E09nhu

112
KAJIAN SIFAT FISIK, SIFAT KIMIA DAN SIFAT BIOLOGI TANAH PASKA TAMBANG GALIAN C PADA TIGA PENUTUPAN LAHAN (Studi Kasus Pertambangan Pasir (Galian C) di Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat) NUR HIKMAH UTAMI E44050712 DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Transcript of E09nhu

Page 1: E09nhu

KAJIAN SIFAT FISIK, SIFAT KIMIA DAN SIFAT BIOLOGI TANAH PASKA TAMBANG GALIAN C

PADA TIGA PENUTUPAN LAHAN (Studi Kasus Pertambangan Pasir (Galian C) di Desa Gumulung

Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat)

NUR HIKMAH UTAMI

E44050712

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 2: E09nhu

KAJIAN SIFAT FISIK, SIFAT KIMIA DAN SIFAT BIOLOGI TANAH PASKA TAMBANG GALIAN C

PADA TIGA PENUTUPAN LAHAN (Studi Kasus Pertambangan Pasir (Galian C) di Desa Gumulung

Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat)

Oleh :

Nur Hikmah Utami

Skripsi

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan

Pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

DEPRTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 3: E09nhu

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul ” Kajian Sifat Fisik,

Sifat Kimia dan Sifat Biologi Tanah Paska Tambang Galian C pada Tiga

Penutupan Lahan (Studi Kasus Pertambangan Pasir (Galian C) di Desa Gumulung

Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat)”

adalah benar-benar karya saya sendiri dengan bimbingan Dr. Ir. Basuki Wasis,

MS. dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau

lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2009

Nur Hikmah Utami

E44050712

Page 4: E09nhu

Judul Penelitian : Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia dan Sifat Biologi Tanah

Paska Tambang Galian C pada Tiga Penutupan Lahan

(Studi Kasus Pertambangan Pasir (Galian C) di Desa

Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura,

Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat)

Nama Mahasiswa : NUR HIKMAH UTAMI

NRP : E44050712

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. Ir. Basuki Wasis, MS

NIP 19651002 199103 1 003

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kehutanan

Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr

NIP 19611126 198601 1 001

Tanggal :

Page 5: E09nhu

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Februari 1988 di Cirebon, Jawa Barat

sebagai anak pertama dari 2 bersaudara dari pasangan Drs. Masnui dan Aning

Suryaningsih, BA.

Pada tahun 1992 penulis mengikuti jenjang pendidikan di TK Cempaka

Putih Cirebon yang kemudian di tahun 1993-1994 penulis melanjutkan

pendidikan Sekolah Dasar di SD Purwawinangun II Cirebon dan pada tahun 1995

penulis pindah bersekolah ke SD Jatiwarna IV hingga tahun 1999. Setelah lulus

pendidikan Sekolah Dasar, penulis bersekolah di SMP Negeri 128 Halim Perdana

Kusuma Jakarta Timur dari tahun 1999-2002. Sedangkan untuk Sekolah

Menengah Umum, penulis mengikutinya di SMU Negeri 67 Halim Perdana

Kusuma Jakarta Timur dari tahun 2002 hingga 2005. Setelah lulus dari SMU

Negeri 67 Jakarta Timur, pada tahun 2005 tersebut penulis lulus seleksi masuk

Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Kemudian ketika memasuki tingkat kedua penulis memilih Program Studi

Silvikultur, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB.

Selama kuliah di Fakultas Kehutanan, penulis cukup aktif dalam

organisasi salah satunya Himpunan Profesi Mahasiswa Silvikultur Tree Grower

Community (TGC) sebagai Bendahara di Bussines Development Department

(2007-2008).

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan

skripsi berjudul ”Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia dan Sifat Biologi Tanah Paska

Tambang Galian C pada Tiga Penutupan Lahan (Studi Kasus Pertambangan Pasir

(Galian C) di Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten

Cirebon, Provinsi Jawa Barat)” dengan bimbingan Dr. Ir. Basuki Wasis, MS.

Page 6: E09nhu

Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia dan Sifat Biologi Tanah Paska Tambang

Galian C pada Tiga Penutupan Lahan (Studi Kasus Pertambangan Pasir (Galian C) di Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat)

Oleh : Nur Hikmah Utami dan Basuki Wasis

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumberdaya alam seperti bahan galian, mineral, minyak bumi, gas, flora dan fauna baik yang berada di tanah, air maupun udara. Salah satu bahan galian yang cukup banyak dikandung bumi Indonesia ini yaitu pasir. Pemanfaatan pasir dilakukan dengan penambangan pasir yang pada umumnya menggunakan sistem penambangan terbuka. Kegiatan penambangan pasir dengan sistem tambang terbuka memberikan manfaat antara lain sebagai sumber bahan baku bangunan sipil, sumber mata pencaharian penduduk lokal, dan menambah pendapatan daerah. Akan tetapi penambangan pasir dengan sistem tambang terbuka juga menimbulkan kerugian seperti keterbukaan lahan, hilangnya vegetasi penutup tanah mengganggu kehidupan flora dan fauna, serta kerusakan tanah. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian pengaruh penambangan pasir terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

METODOLOGI. Penelitian dilakukan pada kawasan penambangan pasir (Galian C) di desa Gumulung Tonggoh, kecamatan Astanajapura, kabupaten Cirebon, provinsi Jawa Barat. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cangkul, kantung plastik, kamera, kalkulator, program SPSS 13.0. Data yang digunakan adalah data primer untuk jenis struktur tanah dan data sekunder untuk analisis sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan pengambilan sampel secara purposive sampling yang dilakukan oleh Tim Kementerian Negara Lingkungan Hidup tahun 2006, serta data statistik wilayah lokasi penelitian. Kemudian dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji F pada karakteristik sifat tanah yang diamati untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang nyata atau tidak dari kegiatan penambangan pasir dan setelah dilakukan uji lanjut (uji Duncan) dapat diketahui lokasi mana yang memberikan perbedaan secara nyata. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kegiatan penambangan pasir telah merubah sifat fisik, kimia, biologi tanah pada lokasi lahan paska penambangan pasir desa Gumulung Tonggoh. Terbukti dari adanya perubahan yang signifikan terhadap nilai bulk density yang meningkat, porositas rendah, pori drainase sangat cepat menurun. Begitu pula dengan sifat kimia tanah, terdapat karakteristik tanah yang dipengaruhi secara nyata oleh adanya kegiatan penambangan pasir yaitu menurunnya KTK, meningkatnya kandungan pospor, menurunnya kandungan kalsium, dan magnesium. Sedangkan untuk sifat biologi tanah, hanya jumlah mikroorganisme tanah sajalah yang dipengaruhi secara nyata oleh kegiatan penambangan pasir. Hal tersebut dianalisa berdasarkan nilai signifikansinya yang ternyata karakteristik sifat tanah tersebut memiliki nilai signifikansi < taraf nyata 0,05. Sedangkan untuk karakteristik sifat tanah khususnya permeabilitas, pH, BO, nitrogen, kalium, natrium, jumlah fungi tanah, bakteri pelarut posfat, dan respirasi tanah juga mengalami perubahan tetapi menurut hasil uji statistik tidak dipengaruhi secara nyata oleh kegiatan penambangan pasir. Perubahan karakter sifat tanah dalam penelitian ini terjadi karena pemadatan tanah akibat penggunaan alat-alat berat selama proses penambangan. KESIMPULAN. Kegiatan penambangan pasir (Galian C) di desa Gumulung Tonggoh telah merubah beberapa karakteristik sifat fisik, kimia dan biologi tanah karena terjadinya pemadatan tanah yang disebabkan oleh penggunaan alat-alat berat saat kegiatan penambangan berlangsung. Berdasarkan uji statistik, karakter yang dipengaruhi secara nyata adalah nilai bulk density, porositas tanah, pori drainase sangat cepat, KTK, kandungan pospor, kalsium, magnesium dan jumlah mikroorganisme tanah. Perubahan karakteristik sifat tanah tersebut saling berpengaruh satu sama lain. Kata Kunci : Pertambangan pasir, pemadatan tanah, perubahan sifat tanah.

Page 7: E09nhu

Study of Physical, Chemical and Biological Soil Characteristics Pasca-Mining Dig C in Three Closedland

(Case study sand mining (Galian C) in Gumulung Tonggoh village, Astanajapura subdistict, Cirebon Regency, West Java Province)

by : Nur Hikmah Utami and Basuki Wasis

Introduction: Indonesia is a country that has abundance natural resources like dig substance, mineral, petroleum, gas, flora and fauna residing in the land. Sand is one of dig substance which is quite abundant on this country. This dig substance is usually exploited by open mining. Open mining has benefits for building materials, local’s occupations and increasing the local income. However, Open mining has negative impacts for wildlife, land cover loss, and land quality degradation. Because of these negative impacts, it needs to conduct a research about the effect of sand mining toward physical, chemistry, and biology soil characteristics. Methodology: Research was conducted on sands open mining at Gumulung Tonggoh village, Astanajapura district, Cirebon regency, West Java province. Instrument that used for this research are hoe, plastic poke, camera, calculator, SPSS 13.0 software. The data are primary data for land structure and secondary data for soil’s physical, chemistry, and biology characteristic. The method of this research was survey with purposive sampling which has done by ministry of state environment year 2006 and statistical data on site. Then conducted some statistical F test on soil characteristic to know whether there is significant or not from sand mining activity and after continued by Duncan’s test, locations that has significant difference can be showed. Result and Discussion: Sand Mining activities have altered soil’s physical, chemical, biology characteristics on after-mining sites in Gumulung Tonggoh village. It has been proved by significant change of bulk density value, low porosity, and rapid decrease of drainage pore. Soil’s chemical characteristic has significant change as well. There is some soil characteristic that is influenced by mining activities like change cation capability (KTK), calcium and magnesium decreasing and the increasing of phosphor inside the soil. For soil biology characteristic, only amount of soil’s microorganism that influenced by sand mining activities. It has been analyzed by significant value and have significant value < 0,05 actual rate as a result. Permeability, pH, BO, nitrogen, kalium, natrium, amount of soil’s fungi, phosphate-dissolved bacteria and soil respiration have change but not really significant as a results of statistic test. The changes of soil characteristic on this research happens because soil’s condensation as a result of using of heavy instruments. Conclusion: Sand Mining activity ( Dig C) in Gumulung Tonggoh village have altered some characteristic changes of soil’s physical, chemical and biology characteristic because of land condensation by heavy equipment use on mining activity. Based on statistical test, character that significant is bulk density value, land porosity, drainage pore very quickly, KTK, phosphor, calcium, magnesium and amount of soil microorganism. Characteristic changes on soil characteristics affect one and each other. Key Words : Sand mining, land condensation, land denaturing

Page 8: E09nhu

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya bagi seluruh ciptaan-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap

tercurahkan pada suri tauladan, junjungan, nabi besar kita Rasulullah Muhammad

SAW dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqamah sampai akhir zaman.

Penelitian ini dengan judul ” Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia dan Sifat Biologi

Tanah Paska Tambang Galian C pada Tiga Penutupan Lahan (Studi Kasus

Pertambangan Pasir (Galian C) di Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan

Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat)”. Dalam penelitian

ini dikemukakan mengenai hasil analisa pengaruh kegiatan pertambangan pasir

terhadap sifat-sifat tanah.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi Dinas

Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Cirebon dalam upaya rehabilitasi

dan pengelolaan lingkungan agar terciptanya kelestarian hidup serta dapat berguna

bagi berbagai pihak yang membutuhkan informasi yang ada di dalam skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini perlu dikembangkan lagi

untuk kesempurnaannya, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran demi

perkembangan penelitian selanjutnya. Akhirnya, penulis berharap karya kecil ini

tidak mengurangi hakikat kebenaran ilmiahnya dan bermanfaat bagi semua pihak

yang membutuhkannya. Amin.

Bogor, Mei 2009

Penulis

i

Page 9: E09nhu

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak

terlepas dari berbagai pihak yang telah ikut mendukung dan memberi bantuan.

Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis Drs. Masnui dan Aning Suryaningsih, BA yang

senantiasa melimpahkan kasih sayang, semangat dan doa restu.

2. Eska Putra Dwitama (adik yang paling penulis cintai dan banggakan), terima

kasih atas segala motivasi dan kasih sayang yang diberikan.

3. Nenek Anoni Sukaesih, Hj. Sophiah dan Kakek Dul Hamid yang telah

memberikan dukungan, semangat, doa dan motivasi.

4. Keluarga besar penulis (Hj. Cholidjah; Drs. Armadi, MM; Desi Arianti, SE;

Arum Surya Ningrum, Ampuh Surya Komariah, Asep Nana Suryamana,

Aman Surya Santosa, Aida Surya Sophiah, Lili Murtiasih, Nina Nuraina,

Mama Yeni, Papa Yudi, Anisa Mariana, Maria Khusnul Khotimah, Nopy

Kresnawati, Berliani Cornelia Azahra, Nabila Intan Mutmainah, Reza

Rahadian Noor, Fahriansyah Noor).

5. Dr. Ir. Basuki Wasis selaku dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan dan saran serta perhatian dengan penuh kesabaran

kepada penulis.

6. Sahabat-sahabat penulis (Yohana,S.Hut; Hendry Ramadani,S.Hut; Dodi Juli

Irawan,S.Hut; Mba Tini, Mike, Wita, Anjun, Cany, Sina, Mba Dani, Mba

Dian, Mba Inda, Mba Cici, Hildalita, Muharmansyah, Rhomi Ardiansyah,

Hendra Prasetia, Ka Resa Irnano, Ka Zacky, Manda, Ka Lukas, Ka Lingga),

BSEC (Ka Derry, Om Igor, Kiky, Ka Yudis, Ka Aji, Ka Roni, Meisya),

teman-teman Silvikultur (42,43,44,45 dan kakak kelas) serta teman-teman

TPB (Andri, Adi Prawoko). Terima kasih karena berkat kalian, hal biasa

menjadi luar biasa.

7. Kanda yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian yang tulus, dukungan

moril maupun materiil dan selalu sabar dalam menghadapi Dinda.

ii

Page 10: E09nhu

iii

8. Keluarga besar Lab. Pengaruh Hutan yang senantiasa membantu dan

memberikan motivasi (Ibu Atikah; Veve Ifana Pramesti,S.Hut; Desty,S. Hut).

9. Dosen-dosen dan staf pengajar Fakultas Kehutanan, Keluarga besar KPAP

Departemen Silvikultur, staf Rektorat atas segala petunjuk, motivasi dan

kemudahan dalam pengurusan administrasi selama di kampus.

10. Serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Terima kasih atas bantuannya pada penulis. Semoga karya ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2009

Penulis

Page 11: E09nhu

DAFTAR ISI Halaman

LEMBAR PEGESAHAN

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

UCAPAN TERIMA KASIH.........................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................iv

DAFTAR TABEL.........................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................x

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................... ......1

1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................. 3

1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanah Pasir dan Tanah Sawah ............................................................. 4

2.2 Regosol dan Vertisol ........................................................................... 7

2.3 Sifat Fisik Tanah...................................................................................7

2.3.1 Tekstur Tanah...........................................................................7

2.3.2 Struktur Tanah..........................................................................8

2.3.3 Kerapatan Limbak (Bulk Density)...........................................9

2.3.4 Porositas Tanah........................................................................10

2.3.5 Pori Drainase Sangat Cepat......................................................11

2.3.6 Permeabilitas.............................................................................11

2.4 Sifat Kimia Tanah………………………………..................................13

2.4.1 Derajat Kemasaman Tanah (pH)...............................................13

2.4.2 Kapasitas Tukar Kation (KTK).................................................13

2.4.3 C-Organik.................................................................................15

2.4.4 N-Total......................................................................................16

2.4.5 P-Bray........................................................................................18

2.4.6 Kalsium (Ca)..............................................................................20

2.4.7 Magnesium (Mg)........................................................................21

iv

Page 12: E09nhu

v

2.4.8 Kalium (K).................................................................................21

2.5 Sifat Biologi Tanah ................................................................................24

2.5.1 Total Mikroorganisme Tanah.....................................................24

2.5.2 Jumlah Bakteri Pelarut Posfat....................................................24

2.5.3 Jumlah Fungi Tanah...................................................................25

2.5.4 Total Respirasi Tanah................................................................25

2.6 Kondisi Umum Lokasi Penelitian……………………………………..25

2.6.1 Letak Geografis..........................................................................25

2.6.2 Iklim dan Topografi....................................................................28

2.6.3 Kondisi Penduduk dan Kebutuhan Air Bersih............................28

2.6.4 Penggunaan Lahan, Flora dan Fauna..........................................29

2.6.5 Proses Kegiatan Penambangan Pasir (Galian C)........................30

III. METODE PENELITIAN

3.1 Bahan Penelitian.....................................................................................31

3.2 Metode Penelitian...................................................................................31

3.3 Analisis Sifat Fisik, Kimia, Biologi Tanah.............................................31

3.4 Analisis Data...........................................................................................31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sifat Fisik Tanah......................................................................................33

4.1.1 Kerapatan Limbak (Bulk Density)..............................................34

4.1.2 Porositas Tanah...........................................................................37

4.1.3 Pori Drainase Sangat Cepat.........................................................39

4.1.4 Permeabilitas................................................................................41

4.2 Sifat Kimia Tanah………………………………....................................44

4.2.1 Derajat Kemasaman Tanah (pH).................................................45

4.2.2 Kapasitas Tukar Kation (KTK)...................................................47

4.2.3 C-Organik...................................................................................49

4.2.4 N-Total.......................................................................................51

4.2.5 P-Bray.........................................................................................52

4.2.6 Kalsium (Ca)...............................................................................54

4.2.7 Magnesium (Mg).........................................................................56

4.2.8 Kalium (K)...................................................................................58

Page 13: E09nhu

vi

4.3 Sifat Biologi Tanah ...............................................................................60

4.3.1 Total Mikroorganisme Tanah....................................................61

4.3.2 Jumlah Bakteri Pelarut Posfat...................................................63

4.3.3 Jumlah Fungi Tanah...................................................................64

4.3.4 Total Respirasi Tanah................................................................65

V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................67

5.1 Kesimpulan...........................................................................................67

5.2 Saran.....................................................................................................67

VI. DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................68

Page 14: E09nhu

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Permeabilitas Tanah...............................................................12

Tabel 2 Pengaruh Tekstur Tanah Terhadap KTK...............................14

Tabel 3 Nama Desa dan Keterkaitan Tambang di Kecamatan

Astanajapura............................................................................25

Tabel 4 Metode Analisis Sifat Fisik, Kimia, Biologi Tanah...............32

Tabel 5 Perubahan Nilai dan Rataan Sifat Fisik Tanah Pada Lokasi

Penelitian................................................................................34

Tabel 6 Hasil Sidik Ragam untuk Bulk Density..................................36

Tabel 7 Hasil Uji Duncan untuk Nilai Bulk Density..........................36

Tabel 8 Hasil Sidik Ragam untuk Porositas Tanah............................39

Tabel 9 Hasil Uji Duncan untuk Nilai Porositas Tanah.....................39

Tabel 10 Hasil Sidik Ragam untuk Pori Drainase Sangat Cepat........41

Tabel 11 Hasil Uji Duncan untuk Pori Drainase Sangat Cepat..........41

Tabel 12 Hasil Sidik Ragam untuk Permeabilitas..............................43

Tabel 13 Perubahan Nilai dan Rataan Sifat Kimia Tanah pada Lokasi

Penelitian..............................................................................45

Tabel 14 Hasil Sidik Ragam untuk pH...............................................46

Tabel 15 Hasil Sidik Ragam untuk KTK...........................................49

Tabel 16 Hasil Uji Duncan untuk Nilai KTK…………………….....49

Tabel 17 Hasil Sidik Ragam untuk C-Organik...................................50

Tabel 18 Hasil Sidik Ragam untuk Nitrogen.....................................52

Tabel 19 Hasil Sidik Ragam untuk Pospor........................................54

Tabel 20 Hasil Uji Duncan untuk Nilai Pospor.................................54

Tabel 21 Hasil Sidik Ragam untuk Kalsium......................................56

Tabel 22 Hasil Uji Duncan untuk Nilai Kalsium…………………...56

Tabel 23 Hasil Sidik Ragam untuk Magnesium.................................57

Tabel 24 Hasil Uji Duncan untuk Nilai Magnesium...........................58

Tabel 25 Hasil Sidik Ragam untuk Kalium........................................59

Tabel 26 Perubahan Nilai dan Rataan Sifat Biologi Tanah pada Lokasi

Page 15: E09nhu

viii

Penelitian...............................................................................60

Tabel 27 Hasil Sidik Ragam untuk Jumlah Mikroorganisme

Tanah.....................................................................................62

Tabel 28 Hasil Uji Duncan untuk Jumlah Mikroorganisme Tanah.....62

Tabel 29 Hasil Sidik Ragam untuk Jumlah Bakteri Pelarut Posfat….64

Tabel 30 Hasil Sidik Ragam untuk Jumlah Fungi Tanah.....................65

Tabel 31 Hasil Sidik Ragam untuk Total Respirasi Tanah...................66

Page 16: E09nhu

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Diagram Segitiga Tekstur Tanah dan Sebaran Besar

Butir………………………………………………………….5

Gambar 2 Siklus Nitrogen.......................................................................17

Gambar 3 Siklus Posfor...........................................................................20

Gambar 4 Siklus Kalium..........................................................................23

  Gambar 5 Peta Lokasi Penambangan Galian C (pasir) di Kecamatan

Astanajapura…………....……………………………………27

  Gambar 6 Bagan Alir Proses Penambangan Pasir………………………30

Gambar 7 Perbandingan Nilai Bulk Density (g/cc) pada Lokasi

Penelitian................................................................................34

Gambar 8 Perbandingan Nilai Porositas Tanah (%) pada Lokasi

Penelitian................................................................................37

Gambar 9 Perbandingan Nilai Pori Drainase Sangat Cepat (%) pada

Lokasi Penelitian....................................................................40

Gambar 10 Perbandingan Nilai Permeabilitas (cm/jam) pada Lokasi

Penelitian……………………………………………………43

Gambar 11 Perbandingan Nilai pH pada Lokasi Penelitian....................46

Gambar 12 Perbandingan Nilai KTK pada Lokasi Penelitian.................48

Gambar 13 Perbandingan Nilai C-Organik pada Lokasi Penelitian........50

Gambar 14 Perbandingan Nilai Nitrogen pada Lokasi Penelitian...........52

Gambar 15 Perbandingan Nilai Pospor pada Lokasi Penelitian..............53

Gambar 16 Perbandingan Nilai Kalsium pada Lokasi Penelitian...........55

Gambar 17 Perbandingan Nilai Magnesium pada Lokasi Penelitian…..57

Gambar 18 Perbandingan Nilai Kalium pada Lokasi Penelitian.............59

Gambar 19 Perbandingan Jumlah Mikroorganisme tanah pada Lokasi

Penelitian..............................................................................61

Gambar 20 Perbandingan Jumlah Bakteri Pelarut Posfat pada Lokasi

Penelitian..............................................................................63

Gambar 21 Perbandingan Jumlah Fungi Tanah pada Lokasi

Page 17: E09nhu

x

Penelitian…………………………………………………...64

Gambar 22 Perbandingan Nilai Total Respirasi Tanah pada Lokasi

Penelitian............................................................................. 66

Page 18: E09nhu

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Data Hasil Analisis Sifat Fisik dan Sifat Biologi Tanah 72

Lampiran 2 Data Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah……….…......... 73

Lampiran 3 Hasil Uji Statistik Bulk Density……………..……....... 74

Lampiran 4 Hasil Uji Statistik Porositas Tanah…………….…....... 75

Lampiran 5 Hasil Uji Statistik Pori Drainase Sangat Cepat……….. 76

Lampiran 6 Hasil Uji Statistik Permeabilitas……...……..……....... 77

Lampiran 7 Hasil Uji Statistik pH………………………..……....... 78

Lampiran 8 Hasil Uji Statistik KTK……….……………..……....... 79

Lampiran 9 Hasil Uji Statistik C-Organik………………..……....... 80

Lampiran 10 Hasil Uji Statistik Nitrogen…...……………..……....... 81

Lampiran 11 Hasil Uji Statistik Pospor……..……………..……....... 82

Lampiran 12 Hasil Uji Statistik Kalsium…………………..……....... 83

Lampiran 13 Hasil Uji Statistik Magnesium..……………..……....... 84

Lampiran 14 Hasil Uji Statistik Kalium…….……………..……....... 85

Lampiran 15 Hasil Uji Statistik Jumlah Mikroorganisme Tanah........ 86

Lampiran 16 Hasil Uji Statistik Jumlah Bakteri Pelarut Posfat.......... 87

Lampiran 17 Hasil Uji Statistik Jumlah Fungi Tanah……..……....... 88

Lampiran 18 Hasil Uji Statistik Total Respirasi….………..……....... 89

Lampiran 19 Dokumentasi Lokasi Penelitian....................................... 90

Page 19: E09nhu

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumberdaya alam seperti

bahan galian, mineral, minyak bumi, gas alam, flora dan fauna baik yang berada

di tanah, air maupun udara yang merupakan salah satu modal dasar dalam

pembangunan nasional. Pembangunan berwawasan lingkungan menjadi suatu

kebutuhan penting bagi setiap bangsa dan negara yang menginginkan kelestarian

sumberdaya alam. Sumberdaya alam perlu dijaga dan dipertahankan untuk

kelangsungan hidup manusia kini, maupun untuk generasi yang akan datang (Arif,

2007).

Salah satu bahan galian yang cukup banyak dikandung bumi Indonesia

ini yaitu pasir. Pasir merupakan salah satu bahan baku utama untuk bangunan sipil

seperti rumah, gedung, jalan, jembatan, pelabuhan, bendungan dan lain-lain, baik

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal maupun komoditi keluar daerah

tempat penambangan dilakukan (Dinas Lingkungan Hidup Kehutanan dan

Pertambangan Kabupaten Cirebon, 2005). Kabupaten Cirebon, Jawa Barat

merupakan salah satu daerah yang memiliki kekayaan alam berupa bahan galian

pasir yang cukup melimpah.

Pemanfaatan pasir dilakukan dengan penambangan pasir yang pada

umumnya menggunakan sistem penambangan terbuka. Menurut Tim Puslitbang

Tekmira 2004, penambangan terbuka adalah kegiatan penambangan atau

penggalian bahan galian yang prosesnya langsung berhubungan dengan udara

terbuka. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.17 tahun 2001

tentang pengelolaan pertambangan dan berdasarkan izin yang dikeluarkan oleh

Pemerintah Daerah maka ada beberapa pengusaha pertambangan yang beroperasi

di wilayah Kabupaten Cirebon. Beberapa lokasi penambangan pasir di wilayah

Kabupaten Cirebon antara lain di Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan

Astanajapura; Desa Cikalahang, Kecamatan Dukupuntang; Desa Buntet,

Kecamatan Astanajapura; Desa Susukan Tonggoh, Kecamatan Susukan Lebak;

Desa Picungpugur, Kecamatan Lemahabang; Desa Ciuyah, Kecamatan Waled;

1

Page 20: E09nhu

Desa Palimanan Barat, Kecamatan Palimanan dan di Desa Ciperna, Kecamatan

Beber.

Kegiatan penambangan secara umum terdiri atas pembersihan lahan,

pengupasan tanah penutup, pembongkaran, pemilihan, pemuatan, pengangkutan,

pengecilan ukuran, pencucian/pemurnian, pemasaran, dan reklamasi (Dinas

Lingkungan Hidup Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Cirebon, 2005).

Kegiatan penambangan pasir dengan sistem penambangan terbuka memberikan

manfaat antara lain sebagai sumber bahan baku bangunan sipil, sumber mata

pencaharian penduduk lokal, kesempatan kerja akan lebih terbuka serta sekaligus

akan menambah pemasukan ekonomi dan menambah pendapatan daerah. Tetapi

jika tidak dikelola dengan baik, maka dapat menimbulkan dampak negatif, baik

yang diderita oleh lingkungan setempat maupun mencakup wilayah yang lebih

luas dalam jangka waktu pendek maupun dalam jangka waktu yang panjang.

Dampak negatif dari penambangan pasir dengan sistem penambangan

terbuka ini terutama diakibatkan oleh degradasi lingkungan, perubahan geologi

lingkungan antara lain kondisi estetika, topografi, kemiringan lereng, elevasi

ketinggian, tersingkapnya batuan dasar, erosi, sedimentasi, kualitas dan kuantitas

air tanah serta air permukaan, tata guna lahan, kestabilan batuan/ tanah, penurunan

produktivitas tanah, kesuburan tanah, jumlah mikroorganisme tanah dan daya

serap/permeabilitas; gangguan terhadap flora dan fauna; perubahan iklim mikro,

serta berbagai permasalahan sosial. Hal tersebut menjadi salah satu penyokong

dampak negatif bagi pembangunan di masa mendatang. Jika daya dukung

lingkungan telah dilampaui, maka fungsi ekosistem menjadi terganggu (Dinas

LHKP Kab. Cirebon 2005).

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup

Kabupaten Cirebon, ditemukan berbagai pelanggaran dan penyalahgunaan izin

yang dilakukan oleh pengusaha pertambangan yang beroperasi di wilayah

Kabupaten Cirebon terutama di desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan

Astanajapura sehingga memberikan dampak berupa kerusakan lingkungan.

Kerusakan yang terlihat paling parah secara kasat mata adalah mengenai kondisi

tanahnya, oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai pengaruh kegiatan

penambangan pasir (galian C) terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang

2

Page 21: E09nhu

3

terjadi di Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten

Cirebon.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian pengaruh penambangan pasir (galian C) terhadap

sifat tanah di desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten

Cirebon ini adalah :

1. Menganalisa pengaruh penambangan pasir terhadap sifat fisik tanah pada tiga

penutupan lahan (kebun campuran, sawah dan lahan bekas penambangan pasir

(galian C) desa Gumulung Tonggoh).

2. Menganalisa pengaruh penambangan pasir terhadap sifat kimia tanah pada tiga

penutupan lahan (kebun campuran, sawah dan lahan bekas penambangan pasir

(galian C) desa Gumulung Tonggoh).

3. Menganalisa pengaruh penambangan pasir terhadap sifat biologi tanah pada

tiga penutupan lahan (kebun campuran, sawah dan lahan bekas penambangan

pasir (galian C) desa Gumulung Tonggoh).

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah menyajikan informasi mengenai

perubahan sifat fisik, sifat kimia, dan biologi tanah pada lokasi kebun campuran,

sawah di sekitar galian C dan pada areal bekas tambang galian C itu sendiri (tanah

yang rusak) di Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten

Cirebon sehingga dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi terhadap upaya

reklamasi lahan bekas penambangan pasir khususnya di desa Gumulung Tonggoh.

Page 22: E09nhu

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Mulyanto (2008) kegiatan penambangan adalah kegiatan

mengekstraksi bahan tambang terencana dengan menggunakan berbagai metode

sesuai dengan karakteristik bahan tambang. Menurut Tim Puslitbang Tekmira

2004, penambangan ialah kegiatan untuk menghasilkan bahan galian yang

dilakukan baik secara manual maupun mekanis yang meliputi pemberian,

pemuatan, pengangkutan, penimbunan (stock filling) dan reklamasi. Salah satu

penambangan yang menjadi sumber pendapatan negara adalah penambangan

pasir. Penambangan pasir termasuk ke dalam penambangan terbuka.

Penambangan terbuka adalah usaha penambangan dan penggalian bahan galian

yang kegiatannya dilakukan langsung berhubungan dengan udara terbuka (Tim

Puslitbang Tekmira 2004).

2.1 Tanah Pasir dan Tanah Sawah

Pasir terbentuk dari hasil proses rombakan batuan, sedimen, dan

metamorf oleh alam, kemudian proses pengangkutan oleh air, selanjutnya

diendapkan di suatu tempat yang lebih rendah, misalnya hilir sungai, daratan,

cekungan, danau, pantai dan sebagainya. Butiran pasir dapat berukuran kasar

sekali sampai halus tergantung dari jauh dekatnya terhadap sumber batuan. Pada

tanah pasir kandungan lempung, debu, dan zat hara sangat minim. Akibatnya,

tanah pasir mudah mengalirkan air, sekitar 150 sentimeter per jam. Sebaliknya,

kemampuan tanah pasir menyimpan air sangat rendah, 1,6-3 persen dari total air

yang tersedia (Anonim 2003).

Berdasarkan keterdapatan, ada 2 macam pasir yaitu pasir sungai dan pasir

darat (pasir purba). Umumnya pasir bercampur dengan lumpur atau lempung

terutama pasir aluvium. Mutu pasir dianggap baik apabila kadar lempungnya

sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Sedangkan, dari seri kegunaannya,

bahan galian pasir dimanfaatkan untuk berbagai keperluan bahan bangunan,

seperti untuk bahan pemasangan batu atau bata, plesteran dan sebagainya (Tim

Puslitbang Tekmira 2004). Berdasarkan segi tiga tekstur pada Gambar 1, tekstur

kasar terdiri dari lempung liat berpasir, lempung berpasir, pasir berlempung,

berpasir dan pasir (Hardjowigeno 2007).

Page 23: E09nhu

Sifat fisik pasir darat antara lain : berbutir sedang hingga kasar, berwarna

abu kecoklatan, memiliki porositas tinggi, bentuk butir membulat hingga

membulat tanggung, pemilahan (sorting) sedang, hubungan antar butir lepas

hingga agak padu. Bila tanah terlalu mengandung pasir, tanah ini kurang baik

untuk pertumbuhan tanaman. Tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas

permukaan (specific surface) yang kecil, sehingga sulit menyerap atau menahan

air dan unsur hara, sehingga pada musim kemarau mudah kekurangan air. Bila

jumlah pasir tidak terlalu banyak, pengaruhnya terhadap tanah akan baik, karena

cukup longgar, air akan mudah meresap, dan jumlahnya cukup dikandung tanah,

udara tanah mudah masuk dan tanah mudah diolah (Hasibuan 2006).

Sumber : Hardjowigeno 2007

Gambar 1 Diagram Segitiga Tekstur Tanah dan Sebaran Besar Butir

Dalam kaitannya dengan daya simpan air, tanah pasir mempunyai daya

pengikatan terhadap lengas tanah yang relatif rendah, karena permukaan kontak

antara permukaan tanah dengan air pada tanah yang teksturnya lebih halus dan

tanah pasir tersebut didominasi oleh pori makro (Islami dan Istomo, 1995). Oleh

5

Page 24: E09nhu

6

karena itu, air yang masuk ke tanah pasir akan segera mengalami perkolasi,

sementara itu air kapiler akan mudah lepas karena evaporasi.

Tanah pasir tidak memiliki kemampuan menjerap air dan hara sehingga

tanah pasir tidak subur dan mudah kering. Tanah pasir juga sedikit mengandung

liat, kapasitas tukar kation yang rendah dan miskin bahan organik atau humus.

Pasir merupakan mineral sisa pelapukan yang mempunyai daya tahan terhadap

pelapukan yang tinggi sehingga menjadi sukar lapuk. Hal ini menjadikan tanah

berpasir menjadi media untuk tumbuh yang sangat jelek. Tanah pasir memerlukan

granulasi. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan penambahan bahan

organik (Soepardi, 1983).

Sanchez (1992) membagi profil tanah sawah atas 4 (empat) bagian

sebagai berikut:

1. Tanah sawah lapisan air

2. Tanah sawah lapisan oksidasi

3. Tanah sawah lapisan olah yang mengalami reduksi

4. Tanah sawah lapisan subsoil yang bersifat oksidatif dan kadang-kadang

reduktif.

Morfologi tanah sawah berdasarkan perbedaan kedalaman air tanah oleh

Kanno (1978) dinyatakan bahwa semakin dalam air tanahnya, sifat morfologi

tanah menunjukan adanya perkembangan horizon yang lebih lengkap

dibandingkan dengan horizon pada tanah dangkal. Tanah sawah dibagi menjadi 3

(tiga) tipe yaitu :

1. Tipe air permukaan

2. Tipe intermediat

3. Tipe air tanah

Tanah sawah dengan tipe air permukaan dijumpai pada tanah berdrainase baik;

tanah sawah dengan tipe intermediat dijumpai pada tanah berdrainase sedang,

tanah sawah dengan tipe air tanah dijumpai pada tanah berdrainase jelek. Jenis

dan sifat horizon penciri tanah sawah berbeda dengan tanah bukan sawah, pada

tanah sawah dijumpai adanya lapisan tapak bajak, horizon glei, dan lapisan besi

serta mangan, sedangkan pada profil bukan tanah sawah tidak dijumpai horizon-

horison tersebut.

Page 25: E09nhu

7

2.2 Regosol dan Vertisol

Tanah Regosol tergolong jenis tanah Entisol, dimana pada tanah yang tua

sudah mulai terbentuk horizon Al lemah berwarna kelabu, mengandung bahan

yang belum atau masih baru mengalami pelapukan. Tekstur tanah biasanya kasar,

struktur kersai atau lemah, konsentrasi lepas sampai gembur dan pH 6-7. Makin

tua umur tanah, struktur dan konsentrasinya padat, bahkan seringkali membentuk

padas dengan drainase dan porositas terhambat. Umumnya jenis tanah ini belum

membentuk agregat sehingga peka terhadap erosi, cukup mengandung unsur P dan

K yang masih segar dan belum tersedia untuk diserap tanaman dan kandungan N

rendah (Rachim dan Suwardi, 1999).

Faktor penting dalam pembentukan tanah Vertisol adalah adanya musim

kering dalam setiap tahun, meskipun lamanya musim tersebut bervariasi

(Hardjowigeno 2003). Menurut Darmawijaya (1997), ciri-ciri tanah vertisol

adalah sebagai berikut : (1) Tekstur lempung, (2) tanpa horizon eluvial dan iluvial,

(3) struktur lapisan atas granular dan lapisan bawah gumpal pejal, (4)

mengandung kapur, (5) koefisien expansi (pemuaian) dan kontraksi (pengerutan)

tinggi jika dirubah kadar airnya, (6) seringkali mikroreliefnya gilgai (peninggian-

peninggian setempat yang teratur), (7) konsistensi luar biasa liar (extremely

plastic), (8) bahan induk kapur dan berlempung sehingga kedap air

(impermeable), (9) dalam solum rata-rata 75 cm, dan (10) warna kelam atau

chroma kecil.

2.3 Sifat Fisik Tanah

2.3.1 Tekstur Tanah

Tekstur tanah menunjukan perbandingan butir-butir pasir (2mm - 50μ),

debu (2μ-50 μ), dan liat (< 2μ) di dalam fraksi tanah halus (Hardjowigeno, 2007).

Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur yang mengacu pada

kehalusan atau kekasaran tanah (Foth 1994).

Menurut Hanafiah (2007), tanah yang didominasi pasir akan banyak

mempunyai pori-pori makro (besar) disebut lebih poreus, tanah yang didominasi

debu akan banyak mempunyai pori-pori meso (sedang) agak poreus, sedangkan

yang didominasi liat akan mempunyai pori-pori mikro (kecil) atau tidak poreus.

Page 26: E09nhu

8

Menurut Hardjowigeno (2003) tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai

pori-pori makro sehingga sulit menahan air.

Menurut Hanafiah (2007), berdasarkan kelas teksturnya maka tanah

digolongkan menjadi:

1. Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir, berarti tanah yang mengandung

minimal 70% pasir : bertekstur pasir atau pasir berlempung.

2. Tanah bertekstur halus atau kasar berliat, berarti tanah yang mengandung

minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir.

3. Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung, terdiri dari:

a. Tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur

lempung berpasir (sandy loam) atau lempung berpasir halus.

b. Tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur berlempung berpasir

sangat halus, lempung (loam), lempung berdebu (silty loam) atau debu

(silt).

c. Tanah bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat (clay

loam), lempung liat berpasir (sandy clay loam), atau lempung liat berdebu

(sandy silt loam).

2.3.2 Struktur Tanah

Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil alami dari tanah,

akibat melekatnya butir-butir primer tanah satu sama lain. Satu unit struktur

disebut ped (terbentuk karena proses alami). Struktur tanah memiliki bentuk yang

berbeda-beda yaitu Lempeng (plety), Prismatik (prismatic), Tiang (columnar),

Gumpal bersudut (angular blocky), Gumpal membulat (subangular blocky),

Granular (granular), Remah (crumb) (Hardjowigeno 2003).

Arsyad (2005) mengemukakan, struktur adalah kumpulan butir-butir

tanah disebabkan terikatnya butir-butir pasir, liat dan debu oleh bahan organik,

oksida besi dan lain-lain. Struktur tanah yang penting dalam mempengaruhi

infiltrasi adalah ukuran pori dan kemantapan pori. Pori-pori yang mempunyai

diameter besar (0,06 mm atau lebih) memungkinkan air keluar dengan cepat

sehingga tanah beraerasi baik, pori-pori tersebut juga memungkinkan udara keluar

dari tanah sehingga air dapat masuk.

Page 27: E09nhu

9

Istilah tekstur digunakan untuk menunjukan ukuran pertikel-partikel

tanah. Tetapi, apabila ukuran partikel tanah sudah diketahui maka digunakan

istilah struktur. Struktur menunjukan kombinasi atau susunan partikel-partikel

tanah primer (pasir, debu dan liat) sampai pada partikel-partikel sekunder atau

(ped) disebut juga agregat. Unit ini dipisahkan dari unit gabungan atau karena

kelemahan permukaan. Struktur suatu horizon yang berbeda satu profil tanah

merupakan satu ciri penting tanah, seperti warna, tekstur atau komposisi kimia.

Ada dua jenis tanah tanpa struktur, yakni butir tunggal (single grain) dan

massive. Butir tunggal adalah apabila partikel-partikel tanah dalam keadaan lepas

(tidak terikat) satu sama lainya. Keadaan ini sering dijumpai pada tanah-tanah

yang banyak mengandung pasir. Sedangkan untuk tanah yang massive apabila

partikel-partikel tanah dalam keadaan terikat satu sama lainnya (Hakim et al.

1986).

Gradasi dari struktur merupakan derajat agregasi atau perkembangan

struktur. Istilah-istilah untuk gradasi struktur adalah sebagai berikut :

1. Tidak mempunyai struktur : Agregasi tidak dapat dilihat atau tidak tertentu

batasnya dan susunan garis-garis alam semakin kabur. Pejal jika menggumpal,

berbutir tunggal jika tidak menggumpal.

2. Lemah : Ped yang sulit dibentuk, dapat dilihat dengan mata telanjang.

3. Sedang : Ped yang dapat dibentuk dengan baik, tahan lama dan jelas, tetapi

tidak jelas pada tanah yang tidak terganggu.

4. Kuat : Ped yang kuat, jelas pada tanah yang tidak terganggu satu dengan yang

lain terikat secara lemah, tahan terhadap perpindahan dan menjadi terpisah

apabila tanah tersebut terganggu (Foth 1994).

2.3.3 Kerapatan Limbak (Bulk Density)

Bulk density merupakan rasio bobot kering mutlak (suhu 105oC) suatu

unit tanah terhadap volume total, yang sering dinyatakan dalam gr/cm3 (Hillel,

1980). Menurut Hardjowigeno 2007, Kerapatan Limbak atau Bulk Density (BD)

adalah berat tanah kering per satuan volume tanah (termasuk pori-pori tanah).

Bulk density dapat digunakan untuk menghitung ruang pori total (total porosity)

tanah dengan dasar bahwa kerapatan zarah (particle density) tanah= 2,65 g/cc.

Page 28: E09nhu

10

Menurut Sarief (1986) dalam Mustofa (2007) nilai bobot isi dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pengolahan tanah, bahan organik,

pemadatan oleh alat-alat pertanian, tekstur, struktur, kandungan air tanah, dan

lain-lain. Pengolahan tanah yang sangat intensif akan menaikkan bobot isi. Hal ini

disebabkan pengolahan tanah yang intensif akan menekan ruang pori menjadi

lebih sedikit dibandingkan dengan tanah yang tidak pernah diolah.

Besaran bobot isi tanah dapat bervariasi dari waktu ke waktu atau dari

lapisan ke lapisan sesuai dengan perubahan ruang pori atau struktur tanah.

Keragaman itu menunjukkan derajat kepadatan tanah (Foth 1994), karena tanah

dengan ruang pori berkurang dan berat tanah setiap satuan bertambah

menyebabkan meningkatnya bobot isi tanah. Tanah dengan bobot yang besar akan

sulit meneruskan air atau sulit ditembus akar tanaman, sebaliknya tanah dengan

bobot isi rendah, akar tanaman lebih mudah berkembang (Hardjowigeno 2007).

2.3.4 Porositas Tanah

Pori-pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah

(terisi oleh udara dan air). Pori tanah dapat dibedakan menjadi pori kasar (macro

pore) dan pori halus (micro pore). Pori kasar berisi udara atau air gravitasi (air

yang mudah hilang karena gaya gravitasi), sedang pori halus berisi air kapiler dan

udara (Hardjowigeno 2007). Ruang pori tanah yaitu bagian dari tanah yang

ditempati oleh air dan udara, sedangkan ruang pori total terdiri atas ruangan

diantara partikel pasir, debu, dan liat serta ruang diantara agregat-agregat tanah

(Soepardi 1983).

Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat

dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara (Hanafiah

2007). Menurut Hardjowigeno (2007), porositas tanah dipengaruhi oleh

kandungan bahan organik, struktur, dan tekstur tanah. Porositas tanah tinggi jika

bahan organik tinggi. Tanah-tanah dengan struktur remah atau granular

mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada tanah-tanah yang berstruktur

pejal.

Agar tanaman dapat tumbuh baik diperlukan perimbangan antara pori-

pori yang dibedakan menjadi pori berguna dan pori tidak berguna untuk

ketersediaan air bagi tanaman. Pori berguna bagi tanaman yaitu pori yang

Page 29: E09nhu

11

berdiameter diatas 0,2 mikron, yang terdiri pori pemegang air berukuran diameter

0,2 – 8,6 mikron, pori drainase lambat berdiameter 8,6 – 28,6 mikron, dan pori

drainase cepat berdiameter diatas 28,8 mikron. Air yang terdapat dalam pori

pemegang air disebut air tersedia, umumnya antara titik layu dan kapasitas lapang

(Hardjowigeno 1993).

Sedangkan pori tidak berguna bagi tanaman adalah pori yang

diameternya kurang dari 0,2 mikron. Akar tanaman tidak mampu menghisap air

pada pori ukuran kurang dari 0,2 mikron tersebut, sehingga tanaman menjadi layu.

Untuk mengeluarkan air dari pori ini diperlukan tenaga tekanan atau isapan setara

dengan 15 atmosfir (Hardjowigeno 2003).

2.3.5 Pori Drainase Sangat Cepat

Ukuran pori dan kemantapan pori berpengaruh terhadap daya infiltrasi,

semakin besar dan mantap pori tersebut maka daya infiltrasi akan semakin besar

(Syarief 1985 dalam Musthofa 2007). Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori

kasar lebih banyak daripada tanah liat. Tanah dengan banyak pori-pori kasar sulit

menahan air sehingga tanaman mudah kekeringan. Tanah-tanah liat mempunyai

pori total (jumlah pori-pori makro + mikro), lebih tinggi daripada tanah pasir.

Tanah remah memberikan kapasitas infiltrasi akan lebih besar daripada tanah liat.

Tanah dengan pori-pori jenuh air mempunyai kapasitas lebih kecil dibandingkan

tanah dalam keadaan kering. Tanah pasir memiliki pori drainase yang baik

sehingga infiltrasinya tinggi tetapi tidak dapat mengikat air tersebut

(Hardjowigeno 2003).

2.3.6 Permeabilitas Tanah

Menurut Hardjowigeno (2003), permeabilitas adalah kecepatan laju air

dalam medium massa tanah. Sifat ini penting artinya dalam keperluan drainase

dan tata air tanah. Bagi tanah-tanah yang bertekstur halus biasanya mempunyai

permeabilitas lebih lambat dibanding tanah bertekstur kasar. Nilai permeabilitas

suatu solum tanah ditentukan oleh suatu lapisan tanah yang mempunyai nilai

permeabilitas terkecil. Selain itu menurut Foth (1994), permeabilitas merupakan

kemudahan cairan, gas dan akar menembus tanah.

Page 30: E09nhu

12

Tanah dengan struktur mantap adalah tanah yang memiliki permeabilitas

dan drainase yang sempurna, serta tidak mudah didespersikan oleh air hujan.

Permeabilitas tanah dapat menghilangkan daya air untuk mengerosi tanah,

sedangkan drainase mempengaruhi baik buruknya peratukaran udara. Faktor

tersebut selanjutnya akan mempengaruhi kegiatan mikroorganisme dan perakaran

dalam tanah (Syarief 1985 dalam Musthofa 2007).

Permeabilitas merupakan parameter sifat fisika tanah yang dalam

keadaan alamiah nilainya sangat bervariasi, baik untuk pergerakan secara vertikal

maupun horizontal. Pengetahuan tentang permeabilitas ini sangat berguna di

dalam pengelolaan lahan pertanian, drainase dan irigasi, budidaya perikanan dan

pengawasan banjir. Permeabilitas tanah merupakan parameter sifat fisika tanah

yang menentukan kecepatan pergerakan air dalam tanah. Tanah dengan

permeabilitas rendah diinginkan untuk persawahan yang membutuhkan banyak air

(Hillel, 1971).

Tabel 1 Permeabilitas Tanah

Deskripsi Permeabilitas (cm/jam)

Sangat Cepat > 25,0

Cepat 12,5 – 25,0

Agak Cepat 6,5 – 12,5

Sedang 2,0 – 6,5

Agak Lambat 0,5 – 2,0

Lambat 0,1 – 0,5

Sangat Lambat < 0,1

Sumber : Hardjowigeno (2003)

Syarief (1985) dalam Musthofa (2007) juga mengatakan bahwa aliran

permukaan (erosi) dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kapasitas infiltrasi dan

permeabilitas dari lapisan tanah. Apabila kapasitas infiltrasi dan permeabilitas

besar dan mempunyai lapisan kedap yang dalam maka aliran permukaan rendah,

sedangkan untuk tanah yang bertekstur halus maka penyerapan air akan semakin

lambat dan aliran permukaan tinggi. Permeabilitas tanah ini disajikan pada Tabel

1.

Page 31: E09nhu

13

2.4 Sifat Kimia Tanah

2.4.1 Derajat Kemasaman Tanah (pH)

Reaksi tanah yang penting adalah masam, netral atau alkalin. Hal

tersebut didasarkan pada jumlah ion H+ dan OH- dalam larutan tanah. Reaksi

tanah yang menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah dinilai

berdasarkan konsentrasi H+ dan dinyatakan dengan nilai pH. Bila dalam tanah

ditemukan ion H+ lebih banyak dari OH-, maka disebut masam (pH <7). Bila ion

H+ sama dengan ion OH- maka disebut netral (pH=7), dan bila ion OH- lebih

banyak dari pada ion H+ maka disebut alkalin atau basa (pH >7) (Hakim dkk,

1986). Pengukuran pH tanah dapat memberikan keterangan tentang kebutuhan

kapur, respon tanah terhadap pemupukan, proses kimia yang mungkin

berlangsung dalam proses pembentukan tanah, dan lain-lain (Hardjowigeno

2003).

Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH

kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun

demikian pH tanah umumnya berkisar dari 3,0-9,0. Di Indonesia pada umumnya

tanah bereaksi masam dengan pH berkisar antara 4,0 – 5,5 sehingga tanah dengan

pH 6,0 – 6,5 sering telah dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih agak

masam. Di daerah rawa-rawa sering ditemukan tanah-tanah sangat masam dengan

pH kurang dari 3,0 yang disebut tanah sangat masam karena banyak mengandung

asam sulfat. Di daerah yang sangat kering kadang-kadang pH tanah sangat tinggi

(pH lebih dari 9,0) karena banyak mengandung garam Na (Anonim 1991).

Menurut Hakim et al. (1986) faktor yang mempengaruhi pH antara lain :

Kejenuhan basa, sifat misel (koloid), macam kation yang terjerap.

2.4.2 Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Kapasitas Tukar Kation (KTK) suatu tanah dapat didefinisikan sebagai

suatu kemampuan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kation (Hakim et

al 1986). Sedangkan menurut Hasibuan (2006), Kapasitas Tukar Kation

merupakan banyaknya kation-kation yang dijerap atau dilepaskan dari permukaan

koloid liat atau humus dalam miliekuivalen per 100 g contoh tanah atau humus.

Dalam buku hasil penelitian (Anonim 1991), disebutkan bahwa satu miliekuivalen

atau satu mili setara adalah sama dengan satu milligram hidrogen atau sejumlah

Page 32: E09nhu

ion lain yang dapat bereaksi atau menggantikan ion hidrogen tesebut pada misel.

Walaupun demikian kadang-kadang USDA bagian Survey Tanah menggunakan

sebagai me/100 g liat. Akan tetapi pada umumnya penentuan KTK adalah untuk

semua kation yang dapat dipertukarkan, sehingga KTK = jumlah atau total mili

ekuivalen kation yang dapat dipertukarkan per 100 gram tanah (Tan 1982).

Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat

hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan

organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah

dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir

(Hardjowogeno 2007).

Nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah

itu sendiri. Menurut Hakim et al. (1986), besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi

oleh :

1. Reaksi tanah atau pH

2. Tekstur atau jumlah liat

3. Jenis mineral liat

4. Bahan organik

5. Pengapuran dan pemupukan.

Tekstur tanah juga berpengaruh terhadap KTK tanah. Semakin halus

tekstur tanah semakin tinggi pula KTK nya seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 2 Pengaruh Tekstur Tanah Terhadap Kapasitas Tukar Kation

Sumber : Hasibuan (2006)

Tekstur Kapasitas Tukar Kation (me/100 g)

Pasir 0 – 5

Lempung berpasir 5 – 10

Lempung dan lempung berdebu 10 – 15

Lempung berliat 15 – 20

Liat 15 – 40

Pada tanah dengan nilai KTK relatif rendah, proses penjerapan unsur

hara oleh koloid tanah tidak berlangsung intensif, dan akibatnya unsur-unsur hara

tersebut akan dengan mudah tercuci dan hilang bersama gerakan air di tanah

(infiltrasi, perkolasi), dan pada gilirannya hara tidak tersedia bagi pertumbuhan

14

Page 33: E09nhu

15

tanaman. Nilai KTK pada tapak terganggu umumnya lebih rendah jika

dibandingkan dengan pada tapak tidak terganggu. Turunnya nilai KTK tanah

tersebut dapat disebabkan karena menurunnya kandungan bahan organik tanah

sebagai akibat dari kegiatan fisik di badan tanah (Anonim 1991).

2.4.3 C-Organik

Bahan organik adalah segala bahan-bahan atau sisa-sisa yang berasal dari

tanaman, hewan dan manusia yang terdapat di permukaan atau di dalam tanah

dengan tingkat pelapukan yang berbeda (Hasibuan 2006). Bahan organik

merupakan bahan pemantap agregat tanah yang baik. Sekitar setengah dari

Kapasitas Tukar Kation (KTK) berasal dari bahan organik (Hakim et al 1986).

Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang

berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya tanaman. Hal ini

dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun

biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah

C-Organik (Anonim 1991). Selain itu, menurut Mulyani (1997); Kohnke (1968)

menyatakan bahwa fungsi bahan organik adalah sebagai berikut : (i) sumber

makanan dan energi bagi mikroorganisme, (ii) membantu keharaan tanaman

melalui perombakan dirinya sendiri melalui kapasitas pertukaran humusnya, (iii)

menyediakan zat-zat yang dibutuhkan dalam pembentukan pemantapan agregat-

agregat tanah, (iv) memperbaiki kapasitas mengikat air dan melewatkan air, (v)

serta membantu dalam pengendalian limpasan permukaan dan erosi.

Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen

abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah. Musthofa (2007) dalam penelitiannya

menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah

harus dipertahankan tidak kurang dari 2 persen, agar kandungan bahan organik

dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi

maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus

diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan

dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah.

Tanpa pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan

Page 34: E09nhu

16

biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya

pemadatan tanah (Anonim 1991).

Secara umum karbon dari bahan organik tanah terdiri dari 10-20%

karbohidrat, terutama berasal dari biomasa mikroorganisme, 20% senyawa

mengandung nitrogen seperti asam amino dan gula aminom 10-20% asam alifatik,

alkane, dan sisanya merupakan karbon aromatik. Karena fungsinya yang sangat

penting, maka tidak mengherankan jika dikatakan bahwa faktor terpenting yang

mempengaruhi produktifitas baik tanah yang dibudidayakan maupun tanah yang

tidak dibudidayakan adalah jumlah dan kedalaman bahan organik tanah (Paul and

Clark 1989).

2.4.4 N-Total

Nitrogen adalah unsur hara makro utama yang dibutuhkan tanaman

dalam jumlah yang banyak, diserap tanaman dalam bentuk amonium (NH4+) dan

nitrat (NO3+). Pada umumnya Nitrogen merupakan faktor pembatas dalam

tanaman budidaya. Biomassa tanaman rata-rata mengandung N sebesar 1 sampai

2% dan mungkin sebesar 4 sampai 6%. Dalam hal kuantitas total yang dibutuhkan

untuk produksi tanaman budidaya, N termasuk keempat di antara 16 unsur

essensial (Gardner et al 1991).

Unsur Nitrogen penting bagi tanaman dan dapat disediakan oleh manusia

melalui pemupukan. Nitrogen umumnya diserap oleh tanaman dalam bentuk NO3-

dan NH4+ walaupun urea (H2NCONH2) dapat juga dimanfaatkan oleh tanaman

karena urea secara cepat dapat diserap melalui epidermis daun (Leeiwakabessy

2003). Menurut Hardjowigeno (2003), nitrogen di dalam tanah terdapat dalam

berbagai bentuk yaitu protein (bahan organik), senyawa-senyawa amino,

amonium (NH4+) dan nitrat (NO3

-). Bentuk N yang diabsorpsi oleh tanaman

berbeda-beda. Ada tanaman yg lebih baik tumbuh bila diberi NH4+ ada pula

tanaman yang lebih baik diberi NO3- dan ada pula tanaman yang tidak terpengaruh

oleh bentuk-bentuk N ini (Leiwakabessy 2003).

Menurut Leiwakabessy (2003), pemberian N yang banyak akan

menyebabkan pertumbuhan vegetatif berlangsung hebat sekali dan warna daun

menjadi hiijau tua. Kelebihan N dapat memperpanjang umur tanaman dan

memperlambat proses pematangan karena tidak seimbang dengan unsur lainnya

Page 35: E09nhu

seperti P, K dan S. Fungsi N adalah untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif

tanaman (tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N akan berwarna lebih

hijau) dan membantu proses pembentukan protein. Kemudian gejala-gejala

kebanyakan N lainnya yaitu batang menjadi lemah, mudah roboh dan dapat

mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit (Hardjowigeno 2007).

Proses perubahan dari nitrat menjadi nitrit dinamakan nitrifikasi. Secara

sederhana perubahan enzimatik dari proses Nitrifikasi adalah sebagai berikut :

2NH4+ + 3O2 2NO2

- + 2H2O + 4H+ + energi

2NO2- + O2 2NO3

- + energi

Sumber lain dari nitrogen di dalam tanah melalui air hujan dan melalui

penambahan pupuk buatan seperti urea atau ZA. Sumber N yang berasal dari

atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari aktifitas di dalam tanah

sebagai sumber sekunder (Hasibuan 2006).

Hanafiah (2007) dalam bukunya menyatakan bahwa Nitrogen menyusun

sekitar 1,5 % bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein.

Nitrogen anorganik sangat larut dan mudah hilang dalam air drainase atau hilang

ke atmosfer. Efek nitrogen terhadap pertumbuhan akan jelas dan cepat hal

tersebut menyatakan bahwa nitrogen merupakan unsur yang berdaya besar

sehingga tidak saja harus diawetkan tetapi juga perlu diatur pemakaiannya.

Mengenai siklus dari Nitrogen dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Siklus Nitrogen

17

Page 36: E09nhu

18

2.4.5 P-Bray (Fosfor)

Posfor bersama-sama dengan nitogen dan kalium, digolongkan sebagai

unsur-unsur utama walaupun diabsorpsi dalam jumlah yang lebih kecil dari kedua

unsur tersebut. Tanaman biasanya mengabsorpsi P dalam bentuk H2PO4- dan

sebagian kecil dalam bentuk sekunder HPO42-. Absorpsi kedua ion itu oleh

tanaman dipengaruhi oleh pH tanah sekitar akar. Pada pH tanah yang rendah,

absorpsi bentuk H2PO4- akan meningkat (Leiwakabessy 2003). Sedangkan

menurut Hardjowigeno (2003), fosfat paling mudah diserap oleh tanaman pada pH

sekitar netral (pH 6-7).

Menurut Hardjowigeno (2003), unsur-unsur P di dalam tanah berasal dari

bahan organik (pupuk kandang dan sisa-sisa tanaman), pupuk buatan (TSP dan

DS) dan mineral-mineral di dalam tanah (apatit). Tanaman dapat juga

mengabsorpsi fosfat dalam bentuk P-organik seperti asam nukleik dan phytin.

Bentuk-bentuk ini berasal dari dekomposisi bahan organik dan dapat langsung

dipakai oleh tanaman. Tetapi karena tidak stabil dalam suasana dimana aktifitas

mikroba tinggi, maka peranan mereka sebagai sumber fosfat bagi tanaman di

lapangan menjadi kecil (Leiwakabessy 2003).

Beberapa peranan fosfat yang penting ialah dalam proses fotosintesa,

perubahan-perubahan karbohidrat dan senyawa-senyawa yang berhubungan

dengannya, glikolisis, metabolisme asam amino, metabolisme lemak,

metabolisme sulfur, oksidasi biologis dan sejumlah reaksi dalam proses hidup.

Fosfor betul-betul merupakan unsur yang sangat penting dalam proses transfer

energi, suatu proses vital dalam hidup dan pertumbuhan (Leiwakabessy et al.

2003).

Sering terjadi kekurangan P di dalam tanah yang disebabkan oleh jumlah P

yang sedikit di tanah, sebagian besar terdapat dalam bentuk yang tidak dapat

diambil oleh tanaman dan terjadi pengikatan (fiksasi) oleh Al pada tanah masam

atau oleh Ca pada tanah alkalis. Gejala-gejala kekurangan P yaitu pertumbuhan

terhambat (kerdil) karena pembelahan sel terganggu, daun-daun menjadi ungu

atau coklat mulai dari ujung daun, terlihat jelas pada tanaman yang masih muda

(Hardjowigeno 2007).

Page 37: E09nhu

19

Menurut Olsen dan Watanabe (1963), konsentrasi fosfor pada

tanah bertekstur kasar (pasir) lebih tinggi daripada tanah bertekstur halus, jika

tidak maka difusi fosfor pada tanah bertekstur pasir menjadi faktor pembatas

dalam serapan hara fosfor. Pada umumnya, fosfor di dalam tanah berada dalam

keadaan tidak larut, sehingga dalam keadaaan demikian tak mungkin untuk masuk

ke dalam sel-sel akar. Akan tetapi sebagai anion, fosfat dapat bertukar dengan

mudah dengan ion OH- (Dwijoseputro, 1980).

Fosfat adalah zat hara yang sering langka dalam tanah. Ketersediaan

unsur fosfat sangat tergantung dari bentuk kehadiran fosfat tersebut. Sumber

fosfat yang paling mudah dijumpai ialah P-Ca dan P-Mg, sedangkan di tanah

asam terdapat P-Fe dan P-Al yang relatif lebih mantap. Sumber primer terpenting

bagi P di dalam tanah ialah mineral apatit. Apatit dirombak relative cepat oleh air

yang mengandung CO2, sehingga kalsium dan fosfor di dalamnya menjadi larut

(Sutcliffe and Baker, 1975). Di samping itu, ion P bersifat tidak mobil sehingga

gerakan ion H2PO4-, HPO4

2-, dan PO43- melalui selaput air di sekitar partikel

pasir bergantung pada pH tanah (Baldovinos and Thomas, 1967).

Sanchez, P A (1993) menyatakan bahwa kadar fosfor tersedia di dalam

tanah akan meningkat setelah pembukaan karena adanya kandungan fospor di

dalam abu. Menurut Nye dan Greeland (1960) dan Universitas Negara Bagian

Carolina Utara (1974) dalam Sanchez, P A (1992), besarnya penambahan ini kira-

kira 7 sampai 25 kg P/ha. Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan

organik, pupuk buatan dan mineral-mineral di dalam tanah. Fosfor paling mudah

diserap oleh tanaman pada pH sekitar 6-7 (Hardjowigeno 2007).

Sumber fosfat alam yang dikenal mempunyai kadar P adalah batuan beku

dan batuan endapan. Selain itu fosfat pun dihasilkan dari proses dekomposisi

bahan organik dan jasad renik yang larut dan masuk ke dalam tanah. Dekomposisi

bahan organik akan menghasilkan asam-asam organik dan CO2. Asam-asam

organik ini akan menghasilkan anion organik yang berperan dalam pengikatan ion

Al, Fe, dan Ca dari larutan tanah. Kemudian membentuk senyawa kompleks yang

sukar larut. Dengan demikian konsentrasi ion-ion Al, Fe dan Ca dari dalam

larutan akan berkurang sehingga fosfat tersedia lebih banyak (Hakim et al. 1986)

Siklus Fosfor sendiri dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 38: E09nhu

Gambar 3 Siklus Fosfor

Dalam siklus P terlihat bahwa kadar P-Larutan merupakan hasil

keseimbangan antara suplai dari pelapukan mineral-mineral P, pelarutan

(solubilitas) P-terfiksasi dan mineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa

immobilisasi oleh tanaman fiksasi dan pelindian (Hanafiah 2007).

Menurut Leiwakabessy (1988) di dalam tanah terdapat dua jenis fosfor

yaitu fosfor organik dan fosfor anorganik. Bentuk fosfor organik biasanya terdapat

banyak di lapisan atas yang lebih kaya akan bahan organik. Kadar P organik

dalam bahan organik kurang lebih sama kadarnya dalam tanaman yaitu 0,2 - 0,5

%. Tanah-tanah tua di Indonesia (podsolik dan litosol) umumnya berkadar alami P

rendah dan berdaya fiksasi tinggi, sehingga penanaman tanpa memperhatikan

suplai P kemungkinan besar akan gagal akibat defisiensi P (Hanafiah 2007).

Menurut Foth (1994) jika kekurangan fosfor, pembelahan sel pada tanaman

terhambat dan pertumbuhannya kerdil.

2.4.6 Kalsium (Ca)

Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder seperti

Magnesium dan Belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman,

diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali

sebagai endapan-endapan sekunder dan tercuci (Leiwakabessy 1988). Mineral Ca,

Mg, dan K bersaing untuk memasuki tanaman. Apabila salah satu unsur berada

pada jumlah yang lebih rendah dari pada yang lain, maka unsur yang kadarnya

lebih rendah sukar diserap (Leiwakabessy et al. 2003). Di dalam tanah kalsium

20

Page 39: E09nhu

21

berada dalam bentuk anorganik, namun dalam jumlah yang cukup signifikan juga

berasosiasi dengan materi organik dalam humus. (Sutcliffe dan Baker 1975).

Adapun manfaat dari kalsium adalah mengaktifkan pembentukan bulu-

bulu akar dan biji serta menguatkan batang dan membantu keberhasilan

penyerbukan, membantu pemecahan sel, membantu aktivitas beberapa enzim

(RAM 2007). Biasanya tanah bersifat masam memiliki kandungan Ca yang

rendah. Kalsium ditambahkan untuk meningkatkan pH tanah. Sebagian besar Ca

berada pada kompleks jerapan dan mudah dipertukarkan. Pada keadaan tersebut

kalsium mudah tersedia bagi tumbuhan. Pada tanah basah kehilangan Ca terjadi

sangat nyata (Soepardi 1983).

2.4.7 Magnesium (Mg)

Di dalam tanah magnesium berada dalam bentuk anorganik (unsur

makro), namun dalam jumlah yang cukup signifikan juga berasosiasi dengan

materi organik dalam humus (Sutcliffe dan Baker 1975). Pemakaian N, P, dan K

(pupuk) dan varietas unggul, mengakibatkan jumlah Ca dan Mg yang terangkut ke

tanaman juga meningkat. Unsur Ca dan Mg biasa dihubungkan dengan masalah

kemasaman tanah dan pengapuran. Magnesium merupakan unsur yang sangat

banyak terlibat pada kebanyakan reaksi enzimatis. Mg terdapat pada mineral :

amfibol, biotit, dolomit, hornblende, olivin, dan serpentin.

Magnesium merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan

beberapa hara lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan perubahan warna

yang khas pada daun. Kadang-kadang pengguguran daun sebelum waktunya

merupakan akibat dari kekurangan magnesium (Hanafiah 2007). Selain itu,

masnesium merupakan pembawa posfat terutama dalam pembentukan biji

berkadar minyak tinggi yang mengandung lesitin (Agustina 2004).

2.4.8 Kalium (K)

Kalium ditemukan pada tahun 1807 oleh Sir Humphrey Davy, yang

dihasilkan dari potasy kaustik (KOH). Kalium merupakan logam pertama yang

didapatkan melalui proses elektrolisis. Kalium mempunyai simbol K (Bahasa

Latin: "Kalium" daripada bahasa Arab: "alqali") dan nombor atom 19 (Anonim

1991). Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang

Page 40: E09nhu

22

diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium akan

membantu menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif Nitrat,

Fosfat, atau unsur lainnya. Hakim et al. (1986), menyatakan bahwa ketersediaan

Kalium merupakan Kalium yang dapat dipertukarkan dan dapat diserap tanaman

yang tergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri dan adanya

penambahan dari kaliumnya sendiri. Ketersediaan hara kalium di dalam tanah

dapat dibagi menjadi tiga bentuk yaitu kalium relative tidak tersedia, kalium

lambat tersedia, kalium sangat tersedia.

Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang

mengandung kalium. Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik

maka kalium akan larut dan kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar kalium

tanah yang larut akan tercuci atau tererosi dan proses kehilangan ini akan

dipercepat lagi oleh serapan tanaman dan jasad renik. Beberapa tipe tanah

mempunyai kandungan kalium yang melimpah. Kalium dalam tanah ditemukan

dalam mineral-mineral yang terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion

adsorpsi pada kation tertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman. Tanah-

tanah organik mengandung sedikit Kalium (Hakim et al. 1986).

Menurut Hardjowigeno (2007), unsur K dalam tanah berasal dari

mineral-mineral primer tanah (feldspar, dan mika) dan pupuk buatan (ZK).

Kalium diabsorpsi oleh tanaman dalam bentuk K+, dan dijumlahkan dalam

berbagai kadar di dalam tanah. Bentuk dapat ditukar atau bentuk yang tersedia

bagi tanaman biasanya dalam bentuk pupuk K yang larut dalam air seperti KCl,

K2SO4, KNO3, K-Mg-Sulfat-dan pupuk-pupuk majemuk. Kebutuhan tanaman

akan kalium cukup tinggi dan akan menunjukkan gejala kekurangan apabila

kebutuhannya tidak tercukupi. Dalam keadaan demikian maka terjadi translokasi

K dari bagian-bagian yang tua ke bagian-bagian yang muda. Dengan demikian

gejalanya mulai terlihat pada bagian bawah dan bergerak ke ujung tanaman.

Serapan kalium oleh tanaman dipengaruhi secara antagonis oleh serapan

Ca dan Mg (Kasno et al., 2004). Kalium mempunyai peranan yang penting dalam

proses-proses fisiolgis seperti : (1) metabolisme karbohidrat, pembentukan,

pemecahan dan translokasi pati, (2) metabolisme nitrogen dan sintesa protein, (3)

mengawasi dan mengatur aktivitas beragam unsur mineral, (4) netralisasi asam-

Page 41: E09nhu

asam organik yang penting bagi proses fisiologis, (5) Mengaktifkan berbagai

enzim, (6) mempercepat pertumbuhan jaringan meristematik, dan (7) mengatur

pergerakan stomata dan hal-hal yang berhubungan dengan air (Hardjowigeno

2007).

Pengaruh kekurangan kalium secara keseluruhan baik terhadap

pertumbuhan maupun terhadap kualitasnya merupakan pengaruhnya terhadap

proses-proses fisiologis. Proses fotosintesis dapat berkurang bila kandungan

kaliumnya rendah dan pada saat respirasi bertambah besar. Hal ini akan menekan

persediaan karbohidrat yang tentu akan mengurangi pertumbuhan tanaman.

Peranan kalium dan hubungannya dengan kandungan air dalam tanaman adalah

penting dalam mempertahankan turgor tanaman yang sangat diperlukan agar

proses-proses fotosintesa dan proses-proses metabolisme lainnya dapat berkurang

dengan baik (Leiwakabessy 2003).

Di dalam tubuh tanaman kalium bukanlah sebagai penyusun jaringan

tanaman, tetapi lebih banyak berperan dalam proses metabolisme tanaman seperti

mengaktifkan kerja enzim, membuka dan menutup stomata (dalam pengaturan

penguapan dan pernapasan), transportasi hasil-hasil fotosintesis (karbohidrat),

meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit tanaman

(Hasibuan 2006). Siklus Kalium sendiri dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Siklus Kalium

23

Page 42: E09nhu

24

2.5 Sifat Biologi Tanah

2.5.1 Total Mikroorganisme Tanah

Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme. Jumlah tiap grup

mikroorganisme sangat bervariasi, ada yang terdiri dari beberapa individu, akan

tetapi ada pula yang jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah. Mikroorganisme

tanah itu sendirilah yang bertanggung jawab atas pelapukan bahan organik dan

pendauran unsur hara. Dengan demikian mikroorganisme tanah mempunyai

pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah (Anas 1989). Bakteri merupakan

kelompok mikroorganisme yang paling banyak jumlahnya. Dalam tanah subur

yang normal, terdapat 10 – 100 juta bakteri di dalam tanah. Angka ini meningkat

tergantung dari kandungan bahan organik suatu tanah tertentu (Rao 1994).

Selanjutnya Anas (1989), menyatakan bahwa jumlah total

mikroorganisme yang terdapat didalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan

tanah (fertility indeks), tanpa mempertimbangkan hal-hal lain. Tanah yang subur

mengandung sejumlah mikroorganisme, populasi yang tinggi ini menggambarkan

adanya suplai makanan atau energi yang cukup ditambah lagi dengan temperatur

yang sesuai, ketersediaan air yang cukup, kondisi ekologi lain yang mendukung

perkembangan mikroorganisme pada tanah tersebut. Jumlah mikroorganisme

sangat berguna dalam menentukan tempat organisme dalam hubungannya dengan

sistem perakaran, sisa bahan organik dan kedalaman profil tanah.

2.5.2 Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat (P)

Bakteri pelarut P pada umumnya dalam tanah ditemukan di sekitar

perakaran yang jumlahnya berkisar 103 - 106 sel/g tanah. Bakteri ini dapat

menghasilkan enzim Phosphatase maupun asam-asam organik yang dapat

melarutkan fosfat tanah maupun sumber fosfat yang diberikan (Santosa et.al.1999

dalam Mardiana 2007). Fungsi bakteri tanah yaitu turut serta dalam semua

perubahan bahan organik, memegang monopoli dalam reaksi enzimatik yaitu

nitrifikasi dan pelarut fosfat. Jumlah bakteri dalam tanah bervariasi karena

perkembangan mereka sangat bergantung dari keadaan tanah. Pada umumnya

jumlah terbanyak dijumpai di lapisan atas. Jumlah yang biasa dijumpai dalam

tanah berkisar antara 3 – 4 milyar tiap gram tanah kering dan berubah dengan

musim (Soepardi, 1983).

Page 43: E09nhu

25

2.5.3 Jumlah Fungi Tanah

Fungi berperan dalam perubahan susunan tanah. Fungi tidak berklorofil

sehingga mereka menggantungkan kebutuhan akan energi dan karbon dari bahan

organik. Fungi dibedakan dalam tiga golongan yaitu ragi, kapang, dan jamur.

Kapang dan jamur mempunyai arti penting bagi pertanian. Bila tidak karena fungi

ini maka dekomposisi bahan organik dalam suasana masam tidak akan terjadi

(Soepardi 1983).

Menurut penelitian Arianto (2008), penurunan jumlah fungi tanah yang

diakibatkan oleh pembakaran hutan dalam proses penyiapan lahan telah mematikan

fungi tanah dan mengakibatkan menurunnya jumlah fungi tanah. Selain itu penurunan

jumlah fungi tanah juga diakibatkan karena semakin berkurangnya ketersediaan unsur

hara tanah yang membantu perkembangan fungi tanah akibat diserapnya unsur hara

tersebut oleh tanaman kelapa sawit demi mendukung pertumbuhannya.

2.5.4 Total Respirasi Tanah

Respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan tingkat aktivitas

mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi (mikroorganisme) tanah merupakan

cara yang pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat aktifitas

mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi telah mempunyai korelasi yang baik

dengan parameter lain yang berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah

seperti bahan organik tanah, transformasi N, hasil antara, pH dan rata-rata jumlah

mikroorganisrne (Anas 1989).

Penetapan respirasi tanah didasarkan pada penetapan :

1. Jumlah CO2 yang dihasilkan, dan

2. Jumlah O2 yang digunakan oleh mikroba tanah.

2.6 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

2.6.1 Letak Geografis

Daerah penelitian terdapat di pesisir pantai utara Jawa (Pantura)

Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon. Lokasi tapak penambangan pasir

(Galian C) terdapat di desa Gumulung Tonggoh dan Lebak Mekar . Akses menuju

daerah penelitian dapat melalui jalan raya pantai utara (Pantura), terdapat ke arah

tenggara dari kota Cirebon, berjarak sekitar 15-20 km. Berada dekat pinggir jalan

Page 44: E09nhu

26

tol tersebut dan di sebelah barat jalur rel kereta Kereta Api. Jika dari kota Cirebon

dicapai dengan kendaraan roda empat selama sekitar 1 jam dengan kondisi jalan

baik. Desa Gumulung Tonggoh merupakan desa yang dijadikan daerah penelitian.

Wilayah Kecamatan Astanajapura terbagi atas 14 desa, masing-masing desa yang

terkena langsung dalam penambangan Galian C dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Nama Desa dan Keterkaitan Tambang di Kecamatan Astanajapura.

Nama Desa Keterkaitan

Astanajapura -

Buntet Jalan truk pasir

Gumulung Lebak -

Gumulung Tonggoh Lokasi galian (tempat penelitian)

Japura Bakti -

Japura Kidul -

Kanci Jalur truk pasir dan penimbunan pasir

Kanci Kulon Jalur truk pasir dan penimbunan pasir

Kendal -

Lebak Mekar Lokasi Galian

Mertapada Kulon -

Mertapada Wetan -

Munjul -

Sidamulya -

Sumber : LP Unpad (2003)

Secara Geografis daerah penelitian terletak diantara 60 45’ 50” dan 60 48’

45” Lintang Selatan serta 1080 34’ 12” dan 1080 37’ 12” Bujur Timur. Dengan

batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Timur : Kecamatan Pangenan

b. Sebelah Barat : Kecamatan Mundu

c. Sebelah Selatan : Kecamatan Lemah Abang

d. Sebelah Utara : Laut Jawa

Kegiatan pertambangan pasir di Kecamatan Astanajapura, Kabupaten

Cirebon ini sangat mendukung kegiatan pemerintah daerah dalam peningkatan

Page 45: E09nhu

perbaikan ekonomi setempat dan regional. Pasir sebagai salah satu komoditas

hasil tambang utama Kabupaten Cirebon, telah mengalami pertumbuhan pesat

baik dalam eksploitasi hingga mempunyai produksi pasir mencapai mencapai

324.000 ton per tahun. Di samping itu dapat meningkatkan pendapatan berupa

pajak bagi Pemerintah Daerah sejalan dengan kebijakan Otonomi Daerah.

Sumber : Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Kabubaten Cirebon 2005

Gambar 5 Peta Lokasi Penambangan Galian C (Pasir) di Kecamatan Astanajapura

Kegiatan penambangan pasir di Kecamatan Astanajapura, Kabupaten

Cirebon dapat dibagi menjadi beberapa Kawasan Usaha Pertambangan berizin

atau Surat Izin Penambangan Daerah (SIPD) dan tanpa izin. Pelaksanaan dari

kegiatan penambangan tersebut ada yang dibiarkan saja dan meninggalkan

lobang-lobang kolam besar. Beberapa perusahaan yang mengeksploitasi bahan

galian pasir tersebut antara lain yaitu : PT. Rejeki Kurnia Alam, PT. AKIM, UD

Makmur, PT. Sumber Alam Mandiri dan UD Caringin Alam Sejahtera.

27

Page 46: E09nhu

28

2.6.2 Iklim dan Topografi

Kabupaten Cirebon termasuk dalam iklim tropis dengan suhu udara rata-

rata 28oC. Kelembaban udara berkisar antara ± 48-93% dengan kelembaban udara

tertinggi terjadi pada bulan Januari-Maret dan angka terendah terjadi pada bulan

Juni-Agustus. Rata-rata curah hujan tahunan di Kabupaten Cirebon ± 2260

mm/tahun dengan jumlah hari hujan ± 155 hari. Berdasarkan klasifikasi iklim

Schmidt-Ferguson, iklim di Kabupaten Cirebon termasuk dalam tipe iklim C

dengan nilai Q ± 37,5% (persentase antara bulan kering dan bulan basah). Musim

hujan jatuh pada bulan Okober-April, dan musim kemarau jatuh pada bulan Juni-

September. Kota Cirebon merupakan dataran rendah dengan ketinggian bervariasi

antara 0-150 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan kemiringan lahannya

berkisar antara 0-15%.

2.6.3 Kondisi Penduduk dan Kebutuhan Air Bersih

Berdasarkan data statistik Jawa Barat, Jumlah penduduk di Kabupaten

Cirebon adalah 1.772.953 jiwa dan 2.034.093 jiwa (tahun 2002). Sedangkan di

Kecamatan Astanajapura jumlah penduduk (tahun 2002) adalah 94.690 jiwa dan

untuk jumlah penduduk di desa Gumulung Tonggoh sendiri adalah 7.353 jiwa.

Tingkat pertumbuhan 2,5 % dari tahun 1997-2003. Jenis mata pencaharian di desa

Gumulung Tonggoh terbanyak di sektor pertanian yaitu 1.171 jiwa.

Kebutuhan air bersih untuk saat ini dilayani oleh PDAM setempat

sebesar 7 l/detik yang diperoleh baik dari air tanah dan air permukaan. Setiap

tahun kebutuhan air bersih domestik akan meningkat dan belum dipasok oleh

PDAM ke pemukiman atau perkampungan yang berada diantara penggunaan

lahan lain yaitu kebun, tambak, kolam, rawa dan persawahan.

Desa Gumulung Tonggoh termasuk desa tertinggal (IDT), kebutuhan air

irigasi dipakai untuk pertanian dipasok dari saluran tersier yang telah ada.

Kualitas air tanah pada sumur gali umumnya terasa baik dan layak untuk

dikonsumsi secara langsung. Kebutuhan air didapat dari menyadap mata air di

daerah tinggi serta sumur-sumur gali, dengan kedalaman 16-17 m.

Page 47: E09nhu

29

2.6.4. Penggunaan Lahan, Flora dan Fauna

Penggunaan lahan di daerah kawasan penambangan Kecamatan

Astanajapura kabupaten Cirebon terdiri dari lahan sawah, lahan perkebunan, lahan

untuk pertambangan, lahan pemukiman, dan lahan kritis. Penggunaan lahan sawah

merupakan lahan sawah yang berpengairan teknis. Penyebaran lahan sawah ini

sebagian besar menempati pedataran yaitu bagian sebelah timur dan utara daerah

penambangan. Penggunaan lahan bukan sawah digunakan untuk pertanian berupa

tegalan/ kebun, ladang/huma, penggembalaan/ padang rumput. Penyebaran

lahannya menempati lereng-lereng bukit. Penggunaan lahan hutan terdapat

disebelah timur daerah penambangan. Penggunaan lahan untuk pertambangan

sampai saat ini eksploitasi bahan tambangnya secara lebih intensif masih terpusat

pada batu pasir.

Penggunaan lahan pemukiman terutama ada di desa Gumulung Tonggoh,

Lebak Mekar, Buntet. Pola penyebaran kepadatan pemukiman untuk bermukim

yang sehat dan aman dari bencana alam serta memberikan lingkungan sesuai

untuk pengembangan masyarakat, dengan mempertahankan kelestarian

lingkungan. Infrastruktur, prasarana perhubungan cukup baik karena ditunjang

oleh prasarana perhubungan darat. Terdapat ruas jalan tol Kanci di sebelah utara

berjarak terdekat sekitar 236 m dari lokasi pertambangan pasir dan jalur rel kereta

api di sebelah timur berjarak terdekat sekitar 375 m.

Flora atau tanaman yang banyak dijumpai di sekitar kawasan

pertambangan pasir desa Gumulung Tonggoh mulai dari pepohonan hingga

tumbuhan bawah. Tanaman yang tumbuh di sekitar daerah penambangan antara

lain pohon jati (Tectona grandis), kayu putih (Melaleuca leucadendron), tebu

(Sacharum officinarum), mahoni (Swietenia macrophylla) jagung (Zea mays),

padi (Oriza sativa), pisang (Musa acuminata), kacang tanah (Arachis hypogaea

L).

Sedangkan untuk fauna atau hewan yang ditemukan di sekitar kawasan

pertambangan pasir desa Gumulung Tonggoh antara lain : burung gereja (Passer

montanus), pipit (Lonchura leucogastroides), kodok (Bufo melanostictus), kadal

(Mabuya multifascitata), Ayam hutan (Gallus varius).

Page 48: E09nhu

2.6.5 Proses Kegiatan Penambangan Pasir (Galian C)

Dalam prosesnya, kegiatan penambangan pasir di desa Gumulung

Tonggoh memiliki beberapa tahapan mulai dari pembersihan vegetasi hingga pasir

dipasarkan sampai kepada konsumen. Bagan alir proses penambangan pasir di

desa Gumulung Tonggoh disajikan pada Gambar 6.

Pengambilan atau engerukan batuan

asir (menggunakan eko/ escavator

30

Gambar 6 Bagan Alir Proses Penambangan Pasir

pp

b

Pengangkutan batuan pasir

dengan truk ke lokasi

penyaringan pasir

Pengumpulan Pemasaran

Pengupasan lapisan topsoil dengan

Vegetasi di atas tanah

Page 49: E09nhu

31

III. METODE PENELITIAN

3.1 Bahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan data analisis sifat fisik, kimia, biologi tanah

di lahan bekas penambangan pasir (galian C) di Desa Gumulung Tonggoh,

Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon yang diperoleh dari Tim

Kementrian Negara Lingkungan Hidup. Pengambilan sampel dilakukan Tim

Kementrian Negara Lingkungan Hidup pada tahun 2006. Kemudian data

penunjang lainnya meliputi :

• Data statistik kondisi umum wilayah Kecamatan Astanajapura.

• Arsip dan dokumentasi yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan di lokasi

pertambangan pasir (Galian C) Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan

Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat.

• Peta lokasi tambang Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi

Jawa Barat.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

pengambilan sampel tanah secara Purposive Sampling yang dilakukan oleh Tim

Kementrian Negara Lingkungan Hidup. Kemudian dilakukan perbandingan

menggunakan uji statistik untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan atau tidak

berkaitan dengan sifat-sifat tanah pada tiga lokasi yang dikaji sebagai akibat dari

kegiatan pertambangan pasir (Galian C).

3.3 Analisis Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah

Analisis tanah dilakukan untuk menentukan sifat fisik, kimia, dan biologi

tanah sehingga dapat diketahui tingkat kesuburan tanah tersebut. Sifat-sifat tanah

yang ditetapkan dan metode analisis tanah yang digunakan disajikan pada Tabel 4.

3.4 Analisis Data

Data hasil analisis sifat fisik, kimia, dan biologi tanah dianalisis

menggunakan program SPSS. Analisis sidik ragam dengan uji F terhadap variabel

yang diamati, dilakukan untuk mengetahui perubahan sifat fisik, kimia dan biologi

tanah paska kegiatan pertambangan pasir (Galian C). Apabila F diperoleh

Page 50: E09nhu

32

perbedaan yang nyata (Signifikansi/ peluang nyata < 0,05), maka dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui lokasi mana yang memberikan

perbedaan yang nyata dengan menggunakan uji Duncan.

Tabel 4 Metode Analisis Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah Parameter Metode Analisis

Sifat Fisik

Tekstur Pipet

Bulk Density Gravimetrik

Porositas

Permeabilitas

Perhitungan Ruang Pori Total

Lambe

Sifat Kimia

pH pH meter

KTK

C-Organik

NH4OAc N pH 7.0, titrasi

Walkey and Black

N-Total Kjeldahl

P-bray Bray 1, Spektrofotometer

Ca, Mg, K, Na NH4OAc N pH 7.0, AAS

Sifat Biologi

Total Mikroorganisme Tanah

Total Fungi Tanah

Total Bakteri Pelarut P

Plate Count (NA)

Plate Count (NA)

Plate Count (NA)

Total Respirasi Tanah Penangkapan CO2

Page 51: E09nhu

33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisik Tanah

Sifat fisik tanah yang diukur dan dianalisa dari kawasan penambangan

pasir (galian C) selain tekstur dan struktur tanahnya antara lain adalah kerapatan

limbak (bulk density), porositas tanah, pori drainase sangat cepat dan

permeabilitas tanah. Untuk kebutuhan analisa, jumlah sampel tanah yang diambil

sebanyak 6 (enam) sampel dengan 3 (tiga) lokasi berbeda yang masing-masingnya

diambil 2 (dua) kali ulangan.

Tanah yang terdapat di kawasan penambangan pasir (Galian C) desa

Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon termasuk ke

dalam tanah pasir dan pasir berlempung. Berdasarkan hasil analisa dengan metode

pipet kandungan pasirnya tinggi, tanah yang berasal dari galian pasir terasa kasar

sangat jelas, tidak melekat, tidak dapat dibentuk bola dan gulungan. Sedangkan

untuk tanah yang berasal dari sawah dan kebun campuran terasa kasar jelas,

sedikit sekali melekat dan dapat dibentuk bola yang mudah sekali hancur.

Sehingga berdasarkan ciri-ciri tersebut mengacu pada Hardjowigeno (2007),

untuk tanah yang berasal dari galian pasir (galian C) merupakan tanah bertekstur

pasir dan untuk tanah yang berasal dari sawah dan kebun campuran merupakan

tanah bertekstur pasir berlempung (tanah bertekstur kasar).

Struktur tanah adalah penyusunan antar partikel tanah primer (bahan

mineral) dan bahan organik serta oksida, membentuk agregat sekunder atau

susunan partikel tanah membentuk pola keruangan (Notohadiprawiro 1999). Pada

lokasi penambangan pasir tanahnya tidak memiliki struktur karena butir-butir

tanah tidak melekat satu sama lain atau biasa disebut lepas atau struktur tunggal.

Menurut Rachmi dan Suwardi (1999), tanah dengan ciri tersebut dapat

digolongkan kedalam tanah tanah regosol. Sedangkan untuk tanah pada lokasi

sawah dan kebun campuran dapat dikatakan berstruktur massive atau pejal karena

memiliki sedikit kandungan lempung yang ketika dalam keadaan basah butir-butir

tanah dapat melekat satu sama lain (Hardjowigeno 2007) dan sesuai dengan

pernyataan Darmawijaya (1997) mengenai ciri-ciri tanah vertisol maka tanah pada

lokasi sawah dan kebun campuran termasuk dalam tanah vertisol. Hal tersebut

dikarenakan pada tanah sawah dan kebun campuran memiliki kandungan lempung

Page 52: E09nhu

walaupun hanya sedikit sedangkan untuk tanah pada lokasi lahan paska

penambangan termasuk tanah regosol jika dilihat berdasarkan tekstur, struktur,

dan konsentrasinya.

Hasil analisa sifat fisik tanah dari kawasan penambangan pasir (galian C)

di desa Gumulung Tonggoh dapat dilihat pada Lampiran 1. Kegiatan

penambangan pasir (galian C) telah mempengaruhi kondisi dan sifat fisik dari

tanah yang ada. Perubahan sifat fisik tanah tersebut dapat dilihat secara lengkap

pada Tabel 5.

Tabel 5 Perubahan Nilai dan Rataan Sifat Fisik Tanah pada Lokasi Penelitian

Sifat Fisik Kebun Campuran Sawah (Padi) Galian C Rataan

Total Lokasi 1

Lokasi 2

Rata-rata

Lokasi 1

Lokasi 2

Rata-rata

Lokasi 1

Lokasi 2

Rata-rata

Bulk Density (g/cc) 0,92 1,04 0,98 0,95 0,87 0,91 1,47 1,32 1,40 1,10

Porositas (%) 65,16 60,94 63,05 64,25 67,15 65,70 44,61 50,26 47,44 58,73 Pori Drainase Sangat Cepat

(%) 22,71 20,58 21,65 13,69 17,20 15,45 6,17 11,84 9,01 15,37 Permeabilitas

(cm/jam) 33,76 23,20 28,48 10,32 10,69 10,51 3,72 14,14 8,93 15,97

4.1.1 Kerapatan Limbak (Bulk Density)

Metode yang digunakan dalam menganalisis Bulk Density tanah adalah

dengan menggunakan metode gravimetrik yaitu dengan mengukur perbandingan

berat kering contoh tanah per unit volume tanah yang dinyatakan dalam satuan

g/cc.

Gambar 7 Perbandingan Nilai Bulk Density (g/cc) pada Lokasi Penelitian

34

Page 53: E09nhu

35

Berdasarkan data yang diperoleh, lokasi penelitian memiliki nilai rataan

total Bulk Density sebesar 1.10 g/cc, dengan nilai Bulk Density di tiap lokasi

berbeda-beda yaitu pada lokasi 1 kebun campuran 0.92 g/cc, lokasi 2 kebun

campuran 1.04 g/cc, lokasi 1 sawah (padi) 0.95 g/cc, lokasi 2 sawah (padi) 0,87

g/cc, lokasi 1 galian C nilai Bulk Densitynya sebesar 1.47 g/cc dan pada lokasi 2

galian C nilai bulk density sebesar 1.32 g/cc. Rataan nilai Bulk Density di tiap-tiap

lokasi dapat dilihat pada Gambar 7.

Soepardi (1983) menyatakan bahwa butir pasir biasanya berdekatan satu

sama lain sehingga menghasilkan Bulk Density tinggi, di samping itu tanah

berpasir rendah kadar bahan organiknya. Berdasarkan data pada Tabel 5 dan

Gambar 7, dapat dilihat bahwa nilai rataan Bulk Density antara ketiga lokasi

tersebut yang terbesar adalah pada lokasi paska penambangan pasir (galian C),

baik itu pada tiap-tiap lokasinya maupun pada nilai rataannya.

Pada lokasi penambangan pasir terjadi ketidakstabilan struktur tanah

akibat proses penambangan, terjadi pemadatan tanah akibat penggunaan alat-alat

berat dalam proses penambangan yang menyebabkan pori-pori tanah semakin

kecil (ruang pori berkurang) sehingga porositas kecil yang menyebabkan aerasi

tanah tidak baik dan pada akhirnya akan menyulitkan pertumbuhan akar tanaman

oleh karena itulah memiliki nilai Bulk Density yang lebih tinggi.

Menurut (Hardjowigeno 2007), tanah dengan ruang pori berkurang dan

berat tanah setiap satuan bertambah menyebabkan meningkatnya bobot isi tanah.

Tanah dengan bobot yang besar akan sulit meneruskan air atau sulit ditembus akar

tanaman, begitu pula sebaliknya tanah dengan bobot isi rendah, akar tanaman

lebih mudah berkembang.

Hasil perhitungan statistik dengan menggunakan program SPSS 13.0

untuk sifat fisik tanah dengan karakteristik sifat fisik tanah berupa Bulk Density

menunjukan nilai tertentu dan analisa yang berbeda-beda dari ketiga lokasi

(sawah, kebun campuran, galian C). Data hasil perhitungan dapat di lihat pada

Lampiran 3 (Bulk Density), atau seperti yang disajikan pada hasil Sidik Ragam

yang disajikan dalam Tabel 6.

Dalam perhitungan sidik ragam, digunakan tingkat kepercayaan 95%.

Berdasarkan hasil uji sidik ragam tersebut untuk Bulk Density diperoleh nilai F-

Page 54: E09nhu

hitung sebesar 19,064 dengan hasil signifikansi 0,02 dimana nilai tersebut < 0,05

yang menandakan adanya perbedaan terhadap nilai Bulk Density antara lokasi

(Berbeda nyata), maka dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui

perlakuan mana yang memberikan pengaruh berbeda pada nilai Bulk Density

dengan menggunakan uji Duncan. Berikut ini hasil perhitungan rataan, standar

deviasi dan uji Duncan dalam Tabel 7.

Tabel 6 Hasil Sidik Ragam untuk Bulk Density (g/cc)

Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah Fhit Sig. Perlakuan 0,275 2 0,137 19,046 0,02* Galat 0,022 3 0,007 Total 0,297 5

Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)

Tabel 7 Hasil Uji Duncan untuk nilai Bulk Density Lokasi Rataan Std. Deviasi N Kelompok Duncan

Sawah (Padi) 0,91 0,085 2 A Kebun Campuran 0,98 0,057 2 A Galian C 1,395 0,106 2 BTotal 1,095 0,244 6

Berdasarkan hasil uji sidik ragam dan uji Duncan dapat diketahui bahwa

antar lokasi penelitian memiliki perbedaan yang nyata dimana kondisi rataan dan

grup uji Duncan pada Bulk Density di lokasi kebun campuran dan sawah berbeda

nyata dengan di lokasi galian C yang menandakan juga bahwa kegiatan

penambangan pasir (galian C) telah mempengaruhi secara nyata terhadap nilai

Bulk Density terlebih lagi jika dibandingkan dengan kebun campuran dan sawah

yang tanahnya memiliki vegetasi penutup lahan yang dapat menghalangi lapisan

permukaan tanah dari pukulan dan hempasan air hujan.

Adanya pengolahan tanah dan pemberian bahan pengkondisian tanah

(seperti bahan organik, pupuk organik (pupuk kandang, kompos)) merupakan

salah satu cara untuk menurunkan berat volum tanah (Bulk Density tinggi),

sehingga tanah lebih bergumpal dan menjadi longgar. Hal ini seperti dinyatakan

oleh Soegiman (1982), bahwa tanah yang lepas dan bergumpal akan mempunyai

berat persatuan volume (Bulk Density) rendah dan kerapatan massa yang terjadi

ditentukan oleh butir-butir tanah padat.

36

Page 55: E09nhu

4.1.2 Porositas Tanah

Berdasarkan data yang diperoleh, lokasi penelitian memiliki nilai rataan

total Porositas tanah sebesar 58.73%, dengan nilai Porositas di tiap lokasi

berbeda-beda berkisar 44,61% - 67,15% dengan rincian nilai yang terendah adalah

pada lokasi 1 penambangan galian C yaitu dengan porositas tanah sebesar 44,61%

dan lokasi yang memiliki nilai porositas tanah tertinggi adalah pada lokasi 2

sawah (padi) yaitu sebesar 67,15%. Rataan nilai Porositas Tanah di tiap-tiap

lokasi dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Perbandingan Nilai Porositas Tanah (%) pada Lokasi Penelitian

Pada Tabel 5 dan Gambar 8 terlihat begitu jelas bahwa nilai porositas

tanah pada lokasi penambangan pasir galian C tergolong jauh lebih rendah

dibandingkan dengan lokasi kebun campuran dan sawah. Hal tersebut

membuktikan bahwa kegiatan penambangan pasir (galian C) telah mengakibatkan

porositas tanah pasir yang ada menjadi buruk. Kejadian yang demikian juga dapat

disebabkan oleh berubahnya ukuran pori tanah yang semakin kecil akibat

penggunaan alat-alat berat dalam proses penambangan pasir sehingga tanah

menjadi padat. Porositas tanah dipengaruhi oleh besar kecilnya pori tanah.

Selain itu menurut Hardjowigeno (2007), porositas tanah dipengaruhi

oleh kandungan bahan organik, struktur, ukuran pori dan tekstur tanah. Porositas

tanah tinggi jika bahan organik tinggi. Tanah-tanah dengan struktur remah atau

granular mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada tanah-tanah yang

37

Page 56: E09nhu

38

berstruktur pejal. Sedangkan untuk jenis tanah pada lokasi penelitian tanah pasir

pada umumnya memiliki kandungan bahan organik yang rendah dan tidak

memiliki struktur tanah sehingga porositas cenderung buruk.

Hal tersebut di atas telah ditekankan pula oleh Foth (1994), bahwa tanah

permukaan yang pasir mempunyai porositas lebih kecil daripada tanah liat (kebun

campuran dan sawah memiliki sedikit kandungan liat). Berarti bahwa tanah pasir

mempunyai volume yang lebih sedikit yang ditempati oleh ruang pori. Air selalu

bergerak lebih cepat melalui tanah pasir daripada tanah liat. Keterangan untuk

bukti-bukti yang kelihatannya bertentangan ini berada pada ukuran pori-pori yang

ditemukan pada masing-masing tanah.

Dalam kasus tanah pasir di lokasi penambangan pasir galian C

Gumulung Tonggoh, tanahnya telah mengalami pemadatan karena penggunaan

alat-alat berat sehingga semakin kecil ruang pori dan drainase maupun aerase

menjadi buruk. Pernyataan Ghilyal (1978) yang mendukung analisa tersebut yaitu

bahwa pemadatan adalah peningkatan kerapatan tanah disebabkan oleh muatan

atau tekanan dinamik. Selama pemadatan, partikel-partikel tanah bergerak

menjadi lebih rapat, sehingga dapat meningkatkan bobot isi; pori mikro;

koduktivitas termal; difusifitas dan peningkatan hara secara difusi serta

menurunkan pori makro, konduktivitas hidrolik dan laju pengambilan air.

Semakin tinggi nilai Bulk Density maka nilai porositas tanahnya semakin rendah.

Hasil perhitungan statistik dengan menggunakan program SPSS 13.0

untuk karakteristik sifat fiasik tanah dalam hal ini untuk karakter porositas tanah

dapat di lihat pada Lampiran 4 (porositas tanah), atau seperti tertera pada hasil

Sidik Ragam yang dimuat dalam Tabel 8. Dalam perhitungan sidik ragam,

digunakan tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil uji sidik ragam tersebut

untuk Porositas tanah diperoleh nilai F-hitung sebesar 20,105 dengan hasil

signifikansi 0.018 dimana nilai tersebut < 0.05 (α) yang menandakan adanya

perbedaan (berbeda nyata) terhadap nilai porositas tanah antara lokasi, maka

dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan menggunakan uji Duncan untuk

mengetahui perlakuan mana yang memberikan pengaruh berbeda pada nilai

porositas tanah. Hasil uji Duncan untuk nilai porositas tanah disajikan dalam

Tabel 9.

Page 57: E09nhu

Tabel 8 Hasil Sidik Ragam untuk Porositas Tanah (% Volume)

Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)

Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah Fhit Sig. Perlakuan 389,641 2 194,820 20,105 0,018* Galat 29,070 3 9,690 Total 418,711 5

Tabel 9 Hasil Uji Duncan untuk Nilai Porositas Tanah

Lokasi Rataan Std. Deviasi N Kelompok Duncan Galian C 47,44 3,995 2 A Kebun Campuran 63,05 2,984 2 BSawah (Padi) 65,70 2,051 2 BTotal 58,73 9,151 6

Berdasarkan hasil uji sidik ragam dan uji Duncan dapat diketahui bahwa

antar lokasi memiliki perbedaan yang nyata yang mana kondisi porositas tanah di

lokasi kebun campuran dan sawah berbeda dengan di lokasi galian C yaitu pada

galian C memiliki nilai rataan porositas yang paling rendah kemudian sawah padi

dan yang tertinggi adalah pada kebun campuran. Hal tersebut memperkuat bukti

bahwa penambangan pasir galian C telah berpengaruh nyata terhadap perubahan

sifat fisik tanah; porositas tanah (tanah menjadi padat). Selain menyebabkan

pemadatan tanah, proses penambangan pasir juga menghilangkan vegetasi

permukaan tanah yang berperan dalam kestabilan pori tanah.

4.1.3 Pori Drainase Sangat Cepat

Terkait dengan pori-pori tanah, ada pula parameter yang diamati yaitu

pori drainase sangat cepat. Hasil analisa tanah berupa nilai pori drainase sangat

cepat di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 5 dan Gambar 9 menunjukan

bahwa nilai pori drainase tanah berkisar antara 6,17-22,71% volume, dengan rata-

rata sebesar 15,37 % volume. Pori drainase tertinggi terdapat pada lokasi 1 kebun

campuran, yaitu sebesar 22,71 % volume tanah, sedangkan porositas tanah

terendah berada di lokasi 1 galian C, yaitu sebesar 6,17 % volume tanah. Nilai

tersebut memberi arti bahwa rataan nilai pori drainase tanah pada lokasi

penambangan pasir (galian C) memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan

dengan lokasi kebun campuran maupun sawah baik untuk lokasi 1 ataupun lokasi

2, hal ini disebabkan karena telah terjadi peningkatan Bulk Density setelah

39

Page 58: E09nhu

kegiatan penambangan pasir sehingga tanah menjadi lebih padat (karena

penggunaan alat berat, struktur tanah berubah) dan porositas tanah menjadi rendah

(jika nilai Bulk Density tinggi maka porositas tanah rendah pori drainase sangat

cepatnya menjadi rendah).

Selain itu, padatnya tanah mengakibatkan aerasi yang tidak baik serta

sedikitnya air yang tersedia dalam tanah. Hal tersebut membuktikan bahwa

kegiatan penambangan pasir (galian C) telah mengakibatkan perubahan pada pori-

pori tanah baik ukurannya maupun strukturnya.

Gambar 9 Perbandingan Nilai Pori Drainase Sangat Cepat (% Volume) pada Lokasi Penelitian

Hasil perhitungan statistik dengan menggunakan program SPSS 13.0

untuk karakter sifat tanah pori drainase sangat cepat dapat di lihat pada Lampiran

5 (pori drainase sangat cepat), atau seperti tertera pada hasil Sidik Ragam yang

dimuat dalam Tabel 10.

Dalam perhitungan sidik ragam, digunakan tingkat kepercayaan 95%.

Berdasarkan hasil uji sidik ragam (Tabel 10) tersebut untuk pori drainase sangat

cepat diperoleh nilai F-hitung sebesar 9,782 dengan hasil signifikansi 0.048

dimana nilai tersebut < 0.05 (α) yang menandakan bahwa kegiatan penambangan

pasir berpengaruh nyata terhadap nilai pori drainase pada ketiga penutupan lahan,

maka dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan menggunakan uji Duncan untuk

mengetahui perlakuan mana yang memberikan pengaruh berbeda pada nilai

40

Page 59: E09nhu

porositas tanah. Hasil perhitungan rataan, standar deviasi, uji Duncan disajikan

dalam Tabel 11.

Tabel 10 Hasil Sidik Ragam untuk Pori Drainase Sangat Cepat (% volume)

Sumber Jumlah Kuadrat Df Kuadrat Tengah Fhit Sig. Perlakuan 159,79 2 79,894 9,782 0,048* Galat 24,50 3 8,168 Total 184,29 5

Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)

Tabel 11 Hasil Uji Duncan untuk Pori Drainase Sangat Cepat

Lokasi Rataan Std. Deviasi N Kelompok Duncan Galian C 9,01 4,009 2 A Sawah (Padi) 15,45 2,482 2 A B Kebun Campuran 21,65 1,506 2 B Total 15,37 6,071 6

Berdasarkan hasil uji Duncan pada Tabel 11 dapat diketahui bahwa

lokasi sawah memiliki nilai pori drainase sangat cepat yang tidak berbeda nyata

dengan galian C tetapi tidak berbeda nyata juga dengan lokasi kebun campuran.

Hal demikian dapat terjadi karena ketidak normalan data yang didapat sebagai

pengaruh dari jumlah sampel yang sedikit ataupun karena galat yang terjadi

(untuk lebih jelasnya dapat dianalisa berdasarkan data pada Lampiran 5).

Ruang pori total pada tanah pasir mungkin rendah tetapi mempunyai

proporsi yang besar yang disusun daripada komposisi pori-pori yang besar yang

sangat efisien dalam pergerakan udara dan airnya. Persentase volume yang dapat

terisi oleh pori-pori kecil pada tanah pasir rendah menyebabkan kapasitas

menahan airnya rendah. Sebaliknya tanah-tanah permukaan dengan tekstur halus

mempunyai ruang pori total lebih banyak dan proporsinya relatif besar yang

disusun oleh pori-pori kecil.

4.1.4 Permeabilitas

Permeabilitas adalah kecepatan laju air dalam medium massa tanah

Hardjowigeno (2007), atau menurut Haridjaja et al (1983), permeabilitas

merupakan kecepatan bergeraknya suatu cairan pada suatu media dalam keadaan

jenuh. Sifat ini penting artinya dalam keperluan drainase dan tata air tanah.

Permeabilitas sendiri dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah serta distribusi

ukuran pori, stabilitas agregat, struktur tanah dan kandungan bahan organik.

41

Page 60: E09nhu

42

Permeabilitas di lokasi penelitian berkisar antara 3,72 cm/jam - 33,76

cm/jam, dengan rata-rata sebesar 53,28 cm/jam. Mengacu pada pernyataan

Hardjowigeno (2003), permeabilitas di lokasi 1 kebun campuran tergolong pada

kelas sangat tinggi (nilai rata-rata permeabilitas > 25 cm/jam), artinya

kemampuan tanah di lokasi tersebut untuk meloloskan air ke lapisan bawah sangat

tinggi, yaitu sebesar rata-rata sebesar 53,28 cm dalam 1 (satu) jam. Permeabilitas

tanah pada lokasi sawah (1 dan 2) tergolong pada kelas permeabilitas agak cepat

dengan rata-rata nilainya 10,51 cm/jam. Sedangkan untuk permeabilitas tanah

pada lokasi penambangan pasir (galian C) terdapat ketimpangan antara lokasi 1

dan 2, yaitu pada lokasi 1 nilai permeabilitas tergolong dalam kelas permeabilitas

sedang (2,0 – 6,5 cm/jam) dengan nilai 3,72 cm/jam dan untuk lokasi 2 nilai

permeabilitasnya tergolong cepat dengan nilai 14,14 cm/jam.

Jika diamati pada Tabel 5 dan Gambar 10, dapat dilihat bahwa rataan

nilai permeabilitas tanah mengalami penurunan atau lebih rendah dari lokasi

kebun campuran dan sawah. Hal tersebut diduga karena kandungan bahan organik

pada lokasi penambangan sangat sedikit terlebih lagi setelah dilakukan

pengerukan pasir yang menyebabkan tanah tidak memiliki kemampuan untuk

menahan air maupun apalagi untuk memperbaiki struktur tanah. Perbandingan

besarnya permeabilitas tanah di ketiga lokasi dapat dilihat pada Gambar 10.

Berdasarkan perhitungan secara statistik (Tabel 12), diperoleh nilai F-

hitung sebesar 6,428 dengan nilai signifikansi sebesar 0,082. Nilai tersebut

memberi arti bahwa kegiatan pertambangan pasir pada lokasi galian C tidak

mempengaruhi secara nyata terhadap permeabilitas tanah dan tidak ada perbedaan

yang signifikan antar ketiga lokasi penelitian. Nilai signifikansi permeabilitas

tidak terlalu jauh dari taraf nyata α 0,05, hanya selisih 0,022 (untuk lebih jelasnya

dapat dianalisa berdasarkan data pada Lampiran 6) .

Setelah dianalisa berdasarkan data hasil penelitian tanah yang dilakukan

Tim Kementrian Negara Lingkungan dari tiga lokasi berbeda di desa Gumulung

Tonggoh, kecamatan Astanajapura, kabupaten Cirebon yaitu tanah pada lokasi

sawah yang ditanami padi, tanah pada lokasi kebun campuran, dan tanah pada

lokasi bekas tambang pasir dapat dikatakan bahwa dari ketiga lokasi tersebut

memiliki sifat fisik tanah yang berbeda dan dari setiap karakteristik sifat fisik

Page 61: E09nhu

memiliki rentang batas yang berbeda-beda pula tetapi antara nilai pada keempat

sifat tanah yang dianalisa (bulk density, porositas tanah, pori drainase sangat cepat

dan permeabilitas) saling berkaitan satu sama lain sehingga jika terjadi perubahan

nilai dari masing-masing karakteristik sifat tanah maka akan berpengaruh kepada

kestabilan sifat yang lain.

43

Gambar 10 Perbandingan Nilai Permeabilitas (cm/jam) pada Lokasi Penelitian

Tabel 12 Hasil Sidik Ragam untuk Permeabilitas (cm/jam)

Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)

Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah Fhit Sig. Perlakuan 471,856 2 235,928 6,428 0,082 Galat 110,113 3 36,704 Total 581,969 5

Jika nilai Bulk Density meningkat, maka akan terjadi penurunan pada

nilai porositas, nilai pori drainase sangat cepat dan permeabilitas tanahnya pun

ikut menurun. Hal tersebut berlaku pada semua lokasi baik pada tanah sawah,

tanah pada kebun campuran maupun tanah pada lahan paska tambang pasir (galian

C). Hasil analisa tanah menunjukan bahwa tanah pada lokasi kebun campuran

memiliki kriteria yang cukup baik untuk pertumbuhan tanaman terutama jika

dilihat dari nilai permeabilitasnya yang tergolong cepat dan berarti mampu untuk

mengalirkan air masuk ke dalam tubuh tanah.

Pada lokasi sawah yang baik adalah yang memiliki permeabilitas tanah

yang rendah agar air dapat tergenang akan tetapi untuk permeabilitas pada sawah

Page 62: E09nhu

44

dalam penelitian ini nilai permeabilitasnya tergolong agak cepat sehingga sedikit

kemungkinan sawah tergenang terlebih lagi jenis tanahnya adalah pasir

berlempung (sedikit sekali mengandung liat). Hal tersebut bersesuaian dengan

batasan nilai permeabilitas dalam buku Hardjowigeno 2003.

Sedangkan pada lokasi penambangan pasir, seharusnya untuk tanah

dengan jenis tersebut, nilai permeabilitasnya, porositas, dan pori drainasenya

cenderung tinggi, tetapi pada lahan bekas tambang pasir ini justru nilai

permeabilitas, porositas, pori permeabilitasnya rendah dan nilai bulk density yang

tinggi. Hal tersebut dapat terjadi karena pada lokasi paska penambangan pasir

(galian C) menaglami pemadatan tanah akibat penggunaan alat berat serta akibat

hilangnya vegetasi penutup lahan. Berdasarkan analisa sidik ragam dan uji

Duncan tersebut, secara umum terlihat bahwa kegiatan penambangan pasir (galian

C) berpengaruh nyata terhadap perubahan sifat fisik tanah di kawasan

penambangan pasir (galian C) desa Gumulung Tonggoh, kecamatan Astanajapura,

kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

4.2 Sifat Kimia Tanah

Sifat tanah yang dianalisa dalam penelitian ini antara lain derajat

kemasaman tanah (pH), C-Organik, N-Total, P Bray, kation-kation basa (Ca, Mg,

K, Na, KTK), dan kejenuhan basa. Metode yang digunakan dalam menganalisa

sifat-sifat kimia tersebut berbeda-beda. Untuk kebutuhan analisa, jumlah sampel

tanah yang diambil sebanyak 6 (enam) sampel dengan 3 (tiga) lokasi berbeda

yang masing-masingnya diambil 2 (dua) kali ulangan. Jumlah sampel dan ulangan

yang digunakan tergolong sedikit dikarenakan metode dan biaya dalam

menganalisa tanah di laboratorium tergolong mahal. Nilai sifat-sifat kimia tanah

dan rata-ratanya disajikan pada Tabel 13.

Hasil analisis sifat kimia tanah terlampir pada Lampiran 1 dan rata-rata

nilai sifat kimia tanah pada Tabel 13. Berdasarkan hasil analisa sifat kimia tanah

tersebut, terlihat bahwa kegiatan penambangan pasir (galian C) di desa Gumulung

Tonggoh, kecamatan Astanajapura, kabupaten Cirebon telah menyebabkan

terjadinya perubahan-perubahan pada sifat kimia tanah yang telah disajikan pada

Tabel 13.

Page 63: E09nhu

Tabel 13. Perubahan Nilai dan Rataan Sifat Kimia Tanah pada Lokasi Penelitian

Sifat Kimia Kebun Campuran Sawah (Padi) Galian C Rataan Total Lokasi

1 Lokasi

2 Rata-rata

Lokasi 1

Lokasi 2

Rata-rata

Lokasi 1

Lokasi 2

Rata-rata

pH 6,40 5,60 6,00 6,40 6,60 6,5 7,10 7,20 7,15 6,65 KTK

(me/100 g) 25,19 24,27 24,73 25,20 22,52 23,86 3,07 6,52 4,80 17,75 C-Organik

(%) 1,08 2,02 1,55 1,19 0,62 0,91 0,19 0,15 0,17 0,88 Nitrogen Total (%) 0,09 0,21 0,15 0,28 0,08 0,18 0,02 0,02 0,02 0,12

Pospor (ppm) 2,60 2,90 2,75 3,80 2,90 3,37 5,90 4,90 5,40 3,84

Kalsium (Ca)

(me/100 g) 26,10 24,40 25,25 20,64 16,30 18,47 5,30 9,30 7,30 17,10

Magnesium (Mg)

(me/100 g) 11,05 12,21 11,63 10,66 8,24 9,45 3,01 4,36 3,69 8,26

Kalium (K) (me/100 g) 0,63 0,43 0,53 0,42 0,65 0,54 0,41 0,41 0,41 0,49

Natrium (Na)

(me/100 g) 1,31 1,32 1,32 1,28 1,36 1,32 1,30 1,47 1,39 1,34

4.2.1 Derajat Kemasaman Tanah (pH)

Reaksi tanah yang menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah

dinilai berdasarkan konsentrasi H+ dan dinyatakan dengan nilai pH. Bila dalam

tanah ditemukan ion H+ lebih banyak dari OH-, maka disebut masam (pH <7).

Dengan kata lain makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, semakin masam tanah

tersebut. Bila ion H+ sama dengan ion OH- maka disebut netral (pH=7), dan bila

ion OH- lebih banyak dari pada ion H+ maka disebut alkalin atau basa (pH >7)

(Hakim dkk, 1986). Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, semakin masam

tanah tersebut (Hardjowigeno, 2007). Kemasaman tanah merupakan salah satu

sifat penting sebab terdapat beberapa hubungan pH dengan ketersediaan unsur

hara, juga terdapat beberapa hubungan antara pH dengan semua pembentukan

serta sifat-sifat tanah (Foth 1988).

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa nilai pH tertinggi berada pada

lokasi 2 penambangan pasir (galian C) yaitu sebesar 7,2. Mengacu pada

Purwowidodo (2005) pH tersebut tergolong alkalis atau basa (>7,00). Sedangkan

nilai pH terendah berada pada lokasi 2 kebun campuran yaitu sebesar 5,6 (agak

masam). Rata-rata total derajat kemasaman tanah di lokasi penelitian yaitu sebesar

45

Page 64: E09nhu

6,65 berkisar antara 5,6-7,2. Nilai pH yang dianalisis selengkapnya dapat dilihat

pada Tabel 13 dan Gambar 11.

Gambar 11 Perbandingan Nilai Derajat Kemasaman Tanah pada Lokasi Penelitian

Berdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa terjadi peningkatan pH pada

lokasi paska penambangan pasir (galian C) jika dibandingkan dengan lokasi

kebun campuran dan lokasi sawah. Peningkatan rataan pH diduga disebabkan oleh

pemadatan tanah, jika mengacu pada Purwowidodo (2005), tanah di lokasi paska

penambangan pasir tergolong alkalis atau pun cukup netral. Jika suatu lahan

memiliki nilai pH antara 6-7 (netral) maka dapat diindikasikan bahwa lahan

tersebut cocok untuk berbagai jenis tanaman, hanya saja diperlukan tambahan

pupuk untuk menyeimbangkan kandungan mineral-mineral tanah yang berfungsi

untuk mendukung pertumbuhan tanaman agar selalu tumbuh dengan kondisi baik.

Tabel 14 Hasil Sidik Ragam Terhadap Derajat Kemasaman Tanah (pH)

Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)

Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah Fhit Sig. Perlakuan 1,330 2 0,665 5,783 0,093 Galat 0,345 3 0,115 Total 1,675 5

46

Page 65: E09nhu

47

Berdasarkan perhitungan secara statistik (Tabel 14), diperoleh nilai F-

hitung sebesar 5,783 dengan nilai peluang nyata sebesar 0,093 dengan demikian

dapat diartikan bahwa kegiatan penambangan pasir (galian C) di lokasi penelitian

tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya derajat kemasaman tanah (pH) dan

terhadap perlakuan lain dari lokasi penelitian tidak berbeda nyata. Pada dasarnya,

jika dalam perhitungan sidik ragam nilai signifikansi telah melampaui nilai α

(selang kepercayaan 0,05) maka nilai tersebut menunjukan bahwa antar perlakuan

atau lokasi penelitian tidak memiliki perbedaan yang nyata atau perbedaannya

tidak signifikan dan juga dapat menunjukan bahwa perlakuan tidak mempengaruhi

parameter tertentu (untuk lebih jelas dapat dianalisa berdasarkan data pada

Lampiran 7.

4.2.2 Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Menurut Hasibuan (2006), Kapasitas Tukar Kation merupakan

banyaknya kation-kation yang dijerap atau dilepaskan dari permukaan koloid liat

dalam miliekuivalen per 100 g contoh tanah. Kapasitas Tukar Kation (KTK)

merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah.

Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai

KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah

atau tanah-tanah berpasir (Hardjowigeno 2007).

Berdasarkan data hasil penelitian, diperoleh bahwa nilai kandungan KTK

terendah berada di lokasi 1 lahan paska penambangan pasir (galian C), yaitu

sebesar 3,07 me/100g, nilai KTK tertinggi berada di lokasi 1 sawah (padi),

sejumlah 16,12 me/100g, sedangkan rata-rata nilai KTK di lokasi penelitian yaitu

sebesar 25,20 me/100g. Berdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa terjadi penurunan

rataan nilai KTK pada lahan paska penambangan pasir (galian C) penurunan KTK

ini disebabkan adanya pengerukan tanah pasir dengan menggunakan alat-alat

berat sehingga terjadi pemadatan tanah. Perbandingan nilai KTK di ketiga lokasi

penelitian dapat dilihat pada Gambar 12.

Perhitungan dengan menggunakan sidik ragam ditujukan untuk

mengetahui apakah proses penambangan pasir (galian C) berpengaruh terhadap

perubahan nilai KTK ataukah tidak dan untuk mengetahui dimana letak

Page 66: E09nhu

perbedaannya. Hasil perhitungan sidik ragam untuk nilai Kapasitas Tukar Kation

di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 15.

Berdasarkan hasil sidik ragam, jika dilihat dari nilai signifikansinya

menunjukan bahwa kegiatan penambangan pasir (galian C) berpengaruh nyata

terhadap perubahan nilai KTK dan memiliki perbedaan yang nyata antar

lokasinya. Pembuktian terhadap pernyataan tersebut dapat dilakukan dengan uji

Duncan (Tabel 16). Tinggi rendahnya nilai KTK sangat mempengaruhi

kemampuan tanah untuk menyerap unsur-unsur hara dan mineral tanah. Tanah

dengan nilai KTK tinggi mampu menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik

daripada tanah dengan KTK rendah.

Gambar 12 Perbandingan Nilai Kapasitas Tukar Kation pada Lokasi Penelitian

Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau dengan kadar liat

tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan

bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowigeno 2007). Hal ini

bersesuaian dengan hasil penelitian yang berkaitan dengan nilai KTK pada lokasi

paska penambangan pasir yang memiliki kandungan pasir tinggi memiliki KTK

yang rendah.

48

Page 67: E09nhu

Jika mengacu pada hasil uji Duncan, terlihat bahwa nilai KTK pada

lokasi paska tambang pasir (galian C) berbeda kelompok dengan sawah dan kebun

campuran dimana sawah dan kebun campuran termasuk dalam kelompok yang

sama. Hal tersebut menunjukan bahwa ada perbedaan yang nyata antara lokasi

galian C dengan sawah dan kebun campuran, tetapi antara sawah dan kebun

campuran tidak berbeda nyata. Terbuktilah bahwa kegiatan penambangan pasir

telah mempengaruhi nilai KTK tanah di lokasi paska penambangan.

Tabel 15 Hasil Sidik Ragam Terhadap Kapasitas Tukar Kation (me/100g)

Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)

Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah Fhit Sig. Perlakuan 507,757 2 253,878 76,426 0,003* Galat 9,966 3 3,322 Total 517,723 5

Tabel 16 Hasil Uji Duncan untuk Nilai Kapasitas Tukar Kation (me/100g) Lokasi Rataan Std. Deviasi N Kelompok Duncan

Galian C 4,795 0,65 2 A Sawah (Padi) 23,86 1,895 2 BKebun Campuran 24,73 2,44 2 BTotal 17,796 10,18 6

4.2.3 C-Organik

C-Organik adalah penyusun utama bahan organik. Bahan organik tanah

adalah senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami

proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-

senyawa anorganik hasil mineralisasi (Hanafiah 2007). Menurut Istomo (1994),

bahan organik ternyata mempunyai peranan yang sangat penting dalam tanah

terutama pengaruhnya terhadap kesuburan tanah. Banyak sifat-sifat tanah baik

fisik, kimia dan biologi tanah secara langsung dan tidak langsung dipengaruhi

oleh bahan organik.

Berdasarkan data hasil penelitian, nilai C-Organik terbesar berada pada

lokasi 2 lahan kebun campuran, yaitu sebesar 2,02%. Sedangkan nilai C-Organik

terkecil berada pada lokasi 2 lahan bekas tambang pasir yaitu sebesar 0,15%.

Nilai rata-rata C-Organik di lokasi penelitian sebesar 0,88%. Menurut penelitian

yang dilakukan oleh Musthofa (2007), menyatakan bahwa kandungan bahan

organik harus dipertahankan tidak kurang dari 2 %. Berdasarkan data penelitian,

lokasi yang masuk dalam criteria BO ≥ 2% hanya pada lokasi 2 kebun campuran.

49

Page 68: E09nhu

Perbandingan nilai C-Organik di ketiga lokasi penelitian dapat dilihat pada

Gambar 13.

Gambar 13 Perbandingan Nilai C-Organik pada Lokasi Penelitian

Berdasarkan perhitungan secara statistik untuk sidik ragam (Tabel 17),

diperoleh nilai F-hitung sebesar 4,728 dengan nilai signifikansi sebesar 0,118

dimana nilai tersebut lebih besar dari nilai α (> 0,05) yang menandakan perbedaan

terhadap nilai C-Organik antara lokasi tidak berbeda nyata maka tidak perlu diuji

lebih lanjut lagi.

Tabel 17 Hasil Sidik Ragam untuk C-Organik (% Volume)

Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah Fhit Sig. Perlakuan 1,907 2 0,954 4,728 0,118 Galat 0,605 3 0,202 Total 2,512 5

Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)

Langkah yang dapat dilakukan agar kandungan bahan organik (C-

Organik) dalam tanah tidak menurun akibat proses dekomposisi mineralisasi,

maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus

diberikan setiap tahun. Akan tetapi perlu diwaspadai bahwa masalah yang timbul

dengan pemberian bahan organik dalam jumlah besar adalah adanya keracunan

asam organik (Chandrasekaran, et al., 1974) hal tersebut menandakan jika suatu

50

Page 69: E09nhu

51

tanah memiliki bahan organik yang tinggi maka akan ada kemungkinan untuk

terjadinya keracunan asam organik.

Pada dasarnya, bahan organik dalam tanah memiliki peranan dalam

penentuan kesuburan tanah, akan tetapi pada ketiga penutupan tanah di lokasi

penelitian, nilai C-Organik atau bahan organik tidak berpengaruh secara nyata

karena terkait dengan tekstur tanah dari ketiga lokasi yang termasuk tekstur kasar

dengan kandungan pasir tinggi yang memang memiliki sedikit bahan organik baik

sebelum adanya kegiatan penambangan ataupun sesudahnya sama yaitu dengan

kandungan bahan organik sedikit. Oleh karena itulah menurut hasil uji sidik

ragam pun, kegiatan penambangan pasir tidak berpengaruh nyata terhadap nilai C-

Organik.

4.2.4 Nitrogen Total (N-Total)

Nitrogen adalah unsur hara makro utama yang dibutuhkan tanaman

dalam jumlah yang banyak, diserap tanaman dalam bentuk amonium (NH4+) dan

nitrat (NO3+) (Gardner et al 1991). Hanafiah (2007) dalam bukunya menyatakan

bahwa Nitrogen menyusun sekitar 1,5 % bobot tanaman dan berfungsi terutama

dalam pembentukan protein. Hasil analisis kandungan N-Total di lokasi penelitian

dapat dilihat pada Gambar 14.

Berdasarkan grafik N-Total pada Gambar 14, diketahui bahwa jumlah N-

total terbesar berada pada lokasi 1 sawah, yaitu sejumlah 0,28 %, sedangkan untuk

nilai N-total terkecil berada pada lokasi 1 dan 2 lahan paska tambang pasir, yaitu

sejumlah 0,02 %. Berdasarkan Gambar 14 dan Tabel 13, diketahui bahwa rataan

nilai N-total pada lahan paska penambangan pasir lebih rendah jika dibandingkan

dengan dua lokasi lainnya. Hal tersebut terkait dengan jumlah bahan organik yang

terkandung. Jumlah bahan organik pada lahan paska tambang pasir menjadi

rendah karena tidak ada vegetasi di atasnya dan proses dekomposisi rendah akibat

kegiatan penambangan terlebih lagi pada lokasi lahan paska tambang telah terjadi

pemadatan tanah dan perubahan sifat fisik dari tanah serta sifat dasar dari

Nitrogen yang memang mudah hilang dari tanah.

Jika dianalisa berdasarkan hasil sidik ragam untuk jumlah N-Total yang

disajikan pada Tabel 18 diketahui bahwa nilai F-Hitung yang diperoleh adalah

sebesar 1,596 dan nilai signifikansi sebesar 0,337. Data tersebut menunjukan

Page 70: E09nhu

bahwa kegiatan penambangan pasir tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan

N-Total dan nilai N-Total pada ketiga lokasi penelitian tidak berbeda nyata.

Rendahnya nilai N-Total pada ketiga penutupan lahan terjadi karena keterbukaan

lahan yang tinggi sehingga menyebabkan kandungan N-Total dalam tanah mudah

tervolatilisasi menjadi N2 atmosfer kembali ataupun dapat juga terjadi karena

tercuci oleh limpasan air.

Gambar 14 Perbandingan Nilai N-Total pada Lokasi Penelitian

Tabel 18 Hasil Uji Sidik Ragam untuk Jumlah N-Total

Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah Fhit Sig. Perlakuan 0,029 2 0,014 1,596 0,337 Galat 0,027 3 0,009 Total 0,056 5

Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)

4.2.5 P-Bray (Pospor)

Pospor bersama-sama dengan nitrogen dan kalium, digolongkan sebagai

unsur-unsur utama walaupun diabsorpsi dalam jumlah yang lebih kecil dari kedua

unsur tersebut. Tanaman biasanya mengabsorpsi P dalam bentuk H2PO4- dan

sebagian kecil dalam bentuk sekunder HPO42-. Berdasarkan data hasil penelitian,

diperoleh bahwa nilai kandungan P terendah berada di lokasi 1 kebun campuran,

yaitu sebesar 2,60 ppm, nilai P tertinggi berada di lokasi 1 lahan paska

52

Page 71: E09nhu

penambangan pasir (galian C) sejumlah 5,9 ppm, sedangkan rata-rata nilai P di

lokasi penelitian sesuai yang tertera pada Tabel 13 yaitu sebesar 3,84 ppm.

Perbandingan nilai P-Bray pada ketiga lokasi juga dapat dianalisa

berdasarkan Gambar 15. Kemudian berdasarkan Tabel 13 dan Gambar 15, dapat

diketahui bahwa nilai P pada lokasi lahan paska tambang pasir jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan lokasi sawah dan kebun campuran, dimana perbedaan

nilainya antara 1-3 ppm.

Gambar 15 Perbandingan Nilai Pospor pada Ketiga Lokasi Penelitian

Berdasarkan perhitungan secara statistik (Tabel 19), diperoleh nilai F-

hitung sebesar 12,195 dengan nilai signifikansi sebesar 0,036 yang mana nilai

signifikansi tersebut lebih rendah dari nilai α (< 0,05) dengan demikian dapat

ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan yang nyata untuk nilai P pada ketiga

lokasi dan berarti pula kegiatan penambangan pasir telah mengakibatkan

perubahan pada jumlah P-Bray.

Peningkatan nilai P tersebut dapat terjadi karena ketersediaan pospor

bergantung pada tekstur tanah dan ketersediaan air. Hal tersebut diperkuat oleh

pendapat Olsen dan Watanabe (1963), konsentrasi pospor pada tanah bertekstur

kasar (berpasir) lebih tinggi daripada tanah bertekstur halus, jika tidak maka difusi

pospor pada tanah bertekstur pasir menjadi faktor pembatas dalam serapan

hara pospor.

53

Page 72: E09nhu

Pada umumnya, pospor di dalam tanah berada dalam keadaan tidak larut,

sehingga dalam keadaaan demikian tak mungkin untuk masuk ke dalam sel-sel

akar (kandungan air pada tanah pasir sedikit). Akan tetapi sebagai anion, posfat

dapat bertukar dengan mudah dengan ion OH- (Dwijoseputro 1980). Adanya

penurunan porositas tanah (memburuknya aerasi) juga merupakan faktor yang

paling berpengaruh dalam penyerapan P. Semakin rendah porositas tanah, maka

semakin rendah pula kemampuan tanah dalam penyerapan unsur P sehingga

ketersediaan P lebih rendah.

Tabel 19 Hasil Uji Sidik Ragam untuk nilai P-Bray Sumber Jumlah Kuadrat Df Kuadrat Tengah Fhit Sig.

Perlakuan 7,723 2 3,862 12,195 0,036* Galat 0,950 3 0,317 Total 8,673 5

Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)

Tabel 20 Hasil Uji Duncan untuk Nilai P-Bray

Lokasi Rataan Std. Deviasi N Kelompok Duncan Kebun Campuran 2,75 0,212 2 A Sawah (Padi) 3,35 0,636 2 A Galian C 5,40 0,707 2 BTotal 3,83 1,317 6

Oleh karena nilai signifikansi untuk P-Bray menunjukan perbedaan yang

nyata, maka diperlukan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan agar dapat

diketahui perlakuan atau lokasi mana yang memberikan perbedaan tersebut. Nilai

rataan, standar deviasi, hasil uji Duncan dan selang kepercayaan untuk beda nilai

tengah disajikan dalam Tabel 20. Berdasarkan tabel tersebut kebun campuran dan

sawah termasuk dalam satu kelompok yang sama sedangkan lahan paska tambang

pasir termasuk dalam golongan yang berbeda dari keduanya, untuk memperjelas

dapat dilihat pada Lampiran 11. Nilai dan kelompok tersebut menandakan bahwa

jumlah P pada lahan paska penambangan pasir berbeda nyata dengan lahan sawah

dan kebun campuran serta menandakan bahwa kegiatan penambangan pasir

menyebabkan perubahan pada nilai P di lahan tersebut

4.2.6. Kalsium (Ca) Berdasarkan data hasil penelitian, diperoleh bahwa nilai kandungan Ca

terendah berada di lokasi 1 lahan paska penambangan pasir, yaitu sebesar 5,30

54

Page 73: E09nhu

me/100g, nilai Ca tertinggi berada di lokasi 1 kebun campuran, sejumlah 26,1

me/100g, sedangkan rata-rata nilai Ca di lokasi penelitian berdasarkan yang

tertera dalam Tabel 14 yaitu sebesar 17,10 me/100g. Data pada Tabel 13 dan

Gambar 16 nilai kalsium pada lokasi Galian C sangat jauh berbeda (jauh lebih

rendah dari lokasi kebun campuran dan sawah). Hal ini disebabkan karena

kandungan bahan organik di lahan paska tambang pasir sedikit sehingga

kemungkinan mikroorganisme yang mengikat kalsium sedikit sehingga jumlah

kalsiumnya pun sedikit, sedangkan untuk sawah dan terutama kebun campuran

memiliki jumlah bahan organik yang lebih tinggi sehingga pengikatan terhadap

kalsium pun tinggi. Selain itu, nilai KTK yang rendah pun mempengaruhi

sedikitnya jumlah kandungan kalsium tanah. Perbandingan nilai Ca di ketiga

lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 16 dan Tabel 13.

55

Gambar 16 Perbandingan Nilai Kalsium pada Lokasi Penelitian

Berdasarkan perhitungan secara statistik (Tabel 21), diperoleh nilai F-

hitung sebesar 26,133 dengan nilai signifikansi sebesar 0,013 dimana nilai

tersebut lebih kecil dari nilai α (< 0,05) dengan demikian dapat ditarik kesimpulan

bahwa ada perbedaan yang nyata untuk nilai kalsium antara lokasi penelitian

Page 74: E09nhu

kegiatan penambangan pasir. Oleh karena itu dilakukanlah uji lanjut dengan

menggunakan uji Duncan yang hasilnya disajikan dalam Tabel 22.

Tabel 21 Hasil Sidik Ragam untuk Kalsium (% Volume)

Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)

Sumber Jumlah Kuadrat Df Kuadrat Tengah Fhit Sig. Perlakuan 328,627 2 164,313 26,133 0,013* Galat 18,863 3 6,288 Total 347,489 5

Tabel 22 Hasil Uji Duncan untuk Nilai Kalsium

Lokasi Rataan Std. Deviasi N Kelompok Duncan Galian C 7,30 2,828 2 A Sawah (Padi) 18,47 3,069 2 BKebun Campuran 25,25 1,202 2 BTotal 17,01 8,337 6

Hasil uji Duncan menunjukan bahwa lokasi paska penambangan pasir

berbeda kelompok dengan sawah dan kebun campuran, data tersebut memberi arti

bahwa galian C memiliki perbedaan yang nyata dengan kebun campuran dan

sawah serta dapat disimpulkan bahwa kegiatan penambangan pasir telah

mengakibatkan perubahan sifat tanah/ berpengaruh nyata terhadap sifat kimia

tanah dalam hal ini mengenai kandungan kalsium tanah. Hasil perhitungan secara

statistik untuk kandungan kalsium dapat dilihat lebih lengkap pada Lampiran 12.

4.2.7 Magnesium (Mg)

Magnesium termasuk ke dalam unsur makro yang terdapat di dalam

tanah dengan bentuk anorganik (Sutcliffe dan Baker 1975). Magnesium

merupakan unsur pembawa posfat yang sangat berguna bagi pertumbuhan

tanaman (Agustina 2004).

Berdasarkan data hasil penelitian, diperoleh bahwa nilai kandungan Mg

terendah berada di lokasi 1 galian C, yaitu sebesar 3,01 me/100g, nilai Mg

tertinggi berada di lokasi 2 kebun campuran, sejumlah 12,21 me/100g, sedangkan

rata-rata nilai Mg di lokasi penelitian yaitu sebesar 8,26 me/100g (Tabel 13).

Perbandingan nilai Mg di ketiga lokasi penelitian dapat dilihat juga pada Gambar

17. Berdasarkan tabel dan gambar tersebut terlihat bahwa jumlah kalsium yang

terdapat pada lahan paska tambang pasir lebih sedikit jika dibandingkan dengan

56

Page 75: E09nhu

kedua lokasi lainnya. Penurunan ini terkait dengan nilai KTK, jika nilai KTK

mengalami penurunan, maka jumlah Magnesium pun semakin rendah. Hal

tersebut seiring dengan kandungan Ca. Ketertarikan Mg pada situs pertukaran

kation, lebih lemah dibandingkan Ca, sehingga umumnya kadar Ca tanah selalu

lebih tinggi daripada Mg (Hanafiah 2007). Hal tersebut juga terjadi pada nilai Ca

dan Mg di lokasi penelitian.

Gambar 17 Perbandingan Nilai Magnesium pada Lokasi Penelitian

Berdasarkan perhitungan secara statistik (Tabel 23), diperoleh nilai F-

hitung sebesar 22,408 dengan nilai signifikansi sebesar 0,016 dengan demikian

dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan penambangan pasir menyebabkan

perubahan jumlah magnesium, dan dari nilai signifikansi tersebut terlihat bahwa

antar lokasi yang diamati memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal

kandungan magnesiumnya. Untuk mengetahui lokasi mana yang memberikan

perbedaan yang nyata, maka dilakukan lah uji lanjut dengan menggunakan uji

Duncan. Hasil uji Duncan disajikan pada Tabel 24.

Tabel 23 Hasil Sidik Ragam untuk Kandungan Magnesium (% Volume)

Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)

Sumber Jumlah Kuadrat Df Kuadrat Tengah F.Hit Sig. Perlakuan 67,407 2 33,704 22,408 0,016*Galat 4,512 3 1,504 Total 71,919 5

57

Page 76: E09nhu

Tabel 24 Hasil Uji Duncan untuk Nilai Magnesium

Lokasi Rataan Std. Deviasi N Kelompok Duncan Galian C 3,69 0,82 2 A Sawah (Padi) 9,45 1,71 2 BKebun Campuran 11,63 0,95 2 BTotal 8,26 3,79 6

Berdasasarkan hasil uji Duncan, galian C berada pada kelompok yang

berbeda dengan sawah dan kebun campuran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

jumlah magnesium pada lahan paska tambang pasir (galian C) berbeda nyata

dengan kebun campuran sedangkan sawah tidak berbeda nyata dengan kebun

campuran. Secara umum menunjukan bahwa kegiatan penambangan pasir telah

berpengaruh terhadap kandungan magnesium pada tanah di kawasan

penambangan pasir Gumulung Tonggoh. Hal tersebut dapat terjadi akibat dari

nilai KTK yang rendah sehingga penyerapan-penyerapan mineral menjadi rendah.

4.2.8 Kalium (K= Potassium)

Unsur Kalium merupakan unsur hara makro kedua setelah N (Nitrogen)

yang paling banyak diserap tanaman (Hanafiah 2007), maka penting untuk

dianaliasa apakah suatu lahan memiliki kandungan K yang cukup atau tidak.

Dalam penelitian ini dianalisa jumlah Kaliumnya pada ketiga lokasi dan

berdasarkan data hasil penelitian, diperoleh bahwa nilai kandungan K terendah

berada di lokasi 1 dan 2 Galian C, yaitu sebesar 0,41 me/100g, nilai K tertinggi

berada di lokasi 2 sawah, sejumlah 0,65 me/100g, sedangkan jika dilihat rata-rata

total nilai K di lokasi penelitian yaitu sebesar 0,49 me/100g. Rendahnya jumlah

kalium pada lokasi paska penambangan pasir diduga karena adanya pemadatan

tanah, porositas rendah, dan kejenuhan basa yang rendah (Hanafiah 2007).

Perbandingan nilai K di ketiga lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 18,

Tabel 13 atau pada Lampiran 2.

Dalam perhitungan sidik ragam, digunakan tingkat kepercayaan 95%.

Berdasarkan hasil uji sidik ragam (Tabel 25) untuk kandungan kalium diperoleh

nilai F-hitung sebesar 0,647 dengan nilai signifikasi sebesar 0,584 dimana nilai

tersebut lebih besar dari nilai α (> 0.05) yang menandakan tidak adanya perbedaan

yang signifikan antara jumlah kalium pada lokasi penelitian dan kegiatan

58

Page 77: E09nhu

penambangan pasir tidak berpengaruh secara nyata terhadap nilai kalium, untuk

lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 14.

59

Gambar 18 Perbandingan nilai Kalium pada Lokasi Penelitian

Tabel 25 Hasil Sidik Ragam untuk Kandungan Kalium (K)

Setelah dianalisa berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan Tim

Kementrian Negara Lingkungan dan hasil analisa dari tiga lokasi berbeda yaitu

tanah pada lokasi sawah yang ditanami padi, tanah pada lokasi kebun campuran,

dan tanah pada lokasi bekas tambang pasir dapat dikatakan bahwa dari ketiga

lokasi tersebut memiliki sifat kimia tanah yang berbeda-beda dan dari setiap

variable responnya memiliki rentang batas yang berbeda-beda pula tetapi di antara

komponen sifat kimia (pH, Kapasitas Tukar Kation, C-Organik, Jumlah Nitrogen,

Pospor, Kalsium, Magnesium dan Kalium) masih saling berkaitan satu sama lain

sehingga jika terjadi perubahan nilai dari masing-masing variable respon maka

akan berpengaruh kepada kestabilan sifat yang lain.

Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah F.Hit Sig. Perlakuan 0,020 2 0,010 0,647 0,584Galat 0,046 3 0,015 Total 0,066 5 Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)

Page 78: E09nhu

Jika nilai pH meningkat, maka akan terjadi penurunan pada nilai

Kapasitas Tukar Kation (KTK), rendahnya jumlah kandungan C-Organik, dan

seiring dengan itu juga akan menyebabkan penurunan terhadap jumlah Nitrogen

total, jumlah Kalsium, Kalium dan Magensium. Sedangkan untuk ketersediaan

tanah terhadap jumlah Pospor (P-Bray) jika pH tanah meningkat maka

ketersediaannya pun meningkat. Hal tersebut berlaku pada semua lokasi baik pada

tanah sawah, tanah pada kebun campuran maupun tanah pada lahan paska

tambang pasir (galian C).

Hasil analisa tanah menunjukan bahwa tanah pada lokasi kebun

campuran memiliki kriteria yang cukup baik untuk pertumbuhan tanaman

terutama jika dilihat dari nilai pH yang mendukung perkembangan

mikroorganisme dan jumlah C-Organik yang cukup baik. Pada lokasi sawah yang

ada pada tanah mineral masam mengakibatkan nilai pH tanah akan meningkat

mengalami penggenangan baik adalah yang memiliki nilai pH tanah yang stabil

yaitu antara 5,6 - 6,7.

4.3 Sifat Biologi Tanah

Sifat biologi tanah adalah sifat tanah yang berhubungan dengan makhluk

hidup atau faktor biotik tanah. Sifat biologi tanah yang diukur antara lain

mikroorganisme tanah, jumlah bakteri pelarut posfat, jumlah fungi tanah, dan total

respirasi tanah. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 6 (enam) jenis sampel

tanah. Hasil analisis sifat biologi tanah dapat dilihat pada Lampiran 1. Kegiatan

penambangan pasir telah menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada sifat

biologi tanah. Berikut ini pada Tabel 26 adalah nilai hasil analisa tanah untuk

sifat-sifat biologi tanahnya.

Tabel 26 Perubahan Nilai dan Rataan Sifat Biologi Tanah pada Lokasi Penelitian

Sifat Biologi Kebun Campuran Sawah (Padi) Galian C

Lokasi 1

Lokasi 2

Rata-rata

Lokasi 1

Lokasi 2

Rata-rata

Lokasi 1

Lokasi 2

Rata-rata

Σ Mikroorganisme Tanah (x106 spk/g) 57 40 48,5 57 56 56,5 7 12 9,5

Σ Bakteri Pelarut Posfat ( x106 spk/g) 8 3 5,5 15 8 11,5 1 0 0,5

Jumlah Fungi Tanah (x106 spk/g) 8,5 2 5,25 4,5 0 2,25 1 0 0,5

Tital Respirasi (kg tanah/hari) 12,34 12,69 12,52 12,51 13,54 13,03 11,31 10,37 10,84

60

Page 79: E09nhu

4.3.1 Jumlah Mikroorganisme Tanah

Kehidupan di dunia dimulai dari mikrobio/mikroorganisme atau makhluk

renik atau kecil, baik yang heterotropik maupun yang ototropik. Akar tanaman

menyerap hara dan daun menyerap energi, memprodukai organ-organ yang

dikonsumsi hewan/ manusia dan membentuk organ-organnya, organ-organ sisa

kedua makrobia ini dikonsumsi dan dirombak oleh mikrobio/mikroorganisme

kembali menjadi hara dan energi (Hanafiah 2007). Tanah dihuni oleh bermacam-

macam mikroorganisme tanah. Jumlah tiap grup mikroorganisme mencapai jutaan

per gram tanah. Jumlah mikroorganisme juga sangat berguna dalam menentukan

tempat mikroorganisme dalam hubungannya dengan sistem perakaran, sisa bahan

organik, dan kedalaman profil tanah serta terkait dengan kesuburan tanah.

Berdasarkan data hasil penelitian, diperoleh total mikroorganisme

terendah berada di lokasi 1 galian C yaitu sebesar 7 spk/g, total mikroorganisme

tertinggi berada di lokasi 1 kebun kebun campuran dan sawah dengan jumlah

57x106 spk/g, sedangkan rata-rata total mikroorganisme di lokasi penelitian yaitu

sebesar 38,17x106 spk/g. Berdasarkan Tabel 26, diketahui bahwa terjadi

penurunan rataan total jika dibandingkan dengan kedua lokasi lainnya, hal

tersebut kemungkinan besar terjadi karena perubahan fisik tanah (pemadatan

tanah) akibat kegiatan penambangan pasir.

Gambar 19 Perbandingan Jumlah Mikroorganisme pada Lokasi Penelitian

61

Page 80: E09nhu

Data hasil perhitungan secara statistik mengenai hasil analisa sifat biologi

tanah untuk jumlah mikroorganisme terlampir pada Lampiran 15. Berdasarkan uji

statistik melalui sidik ragam (Tabel 27) diperoleh nilai F-hitung sebesar 24,09 dan

nilai signifikansi sebesar 0,014. Data menunjukan bahwa jumlah mikroorganisme

memiliki perbedaan yang nyata diantara ketiga lokasi penelitian karena nilai

signifikansinya kurang dari nilai α (< 0,05). Untuk mengetahui lokasi atau

perlakuan mana yang memberikan perbedaan yang nyata maka dilakukan uji

lanjut dengan menggunakan uji Duncan. Hasil uji Duncan disajikan pada Tabel

28.

Tabel 27 Hasil Uji Sidik Ragam untuk Jumlah Mikroorganisme Tanah

Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah F.Hit Sig. Perlakuan 2529.33 2 1264.67 24.09 0.014* Galat 157.50 3 52.50 Total 2686.33 5

Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)

Tabel 28 Hasil Uji Duncan dan Selang Kepercayaan bagi Nilai Tengah jumlah Mikroorganisme

Lokasi Rataan Std. Deviasi N Kelompok Duncan Galian C 9,5 3,54 2 A Kebun Campuran 48,5 12,02 2 BSawah (Padi) 56,5 0,71 2 BTotal 38,17 23,18 6

Berdasakan hasil uji duncan terlihat bahwa jumlah mikroorganisme pada

lokasi galian C berbeda nyata dengan jumlah mikroorganisme yang ada di kebun

campuran dan sawah, akan tetapi nilai sawah dan kebun campuran tidak memiliki

perbedaan yang nyata di antara keduanya. Mikroorganisme menyebabkan

perubahan biokimia (pelarutan, fiksasi, mineralisasi, imobilisasi, oksidasi dan

reduksi). Fungsi biokimia paling penting dari mikroorganisme adalah pada proses

reduksi yang terjadi secara berturut-turut dari beberapa unsur hara (Yoshida,

1975). Oleh karena itu perubahan sifat-sifat kimia seperti yang tersebut pada

pernyataan-pernyataan sebelumnya berkaitan dengan keberadaan mikroorganisme

yang dikandung dalam tanah. Selang kepercayaan yang didapat dari perhitungan

benar dan bersesuaian dengan data hasil analisa jumlah mikroorganisme tanahnya,

karena nilai-nilai tersebut memang termasuk dalan selang kepercayaan yang

disebut pada Lampiran 1. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan penambangan pasir

62

Page 81: E09nhu

di Gumulung Tonggoh telah menyebabkan perubahan sifat biologi tanah dalam

hal ini adalah jumlah mikroorganisme tanah.

4.3.2 Jumlah Bakteri Pelarut Posfat

Berdasarkan data hasil penelitian pada Tabel 26 dan Gambar 20,

diperoleh jumlah bakteri pelarut P tertinggi berada di lokasi 1 sawah yaitu sebesar

15 x 106 spk/g, jumlah bakteri pelarut P terendah berada di lokasi 2 lahan paska

penambangan pasir karena tidak ditemukan sama sekali pelarut posfat, sedangkan

rata-rata jumlah bakteri pelarut P di ketiga lokasi penelitian yaitu sebesar 5,83

spk/g. Bakteri pelarut P pada umumnya dalam tanah ditemukan di sekitar

perakaran yang jumlahnya berkisar 103 - 106 spk/g tanah. Bakteri ini dapat

menghasilkan enzim Phosphatase maupun asam-asam organik yang dapat

melarutkan posfat tanah maupun sumber posfat yang diberikan (Santosa

et.al.1999 dalam Mardiana 2006).

Gambar 20. Perbandingan Jumlah Bakteri Pelarut Posfat pada Lokasi Penelitian

Berdasarkan perhitungan secara statistik (Tabel 29) untuk hasil

perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 16), diperoleh nilai F-

hitung sebesar 4,85 dengan nilai signifikansi sebesar 0,115 dengan demikian dapat

ditarik kesimpulan bahwa kegiatan penambangan pasir di kawasan Gumulung

63

Page 82: E09nhu

Tonggoh tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bakteri pelarut posfat pada

lokasi-lokasi penelitian karena jika dilihat dari nilai signifikansinya yang lebih

besar dari nilai α (> 0,05).

Tabel 29 Hasil Uji Sidik Ragam untuk Jumlah Bakteri Pelarut Posfat (x 10^6 spk/g)

Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah F.Hit Sig. Perlakuan 121,33 2 60,67 4,85 0,115 Galat 37,5 3 12,5 Total 158,83 5

Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)

4.3.3 Jumlah Fungi Tanah

Berikut ini adalah grafik perbandingan jumlah fungi tanah yang ada di

ketiga lokasi penelitian.

Gambar 21 Perbandingan Jumlah Fungi Tanah pada Lokasi Penelitian

Berdasarkan Gambar 21 dan pada Tabel 26, diperoleh jumlah fungi tanah

terendah berada di lokasi 2 sawah dan galian C, tidak ada satupun fungi tanah

yang ditemukan pada lahan tersebut. Sedangkan jumlah fungi tanah tertinggi

berada di lokasi 1 kebun campuran sebanyak 8,5x106 spk/g, sedangkan rata-rata

jumlah fungi tanah dapat dilihat pada Tabel 26 yaitu sebesar 2,67x106 spk/g. Dari

data-data yang didapat ditemukan bahwa jumlah fungi tanah pada lokasi galian C

jauh lebih rendah dari kebun campuran, akan tetapi pada lokasi 2 lahan sawah dan

64

Page 83: E09nhu

65

pada galian C lokasi 2 sama-sama tidak ditemukan fungi tanah sama sekali.

Penurunan jumlah fungi tanah dapat diakibatkan karena semakin berkurangnya

ketersediaan unsur hara tanah yang membantu perkembangan fungi tanah akibat

diserapnya unsur hara tersebut oleh tanaman sebelum adanya kegiatan

penambangan dan keterbukaan lahan yang terjadi.

Tabel 30 Hasil Uji Sidik Ragam untuk Jumlah Fungi Tanah

Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah F.Hit Sig. Perlakuan 23,08 2 11,54 1,09 0,440 Galat 31,75 3 10,58 Total 54,83 5 Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)

Berdasarkan perhitungan secara statistik untuk jumlah fungi tanah (Tabel

30), diperoleh nilai F-hitung sebesar 1,09 dengan nilai peluang nyata sebesar 0,44

dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam kegiatan penambangan

pasir tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya jumlah fungi tanah antar ketiga

lokasi penelitian. Untuk lebih memperjelas seluruh hasil perhitungan dapat dilihat

pada Lampiran 17.

4.3.4 Total Respirasi

Grafik yang memperlihatkan perbandingan nilai total resirasi tanah dari

ketiga lokasi penelitian adalah pada Gambar 22. Berdasarkan data yang ada pada

Tabel 26, Lampiran 18 dan Gambar 22, terlihat bahwa diperoleh total respirasi

tanah terendah berada di lokasi 2 lahan paska penambangan pasir yaitu sebesar

10,37 Mg C-CO2/kg/hari dan untuk nilai total respirasi terbesar adalah pada lokasi

2 lahan sawah yaitu sebesar 13,54 Mg C-CO2/kg/hari.

Hasil perhitungan statistik dengan uji ragam disajikan pada Tabel 31.

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa nilai F-hitung yang diperoleh sebesar

7,59 dan nilai signifikansinya sebesar 0,067. Jika dianalisa berdasarkan nilai

signifikansinya yang lebih besar dari nilai α (signifikansi > 0,05) maka dikatakan

bahwa kegiatan penambangan pasir tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan

total respirasi tanah.

Nilai total respirasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai indikator

aktivitas mikroorganisme tanah baik bakteri ataupun fungi. Semakin tinggi nilai

Page 84: E09nhu

total respirasi maka dapat diindikasikan bahwa semakin banyak juga jumlah

mikroorganisme tanah.

Gambar 22 Perbandingan Nilai Total Respirasi Tanah

Tabel 31 Hasil Uji Sidik Ragam untuk Total Respirasi Tanah

Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah F.Hit Sig. Perlakuan 5,227 2 2,61 7,59 0,067Galat 1,034 3 0,45 Total 6,260 5

Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)

66

Page 85: E09nhu

67

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Kegiatan penambangan pasir telah merubah sifat fisik tanah pada lokasi lahan

paska penambangan pasir desa Gumulung Tonggoh. Hal tersebut dapat dilihat

dari adanya perubahan yang signifikan terhadap struktur tanah, tekstur, nilai

bulk density meningkat, porositas rendah, pori drainase sangat cepat menurun

dan juga permeabilitas tanah menurun jika dibandingkan dengan lokasi kebun

campuran dan lokasi sawah yang ditanami padi. Namun demikian, untuk

permeabilitas pada lokasi lahan bekas galian C perubahan yang terjadi sesuai

dengan hasil uji sidik ragam yaitu tidak signifikan.

b. Kegiatan penambangan pasir telah merubah sifat kimia tanah pada lokasi lahan

paska penambangan pasir desa Gumulung Tonggoh. Terbukti dari adanya

perubahan yang signifikan yaitu meningkatnya P-Bray, menurunnya

kandungan kalsium dan magnesium. Perubahan juga terjadi pada beberapa

komponen sifat kimia tanah tetapi menurut hasil perhitungan secara statistik

perubahan dan pengaruhnya tidak signifikan yaitu terjadinya kenaikan pH,

berkurangnya bahan organik tanah, penurunan kandungan nitrogen dan

menurunan kandungan kalium tanah.

c. Sedangkan pada sifat biologi tanah setelah proses penambangan pasir, terjadi

penurunan yang signifikan terhadap jumlah mikroorganisme tanah. Sedangkan

untuk jumlah bakteri pelarut posfat, jumlah fungi tanah dan total respirasi tanah

mengalami penurunan tetapi tidak signifikan.

5.2 Saran

1. Pada kegiatan reklamasi perlu ditambahkan lapisan topsoil atau bahan organik

dan inokulasi mikroba untuk meningkatkan KTK tanah dan meningkatkan

penyerapan unsur hara serta mineral-mineral tanah seehingga dapat

memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

2. Dalam upaya reklamasi, memerlukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis

tanaman yang cocok untuk tumbuh di lahan marginal seperti lahan paska

penambangan pasir (galian C).

Page 86: E09nhu

68

VI. DAFTAR PUSTAKA

Agustina, L. 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Anas I. 1989. Petunjuk Laboratorium: Biologi Tanah dalam Prektek. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor.

Anonim. 1991. Kimia Tanah. Direktorat Jendral Pendidikan. Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Anonim. 2003. Menyulap Tanah Pasir Menjadi Lahan Subur. www.kompas.com/menyulap/tanah/pasir/menjadi/lahan/subur/. [19 September 2008].

Arif, I. 2007. Perencanaan Tambang Total Sebagai Upaya Penyelesaian Persoalan Lingkungan Dunia Pertambangan, Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Arsyad, S. 2005. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.

Baldovinos, F. and G.W. Thomas. 1967. The Effect of Soil Clay on Phosphorus Uptake. Soil Sci. Soc. Am. Proc. 31: 680−682.

Chandrasekaran, S., A.R. Jakshmanan, and G. Kuppuswamy. 1974. Effect of farm yard manure with and without urea or ammonium sulphate on lowland rice. Annamalia Univ. Agric. Res. Annu. (AUARA).

Darmawijaya, I. 1997. Klasifikasi Tanah: Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Yogyakarta: Gadjahmada University Press.

Dwijoseputro, D.1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia. Jakarta.

Foth, H. D. 1990. Fundamentals of soil science. John Wiley and Sons, New York.

Foth H. D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah, Edisi 6. Adisoemarto S. Jakarta:

Erlangga. Terjemahan dari: Fundamental of Soil Science.

Page 87: E09nhu

69

Gardner FP, Pearce RB, Mitcell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Ghildyal,B.P. 1978. Effects of compactions and puddling on soil physical properties and rice growth. In soil and rice. IRRI, Losbanos, Philippines. P. 317-336.

Hakim N, Yusuf N, Am Lubis, Sutopo GN, M Amin D, Go BH, HH Bailley. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.

Hanafiah K A. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.

Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta: Akademika Pressindo.

Haridjaja O.S.R.P. Sitorus dan K.R Brata. 1983. Penuntun Praktikum Fisika Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Hasibuan B A. 2006. Ilmu Tanah. Universitas Sumatra Utara, Fakulta Pertanian.

Medan. Hillel, D. 1980. Fundamental of Soil Physics. Academic Press, Inc. Orlando,

Florida.

Islami, T dan Istomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP- Semarang Press.

Istomo. 1994. Bahan Bacaan Ekologi Hutan: Lingkungan Fisik Ekologi Hutan: Proses dan Struktur Tanah. Laboratorium Ekologi Hutan, Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Kohnke, H. 198. Soil Physic. Mc. Graw – Hill Book Company, New York. Kanno, I. 1978. Genesis of rice soils with special reference to profile

development in soils and rice. The international Rice Research Institute. Los Banos. Laguna. Philippines. Page 237-235.

Kasno, A., A. Rachim, Iskandar dan J.S. Adiningsing. 2004. Hubungan Nisbah K/Ca Dalam Larutan Tanah dengan Dinamika hara K pada Ultisol dan

Page 88: E09nhu

70

Vertisol Lahan Kering. Jurnal Tanah dan Lingkungan, Vol 6 No.1. Departemen Tanah. Faperta. IPB. Bogor

Leiwakabessy F M. 1988. Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Leiwakabessy, F.M. Suwarno, dan U. M. Wahyudin. 2002. Bahan Kuliah Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian .IPB. Bogor.

Maas, A. 2006. Rehabilitasi Tanah yang Tertimbun Lumpur Laut. http://nasih.staff.ugm.ac.id/soils/rt.htm. [19 September 2008

Mardiana S. 2007. Perubahan Sifat-Sifat Tanah pada Kegiatan Konversi Hutan

Alam Rawa Gambut menjadi Perkebunan Kelapa Sawit. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Mulyanto, B. 2008. Kelembagaan Pengelolaan Kawasan Pasca Tambang. Makalah Seminar dan Workshop Reklamasi dan Pengelolaan Kawasan Pasca Penutupan Tambang. Pusdi Reklatam, Bogor.22 Mei 2008.

Mustofa A. 2007. Perubahan Sifat Fisik, Kimia dan Biologi Tanah Pada Hutan Alam yang Diubah Menjadi Lahan Pertanian di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. [Skripsi]. Bobor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Notohadiprawiro, T. 1999. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

Olsen, S. and F.S. Watanabe. 1957. A method to determine a phosphorus

absorption maximum of soils as measured by the Langmuir Isotherm. Soil Sci. Soc. Am. Proc. 21: 144−149

Paul, E. A., and F.E. Clark. 1989. Soil microbiology and biochemistry. Acad. Press, Inc. Boston.

Purwowidodo. 2005. Mengenal Tanah. Bogor: Laboratorium Pengaruh Hutan, Jurusan Manajemen Hutan, Institut Pertanian Bogor.

Rachim, D.A dan Suwardi. 1999. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan

Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Rao, N.S.Subba. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Edisi ke-2. Jakarta : UI Press.

Page 89: E09nhu

71

Riyadi, Agung. 2002. Kajian Teknologi Irigasi Bawah Tanah dalam Pengelolaan Lahan Pasir (Studi Kasus di Desa Karangmuni, Kulon Progo, Yogyakarta). [Disertasi]. Sekolah Paska Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sanchez, P. A. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika, jilid 2/ Pedro A

Sanchez; terjemahan Amir Hamzah._Bandung: Penerbit ITB.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB

Suprapto. 2008. Tinjauan Reklamasi Lahan Bekas Tambang dan Aspek Konservasi Bahan Galian. Prosiding. Kelompok Program Penelitian Konservasi – Pusat Sumber Daya Geologi.

Sutcliffe, J.F. and D.A. Baker .1975. Plant and Mineral Salts.Edward Arnold Publishing. London.

Tan, K.H. 1982. Principle of Soil Chemistry. Marce; Dekker Inc. New York.

[Tim Dinas Lingkungan Hidup Kehutanan dan Pertambangan]. 2005. Pemetaan dan Pengkajian Galian Golongan C di Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat. Cirebon: Dinas LHK&P.

[Tim Puslitbang Tekmira]. 2004. Penyusunan Data dan Pemetaan Sebaran Bahan Tambang di Kabupaten Cirebon. Laporan Akhir. Cirebon: Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Cirebon.

Utami, S. P. 2004. Laju Fotosintesis Timun (Cucumis Sativus L.) Akibat Perbedaan Kadar Natrium pada Aplikasi Sipramin. [Skripsi] Universitas Negri Jember. Jember.

Yoshida, T. 1975. Microbial metabolism of flooded soils, In. E.A. Paul and A.D. McLaren, ed. Soil Biochemistry. Vol.3. P83-122.

Page 90: E09nhu
Page 91: E09nhu

Lampiran 1

Data Hasil Analisis Sifat Fisik Tanah

No. Lokasi Bulk Density Porositas % Volume

Pori Drainase Sangat Cepat Permeabilitasg/ cc % Volume cm/ jam

1 Kebun campuran 1 0.92 65.16 22.71 33.76 Kebun campuran 2 1.04 60.94 20.58 23.20

2 Sawah 1 (Padi) 0.95 64.25 13.69 10.32 Sawah 2 (Padi) 0.87 67.15 17.20 10.69

3 Galian C 1 (Tanah rusak) 1.47 44.61 6.17 3.72 Galian C 2 (Tanah rusak) 1.32 50.26 11.84 14.14

Sumber : Kementrian Lingkungan Hidup, 2006 (Analisis Sifat Fisik Tanah Pertambangan Pasir, Desa Gumulung Tonggoh, Kec. Astanajapura, Kab. Cirebon)

Data Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah No.

Lokasi pH KTK C-Organik Nitrogen (N) Pospor (P) Kalsium (Ca) Magnesium (Mg) Kalium (K)

me/100g % % ppm me/100g me/100g me/100g

1 Kebun campuran 1 6.40 25.19 1.08 0.09 2.60 26.10 11.05 0.63

Kebun campuran 2 5.60 24.27 2.02 0.21 2.90 24.40 12.21 0.43

2 Sawah 1 (Padi) 6.40 25.20 1.19 0.28 3.80 20.64 10.66 0.42

Sawah 2 (Padi) 6.60 22.52 0.62 0.08 2.90 16.30 8.24 0.65

3 Galian C 1 (Tanah rusak) 7.10 3.07 0.19 0.02 5.90 5.30 3.01 0.41

Galian C 2 (Tanah rusak) 7.20 6.52 0.15 0.02 4.90 9.30 4.36 0.41

Sumber : Kementrian Lingkungan Hidup, 2006 (Analisis Sifat Kimia Tanah Pertambangan Pasir, Desa Gumulung Tonggoh, Kec. Astanajapura, Kab. Cirebon)

72

Page 92: E09nhu

73

Lampiran 2

Data Hasil Analisis Sifat Biologi Tanah

No. Lokasi Σ Mikroorganisme Tanah Σ Bakteri Pelarut Fosfat Σ Fungi Tanah Total Respirasi Mg C-CO2/ x 106 spk/ g x 106 spk/ g x 106 spk/ g kg tanah/hari

1 Kebun campuran 1 57.00 8.00 8.50 12.34 Kebun campuran 2 40.00 3.00 2.00 12.69

2 Sawah 1 (Padi) 57.00 15.00 4.50 12.51 Sawah 2 (Padi) 56.00 8.00 0.00 13.54

3 Galian C 1 (Tanah rusak) 7.00 1.00 1.00 11.31 Galian C 2 (Tanah rusak) 12.00 0.00 0.00 10.37

Sumber : Kementrian Lingkungan Hidup, 2006 (Analisis Sifat Biologi Tanah Pertambangan Pasir, Desa Gumulung Tonggoh, Kec. Astanajapura, Kab. Cirebon)

Page 93: E09nhu

Lampiran 3

Hasil Uji Statistik Bulk Density : Univariate Analysis of Variance Estimated Marginal Means

Between-Subjects Factors

KebunCampuran 2

Sawah(Padi) 2

Galian C 2

1.00

2.00

3.00

lokasiValue Label N

Descriptive Statistics

Dependent Variable: Bulk Density (g/cc)

.9800 .08485 2

.9100 .05657 21.3950 .10607 21.0950 .24354 6

lokasiKSGTotal

Mean Std. Deviation N

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Bulk Density (g/cc)

.275a 2 .137 19.046 .0207.194 1 7.194 996.880 .000

.275 2 .137 19.046 .020

.022 3 .0077.491 6

.297 5

SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .927 (Adjusted R Squared = .878)a.

Estimated Marginal Means Post Hoc Tests: Homogeneous Subsets

1. Grand Mean

Dependent Variable: Bulk Density (g/cm^3)

1.095 .035 .985 1.205Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

2. lokasi

Dependent Variable: Bulk Density (g/cm^3)

.980 .060 .789 1.171

.910 .060 .719 1.1011.395 .060 1.204 1.586

lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Bulk Density (g/cc)

Duncan a,b

2 .91002 .98002 1.3950

.470 1.000

lokasiSawah (Padi)Kebun CampuranGalian CSig.

N 1 2Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .007.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.

Alpha = .05.b.

74

Page 94: E09nhu

Lampiran 4

Hasil Uji Statistik Porositas Tanah : Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

KebunCampuran 2

Sawah(Padi) 2

Galian C 2

1.00

2.00

3.00

lokasiValue Label N

Descriptive Statistics

Dependent Variable: Porositas (% volume)

63.0500 2.98399 265.7000 2.05061 247.4350 3.99515 258.7283 9.15108 6

lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal

Mean Std. Deviation N

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Porositas (% volume)

389.641a 2 194.820 20.105 .01820694.103 1 20694.103 2135.581 .000

389.641 2 194.820 20.105 .01829.070 3 9.690

21112.814 6418.711 5

SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .931 (Adjusted R Squared = .884)a.

Estimated Marginal Means

1. Grand Mean

Dependent Variable: Porositas (% volume)

58.728 1.271 54.684 62.773Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

2. lokasi

Dependent Variable: Porositas (% volume)

63.050 2.201 56.045 70.05565.700 2.201 58.695 72.70547.435 2.201 40.430 54.440

lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Homogeneous Subsets

Porositas (% volume)

Duncan a,b

2 47.43502 63.05002 65.7000

1.000 .457

lokasiGalian CKebun CampuranSawah (Padi)Sig.

N 1 2Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 9.690.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.

Alpha = .05.b.

75

Page 95: E09nhu

Lampiran 5

Hasil Uji Statistik Pori Drainase Sangat Cepat : Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

KebunCampuran 2

Sawah(Padi) 2

Galian C 2

1.00

2.00

3.00

lokasiValue Label N

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Pori Drainase Sangat Cepat (% volume)

159.789a 2 79.894 9.782 .0481416.499 1 1416.499 173.428 .001159.789 2 79.894 9.782 .04824.503 3 8.168

1600.791 6184.292 5

SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .867 (Adjusted R Squared = .778)a.

Descriptive Statistics

Dependent Variable: Pori Drainase Sangat Cepat (% volume)

21.6450 1.50614 215.4450 2.48194 2

9.0050 4.00930 215.3650 6.07111 6

lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal

Mean Std. Deviation N

Estimated Marginal Means 1. Grand Mean

Dependent Variable: Pori Drainase Sangat Cepat (% volume)

15.365 1.167 11.652 19.078Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

2. lokasi

Dependent Variable: Pori Drainase Sangat Cepat (% volume)

21.645 2.021 15.214 28.07615.445 2.021 9.014 21.8769.005 2.021 2.574 15.436

lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Post Hoc Tests : Homogeneous Subsets

Pori Drainase Sangat Cepat (% volume)

Duncan a,b

2 9.00502 15.4450 15.44502 21.6450

.110 .119

lokasiGalian CSawah (Padi)Kebun CampuranSig.

N 1 2Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 8.168.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.

Alpha = .05.b.

76

Page 96: E09nhu

Lampiran 6

Hasil Uji Statistik Permeabilitas : Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors

KebunCampuran 2

Sawah

77

(Padi) 2

Galian C 2

1.00

2.00

3.00

lokasiValue Label N

Descriptive Statistics

Dependent Variable: Permeabilitas (cm/jam)

Estimated Marginal Means

1. Grand Mean

Dependent Variable: Permeabilitas (cm/jam)

15.972 2.473 8.100 23.843Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

2. lokasi

Dependent Variable: Permeabilitas (cm/jam)

28.480 4.284 14.847 42.11310.505 4.284 -3.128 24.138

8.930 4.284 -4.703 22.563

lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Post Hoc Tests : Homogeneous Subsets

28.4800 7.46705 210.5050 .26163 28.9300 7.36805 2

15.9717 10.78860 6

lokasi Mean Std. Deviation NKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Permeabilitas (cm/jam)

471.856a 2 235.928 6.428 .0821530.565 1 1530.565 41.700 .008

471.856 2 235.928 6.428 .082110.113 3 36.704

2112.534 6581.969 5

SourceType III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

Corrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total

R Squared = .811 (Adjusted R Squared = .685)a.

Permeabilitas (cm/jam)

Duncan a,b

2 8.93002 10.5050 10.50502 28.4800

.812 .059

lokasiGalian CSawah (Padi)Kebun CampuranSig.

N 1 2Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 36.704.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.

Alpha = .05.b.

Page 97: E09nhu

Lampiran 7

Hasil Uji Statistik pH : Univariate Analysis of Variance

78

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: pH

1.330a 2 .665 5.783 .093257.415 1 257.415 2238.391 .000

1.330 2 .665 5.783 .093.345 3 .115

259.090 61.675 5

SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .794 (Adjusted R Squared = .657)a.

Estimated Marginal Means Post Hoc Tests lokasi Homogeneous Subsets

Between-Subjects Factors

KebunCampuran 2

Sawah(Padi) 2

Galian C 2

1.00

2.00

3.00

lokasiValue Label N

Descriptive Statistics

Dependent Variable: pH

6.0000 .56569 26.5000 .14142 27.1500 .07071 26.5500 .57879 6

lokasi Mean Std. Deviation NKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal

1. Grand Mean

Dependent Variable: pH

6.550 .138 6.109 6.991Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

2. lokasi

Dependent Variable: pH

6.000 .240 5.237 6.7636.500 .240 5.737 7.2637.150 .240 6.387 7.913

lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

pH

Duncan a,b

2 6.00002 6.5000 6.50002 7.1500

.237 .151

lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian CSig.

N 1 2Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .115.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.

Alpha = .05.b.

Page 98: E09nhu

Lampiran 8

Hasil Uji Statistik KTK : Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

KebunCampuran 2

Sawah(Padi) 2

Galian C 2

1.00

2.00

3.00

lokasiValue Label N

79

Descriptive Statistics

Dependent Variable: KTK (me/100g)

24.7300 .65054 223.8600 1.89505 24.7950 2.43952 2

17.7950 10.17568 6

lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal

Mean Std. Deviation N

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: KTK (me/100g)

Estimated Marginal Means Post Hoc Tests Lokasi Post Hoc Tests : Homogeneous Subsets

507.757a 2 253.878 76.426 .0031899.972 1 1899.972 571.956 .000507.757 2 253.878 76.426 .003

9.966 3 3.3222417.695 6517.723 5

SourceType III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

Corrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total

R Squared = .981 (Adjusted R Squared = .968)a.

1. Grand Mean

Dependent Variable: KTK (me/100g)

17.795 .744 15.427 20.163Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

2. lokasi

Dependent Variable: KTK (me/100g)

24.730 1.289 20.629 28.83123.860 1.289 19.759 27.961

4.795 1.289 .694 8.896

lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

KTK (me/100g)

Duncana,b

2 4.79502 23.86002 24.7300

1.000 .666

lokasiGalian CSawah (Padi)Kebun CampuranSig.

N 1 2Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 3.322.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.

Alpha = .05.b.

Page 99: E09nhu

Lampiran 9

Hasil Uji Statistik C-Organik : Univariate Analysis of Variance

80

Between-Subjects Factors

KebunCampuran 2

Sawah(Padi) 2

Galian C 2

1.00

2.00

3.00

lokasiValue Label N

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: C-Organik (%)

1.907a 2 .954 4.728 .1184.594 1 4.594 22.777 .0171.907 2 .954 4.728 .118.605 3 .202

7.106 62.512 5

SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .759 (Adjusted R Squared = .599)a.

Descriptive Statistics

Dependent Variable: C-Organik (%)

Estimated Marginal Means 1. Grand Mean

Dependent Variable: C-Organik (%)

.875 .183 .292 1.458Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

2. lokasi

Dependent Variable: C-Organik (%)

1.550 .318 .539 2.561.905 .318 -.106 1.916.170 .318 -.841 1.181

lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Post Hoc Tests : Homogeneous Subsets

1.5500 .66468 2.9050 .40305 2.1700 .02828 2.8750 .70882 6

lokasi Mean Std. Deviation NKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal

C-Organik (%)

Duncan a,b

2 .17002 .90502 1.5500

.055

lokasiGalian CSawah (Padi)Kebun CampuranSig.

N 1Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .202.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.

Alpha = .05.b.

Page 100: E09nhu

Lampiran 10

Hasil Uji Statistik Nitrogen : Univariate Analysis of Variance

81

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Nitrogen (%)

.029a 2 .014 1.596 .337

.082 1 .082 9.007 .058

.029 2 .014 1.596 .337

.027 3 .009

.138 6

.056 5

SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .515 (Adjusted R Squared = .192)a.

Estimated Marginal Means 1. Grand Mean

Dependent Variable: Nitrogen (%)

.117 .039 -.007 .240Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

2. lokasi

Dependent Variable: Nitrogen (%)

.150 .067 -.064 .364

.180 .067 -.034 .394

.020 .067 -.194 .234

lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Post Hoc Tests : Homogeneous Subsets

Between-Subjects Factors

KebunCampuran 2

Sawah(Padi) 2

Galian C 2

1.00

2.00

3.00

lokasiValue Label N

Descriptive Statistics

Dependent Variable: Nitrogen (%)

.1500 .08485 2

.1800 .14142 2

.0200 .00000 2

.1167 .10596 6

lokasi Mean Std. Deviation NKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal

Nitrogen (%)

Duncan a,b

2 .02002 .15002 .1800

.191

lokasiGalian CKebun CampuranSawah (Padi)Sig.

N 1Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .009.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.

Alpha = .05.b.

Page 101: E09nhu

Lampiran 11

Hasil Uji Statistik Posfor : Univariate Analysis of Variance

82

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Posfor(ppm)

7.723a 2 3.862 12.195 .03688.167 1 88.167 278.421 .000

7.723 2 3.862 12.195 .036.950 3 .317

96.840 68.673 5

SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .890 (Adjusted R Squared = .817)a.

Estimated Marginal Means 1. Grand Mean

Dependent Variable: Posfor(ppm)

3.833 .230 3.102 4.564Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

2. lokasi

Dependent Variable: Posfor(ppm)

2.750 .398 1.484 4.0163.350 .398 2.084 4.6165.400 .398 4.134 6.666

lokasiKSG

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Post Hoc Tests : Homogeneous Subsets

Between-Subjects Factors

K 2S 2G 2

1.002.003.00

lokasiValue Label N

Descriptive Statistics

Dependent Variable: Posfor(ppm)

2.7500 .21213 23.3500 .63640 25.4000 .70711 23.8333 1.31707 6

lokasi Mean Std. Deviation NKSGTotal

Posfor(ppm)

Duncan a,b

2 2.75002 3.35002 5.4000

.365 1.000

lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian CSig.

N 1 2Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .317.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.

Alpha = .05.b.

Page 102: E09nhu

Lampiran 12

Hasil Uji Statistik Kalsium : Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

KebunCampuran 2

Sawah(Padi) 2

Galian C 2

1.00

2.00

3.00

lokasiValue Label N

Descriptive Statistics

Dependent Variable: Kalsium (me/100g)

25.2500 1.20208 218.4700 3.06884 2

7.3000 2.82843 217.0067 8.33654 6

lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal

Mean Std. Deviation N

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Kalsium (me/100g)

328.627a 2 164.313 26.133 .0131735.360 1 1735.360 275.997 .000328.627 2 164.313 26.133 .01318.863 3 6.288

2082.850 6347.489 5

SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .946 (Adjusted R Squared = .910)a.

Estimated Marginal Means 1. Grand Mean

Dependent Variable: Kalsium (me/100g)

17.007 1.024 13.749 20.264Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

2. lokasi

Dependent Variable: Kalsium (me/100g)

25.250 1.773 19.607 30.89318.470 1.773 12.827 24.1137.300 1.773 1.657 12.943

lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Post Hoc Tests : Homogeneous Subsets

Kalsium (me/100g)

Duncan a,b

2 7.30002 18.47002 25.2500

1.000 .074

lokasiGalian CSawah (Padi)Kebun CampuranSig.

N 1 2Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 6.288.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.

Alpha = .05.b.

83

Page 103: E09nhu

Lampiran 13

Hasil Uji Statistik Magnesium : Univariate Analysis of Variance

84

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Magnesium (me/100g)

67.407a 2 33.704 22.408 .016408.870 1 408.870 271.840 .000

67.407 2 33.704 22.408 .0164.512 3 1.504

480.790 671.919 5

SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .937 (Adjusted R Squared = .895)a.

Estimated Marginal Means 1. Grand Mean

Dependent Variable: Magnesium (me/100g)

8.255 .501 6.662 9.848Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

2. lokasi

Dependent Variable: Magnesium (me/100g)

11.630 .867 8.870 14.3909.450 .867 6.690 12.2103.685 .867 .925 6.445

lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Post Hoc Tests : Homogeneous Subsets

Between-Subjects Factors

KebunCampuran 2

Sawah(Padi) 2

Galian C 2

1.00

2.00

3.00

lokasiValue Label N

Descriptive Statistics

Dependent Variable: Magnesium (me/100g)

11.6300 .82024 29.4500 1.71120 23.6850 .95459 28.2550 3.79261 6

lokasi Mean Std. Deviation NKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal

Magnesium (me/100g)

Duncana,b

2 3.68502 9.45002 11.6300

1.000 .174

lokasiGalian CSawah (Padi)Kebun CampuranSig.

N 1 2Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 1.504.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.

Alpha = .05.b.

Page 104: E09nhu

Lampiran 14

Hasil Uji Statistik Kalium : Univariate Analysis of Variance

85

Between-Subjects Factors

KebunCampuran 2

Sawah(Padi) 2

Galian C 2

1.00

2.00

3.00

lokasiValue Label N

Descriptive Statistics

Dependent Variable: Kalium (me/100g)

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Kalium (me/100g)

.020a 2 .010 .647 .5841.450 1 1.450 93.676 .002

.020 2 .010 .647 .584

.046 3 .0151.517 6

.066 5

SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .301 (Adjusted R Squared = -.164)a.

Estimated Marginal Means 1. Grand Mean

Dependent Variable: Kalium (me/100g)

.492 .051 .330 .653Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

2. lokasi

Dependent Variable: Kalium (me/100g)

.530 .088 .250 .810

.535 .088 .255 .815

.410 .088 .130 .690

lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Post Hoc Tests : Homogeneous Subsets

.5300 .14142 2

.5350 .16263 2

.4100 .00000 2

.4917 .11531 6

lokasi Mean Std. Deviation NKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal

Kalium (me/100g)

Duncana,b

2 .41002 .53002 .5350

.387

lokasiGalian CKebun CampuranSawah (Padi)Sig.

N 1Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .015.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.

Alpha = .05.b.

Page 105: E09nhu

Lampiran 15

Hasil Uji Statistik Jumlah Mikroorganisme Tanah : Univariate Analysis of Variance

86

Between-Subjects Factors

KebunCampuran 2

Sawah(Padi) 2

Galian C 2

1.00

2.00

3.00

lokasiValue Label N

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Jumlah Mikroorganisme Tanah (x10^6 spk/g)

2529.333a 2 1264.667 24.089 .0148740.167 1 8740.167 166.479 .0012529.333 2 1264.667 24.089 .014

157.500 3 52.50011427.000 6

2686.833 5

SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .941 (Adjusted R Squared = .902)a.

Descriptive Statistics

Dependent Variable: Jumlah Mikroorganisme Tanah (x10^6spk/g)

Estimated Marginal Means 1. Grand Mean

Dependent Variable: Jumlah Mikroorganisme Tanah(x10^6 spk/g)

38.167 2.958 28.753 47.580Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

2. lokasi

Dependent Variable: Jumlah Mikroorganisme Tanah (x10^6 spk/g)

48.500 5.123 32.195 64.80556.500 5.123 40.195 72.805

9.500 5.123 -6.805 25.805

lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Post Hoc Tests :Homogeneous Subsets

48.5000 12.02082 256.5000 .70711 2

9.5000 3.53553 238.1667 23.18117 6

lokasi Mean Std. Deviation NKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal

Jumlah Mikroorganisme Tanah (x10^6 spk/g)

Duncan a,b

2 9.50002 48.50002 56.5000

1.000 .350

lokasiGalian CKebun CampuranSawah (Padi)Sig.

N 1 2Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 52.500.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.

Alpha = .05.b.

Page 106: E09nhu

Lampiran 16

Hasil Uji Statistik Jumlah Bakteri Pelarut Posfat : Univariate Analysis of Variance

87

Between-Subjects Factors

KebunCampuran 2

Sawah(Padi) 2

Galian C 2

1.00

2.00

3.00

lokasiValue Label N

Descriptive Statistics

Dependent Variable: Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat (x10^6spk/g)

Estimated Marginal Means

1. Grand Mean

Dependent Variable: Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat(x10^6 spk/g)

5.833 1.443 1.240 10.427Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Post Hoc Tests : Homogeneous Subset

5.5000 3.53553 211.5000 4.94975 2

.5000 .70711 25.8333 5.63619 6

lokasi Mean Std. Deviation NKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat (x10^6 spk/g)

121.333a 2 60.667 4.853 .115204.167 1 204.167 16.333 .027121.333 2 60.667 4.853 .11537.500 3 12.500

363.000 6158.833 5

SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .764 (Adjusted R Squared = .607)a.

2. lokasi

Dependent Variable: Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat (x10^6 spk/g)

5.500 2.500 -2.456 13.45611.500 2.500 3.544 19.456

.500 2.500 -7.456 8.456

lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat (x10^6 spk/g)

Duncan a,b

2 .50002 5.50002 11.5000

.053

lokasiGalian CKebun CampuranSawah (Padi)Sig.

N 1Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 12.500.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.

Alpha = .05.b.

Page 107: E09nhu

Lampiran 17

Hasil Uji Statistik Jumlah Fungi Tanah : Univariate Analysis of Variance

88

Between-Subjects Factors

KebunCampuran 2

Sawah(Padi) 2

Galian C 2

1.00

2.00

3.00

lokasiValue Label N

Descriptive Statistics

Dependent Variable: Jumlah Fungi Tanah (x10^6 spk/g)

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Jumlah Fungi Tanah (x10^6 spk/g)

23.083a 2 11.542 1.091 .44142.667 1 42.667 4.031 .13823.083 2 11.542 1.091 .44131.750 3 10.58397.500 654.833 5

SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .421 (Adjusted R Squared = .035)a.

Estimated Marginal Means 1. Grand Mean

Dependent Variable: Jumlah Fungi Tanah (x10^6 spk/g)

2.667 1.328 -1.560 6.893Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Post Hoc Tests : Homogeneous Subsets

5.2500 4.59619 22.2500 3.18198 2

.5000 .70711 22.6667 3.31160 6

lokasi Mean Std. Deviation NKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal

2. lokasi

Dependent Variable: Jumlah Fungi Tanah (x10^6 spk/g)

5.250 2.300 -2.071 12.5712.250 2.300 -5.071 9.571

.500 2.300 -6.821 7.821

lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Jumlah Fungi Tanah (x10^6 spk/g)

Duncan a,b

2 .50002 2.25002 5.2500

.239

lokasiGalian CSawah (Padi)Kebun CampuranSig.

N 1Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 10.583.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.

Alpha = .05.b.

Page 108: E09nhu

Lampiran 18

Hasil Uji Statistik Total Respirasi : Univariate Analysis of Variance

89

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Total Respirasi Mg C-CO2/kg tanah/hari

5.227a 2 2.613 7.586 .067882.336 1 882.336 2561.208 .000

5.227 2 2.613 7.586 .0671.034 3 .345

888.596 66.260 5

SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total

Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .835 (Adjusted R Squared = .725)a.

Estimated Marginal Means 1. Grand Mean

Dependent Variable: Total Respirasi Mg C-CO2/kg tanah/hari

12.127 .240 11.364 12.889Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

2. lokasi

Dependent Variable: Total Respirasi Mg C-CO2/kg tanah/hari

12.515 .415 11.194 13.83613.025 .415 11.704 14.34610.840 .415 9.519 12.161

lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C

Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval

Post Hoc Tests : Homogeneous Subsets

Between-Subjects Factors

KebunCampuran 2

Sawah(Padi) 2

Galian C 2

1.00

2.00

3.00

lokasiValue Label N

Descriptive Statistics

Dependent Variable: Total Respirasi Mg C-CO2/kg tanah/hari

12.5150 .24749 213.0250 .72832 210.8400 .66468 212.1267 1.11894 6

lokasi Mean Std. Deviation NKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal

Total Respirasi Mg C-CO2/kg tanah/hari

Duncan a,b

2 10.84002 12.5150 12.51502 13.0250

.065 .449

lokasiGalian CKebun CampuranSawah (Padi)Sig.

N 1 2Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .345.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.

Alpha = .05.b.

Page 109: E09nhu

Lampiran 19

DOKUMENTASI LOKASI PENELITIAN

Gambar 23. Peta Lokasi Kajian Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon

90

Gambar 24. Peta Lokasi Penambangan Galian C (Pasir) di Kecamatan

Astanajapura, Kabupaten Cirebon

Page 110: E09nhu

91

Gambar 25. Bedeng di Lokasi Penambangan Pasir Gambar 26. Whealloader

Gambar 27. Excavator dan Forklif Gambar 28. Excavator

S

Gambar 29. Buldozer Gambar 30. Lahan Paska Penambangan Pasir

Page 111: E09nhu

92

Gambar 31. Jalan Akses ke Lokasi Penambangan Gambar 32 Kolam yang Terisi Air Bekas

Pengerukan Pasir

Gambar 33. Lokasi Tambang Pasir Gambar 34. Kolam yang terisi air

Bekas Pengerukan Pasir

Gambar 35. Profil Tanah Pasir Paska Penambangan Gambar 36. Lahan Paska Penambangan Pasir

Page 112: E09nhu

93

Gambar 37 & 38. Tanaman Kacang Tanah dan Jagung pada Kebun Campuran

Gambar 39. Lokasi Kebun Campuran Gambar 40. Sawah

Gambar 41. Sawah Gambar 42. Sawah