Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih...

90
1 Edisi November 2020 KINERJA DAN FAKTA Edisi November 2020 APBN KITA AKSELERASI BELANJA UNTUK MEMPERCEPAT PEMULIHAN EKONOMI

Transcript of Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih...

Page 1: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

1

Edisi November 2020

K I N E R J A D A N F A K T A

Edisi November 2020

APBN KITA

AKSELERASI BELANJA UNTUK MEMPERCEPAT PEMULIHAN EKONOMI

Page 2: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

2

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Scan dan UnduhAPBN KITA

Page 3: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

3

Edisi November 2020

“APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga. Kita perlu fokus kepada hal-hal fundamental, yang berhubungan dengan human capital, kesehatan, pendidikan, skill masyarakat, peningkatan inovasi dan produktivitas, serta memperbaiki easy of doing business Indonesia”

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati

Page 4: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

4

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Ringkasan Eksekutif 7Postur APBN 2020 1 5Perkembangan Ekonomi Makro 1 8Laporan Khusus 2 2Penerimaan Pajak 4 4

Penerimaan Bea dan Cukai Penerimaan Negara Bukan Pajak

5 2

5 8

Belanja Pemerintah Pusat 6 4

Transfer Daerah dan Dana Desa 7 4Pembiayaan Utang 8 2

Daftar Isi

Page 5: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

5

Edisi November 2020

Diterbitkan oleh: Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Pelindung: Menteri Keuangan dan Wakil Menteri Keuangan. Pengarah: Pimpinan Unit Eselon I Kementerian Keuangan Penanggung Jawab: Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko selaku Sekretaris Komite Asset-Liability Management Kementerian Keuangan. Pemimpin Redaksi: Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi, Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan, Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro. Dewan Redaksi: Tim Deputies Asset-Liability Management Kementerian Keuangan. Tim Redaksi: Tim Kehumasan & Tim Teknis Asset-Liability Management Kementerian Keuangan Desain Grafis, Layout dan Foto: Biro KLI Kementerian Keuangan. Alamat Redaksi: Gedung Frans Seda Lantai 8, Jl. Dr. Wahidin Raya No. 1, Jakarta.

www.kemenkeu.go.id/apbnkita

Page 6: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

6

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Infografik

Penerimaan Perpajakan mencapai Rp990,95 triliun, realisasi ini lebih rendah 15,58 persen dari periode yang sama pada tahun 2019 sebesar Rp1.1733,86 triliun

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mencatatkan realisasi sebesar Rp278,82 triliun, tumbuh negatif 16,34 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp333,28 triliun.

Belanja Pemerintah Pusat mencapai Rp1.343,84 triliun, tumbuh 19,90 persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1.120,81 triliun.

Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) mencapai Rp697,95 triliun, tumbuh negatif 3,12 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp676,87 triliun.

Page 7: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

7

Edisi November 2020

Ringkasan EksekutifRingkasan Eksekutif

P erkembangan ekonomi triwulan III 2020 menjadi turning point perbaikan kinerja ekonomi

di berbagai negara, termasuk Indonesia. Perkembangan ini didukung adanya kebijakan relaksasi di beberapa negara, namun dalam perkembangannya tetap mewaspadi tren kenaikan kasus Covid-19. Perkembangan selanjutnya, indikator manufaktur global menunjukkan pola pemulihan ekonomi dimana tren peningkatan PMI Manufaktur global terus meningkat, di atas level ekspansi. Dari sisi sektor keuangan, perkembangan positif atas penemuan vaksin mendorong pergerakan positif sektor keuangan global. Situasi positif pasar keuangan global turut mendorong capital flow ke emerging market, termasuk Indonesia, sehingga mendukung stabilitas ekonomi

nasional. Proses percepatan pemulihan ekonomi nasional tetap terus diupayakan untuk menopang pertumbuhan ekonomi kedepan.

Dalam mengawali Triwulan terakhir 2020, realisasi Pendapatan Negara dan Hibah hingga akhir Oktober tercatat telah mencapai Rp1.276,91 triliun atau 75,11 persen dari target pada APBN Perpres 72/2020. Capaian Pendapatan Negara dan Hibah tersebut masih belum menunjukkan pertumbuhan yang positif secara yoy, dimana tercatat tumbuh negatif 15,35 persen. Dilihat dari komponennya, Pendapatan Negara yang bersumber dari penerimaan Perpajakan secara nominal telah mencapai Rp990,95 triliun, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mencapai Rp278,82 triliun, dan realisasi Hibah mencapai Rp7,13 triliun. Realisasi

Page 8: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

8

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

penerimaan Perpajakan dan PNBP pertumbuhannya berturut-turut sebesar negatif 15,58 persen (yoy) dan negatif 16,34 persen (yoy). Sedangkan berdasarkan capaian realisasinya terhadap APBN Perpres 72/2020, penerimaan dari Perpajakan, PNBP, dan Hibah masing-masing tercatat telah mencapai 70,56 persen, 94,79 persen, dan 548,64 persen.

Secara lebih detil, capaian Pendapatan Negara yang berasal dari penerimaan Perpajakan didukung oleh penerimaan Pajak dan penerimaan Kepabeanan dan Cukai. Realisasi penerimaan Pajak telah mencapai 68,60 persen terhadap APBN Perpres 72/2020. Penerimaan Pajak tercatat tumbuh negatif 18,80 persen secara yoy, dimana secara nominal realisasinya terutama bersumber dari penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Nonmigas dan Pajak Pertambahan Nilai/Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN/PPnBM). Penerimaan PPh Nonmigas capaiannya ditopang dari penerimaan PPh 25/29 Badan, PPh 21, dan PPh Final. Pertumbuhan PPh Nonmigas tercatat negatif 19,03 persen (yoy), namun penerimaan dari PPh 25/29 OP tercatat tumbuh positif 1,18 persen (yoy), ditengah pertumbuhan komponen lainnya dari PPh Nonmigas yang tumbuh negatif. Lebih lanjut, realisasi penerimaan Pajak dari PPN/PPnBM secara nominal ditopang utamanya oleh penerimaan PPN, khususnya PPN Dalam Negeri

(PPN DN). Secara kumulatif pertumbuhan PPN/PPnBM tercatat negatif 15,21 persen (yoy). Pertumbuhan penerimaan Pajak yang negatif tersebut menunjukkan pandemi COVID-19 masih memberi dampak tekanan bagi kinerja perekonomian Indonesia, meskipun aktivitas dunia usaha dan sosial-ekonomi masyarakat sudah mulai menunjukkan peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya.

Penerimaan Perpajakan yang bersumber dari Kepabeanan dan Cukai, realisasinya telah mencapai 79,74 persen terhadap APBN Perpres 72/2020, dengan pertumbuhan sebesar 5,53 persen (yoy) yang terus membaik dibandingkan pertumbuhan periode Januari-September 2020. Penerimaan Kepabeanan dan Cukai secara nominal dikontribusikan oleh penerimaan dari Cukai, khususnya Cukai Hasil Tembakau (CHT). Penerimaan Cukai tercatat tumbuh 10,23 persen (yoy), sedangkan untuk Bea Masuk (BM) dan Bea Keluar (BK) pertumbuhannya tercatat masih negatif secara yoy. Lebih rinci, penerimaan Cukai yang bersumber dari penerimaan CHT dan Cukai Etil Alkohol (EA) tercatat masing-masing tumbuh 11,72 persen (yoy) dan 112,07 persen (yoy), sedangkan pertumbuhan cukai MMEA dan cukai lainnya tercatat masih negatif. Realisasi CHT yang mampu tumbuh hingga dua digit didorong oleh

Page 9: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

9

Edisi November 2020

dampak kebijakan dari kenaikan tarif efektif CHT dan adanya pergeseran pelunasan pita cukai di bulan Februari 2020. Sementara untuk Cukai EA pertumbuhannya meningkat signifikan karena naiknya permintaan alkohol sebagai keperluan medis selama masa pandemi COVID-19. Lebih lanjut, komponen penerimaan Kepabeanan dan Cukai yang berasal dari BM tercatat mengalami pertumbuhan negatif 12,49 persen (yoy) dan penerimaan BK juga tumbuh negatif 5,93 persen (yoy). Pertumbuhan pajak perdagangan internasional dipengaruhi oleh masih rendahnya aktivitas impor-ekspor dan rendahnya harga komoditas akibat tekanan ekonomi yang terjadi secara global sebagai dampak pandemi COVID-19 yang masih berlangsung.

Realisasi PNBP sampai dengan akhir Oktober 2020 mencapai Rp278,82 triliun atau 94,79 persen terhadap target dalam APBN Perpres 72/2020. Capaian realisasi PNBP tersebut terdiri dari penerimaan Sumber Daya Alam (SDA) sebesar Rp79,25 triliun, penerimaan kekayaan negara yang dipisahkan (KND) sebesar Rp65,35 triliun, PNBP lainnya sebesar Rp82,03 triliun, dan pendapatan BLU mencapai Rp52,20 triliun.

Capaian realisasi PNBP sampai dengan Oktober 2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya mengalami pertumbuhan negatif sebesar

16,34 persen (yoy). Pertumbuhan negatif tersebut terutama berasal menurunnya realisasi PNBP SDA (-38,00 persen), PNBP KND (-13,68 persen), dan PNBP lainnya (-10,95 persen). Faktor penyebab lebih rendahnya penerimaan SDA antara lain turunnya realisasi rata-rata ICP periode Desember 2019 – September 2020 (USD42,61 per barel) dibanding periode yang sama tahun 2019 (USD61,31 per barel) atau turun USD18,70 per barel dan menurunnya rata-rata realisasi Harga Batubara Acuan (HBA) periode Januari-Oktober 2020 (USD58,27 per ton) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (USD80,22 per ton) atau turun USD21,95 per ton. Sementara, rendahnya realisasi penerimaan KND disebabkan antara lain menurunnya pendapatan dari surplus Bank Indonesia, dan menurunnya setoran dividen BUMN. Pertumbuhan negatif pada realisasi PNBP lainnya disebabkan menurunnya dari pendapatan Penjualan Hasil Tambang (PHT) batubara, Pendapatan Minyak Mentah/DMO, dan menurunnya penerimaan dari beberapa layanan K/L.

Berbeda dengan PNBP SDA, PNBP KND dan PNBP lainnya yang mengalami pertumbuhan negatif, realisasi pendapatan BLU sampai dengan akhir Oktober 2020 masih mencatat pertumbuhan positif sebesar 38,67 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun

Page 10: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

10

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

sebelumnya. Peningkatan pendapatan BLU tersebut terutama ditopang dari pendapatan jasa pelayanan pendidikan, pendapatan jasa pelayanan rumah sakit, pendapatan dana perkebunan kelapa sawit, pendapatan pengelolaan dana pengembangan pendidikan nasional, dan pendapatan jasa layanan perbankan BLU.

Realisasi Belanja Negara sampai dengan akhir Oktober 2020 sebesar Rp2.041,79 triliun atau sekitar 74,54 persen dari pagu APBN Perpres 72/2020. Realisasi Belanja Negara tersebut meliputi realisasi Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp1.343,84 triliun dan realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebesar Rp697,95 triliun. Secara nominal, realisasi Belanja Pemerintah Pusat sampai dengan Oktober 2020 tumbuh sebesar 19,90 persen (yoy) dari tahun sebelumnya. Peningkatan kinerja realisasi Belanja Pemerintah Pusat tersebut antara lain dipengaruhi oleh realisasi bantuan sosial yang mencapai Rp170,90 triliun atau sekitar 97,93 persen dari pagu APBN Perpres 72/2020. Realisasi bansos tersebut tumbuh 86,27 persen (yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya terutama karena didorong adanya perluasan penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dalam rangka penanganan dampak pandemi COVID-19.

Realisasi belanja subsidi sampai dengan akhir Oktober 2020 mencapai Rp125,15 triliun atau 65,18 persen dari target pada APBN Perpres 72/2020, dengan capaian realisasi

lebih rendah 14,39 persen (yoy). Lebih rendahnya realisasi tersebut terutama dipengaruhi oleh masih rendahnya harga minyak mentah (ICP). Berdasarkan komposisinya, realisasi belanja subsidi terdiri dari subsidi energi Rp81,28 triliun (64,95 persen) dan subsidi non energi sebesar Rp43,87 triliun (35,05 persen).

Realisasi belanja subsidi energi mencapai Rp81,28 triliun atau 85,02 persen dari pagu APBN Perpres 72/2020, turun 17,51 persen secara yoy. Penurunan tersebut terutama dipengaruhi oleh lebih rendahnya realisasi asumsi ekonomi makro yang menjadi parameter perhitungan subsidi (ICP), termasuk realisasi volume barang bersubsidi dan depresiasi nilai tukar rupiah. Realisasi belanja subsidi energi didominasi oleh subsidi listrik yang mencapai Rp45,56 triliun atau 83,62 persen dari pagu. Dibandingkan tahun lalu, terjadi peningkatan 12,50 persen yang terutama dipengaruhi depresiasi nilai tukar rupiah. Sementara itu, realisasi subsidi BBM dan LPG tabung 3Kg mengalami penurunan 38,46 persen (yoy) dengan capaian nominal sebesar Rp35,71 triliun atau 86,88 persen dari pagu. Penurunan tersebut sebagai akibat dari diberlakukannya kembali kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Realisasi belanja subsidi non energi mencapai Rp43,87 triliun

Page 11: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

11

Edisi November 2020

atau 45,50 persen dari pagu APBN Perpres 72/2020, lebih tinggi Rp 3,77 triliun atau 45,50 persen (yoy). Komponen terbesar realisasi belanja subsidi non energi bersumber dari subsidi pupuk Rp17,49 triliun (39,90 persen), akan tetapi realisasi subsidi pupuk tersebut justru mengalami penurunan bila dilihat dari volume pupuk bersubsidi yang telah disalurkan, yaitu lebih kecil sekitar 8,4 ribu ton dibanding periode yang sama tahun 2019. Selain itu, peningkatan realisasi subsidi non energi juga dipengaruhi oleh percepatan penyaluran subsidi kredit program sebesar Rp18,91 triliun (43,10 persen) yang mana besarnya realisasi tersebut termasuk penyaluran subsidi bunga kepada UMKM dalam rangka COVID-19, serta percepatan realisasi subsidi pajak sebesar Rp6,20 triliun (14,10 persen), dan realisasi subsidi PSO sebesar Rp1,27 triliun (2,90 persen).

Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sampai dengan Oktober 2020 mencapai Rp697,95 triliun atau 91,36 persen dari pagu APBN Perpres 72/2020, yang meliputi Transfer ke Daerah (TKD) sebesar Rp637,47 triliun (92,02 persen) dan Dana Desa Rp60,48 triliun (84,96 persen). Secara lebih rinci, realisasi TKD terdiri dari Dana Perimbangan Rp604,70 triliun (92,55 persen), Dana Insentif Daerah Rp17,04 triliun (92,13 persen), serta Dana Otonomi Khusus dan Dana

Keistimewaan DIY Rp15,72 triliun (75,32 persen).

Capaian realisasi TKDD sampai dengan Oktober 2020 lebih tinggi sekitar Rp21,08 triliun atau 3,12 persen (yoy) apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019, secara umum hal ini disebabkan karena percepatan penyaluran beberapa jenis TKDD secara regular maupun implementasi program Pemulihan Ekonomi Nasional dalam mendukung penanganan/penanggulangan dampak pandemi COVID-19 di daerah. Realisasi TKD sampai dengan Oktober 2020 lebih tinggi Rp12,57 triliun atau sekitar 2,01 persen bila dibandingkan realisasi TKD pada periode yang sama tahun 2019. Tingginya realisasi TKD tersebut terutama disebabkan karena: (1) realisasi Dana Insentif Daerah lebih tinggi 76,31 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019 terutama disebabkan karena percepatan penyaluran DID kelompok kategori bidang kesehatan serta penyaluran DID tambahan dalam rangka mendukung penanganan pandemi COVID-19 dan pemulihan perekonomian daerah; (2) realisasi DBH lebih tinggi 33,06 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019, terutama disebabkan percepatan penyaluran DBH TA 2020 dan kurang bayar DBH sampai dengan bulan Oktober 2020, salah satunya sebagai upaya untuk membantu cash flow daerah dalam penanggulangan pandemi COVID-19 maupun pemulihan

Page 12: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

12

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

perekonomian daerah; serta (3) realisasi DAK Fisik lebih tinggi 10,71 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019, terutama disebabkan karena percepatan penyaluran DAK Fisik di beberapa daerah setelah diimplementasikannya kebijakan relaksasi penyaluran dan penggunaan TKDD sesuai PMK nomor 101 tahun 2020 serta percepatan penyaluran program PEN Cadangan DAK Fisik untuk mendukung pemulihan perekonomian daerah. Sementara itu, realisasi penyaluran Dana Desa sampai dengan Oktober 2020 sebesar Rp60,48 triliun atau 84,96 persen dari pagu APBN Perpres 72/2020. Capaian tersebut merupakan upaya perubahan kebijakan dalam penyaluran Dana Desa setelah dilakukan penyederhanaan proses penyaluran Dana Desa dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) dan transfer dari RKUD ke (Rekening Kas Desa) RKD pada waktu yang bersamaan sehingga Dana Desa dapat lebih cepat sampai ke desa. Selain itu, terdapat kebijakan relaksasi dalam persyaratan penyaluran Dana Desa sesuai dengan PMK nomor 50 tahun 2020.

Keberlanjutan fiskal di tahun 2020 diharapkan akan tetap terjaga. Realisasi defisit APBN hingga Oktober 2020 mencapai Rp764,89 triliun atau sekitar 4,67 persen PDB. Sementara itu, keseimbangan primer berada di posisi negatif Rp513,26 triliun. Realisasi pembiayaan anggaran hingga Oktober 2020 sudah mencapai Rp928,37 triliun utamanya bersumber dari pembiayaan utang.

Realisasi pembiayaan utang hingga akhir Oktober 2020 mencapai Rp958,63 triliun, terdiri dari Surat Berharga Negara (neto) sebesar Rp943,47 triliun dan Pinjaman (neto) sebesar Rp15,16 triliun. Di sisi lain, Pemerintah juga telah merealisasikan pengeluaran pembiayaan investasi sebesar Rp28,93 triliun yang diberikan kepada BUMN, BLU dan lembaga/badan lainnya sebagai bagian dari upaya percepatan pemulihan ekonomi nasional. Dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan anggaran untuk penanganan pandemi COVID-19 dan percepatan pemulihan ekonomi nasional, Pemerintah tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian (prudent) dan akuntabilitas serta menjaga risiko tetap terkendali.

Page 13: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

13

Edisi November 2020

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 14: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

14

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Postur APBN 2020

Page 15: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

15

Edisi November 2020

POSTUR APBNPOSTUR APBN

Perkembangan realisasi APBN sampai dengan 31 Oktober 2020 mencatatkan

realisasi pendapatan negara terkontraksi 15,35 persen (yoy) dan realisasi belanja negara tumbuh sebesar 13,58 persen (yoy), serta defisit anggaran berada pada level 4,67 persen terhadap PDB (tahun 2019 1,83 persen terhadap PDB).

Secara ringkas, realisasi APBN sampai dengan 31 Oktober 2020 mencatatkan pendapatan negara mencapai Rp1.276,91 triliun (75,11 persen dari target), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp1.508,46 triliun. Di sisi lain, realisasi belanja negara mencapai Rp2.041,79 triliun (74,54 persen dari pagu), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2019 sebesar

Rp1.797,68 triliun. Adapun rincian realisasi tersebut yaitu:

1. Penerimaan Perpajakan mencapai Rp990,95 triliun, terkontraksi sebesar 15,58 persen dari periode yang sama pada tahun 2019 yang mencapai Rp1.173,86 triliun. Realisasi penerimaan perpajakan terdiri atas:a. Penerimaan Pajak

sebesar Rp826,94 triliun, terkontraksi 18,80 persen dari tahun 2019 yang mencapai Rp1.018,44 triliun.

b. Penerimaan Kepabeanan dan Cukai mencapai Rp164,01 triliun, tumbuh 5,53 persen dari tahun 2019 sebesar Rp155,42 triliun.

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mencatatkan realisasi sebesar Rp278,82 triliun, terkontraksi sebesar

Page 16: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

16

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Page 17: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

17

Edisi November 2020

Realisasi Sementara APBN 2020 (triliun Rupiah)

16,34 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp333,28 triliun.

3. Penerimaan Hibah sebesar Rp7,13 triliun, tumbuh signifikan dibanding periode yang sama pada tahun 2019 sebesar Rp1,32 triliun.

4. Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp1.343,84 triliun, tumbuh 19,90 persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp1.120,81 triliun, yang terdiri atas:a. Belanja Kementerian/

Lembaga sebesar Rp725,67 triliun, tumbuh 14,58 persen dari realisasi pada periode yang sama tahun 2019 yang mencapai Rp633,35 triliun;

b. Belanja Non-K/L sebesar

Rp618,17 triliun, tumbuh 26,82 persen dari realisasi pada periode yang sama tahun 2019 yang mencapai Rp487,46 triliun,

5. Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sebesar Rp697,95 triliun, tumbuh 3,12 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp676,87 triliun.

Berdasarkan realisasi pendapatan negara dan belanja negara tersebut, sampai dengan 31 Oktober 2020 defisit APBN mencapai Rp764,89 triliun atau 4,67 persen terhadap PDB, dimana keseimbangan primer sebesar negatif Rp513,26 triliun. Di sisi lain, realisasi pembiayaan anggaran mencapai Rp928,37 triliun, sehingga s.d. 31 Oktober 2020 kelebihan pembiayaan anggaran sebesar Rp163,48 triliun.

Page 18: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

18

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Perkembangan Ekonomi Makro

Kinerja perekonomian triwulan III 2020, turning point pemulihan ekonomi nasional

Page 19: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

19

Edisi November 2020

PERKEMBPERKEMBANGAN ANGAN EKONOMI MAKROEKONOMI MAKRO

P ada triwulan III 2020, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar -3,49 persen (yoy) lebih

baik dibandingkan dengan kinerja triwulan II 2020 yang mengalami kontraksi lebih dalam sebesar minus 5,32 persen (yoy). Hal ini mengindikasikan adanya proses pemulihan kinerja perekonomian nasional dan pembalikan arah (turning point) menuju positif. Di sisi pengeluaran, semua komponen mengalami peningkatan terutama didorong oleh peran stimulus fiskal untuk penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional. Demikian pula dari sisi produksi yang memperlihatkan mayoritas sektor produksi juga menunjukkan arah perbaikan kinerja dibandingkan kuartal II 2020, misalnya industri

pengolahan, konstruksi, dan perdagangan. Memasuki kuartal IV 2020, PMI Manufaktur sedikit meningkat menjadi 47,8 dibandingkan September 2020 sebesar 47,2. Pemerintah tetap melanjutkan upaya pemulihan ekonomi, terutama melalui percepatan penyerapan belanja APBN 2020 dan belanja daerah. Upaya ini dirahkan untuk melanjutkan penanganan Pandemi Covid-19, menjaga daya beli masyarakat, serta memastikan aktivitas dunia usaha kembali bangkit.

Perkembangan inflasi di tingkat konsumen Oktober 2020 mengalami inflasi sebesar 0,07 persen yang dipengaruhi oleh tekanan inflasi pangan. Sehingga, inflasi hingga Oktober 2020 mencapai 1,44 persen (yoy) atau 0,95 persen (ytd). Tekanan inflasi pangan yang

Page 20: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

20

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

terjadi dipengaruhi oleh curah hujan yang mulai tinggi dan potensi dampak La Nina. Namun, tren inflasi masih relatif rendah yang mencerminkan permintaan masyarakat yang masih lemah. Sementara itu, Laju inflasi inti masih melanjutkan tren menurun, yang didorong oleh penurunan permintaan kelompok menengah ke atas. Inflasi administered price juga masih menunjukkan tren menurun, didorong oleh penurunan tarif listrik dan berlanjutnya deflasi tarif angkutan udara. Dengan realisasi inflasi kumulatif hingga Oktober 2020 yang rendah maka masih terdapat ruang gerak yang sangat besar untuk menjaga target inflasi. Pemerintah tetap berupaya untuk menjaga stabilitas harga sebagai dukungan bagi pemulihan ekonomi nasional melalui strategi 4K (Ketersediaan pasokan, Keterjangkauan harga, Kelancaran distribusi, Komunikasi yang efektif), termasuk menciptakan kebijakan yang akomodatif dalam pencapaian sasaran inflasi.

Tren nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mengalami penguatan seiring dengan sentiment positif di pasar keuangan seiring dengan perkembangan positif pengembangan vaksin. Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kemudian bergerak menguat dan berada pada posisi Rp14.167/USD per 19 November 2020. Dengan demikian, nilai tukar Rupiah hingga pertengahan November mengalami apresiasi

sebesar 3,6 persen dibandingkan akhir Oktober 2020. Rata-rata nilai tukar Januari hingga akhir 19 November 2020 tercatat sebesar Rp14.628 per dolar Amerika Serikat. Sementara itu, per akhir Oktober 2020, cadangan devisa Indonesia berada pada level yang stabil dan cukup tinggi, yakni sebesar USD133,7 miliar. Posisi ini menurun sebesar USD1,4 miliar dibandingkan dengan posisi akhir September 2020. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9,7 bulan impor atau 9,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Kondisi ini akan diyakini mampu mendukung perekonomian nasional terhadap risiko gejolak ekternal global ke depan.

Kinerja sektor pariwisata nasional merupakan sektor yang paling terdampak dengan adanya pandemic Covid-19. Sektor pariwisata dan sektor terkait masih mengalami penurunan dibeberapa negara termasuk Indonesia. Kunjungan wisatawan manca negara (wisman) hingga September 2020 masih mengalami penurunan. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman ke Indonesia September 2020 mengalami penurunan sebesar 88,95 persen dibanding jumlah kunjungan pada September 2019, juga mengalami penurunan sebesar 5,94 persen (mtm) dibandingkan Agustus 2020. Jumlah kunjungan wisman ke

Page 21: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

21

Edisi November 2020

Indonesia secara kumulatif hingga September 2020 mencapai 3,56 juta kunjungan atau turun 70,57 persen dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun 2019 yang berjumlah 12,10 juta kunjungan. Kondisi penurunan kunjungan wisman ini secara langsung berdampak pada sektor perhotelan. Data sektor perhotelan pada September 2020

menunjukkan bahwa Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang mencapai rata-rata 32,12 persen atau turun 21,40 poin dibandingkan dengan TPK September 2019 yang tercatat sebesar 53,52 persen. Jika dibandingkan dengan TPK Agustus 2020, TPK September 2020 juga mengalami penurunan sebesar 0,81 poin.

Page 22: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

22

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Laporan Khusus

Peran Akselerasi Program Pemulihan Ekonomi Nasional

Rilis PDB Kuartal III 2020 yang dikeluarkan oleh BPS bulan ini tercatat sebesar -3,49 persen (yoy), membaik dari kuartal sebelumnya yang mencapai -5,32 persen (yoy). Perbaikan ini menunjukkan proses pemulihan dan pembalikan arah (turning point) aktivitas ekonomi nasional menuju ke zona positif, terutama didorong oleh peran stimulus fiskal dalam menangani pandemi Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Program PEN bertujuan untuk menggerakkan perekonomian, melindungi, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan ekonomi pelaku usaha, baik di sektor riil maupun sektor keuangan, termasuk kelompok usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Pemerintah telah menganggarkan sebesar Rp695,20 triliun untuk biaya penanganan Covid-19 yang terbagi ke dalam beberapa sektor, yaitu untuk kesehatan, perlindungan sosial, insentif usaha, UMKM, pembiayaan korporasi, dan sektoral K/L dan Pemda.

Dalam perkembangannya, Pemerintah telah beberapa kali melakukan reclusterisasi agar program PEN tetap relevan dan dapat mengakomodir kebutuhan masyarakat sesuai kondisi ekonomi terkini. Secara lebih rinci, alokasi kluster kesehatan semula Rp84,75 triliun bertambah menjadi Rp97,26 triliun; perlindungan sosial semula Rp244,59 triliun menjadi Rp234,33 triliun; sektoral K/L dan Pemda semula Rp68,22 triliun menjadi Rp65,97 triliun; alokasi untuk UMKM, korporasi, dan insentif usaha tetap, masing-masing sebesar Rp114,82, Rp62,22 triliun, dan Rp120,61 triliun. Reklusterisasi program PEN menunjukkan fokus Pemerintah yang selalu memastikan APBN bekerja secara optimal untuk menangani dampak pandemi agar dapat bermanfaat untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Sampai dengan 18 November 2020, realisasi program penanganan Covid-19 dan PEN menunjukkan tren positif, yang telah mencapai Rp408,66 triliun atau 58,8 persen dari pagu.

Page 23: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

23

Edisi November 2020

Realisasi untuk public goods yang berguna untuk hajat hidup masyarakat secara luas terdiri dari realisasi untuk kesehatan, perlindungan sosial, serta kegiatan sektoral K/L dan Pemda. Di sektor kesehatan, Program PEN telah merealisasikan sejumlah Rp37,31 triliun untuk insentif kesehatan dan santunan kematian bagi tenaga kesehatan,

Penyaluran untuk gugus tugas penanganan Covid-19 dan insentif BM dan PPN Kesehatan. Selanjutnya, program PEN untuk perlindungan sosial telah terealisasi untuk Program Keluarga Harapan (PKH), bantuan tunai dan sembako, kartu sembako dan pra kerja, diskon listrik, dan BLT dana desa dengan total realisasi sebesar Rp192,59 triliun. Di sektoral K/L dan Pemda, Program PEN telah terealisasi sebesar Rp35,33 triliun untuk kegiatan padat karya K/L, DID pemulihan ekonomi, DAK Fisik, dan cadangan perluasan bantuan produktif.

Selain itu, sebagai wujud pemberian dukungan kepada dunia usaha, Pemerintah telah merealisasikan pembiayaan untuk kelompok non-public goods yang dikategorikan menjadi pemberian insentif usaha dan dukungan UMKM. Pemerintah telah merealisasikan sebesar Rp44,82 triliun untuk insentif usaha, antara lain diperuntukkan untuk: PPh 21 DTP, Pembebasan PPh 22 impor, Pengurangan angsuran PPh 25, Pengembalian pendahuluan

PPN, dan Penurunan tarif PPh Badan. Dukungan bagi UMKM pun turut menjadi prioritas Pemerintah, yang telah terealisasi sebesar Rp96,61 triliun untuk penempatan dana Pemerintah, pembiayaan investasi LPDB, pemberian insentif PPh Final UMKM DTP, dan pemberian subsidi bunga untuk UMKM. Terakhir, alokasi untuk pembiayaan korporasi telah terealisasi sebesar Rp 2 triliun utamanya untuk korporasi padat karya.

Secara umum, realisasi program PEN sudah mengalami akselerasi yang signifikan selama bulan Agustus sampai pertengahan November 2020, bahkan beberapa program sudah terserap hampir 100 persenseperti PKH, Bantuan beras, dan kartu prakerja. Sementara beberapa program baru tersalur pada November seperti subsidi bantuan gaji termin kedua.

Pemerintah terus berupaya melakukan yang terbaik untuk menangani pandemi Covid-19. Program PEN ditujukan untuk memenuhi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dan mendukung pelaku usaha dengan mengedepankan transparansi, akuntabilitas, profesionalisme, dan keadilan. PEN tidak menimbulkan moral hazard, dan memprioritaskan pelaku usaha yang terdampak Covid-19, serta dilakukan dengan berbagi biaya dan risiko dengan seluruh stakeholder. Selain itu, kehati-hatian dalam menjalankan program PEN ini telah dibekali oleh payung hukum dalam dalam PP 23/2020 sebagai implementasi Pasal 11 PERPPU 1/2020.

Page 24: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

24

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Laporan Khusus

Page 25: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

25

Edisi November 2020

Pada sidang paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI tanggal 29 September 2020, DPR mengesahkan Rancangan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2021. Pembahasan RUU APBN TA 2021 dilaksanakan di tengah ketidakpastian tinggi akibat pandemi Covid-19 yang berdampak pada perekonomian, baik domestik maupun global. APBN sebagai instrumen countercyclical menjadi salah satu instrumen utama dalam melanjutkan penanganan di bidang kesehatan, melindungi masyarakat yang rentan, dan mendukung proses pemulihan perekonomian nasional pada tahun 2021. Kemudian, RUU tersebut pada tanggal 26 Oktober 2020 telah diundangkan menjadi Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun Anggaran 2021.

Tema kebijakan fiskal tahun 2021, yaitu “Percepatan Pemulihan Ekonomi dan Penguatan Reformasi” merefleksikan upaya Pemerintah bersama-sama dengan DPR RI untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional dari dampak pandemi Covid-19, sekaligus menjadi momentum untuk melanjutkan dan memantapkan reformasi di berbagai aspek kebijakan guna mempersiapkan fondasi yang kokoh, dalam rangka melaksanakan transformasi ekonomi menuju visi Indonesia Maju 2045, dengan poin-poin penting dalam APBN 2021.

Asumsi Dasar Ekonomi Makro

Dukungan fiskal yang diberikan dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi (termasuk

APBN 2021 “Percepatan Pemulihan Ekonomi dan Penguatan Reformasi”

Page 26: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

26

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Page 27: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

27

Edisi November 2020

dukungan pengendalian pandemi) diproyeksikan mampu memperbaiki perekonomian domestik di tahun 2021. Pemulihan pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan kembali menuju trajectory jangka menengah, meskipun masih diliputi oleh risiko ketidakpastian global yang cukup tinggi. Pemerintah dan DPR menyepakati asumsi dasar ekonomi makro tahun 2021 .

Mengacu pada kerangka ekonomi makro tahun 2021, Pemerintah menyusun strategi kebijakan fiskal yang ditujukan untuk pemulihan ekonomi dan penguatan reformasi yang inklusif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata dengan target sebagai berikut

Target Pendapatan Negara dalam APBN tahun 2021 sebesar Rp1.743,6 triliun, lebih rendah Rp32,7 triliun dari target yang diusulkan dalam RAPBN. Target pendapatan negara tersebut terdiri atas Penerimaan Pajak sebesar Rp1.229,6 triliun (lebih rendah Rp38,9 triliun dari target dalam RAPBN sebesar Rp1.268,5 triliun). Perubahan target penerimaan pajak ini diantaranya dipengaruhi oleh penurunan target PPh Nonmigas menjadi Rp638,0 triliun (lebih rendah Rp20,7 triliun dari target RAPBN), namun PPh Migas mengalami peningkatan menjadi Rp45,8 triliun (meningkat sebesar Rp4,6 triliun dari target dalam RAPBN. Hal ini sejalan dengan

fokus pemberian dukungan insentif secara selektif dan terukur untuk percepatan pemulihan ekonomi serta melanjutkan reformasi pajak.

Di sisi Penerimaan Kepabeanan dan Cukai, akan difokuskan juga untuk dukungan percepatan pemulihan dan transformasi ekonomi serta penguatan pengawasan yang terintegrasi. Target penerimaan kepabeanan dan cukai dalam APBN 2021 sebesar Rp215,0 triliun meningkat sebesar Rp1,5 triliun dari target dalam RAPBN 2021 menjadi Rp215,0 miliar terutama dipengaruhi oleh target penerimaan cukai yang meningkat menjadi Rp180,0 triliun.

Sementara itu, target PNBP dalam APBN 2021 sebesar Rp298,2 triliun (meningkat Rp4,7 triliun dari target RAPBN). Hal ini sejalan dengan prospek peningkatan harga komoditas utama dunia terutama minyak bumi serta optimalisasi penerimaan dari pelayanan PNBP Kementerian/Lembaga dengan peningkatan kualitas layanan PNBP K/L dan pemberian tarif sampai dengan nol rupiah atau nol persen serta keringanan PNBP dalam kondisi tertentu. Sementara itu, untuk penerimaan Hibah dalam APBN 2021 tidak mengalami perubahan dari yang telah diusulkan dalam RAPBN 2021 yaitu sebesar Rp0,9 triliun.

Di bidang Belanja Negara, alokasi untuk tahun 2021 sebesar

Page 28: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

28

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Rp2.750,0 triliun, meningkat Rp2,5 triliun dari usulan dalam RAPBN. Belanja Negara pada tahun 2021 diarahkan untuk menjadi momentum transisi menuju adaptasi kebiasaan baru secara bertahap, menyelesaikan permasalahan di sektor kesehatan, ekonomi, dan sosial yang dihadapi Indonesia pascapandemi Covid-19, serta penguatan reformasi untuk keluar dari middle income trap. Kebijakan Belanja Negara pada tahun 2021 adalah (1) mendukung pemulihan ekonomi dan prioritas pembangunan di bidang kesehatan, pendidikan, infrastruktur, ketahanan pangan, pariwisata, dan perlindungan sosial; (2) mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam rangka percepatan transformasi digital melalui peningkatan pelayanan kepada masayarakat, penyelenggaraan pemerintahan, shared service, inklusi masyarakat dalam e-commerce; (3) melaksanakan reformasi dan peningkatan kualitas belanja dengan melanjutkan pengendalian belanja dalam kondisi adaptasi kebiasaan baru, melaksanakan redesain sistem perencanaan dan penganggaran, serta melanjutkan program pembangunan yang sempat tertunda akibat pandemi Covid-19 dan inisiatif baru; serta (4) peningkatan quality control anggaran TKDD dan mendorong peningkatan peran pemerintah daerah dalam pemulihan ekonomi, serta peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan..

Alokasi Belanja Negara tersebut terdiri atas Belanja Pemerintah Pusat dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa, akan dijelaskan sebagai berikut.

Belanja Pemerintah Pusat (BPP) pada tahun 2021 dialokasikan sebesar Rp1.954,5 triliun, lebih tinggi Rp3,3 triliun dari RAPBN 2021. Alokasi tersebut terdiri atas Belanja Kementerian/Lembaga (K/L) sebesar Rp1.032,0 triliun (meningkat Rp2,1 triliun dari RAPBN 2021), yang akan difokuskan untuk (1) meningkatkan efisiensi dan efektivitas, lebih produktif dan bermanfaat nyata bagi perekonomian dan kesejahteraan; (2) mendukung reformasi bidang kesehatan, perlindungan sosial, pendidikan, TKDD, dan reformasi belanja untuk mendukung akselerasi pemulihan sosial dan ekonomi; (3) memperkuat sinergi dan koordinasi antar K/L, Pemda, dan instansi lainnya; dan (4) mempertajam program dan kegiatan K/L untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sesuai kebutuhan masyarakat. Di sisi lain, alokasi Belanja Non-KL dalam APBN 2021 sebesar Rp922,6 triliun (meningkat Rp1,2 triliun dari usulan dalam RAPBN 2021), yang antara lain akan digunakan untuk pengelolaan Subsidi sebesar Rp175,4 triliun (meningkat Rp2,4 triliun dari usulan dalam RAPBN 2021).

Transfer ke Daerah dan Dana Desa dalam APBN tahun 2021

Page 29: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

29

Edisi November 2020

dialokasikan sebesar Rp795,5 triliun, lebih rendah Rp0,8 triliun dari usulan dalam RAPBN 2021 sebesar Rp796,3 triliun, yang diarahkan untuk peningkatan quality control anggaran dan mendorong Pemerintah Daerah dalam pemulihan ekonomi, serta meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan dalam rangka mendukung pemulihan dan penguatan ekonomi nasional tahun 2021. Beberapa kebijakan TKDD pada tahun 2021 antara lain:

Dana Bagi Hasil (DBH) dialokasikan sebesar Rp102,0 triliun untuk mendukung penanganan kesehatan, jaring pengaman sosial serta pemulihan ekonomi dampak Covid-19, menggunakan DBH Cukai Hasil Tembakau untuk mendukung program Jaminan Kesehatan Nasional, serta memperluas penggunaan DBH Dana Reboisasi untuk mendukung program pemulihan ekonomi nasional.

Dana Alokasi Umum (DAU) dialokasikan sebesar Rp390,3 triliun antara lain penyempurnaan formulasi DAU; pemanfaatan pengalokasian sekurang-kurangnya 25 persen dari DTU untuk mendorong upaya pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19 di daerah, termasuk perbaikan infrastruktur dan memperkuat pembangunan SDM di bidang pendidikan; penyaluran secara asimetris berbasis kinerja dalam rangka mendukung optimalisasi penggunaan DAU

untuk pencapaian output layanan.

Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik dialokasikan sebesar Rp65,2 triliun, antara lain diarahkan untuk refocusing dan simplifikasi bidang/kegiatan DAK Fisik untuk pencapaian Standar Pelayanan Minimal dan pemenuhan gap layanan dasar pendidikan, kesehatan, dan konektivitas; peningkatan dan pemerataan penyediaan infrastruktur pelayanan publik.

DAK Nonfisik dialokasikan sebesar Rp131,2 triliun yang diarahkan antara lain untuk mendukung upaya pemulihan ekonomi pada sektor yang mendukung penyerapan tenaga kerja dan investasi; peningkatan dan pemerataan kemampuan pelayanan kesehatan untuk mendukung pencegahan dan penanganan krisis kesehatan; memperluas dukungan pendanaan pada sektor strategis melalui penambahan DAK Nonfisik jenis baru, yaitu DAK Nonfisik untuk Fasilitasi Penanaman Modal, DAK Nonfisik untuk Pelayanan Perlindungan Perempuan dan Anak, serta DAK Nonfisik untuk Ketahanan Pangan dan Pertanian.

Dana Insentif Daerah (DID) dialokasikan sebesar Rp13,5 triliun. DID diarahkan antara lain untuk melanjutkan kebijakan mendorong kemandirian daerah dan peningkatan kualitas belanja APBD; pengalokasian sebagian DID pada tahun berjalan dengan

Page 30: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

30

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

menggunakan data kinerja tahun berjalan/termutakhir dalam rangka pemulihan ekonomi di daerah.

Dana Otonomi Khusus (Otsus) dan Dana Keistimewaan DIY dialokasikan sebesar Rp21,3 triliun, diarahkan antara lain untuk refocusing dana otsus untuk mendukung pemulihan ekonomi di daerah melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat khususnya pasar tradisional; mengarahkan penggunaan dana otsus untuk pembangunan sarana dan prasarana teknologi informasi dan komunikasi untuk perluasan akses dan peningkatan efektivitas layanan pendidikan dan kesehatan serta pembangunan infrasturkur listrik pedesaan di wilayah Papua dan Papua Barat. Di samping itu, Dana Keistimewaan DIY akan diarahkan untuk mendukung pemulihan ekonomi melalui program pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam penyelenggaraan urusan Keistimewaan DIY khususnya dukungan terhadap home industry serta pemulihan sektor pariwisata DIY.

Dana Desa dialokasikan sebesar Rp72,0 triliun, yang diarahkan untuk meningkatkan kinerja pelaksanaan serta mendukung pemulihan ekonomi dan sektor prioritas.

Alokasi Anggaran Pendidikan dalam APBN tahun 2021 sebesar Rp550,0 triliun (20,0 persen dari total belanja negara), yang terdiri

atas BPP sebesar Rp184,5 triliun, TKDD sebesar Rp299,1 triliun, dan Pengeluaran Pembiayaan sebesar Rp66,4 triliun antara lain terdiri dari Dana Pengembangan Pendidikan Nasional, Dana Abadi Penelitian, Dana Abadi Kebudayaan, dan Dana Abadi Perguruan Tinggi. Anggaran Pendidikan tahun 2021 akan difokuskan untuk melakukan reformasi pendidikan, melalui transformasi kepemimpinan kepala sekolah, transformasi pendidikan / pelatihan guru, mengajar sesuai tingkat kemampuan siswa, standar penilaian global, serta kemitraan daerah dan masyarakat sipil.

Di sisi lain, alokasi Anggaran Kesehatan dalam APBN 2021 sebesar Rp169,7 triliun (6,2 persen dari total Belanja Negara) yang terdiri atas BPP sebesar Rp130,7 triliun dan TKDD Rp39,1 triliun. Kebijakan yang diarahkan di bidang kesehatan diantaranya : (1) percepatan pemulihan kesehatan akibat Covid-19 melalui peningkatan supply side kesehatan serta penyediaan vaksin dan pelaksanaan vaksinasi; (2) penguatan program generasi unggul; (3) penguatan sinergi dan koordinasi pusat dan daerah; (4) reformasi program jaminan kesehatan nasional (JKN); serta (5) health security preparedness. Arah kebijakan tersebut kemudian dituangkan ke dalam delapan agenda reformasi sistem kesehatan nasional yang akan menjadi fokus Pemerintah, yaitu penguatan puskesmas,

Page 31: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

31

Edisi November 2020

peningkatan RS dan layanan kesehatan khususnya di DTPK, peningkatan kualitas dan distribusi nakes, penguatan health security, peningkatan pengendalian penyakit dan imunisasi, kemandirian farmasi dan alkes, pengembangan TI dalam layanan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, dan penguatan pembiayaan kesehatan

Di tengah perekonomian yang belum sepenuhnya pulih dan masih menghadapi risiko ketidakpastian, terdapat risiko penerimaan perpajakan yang lebih rendah, serta kebutuhan belanja negara untuk memperkuat countercyclical dalam rangka mendukung akselerasi ekonomi, sehinga Defisit Anggaran pada tahun 2021 diperkirakan sebesar Rp1.006,4 triliun atau 5,70 persen dari PDB. Pada tahun 2021 akan ditempuh kebijakan fiskal yang ekspansif-konsolidatif dalam rangka mendorong pengelolaan fiskal yang fleksibel, prudent, dan sustainable.

Untuk menutup defisit tersebut, Pembiayaan Anggaran pada tahun 2021 direncanakan sebesar Rp1.006,4 triliun (meningkat Rp35,2 triliun dari RAPBN 2021). Arah kebijakan pembiayaan secara umum, yaitu (1) pengembangan pembiayaan kreatif dan inovatif untuk mendukung countercyclical dalam rangka stabilisasi ekonomi; (2) mendukung restrukturisasi BUMN dan penguatan BLU Special Mission Vehicle/SMV untuk

mendukung pemulihan ekonomi dan akselerasi pencapaian target; (3) meningkatkan akses pembiayaan bagi KUMKM, UMi, dan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah; (4) mendorong pendalaman pasar dan efisiensi cost of borrowing; (5) mendorong efektivitas quasi fiscal untuk mengakselerasi penguatan kualitas daya saing SDM dan peningkatan ekspor; serta (6) SAL untuk mengantisipasi ketidakpastian.

Pembiayaan Utang tahun 2021 direncanakan sebesar Rp 1.177,4 triliun, dengan kebijakan antara lain utang sebagai insturmen untuk mendukung countercyclical dalam rangka pemulihan sosial-ekonomi dan reformasi, dengan tetap menjaga keberlanjutan fiskal serta menjaga efisiensi biaya utang melalui pendalaman pasar. Di sisi lain, Pembiayaan Nonutang yang direncanakan sebesar Rp171,0 triliun akan diarahkan antara lain untuk mendukung efektivitas pembiayaan investasi untuk akselerasi pemulihan ekonomi, mengembangkan pembiayaan inovatif untuk mendukung countercyclical dan penguatan daya tahan melalui SWF, SAL, dan BLU, serta mendukung restrukturisasi BUMN dan penguatan BLU dan SMV untuk mendukung pemulihan ekonomi.

Page 32: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

32

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Sejarah tanah air mendokumentasikan bahwa setiap tanggal 30 Oktober diperingati sebagai Hari Oeang Republik Indonesia. Keberadaan ORI langsung menggugurkan peredaran mata uang lain dan menjadi simbol kemerdekaan negeri. Tujuh puluh empat tahun lalu, sebuah babak baru kedaulatan ekonomi dan mimpi mengelola perekonomian negeri secara mandiri bermula, manakala ORI terbit pertama kalinya.

Tahun ini, peringatan HORI terasa berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, karena diliputi suasana lara. Peran Kementerian Keuangan sebagai punggawa keuangan negara terasa jauh lebih bermakna. Melalui program Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Kemenkeu membuktikan bahwa negara akan selalu hadir melindungi rakyat dan membantu perekonomian nasional. Sebagai penjaga keuangan negara, Kemenkeu berupaya optimal untuk mengawal agar tujuan tersebut tercapai secara transparan dan akuntabel.

Peduli, Responsif, Adaptif Atasi Pandemi, Bangkitkan Ekonomi

Sementara itu, kondisi ini mengharuskan seluruh jajaran Kemenkeu membatasi jarak, dan tidak melakukan kontak fisik demi memutus rantai virus. Oleh karena itu, meskipun diperingati secara sederhana, tetapi tidak mengurangi esensi untuk menggaungkan tema Peduli, Responsif, Adaptif atasi Pandemi, Bangkitkan Ekonomi dalam Peringatan HORI ke-74.

Tema ini berarti bahwa Kemenkeu berperan sentral dalam mengelola perekonomian Indonesia di tengah pandemi yang memberi tekanan besar pada aspek kesehatan, sosial, maupun ekonomi. Kebijakan yang diambil dilakukan secara responsif atas dasar kepedulian terhadap kemanusiaan karena berada dalam situasi yang tidak biasa. Adaptif ditujukan bagi para jajaran Kemenkeu untuk selalu produktif meskipun diliputi segala keterbatasan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

Selanjutnya, APBN sebagai katalis kebijakan strategis juga perlu terus dikawal untuk menjaga perekonomian tetap stabil,

Laporan Khusus

Page 33: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

33

Edisi November 2020

bertahan, dan bangkit kembali. Alasannya karena Setiap Rupiah dari APBN merupakan Uang Kita. Uang rakyat Indonesia yang digunakan sebesar-besarnya demi kesejahteraan dan Kemakmuran masyarakat yang wajib dipertanggungjawabkan.

Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, tema tersebut sangat sesuai dengan suasana yang dihadapi, serta tantangan yang harus diselesaikan. “Seluruh jajaran Kementerian Keuangan harus terus berpikir positif dan mampu berkontribusi sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. (Hal ini bertujuan) untuk menangani pandemi dan meringankan beban mereka (masyarakat) yang terdampak, beradaptasi dengan perubahan yang mendadak, serta mempercepat pemulihan ekonomi nasional dengan terus melanjutkan upaya reformasi struktural,” ujar Menkeu saat Upacara Peringatan HORI di Jakarta, seperti dikutip dari laman kemenkeu.go.id (31/10).

Kali pertama dalam cerita Peringatan HORI di Kementerian Keuangan, rangkaian acara dilakukan secara virtual, menggunakan berbagai platformdigital serta mengoptimalkan owned digital asset KemenkeuRI. Optimalisasi tersebut mulai dari aktivasi mini website oeang74.kemenkeu.go.id, dan pelaksanaan kick off virtual peringatan HORI. Kemudian,

rangkaian acara dilanjutkan dengan berbagai perlombaan maupun kompetisi pegawai internal, lelang, webinar/workshop, olimpiade APBN mahasiswa, hingga puncak acara peringatan HORI yakni Upacara dan Family Gathering yang umumnya dilakukan secara virtual, kecuali upacara yang dilakukan secara hybrid.

Sejak dapat diakses pada 1 Oktober hingga 31 Oktober 2020, total pengunjung mini website mencapai 56.760 pengunjung. Jumlah pengunjung harian tertinggi terjadi pada puncak rangkaian peringatan HORI, yakni pada 30 Oktober sebanyak 8.372 pengunjung dan 31 Oktober sebanyak 33.553 pengunjung. Capaian ini seiring dengan pelaksanaan Upacara HORI serta rangkaian family gathering Kemenkeu.

Berdasarkan data statistik siaran yang berasal dari tautan terbuka, jumlah penonton live streaming mencapai maksimal 9.700 viewers dalam waktu bersamaan. Kemudian, total penonton diperkirakan mencapai 41.000 viewers dengan rata-rata waktu menonton setiap individu ialah 10 menit 10 detik. Dari tautan tersebut, kanal Youtube KemenkeuRI diperkirakan memeroleh 1.200 subscribers baru.

Disisi lain, berdasarkan data statistik siaran yang berasal dari tautan terbatas, jumlah penonton live streaming dalam waktu bersamaan sebesar 18.000 viewers. Selanjutnya, total penonton diperkirakan mencapai 101.000 viewers dengan rata-rata waktu menonton setiap individu mencapai 20 menit 30 detik.

Page 34: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

34

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Setiap tanggal 30 Oktober, Kementerian Keuangan memperingati Hari Oeang. Ada banyak fakta sejarah di balik hari itu, termasuk fakta di seputar uang yang bernama Oeang Republik Indonesia (ORI). Berikut beberapa fakta di antaranya yang dirangkum dari berbagai sumber.

Mata Uang Sebelum ORI

Mata uang yang berlaku dan beredar sebelum pemerintah Republik Indonesia memiliki mata uangnya sendiri ada tiga jenis, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang Jepang, dan mata uang NICA.

De Javasche Bank adalah bank sirkulasi untuk wilayah kolonial Hindia Belanda yang didirikan di masa Gubernur Jenderal Leonard Pierre Joseph Burggraaf du Bus de Gisignies pada 24 Januari 1828 atas perintah Raja Belanda Willem I. Bank Belanda ini merupakan cikal bakal Bank Indonesia. De Javasche Bank dinasionalisasi pada 1 Juli 1953.

7 Fakta Sejarah Hari Oeang, Dari Uang Mata-Mata Sampai A.A. Maramis

Sedangkan NICA merupakan kepanjangan dari Nederlandsch Indië Civiele Administratie atau Netherlands-Indies Civiele Administration. NICA merupakan organisasi semi militer yang dibentuk di Australia pada 3 April 1944 dan memiliki tugas untuk mengembalikan pemerintahan sipil dan hukum pemerintah kolonial Belanda selepas Jepang keluar dari wilayah Hindia Belanda.

Belanda beranggapan, ketika Belanda kembali datang ke Indonesia setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, De Javasche Bank sulit untuk beroperasi segera, oleh karena itu jauh sebelum NICA didirikan, Belanda menerbitkan mata uang baru. Mata uang itu dibawa NICA saat mendarat di Indonesia. Rakyat menyebutnya sebagai uang NICA. Di masa perjuangan, Pejuang Republik mencap pemilik uang NICA sebagai mata-mata Belanda.

Laporan Khusus

Page 35: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

35

Edisi November 2020

Pengusul Pertama ORI

Syafruddin Prawiranegara diakui orang yang mengusulkan agar pemerintah yang baru merdeka ini segera menerbitkan mata uang sendiri saat ia menjabat sebagai Menteri Muda Keuangan. Namun, untuk mewujudkan usulan itu masih ditemukan banyak kendala antara lain keterbatasan sarana dan alat-alat penunjang pembuatan mata uang. Sembari itu, pemerintah dalam hal ini Departemen Keuangan membentuk panitia persiapan pengeluaran mata Oeang Republik Indonesia.

Peran Balai Pustaka

Balai Pustaka awalnya didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada 15 Agustus 1908 untuk meredam tulisan antipemerintah Hindia Belanda di koran-koran waktu itu dengan menerbitkan majalah dan buku yang sesuai dengan kepentingan penjajah.

Dalam kaitannya dengan ORI, percetakan Balai Pustaka yang berada di Jakarta memegang peranan sebagai pembuat gambar negatif (klise) bersama perusahaan percetakan lain bernama de Unie. Kemudian Balai Pustaka mencetak lembaran ORI dalam nominal seratus rupiah.

Pada Desember 1945, Jakarta tidak aman karena kedatangan tentara sekutu dan NICA sehingga percetakan ORI dihentikan dan dipindahkan ke Yogyakarta

bersamaan dengan hijrahnya ibu kota negara dari Jakarta.

Peran Balai Pustaka ini jauh sebelum Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (PERURI) muncul dan dibentuk pada tahun 1971. PERURI sejak saat itu ditugaskan secara khusus untuk mencetak uang kertas dan uang logam untuk Bank Indonesia.

Pidato Mohammad Hatta

Pada 29 Oktober 1946, menjelang peluncuran ORI yang mulai berlaku pada 30 Oktober 1946 pukul 00.00, Wakil Presiden Mohammad Hatta berpidato di Radio Republik Indonesia yang menggelorakan semangat perjuangan:

“Besok tanggal 30 Oktober 1946 adalah suatu hari yang mengandung sejarah bagi tanah air kita. Rakyat kita menghadapi penghidupan baru. Besok mulai beredar Oeang Republik Indonesia sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah. Mulai pukul 12 tengah malam nanti, uang Jepang yang selama ini beredar sebagai uang yang sah, tidak laku lagi. Beserta uang Jepang itu ikut pula tidak laku uang Javasche Bank. Dengan ini, tutuplah suatu masa dalam sejarah keuangan Republik Indonesia. Masa yang penuh dengan penderitaan dan kesukaran bagi rakyat kita. Uang sendiri itu adalah tanda kemerdekaan negara.”

Page 36: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

36

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Penanda Tangan di Atas Kertas ORI

ORI dikeluarkan di masa Kabinet Syahrir III dengan Syafruddin Prawiranegara sebagai Menteri Keuangannya. Yang unik adalah penanda tangan di kertas ORI bukanlah Syafruddin Prawiranegara, melainkan Menteri Keuangan sebelumnya, yakni Alexander Andries (A.A.) Maramis.

Hal ini dikarenakan A.A. Maramis-lah yang membentuk Panitia Penyelenggara Pencetakan Oeang Kertas Republik Indonesia pada 7 November 1945. Seminggu kemudian, tepatnya 14 November 1945, A.A. Maramis tidak lagi menjabat sebagai menteri keuangan karena digantikan oleh Sunarjo Kolopaking dalam Kabinet Syahrir I.

Selain itu, dikarenakan situasi keamanan yang rawan yang membuat pencetakan ORI berpindah-pindah di berbagai daerah, sehingga ORI tidak bisa dicetak seketika di zaman menteri keuangan sebelum Syafruddin Prawiranegara seperti Sunarjo Kolopaking dan Surachman Tjokroadisurjo.

Munculnya ORIDA

Karena sulitnya perhubungan di masa itu menyebabkan ORI belum bisa beredar luas di wilayah Republik Indonesia. Ditambah lagi Republik Indonesia yang masih berusia muda mendapatkan gangguan dengan adanya Agresi Militer Belanda pertama pada 21 Juli 1947 dan menyebabkan terganggunya pendistribusian ORI.

Maka pada 26 Agustus 1947, di masa Menteri Keuangan A.A. Maramis, dikeluarkan Peraturan Nomor 19 Tahun 1947. Peraturan ini memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk menerbitkan alat pembayaran yang sah dan berlaku hanya terbatas di masing-masing daerah itu. Alat pembayaran itulah yang disebut Oeang Republik Indonesia Daerah (ORIDA).

Di wilayah Sumatra saja terdapat 130 jenis ORIDA. Penggunaan ORIDA berlangsung sampai tahun1949 dengan adanya Konferensi Meja Bundar. Pada awal 1950 ORIDA ditarik dari peredaran. Mata uang yang berlaku sebagai pengganti ORIDA adalah mata uang RIS (Republik Indonesia Serikat).

Page 37: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

37

Edisi November 2020

Foto dan Tanda Tangan

Uang yang beredar di Republik Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran dua orang ini: Soekarno dan A.A Maramis.

Presiden RI Soekarno adalah orang yang gambarnya paling banyak ditemukan di berbagai jenis mata uang Republik Indonesia. A.A. Maramis adalah menteri keuangan yang tanda tangannya tertera paling banyak di uang kertas dibandingkan menteri keuangan lainnya.

Atas jasanya itu nama A.A. Maramis diabadikan sebagai nama salah satu Gedung Kementerian Keuangan di Lapangan Banteng tempat berkantornya Menteri

Keuangan sehari-hari sebagai pimpinan tertinggi Kementerian Keuangan sebelum pindah ke Gedung Djuanda 1.

Paling anyar adalah A.A. Maramis dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 120/TK/2019 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional tertanggal 7 November 2019.

Page 38: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

38

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Heru Pambudi, selenggarakan pertemuan tingkat Direktur Jenderal/pimpinan tertinggi Administrasi Pabean se-Asia Pasifik dalam acara Joint Session of 21st Regional Head of Customs Administration (RHCA) Conference and 30th Regional Contact Point (RCP) Meeting, pada Kamis (12/11) lalu. Kegiatan RHCA Conference sekaligus dibarengi dengan RCP Meeting, yaitu pertemuan rutin antar Contact Point untuk membahas beberapa pending issues dan agenda prioritas regional.

Pertemuan yang diselenggarakan via daring ini dipimpin oleh Heru Pambudi sekaligus selaku World Customs Organization Asia Pacific (WCO A/P) Vice-chair, dan dihadiri oleh 65 peserta dari 24 Administrasi Pabean di kawasan Asia Pasifik, Sekretaris Jenderal WCO, perwakilan Regional Office for Capacity Building Asia Pacific (ROCB A/P), serta Regional Intelligence Liaison Office Asia Pacific (RILO A/P).

Heru menyampaikan bahwa dalam kurun waktu empat bulan sejak menjabat, pihaknya telah mewakili Asia Pasifik dalam pertemuan regional dan berpartisipasi dalam berbagai pertemuan di WCO. Selain itu, telah disusun dokumen regional strategic plan 2020-2022 sebagai acuan untuk mengukur capaian kinerja regional. “Kami juga telah menerbitkan buletin komunikasi regional yaitu WCO A/P Customs News Edisi 61, serta berkolaborasi dengan Pusdiklat Bea dan Cukai dalam penyelenggaraan webinar internasional,” ujar Heru.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal WCO, Mr. Kuniyo Mikuriya juga memaparkan perkembangan mengenai program prioritas, kebijakan, dan inisiatif strategis WCO khususnya terkait dengan penanggulangan COVID-19.

Pertemuan juga memutuskan pengesahan proposal negara anggota untuk menjadi WCO regional entities, dengan komposisi terdiri dari regional

Strategi Dirjen Bea Cukai Bersama WCO Asia Pasifik Berkinerja di Tengah Pandemi

Laporan Khusus

Page 39: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

39

Edisi November 2020

training center: Indonesia dan Iran, regional customs lab: India dan Indonesia, dan regional dog training center: Korea.

Indonesia, dalam hal ini Pusdiklat Bea dan Cukai resmi ditetapkan sebagai WCO regional training center, sedangkan Balai Laboratorium Bea dan Cukai (BLBC) resmi ditetapkan sebagai WCO regional customs lab. “Dengan penetapan ini, Pusdiklat Bea dan Cukai dan BLBC menjadi pusat pelatihan dan laboratorium tingkat regional yang berkontribusi langsung dalam peningkatan dan pengembangan kapasitas serta kapabilitas Administrasi Pabean di kawasan Asia Pasifik,” jelas Heru.

Isu penting lain yang dibahas antara lain kebijakan masing-masing negara anggota dalam rangka mengurangi dampak pandemi COVID-19. Mayoritas negara anggota

telah mengimplementasikan prosedur kepabeanan khusus untuk mempercepat pengeluaran barang kebutuhan medis serta barang untuk keperluan penanggulangan COVID-19.

Selain fasilitas prosedural, beberapa negara anggota memberikan fasilitas fiskal berupa keringanan atau pembebasan bea masuk khusus barang-barang dimaksud. Kebijakan tertentu juga diadopsi dalam rangka melindungi pegawai yang berada di frontline, seperti penggunaan alat perlindungan diri (APD), penerapan risk management dalam pemeriksaan fisik barang, serta pemanfaatan informasi teknologi dalam proses clearance.

“Selaku Vice-chair WCO, kami terus berkomitmen dalam menyuarakan kepentingan dan prioritas regional untuk dapat diangkat dalam forum global, sesuai dengan tagline ‘Together We Are Echoing Asia Pacific,” pungkas Heru.

Page 40: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

40

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Laporan Khusus

Menilik “CARES PROGRAM”, Bentuk Solidaritas Internasional dalam Penanganan Covid-19

Hampir satu tahun berlalu sejak kasus Covid-19 yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 ditemukan untuk pertama kalinya di Wuhan, China, yang kemudian menyebar hingga mewabah hampir ke seluruh dunia. Tak ada yang menyangka sebelumnya bahwa virus tak kasat mata berukuran 0,1 mikron ini menyebar begitu cepat dan masif, hingga menimbulkan efek domino di seluruh sektor kehidupan manusia, terutama kesehatan dan ekonomi.

Dalam menghadapi kejadian luar biasa ini, Pemerintah Indonesia telah merumuskan kebijakan yang adaptif dan responsif , yaitu dengan paket stimulus fiskal untuk penanganan kesehatan dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Namun di sisi lain, kebijakan tersebut harus ditempuh di tengah keterbatasan fiskal seperti pendapatan negara yang semakin melandai yang secara alamiah terdampak dari pemberhentian aktivitas manusia akibat adanya pandemi ini. Kondisi ini menyebabkan Pemerintah untuk melakukan pelebaran defisit

anggaran di atas 3 persen dari PDB pada tahun 2020-2022 sesuai UU Nomor 2 tahun 2020.

Secara lebih detail, setelah mengalami penyesuaian, defisit anggaran tahun 2020 ditetapkan di angka 6,34 persen dari PDB, yang mana akan ditutupi dari pembiayaan terutama pembiayaan utang. Salah satu strategi Pemerintah dalam pembiayaan ini adalah dengan fleksibilitas pinjaman tunai. Pemerintah akan meng-upsize besaran Pinjaman Program dari Development Partners bilateral dan multirateral, seperti Bank Dunia, ADB, AFD, KfW, JICA, EDCF, dan AIIB. Fleksibilitas ini dilakukan dengan strategi opportunistik baik dari sisi waktu dan jumlah penerbitan sesuai kondisi pasar keuangan untuk mendapatkan pembiayaan yang efisien.

Pandemi Covid-19 telah menjadi satu tragedi kemanusiaan yang cukup besar akibat banyaknya korban yang ditimbulkan. Untuk itu semua pihak berbondong-bondong saling membantu dan

Page 41: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

41

Edisi November 2020

menguatkan agar dunia bisa segera pulih, mulai dari sektor kesehatan, sosial, hingga finansial. Dari sisi finansial, beberapa negara maupun lembaga internasional telah menunjukkan kepeduliannya dengan memberikan bantuan berupa pinjaman dan/atau hibah kepada negara terdampak yang memerlukan bantuan lebih, seperti program “Covid-19 Active Response and Expenditure Support (CARES)”.

Program CARES merupakan suatu kerangka pinjaman program yang dikoordinasikan oleh Asian Development Bank (ADB) berupa pinjaman bersama (co-financing) dengan beberapa donor lainnya yang bertujuan untuk memberikan dukungan atas paket stimulus pemerintah yang ditujukan untuk penanganan kesehatan dan pemulihan ekonomi nasional, terutama untuk penyediaan sarana dan prasarana medis, peningkatan ekonomi, dan bantuan terarah untuk kelompok rentan. Program CARES akan dilaksanakan melalui kerangka pendekatan negara yang berfokus pada dialog kebijakan dan pemantauan strategi dan langkah kontrasiklus pemerintah yang melibatkan sektor swasta, organisasi kemasyarakatan, dan entitas yang berfokus pada analisis big data (big data analytics) untuk memberi solusi inovatif agar dapat mengatasi

krisis COVID-19.

Sampai dengan November 2020, Pemerintah telah menandatangani 6 (enam) perjanjian dalam kerangka program CARES ini, antara lain:

1. Pinjaman dari ADB senilai EUR1,39 miliar atau setara USD1,5 miliar pada tanggal 24 April 2020

2. Pinjaman dari Asian Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) senilai USD750juta pada Juni 2020

3. Pinjaman dari Japan Internasional Cooperation Agency (JICA) senilai JPY50 miliar atau setara USD474,2 juta pada tanggal 3 Agustus 2020

4. Pinjaman dari Pemerintah Jerman (KfW) tahap I senilai EUR250juta atau setara USD295,65 juta pada 22 Oktober 2020

5. Pinjaman dari Pemerintah Australia senilai AUD15 miliar atau setara Rp15,4 triliun pada 12 November 2020

6. Pinjaman dari Pemerintah Jerman (KfW) tahap II senilai EUR300juta pada 14 November 2020

Bantuan ini menunjukkan bukti solidaritas antar negara untuk mencapai tujuan yang sama untuk pemulihan dan penguatan ekonomi, sekaligus mengingatkan kembali bahwa kita tidak mungkin dapat pulih sendirian di tengah pandemi Covid-19 ini.

Page 42: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

42

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Laporan Khusus

ORI018 Catat Raihan Positif Meski Kupon Minimal

Dalam rangka memenuhi kebutuhan pembiayaan yang meningkat akibat penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasioal, Pemerintah mengoptimalkan kombinasi sumber pembiayaan dari utang dan non utang secara oportunistik, terukur, dan prudent. Sebagai bagian dari strategi pemenuhan target pembiayaan sekaligus untuk meningkatkan diversifikasi investor SBN dan partisipasi warga negara Indonesia dalam pembangunan, Pemerintah menerbitkan Surat Berharga Negara Ritel termasuk Obligasi Negara Ritel seri ORI018 ini. Selain ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan yang meningkat akibat pandemi, penerbitan ORI018 juga diharapkan dapat mendorong perubahan perilaku masyarakat Indonesia dari saving-oriented society menjadi investment-oriented society.

Peluncuran ORI018 kali ini mengusung tema “Manfaat Tanpa Henti, Bekal Hari Nanti”, mengandung pesan bahwa ORI018 adalah salah satu instrumen investasi yang aman, mudah, dan menguntungkan. Selain mendapatkan manfaat pribadi dari investasi di ORI018 yang aman dan terjangkau, investor yang berinvestasi di ORI018 memberikan manfaat bagi negara atas kontribusinya dalam mendukung pembiayaan APBN, termasuk untuk pemulihan ekonomi nasional dan penanggulangan pandemi. Dengan demikian, investor ORI dapat tetap menjaga keberlangsungan rencana keuangan pribadinya di kemudian hari sekaligus memberikan manfaat tanpa henti bagi investor maupun pelaku ekonomi yang terdampak Covid-19.

ORI018 yang ditawarkan sejak tanggal 1 sampai dengan 21 Oktober 2020 ini telah mencapai Rp12.97 triliun dari 26.160

Page 43: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

43

Edisi November 2020

investor, yang masih didominasi oleh generasi milenial yaitu sejumlah 9.127 investor (35 persen total jumlah investor). Dana hasil penjualan ORI018 tersebut akan dipergunakan untuk memenuhi sebagian kebutuhan pembiayaan APBN 2020, termasuk untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional.

Sebagai instrumen SBN ritel ketiga yang ditawarkan di masa pandemi, ORI018 masih menunjukkan hasil penjualan yang sangat baik. Capaian ini terpenuhi meskipun ORI018 ditawarkan dengan kupon terendah sepanjang sejarah penerbitan SBN ritel dan dengan masa penawaran yang relatif singkat dibandingkan dengan periode penjualan SBN ritel sebelumnya. Untuk mengakomodir permintaan masyarakat, Pemerintah bahkan harus menaikkan kuota penjualan pada sistem e-SBN. Sampai dengan penerbitan SBN ritel yang kelima di tahun 2020 ini, pemerintah berhasil menyerap Rp71,37 triliun.

Animo masyarakat yang tinggi menunjukkan bahwa masyarakat semakin menyadari pentingnya menjaga kebiasaan berinvestasi walaupun di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi.

Tak berhenti sampai di situ, pada bulan November ini Pemerintah kembali menerbitkan SBN Ritel, kali ini dengan basis syariah yaitu Sukuk Tabungan seri ST007 yang merupakan green instrument dan untuk pertama kalinya Pemerintah menerbitkan Sukuk Wakaf secara ritel melalui SWR001.

Page 44: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

44

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Pendapatan Negara

Trend Pemulihan Berlanjut, Target PBB Tercapai

Page 45: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

45

Edisi November 2020

Penerimaan PajakPenerimaan Pajak

M emasuki triwulan keempat 2020, penerimaan pajak telah mencapai Rp826,94 triliun.

Dengan target APBN 2020 sebesar Rp1.198,82 triliun, artinya per tanggal 31 Oktober realisasi penerimaan pajak telah mencapai 68,98 persen. Tekanan akibat pandemi COVID-19 masih sangat dirasakan, namun kinerja penerimaan pajak terus melanjutkan tren membaik sejalan dengan terus membaiknya perekonomian Indonesia. Mengutip Press Statement Menteri Keuangan tanggal 5 November 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia Triwulan III 2020 membaik di angka -3,49 persen (yoy), dari sebelumnya -5,32 persen (yoy) pada Triwulan II 2020.

PBB menjadi kelompok pajak

pertama yang mencatatkan target penerimaan tercapai, dengan realisasi sebesar Rp15,92 triliun, atau 118,41 persen dari target tahun ini yang dipatok sebesar Rp13,44 triliun. Keberhasilan ini tidak lepas dari membaiknya kinerja PBB Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi. Kinerja penerimaan PPh Migas pun membaik, dengan penerimaan sampai dengan Oktober sebesar Rp26,37 triliun, atau 82,77 persen dari target Rp31,86 triliun. Membaiknya kinerja ini didorong mulai pulihnya harga minyak, dimana harga minyak Indonesia (ICP) beberapa bulan terakhir telah berada di kisaran 40-an USD per barel, dua kali lipat dari titik terendahnya pada bulan April 2020 (USD20,66 per barel). Namun demikian, kinerja penerimaan pajak secara umum masih ditopang oleh penerimaan PPh Non-Migas serta PPN & PPnBM.

Page 46: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

46

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Realisasi Penerimaan Pajak

Penerimaan Jenis-Jenis Pajak Utama (dalam triliun Rupiah)

Page 47: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

47

Edisi November 2020

Sampai dengan bulan Oktober penerimaan PPh Non-Migas telah terkumpul sebesar Rp450,67 triliun, atau 70,58 persen dari target, dan berkontribusi sebesar 54,50 persen dari total penerimaan pajak. Penerimaan PPh Non-Migas pada bulan Oktober sendiri melanjutkan tren membaik, yakni sebesar Rp32,51 triliun, tumbuh 1,85 persen (mtm) dibandingkan penerimaan bulan September (Rp31,92 triliun). Tren tersebut juga ditunjukkan PPN & PPnBM, yang di bulan Oktober terkumpul Rp38,65 triliun, atau tumbuh 10,58 persen (mtm) dibandingkan penerimaan bulan September. Sampai dengan bulan Oktober penerimaan PPN & PPnBM mencapai Rp328,98 triliun, atau 64,82 persen dari target, dengan kontribusi 39,78 persen dari total penerimaan pajak (lihat tabel 1).

Selanjutnya bila kita lihat lebih dalam, tren perbaikan tersebut terlihat pada beberapa jenis pajak utama seperti PPN Dalam Negeri, PPh Final, PPh Pasal 26 dan Pasal 25/29 Orang Pribadi (lihat Tabel 2). Penerimaan PPN Dalam Negeri pada bulan Oktober mengalami pertumbuhan positif sebesar 21,60 persen (mtm) dibandingkan penerimaan bulan September, ditunjang oleh semakin membaiknya konsumsi. Berdasarkan data PDB BPS, pertumbuhan nominal konsumsi total pada Triwulan III adalah sebesar -1,08 persen (yoy), yang menunjukkan tren membaik bila dibandingkan Triwulan

II yakni sebesar -4,20 persen (yoy). Penerimaan bulan Oktober juga dipengaruhi pergeseran pembayaran akibat jatuhnya libur dan cuti bersama pada pada akhir bulan, yang menyebabkan jatuh tempo pembayaran beralih ke hari kerja berikutnya, sehingga baru akan tercatat sebagai penerimaan bulan November. Selanjutnya, penerimaan PPh Final Pasal 4 ayat (2) tumbuh 17,65 persen (mtm), didorong oleh membaiknya penerimaan dari Obligasi, Jasa Konstruksi, Persewaan serta Pengalihan Tanah/Bangunan, serta Dividen. Sedangkan penerimaan PPh Pasal 26 dipengaruhi pergeseran penerimaan dari Bunga dan Royalti, sehingga tumbuh 122,78 persen (mtm) pada bulan Oktober.

PPh Orang Pribadi merupakan jenis pajak yang paling resilient sepanjang pandemi COVID-19, secara kumulatif sampai dengan Oktober mampu tetap tumbuh 1,18 persen (yoy), dan pada bulan Oktober ini tumbuh 10,72 persen (mtm). Jenis pajak lainnya yang juga cukup resilient adalah PPh Pasal 21, yang meskipun di Bulan oktober ini pertumbuhannya tercatat -5,49 persen (mtm), secara kumulatif sampai dengan Oktober masih cukup stabil pada level -4,58 persen (yoy), bahkan dengan adanya pemberian insentif pajak ditanggung pemerintah (DTP). Hal Ini mengisyaratkan bahwa meski cukup tertekan selama pandemi, kondisi ketenagakerjaan Indonesia relatif

Page 48: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

48

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Page 49: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

49

Edisi November 2020

cukup mampu bertahan.

Di sisi lain, tekanan atas penerimaan PPh Badan masih berlanjut karena PPh Badan menggunakan profitabilitas pada tahun 2019 sebagai dasar perhitungan pajak sehingga efek membaiknya ekonomi belum langsung tercermin dalam kinerja penerimaan pajak dalam waktu dekat. Selain itu, demi mendukung pemulihan ekonomi nasional, Pemerintah memberikan keringanan PPh Badan berupa (1) penurunan tarif dari 25 persen menjadi 22 persen; (2) pengurangan angsuran bulanan (PPh Pasal 25) sebesar 50 persen (naik dari sebelumnya 30 persen); dan (3) penurunan tarif PPh Badan Wajib Pajak Go Public, menjadi lebih rendah 3 persen daripada tarif umum.

Demikian juga dengan pajak-pajak atas impor. Penerimaan PPN Impor bulan Oktober memang mengalami penurunan 11,89 persen (mtm) dibandingkan bulan September, sejalan dengan penurunan nilai impor Indonesia pada bulan Oktober sebesar 6,79 persen (mtm). Namun demikian, nilai impor Indonesia dan penerimaan PPN Impor masih menunjukkan tren membaik. Selain itu, nilai ekspor Indonesia pun terus menguat, utamanya dipicu peningkatan transaksi dengan Tiongkok seiring mulai pulihnya ekonomi negara tersebut. Sebagai konsekuensi penguatan ekspor, kami memperkirakan

tren penguatan impor dan PPN Impor masih akan terus berlanjut (lihat Grafik 1). Adapun tekanan pada PPh Pasal 22 impor, yang pada bulan Oktober mengalami penurunan 19,79 persen (mtm), disebabkan oleh pemanfaatan insentif pembebasan PPh Pasal 22 Impor.

Beralih ke perspektif sektoral, pengetatan kembali PSBB sejak pertengahan September masih cukup membatasi aktivitas perekonomian. Di sisi lain, animo Wajib Pajak untuk memanfaatkan fasilitas perpajakan dalam rangka pemulihan ekonomi nasional terus meningkat. Kedua faktor ini memberikan tekanan terhadap sektor-sektor terkait. Namun demikian, tekanan pada penerimaan pajak beberapa sektor utama tampak mulai mereda. Sektor-sektor seperti Industri Pengolahan, Konstruksi & Real Estat, serta Transportasi & Pergudangan mulai menunjukkan pembalikan arah kinerja pertumbuhan, meskipun pemulihan tersebut sifatnya masih terbatas (lihat Grafik 2). Penerimaan sektor Industri Pengolahan pada bulan Oktober sebesar Rp23,82 triliun, tumbuh 4,43 persen (mtm) dibandingkan penerimaan bulan September. Perbaikan ini sejalan dengan indikasi indeks PMI, yang mulai stabil di kisaran angka 50 dalam empat bulan terakhir (47,8 pada bulan Oktober). Sementara itu, mulai dilanjutkannya beberapa proyek konstruksi tampak cukup

Page 50: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

50

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

mengangkat kinerja Konstruksi & Real Estat. Sedangkan sektor Transportasi & Pergudangan mulai menunjukkan pemulihan seiring berangsur pulihnya mobilitas masyarakat.

Sah! Dua Undang-Undang Baru di Bidang Perpajakan

Dalam satu bulan terakhir dunia perpajakan menyambut hadirnya dua Undang-Undang baru. Pertama, pada tanggal 26 Oktober 2020, telah disahkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2020 tentang Bea Meterai. Undang-Undang ini menggantikan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 yang telah berlaku selama 35 tahun dan belum pernah mengalami perubahan. Dalam kurun waktu lebih tiga dasawarsa tersebut dunia telah berubah begitu rupa, misalnya dalam kaitannya dengan Bea Meterai, adalah semakin jamak dan memasyarakatnya penggunaan dokumen elektronik. Undang-Undang baru ini hadir untuk mengakomodasi perubahan-perubahan tersebut. Secara garis besar perubahan-perubahan yang diatur adalah sebagai berikut.

• Perluasan objek Bea Meterai, yang tidak hanya mencakup dokumen dalam bentuk kertas, tetapi termasuk juga dokumen dalam bentuk elektronik.

• Tarif tunggal Rp10.000,00 dari sebelumnya Rp.3.000,00 dan Rp6.000,00.

• Batas nilai nominal dokumen yang dikenai Bea Meterai dinaikkan, dari Rp250.000,00 menjadi Rp5.000.000,00.

• Diperkenalkannya Meterai Elektronik.

• Fasilitas bebas Bea Meterai dapat diberikan atas dokumen tertentu.

• Diperkenalkannya sanksi, baik administratif maupun pidana.

• Undang-undang Bea Meterai ini akan berlaku mulai tanggal 1 Januari 2021 mendatang.

Tidak lama berselang, pada tanggal 2 November 2020 telah disahkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Undang-Undang ini lebih dikenal sebagai Omnibus Law selama masa pembahasannya, dikarenakan cakupannya yang luas yang merevisi beberapa Undang-Undang sekaligus, termasuk Undang-Undang perpajakan. Secara garis besar perubahan-perubahan perpajakan yang diatur di dalamnya adalah sebagai berikut.

Kebijakan untuk meningkatkan pendanaan investasi, yakni (a) Penghapusan PPh atas Dividen dari dalam negeri; (b) dividen dan laba setelah pajak dari Luar Negeri tidak dikenakan PPh sepanjang diinvestasikan di Indonesia; (c) Non-objek PPh atas bagian laba/SHU koperasi dan dana haji yang dikelola BPKH; (d) ruang untuk

Page 51: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

51

Edisi November 2020

penyesuaian tarif PPh Pasal 26 atas bunga; dan (e) penyertaan modal dalam bentuk aset (imbreng) tidak terutang PPN.

Kebijakan untuk mendorong kepatuhan sukarela (voluntary compliance), yakni (a) Relaksasi Hak Pengkreditan Pajak Masukan bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP); dan (b) pengaturan ulang sanksi administratif pajak dan Imbalan Bunga.

Upaya meningkatkan kepastian hukum, yakni (a) penentuan Subjek Pajak Orang Pribadi, dimana WNI maupun WNA yang tinggal lebih dari 183 hari di Indonesia merupakan Subjek Pajak Dalam Negeri (SPDN), sedangkan WNI yang berada di Indonesia kurang dari 183 hari dapat menjadi Subjek Pajak Luar Negeri dengan syarat tertentu; (b) Pengenaan PPh bagi WNA yang merupakan SPDN dengan keahlian tertentu hanya atas penghasilan dari Indonesia; (c) Perubahan terkait PPN dimana penyerahan batu bara termasuk dalam penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan konsinyasi bukan termasuk dalam penyerahan BKP; (d) sisa lebih dana Badan Sosial & Badan Keagamaan (sebagaimana Lembaga Pendidikan) menjadi bukan objek PPh; (e) pidana Pajak yang telah diputus tidak lagi diterbitkan ketetapan pajak; (f) penerbitan STP daluwarsa 5 tahun; (g) STP dapat diterbitkan untuk menagih imbalan bunga yang seharusnya tidak diberikan; (h) penerapan Satu Jenis sanksi

administrasi; (i) pengaturan penghentian Pemeriksaan Bukti Permulaan dan Penyidikan; dan (j) pengaturan pengembalian Pajak Masukan yang telah dikreditkan.

Upaya menciptakan keadilan iklim berusaha di dalam negeri, yakni pencantuman Nomor Induk Kependudukan (NIK) pembeli yang tidak memiliki NPWP dalam Faktur Pajak.

Adapun pengaturan penurunan tarif PPh Badan dan perpajakan atas Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE) telah terlebih dahulu diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi Undang-Undang.

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) akan mensosialisasikan perubahan-perubahan ini melalui kanal-kanal seperti situs resmi DJP (www.pajak.go.id), media sosial resmi DJP, kelas pajak, dan lain-lain. Wajib Pajak juga dapat menghubungi Kantor Pelayanan Pajak atau call center Kring Pajak (1-500-200) untuk memperoleh informasi lebih lanjut.

Page 52: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

52

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

S ampai dengan 31 Agustus 2020, penerimaan pajak telah terkumpul sebesar Rp676,93 triliun dari target tahun 2020 sebesar Rp1.198,82 triliun.

Dengan demikian, realisasi penerimaan pajak sampai dengan bulan Agustus adalah 56,47 persen. Bila dibandingkan tahun lalu, penerimaan pajak mengalami kontraksi sebesar 15,64 persen (yoy). Hal ini tidak lepas dari masih melambatnya perekonomian Indonesia dan transaksi perdagangan internasional akibat pandemi COVID-19. Di sisi lain, penerimaan beberapa jenis pajak seperti PPh Pasal 21, PPh Pasal 22 Impor, PPh Pasal 25/29 dan PPN Dalam Negeri cukup terpengaruh efek pemberian fasilitas perpajakan dalam rangka pemulihan ekonomi nasional. Namun demikian, meski secara umum masih menunjukkan kontraksi, penerimaan beberapa jenis pajak kembali menunjukkan perbaikan di bulan Agustus, setelah mengalami tekanan yang cukup signifikan pada bulan Juli lalu.

Penerimaan Per Jenis Pajak

Bila kita lihat lebih dalam, secara kumulatif PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi merupakan satu-satunya jenis pajak utama yang masih mampu tumbuh positif. Untuk periode Januari – Agustus 2020 PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi telah terkumpul sebesar Rp9,13 triliun, tumbuh 2,46 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini menunjukkan masih adanya ruang optimalisasi penerimaan pajak melalui peningkatan kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

Penerimaan PPN Dalam Negeri Januari – Agustus 2020 sebesar Rp157,83 triliun, atau

Pendapatan Negara

Neraca Perdagangan Indonesia bulan Oktober 2020 surplus sebesar USD3,61 miliar atau USD17,07 miliar sepanjang periode Januari hingga Oktober 2020. Surplus neraca perdagangan Indonesia kali ini mencatat sebagai surplus tertinggi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

Page 53: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

53

Edisi November 2020

Kepabeanan dan CukaiKepabeanan dan Cukai

N eraca perdagangan Indonesia bulan Oktober 2020 kembali tercatat surplus USD3,61

Miliar menjadikan Neraca Perdagangan (NP) surplus dalam 6 bulan berturut-turut sejak bulan Mei 2020. Surplus NP Indonesia bulan Oktober lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya akibat naiknya total ekspor (mtm) khususnya ekspor nonmigas.

Kinerja ekspor bulan Oktober tumbuh negatif 3,29 persen (yoy) atau masih tertekan dampak pelemahan demand global. Namun demikian, jika dibandingkan bulan September tumbuh 3,09 persen (mtm) dampak peningkatan ekspor nonmigas seperti produk CPO dan biji tembaga.

Perbaikan kinerja ekspor terhadap

bulan sebelumnya tidak diikuti oleh kinerja dari sisi impor untuk periode yang sama. Impor tercatat tumbuh negatif 6,79 persen dibandingkan bulan sebelumnya, akibat turunnya impor peralatan komunikasi dan besi baja dasar yang merupakan contributor terbesar pertumbuhan impor bulanan.

Kenaikan harga tembaga, CPO dan batubara di pasar global menjadi salah satu faktor pendorong naiknya devisa ekspor Indonesia. Batubara misalnya, kenaikan harga dipengaruhi peningkatan konsumsi di Eropa menyusul datangnya musim dingin. Pengoperasian kembali pembangkit listrik tenaga batubara (Inggris), akibat PLT Angin yang tidak dapat mencukupi kebutuhan listrik.

Realisasi penerimaan Kepabeanan dan Cukai hingga bulan Oktober

Page 54: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

54

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Realisasi penerimaan Kepabeanan dan cukai

Page 55: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

55

Edisi November 2020

2020 mencapai Rp164,01 triliun atau 79,74 persen dari target pada Perpres 72. Capaian tersebut didorong kinerja penerimaan cukai yang masih tumbuh 10,23 persen (yoy). Namun demikian, perlu dicermati pertumbuhan cukai efek limpahan PMK 57 yang semakin mendekati pertumbuhan riilnya.

Realisasi atas penerimaan pajak dalam rangka impor (PDRI) lainnya, yang pemungutannya dilakukan oleh DJBC per 31 Oktober 2020 adalah Rp140,21 triliun atau tumbuh melambat 11,83 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Jika digabungkan penerimaan negara yang telah dikumpulkan oleh DJBC per 31 Oktober sudah terkumpul sebesar Rp304,22 triliun.

Berdasarkan komponen penerimaan yang terdiri dari Bea Masuk (BM), Bea Keluar (BK) dan Cukai, pada awal tahun 2020 hingga akhir tahun masih dipengaruhi oleh kondisi eksternal dan internal. Terjadi peningkatan aktivitas ekspor di bulan Juli 2020 meskipun kembali melambat di bulan Agustus, namun secara kumulatif kegiatan ekspor impor masih berada di zona negatif. Hal ini disebabkan faktor eksternal yang belum pulih dan menekan permintaan global, hingga meluasnya efek pandemi virus corona.

Faktor internal, seperti kebijakan pembatasan ekspor Nikel yang

diterapkan sejak akhir tahun 2019 berdampak pada penurunan penerimaan BK. Faktor lain seperti masih belum pulihnya PMI manufaktur domestik maupun global, serta penyesuaian tarif cukai, turut memengaruhi penerimaan.

Penerimaan BM hingga akhir Oktober 2020 adalah Rp26,39 triliun atau 82,90 persen dari target pada Perpres 72 (melambat 12,49 persen (yoy). Kinerja penerimaan BM masih mengalami tekanan sejak awal tahun, terdampak oleh aktivitas impor barang yang masih melambat hingga 27 persen (yoy). Dengan demikian, penerimaan BM pun mengalami pertumbuhan negatif sebesar 12,49 persen (yoy).

Penerimaan cukai per 31 Oktober 2020 mencapai Rp134,92 triliun atau 78,35 persen dari targetnya. Penerimaan cukai yang terdiri atas cukai Hasil Tembakau (HT), Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA), dan Etil Alkohol (EA), tumbuh sebesar 10,23 persen dibandingkan bulan Oktober tahun 2019. Pertumbuhan pada penerimaan cukai tersebut merupakan pertumbuhan tertinggi dibandingkan komponen penerimaan lainnya (BM dan BK).

Dilihat dari level pertumbuhan kumulatifnya, pertumbuhan cukai atas EA menjadi yang tertinggi yaitu 112,07 persen meskipun lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan penerimaan cukai EA didorong

Page 56: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

56

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

oleh naiknya permintaan bahan dasar pembuatan produk disinfektan.

Penerimaan cukai HT mempunyai porsi terbesar dalam penerimaan cukai, yang hingga 31 Oktober 2020 terkumpul Rp130,53 triliun atau tumbuh 11,72 persen (yoy). Pertumbuhan signifikan cukai HT di tengah perlambatan komponen penerimaan yang lain, salah satunya didorong oleh pergeseran penerimaan tahun 2019 (PMK 57) serta kenaikan tarif cukai tahun ini.

Namun, pertumbuhan penerimaan cukai dengan kenaikan tarif cukai tahun ini yang hampir 2 kali lipat dibanding tahun sebelumnya, belum tertransmisi seluruhnya pada harga jual di lapangan yang terindikasi dari kenaikan tarif tertimbang efektif masih di level 15 persen.

Penerimaan cukai MMEA sepanjang tahun ini sebesar Rp4,11 triliun atau melambat 23,75 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Perlambatan pertumbuhan produksi MMEA dalam negeri disebabkan penurunan produksi yang terjadi sejak kuartal II, akibat kondisi pandemi yang memukul sektor pariwisata nasional.

Penerimaan BK masih mengalami perlambatan, namun tidak sedalam pelemahan BM, dengan pertumbuhan negatif 5,93 persen dibandingkan tahun lalu atau sudah terkumpul sebesar Rp2,70 triliun. Pelarangan ekspor komoditas pertambangan nikel yang merupakan kontributor terbesar BK pada tahun 2019, serta masih belum optimalnya ekspor tembaga, menjadi penyebab utama perlambatan penerimaan BK.

Page 57: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

57

Edisi November 2020

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 58: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

58

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Pendapatan Negara

Relaksasi PNBP Mendukung Program Pemulihan Ekonomi Nasional

Page 59: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

59

Edisi November 2020

Penerimaan Negara Penerimaan Negara Bukan PajakBukan Pajak

P andemi Covid-19 yang diumumkan WHO tanggal 11 Maret 2020, telah memberikan efek

domino pada aspek sosial, ekonomi, dan keuangan. Dampaknya, kegiatan perekonomian menurun tajam dan memberikan pengaruh langsung ke masyarakat. Untuk mengatasi hal itu, Pemerintah telah menerbitkan kombinasi kebijakan yang komprehensif untuk membantu meringankan beban masyarakat dan dunia usaha. Salah satu kebijakan yang digulirkan adalah pemberian relaksasi PNBP.

Pengaturan dalam Undang-undang Nomor 9 tahun 2018 tentang PNBP, memberi ruang bagi pemerintah sebagai instrumen kebijakan fiskal untuk mendukung program Pemulihan Ekonomi

Nasional, dalam mengatasi dampak pandemi Covid-19 melalui fungsi pengaturan (regulerend). Fungsi ini diwujudkan dalam bentuk relaksasi pengaturan jenis dan tarif PNBP tertentu. Adapun bentuk relaksasi yang digulirkan tahun 2020 meliputi pengenaan tarif sampai dengan nol Rupiah, pemberian keringanan, dan pengaturan jatuh tempo.

Atas kebijakan pemberian pengenaan tarif sampai dengan nol Rupiah, ada beberapa kondisi tertentu yang menjadi pertimbangan. Beberapa kondisi yang menjadi pertimbangan pemerintah dalam pemberian relaksasi tersebut antara lain untuk penyelenggaraan kegiatan sosial, keagamaan, kenegaraan, dan penanggulangan bencana atau keadaan kahar. Pertimbangan lainnya juga diberikan kepada masyarakat tidak mampu, mahasiswa berprestasi, serta Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Beberapa contoh relaksasi ini antara lain pemberian dispensasi perpanjangan SIM/STNK (Kepolisian RI), pembebasan Surat

Page 60: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

60

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

RealisasiPenerimaan Negara Bukan Pajak

Page 61: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

61

Edisi November 2020

Keterangan Jalan (Kementerian Luar Negeri), penundaan pembayaran kontribusi layanan Pos Universal (Kementerian Komunikasi dan Informatika), keringanan UKT (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), pembebasan biaya perubahan hal yang tercantum dalam sertifikat jaminan fidusia (Kemenkum dan HAM), tarif nol jasa penerbitan Surat Keterangan Asal (Kementerian Perdagangan), dll. Insentif PNBP yang diberikan atas pemberian relaksasi pengenaan tarif sampai dengan nol Rupiah hingga 31 Oktober 2020 telah mencapai Rp27,29 miliar.

Adapun kebijakan pemberian keringanan PNBP, diberikan kepada Wajib Bayar yang telah mengajukan keringanan PNBP kepada Instansi Pengelola PNBP. Keringanan PNBP tersebut berupa penundaan, pengangsuran, pengurangan, dan/atau pembebasan PNBP. Usulan tersebut diajukan dengan pertimbangan terdapat kondisi di luar kemampuan Wajib Bayar atau kondisi kahar, kesulitan likuiditas, dan/atau kebijakan Pemerintah. Sedangkan kebijakan pengaturan jatuh tempo PNBP diberikan kewenangan kepada Instansi Pengelola PNBP untuk mengatur jatuh tempo baru yang lebih meringankan bagi Wajib Bayar terdampak Covid-19 (baik diminta maupun tidak diminta Wajib Bayar). Insentif PNBP atas pemberian keringanan dan pengaturan jatuh tempo hingga 31

Oktober 2020 telah diberikan sebesar Rp161,65 miliar.

Selanjutnya, realisasi PNBP sampai dengan tanggal 31 Oktober 2020 mencapai Rp278,82 triliun atau 94,79 persen dari target dalam Perpres 72/2020. Realisasi ini mengalami penurunan sebesar 16,34 persen dibandingkan dengan penerimaan pada periode yang sama tahun 2019 yang mencapai sebesar Rp333,28 triliun. Belum normalnya aktivitas ekonomi global dan domestik, baik dari sisi supply maupun demand, sampai dengan periode Oktober 2020, mengakibatkan kontraksi pada PNBP khususnya penerimaan Sumber Daya Alam (SDA) dan PNBP Lainnya.

Pada penerimaan Sumber Daya Alam (SDA), realisasi sampai dengan akhir bulan Oktober 2020 mencapai Rp79,25 triliun atau mengalami penurunan sebesar 38,00 persen dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun 2019. Penurunan penerimaan SDA tersebut, sebagai akibat dari Penerimaan SDA Migas yang terealisasi sebesar Rp57,45 triliun atau mengalami penurunan dari periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 42,83 persen (yoy) serta penurunan realisasi Penerimaan SDA Nonmigas yang mencapai 20,20 persen dengan realisasi sebesar 21,80 triliun.

Masih melemahnya realisasi penerimaan SDA Migas tersebut terutama disebabkan oleh penurunan rata-rata Indonesian Crude Price (ICP) secara signifikan, serta penurunan lifting minyak dan gas bumi. Rata-rata ICP bulan Desember 2019 s.d. September 2020 sebesar USD42,61/barel, lebih kecil dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 (USD61,31/barel). Adapun lifting minyak bumi rata-rata bulan Januari s.d. September 2020 hanya 706 MBOPD, lebih kecil dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 (744 MBOPD). Begitu pula halnya dengan gas bumi, lifting gas bumi rata-rata bulan Januari s.d. September 2020 sebesar 989 MBOEPD, lebih kecil dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 (1.089 MBOEPD). Penurunan lifting minyak dan gas bumi sebagai dampak dari masih berlanjutnya

Page 62: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

62

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

pandemi Covid-19 pada kegiatan pengeboran, pekerjaan ulang (workover), pemeliharaan sumur (well services), adanya low demand gas dari buyer, serta kegiatan operasional lainnya yang terganggu (di antaranya hambatan pergerakan barang/material dari/ke lapangan).

Dari sisi Penerimaan SDA Nonmigas pun masih terkontraksi sampai dengan akhir bulan Oktober Tahun 2020, realisasi Penerimaan SDA Nonmigas hingga bulan Oktober 2020 mencapai Rp21,80 triliun. Penurunan realisasi PNBP SDA Nonmigas tersebut sebesar 20,20 persen (yoy) apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp27,31 triliun. Penurunan PNBP SDA Nonmigas ini disebabkan adanya penurunan pertumbuhan pada sektor Pertambangan Minerba, Kehutanan, dan Panas Bumi. Hanya sektor Perikanan yang masih memberikan kontribusi pertumbuhan positif.

Pada sektor Pertambangan Minerba, realisasi penerimaan hingga bulan Oktober 2020 sebesar Rp16,62 triliun atau mengalami penurunan sebesar 22,19 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 yang juga turun sebesar 12,90 persen. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya rata-rata Harga Batubara Acuan (HBA) pada periode Januari s.d. Oktober 2020 sebesar USD58,27/ton dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 (USD80,22/ton). Selain itu, penurunan volume produksi batubara pada periode Januari s.d. Oktober 2020 sebesar 457,23 juta ton dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 (518,18 juta ton) juga berkontribusi pada penurunan penerimaan dari sektor Pertambangan Minerba. Namun di sisi lain, penerimaan PNBP dari mineral tembaga, emas, perak, nikel, dan bauksit kembali menunjukkan tren yang positif dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Sedangkan penerimaan dari batubara dan timah masih tetap lebih kecil dibandingkan dengan penerimaan periode yang sama tahun 2019.

Sektor Kehutanan juga turut berkontribusi atas penurunan penerimaan SDA Nonmigas sampai

dengan akhir bulan Oktober tahun 2020. Realisasi penerimaan sektor Kehutanan hingga bulan Oktober 2020 mencapai sebesar Rp3,34 triliun (atau mengalami penurunan 18,81 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 yang tumbuh sebesar 7,09 persen). Penurunan penerimaan ini di antaranya disebabkan berkurangnya volume produksi kayu dari hutan alam dari 5.835.314 M3 pada periode bulan Januari s.d. Oktober 2019 menjadi 4.587.856 M3 pada tahun 2020. Selain itu, pada tahun 2019 terdapat penerimaan atas pembayaran Penggunaan Kawasan Hutan yang berasal dari kewajiban tahun-tahun sebelumnya.

Begitu pula dengan penerimaan sektor Panas Bumi, sampai dengan bulan Oktober tahun 2020 menunjukkan penurunan sebesar 7,35 persen dibandingkan dengan penerimaan pada periode yang sama dari tahun 2019 yang tumbuh sebesar 24,97 persen (yoy). Realisasi penerimaan sektor Panas Bumi hingga bulan Oktober 2020 sebesar Rp1,33 triliun. Penurunan ini disebabkan adanya penyetoran iuran produksi yang dilakukan lebih awal (Desember 2019) oleh 8 WKP milik PT PLN yang seharusnya dilakukan di bulan Januari 2020.

Namun tidak seluruh sektor penerimaan SDA Nonmigas mengalami penurunan, sektor Perikanan masih menunjukkan

Page 63: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

63

Edisi November 2020

kinerja yang positif pada bulan Oktober 2020 ini. Realisasi penerimaan sektor Perikanan bulan Januari s.d. Oktober 2020 sebesar Rp507,4 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 24,72 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 yang juga tumbuh sebesar 22,56 persen (yoy). Kemudahan dan percepatan proses pengajuan perijinan perikanan tangkap yang dilakukan secara online melalui Sistem Informasi Izin Layanan Cepat (SILAT) dari semula 14 hari menjadi 1 jam dan penambahan jumlah verifikator perikanan mendorong pelaku usaha sektor perikanan tangkap mengajukan perijinan, sehingga hal ini berdampak positif bagi penerimaan sektor perikanan.

Sementara itu, realisasi penerimaan dari Kekayaan Negara Dipisahkan (KND) sampai dengan bulan Oktober 2020 sebesar Rp65,35 triliun. Realisasi ini telah melampaui target tahun 2020, walaupun menunjukkan penurunan 13,68 persen apabila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp75,70 triliun (tumbuh 78,26 persen). Hal ini disebabkan adanya penurunan pendapatan dari sisa surplus Bank Indonesia pada tahun 2020 dan turunnya setoran dividen BUMN (akibat dampak pandemi Covid-19).

Realisasi penerimaan dari PNBP Lainnya hingga bulan Oktober 2020 mencapai sebesar Rp82,03

triliun atau mengalami penurunan sebesar 10,95 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan realisasi PNBP Lainnya disebabkan penurunan Pendapatan Penjualan Hasil Tambang Batubara sebesar 26 persen, penurunan Pendapatan Minyak Mentah (DMO) sebesar 68 persen, dan penurunan penerimaan dari PNBP Kementerian/Lembaga sebesar 6 persen. Adapun penurunan dari PNBP K/L utamanya pada Kominfo yang disebabkan dari penerimaan BHP Frekuensi dan telekomunikasi, perlambatan di triwulan I-III karena ada relaksasi (penjadwalan ulang), dan akan dibayar di kuartal IV 2020, serta penurunan realisasi pada beberapa K/L antara lain Polri, Kemenhub, dan Kemenkumham.

Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) periode Januari s.d. Oktober 2020 menunjukkan adanya peningkatan kinerja yang cukup signifikan. Pendapatan dari BLU ini merupakan satu-satunya jenis PNBP yang hingga bulan Oktober 2020 masih menunjukkan kinerja (pertumbuhan) positif. Pendapatan dari BLU mengalami pertumbuhan sebesar 38,67 persen dengan realisasi sebesar Rp52,20 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp37,64 triliun. Pertumbuhan PNBP BLU mulai meningkat sejak semester II tahun 2020. Tren peningkatan pendapatan BLU diharapkan dapat lebih tinggi pada kuartal terakhir tahun 2020. Kenaikan pendapatan BLU ini utamanya ditopang dari Pendapatan Jasa Pelayanan Pendidikan, Pendapatan Jasa Pelayanan Rumah sakit Pendapatan Dana Perkebunan Kelapa Sawit, Pendapatan Pengelolaan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional, dan Pendapatan Jasa Layanan Perbankan BLU. Kontribusi terbesar Pendapatan BLU berasal dari pendapatan dana perkebunan kelapa sawit yang tumbuh sebesar 205,72 persen (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019.

Page 64: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

64

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Postur APBN 2019Belanja Negara

Tumbuh 19,9 persen (yoy) utamanya ditopang oleh pelaksanaan program mendorong pemulihan ekonomi nasional

Page 65: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

65

Edisi November 2020

Belanja Belanja Pemerintah PusatPemerintah Pusat

R ealisasi Belanja Pemerintah Pusat (BPP) sampai dengan Oktober 2020 mencapai Rp1.343,8

triliun atau 68 persen dari pagu Perpres Nomor 72 Tahun 2020. Apabila dibandingkan pada periode yang sama tahun 2019, realisasi BPP tumbuh 19,9 persen, utamanya dipengaruhi oleh pelaksanaan penanganan pandemi Covid-19 dan program pemulihan ekonomi nasional.

Belanja K/L

Realisasi Belanja K/L hingga Oktober 2020 mencapai Rp725,7 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 14,6 persen (yoy) dibandingkan realisasinya pada periode yang sama tahun 2019. Pertumbuhan belanja K/L ini dipengaruhi oleh peningkatan realisasi bantuan sosial dalam

bentuk penyaluran berbagai program perlindungan sosial, serta belanja barang untuk pelaksanaan penanganan kesehatan serta kegiatan lain dalam rangka penanganan dampak pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional.

Realisasi Bantuan Sosial sampai dengan 31 Oktober 2020 mencapai 170,9 triliun atau 100,1 persen dari pagu perubahan APBN (Perpres 72 tahun 2020). Pencapaian realisasi yang melebihi pagunya tersebut disebabkan oleh realokasi anggaran untuk tambahan alokasi program PEN pada bantuan sosial yang belum dianggarkan pada pagu Perubahan APBN (Perpres 72 tahun 2020), yaitu untuk perpanjangan Program Bansos Paket Sembako Jabodetabek dan Bansos Tunai Non Jabodetabek yang semula berdurasi 3 bulan (April-Juni) diperpanjang menjadi

Page 66: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

66

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Realisasi Belanja Pemerintah Pusat s.d. Oktober 2020 (Triliun Rupiah)

Page 67: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

67

Edisi November 2020

hingga bulan Desember 2020, serta pelaksanaan program bansos beras bagi 10 juta keluarga penerima manfaat (KPM) PKH dan bansos tunai bagi 9 juta KPM Program Kartu Sembako non penerima PKH.

Selanjutnya, realisasi bansos sampai dengan 31 Oktober 2020 tersebut tumbuh sebesar 86,3 persen (yoy), hal ini dipengaruhi oleh kebijakan penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dalam rangka penanganan dampak pandemi Covid-19 dan PEN, seperti: (1) realisasi bantuan PKH tumbuh 12,4 persen (yoy) untuk menyalurkan bantuan bagi 10 juta KPM* dengan perubahan mekanisme penyaluran bantuan secara bulanan (semula triwulanan) dan peningkatan nilai manfaat pada komponen PKH; (2) realisasi bantuan program Kartu Sembako tumbuh 131,0 persen (yoy), untuk penyaluran bantuan bagi 19,4 juta KPM* dengan kenaikan nilai manfaat bantuan dari Rp110.000 pada 2019 menjadi Rp150.000 (Januari-Februari) dan Rp200.000 mulai Maret 2020; (3) Pelaksanaan bantuan sementara dalam rangka jaring pengaman sosial, berupa penyaluran bantuan sembako bagi 1,9 juta KPM Jabodetabek*, penyaluran bantuan sosial tunai bagi 9,2 juta non-Jabodetabek*, penyaluran bansos beras bagi 10 juta KPM PKH*, penyaluran bantuan sosial tunai (BST) bagi 9 juta* penerima Program Kartu Sembako non penerima PKH.

Selain itu, pertumbuhan realisasi bansos 2020 dibandingkan tahun sebelumnya juga dipengaruhi oleh pelaksanaan program bansos regular seperti realisasi bantuan iuran penerima bantuan iuran (PBI) Program JKN yang tumbuh 52,1 persen (yoy) untuk 96,4 juta PBI dengan tarif iuran Rp42.000/orang/bulan yang berlaku sejak awal tahun, serta realisasi KIP Kuliah yang tumbuh 41,4 persen dengan perluasan cakupan yakni bagi 763,72 ribu mahasiswa. Capain manfaat s.d Oktober dapat dilihat pada Gambar 1.

Sementara itu, realisasi Belanja Barang sampai dengan Oktober 2020 mencapai Rp264,0 triliun, mengalami pertumbuhan sebesar 11,7 persen (yoy) terhadap periode yang sama tahun 2019. Pertumbuhan tersebut antara lain disebabkan oleh penyaluran pada program-program yang mendukung penanganan dampak pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional, antara lain (1) pembayaran bantuan pelaku usaha mikro 9,32 juta penerima*, (2) pembayaran bantuan subsisi upah/gaji untuk 12,4 juta karyawan*, (3) pembayaran insentif untuk 357,4 ribu tenaga kesehatan di Pusat dan di Daerah sebanyak 221,9 ribu tenaga kesehatan*, (4) pembayaran santunan bagi 100 tenaga kesehatan*, (5) pembayaran 133,7 ribu pasien Covid-19 dirawat*, (6) bantuan upah untuk guru honorer sebanyak 2,4 juta orang*, (7) subsidi kuota internet untuk

Page 68: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

68

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Grafik 1. Realisasi Belanja K/L s.d.Oktober pada 15 K/L dengan Pagu Terbesar, TA 2019-2020 (Triliun Rupiah)

Grafik 2. Outstanding Kontrak Belanja K/L s.d. Oktober pada 10 K/L dengan Nilai Kontrak Terbesar, TA 2019-2020 (Triliun Rupiah)

Page 69: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

69

Edisi November 2020

44,3 juta penerima*, (8) pogram padat karya untuk 2,2 juta tenaga kerja*, (9) bangun/habilitasi 528 sekolah dasar/menengah, dan (10) rehabilitasi jaringan irigasi sudah mencapai rata-rata fisik sebesar 64,0 persen. Capain manfaat s.d Oktober dapat dilihat pada Gambar 1.

Selain itu, terdapat faktor lain yang mendukung percepatan realisasi belanja barang, yaitu realisasi pembayaran selisih harga biodiesel BLU Kelapa Sawit yang cukup signifikan. Apabila dilihat dari realisasi belanja barang menurut K/L dalam periode yang sama, dapat dilihat realisasi belanja barang yang relatif besar pada beberapa K/L, antara (1) Kementerian Kesehatan, (2) Kementerian Tenaga Kerja, (3) Kementerian Koperasi dan UKM, (4) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dan (5) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, antara lain untuk pemeliharaan jalan/infrastruktur SDA, jaringan irigasi, pembangunan rumah swadaya, pembayaran insentif tenaga kesehatan, pengadaan alat/sarana prasarana kesehatan, penggantian klaim Rumah Sakit Rujukan, bantuan pelaku usaha mikro, serta bantuan upah/gaji bagi peserta Jamsos TK.

Namun di sisi lain, dampak kebijakan refocusing/realokasi anggaran belanja K/L, pemberlakuan kebijakan

pembatasan sosial berskala besar (PSBB), serta penerapan mekanisme kerja melalui working from home/flexible working space sangat berpengaruh pada menurunnya realisasi belanja barang operasional/non-operasional, belanja jasa dan belanja perjalanan dinas sehingga lebih rendah dari tahun 2019 (yoy).

Selanjutnya, Belanja Modal sampai dengan Oktober 2020 mencapai Rp89,7 triliun, turun 11,0 persen (yoy). Penurunan kinerja belanja modal terutama terjadi pada Belanja Gedung dan Bangunan serta Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan yang disebabkan oleh adanya refocusing/realokasi anggaran/ penundaan kegiatan sejak terjadi pandemi Covid-19 dan restrukturisasi proyek terutama yang tidak terkait dengan penanganan Covid-19. Sementara itu, Belanja Modal Peralatan dan Mesin serta Belanja Modal Tanah tumbuh positif a.l dalam rangka pengadaan alat material kesehatan, alutsista/almatsus, kegiatan sarpras Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) yang berasal dari SBSN, Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana dan Fasilitas Pendukung Kereta Api, serta pengadaan tanah. Adapun capaian manfaat dari belanja modal sampai dengan bulan Oktober tahun 2020 antara lain: (1) pembangunan jalan sepanjang 171,91 km, (2) pembangunan 45 bendungan (rata-rata fisik 53,61 persen), (3) pembangunan jaringan irigasi 280,84 km (rata-rata fisik

*) per 11 Nov 2020

Page 70: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

70

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Gambar 1 Capaian Manfaat APBN 2020

Gambar 2 Capaian Manfaat APBN

Page 71: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

71

Edisi November 2020

81,84 persen), (4) pembangunan Rel Kereta Api sepanjang 122,2 km’sp, (5) pembangunan jembatan sepanjang 4.569,4 m, (6) pembangunan jaringan gas di 23 Kab/Kota 129.055 Sambungan Rumah (92,43 persen), dan (7) Pembangunan pelabuhan di 5 lokasi (Pelabuhan Sanur di Bali, Pelabuhan Labuan Bajo di NTT, Pelabuhan Lebiti di Sulteng, Pelabuhan Munse di Sultra, dan Pelabuhan Tanjung Ular di Babel). Capain manfaat s.d Oktober dapat dilihat pada Gambar 1.

Realisasi Belanja Pegawai K/L sampai dengan Oktober 2020 mencapai Rp201,1 triliun atau turun sebesar 1,7 persen (yoy). Penurunan ini utamanya disebabkan perubahan kebijakan pemberian THR dan Gaji ke-13 pada tahun 2020 sehingga terjadi penurunan pada realisasi Tunjangan Kinerja. Namun di sisi lain pada komponen Gaji dan Tunjangan, terdapat kenaikan realisasi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yang terutama didukung oleh kenaikan Tunjangan Tenaga Pendidik NonPNS.

Dari perspektif organisasi, realisasi belanja K/L sampai dengan Oktober 2020 secara umum didorong oleh K/L yang berfokus pada penanganan dampak pandemi COVID-19 terutama di bidang perlindungan sosial dan kesehatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Sosial dan Kementerian Kesehatan. Selain

K/L bidang perlindungan sosial, Kementerian Tenaga Kerja turut mendorong peningkatan Belanja K/L dengan menyalurkan bantuan gaji/upah bagi pekerja buruh sebagai bagian dari penanganan Covid-19. Sementara itu, realisasi K/L lainnya secara umum tumbuh negatif sebagai dampak perlambatan pelaksanaan kegiatan akibat pandemi Covid-19. Realisasi 15 K/L terbesar dapat dilihat pada Grafik 1. Di sisi lain, belanja bidang infrastruktur mengalami perlambatan yang tercermin dari lebih rendahnya nilai realisasi kontrak, terutama pada Kementerian PUPR dan Kementerian Perhubungan, sebagai akibat pergeseran fokus belanja menjadi penanganan Covid-19. Realisasi kontrak belanja K/L pada 10 K/L terbesar s.d akhir Oktober dapat dilihat pada Grafik 2.

Belanja Non-K/L

Realisasi Belanja Non-K/L hingga Oktober 2020 mencapai Rp618,2 triliun, tumbuh 26,8 persen (yoy) dibandingkan realisasinya pada periode yang sama tahun 2019, yang digunakan untuk pembayaran bunga utang, subsidi, dan belanja lain-lain. Realisasi Pembayaran Bunga Utang sampai dengan Oktober 2020 sebesar Rp251,6 triliun, naik 14,0 persen (yoy), sejalan dengan tambahan penerbitan utang yang dilakukan untuk menutup peningkatan defisit APBN 2020 dan peningkatan pengeluaran pembiayaan.

Page 72: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

72

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Sementara itu, realisasi Subsidi sampai dengan Oktober 2020 turun sebesar 14,4 persen (yoy), dengan realisasi mencapai Rp125,2 triliun. Realisasi subsidi tersebut digunakan untuk: (a) subsidi energi sebesar Rp81,3 triliun, mencakup subsidi BBM dan LPG serta subsidi listrik termasuk diskon listrik; dan (b) subsidi non energi sebesar Rp43,9 triliun, antara lain untuk subsidi pupuk, subsidi PSO, subsidi bunga kredit program, dan subsidi pajak. Realisasi Subsidi tahun 2020 sangat dipengaruhi oleh realisasi ICP, CP Aramco, dan nilai tukar, dan volume konsumsi/penyaluran barang bersubsidi. Selain itu, juga dipengaruhi oleh kebijakan subsidi tetap solar Rp1.000/liter (tahun 2019 Rp2.000/liter).

Sampai dengan September 2020, penyaluran volume BBM bersubsidi mencapai 10.613,2 ribu KL, LPG 3 kg mencapai 5.311,0 juta kg dan volume konsumsi listrik bersubsidi mencapai 45,47 Twh. Realisasi penyaluran volume BBM bersubsidi tersebut turun apabila dibandingkan tahun sebelumnya dikarenakan dampak dari kebijakan PSBB akibat adanya Pandemi Covid-19. Sedangkan untuk realisasi volume LPG tabung 3 kg tahun 2020 justru mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan aktivitas masyarakat di rumah akibat Pandemi Covid-19. Selanjutnya, sampai dengan Oktober 2020, penyaluran pupuk bersubsidi mencapai 7,2 juta ton, dan penyaluran KUR sebesar

Rp143,4 triliun, Subsidi Bunga KUR kepada 4,4 juta debitur, Bantuan Perumahan kepada 136,2 ribu unit rumah (termasuk FLPP). Capain manfaat s.d Oktober dapat dilihat pada Gambar 1.

Di samping itu, dalam rangka penanganan dampak pandemi Covid-19, Pemerintah juga memberikan program stimulus melalui belanja subsidi, yaitu pemberian diskon tarif listrik/pembebasan biaya yang diberikan kepada 31,4 juta pelanggan rumah tangga daya 450 VA dan 900 VA subsidi, serta pelanggan bisnis dan industri kecil (UMKM) daya 450 VA, subsidi bunga UMKM dan stimulus KUR, dan insentif perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Dari berbagai program stimulus melalui subsidi tersebut, realisasi sampai dengan Oktober 2020 untuk diskon tarif listrik Rp7,9 triliun, subsidi bunga UMKM Rp3,3 triliun, stimulus KUR sebesar Rp2,2 triliun, dan insentif perumahan sebesar Rp0,1 triliun. Capain manfaat s.d Oktober dapat dilihat pada Gambar 1.

Realisasi belanja lain-lain sampai dengan Oktober 2020 mencapai Rp113,7 triliun. Realisasi tersebut utamanya digunakan untuk pembayaran kompensasi Pemerintah atas selisih TTL dan HJE BBM sebesar Rp91,1 triliun. Selain itu, melalui belanja lain-lain, Pemerintah juga menyalurkan Bantuan Iuran JKN bagi PBPU/BP kelas III dan

Page 73: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

73

Edisi November 2020

Program Kartu Prakerja dalam rangka Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN). Realisasi bantuan iuran JKN bagi peserta segmen PBPU/BP kelas III sampai dengan Oktober 2020 adalah Rp1,92 triliun untuk

44,4 juta orang. Sementara itu, realisasi Kartu Prakerja sampai dengan Oktober 2020 mencapai Rp19,87 triliun dengan total peserta mencapai 5,6 juta orang. Capain manfaat s.d Oktober dapat dilihat pada Gambar 1 .

Page 74: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

74

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Postur APBN 2019Postur APBN 2019Belanja Negara

Pemerintah konsisten perkuat ketahanan ekonomi pedesaaan di tengah pandemi, realisasi Dana Desa terus tumbuh positif

Page 75: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

75

Edisi November 2020

Transfer Ke Daerah Transfer Ke Daerah Dan Dana DesaDan Dana Desa

H ingga akhir Oktober 2020, realisasi penyaluran Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) telah

mencapai Rp697,96 triliun atau 91,36 persen dari pagu alokasi. Kenaikan sebesar 3,11 persen (yoy) ini utamanya disebabkan oleh bauran kebijakan relaksasi percepatan penyaluran TKDD dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi di daerah.

DANA PERIMBANGAN

Dana Bagi Hasil (DBH) yang telah disalurkan sampai dengan 31 Oktober 2020 adalah Rp93,54 triliun atau 108,24 persen dari pagu alokasi. Jumlah tersebut terdiri atas penyaluran DBH TA 2020 sebesar Rp53,98 triliun dan penyaluran KB DBH sebesar Rp39,56 triliun, mengalami kenaikan sebesar 33,06 persen

(yoy). Kenaikan ini dikarenakan adanya penyaluran sebagian Kurang Bayar DBH TA 2019 berdasarkan KMK 22/KMK.7/2020 tentang Penyaluran Kurang Bayar DBH pada Tahun 2020 sebesar Rp23,55 triliun pada bulan Oktober.

Sampai dengan 31 Oktober 2020, penyaluran Dana Alokasi Umum (DAU) telah terealisasi sebesar Rp351,30 triliun atau 91,39 persen dari pagu alokasi, yang terdiri atas DAU Formula sebesar 347,87 triliun dan DAU Tambahan sebesar Rp3,42 triliun. Angka tersebut menunjukkan penurunan sebesar 8,17 persen (yoy) yang disebabkan oleh perubahan alokasi DAU Formula TA 2020 dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2020 atau turun sebesar 8,94 persen dari alokasi DAU Formula TA 2019 karena menyesuaikan dengan penurunan Pendapatan Dalam Negeri Neto dalam APBN TA 2020.

Page 76: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

76

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

REALISASI TKDD TAHUN ANGGARAN 2019 DAN 2020 Tanggal: 1 – 31 Oktober 2020 (dalam miliar rupiah)

Page 77: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

77

Edisi November 2020

Capaian realisasi DAU Formula di atas turut dipengaruhi oleh : (i) penundaan penyaluran DAU bulan Mei sampai dengan November terhadap 1 daerah yang masih mendapat sanksi sampai dengan akhir bulan Oktober karena tidak menyampaikan Laporan Penyesuaian APBD dengan benar dan lengkap sesuai PMK Nomor 35/PMK.07/2020 tentang Pengelolaan Transfer Ke Daerah dan Dana Desa Tahun Anggaran 2020 Dalam Rangka Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan (ii) relaksasi penyaluran DAU bulan November terhadap daerah yang belum memenuhi ketentuan persyaratan penyaluran sesuai dengan amanat PMK Nomor 101/PMK.07/2020 tentang Penyaluran dan Penggunaan TKDD TA 2020 untuk Mendukung Penanganan Pandemi Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional. Sementara itu, realisasi DAU Tambahan terdiri atas DAU Tambahan Bantuan Pendanaan Kelurahan sebesar Rp2.773,04 miliar yang telah disalurkan tahap I kepada 399 daerah dan tahap II kepada 370 daerah serta DAU Tambahan Bantuan Penyetaraan Siltap Kepala Desa dan Perangkat Desa sebesar Rp652,13 miliar yang telah disalurkan tahap I kepada 65 daerah dan tahap II kepada 9 daerah penerima alokasi.

Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik per 31 Oktober 2020 telah

disalurkan sebesar Rp50,18 triliun atau 93,29 persen dari pagu alokasi, mengalami kenaikan sebesar 10,71 persen (yoy). DAK Fisik telah disalurkan seluruhnya sesuai dengan besaran kontrak yang telah disampaikan pemerintah daerah paling lambat tanggal 30 September 2020. Kenaikan penyaluran tersebut, sesuai dengan percepatan penyaluran DAK Fisik yang diatur dalam PMK No. 101/PMK.07/2020 tentang Penyaluran dan Penggunaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa Tahun Anggaran 2020 untuk Mendukung Penanganan Pandemi COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional. Kinerja penyaluran tahun anggaran 2020 lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya, karena pada tahun anggaran 2019 DAK Fisik tersalur seluruhnya pada bulan Desember sesuai kontrak yang disampaikan, sedangkan tahun 2020 seluruh DAK Fisik telah dapat disalurkan pada Oktober minggu ke-dua. Selanjutnya, untuk memotret kinerja pelaksanaan DAK Fisik TA 2020, pemerintah daerah diwajibkan menyampaikan laporan realisasi penyerapan dan capaian output paling lambat 15 Desember 2020.

Realisasi penyaluran DAK Nonfisik hingga akhir Oktober 2020 telah mencapai Rp109,69 triliun atau 85,18 persen dari pagu alokasi, mengalami kenaikan sebesar 5,18 persen (yoy). Kenaikan tersebut utamanya dikarenakan penerapan PMK Nomor 101/PMK.07/2020

Page 78: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

78

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

yang mengamanatkan bahwa pelaporan DAK Nonfisik Tahap I tidak mensyaratkan batas minimal penyerapan. Adapun penurunan realisasi pada jenis Dana TKG PNSD disebabkan adanya penurunan jumlah guru yang menjadi sasaran penerima Dana TKG PNSD.

Selanjutnya berkenaan dengan realisasi BOK Tambahan untuk pembayaran insentif tenaga kesehatan (Nakes) daerah, sampai dengan 31 Oktober 2020 telah terealisasi sebesar Rp1,8 triliun (48,6 persen) dari pagu sebesar Rp3,7 triliun. Sebagaimana diketahui bahwa kebijakan pembayaran insentif Nakes daerah telah diperpanjang sampai dengan Desember 2020, sehingga dalam rangka memenuhi kebutuhan pendanaan tersebut selain melalui BOK Tambahan akan dipergunakan juga Dana Cadangan BUN.

DANA INSENTIF DAERAH (DID)

Per 31 Oktober 2020, penyaluran DID telah terealisasi sebesar Rp17,04 triliun atau 92,13 persen dari pagu alokasi, mengalami pertumbuhan sebesar 76,31 persen (yoy). Perbaikan realisai tersebut disebabkan Alokasi DID Kelompok Kategori Bidang Kesehatan disalurkan sekaligus 100 persen pada tahap I sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 19/PMK.07/2020 tentang Penyaluran dan Penggunaan Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Insentif Daerah TA 2020

dalam rangka Penanggulangan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Selain itu, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.07/2020 tentang Penyaluran dan Penggunaan TKDD TA 2020 untuk Mendukung Penanganan Pandemi Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional mengatur bahwa penyaluran DID tahap II tidak mempersyaratkan batas minimal realisasi penyerapan tahap I.

Untuk membantu meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam menangani pandemi Covid-19 serta dalam rangka pemulihan ekonomi di daerah, Pemerintah Pusat mengalokasikan DID Tambahan sebesar Rp5 triliun yang selanjutnya dialokasikan kepada Pemerintah Daerah dalam 3 periode. DID Tambahan Periode I telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87/PMK.07/2020 tentang Pengelolaan DID Tambahan Periode I TA 2020 dan telah dilakukan penyaluran kepada 171 Pemerintah Daerah penerima.

Selanjutnya, untuk DID Tambahan Periode II dialokasikan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 114/PMK.07/2020 tentang Pengelolaan DID Tambahan Periode II TA 2020 dan telah selesai disalurkan seluruhnya kepada 149 Pemerintah Daerah penerima.

DID Tambahan Periode III dialokasikan berdasarkan

Page 79: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

79

Edisi November 2020

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.07/2020 tentang Pengelolaan DID Tambahan Periode III TA 2020. Ketentuan Penyaluran DID Tambahan Periode III dilakukan sekaligus paling lambat bulan Desember 2020 berdasarkan komitmen yang disampaikan Pemerintah Daerah untuk menggunakan DID Tambahan Periode III untuk mendorong pemulihan ekonomi di daerah serta penanganan Covid-19 bidang kesehatan dan bantuan sosial. Sampai dengan akhir bulan Oktober, alokasi DID Tambahan Periode III telah dilakukan penyaluran kepada 66 Pemerintah Daerah dari total 109 Pemerintah Daerah penerima.

DANA OTONOMI KHUSUS DAN DANA KEISTIMEWAAN D.I. YOGYAKARTA

Secara umum, realisasi penyaluran Dana Otsus per 31 Oktober 2020 mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan realisasi penyaluran Dana Otsus disebabkan adanya relaksasi berupa percepatan penyaluran Dana Otsus Tahap II yang tanpa syarat dan dilakukan pada bulan Agustus 2020.

Hingga akhir Oktober 2020, Dana Otsus Provinsi Papua dan Papua Barat telah disalurkan sebesar Rp5,67 triliun atau 75,00 persen dari pagu alokasi, mengalami kenaikan sebesar 55,86 persen (yoy). Sementara Dana Tambahan

Infrastruktur (DTI) telah disalurkan sebesar Rp3,33 triliun atau 75,00 persen dari pagu alokasi. Angka tersebut mengalami peningkatan sebesar 72,98 persen (yoy).

Realiasai penyaluran Dana Otsus Provinsi Aceh adalah sebesar Rp5,67 triliun atau 75,00 persen dari pagu alokasi. Angka tersebut menunjukkan penurunan sebesar 9,60 persen (yoy).

Sementara itu, Dana Keistimewaan Provinsi DI Yogyakarta (DIY) telah disalurkan sebesar Rp1,06 triliun atau 80,00 persen dari pagu alokasi, mengalami kenaikan sebesar 10,00 persen (yoy). Capaian ini sejalan dengan meningkatnya alokasi Dana Keistimewaan DIY tahun 2020 sebesar Rp120,00 miliar (setara 10,00 persen) dari tahun sebelumnya.

DANA DESA

Realisasi penyaluran Dana Desa sampai dengan 31 Oktober 2020 telah mencapai Rp60,48 triliun atau 84,96 persen dari pagu alokasi. Capaian ini menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan penyaluran Dana Desa yang telah masuk ke Rekening Kas Desa (RKD) di periode yang sama tahun 2019 yaitu sebesar 65,97 persen dari pagu alokasi.

Hal ini merupakan hasil dari upaya perubahan kebijakan dalam penyaluran Dana Desa dengan adanya penyederhanaan proses penyaluran Dana Desa

Page 80: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

80

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) dan transfer dari RKUD ke (Rekening Kas Desa) RKD pada waktu yang bersamaan sehingga Dana Desa dapat lebih cepat sampai ke desa. Selain itu, diterbitkannya PMK Nomor 50/

PMK.07/2020 tentang Perubahan Kedua atas PMK No. 205/PMK.07/2019 tentang Pengelolaan Dana Desa pada tanggal 19 Mei 2020 memberikan relaksasi dalam persyaratan penyaluran Dana Desa sehingga berdampak pula pada meningkatnya capaian realisasi penyaluran Dana Desa.

Page 81: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

81

Edisi November 2020

Page 82: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

82

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Postur APBN 2019Pembiayaan Negara

Pembiayaan utang sebagai alat pengungkit untuk memenuhi kebutuhan penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional

Page 83: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

83

Edisi November 2020

Pembiayaan Pembiayaan UtangUtang

R ealisasi Pembiayaan Utang hingga akhir Oktober 2020 mencapai Rp958,63 triliun, terdiri dari

realisasi Surat Berharga Negara (Neto) sebesar Rp943,47 triliun dan realisasi Pinjaman (Neto) sebesar Rp15,16 triliun. Realisasi pinjaman terdiri dari realisasi pinjaman dalam negeri (Neto) sebesar Rp2,06 triliun dan realisasi pinjaman luar negeri (Neto) sebesar Rp13,09 triliun. Realisasi pinjaman luar negeri (Neto) terdiri dari penarikan pinjaman luar negeri sebesar Rp84,36 triliun dan pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri sebesar Rp71,27 triliun. Peningkatan realisasi pembiayan utang utamanya disebabkan oleh peningkatan kebutuhan belanja prioritas untuk penanganan masalah kesehatan, jaring pengaman sosial dan pemulihan

ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19.

Selama bulan Oktober 2020, Pemerintah telah menandatangani satu perjanjian pinjaman multilateral senilai USD160 juta dari World Bank, yaitu “Indonesia Disaster Resilience Improvement Project (IDRIP)”. Perjanjian tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan pemerintah pusat dan daerah prioritas untuk menghadapi bencana di masa depan. Selain itu, Pemerintah juga telah menandatangani perjanjian pinjaman bilateral dalam kerangka program “Covid-19 Active Response and Expenditure Support" (CARES) dengan Pemerintah Jerman (KfW) senilai EUR250 juta atau USD295,65 juta setelah sebelumnya menerima pinjaman dalam kerangka yang sama dari ADB pada bulan April 2020, AIIB pada Juni 2020,

Page 84: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

84

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Page 85: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

85

Edisi November 2020

dan dari JICA pada Agustus 2020. Pinjaman ini bertujuan untuk mendukung kebijakan countercyclical Pemerintah dalam menghadapi pandemi COVID-19 termasuk memitigasi dampak buruknya pada bidang kesehatan, pekerjaan dan ekonomi.

Pembiayaan APBN merupakan satu kesatuan utuh dalam hal ini dari sisi penerimaan, dari sisi belanja, dan dari sisi pembiayaan. Saat penerimaan menurun tajam terutama akibat kejadian extraordinary dan unprecedented seperti Covid-19 yang melanda seluruh dunia, sehingga menyebabka defisit anggaran semakin melebar, maka pembiayaan menjadi tulang punggung dalam pengelolaan Negara. Yang harus digarisbawahi, mpembiayaan utang dan defisit APBN meningkat, Pemerintah akan berupaya mengambil langkah-langkah penuh kehati-hatian untuk memenuhi pembiayaan anggaran demi menangani pandemi Covid-19 dan memulihkan ekonomi nasional.

Posisi Utang Pemerintah Pusat

Posisi utang Pemerintah per akhir Oktober 2020 berada di angka Rp5.877,71 triliun dengan rasio utang pemerintah terhadap PDB sebesar 37,84 persen. Secara nominal, posisi utang Pemerintah Pusat mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, hal ini disebabkan oleh pelemahan ekonomi akibat

Covid-19 serta peningkatan kebutuhan pembiayaan untuk menangani masalah kesehatan dan pemulihan ekonomi nasional.

Pengelolaan utang Pemerintah dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan berdasarkan pada kebijakan umum pembiayaan utang, salah satunya dengan mengoptimalkan potensi pendanaan utang dari sumber dalam negeri dan sumber luar negeri sebagai pelengkap. Selain itu, Pemerintah juga berkomitmen untuk mengoptimalkan peran serta masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan pembiayaan dan melakukan pendalaman pasar SBN domestik yang terlihat dari penerbitan SBN Ritel secara berkala yang ternyata mendapatkan sambutan sangat baik dari masyarakat. Yang terbaru, hasil penerbitan Obligasi Negara Indonesia seri ORI018 pada Oktober lalu berhasil memperoleh sebesar Rp12,97 triliun dan menjaring 26.160 total investor. Capaian ini menunjukkan animo masyarakat yang masih cukup tinggi meskipun ORI018 ditawarkan dengan kupon terendah sepanjang sejarah penerbitan SBN ritel dengan masa penawaran. Tak hanya itu,

Pemerintah juga telah menerbitkan Cash Waqf Linked Sukuk/Sukuk Wakaf secara Ritel dengan seri SWR001. Pemerintah memfasilitasi para pewakaf uang baik yang bersifat temporer maupun permanen agar dapat

Page 86: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

86

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Page 87: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

87

Edisi November 2020

menempatkan wakaf uangnya pada instrumen investasi yang aman dan produktif. CWLS Ritel seri SWR001 memiliki tenor 2 tahun dan menawarkan tingkat imbalan/kupon tetap sebesar 5,5 persen per tahun. Imbalan SWR001 akan disalurkan untuk program/kegiatan sosial yang memiliki dampak sosial dan ekonomi untuk masyarakat. Penyaluran imbalan ini nantinya akan dilakukan oleh Nazhir (pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya) kredibel yang digandeng oleh Mitra Distribusi dan telah mendapatkan sertifikasi/perizinan dari Badan Wakaf Indonesia.

Selanjutnya, pada bulan November ini Pemerintah kembali menawarkan Sukuk Tabungan seri ST007. ST007 merupakan green instrument, artinya dengan berinvestasi pada ST007, masyarakat memiliki kesempatan berpartisipasi dalam mendukung pembangunan nasional sekaligus membantu mengatasi dampak

dari perubahan iklim karena hasil penerbitannnya akan digunakan untuk membiayai proyek-proyek hijau dalam APBN senilai maksimum Rp3,5 triliun. Sektor yang dibiayai diantaranya adalah terkait sustainable transportation dan sektor yang resilience terhadap perubahan iklim. Yang patut dicatat, ST007 merupakan obligasi ritel terakhir yang diterbitkan oleh pemerintah pada tahun ini.

Page 88: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

88

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 89: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

89

Edisi November 2020

Page 90: Edisi November 2020 APBN KITA...3 E v 2020 “APBN 2021 temanya memang agak kontradiktif. Masih ekspansif, tapi kita mulai konsolidatif. Policy yang sifatnya strategis tetap kita jaga.

90

APBN KiTA : Kinerja dan Fakta

R ealisasi Pembiayaan Utang hingga akhir Agustus 2020 mencapai Rp693,61 triliun, terdiri dari

realisasi Surat Berharga Negara (Neto) sebesar Rp671,65 triliun dan realisasi Pinjaman sebesar Rp21,96 triliun. Realisasi pinjaman terdiri dari penarikan pinjaman dalam negeri sebesar 1,07 triliun, penarikan pinjaman luar negeri sebesar Rp72,03 triliun dan pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri sebesar Rp51,13 triliun. Peningkatan realisasi pembiayan utang

utamanya disebabkan oleh peningkatan kebutuhan belanja prioritas untuk penanganan masalah kesehatan, jaring pengaman sosial dan pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19.

Selama bulan Agustus 2020, Pemerintah telah melakukan penandatanganan dua perjanjian pinjaman multilateral, satu perjanjian pinjaman bilateral, dan satu pinjaman tunai bilateral, yang terdiri dari:

Pinjaman multilateral World