Edisi_09

4
Weekly News Profesi Edisi 09/Desember/2011 BKMF Lembaga Transformasi In- telektual Mahasiswa (eLTIM) salah sa- tunya. Kini lembaga tersebut telah mem- bentuk sebah komunitas. Hal ini diamini oleh Afdal, ketua umum Biro Kegiatan Mahasiswa Fakultas (BKMF) eLTIM, saat ini eLTIM telah berubah menjadi sebuah komunitas. “Setelah melakukan perbincangan dengan senior-senior di eLTIM maka kami sepakat bahwa eLTIM tidak akan bergantung lagi terhadap birokrasi”, tegas mahasiswa jurusan ba- hasa dan Sastra Indonesia tersebut. Menurut Afdal, alasan dibentuknya komunitas tersebut lantaran biro-biro di FBS tidak lagi memiliki tempat. “Kami pernah berbincang-bincang dengan PD III, dari pernyataannya kami menyimpul- kan bahwa biro-biro tidak lagi memiliki tempat, yang ada hanya BEM fakultas, BEM jurusan juga HMPS,” ujarnya. Alasan lain dibentuknya komunitas tersebut karena melihat kesekretariatan yang dibangun sama sekali tidak akan menampung 24 lembaga yang pernah ada sebelumnya. “Kalau mau dilogikakan, kondisi bangunannya nanti, tidak akan bisa menampung biro-biro yang ada,” un- gkap mahasiswa eksponen 08 tersebut. Sama halnya dengan eLTIM, Beng- kel Sastra (Bestra) juga kini telah men- jadi sebuah komunitas. Firiansal selaku kepala suku Bestra menegaskan, Bestra saat ini sudah berganti status menjadi ko- munitas Bengkel Sastra. Mahasiswa yang akrab disapa Anca tersebut menambahkan, Bengkel Sas- tra masih terus berjalan dan berkreasi. “Tidak ada yang berubah meski waktu kasus pemecatan 19 mahasiswa kami memang sempat down saat itu. Tapi itu hanya sesaat, karena saya dan teman- teman masih memiliki semangat untuk membawa nama Bestra ini menjadi lebih besar lagi,” ujarnya. Tetap Jalan Meski Status Tak Jelas Agak berbeda dengan BKMF Ge- langgang Olahraga (Gelora), saat ini sta- tusnya belum jelas. Dirham selaku ketua umum BKMF Gelora mengatakan, saat ini status Gelora sendiri masih belum jelas. Namun masih bisa menjalankan tujuannya. “Sampai saat ini Gelora masih dalam status yang belum jelas. Dibilang Biro bukan, komunitas juga bukan. Tapi yang jelas Gelora tetap merangkul dan mewadahi mereka yang memiliki bakat dan minat di bidang olahraga,” jelasnya. Sama halnya dengan Gelora, Biro Kegiatan Mahasiswa Jurusan (BKMJ) Lentera yang merupakan biro BEMJ Bahasa Inggris juga masih belum jelas statusnya. Arif yang meupakan ketua umum Lentera mengatakan, belum ada kepastian mau dibawa kemana Lentera. Namun ia memastikan lembaga tersebut juga tak akan berada di bawah naungan FBS lagi. “Kami di Lentera juga masih belum bisa membuat keputusan. Apakah kita masih akan tetap bertahan di bawah naungan FBS atau kita keluar saja kalau memang kondisi yang sudah tidak me- mungkinkan lagi untuk tetap terus berada di bawah naungan FBS,” ungkapnya. “Yang jelas sampai saat ini, Lentera masih tetap jalan meski kondisinya berbe- da dengan yang dulu. Dulu kan kami masih bebas mau latihan di sekitar pelataran FBS. Sekarang sudah tidak lagi,” tutur maha- siswa Prodi Bussiness English ini. Tak Akan Kembali ke Fakultas Setelah berhasilnya beberapa komu- nitas tersebut terbentuk, mereka menya- takan enggan kembali di bawah naungan FBS lagi. Hal ini ditegaskan oleh Afdal. Menurutnya, jika mereka kembali hanya akan kembali terkungkung lagi. “Ka- laupun nantinya birokrasi mengharap- kan kami kembali, kami tak akan pernah mau kembali. Kami akan tetap konsisten, bahwa el-TIM tidak akan pernah kembali lagi di FBS,” tegasnya. Afdhal juga menambahkan, keuntun- gan lain ketika eLTIM menjadi sebuah komunitas, anggotanya tidak hanya ma- hasiswa FBS saja tetapi bisa mencakup keseluruhan mahasiswa UNM maupun mahasiswa di luar UNM. “Satu hal yang harus diketahui juga, meski LK dibeku- kan, eLTIM tidak akan pernah mati. Kami dan juga para senior kami akan terus melanjutkan lembaga ini,” ujarnya. Hal yang sama juga dituturkan Dir- ham, ia juga enggan kembali di bawah naungan FBS lagi. “Kalau misalnya nanti SK pembekuan LK sudah dicabut, kami di Gelora juga masih berikir-pikir dulu apakah kita akan tetap berada pada naun- Biro FBS Pilih Tinggalkan Kampus Sejumlah BKMF dan BKMJ Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) memilih meninggalkan kampus pascakeluarnya SK pembekuan 24 LK oleh pimpinan fakultas. Pengurus LK tetap mempertahankan eksistensinya, meski tanpa dukungan anggaran dari pimpinan fakultas. berlanjut ke hal. 2...

description

 

Transcript of Edisi_09

1

Weekly News Profesi Edisi 09/Desember/2011

BKMF Lembaga Transformasi In-telektual Mahasiswa (eLTIM) salah sa-tunya. Kini lembaga tersebut telah mem-bentuk sebah komunitas. Hal ini diamini oleh Afdal, ketua umum Biro Kegiatan Mahasiswa Fakultas (BKMF) eLTIM, saat ini eLTIM telah berubah menjadi sebuah komunitas. “Setelah melakukan perbincangan dengan senior-senior di eLTIM maka kami sepakat bahwa eLTIM tidak akan bergantung lagi terhadap birokrasi”, tegas mahasiswa jurusan ba-hasa dan Sastra Indonesia tersebut.

Menurut Afdal, alasan dibentuknya komunitas tersebut lantaran biro-biro di FBS tidak lagi memiliki tempat. “Kami pernah berbincang-bincang dengan PD III, dari pernyataannya kami menyimpul-kan bahwa biro-biro tidak lagi memiliki tempat, yang ada hanya BEM fakultas, BEM jurusan juga HMPS,” ujarnya.

Alasan lain dibentuknya komunitas tersebut karena melihat kesekretariatan yang dibangun sama sekali tidak akan menampung 24 lembaga yang pernah ada sebelumnya. “Kalau mau dilogikakan, kondisi bangunannya nanti, tidak akan bisa menampung biro-biro yang ada,” un-gkap mahasiswa eksponen 08 tersebut.

Sama halnya dengan eLTIM, Beng-kel Sastra (Bestra) juga kini telah men-jadi sebuah komunitas. Firiansal selaku kepala suku Bestra menegaskan, Bestra saat ini sudah berganti status menjadi ko-munitas Bengkel Sastra.

Mahasiswa yang akrab disapa Anca tersebut menambahkan, Bengkel Sas-

tra masih terus berjalan dan berkreasi. “Tidak ada yang berubah meski waktu kasus pemecatan 19 mahasiswa kami memang sempat down saat itu. Tapi itu hanya sesaat, karena saya dan teman-teman masih memiliki semangat untuk membawa nama Bestra ini menjadi lebih besar lagi,” ujarnya.

Tetap Jalan Meski Status Tak Jelas

Agak berbeda dengan BKMF Ge-langgang Olahraga (Gelora), saat ini sta-tusnya belum jelas. Dirham selaku ketua umum BKMF Gelora mengatakan, saat ini status Gelora sendiri masih belum jelas. Namun masih bisa menjalankan tujuannya. “Sampai saat ini Gelora masih dalam status yang belum jelas. Dibilang Biro bukan, komunitas juga bukan. Tapi yang jelas Gelora tetap merangkul dan mewadahi mereka yang memiliki bakat dan minat di bidang olahraga,” jelasnya.

Sama halnya dengan Gelora, Biro Kegiatan Mahasiswa Jurusan (BKMJ)Lentera yang merupakan biro BEMJ Bahasa Inggris juga masih belum jelas statusnya. Arif yang meupakan ketua umum Lentera mengatakan, belum ada kepastian mau dibawa kemana Lentera. Namun ia memastikan lembaga tersebut juga tak akan berada di bawah naungan FBS lagi. “Kami di Lentera juga masih belum bisa membuat keputusan. Apakah kita masih akan tetap bertahan di bawah naungan FBS atau kita keluar saja kalau memang kondisi yang sudah tidak me-

mungkinkan lagi untuk tetap terus berada di bawah naungan FBS,” ungkapnya.

“Yang jelas sampai saat ini, Lentera masih tetap jalan meski kondisinya berbe-da dengan yang dulu. Dulu kan kami masih bebas mau latihan di sekitar pelataran FBS. Sekarang sudah tidak lagi,” tutur maha-siswa Prodi Bussiness English ini.

Tak Akan Kembali ke FakultasSetelah berhasilnya beberapa komu-

nitas tersebut terbentuk, mereka menya-takan enggan kembali di bawah naungan FBS lagi. Hal ini ditegaskan oleh Afdal. Menurutnya, jika mereka kembali hanya akan kembali terkungkung lagi. “Ka-laupun nantinya birokrasi mengharap-kan kami kembali, kami tak akan pernah mau kembali. Kami akan tetap konsisten, bahwa el-TIM tidak akan pernah kembali lagi di FBS,” tegasnya.

Afdhal juga menambahkan, keuntun-gan lain ketika eLTIM menjadi sebuah komunitas, anggotanya tidak hanya ma-hasiswa FBS saja tetapi bisa mencakup keseluruhan mahasiswa UNM maupun mahasiswa di luar UNM. “Satu hal yang harus diketahui juga, meski LK dibeku-kan, eLTIM tidak akan pernah mati. Kami dan juga para senior kami akan terus melanjutkan lembaga ini,” ujarnya.

Hal yang sama juga dituturkan Dir-ham, ia juga enggan kembali di bawah naungan FBS lagi. “Kalau misalnya nanti SK pembekuan LK sudah dicabut, kami di Gelora juga masih berikir-pikir dulu apakah kita akan tetap berada pada naun-

Biro FBS Pilih Tinggalkan Kampus

Sejumlah BKMF dan BKMJ Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) memilih meninggalkan kampus pascakeluarnya SK pembekuan 24 LK oleh pimpinan fakultas. Pengurus LK tetap mempertahankan eksistensinya, meski tanpa dukungan anggaran dari pimpinan fakultas.

berlanjut ke hal. 2...

Weekly News Profesi Edisi 09/Desember/2011

2

gan FBS atau lebih baik kita keluar dan membentuk komunitas saja,” katanya.

Anca juga menyatakan, jika Bestra nantinya masih diinginkan kembali di FBS, pihaknya kaan menimbang-nim-bang terlebih dahulu. “Kalau nantinya Bestra masih memiliki tempat di FBS, kami juga akan mempertimbangkannya dengan bercermin pada kejadian-kejadi-an sebelumnya,” ungkapnya.

Menanggapi hal itu, Pembantu De-kan bidang Kemahasiswaan FBS, Syukur Saud kembali menegaskan, pembekuan lembaga hanyalah bersifat sementara. Pencabutan Surat Keputsan (SK) masih

menunggu sampai keadaan FBS sudah benar-benar kondusif. “Pembekuan LK ini bukanlah penghalang untuk mereka untuk tetap terus berkreatifitas, kalaupun sudah ada Biro yang berubah status men-jadi komunitas, saya rasa itu hanya bersifat sementara. Kita hanya menunggu sampai suasana FBS ini kondusif,” jelasnya.

Syukur mengharapkan, pengurus LK bisa lebih bersabar sampai diizinkannya LK aktif kembali. “Saya harap ananda semua di pengurus LK bisa menunggu sampai se-mua masalah yang ada di FBS kelar semua, setelah itu baru kita kembali memulai dari awal kegiatan-kegiatan LK ini. (PR22)

Kampusiana

+ Biro FBS Pilih Tinggalkan Kampus- Baguslah, daripada dibekukan

+ Mahasiswa UNM Adukan Pung-utan ke DPRD Sulsel - Tangkap saja koruptornya!

+ ICP Fisika Asing di Kelas Sendiri- Salah siapa?

Sudut

Dg. Lu’

Biro FBS Pilih Tinggalkan Kampussambungan dari hal. 1...

DALAM rangka hari anti korupsi sed-uania, mahasiswa UNM yang tergabung dalam Sembilan Mata Orange menggelar aksi demonstrasi, Jumat (9/12). Sebelum bertolak ke gedung DPRD Sulawesi Se-latan, para demonstran menyampaikan orasi di Kampus UNM Gunung Sari.

Demonstrasi ini menuntut birokrasi kampus untuk menghapus segala bentuk komersialisasi pendidikan di UNM. Di-antaranya Biaya Operasional Pembangu-nan (BOP), Dana Penunjang Pendidikan (DPP) dan biaya operasional lainnya. Pembayaran-pembayaran mahasiswa tersebut dinilai ironis mengingat UNM adalah Universitas berlabel negeri yang memasang biaya yang sangat mahal pa-dahal tidak pernah dirasakan manfaat-nya.

Presiden Mahasiswa UNM, Ahmad Jamir dalam orasinya juga menuntut ke-pada birokrasi kampus untuk mentrans-paransikan APBD dan APBN serta sum-ber dana lainnya yang bersumber dari mahasiswa.

Perwakilan mahasiswa dari sembilan fakultas di UNM ini pun silih berganti menuntut hak dan keadilan. mereka men-desak birokrasi untuk segera mengambil sikap. Perwakilan mahasiswa dari Fakul-tas Bahasa dan Sastra (FBS) misalnya,

mereka menuntut ditransparansikannya dana Lembaga kemahasiswaan (LK) yang tidak jelas kemana setelah pem-bekuan 24 LK di FBS.

Perwakilan mahasiswa dari Fakultas Teknik (FT) juga mengecam ketidaka-dilan sasaran beasiswa bidik misi yang notabene dinikmati oleh mahasiswa yang mampu secara finansial. “Masih banyak teman-teman saya yang lebih pantas dan lebih layak dapat beasiswa itu,” teriak dalam orasinya perwakilan mahasiswa Fakultas Teknik (FT) tersebut.

Pembantu Rektor Bidang Kemaha-siswaan, Hamsu A. Gani dalam kesem-patan itu mendukung aksi anak-anaknya. Layaknya orator, ia berkali-kali men-eriakkan slogan mahasiswa. “Hidup mahasiswa, hidup rakyat,” teriaknya menjawab tuntutan mahasiswa. Hamsu berjanji akan memediasi pengalokasian dana LK di FBS dan menuntut dana ESQ agar segera dicairkan.

Hamsu juga menghimbau kepada peserta bidik misi untuk harap-harap cemas. Pasalnya, ia akani bakal men-coret nama-nama mahasiswa yang di-anggap tidak layak mendapatkan bea-siswa bidik misi. Dengan tegas beliau meminta kepada mahasiswa untuk memberikan nama-nama yang diang-

gap tidak layak tersebut. “Berikan saya nama-namanya itu mahasiswa, saya akan coret itu, saya coret,” tegasnya. Sementara untuk BOP dan DPP masih akan dibicarakan.

Tidak puas berdemonstrasi di depan Kampus Gunung Sari UNM, massa sem-bilan mata orange melanjutkan aksinya di depan Gedung DPRD Sulsel. Tidak tan-gung-tanggung, setelah berorasi cukup lama di depan gedung, mereka memaksa Ketua Komisi E Pendidikan DPRD un-tuk keluar menjawab tuntutannya. Se-lain menuntut penuntasan kasus-kasus korupsi yang belum terselesaikan di In-donesia, mereka juga mendesak Komisi E Pendidikan DPRD Sulsel untuk men-gawal dengan serius atas penolakan LK se-UNM terhadap PP 66 dan RUU-PT 2011 agar tidak disahkan.

Ketatnya pengamanan pihak kepoli-sian membentengi gedung tak membuat massa gentar. Sesekali, Wawan selaku jendral lapangan mengingatkan mas-sanya untuk tidak terpancing atau ter-provokasi. Mantan Presiden Mahasiswa FEMA FIS ini juga menghimbau kepada pihak kepolisian untuk tidak memancing emosi mahasiswa.

Karena massa terus memaksa Ketua Komisi E Pendidikan DPRD Sulsel un-tuk keluar, akhirnya wakil rakyat itu pun bersedia menemui mahasiswa. Da-lam menjawab tuntutan demonstran, pihaknya akan mengawal tersebut. Ia juga mengizinkan perwakilan mahasiswa masuk ke gedung untuk menembuskan surat tuntutannya ke DPR RI di Senayan, Jakarta. “Sepuluh orang juga bisa,” tutur Yagkin Padjalangi. (PR15)

Hari Anti Korupsi Sedunia

Mahasiswa UNMAdukan Pungutanke DPRD Sulsel

3

Weekly News Profesi Edisi 09/Desember/2011

Kilas LK

DALAM memperingati hari HIV/AIDS Sedunia Himpunan Maha-siswa Jurusan (HMJ) Sosiologi telah menggelar dialog public yang berta-juk jauhi virusnya, bukan orang-nya itulah yang mesti kita lakukan sebagai seorang sosiolog. Kegiatan ini dilaksanakan di Gazebo Kampus UNM Gunung Sari dan diikuti oleh sejumlah mahasiswa sosiologi dan beberapa organisasi pemerhati HIV/AIDS, kamis (8/12).

Dalam dialog ini dihadirkan dua pemateri yang berkompeten dalam membahas persoalan tentang penyakit yang belm ada obatnya ini. Keduanya adalah Sukmawati salah satu pengurus Unit Kegiatan Ma-hasiswa (UKM) Mahasiswa Peduli HIV/AIDS (MAPHAN) dan Mba’ Jiji salah satu aktivis Global Ink-lusif untuk Perlindungan HIV/AIDS (GIPA).

Sukmawati, ketika membawa materi menjelaskan kepada peserta mengenai HIV/AIDS sebagai pe-nyakit nomor satu yang memati-kan. “ Virus ini merupakan virus yang sangat mematikan,” terang-nya. Sementara Mba’ Jiji dalam materinya mengatakan, Pengidap penyakit HIV/AIDS ini dalam terkadang lebih sering dijauhi oleh masyarakat setempat. “ Mereka di-kucilkan, ditolak, dan terdiskrimi-nasi dalam ranah sosial, ekonomi, kesehatan maupun di dunia kerja,” tuturnya.

Sesuai dengan tema yang di-angkat dalam dialog ini, Mba’ Jiji berpesan kepada seluruh peserta agar kiranya tidak menjauhi para pengidap penyakit tersebut. “ Yang perlu dihindari hanyalah penyakit-nya saja,” tambahnya.

Hadrianti salah satu peserta yang hadir dalam dialog ini men-gaku senang mengikuti kegiatan ini. Bahkan, mahasiswa eksponen 2010 ini berkat kegiatan ini, membuatnya berminat bergabung dalam lembaga pemerhati HIV/AIDS. “jujur saya merasa mendapatkan semangat baru untuk bergabung dalam organisasi pemerhati HIV/AIDS,” ungkapnya. (PR21/ PR37)

Memperingati Hari HIV/AIDS

DEWAN Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNM kembali menggelar acara “Galaxi Creative”. Ajang yang merupakan kegiatan tahunan ini kem-bali terlaksana setelah dua tahun vakum. Kegiatan ini berlangsung dari Senin hingga Jumat (5-9 Desember) yang dihelat di ge-dung Sao Panrita IKA UNM.

Kegiatan ini memperlombakan be-berapa diantaranya, Lomba Cerdas Cermat Geografi (LCCG), Interpretasi Peta, Pida-to Bahasa inggris, Lomba Penulisan Karya Tulis Ilmiah (LPKTI) dan Festival Musik. “Sama dengan HMJ lain, lomba-lombanya ada beberapa paket,” terang Fuad Guan-tara selaku ketua pantia.

Acara yang ditujukan kepada pelajar-pelajar SMA dan SMP ini berhasil menarik 16 SMA dan 10 SMP se-Sulawesi Selatan (Sulsel). Salah satu sekolah di Makassar

yang turut berpartisipasi dalam kegiatan ini adalah SMA Islam Athirah.

“Kami mengutus 5 tim untuk lomba LCCG, tiga tim untuk lomba pidato baha-sa Inggris dan 5 tim untuk LPKTI” terang pak Darmawan selaku pimpinan rombon-gan tim dari SMA Athirah.

Ketua jurusan Geografi, Nur Zakariah Leo mengungkapkan, dengan berlang-sungnya kegiatan Galaxi Creative ini men-jadi salah satu bukti bukti bahwa DEMA Geografi masih tetap eksist. “DEMA Geografi selalu dipercayakan oleh jurusan dalam berbagai kegiatan jurusan dan juga dipercaya untuk mengawal tamu-tamu penting dari jurusan,” tuturnya.

Ketua Umum DEMA Geografi, Fa-zlul Alamsyah mengungkapkan, sebe-lum galaxy, ia juga telah memprogram-kan kegiatan-kegiatan besar lainnya. (PR10).

Geografi Gelar Galaxi Creative

HMJ Sosiologi

FEDERASI Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial (FEMA FIS) menggelar dialog aka-demik dan kemahasiswaan. Dialog yang dihelat pada Kamis (8/12) dalam rangka mencari titik temu terkait masalah rasion-alisasi perwujudan Dana Penunjang Pen-didikan (DPP).

Dialog yang dihadiri oleh perwaki-lan mahasiswa dan birokrasi FIS tersebut bertujuan untuk memberi ruang kepada mahasiswa untuk mempertanyakan serta memperjelas segala bentuk aturan yang terkait dengan proses perkuliahan. Se-lain itu, memperjelas kebijakan-kebijakan birokrasi terhadap aktifitas LK di FIS.

Dalam dialog tersebut FEMA FIS mengkritik bentuk komersialisasi pendidi-kan melalui DPP. Veri, ketua himpunan mahasiswa Sejarah juga kecewa terhadap kebijakan birokrasi yang membatasi keg-iatan mahasiswa di kampus. Contohnya, ditutupnya akses untuk memasuki sekre-tariat setelah pukul 16.00. Menurutnya, penggembokan sekretariat LK setelah jam perkuliahan usai, akan menghilangkan efektifitas budaya organisasi.

Salah satu perwakilan dari MPA Trisula FIS mengungkapkan, hingga saat

ini pihaknya belum mempunyai sekretar-iat. Menanggapi hal tersebut, PD II FIS Suryani mengungkapkan, pihaknya selalu memberikan apa yang dibutuhkan LK. Namun, untuk pembagian dana, ia men-gakui belum maksimal. “Kami sudah cuk-up memberikan apa yang dibutuhkan oleh LK, namun saat ini masih dalam proses pembangunan, jadi kami harus membagi-bagi dana yang ada termasuk untuk LK” tuturnya.

Terkait masalah transparansi DPP, de-kan FIS H. Amiruddin menuturkan, trans-paransi DPP dapat dilihat melalui apa yang telah ada di FIS saat ini. “Terkait masalah anggaran, kita harus rasional terhadap re-alita,” ungkapnya.

PD I FIS Prof. Hasnawi turut menang-gapi, pihaknya pun harus kemudian putar otak untuk mengefisienkan kebutuhan di FIS. Seperti yang diketahui apabila proyek yang bernilai lebih dari Rp100 juta harus melalui proses tender. Artinya harus ada publikasi dan proses-proses yang panjang. Maka dari itu ditempuh cara dengan per-mintaan dana yang bertahap. Maksudnya dengan membuat proposal yang nilainya tidak mencapai angka tersebut. (PR26)

Mahasiswa FIS Butuh Kejelasan Birokrasi

Dialog Akademik dan Kemahasiswaan FIS

Weekly News Profesi Edisi 09/Desember/2011

4 Lintas UNM

Weekly NewsPelindung: Arismunandar Penasehat: Sofyan Salam, Andi Ihsan, Hamsu Abd. Gani, Nurdin Noni, Kamaruddin, Yusuf Syam Dewan Pembina: Abdullah Dolla, Hazaerin Sitepu, Mukramal Aziz, Uslimin Pemimpin Umum: Rahmat Fadhli, Pemimpin Redaksi: Isnaeni Dahlan, Redaktur : Asri Ismail Reporter: Muhammad Darwin HS, Muhammad Yasir, Yeni Febrianti, Zaiful, Syamsul Alam, Soeparman Ismail, Utomo Permana Putra, Rizki Army Pratama, Azhar Fadhil, Wajtahida, Muhammad Ilham Nur, Khaerul Musta'an, Fatma Husni, Nur Lela, Nur Inayah, A. Ayu Lestari, Sugianto, Hesikumalasari, Susi Amriani, A. Angsih Cahyati Bastiar, Ary Utary Nur, Marwah Thalib, Musniah Juhanto, Dzurahmah Ibnu Hasan, Triady Akbar Yusuf, Fitriani Rumbaru, Muhammad Jumardan, Fadilah Dwi Octaviani, Rosita, A. Ilah Nurul Falah, Muhammad Rusdi Natsir, Arief Maulana. Layouter dan Artistik: Imam Rahmanto.

Redaksi LPPM Profesi UNM : Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Lt.I, Kampus UNM Gunung Sari Universitas Negeri Makassar (UNM) atau Kompleks Hartaco Indah Blok IV AB No.1, Telp.(0411) 887964, e-mail: [email protected], Website: www.profesi-unm.org.

Dalam proses peliputan, wartawan PROFESI dibekali tanda pengenal atau surat tugas dan dilarang meminta atau menerima pemberian dalam bentuk apapun.

SESUAI dengan slogannya yang berbunyi Serv-ing for better education (siap melayani untuk pendidikan yang lebih baik), perpustakaan UNM berencana akan melakukan beberapa pembenah-an menuju perpustakaan yang lebih modern. Hal ini diungkapkan Subaer Junaidi selaku Kepala UPT Perpustakaan UNM .

Dalam mewujudkan niatnya, Subaer akan membuat perpustakan tersebut menjadi taman baca yang berbasis teknologi dan informasi. Dengan model seperti itu, nantinya akan mem-permudah pengunjung mencari buku yang diperlukan. Hal ini juga akan memudahkan mahasiswa untuk mendapatkan koleksi buku yang diperlukan tanpa harus datang keperpus-takaan. “Koleksi buku yang ada, tidak hanya bisa di lihat di perpustakaan, melainkan dimana saja asalkan memiliki kartu mahasiswa kemu-dian di alamat website perpustakaan sudah bisa langsung mengkaji dan kalau perlu membuk-ingnya” terangnya. Hanya saja, sistem infor-masi perpustakaan yang moderen ini baru akan

direalisasikan pada awal tahun mendatang. Tak hanya itu, dosen fisika ini juga ber-

janji akan melakukan perombakan desain di tiga lantai perpustakaan tersebut. Pada lantai pertama selain dibuat sudut baca, juga akan disiapkan koleksi buku secara berkala dalam bentuk print out ataupun jurnal elektronik. Sementara dilantai kedua, dijadikan tempat penyuplain buku dan tempat kerja karyawan. Selanjutnya, dilantai ketiga disiapkan ruang kerja khusus pascasarjana.

Menanggapi perihal tersebut, Desi salah satu pengunjung yang rutin mengaku senang dengan rencana tersebut. Apalagi, saat ini perpustakaan tersebut menurutnya belum nyaman digunakan sebagai tempat membaca. Alasannya,pengunjung di perpustakaan selalu menampakkan suasana yang kurang kondusif alias rebut, ditambah lagi posisi tempak duduk yang dinilainya kurang baik.”Ya harapan saya perpustakaan bisa menjadi ruang baca kedua kami setelah kamar kos” tutupnya. (PR25)

Saatnya Pepustakaan UNM Berbasis IT

SAAT ini ruang belajar mahasiswa Interna-tional Class Program (ICP) terkhusus juru-san Fisika dinilai tidak kondusif . Pasalnya, fasilitas yang mereka dapatkan tidak sama dengan ruangan kelas ICP yang lain. AC dan LCD permanen yang seharusnya ada di ruan-gan tesebut tidak ada. Padahal, kelas ICP lain yang ditempati mahasiswa ICP jurusan Kimia, Matematika dan Biologi dilengkapi fasilitas pendukung perkuliahan.

Salah seorang mahasiswa ICP Fisika, El-winda Dwi Pratiwi, mengaku, dirinya hanya pernah menggunakan kelas yang disediakan ICP itu tiga kali. Selebihnya, proses perkulia-han berlangsung di gedung lain yang tidak lagi memberikan kenyamanan belajar. “Semester 1 dan 2, kelas kami selalu di lantai 3 FF304 dan FE 302, baruki sampai keringatan maki, masuk dalam ruangan tambah panas karena tidak bisa dipakai ACnya,” keluhnya.

Menanggapi hal ini, Penanggung Jawab jurusan ICP, Hisyam mengungkapkan, ruang belajar yang disediakan itu untuk semua ju-rusan ICP. “Kita sudah beri kesempatan dia menggunakan sarana yang sama tapi koordi-natornya yang membuat mereka mau ke kelas itu atau tidak,” kilahnya. Lanjutnya, Sarana dan prasarana telah diberikan oleh ICP dalam porsi yang merata baik pendingin ruangan ataupun penunjang perkuliahan seperti LCD.

Sementara itu, ketua Jurusan Fisika, Nurhayati membenarkan bahwa pemberian sa-rana kepada pihak jurusan telah diterima dan itu diberikan dalam bentuk barang tetapi tidak ada dana untuk perbaikan fasilitas, yang ada hany-alah dana untuk laboratorium. “Mahasiswaku tidak kubawa belajar di sana karena sudahmi na kapling Kimia, Matematika dan Biologi dan tidak pernah na tanyaki kapan jadwal kosong-nya mereka”. terangnya. (PR24)

ICP Fisika Asing di Kelas Sendiri

editorial

PASCA di keluarkannya Surat Keputusan (SK) pembekuan Lembaga Kemahasiswaan (LK) Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS), beberapa mahasiswa FBS boleh menjerit. Pasalnya, tidak ada lagi wadah untuk mengasah dan mengaplikasi-kan bakat maupun minat maha-siswa di fakultas tersebut.

Sebelumnya pimpinan fakultas telah menyatakan, pembekuan LK hanya semen-tara. Hanya yang memiriskan, sekretariat yang saat ini sedang dibangun untuk LK nampaknya tak memberikan ruang bagi biro kegiatan Mahasiswa fakultas maupun biro kegiatan maha-siswa jurusan. Hal itu terlihat dari terbatasnya ruang. Jika diperha-tikan, sekretariat tersebut hanya diperuntukkan bagi himpunan mahasiswa jurusan dan badan eksekutif mahasiswa fakultas.

Kini, mahasiswa FBS tak usah khawatir lagi untuk melabuhkan diri dalam sebuah lembaga. Lantaran, beberapa biro di FBS yang sebelumnya vakum telah bangkit. Entah itu, berubah nama menjadi komu-nitas. Yang jelas, esensi dari kehadirannya tak lain adalah mewadahi mahasiswa yang ingin melabuhkan diri dalam mengembangkan bakat mau-pun mengasah minatnya.

Pun, ketika perkumpulan tersebut enggan kembali di bawah naungan fakultas terlebih di bawah universitas, hal itu juga tidak men-gurangi esensi dari kehadirannya. Tak ada yang berubah, hanya saja dari segi perekrutan, komunitas ini lebih meluas lagi. Jika dulunya yang boleh bergabung terbatas pada mahasiswa di fakultas ber-sangkutan, kini komunitas tersebut lebih melebarkan sayap dengan bersedia menerima mahasiswa dari mana saja untuk bergabung di dalamnya. (*)

Bangkit, Solusi Terbaik Keter-purukan

4