga kapal nelayan bagan apung berukuran lebih besar. Kapal nelayan

bagan tancap dapat dilihat pada Gambar 7, sedangkan kapal nelayan bagan

apung dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 7. Kapal Nelayan Bagan Tancap

Gambar 8. Kapal Nelayan Bagan Apung

Page 42: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

29

4.6 Metode Pengoperasian

4.6.1 Metode Pengoperasian Bagan Tancap

Metode pengoperasian bagan tancap satu bagan tancap dioperasikan

oleh satu nelayan. Lima buah lampu dinyalakan semua sebelum melakukan

setting. Setting alat tangkap dilakukan dengan cara mengulur tali jaring

menggunakan line hauler (puteran) yang berada di bagian belakang bagan.

Jaring diturunkan sampai ke dasar perairan, sedangkan jaring bagan apung tidak

sampai ke dasar perairan. Setelah jaring sudah berada di bawah, maka nelayan

mengawasi ikan dari lubang yang ada dalam rumah bagan sambil mengatur

posisi lampu. Jika ikan sudah mulai berkumpul maka lampu dimatikan satu

persatu secara bertahap sampai tersisa satu lampu saja, hal ini dilakukan agar

penyebaran cahaya semakin kecil sehingga ikan tidak menyebar. Jika ikan sudah

berkumpul di bawah bagan maka nelayan segera mengangkat jaring (hauling).

Waktu immersing rata-rata adalah 2 jam.

Untuk mengambil ikan yang ada pada jaring, nelayan menggiring ikan

sampai berada pada satu sudut. Penggiringan ikan dilakukan dengan cara

mengangkat bagian per bagian jaring dan diselipkan di celah-celah bambu

sampai ikan berkumpul di satu sudut. Kemudian ikan diserok dan dimasukkan

keranjang. Begitu seterusnya sampai beberapa kali setting. Setting dilakukan

maksimal 6 kali. Bagan tancap tidak dapat berpindah-pindah fishing ground

seperti bagan apung karena konstruksinya menancap di dasar perairan. Gambar

lampu bagan tancap dapat dilihat pada Gambar 9 dan gambar proses hauling

bagan tancap dapat dilihat pada Gambar 10.

Page 43: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

30

Gambar 9. Lampu Bagan Tancap

Gambar 10. Proses Hauling Bagan Tancap

4.6.2 Metode Pengoperasian Bagan Apung

Pengoperasian bagan apung dapat dikatakan sangat sederhana. Lampu

dinyalakan semua sebelum melakukan setting. Lampu yang dinyalakan

berjumlah 5 buah. Setting alat tangkap dilakukan dengan cara mengulur tali

jaring menggunakan line hauler (puteran) yang berada di bagian belakang

bagan. Jaring diturunkan hingga kedalaman 10 meter. Setelah jaring sudah

berada di bawah, maka nelayan mengawasi ikan dari dalam rumah bagan. Jika

ikan sudah mulai berkumpul maka lampu dimatikan satu persatu secara bertahap

sampai tersisa 1 lampu saja, hal ini dilakukan agar penyebaran cahaya semakin

kecil sehingga ikan tidak menyebar. Jika ikan sudah berkumpul di bawah bagan

maka nelayan mengangkat jaring (hauling). Waktu immersing rata-rata 2 jam.

Page 44: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

31

Untuk mengambil ikan yang ada pada jaring, nelayan menggiring ikan

sampai berada pada satu sudut. Penggiringan dilakukan dengan cara

mengangkat bagian per bagian jaring dan diselipkan di celah-celah bambu

sampai ikan berkumpul di satu sudut. Setelah itu ikan diserok dan dimasukkan

keranjang. Begitu seterusnya sampai beberapa kali setting. Setting dilakukan

sebanyak 4 kali sampai 5 kali tergantung stok ikan. Bagan apung dapat

berpindah-pindah fishing ground menyesuaikan posisi ikan. Cara memindah

bagan apung yaitu ditarik menggunakan kapal. Satu bagan apung dioperasikan

oleh satu nelayan. Lampu bagan apung dapat dilihat pada Gambar 11 dan

proses hauling bagan apung dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 11. Lampu Bagan Apung

Gambar 12. Proses Hauling Bagan Apung

Page 45: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

32

4.7 Fishing Ground

4.7.1 Fishing Ground Bagan Tancap

Lokasi fishing ground bagan tancap yang menjadi sampling dalam

penelitian ini cukup dekat dari fishing base. Titik koordinat fishing base yaitu

8°26’31,5” LS - 114°20”41,4” BT, sedangkan titik koordinat fishing ground yaitu

8°28’53,3” LS - 114°23’03,1” BT. Waktu yang dibutuhkan untuk menuju fishing

ground hanya 1 jam karena jarak antara fishing base dan fishing ground hanya

3,87 mil. Fishing ground bagan apung terletak di teluk Pangpang. Kedalaman air

± 10 m dan dasar perairan berupa lumpur. Lokasi fishing ground sampling bagan

tancap digambarkan pada Gambar 13.

Gambar 13. Denah Lokasi Fishing Ground Sampling Bagan Tancap

4.7.2 Fishing Ground Bagan Apung

Lokasi fishing ground bagan apung yang menjadi sampling dalam

penelitian ini cukup jauh dari fishing base. Titik koordinat fishing base yaitu

8°26’31,5” LS - 114°20”41,4” BT, sedangkan titik koordinat fishing ground yaitu

8°36’23,9” LS - 14°26’23,2” BT. Waktu yang dibutuhkan untuk menuju fishing

ground adalah 4 jam karena jarak antara fishing ground dan fishing base sejauh

Lokasi Bagan Tancap

Page 46: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

33

13,11 mil. Fishing ground bagan apung terletak di teluk Senggrong. Kedalaman

air ± 10 m dan dasar perairan berupa lumpur. Lokasi fishing ground sampling

bagan tancap digambarkan pada Gambar 14.

Gambar 14. Denah Lokasi Fishing Ground Sampling Bagan Apung

4.8 Hasil Tangkapan

4.8.1 Hasil Tangkapan Bagan Tancap

Hasil tangkapan bagan tancap di perairan Muncar antara lain ikan biji

nangka (Upeneus moiluccensi), kuwe (Caranx sp), peperek (Leiognathus sp),

dan didominasi oleh cumi-cumi (Loligo sp). Hasil tangkapan lainnya adalah

tangkapan buangan yaitu buntal dan ubur-ubur. Subani dan Barus (1989)

menyatakan bahwa hasil tangkapan utama dari bagan tancap adalah adalah ikan

pelagis kecil dan ikan-ikan yang mempunyai sifat fototaksis positif yaitu ikan teri

(Stolephorus sp), dan avertebrata yaitu cumi-cumi (Loligo sp). Namun tidak

jarang bagan tancap juga sering menangkap hasil sampingan seperti layur

(Trichiurus savala), tambang (Sardinella fibriata), peperek (Leiognathus sp),

kembung (Rastrelliger spp), layang (Decapterus spp), dan lain-lain.

Lokasi Bagan Apung

Page 47: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

34

4.8.2 Hasil Tangkapan Bagan Apung

Hasil tangkapan bagan apung di perairan Muncar tidak jauh berbeda

dengan bagan tancap. Adapun hasil tangkapan bagan apung adalah cumi-cumi

(Loligo sp), lemuru (Sardinella lemuru), layur (Trichiurus savala), tongkol (Auxis

thazard), dan layang (Decapterus spp). Hasil tangkapan bagan apung tidak

didominasi oleh cumi-cumi. Inilah yang membedakannya dengan bagan tancap.

Menurut Subani dan Barus (1989), hasil tangkapan bagan apung pada

umumnya adalah jenis-jenis pelagis kecil seperti ikan teri (Stolephorus sp), cumi-

cumi (Loligo sp), tembang (Sardinella fibriata), peperek (Leiognathus sp), sotong

(Sepia sp), dan kembung (Rastrelliger spp). Hasil tangkapan sampingan bagan

apung antara lain layur (Trichiurus savala) dan tongkol (Auxis thazard).

4.9 Hasil Tangkapan Selama Penelitian

Pencatatan hasil tangkapan masing-masing bagan dilakukan sebanyak

15 trip dalam waktu yang bersamaan. Ikan hasil tangkapan bagan apung dan

bagan tancap pada saat penelitian sangat berbeda. Rata-rata jumlah hasil

tangkapan bagan tancap lebih kecil daripada bagan apung, namun pendapatan

bagan tancap lebih tinggi daripada bagan apung. Hal ini dikarenakan hasil

tangkapan bagan tancap didominasi oleh cumi-cumi (Loligo sp), sedangkan hasil

tangkapan bagan apung didominasi ikan pelagis yaitu lemuru (Sardinella lemuru)

dan layur (Trichiurus savala). Hasil tangkapan bagan tancap dan apung dapat

dilihat pada Tabel 7, sedangkan data pendapatan bagan tancap dan bagan

apung dapat dilihat pada Tabel 8.

Page 48: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

35

Tabel 7. Hasil Tangkapan Bagan Tancap dan Bagan Apung

NoTripKe-

Hasil Tangkapan (Kg)

Bagan Tancap Bagan Apung

1 1 12 6

2 2 17,5 2

3 3 14 6

4 4 17 35

5 5 16,5 46

6 6 20 178

7 7 32 45

8 8 54 44

9 9 58 37

10 10 64 40

11 11 32 115

12 12 26 65

13 13 28 6

14 14 23 15

15 15 38 54

rata-rata 27,53 46,26

Tabel 8. Pendapatan Bagan Tancap dan Bagan Apung

NoTripKe-

Hasil Tangkapan (Rp)

Bagan Tancap Bagan Apung

1 1 266.400 47.450

2 2 420.400 -64.550

3 3 322.400 47.450

4 4 406.400 136.700

5 5 392.400 172.450

6 6 464.400 459.700

7 7 735.400 154.450

8 8 479.400 28.450

9 9 591.400 167.950

10 10 519.400 14.450

11 11 586.400 634.450

12 12 658.400 466.450

13 13 649.400 47.450

14 14 470.400 170.700

15 15 634.400 280.950

rata-rata 506.467 184.300

Page 49: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

36

4.10 Analisis Uji t Tidak Berpasangan (Independent Sample t Test)

Untuk mengetahui efektifitas antara bagan tancap dan bagan apung

maka perlu adanya uji t (Independent t Test) untuk membandingkan hasil

tangkapan keduanya. Namun sebelum melakukan uji t, data harus diuji

homogenitasnya menggunakan software SPSS untuk mengetahui ragamnya

sama atau tidak. Uji Homogenitas menggunakan hipotesis sebagai berikut:

H0 : hasil tangkapan kedua bagan (bagan tancap dan bagan apung)

mempunyai ragam yang sama atau homogen.

H1 : hasil tangkapan kedua bagan (bagan tancap dan bagan apung)

mempunyai ragam yang berbeda atau tidak homogen.

Adapun dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

- Jika nilai signifikansi > 0,05, maka H0 diterima atau ragam dari dua

kelompok populasi data adalah sama

- Jika nilai signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak atau ragam dari dua kelompok

populasi data adalah tidak sama.

Uji homogenitas dilakukan terhadap data pada Tabel 7 dan Tabel 8. Hasil uji

homogenitas hasil tangkapan dapat dilihat pada Tabel 9, sedangkan hasil uji

homogenitas pendapatan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 9. Uji Homogenitas Hasil Tangkapan

Test of Homogeneity of Variances

hasil

Levene Statistic df1 df2 Sig.

4,026 1 28 ,055

Page 50: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

37

Tabel 10. Uji Homogenitas Pendapatan

Test of Homogeneity of Variances

Hasil

Levene Statistic df1 df2 Sig.

,988 1 28 ,329

Berdasarkan hasil uji homogenitas terhadap hasil tangkapan (kg) dan

pendapatan (Rp) dapat diketahui bahwa nilai signifikan uji homogenitas hasil

tangkapan adalah 0,055 > 0,05, maka H0 diterima atau homogen, sedangkan

nilai signifikansi uji homogenitas pendapatan adalah 0,329 > 0,05, maka H0 juga

diterima atau homogen. Uji t tidak berpasangan (Independent Sampel t Test)

dilakukan setelah memperoleh hasil uji homogenitas. Independent t test

menggunakan hipotesis berikut:

H0 : rata-rata hasil tangkapan atau pendapatan bagan tancap dan bagan apung

adalah sama.

H1 : rata-rata hasil tangkapan atau pendapatan bagan tancap dan bagan apung

adalah tidak sama.

Adapun dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima.

Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H1 diterima.

Adapun uji independent t test hasil tangkapan dapat dilihat pada Tabel 11,

sedangkan uji independent t test pendapatan dapat dilihat pada Tabel 12.

Page 51: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

38

Tabel 11. Uji Independent t Test Hasil Tangkapan

Tabel 12. Uji Independent t Test Pendapatan

Berdasarkan hasil uji independent t test diatas dapat diperoleh bahwa

nilai probabilitas hasil tangkapan adalah 0,152 > 0,05, sehingga dapat dikatakan

rata-rata hasil tangkapan bagan tancap dan bagan apung adalah sama (terima

H0). Ini menunjukkan bahwa bagan tancap bagan apung mempunyai efektivitas

yang sama. Sedangkan nilai probabilitas pendapatan adalah 0,000 < 0,05, maka

dapat dikatakan rata-rata pendapatan bagan tancap dan bagan apung adalah

tidak sama (tolak H0). Hasil tersebut menunjukkan bahwa bagan tancap lebih

efisien daripada bagan apung, dikarenakan adanya perbedaan harga hasil

tangkapan tangkapan kedua bagan tersebut. Meskipun pada saat penelitian

kedua bagan mempunyai rata-rata hasil tangkapan yang sama tapi harga hasil

tangkapan bagan tancap mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi daripada bagan

apung.

Page 52: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

39

Adapun hasil tangkapan bagan tancap adalah ikan biji nangka (Upeneus

moiluccensi), kuwe (Caranx sp), dan didominasi oleh cumi-cumi (Loligo sp).

Adapun hasil tangkapan bagan apung mayoritas adalah ikan pelagis yaitu layur

(Trichiurus savala) dan lemuru (Sardinella lemuru), sedangkan cumi-cumi (Loligo

sp) hanya sedikit. Berdasarkan perhitungan efisiensi (nilai ekonomis) maka dapat

disimpulkan bahwa bagan tancap lebih efisien daripada bagan apung. Daftar

harga ikan hasil tangkapan pada saat penelitian dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Harga Ikan Hasil Tangkapan Pada Saat Penelitian

No Jenis Ikan Harga per kg

1 Cumi-Cumi (Loligo sp) Rp 28.000,00

2 Kuwe (Caranx sp) Rp 15.000,00

3 Biji Nangka (Upeneus moiluccensi) Rp 4.000,00

4 Layur (Trichiurus savala) Rp 3.250,00

5 Lemuru (Sardinella lemuru) Rp 3.500,00

4.11. Sistem Bagi Hasil Nelayan

Sistem bagi hasil nelayan bagan tancap dan apung sama-sama dibagi

menjadi tiga. Keterangan mengenai sistem bagi hasil nelayan bagan tancap dan

bagan apung dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Sistem Bagi Hasil Nelayan Bagan Tancap dan bagan Apung

Bagi Hasil Pemilik Kapal Pemilik Bagan Nelayan

Bagan Tancap 10% 50% 40%

Bagan Apung 20% 45% 35%

Pembagian hasil tersebut adalah dari pendapatan bersih (keuntungan) nelayan.

Jadi total hasil dari penjualan hasil tangkapan dikurangi biaya operasional. Sisa

pendapatan itulah yang kemudian dibagi. Contohnya adalah sebagai berikut:

Page 53: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

40

1. Jika keuntungan nelayan bagan tancap Rp. 1.000.000,00, maka pemilik kapal

mendapatkan Rp. 100.000,00, pemilik bagan mendapatkan Rp. 500.000,00,

dan nelayan mendapatkan Rp. 400.000,00.

2. Jika keuntungan nelayan bagan apung Rp. 1.000.000,00, maka pemilik kapal

mendapatkan Rp. 200.000,00, pemilik bagan mendapatkan Rp. 45.000,00,

dan nelayan mendapatkan Rp. 350.000,00.

3. Jika nelayan began tancap dan bagan apung memiliki kapal dan bagan

sendiri, maka keuntungan yang diperoleh tidak perlu dibagi-bagi.

Persentase bagi hasil nelayan bagan tancap dan bagan apung berbeda,

terutama pada presentasi hasil yang diberikan kepada pemilik kapal. Presentasi

hasil pemilik kapal bagan apung lebih banyak karena fishing ground bagan

apung lebih jauh daripada bagan tancap sehingga kapal nelayan bagan apung

berukuran lebih besar.

4.12 Analisis Finansial : Kelayakan Usaha Perikanan

Analisis kelayakan usaha perikanan digunakan untuk melakukan

penilaian dari kelayakan usaha untuk menjadi masukan yang berguna karena

sudah mengkaji berbagai aspek seperti investasi, biaya, dan penerimaan. Seperti

yang dinyatakan oleh Djamin (1984) bahwa komponen yang digunakan dalam

menganalisis usaha perikanan yaitu meliputi biaya produksi, penerimaan usaha

dan pendapatan yang diperoleh dari usaha perikanan. Keberlanjutan usaha

perikanan tangkap dipengaruhi oleh kelayakan suatu usaha, maka diperlukan

suatu analisis untuk mengetahui kelayakan usaha bagan tancap dan bagan

apung yang beroperasi di perairan Muncar.

Page 54: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

41

4.12.1 Investasi

Investasi unit penangkapan bagan tancap meliputi bagan, kapal, mesin,

generator, dan jaring, sedangkan lampu masuk biaya tetap karena harus

diganti tiap tahun. Total investasi pada tahun 2015 sudah dikurangi biaya

penyusutan karena bagan, kapal, mesin, dan jaring sudah beroperasi selama 2

tahun. Investasi bagan tancap dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Investasi Bagan Tancap

Keterangan 2015 (Rp) 2016 (Rp) 2017 (Rp) 2018 (Rp) 2019 (Rp) Total (Rp)

Bagan 4.500.000 13.500.000 - - 13.500.000 31.500.000

Kapal 4.000.000 - - - - 4.000.000

Mesin 360.000 - - 600.000 - 960.000

Generator 2.000.000 - 2.000.000 - 2.000.000 6.000.000

Waring 420.000 1.260.000 - - 1.260.000 2.940.000

Total Investasi 11.280.000 14.760.000 2.000.000 600.000 16.760.000 45.400.000

Sedangkan Investasi unit penangkapan bagan apung meliputi bagan,

kapal, mesin, generator, dan jaring, sedangkan lampu masuk biaya tetap

karena harus diganti tiap tahun juga. Total investasi tersebut sudah dikurangi

biaya penyusutan karena bagan, kapal, mesin, dan jaring sudah beroperasi

selama 2 tahun juga. Investasi bagan tancap dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Investasi Bagan Apung

Keterangan 2015 (Rp) 2016 (Rp) 2017 (Rp) 2018 (Rp) 2019 (Rp) Total (Rp)

Bagan 8.000.000 24.000.000 - - 24.000.000 56.000.000

Kapal 56.000.000 - - - - 56.000.000

Mesin 56.000.000 - - - - 56.000.000

Generator 3.000.000 - - 5.000.000 - 8.000.000

Waring 420.000 1.260.000 - - 1.260.000 2.940.000

Total Investasi 123.420.000 25.260.000 - 5.000.000 25.260.000 178.940.000

Page 55: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

42

4.12.2 Biaya Tetap (Fixed Cost) dan Biaya Tidak Tetap (Variabel Cost)

Perlu adanya biaya untuk menunjang keberlangsungan operasional

suatu alat tangkap. Biaya tersebut dibagi menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed

cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Adapun biaya tetap yang dikeluarkan

unit penangkapan bagan tancap dan bagan apung meliputi biaya perawatan

(perawatan bagan, kapal, mesin, jaring, lampu, generator, dan pengadaan

lampu) dan biaya penyusutan (penyusutan harga bagan, kapal, mesin,

generator, dan jaring). Sedangkan biaya tidak tetap yang dikeluarkan unit

penangkapan bagan tancap dan bagan apung meliputi biaya solar, oli, bensin,

konsumsi, dan jasa kuli panggul (manol). Adapun biaya jasa kuli panggul

(manol) adalah sebagai berikut:

1. 20 kg – 50 kg = Rp. 5.000,00

2. 51 kg – 80 kg = Rp. 8.000,00

3. 81 kg – 100 kg = Rp. 10.000,00

Adapun biaya yang dikeluarkan bagan tancap dan bagan apung per trip

dapat dilihat pada tabel 17. Sedangkan biaya yang dikeluarkan bagan tancap

dan bagan apung per tahun dapat dilihat pada tabel 18. Perhitungan biaya

tetap dan tidak tetap dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

Tabel 17. Biaya Bagan Tancap dan Bagan Apung Per Trip

Biaya Bagan Tancap Bagan Apung

Biaya Tetap Rp. 35.400,00 Rp. 190.880,00

Biaya Tidak Tetap Rp. 77.600,00 Rp. 130.550,00

Total Rp.113.000,00 Rp. 321.430,00

Page 56: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

43

Tabel 18. Biaya Bagan Tancap dan Bagan Apung Per Tahun

Biaya Bagan Tancap Bagan Apung

Biaya Tetap Rp. 10.620.000,00 Rp. 47.720.000,00

Biaya Tidak Tetap Rp. 21.330.000,00 Rp. 33.137.500,00

Total Rp. 31.950.000,00 Rp. 80.857.500,00

4.12.3 Analisis Rugi-Laba (Cashflow) dan Kriteria Investasi

Adapun rincian hasil analisis cashflow unit penangkapan bagan tancap

dan bagan apung dapat dilihat pada Tabel 19, sedangkan perhitungannya

dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

Tabel 19. Analisis Cashflow Unit Penangkapan Bagan Tancap dan Bagan

Apung

Kriteria Kelayakan Bagan Tancap Bagan Apung Keterangan

Keuntungan(2015-2019)

Rp. 826.055.709,00 Rp. 496.590.556,00 LAYAK

B/C (2015-2019) 5,04 1,02 LAYAK

PP (2015) 0,05 (18 hari) 2,87 (2 tahun 10 bulan) LAYAK

NPV (2015-2019) Rp. 662.468.058,00 Rp. 10.493.076,00 LAYAK

Berdasarkan hasil perhitungan cashflow di atas, maka keuntungan yang

diperoleh dari unit penangkapan bagan tancap selama lima tahun adalah Rp.

826.055.709,00, sedangkan unit penangkapan bagan apung sebesar Rp.

496.590.556,00. Namun jika sesuai dengan sistem bagi hasil, dalam satu kapal

bagan apung terdapat tujuh nelayan yaitu satu pemilik kapal dan enam nelayan

yang lain menumpang. Nelayan yang menumpang harus memberikan 20% dari

pendapatannya kepada pemilik kapal sebagai biaya sewa. Maka nelayan pemilik

kapal memperoleh pendapatan sampingan sebesar Rp. 256.935.000,00 per

tahun yang diperoleh dari biaya sewa 6 nelayan yang menumpang kapal

Page 57: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

44

miliknya. Rincian pendapatan sampingan nelayan bagan apung pemilik kapal

dapat dilihat pada Lampiran 2.

B/C bagan tancap adalah 5,04, sedangkan B/C bagan apung adalah 1,02.

Perhitungan B/C digunakan untuk melihat apakah biaya yang telah dikeluarkan

dapat menghasilkan keuntungan. Keuntungan yang yang diperoleh selama lima

tahun oleh nelayan bagan tancap adalah Rp 826.055.709,00 dan biaya yang

dikeluarkan adalah Rp. 163.587.651,00. Jadi setiap Rp. 1,00 biaya yang

dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 5,04,00. B/C bagan

apung sebesar 1,02, sehingga setiap Rp. 1,00 biaya yang dikeluarkan akan

menghasilkan keuntungan sebesar Rp 1,02,00. Kedua bagan mempunyai nilai

B/C > 1, maka kedua bagan dapat dikatakan layak. Perhitungan B/C bagan

tancap dan bagan apung dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

PP (Payback Period) unit penangkapan bagan tancap adalah 0,05,

sehingga investasi yang ditanamkan akan kembali dalam waktu 0,05 tahun (18

hari), sedangkan nilai PP unit penangkapan bagan apung adalah 2,87, sehingga

investasi dapat kembali dalam waktu 2,87 tahun (2 tahun 10 bulan). Perhitungan

PP bagan tancap dan bagan apung dapat dilihat pada Lampiran 1 dan

Lampiran 2.

Nilai NPV unit penangkapan bagan tancap yaitu Rp. 662.468.058,00,

sedangkan nilai NPV unit penangkapan bagan apung yaitu Rp. 10.493.076,00.

Keduanya mempunyai nilai NPV > 0, maka dapat dikatakan kedua usaha

tersebut menguntungkan atau layak. Perhitungan NPV bagan tancap dan bagan

apung dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

Cara membandingkan efisiensi bagan tancap dan bagan adalah dengan

membandingkan nilai NPV-nya saja, maka berdasarkan nilai NPV bagan tancap

dan bagan apung dapat disimpulkan bahwa bagan tancap lebih efisien daripada

bagan apung karena nilai NPV bagan tancap > nilai NPV bagan apung. Nilai

Page 58: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

45

NPV bagan tancap dan bagan apung masing-masing adalah Rp. 662.468.058,00

dan Rp. 10.493.076,00.

Page 59: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

46

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperolah dari penelitian tentang efektivitas dan

efisiensi pengoperasian bagan tancap dan bagan apung di UPPPP Muncar

anatara lain:

1. Berdasarkan hasil independent t test hasil tangkapan selama 15 trip, diperoleh

nilai probabilitas yaitu 0,152 > 0,05, maka hasil tangkapan kedua bagan tidak

ada perbedaan (terima H0) atau bagan tancap dan bagan apung mempunyai

efektivitas yang sama.

2. Berdasarkan hasil independent t test pendapatan selama 15 trip, diperoleh

nilai probabilitas adalah 0,000 < 0,05, maka terdapat perbedaan (tolak H0).

Dengan kata lain bagan tancap lebih efisien daripada bagan apung

3. Efisiensi juga diestimasi menggunakan analisa finansial dan kriteria investasi.

Namun untuk membandingkan efisiensi sebuah usaha yang dapat

dibandingkan hanya nilai NPV-nya saja. Berdasarkan hasil perbandingan

NPV, diketahui bahwa nilai NPV bagan tancap Rp. 662.468.058,00 > NPV

bagan apung Rp. 10.493.076,00, maka bagan tancap lebih efisien daripada

bagan apung.

5.2 Saran

Nelayan setempat perlu menyadari bahwa bagan tancap lebih efisien

daripada bagan apung karena saat ini yang mereka ketahui adalah hasil

tangkapan bagan apung lebih banyak padahal itu pun tidak setiap hari,

sedangkan hasil tangkapan bagan tancap meskipun lebih sedikit namun rutin

dan mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi sehingga bagan tancap dapat

dijadikan sebagai alat tangkap alternatif bagi nelayan lain.

Page 60: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

47

DAFTAR PUSTAKA

Basri, I.G. 1992. Manajemen Keuangan. BPFE. Yogyakarta.

BBPPI. 2006. Petunjuk Pembuatan dan Pengoperasian Bagan Rakit. Balai

BesarPengembangan Penangkapan Ikan. Semarang.

Bishop, C.E. dan W.D. Toussaint. 1979. Pengantar Analisa Ekonomi Pertanian.

Mutiara. Jakarta.

Fridman, A.L. 1986. Perhitungan dalam Merancang Alat Tangkap. Diterjemahkan

oleh Team Penerjemah BPPI Semarang, 1988. Calculation for Fishing

Gear Design. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang.

Iriana, D., A.M.A. Khan, R. Rostika, S. Simpati, dan Sunarto. 2012. Efektivitas

Alat Tangkap Ikan Lemuru di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan.

Jurnal Perikanan dan Kelautan. 1(3):131-135.

Kabupaten Banyuwangi. 2014. Profil Daerah Banyuwangi. Pemda Banyuwangi.

Banyuwangi.

Kadariah, L. Karlina, C. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta (ID): UI

Press.

Kurniawan, D. 2008. Uji T2-Sampel Independen. Jurnal Statistik. ISBN 3-900051-

07-0.

Nurrahman, R.M.R. 2014. Analisis Pendapatan Tiga Jenis Kapal Purse Seine di

Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Skripsi FPIK UB: tidak

dipublikasikan.

Puspita. 2008. Efisiensi Teknis Unit Penangkapan Muroami dan Kemungkinan

Pengembangannya di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu. Skripsi FPIK IPB:

dipublikasikan.

Siagian, S.P. 2001. Manajemen Sumberdaya Manusia. Cetakan Ketujuh. Radar

Jaya Offset. Jakarta.

Setyohadi, D., T.D. Lelono, Martinus, dan A. Muntaha. 2009. Pengkajian Stock

dan Model Pengelolaan Sumberdaya Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) di

Selat Bali. Universitas Brawijaya. Malang.

Soekartiwi. 2003. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia. Jakarta.

Subani, W. dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di

Indonesia. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen

Pertanian. Jakarta.

Page 61: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

48

Sudirman dan A. Malawa, 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta.

Jakarta.

Sudirman dan N. Nessa. 2011. Perikanan Bagan dan Aspek Pengelolaannya.

UMM Press. Malang.

UPPPP Muncar. 2014. Profil UPPPP Muncar-Banyuwangi 2014. UPPPP Muncar.

Banyuwangi.

Page 62: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

49

Lampiran 1. Analisis Finansial Bagan Tancap

A. Investasi Awal

1. Bagan = Rp 4.500.000,00

2. Kapal = Rp 4.000.000,00

3. Mesin = Rp 360.000,00

4. Generator = Rp 2.000.000,00

5. Jaring = Rp 420.000,00

______________ +

Total = Rp 11.280.000,00

Investasi diatas merupakan harga yang sudah dikurangi nilai penyusutan

karena bagan, kapal, mesin, dan waring sudah beroperasi selama 2 tahun.

Adapun harga sebenarnya adalah:

1. Bagan (umur teknis 3 tahun) = Rp 13.500.000,00

2. Kapal (umur teknis 10 tahun) = Rp 5.000.000,00

3. Mesin (umur teknis 5 tahun) = Rp 600.000,00

4. Generator (umur teknis 2 tahun) = Rp 2.000.000,00

5. Jaring (umur teknis 3 tahun) = Rp 1.260.000,00

_______________+

Total = Rp 22.740.000,00

B. Biaya Tetap

Biaya Perawatan

1. Perawatan Kapal Per Tahun = Rp 700.000,00

2. Perawatan Mesin Per Tahun = Rp 500.000,00

3. Perawatan Bagan Per Tahun = Rp 1.500.000,00

4. Perawatan Jaring Per Tahun = Rp 500.000,00

5. Perawatan Lampu Per Tahun = Rp 200.000,00

6. Perawatan Generator Per Tahun = Rp 300.000,00

7. Pengadaan lampu = Rp 380.000,00

_______________+

Total = Rp 20.880.000,00

Page 63: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

50

Biaya Penyusutan

1. Penyusutan Harga Bagan Per Tahun = Rp 4.500.000,00

2. Penyusutan Harga Kapal Per Tahun = Rp 500.000,00

3. Penyusutan Harga Mesin Per Tahun = Rp 120.000,00

4. Penyusutan Harga Generator Per Tahun = Rp 1.000.000,00

5. Penyusutan Harga Jaring Per Tahun = Rp 420.000,00

______________+

Total = Rp 6.540.000,00

Total Biaya Tetap = Rp 10.620.000,00

C. Biaya Tidak Tetap

1. Solar (300 trip x 2 liter x Rp. 6900,00) = Rp 4.140.000,00

2. Bensin (300 trip x 4 liter x Rp. 7.400,00) = Rp 8.880.000,00

3. Oli (12 bulan x 1 liter x Rp. 30.000,00) = Rp 360.000,00

4. Konsumsi (300 trip x 20.000,00) = Rp 6.000.000,00

5. Manol Pada Musim Puncak (150 trip x Rp. 8000,00) = Rp 1.200.000,00

6. Manol Pada Musim Sedang (150 trip x Rp. 5000,00) = Rp 750.000,00

______________+

Total = Rp 21.330.000,00

D. Penerimaan

1. Musim puncak (Juni-November)

- Cumi-cumi (150 trip x 28.000 x 30 kg) = Rp 126.000.000,00

- Peperek (150 trip x 3.000 x 20 kg) = Rp 9.000.000,00

- Kuwe (150 trip x 15.0000 x 10 kg) = Rp 22.500.000,00

2. Musim sedang (Desember-Mei)

- Cumi-cumi (150 trip x 28.000 x 15 kg) = Rp 63.000.000,00

- Biji Nangka (150 trip x 4.000 x 10 kg) = Rp 6.000.000,00

- Kue (150 trip x 15.0000 x 10 kg) = Rp 22.500.000,00

_______________+

Total = Rp 249.000.000,00

Total biaya:

biaya tetap + biaya tidak tetap + investasi = Rp 43.230.000,00

Page 64: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

51

Analisis Usaha:

1. Keuntungan

Keuntungan= total penerimaan – total biaya

= Rp. 989.643.360,00 – Rp. 163.587.651,00

= Rp 826.055.709,00

2. B/C

B/C = total keuntungan / total biaya

= Rp 826.055.709,00 / Rp. 163.587.651,00

= 5,04

3. PP

PP = (investasi / keuntungan) x 1 tahun

= (Rp. 11.280.000,00 / Rp. 205.770.000,00) x 1 tahun

= 0,05

4. NPV = Rp 662.468.058,00

Page 65: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

Perhitungan NPV (Sebelum dipresent-valuekan)

KeteranganTahun

Total2015 2016 2017 2018 2019

Bagan 4.500.000 13.500.000 - - 13.500.000 31.500.000

Kapal 4.000.000 - - - - 4.000.000

Mesin 360.000 - - 600.000 - 960.000

Generator 2.000.000 - 2.000.000 - 2.000.000 6.000.000

Jaring 420.000 1.260.000 - - 1.260.000 2.940.000

Total Investment 11.280.000 14.760.000 2.000.000 600.000 16.760.000 45.400.000

Fixed Cost 10.620.000 10.620.000 10.620.000 10.620.000 10.620.000 53.100.000

Variabel Cost 21.330.000 21.330.000 21.330.000 21.330.000 21.330.000 106.650.000

Revenue 249.000.000 249.000.000 249.000.000 249.000.000 249.000.000 1.245.000.000

Profit 205.770.000 202.290.000 215.050.000 216.450.000 200.290.000 1.039.850.000

Total Cost In Each Year 43.230.000 45.450.000 31.950.000 31.950.000 45.450.000 198.030.000

Total Benefit In Each Year 205.770.000 202.290.000 215.050.000 216.450.000 200.290.000 1.039.850.000

Net Benefit In Each Year 162.540.000 156.840.000 183.100.000 184.500.000 154.840.000 841.820.000

52

Page 66: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

Perhitungan NPV (Setelah dipresent-valuekan)

KeteranganTahun

Total2015 2016 2017 2018 2019

Bagan 4.500.000 13.500.000 - - 13.500.000 31.500.000

Kapal 4.000.000 - - - - 4.000.000

Mesin 360.000 - - 600.000 - 960.000

Generator 2.000.000 - 2.000.000 - 2.000.000 6.000.000

Waring 420.000 1.260.000 - - 1.260.000 2.940.000

Total Investment 11.280.000 13.061.947 1.566.293 415.830 10.279.222 36.603.292

Fixed Cost 10.620.000 9.398.230 8.317.018 7.360.193 6.513.445 42.208.885

Variabel Cost 21.330.000 18.876.106 16.704.519 14.782.760 13.082.088 84.775.473

Revenue 249.000.000 220.353.982 195.003.524 172.569.490 152.716.363 989.643.360

Profit 205.770.000 179.017.699 168.415.694 150.010.708 122.841.608 826.055.709

Present Value of Total Cost 43.230.000 41.336.283 26.587.830 22.558.783 29.874.755 163.587.651

Presesnt Value of Total Benefit 205.770.000 179.017.699 168.415.694 150.010.708 122.841.608 826.055.709

Present Value of Net Benefit 162.540.000 137.681.416 141.827.864 127.451.925 92.966.853 662.468.058

Discount Rate = 13%

53

Page 67: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

54

Lampiran 2. Analisis Finansial Bagan Apung

A. Investasi Awal

1. Bagan = Rp 8.000.000,00

2. Kapal = Rp 56.000.000,00

3. Mesin = Rp 56.000.000,00

4. Generator = Rp 3.000.000,00

5. Jaring = Rp 420.000,00

______________ +

Total = Rp 123.420.000,00

Investasi diatas merupakan harga yang sudah dikurangi nilai penyusutan

karena bagan, kapal, mesin, generator, dan waring sudah beroperasi selama

2 tahun. Adapun harga sebenarnya adalah:

1. Bagan (umur teknis 3 tahun) = Rp 24.000.000,00

2. Kapal (umur teknis 10 tahun) = Rp 70.000.000,00

3. Mesin (umur teknis 5 tahun) = Rp 70.000.000,00

4. Generator (umur teknis 2 tahun) = Rp 5.000.000,00

5. Jaring (umur teknis 3 tahun) = Rp 1.260.000,00

_______________+

Total = Rp 170.760.000,00

B. Biaya Tetap

Biaya Perawatan

1. Perawatan Kapal Per Tahun = Rp 1.000.000,00

2. Perawatan Mesin Per Tahun = Rp 10.000.000,00

3. Perawatan Bagan Per Tahun = Rp 5.000.000,00

4. Perawatan Waring Per Tahun = Rp 500.000,00

5. Perawatan Lampu Per Tahun = Rp 200.000,00

6. Perawatan Generator Per Tahun = Rp 100.000,00

7. Pengadaan Lampu = Rp 500.000,00

_______________+

Total = Rp 17.300.000,00

Page 68: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

55

Biaya Penyusutan

1. Penyusutan Harga Bagan Per Tahun = Rp 8.000.000,00

2. Penyusutan Harga Kapal Per Tahun = Rp 7.000.000,00

3. Penyusutan Harga Mesin Per Tahun = Rp14.000.000,00

4. Penyusutan Harga Generator Per Tahun = Rp 1.000.000,00

5. Penyusutan Harga Jaring Per Tahun = Rp 420.000,00

_____________+

Total = Rp 30.420.000,00

Total Biaya Tetap = Rp 47.720.000,00

D. Biaya Tidak Tetap

1. Solar ((250 trip x 50 liter x Rp. 6900,00) / 7) = Rp 12.075.000,00

2. Bensin (250 trip x 7 liter x Rp. 7.400,00) = Rp 12.950.000,00

3. Oli ((12 bulan x 2 liter x Rp. 30.000,00) / 7) = Rp 112.000,00

4. Konsumsi (250 trip x 20.000,00) = Rp 5.000.000,00

5. Manol Pada Musim Puncak (150 trip x Rp. 10.000,00) = Rp 1.500.000,00

6. Manol Pada Musim Sedang (100 trip x Rp. 15.000,00) = Rp 1.500.000,00

_______________+

Total = Rp 33.137.500,00

B. Penerimaan

1. Musim Puncak (Mei-Oktober)

- Tongkol (150 trip x 50 kg x 14.000) = Rp 210.000.000,00

- Layang (150 trip x 50 kg x 12.000) = Rp 180.000.000,00

- Cumi-cumi (150 trip x 15 kg x 28.000) = Rp 150.000.000,00

2. Musim Sedang (November-April)

- Cumi-cumi (100 trip x 5 kg x 28.000) = Rp 14.000.000,00

- Lemuru (100 trip x 50 kg x 3.500) = Rp 35.000.000,00

- Layur (100 trip x 50 kg x 3.250) = Rp 32.500.000,00

________________+

Total = Rp 247.250.000,00

Page 69: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

56

Dalam satu kapal bagan apung terdapat 7 nelayan yaitu satu pemilik kapal

dan enam nelayan yang lain menumpang. Sesuai sistem bagi hasil, maka

nelayan yang menumpang harus memberikan 20% dari pendapatannya

kepada pemilik kapal sebagai biaya sewa. Jika pendapatan mereka sama,

maka masing-masing nelayan yang menumpang harus mengeluarkan biaya

sebesar Rp. 42.822.500,00 per tahun kepada pemilik kapal. Nominal tersebut

diperoleh dari perhitungan berikut:

Biaya Tidak Tetap = Rp 33.137.500,00

Penerimaan = Rp 247.250.000,00

Biaya Sewa = 20% x (Penerimaan - Biaya tidak tetap)

= 20% x (Rp 247.250.000,00 - Rp 33.137.500,00)

= Rp. 42.822.500,00

Total biaya sewa = Rp. 42.822.500,00 x 6 nelayan

= Rp. 256.935.000,00

Jadi pendapatan sampingan nelayan bagan apung pemilik kapal adalah

Rp. 256.935.000,00

Total biaya:

Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap + Investasi = Rp 204.277.500,00

Analisis Usaha:

1. Keuntungan

Keuntungan= total penerimaan - total biaya

= Rp. 982.688.035,00 - Rp 486.097.479,00

= Rp. 496.590.556,00

2. B/C

B/C = total keuntungan / total biaya

= Rp 496.590.556,00 / Rp 486.097.479,00

= 1,02

3. PP

PP = (investasi / keuntungan) x 1 tahun

= 123.420.000,00 / 42.972.500,00) x 1 tahun

= 2,87

4. NPV = Rp. 10.493.076,00

Page 70: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

Perhitungan NPV (Sebelum dipresent-valuekan)

KeteranganTahun

Total2015 2016 2017 2018 2019

Bagan 8.000.000 24.000.000 - - 24.000.000 56.000.000

Kapal 56.000.000 - - - - 56.000.000

Mesin 56.000.000 - - - - 56.000.000

Generator 3.000.000 - - 5.000.000 - 8.000.000

Jaring 420.000 1.260.000 - - 1.260.000 2.940.000

Total Investment 123.420.000 25.260.000 - 5.000.000 25.260.000 178.940.000

Fixed Cost 47.720.000 47.720.000 47.720.000 47.720.000 47.720.000 238.600.000

Variabel Cost 33.137.500 33.137.500 33.137.500 33.137.500 33.137.500 165.687.500

Revenue 247.250.000 247.250.000 247.250.000 247.250.000 247.250.000 1.236.250.000

Profit 42.972.500 141.132.500 166.392.500 161.392.500 141.132.500 653.022.500

Total Cost In Each Year 204.277.500 106.117.500 80.857.500 85.857.500 106.117.500 583.227.500

Total Benefit In Each Year 42.972.500 141.132.500 166.392.500 161.392.500 141.132.500 653.022.500

Net Benefit In Each Year (161.305.000) 35.015.000 85.535.000 75.535.000 35.015.000 69.795.000

57

Page 71: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

Perhitungan NPV (Setelah dipresent-valuekan)

KeteranganTahun

Total2015 2016 2017 2018 2019

Bagan 8.000.000 24.000.000 - - 24.000.000 56.000.000

Kapal 56.000.000 - - - - 56.000.000

Mesin 56.000.000 - - - - 56.000.000

Generator 3.000.000 - - 5.000.000 - 8.000.000

Waring 420.000 1.260.000 1.260.000 2.940.000

Total Investment 123.420.000 22.353.982 - 3.465.251 15.492.431 164.731.664

Fixed Cost 47.720.000 42.230.088 37.371.760 33.072.354 29.267.570 189.661.772

Variabel Cost 33.137.500 29.325.221 25.951.523 22.965.950 20.323.849 131.704.044

Revenue 247.250.000 218.805.310 193.633.017 171.356.653 151.643.055 982.688.035

Profit 42.972.500 124.896.018 130.309.735 111.853.098 86.559.205 496.590.556

Present Value of Total Cost 204.277.500 93.909.292 63.323.283 59.503.554 65.083.850 486.097.479

Presesnt Value of Total Benefit 42.972.500 124.896.018 130.309.735 111.853.098 86.559.205 496.590.556

Present Value of Net Benefit (161.305.000) 30.986.726 66.986.452 52.349.544 21.475.355 10.493.076

Discount Rate = 13%

58

Page 72: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

Lampiran 3. Sebaran Lokasi Alat Tangkap Bagan Tancap di Perairan Muncar

Keterangan :

: Bagan Tancap

59

Page 73: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …

Lampiran 4. Sebaran Lokasi Alat Tangkap Bagan Apung di Perairan Muncar

Keterangan :

: Bagan Apung

60

Page 74: EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGOPERASIAN BAGAN …