EFEK EKSTRAK KAYU MANIS Cinnamomun cassia TERHADAP...
-
Upload
phungquynh -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
Transcript of EFEK EKSTRAK KAYU MANIS Cinnamomun cassia TERHADAP...
EFEK EKSTRAK KAYU MANIS (Cinnamomun cassia)
TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH, BERAT
BADAN, BERAT ORGAN PANKREAS, GINJAL DAN
JANTUNG TIKUS DIABETES MELLITUS strain
Sprague dawley YANG DIINDUKSI ALOKSAN
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
Norma Maulidatul Fitria
NIM: 1111103000095
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
nikmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
penelitian ini tepat pada waktunya. Penulis menyadari, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, laporan penelitian ini tidak akan pernah
terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tadjuddin, SpAnd selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter atas bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh
pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
3. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku pembimbing 1 yang telah banyak
mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam
melakukan penelitian hingga penyusunan laporan penelitian ini serta
memberikan ketenangan selama proses penelitian.
4. dr. Hari Hendarto, Sp.PD, Ph.D, FINASIM selaku pembimbing 2 yang
telah banyak meluangkan waktu di sela kesibukan beliau hanya untuk
memberikan pengarahan kepada penulis dalam penelitian hingga
penyusunan laporan penelitian ini.
5. Ibu Nurlaely Mida R, S.Si, M.Biomed, Ph.D selaku penanggungjawab
Laboratorium Animal House, Ibu Zeti Hariyati, M.Biomed selaku
penanggungjawab Laboratorium Biologi, Ibu Endah Wulandari,
M.Biomed selaku penanggungjawab Laboratorium Biokimia, drg. Laifa
Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggungjawab Laboratorium Riset
dan dr. Nurul Hiedayati, Ph.D selaku penanggungjawab Laboratorium
Farmakologi yang telah memberikan izin penggunaan laboratorium untuk
proses penelitian.
vi
6. Ibu Suryani, Ibu Ayi, Ibu Lilis, Pak Haris dan laboran-laboran lain yang
telah membantu penulis dalam proses penelitian.
7. Kedua orang tua, Drs. H.M. Nurul Erfan dan Hj. Maslakah yang selalu
mencurahkan seluruh kasih sayang, pengorbanan, dukungan, semangat dan
doa-doa yang selalu dipanjatkan. Terimakasih atas segala kebaikan dan
pelajaran hidup yang luar biasa hingga penulis tetap bertahan dalam
kemandirian hidup di rantauan.
8. Adik-adik tercinta, Muhammad Jamaluddin dan Muhammad Fadlan atas
segala bentuk semangat dan dukungan serta doa yang telah diberikan.
9. Rifki Dzaki Fanani, S.M atas dukungan, semangat dan doa yang
dipanjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
10. Teman-teman satu kelompok penelitian, Elza Amelia Firdaus,
Hermansyah, Anisatul Muqorrobin, Laras Respati Ardanareswari dan
Candra Achmad Hanif Rosyidi atas kerjasama, dukungan dan semangat
selama proses penelitian. Semoga kerjasama kita dapat berlanjut hingga
batas waktu yang tidak dapat ditentukan.
11. Andhiny Rezkia Enhas dan Kiki Rosmayanti atas kebersamaan dan
dukungan belajar selama ini.
12. Faizatul Islamiyah, Dina Adlina Amu dan Ani Kurniawati atas
kebersamaan dan bantuan penyelesaian laporan penelitian ini terutama
sudah sudi mengajarkan tentang SPSS.
13. Teman-teman PSPD 2011 atas kebersamaan selama menempuh studi pre
klinik. Semoga kebersamaan kita tetap berlanjut sampai tua.
14. Teman-teman CSS MoRA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011 atas
kebersamaan selama ini senantiasa mendukung setiap langkah. Semoga
kekeluargaan kita tak lekang oleh waktu dan pengabdian kita nanti
senantiasa mendapat rahmat dan ridha dari Allah SWT.
15. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, Terima kasih
telah membantu proses penyelesaian laporan penelitian ini
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karen itu, saran dan kritik dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
vii
Demikian laporan penelitian ini penulis susun, semoga bermanfaat bagi kemajuan
ilmu pengetahuan. Dan semoga Allah SWT berkenan memasukkan laporan ini
sebagai amal jariyah kelak di Akhirat. Amin
Ciputat, 12 September 2014
Penulis
viii
ABSTRAK
Norma Maulidatul Fitria. Program Studi Pendidikan Dokter. Efek Ekstrak
Kayu Manis (Cinnamomum cassia) terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat
Badan, Berat Organ Pankreas, Ginjal dan Jantung Tikus Diabetes strain
Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014.
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar
glukosa darah dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada organ. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui efek ekstrak kayu manis (Cinnamomum cassia)
terhadap kadar glukosa darah, berat badan, berat organ pankreas, ginjal dan
jantung dengan dosis 300 mg/kgbb selama 14 hari pada tikus strain Sprague
dawley yang diinduksi aloksan. Sebanyak 45 tikus dibagi menjadi 3 kelompok,
yakni kelompok N (normal), DM (Diabetes mellitus) dan D + CC (DM dengan
terapi ekstrak Cinnamomum cassia. Setelah 14 hari pemberian terapi, glukosa
darah dan berat badan dievaluasi dan dilakukan proses terminasi untuk
pengambilan organ. Hasil penelitian ini adalah 12,25% menurunkan kadar glukosa
darah pada kelompok terapi (p<0,05), 11,1% meningkatkan berat badan pada
kelompok terapi namun tidak signifikan secara statistik (p>0,05) serta signifikan
menurunkan berat organ pankreas, ginjal dan jantung pada kelompok terapi
(p<0,05). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak Cinnamomum
cassia dengan dosis 300 mg/kgbb dapat menurunkan kadar glukosa darah dan
berat organ serta menaikkan berat badan tikus.
Kata kunci : Diabetes mellitus, Cinnamomum cassia, glukosa darah, berat badan,
berat pankreas, berat ginjal, berat jantung
ABSTRACT
Norma Maulidatul Fitria. Medical Education Study Program. Effect of
Cinnamomum cassia Extract on Blood Glucose, Body Weight, Weight of
Pancreas, Kidney and Heart in Sprague dawley rat strain Alloxan-Induced.
2014.
Diabetes mellitus is a disease was characterized by elevated blood glucose level
and it can causes various complications in organs. The aims to determine the
effect of cinnamon extract (Cinnamomum cassia) on blood glucose levels, body
weight, weight of pancreas, kidney and heart with a dose 300 mg/kg body weight
within 14 days in Sprague dawley rat strain Alloxan-Induced. Forty-five rats were
divided into 3 groups, N group (normal), DM group (Diabetes mellitus) and D +
CC group (DM with Cinnamomum cassia therapy). After 14 days of therapy,
blood glucose and body weight were evaluated and then rats was sacrificed to take
organs. Results: 12.25% decrease in blood glucose in therapy group (p <0.05),
11.1% increase body weight in therapy group but was not significant (p> 0.05)
and organ weight of the pancreas, kidney and heart was significant in therapy
group (p <0.05). Conclusion: the extract of Cinnamomum cassia with a dose of
300 mg/kg body weight can decrease blood glucose levels, weight of organs and
weight gain but not significant.
Keyword : Diabetes mellitus, Cinnamomum cassia, blood glucose, body weight,
weight of pancreas, weight of kidney, weight of heart.
ix
DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL………………………………………………………………...xi
DAFTAR GRAFIK………………………………………………………………xii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………xiii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….xiv
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
3. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
3.1 Tujuan Umum ....................................................................................... 3
3.2 Tujuan Khusus ...................................................................................... 3
4. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5
2.1 LANDASAN TEORI ............................................................................... 5
2.1. 1 Diabetes Melitus................................................................................ 5
2.1. 2 Aloksan ........................................................................................... 15
2.1. 3 Kayu Manis (Cinnamomum cassia) ................................................ 17
2.2 KERANGKA KONSEP ......................................................................... 20
2.3 DEFINISI OPERASIONAL ................................................................... 21
BAB III ................................................................................................................. 22
METODE PENELITIAN ................................................................................... 22
3.1 Disain Penelitian ..................................................................................... 22
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 22
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 22
3.4 Kriteria Inklusi ....................................................................................... 23
3.5 Kriteria Eksklusi………………………….. ........................................... 23
3.6 Cara Kerja Penelitian .............................................................................. 23
3.7 Alur Penelitian ........................................................................................ 27
3.8 Pengolahan dan Analisa Data ................................................................. 28
x
BAB IV ................................................................................................................. 29
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 29
4.1 Glukosa Darah ........................................................................................ 29
4.2 Berat Badan ............................................................................................ 31
4.3 Berat Organ ............................................................................................ 33
4.4 Hambatan Penelitian ............................................................................... 38
BAB V ................................................................................................................... 39
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 39
5.1 Simpulan ................................................................................................. 39
5.2 Saran ....................................................................................................... 39
BAB VI ................................................................................................................. 40
KERJASAMA RISET ........................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 41
LAMPIRAN .…………………………………………………………………….43
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi etiologi DM .................................................................. 6
Tabel 2.2 Kriteria Diagnosis DM ................................................................... 12
Tabel 4.1 Rerata glukosa darah hari ke-1, ke-7 dan ke-14 pada semua
kelompok penelitian .......................................................................................
29
Tabel 4.2 Rerata Berat Badan Semua Kelompok Penelitian pada Hari ke-1,
ke-7 sampai hari ke-14 ...................................................................................
31
Tabel 4.3 Hasil uji Kruskal wallis Rasio Berat Organ Pankreas Semua
Kelompok........................................................................................................
33
Tabel 4.4 Hasil uji One-Way Annova Rasio Berat Organ Ginjal Semua
Kelompok........................................................................................................
34
Tabel 4.5 Hasil Uji Kruskal wallis Rerata Rasio Berat Organ Jantung pada
Semua Kelompok............................................................................................
35
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Rerata glukosa darah pada hari ke-1, ke-7 hingga ke-14 pada
semua kelompok penelitian.............................................................................
30
Grafik 4.2 Rerata Berat Badan Hari ke-1, Ke-7 sampai hari ke-14 pada
semua kelompok penelitian.............................................................................
32
Grafik 4.3 Rerata rasio berat organ pankreas hari ke-14 semua kelompok
penelitian…………………………………………………………………….
Grafik 4.4 Rerata rasio berat organ ginjal hari ke-14 semua kelompok
penelitian…………………………………………………………………….
33
35
Grafik 4.5 Rerata rasio berat organ jantung hari ke-14 semua kelompok
penelitian…………………………………………………………………….
37
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pulau Langerhans........................................................................ 8
Gambar 2.2 Pengaruh Insulin terhadap Sel dan Glukosa Darah..................... 9
Gambar 2.3 Alur Diagnosis DM..................................................................... 14
Gambar 2.4 Struktur Kimia Aloksan.............................................................. 16
Gambar 2.5 Kulit Kayu Manis Cinnamomum Cassia.................................... 18
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Determinasi/ Identifikasi Bahan Uji...................................... 43
Lampiran 2 Surat Keterangan Sehat Tikus......................................................... 44
Lampiran 3 Dokumentasi Proses Penelitian....................................................... 45
Lampiran 4 Riwayat Penulis………………....................................................... 49
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah sebuah gangguan metabolik dari
berbagai macam etiologi yang ditandai dengan adanya hiperglikemia kronik
dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang
disebabkan oleh adanya kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau
keduanya. (WHO: 1999).1 DM dapat menyebabkan kerusakan jangka lama,
disfungsi dan kerusakan pada berbagai macam organ.1 Terdapat 171 juta
penduduk di dunia yang menderita DM pada tahun 2000 dan saat ini
diperkirakan akan meningkat hingga 366 juta pada tahun 2030.2
Indonesia merupakan negara ke empat terluas dengan populasi sekitar
200 juta setelah Cina, India dan Uni Soviet. Banyaknya populasi tersebut
berhubungan dengan kenaikan secara cepat angka kejadian DM di Indonesia.3
Perubahan pola penyakit DM berkaitan erat dengan gaya hidup yang berubah
yaitu perubahan pola makan dan kurangnya aktifitas fisik. 5
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi
DM pada penduduk usia di atas 15 tahun yang berdasarkan diagnosis dokter
sebanyak 1,5% sedangkan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala sebesar
2,1%. Provinsi dengan prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter tertinggi
adalah DI Yogyakarta sebesar 2,6%, diikuti oleh DKI Jakarta sebesar 2,5%
dan provinsi prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter terendah adalah
Lampung yaitu sebesar 0,7%. Sedangkan berdasarkan diagnosis dokter atau
gejala provinsi prevalensi DM tertinggi adalah Sulawesi Tengah sebesar 3,7%,
diikuti oleh provinsi Sulawesi Utara sebesar 3,6% dan prevalensi terendah
adalah provinsi Lampung sebesar 0,8%.4
2
DM masih merupakan masalah kesehatan yang global, mengingat DM
tersebar luas pada laki-laki dan perempuan pada semua usia. Sehingga
pemerintah harus memperhatikan penatalaksanaan DM. Gejala akut DM
disebabkan oleh kurang adekuatnya kerja insulin. Karena insulin adalah satu-
satunya hormon yang mampu menurunkan kadar glukosa darah, maka salah
satu gejala akut dari DM adalah peningkatan kadar glukosa darah atau biasa
disebut dengan istilah hiperglikemia.5,6
Pada kondisi hiperglikemia dapat
terjadi penurunan berat badan dengan nafsu makan yang normal atau
meningkat.7
Jika DM tidak dikelola dengan baik, maka DM dapat menyebabkan
terjadinya komplikasi kronik.5 Jaringan yang rentan terhadap komplikasi
kronik DM adalah pembuluh darah, ginjal, mata, dan saraf yang merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas.15
DM juga dapat mempengaruhi
fungsi dan struktur sistem kardiovaskuler tanpa adanya perubahan tekanan
darah dan penyakit jantung koroner, kondisi tersebut disebut dengan
kardiomiopati.27
Biaya pengobatan DM dan segala hal yang berhubungan dengan
komplikasi DM mencapai lebih dari $100 juta setiap tahunnya. Oleh karena
itu, saat ini telah banyak dikembangkan obat herbal yang merupakan bagian
penting dari pengobatan tradisional dan telah banyak literatur yang
menyatakan bahwa terdapat lebih dari 400 spesies tanaman mempunyai
akivitas antidiabetik.8 Salah satu tanaman yang sering dijadikan subjek
penelitian adalah kayu manis (Cinnamomum sp.) yang telah diakui aman
menurut Food and Drug Administration (FDA) yang di United States.11
Berdasarkan penelitian Saima et al (2011) menunjukkan bahwa ekstrak kayu
manis dapat menimbulkan efek hipoglikemik secara signifikan pada tikus
diabetes yang diinduksi aloksan dengan dosis 200 mg/kgbb dan 400 mg/kgbb
per oral selama 6 minggu.23
3
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti ingin mengetahui efek
ekstrak kayu manis terhadap kadar glukosa darah, berat badan, berat organ
pankreas, jantung dan ginjal pada tikus diabetes yang diinduksi aloksan
selama 14 hari dengan dosis 300 mg/kgbb.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan rumusan masalah
sebagai berikut:
2.1 Apakah pemberian ekstrak kayu manis (Cinnamomun cassia)
dengan dosis 300 mg/kgbb selama 14 hari dapat mempengaruhi
kadar glukosa darah tikus diabetes mellitus strain Sprague dawley
yang diinduksi aloksan?
2.2 Apakah pemberian ekstrak kayu manis (Cinnamomun cassia)
dengan dosis 300 mg/kgbb selama 14 hari dapat mempengaruhi
berat badan tikus diabetes mellitus strain Sprague dawley yang
diinduksi aloksan?
2.3 Apakah pemberian ekstrak kayu manis (Cinnamomun cassia)
dengan dosis 300 mg/kgbb selama 14 hari dapat mempengaruhi
berat organ pankreas, jantung dan ginjal tikus diabetes mellitus
strain Sprague dawley yang diinduksi aloksan?
3. Tujuan Penelitian
3.1 Tujuan Umum
Mengetahui efek ekstrak kayu manis (Cinnamomun cassia)
terhadap kadar glukosa darah, berat badan, berat organ pankreas,
ginjal dan jantung tikus diabetes mellitus strain Sprague dawley yang
diinduksi aloksan.
3.2 Tujuan Khusus
3.2.1 Menentukan perbedaan kadar glukosa darah tikus yang
diberikan terapi ekstrak Cinnamomun cassia selama 14 hari
dengan tikus DM tanpa diberikan terapi Cinnamomun cassia.
4
3.2.2 Menentukan perbedaan berat badan tikus antara kelompok
normal, DM dan kelompok terapi dengan ekstrak Cinnamomun
cassia selama 14 hari
3.2.3 Mengetahui rasio berat organ pancreas, ginjal dan jantung
tikus antara kelompok normal, DM dan kelompok DM dengan
terapi ekstrak Cinnamomun cassia selama 14 hari.
4. Manfaat Penelitian
4.1 Bagi Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang
mendalam bagi peneliti mengenai metode penelitian eksperimental dan
menegetahui efek ekstrak kayu manis (Cinnamomun cassia) terhadap
kadar glukosa darah, berat badan, berat organ pankreas, ginjal dan
jantung tikus diabetes mellitus strain Sprague dawley yang diinduksi
aloksan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran
di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.2 Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi penelitian di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta sehingga dapat digunakan sebagai bahan penelitian
selanjutnya.
4.3 Bagi Masyarakat
Diharapkan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang
pengaruh kayu manis terhadap penurunan kadar glukosa darah dan
komplikasinya pada penderita DM.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI
2.1. 1 Diabetes Melitus
2.1. 1.1 Klasifikasi Diabetes Melitus
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010,
Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelalaian
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.9
DM memiliki dua varian utama, berdasarkan kemampuan
pankreas mengeluarkan insulin, yaitu DM tipe 1 yang ditandai dengan
kurangnya sekresi insulin dan DM tipe 2 yang ditandai oleh sekresi
insulin yang normal atau bahkan meningkat tetapi sensitivitas sel
sasaran terhadap insulin berkurang.6 Sedangan klasifikasi DM
menurut ADA adalah seperti pada tabel dibawah ini: 9
6
Tabel 2.1 Klasifikasi etiologi DM
Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
absolut
Autoimun
Idiopatik
Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan
defek sekresi insulin disertai resistensi insulin
Tipe lain Defek genetik fungsi sel beta
Defek genetik kerja insulin
Penyakit eksokrin pankreas
Endokrinopati
Karena obat atau zat kimia
Infeksi
Sebab imunologi yang jarang
Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM
Diabetes melitus gestasional
Sumber : PERKENI, 2011
DM tipe 1 dulu dikenal sebagai tipe juvenile onset dan tipe
dependen insulin, namun kedua tipe ini dapat muncul di berbagai usia.
Insidensi DM tipe 1 sebanyak 30.000 kasus baru setiap tahunnya dan
dapat dibagi menjadi dua subtipe: (a) autoimun, akibat disfungsi
autoimun dengan kerusakan sel-sel beta, dan (b) idiopatik, tanpa bukti
adanya autoimun dan tidak diketahui sumbernya. Subtipe ini sering
timbul pada etnik keturunan Afrika-Amerika dan Asia.10
DM tipe 2 dahulu dikenal sebagai tipe dewasa atau tipe onset
maturitas dan tipe nondependen insulin. Insidensi DM tipe 2 sebesar
650.000 kasus baru setiap tahunnya. Obesitas sering dikaitkan dengan
penyakit ini.10
DM Gestasional dikenali pertama kali selama kehamilan dan
memengaruhi 4% dari semua kehamilan. Faktor resiko terjadinya DM
Gestasional adalah usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat
7
keluarga dan riwayat DM gestasional terdahulu. Karena terjadi
peningkatan sekresi berbagai hormon yang mempunyai efek
metabolik terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan adalah suatu
kondisi diabetogenik. Kebanyakan perempuan hamil harus menjalani
penapisan untuk DM selama usia kehamilan 24 hingga 28 minggu.10
DM tipe khusus lain adalah kelainan genetik dalam sel beta
pankreas seperti yang dikenali pada MODY (MODY 1, MODY 2,
MODY 3 dan MODY 4), kelainan genetik pada kerja insulin,
menyebabkan sindroma resistensi insulin berat dan akantosis
negrikans, penyakit pada eksokrin pankreas menyebabkan pankreatitis
kronik, penyakit endokrin seperti sindroma chusing dan akromegali,
obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta dan infeksi.10
2.1. 2.1 Fisiologi Pankreas
Pankreas adalah suatu kelenjar retroperitoneal yang terdiri dari
kelenjar eksokrin dan endokrin. Pankreas terdiri dari tiga bagian yaitu
caput (kepala), corpus (badan) dan caudal (ekor). Sebagian besar
bagian kelenjar pankreas terdiri dari sel-sel yang menghasilkan
kelenjar eksokrin yang berkumpul dalam lobulus-lobulus (acini).
Produk dari sel-sel eksokrin pankreas adalah cairan alkalin yang kaya
akan enzim pencernaan untuk proses pencernaan.13
Di dalam sel-sel
eksokrin di seluruh pankreas tersebar pulau-pulau sel endokrin yang
disebut dengan pulau (islet) Langerhans. Sel endokrin pankreas
terbanyak adalah sel β (beta), yaitu sel tempat sintesis dan sekresi
insulin, dan sel α (alfa) yang menghasilkan glukagon. Sel D (delta),
yang lebih jarang, adalah tempat sintesis somatostatin. Sel pulau
langerhans yang paling jarang adalah sel PP (polipeptida pankreas)
yang berperan dalam mengurangi nafsu makan.6
Glukagon yang disekresi oleh sel α bekerja memantau kadar
glukosa darah melalui mekanisme feedback. Glukagon akan
merangsang hepar untuk mengubah glikogen menjadi glukosa,
sehingga terjadi peningakatan kadar glukosa. Sedangkan insulin
mempunyai fungsi fisiologi berlawanan dengan glukagon, insulin
8
bekerja menurunkan kadar glukosa darah. Insulin bekerja pada
perpindahan glukosa pada sirkulasi darah ke dalam sel target terutama
sel-sel jaringan otot dan adiposa melalui membran sel. Fungsi lain
insulin adalah merangsang sel-sel otot dan hepatosit untuk mengubah
glukosa menjadi glikogen, membantu asam amino untuk masuk ke
dalam sel dan membantu sintesis protein dan lemak.14
Gambar 2.1 Pulau Langerhans
Sumber : Tortora, 2009
Pengangkutan glukosa antara darah dan sel dilaksanakan oleh
suatu pembawa/pengangkut membran plasma yang dikenal sebagai
glucose transporter (GLUT). Terdapat enam bentuk pengangkut
glukosa yang telah diketahui dan dinamai sesuai urutan penemuannya
yakni GLUT-1, GLUT-2, dan seterusnya. Pengangkutan glukosa yang
bertanggungjawab atas sebagian besar penyerapan glukosa oleh
mayoritas sel adalah GLUT-4 yang merupakan satu-satunya jenis
pengangkut glukosa yang berespon terhadap insulin. 6
Pembuluh darah kapiler
Asinus eksokrin
Sel alfa (sekresi glukagon)
Sel beta (sekresi insulin)
Sel delta (sekresi somatostatin)
Sel F (sekresi polipeptida
pankreas)
9
Gambar 2.2 Pengaruh Insulin terhadap Sel dan Glukosa Darah
Sumber : Gardner, 2007
2.1. 3.1 Patofisiologi dan Komplikasi DM
Pada penderita DM terjadi gangguan regulasi insulin terhadap
glukosa darah. Pada penderita DM tipe 1 terjadi perusakan imunologik
sel-sel penghasil insulin yakni sel β pankreas, sedangkan pada
penderita DM tipe 2 ditandai dengan kelainan sekresi insulin serta
kerja insulin karena kelainan dalam pengikatan insulin terhadap
reseptornya sehingga terjadi gangguan penggabungan antara kompleks
reseptor insulin dengan sistem transpor glukosa.10
Pada awalnya, saat
terjadi resistensi insulin dimana sel target tidak sensitif insulin maka
akan terjadi hiperinsulinemia untuk mengompensasi resistensi insulin
tersebut.25
Akan tetapi, setelah terjadinya ketidakmampuan sel β
pankreas untuk menghasilkan insulin, baru terjadi DM secara klinis
yang ditandai dengan adanya peningkatan glukosa darah sesuai
dengan kriteria diagnosis DM.5 Terjadinya kondisi hiperglikemia pada
penderita DM akibat dari berkurangnya penyerapan glukosa oleh sel
dan peningkatan pengeluaran glukosa oleh hati.6
10
Pada defisiensi insulin, penyerapan glukosa ke dalam sel otot
dan sel adiposit sangat berkurang atau bahkan tidak terjadi sehingga
tidak terjadi penyimpanan glikogen di dalam hati dan otot sehingga
memicu adanya glikogenolisis yang menyebabkan peningkatan
glukosa darah puasa dan glikosuria yang parah. Glikosuria
menyebabkan diuresis osmotik sehingga terjadi gejala poliuria.
Pengeluaran air melalui urin disertai hiperglikemia menyebabkan
hiperosmolaritas sehingga cenderung mengurangi kadar air intrasel
dan merangsang osmoreseptor di pusat haus (polidipsia). Pada
defisiensi insulin juga menyebabkan keseimbangan bergeser dari
anabolisme menjadi katabolisme protein dan lemak yang cenderung
menyebabkan penurunan berat badan dan menimbulkan peningkatan
nafsu makan (polifagia).15
Jika DM tidak dikelola dengan baik, maka DM dapat
menyebabkan terjadinya komplikasi kronik baik komplikasi
mikroangiopati maupun makroangiopati. Adanya pertumbuhan sel dan
kematian sel yang abnormal merupakan dasar terjadinya komplikasi
DM.5 Jaringan yang rentan terhadap komplikasi jangka panjang DM
adalah pembuluh darah, ginjal, mata, dan saraf yang merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas.15
Disfungsi utama terjadi
pada sel endotel dan otot polos pembuluh darah dan sel mesengial
ginjal, semuanya dapat menyebabkan perubahan pertumbuhan dan
kemampuan bertahan hidup sebuah sel, yang kemudian dapat
menyebabkan komplikasi vaaskuler diabetes.5
Pada retinopati diabetik proliferatif, terjadi kehilangan sel
perisit dan terjadi pembentukan mikroaneurisma. Hal tersebut
dikarenakan adanya akumulasi sorbitol dan fruktosa yang
mengganggu pompa ion.15
Selain itu, terjadi hambatan aliran darah
dan penyumbatan kapiler sehingga menyebabkan iskemik dan
hipoksia lokal. Sebagai upaya kompensasi, sel retina meningkatkan
ekspresi Vascular Endothelial Growth Factor, suatu faktor
11
pertumbuhan endotel vaskular yang memicu terjadinya pembentukan
pembuluh darah baru pada retina.5
Pada nefropati diabetik, terjadi peningkatan tekanan
glomerular disertai meningkatnya matriks ekstraseluler yang
menyebabkan terjadinya ekspansi mesangial dan hipertrofi
glomerular.5
Sedangkan pada kardiomiopati diabetik, terjadi disfungsi
ventrikular dan disfungsi diastolik akibat adanya hipertensi dan infark
miokardium. Carugo et al melaporkan bahwa pada kardiomiopati
diabetik terjadi penebalan dinding dan index massa ventrikel kiri.27
2.1. 4.1 Diagnosis DM
Diagnosis DM dapat ditegakkan atas dasar pemeriksaan
glukosa darah. Guna penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa
darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik
dengan bahan darah plasma vena. Sedangkan untuk tujuan
pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan
pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer.9
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penderita DM.
kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan
klasik DM , yaitu:9
- Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
- Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata
kabur dan disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulva pada
wanita
Kriteria diagnosis DM dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
12
Tabel 2.2 Kriteria Diagnosis DM
1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL (11,1
mmol/L) Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan
sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir
Atau
2. Gejala klasik DM
+
Kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL (7,0 mmol/L)
Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8
jam
Atau
3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO ≥200 mg/dL (11,1
mmol/L)
TTGO yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban
glukosa yang setara dengan 75 gr glukosa anhidrus yang dilarutkan
ke dalam air.
*Pemeriksaan HbA1c (≥6,5%) oleh American Diabetes
Association (ADA) 2011 sudah dimasukkan menjadi salah satu
kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium
yang telah terhidrasi dengan baik
Sumber: PERKENI, 2011
Kadar glukosa darah sewaktu dan darah puasa sebagai patokan
penyaring dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
13
Tabel 2.3 Patokan penyaring kadar glukosa darah sewaktu dan darah
puasa
Bukan
DM
Belum pasti
DM
DM
Kadar glukosa
darah sewaktu
(mg/dL)
Plasma
vena
Darah
kapiler
<100
<90
100 – 199
90 – 199
200
200
Kadar glukosa
darah puasa
(mg/dL)
Plasma
vena
Darah
kapiler
<100
<90
100 – 125
90 – 99
126
100
Catatan : Untuk kelompok resiko tinggi yang tidak menunjukkan
kelainan hasil, dilakukan ulangan tiap tahun. Bagi mereka yang
berusia >45 tahun tanpa faktor resiko lain, pemeriksaan penyaring
dapat dilakukan setiap 3 tahun.
Sumber : PERKENI, 2011
Untuk menegakkan diuagnosis DM, dapat digunakan alur
diagnosis di bawah ini:
14
Gambar 2.3 Alur diagnosis DM
Sumber: PERKENI; 2011
2.1. 5.1 Pengelolaan DM
Pengelolaan DM didasarkan pada rencana diet, latihan fisik
dan pengaturan aktifitas fisik, agen-agen hipoglikemik oral, terapi
insulin, pengawasan glukosa di rumah dan pengetahun tentang DM
serta perawatan diri.10
Pada DM tipe 1, tujuan pengelolaan adalah
mempertahankan seoptimal mungkin kualitas hidup penderita
dengan mengusahakan kadar glukosa darah dalam batas normal
atau mendekati nilai normal tanpa menyebabkan hipoglikemia
karena DM tipe 1 tidak dapat disembuhkan. Komponen
15
pengelolaan DM tipe 1 meliputi pemberian insulin, pengaturan
makan, olahraga dan edukasi yang didukung oleh pemantauan diri
(home monitoring). Insulin merupakan elemen utama
kelangsungan hidup penderita DM tipe 1.15
DM tipe 2, pengelolaan bertujuan untuk menghilangkan
keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman, dan
mencapai target pengendalian glukosa darah. Beberapa tujuan
tersebut merupakan tujuan jangka pendek. Sedangkan tujuan
jangka panjang pengelolaan DM adalah mencegah dan
menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati,
makroangiopati dan neuropati. Serta tujuan akhir pengelolaan
adalah turunnya morbidotas dan mortalitas DM. Pasien dengan
gejala DM tipe 2 dini dapat mempertahankan glukosa darah normal
dengan menjalankan rencana diet dan latihan fisik saja. Tetapi,
sebagai penyakit progresif, obat-obat oral yang mempunyai efek
hipoglikemik juga dianjurkan. Obat-obat yang digunakan adalah
pensensitif insulin dan sulfonilurea. Dua tipe pensensitif yang
tersedia adalah metformin dan tiazolidinedion. Bila kadar glukosa
tidak dapat dikontrol secara optimal dengan pemberian obat-obat
pensensitif maka digunakan sulfonilurea untuk merangsang fungsi
sel beta dan meningkatkan sekresi insulin.9
2.1. 2 Aloksan
Aloksan (2,4,5,6-tetraoksipirimidin; 5,6-dioksiurasil) merupakan
senyawa hidrofilik dan tidak stabil.16
Aloksan telah diketahui sebagai
agen diabetogenik yang digunakan untuk menginduksi DM tipe 1 pada
hewan percobaan karena aloksan merupakan turunan urea yang
menyebabkan nekrosis selektif terhadap sel β pada pulau pankreas
sehingga mengganggu produksi insulin oleh sel β pankreas.19
Waktu paro
aloksan pada suhu 37°C dan pH netral adalah 1,5 menit dan bisa lebih
lama pada suhu yang lebih rendah. Sebagai diabetogenik, aloksan dapat
digunakan secara intravena, intraperitoneal dan subkutan. Dosis intravena
16
yang digunakan biasanya 65 mg/kgbb, sedangkan intraperitoneal dan
subkutan adalah 2 – 3 kalinya.16
Gambar 2.4 Struktur Kimia Aloksan
Sumber : Nugroho, 2008
Aloksan digunakan untuk menginduksi percobaan diabetes
dengan merusak secara selektif pulau sel β pankreas yang berfungsi
memproduksi insulin. Pembentukan oksigen reaktif merupakan faktor
utama pada kerusakan sel tersebut. Pembentukan oksigen reaktif diawali
dengan proses reduksi aloksan dalam sel β pankreas. Aloksan
mempunyai aktifitas yang tinggi terhadap senyawa seluler yang
mengandung gugus Sh, glutation tereduksi (GSH), sistein dan senyawa
sulfhidril terikat protein (misalnya SH-containing enzyme). Hasil dari
proses reduksi aloksan adalah asam dialurat, yang kemudian mengalami
reoksidasi mengalami reoksidasi menjadi aloksan, menentukan siklus
redoks untuk membangkitkan radikal superoksida. Salah satu dari target
dari oksigen reaktif adalah DNA pulau Langehans pankreas. Kerusakan
DNA tersebut menstimulasi poly ADP-ribosylation, proses yang terlibat
pada perbaikan DNA.16,17
Faktor lain selain pembentukan oksigen reaktif adalah gangguan
pada homeostatis kalsium intraseluler. Aloksan dapat meningkatkan
konsentrasi ion kalsium bebas sitosolik pada sel β pankreas. Efek
tersebut diikuti oleh beberapa kejadian: influks kalsium dari cairan
17
ekstraseluler, mobilisasi kalsium dari simpanannya secara berlebihan dan
eliminasinya yang terbatas dari sitoplasma. Influks kalsium akibat
aloksan tersebut mengakibatkan depolarisasi sel β pankreas, lebih lanjut
membuka kanal kalsium tergantung voltase dan semakin menambah
masuknya ion kalsium ke sel. Pada kondisi tersebut, konsentrasi insulin
meningkat sangat cepat dan secara signifikan mengakibatkan gangguan
pada sensitivitas insulin perifer dalam waktu singkat. Selain kedua faktor
tersebut diatas, aloksan juga diduga berperan dalam penghambatan
glukokinase dalam proses metabolisme energi.16
2.1. 3 Kayu Manis (Cinnamomum cassia)
Cinnamomum cassia merupakan famili dari Lauraceae. Biasanya
tumbuh di daerah Malaysia-Indonesia. Tapi kebanyakan tumbuh di
kepulauan Indonesia khususnya Sumatera, Jawa dan Jambi. Di Indonesia
sendiri Cinnamomum cassia disebut kayu manis.18
Bagian kulit dan
bunga dapat digunakan sebagai pengobatan, namun yang sering
digunakan adalah bagian kulitnya.19
Berikut adalah taksonomi dari
Cinnamomum cassia menurut Integrated Taxonomic Information System
(ITIS):21
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridaeplantae
Infrakingdom : Steptophyta
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Spermatophytina
Infradivisi : Anhiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Superorder : Magnolianae
Order : Laurales
18
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum cassia
Gambar 2.5 Kulit Kayu Manis Cinnamomum Cassia
Sumber: EOL Interns LifeDesk http://www.eol.org
Berdasarkan analisa gas kromatografi, didapatkan total 72
kandungan dalam minyak daun, kulit dan kulit akar kayu manis.
Cinnamomum cassia mengandung minyak volatile (1%-4%) seperti
cinnamaldehyde (60%-80%), eugenol (mencapai 10%) dan asam trans-
cinnamic (5%-10%). Selain itu, Cinnamomum cassia juga mengandung
Fenol (4%-10%) seperti tannin yang padat, cathecin dan
proanthocyanidin.19
Di dalam Cinnamomum cassia ditemukan zat aktif yang
mempunyai efek antidiabetes yaitu Methylhydroxychalcone polymer
19
(MHCP) yang merupakan insulin mimetik yang efektif.19
Selain MHCP,
terdapat juga zat aktif Cinnamaldehyde yang menghambat kerja enzim
Aldose reductase, sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi DM.22
Di dalam Cinnamomum cassia terdapat polimer polifenol yang
mempunyai aktifitas antioksidan dengan cara menghambat enzim 5-
lipooxygenase.19
20
2.2 KERANGKA KONSEP
Keterangan:
Induksi aloksan
Destruksi sel β
pankreas
Defisiensi atau
resistensi insulin
DM
Komplikasi
Kayu manis
(Cinnnamomum
cassia)
Gangguan
uptake glukosa
ke intrasel
Katabolisme
lemak dan protein
meningkat
Glukosa darah
meningkat
Penurunan
berat badan
Ginjal Jantung
Nefropati diabetik Hipertensi
= Dilakukan Penelitian
Atrofi pankreas
= Pemberian Terapi
21
2.3 DEFINISI OPERASIONAL
No Variabel Definisi
Operasional
Cara ukur Alat ukur Skala
ukur
1. Kadar
glukosa
darah
Hasil pemeriksaan
gula darah sampel
secara acak tanpa
dipuasakan
Darah diambil dari
ekor hewan
percobaan
secukupnya
Glukometer
dan strip
glukosa
Numerik
2. Berat badan Hasil penimbangan
berat badan untuk
mengukur keadaan
gizi
Diukur sebelum
pemberian ekstrak
dan 14 hari selama
pemberian ekstrak
Timbangan Numerik
3. Berat organ
penkreas,
ginjal dan
jantung
Hasil penimbangan
organ pakreas,
ginjal dan jantung
Diukur setelah
hewan percobaan
dilakukan terminasi
Neraca
analitik
Numerik
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Disain Penelitian
Disain yang digunakan pada penelitian ini adalah disain
eksperimental.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2013-Maret 2014 dan
penelitian dilakukan di Laboratorium Animal House, laboratorium Biologi,
laboratorium Farmakologi, laboratorium Histologi dan laboratorium
Biokimia Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, Jalan Kertamukti No. 05, Pisangan, Ciputat
15419, Tangerang Selatan.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah tikus
jantan strain Sprague dawley berumur 2 – 3 bulan, dengan berat badan rata-
rata 200 – 240 gram dan telah dinyatakan sehat (lampiran 2). Hewan
percobaan diperoleh dari Departemen Patologi Institut Pertanian Bogor
(IPB).
Pada penelitian ini, hewan percobaan dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu kelompok N adalah kelompok kontrol negatif atau kelompok tanpa
perlakuan Kelompok DM adalah kelompok kontrol positif atau kelompok
tikus DM setelah diinduksi aloksan 150 mg/kgbb. Kelompok D + CC adalah
kelompok DM yang diberikan terapi ekstrak Cinnamomun cassia dengan
dosis 300 mg/kgbb.
Untuk menentukan jumlah hewan percobaan pada setiap kelompok
penelitian, maka digunakan rumus Federer sebagai berikut:
23
Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Federer, maka jumlah
hewan percobaan minimal yang digunakan setiap kelompok percobaaan
adalah sebanyak 9 tikus. Tetapi pada penelitian digunakan 15 tikus pada
setiap kelompok percobaan untuk menghindari kejadian tak terduga. Jadi
jumlah tikus yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 45 tikus
jantan strain Sprague dawley.
3.4 Kriteria Inklusi
- Kelompok N : Tikus jantan strain Sprague dawley dengan kadar
glukosa darah sewaktu <200 mg/dL.
- Kelompok D dan D + CC : Tikus jantan strain Sprague dawley
dengan kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dL.
3.5 Kriteria Eksklusi
- Tikus yang mati dalam proses penelitian.
- Tikus yang resisten terhadap pemberian aloksan.
3.6 Cara Kerja Penelitian
3.6.1 Alat Penelitian
Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah
glukometer, strip glukosa, silet, vortex, kulkas (-80°C), timbangan,
(n - 1) (t - 1) 15, dengan t = jumlah kelompok, n = jumlah sampel
(n – 1) (3 – 1) 15
(n – 1) (2) 15
n – 1 15/2
n 15/2 + 2/2
n 8,5 (dibulatkan menjadi 9)
24
minor set, dan efendorf, sonde, kandang tikus, botol minum, tempat
makan tikus dan neraca analitik.
3.6.2 Bahan Penelitian
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah kulit kayu
manis (Cinnamomun cassia) yang didapatkan dari pusat konservasi
Kebun Raya Bogor sebanyak 2 kg. Kulit kayu manis yang didapat
diekstraksi di Institut Pertanian Bogor dan didapatkan hasil 1.100 gr
ekstrak kayu manis.
Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk proses induksi adalah
alloxan monohydrate 5%, ethanol 70%, dextrose 40%, dan destilation
water. Untuk terminasi adalah natrium hidroklorida 0,9% dan ether.
3.6.3 Adaptasi Hewan Percobaan
Hewan percobaan dalam penelitian ini diadaptasikan di
laboratorium Animal House Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada hari ke 0 sampai hari ke 21. Hewan percobaan
diadaptasikan terhadap lingkungan yang baru baik tempat tinggal,
maupun makanan dan minuman (ad libitum). Tujuan proses ini untuk
mengkondisikan seluruh hewan percobaan dalam kondisi yang sama
sebelum diberikan perlakuan.
3.6.4 Induksi Tikus dengan Aloksan
Hari ke-21, Pada kelompok D dan D + CC diinduksi dengan
alloxan monohydrate 5% dalam aquades dengan dosis 150 mg/kgbb
secara intraperitoneal. Setelah tikus diinduksi aloksan, tikus diberi
makanan yang cukup dan dalam waktu 3 x 24 jam pertama dalam air
minumnya ditambahkan 40% larutan D-glukosa monohidrat untuk
mencegah hipoglikemia yang berat. Pengukuran kadar glukosa darah
dilakukan 7 hari setelah diinduksi aloksan (hari ke-28). Hanya tikus
dengan glukosa darah >200 mg/dL yang digunakan pada percobaan ini.
25
3.6.5 Pemberian Ekstrak Kayu Manis Terhadap Tikus
Tikus yang dinyatakan DM, dilakukan pemberian ekstrak kayu
manis selama 14 hari (mulai hari ke 28 sampai hari ke-42) dengan dosis
300 mg/kgbb/hari, pemberian secara oral dengan menggunakan alat
sonde, satu kali dalam sehari.
3.6.6 Pengukuran Sampel
3.6.6.1 Glukosa Darah
Pengambilan glukosa darah dilakukan tiga kali, yaitu
pertama saat sebelum pemberian ekstrak, tujuh hari setelah
pemberian ekstrak dan terakhir saat pemberian ekstrak selesai
(setelah 14 hari). Pengambilan darah dilakukan dengan memotong
sedikit ujung ekor tikus. Sebelum dipotong ekornya, tikus dibius
sampai tidak sadarkan diri menggunakan larutan ether secara
inhalasi yang memiliki efek anastesi, hal ini dilakukan untuk
mengurangi rasa sakit saat dipotong ujung ekornya. Setelah darah
keluar teteskan pada strip glukosa darah dan diukur dengan
glukometer. Pengukuran yang dilakukan adalah untuk mengukur
kadar glukosa darah tikus.
3.6.6.2 Berat Badan
Untuk mendapatkan hasil perbandingan berat badan sebelum
dan sesudah pemberian ekstrak, maka setelah tikus dinyatakan DM,
berat badan awal diukur. Selanjutnya pengukuran berat badan tikus
dilakukan setiap hari selama 14 hari sejak diberikan ekstrak kayu
manis.
3.6.6.3 Berat Organ Pankreas, Ginjal dan Jantung
Pengukuran berat organ pankreas, ginjal dan jantung
dilakukan setelah 14 hari pemberian ekstrak kayu manis. Setelah 14
26
hari pemberikan ekstrak, hewan percobaan dilakukan sacrificed.
Kemudian dilakukan mengambilan organ pankreas, ginjal dan
jantung yang selanjutnya organ-organ tersebut dimasukkan ke
dalam larutan Natrium chlorida 0,9% dan dikeringkan dengan
menggunakan tissue. Selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung
organ dan dimasukkan ke dalam kulkas -80 °C. Organ-organ yang
akan ditimbang dipisahkan dari komponen lain seperti lemak dan
sisa bulu tikus dengan menggunakan pinset supaya tidak terdapat
kesalahan dalam proses penimbangan. Penimbangan dilakukan
dengan menggunakan neraca analitik.
27
3.7 Alur Penelitian
Masa Adaptasi Hewan Percobaan
0 21
Pemberian makan dan minum sesuai kebutuham (ad libitum)
Masa Perlakuan Hewan Percobaan
Hari ke- 21
Pemberian ekstrak Cinnamomum cassia
300 mg/kgbb pada kelompok D + CC
dan pengukuran berat badan 1 kali sehari
Pemeriksaan glukosa darah ,
berat badan dan proses sacrifice
untuk pengambilan organ
pankreas, ginjal dan jantung
Penimbangan berat
organ pankreas,
ginjal dan jantung
Hewan percobaan (45 ekor) tiba
di Animal House
Pemeriksaan glukosa darah
dan pengelompokkan hewan
percobaan
Pengukuran glukosa darah
dan pengukuran berat badan
serta induksi alloxan
monohydrate 150 mg/kgbb
pada 30 tikus
28 41 42
28
3.8 Pengolahan dan Analisa Data
Data glukosa darah, berat badan, berat organ pankreas, ginjal dan
jantung yang terkumpul dilakukan pengolahan dan pengujian data secara
komputerisasi menggunakan SPSS versi 16.0. Uji statistik yang digunakan
adalah One-Way Anova karena variabel yang diteliti adalah kategorik-
numerik lebih dari 2 kelompok dengan data tidak berpasangan. Dan
menggunakan uji statistik Kruskal Wallis jika data tidak normal dan tidak
homogen.
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Glukosa Darah
Data glukosa darah yang diambil dari rerata pengukuran glukosa
darah menggunakan glukometer pada hari ke-14 setelah pemberian ekstrak
pada masing-masing kelompok. Adapun kelompok N adalah kelompok
hewan percobaan tanpa perlakuan, kelompok D adalah kelompok hewan
percobaan yang DM tanpa diberikan terapi dan kelompok D + CC adalah
kelompok hewan percobaan yang DM dengan diberikan terapi Cinnamomun
cassia dengan dosis 300 mg/kg berat badan selama 14 hari. Data glukosa
darah yang didapatkan saat penelitian seperti yang tercantum dalam tabel :
Tabel 4.1 Rerata glukosa darah hari ke-1, ke-7 dan ke-14 pada semua
kelompok penelitian
Kadar glukosa
darah (mg/dL)
H 1 H 7 H 14
N 132,75 ± 18,02 120,75 ± 29,51 136,75 ± 13,67*
D 540,25 ± 54,63 430 ± 220,76 536,25 ± 84,94*
D + CC 495,75 ± 179,67 398 ± 163,67 435 ± 156,43*
Keterangan: N: Kelompok normal (n= 4); D: Kelompok DM tanpa terapi
(n= 4); D + CC: Kelompok DM dengan diberikan terapi ekstrak
Cinnamomun cassia (n= 4).
*p< 0,05
Untuk melihat analisa statistik data, pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan uji One-Way Annova dengan terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Berdasarkan analisa
stastistik menggunakan uji One-Way Annova pada tabel 4.2 diperoleh p-
value 0,001 sehingga menunjukkan arti pada α 5%
didapatkan hubungan yang signifikan antarkelompok penelitian.
30
Grafik 4.1 Rerata glukosa darah pada hari ke-1, ke-7 hingga ke-14
pada semua kelompok penelitian
Pada grafik 4.1 menggambarkan pada hari ke-14 kadar glukosa
darah kelompok DM dengan terapi Cinnamomun cassia lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok DM tanpa terapi.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Saima et al
(2011) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kayu manis dengan dosis
200 mg/kgbb dan 400 mg/kgbb selama 6 minggu. Dengan menggunakan
dosis 200 mg/kgbb dapat menurunkan kadar glukosa darah namun dengan
dosis tersebut terjadi penurunan kadar glukosa secara signifikan baru
terjadi pada minggu ke-4 (p<0,05) dan sangat signifikan pada minggu
ke-6 (p<0,01). Begitu pula pemberian ekstrak kayu manis dengan dosis
400 mg/kgbb, namun terjadi perbedaan signifikansi pada minggu ke-6
(p<0,05).23
Sedangkan pada penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian
ekstrak Cinnamomum cassia dengan dosis 300mg/kgbb selama 14 hari
dapat menurunkan glukosa darah tikus secara signifikan.
Penurunan kadar glukosa darah pada beberapa penelitian
menunjukkan adanya bahan aktif yang terdapat pada kulit kayu manis
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Hari 1 Hari 7 Hari 14
Glu
kosa
Dar
ah m
g/d
L
Waktu Pemeriksaan Glukosa darah
N
D
D + CC
31
yang mengandung flavonoid (antioksidan) atau methylhydroxychalcone
polimer (MHCP), suatu insulin mimetik yang meningkatkan metabolisme
glukosa dan merangsang sel supaya sensitif terhadap insulin. MHCP juga
dapat mencegah terjadinya resitensi insulin akibat ekpresi berlebihan dari
peroxisome proliferator-activated receptors γ dan α (PPARγ/α),
meningkatkan metabolisme glukosa dan penggunaan glukosa oleh water
soluble polyphenol polymer dengan memperlambat pengosongan lambung
sehingga menyebabkan penurunan kadar glukosa darah post prandial.12
4.2 Berat Badan
Data berat badan diambil dari rerata berat badan tikus hari ke-14
pada semua kelompok.
Tabel 4.2 Rerata Berat Badan Semua Kelompok Penelitian pada Hari ke-1,
ke-7 sampai hari ke-14
Berat badan
(gram)
H 1 H 7 H 14 Rasio BB (%)
N 310 ± 57,73 285 ± 41,23 330 ± 20,00 108,74 ± 17,2
D 245 ± 25,17 240 ± 73,03 240 ± 32,66 98,32 ± 13,6
D + CC 270 ± 20,00 270 ± 38,30 300 ± 16,33 111,6 ± 10,67
Keterangan: N: Kelompok Normal (n=4); D: Kelompok DM (n=4); D +
CC: Kelompok DM dengan terapi ekstrak Cinnamomum cassia (n=4)
*p<0,05
Setelah dilakukan uji statistik menggunakan uji One-Way Annova
dengan distribusi data yang normal dan homogen didapatkan nilai P-value
sebesar 0,409 (p>0,05) sehingga berdasarkan uji tersebut menunjukkan
tidak terdapat perbedaan berat badan yang bermakna antara kelompok
penelitian.
32
Grafik 4.2 Rerata Berat Badan Hari ke-14 pada semua kelompok
penelitian
Grafik 4.2 menggambarkan adanya kenaikan berat badan tikus
pada kelompok DM dengan terapi Cinnamomum cassia pada hari ke-14
dibandingkan dengan kelompok DM. Meskipun kenaikan berat badan
tikus kelompok DM dengan terapi Cinnamomum cassia belum mencapai
kenaikan berat badan tikus kelompok normal. Sehingga dapat dilihat
bahwa kelompok penelitian yang mengalami peningkatan berat badan
paling besar adalah kelompok DM denga terapi ekstrak Cinnamomum
cassia. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak Cinnamomum
cassia dengan dosis 300mg/kgbb selama 14 hari dapat menaikkan berat
badan tikus.
Hasil penelitian berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh El-
Desoky et al yang menunjukkan bahwa pemberian ekstrak Cinnamomum
verum dengan dosis 200 mg/kgbb/hari pada tikus dapat terjadi kenaikan
berat badan tikus secara signifikan. Hal tersebut dikarenakan efek dari
ekstrak Cinnamomum verum dalam merangsang produksi insulin dan
meningkatkan ambilan glukosa oleh sel adiposit.24
0
20
40
60
80
100
120
140
Hari ke-14
Ras
io B
erat
Bad
an (
%)
Waktu Pemeriksaan Berat Badan
N
D
D + CC
33
4.3 Berat Organ
4.3. 1 Pankreas
Data rasio berat organ pankreas diambil setelah dilakukan
terminasi yaitu pada hari ke-14 pemberian ekstrak Cinnamomum
cassia.
Grafik 4.3 Rerata rasio berat organ pankreas pada hari ke-14 pada
semua kelompok penelitian
Pada grafik 4.3 menunjukkan rasio berat organ pankreas pada
kelompok DM dengan terapi Cinnamomum cassia lebih kecil
dibandingkan dengan kelompok DM.
Tabel 4.3 Hasil uji Kruskal Wallis Rasio Berat Organ Pankreas Semua
Kelompok
Kelompok
Penelitian
Mean ± St.Dev Mean Rank
Rerata berat organ
pankreas (gram)
N
1,9950 ± 0,20616
4,00*
DM 3,6575 ± 0,54993 10,25*
D + CC 2,5050 ± 0,28135 5,25*
Keterangan: N: Kelompok normal (n=4); DM: Kelompok DM (n=4);
D + CC: Kelompok DM dengan terapi ekstrak Cinnamomum cassia
(n=4)
*p<0,05
Tabel 4.3 menunjukkan rerata rasio berat organ pankreas
dengan proporsi berat badan tikus. Pada kelompok DM tampak
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
Hari ke-14
Rasi
o B
erat
Pan
kre
as
N
D
D + CC
34
mempunyai rerata rasio berat badan lebih besar yaitu 3,6575 gram
dibandingkan dengan kelompok normal yaitu sebesar 1,9950 gram
dan kelompok DM dengan terapi ekstrak Cinnamomum cassia sebesar
2,5050 gram. Berdasarkan uji analisis statistik menggunakan Kruskal
Wallis diperoleh hasil p<0,05 yang menunjukkan perbedaan yang
bermakna antara rasio berat organ pankreas terhadap berat badan
antarkelompok penelitian. Dilakukan analisis statistik menggunakan
Kruskal Wallis karena data tidak homogen baik sebelum atau sesudah
data dilakukan transformasi. Pada penelitian ini, kelompok DM
mempunyai rasio berat organ lebih besar dibandingkan dengan
kelompok normal dan DM dengan terapi ekstrak Cinnamomum cassia.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Priyanga et al
(2012), menunjukkan pemberian ekstrak Cinnamomum zeylanicum
dengan dosis 600 - 1200 mg/kgbb selama 1 bulan tidak menunjukkan
adanya nekrosis, inflamasi sel pankreas dan hiperplasia dan/atau atrofi
pulau Langerhans dengan studi histopatologi.29
Pada penelitian lain
yang dilakukan oleh Zafar et al (2010) menunjukkan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang berarti antara berat pankreas pada tikus DM
dan tikus non DM yang diinduksi dengan Streptozotocin (STZ).20
4.3. 2 Ginjal
Data rasio berat organ ginjal diambil setelah dilakukan
terminasi yaitu pada hari ke-14 pemberian ekstrak Cinnamomum
cassia.
35
Grafik 4.4 Rerata rasio berat ginjal hari ke-14 semua kelompok
penelitian
Pada grafik 4.4 menunjukkkan kelompok DM dengan terapi
Cinnamomum cassia mempunyai rasio berat ginjal yang lebih kecil
dibandingan dengan kelompok DM meskipun tidak mencapai
kelompok normal
Tabel 4.4 Hasil uji One-Way Annova Rasio Berat Organ Ginjal Semua
Kelompok
Kelompok Penelitian Mean ± St.Dev
Rearata berat organ
ginjal
N
2,8075 ± 0,25118*
DM 5,3000 ± 0,63650*
D + CC 3,9050 ± 1,00696*
Keterangan: N: Kelompok normal (n=4); DM: Kelompok DM (n=4);
D + CC: Kelompok DM dengan terapi ekstrak Cinnamomum cassia
(n=4)
*p<0,05
Tabel 4.4 menunjukkan rerata rasio berat organ ginjal
terhadap proporsi berat badan tikus. Kelompok DM mempunyai
peningkatan rasio berat organ ginjal paling besar yaitu sebesar 5,3000
gram dibandingkan dengan dua kelompok penelitian yang lain yaitu
0
1
2
3
4
5
6
Hari ke-14
Rasi
o B
erat
Gin
jal
N
D
D + CC
36
kelompok normal sebesar 2,8075 gram dan kelompok DM dengan
terapi ekstrak Cinnamomum cassia yaitu sebesar 3,9050 gram. Dan
berdasarkan analisa statistik dengan menggunakan uji One-Way
Annova karena data normal dan homogen didapatkan hasil p<0,05
yaitu sebesar p=0,002 yang menunjukkan arti terdapat perbedaan
bermakna antarkelompok penelitian.
Pada tikus DM yang diberikan aloksan, pada pemeriksaan
histopatologi memperlihatkan perubahan pada organ ginjalnya yaitu
adanya perluasan glomerular, dilatasi tubulus dan nekrosis pada
interstisial pada penelitian selama 14 hari. Manifestasi akut perubahan
fungsi ginjal terjadi pada 4 hari setelah induksi aloksan dan nefropati
diabetik dilaporkan terjadi 14 hari setalah induksi aloksan.26
Hal tersebut didukung oleh penelitian sebelumnya yaitu
penelitian Zafar et al (2010) yang menunjukkan peningkatan rasio
berat organ ginjal secara signifikan antara tikus DM dengan tikus non
DM. Beberapa studi menjelaskan bahwa terjadinya hipertrofi ginjal
akibat adanya produksi faktor pertumbuhan. Kejadian DM dependen
insulin berkaitan erat dengan ekspresi berlebihan Transforming
growth factor (TGF)-β1 pada ginjal terutama pada sel proximal
convoluted tubules (PCT) dan sel mesengial glomerular sehingga
terjadi hipertofi pada ginjal.20
4.3. 3 Jantung
Data rasio berat organ jantung diambil setelah dilakukan
terminasi yaitu pada hari ke-14 pemberian ekstrak Cinnamomum
cassia.
37
Grafik 4.5 Rerata rasio berat ginjal hari ke-14 semua kelompok
penelitian
Pada grafik 4.5 menunjukkan rasio berat organ jantung
pada kelompok DM dengan terapi Cinnamomum cassia lebih kecil
dibandingkan dengan kelompok penelitian lain.
Tabel 4.5 Hasil Uji Kruskal Wallis Rerata Rasio Berat Organ Jantung
pada Semua Kelompok
Kelompok
Penelitian
Mean ± St.Dev Mean Rank
Rerata berat organ
jantung
N
2,4175 ± 0,28135
10,50*
DM 1,2150 ± 0,07850 6,50*
D + CC 0,1650 ± 0,08851 2,50*
Keterangan: N: Kelompok normal (n=4); DM: Kelompok DM (n=4);
D + CC: Kelompok DM dengan terapi ekstrak Cinnamomum cassia
(n=4)
*p<0,05
Tabel 4.5 memperlihatkan rerata rasio berat jantung
terhadap proporsi berat badan tikus. Pada kelompok normal terjadi
peningkatan rasio berat organ jantung lebih besar yaitu sebesar
2,4175 gram, sedangkan kelompok DM sebesar 1,2150 gram dan
kelompok DM dengan terapi ekstrak Cinnamomum cassia
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
Hari ke-14
Rasi
o B
erat
Jan
tun
g
N
D
D + CC
38
mempunyai rasio berat jantung paling kecil yaitu 0,1650 gram.
Namun, berdasarkan uji analisis statistik dengan menggunakan uji
Kruskal wallis didapatkan p<0,05 yang menunjukkan adanya
perbedaan bermakna rasio berat organ jantung antar kelompok
penelitian.
Pada beberapa hewan percoobaan diabetes, terjadi
perubahan pada fungsi dan struktur otot jantung.27
Menurut
penelitian Vogel et al (1988), kelinci yang diinduksi aloksan
mempunya rata-rata berat ventrikel kiri lebih besar dari pada kelinci
yang normal.28
Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa pemberian ekstrak
Cinnamomum cassia dengan dosis 300mg/kgbb selama 14 hari
menurunkan secara bermakna peningkatan rasio berat pankreas,
ginjal dan jantung tikus DM yang diinduksi aloksan.
4.4 Hambatan Penelitian
Dalam tahap persiapan penelitian hingga akhir penelitian
ditemukan hambatan berupa Banyaknya sampel yang mati akibat sifat
toksik dari Alloxan monohydrate.
39
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Pada penelitian ini didapatkan simpulan sebagai berikut:
5.1. 1 Ekstrak Cinnamomum cassia dengan dosis 300 mg/kgbb yang
diberikan selama 14 hari memiliki efek terhadap penurunan kadar
glukosa darah tikus yang diinduksi aloksan. Rerata penurunan
glukosa darah pada tikus DM yang diberikan terapi ekstrak
Cinnamomum cassia adalah 12,25%.
5.1. 2 Ekstrak Cinnamomum cassia dengan dosis 300mg/kgbb yang
diberikan selama 14 hari memiliki efek meningkatkan berat badan
tikus DM dengan terapi ekstrak Cinnamomum cassia meskipun
perbedaan antar semua kelompok penelitian tidak signifikan
5.1. 3 Ekstrak Cinnamomum cassia dengan dosis 300mg/kgbb yang
diberikan selama 14 hari memiliki efek menurunkan berat organ
pankreas, ginjal dan jantung dibandingkan kelompok DM secara
signifikan.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian ini, maka pada penelitian selanjutnya disarankan
sebagai berikut:
5.2. 1 Menggunakan beragam dosis untuk pemberian ekstrak
Cinnamomum cassia dengan waktu penelitian yang lebih lama
5.2. 2 Melakukan pemeriksaan histopatologi untuk melihat kerusakan
mikroskopik pada organ
5.2. 3 Melakukan pemeriksaan fungsi pada masing-masing organ untuk
melihat gangguan fungsi yang terjadi pada organ
40
BAB VI
KERJASAMA RISET
Riset ini merupakan bagian kerjasama riset mahasiswa dan kelompok riset
diabetes dan regenerasi pankreas Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang dibiyai oleh Kementerian Agama Republik Indonesia di bawah
bimbingan dr. Flori Ratna Sari, Ph.D dan dr. Hari Hendarto, Sp.PD, Ph.D,
FINASIM.
41
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization (WHO). Definition, Diagnosis and
Classification of Diabetes Mellitus and Its Complication. Geneva:
Department of Noncommunicable Disease Surveillance. 1999
2. World Health Organization and International Diabetes Federation.
Definition and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Intermediet
Hyperglicemia. Geneva: WHO Press. 2006
3. Cockram, CS. The Epidemiology of Diabetes Mellitus in the Asia-Pasific
Region. Hong Kong. Department of Medicine and Therapeutic, The
Chinese University of Hong Kong. 2000
4. Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan kementerian Kesehatan RI. 2013
5. Sudoyo Aru W., Setiyohadi B., K Marcellus Simadibarata., Setiati S. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid 3. Jakarta: Interna Publishing. 2009
(1865-1899).
6. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi ke-6 Alih
Bahasa oleh dr. Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC. 2012
7. Gardner, David G and Dolores Shoback. Langee Greenspan’s Basic &
Clinical Endocrinology Eighth Edition. San Francisco: McGraw-Hill’s
Medical. 2007
8. Malvi, Reetesh. Et al. A Review on Antidiabetic Medicinal Plants and
Marketes Herbal Formulation. India: International Journal of
Pharmaceutical & Biological Archive. 2011
9. Perkumpulan Endokrinologi Indoesia. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia. 2011 (3-4)
10. Price Sylvia A., Wilson Lorraine M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2 Alih Bahasa oleh dr. Brahm U. Pendit.
Jakarta: EGC. 2003 (1260-1270)
42
11. Al-Jamal, Abdulrahim, Imad Naji Rasheed. Effects of Cinnamon (Cassia
Zelynicum) on Diabetic Rats. Jordan: African Journal of Food Science.
2010
12. Kamble, Shobha and S. Rambhimaiah. Antidiabetic Activuty of aqueous
Extract of Cinnamomum cassia in Alloxan-Induced Diabetic Rats. India:
Biomedical and Pharmacology Journal. 2013
13. Molina, Patricia E. Lange Endocrine Physiology 2nd Edition. San
Francisco: McGraw-Hill’s Medical. 2007
14. Graaff, Van De. Human Anatomy Sixth Edition. New York: McGraw-Hill
Comp. 2001 (470)
15. UKK Endokrinologi Anak dan Remaja., Ikatan Dokter Indonesia., World
Diabetes Foundation. Konsensus Nasional Pengelolaan Diabetes Mellitus
Tipe 1. Jakarta: IDAI. 2009 (8-9)
16. Nugroho, Agung Endro. Review Hewan Percobaan Diabetes Mellitus:
Patologi dan Mekanisme Aksi Diabetogenik. Yogyakarta: Biodiversitas.
2011
17. Rohilla Ankur., Ali Shahjad. Alloxan Induced Diabetes: Mechanisms and
Effects. India: International Jurnal of Research in Pharmaceutical and
Biomedical Sciences. 2012 (2229-3701)
18. Ravindran, P.N., Babu K. Nirmal., Shylaja M. Cinnamon and Cassia The
Genus Cinnamomum. Washington, D.C: CRC Press LLC. 2004
19. Dugoua, Jean-Jacques., Seely D., Perri D., Cooley K., Forelli T., Mills E.,
et al. From Type 2 Diabetes to Antioxidant Activity: a Systematic Review
of the Safety and Efficacy of Common and Cassia Cinnamon Bark. Canada:
NRC Research Press. 2007. 85. 837-847
20. Zafar, Muhammad., Naqvi Syed Naeem-ul-Hasan. Effect of STZ-Induced
Diabetes on The Relative Weight of Kidney, Liver and Pancreas in Albino
Rats: A Comparative Study. Pakistan: Int. J. Morphol. 2010. 28(1), 135-
142
21. Integrated Taxonomic Information System. 2014. Diunduh tanggal 3
September 2014.
43
22. Lee, Hoi-Seon. Inhibitory Activity of Cinnamomum cassia Bark-Derived
Component against Rat Lens Aldose Reductase. South Korea: J Pharm
Pharmaceut Sci. 2002
23. Mahmood, Saima., Talat Aisha., Karim Sabiha., Khurshid Rukhshan., dan
Zia Azam. Effect of Cinnamon Extract on Blood Glucose Level and Lipid
Profile in Alloxan Induced Diabetic Rats. Pakistan: Pak J Physiol. 2011.
7(1)
24. El-Desoky Gaber E., Aboul-Soud Mourad A. M., Al-Numair Khalid S.
Antidiabetic and Hypolipidemic effect of Ceylon cinnamon (Cinnamomum
verum) in Alloxan-diabetic. Saudi Arabia: Journal of Medicinal Plants
Research. 2012. 6(9), 1685-1691
25. Kumar Viney., Citran Ramzi S., Robbins Stanley L. Buku Ajar Patologi
Robbins Edisi 7 Volume 2 Alih Bahasa oleh dr. Brahm U. Pendit. Jakarta:
EGC. 2007. 718-730
26. Bhatti Rajbir., Sharma S., Singh J., Ishar M. P. S. Effect of Aegle marmelos
(L.) Correa on Alloxan Induced Early Stage Diabetic Nephropathy in Rats.
India: Indian Journal of Experimental Biology. 2013. 51, 464-469
27. Boudina Sihem., Abel Dale. Diabetic Cardiomyopathy Revisited. Dallas:
AHA, Inc. 2007. 115, 3213-3223
28. Vogel W. Mark., Apstein Carl S. Effect of Alloxan-Induced Diabetes on
Ischemia-Reperfusion Injury in Rabbits Hearts. Dallas: AHA, Inc. 1998.
62, 975-982
29. Ranasinghe Priyanga., Perera Sanja., Gunatilake Mangala., Abeywardene
Eranga., Gunapala Nuwan., Premakumala Sirimal., et al. Effects of
Cinnamomum zeylanikum (Ceylon Cinnamon) on Blood Glucose and
Lipids in a Diabetic and Healthy Rat Model. NCBI Pharmacognosy
Journal. 2012. 4(2), 73-79
44
LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Determinasi/ Identifikasi Bahan Uji
45
Lampiran 2
Surat Keterangan Sehat Tikus
46
Lampiran 3
Dokumentasi Proses Penelitian
Tikus saat proses
adaptasi
Alloxan monohydrate
Larutan Alloxan
monohydrate
47
(lanjutan)
Injeksi aloksan
intraperitoneal
Pembuatan larutan
dextrose 40%
Anastesi dengan ether
48
(lanjutan)
Pemeriksaan glukosa
darah
Pengukuran glukosa
darah menggunakan
glukometer
Melarutkan ekstrak
Cinnamomum cassia
49
(lanjutan)
Proses sacrificed
Pengambilan organ
pankreas, ginjal dan
jantung
Memasukkan organ ke
dalam tabung organ
50
Lampiran 5
Riwayat Penulis
Identitas
Nama : Norma Maulidatul Fitria
JenisKelamin : Perempuan
Tempat, TanggalLahir : Nganjuk, 28 Maret 1993
Agama : Islam
Alamat : Jalan Raya Sekaran Kelutan Ngronggot
Nganjuk Jawa Timur
e-Mail : [email protected]
RiwayatPendidikan
1996-1999 : RA Masyariqul Anwar Kelutan
1999-2005 : MI Masyariqul Anwar Kelutan
2005-2008 : MTs Masyariqul Anwar Kelutan
2008-2011 : MAN Tambakberas Jombang
2011-sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta