EFEK MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH (Syzygium aromaticum L ... · Minyak atsiri daun cengkeh dengan...

51
EFEK MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH (Syzygium aromaticum L.) TERHADAP MORTALITAS LARVA Anopheles aconitus SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran NURCAHYANI OKTAVIA HASTUTININGRUM G 0006133 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of EFEK MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH (Syzygium aromaticum L ... · Minyak atsiri daun cengkeh dengan...

EFEK MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH (Syzygium aromaticum L.)

TERHADAP MORTALITAS LARVA Anopheles aconitus

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

NURCAHYANI OKTAVIA HASTUTININGRUM

G 0006133

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Efek Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) terhadap Mortalitas Larva Anopheles aconitus

Nurcahyani Oktavia Hastutiningrum, NIM : G0006133, Tahun : 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Rabu, Tanggal 3 Februari 2010

Pembimbing Utama Nama : Darukutni, dr., Sp.Par K. NIP : 19470809 197603 1 001 (................................) Pembimbing Pendamping Nama : Murdjati, dr., M.Kes. NIP : 19480825 198203 1 002 (................................) Penguji Utama Nama : Sutarmiadji Djumarga P., Drs., M.Kes. NIP : 19511211 198602 1 001 (................................) Anggota Penguji Nama : Mujosemedi, Drs., Msc. NIP : 19600530 198903 1 001 (................................)

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Sri Wahjono, dr, M.Kes., DAF(K). Prof. Dr. H. AA Subijanto, dr., MS.

NIP: 19450824 197310 1 001 NIP : 19481107 197310 1 003

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 3 Februari 2010

Nurcahyani Oktavia Hastutiningrum

G0006133

ABSTRAK

Nurcahyani Oktavia Hastutiningrum, G0006133, 2010. Efek Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) terhadap Mortalitas Larva Anopheles aconitus. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Salah satu cara untuk pemberantasan malaria yaitu dengan mengendalikan vektor malaria yaitu nyamuk Anopheles aconitus. Minyak atsiri daun cengkeh dengan kandungan eugenolnya memiliki kemungkinan dapat digunakan sebagai larvasida alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) terhadap mortalitas larva Anopheles aconitus.

Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan post test only control group design. Sampel penelitian adalah larva nyamuk Anopheles aconitus instar III sejumlah 625 ekor yang dibagi menjadi 1 kelompok kontrol dan 4 kelompok perlakuan minyak atsiri; konsentrasi minyak atsiri daun cengkeh masing-masing kelompok adalah 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm. Masing-masing kelompok berisi 25 ekor larva dan dilakukan 5 kali ulangan. Pengamatan dilakukan setelah 24 jam dan dihitung jumlah larva yang mati.

Hasil analisis data penelitian dengan uji Kruskal Wallis pada taraf kepercayaan (α) 0,05, didapatkan adanya perbedaan yang signifikan diantara kelompok uji (p = 0,000; p< 0,05), kemudian dengan uji Mann-Whitney didapatkan adanya perbedaan yang signifikan antar pasangan kelompok uji (p = 0,003, p = 0,005, p = 0,008 ; p < 0,05). Dari hasil perhitungan statistik dengan analisis Probit didapatkan LC50 54,145 ppm dan LC99 129,052 ppm.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) memiliki efek terhadap mortalitas larva Anopheles aconitus dengan LC50 54,145 ppm dan LC99 129,052 ppm.

Kata kunci: minyak atsiri daun cengkeh, larva Anopheles aconitus, mortalitas

ABSTRACT

Nurcahyani Oktavia Hastutiningrum, G0006133, 2010. The Effect of Clove (Syzygium aromaticum L.) Leaves Essential Oil to the Mortality of Anopheles aconitus Larvae. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.

Malaria is one of the health problems in Indonesia. A method of eradication is by controlling the vector, Anopheles aconitus. Clove leaves essential oil contains eugenol that has possibility as a natural larvacide. The purpose of this research is to know the effect of clove (Syzygium aromaticum L.) leaves essential oil to the mortality of Anopheles aconitus larvae.

This research is laboratory experiment using post test only control group design. The subject is 625 Anopheles aconitus larvae that are divided into 5 groups; 1 control group and 4 treatment groups of essential oil. The concentration of clove leaves essential oil each group is 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, and 200 ppm. Each group contains 25 larvae and is repeated four times. The observation of this research is done 24 hours after the treatment and counted the sum of the dead larvae.

The result of this research is analyzed by Kruskal Wallis test with α = 0,05, shows that there is a significant different value among treatment groups (p = 0,000; p < 0,05). Then analyzed with Mann-Whitney test, shows that there is a significant different value among paired treatment groups (p = 0,003, p = 0,005, p = 0,008 ; p < 0,05). The statistic result of Probit Analysis shows that LC50 is 54,145 ppm and LC99 is 129,052 ppm.

From this research, it can be concluded that the clove leaves essential oil has an effect to the mortality of Anopheles aconitus larvae with LC50 is 54,145 ppm and LC99 is 129,052 ppm.

Key words: clove leaves essential oil, Anopheles aconitus larvae, mortality

PRAKATA

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala berkah, nikmat, serta hidayahNya, sehingga dengan itu semua peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul ”Efek Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) terhadap Mortalitas Larva Anopheles aconitus”.

Penelitian ini disusun dan diajukan peneliti guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyelesaian skripsi ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. H. AA Subiyanto, dr., MS. selaku Pimpinan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Sri Wahjono, dr., M.Kes. selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Darukutni, dr., Sp.Par K selaku pembimbing utama dalam penelitian ini atas bimbingan dan masukan yang diberikan.

4. Murdjati, dr. M.Kes. selaku pembimbing pendamping dalam penelitian ini atas bimbingan dan masukan yang diberikan.

5. Sutarmiadji Djumarga P., Drs., M.Kes. selaku penguji utama atas masukan, kritik dan saran yang telah diberikan.

6. Mujosemedi, Drs., Msc. selaku anggota penguji atas masukan, kritik dan saran yang telah diberikan.

7. Hasan Boesri, Drs., MS selaku Kepala Bidang Pelayanan Penelitian Balai Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit (BPVRP) Salatiga, Mbak Lulus beserta semua staf (BPVRP) yang telah membantu dalam penyediaan larva.

8. Bapak, Ibu dan adekku yang telah memberikan dorongan, doa, bantuan moral dan materi

9. Teman-teman PBL D5 dan Kost CD3 terimakasih atas bantuan dan dukungannya.

10. Mas Nardi dan Mbak Wiwit terimakasih atas bantuan dan dukungannya. 11. Seluruh teman-teman angkatan 2006. 12. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari akan kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat peneliti harapkan. Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Surakarta, 3 Februari 2010

Nurcahyani Oktavia Hastutiningrum

DAFTAR ISI

halaman

PRAKATA ... ............................................................................................. vi

DAFTAR ISI.................................................................................................... vii

DAFTAR GRAFIK.......................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. x

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1

B. Perumusan Masalah .............................................................. 2

C. Tujuan Penelitian................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 3

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka.................................................................... 4

B. Kerangka Pemikiran .............................................................. 16

C. Hipotesis................................................................................ 16

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...................................................................... 17

B. Lokasi Penelitian ................................................................... 17

C. Subyek Penelitian .................................................................. 17

D. Teknik Sampling.................................................................... 17

E. Identifikasi Variabel Penelitian .............................................. 17

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian................................ 18

G. Desain Penelitian ................................................................... 21

H. Alat dan Bahan Penelitian...................................................... 23

I. Cara Kerja ............................................................................. 23

J. Teknik Analisis Data ............................................................. 26

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian...................................................................... 29

1. Uji Pendahuluan............................................................... 29

2. Penelitian ......................................................................... 29

B. Analisis Data ......................................................................... 31

BAB V PEMBAHASAN ......................................................................... 33

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan............................................................................. ..... 36

B. Saran ..................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 37

LAMPIRAN

DAFTAR GRAFIK

halaman

Grafik 1. Grafik jumlah kematian larva Anopheles aconitus pada

berbagai konsentrasi minyak atsiri daun cengkeh………………..…….30

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Probit Uji Pendahuluan

Lampiran 2. Hasil Uji Kruskal Wallis

Lampiran 3. Hasil Uji Mann-Whitney

Lampiran 4. Hasil Uji Analisis Probit Penelitian

Lampiran 5. Foto Tanaman Cengkeh (Syzygium aromatikum L.)

Lampiran 6. Foto Saat Penelitian

Lampiran 7. Foto Alat dan Bahan Penelitian

Lampiran 8. Perhitungan Lampiran 9. Tabel Chi-Square Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian Lampiran 11. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1: Jumlah kematian larva Anopheles aconitus setelah diuji

dengan minyak atsiri daun cengkeh dalam berbagai

konsentrasi pada uji pendahuluan...........................................................28

Tabel 2: Jumlah kematian larva Anopheles aconitus setelah diuji

dengan minyak atsiri daun cengkeh dalam berbagai

konsentrasi selama 24 jam……………………………………………..29

Tabel 3: Hasil uji statistik dengan Uji Kruskal Wallis…………………………..30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia hingga

saat ini. Tercatat 1,8 juta kasus malaria pada tahun 2006 dan mengalami

peningkatan 2,5 – 3 juta kasus pada tahun 2007 (Global Health Reporting,

2008). Terdapat 310 kabupaten dan kota yang merupakan daerah endemik

malaria, diantaranya yaitu Kabupaten Jepara dan Magelang, Jawa Tengah.

Tingginya jumlah kasus malaria akibat kondisi lingkungan yang sangat

mendukung terjadinya penularan, hal ini berkaitan dengan kehidupan vektor

malaria yaitu nyamuk Anopheles sp. (Lok, 2007; Mardiana dkk, 2005;

Ristiyanto dkk, 2007).

Di Indonesia telah ditemukan 20 spesies Anopheles yang menjadi

vektor malaria, salah satunya yaitu Anopheles aconitus (Hiswani, 2004).

Anopheles aconitus telah terbukti sebagai vektor malaria di Kabupaten

Banjarnegara, Semarang, Karanganyar, Jepara dan Magelang, Jawa Tengah

(Boewono dan Nalim, 1991; Boesri dkk, 2006). Kondisi daerah tersebut yang

berupa persawahan dengan musim tanam yang tidak serempak sepanjang

tahun dan umur padi yang bervariasi menjadikan nyamuk Anopheles aconitus

ditemukan setiap waktu dengan puncak kepadatan sekitar bulan Februari-April

dan sekitar bulan Juli-Agustus. Keadaan topografi tersebut sangat sesuai bagi

perkembangbiakan nyamuk Anopheles aconitus, sehingga merupakan salah

satu faktor yang berpotensi dalam penularan malaria sepanjang tahun

(Ristiyanto dkk, 2007). Oleh karena itu, salah satu upaya untuk

mengendalikan malaria yaitu dengan mengendalikan vektor malaria.

Penggunaan insektisida kimia sebagai salah satu pemberantasan vektor

malaria saat ini banyak menimbulkan masalah baru yaitu pencemaran

lingkungan, kematian serangga bukan target, resistensi serangga sasaran,

membunuh hewan piaraan bahkan juga manusia (Cavalcanti et al., 2004). Oleh

karena itu perlu dilakukan suatu usaha untuk mendapatkan insektisida

alternatif yang dapat membunuh serangga sasaran namun tidak memiliki efek

samping terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

Tanaman cengkeh yang banyak tumbuh di Indonesia memiliki

kemungkinan dapat digunakan sebagai insektisida alternatif untuk membunuh

vektor malaria. Minyak atsiri daun cengkeh mengandung eugenol (Kardinan,

2003). Eugenol pada minyak atsiri serai wangi telah diteliti dapat membunuh

larva Anopheles aconitus dengan LC50 pada konsentasi 0, 0097104 %

(Cahyati, 2005). Sehingga minyak atsiri daun cengkeh memiliki kemungkinan

dapat membunuh larva Anopheles aconitus (Kardinan, 2003). Oleh karena itu

perlu dilakukan uji laboratorik untuk mengetahui apakah minyak atsiri daun

cengkeh memiliki efek terhadap mortalitas Anopheles aconitus.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka timbul suatu

permasalahan: Adakah efek minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium

aromaticum L.) terhadap mortalitas larva Anopheles aconitus ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek minyak atsiri daun

cengkeh (Syzygium aromaticum L.) terhadap mortalitas larva Anopheles

aconitus..

D. Manfaat Penelitian

1. Aspek Teoritik

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data tambahan

mengenai pemanfaatan daun cengkeh dan sebagai kajian teori untuk

penelitian selanjutnya.

2. Aspek Aplikatif

Membuka kemungkinan pemanfaatan daun cengkeh sebagai

larvasida alternatif untuk pengendalian vektor malaria sehingga

diharapkan dapat membantu menurunkan angka kejadian malaria.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)

a. Sinonim

Syzygium aromaticum L., Eugenia caryophyllata, Eugenia

aromatica, Caryophyllus aromaticus, Jambos carryhophyllus

(Thomas, 2007).

b. Taksonomi

Divisio : Spermatophyta

Sub-Divisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Sub-Kelas : Choripetalae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Syzygium

Spesies : Syzygium aromaticum L.

(Bulan, 2004).

c. Nama Lokal

Clove (Inggris); Cengkeh (Indonesia, Jawa dan Sunda); Wunga

Lawang (Bali); Bungeu lawang (Gayo); Sake (Nias); Cangkih

(Lampung); Hungolawa (Gorontalo); Canke (Ujung Pandang); Cengke

(Bugis); Sinke (Flores); Pualawane (Ambon); Gomode (Halmahera

dan Tidore) (Thomas, 2007).

d. Deskripsi Tumbuhan

Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) termasuk jenis tumbuhan

perdu yang dapat memiliki batang pohon besar dan berkayu keras.

Cengkeh mampu bertahan hidup puluhan bahkan sampai ratusan

tahun, tingginya dapat mencapai 20-30 meter dan cabang-cabangnya

cukup lebat (Thomas, 2007). Daun tunggal, bertangkai, tebal, kaku,

bentuk bulat telur sampai lanset memanjang, ujung runcing, pangkal

meruncing, tepi rata, tulang daun menyirip, permukaan atas mengkilap,

panjang 6-13,5 cm, lebar 2,5-5 cm, warna hijau muda atau cokelat

muda saat masih muda dan hijau tua ketika tua (Kardinan, 2003).

Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dengan

tangkai pendek serta bertandan. Pada saat masih muda bunga cengkeh

berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning

kehijauan dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua.

Sedang bunga cengkeh kering akan berwarna cokelat kehitaman dan

berasa pedas sebab mengandung minyak atsiri (Thomas, 2007).

Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara vegetatif dan generatif.

Tanaman ini tumbuh baik di daerah tropis di ketinggian 600-1.100

meter di atas permukaan laut (dpl) di tanah yang berdrainase baik

(Kardinan, 2007).

e. Minyak atsiri

1) Definisi

Minyak atsiri atau dikenal juga sebagai minyak eteris

adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental

pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan

aroma yang khas. Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena

titik uapnya rendah. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam

golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat

larut dalam minyak/lipofil (Wikipedia, 2009b).

Minyak atsiri dari tanaman cengkeh dibagi menjadi 3

bagian berdasarkan sumbernya, yaitu minyak daun cengkeh (clove

leave oil), minyak tangkai cengkeh (clove stem oil), minyak bunga

cengkeh (clove bud oil). Minyak daun cengkeh merupakan salah

satu minyak atsiri yang cukup banyak dihasilkan di Indonesia

dengan cara penyulingan. Minyak daun cengkeh berupa cairan

berwarna bening sampai kekuning-kuningan, mempunyai rasa

yang pedas, dan berbau aroma cengkeh. Warnanya akan berubah

menjadi cokelat atau berwarna ungu jika terjadi kontak dengan besi

atau akibat penyimpanan (Zulchi dan Nurul, 2006).

2) Pembuatan minyak atsiri

Pembuatan minyak atsiri dapat dilakukan dengan tiga cara :

a) Solvent extraction (ekstrasi dengan pelarut)

Cara ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan pada

keadaan khusus terutama untuk senyawa yang tidak begitu

polar, beberapa senyawa atsiri dengan berat molekul rendah

mudah untuk diekstraksi dengan pelarut organik secara efisien.

b) Aerasi (pengaliran dengan udara)

Aerasi dilakukan dengan cara mengalirkan uap yang

terbawa udara melalui pereaksi yang sekurang-kurangnya

bereaksi dengan beberapa komponen menghasilkan turunan

yang tak atsiri.

c) Distilasi (penyulingan)

Penyulingan dilakukan dengan cara mendidihkan

bahan baku yang dimasukkan ke dalam ketel hingga

menghasilkan uap atau dengan cara mengalirkan uap jenuh

dari ketel pendidih air ke dalam ketel penyulingan.

Ada tiga macam cara penyulingan :

a) Hidrodestilasi (penyulingan dengan air)

b) Penyulingan dengan air dan uap

c) Penyulingan langsung dengan uap

(Hargono dkk, 1986)

Cara penyulingan minyak atsiri, pertama-tama adalah

memasukkan bahan baku dari tanaman yang mengandung minyak

ke dalam ketel pendidih atau ke dalam ketel penyulingan dan dialiri

uap. Air yang panas dan uap, akan mempengaruhi bahan tersebut

sehingga di dalam ketel terdapat dua cairan, yaitu air panas dan

minyak atsiri. Kedua cairan tersebut dididihkan perlahan-lahan

hingga terbentuk campuran uap yang terdiri dari uap air dan uap

minyak. Campuran uap ini akan mengalir melalui pipa-pipa

pendingin dan terjadilah proses pengembunan sehingga uap tadi

kembali mencair. Dari pipa pendingin, cairan tersebut dialirkan ke

alat pemisah yang akan memisahkan minyak atsiri dari air

berdasarkan berat jenisnya (Sinar Tani, 2008).

3) Komponen utama

Komponen utama dalam minyak atsiri daun cengkeh adalah

senyawa eugenol, eugenol asetat dan caryophylene (Zulchi dan

Nurul, 2006). Kadar eugenol dalam minyak atsiri daun cengkeh

umumnya antara 80-88% (Nurdjannah, 2004).

Eugenol (C10H12O2), merupakan turunan guaiakol yang

mendapat tambahan rantai alil, dikenal dengan nama IUPAC 2-

metoksi-4-(2-propenil) fenol. Eugenol dapat dikelompokkan dalam

keluarga alilbenzena dari senyawa-senyawa fenol. Berat molekul

164,20 dan titik didih 250 -255°C. Warnanya bening hingga

kuning pucat, kental seperti minyak. Eugenol sedikit larut dalam

air namun mudah larut pada pelarut organik (alkohol, eter dan

kloroform). Eugenol memberikan bau dan aroma yang khas pada

minyak cengkeh, berbau keras, dan mempunyai rasa pedas.

Eugenol mudah berubah menjadi kecoklatan apabila dibiarkan di

udara terbuka (Wikipedia, 2009a; Bulan, 2004).

Struktur molekul eugenol:

Dalam bidang industri pemanfaatan eugenol masih terbatas

pada industri parfum. Dalam kesehatan digunakan sebagai

antiseptik dan anastesi lokal. Eugenol juga digunakan dalam

memproduksi isoeugenol untuk pembuatan vanilin. Jika eugenol

dikombinasikan dengan zinc oxide dapat berfungsi sebagai

material semen yang digunakan oleh dokter gigi untuk menambal

karies gigi sementara (Harrison, 2007). Eugenol yang terkandung

dalam semen ini mempunyai potensi iritasi terhadap jaringan tetapi

disamping itu juga memiliki keunggulan dengan daya

antibakterinya (Wahyudi, 2008).

Menurut Thompson et al (1989) eugenol mempunyai sifat

neurotoksik. Eugenol dapat mempengaruhi susunan saraf yang

khas dipunyai oleh serangga dan tidak terdapat pada hewan

berdarah panas (Isman, 1999). Neurotoksik bekerja dalam proses

penekanan terhadap sistem saraf serangga, paralisis, selanjutnya

terjadi kematian, ditandai dengan tubuh yang apabila disentuh

terasa lunak dan lemas (Sanjaya dan Safaria, 2006).

f. Manfaat

Tanaman cengkeh sejak lama digunakan dalam industri rokok

kretek, makanan, minuman dan obat-obatan. Bagian tanaman yang

dapat dimanfaatkan untuk keperluan diatas adalah bunga, tangkai

bunga dan daun cengkeh (Nurdjannah, 2004).

Orang India menggunakan cengkeh sebagai campuran bumbu

khas India atau garam masala. Bunga cengkeh yang sudah kering dapat

digunakan sebagai obat kolera dan menambah denyut jantung. Minyak

cengkeh sering digunakan sebagai pengharum mulut, mengobati bisul,

sakit gigi, memperkuat lendir usus dan lambung serta menambah

jumlah sel darah putih (Waluyo, 2004; Plantus, 2008).

2. Anopheles aconitus

a. Taksonomi

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Famili : Culicidae

Sub famili : Culicinae

Tribus : Anophelini

Genus : Anopheles

Spesies : Anopheles aconitus

(Gandahusada dkk., 1998).

b. Morfologi

Telur Anopheles diletakkan terpisah satu persatu pada

permukaan air (Dharmawan, 1993). Bentuknya seperti perahu dengan

bagian bawahnya konvek dan bagian atasnya konkaf dan mempunyai

sepasang pelampung yang terletak pada sebelah lateral (Gandahusada

dkk., 1998).

Larva nyamuk terdiri atas kepala, thorax dan abdomen. Kepala

dihubungkan dengan thorax oleh leher membran sehingga dapat

berputar 180° agar bagian mulut di ventral dapat mengarah ke

permukaan air untuk mencari makan. Thorax terdiri atas 3 segmen

yang menyatu, yaitu pro-, meso-, dan meta-thorax (Dharmawan,

1993). Abdomen memiliki bulu-bulu palma pada bagian lateral dan

lempeng punggung (tergal plate) pada bagian tengah sebelah dorsal

abdomen. Pada bagian ujung posterior abdomen terdapat alat

pernapasan berupa spiracle yang berbentuk bulat menyerupai cincin.

Shipon pada larva anopheles pendek sekali atau mengalami

rudimentair (Gandahusada dkk., 1998).

Pupa terdiri atas cephalothorax tanpa segmen dan abdomen

yang memiliki banyak segmen. Pada cephalothorax terdapat corong

udara (terompet), bakal mata, mulut, kaki, dan sayap. Abdomen

meliputi 8 segmen dan sepasang kayuh pada ujungnya yang berguna

untuk berenang (Dharmawan, 1993).

Nyamuk dewasa terdiri atas tiga bagian utama yaitu kepala,

thorax, dan abdomen. Kepala berhubungan dengan thorax melalui

leher yang kecil (Dharmawan, 1993). Kepala mempunyai probosis

halus dan panjang yang melebihi panjang kepala. Di kiri kanan

probosis terdapat palpus dan sepasang antena (Gandahusada dkk,

1998). Palpus hampir sama panjangnya dengan probosis. Pada nyamuk

jantan, palpus ujungnya membesar seperti bentuk gada atau club form.

Antena pada nyamuk jantan berambut lebat (plumose) sedangkan pada

nyamuk betina berambut jarang (pilose). Sebagian besar thorax yang

tampak (mesonotum), diliputi bulu halus. Posterior dari mesonotum

terdapat skutelum yang berbentuk melengkung (rounded). Sayap

nyamuk panjang dan langsing, mempunyai 6 vena; vena ke 2, 4, dan 5

bercabang. Sayap ditumbuhi sisik-sisik sayap yang berkelompok

membentuk gambaran belang-belang hitam dan putih. Abdomen

berbentuk silinder dan terdiri atas 10 ruas. Dua ruas terakhir berubah

menjadi alat kelamin. Bagian posterior abdomen tidak seruncing

nyamuk Aedes dan juga tidak setumpul nyamuk Mansonia, tetapi

sedikit maruncing (Gandahusada dkk, 1998; Dharmawan, 1993).

c. Siklus hidup

Nyamuk Anopheles aconitus mengalami metamorfosa

sempurna atau holometabola (Haryati, 1999). Telur diletakkan

dipermukaan air satu persatu atau bergerombol tetapi saling lepas

(Nurmaini, 2003). Stadium telur ini biasanya berlangsung 3 hari

(Barodji dkk., 1985). Kemudian telur menetas menjadi larva.

Selanjutnya larva akan tumbuh dan berkembang melalui 4 stadium

(instar) yaitu: instar I (berumur ± 1 hari), instar II (berumur ± 1-2

hari), instar III (berumur ± 2 hari), instar IV (berumur ± 2-3 hari)

(Hiswani, 2004).

Perpindahan stadium diikuti dengan pelepasan kutikula dan

larva bertambah besar sebelum kutikula berikutnya mengeras. Proses

pergantian kutikula ini diatur oleh faktor hormonal dan faktor

lingkungan (suhu, periode gelap terang, ketersediaan makanan dan

tingkat kepadatan). Hormon yang berperan yaitu:

1) Hormon aktivasi, dihasilkan oleh sel-sel neurosekretor pada otak

yang mengatur reaktivasi tubuh setiap kali sesudah pergantian

kutikula.

2) Hormon moulting, dihasilkan oleh kelenjar prothorax yang

mengatur proses pergantian kutikula, pertumbuhan dan

morphogenesis.

3) Hormon juvenile, dihasilkan oleh corpora allata yang mengatur

pertumbuhan larva, fungsi folikel pada nyamuk dewasa dan

beberapa fungsi dan struktur organ lainnya (Dharmawan, 1993).

Larva-larva ini berenang-renang dan mencari makan

(Gandahusada dkk, 1998; Noble, 1989). Cara makan larva adalah

’filter feeding’ yang menggunakan sikat maxilla dan palatum untuk

menangkap partikel makanan dan membawanya ke mulut. Makanan

larva adalah mikroorganisme dan partikel-partikel kecil. Larva

bernafas melalui spiracle, sedangkan pupa melalui terompet

(Dharmawan, 1993).

Dari larva akan tumbuh menjadi pupa yang merupakan

tingkatan atau stadium istirahat dan tidak makan. Stadium ini

memerlukan waktu 1-2 hari. Setelah cukup waktunya, dari pupa akan

keluar nyamuk dewasa yang telah dapat dibedakan jenis kelaminnya

(Hiswani, 2004). Pupa jantan menetas lebih dahulu, nyamuk jantan ini

biasanya tidak pergi jauh dari tempat perindukannya, menunggu

nyamuk betina untuk berkopulasi. Nyamuk betina kemudian

menghisap darah yang diperlukan untuk pembentukan telur

(Gandahusada dkk, 1998). Nyamuk betina kebanyakan hanya kawin

satu kali selama hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi setelah 24-48

jam dari saat keluarnya dari pupa (Hiswani, 2004). Nyamuk dewasa

baik jantan maupun betina maksimal hidup sampai 25 hari di

laboratorium (Barodji dkk, 1985).

d. Perilaku

Aktivitasnya sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu.

Anopheles aconitus biasanya aktif menggigit pada waktu malam hari,

hampir 80% biasanya dijumpai diluar rumah penduduk antara jam

18.00-22.00 (Hiswani, 2004). Anopheles aconitus bersifat

zooantropofilik yaitu lebih menyukai darah binatang dari pada darah

manusia, namun jika tidak tersedia atau tidak ada pilihan Anopheles

aconitus akan mencari host lain (Depkes RI, 1983b).

Jarak terbang Anopheles aconitus biasanya 0,5-3 km, dapat

dipengaruhi oleh transport dan kencangnya angin (Susilorini, 1985).

Tempat perindukan Anopheles aconitus umumnya di persawahan

dengan saluran irigasi, tepi sungai pada musim kemarau, kolam ikan

dengan tanaman rumput ditepinya (Gandahusada dkk, 1998). Nyamuk

dewasa pada umumnya lebih menyukai tempat istirahat yang lembab,

teduh dan aman, seperti tebing-tebing gelap atau diantara semak

belukar, sering juga ditemukan hinggap di dalam rumah atau di

kandang. Di dalam rumah sebagian besar hinggap di dinding pada

ketinggian kurang dari satu meter (Depkes RI, 1983a).

B. Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Ada efek minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.)

terhadap mortalitas larva Anopheles aconitus.

Variabel luar terkendali: a. Stadium larva b. Kepadatan larva c. Tempat hidup d. Kualitas air e. Kesehatan larva f. Suhu

Minyak atsiri daun cengkeh

Minyak atsiri daun cengkeh dalam bentuk

emulsi

Eugenol: neurotoksik

Paralisis sistem saraf serangga

Larva Anopheles aconitus

mati

Mengandung eugenol

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan desain

penelitian post test only control group design.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Vektor dan

Reservoir Penyakit (BPVRP) Salatiga, Jawa Tengah.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah larva Anopheles aconitus instar III yang

diperoleh dari Balai Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit (BPVRP)

Salatiga, Jawa Tengah.

D. Teknik Sampling

Dalam penelitian ini sampel diambil dengan cara simple random

sampling.

E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Konsentrasi minyak atsiri daun cengkeh.

2. Variabel terikat

Jumlah kematian larva Anopheles aconitus.

3. Variable luar terkendali

a. Stadium larva

b. Kualitas air

c. Tempat hidup

d. Kepadatan larva

e. Kesehatan larva.

f. Suhu

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Konsentrasi minyak atsiri daun cengkeh (berskala rasio).

Pada penelitian ini dipakai minyak atsiri daun cengkeh yang diperoleh dari

petani minyak di daerah Watu Agung, Kecamatan Tambak, Banyumas

yang dibuat melalui peoses penyulingan dengan air (hidrodestilasi).

Minyak ini kemudian dibuat dalam bentuk emulsi supaya larut dalam

media (air) menggunakan emulgator Tween 80 (Mayangsari, 2009). Kadar

emulgator Tween 80 yang dipakai yaitu 10%. Konsentrasi minyak atsiri

yang dipakai dalam penelitian ditentukan berdasarkan uji pendahuluan.

Konsentrasi minyak atsiri yang dipakai dalam uji pendahuluan adalah 20

ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm dan 100 ppm, dan 120 ppm.

2. Variabel terikat

Jumlah kematian larva Anopheles aconitus adalah banyaknya larva

Anopheles aconitus yang telah mati (berskala rasio).

Larva dianggap mati apabila tidak ada tanda-tanda kehidupan, misalnya:

a. Larva diberi gerakan rangsangan air tidak ada respon gerakan

b. Larva disentuh dengan lidi tidak ada respon gerakan.

Larva dianggap hidup apabila;

a. Larva aktif bergerak.

b. Larva diberi rangsangan gerakan air ada respon gerakan

c. Larva disentuh dengan lidi ada respon gerakan.

Larva Anopheles aconitus instar III diperoleh di Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa

Tengah.

3. Variabel luar terkendali

a. Stadium larva

Adalah umur larva sejak telur menetas. Pada percobaan ini dipakai

instar III yaitu larva umur 6-7 hari.

b. Kualitas air

Dikendalikan dengan mengambil air dari tempat dan waktu yang sama.

c. Tempat hidup

Dikendalikan dengan menyamakan wadah dalam eksperimen.

d. Kepadatan larva

Dikendalikan dengan menyamakan jumlah larva dalam satuan volume

air tiap kelompok uji.

e. Kesehatan larva

Dikendalikan dengan memperbanyak jumlah larva dalam populasi.

f. Suhu

Dikendalikan dengan menyamakan ruang eksperimen.

G. Desain Penelitian

1. Uji Pendahuluan

Uji Analisis Probit

∑ Larva hidup

Kelompok I

(kontrol) Air sumur

+ emulgator

Kelompok II

Konsentrasi minyak

atsiri daun cengkeh 20 ppm

Kelompok III

Konsentrasi minyak

atsiri daun cengkeh 40 ppm

Kelompok IV

Konsentrasi minyak

atsiri daun cengkeh 60 ppm

Kelompok V

Konsentrasi minyak

atsiri daun cengkeh 80 ppm

Kelompok VI

Konsentrasi minyak

atsiri daun cengkeh 100 ppm

25 larva Anopheles aconitus

Kelompok VII

Konsentrasi minyak

atsiri daun cengkeh 120 ppm

24 Jam

∑ Larva mati

2. Penelitian

Uji Analisis Probit

∑ Larva hidup

Kelompok I

(kontrol) Air sumur

+ emulgator

Kelompok II

Konsentrasi minyak

atsiri daun cengkeh A ppm

Kelompok III

Konsentrasi minyak

atsiri daun cengkeh B ppm

Kelompok IV

Konsentrasi minyak

atsiri daun cengkeh C ppm

Kelompok V

Konsentrasi minyak atsiri

daun cengkeh D ppm

25 larva Anopheles aconitus

24 Jam

∑ Larva mati

Uji Kruskal Wallis

Uji Mann-Whitney

H. Alat dan Bahan

1. Alat penelitian

Wadah plastik ukuran 250 ml

Gelas ukur 100 ml

Labu ukur 100 ml

Pipet ukur 10 ml

Vortex

Mikropipet

Mikrotube 1000 µL

Lidi

Alat penghitung (counter)

2. Bahan penelitian

Minyak atsiri daun cengkeh

Emulgator Tween 80

Larva Anopheles aconitus

Air sumur

I. Cara Kerja

1. Pembuatan emulsi minyak atsiri daun cengkeh 0,1%

a. 100 µL minyak atsiri daun cengkeh diambil menggunakan mikropipet

kemudian dimasukkan kedalam mikrotube 1000 µL.

b. Tambahkan 10 µL emulgator Tween 80 kedalam mikrotube 1000 µL

yang berisi minyak atsiri daun cengkeh. Campur dengan menggunakan

vortex sampai minyak atsiri daun cengkeh dan emulgator Tween 80

tercampur.

c. Masukkan campuran minyak atsiri daun cengkeh dan emulgator

Tween 80 kedalam labu ukur 100 ml, tambahkan air sumur sampai

volume 100 ml kemudian digojok.

2. Tahap Uji Pendahuluan

a. Minyak atsiri daun cengkeh dalam bentuk emulsi 0,1% diambil dengan

pipet ukur lalu dimasukkan kedalam gelas ukur. Volume emulsi

minyak atsiri yang diambil dihitung berdasarkan rumus:

Keterangan:

M1 : Konsentrasi mula-mula

V1 : Volume larutan mula-mula

M2 : Konsentrasi sesudah diencerkan

V2 : Volume sesudah diencerkan

Konsentrasi minyak atsiri yang akan dipakai adalah 20 ppm, 40 ppm,

60 ppm, 80 ppm, 100 ppm, dan 120 ppm. Jadi volume emulsi minyak

atsiri 0,1% yang diambil adalah 2 ml, 4 ml, 6 ml, 8 ml, 10 ml dan

12 ml.

b. Air sumur ditambahkan ke dalam gelas ukur hingga volume 80 ml,

kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing wadah plastik

bervolume 250 ml.

V1. M1 = V2. M2

c. Mengambil 10 µL emulgator Tween 80 dengan mikropipet, lalu

dimasukkan ke dalam gelas ukur, kemudian ditambahkan air hingga

volume 80 ml sebagai kontrol.

d. Pada masing-masing wadah plastik bervolume 250 ml dimasukkan 25

ekor larva Anopheles aconitus instar III , termasuk kontrol, kemudian

tambahkan air sumur sampai volume 100 ml.

e. Jumlah larva yang mati dihitung setelah 24 jam sejak diberi perlakuan

tanpa diberi makan.

3. Tahap Penelitian

a. Minyak atsiri daun cengkeh dalam bentuk emulsi 0,1% diambil dengan

pipet ukur lalu dimasukkan kedalam gelas ukur.

Konsentrasi minyak atsiri yang akan dipakai berdasarkan uji

pendahuluan adalah 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm.

b. Air sumur ditambahkan ke dalam gelas ukur hingga volume 80 ml,

kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing wadah plastik

bervolume 250 ml.

c. Mengambil 10 µL emulgator Tween 80 dengan mikropipet, lalu

dimasukkan ke dalam gelas ukur, kemudian ditambahkan air hingga

volume 80 ml sebagai kontrol.

d. Pada masing-masing wadah plastik bervolume 250 ml dimasukkan 25

ekor larva Anopheles aconitus instar III , termasuk kontrol, kemudian

tambahkan air sumur hingga volume 100 ml.

e. Jumlah larva yang mati dihitung setelah 24 jam sejak diberi perlakuan,

tanpa diberi makan.

f. Banyaknya ulangan dalam eksperimen dihitung dengan rumus:

(Hanifah, 1993).

t : jumlah perlakuan

r : jumlah ulangan

(5 –1) (r –1) ≥ 15

4(r-1) ≥ 15

4r-4 ≥ 15

4r ≥ 19

r ≥ 4,75

Sesuai rumus didapatkan banyaknya ulangan adalah 5 kali ulangan.

J. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara statistik

menggunakan:

1. Uji Kruskal Wallis

Uji ini digunakan untuk membandingkan rata-rata lebih dari dua

kelompok dan untuk menguji apakah kelima kelompok perlakuan

memiliki rata-rata jumlah kematian larva yang berbeda signifikan atau

tidak.

(t –1) (r –1) ≥ 15

Hipotesis:

H0 : Kelima rata-rata kelompok adalah sama

H1 : Kelima rata-rata kelompok adalah tidak sama

Pengambilan keputusan :

Jika Statistik Hitung > Statistik Tabel, maka H0 ditolak.

Jika Statistik Hitung < Statistik Tabel, maka H0 diterima.

Berdasarkan Probabilitas:

Jika probabilitas > 0,05, H0 diterima

Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak.

2. Uji Mann-Whitney

Uji Mann-Whitney digunakan untuk membandingkan rerata

jumlah kematian antar kelompok perlakuan.

Hipotesis :

H0 : Perbedaan rerata jumlah kematian antara kelompok yang

dibandingkan tidak signifikan

H1 : Perbedaan rerata jumlah kematian antara kelompok yang

dibandingkan signifikan

Pengambilan keputusan :

Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak

Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima

3. Analisis Probit

Untuk mengetahui daya bunuh minyak atsiri daun cengkeh

terhadap larva Anopheles aconitus yang dinyatakan dengan LC (Lethal

Concentration) yaitu LC50 (Lethal Concentration 50%) dan LC99 (Lethal

Concentration 99%).

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Uji Pendahuluan

Setelah dilaksanakan uji pendahuluan pada tanggal 28-29

September 2009 di Laboratorium Balai Penelitian Vektor dan Reservoir

Penyakit (BPVRP) Salatiga, Jawa Tengah., diperoleh hasil sebagai berikut

Tabel 1: Jumlah kematian larva Anopheles aconitus setelah diuji dengan minyak atsiri daun cengkeh dalam berbagai konsentrasi pada uji pendahuluan.

Kelompok Jumlah kematian larva

I. Kontrol 0 II. 20 ppm 6 III. 40 ppm 3 IV. 60 ppm 5 V. 80 ppm 14 VI. 100 ppm 18 VII. 120 ppm 22

Dari hasil uji pendahuluan, sebagaimana tercantum dakan tabel 1,

setelah dianalisis Probit (lampiran 1) didapatkan hasil LC50 = 76,94 ppm

dan LC99 = 174,346 ppm.

2. Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 3-4 Oktober 2009 di

Laboratorium Balai Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit (BPVRP)

Salatiga, Jawa Tengah, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 2: Jumlah kematian larva Anopheles aconitus setelah diuji dengan minyak atsiri daun cengkeh dalam berbagai konsentrasi selama 24 jam.

Jumlah kematian larva Kelompok

1 2 3 4 5 Jumlah Rerata

I. Kontrol 0 0 0 0 0 0 0 (0%)

II. 50 ppm 6 6 4 9 7 32 6.4 (25.6%)

III. 100 ppm 18 19 14 18 19 88 17.6 (70.4%)

IV. 150 ppm 25 23 23 23 25 119 23.8 (95.2%)

V. 200 ppm 25 25 25 25 25 125 25 (100%)

Persentase kematian larva Anopheles aconitus pada berbagai

konsentrasi Minyak atsiri daun cengkeh dapat dilihat pada grafik berikut.

0

20

40

60

80

100

120

kontrol 50 ppm 100 ppm 150 ppm 200 ppm

konsentrasi minyak atsiri

pers

enta

se k

emat

ian

Grafik 1: Grafik jumlah kematian larva Anopheles aconitus pada berbagai

konsentrasi minyak atsiri daun cengkeh

B. Analisis Data

1. Uji Kruskal Wallis

Dari hasil percobaan pada tabel 2, setelah dilakukan uji Kruskal

Wallis dengan program SPSS 16.0 for Windows pada taraf kepercayaan

(α) 0,05 didapatkan statistik hitung (23,075) dan p (probabilitas ) = 0.000.

Dengan melihat tabel Chi-square untuk df (derajat kebebasan) = 4 dan

tingkat signifikansi (α) = 5 %, maka didapatkan statistik tabel = 9,487.

Sehingga statistik hitung > statistik tabel dan p < 0.05, maka H0 ditolak

dan H1 diterima atau terdapat perbedaan jumlah kematian larva yang

signifikan diantara kelompok uji.

2. Uji Mann-Whitney

Hasil pengujian data dengan uji Mann-Whitney menggunakan

SPSS 16.0 for Windows, didapatkan adanya perbedaan yang signifikan

antara masing-masing pasangan kelompok (p = 0,003, p = 0,005, p = 0,008

; p < 0,05), kecuali antara kelompok IV dan kelompok V (p = 0.05) tidak

signifikan. Berarti kelompok IV dan kelompok V memiliki pengaruh yang

sama terhadap mortalitas larva Anopheles aconitus. Hasil uji Mann-

Whitney selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.

3. Analisis Probit

Selanjutnya data hasil penelitian dianalisis Probit dengan program

SPSS 16.0 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95% untuk

mendapatkan nilai LC50 dan LC99. Dari hasil analisis Probit, didapatkan

estimasi besar konsentrasi yang mengakibatkan kematian larva Anopheles

aconitus sebesar 50% (LC50) adalah konsentrasi 54,145 ppm dengan

interval antara 41,910 ppm dan 87,019 ppm. Sedangkan kematian larva

sebesar 99% (LC99) didapatkan pada konsentrasi 129,052 ppm dengan

interval antara 93,273 ppm dan 227,491 ppm. Hasil analisiis Probit

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.

BAB V

PEMBAHASAN

Pada uji pendahuluan didapatkan LC50 pada konsentrasi 76,94 ppm

dengan interval antara 57,769 ppm dan 102,972 ppm, sedangkan LC99 pada

konsentrasi 174,346 dengan interval antara 134,571 ppm dan 298,008 ppm.

Karena tidak dilakukan ulangan pada uji pendahuluan maka hasilnya digunakan

sebagai dasar penetapan konsentrasi pada penelitian, maka konsentrasi minyak

atsiri yang digunakan dalam penelitian yaitu 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, dan 200

ppm.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa minyak atsiri daun

cengkeh mempunyai pengaruh terhadap mortalitas larva Anopheles aconitus..

Hasil analisis menunjukkan bahwa antar kelompok konsentrasi minyak atsiri daun

cengkeh mempunyai efek larvasida yang berbeda (p = 0.000). Secara garis besar,

kenaikan konsentrasi minyak atsiri daun cengkeh juga diikuti kenaikan jumlah

kematian larva sampai tingkat konsentrasi tertentu seperti yang dapat dilihat pada

grafik 1.

Dari analisis Probit, didapatkan hasil estimasi besar LC50 adalah pada

konsentrasi minyak atsiri daun cengkeh 54,145 ppm dengan interval antara 41,910

ppm dan 87,019 ppm. Bila dikonversikan kedalam satuan persen senilai

0,0054145 %. Pada penelitian lain yang menggunakan kandungan eugenol pada

minyak atsiri serai wangi (Cymbopogon nardus L.) terhadap kematian larva

Anopheles aconitus didapatkan hasil LC50 pada konsentrasi 0,0097104 % dan

pada ekstrak selasih (Ocimum basilicum) didapatkan hasil LC50 pada konsentrasi

2,75 % (Cahyati, 2005; Fatimah, 1997). Pada penelitian lain dengan menggunakan

ekstrak daun kecubung (Datura mentel) didapatkan hasil LC50 pada konsentrasi

6,626 %, ekstrak buah tomat (Solanum lycopersicum L.) LC50 pada konsentrasi

1,271 % , dan ekstrak daun pandan wangi LC50 pada konsentrasi 0,231 %

(Supriyanti, 2004; Nugroho, 2004; Hastuti, 2008).

Pemakaian istilah Lethal Concentration (LC) lebih dipilih daripada

istilah Lethal Dose (LD) karena pada penelitian ini sulit untuk menentukan dosis

(jumlah minyak atsiri daun cengkeh yang masuk ke dalam tubuh serangga)

sehingga lebih dipilih istilah Lethal Concentration yang secara lebih tepat

menggambarkan konsentrasi minyak atsiri pada media percobaan (Matsumura,

1975). Semakin rendah nilai LC50 suatu zat berarti zat tersebut mempunyai

aktivitas yang lebih tinggi dalam membunuh hewan coba, karena dengan zat

tersebut perlu konsentrasi yang lebih rendah untuk mematikan hewan coba dalam

waktu yang lama (Chang, 2004). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa

minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromatisum L.) dengan LC50 54,145 ppm

mempunyai aktivitas larvasida yang lebih tinggi dibandingkan minyak atsiri serai

wangi, ekstrak selasih, ekstrak daun kecubung , ekstrak buah tomat, dan ekstrak

daun pandan wangi.

Sedangkan estimasi besar LC99 minyak atsiri daun cengkeh terhadap

larva Anopheles aconitus didapatkan pada konsentrasi 129,052 ppm dengan

interval antara 93,273 ppm dan 227,491 ppm. Estimasi konsentrasi insektisida

yang diperlukan untuk mendapatkan probabilitas 0,99 untuk membunuh seekor

serangga (LC99) sangat penting karena penggunaan dosis yang lebih besar dari

pada nilai estimasi ini dapat berbahaya bagi lingkungan, kehidupan binatang lain,

dan kehidupan manusia. Sedangkan menggunakan dosis yang lebih kecil juga

menyebabkan tidak tercapainya target dan mungkin akan berakibat adanya

resistensi terhadap insektisida tersebut (Payton et al., 2003).

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dapat disimpulkan

sebagai berikut:

Minyak atsiri daun cengkeh (Syzygium aromaticum L.) memiliki efek terhadap

mortalitas larva Anopheles aconitus dengan LC50 pada konsentrasi 54,145

ppm dan LC99 pada konsentrasi 129,052 ppm.

B. Saran

Mengingat keterbatasan dalam penelitian ini maka peneliti sarankan

sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian mengenai kandungan eugenol dalam minyak

atsiri daun cengkeh yang diproduksi oleh petani minyak.

2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi minyak

atsiri daun cengkeh sebagai larvasida didalam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Barodji T., Haryanto B., Widiarti, Pradhon D.G., Shaw F.R. 1985. ”Life Cycle Studi of Malaria Vector Anopheles aconitus Donitz in the Laboratory”. Buletin Penelitian Kesehatan. 13 (1) : 1-17.

Boesri H., Boewono D.T., Widyastuti U., Sutjipto. 2006. Penentuan Vektor

Malaria dan Pengendaliannya di Daerah Sekitar Candi Borobudur Kabupaten Megelang Jawa Tengah. Profesi Medika, 6: 65-74.

Boewono D.T., Nalim S. 1991. Morphological Characteristics of Anopheles

aconitus Donittz from Different geographical Areas in Central Java. http://www.litbang.depkes.go.id/Publikasi_BPPK/Buletin_BPPK/BUL91A.HTM#b. (14 Maret 2009).

Bulan R. 2004. Reaksi Asetilasi Eugenol dan Oksidasi Metil Iso Eugenol.

http://www.google.co.id/search?hl=id&q=reaksi+asetilasi+eugenol+dan+oksidasi+metil+eugenol&meta=&aq=f&oq. (11 April 2009).

Cahyati A.I. 2005. Perbedaan Efektivitas Ekstrak Biji Srikaya (Annona aquamosa

Linn.) dan Minyak Atsiri Serai Wangi (Cymbopogon nardus L.) terhadap Kematian Larva Anopheles aconitus. http://www.unissula.ac.id/perpustakaan/index.php?option=com_content&view=article&id=311:perbedaan-efektivitas-ekstrak-biji-srikaya-annona-aquamosa-linn-dan-minyak-atsiri-serai-wangi-cymbopogon-nardus-1-terhadap-kematian-larva-anopheles-aconitus&catid=37:skripsi-kedokteran&Itemid=58. (15 Januari 2010).

Cavalcanti E.S.B., de Morais S.M., Lima A.M.A., Santana E.W.P. 2004.

Larvacidal Activity of Essential Oil from Brazilian Plants agains Aedes aegypti L. http://www.scielo.br/pdf/mioc/v99n5a15.pdf (20 Maret 2009).

Chang Peter Shang-Tzen. 2004. Cinnamon Oil May Be an Environmentally

Friendly Pesticide, With the Ability to Kill Mosquito Larvae. http://www.news-medical.net/print_article.asp?id=3404.(22 Oktober 2009)

Depkes RI. 1983a. Malaria Pemberantasan. Jakarta: Dirjen Pencegahan dan

Pemberantasan Penyakit Menular, p: 12. Depkes RI. 1983b. Malaria Entomologi. Jakarta: Dirjen Pencegahan dan

Pemberantasan Penyakit Menular, p: 6. Dharmawan R. 1993. Metode Identifikasi Spesies Kembar Nyamuk Anopheles.

Surakarta: Sebelas Maret University Press, pp: 43-53.

Fatimah S. 1997. Studi Laboratorium Uji Kepekaan Larva Anopheles aconitus terhadap Ekstrak Daun Selasih (Ocimum basilicum). http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=881. (15 Januari 2010).

Gandahusada S., Ilahude H.D., Pribadi W. 1998. Parasitologi Kedokteran.

Jakarta: Balai Penerbit FK UI, pp: 220-231. Global Healt Reporting. 2008. Kasus Malaria di Indonesia Meningkat menjadi

Hampir Tiga Juta pada 2007. http://spiritia.or.id/news/bacanews.php?nwno=0632. (17 Januari 2010).

Hanifah K.A. 1993. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali

Press, p: 35. Hargono D., Farouq, Sutarno S. & Ratih T (eds). 1986. Sediaan Galenik. Jakarta :

Departemen Kesehatan RI., pp: 562-572. Harrison K. 2007. Eugenol:cloves.

http://www.3dchem.com/molecules.asp?ID=333. (3 Maret 2009) Haryati S. 1999. Serangga-serangga yang Penting Bagi Kesehatan. Surakarta:

UNS Press, pp: 9-13. Hastuti H. 2008. Daya Bunuh Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus

amaryllifolius) terhadap Larva Anopheles aconitus. Skripsi. Hiswani. 2004. Gambaran Penyakit dan Vektor Malaria di Indonesia.

http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani11.pdf. (7 Maret 2009). Isman M. 1999. UBC Researcher Helps Develop Environmentaly Safe Pesticide.

http://www.publificaffairs.ubc.ca/media/releases/1999/mr-99-61.html. (12 Maret 2009).

Kardinan, A. 2003. Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk. Jakarta: Agro

Media Pustaka, pp: 2-5, 22-23, 28-29. Kardinan, A. 2007. Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk. Jakarta: Agro

Media Pustaka, pp: 22-23. Lok. 2007. 46,9 Persen Penduduk Beresiko Tertular Malaria.

http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/malaria260407.htm. (17 Januari 2010).

Mardiana, Yusniar, Nunik A., Aminah S., Yunanto. 2005. Fauna dan Tempat Perkembangan Potensial Nyamuk Anopheles Sp. di Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 15(2) : 39-43.

Matsumura F. 1975. Toxicology of Insecticides. Plenum Press. New York. pp: 17-

22. Mayangsari N.E. 2009. Emulsi Untuk Memperoleh Suatu Preparat yang Stabil

dan Rata dari Campuran Dua Cairan yang Saling Tidak Bercampur (Bercampur Sebagian) pada Pembuatan Obat Minum. http://darsono-sigit.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/11/nanda-elok-mayangsari.pdf (5 Februari 2010).

Noble E.A. 1989. Biologi Parasit Hewan. (terj), ed. Noerhajati soeripto,

Yogyakarta: Gadjah Madha University Press, pp: 744-749. Nugroho H.B. 2004. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Tomat (Solanum

lycopersicum L.) terhadap Jumlah Kematian Larva Anopheles aconitus. http://www.unissula.ac.id/perpustakaan/index.php?option=com_content&view=article&id=304:pengaruh-pemberian-ekstrak-buah-tomat-solanum-lycopersicum-l-terhadap-jumlah-kematian-larva-anopheles- anonitus & catid=37:skripsi-kedokteran&Itemid=58. (17 Januari 2010).

Nurdjannah N. 2004. Diversifikasi penggunaan Cengkeh.

http://www.google.co.id/search?hl=id&q=divertifikasi+penggunaan+cengkeh&meta. (11 April 2009).

Nurmaini. 2003. Mengidentifikasi Vektor dan Pengendalian Nyamuk Anopheles

aconitus Secara Sederhana. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-nurmaini1.pdf. (7 Maret 2009).

Payton M.E., Greenstone M., Schenker N. 2003. Overlapping Confidence

Intervals or Standard Error Intervals: What Do They Mean In Terms of Statistical Significance. Journal of Insect Science, 3: 34.

Plantus. 2008. Syzygium aromaticum (Linn.) Merr. & Perr.-Cengkeh.

http://anekaplanta.wordpress.com/2008/07/30/syzygium-aromaticum-linn-merr-perr-cengkeh. (11 April 2009).

Ristiyanto, Farida D.H., Wahyuni S., Gambiro, Sucipto. 2007. Survei Dinamika

Penularan Malaria di Desa Banjaretno Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 17(2):8-19.

Sanjaya Y., Safaria T. 2006. Toksisitas Racun Laba – laba Nephila sp. pada Larva Aedes aegypti L. http://www.unsjournal.com/D?D0702/D70221.pdf.(11 April 2009).

Sinar Tani. 2008. Penyulingan Minyak Atsiri.

http://www.sinartani.com/mimbarpenyuluh/penyulingan-minyak-atsiri-1229308546.htm (5 Februari 2010).

Supriyanti N. 2004. Uji Daya Bunuh Ekstrak Daun Kecubung (Datura mentel)

terhadap Larva Anopheles aconitus. http://www.unissula.ac.id/perpustakaan/index.php?option=com_content&view=article&id=306:uji-daya-bunuh-ekstrak-daun-kecubung-datura-metel-terhadap-larva-anopheles-aconitus&catid=37:skripsi kedokteran & Itemid=58. (17 Januari 2010).

Susilorini T. 1985. Pengendalian Serangga dan Binatang Pengerat. Banjarbaru:

Akademi Penilik Kesehatan. http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-grey-2003-dewi-1628-pandan&q=aedes. (20 Maret 2009).

Thomas, A.N.S. 2007. Tanaman Obat Tradisional. Yogyakarta: Kanisus,

pp: 22-24. Thompson D., Norbeck K., Olsson L.I., Teodosius D.C., Zee J.V., Mold P. 1989.

Peroxidase-catalyzed Oxidation of Eugenol: Formation of a Cytotoxic Metabolite. www.jbc.org. (20 Maret 2009).

Wahyudi T. 2008. Biokompatibilitas Semen Zinc Oxide Eugenol. USU Library.

http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?option=com_journal_review&id=4649&task=view. (12 Maret 2009)

Waluyo S., 2004. Aneka Tip Obat Alami dalam Buah dan Sayuran. Jakarta: Elex

Media, pp: 51-52. Wikipedia. 2009a. Eugenol. http://en.wikipedia.org/wiki/Eugenol. (1 Mei 2009). Wikipedia. 2009b. Minyak Atsiri. http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_atsiri.

(1 Mei 2009). Zulchi T.P.H., Nurul A.R. 2006. Pengaruh Berbagai Organ Tanaman Dan Lama

Penyulingan Terhadap Kuantitas Dan Kualitas Minyak Atsiri Cengkeh (Caryophillus aromaticus). http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-res-2002-try-5372-atsiri&q=Minyak. (1 Mei 2009).