EFEKTIFITAS KAMPANYE HUMAS KEMENTERIAN PARIWISATA …isip.usni.ac.id/jurnal/z3. Devy...
Transcript of EFEKTIFITAS KAMPANYE HUMAS KEMENTERIAN PARIWISATA …isip.usni.ac.id/jurnal/z3. Devy...
34
EFEKTIFITAS KAMPANYE HUMAS KEMENTERIAN
PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA MELALUI
“WONDERFUL INDONESIA” TERHADAP PENINGKATAN
KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA
Devy Putri Kussanti1,
Susilowati2
Universitas Bina Sarana Informatika
Jl. Kayu Jati 5, No 2, Pemuda Rawamangun, Jakarta Timur
Fakultas Komunikasi dan Bahasa
ABSTRAK
Sebagai Humas pemerintah dalam bidang pariwisata yang notabenenya juga sebagai penggerak
dari roda peningkatan devisa Negara, Kementerian Pariwisata Republik Indonesia telah
menjalankan tugas dan fungsinya dengan mencanangkan kampanye wisata ke Indonesia
melalui promosi “Wonderful Indonesia”. Tindakan promosi yang dilakukan oleh Kemenpar RI
mayoritas di dominasi dengan menggunakan media publikasi internasional dengan
menggandeng media asing serta maskapai penerbangan asing. Hal ini diharapkan dapat
memenuhi target yang telah ditetapkan yakni meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan
mancanegara hingga 17 juta pengunjung pada tahun 2018. Hal yang telah dilakukan Kemenpar
RI mendapatkan beberapa rintangan diantaranya kejadian bencana alam dan kecelakaan
pesawat yang terjadi di tahun 2018. Dengan kejadian tersebut membuat pihak Kemenpar
beserta pelaku wisata lainnya lebih bekerja keras memaksimalkan tujuan utama mereka yakni
mencapai kenaikan devisa di bidang pariwisata dan peningkatan kunjungan wisatawan
mancanegara. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan informasi bahwa
pemerintah telah menangani kejadian tersebut dan tetap menjalankan kampanye wisata ke
Indonesia melalui media publikasi internasional, pembuatan stand atau booth dalam festival
internasional dan lain sebagainya. Media publikasi internasional yang digunakan merupakan
media ruang terbuka dan bersifat dinamis sehingga masyarakat internasional dapat dengan
mudah melihat, membaca dan mencari tahu mengenai “Wonderful Indonesia”. Kemenpar RI
pada akhirnya memang tidak mencapai target 17 juta pengunjung wisatawan mancanegara pada
tahun 2018, hanya saja telah meningkatkan pemasukan devisa Negara dengan kedatangan para
wisatawan mancanegara baik dengan maksud melakukan kegiatan berwisata maupun
melakukan bisnis
Kata Kunci: Kampanye Humas, Humas Pemerintah, Promosi, Pariwisata dan Citra
ABSTRACT
As a government public relations officer in the tourism sector who also serves as a driver of
increasing the country's foreign exchange, the Ministry of Tourism of the Republic of Indonesia
has carried out its duties and functions by launching a tourism campaign to Indonesia through
the promotion of "Wonderful Indonesia". The promotion actions carried out by the Indonesian
35
Ministry of Ministry of Religion were predominantly dominated by using international
publication media by cooperating with foreign media and foreign airlines. This is expected to
meet the predetermined target of increasing the number of foreign tourist arrivals to 17 million
visitors in 2018. Things that have been done by the Indonesian Ministry of Religion get a
number of obstacles including natural disasters and aircraft accidents that occur in 2018. With
these events make parties Ministry of Tourism and other tourism actors work harder to
maximize their main goals, namely to achieve foreign exchange increase in tourism and
increase foreign tourist arrivals. One effort is to provide information that the government has
handled the incident and continue to run tourism campaigns in Indonesia through international
publications, making booths or booths at international festivals and so on. The international
media publications used are open space and dynamic media so that the international
community can easily see, read and find out about "Wonderful Indonesia". The Indonesian
Ministry of Religion in the end did not reach the target of 17 million visitors of foreign tourists
in 2018, only it has increased the country's foreign exchange earnings with the arrival of
foreign tourists both with the intention of carrying out tourism and business activities.
Keywords: Public Relations Campaign, Government Public Relations, Promotion, Tourism
and Image
PENDAHULUAN
Sebagai salah satu Negara
kepulauan terbesar di dunia, Indonesia
dapat dikatakan sebagai Negara yang
istimewa dan menakjubkan. Hal ini
tidak hanya karena banyaknya pulau
dengan penghuninya yang terdiri dari
beragam suku bangsa, tetapi juga
keindahan alam baik flora dan fauna
serta peninggalan sejarahnya yang
menjadikan Indonesia sebagai “magnet
budaya” di mata internasional.
Dengan keistimewaan dan daya
tarik tersebutlah Indonesia melalui
pariwisatanya mencoba untuk
bermanuver di kancah internasional.
Sehingga bidang pariwisata
kedepannya akan menjadi salah satu
bidang yang akan memberikan
kontribusi tinggi terhadap peningkatan
devisa Negara. Perkembangan
pariwisata di Indonesia semakin hari
memberikan manfaat yang sangat besar
baik bagi pemerintah, pengelola
kawasan wisata dan masyarakat
Indonesia itu sendiri. Hal ini
dikarenakan strategi yang digunakan
dalam dunia pariwisata kini tidak hanya
menjual tiket wisata wahana layaknya
wisata jaman dahulu. Saat ini telah
marak wisata alam, wisata eco dan
wisata lainnya yang mengunggulkan
alam sebagai daya tarik bagi wisatawan
baik dari dalam maupun luar negeri.
Beberapa lokasi wisata
bernuansa alam yang telah terlebih
dahulu terkenal adalah Bali, Lombok,
Bunaken, Raja Ampat dan masih
banyak lagi lainnya. Dengan adanya
keindahan alam dan keramahan
masyarakatnya maka tidak dapat
dipungkiri bahwa Indonesia memiliki
potensi yang lebih unggul sebagai salah
satu destinasi wisata yang wajib
dikunjungi.
Terlepas dari hal diatas, terdapat
beberapa permasalahan yang dihadapi
oleh Pemerintah Indonesia khususnya
Kementerian Pariwisata (Kemenpar RI)
dalam menanggulangi penurunan minat
wisatawan mancanegara untuk
berkunjung ke Indonesia, yang
disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya bencana alam yang
mengguncang beberapa wilayah di
Indonesia dan kecelakaan pesawat
terbang.
35
Oleh karena itu Kemenpar RI
mencanangkan kampanye Program
Wonderful Indonesia sebagai salah satu
tindakan promosi bagi para calon
wisatawan mancanegara dan
masyarakat internasional lainnya. Hal
ini diupayakan agar jumlah kedatangan
wisatawan mancanegara semakin
meningkat sesuai dengan target yang
telah ditetapkan, yakni 17 juta
wisatawan mancanegara pada tahun
2018.
Salah satu upaya yang telah
dilakukan oleh Kemenpar RI dan
hingga saat ini masih berjalan ialah
pelaksanaan program Wonderful
Indonesia melalui 4 Core Marketing
Activities dan Kerja Sama Terpadu
dengan 16 Airlines Asing & Cash
Insentif. Kegiatan tersebut telah
dijalankan sejak Januari 2019 dan
hingga saat ini.
Sedangkan Kerja Sama Terpadu
dan Cash Insentif telah dicanangkan
pada Agustus 2018. Cash Insentif
adalah pemberian cash kepada airlines
yang membawa wisatawan ke
Indonesia. Cash insentif mempunyai 3
skema yaitu JP (Join promotion)
existing rutes, JP (Join Promotion) new
rutes, dan insentif cash, pemberian uang
cash ke airlines dengan membawa
wisatawan ke Indonesia dengan syarat
bahwa wisatawan harus berada di
Indonesia selama 3-5 malam.
Kemenpar memberikan Cash insentif
ke airlines sebesar 10-25 USD.
Berdasarkan hal tersebut diatas,
maka dapat dikatakan bahwa Kemenpar
RI melalui kampanye “Wonderful
Indonesia” menginginkan secara
maksimal peningkatan jumlah
kedatangan wisatawan mancanegara
pasca kejadian bencana alam dan
pemberitaan kecelakaan pesawat
terbang. Hal ini terlihat dari berbagai
upaya yang dilakukan Kemenpar
melalui kegiatan promosi mereka pada
sejumlah media publikasi internasional.
Dengan adanya media publikasi
internasional yang digunakan,
Kemenpar RI berharap masyarakat
internasional memiliki pandangan
positif terhadap destinasi wisata alam
Indonesia pasca bencana alam dan
kecelakaan transportasi pertengahan
2018 silam.
TINJAUAN PUSTAKA
Kampanye Humas
Johnson-Cartee and Copeland
(1997:21) menyebut kampanye sebagai
an organized behavior, harus
direncanakan dan diterapkan secara
sistematis dan berhati-hati. Hal ini
menunjukkan bahwa kegiatan
kampanye membutuhkan sentuhan
manajemen yakni merancang,
melaksanakan, mengendalikan, dan
mengevaluasi suatu program kegiatan
secararasional, realistis, efisien, dan
efektif Sejak awal, kegiatan kampanye
selalu meliputi tahapan perencanaan,
pelaksanaan hingga evaluasi.
Perbedaannya adalah pada masa kini
berbagai tahapan tersebut dibakukan
dan diformalkan dengan istilah
manajemen kampanye secara efektif
dan efisien dengan memanfaatkan
seluruh sumber daya yang ada guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dimasukannya unsur manajerial dalam
pengelolaan kampanye diharapkan
peluang keberhasilan pencapaian tujuan
kampanye menjadi lebih terbuka dan
lebih besar. (Tyas, Hafiar, & Sani,
2018)
Tujuan dari kampanye sangat
beragam dan berbeda antara satu
organisasi dengan organisasi yang
lainnya. Ostergaard (2002) dalam
Venus mengatakan ketiga aspek
tersebut dengan sebutan “3A” yaitu,
awareness, attitude, dan actions. Ketiga
aspek ini bersifat saling berkaitan dan
merupakan sasaran pengaruh (target of
36
influences) yang harus dicapai secara
bertahap agar satu kondisi perubahan
dapat tercipta. (Tyas et al., 2018)
Perencanaan kampanye
merupakan tahap yang harus dilakukan
agar kampanye dapat mencapai tujuan
yang diinginkan. Fungsi utama sebuah
perencanaan dalam kampanye adalah
menciptakan keteraturan dan kejelasan
arah tindakan. Menurut Gregory 2000;
Simmons, 1990, dalam Venus 2004
terdapat beberapa alasan mengapa
sebuah perencanaan harus dilakukan
dalam kampanye yaitu:
a. Memfokuskan usaha. Perencanaan
membuat tim kampanye dapat
mengidentifikasi dan menyusun tujuan
yang akan dicapai dengan benar hingga
akhirnya pekerjaan dapat dilakukan
secara efektif dan efisien, karena
berkosentrasi pada prioritas dan alur
kerja yang jelas.
b. Mengembangkan sudut pandang
berjangka waktu panjang. Perencanaan
membuat tim kampanye melihat semua
komponen secara menyeluruh. Ini akan
membuat tim kampanye tidak berpikir
mengenai efek kampanye dalam jangka
waktu yang pendek tapi juga ke masa
depan, hingga mendorong
dihasilkannya program yang terstruktur
dalam menghadapi kebutuhan masa
depan.
c. Meminimalisasi kegagalan.
Perencanaan yang cermat dan teliti
akan menghasilkan alur serta tahapan
kerja yang jelas, terukur danspesifik
serta lengkap dengan langkah-langkah
alternatif, sehingga bila ada kegagalan
bisa langsung diambil alternatif
penyelesaiannya.
d. Mengurangi konflik. Konflik
kepentingan dan prioritas merupakan
hal yang sering terjadi dalam sebuah
kerja tim. Perencanaan yang matang
akan mengurangi potensi munculnya
konflik, karena sudah ada bentuk
tertulis mengenai alur serta prioritas
pekerjaan untuk tiaptiap anggota tim.
e. Memperlancar kerja sama dengan
pihak lain. Semua rencana yang matang
akan memunculkan rasa percaya para
pendukung potensial serta media yang
akan digunakan sebagai saluran
kampanye, hingga akhirnya akan
terjalin kerja sama yang baik dan
lancar. (“MENGENAL KAMPANYE
KOMUNIKASI,” 2015)
Humas Pemerintah
Dalam melaksanakan perannya,
menurut Lattimore (2010) ada empat
model humas yang selalu diterapkan.
Pertama, model press agentry (agen
pemberitaan); yaitu menggambarkan
bagaimana informasi bergerak satu arah
dari organisasi menuju publik. Kedua,
model informasi publik; yaitu model
yang menggambarkan bagaimana
humas bertugas memberitahu publik.
Model ini selalu dipraktikkan oleh
humas pemerintah, lembaga
pendidikan, dan organisasi nirlaba.
Ketiga, model asimetris dua arah; yaitu
memandang humas sebagai kerja
persuasi ilmiah yang menggunakan
hasil riset untuk mengukur dan menilai
publik. Keempat, model simetris dua
arah; yaitu sebuah model yang
menggambarkan sebuah orientasi
humas dimana organisasi dan publik
saling menyesuaikan diri. Model ini
berfokus pada penggunaan metode riset
ilmu sosial untuk memperoleh rasa
saling pengertian serta komunikasi dua
arah antara publik dan organisasi. Dari
keempat model tersebut, tiga model
pertama merefleksikan sebuah praktik
humas yang berusaha mencapai tujuan
organisasi melalui persuasi. Model
keempat berfokus pada usaha
menyeimbangkan kepentingan pribadi
dengan kepentingan publik atau
kelompok lainnya. Dalam sebuah
organisasi, khususnya di lingkup
37
pemerintahan, humas memegang
peranan yang sangat penting dan
strategis.(Lubis, 2012)
Menurut Harlow dalam
Andipate (2015:28) terdapat tugas
Humas yaitu:
1. Membantu membentuk dan
pemelihara garis komunikasi dua-arah,
saling pengertian, penerimaan, dan
kerjasama antara organisasi dengan
masyarakatnya yang melibatkan
manajemen problem atau masalah
untuk selalu mendapatkan informasi.
2. Merespon pendapat umum
mendefinisikan dan menekankan
tanggungjawab manajemen dalam
menjalani kepentingan masyarakat.
3. Membantu manajemen mengikuti
dan memanfaatkan perubahan dengan
mengantisipasi kecenderungan riset
serta komunikasi yang masuk akal dan
etis sebagai sarana utamanya.
Fungsi paling dasar humas
dalam pemerintahan adalah membantu
menjabarkan dan mencapai tujuan
program pemerintahan, meningkatkan
sikap responsif pemerintah, serta
memberi publik informasi yang cukup
untuk dapat melakukan pengaturan diri
sendiri (Lattimore, 2010). Berarti
humas pemerintahan bertugas
menjalankan kegiatan kebijakan dan
pelayanan publik dengan memberikan
berbagai informasi tentang kebijakan
pemerintahan yang mengikat rakyat
atau masyarakat. Selanjutnya
memberikan pelayanan publik yang
terbaik, dengan birokrasi yang tidak
berbelit-belit untuk memberikan
kepuasan kepada rakyat atau
masyarakat sehingga dunia
pemerintahan memperoleh citra positif
dari rakyat atau publik.(Lubis, 2012)
Pariwisata
Kata pariwisata menunjukkan suatu
kegiatan berpergian, yaitu merupakan
keseluruhan rangkaian kegiatan yang
berhubungan dengan gerakan manusia
yang melakukan perjalanan atau
persinggahan sementara dari tempat
tinggalnya ke suatu atau beberapa
tempat tujuan diluar lingkungan tempat
tinggalnya yang didorong oleh
beberapa keperluan atau motif tanpa
bermaksud mencari nafkah tetap.
Dalam kamus Indonesia online
dijelaskan bahwa pariwisata dengan
ejaan pa-ri-wi-sa-ta yang berhubungan
dengan perjalanan untuk rekreasi,
pelancongan, tourism.(War, 2019)
Menurut International Union
of official Travel Organization
(IUOTO) pengunjung adalah orang
atau sekelompok orang yang
mendatangi suatu kawasan wisata
dengan maksud berwisata dan tidak
menerima upah atau melakukan
pekerjaan. Pengunjung digolongkan
dalam dua kategori, yaitu:
1. Wisatawan (tourist)
Pengunjung yang berkunjung
dengan kurun waktu paling sedikit
24 jam di tempat yang
dikunjunginya dan tujuannya dapat
digolongkan ke dalam klasifikasi
sebagai berikut:
a. Pesiar (leisure), dengan tujuan
relaksasi, liburan, kesehatan,
studi, keagamaan dan olahraga.
b. Hubungan dagang (business),
keluarga, pertemuan, misi dan
lain sebagainya.
2. Pelancong (excursionist)
Pengunjung sementara yang datang
ke suatu tempatwisata dengan kurun
waktu tidak lebih dari 24
jam.(Widyarini & Sunarta, 2019)
Promosi
Peran Promosi adalah (1) Sebagai alat
penyebaran informasi tentang suatu
produk dari perusahaan ke masyarakat,
(2) Promosi memiliki kemampuan
untuk menggugah minat semua orang
yang menjadi target sasaran tergerak
38
untuk melakukan pembelian, (3)
Tercapainya Informasi dan pengaruh
yang diinginkan dari pelaksanaan
strategi promosi yang dilakukan oleh
suatu perusahaan. (M.A, 2015)
Promotional mix merupakan
gabungan dari berbagai jenis alat
promosi yang ada untuk suatu produk
yang sama agar hasil dari kegiatan
promosi yang dilakukan dapat
memberikan hasil yang maksimal.
Promotional mix meliputi:
1.Advertising, 2.Direct Marketing,
3.Interactive/ internet marketing,
4.Sales promotion, 5.Publicity/ Public
Relations
6.Personal selling. (M.A, 2015)
Proses perencanaan promosi
meliputi 7 tahap, yaitu:
1. Review of the Marketing Plan
Pada tahap ini yang perlu dilakukan
adalah me-review perencanaan
marketing dan sasaran marketnya. Isi
dari dari perencanan marketing yaitu:
a. Analisis detail, mengenai situasi
internal dan eksternal dari
persaingan pasar dan factor-faktor
dari lingkungan
b. Sasaran spesifik marketing, untuk
menentukan tujuan pemasaran,
waktu untuk pemasaran, dan
mekanisme untuk mengukur daya
guna
c. Strategi pemasaran dan progam,
meliputi proses seleksi target pasar
dan keputusan serta rencana untuk 4
element dari marketing mix.
d. Program untuk
mengimplementasikan strategi
pemasaran, meliputi penentuan
hasil yang berguna dan dapat
dipertanggungjawabkan.
e. Proses pengawasan dan evaluasi
produk serta adanya feedback yang
dapat dipertahankan dan perubahan
penting yang dapat digunakan pada
keseluruhan strategi pemasaran.
2. Promotional Program Situation
Analysis
Setelah semua perencanaan pemasaran
di-review, tahap selanjutnya adalah
mengarahkan analisis situasi. Fokus
dari tahap ini ada pada factor yang
mempengaruhi atau relevan dengan
pengembangan strategi promosi yang
meliputi analisis kondisi internal dan
eksternal.
3. Analysis of Communication Process
Fokus pada tahap ini adalah bagaimana
sebuah perusahaan dapat secara efektif
berkomunikasi dengan konsumen
sebagai target marketnya.
4. Budget Determination
Pada tahap ini, perusahaan perlu
menentukan budget untuk melakukan
kegiatan promosi. Yang perlu
diperhatikan adalah berapa besar biaya
yang akan dihabiskan untuk promosi
dan bagaimana budget itu dialokasikan.
5. Developing the Integrated Marketing
Communication
Di tahap ini, keputusan harus dibuat
berdasarkan peran dan kepentingan dari
setiap elemen komunikasi dan
koordinasi antar elemen tersebut
dengan elemen lainnya.
6. Monitor, Evaluate, and Control
Tahap ini merupakan tahap yang
penting untuk menentukan seberapa
bagus program promosi dapat
menentukan sasaran komunikasi dan
membantu perusahaan dalam mencapai
keseluruhan tujuan marketing dan
sasarannya. (M.A, 2015)
Media Publikasi
Organisasi, baik itu kecil,
sedang, atau besar pada dasarnya akan
selalu membutuhkan sentuhan
39
komunikasi aktif guna menumbuhkan
partisipasi publik dalam pengembangan
operasional perusahaan.(Ishak, 2012)
Dan publikasi merupakan cara yang
sering digunakan oleh humas untuk
mempromosikan lembaganya.
Biasanya dilakukan dengan dua cara,
yaitu: 1. Publikasi lembaga dengan cara
kegiatan tidak langsung Kegiatan tidak
langsung merupakan kegiatan yang
berkomunikasi dengan masyarakat
melalui media perantara tertentu,
misalnya dengan melalui radio, media
cetak, televisi, pameran dan internet. 2.
Publikasi lembaga dengan cara kegiatan
langsung Kegiatan langsung adalah
kegiatan yang dilaksanakan secara
langsung tanpa perantara media dan
dilakukan dengan cara tatap muka,
seperti rapat bersama, konsultasi
dengan tokoh masyarakat, bazar
sekolah dan ceramah. (Indrioko, 2015).
(Mahfuzhah & Anshari, 2018)
Berikut macam – macam media
publikasi yang dapat digunakan:
1. Media Cetak Media cetak
merupakan sebuah media yang
mempunyai fungsi sebagai media
penyapaian informasi. Media cetak
merupakan media informasi yang
terdiri dari lembaran dengan sejumlah
kata, foto, maupun gambar dengan
berbagai macam warna, yang memiliki
fungsi pokok untuk menyampaikan
informasi atau menghibur. Media cetak
dapat dikatakan pula sebagai suatu
dokumen yang mempublikasikan apa
yang dikatakan oleh orang lain baik
berupa kata – kata ataupun rekaman
peristiwa dan foto yang ditangkap oleh
jurnalis dan dan kemudian diedit
sehingga layak untuk disampaikan
kepada masyarakat. (Abbas & Pasallo,
2013) Kelebihan media ini adalah dapat
menjangkau semua lapisan masyarakat,
dan tergolong murah. Namun, media ini
hanya terjadi komunikasi satu arah
sehingga penyampaian berita sangat
tergantung pada konsep penulis.
2. Media Eletronik Media
eletronik terdiri dari televisi dan radio.
Kelebihan kedua media ini adalah dapat
menjangkau masyarakat yang lebih luas
dari pada media cetak. Berhasil
tidaknya penyebaran infornasi melalui
televisi sebagai media publisitas
madrasah tergantung pada program
yang disiapkan, dalam program tersebut
telah disusun pokok – pokok
permasalahan yang akan disajikan
kepada penonton/pemirsa.
Penyampaian informasi melalui media
telivisi sangat efektif dan mampu
menjangkau daerah pelosok, pedesaan
maupun pegunungan, penggunaan
dengan media telivisi ini dapat
dilakukan dengan berbagai acara antara
lain : (a) ceramah umum, (b)
wawancara, (c) sandiwara, (d) diskusi,
(e) humor, (f) cerdas tangkas, (g)
kegiatan pentas seni, dll. Sedangkan
radio memiliki beberapa keunggulan
yaitu: (a) teks yang akan di siarkan
dapat disiapkan sebelum waktu
penyiaran, (b) tidak dipengaruhi faktor
komunikator, seperti sikap dan tinhkah
laku, (c) Dapat melewati batas ruang,
waktu serta jangkauan luas, dan (d)
dapat dibantu latar belalakang musik.
(Wahyuni, 2018)
3. Media Sosial. Media sosial
atau dewasa ini sering disebut dengan
social media adalah “websites and
applications that enable users to create
and share content or to participate in
social networking” (Griessner, 2012).
Media sosial hadir dan merubah
paradigma berkomunikasi di
masyarakat saat ini. Komunikasi tak
terbatas ruaang, jarak, dan waktu. Bisa
dilakukan dimana saja dan kapan saja,
tanpa harus bertatap muka. Dengan
hadirnya aplikasi jejaring sosial seperti
Facebook, Twitter, Instagram dan
40
semacamnya, orang – orang dapat
saling berinteraksi tanpa harus bertemu
langsung. Jarak bukan menjadi masalah
lagi dalam berkomunikasi. (Dwi &
Watie, 2011) (Mahfuzhah & Anshari,
2018)
Beberapa faktor yang perlu
untuk dipertimbangkan dalam
pemilihan media diantaranya:
jangkauan media, tipe dan ukuran
besarnya publik, biaya, waktu, dan
tujuan serta objek kampanye. Di
samping itu, faktor lain yang juga perlu
mendapat perhatian adalah karakteristik
publik, baik secara demografis,
psikografis, maupun geografis. Pola
penggunaan media public (media habit)
juga harus diperhitungkan untuk
memastikan media apa yang biasanya
digunakan publik (Venus, 2012:
203).(Tyas et al., 2018)
Citra Oliver (2007: 50) mengatakan citra
adalah suatu gambaran tentang mental;
ide yang dihasilkan oleh imaginasi atau
kepribadian yang ditunjukan kepada
publik oleh seseorang, organisasi dan
sebagainnya. (Lengkong, L, Sondakh,
& Londa, W, 2017)
Jefkin menyatakan “Citra
adalah suatu kesan yang didapat
berdasar pada pengetahuan dan
pengertian seseorang mengenai fakta-
fakta atau kenyataan (Soemirat dan
Ardianto, 2003: 114)”. “Citra dengan
sengaja perlu diciptakan agar bernilai
positif (Sukatendel dalam Soemirat,
2003: 113)”. (Prasiska & Dkk, 2017)
Menurut Sutisna (1997:259)
citra adalah total persepsi terhadap
suatu objek yang dibentuk dengan
memproses infromasi dari berbagai
sumber setiap waktu.(Deli Darlina,
2016)
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penyusunan jurnal kali ini
penulis menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif, dimana
penelitian menganalisa mengenai isi
dari komunikasi yang dilakukan oleh
objek penelitian yang berdasarkan pada
sumber-sumber bacaan dan melakukan
wawancara secara tidak formal kepada
narasumber serta memaparkan secara
rinci dan jelas mengenai keadaan yang
sebenarnya berkaitan dengan sektor
pariwisata di Indonesia. Adapun
pemahaman mengenai kualitatif
menurut Moleong (2013), penelitian
kualitatif adalah penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui fenomena
mengenai hal-hal yang dialami oleh
subjek penelitian seperti pola pikir,
tindakan, motivasi dan lain
sebagainya secara mendalam dan
dengan bentuk kata-kata serta bahasa.
Sedangkan teknik pengumpulan
data menggunakan teknik pengumpulan
data sekunder. Menurut Sugiyono
(2005:62), data sekunder adalah data
yang didapatkan oleh peneliti secara
tidak langsung. (Widyarini & Sunarta,
2019). Dalam penelitian ini penulis
mengolah, menganalisis dan
merumuskan data sekunder yang di
dapat sehingga menjadi rekomendasi.
Adapun teknik pengumpulan data
diperoleh melalui studi dokumen resmi
seperti; data yang berasal dari
Kemenpar RI baik yang didapatkan
melalui website maupun data-data dari
narasumber serta penelusuran di
internet yang sesuai dengan cakupan
pembahasan. Serta diperoleh pula dari
studi pustaka (buku, tinjauan dokumen
terhadap literatur yang ada di beberapa
perpustakaan perguruan tinggi swasta
maupun repository serta jurnal ilmiah
dari beberapa perguruan tinggi.
41
PEMBAHASAN
Kunjungan Wisatawan
Mancanegara ke Indonesia Pasca
Bencana Alam dan Kecelakaan
Pesawat Terbang
Seperti yang telah kita ketahui
bahwa sepanjang 2018 telah terjadi 4
bencana alam maupun kecelakaan
transportasi penerbangan di Indonesia,
yakni gempa bumi, tsunami, letusan
gunung api, hingga fenomena likuifaksi
yang menerpa wilayah Lombok, Palu
dan Banten. Hal ini diyakini karena
Indonesia berada pada kawasan cincin
api pasifik atau pacific ring of fire
dengan potensi bencana alam yang
tinggi. Kecelakaan salah satu maskapai
penerbangan swasta di Indonesia
menjadi sebuah permasalahan bagi
beberapa pihak pemerintah dan pelaku
usah wisata lainnya.
Dengan kondisi wilayah yang
mudah terkena amukan alam, Indonesia
diharapkan dapat lebih cepat
mengantisipasi adanya bencana yang
akan menimpa di berbagai wilayah
potensi. Hal ini selain sebagai alarm
dini bagi warga sekitar dan
memaksimalkan keselamatan
masyarakat juga dapat digunakan untuk
meminimalisir kerugian pada destinasi
alam yang berada pada wilayah potensi
bencana.
Seperti dilansir oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana
atau BNPB bahwa pasca gempa dan
tsunami di Palu dan Donggala, dua
gunung berapi di Indonesia meletus
yakni gunung Gamalama dan gunung
Soputan yang sebelumnya sudah
meletus gunung Anak Krakatau,
gunung Agung dan gunung Sinabung
(tidak berurutan). Mayoritas wilayah
meletusnya gunung berapi diatas adalah
kawasan wisata alam yang indah dan
memukau sehingga mengundang
banyak wisatawan mancanegara datang
ke destinasi wisata tersebut.
Gambar IV.1
Statistik Pertumbuhan Kunjungan
Wisatawan Mancanegara di ASEAN 2018
Berdasarkan data dari Badan
Pusat Statistik pada 2018 Indonesia
masih menduduki peringkat kedua
(setelah Vietnam) sebagai destinasi
wisata bagi para masyarakat di kawasan
ASEAN. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa wisatawan mancanegara yang
berasal dari ASEAN tidak merasa
khawatir maupun takut terhadap
kejadian bencana alam yang
mengguncang Indonesia pada
pertengahan 2018. Meskipun beberapa
dari mereka memiliki maksud tertentu
datang ke Indonesia seperti meliput
berita mengenai fenomena alam dan
tragedi kecelakaan pesawat, mencari
kebenaran mengenai kondisi pasca
bencana alam ataupun melakukan
kegiatan kemanusiaan dalam
menyalurkan bantuan bagi korban
bencana dan sebagainya.
42
Gambar IV.2
Jumlah Kunjungan Wisatawan
Mancanegara ke Indonesia 2009-
2018
Berdasarkan data di atas, maka tingkat
pertumbuhan wisatawan mancanegara
ke Indonesia cenderung mengalami
kenaikan dalam kurun waktu 10 tahun
terakhir. Hal ini merupakans sebuah
prestasi yang membanggakan bagi
pariwisata Indonesia. Kenaikan yang
dialami terlihat sangat siginifikan dan
dalam tiap tahunnya mengalami
kenaikan. Hal inilah yang mendasari
pihak Kemanpar RI selalu menargetkan
kenaikan kunjungan wisman di tiap
tahunnya.
Kampanye “Wonderful Indonesia”
Kementerian Pariwisata Republik
Indonesia
Logo Branding
Sumber: kemenpar.go.id
Gambar IV.3
Logo Branding Wonderful Indonesia
Sejarah Logo:
Wonderful Indonesia atau Pesona
Indonesia adalah janji kementerian
pariwisata Indonesia kepada dunia.
“Wonderful” atau “Pesona”
mengandung janji bahwa Indonesia
kaya dengan ketakjubkan, dari segala
aspek manusia maupun alamnya, yang
mengusik kalbu dan menjanjikan
pengalaman baru yang menyenangkan.
Konsep Logo:
Burung yang suka berkelompok
melambangkan hidup damai antar
sesama di alam sentosa. Burung juga
satwa dengan populasi terbesar di
Indonesia dan menjadi lambang bangsa.
Rentangan sayap berarti keterbukaan,
hasrat untuk terbang jauh, melintas
batas. Sifatnya semesta, dikenali oleh
semua. Tulisan “Indonesia” berwarna
hitam yang lebih besar daripada
“Wonderful” atau “Pesona”
mengedepankan dan memperkuat
Indonesia diantara persaingan
pariwisata internasional.
Filosofi Warna:
Hijau: Kreatifitas, ramah kepada alam
dan keselarasan.
Ungu: Daya imajinasi, keimanan,
kesatuan lahir dan batin.
Jingga: Inovasi, semangat pembaruan
dan keterbukaan.
Biru: Kesemestaan, kedamaian, dan
keteguhan.
Magenta: Keseimbangan, akal sehat,
dan sifat praktis.
Filosofi Bentuk:
Luwes, serba lengkung, tanpa sudut
persegi ataupun garis lurus,
memaknakan besarnya arti
keseimbangan dan keselarasan manusia
dengan alam dan antar sesama di bumi.
43
Komponen Logo:
Logo Wonderful Indonesia atau Pesona
Indonesia terdiri dari komponen logo
burung yang disebut logogram, dan
tulisan “Wonderful” “Indonesia” atau
“Pesona” “Indonesia” yang disebut
logo type. Dalam pengaplikasiannya
pada berbagai Indonesia, kedua
komponen logo ini tidak boleh dipisah.
Kampanye Kementerian Pariwisata
Indonesia melalui 4 Core Marketing
Service, Kerja Sama Terpadu, dan Cash
Incentive juga didukung dengan
menggunakan strategi DOT
(Destination, Origin, Time), yakni:
1. Destination – melihat destinasi
wisata mana sajakah yang diminati
oleh wisatawan, dengan cara melihat
dashboard atau demografi dari masing –
masing wisatawan.
2. Origin – merupakan strategi
untuk melihat asal negara dari masing –
masing wisatawan. Kemudian data ini
akan dijabarkan menjadi sebuah data
demografi atau dashboard mengenai
ciri – ciri, kegemaran, tipe, waktu libur,
hari raya, dsb.
3. Time – waktu merupakan
strategi penting untuk
mensikronisasikan waktu libur/Hari
Libur dari masing – masing negara asal
wisatawan dengan event/festival yang
diselenggarakan di Indonesia serta
waktu promosi yang tepat.
Selain DOT, BAS merupakan
strategi pemasaran pariwisata Indonesia
selanjutnya, dimana BAS ialah:
1. Branding adalah upaya untuk
mempromosikan pariwisata melalui
penempatan iklan di Website, media
ruang, TV, dan media cetak,
mengadakan festival di mancanegara,
dan mengadakan famtrip dengan
mendatangkan TO/TA, wholesaler,
travel writer, jurnalis, dan blogger.
2. Advertising adalah salah satu
startegi promosi pariwisata
mancanegara melalui pemasangan iklan
di media cetak (koran dan majalah), di
evnt – event mancanegara melalui
pemasangan blocking self di televisi,
pembuatan bahan – bahan promosi, dan
kerja sama promosi dengan pelaku
industri pariwisata.
3. Selling adalah memfasilitasi
penjualan Paket Wisata yang dibuat
oleh industri melalui Tradeshow dan
Sales Mission
Sedangkan media yang
digunakan oleh Kementerian Pariwisata
Republik Indonesia adalah:
1. Menggunakan media sosial,
media publikasi, dan media ruang untuk
mempromosikan Indonesia
2. Adanya kerjasama dengan
beberapa travel agent, dan juga
bekerjasama dengan beberapa
maskapai
3. Mengadakan event festival
dibeberapa negara dan juga
Kementerian Pariwisata Republik
Indonesia menyediakan booth di
berbagai ajang wisata nusantara untuk
menawarkan promosi dan paket wisata
berlibur ke Indonesia
4. Media
Kemenpar bekerjasama dengan
beberapa media asing untuk
mempromosikan iklan di beberapa
Negara. Media yang digunakan adalah:
5. Paid Media/Media berbayar:
Discovery Channel, Youtube, Google,
CNN, CCTV, National Geographic,
Tripadvisor, Bloomberg, Bai Du
(gambar terlampir)
6. Owned Media/Media Sendiri:
Indonesia.travel
7. Social Media: Instagram,
Facebook, Twitter, Blog, dsb.
8. Endorser: Brand Ambassador:
Philip Kotler, Ted Siong, Christy
Chung; Testimoni artis di Media Sosial,
Tokoh Berpengaruh.
44
Efektifitas Kampanye Humas
Kemanpar RI melalui “Wonderful
Indonesia” Terhadap Peningkatan
Kunjungan Wisatawan
Mancanegara
Salah satu dampak dari
pengembangan program pariwisata
ialah adanya peningkatan kunjungan
wisatawan mancanegara yang dilihat
dari peningkatan penerimaan devisa
Negara. Kementerian Pariwisata
Republik Indonesia telah
mencanangkan kampanye Wonderful
Indonesia sebagai upaya dalam
mencapai target mendatangkan 17 juta
wisatawan mancanegara pada tahun
2018. Strategi yang telah dilakukan
pihak Kemenpar RI ialah semaksimal
mungkin mengunggulkan destinasi
alam, budaya dan peninggalan sejarah
di berbagai wilayah Indonesia sebagai
daya tarik pariwisata. Di sisi lain,
dengan adanya bencana alam yang telah
menerpa beberapa wilayah Indonesia
khususnya daerah berpotensi wisata
alam serta tragedy kecelakaan pesawat
lebih menguatkan tekad usaha
Kemenpar beserta pihak swasta dan
masyarakat sebagai pelaku wisata
dalam upaya merealisasikan target yang
ingin dicapai, minimal meningkatkan
persentasi kenaikan jumlah kedatangan
wisatawan mancanegara ke Indonesia.
Berdasarkan hasil wawancara
informal dengan salah satu staff
Assistant Deputy Director International
Touris Marketing Strategy &
Communication Kwemenpar RI bahwa
pada tahun 2017 jumlah kedatangan
wisatawan mancanegara mencapai
14,03 juta walaupun agak kurang dari
target yakni 15 juta untuk tahun 2017.
Kemudian pada tahun 2018 target
sebenarnya adalah 17 juta wisatawan
mancanegara, tetapi sampai bulan
Oktober pencapainnya kurang lebih 10
sampai 15 juta, tapi data ini masih
bergerak hingga akhir tahun 2018. Tapi
yang pasti dari 2016 hingga 2017
diperbandingkan peningkatan
kedatangan kunjungan wisatawan
mancanegara mencapai 22%.
Beberapa sumber data
mengatakan bahwa hingga saat ini
Indonesia masih menjadi idola
wisatawan mancanegara dalam
menikmati wisata alam dan budaya.
Sesuai dengan slogan kampanyenya
“Wonderful Indonesia” atau “Pesona
Indonesia” Kemenpar RI ingin
memberikan kesan yang sangat elegan,
menarik dan ramah terhadap destinasi
pariwisata yang ada di Indonesia. Hal
ini dapat dilihat dari data statistik yang
menyatakan bahwa pulau Bali
merupakan salah satu pulau di
Indonesia yang memiliki daya tarik
tidak hanya bagi wisatawan ASEAN
tetapi bagi para wisatawan dunia.
Gambar IV.4
15 Pulau Terbaik di Dunia
45
Hingga saat ini, Bali tetap
menjadi primadona magnet wisata alam
Indonesia bagi wisatawan mancanegara
setelah Sri Lanka. Meskipun pihak
Kemenpar RI sebenarnya telah
menyiapkan 10 destinasi Branding atau
10 destinasi pemasaran wisata prioritas
yakni dari barat ke timur diantaranya
adalah Medan, kemudian Bandung,
Banyuwangi, sampai Bunaken,
Wakatobi, Raja Ampat. Diantara ke-10
destinasi wisata tersebut ialah yang
telah mengantongi kategori 3A
(Atraksi, Aksesbilitas, dan Amenitas).
Adapun Atraksi ialah objek wisata itu
sendiri kemudian Aksesbilitas ialah
bagaimana pengunjung dapat mencapai
kelokasi wisata tersebut baik dari
fasilitas darat (pembangunan jalan told
an kereta api), air (fasilitas pelabuhan)
dan udara (fasilitas bandara)
selanjutnya Amenitas ialah aksen
pendukung pelayanan bagi wisatawan
seperti hotel, restoran, bank, dan money
changer.
Segala sesuatu diatas didukung
pula dengan media publikasi yang
maksimal di kancah internasional dan
diletakkan di beberapa sudut pandang
yang strategis maupun di alat
transportasi Negara tersebut. Berikut
adalah beberapa dokumentasi media
publikasi internasional yang telah
dicanangkan Kemenpar RI yang telah
bekerjasama dengan media
internasional.
Gambar IV.5
Media Publikasi Wonderful Indonesia
di Paris, France
Gambar IV.6
Media Publikasi Wonderful Indonesia
di London, UK
46
Gambar IV.7
Media Publikasi Wonderful Indonesia
di Beijing, China
Gambar IV.8
Media Publikasi Wonderful Indonesia
di Australia, Jepang, Singapura, Belanda
dan Korea Selatan
Pemanfaatan media luar ruang
yang digunakan oleh Kemenpar RI
sebenarnya sudah lama dicanangkan
sebelum tahun 2018. Salah satunya
adalah pada saat acara penyelenggaraan
Euro 2016 di Paris, Kemenpar RI juga
telah melakukan kerjasama dengan
media internasional Paris dalam
menempatkan media publikasi luar
ruang mengenai pariwisata Indonesia.
Beberapa contoh dokumentasi diatas
merupakan penayangan media
publikasi pariwisata Indonesia di
beberapa titik lokasi tujuan target dari
wisatawan mancanegara.
Dengan adanya media publikasi
tersebut, harus diimbangi pula dengan
adanya peran serta dan dukungan yang
besar dari pihak pemerintah terkait,
pihak swasta dan masyarakat Indonesia
dalam menyikapi tindakan pembenahan
destinasi wisata dari segi 3A (Atraksi,
Aksesbilitas, dan Amenitas) yang
dilakukan guna meningkatkan
kunjungan wisatawan mancanegara ke
Indonesia. Selain itu Pihak Kemenpar
RI pun mengusung sistem pariwisata
Suitable Tourism yang sejalan juga
dengan program-program Go Green
saat ini. Dimana proses Suitable
Tourism sangat membutuhkan peran
serta yang aktif dan kondusif antara
tenaga ahli khusus yang didelegasikan
oleh pihak Kemenpar RI dan
masyarakat daerah pedesaan dimana
wilayah mereka memiliki aspek
destinasi wisata yang dapat dikelola
menjadi suatu daerah potensi pariwisata
yang suitable, semisalnya mengenai
bagaimana memanfaatkan irigasi
sebagai sarana destinasi wisata, dengan
membuka home stay-home stay di
pedesaan, mengelola sampah organik
menjadi pupuk dan sebagainya.
47
PENUTUP
Kementerian Pariwisata
Republik Indonesia dapat dikatakan
telah menjalankan tugas dan fungsinya
dengan baik dalam meningkatkan
kunjungan wisatawan wisatawan
mancanegara pada tahun 2018.
Meskipun target diawal adalah
pencanangan peningkatan jumlah
kedatangan wisatawan mancanegara
sebanyak 17 juta pengunjung dan
hasilnya pada akhir tahun 2018
kunjungan wisatawan mancanegara
telah mencapai 15,81 juta pengunjung.
Hal ini dapat dikatakan target awal
Kemenpar RI dalam meningkatkan
jumlah wisatawan mancanegara
terbilang kurang berhasil, hanya saja
tindakan yang dilakukan melalui
promosi advertorial di berbagai media
ruang internasional telah memberikan
dampak yang positif serta banyak
membawa pandangan baik dunia
internasional mengenai pariwisata
Indonesia yang meskipun saat itu
sedang dilanda oleh berbagai tragedy
seperti bencana alam, kecelakaan
pesawat hingga terorisme.
Hal-hal yang telah dilakukan
Kemenpar RI selain penggunaan media
luar ruang pun menjadi salah satu nilai
plus di mata dunia internasional, seperti
pengadaan festival beserta stand dan
booth dalam menawarkan paket wisata
ke Indonesia, meminta penambahan
seat capacity bagi direct flight atau
penerbangan dari Negara manapun
langsung menuju Indonesia,
peremajaan fasilitas wisata dan lain
sebagainya. Hal inilah yang membuat
keberhasilan Kemenpar RI dalam
mengkampanyekan “Wonderful
Indonesia” dan membawa peningkatan
kunjungan wisatawan mancanegara di
tahun 2018.
DAFTAR PUSTAKA
Andipate Anwar Arifin. (2015).
Paradigma Baru Public Relations
Teori, Strategi dan Riset, Jakarta:
Pustaka Indonesia.
Deli Darlina. (2016). Pengaruh Citra
Perusahaan Dan Kualitas
Pelayanan Terhadap Loyalitas
Pada Jasa Perhotelan. Jom FISIP,
1(3)(3), 1–15.
https://doi.org/10.1108/IJCHM-
11-2014-0577
Lengkong, L, S., Sondakh, M., &
Londa, W, J. (2017). STRATEGI
PUBLIC RELATIONS DALAM
PEMULIHAN CITRA
PERUSAHAAN. E-Journal
“Acta Diurna,” VI(1), 2–11.
Lubis, E. E. (2012). Peran Humas
Dalam Membentuk Citra
Pemerintah. Jurnal Ilmu
Administrasi Negara, 12(1), 51–
60.
M.A, M. (2015). Periklanan
Komunikasi Pemasaran Terpadu.
Penerbit Kencana.
https://doi.org/10.1016/j.jallcom.2
006.01.145
Mahfuzhah, H., & Anshari, A. (2018).
MEDIA PUBLIKASI HUMAS
DALAM PENDIDIKAN. AL-
TANZIM : JURNAL
MANAJEMEN PENDIDIKAN
ISLAM, 2(2), 137–149.
https://doi.org/10.33650/al-
tanzim.v2i2.395
MENGENAL KAMPANYE
KOMUNIKASI. (2015). Wardah,
12(2), 185–197.
Prasiska, Y. V., & Dkk, D. (2017).
CSR dan Citra Perusahaan. Jurnal
Bisnis Dan Ekonomi, 24(1), 43–
49.
Tyas, S. R., Hafiar, H., & Sani, A.
(2018). MANAJEMEN
KAMPANYE ELIMINASI KAKI
GAJAH DALAM UPAYA
PENINGKATAN KESEHATAN
48
DI KABUPATEN BOGOR.
PRofesi Humas : Jurnal Ilmiah
Ilmu Hubungan Masyarakat, 2(1),
57.
https://doi.org/10.24198/prh.v2i1.
12008
War, M. S. (2019). Pariwisata Syari’ah
sebagai Aset Perekonomian
Dalam Bingkai Maqashid al-
Syari’ah (Studi Atas Pandangan
Tuan Guru Lombok). Jurnal
Pariwisata, 6(1), 39–55.
https://doi.org/10.31311/par.v6i1.
4676
Widyarini, I. G. A., & Sunarta, I. N.
(2019). Dampak Pengembangan
Sarana Pariwisata Terhadap
Peningkatan Jumlah Pengunjung
Di Wisata Alam Air Panas
Angseri, Tabanan. JURNAL
DESTINASI PARIWISATA, 6(2),
217.
https://doi.org/10.24843/jdepar.20
18.v06.i02.p03