Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab...

48
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, ketrampilan, dan sikap. Belajar juga merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan- pelatihan atau pengalaman-pengalaman. (Baharudin dan Wahyuni 2007:11). Menurut Hilgrad dan Bower dalam Baharudin dan Wahyuni (2007:13) menyatakan belajar adalah Belajar (to learn) memiliki arti:1) to gain knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study; 2) to fix in the mind or memory, memorize;3) to acquire trough experience;4) to become in forme of to find out. Menurut definisi tersebut, belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapat informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.

Transcript of Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab...

Page 1: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam

kompetensi, ketrampilan, dan sikap. Belajar juga merupakan aktivitas yang dilakukan

seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau

pengalaman-pengalaman. (Baharudin dan Wahyuni 2007:11).

Menurut Hilgrad dan Bower dalam Baharudin dan Wahyuni (2007:13)

menyatakan belajar adalah Belajar (to learn) memiliki arti:1) to gain knowledge,

comprehension, or mastery of trough experience or study; 2) to fix in the mind or

memory, memorize;3) to acquire trough experience;4) to become in forme of to find out.

Menurut definisi tersebut, belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau

menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan

mendapat informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar

adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.

Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu

itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Selain itu pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan

bantuan yang diberikan pendidik atau guru agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu

dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

Page 2: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk

membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut aktivitas,

kreatifitas, dan kearifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta

didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan, secara efektif dan menyenangkan.

Dalam hal ini guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat

ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar, apakah kegiatan

pembelajaran dihentikan, diubah metodenya, atau mengulang dulu pembelajaran yang

lalu. Guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran pemilihan dan penggunaan

media pembelajaran, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, keterampilan menilai

hasil belajar, serta memilih dan menggunakan strategi dan pendekatan pembelajaran.

Dalam kegiatan pembelajaran terdapat dua kegiatan yang sinergik, yakni guru

mengajar dan siswa belajar. Guru mengajarkan bagaimana siswa harus belajar.

Sementara siswa belajar bagaimana seharusnya belajar melalui berbagai pengalaman

belajar sehingga terjadi perubahan dalam dirinya dari aspek kognitif, psikomotorik, dan

afektif. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan yang efektif

dan akan lebih mampu mengelola proses belajar mengajar, sehingga hasil belajar siswa

berada pada tingkat yang optimal.

Proses pembelajaran yang baik akan dapat menciptakan prestasi yang

berkualitas. Oleh karena itu guru sebagai salah satu komponen penting keberhasilan

pembelajaran, harus mampu menempatkan dirinya sebagai sosok yang mampu

membangkitkan kemauan siswa untuk terus belajar.

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin canggih, manusia saat ini

banyak dituntut untuk selalu ikut serta dalam perjalanan waktu yang semakin mutakhir.

Begitu juga dalam hal pendidikan, pembelajaran harus sudah mengadopsi kerangka

Page 3: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

keilmuan modern dalam rangka mengejar kesetaraan dengan manusia di belahan dunia

lainnya. Guru yang biasanya dianggap sebagai satu-satunya sumber pengetahuan sudah

seharusnya dirubah, yaitu dengan banyak menggunakan berbagai sumber yang dapat

menambah pengetahuan siswa.

Proses pembelajaran membutuhkan metode yang tepat. Kesalahan

menggunakan metode, dapat menghambat tercapainya tujuan pendidikan yang

diinginkan. Dampak yang lain adalah rendahnya kemampuan bernalar siswa dalam

pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena dalam proses siswa kurang

dilibatkan dalam situasi optimal untuk belajar, pembelajaran cenderung berpusat pada

guru, dan klasikal. Selain itu siswa kurang dilatih untuk menganalisis permasalahan

matematika, jarang sekali siswa menyampaikan ide untuk menjawab pertanyaan

bagaimana proses penyelesaian soal yang dilontarkan guru.

Permasalah terbesar yang dihadapi para peserta didik sekarang (siswa) adalah

mereka belum bisa menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana

pengetahuan itu akan digunakan. Hal ini dikarenakan cara mereka memperolah informasi

dan motivasi diri belum tersentuh oleh metode yang betul-betul bisa membantu mereka.

Para siswa kesulitan untuk memahami konsep-konsep akademis (seperti konsep-konsep

matematika, fisika, atau biologi), karena metode mengajar yang selama ini digunakan

oleh pendidik (guru) hanya terbatas pada metode ceramah. Di sini lain tentunya siswa

tahu apa yang mereka pelajari saat ini akan sangat berguna bagi kehidupan mereka di

masa datang, yaitu saat mereka bermasyarakat ataupun saat di tempat kerja kelak. Oleh

karena itu diperlukan suatu metode yang benar-benar bisa memberi jawaban dari

masalah ini. Salah satu metode yang bisa lebih memberdayakan siswa dalah pendekatan

kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL).

Page 4: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem pembelajaran yang

cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan

cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta

didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan

dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam

memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan.

CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.

Menurut teori pembelajaran kontekstual, pembelajaran terjadi hanya ketika

siswa (peserta didik) memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa

sehingga dapat terserap kedalam benak mereka dan mereka mampu menghubungannya

dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar mereka. Pendekatan ini mengasumsikan

bahwa pikiran secara alami akan mencari makna dari hubungan individu dengan

linkungan sekitarnya.

Berdasarkan pemahaman di atas, menurut metode pembelajaran kontekstual

kegiatan pembelajaran tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas, tapi bisa di

laboratorium, tempat kerja, sawah, atau tempat-tempat lainnya. Mengharuskan pendidik

(guru) untuk pintar-pintar memilih serta mendesain linkungan belajar yang betul-betul

berhubungan dengan kehidupan nyata, baik konteks pribadi, sosial, budaya, ekonomi,

kesehatan, serta lainnya, sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang

dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.

Dalam linkungan seperti itu, para siswa dapat menemukan hubungan bermakna

antara ide-ide abstrak dengan aplikasi praktis dalam konteks dunia nyata; konsep

Page 5: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

diinternalisasi melalui menemukan, memperkuat, serta menghubungkan. Sebagai contoh,

kelas fisika yang mempelajari tentang konduktivitas termal dapat mengukur bagaimana

kualitas dan jumlah bahan bangunan mempengaruhi jumlah energi yang dibutuhkan

untuk menjaga gedung saat terkena panas atau terkena dingin. Atau kelas biologi atau

kelas kimia bisa belajar konsep dasar ilmu alam dengan mempelajari penyebaran AIDS

atau cara-cara petani bercocok tanam dan pengaruhnya terhadap lingkungan.

Di Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir belum

menerapkan metode Contextual Teaching and Learning. Cara mereka memperoleh

informasi dan motivasi belum tersentuh oleh metode yang betul-betul bisa membantu

mereka.

Dari uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning di Sekolah

Dasar Negeri Di Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir”.

B.       Identifikasi Masalah

Dari uraian pada latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalahnya sebagai

berikut :

1.    Masih ada peserta didik yang kurang mengerti dengan apa yang mereka pelajari.

2.    Masih kurangnya penerapan tentang metode yang tepat dalam penyampaian

pelajaran yang diajarkan.

C.      Rumusan Masalah

Page 6: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalahya adalah :

Bagaimanakah Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning

di Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir?

 

D.      Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektifitas Penerapan

Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning di Sekolah Dasar Negeri Di

Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir.

E.       Manfaat Penelitian

1.      Manfaat Teoritis

Diharapkan memberi manfaat bagi pengembangan ilmu administrasi publik,

khususnya manajemen sumber daya manusia.

2.      Manfaat Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi penelitian

sendiri dan penelitian selanjutnya guna mengetahui Efektifitas Penerapan Model

Pembelajaran Contextual Teaching Learning di Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan

Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir.

 

 

 

Page 7: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

A.      Landasan Teori

1.      Efektifitas Pembelajaran

Untuk menciptakan efektivitas pembelajaran yang baik guru harus memiliki

kreatifitas, hal ini dapat menciptakan suasana belajar siswa yang menyenangkan.

Kreatifitas sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang

baru dan untuk mencapai tujuan yang lebih baik, baik berupa gagasan maupun karya

nyata, yang relatif berbeda dengan apa yangsudah ada sebelumnya.

Starawaji (2009) mengatakan efektivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu

effective yang berarti berhasil, tepat atau mujur. Efektivitas menunjukkan taraf

tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif jika usaha itu mencapai

tujuannya.

Page 8: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

Slameto (2010:92) mengungkapkan bahwa pembelajaran yang efektif adalah

pembelajaran yang dapat membawa siswa belajar efektif. Pembelajaran akan efektif

jika waktu yang tersedia sedikit saja untuk guru melakukan ceramah dan waktu yang

besar adalah untuk kegiatan intelektual dan untuk pemeriksaan pemahaman siswa.

Belajar yang efektif siswa berusaha memecahkan masalah termasuk pendapat bahwa

bila seseorang mampu menciptakan masalah dan menemukan kesimpulan lebih lanjut

Slameto, mengemukakan bahwa suatu pembelajaran dikatakan efektif jika memenuhi

beberapa syarat. Syarat-syarattersebut antara lain: (1) belajar secara aktif, baik secara

mental maupun fisik. (2) adanya variasi metode dalam pembelajaran, (3) adanya

motivasi, (4) kurikulum yang baik dan seimbang, (5) adanya pertimbangan perbedaan

individu (6) adanya perencanaan sebelum pembelajaran (7) adanya suasana yang

demoratis, (8) penyajian bahan pelajaran yang merangsang siswa untuk berfikir, (9)

interaksi semua pelajaran, (10) kaitan antara kehidupan nyata kehidupan sekolah,

(11) kebebasan siswa dalam interaksi pembelajaran, (12) pengajaran remedial.

Menurut Eggen dan Kauchak dalam Fauzi (2009) mengemukakan bahwa :

Pembelajaran yang efektif apabila siswa secara aktif dilibatkan dalam

pengorganisasian dan penentu informasi (pengetahuan). Siswa tidak hanya pasif

menerima pengetahuan yang diberikan guru. Hasil belajar ini tidak hanya

meningkatkan pemahaman siswa saja, tetapi juga meningkatkan keterampilan

berfikir siswa.

Keefektifan pembelajaran yang dimaksud di sini adalah sejauh mana

pembelajaran IPA berhasil menjadikan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang

dapat dilihat dari ketuntasan belajar.

Page 9: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

Menurut Suryosubroto dalam Fauzi (2009) dalam agar pelaksanaan

pengajaran IPA efektif yang perlu diperhatikan adalah:

                         1.            Konsistensi kegiatan belajar dengan kurikulum dilihat dari

aspek: tujuan pembelajaran, bahan pengajaran, alat pengajaran yang digunakan ,

dan strategi evaluasi.

                         2.            Keterlaksanaan kegiatan belajar mengajar meliputi :

a)        Menyajikan alat, sumber dan perlengkapan belajar,

b)        Mengkondisikan kegitan belajar mengajar,

c)        Menggunakan waktu yang tersedia untuk kegiatan belajar mengajar

secara efektif,

d)       Motivasi belajar siswa

e)        Menguasai bahan pelajaran yang akan di sampaikan

f)         Mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar

g)        Melaksanakan komunikasi interaktif kepada siswa

h)        Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar.

Dapat disimpulkan bahwa efektifitas guru mengajar nyata dengan

menyajikan kreatifitas guru yang sesuai materi pembelajaran dapat dilihat dari

keberhasilan siswa dalam menguasai apa yang diajarkan guru itu. Efektifitas

pembelajaran dapat dicapai apabila rancangan pada persiapan, implementasi, dan

evaluasi dapat dijalankan sesuai prosedur serta sesuai dengan fungsinya

Page 10: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

masingmasing. Tinjauan utama efektifitas pembelajaran adalah kompetensi siswa.

Efektivitas dapat dicapai apabila semua unsur dan komponen yang terdapat pada

sistem pembelajaran berfungsi sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan.

2.      Pengertian Pembelajaran Kontekstual

Menurut Nurhadi (2004) mengungkapkan sistem kontekstual adalah suatu

proses pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik melihat makna dalam

bahan yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks

kehidupannya sehari-hari.

Sementara The Washington State Consortium for Contextual Teaching and

Learning (Nurhadi, 2004:12), merumuskan pengajaran kontekstual adalah pengajaran

yang memungkinkan peserta didik memperkuat, memperluas, dan menerapkan

pengetahuan dan keterampilan akademisnya dalam berbagai latar di sekolah dan

diluar sekolah untuk memecahkan persoalan yang ada dalam dunia nyata. Nurhadi

(2004: 13) menyebutkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar pada

saat guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong peserta didik

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam

kehidupan sehari-hari.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual

adalah suatu pembelajaran yang selalu berupaya untuk mengaitkan materi pelajaran

dengan dunia nyata siswa sehingga nantinya diharapkan siswa akan dapat lebih

mudah memahami materi pelajaran tersebut dan dapat memahami masalah yang

dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dan sekaligus mampu memecahkan masalah

tersebut dengan menerapkan materi yang telah diperolehnya di sekolah.

3.      Pengertian Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

Page 11: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

Menurut KUBI dalam Kesuma dkk (2010:57) kata kontekstual (contextual)

berasal dari kata context yang berati “hubungan, konteks, suasana dan keadaan

(konteks)”. Sehingga Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat diartikan

sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu. Secara

umum contextual mengandung arti: yang berkenan, relevan, ada hubungan atau

kaitan langsung, mengikuti konteks; yang membawa maksud, makna, dan

kepentingan.

Menurut Depdiknas dalam Kesuma (2010:58) mengemukakan bahwa

Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam

kehidupan mereka sehari-hari.

Howey R, Keneth dalam bukunya Rusman (2010:190) mengatakan bahwa

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang

memungkinkan terjadinya proses belajar dimana siswa menggunakan pemahaman

dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk

memecahkan masalah yang bersifat simulatif atau nyata, baik sendiri-sendiri maupun

bersama-sama.

Belajar melalui apa yang dialami dan apa yang dipelajari akan lebih bermakna

jika dibanding dengan pembelajaran yang berorientasi penguasaan materi.

Pembelajaran yang berorientasi dengan penguasaan materi telah terbukti berhasil

dalam evaluasi dalam jangka pendek tetapi gagal dalam membekali peserta didik

memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang.

Dari devinisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan Contextual

Teaching and Learning disingkat menjadi CTL adalah suatu pendekatan yang

Page 12: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata

siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

Landasan filosofis CTL adalah kontruktivisme yang menekankan bahwa

belajar tidak hanya sekedar menghafal,tetapi mengkontruksiksan atau membangun

pengetahuan dan ketrampilan baru lewat fakta-fakta yang dialami (Muslich 2004:41).

Konteks yang bermakna lebih dari sekedar kejadian-kejadian yang terjadi disuatu

tempat dan waktu. Sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan

menolong siswa melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan

cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks kehidupan keseharian

mereka yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.

Sistem CTL menurut Johnson dalam Syaiful Sagala (2010:67) merupakan

proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam

materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek

akademik dalam konteks kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks

keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem

tersebut meliputi delapan komponen berikut: membuat keterkaitan-keterkaitan yang

bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur

sendiri, melakukan kerjasama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk

tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian

autentik.

Tujuan pembelajaran kontekstual menurut Khilmiyah dalam Tukiran, Mifta

(2011:50) adalah untuk membekali peserta didik berupa pengetahuan dan

kemampuan (skiil) yang lebih realitis karena inti pembelajaran ini adalah untuk

mendekatkan hal-hal yang teoritis ke praktis. Sehingga dalam pelaksanaan metode ini

Page 13: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

diusahakan teori yang dipelajari teraplikasi dalam situasi yang riil. Bagi guru metode

ini membantu untuk mengaitkan materi yang diajarkan dengan dengan dunia nyata

dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan sebelumnya (pior

knowledge) dengan aplikasinya dalam kehidupan mereka di masyarakat.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

contextual teaching and learning (CTL) merupakan konsep belajar dimana guru

menghadirkan situasi nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran

diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah

dalam bentuk kegiatan siswa belajar dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari

guru ke siswa.

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah salah satu

pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah itu

diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena

siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, pendekatan Contextual Teaching

and Learning (CTL) memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan

menerapkan pengetahuan dan ketrampilan akademik mereka dalam berbagai macam

tatanan kehidupan baik disekolah maupun diluar sekolah. Selain itu, siswa dilatih

untuk dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam suatu situasi.

Bila pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) diterapkan

dengan benar, diharapkan siswa akan berlatih untuk dapat menghubungkan apa yang

diperoleh dikelas dengan kehidupan dunia nyata yang ada dilingkungannya. Untuk

itu, guru perlu memahami konsep pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL) terlebih dahulu dan dapat menerapkannya dengan benar. Agar siswa dapat

Page 14: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

belajar lebih efektif, guru perlu mendapat informasi tentang konsepkonsep

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan penerapannya.

Karakteristik dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL,

antara lain:

a.       Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan

yang sudah ada (activating knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak

terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan

yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki

keterkaitan satu sama lain.

b.      Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh

dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu

diperoleh secara dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan

mempelajari secara keseluruhan, kemudian memerhatikan detailnya,

c.       Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan

yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan yakini, misalnya

denagn cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang

diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu

dikembangkan.

d.      Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying

knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus

dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan

perilaku siswa.

e.       Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap straregi pengembangan

pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan

penyempurnaan strategi.

Page 15: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

4.      Konsep Dasar Setrategi Pembelajaran CTL

CTL adalah suatu pendekatan yang menekankan pada proses keterlibatan

siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan

menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa

untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Menurut Joko dalam

(www.wordpress.com) Dari konsep diatas terdapat tiga hal yang harus kita pahami :

                              1.            CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk

menemukan materi, artinya proses belajar dioryentasikan pada proses

pengalaman secara langsung.

                              2.            CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan

antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa

dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di

sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat

mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja

bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang

dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan

mudah dilupakan.

                              3.            CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam

kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami

materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat

mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari – hari.

                              4.            Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and

Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

Page 16: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. CTL dapat merangsang siswa belajar aktif, dapat menimbulkan

motivasi pada siswa untuk belajar, belajar berpikir kritis, melatih siswa untuk

berkomunikasi, membantu siswa dalam mempertajam pelajarannya, melatih

siswa percaya diri, dan lain sebagainya. Pembelajaran kontekstual (CTL)

adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sehari-hari. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran

diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung

alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan

mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.

5.      Komponen P embelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dikelas. Ketujuh komponen

itu adalah Konstruktivisme, bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry),

masyarakat belajar (Learning Comunity), pemodelan (Modelling), Refleksi

(Reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assesment). Sebuah kelas

dikatakan menggunakan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) jika

menerapkan komponen tersebut dalam pembelajarannya.

Keterkaitan ketujuh komponen tersebut digambarkan dalam bagan berikut ini:

Gambar 1 Komponen contextual teaching and learning

 

Page 17: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

Dari masing-masing komponen terebut akan dijelaskan dalam uraian berikut

ini:

a. Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan

baru dalam struktur kognitif anak berdasarkan pengalaman. Menurut

konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan tetapi

dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan

terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan

kemampuan subjek untuk menginterpretasikan objek tersebut. Kedua faktor itu

sama penting, dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis tetapi bersifat

dinamis, tergantung individu yang melihat dan mengkonstruksinya.

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL), yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh

manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang

terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta konsep atau kaidah yang

siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan dan

memberi makna melalui pengalaman nyata.

b.Inkuiri

Inquiri Artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan

penemuan melalui proses berpikir secara sistimatis. Pengetahuan bukanlah

sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan

sendiri.

Inquiri pada dasarnya adalah suatu ide yang komplek, yang berarti banyak

hal bagi banyak orang, dalam banyak konteks. Inquiri adalah proses pembelajaran

didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis.

Page 18: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari

proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru

bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi

merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri

materi yang dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental

seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah

diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intelektual, mental emosional

maupun pribadinya.

Proses inquiri dapat dipakai dalam berbagai topik mata pelajaran. Secara

umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu:

1. Merumuskan masalah,

2. Mengajukan hipotesis.

3. Mengumpulkan data.

4. Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan.

5. Membuat kesimpulan.

Penerapan asas ini dapat dipakai dalam proses proses contextual teaching

and learning (CTL), dimulai dari adanya kesadaran siswa akan masalah yang jelas

yang ingin dipecahkan. Dengan demikian siswa harus didorong untuk menemukan

masalah. Apabila masalah telah dipahami dengan batasan-batasan yang jelas,

selanjutnya siswa dapat mengajukan hipotesis atau jawaban sementara sesuai

dengan rumusan masalah yang diajukan. Hipotesis itulah yang akan menuntut

siswa untuk melakukan observasi dalam rangka mengumpulkan data. Manakala

data telah terkumpul selanjutnya siswa dituntut untuk menguji hipotesis sebagai

dasar dalam merumuskan kesimpulan. Asas menemukan seperti ini, merupakan

asas yang penting dalam pembelajaran contextual teaching and learning (CTL).

Page 19: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

Melalui proses berfikir yang sistematis diatas, diharapkan siswa memiliki sikap

ilmiah, rasional, dan logis, yang kesemuanya itu diperlukan sebagai dasar

pembentukan kreativitas. Siklus yang terdiri dari mengamati, bertanya,

menganalisis, dan menemukan teori. Baik perorangan maupun kelompok.

1. Diawali dengan pengamatan, lalu berkembang untuk memahami konsep atau

fenomena.

2. Mengembangkan dan menggunakan ketrampilan berfikir kritis.

c. Bertanya (questioning)

Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat

dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu. Sedangkan

menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.

Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna

untuk:

a.       Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi

pelajaran

b.      Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.

c.       Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.

d.      Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan.

e.       Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.

d.               Masyarakat belajar

Dikutip oleh Wina sanjaya dari Leo Semenovich Vygotsky, seorang

psikolog Rusia, menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman anak ditopang

banyak oleh komunikasi dengan orang lain. Suatu permasalahan tidak mungkin

dapat dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Konsep

masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh

Page 20: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

melalui kerja sama dengan orang lain. Kerjasama itu dapat dilakukan dengan

berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar formal maupun dalam lingkungan

yang terjadi secara alamiah.

e. Permodelan (modeling)

Permodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu

yang dapat dicontoh siswa.Yang dimaksud dengan asas Modelling adalah proses

pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh

setiap siswa. Misalnya guru memberikan contoh bagaimana cara mengoperasikan

sebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing, guru olah raga

memberikan contoh bagaimana cara melempar bola, guru kesenian memberi

contoh bagaimana cara memainkan alat musik, guru biologi memberikan contoh

bagaimana cara menggunakan thermometer dan lain sebagainya.

Proses modelling, tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru

memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Misalkan siswa yang

pernah menjadi juara dalam membaca puisi dapat disuruh untuk menampilkan

kebolehannya didepan teman-temannya, dengan demikian siswa dapat dianggap

sebagai model. Modelling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL), sebab melalui modelling siswa dapat

terhindar dari pembelajaran yang teoritis abstrak yang dapat memungkinkan

verbalisme.

f. Refleksi (reflection)

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang

dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa

pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu

akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi

Page 21: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Bisa terjadi melalui proses refleksi

siswa akan memperbaharui pengetahuan yang telah dibentuk, atau menambah

khazanah pengetahuannya.

g.Penilaian nyata (authentic assessment)

Dalam CTL, keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh

perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh

aspek. Oleh sebab itu, penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek

hasil belajar seperti tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian penilaian

nyata.

 

B.       Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan penulis lakukan

adalah penelitian dari Rintar, dengan judul : “Efektifitas Pengunaan Model

Pembelajaran Contextual Teaching Learning Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada

Mata Pelajaran Kerja Bangku di SMK”, yang narasinya sebagai berikut : Penelitian ini

merupakan penelitian quasi experiment yang dilakukan di SMK Muhammadiyah 1

Salam pada kelas X Teknik Pemesinan dengan kelas X MP A sebagai kelas eksperimen

dan kelas X MP B sebagai kelas kontrol. Kelas X MP A sebagai kelas eksperimen

mengalami perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran CTL dalam kegiatan

belajar mengajarnya, sedangkan kelas X MP B sebagai kelas kontrol tetap menggunakan

strategi pembelajaran ceramah, mencatat dan tanya jawab (metode belajar konvensional)

dalam kegiatan belajar mengajarnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

efektivitas penggunaan model pembelajaran contextual teaching learning terhadap

prestasi belajar siswa pada mata pelajaran kerja bangku di SMK Muhammadiyah 1

Page 22: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

Salam, sekaligus untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa pada kelas kontrol

dan kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjuukan bahwa : Prestasi siswa pada kelas

kontrol yang menggunakan model pembelajaran ceramah (konvensional) kurang

memuaskan. Hal ini terlihat pada nilai rata-rata kelas 75,03. Nilai tengah dari data

tersebut adalah pada nilai 75,62. Nilai terbanyak yang diperoleh adalah pada pada nilai

74.  Prestasi siswa pada kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran model

CTL cukup memuaskan terbukti dengan perolehan nilai rata-rata 81,44. Nilai tengah dari

data tersebut adalah pada nilai 83. Nilai terbanyak yang diperoleh adalah pada pada nilai

86. Terdapat perbedaan antara hasil belajar kelompok eksperimen dengan menggunakan

pembelajaran model CTL dan kelompok kontrol dengan menggunakan pembelajaran

ceramah (konvensional)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 23: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

 

 

 

 

 

BAB III

METODE PENELITIAN

A.    Perspektif Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Menurut

Bigdan dan Taylor (2000:3) bahwa metode kualitatif merupakan prosedur penelitian

yang menhasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari

orang-orang dan prilaku yang diamati.

Dengan menggunakan pengukuran data kualitatif, diharapkan peneliti dapat

mempelajari sedalam-dalamnya fenomena sosial yang terjadi, dalam hal ini adalah

fenomena sumber daya manusia yang diharapkan dapat memberikan gambaran

tentang Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning di

Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir.

Metode deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan sesuatu yang tengah

berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala

tertentu (Surakhmad, 1994:27). Lebih jauh metode ini bertujuan untuk menjawab

pertanyaan yang menyangkut sesuatu pada saat sedang berlangsungnya proses riset.

Metode ini dapat digunakan dengan lebih banyak segi dan lebih luas dari metode yang

Page 24: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

lain. Ia pun memberikan informasi yang mutakhir sehingga bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak dapat diterapkan pada berbagai

masalah.

 

 

B.     Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yakni suatu jenis penelitian

yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status atau gejala yang

ada yakni keadaan menurut gejala apa adanya. Penelitian yang dimaksud tidak hanya

terbatas pada pengumpulan data tetapi juga meliputi analisis dan interpretasi tentang

arti data tersebut. Penelitian deskriptif pada umumnya merupakan penelitian non

hipotesis, sehingga dalam penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis (Suharsimi

Arikunto, 1996:245)

Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan maka dalam penelitian ini

akan difokuskan pada permasalahan sesuai dengan ruang lingkup penelitian. Fokus

menurut Moleong (1997:2) adalah bagian masalah yang dirumuskan.

Adapun dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah Efektifitas

Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning di Sekolah Dasar

Negeri Di Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir.

C.    Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:38)

Page 25: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

Menurut Hatch dan Faraday (Sugiono, 2012:20), variabel dapat didefinisikan

sebagai atribut dari seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang

dengan yang lain atau objek dengan objek yang lain.

1.      Klasifikasi Variabel

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk

apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2012:38).

Variabel dalam penelitian ini berupa variabel mandiri yaitu Efektifitas

Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning di Sekolah Dasar

Negeri Di Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir. Variabel ini bersifat

mandiri karena tidak mempengaruhi dan dipengaruhi atau dihubungkan dengan

variabel lain

2.      Definisi Konseptual

a.       Contextual teaching learning (CTL) adalah konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia

nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.5

Pengetahuan dan keterampilan siswa dapat diperoleh dari usaha siswa

mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia

belajar.

b.      Starawaji (2009) mengatakan efektivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu

effective yang berarti berhasil, tepat atau mujur. Efektivitas menunjukkan taraf

tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif jika usaha itu mencapai

tujuannya. Slameto (2010:92) mengungkapkan bahwa pembelajaran yang

efektif adalah pembelajaran yang dapat membawa siswa belajar efektif.

Page 26: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

Pembelajaran akan efektif jika waktu yang tersedia sedikit saja untuk guru

melakukan ceramah dan waktu yang besar adalah untuk kegiatan intelektual

dan untuk pemeriksaan pemahaman siswa. Belajar yang efektif siswa berusaha

memecahkan masalah termasuk pendapat bahwa bila seseorang mampu

menciptakan masalah dan menemukan kesimpulan.

3.      Definisi Operasional

Definisi operasional diartikan oleh Sofian Effendi dalam Singarimbun

(2005:46-47) : “Semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengukur suatu

variabel. Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu

penelitian lain yang inginmenggunakan variabel yang sama”.

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini mengacu pada teori

efektifitas, secara rinci tertera pada tabel di bawah ini :

 

Tabel 2

Variabel, Dimensi dan Indikator Penelitian

Variabel Dimensi Indikator

Efektifitas Penerapan

Model Pembelajaran

Contextual Teaching Learning

1.     Kinerja Cara penyampaian metode pembelajaranKemampuan guru dalam menyampaikan mata pelajaranKemampuan peserta didik dalam memahami pelajaran

2.    Manfaat Seberapa besar pengaruh penerapan CTL terhadap siswaPenerimaan siswa pada metode CTL

 

D.    Unit Analisis

Page 27: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

Yang dimaksud unit analisis dalam penelitian ini adalah lembaga dan individu. Unit

analisis dalam penelitian ini adalah Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Pemulutan

Kabupaten Ogan Ilir.

 

E.     Informan Kunci

Dalam suatu penelitian kulitatif, peranan informan sangat begitu penting,

karena dari informan lah semua data penelitian dapat diperoleh dengan akurat dan

dapat dipertanggungjawabkan, (Setiaji, 2004:7).

Informan adalah orang yang dinilai paling mengetahui tentang objek

permasalahan yang sedang diteliti yaitu : kepala sekolah, guru, murid SD N dan orang

tua murid.

F.     Jenis dan Sumber Data

1.      Jenis Data

Jenis data dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

a.       Kualitatif, yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata-kata yang

mengandung makna.

b.      Kuantitatif, yaitu data yang dipaparkan dalam bentuk angka-angka.

2.      Sumber Data

Berkenaan dengan itu, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1.      Data primer adalah secara langsung diambil dari objek / obyek penelitian

oleh peneliti perorangan maupun organisasi.

2.      Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek

penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh

Page 28: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun non

komersial.

 

G.    Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan guna memperoleh informasi dalam penelitian

ini diantaranya meliputi :

1.      Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di lapangan

terhadap fenomena yang terjadi pada saat proses penelitian sedang berlangsung.

Pengamatan dilakukan dengan cara mengkaitkan dua hal, yaitu : informasi

(apa yang terjadi) dengan konteks (hal-hal yang berkaitan disekitarnya) sebagai

proses pencarian makna.

Menurut Nasution (1998:58), informasi yang terlepas dari konteksnya

akan kehilangan makna yang berarti. Observasi ini menyangkut pula pengamatan

aktifitas atau kondisi prilaku (behavioral observation) maupun pengamatan non

perilaku (non behavioral observation). Dengan pengamatan ini diharapkan dapat

mencatata pristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional

maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data; memahami situasi-

situasi sulit yang berkembang di lapangan; dan sebagai re-check data yang ada

sebagaimana dikemukakan oleh Guba dan Lincoln (dalam Meleong,2001:125-

126).

Selain itu menurut Patton (dalam Meleong, 2001:129) dalam pengamatan

dibutuhkan jugasentizising concept (konsep yang dirasakan) yang memberikan

Page 29: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

kerangka dasar guna menarik inti penting dari suatu pristiwa, kegiatan atau

prilaku tertentu.

2.      Wawancara

Wawancara merupakan salah satu usaha untuk mengumpulkan data dan

informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan dan untuk

dijawab secara lisanpula melalui tanya jawab yang terarah. Peneliti berpedoman

kepada pertanyaan-pertanyaan baru.

Validitas penelitian terletak pada kedalaman menggali informasi yang

mencakup beberapa hal, yaitu : pertanyaan deskriptif, pertanyaan komparatif dan

pertanyaan analisis.

3.      Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara studi

kepustakaan, meneliti dokumen-dokumen, catatan-catatan, arsip-arsip serta

laporan penelitian yang sudah ada sehingga dapat menunjang pelaksanaan

penelitian ini dari sumber-sumber resmi yang dapat dipertanggung-jawabkan.

H.    Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis model

interaktif (interactive model of analisys) yang dikembangkan oleh Miles dan

Huberman (1992:15).

Teknik analisis data model interaktif berlangsung dalam tiga tahap berikut :

1.      Reduksi Data

Reduksi data dimaksudkan untuk menyusun data hasil wawancara ke dalam

bentuk uraian secara lengkap dan rinci. Kemudian kepadanya dilakukan reduksi

atau pemilihan data yang berkaitan dengan pokok atau penting yang hanya

berkaita dengan permasalahan penelitian.

Page 30: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

Reduksi data dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung

sehingga dapat disusun hasil wawancara (hasil penelitian) secara lengkap.

 

 

 

2.      Penyajian Data

Penyajian data (display data) dibuat guna memeudahkam peneliti dalam melihat

keseluruhan data hasil wawancara atau melihat bagian khusus dari hasil

wawancara.

Dalam penelitian ini, penyajian data disusun dalam bentuk teks naratif (kumpulan

kalimat) yang dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam

suatu bentuk yang mudah dibaca atau diinterpretasikan.

Dengan cara ini peneliti dapat melihat apa yang sedang terjadidan dapat menarik

kesimpulan secara tepat.

3.      Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian

dan verifikasi dilakukan guna perbaikan dan pencocokan data secara teus menerus

selama proses penelitian berlangsung.

      Pada penelitian ini, kegiantan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,

dan penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan suatu siklus kegiatan yang

interaktif dan komprehensif yang dilakukan secara teliti dan rinci sehingga

diperoleh hasil penelitian yang akurat.

I.       Rencana Sistematika Laporan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah sebagai

berikut :

Page 31: Efektifitas Penerapan Model Pembljran Contextual Teaching Learning Di SDN Di Kec Pemulutan Kab OI_nurhayati

BAB I               : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang

masalah, identifikasi   masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

dan manfaat penelitian.

BAB II              : Tinjauan pustaka, yang berisi landasan teori yang

digunakan dalam pembahasan penelitian ini.

BAB III            : Metodologi penelitian, yang berisi perspektif

pendekatan penelitian, ruang lingkup penelitian, variabel penelitian,

unit analisis, informan, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan

data, dan rencana sistematika laporan.

BAB IV            : Deskriptif wilayah penelitian, yaitu gambaran umum

/ keadaan umum dari lokasi penelitian.

BAB V              : Hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian,

merupakan inti dari penulisan laporan penelitian ini.

BAB VI          : Kesimpulan dan saran, yang merupakan begian akhir

dari penulisan     laporan ini.