edafikdpt

26
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN PENGENALAN PENGENDALIAN MELALUI PENGELOLAAN FAKTOR EDAFIK Oleh: Nama : Intan Ratri Prasundari Nim : 115040201111025 Kelompok: Senin 11.00 Asisten : Amalia Hakiki PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

description

Faktor edafik

Transcript of edafikdpt

Page 1: edafikdpt

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

PENGENALAN PENGENDALIAN MELALUI PENGELOLAAN FAKTOR EDAFIK

Oleh:

Nama : Intan Ratri Prasundari

Nim : 115040201111025

Kelompok: Senin 11.00

Asisten : Amalia Hakiki

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2011

Page 2: edafikdpt

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pertanian berlanjut adalah tujuan pertanian modern. Pertanain berlanjut

mementingkan keseimbangan ekosistem dan lingkungan yang terjaga dalam produksi

tanaman budidaya. Tidak ada larangan dalam penggunaan pestisida, namun

penggunaan yang tidak berlebihan dan dalam batasan itulah yang diperlukan. Seperti

yang kita ketahui, pengendalian hama dengan pestisida adalah salah satu cara yang

mudah namun, dalam pertanian berlanjut tidak dianjurkan untuk menggunakannya.

Dampak dari penggunaan pestisida terhadap lingkungan itulah yang menjadi

pantanagn sistem pertanian berlanjut. Pengendalian organisme pengganggu tanaman

dalam pertanian berlanjut menggunakan keseimbangan ekosistem. Salah satunya

adalah keseimbangan ekosistem dalam tanah.

Ekosistem tanah sangat berpengaruh bagi pertanian, karena berhubungan

langsung dengan tanaman budidaya. Ekosistem tanah yang baik dapat mendukukng

pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya sedangkan tanah yang kurang

baik adalah tanah yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan organisme

pengganggu tanaman.

I.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk memenuhi tugas praktikum Dasar perlindungan Tanaman dengan

materi pengendalaian OPT dengan factor edafik.

2. Untuk mengetahui kondisi pada sample tanah pertanian organic

Page 3: edafikdpt

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Indikator Tanah Sehat

Tanah dikatakan sehat bila memenuhi beberapa indicator kesehatan tanah yang

meliputi sifat fisik, kimia dan biologinya. Berikut adalah indicator sehatnya tanah.

Sifat Biologi

Mikroorganisme juga merespon dengan cepat terhadap stres lingkungan

dibandingkan dengan organisme yang lebih tinggi, karena mereka memiliki hubungan

intim dengan mereka karena permukaan yang tinggi terhadap volume sekitarnya.

Dalam beberapa kasus, perubahan dalam populasi mikroba atau kegiatan dapat

mendahului perubahan terdeteksi dalam sifat fisik dan kimia tanah, sehingga

menyediakan tanda awal perbaikan tanah atau peringatan dini degradasi tanah

(Pankhurst et al. 1995). Contohnya adalah omset tingkat biomassa mikroba. Ini jauh

lebih cepat, misalnya 1-5 tahun, dari omset keseluruhan tanah bahan organik (Carter

et al, 1999.). observasitions dalam Program Pemantauan Tanah Belanda telah

menunjukkan bahwa sebagian mikroba indikator memang memiliki kekuatan

membedakan relatif terhadap tanah yang berbeda perlakuan (Schouten et al. 2000).

Ini juga telah ditampilkan untuk biomassa mikroba dan respirasi basal pada skala

regional di Amerika Serikat (Brejda et al. 2000C). Bioavailabilitas bahan kimia,

misalnya logam berat atau pestisida, adalah juga merupakan isu penting dari

kesehatan tanah karena hubungannya dengan aktivitas mikroba. Dampak dari bahan

kimia seperti pada kesehatan tanah tergantung pada aktivitas mikroba. Sebagai

contoh, konsentrasi logam berat dalam tanah tidak akan berubah selama periode

waktu kecil, namun mereka bioavailabilitas mungkin. Hal demikian telah

menunjukkan bahwa bioavailabilitas poliaromatik hidrokarbon lebih rendah pada

musim gugur dibandingkan dengan awal karena aktivitas mikroba lebih tinggi setelah

Page 4: edafikdpt

musim tanam (H. musim semi Harms, pers. comm. 2001). Oleh karena itu, isi total

bahan kimia dalam tanah bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan

bioavailabilitas nya (Logan 2000) dan sehingga tanah kesehatan. Sebaliknya,

bioavailabilitas harus diukur dalam re- lation untuk bioassay dan proses mikroba yang

spesifik. Dalam konteks ini, tanggapan mikroba juga mengintegrasikan efek

campuran kimia, yang informasi yang tidak diperoleh dengan mempelajari campuran

kimia itu sendiri.

(Anonima, 2011)

Sifat Fisik

Secara umum tanah dikatakan sehat apabila sifat fisiknya mendukung hidupnya

mikroorganisme yang bermanfaat bagi tanaman maupun tanah tersebut. Tanah yang

sehat umumnya bertekstur dominan liat dan umumnya memiliki ukuran porositas

yang kecil tapi dalam jumlah yang banyak. Tanah yang sehat umumnya berstruktur

granular yang memiliki pori-pori yang ukurannya kecil tetapi jumlahnya banyak.

Pori pori tanah sangat mendukung hidupnya mikroorganisme tanah dalam hal

penyediaan udara. Pori-pori tanah juga sebagai indicator baiknya drainase dan aerasi

tanah. Seperti yang disebutkan sebelumnya tanah yang baik adalah tanah yang

memiliki pori pori ukuran kecil dan berjumlah banyak.

Struktur tanah yang baik, menciptakan baik dikeringkan tanah, tetapi beberapa

tanah yang basah (seperti untuk memproduksi beras ) atau kering (seperti untuk

memproduksi tanaman rentan terhadap jamur atau busuk) seperti Agave . Berbagai

mikroorganisme yang mendukung pertumbuhan tanaman. Hal ini sering

mengandung sejumlah besar lapisan atas tanah .

(Anonima, 2011)

Sifat fisik tanah lainnya adalah konsistensi. Konsistensi merupakan

kemampuan tanah dalam perubahan bentuk yang disebabkan tekanan dari luar. Tanah

Page 5: edafikdpt

yang sehat tidak mudah berubah bila dikenai suatu tekanan, namun tanah yang mudah

berubah juga tidak baik contohnya tanah yang berpasir. Tanah yang mudah lepas

memperbesar kemungkinan terjadinya erosi, sedangkan tanah yang sulit berubah

maka pengolahan tanah untuk ditanami akan sulit dilakukan.

(Tim dosen, 2011)

Sifat Kimia

Seperti halnya sifat fisik tanah, sifat kimia tanah juga harus mendukung hidupnya

mikroorganisme maupun organisme lain yang ada menempatinya.. Tanah yang terlalu

asam maupun basa tidak bisa ditumbuhi tanaman maupun mikroorganisme lainnya.

Tanah yang sehat adalah kaya nutrisi yang dibutuhkan untuk nutrisi tanaman

dasar, termasuk nitrogen , fosfor dan kalium . Tanah yang mengandung mineral

yang cukup (elemen) untuk nutrisi tanaman, termasuk boron , klorin , kobalt ,

tembaga , besi , mangan , magnesium , molibdenum , belerang , dan seng . tanah

sehat juga berisi bahan organik tanah yang meningkatkan struktur tanah dan

kelembaban tanah retensi. PH tanah adalah pada kisaran 6,0-6,8 untuk tanaman

tertentu tetapi beberapa lebih suka kondisi asam atau alkali.

(anonyma, 2011)

II.2 Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Berdasarkan Factor

Edafik

Pengolahan tanah dapat dimanfaatkan untuk pengendalian instar hama yang berada

dalam tanah. Misal:

Pengolahan tanah sangat efektif untuk membunuh telur belalang kembara

(Locusta migratoria) yang selalu diletakan di dalam tanah.

Hama akar seperti lundi (Holotricia helleri) mempunyai fase larva dan pupa di

dalam tanah, sehingga pengolahan tanah dapat mengangkat pupa dan

memutus siklus perkembangannya.

Page 6: edafikdpt

Pemupukan: tindakan pemupukan juga dapat mempengaruhi keberadaan OPT.

beberapa pengeruh pemupukan terhadap serangan OPT.

Optimalisasi pemupukan N dapat mengurangi serangan OPT karena

pemupukan N yang berlebihan akan menjadikan tanaman sukulen dan mudah

terserang OPT.

Pemberian pupuk mikro dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap

serangan OPT.

(Ardiawan, 2010)

Sedangkan pada tanaman kacang tanah hama Penyakit busuk batang (Sclerotium

rolfsi) akan muncul pada tanah yang tergenang air sehingga diperlukan drainase

yang baik

(Anonimc, 2011)

Pengolahan tanah

Suatu usaha yang cukup praktis pada pengendalian gulma annual, biennial,

perennial, ialah cara pengolahan tanah. Dalam pengendalian gulma annual cukup

dibajak dangkal saja. Dengan cara ini gulma tersebut dirusakkan bagian atas tanah

saja. Sedang untuk biennal bagian atas tanah dan mahkota, dab bagi perennial

kedua bagian di bawah dan di atas tanah dirusakkan. Kebanyakan gulma annual

dapat dikendalikan hanay dengan sekali pemberoan. Bila tanah banyak

mengandung biji gulma yang viabel, maka perlu diikuti tahun kedua dengan

pertanaman barisan dan pengolahan yang bersih untuk mencegah pembentukan

biji. Sedangkan untuk gulma perennial, pemberoan semusim belum cukup.

Sebaiknya perlakuan digaabung dengan pengunaan herbisida dan pengolahan

yang bersih. Metoden ini cukup memadai dan beragam dengan spesies gulma,

usia infestasi dan sifat tanah, kesuburan serta kedalaman air tanah. Gulma

perennial yang berakar dangkal sekali pembajakan cukup dapat mereduser,

Page 7: edafikdpt

dengan “membawa” akar ke atas dan dikeringkan. Pembajakan di atas akan

menekan pemebentukan dan tunas baru. Untuk gulma perennial berakar dalam

pembajakan berulangkali dan pada interval teratur akan menguarangi

perkembangannya. Perlakuan ini akan menguras cadangan pangan dalam akar

dengan berulangkali merusak bagian atas. Pada tanah ringan dan kurang subur

perlakuan tersebut sangat berhasil. Dari pengolahan tanah dapat disimpukan

bahwa penimbunan titik tumbuh gulma dan mengganggu sistem perakaran dengan

pemotongan akar dapat membuat gulma mati, karena potongan-potongan akar

dapat mengering sebelum pulih kembali.

(Arif,2010)

Page 8: edafikdpt

III. METODOLOGI

III.1 Alat dan Bahan

Alat:

1. Corong berlese: Untuk membuat mikroorganisme tanah jatuh ke

bawah

2. Mikroskop binokuler: Mengamati mikroorganisme

3. Buku identifikasi serangga: mengidentifikasi serangga yang

ditemukan

4. Cetok: mengambil sample tanah

5. Baskom: tempat membuat larutan detergen dan tempat jatuhnya

organisme tanah

6. Lampu: membuat organisme tanah merasa tidak nyaman dalam

tanah

7. Tas plastic hitam: wadah tanah sample setelah di ambil

8. Cawan petri: tempat organisme untuk diamati

Bahan:

1. Tanah : sebagai sample tanah yang diamati keberadaan

organismenya

2. Air : untuk mebuat larutan detergen

3. Detergen: untuk mebuat larutan detergen

Page 9: edafikdpt

III.2 Alur Kerja

Cara kerja pengambilan sampel tanah

Siapkan alat dan bahan

Ambil sejumlah material tanah( kedalaman 10 cm dari permukaan tanah dengan

mengambil juga seresah yang ada di atas permukaan tanah)

Gunakan cetok untuk mengambil material tanah

Masukkan ke dalam kantong plastik hitam

Cara kerja di laboratorium

Siapkan alat dan bahan

Buang tanah pada saringan ( bila ada)

Buat larutan sabun ( seperti pitfall, jangan sampai terlalu berbusa)

Taruh pitfall di bawah corong berlese

Taruh sampel tanah pada saringan

Nyalakan lampu

Biarkan 24 jam

Amati

Cara Kerja Identifikasi Spesimen

Amati

Spesimen Kasat mata(makro) spesimen tidak kasat mata ( mikro)

Page 10: edafikdpt

Ambil dan tiriskan Ambil larutan dan letakkan pada cawan petri

Letakkan pada cawan petri Amati dengan mikroskop binokuler

Dokumentasi Dokumentasi

Identifikasi ( KDS/ internet ) Identifikasi

III.3 Analisa Perlakuan

1. Pengambilan sample tanah

Sebelum melakukan pengambilan sample tanah, perlu disiapkan alat berupa cetok

dan tas plastic hitam dan menentukan sample tanah mana yang akan diambil.

Pengambilan sample tanah dilakukan dengan cara membersihkan seresah atau tanah

yang berada di atas tanah. Tanah yang diambil sebagai sample adalah tanah yang

berada di kedalaman 10 cm dari permukaan tanah. Tujuan pengambilan tanah pada

kedalaman 10cm dari permukaan tanah adalah banyak organisme tanah yang hidup

pada kedalaman tersebut. Sample tanah yang telah diambil dimasukkan pada tas

plastic hitam atu kresek hitam. Tujuan penempatan sample tanah pada tas kresek

hitam adalah untuk menjaga kondisi tanah agar tetap sama dengan tempat asalnya.

2. Perlakuan dalam laboratorium

Sebelum memberikan perlakuan pada sample tanah, perlu disiapkan alat dan

bahannya. Alat berupa corong berlese dan bahannya yaitu sample tanah dan larutan

detergen. Larutan detergen digunakan untuk memperangkap organisme tanah, corong

berlese digunakan untuk menggiring organisme keluar menuju larutan pitfall. Sample

tanah yang tidak ikut tersaring dibuang. Larutan sabun atau pitfall diletakkan dibawah

corong berlese. Sample tanah diletakkan pada corong berlese, lalu tutup. Perlakuan

Page 11: edafikdpt

selanjutnya adalah menyalakan lampu untuk membuat kondisi yang tidak nyaman

bagi organisme tanah. Selanjutnya dibiarkan selama 24 jam.

3. Perlakuan pada organisme tanah

Organisme tanah yang terjebak pada pitfall baik yang mikro maupun yang makro

akan diamati untuk mengetahiu peranannya didalam tanah. Organisme yang

berukuran makro disaring dari larutan detergen, lalu diletakkan pada cawan petri dan

menamatinya. Sedangkan pada organisme yang berukuran mikro, pengamatan

dilakukan dengan mikroskop binokuler. Pendokumentasian organisme juga dilakukan

untuk mendukung kegiatan identifikasi organisme tersebut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Dokumentasi Praktikum

Page 12: edafikdpt

Corong berlese

Saringan

Pitfall Larutan Pitfall

Page 13: edafikdpt

Pengambilan spesimen Pengambilan spesimen

Pengambilan spesimen Spesimen Mikro (Nihil)

Spesimen Makro (cacing) Spesimen Makro (Cacing)

Spesimen Makro (Y) Spesimen Makro (X)

Page 14: edafikdpt

IV.2 Hasil Identifikasi Spesimen yang Ditemukan (Klasifikasi : Kingdom

sampai spesies)

1. Organisme tanah pertanian organic ukuran makro

Cacing Tanah ada 1

Klasifikasi Cacing Tanah

Kerajaan: Animalia

Filum: Annelida

Kelas:Clitellata

Ordo: Haplotaxida

Famili: Acanthodrilidae

(Anonimb,2011)

Semut ada 9 yang nampak

Klasifikasi semut

Klasifikasi

Kingdom:Animalia

Pillum:Arthropoda

Kelas:Insecta

Ordo:Hymenoptera

Subordo:Apokrita

Superfamil:Vespoidea

Familia:Formicidae

Genus:Formica

Spesies : Formica yessensis

(Anonimb,2011)

Spesimen X

Klasifikasi Spesimen X

Kingdom: Animalia

Page 15: edafikdpt

Phylum: Arthropoda

Class:Insecta

Ordo:Neuroptera

Subordo: Hemerobiiformia

Seperfamily: Chrysopoidae

Family: Chrysopidae

(Anonimb,2011)

Spesimen Y

Klasifikasi Spesimen Y

Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Ordo: Diptera

SubOrdo: Nematocera

Infraorder: Bibionomorpha

Superfamili: Scianiodea

Family: Mycetophilidae

(Anonimb,2011)

2. Tanah sistem pertanian organik organisme ukuran mikro tidak ditemukan adanya

specimen.

IV.3 Peranan Spesimen bagi ekosistem

Spesimen Y

Berdasarkan literature specimen Y yang merupakan family dari

Mycetophilidae baik dewasa maupun larva adalah hama. Larva dan imago specimen

X dapat mnyebarkan penyakit. Dewasa specimen X beraktivitas disekitar tanaman.

Mycetophilidae yang masih dalam bangsa lalat membutuhkan tempat yang lembab

untuk bisa hidup. Aktivitas larva Mycetophilidae yang berada di dalam tanah

Page 16: edafikdpt

merusak akar tanaman. Tanaman yang diserang Larva Spesimen Y akan

menyebabkan pengerdilan. Larva specimen Y tidak hanya memakan akar tanaman,

tetapi juga memakan mulsa organic. Larva specimen Y akan meninggalkan jejak

berupa lendir.

(Anonimc 2009)

Spesimen X

Peranan specimen X, dengan family Chrysopidae bagi ekosistem adalah

sebagai predator bagi kutu daun (Aphid sp.). Imago dari specimen X meletakkan

kepompong (pupa) dibalik daun maupun di dalam tanah.

(ML

Pappas , 2010)

Cacing Tanah

Cacing tanah bagi ekosistem berperan dalam hal penguraian seresah atau

daun-daun kering. Hasil dari peruraian tersebut bermanfaat bagi tanaman karena

menghasilkan unsure hara. Selain itu cacing juga berperan dalam perbaikan sifat fisik

tanah. Aktivitas pergerakan cacing berperan dalam proses pembalikan tanah. Cacing

tanah juga berperan sebagai indicator kesuburan tanah. Tanah yang subur banyak

ditemui cacing hidup di dalamnya.

Semut

Semut dengan spesies tertentu berperan sebagai predator bagi hama.Perannya

sebagai predator menguntungkan dunia pertanian, karena dalam system pertanian

monokultur semut predator membantu menyeimbangkan ekosistem.

(Imamura. 2011)

IV.4 Pembahasan

Page 17: edafikdpt

Spesimen yang ditemukan pada sample tanah pertanian organic adalah 9 ekor

semut (yang tampak) 1 ekor cacing, specimen X (Chrysopidae) dan specimen Y

(Mycetophilidae). Berdasarkan specimen yang ditemukan kondisi ekosistem tanah

cukup seimbang karena specimen yang berperan sebagi hama hanya specimen Y.

Peran decomposer seperti cacing cukup kurang, sedangkan peran predator cukup

banyak yaitu 9 ekor semut dan spesimen X. Banyaknya jumlah semut dibandingkan

dengan cacing menunjukkan bahwa sample tanah liat berpasir, karena semut lebih

suka dengan tanah dengan tekstur tersebut. Adanya specimen Y dan cacing

menunjukkan bahwa sample tanah cukup lembab, hal tersbut dikarenakan specimen

tersebut menyukai kondisi yang lembab.

V. PENUTUP

V.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dan dattahui bahwa smple tanah pertanian organic

dalam kondisi cukup baik. Hal tersebut terlihat dari specimen yang ada dalam tanah

Page 18: edafikdpt

tersebut. Spesimen yang ditemukan adalah 1 dekomposer (cacing tanah), 2 Predator

( X dan semut), dan 1 hama (Y). Berdasarkan tempat hidup specimen yang

ditemukan, kondisi sample tanah pertanian organic bertekstur dominan liat berpasir

dan lembab.

V.2Saran

Praktikum sudah berkjalan dengan baik namun, akan lebih baik jika praktikum

dilakukan tidak bergabung dengan kelompok lain. Praktikum dengan materi

Pengenalan Pengendalian Melalui factor Edafik baiknya juga dilakukan per

kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Anonima. 2011. Fertility (online). (http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Fertility_(soil), Diakses 14 Desember 2011)

Page 19: edafikdpt

Anonimc, 2011. OPT penting Kacang Tanah dan pengendaliannya (Online). (http://laboratoriumphpbanyumas.com/isiwebsite/AGENSIA%20HAYATI/opt%20penting%20kacang%20tanah.pdf, Diakses 14 Desember 2011)

Anonimb, 2011. http://id.wikipedia.org/. Diakses pada tanggal 11 Desember 2011Anonimc. 2009. Fungus Gnats, Shore Flies, Moth Flies, and March Flies (Online).

(http://www.ipm.ucdavis.edu/PMG/PESTNOTES/pn7448.html, diakses tanggal 24 desember 2011)

Ardiawan 2010, MACAM PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (Online). (http://ardiawan-1990.blogspot.com/2010/10/macam-pengendalian-organisme-pengganggu.html, Diakses 14 Desember 2011)

Arif. 2010. KONSEP PENGENDALIAN OPT (Online). (http://blog.ub.ac.id/arifin56/2010/05/10/konsep-pengendalian-opt/, diakses tanggal 14 deember 2011)

ML Pappas , GD Broufas dan DS Koveos.2010. Chrysopid Predators and their Role in Biological Control (Online). (http://scialert.net/fulltext/?doi=je.2011.301.326&org=10, diakses tanggal 14 desember 2011)

Imamura, Shinji. 2011. Social Modifications of Work Efficiency in Digging by the Ant, Formica (Formica) yessensis Forel (Online). (eprints.lib.hokudai.ac.jp/dspace/bitstream/2115/27675/1/23(1)_P128-142.pdf, Diakses 14 Desember 2011)

Tim dosen. 2011. Modul Praktikum Dasar Ilmu Tanah. Malang: FP UB