E09nhu
-
Upload
syarifudin-mabuia -
Category
Documents
-
view
29 -
download
0
Transcript of E09nhu
KAJIAN SIFAT FISIK, SIFAT KIMIA DAN SIFAT BIOLOGI TANAH PASKA TAMBANG GALIAN C
PADA TIGA PENUTUPAN LAHAN (Studi Kasus Pertambangan Pasir (Galian C) di Desa Gumulung
Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat)
NUR HIKMAH UTAMI
E44050712
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
KAJIAN SIFAT FISIK, SIFAT KIMIA DAN SIFAT BIOLOGI TANAH PASKA TAMBANG GALIAN C
PADA TIGA PENUTUPAN LAHAN (Studi Kasus Pertambangan Pasir (Galian C) di Desa Gumulung
Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat)
Oleh :
Nur Hikmah Utami
Skripsi
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan
Pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
DEPRTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul ” Kajian Sifat Fisik,
Sifat Kimia dan Sifat Biologi Tanah Paska Tambang Galian C pada Tiga
Penutupan Lahan (Studi Kasus Pertambangan Pasir (Galian C) di Desa Gumulung
Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat)”
adalah benar-benar karya saya sendiri dengan bimbingan Dr. Ir. Basuki Wasis,
MS. dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau
lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Mei 2009
Nur Hikmah Utami
E44050712
Judul Penelitian : Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia dan Sifat Biologi Tanah
Paska Tambang Galian C pada Tiga Penutupan Lahan
(Studi Kasus Pertambangan Pasir (Galian C) di Desa
Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura,
Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat)
Nama Mahasiswa : NUR HIKMAH UTAMI
NRP : E44050712
Menyetujui,
Pembimbing
Dr. Ir. Basuki Wasis, MS
NIP 19651002 199103 1 003
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kehutanan
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr
NIP 19611126 198601 1 001
Tanggal :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Februari 1988 di Cirebon, Jawa Barat
sebagai anak pertama dari 2 bersaudara dari pasangan Drs. Masnui dan Aning
Suryaningsih, BA.
Pada tahun 1992 penulis mengikuti jenjang pendidikan di TK Cempaka
Putih Cirebon yang kemudian di tahun 1993-1994 penulis melanjutkan
pendidikan Sekolah Dasar di SD Purwawinangun II Cirebon dan pada tahun 1995
penulis pindah bersekolah ke SD Jatiwarna IV hingga tahun 1999. Setelah lulus
pendidikan Sekolah Dasar, penulis bersekolah di SMP Negeri 128 Halim Perdana
Kusuma Jakarta Timur dari tahun 1999-2002. Sedangkan untuk Sekolah
Menengah Umum, penulis mengikutinya di SMU Negeri 67 Halim Perdana
Kusuma Jakarta Timur dari tahun 2002 hingga 2005. Setelah lulus dari SMU
Negeri 67 Jakarta Timur, pada tahun 2005 tersebut penulis lulus seleksi masuk
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Kemudian ketika memasuki tingkat kedua penulis memilih Program Studi
Silvikultur, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB.
Selama kuliah di Fakultas Kehutanan, penulis cukup aktif dalam
organisasi salah satunya Himpunan Profesi Mahasiswa Silvikultur Tree Grower
Community (TGC) sebagai Bendahara di Bussines Development Department
(2007-2008).
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan
skripsi berjudul ”Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia dan Sifat Biologi Tanah Paska
Tambang Galian C pada Tiga Penutupan Lahan (Studi Kasus Pertambangan Pasir
(Galian C) di Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten
Cirebon, Provinsi Jawa Barat)” dengan bimbingan Dr. Ir. Basuki Wasis, MS.
Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia dan Sifat Biologi Tanah Paska Tambang
Galian C pada Tiga Penutupan Lahan (Studi Kasus Pertambangan Pasir (Galian C) di Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat)
Oleh : Nur Hikmah Utami dan Basuki Wasis
PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumberdaya alam seperti bahan galian, mineral, minyak bumi, gas, flora dan fauna baik yang berada di tanah, air maupun udara. Salah satu bahan galian yang cukup banyak dikandung bumi Indonesia ini yaitu pasir. Pemanfaatan pasir dilakukan dengan penambangan pasir yang pada umumnya menggunakan sistem penambangan terbuka. Kegiatan penambangan pasir dengan sistem tambang terbuka memberikan manfaat antara lain sebagai sumber bahan baku bangunan sipil, sumber mata pencaharian penduduk lokal, dan menambah pendapatan daerah. Akan tetapi penambangan pasir dengan sistem tambang terbuka juga menimbulkan kerugian seperti keterbukaan lahan, hilangnya vegetasi penutup tanah mengganggu kehidupan flora dan fauna, serta kerusakan tanah. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian pengaruh penambangan pasir terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
METODOLOGI. Penelitian dilakukan pada kawasan penambangan pasir (Galian C) di desa Gumulung Tonggoh, kecamatan Astanajapura, kabupaten Cirebon, provinsi Jawa Barat. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cangkul, kantung plastik, kamera, kalkulator, program SPSS 13.0. Data yang digunakan adalah data primer untuk jenis struktur tanah dan data sekunder untuk analisis sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan pengambilan sampel secara purposive sampling yang dilakukan oleh Tim Kementerian Negara Lingkungan Hidup tahun 2006, serta data statistik wilayah lokasi penelitian. Kemudian dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji F pada karakteristik sifat tanah yang diamati untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang nyata atau tidak dari kegiatan penambangan pasir dan setelah dilakukan uji lanjut (uji Duncan) dapat diketahui lokasi mana yang memberikan perbedaan secara nyata. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kegiatan penambangan pasir telah merubah sifat fisik, kimia, biologi tanah pada lokasi lahan paska penambangan pasir desa Gumulung Tonggoh. Terbukti dari adanya perubahan yang signifikan terhadap nilai bulk density yang meningkat, porositas rendah, pori drainase sangat cepat menurun. Begitu pula dengan sifat kimia tanah, terdapat karakteristik tanah yang dipengaruhi secara nyata oleh adanya kegiatan penambangan pasir yaitu menurunnya KTK, meningkatnya kandungan pospor, menurunnya kandungan kalsium, dan magnesium. Sedangkan untuk sifat biologi tanah, hanya jumlah mikroorganisme tanah sajalah yang dipengaruhi secara nyata oleh kegiatan penambangan pasir. Hal tersebut dianalisa berdasarkan nilai signifikansinya yang ternyata karakteristik sifat tanah tersebut memiliki nilai signifikansi < taraf nyata 0,05. Sedangkan untuk karakteristik sifat tanah khususnya permeabilitas, pH, BO, nitrogen, kalium, natrium, jumlah fungi tanah, bakteri pelarut posfat, dan respirasi tanah juga mengalami perubahan tetapi menurut hasil uji statistik tidak dipengaruhi secara nyata oleh kegiatan penambangan pasir. Perubahan karakter sifat tanah dalam penelitian ini terjadi karena pemadatan tanah akibat penggunaan alat-alat berat selama proses penambangan. KESIMPULAN. Kegiatan penambangan pasir (Galian C) di desa Gumulung Tonggoh telah merubah beberapa karakteristik sifat fisik, kimia dan biologi tanah karena terjadinya pemadatan tanah yang disebabkan oleh penggunaan alat-alat berat saat kegiatan penambangan berlangsung. Berdasarkan uji statistik, karakter yang dipengaruhi secara nyata adalah nilai bulk density, porositas tanah, pori drainase sangat cepat, KTK, kandungan pospor, kalsium, magnesium dan jumlah mikroorganisme tanah. Perubahan karakteristik sifat tanah tersebut saling berpengaruh satu sama lain. Kata Kunci : Pertambangan pasir, pemadatan tanah, perubahan sifat tanah.
Study of Physical, Chemical and Biological Soil Characteristics Pasca-Mining Dig C in Three Closedland
(Case study sand mining (Galian C) in Gumulung Tonggoh village, Astanajapura subdistict, Cirebon Regency, West Java Province)
by : Nur Hikmah Utami and Basuki Wasis
Introduction: Indonesia is a country that has abundance natural resources like dig substance, mineral, petroleum, gas, flora and fauna residing in the land. Sand is one of dig substance which is quite abundant on this country. This dig substance is usually exploited by open mining. Open mining has benefits for building materials, local’s occupations and increasing the local income. However, Open mining has negative impacts for wildlife, land cover loss, and land quality degradation. Because of these negative impacts, it needs to conduct a research about the effect of sand mining toward physical, chemistry, and biology soil characteristics. Methodology: Research was conducted on sands open mining at Gumulung Tonggoh village, Astanajapura district, Cirebon regency, West Java province. Instrument that used for this research are hoe, plastic poke, camera, calculator, SPSS 13.0 software. The data are primary data for land structure and secondary data for soil’s physical, chemistry, and biology characteristic. The method of this research was survey with purposive sampling which has done by ministry of state environment year 2006 and statistical data on site. Then conducted some statistical F test on soil characteristic to know whether there is significant or not from sand mining activity and after continued by Duncan’s test, locations that has significant difference can be showed. Result and Discussion: Sand Mining activities have altered soil’s physical, chemical, biology characteristics on after-mining sites in Gumulung Tonggoh village. It has been proved by significant change of bulk density value, low porosity, and rapid decrease of drainage pore. Soil’s chemical characteristic has significant change as well. There is some soil characteristic that is influenced by mining activities like change cation capability (KTK), calcium and magnesium decreasing and the increasing of phosphor inside the soil. For soil biology characteristic, only amount of soil’s microorganism that influenced by sand mining activities. It has been analyzed by significant value and have significant value < 0,05 actual rate as a result. Permeability, pH, BO, nitrogen, kalium, natrium, amount of soil’s fungi, phosphate-dissolved bacteria and soil respiration have change but not really significant as a results of statistic test. The changes of soil characteristic on this research happens because soil’s condensation as a result of using of heavy instruments. Conclusion: Sand Mining activity ( Dig C) in Gumulung Tonggoh village have altered some characteristic changes of soil’s physical, chemical and biology characteristic because of land condensation by heavy equipment use on mining activity. Based on statistical test, character that significant is bulk density value, land porosity, drainage pore very quickly, KTK, phosphor, calcium, magnesium and amount of soil microorganism. Characteristic changes on soil characteristics affect one and each other. Key Words : Sand mining, land condensation, land denaturing
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya bagi seluruh ciptaan-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan pada suri tauladan, junjungan, nabi besar kita Rasulullah Muhammad
SAW dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqamah sampai akhir zaman.
Penelitian ini dengan judul ” Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia dan Sifat Biologi
Tanah Paska Tambang Galian C pada Tiga Penutupan Lahan (Studi Kasus
Pertambangan Pasir (Galian C) di Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan
Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat)”. Dalam penelitian
ini dikemukakan mengenai hasil analisa pengaruh kegiatan pertambangan pasir
terhadap sifat-sifat tanah.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi Dinas
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Cirebon dalam upaya rehabilitasi
dan pengelolaan lingkungan agar terciptanya kelestarian hidup serta dapat berguna
bagi berbagai pihak yang membutuhkan informasi yang ada di dalam skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini perlu dikembangkan lagi
untuk kesempurnaannya, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran demi
perkembangan penelitian selanjutnya. Akhirnya, penulis berharap karya kecil ini
tidak mengurangi hakikat kebenaran ilmiahnya dan bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkannya. Amin.
Bogor, Mei 2009
Penulis
i
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari berbagai pihak yang telah ikut mendukung dan memberi bantuan.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis Drs. Masnui dan Aning Suryaningsih, BA yang
senantiasa melimpahkan kasih sayang, semangat dan doa restu.
2. Eska Putra Dwitama (adik yang paling penulis cintai dan banggakan), terima
kasih atas segala motivasi dan kasih sayang yang diberikan.
3. Nenek Anoni Sukaesih, Hj. Sophiah dan Kakek Dul Hamid yang telah
memberikan dukungan, semangat, doa dan motivasi.
4. Keluarga besar penulis (Hj. Cholidjah; Drs. Armadi, MM; Desi Arianti, SE;
Arum Surya Ningrum, Ampuh Surya Komariah, Asep Nana Suryamana,
Aman Surya Santosa, Aida Surya Sophiah, Lili Murtiasih, Nina Nuraina,
Mama Yeni, Papa Yudi, Anisa Mariana, Maria Khusnul Khotimah, Nopy
Kresnawati, Berliani Cornelia Azahra, Nabila Intan Mutmainah, Reza
Rahadian Noor, Fahriansyah Noor).
5. Dr. Ir. Basuki Wasis selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran serta perhatian dengan penuh kesabaran
kepada penulis.
6. Sahabat-sahabat penulis (Yohana,S.Hut; Hendry Ramadani,S.Hut; Dodi Juli
Irawan,S.Hut; Mba Tini, Mike, Wita, Anjun, Cany, Sina, Mba Dani, Mba
Dian, Mba Inda, Mba Cici, Hildalita, Muharmansyah, Rhomi Ardiansyah,
Hendra Prasetia, Ka Resa Irnano, Ka Zacky, Manda, Ka Lukas, Ka Lingga),
BSEC (Ka Derry, Om Igor, Kiky, Ka Yudis, Ka Aji, Ka Roni, Meisya),
teman-teman Silvikultur (42,43,44,45 dan kakak kelas) serta teman-teman
TPB (Andri, Adi Prawoko). Terima kasih karena berkat kalian, hal biasa
menjadi luar biasa.
7. Kanda yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian yang tulus, dukungan
moril maupun materiil dan selalu sabar dalam menghadapi Dinda.
ii
iii
8. Keluarga besar Lab. Pengaruh Hutan yang senantiasa membantu dan
memberikan motivasi (Ibu Atikah; Veve Ifana Pramesti,S.Hut; Desty,S. Hut).
9. Dosen-dosen dan staf pengajar Fakultas Kehutanan, Keluarga besar KPAP
Departemen Silvikultur, staf Rektorat atas segala petunjuk, motivasi dan
kemudahan dalam pengurusan administrasi selama di kampus.
10. Serta pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Terima kasih atas bantuannya pada penulis. Semoga karya ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
Bogor, Mei 2009
Penulis
DAFTAR ISI Halaman
LEMBAR PEGESAHAN
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
UCAPAN TERIMA KASIH.........................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.........................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................x
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................... ......1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah Pasir dan Tanah Sawah ............................................................. 4
2.2 Regosol dan Vertisol ........................................................................... 7
2.3 Sifat Fisik Tanah...................................................................................7
2.3.1 Tekstur Tanah...........................................................................7
2.3.2 Struktur Tanah..........................................................................8
2.3.3 Kerapatan Limbak (Bulk Density)...........................................9
2.3.4 Porositas Tanah........................................................................10
2.3.5 Pori Drainase Sangat Cepat......................................................11
2.3.6 Permeabilitas.............................................................................11
2.4 Sifat Kimia Tanah………………………………..................................13
2.4.1 Derajat Kemasaman Tanah (pH)...............................................13
2.4.2 Kapasitas Tukar Kation (KTK).................................................13
2.4.3 C-Organik.................................................................................15
2.4.4 N-Total......................................................................................16
2.4.5 P-Bray........................................................................................18
2.4.6 Kalsium (Ca)..............................................................................20
2.4.7 Magnesium (Mg)........................................................................21
iv
v
2.4.8 Kalium (K).................................................................................21
2.5 Sifat Biologi Tanah ................................................................................24
2.5.1 Total Mikroorganisme Tanah.....................................................24
2.5.2 Jumlah Bakteri Pelarut Posfat....................................................24
2.5.3 Jumlah Fungi Tanah...................................................................25
2.5.4 Total Respirasi Tanah................................................................25
2.6 Kondisi Umum Lokasi Penelitian……………………………………..25
2.6.1 Letak Geografis..........................................................................25
2.6.2 Iklim dan Topografi....................................................................28
2.6.3 Kondisi Penduduk dan Kebutuhan Air Bersih............................28
2.6.4 Penggunaan Lahan, Flora dan Fauna..........................................29
2.6.5 Proses Kegiatan Penambangan Pasir (Galian C)........................30
III. METODE PENELITIAN
3.1 Bahan Penelitian.....................................................................................31
3.2 Metode Penelitian...................................................................................31
3.3 Analisis Sifat Fisik, Kimia, Biologi Tanah.............................................31
3.4 Analisis Data...........................................................................................31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sifat Fisik Tanah......................................................................................33
4.1.1 Kerapatan Limbak (Bulk Density)..............................................34
4.1.2 Porositas Tanah...........................................................................37
4.1.3 Pori Drainase Sangat Cepat.........................................................39
4.1.4 Permeabilitas................................................................................41
4.2 Sifat Kimia Tanah………………………………....................................44
4.2.1 Derajat Kemasaman Tanah (pH).................................................45
4.2.2 Kapasitas Tukar Kation (KTK)...................................................47
4.2.3 C-Organik...................................................................................49
4.2.4 N-Total.......................................................................................51
4.2.5 P-Bray.........................................................................................52
4.2.6 Kalsium (Ca)...............................................................................54
4.2.7 Magnesium (Mg).........................................................................56
4.2.8 Kalium (K)...................................................................................58
vi
4.3 Sifat Biologi Tanah ...............................................................................60
4.3.1 Total Mikroorganisme Tanah....................................................61
4.3.2 Jumlah Bakteri Pelarut Posfat...................................................63
4.3.3 Jumlah Fungi Tanah...................................................................64
4.3.4 Total Respirasi Tanah................................................................65
V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................67
5.1 Kesimpulan...........................................................................................67
5.2 Saran.....................................................................................................67
VI. DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................68
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Permeabilitas Tanah...............................................................12
Tabel 2 Pengaruh Tekstur Tanah Terhadap KTK...............................14
Tabel 3 Nama Desa dan Keterkaitan Tambang di Kecamatan
Astanajapura............................................................................25
Tabel 4 Metode Analisis Sifat Fisik, Kimia, Biologi Tanah...............32
Tabel 5 Perubahan Nilai dan Rataan Sifat Fisik Tanah Pada Lokasi
Penelitian................................................................................34
Tabel 6 Hasil Sidik Ragam untuk Bulk Density..................................36
Tabel 7 Hasil Uji Duncan untuk Nilai Bulk Density..........................36
Tabel 8 Hasil Sidik Ragam untuk Porositas Tanah............................39
Tabel 9 Hasil Uji Duncan untuk Nilai Porositas Tanah.....................39
Tabel 10 Hasil Sidik Ragam untuk Pori Drainase Sangat Cepat........41
Tabel 11 Hasil Uji Duncan untuk Pori Drainase Sangat Cepat..........41
Tabel 12 Hasil Sidik Ragam untuk Permeabilitas..............................43
Tabel 13 Perubahan Nilai dan Rataan Sifat Kimia Tanah pada Lokasi
Penelitian..............................................................................45
Tabel 14 Hasil Sidik Ragam untuk pH...............................................46
Tabel 15 Hasil Sidik Ragam untuk KTK...........................................49
Tabel 16 Hasil Uji Duncan untuk Nilai KTK…………………….....49
Tabel 17 Hasil Sidik Ragam untuk C-Organik...................................50
Tabel 18 Hasil Sidik Ragam untuk Nitrogen.....................................52
Tabel 19 Hasil Sidik Ragam untuk Pospor........................................54
Tabel 20 Hasil Uji Duncan untuk Nilai Pospor.................................54
Tabel 21 Hasil Sidik Ragam untuk Kalsium......................................56
Tabel 22 Hasil Uji Duncan untuk Nilai Kalsium…………………...56
Tabel 23 Hasil Sidik Ragam untuk Magnesium.................................57
Tabel 24 Hasil Uji Duncan untuk Nilai Magnesium...........................58
Tabel 25 Hasil Sidik Ragam untuk Kalium........................................59
Tabel 26 Perubahan Nilai dan Rataan Sifat Biologi Tanah pada Lokasi
viii
Penelitian...............................................................................60
Tabel 27 Hasil Sidik Ragam untuk Jumlah Mikroorganisme
Tanah.....................................................................................62
Tabel 28 Hasil Uji Duncan untuk Jumlah Mikroorganisme Tanah.....62
Tabel 29 Hasil Sidik Ragam untuk Jumlah Bakteri Pelarut Posfat….64
Tabel 30 Hasil Sidik Ragam untuk Jumlah Fungi Tanah.....................65
Tabel 31 Hasil Sidik Ragam untuk Total Respirasi Tanah...................66
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Diagram Segitiga Tekstur Tanah dan Sebaran Besar
Butir………………………………………………………….5
Gambar 2 Siklus Nitrogen.......................................................................17
Gambar 3 Siklus Posfor...........................................................................20
Gambar 4 Siklus Kalium..........................................................................23
Gambar 5 Peta Lokasi Penambangan Galian C (pasir) di Kecamatan
Astanajapura…………....……………………………………27
Gambar 6 Bagan Alir Proses Penambangan Pasir………………………30
Gambar 7 Perbandingan Nilai Bulk Density (g/cc) pada Lokasi
Penelitian................................................................................34
Gambar 8 Perbandingan Nilai Porositas Tanah (%) pada Lokasi
Penelitian................................................................................37
Gambar 9 Perbandingan Nilai Pori Drainase Sangat Cepat (%) pada
Lokasi Penelitian....................................................................40
Gambar 10 Perbandingan Nilai Permeabilitas (cm/jam) pada Lokasi
Penelitian……………………………………………………43
Gambar 11 Perbandingan Nilai pH pada Lokasi Penelitian....................46
Gambar 12 Perbandingan Nilai KTK pada Lokasi Penelitian.................48
Gambar 13 Perbandingan Nilai C-Organik pada Lokasi Penelitian........50
Gambar 14 Perbandingan Nilai Nitrogen pada Lokasi Penelitian...........52
Gambar 15 Perbandingan Nilai Pospor pada Lokasi Penelitian..............53
Gambar 16 Perbandingan Nilai Kalsium pada Lokasi Penelitian...........55
Gambar 17 Perbandingan Nilai Magnesium pada Lokasi Penelitian…..57
Gambar 18 Perbandingan Nilai Kalium pada Lokasi Penelitian.............59
Gambar 19 Perbandingan Jumlah Mikroorganisme tanah pada Lokasi
Penelitian..............................................................................61
Gambar 20 Perbandingan Jumlah Bakteri Pelarut Posfat pada Lokasi
Penelitian..............................................................................63
Gambar 21 Perbandingan Jumlah Fungi Tanah pada Lokasi
x
Penelitian…………………………………………………...64
Gambar 22 Perbandingan Nilai Total Respirasi Tanah pada Lokasi
Penelitian............................................................................. 66
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Data Hasil Analisis Sifat Fisik dan Sifat Biologi Tanah 72
Lampiran 2 Data Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah……….…......... 73
Lampiran 3 Hasil Uji Statistik Bulk Density……………..……....... 74
Lampiran 4 Hasil Uji Statistik Porositas Tanah…………….…....... 75
Lampiran 5 Hasil Uji Statistik Pori Drainase Sangat Cepat……….. 76
Lampiran 6 Hasil Uji Statistik Permeabilitas……...……..……....... 77
Lampiran 7 Hasil Uji Statistik pH………………………..……....... 78
Lampiran 8 Hasil Uji Statistik KTK……….……………..……....... 79
Lampiran 9 Hasil Uji Statistik C-Organik………………..……....... 80
Lampiran 10 Hasil Uji Statistik Nitrogen…...……………..……....... 81
Lampiran 11 Hasil Uji Statistik Pospor……..……………..……....... 82
Lampiran 12 Hasil Uji Statistik Kalsium…………………..……....... 83
Lampiran 13 Hasil Uji Statistik Magnesium..……………..……....... 84
Lampiran 14 Hasil Uji Statistik Kalium…….……………..……....... 85
Lampiran 15 Hasil Uji Statistik Jumlah Mikroorganisme Tanah........ 86
Lampiran 16 Hasil Uji Statistik Jumlah Bakteri Pelarut Posfat.......... 87
Lampiran 17 Hasil Uji Statistik Jumlah Fungi Tanah……..……....... 88
Lampiran 18 Hasil Uji Statistik Total Respirasi….………..……....... 89
Lampiran 19 Dokumentasi Lokasi Penelitian....................................... 90
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumberdaya alam seperti
bahan galian, mineral, minyak bumi, gas alam, flora dan fauna baik yang berada
di tanah, air maupun udara yang merupakan salah satu modal dasar dalam
pembangunan nasional. Pembangunan berwawasan lingkungan menjadi suatu
kebutuhan penting bagi setiap bangsa dan negara yang menginginkan kelestarian
sumberdaya alam. Sumberdaya alam perlu dijaga dan dipertahankan untuk
kelangsungan hidup manusia kini, maupun untuk generasi yang akan datang (Arif,
2007).
Salah satu bahan galian yang cukup banyak dikandung bumi Indonesia
ini yaitu pasir. Pasir merupakan salah satu bahan baku utama untuk bangunan sipil
seperti rumah, gedung, jalan, jembatan, pelabuhan, bendungan dan lain-lain, baik
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal maupun komoditi keluar daerah
tempat penambangan dilakukan (Dinas Lingkungan Hidup Kehutanan dan
Pertambangan Kabupaten Cirebon, 2005). Kabupaten Cirebon, Jawa Barat
merupakan salah satu daerah yang memiliki kekayaan alam berupa bahan galian
pasir yang cukup melimpah.
Pemanfaatan pasir dilakukan dengan penambangan pasir yang pada
umumnya menggunakan sistem penambangan terbuka. Menurut Tim Puslitbang
Tekmira 2004, penambangan terbuka adalah kegiatan penambangan atau
penggalian bahan galian yang prosesnya langsung berhubungan dengan udara
terbuka. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.17 tahun 2001
tentang pengelolaan pertambangan dan berdasarkan izin yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Daerah maka ada beberapa pengusaha pertambangan yang beroperasi
di wilayah Kabupaten Cirebon. Beberapa lokasi penambangan pasir di wilayah
Kabupaten Cirebon antara lain di Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan
Astanajapura; Desa Cikalahang, Kecamatan Dukupuntang; Desa Buntet,
Kecamatan Astanajapura; Desa Susukan Tonggoh, Kecamatan Susukan Lebak;
Desa Picungpugur, Kecamatan Lemahabang; Desa Ciuyah, Kecamatan Waled;
1
Desa Palimanan Barat, Kecamatan Palimanan dan di Desa Ciperna, Kecamatan
Beber.
Kegiatan penambangan secara umum terdiri atas pembersihan lahan,
pengupasan tanah penutup, pembongkaran, pemilihan, pemuatan, pengangkutan,
pengecilan ukuran, pencucian/pemurnian, pemasaran, dan reklamasi (Dinas
Lingkungan Hidup Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Cirebon, 2005).
Kegiatan penambangan pasir dengan sistem penambangan terbuka memberikan
manfaat antara lain sebagai sumber bahan baku bangunan sipil, sumber mata
pencaharian penduduk lokal, kesempatan kerja akan lebih terbuka serta sekaligus
akan menambah pemasukan ekonomi dan menambah pendapatan daerah. Tetapi
jika tidak dikelola dengan baik, maka dapat menimbulkan dampak negatif, baik
yang diderita oleh lingkungan setempat maupun mencakup wilayah yang lebih
luas dalam jangka waktu pendek maupun dalam jangka waktu yang panjang.
Dampak negatif dari penambangan pasir dengan sistem penambangan
terbuka ini terutama diakibatkan oleh degradasi lingkungan, perubahan geologi
lingkungan antara lain kondisi estetika, topografi, kemiringan lereng, elevasi
ketinggian, tersingkapnya batuan dasar, erosi, sedimentasi, kualitas dan kuantitas
air tanah serta air permukaan, tata guna lahan, kestabilan batuan/ tanah, penurunan
produktivitas tanah, kesuburan tanah, jumlah mikroorganisme tanah dan daya
serap/permeabilitas; gangguan terhadap flora dan fauna; perubahan iklim mikro,
serta berbagai permasalahan sosial. Hal tersebut menjadi salah satu penyokong
dampak negatif bagi pembangunan di masa mendatang. Jika daya dukung
lingkungan telah dilampaui, maka fungsi ekosistem menjadi terganggu (Dinas
LHKP Kab. Cirebon 2005).
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup
Kabupaten Cirebon, ditemukan berbagai pelanggaran dan penyalahgunaan izin
yang dilakukan oleh pengusaha pertambangan yang beroperasi di wilayah
Kabupaten Cirebon terutama di desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan
Astanajapura sehingga memberikan dampak berupa kerusakan lingkungan.
Kerusakan yang terlihat paling parah secara kasat mata adalah mengenai kondisi
tanahnya, oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai pengaruh kegiatan
penambangan pasir (galian C) terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang
2
3
terjadi di Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten
Cirebon.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian pengaruh penambangan pasir (galian C) terhadap
sifat tanah di desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten
Cirebon ini adalah :
1. Menganalisa pengaruh penambangan pasir terhadap sifat fisik tanah pada tiga
penutupan lahan (kebun campuran, sawah dan lahan bekas penambangan pasir
(galian C) desa Gumulung Tonggoh).
2. Menganalisa pengaruh penambangan pasir terhadap sifat kimia tanah pada tiga
penutupan lahan (kebun campuran, sawah dan lahan bekas penambangan pasir
(galian C) desa Gumulung Tonggoh).
3. Menganalisa pengaruh penambangan pasir terhadap sifat biologi tanah pada
tiga penutupan lahan (kebun campuran, sawah dan lahan bekas penambangan
pasir (galian C) desa Gumulung Tonggoh).
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah menyajikan informasi mengenai
perubahan sifat fisik, sifat kimia, dan biologi tanah pada lokasi kebun campuran,
sawah di sekitar galian C dan pada areal bekas tambang galian C itu sendiri (tanah
yang rusak) di Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten
Cirebon sehingga dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi terhadap upaya
reklamasi lahan bekas penambangan pasir khususnya di desa Gumulung Tonggoh.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Mulyanto (2008) kegiatan penambangan adalah kegiatan
mengekstraksi bahan tambang terencana dengan menggunakan berbagai metode
sesuai dengan karakteristik bahan tambang. Menurut Tim Puslitbang Tekmira
2004, penambangan ialah kegiatan untuk menghasilkan bahan galian yang
dilakukan baik secara manual maupun mekanis yang meliputi pemberian,
pemuatan, pengangkutan, penimbunan (stock filling) dan reklamasi. Salah satu
penambangan yang menjadi sumber pendapatan negara adalah penambangan
pasir. Penambangan pasir termasuk ke dalam penambangan terbuka.
Penambangan terbuka adalah usaha penambangan dan penggalian bahan galian
yang kegiatannya dilakukan langsung berhubungan dengan udara terbuka (Tim
Puslitbang Tekmira 2004).
2.1 Tanah Pasir dan Tanah Sawah
Pasir terbentuk dari hasil proses rombakan batuan, sedimen, dan
metamorf oleh alam, kemudian proses pengangkutan oleh air, selanjutnya
diendapkan di suatu tempat yang lebih rendah, misalnya hilir sungai, daratan,
cekungan, danau, pantai dan sebagainya. Butiran pasir dapat berukuran kasar
sekali sampai halus tergantung dari jauh dekatnya terhadap sumber batuan. Pada
tanah pasir kandungan lempung, debu, dan zat hara sangat minim. Akibatnya,
tanah pasir mudah mengalirkan air, sekitar 150 sentimeter per jam. Sebaliknya,
kemampuan tanah pasir menyimpan air sangat rendah, 1,6-3 persen dari total air
yang tersedia (Anonim 2003).
Berdasarkan keterdapatan, ada 2 macam pasir yaitu pasir sungai dan pasir
darat (pasir purba). Umumnya pasir bercampur dengan lumpur atau lempung
terutama pasir aluvium. Mutu pasir dianggap baik apabila kadar lempungnya
sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Sedangkan, dari seri kegunaannya,
bahan galian pasir dimanfaatkan untuk berbagai keperluan bahan bangunan,
seperti untuk bahan pemasangan batu atau bata, plesteran dan sebagainya (Tim
Puslitbang Tekmira 2004). Berdasarkan segi tiga tekstur pada Gambar 1, tekstur
kasar terdiri dari lempung liat berpasir, lempung berpasir, pasir berlempung,
berpasir dan pasir (Hardjowigeno 2007).
Sifat fisik pasir darat antara lain : berbutir sedang hingga kasar, berwarna
abu kecoklatan, memiliki porositas tinggi, bentuk butir membulat hingga
membulat tanggung, pemilahan (sorting) sedang, hubungan antar butir lepas
hingga agak padu. Bila tanah terlalu mengandung pasir, tanah ini kurang baik
untuk pertumbuhan tanaman. Tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas
permukaan (specific surface) yang kecil, sehingga sulit menyerap atau menahan
air dan unsur hara, sehingga pada musim kemarau mudah kekurangan air. Bila
jumlah pasir tidak terlalu banyak, pengaruhnya terhadap tanah akan baik, karena
cukup longgar, air akan mudah meresap, dan jumlahnya cukup dikandung tanah,
udara tanah mudah masuk dan tanah mudah diolah (Hasibuan 2006).
Sumber : Hardjowigeno 2007
Gambar 1 Diagram Segitiga Tekstur Tanah dan Sebaran Besar Butir
Dalam kaitannya dengan daya simpan air, tanah pasir mempunyai daya
pengikatan terhadap lengas tanah yang relatif rendah, karena permukaan kontak
antara permukaan tanah dengan air pada tanah yang teksturnya lebih halus dan
tanah pasir tersebut didominasi oleh pori makro (Islami dan Istomo, 1995). Oleh
5
6
karena itu, air yang masuk ke tanah pasir akan segera mengalami perkolasi,
sementara itu air kapiler akan mudah lepas karena evaporasi.
Tanah pasir tidak memiliki kemampuan menjerap air dan hara sehingga
tanah pasir tidak subur dan mudah kering. Tanah pasir juga sedikit mengandung
liat, kapasitas tukar kation yang rendah dan miskin bahan organik atau humus.
Pasir merupakan mineral sisa pelapukan yang mempunyai daya tahan terhadap
pelapukan yang tinggi sehingga menjadi sukar lapuk. Hal ini menjadikan tanah
berpasir menjadi media untuk tumbuh yang sangat jelek. Tanah pasir memerlukan
granulasi. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan penambahan bahan
organik (Soepardi, 1983).
Sanchez (1992) membagi profil tanah sawah atas 4 (empat) bagian
sebagai berikut:
1. Tanah sawah lapisan air
2. Tanah sawah lapisan oksidasi
3. Tanah sawah lapisan olah yang mengalami reduksi
4. Tanah sawah lapisan subsoil yang bersifat oksidatif dan kadang-kadang
reduktif.
Morfologi tanah sawah berdasarkan perbedaan kedalaman air tanah oleh
Kanno (1978) dinyatakan bahwa semakin dalam air tanahnya, sifat morfologi
tanah menunjukan adanya perkembangan horizon yang lebih lengkap
dibandingkan dengan horizon pada tanah dangkal. Tanah sawah dibagi menjadi 3
(tiga) tipe yaitu :
1. Tipe air permukaan
2. Tipe intermediat
3. Tipe air tanah
Tanah sawah dengan tipe air permukaan dijumpai pada tanah berdrainase baik;
tanah sawah dengan tipe intermediat dijumpai pada tanah berdrainase sedang,
tanah sawah dengan tipe air tanah dijumpai pada tanah berdrainase jelek. Jenis
dan sifat horizon penciri tanah sawah berbeda dengan tanah bukan sawah, pada
tanah sawah dijumpai adanya lapisan tapak bajak, horizon glei, dan lapisan besi
serta mangan, sedangkan pada profil bukan tanah sawah tidak dijumpai horizon-
horison tersebut.
7
2.2 Regosol dan Vertisol
Tanah Regosol tergolong jenis tanah Entisol, dimana pada tanah yang tua
sudah mulai terbentuk horizon Al lemah berwarna kelabu, mengandung bahan
yang belum atau masih baru mengalami pelapukan. Tekstur tanah biasanya kasar,
struktur kersai atau lemah, konsentrasi lepas sampai gembur dan pH 6-7. Makin
tua umur tanah, struktur dan konsentrasinya padat, bahkan seringkali membentuk
padas dengan drainase dan porositas terhambat. Umumnya jenis tanah ini belum
membentuk agregat sehingga peka terhadap erosi, cukup mengandung unsur P dan
K yang masih segar dan belum tersedia untuk diserap tanaman dan kandungan N
rendah (Rachim dan Suwardi, 1999).
Faktor penting dalam pembentukan tanah Vertisol adalah adanya musim
kering dalam setiap tahun, meskipun lamanya musim tersebut bervariasi
(Hardjowigeno 2003). Menurut Darmawijaya (1997), ciri-ciri tanah vertisol
adalah sebagai berikut : (1) Tekstur lempung, (2) tanpa horizon eluvial dan iluvial,
(3) struktur lapisan atas granular dan lapisan bawah gumpal pejal, (4)
mengandung kapur, (5) koefisien expansi (pemuaian) dan kontraksi (pengerutan)
tinggi jika dirubah kadar airnya, (6) seringkali mikroreliefnya gilgai (peninggian-
peninggian setempat yang teratur), (7) konsistensi luar biasa liar (extremely
plastic), (8) bahan induk kapur dan berlempung sehingga kedap air
(impermeable), (9) dalam solum rata-rata 75 cm, dan (10) warna kelam atau
chroma kecil.
2.3 Sifat Fisik Tanah
2.3.1 Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukan perbandingan butir-butir pasir (2mm - 50μ),
debu (2μ-50 μ), dan liat (< 2μ) di dalam fraksi tanah halus (Hardjowigeno, 2007).
Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur yang mengacu pada
kehalusan atau kekasaran tanah (Foth 1994).
Menurut Hanafiah (2007), tanah yang didominasi pasir akan banyak
mempunyai pori-pori makro (besar) disebut lebih poreus, tanah yang didominasi
debu akan banyak mempunyai pori-pori meso (sedang) agak poreus, sedangkan
yang didominasi liat akan mempunyai pori-pori mikro (kecil) atau tidak poreus.
8
Menurut Hardjowigeno (2003) tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai
pori-pori makro sehingga sulit menahan air.
Menurut Hanafiah (2007), berdasarkan kelas teksturnya maka tanah
digolongkan menjadi:
1. Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir, berarti tanah yang mengandung
minimal 70% pasir : bertekstur pasir atau pasir berlempung.
2. Tanah bertekstur halus atau kasar berliat, berarti tanah yang mengandung
minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir.
3. Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung, terdiri dari:
a. Tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur
lempung berpasir (sandy loam) atau lempung berpasir halus.
b. Tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur berlempung berpasir
sangat halus, lempung (loam), lempung berdebu (silty loam) atau debu
(silt).
c. Tanah bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat (clay
loam), lempung liat berpasir (sandy clay loam), atau lempung liat berdebu
(sandy silt loam).
2.3.2 Struktur Tanah
Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil alami dari tanah,
akibat melekatnya butir-butir primer tanah satu sama lain. Satu unit struktur
disebut ped (terbentuk karena proses alami). Struktur tanah memiliki bentuk yang
berbeda-beda yaitu Lempeng (plety), Prismatik (prismatic), Tiang (columnar),
Gumpal bersudut (angular blocky), Gumpal membulat (subangular blocky),
Granular (granular), Remah (crumb) (Hardjowigeno 2003).
Arsyad (2005) mengemukakan, struktur adalah kumpulan butir-butir
tanah disebabkan terikatnya butir-butir pasir, liat dan debu oleh bahan organik,
oksida besi dan lain-lain. Struktur tanah yang penting dalam mempengaruhi
infiltrasi adalah ukuran pori dan kemantapan pori. Pori-pori yang mempunyai
diameter besar (0,06 mm atau lebih) memungkinkan air keluar dengan cepat
sehingga tanah beraerasi baik, pori-pori tersebut juga memungkinkan udara keluar
dari tanah sehingga air dapat masuk.
9
Istilah tekstur digunakan untuk menunjukan ukuran pertikel-partikel
tanah. Tetapi, apabila ukuran partikel tanah sudah diketahui maka digunakan
istilah struktur. Struktur menunjukan kombinasi atau susunan partikel-partikel
tanah primer (pasir, debu dan liat) sampai pada partikel-partikel sekunder atau
(ped) disebut juga agregat. Unit ini dipisahkan dari unit gabungan atau karena
kelemahan permukaan. Struktur suatu horizon yang berbeda satu profil tanah
merupakan satu ciri penting tanah, seperti warna, tekstur atau komposisi kimia.
Ada dua jenis tanah tanpa struktur, yakni butir tunggal (single grain) dan
massive. Butir tunggal adalah apabila partikel-partikel tanah dalam keadaan lepas
(tidak terikat) satu sama lainya. Keadaan ini sering dijumpai pada tanah-tanah
yang banyak mengandung pasir. Sedangkan untuk tanah yang massive apabila
partikel-partikel tanah dalam keadaan terikat satu sama lainnya (Hakim et al.
1986).
Gradasi dari struktur merupakan derajat agregasi atau perkembangan
struktur. Istilah-istilah untuk gradasi struktur adalah sebagai berikut :
1. Tidak mempunyai struktur : Agregasi tidak dapat dilihat atau tidak tertentu
batasnya dan susunan garis-garis alam semakin kabur. Pejal jika menggumpal,
berbutir tunggal jika tidak menggumpal.
2. Lemah : Ped yang sulit dibentuk, dapat dilihat dengan mata telanjang.
3. Sedang : Ped yang dapat dibentuk dengan baik, tahan lama dan jelas, tetapi
tidak jelas pada tanah yang tidak terganggu.
4. Kuat : Ped yang kuat, jelas pada tanah yang tidak terganggu satu dengan yang
lain terikat secara lemah, tahan terhadap perpindahan dan menjadi terpisah
apabila tanah tersebut terganggu (Foth 1994).
2.3.3 Kerapatan Limbak (Bulk Density)
Bulk density merupakan rasio bobot kering mutlak (suhu 105oC) suatu
unit tanah terhadap volume total, yang sering dinyatakan dalam gr/cm3 (Hillel,
1980). Menurut Hardjowigeno 2007, Kerapatan Limbak atau Bulk Density (BD)
adalah berat tanah kering per satuan volume tanah (termasuk pori-pori tanah).
Bulk density dapat digunakan untuk menghitung ruang pori total (total porosity)
tanah dengan dasar bahwa kerapatan zarah (particle density) tanah= 2,65 g/cc.
10
Menurut Sarief (1986) dalam Mustofa (2007) nilai bobot isi dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pengolahan tanah, bahan organik,
pemadatan oleh alat-alat pertanian, tekstur, struktur, kandungan air tanah, dan
lain-lain. Pengolahan tanah yang sangat intensif akan menaikkan bobot isi. Hal ini
disebabkan pengolahan tanah yang intensif akan menekan ruang pori menjadi
lebih sedikit dibandingkan dengan tanah yang tidak pernah diolah.
Besaran bobot isi tanah dapat bervariasi dari waktu ke waktu atau dari
lapisan ke lapisan sesuai dengan perubahan ruang pori atau struktur tanah.
Keragaman itu menunjukkan derajat kepadatan tanah (Foth 1994), karena tanah
dengan ruang pori berkurang dan berat tanah setiap satuan bertambah
menyebabkan meningkatnya bobot isi tanah. Tanah dengan bobot yang besar akan
sulit meneruskan air atau sulit ditembus akar tanaman, sebaliknya tanah dengan
bobot isi rendah, akar tanaman lebih mudah berkembang (Hardjowigeno 2007).
2.3.4 Porositas Tanah
Pori-pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah
(terisi oleh udara dan air). Pori tanah dapat dibedakan menjadi pori kasar (macro
pore) dan pori halus (micro pore). Pori kasar berisi udara atau air gravitasi (air
yang mudah hilang karena gaya gravitasi), sedang pori halus berisi air kapiler dan
udara (Hardjowigeno 2007). Ruang pori tanah yaitu bagian dari tanah yang
ditempati oleh air dan udara, sedangkan ruang pori total terdiri atas ruangan
diantara partikel pasir, debu, dan liat serta ruang diantara agregat-agregat tanah
(Soepardi 1983).
Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat
dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara (Hanafiah
2007). Menurut Hardjowigeno (2007), porositas tanah dipengaruhi oleh
kandungan bahan organik, struktur, dan tekstur tanah. Porositas tanah tinggi jika
bahan organik tinggi. Tanah-tanah dengan struktur remah atau granular
mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada tanah-tanah yang berstruktur
pejal.
Agar tanaman dapat tumbuh baik diperlukan perimbangan antara pori-
pori yang dibedakan menjadi pori berguna dan pori tidak berguna untuk
ketersediaan air bagi tanaman. Pori berguna bagi tanaman yaitu pori yang
11
berdiameter diatas 0,2 mikron, yang terdiri pori pemegang air berukuran diameter
0,2 – 8,6 mikron, pori drainase lambat berdiameter 8,6 – 28,6 mikron, dan pori
drainase cepat berdiameter diatas 28,8 mikron. Air yang terdapat dalam pori
pemegang air disebut air tersedia, umumnya antara titik layu dan kapasitas lapang
(Hardjowigeno 1993).
Sedangkan pori tidak berguna bagi tanaman adalah pori yang
diameternya kurang dari 0,2 mikron. Akar tanaman tidak mampu menghisap air
pada pori ukuran kurang dari 0,2 mikron tersebut, sehingga tanaman menjadi layu.
Untuk mengeluarkan air dari pori ini diperlukan tenaga tekanan atau isapan setara
dengan 15 atmosfir (Hardjowigeno 2003).
2.3.5 Pori Drainase Sangat Cepat
Ukuran pori dan kemantapan pori berpengaruh terhadap daya infiltrasi,
semakin besar dan mantap pori tersebut maka daya infiltrasi akan semakin besar
(Syarief 1985 dalam Musthofa 2007). Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori
kasar lebih banyak daripada tanah liat. Tanah dengan banyak pori-pori kasar sulit
menahan air sehingga tanaman mudah kekeringan. Tanah-tanah liat mempunyai
pori total (jumlah pori-pori makro + mikro), lebih tinggi daripada tanah pasir.
Tanah remah memberikan kapasitas infiltrasi akan lebih besar daripada tanah liat.
Tanah dengan pori-pori jenuh air mempunyai kapasitas lebih kecil dibandingkan
tanah dalam keadaan kering. Tanah pasir memiliki pori drainase yang baik
sehingga infiltrasinya tinggi tetapi tidak dapat mengikat air tersebut
(Hardjowigeno 2003).
2.3.6 Permeabilitas Tanah
Menurut Hardjowigeno (2003), permeabilitas adalah kecepatan laju air
dalam medium massa tanah. Sifat ini penting artinya dalam keperluan drainase
dan tata air tanah. Bagi tanah-tanah yang bertekstur halus biasanya mempunyai
permeabilitas lebih lambat dibanding tanah bertekstur kasar. Nilai permeabilitas
suatu solum tanah ditentukan oleh suatu lapisan tanah yang mempunyai nilai
permeabilitas terkecil. Selain itu menurut Foth (1994), permeabilitas merupakan
kemudahan cairan, gas dan akar menembus tanah.
12
Tanah dengan struktur mantap adalah tanah yang memiliki permeabilitas
dan drainase yang sempurna, serta tidak mudah didespersikan oleh air hujan.
Permeabilitas tanah dapat menghilangkan daya air untuk mengerosi tanah,
sedangkan drainase mempengaruhi baik buruknya peratukaran udara. Faktor
tersebut selanjutnya akan mempengaruhi kegiatan mikroorganisme dan perakaran
dalam tanah (Syarief 1985 dalam Musthofa 2007).
Permeabilitas merupakan parameter sifat fisika tanah yang dalam
keadaan alamiah nilainya sangat bervariasi, baik untuk pergerakan secara vertikal
maupun horizontal. Pengetahuan tentang permeabilitas ini sangat berguna di
dalam pengelolaan lahan pertanian, drainase dan irigasi, budidaya perikanan dan
pengawasan banjir. Permeabilitas tanah merupakan parameter sifat fisika tanah
yang menentukan kecepatan pergerakan air dalam tanah. Tanah dengan
permeabilitas rendah diinginkan untuk persawahan yang membutuhkan banyak air
(Hillel, 1971).
Tabel 1 Permeabilitas Tanah
Deskripsi Permeabilitas (cm/jam)
Sangat Cepat > 25,0
Cepat 12,5 – 25,0
Agak Cepat 6,5 – 12,5
Sedang 2,0 – 6,5
Agak Lambat 0,5 – 2,0
Lambat 0,1 – 0,5
Sangat Lambat < 0,1
Sumber : Hardjowigeno (2003)
Syarief (1985) dalam Musthofa (2007) juga mengatakan bahwa aliran
permukaan (erosi) dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kapasitas infiltrasi dan
permeabilitas dari lapisan tanah. Apabila kapasitas infiltrasi dan permeabilitas
besar dan mempunyai lapisan kedap yang dalam maka aliran permukaan rendah,
sedangkan untuk tanah yang bertekstur halus maka penyerapan air akan semakin
lambat dan aliran permukaan tinggi. Permeabilitas tanah ini disajikan pada Tabel
1.
13
2.4 Sifat Kimia Tanah
2.4.1 Derajat Kemasaman Tanah (pH)
Reaksi tanah yang penting adalah masam, netral atau alkalin. Hal
tersebut didasarkan pada jumlah ion H+ dan OH- dalam larutan tanah. Reaksi
tanah yang menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah dinilai
berdasarkan konsentrasi H+ dan dinyatakan dengan nilai pH. Bila dalam tanah
ditemukan ion H+ lebih banyak dari OH-, maka disebut masam (pH <7). Bila ion
H+ sama dengan ion OH- maka disebut netral (pH=7), dan bila ion OH- lebih
banyak dari pada ion H+ maka disebut alkalin atau basa (pH >7) (Hakim dkk,
1986). Pengukuran pH tanah dapat memberikan keterangan tentang kebutuhan
kapur, respon tanah terhadap pemupukan, proses kimia yang mungkin
berlangsung dalam proses pembentukan tanah, dan lain-lain (Hardjowigeno
2003).
Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH
kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun
demikian pH tanah umumnya berkisar dari 3,0-9,0. Di Indonesia pada umumnya
tanah bereaksi masam dengan pH berkisar antara 4,0 – 5,5 sehingga tanah dengan
pH 6,0 – 6,5 sering telah dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih agak
masam. Di daerah rawa-rawa sering ditemukan tanah-tanah sangat masam dengan
pH kurang dari 3,0 yang disebut tanah sangat masam karena banyak mengandung
asam sulfat. Di daerah yang sangat kering kadang-kadang pH tanah sangat tinggi
(pH lebih dari 9,0) karena banyak mengandung garam Na (Anonim 1991).
Menurut Hakim et al. (1986) faktor yang mempengaruhi pH antara lain :
Kejenuhan basa, sifat misel (koloid), macam kation yang terjerap.
2.4.2 Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas Tukar Kation (KTK) suatu tanah dapat didefinisikan sebagai
suatu kemampuan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kation (Hakim et
al 1986). Sedangkan menurut Hasibuan (2006), Kapasitas Tukar Kation
merupakan banyaknya kation-kation yang dijerap atau dilepaskan dari permukaan
koloid liat atau humus dalam miliekuivalen per 100 g contoh tanah atau humus.
Dalam buku hasil penelitian (Anonim 1991), disebutkan bahwa satu miliekuivalen
atau satu mili setara adalah sama dengan satu milligram hidrogen atau sejumlah
ion lain yang dapat bereaksi atau menggantikan ion hidrogen tesebut pada misel.
Walaupun demikian kadang-kadang USDA bagian Survey Tanah menggunakan
sebagai me/100 g liat. Akan tetapi pada umumnya penentuan KTK adalah untuk
semua kation yang dapat dipertukarkan, sehingga KTK = jumlah atau total mili
ekuivalen kation yang dapat dipertukarkan per 100 gram tanah (Tan 1982).
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat
hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah
dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir
(Hardjowogeno 2007).
Nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah
itu sendiri. Menurut Hakim et al. (1986), besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi
oleh :
1. Reaksi tanah atau pH
2. Tekstur atau jumlah liat
3. Jenis mineral liat
4. Bahan organik
5. Pengapuran dan pemupukan.
Tekstur tanah juga berpengaruh terhadap KTK tanah. Semakin halus
tekstur tanah semakin tinggi pula KTK nya seperti terlihat pada Tabel 3.
Tabel 2 Pengaruh Tekstur Tanah Terhadap Kapasitas Tukar Kation
Sumber : Hasibuan (2006)
Tekstur Kapasitas Tukar Kation (me/100 g)
Pasir 0 – 5
Lempung berpasir 5 – 10
Lempung dan lempung berdebu 10 – 15
Lempung berliat 15 – 20
Liat 15 – 40
Pada tanah dengan nilai KTK relatif rendah, proses penjerapan unsur
hara oleh koloid tanah tidak berlangsung intensif, dan akibatnya unsur-unsur hara
tersebut akan dengan mudah tercuci dan hilang bersama gerakan air di tanah
(infiltrasi, perkolasi), dan pada gilirannya hara tidak tersedia bagi pertumbuhan
14
15
tanaman. Nilai KTK pada tapak terganggu umumnya lebih rendah jika
dibandingkan dengan pada tapak tidak terganggu. Turunnya nilai KTK tanah
tersebut dapat disebabkan karena menurunnya kandungan bahan organik tanah
sebagai akibat dari kegiatan fisik di badan tanah (Anonim 1991).
2.4.3 C-Organik
Bahan organik adalah segala bahan-bahan atau sisa-sisa yang berasal dari
tanaman, hewan dan manusia yang terdapat di permukaan atau di dalam tanah
dengan tingkat pelapukan yang berbeda (Hasibuan 2006). Bahan organik
merupakan bahan pemantap agregat tanah yang baik. Sekitar setengah dari
Kapasitas Tukar Kation (KTK) berasal dari bahan organik (Hakim et al 1986).
Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya tanaman. Hal ini
dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun
biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah
C-Organik (Anonim 1991). Selain itu, menurut Mulyani (1997); Kohnke (1968)
menyatakan bahwa fungsi bahan organik adalah sebagai berikut : (i) sumber
makanan dan energi bagi mikroorganisme, (ii) membantu keharaan tanaman
melalui perombakan dirinya sendiri melalui kapasitas pertukaran humusnya, (iii)
menyediakan zat-zat yang dibutuhkan dalam pembentukan pemantapan agregat-
agregat tanah, (iv) memperbaiki kapasitas mengikat air dan melewatkan air, (v)
serta membantu dalam pengendalian limpasan permukaan dan erosi.
Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen
abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah. Musthofa (2007) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah
harus dipertahankan tidak kurang dari 2 persen, agar kandungan bahan organik
dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi
maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus
diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan
dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah.
Tanpa pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan
16
biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya
pemadatan tanah (Anonim 1991).
Secara umum karbon dari bahan organik tanah terdiri dari 10-20%
karbohidrat, terutama berasal dari biomasa mikroorganisme, 20% senyawa
mengandung nitrogen seperti asam amino dan gula aminom 10-20% asam alifatik,
alkane, dan sisanya merupakan karbon aromatik. Karena fungsinya yang sangat
penting, maka tidak mengherankan jika dikatakan bahwa faktor terpenting yang
mempengaruhi produktifitas baik tanah yang dibudidayakan maupun tanah yang
tidak dibudidayakan adalah jumlah dan kedalaman bahan organik tanah (Paul and
Clark 1989).
2.4.4 N-Total
Nitrogen adalah unsur hara makro utama yang dibutuhkan tanaman
dalam jumlah yang banyak, diserap tanaman dalam bentuk amonium (NH4+) dan
nitrat (NO3+). Pada umumnya Nitrogen merupakan faktor pembatas dalam
tanaman budidaya. Biomassa tanaman rata-rata mengandung N sebesar 1 sampai
2% dan mungkin sebesar 4 sampai 6%. Dalam hal kuantitas total yang dibutuhkan
untuk produksi tanaman budidaya, N termasuk keempat di antara 16 unsur
essensial (Gardner et al 1991).
Unsur Nitrogen penting bagi tanaman dan dapat disediakan oleh manusia
melalui pemupukan. Nitrogen umumnya diserap oleh tanaman dalam bentuk NO3-
dan NH4+ walaupun urea (H2NCONH2) dapat juga dimanfaatkan oleh tanaman
karena urea secara cepat dapat diserap melalui epidermis daun (Leeiwakabessy
2003). Menurut Hardjowigeno (2003), nitrogen di dalam tanah terdapat dalam
berbagai bentuk yaitu protein (bahan organik), senyawa-senyawa amino,
amonium (NH4+) dan nitrat (NO3
-). Bentuk N yang diabsorpsi oleh tanaman
berbeda-beda. Ada tanaman yg lebih baik tumbuh bila diberi NH4+ ada pula
tanaman yang lebih baik diberi NO3- dan ada pula tanaman yang tidak terpengaruh
oleh bentuk-bentuk N ini (Leiwakabessy 2003).
Menurut Leiwakabessy (2003), pemberian N yang banyak akan
menyebabkan pertumbuhan vegetatif berlangsung hebat sekali dan warna daun
menjadi hiijau tua. Kelebihan N dapat memperpanjang umur tanaman dan
memperlambat proses pematangan karena tidak seimbang dengan unsur lainnya
seperti P, K dan S. Fungsi N adalah untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif
tanaman (tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N akan berwarna lebih
hijau) dan membantu proses pembentukan protein. Kemudian gejala-gejala
kebanyakan N lainnya yaitu batang menjadi lemah, mudah roboh dan dapat
mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit (Hardjowigeno 2007).
Proses perubahan dari nitrat menjadi nitrit dinamakan nitrifikasi. Secara
sederhana perubahan enzimatik dari proses Nitrifikasi adalah sebagai berikut :
2NH4+ + 3O2 2NO2
- + 2H2O + 4H+ + energi
2NO2- + O2 2NO3
- + energi
Sumber lain dari nitrogen di dalam tanah melalui air hujan dan melalui
penambahan pupuk buatan seperti urea atau ZA. Sumber N yang berasal dari
atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari aktifitas di dalam tanah
sebagai sumber sekunder (Hasibuan 2006).
Hanafiah (2007) dalam bukunya menyatakan bahwa Nitrogen menyusun
sekitar 1,5 % bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein.
Nitrogen anorganik sangat larut dan mudah hilang dalam air drainase atau hilang
ke atmosfer. Efek nitrogen terhadap pertumbuhan akan jelas dan cepat hal
tersebut menyatakan bahwa nitrogen merupakan unsur yang berdaya besar
sehingga tidak saja harus diawetkan tetapi juga perlu diatur pemakaiannya.
Mengenai siklus dari Nitrogen dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Siklus Nitrogen
17
18
2.4.5 P-Bray (Fosfor)
Posfor bersama-sama dengan nitogen dan kalium, digolongkan sebagai
unsur-unsur utama walaupun diabsorpsi dalam jumlah yang lebih kecil dari kedua
unsur tersebut. Tanaman biasanya mengabsorpsi P dalam bentuk H2PO4- dan
sebagian kecil dalam bentuk sekunder HPO42-. Absorpsi kedua ion itu oleh
tanaman dipengaruhi oleh pH tanah sekitar akar. Pada pH tanah yang rendah,
absorpsi bentuk H2PO4- akan meningkat (Leiwakabessy 2003). Sedangkan
menurut Hardjowigeno (2003), fosfat paling mudah diserap oleh tanaman pada pH
sekitar netral (pH 6-7).
Menurut Hardjowigeno (2003), unsur-unsur P di dalam tanah berasal dari
bahan organik (pupuk kandang dan sisa-sisa tanaman), pupuk buatan (TSP dan
DS) dan mineral-mineral di dalam tanah (apatit). Tanaman dapat juga
mengabsorpsi fosfat dalam bentuk P-organik seperti asam nukleik dan phytin.
Bentuk-bentuk ini berasal dari dekomposisi bahan organik dan dapat langsung
dipakai oleh tanaman. Tetapi karena tidak stabil dalam suasana dimana aktifitas
mikroba tinggi, maka peranan mereka sebagai sumber fosfat bagi tanaman di
lapangan menjadi kecil (Leiwakabessy 2003).
Beberapa peranan fosfat yang penting ialah dalam proses fotosintesa,
perubahan-perubahan karbohidrat dan senyawa-senyawa yang berhubungan
dengannya, glikolisis, metabolisme asam amino, metabolisme lemak,
metabolisme sulfur, oksidasi biologis dan sejumlah reaksi dalam proses hidup.
Fosfor betul-betul merupakan unsur yang sangat penting dalam proses transfer
energi, suatu proses vital dalam hidup dan pertumbuhan (Leiwakabessy et al.
2003).
Sering terjadi kekurangan P di dalam tanah yang disebabkan oleh jumlah P
yang sedikit di tanah, sebagian besar terdapat dalam bentuk yang tidak dapat
diambil oleh tanaman dan terjadi pengikatan (fiksasi) oleh Al pada tanah masam
atau oleh Ca pada tanah alkalis. Gejala-gejala kekurangan P yaitu pertumbuhan
terhambat (kerdil) karena pembelahan sel terganggu, daun-daun menjadi ungu
atau coklat mulai dari ujung daun, terlihat jelas pada tanaman yang masih muda
(Hardjowigeno 2007).
19
Menurut Olsen dan Watanabe (1963), konsentrasi fosfor pada
tanah bertekstur kasar (pasir) lebih tinggi daripada tanah bertekstur halus, jika
tidak maka difusi fosfor pada tanah bertekstur pasir menjadi faktor pembatas
dalam serapan hara fosfor. Pada umumnya, fosfor di dalam tanah berada dalam
keadaan tidak larut, sehingga dalam keadaaan demikian tak mungkin untuk masuk
ke dalam sel-sel akar. Akan tetapi sebagai anion, fosfat dapat bertukar dengan
mudah dengan ion OH- (Dwijoseputro, 1980).
Fosfat adalah zat hara yang sering langka dalam tanah. Ketersediaan
unsur fosfat sangat tergantung dari bentuk kehadiran fosfat tersebut. Sumber
fosfat yang paling mudah dijumpai ialah P-Ca dan P-Mg, sedangkan di tanah
asam terdapat P-Fe dan P-Al yang relatif lebih mantap. Sumber primer terpenting
bagi P di dalam tanah ialah mineral apatit. Apatit dirombak relative cepat oleh air
yang mengandung CO2, sehingga kalsium dan fosfor di dalamnya menjadi larut
(Sutcliffe and Baker, 1975). Di samping itu, ion P bersifat tidak mobil sehingga
gerakan ion H2PO4-, HPO4
2-, dan PO43- melalui selaput air di sekitar partikel
pasir bergantung pada pH tanah (Baldovinos and Thomas, 1967).
Sanchez, P A (1993) menyatakan bahwa kadar fosfor tersedia di dalam
tanah akan meningkat setelah pembukaan karena adanya kandungan fospor di
dalam abu. Menurut Nye dan Greeland (1960) dan Universitas Negara Bagian
Carolina Utara (1974) dalam Sanchez, P A (1992), besarnya penambahan ini kira-
kira 7 sampai 25 kg P/ha. Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan
organik, pupuk buatan dan mineral-mineral di dalam tanah. Fosfor paling mudah
diserap oleh tanaman pada pH sekitar 6-7 (Hardjowigeno 2007).
Sumber fosfat alam yang dikenal mempunyai kadar P adalah batuan beku
dan batuan endapan. Selain itu fosfat pun dihasilkan dari proses dekomposisi
bahan organik dan jasad renik yang larut dan masuk ke dalam tanah. Dekomposisi
bahan organik akan menghasilkan asam-asam organik dan CO2. Asam-asam
organik ini akan menghasilkan anion organik yang berperan dalam pengikatan ion
Al, Fe, dan Ca dari larutan tanah. Kemudian membentuk senyawa kompleks yang
sukar larut. Dengan demikian konsentrasi ion-ion Al, Fe dan Ca dari dalam
larutan akan berkurang sehingga fosfat tersedia lebih banyak (Hakim et al. 1986)
Siklus Fosfor sendiri dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Siklus Fosfor
Dalam siklus P terlihat bahwa kadar P-Larutan merupakan hasil
keseimbangan antara suplai dari pelapukan mineral-mineral P, pelarutan
(solubilitas) P-terfiksasi dan mineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa
immobilisasi oleh tanaman fiksasi dan pelindian (Hanafiah 2007).
Menurut Leiwakabessy (1988) di dalam tanah terdapat dua jenis fosfor
yaitu fosfor organik dan fosfor anorganik. Bentuk fosfor organik biasanya terdapat
banyak di lapisan atas yang lebih kaya akan bahan organik. Kadar P organik
dalam bahan organik kurang lebih sama kadarnya dalam tanaman yaitu 0,2 - 0,5
%. Tanah-tanah tua di Indonesia (podsolik dan litosol) umumnya berkadar alami P
rendah dan berdaya fiksasi tinggi, sehingga penanaman tanpa memperhatikan
suplai P kemungkinan besar akan gagal akibat defisiensi P (Hanafiah 2007).
Menurut Foth (1994) jika kekurangan fosfor, pembelahan sel pada tanaman
terhambat dan pertumbuhannya kerdil.
2.4.6 Kalsium (Ca)
Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder seperti
Magnesium dan Belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman,
diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali
sebagai endapan-endapan sekunder dan tercuci (Leiwakabessy 1988). Mineral Ca,
Mg, dan K bersaing untuk memasuki tanaman. Apabila salah satu unsur berada
pada jumlah yang lebih rendah dari pada yang lain, maka unsur yang kadarnya
lebih rendah sukar diserap (Leiwakabessy et al. 2003). Di dalam tanah kalsium
20
21
berada dalam bentuk anorganik, namun dalam jumlah yang cukup signifikan juga
berasosiasi dengan materi organik dalam humus. (Sutcliffe dan Baker 1975).
Adapun manfaat dari kalsium adalah mengaktifkan pembentukan bulu-
bulu akar dan biji serta menguatkan batang dan membantu keberhasilan
penyerbukan, membantu pemecahan sel, membantu aktivitas beberapa enzim
(RAM 2007). Biasanya tanah bersifat masam memiliki kandungan Ca yang
rendah. Kalsium ditambahkan untuk meningkatkan pH tanah. Sebagian besar Ca
berada pada kompleks jerapan dan mudah dipertukarkan. Pada keadaan tersebut
kalsium mudah tersedia bagi tumbuhan. Pada tanah basah kehilangan Ca terjadi
sangat nyata (Soepardi 1983).
2.4.7 Magnesium (Mg)
Di dalam tanah magnesium berada dalam bentuk anorganik (unsur
makro), namun dalam jumlah yang cukup signifikan juga berasosiasi dengan
materi organik dalam humus (Sutcliffe dan Baker 1975). Pemakaian N, P, dan K
(pupuk) dan varietas unggul, mengakibatkan jumlah Ca dan Mg yang terangkut ke
tanaman juga meningkat. Unsur Ca dan Mg biasa dihubungkan dengan masalah
kemasaman tanah dan pengapuran. Magnesium merupakan unsur yang sangat
banyak terlibat pada kebanyakan reaksi enzimatis. Mg terdapat pada mineral :
amfibol, biotit, dolomit, hornblende, olivin, dan serpentin.
Magnesium merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan
beberapa hara lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan perubahan warna
yang khas pada daun. Kadang-kadang pengguguran daun sebelum waktunya
merupakan akibat dari kekurangan magnesium (Hanafiah 2007). Selain itu,
masnesium merupakan pembawa posfat terutama dalam pembentukan biji
berkadar minyak tinggi yang mengandung lesitin (Agustina 2004).
2.4.8 Kalium (K)
Kalium ditemukan pada tahun 1807 oleh Sir Humphrey Davy, yang
dihasilkan dari potasy kaustik (KOH). Kalium merupakan logam pertama yang
didapatkan melalui proses elektrolisis. Kalium mempunyai simbol K (Bahasa
Latin: "Kalium" daripada bahasa Arab: "alqali") dan nombor atom 19 (Anonim
1991). Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang
22
diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium akan
membantu menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif Nitrat,
Fosfat, atau unsur lainnya. Hakim et al. (1986), menyatakan bahwa ketersediaan
Kalium merupakan Kalium yang dapat dipertukarkan dan dapat diserap tanaman
yang tergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri dan adanya
penambahan dari kaliumnya sendiri. Ketersediaan hara kalium di dalam tanah
dapat dibagi menjadi tiga bentuk yaitu kalium relative tidak tersedia, kalium
lambat tersedia, kalium sangat tersedia.
Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang
mengandung kalium. Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik
maka kalium akan larut dan kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar kalium
tanah yang larut akan tercuci atau tererosi dan proses kehilangan ini akan
dipercepat lagi oleh serapan tanaman dan jasad renik. Beberapa tipe tanah
mempunyai kandungan kalium yang melimpah. Kalium dalam tanah ditemukan
dalam mineral-mineral yang terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion
adsorpsi pada kation tertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman. Tanah-
tanah organik mengandung sedikit Kalium (Hakim et al. 1986).
Menurut Hardjowigeno (2007), unsur K dalam tanah berasal dari
mineral-mineral primer tanah (feldspar, dan mika) dan pupuk buatan (ZK).
Kalium diabsorpsi oleh tanaman dalam bentuk K+, dan dijumlahkan dalam
berbagai kadar di dalam tanah. Bentuk dapat ditukar atau bentuk yang tersedia
bagi tanaman biasanya dalam bentuk pupuk K yang larut dalam air seperti KCl,
K2SO4, KNO3, K-Mg-Sulfat-dan pupuk-pupuk majemuk. Kebutuhan tanaman
akan kalium cukup tinggi dan akan menunjukkan gejala kekurangan apabila
kebutuhannya tidak tercukupi. Dalam keadaan demikian maka terjadi translokasi
K dari bagian-bagian yang tua ke bagian-bagian yang muda. Dengan demikian
gejalanya mulai terlihat pada bagian bawah dan bergerak ke ujung tanaman.
Serapan kalium oleh tanaman dipengaruhi secara antagonis oleh serapan
Ca dan Mg (Kasno et al., 2004). Kalium mempunyai peranan yang penting dalam
proses-proses fisiolgis seperti : (1) metabolisme karbohidrat, pembentukan,
pemecahan dan translokasi pati, (2) metabolisme nitrogen dan sintesa protein, (3)
mengawasi dan mengatur aktivitas beragam unsur mineral, (4) netralisasi asam-
asam organik yang penting bagi proses fisiologis, (5) Mengaktifkan berbagai
enzim, (6) mempercepat pertumbuhan jaringan meristematik, dan (7) mengatur
pergerakan stomata dan hal-hal yang berhubungan dengan air (Hardjowigeno
2007).
Pengaruh kekurangan kalium secara keseluruhan baik terhadap
pertumbuhan maupun terhadap kualitasnya merupakan pengaruhnya terhadap
proses-proses fisiologis. Proses fotosintesis dapat berkurang bila kandungan
kaliumnya rendah dan pada saat respirasi bertambah besar. Hal ini akan menekan
persediaan karbohidrat yang tentu akan mengurangi pertumbuhan tanaman.
Peranan kalium dan hubungannya dengan kandungan air dalam tanaman adalah
penting dalam mempertahankan turgor tanaman yang sangat diperlukan agar
proses-proses fotosintesa dan proses-proses metabolisme lainnya dapat berkurang
dengan baik (Leiwakabessy 2003).
Di dalam tubuh tanaman kalium bukanlah sebagai penyusun jaringan
tanaman, tetapi lebih banyak berperan dalam proses metabolisme tanaman seperti
mengaktifkan kerja enzim, membuka dan menutup stomata (dalam pengaturan
penguapan dan pernapasan), transportasi hasil-hasil fotosintesis (karbohidrat),
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit tanaman
(Hasibuan 2006). Siklus Kalium sendiri dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Siklus Kalium
23
24
2.5 Sifat Biologi Tanah
2.5.1 Total Mikroorganisme Tanah
Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme. Jumlah tiap grup
mikroorganisme sangat bervariasi, ada yang terdiri dari beberapa individu, akan
tetapi ada pula yang jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah. Mikroorganisme
tanah itu sendirilah yang bertanggung jawab atas pelapukan bahan organik dan
pendauran unsur hara. Dengan demikian mikroorganisme tanah mempunyai
pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah (Anas 1989). Bakteri merupakan
kelompok mikroorganisme yang paling banyak jumlahnya. Dalam tanah subur
yang normal, terdapat 10 – 100 juta bakteri di dalam tanah. Angka ini meningkat
tergantung dari kandungan bahan organik suatu tanah tertentu (Rao 1994).
Selanjutnya Anas (1989), menyatakan bahwa jumlah total
mikroorganisme yang terdapat didalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan
tanah (fertility indeks), tanpa mempertimbangkan hal-hal lain. Tanah yang subur
mengandung sejumlah mikroorganisme, populasi yang tinggi ini menggambarkan
adanya suplai makanan atau energi yang cukup ditambah lagi dengan temperatur
yang sesuai, ketersediaan air yang cukup, kondisi ekologi lain yang mendukung
perkembangan mikroorganisme pada tanah tersebut. Jumlah mikroorganisme
sangat berguna dalam menentukan tempat organisme dalam hubungannya dengan
sistem perakaran, sisa bahan organik dan kedalaman profil tanah.
2.5.2 Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat (P)
Bakteri pelarut P pada umumnya dalam tanah ditemukan di sekitar
perakaran yang jumlahnya berkisar 103 - 106 sel/g tanah. Bakteri ini dapat
menghasilkan enzim Phosphatase maupun asam-asam organik yang dapat
melarutkan fosfat tanah maupun sumber fosfat yang diberikan (Santosa et.al.1999
dalam Mardiana 2007). Fungsi bakteri tanah yaitu turut serta dalam semua
perubahan bahan organik, memegang monopoli dalam reaksi enzimatik yaitu
nitrifikasi dan pelarut fosfat. Jumlah bakteri dalam tanah bervariasi karena
perkembangan mereka sangat bergantung dari keadaan tanah. Pada umumnya
jumlah terbanyak dijumpai di lapisan atas. Jumlah yang biasa dijumpai dalam
tanah berkisar antara 3 – 4 milyar tiap gram tanah kering dan berubah dengan
musim (Soepardi, 1983).
25
2.5.3 Jumlah Fungi Tanah
Fungi berperan dalam perubahan susunan tanah. Fungi tidak berklorofil
sehingga mereka menggantungkan kebutuhan akan energi dan karbon dari bahan
organik. Fungi dibedakan dalam tiga golongan yaitu ragi, kapang, dan jamur.
Kapang dan jamur mempunyai arti penting bagi pertanian. Bila tidak karena fungi
ini maka dekomposisi bahan organik dalam suasana masam tidak akan terjadi
(Soepardi 1983).
Menurut penelitian Arianto (2008), penurunan jumlah fungi tanah yang
diakibatkan oleh pembakaran hutan dalam proses penyiapan lahan telah mematikan
fungi tanah dan mengakibatkan menurunnya jumlah fungi tanah. Selain itu penurunan
jumlah fungi tanah juga diakibatkan karena semakin berkurangnya ketersediaan unsur
hara tanah yang membantu perkembangan fungi tanah akibat diserapnya unsur hara
tersebut oleh tanaman kelapa sawit demi mendukung pertumbuhannya.
2.5.4 Total Respirasi Tanah
Respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan tingkat aktivitas
mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi (mikroorganisme) tanah merupakan
cara yang pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat aktifitas
mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi telah mempunyai korelasi yang baik
dengan parameter lain yang berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah
seperti bahan organik tanah, transformasi N, hasil antara, pH dan rata-rata jumlah
mikroorganisrne (Anas 1989).
Penetapan respirasi tanah didasarkan pada penetapan :
1. Jumlah CO2 yang dihasilkan, dan
2. Jumlah O2 yang digunakan oleh mikroba tanah.
2.6 Kondisi Umum Lokasi Penelitian
2.6.1 Letak Geografis
Daerah penelitian terdapat di pesisir pantai utara Jawa (Pantura)
Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon. Lokasi tapak penambangan pasir
(Galian C) terdapat di desa Gumulung Tonggoh dan Lebak Mekar . Akses menuju
daerah penelitian dapat melalui jalan raya pantai utara (Pantura), terdapat ke arah
tenggara dari kota Cirebon, berjarak sekitar 15-20 km. Berada dekat pinggir jalan
26
tol tersebut dan di sebelah barat jalur rel kereta Kereta Api. Jika dari kota Cirebon
dicapai dengan kendaraan roda empat selama sekitar 1 jam dengan kondisi jalan
baik. Desa Gumulung Tonggoh merupakan desa yang dijadikan daerah penelitian.
Wilayah Kecamatan Astanajapura terbagi atas 14 desa, masing-masing desa yang
terkena langsung dalam penambangan Galian C dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Nama Desa dan Keterkaitan Tambang di Kecamatan Astanajapura.
Nama Desa Keterkaitan
Astanajapura -
Buntet Jalan truk pasir
Gumulung Lebak -
Gumulung Tonggoh Lokasi galian (tempat penelitian)
Japura Bakti -
Japura Kidul -
Kanci Jalur truk pasir dan penimbunan pasir
Kanci Kulon Jalur truk pasir dan penimbunan pasir
Kendal -
Lebak Mekar Lokasi Galian
Mertapada Kulon -
Mertapada Wetan -
Munjul -
Sidamulya -
Sumber : LP Unpad (2003)
Secara Geografis daerah penelitian terletak diantara 60 45’ 50” dan 60 48’
45” Lintang Selatan serta 1080 34’ 12” dan 1080 37’ 12” Bujur Timur. Dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Timur : Kecamatan Pangenan
b. Sebelah Barat : Kecamatan Mundu
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Lemah Abang
d. Sebelah Utara : Laut Jawa
Kegiatan pertambangan pasir di Kecamatan Astanajapura, Kabupaten
Cirebon ini sangat mendukung kegiatan pemerintah daerah dalam peningkatan
perbaikan ekonomi setempat dan regional. Pasir sebagai salah satu komoditas
hasil tambang utama Kabupaten Cirebon, telah mengalami pertumbuhan pesat
baik dalam eksploitasi hingga mempunyai produksi pasir mencapai mencapai
324.000 ton per tahun. Di samping itu dapat meningkatkan pendapatan berupa
pajak bagi Pemerintah Daerah sejalan dengan kebijakan Otonomi Daerah.
Sumber : Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Kabubaten Cirebon 2005
Gambar 5 Peta Lokasi Penambangan Galian C (Pasir) di Kecamatan Astanajapura
Kegiatan penambangan pasir di Kecamatan Astanajapura, Kabupaten
Cirebon dapat dibagi menjadi beberapa Kawasan Usaha Pertambangan berizin
atau Surat Izin Penambangan Daerah (SIPD) dan tanpa izin. Pelaksanaan dari
kegiatan penambangan tersebut ada yang dibiarkan saja dan meninggalkan
lobang-lobang kolam besar. Beberapa perusahaan yang mengeksploitasi bahan
galian pasir tersebut antara lain yaitu : PT. Rejeki Kurnia Alam, PT. AKIM, UD
Makmur, PT. Sumber Alam Mandiri dan UD Caringin Alam Sejahtera.
27
28
2.6.2 Iklim dan Topografi
Kabupaten Cirebon termasuk dalam iklim tropis dengan suhu udara rata-
rata 28oC. Kelembaban udara berkisar antara ± 48-93% dengan kelembaban udara
tertinggi terjadi pada bulan Januari-Maret dan angka terendah terjadi pada bulan
Juni-Agustus. Rata-rata curah hujan tahunan di Kabupaten Cirebon ± 2260
mm/tahun dengan jumlah hari hujan ± 155 hari. Berdasarkan klasifikasi iklim
Schmidt-Ferguson, iklim di Kabupaten Cirebon termasuk dalam tipe iklim C
dengan nilai Q ± 37,5% (persentase antara bulan kering dan bulan basah). Musim
hujan jatuh pada bulan Okober-April, dan musim kemarau jatuh pada bulan Juni-
September. Kota Cirebon merupakan dataran rendah dengan ketinggian bervariasi
antara 0-150 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan kemiringan lahannya
berkisar antara 0-15%.
2.6.3 Kondisi Penduduk dan Kebutuhan Air Bersih
Berdasarkan data statistik Jawa Barat, Jumlah penduduk di Kabupaten
Cirebon adalah 1.772.953 jiwa dan 2.034.093 jiwa (tahun 2002). Sedangkan di
Kecamatan Astanajapura jumlah penduduk (tahun 2002) adalah 94.690 jiwa dan
untuk jumlah penduduk di desa Gumulung Tonggoh sendiri adalah 7.353 jiwa.
Tingkat pertumbuhan 2,5 % dari tahun 1997-2003. Jenis mata pencaharian di desa
Gumulung Tonggoh terbanyak di sektor pertanian yaitu 1.171 jiwa.
Kebutuhan air bersih untuk saat ini dilayani oleh PDAM setempat
sebesar 7 l/detik yang diperoleh baik dari air tanah dan air permukaan. Setiap
tahun kebutuhan air bersih domestik akan meningkat dan belum dipasok oleh
PDAM ke pemukiman atau perkampungan yang berada diantara penggunaan
lahan lain yaitu kebun, tambak, kolam, rawa dan persawahan.
Desa Gumulung Tonggoh termasuk desa tertinggal (IDT), kebutuhan air
irigasi dipakai untuk pertanian dipasok dari saluran tersier yang telah ada.
Kualitas air tanah pada sumur gali umumnya terasa baik dan layak untuk
dikonsumsi secara langsung. Kebutuhan air didapat dari menyadap mata air di
daerah tinggi serta sumur-sumur gali, dengan kedalaman 16-17 m.
29
2.6.4. Penggunaan Lahan, Flora dan Fauna
Penggunaan lahan di daerah kawasan penambangan Kecamatan
Astanajapura kabupaten Cirebon terdiri dari lahan sawah, lahan perkebunan, lahan
untuk pertambangan, lahan pemukiman, dan lahan kritis. Penggunaan lahan sawah
merupakan lahan sawah yang berpengairan teknis. Penyebaran lahan sawah ini
sebagian besar menempati pedataran yaitu bagian sebelah timur dan utara daerah
penambangan. Penggunaan lahan bukan sawah digunakan untuk pertanian berupa
tegalan/ kebun, ladang/huma, penggembalaan/ padang rumput. Penyebaran
lahannya menempati lereng-lereng bukit. Penggunaan lahan hutan terdapat
disebelah timur daerah penambangan. Penggunaan lahan untuk pertambangan
sampai saat ini eksploitasi bahan tambangnya secara lebih intensif masih terpusat
pada batu pasir.
Penggunaan lahan pemukiman terutama ada di desa Gumulung Tonggoh,
Lebak Mekar, Buntet. Pola penyebaran kepadatan pemukiman untuk bermukim
yang sehat dan aman dari bencana alam serta memberikan lingkungan sesuai
untuk pengembangan masyarakat, dengan mempertahankan kelestarian
lingkungan. Infrastruktur, prasarana perhubungan cukup baik karena ditunjang
oleh prasarana perhubungan darat. Terdapat ruas jalan tol Kanci di sebelah utara
berjarak terdekat sekitar 236 m dari lokasi pertambangan pasir dan jalur rel kereta
api di sebelah timur berjarak terdekat sekitar 375 m.
Flora atau tanaman yang banyak dijumpai di sekitar kawasan
pertambangan pasir desa Gumulung Tonggoh mulai dari pepohonan hingga
tumbuhan bawah. Tanaman yang tumbuh di sekitar daerah penambangan antara
lain pohon jati (Tectona grandis), kayu putih (Melaleuca leucadendron), tebu
(Sacharum officinarum), mahoni (Swietenia macrophylla) jagung (Zea mays),
padi (Oriza sativa), pisang (Musa acuminata), kacang tanah (Arachis hypogaea
L).
Sedangkan untuk fauna atau hewan yang ditemukan di sekitar kawasan
pertambangan pasir desa Gumulung Tonggoh antara lain : burung gereja (Passer
montanus), pipit (Lonchura leucogastroides), kodok (Bufo melanostictus), kadal
(Mabuya multifascitata), Ayam hutan (Gallus varius).
2.6.5 Proses Kegiatan Penambangan Pasir (Galian C)
Dalam prosesnya, kegiatan penambangan pasir di desa Gumulung
Tonggoh memiliki beberapa tahapan mulai dari pembersihan vegetasi hingga pasir
dipasarkan sampai kepada konsumen. Bagan alir proses penambangan pasir di
desa Gumulung Tonggoh disajikan pada Gambar 6.
Pengambilan atau engerukan batuan
asir (menggunakan eko/ escavator
30
Gambar 6 Bagan Alir Proses Penambangan Pasir
pp
b
Pengangkutan batuan pasir
dengan truk ke lokasi
penyaringan pasir
Pengumpulan Pemasaran
Pengupasan lapisan topsoil dengan
Vegetasi di atas tanah
31
III. METODE PENELITIAN
3.1 Bahan Penelitian
Penelitian ini menggunakan data analisis sifat fisik, kimia, biologi tanah
di lahan bekas penambangan pasir (galian C) di Desa Gumulung Tonggoh,
Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon yang diperoleh dari Tim
Kementrian Negara Lingkungan Hidup. Pengambilan sampel dilakukan Tim
Kementrian Negara Lingkungan Hidup pada tahun 2006. Kemudian data
penunjang lainnya meliputi :
• Data statistik kondisi umum wilayah Kecamatan Astanajapura.
• Arsip dan dokumentasi yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan di lokasi
pertambangan pasir (Galian C) Desa Gumulung Tonggoh, Kecamatan
Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat.
• Peta lokasi tambang Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi
Jawa Barat.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
pengambilan sampel tanah secara Purposive Sampling yang dilakukan oleh Tim
Kementrian Negara Lingkungan Hidup. Kemudian dilakukan perbandingan
menggunakan uji statistik untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan atau tidak
berkaitan dengan sifat-sifat tanah pada tiga lokasi yang dikaji sebagai akibat dari
kegiatan pertambangan pasir (Galian C).
3.3 Analisis Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah
Analisis tanah dilakukan untuk menentukan sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah sehingga dapat diketahui tingkat kesuburan tanah tersebut. Sifat-sifat tanah
yang ditetapkan dan metode analisis tanah yang digunakan disajikan pada Tabel 4.
3.4 Analisis Data
Data hasil analisis sifat fisik, kimia, dan biologi tanah dianalisis
menggunakan program SPSS. Analisis sidik ragam dengan uji F terhadap variabel
yang diamati, dilakukan untuk mengetahui perubahan sifat fisik, kimia dan biologi
tanah paska kegiatan pertambangan pasir (Galian C). Apabila F diperoleh
32
perbedaan yang nyata (Signifikansi/ peluang nyata < 0,05), maka dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui lokasi mana yang memberikan
perbedaan yang nyata dengan menggunakan uji Duncan.
Tabel 4 Metode Analisis Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah Parameter Metode Analisis
Sifat Fisik
Tekstur Pipet
Bulk Density Gravimetrik
Porositas
Permeabilitas
Perhitungan Ruang Pori Total
Lambe
Sifat Kimia
pH pH meter
KTK
C-Organik
NH4OAc N pH 7.0, titrasi
Walkey and Black
N-Total Kjeldahl
P-bray Bray 1, Spektrofotometer
Ca, Mg, K, Na NH4OAc N pH 7.0, AAS
Sifat Biologi
Total Mikroorganisme Tanah
Total Fungi Tanah
Total Bakteri Pelarut P
Plate Count (NA)
Plate Count (NA)
Plate Count (NA)
Total Respirasi Tanah Penangkapan CO2
33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisik Tanah
Sifat fisik tanah yang diukur dan dianalisa dari kawasan penambangan
pasir (galian C) selain tekstur dan struktur tanahnya antara lain adalah kerapatan
limbak (bulk density), porositas tanah, pori drainase sangat cepat dan
permeabilitas tanah. Untuk kebutuhan analisa, jumlah sampel tanah yang diambil
sebanyak 6 (enam) sampel dengan 3 (tiga) lokasi berbeda yang masing-masingnya
diambil 2 (dua) kali ulangan.
Tanah yang terdapat di kawasan penambangan pasir (Galian C) desa
Gumulung Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon termasuk ke
dalam tanah pasir dan pasir berlempung. Berdasarkan hasil analisa dengan metode
pipet kandungan pasirnya tinggi, tanah yang berasal dari galian pasir terasa kasar
sangat jelas, tidak melekat, tidak dapat dibentuk bola dan gulungan. Sedangkan
untuk tanah yang berasal dari sawah dan kebun campuran terasa kasar jelas,
sedikit sekali melekat dan dapat dibentuk bola yang mudah sekali hancur.
Sehingga berdasarkan ciri-ciri tersebut mengacu pada Hardjowigeno (2007),
untuk tanah yang berasal dari galian pasir (galian C) merupakan tanah bertekstur
pasir dan untuk tanah yang berasal dari sawah dan kebun campuran merupakan
tanah bertekstur pasir berlempung (tanah bertekstur kasar).
Struktur tanah adalah penyusunan antar partikel tanah primer (bahan
mineral) dan bahan organik serta oksida, membentuk agregat sekunder atau
susunan partikel tanah membentuk pola keruangan (Notohadiprawiro 1999). Pada
lokasi penambangan pasir tanahnya tidak memiliki struktur karena butir-butir
tanah tidak melekat satu sama lain atau biasa disebut lepas atau struktur tunggal.
Menurut Rachmi dan Suwardi (1999), tanah dengan ciri tersebut dapat
digolongkan kedalam tanah tanah regosol. Sedangkan untuk tanah pada lokasi
sawah dan kebun campuran dapat dikatakan berstruktur massive atau pejal karena
memiliki sedikit kandungan lempung yang ketika dalam keadaan basah butir-butir
tanah dapat melekat satu sama lain (Hardjowigeno 2007) dan sesuai dengan
pernyataan Darmawijaya (1997) mengenai ciri-ciri tanah vertisol maka tanah pada
lokasi sawah dan kebun campuran termasuk dalam tanah vertisol. Hal tersebut
dikarenakan pada tanah sawah dan kebun campuran memiliki kandungan lempung
walaupun hanya sedikit sedangkan untuk tanah pada lokasi lahan paska
penambangan termasuk tanah regosol jika dilihat berdasarkan tekstur, struktur,
dan konsentrasinya.
Hasil analisa sifat fisik tanah dari kawasan penambangan pasir (galian C)
di desa Gumulung Tonggoh dapat dilihat pada Lampiran 1. Kegiatan
penambangan pasir (galian C) telah mempengaruhi kondisi dan sifat fisik dari
tanah yang ada. Perubahan sifat fisik tanah tersebut dapat dilihat secara lengkap
pada Tabel 5.
Tabel 5 Perubahan Nilai dan Rataan Sifat Fisik Tanah pada Lokasi Penelitian
Sifat Fisik Kebun Campuran Sawah (Padi) Galian C Rataan
Total Lokasi 1
Lokasi 2
Rata-rata
Lokasi 1
Lokasi 2
Rata-rata
Lokasi 1
Lokasi 2
Rata-rata
Bulk Density (g/cc) 0,92 1,04 0,98 0,95 0,87 0,91 1,47 1,32 1,40 1,10
Porositas (%) 65,16 60,94 63,05 64,25 67,15 65,70 44,61 50,26 47,44 58,73 Pori Drainase Sangat Cepat
(%) 22,71 20,58 21,65 13,69 17,20 15,45 6,17 11,84 9,01 15,37 Permeabilitas
(cm/jam) 33,76 23,20 28,48 10,32 10,69 10,51 3,72 14,14 8,93 15,97
4.1.1 Kerapatan Limbak (Bulk Density)
Metode yang digunakan dalam menganalisis Bulk Density tanah adalah
dengan menggunakan metode gravimetrik yaitu dengan mengukur perbandingan
berat kering contoh tanah per unit volume tanah yang dinyatakan dalam satuan
g/cc.
Gambar 7 Perbandingan Nilai Bulk Density (g/cc) pada Lokasi Penelitian
34
35
Berdasarkan data yang diperoleh, lokasi penelitian memiliki nilai rataan
total Bulk Density sebesar 1.10 g/cc, dengan nilai Bulk Density di tiap lokasi
berbeda-beda yaitu pada lokasi 1 kebun campuran 0.92 g/cc, lokasi 2 kebun
campuran 1.04 g/cc, lokasi 1 sawah (padi) 0.95 g/cc, lokasi 2 sawah (padi) 0,87
g/cc, lokasi 1 galian C nilai Bulk Densitynya sebesar 1.47 g/cc dan pada lokasi 2
galian C nilai bulk density sebesar 1.32 g/cc. Rataan nilai Bulk Density di tiap-tiap
lokasi dapat dilihat pada Gambar 7.
Soepardi (1983) menyatakan bahwa butir pasir biasanya berdekatan satu
sama lain sehingga menghasilkan Bulk Density tinggi, di samping itu tanah
berpasir rendah kadar bahan organiknya. Berdasarkan data pada Tabel 5 dan
Gambar 7, dapat dilihat bahwa nilai rataan Bulk Density antara ketiga lokasi
tersebut yang terbesar adalah pada lokasi paska penambangan pasir (galian C),
baik itu pada tiap-tiap lokasinya maupun pada nilai rataannya.
Pada lokasi penambangan pasir terjadi ketidakstabilan struktur tanah
akibat proses penambangan, terjadi pemadatan tanah akibat penggunaan alat-alat
berat dalam proses penambangan yang menyebabkan pori-pori tanah semakin
kecil (ruang pori berkurang) sehingga porositas kecil yang menyebabkan aerasi
tanah tidak baik dan pada akhirnya akan menyulitkan pertumbuhan akar tanaman
oleh karena itulah memiliki nilai Bulk Density yang lebih tinggi.
Menurut (Hardjowigeno 2007), tanah dengan ruang pori berkurang dan
berat tanah setiap satuan bertambah menyebabkan meningkatnya bobot isi tanah.
Tanah dengan bobot yang besar akan sulit meneruskan air atau sulit ditembus akar
tanaman, begitu pula sebaliknya tanah dengan bobot isi rendah, akar tanaman
lebih mudah berkembang.
Hasil perhitungan statistik dengan menggunakan program SPSS 13.0
untuk sifat fisik tanah dengan karakteristik sifat fisik tanah berupa Bulk Density
menunjukan nilai tertentu dan analisa yang berbeda-beda dari ketiga lokasi
(sawah, kebun campuran, galian C). Data hasil perhitungan dapat di lihat pada
Lampiran 3 (Bulk Density), atau seperti yang disajikan pada hasil Sidik Ragam
yang disajikan dalam Tabel 6.
Dalam perhitungan sidik ragam, digunakan tingkat kepercayaan 95%.
Berdasarkan hasil uji sidik ragam tersebut untuk Bulk Density diperoleh nilai F-
hitung sebesar 19,064 dengan hasil signifikansi 0,02 dimana nilai tersebut < 0,05
yang menandakan adanya perbedaan terhadap nilai Bulk Density antara lokasi
(Berbeda nyata), maka dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui
perlakuan mana yang memberikan pengaruh berbeda pada nilai Bulk Density
dengan menggunakan uji Duncan. Berikut ini hasil perhitungan rataan, standar
deviasi dan uji Duncan dalam Tabel 7.
Tabel 6 Hasil Sidik Ragam untuk Bulk Density (g/cc)
Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah Fhit Sig. Perlakuan 0,275 2 0,137 19,046 0,02* Galat 0,022 3 0,007 Total 0,297 5
Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)
Tabel 7 Hasil Uji Duncan untuk nilai Bulk Density Lokasi Rataan Std. Deviasi N Kelompok Duncan
Sawah (Padi) 0,91 0,085 2 A Kebun Campuran 0,98 0,057 2 A Galian C 1,395 0,106 2 BTotal 1,095 0,244 6
Berdasarkan hasil uji sidik ragam dan uji Duncan dapat diketahui bahwa
antar lokasi penelitian memiliki perbedaan yang nyata dimana kondisi rataan dan
grup uji Duncan pada Bulk Density di lokasi kebun campuran dan sawah berbeda
nyata dengan di lokasi galian C yang menandakan juga bahwa kegiatan
penambangan pasir (galian C) telah mempengaruhi secara nyata terhadap nilai
Bulk Density terlebih lagi jika dibandingkan dengan kebun campuran dan sawah
yang tanahnya memiliki vegetasi penutup lahan yang dapat menghalangi lapisan
permukaan tanah dari pukulan dan hempasan air hujan.
Adanya pengolahan tanah dan pemberian bahan pengkondisian tanah
(seperti bahan organik, pupuk organik (pupuk kandang, kompos)) merupakan
salah satu cara untuk menurunkan berat volum tanah (Bulk Density tinggi),
sehingga tanah lebih bergumpal dan menjadi longgar. Hal ini seperti dinyatakan
oleh Soegiman (1982), bahwa tanah yang lepas dan bergumpal akan mempunyai
berat persatuan volume (Bulk Density) rendah dan kerapatan massa yang terjadi
ditentukan oleh butir-butir tanah padat.
36
4.1.2 Porositas Tanah
Berdasarkan data yang diperoleh, lokasi penelitian memiliki nilai rataan
total Porositas tanah sebesar 58.73%, dengan nilai Porositas di tiap lokasi
berbeda-beda berkisar 44,61% - 67,15% dengan rincian nilai yang terendah adalah
pada lokasi 1 penambangan galian C yaitu dengan porositas tanah sebesar 44,61%
dan lokasi yang memiliki nilai porositas tanah tertinggi adalah pada lokasi 2
sawah (padi) yaitu sebesar 67,15%. Rataan nilai Porositas Tanah di tiap-tiap
lokasi dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Perbandingan Nilai Porositas Tanah (%) pada Lokasi Penelitian
Pada Tabel 5 dan Gambar 8 terlihat begitu jelas bahwa nilai porositas
tanah pada lokasi penambangan pasir galian C tergolong jauh lebih rendah
dibandingkan dengan lokasi kebun campuran dan sawah. Hal tersebut
membuktikan bahwa kegiatan penambangan pasir (galian C) telah mengakibatkan
porositas tanah pasir yang ada menjadi buruk. Kejadian yang demikian juga dapat
disebabkan oleh berubahnya ukuran pori tanah yang semakin kecil akibat
penggunaan alat-alat berat dalam proses penambangan pasir sehingga tanah
menjadi padat. Porositas tanah dipengaruhi oleh besar kecilnya pori tanah.
Selain itu menurut Hardjowigeno (2007), porositas tanah dipengaruhi
oleh kandungan bahan organik, struktur, ukuran pori dan tekstur tanah. Porositas
tanah tinggi jika bahan organik tinggi. Tanah-tanah dengan struktur remah atau
granular mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada tanah-tanah yang
37
38
berstruktur pejal. Sedangkan untuk jenis tanah pada lokasi penelitian tanah pasir
pada umumnya memiliki kandungan bahan organik yang rendah dan tidak
memiliki struktur tanah sehingga porositas cenderung buruk.
Hal tersebut di atas telah ditekankan pula oleh Foth (1994), bahwa tanah
permukaan yang pasir mempunyai porositas lebih kecil daripada tanah liat (kebun
campuran dan sawah memiliki sedikit kandungan liat). Berarti bahwa tanah pasir
mempunyai volume yang lebih sedikit yang ditempati oleh ruang pori. Air selalu
bergerak lebih cepat melalui tanah pasir daripada tanah liat. Keterangan untuk
bukti-bukti yang kelihatannya bertentangan ini berada pada ukuran pori-pori yang
ditemukan pada masing-masing tanah.
Dalam kasus tanah pasir di lokasi penambangan pasir galian C
Gumulung Tonggoh, tanahnya telah mengalami pemadatan karena penggunaan
alat-alat berat sehingga semakin kecil ruang pori dan drainase maupun aerase
menjadi buruk. Pernyataan Ghilyal (1978) yang mendukung analisa tersebut yaitu
bahwa pemadatan adalah peningkatan kerapatan tanah disebabkan oleh muatan
atau tekanan dinamik. Selama pemadatan, partikel-partikel tanah bergerak
menjadi lebih rapat, sehingga dapat meningkatkan bobot isi; pori mikro;
koduktivitas termal; difusifitas dan peningkatan hara secara difusi serta
menurunkan pori makro, konduktivitas hidrolik dan laju pengambilan air.
Semakin tinggi nilai Bulk Density maka nilai porositas tanahnya semakin rendah.
Hasil perhitungan statistik dengan menggunakan program SPSS 13.0
untuk karakteristik sifat fiasik tanah dalam hal ini untuk karakter porositas tanah
dapat di lihat pada Lampiran 4 (porositas tanah), atau seperti tertera pada hasil
Sidik Ragam yang dimuat dalam Tabel 8. Dalam perhitungan sidik ragam,
digunakan tingkat kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil uji sidik ragam tersebut
untuk Porositas tanah diperoleh nilai F-hitung sebesar 20,105 dengan hasil
signifikansi 0.018 dimana nilai tersebut < 0.05 (α) yang menandakan adanya
perbedaan (berbeda nyata) terhadap nilai porositas tanah antara lokasi, maka
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan menggunakan uji Duncan untuk
mengetahui perlakuan mana yang memberikan pengaruh berbeda pada nilai
porositas tanah. Hasil uji Duncan untuk nilai porositas tanah disajikan dalam
Tabel 9.
Tabel 8 Hasil Sidik Ragam untuk Porositas Tanah (% Volume)
Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)
Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah Fhit Sig. Perlakuan 389,641 2 194,820 20,105 0,018* Galat 29,070 3 9,690 Total 418,711 5
Tabel 9 Hasil Uji Duncan untuk Nilai Porositas Tanah
Lokasi Rataan Std. Deviasi N Kelompok Duncan Galian C 47,44 3,995 2 A Kebun Campuran 63,05 2,984 2 BSawah (Padi) 65,70 2,051 2 BTotal 58,73 9,151 6
Berdasarkan hasil uji sidik ragam dan uji Duncan dapat diketahui bahwa
antar lokasi memiliki perbedaan yang nyata yang mana kondisi porositas tanah di
lokasi kebun campuran dan sawah berbeda dengan di lokasi galian C yaitu pada
galian C memiliki nilai rataan porositas yang paling rendah kemudian sawah padi
dan yang tertinggi adalah pada kebun campuran. Hal tersebut memperkuat bukti
bahwa penambangan pasir galian C telah berpengaruh nyata terhadap perubahan
sifat fisik tanah; porositas tanah (tanah menjadi padat). Selain menyebabkan
pemadatan tanah, proses penambangan pasir juga menghilangkan vegetasi
permukaan tanah yang berperan dalam kestabilan pori tanah.
4.1.3 Pori Drainase Sangat Cepat
Terkait dengan pori-pori tanah, ada pula parameter yang diamati yaitu
pori drainase sangat cepat. Hasil analisa tanah berupa nilai pori drainase sangat
cepat di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 5 dan Gambar 9 menunjukan
bahwa nilai pori drainase tanah berkisar antara 6,17-22,71% volume, dengan rata-
rata sebesar 15,37 % volume. Pori drainase tertinggi terdapat pada lokasi 1 kebun
campuran, yaitu sebesar 22,71 % volume tanah, sedangkan porositas tanah
terendah berada di lokasi 1 galian C, yaitu sebesar 6,17 % volume tanah. Nilai
tersebut memberi arti bahwa rataan nilai pori drainase tanah pada lokasi
penambangan pasir (galian C) memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan
dengan lokasi kebun campuran maupun sawah baik untuk lokasi 1 ataupun lokasi
2, hal ini disebabkan karena telah terjadi peningkatan Bulk Density setelah
39
kegiatan penambangan pasir sehingga tanah menjadi lebih padat (karena
penggunaan alat berat, struktur tanah berubah) dan porositas tanah menjadi rendah
(jika nilai Bulk Density tinggi maka porositas tanah rendah pori drainase sangat
cepatnya menjadi rendah).
Selain itu, padatnya tanah mengakibatkan aerasi yang tidak baik serta
sedikitnya air yang tersedia dalam tanah. Hal tersebut membuktikan bahwa
kegiatan penambangan pasir (galian C) telah mengakibatkan perubahan pada pori-
pori tanah baik ukurannya maupun strukturnya.
Gambar 9 Perbandingan Nilai Pori Drainase Sangat Cepat (% Volume) pada Lokasi Penelitian
Hasil perhitungan statistik dengan menggunakan program SPSS 13.0
untuk karakter sifat tanah pori drainase sangat cepat dapat di lihat pada Lampiran
5 (pori drainase sangat cepat), atau seperti tertera pada hasil Sidik Ragam yang
dimuat dalam Tabel 10.
Dalam perhitungan sidik ragam, digunakan tingkat kepercayaan 95%.
Berdasarkan hasil uji sidik ragam (Tabel 10) tersebut untuk pori drainase sangat
cepat diperoleh nilai F-hitung sebesar 9,782 dengan hasil signifikansi 0.048
dimana nilai tersebut < 0.05 (α) yang menandakan bahwa kegiatan penambangan
pasir berpengaruh nyata terhadap nilai pori drainase pada ketiga penutupan lahan,
maka dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan menggunakan uji Duncan untuk
mengetahui perlakuan mana yang memberikan pengaruh berbeda pada nilai
40
porositas tanah. Hasil perhitungan rataan, standar deviasi, uji Duncan disajikan
dalam Tabel 11.
Tabel 10 Hasil Sidik Ragam untuk Pori Drainase Sangat Cepat (% volume)
Sumber Jumlah Kuadrat Df Kuadrat Tengah Fhit Sig. Perlakuan 159,79 2 79,894 9,782 0,048* Galat 24,50 3 8,168 Total 184,29 5
Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)
Tabel 11 Hasil Uji Duncan untuk Pori Drainase Sangat Cepat
Lokasi Rataan Std. Deviasi N Kelompok Duncan Galian C 9,01 4,009 2 A Sawah (Padi) 15,45 2,482 2 A B Kebun Campuran 21,65 1,506 2 B Total 15,37 6,071 6
Berdasarkan hasil uji Duncan pada Tabel 11 dapat diketahui bahwa
lokasi sawah memiliki nilai pori drainase sangat cepat yang tidak berbeda nyata
dengan galian C tetapi tidak berbeda nyata juga dengan lokasi kebun campuran.
Hal demikian dapat terjadi karena ketidak normalan data yang didapat sebagai
pengaruh dari jumlah sampel yang sedikit ataupun karena galat yang terjadi
(untuk lebih jelasnya dapat dianalisa berdasarkan data pada Lampiran 5).
Ruang pori total pada tanah pasir mungkin rendah tetapi mempunyai
proporsi yang besar yang disusun daripada komposisi pori-pori yang besar yang
sangat efisien dalam pergerakan udara dan airnya. Persentase volume yang dapat
terisi oleh pori-pori kecil pada tanah pasir rendah menyebabkan kapasitas
menahan airnya rendah. Sebaliknya tanah-tanah permukaan dengan tekstur halus
mempunyai ruang pori total lebih banyak dan proporsinya relatif besar yang
disusun oleh pori-pori kecil.
4.1.4 Permeabilitas
Permeabilitas adalah kecepatan laju air dalam medium massa tanah
Hardjowigeno (2007), atau menurut Haridjaja et al (1983), permeabilitas
merupakan kecepatan bergeraknya suatu cairan pada suatu media dalam keadaan
jenuh. Sifat ini penting artinya dalam keperluan drainase dan tata air tanah.
Permeabilitas sendiri dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah serta distribusi
ukuran pori, stabilitas agregat, struktur tanah dan kandungan bahan organik.
41
42
Permeabilitas di lokasi penelitian berkisar antara 3,72 cm/jam - 33,76
cm/jam, dengan rata-rata sebesar 53,28 cm/jam. Mengacu pada pernyataan
Hardjowigeno (2003), permeabilitas di lokasi 1 kebun campuran tergolong pada
kelas sangat tinggi (nilai rata-rata permeabilitas > 25 cm/jam), artinya
kemampuan tanah di lokasi tersebut untuk meloloskan air ke lapisan bawah sangat
tinggi, yaitu sebesar rata-rata sebesar 53,28 cm dalam 1 (satu) jam. Permeabilitas
tanah pada lokasi sawah (1 dan 2) tergolong pada kelas permeabilitas agak cepat
dengan rata-rata nilainya 10,51 cm/jam. Sedangkan untuk permeabilitas tanah
pada lokasi penambangan pasir (galian C) terdapat ketimpangan antara lokasi 1
dan 2, yaitu pada lokasi 1 nilai permeabilitas tergolong dalam kelas permeabilitas
sedang (2,0 – 6,5 cm/jam) dengan nilai 3,72 cm/jam dan untuk lokasi 2 nilai
permeabilitasnya tergolong cepat dengan nilai 14,14 cm/jam.
Jika diamati pada Tabel 5 dan Gambar 10, dapat dilihat bahwa rataan
nilai permeabilitas tanah mengalami penurunan atau lebih rendah dari lokasi
kebun campuran dan sawah. Hal tersebut diduga karena kandungan bahan organik
pada lokasi penambangan sangat sedikit terlebih lagi setelah dilakukan
pengerukan pasir yang menyebabkan tanah tidak memiliki kemampuan untuk
menahan air maupun apalagi untuk memperbaiki struktur tanah. Perbandingan
besarnya permeabilitas tanah di ketiga lokasi dapat dilihat pada Gambar 10.
Berdasarkan perhitungan secara statistik (Tabel 12), diperoleh nilai F-
hitung sebesar 6,428 dengan nilai signifikansi sebesar 0,082. Nilai tersebut
memberi arti bahwa kegiatan pertambangan pasir pada lokasi galian C tidak
mempengaruhi secara nyata terhadap permeabilitas tanah dan tidak ada perbedaan
yang signifikan antar ketiga lokasi penelitian. Nilai signifikansi permeabilitas
tidak terlalu jauh dari taraf nyata α 0,05, hanya selisih 0,022 (untuk lebih jelasnya
dapat dianalisa berdasarkan data pada Lampiran 6) .
Setelah dianalisa berdasarkan data hasil penelitian tanah yang dilakukan
Tim Kementrian Negara Lingkungan dari tiga lokasi berbeda di desa Gumulung
Tonggoh, kecamatan Astanajapura, kabupaten Cirebon yaitu tanah pada lokasi
sawah yang ditanami padi, tanah pada lokasi kebun campuran, dan tanah pada
lokasi bekas tambang pasir dapat dikatakan bahwa dari ketiga lokasi tersebut
memiliki sifat fisik tanah yang berbeda dan dari setiap karakteristik sifat fisik
memiliki rentang batas yang berbeda-beda pula tetapi antara nilai pada keempat
sifat tanah yang dianalisa (bulk density, porositas tanah, pori drainase sangat cepat
dan permeabilitas) saling berkaitan satu sama lain sehingga jika terjadi perubahan
nilai dari masing-masing karakteristik sifat tanah maka akan berpengaruh kepada
kestabilan sifat yang lain.
43
Gambar 10 Perbandingan Nilai Permeabilitas (cm/jam) pada Lokasi Penelitian
Tabel 12 Hasil Sidik Ragam untuk Permeabilitas (cm/jam)
Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)
Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah Fhit Sig. Perlakuan 471,856 2 235,928 6,428 0,082 Galat 110,113 3 36,704 Total 581,969 5
Jika nilai Bulk Density meningkat, maka akan terjadi penurunan pada
nilai porositas, nilai pori drainase sangat cepat dan permeabilitas tanahnya pun
ikut menurun. Hal tersebut berlaku pada semua lokasi baik pada tanah sawah,
tanah pada kebun campuran maupun tanah pada lahan paska tambang pasir (galian
C). Hasil analisa tanah menunjukan bahwa tanah pada lokasi kebun campuran
memiliki kriteria yang cukup baik untuk pertumbuhan tanaman terutama jika
dilihat dari nilai permeabilitasnya yang tergolong cepat dan berarti mampu untuk
mengalirkan air masuk ke dalam tubuh tanah.
Pada lokasi sawah yang baik adalah yang memiliki permeabilitas tanah
yang rendah agar air dapat tergenang akan tetapi untuk permeabilitas pada sawah
44
dalam penelitian ini nilai permeabilitasnya tergolong agak cepat sehingga sedikit
kemungkinan sawah tergenang terlebih lagi jenis tanahnya adalah pasir
berlempung (sedikit sekali mengandung liat). Hal tersebut bersesuaian dengan
batasan nilai permeabilitas dalam buku Hardjowigeno 2003.
Sedangkan pada lokasi penambangan pasir, seharusnya untuk tanah
dengan jenis tersebut, nilai permeabilitasnya, porositas, dan pori drainasenya
cenderung tinggi, tetapi pada lahan bekas tambang pasir ini justru nilai
permeabilitas, porositas, pori permeabilitasnya rendah dan nilai bulk density yang
tinggi. Hal tersebut dapat terjadi karena pada lokasi paska penambangan pasir
(galian C) menaglami pemadatan tanah akibat penggunaan alat berat serta akibat
hilangnya vegetasi penutup lahan. Berdasarkan analisa sidik ragam dan uji
Duncan tersebut, secara umum terlihat bahwa kegiatan penambangan pasir (galian
C) berpengaruh nyata terhadap perubahan sifat fisik tanah di kawasan
penambangan pasir (galian C) desa Gumulung Tonggoh, kecamatan Astanajapura,
kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
4.2 Sifat Kimia Tanah
Sifat tanah yang dianalisa dalam penelitian ini antara lain derajat
kemasaman tanah (pH), C-Organik, N-Total, P Bray, kation-kation basa (Ca, Mg,
K, Na, KTK), dan kejenuhan basa. Metode yang digunakan dalam menganalisa
sifat-sifat kimia tersebut berbeda-beda. Untuk kebutuhan analisa, jumlah sampel
tanah yang diambil sebanyak 6 (enam) sampel dengan 3 (tiga) lokasi berbeda
yang masing-masingnya diambil 2 (dua) kali ulangan. Jumlah sampel dan ulangan
yang digunakan tergolong sedikit dikarenakan metode dan biaya dalam
menganalisa tanah di laboratorium tergolong mahal. Nilai sifat-sifat kimia tanah
dan rata-ratanya disajikan pada Tabel 13.
Hasil analisis sifat kimia tanah terlampir pada Lampiran 1 dan rata-rata
nilai sifat kimia tanah pada Tabel 13. Berdasarkan hasil analisa sifat kimia tanah
tersebut, terlihat bahwa kegiatan penambangan pasir (galian C) di desa Gumulung
Tonggoh, kecamatan Astanajapura, kabupaten Cirebon telah menyebabkan
terjadinya perubahan-perubahan pada sifat kimia tanah yang telah disajikan pada
Tabel 13.
Tabel 13. Perubahan Nilai dan Rataan Sifat Kimia Tanah pada Lokasi Penelitian
Sifat Kimia Kebun Campuran Sawah (Padi) Galian C Rataan Total Lokasi
1 Lokasi
2 Rata-rata
Lokasi 1
Lokasi 2
Rata-rata
Lokasi 1
Lokasi 2
Rata-rata
pH 6,40 5,60 6,00 6,40 6,60 6,5 7,10 7,20 7,15 6,65 KTK
(me/100 g) 25,19 24,27 24,73 25,20 22,52 23,86 3,07 6,52 4,80 17,75 C-Organik
(%) 1,08 2,02 1,55 1,19 0,62 0,91 0,19 0,15 0,17 0,88 Nitrogen Total (%) 0,09 0,21 0,15 0,28 0,08 0,18 0,02 0,02 0,02 0,12
Pospor (ppm) 2,60 2,90 2,75 3,80 2,90 3,37 5,90 4,90 5,40 3,84
Kalsium (Ca)
(me/100 g) 26,10 24,40 25,25 20,64 16,30 18,47 5,30 9,30 7,30 17,10
Magnesium (Mg)
(me/100 g) 11,05 12,21 11,63 10,66 8,24 9,45 3,01 4,36 3,69 8,26
Kalium (K) (me/100 g) 0,63 0,43 0,53 0,42 0,65 0,54 0,41 0,41 0,41 0,49
Natrium (Na)
(me/100 g) 1,31 1,32 1,32 1,28 1,36 1,32 1,30 1,47 1,39 1,34
4.2.1 Derajat Kemasaman Tanah (pH)
Reaksi tanah yang menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah
dinilai berdasarkan konsentrasi H+ dan dinyatakan dengan nilai pH. Bila dalam
tanah ditemukan ion H+ lebih banyak dari OH-, maka disebut masam (pH <7).
Dengan kata lain makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, semakin masam tanah
tersebut. Bila ion H+ sama dengan ion OH- maka disebut netral (pH=7), dan bila
ion OH- lebih banyak dari pada ion H+ maka disebut alkalin atau basa (pH >7)
(Hakim dkk, 1986). Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, semakin masam
tanah tersebut (Hardjowigeno, 2007). Kemasaman tanah merupakan salah satu
sifat penting sebab terdapat beberapa hubungan pH dengan ketersediaan unsur
hara, juga terdapat beberapa hubungan antara pH dengan semua pembentukan
serta sifat-sifat tanah (Foth 1988).
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa nilai pH tertinggi berada pada
lokasi 2 penambangan pasir (galian C) yaitu sebesar 7,2. Mengacu pada
Purwowidodo (2005) pH tersebut tergolong alkalis atau basa (>7,00). Sedangkan
nilai pH terendah berada pada lokasi 2 kebun campuran yaitu sebesar 5,6 (agak
masam). Rata-rata total derajat kemasaman tanah di lokasi penelitian yaitu sebesar
45
6,65 berkisar antara 5,6-7,2. Nilai pH yang dianalisis selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 13 dan Gambar 11.
Gambar 11 Perbandingan Nilai Derajat Kemasaman Tanah pada Lokasi Penelitian
Berdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa terjadi peningkatan pH pada
lokasi paska penambangan pasir (galian C) jika dibandingkan dengan lokasi
kebun campuran dan lokasi sawah. Peningkatan rataan pH diduga disebabkan oleh
pemadatan tanah, jika mengacu pada Purwowidodo (2005), tanah di lokasi paska
penambangan pasir tergolong alkalis atau pun cukup netral. Jika suatu lahan
memiliki nilai pH antara 6-7 (netral) maka dapat diindikasikan bahwa lahan
tersebut cocok untuk berbagai jenis tanaman, hanya saja diperlukan tambahan
pupuk untuk menyeimbangkan kandungan mineral-mineral tanah yang berfungsi
untuk mendukung pertumbuhan tanaman agar selalu tumbuh dengan kondisi baik.
Tabel 14 Hasil Sidik Ragam Terhadap Derajat Kemasaman Tanah (pH)
Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)
Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah Fhit Sig. Perlakuan 1,330 2 0,665 5,783 0,093 Galat 0,345 3 0,115 Total 1,675 5
46
47
Berdasarkan perhitungan secara statistik (Tabel 14), diperoleh nilai F-
hitung sebesar 5,783 dengan nilai peluang nyata sebesar 0,093 dengan demikian
dapat diartikan bahwa kegiatan penambangan pasir (galian C) di lokasi penelitian
tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya derajat kemasaman tanah (pH) dan
terhadap perlakuan lain dari lokasi penelitian tidak berbeda nyata. Pada dasarnya,
jika dalam perhitungan sidik ragam nilai signifikansi telah melampaui nilai α
(selang kepercayaan 0,05) maka nilai tersebut menunjukan bahwa antar perlakuan
atau lokasi penelitian tidak memiliki perbedaan yang nyata atau perbedaannya
tidak signifikan dan juga dapat menunjukan bahwa perlakuan tidak mempengaruhi
parameter tertentu (untuk lebih jelas dapat dianalisa berdasarkan data pada
Lampiran 7.
4.2.2 Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Menurut Hasibuan (2006), Kapasitas Tukar Kation merupakan
banyaknya kation-kation yang dijerap atau dilepaskan dari permukaan koloid liat
dalam miliekuivalen per 100 g contoh tanah. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah.
Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai
KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah
atau tanah-tanah berpasir (Hardjowigeno 2007).
Berdasarkan data hasil penelitian, diperoleh bahwa nilai kandungan KTK
terendah berada di lokasi 1 lahan paska penambangan pasir (galian C), yaitu
sebesar 3,07 me/100g, nilai KTK tertinggi berada di lokasi 1 sawah (padi),
sejumlah 16,12 me/100g, sedangkan rata-rata nilai KTK di lokasi penelitian yaitu
sebesar 25,20 me/100g. Berdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa terjadi penurunan
rataan nilai KTK pada lahan paska penambangan pasir (galian C) penurunan KTK
ini disebabkan adanya pengerukan tanah pasir dengan menggunakan alat-alat
berat sehingga terjadi pemadatan tanah. Perbandingan nilai KTK di ketiga lokasi
penelitian dapat dilihat pada Gambar 12.
Perhitungan dengan menggunakan sidik ragam ditujukan untuk
mengetahui apakah proses penambangan pasir (galian C) berpengaruh terhadap
perubahan nilai KTK ataukah tidak dan untuk mengetahui dimana letak
perbedaannya. Hasil perhitungan sidik ragam untuk nilai Kapasitas Tukar Kation
di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 15.
Berdasarkan hasil sidik ragam, jika dilihat dari nilai signifikansinya
menunjukan bahwa kegiatan penambangan pasir (galian C) berpengaruh nyata
terhadap perubahan nilai KTK dan memiliki perbedaan yang nyata antar
lokasinya. Pembuktian terhadap pernyataan tersebut dapat dilakukan dengan uji
Duncan (Tabel 16). Tinggi rendahnya nilai KTK sangat mempengaruhi
kemampuan tanah untuk menyerap unsur-unsur hara dan mineral tanah. Tanah
dengan nilai KTK tinggi mampu menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik
daripada tanah dengan KTK rendah.
Gambar 12 Perbandingan Nilai Kapasitas Tukar Kation pada Lokasi Penelitian
Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau dengan kadar liat
tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan
bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowigeno 2007). Hal ini
bersesuaian dengan hasil penelitian yang berkaitan dengan nilai KTK pada lokasi
paska penambangan pasir yang memiliki kandungan pasir tinggi memiliki KTK
yang rendah.
48
Jika mengacu pada hasil uji Duncan, terlihat bahwa nilai KTK pada
lokasi paska tambang pasir (galian C) berbeda kelompok dengan sawah dan kebun
campuran dimana sawah dan kebun campuran termasuk dalam kelompok yang
sama. Hal tersebut menunjukan bahwa ada perbedaan yang nyata antara lokasi
galian C dengan sawah dan kebun campuran, tetapi antara sawah dan kebun
campuran tidak berbeda nyata. Terbuktilah bahwa kegiatan penambangan pasir
telah mempengaruhi nilai KTK tanah di lokasi paska penambangan.
Tabel 15 Hasil Sidik Ragam Terhadap Kapasitas Tukar Kation (me/100g)
Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)
Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah Fhit Sig. Perlakuan 507,757 2 253,878 76,426 0,003* Galat 9,966 3 3,322 Total 517,723 5
Tabel 16 Hasil Uji Duncan untuk Nilai Kapasitas Tukar Kation (me/100g) Lokasi Rataan Std. Deviasi N Kelompok Duncan
Galian C 4,795 0,65 2 A Sawah (Padi) 23,86 1,895 2 BKebun Campuran 24,73 2,44 2 BTotal 17,796 10,18 6
4.2.3 C-Organik
C-Organik adalah penyusun utama bahan organik. Bahan organik tanah
adalah senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami
proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-
senyawa anorganik hasil mineralisasi (Hanafiah 2007). Menurut Istomo (1994),
bahan organik ternyata mempunyai peranan yang sangat penting dalam tanah
terutama pengaruhnya terhadap kesuburan tanah. Banyak sifat-sifat tanah baik
fisik, kimia dan biologi tanah secara langsung dan tidak langsung dipengaruhi
oleh bahan organik.
Berdasarkan data hasil penelitian, nilai C-Organik terbesar berada pada
lokasi 2 lahan kebun campuran, yaitu sebesar 2,02%. Sedangkan nilai C-Organik
terkecil berada pada lokasi 2 lahan bekas tambang pasir yaitu sebesar 0,15%.
Nilai rata-rata C-Organik di lokasi penelitian sebesar 0,88%. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Musthofa (2007), menyatakan bahwa kandungan bahan
organik harus dipertahankan tidak kurang dari 2 %. Berdasarkan data penelitian,
lokasi yang masuk dalam criteria BO ≥ 2% hanya pada lokasi 2 kebun campuran.
49
Perbandingan nilai C-Organik di ketiga lokasi penelitian dapat dilihat pada
Gambar 13.
Gambar 13 Perbandingan Nilai C-Organik pada Lokasi Penelitian
Berdasarkan perhitungan secara statistik untuk sidik ragam (Tabel 17),
diperoleh nilai F-hitung sebesar 4,728 dengan nilai signifikansi sebesar 0,118
dimana nilai tersebut lebih besar dari nilai α (> 0,05) yang menandakan perbedaan
terhadap nilai C-Organik antara lokasi tidak berbeda nyata maka tidak perlu diuji
lebih lanjut lagi.
Tabel 17 Hasil Sidik Ragam untuk C-Organik (% Volume)
Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah Fhit Sig. Perlakuan 1,907 2 0,954 4,728 0,118 Galat 0,605 3 0,202 Total 2,512 5
Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)
Langkah yang dapat dilakukan agar kandungan bahan organik (C-
Organik) dalam tanah tidak menurun akibat proses dekomposisi mineralisasi,
maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus
diberikan setiap tahun. Akan tetapi perlu diwaspadai bahwa masalah yang timbul
dengan pemberian bahan organik dalam jumlah besar adalah adanya keracunan
asam organik (Chandrasekaran, et al., 1974) hal tersebut menandakan jika suatu
50
51
tanah memiliki bahan organik yang tinggi maka akan ada kemungkinan untuk
terjadinya keracunan asam organik.
Pada dasarnya, bahan organik dalam tanah memiliki peranan dalam
penentuan kesuburan tanah, akan tetapi pada ketiga penutupan tanah di lokasi
penelitian, nilai C-Organik atau bahan organik tidak berpengaruh secara nyata
karena terkait dengan tekstur tanah dari ketiga lokasi yang termasuk tekstur kasar
dengan kandungan pasir tinggi yang memang memiliki sedikit bahan organik baik
sebelum adanya kegiatan penambangan ataupun sesudahnya sama yaitu dengan
kandungan bahan organik sedikit. Oleh karena itulah menurut hasil uji sidik
ragam pun, kegiatan penambangan pasir tidak berpengaruh nyata terhadap nilai C-
Organik.
4.2.4 Nitrogen Total (N-Total)
Nitrogen adalah unsur hara makro utama yang dibutuhkan tanaman
dalam jumlah yang banyak, diserap tanaman dalam bentuk amonium (NH4+) dan
nitrat (NO3+) (Gardner et al 1991). Hanafiah (2007) dalam bukunya menyatakan
bahwa Nitrogen menyusun sekitar 1,5 % bobot tanaman dan berfungsi terutama
dalam pembentukan protein. Hasil analisis kandungan N-Total di lokasi penelitian
dapat dilihat pada Gambar 14.
Berdasarkan grafik N-Total pada Gambar 14, diketahui bahwa jumlah N-
total terbesar berada pada lokasi 1 sawah, yaitu sejumlah 0,28 %, sedangkan untuk
nilai N-total terkecil berada pada lokasi 1 dan 2 lahan paska tambang pasir, yaitu
sejumlah 0,02 %. Berdasarkan Gambar 14 dan Tabel 13, diketahui bahwa rataan
nilai N-total pada lahan paska penambangan pasir lebih rendah jika dibandingkan
dengan dua lokasi lainnya. Hal tersebut terkait dengan jumlah bahan organik yang
terkandung. Jumlah bahan organik pada lahan paska tambang pasir menjadi
rendah karena tidak ada vegetasi di atasnya dan proses dekomposisi rendah akibat
kegiatan penambangan terlebih lagi pada lokasi lahan paska tambang telah terjadi
pemadatan tanah dan perubahan sifat fisik dari tanah serta sifat dasar dari
Nitrogen yang memang mudah hilang dari tanah.
Jika dianalisa berdasarkan hasil sidik ragam untuk jumlah N-Total yang
disajikan pada Tabel 18 diketahui bahwa nilai F-Hitung yang diperoleh adalah
sebesar 1,596 dan nilai signifikansi sebesar 0,337. Data tersebut menunjukan
bahwa kegiatan penambangan pasir tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan
N-Total dan nilai N-Total pada ketiga lokasi penelitian tidak berbeda nyata.
Rendahnya nilai N-Total pada ketiga penutupan lahan terjadi karena keterbukaan
lahan yang tinggi sehingga menyebabkan kandungan N-Total dalam tanah mudah
tervolatilisasi menjadi N2 atmosfer kembali ataupun dapat juga terjadi karena
tercuci oleh limpasan air.
Gambar 14 Perbandingan Nilai N-Total pada Lokasi Penelitian
Tabel 18 Hasil Uji Sidik Ragam untuk Jumlah N-Total
Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah Fhit Sig. Perlakuan 0,029 2 0,014 1,596 0,337 Galat 0,027 3 0,009 Total 0,056 5
Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)
4.2.5 P-Bray (Pospor)
Pospor bersama-sama dengan nitrogen dan kalium, digolongkan sebagai
unsur-unsur utama walaupun diabsorpsi dalam jumlah yang lebih kecil dari kedua
unsur tersebut. Tanaman biasanya mengabsorpsi P dalam bentuk H2PO4- dan
sebagian kecil dalam bentuk sekunder HPO42-. Berdasarkan data hasil penelitian,
diperoleh bahwa nilai kandungan P terendah berada di lokasi 1 kebun campuran,
yaitu sebesar 2,60 ppm, nilai P tertinggi berada di lokasi 1 lahan paska
52
penambangan pasir (galian C) sejumlah 5,9 ppm, sedangkan rata-rata nilai P di
lokasi penelitian sesuai yang tertera pada Tabel 13 yaitu sebesar 3,84 ppm.
Perbandingan nilai P-Bray pada ketiga lokasi juga dapat dianalisa
berdasarkan Gambar 15. Kemudian berdasarkan Tabel 13 dan Gambar 15, dapat
diketahui bahwa nilai P pada lokasi lahan paska tambang pasir jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan lokasi sawah dan kebun campuran, dimana perbedaan
nilainya antara 1-3 ppm.
Gambar 15 Perbandingan Nilai Pospor pada Ketiga Lokasi Penelitian
Berdasarkan perhitungan secara statistik (Tabel 19), diperoleh nilai F-
hitung sebesar 12,195 dengan nilai signifikansi sebesar 0,036 yang mana nilai
signifikansi tersebut lebih rendah dari nilai α (< 0,05) dengan demikian dapat
ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan yang nyata untuk nilai P pada ketiga
lokasi dan berarti pula kegiatan penambangan pasir telah mengakibatkan
perubahan pada jumlah P-Bray.
Peningkatan nilai P tersebut dapat terjadi karena ketersediaan pospor
bergantung pada tekstur tanah dan ketersediaan air. Hal tersebut diperkuat oleh
pendapat Olsen dan Watanabe (1963), konsentrasi pospor pada tanah bertekstur
kasar (berpasir) lebih tinggi daripada tanah bertekstur halus, jika tidak maka difusi
pospor pada tanah bertekstur pasir menjadi faktor pembatas dalam serapan
hara pospor.
53
Pada umumnya, pospor di dalam tanah berada dalam keadaan tidak larut,
sehingga dalam keadaaan demikian tak mungkin untuk masuk ke dalam sel-sel
akar (kandungan air pada tanah pasir sedikit). Akan tetapi sebagai anion, posfat
dapat bertukar dengan mudah dengan ion OH- (Dwijoseputro 1980). Adanya
penurunan porositas tanah (memburuknya aerasi) juga merupakan faktor yang
paling berpengaruh dalam penyerapan P. Semakin rendah porositas tanah, maka
semakin rendah pula kemampuan tanah dalam penyerapan unsur P sehingga
ketersediaan P lebih rendah.
Tabel 19 Hasil Uji Sidik Ragam untuk nilai P-Bray Sumber Jumlah Kuadrat Df Kuadrat Tengah Fhit Sig.
Perlakuan 7,723 2 3,862 12,195 0,036* Galat 0,950 3 0,317 Total 8,673 5
Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)
Tabel 20 Hasil Uji Duncan untuk Nilai P-Bray
Lokasi Rataan Std. Deviasi N Kelompok Duncan Kebun Campuran 2,75 0,212 2 A Sawah (Padi) 3,35 0,636 2 A Galian C 5,40 0,707 2 BTotal 3,83 1,317 6
Oleh karena nilai signifikansi untuk P-Bray menunjukan perbedaan yang
nyata, maka diperlukan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan agar dapat
diketahui perlakuan atau lokasi mana yang memberikan perbedaan tersebut. Nilai
rataan, standar deviasi, hasil uji Duncan dan selang kepercayaan untuk beda nilai
tengah disajikan dalam Tabel 20. Berdasarkan tabel tersebut kebun campuran dan
sawah termasuk dalam satu kelompok yang sama sedangkan lahan paska tambang
pasir termasuk dalam golongan yang berbeda dari keduanya, untuk memperjelas
dapat dilihat pada Lampiran 11. Nilai dan kelompok tersebut menandakan bahwa
jumlah P pada lahan paska penambangan pasir berbeda nyata dengan lahan sawah
dan kebun campuran serta menandakan bahwa kegiatan penambangan pasir
menyebabkan perubahan pada nilai P di lahan tersebut
4.2.6. Kalsium (Ca) Berdasarkan data hasil penelitian, diperoleh bahwa nilai kandungan Ca
terendah berada di lokasi 1 lahan paska penambangan pasir, yaitu sebesar 5,30
54
me/100g, nilai Ca tertinggi berada di lokasi 1 kebun campuran, sejumlah 26,1
me/100g, sedangkan rata-rata nilai Ca di lokasi penelitian berdasarkan yang
tertera dalam Tabel 14 yaitu sebesar 17,10 me/100g. Data pada Tabel 13 dan
Gambar 16 nilai kalsium pada lokasi Galian C sangat jauh berbeda (jauh lebih
rendah dari lokasi kebun campuran dan sawah). Hal ini disebabkan karena
kandungan bahan organik di lahan paska tambang pasir sedikit sehingga
kemungkinan mikroorganisme yang mengikat kalsium sedikit sehingga jumlah
kalsiumnya pun sedikit, sedangkan untuk sawah dan terutama kebun campuran
memiliki jumlah bahan organik yang lebih tinggi sehingga pengikatan terhadap
kalsium pun tinggi. Selain itu, nilai KTK yang rendah pun mempengaruhi
sedikitnya jumlah kandungan kalsium tanah. Perbandingan nilai Ca di ketiga
lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 16 dan Tabel 13.
55
Gambar 16 Perbandingan Nilai Kalsium pada Lokasi Penelitian
Berdasarkan perhitungan secara statistik (Tabel 21), diperoleh nilai F-
hitung sebesar 26,133 dengan nilai signifikansi sebesar 0,013 dimana nilai
tersebut lebih kecil dari nilai α (< 0,05) dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada perbedaan yang nyata untuk nilai kalsium antara lokasi penelitian
kegiatan penambangan pasir. Oleh karena itu dilakukanlah uji lanjut dengan
menggunakan uji Duncan yang hasilnya disajikan dalam Tabel 22.
Tabel 21 Hasil Sidik Ragam untuk Kalsium (% Volume)
Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)
Sumber Jumlah Kuadrat Df Kuadrat Tengah Fhit Sig. Perlakuan 328,627 2 164,313 26,133 0,013* Galat 18,863 3 6,288 Total 347,489 5
Tabel 22 Hasil Uji Duncan untuk Nilai Kalsium
Lokasi Rataan Std. Deviasi N Kelompok Duncan Galian C 7,30 2,828 2 A Sawah (Padi) 18,47 3,069 2 BKebun Campuran 25,25 1,202 2 BTotal 17,01 8,337 6
Hasil uji Duncan menunjukan bahwa lokasi paska penambangan pasir
berbeda kelompok dengan sawah dan kebun campuran, data tersebut memberi arti
bahwa galian C memiliki perbedaan yang nyata dengan kebun campuran dan
sawah serta dapat disimpulkan bahwa kegiatan penambangan pasir telah
mengakibatkan perubahan sifat tanah/ berpengaruh nyata terhadap sifat kimia
tanah dalam hal ini mengenai kandungan kalsium tanah. Hasil perhitungan secara
statistik untuk kandungan kalsium dapat dilihat lebih lengkap pada Lampiran 12.
4.2.7 Magnesium (Mg)
Magnesium termasuk ke dalam unsur makro yang terdapat di dalam
tanah dengan bentuk anorganik (Sutcliffe dan Baker 1975). Magnesium
merupakan unsur pembawa posfat yang sangat berguna bagi pertumbuhan
tanaman (Agustina 2004).
Berdasarkan data hasil penelitian, diperoleh bahwa nilai kandungan Mg
terendah berada di lokasi 1 galian C, yaitu sebesar 3,01 me/100g, nilai Mg
tertinggi berada di lokasi 2 kebun campuran, sejumlah 12,21 me/100g, sedangkan
rata-rata nilai Mg di lokasi penelitian yaitu sebesar 8,26 me/100g (Tabel 13).
Perbandingan nilai Mg di ketiga lokasi penelitian dapat dilihat juga pada Gambar
17. Berdasarkan tabel dan gambar tersebut terlihat bahwa jumlah kalsium yang
terdapat pada lahan paska tambang pasir lebih sedikit jika dibandingkan dengan
56
kedua lokasi lainnya. Penurunan ini terkait dengan nilai KTK, jika nilai KTK
mengalami penurunan, maka jumlah Magnesium pun semakin rendah. Hal
tersebut seiring dengan kandungan Ca. Ketertarikan Mg pada situs pertukaran
kation, lebih lemah dibandingkan Ca, sehingga umumnya kadar Ca tanah selalu
lebih tinggi daripada Mg (Hanafiah 2007). Hal tersebut juga terjadi pada nilai Ca
dan Mg di lokasi penelitian.
Gambar 17 Perbandingan Nilai Magnesium pada Lokasi Penelitian
Berdasarkan perhitungan secara statistik (Tabel 23), diperoleh nilai F-
hitung sebesar 22,408 dengan nilai signifikansi sebesar 0,016 dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan penambangan pasir menyebabkan
perubahan jumlah magnesium, dan dari nilai signifikansi tersebut terlihat bahwa
antar lokasi yang diamati memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal
kandungan magnesiumnya. Untuk mengetahui lokasi mana yang memberikan
perbedaan yang nyata, maka dilakukan lah uji lanjut dengan menggunakan uji
Duncan. Hasil uji Duncan disajikan pada Tabel 24.
Tabel 23 Hasil Sidik Ragam untuk Kandungan Magnesium (% Volume)
Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)
Sumber Jumlah Kuadrat Df Kuadrat Tengah F.Hit Sig. Perlakuan 67,407 2 33,704 22,408 0,016*Galat 4,512 3 1,504 Total 71,919 5
57
Tabel 24 Hasil Uji Duncan untuk Nilai Magnesium
Lokasi Rataan Std. Deviasi N Kelompok Duncan Galian C 3,69 0,82 2 A Sawah (Padi) 9,45 1,71 2 BKebun Campuran 11,63 0,95 2 BTotal 8,26 3,79 6
Berdasasarkan hasil uji Duncan, galian C berada pada kelompok yang
berbeda dengan sawah dan kebun campuran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
jumlah magnesium pada lahan paska tambang pasir (galian C) berbeda nyata
dengan kebun campuran sedangkan sawah tidak berbeda nyata dengan kebun
campuran. Secara umum menunjukan bahwa kegiatan penambangan pasir telah
berpengaruh terhadap kandungan magnesium pada tanah di kawasan
penambangan pasir Gumulung Tonggoh. Hal tersebut dapat terjadi akibat dari
nilai KTK yang rendah sehingga penyerapan-penyerapan mineral menjadi rendah.
4.2.8 Kalium (K= Potassium)
Unsur Kalium merupakan unsur hara makro kedua setelah N (Nitrogen)
yang paling banyak diserap tanaman (Hanafiah 2007), maka penting untuk
dianaliasa apakah suatu lahan memiliki kandungan K yang cukup atau tidak.
Dalam penelitian ini dianalisa jumlah Kaliumnya pada ketiga lokasi dan
berdasarkan data hasil penelitian, diperoleh bahwa nilai kandungan K terendah
berada di lokasi 1 dan 2 Galian C, yaitu sebesar 0,41 me/100g, nilai K tertinggi
berada di lokasi 2 sawah, sejumlah 0,65 me/100g, sedangkan jika dilihat rata-rata
total nilai K di lokasi penelitian yaitu sebesar 0,49 me/100g. Rendahnya jumlah
kalium pada lokasi paska penambangan pasir diduga karena adanya pemadatan
tanah, porositas rendah, dan kejenuhan basa yang rendah (Hanafiah 2007).
Perbandingan nilai K di ketiga lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 18,
Tabel 13 atau pada Lampiran 2.
Dalam perhitungan sidik ragam, digunakan tingkat kepercayaan 95%.
Berdasarkan hasil uji sidik ragam (Tabel 25) untuk kandungan kalium diperoleh
nilai F-hitung sebesar 0,647 dengan nilai signifikasi sebesar 0,584 dimana nilai
tersebut lebih besar dari nilai α (> 0.05) yang menandakan tidak adanya perbedaan
yang signifikan antara jumlah kalium pada lokasi penelitian dan kegiatan
58
penambangan pasir tidak berpengaruh secara nyata terhadap nilai kalium, untuk
lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 14.
59
Gambar 18 Perbandingan nilai Kalium pada Lokasi Penelitian
Tabel 25 Hasil Sidik Ragam untuk Kandungan Kalium (K)
Setelah dianalisa berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan Tim
Kementrian Negara Lingkungan dan hasil analisa dari tiga lokasi berbeda yaitu
tanah pada lokasi sawah yang ditanami padi, tanah pada lokasi kebun campuran,
dan tanah pada lokasi bekas tambang pasir dapat dikatakan bahwa dari ketiga
lokasi tersebut memiliki sifat kimia tanah yang berbeda-beda dan dari setiap
variable responnya memiliki rentang batas yang berbeda-beda pula tetapi di antara
komponen sifat kimia (pH, Kapasitas Tukar Kation, C-Organik, Jumlah Nitrogen,
Pospor, Kalsium, Magnesium dan Kalium) masih saling berkaitan satu sama lain
sehingga jika terjadi perubahan nilai dari masing-masing variable respon maka
akan berpengaruh kepada kestabilan sifat yang lain.
Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah F.Hit Sig. Perlakuan 0,020 2 0,010 0,647 0,584Galat 0,046 3 0,015 Total 0,066 5 Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)
Jika nilai pH meningkat, maka akan terjadi penurunan pada nilai
Kapasitas Tukar Kation (KTK), rendahnya jumlah kandungan C-Organik, dan
seiring dengan itu juga akan menyebabkan penurunan terhadap jumlah Nitrogen
total, jumlah Kalsium, Kalium dan Magensium. Sedangkan untuk ketersediaan
tanah terhadap jumlah Pospor (P-Bray) jika pH tanah meningkat maka
ketersediaannya pun meningkat. Hal tersebut berlaku pada semua lokasi baik pada
tanah sawah, tanah pada kebun campuran maupun tanah pada lahan paska
tambang pasir (galian C).
Hasil analisa tanah menunjukan bahwa tanah pada lokasi kebun
campuran memiliki kriteria yang cukup baik untuk pertumbuhan tanaman
terutama jika dilihat dari nilai pH yang mendukung perkembangan
mikroorganisme dan jumlah C-Organik yang cukup baik. Pada lokasi sawah yang
ada pada tanah mineral masam mengakibatkan nilai pH tanah akan meningkat
mengalami penggenangan baik adalah yang memiliki nilai pH tanah yang stabil
yaitu antara 5,6 - 6,7.
4.3 Sifat Biologi Tanah
Sifat biologi tanah adalah sifat tanah yang berhubungan dengan makhluk
hidup atau faktor biotik tanah. Sifat biologi tanah yang diukur antara lain
mikroorganisme tanah, jumlah bakteri pelarut posfat, jumlah fungi tanah, dan total
respirasi tanah. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 6 (enam) jenis sampel
tanah. Hasil analisis sifat biologi tanah dapat dilihat pada Lampiran 1. Kegiatan
penambangan pasir telah menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada sifat
biologi tanah. Berikut ini pada Tabel 26 adalah nilai hasil analisa tanah untuk
sifat-sifat biologi tanahnya.
Tabel 26 Perubahan Nilai dan Rataan Sifat Biologi Tanah pada Lokasi Penelitian
Sifat Biologi Kebun Campuran Sawah (Padi) Galian C
Lokasi 1
Lokasi 2
Rata-rata
Lokasi 1
Lokasi 2
Rata-rata
Lokasi 1
Lokasi 2
Rata-rata
Σ Mikroorganisme Tanah (x106 spk/g) 57 40 48,5 57 56 56,5 7 12 9,5
Σ Bakteri Pelarut Posfat ( x106 spk/g) 8 3 5,5 15 8 11,5 1 0 0,5
Jumlah Fungi Tanah (x106 spk/g) 8,5 2 5,25 4,5 0 2,25 1 0 0,5
Tital Respirasi (kg tanah/hari) 12,34 12,69 12,52 12,51 13,54 13,03 11,31 10,37 10,84
60
4.3.1 Jumlah Mikroorganisme Tanah
Kehidupan di dunia dimulai dari mikrobio/mikroorganisme atau makhluk
renik atau kecil, baik yang heterotropik maupun yang ototropik. Akar tanaman
menyerap hara dan daun menyerap energi, memprodukai organ-organ yang
dikonsumsi hewan/ manusia dan membentuk organ-organnya, organ-organ sisa
kedua makrobia ini dikonsumsi dan dirombak oleh mikrobio/mikroorganisme
kembali menjadi hara dan energi (Hanafiah 2007). Tanah dihuni oleh bermacam-
macam mikroorganisme tanah. Jumlah tiap grup mikroorganisme mencapai jutaan
per gram tanah. Jumlah mikroorganisme juga sangat berguna dalam menentukan
tempat mikroorganisme dalam hubungannya dengan sistem perakaran, sisa bahan
organik, dan kedalaman profil tanah serta terkait dengan kesuburan tanah.
Berdasarkan data hasil penelitian, diperoleh total mikroorganisme
terendah berada di lokasi 1 galian C yaitu sebesar 7 spk/g, total mikroorganisme
tertinggi berada di lokasi 1 kebun kebun campuran dan sawah dengan jumlah
57x106 spk/g, sedangkan rata-rata total mikroorganisme di lokasi penelitian yaitu
sebesar 38,17x106 spk/g. Berdasarkan Tabel 26, diketahui bahwa terjadi
penurunan rataan total jika dibandingkan dengan kedua lokasi lainnya, hal
tersebut kemungkinan besar terjadi karena perubahan fisik tanah (pemadatan
tanah) akibat kegiatan penambangan pasir.
Gambar 19 Perbandingan Jumlah Mikroorganisme pada Lokasi Penelitian
61
Data hasil perhitungan secara statistik mengenai hasil analisa sifat biologi
tanah untuk jumlah mikroorganisme terlampir pada Lampiran 15. Berdasarkan uji
statistik melalui sidik ragam (Tabel 27) diperoleh nilai F-hitung sebesar 24,09 dan
nilai signifikansi sebesar 0,014. Data menunjukan bahwa jumlah mikroorganisme
memiliki perbedaan yang nyata diantara ketiga lokasi penelitian karena nilai
signifikansinya kurang dari nilai α (< 0,05). Untuk mengetahui lokasi atau
perlakuan mana yang memberikan perbedaan yang nyata maka dilakukan uji
lanjut dengan menggunakan uji Duncan. Hasil uji Duncan disajikan pada Tabel
28.
Tabel 27 Hasil Uji Sidik Ragam untuk Jumlah Mikroorganisme Tanah
Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah F.Hit Sig. Perlakuan 2529.33 2 1264.67 24.09 0.014* Galat 157.50 3 52.50 Total 2686.33 5
Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)
Tabel 28 Hasil Uji Duncan dan Selang Kepercayaan bagi Nilai Tengah jumlah Mikroorganisme
Lokasi Rataan Std. Deviasi N Kelompok Duncan Galian C 9,5 3,54 2 A Kebun Campuran 48,5 12,02 2 BSawah (Padi) 56,5 0,71 2 BTotal 38,17 23,18 6
Berdasakan hasil uji duncan terlihat bahwa jumlah mikroorganisme pada
lokasi galian C berbeda nyata dengan jumlah mikroorganisme yang ada di kebun
campuran dan sawah, akan tetapi nilai sawah dan kebun campuran tidak memiliki
perbedaan yang nyata di antara keduanya. Mikroorganisme menyebabkan
perubahan biokimia (pelarutan, fiksasi, mineralisasi, imobilisasi, oksidasi dan
reduksi). Fungsi biokimia paling penting dari mikroorganisme adalah pada proses
reduksi yang terjadi secara berturut-turut dari beberapa unsur hara (Yoshida,
1975). Oleh karena itu perubahan sifat-sifat kimia seperti yang tersebut pada
pernyataan-pernyataan sebelumnya berkaitan dengan keberadaan mikroorganisme
yang dikandung dalam tanah. Selang kepercayaan yang didapat dari perhitungan
benar dan bersesuaian dengan data hasil analisa jumlah mikroorganisme tanahnya,
karena nilai-nilai tersebut memang termasuk dalan selang kepercayaan yang
disebut pada Lampiran 1. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan penambangan pasir
62
di Gumulung Tonggoh telah menyebabkan perubahan sifat biologi tanah dalam
hal ini adalah jumlah mikroorganisme tanah.
4.3.2 Jumlah Bakteri Pelarut Posfat
Berdasarkan data hasil penelitian pada Tabel 26 dan Gambar 20,
diperoleh jumlah bakteri pelarut P tertinggi berada di lokasi 1 sawah yaitu sebesar
15 x 106 spk/g, jumlah bakteri pelarut P terendah berada di lokasi 2 lahan paska
penambangan pasir karena tidak ditemukan sama sekali pelarut posfat, sedangkan
rata-rata jumlah bakteri pelarut P di ketiga lokasi penelitian yaitu sebesar 5,83
spk/g. Bakteri pelarut P pada umumnya dalam tanah ditemukan di sekitar
perakaran yang jumlahnya berkisar 103 - 106 spk/g tanah. Bakteri ini dapat
menghasilkan enzim Phosphatase maupun asam-asam organik yang dapat
melarutkan posfat tanah maupun sumber posfat yang diberikan (Santosa
et.al.1999 dalam Mardiana 2006).
Gambar 20. Perbandingan Jumlah Bakteri Pelarut Posfat pada Lokasi Penelitian
Berdasarkan perhitungan secara statistik (Tabel 29) untuk hasil
perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 16), diperoleh nilai F-
hitung sebesar 4,85 dengan nilai signifikansi sebesar 0,115 dengan demikian dapat
ditarik kesimpulan bahwa kegiatan penambangan pasir di kawasan Gumulung
63
Tonggoh tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bakteri pelarut posfat pada
lokasi-lokasi penelitian karena jika dilihat dari nilai signifikansinya yang lebih
besar dari nilai α (> 0,05).
Tabel 29 Hasil Uji Sidik Ragam untuk Jumlah Bakteri Pelarut Posfat (x 10^6 spk/g)
Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah F.Hit Sig. Perlakuan 121,33 2 60,67 4,85 0,115 Galat 37,5 3 12,5 Total 158,83 5
Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)
4.3.3 Jumlah Fungi Tanah
Berikut ini adalah grafik perbandingan jumlah fungi tanah yang ada di
ketiga lokasi penelitian.
Gambar 21 Perbandingan Jumlah Fungi Tanah pada Lokasi Penelitian
Berdasarkan Gambar 21 dan pada Tabel 26, diperoleh jumlah fungi tanah
terendah berada di lokasi 2 sawah dan galian C, tidak ada satupun fungi tanah
yang ditemukan pada lahan tersebut. Sedangkan jumlah fungi tanah tertinggi
berada di lokasi 1 kebun campuran sebanyak 8,5x106 spk/g, sedangkan rata-rata
jumlah fungi tanah dapat dilihat pada Tabel 26 yaitu sebesar 2,67x106 spk/g. Dari
data-data yang didapat ditemukan bahwa jumlah fungi tanah pada lokasi galian C
jauh lebih rendah dari kebun campuran, akan tetapi pada lokasi 2 lahan sawah dan
64
65
pada galian C lokasi 2 sama-sama tidak ditemukan fungi tanah sama sekali.
Penurunan jumlah fungi tanah dapat diakibatkan karena semakin berkurangnya
ketersediaan unsur hara tanah yang membantu perkembangan fungi tanah akibat
diserapnya unsur hara tersebut oleh tanaman sebelum adanya kegiatan
penambangan dan keterbukaan lahan yang terjadi.
Tabel 30 Hasil Uji Sidik Ragam untuk Jumlah Fungi Tanah
Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah F.Hit Sig. Perlakuan 23,08 2 11,54 1,09 0,440 Galat 31,75 3 10,58 Total 54,83 5 Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)
Berdasarkan perhitungan secara statistik untuk jumlah fungi tanah (Tabel
30), diperoleh nilai F-hitung sebesar 1,09 dengan nilai peluang nyata sebesar 0,44
dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam kegiatan penambangan
pasir tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya jumlah fungi tanah antar ketiga
lokasi penelitian. Untuk lebih memperjelas seluruh hasil perhitungan dapat dilihat
pada Lampiran 17.
4.3.4 Total Respirasi
Grafik yang memperlihatkan perbandingan nilai total resirasi tanah dari
ketiga lokasi penelitian adalah pada Gambar 22. Berdasarkan data yang ada pada
Tabel 26, Lampiran 18 dan Gambar 22, terlihat bahwa diperoleh total respirasi
tanah terendah berada di lokasi 2 lahan paska penambangan pasir yaitu sebesar
10,37 Mg C-CO2/kg/hari dan untuk nilai total respirasi terbesar adalah pada lokasi
2 lahan sawah yaitu sebesar 13,54 Mg C-CO2/kg/hari.
Hasil perhitungan statistik dengan uji ragam disajikan pada Tabel 31.
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa nilai F-hitung yang diperoleh sebesar
7,59 dan nilai signifikansinya sebesar 0,067. Jika dianalisa berdasarkan nilai
signifikansinya yang lebih besar dari nilai α (signifikansi > 0,05) maka dikatakan
bahwa kegiatan penambangan pasir tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan
total respirasi tanah.
Nilai total respirasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai indikator
aktivitas mikroorganisme tanah baik bakteri ataupun fungi. Semakin tinggi nilai
total respirasi maka dapat diindikasikan bahwa semakin banyak juga jumlah
mikroorganisme tanah.
Gambar 22 Perbandingan Nilai Total Respirasi Tanah
Tabel 31 Hasil Uji Sidik Ragam untuk Total Respirasi Tanah
Sumber Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah F.Hit Sig. Perlakuan 5,227 2 2,61 7,59 0,067Galat 1,034 3 0,45 Total 6,260 5
Keterangan : df = derajat bebas; FHit = F. Hitung; Sig. = Signifikansi (* = Nyata)
66
67
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Kegiatan penambangan pasir telah merubah sifat fisik tanah pada lokasi lahan
paska penambangan pasir desa Gumulung Tonggoh. Hal tersebut dapat dilihat
dari adanya perubahan yang signifikan terhadap struktur tanah, tekstur, nilai
bulk density meningkat, porositas rendah, pori drainase sangat cepat menurun
dan juga permeabilitas tanah menurun jika dibandingkan dengan lokasi kebun
campuran dan lokasi sawah yang ditanami padi. Namun demikian, untuk
permeabilitas pada lokasi lahan bekas galian C perubahan yang terjadi sesuai
dengan hasil uji sidik ragam yaitu tidak signifikan.
b. Kegiatan penambangan pasir telah merubah sifat kimia tanah pada lokasi lahan
paska penambangan pasir desa Gumulung Tonggoh. Terbukti dari adanya
perubahan yang signifikan yaitu meningkatnya P-Bray, menurunnya
kandungan kalsium dan magnesium. Perubahan juga terjadi pada beberapa
komponen sifat kimia tanah tetapi menurut hasil perhitungan secara statistik
perubahan dan pengaruhnya tidak signifikan yaitu terjadinya kenaikan pH,
berkurangnya bahan organik tanah, penurunan kandungan nitrogen dan
menurunan kandungan kalium tanah.
c. Sedangkan pada sifat biologi tanah setelah proses penambangan pasir, terjadi
penurunan yang signifikan terhadap jumlah mikroorganisme tanah. Sedangkan
untuk jumlah bakteri pelarut posfat, jumlah fungi tanah dan total respirasi tanah
mengalami penurunan tetapi tidak signifikan.
5.2 Saran
1. Pada kegiatan reklamasi perlu ditambahkan lapisan topsoil atau bahan organik
dan inokulasi mikroba untuk meningkatkan KTK tanah dan meningkatkan
penyerapan unsur hara serta mineral-mineral tanah seehingga dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
2. Dalam upaya reklamasi, memerlukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis
tanaman yang cocok untuk tumbuh di lahan marginal seperti lahan paska
penambangan pasir (galian C).
68
VI. DAFTAR PUSTAKA
Agustina, L. 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Anas I. 1989. Petunjuk Laboratorium: Biologi Tanah dalam Prektek. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor.
Anonim. 1991. Kimia Tanah. Direktorat Jendral Pendidikan. Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Anonim. 2003. Menyulap Tanah Pasir Menjadi Lahan Subur. www.kompas.com/menyulap/tanah/pasir/menjadi/lahan/subur/. [19 September 2008].
Arif, I. 2007. Perencanaan Tambang Total Sebagai Upaya Penyelesaian Persoalan Lingkungan Dunia Pertambangan, Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Arsyad, S. 2005. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
Baldovinos, F. and G.W. Thomas. 1967. The Effect of Soil Clay on Phosphorus Uptake. Soil Sci. Soc. Am. Proc. 31: 680−682.
Chandrasekaran, S., A.R. Jakshmanan, and G. Kuppuswamy. 1974. Effect of farm yard manure with and without urea or ammonium sulphate on lowland rice. Annamalia Univ. Agric. Res. Annu. (AUARA).
Darmawijaya, I. 1997. Klasifikasi Tanah: Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Yogyakarta: Gadjahmada University Press.
Dwijoseputro, D.1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia. Jakarta.
Foth, H. D. 1990. Fundamentals of soil science. John Wiley and Sons, New York.
Foth H. D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah, Edisi 6. Adisoemarto S. Jakarta:
Erlangga. Terjemahan dari: Fundamental of Soil Science.
69
Gardner FP, Pearce RB, Mitcell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Ghildyal,B.P. 1978. Effects of compactions and puddling on soil physical properties and rice growth. In soil and rice. IRRI, Losbanos, Philippines. P. 317-336.
Hakim N, Yusuf N, Am Lubis, Sutopo GN, M Amin D, Go BH, HH Bailley. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
Hanafiah K A. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta: Akademika Pressindo.
Haridjaja O.S.R.P. Sitorus dan K.R Brata. 1983. Penuntun Praktikum Fisika Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Hasibuan B A. 2006. Ilmu Tanah. Universitas Sumatra Utara, Fakulta Pertanian.
Medan. Hillel, D. 1980. Fundamental of Soil Physics. Academic Press, Inc. Orlando,
Florida.
Islami, T dan Istomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP- Semarang Press.
Istomo. 1994. Bahan Bacaan Ekologi Hutan: Lingkungan Fisik Ekologi Hutan: Proses dan Struktur Tanah. Laboratorium Ekologi Hutan, Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Kohnke, H. 198. Soil Physic. Mc. Graw – Hill Book Company, New York. Kanno, I. 1978. Genesis of rice soils with special reference to profile
development in soils and rice. The international Rice Research Institute. Los Banos. Laguna. Philippines. Page 237-235.
Kasno, A., A. Rachim, Iskandar dan J.S. Adiningsing. 2004. Hubungan Nisbah K/Ca Dalam Larutan Tanah dengan Dinamika hara K pada Ultisol dan
70
Vertisol Lahan Kering. Jurnal Tanah dan Lingkungan, Vol 6 No.1. Departemen Tanah. Faperta. IPB. Bogor
Leiwakabessy F M. 1988. Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Leiwakabessy, F.M. Suwarno, dan U. M. Wahyudin. 2002. Bahan Kuliah Kesuburan Tanah. Fakultas Pertanian .IPB. Bogor.
Maas, A. 2006. Rehabilitasi Tanah yang Tertimbun Lumpur Laut. http://nasih.staff.ugm.ac.id/soils/rt.htm. [19 September 2008
Mardiana S. 2007. Perubahan Sifat-Sifat Tanah pada Kegiatan Konversi Hutan
Alam Rawa Gambut menjadi Perkebunan Kelapa Sawit. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Mulyanto, B. 2008. Kelembagaan Pengelolaan Kawasan Pasca Tambang. Makalah Seminar dan Workshop Reklamasi dan Pengelolaan Kawasan Pasca Penutupan Tambang. Pusdi Reklatam, Bogor.22 Mei 2008.
Mustofa A. 2007. Perubahan Sifat Fisik, Kimia dan Biologi Tanah Pada Hutan Alam yang Diubah Menjadi Lahan Pertanian di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. [Skripsi]. Bobor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Notohadiprawiro, T. 1999. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta
Olsen, S. and F.S. Watanabe. 1957. A method to determine a phosphorus
absorption maximum of soils as measured by the Langmuir Isotherm. Soil Sci. Soc. Am. Proc. 21: 144−149
Paul, E. A., and F.E. Clark. 1989. Soil microbiology and biochemistry. Acad. Press, Inc. Boston.
Purwowidodo. 2005. Mengenal Tanah. Bogor: Laboratorium Pengaruh Hutan, Jurusan Manajemen Hutan, Institut Pertanian Bogor.
Rachim, D.A dan Suwardi. 1999. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan
Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Rao, N.S.Subba. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Edisi ke-2. Jakarta : UI Press.
71
Riyadi, Agung. 2002. Kajian Teknologi Irigasi Bawah Tanah dalam Pengelolaan Lahan Pasir (Studi Kasus di Desa Karangmuni, Kulon Progo, Yogyakarta). [Disertasi]. Sekolah Paska Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sanchez, P. A. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika, jilid 2/ Pedro A
Sanchez; terjemahan Amir Hamzah._Bandung: Penerbit ITB.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB
Suprapto. 2008. Tinjauan Reklamasi Lahan Bekas Tambang dan Aspek Konservasi Bahan Galian. Prosiding. Kelompok Program Penelitian Konservasi – Pusat Sumber Daya Geologi.
Sutcliffe, J.F. and D.A. Baker .1975. Plant and Mineral Salts.Edward Arnold Publishing. London.
Tan, K.H. 1982. Principle of Soil Chemistry. Marce; Dekker Inc. New York.
[Tim Dinas Lingkungan Hidup Kehutanan dan Pertambangan]. 2005. Pemetaan dan Pengkajian Galian Golongan C di Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat. Cirebon: Dinas LHK&P.
[Tim Puslitbang Tekmira]. 2004. Penyusunan Data dan Pemetaan Sebaran Bahan Tambang di Kabupaten Cirebon. Laporan Akhir. Cirebon: Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Cirebon.
Utami, S. P. 2004. Laju Fotosintesis Timun (Cucumis Sativus L.) Akibat Perbedaan Kadar Natrium pada Aplikasi Sipramin. [Skripsi] Universitas Negri Jember. Jember.
Yoshida, T. 1975. Microbial metabolism of flooded soils, In. E.A. Paul and A.D. McLaren, ed. Soil Biochemistry. Vol.3. P83-122.
Lampiran 1
Data Hasil Analisis Sifat Fisik Tanah
No. Lokasi Bulk Density Porositas % Volume
Pori Drainase Sangat Cepat Permeabilitasg/ cc % Volume cm/ jam
1 Kebun campuran 1 0.92 65.16 22.71 33.76 Kebun campuran 2 1.04 60.94 20.58 23.20
2 Sawah 1 (Padi) 0.95 64.25 13.69 10.32 Sawah 2 (Padi) 0.87 67.15 17.20 10.69
3 Galian C 1 (Tanah rusak) 1.47 44.61 6.17 3.72 Galian C 2 (Tanah rusak) 1.32 50.26 11.84 14.14
Sumber : Kementrian Lingkungan Hidup, 2006 (Analisis Sifat Fisik Tanah Pertambangan Pasir, Desa Gumulung Tonggoh, Kec. Astanajapura, Kab. Cirebon)
Data Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah No.
Lokasi pH KTK C-Organik Nitrogen (N) Pospor (P) Kalsium (Ca) Magnesium (Mg) Kalium (K)
me/100g % % ppm me/100g me/100g me/100g
1 Kebun campuran 1 6.40 25.19 1.08 0.09 2.60 26.10 11.05 0.63
Kebun campuran 2 5.60 24.27 2.02 0.21 2.90 24.40 12.21 0.43
2 Sawah 1 (Padi) 6.40 25.20 1.19 0.28 3.80 20.64 10.66 0.42
Sawah 2 (Padi) 6.60 22.52 0.62 0.08 2.90 16.30 8.24 0.65
3 Galian C 1 (Tanah rusak) 7.10 3.07 0.19 0.02 5.90 5.30 3.01 0.41
Galian C 2 (Tanah rusak) 7.20 6.52 0.15 0.02 4.90 9.30 4.36 0.41
Sumber : Kementrian Lingkungan Hidup, 2006 (Analisis Sifat Kimia Tanah Pertambangan Pasir, Desa Gumulung Tonggoh, Kec. Astanajapura, Kab. Cirebon)
72
73
Lampiran 2
Data Hasil Analisis Sifat Biologi Tanah
No. Lokasi Σ Mikroorganisme Tanah Σ Bakteri Pelarut Fosfat Σ Fungi Tanah Total Respirasi Mg C-CO2/ x 106 spk/ g x 106 spk/ g x 106 spk/ g kg tanah/hari
1 Kebun campuran 1 57.00 8.00 8.50 12.34 Kebun campuran 2 40.00 3.00 2.00 12.69
2 Sawah 1 (Padi) 57.00 15.00 4.50 12.51 Sawah 2 (Padi) 56.00 8.00 0.00 13.54
3 Galian C 1 (Tanah rusak) 7.00 1.00 1.00 11.31 Galian C 2 (Tanah rusak) 12.00 0.00 0.00 10.37
Sumber : Kementrian Lingkungan Hidup, 2006 (Analisis Sifat Biologi Tanah Pertambangan Pasir, Desa Gumulung Tonggoh, Kec. Astanajapura, Kab. Cirebon)
Lampiran 3
Hasil Uji Statistik Bulk Density : Univariate Analysis of Variance Estimated Marginal Means
Between-Subjects Factors
KebunCampuran 2
Sawah(Padi) 2
Galian C 2
1.00
2.00
3.00
lokasiValue Label N
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Bulk Density (g/cc)
.9800 .08485 2
.9100 .05657 21.3950 .10607 21.0950 .24354 6
lokasiKSGTotal
Mean Std. Deviation N
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Bulk Density (g/cc)
.275a 2 .137 19.046 .0207.194 1 7.194 996.880 .000
.275 2 .137 19.046 .020
.022 3 .0077.491 6
.297 5
SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .927 (Adjusted R Squared = .878)a.
Estimated Marginal Means Post Hoc Tests: Homogeneous Subsets
1. Grand Mean
Dependent Variable: Bulk Density (g/cm^3)
1.095 .035 .985 1.205Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
2. lokasi
Dependent Variable: Bulk Density (g/cm^3)
.980 .060 .789 1.171
.910 .060 .719 1.1011.395 .060 1.204 1.586
lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Bulk Density (g/cc)
Duncan a,b
2 .91002 .98002 1.3950
.470 1.000
lokasiSawah (Padi)Kebun CampuranGalian CSig.
N 1 2Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .007.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.
Alpha = .05.b.
74
Lampiran 4
Hasil Uji Statistik Porositas Tanah : Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
KebunCampuran 2
Sawah(Padi) 2
Galian C 2
1.00
2.00
3.00
lokasiValue Label N
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Porositas (% volume)
63.0500 2.98399 265.7000 2.05061 247.4350 3.99515 258.7283 9.15108 6
lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal
Mean Std. Deviation N
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Porositas (% volume)
389.641a 2 194.820 20.105 .01820694.103 1 20694.103 2135.581 .000
389.641 2 194.820 20.105 .01829.070 3 9.690
21112.814 6418.711 5
SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .931 (Adjusted R Squared = .884)a.
Estimated Marginal Means
1. Grand Mean
Dependent Variable: Porositas (% volume)
58.728 1.271 54.684 62.773Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
2. lokasi
Dependent Variable: Porositas (% volume)
63.050 2.201 56.045 70.05565.700 2.201 58.695 72.70547.435 2.201 40.430 54.440
lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Homogeneous Subsets
Porositas (% volume)
Duncan a,b
2 47.43502 63.05002 65.7000
1.000 .457
lokasiGalian CKebun CampuranSawah (Padi)Sig.
N 1 2Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 9.690.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.
Alpha = .05.b.
75
Lampiran 5
Hasil Uji Statistik Pori Drainase Sangat Cepat : Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
KebunCampuran 2
Sawah(Padi) 2
Galian C 2
1.00
2.00
3.00
lokasiValue Label N
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Pori Drainase Sangat Cepat (% volume)
159.789a 2 79.894 9.782 .0481416.499 1 1416.499 173.428 .001159.789 2 79.894 9.782 .04824.503 3 8.168
1600.791 6184.292 5
SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .867 (Adjusted R Squared = .778)a.
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Pori Drainase Sangat Cepat (% volume)
21.6450 1.50614 215.4450 2.48194 2
9.0050 4.00930 215.3650 6.07111 6
lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal
Mean Std. Deviation N
Estimated Marginal Means 1. Grand Mean
Dependent Variable: Pori Drainase Sangat Cepat (% volume)
15.365 1.167 11.652 19.078Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
2. lokasi
Dependent Variable: Pori Drainase Sangat Cepat (% volume)
21.645 2.021 15.214 28.07615.445 2.021 9.014 21.8769.005 2.021 2.574 15.436
lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Post Hoc Tests : Homogeneous Subsets
Pori Drainase Sangat Cepat (% volume)
Duncan a,b
2 9.00502 15.4450 15.44502 21.6450
.110 .119
lokasiGalian CSawah (Padi)Kebun CampuranSig.
N 1 2Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 8.168.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.
Alpha = .05.b.
76
Lampiran 6
Hasil Uji Statistik Permeabilitas : Univariate Analysis of Variance Between-Subjects Factors
KebunCampuran 2
Sawah
77
(Padi) 2
Galian C 2
1.00
2.00
3.00
lokasiValue Label N
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Permeabilitas (cm/jam)
Estimated Marginal Means
1. Grand Mean
Dependent Variable: Permeabilitas (cm/jam)
15.972 2.473 8.100 23.843Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
2. lokasi
Dependent Variable: Permeabilitas (cm/jam)
28.480 4.284 14.847 42.11310.505 4.284 -3.128 24.138
8.930 4.284 -4.703 22.563
lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Post Hoc Tests : Homogeneous Subsets
28.4800 7.46705 210.5050 .26163 28.9300 7.36805 2
15.9717 10.78860 6
lokasi Mean Std. Deviation NKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Permeabilitas (cm/jam)
471.856a 2 235.928 6.428 .0821530.565 1 1530.565 41.700 .008
471.856 2 235.928 6.428 .082110.113 3 36.704
2112.534 6581.969 5
SourceType III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
Corrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total
R Squared = .811 (Adjusted R Squared = .685)a.
Permeabilitas (cm/jam)
Duncan a,b
2 8.93002 10.5050 10.50502 28.4800
.812 .059
lokasiGalian CSawah (Padi)Kebun CampuranSig.
N 1 2Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 36.704.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.
Alpha = .05.b.
Lampiran 7
Hasil Uji Statistik pH : Univariate Analysis of Variance
78
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: pH
1.330a 2 .665 5.783 .093257.415 1 257.415 2238.391 .000
1.330 2 .665 5.783 .093.345 3 .115
259.090 61.675 5
SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .794 (Adjusted R Squared = .657)a.
Estimated Marginal Means Post Hoc Tests lokasi Homogeneous Subsets
Between-Subjects Factors
KebunCampuran 2
Sawah(Padi) 2
Galian C 2
1.00
2.00
3.00
lokasiValue Label N
Descriptive Statistics
Dependent Variable: pH
6.0000 .56569 26.5000 .14142 27.1500 .07071 26.5500 .57879 6
lokasi Mean Std. Deviation NKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal
1. Grand Mean
Dependent Variable: pH
6.550 .138 6.109 6.991Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
2. lokasi
Dependent Variable: pH
6.000 .240 5.237 6.7636.500 .240 5.737 7.2637.150 .240 6.387 7.913
lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
pH
Duncan a,b
2 6.00002 6.5000 6.50002 7.1500
.237 .151
lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian CSig.
N 1 2Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .115.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.
Alpha = .05.b.
Lampiran 8
Hasil Uji Statistik KTK : Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
KebunCampuran 2
Sawah(Padi) 2
Galian C 2
1.00
2.00
3.00
lokasiValue Label N
79
Descriptive Statistics
Dependent Variable: KTK (me/100g)
24.7300 .65054 223.8600 1.89505 24.7950 2.43952 2
17.7950 10.17568 6
lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal
Mean Std. Deviation N
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: KTK (me/100g)
Estimated Marginal Means Post Hoc Tests Lokasi Post Hoc Tests : Homogeneous Subsets
507.757a 2 253.878 76.426 .0031899.972 1 1899.972 571.956 .000507.757 2 253.878 76.426 .003
9.966 3 3.3222417.695 6517.723 5
SourceType III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
Corrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total
R Squared = .981 (Adjusted R Squared = .968)a.
1. Grand Mean
Dependent Variable: KTK (me/100g)
17.795 .744 15.427 20.163Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
2. lokasi
Dependent Variable: KTK (me/100g)
24.730 1.289 20.629 28.83123.860 1.289 19.759 27.961
4.795 1.289 .694 8.896
lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
KTK (me/100g)
Duncana,b
2 4.79502 23.86002 24.7300
1.000 .666
lokasiGalian CSawah (Padi)Kebun CampuranSig.
N 1 2Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 3.322.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.
Alpha = .05.b.
Lampiran 9
Hasil Uji Statistik C-Organik : Univariate Analysis of Variance
80
Between-Subjects Factors
KebunCampuran 2
Sawah(Padi) 2
Galian C 2
1.00
2.00
3.00
lokasiValue Label N
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: C-Organik (%)
1.907a 2 .954 4.728 .1184.594 1 4.594 22.777 .0171.907 2 .954 4.728 .118.605 3 .202
7.106 62.512 5
SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .759 (Adjusted R Squared = .599)a.
Descriptive Statistics
Dependent Variable: C-Organik (%)
Estimated Marginal Means 1. Grand Mean
Dependent Variable: C-Organik (%)
.875 .183 .292 1.458Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
2. lokasi
Dependent Variable: C-Organik (%)
1.550 .318 .539 2.561.905 .318 -.106 1.916.170 .318 -.841 1.181
lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Post Hoc Tests : Homogeneous Subsets
1.5500 .66468 2.9050 .40305 2.1700 .02828 2.8750 .70882 6
lokasi Mean Std. Deviation NKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal
C-Organik (%)
Duncan a,b
2 .17002 .90502 1.5500
.055
lokasiGalian CSawah (Padi)Kebun CampuranSig.
N 1Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .202.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.
Alpha = .05.b.
Lampiran 10
Hasil Uji Statistik Nitrogen : Univariate Analysis of Variance
81
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Nitrogen (%)
.029a 2 .014 1.596 .337
.082 1 .082 9.007 .058
.029 2 .014 1.596 .337
.027 3 .009
.138 6
.056 5
SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .515 (Adjusted R Squared = .192)a.
Estimated Marginal Means 1. Grand Mean
Dependent Variable: Nitrogen (%)
.117 .039 -.007 .240Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
2. lokasi
Dependent Variable: Nitrogen (%)
.150 .067 -.064 .364
.180 .067 -.034 .394
.020 .067 -.194 .234
lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Post Hoc Tests : Homogeneous Subsets
Between-Subjects Factors
KebunCampuran 2
Sawah(Padi) 2
Galian C 2
1.00
2.00
3.00
lokasiValue Label N
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Nitrogen (%)
.1500 .08485 2
.1800 .14142 2
.0200 .00000 2
.1167 .10596 6
lokasi Mean Std. Deviation NKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal
Nitrogen (%)
Duncan a,b
2 .02002 .15002 .1800
.191
lokasiGalian CKebun CampuranSawah (Padi)Sig.
N 1Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .009.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.
Alpha = .05.b.
Lampiran 11
Hasil Uji Statistik Posfor : Univariate Analysis of Variance
82
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Posfor(ppm)
7.723a 2 3.862 12.195 .03688.167 1 88.167 278.421 .000
7.723 2 3.862 12.195 .036.950 3 .317
96.840 68.673 5
SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .890 (Adjusted R Squared = .817)a.
Estimated Marginal Means 1. Grand Mean
Dependent Variable: Posfor(ppm)
3.833 .230 3.102 4.564Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
2. lokasi
Dependent Variable: Posfor(ppm)
2.750 .398 1.484 4.0163.350 .398 2.084 4.6165.400 .398 4.134 6.666
lokasiKSG
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Post Hoc Tests : Homogeneous Subsets
Between-Subjects Factors
K 2S 2G 2
1.002.003.00
lokasiValue Label N
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Posfor(ppm)
2.7500 .21213 23.3500 .63640 25.4000 .70711 23.8333 1.31707 6
lokasi Mean Std. Deviation NKSGTotal
Posfor(ppm)
Duncan a,b
2 2.75002 3.35002 5.4000
.365 1.000
lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian CSig.
N 1 2Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .317.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.
Alpha = .05.b.
Lampiran 12
Hasil Uji Statistik Kalsium : Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
KebunCampuran 2
Sawah(Padi) 2
Galian C 2
1.00
2.00
3.00
lokasiValue Label N
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Kalsium (me/100g)
25.2500 1.20208 218.4700 3.06884 2
7.3000 2.82843 217.0067 8.33654 6
lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal
Mean Std. Deviation N
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Kalsium (me/100g)
328.627a 2 164.313 26.133 .0131735.360 1 1735.360 275.997 .000328.627 2 164.313 26.133 .01318.863 3 6.288
2082.850 6347.489 5
SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .946 (Adjusted R Squared = .910)a.
Estimated Marginal Means 1. Grand Mean
Dependent Variable: Kalsium (me/100g)
17.007 1.024 13.749 20.264Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
2. lokasi
Dependent Variable: Kalsium (me/100g)
25.250 1.773 19.607 30.89318.470 1.773 12.827 24.1137.300 1.773 1.657 12.943
lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Post Hoc Tests : Homogeneous Subsets
Kalsium (me/100g)
Duncan a,b
2 7.30002 18.47002 25.2500
1.000 .074
lokasiGalian CSawah (Padi)Kebun CampuranSig.
N 1 2Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 6.288.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.
Alpha = .05.b.
83
Lampiran 13
Hasil Uji Statistik Magnesium : Univariate Analysis of Variance
84
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Magnesium (me/100g)
67.407a 2 33.704 22.408 .016408.870 1 408.870 271.840 .000
67.407 2 33.704 22.408 .0164.512 3 1.504
480.790 671.919 5
SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .937 (Adjusted R Squared = .895)a.
Estimated Marginal Means 1. Grand Mean
Dependent Variable: Magnesium (me/100g)
8.255 .501 6.662 9.848Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
2. lokasi
Dependent Variable: Magnesium (me/100g)
11.630 .867 8.870 14.3909.450 .867 6.690 12.2103.685 .867 .925 6.445
lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Post Hoc Tests : Homogeneous Subsets
Between-Subjects Factors
KebunCampuran 2
Sawah(Padi) 2
Galian C 2
1.00
2.00
3.00
lokasiValue Label N
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Magnesium (me/100g)
11.6300 .82024 29.4500 1.71120 23.6850 .95459 28.2550 3.79261 6
lokasi Mean Std. Deviation NKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal
Magnesium (me/100g)
Duncana,b
2 3.68502 9.45002 11.6300
1.000 .174
lokasiGalian CSawah (Padi)Kebun CampuranSig.
N 1 2Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 1.504.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.
Alpha = .05.b.
Lampiran 14
Hasil Uji Statistik Kalium : Univariate Analysis of Variance
85
Between-Subjects Factors
KebunCampuran 2
Sawah(Padi) 2
Galian C 2
1.00
2.00
3.00
lokasiValue Label N
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Kalium (me/100g)
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Kalium (me/100g)
.020a 2 .010 .647 .5841.450 1 1.450 93.676 .002
.020 2 .010 .647 .584
.046 3 .0151.517 6
.066 5
SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .301 (Adjusted R Squared = -.164)a.
Estimated Marginal Means 1. Grand Mean
Dependent Variable: Kalium (me/100g)
.492 .051 .330 .653Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
2. lokasi
Dependent Variable: Kalium (me/100g)
.530 .088 .250 .810
.535 .088 .255 .815
.410 .088 .130 .690
lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Post Hoc Tests : Homogeneous Subsets
.5300 .14142 2
.5350 .16263 2
.4100 .00000 2
.4917 .11531 6
lokasi Mean Std. Deviation NKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal
Kalium (me/100g)
Duncana,b
2 .41002 .53002 .5350
.387
lokasiGalian CKebun CampuranSawah (Padi)Sig.
N 1Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .015.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.
Alpha = .05.b.
Lampiran 15
Hasil Uji Statistik Jumlah Mikroorganisme Tanah : Univariate Analysis of Variance
86
Between-Subjects Factors
KebunCampuran 2
Sawah(Padi) 2
Galian C 2
1.00
2.00
3.00
lokasiValue Label N
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Jumlah Mikroorganisme Tanah (x10^6 spk/g)
2529.333a 2 1264.667 24.089 .0148740.167 1 8740.167 166.479 .0012529.333 2 1264.667 24.089 .014
157.500 3 52.50011427.000 6
2686.833 5
SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .941 (Adjusted R Squared = .902)a.
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Jumlah Mikroorganisme Tanah (x10^6spk/g)
Estimated Marginal Means 1. Grand Mean
Dependent Variable: Jumlah Mikroorganisme Tanah(x10^6 spk/g)
38.167 2.958 28.753 47.580Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
2. lokasi
Dependent Variable: Jumlah Mikroorganisme Tanah (x10^6 spk/g)
48.500 5.123 32.195 64.80556.500 5.123 40.195 72.805
9.500 5.123 -6.805 25.805
lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Post Hoc Tests :Homogeneous Subsets
48.5000 12.02082 256.5000 .70711 2
9.5000 3.53553 238.1667 23.18117 6
lokasi Mean Std. Deviation NKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal
Jumlah Mikroorganisme Tanah (x10^6 spk/g)
Duncan a,b
2 9.50002 48.50002 56.5000
1.000 .350
lokasiGalian CKebun CampuranSawah (Padi)Sig.
N 1 2Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 52.500.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.
Alpha = .05.b.
Lampiran 16
Hasil Uji Statistik Jumlah Bakteri Pelarut Posfat : Univariate Analysis of Variance
87
Between-Subjects Factors
KebunCampuran 2
Sawah(Padi) 2
Galian C 2
1.00
2.00
3.00
lokasiValue Label N
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat (x10^6spk/g)
Estimated Marginal Means
1. Grand Mean
Dependent Variable: Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat(x10^6 spk/g)
5.833 1.443 1.240 10.427Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
Post Hoc Tests : Homogeneous Subset
5.5000 3.53553 211.5000 4.94975 2
.5000 .70711 25.8333 5.63619 6
lokasi Mean Std. Deviation NKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat (x10^6 spk/g)
121.333a 2 60.667 4.853 .115204.167 1 204.167 16.333 .027121.333 2 60.667 4.853 .11537.500 3 12.500
363.000 6158.833 5
SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .764 (Adjusted R Squared = .607)a.
2. lokasi
Dependent Variable: Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat (x10^6 spk/g)
5.500 2.500 -2.456 13.45611.500 2.500 3.544 19.456
.500 2.500 -7.456 8.456
lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat (x10^6 spk/g)
Duncan a,b
2 .50002 5.50002 11.5000
.053
lokasiGalian CKebun CampuranSawah (Padi)Sig.
N 1Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 12.500.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.
Alpha = .05.b.
Lampiran 17
Hasil Uji Statistik Jumlah Fungi Tanah : Univariate Analysis of Variance
88
Between-Subjects Factors
KebunCampuran 2
Sawah(Padi) 2
Galian C 2
1.00
2.00
3.00
lokasiValue Label N
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Jumlah Fungi Tanah (x10^6 spk/g)
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Jumlah Fungi Tanah (x10^6 spk/g)
23.083a 2 11.542 1.091 .44142.667 1 42.667 4.031 .13823.083 2 11.542 1.091 .44131.750 3 10.58397.500 654.833 5
SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .421 (Adjusted R Squared = .035)a.
Estimated Marginal Means 1. Grand Mean
Dependent Variable: Jumlah Fungi Tanah (x10^6 spk/g)
2.667 1.328 -1.560 6.893Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
Post Hoc Tests : Homogeneous Subsets
5.2500 4.59619 22.2500 3.18198 2
.5000 .70711 22.6667 3.31160 6
lokasi Mean Std. Deviation NKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal
2. lokasi
Dependent Variable: Jumlah Fungi Tanah (x10^6 spk/g)
5.250 2.300 -2.071 12.5712.250 2.300 -5.071 9.571
.500 2.300 -6.821 7.821
lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Jumlah Fungi Tanah (x10^6 spk/g)
Duncan a,b
2 .50002 2.25002 5.2500
.239
lokasiGalian CSawah (Padi)Kebun CampuranSig.
N 1Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = 10.583.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.
Alpha = .05.b.
Lampiran 18
Hasil Uji Statistik Total Respirasi : Univariate Analysis of Variance
89
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Total Respirasi Mg C-CO2/kg tanah/hari
5.227a 2 2.613 7.586 .067882.336 1 882.336 2561.208 .000
5.227 2 2.613 7.586 .0671.034 3 .345
888.596 66.260 5
SourceCorrected ModelInterceptlokasiErrorTotalCorrected Total
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
R Squared = .835 (Adjusted R Squared = .725)a.
Estimated Marginal Means 1. Grand Mean
Dependent Variable: Total Respirasi Mg C-CO2/kg tanah/hari
12.127 .240 11.364 12.889Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval
2. lokasi
Dependent Variable: Total Respirasi Mg C-CO2/kg tanah/hari
12.515 .415 11.194 13.83613.025 .415 11.704 14.34610.840 .415 9.519 12.161
lokasiKebun CampuranSawah (Padi)Galian C
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval
Post Hoc Tests : Homogeneous Subsets
Between-Subjects Factors
KebunCampuran 2
Sawah(Padi) 2
Galian C 2
1.00
2.00
3.00
lokasiValue Label N
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Total Respirasi Mg C-CO2/kg tanah/hari
12.5150 .24749 213.0250 .72832 210.8400 .66468 212.1267 1.11894 6
lokasi Mean Std. Deviation NKebun CampuranSawah (Padi)Galian CTotal
Total Respirasi Mg C-CO2/kg tanah/hari
Duncan a,b
2 10.84002 12.5150 12.51502 13.0250
.065 .449
lokasiGalian CKebun CampuranSawah (Padi)Sig.
N 1 2Subset
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Based on Type III Sum of SquaresThe error term is Mean Square(Error) = .345.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.a.
Alpha = .05.b.
Lampiran 19
DOKUMENTASI LOKASI PENELITIAN
Gambar 23. Peta Lokasi Kajian Kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon
90
Gambar 24. Peta Lokasi Penambangan Galian C (Pasir) di Kecamatan
Astanajapura, Kabupaten Cirebon
91
Gambar 25. Bedeng di Lokasi Penambangan Pasir Gambar 26. Whealloader
Gambar 27. Excavator dan Forklif Gambar 28. Excavator
S
Gambar 29. Buldozer Gambar 30. Lahan Paska Penambangan Pasir
92
Gambar 31. Jalan Akses ke Lokasi Penambangan Gambar 32 Kolam yang Terisi Air Bekas
Pengerukan Pasir
Gambar 33. Lokasi Tambang Pasir Gambar 34. Kolam yang terisi air
Bekas Pengerukan Pasir
Gambar 35. Profil Tanah Pasir Paska Penambangan Gambar 36. Lahan Paska Penambangan Pasir
93
Gambar 37 & 38. Tanaman Kacang Tanah dan Jagung pada Kebun Campuran
Gambar 39. Lokasi Kebun Campuran Gambar 40. Sawah
Gambar 41. Sawah Gambar 42. Sawah