Eddy Yuristo_Amanda Putri Utami_Lidya Puspitasari_Gabby Alvionita_MKDU A

18
A. PENDAHULUAN Mata adalah organ tubuh vital untuk manusia. Mata memberikan fungsi visual pada manusia sehingga manusia dapat melihat keadaan sekitar. Mata juga memberikan kemudahan untuk manusia dalam menjalani aktivitas. Adanya gangguan pada mata akan menyebabkan manusia mengalami kesulitan beraktivitas dan penurunan kualitas hidup. Oleh sebab itu, penyakit mata dewasa ini berkembang menjadi topik kesehatan penting. Mata adalah organ kompleks yang terdiri dari beberapa struktur rumit. Secara umum, mata dapat dibagi menjadi beberapa bagian, seperti lapisan fibrosa, lapisan vaskulosa, lensa, dan lapisan retina. Setiap bagian memiliki fungsi yang spesifik. Kerusakan pada struktur-struktur tertentu akan menyebabkan berbagai penyakit yang berbeda. Walaupun menimbulkan penyakit yang berbeda, penyakit-penyakit pada berbagai bagian mata yang berbeda dapat berujung pada penurunan fungsi mata yang sangat ditakutkan, yakni kebutaan. Lensa adalah salah satu struktur penting mata. Lensa berperan mengatur akomodasi mata dan meneruskan cahaya ke dalam bola mata. Jika lensa keruh, cahaya tidak dapat diteruskan sehingga menghambat fungsi penglihatan. Kekeruhan lensa mata ini dikenal sebagai katarak.

description

nothing

Transcript of Eddy Yuristo_Amanda Putri Utami_Lidya Puspitasari_Gabby Alvionita_MKDU A

Page 1: Eddy Yuristo_Amanda Putri Utami_Lidya Puspitasari_Gabby Alvionita_MKDU A

A. PENDAHULUAN

Mata adalah organ tubuh vital untuk manusia. Mata memberikan fungsi

visual pada manusia sehingga manusia dapat melihat keadaan sekitar. Mata juga

memberikan kemudahan untuk manusia dalam menjalani aktivitas. Adanya

gangguan pada mata akan menyebabkan manusia mengalami kesulitan

beraktivitas dan penurunan kualitas hidup. Oleh sebab itu, penyakit mata dewasa

ini berkembang menjadi topik kesehatan penting.

Mata adalah organ kompleks yang terdiri dari beberapa struktur rumit.

Secara umum, mata dapat dibagi menjadi beberapa bagian, seperti lapisan fibrosa,

lapisan vaskulosa, lensa, dan lapisan retina. Setiap bagian memiliki fungsi yang

spesifik. Kerusakan pada struktur-struktur tertentu akan menyebabkan berbagai

penyakit yang berbeda. Walaupun menimbulkan penyakit yang berbeda, penyakit-

penyakit pada berbagai bagian mata yang berbeda dapat berujung pada penurunan

fungsi mata yang sangat ditakutkan, yakni kebutaan.

Lensa adalah salah satu struktur penting mata. Lensa berperan mengatur

akomodasi mata dan meneruskan cahaya ke dalam bola mata. Jika lensa keruh,

cahaya tidak dapat diteruskan sehingga menghambat fungsi penglihatan.

Kekeruhan lensa mata ini dikenal sebagai katarak.

Katarak adalah penyakit utama yang menyebabkan kebutaan. Berdasarkan

data Depkes (2009) disebutkan bahwa katarak adalah penyebab kebutaan tertinggi

di Indonesia. Di Indonesia, penyebab katarak paling penting adalah proses

penuaan. Katarak yang disebabkan oleh proses penuaan disebut sebagai katarak

senilis. Katarak senilis merupakan suatu proses yang sulit dihindari.

B. PEMBAHASAN

Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya

terjadi akibat proses penuaan, tetapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak

kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,

penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik, pemajanan radiasi,

Page 2: Eddy Yuristo_Amanda Putri Utami_Lidya Puspitasari_Gabby Alvionita_MKDU A

pemajanan yang lama sinar ultraviolet, atau kelainan mata lain seperti uveitis

anterior (Smeltzer, Suzzane C, 2002).

Menurut Corwin (2001), katarak adalah penurunan progresif kejernihan

lensa. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman

penglihatan berkurang. Katarak terjadi apabila protein-protein lensa yang secara

normal transparan terurai dan mengalami koagulasi. Sedangkan menurut

Mansjoer (2000), katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat

terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau

akibat kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif.

Jadi, dapat disimpulkan katarak adalah kekeruhan lensa yang normalnya

transparan dan dilalui cahaya menuju retina, dapat disebabkan oleh berbagai hal

sehingga terjadi kerusakan penglihatan.

Penyebab katarak

Menurut Mansjoer (2000), penyebab terjadinya katarak bermacam-macam.

Umumnya adalah usia lanjut (katarak senilis), tetapi dapat terjadi secara

kongenital akibat infeksi virus di masa pertumbuhan janin, genetik, dan gangguan

perkembangan. Dapat juga terjadi karena traumatik, terapi kortikosteroid

metabolik, dan kelainan sistemik atau metabolik, seperti diabetes mellitus,

galaktosemia, dan distrofi miotonik. Rokok dan konsumsi alkohol meningkatkan

resiko katarak.

Klasifikasi katarak

Menurut Vaughan, Dale (2009) ada beberapa jenis-jenis katarak, yaitu

katarak terkait usia (katarak senilis), katarak anak- anak, katarak traumatik,

katarak sekunder akibat penyakit intraokular (katarak komplikata), katarak akibat

penyakit sistemik, katarak terinduksi obat, dan katarak ikutan (membran

sekunder).

Katarak terkait usia (katarak senilis) adalah jenis katarak yang paling sering

dijumpai. Satu-satunya gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang

semakin kabur.

Page 3: Eddy Yuristo_Amanda Putri Utami_Lidya Puspitasari_Gabby Alvionita_MKDU A

Katarak anak-anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu katarak kongenital

yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya dan katarak didapat yang timbul

belakangan dan biasanya terkait dengan sebab-sebab spesifik. Pertama, katarak

kongenital. Banyak katarak kongenital yang tidak diketahui penyebabnya

walaupun mungkin terdapat faktor genetik, yang lain disebabkan oleh penyakit

infeksi atau metabolik, atau berkaitan dengan berbagai sindrom. Kedua, katarak

didapat. Katarak didapat terutama disebabkan oleh trauma, baik tumpul maupun

tembus. Penyebab lain adalah uveitis, infeksi mata didapat, diabetes dan obat.

Katarak traumatik, paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di

lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera setelah

masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor

aqueus dan kadang- kadang korpus vitreum masuk kedalam struktur lensa.

Katarak sekunder akibat penyakit intraokular (komplikata), yang merupakan

katarak sekunder akibat penyakit intraokular pada fisiologi lensa. Katarak

biasanya berawal didaerah sub kapsul posterior dan akhirnya mengenai seluruh

struktur lensa. Penyakit-penyakit intraokular yang sering berkaitan dengan

pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis

pigmentosa dan pelepasan retina.

Katarak akibat penyakit sistemik. Katarak bilateral dapat terjadi karena

gangguan- gangguan sistemik berikut: diabetes mellitus, hipoparatiroidisme,

distrofi miotonik, dermatitis atropik, galaktosemia, dan syndrome Lowe, Werner

atau Down.

Katarak terinduksi obat (toksik). Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus

pada tahun 1930-an sebagai akibat penelanan dinitrofenol (suatu obat yang

digunakan untuk menekan nafsu makan). Kortokosteroid yang diberikan dalam

waktu lama, baik secara sistemik maupun dalam bentuk tetes yang dapat

menyebabkan kekeruhan lensa.

Katarak ikutan (membran sekunder). Katarak ikutan merupakan kekeruhan

kapsul posterior yang terjadi setelah ekstraksi katarak ekstrakapsular. Epitel lensa

subkapsular yang tersisa mungkin menginduksi regenerasi serat-serat lensa,

memberikan gambaran “telur ikan” pada kapsul posterior (mutiara Elschnig).

Lapisan epitel yang berproliferasi tersebut dapat membentuk banyak lapisan dan

Page 4: Eddy Yuristo_Amanda Putri Utami_Lidya Puspitasari_Gabby Alvionita_MKDU A

menimbulkan kekeruhan yang jelas. Sel-sel ini mungkin juga mengalami

diferensiasi miofibroblastik. Kontraksi serat-serat tersebut menimbulkan banyak

kerutan kecil di kapsul posterior yang menimbulkan distorsi penglihatan. Semua

faktor ini dapat menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan setelah ekstraksi

katarak ekstrakapsular. Katarak ikutan merupakan suatu masalah besar pada

hampir semua pasien pediatrik, kecuali bila kapsul posterior dan vitreus anterior

diangkat pada saat operasi. Dulu, hingga setengah dari semua pasien dewasa

mengalami kekeruhan kapsul posterior setelah menjalani ekstraksi katarak

ekstrakapsular. Namun, teknik bedah yang semakin berkembang dan materi lensa

intraokular yang baru mampu mengurangi insiden kekeurahan kapsul posterior

secara nyata.

Katarak Senilis

Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa. Penuaan merupakan penyebab

katarak terbanyak. Katarak akibat penuaan (senilis) merupakan penyebab umum

gangguan penglihatan. Berbagai studi cross-sectional melaporkan 65-74 tahun

adalah sebanyak 50%; prevalensi ini meningkat hingga 70% pada individu diatas

75 tahun. Satu-satunya gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang

semakin kabur.

Ada tiga tipe utama katarak senilis, yakni katarak sklerosis nuklear, katarak

kortikal, dan katarak posterior subkapsular.

Pertama, katarak sklerosis nuklear. Beberapa derajat nuklear skeloris dan

penguningan dikatakan normal pada pasien dewasa setelah melewati usia

menengah. Secara umum, kondisi ini hanya sedikit menganggu fungsi

penglihatan. Sklerosis dan penguningan dalam jumlah yang berlebihan disebut

katarak nuklear, yang menyebabkan kekeruhan sentral. Tingkatan sklerosis,

penguningan dan kekeruhan dievaluasi dengan slit-lamp secara oblik dan

pemeriksaan refleks merah dengan pupil dilatasi. Bila sudah lanjut, nukleus

berwarna coklat (katarak brunescent) dan konsistensinya keras.

Kedua, katarak kortikal. Perubahan komposisi ion pada korteks lensa dan

perubahan hidrasi pada serabut lensa menyebabkan kekeruhan kortikal.18 Gejala

katarak kortikal yang sering dijumpai adalah silau18,26 akibat sumber cahaya

Page 5: Eddy Yuristo_Amanda Putri Utami_Lidya Puspitasari_Gabby Alvionita_MKDU A

fokal, sepeti lampu mobil. Monokular diplopia bisa juga dijumpai. Tanda pertama

pembentukan katarak kortikal terlihat dengan slitlamp sebagai vakuola dan celah

air (water clefts) di korteks anterior atau posterior.

Ketiga, katarak posterior subkapsular (posterior subcapsular

cataract=PSCs) sering dijumpai pada pasien yang lebih muda daripada katarak

nuklear atau kortikal. PSCs berlokasi di lapisan kortikal posterior dan biasanya

aksial. Indikasi pertama pembentukan PSC adalah kilauan warna yang samar

(subtle iridescent sheen) pada lapisan kortikal posterior yang terlihat dengan

slitlamp. Pasien sering mengeluhkan silau dan penglihatan jelek pada kondisi

cahaya terang karena PSC menutupi pupil ketika miosis akibat cahaya terang,

akomodasi, atau miotikum. Penglihatan dekat lebih jelek daripada penglihatan

jauh. Beberapa pasien juga mengalami monokular diplopia.

Patofisiologi

Patofisiologi atau mekanisme terjadinya katarak senilis belum sepenuhnya

dimengerti. Walaupun demikian, pada lensa katarak secara karakteristik terdapat

agregat-agregat protein yang menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi

transparansinya. Pertambahan usia bisa memicu perubahan protein lainnya yang

dapat menyebabkan nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat

kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan

posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang

paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya

transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang

dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan

penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat

menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat

jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa

normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa.

Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu

transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran

Page 6: Eddy Yuristo_Amanda Putri Utami_Lidya Puspitasari_Gabby Alvionita_MKDU A

dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan

bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang berbeda.

Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti diabetes. Namun

kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal.

Kebanyakan katarak berkembang secara kronik ketika seseorang memasuki

dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal,

karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan

penglihatan permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya

katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok,

diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama

(Smeltzer, 2002).

Biasanya pasien yang menderita katarak melaporkan keluhan-keluhan,

seperti penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan fungsional

sampai derajat tertentu yang disebabkan oleh penurunan fungsi penglihatan tadi.

Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan, seperti mutiara keabuan, pada

pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah

menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan

tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur

atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah

melihat di malam hari.

Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih.

Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun , dan ketika katarak

sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu

memperbaiki penglihatan.

Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk

menghindari silau yang menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah.

Misalnya, ada yang mengatur ulang perabotan rumahnya sehingga sinar tidak

akan langsung menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak

lebar atau kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai

mobil pada siang hari (Smeltzer, 2002).

Page 7: Eddy Yuristo_Amanda Putri Utami_Lidya Puspitasari_Gabby Alvionita_MKDU A

Menurut mansjoer (2000), pada katarak senil, dikenal 4 stadium, yaitu

insipiens, matur, imatur, dan hipermatur.

Katarak akibat penuaan ini tidak dapat dicegah karena sedianya semakin tua

usia seseorang, maka semakin melemahnya fungsional tubuh. Perubahan-

perubahan yang terjadi pada protein yang dapat menyebabkan katarak tidak dapat

dicegah seiring bertambahnya usia. Walaupun katarak akibat penuaan (senilis) ini

tidak dapat dicegah, pasien katarak senilis masih bisa disembuhkan dengan cara

mendapatkan penanganan/tata laksana dari dokter ahli mata.

Penatalaksanaan

Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala

katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup

dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat

menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui

dapat menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan

hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti

Page 8: Eddy Yuristo_Amanda Putri Utami_Lidya Puspitasari_Gabby Alvionita_MKDU A

katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar

sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E.

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih

dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode

yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan

evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan

implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah

lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract

ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga

prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE,

ECCE, dan phacoemulsifikasi.

1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)

Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama

kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan

depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang

metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan

dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan

tindakan pembedahan yang sangat lama populer.

ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia

kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.

Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma,

uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.

2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran

isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa

lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan.

Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan

kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular

posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan

akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya

prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca,

sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular

Page 9: Eddy Yuristo_Amanda Putri Utami_Lidya Puspitasari_Gabby Alvionita_MKDU A

edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan

pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca.

Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya

katarak sekunder.

3. Phakoemulsifikasi

Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan

kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-

3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan

katarak, selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah

hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat

dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak

diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien

dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.

Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan

kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis

padat, dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan

dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan

lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti

itu.

4. SICS

Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang

merupakan teknik pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih

menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan murah. Apabila lensa mata

penderita katarak telah diangkat maka penderita memerlukan lensa pengganti

untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai berikut:

a. Kacamata afakia yang tebal lensanya

b. Lensa kontak

c. Lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di dalam mata

pada saat

d. Pembedahan untuk mengganti lensa mata asli yang telah diangkat

Perawatan Pascabedah

Page 10: Eddy Yuristo_Amanda Putri Utami_Lidya Puspitasari_Gabby Alvionita_MKDU A

Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya

lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan

untuk bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat

benda berat selama sekitar satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2

bulan. Matanya dapat dibalut selama beberapa hari pertama pasca operasi atau

jika nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi dan matanya

dilindungi pakai kacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata sementara

dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien dapat

melihat dengan baik melui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata

permanen (Biasanya 6-8 minggu setelah operasi).

Selain itu juga akan diberikan obat untuk:

a. Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang

menyayat maka diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang

mungkin timbul beberapa jam setelah hilangnya kerja bius yang digunakan

saat pembedahan.

b. Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin

dan perlu diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena

kebersihan yang tidak sempurna.

c. Obat tetes mata streroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk

mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah.

d. Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca

bedah.

Hal yang boleh dilakukan antara lain:

a. Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan.

b. Melakukan pekerjaan yang tidak berat.

c. Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan mengangkat kaki

keatas.

Yang tidak boleh dilakukan antara lain:

a. Jangan menggosok mata

b. Jangan membungkuk terlalu dalam

c. Jangan menggendong yang berat

d. Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya

Page 11: Eddy Yuristo_Amanda Putri Utami_Lidya Puspitasari_Gabby Alvionita_MKDU A

e. Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar

f. Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah

C. PENUTUP

Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat menurunkan tajam

fungsi penglihatan penderitanya. Penyebab terbanyak katarak adalah akibat

penuaan. Mekanisme terjadinya katarak belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun

demikian, pada lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein

yang menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya. Katarak

akibat penuaan terbagi menjadi tiga macam, yaitu katarak sklerosis nukelar,

katarak kortikal, dan katarak subkapsular posterior. Gejala-gejala yang muncul

bisa seperti penurunan tajam penglihatan, silau, gangguan fungsional sampai

derajat tertentu yang disebabkan oleh penurunan fungsi penglihatan tadi, dan

diskriminasi warna yang buruk. Katarak akibat penuaan tidak dapat dicegah,

tetapi masih bisa diobati dengan intervensi bedah katarak dan perawatan

pascaoperasi. Jika didapati gejala-gejala seperti tersebut di atas, ada baiknya untuk

segera berkonsultasi dengan dokter umum setempat mengenai gejala-gejala yang

dikeluhkan agar mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.

Daftar Pustaka

Depkes RI, Perdami. 2009. Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan

Peglihatan dan Kebutaan (PGPK) untuk Mencapai Vision 2020.

Harper, Richard A. dan John P. Shock. 2009. Vaughan & Asbury Oftalmologi

Umum Ed. 17: Lensa. Jakarta: EGC.

lyas S. (2007). Ilmu Penyakit Mata: Tajam Penglihatan, Kelainan Refraksi dan

Penglihatan Warna hal 72-75. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

James, B., Chew, C., Bron, A. 2006. Lecture Notes Oftalmologi. 9th ed. Jakarta:

Erlangga Medical Series.

Titcomb, Lucy C. 2010. Understanding Cataract Extraxtion.

Page 12: Eddy Yuristo_Amanda Putri Utami_Lidya Puspitasari_Gabby Alvionita_MKDU A

Victor, Vicente. Cataract Senile, available at www.emedicine.com, last update 22

November 2010.

Wijana, Nana S.D. 1993. Ilmu Penyakit Mata Cetakan ke-6 hal: 190-196.

Jakarta: Penerbit Abadi Tegal.