Efektifitas Metode Pnf Pada Pemulihan Penderita Stroke
-
Upload
agil-wahyu-wicaksono -
Category
Documents
-
view
161 -
download
2
Transcript of Efektifitas Metode Pnf Pada Pemulihan Penderita Stroke
1
EFEKTIFITAS METODE BOBATH PADA FASE FLACCID
BAB I
Dengan meningkatnya kesejahteraan rakyat Indonesia sangat mempengaruhi
perubahan pola penyakit. Salah satunya adalah semakin meningkatnya penderita
stroke. Stroke merupakan gangguan cerebrovasculer yang dapat menyebabkan
kelumpuhan/hemiparese.1 Fisioterapi sebagai salah satu profesi yang bertanggung
jawab terhadap kesehatan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional mempunyai
beragam tehnik terapi untuk upaya pemulihan gangguan kapasitas fisik dan
kemampuan fungsional pada penderita stroke.
Terapi stroke dengan pendekatan Bobath merupakan upaya pemulihan keadaan
patologis pada hemiplegi dengan cara mengembangkan reaksi-reaksi automatis
yang normal. Bobath dalam mengembangkan reaksi outomatis yang normal
berdasarkan analisa gerakan normal, perkembangan gerak normal yang terjadi
pada proses tumbuh kembang anak dan hubungan antara reaksi automatis normal
dengan tumbuh kembang anak. Prinsip terapi bobath adalah mengembangkan
kapasitas fisik sisi yang lumpuh agar dapat dipakai untuk berfungsi kembali.2
Pendekatan terapi ini menghindarkan kompensasi pada sisi yang sehat, sehingga
sisi yang lumpuh mendapat prioritas latihan dan harus diusahakan dengan aktif.
1. J.G. Chusid, Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional, (Yogyakarta: Gadjah Mada University, 1993) h.423
2. Bobath, Bertha FCSP, The Treatment of Neuro muscular Disorders by Improving Pattern of Coordination, (London:
The Western CP Centre, 1969) h.3
2
BAB II
Pada stadium awal hemiplegi dikenalkan kembali pola-pola gerakan normal,
dengan memberikan ransangan tactile stimulasi dan proprioseption stimulasi
secara benar sehingga diharapkan akan terbentuk kembali konsep pola gerakan
yang telah rusak dalam central koordination CNS. Mengontrol tonus postural
mendekati status normal maka penderita akan lebih mudah untuk membentuk
reaksi outomatis yang normal, voluntery movment dalam pola normal dan
aktifitas fungsional yang normal.
Problem pada penderita hemiplegi fase flaccid:3
1. Gangguan tonus potural (Flaccid/spastis)
2. Reaksi asosiasi yaitu penambahan tonus postural pada sisi yang lumpuh
disertai terbentuknya involuntery movment dalam pola gerak abnormal.
3. Asimetrik tonik neck reflek
4. Gangguan fungsi sensorik dan persepsi
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan konsep terapi bobath ini
adalah:4
a. Reaksi yang timbul pada waktu latihan. Hentikan apabila timbul reaksi-
reaksi yang abnormal.
b. Bandingkan reaksi yang ada pada waktu sisi yang lumpuh bergerak
dengan sisi sehat yang bergerak.
3. J.G. Chusid, OP. Cit, h. 424
4. IKAFI, Kumpulan makalah Workshop Fisioterapi pada Stroke, (Jakarta: 1998) h.54
3
c. Upayakan untuk tidak mengembangkan pemakaian usaha yang
berlebihan.
d. Kembangkan kehendak pasien untuk bergerak sendiri , bergantian posisi
dan berpindah tempat.
e. Kembangkan kemampuan untuk mencegah spastisitas yang berlebihan
dengan reflek inhibitory pattern yang dinamik.
f. Gunakan reflek inhibitory pattern untuk mengembangkan kontrol
gerakan dalam normal pattern
g. Tentukan program latihan tahap selanjutnya dengan mempertimbangkan
reaksi-reaksi yang nampak.
Tehnik-tehnik yang mendasari latihan meliputi:5
1. Proprioseptive dan tactile stimulasi yaitu tehnik untuk merangsang
kembali fungsi menyangga pada sendi-sendi.
2. Inhibisi yaitu tehnik untuk mencegah timbulnya Pattern patologis.
3. Fasilitasi yaitu tehnik untuk mempermudah timbulnya gerakan dalam pola
normal.
Pada waktu penderita masih dalam status rawat, fisioterapis bekerjasama dengan
perawat dalam menangani aktifitas sehari-hari penderita. Pada masa ini masalah
yang menonjol adalah:
- Perasaan dimana tubuh seolah-olah terbelah menjadi dua, dapat berupa
rasa nyeri yang berlebihan pada sisi lumpuh atau tidak terasa sama sekali.
- Tonus postural berbeda antara kanan dan kiri.
5.Ibid, h.59
4
- Lupa bergerak dan tidak hanya terjadi pada sisi lumpuh tapi juga pada sisi
sehat.
Tehnik terapi pada fase flaccid:
1. Posisi tidur
Kepala diatas bantal tipis dengan posisi lurus atau side fleksi kearah sehat.
Shoulder forward mid posisi dengan lengan disangga bantal sampai kejari-
jari.
- Hip forwad rotasi dengan tungkai pada mid posisi semi outward.
- Plantar fleksi yang berlebihan disangga dengan ban tetapi bila spastis
telah ada ban harus diambil.
2. Berputar keposisi miring
Miring kekanan dan kekiri dapat mengatasi banyak problem perawatan.
Latihan ini diberikan seawal mungkin. Yang perlu diperhatikan adalah
posisi shoulder harus forward dan lengan dengan posisi lurus/ekstensi
elbow. Usahakan agar penderita sebisa mungkin melakukan sendiri.
3. Bangun keduduk
Bangun dengan sisi yang lumpuh menumpu merupakan stimulasi
proprioseptive yang bai, stimulasi terhadap sendi-sendi terkait langsung
dengan fungsi. Dengan cara ini penderita tidak akan melupakan sisi
lumpuh untuk selalau berfungsi.
Posisi duduk
Tungkai harus selalau menapak penuh. Pada posisi duduk ini dapat
dikembangkan fungsi menyangga pada tangan. Kesulitan timbul oleh
5
karena masih sangat flaccid, untuk itu dapat dibantu dengan splin yang
sederhana dan ringan agar siku bisa lebih tegak.
4. Bangun ke berdiri
Dilakukan persiapan yang berupa membungkukkan badan dari hip. Posisi
awal dua kaki sejajar, lengan lumpuh dipegang kepinggang terapis (bila
terlalu lemah boleh diberpegang keleher). Awali pergerakan dengan
membungkukkan badan sejauh mungkin dan angkat hip dari kursi’ jaga
agar posisi kaki tidak berubah pada saat tubuh diangkat. Apabila penderita
masih belum mampu, berikan bantuan mengangkat pinggul agar tidak
timbul usaha yang berlebihan. Manuver yang sama bisa diterapkan pula
pada waktu akan duduk.
5. Memperbaiki kesadaran posisi badan/ ekstremitas yang lumpuh.
Upaya ini dilakukan dengan tehnik ,memfungsikan dua tangan bersama-
sama (fleksi, ekstensi, rotasi dan sebagainya). Dalam melakukan ini harus
diingat agar tidak menggunakan usaha yang berlebihan.
Pengunjung hendaknya mengajak bicara dari sisi yang lumpuh, hal ini
dimaksudkan agar penderita menoleh kesisi yang lumpuh.
6
DAFTAR PUSTAKA
Bobath, Bertha FCSP, The Treatment of Neuromuscular Disorders by improving Pattern of Coordination, (London : The Western CP Centre, 1969)
IKAFI, Kumpulan makalah Workshop Fisioterapi pada stroke, (Jakarta, 1998)
Chusid, J. G. Neuroanatomi korelatif dan Neurologi Fungsional, (Yogyakarta, Gadjah Mada University Perss, 1993)
L O O S E L E A F
7
1. J.G. Chusid, Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University, 1993) h.423
Stroke merupakan gangguan cerebrovasculer yang dapat menyebabkan
kelumpuhan/hemiparese.
2. Bobath, Bertha FCSP, The Treatment of Neuro muscular Disorders by
Improving Pattern of Coordination, (London : The Western CP Centre,
1969) h.3
Prinsip terapi bobath adalah mengembangkan kapasitas fisik sisi yang lumpuh
agar dapat dipakai untuk berfungsi kembali.
3. J. G. Chusid, Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional,
(Yogyakarta: Gajah Mada University, 1993) h.424
Problem pada penderita hemiplegi fase flaccid:3
1. Gangguan tonus potural (Flaccid/ spastis)
2. Reaksi asosiasi yaitu penambahan tonus postural pada sisi yang lumpuh
disertai terbentuknya involuntery movment dalam pola gerak abnormal.
3. Asimetrik tonik neck reflek
4. Gangguan fungsi sensorik dan persepsi
4. IKAFI, Kumpulan makalah Workshop Fisioterapi pada Stroke, ( Jakarta:
1998) h.54
8
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan konsep terapi bobath ini
adalah:4
a. Reaksi yang timbul pada waktu latihan. Hentikan apabila timbul reaksi-
reaksi yang abnormal.
b. Bandingkan reaksi yang ada pada waktu sisi yang lumpuh bergerak
dengan sisi sehat yang bergerak.
c. Upayakan untuk tidak mengembangkan pemakaian usaha yang
berlebihan.
d. Kembangkan kehendak pasien untuk bergerak sendiri , bergantian posisi
dan berpindah tempat.
e. Kembangkan kemampuan untuk mencegah spastisitas yang berlebihan
dengan reflek inhibitory pattern yang dinamik.
f. Gunakan reflek inhibitory pattern untuk mengembangkan kontrol
gerakan dalam normal pattern
g. Tentukan program latihan tahap selanjutnya dengan mempertimbangkan
reaksi-reaksi yang nampak.
5. IKAFI, Kumpulan makalah Workshop Fisioterapi pada Stroke, ( Jakarta:
1998) h.59
Tehnik-tehnik yang mendasari latihan meliputi:5
1. Proprioseptive dan tactile stimulasi yaitu tehnik untuk merangsang
kembali fungsi menyangga pada sendi-sendi.
9
2. Inhibisi yaitu tehnik untuk mencegah timbulnya Pattern patologis.
3. Fasilitasi yaitu tehnik untuk mempermudah timbulnya gerakan dalam pola
normal.