EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

27
1 EDISI #9 Desember 2014

description

 

Transcript of EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

Page 1: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

1EDISI #9 Desember 2014

Page 2: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

2EDISI #9 Desember 2014

Page 3: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

3EDISI #9 Desember 2014

Page 4: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

4EDISI #9 Desember 2014

DUKUNG MAJALAH LENTERA NEWSDENGAN DOA DAN DANA

Kunjungi kami di sini:

Fan P

age

Bank Rakyat Indonesia Rek.No. 0336-01-068622-50-6 a.n. Hubertus Agustus Lidy | Bank Nasional IndonesiaRek.No. 0307532799 a.n. Hubertus Agustus Lidy

/LENTERA-NEWS MAJALAHLENTERA.COM

daft

ar is

i

RP Hubertus Lidi, OSC [Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi], Ananta Bangun [Redaktur Tulis], Jansudin Saragih [Redaktur Foto], Vinsensius Sitepu [Redaktur Tata Artistik], Sr. Ursula Gultom, KSSY [Keuangan] didukung MahapalaMultime-dia [Konsultan Penerbitan], Richard Ginting [Konsultan Fotografi]

Penerbit: Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Medan (KOMSOS-KAM) Jalan S.Parman No. 107 Telp. +62614572457 | www.majalahlentera.com | [email protected] | Facebook Fan Page: facebook.com/lentera-news

Tajuk Redaksi56

8

9

12

13

14

16

1920

22

24

26

25

Opini

Embun Katakese

Sastra

[infografika]

Ilham Sehat

Citizen Journalist

Lapo Aksara

[infografika]

Telisik

Lentera Khusus

Sosial Budaya

Paras

Menyerap IlhamMenahan Tantangan

Bersama MenjagaLingkungan

Mengapa Kita BerpuasaSebelum Menyambut Ko-muni Kudus?

Kata Mamak (bag.2)

Jaga Kesehatandi Kala Liburan

Tips KesehatanSelama Libur Natal

Tahun Baru 2015,Yuk Bersihkan Hati

Betapa Kering OrganisasiOMK di Ruang Kampus

Literasi Keuangan

Shining in Faith

Bisnis di Seputar Natal

Bisnis yang Mematikan Masa Depan

Mereka Juga Ingin Hadirdalam Kebahagiaan KitaMengapa tidak menautkanperhatian pada insan lain yang ten-gah terkungkung-raga dan jiwanya-agar turut larut dalam kebahagiaan merayakan hari besar seperti Natal. Siapakah mereka?

Manajemen Parokiyang Lebih Baik

Elias Ginting, Duta Besar Indone-sia untuk Finlandia & Estonia

Page 5: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

5EDISI #9 Desember 2014

Dalam buku mahakarya Dale Carnegie: How to Win Friends and Influence People, ia me ngutip sejarah ditemukannya ban a ngin. Benda yang menopang dan bergu-

lir untuk memudahkan kita bepergian via angkutan darat.

Pada awalnya, tim penemu tersebut meniru cara kerja roda kayu, lazim digunakan untuk pedati yang ditarik oleh kuda. Namun, konsep tersebut kerap gagal. Ban yang dibuat dengan bahan besi tersebut kerap menimbulkan goncangan besar dan rentan lekas rusak.

Terbersitlah dalam benak para penemu ini, bahwa kegagalan tersebut karena pemikiran mere-ka yang hendak melawan permukaan alam. Bukan-kah semestinya berdamai dengan kondisi alam itu sendiri? Tanya ini kemudian menjadi ilham untuk menciptakan material yang dapat me nyerap permu-kaan alam yang keras. Namun tetap kokoh meno-pang pengemudi dan muatan di atasnya.

Serangkaian percobaan dilakukan hingga mereka menemukan getah karet yang dapat diolah menjadi ban angin, sebagaimana umum kita gunakan seka-rang. Temuan ini pun segera saja dapat dite rapkan untuk kendaraan mobil dan sepeda. Tidak hanya karena karet tersebut dapat menyerap kerasnya permukaan alam, namun juga kuat menahan beban pengemudi dan muatannya.

Sebagaimana juga konsep elastisitas karet ban yang berguna bagi penemuan transportasi masa kini. Lentera News edisi Desember ini menyajikan Lentera Khusus yang menyerap ilham para Sus-ter dari Kongregasi Susteran Santo Yosef (KSSY) yang melayani para korban dampak narkoba dalam

Pusat Perawatan dan Pemulihan Adiksi Narkoba “Rumah Kita”. Belajar dari kiat Panti Rehabilitasi Narkoba Terpadu Kedhaton Parahita, “Rumah Kita” me nerapkan Therapeutic Community (terapi komu-nitas) yang mengedepankan kebersamaan untuk memulihkan para korban tersebut dari adiksi obat-obatan terlarang tersebut.

Di kolom Opini, ibu Benedicta kembali merang-kul kita untuk menyelamatkan lingkungan. Sebuah gagasan yang dapat menjadi sumber renungan kita bersama. Mampukah kita hidup bila bumi yang menghidupi kita semakin rentan dengan perusakan dari gaya hidup masa kini?

Sebuah pertanyaan yang mirip juga dilontarkan kontributor baru Lentera News, Vinny Avilla Barus. Mahasiswi dari Universitas Diponegoro ini mengaku gemas dan prihatin atas keringnya pemahaman dan refleksi rekan sejawat Katolik di kampus dalam wahana organisasi mahasiswa Katolik. Sila baca tulisan perda nanya di kolom Citizen Journalist.

Edisi bulan ini juga menjadi kesimpulan dalam ri-set Pastor Herman T. Nainggolan, OFMCap di kolom Sosial Budaya. Ikhtisar dari penelitian mengenai persentase kehadiran umat di Paroki St. Antonius dari Padua - Hayam Wuruk, Medan tersebut kiranya menjadi ilham baru bagi para pembaca. Pemaha-man yang membawa kita untuk mampu menyerap inspirasi baru dan mampu menahan tantangan dalam kehidupan masa kini. Ah, iya! Sebagaimana karakter ban karet tersebut.

Shalom

Redaksi

tajuk redaksi

Menyerap IlhamMenahan Tantangan

Page 6: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

[in

fog

rafi

ka]

Page 7: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

[in

fog

rafi

ka]

Page 8: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

8EDISI #9 Desember 2014

telisik

Perdagangan narkoba pada prinsipnya dilarang. Realitas manusia yang memperdagang­kan barang haram ini terus bergentayangan bak hantu di malam hari. Anda bisa menyak­sikan hal ini melalui suguhan harian media cetak dan elek­tronik. Koran, majalah dan televisi senantiasa memberita­kan penangkapan dan pengge­brekan para pengedar, kurir, pengguna, dan kadang­kadang the big bos nya. Hukuman yang diberikan kepada mereka tak main­main, penjara sekian ta­hun bahkan sampai hukuman mati.

Pertanyaan yang selalu menggelitik sanubari kita: Kapan perdagangan alias aktifitas transaksi barang haram

ini berakhir? Hukuman seakan-akan tak mempan menghentikan aktifitas haram ini. Satu sisi aktifitas perdagangan narkoba ini menjanjikan dalam arti mendatangkan banyak uang. Sistim dan manajemennya teratur, rapih dan terarah, sehingga akti-fitasnya tahan jaman dan jaringannya kian detik kian meluas dan melebar serta susah dilacak keberadaannya. Bertumbuhnya akti-fitas perdagangan ini menyiratkan bahwa tentu ada pemakai, atau pengguna yang selalu membeli barang haram itu. Dalam konteks ini ada kohenrensi antara penjual dan pembeli.

Ada pemandangan lain, selalu saja ada ajakan, himbauan agar orang-orang tidak terpengaruh dan mau membeli barang haram itu, apalagi mencobainya. Pamflet, iklan, tulisan, serta tips menjauhi narkoba bertaburan sana-sini di tempat-tempat

publik. Tuturannya singkat, padat, dan jelas: “Jangan jerumuskan diri dan masa depanmu ke dalam dunia hitam itu”. Pen-garahan dari pihak berwajib, tokoh-tokoh agama dan masyarakat (toga tomas) dalam bentuk nasehat, diskusi seminar-seminar muaranya ialah membangun kesadaran agar orang tak menggunakan barang ilegal itu. Slide show yang menayangkan gambar-gambar seram mengenai dampak buruk candu narkoba. Termasuk juga flim-film cerita yang mengambarkan betapa kacau dan hancurnya kehidupan keluarga penggu-na narkoba menantang secara visual agar orang takut mengkonsumsi barang haram itu. Singkatnya, himbauan–himbauan itu pada prinsipnya ingin menyelamatkan masa depan serta mencetak generasi ke depan yang berkualitas.

Dunia bisnis, selalu diawali dengan penawaran-penawaran dan dialog guna mendapatkan kata sepakat. Transaski terjadi saat kedua pihak sepakat. Miris mengulas transaksi barang haram itu. Penjual mendapatkan uang, tentu dengan jumlah yang lumayan besar dan selanjutnya ia membangun masa depannya. Penjual yang tak mempunyai nurani itu tidak akan menghiraukan masa depan dari pembeli, yang pasti hancur dan berantakan dampak dari barang haram itu. Penjual seakan-akan membangun kebahagiaannya di atas kera-puhan dan kerusakan orang lain. Pembeli, terutama pengguna pada saat transaksi akan senang bahagia mendapatkannya tanpa menyayangkan masa depannya yang sudah pasti akan buram dan kelabu. Keba-hagiaan pembeli sifatnya sementara saja. Relasi kemanusiaan yang terjadi antara penjual dan pembeli, pada saat transaksi menunjukkan relasi yang merusak dan menghancurkan alias membentangkan tirai hitam kelam terhadap sebuah masa depan.

Cinta, perhatian dan kasih sayang ada-lah modal dasar dari Tuhan agar manusia ciptaan-Nya kuat, tegar dan berpendirian. Cinta, perhatian dan kasih sayang pertama-tama terbentuk dalam rumah dan keluarga batih masing-masing. Dalam keluarga batih perlu terjadi batinisasi, atau interaksi kasih mesra antar anggota keluarga. Proses ini merupakan fondasi kokoh bagi setiap pribadi agar bertumbuh dan berkembang selanjutnya. Proses saling percaya, meng-ingatkan, dan menata bersama sangat riil terjadi dalam keluarga. Keluarga merupa-kan sekolah cintakasih dasar yang terjadi dalam rumah kita masing masing. Kelu-arga Adam dan Hawa hancur berantakan karena berorientasi keluar. Mereka lebih mendengar dan belajar dari luar tanpa ada klarifikasi dan seleksi. Dampaknya mereka melanggar norma yang disepakati dalam keluarganya. Norma ibarat buah terlarang yang dilarang oleh Allah agar keluarga Adam jangan mengkonsumsinya. Tapi salah satu dari anggota rumah itu melanggarnya. “Maka kata ular kepada wanita, bukan kamu tidak akan mati, tetapi Allah tahu, bahwa pada hari kamu makan buahnya, matamu akan terbuka dan kamu akan men-jadi sejajar dengan Allah,” (Kej 3.4)

Cinta, perhatian, dan kasih sayang merupakan nutrisi jiwa yang sangat ber-manfaat bagi pengembangan kepribadian dan karakter seseorang dalam menapaki irama kehidupan yang penuh dengan dina-mika ini. Ia akan mencari, menghidupi dan berkomitmen akan hal-hal yang baik dan berguna bagi kehidupannya. Kepribadiann-ya menjadi kuat, tidak ikut arus dan terjeru-mus dalam bisnis haram yang mencelaka-kan masa depan anak-anak manusia itu. Tentu anda tak ingin tertawa di atas pen-deritaan orang lain.

BISNIS YANG MEMATIKAN MASA DEPAN

RP HUBERTUS LIDI, OSC [email protected]

Page 9: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

9EDISI #9 Desember 2014

lentera khusus

Mendengar lema ‘Desember’ pada umumnya melabuhkan fikiran pada hari raya Natal. Hari

besar yang terilhami perayaan lahirnya Sang Juru Selamat manusia, Yesus Kris-tus, di Betlehem. Redaksi Lentera News turut merasapi kebahagiaan menyambut hari kudus ini. Namun kami tergelitik mengulas ihwal berbeda. Ini agar tidak terkungkung pada siklus rutinitas secara kalender. Mengapa tidak menautkan perhatian pada insan lain yang tengah terkungkung -- raga dan jiwanya --- agar turut larut dalam kebahagiaan meraya-kan hari besar seperti Natal. Siapakah mereka? Mungkin insan korban candu narkoba.

Gagasan tersebut lah yang menun-

tun Lentera News menuju Pusat Pera-watan dan Pemulihan Adiksi Narkoba “Rumah Kita”. Hujan rintik pada Rabu (3/12/2014) melahirkan hawa sejuk di areal pusat rehabilitasi yang dikepalai Sr. Beatrix Lingga, KSSY. Ia pun sigap meny-ambut tim Lentera News dengan meng-hidangkan teh manis hangat. “Kami baru saja selesai sarapan pagi bersama,” tutur Sr. Beatrix mengawali dialog.

“Selamat pagi, bang. Dari koran Katolik ya!? Ayo foto kawan saya ini,” sahutan se-orang pria di lantai II, menyela percakapan kami. “Lalu kasih judul: ‘Anak Yang Hilang’ ya. Hehehe.”

“Rudi (bukan nama sebenarnya), sudah sarapan kok masih olahraga di atas?” ta-nya Suster. Pria yang disapa ‘Rudi’ hanya

tersenyum sambil tetap jogging ringan di teras lantai II.

Pada 28 Oktober 2014 lalu, Uskup Agung Medan Mgr. Anicetus Bongsu Sinaga, OFMCap meresmikan “Rumah Kita” disaksikan sejumlah pejabat peme-rintahan. Termasuk diantaranya perwaki-lan Badan Narkotikan Nasional (BNN) Su-matera Utara. Dalam kata pengantarnya, Mgr. Anicetus memuji karya KSSY terse-but. “Hari ini, kita bersyukur karena suster KSSY mampu menanggapi keprihatinan di tengah zaman dengan membuka karya baru ‘Pusat Perawatan dan Pemulihan Adiksi Narkoba’ yang bukan merupakan karya warisan dari para pendirinya,” ucap Uskup. “Semoga karya ini menjadi suatu tempat damai, dan membuka mata lebih

MEREKA JUGA INGIN ‘HADIR’ DALAM ‘KEBAHAGIAAN’ KITA

foto atas: Mgr Anicetus B Sinaga OFM Cap menandatangani Prasasti Peresmian Pusat Perawatan Dan Pemulihan Adiksi Narkoba Rumah Kita

Page 10: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

10EDISI #9 Desember 2014

lentera khusus

jernih, demi perkembangan Kerajaan Allah melalui karya-karya pelayanan mereka.”

Uskup mengimbuhkan bahwa pihaknya menjadi pribadi yang paling bahagia karena memendam keinginan mempun-yai pusat rehabilitasi kecanduan narkoba selama 10 tahun belakangan. Dengan peresmian pusat rehabilitasi tersebut, lanjutnya, di Indonesia baru Keuskupan Agung Medan punya pusat rehabilitasi yang langsung ditangani Uskup Agung.

Sr. Ignasia Simbolon, sebagai peng-gagas “Rumah Kita”, mengakui pihaknya pernah menyediakan pelayanan senada di Jl Sei Asahan. “Namun saat itu (di Jl Sei Asahan) masih dalam lingkup kecil. Dengan adanya lokasi baru, lanjutnya, pihaknya ingin memulihkan jiwa dan raga yang terkontaminasi,” katanya.

Walaupun mengusung lembaga Kato-lik, Sr. Ignasia menjelaskan bahwa “Ru-mah Kita” tidak diintervensi untuk kepent-ingan satu agama tertentu. “Meski pusat pemulihan ini di bawah naungan Katolik namun semua lintas denominasi agama dan adat dimungkinkan karena yang kami lakukan adalah pelayanan kasih, bukan pengembangan agama,” tegas suster yang pernah melayani warga yang punya kebutuhan khusus, panti asuhan khusus

orang miskin, asrama putri, Panti Jompo Karya Kasih dan kesehatan publik itu.

KEBERSAMAAN, KUNCIMENYEMBUHKAN NARKOBA

Sr. Beatrix menjelaskan, “Rumah Kita” menerapkan therapeutic community atawa terapi komunitas untuk memulih-kan dampak candu narkoba. “Dengan TC, tidak hanya ‘Rumah Kita’ namun seluruh pihak dilibatkan untuk menyembuhkan residen (istilah ‘Rumah Kita’ bagi korban candu narkoba yang dirawat) serta keluar-ganya,” ujarnya.

Ia menambahkan, upaya menyembuh-kan pecandu narkoba kerap disulitkan si-kap keluarga yang malu mengakui bahwa salah seorang anggota rumah tangga telah terjerumus dalam penggunaan narkotik hingga taraf candu.

“Guna memuluskan komunikasi selu-ruh pihak, ‘Rumah Kita’ membuat hirarki dalam membantu proses penyembuhan. Dimana para Suster KSSY di rehabilitasi ini, beserta tim dokter & psikiater dan relawan,” kata Suster seraya menam-bahkan kehadiran psikiater dibutuhkan untuk menangani resident yang ditengarai mengidap dual diagnosa. “Maksudnya, bagi residen yang tidak hanya terkena dampak narkoba secara fisik, namun juga

Walaupun mengusung lembaga Katolik, Sr. Ignasia menjelaskan bahwa “Rumah Kita” tidak diintervensi un-tuk kepentingan satu

agama tertentu.

Page 11: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

11EDISI #9 Desember 2014

lentera khusus

mengalami gangguan jiwa atau psikis.”Pelayanan yang dilakukan oleh Susteran

KSSY, melalui “Rumah Kita”, merupan buah dari komitmen gereja Katolik yang tersentuh untuk merangkul para ‘anak-anak yang hilang’ karena pengaruh candu narkoba. Komitmen penanganan isu narko-ba sendiri telah ditunjukkan KWI (Konfe-rensi Wali Gereja Indonesia) melalui Surat Gembala dengan tema: “Jadilah Pembela Kehidupan! Lawanlah Penyalahgunaan Narkoba!”. Surat Gembala ini ditandata-ngani Ketua Presidium KWI Mgr Ignatius Suharyo dan Sekretaris Jenderal KWI Mgr Johannes Pujasumarta diterbitkan usai studi para uskup seluruh Indonesia. Studi tersebut dilatarbelakangi keprihatinan yang mendalam para uskup atas semakin luas penyalahgunaan narkoba di negeri ini. Penyalahgunaan narkoba merupakan ke-jahatan dan masalah sosial yang merusak sendi-sendi kehidupan baik bagi pengguna, keluarga maupun masyarakat.

Salah satu poin dalam Surat Gembala

ini KWI (no.9) menekankan pentingnya Rehabilitasi. Gereja Katolik memandang bahwa terhadap korban penyalahgunaan narkoba harus dirawat hinggah pulih. Alih-alih hukuman penjara yang tidak menjadi pemecah masalah, upaya memulihkan korban sebaiknya diberikan di rumah rehabilitasi yang dikelola secara benar dan bertanggung jawab. Dalam Surat Gembala inilah ditemukan keselarasan misi BNN dan karya kasih Gereja Katolik agar peng-guna narkoba dilayani di rehabilitasi den-gan pendampingan medis, psikologis, dan rohani.

Hadirnya Pusat Perawatan dan Pemuli-han Adiksi Narkoba “Rumah Kita” meru-pakan cerminan kehadiran Gereja Katolik bagi keluarga yang ditimpa masalah candu narkotika. Mereka tidak lagi sendiri dalam memulihkan para anggota keluarganya yang menjadi korban adiksi narkoba. Seba-gaimana diungkapkan Mgr. Anicetus, karya yang memulihkan wajah dan citra Allah.

RP Lambertus Somar MSC, konsultan

dalam pendirian “Rumah Kita”, juga men-gajak seluruh unsur masyarakat untuk mencurahkan perhatian yang serius dalam penanganan adiksi narkoba. “Sungguh mengkhawatirkan. Karena seperti ter-biasa dengan isu narkoba. Kita mengira ini masalah (narkoba) yang biasa, sebab selama ini hanya melihat ekornya saja. Kita masih belum melihat seluruhnya. Bagian yang dapat menghancurkan keluarga kita, dan bangsa kita,” ucap Romo Somar yang menjadi konsultan dalam pendirian “Ru-mah Kita.”

Pendiri Panti Rehabilitasi Narkoba Terpadu Kedhaton Parahita tersebut juga menyampaikan bahwa pengguna narkoba harus diselamatkan, dan bukan dijauhi. Hidup sebagai pengguna narkoba yang dipandang orang sudah tiada arti itu hen-dak diperbaiki berganti dengan kehidupan baru. Peran itulah yang hendaknya diisi baik oleh pemerintah, masyarakat dan Ger-eja Katolik. Sebagaimana telah diwujudkan oleh Suster KSSY melalui “Rumah Kita”.

Page 12: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

12EDISI #9 Desember 2014

sosial budaya

PAROKI ST. ANTONIUS DARI PADUA HAYAM WURUK MEDAN SAAT INI

Manajemen Paroki yang Lebih BaikRP. HERMAN NAINGGOLAN, OFMCap [email protected]

Maka agar ke-empat faktor yang membutuhkan pembenahan (telah dibahas dalam Lentera News edisi

November 2014) dapat bekerja dengan baik, dibutuhkan suatu manajemen paroki yang lebih baik. Manajemen paroki ini harus ber-guru kepada manajemen Yesus Kristus ber-sama murid-murid-Nya. Visi dan misinya ada-lah datangnya kerajaan Allah. Kerajaan Allah itu terwujud dalam kesejahteran rohani dan jasmani. Dalam zaman modern ini, hal ini da-pat diterjemahkan dengan berjalannya proses menuju manusia yang utuh, yaitu sejahtera, kuat dalam kepribadian, dan teguh dalam

iman. Apabila kita menempatkan lima faktor di atas dalam sebuah skema, maka kita akan memperoleh skema. Kesimpulan

Dari uraian di atas kita dapat menyimpul-kan beberapa hal berikut. Pertama, bekerja dengan berbasis data akan menolong kita melihat dan menilai keadaan yang ada lebih objektif. Pekerjaan kita dapat terukur. Kita tahu kekuatan dan kelemahan kita. Kita da-pat merencanakan masa depan dengan lebih baik.

Kedua, Paroki St. Antonius dari Padua Hayam Wuruk adalah salah satu paroki yang sudah dewasa di Keuskupan Agung Medan.

Paroki ini berdiri sejak Maret 1915. Dia telah banyak makan garam dalam lintasan sejarah. Paroki ini sudah termasuk paroki yang mapan. Dia mempunyai banyak potensi yang hebat. Hanya Paroki yang sudah mapan seperti ini se-lalu perlu dianimasi untuk maju lebih baik dan lebih sempurna.

Paroki St. Antonius dari Padua Hayam Wuruk dapat menjadi terang dan garam masyarakat asal dia setia pada panggilannya, yaitu mew-artakan kebar gembira Tuhan. Hanya dengan demikian identitasnya akan semakin jelas di tengah masyarakat.

ManajemenKerajaan Allah

Pengurus & Umat Pengetahuan Kekatolikan

Sarana & PrasaranaEkonomi/Kebutuhan Hidup

Page 13: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

13EDISI #9 Desember 2014

parasElias Ginting, Duta Besar Indonesia untuk Finlandia & Estonia

Alumnis FISIP UGM ini me­ngaku tidak pernah punya cita­cita untuk menjadi di­plomat, menurutnya hal ini itu mengalir begitu saja. Ketika memilih jurusan Hubungan Internasional sebagai bidang studi yang akan ditekuninya, pertimbangannya semata­mata hanya karena merasa kalau kuliah di jurusan terse­but tampaknya keren. Dan ke­betulan setelah lulus, Kemlu membuka lamaran, sehingga kemudian ayah dari dua putri ini melamar kerja di Kemlu dan berhasil lolos seleksi.

Tapi menurut teman-teman se-kolahnya, diplomat yang menge-nyam pendidikan SMA Seminari ini pernah mengatakan ingin

menjadi seorang Duta Besar. “Tapi saya lupa kalau pernah mengatakan itu, ka-rena saat itu saya sekolah di SMA Semi-nari untuk menjadi seorang Pastor, jadi tidak terbayang bahwa saya akan men-jadi seorang diplomat”, kata Duta Besar RI untuk Finlandia dan Estonia ini.

Hal yang paling menarik dalam me-laksanakan tugas sebagai diplomat, menurutnya adalah selalu dihadapkan pada hal-hal yang baru, dari mulai per-tama bekerja di Kemlu hingga menjadi Duta Besar sekarang ini, dirinya selalu mengemban tugas yang berbeda-beda. Disamping itu penggemar olah raga golf ini merasakan bahwa sebagai diplomat dirinya diberikan kepercayaan dan ke-wenangan oleh Pimpinan Kemlu untuk berinovasi dalam melaksanakan tugasn-ya.

Alumnus Sekdilu Angkatan IX ini pernah ditugaskan di Direktorat Timur

Tengah menangani masalah politik, ke-mudian penempatan pertama di Brussel menangani protokol dan konsuler, dan ketika kembali ke Jakarta ditempatkan di Seknas ASEAN menangani sosial budaya. Penempatan kedua di Singapura men-jabat sebagai Kasubdit Ekonomi, selan-jutnya penempatan ketiga di Belanda sebagai Kabid Ekonomi. Kembali lagi ke Jakarta ditugaskan di Direktorat Kerjasa-ma Teknik dan terakhir menjabat sebagai Sesditjen IDP. Karena itu diplomat yang gemar menikmati kuliner ini faham betul mengenai ASEAN, sosial budaya, ekono-mi dan juga politik.

Hal yang menarik lainnya, menurut diplomat yang sangat dekat dengan keluarganya ini, bahwa berhubungan dengan orang asing itu melatih dirinya untuk lebih percaya diri dalam berha-dapan dan meyakinkan orang asing. Diplomat yang juga hobby melukis ini melihat sistem penempatan di Kemlu dalam dua dimensi. “Pertama, supaya tidak ada kebosa nan dan menjaga untuk tetap fresh dalam bekerja. Kedua, bahwa menjadi diplomat itu harus mengetahui segala hal”.

Menurut Dubes Elias Ginting, tidak bisa misalnya ketika seorang diplomat ditempatkan di luar negeri dan ditanya oleh warga setempat mengenai perkem-

bangan politik di Indonesia, kemudian tidak bisa menjawab dan mengatakan ‘maaf saya tidak membidangi masalah politik tetapi bidang ekonomi’. Menjadi diplomat itu harus bisa menjawab apa-pun yang ditanyakan, karena dia adalah wakil Indonesia yang ditugaskan ke luar negeri, jadi harus mengetahui segala hal. “Itulah untungnya kalau kita bekerja tidak hanya di satu satker” imbuhnya.

“Menjadi diplomat itu tampaknya memang seperti menjadi generalis, tetapi di satu pihak seorang diplomat itu harus mempunyai spesialisasi” kata penggemar masakan Padang ini.

Meskipun penuh kesibukan, diplo-mat yang selalu tampil rapih ini selalu berusaha menyempatkan waktu untuk menyalurkan hobbynya. Ia mengatakan bahwa kesibukan kerja di kantor itu harus diimbangi dengan kegiatan di luar kantor, misalnya dengan menyalurkan hobby. “Bagi saya itu suatu keharusan, karena kalau tidak, kita akan terjebak oleh rutinitas kesibukan kerja yang pada akhirnya menurunkan produktifitas kerja, hobby itu untuk menjaga agar kita tetap fresh dalam bekerja”.

Diplomat yang selalu berpenampilan rapih ini cukup produktif dalam melukis, hobby yang dilakukannya sejak penempa-tan di Belanda.

opini

Tak Pernah BerharapJadi Diplomat

Page 14: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

14EDISI #9 Desember 2014

Elias Ginting, Duta Besar Indonesia untuk Finlandia & Estonia

opini

Di sisi lain banyak kebi ja k m tidak sekedar sebagai tempat atau pelengkap.

Keberadaan alam merupakan bagian dari hidup manusia. Manusia membutuhkan ikan. Ikan hanya hidup dan berkembang jika berada di dalam air yang sesuai. Oleh karenanya manusia tidak hanya berpikir bagaimana cara membudidayakan ikan, namun juga harus memikirkan kelestarian air untuk tempat ikan berada dan berkembang dengan baik. Manusia diberi akal budi, sehingga dapat memahami hubungan (keterkaitan) antar sesama ciptaan. Manusia sebagai ciptaan tertinggi Ilahi mempunyai tanggung jawab sebagai penjaga keutuhan ciptaan.

GERAKAN PENYELAMATAN LINGKUNGAN

Apa yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan lingkungan? Gerakan yang dapat kita lakukan dapat terkait dengan penanaman dan pemeliharaan tumbuhan, pengelolaan sampah, hemat air dan hemat energi. Ini bisa dikerjakan oleh siapa saja, dimana saja, kapan saja, dan dimulai dari kegiatan yang sederhana.

Mengingat peran penting tumbuhan dalam proses ekologi yang menjadi penopang kehidupan di bumi, gerakan menanam dan memelihara tumbuhan perlu dilakukan. Beberapa sistem penanaman

BERSAMAMENJAGA

LINGKUNGANHedonisme, materia­lisme, konsumerisme

dan budaya instant yang memengaruhi sikap

dan mental masyarakat pada umumnya me­

nyebabkan eksploitasi alam secara berlebihan

semakin meningkat.

oleh: BENEDICTA LAMRIA SIREGARDosen Kopertis Wilayah I Sumut–NAD,Fakultas Pertanian Universitas HKBP

Page 15: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

15EDISI #9 Desember 2014

opini

antara lain: hutan, kebun raya, taman koleksi dan pusat keanekaan, lahan pertanian, taman kota, lahan pekarangan. Model penanaman dan jenis tanaman tentunya spesifik lokasi, kebutuhan, atau lembaga.

Hampir pada setiap kegiatan, manusia menghasilkan sampah. Mengapa orang membuang sampah. Ini karena sampah adalah masalah. Dengan membuangnya, kita menganggap masalah sampah menjadi selesai, padahal kita hanya memindahkan masalah. Orang mengeluarkan sampah dari mobil atau angkutan kota merupakan pemandangan yang masih bisa kita jumpai.

Kita lupa ada sesama kita manusia atau bukan manusia yang harus bekerja mengurus sampah yang kita buang. Sampah sebenarnya menjadi masalah karena volume yang besar. Oleh karenanya upaya meminimalkan sampah menjadi bagian yang cukup penting. Ketika kita menyadari bahwa sampah yang kita buang memerlukan waktu yang lama, bahkan bisa lebih lama dari usia kita, untuk terdekomposisi, mudah-mudahan kita semakin semangat untuk meminimalkan sampah. Ada kegiatan pengelolaan sampah lainnya yang dapat menyelamatkan lingkungan.

Kehidupan manusa tidak luput dari kebutuhan akan

air dan energi. Kini dunia dihadapkan pada kondisi krisis air dan krisis energi. Untuk pemenuhan kebutuhan selain upaya melestarikan air dan pencarian energi alternatif, yang dapat kita lakukan adalah menghemat air dan menghemat energi pada setiap kegiatan dalam kehidupan kita.

TANGGUNGJAWAB BERSAMA

Siapa yang bertanggungjawab terhadap kelestarian alam ini? Bagaimana caranya dan dimulai dari mana? Sebenarnya pelaku-pelaku penyelamat lingkungan adalah semua ciptaan. Untuk dekomposisi suatu bahan yang tidak berguna lagi (sampah) perlu ada kerjasama. Dekomposer mikroba sebagai pelaksana, hujan dan matahari sebagai pendukungnya. Apakah manusia mau luput dari perannya dalam menjaga lingkungan. Sekali lagi manusia penanggungjawab utama keutuhan ciptaan karena karunia akal budinya.

Gerakan penyelamatan lingkungan tidak cukup secara insidental, namun harus berkesinambungan dan melibatkan berbagai pihak melalui kegiatan keseharian dan profesinya. Kegiatan menjaga dan menyelamatkan lingkungan merupakan tanggungjawab pemerintah, berbagai instansi atau lembaga, sekolah, masyarakat, keluarga, pribadi.

Instansi pemerintah dapat menyelamatkan lingkungan melalui kebijakan dan penataan dalam pembangunan, juga teknisnya. Pihak swasta juga mempunyai kesempatan menyelamatkan lingkungan melalui aktivitas lembaganya sehari-hari. Lembaga agama sekalipun juga perlu ikut berperan.

Ibu sebagai bagian dari rumah tangga mempunyai andil besar melakukan kegiatan-kegiatan terkait penyelamatan lingkungan. Peran ibu merupakan peran yang cukup penting sebagai penyelamat lingkungan baik secara langsung, maupun secara tidak langsung sebagai teladan dan penular bagi anak-anaknya (generasi penerus).

Menjaga lingkungan juga harus dilakukan lintas generasi. Budaya menjaga lingkungan perlu ditumbuhkan sejak usia dini. Sekolah pada berbagai tingkat dan perguruan tinggi dikelola menjadi sekolah dan perguruan tinggi berwawasan lingkungan. Sekolah dan perguruan tinggi punya andil yang besar terkait dengan tugas dan fungsinya melahirkan agen pembangunan masa depan.

Mulai dari sekarang, mari kita bersama menjaga lingkungan, memelihara keutuhan ciptaaan, dimulai dari diri (lembaga) sendiri dan dimulai dari hal yang paling sederhana.

Page 16: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

16EDISI #9 Desember 2014

embun katakese

MENGAPAKITA BERPUASA

Sebelum Menyambut Komuni Kudus?

oleh: ROMO WILLIAM P. SAUNDERSDean of the Notre Dame Graduate School of Christendom College

and pastor of Queen of Apostles Parish, both in Alexandria.

Page 17: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

17EDISI #9 Desember 2014

embun katakese

Sesungguhnya, peraturan ini merupakan refleksi dari tradisi kuno dalam

Gereja kita, yang bahkan berasal dari tradisi Yahudi. Dalam Kisah Para Rasul 13:2, kita menda-pati bukti tentang hal berpuasa sehubungan dengan liturgi. Praktek puasa yang lebih teratur sebelum menyambut Komuni Kudus muncul dalam Gereja setelah disahkannya kekristenan pada tahun 313. St. Agustinus menegaskan mengenai adanya praktek puasa ini dalam tulisan-tulisannya.

Tentu saja, ketentuan-keten-tuan puasa mengalami peruba-han dan perkembangan seiring berjalannya waktu. Sebelum tahun 1964, puasa untuk meny-ambut Komuni Kudus dimulai tengah malam. Paus Paulus VI, pada tanggal 21 November 1964, mengurangi tenggang waktu puasa hingga satu jam saja.

Dalam peraturan ini terdapat dua pengecualian: Pertama, jika seorang imam merayakan lebih dari satu Misa pada hari yang sama, seperti yang biasa terjadi pada hari Minggu, imam hanya terikat satu jam puasa sebelum Misa yang pertama. Imam diper-bolehkan makan dan minum

sesuatu untuk menjaga stami-nanya di antara

Misa yang

akan dipersembahkannya, meskipun tidak penuh satu jam puasa sebelum ia menyambut Komuni Kudus berikutnya.

Kedua, mereka yang lanjut usia (usia 60 tahun ke atas) atau sakit, maupun mereka yang merawatnya, dapat menyambut Komuni Kudus meskipun dalam waktu satu jam sebelumnya telah makan sesuatu. Misalnya, mereka yang di rumah sakit dan tidak dapat mengatur jadwal mereka sendiri dan sedang ma-kan atau baru saja selesai ma-kan ketika dikunjungi oleh imam atau pelayan komuni kudus. Oleh sebab itu, jangka waktu puasa sebelum menyambut Komuni Kudus dikurangi hingga “kurang lebih seperempat jam” bagi mereka yang sakit di rumah atau pun di rumah sakit, mereka yang lanjut usia yang dirawat di rumah atau pun di panti werdha, dan mereka yang merawat orang-orang tersebut dan tak mungkin sempat memperhati-kan waktu puasa mereka sendiri (“Immensae Caritatis,” 1973).

Inti dari pertanyaan di atas adalah mengapa kita wajib ber-puasa? St. Paulus mengingatkan kita, “Kami senantiasa mem-bawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.” (II Kor 4:10). Kita pun wajib mengubah selu-ruh hidup kita - tubuh dan jiwa - serupa dengan Kristus. Proses mengubah diri ini menyangkut

matiraga - termasuk matiraga jasmani seperti berpuasa - demi dihapusnya dosa-dosa dan kelemahan-kelemahan kita; dengan demikian matiraga tersebut akan memperkuat serta meny-

embuhkan kita. Paus Paulus

VI dalam konstitusi apostoliknya “Paenitemini” (1966) men-dorong umat beriman dengan mengatakan, “Matiraga bertu-juan untuk `memerdekakan’ manusia, yang seringkali men-dapati dirinya, karena kecend-erungannya akan dosa, hampir terbelenggu oleh nafsu-nafsunya sendiri. Melalui `matiraga jasm-ani’ manusia memperoleh kem-bali kekuatannya dan luka-luka yang timbul akibat sifat dasar manusia karena kurangnya pen-guasaan diri disembuhkan oleh obat pantang yang bermanfaat.”

Lagipula, berpuasa sebelum menyambut Komuni Kudus membangkitkan rasa lapar dan haus jasmani akan Kristus, yang akan semakin membangkitkan rasa lapar dan haus rohani yang sepantasnya kita miliki. Dalam Perjanjian Lama, puasa mem-persiapkan orang untuk mener-ima kehadiran Allah dan berada di hadirat-Nya. Sebagai contoh, Musa (Kel 34:28) berpuasa empat puluh hari empat puluh malam lamanya di atas gunung Sinai sementara ia menuliskan Kesepuluh Perintah Allah. Elia (I Raj 19:8) berpuasa empat puluh hari empat puluh malam laman-ya sementara ia berjalan ke gu-nung Allah, yakni gunung Horeb. Yesus Sendiri berpuasa empat puluh hari empat puluh malam lamanya sementara Ia memper-siapkan Diri memulai pewartaan-Nya di hadapan orang banyak (Mat 4:1 dst). Yesus juga men-ganjurkan kita untuk berpuasa (Mat 6:16-18).

Demikianlah usaha jasmani ini memurnikan kehendak baik rohani yang kita butuhkan dalam menyambut Kristus dalam Sakramen Ekaristi. Kita ber-puasa untuk tidak “merusakkan

Kitab Hukum Kanonik no. 919 menyatakan,

“Yang hendak sambut Ekaristi mahakudus

hendaknya berpantang dari segala macam ma­

kanan dan minuman se­lama waktu sekurang­

kurangnya satu jam, terkecuali air semata­

mata dan obat­obatan.”

Page 18: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

18EDISI #9 Desember 2014

embun katakeseembun katakese

Ia menyetel jamnya untuk waktu satu

jam, melambungkan doa­doa, dan tetap berdiri di altar se­

mentara saya mem­bagikan Komuni

Kudus kepada umat seluruhnya hingga selesai, dan ia me­nanti menit­menit

berlalu.

Anda berminatBeriklan di Lentera News?

HUBUNGIAnanta Bangun085361618545

Unduh Media Kit

MAJALAHLENTERA.COM

selera kita” melainkan mening-katkannya sementara kita ikut ambil bagian dalam perjamuan paskah. Dalam sabda bahagia Yesus bersabda, “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan” (Mat 5:6). Pada akhirnya, berpuasa merupakan latihan kerendahan hati, peng-harapan dan kasih - kebajikan-kebajikan pokok yang kita butuh-kan dalam mempersiapkan diri menyambut Ekaristi Kudus.

Namun demikian, peraturan ini tidak berarti bahwa kita harus berhati-hati secara berlebihan dan menghitung-hitung setiap detik. Saya teringat ketika se-dang merayakan Misa bersama seorang imam yang baru saja makan setengah jam sebelum perayaan Misa. Ia sangat kha-watir bahwa ia tidak akan dapat memenuhi satu jam masa puasa sebelum menyambut Komuni

Kudus. Ia menyetel jamnya un-tuk waktu satu jam, melambung-kan doa-doa, dan tetap berdiri di altar sementara saya membagi-kan Komuni Kudus kepada umat seluruhnya hingga selesai, dan ia menanti menit-menit berlalu. Kita tidak hendak bersikap teledor dan sembrono, tetapi kita juga tidak hendak bersikap hati-hati secara berlebihan. Jika masih ragu-ragu, coba pikirkan akan kebajikan menyambut Komuni Kudus yang melampaui nilai “satu jam waktu puasa”.

Jangan teledor dan sem-brono. Paus Yohanes Paulus II dalam “Dominicae Cenae” (1980) menyesali timbulnya masalah karena sebagian orang tidak mempersiapkan diri se-cara pantas untuk menyambut Komuni Kudus, bahkan dalam keadaan dosa berat. Bapa Suci mengatakan, “Sesungguhnya, yang seringkali didapati ialah

sangat kurangnya perasaan tidak layak diri sebagai akibat dari kurangnya hasrat hati, jika dapat dikatakan, kurangnya rasa `lapar’ dan `haus’ akan ekaristi, yang juga merupakan tanda akan kurangnya kepekaan yang pantas terhadap sakramen kasih yang luar biasa ini dan kurangn-ya pemahaman tentangnya.” Wajiblah kita mengusahakan persiapan iman sebaik-baiknya dalam mempersiapkan diri men-yambut Kristus secara pantas.

Oleh sebab itu, berpuasa sebelum menyambut Ekaristi membantu kita dalam memper-siapkan diri menyambut Komuni Kudus secara keseluruhan - tu-buh dan jiwa. Matiraga jasmani ini memperkuat fokus rohani kita kepada Kristus, sehingga kita dapat dengan rendah hati bersatu dengan Juruselamat ilahi yang menawarkan Diri-Nya Sendiri bagi kita.

Page 19: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

19EDISI #9 Desember 2014

sastra

Reaksi Kak Maria juga

hampir sama dengan Bang

Petrus dan istrinya. Han-

ya saja Kak Maria tidak

begitu berlebihan lagi seperti abangku.

Dia menangis. Entahlah. Mungkin dia

menyesal atas kematian Mamak. Ka-

rena hampir separuh hidupnya diisi

dengan cekcok dengan Mamak. Atau

karena bisa dibilang dia salah satu pe-

nyumbang Mamak sakit lumpuh sep-

erti ini. Aku ingat dia bertengkar hebat

beberapa hari sebelum Mamak terkena

lumpuh dan seluruh syarafnya mati.

Mereka bertengkar karena Mamak

mau menjual sepeda motor butut milik

Bapak kepada salah satu adik Mam-

ak—inanguda kami. Kak Maria berang

dan sambil marah-marah dia berkata

kenapa Mamak lebih mementingkan

saudara-saudara Mamak ketimbang

keluarganya sendiri. Rentetan kata

dengan intonasi keras berkumandang

di seluruh penjuru rumah—hal yang

biasa ketika Mamak dan Kak Maria

bertengkar. Lalu keluarlah kata-kata

itu, “Bapak meninggal karena Mamak

nggak mau mendengar kata-kata Bap-

ak, Mamak bandal!” teriak Kak Maria.

“Anjing!” Mamak menampar wajah

Kak Maria. Plaaaak. Panas dan perih

pasti. Kak Maria menatap Mamak

sambil memegang pipinya yang bekas

dipukul. Matanya merah, penuh emosi

meluap, “Aku benci Mamak!!!”

“Nggak usahlah kita bikin pesta

adat, “ kata Bang Petrus.

“Iya, nggak usah,” Kak Maria mene-

kankan kata-kata Bang Petrus.

“Tapi, Mamak saur matua*) lho…”

kataku lagi.

“Ngapain sih Dek? Nggak selaman-

ya adat itu jadi yang utama, yang pent-

ing hati kita ke Tuhan,” tegas Bang

Petrus.

Aku menelan ludah. Kalau Bang

Petrus sudah sok rohani seperti itu aku

mau bilang apa? Tapi aku tetap beru-

saha mencoba mempertahankan pen-

dapatku. Bukankah itu yang diajarkan

Mamak, kalau kita merasa benar kena-

pa harus takut?

“Kenapa Bang? Adat itu kan perlu

untuk menunjukkan identitas kita seba-

gai suku Batak?”

Bang Petrus memandangku sam-

bil menggeleng-gelengkan kepalanya,

“Bukan itu yang Tuhan mau, asal

Adek tahu, banyak hal dalam adat Ba-

tak yang bertentangan dengan firman

Tuhan,” cetusnya dan kembali melan-

jutkan, “salah satunya adalah makan

darah dan supaya Adek tahu beberapa

upacara adat Batak memanggil kuasa

jahat,” cerita Bang Petrus panjang leb-

ar.

“Makanya Dek,” sepertinya dia

masih memanjangkan kotbahnya,

“ikutilah gereja yang Abang kasi tahu

ke kau itu.”

Ingin sekali aku menegaskan kem-

bali maksud tapi aku mengurungkan

niat. Percuma saja aku berdebat den-

gan Bang Petrus yang sangat rohani itu

atau sok rohani? Aku tidak bisa mem-

bedakan keduanya. Aku ingin meminta

bantuan dari Kak Maria toh sama saja.

Apalagi Bang Manapar? Posisi Bang

Manapar sama saja denganku. Lagi,

Bang Manapar sudah tak punya nia-

tan apa-apa lagi dengan keluarga kami.

Dia hanya ingin menghadiri pemaka-

man Mamak dan keluar dari lingkaran

setan keluarga ini.

Kamar sempit, Mei 2012

*) Saur matua = Meninggal di usia tua di-

mana anak-anaknya sudah menikah dan

punya cucu. Biasanya ada adat yang harus

dilalui.

oleh: Ester PandianganJurnalis, tinggal di Jakar ta

Mata Mamak bag. 2

Page 20: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

[in

fog

rafi

ka]

Page 21: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

21EDISI #9 Desember 2014

Page 22: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

22EDISI #9 Desember 2014

ilham sehat

TIPS KESEHATANSELAMA LIBUR NATAL

OLEH: VINNY AVILLA BARUS Penulis adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Diponegoro – Semarang

Desember telah datang, hari natal pun akan tiba. Musim

penghujan juga masih terjadi di bulan ini. Biasanya kita

akan semakin sering sibuk keluar merayakan Natalan

meskipun hujan datang. Un-tuk itu perlu banget yang

namanya menjaga kesehatan agar kegiatan dihari natal

tidak terganggu.

Page 23: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

23EDISI #9 Desember 2014

ilham sehat

SELALU SEDIA JAS HUJAN ATAU PAYUNGKarena akan sibuk keluar, jadi jangan lupa untuk selalu membawa jas hujan atau payung kemana pun anda pergi. Meskipun hujan datang tiba-tiba ketika masih diperjalanan anda bisa berlindung dengan jas hujan atau payung yang anda bawa. Jadi anda akan tidak akan kebasahan akibat kehujanan.

KONSUMSI VITAMINPergantian musim kemarau ke musim hujan, membuat tubuh kita kurang bisa menerima perubahan itu dengan cepat. Akibatnya sistem kekebalan tubuh akan turun dan penyakit akan dengan mudah menyerang tubuh kita. Untuk itu co-balah konsumsi vitamin yang bisa didapatkan dari buah-buahan dan sayuran. Terutama vitamin c.

POLA MAKAN YANG TERATURHari natal, tidak akan jauh dari makanan yang banyak yang sangat banyak dise-diakan. Hal ini menyebabkan pola makan kita menjadi tidak teratur. Nahh, ini akan berdampak pada kesehatan pada lambung kita. Dari yang biasanya makan dengan porsi sedikit, tiba-tiba di makan dengan porsi yang duper banyak. Me-nyebabkan lambung akan bengkak dan menyebabkan penyakit maag. Untuk itu, meskipun makan yang sediakan banyak, selalu jaga porsi makan anda agar kesee-hatan lambung tetap terjaga.

TIDUR TERATURKegiatan natal yang bisa sampai tengah malam, membuat kita akan tidur kurang dari 6 jam. Atur waktu tidur anda agar tetap teratur, meskipun sibuk dengan keg-iatan anda.Pola tidur yang teratur akan membuat konsentrasi tetap terjaga dan kebugaran tubuh tetap terjaga.

KONSUMSI AIR PUTIHKarena natal berada di musim penghujan, membuat kita jarang mengkonsumsi air putih. Tidak berkeringat dan udara dingin tidak jarang membuat kita tidak merasa haus. Sehingga kita akan sangat jarang minum, terutama air putih.

Akan tetapi mengkonsumsi air putih, tidak hanya dilakukan pada saat haus saja di musim kemarau, karena cairan tubuh akan tetap sama seperti musim kemarau. Dengan minum air putih yang banyak pasokan cairan akan cukup dan mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Bila anda bosan dengan air putih, bisa di buat menjadi aiir jahe , agar kehangatan anda juga tetap terjaga.

Page 24: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

24EDISI #9 Desember 2014

citizen journalist

OLEH: DEBORA TANUDJAYA Blogger, tinggal di Jakarta

Tahun Baru. Apa yang terlintas dalam benak kalian jika mendengar kata tersebut? Beberapa orang mulai membuat planning di tahun baru. Apa yang harus dimiliki, apa yang harus dicapai, dan apa yang

ingin dikembangkan. Banyak di antara kita yang terlalu sibuk menata tentang apa yang akan kita raih di kemudian hari. Atau tentang apa yang ingin kita miliki selanjutnya. Bukan sesuatu yang salah, ketika kita menginginkan sesuatu yang lebih lagi dan lagi. Hanya saja, masih ingatkah kita untuk bersyukur?

Masih sempatkah kita berkata, “Terimakasih, Tuhan untuk satu tahun yang sudah berhasil saya lewati?” atau hanya sekadar berkata, “Terimakasih, Tuhan saya masih diperbolehkan merasakan tahun yang baru.”

Apa gunanya planning yang kita buat, jika kita tak dapat lagi hidup dengan bebas dan sehat? Apa untungnya harta yang kita miliki, jika Tuhan mengizinkan kita untuk menderita satu penyakit yang mengharuskan kita untuk tetap tinggal di atas tempat tidur? Apa gunanya semua itu, jika Tuhan berkata, “Sekarang adalah saatnya kamu kembali kepada-Ku.”

Tahun Baru bukanlah sesuatu hal yang harus dirayakan dengan cara yang berlebihan. Alangkah baiknya, ketika kita diizinkan bernafas di tahun yang baru, kita membagi kebahagiaan dengan mereka yang mungkin selama ini belum sempat merasakan apa yang dinamakan hidup berkecukupan. Bukankah itu adalah salah satu hal yang juga menggembirakan, tatkala apa yang kita miliki dapat menjadi kebahagiaan bagi mereka yang sebelumnya belum sempat merasakannnya?

Tahun Baru tak hanya berbicara tentang ucapan syukur, materi, atau pencapaian-pencapaian yang berhasil diraih, tapi juga berbicara tentang semangat. Jika di tahun sebelumnya apa yang pernah menjadi planning kita belum terpenuhi, masihkah ada semangat untuk mencapainya di tahun yang baru?

Tetaplah bersemangat, sebab itu adalah salah satu alasan kamu dapat bertahan hidup. Tanpa semangat, seseorang akan berada pada satu masa yang sangat menjenuhkan. Tanpa semangat, tidak akan ada yang namanya perjuangan. Dan tanpa semangat, tidak akan pernah ada yang namanya hasil.

Jadi, semangat adalah salah satu unsur yang juga harus diperbaharui di setiap waktunya. Kita boleh kehilangan banyak waktu di dalam hidup ini. Kita boleh merasa terpuruk dalam beberapa kejadian yang di alami, tapi jangan sampai kita kehilangan semangat untuk hidup. Untuk membantu, berjuang, juga untuk memberikan yang terbaik kepada Tuhan.

Ketika seseorang telah kehilangan semangatnya, apapun yang ia miliki akan menjadi sesuatu hal yang tidak berarti.

Dan ketika seseorang lupa untuk bersyukur, maka hidupnya akan selalu dihantui oleh rasa kekurangan. Dan kurangnya bersyukur akan membuatnya menjadi seorang pribadi yang tamak serta kikir.

Bagaimana mungkin kita bisa melewati satu tahun dengan hal-hal yang baik jika kita sendiri tidak dapat mengontrol ego dan keinginan kita. Bukankah hidup tidak hanya berbicara tentang berapa banyak harta yang kamu miliki. Atau mungkin berapa banyak orang yang kamu kalahkan?

Sejatinya hidup adalah tentang berapa banyak kamu bisa memberi dalam keadaanmu yang sedang berkekurangan. Bukankah banyak orang pun bisa memberi disaat mereka memiliki sasuatu yang lebih didalam hidupnya?

Tahun baru adalah sebuah awal. Bukan tentang semua hal yang pernah dan ingin kamu dapatkan. Tapi tentang pengkoreksian diri, apa yang sudah dilakukan dan apa yang menjadi hasil dari sebuah usaha.

Jangan lupa untuk mengingat, berapa banyak kamu menyakiti orang lain. Baik dalam kata, sikap, tindakan, atau mungkin kecurangan demi kecurangan yang kamu lakukan demi dapat mencapai apa yang menjadi keinginan dan targetmu selanjutnya.

Cobalah mengerti, cobalah berpikir dari sudut pandang yang berbeda. Pernahkah terbayangkan, ketika apa yang kamu lakukan kepada orang lain akan dilakukan kepadamu?

Tuhan tidak tinggal diam, Ia pasti akan memperhitungkan apapun yang sudah kamu lakukan. Apa yang kamu ukur untuk sebuah pemberian kepada orang lain, maka itu juga yang Tuhan pakai untuk mengukur apa yang akan Ia berikan kepadamu. Adil bukan?

Jadi, di awal tahun yang baru nanti, bersihkanlah hati dan pikiranmu. Jangan hanya meminta dan mentargetan sebidang materi saja, tapi ingatlah hidupmu tidak berhenti pada banyaknya materi yang kamu miliki. Cobalah untuk melakukan terobosan yang baik untuk hidupmu. Untuk gaya pemikiranmu. Dan juga tentang semua sikap dan sifat burukmu.

Orang lain tak dapat melakukan banyak hal untuk dapat menghasilkan perubahan yang berarti dari dirimu. Kamu adalah satu-satunya hal yang sanggup mengubah keadaanmu. So, mulailah menata kembali tentang apa yang akan diperbaiki, apa yang ingin dicapai, dan perubahan–perubahan lain yang ingin diubah.

Tanamkan dalam dirimu, bahwa hari ini adalah hari terakhir kita bernafas di dunia ini. Sehingga apapun yang akan kamu lakukan, lakukanlah itu dengan sepenuh hati dan dengan sebaik-baiknya.

Tahun Baru 2015,Yuk Bersihkan Hati

Page 25: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

25EDISI #9 Desember 2014

SHINING IN FAITHLighting a candle to signify the event when faith is manifested

or celebrated is a very common practice among us in the Church. We light a candle when there is a blessing, when we celebrate the Sacraments or when we pray. Let’s have a little spiritual analogy here. If we try to reflect on the lighted candle, it is not only use-ful due to its light and its heat, which reminds us of our burning, living and ever renewed faith, but the candle in its property con-sumes itself to fulfill its end. As the candle when lighted starts to give light, we can observe that it cries as it melts, keeping the light shining. The melting wax from the glowing, which I would call the candle’s tears - could pretty well symbolize our firmness of faith amidst trials and sufferings. The lighted candle is, indeed, a very significant symbol of our profession of faith.

The letter to the Hebrews says that “Faith is the assurance of things hoped for, the conviction of things not seen” (Hebrews 11:1).

Assurance - because faith is based on the Word of God who can

with: Harold, OAD

not deceive or be deceived, and is unceasingly built on the immov-able rock of the Word - JESUS. We have Jesus, the Word of God as foundation of our faith. Blaise Pascal, taking up a phrase of St. Augustine, wrote so profoundly: “You would not be searching for me, if you have not found me.”

Conviction – In theology, faith is not certainty but questioning, not clarity but a leap in the dark, and it concerns things not yet in our possession, since they are hoped for. Christian faith is not the attitude of one who has already arrived, but a journey forward as with Abraham and of the three Magi’s in their search under the guidance of a star.

Our faith reveals the fundamental human attitude that seeks what is infinite, a seeking that never attains its object. As St. Au-gustine said, “Your hope should not be on earth but in heaven; and your faith should be firm in God. So, what you do not see now and yet believe, there in heaven, you will see and without end, you will possess and enjoy” (Disc. 227). At the end, we shall see God face to face. God Himself will be our vision and the vision of God will be the reward of our present faith.

citizen journalist

Apakah kamu Orang Muda Kato-lik (OMK)? Apa landasan bagi kita untuk mengaku diri sebagai OMK? Apakah cukup dengan memiliki identitas beragama Katolik? Ketiga pertanyaan ini menjadi refleksi bagi saya untuk menggali jati diri sebagai OMK di ruang kampus.

Terdapat culture shock tatkala mendapati intensitas kegiatan or-ganisasi OMK di kampus, tempat saya mengenyam pengetahuan. Hasil bincang dengan pengurus senior mengakui, minimnya jumlah maha-siswa Katolik yang turut serta dalam organisasi menjadi penyebabnya. Dan semakin runyam, karena topik diskusi dalam organisasi OMK terse-but berkutat seputar isu sekularitas saja.

Sebagai perantau dari Tanah Karo, Sumatera Utara, pengalaman sebagai OMK sungguh berkesan. Kami sungguh terilhami para umat yang terlibat aktif di Gereja Kato-

lik setempat. Baik dalam kegiatan pendalaman iman (katekese), serta ragam program yang memperkuat persaudaraan dan kesejahteraan bersama.

Sungguh disayangkan bila OMK yang kerap diakui sebagai salah satu pilar Gereja Katolik diabaikan begitu saja. Sudah saatnya meluangkan waktu dan gagasan bagi pendamp-ingan OMK, khususnya yang ter-himpun dalam organisasi khusus di ranah kampus.

Pendampingan dan memberi ruang kreativitas untuk berbuat bagi Gereja Katolik. Saya kira inilah ge-brakan prioritas agar OMK dan or-ganisasinya dapat bertumbuh segar. Jangan dibiarkan kering sebelum ter-lambat. Atau kita hanya bisa dibuat gemas karena organisasi tetangga yang digawangi mahasiswa Kristen kian ramai dan aktif, dan menggamit mahasiswa OMK berpindah ke se-berang. Salam kasih Tuhan.

BETAPA KERING ORGANISASI OMKDI RUANG KAMPUSOLEH: VINNY AVILLA BARUS Penulis adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Diponegoro – Semarang

Page 26: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA

iu

26EDISI #9 Desember 2014

lapo aksara

VINSENSIUS G.K [email protected]

Sejak 19 November 2014, peme-rintah, melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kian gencar meng-

galakkan gerakan literasi keuangan kepa-da masyarakat Indonesia. Tujuannya guna menggenjot jumlah warga yang menabung di bank, secara umum dan secara khusus berinvestasi di produk keuangan lainnya, seperti membeli obligasi atau membeli produk reksadana saham. Ujung-ujungnya tingkat literasi keuangan yang tinggi akan pula meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, di samping kontribusi sektor kon-sumsi dari kalangan kelas menengah, se-perti yang terjadi saat ini.

Tujuan ini memang bukanlah ecek-ecek, karena jikalau kita membandingkan tingkat literasi keuangan dengan negara tetangga. Fakta di atas kertas, tingkat literasi media Indonesia masih di bawah Thailand dan Filipina.

Hasil survei Bank Dunia pada 2011 menunjukkan, baru sebagian kecil ma-syarakat Indonesia yang memiliki rekening di lembaga keuangan re smi. Dari survei itu tergambar hanya 20% orang dewasa di Indonesia yang memiliki rekening di lem-baga keuangan resmi. Ang ka ini berada di bawah Filipina, Malaysia, Thailand, dan Singapura yang mencapai berturut-turut 27%, 66%, 73% dan 98%.

Dalam survei OJK pada 2013 terhadap 8.000 responden, sebagai sektor bisnis dengan pangsa pasar terbesar di antara seluruh industri keuangan, sektor perban-

kan, hanya 22% masyarakat indonesia yang memahami. Namun, tingkat penggu-naan jasa perbanka termasuk baik, kare-na sudah mencakup 57% dari responden.

Khusus untuk pasar modal yang secara finansial mampu memberikan profit tinggi, ini yang paling ironis, faktanya hanya 1% persen yang benar-benar memanfaatkan pasar modal ini. Dari jumlah responden itu, hanya 4% yang benar-benar mampu memahami pasar modal.

Sementara itu untuk asuransi, OJK menemukan fakta hanya 18 orang dari 100 orang yang benar-benar memahami asuransi dan hanya 12% responden yang benar-benar memanfaatkan produk asu-ransi.

Gerakan OJK ini tentu saja adalah persiapan guna menghadapi persaingan luar biasa di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN akhir 2015 mendatang. Ke-mampuan memahami produk-produk keuangan setidaknya akan menyeim-bangkan kemampuan money spending masyarakat kelas menengah. Banyak yang tidak memahami bahwa spending money masyarakat kelas menengah In-donesia, walaupun mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional secara signifikan, pada tahun sebelumnya se-jatinya labil dan memiliki rentang waktu efektif yang pendek.

Money spending, selalu terikat nilai inflasi. Ketika money spending-nya be-sar, tatkala inflasinya meningkat, maka

nilai uang yang dibelanjakan akan menu-run. Padahal logika keuangannya adalah, uang sebagian diputar ke sektor keuangan lain untuk mendapatkan profit ataupun mening katkan pendapatkan yang “men-galahkan inflasi”.

Perbaikan literasi keuangan Indonesia memang selalu terkait kultur. Bagi “orang kaya baru” yang tidak paham keuangan, cash flow yang besar tidak pertama kali di-gelontorkan ke pembelian saham, obligasi, emas atau reksadana, tetapi berbelanja dulu. Orang kaya baru sedikit yang mema-hami soal “menunda kenikmatan” versus mengisi keranjang investasi.

Kalau kita rajin membaca media massa khusus bisnis dan ekonomi, saat ini tren investasi cukup aman adalah di sektor obligasi alias surat utang atau reksadana saham, dengan return yang signifikan ber-banding di bank.

Reksadana saham, misalnya setoran awal rata-rata Rp. 500 ribu, dengan setoran rutin per bulan cukup Rp. 200 ribu. Profit gain-nya bisa mencapai 20 per sen setiap tahun. Bandingkan dengan bunga rutin simpanan Anda di bank.

Kini rata-rata reksadana saham mam-pu menandingi nilai pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) versi Bur-sa Efek Indonesia (BEI) setiap hari. Penga-mat keuangan menilai tahun depan ada-lah masa keemasan reksadana saham. Berminat?

BETAPA KERING ORGANISASI OMKDI RUANG KAMPUS

Literasi Keuangan

Page 27: EDISI #9 DESEMBER 2014 | MEREKA JUGA INGIN HADIR DALAM KEBAHAGIAAN KITA