EBT dalam Kebijakan Energi Nasional

download EBT dalam Kebijakan Energi Nasional

of 10

Transcript of EBT dalam Kebijakan Energi Nasional

  • 8/11/2019 EBT dalam Kebijakan Energi Nasional

    1/10

    TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN ENERGI DAN TEKNOLOGI

    M. ALI HUSIN

    NPM 250120140028

    PRODI MIL Pasca Sarjana UNPAD 2014

    PENGEMBANGAN EBT DALAM KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL

    Pendahuluan

    Indonesia dengan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 5-6% telah menjadi salah

    satu negara dengan potensi ekonomi yang cukup kuat di Asia. Meskipun di tahun-tahun

    terakhir ini dunia dilanda krisis global, perekonomian Indonesia masih mampu

    memperlihatkan pertumbuhannya. Namun, daya saing Indonesia masih lemah dibandingkan

    dengan negara-negara sekitar yang disebabkan oleh rendahnya tingkat produktifitas. Energi

    menjadi salah satu faktor produksi yang mempengaruhi tingkat produktifitas.Sebagian besar konsumsi energi Indonesia didominasi oleh penggunaan bahan

    bakar fosil. Besarnya ketergantungan energi Indonesia terhadap minyak bumi dan rendahnya

    pemanfaatan energi terbarukan bila dibandingkan dengan potensi yang dimiliki masih

    menjadi tantangan tersendiri di sektor energi.

    Kompleksitas permasalahan energi di Indonesia ini melahirkan pedoman dalam

    pengelolaan energi melalui Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang dirancang dan

    dirumuskan oleh Dewan Energi Nasional yang akan ditetapkan oleh pemerintah dengan

    persetujuan DPR RI sebagai amanat dari UU No. 30 Tahun 2007 Tentang Energi. Di dalam

    RPP KEN, pemerintah meningkatkan pertumbuhan sejumlah energi dan mengurangi

    ketergantungan terhadap energi lain secara bertahap. Salah satu energi yang akan

    ditingkatkan pertumbuhannya adalah energi baru dan terbarukan.

    Kondisi Saat Ini

    Indonesia dengan lebih dari 240 juta diperkirakan akan membutuhkan suplai

    energi 3,5

    4,5 kali lipat dari suplai energi yang ada saat ini pada tahun 2025 (Widodo W.

    Purwanto, 2010). Selama beberapa tahun terakhir, pertumbuhan energi di Indonesia

    mencapai 7-8% per tahun. Elastisitas energi di Indonesia berada pada kisaran 1,6

  • 8/11/2019 EBT dalam Kebijakan Energi Nasional

    2/10

    TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN ENERGI DAN TEKNOLOGI

    M. ALI HUSIN

    NPM 250120140028

    PRODI MIL Pasca Sarjana UNPAD 2014

    mencerminkan masih belum efisiennya penggunaan energi di Indonesia. Pertumbuhan energi

    Indonesia yang tinggi ini tidak ditunjang dengan kebijakan penyediaan energi yang baik.

    Gambar 1. Bauran energi Indonesia pada tahun 2011(Sumber : KESDM, 2012 dalam Bappenas 2012)

    Data di atas menunjukkan pada tahun 2011 energi fosil merupakan sumber energi

    dominan di Indonesia sebesar 95,9 %. Penggunaan energi minyak sebesar 49,5% disusul

    penggunaan batubara dan gas masing-masing sebesar 26% dan 20,4%. Ini akan menimbulkan

    permasalahan yang besar karena energi fosil lambat laun akan menipis dan habis.

    Tabel 1. Neraca Energi Fosil Indonesia Tahun 2011

    (Sumber : KESDM, 2012 dalam Bappenas 2012)

    (Sumber : KESDM, 2012 dalam Bappenas 2012)

  • 8/11/2019 EBT dalam Kebijakan Energi Nasional

    3/10

    TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN ENERGI DAN TEKNOLOGI

    M. ALI HUSIN

    NPM 250120140028

    PRODI MIL Pasca Sarjana UNPAD 2014

    Tabel 2. Neraca Energi Baru dan Terbarukan Indonesia Tahun 2011

    (Sumber : KESDM, 2012 dalam Bappenas 2012)

    Dari data neraca energi Indonesia dalam tabel di atas, diperkirakan potensi minyak

    bumi, gas dan batu bara Indonesia masing-masing akan habis pada 23, 55 dan 83 tahun dari

    tahun 2012. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa penggunaan energi baru dan terbarukan

    (EBT) harus segera ditingkatkan. Tingginya pertumbuhan dan elastisitas energi ternyata

    belum diiringi dengan tingginya konsumsi energi per kapita Indonesia. Berdasarkan data

    tahun 2011, konsumsi energi per kapita Indonesia hanya mencapai 0,85 Ton Oil Equivalent

    (TOE) di bawah rata-rata konsumsi dunia sebesar 1,7 TOE dan beberapa negara ASEAN

    (Singapura 3,7 TOE, Malaysia 2,5 TOE, dan Thailand 1,5 TOE).

    Selain isu-isu tersebut, dimasa mendatang kondisi energi Indonesia akan

    dipengaruhi oleh isu lingkungan global dan komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi

    sebesar 26% melalui upaya sendiri dan 41% dengan bantuan pihak luar. Hal ini akan

    mempengaruhi kebijakan energi yang akan dilakukan di Indonesia.

    Kebijakan Energi Nasional

    Dalam implementasi Kebijakan Energi Nasional (KEN), pemerintah telah

    menyusunBlueprintPengelolaan Energi Nasional 2005-2025 yang mencakup aspek-aspek

    peningkatan produksi, diversifikasi, permintaan, maupun kebijakan harga, yang realistis danbersifat lintas sektor sehingga berbagai sumber energi yang ada diharapkan dapat dikelola

    secara optimal. Blueprint ini telah ditetapkan menjadi kebijakan pemerintah melalui

  • 8/11/2019 EBT dalam Kebijakan Energi Nasional

    4/10

    TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN ENERGI DAN TEKNOLOGI

    M. ALI HUSIN

    NPM 250120140028

    PRODI MIL Pasca Sarjana UNPAD 2014

    Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) sebagai

    pedoman dalam pengelolaan energi nasional.

    Gambar 2. Konsep KEN dalam pembangunan nasional(Sumber : KESDM, 2012 dalam Bappenas 2012)

    Berdasarkan Perpres No 5 Tahun 2006 tersebut, tujuan kebijakan energi nasional

    adalah untuk mengarahkan upaya-upaya dalam mewujudkan keamanan pasokan energi

    dalam negeri. Sementara sasaran kebijakan energi nasional adalah:

    a. Tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari satu pada tahun 2025.

    b. Terwujudnya bauran energi primer dengan peranan masing-masing jenis energi pada

    tahun 2025 adalah:

    - Minyak bumi menjadi kurang dari 20 persen.

    - Gas Bumi menjadi lebih dari 30 persen.

    - Batubara menjadi lebih dari 33 persen.

    - Bahan bakar nabati menjadi lebih dari 5 persen.- Panasbumi menjadi lebih dari 5 persen.

    - Biomassa, nuklir, mikrohidro, tenaga surya, dan tenaga angin menjadi 5 persen.

    - Batubara yang dicairkan menjadi lebih dari 2 persen.

  • 8/11/2019 EBT dalam Kebijakan Energi Nasional

    5/10

    TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN ENERGI DAN TEKNOLOGI

    M. ALI HUSIN

    NPM 250120140028

    PRODI MIL Pasca Sarjana UNPAD 2014

    Gambar 3. Sasaran Bauran Energi Primer Nasional(Sumber : KESDM, 2006)

    Sasaran kebijakan energi nasional seperti disebutkan dalam Perpres No. 5 Tahun

    2006 merupakan suatu tantangan yang cukup berat untuk diwujudkan. Mengingat bauran

    energi primer pada saat ini masih menunjukkan ketergantungan yang sangat tinggi terhadap

    minyak bumi.Untuk itu, pemerintah telah menerbitkan Undang-undang No.30 tahun 2007

    tentang Energi yang diharapkan akan dapat menjawab persoalan bidang energi.

    Sebagai amanat dari UU No. 30 tahun 2007 tentang Energi pemerintah menyusun

    KEN sebagai kebijakan pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan,

    dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian dan ketahanan energi nasional. Secara

    substansi, KEN meliputi :

    a. Ketersediaan energi untuk kebutuhan nasional

    b. Prioritas pengembangan energi

    c.

    Pemanfaatan sumberdaya energi nasional

    d. Cadangan penyangga energi nasional

    KEN yang telah disusun, didasarkan pada tahun dasar 2008 dengan tahun target 2050.Ruang lingkup dan fokus KEN yang diamanatkan UU No. 30 tahun 2007 ini sangat berbeda

    dengan kebijakan energi yang sudah dikeluarkan sebelumnya seperti yang dapat dilihat pada

    gambar berikut.

  • 8/11/2019 EBT dalam Kebijakan Energi Nasional

    6/10

    TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN ENERGI DAN TEKNOLOGI

    M. ALI HUSIN

    NPM 250120140028

    PRODI MIL Pasca Sarjana UNPAD 2014

    Gambar 4. Perbandingan fokus KEN(Sumber : Bappenas 2012)

    Energi Baru Dan Terbarukan

    Melalui Perpres No.5 tahun 2006, Presiden Republik Indonesia mencanangkan

    kebijakan energi yang semula masih lebih banyak tergantung pada energi yang tidak

    terbarukan, pada tahun 2025 diharapkan telah dicapai kebijakan energi mix, yaitu adanya

    keseimbangan ketergantungan antara energi tidak terbarukan dan terbarukan. Kemudian

    diperkuat dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 30 Tahun 2007 tentang Energi, bahwa

    dijelaskan pada pasal 2 tentang asas dan tujuan, bahwa energi di Indonesia seharusnya

    dikelola berdasarkan kemanfaatannya, rasionalitas, efisiensi berkeadilan, peningkatan nilai

    tambah, keberlanjutan, kesejahteraan masyarakat, pelestarian fungsi lingkungan hidup,

    ketahanan nasional dan keterpaduan dengan mengutamakan kemampuan nasional. Dalam

    rangka itu dan mendukung pembangunan nasional, maka dibuatlah tujuan pengelolaan

    energi.

  • 8/11/2019 EBT dalam Kebijakan Energi Nasional

    7/10

    TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN ENERGI DAN TEKNOLOGI

    M. ALI HUSIN

    NPM 250120140028

    PRODI MIL Pasca Sarjana UNPAD 2014

    Dalam konteks untuk pengembangan EBT,BlueprintPengelolaan Energi Nasional

    (PEN) 2006-2025 yang diterbitkan tahun 2006 telah mendisain EBT termasuk di dalamnya.

    Namun demikian, kebijakan EBT ini dinilai masih setengah hati, apalagi cenderung

    ditunjang pernyataan-pernyataan dari lembaga-lembaga penelitian yang selalu menunjukan

    angka investasi yang tinggi untuk EBT.

    Tabel 3.Milestonepengembangan EBT

    (Sumber : KESDM, 2010 dalam Muna, 2011)

    Di dalam blueprint PEN 2006-2025,pengelolaan energi yang bersumber dari EBT

    ditargetkan sebesar 17% dari total energi primer nasional. Dengan demikian, sebenarnya

    target tersebut masih rendah yang disebabkan oleh berbagai kendala. Di dalamBlueprint

    Pengembangan EBTKE,kendala-kendala tersebut disebutkan sebagai berikut :

    1. Terbatasnya insentif untuk pengguna energi baru terbarukan dan teknologi hemat

    energi.

    2. Secara nasional, ketersediaan sumber energi baru terbarukan tersebar dan untuk

    3. Beberapa jenis energi misalnya panas bumi dan air skala besar terletak pada daerah

    yang konsumsi energinya masih rendah.

  • 8/11/2019 EBT dalam Kebijakan Energi Nasional

    8/10

    TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN ENERGI DAN TEKNOLOGI

    M. ALI HUSIN

    NPM 250120140028

    PRODI MIL Pasca Sarjana UNPAD 2014

    4. Biaya produksi energi final dari sumber energi terbarukan masih sulit bersaing

    dengan harga energi final yang masih disubsidi oleh Pemerintah.

    5. Kapasitas nasional terhadap penguasaan teknologi energi baru terbarukan dan

    konservasi energi masih terbatas, sehingga sebagian besar masih tergantung pada

    teknologi negara maju.

    6. Harga energi belum mencerminkan harga keekonomiannya.

    7. Rendahnya pemahaman masyarakat mengenai energi baru terbarukan dan budaya

    hemat energi.

    BlueprintPengembangan EBTKE yang disusun oleh Kementerian ESDM tahun

    2010 menetapkan program-program pengembangan EBTKE untuk mencapai target

    pengelolaan EBT sebesar 17% pada tahun 2025. Program-program tersebut yaitu :

    1. Pengembangan Panas Bumi

    a. Memastikan pengembangan energi listrik dari panas bumi dapat berjalan secara

    berkelanjutan.

    b. Melakukan pengembangan uap panas bumi skala kecil untuk penyediaan energi

    setempat ataupun untuk pemanfaatan langsung.

    c. Mendorong kegiatan eksplorasi dan survei pendahuluan untuk meningkatkan

    kepastian pengusahaan panas bumi untuk pembangkit listrik.

    2. Pengembangan Bioenergi

    a. Menerapkan kebijakan mandatori bertahap untuk BBN di sektor

    tranportasi,industri, komersial dan pembangkit listrik.

    b. Menyusun program pengembangan biogas rumah tangga dan UKM yang

    mengkombinasikan aspek tanggung jawab dan kemampuan masyarakat.

    c. Melakukan diversifikasi energi di tingkat perdesaan.

    d.

    Menyusun program pengembangan unconvensionalenergi berbasis bioenergi

    seperti hidrogen untukfuel cell.

  • 8/11/2019 EBT dalam Kebijakan Energi Nasional

    9/10

    TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN ENERGI DAN TEKNOLOGI

    M. ALI HUSIN

    NPM 250120140028

    PRODI MIL Pasca Sarjana UNPAD 2014

    3. Pengembangan Aneka Energi Non-Fosil

    a. Menyusun kebijakan dan program untuk menciptakan iklim usaha yang

    mendorong pengusahaan EBT skala komersial (Air Skala Besar, Angin,Nuklir).

    b.

    Melakukan usaha diversifikasi energi di tingkat perdesaan.

    c. Mengembangan program pemanfaatan EBT untuk kegiatan produktif seperti

    Pompa Air Tenaga Surya (PATS), Pengering Tenaga Surya untuk Agroindustri

    dan Tenaga Angin untuk Pompa Irigasi.

    d. Menyusun program pengembangan EBT Non konvesional seperti arus laut,

    OTEC, dan Nuklir.

    KesimpulanSejalan dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang

    terus meningkat, pertumbuhan konsumsi energi Indonesia juga akan mengalami peningkatan.

    Persoalan energi perlu mendapatkan perhatian secara lebih seksama di dalam mendesain

    sistem dan kebijakan dengan upaya untuk mewujudkan kedaulatan energi dilakukan salah

    satunya dengan penerapan mekanisme pasar dalam struktur energi nasional bukan berarti

    menyisihkan pelaku energi domestik. Sumber energi primer nasional yang didominasi oleh

    energi fosil yang cadangannya akan semakin menipis mengharuskan Indonesia

    mengembangkan EBT.

    Peran EBT akan menjadi opsi penting dalam keberlanjutan penyediaan energi

    nasional. Untuk mengimplementasikan kebijakan-kebijakan nasional dalam pengelolaan

    energi, perlu adanya peningkatan SDM dan teknologi. Untuk mengejar ketertinggalan yang

    selama ini terjadi, perhatian dan dukungan negara untuk mengembangkan IPTEK dan riset-

    riset berkaitan dengan keenergian menjadi semakin krusial.

    Kelemahan akan penguasaan teknologi sering menjadi alasan bagi masuknya

    dominasi asing di sektor energi non-nenewableseperti selama ini terjadi. Sementara itu riset

    dan inovasi teknologi untuk Energi Hijau dan EBT masih juga tertinggal. Jika pemerintah

    tidak mendukung penguatan riset di sektor energi, baik untuk non-renewablemaupun energy

  • 8/11/2019 EBT dalam Kebijakan Energi Nasional

    10/10

    TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN ENERGI DAN TEKNOLOGI

    M. ALI HUSIN

    NPM 250120140028

    PRODI MIL Pasca Sarjana UNPAD 2014

    renewable, maka tidak menutup kemungkinan bahwa untuk masa ke depan, teknologi Energi

    Hijau dan EBT tersebut juga akan dikuasasi oleh pihak asing.

    Daftar Pustaka

    A. Sugiyono. 2012. Outlook kelistrikan indonesia 2010-2030: prospek pemanfaatan energi

    baru dan terbarukan. Dalam Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V,

    2012. PPEN BATAN.

    Bappenas. 2012.Policy Paper: Keselarasan KEN dengan RUEN dan RUED. Direktorat

    Sumber Daya Minerba, Jakarta.

    KESDM. 2006.Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2006-2025. KESDM, Jakarta.

    R. Muna. 2011. Tinjauan Atas Kebijakan Nasional Untuk Keamanan Energi: Upaya

    Menciptakan Energi Hijau Dan Pemanfaatan EBT. Dalam Kongres Ilmu Pengetahuan

    Nasional (Kipnas) Ke X. Jakarta. November 2011.

    Tim EBTKE. 2010.Blueprint Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Konversi

    Energi. KESDM. Jakarta.

    W. Purwanto. 2010. Current Energy Situation In Indonesia And The Role Of Technology

    And Policy Development On Sustainability Of Future National Energy.In

    Regional Symposium On Integrated Energy And Environment Management

    2010, Universitas Sriwijaya.