Efek Penjepitan Tali Pusat Tertunda

5

Click here to load reader

Transcript of Efek Penjepitan Tali Pusat Tertunda

Page 1: Efek Penjepitan Tali Pusat Tertunda

Efek Penjepitan & Pemotongan Tali Pusat Tertunda

PENGANTARWaktu penjepitan dan pemotongan tali pusat merupakan salah satu komponen manajemen aktif kala III dalam Asuhan Persalinan Normal (komponen lainnya adalah pemberian profilaktik uterotonic pada saat atau setelah kelahiran bayi, peregangan tali pusat terkendali dan masase uterus). Namun, tidak ada konsensus (persetujuan umum) yang tepat mengenai arti kata “Awal/Dini” dalam konteks ini. Percobaan manajemen aktif kala III tentang penjepitan dan pemotongan tali pusat secara awal telah menggunakan beragam definisi, mulai dari segera setelah kelahiran bayi sampai sekitar satu menit setelah persalinan. Perbedaan yang sama juga terdapat pada definisi tentang “terlambat” atau “penundaan” penjepitan dan pemotongan tali pusat. Istilah tersebut umumnya dipahami sebagai penundaan 2 – 3 menit setelah persalinan atau ketika denyutan tali pusat telah berhenti. Namun definisi tersebut tetaplah belum jelas.Waktu yang tepat dalam penjepitan dan pemotongan tali pusat mungkin penting karena terdapat beberapa bukti tentang kemungkinan manfaatnya untuk bayi ketika tali pusat tidak dijepit dan dipotong segera setelah persalinan. Studi fisiologis telah menunjukkan bahwa terdapat transfer dari plasenta sekitar 80 ml darah pada satu menit setelah persalinan, mencapai 100 ml pada 3 menit stelah persalinan (1,2). Penambahan volume darah tersebut dapat menyuplai zat besi sebesar 40-50 mg / kg berat badan. Ketika zat besi ditambahkan sekitar 75 mg/kg berat badan, maka jumlah total zat besi dapat mencapai 115-125 mg / kg berat badan, hal tersebut dapat membantu mencegah defisiensi zat besi selama tahun pertama kehidupan bayi (3). Disamping itu, juga terdapat bukti yang menunjukkan bahwa penundaan penjepitan dan pemotongan tali pusat dapat meningkatkan risiko polycythemia, hiperbilirubinemia dan gangguan neonatal lainnya (4). Terkait dengan kondisi ibu bersalin, sangat sedikit bukti yang menyatakan bahwa waktu penjepitan dan pemotongan tali pusat berdampak pada insiden pendarahan postpartum. Tujuan dari review Cochrane ini adalah untuk mengetahui dampak kebijakan waktu penjepitan dan pemotongan tali pusat bagi ibu dan bayi baru lahir (5).

METODEPenggunaan metode dalam mengevaluasi kualitas percobaan dan analisis data telah memadai. Peserta dalam percobaan secara umum adalah wanita hamil yang sehat serta melahirkan secara normal (melalui vagina). Diantara beberapa percobaan, satu penelitian (Argentina) juga melibatkan perempuan yang melahirkan secara cesar. Dalam satu percobaan di India, melibatkan perempuan anemia dan percobaan di Zambia telah dilaksanakan di daerah endemic malaria. Jangka waktu awal penjepitan dan pemotongan tali pusat konsisten antara kurang dari satu menit (biasanya dalam waktu 15 detik dari kelahiran). Jangka waktu akhir penjepitan dan pemotongan tali pusat tidak tetap (satu percobaan memiliki lebih dari dua dasar) : 1 menit dalam dua percobaan (106 wanita dalam penjepitan dan pemotongan tali pusat yang tertunda); 2 menit dalam satu percobaan (237 wanita); 3 menit dalam tiga percobaan (577 wanita); penundaan sampai berhentinya denyutan tali pusat dalam tiga percobaan (132 wanita); penundaan sampai setelah berhentinya denyutan tali pusat atau 5 menit dalam satu percobaan (483 wanita); dan setelah penurunan plasenta dalam dua percobaan (108 wanita). Penggunaan obat uterotonik adalah variabel dalam laporan penelitian percobaan ini (sebelum menjepit dan memotong tali pusat pada kelahiran bahu anterior, atau setelah menjepit dan memotong tali pusat).

HASILReview meliputi 11 percobaan, melibatkan 2989 ibu dan bayi mereka. 5 dari percobaan

Page 2: Efek Penjepitan Tali Pusat Tertunda

tersebut (melibatkan 2236 perempuan dan BBL) telah meneliti perbedaan antara penjepitan dan pemotongan tali pusat yang dini dan tertunda dalam hal resiko perdarahan postpartum. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara dua kelompok dalam percobaan tersebut. Hanya dua percobaan yang telah mengukur hasil yang berbeda, seperti potensi akan kebutuhan transfusi darah, manual plasenta atau durasi kala III persalinan. Untuk bayinya, ada peningkatan yang signifikan dalam kadar hemoglobin BBL (perbedaan bobot berarti 2,17 g / dl, 95% CI 0.28-4.06) dalam penjepitan dan pemotongan tali pusat tertunda dibandingkan dengan kelompok penjepitan dan pemotongan tali pusat secara dini (tiga percobaan, 671 pasangan ibu-bayi). Walaupun efek tersebut tidak bertahan selama enam bulan. Kadar feritin bayi tetap lebih tinggi pada kelompok penjepitan dan pemotongan tertunda daripada kelompok penjepitan dan pemotongan dini di masa 6 bulan.Tidak ada perbedaan yang signifikan ditemukan dalam hasil neonatal, seperti skor Apgar kurang dari tujuh pada 5 menit pertama (dua percobaan, neonatus 1342), memerlukan perawatan khusus/intensif (tiga cobaan, 1293 bayi), gangguan pernapasan (empat cobaan, 1387 bayi), polisitemia (tiga percobaan, 463 bayi), atau klinis ikterus (lima cobaan, 1828 bayi). Meskipun demikian, secara signifikan beberapa bayi (relatif beresiko 0,59; 95% CI 0,38-0,92) pada kelompok penjepitan dan pemotongan tertunda memerlukan penanganan fototerapi untuk penyakit kuning dibandingkan pada kelompok penjepitan dan pemotongan dini (lima percobaan, 1762 bayi ). Hasil tersebut tersebut dipengaruhi oleh sebuah percobaan yang tidak dipublikasikan (Mc Donald 1996, Tesis Ph.D.), di mana penjepitan dan pemotongan tali pusat tertunda dilakukan setelah tali pusat berhenti berdenyut atau 5 menit jika tali pusat tidak berhenti berdenyut.

DISKUSIPenerapan HasilPercobaan-percobaan tersebut termasuk dalam kajian yang telah dilakukan di Argentina, Australia, Kanada, India, Libya, Meksiko, Inggris Raya, Amerika Serikat dan Zambia. Oleh karena itu, temuan-temuan dari review tersebut diharapkan dapat diterapkan pada semua pengaturan tempat kelahiran yang dikelola oleh penyedia layanan kesehatan yang terampil.

ImplementasiPercobaan tersebut adalah intervensi dengan biaya rendah. Ini akan memerlukan beberapa pelatihan dari penyedia layanan kesehatan, terutama dalam mendeteksi tanda-tanda atau gejala gangguan pernapasan atau komplikasi bayi lain yang memerlukan perawatan segera. Semua percobaan adalah berbasis rumah sakit dan tersedia bukti yang berasal dari kelahiran yang dilakukan oleh staf terlatih. Dalam rekomendasi WHO untuk manajemen kala III persalinan (6), istilah petugas terampil didefinisikan sebagai “… profesional kesehatan yang telah dididik dan dilatih untuk penguasaan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengelola persalinan normal, mengenali timbulnya komplikasi, melakukan intervensi penting, memulai perawatan dan mengawasi rujukan ibu dan bayi untuk intervensi yang berada di luar kompetensi mereka atau tidak yang memungkinkan dalam lingkungan tertentu. Tergantung pada pengaturan, penyedia layanan kesehatan seperti pembantu perawat-bidan, komunitas bidan, bidan desa dan petugas kesehatan yang juga mungkin telah memperoleh keterampilan yang tepat, jika mereka telah dilatih secara khusus “.Dalam pengaturan manajemen aktif kala III persalinan adalah normal, harus mudah untuk mengubah waktu menjepit dan memotong tali pusat dari segera setelah melahirkan bayi hingga 1-3 menit setelah kelahiran bayi yang sehat. Pelaksanaan intervensi ini akan sangat relevan dalam pengaturan sumber daya secara dini, di mana akses untuk nutrisi yang baik adalah terbatas selama masa kanak-kanak. Untuk mengatasi kemungkinan transfer darah yang berlebihan ke bayi (sebagai akibat dari kontraksi rahim setelah pemberian obat

Page 3: Efek Penjepitan Tali Pusat Tertunda

uterotonic), maka pemberian profilaksis uterotonic sebagai bagian dari manajemen aktif kala III dapat ditunda setelah menjepit dan memotong tali pusat.Pendidikan dan pelatihan staf layanan kesehatan akan sangat diperlukan untuk memastikan bahwa mereka memiliki keterampilan untuk melaksanakan intervensi tersebut. Potensi dampak buruk pada kesejahteraan bayi, seperti penyakit kuning yang membutuhkan fototerapi, perlu dipertimbangkan. Menjepit dini harus dilakukan jika bayi membutuhkan resusitasi segera.

ImplikasiTerdapat kebutuhan untuk melakukan uji coba terkontrol secara acak untuk perempuan melahirkan di rumah, terlepas dari status pembangunan negara. Kontribusi waktu tali pusat sebagai bagian dari manajemen aktif kala III persalinan harus ditentukan berdasarkan kondisi ibu seperti perdarahan pasca-melahirkan dan kesakitan ibu lainnya. Kondisi neonatal dan bayi dalam jangka pendek dan panjang, seperti neurodevelopment, perlu dievaluasi. Penelitian masa depan juga harus ditujukan pada pandangan perempuan yang berkaitan dengan intervensi ini.

Referensi1. Linderkamp O, Nelle M, Kraus M, Zilow EP. The effect of early and late cord-clamping on blood viscosity and other hemorheological parameters in full-term neonates. Acta Paediatrica 1992;81:745–7502. Yao AC, Lind J. Placental transfusion. American Journal of Diseases of Children. 1974;127:128–1413. Pisacane A. Neonatal prevention of iron deficiency. BMJ. 1996;312:136–1374. Prendiville W, Elbourne D. Care during the third stage of labour. In: Chalmers I, Enkin M, Keirse MJNC editor(s). Effective care in pregnancy and childbirth. Oxford: Oxford University Press; 1989:1145–69.5. McDonald SJ, Middleton P. Effect of timing of umbilical cord clamping of term infants on maternal and neonatal outcomes. Cochrane Database of Systematic Reviews 2008;Issue 2. Art. No.: CD004074; DOI: 10.1002/14651858.CD004074.pub2.6. WHO recommendations for the prevention of postpartum haemorrhage. Geneva: World Health Organization; 2007. http://whqlibdoc.who.int/hq/2007/WHO_MPS_07.06_eng.pdf

This document should be cited as: Abalos E. Effect of timing of umbilical cord clamping of term infants on maternal and neonatal outcomes : RHL commentary (last revised: 2 March 2009). The WHO Reproductive Health Library; Geneva: World Health Organization.