Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

116
Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

Transcript of Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

Page 1: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021

ISSN 2580-2518

Page 2: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

Kata Pengantar

KATA PENGANTAR

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan

yang diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas.

Publikasi ini didasarkan pada data dan informasi yang sudah dipublikasikan oleh

Kementerian/Lembaga, instansi internasional, asosiasi, maupun hasil dari diskusi

terbatas perkembangan ekonomi yang dilakukan bersama dengan beberapa

Kementerian/Lembaga, pengamat, dan praktisi ekonomi.

Publikasi triwulan I tahun 2021 ini memberikan gambaran dan analisis mengenai

perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia pada triwulan I tahun 2021. Dari sisi

perekonomian dunia, publikasi ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat

dan negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia. Dari sisi

perekonomian nasional, publikasi ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia

pada triwulan I tahun 2021 dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, investasi,

industri dalam negeri, perekonomian daerah, serta proyeksi ekonomi.

Sangat disadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan

banyak perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang

membangun dari Pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan

dan penerbitan publikasi ini dapat tercapai.

Jakarta, Mei 2021

Deputi Bidang Ekonomi

Page 3: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

i

Ringkasan Eksekutif

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pandemi Covid-19 telah mencapai babak baru dengan dimulainya program vaksinasi

di berbagai negara. Kemajuan tersebut mendorong pemulihan ekonomi dunia

meskipun kecepatannya bervariasi antar negara. Kondisi ini kemudian mendorong

peningkatan harga komoditas internasional serta pulihnya perdagangan dunia.

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan I tahun 2021 rebound menjadi 18,3

persen (YoY). Amerika Serikat dan Singapura juga telah tumbuh positif masing-

masing sebesar 0,4 dan 0,2 persen (YoY). Sementara itu, perekonomian Jepang masih

belum stabil dengan kontraksi sebesar 1,9 persen (YoY).

Perekonomian Indonesia menunjukkan perbaikan dengan kontraksi yang semakin

menipis pada triwulan I tahun 2021 sebesar 0,74 persen (YoY). Perbaikan terjadi di

seluruh sektor dengan kontraksi yang mengecil dan pertumbuhan positif pada enam

sektor lainnya. Pemulihan ekonomi didorong oleh kinerja sektor eksternal yang

meningkat tinggi dan berlanjutnya stimulus fiskal. Kecepatan pemulihan sektor

transportasi dan pergudangan tergolong paling lambat sejalan dengan pembatasan

mobilitas yang masih berlaku.

Perkembangan fiskal menunjukkan peningkatan baik pada pendapatan maupun

belanja. Realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai 21,7 persen dari target

APBN 2021. Sementara itu, realisasi belanja negara mencapai 19,0 persen dari APBN

2021. Realisasi bantuan sosial telah mencapai 35,1 persen dari pagu yang didorong

oleh program bantuan sosial dalam rangka pemulihan ekonomi masyarakat miskin

dan rentan miskin. Sementara itu, realisasi TKDD lebih rendah dibandingkan triwulan

I tahun 2020 akibat kendala dalam pemenuhan syarat pelaporan untuk penyaluran

DAU. Berdasarkan realisasi pandapatan dan belanja tersebut, defisit anggaran pada

triwulan I tahun 2021 sebesar Rp144,2 triliun atau sekitar 0,8 persen dari PDB.

Dari sisi moneter, BI7DRR diturunkan menjadi 3,50 persen sejak Februari sebagai

upaya percepatan pemulihan ekonomi di tengah inflasi yang rendah. Tingkat inflasi

pada triwulan I tahun 2021 sebesar 1,37 persen (YoY), lebih rendah dari sasaran inflasi

2021 yang sebesar 2,0 persen (YoY). Sepanjang triwulan I tahun 2021, Bank Indonesia

menambah likuiditas di perbankan sekitar Rp50,3 trilliun (per 16 Maret 2021).

Ekspansi moneter juga diperkuat dengan pembelian SBN di pasar perdana.

Sementara itu, nilai tukar rupiah melemah seiring dengan meningkatnya yield US

Treasury sehingga menghambat aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Neraca pembayaran kembali surplus sebesar USD4,1 miliar didorong oleh surplus

transaksi modal dan finansial di tengah defisit transaksi berjalan. Defisit transaksi

berjalan disebabkan oleh turunnya surplus neraca nonmigas, meningkatnya defisit

neraca migas, serta meningkatnya defisit neraca jasa. Investasi langsung dan investasi

Page 4: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

ii

Ringkasan Eksekutif

portfolio surplus didorong oleh aliran masuk investasi. Sementara itu, investasi

lainnya masih defisit USD3,6 miliar. Posisi cadangan devisa hingga akhir triwulan I

tahun 2021 sebesar USD137,1, setara dengan 9,7 bulan impor dan pembayaran utang

luar negeri pemerintah.

Perekonomian global diproyeksi tumbuh 6,0 persen yang didorong oleh program

vaksinasi dengan jangkauan masyarakat semakin banyak. Selain perkembangan

kondisi kesehatan dunia, efektivitas kebijakan berbagai negara dan kondisi keuangan

juga berpangaruh pada kesuksesan pemulihan ekonomi global. Sejalan dengan hal

tersebut, ekonomi Indonesia pada tahun 2021 diperkirakan tumbuh 4,8 persen, lebih

tinggi dari proyeksi lembaga internasional. Pemulihan diprediksi berasal dari

pemulihan investasi. Namun demikian, pemulihan konsumsi tetap dibutuhkan untuk

mendorong pemulihan lebih tinggi. Target pemulihan masih menghadapi downside

risk terutama potensi lonjakan kasus Covid-19, perlambatan program vaksinasi,

tertahannya belanja pemerintah, dan permanent scar yang terjadi pada perusahaan

dan tenaga kerja.

Page 5: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

iii

Daftar Isi

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................... III

DAFTAR TABEL ............................................................................................ IV

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... VI

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA ..........................................................9

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA ................................... 18

2.1 Produk Domestik Bruto ....................................................................................... 18

Investasi ................................................................................................................... 26

Industri .................................................................................................................... 31

Pariwisata ................................................................................................................ 37

2.2 Produk Domestik Regional Bruto ........................................................................ 41

2.3 Fiskal ................................................................................................................... 49

2.4 Moneter dan Jasa Keuangan ............................................................................... 59

Moneter .................................................................................................................. 59

Jasa Keuangan ......................................................................................................... 64

2.5 Neraca Pembayaran ............................................................................................ 75

Neraca Perdagangan ............................................................................................... 81

Kerjasama Ekonomi Internasional ........................................................................... 85

PROYEKSI .................................................................................................... 99

PERTUMBUHAN EKONOMI ....................................................................... 99

3.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global .............................................................. 99

3.2 Proyeksi Perekonomian Indonesia .....................................................................102

POLICY BRIEF ............................................................................................ 105

Page 6: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

iv

Daftar Tabel

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Suku Bunga Acuan Beberapa Negara .......................................................................... 13

Tabel 2. Perdagangan Besar Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor ....................... 19

Tabel 3. Pembentukan Modal Tetap Bruto ................................................................................. 21

Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi ...................................................................................................... 25

Tabel 5. Realisasi Investasi ................................................................................................................. 26

Tabel 6. Realisasi Investasi Sektor Sekunder .............................................................................. 27

Tabel 7. Sektor PMA Terbesar .......................................................................................................... 27

Tabel 8. Realisasi PMA Terbesar berdasarkan Negara Asal .................................................. 27

Tabel 9. Realisasi Investasi berdasarkan Lokasi ........................................................................ 28

Tabel 10. Lokasi PMA Terbesar ........................................................................................................ 28

Tabel 11. Sektor dan Lokasi PMDN Terbesar ............................................................................. 28

Tabel 12. Lokasi PMDN Terbesar per Kabupaten/Kota ......................................................... 29

Tabel 13. Lokasi PMA Terbesar per Kabupaten/Kota ............................................................ 29

Tabel 14. Penyerapan Tenaga Kerja ............................................................................................... 30

Tabel 15. Perbandingan Capaian dengan Target dalam RPJMN 2020-2024 ............... 31

Tabel 16. Kunjungan Wisman berdasarkan Pintu Masuk dan Negara Asal ................... 37

Tabel 17. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah .................................................................................. 48

Tabel 18. Realisasi Komponen Pendapatan Negara dan Hibah ......................................... 49

Tabel 19. Realisasi Komponen Penerimaan Perpajakan ....................................................... 49

Tabel 20. Realisasi Komponen PNBP ............................................................................................. 50

Tabel 21. Realisasi Komponen Belanja Pemerintah Pusat ..................................................... 51

Tabel 22. Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa ...................................................... 54

Tabel 23. Perkembangan Komponen Pembiayaan .................................................................. 56

Tabel 24. Rincian Realisasi Anggaran PC-PEN 2021 ................................................................ 56

Tabel 25. Realisasi APBN s.d 31 Maret 2020 dan 2021 .......................................................... 58

Tabel 26. Perkembangan Reverse Repo Surat Berharga Negara ....................................... 59

Tabel 27. Tingkat Inflasi Domestik .................................................................................................. 61

Tabel 28. Tingkat Inflasi Domestik Berdasarkan Komponen (YoY) .................................... 63

Tabel 29. Inflasi Kelompok Pengeluaran (MtM) ........................................................................ 63

Tabel 30. Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional ................................................ 66

Tabel 31. Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah ................................................... 71

Tabel 32. Penyaluran Kredit Berdasarkan Lapangan Usaha ................................................. 72

Tabel 33. Aset IKNB Syariah 2019-2020 ....................................................................................... 74

Tabel 34. Neraca Pembayaran .......................................................................................................... 79

Tabel 35. Neraca Perdagangan ........................................................................................................ 81

Tabel 36. Nilai Ekspor dan Impor Migas ...................................................................................... 81

Tabel 37. Nilai Ekspor Nonmigas berdasarkan Sektor ............................................................ 82

Tabel 38. Nilai Ekspor Nonmigas 10 Golongan Barang HS 2 Digit Terbesar ................ 82

Tabel 39. Nilai Ekspor Nonmigas di Beberapa Negara Mitra Dagang Utama .............. 83

Page 7: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

v

Daftar Tabel

Tabel 40. Nilai Impor berdasarkan Golongan Penggunaan Barang .................................. 84

Tabel 41. Nilai Impor Nonmigas 10 Golongan Barang HS 2 Digit Terbesar .................. 85

Tabel 42. Nilai Impor Nonmigas di Beberapa Negara Mitra Dagang Utama ................ 85

Tabel 43. Produk Unggulan Ekspor dan Impor Indonesia-Korea Selatan 2020 ........... 88

Tabel 44. Perkembangan Investasi Korea Selatan di Indonesia .......................................... 89

Tabel 45. Perjanjian Internasional Indonesia-Korea Selatan ................................................ 89

Tabel 46. Perkembangan Perjanjian Internasional Indonesia .............................................. 92

Tabel 47. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra FTA ............................. 94

Tabel 48. Kontribusi Nilai Perdagangan Indonesia terhadap Total Perdagangan

Indonesia dengan Dunia berdasarkan FTA ............................................................ 95

Tabel 49. Proyeksi Pertumbuhan Beberapa Negara ................................................................ 99

Tabel 50. Proyeksi Harga Komoditas Global ........................................................................... 101

Tabel 51. Konsensus Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ................................... 102

Tabel 52. PDB Berdasarkan Pengeluaran .................................................................................. 103

Tabel 53. PDB Berdasarkan Lapangan Usaha .......................................................................... 104

Tabel 54. Penyesuaian Sektoral dan Pemetaan Shock ........................................................ 107

Page 8: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

vi

Daftar Gambar

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara .................................................................... 9

Gambar 2. Perkembangan Harga Minyak Mentah ......................................................................... 14

Gambar 3. Perkembangan Harga Gas Alam dan Batubara ....................................................... 15

Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia .................................................................................. 18

Gambar 5. Pertumbuhan PDB Sisi Produksi Triwulan I Tahun 2021 ...................................... 19

Gambar 6. Pertumbuhan PDB Sisi Pengeluaran............................................................................. 20

Gambar 7. Perkembangan Konsumsi RT dan Investasi terhadap PDB ................................. 21

Gambar 8. Pertumbuhan Industri Pengolahan Nonmigas .......................................................... 31

Gambar 9. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Nonmigas .................................... 32

Gambar 10. Ekspor Produk Industri ..................................................................................................... 33

Gambar 11. PMDN Sektor Industri ....................................................................................................... 34

Gambar 12. PMA Sektor Industri ........................................................................................................... 34

Gambar 13. Produksi Mobil ..................................................................................................................... 35

Gambar 14. Penjualan Mobil................................................................................................................... 35

Gambar 15. Penjualan Motor .................................................................................................................. 36

Gambar 16. Penjualan Domestik Semen ............................................................................................ 36

Gambar 17. Purchasing Manufacturing Index ................................................................................. 37

Gambar 18. Kunjungan Wisman ............................................................................................................ 37

Gambar 19. Nilai Ekspor Jasa Perjalanan dan Rerata Pengeluaran Wisman ........................ 38

Gambar 20. Jumlah Penumpang Transportasi Nasional .............................................................. 39

Gambar 21. Jumlah Penumpang Transportasi Nasional .............................................................. 39

Gambar 22. Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang berdasarkan Provinsi di

Indonesia ............................................................................................................................... 39

Gambar 23. PDB Sektor Akomodasi dan Makan Minum ........................................................... 40

Gambar 24. Investasi Sektor Hotel dan Restoran ........................................................................... 40

Gambar 25. Pertumbuhan dan Kontribusi Wilayah ....................................................................... 41

Gambar 26. Perkembangan Komponen Belanja Negara ............................................................. 51

Gambar 27. Perkembangan Realisasi Defisit APBN ....................................................................... 55

Gambar 28. Perkembangan Utang Pemerintah Pusat .................................................................. 55

Gambar 29. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD, 2019-2021 ........................ 60

Gambar 30. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5, (2010=100) ............................................. 60

Gambar 31. Perkembangan Uang Beredar........................................................................................ 61

Gambar 32. Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IKK) dan Inflasi Inti ......................... 62

Gambar 33. Perkembangan Indeks Harga Pangan Strategis Nasional, (2018=100) ........ 63

Gambar 34. Kinerja Perbankan Konvensional .................................................................................. 64

Gambar 35. Perkembangan DPK Perbankan Konvensional ........................................................ 64

Gambar 36. Perkembangan Kredit Perbankan Konvensional ................................................... 65

Gambar 37. Perkembangan IHSG dan Nilai Kapitalisasi Pasar Saham ................................... 67

Gambar 38. Perkembangan Outstanding Obligasi Korporasi ................................................... 67

Page 9: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

vii

Daftar Gambar

Gambar 39. Perkembangan Aset Industri Asuransi ....................................................................... 69

Gambar 40. Perkembangan Jumlah Aset Bersih dan Jumlah Investasi Dana Pensiun ..... 69

Gambar 41. Perkembangan Industri Teknologi Keuangan ......................................................... 69

Gambar 42. Tingkat Wanprestasi Industri Teknologi Keuangan .............................................. 69

Gambar 43. Kinerja Bank Umum Syariah ........................................................................................... 70

Gambar 44. Kinerja Unit Usaha Syariah .............................................................................................. 70

Gambar 45. Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan, dan Total Aset Perbankan Syariah ............ 71

Gambar 46. Kapitalisasi Pasar dan Nilai Indeks Saham JII .......................................................... 74

Gambar 47. Outstanding Sukuk Korporasi dan SBSN ................................................................... 74

Gambar 48. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia .................................................... 75

Gambar 49. Neraca Jasa Perjalanan dan Transportasi................................................................. 76

Gambar 50. Neraca Pendapatan Primer dan Sekunder .............................................................. 76

Gambar 51. Neraca Transaksi Finansial .............................................................................................. 77

Gambar 52. Tabel Input-Output ......................................................................................................... 106

Gambar 53. Estimasi Dampak Banjir terhadap Perekonomian Sektoral Kalimantan

Selatan ................................................................................................................................. 108

Page 10: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

viii

Page 11: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

9

Perkembangan Ekonomi Dunia

Negara-negara ekonomi utama telah kembali tumbuh positif. Perekonomian global

kembali menunjukkan pemulihan dengan pertumbuhan positif di beberapa negara.

Pemulihan tersebut didorong oleh program vaksinasi yang terus berjalan di berbagai

negara. Di tengah akselerasi vaksinasi Covid-19, dunia masih berhati-hati dengan risiko

terjadinya gelombang ketiga dan mutasi virus Covid-19. Mutasi virus yang baru-baru ini

muncul diindikasi dapat menyebar lebih cepat sehingga beberapa negara kembali

menutup perbatasan dan kembali memberlakukan restriksi perjalanan. Kondisi ini

kemudian menahan laju pemulihan ekonomi global pada akhir triwulan I tahun 2021.

Perekonomian Amerika Serikat tumbuh

0,4 persen (YoY) pada triwulan I tahun

2021. Perbaikan kondisi ekonomi ersebut

didorong oleh pertumbuhan pada

sebagian besar komponen pengeluaran

sejalan dengan mulai dicabutnya

pembatasan aktivitas masyarakat.

Konsumsi individu tumbuh 1,6 persen (YoY)

terutama untuk konsumsi barang seperti

kendaraan bermotor dan bagiannya.

Sementara itu, konsumsi jasa masih

terkontraksi 3,2 persen (YoY), lebih kecil

dibandingkan kontraksi triwulan

sebelumnya yang sebesar 6,8 persen (YoY).

Pemulihan konsumsi masyarakat tidak

terlepas dari bantuan yang diberikan oleh

pemerintah setempat.

Pengeluaran pemerintah dan investasi bruto tumbuh 0,7 persen (YoY), yang terutama

didorong oleh pengeluaran konsumsi nondefense. Investasi swasta tumbuh 4,8 persen

(YoY) setelah pada triwulan I tahun 2020 terkontraksi 4,2 persen (YoY). Investasi residen

tumbuh hingga 12,3 persen (YoY) sementara investasi nonresiden tumbuh 2,7 persen

(YoY). Pertumbuhan investasi nonresiden didorong oleh rebound pada investasi

peralatan sebesar 12,1 persen (YoY) sejalan dengan aktivitas industri yang kembali pulih.

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi

Beberapa Negara

Sumber: CEIC

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020 2021

persenAmerika SerikatTiongkokJepangKoreaSingapura

BAB I

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Page 12: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

10

Perkembangan Ekonomi Dunia

Di sisi lain, kontraksi sebesar 16,4 persen (YoY) yang terjadi pada investasi structures

menahan pertumbuhan investasi nonresiden.

Kinerja impor Amerika Serikat meningkat 5,0 persen (YoY) yang didorong oleh

pertumbuhan impor barang sebesar 10,0 persen (YoY). Namun, impor jasa masih

terkontraksi cukup dalam yakni sebesar 16,1 persen (YoY), lebih kecil dibandingkan

kontraksi yang terjadi sepanjang pandemi. Sementara itu, ekspor masih terkontraksi 8,9

persen (YoY) yang terjadi baik pada ekspor barang (-3,1 persen, YoY) maupun ekspor

jasa (-19,7 persen, YoY). Meskipun masih terkontraksi, kinerja ekspor Amerika Serikat

pada triwulan I tahun 2021 mengindikasikan adanya perbaikan.

Manufaktur Amerika Serikat berekspansi dengan indeks PMI Manufaktur naik ke level 59

pada Maret, yang merupakan ekspansi terkuat kedua sejak tahun 2007. Aktivitas pabrik

terus meningkat seiring dengan kuatnya pertumbuhan pesanan baru di tengah

gangguan rantai pasokan dan lonjakan biaya bahan baku. Relaksasi peraturan perjalanan

juga berdampak pada pemulihan permintaan pada sektor rekreasi dan perhotelan.

Sejalan dengan hal tersebut, lapangan pekerjaan kembali terbuka. Tingkat

pengangguran dan setengah pengangguran di Amerika Serikat turun masing-masing

menjadi 6,2 dan 10,7 persen per Maret 2021.

Perekonomian Korea Selatan dan Singapura tumbuh positif sementara Jepang

masih terkontraksi.

Korea Selatan tumbuh 1,8 persen (YoY), lebih tinggi dibandingkan triwulan I tahun 2020

(1,4 persen, YoY), ditopang oleh perbaikan pada seluruh kelompok pengeluaran.

Investasi tumbuh sebesar 3,7 persen (YoY), didorong oleh peningkatan investasi fasilitas

dan produk kekayaan intelektual masing-masing sebesar 12,4 dan 4,1 persen (YoY).

Sementara investasi sektor konstruksi masih terkontraksi 2,4 persen (YoY).

Konsumsi masyarakat tumbuh 1,0 persen (YoY) di tengah pembatasan aktivitas

masyarakat dan lambatnya program vaksinasi. Sementara itu, konsumsi pemerintah

tumbuh sebesar 2,6 persen (YoY), melambat dibandingkan triwulan I tahun 2020 yang

mencapai 6,8 persen (YoY).

Kinerja ekspor Korea Selatan telah kembali tumbuh sebesar 4,5 persen (YoY), didorong

oleh ekspor barang yang tumbuh 5,5 persen (YoY). Sementara itu, ekspor jasa masih

terkontraksi 2,1 persen (YoY), menunjukkan perbaikan yang signifikan dibandingkan

triwulan sebelumnya yang terkontraksi hingga 13,8 persen (YoY). Kinerja impor tumbuh

3,1 persen (YoY), terutama didorong oleh peningkatan impor barang sebesar 8,2 persen

(YoY). Di sisi lain, impor jasa masih terkontraksi 17,8 persen (YoY) seiring dengan

pembatasan perjalanan bagi wisatawan asing yang belum dibuka sepenuhnya.

Page 13: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

11

Perkembangan Ekonomi Dunia

Dari sisi lapangan usaha, hanya sektor konstruksi yang masih mangalami kontraksi yakni

sebesar 3,0 persen (YoY). Sektor manufaktur tumbuh 3,9 persen (YoY) sejalan dengan

peningkatan permintaan dari luar maupun dalam negeri terutama produk elektronik dan

chip. Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan serta listrik, gas dan air tumbuh masing-

masing 2,2 dan 4,7 persen (YoY). Sektor jasa juga meningkat 1,5 persen (YoY) yang

didorong oleh pemulihan permintaan subsektor akomodasi dan jasa makanan serta

keuangan dan asuransi.

Singapura telah kembali tumbuh positif pada triwulan I tahun 2021 sebesar 0,2 persen

(YoY). Pemulihan ekonomi Singapura didorong oleh pulihnya kinerja industri barang dan

mengecilnya kontraksi pada industri jasa. Pada industri barang, sektor manufaktur

menjadi penopang pertumbuhan denga peningkatan sebesar 7,5 persen (YoY).

Pertumbuhan tersebut didorong oleh ekspansi output produk elektronik, precision

engineering, serta manufaktur kimia dan biomedis. Namun, pemulihan tertahan oleh

sektor konstruksi yang terkontraksi 20,2 persen (YoY).

Kontraksi pada industri jasa mengecil dengan kontraksi sebesar 1,2 persen (YoY) yang

ditopang oleh pertumbuhan kelompok infokom, keuangan dan asuransi dan jasa

professional sebesar 3,7 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut didorong oleh sektor

informasi dan komunikasi serta sektor keuangan dan asuransi di tengah kontraksi yang

terjadi pada sektor jasa profesional. Kontraksi yang terjadi sejalan dengan rendahnya

aktivitaas konstruksi domestik yang menekan permintaan segmen arsitektur dan

engineering.

Kontraksi pada kelompok perdagangan wholesale & ritel serta transportasi &

pergudangan sebesar 4,1 persen (YoY). Kontraksi yang disebabkan oleh masih lemahnya

permintaan pada sektor transportasi dan pergudangan terutama pada transportasi

udara akibat pandemi yang belum usai. Sebaliknya, sektor perdagangan besar dan ritel

berekspansi.

Kelompok akomodasi & jasa makanan, real estate, administrasi & pendukung, dan jasa

lainnya terkontraksi 3,9 persen (YoY), mengecil dibandingkan kontraksi pada triwulan

sebelumnya. Seluruh sektor pada kelompok tersebut, kecuali sektor akomodasi, masih

terkontraksi akibat penerapan safe management measures. Pertumbuhan sektor

akomodasi didorong oleh permintaan domestik di tengah pariwisata yang masih lemah.

Namun demikian, kinerja sektor akomodasi masih berada di bawah level pra pandemi.

Sejalan dengan pemulihan aktivitas ekonomi, pasar tenaga kerja pada triwulan I tahun

2021 juga menunjukkan pemulihan. Tenaga kerja residen tumbuh lebih tinggi dari

penurunan tenaga kerja non residen. Secara umum, pasar tenaga kerja Singapura masih

belum kembali pada level pra pandemi akibat pembatasan perjalanan dan masuknya

WNA sehingga perekrutan tenaga kerja masih lemah terutama pada sektor konstruksi

Page 14: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

12

Perkembangan Ekonomi Dunia

dan perhotelan. Tingkat pengangguran juga masih berada di atas level pra-pandemi

meskipun terus menurun.

Jepang masih mengalami kontraksi 1,9 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2021, lebih

dalam dibandingkan triwulan sebelumnya. Turunnya kinerja perekonomian Jepang

bersumber dari hampir seluruh kelompok pengeluaran kecuali pengeluaran pemerintah,

investasi swasta, dan ekspor. Pemulihan ekonomi Jepang yang masih belum stabil

disebabkan oleh penetapan keadaan darurat akibat kasus Covid-19 yang kembali

meningkat sehingga berdampak pada lesunya permintaan domestik. Selain itu, program

vaksinasi di Jepang dinilai berjalan lambat.

Meskipun stimulus fiskal dan moneter telah dikucurkan, konsumsi swasta masih

terkontraksi bahkan lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya maupun triwulan I

tahun 2020. Konsumsi rumah tangga terkontraksi 3,3 persen (YoY) akibat pembatasan

yang kembali diberlakukan. Investasi swasta oleh residen maupun nonresiden juga

terkontraksi masing-masing 4,1 dan 5,3 persen (YoY).

Konsumsi pemerintah menahan kontraksi ekonomi dengan pertumbuhan sebesar 2,8

persen (YoY) sejalan dengan penambahan stimulus oleh pemerintah setempat. Investasi

publik juga meningkat 2,7 persen (YoY).

Pemulihan ekonomi global berdampak positif pada kinerja ekspor Jepang yang tumbuh

1,0 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut didorong oleh permintaan yang meningkat

terhadap produk mobil dan elektronik. Ekspor barang secara keseluruhan meningkat 5,3

persen (YoY) sementara ekspor jasa terkontraksi 11,4 persen (YoY). Di sisi lain, kontraksi

impor mengecil menjadi -0,8 persen (YoY). Impor barang tumbuh 0,3 persen (YoY)

sementara impor jasa mmasih terkontraksi 9,2 persen (YoY).

Perekonomian Tiongkok tumbuh 18,3 persen (YoY) setelah pada periode yang sama

tahun 2020 terkontraksi 6,8 persen (YoY). Pertumbuhan yang kuat didorong oleh

rebound yang terjadi di seluruh sektor. Pertumbuhan yang tinggi tersebut mencakup

baseline effect dan peningkatan hari kerja sejalan dengan pekerja yang menetap selama

Festival Musim Panas.

Triwulan I tahun 2021 merupakan periode yang penting bagi masyarakat di Tiongkok

dimana festival dan hari libur terbesar diselenggarakan dan berdampak besar pada

jalannya perekonomian nasional. Meskipun kasus Covid-19 di Tiongkok sudah sangat

rendah, namun pemerintah setempat masih memberi himbauan untuk tidak bepergian

ke kampung halaman selama perayaan Imlek. Sebagai gantinya, masyarakat

menghabiskan waktu di wilayah domisilinya.

Sektor akomodasi dan restoran tumbuh hingga 43,7 persen (YoY) sementara sektor

transportasi, pergudangan dan pos meningkat 32,1 persen (YoY). Peningkatan tersebut

Page 15: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

13

Perkembangan Ekonomi Dunia

sejalan dengan normalnya aktivitas masyarakat meskipun dibatasi di wilayah tempat

tinggal setelah pada tahun sebelumnya dilakukan lockdown ketat. Meskipun mengalami

rebound yang tinggi, kinerja sektor akomodasi dan restoran masih berada sedikit di

bawah level pra pandemi.

Sektor pertanian, kehutanan, peternakan dan perikanan meningkat 8,0 persen (YoY)

yang didukung oleh kondisi cuaca. Setelah terjadi gangguan pada peternakan babi, pada

triwulan I tahun 2021 produksinya pulih secara signifikan. Hingga akhir triwulan I tahun

2021, stok babi yang meningkat 29,5 persen (YoY).

Sektor industri Tiongkok tumbuh 24,4 persen (YoY) dengan pertumbuhan sektor

manufaktur sebesar 26,8 persen (YoY). Tingkat utilisasi industri pada triwulan I tahun

2021 telah kembali pada tingkat pra pandemi dengan nilai 77,2 persen. Sementara itu,

sektor perdagangan besar dan ritel tumbuh 26,6 persen (YoY) dengan pertumbuhan

penjualan ritel online sebesar 29,9 persen (YoY).

Berdasarkan prinsip kehati-hatian,

suku bunga relatif ditahan.

Pemulihan ekonomi global dan

domestik pada triwulan I tahun 2021

menjadi momentum percepatan

pemulihan. Namun, risiko mutasi virus

Covid-19 dan gelombang baru menjadi

pertimbangan utama dalam

pembukaan kembali aktivitas

perekonomian. Di sisi lain, permintaan

belum sepenuhnya pulih yang

tercermin dari inflasi di berbagai

negara yang masih bergerak rendah.

Oleh karena itu, sebagian besar negara

mempertahankan suku bunga acuan,

meskipun terdapat beberapa negara

meningkatkan suku bunga.

The Fed mempertahankan target Fed Fund Rate (FFR) di level 0 – 0,25 persen dan

memberikan sinyal bahwa tidak akan menaikkan suku bunga setidaknya hingga tahun

2023. Selain itu, tingkat suku bunga saat ini telah berada di level terendah. Hal serupa

juga dilakukan oleh Korea Selatan dan Jepang yang menahan suku bunganya masing-

masing pada level 0,50 dan -0,1 persen. Keputusan tersebut memperhitungkan

ketidakpastian ekonomi yang berlangsung selama pandemi masih berlangsung.

Negara-negara anggota ASEAN-5 menahan suku bunga acuannya, kecuali Indonesia.

Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps

Tabel 1. Suku Bunga Acuan Beberapa Negara

Jan Feb Mar

BRIC

Brazil 2,00 2,00 2,75

Rusia 4,25 4,25 4,50

India 4,00 4,00 4,00

Tiongkok 3,85 3,85 3,85

ASEAN-5

Indonesia 3,75 3,50 3,50

Thailand 0,50 0,50 0,50

Filipina 2,00 2,00 2,00

Malaysia 1,75 1,75 1,75

Vietnam 4,00 4,00 4,00

Negara Maju

Amerika

Serikat

0,00-0,25 0,00-0,25 0,00-0,25

Jepang -0,1 -0,1 -0,1

Korea

Selatan

0,50 0,50 0,50

Sumber: CEIC, PBoC, BSP

Page 16: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

14

Perkembangan Ekonomi Dunia

menjadi 3,50 persen, yang diluar prediksi pasar. Keputusan tersebut dilakukan sebagai

upaya lanjutan untuk mendorong momentum pemulihan ekonomi nasional sejalan

dengan inflasi yang rendah.

Di sisi lain, Brazil dan Rusia menaikkan suku bunga acuannya pada bulan Maret masing-

masing sebesar 75 dan 25 bps. Bank sentral Brazil memutuskan untuk menaikkan suku

bunga dengan mempertimbangkan perkembangan inflasi yang tetap tinggi meskipun

di tengah pandemi Covid-19. Oleh karena itu, dinilai perlu untuk melakukan proses

normalisasi parsial kebijakan moneter. Sementara itu, bank sentral Rusia menaikkan suku

bunga setelah Rubel melemah dan mendorong inflasi serta adanya risiko geopolitik yang

memicu gejolak pasar. Selain itu pemulihan ekonomi Rusia juga terhambat oleh jatuhnya

harga minyak mentah yang merupakan komoditas ekspor utama. Central Bank of the

Republic of Turkey juga menaikkan suku bunga acuan menjadi 19 persen dari 17 persen.

Keputusan ini di luar ekspektasi pasar dan mendorong biaya pinjaman ke level tertinggi

sejak Agustus 2019.

Harga komoditas internasional terus

melanjutkan peningkatan. Harga rata-rata

minyak mentah pada triwulan I tahun 2021

naik 20,8 persen (YoY) menjadi USD59,3 per

barel. Berlanjutnya peningkatan harga

minyak mentah dunia didorong oleh

peningkatan permintaan di tengah

pemangkasan produksi harian oleh OPEC+.

Selain itu, turunnya pasokan minyak juga

disebabkan oleh cuaca dingin ekstrem yang

mengakibatkan jalur pipa minyak dan

infrastruktur kilang mengalami pembekuan.

Harga minyak mentah Brent naik 19,9 persen

(YoY) menjadi USD60,6 per barel. Harga

minyak mentah WTI meningkat 25,7 persen (YoY) menjadi USD57,8 per barel. Sementara

harga minyak mentah Dubai naik 17,3 persen (YoY) menjadi USD59,5 per barel.

Cuaca dingin ekstrem juga berimbas pada harga komoditas gas alam yang melonjak.

Harga gas alam Eropa dan Amerika Serikat meningkat masing-masing sebesar 110,9 dan

80,6 persen (YoY). Peningkatan harga gas alam Amerika Serikat tertinggi terjadi pada

bulan Februari, didorong oleh turunnya output dari sumur minyak serpih (oil shale)

secara signifikan. Cuaca dingin telah memaksa kilang minyak dan pabrik pemrosesan

gas berhenti beroperasi karena cairan minyak yang akan diproses membeku di dalam

pipa. Namun, pada bulan berikutnya harga kembali turun ke level normal. Penyebab

serupa juga mendorong lonjakan harga gas alam Eropa sejak bulan Januari. Namun, gas

Gambar 2. Perkembangan Harga

Minyak Mentah

Sumber: World Bank

-5,0

5,0

15,0

25,0

35,0

45,0

55,0

65,0

75,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020 2021

USD

Dubai

WTI

Brent

Page 17: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

15

Perkembangan Ekonomi Dunia

alam Eropa tetap tinggi hingga akhir

triwulan I tahun 2021. Sementara itu,

peningkatan permintaan seiring dengan

pulihnya aktivitas produksi industri,

terutama di Tiongkok, mendorong harga

batubara naik hingga 31,6 persen (YoY)

menjadi USD89,5 per metrik ton.

Harga komoditas pertanian secara

umum meningkat dibandingkan triwulan I

tahun 2020. Harga minyak kelapa sawit

terus menguat sebesar 38,2 persen (YoY)

menjadi USD1.013,7 per metrik ton,

didorong oleh turunnya pasokan. Faktor

cuaca ekstrem dan keterbatasan tenaga

kerja menjadi penyebab turunnya output

CPO dari negara penghasil utama. Selain itu, sulitnya distribusi menjadikan kondisi

semakin sulit.

Pada triwulan I tahun 2021, harga karet meningkat 46,3 persen (YoY) menjadi USD2,3

per kilogram. Naiknya harga karet disebabkan oleh turunnya produksi di tengah

permintaan yang meningkat seiring dengan peningkatan aktivitas industri di berbagai

negara. Selain itu, La Nina mengakibatkan terganggunya proses pembungaan sehingga

produksi biji sebagai batang bawah membuat kapasitas produksi berkurang. La Nina

juga mengakibatkan hari sadap berkurang sehingga produksi karet berkurang.

Harga komoditas kedelai naik 53,2 persen (YoY) menjadi USD579,9 per metrik ton,

didorong oleh turunnya pasokan dari negara penghasil utama dan kelambanan

distribusi. Di sisi lain, permintaan dari Tiongkok meningkat secara signifikan untuk pakan

babi ternak yang penambahan populasinya lebih cepat dari perkiraan.

Efek pembatasan selama pandemi masih berpengaruh pada harga udang, yang turun

14,4 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2021. Faktor utama turunnya harga udang

internasional adalah permintaan yang masih rendah terutama dari restoran akibat

pembatasan yang masih berlaku di berbagai negara. Pelemahan harga tertahan oleh

peningkatan harga yang terjadi pada bulan Maret sejalan dengan meningkatnya harga

pakan dan penyebaran penyakit sepanjang musim hujan yang mengakibatkan turunnya

hasil panen.

Harga komoditas logam melanjutkan penguatan sepanjang triwulan I tahun 2021.

Harga nikel meningkat 38,8 persen (YoY) menjadi USD17.618,1 per metrik ton.

Peningkatan tersebut didorong oleh rencana pengembangan kendaraan listrik yang

menggunakan nikel sebagai sumber utama tenaganya.

Gambar 3. Perkembangan Harga

Gas Alam dan Batubara

Sumber: World Bank

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020 2021

USDUSD

Gas Alam, EropaGas Alam, ASBatu Bara, Australia (kanan)

Page 18: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

16

Perkembangan Ekonomi Dunia

Isu pengembangan kendaraan listrik global juga meningkatkan permintaan akan

komoditas timah. Namun, di saat yang bersamaan, pasokan timah menipis akibat kondisi

cuaca yang tidak mendukung. Kondisi tersebut mendorong harga timah naik 54,3 persen

(YoY) menjadi USD25.099 per metrik ton. Komoditas logam industri lainnya seperti seng,

alumunium, dan timbal juga meningkat masing-masing 29,4; 23,7; dan 9,3 persen (YoY).

Harga emas pada triwulan I tahun 2021 masih lebih tinggi 13,6 persen dibandingkan

triwulan I tahun 2020. Meskipun menunjukkan peningkatan secara YoY, namun

pergerakan harga emas secara bulanan menunjukkan tren menurun. Tren yg menurun

disebabkan oleh kondisi ekonomi global yang mulai menunjukkan pemulihan,

penguatan nilai tukar dolar, serta kenaikan yield US Treasury yang melemahkan daya

tarik emas sebagai safe haven.

Page 19: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

17

Perkembangan Ekonomi Dunia

Page 20: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

18

Perkembangan Ekonomi Indonesia

2.1 Produk Domestik Bruto

Perekonomian Indonesia pada

triwulan I tahun 2021 terkontraksi

0,74 persen (YoY), membaik

dibandingkan kontraksi yang terjadi

pada triwulan sebelumnya. Perbaikan

tersebut ditopang oleh peningkatan

kinerja sektor eksternal sejalan dengan

pemulihan ekonomi di negara mitra

dagang utama, terutama Tiongkok dan

Amerika Serikat. Ditinjau dari lapangan

usaha, pemulihan ekonomi didorong

oleh pertumbuhan positif yang terjadi

pada enam sektor yakni industri,

pengadaan air, jasa keuangan, pertanian,

perdagangan listrik dan gas, serta real estat. Sementara itu, sektor lainnya

menunjukkan kontraksi yang menipis.

Sektor pertanian tumbuh 2,95 persen (YoY), lebih tinggi baik dibandingkan triwulan

sebelumnya maupun triwulan I tahun 2020. Pertumbuhan tersebut terutama

didorong oleh peningkatan produksi tanaman pangan seiring dengan pergeseran

panen raya dan cuaca yang mendukung. Laju pertumbuhan sektor pertanian tertahan

oleh kontraksi yang terjadi pada subsektor perikanan dan kehutanan. Kontraksi

sebesar 1,3 persen (YoY) pada subsektor perikanan disebabkan oleh curah hujan

tinggi dan angin kencang yang menurunkan kualitas air dan menyebabkan gagal

panen ikan budidaya. Kontraksi 8,9 persen (YoY) pada subsektor kehutanan

disebabkan oleh turunnya permintaan bahan kayu bulat untuk industri kayu.

Industri pengolahan terkontraksi 1,38 persen (YoY) yang disebabkan oleh kontraksi

yang dalam pada industri batu bara dan pengilangan migas. Sementara itu, kontraksi

pada industri nonmigas menipis menjadi 0,7 persen (YoY). Perbaikan tersebut

didorong oleh pertumbuhan positif di industri makanan dan minuman, industri kimia,

farmasi dan obat tradisional, indusri karet, barang dari karet dan plastik, serta industri

Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi

Indonesia

Sumber: Badan Pusat Statistik

-0,74

-8,0

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020 2021

persen

BAB II

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA

Page 21: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

19

Perkembangan Ekonomi Indonesia

logam dasar. Industri kimia, farmasi

dan obat tradisional tumbuh hingga

11,5 persen (YoY) sejalan dengan

tingginya kebutuhan selama pandemi.

Industri tekstil dan pakaian jadi

terkontraksi hingga 13,3 persen (YoY)

karena permintaan domestik yang

masih lemah. Kontraksi dalam juga

terjadi pada industri alat angkutan

yakni sebesar -10,9 persen (YoY) seiring

penurunan produksi mobil dan sepeda

motor beserta perlengkapannya akibat

permintaan yang rendah. Sementara

itu, industri pengolahan tembakau

turun 9,6 persen (YoY) mengikuti

turunnya permintaan sejalan dengan

peningkatan Cukai Hasil Tembakau

yang beraku sejak awal tahun 2021.

Sektor perdagangan terkontraksi 1,2

persen (YoY), mengecil dibandingkan

triwulan sebelumnya. Subsektor

perdagangan mobil, sepeda motor dan

reparasinya masih terkontraksi sebesar

5,5 persen (YoY) karena turunnya

permintaan masyarakat. Penjualan

mobil melonjak pada bulan Maret 2021

yang didorong oleh relaksasi PPnBM.

Namun, peningkatan tersebut tidak

dapat menutup penurunan yang terjadi

pada dua bulan sebelumnya.

Sementara itu, perdagangan besar dan

eceran bukan mobil dan sepeda motor

terkontraksi 0,2 persen (YoY) akibat

tutupnya sejumlah gerai ritel.

Sektor transportasi dan pergudangan

mengalami kontraksi hingga 13,1 persen (YoY) sekaligus menjadi sumber kontraksi

ekonomi terbesar pada triwulan ini. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh

pembatasan mobilitas masyarakat yang berakibat pada penurunan penumpang

Gambar 5. Pertumbuhan PDB

Sisi Produksi Triwulan I Tahun 2021

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 2. Perdagangan Besar Eceran,

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Uraian Growth (%) Share

thd Total

PDB (%) QtQ YoY

PDB Perdagangan Besar

dan Eceran, Reparasi

Mobil dan Sepeda

Motor

1,1 -1,2 13,1

Perdagangan Mobil,

Sepeda Motor, dan

Reparasinya

1,8 -5,5 2,5

Perdagangan Besar

dan Eceran, bukan

Mobil dan Motor

1,0 -0,2 10,6

Produk Domestik Bruto -1,0 -0,7 100,0

Sumber: Badan Pusat Statistik

2,9

-2,0

-1,4

-0,7

1,7

5,5

-0,8

-1,2

-13,1

-7,3

8,7

-3,0

0,9

-6,1

-2,9

-1,6

3,6

-5,1

Pertanian

Pertambangan

Industri

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik & Gas

Pengadaan Air

Konstruksi

Perdagangan

Transportasi & Pergudangan

Akomodasi & Mamin

Informasi & Komunikasi

Jasa Keuangan & Asuransi

Real Estat

Jasa Perusahaan

Adm. Pemerintahan

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan & Keg. Sosial

Jasa Lainnya

(persen)

Page 22: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

20

Perkembangan Ekonomi Indonesia

berbagai moda transportasi. Karena sektor ini berkaitan erat dengan mobilitas

masyarakat, pemulihannya dinilai membutuhkan waktu yang lebih lama.

Akomodasi dan makan minum juga masih terkontraksi cukup dalam yakni sebesar 7,3

persen (YoY). Penyediaan akomodasi turun 17,6 persen (YoY) sejalan dengan masih

rendahnya mobilitas masyarakat dan wisatawan. Sementara penyediaan makan

minum juga terkontraksi 4,9 persen (YoY).

Sektor konstruksi terkontraksi 0,8 persen (YoY), mengalami perbaikan yang cukup

signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi hingga 5,7 persen

(YoY). Namun, sektor real estat masih mampu melanjutkan pertumbuhan positif

sebesar 0,9 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2021. Real estat menjadi salah satu

sektor yang tetap tumbuh positif selama pandemi. Pemerintah telah memberi insentif

berupa pembebasan PPN rumah dengan beberapa skema yang berlaku sejak 1 Maret

2021. Kebijakan ini diharapkan mendorong kembali kinerja sektor terkait.

Sektor informasi dan komunikasi tumbuh 8,7 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2021.

Meskipun tergolong tinggi, namun pertumbuhan tersebut melambat baik

dibandingkan triwulan sebelumnya (10,9 persen, YoY) maupun triwulan I tahun 2020

(9,8 persen, YoY).

Dari sisi pengeluaran, perekonomian

juga menunjukkan perbaikan pada

setiap komponennya. Konsumsi

pemerintah, ekspor, dan impor tumbuh

positif sementara komponen lainnya

mengalami kontraksi yang mengecil.

Meskipun separuh komponen

pengeluaran telah tumbuh positif, namun

konsumsi rumah tangga yang memiliki

share terbesar masih terkontraksi cukup

dalam.

Konsumsi rumah tangga terkontraksi

sebesar 2,2 persen (YoY) sejalan dengan

permintaan masyarakat yang masih

rendah. Transportasi dan komunikasi terkontraksi 4,2 persen (YoY) dengan penurunan

tertinggi pada angkutan udara yang mencapai 65,0 persen (YoY). Komponen restoran

dan hotel juga terdampak pembatasan mobilitas hingga terkontraksi 4,2 persen (YoY)

sejalan dengan rendahnya wisatawan. Kondisi pandemi masih menyebabkan

kontraksi 2,3 persen (YoY) pada sub komponen makanan dan minuman karena

masyarakat mengurangi belanja makanan dan minuman di luar rumah. Di sisi lain,

Gambar 6. Pertumbuhan PDB

Sisi Pengeluaran

Sumber: Badan Pusat Statistik

-2,2

-4,5

3,0

-0,2

6,7

5,3

-10,0 -5,0 0,0 5,0 10,0

Konsumsi RT

LNPRT

Konsumsi Pemerintah

PMTB

Ekspor

Impor

persen

Page 23: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

21

Perkembangan Ekonomi Indonesia

konsumsi pada komponen kesehatan dan pendidikan serta perumahan dan

perlengkapan rumah tangga tumbuh positif masing-masing 0,3 dan 1,3 persen (YoY).

Pertumbuhan perlengkapan rumah

tangga didorong oleh peningkatan

konsumsi listrik.

Pembentukan Modal Tetap Bruto

terkontraksi tipis sebesar 0,2 persen

(YoY), jauh lebih baik dibandingkan

triwulan sebelumnya (-6,2 persen,

YoY). Perbaikan tersebut didorong

oleh pertumbuhan investasi pada

mesin dan perlengkapan, kendaraan,

serta produk kekayaan intelektual.

Pertumbuhan barang modal jenis

mesin sebesar 3,5 persen (YoY)

dipengaruhi oleh peningkatan

barang modal mesin baik dari

domestik maupun impor sejalan

dengan pemulihan aktivitas industri.

Namun, investasi peralatan lainnya

masih terkontraksi cukup dalam

mencapai 4,9 persen (YoY). Cultivated

Biological Resources (CBR)

terkontraksi 1,2 persen (YoY) karena

tanaman yang belum menghasilkan

menurun serta kinerja impor benih

tanaman juga masih negatif.

Konsumsi pemerintah tumbuh 3,0

persen (YoY) didorong oleh

peningkatan realisasi belanja barang

dan jasa serta belanja bantuan sosial

masing-masing sebesar 40,5 dan 16,5

persen (YoY). Peningkatan belanja

barang dan jasa lebih banyak terjadi

pada belanja barang non operasional

terutama untuk penanganan

pandemi seperti pengadaan vaksin

dan obat-obatan. Di sisi lain, pembelanjaan APBD yang masih rendah menghambat

konsumsi pemerintah tumbuh lebih tinggi.

Gambar 7. Perkembangan Konsumsi RT

dan Investasi terhadap PDB

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 3. Pembentukan Modal Tetap Bruto

Uraian

Nilai*

Q1

2021

Growth (%) Share

thd

Total

PDB (%) QtQ YoY

Pembentukan

Modal Tetap

Bruto

874,3 -2,2 -0,2 32,6

Bangunan 658,2 -1,3 -0,7 24,5

Mesin dan

Perlengkapan

90,9 -3,8 3,5 3,4

Kendaraan 49,6 5,9 2,1 1,9

Peralatan

lainnya

13,7 -6,4 -4,9 0,5

Cultivated

Biological

Resources

43,0 -21,0 -1,2 1,6

Produk

Kekayaan

Intelektual

18,9 12,9 0,5 0,7

Produk

Domestik Bruto 2.683,1 -1,0 -0,7 100,0

Sumber: Badan Pusat Statistik

*dalam triliun Rp (ADHK)

-20,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020 2021

persen

Konsumsi RT PMTB PDB

Page 24: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

22

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Ekspor barang dan jasa tumbuh impresif, mencapai 6,7 persen (YoY), didorong oleh

peningkatan ekspor barang yang mencapai 11,9 persen (YoY). Meningkatnya kinerja

ekspor barang sejalan dengan peningkatan permintaan dari luar negeri bersamaan

dengan meningkatnya harga komoditas. Namun, laju ekspor tertahan oleh kontraksi

yang cukup dalam pada ekspor jasa yang mencapai 46,8 persen (YoY). Penurunan

ekspor jasa dipengaruhi oleh anjloknya kunjungan wisatawan mancanegara. Kinerja

ekspor jasa dapat ditingkatkan kembali melalui optimalisasi penggunaan moda

transportasi milik Indonesia untuk perjalanan maupun pengiriman barang ke dalam

maupun ke luar negeri.

Impor barang dan jasa juga tumbuh positif sebesar 5,3 persen (YoY) sejalan dengan

peningkatan volume impor dan harga komoditas nonmigas. Impor barang nonmigas

meningkat hingga 11,7 persen (YoY) didorong oleh peningkatan pada bahan baku

dan barang modal industri. Sementara itu, impor barang migas dan jasa masing-

masing terkontraksi 4,5 dan 19,7 persen (YoY). Kontraksi pada impor jasa dipengaruhi

oleh restriksi perjalanan yang masih diberlakukan di berbagai negara.

Page 25: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

23

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Box1: Vaksinasi Indonesia Menemui Tantangan

Dalam kurun satu tahun terakhir, perekonomian Indonesia terkontraksi akibat

pandemi Covid-19. Pandemi yang berkepanjangan berdampak besar pada berbagai

setor kehidupan. Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi

Indonesia tahun 2021 bisa kembali di atas 5 persen. Namun, realisasinya sangat

bergantung pada akselerasi kebijakan ekonomi dan konsistensi penanganan

penyebaran Covid-19 di dalam negeri. BI menjelaskan perekonomian global

berpotensi tumbuh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya meskipun belum berjalan

seimbang antar negara. Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi terjadi di negara-

negara yang mampu mengakselerasi vaksinasi Covid-19 serta menempuh stimulus

fiskal dan moneter yang besar. Tren pemulihan ekonomi global dapat menjadi

sentimen positif bagi perekonomian domestik. Namun, kondisi tersebut harus

dibarengi dengan implementasi program vaksinasi dan sinergi kebijakan nasional.

Tahun 2021 menjadi momen penting dalam upaya menanggulangi pandemi Covid-

19 serta memulihkan kondisi ekonomi. Sejumlah negara di dunia seperti Amerika

Serikat, Inggris, Kanada, Israel, Rusia, Meksiko, Qatar, dan Uni Emirat Arab telah

memulai program vaksinasi sebagai upaya untuk menghentikan pandemi. Di

Indonesia, program vaksinasi telah dimulai sejak pertengahan Januari 2021.

Setidaknya 181,5 juta orang Indonesia akan mengikuti program vaksinasi Covid-19.

Presiden meminta program vaksinasi Covid-19 di Indonesia dapat diselesaikan dalam

waktu 12 bulan, sementara Menteri Kesehatan menargetkan lebih lebih lama, yakni

15 bulan. Rinciannya, vaksinasi tahap pertama berlangsung selama Januari-Februari

2021 yang menyasar tenaga kesehatan. Tahap kedua dilaksanakan pada Februari-

April 2021 yang menyasar petugas pelayanan publik dan lansia. Tahap ketiga

dilaksanakan pada April 2021-Maret 2022 yang menyasar masyarakat rentan dari

aspek geospasial, sosial, dan ekonomi. Pada periode yang sama, vaksinasi tahap

keempat juga dilaksanakan dengan target masyarakat dan pelaku perekonomian

lainnya dengan pendekatan klaster sesuai dengan ketersediaan vaksin. Namun

demikian, hingga saat ini target-target yang dicanangkan masih belum terpenuhi.

Di tengah target yang meleset, Indonesia dihadang kendala keterbatasan stok vaksin

Covid-19, salah satunya disebabkan embargo vaksin oleh beberapa negara, termasuk

India sejalan dengan melonjaknya kasus infeksi Covid-19. Imbasnya, Indonesia

terancam tidak mendapatkan keseluruhan dari 11,7 juta dosis vaksin AstraZeneca

gratis yang dijanjikan dari kerja sama multilateral Aliansi Global untuk Vaksin dan

Imunisasi (GAVI). Dalam rangka menjaga laju vaksinasi tetap normal, untuk sementara

pada bulan pada bulan April capaian vaksinasi diturunkan menjadi 250-300 ribu dosis

vaksin per hari. Lebih lanjut, masalah operasional pun menjadi faktor penghambat

lainnya, seperti keterbatasan sumber daya manusia serta sarana dan prasarana

penunjang seperti puskesmas.

Page 26: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

24

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Pemerintah Indonesia tetap berkomitmen agar program vaksinasi Covid-19 dapat

berjalan lancar. Bentuk komitmen itu ditunjukkan dengan mengupayakan

ketersediaan vaksin Covid-19 melalui diplomasi, baik antarnegara (bilateral) maupun

banyak negara (multilateral) seperti Covid-19 Vaccines Global Access (COVAX)

Facility. Hingga 8 Mei 2021, total vaksin di Indonesia mencapai 65,5 juta dosis bahan

baku (bulk) dari Sinovac yang akan diolah oleh PT Bio Farma, dan 10,4 juta dosis vaksin

jadi dari Sinovac, AstraZeneca, dan Sinopharm.

Kedatangan Vaksin Covid-19 ke Indonesia (sampai 8 Mei 2021)

No. Tanggal Vaksin Bentuk Jumlah Dosis

1 06/12/2020 Sinovac Vaksin Jadi 1.200.000

2 31/12/2020 Sinovac Vaksin Jadi 1.800.000

3 12/01/2021 Sinovac Bahan Baku 16.500.000

4 02/02/2021 Sinovac Bahan Baku 11.000.000

5 02/03/2021 Sinovac Bahan Baku 10.000.000

6 08/03/2021 AstraZeneca Vaksin Jadi 1.113.600

7 25/03/2021 Sinovac Bahan Baku 16.000.000

8 18/04/2021 Sinovac Bahan Baku 6.000.000

9 26/04/2021 AstraZeneca Vaksin Jadi 3.852.000

10 30/04/2021 Sinovac Bahan Baku 6.000.000

11 30/04/2021 Sinopharm Vaksin Jadi 482.400

12 01/05/2021 Sinopharm Vaksin Jadi 17.600

13 01/05/2021 Sinopharm Vaksin Jadi 500.000

14 06/05/2021 AstraZeneca Vaksin Jadi 55.300

15 08/05/2021 AstraZeneca Vaksin Jadi 1.389.600

Total 75.910.500

Sumber: Covid19.go.id, kominfo.go.id (diolah)

Sebagai upaya akselerasi vaksinasi, pemerintah juga sedang mematangkan program

Vaksinasi Gotong Royong, yang akan dilakukan oleh Kamar Dagang Indonesia

(KADIN) dan Bio Farma. Program Vaksinasi Gotong Royong juga memberi peluang

bagi Warga Negara Asing (WNA) yang memiliki Kartu Izin Tinggal Sementara dan

Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAS/KITAP). Kedatangan vaksin Sinopharm sebanyak satu

juta dosis ke Indonesia jadi penanda pelaksanaan program Vaksinasi Gotong Royong

akan segera dimulai pada 17 Mei 2021. Dengan adanya program ini, diharapkan

vaksin dapat tersampaikan lebih cepat dan berhasil membentuk kekebalan komunal

bagi penduduk Indonesia.

Sumber: Covid19.go.id, cnnindonesia.com, kompas.com, Bank Indonesia

Page 27: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

25

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi

Tahun 2016 – Triwulan I/2021 (persen, YoY)

2016 2017 2018 2019 2020:1 2020:2 2020:3 2020:4 2021:1

Produk Domestik Bruto 5,0 5,1 5,2 5,0 3,0 -5,3 -3,5 -2,2 -0,7

Konsumsi Rumah Tangga 5,0 4,9 5,1 5,0 2,8 -5,5 -4,0 -3,6 -2,2

Konsumsi LNPRT 6,6 6,9 9,1 10,6 -5,0 -7,8 -2,0 -2,1 -4,5

Konsumsi Pemerintah -0,1 2,1 4,8 3,3 3,8 -6,9 9,8 1,8 3,0

PMTB 4,5 6,2 6,6 4,5 1,7 -8,6 -6,5 -6,2 -0,2

Ekspor Barang dan Jasa -1,6 8,9 6,6 -0,9 0,4 -12,0 -11,7 -7,2 6,7

Impor Barang dan Jasa -2,4 8,1 11,9 -7,4 -3,6 -18,3 -23,0 -13,5 5,3

Pertanian, Kehutanan, Perkebunan dan Perikanan 3,4 3,9 3,9 3,6 0,0 2,2 2,2 2,6 2,9

Pertambangan dan Penggalian 0,9 0,7 2,2 1,2 0,4 -2,7 -4,3 -1,2 -2,0

Industri Pengolahan 4,3 4,3 4,3 3,8 2,1 -6,2 -4,3 -3,1 -1,4

Industri Pengolahan Nonmigas 4,4 4,9 4,8 4,3 2,0 -5,7 -4,0 -2,2 -0,7

Listrik dan Gas 5,4 1,5 5,5 4,0 3,9 -5,5 -2,4 -5,0 1,7

Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, Daur Ulang 3,6 4,6 5,6 6,8 4,4 4,4 5,9 5,0 5,5

Konstruksi 5,2 6,8 6,1 5,8 2,9 -5,4 -4,5 -5,7 -0,8

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 4,0 4,5 5,0 4,6 1,6 -7,6 -5,0 -3,6 -1,2

Transportasi dan Pergudangan 7,4 8,5 7,0 6,4 1,3 -30,8 -16,7 -13,4 -13,1

Akomodasi dan Makan Minum 5,2 5,4 5,7 5,8 1,9 -22,0 -11,8 -8,9 -7,3

Informasi dan Komunikasi 8,9 9,6 7,0 9,4 9,8 10,8 10,7 10,9 8,7

Jasa Keuangan dan Asuransi 8,9 5,5 4,2 6,6 10,6 1,1 -0,9 2,4 -3,0

Real Estate 4,7 3,6 3,5 5,8 3,8 2,3 2,0 1,2 0,9

Jasa Perusahaan 7,4 8,4 8,6 10,3 5,4 -12,1 -7,6 -7,0 -6,1

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3,2 2,0 7,0 4,7 3,1 -3,2 1,8 -1,5 -2,9

Jasa Pendidikan 3,8 3,7 5,4 6,3 5,9 1,2 2,4 1,4 -1,6

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,2 6,8 7,1 8,7 10,4 3,7 15,3 16,5 3,6

Jasa lainnya 8,0 8,7 9,0 10,6 7,1 -12,6 -5,5 -4,8 -5,1

PDB Harga Berlaku (Rp Triliun) 12.402 13.590 14.839 15.833 3.922,6 3.687,8 3.894,6 3.929,2 3.969,1

PDB Harga Konstan (Rp Triliun) 9.434 9.913 10.426 10.949 2.703,1 2.589,8 2.720,5 2.709,0 2.683,1

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Page 28: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

26

Investasi

Realisasi Penanaman Modal Asing

(PMA) mencapai Rp111,7 triliun

dan realisasi Penanaman Modal

Dalam Negeri (PMDN) mencapai

Rp108,0 triliun. Total nilai realisasi

investasi PMA dan PMDN pada

triwulan I tahun 2021 mencapai

Rp219,7 triliun, atau naik sebesar 2,3

persen dari triwulan IV tahun 2020.

Nilai realisasi PMA mengalami

kenaikan sebesar 14,0 persen (YoY).

Sedangkan nilai realisasi PMDN turun

sebesar 4,2 persen (YoY).

Sektor yang berperan besar terhadap

realisasi PMA dan PMDN pada

triwulan I tahun 2021 adalah sektor

tersier, dengan nilai realisasi investasi

sebesar Rp104,9 triliun, namun turun

sebesar 9,5 persen (YoY). Realisasi sektor primer turun cukup signifikan dibandingkan

periode yang sama pada tahun 2020, tetapi mengalami kenaikan dibandingkan

triwulan sebelumnya tahun yang sama.

Realisasi investasi terbesar pada sektor sekunder triwulan I tahun 2021 adalah

Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya. Realisasi

terbesar selanjutnya adalah Industri Makanan; Industri Kimia dan Farmasi; Industri

Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain; dan Industri Mineral Non Logam.

Sektor sekunder yang mengalami pertumbuhan terbesar dibandingkan periode yang

sama tahun 2020 adalah Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain

sebesar 330,2 persen. Industri Kayu mengalami kontraksi cukup signifikan akibat

penurunan realisasi baik PMA maupun PMDN.

Berdasarkan bidang usaha, lima sektor dengan kontribusi terbesar pada realisasi PMA

pada triwulan I tahun 2021 adalah: (1) Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan

Mesin dan Peralatannya; (2) Industri Makanan; (3) Transportasi, Gudang dan

Telekomunikasi; (4) Listrik, Gas dan Air; dan (5) Industri Kendaraan Bermotor dan Alat

Transportasi Lain. Pertumbuhan terbesar tercatat di Industri Makanan. Lima negara

asal PMA dengan realisasi terbesar pada triwulan I tahun 2021 adalah: Singapura

Tabel 5. Realisasi Investasi

Uraian

Nilai

Q1 2021

(triliun Rp)

Growth (%) Share thd

Realisasi

Investasi

(%) QtQ YoY

Realisasi

Investasi 219,7 2,3 4,3 100,0

Penanaman

Modal Dalam

Negeri

(PMDN)

108,0 4,2 -4,2 49,2

Penanaman

Modal Asing

(PMA)*

111,7 0,6 14,0 50,8

Berdasarkan Sektor

Primer 23,8 26,3 -17,4 11,1

Sekunder 71,1 -1,7 3,5 33,1

Tersier 119,9 1,7 8,2 55,8

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

kurs: Rp14.600/USD

Page 29: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

27

Perkembangan Ekonomi Indonesia

sebesar Rp38,0 triliun; Tiongkok sebesar Rp15,1 triliun; Korea Selatan sebesar Rp12,4

triliun; Hongkong sebesar Rp12,0 triliun; dan Swiss sebesar Rp6,8 triliun.

Tabel 6. Realisasi Investasi Sektor Sekunder

Uraian

Nilai

Q1 2021

(triliun Rp)

Growth (%) Share thd

Sektor

Sekunder(%) QtQ YoY

Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan

Peralatannya

27,9 11,3 13,5 31,6

Industri Makanan 21,8 111,9 87,4 24,6

Industri Kimia Dan Farmasi 9,4 -21,2 -3,9 10,7

Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain 9,2 26,7 330,2 10,4

Industri Mineral Non Logam 5,5 603,0 25,7 6,2

Industri Kertas dan Percetakan 4,9 -47,2 63,9 5,6

Industri Mesin, Elektronik, Instrumen Kedokteran,

Peralatan Listrik, Presisi, Optik dan Jam

3,3 85,6 68,0 3,8

Industri Tekstil 2,2 38,3 125,6 2,5

Industri Karet dan Plastik 2,1 73,4 -31,1 2,4

Industri Barang dari Kulit dan Alas Kaki 1,2 67,1 57,1 1,4

Industri Lainnya 0,6 -23,6 -48,1 0,6

Industri Kayu 0,2 -39,6 -67,1 0,2

Sumber: BKPM

Tabel 7. Sektor PMA Terbesar

Uraian

Nilai

Q1 2021

(triliun Rp)

Growth (%) Share

thd

Total

PMA (%) QtQ YoY

Industri Logam

Dasar, Barang

Logam, Bukan

Mesin dan

Peralatannya

24,9 16,7 13,9 22,4

Listrik, Gas dan

Air

14,1 120,8 229,0 12,7

Transportasi,

Gudang dan

Komunikasi

12,3 -24,4 6,0 11,0

Industri Kertas

dan Percetakan

8,7 -55,6 -30,2 7,8

Pertambangan 8,7 27,3 707,9 7,8

Sumber: BKPM | kurs: Rp14.600/USD

Tabel 8. Realisasi PMA Terbesar

berdasarkan Negara Asal

Uraian

Nilai

Q1 2021

(triliun Rp)

Growth (%) Share thd

Total

PMA (%) QtQ YoY

Singapura 38,0 0,8 -3,1 34,0

Tiongkok 15,1 -21,3 -33,0 13,6

Korea Selatan 12,4 18.5 552,6 11,1

Hongkong 12.0 -21.0 31.9 10,8

Swiss 6,8 6700 2166,7 6,1

Sumber: BKPM

Page 30: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

28

Sumber: BKPM

Realisasi investasi di luar Jawa pada triwulan I tahun 2021 memberikan kontribusi

lebih besar yaitu 52,1 persen dari total realisasi investasi, dengan nilai sebesar Rp114,4

triliun. Sementara itu, proporsi realisasi investasi di pulau Jawa pada triwulan I tahun

2021 adalah sebesar 47,9 persen.

Pertumbuhan realisasi investasi terbesar secara YoY adalah pulau Maluku dan Papua

yaitu dengan nilai investasi sebesar Rp20,7 triliun, sedangkan realisasi investasi

terbesar secara QtQ adalah pulau Bali dan Nusa Tenggara dengan nilai investasi

Tabel 9. Realisasi Investasi

berdasarkan Lokasi

Uraian

Nilai

Q1 2021

(triliun Rp)

Growth (%) Share thd

Realisasi

Investasi

(%) QtQ YoY

Jawa 105,3 3,8 -2,7 47,9

Luar Jawa 114,4 0,9 11,7 52,1

Sumatera 52,3 -7,6 -7.1 23,8

Kalimantan 20,2 19,5 42.2 9,2

Bali dan Nusra 7,6 61,7 43,4 3,5

Sulawesi 13,6 -26.5 4,6 6,2

Maluku 20,7 23,9 52.2 9,4

Papua 105,3 3,8 -2,7 47,9

Kawasan Barat

Indonesia

157,6 -0,2 -4,2 71.7

Kawasan Timur

Indonesia

62.1 9,3 34,7 28.3

Sumber: BKPM

Tabel 10. Lokasi PMA Terbesar

Uraian Nilai

Q1 2021 (triliun Rp)

Growth (%) Share thd Total PMA

(%) QtQ YoY

Jawa Barat 21,1 16,6 59,8 18,9

DKI Jakarta 14,6 10,6 10,6 13,1

Sulawesi

Tengah

8,4 7,7 68 7,5

Riau 8,1 22,7 62 7,3

Sulawesi

Tenggara

8,0 135,3 45,4 7,2

Sumber: BKPM

Tabel 11. Sektor dan Lokasi PMDN Terbesar

Uraian

Nilai

Q1 2021

(triliun Rp)

Growth (%) Share thd

Total PMDN(%) QtQ YoY

SEKTOR

Perumahan, Kawasan Industri dan

Perkantoran

21,6 39,3 137,3 20

Transportasi, Gudang dan

Komunikasi

13,3 -34,1 -64,6 12,3

Listrik, Gas dan Air 11,5 23,6 109,1 1

Tanaman, Pangan, Perkebunan,

dan Peternakan

9,9 33,8 -3,9 9,2

Kontruksi 9,6 -50,2 -31,9 8,8

LOKASI

Jawa Barat 16,0 0 -4,2 14,9

Jawa Timur 10,0 20,5 -62,4 9,2

DKI Jakarta 8,7 -6,4 26,1 8,0

Jawa Tengah 8,4 7,7 -42,5 7,8

Banten 7,0 -21,3 218,2 6,5

Page 31: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

29

Perkembangan Ekonomi Indonesia

sebesar Rp7,6 triliun. Kawasan Barat Indonesia (KBI) yang terdiri dari wilayah Jawa dan

Sumatera berkontribusi realisasi investasi sebesar 71,7 persen.

Berdasarkan lokasi, lima provinsi dengan realisasi PMA terbesar pada triwulan I tahun

2021 adalah Jawa Barat sebesar Rp21,1 triliun; DKI Jakarta sebesar Rp14,6 triliun;

Sulawesi Tengah sebesar Rp8,4 triliun; Riau sebesar Rp8,1 triliun; dan Sulawesi

Tenggara sebesar Rp8,0 triliun.

Realisasi PMDN terbesar adalah Sektor Perumahan, Kawasan Industri dan

Perkantoran, kemudian sektor Transportasi, Gudang dan Komunikasi; Listrik, Gas dan

Air; Tanaman, Pangan, Perkebunan, dan Peternakan; dan Kontruksi. Pertumbuhan

terbesar YoY dan QtQ adalah Sektor Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran

Berdasarkan lokasi, lima provinsi dengan realisasi PMDN terbesar pada triwulan I

tahun 2021 adalah Jawa Barat sebesar Rp16,0 triliun; Jawa Timur sebesar Rp10,0

triliun; DKI Jakarta sebesar Rp8,7 triliun; Jawa Tengah sebesar Rp8,4 triliun; dan Banten

sebesar Rp7,0 triliun.

Lima kabupaten dan kota

dengan realisasi PMDN terbesar

pada triwulan I tahun 2021

adalah Kota Bandung sebesar

Rp5,8 triliun; Kabupaten

Tenggamus sebesar Rp4,9

triliun; Kota Surabaya sebesar

Rp4,6 triliun; Kota Makassar

sebesar Rp4,3 triliun; dan

Kabupaten Grobogan sebesar

Rp4,0 triliun. Beberapa faktor

yang menyebabkan Kota

Bandung menjadi kota dengan

realisasi PMDN terbesar pada

triwulan I tahun 2021 antara lain

karena dukungan infrastruktur

yang sangat baik, reformasi

peraturan yang baik, letak

geografis yang strategis, dan

konsumen yang atraktif

(konsumen yang memiliki daya

saing yang tinggi).

Lima kabupaten dan kota

dengan realisasi PMA terbesar

Tabel 12. Lokasi PMDN Terbesar

per Kabupaten/Kota

Uraian Nilai

Q1 2021 (triliun Rp)

Growth (%) Share thd Total

PMDN (%)

QtQ YoY

Kota Bandung 5,8 -15,4 4.206,9 5,4

Kab. Tanggamus 4,9 3.085.818,1 100,0 4,6

Kota Surabaya 4,6 179,3 -29,7 4,3

Kota Makassar 4,3 203,1 8.231,8 4,0

Kab. Grobogan 4,0 2.102,2 74,5 3,7

Sumber: BKPM

Tabel 13. Lokasi PMA Terbesar

per Kabupaten/Kota

Uraian Nilai

Q1 2021 (triliun Rp)

Growth (%) Share thd Total PMA

(%) QtQ YoY

Kab. Bekasi 11,6 40,0 167,7 10,4

Kota Adm.

Jakarta

Selatan

7,8 45,2 -13,7 7,0

Kab.

Halmahera

Tengah

6,4 -8,3 -9,7 5,7

Kab. Morowali 6,1 -10,8 29,7 5,5

Kabupaten

Karawang

5,5 44,4 63,5 4,9

Sumber: BKPM

Page 32: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

30

pada triwulan I tahun 2021 adalah Kabupaten Bekasi sebesar Rp11,6 triliun; Kota

Administrasi Jakarta Selatan sebesar Rp7,8 triliun; Kabupaten Halmahera Tengah

sebesar Rp6,4 triliun; Kabupaten Morowali sebesar Rp6,1 triliun; dan Kabupaten

Karawang sebesar Rp5,5 triliun. Beberapa faktor yang menyebabkan Kabupaten

Bekasi menjadi kota/kabupaten dengan realisasi PMA terbesar pada triwulan I tahun

2021 yaitu merupakan lokasi kawasan industri, akses mobilitas yang dekat dengan

ibukota dan proses perizinan yang semakin dipermudah oleh pemerintah daerah

setempat.

Penyerapan tenaga kerja PMDN

mencapai 165,6 ribu orang,

sedangkan dari PMA mencapai

146,2 ribu orang. Penyerapan

Tenaga Kerja proyek PMDN pada

triwulan I tahun 2021 sebesar 53,1

persen dari total penyerapan tenaga

kerja, sedangkan penyerapan tenaga

kerja PMA sebesar 46,9 persen. Total

penyerapan tenaga kerja sebesar

311,8 ribu orang.

Realisasi investasi tahun 2021 terhadap target RPJMN 2020-2024. Terdapat

enam indikator untuk Kegiatan Prioritas (KP) “Perbaikan Iklim Usaha dan Peningkatan

Investasi Termasuk Reformasi Ketenagakerjaan” dalam RPJMN tahun 2020-2024,

dimana terdapat empat indikator yang berhubungan langsung dengan realisasi

investasi. Khusus untuk indikator nilai realisasi PMA dan PMDN dan nilai realisasi PMA

dan PMDN industri pengolahan, terdapat target penyesuaian sebagaimana

tercantum dalam tabel. Oleh karena itu, keempat indikator yang berhubungan

dengan realisasi investasi tersebut seluruhya telah mencapai target, yaitu: (a) realisasi

investasi PMA dan PMDN triwulan I tahun 2021 sebesar Rp219,7 triliun; (b) kontribusi

PMDN terhadap total realisasi PMA dan PMDN triwulan I tahun 2021 dengan realisasi

sebesar 49,2 persen; (c) nilai realisasi PMA dan PMDN Industri Pengolahan triwulan I

tahun 2021 dengan realisasi sebesar Rp88,3 triliun; dan (d) kontribusi realisasi

investasi luar Jawa triwulan I tahun 2021 dengan realisasi sebesar 52,1 persen.

Tabel 14. Penyerapan Tenaga Kerja

Uraian

Jumlah

Q1 2021

(orang)

Growth (%) Share thd

Total

Penyerapan

TK (%) QtQ YoY

Penyerapan

TK PMDN

165.630 2,0 9,6 53,1

Penyerapan

TK PMA

146.163 10,4 -3,8 46,9

Total

Penyerapan

TK

311.793 5,8 2,9 100,0

Sumber: BKPM

Page 33: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

31

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Tabel 15. Perbandingan Capaian dengan Target dalam RPJMN

2020-2024

Indikator Realisasi

tahun 2021**

Target 2021

dalam RPJMN

Target

Penyesuaian*

Capaian Target

tahun 2021 (%)

Nilai realisasi PMA dan PMDN

(Rp trilliun)

219,7 991,3 858,5 25,6

Kontribusi PMDN terhadap total

realisasi PMA dan PMDN

(persen)

49,2 47,8 - 102,9

Nilai realisasi PMA dan PMDN

Industri Pengolahan (Rp trilliun)

88,3 316,3 268,7 32,9

Kontribusi realisasi investasi luar

Jawa (persen)

52,1 46,2 - 112,.8

Sumber: BKPM

*Sesuai dengan surat Kepala BKPM No 102/A.1/2020 tanggal 16 April 2020 perihal

Usulan Revisi Target Penanaman Modal Tahun 2020-2024 Akibat Dampak Covid-19 dan

Surat Bappenas No. B.265/M.PPN/D1/PP.03.02/04/2020 tanggal 24 April 2020 perihal

Persetujuan atas Usulan Revisi Target Penanaman Modal Tahun 2020-2024 Akibat

Dampak Covid-19

**Realisasi Triwulan I tahun 2021

Industri

Kinerja sektor industri pengolahan pada

triwulan I tahun 2021 masih mengalami

kontraksi sebesar 1,4 persen (YoY).

Kontraksi ini didorong oleh kontraksi di

Industri Pengolahan Migas sebesar 7,7

persen (YoY) dan industri pengolahan

nonmigas sebesar 0,7 persen (YoY).

Kinerja tersebut membaik dibandingkan

dengan triwulan IV tahun 2020 yang

terkontraksi 3,1 persen (YoY) untuk

industri pengolahan, dan 2,2 persen (YoY)

untuk industri pengolahan nonmigas.

Pemulihan pada industri pengolahan ini

didorong oleh proses perbaikan

permintaan domestik, serta pemulihan

permintaan global yang berlangsung

bertahap.

Gambar 8. Pertumbuhan Industri

Pengolahan Nonmigas

Sumber: Badan Pusat Statistik

-1,4-0,7

-0,7

2016 2017 2018 2019 2020 2021Q1

(per

sen

)

Industri Pengolahan

PDB Nasional

Industri Non Migas

Page 34: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

32

Nilai tambah sektor industri pengolahan pada triwulan I tahun 2021 mencapai

Rp787,4 triliun, atau sebesar 19,8 persen dari PDB nasional. Kontribusi PDB industri

pengolahan nonmigas mencapai 17,9 persen.

Berdasarkan subsektor, terdapat 8 subsektor yang tumbuh positif pada triwulan I

tahun 2021, yaitu industri kimia, farmasi, dan obat tradisional (11,5 persen, YoY),

industri furnitur (8,0 persen, YoY), industri karet, barang dari karet dan plastik (3,8

persen, YoY), industri mesin dan perlengkapan (3,2 persen, YoY), industri makanan

dan minuman (2,5 persen, YoY), dan

industri kulit, barang dari kulit dan alas

kaki (1,7 persen, YoY). Pertumbuhan

Industri logam dasar dan industri

pengolahan lainnya melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya,

namun masih mencatatkan pertumbuhan

positif yaitu masing-masing sebesar 7,7

dan 1,2 persen (YoY).

Pertumbuhan subsektor industri kimia,

farmasi, dan obat tradisional didukung

oleh peningkatan produksi farmasi dan

obat-obatan, bahan baku obat, dan

produk turunan penunjang kebersihan

sejalan dengan upaya penanganan

pandemi Covid-19. Pertumbuhan positif

industri makanan minuman didorong

oleh peningkatan produksi padi, CPO

untuk ekspor, serta makanan ringan

menjelang hari raya.

Pertimbuhan industri furnitur pada

triwulan I tahun 2021 didorong oleh

peningkatan ekspor ke pasar utama seperti Amerika Serikat. Pertumbuhan industri

karet, barang dari karet, dan plastik didorong oleh peningkatan produksi peralatan

medis dari karet dan produksi ban seiring dengan peningkatan penjualan kendaraan

bermotor. Industri logam juga terus tumbuh positif dengan dukungan peningkatan

ekspor terutama ke Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat, dan Belanda, serta kebijakan

tata niaga besi baja.

Beberapa industri masih mengalami tekanan pada triwulan I tahun 2021. Industri

tekstil dan pakaian jadi terkontraksi semakin dalam dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, yaitu sebesar 13,3 persen (YoY). Hal ini disebabkan karena Pembatasan

Gambar 9. Pertumbuhan Subsektor

Industri Pengolahan Nonmigas

Sumber: Badan Pusat Statistik

-13,3

-10,9

-9,6

-8,5

-7,3

-4,1

-2,7

1,2

1,7

2,5

3,2

3,8

7,7

8,0

11,5

-0,7

-1,4

Tekstil dan Pakaian Jadi

Alat Angkutan

Pengolahan Tembakau

Kayu dll

Barang Galian Bukan Logam

Barang Logam dll

Kertas dll

Pengolahan Lainnya

Kulit dll

Makanan dan Minuman

Mesin dan Perlengkapan

Karet dll

Logam Dasar

Furnitur

Kimia dll

Industri Nonmigas

Industri Pengolahan

(persen)

Page 35: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

33

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Sosial Skala Besar (PSBB) yang berakibat pada pengurangan pegawai, pembatasan

jam operasional, dan tingginya kompetisi di pasar industri tekstil dan produk tekstil

domestik dan global. Penurunan utilisasi produksi juga terjadi karena tekanan

kenaikan harga bahan baku produksi akibat kenaikan harga listrik dan minyak bumi,

serta keterbatasan akses bahan baku impor selama pandemi.

Industri alat angkutan juga mengalami kontraksi sebesar 10,9 persen (YoY), membaik

dibandingkan pada triwulan sebelumnya. Pengumuman stimulus relaksasi PPnBM

untuk kendaraan bermotor di bulan April 2021 diharapkan dapat menjadi pemicu

pertumbuhan industri alat angkutan di beberapa bulan mendatang.

Kontraksi di industri barang logam (termasuk komputer, elektronik, optik, dan

peralatan listrik) pada triwulan I tahun 2021 adalah sebesar 4,1 persen (YoY) yang

dipengaruhi oleh kenaikan biaya bahan baku dan pelemahan nilai tukar rupiah untuk

bahan baku impor utama. Gangguan pasokan chip semi konduktor yang terjadi

secara global turut memberikan disrupsi rantai pasok bahan baku impor chip pada

industri elektronik dalam negeri. Utilisasi produksi industri elektronik juga hanya

berkisar 60 persen akibat belum pulihnya daya beli masyarakat. Banyak pelaku usaha

elektronik melakukan diversifikasi produk ke sektor lain seperti sektor otomotif dan

kesehatan.

Perkembangan dari sisi ekspor produk

industri pengolahan pada triwulan I tahun

2021 menunjukkan bahwa nilai ekspor

produk industri pengolahan meningkat

sebesar 18,1 persen, atau senilai USD39,0

miliar (YoY). Perbaikan ekspor tersebut

didorong oleh peningkatan ekspor

minyak kelapa sawit, bijih, terak, abu

logam, besi dan baja, mesin dan

perlengkapan elektrik, serta bahan bakar

mineral. Penurunan ekspor terjadi pada

beberapa jenis produk seperti pada

kendaraan dan komponennya, meskipun

secara keseluruhan, kontribusi ekspor

industri pengolahan masih cukup tinggi

yaitu sebesar 79,7 persen terhadap total

ekspor.

Peningkatan ekspor didorong oleh pemulihan di negara-negara mitra dagang utama

di Indonesia seperti Tiongkok, India, dan Amerika Serikat. Adanya kenaikan harga

Gambar 10. Ekspor Produk Industri

Sumber: Badan Pusat Statistik

39,0

18,1

17,0

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020 2021

(per

sen

)

(mili

ar U

SD)

Ekspor Produk Industri (miliar USD)

Pertumbuhan Ekspor Produk Industri(persen)Pertumbuhan Ekspor Nasional

Page 36: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

34

komoditas utama Indonesia seperti nikel, CPO, dan batu bara turut berkontribusi

pada peningkatan ekspor Indonesia.

Sementara itu, realisasi PMDN di industri

pengolahan ada triwulan I tahun 2021

mencapai Rp23,0 triliun, atau tumbuh

sebesar 16,1 persen (YoY). Kinerja ini lebih

tinggi dibandingkan dengan triwulan IV

tahun 2020 yang hanya tumbuh sebesar

3,3 persen (YoY). Kontribusi PMDN sektor

industri pengolahan masih pada kisaran

21,3 persen. Realisasi PMDN sektor

industri pengolahan terbesar adalah di

subsektor industri makanan dan sebesar

yaitu Rp7,6 triliun, diikuti oleh industri

mineral non logam sebesar Rp4,2 triliun,

dan industri kertas sebesar Rp3,1 triliun.

Pertumbuhan PMDN tertinggi terdapat di

industri tekstil (1.226,7 persen, YoY) dan

industri barang dari kulit dan alas kaki

(480,8 persen, YoY).

Perbaikan juga terjadi pada realisasi PMA

di sektor industri pengolahan. Pada

triwulan I tahun 2021, realisasi PMA di

sektor industri pengolahan mencapai

USD4,5 miliar, atau meningkat sebesar

45,7 persen (YoY) dengan kontribusi PMA

sektor industri sebesar 58,5 persen. Nilai

PMA di sektor industri pengolahan

terbesar terdapat di subsektor industri

logam dasar dan barang dari logam yaitu

USD1,7 miliar, industri makanan sebesar

USD968,3 juta, industri kendaraan

bermotor dan alat transportasi lain sebesar USD597,1 juta, serta industri kimia dan

farmasi sebesar USD493,8 juta.

Peningkatan realisasi PMA dan PMDN didukung oleh peningkatan optimisme atas

proyeksi pemulihan kondisi ekonomi Indonesia, berjalannya fasilitasi investasi,

penerapan program vaksin nasional, dan penyederhanaan regulasi sesuai amanat dari

Undang-undang Cipta Kerja. Selain itu, peningkatan investasi di sektor industri

Gambar 11. PMDN Sektor Industri

Sumber: BKPM

Gambar 12. PMA Sektor Industri

Sumber: BKPM

23,0

16,1

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

0

5

10

15

20

25

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020 2021

(per

sen

)

(mili

ar U

SD)

PMDN Pertumbuhan PMDN

4,5

45,7

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

4,5

5,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020 2021

(per

sen

)

(mili

ar U

SD)

PMA Pertumbuhan PMA

Page 37: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

35

Perkembangan Ekonomi Indonesia

pengolahan juga didukung oleh investasi kendaraan listrik, proyek kereta cepat, serta

proyek kawasan industri di Jawa Tengah.

Pemulihan bertahap juga terdapat pada sisi daya beli masyarakat. Hal ini ditunjukkan

oleh peningkatan permintaan terhadap barang tahan lama (durable goods). Antisipasi

terhadap penerapan relaksasi PPnBM untuk produk otomotif pada April 2021,

berpengaruh pada sentimen positif dan perbaikan kepercayaan konsumen membeli

kendaraan bermotor, serta mendorong tambahan produksi.

Pada triwulan I tahun 2021 inventori kendaraan bermotor meningkat sebanyak 68.291

unit. Peningkatan ini merupakan hasil dari peningkatan produksi mobil pada triwulan

I tahun 2021 sebanyak 255.312 unit, atau meningkat sebesar 48.375 unit

dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2020. Perbaikan produksi terbesar terjadi

pada segmen mobil Multi-Purpose Vehicles (MPV) dengan kapasitas 2.500-3.000 cc

(97,46 persen YoY), yang bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan produksi tahun

sebelumnya. Penurunan yang cukup besar masih terjadi pada segmen bus dengan

kapasitas 5-24 ton (-74,3 persen YoY), segmen mobil Sport Utility Vehicle (SUV)

dengan kapasitas 1500-3000 cc (-69,8 persen YoY), dan truk kapasitas lebih dari 24

ton (-62,6 persen YoY). Namun, tingkat produksi pada awal tahun 2021 masih lebih

rendah 22,2 persen (YoY) jika dibandingkan dengan tahun 2020.

Sementara itu penjualan mobil pada triwulan I tahun 2021 mencapai 187.021 unit,

atau meningkat signifikan dibandingkan dengan penjualan pada triwulan IV tahun

2020 yang sebesar 27.040 unit. Secara tahunan, penjualan mobil memang masih lebih

rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan penjualan mobil

terbesar terjadi pada segmen SUV dengan kapasitas lebih dari 3.000 cc (-73,4 persen,

YoY) dan bus dengan kapasitas 5-24 ton (-80,7 persen YoY). Kenaikan penjualan

Gambar 13. Produksi Mobil

Sumber: CEIC

Gambar 14. Penjualan Mobil

Sumber: CEIC

255,3

-22,2

-100

-80

-60

-40

-20

0

20

0

50

100

150

200

250

300

350

400

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020 2021

(per

sen

)

(rib

u u

nit

)

Produksi Mobil

Pertumbuhan Produksi Mobil

187,0

-21,1

-100

-90

-80

-70

-60

-50

-40

-30

-20

-10

0

0

50

100

150

200

250

300

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020 2021

(per

sen

)

(rib

u u

nit

)

Penjualan Mobil

Pertumbuhan Penjualan Mobil

Page 38: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

36

terjadi pada segmen MPV berkapasitas lebih dari 3.000 cc yang naik sebesar 120,51

persen (YoY) dan SUV kapasitas 1.500-3.000 cc yang naik sebesar 22,5 persen (YoY).

Penjualan motor pada triwulan I tahun 2021 mencapai 1,29 juta unit, atau meningkat

dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2020 sebanyak 786.502 unit. Jika

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, penjualan motor

menurun sebesar 17,7 persen (YoY).

Penurunan aktivitas industri juga masih terjadi pada sektor industri yang terkait

dengan sektor konstruksi, seperti pada industri semen. Penjualan semen nasional

menunjukkan pertumbuhan dibandingkan triwulan IV tahun 2020, namun penjualan

semen masih lebih rendah secara YoY. Penurunan ini berkaitan belum pulihnya

pelaksanaan proyek konstruksi pemerintah dan swasta, serta permasalahan

oversupply pada industri semen.

Terlepas dari dinamika produksi dan penjualan produk industri pengolahan,

ekspektasi pasar secara umum menunjukkan kinerja industri yang terus melakukan

ekspansi pada triwulan I tahun 2021. Hal ini ditunjukkan oleh Purchasing Manager

Index (PMI) Manufaktur pada bulan Maret 2021 yang meningkat (54,6) dibandingkan

dengan index pada bulan Desember 2020 (51,3). Perbaikan nilai PMI pada Maret 2021

didorong oleh peningkatan pesanan baru (new order) yang berdampak pada

peningkatan produksi. Selain itu, ekspor produk industri pengolahan juga mengalami

pemulihan setelah selama 17 bulan menunjukkan penurunan. Di sisi lain,

penumpukan pekerjaan dan biaya bahan baku juga meningkat sebagai akibat dari

kurangnya pasokan.

Gambar 15. Penjualan Motor

Sumber: CEIC

Gambar 16. Penjualan Domestik Semen

Sumber: CEIC

1.294

-17,7

-100

-80

-60

-40

-20

0

20

40

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020 2021

(per

sen

)

(rib

u u

nit

)

Penjualan Motor

Pertumbuhan Penjualan Motor

14,87

-0,23

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

0

5

10

15

20

25

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020 2021(p

erse

n)

(ju

ta t

on

)

Penjualan Semen

Pertumbuhan Penjualan

Page 39: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

37

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Gambar 17. Purchasing Manufacturing Index

Sumber: CEIC

Pariwisata

Dampak pandemi Covid-19 terhadap kunjungan wisatawan masih berlanjut. Jumlah

kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada awal tahun 2021 hanya sebesar

386 ribu orang, atau menurun 16,3 persen dari triwulan sebelumnya (QtQ) dan

menurun 85,5 persen dibandingkan periode sebelumnya (YoY). Peningkatan kasus

Covid-19 pasca libur Natal dan Tahun Baru menjadi dasar bagi pengetatan kebijakan

mobilitas penduduk, termasuk wisatawan.

54,6

20,0

25,0

30,0

35,0

40,0

45,0

50,0

55,0

Jan

-19

Feb

-19

Mar

-19

Ap

r-1

9

May

-19

Jun

-19

Jul-

19

Au

g-19

Sep

-19

Oct

-19

No

v-19

Dec

-19

Jan

-20

Feb

-20

Mar

-20

Ap

r-2

0

Mei

-20

Jun

-20

Jul-

20

Agt

-20

Sep

-20

Okt

-20

No

v-2

0

Dec

-20

Jan

-21

Feb

-21

Mar

-21

Ap

r-2

1

Gambar 18. Kunjungan Wisman

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 16. Kunjungan Wisman berdasarkan Pintu

Masuk dan Negara Asal

Uraian Jumlah Wisman

Griwth (%) Share (%) QtQ YoY

Pintu Masuk

Pintu Udara 21.693 -58,6 -98,6 5,6

- Ngurah Rai 117.702 37,8 -80,5 30,5

- Soe. Hatta 246.197 -12,7 -39,2 63,8

Pintu Laut 21.693 -58,6 -98,6 5,6

- Batam 117.702 37,8 -80,5 30,5

Pintu Darat 246.197 -12,7 -39,2 63,8

Negara Asal

Cross Border* 330.979 -11,5 -56,5 85,8

Tiongkok 13.029 -36,4 -93,5 3,4

Belanda 7.073 -24,8 -80,9 1,8

Singapura 6.840 14,3 -97,4 1,1

Amerika Serikat 4.378 -43,9 -94,3 1,1

Sumber: Badan Pusat Statistik

*Malaysia, Timor Leste, Papua Nugini

-100

-80

-60

-40

-20

0

20

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020 2021

Wisman (ribu orang)

Pertumbuhan (persen, YoY)

Page 40: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

38

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Selama pandemi, pintu udara masih menjadi titik masuk utama wisman. Hampir

seluruh pintu masuk terdapat penurunan jumlah kedatangan wisman, kecuali pintu

laut yang mengalampi peningkatan sebesar 37,7 persen (QtQ). Originasi wisman juga

masih didominasi oleh wisman asal negara perbatasan, seperti Malaysia, Timor Leste,

dan Papua Nugini dengan kontribusi sebesar 86 persen. Untuk originasi lainnya, pada

triwulan I 2021 tercaat penambahan jumlah wisman dari Singapura, Hongkong, dan

Israel sebanyak 1.270 orang.

Penurunan kunjungan wisman juga

diikuti dengan penurunan devisa

pariwisata pada triwulan I tahun 2021,

menjadi sebesar USD88,6 juta, dengan

rata-rata pengeluaran wisman (ASPA)

sebesar USD229,7 per orang per

kunjungan. Nilai tersebut lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar USD145,8 miliar, dengan ASPA

sebesar USD316.

Penurunan jumlah wisman dan devisa

membutuhkan penanganan dalam

bentuk perluasan penerapan protokol

dan standar kebersihan dan kesehatan di

berbagai destinasi wisata, yang didukung

kolaborasi berbagai pihak, terutama masyarakat di destinasi. Pada saat yang sama,

reaktivasi pasar wisman secara bertahap perlu dilakukan baik melalui travel bubble,

travel corridor arrangement (TCA) maupun kerjasama dengan negara-negara lainnya.

Penguatan wisatawan nusantara (wisnus) diharapkan menjadi bagian dari pemulihan

pariwisata di jangka pendek. Namun kondisi ini tidak terjadi karena peningkatan

kasus Covid-19 pasca libur Natal dan Tahun Baru. Pengetatan syarat perjalanan

menjadikan perjalanan masyarakat menurun tajam.

Penurunan mobilitas masyarakat ditunjukkan oleh penurunan penumpang

transportasi umum. Secara keseluruhan, jumlah penumpang transportasi umum pada

triwulan I tahun 2021 adalah sebesar 16,2 juta orang, atau turun sebesar 2,3 juta

penumpang dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penurunan ini terjadi pada

hampir seluruh moda transportasi. Penurunan terbesar tercatat di moda pesawat

domestik, yaitu sebesar 22,2 persen (QtQ).

Gambar 19. Nilai Ekspor Jasa Perjalanan

dan Rerata Pengeluaran Wisman

Sumber: Bank Indonesia

89,0

229,7

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

5.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020 2021

Ekspor Jasa Perjalanan (juta USD)

ASPA (USD/orang)

Page 41: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

39

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Penurunan aktivitas perjalananan pasca libur natal dan tahun baru, dan masa low

season berdampak pada industri pariwisata khususnya pada industri perhotelan.

Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Berbintang pada triwulan I tahun 2021 sebesar

32,9 persen, atau menurun 6,5 poin dari triwulan sebelumnya (QtQ). Hotel Berbintang

5 mengalami penurunan TPK terbesar yakni turun 10,5 poin. Di sisi lain, length of stay

(LOS) atau lama tinggal wisatawan pada hotel berbintang mengalami peningkatan

dari 1,61 hari menjadi 1,72 hari triwulan I 2021 (QtQ). Namun, tingkat LOS masih

tergolong rendah, disebabkan oleh pola berwisata yang masih terbatas.

Gambar 22. Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang

berdasarkan Provinsi di Indonesia

Sumber: Badan Pusat Statistik

Gambar 20. Jumlah Penumpang

Transportasi Nasional

Sumber: Badan Pusat Statistik

Gambar 21. Jumlah Penumpang

Transportasi Nasional

Sumber: Badan Pusat Statistik

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

20.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2020 2021

Pesawat Domestik

Kereta (Non KRL)

Kapal Laut

36,1

1,65

0

0,4

0,8

1,2

1,6

2

2,4

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar

2020 2021

TPK (%) LOS (Hari)

(persen)

Page 42: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

40

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Berdasarkan persebaran provinsi, TPK Hotel berbintang tertinggi berada pada

provinsi Sumatera Selatan dengan TPK sebesar 46,7 persen. Provinsi dengan TPK

terendah adalah Bali (10,1 persen). Di antara 5 Destinasi Super Prioritas (DPSP), TPK

Hotel Berbintang secara rata-rata adalah sebesar 32,4 persen, atau masih lebih rendah

dari rata-rata TPK Indonesia sebesar 32,9 persen. DPSP Labuan Bajo (NTT) memiliki

TPK terendah sebesar 22,7 persen.

Kondisi pandemi Covid-19 secara keseluruhan mempengaruhi nilai tambah yang

dihasilkan oleh industri pariwisata. PDB sektor penyediaan akomodasi dan makan-

minum pada triwulan I tahun 2021 menurun sebesar -7,23 persen (YoY), dan lebih

rendah dibandingkan dengan pertumbuhan PDB Nasional (0,74 persen). Kondisi ini

disebabkan oleh penurunan pengeluaran sektor tersier, termasuk pengeluaran untuk

berwisata.

Penciptaan nilai tambah subsektor penyediaan akomodasi dan makan-minum

mengalami perbaikan secara bertahap. Pada triwulan I tahun 2021, sektor penyediaan

akomodasi dan makan-minum (akmamin) menyumbang nilai tambah sebesar

Rp101,5 triliun, atau berkontribusi sebesar 2,6 persen dari PDB nasional. Perbaikan

kinerja pada kedua subsektor akan dipengaruhi oleh kebijakan mobilitas masyarakat,

serta penerapan standar kebersihan dan kesehatan. Digitalisasi menjadi salah satu

peluang yang dimanfaatkan oleh subsektor penyediaan makan minum dalam rangka

mempertahankan pasar.

Sepanjang pandemi Covid-19 realisasi investasi di sektor pariwisata (sektor hotel dan

restoran) mengalami peningkatan, khususnya PMDN. Pada triwulan I tahun 2021,

Gambar 23. PDB Sektor Akomodasi

dan Makan Minum

Sumber: Badan Pusat Statistik

Gambar 24. Investasi Sektor Hotel

dan Restoran

Sumber: BKPM

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2019 2020

PDB Nasional

Sektor Akmamin

Akomodasi

Makan Minum

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

Proyek(Unit)

Nilai (RpTriliun)

Proyek(Unit)

Nilai (RpTriliun)

PMA PMDN

2020 Q1 2020 Q2 2020 Q32020 Q4 2021 Q1

Page 43: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

41

Perkembangan Ekonomi Indonesia

sebanyak 2.767 proyek PMDN dan 1.440 proyek PMA telah terealisasi dengan nilai

sebesar Rp5.734 triliun untuk PMDN dan Rp1.093 triliun untuk PMA. Investasi sektor

pariwisata terbesar berada di provinsi DKI Jakarta, Bali, dan Nusa Tenggara Barat

(NTB), dengan kontribusi sebesar 55 persen dari seluruh investasi pariwisata di

Indonesia. Provinsi NTB mencatatkan pertumbuhan PMDN tertinggi.

2.2 Produk Domestik Regional Bruto

Ekonomi di Wilayah Maluku, Papua, dan

Sulawesi tumbuh positif. Sementara,

wilayah lain tumbuh negatif pada triwulan

I tahun 2021. Kontraksi tertinggi masih

dialami oleh wilayah Bali-Nusra dan yang

terendah di wilayah Jawa. Provinsi dengan

pertumbuhan ekonomi positif yaitu Riau,

Kepulauan Bangka Belitung, DI

Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur,

Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi

Tenggara, Maluku Utara, Papua Barat, dan

Papua. Secara umum, perekonomian

Indonesia mulai pulih dari pandemi

Covid-19.

Wilayah Maluku Papua tumbuh tinggi didorong oleh Provinsi Papua dan

Maluku Utara. Secara agregat, wilayah Maluku dan Papua tumbuh lebih cepat

dibandingkan triwulan IV tahun 2020. Pada triwulan I tahun 2021, pertumbuhan

Maluku dan Papua sebesar 9,0 persen (YoY), meningkat dari triwulan sebelumnya

yang tumbuh hanya sebesar 2,9 persen (YoY). Pertumbuhan ini didorong oleh provinsi

Papua dan Maluku Utara yang tumbuh positif masing-masing sebesar 14,3 persen

(YoY) dan 13,4 persen (YoY). Tingginya pertumbuhan di Papua dari sisi pengeluaran

didorong oleh tingginya pertumbuhan ekspor (352,0 persen, YoY), sementara dari sisi

lapangan usaha didorong oleh pertumbuhan sektor pertambangan (61,1 persen,

YoY). Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan ekspor golongan bijih tembaga

dan konsentrat. Untuk Provinsi Maluku Utara, pertumbuhan didorong oleh ekspor

(306,9 persen, YoY) dan pertambangan (93,8 persen, YoY) dan industri pengolahan

(86,0 persen, YoY). Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan ekspor golongan besi

dan baja, ekspor golongan bijih, kerak dan abu logam,

Provinsi Papua Barat tumbuh positif (1,5 persen, YoY), sementara Maluku masih

terkontraksi (-1,9 persen, YoY). Kontraksi pertumbuhan Maluku dampak dari sektor

transportasi dan pergudangan, perdagangan serta pertanian yang masing-masing

terkontraksi sebesar 15,5; 3,1; dan 1,4 persen (YoY). Kondisi tersebut sejalan dengan

Gambar 25. Pertumbuhan dan

Kontribusi Wilayah

Sumber: Badan Pusat Statistik

-0,9

-0,8

-5,2

-2,2

1,2

9,0

21,5

58,7

2,8

8,1

6,5

2,4

Sumatera

Jawa

Bali Nusra

Kalimantan

Sulawesi

Maluku Papua

Pertumbuhan Kontribusi

Page 44: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

42

Perkembangan Ekonomi Indonesia

inflasi Maluku (gabungan Ambon dan Tual) yang rendah selama triwulan I tahun 2021

bahkan mengalami deflasi pada Januari dan Februari masing-masing sebesar 0,4 dan

1,0 persen (YoY). Sementara kontraksi di sektor pertanian didorong oleh turunnya

nilai ekspor komoditas ikan dan udang yang terkontraksi sebesar 69,9 persen (YoY)

sepanjang triwulan I tahun 2021. Sementara, ekonomi Papua Barat yang tumbuh

positif didorong industri pengolahan (10,1 persen, YoY), pertambangan (4,6 persen,

YoY), dan perdagangan (3,6 persen, YoY). Hal ini sejalan dengan kenaikan produksi

LNG (Liquefied Natural Gas/Gas Alam Cair) Tangguh Teluk Bintuni sebesar 10,28

persen (qtoq), kenaikan produksi industri manufaktur besar dan Sedang Papua Barat

sebesar 2,44 persen (QtQ), dan kenaikan produksi pada pertambangan minyak dan

gas sebesar 9,03 persen (QtQ).

Sulawesi tumbuh positif didorong oleh Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara

sementara kontraksi terjadi di Sulawesi Barat,Gorontalo, dan Sulawesi Barat.

Secara agregat, pada triwulan I tahun 2021 wilayah Sulawesi tumbuh sebesar 1,2

persen (YoY) lebih baik dari triwulan IV tahun 2020 yang terkontraksi sebesar 0,6

persen (YoY). Provinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara tumbuh positif pada

triwulan I tahun 2021 masing-masing sebesar 6,3 persen (YoY) dan 1,9 persen (YoY).

Pertumbuhan Sulawesi Tengah didorong oleh industri pengolahan, pertambangan,

dan konstruksi yang masing-masing tumbuh sebesar 13,0; 11,9; dan 16,2 persen

(YoY). Pertumbuhan tersebut sejalan dengan data realisasi ekspor luar negeri yang

meningkat sebesar 22,44 persen (YoY). Ekspor luar negeri didominasi oleh golongan

besi dan baja dari nikel dan kimia organik. Sementara, konstruksi didorong oleh

proyek seperti pembangunan hunian tetap pasca bencana.

Sementara, pertumbuhan Sulawesi Utara didorong oleh industri pengolahan dan

pertanian yang tumbuh masing-masing sebesar 13,3 persen (YoY) dan 2,9 persen

(YoY). Pertumbuhan industri pengolahan didorong oleh peningkatan ekspor produk

unggulan Sulawesi Utara komoditi lemak dan minyak (HS 15) serta peningkatan

pertumbuhan usaha pada Industri Mikro dan Kecil yang mengindikasikan mulai

membaiknya iklim bisnis. Sejalan dengan peningkatan komoditi lemak dan minyak,

pertanian tumbuh didorong oleh subsektor perkebunan semusim yang tercatat

tumbuh 18,0 persen (YoY).

Kontraksi yang relatif tinggi masih terjadi di Gorontalo (-2,0 persen, YoY) dan Sulawesi

Barat (1,2 persen, YoY). Kontraksi ekonomi yang terjadi di Gorontalo didorong oleh

sektor perdagangan (-10,9 persen, YoY) dan pertanian (-0,9 persen, YoY). Kontraksi

sektor pertanian akibat penurunan pada produksi perikanan. Sementara, penurunan

perdagangan terjadi pada perdagangan besar eceran sejalan dengan laju hasil

pertanian serta perdagangan mobil juga mengalami penurunan. Pertumbuhan

ekonomi negatif di Sulawesi Barat didorong oleh kontraksi pada sektor pertanian (1,7

Page 45: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

43

Perkembangan Ekonomi Indonesia

persen, YoY) dan industri pengolahan (4,1 persen, YoY). Kontraksi pertanian utamanya

disebabkan oleh turunnya produksi sawit, produksi getah pinus, dan permintaan

komoditas kayu menurun akibat berkurangnya kegiatan konstruksi. Sementara

kontraksi industri pengolahan terjadi sejalan dengan turunnya produksi hasil olahan

kelapa sawit (CPO) dan produksi industri kayu, barang dari kayu dan anyaman rotan.

Kontraksi di Kalimantan membaik, namun kontraksi pada Kalimantan Tengah

dan Kalimantan Timur belum membaik. Wilayah Kalimantan secara agregat

terkontraksi sebesar 2,2 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2021, lebih baik dari

triwulan IV tahun 2020 yang terkontraksi sebesar 2,8 persen (YoY). Provinsi

Kalimantan Tengah menjadi provinsi yang mengalami kontraksi paling dalam yaitu

sebesar 3,1 persen (YoY). Kontraksi ini disebabkan oleh kontraksi pada sektor

pertambangan (-22,5 persen, YoY) dan administrasi pemerintah (-27,6 persen, YoY).

Sektor pertambangan terpengaruh oleh produksi bauksit yang turun tajam

disebabkan oleh turunnya permintaan. Sementara kontraksi sektor administrasi

pemerintah terjadi akibat realisasi belanja pegawai turun yang disebabkan belum

terealisasinya tunjangan ASN pada triwulan ini. Tunjangan ini rencana akan

dibayarkan pada triwulan berikutnya.

Sementara itu, kontraksi di Kalimantan Timur terjadi akibat sektor pertambangan

yang merupakan sektor utama terkontraksi sebesar 3,9 persen (YoY). Kontraksi ini

sejalan dengan penurunan produksi minyak dan gas alam serta adanya pengaruh

tingginya curah hujan pada penurunan kegiatan penambangan batu bara. Sementara,

sektor industri yang memiliki kontribusi terbesar kedua terkontraksi sebesar 4,0

persen (YoY) seiring penurunan produksi CPO akibat berlimpahnya pasokan minyak

nabati lain sehingga stok yang cukup tinggi di negara-negara importir. Selain itu

mobilitas masyarakat di ruang publik pada triwulan I tahun 2021 yang lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya menyebabkan penurunan konsumsi bahan bakar

minyak, sehingga ikut memengaruhi produksi pada industri pengilangan.

Kontraksi wilayah Bali-Nusra masih dalam, terjadi akibat kontraksi di Provinsi

Bali dan Nusa Tenggara Barat. Secara agregat, wilayah Bali dan Nusa Tenggara

terkontraksi sebesar 5,2 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2021. Kontraksi terbesar

terjadi di Provinsi Bali, yaitu sebesar 9,9 persen (YoY). Aktivitas pariwisata yang

memiliki kaitan erat dengan sektor penyediaan akomodasi dan makanan minuman

serta transportasi masih terkontraksi masing-masing sebesar 24,4 dan 36,0 persen

(YoY). Sejalan dengan pemberlakuan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan

Masyarakat (PPKM) mikro, pembatasan kapasitas penumpang moda transportasi,

penutupan operasional pelabuhan penyeberangan dan bandara udara di Bali selama

hari raya Nyepi. Selain itu, sektor pertanian yang merupakan sektor yang

berkontribusi terbesar ke dua mengalami kontraksi sebesar 0,5 persen (YoY) sejalan

dengan terkontraksinya subsektor tanaman holtikultura dimana produksi jenis

Page 46: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

44

Perkembangan Ekonomi Indonesia

produk premium yang biasanya disuplai ke sektor pariwisata jauh berkurang. Seperti

paprika, selada bulat dan sebagainya hanya diproduksi sedikit untuk memenuhi

kebutuhan hotel/restoran yang masih beroperasi.

Provinsi Nusa Tenggara Barat terkontraksi 1,1 persen (YoY). Sektor utama pendukung

ekonomi NTB, yaitu pertanian dan pertambangan tumbuh masing-masing sebesar

6,0 persen (YoY) dan 2,7 persen (YoY). Tumbuhnya pertanian sejalan dengan

terjadinya pergeseran panen tanaman pangan pada tahun ini. Pada tahun 2020 panen

raya dimulai pada bulan April 2020, tahun ini panen raya telah dimulai sejak Maret

2021. Sementara peningkatan sektor pertambangan disebabkan oleh meningkatnya

produksi konsentrat khususnya konsentrat kering serta adanya proyek penimbunan

jalan untuk membuat jalur bypass dari Bandara Internasional Lombok ke Mandalika

yang meningkatkan produksi galian C. Di sisi lain, sektor transportasi serta akomodasi

dan makan-minum mengalami kontraksi masing-masing 25,1 dan 22,9 persen (YoY).

Kontraksi ini sejalan dengan pembatasan perjalanan dan penerapan protokol

kesehatan mengakibatkan jumlah aktivitas transportasi mengalami penurunan serta

belum pulihnya kunjungan wisatawan yang tercermin dari tingkat penghunian kamar

hotel yang mengalami penurunan dibandingkan triwulan I tahun 2020.

Nusa Tenggara Timur menjadi provinsi yang pertumbuhannya lebih baik

dibandingkan provinsi lainnya di wilayah Bali dan Nusa Tenggara dengan

pertumbuhan sebesar 0,1 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2021. Sektor yang

mendorong pertumbuhan NTT yaitu pertanian dan infokom yang masing-masing

tumbuh sebesar 8,3 persen (YoY) dan 10,4 persen (YoY). Hal ini sejalan dengan

peningkatan produksi komoditas pertanian serta peningkatan aktivitas masyarakat

melalui media online. Sementara administrasi pemerintah yang merupakan sektor

yang berkontribusi terbesar kedua terkontraksi sebesar 4,7 persen (YoY) sejalan

dengan realisasi belanja pegawai dan belanja barang modal baik APBN maupun APBD

di Provinsi NTT mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya.

Provinsi DKI Jakarta menjadi Provinsi yang terkontraksi paling dalam di

Wilayah Jawa. Secara agregat, pertumbuhan ekonomi Wilayah Jawa terkontraksi

sebesar 0,8 persen (YoY), membaik dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi

hingga 2,6 persen (YoY). Pada triwulan I tahun 2021, hampir semua provinsi di Wilayah

Jawa masih mengalami kontraksi, kecuali Provinsi DI Yogyakarta. Provinsi DKI Jakarta

menjadi provinsi yang terkontraksi paling dalam, yakni terkontraksi sebesar 1,7

persen (YoY), diikuti oleh Provinsi Jawa Tengah yang terkontraksi sebesar 0,9 persen

(YoY). Secara keseluruhan semua provinsi di Wilayah Jawa mengalami perbaikan

ditandai dengan kontraksi yang tidak sedalam triwulan sebelumnya.

Provinsi DKI Jakarta terkontraksi sebesar 1,7 persen (YoY), membaik dari triwulan

sebelumnya yang terkontraksi hingga 2,1 persen (YoY). Pertumbuhan ekonomi DKI

Page 47: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

45

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Jakarta masih terkontraksi akibat belum pulihnya kinerja sektor-sektor utama seperti

perdagangan (-0,6 persen, YoY), konstruksi (-5,0 persen, YoY), industri pengolahan (-

0,1 persen, YoY) dan jasa keuangan (-7,4 persen, YoY), hal ini disebabkan oleh

pandemi Covid-19 yang masih berlanjut walaupun sudah menunjukkan perbaikan.

Sementara itu, penyediaan akomodasi dan makan minum menjadi sektor yang

terkontraksi paling dalam yakni terkontraksi sebesar 10,4 persen (YoY), namun lebih

baik dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi hingga 15,4 persen (YoY). Beberapa

sektor yang menahan Provinsi DKI Jakarta untuk tidak terkontraksi lebih dalam

diantaranya: jasa kesehatan tumbuh hingga 15,0 persen (YoY) didorong oleh

peningkatan permintaan vaksinasi dan tes PCR/rapid antigen karena pandemi serta

belanja kesehatan pemerintah yang meningkat, informasi dan komunikasi tumbuh

hingga 7,9 persen (YoY) didorong oleh segala aktivitas yang dilakukan secara online

sehingga jumlah pengguna internet dan konsumsi data internet meningkat signifikan.

Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan kontribusi kedua terbesar di Wilayah

Jawa setelah DKI Jakarata terkontraksi sebesar 0,4 persen (YoY), membaik dari

triwulan sebelumnya yang terkontraksi hinggal 2,6 persen. Pemulihan ekonomi Jawa

Timur didorong oleh sektor-sektor esensial yang mulai pulih. Sektor pertanian

tumbuh hingga 4,7 persen (YoY) didorong oleh peningkatan produksi padi seiring

dengan masuknya masa panen raya. Infromasi dan komunikasi tumbuh 8,5 persen

(YoY) seiring dengan peningkatan jumlah pengguna internet dan waktu

penggunaannya. Sektor perdagangan tumbuh 1,3 persen (YoY) didorong oleh

relaksasi pajak PPnBM sehingga mendorong peningkatan penjualan mobil, serta jasa

kesehatan tumbuh sebesar 4,6 persen seiring dengan proses vaksinasi yang terus

dilaksanakan. Sektor-sektor yang masih terkontraksi diantaranya konstruksi yang

terkontraksi sebesar 3,0 persen (YoY) akibat belum pulihnya kegiatan pembangunan

infrastruktur yang dibiayai oleh pemerintah menyebabkan kegiatan konstruksi masih

tertekan. Transportasi dan pergudangan masih terkontraksi cukup dalam yakni

terkontraksi 13,3 persen (YoY) akibat masih adanya pembatasan yang berlaku di

masyarakat sehingga menyebabkan penurunan trafik penumpang di berbagai

armada angkutan, serta penyediaan akomodasi terkontraksi 6,8 persen (YoY) seiring

dengan tingkat penghunian kamar hotel yang masih rendah.

Provinsi DI Yogyakarta merupakan satu-satunya provinsi yang tumbuh positif di

Wilayah Jawa yaitu tumbuh hingga 6,1 persen (YoY) meningkat signifikan dibanding

triwulan sebelumnya yang masih terkontraksi sebesar 0,7 persen (YoY). Pemulihan

tersebut didorong oleh beberapa sektor yang tumbuh tinggi seperti sektor informasi

dan komunikasi yang tumbuh hingga 31,9 persen (YoY) seiring dengan masih adanya

kebijakan learn from home dan work from home serta masyarakat masih cenderung

memilih kegiatan jual beli secara online baik melalui platform e-commerce maupun

media sosial. Pengadaan air tumbuh sebesar 18,2 persen (YoY), konstruksi tumbuh

Page 48: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

46

Perkembangan Ekonomi Indonesia

11,4 persen (YoY), dan jasa Kesehatan tumbuh sebesar 10,9 persen (YoY). Sementara

itu, sektor transportasi dan pergudangan masih terkontraksi cukup dalam yaitu 12,0

persen (YoY) karena masih terdampak oleh kebijakan pemerintah dalam memutus

mata rantai penyebaran virus Covid-19.

Seluruh provinsi di Wilayah Sumatera mengalami perbaikan. Perekonomian

wilayah Sumatera pada triwulan I tahun 2021 terkontraksi sebesar 0,9 persen (YoY),

membaik dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 2,2 persen (YoY). Secara

umum, semua provinsi mengalami perbaikan namun hampir semua provinsi masih

terkontraksi, kecuali Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kontraksi

paling dalam terjadi di Provinsi Lampung yakni terkontraksi sebesar 2,1 persen (YoY).

Provinsi Sumatera Utara yang merupakan provinsi dengan kontribusi terbesar di

Wilayah Sumatera terkontraksi sebesar 1,9 persen (YoY), membaik dari triwulan

sebelumnya yang terkontraksi sebesar 2,9 persen (YoY). Perbaikan ini salah satunya

didorong oleh sektor pertanian yang sudah mulai tumbuh posititif (0,2 persen, YoY)

seiring dengan peningkatan produksi padi gabah kering giling. Sektor-sektor lain

yang tumbuh positif diantaranya: industri pengolahan (1,0 persen, YoY), pengadaan

air (3,3 persen, YoY), informasi dan komunikasi (4,6 persen, YoY), jasa keuangan (1,5

persen, YoY), real estat (0,5 persen, YoY), dan jasa pendidikan (0,4 persen, YoY).

Sementara itu, beberapa sektor masih mengalami kontraksi cukup dalam diantaranya:

transportasi dan pergudangan (-18,3 persen, YoY), penyediaan akomodasi dan makan

minum (-15,1 persen, YoY), dan jasa perusahaan (-8,8 persen, YoY).

Lebih lanjut, Provinsi Lampung merupakan provinsi yang terkontraksi paling dalam di

wilayah Sumatera, yakni terkontraksi sebesar 2,1 persen (YoY) disebabkan oleh masih

terkontraksinya sektor-sektor utama di Provinsi Lampung seperti Pertanian yang

terkontaksi sebesar 1,7 persen (YoY) seiring dengan penurunan produksi komoditas

perkebunan dan perhutanan (jagung, pisang, dan kayu), perdagangan terkontraksi

sebesar 5,9 persen (YoY) seiring dengan adanya kebijakan pembatasan jam

operasional kegiatan usaha, serta kontraksi cukup dalam yang terjadi di beberapa

sektor seperti transportasi dan pergudangan (-14,5 persen, YoY), pengadaan listrik

dan gas (-13,2 persen, YoY), dan penyediaan akomodasi dan makan minum (-12,7

persen, YoY). Sementara itu, sektor-sektor yang masih tumbuh positif diantaranya:

sektor konstruksi tumbuh sebesar 5,5 persen (YoY) seiring dengan realisasi

pengadaan semen yang mengalami kenaikan sebesar 21,7 persen (YoY), jasa

kesehatan tumbuh sebesar 2,9 persen (YoY) seiring dengan mulai dilaksanakannya

kegiatan vaksinasi Covid-19, serta informasi dan komunikasi tumbuh sebesar 8,1

persen (YoY) seiring dengan kebutuhan data dan pengguna internet yang terus

meningkat.

Page 49: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

47

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Provinsi Riau dan Kepulauan Bangka Belitung merupakan provinsi yang tumbuh

positif di Wilayah Sumatera yakni masing-masing tumbuh sebesar 0,4 persen (YoY)

dan 1,0 persen (YoY). Provinsi Riau dan Kepulauan Bangka Belitung mengalami

perbaikan dari triwulan sebelumnya yang masing-masing terkontraksi sebesar 1,5

persen (YoY) dan 1,0 persen (YoY). Perbaikan ekonomi Provinsi Riau didorong oleh

peningkatan kinerja sektor utama seperti industri pengolahan tumbuh sebesar 3,6

persen (YoY) dengan kontribusi sebesar 28,2 persen dan pertanian tumbuh sebesar

4,5 persen (YoY) dengan kontribusi sebesar 27,4 persen. Perbaikan ekonomi provinsi

Kepulauan Babel juga didorong oleh peningkatan kinerja sektor utama yaitu industri

pengolahan tumbuh sebesar 5,2 persen (YoY) dengan kontribusi sebesar 21,0 persen

dan pertanian tumbuh sebesar 4,1 persen (YoY) dengan kontribusi sebesar 19,8

persen seiring dengan peningkatan sektor budidaya tambak udang vaname yang

pertumbuhannya cukup pesat serta harga-harga komoditas utama provinsi

Kepulauan Babel yang terus membaik seperti kelapa sawit, karet dan lada.

Page 50: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

48

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Tabel 17. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Tahun 2016 – Triwulan I/2021 (persen, YoY)

2016 2017 2018 2019 2020:1 2020:2 2020:3 2020:4 2021:1

Sumatera 4,3 4,3 4,5 4,6 3,0 -3,2 -2,3 -2,2 -0,9

Aceh 3,3 4,2 4,6 4,1 3,4 -1,6 -0,1 -3,0 -2,0

Sumut 5,2 5,1 5,2 5,2 4,2 -2,8 -2,6 -2,9 -1,9

Sumbar 5,3 5,3 5,1 5,0 3,9 -4,9 -2,9 -2,2 -0,2

Riau 2,2 2,7 2,4 2,8 2,1 -3,3 -1,7 -1,5 0,4

Jambi 4,4 4,6 4,7 4,4 2,0 -1,9 -0,9 -1,0 -0,3

Sumsel 5,0 5,5 6,0 5,7 4,0 -1,6 -1,4 -1,2 -0,4

Bengkulu 5,3 5,0 5,0 4,9 3,6 -0,7 -0,5 -2,4 -1,6

Lampung 5,1 5,2 5,2 5,3 1,7 -3,6 -2,4 -2,3 -2,1

Kep. Babel 4,1 4,5 4,4 3,3 1,4 -5,0 -4,4 -1,0 1,0

Kep. Riau 5,0 2,0 4,5 4,8 2,0 -6,8 -5,8 -4,5 -1,2

Jawa 5,6 5,6 5,7 5,5 3,4 -6,7 -3,9 -2,6 -0,8

DKI Jakarta 5,9 6,2 6,1 5,8 5,0 -8,3 -3,9 -2,1 -1,6

Jabar 5,7 5,3 5,7 5,1 2,8 -5,9 -4,0 -2,4 -0,8

Jateng 5,2 5,3 5,3 5,4 2,6 -5,9 -3,8 -3,3 -0,9

DI Yogyakarta 5,0 5,3 6,2 6,6 -0,3 -6,9 -3,0 -0,7 6,1

Jatim 5,6 5,5 5,5 5,5 2,9 -6,0 -3,6 -2,6 -0,4

Banten 5,3 5,7 5,8 5,3 3,2 -7,3 -5,3 -3,9 -0,4

Bali Nusra 5,9 3,7 2,7 5,0 0,9 -6,3 -6,8 -7,4 -5,2

Bali 6,3 5,6 6,3 5,6 -1,2 -11,1 -12,3 -12,2 -9,9

NTB 5,8 0,1 -4,5 3,9 3,0 -1,3 -1,0 -3,0 -1,1

NTT 5,1 5,1 5,1 5,2 3,0 -2,0 -1,8 -2,3 0,1

Kalimantan 2,0 4,3 3,8 5,0 2,3 -4,3 -4,2 -2,8 -2,2

Kalbar 5,2 5,2 5,1 5,1 2,8 -3,5 -4,3 -2,2 -0,1

Kalteng 6,3 6,7 5,6 6,1 2,9 -3,2 -3,1 -2,1 -3,1

Kalsel 4,4 5,3 5,1 4,1 4,1 -2,9 -4,9 -2,9 -1,2

Kaltim -0,4 3,1 2,6 4,7 1,4 -5,4 -4,5 -2,8 -3,0

Kaltara 3,6 6,8 5,4 6,9 4,6 -2,6 -1,4 -4,8 -1,9

Sulawesi 7,4 7,0 8,9 7,0 4,4 -1,9 -0,7 -0,6 1,2

Sulut 6,2 6,3 6,0 5,6 4,4 -3,8 -1,8 -2,2 1,9

Sulteng 9,9 7,1 20,6 8,8 7,9 4,5 2,8 4,4 6,3

Sulsel 7,4 7,2 7,0 6,9 3,0 -3,9 -1,1 -0,6 -0,2

Sultra 6,5 6,8 6,4 6,5 4,5 -2,6 -1,9 -2,2 0,1

Gorontalo 6,5 6,7 6,5 6,4 4,0 -0,3 -0,1 -3,6 -2,0

Sulbar 6,0 6,6 6,3 5,7 4,9 -0,8 -5,3 -7,5 -1,2

Maluku Papua 7,4 4,9 7,0 -7,4 2,8 2,1 -1,9 2,9 9,0

Maluku 5,7 5,8 5,9 5,4 3,7 -1,1 -2,6 -3,4 -1,9

Maluku Utara 5,8 7,7 7,9 6,1 3,5 -0,2 6,7 9,5 13,5

Papua Barat 4,5 4,0 6,3 2,7 5,3 0,7 -3,2 -5,2 1,5

Papua 9,1 4,6 7,3 -15,7 1,4 4,1 -2,8 6,9 14,3

NASIONAL 5,03 5,07 5,17 5,02 2,97 -5,32 -3,49 -2,19 -0,74

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Page 51: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

49

Perkembangan Ekonomi Indonesia

2.3 Fiskal

Pendapatan negara tumbuh positif secara YoY, di sisi lain realisasi belanja

negara dan pembiayaan juga meningkat. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah

hingga akhir Maret 2021 mencapai Rp378,8 triliun atau sebesar 21,7 persen dari

target pada APBN 2021. Capaian Pendapatan Negara dan Hibah tersebut tumbuh 0,6

persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Sampai dengan Maret 2021,

penerimaan perpajakan mencapai

sebesar Rp290,4 triliun. Penerimaan

perpajakan tersebut tumbuh sebesar

3,8 persen (YoY). Dari sisi

komponennya, realisasi penerimaan

perpajakan didukung utamanya oleh

penerimaan Pajak Penghasilan (PPh)

Nonmigas, Pajak Pertambahan

Nilai/Pajak Penjualan atas Barang

Mewah (PPN/PPnBM) dan Cukai.

PPh yang merupakan komponen

terbesar penerimaan perpajakan

terkontraksi 13,0 persen (YoY). PPh

Non-Migas yang mendominasi

penerimaan PPh terkontraksi sebesar

12,2 persen. Berdasarkan komponen

PPh Non migas, pertumbuhan

tertinggi dicatatkan jenis pajak PPh

Orang Pribadi, yakni sebesar 99,3

persen (YoY), terutama didorong oeh

pelapran SPT Tahunan PPh Orang

Pribadi. Jumlah SPT PPh OP hingga 31

Maret 2021 mencapai 11,3 juta SPT,

meningkat 25,8 persen dibandingkan

2020 sebesar 9,0 Juta SPT.

Selanjutnya, PPh Pasal 26 meningkat

sebesar 1,6 persen (YoY), terutama disebabkan penurunan restitusi serta peningkatan

pembayaran atas Ketetapan Pajak. Peningkatan pembayaran tersebut juga

memengaruhi PPh Final tumbuh positif sebesar 0,6 persen (YoY). Sementara itu, PPh

Pasal 21 terkontraksi sebesar -5,6 persen (YoY), terutama disebabkan serapan tenaga

kerja yang belum pulih, serta pelaksanaan insentif fiskal PPh pasal 21 Ditanggung

Tabel 18. Realisasi Komponen Pendapatan

Negara dan Hibah

Pendapatan

Negara dan

Hibah

Realisasi

(triliun Rp) Growth

(2020-

2021) Maret

2020

Maret

2021

Pendapatan

Dalam Negeri

376,1 378,5 0,7

Penerimaan

Perpajakan

279,9 290,4 3,8

PNBP 96,2 88,1 -8,4

Hibah 0,3 0,3 -0,6

Total 376,4 378,8 0,6

Sumber: Kementerian Keuangan

Tabel 19. Realisasi Komponen

Penerimaan Perpajakan

Penerimaan

Perpajakan

Realisasi

(triliun Rp) Growth

(2020-

2021) Maret

2020

Maret

2021

Pajak Penghasilan 147,8 128,6 -13,0

PPh Nonmigas 137,5 120,7 -12,2

PPh Migas 10,3 7,9 -23,5

PPn dan PPnBM 92,0 96,9 5,4

PBB (Sektor P3) 0,4 0,3 -19,9

Pajak Lainnya 1,5 2,3 58,6

Bea Masuk 8,4 8,1 -3,6

Cukai 29,1 49,6 70,1

Bea keluar 0,7 4,6 534,8

Total 279,9 290,4 3,8

Sumber: Kementerian Keuangan

Page 52: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

50

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Pemerintah (DTP). Di sisi lain, PPh Badan tumbuh negatif sebesar -40,4 persen (YoY),

terutama disebabkan dampak perlambatan ekonomi, insentif pengurangan Angsuran

PPh 25, penurunan tarif PPh Badan dari 25 persen menjadi 22 persen, serta

peningkatan restitusi

Hingga bulan Maret, komponen penerimaan perpajakan yang tumbuh positif yaitu

PPN tumbuh 5,4 persen (YoY), Pajak Lainnya tumbuh 58,6 persen (YoY), Cukai tumbuh

70,1 persen (YoY) dan Bea Keluar tumbuh 534,8 persen (YoY).

Dari sisi PPN/PPnBM, realisasinya secara nominal ditopang terutama oleh penerimaan

PPN, terutama PPN Dalam Negeri yang tumbuh sebesar 4,1 persen (YoY), dan PPN

Impor yang tumbuh sebesar 8,2 persen (YoY). Indikasi tersebut merupakan sinyal

ekonomi mulai bergerak, terutama terlihat dari peningkatan mobilitas masyarakat.

Dari sisi Cukai, kinerja penerimaan cukai yang tumbuh 70,1 persen (YoY), utamanya

dipengaruhi oleh pertumbuhan Cukai Hasil Tembakau (CHT) sebesar 73,9 persen

(YoY). Sementara itu, kinerja bea keluar meningkat 534,8 persen dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya, terutama disebabkan peningkatan aktivitas

ekspor terutama tembaga, CPO, dan biji kakao dari sisi volume dan harga.

Realisasi penerimaan Negara

Bukan Pajak (PNBP) hingga 31

Maret 2021 sebesar Rp88,1 triliun

atau sebesar 29,6 persen dari APBN

2021. Capaian ini terkontraksi 8,4

persen (YoY). Sumber kontraksinya

terutama karena realisasi ICP,

lifting minyak bumi, serta lifting

gas bumi pada periode Desember

2020-Februari 2021 cenderung

menurun.

Belum normalnya aktivitas ekonomi global dan domestik, baik dari sisi penawaran

maupun permintaan mengakibatkan perlambatan pada Penerimaan Sumber Daya

Alam (SDA), yang mencapai Rp24,1 triliun dan terkontraksi sebesar 31,2 persen (YoY).

Penerimaan SDA tersebut terdiri dari realisasi Penerimaan SDA Migas sebesar Rp15,3

triliun yang mengalami kontraksi sebesar 46,7 persen (YoY), dan realisasi Penerimaan

SDA Nonmigas sebesar Rp8,8 triliun yang tumbuh positif sebesar 38,1 persen (YoY)

Sementara itu, realisasi penerimaan dari Kekayaan Negara Dipisahkan (KND) sampai

dengan tanggal 31 Maret 2021 mencapai Rp1,3 triliun, atau terkontraksi sebesar 100,0

persen (YoY). Penurunan tersebut dipengaruhi setoran dividen Tahun Buku 2019 dari

Tabel 20. Realisasi Komponen PNBP

Komponen PNBP

APBN

2021

Realisasi

s.d. 31

Maret

Growth

YoY

(%) (triliun Rp)

PNBP 298,2 88,1 -8,4

Penerimaan SDA 104,1 24,1 -31,2

Pendapatan

KND

26,1 1,3 -100,0

PNBP Lainnya 109,2 40,0 64,6

Pendapatan BLU 58,8 23,9 86,1

Sumber: Kementerian Keuangan

Page 53: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

51

Perkembangan Ekonomi Indonesia

tiga bank yang sudah diakui pada bulan Maret 2020, sementara pada Maret 2021

belum terdapat setoran dividen bank Himbara. Laporan keuangan sebagian besar

masih dalam tahap audit yang dilaksanakan oleh Kantor Akuntan Publik. Selanjutnya,

realisasi PNBP lainnya mencapai Rp40,0 triliun, tumbuh sebesar 64,6 persen (YoY).

Kenaikan ini disebabkan kontribusi peningkatan pendapatan dari Penjualan Hasil

Tambang Batubara. Dari sisi PNBP Badan Layanan Umum (BLU), hingga 31 Maret 2021

terealisasi sebesar Rp24,0 triliun atau tumbuh 86,1 persen (YoY), terutama disumbang

pendapatan dana perkebunan kelapa sawit sebesar Rp14,8 triliun.

Dari sisi Belanja Negara, hingga

Maret 2021, belanja negara

menunjukkan peningkatan. Realisasi

Belanja Negara mencapai Rp523,0

triliun yang terdiri dari Belanja

Pemerintah Pusat (BPP) yang

mencapai Rp350,1 triliun dan

Transfer ke Daerah dan Dana Desa

(TKDD) yang mencapai Rp173,0

triliun. Dari sisi Belanja Pemerintah

Pusat, terjadi peningkatan sebesar

26,0 persen dibandingkan dengan

periode yang sama pada tahun 2020.

Peningkatan BPP dipengaruhi oleh

belanja Kementerian/Lembaga (K/L)

yang tumbuh 41,2 persen (YoY) dan

belanja non-K/L yang tumbuh 9,9

persen (YoY).

Realisasi Bantuan Sosial sampai

dengan 31 Maret 2021 mencapai

Rp55,0 triliun atau sekitar 35,1

persen dari pagu APBN 2021.

Realisasi bansos tersebut tumbuh

16,5 persen (YoY) dari periode yang

sama tahun sebelumnya terutama

karena pelaksanaan program bansos

dalam rangka mendukung

pemulihan ekonomi masyarakat

miskin dan rentan miskin yang terdampak Pandemi Covid-19, melalui program

Bansos Tunai yang dilaksanakan sejak awal tahun 2021, serta pencairan bantuan

Program Kartu Sembako.

Gambar 26. Perkembangan Komponen

Belanja Negara

Sumber: Kementerian Keuangan

Tabel 21. Realisasi Komponen Belanja

Pemerintah Pusat

Belanja

Pemerintah

Pusat

APBN

2021

Realisasi 2021

Maret Growth

YoY (%)

Belanja K/L 1,032,0 201,6 41,2

Pegawai 268,0 48,8 0,3

Barang 360,8 63,7 81,6

Modal 246,8 34,2 186,2

Sosial 156,4 55,0 16,5

Belanja Non-K/L 922,6 148,5 9,9

a.l. Pegawai 153,2 39,4 -6,0

Subsidi 172,4 21,4 14,3

Lain-lain 207,3 9,2 1.942,0

Total (neto) 1.954,6 350,1 26,0

Sumber: Kementerian Keuangan | triliun Rp

Belanja Pemerintah

Pusat

Transfer Ke Daerah

dan Dana Desa

14,1 %APBN

Perpres 72

Maret 2020 Maret 2021

22,8 %APBN

Perpres 72

21,7 %APBN

17,9 %APBN

Page 54: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

52

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Selain itu, pertumbuhan bantuan sosial juga dipengaruhi terutama oleh peningkatan

realisasi program-program bansos reguler seperti Program Indonesia Pintar yang

meningkat sebagai hasil perbaikan mekanisme penyaluran bantuan kepada anak

sekolah, serta peningkatan realisasi penyaluran bantuan Kartu Indonesia Pintar (KIP)

Kuliah kepada mahasiswa.

Peningkatan realisasi belanja K/L dari perspektif organisasi, sampai dengan 31 Maret

2021 disumbang oleh 15 K/L pagu terbesar yang mencapai 89,5 persen dari total

realisasi belanja K/L, dan terutama berfokus pada K/L di bidang perlindungan sosial

dan kesehatan yang ditujukan untuk pencairan PKH, Kartu Sembako, Bansos Tunai,

serta pelayanan kesehatan dan penyediaan obat dan vaksin. Selain itu, peningkatan

kinerja belanja K/L juga didorong oleh K/L bidang infrastruktur yang ditujukan untuk

pembangunan jalan, bendungan, jaringan irigasi, dan jalur kereta api. Realisasi belanja

Kementerian Pertahanan dan Kepolisian Negara RI juga mendongkrak kinerja belanja

K/L, antara lain melalui pengadaan alutsista dan almatsus, serta dukungan

pelaksanaan protokol kesehatan dan ketertiban/keamanan selama Pandemi.

Sementara itu, Belanja Pegawai K/L terealisasi sebesar Rp48,8 triliun, meningkat 0,3

persen dibanding tahun sebelumnya. Di sisi lain, realisasi belanja pegawai Non-K/L

hingga Maret 2021 mencapai Rp39,4 triliun, dimana menurun sebesar 6,0 persen

dibandingkan tahun sebelumnya.

Realisasi Belanja Barang sampai dengan 31 Maret 2021 mencapai Rp63,7 triliun,

meningkat 81,6 persen (YoY). Peningkatan tersebut antara lain disebabkan oleh

pelaksanaan program penanganan Pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi

seperti pengadaan obat-obatan dan pengadaan/pelaksanaan vaksinasi, pembayaran

klaim biaya perawatan pasien Covid-19, pelaksanaan bantuan pelaku usaha mikro

(BPUM), serta pelaksanaan bantuan pendidikan dasar dan menengah.

Realisasi Belanja Modal sampai dengan 31 Maret 2021 mencapai Rp34,2 triliun atau

13,9 persen terhadap pagu APBN 2021, tumbuh signifikan 186,2 persen (YoY).

Pertumbuhan realisasi belanja modal ini utamanya dipengaruhi oleh pelaksanaan

proyek infrastruktur dasar lanjutan tahun 2020 dan infrastruktur konektivitas.

Realisasi Belanja Non-K/L hingga 31 Maret 2021 mencapai Rp148,5 triliun, naik 9,9

persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun 2020, yang digunakan

antara lain untuk pembayaran bunga utang, subsidi, dan belanja lain-lain. Realisasi

Pembayaran Bunga Utang sampai dengan 31 Maret 2021 mencapai Rp78,4 triliun,

naik 6,2 persen (YoY), sejalan dengan tambahan penerbitan utang yang dilakukan.

Sementara itu, realisasi subsidi sampai dengan 31 Maret 2021 tumbuh sebesar 14,3

persen (YoY), dengan realisasi mencapai Rp21,0 triliun. Peningkatan ini terutama

Page 55: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

53

Perkembangan Ekonomi Indonesia

disebabkan realisasi subsidi energi yang mencapai Rp20,9 triliun, terutama

dipengaruhi realisasi subsidi listrik yang mencapai Rp9,4 triliun dan tumbuh 22,1

persen (YoY), serta subsidi minyak tanah dan subsidi LPG 3 kg yang mencapai Rp11,5

triliun atau tumbuh 4,1 persen (YoY). Selain itu, realisasi penyaluran subsidi non energi

sampai Maret 2021 mencapai sebesar Rp526,9 Miliar, atau 0,81 persen dari pagu

APBN 2021 yang terdiri dari subsidi kredit program sebesar Rp381,8 miliar dan subsidi

Public Service Obligation (PSO) sebesar Rp145,0 miliar.

Selanjutnya adalah TKDD. Realisasi TKDD sampai dengan Maret 2021 mencapai

sebesar Rp173,0 triliun atau 21,8 persen dari Pagu APBN 2021. Realisasi tersebut lebih

rendah 0,9 persen (YoY). Lebih rendahnya realisasi hingga Maret 2021 tersebut

dipengaruhi oleh beberapa daerah yang masih terkendala dalam hal pemenuhan

syarat pelaporan untuk penyaluran DAU.

Dana Alokasi Umum (DAU) hingga 31 Maret 2021 telah disalurkan sebesar Rp104,0

triliun atau mencapai 26,7 persen dari pagu APBN 2021. Realisasi tersebut

memperlihatkan adanya penurunan sebesar 20,0 persen (YoY) yang disebabkan

beberapa daerah belum dapat memenuhi persyaratan penyaluran DAU bulan

Februari. Realisasi DAU di atas telah mencakup realisasi Penyaluran DAU bulan Januari

kepada 3 daerah, DAU bulan Februari kepada 55 daerah, DAU bulan Maret kepada 52

daerah, dan DAU bulan April kepada 166 daerah. Realisasi tersebut juga turut

dipengaruhi oleh pengenaan sanksi penundaan DAU bulan Februari bagi 2

pemerintah daerah dan DAU bulan April bagi 1 Pemerintah Daerah yang belum

menyampaikan Data/Informasi Keuangan Daerah serta penyaluran kembali DAU

bulan Februari kepada 5 Daerah yang terkena sanksi penundaan DAU.

Realisasi penyaluran Dana Bagi Hasil (DBH) sampai dengan akhir Maret 2021

mencapai sebesar Rp30,0 triliun atau 29,5 persen dari pagu APBN 2021, terutama

berasal dari penyaluran DBH reguler dan penyaluran Kurang Bayar DBH. Capaian yang

menunjukkan adanya kenaikan sebesar 143,7 persen (YoY) tersebut dipengaruhi oleh

adanya percepatan penyaluran Kurang Bayar DBH sebesar Rp13,4 triliun untuk

penyelesaian Kurang Bayar DBH Pajak dan SDA berdasarkan

KMK-3/KM.7/2021 tentang Penyaluran Kurang Bayar Dana Bagi Hasil dan

Penyelesaian Lebih Bayar Dana Bagi Hasil pada tahun 2021. Percepatan tersebut

diharapkan dapat meningkatkan ruang fiskal daerah dalam rangka pendanaan

penanganan Covid-19 serta program pemberian vaksin di daerah.

Dana Transfer Khusus sampai dengan akhir Maret 2021, realisasi DAK mencapai

Rp28,0 triliun. Realisasi tersebut terdiri dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik dan DAK

Non Fisik. Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik sebesar Rp73,8 miliar atau 0,1

persen dari pagu alokasi, naik secara persentase dibanding realisasi tahun 2020 yang

sebesar 69,9 persen. Hal ini disebabkan oleh adanya percepatan proses pengadaan

Page 56: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

54

Perkembangan Ekonomi Indonesia

barang/jasa oleh daerah berdasarkan Rencana Kegiatan (RK) yang telah disetujui

kementerian/lembaga.

Tabel 22. Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa

Keterangan Maret 2020 Maret 2021

Alokasi Realisasi Alokasi Realisasi % APBN

Transfer Ke Daerah 692,7 167,3 723,5 162,4 22,4

Dana Perimbangan 653,4 167,1 688,7 162,0 23,5

Dana Bagi Hasil 86,4 12,3 102,0 30,0 29,5

Dana Alokasi Umum 384,3 130,0 390,3 104,0 26,7

Dana Transfer Khusus 182,6 24,8 196,4 28,0 14,3

Dana Otonomi Khusus dan

Dana Keistimewaan DIY 20,9 0,2 21,3 0,2 0,9

Dana Insentif Daerah 18,5 - 13,5 0,1 0,9

Dana Desa 71,2 7,2 72,0 10,6 14,7

Total 763,9 174,5 795,5 173,0 21,7

Sumber: Kementerian Keuangan | dalam triliun Rp

Selanjutnya, penyaluran DAK Nonfisik hingga akhir Maret 2021 telah terealisasi

sebesar Rp28,0 triliun atau 21,3 persen dari pagu APBN 2021. Realisasi tersebut

mengalami kenaikan sebesar 12,9 persen (YoY). Kenaikan tersebut utamanya

disebabkan karena sebagian besar jenis DAK Nonfisik telah disalurkan sesuai jadwal

pelaksanaan penyaluran. Adapun beberapa jenis DAK Nonfisik lainnya yang belum

disalurkan, saat ini masih menunggu ditetapkannya petunjuk teknis dari

kementerian/lembaga terkait.

Penyaluran Dana Desa hingga akhir Maret 2021 terealisasi sebesar Rp10,6 triliun atau

14,7 persen dari pagu APBN 2021. Jumlah tersebut menunjukkan adanya peningkatan

sebesar 46,3 persen (YoY). Dana Desa untuk BLT Desa telah disalurkan sebesar

Rp405,30 miliar kepada 13.196 desa, yang diberikan kepada keluarga miskin di desa

yang tidak menerima program bantuan sosial dari Pemerintah seperti PKH, Kartu

Sembako, Kartu Pra Kerja dan Bantuan Sosial Tunai.

Selain itu, Dana Desa juga di-earmaked penggunaannya paling sedikit 8 persen dari

pagu Dana Desa setiap Desa untuk mendukung penanganan pandemi Corona Virus

Disease 2019 (Covid-19) di tingkat desa sebagaimana diamanatkan oleh PMK Nomor

17/PMK.07/2021. Dana Desa untuk penanganan pandemi Covid-19 telah disalurkan

sebesar Rp2,3 triliun kepada 29.041 desa.

Berdasarkan capaian Pendapatan dan Belanja Negara yang sudah disebutkan, hingga

akhir Maret 2021, defisit anggaran mencapai Rp144,2 triliun atau sekitar 0,8 persen

Page 57: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

55

Perkembangan Ekonomi Indonesia

terhadap PDB. Besaran tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama

tahun 2020 yang mencapai 0,5 persen PDB. Sementara itu posisi keseimbangan

primer pada Maret 2021 berada pada posisi negatif Rp65,8 triliun dari yang

sebelumnya sebesar negatif Rp2,2 triliun pada Maret 2020. Selanjutnya dari sisi

pembiayaan anggaran, realisasi hingga Maret 2021 mencapai sebesar Rp323,0 triliun.

Dengan kondisi defisit anggaran tersebut, posisi utang Pemerintah per akhir Maret

2021 sebesar Rp6.445,1 triliun, dengan rasio utang pemerintah terhadap PDB sebesar

41,6 persen. Secara nominal, posisi utang Pemerintah Pusat mengalami peningkatan

dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, hal ini disebabkan oleh

peningkatan kebutuhan pembiayaan untuk menangani masalah kesehatan dan

pemulihan ekonomi nasional.

Pembiayaan anggaran secara neto hingga Maret 2021 mencapai Rp323,0 triliun atau

32,1 persen dari pagu APBN 2021 yang artinya meningkat sebesar 282,1 persen

dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Realisasi pembiayaan anggaran tersebut utamanya bersumber dari pembiayaan

utang yang mencapai Rp328,5 triliun, terdiri dari Surat Berharga Negara (neto)

sebesar Rp337,2 triliun dan Pinjaman (neto) sebesar negatif Rp8,7 triliun. Realisasi

pembiayaan utang tersebut termasuk pembelian SBN oleh Bank Indonesia sesuai SKB

Gambar 27. Perkembangan Realisasi

Defisit APBN

Sumber: Kementerian Keuangan

Gambar 28. Perkembangan Utang

Pemerintah Pusat

Sumber: Kementerian Keuangan

-76,0

-144,2

-0,5

-0,8

Maret 2020 Maret 2021

Rp Triliun Persen PDB

4.010,3

4.418,34.756,1

6.074,6

6.445,729,5 30,0 29,9

38,741,6

2000

3000

4000

5000

6000

2017 2018 2019 2020 Maret2021

(per

sen

PD

B)

(tri

liun

Rp

)

Utang Pemerintah Pusat

Rasio Utang (%PDB)

Page 58: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

56

Perkembangan Ekonomi Indonesia

I yang mencapai Rp91,8 triliun,

terdiri dari SUN sebesar Rp57,2

triliun dan SBSN sebesar Rp34,5

triliun.

Di sisi lain, pemerintah juga telah

merealisasikan pembiayaan

investasi sebesar Rp5,6 triliun yang

juga bagian dari upaya percepatan

pemulihan ekonomi nasional.

Dalam memenuhi kebutuhan

pembiayaan anggaran yang cukup

besar untuk mengatasi dampak pandemi Covid-19, Pemerintah senantiasa

memperhatikan aspek kehati-hatian (prudent) dan akuntabel serta menjaga risiko

tetap terkendali.

Tabel 24. Rincian Realisasi Anggaran PC-PEN 2021

Klaster

Realisasi

Sementara

2020

Alokasi

2021 Realisasi

% Pagu

2021

Kesehatan 63,5 175,5 18,6 10,6

Perlindungan Sosial 220,4 150,9 47,9 31,8

Dukungan UMKM

dan Koperasi 173,2 191,1 37,7 19,7

Insentif Usaha 56,2 56,7 15,0 26,4

Program Prioritas 66,6 125,2 14,9 11,9

Total 579,8 699,4 134,1 19,2

Sumber: Kementerian Keuangan | dalam triliun Rp

Sementara itu, dalam rangka penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional

(PEN), pemerintah telah menganggarkan sebesar Rp699,4 triliun di tahun 2021 yang

terbagi dalam beberapa klaster, yaitu kesehatan sebesar Rp175,5 triliun, perlindungan

sosial sebesar Rp150,9 triliun, insentif usaha sebesar Rp56,7 triliun, dukungan UMKM

dan korporasi sebesar Rp191,1 triliun, dan program prioritas sebesar Rp125,2 triliun.

Alokasi tersebut meningkat sebesar 20,6 persen dari realisasi sementara tahun 2020

sebesar Rp579,8 triliun.

Sampai dengan 31 Maret 2021, realisasi program penanganan Covid-19 dan PEN

mencapai Rp134,1 triliun atau 19,2 persen dari pagu. Rincian realisasi tersebut

mencakup klaster kesehatan sebesar Rp18,6 triliun terutama untuk mendukung

pelaksanaan 3T dan 3M, bantuan Iuran JKN, serta pemberian insentif perpajakan

kesehatan. Klaster perlindungan sosial terealisasi sebesar Rp47,9 triliun, terutama

berasal dari penyaluran berbagai program bansos untuk keluarga miskin antara lain

Tabel 23. Perkembangan Komponen

Pembiayaan

Jenis

Pembiayaan

Maret 2020 Maret 2021

Nominal* %

APBN Nominal*

%

APBN

Utang

(neto)

86,3 7,1 86,3 7,1

Investasi -3,0 1,2 -3,0 1,2

Pinjaman 1,5 25,5 1,5 25,5

Penjaminan - 71,3 - 71,3

Lainnya 0,2 0,2 0,2 0,2

Sumber: Kementerian Keuangan | *triliun Rp

Page 59: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

57

Perkembangan Ekonomi Indonesia

untuk Program Keluarga Harapan (PKH); Kartu Sembako; dan Bansos Tunai, serta

program bansos lainnya yaitu BLT Desa, Kartu Pra Kerja, dan bantuan kuota internet

untuk peserta dan tenaga didik.

Selanjutnya, realisasi program prioritas ialah sebesar Rp14,9 triliun yang digunakan

untuk program padat karya, pariwisata, ketahanan pangan, ICT dan pengembangan

kawasan strategis. Sementara itu, realisasi anggaran dukungan UMKM dan korporasi

ialah sebesar Rp37,7 triliun terutama berasal dari Bantuan Pemerintah untuk Usaha

Mikro (BPUM), pemberian IJP UMKM dan korporasi untuk KMK dijamin, serta

penempatan dana pada perbankan. Terakhir, insentif kepada dunia usaha telah

diberikan berupa insentif atas PPh21 DTP, PPh final UMKM DTP, Pembebasan PPh 22

Impor, Pengurangan Angsuran PPh 25, Pengembalian Pendahuluan PPN, dan

Penurunan Tarif PPh Badan, dan pemberian insentif usaha, dengan realisasi

sementara sebesar Rp15,0 triliun.

Page 60: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

58

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Tabel 25. Realisasi APBN s.d 31 Maret 2020 dan 2021

(triliun rupiah)

2020 2021

Uraian

APBN

Perpres

72/2020

Realisasi s.d.

31 Maret % APBN

APBN Realisasi s.d.

31 Maret % APBN

A Pendapatan Negara 1.699,9 376,4 22,1 1.743,6 378,8 21,7

I. Pendapatan Dalam Negeri 1.698,6 376,1 22,1 1.742,7 378,5 21,7

1. Penerimaan Perpajakan 1.404,5 279,9 19,9 1.444,5 290,4 20,1

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 294,1 96,2 32,7 298,2 88,1 29,6

II. Hibah 1,3 0,3 22,0 0,9 0,3 31,4

B. Belanja Negara 2.739,2 452,4 16,5 2.750,0 523,0 19,0

I. Belanja Pemerintah Pusat 1.975,2 277,9 14,1 1.954,5 350,1 17,9

1. Belanja K/L 836,4 143,0 17,1 1.032,0 201,6 19,5

2. Belanja Non K/L 1.138,9 134,9 11,9 922,6 148,5 16,1

II. Transfer ke Daerah dan Dana Desa 763,9 174,5 22,8 795,5 173,0 21,7

1. Transfer ke Daerah 672,9 167,3 24,9 722,2 162,4 22,5

2. Dana Desa 71,2 7,2 10,1 72,0 10,6 14,7

C. Keseimbangan Primer -20,1 -2,2 10,8 -633,1 -65,8 10,4

D. Surplus/(Defisit) Anggaran (A-B) -1.039,2 -76,0 7,3 -1.006,4 -144,2 14,3

% Surplus (Defisit) Anggaran thd PDB -6,34 -0,49 -0,82

E. Pembiayaan Anggaran 1.039,2 84,5 8,1 1.006,4 323,0 32,1

al. Pembiayaan Utang 1.220,5 86,3 7,1 1.177,4 328,5 27,9

Sumber: Kementerian Keuangan, 2020

Page 61: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

59

Perkembangan Ekonomi Indonesia

2.4 Moneter dan Jasa Keuangan

Moneter

Suku bunga acuan diturunkan menjadi 3,50 persen, turun sebanyak 150 bps

sejak tahun 2020 dan terendah sepanjang penetapan suku bunga acuan BI 7DRR

pada Agustus 2016. Respon kebijakan moneter dalam rangka mendukung

percepatan pemulihan ekonomi nasional ditempuh melalui kebijakan penurunan

suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebanyak 25 basis poin pada

triwulan I tahun 2021. Kebijakan ini didukung tingkat inflasi yang rendah serta

perlunya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah ditengah masih tingginya

ketidakpastian pasar keuangan global.

Ekspansi moneter berlanjut pada tahun

2021 sejalan dengan dengan akselerasi

stimulus fiskal. Berlanjutnya langkah

pelonggaran kebijakan moneter yang

ditempuh Bank Indonesia tercermin

melalui kebijakan Quantitative Easing (QE)

dan makroprudensial yang menekankan

pada jalur kuantitas melalui penyediaan

likuiditas perbankan, termasuk juga

dukungan Bank Indonesia kepada Pemerintah dalam membantu pembiayaan APBN

tahun 2021. Bank Indonesia melanjutkan komitmen untuk membantu pendanaan

APBN tahun 2021 melalui pembelian SBN dari pasar perdana baik melalui mekanisme

pasar maupun langsung, sebagaimana amanat UU No. 2 Tahun 2020. Sesuai dengan

Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia tanggal 16 April

2020 yang diperpanjang hingga Desember 2021.

Pada triwulan I tahun 2021, Bank Indonesia menambah likuiditas (QE) di perbankan

sekitar Rp50,3 triliun (per 16 Maret 2021). Ekspansi moneter diperkuat dengan

berlanjutnya pembelian SBN oleh Bank Indonesia di pasar perdana untuk mendukung

pembiayaan APBN 2021, mencapai Rp65,0 triliun hingga 16 Maret 2021 termasuk

skema lelang utama sebesar Rp22,9 triliun dan Greenshoe Option (GSO) sebesar

Rp42,1 trilun.

Nilai tukar Rupiah melemah sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian di

pasar keuangan global akibat naiknya yield US Treasury (UST). Pada triwulan I

tahun 2021 nilai tukar Rupiah mencapai Rp14.155 per USD, melemah 3,4 persen (YtD).

Namun demikian, jika dibandingkan triwulan I tahun 2020, Rupiah menguat tipis 0,7

persen. Per 31 Maret 2021, nilai tukar Rupiah ditutup pada level Rp14.525 per USD.

Tabel 26. Perkembangan Reverse

Repo Surat Berharga Negara

Tenor persen (%)

Jan Feb Mar

7 hari 3,75 3,50 3,50

2 minggu 3,52 3,27 3,27

1 bulan 3,53 3,27 3,27

Sumber: Bank Indonesia

Page 62: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

60

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Dari sisi eksternal, pelemahan nilai tukar Rupiah dipengaruhi terhambatnya aliran

modal asing yang masuk ke negara-negara berkembang, termasuk ke Indonesia,

dipengaruhi respon pasar terhadap lanjutan stimulus kebijakan fiskal yang diberikan

oleh Pemerintah Amerika Serikat (American Rescue Plan) pada awal tahun 2021.

Stimulus tersebut berdampak pada meningkatnya optimisme investor akan prospek

pemulihan ekonomi AS yang lebih cepat dari perkiraan awal, tercermin dari naiknya

yield US Treasury dan ketidakpastian di pasar keuangan global. Tertahannya aliran

modal asing yang masuk ke Indonesia ditunjukkan dari net outflow portofolio asing

pada periode Januari hingga 16 Maret 2021 sebesar 1,6 miliar dolar AS.

Dari sisi internal, pelemahan nilai

tukar Rupiah dapat diminimalkan

ditopang oleh perbaikan kondisi

perekonomian domestik yang terus

berlanjut yang tercermin dari: (i)

Berlanjutnya Implementasi program

vaksinasi Covid-19, (ii) Inflasi yang

rendah dan terjaga; (iii) Defisit

transaksi berjalan yang rendah; serta

(iv) Imbal hasil aset keuangan

domestik yang tinggi.

Nilai tukar riil (REER) Rupiah relatif

rendah dibandingkan negara-

negara di kawasan ASEAN pada

triwulan I 2021. Indeks REER Rupiah

pada Januari hingga Maret 2021

secara berturut-turut mencapai 89,81;

89,77; dan 89 persen. Secara

fundamental, REER Indonesia masih

berada dibawah nilai wajar

(undervalued). Rendahnya REER

Indonesia mendorong daya saing

perdagangan Indonesia di antara

negara-negara di kawasan ASEAN.

Pada akhir triwulan I, posisi REER

Indonesia berada dibawah Filipina,

Thailand, Singapura, tetapi lebih

tinggi dibandingkan Malaysia. Posisi

REER tertinggi ditempati oleh Filipina, Thailand, Singapura, dan Malaysia, secara

Gambar 29. Perkembangan Nilai Tukar

Rupiah terhadap USD, 2019-2021

Gambar 30. Real Effective Exchange Rate

ASEAN-5, (2010=100)

Sumber: Bloomberg

Sumber: Bloomberg

3/31/2021Rp14.525

13.000

14.000

15.000

16.000

17.000

Mar

-19

Mei

-19

Jul-

19

Sep

-19

No

v-19

Jan

-20

Mar

-20

Mei

-20

Jul-

20

Sep

-20

No

v-20

Jan

-21

Mar

-21

89

106,91

84,31

116,53

104,57

80

85

90

95

100

105

110

115

120

Mar

-15

Mar

-16

Mar

-17

Mar

-18

Mar

-19

Mar

-20

Mar

-21

INDONESIA THAILANDMALAYSIA FILIPINASINGAPURA

Page 63: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

61

Perkembangan Ekonomi Indonesia

berturut-turut mencapai sebesar 116,53 persen, 106,91 persen, 104,57 persen, dan

84,31 persen.

Meski mengalami perlambatan,

likuiditas perekonomian tumbuh

positif. Sepanjang periode Januari-

Maret 2021, M2 tumbuh sebesar 11,8;

11,3; dan 6,9 persen (YoY), melambat

dibandingkan triwulan IV tahun 2020

yang secara berturut-turut sebesar 12,5;

12,2; dan 12,4 persen (YoY). Tertahannya

pertumbuhan M2 pada triwulan I tahun

2021 dipengaruhi penurunan aktiva luar

negeri bersih, perlambatan tagihan

bersih kepada Pemerintah Pusat, dan

rendahnya penyaluran kredit.

Selanjutnya, pertumbuhan M1 pada

triwulan I tahun 2021 secara berturut-turut mencapai 18,7; 18,6; dan 10,8 persen

(YoY). Rendahnya pertumbuhan M1 pada akhir triwulan I tahun 2021 didorong

penurunan peredaran uang kartal dan giro rupiah.

Pada triwulan I tahun 2021 pertumbuhan uang kuasi mengalami perlambatan.

Sepanjang periode Januari-Maret 2021 tercatat 9,7; 9,2; dan 5,9 persen (YoY).

Penurunan uang kuasi yang cukup tajam pada akhir triwulan I tahun 2021 dipengaruhi

seluruh komponen uang kuasi yang terdiri dari tabungan, simpanan berjangka dalam

bentuk rupiah dan valas seiring dengan penurunan suku bunga simpanan, serta giro

valas.

Likuiditas yang longar mendorong tingginya rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak

Ketiga (AL/DPK) yakni 33,58 persen dan rendahnya rata-rata suku bunga PUAB

overnight, sekitar 2,79 persen pada Maret 2021. Kebijakan pelonggaran likuiditas dan

penurunan suku bunga kebijakan (BI7DRR) direspon perbankan melalui penurunan

suku bunga dasar kredit sebesar 171 bps (YoY) per Februari 2021.

Pada triwulan I tahun 2021,

tingkat inflasi tetap rendah dan

masih berada dibawah batas

bawah sasaran inflasi 2021 yaitu

2,0 – 4,0 persen (YoY). Tingkat inflasi

tahunan (YoY) pada triwulan I tahun

2021 sebesar 1,37 persen (YoY), lebih

rendah dibandingkan periode yang

Gambar 31. Perkembangan Uang Beredar

Sumber: Bank Indonesia

Tabel 27. Tingkat Inflasi Domestik

Q1 2020 Q1 2021

Jan Feb Jan Jan Feb Mar

YoY 2,7 3,0 2,7 1,5 1,4 1,4

MtM 0,4 0,3 0,4 0,3 0,1 0,1

YtD 0,4 0,7 0,4 0,3 0,4 0,4

Sumber: Badan Pusat Statistik

11,811,3

6,9

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Agt

Sep

Okt

No

v

Des Jan

Feb

Mar

2020 2021

Uang Beredar Sempit (M1)

Uang Kuasi

Uang Beredar Luas (M2)

Page 64: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

62

Perkembangan Ekonomi Indonesia

sama pada tahun 2020, lebih rendah dari batas bawah sasaran inflasi 2021 yaitu 2,0

persen (YoY). Secara berturut-turut inflasi tahunan pada Januari – Maret 2021 sebesar

1,55; 1,38; dan 1,37 persen (YoY). Secara bulanan (MtM) pada periode yang sama,

masing-masing mencapai 0,26; 0,10; dan 0,08 persen. Capaian inflasi pada triwulan I

tahun 2021 menunjukkan tren menurun bila dibandingkan triwulan IV tahun 2020.

Inflasi inti yang tetap rendah pada triwulan I tahun 2021 dipengaruhi oleh deflasi

komoditas mobil seiring dengan pemberian insentif penurunan tarif Pajak Penjualan

atas Barang Mewah (PPnBM) untuk kendaraan bermotor tertentu dan berlanjutnya

deflasi komoditas emas perhiasan seiring perlambatan inflasi emas global. Rendahnya

inflasi inti sejalan dengan permintaan global dan domestik yang belum pulih, serta

ditopang stabilitas nilai tukar yang terjaga.

Daya beli masyarakat diperkirakan masih

lemah, tercermin dari Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK) yang masih dibawah

level optimis (<100). Meski demikian, IKK

bulan Maret meningkat menjadi 93,4,

didorong oleh optimisme terhadap

kondisi ekonomi saat ini, baik dari aspek

ketersediaan lapangan kerja,

penghasilan, maupun ketepatan waktu

pembelian barang tahan lama.

Inflasi pada Maret 2021 dikontribusikan

oleh inflasi komponen harga bergejolak

(volatile foods) yang mengalami

peningkatan dipengaruhi oleh

meningkatnya harga komoditas global dan kenaikan harga komoditas hortikultura

seperti cabai rawit dan bawang merah akibat faktor cuaca. Namun demikian,

peningkatan lebih lanjut inflasi volatile foods tertahan oleh deflasi beberapa

komoditas yang memasuki masa panen seperti cabai merah. Selain itu, terjaganya

inflasi komponen harga bergejolak tidak terlepas dari upaya Pemerintah dalam

menjaga ketersediaan pasokan serta memastikan kelancaran distribusi komoditas

strategis agar tetap memadai. Pada Januari – Maret 2021 secara berturut-turut inflasi

volatile foods mencapai 2,82 persen; 1,52 persen; dan 2,49 persen. Inflasi kelompok

administered prices pada triwulan I tahun 2021 juga meningkat tipis secara berturut-

turut mencapai 0,34; 0;66; 0,88 persen (YoY) didorong kenaikan tarif di beberapa ruas

jalan tol serta peningkatan harga rokok, terutama rokok kretek filter akibat kenaikan

Cukai Hasil Tembakau (CHT) yang berlanjut.

Gambar 32. Perkembangan Indeks Harga

Konsumen (IKK) dan Inflasi Inti

Sumber: BI dan BPS

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

140,0

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

Jan

Ap

r

Jul

Okt

Jan

Ap

ril

Juli

Okt

Jan

uar

i

2019 2020 2021

(in

dek

s)

(per

sen

)

IntiIKK

Page 65: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

63

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Berdasarkan kelompok pengeluaran, sebagian besar mengalami penurunan pada

triwulan I tahun 2021. Terdapat kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi pada

Maret 2021, yaitu: (i) kelompok transportasi dipengaruhi oleh normalisasi penurunan

tarif angkutan, khususnya angkutan udara pascalibur akhir tahun; (ii) kelompok

perawatan pribadi dan jasa lainnya dipengaruhi oleh penurunan harga emas

perhiasan; dan (ii) kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Sedangkan

kelompok pengeluaran yang mengalami peningkatan adalah kelompok makanan,

minuman, dan tembakau dipengaruhi oleh peningkatan harga sejumlah komoditas

pangan akibat perubahan cuaca.

Selanjutnya, perkembangan indeks harga pangan menunjukkan bahwa sebagian

besar komoditas mulai mengalami penurunan. Komoditas cabai merah, bila

dibandingkan pada awal tahun, mengalami penurunan cukup tajam pada Maret 2021

karena telah mulai memasuki masa panen. Sedangkan komoditas cabai rawit dan

bawang merah menunjukkan peningkatan dan merupakan komoditas dengan indeks

harga tertinggi pada Maret 2021. Kenaikan harga cabai rawit dan bawang merah

diduga dipengaruhi oleh pola musiman dan tingginya permintaan. Pasokan yang

Tabel 28. Tingkat Inflasi Domestik

Berdasarkan Komponen (YoY)

Komponen Persentase (%)

Jan Feb Mar

Inti 1,56 1,53 1,21

Harga Bergejolak 2,82 1,52 2,49

Harga diatur

pemerintah 0,34 0,66 0,88

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 29. Inflasi Kelompok Pengeluaran

(MtM)

Kelompok

Pengeluaran

Persentase (%)

Jan Feb Mar

UMUM (headline) 0,26 0,10 0,08

Makanan,

Minuman, dan

Tembakau

0,81 0,07 0,40

Pakaian dan Alas

Kaki 0,11 0,06 0,02

Perumahan, Air,

Listrik, dan Bahan

bakar Lainnya

0,03 0,04 0,04

Perlengkapan,

Peralatan, dam

Pemeliharaan Rutin

Rumah Tangga

0,15 0,36 0,10

Kesehatan 0,19 0,19 0,08

Transportasi -0,30 0,30 -0,25

Informasi,

Komunikasi, dan

Jasa Keuangan

0,04 -0,03 -0,03

Rekreasi, Olahraga,

dan Budaya 0,05 0,06 0,05

Pendidikan 0,04 0,00 0,01

Penyediaan

Makanan &

Minuman/Restoran

0,33 0,28 0,17

Perawatan Pribadi

dan Jasa Lainnya 0,23 -0,14 -0,39

Sumber: Badan Pusat Statistik

Gambar 33. Perkembangan Indeks Harga

Pangan Strategis Nasional, (2018=100)

Sumber: PIHPS

124,7

141,8

60

100

140

180

220

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Minyak Goreng Daging SapiDaging Ayam Telur AyamBeras Medium Gula PasirCabai Rawit Cabai MerahBawang Merah Bawang Putih

Page 66: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

64

Perkembangan Ekonomi Indonesia

terbatas akibat perubahan cuaca di beberapa daerah sentra tidak mampu memenuhi

permintaan.

Jasa Keuangan

Sektor jasa keuangan masih terkendali dan stabil di tengah tekanan yang

dihadapi.

Perbankan Konvensional. Kinerja

perbankan konvensional secara umum

masih terjaga, di tengah pelemahan

perekonomian akibat Covid-19 yang

belum sepenuhnya pulih.

Permodalan perbankan sangat kuat,

tercermin dari Rasio kecukupan modal

(Capital Adequacy Ratio/CAR) pada bulan

Februari tahun 2021 sebesar 24,5 persen,

lebih tinggi dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya

yaitu sebesar 22,3 persen, jauh di atas

threshold minimum yang ditetapkan yaitu

8 persen. Selanjutnya dari sisi likuiditas,

likuiditas perbankan masih mengalami

pelonggaran, tercermin dari Loan to

Deposit Ratio (LDR) yang menurun, yaitu

dari 92,5 persen pada Februari tahun 2020

menjadi 81,8 persen pada Februari tahun

2021. Hal tersebut didorong oleh kontraksi

penyaluran kredit yang masih terjadi di

tengah pertumbuhan Dana Pihak Ketiga

(DPK) yang tinggi. Sementara itu,

meningkatnya rasio kredit bermasalah

(Non-Performing Loan/NPL) juga masih

menjadi tantangan. Pada bulan Februari

tahun 2021, rasio NPL sebesar 3,2 persen,

meningkat dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya sebesar 2,8

persen. Melemahnya perekonomian masih

menjadi faktor utama yang mendorong

terhambatnya kemampuan bayar debitur.

Gambar 34. Kinerja Perbankan

Konvensional

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan: data Q1 adalah bulan Februari

Gambar 35. Perkembangan DPK

Perbankan Konvensional

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan: data Q1 adalah bulan Februari

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

76,0

78,0

80,0

82,0

84,0

86,0

88,0

90,0

92,0

94,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2020 2021

(persen)(persen)

LDR NPL CAR

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

5.600

5.800

6.000

6.200

6.400

6.600

6.800

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2020 2021

(persen)(rupiah)

Total DPK Pert. Total DPK

Pert. Deposito Pert. Tabungan

Pert. Giro

Page 67: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

65

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Hingga awal tahun 2021, total Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan masih tumbuh

tinggi dan stabil pada level double digit, meskipun mulai melandai jika dibandingkan

dengan pertumbuhan pada triwulan IV tahun 2020. DPK tumbuh sebesar 10,1 persen

(YoY) pada Februari tahun 2021, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,1 persen (YoY). Jika ditinjau dari komponennya,

pertumbuhan pada giro merupakan faktor utama pendorong pertumbuhan total

DPK. Giro tumbuh hingga mencapai 17,2 persen (YoY), sementara tabungan dan

deposito masing-masing tumbuh sebesar 11,6 dan 6 persen (YoY). Deposito mulai

menunjukkan perlambatan pertumbuhan, didorong oleh terus turunnya suku bunga

deposito.

Sejalan dengan perlambatan

perekonomian, total penyaluran kredit

perbankan masih terus mengalami

kontraksi hingga tahun 2021. Pada

Februari tahun 2021, total kredit

perbankan terkontraksi sebesar -2,1

persen (YoY), namun menunjukkan

perbaikan jika dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang terkontraksi

sebesar -2,4 persen (YoY). Jika ditinjau

lebih lanjut, penurunan penyaluran kredit

terjadi pada seluruh jenis kredit, dengan

penurunan kredit tertinggi terjadi pada

jenis Kredit Modal Kerja (KMK) yang

terkontraksi sebesar -3,3 persen (YoY).

Sementara itu, kedua jenis kredit lainnya

juga masih mengalami kontraksi, yaitu

Kredit Investasi (KI) dan Kredit Konsumsi (KK) masing-masing sebesar -1,2 persen

(YoY) pada Februari tahun 2021.

Selanjutnya, ditinjau dari lapangan usaha penerima kredit, kontraksi penyaluran kredit

masih terjadi di sebagian besar sektor ekonomi. Sektor perdagangan besar dan

eceran merupakan sektor yang paling terdampak, dimana sebesar 23,9 persen dari

total kredit kepada lapangan usaha disalurkan ke sektor tersebut dan sektor tersebut

justru mengalami kontraksi penyaluran kredit yang cukup besar, yaitu sebesar -5,1

persen (YoY) pada Februari tahun 2021. Selanjutnya, penyaluran kredit kepada

lapangan usaha terbesar kedua adalah industri pengolahan, yaitu sekitar 22,5 persen

dari total kredit perbankan disalurkan kepada industri pengolahan. Namun demikian,

penyaluran kredit pada sektor tersebut juga terkontraksi -3,6 persen (YoY). Meskipun

demikian, masih terdapat beberapa sektor utama yang mengalami pertumbuhan

Gambar 36. Perkembangan Kredit

Perbankan Konvensional

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan: data Q1 adalah bulan Februari

-5,0

0,0

5,0

10,0

5.350

5.400

5.450

5.500

5.550

5.600

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2020 2021

(persen)(rupiah)

Total Kredit (Rp) Pert. Tot. Kredit

Pert. KI Pert. KMK

Pert. KK

Page 68: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

66

Perkembangan Ekonomi Indonesia

positif, seperti sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi, sektor penyediaan

akomodasi dan makan minum, dan sektor administrasi Admistrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib.

Tabel 30. Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional

Penerima Pembiayaan Lapangan Usaha

2020 2021

Q1 Q4 Q1

miliar Rp

Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 372.109 385.586 386.046

Perikanan 14.438 16.032 16.203

Pertambangan dan Penggalian 134.498 124.618 124.414

Industri Pengolahan 904.083 893.642 871.568

Listrik, gas dan air 199.749 168.881 165.385

Konstruksi 350.050 376.473 370.590

Perdagangan Besar dan Eceran 974.243 942.188 924.307

Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan

minum

111.210 116.183 117.171

Transportasi. pergudangan dan komunikasi 246.485 266.189 266.255

Perantara Keuangan 242.558 216.297 205.614

Real Estate. Usaha Persewaan. dan Jasa

Perusahaan

264.190 259.978 256.034

Administrasi Pemerintahan. Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib

29.272 30.887 31.715

Jasa Pendidikan 13.858 13.594 13.514

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 28.526 28.262 28.093

Jasa Kemasyarakatan. Sosial Budaya. Hiburan dan

Perorangan lainnya

82.680 89.457 91.955

Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga 3.243 2.989 2.962

Badan Internasional dan Badan Ekstra

Internasional Lainnya

323 358 364

Kegiatan yang belum jelas batasannya 2.642 2.490 2.262

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan | Catatan: data Q1 adalah bulan Februari

Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pada tahun 2021, pemerintah menargetkan penyaluran

Kredit Usaha Rakyat sebesar Rp253 triliun, meningkat sebesar Rp63 triliun dari target

penyaluran tahun 2019. Hingga triwulan I tahun 2021, KUR telah disalurkan kepada

1,7 juta debitur, dengan total penyaluran sebesar Rp64,6 triliun (mencapai 25,5 persen

dari target yang ditetapkan). Penyaluran tersebut sebagian besar disalurkan kepada

sektor perdagangan yang memiliki porsi sebesar 45 persen dari total KUR yang

disalurkan, dan diikuti oleh sektor pertanian dan sektor jasa masing-masing sebesar

29,5 persen dan 14,1 persen.

Dalam penyalurannya, KUR terbagi menjadi 4 (empat) skema, yaitu KUR Super Mikro

(pinjaman ≤ 10 juta), KUR Mikro (pinjaman ≤Rp25 juta), KUR Kecil (pinjaman Rp25–

200 juta), dan KUR Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Berdasarkan skema tersebut, hingga

triwulan I tahun 2021, KUR Mikro mendominasi total penyaluran KUR yaitu sebesar

Page 69: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

67

63,9 persen, diikuti oleh KUR Kecil yaitu sebesar 34,2 persen, sementara sisanya

adalah KUR Super Mikro sebesar 1,6 persen, dan KUR TKI sebesar 0,3 persen. Jika

dilihat penyaluran KUR berdasarkan wilayah, penyaluran masih terkonsentrasi di

wilayah Jawa dan Sumatera, dengan porsi masing-masing sebesar 57,1 persen dan

21,4 persen.

Pasar Modal. Secara umum, kondisi pasar modal domestik relatif masih terbilang

underperform akibat adanya kenaikan imbal hasil surat utang Pemerintah Amerika

Serikat (AS) dengan tenor 10 tahun ke posisi tertinggi selama 14 bulan terakhir, yakni

di atas level 1,7 persen. Hal tersebut kemudian mempengaruhi appetite para investor

non-residen dan mendorong terjadinya aliran dana asing untuk keluar.

Walaupun masih mengalami tekanan yang disebabkan oleh kombinasi sentimen

negatif yang terjadi secara bersamaan baik dari dalam negeri yang timbul dari adanya

wacana pengurangan investasi saham dan reksadana oleh BPJS Ketenagakerjaan,

maupun luar negeri yang terjadi akibat adanya tekanan jual seiring dengan kenaikan

yield obligasi pemerintah AS, kinerja pasar saham yang ditunjukkan oleh IHSG dan

nilai kapitalisasi pasar, relatif masih menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan

triwulan I tahun 2020. Hal ini utamanya disebabkan oleh aliran modal asing yang

masuk ke pasar domestik dalam jumlah yang relatif besar pada bulan Januari 2021

akibat meningkatnya optimisme investor terkait dengan program vaksinasi Covid-19.

Akan tetapi, naiknya yield US treasury bond kembali mendorong aliran modal asing

untuk keluar.

Gambar 37. Perkembangan IHSG dan

Nilai Kapitalisasi Pasar Saham

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Gambar 38. Perkembangan

Outstanding Obligasi Korporasi

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

5.200

5.400

5.600

5.800

6.000

6.200

6.400

6.600

6.800

7.000

7.200

4.500

4.700

4.900

5.100

5.300

5.500

5.700

5.900

6.100

6.300

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2020 2021

(in

dek

s)

Nilai Kapitalisasi Pasar (Rp) IHSG

415

420

425

430

435

440

445

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2020 2021

(tri

liun

Rp

)

Page 70: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

68

Jika dibandingkan dengan triwulan I tahun 2020, IHSG mengalami peningkatan

sebesar 31,8 persen (YoY) ke level 5.985,5. Sementara itu, sejalan dengan pergerakan

IHSG, nilai kapitalisasi pasar saham juga tumbuh positif sebesar 34,7 persen (YoY) dan

ditutup di level Rp7.070,6 triliun pada awal tahun 2020.

Sementara itu, pasar obligasi korporasi kembali menunjukkan pelemahan pada

triwulan I tahun 2021 jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.

Pada awal tahun 2021, total nilai obligasi korporasi mencapai Rp432,9 triliun, atau

melemah sebesar 2,3 persen (YoY). Secara umum, kondisi ini dipengaruhi oleh faktor

likuiditas dan risk appetite para investor yang masih cukup fluktuatif di tengah

pandemi Covid-19.

Asuransi. Kinerja Industri Asuransi pada triwulan I tahun 2021 masih mengalami

peningkatan seperti pada triwulan sebelumnya, yang salah satunya tercermin dari

perkembangan total aset Industri Asuransi. Total aset Industri Asuransi meningkat

menjadi sebesar Rp1.450,8 triliun atau tumbuh sebesar 16,3 persen (YoY), lebih tinggi

jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 6,3

persen (YoY) (Gambar 38). Hal tersebut didorong oleh jenis industri asuransi jiwa yang

memiliki total aset terbesar.

Dana Pensiun. Pada triwulan I tahun 2021, jumlah aset dan investasi industri dana

pensiun tetap tumbuh tinggi, dan mengalami perbaikan yang cukup besar jika

dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Jumlah investasi pada

triwulan I tahun 2021 sebesar Rp303,7 triliun, atau tumbuh sebesar 12,9 persen (YoY).

Sementara itu, jumlah aset neto sebesar Rp313,7 triliun, tumbuh 12,2 persen (YoY).

Page 71: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

69

Teknologi Keuangan (Fintech). Hingga triwulan I tahun 2021, pelemahan ekonomi

akibat pandemi Covid–19 masih memberi tekanan kepada Industri Fintech Indonesia,

yang tercermin dari melambatnya pertumbuhan penyaluran pinjaman dan rekening

peminjam. Penyaluran pinjaman tumbuh sebesar 77,2 persen (YoY) pada triwulan I

tahun 2021, lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

tumbuh mencapai 91,3 persen (YoY). Demikian halnya akumulasi rekening peminjam

yang tumbuh sebesar 129,1 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2021, lebih rendah

Gambar 39. Perkembangan Aset

Industri Asuransi

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Gambar 40. Perkembangan Jumlah Aset

Bersih dan Jumlah Investasi Dana Pensiun

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Gambar 41. Perkembangan Industri

Teknologi Keuangan

(peer-to-peer lending)

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Gambar 42. Tingkat Wanprestasi

Industri Teknologi Keuangan

(peer-to-peer lending)

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

14,0

16,0

18,0

1.100

1.150

1.200

1.250

1.300

1.350

1.400

1.450

1.500

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2020 2021(p

erse

n)

(tri

liun

Rp

)

AsetPertumbuhan (%, YoY)

0

2

4

6

8

10

12

14

240

260

280

300

320

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2020 2021

(per

sen

)

(tri

liun

Rp

)

AsetInvestasiPert. Aset (%, YoY)Pert. Investasi (%, YoY)

0

10

20

30

40

50

60

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2020 2021

(ju

ta e

nti

tas)

(tri

liun

Rp

)

Pinjaman Tersalurkan (triliun Rp)

Penerima Pinjaman (juta entitas)

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

9,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2020 2021

(per

sen

)

Page 72: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

70

jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh tingga 134,6 persen

(YoY).

Di sisi lain, meskipun terjadi perlambatan pertumbuhan akumulasi pinjaman dan

perlambatan pertumbuhan akumulasi rekening peminjam, tingkat risiko kredit

industri fintech mulai membaik pada triwulan I tahun 2021, setelah sebelumnya

sempat mencatat kredit macet yang sangat tinggi. Tingkat wanprestasi (kredit macet)

industri fintech justru mengalami penurunan yaitu menjadi 1,32 persen pada triwulan

I tahun 2021, jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu 4,78

persen.

Perbankan Syariah. Perlambatan ekonomi yang terus berlanjut akibat dari pandemi

Covid-19 masih memberi tekanan pada kinerja perbankan. Namun demikian, berbeda

halnya dengan kinerja perbankan syariah yang mulai membaik pada Februari 2021.

Hal ini ditunjukan pada Rasio kecukupan Modal (CAR) Bank Umum Syariah (BUS),

pada triwulan IV sebelumnya tercatat di angka 21,6 persen, angka ini terus membaik

dari sebelumnya yang sempat stagnan pada angka 20,4 persen.

Kinerja positif perbankan Syariah juga tercermin dari meningkatnya kualitas

pembiayaan yang disalurkan, atau menurunnya rasio pembiayaan bermasalah (Non

Performing Financing/NPF). Pada bulan Februari tahun 2021, NPF pada BUS relatif

terjaga sebesar 3,2 persen atau turun sebesar 5 basis poin dibandingkan triwulan

sebelumnya. Sementara pada Unit Usaha Syariah (UUS), NPF melemah sebesar 3,1

persen pada bulan Februari tahun 2021, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan

IV tahun 2020 sebesar 3,0 persen.

Gambar 43. Kinerja Bank Umum Syariah

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan: data Q1 adalah bulan Februari

Gambar 44. Kinerja Unit Usaha Syariah

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan: data Q1 adalah bulan Februari

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

80,0

90,0

18

19

20

21

22

23

24

25

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2020 2021

(per

sen

)

(per

sen

)

CAR NPF FDR

90

92

94

96

98

100

102

104

106

2,8

2,9

3

3,1

3,2

3,3

3,4

3,5

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2020 2021

(per

sen

)

(per

sen

)

NPF FDR

Page 73: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

71

Selanjutnya dari segi likuiditas, pada bulan Februari 2021, masih terjadi pelonggaran

likuiditas baik pada Bank Umum Syariah (BUS) maupun Unit Usaha Syariah (UUS).

Rasio pembiayaan terhadap penghimpunan dana (Financing to Deposit Ratio/FDR)

pada BUS yang sebesar 76,5 persen meningkat sedikit dari triwulan sebelumnya yang

sebesar 76,4 persen. Hal yang sama terjadi pada FDR UUS sebesar 96,6 persen

meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 96,0 persen.

Selanjutnya, meskipun secara QtQ tumbuh negatif dibandingkan triwulan IV tahun

2020, total Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah pada bulan Februari tahun

2021 tumbuh sebesar 9,9 persen (YoY) atau menjadi sebesar Rp462,4 triliun. Total

Aset perbankan syariah (BUS dan UUS) juga tumbuh 12,7 persen (YoY) atau menjadi

sebesar Rp587,5 triliun per Februari 2021. Sejalan dengan pertumbuhan DPK dan aset,

pembiayaan perbankan syariah (BUS dan UUS) juga tumbuh meskipun lebih rendah

daripada pertumbuhan DPK dan aset, yaitu tumbuh 7,5 persen (YoY) atau menjadi

Rp382,1 triliun per Februari 2021.

Selanjutnya, apabila ditinjau secara lebih detail terkait berdasarkan jenis atau tujuan

penggunaannya, pembiayaan perbankan syariah per Februari 2021 masih didominasi

oleh pembiayaan konsumsi, yaitu sebesar Rp 185,0 triliun. Selain mendominasi,

pembiayaan konsumsi juga mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 15,4

persen (YoY). Disusul pembiayaan modal kerja dan investasi pada Februari 2021

masing-masing sebesar Rp110,2 triliun dan Rp86,9 triliun, atau tumbuh masing-

masing sebesar 0,3 dan 2,2 persen (YoY).

Gambar 45. Dana Pihak Ketiga,

Pembiayaan, dan Total Aset

Perbankan Syariah

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan: data Q1 adalah bulan Februari

Tabel 31. Perkembangan Pembiayaan

Perbankan Syariah

Pembiayaan

Berdasarkan

Jenis Akad

2020 2021

Q1 Q4 Q1*

triliun Rp

Pembiayaan

Modal Kerja 111,2 115,0 110,2

Pembiayaan

Investasi 87,2 87,2 86,9

Pembiayaan

Konsumsi 163,2 181,6 185,0

Total

Pembiayaan 361,6 384,0 382.1

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

*data bulan Februari

0

100

200

300

400

500

600

700

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2020 2021

(tri

liun

Rp

)

DPK Aset Pembiayaan

Page 74: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

72

Apabila ditinjau secara sektoral, sektor perdagangan besar dan eceran; sektor

konstruksi dan sektor industri pengolahan mendominasi peyaluran pembiayaan

perbankan syariah hingga bulan Februari tahun 2021, dengan nilai penyaluran

pembiayaan masing-masing sebesar Rp 40,0 triliun, Rp 36,5 triliun dan Rp 25,9 triliun

atau berkontribusi masing-masing sebesar 10,5 persen, 9,56 persen dan 6,8 persen

terhadap total pembiayaan perbankan syariah. Dua dari ketiga sektor utama ini tetap

tumbuh positif yakni sektor perdagangan besar dan eceran dan sektor kontruksi

masing-masing sebesar 8,6 persen dan 15,5 persen (YoY) pada Februari 2021.

Beberapa sektor lain yang juga mengalami pertumbuhan pembiayaan secara positif

pada Februari tahun 2021 adalah sektor pertanian, perburuan dan kehutanan; sektor

perikanan; sektor pertambangan dan penggalian; sektor penyediaan akomodasi dan

penyediaan makan minum; sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi; sektor

jasa pendidikan dan sektor kegiatan yang belum jelas batasannya. Sementara itu, jika

dilihat berdasarkan persentase pertumbuhan, sektor dengan pertumbuhan

pembiayaan tertinggi pada Februari tahun 2021 adalah pada sektor administrasi

pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, yaitu sebesar 242 persen (YoY);

sektor perikanan sebesar 35,2 persen (YoY) dan sektor kontruksi sebesar 15,5 persen

(YoY), yang masing-masing menerima penyaluran pembiayaan sebesar Rp60 miliar,

Rp1,8 triliun serta Rp36,5 triliun.

Namun demikian, pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah tidak terjadi di

seluruh sektor ekonomi, melainkan terdapat tujuh sektor yang mengalami penurunan

penyaluran pembiayaan dari perbankan syariah pada Februari tahun 2021. Sektor

tersebut antara lain sektor jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan

perorangan lainnya yang terkontraksi sebesar 37,5 persen (YoY); sektor perantara

keuangan turun 25,5 persen (YoY); sektor listrik, gas dan air turun sebesar 18,8 persen

(YoY); sektor jasa perorangan yang melayani rumah tangga turun sebesar 17,8 persen

(YoY); sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial turun sebesar 10,5 persen (YoY);

sektor real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan turun sebesar 1,5 persen

(YoY); serta sektor industri pengolahan hanya turun sebesar 0,1 persen (YoY).

Tabel 32. Penyaluran Kredit Berdasarkan Lapangan Usaha

Penerima Pembiayaan Lapangan Usaha

2020 2021

Q1 Q4 Q1*

miliar Rp

Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 13.796 15.275 15.389

Perikanan 1.409 1.896 1.846

Pertambangan dan Penggalian 5.470 5.583 5.719

Industri Pengolahan 27.623 28.723 25.982

Listrik, gas dan air 14.145 11.581 11.330

Konstruksi 32.521 37,986 36.529

Page 75: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

73

Penerima Pembiayaan Lapangan Usaha

2020 2021

Q1 Q4 Q1*

miliar Rp

Perdagangan Besar dan Eceran 37.385 39,936 40.076

Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan

minum 4.724 4,902 4.883

Transportasi, pergudangan dan komunikasi 10.401 11,659 11.430

Perantara Keuangan 18.865 14,608 14.044

Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa

Perusahaan 12.380 12,187 11.827

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 17 62 60

Jasa Pendidikan 6.223 6,563 6.563

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6.581 5,662 5.962

Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan

Perorangan lainnya 5.754 3,628 3.624

Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga 708 635 628

Badan Internasional dan Badan Ekstra

Internasional Lainnya 0 0 0

Kegiatan yang belum jelas batasannya 377 1,206 1.178

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan | *data bulan Februari

Pasar Modal Syariah. Tren penguatan pasar modal syariah sempat berlanjut di awal

Januari 2021, namun penguatan ini kemudian melemah ditandai dengan

terkoreksinya indeks JII maupun ISSI karena kehatian – hatian para investor diawal

tahun. Dilihat dari nilai kapitalisasi pasar, Jakarta Islamic Index (JII) yang berisikan 30

emiten Syariah paling likuid di bursa mengalami penurunan sebesar minus 3,8 persen

(QtQ). Namun demikian jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya, nilai tersebut tumbuh sebesar 25,2 persen (YoY). Sementara itu, apabila

dilihat dari nilai penutupan akhir indeks di kuartal I ini, JII ditutup pada nilai 605,7

poin, turun dibandingkan dengan penutupan pada akhir triwulan IV tahun 2020

sebesar 630,4 poin. Namun demikian, nilai tersebut tumbuh 129,3 poin dibandingkan

triwulan I tahun 2020 (YoY).

Selain pasar saham, perkembangan positif juga terjadi di pasar sukuk. Apabila dilihat

berdasarkan perkembangan nilai outstanding, secara year on year baik sukuk

korporasi maupun SBSN pada triwulan I tahun 2021 tumbuh positif dimana sukuk

korporasi tumbuh sebesar 6,8 persen (YoY) dan SBSN tumbuh sebesar 34,4 persen

(YoY). Begitu juga jika dilihat secara triwulanan, nilai outstanding sukuk korporasi pada

triwulan I tahun 2021 ini tumbuh 5,3 persen dan SBSN tumbuh sebesar 5,7 persen

dibandingkan dengan nilai pada triwulan IV tahun 2020.

Page 76: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

74

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Industri Keuangan Nonbank

Syariah (IKNBS). Pada triwulan I

tahun 2021, Industri Keuangan

Non-Bank Syariah (IKNBS) secara

umum menunjukkan tren positif di

saat proses pemulihan ekonomi

akibat dampak Covid-19 sedang

berlangsung. Kondisi tersebut

tercermin dari pertumbuhan total

aset IKNBS, yaitu sebesar 8,8

persen (YoY). Namun, persentasi

pertumbuhan total aset IKNBS

tersebut tidak sebesar persentasi

kenaikan pada triwulan IV tahun

2020 sebesar 9,3 persen (YoY) atau

turun sebesar 50 basis poin.

Apabila ditinjau lebih lanjut,

Fintech Syariah mengalami

pertumbuhan total aset tertinggi, yaitu sebesar 110,2 persen (YoY). Perkembangan

positif tersebut disebabkan adanya kemudahan pemanfaatan teknologi yang menjadi

pilihan utama di tengah masa pandemi Covid-19 sebagai konsekuensi dari adanya

penerapan kebijakan pembatasan mobilitas penduduk. Hal ini memberikan dampak

positif bagi industri Fintech pada umumnya khususnya Fintech Syariah.

Gambar 46. Kapitalisasi Pasar dan Nilai

Indeks Saham JII

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Gambar 47. Outstanding Sukuk

Korporasi dan SBSN

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Tabel 33. Aset IKNB Syariah 2019-2020

Uraian

2020 2021

Q1 Q4 Q1

miliar Rp

Asuransi Syariah 41.124 44.440 44.136

Lembaga

Pembiayaan

Syariah

26.723 21.904 21.900

Dana Pensiun

Syariah

5.394 7.996 8.205

Lembaga Jasa

Keuangan Khusus

Syariah

34.491 41.438 42.903

Lembaga

Keuangan Mikro

Syariah

467,90 499,70 499,70

Financial

Teknologi Syariah

48,74 74,68 103,43

Total Aset 111.443 116.351 117.748

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

0

100

200

300

400

500

600

700

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2020 2021(t

riliu

n R

p)

(tri

liun

Rp

)

Kapitalisasi Pasar JII

Nilai Penutupan Akhir JII

0

200

400

600

800

1000

1200

28

29

29

30

30

31

31

32

32

33

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2020 2021

(tri

liun

Rp

)

Nilai Outstanding Sukuk Korporasi

Nilai Outstanding SBSN

Page 77: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

75

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Sementara itu, Asuransi Syariah; Dana Pensiun Syariah; Lembaga Jasa Keuangan

Khusus Syariah; dan Lembaga Keuangan Mikro Syariah juga menunjukkan

pertumbuhan asset yang cukup baik, yaitu masing-masing sebesar 7,3; 52,1; 24,4 dan

6,8 persen (YoY). Namun demikian, Lembaga Pembiayaan Syariah mengalami

kontraksi dan tumbuh negatif sebesar 18 persen (YoY).

2.5 Neraca Pembayaran

Neraca Pembayaran Indonesia

mengalami surplus sebesar USD4,1

miliar, setelah mengalami defisit 0,2 miliar

pada triwulan sebelumnya. Surplus

tersebut berasal dari suplus transaksi

modal dan finansial yang melampui

defisit transaksi berjalan yang lebih

rendah.

Neraca transaksi berjalan defisit sebesar

USD1,0 miliar atau setara minus 0,4

persen dari PDB, berbalik arah dari

surplus pada triwulan sebelumnya.

Perkembangan tersebut disebabkan oleh

penurunan pada surplus neraca

perdagangan nonmigas, peningkatan

defisit neraca perdagangan migas, serta peningkatan defisit neraca jasa yang sejalan

dengan perbaikan aktivitas ekonomi domestik. Sementara itu, penurunan defisit pada

komponen neraca pendapatan primer dan relatif stabilnya neraca pendapatan

sekunder menahan peningkatan defisit transaksi berjalan.

Surplus neraca perdagangan nonmigas menurun terutama didorong oleh

peningkatan pesar impor nonmigas yang terjadi secara menyeluruh di seluruh

kelompok barang, melampui pertumbuhan ekspor nonmigas. Perbaikan kinerja impor

nonmigas tersebut didorong oleh akselerasi harga impor dan membaiknya impor riil.

Sementara itu, melebarnya defisit neraca perdagangan migas didorong oleh defisit

neraca perdagangan minyak yang meningkat dan suplus neraca perdagangan gas

yang menurun.

Selanjutnya, impor minyak naik signifikan, terutama dalam bentuk minyak mentah

sejalan dengan peningkatan harga minyak dunia dan peningkatan volume

permintaan. Adapun peningkatan defisit neraca jasa transportasi terutama karena

kenaikan pembayaran jasa (impor) freight, seiring dengan meningkatnya impor

barang selama triwulan I tahun 2021.

Gambar 48. Perkembangan

Neraca Pembayaran Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

-10

-5

0

5

10

15

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020 2021

(mili

ar U

SD)

Transaksi Berjalan

Transaksi Modal dan Finansial

Neraca Keseluruhan

Page 78: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

76

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Neraca jasa mengalami defisit USD3,4

miliar, lebih dalam dibandingkan defisit

triwulan sebelumnya yang mencapai

USD3,1 miliar maupun dibandingkan

dengan defisit pada triwulan yang sama

pada tahun sebelumnya sebesar USD1,7

miliar. Peningkatan defisit disebabkan

oleh meningkatnya defisit neraca jasa

transportasi dan jasa lainnya, serta

menurunnya surplus jasa perjalanan.

Peningkatan defisit lebih jauh tertahan

oleh membaiknya jasa keuangan yang

mengalami penurunan defisit pada

triwulan laporan.

Defisit jasa transportasi meningkat

menjadi USD1,4 miliar, sedikit lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya USD1,3 miliar. Defisit terutama

disebabkan oleh meningkatnya pembayaran (impor) jasa freight menjadi sebesar

USD1,9 miliar sejalan dengan kenaikan impor barang. Peningkatan defisit jasa

transportasi tertahan oleh penerimaan (ekspor) jasa freight yang sedikit meningkat

menjadi sebesar USD494,3 juta sejalan dengan kinerja ekspor barang yang membaik.

Sementara itu, kinerja neraca jasa perjalanan surplus sebesar USD23,3 juta, menurun

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD55,2 juta. Penurunan surplus

neraca jasa perjalanan tersebut

dipengaruhi oleh penurunan penerimaan

jasa perjalanan sebesar 39,3 persen (QtQ),

lebih dalam dibandingkan dengan

penurunan pembayaran jasa perjalan

sebesar 28,0 persen (QtQ).

Neraca pendapatan primer menurun,

neraca pendapatan sekunder stabil.

Neraca pendapatan primer deficit sebesar

USD6,9 miliar, lebih rendah dibandigkan

dengan defisit triwulan sebelumnya

USD7,4 miliar maupun triwulan yang

sama pada tahun sebelumnya sebesar

USD7,9 miliar. Secara triwulanan,

penurunan defisit neraca pendapatan

Gambar 49. Neraca Jasa

Perjalanan dan Transportasi

Sumber: Bank Indonesia

Gambar 50. Neraca Pendapatan

Primer dan Sekunder

Sumber: Bank Indonesia

-4,0-3,0-2,0-1,00,01,02,03,04,05,06,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020 2021

(mili

ar U

SD)

Ekspor Transportasi Ekspor Perjalanan

Impor Transportasi Impor Perjalanan

-12,0

-7,0

-2,0

3,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020 2021

(mili

ar U

SD)

Penerimaan Pendapatan Primer

Penerimaan Pendapatan Sekunder

Pembayaran Pendapatan Primer

Pembayaran Pendapatan Sekunder

Page 79: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

77

Perkembangan Ekonomi Indonesia

primer tersebut terutama disebabkan oleh berkurangnya pembayaran investasi asing

yang masuk ke Indonesia dalam bentuk portofolio. Sementara itu, komponen

pendapatan dalam bentuk investasi langsung dan investasi lainnya mencatat

pembayaran neto yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya.

Neraca pendapatan sekunder surplurs sebesar USD1,4 miliar, relatif sama dengan

triwulan sebelumnya, meskipun lebih rendah dibandingkan dengam triwulan yang

sama pada pada tahun sebelumnya yang sebesar USD1,7 miliar. Secara triwulanan,

perkembangan tersebut disebabkan oleh kenaikan pembayaran transfer personal

yang terkompensasi oleh penurunan realisasi penerimaan hibah yang diterima

pemerintah. Sementara itu, transfer personal dalam bentuk remitansi yang berasal

dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) relatif stabil pada kisaran USD2,3 miliar, sejalan

dengan jumlah PMI yang bekerja di luar negeri relatif sama dibandingkan triwulan

sebelumnya.

Transaksi modal dan finansial

mengalami surplus sebesar USD5,6

miliar atau setara 2,0 persen PDB,

setelah triwulan sebelumnya defisit

sebesar USD1,0 miliar atau setara 0,4

persen PDB. Surplus tersebut terutama

dipengaruhi oleh kenaikan surplus

investasi portofolio dan penurunan defisit

investasi lainnya.

Terjaganya kepercayaan investor asing

terhadap prospek perekonomian

Indonesia dan berkurangnya pembatasan

mobilisasi seiring dengan menurunnya

kasus positif pandemi Covid-19

mendorong investasi langsung masih surplus. Sementara itu, arus modal asing dalam

bentuk investasi portofolio kembali masuk pasar keuangan domestik dengan nilai

yang lebih besar dari triwulan sebelumnya didorong oleh aliran masuk neto pada

instrumen global bond korporasi dan pemerintah.

Kinerja investasi asing terhadap prospek perekonomian Indonesia mendorong

investasi langsung di Indonesia mengalami surplus pada triwulan I tahun 2021.

Investasi langsung mencatat arus masuk neto (surplus) sebesar USD4,1 miliar, lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar USD4,2 miliar maupun triwulan

yang sama pada tahun sebelumnya USD4,3 miliar. Penurunan surplus investasi

Gambar 51. Neraca Transaksi Finansial

Sumber: Bank Indonesia

-10

-5

0

5

10

15

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020 2021

(mili

ar U

SD)

Investasi LangsungInvestasi PortofolioInvestasi Lainnya

Page 80: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

78

Perkembangan Ekonomi Indonesia

langsung terutama dipengaruhi oleh meningkatnya arus keluar neto di sisi aset,

sementara arus masuk neto di sisi kewajiban cenderung stabil.

Kinerja investasi portofolio mencatat surplus sebesar USD4,9 miliar, meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD2,0 miliar. kenaikan surplus

terutama ditopang oleh arus masuk investasi portofolio di sisi kewajiban yang

meningkat menjadi USD5,2 miliar dari sebelumnya sebesar USD2,6 miliar. Sementara

itu, dari sisi aset, penduduk Indonesia melakukan neto pembelian surat berharga di

luar negeri sebesar USD0,3 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar USD0,7 miliar.

Adapun posisi cadangan devisa mengalami kenaikan menjadi USD137,1 miliar, lebih

tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD135,9 miliar. Posisi

cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9,7 bulan impor dan

pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan

internasional yaitu 3 bulan.

Page 81: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

79

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Tabel 34. Neraca Pembayaran

Tahun 2016 – Triwulan I/2021

(miliar USD)

2016 2017 2018 2019 2020:1 2020:2 2020:3 2020:4 2021:1

TRANSAKSI BERJALAN -17,0 -16,2 -30,6 -30,3 -3,4 -2,9 1,1 0,9 -1,0

BARANG 15,3 18,8 -0,2 3,5 4,5 4,0 9,8 10,0 7,9

Ekspor 144,5 168,9 180,7 168,5 41,7 34,6 40,8 46,2 49,4

Impor -129,2 -150,1 -181,0 -164,9 -37,2 -30,7 -31,0 -36,2 -41,5

Barang Dagangan Umum 14,7 17,9 -0,2 1,6 3,2 2,5 8,7 10,1 8,0

Ekspor 143,1 167,0 178,7 164,9 40,0 33,0 39,2 45,6 48,9

Impor -128,4 -149,1 -178,9 -163,3 -36,8 -30,5 -30,5 -35,5 -40,9

a. Nonmigas 19,5 25,3 11,2 12,0 5,8 3,3 9,4 11,3 10,0

Ekspor 130,2 151,4 161,1 152,9 37,7 31,2 37,2 43,2 45,9

Impor -110,7 -126,2 -149,9 -141,0 -31,9 -27,9 -27,8 -31,8 -35,9

b. Migas -4,8 -7,3 -11,4 -10,3 -2,6 -0,8 -0,7 -1,2 -2,0

Ekspor 12,9 15,6 17,6 12,0 2,3 1,8 2,0 2,4 3,0

Impor -17,7 -22,9 -29,0 -22,3 -4,9 -2,6 -2,7 -3,6 -5,0

Barang Lainnya 0,6 0,9 0,0 1,9 1,3 1,5 1,1 -0,1 -0,1

Ekspor 1,4 1,9 2,0 3,5 1,7 1,6 1,6 0,6 0,5

Impor -0,8 -1,0 -2,0 -1,7 -0,4 -0,1 -0,5 -0,7 -0,6

JASA-JASA -7,1 -7,4 -6,5 -7,6 -1,7 -2,1 -2,7 -3,1 -3,4

Ekspor 23,3 25,3 31,2 31,6 6,2 2,6 2,8 3,3 3,2

Impor -30,4 -32,7 -37,7 -39,3 -7,9 -4,7 -5,5 -6,4 -6,6

PENDAPATAN PRIMER -29,6 -32,1 -30,8 -33,8 -7,9 -6,2 -7,4 -7,4 -6,9

PENDAPATAN SEKUNDER 4,5 4,5 6,9 7,6 1,7 1,4 1,4 1,4 1,4

TRANSAKSI MODAL 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

TRANSAKSI FINANSIAL 29,3 28,7 25,1 36,6 -3,0 10,8 0,9 -1,0 5,6

Aset 15,9 -18,4 -19,2 -15,3 -4,7 -1,3 -2,5 -8,3 -3,7

Kewajiban 13,4 47,1 44,3 51,9 1,7 12,1 3,3 7,3 9,2

INVESTASI LANGSUNG 16,1 18,5 12,5 20,5 4,3 4,2 0,9 4,2 4,1

Aset 11,6 -2,0 -6,4 -4,5 -0,7 -0,7 -2,8 -0,9 -1,0

Kewajiban 4,5 20,5 18,9 25,0 5,0 4,9 3,7 5,1 5,1

Page 82: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

80

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Lanjutan Tabel 27 Neraca Pembayaran

Tahun 2016 – Triwulan I/2021

(miliar USD) 2016 2017 2018 2019 2020:1 2020:2 2020:3 2020:4 2021:1

INVESTASI PORTFOLIO 19,0 21,1 9,3 22,0 -6,3 9,7 -2,0 2,0 4,9

Aset 2,2 -3,4 -5,2 0,4 -0,1 -0,2 -0,3 -0,7 -0,3

Kewajiban 16,8 24,4 14,5 21,6 -6,3 9,9 -1,7 2,6 5,2

DERIVATIF FINANSIAL 0,0 -0,1 0,0 0,2 -0,3 0,1 0,0 0,2 0,1

INVESTASI LAINNYA -5,8 -10,7 3,3 -6,1 -0,6 -3,3 1,9 -7,4 -3,6

TOTAL 12,4 12,5 -5,4 6,3 -6,4 7,9 2,0 -0,1 4,6

NERACA KESELURUHAN 12,1 11,6 -7,1 4,7 -8,5 9,2 2,1 -0,2 4,1

Posisi Cadangan Devisa 116,4 130,2 120,7 0,1 121,0 131,7 135,2 135,9 137,1

Dalam Bulan Impor 8 8 6,4 7,3 7,0 8,1 9,1 9,8 9,7

Transaksi Berjalan/PDB (%) -2 -2 -3,7 -2,7 -1,2 -1,2 0,4 0,3 -0,4

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Page 83: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

81

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Neraca Perdagangan

Neraca perdagangan Indonesia

mengalami surplus lebih kecil

daripada triwulan sebelumnya

sebagai akibat dari kenaikan impor

migas. Pada triwulan I tahun 2021,

ekspor total dan impor total mengalami

kenaikan dibanding dengan triwulan

sebelumnya. Pertumbuhan ekspor

mengalami kenaikan sebesar 5,9 persen

(QtQ) dan meningkat sebesar 17,1

persen dibandingkan triwulan I tahun

2020 pada awal terjadi pandemi Covid-

19. Sementara itu, impor tumbuh sebesar 14,5 persen (QtQ) atau sebesar 10,8 persen

(YoY). Kenaikan pertumbuhan impor baik migas maupun nonmigas menyebabkan

surplus neraca perdagangan pada triwulan I tahun 2021 (USD5,5 miliar) lebih kecil

daripada triwulan sebelumnya (USD 8,2 miliar). Surplus yang terjadi utamanya

didorong oleh surplus neraca nonmigas sebesar 8,1 miliar US$ terutama dihasilkan

dari perdagangan dengan Amerika Serikat dan negara-negara Kawasan ASEAN.

Neraca perdagangan migas

Pada triwulan I tahun 2021, neraca

perdagangan migas defisit sebesar

USD2,4 miliar, lebih besar daripada defisit

pada triwulan IV tahun 2020 yang sebesar

USD1,2 miliar. Hal tersebut disebabkan

oleh impor migas Indonesia pada

triwulan I tahun 2021 yang sebesar

USD5,1 miliar jauh lebih besar daripada

total ekspor migas (USD2,6 miliar). Ekspor

migas Indonesia tumbuh sebesar 16,5

persen (YoY). Sementara itu, impor migas

terkontraksi 3,9 persen (YoY).

Ekspor dan impor migas secara QtQ

meningkat masing-masing 10,7 dan 40,9

persen. Kenaikan ekspor migas terutama

didorong oleh ekspor hasil minyak yang

tumbuh sebesar 32,7 persen (QtQ) dan minyak mentah yang mengalami kenaikan

hingga 26,2 persen (QtQ). Harga minyak mentah di pasar global mengalami kenaikan

Tabel 35. Neraca Perdagangan

Uraian

2020 2021

Q1 Q4 Q1

juta USD

Neraca Total 2.591,9 8.271,0 5.522,3

Ekspor Total 41.760,9 46.159,8 48.904,4

Impor Total 39.169,0 37.888,8 43.382,1

Neraca Nonmigas 5.658,6 9.522,8 8.007,2

Ekspor Nonmigas 39.486,3 43.765,5 46.254,0

Impor Nonmigas 33.827,7 34.242,7 38.246,8

Neraca Migas -3.066,7 -1.251,2 -2.484,9

Ekspor Migas 2.274,6 2.394,4 2.650,4

Impor Migas 5.341,3 3.645,6 5.135,3

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel 36. Nilai Ekspor dan Impor Migas

Uraian

Nilai

Q1 2021

(juta USD)

Growth (%) Share thd

Total*

(%) QtQ YoY

Ekspor

Migas 2.394,4 10,7 16,5 5,4

Minyak

Mentah

728,1 26,2 372,3 1,9

Hasil

Minyak

296,8 32,7 -1,9 0,8

Gas 1.369,5 -2,3 -20,3 2,7

Impor

Migas 3.645,6 40,9 -3,9 11,8

Minyak

Mentah

673,1 121,4 -9,7 3,4

Hasil

Minyak

2.279,1 22,5 -2,7 6,4

Gas 693,4 23,0 3,8 2,0

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

*share terhadap total ekpor/impor

Page 84: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

82

Perkembangan Ekonomi Indonesia

5,20% (mtm). Kenaikan harga minyak mentah dunia ditopang oleh lonjakan impor di

Tiongkok sebesar 21,0% (mtm) seiring dengan percepatan pemulihan ekonomi dan

beroperasinya kembali kilang-kilang minyak di negara tersebut. Sementara itu,

kenaikan impor migas lebih didorong oleh minyak mentah dan gas, masing-masing

tumbuh 121,4 dan 23,0 persen (QtQ).

Neraca perdagangan Nonmigas

Pada triwulan I tahun 2021, neraca

nonmigas surplus (USD8,0 miliar)

lebih kecil daripada triwulan IV tahun

2020 (USD9,5 miliar), namun

demikian porsentase nilai ekspor

nonmigas tetap menunjukkan porsi

lebih besar daripada nilai impor

nonmigas.

Ekspor nonmigas pada triwulan I

tahun 2021 tumbuh 5,7 persen (QtQ),

didorong oleh didorong oleh

pertumbuhan pertambangan dan

lainnya sebesar 10,1 (QtQ), walaupun

sektor pertanian terkontraksi sebesar

19,8 persen (QtQ). Menurunnya

pertumbuhan sektor pertanian turut

memberikan dorongan persentase

surplus neraca perdagangan yang

semakin mengecil daripada triwulan

sebelumnya.

Berdasarkan sekspor nonmigas

terbesar golongan barang HS 2 digit

triwulan I tahun 2021, nilai ekspor

nonmigas terutama didukung oleh

nilai ekspor pada golongan lemak

dan minyak hewan/nabati sebesar

USD6,9 miliar dan memiliki share

terbesar (15,1 persen) dibanding

golongan barang lainnya. Kenaikan

ekspor minyak nabati utamanya

didorong oleh kenaikan harga

minyak sawit mentah sebagai akibat

Tabel 37. Nilai Ekspor Nonmigas

berdasarkan Sektor

Uraian

Nilai

Q1 2021

(juta USD)

Growth (%) Share

thd

Total*

(%) QtQ YoY

Ekspor Nonmigas 46.254,0 5,7 17,1 94,6

Pertanian 1.043,0 -19,8 14,6 2,1

Industri

Pengolahan 38.955,5 5,9 18,1 79,7

Pertambangan

dan lainnya 6.255,5 10,1 12,1 12,8

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

*share terhadap total ekpor

Tabel 38. Nilai Ekspor Nonmigas 10

Golongan Barang HS 2 Digit Terbesar

Kode HS: Uraian Nilai

Q1 2021

(juta USD)

Growth (%) Share thd

Ekspor

Nonmigas

(%) QtQ YoY

Lemak dan minyak

hewan/nabati (15) 6963,3 1,3 45,4 15,1

Bahan bakar

mineral (27) 5912,8 32,3 8,4 12,8

Besi dan baja (72) 3636,4 2,3 60,7 7,9

Mesin dan

perlengkapan

elektrik (85)

2670,5 -2,8 17,9 5,8

Kendaraan dan

bagiannya (87) 2336,6 7,7 15,5 5,1

Bijih, terak, dan

abu logam (26) 910,8 -39,1 173,6 2,0

Olahan dari daging

dan ikan (16) 340,0 -1,0 4,2 0,7

Buah-buahan (08) 276,5 -1,4 7,4 0,6

Barang dari bulu

unggas, bunga

artifisial, wig (67)

116,3 5.,0 12,2 0,3

Kain tekstik dilapisi

atau dilaminasi (59) 31,9 0,0 1,9 0,1

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Page 85: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

83

Perkembangan Ekonomi Indonesia

dari kelangkaan pasokan seiring dengan meningkatnya permintaan sawit serta

produk turunannya di pasar internasional. Persediaan minyak sawit di pasar

internasional turun sekitar 26 persen sejak 2019 sebagai akibat dari badai El Nino

yang masih berlangsung1. Kenaikan ekspor besi dan baja didorong oleh kenaikan

harga bahan baku besi dan baja (HRC dan CRC) di pasar global seiring dengan

peningkatan permintaan besi dan baja karena adanya proyek-proyek yang tengah

berjalan, dan kenaikan ekspor bijih terak disebabkan karena peningkatan permintaan

ekspor oleh Tiongkok, Jepang dan India.

Tiongkok, ASEAN, Amerika Serikat,

Uni Eropa dan Jepang merupakan

negara serta kawasan tujuan utama

ekspor nonmigas Indonesia pada

triwulan I tahun 2021 dengan nilai

masing-masing sebesar USD9,7 miliar;

USD9,5 miliar; USD5,6 miliar; USD3,7

miliar; dan USD3,8 miliar. Secara

triwulanan, nilai ekspor nonmigas

terhadap negara-negara tersebut

mengalami peningkatan. Ekspor

nonmigas Indonesia ke Tiongkok

mengalami pertumbuhan terbesar

yaitu sebesar 63,0 persen (YoY).

Sementara itu, ekspor nonmigas ke

Amerika Serikat meningkat 15,9 persen

(YoY). Pertumbuhan ekspor nonmigas

ke Tiongkok terutama disumbang oleh

kenaikan permintaan komoditas besi

dan baja, bahan bakar mineral, lemak

dan minyak hewan/nabati, sementara

kenaikan permintaan komoditas utama

Amerika Serikat disumbang oleh pakaian dan aksesorisnya dalam bentuk rajutan, alas

kaki, karet dan barang-barang dari karet.

Neraca Perdagangan Impor Nonmigas.

Berdasarkan nilai impor penggunaan barang, pada triwulan IV tahun 2020 kenaikan

terbesar terjadi pada barang konsumsi sebesar 18,3 persen (QtQ). Sementara itu,

secara tahunan, terjadi penurunan impor pada semua jenis barang. Penurunan impor

1 Wartaekonomi (2021)

Tabel 39. Nilai Ekspor Nonmigas di

Beberapa Negara Mitra Dagang Utama

Uraian

Nilai

Q1 2021

(juta USD)

Growth (%) Share thd

Ekspor

Nonmigas

(%) QtQ YoY

Tiongkok 9.726,8 2,5 63,0 21,4

Jepang 3.831,1 9,4 11,9 7,9

Amerika

Serikat 5.600,0 9,6 15,9 11,9

India 2.869,4 -6,2 -2,9 7,1

Australia 664,2 5,6 31,3 1,2

Korea

Selatan 1.584,3 3,1 9,6 3,1

Taiwan 1.083,8 7,2 26,3 2,1

ASEAN 9.503,9 3,9 5,0 19,8

Singapura 1.863,8 3,0 -31,7 4,0

Malaysia 2.330,3 0,7 34,1 4,8

Thailand 1.470,3 17,0 7,7 2,9

Uni Eropa 3.735,2 6,3 6,8 8,3

Jerman 711,6 1,7 10,8 1,5

Belanda 953,1 14,7 26,1 2,3

Italia 479,0 0,9 -1,9 1,4

Sumber: Badan Pusat Statistik

Page 86: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

84

Perkembangan Ekonomi Indonesia

tertinggi terjadi pada impor bahan baku/penolong sebesar 16,7 persen (YoY). Impor

barang konsumsi turun 14,8 persen (YoY), impor barang modal turun 7,9 persen (YoY).

Penurunan yang tinggi pada impor ketiga jenis barang tersebut menunjukkan

tertekannya perekonomian domestik pada masa pandemi terutama pada dunia usaha

yang ditunjukkan oleh penurunan bahan baku/penolong.

Impor nonmigas didorong

Mesin/Pesawat Mekanik serta

Besi dan Baja. Pada triwulan I

tahun 2021, impor nonmigas

golongan mesin-mesin/pesawat

mekanik memiliki peran tertinggi

sebesar 14,5 persen terhadap total

impor nonmigas. Akan tetapi, secara

triwulanan, pertumbuhan golongan

ini kontraksi sebesar 5,2 persen, dan

meningkat secara tahunan sebesar

11,4 persen.

Dilihat dari pertumbuhannya, secara triwulanan golongan barang HS 2 digit pada 10

barang impor nonmigas utama mengalami peningkatan, dengan peningkatan

tertinggi pada golongan ampas/sisa industri makanan sebesar 37,5 persen (QtQ) dan

156,3 persen (YoY).

Impor nonmigas terbesar berasal dari Tiongkok, ASEAN, dan Jepang. Impor

nonmigas dari Tiongkok mengalami pertumbuhan sebesar 33,3 persen (YoY).

Tiongkok masih menjadi negara terbesar asal impor nonmigas utama Indonesia

dengan share sebesar 31,5 persen. Secara triwulanan, pertumbuhan tertinggi impor

Indonesia pada triwulan I tahun 2021 berasal dari Australia yakni sebesar 51,2 persen

(QtQ) dan tumbuh positif dibanding triwulan I tahun 2020 sebesar 72,2 persen (YoY).

Tabel 40. Nilai Impor berdasarkan Golongan

Penggunaan Barang

Uraian

Nilai

Q1 2021

(juta USD)

Growth (%) Share

thd

Total

(%) QtQ YoY

Impor Total 43.382,1 14,5 25,7 100,0

Barang

Konsumsi 4.045,5 -0,2 13,4 9,3

Bahan Baku /

Penolong 32.802,4 21,4 25,8 75,6

Barang Modal 6.534,2 -4,1 33,7 15,1

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Page 87: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

85

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Kerjasama Ekonomi Internasional

Kerjasama Cross-Border and Trade Cooperation Indonesia-Timor Leste

Cross-Border and Trade Cooperation Indonesia-Timor Leste merupakan kerja sama

lintas batas antara Indonesia dan Timor Leste yang dilaksanakan atas inisiasi Asian

Development Bank (ADB). Kerja sama tersebut bertujuan meningkatkan konektivitas

antar kedua negara yang dapat memberikan kontribusi pada peningkatan ekonomi

melalui perdagangan dan pariwisata dengan 3 pilar kegiatan yaitu 1) Trade and

Transport Facilitation; 2) Livestock dan 3) Tourism. Output dari kerjasama ini dirancang

untuk dapat diimplementasikan di tahun 2021, sehingga kerja sama akan berakhir di

tahun yang sama. Namun, sehubungan dengan pandemic Covid-19 dan kendala-

kendala teknis yang dihadapi, masing-masing output masih dalam proses persiapan.

Dalam perkembangannya, MoU Customs pada pilar 1 telah ditandatangani oleh Bea

cukai Timor Leste dan Bea cukai Kementerian Keuangan RI. Namun demikian, saat ini

sedang dalam proses review dari kementerian luar negeri untuk disahkan secara

formal dokumen kedua negara. Kegiatan capacity building untuk bidang Customs,

Tabel 41. Nilai Impor Nonmigas 10 Golongan

Barang HS 2 Digit Terbesar

Kode HS: Uraian

Nilai

Q1 2021

(juta USD)

Growth (%) Share thd

Impor

Nonmigas

(%) QtQ YoY

84 Mesin-

mesin/Pesawat

mekanik

5.558,8 -5,2 11,4 14,5

72 Besi dan Baja 2.366,6 24,7 30,4 6,2

23 Ampas/sisa

industri makanan 1.061,3 37,5 156,3 2,8

27 Bahan bakar

mineral 710,3 -82,5 152,1 1,9

89 Kapal, perahu,

dan struktur

terapung

406,8 35,9 483,4 1,1

54 Filamen buatan 351,4 6,2 -4,2 0,9

83 Berbagai barang

logam tidak mulia 197,2 5,3 13,5 0,5

63 Barang tekstil

jadi lainnya 90,9 -8,3 120,5 0,2

95 Mainan,

permainan, dan

keperluan olah

raga

90,5 -2,0 27,2 0,2

15 Lemak dan

minyak

hewan/nabati

83,9 29,8 17,2 0,2

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 42. Nilai Impor Nonmigas di

Beberapa Negara Mitra Dagang Utama

Uraian

Nilai

Q1 2021

(juta

USD)

Growth (%) Share thd

Impor

Nonmigas

(%) QtQ YoY

Tiongkok 12.038,3 8,2 33,3 31,5

Jepang 3.134,1 22,8 5,1 8,2

Amerika

Serikat 1.910,7 0,2 8,0 5,0

India 1.463,9 40,8 111,5 3,8

Australia 1.829,0 51,2 72,2 4,8

Korea

Selatan 2.341,8 26,2 76,0 6,1

Taiwan 994,4 4,5 -0,9 2,6

ASEAN 7.156,7 17,9 11,8 18,7

Singapura 2.156,0 3,2 10,1 5,6

Malaysia 1.437,8 8,5 17,0 3,8

Thailand 2.013,3 31,7 0,1 5,3

Uni Eropa 2.411,4 -11,2 7,9 6,3

Jerman 697,2 -7,2 3,7 1,8

Belanda 195,4 -3,6 -42,2 0,5

Italia 468,2 5,6 34,4 1,2

Sumber: Badan Pusat Statistik

Page 88: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

86

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Immigration, dan Quarantines (CIQs) masih dalam proses diskusi antar kedua negara.

Pada pilar 2, draft dari Joint Animal Health Surveillance Guidelines pada pilar 2 telah

diselesaikan oleh Tim dari ADB dan sedang dalam tahap review. Selanjutnya, draft

Joint Tourism Asset Mapping yang merupakan output dari Pilar 3 juga telah selesai

disusun dan sedang dalam tahap review.

Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA)

Perjanjian IA-CEPA telah ditandatangani sej2019 lalu dan berlaku efektif mulai Juli

2020 denganprogram kerjasama ekonomi atau disebut sebagai Economic

Cooperation Program (ECP) IA-CEPA menjadi salah satu bagian dari kerjasama

tersebut.Kerjasama tersebut akan dilaksanakan pada tahun 2021 dan berakhir pada

tahun 2025 dengan keluaran (outcomes) yang diharapkan yaitu 1) akses pasar

Indonesia dan Australia yang lebih luas (greater market access), 2) integrasi pasar yang

lebih baik antara Indonesia dan Australia (better integrated markets between Indonesia

and Australia ), dan 3) peningkatan keahlian pasar tenaga kerja (enhanced labour

market skills for Indonesian businesses and government, boosting productivity, gender

equality and social inclusion). Ketiga outcome tersebut diharapkan dapat dicapai

melalui 4 aktifitas yang menjadi fokus dalam ECP IA-CEPA yaitu: 1) IA-CEPA

Implementation, 2) Agrifood Innovation and Partnerships, 3) Powering Advanced

Manufacturing, dan 4) Co-investing in Skills and Training. Pada 19 Maret 2021, telah

dilaksanakan Economic Cooperation Committee (ECC) Meeting yang dihadiri oleh

DFAT sebagai perwakilan Australia, sedangkan Indonesia diwakili oleh Bappenas,

Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Luar Negeri, serta ECP Hub yang

berperan sebagai pelaksana teknis. Dalam pertemuan tersebut, terdapat beberapa

diskusi antara lain adanya penggunaan branding IACEPA ECP Katalis untuk program

kerjasama ekonomi. Selain itu, Annual Work Plan 2021 telah disepakati oleh seluruh

pihak dengan catatan agar dipastikan pada saat implementasi masih dapat dilakukan

penyesuaian dengan situasi, kondisi, dan regulasi yang ada.

Committee for Economic and Commercial Cooperation (COMCEC)

Committee for Economic and Commercial Cooperation of The Organization of The

Islamic Cooperation (COMCEC) memberi kesempatan bagi Indonesia untuk

mempererat kerjasama antara negara Islam dunia. Pada COMCEC terdapat

kemungkinan pendanaan proyek (COMCEC Project Funding) untuk pengembangan

kapasitas dan kerjasama teknis pada sektor-sektor yang menjadi Working Groups di

dalam COMCEC. Indonesia melalui Kementerian Perdagangan mengajukan proyek

pada sektor perdagangan dengan judul “Capacity Building for Metrology in the OIC

Countries”, namun proyek tersebut tidak berhasil melewati seleksi tahap akhir. Selain

itu, terdapat pendanaan lainnya pada program COMCEC COVID Response dalam

rangka mendukung upaya menghadapi pandemi Covid-19. Indonesia melalui

Page 89: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

87

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Kementerian Pertanian mengajukan proposal proyek dengan judul “Facilitating Poor,

Vulnerable and Marginalized Groups’ Access to Food In West Java Province”. Proyek

tersebut telah lolos proses seleksi hingga tahap akhir dan akan diimplementasikan

oleh Kementerian Pertanian pada tahun 2021.

Kerjasama Internasional Indonesia: IK-CEPA, Indonesia-Rusia, Indonesia-

Senegal, Indonesia-Inggris

Indonesia secara aktif terus mendorong kerjasama ekonomi dengan negara-negara

mitra di seluruh dunia. Kerjasama ini diharapkan dapat memberikan mutual benefits

antar kedua belah pihak dalam mendukung penguatan ekonomi. Sampai saat ini

Indonesia telah mengupayakan beberapa kerjasama ekonomi internasional, antara

lain Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA),

Kerjasama Ekonomi Indonesia-Rusia, Kerjasama Ekonomi Indonesia-Senegal, dan

Joint Economic and Trade Committee (JETCO) Indonesia-Inggris.

Indonesia-South Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement

Indonesia-South Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA)

telah ditandatangani pada Desember 2020 lalu. Diharapkan perjanjian ini dapat

memperkuat perekonomian Indonesia dengan menarik lebih banyak investor dari

Korea Selatan, sehingga Indonesia bisa menjadi pusat produksi untuk memasuki

pasar regional dan global.

Dalam perdagangan barang, melalui IK-CEPA, Korea Selatan akan menghilangkan

hingga 95.54 persen pos tarif untuk produk-produk Indonesia seperti bahan baku

minyak pelumas, stearic acid, t-shirts, blockboard, buah-buahan kering, dan rumput

laut. Sementara, Indonesia akan menghilangkan 92.06% pos tarif untuk produk Korea

Selatan, seperti gear box of vehicles, ball bearings, dan paving, hearth or wall tiles,

unglazed. Dalam perdagangan jasa, Indonesia dan Korea Selatan berkomitmen untuk

meningkatkan integrasi beberapa sektor jasa, yang mencakup sektor konstruksi, pos

dan kurir, franchising, hingga jasa terkait alat elektronik komputer. Selain itu, kedua

negara berkomitmen untuk memfasilitasi pergerakan Intra-Corporate Transferees

(ICTs), Business Visitors (BVs), dan Independent Professionals (IPs).2

Apabila melihat perkembangan hubungan perdagangan antara Korea Selatan dan

Indonesia, Korea Selatan merupakan salah satu rekan perdagangan penting untuk

Indonesia. Pada tahun 2020, kontribusi ekspor Indonesia ke Korea Selatan sebesar

3.98 persen dari total ekspor keseluruhan, sementara kontribusi impor Indonesia dari

Korea Selatan mencapai 4.84 persen dari total impor keseluruhan. Pada tahun 2020,

2 Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan. Indonesia-

Korea CEPA: Tonggak Baru Hubungan Ekonomi Bilateral Kedua Negara. (Diakses pada 23 Mei 2021)

Page 90: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

88

Perkembangan Ekonomi Indonesia

produk unggulan ekspor Indonesia ke Korea Selatan adalah 1) Bahan bakar mineral,

minyak mineral dan produk sulingannya; zat mengandung bitumen; malam mineral;

2) Besi dan baja; 3) Kayu dan barang dari kayu; arang kayu; 4) Mesin dan perlengkapan

elektris serta bagiannya; perekam dan pereproduksi suara/gambar dan suara televisi,

dan bagian serta aksesori dari barang tersebut; dan 5) Bijih, terak dan abu. Produk

unggulan impor Indonesia dari Korea Selatan adalah 1) Mesin dan perlengkapan

elektris serta bagiannya; perekam dan pereproduksi suara/gambar dan suara televisi,

dan bagian serta aksesori dari barang tersebut; 2) Reaktor nuklilr, ketel, mesin dan

peralatan mekanis; bagian daripadanya; 3) Mesin dan perlengkapan elektris serta

bagiannya; perekam dan pereproduksi suara/gambar dan suara televisi, dan bagian

serta aksesori dari barang tersebut; 4) Besi dan baja; dan 5) Bahan bakar mineral,

minyak mineral dan produk sulingannya; zat mengandung bitumen; malam mineral.

Tabel 43. Produk Unggulan Ekspor dan Impor Indonesia-Korea Selatan 2020

Ekspor Impor

Produk Nilai

(ribu USD) Produk

Nilai

(ribu USD)

Bahan bakar mineral,

minyak mineral dan produk

sulingannya; zat

mengandung bitumen;

malam mineral

1.945.159 Mesin dan perlengkapan

elektris serta bagiannya;

perekam dan pereproduksi

suara/gambar dan suara

televisi, dan bagian serta

aksesori dari barang tersebut

900.779

Besi dan baja 555.670 Reaktor nuklilr, ketel, mesin dan

peralaan mekanis; bagian

daripadanya

900.088

Kayu dan barang dari kayu;

arang kayu

383.163 Besi dan baja 663.511

Mesin dan perlengkapan

elektris serta bagiannya;

perekam dan pereproduksi

suara/gambar dan suara

televisi, dan bagian serta

aksesori dari barang

tersebut

370.844 Plastik dan barang daripadanya 642.857

Bijih, terak dan abu 300.653 Bahan bakar mineral, minyak

mineral dan produk

sulingannya; zat mengandung

bitumen; malam mineral

431.931

Sumber: ITC Trademap

Page 91: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

89

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Perjanjian IK-CEPA diharapkan tidak hanya

meningkatkan ekpor, melainkan juga

investasi Korea Selatan di Indonesia,

sehingga dapat membawa kemajuan

perekonomian bagi Indonesia. Meskipun

tren investasi Korea Selatan sempat

menurun hingga mencapai titik terendah

di tahun 2019, pada tahun 2020 investasi

kembali mengalami peningkatan. Pada

tahun 2020, realisasi investasi dari Korea

Selatan mencapai US$ 1,14 miliar dengan sektor utama investasi adalah Industri

Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain, diikuti dengan sektor Listrik, Gas dan

Air dan Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya.

Tabel 45. Perjanjian Internasional Indonesia-Korea Selatan

No. Perjanjian Internasional Tanggal & Tempat

Penandatangan Tanggal Berlaku Durasi

1 Memorandum of Understanding

between the Indonesian Food and Drug

Authority of the Republic of Indonesia

and the Ministry of Food and Drug

Safety of the Republic of Korea

concerning the Safety and Quality of

Food and Pharmaceutical Products

Jakarta - Kamis, 28

Januari 2021

28 Januari 2021 6 tahun

2 Memorandum of Understanding

between the Ministry of Environment of

the Republic of Korea and the Ministry

of Public Works and Housing of the

Republic of Indonesia on Advanced

Hydrologic Measurement in Indonesia

Jakarta - Selasa, 15

Desember 2020

15 Desember 2020 3 tahun

3 Plan of Action for the Implementation

of the Memorandum of Understanding

on Cooperation between the Cabinet

Secretariat of the Republic of Indonesia

and the Ministry of Government

Legislation of the Republic of Korea for

the Period of 2020-2021

Sejong - Jumat, 23

Oktober 2020

23 Oktober 2020 Sampai

selesainya

Rencana Aksi

ini

4 Letter of Arrangement between the

Ministry of Environment and Forestry of

the Republic of Indonesia and the Korea

Forest Service of the Republic of Korea

on Restoration of Burnt Peatland in

Jambi

Daejeon - Rabu, 09

September 2020

09 September 2020 Sampai 31

Desember

2022

5 Implementing Arrangement between

the Coordinating Ministry for Faritime

Affairs and Investment of the Republic

of Indonesia (CMMAI) and the Korea

Institute of Ocean Science and

Technology (KIOST) on behalf of

Ministry of Oceans and Fisheries of the

Republic of Korea (MOF) and the

Bandung - Rabu, 19

Agustus 2020

19 Agustus 2020 3 tahun 6

bulan

Tabel 44. Perkembangan Investasi

Korea Selatan di Indonesia

Tahun Proyek Investasi (ribu USD)

2016 2.996 1.065.803,7

2017 3.274 2.024.621,0

2018 2.412 1.604.718,8

2019 2.191 638.597,3

2020 3.930 1.142.414,3

Sumber: Kementerian Investasi/BKPM

Page 92: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

90

Perkembangan Ekonomi Indonesia

No. Perjanjian Internasional Tanggal & Tempat

Penandatangan Tanggal Berlaku Durasi

Institute of Technology, Bandung (ITB)

and the Korea-Indonesia Marine

Technology Cooperation Research

Center (MTCRC) on Official

Development Assistance (ODA) Project

entitled "Ocean and Coastal Basic

Survey and Capacity Enhancement in

Cirebon, Indonesia"

6 Memorandum of Understanding

between Directorate General of Metal,

Machinery, Transportation Equipment,

and Electronics Industry of Ministry of

Industry of the Republic of Indonesia

and Korea Institute for Advancement of

Technology of the Republic of Korea on

the Project of Machine Tools Industry

Development Center in Indonesia

Jakarta - Jumat, 08

Mei 2020

08 Mei 2020 3 tahun

7 Agreement between the Government of

the Republic of Indonesia and the

Government of the Republic of Korea

on Visa Exemptions for Holders of

Diplomatic and Official or Service

Passports

Busan - Senin, 25

November 2019

12 February 2020 Jangka

waktu tidak

terbatas

8 Arrangement between the Directorate

General of Customs and Excise of the

Republic of Indonesia and the Korea

Customs Service of the Republic of

Korea regarding Mutual Recognition of

the Respective Authorized Economic

Operator Programs

Korea Selatan -

Kamis, 06 Februari

2020

06 Februari 2020 Sampai

diakhiri oleh

salah satu

Pihak

9 Memorandum of Understanding

between the Ministry of Public Works

and Housing of the Republic of

Indonesia and the Ministry of Land,

Infrastructure and Transport of the

Republic of Korea concerning Technical

Cooperation on Capital City Relocation

and Development

Busan - Senin, 25

November 2019

25 November 2019 3 tahun

10 Joint Declaration by the Republic of

Indonesia and the Republic of Korea on

the Conclusion of the Negotiations for

the Indonesia-Korea Comprehensive

Economic Partnership Agreement

Busan - Senin, 25

November 2019

25 November 2019 Tidak ada

masa berlaku

yang

ditentukan

Sumber: Kementerian Luar Negeri

Kerjasama Ekonomi Indonesia-Rusia

Rusia merupakan salah satu mitra dagang dan sumber investasi terbesar Indonesia.

Pada tahun 2020 Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan dengan Rusia

sebesar USD 16 juta, dengan total volume perdagangan sebesar USD 1,93 milyar.

Page 93: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

91

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Sedangkan, nilai investasi langsung Rusia pada tahun 2020 tercatat sebesar USD 4,6

juta dengan 202 proyek dimana sebagian besar berada di sektor industri kimia dan

farmasi. Dalam rangka meningkatkan hubungan antara kedua negara, Indonesia dan

Rusia, dalam Forum Konsultasi Bilateral Indonesia-Rusia pada 3 Maret 2021, sepakat

menghilangkan hambatan perdagangan untuk memenuhi target volume

perdagangan sebesar USD 5 milyar. Kedua negara juga mengidentifikasi potensi

kerjasama di bidang pariwisata, kesehatan dan pendidikan. Rusia berencana investasi

pada sektor perminyakan, perkebunan dan teknologi tinggi. Dilain pihak, Rusia juga

akan mendukung percepatan pembentukan FTA Indonesia-Eurasian Economic Union

(EAEU) yang sudah digulirkan sejak tahun 2019.

Kerjasama Ekonomi Indonesia-Senegal

Pada 4 Maret 2021, Dubes RI Dakar telah bertemu dengan Presiden Senegal, Makcy

Sall untuk menyerahkan letter of credentials. Pada kesempatan tersebut kedua belah

pihak membahas beberapa isu, antara lain peningkatan kerjasama ekonomi, rencana

kedatangan pesawat CN-235 pesanan Senegal yang ketiga pada akhir bulan Maret

2021, dan peningkatan kerjasama bilateral di bidang infrastruktur, edukasi, dan kerja

sama teknik. Perdagangan bilateral kedua negara juga menunjukkan kenaikan yang

signifikan, yaitu mencapai 40 persen pada tahun 2020.

Joint Economic and Trade Committee (JETCO) Indonesia-Inggris

Indonesia dan Inggris telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU)

Pembentukan Komite Ekonomi dan Perdagangan Bersama (KEPB) atau Joint Economic

and Trade Committee (JETCO) pada 26 April 2021. Pembentukan JETCO merupakan

hasil rekomendasi Joint Trade Review (JTR) Indonesia-Inggris yang telah dimulai pada

Desember 2019. JETCO merupakan forum dialog tahunan tingkat Menteri yang akan

membahas isu-isu penting bilateral kedua negara sekaligus memastikan agar hasil

JTR dapat ditindaklanjuti. Kedua pihak telah mengidentifikasi sembilan sektor

potensial berikut hambatan dan peluang kerja samanya, yaitu pendidikan, makanan

dan minuman serta produk pertanian, teknologi, obat-obatan dan pelayan kesehatan,

infrastruktur dan transportasi, kayu dan produk kayu, energi terbarukan, jasa

keuangan dan profesional, serta ekonomi kreatif. Total perdagangan Indonesia-

Inggris pada 2020 sebesar USD 2,2 miliar. Produk ekspor utama Indonesia ke Inggris

adalah alas kaki dengan sol luar karet, plastik, kulit, minyak sawit, kopi. Produk kopi,

teh, dan kakao Indonesia memiliki potensi ekspor yang besar di tengah kondisi pasca-

Brexit dan pandemi Covid-19, akan tetapi masih menghadapi beberapa tantangan

antara lain belum maksimalnya inovasi serta ketatnya persyaratan keamanan pangan

(food safety), kontaminan makanan (food contaminants), serta pelabelan dan

pengemasan (labeling and packaging).

Page 94: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

92

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Perkembangan Perjanjian Internasional Indonesia

Tabel 46. Perkembangan Perjanjian Internasional Indonesia

No Perjanjian / Kerjasama Status Tahun

1 ASEAN Free Trade Area Signed and In Effect 1993

2 ASEAN-Australia and New Zealand Free Trade

Agreement

Signed and In Effect 2010

3 ASEAN-Canada FTA Proposed/Under

consultation and study

2017

4 ASEAN-EU Free Trade Agreement Proposed/Under

consultation and study

2015

5 ASEAN-Eurasian Economic Union Free Trade

Agreement

Proposed/Under

consultation and study

2016

6 ASEAN-Hong Kong, China Free Trade Agreement Signed and In Effect 2019

7 ASEAN-India Comprehensive Economic

Cooperation Agreement

Signed and In Effect 2010

8 ASEAN-Japan Comprehensive Economic

Partnership

Signed and In Effect 2008

9 ASEAN-Pakistan Free Trade Agreement Proposed/Under

consultation and study

2009

10 ASEAN-People's Republic of China Comprehensive

Economic Cooperation Agreement

Signed and In Effect 2005

11 ASEAN-Republic of Korea Comprehensive

Economic Cooperation Agreement

Signed and In Effect 2007

12 Indonesia - Australia Comprehensive Economic

Partnership Agreement

Signed and In Effect 2020

13 Comprehensive Economic Partnership for East Asia

(CEPEA/ASEAN+6)

Proposed/Under

consultation and study

2005

14 East Asia Free Trade Area (ASEAN+3) Proposed/Under

consultation and study

2004

15 Free Trade Area of the Asia Pacific Proposed/Under

consultation and study

2014

16 India-Indonesia Comprehensive Economic

Cooperation Arrangement

Negotiations launched 2011

17 Indonesia-Chile Free Trade Agreement Signed and In Effect 2019

18 Indonesia-Colombia Free Trade Agreement Proposed/Under

consultation and study

2019

19 Indonesia-Eurasian Economic Union Proposed/Under

consultation and study

2016

20 Indonesia-European Free Trade Association Free

Trade Agreement

Signed but not yet In Effect 2018

21 Indonesia-European Union Comprehensive

Economic Partnership Agreement

Negotiations launched 2016

22 Indonesia-Gulf Cooperation Council Free Trade

Agreement

Proposed/Under

consultation and study

2018

23 Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement Signed and In Effect 2008

24 Indonesia-Kenya Free Trade Agreement Proposed/Under

consultation and study

2018

Page 95: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

93

Perkembangan Ekonomi Indonesia

No Perjanjian / Kerjasama Status Tahun

25 Indonesia-Morocco Preferential Trade Agreement Negotiations launched 2019

26 Indonesia-Mozambique Free Trade Agreement Signed but not yet In Effect 2019

27 Indonesia-Nigeria Preferential Trade Agreement Proposed/Under

consultation and study

2017

28 Indonesia-Pakistan Free Trade Agreement Signed and In Effect 2013

29 Indonesia-Peru FTA Proposed/Under

consultation and study

2014

30 Indonesia-Republic of Korea Free Trade Agreement Signed but not yet In Effect 2020

31 Indonesia-South Africa Free Trade Agreement Proposed/Under

consultation and study

2018

32 Indonesia-Sri Lanka Free Trade Agreement Proposed/Under

consultation and study

2018

33 Indonesia-Taipei,China FTA Proposed/Under

consultation and study

2011

34 Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement Negotiations launched 2018

35 Indonesia-Turkey FTA Negotiations launched 2017

36 Indonesia-Ukraine Free Trade Agreement Proposed/Under

consultation and study

2016

37 Indonesia-United States Free Trade Agreement Proposed/Under

consultation and study

1997

38 Preferential Tariff Arrangement-Group of Eight

Developing Countries

Signed and In Effect 2011

39 Regional Comprehensive Economic Partnership Signed but not yet In Effect 2020

40 Trade Preferential System of the Organization of

the Islamic Conference

Signed but not yet In Effect 2014

41 Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive

Economic Partnership Agreement

Proposed/Under

consultation and study

2021

Sumber: Asia Regional Integration Center

Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Mitra Free Trade Agreement (FTA)

Indonesia memiliki perjanjian perdagangan bebas kawasan: kawasan Asia Timur,

Kawasan Asia Tenggara, kawasan Asia Selatan, kawasan Amerika Selatan, kawasan

Eropa, kawasan Oceania, kawasan Afrika, dan kawasan Timur Tengah. Berdasarkan

kawasan, kinerja perdagangan Indonesia didominasi pada kawasan Asia Timur dan

kawasan Asia Tenggara. Ekspor Indonesia ke negara mitra FTA di kawasan Asia Timur

pada triwulan I Tahun 2021 mencapai 33,65 persen dari total ekspor Indonesia ke

dunia. Pada saat yang sama, Indonesia juga mengimpor 42,3 persen dari total impor

Indonesia dari negara-negara tersebut. Selanjutnya, negara-negara mitra FTA di

kawasan Asia Tenggara pada Triwulan I Tahun 2021 berkontribusi terhadap 22,51

persen dari total ekspor Indonesia, dan 21,28 persen dari impor Indonesia.

Page 96: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

94

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Tabel 47. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra FTA

Kawasan / Negara

Q1-2020 Q1-2021

Ekspor Impor Ekspor Impor

(juta USD)

Indonesia terhadap Dunia 41.760,9 39.169,0 48.904,3 43.382,4

KAWASAN ASIA TIMUR

Jepang 3.720,7 3.611,6 4.113,1 3.141,9

Korea Selatan 1.752,7 1.973,5 1.767,1 2.375,1

Tiongkok 6.374,7 9.086,7 10.208,5 12.210,6

Hong Kong 708,9 762,2 367,7 623,4

Share terhadap total 30,07% 39,40% 33,65% 42,30%

KAWASAN ASIA TENGGARA

Thailand 1.539,7 2.267,9 1.851,0 2.031,4

Singapura 3.438,2 3.800,2 2.584,1 3.549,2

Filipina 1.551,3 183,2 1.883,2 335,9

Malaysia 2.016,6 1.901,4 2.693,1 2.081,0

Myanmar 267,9 62,0 261,5 51,9

Kamboja 169,7 15,9 152,0 12,5

Brunei Darussalam 29,8 42,6 46,6 39,4

Laos 1,7 15,9 1,9 8,4

Vietnam 1.194,9 957,7 1.536,6 1.122,8

Share terhadap total 24,45% 23,61% 22,51% 21,28%

KAWASAN ASIA SELATAN

India 2.959,4 971,1 2.870,5 1.693,2

Pakistan 525,2 67,6 781,4 80,4

Bangladesh 619,0 30,1 708,9 27,8

Share terhadap total 9,83% 2,73% 8,92% 4,15%

KAWASAN AMERIKA SELATAN

Chili 29,2 22,0 53,9 30,6

Share terhadap total 0,07% 0,06% 0,11% 0,07%

KAWASAN EROPA

Turki 294,4 80,0 306,5 76,1

Share terhadap total 0,70% 0,20% 0,63% 0,18%

KAWASAN AFRIKA

Mesir 282,2 43,7 383,3 60,5

Nigeria 95,2 578,7 99,1 324,5

Share terhadap total 0,90% 1,59% 0,99% 0,89%

KAWASAN OCEANIA

Australia 511,6 1.412,0 802,3 2.057,2

Selandia Baru 128,2 185,2 152,4 214,7

Share terhadap total 1,53% 4,08% 1,95% 5,24%

KAWASAN TIMUR TENGAH

Iran 128,2 185,2 152,4 214,7

Share terhadap total 0,31% 0,47% 0,31% 0,50%

Sumber: Kementerian Perdagangan

Page 97: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

95

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Sedangkan, berdasarkan FTA yang dimiliki Indonesia, kontribusi terbesar dalam

perkembangan perdagangan Indonesia melibatkan negara ASEAN, yang

berkontribusi lebih dari 10 persen total ekspor dan impor Indonesia. FTA dengan

kontribusi terbesar pada tahun 2020 adalah ASEAN-People’s Republic of China

Comprehensive Economic Cooperation Agreement. Ekspor Indonesia yang dilakukan

dengan memanfaatkan perjanjian tersebut pada tahun 2020 mencapai 27,78 persen

dari total ekspor Indonesia ke dunia. Pada saat yang sama, Indonesia juga mengimpor

28,07 persen dari total impor Indonesia melalui perjanjian tersebut.

Tabel 48. Kontribusi Nilai Perdagangan Indonesia

terhadap Total Perdagangan Indonesia dengan Dunia berdasarkan FTA

FTA

2019 2020

Ekspor Impor Ekspor Impor

(persen)

ASEAN FTA 12,63 11,18 14,41 12,09

ASEAN-Australia and New Zealand

FTA

13,42 13,11 15,66 15,06

ASEAN-Hong Kong, China FTA 13,51 12,10 14,89 12,90

ASEAN-India CECA 16,29 12,35 18,17 14,30

ASEAN-Japan CEP 17,23 15,54 19,80 16,20

ASEAN-People’s Republic of China

CECA

20,51 22,16 27,78 28,07

ASEAN-Republic of Korea CECA 14,80 13,56 16,73 15,20

Indonesia-Australia CEPA 1,23 3,60 1,64 4,74

Indonesia-Chile FTA 0,04 0,03 0,07 0,04

Indonesia-Japan EPA 4,60 4,37 5,38 4,11

Indonesia-Pakistan FTA 0,65 0,08 1,02 0,11

Preferential Tariff Arrangement-

Group of Eight Developing Countries

4,78 3,28 6,54 3,48

Sumber: Kementerian Perdagangan

Page 98: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

96

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Box2: Perang Dagang Australia-Tiongkok

Tiongkok dan Australia memiliki hubungan bilateral yang erat. Dalam daftar mitra

dagang utama Australia, Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor utama yang

menduduki posisi pertama dengan total nilai perdagangan sebesar USD 90,5 miliar

(35,6 persen dari total ekspor Australia pada tahun 2020), dengan ekspor utama

adalah bijih, terak dan abu, bahan bakar mineral, dan daging. Sebaliknya, Australia

menempati posisi ke-13 tujuan ekspor Tiongkok, dengan total nilai perdagangan

sebesar USD 53,5 miliar (2,1 persen)3. Ini menunjukkan hubungan bilateral kedua

negara dalam sektor perdagangan merupakan hubungan yang sangat penting bagi

Australia dan juga Tiongkok. Hubungan erat Australia dengan Tiongkok juga

ditunjukkan melalui investasi asing di mana Tiongkok menempati urutan ke-9 sebagai

investor terbesar di Australia, dengan total 3 persen dari seluruh investasi asing di

Australia dengan investasi Tiongkok di Australia terutama pada sektor infrastruktur.

Namun demikian, hubungan Australia-Tiongkok mengalami perubahan yang

disebabkan oleh pandemi Covid-19. Sebagaimana negara lain di dunia, pandemi

Coovid-19 memberi tekanan terhadap perekonomian Australia yang terkontraksi

sebesar 2,4 persen pada tahun 20204. Dalam kondisi perekonomian yang memburuk,

PM Australia Scott Morrison menentang Tiongkok dan menyerukan untuk

dilakukannya investigasi terkait asal-usul virus korona. Australia juga mendesak

negara-negara sekutunya untuk mendukung perombakan World Health Organization

(WHO) dan merekrut penyelidik independen untuk memverifikasi sumber wabah

penyakit utama. Sikap politik Australia inilah yang menjadi awal perseteruan antara

Australia dan Tiongkok, yang direspons oleh Tiongkok dengan membatasi bahkan

melanggar Free Trade Agreement antar kedua negara. Hal tersebut merupakan sikap

protes Tiongkok terhadap sikap Australia yang seakan menuduh virus Covid-19

berasal dari Tiongkok.

Tiongkok secara tidak langsung mengumumkan perang dagang dengan Australia

dengan menerapkan beberapa kebijakan perdagangan terhadap Australia. Tiongkok

memblokir ekspor kayu dari dua negara bagian di Australia, yaitu Australia Selatan

dan Tasmania, dimana sebelumnya Tiongkok juga memblokir kayu dari Queensland

dan Victoria. Lebih lanjut, komoditas ekspor utama Australia seperti batu bara, barley,

biji tembaga, gula, wine, dan lobster juga dilarang untuk masuk ke Tiongkok. Pada

bulan Mei 2020, Tiongkok menerapkan tarif besar terhadap Australia sebesar 80

persen untuk impor selai Australia. Beijing mengklaim tarif tersebut adalah hasil dari

tindakan anti-dumping dan anti-subsidi. Selanjutnya, Tiongkok melarang empat

rumah pemotongan hewan di Australia, tiga di Queensland dan satu di New South

3 Trade Map. Share in China’s export 2020. (Diakses pada 21 Mei 2021) 4 IMF Website. Real GDP growth Annual percent change. (Diakses pada 21 Mei 2021)

Page 99: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

97

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Wales, untuk menjual produksi daging sapinya ke Tiongkok. Pada bulan November

2020, berton-ton lobster hidup dibiarkan terlantar di Shanghai, dikarenakan Bea

Cukai Tiongkok menuduh lobster tersebut mungkin terkontaminasi Covid-19. Di

bulan yang sama, Beijing juga mengumumkan akan memberlakukan tarif hingga 200

persen pada semua impor wine Australia.

Australia melakukan beberapa perlawanan terhadap sikap Tiongkok. Memudarnya

hubungan bilateral kedua negara mendorong Australia untuk mencari kemitraan baru

dipasar global. Selain itu, Australia merespons tindakan Tiongkok dengan

membatalkan partisipasi Australia dalam Belt and Road Initiative yang digagas oleh

Tiongkok. Institut Konfusius yang didanai Tiongkok kemungkinan menghadapi

penutupan di bawah undang-undang veto baru. Namun, kembali Tiongkok memberi

tekanan kepada Australia dengan ancaman penghentian ekspor barang dan bahan

kimia ke Australia, termasuk yang diperlukan untuk memproduksi aluminium.

Page 100: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

98

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Page 101: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

99

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

3.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global

Perekonomian global diproyeksi pulih

pada tahun 2021 dan berlanjut pada

tahun berikutnya. International

Monetary Foundation (IMF) merilis

proyeksi terbaru pada bulan April 2021.

Perekonomian global pada tahun 2021

secara keseluruhan diestimasi tumbuh 6,0

persen, lebih tinggi dibandingkan proyeksi

sebelumnya. Proyeksi yang lebih tinggi

didasarkan pada pemberian stimulus fiskal

di negara-negara besar dan pemulihan

pada paruh kedua 2021 seiring dengan

berjalannya program vaksin. Pada tahun

2022, pertumbuhan diestimasi melambat

menjadi 4,4 persen.

Kecepatan pemulihan ekonomi ke

depannya bergantung pada perkembangan kondisi kesehatan dunia, terutama

efektivitas vaksin terhadap mutasi virus Covid-19 baru. Selain itu juga dipengaruhi

oleh efektivitas kebijakan yang diterapkan di berbagai negara, kondisi keuangan serta

harga komoditas dunia, serta kapasitas penyesuaian ekonomi. Ketika vaksinasi telah

terbukti efektif membentuk herd immunity dan sistem kesehatan telah kembali ke

level pra pandemi, maka pembatasan dapat dibuka sepenuhnya.

Pemulihan ekonomi berjalan bervariasi antar negara. Pada triwulan I tahun 2021,

beberapa negara telah menunjukkan pertumbuhan positif sementara sebagian

lainnya masih terkontraksi. Perekonomian negara maju diproyeksi tumbuh 5,1 persen

pada 2021. Sementara ekonomi negara tumbuh lebih tinggi yakni 6,7 persen yang

ditopang oleh negara-negara dengan ekonomi besar seperti Tiongkok dan India.

Perekonomian Amerika Serikat diproyeksi tumbuh 6,4 persen pada tahun 2021.

Pemulihan ekonomi didorong oleh pemberian stimulus fiskal yang dilanjutkan pada

Tabel 49. Proyeksi Pertumbuhan

Beberapa Negara

Kawasan 2021 2022

Negara Maju

Amerika Serikat 6,4 3,5

Kawasan Eropa 4,4 3,8

Jerman 3,6 3,4

Inggris 5,3 5,1

Jepang 3,3 2,5

Negara Berkembang

Tiongkok 8,4 5,6

India 12,5 6,9

ASEAN-5 4,9 6,1

Amerika Latin dan Karibia

Brazil 3,7 2,6

Sub Sahara Afrika 3,4 4,0

Afrika Selatan 3,1 2,0

Global 6,0 4,4

Sumber: IMF, World Economic Outlook,

April 2021

BAB III

PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI

Page 102: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

100

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

tahun 2021 dan program vaksinasi yang semakin meluas. Sementara, untuk

pertumbuhan tahun 2022 diproyeksi melambat menjadi 3,5 persen.

Jepang juga diprediksi mengalami pertumbuhan sebesar 3,3 persen pada tahun 2021

dan 2,5 persen pada tahun 2022. Perekonomian Jepang diestimasi pulih menyamai

level akhir 2019 pada paruh kedua tahun 2021. Selain itu, diharapkan pemulihan juga

didorong oleh penyelenggaraan Olimpiade Tokyo yang diselenggarakan pada

triwulan ketiga tahun 2021.

Sementara itu kawasan Eropa diproyeksi pulih meskipun masih berada di bawah level

pra pandemi hingga tahun 2022. Kawasan Eropa diproyeksi tumbuh sebesar 4,4

persen pada tahun 2021 dan 3,8 persen pada tahun 2022. Pertumbuhan ekonomi

Jerman, Prancis, dan Italia pada tahun 2021 diproyeksi masing-masing sebesar 3,6;

5,8; dan 4,2 persen.

Ekonomi Tiongkok pada tahun 2021 diproyeksi rebound menjadi 8,4 persen sejalan

dengan pulihnya aktivitas berbagai sektor. Selain itu, juga didorong oleh persebaran

virus Covid-19 setempat yang relatif terkendali dibandingkan negara lain. Hal serupa

terjadi pada India yang pertumbuhannya pada tahun 2021 diproyeksi mencapai 12,5

persen. Namun, proyeksi tersebut belum memperhitungkan peningkatan tinggi

pasien Covid-19 yang terjadi akhir-akhir ini.

Sementara itu, proyeksi pertumbuhan untuk ASEAN-5 direvisi turun 0,3 persen poin

menjadi 4,9 persen pada tahun 2021. Kondisi tersebut disebabkan tingginya kasus

Covid-19 pada negara besar seperti Indonesia dan Malaysia. Penanganan pandemi

yang masih belum stabil dinegara-negara ASEAN-5 menjadi penyebab utama

ketiidakpastian pemulihan ekonomi wilayah tersebut.

Secara keseluruhan, proyeksi IMF mengindikasikan pemulihan ekonomi bergantung

pada efektivitas vaksin terhadap strain baru serta efektivitas kebijakan fiskal maupun

moneter yang ditempuh setiap negara. Sementara, gelombang virus baru yang

merebak menjadi sumber ketidakpastian utama sejalan dengan pembatasan yang

akan kembali dilakukan.

Harga komoditas secara umum diproyeksi meningkat sejalan dengan

pemulihan ekonomi. Baik harga komoditas energi, pertanian, maupun logam

diproyeksi menguat. Pada tahun 2021, harga minyak mentah diprediksi kembali

menguat sejalan dengan pemulihan ekonomi di berbagai negara dan meningkatnya

permintaan. Namun, beberapa komoditas pertanian seperti udang dan daging sapi

diproyeksi sedikit menurun.

Permintaan minyak mentah diproyeksi menguat pada tahun 2021 sejalan dengan

pemulihan ekonomi dan penerima vaksinasi yang semakin meluas. Permintaan

Page 103: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

101

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

minyak mentah akan kembali pada level pra pandemi pada tahun 2023. Harga rata-

rata minyak mentah diperkirakan sebesar USD56 per barel pada tahun 2021, lebih

tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya. Hal tersebut mencerminkan produksi

OPEC+ yang lebih rendah dari perkiraan pasar.

Peningkatan permintaan juga

diproyeksikan terjadi pada komoditas gas

alam dan batu bara terutama permintaan

dari Asia. Namun, pertumbuhan pasokan

diproyeksi berada dalam tingkat sedang.

Harga gas alam diproyeksi menguat pada

2021 dengan peningkatan tertinggi pada

harga produk Eropa. Produksi gas alam di

Amerika Serikat diprediksi stagnan,

sementara di negara lain diproyeksi

meningkat sejalan dengan relaksasi

pembatasan aktivitas. Harga gas alam

diproyeksi bergerak stabil hingga tahun

2022. Sementara itu, harga batu bara

diproyeksi meningkat hingga 30 persen.

Harga komoditas pertanian diproyeksi

semakin menguat sejalan dengan turunnya risiko yang mengancam produksi

pertanian seperti fenomena La Nina. Peningkatan harga komoditas pertanian juga

terpengaruh pada peningkatan harga energi dan pupuk yang meningkatkan biaya

produksi. Namun, penguatan harga komoditas pertanian diproyeksi tertahan oleh

penguatan nilai tukar dolar AS.

Harga kapas diproyeksi meningkat pada tahun 2021, didorong oleh peningkatan

permintaan global terutama dari Tiongkok dan India sejalan dengan rebound aktivitas

produksi tekstil di kedua negara. Peningkatan herga kapas juga didorong oleh

pasokan yang lebih rendah. Produksi global diproyeksikan turun 8 persen terutama

di Amerika Serikat, India, dan Pakistan disebabkan oleh turunnya penanaman. Harga

kapas diproyeksi naik 23 persen pada tahun 2021 dibandingkan tahun sebelumnya.

Peningkatan permintaan juga terjadi pada komoditas karet sejalan dengan aktivitas

manufaktur penghasil ban kembali berjalan. Di sisi lain, pertumbuhan pasokan masih

tertahan oleh ketersediaan pekerja di beberapa negara akibat pembatasan

perbatasan. Kondisi tersebut akan mendorong harga karet naik 30 persen lebih tinggi

pada tahun 2021.

Komoditas logam industri diproyeksi meningkat 30 persen pada tahun 2021.

Peningkatan harga logam industri telah dimulai sejak triwulan I tahun 2021. Harga

Tabel 50. Proyeksi Harga Komoditas

Global

Komoditas Unit 2021 2022

Energi

Batu Bara USD/mt 78,0 76,1

Minyak

Mentah

USD/bbl 56,0 60,0

Gas Alam,

Eropa

USD/mmbtu 5,5 5,6

Non Energi

Minyak

Kelapa

Sawit

USD/mt 975 983

Karet USD/kg 2,25 2,25

Tembaga USD/mt 8.500 7.500

Emas USD/toz 1.700 1.600

Sumber: World Bank, Commodity Markets

Outlook, April 2021

Page 104: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

102

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

nikel diproyeksi meningkat 20 persen menjadi USD16.500 per metrik ton pada tahun

2021. Pada tahun 2022 diproyeksi turun menjadi USD16.500 per metrik ton. Harga

nikel diproyeksi akan terus meningkat hingga ada produksi baru.

Selain nikel, harga timah juga diproyeksi naik 46 persen dibandingkan tahun 2020

menjadi USD25.000 per metrik ton. Namun, peningkatan harga akan mereda seiring

dengan peningkatan produksi. Prospek permintaan timah dinilai cukup baik dengan

kegunaan yang cukup luas pada semikonduktor, photovoltaics, otomotif, dan baterai

litium-ion.

Harga bijih besi yang diproyeksi meningkat 24 persen menjadi USD135 per dmt

sejalan dengan peningkatan permintaan terutama dari Tiongkok sebagai bahan baku

produksi baja. Peningkatan atau turunnya impor bijih besi oleh Tiongkok sangat

berpengaruh bagi eksportir.

Perkembangan harga komoditas emas diprediksi turun 4,0 persen pada 2021 menjadi

USD1.700 per troy ons. Melemahnya harga emas dipengaruhi oleh pemulihan

ekonomi global yang menyebabkan permintaan pada komoditas emas menurun.

Selain itu, produksi hasil pertambangan juga mengalami rebound dan berlanjut

hingga tahun 2022. Pada tahun 2022 harga emas diproyeksi melanjutkan penurunan.

3.2 Proyeksi Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia pada tahun 2021 diperkirakan mengalami pemulihan,

didorong pemulihan aktivitas global dan domestik. Ekonomi Indonesia

diharapkan akan pulih pada tahun 2021, diperkirakan tumbuh sebesar 4,8 persen

dengan kisaran 4,5 – 5,3 persen. Target ini lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan

konsensus ekonom market maupun lembaga internasional seperti IMF, World Bank,

OECD, dan ADB. Optimisme pemulihan ekonomi berasal dari pemulihan investasi

yang signifikan, tetapi untuk mencapai

batas atas kisaran outlook

pertumbuhan 2021, perlu dorongan

pemulihan konsumsi yang lebih cepat.

Meski demikian, target pemulihan

tersebut berpotensi mengalami

penurunan seiring dengan masih

besarnya downside risk yang dihadapi,

terutama berasal dari potensi

peningkatan kasus Covid-19 yang

menghambat pemulihan ekonomi

global dan domestik, perlambatan

proses vaksinasi, tertahannya

Tabel 51. Konsensus Proyeksi

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Lembaga 2021

IMF1) 4,3

World Bank2) 4,4

OECD3) 4,0

ADB4) 4,5

Bloomberg5) 4,5

Bappenas6) 4,5 - 5,0

Sumber: 1)World Economic Outlook April 2021 2)World Bank East Asia and Pacific Economic

Update April 2021 3)OECD Economic Outlook

Maret 2021 4)Asian Development Outlook

April 2021 5)Indonesia Economic Forecast Mei

2021 6)Outlook Mei 2021

Page 105: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

103

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

akselerasi belanja pemerintah, serta permanent scar yang dirasakan oleh tenaga kerja

dan perusahaan.

Dari sisi pengeluaran, investasi

memegang peranan penting

dalam pemulihan ekonomi karena

mampu menciptakan lapangan

pekerjaan dan meningkatkan

kapasitas produktif ekonomi.

Pengimplementasian reformasi

struktural seperti UU Cipta Kerja

diharapkan dapat memberikan

dorongan pada peningkatan

investasi. Selain itu, alokasi

belanja modal pemerintah yang

meningkat seiring dengan berlanjutnya proyek infrastruktur akan membantu

peningkatan investasi.

Keberhasilan pengendalian Covid-19 dan kebijakan penanganannya akan menjadi

kunci peningkatan keyakinan masyarakat serta dunia usaha yang kemudian dapat

meningkatkan tidak hanya konsumsi, tetapi juga investasi. Pemulihan keyakinan

masyarakat juga bergantung pada proses vaksinasi. Apabila gelombang kedua

peningkatan kasus Covid-19 dapat dicegah dan proses vaksinasi berjalan lebih cepat,

maka akselerasi konsumsi dapat berjalan lebih cepat.

Keberlanjutan stimulus fiskal dan moneter juga menjadi kunci dalam mendukung

proses pemulihan yang lebih stabil. Dari sisi fiskal, defisit fiskal akan dipertahankan di

atas tiga persen terhadap PDB hingga tahun 2022. Perluasan stimulus PEN dan

program vaksinasi diperkirakan akan mendorong tingginya konsumsi pemerintah

pada tahun 2021. Selain itu, akselerasi belanja pemerintah juga perlu dilakukan,

terutama di daerah, dengan fokus untuk membantu peningkatan konsumsi

masyarakat. Dari sisi moneter, Bank Indonesia akan mempertahankan kebijakan suku

bunga yang rendah hingga adanya sinyal peningkatan inflasi.

Kinerja ekspor diperkirakan akan mengalami akselerasi seiring dengan pemulihan

ekonomi global yang lebih cepat utamanya mitra utama Indonesia yaitu Tiongkok.

Harga komoditas yang tinggi juga berpotensi memberikan dampak positif tidak

hanya terhadap terhadap kinerja ekspor, tetapi juga konsumsi, investasi, dan

pendapatan negara. Terlepas dari pandemi Covid-19, kepastian terkait keberlanjutan

perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok ke depannya juga akan

berdampak pada kinerja perdagangan, mengingat tingginya eksposur perekonomian

Indonesia terhadap kedua negara tersebut. Meski demikian, optimalisasi

pemanfaatan beberapa perjanjian perdagangan di tingkat regional (ASEAN dan

Tabel 52. PDB Berdasarkan Pengeluaran

Komponen

Pengeluaran Q1 Q2 Q3 Q4

Full

Year

Konsumsi RT -2,2 6,3 5,6 5,5 3,7

Konsumsi

LNPRT -4,5 3,9 3,7 4,4 1,9

Konsumsi

Pemerintah 3,0 9,4 1,9 5,0 4,8

PMTB/Investasi -0,2 9,2 8,0 8,0 6,2

Ekspor 6,7 18,2 12,6 9,4 11,5

Impor 5,3 18,5 19,5 10,1 12,9

PDB -0,7 7,2 6,7 6,0 4,8

Sumber: BPS (2021), Outlook Bappenas

(Mei 2021)

Page 106: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

104

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

ASEAN+1) maupun bilateral (seperti Australia, Jepang, Pakistan dan Chile) diharapkan

mampu mendorong kinerja ekspor Indonesia. Selain itu, beberapa perjanjian

perdagangan lain yang masih dalam proses ratifikasi (seperti Indonesia-EFTA CEPA

dan Indonesia-Korea CEPA) diupayakan untuk segera diselesaikan, agar dapat

dimanfaatkan dan membuka peluang pasar ekspor yang lebih luas bagi Indonesia.

Dari sisi lapangan usaha,

pemulihan diperkirakan terjadi

hampir di semua sektor. Sektor

paling terdampak negatif

pandemi Covid-19 pada tahun

2020 seperti sektor

perdagangan, transportasi dan

pergudangan, serta penyediaan

akomodasi dan makan minum

diperkirakan akan berangsur

pulih. Hal ini sejalan dengan

berangsur pulihnya kondisi

perekonomian global dan

domestik, terutama dari sisi

peningkatan mobilitas

masyarakat dan peningkatan

keyakinan konsumen.

Sektor pertanian diperkirakan

akan kembali ke pertumbuhan

normal sejalan dengan

berakhirnya risiko fenomena La

Nina dan cuaca diperkirakan normal setelah triwulan I-2021. Selain itu, low base effect

juga akan berpengaruh terhadap tingginya pertumbuhan sektor pertanian sepanjang

2021. Sementara itu, pemulihan sektor pertambangan akan diperkirakan berasal

utamanya dari produksi nikel, pulihnya permintaan global utamanya dari Tiongkok,

dan peningkatan harga komoditas.

Industri pengolahan diperkirakan berangsur pulih sepanjang 2021 karena sektor ini

menunjukkan tanda-tanda mulai dapat beradaptasi terhadap pandemi. Hal ini

tercermin dari akselerasi Indeks PMI Manufaktur di tengah di tengah tekanan

mobilitas. Optimisme pemulihan permintaan baik global dan domestik juga

memberikan sinyal positif terhadap pemulihan di sektor ini. Sektor informasi dan

komunikasi serta jasa kesehatan sebagai dua sektor esensial diperkirakan masih akan

tumbuh tinggi pada tahun 2021, didorong oleh tingginya permintaan masyarakat.

Tabel 53. PDB Berdasarkan Lapangan Usaha

Komponen Q1 Q2 Q3 Q4 Full

Year

Pertanian 2,9 1,8 4,5 4,2 3,4

Pertambangan -2,0 1,8 2,3 2,0 1,0

Industri

Pengolahan

-1,4 7,2 5,6 5,8 4,2

Pengadaan Listrik 1,7 6,1 5,8 6,4 5,0

Pengadaan Air 5,5 5,4 5,2 5,6 5,4

Konstruksi -0,8 8,4 6,8 8,4 5,7

Perdagangan -1,2 9,9 7,1 6,0 5,4

Transportasi -13,1 20,1 9,9 7,8 4,8

Akomodasi dan

Mamin

-7,3 15,2 10,4 6,2 5,4

Infokom 8,7 9,3 9,1 9,4 9,1

Jasa Keuangan -3,0 7,6 7,8 6,8 4,6

Real Estate 0,9 4,1 4,9 6,2 4,1

Jasa Perusahaan -6,1 11,6 7,5 7,4 4,8

Administrasi

Pemerintah

-2,9 3,9 4,9 5,7 2,9

Jasa Pendidikan -1,6 3,5 5,2 7,8 3,9

Jasa Kesehatan 3,6 6,2 5,0 4,7 4,9

Jasa Lainnya -5,2 14,1 5,6 5,1 4,6

PDB -0,7 7,2 6,7 6,0 4,8

Sumber: BPS (2021),

Outlook Bappenas (Februari 2021)

Page 107: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

105

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

POLICY BRIEF

Transmisi Dampak Banjir Kalimantan Selatan terhadap Perekonomian Sektoral

Oleh: Rufita Sri Hasanah, Doddy Purwoharyono, Jefani Marrosa

Studi ini bertujuan untuk meneliti dampak bencana banjir yang terjadi di Provinsi

Kalimantan Selatan pada bulan Januari 2021 terhadap perekonomian sektoral.

Bencana dapat menyebabkan dampak langsung berupa kerusakan fisik maupun

dampak tidak langsung berupa terganggunya aktivitas ekonomi. Terganggunya

aktivitas ekonomi dapat terjadi di berbagai sektor dan wilayah dikarenakan adanya

interdependensi ekonomi antarsektor dan antarwilayah. Studi ini menggunakan

metode analisis Input-Output dengan memanfaatkan data tabel Inter-Regional Input-

Output (IRIO) dan data estimasi dampak sektoral banjir Kalimantan Selatan

berdasarkan penelitian oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Studi

ini menemukan bahwa sektor-sektor paling terdampak meliputi sektor utilitas,

konstruksi, pertanian, perkebunan, industri barang galian bukan logam, peternakan,

dan jasa kesehatan. Sektor-sektor ini perlu menjadi prioritas dalam pemulihan dan

pembangunan kembali perekonomian pasca bencana Kalimantan Selatan.

LATAR BELAKANG

Sebagai negara yang memiliki risiko bencana tinggi, Indonesia telah menjadikan

ketahanan bencana sebagai satu dari tujuh agenda pembangunan dalam RPJMN

2020-2024. Sepanjang triwulan pertama tahun 2021, sejumlah bencana alam

melanda berbagai daerah di Indonesia. Beberapa diantaranya ialah bencana longsor

di Kabupaten Sumedang, banjir di Provinsi Kalimantan Selatan, gempa bumi di

Kabupaten Majene, banjir dan longsor di Kota Manado, banjir dan longsor di Kota

Semarang, longsor di Kabupaten Nganjuk, angin puting beliung di Kabupaten Demak,

hingga banjir bandang dan longsor di Provinsi NTT dan NTB.

Bencana dapat menyebabkan dampak langsung berupa kerusakan fisik, yang

kemudian memicu dampak tidak langsung berupa terganggunya aktivitas konsumsi

dan produksi masyarakat (Okuyama, 2007). Estimasi dampak tidak langsung menjadi

penting untuk melihat tingkat kerentanan yang terjadi karena bencana, juga dalam

rangka pengukuran bantuan yang perlu diberikan (Rose, 2004). Terganggunya

aktivitas ekonomi dapat terjadi tidak hanya di wilayah dan sektor yang terdampak

langsung, melainkan juga di sektor dan wilayah lain yang terkait, karena adanya

interdependensi antarsektor dan antarwilayah dalam perekonomian (Miller & Blair,

2009).

Page 108: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

106

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan latar belakang tersebut, studi ini meneliti dampak bencana banjir yang

terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan pada bulan Januari 2021, dikarenakan banjir

melanda hampir seluruh wilayah Kalimantan Selatan (10 dari 13 kabupaten/kota), dan

dikarenakan telah tersedianya data estimasi kerugian sektoral berdasarkan penelitian

oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sehingga mendukung

dilakukannya penelitian menggunakan metoda analisis Input-Output.

METODOLOGI

Metode yang digunakan pada studi ini adalah analisis Input-Output (IO)

menggunakan data tabel Inter-Regional Input-Output (IRIO). Metode IO

dikembangkan oleh Wassily Leontief untuk melihat saling ketergantungan

antarindustri dalam suatu perekonomian. Tabel input-output mencatat relasi dimana

produk yang digunakan suatu industri sebagai input merupakan output dari industri

lain, atau dapat juga berasal dari industri itu sendiri (Miller & Blair, 2009). Sumbu

horizontal menggambarkan total output, yang dicatat sebagai total dari nilai tambah

antarsektor (permintaan antara) dengan total final demand (komponen dalam PDB:

konsumsi, investasi, konsumsi pemerintah, net ekspor). Sedangkan sumbu vertikal

menggambarkan total input, yang dicatat sebagai total nilai tambah antarsektor

(input antara) dengan total nilai tambah input (kompensasi untuk labor, kapital, dan

pajak tidak langsung dari sektor pemerintah). Ilustrasi tabel input-output dapat dilihat

pada Gambar 51.

Gambar 52. Tabel Input-Output

Sumber: Miller (2009)

Dampak dari kejadian bencana kemudian diasumsikan berpengaruh kepada final

demand sektor dan wilayah terdampak, sehingga turut berdampak pada sektor dan

wilayah lain yang memiliki interdependensi ekonomi terhadap sektor dan wilayah

Page 109: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

107

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

tersebut. Selain untuk komponen output, cara yang sama juga dapat dilakukan untuk

komponen Nilai Tambah Bruto (NTB) maupun untuk komponen upah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi ini menggunakan data tabel Inter-Regional Input-Output (IRIO) 2016 yang dirilis

oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Penurunan permintaan akhir akibat bencana banjir

Kalimantan Selatan didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Pusat Teknologi

Pengembangan Sumber Daya Wilayah BPPT, dimana terdapat 6 sektor terdampak

yaitu sektor pendidikan, perikanan, kesehatan dan perlindungan sosial, produktivitas

masyarakat, infrastruktur, serta pertanian. Nilai dampak yang ditaksir oleh BPPT dari

keenam sektor tersebut mencapai Rp1,3 triliun.

Untuk mengestimasi transmisi dampak sektoral tersebut kepada sektor lain dari

perekonomian wilayah Kalimantan Selatan, dilakukan penyesuaian sektor terlebih

dahulu antara pemetaan sektor BPPT dengan 52 sektor pada tabel Input-Output,

yang kemudian diberi bobot berdasarkan share sektor tersebut di Kalimantan Selatan

pada triwulan I 2021. Rincian penyesuaian sektor dan dampak nominal yang

digunakan dalam studi ini dapat dilihat pada Tabel 55.

Tabel 54. Penyesuaian Sektoral dan Pemetaan Shock

Sektor BPPT Dampak

(juta Rp)* Sektor IRIO Share

Shock

(juta Rp)

Pendidikan 24.425,02 Pendidikan 24.425,02

Perikanan 37.330,54 Perikanan 37.330,54

Kesehatan dan

Perlindungan

Sosial

22.145,91 Kesehatan 22.145,91

Produktivitas

Masyarakat

484.993,51 Ketenagalistrikan 0,25 118.885,29

Pengadaan Gas dan

Produksi Es

0,01 4.941,17

Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah,

Limbah, dan Daur

Ulang

0,74 361.167,05

Infrastruktur 340.245,12 Konstruksi 340.245,12

Pertanian 173.493,51 Tanaman pangan 0,27 46.146,52

Perkebunan semusim 0,54 93.545,85

Peternakan 0,19 33.801,14

* = dampak telah disesuaikan menggunakan deflator 2021 dengan asumsi harga konstan 2016

Sumber: kalkulasi tim Penulis

Dari hasil pengolahan data, ditemukan dampak total bencana banjir terhadap

perekonomian provinsi Kalimantan Selatan adalah sebesar 0,6 persen (Rp1,7 triliun)

penurunan output, 0,7 persen (Rp269,5 milyar) penurunan upah, dan 0,5 persen

Page 110: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

108

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

(Rp803,8 milyar) penurunan Nilai Tambah Bruto (NTB). Secara sektoral, seluruh sektor

dalam perekonomian Kalimantan Selatan turut mengalami penurunan output dengan

besaran yang variatif. Transmisi dampak bencana banjir terhadap 10 sektor paling

terdampak di Kalimantan Selatan ditampilkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 53. Estimasi Dampak Banjir terhadap Perekonomian Sektoral

Kalimantan Selatan

Sumber: kalkulasi tim Penulis

Gambar 52 menunjukkan persentase perubahan yang sama antara dampak terhadap

upah, output, dan NTB sektoral akibat banjir di Kalsel. Selain itu, dapat dilihat bahwa

sektor paling terdampak oleh bencana banjir adalah sektor utilitas (penyediaan air,

pengadaan gas, dan ketenagalistrikan). Hal ini sejalan dengan sumber data yang

menyatakan kerugian tertinggi dialami oleh sektor produktivitas masyarakat, dan

pada studi ini sektor tersebut dipetakan sebagai sektor utilitas. Namun, kekurangan

dari studi ini ialah pemetaan sektor produktivitas yang belum tentu sesuai dengan

sektor produktivitas yang dimaksud pada sumber data.

Terlepas dari kelemahan tersebut, selain sektor terdampak yang telah dipetakan oleh

sumber data (pendidikan, perikanan, kesehatan, ketenagalistrikan, pengadaan gas,

pengadaan air, konstruksi, tanaman pangan, perkebunan semusim, peternakan),

terdapat juga sektor-sektor lain yang turut masuk kedalam 10 sektor paling

terdampak. Sektor tersebut adalah konstruksi, industri barang galian bukan logam,

serta jasa pertanian dan perburuan. Ketiga sektor ini mengalami penurunan total

output sebesar -0,6 persen hingga -1,5 persen, dan penurunan tertinggi dialami oleh

sektor konstruksi dengan nominal penurunan output sebesar Rp391,1 milyar,

penurunan NTB sebesar Rp153,3 milyar, dan penurunan upah sebesar Rp40,6 milyar.

-0,60

-0,65

-0,73

-0,76

-1,06

-1,22

-1,49

-3,98

-15,60

-60,69

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Swasta

Peternakan

Pertanian Tanaman Pangan

Jasa Pertanian dan Perburuan

Industri Barang Galian bukan Logam

Perkebunan Semusim dan Tahunan

Konstruksi

Ketenagalistrikan

Pengadaan Gas dan Produksi Es

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur…

Perubahan NTB, output, dan NTB sebagai Dampak Banjir Kalsel (persen)

Upah

Output

NTB

Page 111: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

109

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

Adapun dampak terhadap komponen output, NTB, dan upah di tingkat nasional dan

terhadap provinsi lain relatif minimal. Dampak terhadap perekonomian nasional ialah

-0.009 persen penurunan output, -0,007 persen penurunan upah, dan -0,008 persen

penurunan NTB. Sementara, terhadap provinsi selain Kalimantan Selatan, perubahan

output, upah, dan NTB berkisar antara 0.0001 persen hingga 0,01 persen penurunan.

Hal ini dapat terjadi dikarenakan share PDRB Provinsi Kalimantan Selatan yang relatif

tidak terlalu besar di tingkat nasional (1,1 persen pada triwulan I tahun 2021).

REKOMENDASI KEBIJAKAN

Berdasarkan analisis input-output yang dilakukan, kerugian pada beberapa sektor

(pendidikan, perikanan, kesehatan, ketenagalistrikan, pengadaan gas, pengadaan air,

konstruksi, tanaman pangan, perkebunan semusim, peternakan) akibat banjir di

Kalimantan Selatan turut mempengaruhi penurunan output, NTB, dan upah bagi

sektor-sektor lain di Kalimantan Selatan. Tiga sektor lainnya dengan persentase

terdampak terbesar adalah sektor konstruksi, industri barang galian bukan logam,

serta jasa pertanian dan perburuan. Ketiga sektor ini perlu menjadi prioritas untuk

pemulihan dan pemberian bantuan disamping sektor-sektor terdampak langsung,

dengan memperhatikan dampak berupa penurunan output, Nilai Tambah Bruto

(NTB), maupun penurunan upah yang terjadi.

Untuk studi lebih lanjut, perlu dipertimbangkan dampak-dampak lain seperti dampak

penutupan pabrik, penurunan mobilitas masyarakat, dan fenomena-fenomena lain

yang turut berpotensi menyebabkan penurunan output dan pendapatan masyarakat.

Dibutuhkan data yang lebih mendetail yang dapat diperoleh melalui survei langsung.

REFERENSI

Miller, R. E., & Blair, P. D. (2009). Input-Output Analysis: Foundations and Extensions

(2nd ed.). Cambridge University Press. https://doi.org/DOI:

10.1017/CBO9780511626982

Okuyama, Y. (2007). Economic Modeling for Disaster Impact Analysis: Past, Present,

and Future. Economic Systems Research, 19, 115–124.

https://doi.org/10.1080/09535310701328435

Rose, A. (2004). Economic Principles, Issues, and Research Priorities in Hazard Loss

Estimation BT - Modeling Spatial and Economic Impacts of Disasters (Y.

Okuyama & S. E. Chang (eds.); pp. 13–36). Springer Berlin Heidelberg.

https://doi.org/10.1007/978-3-540-24787-6_2

Page 112: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

110

SUSUNAN TIM REDAKSI

Penanggungjawab

Amalia Adininggar Widyasanti, ST, M.Si, M.Eng, Ph.D

Pemimpin Redaksi

Eka Chandra Buana, SE, MA

Dewan Redaksi

Dr. Ir. Boediastoeti Ontowirjo, MBA

Dr. Onny Noyorono, MIA, MA

Leonardo Adypurnama Alias Teguh Sambodo, SP, MS, Ph.D

P.N. Laksmi Kusumawati, SE, MSE, MSc, Ph.D

Drs. I Dewa Gde Sugihamretha, MPM

Dr. Haryanto, SE, MA

Ir. Sidqy Lego Pangesthi Suyitno, MA

Ir. Imarita Trihanda, MS

Redaktur Pelaksana

Cut Sawalina, SE, MSi

Mochammad Firman Hidayat, SE, MA

Toni Priyanto J, S.Kom, ME

Rosy Wediawaty, SE, MSE, MSc

Tari Lestari, S.Si, SE, MS

Muhammad Fahlevy, SE, MA

Octal Pramudito, SE, MA

Dra. Dwi Martini, ME

Yunus Gastanto, SE, PG.Dip

Istasius Angger Anindito, SE, MA

Yogi Harsudiono, SE, MPA

Ibnu Yahya, SE, M.Ec. Pol

Rufita Sri Hasanah, SE, MEF

Page 113: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

111

SUSUNAN TIM REDAKSI

Penulis

Achmad Rifa’i, S.Pd, M.Sc

Doddy Purwoharyono, SE

Haqiqi Masnatin, SE

Rahma Hanii Maulida, SE

Rinda Komalasari, SE

Filza Amalia, SE

Tri Mulyaningsih, S.Si

Agnes Kristi Damayanti, SE

Archie Flora Anisa, SE

Bayu Ardhiansyah, SE

Bekti Setyorani, SE

Cici Lisdiana, SE

Firdaussy Yustiningsih, STP, ME

Hillary Tanida Stephany Sitompul, S.HI

Indra Muhammad, SE

Nabila Nursyadza, SE

Richard Lorenz Hasiholan Silitonga, SE

Shania Adriella Kurniawan, SE

Sharmila Erizaputri, SE

Aldi Turindra Rachman, SE

Hilda Roseline, SE

Khairun Nisa, SE

Kustyanto Prabowo, SE

Widyastuti Hardaningtyas, SE

Widya Setya Sari, SE

Imroatul Amaliyah, SE

Muhammad Fikri Masteriarsa, S.Stat

Samuel Kharis Harianto, S.E., M.SE.

Thaliya Wikapuspita, SE., M.Sc.

Page 114: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

112

SUSUNAN TIM REDAKSI

Distributor/Sirkulasi

Imam Musadad

Tulus Sujadi

Administrasi

Dina Fitriani, SPd

Riris Karisma Kholid, SE

Editor

Rahma Hanii Maulida, SE

Grafis dan Layout

Muhammad Ulinnuha Khoirul Umam, S.Pd

Page 115: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

113

Untuk memberikan hasil laporan terbaik,

kami mengharapkan saran dan kritik membangun dari pembaca.

Kritik dan saran harap dikirimkan ke alamat surat elektronik berikut

[email protected]

Page 116: Edisi Vol. 5, No. 1 Mei 2021 ISSN 2580-2518

114

KEDEPUTIAN BIDANG EKONOMI

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

Gedung Wisma Bakrie 2 Lt. 5, Jl. HR Rasuna Said,

Kuningan, Jakarta Selatan, 12920

Telp. (021) 31934267