E3 Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak Serta Keluarga Berencana (KB) (30-56)

38
30 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia masih belum memuaskan, terbukti dari masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin,nifas dan bayi baru lahir masih merupakan masalah besar negara berkembang termasuk Indonesia. Di negara-negara miskin, sekitar 25 –50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. WHO memperkirakan diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 ibu meninggal pada saat hamil atau bersalin. Menanggapi masalah kematian ibu yang demikian besar, tahun 1987 untuk pertama kalinya di tingkat Internasional diadakan konferensi tentang kematian ibu di Nairobi, Kenya yang menyepakati peningkatan upaya bagi kesehatan ibu atau Safe Motherhood. Kemudian pada tahun 1990 World Summit for Children di New York, Amerika Serikat yang dihadiri 127 negara termasuk Indonesia, membuahkan 7 tujuan utama, diantaranya menurunkan AKI menjadi 50 % pada tahun 2000. Program Safe Motherhood mulai tahun 1990, salah satu terobosannya adalah menempatkan tenaga bidan di setiap desa dan melatih dukun serta dilengkapi dengan dukun kit , sehingga diharapkan dukun

description

e3

Transcript of E3 Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak Serta Keluarga Berencana (KB) (30-56)

30

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia masih belum memuaskan,

terbukti dari masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).

Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin,nifas dan bayi baru lahir masih merupakan

masalah besar negara berkembang termasuk Indonesia. Di negara-negara miskin, sekitar

25 –50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan

kehamilan, persalinan dan nifas. WHO memperkirakan diseluruh dunia setiap tahunnya

lebih dari 585.000 ibu meninggal pada saat hamil atau bersalin.

Menanggapi masalah kematian ibu yang demikian besar, tahun 1987 untuk

pertama kalinya di tingkat Internasional diadakan konferensi tentang kematian ibu di

Nairobi, Kenya yang menyepakati peningkatan upaya bagi kesehatan ibu atau Safe

Motherhood. Kemudian pada tahun 1990 World Summit for Children di New York,

Amerika Serikat yang dihadiri 127 negara termasuk Indonesia, membuahkan 7 tujuan

utama, diantaranya menurunkan AKI menjadi 50 % pada tahun 2000.

Program Safe Motherhood mulai tahun 1990, salah satu terobosannya adalah

menempatkan tenaga bidan di setiap desa dan melatih dukun serta dilengkapi dengan dukun

kit , sehingga diharapkan dukun yang sudah dilatih mampu dan mau menerapkan persalinan

3 bersih (bersih tempat, alat dan cara).

Upaya Making Pregnancy Safer (MPS) dengan 3 pesan kunci yaitu (1) setiap

persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (2) setiap komplikasi obstetric dan

neonatal ditangani mendapat pelayanan adekuat (3) setiap wanita usia subur mempunyai

akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi.

Dari hasil SDKI 2002-2003 derajat kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih

belum memuaskan, ditandai oleh tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), yaitu 307/100.000

KH, sedangkan angka kematian bayi 35/1000 KH. 57% kematian bayi terjadi pada masa

neonatal (0-28 hari) yaitu 20/1000 KH. Adapun penyebab langsung dari kematian Ibu

adalah perdarahan 28 %, eklampsi 24 %, infeksi 11 %, partus lama 5 %, abortus 5 % (SKRT

2001), dan lain-lain. Kondisi ini diperburuk dengan masih tingginya kehamilan dengan 4

31

terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu sering dan terlalu banyak) sebanyak 62,7 %.

Sedangkan penyebab kematian bayi baru lahir (neonatal) di Indonesia adalah asfiksia 27 %,

komplikasi pada bayi baru lahir rendah 29 %, tetanus neonatorum 10 %, masalah pemberian

makanan 10 %, infeksi 5 %, gangguan hematologik 6 %, dan lain-lain 13 %.

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu maupun

bayi adalah faktor pelayanan yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan

tenaga kesehatan sebagai penolong pertama pada persalinan tersebut, di mana sesuai dengan

pesan pertama kunci MPS yaitu setiap persalinan hendaknya ditolong oleh tenaga kesehatan

terlatih. Di samping itu, masih tingginya persalinan di rumah dan masalah yang terkait

budaya dan perilaku dan tanda-tanda sakit pada neonatal yang sulit dikenali, juga

merupakan penyebab kematian bayi baru lahir. Menurut hasil penelitian dari 97 negara

bahwa ada korelasi yang signifikan antara pertolongan persalinan dengan kematian ibu.

Semakin tinggi cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah akan diikuti

penurunan kematian ibu di wilayah tersebut. Namun sampai saat ini di wilayah Indonesia

masih banyak pertolongan persalinan dilakukan oleh dukun bayi yang masih menggunakan

cara-cara tradisional sehingga banyak merugikan dan membahayakan keselamatan ibu dan

bayi baru lahir.

Berdasarkan program upaya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerja

puskesmas Gandusari Kabupaten Trenggalek pada tahun 2011, didapatkan hasil jumlah

kematian Ibu di Puskesmas Gandusari selama Januari sampai Desember 2011 ada 1 dari

420 jumlah kelahiran hidup yang ada, sedangkan untuk kematian bayi tahun 2011 ada 10.

Untuk hasil cakupan pemeriksaan ibu hamil (K1) di Puskesmas Gandusari tahun 2011

sebesar 97.98 % dan cakupan K4 murni sebesar 72.73 %. Jumlah ibu hamil risiko tinggi di

Puskesmas Gandusari tahun 2011 terdeteksi sebanyak 177 orang (35.75%) dari 495 ibu

hamil yang ada. Jumlah Ibu hamil dengan Hb < 11gr% diwilayah Puskesmas Gandusari

selama tahun 2011 sebanyak 67 Orang (13.5 %). Jumlah persalinan yang ditolong oleh

tenaga kesehatan selama Januari sampai dengan Desember tahun 2011 sebanyak 424 orang

dari sejumlah 453 ibu bersalin seluruhnya. Jumlah bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) diwilayah Puskesmas Gandusari selama Januari sampai dengan Desember tahun

2011 sebanyak 26 bayi (6.13%) dari sebanyak 424 persalinan yang ada. Jumlah kunjungan

32

Neonatus pertama (KN1) di Puskesmas Gandusari tahun 2011 sebanyak 421 orang

(94.18%), sedangkan kunjungan Neonatus kedua (KN2) sebanyak 421 orang (94.18%).

Masih adanya kasus kematian bayi, meningkatnya jumlah ibu hamil dengan

resiko tinggi, masih ada jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga non-kesehatan, serta

adanya jumlah bayi dengan berat badan lahir rendah, dan permasalahan yang lainnya

membuat kegiatan program KIA dan KB di puskesmas Gandusari trenggalek merupakan

hal pokok yang masih perlu menjadi perhatian serius untuk mencapai target progam ditahun

2012 ini.

1.2 Permasalahan di Masyarakat

Masih adanya kasus kematian bayi, meningkatnya jumlah ibu hamil dengan

resiko tinggi, masih ada jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga non-kesehatan, serta

adanya jumlah bayi dengan berat badan lahir rendah, dan permasalahan yang lainnya

membuat kegiatan program KIA dan KB merupakan hal pokok yang masih perlu menjadi

perhatian serius.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

a. Menurunkan angka kematian ibu dan anak

b. Pemberdayaan masyarakat dalam deteksi dini Bumil dan Balita

c. memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA-KB secara

efektif dan efisien

1.3.2 Tujuan Khusus

a. pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu sesuai standar serta

menjangkau seluruh sasaran,

b. Peningkatan pertolongan persalinan ditujukan kepada peningkatan pertolongan oleh

tenaga kesehatan secara berangsur,

c. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi atau komplikasi kebidanan baik oleh tenaga

kesehatan maupun masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penganan dan

pengamatannya secara terus menerus,

33

d. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan secara adekuat dan pengamatan

secara terus menerus oleh tenaga kesehatan,

e. Peningkatan pelayanan neonatal dan ibu nifas dengan mutu sesuai standar dan

menjangkau seluruh sasaran,

f. Peningkatan pelaksanaan kegiatan pelayanan keluarga berencana (KB).

34

BAB 2

PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN INTERVENSI

2.1 PROGRAM PELAYANAN ANTENATAL

Pelayanan antenatal selengkapnya mencangkup banyak hal yang meliputi

anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium sesuai

indikasi, serta intervensi dasar dan khusus( sesuai resiko yang ada termasuk penyuluhan dan

konseling). Namun dalam penerapan operasionalnya dikenal standar minimal “5T” untuk

pelayanan antenatal, yang terdiri atas:

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

b. (Ukur )Tekanan darah

c. (Ukur) Tinggi fundus uteri

d. (Pemberian imunisasi) Tetanus toksoid lengkap

e. (Pemberian) Tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan

Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama

kehamilan, dengan ketentuan waktu sebagai berikut:

a. Minimal 1 kali pada triwulan pertama ( 0-14 minggu)

b. Minimal 1 kali pada triwulan kedua ( 14-28 minggu)

c. Minimal 2 kali pada triwulan ketiga ( 28-42 minggu)

Standar waktu pelayanan antenatal tersebut ditentukan untuk menjamin mutu

pelayanan, khususnya dalam memberi kesempatan yang cukup dalam menangani kasus

resiko tinggi yang ditemukan.

2.2 PROGRAM PERTOLONGAN PERSALINAN

Dalam program KIA dikenal beberapa jenis tenaga yang memberikan pertolongan

persalinan kepada masyarakat, jenis tenaga tersebut adalah: dokter spesialis

kebidanan,dokter umum,bidan, perawat maternitas.

Selain itu masih ada penolong persalinan yang berasal dari anggota keluarga dalam

masyarakat terpencil seperti yang banyak ditemukan di propinsi papua, namun penolong

persalinan ini umumnya tidak tercatat dan sulit untuk di identifikasi.

35

Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Sterilitas atau pencegahan infeksi

b. Metode pertolongan persalinan yang sesuai dengan standar pelayanan

c. Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi

Waktu yg dibutuhkan untuk peristiwa persalinan, ini terbagi atas :

a. Kala I : kala pembukaan mulai dari inpartu sampai pembukaan lengkap.

b. Kala II : kala pengeluaran mulai pembukaan lengkap serviks sampai

kelahiran janin.

c. Kala III : kala uri antara kelahiran janin sampai plasenta lahir.

d. Kala IV : paska persalinan dini plasenta lahir sampai 2 jam sesudahnya.

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu maupun

bayi adalah faktor pelayanan yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan

keterampilan tenaga kesehatan sebagai penolong pertama pada persalinan

tersebut, di mana sesuai dengan pesan kunci MPS yaitu :

a. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan Ibu, bayi baru lahir di

tingkat pelayanan dasar dan rujukan

b. Membangun kemiteraan yang efektif

c. Mendorong pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat

d. Penguatan manajemen program KIA: sistem survailans, monitoring dan informasi

KIA dan pembiayaan.

2.3 PROGRAM DETEKSI DINI IBU HAMIL RESIKO TINGGI

Ibu hamil berisiko adalah ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan risiko tinggi.

Resiko tinggi atau komplikasi kebidanan pada kehamilan merupakan keadaan

penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu

maupun bayi.

Faktor resiko pada ibu hamil diantaranya adalah:

a. Primigravida < 20 tahun atau > 35 Tahun.

b. Anak lebih dari 4

c. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang < 2 tahun.

d. Tinggi badan < 145 cm.

36

e. Berat badan < 38 kg atau LILA < 23,5 cm

f. Riwayat keluarga menderita kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat

kongenital

g. Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul. EMPAT

TERLALU:

Terlalu muda melahirkan

Terlalu sering melahirkan

Terlalu rapat jarak melahirkan

Terlalu tua melahirkan Risiko tinggi/komplikasi suatu keadaan penyimpangan

dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu

maupun bayi. Ibu hamil dengan resiko tinggi: 1. Hb < 8gr% 2. Tekanan darah

tinggi (sistole > 150 mmHg, diastole > 90 mmHg)

h. Edema nyata

i. Eklampsia

j. Perdarahan pervaginam

k. Ketuban pecah dini

l. Letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu

m. Letak sungsang pada primigravida

n. Infeksi berat/sepsis

o. Persalinan premature

p. Kehamilan ganda

q. Janin yang besar.

r. Penyakit kronis pada ibu: jantung, paru, ginjal, dll.

s. Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah caesar dan komplikasi kehamilan.

2.4 PROGRAM PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN

Kejadian komplikasi kebidanan dan resiko tinggi diperkirakan terdapat pada sekitar

antara 15-20% ibu hamil. Komplikasi pada kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat

diduga sebelumnya, sehingga ibu hamil harus selalu berada sedekat mungkin dengan sarana

pelayanan yang mampu memberikan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar

(PONED).

37

Kebijakan Depkes dalam penyediaan puskesmas mampu PONED adalah bahwa setiap

kabupaten atau kota harus mempunyai minimal 4 puskesmas mampu PONED. Untuk

keperluan tersebut Depkes RI telah menerbitkan pedoman khusus yang dapat menjadi acuan

pengembangan puskesmas mampu PONED. Pelayanan medis yang dapat dilakukan di

puskesmas mampu PONED meliputi pelayanan obstetri yang terdiri dari:

a. Pencegahan dan penanganan perdarahan

b. Pencegahan dan penanganan preeklamsi dan eklamsi

c. Pencegahan dan penanganan infeksi

d. Penanganan partus lama/macet

e. Pencegahan dan penanganan abortus

Sedangkan pelayanan neonatal meliputi:

a. Pencegahan dan penanganan asfiksia

b. Pencegahan dan penanganan hipotermi

c. Pencegahan dan penaganan BBLR

d. Pencegahan dan penanganan kejang atau ikterus

e. Pencegahan dan penanganan gangguan minum

Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini maka diharapkan bahwa RSU

kabupaten atau kota mampu melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi

komprehensif (PONEK) yang siap selama 24 jam. Dalam PONEK RSU harus mampu

memberikan pelayanan operasi sesar dan transfusi darah. Dengan adanya puskesmas mampu

PONED dan RS mampu PONEK maka kasus –kasus komplikasi kebidanan dapat ditangani

secara optimal sehingga dapat mengurangi kematian ibu dan bayi baru lahir.

2.5 PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN NEONATAL DAN IBU NIFAS

Dewasa ini 2/3 kematian bayi ( 60%) terjadi pada usia kurang dari I bulan, menurut

SKRT 2001, penyebab utama kematian neonatal adalah BBLR 29%,asfiksia27%,dan

Tetanus neonaturum 10%.

Upaya yang dilakukan untuk mencegah kematian neonatal diutamakan pada

pemeliharaan kehamilan sebaik mungkin, pertolongan sesuai dengan standar pelayanan dan

perawatan bayi baru lahir yang adekuat termasuk perawatan tali pusat yang higienis.

38

Selain hal tersebut diatas dilakukan upaya deteksi dini dan penanganan neonatal resiko

tinggi agar segera dapat diberikan pelayanan yang diperlukan.

Resiko tinggi pada neonatal meliputi:

a. BBLR

b. Bayi dengan tetanus neonaturum

c. Bayi baru lahir dengan asfiksia

d. Bayi dengan ikterus neonatorum( ikterus lebih dari 10 hari setelah lahir

e. Bayi baru lahir dengan sepsis

f. Bayi lahir denagan berat lebih dari 40oogr

g. Bayi preterm dan posterm

h. Bayi baru lahir dengan cacat bawaan

i. Bayi lahir dengan persalinan dengan tindakan

2.6 PROGRAM KELUARGA BERENCANA

Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak antara kelahiran

anak. Untuk menghindari kehamilan yang bersifat sementara digunakan kontrasepsi

sedangkan untuk menghindari kehamilan yang sifatnya menetap bisa dilakukan sterilisasi.

Aborsi bisa digunakan untuk mengakhiri kehamilan jika terjadi kegagalan kontrasepsi.

Konseling awal adalah konseling yang dilakukan pertama kali sebelum dilakukan

konseling spesifik. Biasanya dilakukan oleh petugas KB lapangan (PLKB) yang

telah mendapatkan pelatihan tentang konseling kontap pria. Dalam konseling

awal umumnya diberikan gambaran umum tentang kontrasepsi.

Walaupun secara umum tetapi penjelasannya harus tetap obyektif baik keunggulan

maupun keterbatasan sebuah alat kontrasepsi dibandingkan dengan metode kontrasepsi

lainnya, syarat bagi pengguna kontrasepsi serta komplikasi dan angka kegagalan yang

mungkin terjadi.

Pastikan klien mengenali dan mengerti tentang keputusannya untuk menunda atau

menghentikan fungsi reproduksinya dan mengerti berbagai risiko yang mungkin terjadi.

Apabila klien dan pasangannya telah tertarik dan ingin mengetahui lebih lanjut tentang alat

kontrasepsi, dirujuk pada tempat pelayanan kontrasepsi untuk tahapan konseling spesifik.

39

Macam-macam metode kontrasepsi:

2.6.1 KONTRASEPSI ORAL (PIL KB)

Pil KB mengandung hormon, baik dalam bentuk kombinasi progestin dengan

estrogen atau progestin saja. Pil KB mencegah kehamilan dengan cara menghentikan

ovulasi (pelepasan sel telur oleh ovarium ) dan menjaga kekentalan lendir servikal

sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma.

Keuntungan pemakaian pil KB adalah mengurangi:

Resiko kanker jenis tertentu

Angka kekambuhan kram pada saat menstruasi

Ketegangan premenstruasi

Perdarahan tidak teratur

Anemia

Kista payudara

Kista ovarium

Kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan)

Infeksi tuba falopii

2.6.2 KONTRASEPSI PENGHALANG ( KONDOM )

Kontrasepsi penghalang secara fisik menghalangi jalan masuk sperma ke dalam

rahim wanita. Kondom bisa melindungi pemakainya dari penyakit menular seksual

(misalnya AIDS) dan dapat mencegah perubahan prekanker tertentu pada sel-sel leher

rahim.

40

Ada kondom yang ujungnya memiliki penampung semen, jika tidak ada

penampung semen, sebaiknya kondom disisakan sekitar 1cm di depan penis. Kondom

harus dilepaskan secara perlahan karena jika semen tumpah maka sperm bisa masuk

ke vagina sehingga terjadi kehamilan. Untuk menambah efektivitas pemakaian

kondom bisa ditambahkan spermisida (biasanya terkandung di dalam pelumas kondom

atau dimasukkan secara terpisah ke dalam vagina).

2.6.3 KONTRASEPSI IMPLANT

Kontrasepsi implan adalah kapsul plastik yang mengandung progestin, yang

bekerja dengan cara mencegah ovulasi dan menghalangi masuknya sperma melalui

lendir serviks yang kental. 6 kapsul dimasukkan ke bawah kulit lengan atas. Setelah

diberi obat bius, dibuat sayatan dan dengan bantuan jarum dimasukkan kapsul implan.

Tidak perlu dilakukan penjahitan. Kapsul ini melepaskan progestin ke dalam aliran

darah secara perlahan dan biasanya dipasang selama 5 tahun. Interaksi dengan obat

lain jarang terjadi karena implan tidak mengandung estrogen.

Efek samping yang utama adalah perdarahan tidak teratur atau sama sekali

tidak terjadi menstruasi. Efek samping lainnya adalah sakit kepala dan penambahan

berat badan. Kapsul implan tidak larut dalam tubuh sehingga setelah 5 tahun harus

dilepaskan. Segera setelah implan dilepas, fungsi ovarium akan kembali normal dan

wanita pemakai implan kembali menjadi subur.

2.6.4 KONTRASEPSI SUNTIKAN

Medroksiprogesteron (sejenis progestin) disuntikkan 1 kali/3 bulan ke dalam

otot bokong atau lengan atas. Suntikan ini sangat efektif tetapi bisa mengganggu

siklus menstruasi. Sepertiga pemakai KB suntik tidak mengalami menstruasi pada 3

bulan setelah suntikan pertama dan sepertiga lainnya mengalami perdarahan tidak

teratur dan spotting (bercak perdarahan) selama lebih dari 11 hari setiap bulannya.

Semakin lama suntikan KB dipakai, maka lebih banyak wanita yang tidak mengalami

menstruasi tetapi lebih sedikit wanita yang mengalami perdarahan tidak teratur.

Setelah 2 tahun memakai suntikan KB, sekitar 70% wanita sama sekali tidak

mengalami perdarahan. Jika pemakaian suntikan KB dihentikan, siklus menstruasi

yang teratur akan kembali terjadi dalam waktu 6 bulan-1 tahun. Efeknya berlangsung

lama, sehingga kesuburan mungkin baru kembali 1 tahun setelah suntikan dihentikan,

41

tetapi Medroksiprogesteron tidak menyebabkan kemandulan permanen.

Suntikan KB bisa menyebabkan penambahan berat badan yang sifatnya ringan.

Setelah pemakaian dihentikan, bisa terjadi osteoporosis yang bersifat sementara.

Medroksiprogesteron tidak menyebabkan meningkatnya resiko terhadap berbagai

kanker (termasuk kanker payudara), tetapi mengurangi resiko terjadinya kanker rahim.

1. Keuntungan memakai KB suntik:

Cocok untuk mencegah kehamilan atau menjarangkan kehamilan dalam

jangka panjang dan kesuburan dapat pulih kembali

Tidak terpengaruh “faktor lupa” dari pemakai (tidak seperti memakai PIL

KB)

Tidak mengganggu hubungan suami istri

Dapat dipakai segala umur pada masa reproduktif

Tidak mengganggu laktasi (menyusui), baik dari segi kuantitas maupun

kualitas

Dapat dipakai segera setelah masa nifas

Meningkatkan kenyamanan hubungan suami-istri karena rasa aman

terhadap risiko kehamilan

Dapat dipakai segera setelah keguguran

Membantu mencegah terjadinya kehamilan di luar kandungan

Membantu mencegah kanker endometrium (rahim)

Membantu mencegah kejadian mioma uteri (tumor jinak rahim)

Mungkin dapat mencegah kanker indung telur (ovarium)

Mengurangi kejadian anemi kekurangan zat besi

Khusus untuk penderita epilepsi mengurangi kejadian kejang.

2. Kekurangan KB suntikan:

Perdarahan bercak , terjadi pada tahun pertama pemakaian

Jarang terjadi perdarahan yang banyak

Tidak dapat haid (sering setelah pemakaian berulang)

Sering menaikkan Berat Badan

Dapat menyebabkan (tidak pada semua akseptor) sakit kepala, nyeri

payudara, “moodiness”, jerawat, kurangnya libido seksual, rambut rontok.

42

Perlu suntikan ulangan teratur

2.7 PELAKSANAAN PROGRAM PELAYANAN ANTENATAL

I. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny.M

Umur : 31 Tahun

Alamat : Sukorejo-trenggalek

Pekerjaan : Ibu rumah tanga

Suku / Bangsa : Jawa

Pendidikan : Tamat SMA

Agama : Islam

Status : Menikah

Nama suami : Tn S

Pekerjaan suami : Karyawan Swasta

Tanggal Pemeriksaan : 23 Mei 2012

II. ANAMNESA

Keluhan utama:

Ingin periksa kehamilan

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke poli KIA Puskesmas gandusari Trenggalek dengan keluhan ingin

periksa kehamilan. Gerak janin terasa. Keluhan kenceng- kenceng disangkal. Keluar

cairan, lendir maupun darah dari kemaluan disangkal. Sebelum ini pasien kontrol rutin di

dibidan sebanyak 5x dan dinyatakan sebagai kehamilan normal. Pasien rutin kontrol

karena ingin mengetahui kondisinya dan janin yang dikandungnya selain itu juga karena

ingin melahirkan di Puskesmas Gandusari trenggalek.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak ada riwayat hipertensi, tidak ada riwayat penyakit jantung, tidak ada kencing

manis, tidak punya asma, dan belum pernah operasi sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Keluarga tidak ada yang menderita asma, tidak ada yang menderita hipertensi.

Riwayat Sosial

43

Pasien Menikah satu kali, saat menikah pasien berumur 25 tahun dan suami

berumur 29 tahun , pasien sudah menikah selama 6 tahun dan memiliki 1 orang anak.

Riwayat Menstruasi

Menarche : 12 tahun

Siklus menstruasi : 30 hari, teratur

Lama menstruasi : 7 hari

Jumlah pembalut/hari : 2 pembalut/hari

Nyeri menstruasi : (+), yaitu saat awal menstruasi

HPHT : 01-10-2011

Taksiran persalianan : 08-07-2012

Riwayat KB

Pasien mengikuti program KB suntik 3bulan, terakhir suntik 3 tahun yang lalu.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan:

Pasien sudah memiliki 1 orang anak dan ini adalah hamil yang kedua. Anak

pertama laki- laki umur kehamilan 9 bulan lahir spontan belakang kepala di bidan dengan

berat lahir 2500 gram dan sekarang sudah berumur 5 tahun. Selanjutnya hamil kedua ini,

pasien merasakan gerakan pertama anak yang dikandung pada bulan maret 2012 dan tes

kencing (+).

III.PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Cukup

Kesadaran : Compos mentis, GCS 456

Vital sign : Tensi :120/70

Nadi : 84 x/menit

RR : 18 x/menit

to rectal : 36,5o C

Berat Badan saat ini : 62,5 kg Berat badan sebelum hamil : 52 kg

Tinggi Badan : 151 cm

Kepala/ leher

Anemis (-), Ikterus (-), Cyanosis (-), Dypsneu (-), Pembesaran KGB Leher (-)

Thorak

44

Simetris, Retraksi (-)

Cor : S1S2 tunggal , murmur (-), Gallop (-)

Pulmo : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

Abdomen

Inspeksi : gravid

Auskultasi : Bising usus sulit dievaluasi

Perkusi : Timpani, meteorismus (-)

Palpasi : supel, hepar/lien sulit dievaluasi

Ekstremitas

Akral hangat, kering, merah, CRT<2 detik, tidak didapatkan edema pada extremitas

atas - bawah.

IV. Status Obstetri:

Inspeksi : striae Gravidarum (+)

Palpasi : Leopold 1 : TFU 28cm, teraba bokong pada fundus uteri yaitu padat

lunak dan asimetris.

Leopold 2 : Teraba punggung pada bagian sisi kiri ibu, dan bagian alat

gerak pada sisi kanan ibu.

Leopold 3 : teraba kepala yaitu keras dan simetris

Leopold 4 : Kepala belum masuk pintu atas panggul ( divergen )

His : (-)

Auskultasi: DJJ : (+) 12 12 12

Vaginal Toucher : (-)

V. ASSESSMENT

G2 P1-1 33 4/7 minggu Intra uterus Tunggal Hidup

VI. PLANNING

Planning Diagnosis:

o Periksa lab lengkap

Planning Terapi: \

o Roboransia 1x1

o Kontrol 2 minggu lagi di bidan atau poli KIA puskesmas gandusari

45

o Banyak istirahat ( berbaring/ tidur miring)

Planning Monitoring:

o Keluhan

o Vital Sign

o Tanda- tanda inpartu

o Banyaknya gerakan janin 

Planning Edukasi:

o Menjelaskan kepada pasien tentang kondisi kehamilan ibu dan resiko

selama kehamilan dan persalinan.

o Menjelaskan kepada ibu untuk rutin kontrol teratur selama kehamilan

untuk memantau perkembangan janin dan ibu.

46

BAB 3

HASIL KEGIATAN DAN ANALISA KEGIATAN

A. PROGRAM PEMBINAAN KESEHATAN KELUARGA

Hasil pelaksanaan kegaiatan pembinaan kesehatan keluarga di Puskesmas

Gandusari bulan januari sampai April 2012 dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Jumlah Kematian Ibu dan Kematian Bayi

Jumlah kematian Ibu di Puskesmas Gandusari tahun 2012 selama Januari sampai

April tidak ada dari 158 jumlah kelahiran hidup yang ada. Sedangkan untuk kematian

bayi bulan januari sampai april tahun 2012 ada 4 kematian bayi, terjadi peningkatan bila

dibandingkan dengan jumlah kematian bayi tahun sebelumnya di tahun 2011 ada10 bayi

yang meninggal, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Kecenderungan Jumlah Kematian Ibu dan Kematian Bayi di Puskesmas

Gandusari Bulan Januari – April 2012

JUMLAH

KELAHIRAN

HIDUP

KEMATIAN

IBU

KEMATIAN

BAYI

Jan 2012 49 0 0

Feb 2012 49 0 2

Mar 2012 33 0 1

Apr 2012 27 0 1

b. Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil.

Cakupan pemeriksaan ibu hamil (K1) di Puskesmas Gandusari tahun 2011 sebesar

97.06%, dan cakupan K4 murni sebesar 74.51 %. Bila dibanding dengan cakupan pada

tahun 2012 mulai bulan januari sampai april yaitu cakupan K1 dari 35.96% cakupan K4

33.94 %, sesuai tabel dibawah :

47

Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Cakupan K1 dan K4 per Desa di Puskesmas Gandusari

Bulan Januari-April 2012

GANDUSARI NGRAYUNG JAJAR WONOREJO SUKOREJO WONOANTI0

10

20

30

40

50

60

70

JML BUMILCAK K1CAK K4

Grafik 3.1 Cakupan K1 dan K4 per desa di Puskesmas Gandusari Januari – April Tahun

2012

Dari data tersebut diketahui bahwa cakupan K4 tertinggi dicapai oleh desa Sukorejo

sebesar 43.38 % dan terendah dicapai oleh desa Jajar 24.44 %. Selanjutnya diketahui pula

cakupan rata-rata Puskesmas yaitu (33.91%).

c. Prevalensi Ibu Hamil Risiko Tinggi (Bumil Risti)

48

Jumlah ibu hamil risiko tinggi bulan januari sampai april tahun 2012 terdeteksi sebanyak

67 orang (13.5 %) dari 178 ibu hamil yang ada. Prevalensi bumil risti terendah terdapat di

Desa Jajar sebesar 6.7 % dan tertinggi di Desa Sukorejo sebanyak 21.3 %, Standard

prevalensi Bumil Risti yang ditetapkan yaitu sebesar 20% . Secara rinci distribusi

frekuensi bumil Risti diwilayah Puskesmas Gandusari tahun 2011 dan tahun 2012 bulan

Januari sampai April dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3 Distribusi Ibu Hamil Resiko Tinggi per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas

Gandusari Bulan Januari-April 2012

DESA

TAHUN 2011 JAN-APR TAHUN 2012

JUMLAH Bumil%

Jumlah Bumil%

Bumil Risti Bumil Risti

GANDUSARI 102 31 30.39 43 20 19.6

NGRAYUNG 68 27 39.71 17 5 7.3

JAJAR 45 13 28.89 16 3 6.7

WONOREJO 75 16 21.33 24 5 6.7

SUKOREJO 136 64 47.06 55 29 21.3

WONOANTI 69 26 37.68 23 5 7.2

JUMLAH 495 177 35.75 178 67 13.5

49

GANDUSARI NGRAYUNG JAJAR WONOREJO SUKOREJO WONOANTI0

10

20

30

40

50

60

JML BUMILBUMIL RISTI

Grafik 3.2 Distribusi bumil risti per desa di wilayah puskesmas gandusari januari-april

2012

d. Prevalensi Ibu hamil dengan Hb < 11 gr%.

Jumlah Ibu hamil dengan Hb < 11gr% diwilayah Puskesmas Gandusari selama tahun

2012 januari sampai april sebanyak 7 Orang (3.93 %). Secara rinci dapat dilihat pada

tabel berikut:

50

Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil dengan Hb < 11gr% per Desa di Wilayah Kerja

Puskesmas Gandusari Bulan Januari-April 2012

DESA

TAHUN 2011 JAN-APR TAHUN 2012

JMLH BUMIL

DG

%

JMLH BUMIL

DG Hb

<11,5 gr

%

%

BUMIL

Hb

<11,5 gr

%

BUMIL

GANDUSARI 102 8 7.84 43 2 4.65

NGRAYUNG 6815 22.0

170 0.00

JAJAR 45 3 6.66 16 2 12.5

WONOREJO 75 15 20 24 1 4.16

SUKOREJO 13618 13.2

552 3.63

WONOANTI 69 8 11.6 23 0 0.00

JUMLAH 495 67 13.5 178 7 3.93

51

GANDUSARI NGRAYUNG JAJAR WONOREJO SUKOREJO WONOANTI

0

10

20

30

40

50

60

BUMILHB <11,5gr%

Grafik 3.3 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil dengan Hb < 11gr% per Desa di Wilayah

Kerja Puskesmas Gandusari Bulan Januari-April 2012

Dari tabel tersebut diatas diketahui bahwa selama tahun 2012 dari bulan januari sampai

april telah terjadi peningkatan jumlah Ibu Hamil dengan Hb < 11,5 gr% bila

diabandingkan dengan Bumil Hb < 11,5% tahun 2011 sebesar 13.5 % dan pada tahun

2012 januari sampai april menjadi 3.93 %.

e. Pertolongan Persalinan

Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan selama Januari sampai

dengan April tahun 2012 sebanyak 163 orang dari sejumlah 163 Ibu bersalin seluruhnya

(cakupan salin Nakes sebesar 35.9%). Secara rinci distribusi frekuensi pertolongan

persalinan oleh Nakes per desa diwilayah Puskesmas Gandusari pada Januari sampai

dengan April tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

52

Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Pertolongan Persalinan Nakes per Desa di Wilayah Kerja

Puskesmas Gandusari Bulan Januari-April 2012

GANDUSARI

NGRAYUNG

JAJA

R

WONOREJO

SUKOREJO

WONOANTI

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

JML BULINDITLNG NAKES

Grafik 3.4 Distribusi frekuensi pertolongan persalinan nakes per desa diwilayah

puskesmas gandusari bulan Januari-April 2012

Dari tabel diatas dapat dketahui bahwa persalinan oleh nakes prosentase tertinggi di Desa

Sukorejo sebesar 39.5 % dan terendah di Desa Wonoanti sebesar 26.5 %.

53

f. Kunjungan Neonatus (KN1 dan KN2)

Jumlah kunjungan Neonatus pertama (KN1) di Puskesmas Gandusari tahun 2012

Januari – April sebanyak 164 orang (35.9%), sedangkan kunjungan Neonatus kedua (KN2)

sebanyak 163 orang (35.8%). Secara rinci distribusi frekuensi cakupan kunjungan Neonatus

pertama dan kedua (KN1 dan KN2) per Desa dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Cakupan KN1 dan KN2 per Desa di Wilayah Kerja

Puskesmas Gandusari Bulan Januari-April 2012

Dari tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa cakupan KN1 sebanyak 164 Sedangkan

kunjungan Neonatus kedua (KN2) sebanyak 163 orang seperti terlihat pada grafik berikut :

DESA JMLH BAYI JMLH KN1 JMLH KN2

GANDUSARI 32 32 32

NGRAYUNG 22 22 22

JAJAR 20 20 19

WONOREJO 24 24 24

SUKOREJO 49 49 49

WONOANTI 17 17 17

JUMLAH 164 164 163

54

GANDUSARI NGRAYUNG JAJAR WONOREJO SUKOREJO WONOANTI

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

JML BAYIKN1KN2

Gafik 3.5 Distribusi frekuensi cakupan KN1 dan KN2 per desa diwilayah

puskesmas gandusari bulan Januari - April tahun 2012

55

BAB 4

KESIMPULAN

Dalam pelaksanaan program KIA –KB di puskesmas Gandusari bulan januari sampai

april tahun 2012 kami mendapatkan beberapa permasalahan baik dari kegiatan maupun dari unit

penunjang hal ini dirasakan dengan masih adanya permasalah diproram KIA – KB pada bulan

januari sampai april tahun 2012 yaitu masih adanya kematian bayi dan meningkatnya jumlah ibu

hamil dengan resiko tinggi, namun di program – program yang lainnya seperti Kunjungan 1 dan

kunjungan 4 ibu hamil,pertolongan persalinan, kunjungan neonatal telah memenuhi target yang

ada.Dengan hasil ini disimpulkan program KIA-KB di puskesmas gandusari bulan januari-april

2012 telah berhasil memenuhi target program yang ada.

Dalam pencegahan masalah yang masih ada, puskesmas memiliki peranan penting

untuk mengendalikan dan mendeteksi lebih awal. Peran serta masyarakat dalam pendeteksian

permasalahan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan. Dengan mendidik kader-kader

tiap desa, maka mereka dapat mendeteksi dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat

tentang deteksi dini resiko tinggi dalam kehamilan dan pertolongan persalinan pada ibu hamil

yang dapat diberikan.

Selain itu, tiap bulan diharapkan para kader dapat memberikan evaluasi mengenai

daerahnya masing-masing kepada Puskesmas, sehingga dapat ditinjau ulang. Serta pertemuan

rutin untuk memperkaya pengetahuan kader juga diperlukan. Dengan cara ini diharapkan, dapat

mencegah keterlambatan pertolongan pada setiap ibu hamil dan memajukan program KIA-KB

yang ada di puskesmas gandusari.

56

DAFTAR PUSTAKA

Depkes.2011. Pedoman kemitraan bidan dukun. Retrieved 20 Mei 2012, from

http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2011/12/PEDOMAN-

KEMITRAAN-BIDAN-DUKUN.pdf

Depkes.2012. Buku pedoman bidan koordinator. Retrieved 20 Mei 2012, from

http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2012/02/Buku-

Pedoman-Bidan-Koordinator.pdf

Puskesmas Gandusari. 2011. Laporan Evaluasi Tahunan Puskesmas Gandusari 2011.

Hasanbasri.2009. Jurnal kesehatan program ibu dan anak di puskesmas studi fungsi dinas

kesehatan dikeerom papua. Retrieved 20 Mei 2012, from file:///E:/JURNAL

%20KESEHATAN%20%20%20PROGRAM%20KESEHATAN%20IBU%20DAN

%20ANAK%20DI%20PUSKESMAS%20STUDI%20FUNGSI%20DINAS

%20KESEHATAN%20DI%20KEEROM%20PAPUA%20%C2%AB%20Referensi

%20Kesehatan.htm

SMF,Obgyn. 2011. Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kebidanan dan kandungan.Surabaya.

Unifersitas Airlangga pers.