EFEKTIFITAS PERAN POLISI ... - repositori.unud.ac.id · BALI dapat kami selesaikan. Kami menyadari...

56
i LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA EFEKTIFITAS PERAN POLISI PARIWISATA DALAM PENANGGULANGAN KEJAHATAN DI BIDANG PARIWISATA PADA WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN DAERAH PROVINSI BALI TIM PENELITI 1. I MADE DEDY PRIYANTO, SH.,MKn (Ketua) 0011048401 2. I MADE WALESA PUTRA, S.H.,M.Kn. 0022028202 MAHASISWA 1. I GA AYU ELCYNTIA YASANA PUTRI 1103005234 2. NI PUTU LEONA LAKSMI SURYADI 1203005013 3. I PUTU ENDRA WIJAYA NEGARA 1416051243 4. ALOYSIUS ADI KURNIA 1103005110 Dana SP DIPA-042.04.2.400107/2015 tanggal 15 April 2015, Perjanjian No.965C/UN14.1.11/KU/2015, tanggal 4 Mei 2015 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA BULAN NOVEMBER TAHUN 2015

Transcript of EFEKTIFITAS PERAN POLISI ... - repositori.unud.ac.id · BALI dapat kami selesaikan. Kami menyadari...

i

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA

EFEKTIFITAS PERAN POLISI PARIWISATA DALAM

PENANGGULANGAN KEJAHATAN DI BIDANG

PARIWISATA PADA WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN

DAERAH PROVINSI BALI

TIM PENELITI

1. I MADE DEDY PRIYANTO, SH.,MKn (Ketua) 0011048401

2. I MADE WALESA PUTRA, S.H.,M.Kn. 0022028202

MAHASISWA

1. I GA AYU ELCYNTIA YASANA PUTRI 1103005234

2. NI PUTU LEONA LAKSMI SURYADI 1203005013

3. I PUTU ENDRA WIJAYA NEGARA 1416051243

4. ALOYSIUS ADI KURNIA 1103005110

Dana SP DIPA-042.04.2.400107/2015 tanggal 15 April 2015,

Perjanjian No.965C/UN14.1.11/KU/2015, tanggal 4 Mei 2015

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

BULAN NOVEMBER TAHUN 2015

ii

iii

iv

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

rahmatNyalah penelitian yang berjudul EFEKTIFITAS PERAN POLISI

PARIWISATA DALAM PENANGGULANGAN KEJAHATAN DI BIDANG

PARIWISATA PADA WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN DAERAH PROVINSI

BALI dapat kami selesaikan. Kami menyadari sepanjang pelaksanaan penelitian ini

banyak pihak yang membantu pelaksanaannya. Untuk itu dalam kesempatan ini

kami menyampaikan rasa terima kepada:

1. Rektor Universitas Udayana

2. Ketua LPPM Universitas Udayana

3. Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana beserta staff

4. Ketua Unit Penelitian Pengabdian Fakultas Hukum Universitas Udayana

5. Dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana

6. Kepala Kepolisian Daerah Provinsi Bali

7. Kepala Sub Direktorat Pariwisata Direktorat Pengamanan Obyek Vital Polda

Bali

8. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian penelitian ini.

Kami menyadari dalam penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan.

Oleh karena itu saran dan kritik bagi penyempurnaan penelitian ini sangat kami

harapkan. Akhir kata dengan segala kerendahan hati, kami berharap semoga hasil

penelitian ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran bagi

perkembangan ilmu hukum terutama terkait dengan bidang Pengamanan Obyek

Vital Bali.

Denpasar, Oktober 2015

Tim Peneliti

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL......................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iv

RINGKASAN ....................................................................................................... v

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................

A. Latar Belakang .................................................................................

B. Rumusan Masalah ............................................................................

C. Tujuan Penelitian ..............................................................................

D. Manfaat Penelitian ............................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................

A. Tinjauan Umum Kepolisian ............................................................... 4

a. Pengertian Kepolisian .................................................................... 4

b. Dasar Hukum Kepolisian ............................................................... 5

c. Fungsi Kepolisian.......................................................................... 5

d. Tugas dan Wewenang Kepolisian .................................................. 6

B. Tinjauan Penanggulangan Kejahatan .................................................. 10

a. Penanggulangan Kejahatan ............................................................ 10

b. Jenis Gangguan terhadap Wisatawan............................................. 11

C. Tinjauan Bidang Kepariwisataan ......................................................... 12

a. Pengertian Kepariwisataan .............................................................. 12

b. Azas Kepariwisataan ....................................................................... 12

c. Perlindungan Hukum Wisatawan .................................................... 13

vii

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 14

A. Pendekatan Masalah .............................................................................. 14

B. Sumber dan Jenis Data .......................................................................... 15

C. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 15

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum.................................. 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 17

A. Simpulan ...............................................................................................

B. Saran .....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii

RINGKASAN

Penelitian EFEKTIFITAS PERAN POLISI PARIWISATA DALAM

PENANGGULANGAN KEJAHATAN DI BIDANG PARIWISATA PADA

WILAYAH HUKUM POLDA BALI ini bertujuan mengetahui peran dan

kewenangan serta efektifitas polisi pariwisata dalam penanggulangan kejahatan di

bidang pariwisata pada wilayah hukum Polda Bali.

Metode yang akan dipakai dalam pencapaian tujuan tersebut, metode

pendekatan secara Yuridis Empiris, yaitu penelitian hukum dengan cara

pendekatan fakta yang ada dengan jalan mengadakan pengamatan dan penelitian di

Unit Polisi Pariwisata Polda Bali.

Hasil penelitian ini diharapkan dengan adanya polisi pariwisata, keamanan dan

ketertiban khususnya di tempat-tempat wisata di Bali lebih dapat ditingkatkan,

sehingga dapat mencegah, menanggulangi dan meminimalisir terjadinya kejahatan

ataupun gangguan-gangguan baik dari dalam maupun luar negeri untuk dapat

memajukan pariwisata di Bali sebagai bagian dari upaya meningkatkan citra

pariwisata Negara Republik Indonesia.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga kepolisian dibentuk dalam suatu negara tidak terlepas dari

konsep adanya upaya negara untuk mencegah ataupun menghadapi timbulnya

gangguan terhadap keamanan, ketentraman serta ketertiban masyarakat. Satu hal

yang pasti adalah masyarakat membutuhkan lembaga kepolisian untuk

menciptakan ketertiban dan keamanan.

Sejarah perkembangan Kepolisian Negara Republik Indonesia sejak

kemerdekaan hingga sekarang telah beberapa kali mengalami perubahan status

maupun kedudukan, dan telah beberapa kali mengalami perubahan undang-

undang kepolisian, tercatat tiga undang-undang kepolisian yang pernah berlaku

antara lain Undang-Undang No. 13 Tahun 1961 tentang Ketentuan-Ketentuan

Pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berlaku sejak tanggal 30 Juni

1961, tanggal 7 Oktober 1997 yaitu Undang-Undang No. 28 Tahun 1997 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan sejak tanggal 8 Januari 2002 berlaku

Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia (Selanjutnya disebut UU Kepolisian) yang berlaku sampai dengan

sekarang.

Provinsi Bali sebagai etalase Indonesia dalam bidang pariwisata. Bali

dikenal sampai mencanegara, setiap tahunnya jutaan turis datang berlibur ke Pulau

Seribu Pura ini. "Bali diminati banyak orang, tidak hanya wisatawan, sampai

terorispun menjadikan Bali sebagai target aksinya," kata praktisi hukum Simon

Nahak dalam sebuah seminar di Kampus Universitas Warmadewa. Banyaknya

wisatawan selain mendatangkan dolar, juga tak jarang dimanfaatkan pelaku

kejahatan. Tindak pidana pencurian, perampokan, pemerkosaan, dan lainnya

menjadi cerita yang kerap kali dialami wisatawan. Hal sama dirasakan tokoh

masyarakat Kuta, Wayan Puspanegara, anggota DPRD Badung, yang menilai

problem keamanan dan ketertiban masyarakat sampai saat ini belum mampu

terpecahkan secara baik, banyak kasus dialami turis yang dilakukan pelaku.

2

Disampaikan dalam seminar "Refleksi Akhir Tahun 2013: Penegakan Hukum

Kriminalitas dan Dampaknya Terhadap Citra Pariwisata Bali" 1

Seperti halnya wilayah lain, di Bali penanggulangan kejahatan,

pemeliharaan terhadap keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat menjadi

tugas aparat kepolisian. Kepolisian di Provinsi Bali (Polda Bali) telah memiliki

tugas pokok dan fungsi, demikian disampaikan Karo Rena Polda Bali, dalam

rangka kunjungan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Udayana di Polda Bali

tanggal 4 September 2012. Dimana tugas pokok kepolisian antara lain:

- memelihara keamanan, ketertiban masyarakat;

- penegakan hukum;

- serta perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat.

Serta fungsi kepolisian yaitu:

- pelayanan masyarakat (bantuan, pengaduan, surat-surat ijin);

- pelaksanaan intelejen bidang keamanan;

- penyelidikan dan penyidikan tindak pidana;

- pelaksanaan Sabhara Kepolisian;

- pelaksanaan lalu lintas kepolisian;

- kepolisian perairan;

- serta pembinaan masyarakat.

Berbagai tindak kejahatan, baik yang menempatkan wisatawan asing

sebagai korban atau pelaku menjadi persoalan serius yang dihadapi Bali sebagai

daerah tujuan pariwisata dunia. Beberapa kasus kriminalitas terkait bidang

pariwisata di Bali antara lain, kasus terorisme (Bom Bali), narkotika (Schapelle

Corby), perkosaan dan pembunuhan Hiromi Shimada (warga Jepang) serta

beberapa kasus-kasus lainnya. Sementara kasus yang belakangan ini terjadi di

kawasan Kuta dan sekitarnya adalah pencurian seperti yang menimpa Warga

Negara Prancis, Emeric Beyeler di tempat hiburan malam La Vida Loka oleh lima

waria asal Kalimantan, Sumatera dan Jawa Timur2. Bahkan I Gusti Agung Oka

Mahagangga, Staf Pengajar Fakultas Pariwisata Universitas Udayana, pada

1Rohmat, travel.okezone.com, Kamis, 12 Desember 2013, Tindak Kriminal Masih Hantui

Pariwisata di Bali, diakses 14 Februari 2014. 2 Posbali.com, 21 Oktober 2013, Maraknya Kasus Kriminalitas di Kawasan Kuta, diakses

tanggal 2 Februari 2014.

3

seminar dan peluncuran buku “Pariwisata dan Pengentasan Kemiskinan”,

mengemukakan bahwa persoalan sosial seperti kemiskinan dan kriminalitas

menjadi ancaman serius bagi pengembangan sektor pariwisata di Bali3.

Tindak kriminalitas tersebut merupakan keprihatinan bersama sebab jika

terus berlangsung akan semakin mencoreng citra pariwisata Bali. Untuk itu, perlu

ada upaya penegakan hukum yang tegas. Khusus di bidang pariwisata, Polda Bali

telah melakukan terobosan kreatif diantaranya membentuk antara lain; Bali Guard

Police, Beach Guard Police serta Babinkamtibmas Pariwisata, yang merupakan

polisi khusus bertugas di bidang pariwisata.

Dalam realitanya, hubungan antara polisi, hukum dan masyarakat memang

sangat erat. Achmad Ali menjelaskan mengenai hubungan antara polisi dengan

efektivitas hukum: Kualitas dan keberdayaan polisi dalam menanggulangi

kriminalitas, merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan afektif dan

tidaknya ketentuan yang berlaku, khususnya di bidang kriminalitas yang menjadi

tugas pokok kepolisian untuk menindaknya.4

Berdasarkan kenyataan telah dijelaskan, penelitian ini ingin memberikan

jawaban mengenai bagaimana efektifitas serta peran polisi pariwisata dalam

penanggulangan kejahatan di bidang pariwisata di Bali. Sehingga diharapkan

adanya polisi pariwisata, keamanan dan ketertiban khususnya di tempat-tempat

wisata di Bali lebih dapat ditingkatkan, sehingga dapat mencegah, menanggulangi

dan meminimalisir terjadinya kejahatan ataupun gangguan-gangguan baik dari

dalam maupun luar negeri untuk dapat memajukan pariwisata di Bali sebagai

bagian dari upaya meningkatkan citra pariwisata Negara Republik Indonesia.

3Masuki, 2014, beta.antarakalsel.com, Kemiskinan dan Kriminalitas Ancaman

Pariwisata Bali, diakses 12 Februari 2014. 4Soerjono Soekanto. 1985. Perspektif Teoritis Studi Hukum Dalam Masyarakat, CV.

Rajawali, Jakarta, hlm 7.

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan 2 (dua) rumusan

masalah, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana peran dan kewenangan polisi pariwisata dalam

penanggulangan kejahatan di bidang pariwisata pada wilayah hukum

Polda Bali?

2. Bagaimana efektifitas keberadaan polisi pariwisata di daerah wisata

Provinsi Bali?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui peran dan kewenangan polisi pariwisata dalam

penanggulangan kejahatan di bidang pariwisata pada wilayah hukum

Polda Bali.

2. Mengetahui efektifitas keberadaan polisi pariwisata di daerah wisata

Provinsi Bali.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

kepada ilmu pengetahuan di bidang hukum pidana kepada anak didik

(mahasiswa) maupun masyarakat mengenai peran dan kewenangan polisi

pariwisata terkait dalam upaya penanggulangan kejahatan.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat praktis kepada

masyarakat umum dan khususnya para wisatawan terkait penanggulangan

kejahatan di bidang pariwisata yang dilakukan oleh polisi pariwisata di

provinsi Bali.

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Kepolisian

a. Pengertian Kepolisian

Menurut Soerjono Soekanto, Polisi adalah suatu kelompok

sosial yang menjadi bagian masyarakat yang berfungsi sebagai

penindak dan pemelihara kedamaian yang merupakan bagian dari

fungsi keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas).5

Berdasarkan segi etimologis istilah polisi di beberapa negara

memiliki ketidaksamaan, seperti di Yunani istilah polisi dengan sebutan

“politeia”, di Inggris “police” juga dikenal adanya istilah “constable”,

di Jerman “polizei, di Amerika dikenal dengan “sheriff”, di Belanda

“politie”, di Jepang dengan istilah “koban” dan “chuzaisho” walaupun

sebenarnya istilahkoban adalah merupakan suatu nama pos polisi di

wilayah kota danchuzaisho adalah pos polisi di wilayah pedesaan. Jauh

sebelum istilah polisi lahir sebagai organ, kata “polisi” telah dikenal

dalam bahasa Yunani, yakni “politeia”. Kata “politeia” digunakan

sebagai title buku pertama Plato, yakni “Politeia” yang mengandung

makna suatu negara yang ideal sekali sesuai dengan cita-citanya, suatu

negara yang bebas dari pemimpin negara yang rakus dan jahat, tempat

keadilan dijunjung tinggi6.

Sedangkan pengertian kepolisian menurut UU Kepolisian

adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga

polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dan anggota

Kepolisian Negara Republik Indonesia diartikan adalah pegawai

negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Anggota

Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri pada

Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bertujuan mengawal

keamanan dan ketertiban masyarakat dalam hal ini suatu kondisi

5 Anton Tabah, 1991, Menatap dengan Mata Hati Polisi Indonesia, PT.Gramedia Pustaka

Utama, hlm 15. 6Azhari, 1995, Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif Terhadap Unsur-

unsurnya, UIPress, Jakarta, hlm. 19.

6

dinamis masyarakat sebagai salah satu prasayarat terselenggaranya

proses pembangunan nasional dalam rangka terciptanya tujuan

nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan

tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman yang membangun

kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan

masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi

segalah bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan

lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.

b. Dasar Hukum Kepolisian

Dasar hukum bagi polisi dalam menjalankan tugas dan

kewenangannya adalah :

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

pasal 30 ayat (1),(2),(3),dan (4);

2) Ketetapan MPR Nomor VII/ MPR/ 2000 tentang pemisahan TNI

dan kepolisian Negara Republik Indonesia;

3) Ketetapan MPR Nomor VII/ MPR/ 2000 tentang peran TNI dan

peran Kepolisian Negara Republik Indonesia;

4) Undang-Undang Nomor.2 Tahun 2002 tentang Kepolian Negara

Republik Indonesia;

5) Peraturan Pelaksanaan Nomor.2 Tahun 2003 tentang Peraturan

Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia;

c. Fungsi Kepolisian

Pada hakekatnya fungsi dari kepolisian dapat dipahami

bahwa:

1) Fungsi kepolisian ada karena kebutuhan dan tuntuan masyarakat

akan rasa aman dan tertib dalam lingkungan hidupnya;

2) Masyarakat membutuhkan suatu lembaga yang mampu dan

profesional untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban

baginya;

3) Lembaga kepolisian dibentuk oleh negara yang

bertanggungjawab atas keamanan dan ketertiban masyarakatnya

7

dengan dibebani tugas dan wewenang serta tanggungjawab

terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat;

4) Fungsi kepolisian melekat pada lembaga kepolisian atas kuasa

undang-undang untuk memelihara atau menjaga keamanan dan

ketertiban yang dibutuhkan masyarakat.7

d. Tugas dan Wewenang Kepolisian

Tugas Pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia

berdasarkan ketentuan Undang-Undang No.2 Tahun 2002 (UU

Kepolisian), antara lain:

1) Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

2) Menegakkan hukum, dan

3) Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada

masyarakat.

Rincian dari tugas-tugas pokok tersebut terdiri dari:

1) Melaksanakan pengaturan penjagaan, pengawalan dan patroli

terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;

2) Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,

ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan;

3) Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat, kesadaran hukum masyarakat, serta ketaatan warga

masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;

4) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

5) Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis

terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan

bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;

6) Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis

terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan

bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;

7Yoyok Ucuk Suyono, 2013, Hukum Kepolisian Kedudukan Polri Dalam Sistem

Ketatanegaraan Indonesia setelah Perubahan UUD 1945, Laksbang Grafika, Bandung, hlm 8.

8

7) Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak

pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan

perundang-undangan lainnya;

8) Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran

kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk

kepentingan tugas kepolisian;

9) Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan

lingkungan hidup dari ganggunan ketertiban dan/atau bencana

termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan

menjunjung tinggi hak asasi manusia;

10) Melayani kepentingan masyarakat untuk sementara sebelum

ditangani oleh instansi dan/atau pihak berwenang;

11) Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan

kepentingan dalam lingkup tugas kepolisian; serta

12) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Berkaitan dengan wewenang kepolisian meliputi wewenang

umum dan wewenang khusus. Wewenang umum sebagaimana

dirumuskan dalam Pasal 15 ayat (1), antara lain:

1) Menerima laporan dan/atau pengaduan;

2) Membantu menyelesaikan perselisian warga masyarakat yang

dapat menggangu ketertiban umum;

3) Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit dalam

masyarakat;

4) Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau

mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;

5) Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan

administratif kepolisian;

6) Melaksanakan kewenangan khusus sebagai bagian dari tindakan

kepolisian dalam rangka pencegahan;

7) Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

9

8) Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret

seseorang;

9) Mencari keterangan dan barang bukti;

10) Menyelenggarakan pusat informasi Kriminal Nasional;

11) Mengeluarkan surat ijin dan/atau surat keterangan yang

diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat;

12) Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan

pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain serta

kegiatan masyarakat;

13) Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara

waktu.

Berkaitan dengan wewenang khusus kepolisian, antara lain

meliputi: pertama, kewenangan sesuai peraturan perundang-

undangan (Pasal 15 ayat 2), dan kedua, wewenang penyelidikan

atau penyidikan proses pidana, diatur dalam Pasal 16 ayat (1) UU

Kepolisian:

1) Wewenang sesuai peraturan perundang-undangan:

a) Memberikan ijin dan mengawasi kegiatan keramaian umum

dan kegiatan masyarakat lainnya;

b) Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan

bermotor;

c) Memberikan surat ijin mengemudi kendaraan bermotor;

d) Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;

e) Memberikan ijin dan melakukan pengawasan senjata api,

bahan peledak dan senjata tajam;

f) Memberikan ijin operasional dan melakukan pengawasan

terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan;

g) Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat

kepolisian khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam

bidang teknis kepolisian;

h) Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam

menyidik dan memberantas kejahatan internasional;

10

i) Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap

orang asing yang beradi di wilayah Indonesia dengan

koordinsi instansi terkait;

j) Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi

kepolisian internasional;

k) Melaksanakan kewenangan lain dalam lingkup tugas

kepolisian.

2) Wewenang polisi di bidang proses pidana:

a) Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan

penyitaan;

b) Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat

kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;

c) Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam

rangka penyidikan;

d) Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan

serta memeriksa tanda pengenal diri;

e) Melakukan pemeriksaan-pemeriksaan surat;

f) Memanggil orang untuk di dengar dan diperiksa sebagai

tersangka atau saksi;

g) Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam

hubungannya dengan pemeriksan perkara;

h) Mengadakan penghentian penyidikan;

i) Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;

j) Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat

migrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi

dalam keadaan memaksa atau mendadak untuk mencegah

atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak

pidana;

k) Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik

pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut

umum; dan

11

l) Mengadakan tindak lain menurut hukum yang

bertanggungjawab.

Kewenangan dalam melakukan tindakan lain menurut

hukum yang bertanggungjawab sebagaimana disebutkan dalam

Pasal 16 ayat (1) huruf l dapat dilaksanakan oleh penyelidik atau

penyidik, dengan syarat:

a) Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;

b) Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan

tindakan tersebut dilakukan;

c) Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan

jabatannya;

d) Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang

memaksa dan

e) Menghormati hak asasi manusia.

B. Tinjauan Penanggulangan Kejahatan

a. Penanggulangan Kejahatan

Kejahatan merupakan suatu perbuatan menyimpang dari

perilaku yang dianggap sesuai dengan norma yang mengatur

kehidupan masyarakat dalam berperilaku. Menurut Giriraj Shah

”Crime is as old as man”, menurutnya kali pertama terjadinya

pelanggaran larangan dan hal itu dapat dipandang kejahatan (dosa),

yakni ketika Adam memakan buah terlarang, yang berakibat

dikeluarkannya Adam dan Hawa dari surga ke bumi. Dengan

perkembangan manusia dan masyarakat, maka kejahatan juga

tumbuh dalam berbagai bentuk dan tingkatan.8

Kejahatan dalam KUHP merupakan sisi lain dari pada

pelanggaran. KUHP memisahkan antara kejahatan dengan

pelanggaran, keduanya merupakan perbuatan yang oleh hukum

pidana dilarang dan diancamkan dengan pidana (kepada barang siapa

8Arief Amrullah, 2006, Kejahatan Korporasi, Bayumedia, Malang, hlm 2.

12

yang melanggar larangan tersebut) atau disebut dengan istilah

perbuatan pidana ataupun delik.

Perbuatan pidana ini menurut ujud dan sifatnya adalah

bertentangan dengan tata atau ketertiban yang dikehendaki oleh

hukum, mereka adalah perbuatan yang melawan (melanggar

hukum).9 Penanggulangan dan pencegahan kejahatan dapat

dilakukan dengan sarana “Penal“ dan “Non Penal“, keduanya harus

berjalan secara seimbang.

b. Jenis Gangguan terhadap Wisatawan

Ada beberapa macam atau jenis gangguan terhadap

wisatawan antara lain:10

1) Gangguan langsung terhadap wisatawan

Gangguan langsung ini merupakan gangguan yang

langsung ditujukan terhadap para wisatawan terdiri dari

pencurian, pencopetan, penjambretan, penipuan, pemerasan,

penganiayaan, pembunuhan.

Gangguan langsung ini bisa terjadi atau dilakukan saat di

tempat kedatangan, perjalanan, penginapan, tempat menikmati

makanan (restoran, kafe) atau di tempat-tempat hiburan.

2) Gangguan tidak langsung

Artinya gangguan yang tidak langsung ditujukan kepada

para wisatawan itu sendiri, misalnya, terjadi perkelahian masal,

tawuran, terjadi kerusuhan, demonstrasi yang anarkis, SARA.

3) Gangguan kecelakaan

Gangguan ini dapat terjadi akibat kelalaian wisatawan itu

sendiri atau dari para petugas pelayanan wisatawan.

9 Moeljatno, 2000, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, hlm 2.

10 Made Metu Dahana, 2012, Perlindungan Hukum dan Keamanan terhadap Wisatawan,

Paramita, Surabaya, hlm 15.

13

4) Gangguan teroris

Gangguan teroris yang pernah terjadi di Jakarta dan Bali

bukan hanya merupakan gangguan tetapi sudah merupakan

ancaman, karena dapat berakibat lebih fatal.

C. Tinjauan Bidang Kepariwisataan

a. Pengertian Kepariwisataan

Pengaturan kepariwisataan untuk pertama kali secara resmi

diatur melalui Undang-Undang No 9 Tahun 1990 tentang

Kepariwisataan. Sedangkan saat ini pengaturan kepariwisataan

diatur melalui Undang-Undang 10 Tahun 2009 (UU Kepariwisataan)

sebagai pengganti undang-undangan sebelumnya.

Pengertian wisata dalam UU Kepariwisataan merupakan

kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok

orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,

pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata

yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Dan Pariwisata

diartikan sebagai berbagai macam kegiatan wisata dan didukung

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,

pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Sedangkan

Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan

pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul

sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi

antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan,

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.

b. Azas Kepariwisataan

Dalam UU Kepariwisataan pembangunan kepariwisataan

diselenggarakan berdasarkan asas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 yaitu:

1) Asas manfaat;

2) Asas kekeluargaan;

3) Asas adil dan merata;

14

4) Asas keseimbangan;

5) Asas kemandirian;

6) Asas kelestarian;

7) Asas partisipasi;

8) Asas berkelanjutan;

9) Asas demokratis;

10) Asas kesetaraan; dan

11) Asas kesatuan.

c. Perlindungan Hukum Wisatawan

Dalam UU Kepariwisataan dicantumkan secara jelas pada

Pasal 20 huruf c dinyatakan bahwa setiap wisatawan berhak

memperoleh perlindungan hukum dan keamanan.

Ada beberapa tempat yang dianggap rawan gangguan

terhadap wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun

wisatawan nusantara, yaitu:11

1) Pelabuhan dan bandara

Pelabuhan dan bandara merupakan pintu gerbang

kedatangan dan pemberangkatan para wisatawan. Tempat ini

sangat rawan terjadi gangguan keamanan misalnya; pencopetan,

penjambretan, perampasan, pemerasan, penipuan maupun hal-

hal lain yang sangat merugikan wisatawan.

2) Dalam perjalanan

Kerawanan gangguan dalam perjalanan pun masih bisa

terjadi, misalnya ongkos yang telah disepakati saat sebelum

berangkat akan dapat berubah (bertambah mahal) setelah

pertengahan perjalanan. Demikian pula rute perjalanan yang

seharusnya singkat dicarikan rute yang lebih panjang agar lebih

lama dalam perjalanan dan bila menggunakan angkuta taxi,

angka di argo dapat lebih besar. Jika perjalanan menuju obyek

wisata bisa terjadi pencopetan, penjambretan terhadap barang

atau uang dan dapat juga terjadi kecelakaan lalulintas.

11

Ibid, hlm 14.

15

3) Penginapan

Kerawanan keamanan di tempat penginapan seperti di

hotel, homestay atau tempat lainnya bisa terjadi pencurian

barang-barang maupun uang para wisatawan.

4) Obyek-Obyek Wisata

Setelah wisatawan tiba di obyek-obyek yang dikunjugi

masih perlu diwaspadai kemungkinan akan terjadinya

kerawanan-kerawanan yang perlu mendapat perlindungan.

Disamping kerawanan dari kejahatan manusia, akan terjadi juga

kerawanan keamanan dan kecelakaan misalnya, saat mandi di

pantai, surfing, selancar, diving (menyelam), mendaki gunung

dan sebagainya.

16

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran

secara sistematis, metodologis dan konsisten melalui proses penelitian tersebut

perlu diadakan analisa dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan

diolah.12

1. Pendekatan Masalah

Untuk memperoleh suatu pembahasan sesuai dengan apa yang terdapat

di dalam tujuan penyusunan bahan analisis, maka dalam penulisan penelitian

ini menggunakan metode pendekatan secara Yuridis Empiris, yaitu penelitian

hukum dengan cara pendekatan fakta yang ada dengan jalan mengadakan

pengamatan dan penelitian dilapangan kemudian dikaji dan ditelaah

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang terkait sebagai acuan untuk

memecahkan masalah, dalam hal ini pendekatan tersebut digunakan untuk

menganalisis secara kualitatif 13

.

Pendekatan yuridis empiris yaitu suatu pendekatan yang dilakukan

untuk menganalisis tentang sejauh mana suatu peraturan atau perundang-

undangan atau hukum berlaku secara efektif dalam masyarakat,14 yaitu

efektifitas peran polisi pariwisata dalam penanggulangan kejahatan di bidang

pariwisata pada wilayah hukum Polda Bali.

2. Sumber dan Jenis Data

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer ini diperoleh berdasarkan hasil

interview/wawancara, observasi dan pengamatan bersama dengan aparat

kepolisian terutama unit polisi pariwisata di Bali.

b. Sumber data Sekunder

12Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, 1985, Penelitian Hukum Normatif-Suatu Tinjauan

Singkat,Rajawali Press, Jakarta, hlm. 1.

13

Rony Hanitijo Soemitro, 1998, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,

Jakarta, Hlm. 52.

14

Kuntjaraningrat, 1999, Kebudayaan, Metalitet & Pembangunan, Gramedia, Jakarta.

17

Sumber data sekunder ini diperoleh berdasarkan sumber-sumber

tertulis yang dalam hal ini bahan-bahan hukum seperti:

1) Peraturan perundang-undangan, peraturan pemerintah, dan peraturan

presiden, serta peraturan terkait lainnya.

2) Berkas-berkas kasus atau pengaduan.

3) Buku kepustakaan terkait;

4) Makalah.

3. Teknik Pengumpulan Data

Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

1. Data Primer, data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari

aparat kepolisian.

Data primer diperoleh dengan wawancara yaitu cara memperoleh

informasi dengan bertanya langsung pada pihak-pihak yang berwenang,

mengetahui dan terkait efektifitas peran polisi pariwisata dalam

penanggulangan kejahatan di bidang pariwisata pada wilayah hukum

Polda Bali.

Sistem wawancara yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara bebas terpimpin, artinya terlebih dahulu dipersiapkan daftar

pertanyaan sebagai pedoman tetapi masih dimungkinkan adanya variasi

pertanyaan yang disesuaikan dengan situasi pada saat wawancara

dilakukan.15

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang mendukung keterangan atau

menunjang kelengkapan data primer yang diperoleh dengan cara studi

pustaka atau literatur. Data sekunder terdiri dari:

1) Bahan-bahan hukum primer, meliputi

a) Peraturan perundang-undangan.

b) Peraturan Pemerintah

15 Soetrisno Hadi, 1985, Metodologi Reseacrh Jilid II, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi

UGM,Yogyakarta, Hlm. 26.

18

2) Bahan-bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat

hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu

menganalisa dan memahami bahan hukum primer, meliputi; buku-

buku mengenai kepolisian dan pariwisata, buku tentang Metodologi

Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah.

4. Teknik Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Data yang diperoleh baik dari studi lapangan maupun studi dokumen

pada dasarnya merupakan data tataran yang dianalisis secara deskriptif

kualitatif, yaitu setelah data terkumpul kemudian dituangkan dalam bentuk

uraian logis dan sistematis, selanjutnya dianalisis untuk memperoleh kejelasan

penyelesaian masalah, kemudian ditarik kesimpulan secara deduktif, yaitu dari

hal yang bersifat umum menuju hal yang bersifat khusus.16

Dalam penarikan kesimpulan, penulis menggunakan metode deduktif.

Metode deduktif adalah suatu metode menarik kesimpulan dari yang bersifat

umum menuju penulisan yang bersifat khusus.

16 Soeryono Soekanto, Op. Cit. Hlm. 10.

19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Peran dan Kewenangan Polisi Pariwisata dalam Penanggulangan

Kejahatan di Bidang Pariwisata pada Wilayah Hukum Polda Bali

Bali dikenal sebagai Pulau Dewata (island of God/island Paradise)

merupakan salah satu tempat wisata terbaik di Indonesia bahkan dunia. Kuta,

Sanur, Nusa Dua, Bedugul, Ubud, Sukawati, Lovina, dan lain lain merupakan

tempat wisata yang terkenal di Bali.

Bali adalah sebuah pulau di Indonesia, sekaligus menjadi salah satu

provinsi Indonesia. Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok.

Ibukota provinsinya ialah Denpasar, yang terletak di bagian selatan pulau ini.

Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali

terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-

budayanya.

Dengan demikian sangat diperlukan dukungan dari segi keamanan dan

kenyamanan bagi wisatawan yang berkunjung ke Bali. Direktorat Pengamanan

Obyek Vital Polda Bali berdasarkan Peraturan Kapolri nomor 22 Tahun 2010

tanggal 28 September 2010, Direktorat Pengamanan Obyek Vital bertugas

menyelenggarakan kegiatan pengamanan terhadap obyek khusus yang meliputi

personel dan fasilitas, materiil logistik, kegiatan di dalam fasilitas lembaga

negara, perwakilan negara asing, lingkungan industri termasuk VIP dan obyek

pariwisata yang memerlukan pengamanan khusus, sehingga terbentuklah TAC

atau tourist assistance center yang merupakan bagian dari Direktorat

Pengamanan Objek Vital Polda Bali beralamat di jalan Raya Kuta Badung –

Bali merupakan pusat pelayan terhadap wisatawan yang berkunjung ke Bali

baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal. Bertugas untuk

memberikan pelayanan kepada wisatawan yang berwisata ke Bali baik dalam

memberi informasi seputar daerah wisata di Bali, melapor atau untuk

kepentingan lainnya dengan tujuan memberikan rasa nyaman dan aman kepada

wisatawan.

20

Direktorat Pengamanan Objek Vital yang selanjutnya disingkat

Ditpamobvit adalah unsur pelaksana tugas pokok pada tingkat Polda yang

berada di bawah Kapolda.

Selain untuk membentuk keamanan dan kenyamanan bagi wisatawan

juga bertujuan untuk membina hubungan baik dengan wisatawan maupun

tokoh – tokoh masyarakat setempat guna mendukung kemajuan perkembangan

wisata di Bali serta menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat dan

wisatawan.

Visi dan Misi Direktorat Pengamanan Objek Vital Polda Bali 17

1) Visi

Mewujudkan Direktorat Pengamanan Objek Vital Daerah Bali sebagai aparat

penegak hukum yang berkualitas dan professional dalam menciptakan

keamanan yang kondusif khususnya obyek - obyek Vital dan wisatawan yang

berkunjung kedaerah Bali dapat merasakan aman, kenyamanan dan

mendapatkan informasi yang berkaitan dengan pariwisata.

2) Misi

a. melaksanakan pengamanan dan pelayanan secara konsisten khususnya di

obyek Vital;

b. melaksanakan pengamanan internal secara konsisten, transparan, akuntable;

c. mewujudkan kemitraan dengan pelaku pariwisata pengelola obyek wisata

untuk ikut serta dalam memberikan pelaporan kepada wisatawan dan

pengamanan obyek Vital;

d. mewujudkan keamanan yang kondusif bagi roda pembangunan daerah Bali

karena sector pariwisata merupakan denyut nadi perekonomian masyarakat

Bali.

Direktorat Pengamanan Objek Vital Polda Bali Berdasarkan Peraturan

Kapolri nomor 22 Tahun 2010 tanggal 28 September 2010, Direktorat

Pengamanan Objek Vital bertugas menyelenggarakan kegiatan pengamanan

terhadap obyek khusus yang meliputi personel dan fasilitas, materiil logistik,

kegiatan di dalam fasilitas lembaga negara, perwakilan negara asing,

17

http://www.touristpolicebali.info/6/direktorat-pengamanan-objek-vital/

21

lingkungan industri termasuk VIP dan obyek pariwisata yang memerlukan

pengamanan khusus. Direktorat Pengamanan Objek Vital (Dit Pam Obvit)

merupakan unsur pelaksanaan tugas yang berada di bawah Kapolda dipimpin

oleh Direktur Pengamanan Objek Vital yang bertanggung jawab kepada

Kapolda dan dalam pelaksanaan tugas sehari – hari di bawah kendali Waka

Polda. Direktorat Pengamanan Objek Vital terdiri dari :

a. Subbagian perencanaan dan administrasi (Subbag Renmin)

b. Bagian Pembinaan Operasional (Bagbinopsnal)

c. Subdirektorat Kawasan Tertentu (Subdit Waster)

d. Subdirektorat Pariwisata ( Subditwisata)

e. Subdirektorat Lembaga Negara (Subdit Lemneg), dan

f. Subdirektorat Perwakilan Asing (Sibdit Kilas)

Direktorat Pengamanan Objek Vital bertugas menyelenggarakan

kegiatan pengamanan terhadap objek khusus yang meliputi personel dan

fasilitas, materiil logistik, kegiatan di dalam fasilitas di dalam Lembaga

Negara, perwakilan negara asing, lingkungan industri termasuk VIP dan objek

pariwisata yang memerlukan pengamanan khusus.

Dalam melaksanakan tugas Direktorat Pengamanan Objek Vital

menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

a. Direktur Pengamanan Objek Vital memimpin serta mengkoordinasikan

dengan Wakil Direktur Pengamanan Objek Vital, Kepala Bagian

Pembinaan Operasional, Kepala Subdirektorat Kawasan Tertentu, Kepala

Subdirektorat Perwakilan Asing, Kepala Subdirektorat Pariwisata, Kepala

Subdirektorat Lembaga Negara dan Kepala Subbagian perencanaan dan

administrasi Direktorat Pengamanan Objek Vital dalam rangka

menyelenggarakan seluruh proses kegiatan pengamanan objek vital Polda

Bali

b. Wakil Direktur Pengamanan Objek Vital menyelenggarakan kegiatan

pengamanan terhadap objek khusus yang meliputi personil dan fasilitas,

materi logistik, kegiatan di dalam fasilitas negara, perwakilan negara

22

asing, lingkungan industri termasuk VIP dan objek pariwisata yang

memelukan pengamanan khusus.

c. Kepala Subbagian perencanaan dan administrasi menyusun perencanaan

program kerja dan anggaran, manajemen sarpras, personil dan kinerja serta

mengelola keuangan dan pelayanan ketatausahaan dan urusan dalam

lingkungan Direktorat Pengamanan Objek Vital. Dalam melaksanakan

tugas Subbagian perencanaan dan administrasi dibantu oleh Kepala Urusan

Rencana Subbagian perencanaan dan administrasi, Perwira Administrasi

Urusan Perencanaan Subbagian perencanaan dan administrasi, Bintara

Urusan perencanaan Perencanaan Subbagian perencanaan dan

administrasi, Pamin Rengar Urren Subbag Renmin,Bamin Rengar Urren

Subbag Renmin, Kaur Min Pers Subbag Renmin, Pamin Pers Urmin

Subbag Renmin, Bamin Pers Urmin Subbag Renmin, Pamin Matlog

Urmin Subbag Renmin, Banum Matlog Urmin Subbag Renmin, Kaur Keu

Subbag Renmin, Pamin Ur Sil Urkeu Subbag Renmin, Banum Ur Sil Keu

Subbag Renmin, Pamin Ur Ji Urkeu Subbag Renmin, Bamin Ur Ji Keu

Subbag Renmin, Kaur Tu Subbag Renmin, Paur Urtu Subbag Renmin,

Bmin Urtu Subbag Renmin dan dalam melaksanakan tugas Kasubbag

Renmin bertanggung jawab kepada Direktur Pengamanan Objek Vital.

d. Kepala Bagian Pembinaan Operasional melaksanakan pembinaan

manajemen operasional dan pelatihan, penyelenggaraan anev serta

pengumpulan dan pengolahan data, serta penyajian informasi dan

dokumentasi program kegiatan Direktorat Pengamanan Objek Vital.

Dalam melaksanakan tugas Kepala Bagian Pembinaan Operasional

dibantu oleh Kasubbag Min Opsnal, Paur Min Opsnal, Bamin Min Opsnal,

Kasubbag anev Bag Min Opsnal, Pur anev Bag Min Opsnal, Bamin Anev

Bag Min Opsnal.

e. Kepala Subdirektorat Kawasan Tertentu menyelenggarakan ppengamanan

dilingkungan industri dan kawasan tertentu yang memerlukan pengamanan

khusus dan dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Kanit pada Subbdit

Waster, Panit pada Subbdit Waster, Banum pada Subdit Waster, Banit

pada Subdit Waster.

23

f. Kepala Subdirektorat Pariwisata menyelenggarakan pengamanan objek

wisata termasuk mobilitas wisatawan yang memerlukan pengamanan

khusus dan dalam tugasnya dibantu oleh Kanit pada Subdit Wisata, Panit

pada Subdit Wisata, Banum pada Subdit Wisata, Banit pada Subdit

Wisata.

g. Kepala Subdirektorat Lembaga Negara menyelengarakan pengamanan

Kementerian dan Lembaga Negara termasuk VIP yang memerlukan

pengamanan khusus dan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Kanit

pada Subdit Lemneg, Panit pada Subdit Lemneg, Banum pada Subdit

Lemneg, Banit pada Subdit Lemneg.

h. Kepala Subdirektorat Perwakilan Asing menyelenggarakan

pengamananperwakilan negara asing dan kantor / objek vital perwakilan

negara asing yang memerlukan pengamanan khusus dan dalam

melaksanakan tugasnya dibantu oleh Kanit pada Subdit Kilas, Panit pada

Subdit Kilas, Banum pada Subdit Kilas, Banit pada Subdit Kilas.

Dalam perkembangannya selama ini untuk memberi rasa aman dan

kenyamanan serta pendekatan yang maksimal terhadap wisatawan di Bali

Direktorat Pengamanan Objek Vital Polda Bali membentuk unit khusus di

bawah Subdit Wisata yang bergerak langsung dilapangan atau unit yang ada di

pos untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya wisatawan

secara maksimal baik dalam pembuatan laporan, pemberian informasi maupun

memberikan layanan kepada wisatawan mengenai keluhan mereka tentang

kejahatan dan manipulasi. Unit tersebut adalah :

1) Unit Merpati

Merupakan unit yang ditugaskan langsung di lapangan untuk

menangani berbagai macam permasalahan, keluhan maupun pemberian

informasi wisata kepada wisatawan. Unit ini dibentuk khusus untuk

mendukung kelancaran, ketertiban serta menjaga kenyamanan dan

keamanan wisatawan di berbagai objek – objek wisata yang menjadi

tujuan dari beberapa wisatawan di Bali dengan cara melaksanakan

patroli baik patroli jalan kaki maupun patroli dengan menggunakan

24

mobil khusus unit merpati. Patroli jalan kaki ini biasanya dilakukan di

seputaran daerah wisata yang padat pengunjung namun tidak bisa

dilalui oleh kendaraan misalnya di daerah seputaran pantai atau pusat –

pusat perbelanjaan sedangkan untuk patroli menggunakan mobil

biasanya dilakukan diseputaran jalan – jalan menuju objek wisata guna

memantau arus lalin seputaran daerah wisata. Mobil Unit Merpati ini

tentu dilengkapi dengan beberapa fasilitas yang berfungsi untuk

mendukung kegiatan personil di lapangan diantaranya : AC, kursi lipat,

meja,lemari, laptop, printer, camera, tripikun, map dan genzet. Selain

melaksanakan patroli personil Unit Merpati juga melaksakan dialogis

terhadap wisatawan baik wisatawan asing maupun domestik guna

menjaga hubungan baik serta kerjasama antara personil dengan

wisatawan untuk menjaga keamanan serta kenyamanan wisatawan

maupun daerah wisata tersebut.Selain dengan wisatawan personil juga

melaksakan dialogis dengan tokoh – tokoh masyarakat di sekitar objek

wisata serta beberapa pelaku usaha untuk menjalin hubungan baik

khususnya dalam menjaga stabilitas keamanan wisatawan di Bali.

2) Unit TAC atau Tourist Assistance Center

Merupakan unit bagian dari Direktorat Pengamanan Objek Vital yang

khusus bertugas di Pos / kantor yang terletak di Jalan Raya Kuta

no.141, Kuta – Badung dengan nomor telephone yang bisa dihubungi

0361-759687 atau 0361-224111. Unit ini dibentuk dengan tugas dan

fungsi yang sama dengan unit Merpati yaitu menangani berbagai

macam permasalah, keluhan maupun pemberian informasi wisata

kepada wisatawan. Hanya saja personil TAC ini bertugas di dalam pos /

kantor dan layanan yang diberikan berlaku selama 24 jam.

Sementara itu Direktorat Pengamanan Objek Vital Polda Bali

mempunyai tugas antara lain:

1) Pengamanan obyek wisata

2) Pengamanan mobilitas wisatawan

Melalui:

25

1) Penjagaan (TAC, Nusadua, Sanur)

2) Patroli & Bali Guard Police (BGP) Merpati

3) Pengawalan

4) Verifikasi Sistem Manjemen Pengamanan

Beberapa hal mengenai kewajiban anggota TAC dan BGP Merpati

yaitu:

1) Mengumpulkan data dan informasi;

2) Memberi pengawalan atas mobilitas kunjungan wisata;

3) Memberi pelayanan informasi yang dibutuhkan wisatawan;

4) Menolong dan membantu wisatawan yang memerlukan pelayanan;

5) Bekerjasama dengan instansi terkait atas terpeliharanya keteriban

umum di lingkungan wisata/ tempat tingga route perjalanan wisata.

Demikian mengenai cara bertindak TAC dan BGP yaitu:

1) Dalam memberikan penjelasan /informasi kepada wisatawan dengan

bahasa yang mudah dimengerti;

2) Memberikan pelayanan informasi kepada wisatawan senantiasa

bersikap sopan, ramah dan humanis;

3) Memberikan pelayanan keamanan dan ketertiban bagi wisatawan

secara baik, benar, lugas dan simpatik;

4) Dalam memberikan pengawalan selalu bersikap etis/tidak arogan

5) Memberi info yang tepat mengenai daya tarik wisata;

6) Memberikan pelayanan pariwisata sesuai dengan standar;

7) Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap budaya dan daya

tarik wisata.

Sedangkan kegiatan TAC dan BGP adalah antara lain:

1) Memberikan petunjuk tempat/jalan yang akan dituju oleh

wisatawan;

2) Menerima laporan pengaduan wisatawan;

3) Melaporkan situasi di seputar tempat bertugasnya melaui HT

(Handy Talky) dan Miilis (BGP Merpati)

26

B. Efektifitas Keberadaan Polisi Pariwisata di Daerah Wisata Provinsi

Bali

Pembentukan unit polisi pariwisata merupakan upaya kepolisian

mengimbangi perkembangan dunia pariwisata. Tugas pokok Kepolisian

Republik Indonesia adalah sebagai pelindung, pelayan dan penganyom

masyarakat, yang menjadi dasar utama dibentuknya Polisi Pariwisata. Pertama

kali dibentuk unit ini di Polda Metro Jaya oleh Kapolri tanggal 18 Desember

1996 di lapangan Dit Lantas Polda Metro Jaya. Saat itu, polisi pariwisata masih

dibawah Dir Samapta, namun dalam perjalanannya kini berada di bawah Dir

pamobvit.

Keamanan dan kenyamanan dalam suatu wilayah adalah hal paling

utama dicari oleh para wisatawan, karena dengan kejadian terorisme beberapa

tahun yang lalu di Bali, menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi jajaran

pengamanan obyek vital.

Saat ini sektor pariwisata Bali sudah pulih dan tumbuh pesat, kunjungan

wisatawan meningkat dan ekonomi semakin maju, dan tantangan kedepan

adalah harus dipelihara dan tingkatkan secara bersama-sama antara Polri dan

masyarakat. Data Distribusi Kedatangan Wisatawan ke Bali setiap bulan dari

tahun 2008 sampai dengan 2015 mengalami kecendrungan meningkat,

demikian berdasarkan Lampiran 1 Penelitian ini18

.

Sementara itu kejadian kejahatan di bidang pariwisata atau terkait

dengan wisata masih tetap terjadi yang antara lain telah ditangani oleh Dit

pamobvit:

18

http://www.disparda.baliprov.go.id/id/Statistik2, The Number Of Foreign Tourists

Arrival To Bali By Month

27

Tabel

Rekap Jenis Kejadian/Laporan yang diterima di TAC

Bulan Januari s/d September Tahun 2015

No Bulan Kehilangan Pencopetan Jambret Pemerasan Penipuan Pembunuhan

1 Januari 67 75 1 2

2 Februari 63 51 2 1

3 Maret 62 33

4 April 69 25 1

5 Mei 43 35 1

6 Juni 47 58 1

7 Juli 52 64

8 Agustus 55 63 27

9 September 32 17 4 1

Jumlah 490 421 37 1 3 0

Sumber Data: Dit pamobvit Bali

Mulai Januari 2015 Dit pamobvit Bali telah melakukan pencatatan/data

jenis kejadian/laporan yang diterima di TAC, keterangan detail mengenai

waktu serta tempat kejadian-kejadian tersebut dilampirkan (Lampiran 2)

dalam penelitian ini. Sebagian besar kejadian/laporan kejahatan terkait

wisatawan yang terjadi di Bali selama bulan Januari sampai dengan September

2015 adalah terjadinya “Kehilangan” sejumlah 490 kejadian, kemudian

kejahatan “Pencopetan” sejumlah 421 kejadian.

Selanjutnya berdasarkan data /laporan yang diterima akan dilanjutkan

penanganannya yang dilakukan oleh Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim)

28

yang menyelenggarakan kegiatan-kegiatan penyelidikan dan penyidikan tindak

pidana. Sehingga terlihat batas kewenangan Dit pamobvit adalah sebatas

melanjutkan pelaporan sedangkan tindak lanjut apabila terjadi suatu kejahatan

ada pada wewenang Reskrim. Reskrim, fungsi ini akan bekerja apabila telah

terjadi suatu tindak pidana. Mereka bertugas mengumpulkan barang bukti,

yang bertujuan untuk mengungkap kasus yang telah terjadi mulai dari awal

sampai akhir. Setelah bukti terkumpul, mereka menangkap tersangka,

kemudian bersama-sama alat bukti yang telah terkumpul, diserahkan ke Jaksa

Penuntut Umum.

Dalam hal pelayanan terhadap masyarakat Ditpamobvit Polda Bali juga

melaksanakan beberapa kegiatan, salah satunya untuk mengantisipasi erupsi

Gunung Raung, Ditpamobvit Polda Bali bekerjasama dengan pihak kementrian

Pariwisata dan STP Nusa Dua Bali mulai tanggal 1 sampai dengan 30 Agustus

2015 membantu masyarakat dengan membentuk Pos Crisis erupsi Gunung Rau

di Bandara Ngurah Rai Bali. Pos yang sebelumnya merupakan Posko Lebaran

ini berfungsi untu memberikan informasi kepada masyarakat dengan

memberikan informasi tentang aktifitas Gunung Raung terutama kepada

masyarakat yang akan melaksanakan penerbangan Domestik. Pos ini terletak

diantara Pintu Keberangkatan dan Pintu Kedatangan Domestik. Diharapkan

kedepannya Pos ini dapat membantu memberikan informasi kepada

masyarakat.19

19 http://www.touristpolicebali.info, Ditpamobvit siap Melayani di POS CRISIS, diakses 1

Oktober 2015.

29

Dampak dari Bom Bali 1 dan 2 yaitu antara lain adalah; Bali dianggap

tidak aman untuk wisatawan, tingkat kunjungan wisatawan menurun drastis,

sektor pariwisata kolep/gulung tikar, ekonomi goyah, karyawan dirumahkan

(PHK) dan kriminalitas meningkat. Terjadinya bom Bali 1 tanggal 12 Oktober

tahun 2002, menimbulkan pertanyaan 2 perwakilan asing tentang hotel yang

aman untuk ditempati di wilayah Bali. Sehingga diputuskan untuk

melaksanakan Verifikasi Standar Keamanan dan Keselamatan Hotel (SKKH)

tahun 2004-2011 dan pada tahun 2013 dilaksanakan Verifikasi Sistem

Manajemen Pengamanan Hotel oleh Ditpamobvit Polda Bali.

Program Ditpamobvit Polda Bali ini mendorong hotel untuk

menerapkan Sistem Manjemen Pengamanan sesuai peraturan yang ada,

mengoptimalkan peran aktif stakeholder pariwisata dalam menjaga keamanan,

ketertiban masyarakat, serta program ini untuk mengukur kwalitas keamanan

dan keselamatan hotel guna menentukan hotel tersebut layak huni atau tidak.

Sehingga akhirnya menumbuhkan trust/kepercayaan kepada wisatawan untuk

menginap di hotel agar merasa terjamin keamanannya, nyaman dan damai.20

Dasar hukum Verifikasi Penerapan Sistem Manajemen Pengamanan

Usaha Akomodasi Pariwisata (Hotel) dibali adalah berdasarkan:

- UU No 2 Tahun 2002 tentang Polisi Republik Indonesia;

- Perkap No 24 Tahun 2007 tentang Sistem Manajemen Pengamanan

Parusahaan/Instansi;

- Permen Parekraf No.106 tahun 2011 tentang Sistem Manajemen

Pengamanan Hotel;

20

Powerpoint Paparan Rakernis DIT PAMOBVIT 2013 Subdit Wisata.

30

- Standar Keamanan dan Keselamatan Hotel Polda Bali 2004;

- Sprin Kapolda Bali No: Sprin/277/II/2013 tanggal 11 Februari 2013

tentang Tim Verifikasi.

Sementara itu tujuan verifikasi adalah antara lain:

1) Untuk mengetahui apakah Sistem Manajemen Pengamanan telah

dilaksanakan;

2) Untuk menilai apakah sarana-prasarana pengamanan sudah memenuhi

standar secara kualitas dan kuantitas;

3) Untuk mengidentifikasi, memetakan resiko keamanan;

4) Untuk menyiapakan audit Sistem Manajemen Pengamanan.

Ruang lingkupnya adalah:

1) Verifikasi kesesuaian kecukupan dokumen, peralatan dan persyaratan

pengamanan;

2) Supervisi konsistensi penerapan Sistem Manajemen Pengamanan (satu

kali setahun selama masa sertifikasi).

Dan metode verifikasi yang digunakan:

1) Meneliti seluruh dokumen dan memeriksa peralatan, serta wawancara

tentang penerapan Sistem Manajemen Pengamanan.

2) Observasi dan penilaian langsung terhadap kegiatan dan peralatan;

3) Pengisian parameter skoring/penilaian.

Standar yang digunakan dalam penilaian Sistem Manajemen

Pengamanan Hotel adalah:

1) Komitmen

- Kebijakan pengamanan

31

- Struktur, tanggungjawab dan wewenang untuk bertindak,

- Manual sistem manajemen pengamanan

2) Perencanaan

- Pelatihan, kompetensi dan kesadaran keamanan

- Komunikasi, konsultasi dan partisipasi

- Peninjauan kontrak

- Pengendalian dokumen

- Pembelian barang dan jasa

- Pengendalian operasional dan infrasktruktur

- Kesiapan penanangan dan pemulihan keadaan darurat.

3) Penerapan

- Peraturan perundangan dan persyaratan lainnya

- Identifikasi segala bentuk potensi gangguan dan pengendaliannya

- Tujuan dan sasaran pengamanan

4) Pemantauan dan Pengukuran

- Pemantauan potensi gangguan

- Pengukuran pencapaian sasaran dan program kerja

- Pelaporan

- Penanganan masalah

- Pengumpulan dan pengendalian catatan dan data keamanan

- Audit sistem manajemen pengamanan

5) Evaluasi Kinerja Sistem Manajemen Pengamanan

- Evaluasi terhadap penerapan Sistem Manajemen Pengamanan

- Hasil evaluasi digunakan untuk perencanaan peningkatan kinerja.

32

Program Sistem Manajemen Pengamanan Ditpamobvit Polda Bali

merupakan sebagai percontohan yang baik dan berhasil di tingkat nasional

yang diharapkan dapat diterapkan juga oleh di provinsi lainnya. Juga Bali

hanya satu-satunya yang memiliki Sistem Pengamanan Manajemen Hotel oleh

Ditpamobvit Polda Bali. Demikian disampaikan Dra Indrayati Kepala Sub

Direktorat Pariwisata Direktorat Pengamanan Obyek Vital Polda Bali,

wawancara tanggal 21 Oktober 2015.

Sehingga selain melakukan upaya pelayanan terhadap masyarakat,

upaya represif terhadap tindak pidana terkait bidang pariwisata, program-

program kerja yang dijalankan Ditpamobvit Polda Bali juga menyangkut

program preventif seperti verifikasi Penerapan Sistem Manajemen

Pengamanan Usaha Akomodasi Pariwisata (Hotel) dibali.

Dra Indrayati Kepala Sub Direktorat Pariwisata Direktorat Pengamanan

Obyek Vital Polda Bali, menambahkan bahwa ada beberapa kendala yang

dihadapi dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban Ditpamobvit Polda Bali,

antara lain:

1. Kekurangan Personil, jumlah anggota Ditpamobvit adalah 133 orang

termasuk pegawai 4 orang, sementara jumlah tersebut untuk menangani

obyek wisata di seluruh Bali. Sekalipuan menurut Peraturan Kapolri

nomor 22 Tahun 2010 jumlah demikian sudah cukup, tetapi pada

kenyataan dilapangan masih dirasakan kendala kekurangan personil

tersebut.

2. Kurangnya peningkatan Sumber Daya Manusia dalam hal pelatihan bahasa

asing, karena Pan Ovit terkait dengan wisatawan tidak hanya dari domestik

33

tetapi juga dari wisatawan asing sehingga kemampuan berkomunikasi

dengan berbagai bahasa diperlukan. Sementara dana yang disediakan

untuk pelatihan bahaasa asing tersebut sangat terbatas hanya bersumber

dari Ditpamobvit sendiri.

34

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

1. Peran Ditpamobvit Polda Bali sangat penting dalam menjaga

keamanan dan kenyamanan wisatawan di Bali yang dituangkan

dalam beberapa program kerjanya sehingga disimpulkan kinerjanya

telah efektif, walaupun masih ada kendala seperti kekurangan

personil ataupun perlu peningkatan SDM berbahasa asing.

2. Dengan penanganan terhadap beberapa tindak pidana dalam bidang

wisata di Bali oleh Ditpamobvit Polda Bali yang dapat diteruskan

dengan baik ke bagian Reskrim sebagai upaya yang efektif untuk

meningkatkan keamanan dan kenyamanan wisata selain juga upaya

maksimal terhadap penegakan hukum.

B. SARAN

1. Untuk memaksimalkan peran Ditpamobvit Polda Bali meningkatkan

kenyamanan berpariwisata, perlu didukung dan peningkatan

bersinergi dengan instansi lain seperti Dinas Pariwisata Provinsi Bali

ataupun Perhimpulan Hotel dan Restoran Indonesia khususnya di

Provinsi Bali.

2. Pengamanan Obyek vital atau wisata di Bali sesungguhnya tidak

hanya tugas Ditpamobvit Polda Bali untuk menjaganya namun

dengan menanamkan rasa memiliki kepada seluruh warga Bali dapat

lebih mudah tercapai rasa dan aman tersebut.

35

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Amrullah, Arief, 2006, Kejahatan Korporasi, Bayumedia, Malang.

Azhari, 1995, Negara Hukum Indonesia Analisis Yuridis Normatif Terhadap

Unsur-unsurnya, UIPress, Jakarta.

Dahana, Made Metu, 2012, Perlindungan Hukum dan Keamanan terhadap

Wisatawan, Paramita, Surabaya.

Hadi, Soetrisno, 1985, Metodologi Reseacrh Jilid II, Yayasan Penerbit Fakultas

Psikologi UGM,Yogyakarta.

Kuntjaraningrat, 1999, Kebudayaan, Metalitet & Pembangunan, Gramedia,

Jakarta.

Moeljatno, 2000, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1985. Perspektif Teoritis Studi Hukum Dalam Masyarakat,

CV. Rajawali, Jakarta.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji, 1985, Penelitian Hukum Normatif-Suatu

Tinjauan Singkat,Rajawali Press, Jakarta.

Soemitro, Rony Hanitijo, 1998, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia

Indonesia, Jakarta.

Tabah, Anton, 1991, Menatap dengan Mata Hati Polisi Indonesia, PT.Gramedia

Pustaka Utama.

Ucuk Suyono, Yoyok, 2013, Hukum Kepolisian Kedudukan Polri Dalam Sistem

Ketatanegaraan Indonesia setelah Perubahan UUD 1945, Laksbang

Grafika, Bandung.

Website

Masuki, 2014, beta.antarakalsel.com, Kemiskinan dan Kriminalitas Ancaman

Pariwisata Bali.

Posbali.com, 21 Oktober 2013, Maraknya Kasus Kriminalitas di Kawasan Kuta.

Rohmat, travel.okezone.com, Kamis, 12 Desember 2013, Tindak Kriminal Masih

Hantui Pariwisata di Bali.

http://www.touristpolicebali.info

36

Lampiran 1

Data Distribusi Kedatangan Wisatawan ke Bali

37

Lampiran 2

Rekap Jenis Kejadian/Laporan yang diterima di TAC

38

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas

No Nama/NIDN Instansi

Asal

Bidang

Ilmu

Alokasi

Waktu

(jam/bul

an)

Uraian Tugas

1. I Made Dedy

Priyanto, SH.,MKn

Fakultas

Hukum

Unud

Hukum

Perdata

8 Menyusun

Proposal dan

Mengkoordinasi

Pembagian

Tugas &

Mengurus

Administasi

Penelitian

2. I Made Walesa

Putra, S.H., M.Kn.

Fakultas

Hukum

Unud

Hukum

Pidana

8 Pengumpul Data

Lapangan &

Membuat

Laporan

Penelitian

39

Lampiran 4. Biodata Ketua dan Anggota Tim Peneliti serta Mahasiswa yang

terlibat

Peneliti Utama:

1. I Made Dedy Priyanto, SH.,MKn. (Ketua)

2. I Made Walesa Putra, S.H.,M.Kn.

Mahasiswa terlibat Penelitian

1. I Gusti Agung Ayu Elcyntia Yasana Putri

2. Aloysius Adi Kurnia

3. Ni Putu Leona Laksmi Suryadi

4. I Putu Endra Wijaya Negara

LAMPIRAN BIODATA KETUA PENELITI

CURRICULUM VITAE

A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap (dengan gelar) I Made Dedy Priyanto, SH.,MKn Widiatedja,SH.,M.Hum.,LLM

2. Jabatan Fungsional Penata Muda TK.I 3. Jabatan Struktural Sekretaris Bagian Hukum Perdata 4. NIP/NIK/No.Identitas lainnya 198404112008121003 5. NIDN 0011048401 6. Tempat dan Tanggal Lahir Denpasar dan 11-04 1984 7. Alamat Rumah Jl. Padang Udayana Nomor 7 Depasar 8. Nomor Telepon/Faks /HP 03617443670/081999942337 9. Alamat Kantor Jl.Pulau Bali No.1 Denpasar

10. Nomor Telepon/Faks 0361222666/0361234888

11. Alamat e-mail [email protected]

12. Lulusan yang telah dihasilkan Sarjana Hukum 13. Mata kuliah yang diampu Hukum Ketenagakerjaan

Hukum Pengangkutan

Hukum Perlindungan Konsumen

Hukum Persaingan Usaha

B. Riwayat Pendidikan

Program S-1 S-2 S-3 Nama Perguruan Tinggi

Universitas Udayana Universitas Gadjah Mada

Bidang Ilmu Hukum Magister Kenotariatan

Tahun Masuk 2001 2005 Tahun Lulus 2005 2008 Judul Skripsi/Thesis/Disertasi

Penertiban Penduduk Pendatang di Kota Denpasar

Pengenaan Pajak Bumi Dan Bangunan Terhadap Eksistensi Tanah Pekarangan Desa Di Kota Denpasar

Nama Pembimbing/Promotor

Dr. I Wayan Suandi Drs,SH.,MHum Cok Istri Anom Pemayun, SH.,MH

Prof. Dr.Sudjito SH.,MSi

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

NO Tahun Judul Penelitian Sumber Dana 1 2011 Penelitian Dosen Muda Tinjauan Yuridis

Peraturan Gubernur Bali Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Pembatalan Peraturan Daerah Kabupaten Tabanan Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Milik Daerah Kabupaten Tabanan

DIPA. PNBP Universitas Udayana Tahun Anggaran 2010.

2 2012 Hibah Unggulan Udayana Peranan Prajuru Desa Dalam Menyelesaikan Sengketa Perebutan Tanah Kuburan (Setra) (Studi Kasus di Desa Pakraman Kerobokan dan Desa Pakraman Padang Sambian.

DIPA. PNBP Universitas Udayana Tahun Anggaran 2011.

3 2013 Standarisasi Klausula-Klausula Perjanjian

Yang Dilakukan Pemerintah Dalam

Pengadaan Barang/Jasa.

Prodi Magister

Kenotariatan Udayana.

4 2013 Hubungan Kerja Outsorcing Pada PT.

Intrias Mandiri Sejati Cabang Denpasar

Fakultas Hukum

Universitas Udayana

5 2014 Model Pengaturan City Hotel Wirausaha

Lokal Berbasis Penguatan Kemitraan

Dengan Berbagai Stakeholders Bagi

Ketahanan Dan Keberlangsungan

Ekonomi Masyarakat Bali Dalam

Kegiatan Kepariwisataan

DIPA Fakultas Hukum

Universitas Udayana

*) Tuliskan sumber pendanaan : PDM, SKW, Pemula, Fundamental, Hibah Bersaing, Hibah Pekerti, Hibah Pascasarjana, Hikom, Stranas, Kerjasama Luar Negeri dan Publikasi Internasional, RAPID, Unggulan Stranas atau sumber lainnya.

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

NO Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Sumber Dana

1 2012 Sosialisasi Peraturan Gubernur Bali

Nomor 113 Tahun 2011 Tentang Upah

Minimum Kabupaten/Kota.

Fakultas Hukum Universitas Udayana

2 2013 Sosialisasi Undang-undang KDRT Bagi

Perlindungan Perempuan.

Program Studi Magister (S2) Ilmu Hukum Program Pascasarjana

3 2014 Sosialisasi Tentang Pentingnya

Pendaftaran Tanah Di Desa Sembung

Sobangan Kecamatan Mengwi

Mandiri

Kabupaten Badung

*) Tuliskan sumber pendanaan : Penerapan IPTEKS – SOSBUD, Vucer, Vucer Multitahun, UJI, Sibermas, atau sumber dana lainnya

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul Artikel Ilmiah Vol/Nomor Nama Jurnal 1 Instrumen Hukum Pembatalan Perda

Syariah Di Indonesia.

Volume I No.2,

November 2011

Jurnal Konstitusi PKK-Universitas Pendidikan Nasional Denpasar

2 Kewenangan Gubernur Dalam

Pembatalan Perda Kabupaten Tabanan.

Volume 1, No.1,

September 2011

Jurnal Advokasi FH Universitas Mahasaraswati Denpasar

3 Konstruksi Hukum Pembatasan Dana

Kampanye Calon Anggota DPR/

DPRD Dalam Pemilu Legislatif.

Volume I No. 1,

November 2012

Jurnal Hukum Undiknas Denpasar

4 Perlindungan Hukum Tenaga Kerja

Indonesia Di Luar Negeri

Volume 7 No.2,

November 2012.

Jurnal Konstitusi

P3KP universitas

Jambi 5 Jurnal : Format Ideal Penyelesaian

Sengketa Perebutan Tanah Kuburan

(Setra) Desa Pakraman Padang

Sambian dan Desa Pakraman

kerobokan.

Vol.8 No.2, november

2012

Jurnal Hukum Undiknas Denpasar

6 Peranan Prajuru Desa Dalam

Menyelesaikan Sengketa Perebutan

Tanah Kuburan (Setra) (Studi Kasus di

Desa Pakraman Kerobokan dan Desa

Pakraman Padang Sambian.

ISBN : 978-979-9204-

63-9

Prosiding Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNSOED,

7 Akibat Hukum Berakhirnya Hubungan

Kerja Pada Perusahaan Yang

Dinyatakan Pailit

Vol.1 No.4, Mei 2013 Jurnal Kerta Semaya FH.Unud

8 Pemutusan Hubungan Kerja

Akibatpekerja Melakukan Pelanggaran

Perjanjian Kerja Di Koperasi Samuan

Amertha Denpasar

vol.1 No.6. Juli 2013 Jurnal Kerta Semaya FH.Unud

9 Penerapan Outsourcing Di Lembaga

Konservasi Bali Zoo

vol.1 No.12,

November 2013

Jurnal Kerta Semaya FH.Unud

10 Pembayaran Klaim Oleh Perusahaan

Ajb. Bumiputera 1912 Dalam Hal

Terjadinya Wanprestasi Oleh

Tertanggung Pada Program Mitra

Beasiswa

vol.1 no.11, november

2013

Jurnal Kerta Semaya FH.Unud

11 Pemberian Uang Pesangon Terhadap

Pekerja Kontrak Waktu Tertentu Yang

Diberhentikan

Pada Dinas Perkebunan Provinsi Bali

Vol. 02 No.03 Juni

2014

Jurnal Kerta Semaya FH.Unud

12 Perlindungan Hukum Dari Pt Asuransi

Kerugian Jasaraharja Putera Terhadap

Wisatawan Yang Mengalami

Kecelakaan Di Bali

Vol. 02 No.02

Februari 2014

Jurnal Kerta Semaya FH.Unud

13 Implementasi Penguasaan Obyek Gadai

(Motor) Di Lembaga Pegadaian

Denpasar

Vol. 02 No.01

Februari 2014

Jurnal Kerta Semaya FH.Unud

14 Perlindungan Hukum Terhadap Pihak

Tertanggung Dalam Asuransi Demam

Berdarah

Pada Pt. Asuransi Central Asia

Vol. 02, No. 04 Juni

2014

Jurnal Kerta Semaya FH.Unud

F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada Pertemuan/ Seminar Ilmiah

dalam 5 Tahun Terakhir

N0 Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar

Judul Artikel Ilmiah

Waktu dan Tempat

1 Seminar

Nasional

Menggagas Pencitraan

Berbasis Kearifan Lokal

2012/ Jurusan Ilmu

Komunikasi FISIP

UNSOED

2 Seminar Research Excellent

Udayana

Otonomi Desa Pakraman

Dalam Penyelesaian

Sengketa Perebutan Setra

2013/ GDLN,

LPPM Universitas

Udayana

3 Pelatihan Keterampilan Management Mahasiswa

E-Journal Ilmu Hukum 2014/ Gedung Ksirarnawa Art Centre Denpasar

LAMPIRAN BIODATA ANGGOTA PENELITI

A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap (dengan gelar) I Made Walesa Putra,S.H.,M.Kn. L

2. Jabatan Fungsional Asisten Ahli

3. Jabatan Struktural -

4. NIP 19820222 200912 1003

5. NIDN 0022028202

6. Tempat dan Tanggal Lahir Denpasar, 22 Februari 1982

7. Alamat Rumah

Jl. Gn Batur Perum Nusa Bumi Ayu A7

Denpasar

8. HP 081934354488

9. Alamat Kantor Jln. P. Bali No.1 Denpasar 80114

10. Nomor Telepon/Faks (0361) 222666/ Fax. 234888

11. Alamat e-mail [email protected]

12. Lulusan yang telah dihasilkan S-1= … orang; S-2= …Orang; S-3= Orang …

13. Mata Kuliah yg diampu 1. Viktimologi

2. Tindak Pidana Tertentu KUHP

3. Penitensier

4. Hukum Kesehatan

5. Hukum Pidana

6. Hukum Pidana Lanjutan

7. Tindak Pidana Khusus

8. Hukum Keluarga dan Harta

Perkawinan

B. Riwayat Pendidikan

Program S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi Univ Atmajaya

Yogayakarta

(UAJY)

Magister

Kenotariatan UGM

-

Bidang Ilmu Hk Perdata –

Agraria

Hukum Perdata -

Tahun Masuk 2000 2004 -

Tahun Lulus 2004 2006 -

Judul Skripsi/Thesis/Disertasi Pandangan

Masyarakat

Terhadap Sistem

Pembagian Hasil

Kendala-Kendala

dalam Pelaksanaan

Prinsip Kehati-

hatian Terhadap

-

Tanah Pertanian

Setelah Berlakunya

UU No 2 Tahun

1960 Tentang

Perjanjian Bagi

Hasil Di Kabupaten

Tabanan Propinsi

Bali

Pemberian Kredit

Dengan Jaminan

Hak Tanggungan

Pada Bank

Tabungan Negara

Cabang Yogyakarta

Nama Pembimbing/Promotor SW Endah

Cahyowati,

S.H.,M.S.

Prof.DR.Nindyo

Pramono,S.H.,M.S.

-

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Penelitian

1. 2011 Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dengan

Berlakunya UU No 8 Tahun 2010

2. 2011 Perlindungan Hukum Nasabah Balicon

3. 2012 Tinjauan Yuridis Pertanggungjawaban Pidana dlm Pelaksanaan Jabatan

Notaris 4. 2012 Pelaksanaan Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum (Studi Kasus

Pembuatan Jalan By Pass Ida Bagus Mantra Denpasar -Karangasem) 5. 2012 Pertanggungjawaban Pidana Pers dlm Penyebaran Berita Bohong (Kajian Yuridis

thp Peraturan Perundang-undangan di bidang Pers)

6. 2012 Analisis Yuridis Pertanggung-jawaban Pidana Pimpinan Redaksi Pada

Pelanggaran Kegiatan Pers (Kajian Yuridis Terhadap Peraturan Perundang-

Undangan Di Bidang Pers)

7. 2013 Implementasi UU No 20 Tahun 2011 terhadap Perizinan Pembagunan Kondotel di

Wilayah Kabupaten Badung

8. 2013 Penelitian Buku Ajar Hukum Keluarga dan Perkawinan Prodi Magister

Kenotariatan Udayana

9. 2013 Penelitian Identifikasi & Inventarisasi Hasil Karya Budaya Masyarakat Bali

10 2014 Pemaknaan Sumpah Pemuda sebagai Pemersatu Bangsa bagi Generasi

Muda Masa Kini

11 2014 Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Perspektif Pembaharuan Hukum

Pidana

12 2014 Efektifitas Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Terhadap

Perlindungan Hukum Konsumen Di Bali

13 2014 Konsep Cybernotary Terkait Pengaturan Hukum Kewenangan Notaris

Dalam Pembuatan Akta Otentik Di Indonesia

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada

Masyarakat

1. 2012 Sosialisasi Pentingnya Pembuatan Surat Keterangan Silsilah Keluarga

Untuk Keperluan di Bidang Keperdataan Bagi Warga Banjar Pasti Desa

Pandak Gede, Kec.Kediri Kab.Tabanan 2. 2012 Sosialisasi Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 Tentang

Pendaftaran Tanah 3. 2012 Pengenalan Kedudukan Akta Notaris Untuk Legalisasi Hubungan

Hukum Masyarakat di Banjar Pasti, Desa Pandak Gede, Kecamatan

Kediri, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali. 4. 2012 Sosialisasi Pembebanan Hak Tanggungan dalam Pemberian Kredit BPR

di Kabupaten Badung 5. 2014 Sosialisasi Pentingnya Akta PPAT dalam transaksi Jual Beli Tanah di

Desa Buahan Kaja, Kec Payangan, Kab Gianyar, Prop Bali 6. 2014 Diseminasi Tentang Risalah RUPS PT Menuju Akta Otentik Dari

Perspektif Cybernotary 7. 2014 Sosialisasi Peran Notaris/PPAT Dalam Transaksi Jual Beli Tanah Di Desa

Buahan Kaja, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali 8. 2014 Sosialisasi Hukum Kontrak Sewa Rumah Di Banjar Pembungan Desa

Sesetan Denpasar Selatan