E-book Sistem Kendali Korupsi

155

Transcript of E-book Sistem Kendali Korupsi

Page 1: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 1/155

Page 2: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 2/155

Page 3: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 3/155

Page 4: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 4/155

ii

RINGKASAN EKSEKUTIF

UU No.15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan

Negara dan UU No. 15/ 2006 tentang BPK RI menyatakan bahwa BPK RI berwenang untuk

melakukan tiga jenis pemeriksaan yaitu : pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja dan

pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT). Selanjutnya UU No.15/2004 juga menegaskan

bahwa Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang

mencakup pemeriksaan atas aspek ekonomi, efisiensi, dan atau aspek efektivitas.

Salah satu agenda Tim Pengembangan Kapasitas Pemeriksaan Kinerja (TPKPK) 2011

adalah melakukan pembahasan kegiatan  pilot project   pemeriksaan kinerja dengan tema

“Pemeriksaan Kinerja atas Pengendalian korupsi pada Entitas Pemerintah”   dengan

melibatkan perwakilan dari tiap AKN dan pemangku kepentingan kegiatan pemberantasan

korupsi seperti BPKP; KPK; Kejaksaan; Kepolisian; dan PPATK; serta entitas pemerintah yang

telah menerapkan program pengendalian korupsi (Dirjen Bea dan Cukai dan Dirjen

Perbendaharaan).

Kegiatan yang telah dilaksanakan pada sejak Februari sampai Juli adalah sebagai

berikut:

1) Pengumpulan data dan informasi tentang fraud control tools yang bersumber dari:

a.  Hasil wawancara dengan entitas pemerintah yang berperan dalam

pengembangan kegiatan pemberantasan korupsi seperti BPKP, KPK, Kejaksaan,

Kepolisian dan PPATK;

b.  Hasil wawancara dengan entitas pemerintah yang telah menerapkan program

pengendalian korupsi (misal: Dirjen Bea dan Cukai dan Dirjen Perbendaharaan);

c.  Rencana strategis atau laporan hasil pemeriksaan SAI negara lain yang sudah

menerapkan kegiatan pemeriksaan serupa (misal: ANAO);

d.  Model Fraud Control Plan yang telah diimplementasikan oleh ANAO;

e.  Sumber literatur lain yang andal dan relevan.

2) Kegiatan wawancara untuk memperoleh informasi terkait dengan kesiapan satker

pemeriksa BPK dalam pelaksanaan pemeriksaan kinerja tematik tahun 2011;

Page 5: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 5/155

iii

3) Kegiatan pembahasan dengan Subject Matter Expert (SME) yaitu Mr. Paul Nicoll dan

Tim PKPK terkait isu-isu strategis dan permasalahan yang telah diidentifikas oleh

satker pemeriksa, kesiapan (identifikasi kebutuhan) satker pemeriksa, serta

penentuan langkah rencana strategis selanjutnya;

4) Kegiatan perumusan dan mengembangan model Fraud Control Plan versi BPK yang

saat ini masih dikembangkan oleh Sub Direktorat Litbang PK2 dengan nama Sistem

Kendali Korupsi (SKK); dan

5) Laporan hasil kajian awal tentang fraud control Plan dan rencana selanjutnya.

Kegiatan kajian awal tentang fraud control tools telah menghasilkan beberapa hal

sebagai berikut:

a. Tim Litbang BPK telah memperoleh gambaran dan format yang jelas tentang

 fraud control plan setelah melakukan kajian literatur dan diskusi dengan tenaga

ahli BPK;

b. BPK memperoleh kesimpulan awal bahwa kesadaran entitas mengenai

pentingnya keberadaan suatu alat pencegah dan pengendali  fraud/ korupsi

masih rendah. Disamping itu, pemahaman mengenai  fraud   dikalangan entitas

 juga masih sangat beragam;

c. BPK telah berhasil menjalin komunikasi awal dengan beberapa entitas dan

Aparat penegak Hukum (APH) dan menghasilkan hal-hal sebagai berikut:

1) Pemahaman dan kesadaran entitas mengenai peran dan rencana BPK untuk

menilai keberadaan dan kualitas Sistem Kendali Korupsi (SKK) pada entitas.

Hal ini menunjukkan bahwa entitas dapat memahami peran BPK dan

menyambut positif rencana BPK tersebut;

2) Kesadaran awal mengenai pentingnya Sistem Kendali Korupsi (SKK) di

lingkungan organisasi telah terbangun melalui diskusi dengan entitas.

d. Tim Litbang BPK telah memperoleh bahan awal yang memadai bagi usaha

perumusan dan penyusunan SKK dan bahan perumusan persiapan  pilot project  

pemeriksaan kinerja atas Sistem Kendali Korupsi.

Page 6: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 6/155

Page 7: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 7/155

v

Daftar Isi 

RINGKASAN EKSEKUTIF  ii

DAFTAR ISI v-vi

BAB. 1 PENDAHULUAN 1.

I. Latar Belakang 1.

II. Periode kegiatan 5.

III. Dasar Hukum Pelaksanaan 5.

IV. Tujuan Kegiatan 5.

V. Lingkup Kegiatan 5.

VI. Metode Kegiatan 6.

1) Tahap Perencanaan 6.

2) Tahap pelaksanaan 7.

3) Tahap Pelaporan 8.

VII. Sistematika penyusunan laporan 8.

BAB. 2 FRAUD / KORUPSI– Teori dan Permasalahannya  10.

I. Definisi Fraud  secara umum 10.

II. Definisi Fraud  menurut Association of Certified Fraud Examiners 

(ACFE)

12.

III. Definisi Fraud  Menurut UU Tipikor 14.

IV. Perbandingan antara fraud  menurut ACFE dengan elemen-

elemen korupsi menurut UU Tipikor 16.V. Pembandingan antara Fraud  dengan Korupsi menurut ASOSAI 18.

VI. Pemahaman fraud  menurut BPK 19.

VII. Penyebab dan akibat dari Korupsi serta aspek lainnya 22.

VIII. Sistem Kendali Korupsi( SKK)  sebagai alat pencegahan Korupsi 26.

IX. Hubungan antara SPI dengan SKK 33.

a. SPI menurut COSO 34.

b.Fraud  control dalam perangkat COSO 34.

X. Simpulan dari Tim mengenai Korupsi 36.

Bab. 3 UPAYA PEMERINTAH INDONESIA dalam

PENANGGULANGAN KORUPSI  39.

I. Upaya Penanggulangan Korupsi melalui Penegakan Hukum 39.

II. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia 43.

III. Peran dan upaya yang telah dilakukan Entitas Pemerintah dalam

Penanggulangan Fraud  Serta Kendala yang Dihadapi 44.

Page 8: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 8/155

vi

1) Diskusi dengan BAKN 45.

2) Diskusi dengan BPKP 48.

3) Diskusi dengan KPK 50.

4) Diskusi dengan Kejaksaan 53.

5) Diskusi dengan POLRI 55.

6) Diskusi dengan PPATK 57.

7) Diskusi dengan Dirjen Perbendaharaan 58.

8) Diskusi dengan Dirjen Bea Cukai 61.

9) Diskusi dengan Garuda Indonesia 66.

Bab. 4  PEMERIKSAAN ATAS KORUPSI  69.

I. Peran Kegiatan Pemeriksa dalam Mencegah Korupsi 69.

II. Kerangka Sistem Kendali Korupsi (SKK) 70.

III. Pelaksanaan Pemeriksaan Atas Fraud  Control di ANAO Serta

Rencana BPK Untuk Melakukan Studi Banding 77.

IV. Hal-hal yang dapat Diadopsi BPK terkait Pemeriksaan kinerja atasFraud  Control di ANAO 87.

Bab. 5  PENUTUP 89.

I. Peran Penting BPK dalam Pencegahan dan Pemberantasan

Korupsi 89.

II. Rencana dan persiapan BPK untuk melaksanakan Pemeriksaan

kinerja atas Sistem Kendali Korupsi (SKK) 89.

Daftar LampiranLampiran 1. Tindak Pidana Korupsi menurut UU Tipikor

Lampiran 2. Definisi Fraud

Lampiran 3. Risalah diskusi dengan BAKN

Lampiran 4. Risalah diskusi dengan BPKP

Lampiran 5. Risalah diskusi dengan KPK

Lampiran 6. Risalah diskusi dengan Kejaksaan

Lampiran 7. Risalah diskusi dengan POLRI

Lampiran 8. Risalah diskusi dengan PPATK

Lampiran 9. Risalah diskusi dengan Ditjen Perbendaharaan

Lampiran 10. Risalah diskusi dengan Ditjen Bea CukaiLampiran 11. Risalah diskusi dengan Garuda Indonesia

Lampiran 12. Matriks Fraud  Control

Page 9: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 9/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 1

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar

Belakang

Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan

negara yang mencakup pemeriksaan atas aspek ekonomi, efisiensi, dan

atau aspek efektivitas. Laporan hasil pemeriksaan kinerja memuat temuan,

simpulan, dan rekomendasi. Kegiatan pemeriksaan Kinerja yang mengacu

pada SPKN dan pedoman pemeriksaan kinerja lainnya merupakan sarana

dan alat bagi BPK untuk dapat memberikan rekomendasi perbaikan

kebijakan pemerintah atau memberikan alternatif solusi kepada

pemerintah serta dapat menilai apakah pemerintah telah menggunakan

sumber daya secara hemat dan efisien dan telah mencapai tujuan yang

ditetapkan.

Upaya pengembangan kapasitas pemeriksaan kinerja telah ditetapkan

oleh BPK melalui Renstra BPK periode tahun 2011-2015. Berdasarkan

Renstra BPK tahun 2011-2015, BPK telah menetapkan target pelaksanaan

pemeriksaan kinerja pada setiap satuan kerja (auditorat/perwakilan) yang

diharapkan dapat mencapai 15% dari total LHP yang dihasilkan hingga

tahun 2015.

Rekomendasi BPK melalui Hasil pemeriksaan kinerja ditujukan untuk

dapat membantu pemerintah dalam mencari solusi atas permasalahan

yang selama ini mereka hadapi. Saat ini pemerintah masih menghadapi

banyak permasalahan yang harus ditangani. Salah satu permasalahan

tersebut adalah tindak pidana korupsi yang telah mewabah khususnya di

lingkungan pemerintahan. Hasil pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan

Pemerintah Pusat, Kementerian/Lembaga, dan Daerah pada tahun 2007

sampai 2009 menunjukkan peningkatan kualitas opini LKPP/D, seperti pada

tabel berikut:

Page 10: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 10/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 2

Tabel 1.1

Opini BPK

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan

Kementerian/Lembaga

Opini

2007 2008 2009

Jml % Jml % Jml %

WTP 19 21.59% 39 43.82% 47 56.63%

WDP 31 35.23% 31 34.83% 27 32.53%

TW 1 1.14% 0 0.00% 0 0.00%

TMP 37 42.05% 19 21.35% 9 10.84%

Tabel 1.2

Opini BPK

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Opini

2007 2008 2009

Jml % Jml % Jml %

WTP 4 0.10% 11 0.27% 15 0.36%

WDP 283 6.89% 324 7.87% 329 7.99%

TW 59 1.44% 31 0.75% 48 1.17%

TMP 120 2.92% 115 2.79% 101 2.45%

Di lain pihak, pemerintah melalui Undang-undang No. 30/ 2002

tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi telah membentuk

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berfungsi mencegah dan

menindak kegiatan korupsi yang terjadi. Beberapa kegiatan pencegahan

dan pemberantasan tindak pidana korupsi telah dilakukan oleh KPK.

Tindakan pencegahan terkait penerimaaan laporan dan pemeriksaan

gratifikasi, penerimaan laporan dan pemeriksaan LKHPN, pendidikan,

sosialisasi, kampanye anti korupsi, kerja sama antar lembaga, serta tugas

monitor.

Meskipun demikian, temuan pemeriksaan keuangan yang

menunjukkan peningkatan kualitas pengelolaan keuangan negara tidak

Page 11: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 11/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 3

berbanding lurus dengan penurunan frekuensi tindak pidana korupsi di

Indonesia. Hasil penelitian Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan

bahwa sejak tahun 2005 sampai 2010, tindak pidana korupsi tetap tinggi,

yang mencerminkan bahwa tindakan pemberantasan korupsi tidak

berjalan semakin baik

Gambar 1.1

Hasil survei LSI tentang tindak pidana korupsi dan penanganannya  

Beberapa kondisi diatas mendorong BPK untuk berupaya

merumuskan langkah-langkah mitigasi tindak pidana korupsi melalui

kegiatan pemeriksaan kinerja. Sasaran utama kegiatan pemeriksaan

kinerja tersebut adalah kinerja sistem pencegahan dan penanggulangan

korupsi yang terdapat di setiap entitas pemerintah.

Renstra BPK periode 2011-2015 telah menetapkan bahwa dalam

rangka upaya BPK untuk mengembangkan kapasitas pemeriksaan kinerja,

maka pada tahun 2011 akan dilakukan pemeriksaan kinerja  piloting 

tematik BPK dengan tema “Kinerja Entitas dalam Upaya Pencegahan dan

Pendeteksian Korupsi di Lingkungan Institusinya”. Pengembangan

Page 12: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 12/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 4

kapasitas dalam pemeriksaan kinerja mencakup pengembangan dalam

aspek kelembagaan, tata kelola, dan sumber daya manusia dengan

memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

Rencana Implementasi Renstra (RIR) tahun 2011-2015 menyatakanbahwa Direktorat Litbang memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai

koordinator pelaksanaan pemeriksaan kinerja tematik BPK tahun 2011.

Sebagai implementasi atas RIR tersebut, Direktorat Litbang akan

membentuk suatu tim yang bertugas untuk melakukan kajian strategis

sebagai upaya untuk meningkatkan pengembangan kapasitas

pemeriksaan kinerja di BPK. Sebagai langkah awal untuk mendukung

persiapan kegiatan  piloting tematik pemeriksaan kinerja tersebut,

diperlukan suatu kajian yang memadai tentang kegiatan pengendalian

korupsi yang telah dikembangkan oleh pemerintah. Hasil dari kajian ini

diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar bagi Tim

Pengembangan Kapasitas Pemeriksaan Kinerja (Tim PKPK) yang akan

segera dibentuk. Informasi yang diperoleh dari hasil kajian ini selanjutnya

akan terus diperbarui sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan

dilakukan pembahasan secara intensif dengan Tim PKPK, Subject Matter

Expert   (Paul Nicoll), tenaga ahli BPK (Khairiansyah Salman), dan juga

instansi pemerintah yang berperan dalam pengembangan pengendalian

korupsi (KPK, BPKP, Kejaksaan, dan BAKN).

Laporan ini merupakan “living document ” yang akan terus diperbarui

sesuai dengan perkembangan isu strategis yang terjadi. Dengan demikian,

laporan ini dapat memberikan informasi yang paling mutakhir tentang

kondisi pengendalian pencegahan korupsi di Indonesia, sehingga dapat

digunakan untuk mendukung perencanaan  piloting tematik pemeriksaan

kinerja BPK tahun 2011.

Page 13: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 13/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 5

Periode

Kegiatan

Kajian dari hasil studi literatur, analisis, dan wawancara ini

dilaksanakan sejak tanggal 4 Februari 2011 sampai dengan 30 Juni 2011.

Dasar HukumPelaksanaan

Pemeriksaan kinerja merupakan salah satu jenis pemeriksaan yangdimiliki BPK sesuai dengan mandatnya yang tertuang dalam UU No. 15

tahun 2004. BPK berencana untuk meningkatkan porsi pemeriksaan

kinerja sebanyak 15% s/d tahun 2015. Saat ini porsi pemeriksaan kinerja

BPK hanya 5% dari seluruh jenis pemeriksaan yang dilakukan.

Pelaksanaan kegiatan ini adalah dalam rangka mendukung rencana BPK

untuk mengembangkan kapasitas pemeriksaan kinerja sebagaimana

dituangkan dalam Renstra BPK tahun 2011-2015, terutama sebagai

langkah awal persiapan pelaksanaan piloting tematik pemeriksaan kinerja

dengan tema “Pengendalian Korupsi pada Entitas Pemerintah”. Piloting

tematik tersebut akan dilaksanakan pada semester kedua tahun 2011 dan

mengikutsertakan seluruh satker pemeriksa di BPK.

Tujuan

Kegiatan

Tujuan Kegiatan Pembahasan Pemeriksaan Kinerja Tematik BPK

dengan tema “Pemeriksaan Kinerja atas Pengendalian Korupsi pada

Entitas Pemerintah” antara lain adalah;

a. mengidentifikasi isu-isu strategis terkait upaya-upaya pemerintah

dalam pengendalian korupsi yang telah dilakukan pemerintah serta

kendala-kendala yang dihadapi;

b. merancang langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan oleh BPK

sebagai persiapan pelaksanaan pemeriksaan kinerja tematik.

Lingkup

Kegiatan

Kegiatan pengkajian ini terbagi menjadi tiga kelompok kegiatan sebagai

berikut:

 kegiatan Pengumpulan data dan informasi tentang sistem kendali

Page 14: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 14/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 6

korupsi yang bersumber dari:

1)  hasil wawancara dengan entitas pemerintah yang berperan

dalam pengembangan kegiatan pemberantasan korupsi seperti

BPKP, BAKN, dan Kejaksaan;

2)  hasil wawancara dengan entitas pemerintah yang telah

menerapkan program pengendalian korupsi (Ditjen Bea dan

Cukai, Ditjen Perbendaharaan, serta institusi lainnya);

3)  rencana strategis atau laporan hasil pemeriksaan SAI negara lain

yang sudah menerapkan kegiatan pemeriksaan serupa (misal:

ANAO);

4)  sumber literatur lain yang andal dan relevan.

  kegiatan pembahasan dengan Subject Matter Expert   (SME) yaitu Mr.

Paul Nicoll, tenaga ahli BPK (Khairiansyah Salman), dan Tim PKPK

terkait isu-isu strategis dan permasalahan yang telah diidentifikasi

oleh satker pemeriksa, kesiapan (identifikasi kebutuhan) satker

pemeriksa, serta penentuan langkah rencana strategis selanjutnya;

 kegiatan penyusunan laporan hasil kajian awal tentang sistem kendali

korupsi dan rencana selanjutnya.

Metodologi

Kegiatan

Kajian

Pelaksanaan kegiatan ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu.

1) Tahap Perencanaan

Perencanaan dilakukan agar pelaksanaan kegiatan ini

terarah dan dapat menjawab tujuan dari kegiatan ini.

Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan pada tahapan ini

antara lain adalah:

a.  identifikasi entitas pemerintah yang memiliki peran

Page 15: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 15/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 7

dalam pengembangan sistem kendali korupsi, kegiatan

atau program pengendalian korupsi yang telah dilakukan,

serta entitas pemerintah yang telah memiliki dan

melaksanakan program kegiatan pengendalian korupsi.

Langkah lebih lanjut dari kegiatan tersebut adalah

melakukan komunikasi dan koordinasi dengan entitas

untuk tahap pendalaman penggalian informasi dan data

melalui wawancara;

b.  identifikasi SAI yang telah melakukan pemeriksaan

kinerja dengan tema yang sama;

c.  melakukan komunikasi dengan SME dan juga tenaga ahli

untuk mengidentifikasi isu-isu strategis yang perlu dikaji

sejak awal untuk persiapan  piloting tematik pemeriksaan

kinerja.

2) Tahap Pelaksanaan

Kegiatan pembahasan dan pengkajian ini akan dilakukan

dengan menyertakan tim PKPK, SME, dan entitas pemerintah

yang berperan dalam pengembangan pengendalian korupsi.

Rincian kegiatan pada tahap pelaksanaan antara lain adalah:

a.  pengumpulan data dan informasi terkait isu-isu strategis

tentang pengendalian korupsi yang telah dilakukan

pemerintah, kendala-kendala yang dihadapi dan akibat dari

pengabaian dari porgram tersebut, termasuk juga kajian

atas pengalaman dari SAI negara lain yang telah melakukan

pemeriksaan dengan tema yang sejenis. Kegiatan ini akan

dilaksanakan dalam waktu lima hari kerja;

b. kunjungan dan wawancara dengan entitas yang berperan

langsung dalam pengembangan pengendalian korupsi di

Indonesia yaitu: BPKP, BAKN, dan Kejaksaan;

c.  kunjungan dan wawancara dengan entitas yang telah

memiliki dan melaksanakan program pengendalian korupsi

Page 16: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 16/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 8

seperti: Ditjen Perbendaharaan dan Ditjen Bea Cukai di

Kementerian Keuangan;

d. perumusan rencana strategis BPK dalam upaya persiapan

pemeriksaan kinerja tematik tahun 2011. Kegiatan ini akan

dilakukan dengan melakukan pembahasan dengan Tim

PKPK dalam pertemuan rutin yang akan diselenggarakan

setiap dua minggu sekali.

3) Tahap Pelaporan

Seluruh rangkaian kegiatan pembahasan dan pengkajian ini

akan didokumentasikan dalam bentuk laporan kegiatan.

Laporan hasil kegiatan ini akan menjadi sumber materi utama

dalam limited hearing dengan para Eselon I, penyusunan

Program Pemeriksaan Pendahuluan yang akan disusun oleh

Tim PKPK dalam rangka persiapan pemeriksaan kinerja tematik

BPK tahun 2011, dan materi seminar tentang pemeriksaan

kinerja BPK atas pengendalian korupsi pemerintah. Kegiatan

pada tahap pelaporan akan dilaksanakan dalam waktu lima

hari kerja.

Sistematika

Penyusunan

Laporan

Laporan kegiatan ini terdiri dari lima bab yaitu:

1. Pendahuluan

a.  Latar Belakang

b.  Periode Kegiatan

c.  Dasar Hukum Pelaksanaan

d.  Tujuan Kegiatan

e.  Lingkup Kegiatan

f.  Metodologi Kegiatan Kajian

g.  Sistematika Penyusunan Laporan

Page 17: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 17/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 9

2. Fraud  / Korupsi – Teori dan Permasalahannya

a.  Definisi dan Interpretasi Fraud  Secara Umum

b.  Definisi Fraud  Menurut ACFE

c.  definisi Fraud  berdasarkan UU Tipikor

d.  Perbandingan antara Fraud  Menurut ACFE dengan Korupsi

Menurut UU Tipikor

e.  Perbedaan antara Fraud  dan Korupsi Menurut ASOSAI

f.  Pemahaman Mengenai Fraud / Korupsi Menurut BPK

g.  Penyebab dan Akibat dari Korupsi serta Aspek Lainnya

h.  Sistem Kendali Korupsi (SKK) Sebagai Alat Pencegahan Korupsi

i.  Hubungan antara SPI dengan SKK

 j. 

Simpulan dari Tim mengenai Korupsi

3. Upaya Pemerintah Indonesia dalam Penanggulangan Korupsi

a.  Upaya Penanggulangan Korupsi melalui Penegakan Hukum

b.  Indeks Persepsi Korupsi Indonesia

c.  Peran dan Upaya yang Telah Dilakukan Entitas Pemerintah dalam

Penanggulangan Korupsi serta Kendala yang Dihadapi

4. Pemeriksaan atas Korupsi

a.  Peran Kegiatan Pemeriksaan dalam Pencegahan Korupsi

b.  Kerangka Sistem Kendali Korupsi (SKK)

c.  Pelaksanaan Pemeriksaan atas Fraud  Control  di ANAO serta

Rencana BPK untuk Melakukan Studi Banding

d.  Hal-Hal yang Dapat Diadopsi BPK Berdasarkan Audit ANAO

5. Simpulan

Page 18: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 18/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 1 0

BAB 2

FRAUD/ KORUPSI – TEORI DAN PERMASALAHANNYA 

Fraud  merupakan suatu istilah yang secara umum diartikan sebagai kecurangan atau penipuan

dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan secara material maupun non-material. Collins

English Dictionary  menyebutkan bahwa  fraud  adalah suatu kecurangan, tipu daya, pelanggaran

kerahasiaan, dan memperoleh keuntungan secara tidak jujur. Meskipun demikian, beberapa

lembaga maupun individu mencoba untuk mendefinisikan  fraud   sesuai dengan sudut pandang

masing-masing. Berikut adalah beberapa definisi fraud  menurut beberapa sumber. 

Definisi dan

Interpretasi

Fraud  SecaraUmum

a. Commonwealth Fraud Control Guidelines 2002 Australia:  Pemerolehan

keuntungan dengan cara penipuan/kecurangan atau sejenisnya, definisi

ini meliputi antara lain:

1)  pencurian;

2)  memperoleh properti, keuntungan, atau lainnya dengan

kecurangan;

3)  menghindari atau melaksanakan kewajiban dengan

kecurangan;

4)  membuat kesalahan atau menyebarkan informasi yang salah

kepada publik, atau tidak menyebarkan informasi ketika haltersebut diharuskan;

5)  membuat, menggunakan, atau memiliki dokumen yang palsu;

6)  penyuapan, korupsi, atau penyalahgunaan jabatan;

7)  tindakan melawan hukum dalam penggunaan komputer milik

publik, kendaraan, telepon dan properti atau jasa lainnya;

8)  tindakan pelanggaran atau penyelewengan yang

mengakibatkan kebangkrutan; dan

9)  segala tindakan pelanggaran lainnya seperti yang tertera

diatas.

b. Black Law  Dictionary .

1)  Kesengajaan atas salah pernyataan terhadap suatu kebenaran

Page 19: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 19/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 1 1

atau keadaan yang disembunyikan dari sebuah fakta material

yang dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan

perbuatan atau tindakan yang merugikan. Biasanya, perbuatan

tersebut merupakan kesalahan yang disengaja, namun dalam

beberapa kasus (khususnya dilakukan secara disengaja),

perbuatan tersebut merupakan suatu kejahatan.

2)  Penyajian yang salah/keliru (salah pernyataan) yang secara

ceroboh/tanpa perhitungan dan tidak dapat diyakini

kebenarannya dapat berakibat memengaruhi atau

menyebabkan orang lain bertindak atau berbuat.

3) 

Suatu kerugian yang timbul sebagai akibat salah memberi

keterangan atau penyajian (salah pernyataan), penyembunyian

fakta material, atau penyajian yang ceroboh/tanpa

perhitungan yang dilakukan oleh seseorang sehingga

menimbulkan kerugian.

c. Collins Dictionary : kecurangan merupakan penipuan yang dibuat untuk

mendapatkan keuntungan pribadi atau untuk merugikan orang lain.

Dalam hukum pidana, kecurangan adalah kejahatan atau pelanggaran

yang dengan sengaja menipu orang lain dengan maksud untuk

merugikan mereka, biasanya untuk memiliki sesuatu/harta benda atau

 jasa ataupun keuntungan dengan cara yang tidak adil/curang.

Kecurangan dilakukan melalui pemalsuan terhadap barang atau benda.

Hukum pidana secara umum menyebutkan bahwa perbuatan tersebut

merupakan “pencurian dengan penipuan”, “pencurian dengan tipu

daya/muslihat”, “pencurian dengan penggelapan dan penipuan” atau

hal serupa lainnya.

d. Australian  Standard   2008 (AS 8001—2008): kegiatan atau perbuatan

yang tidak jujur sehingga menyebabkan kerugian finansial baik secara

aktual maupun potensial pada seseorang atau entitas. Kegiatan

Page 20: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 20/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 1 2

tersebut antara lain adalah pencurian uang atau properti yang dilakukan

oleh pegawai atau pihak luar entitas, baik dengan tindak penipuan atau

tidak, sebelum atau setelah terjadinya suatu kegiatan. Praktik fraud  juga

meliputi tindakan pemalsuan, penyembunyian, perusakan atau

penggunaan dokumen palsu dengan tujuan untuk digunakan dalam

kegiatan bisnis entitas atau sebagai informasi palsu dengan tujuan

untuk memperoleh keuntungan finansial pribadi. 

e. SPKN PSP 04 – Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja. Par. 20:

“Fraud   adalah satu jenis tindakan melawan hukum yang dilakukan

dengan sengaja untuk memperoleh sesuatu dengan cara menipu”. 

Definisi Fraud  

Menurut

 Association of

Certified

Fraud

Examiners 

(ACFE)

ACFE mendefinisikan fraud  sebagai segala tindakan illegal yang memiliki

ciri yaitu antara lain menipu, menyembunyikan, atau pelanggaran

kepercayaan. Tindakan ini tidak hanya sebatas pada pelanggaran atau

ancaman secara fisik. Fraud  dilakukan oleh individu atau organisasi untuk

memperoleh uang, properti atau jasa; untuk menghindarkan pembayaran

atau kewajiban atas jasa yang harus diberikan; atau untuk mendapatkan

keuntungan personal atau bisnis. ACFE mengkategorikan  fraud  dalam tiga

kelompok sebagai berikut.

Page 21: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 21/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 1 3

1) Korupsi (Corruption)

Menurut ACFE, korupsi terbagi ke dalam empat kelompok, yaitu:

1. Konflik kepentingan (conflict of interest);

 2. Suap (bribery);

3. Pemberian illegal (illegal gratuity); dan4. Pemerasan (economic extortion).

Tanggungjawab untuk mendeteksi adanya korupsi terletak pada pemeriksa

eksternal dan internal. Korupsi dapat dilakukan oleh pihak yang berada dalam

organisasi dan/atau dengan pihak di luar organisasi.

Praktek kecurangan ini umumnya terjadi pada saat pengadaan barang/jasa

( procurement ), yakni terjadinya kolusi antara bagian pengadaan/panitia

pengadaan dengan penyedia barang/jasa.

2) Penyalahgunaan Aset ( Asset Misappropriation)Penyalahgunaan aset dapat digolongkan ke dalam “kecurangan kas” dan

“kecurangan atas persediaan dan aset lainnya”, serta pengeluaran-pengeluaran

biaya secara curang ( fraudulent disbursement ). Praktek kecurangan yang sering

dilakukan adalah menyalahgunakan aset organisasi untuk meraih keuntungan

pribadi bagi anggota organisasi/organisasi, dapat melibatkan level staf sampai

dengan manajemen puncak.

3) Pernyataan Menyesatkan ( fraud ulent statement )

Kategori ini dibagi menjadi dua sub kategori yaitu:  financial   dannonfinancial . Pernyataan menyesatkan pada  financial   dapat juga berbentuk

kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material

laporan keuangan yang merugikan investor dan kreditor karena dapat

melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Pada sub kategori financial  dibagi menjadi dua jenis yaitu:

1.  Asset /Revenue Overstatements; yang meliputi:

a) Timing differences;

b) Ffictitious revenues;

c) Concealed  liabilities;

d) Improper  disclosures; dan

e) 

Improper asset valuation.Kecurangan ini dapat bersifat financial  atau kecurangan non  financial . 

2.  Asset /Revenue Understatements.

Contoh kecurangan dalam laporan keuangan adalah praktek window dressing untuk

menaikkan nilai aset organisasi. 

Page 22: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 22/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 1 4

Selengkapnya mengenai klasifikasi  fraud   menurut ACFE dapat dilihat

dalam fraud tree pada Gambar 2.1. 

Gambar 2.1

Sistem Klasifikasi Fraud  menurut ACFE

Definisi Fraud  

Menurut UU

Tipikor

Beberapa definisi mengenai  fraud   diatas menunjukkan bahwa istilah

 fraud   dipahami secara beragam sesuai dengan sudut pandang dan

interpretasi masing-masing pihak. Berdasar kondisi tersebut, Litbang PK2

mempertimbangkan untuk mendefinisikan  fraud   dengan mengacu pada

undang-undang yang berlaku di Indonesia, dalam hal ini adalah Undang-

Page 23: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 23/155

Page 24: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 24/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 1 6

2)  tidak memberikan keterangan atau memberikan keterangan

yang tidak benar;

3)  bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka;

4)  saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi

keterangan palsu;

5)  orang yang memegang rahasia jabatan tidak member keterangan

atau member keterangan palsu;

6)  saksi yang membuka identitas pelapor.

UU tipikor telah mengklasifikasikan hal-hal yang termasuk dalam tindak

pidana korupsi. Meskipun demikian, UU Tipikor masih menitikberatkan

pada penanggulangan korupsi, sedangkan aspek pencegahan belum diatur

secara detail. Litbang melihat bahwa Fraud Control Plan  yang telah

diterapkan di Australia dapat menjadi referensi atau benchmark   bagi

Indonesia dalam usaha menanggulangi tindak pidana korupsi dari sisi

pencegahan.

Perbandingan

antara Fraud  

Menurut ACFE

dengan Elemen-

Elemen Korupsi

Menurut UU

Tipikor

Sejalan dengan kegiatan kajian  fraud , Litbang menemukan kesamaan

antara unsur-unsur  fraud   menurut ACFE dengan Undang-undang No. 20

tahun 2001 tentang tindak pidana korupsi. Kesamaan tersebut selanjutnya

menjadi dasar bagi Litbang untuk menginterpretasikan istilah  fraud

menjadi korupsi dalam setiap kegiatan litbang yang berkaitan dengan isu

 fraud . Kesamaan antara definisi  fraud  menurut ACFE dengan unsur-unsur

korupsi menurut Tipikor dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Page 25: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 25/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 1 7

Tabel 2.1

Kesamaan Fraud  Menurut ACFE dengan Unsur-Unsur Korupsi

Menurut Tipikor

No Fraud  versi ACFE Fraud  versi UU Tipikor

1.  Corruption

a. Conflict of InterestBenturan kepentingan dalam

pengadaan

b. Bribery Suap-menyuap

c. Illegal gratuities Gratifikasi

d. Economic Extortion Pemerasan

2.   Asset Misappropriation Kerugian Negara

Perbuatan Curang

Penggelapan dalam jabatan

a. Cash

  Skimming

  Fraudulent

Disbursement

  Larceny

b. Inventory and other asset

 

Misuse  Larceny

3.  Fraudulent Statement Kerugian Negara

Perbuatan Curang

Penggelapan dalam jabatan

a. Financial

  Overstatement /

understatement

b. Non Financial

  Employment credential

Pengertian korupsi menurut ACFE berbeda dengan pengertian korupsi

yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Menurut bahasa hukum positif

(UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi), pengertian korupsi secara umum adalah

perbuatan yang diancam dengan ketentuan pasal-pasal UU No. 31 Tahun

1999. Salah satu pasal menyebutkan bahwa korupsi terjadi apabila

memenuhi tiga kriteria yang merupakan syarat bahwa seseorang bisa

dijerat dengan Undang-Undang korupsi. Ketiga syarat tersebut adalah: (1)

melawan hukum; (2) memperkaya diri sendiri atau orang lain atau

korporasi; dan (3) merugikan keuangan negara atau perekonomian

negara.

Kriteria tersebut menetapkan bahwa orang yang dapat dijerat dengan

Page 26: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 26/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 1 8

Undang-Undang korupsi bukan hanya pejabat negara saja melainkan pihak

swasta terkait dan badan usaha/korporasi. Pengertian korupsi dapat

diperluas dengan perbuatan pegawai negeri atau penyelenggara negara

yang karena jabatannya menerima sesuatu (gratifikasi) dari pihak ketiga,

sebagaimana diatur dalam: (1) Pasal 12 B ayat 1, UU No. 20/2001 jo UU No.

31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan (2) Pasal 16

UU No. 30/ 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 

Pembandingan

antara Fraud  

dengan Korupsi

Menurut

ASOSAI

ASOSAI melalui salah satu kajiannya dalam Dealing with Fraud and

Corruption in Auditing  mencoba membandingkan antara  fraud   dengan

korupsi sebagai berikut:

Tabel 2.2

Perbandingan antara Fraud  dengan Korupsi 

No Modus Fraud   Korupsi

1.  Pihak yang terlibat Dua pihak yang terlibat :

pelaku dan korban

Paling tidak terdapat dua pihak

yang terlibat :

Orang yang menawarkan

hadiah dan pihak yang

menerimanya.

2.  Modus pelanggaran Penghilangan yang material

atau salah pernyataan yang

dibuat secara sadar/sengajaoleh pelaku kejahatan.

Penyalahgunaan kewenangan di

kantor atau posisi untuk

keuntungan pribadi.

Disengaja oleh pelaku

dengan tujuan mengelabui

korban.

Penyuapan uang kepada

seseorang atau pihak tertentu

agar melakukan tindakan sesuai

permintaan penyuap

Umumnya adalah usaha

untuk menyamarkan

(camouflage)

Usaha untuk menyamarkan

mungkin terjadi

Pengkhianatan kepercayaan

antara pelaku terhadap

korban.

Pelanggaran kesetiaan kepada

pimpinan

3.  Pihak yang terlibat Mungkin tidak melibatkan

pihak ketiga

Melibatkan keterlibatan pihak

ketiga

4.  Pihak yang dirugikan Selalu ada kerugian di satu

pihak dan keuntungan di

pihak lainnya

Tidak selalu ada pihak yang

dirugikan.

Page 27: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 27/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 1 9

Pemahaman

Mengenai Fraud /

Korupsi Menurut

BPK

Berdasarkan pemahaman mengenai  fraud   menurut sudut pandang

beberapa referensi diatas, Litbang menyimpulkan bahwa pemahaman  fraud  

hampir memiliki kesamaan dengan lingkup ‘korupsi’ sebagaimana diatur

dalam undang-undang Tipikor. Lebih dari itu, perbandingan antara unsur-

unsur  fraud   menurut ACFE juga memiliki banyak kesamaan dengan unsur-

unsur korupsi menurut undang-undang Tipikor. Hasil wawancara Litbang

dengan beberapa entitas pemerintah menghasilkan informasi bahwa

penggunaan istilah  fraud  menimbulkan resistensi dari pihak yang diperiksa.

Beberapa hal diatas merupakan dasar pertimbangan Litbang untuk

menggunakan istilah ‘korupsi sebagai interpretasi dari istilah corruption dan

 juga fraud . Selanjutnya Litbang berencana untuk mendiskusikan pemahaman

korupsi dengan Ditama Binbangkum dan staf ahli BPK untuk memperoleh

legitimasi atas pemahaman korupsi menurut versi BPK. Tujuan Litbang untuk

mengidentifikasi pemahaman korupsi ini adalah agar BPK memiliki

keseragaman pemahaman tentang korupsi di internal BPK sehingga tidak

menimbulkan perbedaan persepsi pada saat pelaksanaan pemeriksaan.

Usaha untuk meningkatkan kesadaran masyarakat/ entitas mengenai

tindak pidana korupsi menurut Undang-ndang Tipikor beserta dampak buruk

yang ditimbulkan juga merupakan tujuan yang akan dicapai BPK melalui

kegiatan pemeriksaan kinerja. Setelah melakukan kajian atas  fraud   dan

korupsi diatas, litbang telah memiliki pemahaman mengenai korupsi sebagai

berikut:

Lingkup dari pemahaman tentang korupsi ini mengacu pada Undang-

undang No. 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi yang

“Perbuatan yang sengaja dilakukan dan/atau

dengan kesadaran, telah melanggar peraturan

terkait pengelolaan keuangan negara sehingga

menguntungkan suatu pihak dan merugikan pihak

yang lain, baik secara material maupun non

material”. 

Page 28: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 28/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 2 0

mengelompokkan tindakan korupsi antara lain adalah:

 kerugian negara,

  suap-menyuap,

 

penggelapan dalam jabatan, pemerasan,

 perbuatan curang,

  benturan kepentingan dalam pengadaan, dan

 gratifikasi.

Penjabaran lebih lanjut tentang pemahaman BPK atas korupsi di

atas adalah:

 Sengaja dilakukan

Perbuatan korupsi terjadi karena ada unsur kesengajaan,

karena peraturan yang ada seharusnya sudah mengantisipasi

terjadinya kesalahan atau potensi terjadinya korupsi.

Kesengajaan ini dilakukan karena adanya motif yang

mendorong pelaku korupsi untuk melakukan kesalahan.

 Kesadaran 

Orang yang menduduki jabatan tertentu, atau memiliki

tugas pokok yang spesifik, dianggap telah memilki

kapasitas/kemampuan yang memadai atas tugas-tugasnya,

memahami tanggung jawabnya sesuai peran/jabatannya dan

mengetahui semua kegiatan yang berlangsung di bawah

kewenangannya. Oleh karena itu, kesalahan (korupsi) yang

terjadi pada area yang menjadi kewenangannya menjadi

tanggung jawab orang yang bertanggung jawab atas area

kegiatan tersebut (pejabat terkait).

 Melanggar peraturan 

Suatu kesalahan dapat dikategorikan sebagai tindakan

korupsi apabila melanggar peraturan yang relevan dengan

Page 29: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 29/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 2 1

kegiatan yang dilakukan. Apabila peraturan tidak ada atau

tidak cukup memadai, maka sistem pengelolaan keuangan

negara perlu dikaji ulang dan menjadi tanggung jawab

manajemen. Peraturan yang dimaksud dalam hal ini adalah

peraturan yang menyangkut pengelolaan keuangan negara,

sehingga sesuai dengan lingkup wewenang BPK sebagai

lembaga yang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara.

 Ada pihak yang dirugikan dan diuntungkan

Setiap kegiatan di sektor publik selalu dibatasi dengan

adanya aturan, sedangkan korupsi dilakukan dengan sengaja

dan/atau kesadaran untuk melanggar aturan tersebut dengan

dilandasi motif tertentu, tentu ada pihak yang diuntungkan

(pelaku korupsi) dan ada pihak yang dirugikan (korban atau

negara). Pihak yang dirugikan dhi. adalah investor, kontraktor,

masyarakat, manajemen instansi lain.

 Bersifat materiil atau non materiil:

Kerugian yang dialami oleh korban/negara tidak selalu

bersifat materiil (mengandung unsur keuangan) tetapi juga

dapat berdampak non materiil. Misalnya: salah saji pencatatan

nilai saldo dalam laporan keuangan (window dressing) di

BUMN, dapat merugikan investor dalam pengambilan

keputusan investasi, tetapi tidak mengakibatkan kerugian

finansial secara langsung. Keluarnya Gayus dari tahanan, tidak

menimbulkan kerugian materiil, tetapi memperburuk citra

hukum di mata masyarakat.

Beberapa definisi fraud/ korupsi dari sumber lain dapat

dilihat dalam Lampiran 2.

Page 30: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 30/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 2 2

Penyebab dan

Akibat dari

Korupsi serta

Aspek Lainnya

a.Penyebab korupsi menurut Gone Theory  

Jack Bologna et.a. (1995) dalam The Accountant's  Handbook of

Fraud and Commercial Crime  menggolongkan faktor-faktor yang

mendorong seseorang melakukan  fraud   melalui teori “GONE”,yaitu:

1) Greed  (keserakahan)

Greed   terkait dengan keserakahan dan kerakusan

seseorang. Greed merupakan dorongan untuk melakukan

 fraud   karena ketidakpuasan seseorang atas apa yang sudah

dimiliki.

2) Opportunity ( kesempatan )

Opportunity   merupakan dorongan seseorang untuk

melakukan  fraud   dikarenakan adanya kesempatan. Faktor

kesempatan ini muncul akibat lemahnya suatu sistem

pengendalian fraud  pada suatu organisasi.

3) Need ( kebutuhan )

Need   merupakan dorongan seseorang untuk melakukan

 fraud  yang diakibatkan oleh dorongan kebutuhan dan bahkan

sifat konsumerisme seseorang.

4) Exposure ( pengungkapan )

Exposure  merupakan faktor pendorong untuk melakukan

 fraud   diakibatkan masih rendahnya hukuman bagi pelaku

 fraud  dan tidak adanya efek jera bagi pelaku fraud .

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwafaktor greed   dan need   merupakan faktor yang berhubungan

dengan individu pelaku korupsi (disebut juga faktor individual).

Sedangkan faktor opportunity   dan exposure  merupakan faktor

yang berhubungan dengan organisasi atau faktor eksternal yang

mendorong seseorang melakukan korupsi.

Page 31: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 31/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 2 3

b.Penyebab korupsi menurut Fraud Triangle 

Cendrowsky et.al (2006) dan juga Singleton (2006:44)

menguraikan teori Fraud Triangle  dari Donald R. Cressey yang

tediri dari tiga elemen penyebab terjadinya  fraud/ korupsi yaitu:opportunity, motive atau  financial atau  pressure dan 

rationalization. Bagan  fraud triangle  dapat dilihat pada gambar

2.2.

Gambar 2.2. Fraud  Triangle 

Tiga elemen fraud triangle diuraikan sebagai berikut:

1) Motive atau  financial  atau Pressure adalah dorongan untuk

memperoleh uang secara tidak benar atau dorongan untuk

melakukan kejahatan, contohnya:

a) berhutang sehingga menyebabkan tagihan yang

menumpuk;

b) gaya hidup mewah;

c)  penggelapan;

d) ketergantungan narkoba;

e)  tekanan hidup;

f)  dll.

Pada umumnya, pemicu perilaku ini adalah karena

kebutuhan atau masalah finansial, meskipun dapat pula

disebabkan oleh keserakahan.

Page 32: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 32/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 2 4

2) Opportunity adalah peluang yang memungkinkan korupsi

terjadi. Biasanya disebabkan karena pengendalian internal

suatu organisasi yang lemah, kurangnya pengawasan,

dan/atau penyalahgunaan wewenang. Di antara 3 elemen

 fraud   triangle, opportunity   merupakan elemen yang paling

memungkinkan untuk diminimalisir melalui penerapan

proses, prosedur, kontrol, dan upaya deteksi dini terhadap

korupsi.

3) Rationalization adalah suatu sikap pembenaran bagi pelaku

untuk melakukan korupsi, karena alasan berikut.

a) Bukan merupakan kejahatan

 Organisasi telah memperoleh laba besar, sehingga

mereka tidak akan kehilangan bila pelaku mencuri

uang organisasi sedikit saja.

 Masalah yang menimpa pelaku lebih besar dibanding

risiko kejahatan yang akan ia lakukan.

 Pelaku merasa berhak memperoleh kesejahteraan

hidup setinggi koleganya di kantor.

 Tindakan korupsi yang dilakukan bertujuan untuk

membahagiakan keluarga dan orang-orang yang

dicintainya.

b) Merupakan tindakan yang wajar dilakukan untuk

menambah penghasilan

 Organisasi berhutang jasa pada pelaku, sehingga

pelaku merasa berhak mengambil lebih.

 Masa kerja pelaku cukup lama dan dia merasa

seharusnya berhak mendapatkan lebih dari yang

telah dia dapatkan sekarang (posisi, gaji, promosi,

dll).

Page 33: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 33/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 2 5

c) Rasa dendam atau benci terhadap tempat kerja

 Organisasi pantas untuk kehilangan uang karena

diambil oleh para pegawainya.

 Pelaku merasa bukan penjahat, tapi pahlawan.

 Pelaku yakin manajer organisasi juga melakukan

kejahatan serupa.

c. Akibat Korupsi

Beberapa akibat yang ditimbulkan dari tindakan korupsi antara

lain:

1) Birokrasi

Korupsi akan menyebabkan birokrasi menjadi tidak

efisien, sistem birokrasi menjadi berbelit-belit dan

meningkatnya biaya administrasi dalam birokrasi. Sistem

birokrasi yang seharusnya dapat dibuat sederhana dan

cepat, menjadi sengaja diperlambat dan dipersulit, sehingga

terbuka kesempatan bagi para pelaku korupsi untuk

melakukan pungutan liar, sehingga kualitas pelayanan publik

 juga menurun, karena hanya orang-orang tertentu yang

bersedia menyediakan dana lebih untuk memperlancar

birokrasi yang berbelit-belit yang dapat menerima pelayanan

yang baik.

2) Ekonomi

Korupsi dapat merusak perkembangan ekonomi suatu

bangsa. Jika suatu projek ekonomi dijalankan sarat dengan

unsur-unsur korupsi (penyuapan untuk kelulusan projek,

nepotisme dalam penunjukan pelaksana projek,

penggelapan dalam pelaksanaannya dan bentuk korupsi lain-

lain dalam projek), maka pertumbuhan ekonomi yang

diharapkan dari projek tersebut tidak akan tercapai.

Page 34: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 34/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 2 6

3) Politik

Korupsi yang dilakukan oleh penguasa/ politikus akan

menurunkan legitimasi pemerintahan dimata masyarakat,

yakni hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap

pemerintahan. Masyarakat akan cenderung untuk tidak

patuh dan tunduk terhadap pemerintahan yang ada, sebagai

contoh sering munculnya gelombang demonstrasi yang

menentang pemerintah.

Sistem Kendali

Korupsi (SKK)

Sebagai AlatPencegahan

Korupsi

Fraud  atau yang telah ditetapkan Litbang sebagai korupsi merupakan

suatu kejahatan yang rentan terjadi di setiap organisasi. Sebagai usaha

untuk mencegah terjadinya korupsi di suatu entitas, diperlukan

seperangkat sistem bagi manajemen untuk mencegah, mendeteksi,

menginvestigasi, dan menghindari terjadinya korupsi. Pencegahan

korupsi adalah tanggung jawab dari manajemen. Oleh karena itu,

manajemen memiliki kewajiban untuk mengembangkan suatu program

atau strategi khusus untuk mengendalikan korupsi di lingkungan

entitasnya.

Korupsi merupakan kejahatan yang memiliki bentuk yang sangat

beragam dan sangat berpotensi terjadi di setiap organisasi di dunia.

Secara umum, organisasi-organisasi telah berupaya mengembangkan

sistem atau strategi untuk mengendalikan korupsi. Dalam

pengembangan tool   tersebut, beberapa elemen dasar perangkat

pengendalian korupsi dirancang sebagai alat dan parameter usaha

pengendalian korupsi. Kajian Litbang akan menyampaikan dua metode

pendekatan yang dapat digunakan sebagai alat untuk menilai upaya

entitas dalam mengendalikan korupsi. Dalam laporan ini, alat tersebut

diistilahkan dengan nama Sistem Kendali Korupsi (SKK). Dua SKK yang

dapat dijadikan acuan antara lain:

Page 35: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 35/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 2 7

a. SKK menurut Tenaga Ahli BPK

Model SKK yang dikembangkan oleh Tenaga Ahli BPK yaitu Bpk.

Khairiansyah Salman terdiri dari sembilan elemen yang harus

dimiliki oleh suatu entitas. Model ini memiliki kemiripan dengan

model Fraud Control Program ( FCP) yang dikembangkan oleh

BPKP. Model sistem kendali korupsi yang dikembangkan oleh

tenaga ahli BPK tersebut dapat diilustrasikan dalam gambar 2.3

sebagai berikut: 

Gambar 2.3

Model Sistem Kendali Korupsi 

Penerapan model ini membutuhkan empat peran/fungsi utama

dalam struktur organisasi suatu entitas, yaitu internal audit, dewan

direksi, komite audit, dan dewan komisaris. Masing-masing

peran/jabatan ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kondisi atau

struktur organisasi pada organisasi sektor publik. Keempat

peran/jabatan ini bertanggung jawab untuk pengembangan sistem

kendali korupsi di masing-masing entitas.

Page 36: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 36/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 2 8

Model ini membagi empat kegiatan utama dalam pengendalian

korupsi, yaitu:

1) Tahap pencegahan: untuk mencegah timbulnya kasus

korupsi.

2) Tahap deteksi: untuk mendeteksi terjadinya suatu kasus

korupsi dengan tepat waktu.

3) Investigasi: untuk meminimalisir kerugian yang ditimbulkan

akibat terjadinya korupsi dan juga untuk memperbaiki

sistem pengendalian internal.

4) Pemberian efek jera: untuk menangkap pelaku korupsi dan

mengambil tindakan untuk membuat para pelaku maupun

orang-orang lain yang berpotensi akan melakukan korupsi

menjadi jera, sehingga secara tidak langsung kasus korupsi

dapat ditekan.

Secara lebih rinci, model ini mengidentifikasikan sembilan

elemen untuk mendukung keempat kegiatan dalam

pengendalian korupsi tersebut. Kesembilan elemen tersebut

antara lain adalah.

1) Integrated macro policy

a)  Manajemen perlu untuk menyusun suatu kebijakan yang

menyatakan bahwa Sistem Kendali Korupsi ini

merupakan kebijakan yang mengikutsertakan seluruh

elemen organisasi dan menjadi jiwa bagi setiap kegiatan

organisasi.

b)  Kebijakan harus dikembangkan dengan berfokus pada

level makro strategis sebelum masuk kepada hal-hal yang

bersifat detail. Kebijakan harus tersusun dan terstruktur

dengan baik dan “ proper ” agar dapat terbentuk suatu

komposisi yang menyatukan seluruh elemen-elemennya

Page 37: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 37/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 2 9

sehingga bersifat holistik dan saling melengkapi dalam

rangka mengendalikan kecurangan. Harus tertuang

dalam suatu dokumen yang menjelaskan secara terang,

formal, terencana dalam waktu dalam rangka

implementasi strategi pengelolaan kecurangan.

c) Pada saat yang sama, elemen-elemen dari standar yang

ada juga disiapkan untuk seluruh unit-unit dengan

mempertimbangkan berbagai kondisi, terutama yang

terkait dengan faktor-faktor lingkungan bisnis dan

proses bisnis entitas yang bersangkutan.

d) Analisa yang lebih detail perlu dilakukan sebelum

menentukan suatu kebijakan, ukuran, dan tindakan yang

tepat untuk masing-masing unit yang ada.

2) Responsibility structure

a)  Pada dasarnya tanggung jawab untuk mencegah

terjadinya kecurangan ada pada pihak manajemen.

Manjemen harus menyusun terlebih dahulu suatu

struktur tanggung jawab yang bersifat komprehensif

dalam rangka implementasi strategi dan memberikan

dampak dalam pengendalian kecurangan.

b) Tanggung jawab dari manajemen dalam mencegah dan

mendeteksi adanya kecurangan harus terlihat pada level

strategis, maupun pada level operasional.

c)  Jika memungkinkan dalam rangka implementasi strategi

pengendalian atas kecurangan, sebaiknya dibentuk

“Komite Pengendalian Kecurangan”. Komite ini memiliki

tugas untuk menentukan prioritas organisasi, melakukan

koordinasi antar unit kerja, dan mengomunikasikan

Page 38: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 38/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 3 0

strategi kepada seluruh level organisasi.

3) Fraud risk assesment

a) Definisi dan pengertian ‘korupsi’ harus diatur secara

tertulis dan dipahami oleh seluruh pegawai.

b) Manajemen harus senantias melakukan penilaian atas

risiko-risiko terjadinya korupsi ( fraud risk assesment )

untuk mengidentifikasi potensi risiko yang melekat pada

suatu organisasi dan menentukan langka-langkah

mitigasinya. Kegiatan ini dapat membantu menajemen

untuk menyusun profil risiko korupsi dan pengembangan

sistem kendali korupsi.

4) Employee awareness

Staff merupakan sumber utama mengenai hal-hal rinci

atas apa yang terjadi di suatu organisasi. Tanpa kerja sama

dan inisiatif yang baik dari staff, maka banyak kecurangan

tidak akan dapat dicegah apalagi dideteksi. Harus ada

kejelasan bagi seluruh pekerja bahwa mereka mempunyai

tanggung jawab dalam rangka menghilangkan kecurangan.

5) Customer alertness

Stakeholders  suatu organisasi memiliki ekspektasi yang

sangat besar akan akuntabilitas dan transparansi. Sehingga

diperlukan jaminan, bahwa entitas tersebut telah memiliki

komitmen untuk menjamin adanya upaya pengendalian

korupsi yang kuat. Implementasi sistem kendali korupsi jugamembutuhkan partisipasi dari stakeholder   organisasi. Jadi

lingkup pengembangan SKK ini juga mengatur kepada pihak

di luar organisasi.

Page 39: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 39/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 3 1

6) Fraud reporting system

Pengembangan SKK harus didukung dengan sistem

pelaporan atas kasus korupsi secara memadai. Hal ini

penting karena tanpa kesiapan untuk menangani laporan

tentang korupsi ini, orang akan enggan melaporakan

sehingga kecurangan tetap akan sulit untuk dikendalikan.

7) Whistle-blower policy

Manajemen harus memberikan jaminan keamanan bagi

pelapor kejadian korupsi. Dengan adanya jaminan ini, maka

orang (pegawai, pihak luar) tidak akan takut untuk

melaporkan suatu kasus korupsi dalam organisasi. Kebijakan

ini harus dibuat secara formal dan harus diketahui oleh

semua pihak yang berperan dalam proses bisnis organsasi.

8) Investigation standard

Organisasi harus memiliki suatu standar tindakan

investigasi yang akan dilakukan bila terjadi kasus korupsi.

Korupsi merupakan suatu tindakan melanggar hukum

pidana. tindakan berupa pemeriksaan investigasi harus

dilakukan untuk mengidentifikasi kasus korupsi, dan tidak

boleh ada campur tangan dari manajemen.

9) Code of conduct

Manajemen harus mendefinisikan dengan

(mendefinisikan dengan apa?) dan terdokumentasi tentang

peran, fungsi, serta lingkungan etika di dalam organisasi.

Menentukan reward   dan penalti yang jelas serta panduan

apa yang harus dilakukan seandainya standar yang telah

ditetapkan dilanggar.

Standar sebaiknya bersifat umum sehingga bisa mencakup

pengertian yang luas.

Page 40: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 40/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 3 2

b. SKK menurut ANAO

SAI negara lain yang telah mengembangkan Sistem kendali

Korupsi adalah negara Australia, yang disebut dengan Fraud

Control Plan (FCP). FCP ini secara garis besar memiliki

kesamaan dengan model menurut tenaga ahli BPK, seperti

telah dijelaskan sebelumnya. FCP terbagi menjadi empat

kegiatan utama yaitu:

1)  pencegahan;

2)  pendeteksian;

3)  respons; serta

4)  kegiatan monitoring, evaluasi, dan pelaporan.

Masing-masing kegiatan tersebut (pencegahan,

pendeteksian, respons dan monitoring, serta evaluasi dan

pelaporan) harus dirumuskan dalam suatu kebijakan dan

peraturan perundang-undangan secara formal untuk mengikat

semua personil dalam organisasi tersebut. Keempat kegiatan

tersebut juga memerlukan dukungan tata kelola yang baik dan

konsisten, agar implementasinya dapat memenuhi tujuan yang

telah ditetapkan.

Perumusan kebijakan dan tata kelola organisasi sangat

dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan organisasi dan budaya

yang dikembangkan dalam organisasi tersebut. Pimpinan

organisasi harus dapat menciptakan suatu budaya positif

dalam organisasi. Dengan demikian dapat tercipta suatu

lingkungan yang sehat. Model FCP ini dapat diilustrasikan

dalam gambar 2.4 berikut ini:

Page 41: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 41/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 3 3

Strategi

Pengendalian

Fraud

Strategi

Pengendalian

Fraud

Strategi

Pengendalian

Fraud

Pencegahan

       M     o     n       i       t     o

     r       i     n     g  

  , 

     e      v     a       l     u

     a     s       i      d     a     n

     p      e       l     a

     p      o     r     a     n

Respons

 K e b i j a k a n

  & P e r u n d a n g - u n d a n g a n 

P     e    n    d      e    t      e    k     s    i      a    n    

Tatakelola

BUDAYA

KEPEMIMPINAN

 

Gambar: 2.4

Fraud Control Plan 

Hubungan

antara SPI

dengan SKK

Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam upaya pengendalian

korupsi adalah mengenai hubungan antara korupsi dengan SPI. Apakah

SKK  dan SPI dapat dikatakan identik sehingga entitas yang sudah

mempunyai SPI tidak perlu lagi membuat SKK.

Vona (2008:1-2) berpendapat bahwa pemeriksa dapat mengandalkan

evaluasi kecukupan dan keefektifan SPI dalam mendeteksi dan

mencegah korupsi. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan mereviu

dokumen hasil pemeriksaan yang lalu. Jika pengendalian internal

dianggap cukup handal, maka auditor dapat mengujinya untuk

memperoleh keyakinan. Audit atas  fraud  merupakan pendekatan audit

yang proaktif yang didesain untuk merespon risiko korupsi.

Berikut ini adalah kajian mengenai SPI versi COSO dan hubungannya

dengan fraud / korupsi.

Page 42: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 42/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 3 4

a.SPI menurut COSO

COSO mendefinisikan SPI sebagai suatu proses yang dipengaruhi

oleh struktur organisasi, alur otoritas dan kerja, sistem informasi

manajemen dan manusia. SPI didesain untuk membantu

organisasi dalam mencapai tujuan jangka panjang dan jangka

pendek. COSO sendiri merumuskan SPI dengan menetapkan lima

komponen utama yang terdiri dari:

1) Lingkungan Pengendalian;

2) Penilaian Risiko;

3) Aktifitas Pengendalian;

4) Informasi dan Komunikasi; serta

5) 

Monitoring.

Hasil kajian Litbang menyimpulkan bahwa beberapa komponen

SPI versi COSO memiliki unsur-unsur  fraud control/   pengendali

korupsi. Hal tersebut diuraikan lebih lanjut pada bab ini.

b.Fraud  control  dalam perangkat COSO

Cendrowski dan Martin dan Petro (2007) dalam Handbook of

 fraud deterrence  hal. 119-136 menyatakan bahwa perangkat

COSO sebagai alat pendekatan dalam penilaian SPI organisasi

memiliki unsur-unsur yang menyangkut  fraud control/

pengendali korupsi. Unsur-unsur tersebut secara khusus

terdapat dalam empat komponen COSO sebagai berikut.

1) Risk Assessment (penilaian risiko) 

Elemen Risk Assessment   menyebutkan bahwa dalam

usaha pencegahan korupsi, kegiatan risk assessment  

mencakup identifikasi atas faktor internal dan eksternal

yang berpotensi merusak struktur pengendalian internal

suatu organisasi, tindakan merekayasa nilai aset dan

Page 43: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 43/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 3 5

tindakan-tindakan melanggar aturan manajemen lainnya.

Risk assessment   mencakup kegiatan identifikasi atas

ancaman yang mungkin terjadi dan tindakan-tindakan apa

saja yang harus dilakukan untuk menghadapi ancaman

tersebut.

2) Control procedures (prosedur pengendalian) 

Prosedur pengendalian (control procedures) merupakan

mekanisme pencegahan korupsi yang sangat penting.

Semakin baik kualitas prosedur pengendalian dalam suatu

organisasi, maka semakin kecil probabilitas suatu tindak

korupsi akan terjadi. Kegiatan pencegahan korupsi juga

meliputi pengujian secara proaktif terhadap kualitas dan

fungsi suatu prosedur pengendalian dalam organisasi.

Terkait usaha perlindungan aset, pengendalian

dilakukan melalui pengidentifikasian aset-aset yang rentan

terhadap korupsi dan merumuskan mekanisme

pengendalian yang memadai. Pencegahan korupsi dilakukan

melalui pengujian prosedur pengendalian untuk

memastikan bahwa alat pengendalian tersebut telah

berfungsi secara memadai. 

3) Information and Communication (Informasi dan

komunikasi) 

Pencegahan korupsi dalam elemen Information and

Communication  adalah dengan menekankan efektifitaskomunikasi top-down dan  bottom-up  baik secara formal

maupun informal. Semakin baik komunikasi berjalan,

semakin efektif kegiatan komunikasi tersebut sebagai

pencegah terjadinya korupsi dalam organisasi.

Page 44: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 44/155

Page 45: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 45/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 3 7

menggunakan istilah korupsi daripada fraud . 

c. Analisis sebab akibat terjadinya korupsi dan analisis atas Sistem

Kendali Korupsi (SKK) yang diperoleh dari tenaga ahli BPK dan

ANAO menghasilkan hal-hal sebagai berikut:

1) korupsi  disebabkan oleh tiga faktor besar, yaitu: adanya

kesempatan, karena tekanan, dan rasionalisasi

(pembenaran);

2) penilaian kualitas Sistem Kendali Korupsi dilakukan pada

keseluruhan tahap, dari pencegahan, pengidentifikasian,

investigasi, pemberantasan, serta monitoring. Atas dasar hal

tersebut, Litbang selanjutnya melakukan diskusi dengan

beberapa entitas pemerintah untuk mengetahui tingkat

keberadan dan kematangan sistem kendali korupsi entitas.

Hasil diskusi dengan entitas akan dibahas secara khusus

dalam bab 3;

3) kegiatan analisis atas dua model Sistem Kendali Korupsi

menghasilkan keputusan Litbang untuk mengadopsi model

 fraud control   yang dikembangkan oleh ANAO dengan tetap

mengakomodir elemen-elemen Sistem Kendali Korupsi yang

ditawarkan oleh tenaga ahli BPK;

4) elemen-elemen SKK tersebut merupakan unsur penentu

tinggi rendahnya kualitas alat pengendalian korupsi di suatu

entitas atau organisasi. Kegiatan pemeriksaan BPK yang

paling sesuai untuk menilai kinerja SKK entitas adalahpemeriksaan kinerja. Terkait dengan dua hal tersebut,

Litbang menilai bahwa elemen-elemen SKK tersebut

merupakan salah satu unsur utama yang digunakan sebagai

kriteria pemeriksaan kinerja;

Page 46: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 46/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 3 8

5) analisis lebih lanjut tentang SKK dilakukan dengan menguji

hubungan antara SKK dengan SPI. Berdasar hasil studi

literatur, diketahui bahwa komponen-komponen SPI selain

komponen pengendalian merupakan komponen yang

mengatur pengendalian Korupsi. Oleh karena itu, terdapat

bagian yang sama antara SPI dengan SKK.

Page 47: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 47/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 3 9

BAB 3

UPAYA PEMERINTAH INDONESIA DALAM PENANGGULANGAN KORUPSI

Korupsi merupakan permasalahan yang dihadapi oleh setiap negara di dunia. Bentuk dan

praktik kejahatan korupsi juga sangat beragam. Setiap negara berusaha menanggulangi dan

memberantas korupsi melalui berbagai tindakan dan kebijakan, demikian pula dengan organisasi

auditor internasional seperti INTOSAI beserta negara-negara anggotanya. Indonesia, khususnya

pasca era reformasi, juga telah melakukan beberapa upaya pencegahan dan pemberantasan

korupsi. Bab 3 akan membahas mengenai upaya pemerintah dalam memberantas korupsi dan

hasil diskusi antara Litbang BPK dengan beberapa entitas pemerintah khususnya aparat penegak

hukum (APH) mengenai usaha mereka dalam memberantas korupsi di lingkungan internal

organisasinya.

Upaya

Penanggulangan

Korupsi melalui

Penegakan

Hukum

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam mengendalikan

korupsi yang ada di Indonesia. Salah satu upaya pemerintah adalah

melalui penegakan hukum, yakni dengan membentuk peraturan

perundang-undangan yang terkait dengan pengendalian korupsi.

Beberapa peraturan perundang-undangan yang telah dibentuk

pemerintah tersebut adalah:

a. Undang-undang tentang pemberantasan tindak pidana korupsi

Pemerintah telah menetapkan Undang-Undang No. 31

Tahun 1999 Jo. UU No. 20 tahun 2001 tentang pemberantasan

tindak pidana korupsi. Undang-undang tersebut mengatur

diantaranya adalah tindakan-tindakan yang dikategorikan

sebagai tindak pidana korupsi, tindak pidana lain yang berkaitan

dengan tindak pidana korupsi, ketentuan mengenai penyidikan,

penuntutan dan pemeriksaan tindak pidana korupsi, juga

bentuk peran serta masyarakat dalam pemberantasan tindak

pidana korupsi.

Page 48: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 48/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 4 0

b. Undang-undang tentang komisi pemberantasan tindak pidana

korupsi (KPK)

Untuk mendukung pemberantasan tindak pidana korupsi,

pemerintah juga membentuk komisi pemberantasan tindakpidana korupsi melalui Undang-Undang No. 30 Tahun 2002

tentang komisi pemberantasan tindak pidana korupsi. Undang-

undang tersebut mengatur antara lain tugas, wewenang dan

kewajiban KPK, tata cara pelaporan dan penentuan status

gratifikasi, tempat kedudukan, tanggung jawab, dan susunan

organisasi KPK, pimpinan KPK, penyelidikan, penyidikan dan

penuntutan, pemeriksaan di sidang pengadilan, rehabilitasi dan

kompensasi bagi pihak yang dirugikan akibat penyelidikan,

penyidikan dan penuntutan yang dilakukan oleh KPK serta

pembiayaan KPK.

c. Undang-undang tentang penyelenggaraan negara yang bersih

dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme

Sebagai bentuk keseriusan pemerintah dalam

pemberantasan korupsi, pemerintah juga menetapkan Undang-

Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara

yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

Undang-undang tersebut diantaranya mengatur tentang

pembentukan komisi pemeriksa yang berfungsi untuk

mencegah praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam

penyelenggaraan negara.

d. Instruksi Presiden tentang percepatan pemberantasan korupsi

Sebagai wujud nyata upaya pemerintah dalam

pemberantasan korupsi, maka presiden menetapkan Instruksi

Presiden No. 5 Tahun 2004. Inpres tersebut menginstruksikan

para menteri, Jaksa Agung Republik Indonesia, Panglima TNI,

Page 49: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 49/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 4 1

Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kepala Lembaga

Pemerintah non Departemen, Gubernur, Bupati, dan Walikota

untuk:

a) 

melaporkan harta kekayaannya kepada KPK;b) membantu KPK dalam penyelenggaraan pelaporan,

pendaftaran, pengumuman, dan pemeriksaan laporan harta

kekayaan penyelenggara negara;

c) menetapkan penetapan kinerja dengan pejabat dibawahnya

secara berjenjang;

d) meningkatkan kualitas pelayanan publik;

e) menetapkan program dan wilayah yang menjadi lingkup

tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya sebagai program

dan wilayah bebas korupsi;

f) melaksanakan Kepres No. 80 Tahun 2003 tentang pengadaan

barang/ jasa secara konsisten untuk mencegah terjadinya

kebocoran dan pemborosan penggunaan keuangan negara;

g) menerapkan kesederhanaan baik dalam kedinasan maupun

dalam kehidupan pribadi, serta penghematan pada

penyelenggaraan kegiatan yang berdampak langsung pada

keuangan negara;

h) memberikan dukungan maksimal terhadap upaya

penindakan korupsi yang dilakukan oleh Kepolisian Republik

Indonesia, Kejaksaan Republik Indonesia, dan KPK;

i) melakukan kerja sama dengan KPK untuk melakukan

penelaahan dan pengkajian terhadap sistem-sistem yang

berpotensi menimbulkan tindak pidana korupsi; serta

 j) meningkatkan upaya pengawasan dan pembinaan aparatur

untuk meniadakan perilaku koruptif dilingkungannya.

Page 50: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 50/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 4 2

e. Peraturan Pemerintah tentang tata cara peran serta

masyarakat dan pemberian penghargaan dalam pencegahan

dan pemberantasan tindak pidana korupsi

Selain aparat penegak hukum, masyarakat juga dapatberperan aktif dalam memberantas korupsi. Untuk mengatur

peran serta masyarakat dalam pemberantasan korupsi,

pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun

2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat

dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Peraturan ini mengatur

diantaranya adalah hak dan tanggung jawab masyarakat dalam

mencari, memeroleh, memberi informasi, saran, dan pendapat

terkait dengan perkara tindak pidana korupsi, hak dan tanggung

 jawab masyarakat dalam memperoleh pelayanan dan jawaban

dari penegak hukum atas perkara tindak pidana korupsi, serta

hak dan tanggung jawab masyarakat dalam memperoleh

perlindungan hukum.

f. Peraturan Perundang-undangan yang terkait pemberantasan

korupsi

1. UU No. 31 Tahun 1999, tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi

2. UU No. 20 Tahun 2001, tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi

Inpres No. 5 tahun 2004 tentang Percepatan PemberantasanKorupsi

Page 51: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 51/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 4 3

Indeks Persepsi

Korupsi Indonesia

Indeks Persepsi Korupsi (IPK) adalah pengukuran tingkat korupsi

berdasarkan persepsi negara-negara di Dunia yang dilakukan oleh

Transparency International   (TI). IPK ini diukur berdasarkan kompilasibeberapa dari beberapa survei. Indeks ini menggunakan skala 0 sampai

10, dengan 0 sebagai titik terkorup dan 10 merupakan titik terbersih.

Menurut KPK, IPK tidak dapat dipandang sebagai suatu tren yang dapat

dilihat dari tahun ke tahun, artinya bila ditahun pertama suatu negara

memiliki IPK sebesar 3, kemudian ditahun kedua IPK negara tersebut

menjadi 3,5 bukan berarti negara tersebut mengalami kemajuan. Hal ini

disebabkan survey dan kriteria yang digunakan dalam pengukuran IPK,

tidak sama setiap tahunnya. Berdasarkan data TI, IPK Indonesia selama

sepuluh tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1

Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesiamenurut Transparency International  

Tahun 2001-2010

TahunIPK Urutan Dunia

2001 1,9 88

2002 1,9 96

2003 1,9 122

2004 2,0 133

2005 2,2 137

2006 2,4 130

2007 2,3 143

2008 2,6 126

2009 2,8 111

2010 2,8 110

Page 52: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 52/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 4 4

Peran dan Upaya

yang Telah

Dilakukan Entitas

Pemerintah dalam

Penanggulangan

Korupsi serta

Kendala yang

Dihadapi

Usaha Litbang BPK untuk merumuskan pemahaman mengenai SKK

dan mengembangkan pemeriksaan kinerja atas SKK dilakukan baik

melalui studi literatur, diskusi internal BPK, maupun diskusi dengan pihak

luar d.h.i entitas yang diwakili oleh aparat penegak hukum (APH) dan

beberapa entitas yang dinilai telah mengembangkan SKK di

lingkungannya.

Diskusi tentang SKK dengan entitas telah menghasilkan beberapa

hasil positif, diantaranya adalah:

1) keberhasilan Litbang BPK dalam penyampaian sosialisasi

kepada entitas terkait tentang rencana BPK untuk melakukan

pemeriksaan atas Sistem Kendali Korupsi melalui pemeriksaan

kinerja;

2) pemahaman bersama mengenai istilah  fraud   dan pemilihan

penggunaan istilah korupsi daripada fraud ;

3) meningkatkan kesadaran entitas mengenai pentingnya

pengembangan SKK di lingkungan masing-masing; dan

4) sikap apresiatif juga kooperatif dari entitas atas rencana BPK

untuk melakukan pemeriksaan SKK di entitas, setelah

penjelasan yang dilakukan oleh tim Litbang BPK mengenai

pentingnya pengembangan SKK.

Diskusi dengan beberapa entitas pemerintah diuraikan pada sub

bab ini.

Page 53: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 53/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 4 5

a. Hasil diskusi dengan entitas

1)Diskusi dengan BAKN

Pertemuan ini membahas mengenai rencana

pemeriksaan kinerja atas pengendalian korupsi dan meminta

masukan dari BAKN, serta peran BAKN dalam usaha

pemerintah untuk memberantas korupsi.

a)Penyampaian materi oleh BPK

BPK d.h.i Anggota III BPK mengemukakan beberapa hal

mengenai perkembangan kegiatan pemeriksaan BPK RI

khususnya pemeriksaan kinerja sebagai berikut.

i.  Rencana ke depan BPK RI untuk meningkatkan porsi

pemeriksaan kinerja dari sekitar 9% menjadi 15% pada

tahun 2015.

ii.  Proyek utama BPK yaitu pemeriksaan kinerja atas

pengendalian korupsi di entitas pemerintahan, sebagai

wujud salah satu peran BPK dalam usaha

pemberantasan korupsi.

iii.  Salah satu alasan mengapa BPK memberi perhatian

besar terhadap pemeriksaan kinerja atas pengendalian

korupsi dan korupsi adalah bahwa selama ini opini

pemeriksaan Laporan Keuangan BPK tidak berkaitan

langsung dengan keberadaan praktik korupsi di entitas

terkait.

iv.  Kegiatan pemeriksaan kinerja merupakan metode yang

lebih efektif yang dapat digunakan untuk menilai

kinerja entitas dalam mencegah dan menindaklanjuti

Page 54: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 54/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 4 6

adanya korupsi di lingkungannya.

v.  BPK telah menerapkan kebijakan menggunakan jasa

KAP terpilih untuk melakukan sebagian porsi kegiatan

pemeriksaan keuangan BPK. Disisi lain, BPK akan

meningkatkan fokus dan porsi pemeriksaan kinerja dari

tahun ketahun.

vi.  BPK telah melakukan kajian awal tentang keberadaan

SKK di entitas dan menemukan bahwa hanya beberapa

entitas saja yang telah mencoba menerapkan SKK

meskipun belum mengakomodir semua unsur korupsi.

BPK menarik isu tentang siapa sebenarnya

bertanggungjawab atas keberadaan dan kualitas SKK:

BPK atau entitas?

vii.  BPK menyatakan bahwa temuan-temuan pemeriksaan

yang selalu ada namun terulang di tahun-tahun

berikutnya menunjukkan bahwa ada kondisi yang salah

pada entitas. Kondisi tersebut adalah karena belum

adanya mekanisme yang mengatur agar kesalahan

atau pelanggaran yang menjadi temuan BPK tersebut

dapat ditanggulangi dan dicegah sehingga tidak

terulang lagi di tahun-tahun berikutnya.

viii.  BPK selanjutnya menyampaikan pertanyaan: adakah

kemauan dari semua pihak untuk menerapkan suatu

FCP?

b)Pendapat dan tanggapan BAKN

Beberapa tanggapan dan pendapat BAKN atas rencana

kegiatan pemeriksaan kinerja atas FCP oleh BPK sebagai

berikut:

i. Meskipun opini auditor tidak berkaitan langsung

dengan keberadaan korupsi di entitas, pemeriksa harus

Page 55: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 55/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 4 7

lebih berhati-hati dalam menetapkan opini

pemeriksaan.

ii. BPK dapat mempertimbangkan unsur korupsi dalam

menentukan opini.

iii. Pemeriksaan atas kualitas pengendalian korupsi pada

entitas merupakan tanggung jawab BPK.

iv. Kegiatan penegakan pemberantasan korupsi harus

dimulai dari pusat.

v. Pemeriksaan atas FCP dilakukan oleh pemeriksa BPK

dan bukan oleh KAP yang ditunjuk BPK, karena hal

tersebut menyangkut kerahasiaan Negara.

vi. 

BAKN berpendapat bahwa FCP dimulai dari

stakeholders pemberantasan korupsi, antara lain:

 Pemerintah pusat;

 Depdagri;

 BPK; dan

 DPR RI.

vii. Pilot project   pemeriksaan kinerja penanggulangan

korupsi dilakukan di pemerintah pusat dulu, sedangkan

kriteria yang digunakan adalah bahwa entitas tersebut

memiliki dampak yang besar terhadap daerah (contoh:

Depdagri).

Detail mengenai diskusi dengan BAKN dapat dilihat pada Lampiran 3.

Page 56: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 56/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 4 8

2)Diskusi dengan BPKP

BPKP merupakan entitas

pertama yang berdiskusidengan Litbang mengenai SKK.

Litbang menilai perlu untuk mendahulukan diskusi bersama

BPKP dengan pertimbangan bahwa BPKP telah

mengembangkan SKK sejak tahun 2005. Ide awal BPKP untuk

menyusun dan mengembangkan SKK diperoleh dari hasil

investigasi BPKP yang menyimpulkan bahwa selama ini

penanganan korupsi bersifat represif, padahal bila korupsi 

tersebut dicegah sebelum terjadi, maka penanggulangan

korupsi akan lebih efektif.

a) Sepuluh atribut SKK versi BPKP

BPKP mengembangkan SKK yang terdiri dari sepuluh

atribut sebagai berikut:

i. kebijakan terintegrasi,

ii.  struktur pertanggungjawaban,

iii. penilaian risiko Korupsi,

iv. kepedulian karyawan,

v. kepedulian pelanggan masyarakat,

vi. perlindungan pelapor,

vii.  sistem pelaporan Korupsi,

viii. pelaporan eksternal,

ix. standar investigasi,

x. standar perilaku dan disiplin.

b) Siklus SKK

Implementasi SKK BPKP dilakukan melalui empat siklus

Page 57: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 57/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 4 9

sebagai berikut:

i.  Sosialisasi,

ii.  diagnostic assessment (terdiri dari sepuluh atribut), 

iii. 

bimbingan teknis, daniv.  evaluasi.

Sebagai penyusun dan pengembang SKK, BPKP akan

melaksanakan kegiatan tersebut pada entitas pemerintah

dan juga melakukan pendampingan, pemantauan, dan

pembimbingan terhadap entitas dalam kegiatan

implementasi SKK di lingkungan masing-masing.

c) Kendala yang dihadapi BPKP serta Komitmen entitas

Implementasi SKK BPKP menghadapi kendala yang

berupa resistensi entitas untuk menerapkan SKK di

lingkungan mereka. Hal tersebut disebabkan karena:

i.  entitas masih menganggap bahwa SKK belum

dipandang penting untuk diterapkan;

ii.  BPKP belum memiliki payung hukum untuk

melaksanakan penerapan SKK di instansi pemerintah;

dan

iii.  entitas masih memandang bahwa mereka belum

menerapkan SPIP secara menyeluruh dan benar,

sehingga entitas mengutamakan untuk perbaikan

implementasi SPIP daripada SKK.

d) Pemeriksaan SKK pada entitas

Sampai saat ini, karena entitas belum ada yang

menerapkan SKK, maka hal yang dapat dilakukan oleh BPKP

hanyalah mengidentifikasi keberadaan sepuluh atribut SKK

pada entitas terperiksa (diagnostic assessment ). Metode

Page 58: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 58/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 5 0

pemeriksaan dilakukan dengan wawancara dan kuesioner.

Hasil pemeriksan SKK kemudian diserahkan kepada entitas

dan selanjutnya BPKP melakukan pendampingan untuk

pengembangan SKK pada entitas. 

e) Penerapan SKK pada BPKP

Sampai saat ini BPKP belum memiliki SKK sempurna

untuk kalangan BPKP sendiri. SKK lingkungan BPKP masih

dalam tahap pengembangan yang dilakukan secara paralel

dengan pengembangan SKK pada entitas BPKP.

f) Kerjasama BPKP dan APH dalam pencegahan korupsi

Terkait dengan korupsi, BPKP telah melakukan kerja

sama dengan KPK.

Penjelasan lebih detail mengenai kegiatan pengendalian

korupsi oleh BPKP dapat dilihat pada Lampiran 4. 

3)Diskusi dengan KPK

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

memiliki fungsi pencegahan dan

penindakan korupsi. Perumusan dan

perencanaan implementasi pencegahan korupsi telah

dilakukan KPK dibawah koordinasi Litbang KPK. Berikut

penjelasan singkat mengenai peran KPK dalam pemberantasan

korupsi.

a) Peran KPK terkait pengendalian korupsi

Sehubungan dengan pengendalian korupsi, jika

Page 59: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 59/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 5 1

dikerucutkan, peran KPK dalam pengendalian korupsi

adalah pencegahan dan penindakan. Pencegahan terkait

penerimaaan laporan dan pemeriksaan gratifikasi,

penerimaan laporan dan pemeriksaan LKHPN, pendidikan,

sosialisasi, kampanye anti korupsi, kerja sama antar

lembaga serta tugas Monitor yaitu mengkaji dan

memberikan saran kepada pengelolaan administrasi

keuangan instansi pemerintah.

b) Program pengendalian gratifikasi

Saat ini KPK sedang mengembangkan program

pengendalian gratifikasi. Pengendalian gratifikasi ini saat ini

diterapkan melalui  pilot project   pada pertamina dan KPK

sendiri.

c) Penilaian Inisiatif Anti Korupsi

Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) adalah alat ukur

dalam menilai kemajuan suatu instansi publik dalam

mengembangkan upaya pemberantasan korupsi di

instansinya. PIAK ditujukan untuk mengukur apakah suatu

instansi telah menerapkan sistem dan mekanisme yang

efektif untuk mencegah dan mengurangi korupsi di

lingkungannya.

PIAK dinilai oleh tiga pihak, yaitu:

i. unit utama mengisi kuesioner PIAK untuk direview

oleh Inspektorat penilaian sendiri (self assessment ),

ii. KPK mengumpulkan hasil penilaian setiap instansi

melalui Inspektorat untuk dikonfirmasi dan dinilai,

dan

iii. Lembaga Riset/Akademisi akan menetapkan nilai

Page 60: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 60/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 5 2

untuk laporan kualitatif.

Saat ini PIAK diterapkan pada instansi pemerintah dan

sedang dilakukan pilot project  pada BUMN.

d) Pencegahan korupsi melalui dunia pendidikan

Selain PIAK, survei integritas, dan pengkajian terhadap

sistem administrasi, upaya lain yang dilakukan oleh KPK

terkait pencegahan korupsi adalah melalui dunia

pendidikan, KPK telah bekerja sama dengan para guru

untuk membangun modul kurikulum anti korupsi.

e) Upaya KPK dalam membangun corruption  awareness  di

Indonesia

Terkait dengan gratifikasi, upaya yang dilakukan adalah

membangun semacam komitmen dengan pimpinan

lembaga sebagai wujud tone from the top, yakni dengan

membangun unit pengelola gratifikasi secara internal,

personil dalam unit tersebut akan diseleksi dan ditraining

oleh KPK.

f) Program kajian terhadap sistem administrasi

Setelah KPK mengidentifikasi area-area yang rawan

terhadap korupsi, tim pengkaji Litbang akan melakukan

kajian terhadap area yang rawan, lalu tim pengembangan

akan melakukan pengembangan dengan memberikan

rekomendasi perbaikan terhadap sistem administrasi.

g) Definsi fraud  menurut KPK

Persepektif KPK dalam memandang  fraud   adalah

korupsi, namun sebenarnya  fraud   seharusnya lebih luas

dari korupsi, yang dilakukan KPK saat ini pun lebih luas dari

Page 61: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 61/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 5 3

sekedar korupsi, salah satunya masalah konflik

kepentingan. KPK sampai saat ini belum mendefinisikan

 fraud  secara khusus.

h) Rencana selanjutnya

Berdasarkan hasil diskusi dengan KPK, Litbang BPK

memutuskan untuk melanjutkan diskusi dan komunikasi

dengan KPK. Detail mengenai diskusi dengan KPK dapat

dilihat pada Lampiran 5.

4)Diskusi dengan Kejaksaan

Pertemuan dengan Kejaksaan membahas

mengenai upaya dan strategi kejaksaan dalam

mengembangkan dan mengimplementasikan

pengendalian korupsi di lingkungan Kejaksaan serta pendapat

pihak Kejaksaan mengenai pemahaman tentang  fraud dan

perbandingannya dengan korupsi.

a) Definisi fraud  menurut Kejaksaan

Menurut Jamwas dan Jampidsus, sebaiknya definisi

 fraud  lebih dipersempit saja, karena sampai saat ini belum

ada payung hukum yang mengatur tindakan  fraud , yang

ada hanyalah korupsi. Jamwas juga mengatakan bahwa

 fraud  merupakan tindakan yang lebih sempit dari korupsi.

Untuk itu sebaiknya istilah  fraud   diganti saja menjadi

“perbuatan hukum yang merugikan keuangan negara”.

b) Pengendalian korupsi pada Kejaksaan

Pengendalian korupsi yang dilakukan di lingkungan

Page 62: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 62/155

Page 63: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 63/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 5 5

pengawasan melekat sudah cukup sebagai alat untuk

mengendalikan korupsi pada lingkungan kejaksaan. Detail

mengenai diskusi dengan Kejaksaan dapat dilihat pada

Lampiran 6.

5)Diskusi dengan POLRI

Kegiatan diskusi Litbang BPK ke POLRI

diwakili oleh satuan kerja Itwasum POLRI

d.h.i Kepala Biro Rencana dan Administrasi

beserta jajaran staf. Kegiatan diskusi tersebut menghasilkan

hal-hal sebagai berikut.

a) Definisi fraud menurut POLRI

POLRI mendefinisikan  fraud   sebagai suatu kecurangan

untuk memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok

dengan cara melawan hukum dan merugikan pihak lain.

b)Risiko korupsi

Risiko yang menjadi perhatian utama POLRI adalah

pelanggaran kode etik anggota POLRI yang mengakibatkan

turunnya kepercayaan masyarakat terhadap POLRI.

c) Mekanisme Penanganan korupsi di Lingkungan POLRI

POLRI melakukan beberapa usaha pencegahan dan

penanganan korupsi di lingkungan POLRI dengan uraian

sebagai berikut.

i.  Pencegahan: melalui penetapan aturan-aturan, SOP,

pakta integritas bagi pejabat kepolisian dan beberapa

Page 64: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 64/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 5 6

prosedur lainnya.

ii.  Pendeteksian: membuka ruang publik untuk

menampung semua keluhan dan aduan masyarakat.

Disamping itu, POLRI berusaha mengefektifkan kerja

sama dengan aparat penegak hukum, lembaga

pengawas, BPK, dan KPK serta memaksimalkan peran

dan fungsi Itwasum POLRI.

iii.  Penanganan: melalui perumusan dan penetapan kode

etik, pemberian sanksi dari tingkat paling ringan sampai

tingkat berat seperti hukum pidana.

d)Unit-unit pengendali korupsi

Unit-unit pengendali korupsi di lingkungan POLRI adalah

sebagai berikut:

i.  masing-masing pejabat yang bertanggung jawab atas

kinerja dan integritas staffnya; dan

ii.  unit-unit khusus yaitu:

  Propam: menangani pelanggaran disiplin dan etika;

  Itwasum: menangani pelanggaran pengelolaan

keuangan negara; dan

 Bareskrim: menangani pelanggaran Pidana.

e) Hal-hal lain terkait pengendalian korupsi di lingkungan

POLRI

Disamping beberapa mekanisme penanggulangan

korupsi diatas, POLRI juga telah merancang peraturan

mengenai mekanisme whistle-blower . POLRI saat ini telah

mengembangka strategi pengendalian korupsi yang terbagi

dalam tiga tahapan yaitu:

  Tahap I: Membangun Kepercayaan masyarakat;

  Tahap II: Kemitraan; dan

Page 65: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 65/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 5 7

  Tahap III: Pelayanan Prima

Detail mengenai diskusi dengan POLRI dapat dilihat pada Lampiran

7.

6)Diskusi dengan PPATK

Pusat Pelaporan dan Analisis

Transaksi Keuangan (PPATK)

dibentuk berdasarkan amanat

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana

Pencucian Uang. PPATK merupakan suatu lembaga intelejen

keuangan independen yang bertanggung jawab kepada

Presiden, yang secara internasional dikenal sebagai Financial

Intelligence Unit  (FIU).

a) Definisi fraud menurut PPATK

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak PPATK,

 fraud   merupakan suatu bentuk penyimpangan terhadap

hal-hal yang bersifat finansial dan juga segala bentuk

penyalahgunaan wewenang dan aset negara.

b) Risiko korupsi

Risiko korupsi yang mungkin dihadapi oleh PPATK

adalah kerahasiaan informasi. Saat ini, PPATK sedang

mengembangkan model manajemen risiko yang disesuaikan

dengan renja dengan menekankan pada outcome.

c) Kasus korupsi  di PPATK

Sampai saat ini kasus korupsi yang terjadi di PPATK

meliputi penyalahgunaan aset, misalnya penyalahgunaan

Page 66: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 66/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 5 8

kendaraan dinas dan masalah pelelangan.

d) SPI dan SKK

SKK di PPATK diatur dalam good governance  yang

diadopsi oleh PPATK. Menurut PPATK, SPI masih belum

cukup untuk mengendalikan korupsi, karena terdapat

beberapa komponen yang tidak ada di SPI seperti conflict of

interest dan  fairness.  SPI di PPATK lebih pada level

operasional, sedangkan untuk level strategis lebih banyak

diatur dalam good governance.

e) Mekanisme penanganan korupsi di lingkungan PPATK

Setelah PPATK secara internal menerima laporan

mengenai adanya korupsi, kemudian bagian audit internal

akan melakukan validasi atas informasi tersebut, informasi

tersebut akan dianalisis, lalu dilaporkan kepada pimpinan.

Jika ditemukan indikasi adanya korupsi akan disampaikan

kepada Kepolisian, Kejaksaan, dan KPK.

Detail mengenai diskusi dengan PPATK dapat dilihat pada

Lampiran 8.

7)Diskusi dengan Ditjen Perbendaharaan

Pertemuan ini membahas mengenai

pengendalian korupsi pada Direktorat

Jenderal Perbendaharaan. Litbang BPK

menilai bahwa Ditjen Perbendaharaan

telah mengembangkan mekanisme pengendalian korupsi di

internal organisasi, sehingga Litbang BPK menilai bahwa

Page 67: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 67/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 5 9

diskusi dengan Ditjen Perbendaharaan akan memberi

masukan yang bermanfaat bagi BPK. Hasil diskusi dengan

dierjen Bea Cukai adalah sebagai berikut:

a) Pembahasan

i. Definisi Fraud  

Menurut Ditjen Perbendaharaan, definisi  fraud  

merupakan penyimpangan terhadap peraturan yang

ada dan mengandung unsur kesengajaan serta

berpotensi menimbulkan tindakan korupsi, kolusi, dan

nepotisme. Ditjen Perbendaharaan juga mengacu pada

aturan yang berlaku umum yaitu  fraud   menurut UU

Tipikor yang definisinya cenderung ke arah korupsi.

ii. Strategi untuk pencegahan korupsi

Sebagai pendukung program anti korupsi, Ditjen

Perbendaharaan telah melakukan:

  Transparansi Penyelenggara Negara

  Penyampaian LHKPN

  Sosialisasi Anti Gratifikasi dan Pelaporan

Gratifikasi

  Promosi Anti Korupsi dan Akses Publik dalam

Memperoleh Informasi

 

Media website, banner, flyer, running text, annual

report , talkshow  di TV/Radio, dll.

  Seruan/sosialisasi anti korupsi dalam setiap

kesempatan kepada seluruh pejabat/pegawai

  Tindaklanjut Pemeriksaan Aparat Pemeriksa/

Pengawas Fungsional (BPK, Itjen Kemenkeu, KPK).

Page 68: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 68/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 6 0

Selain itu, Ditjen Perbendaharaan juga telah

melakukan reformasi birokrasi untuk mencapai good

governance  yaitu antara lain dalam bidang

kelembagaan, proses bisnis, dan SDM.

iii. Peran Sekretariat Ditjen Perbendaharaan

Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Subbagian

Evaluasi Hasil Pemeriksaan dan Kinerja melakukan

pengelolaan Indikator Kinerja Utama (IKU) dan

manajemen risiko lingkup Ditjen, melakukan

pemantauan tindak lanjut atas laporan hasil

pemeriksaan aparat pengawasan fungsional dan

penyiapan bahan penelitian kebenaran pengaduan

masyarakat serta pengendalian pelaksanaan tugas

kantor vertikal. Bagian Administrasi Kepegawaian, Sub

bagian Penanganan Disiplin dan Pemberhentian

Pegawai melakukan urusan penegakan disiplin dan

pemberhentian pegawai serta penyiapan bahan-bahan

pembinaan pegawai.

iv. Kendala yang dihadapi Ditjen Perbendaharaan dalam

pencegahan korupsi

Kendala internal Ditjen Perbendaharaan adalah

pada pemberian pemahaman pada satker-satker dalam

rangka pencegahan korupsi  dan kendala pada

pembentukan KPPN. Sedangkan hambatan dari

eksternal adalah pihak yang ada diluar Ditjen

Perbendaharaan (seperti Kementerian/Lembaga) yang

masih mencoba untuk melakukan penyuapan pada

KPPN.

Page 69: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 69/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 6 1

b) Rencana Selanjutnya

Sebagai tindak lanjut kegiatan ini, Litbang BPK

memiliki peluang untuk menjalin kerjasama dan

komunikasi dengan Bagian Organisasi Tata LaksanaDitjen Perbendaharaan yang saat ini sedang mengkaji

untuk pembentukan Unit Kepatuhan Internal (UKI)

sesuai dengan PMK-103/PMK.09/2010 tentang Tata

Cara Pengelolaan dan Tindak Lanjut Pelaporan

Pelanggaran/Whistleblowing di Lingkungan Kemenkeu.

Detail mengenai diskusi dengan Ditjen Perbendaharaan

dapat dilihat pada Lampiran 9.

8)Diskusi dengan Ditjen Bea Cukai

Pertemuan ini membahas mengenai

pengendalian korupsi pada Direktorat Jenderal Bea

dan Cukai. Litbang BPK menilai bahwa Ditjen Bea

Cukai telah mengembangkan mekanisme pengendalian

korupsi di internal organisasi, sehingga Litbang BPK menilai

bahwa diskusi dengan Ditjen Bea Cukai akan memberi

masukan yang bermanfaat bagi BPK. Hasil diskusi dengan

Ditjen Bea Cukai adalah sebagai berikut.

a) Pembahasan

i. Definisi Fraud  

Ditjen Bea Cukai menilai bahwa cakupan fraud  lebih

luas daripada korupsi. Fraud  menurut Ditjen Bea Cukai

lebih diterjemahkan sebagai pelanggaran. Ditjen Bea

Cukai telah memetakan keberadaan fraud  di institusinya

Page 70: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 70/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 6 2

dan menggolongkan dalam fraud  di bidang kepabean, di

bidang cukai, dan di bidang kepatuhan internal.

Fraud   di DJBC termasuk pelanggaran administratif

dan pidana. Sedangkan  fraud   di kepatuhan internaladalah  fraud   yang terjadi karena tindakan yang

berlawanan dengan norma-norma yang sudah

didefinisikan yang menimbulkan potensi kerugian

negara.

Unit khusus yaitu unit Penindakan dan Penyidikan

(P2) dan audit menangani pelanggaran di bidang

kepabeanan oleh importir dan eksportir sedangkan

 fraud   yang dilakukan oleh personal pegawai menjadi

bidang kepatuhan internal. Contoh: pegawai yang tidak

masuk selama sebulan merupakan  fraud   kepatuhan

internal.

ii. Reformasi Organisasi DJBC terkait Pengendalian

Korupsi

Ditjen Bea dan Cukai pada tahun 2007 melakukan

reformasi kepabeanan yang dimanifestasikan dengan

membentuk kantor pelayanan utama dan kantor

pelayanan madya. Reformasi ini tidak hanya terkait

dengan pengendalian korupsi saja, namun juga

penerapan peraturan perundang-undangan dan

peraturan kepabeanan. Dalam reformasi ini, Ditjen Bea

dan Cukai juga melakukan revitalisasi atas organisasi,

yakni dengan membentuk seksi kepatuhan internal

pada eselon III. Pada tahun 2009 dibentuklah Pusat

Kepatuhan Internal untuk mengintegrasikan seksi

kepatuhan internal yang ada. Selain organisasi DJBC

Page 71: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 71/155

Page 72: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 72/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 6 4

internal seperti peraturan yang terkait dengan

pengendalian internal. Peraturan tersebut mengatur

mengenai disiplin PNS, kode etik PNS maupun DJBC,

komisi kode etik, tata kerja UKKI, pakta integritas,

penghargaan bagi pegawai DJBC, serta tata nilai dan

budaya organisasi.

v. Pengawasan Melekat

Pengawasan Melekat di DJBC dilakukan dengan

menggunakan siklus pencegahan, pemantauan, analisa,

penindakan, laporan, evaluasi, dan tindak lanjut. Peran

UKKI melakukan pemantauan pada setiap tahapan

proses waskat agar berjalan sesuai ketentuan dan

melakukan asistensi dan supervisi dalam penanganan

pelanggaran kode etik dan disiplin pegawai.

vi. Pengaduan Masyarakat

Pengaduan masyarakat bisa dilakukan melalui meja

pengaduan PUSKI KC, telepon, faksimile, email   dan

surat. Hasil pengaduan masyarakat dimonitor melalui

Indikator Kinerja Utama (IKU) unit Kepatuhan Internal.

vii. Kerjasama DJBC dengan KPK

KPK sejak tahun 2006 memberi asistensi kepada

Ditjen Bea Cukai dalam hal meningkatkan skor survei

integritas layanan sektor publik DJBC dan survei

Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK), sosialisasi LHKPN,

serta asistensi dan supervisi dalam penyusunan whistle

blower system.

Page 73: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 73/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 6 5

viii. Hasil Survei Integritas Layanan Sektor Publik

Hasil Survei Integritas Layanan Sektor Publik KPK

terhadap layanan cukai dan layanan impor terdapat

perbedaan yang cukup tinggi. Hasil survei integritasterhadap layanan impor (pelabuhan) lebih buruk (5,63)

daripada layanan cukai (6,68). Hal ini disebabkan karena

lingkungan kerja yang berbeda.

ix. Publikasi Korupsi pada DJBC

DJBC akan mempublikasikan detail korupsi  yang

terjadi tapi tidak akan menyebutkan nama. Publikasi

hanya akan dilakukan secara internal dan tidak untuk

konsumsi eksternal.

x. Rencana Selanjutnya

Berdasarkan diskusi dengan Ditjen Bea dan Cukai,

hal yang dapat dilakukan selanjutnya adalah Litbang BPK

dapat terus menjalin komunikasi dengan Bagian

Kepatuhan Internal Ditjen Bea dan Cukai dalam rangka

pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan

untuk menyusun dan mengembangkan metodologi

pemeriksaan kinerja atas pengendalian korupsi pada

entitas pemerintah.

Detail mengenai diskusi dengan Ditjen Bea Cukai

dapat dilihat pada Lampiran 10.

Page 74: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 74/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 6 6

9) Diskusi dengan Garuda Indonesia 

Diskusi dipimpin oleh Vice

President Internal audit  Garuda. Peserta diskusi dari

pihak Garuda dihadiri oleh

Senior Manager  GCG Implementation dan beberapa orang staf

sekretariat GCG Implementation dan  Audit Internal .

Pertemuan ini membahas mengenai strategi pengendalian

korupsi yang dilakukan oleh Garuda Indonesia.

a) Pembahasan

Garuda telah membentuk pengendalian terhadap

korupsi sejak tahun 2002. Unit-unit yang terlibat dalam

pengendalian korupsi adalah SPI, corporate legal ,

personalia, corporate comunication. Pada tahun 2002,

berdasarkan surat Menpan dan Kemeneg BUMN, Garuda

sudah membuat mekanisme penanganan pengaduan

masyarakat. Pada tahun 2006 dibentuk komite

penanganan pengaduan korupsi, kolusi, dan nepotisme

dengan media kotak pengaduan, internet, dan tromol pos.

Terakhir pada tahun 2011dibentuk whistle-blower  system,

etika kerja dan etika bisnis, serta pengendalian gratifikasi

yang ditangani oleh corporate secretary .

i. Pengendalian korupsi

Pengendalian korupsi di Garuda didasarkan pada

konsep Good Corporate Gorvenance  (GCG) dan nilai

perusahaan. GCG terdiri dari tiga pilar utama, yaitu (1)

compliance/ kepatuhan, yaitu kepatuhan terhadap

ketentuan dan perundangan yang berlaku; (2)

Page 75: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 75/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 6 7

conformity / kepatutan, yaitu penyelenggaraan

perusahaan sesuai dengan etika dan moral; (3)

 performance/ kinerja, yaitu ketercapaian sasaran/

target perusahaan. Nilai perusahaan ditetapkan oleh

garuda dengan istilah “FLY HI”, yaitu F (Efisien dan

efektif), L (Loyalty ), Y (Customer Satisfity ) H (Honesty ),

I (Integrity ). Garuda juga melakukan pengukuran yang

terkait dengan pengendalian korupsi sejak tahun

2007, yakni pengukuran yang dilakukan oleh KPK

bekerjasama dengan MUC, BPKP, dan IICG (Indonesian

Institute for Corporate Governance).

ii. Pengendalian Gratifikasi

Ketentuan pengendalian gratifikasi di Garuda

meliputi penetapan batas penerimaan/ pemberian

dan pencatatan serta pelaporan penerimaan

gratifikasi. Saat mengembangkan program

pengendalian gratifikasi, Garuda mendapakan

asistensi dari KPK.

iii. Whistleblowing System (WBS)

WBS di Garuda baru di implemetasikan pada awal

tahun 2011. Garuda menggunakan jaringan internet

sebagai tools  WBS, yakni melalui www.ga-whistle-

blower .com. Whistle-blower   officer   bertanggung

 jawab untuk mengelola pengaduan yang masuk

melalui jaringan dan memilah-milah pengaduan yang

masuk.

iv. Pemetaan risiko

Garuda telah melakukan risk management   yang

Page 76: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 76/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 6 8

dikelola oleh unit risk management . Namun masing-

masing unit secara mandiri melakukan pemetaan dan

penilaian risiko.

b) Rencana Selanjutnya

Garuda bersedia untuk mendukung BPK dalam

pelaksanaan  pilot project  melalui diskusi lebih lanjut atas

hal-hal yang terkait dengan pengendalian korupsi. Detail

mengenai diskusi dengan Garuda Indonesia dapat dilihat

pada Lampiran 11. 

Ringkasan mengenai fraud control  atau pengendali terjadinya

korupsi di beberapa entitas diatas dapat dilihat dalam Lampiran 11.

Page 77: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 77/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 6 9

BAB 4 

PEMERIKSAAN ATAS KORUPSI

Peran Kegiatan

Pemeriksaan

dalam

Pencegahan

Korupsi 

Sesuai dengan UUD 1945 pasal 23 huruf E, BPK memiliki

kewenangan untuk melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan

tanggung jawab keuangan negara. Melalui ketiga jenis pemeriksaan

yang dimiliki oleh BPK, sesuai dengan mandat dari UU No. 15/2004,

BPK memiliki peranan yang sangat besar dalam upaya-upaya

pemberantasan korupsi di Indonesia.

Suatu organisasi yang baik, terutama dalam hal pemberantasan

korupsi, harus memiliki suatu alat/program dalam pengendalian

korupsi di lingkungan organisasinya. BPK melalui kewenangannya

dapat melakukan pemeriksaan untuk memastikan kualitas

program/sistem kendali korupsi di lingkungan entitas pemerintah.

Jenis pemeriksaan kinerja, merupakan jenis audit yang paling sesuai

untuk memenuhi tujuan ini. Hasil pemeriksaan kinerja atas program

pengendalian korupsi dari pemerintah ini bertujuan untuk:

a. mengidentifikasi keberadaan program pengendalian korupsi

di tiap-tiap auditee;b. memperoleh temuan pemeriksaan dan memberi simpulan

pemeriksaan serta rekomendasi agar entitas dan semua

lembaga terkait melakukan perbaikan atas mekanisme

pengendalian korupsi yang telah mereka miliki; dan 

c. memberikan rekomendasi pada pemerintah agar melakukan

perbaikan atas mekanisme pemberantasan korupsi dengan

tujuan supaya mekanisme pencegahan dan pemberantasan

korupsi lebih terstruktur. Pemerintah juga dituntut agar

dapat melakukan perbaikan koordinasi antar lembaga

terkait usaha pemberantasan korupsi. 

Page 78: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 78/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 7 0

Kerangka Sistem

Kendali Korupsi

(SKK)

Kegiatan kajian Litbang atas Sistem Kendali Korupsi yang

dirancang oleh tenaga ahli BPK RI Bpk. Khairiansyah Salman dan

Fraud Control System (FCP) dari ANAO menghasilkan rancangan SKKversi Litbang yang merupakan kombinasi dari kedua model

tersebut. Gambar 4.1 merupakan bagan SKK hasil adopsi dari FCP

ANAO dan telah disesuaian oleh Litbang, khususnya pada elemen

Monitoring. Elemen monitoring  menurut versi FCP ANAO

merupakan tahapan yang bersamaan dengan elemen pelaporan

dan evaluasi. Litbang mengadopsi elemen monitoring  dengan

meletakkan pada setiap tahap proses SKK, yang menunjukkan

bahwa tahap monitoring  dan evaluasi dilakukan tidak pada akhir

proses kegiatan, namun dilakukan pada setiap tahapan kegiatan

SKK. Keterangan lebih rinci pada sub bab berikutnya. 

Strategi

Pengendalian

Fraud

Strategi

Pengendalian

Fraud

Strategi

Pengendalian

Fraud

Sistem

Kendali

Korupsi

Pencegahan

Respons

 K e b i j a k a n

  &  P e r a t u r a n 

Tatakelola

BUDAYA

KEPEMIMPINAN

 M o n i t o r i n

 g  & E v a l u a s i 

     P    e     l    a

    p    o    r    a    n

P     e    n    d      e    t      e    k     s    i      a    n    

 

Gambar 4.1

Sistem Kendali Korupsi versi Litbang PK2

Page 79: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 79/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 7 1

a. Sistem Kendali Korupsi

Pengendalian korupsi membutuhkan penerapan

beberapa elemen strategis utama yang akan memberikan

kontribusi terhadap kerangka pengendalian korupsi yangefektif. Strategi ini saling terkait antara satu dengan lain dan

saling memperkuat. Lebih jauh, strategi ini menyediakan

mekanisme reviu pada setiap tahapan kegiatan. Strategi

tersebut adalah pencegahan korupsi, pendeteksian korupsi,

respons, dan pelaporan korupsi.

Satker di BPK memiliki karakteristik yang berbeda-beda

sehingga membutuhkan penyesuaian di dalam

mengembangkan elemen-elemen atas sistem kendali

korupsi sesuai dengan tupoksi dan risikonya masing-masing.

Kunci dalam mengembangkan elemen-elemen tersebut

adalah memperhatikan keseimbangan antara risiko korupsi

dan pengendalian korupsi untuk mengelola risiko korupsi

sambil meningkatkan dan memaksimalkan kinerja

operasional.

b. Pendekatan Sistematis untuk Pengendalian Korupsi, terdiri

dari Empat Elemen Kunci:

1) Pencegahan

Pencegahan adalah metode yang paling efisien

dalam pengendalian korupsi. Beberapa hal yang perlu

disiapkan oleh BPK dalam mengaplikasikan SKK iniantara lain adalah:

a)  kode etik;

b)  mekanisme konflik kepentingan;

c)  training untuk meningkatkan kesadaran korupsi bagi

pegawai BPK;

Page 80: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 80/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 7 2

d)  manajemen risiko korupsi merupakan suatu kegiatan

yang penting dalam pengendalian korupsi, sebagai

panduan untuk pengembangan dari sebuah rencana

pengendalian korupsi yang efektif;

e)  penerapan INTOSAINT;

f)  mengomunikasikan korupsi yang terdeteksi dan

respons terhadap korupsi;

g)  SOP yang dikembangkan BPK harus

mempertimbangkan potensi-potensi risiko korupsi;

h)  SPI BPK yang dikembangkan BPK harus

mempertimbangkan potensi-potensi risiko korupsi.

2) Pendeteksian

Tidak ada sistem yang dapat memberikan jaminan

secara mutlak untuk mencegah terjadinya korupsi,

sehingga BPK harus mengimplementasikan sistem yang

bertujuan untuk mendeteksi korupsi. Kegiatan

pendeteksian dapat dilakukan dengan dua pendekatan

yaitu:

a) Pengukuran deteksi secara pasif adalah suatu

aktivitas pengendalian korupsi yang tidak perlu

melibatkan peran manajemen secara langsung,

tetapi korupsi yang terjadi dapat terdeteksi melalui

aktivitas rutin operasi organisasi, misalnya:

i. SPI yang efektif,

ii. menyediakan media pengaduan baik untuk

internal maupun eksternal, dan

iii. perlindungan whistleblower  yang efektif.

b) Deteksi korupsi yang aktif adalah pengendalian atau

aktivitas yang membutuhkan keterlibatan dari

Page 81: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 81/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 7 3

manajemen, seperti:

i. aktivitas monitoring dan reviu yang dilakukan

secara kontinu oleh pimpinan satker BPK

maupun secara periodik oleh Itama;

ii. penggunaan tool dan teknik analisis (reviu

transaksi masa lalu) dalam aktivitas keuangan;

iii. membangun suatu sistem (early warning) yang

dapat mendeteksi korupsi;

3) Respons

Respons merupakan elemen kunci dari SKK. BPK

perlu mengembangkan strategi untuk melakukan respon

terhadap terjadinya korupsi di lingkungan BPK. Dengan

demikian dapat memberikan jaminan yang memadai

kepada stakeholder  bahwa kejadian korupsi di BPK akan

ditangani sesuai dengan pedoman/peraturan yang

berlaku di BPK. Bentuk-bentuk respon BPK atas

terjadinya suatu kasus korupsi harus dinyatakan dalam

bentuk suatu peraturan legal misalnya:

a) prosedur operasional standar atas tindakan yang

harus dilakukan oleh pimpinan satker atau Itama

apabila terjadi kasus korupsi;

b)  juklak/juknis pemeriksaan investigatif atas terjadinya

suatu kasus korupsi (misalnya: SOP Pemberkasan);

c) Tata kerja MKKE (majelis kehormatan kode etik).

4) Pelaporan

a) Pelaporan atas hasil pengendalian korupsi akan

menghasilkan efek pencegahan sehingga dapat

membantu entitas dalam mengurangi dampak

korupsi di dalam aktivitasnya.

Page 82: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 82/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 7 4

b) Hasil pemeriksaan investigasi korupsi internal,

sepanjang sesuai dengan peraturan perundang-

undangan dan apabila dipandang perlu, BPK dapat

mengomunikasikan hasilnya kepada pegawai.

c. Pemantauan dan Evaluasi

1) Sistem kendali korupsi harus dimonitor dan dievaluasi

secara terus menerus serta direvisi apabila diperlukan,

untuk memastikan bahwa tujuan penerapan SKK dapat

dipenuhi secara efektif.

2) Pengawasan dan evaluasi yang efektif juga dapat

membantu pimpinan satker untuk mengidentifikasi cara

lain yang lebih efisien dalam pemberantasan suatu risiko

korupsi.

3) Penilaian risiko korupsi perlu diperbarui secara regular

atau jika ada perubahan yang signifikan terjadi.

4) Korupsi yang teridentifikasi kemudian dianalisis untuk

mengetahui penyebabnya.

d. Kebijakan, Peraturan dan Tata kelola

1) Kebijakan dan peraturan

Upaya-upaya pengendalian korupsi atau SKK di BPK

harus didukung dengan kebijakan dan peraturan yang

dilengkapi pula dengan panduan pelaksanaannya.

Ditambahkan dengan peraturan perundang-

undangan seputar korupsi (sort by source).

a)  Kebijakan RAN PK.

b)  Percepatan pemberantasan korupsi (see Inpres).

c)  KUHP.

Page 83: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 83/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 7 5

d)  Undang-undang nomor 31 tahun 1999 jo. Undang-

undang No. 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi.

e)  UU pencucian uang

f)  UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Keuangan Negara.

g)  UU No. 15 tahun 2006 tentang BPK.

h)  UU Pidana Pajak.

i)  Peraturan BPK tentang FCS

2) Tata kelola

a)  Itama sebagai internal audit BPK memiliki peran

untuk melakukan pengawasan dan evaluasi secara

berkelanjutan atas pelaksanaan SKK di seluruh satker

BPK.

b)  Pada dasarnya tanggung jawab untuk mencegah

terjadinya kecurangan terletak pada pimpinan

seluruh satker BPK.

c)  Tanggung jawab dari pimpinan satker BPK dalam

mencegah dan mendeteksi adanya kecurangan harus

terlihat pada:

i. Level Strategis, dituangkan dalam Renstra BPK,

peraturan, dan panduan yang memuat upaya-

upaya BPK untuk pengendalian korupsi.

ii. Level operasional, dituangkan dalam uraian tugas

dan tanggung jawab masing-masing pegawai

maupun prosedur operasional standar.

d)  Masing-masing pimpinan satker BPK harus

melakukan penilaian atas risiko yang melekat pada

satkernya. Penilaian atas risiko tersebut dilakukan

Page 84: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 84/155

Page 85: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 85/155

Page 86: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 86/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 7 8

mengenai pelaksanaan pengendalian korupsi di negara lain.

Sehubungan dengan dilanjutkannya kerjasama antara BPK RI

dengan ANAO melalui program Government Partnership Fund  (GPF)

2, BPK bermaksud menggunakan dana kerjasama tersebut untukkegiatan studi banding mengenai pengembangan FCP di Australia.

Pertimbangan lain dari rencana tersebut adalah bahwa

Australia merupakan salah satu negara yang telah mengembangkan

dan melaksanakan fraud control activity  pada entitas-entitas sektor

publiknya. Pemerintah Australia merilis dokumen kebijakan mereka

untuk pengendalian  fraud   yang pertama kali pada tahun 1987.

Sebagai hasil tinjauan yang dilakukan pada tahun 1999, kemudian

Minister for Justice and Customs menerbitkan “The Commonwealth

Fraud Control Guidelines”   pada tahun 2002 yang berisi mengenai

prinsip dasar  fraud   control serta menyediakan standar minimum

sebagai panduan instansi/lembaga melaksanakan kewajiban

mereka untuk melaksanakan pemberantasan korupsi. Panduan ini

dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman.

Panduan tersebut harus diterapkan oleh: (1) semua lembaga

yang tercakup dalam Financial Management and Accountability  

(FMA) Act; dan (2) Lembaga-lembaga yang tercakup dalam

Commonwealth Authorities and Companies  (CAC) Act 1997 yang

menerima paling tidak 50% pendanaan bagi kebutuhan mereka dari

Commenwealth atau dari suatu lembaga Commonwealth. Untuk

penerapan “The Commonwealth Fraud Control Guidelines”  tersebut

dan sebagai tambahan informasi maka terdapat panduan yang lain

yaitu “Fraud Control in Australian Government”   yang diterbitkan

oleh ANAO pada tahun 2004. ANAO dan Attorney General’s

Department adalah institusi yang berperan dalam pemberantasan

 fraud/ korupsi di Australia.

Page 87: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 87/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 7 9

ANAO telah mengembangkan metode pemeriksaan  fraud  

control  serta berpengalaman dalam melakukan pemeriksaan  fraud  

control activity   pada entitas sektor publik di Australia. Kejaksaan

Agung (AGD) bertanggung jawab untuk memberikan saran kepada

pemerintah tentang pengendalian  fraud   dalam lingkup

persemakmuran. Termasuk di dalamnya adalah mengembangkan

dan meninjau kebijakan umum pemerintah sehubungan dengan

pengendalian korupsi. AGD juga bertanggungjawab untuk

memberikan nasehat kepada lembaga di lingkup persemakmuran

tentang isi dan penerapan kebijakan yang terkait fraud/ korupsi.

ANAO bertugas untuk melakukan pemeriksaan kinerja, yaitu

mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dari entitas sektor publik di

lingkungan persemakmuran. Pemeriksaan kinerja digunakan untuk

memeriksa  fraud   control   di Australia. ANAO melakukan

pemeriksaan  fraud   control   dengan menggunakan metode survei.

ANAO meminta kepada lembaga-lembaga yang termasuk dalam

FMA Act dan CAC Act untuk mengisi survei. Selanjutnya lembaga-

lembaga tersebut harus memberikan bukti yang mendukung klaim

yang mereka isikan dalam survei. Data relevan yang sudah

diserahkan ke  Australian Institute of Criminology   (AIC) oleh

lembaga-lembaga tersebut juga menjadi bahan pemeriksaan ANAO.

Institusi pemerintah Australia yang dipilih sebagai tujuan studi

banding adalah ANAO dan AGD. Kegiatan yang akan dilakukan

adalah studi banding tentang pelaksanaan  fraud control   dan

pemeriksaan kinerja atas  fraud control   yang telah dikembangkan

oleh Australia.

b.Tujuan Studi Banding:

Tujuan utama dari studi banding adalah untuk memperoleh

gambaran dan pemahaman mengenai pelaksanaan  fraud   control

Page 88: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 88/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 8 0

activity  di entitas sektor publik dan pemeriksaan kinerja atas  fraud

control plan pada entitas sektor publik di Australia.

Hasil yang diperoleh dapat digunakan sebagai bahan

pengembangan kegiatan pengendalian korupsi di Indonesia danpelaksanaan pemeriksaan kinerja atas kegiatan pengendalian

korupsi.

c. Kegiatan

1) Melakukan studi banding di AGD untuk mempelajari

pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk

pengendalian fraud/ korupsi

2) Mempelajari metodologi pemeriksaan kinerja atas  fraud

control plan pada entitas sektor publik di Australia.

d.Peserta Studi Banding

Studi banding ini akan mengikutsertakan institusi yang

berperan penting dalam pemberantasan korupsi di Indonesia

yaitu BPK, Kejaksaan, KPK, dan BAKN. Kegiatan ini akan

melibatkan dua orang perwakilan dari BPK, KPK, Kejaksaan dan

satu orang perwakilan dari BAKN

e. Biaya dan Rencana Kegiatan

Biaya atas pelaksanaan studi banding ini adalah sepenuhnya

dibiayai dari program Government Partnership Fund  II. 

f. Hasil Studi Banding:

Laporan studi banding akan berisi mengenai:

1)  pemahaman atas organisasi, kebijakan, standar

Page 89: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 89/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 8 1

operasional dan prosedur, serta manual/ guidelines

kegiatan fraud control activity  di Australia.

2)  Pemahaman atas proses pelaksanaan pemeriksaan

 fraud control plan  dan kemungkinan penerapannya di

BPK.

g. Sistem kendali korupsi

Pengendalian korupsi membutuhkan penerapan beberapa

elemen strategis utama yang akan memberikan kontribusi

terhadap kerangka pengendalian korupsi yang efektif. Strategi ini

saling terkait antara satu dengan yang lain dan saling

memperkuat. Lebih jauh, strategi ini menyediakan mekanisme

reviu pada setiap tahapan kegiatan. Strategi tersebut adalah

pencegahan korupsi, pendeteksian korupsi, respons, dan

pelaporan korupsi.

Satker di BPK memiliki karakteristik yang berbeda-beda

sehingga membutuhkan penyesuaian didalam mengembangkan

elemen-elemen atas sistem kendali korupsi sesuai dengan

tupoksi dan risikonya masing-masing. Kunci dalam

mengembangkan elemen-elemen tersebut adalah

memperhatikan keseimbangan antara risiko korupsi dan

pengendalian korupsi untuk mengelola risiko korupsi sambil

meningkatkan dan memaksimalkan kinerja operasional.

h. Pendekatan sistematis untuk pengendalian korupsi, terdiri dari

empat elemen kunci:

1) Pencegahan

Pencegahan adalah metode yang paling efisien dalam

pengendalian korupsi.

Page 90: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 90/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 8 2

Beberapa hal yang perlu disiapkan oleh BPK dalam

mengaplikasikan SKK ini antara lain adalah.

a)  Kode etik;

b) 

Mekanisme konflik kepentingan;c)  Training  untuk meningkatkan kesadaran korupsi

bagi pegawai BPK;

d)  Manajemen risiko korupsi merupakan suatu

kegiatan yang penting dalam pengendalian korupsi,

sebagai panduan untuk pengembangan dari sebuah

rencana pengendalian korupsi yang efektif;

e)  Penerapan INTOSAINT;

f)  Mengkomunikasikan korupsi yang terdeteksi dan respons

terhadap korupsi;

g)  SOP yang dikembangkan BPK harus mempertimbangkan

potensi-potensi risiko korupsi;

h)  SPI BPK yang dikembangkan BPK harus mempertimbangkan

potensi-potensi risiko korupsi.

2) Pendeteksian

Tidak ada sistem yang dapat memberikan jaminan

secara mutlak untuk mencegah terjadinya korupsi, sehingga

BPK harus mengimplementasikan sistem yang bertujuan

untuk mendeteksi korupsi. Kegiatan pendeteksian dapat

dilakukan dengan dua pendekatan yaitu:

a) Pengukuran deteksi secara pasif adalah suatu

aktivitas pengendalian korupsi yang tidak perlu

melibatkan peran manajemen secara langsung,

tetapi korupsi yang terjadi dapat terdeteksi melalui

aktivitas rutin operasi organisasi, misalnya:

i.  SPI yang efektif,

Page 91: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 91/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 8 3

ii.  Menyediakan media pengaduan baik untuk

internal maupun eksternal, dan

iii.  perlindungan whistleblower  yang efektif.

b) Deteksi korupsi yang aktif adalah pengendalian atauaktivitas yang membutuhkan keterlibatan dari

manajemen, seperti.

i.  Aktivitas monitoring dan reviu yang

dilakukan secara kontinu oleh pimpinan

satker BPK maupun secara periodik oleh

Itama;

ii. 

Penggunaan tool dan teknik analisis (reviu

transaksi masa lalu) dalam aktivitas

keuangan;

iii.  Membangun suatu sistem (early warning)

yang dapat mendeteksi korupsi.

3) Respons

Respons merupakan elemen kunci dari SKK. BPK

perlu mengembangkan strategi untuk melakukan respon

terhadap terjadinya korupsi di lingkungan BPK. Dengan

demikian dapat memberikan jaminan yang memadai

kepada stakeholder  bahwa kejadian korupsi di BPK akan

ditangani sesuai dengan pedoman/peraturan yang

berlaku di BPK. Bentuk-bentuk respon BPK atas

terjadinya suatu kasus korupsi harus dinyatakan dalam

bentuk suatu peraturan legal misalnya:

a.  prosedur operasional standar atas tindakan yang

harus dilakukan oleh pimpinan satker atau Itama

apabila terjadi kasus korupsi;

Page 92: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 92/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 8 4

b.   juklak/juknis pemeriksaan investigatif atas

terjadinya suatu kasus korupsi (misalnya: SOP

Pemberkasan).

c.  Tata kerja MKKE (majelis kehormatan kode etik).

4) Pelaporan

Pelaporan atas hasil pengendalian korupsi akan

menghasilkan efek pencegahan sehingga dapat

membantu entitas di dalam mengurangi dampak

korupsi di dalam aktivitasnya.

Hasil pemeriksaan investigasi korupsi internal,

sepanjang sesuai dengan peraturan perundang-

undangan dan apabila dipandang perlu, BPK dapat

mengomunikasikan hasilnya kepada pegawai.

i. Pemantauan dan Evaluasi

Sistem kendali korupsi harus dimonitor dan dievaluasi secara

terus-menerus serta direvisi apabila diperlukan, untuk memastikan

bahwa tujuan penerapan SKK dapat dipenuhi secara efektif.

Pengawasan dan evaluasi yang efektif juga dapat membantu

pimpinan satker untuk mengidentifikasi cara lain yang lebih efisien

dalam pemberantasan suatu risiko korupsi.

Penilaian risiko korupsi perlu diperbarui secara regular atau jika

ada perubahan yang signifikan terjadi.

Korupsi yang teridentifikasi kemudian dianalisis untuk

mengetahui penyebabnya.

Page 93: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 93/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 8 5

 j. Kebijakan, Peraturan, dan Tata kelola

1) Kebijakan dan peraturan

Upaya-upaya pengendalian korupsi atau SKK di BPK harus

didukung dengan kebijakan dan peraturan yang dilengkapi pula

dengan panduan pelaksanaannya.

Ditambahkan dengan peraturan perundang-undangan

seputar korupsi (sort by source) sebagai berikut.

a)  Kebijakan RAN PK;

b)  Percepatan pemberantasan korupsi (see Inpres);

c)  KUHP;

d)  Undang-undang nomor 31 tahun 1999 jo.

Undang-undang No. 20 tahun 2001 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.;

e)  UU pencucian uang;

f)  UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Keuangan Negara;

g)  UU No. 15 tahun 2006 tentang BPK;

h)  UU Pidana pajak;

i)  Peraturan BPK tentang FCS.

2) Tata kelola

Itama sebagai internal audit BPK memiliki peran untuk

melakukan pengawasan dan evaluasi secara berkelanjutan atas

pelaksanaan SKK di seluruh satker BPK.

Pada dasarnya tanggung jawab untuk mencegah terjadinya

kecurangan terletak pada pimpinan seluruh satker BPK.

Tanggung jawab dari pimpinan satker BPK dalam

Page 94: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 94/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 8 6

mencegah dan mendeteksi adanya kecurangan harus terlihat

pada.

a)  Level Strategis, dituangkan dalam Renstra BPK,

peraturan, dan panduan yang memuat upaya-upaya BPK untuk pengendalian korupsi.

b)  Level operasional, dituangkan dalam uraian tugas

dan tanggung jawab masing-masing pegawai

maupun prosedur operasional standar.

Masing-masing pimpinan satker BPK harus melakukan

penilaian atas risiko yang melekat pada satkernya. Penilaian

atas risiko tersebut dilakukan secara terus menerus untuk

mengantisipasi perkembangan risiko korupsi yang mungkin

timbul. Hasil penilaian atas risiko ini berupa identifikasi atas

risiko korupsi yang dihadapi serta langkah-langkah mitigasinya.

k. Kepemimpinan dan Budaya

1) Kepemimpinan

Implementasi upaya-upaya pengendalian korupsi sangat

dipengaruhi oleh komitmen pimpinan BPK terhadap

pengendalian korupsi. Gaya kepemimpinan yang kuat

merupakan bagian yang terintegrasi dengan sistem kendali

korupsi yang efektif. Kurangnya komitmen pimpinan dalam

mendukung pengendalian korupsi akan mengurangi kemauan

staf untuk melaporkan terjadinya korupsi di seluruh satker-

satker BPK. Pimpinan BPK harus terus melakukan

pemutakhiran atas upaya-upaya pengendalian korupsi seiring

dengan berkembangnya risiko dan praktek-praktek korupsi.

Page 95: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 95/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 8 7

Komitmen pimpinan BPK untuk mencegah korupsi harus

dinyatakan secara formal tertulis untuk terus mengingatkan

dan mendorong upaya-upaya pencegahan korupsi. Komitmen

pencegahan korupsi tersebut dapat dituangkan dalam

pedoman tentang organisasi dan tata kerja pelaksana BPK.

2) Budaya

Budaya yang beretika merupakan elemen kunci dari

tatakelola yang baik dan berperan penting dalam mencegah

korupsi dan membantu untuk mendeteksi terjadinya korupsi.

Dalam organisasi sektor publik, budaya yang beretika ini perlu

untuk dilegalkan dalam bentuk kode etik, yang mengikat

seluruh personil dalam organisasi tersebut. Budaya yang

beretika di BPK harus dipetakan arahnya sehingga tercipta

budaya yang sehat dan bebas korupsi. BPK telah memiliki

kode etik sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan BPK No.

2/2007. Selanjutnya diperlukan strategi untuk

mengintensifkan internalisasi kode etik BPK di seluruh bisnis

prosesnya. Salah satu bentuk strategi yang bisa dilakukan

adalah pernyataan tertulis tentang pakta integritas yang

ditandatangani oleh seluruh pegawai BPK.

Hal-hal yang

dapat Diadopsi

BPK terkait

Pemeriksaan

Kinerja atas Fraud

Control  di ANAO

Setelah melakukan kegiatan studi banding pengembangan  fraud

control   dan pemeriksaan kinerja atas  fraud control   di ANAO,

diharapkan BPK dapat memperoleh manfaat dan informasi sebagaiberikut.

1)  Metode penetapan langkah-langkah P2 pemeriksaan kinerja

atas SKK;

Page 96: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 96/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 8 8

2)  Proses penetapan kriteria dan penentuan area kunci dalam

pemeriksaan kinerja atas SKK di entitas;

3)  Metode analisis temuan pemeriksaan sampai penyusunan

kesimpulan;

4)  Format Laporan hasil Pemeriksaan Kinerja ANAO atas SKK

entitas;

Page 97: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 97/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 8 9

BAB 5

PENUTUP

Peran Penting

BPK dalam

Pencegahan dan

Pemberantasan

Korupsi

Undang-undang nomor 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara merupakan payung

hukum bagi BPK dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai

lembaga pemeriksa pengelolaan dan lembaga yang bertanggung jawab

terhadapa keuangan negara. Kegiatan pemeriksaan tersebut dapat

dilakukan melalui tiga jenis pemeriksaan BPK yaitu Pemeriksaan

Keuangan, Kinerja, dan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT), sesuai dengan

dasar dan tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan.

Berkaitan dengan kegiatan kajian pemeriksaan kinerja ini, BPK

memiliki peran dan posisi yang sangat krusial dalam pencegahan dan

pemberantasan korupsi melalui pemeriksaan kinerja atas keberadaan

dan kualitas alat kendali korupsi yang terdapat di entitas. Diharapkan

melalui rekomendasi dalam laporan hasil Pemeriksaan Kinerja atas

pengendalian korupsi pada entitas ini, BPK dapat meningkatkan

kemampuan entitas dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi di

lingkungannya.

Rencana dan

Persiapan BPK

untuk

Melaksanakan

Pemeriksaan

Kinerja atas SKK

Kajian BPK atas Sistem Kendali Korupsi  (SKK) melalui studi

literatur dan diskusi dengan entitas pemerintah termasuk APH telah

menghasilkan informasi dan data mengenai konsep SKK yang selama ini

ada. Pemahaman antara  fraud   dan korupsi yang saat ini masih belum

 jelas baik di lingkungan BPK dan entitas diharapkan dapat segera diatasi

setelah kajian ini terlaksana, melalui kegiatan tindak lanjut atas kajian

ini.

Page 98: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 98/155

Page 99: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 99/155

 K a j i a n a w a l a t a s   S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i  h a l . 9 1

REFERENSI

Commonwealth Fraud Control Guidelines 2002 Issued by The Minister for Justice and Customs as

Fraud Control Guidelines under Regulation 19 of the Financial Management and

Accountability Regulations 1997.

Vona Leonard W., 2008, Fraud Risk Assessment: Building a Fraud Audit Program. New Jersey.

Singleton, Tommie and Singleton, Aaron., 2006, Fraud Auditing and Forensic Accounting, 3rd

Edition, New Jersey.

Herbert, Leo., 1979, Auditing the Performance of Management,. Wadsworth Inc., California.

International Monetary Fund (IMF), 2001, Government Finance Statistics (GFS) Manual 2001, 

http://www.imf.org/external/pubs/ft/gfs/manual /pdf/all.pdf  , diakses 29 Maret 2010.

Jack, Diamond, 2005, Establishing a Performance Management Framework for Government , 

Fiscal Affairs Department IMF. P.5. 

http://www.lsi.or.id/riset/398/Rilis%20LSI%207%20November%202010-Korupsi 

Page 100: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 100/155

 

LAMPIRAN

Page 101: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 101/155

Lampiran 1. Tindak Pidana Korupsi menurut Undang-undang Tipikor

Litbang Pemeriksaan Kinerja

No. Klasifikasi Tindakan Pasal Unsur

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 102: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 102/155

Lampiran 1. Tindak Pidana Korupsi menurut Undang-undang Tipikor

Litbang Pemeriksaan Kinerja

No. Klasifikasi Tindakan Pasal Unsur

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

   

 

Page 103: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 103/155

Page 104: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 104/155

Lampiran 1. Tindak Pidana Korupsi menurut Undang-undang Tipikor

Litbang Pemeriksaan Kinerja

No. Klasifikasi Tindakan Pasal Unsur

 

 

 

 

 

 

 

     

 

 

   

 

 

 

Page 105: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 105/155

Lampiran 1. Tindak Pidana Korupsi menurut Undang-undang Tipikor

Litbang Pemeriksaan Kinerja

No. Klasifikasi Tindakan Pasal Unsur

 

 

 

   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 106: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 106/155

Lampiran 1. Tindak Pidana Korupsi menurut Undang-undang Tipikor

Litbang Pemeriksaan Kinerja

No. Klasifikasi Tindakan Pasal Unsur

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 107: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 107/155

Lampiran 1. Tindak Pidana Korupsi menurut Undang-undang Tipikor

Litbang Pemeriksaan Kinerja

No. Klasifikasi Tindakan Pasal Unsur

 

 

 

 

   

 

 

 

 

 

 

 

 

   

 

Page 108: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 108/155

Lampiran 1. Tindak Pidana Korupsi menurut Undang-undang Tipikor

Litbang Pemeriksaan Kinerja

No. Klasifikasi Tindakan Pasal Unsur

 

 

   

 

   

 

 

 

   

 

Page 109: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 109/155

Page 110: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 110/155

Lampiran 1. Tindak Pidana Korupsi menurut Undang-undang Tipikor

Litbang Pemeriksaan Kinerja

No. Klasifikasi Tindakan Pasal Unsur

 

   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

   

 

 

 

 

 

Page 111: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 111/155

Page 112: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 112/155

Lampiran 1. Tindak Pidana Korupsi menurut Undang-undang Tipikor

Litbang Pemeriksaan Kinerja

No. Klasifikasi Tindakan Pasal Unsur

 

 

 

 

1.   

 

 

 

 

2. 

 

 

 

 

3. 

4. 

 

 

 

 

   

 

 

 

Page 113: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 113/155

Lampiran 1. Tindak Pidana Korupsi menurut Undang-undang Tipikor

Litbang Pemeriksaan Kinerja

No. Klasifikasi Tindakan Pasal Unsur

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

   

 

Page 114: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 114/155

Lampiran 1. Tindak Pidana Korupsi menurut Undang-undang Tipikor

Litbang Pemeriksaan Kinerja

No. Klasifikasi Tindakan Pasal Unsur

   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

   

 

 

 

 

 

 

   

 

Page 115: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 115/155

Page 116: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 116/155

Page 117: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 117/155

Page 118: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 118/155

   L  a  m  p   i  r  a  n   2 .

   D  e   f   i  n   i  s   i   F  r  a  u   d

      L    i   t    b   a   n   g    P   e   m   e   r    i    k   s   a   a   n    K    i   n   e   r    j   a

    h   a    l .    3

    d    i   r   u   g    i    k   a   n    (   c    h   e   a   t

   e    d    ) .

  •

    C   u   r   a   n   g

  •

    A    d   a   p    i    h   a    k   y   a   n   g    d    i   r   u   g    i    k   a   n

    1    1 .

    f   r   a   u    d   m   e   r   u   p   a    k   a

   n   t    i   n    d   a    k   a   n    k   r    i   m    i   n   a    l   y   a   n   g   m   e   n   g   a    k    i    b   a   t    k

   a   n

    k   e   r   u   g    i   a   n   p   a    d   a   p

    i    h   a    k   t   e   r   t   e   n   t   u   s   e   r   t   a   m   e   n   g   u   n   t   u   n   g    k   a   n

   p    i    h   a    k    l   a    i   n   n   y   a ,    d    i    l   a    k   u    k   a   n    d   e   n   g   a   n   c   a   r   a   y   a   n   g   s   u    l    i   t

    d    i   p   e   r    k    i   r   a    k   a   n    (   u   n

   s   u   s   p   e   c   t    i   n   g    )    d   a   n    b    i   a   s   a   n   y   a

   o    l   e    h    /   m   e    l    i    b   a   t    k   a   n   o   r   a   n   g   y   a   n   g    d    i    b   e   r    i

    k   e   p   e   r   c   a   y   a   a   n    /    k   e

   w   e   n   a   n   g   a   n .    L   e    b    i    h    l   a   n    j   u   t    d    i   s   e    b   u   t    k   a   n

   t   e   n   t   a   n   g   e   m   p   a   t   a

   s   p   e    k   p   e   n   t    i   n   g    d   a    l   a   m    d   e    f    i   n    i   s    i    f   r   a   u    d   :

    1 .

    d   e   c   e   p   t    i   o   n

    (   p   e   n    i   p   u   a   n    )   ;

    2 .

    d    i   s    h   o   n   e   s   t    l   y    (    k   e   t    i    d   a    k    j   u    j   u   r   a   n    )   ;

    3 .

    i   n   t   e   n   t    (   n    i   a   t    )   ;    d   a   n

    4 .   c   o   n   c   e   a    l   m   e   n   t    (   p   e   n   y   e   m    b   u   n   y    i   a   n    ) .

 

  •

    T    i   n    d   a    k   a   n   c   r    i   m    i   n   a    l   y   a   n   g   m   e   r   u   g

    i    k   a   n   n   e   g   a   r   a

  •

    M   e   n   g   u   n   t   u   n   g    k   a   n   p    i    h   a    k    l   a    i   n   n   y   a

  •

    D    i    l   a    k   u    k   a   n    d   e   n   g   a   n   c   a   r   a   y   a   n   g   s   u    l    i   t    d    i   p   e   r    k    i   r   a    k   a   n

  •

    B    i   a   s   a   n   y   a   m   e    l    i    b   a   t    k   a   n   o   r   a   n   g   y   a   n   g   m   e   m    i    l    i    k    i

    k   e   p   e   r   c   a   y   a   a   n    /    k   e   w   e   n   a   n   g   a   n

  •

    P   e   n    i   p   u   a   n

  •

    K   e   t    i    d   a    k    j   u    j   u   r   a   n

  •

    N    i   a   t

  •

   p   e   n   y   e   m    b   u   n   y    i   a   n

    P    P    A    K    S    T    A    N    (    2    0    0

    5    )

    1    2 .

    F   r   a   u    d   a    d   a    l   a    h   p   e

   r    b   u   a   t   a   n   y   a   n   g    d    i    l   a    k   u    k   a   n    d   e   n   g   a   n   s   e   n   g   a    j   a

   o    l   e    h   o   r   a   n   g

    d    i    d   a    l   a   m   m   a   u   p   u

   n    d    i    l   u   a   r   s   u   a   t   u   o   r   g   a   n    i   s   a   s    i   a   t   a   u

   p   e   r   u   s   a    h   a   a   n ,   s   e    l   a    k   u   p   e    l   a    k   u

    f   r   a   u    d   y   a   n   g   m   e   n   g   a    k    i    b   a   t    k   a   n    k   e   r   u   g    i   a   n .

    D   a   r    i    d   e    f    i   n    i   s    i    d    i   a

   t   a   s   u   n   s   u   r  -   u   n   s   u   r   s   u   a   t   u    f   r   a   u    d   a    d   a    l   a    h   :

  •

   p   e   r    b   u   a   t   a   n    d    i    l   a    k   u    k   a   n    d   e   n   g   a   n   s   e   n   g   a    j   a ,

  •

   p   e    l   a    k   u   n   y   a   a    d   a    l   a    h   o   r   a   n   g    d   a    l   a   m    (    d   a   r    i

   o   r   g   a   n    i   s   a   s    i    /   p

   e   r   u   s   a    h   a   a   n   s   e   n    d    i   r    i    )   a   t   a   u   o   r   a   n   g    l   u   a   r .

  •

   m   e   n    i   m    b   u    l    k   a

   n    k   e   r   u   g    i   a   n    b   a   g    i   o   r   a   n   g    l   a    i   n   a   t   a   u

   p   e   r   u   s   a    h   a   a   n .

 

  •

    P   e   r    b   u   a   t   a   n   y   a   n   g    d    i    l   a    k   u    k   a   n    d   e   n

   g   a   n   s   e   n   g   a    j   a

  •

    B   a    i    k   o    l   e    h   o   r   a   n   g    d   a    l   a   m   m   a   u   p   u   n    l   u   a   r   o   r   g   a   n    i   s   a   s    i

  •

   m   e   n    i   m    b   u    l    k   a   n    k   e   r   u   g    i   a   n    b   a   g    i   o   r   a   n   g    l   a    i   n   a   t   a   u

   p   e   r   u   s   a    h   a   a   n

    B   u    k   u    P   e   n   g   a   n   t   a   r

   a   u    d    i   t

    k   e   c   u   r   a   n   g   a   n

 

Page 119: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 119/155

Lampiran 3. Risalah diskusi dengan BAKN

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 1

A. Jadwal Pertemuan

Hari/Tanggal : Kamis, 10 Maret 2011

Tempat : Ruang Rapat BAKN, Gedung Nusantara 2-MPR-DPR RI

Waktu : Pukul 0.00 – 16.30

B. Pimpinan dan Peserta Pertemuan

Pertemuan ini dihadiri oleh pihak BPK RI yang dipimpin oleh Anggota III BPK RI bersama

Kaditama Revbang Diklat, Kasubdit Litbang Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja; Kabag

Kerjasama Luar Negeri, Kasie Litbang Pemeriksaan Kinerja dan staf Litbang Pemeriksaan

Kinerja. Pihak BAKN dihadiri oleh ketua BAKN, wakil dan empat anggota.

C. Agenda Pertemuan

Pertemuan ini membahas mengenai rencana pemeriksaan kinerja atas pengendalian

 fraud   dan meminta masukan dari BAKN, serta peran BAKN dalam usaha pemerintah

untuk memberantas fraud  dan korupsi.

D. Pembahasan

Dalam diskusi tersebut, anggota III BPK bapak Hasan Bisri mengemukakan rencana

kedepan BPK RI untuk meningkatkan porsi pemeriksaan kinerja dari sekitar 9% menjadi

30% pada tahun 2015. Penentuan tema pemeriksaan kinerja dilakukan berdasarkan atas:

  Isu strategis

 

Rencana strategis pemerintah (RPJMN)  Hasil pemeriksaan BPK lainnya

HB selanjutnya juga berpendapat bahwa indikator kinerja harus disusun oleh

pemerintah sesuai dengan program yang dimiliki pemerintah.

Terkait dengan pengembangan pemeriksaan kinerja tersebut, salah satu project utama

BPK adalah pemeriksaan kinerja atas pengendalian  fraud   di entitas pemerintahan,

sebagai wujud salah satu peran BPK dalam usaha pemberantasan fraud  dan korupsi.

Salah satu alasan mengapa BPK memberi perhatian besar terhadap pemeriksaan kinerja

atas pengendalian fraud  dan korupsi adalah bahwa selama ini opini pemeriksaan LK BPK

tidak berkaitan langsung dengan keberadaan praktik  fraud  dan korupsi di entitas terkait.

Sebagai contoh, beberapa entitas yang selama ini memiliki opini WTP seperti Bank

Page 120: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 120/155

Lampiran 3. Risalah diskusi dengan BAKN

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 2

Century ternyata dikemudian hari terbukti sarat dengan praktik korupsi yang merugikan

keuangan negara dalam jumlah yang material.

Fauzi dari Partai Hanura  membenarkan bahwa kondisi tersebut salah satunya karena

pemeriksaan atas laporan keuangan dilakukan dengan metode sampling. Melihat kondisi

tersebut, BPK masih merumuskan bagaimana agar opini yang diberikan dalam

pemeriksan LK entitas dapat sejalan dengan usaha pemberantasan fraud .

Anggota BAKN (shahibbul iman?)  berpendapat bahwa perbedaan persepsi terjadi

antara BPK dan entitas atas makna dari opini WTP. Entitas menilai bahwa opini WTP

merupakan prestasi tertinggi yang diperoleh entitas sehingga mereka menilai bahwa

pengelolaan keuangan entitas secara keseluruhan telah baik dan telah memenuhi

standar akuntansi. Padahal Wajar Tanpa Pengecualian bukan merupakan opini

pemeriksa yang menyatakan bahwa entitas telah bebas dari praktik  fraud  atau korupsi.

Untuk itu BPK perlu melakukan sosialisasi untuk menghilangkan perbedaan persepsi

tersebut.

Fauzi Achmad berpendapat bahwa meskipun opini auditor tidak berkaitan langsung

dengan keberadaan  fraud   di entitas, pemeriksa harus lebih berhati-hati dalam

menetapkan opini pemeriksaan. Opini merupakan indikator tingkat keberhasilan

pengelolaan keuangan. Meskipun demikian, opini bukan merupakan satu-satunya faktor

penentu standard kualitas pengelolaan keuangan entitas.

Tambahan tentang isu opini dan fraud  

Anggota BAKN mengungkapkan bahwa agar opini sejalan dengan pengelolaan keuangan

yang bebas dari  fraud , dapatkah BPK juga mempertimbangkan unsur  fraud   dalam

menentukan opini? Atau dapatkah istilah opini wajar tanpa pengecualian lebih

diarahkan pada wajar secara administratif saja agar tidak terjadi salah persepsi oleh

pembaca laporan hasil pemeriksaan BPK.

BPK dapat melakukan sosialisasi kepada pemangku kepentingan, bahwa opini WTP yang

dikeluarkan BPK, hanya merupakan wajar tanpa pengecualian secara administratif saja.

Page 121: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 121/155

Lampiran 3. Risalah diskusi dengan BAKN

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 3

Tambahan mengenai isu peningkatan porsi pemeriksaan BPK

Anggota BAKN mengatakan, mengingat penjelasan dari angbin III yang mengatakan

bahwa BPK masih kekurangan SDM, lebih baik BPK melakukan sedikit pemeriksaan saja,

namun lebih focus dan mendalam dan tuntas.

Anggota III BPK mengungkapkan bahwa kondisi-kondisi tertentu yang tidak dapat

diidentifikasi secara lebih jauh dan mendetail dalam pemeriksaan keuangan dapat diuji

dan diperiksa melalui jenis pemeriksaan lain, salah satunya adalah pemeriksaan kinerja.

Oleh karena itu, BPK yakin bahwa kegiatan pemeriksaan kinerja merupakan metode

yang lebih efektif yang dapat digunakan untuk menilai kinerja entitas dalam mencegah

dan menindaklanjuti adanya  fraud   di lingkungannya. Rencana kegiatan pemeriksaan

kinerja atas pengendalian  fraud   akan ditekankan pada keberadaan dan kinerja  fraud

control plan yang ada pada entitas, dan bukan memeriksa keberadaan fraud  itu sendiri.

BAKN berpendapat bahwa pemeriksaan atas kualitas pengendalian  fraud  pada entitas

merupakan tanggung jawab BPK.

Selanjutnya Edwin Kawilarang  menyatakan bahwa selama ini masih banyak KDH

incumbent   yang mendapat opini disclaimer pada kepemimpinan periode sebelumnya.

Agar kualitas pengelolaan keuangan lebih baik dan mengurangi risiko terjadinya  fraud ,

KDH yang memperoleh opini disclaimer seharusnya tidak diperbolehkan untuk

mengajukan lagi pada pilkada selanjutnya.

Anggota III BPK  juga menyatakan bahwa salah satu bukti bahwa pengendalian  fraud  

masih buruk di hampir semua entitas dapat dilihat dari kebijakan entitas yang

menempatkan pejabat atau staf yang kurang berprestasi kedalam satker Inspektorat,

termasuk bagi mereka yang bermasalah. Seharusnya Inspekotrat yang memiliki tugas

menilai dan mengawasi kinerja aparat harus terdiri dari pejabat dan staf yang

berprestasi dan memiliki kinerja yang baik, sehingga dapat menjalankan sebagai fungsi

penjamin keyakinan mutu entitas.

BPK menyadari bahwa dengan jumlah pemeriksa yang terbatas dibanding dengan jumlah

obyek pemeriksaan. Oleh karena itu, BPK telah menerapkan kebijakan menggunakan

Page 122: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 122/155

Lampiran 3. Risalah diskusi dengan BAKN

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 4

 jasa KAP terpilih untuk melakukan sebagian porsi kegiatan pemeriksaan keuangan BPK.

Disisi lain, BPK akan meningkatkan fokus dan porsi pemeriksaan kinerja dari tahun

ketahun.

Shahibbul Iman  berpendapat bahwa disamping pemberian opini (WTP), beberapa hal

dapat menjadi indicator kualitas dan kinerja entitas, antara lain adalah kemampuan

entitas dalam optimalisasi pengelolaan PAD.

Kaditama Revbang Diklat  menyatakan bahwa dari seluruh entitas pemerintah, hanya

beberapa yang telah mencoba menerapkan Fraud Control Plan  (FCP), meskipun belum

mengakomodir semua unsur  fraud elements. Diantara entitas yang memiliki FCP

tersebut, hanya beberapa yang benar-benar mencoba untuk menerapkan dan lebih jauh

lagi, belum ada entitas yang terbukti telah menerapkan FCP secara efektif. Kaditama

Revbang Diklat kemudian mengangkat permasalahan mengenai siapa sebenarnya yang

bertanggungjawab atas keberadaan dan kualitas FCP: BPK atau entitas?

Ismet berpendapat bahwa kegiatan penegakan pemberantasan fraud  harus dimulai dari

pusat. Untuk BPK sendiri, rotasi pegawai khususnya pejabat harus jelas dan regular.

Pejabat BPK yang terlalu lama di posisi yang sama akan berdampak kurang baik,

khususnya pejabat di perwakilan atau teknis, karena akan berpengaruh pada kedekatan

antara pejabat BPK dengan entitas/auditee.

Terkait dengan referensi dari SAI negara lain dalam metode pemberantasan  fraud  dan

korupsi, Ismet dan beberapa anggota BAKN menyatakan bahwa sifat dan birokrasi di

setiap negara berbeda-beda, sehingga BPK jangan mengadopsi sistem SAI negara lain

tanpa menyesuaikan dengan aspek-aspe tersebut.

Menanggapi pernyataan tersebut, anggota III BPK RI menyatakan bahwa kebijakan rotasi

telah diterapkan di BPK. Lebih jauh lagi, BPK juga selalu melakukan pembenahan

terhadap satker inspektorat sebagai usaha peningkatan kualitas mutu/kinerja BPK.

Page 123: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 123/155

Lampiran 3. Risalah diskusi dengan BAKN

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 5

Fauzi menyarankan agar pemeriksaan atas FCP dilakukan oleh pemeriksa BPK dan bukan

oleh KAP yang ditunjuk BPK, karena hal tersebut menyangkut kerahasiaan negara.

Shahibbul Iman  memberi pendapat terkait rencana BPK untuk melakukan program

pemeriksaan dengan isu korupsi dan pengentasan kemiskinan. Pemberantasan korupsi

memang sejalan dengan rencana strategis pemerintah yang tertuang dalam RPJMN.

Meskipun demikian, Shahibbul Iman berpendapat bahwa pernyataan presiden bahwa

tugas KPK adalah melakukan pemberantasan dan pencegahhan adalah kurang tepat.

Seharusnya KPK tidak memiliki fungsi untuk mencegah.

Sebagai respon atas pertanyaan Shahibbul terkait rencana pilot project BPK tahun 2011,

Kaditama revbang diklat menyatakan bahwa saat ini BPK masih dalam proses mapping 

rencana dan kegiatan yang akan dilakukan.

Fauzi dan Ismet berpendapat bahwa FCP dimulai dari stakeholders pemberantasan

korupsi, antara lain:

1.  Pemerintah pusat;

2.  Depdagri;

3.  BPK; dan

4.  DPR RI.

Tambahan tentang isu pilot project pemeriksaan kinerja penanggulangan fraud  

Anggota BAKN menyarankan agar pemeriksaan kinerja atas  fraud   dilakukan di

pemerintah pusat saja dulu, dengan criteria bahwa entitas tersebut memiliki dampak

yang besar terhadap daerah (contoh: Depdagri)

Edwin Kawilarang  sependapat bahwa pemeriksaan jangan hanya terfokus pada

pemeriksaan atas laporan keuangan, namun juga pemeriksaan kinerja.

Anggota III BPK  menyatakan bahwa temuan-temuan pemeriksaan yang selalu ada

namun terulang di tahun-tahun berikutnya menunjukkan bahwa ada kondisi yang salah

pada entitas. Kondisi tersebut adalah karena belum adanya mekanisme yang mengatur

Page 124: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 124/155

Lampiran 3. Risalah diskusi dengan BAKN

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 6

agar kesalahan atau pelanggaran yang menjadi temuan BPK tersebut dapat

ditanggulangi dan dicegah sehingga tidak terluang lagi di tahun-tahun berikutnya.

Anggota III BPK selanjutnya menyampaikan pertanyaan: melihat kondisi terebut, adakah

kemauan dari semua pihak untuk menerapkan suatu FCP.

BAKN menyampaikan pemikiran untuk merekrut pemeriksa atau akuntan sehingga

dapat menganalisis dan mengkaji hasil laporan pemeriksaan BPK khususnya PDTT

sehingga dapat mengambil tindak lanjut yang lebih cermat, tanpa memberi dampak

buruk terhadap fungsi BAKN dan BPK. Atas usulan tersebut, Anggota III BPK menyatakan

bahwa hal tersebut adalah usul yang sangat baik.

Paul Nicoll selaku SME BPK menyatakan bahwa ANAO memiliki staf khusus sebagai

mediator antara ANAO dengan PAC (BAKN Australia)

Ismet menambahkan usulan agar entitas yang terbukti melakukan  fraud  agar mendapat

sanksi dari pemerintah.

Page 125: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 125/155

Lampiran 4. Risalah diskusi dengan BPKP

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 1

A. Jadwal Pertemuan

Hari/Tanggal : Rabu, 23 Maret 2011

Tempat : Ruang Rapat Deputi Investigasi BPKP

Waktu : Pukul 09.30 – 12.00

B. Pimpinan dan Peserta PertemuanPertemuan ini dipimpin oleh Kasubdit Litbang Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja dan

dihadiri oleh tiga Kasubdit Deputi Investigasi dan staf litbang pemeriksaan kinerja.

C. Agenda Pertemuan

Pertemuan ini membahas mengenai pengembangan sistem pengendalian korupsi yang

dibuat oleh BPKP.

D. Pembahasan

1. Proses pengembangan SPK

Ide pengembangan SPK berawal dari banyaknya kasus korupsi yang ditemukan oleh

Investigasi BPKP yang penangannya hanya bersifat represif. Padahal sebenarnya

korupsi dapat dicegah, yakni melalui sistem pengendalian korupsi. Karena itu BPKP

menggagas untuk membuat sistem pengendalian korupsi yang dapat digunakan oleh

entitas sebagai upaya pencegahan korupsi.

SPK mulai dikembangkan sejak tahun 2005. Untuk mengembangkan SPK, referensi

yang digunakan oleh BPKP bersumber dari literatur dan browsing  internet. Dalam

mengembangkan SPK, BPKP tidak melibatkan pihak lain seperti KPK atau aparat

penegak hukum lainnya.

2. Gambaran mengenai SPK BPKP

SPK merupakan alat untuk mencegah terjadinya korupsi pada suatu entitas. SPK

terdiri dari sepuluh atribut, yaitu:

  Kebijakan terintegrasi

Seluruh komponen prosedur yang ada pada setiap entitas sudah mengandung

unsur pengendalian terhadap korupsi.

   Struktur pertanggungjawaban

Setiap entitas harus memiliki prosedur standar operasi (SOP) dan adanya

mekanisme pertanggungjawaban yang jelas.

  Penilaian risiko korupsi

Setiap entitas harus memiliki mekanisme untuk penilaian risiko yang ada pada

setiap kegiatan yang dilakukan oleh entitas tersebut.

  Kepedulian karyawan

Setiap karyawan harus memiliki kepekaan dan kemauan untuk menginformasikan

 jika mereka mengetahui terjadinya korupsi.

  Kepedulian pelanggan masyarakat

Page 126: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 126/155

Lampiran 4. Risalah diskusi dengan BPKP

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 2

Masyarakat juga harus berperan aktif untuk menginformasikan kepada pihak

yang berwenang jika mereka mengetahui terjadinya suatu korupsi.

  Perlindungan pelapor

Setiap entitas harus memiliki mekanisme perlindungan terhadap pihak-pihak

yang melaporkan terjadinya korupsi.

  Sistem pelaporan korupsiSetiap entitas juga harus memiliki saluran bagi para pihak yang ingin melaporkan

terjadinya korupsi.

  Pelaporan eksternal

Setiap entitas harus memiliki mekanisme pelaporan kepada aparat penegak

hukum jika terjadi korupsi pada entitas tersebut.

  Standar investigasi

Setiap entitas standar untuk melakukan investigasi untuk membuktikan telah

terjadi korupsi.

   Standar perilaku dan disiplin

Setiap entitas harus memiliki kode etik yang dapat mengatur standar perilaku

dan kedisiplinan personil yang ada dalam entitas tersebut.

3. Siklus SPK

Siklus SPK terdiri dari:

  Sosialisasi

Sosialisasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperkenalkan konsep SPK

kepada entitas. Mekanisme sosialisasi yang dilakukan adalah dengan

memberikan penawaran kepada entitas untuk mendapatkan sosialisasi mengenai

SPK, kemudian jika entitas berminat, entitas tersebut akan melakukanpermintaan sosialisasi. Sampai saat ini sasaran sosialisasi SPK adalah pemerintah

daerah, dan sudah 104 entitas pemerintah daerah yang memperoleh sosialisasi.

   Diagnostic Assessment

Diagnostic assessment merupakan pemeriksaan kepada entitas untuk

mengidentifikasi keberadaan sepuluh atribut SPK pada entitas. Sampai saat ini

  Bimbingan teknis

Bimbingan teknis merupakan kegiatan untuk memberikan bimbingan kepada

entitas untuk membangun sepuluh atribut SPK berdasarkan hasil diagnostic

assessment.

  Evaluasi

Setelah SPK diimplemtasikan penuh pada entitas, BPKP akan melakukan evaluasi

untuk menilai efektivitas implementasi SPK.

Untuk mencegah terjadinya korupsi harus dilakukan pemantauan terus-menerus,

meskipun nantinya suatu entitas telah memiliki SPK yang memenuhi sepuluh atribut,

karena itu BPKP akan terus melakukan pengawalan pada entitas untuk terus

mengembangakan SPK.

Page 127: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 127/155

Lampiran 4. Risalah diskusi dengan BPKP

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 3

4. Kelanjutan pengembangan SPK

BPKP terus mengembangkan dan menyempurnakan SPK. Dari keempat siklus yang

dijelaskan diatas, yang dilakukan sampai saat ini hanyalah sebatas bimbingan teknis,

itu pun tidak semua entitas yang mendapatkan sosialisasi menawarkan diri untuk

dilakukan diagnostic assessment oleh BPKP.

5. Kendala yang dihadapi BPKP dalam implementasi SPK

Kendala yang dihadapi oleh BPK dalam mengimplementasikan SPK adalah

keengganan dari entitas untuk menerapkan SPK. Hal tersebut dikarenakan SPK

belum menjadi prioritas kebutuhan entitas, selain itu SPK juga belum memiliki

payung hukum yang jelas.

6. Respon entitas terhadap SPK

Pada saat dilakukan sosialisasi entitas memiliki respon yang baik terhadap SPK,

namun seperti dijelaskan diatas, untuk mengimlemantasikan SPK, masih terdapat

keengganan, karena SPIP yang sudah lama disosialisasikan dan memiliki payung

hukum yang jelas saja belum diterapkan penuh oleh entitas. Pendekatan yang

dilakukan oleh BPKP untuk mengimplemantasikan SPK adalah dengan

menyampaikan kepada entitas, bahwa jika SPK tidak diterapkan kemungkinan

terjadinya korupsi akan semakin besar dan jika korupsi telah terjadi, maka akan

terkena tindak pidana sesuai dengan UU No. 31 Tahun 2009 tentang pemberantasan

tindak pidana korupsi.

7. Komitmen entitas terhadap SPKSetelah dilakukan sosialisasi, BPKP menawarkan komitmen entitas terhadap

penerapan SPK. Komitmen ini tidak hanya secara lisan, namun juga harus tertulis

agar jelas dan terdokumentasi.

8. Pemeriksaan SPK pada entitas

Sampai saat ini, karena entitas belum ada yang menerapkan SPK, maka hal yang

dapat dilakukan oleh BPKP hanyalah mengidentifikasi keberadaan sepuluh atribut

SPK pada entitas terperiksa (diagnostic assessment).

  Metode yang digunakan

Metode yang digunakan adalah dengan melakukan wawancara dan kuisioner.

Dalam memeriksa SPK, pemeriksa berpedoman pada panduan teknis SPK yang

dikembangkan oleh BPKP.

   Pelaporan hasil pemeriksaan SPK

Laporan hasil pemeriksaan SPK sebagaimana yang dijelaskan pada poin 8, hanya

diserahkan kepada entitas saja, sebagai bahan bagi entitas untuk

mengembangkan SPK.

Page 128: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 128/155

Lampiran 4. Risalah diskusi dengan BPKP

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 4

  Tindak lanjut pemeriksaan SPK

Setelah dilakukan pemeriksaan atas SPK, tindak lanjut yang dilakukan entitas

adalah mengembangkan atribut-atribut yang belum ada dan yang dinilai belum

memadai dari hasil diagnostic assessment. Mekanisme tindak lanjut ini dilakukan

dengan bimbingan teknis oleh BPKP.

Pemeriksaan SPK merupakan penugasan non audit. Pemeriksaan ini tidak secaraberkala dilakukan oleh BPKP, dan bersifat on going saja.

9. Penerapan SPK pada BPKP

Sampai saat ini BPKP belum memiliki SPK sempurna untuk kalangan BPKP sendiri.

SPK lingkungan BPKP masih dalam tahap pengembangan yang dilakukan secara

paralel dengan pengembangan SPK pada entitas BPKP.

10. SPK dan SPIP

SPK merupakan strategic tools yang ditawarkan oleh BPKP untuk mencegah dan

mendeteksi sedini mungkin terjadinya korupsi, sedangkan menurut BPKP SPIP secara

spesifik masih belum dapat digunakan untuk mencegah terjadinya korupsi.

11. Kerjasama BPKP dan APH dalam pencegahan korupsi

Terkait dengan korupsi, BPKP telah melakukan kerja sama dengan KPK dengan

bentuk kerjasama antara lain:

a.  Bantuan audit investigative

b.  Penyerahan kasus yang berindikasi korupsi

c.  Bantuan perhitungan kerugian negara

d. 

Pemberian keterangan ahlie.  Pertukaran informasi terkait kasus tindak pidana korupsi

E. Rencana Selanjutnya

Berdasarkan pertemuan dengan BPKP, beberapa kegiatan yang dapat dilakukan

selanjutnya adalah:

a.  Litbang BPK dapat menjalin kerja sama dengan BPKP untuk memperkaya kajian yang

berhubungan dengan SPK, salah satunya dengan meminta dokumen pedoman teknis

SPK secara tertulis dengan BPKP.

b.  Melaksanakan pemeriksaan kinerja atas SPK. BPKP sangat mengharapkan BPK untuk

mengaktualisasikan rencana BPK melakukan pemeriksaan kinerja atas SPK, sehingga

diharapkan rekomendasi BPK berdasarkan hasil pemeriksaan SPK dapat

meningkatkan awareness entitas pemerintah untuk mengembangkan SPK

sebagaimana yang digagas oleh BPKP.

c.  Mengundang BPKP dalam seminar tentang SPK. BPKP telah melakukan pemeriksaan

atas SPK pada beberapa entitas, karena itu BPKP dapat menjadi nara sumber dalam

mengembangkan program pemeriksaan kinerja SPK yang akan dilakukan BPK.

Page 129: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 129/155

Lampiran 5. Risalah diskusi dengan KPK

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 1

A. Jadwal Diskusi

Hari/Tanggal : Selasa, 22 Maret 2011

Tempat : Ruang Rapat KPK

Waktu : Pukul 10.15 – 13.30

B. Peserta Diskusi

Peserta diskusi dari pihak KPK dihadiri oleh Kepala Direktorat Libang KPK, Kepala Bagian

Perencanaan, Kepla Satuan Tugas Gratifikasi, Kepala Satuan Tugas Penelitian, Staf

Litbang, Staf Gratifikasi. Sedangkan peserta diskusi dari pihak BPK dihadiri oleh Kepala

Direktorat Litbang Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja, Kepala Seksi Litbang Pemeriksaan

Kinerja, dan Staf Litbang Pemeriksaan Kinerja.

C. Agenda Pertemuan

Pertemuan ini membahas mengenai upaya dan strategi KPK dalam pengendalian fraud di

Indonesia.

D. Pembahasan

1. Tugas Litbang KPK terkait pengendalian fraud

Tugas litbang KPK terkait pengendalian fraud antara lain:

1.  Melakukan kajian atas sistem administrasi keuangan pada entitas pemerintah;

2.  Memberi saran kepada entitas pemerintah terhadap sistem administrasi

keuangan;

3.  Memberikan laporan kepada Presiden, DPR, dan BPK jika terdapat rekomendasi

yang tidak dilaksanakan oleh entitas pemerintah.

2. Peran KPK terkait pengendalian fraud

Sehubungan dengan pengendalian fraud, jika dikerucutkan, peran KPK dalam

pengendalian fraud adalah pencegahan dan penindakan. Pencegahan terkait

penerimaaan laporan dan pemeriksaan gratifikasi, penerimaan laporan dan

pemeriksaan LKHPN, pendidikan, sosialisasi, kampanye anti korupsi, kerja sama antar

lembaga serta tugas Monitor yaitu mengkaji dan memberikan saran kepada

pengelolaan administrasi keuangan instansi pemerintah.

3. Mekanisme monitoring terhadap sistem administrasi pada instansi pemerintah

KPK tidak melakukan reviu administrasi terhadap seluruh instansi pemerintah, hal ini

dikarenakan keterbatasan sumber daya yang dimiliki KPK. Langkah awal yang

dilakukan adalah dengan melihat area-area dan sistem yang potensial untuk

melakukan korupsi, hal yang dilakukan adalah mengidentifikasi sistem-sistem yang

memiliki risiko korupsi, contohnya adalah sistem yang berhubungan dengan

pelayanan publik seperti sistem cukai, sistem penganggaran, sistem pengelolaan TKI.

Page 130: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 130/155

Lampiran 5. Risalah diskusi dengan KPK

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 2

Dalam melakukan monitoring, beberapa hal yang direviu adalah regulasi,

kelembagaan, bisnis proses, manajemen SDM, bahkan jika dapat dipisahkan KPK juga

dapat mereviu manajemen aset dan manajemen teknologi informasi. Setelah

melakukan reviu, KPK memberikan rekomendasi dan dipaparkan kepada pimpinan

entitas, kemudian entitas diberikan tenggang waktu selama satu bulan untuk

menyusun action plan dalam rangka menjawab rekomendasi KPK, action plantersebut ditelaah oleh KPK, kemudian dilakukan monitoring terhadap pelaksanaan

action plan tersebut. Dalam melakukan monitoring ini, KPK juga bekerja sama

dengan Inspektorat Jenderal masing-masing instansi.

4. Program pengendalian gratifikasi

Saat ini KPK sedang mengembangkan program pengendalian gratifikasi.

Pengendalian gratifikasi ini begaimana sistem pelaporan gratidikasi dapat dibangun

dengan melibatkan lembaga dan dapat digunakan sebagai management tools bagi

lembaga tersebut. Saat ini sedang di lakukan pilot project pada pertamina dan KPK

sendiri. Dalam RANPK, setiap entitas juga dituntut untuk memiliki mekanisme

pengendalian gratifikasi. Pengendalian gratifikasi ini lebih diarahkan pada tone from

the top, artinya setiap pimpinan harus memberi suri tauladan tentang pengendalian

gratifikasi.

5. Penilaian Inisiatif anti korupsi

Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) adalah alat ukur dalam menilai kemajuan suatu

instansi publik dalam mengembangkan upaya pemberantasan korupsi di instansinya.

PIAK ditujukan untuk mengukur apakah suatu instansi telah menerapkan sistem dan

mekanisme yang efektif untuk mencegah dan mengurangi korupsi di

lingkungannnya.

PIAK dinilai oleh tiga pihak, yaitu:

a.  Unit utama mengisi kuesioner PIAK untuk direview oleh Inspektorat penilaian

sendiri (self assessment )

b.  KPK mengumpulkan hasil penilaian setiap instansi melalui Inspektorat untuk

dikonfirmasi dan dinilai.

c.  Lembaga Riset/Akademisi akan menetapkan nilai untuk laporan kualitatif

Indikator penilaian PIAK antara lain:

a.  Kode etik

b.  Peningkatan transparansi dalam manajemen SDM

c. 

Peningkatan transparansi dalam pengadaand.  Peningkatan transparansi pegawai negeri

e.  Peningkatan akses publik dalam memeperoleh informasi unit utama

f.  Pelaksanaan saran perbaikan yang diberikan oleh KPK/ BPK/ APIP

g.  Kegiatan promosi anti korupsi

h.  Upaya pencegahan korupsi yang dilakukan entitas

Page 131: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 131/155

Lampiran 5. Risalah diskusi dengan KPK

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 3

Saat ini PIAK dilakukan pada instansi pemerintah dan sedang dilakukan pilot project

pada BUMN. Jika instansi pemerintah ataupun BUMN memiliki skor yang rendah,

maka KPK akan melakukan monitoring terhadap hal-hal yang perlu diperbaiki.

Dikarenakan keterbatasan anggaran dan sumberdaya, PIAK hanya diukur

berdasarkan sampling yang dibuat KPK. Dasar pertimbangan PIAK adalah penilaian

terhadap risiko korupsi yang dihadapi oleh instansi pemerintah. Kuisioner PIAK inidiisi sendiri oleh instansi pemerintah.

6. Dasar KPK dalam mengidentifikasi pemetaan instansi yang memiliki risiko korupsi

Beberapa hal yang mendasari KPK dalam menilai risiko korupsi suatu entitas antara

lain survei integritas, PIAK, survey persepsi masyarakat, data pengaduan masyarakat,

data kepatuhan LKHPN, laporan gratifikasi.

7. Pencegahan korupsi melalui dunia pendidikan

Selain PIAK, survey integritas, pengkajian terhadap sistem administrasi, upaya lain

yang dilakukan oleh KPK terkait pencegahan korupsi adalah melalui dunia

pendidikan, KPK telah bekerja sama dengan para guru untuk membangun modul

kurikulum anti korupsi. Kurikulum ini akan disisipkan pada mata pelajaran yang

disampaikan. Misalnya penyampaian contoh soal matematika yang berhubungan

dengan anti korupsi.

8. Upaya KPK dalam membangun fraud awareness di Indonesia

Terkait dengan gratifikasi, upaya yang dilakukan adalah membangun semacam

komitmen dengan pimpinan lembaga sebagai wujud tone from the top, yakni dengan

membangun unit pengelola gratifikasi secara internal, personil dalam unit tersebutakan diseleksi dan di training oleh KPK. KPK melakukan FGD terkait untuk

meningkatkan pengetahuan personil dalam fungsi pengendalian gratifikasi pada

suatu instansi, melakukan evaluasi dan monitoring untuk mendayagunakan program

pengendalian gratifikasi bagi manajemen untuk mengetahui kondisi instansi nya

dalam hal penerimaan gratifikasi.

9. Program kajian terhadap sistem administrasi

Setelah KPK mengidentifikasi area-area yang rawan terhadap korupsi, tim pengkaji

litbang akan melakukan kajian terhadap area yang rawan, lalu tim pengembangan

akan melakukan pengembangan dengan memberikan rekomendasi perbaikan

terhadap sistem administrasi. Instansi akan menyusun action plan terhadap

rekomendasi tersebut dan KPK akan melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan

rekomendasi tersebut.

Page 132: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 132/155

Lampiran 5. Risalah diskusi dengan KPK

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 4

10. Reward and punishment  dalam hal tindak lanjut rekomendasi KPK

Secara payung hukum rekomendasi akan disampakan kepada Menteri, Presiden dan

BPK. Selain itu entitas juga akan diundang ke KPK untuk melakukan diskusi. Jika cara

tersebut masih belum diindahkan, KPK akan melakukan penindakan, misalnya

dengan melakukan inspeksi mendadak. KPK juga melakukan koordinasi dengan

UKP4, dengan memasukkan penilaian KPK terhadap entitas sebagai kriteria penilaianyang digunakan UKP4. Sedangkan bagi entitas yang dinilai baik oleh KPK, KPK akan

mengumumkan hasil penilaian tersebut kepada publik, selain itu dalam

melaksanakan FGD dengan entitas-entitas lainnya, KPK akan menjadikan entitas yang

baik tersebut sebagai narasumber dan contoh.

11. FCP yang sedang dibangun BPKP

Sampai saat ini, FCP yang sedang dibuat BPKP memang belum memiliki payung

hukum, Sebenarnya terdapat pemikiran untuk memasukkan FCP ini sebagai

keharusan bagi setiap lembaga dengan memasukkan kewajiban penyusunan FCP

tersebut pada revisi undang-undang keuangan negara. Agar FCP ini dapat dibangun

pada entitas pemerintah, BPKP, BPK dan KPK harus memiliki sinergi agar FCP dapat

memiliki payung hukum. Sebagai salah satu upaya yang dilakukan oleh BPK adalah

pilot project pemeriksaan kinerja tentang pengendalian fraud pada entitas

pemerintah.

12. Kendala yang dihadapi KPK dalam pengendalian korupsi

KPK memiliki kewenangan yang dipayungi undang-undang, sejauh ini KPK belum

memiliki kendala yang berarti, kendala yang dihadapi adalah terdapat segelintir

entitas (dua entitas) yang belum bisa menjalankan rekomendasi KPK, baik karenadisebabkan resistensi entitas maupun sumber daya yang dimiliki entitas.

13. Definsi Fraud menurut KPK

Persepektif KPK dalam memandang fraud adalah korupsi, namun sebenarnya fraud

seharusnya lebih luas dari korupsi, yang dilakukan KPK saat ini pun lebih luas dari

sekedar korupsi, salah satunya masalah konflik kepentingan. KPK sampai saat ini

belum mendefinisikan fraud secara khusus.

E. Rencana Selanjutnya

Berdasarkan diskusi dengan KPK, hal yang dapat dilakukan selanjutnya adalah Litbang

BPK dapat terus menjalin komunikasi dengan KPK dalam rangka pengumpulan data dan

informasi yang dibutuhkan untuk menyusun dan mengembangkan metodologi

pemeriksaan kinerja atas pengendalian fraud pada entitas pemerintah. KPK juga

bersedia untuk memberikan masukan kepada BPK dalam hal mengembangkan kriteria

pemeriksaan terhadap pengendalian fraud.

Page 133: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 133/155

Lampiran 6. Risalah diskusi dengan Kejaksaan

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 1

A. Jadwal Diskusi

Hari/Tanggal : Selasa, 8 Maret 2011

Tempat : Ruang Rapat Kejaksaan Agung Muda Pengawasan

Waktu : Pukul 10.00 – 12.00

B. Peserta DiskusiDiskusi ini dihadiri oleh empat inspektur pengawasan, dan staf dilingkungan Jamwas

serta staf litbang pemeriksaan kinerja.

C. Agenda Pertemuan

Pertemuan ini membahas mengenai upaya dan strategi Jamwas dalam pengendalian

 fraud  dilingkungan kejaksaan.

D. Pembahasan

a.  Definisi fraud  

Menurut Jamwas, sebaiknya definisi fraud  lebih dipersempit saja, karena sampai saat

ini belum ada payung hukum yang mengatur tindakan  fraud , yang ada hanyalah

korupsi. Jamwas juga mengatakan bahwa  fraud   merupakan tindakan yang lebih

sempit dari korupsi. Untuk itu sebaiknya istilah  fraud   diganti saja menjadi

“perbuatan hukum yang merugikan keuangan negara”.

b.  Pengendalian fraud  pada Kejaksaan

Pengendalian fraud  yang dilakukan di lingkungan kejaksaan meliputi:

1.  Membangun kode etik bagi aparat kejaksaan

2.  Membentuk inspekstorat untuk menjamin pelaksanaan kegiatan yang dilakukan

oleh aparat kejaksaan bebas dari  fraud   dan penyimpangan. Kegiatan inspeksiyang dilakukan di kejaksaan meliputi:

a.  Inspeksi umum kegiatan inspeksi terhadap penggunaan anggaran.

b.  Inspeksi khusus  Kegiatan inspeksi yang dilakukan berdasarkan permintaan

khusus, misalnya pengaduan masyarakat.

c.  Inspeksi kasus   inspeksi yang dilakukan terhadap penyalahgunaan

keuangan negara, misalnya TPTGR.

d.  Inspeksi pimpinan Inspeksi yang dilakukan oleh pimpinan suatu unit kerja.

e.  Inspeksi pemantauan

3.  Melakukan pengawasan melekat, yaitu pemantauan terhadap kegiatan yang

dilakukan oleh atasan terhadap staf di lingkungan unit kerjanya.

4.  Membuka media pengaduan masyarakat terhadap tindakan penyimpangan yang

dilakukan oleh aparat kejaksaan dalam melaksanakan tugasnya.

5.  Mencantumkan kalimat-kalimat peringatan terhadap aparat kejaksaan untuk

selalu bekerja sesuai dengan aturan , misalnya dalam bentuk neon boks.

c.  Pengendalian internal pada kejaksaan

Page 134: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 134/155

Page 135: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 135/155

Lampiran 7. Risalah diskusi dengan POLRI

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 1

A. Jadwal Pertemuan

Hari/Tanggal : Rabu, 2011

Tempat : Ruang Rapat Itwasum POLRI

Waktu : Pukul 09.00 – 12.00

B. Pimpinan dan Peserta Pertemuan

Pertemuan ini dipimpin oleh Kasubdit Litbang Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja dan

dihadiri oleh Kepala Biro Rencana dan Administrasi Itwasum POLRI beserta

pejabat=pejabat Itwasum POLRI.

C. Agenda Pertemuan

Pertemuan ini membahas mengenai pengembangan fraud  control plan POLRI.

D. Pembahasan

1. Apakah definisi Fraud  menurut POLRI?

Fraud  merupakan kecurangan dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri atau

kelompoknya dengan cara melawan hukum sehingga merugikakn orang lain. Dalam

hukum pidana, fraud  dapat berupa penggelapan, pencurian, korupsi atau hal serupa

lainnya.

2. Bagaimana POLRI memandang fraud  dan korupsi?

Dalam aspek setiap kehidupan manusia, risiko terjadinya kecurangan selalu ada.

Oleh karena itu, diperlukan hukum yang mengatur an menjatuhkan sanksi bagi

pelakunya. Korupsi itu sendiri merupakan fraud / kecurangan yang telah diatur secaralex spesialis yang memiliki undang-undangnya sendiridalam UU tersebut telah

mengatur perbuatan apa saja yang dapat dikategorikan sebagai korupsi dan memiliki

ancaman hukuma dari setiap perbuatan tersebut.

3. Apa saja risiko  fraud   yang dihadapi POLRI dalam menjalankan setiap tugas dan

fungsinya?

Risiko  fraud   yang dihadapi POLRI dan jajarannya adalah ketika terjadi pelanggaran

kode etik yang dapat berdampak pada sanksi disiplin, pidana/perdata. Secara

keorganisasian, masalah paling besar yang dihadapi POLRI adalah turunnya

kepercayaan masyarakat terhadap kinerja POLRI.

4. Apa langkah-langkah untuk memitigasi fraud ?

Melakukan tindakan preventif untuk meminimalisir dampak negatif dari  fraud ,

antara lain melalui:

a. Personel: memberikan reward dan punishment secara adil.

Page 136: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 136/155

Lampiran 7. Risalah diskusi dengan POLRI

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 2

b. Pembentukan unit/bagian agar check and balance yang bertugas mengawasi dan

mengontrol sehingga tidak terjadi kecurangan. Unit tersebut juga berfungsi untuk

menerima aduan masyarakat. Penyelenggaraan pengawasan yang dilaksanakan di

tingkat Polres oleh Kanit P3D dan Kasie was. Di tingkat Polda oleh Irwasda dan

Kabid Propam serta di tingkat Mabes oleh Irwasum dan Kadiv Propam;

c. Membuat aturan-aturan sebagai pedoman dan pelaksanaan tugas di masing-masing unit/bagian/fungsi baik berupa standard operasi prosedur, prinsip-prinsip

penuntun tugas, peraturan kapolri dan petunjuk arahan lainnya.

5. Apakah SPI yang diterapkan di POLRI sudah cukup sebagai alat pengendalian

 fraud ?

SPI di lingkungan POLRI dibuat dalam bentuk peraturan yang engatur tugas anggota

POLRI baik aturan disiplin dank ode etik, pidana maupun ganti rugi dan selalu

dilakukan update peraturan.

6. Bagaimana mekanisme pengendalian  fraud : pencegahan, pendeteksian dan

penanganan, di lingkungan POLRI?

a. Pencegahan: Membuat aturan-aturan, pedoman tentang pelaksanaan tugas,

pentetapan komitmen moral, pakta integritas, pemberian jukrah dan supervise

kepada satuan dibawahnya, serta waskat.

b. Pendeteksian: Membuka ruang publik untuk menampung aduan masyarakat dan

LSM, melakukan kerjasama dengan institusi terkait seperti Kompolnas,

Ombudsman, Satgas Mafia Hukum, BPK, BPKP, Kemeneg PAN dan RB, DPR RI,

KPK dan pers untuk meningkatkan kinerja POLRI dengan meningkatkan

transparansi dan akuntabilitas. Disamping itu, POLRI juga melakukanpengawasan secara terprogram melalui Itwasum maupun berdasarkan hasil

pemeriksaan BPK.

c. Penanganan: Melalui mekanisme peraturan disiplin anggota POLRI, kode etik

POLRI, serta kepastian hukum.

7. Peraturan apa saja yang telah dibuat POLRI terkait pengendalian Fraud ?

Peraturan terkait disiplin dank ode etik anggota, terutama di masing-masing fungsi,

diantaranya:

a. Bidang Pengawasan anggota personil

b. Bidang pengawasan dan pemeriksaan

c. Bidang pengawasan penyidikan; Yaitu peraturan Kapolri Nomor 12 tahun 2009

tentang Penyelenggaraan dan Pengendalian Penanganan Perkara Pidana di

Lingkungan Polri.

8. Dalam organsasi POLRI, unit manakah yang bertanggungjawab terhadap

pengendalian fraud ?

Page 137: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 137/155

Page 138: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 138/155

Lampiran 7. Risalah diskusi dengan POLRI

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 4

Trend terjadinya fraud  di lingkungan POLRI adalah pelanggaran hukum/HAM seperti

pencurian, penggelapan dan penyalahgunaan wewenang terutama dalam proses

penyidikan suatu tindak pidana.

15. Apa saja kendala yang dihadapi POLRI dalam menangani fraud ?

Pandangan negative sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa prosespenghukuman terhadap anggota belum memberikan rasa keadilan bagi masyarakat

khususnya yang menjadi korban, karena proses penegakan hukum juga dilakukan

oleh kepolisian itu sendiri.

16. Dengan pihak mana saja POLRI melakukan kerjasama terkait pengendalian fraud ?

  Dengan BPK, BPKP dalam hal yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan

negara;

  Dengan KPK dan PPATK dalam hal yang berkaitan dengan pengungkapan kasus

pidana korupsi dan money laundry ;

  Dengan Kompolnas, Kemeng PAN dan RB, Ombudsman dalam hal yang berkaitan

dengan complain masyarakat terhadap pelaksanaan tugas penyidikan, perilaku

anggota dan lain-lain; dan

 Satgas Mafia Hukum, dalam hal berkaitan dengan kasus-kasus penyidikan

17. Apakah terdapat kemungkinan seorang penyidik dari Itwasum melakukan

penyidikan atau pemeriksaan terhadap aparat kepolisian yang memiliki jabatan

dan pangkat lebih tinggi dari penyidik tersebut?

Ya, mungkin dan sering terjadi. Risiko yang mungkin diterima oleh penyidik tersebutadalah kemungkinan bahwa pejabat yang diperiksa tersebut suatu saat menjadi

atasan dari penyidik tersebut, atau menggunakan jabatannya untuk membalas

tindakan penyidik tersebut. Saat ini Itwasum masih merumuskan mekanisme untuk

mengurangi risiko tersebut.

18. Bagaimana bila kasus terjadi di lingkungan Polda?

Kasus di lingkungan Polda akan ditangani oleh Irwasda. Bila kasus tersebut

menyangkut lintas wilayah, maka akan dilakukan koordinasi lintas irwasda. Kasus

akan naik ke tingkat lebih tinggi setelah pertimbangan tertentu.

19. Apakah dalam usaha pencegahan fraud  / korupsi di lingkungan Kepolisian, POLRI

telah bekerja sama dengan KPK?

Ya, melalui sistem PIAK (Penilaian Inisiatif Anti Korupsi) yang dilakukan oleh Itwasum,

kemudian hasilnya diserahkan ke KPK untuk dilakukan konfirmasi dan penilaian.

Page 139: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 139/155

Lampiran 8. Risalah diskusi dengan PPATK

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 1

A. Jadwal Pertemuan

Hari/Tanggal : Selasa, 19 April 2011

Tempat : Ruang Rapat Wakil Kepala Bidang Administrasi Gedung Pusat

Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Lantai 2

Waktu : Pukul 10.00 – 12.30

B. Pimpinan dan Peserta Diskusi

Diskusi dipimpin oleh Wakil Direktur Audit Internal. Peserta diskusi dari pihak PPATK

dihadiri oleh auditor internal dan Staf Direktorat Sumber Daya Manusia. Sedangkan dari

pihak BPK dihadiri oleh Kasubdit Litbang Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja, Kasie

Litbang Pemeriksaan Kinerja dan enam orang staf Litbang Pemeriksaan Kinerja.

C. Agenda Pertemuan

Pertemuan ini membahas mengenai strategi PPATK dalam pencegahan fraud .

D. Pembahasan

1. Gambaran Umum

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dibentuk berdasarkan

amanat Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian

Uang. PPATK merupakan suatu lembaga intelejen keuangan independen yang

bertanggung jawab kepada Presiden, yang secara internasional dikenal sebagai

Financial Intelligence Unit   (FIU). PPATK terdiri dari sembilan Direktorat, yaitu Riset

dan Analisis, Kerja Sama Antar Lembaga, Hukum dan Regulasi, Pengawasan dan

Kepatuhan, Pengembangan aplikasi Sistem, Keuangan, Sumber Daya Manusia, dan

Umum. Saat ini PPATK memiliki 250 orang pegawai dengan dengan tiga tipe statuspegawai, yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pegawai dipekerjakan, dan Pegawai

kontrak.

2. Definisi Fraud

PPATK belum secara baku mendefinisikan  fraud , sehingga karyawan PPATK belum

mengetahui tindakan apa saja yang termasuk kategori  fraud . Namun berdasarkan

hasil wawancara dengan pihak PPATK,  fraud   merupakan suatu bentuk

penyimpangan yang tidak hanya terhadap hal-hal yang bersifat finansial saja, namun

 juga terhadap penyalahgunaan wewenang dan aset negara.

3. Risiko Fraud  

Risiko  fraud  yang mungkin dihadapi oleh PPATK adalah kerahasiaan informasi. Saat

ini, PPATK sedang mengembangkan model manajemen risiko yang disesuaikan

dengan renja dengan titik berat kepada outcome, artinya PPATK mengidentifikasi

hal-hal apa yang akan menghambat ketercapaian outcome. Identifikasi terhadap

risiko ketidaktercapaian outcome tersebut dilakukan secara mandiri oleh unit kerja

Page 140: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 140/155

Lampiran 8. Risalah diskusi dengan PPATK

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 2

yang terkait. Selain mengidentifikasi risiko, unit terkait tersebut juga

mengidentifikasikan kemungkinan penyebab, akibat dan dampak yang ditimbulkan

dari ketidaktercapaian outcome tersebut. Risiko tersebut juga akan direviu setiap

semesteran. Untuk menekan risiko kerahasiaan informasi tersebut, PPATK telah

melakukan pengendalian atas risiko tersebut, misalnya adanya CCTV, pembatasan

akses terhadap ruangan, pembatasan akses antar pekerjaan yang dilakukan olehanalis, adanya sistem komputer yang secara terpisah hanya untuk mengkases

informasi yang bersifat rahasia, adanya perjanjian (sumpah) bagi karyawan untuk

menjaga kerahasiaan informasi. Untuk mendukung pengendalian risiko  fraud   di

PPATK, tingkat kesehateraan karyawan PPATK juga diperhatikan, dengan adanya

sistem penghasilan single income (tidak ada honor-honor) yang jumlahnya diatas

dari penghasilan rata-rata.

4. Kasus fraud  di PPATK

Sampai saat ini kasus  fraud   yang terjadi di PPATK meliputi penyalahgunaan aset,

misalnya penyalahgunaan kendaraan dinas dan masalah pelelangan.

5. SPI dan fraud  control

Fraud   control di PPATK diatur dalam good governance yang diadopsi oleh PPATK.

Menurut PPATK, SPI masih belum cukup untuk mengendalikan  fraud , karena

terdapat beberapa komponen yang tidak ada di SPI seperti conflict of interest dan

fairness. SPI di PPATK lebih pada level operasional, sedangkan untuk level strategis

lebih banyak diatur dalam good governance.

6. Mekanisme penanganan fraud  di lingkungan PPATKSetelah PPATK secara internal menerima laporan mengenai adanya fraud , kemudian

bagian audit internal akan melakukan validasi atas informasi tersebut, informasi

tersebut akan dianalisis, lalu dilaporkan kepada pimpinan. Jika ditemukan indikasi

adanya korupsi ( fraud ) akan disampaikan kepada kepolisian, kejaksaan dan KPK.

Dalam mengklarifikasi informasi mengenai  fraud , tim auditor internal melakukan

investigasi dengan lebih mengutamakan kasus-kasus yang melibatkan pimpinan dan

material.

7. Peran PPATK dalam penanganan fraud  di Indonesia

Indonesia merupakan lembaga intelejen keuangan yang menganalisis transaksi-

transaksi keuangan yang bersifat tidak wajar. Hal ini dilakukan melalui mekanisme

pelaporan pencucian uang yang ada pada reporting partis seperti bank, developer,

dealer, toko mas, dll. Setelah mendapatkan informasi tersebut, PPATK akan

melakukan analisis untuk mengetahui adanya fraud  atau tidak. Saat ini PPATK sedang

mengembangkan on line reporting agar penanganannya lebih efisien.

Page 141: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 141/155

Lampiran 8. Risalah diskusi dengan PPATK

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 3

E. Rencana Selanjutnya

PPATK bersedia untuk mendukung kebetuhan BPK dalam hal pilot project pengendalian

 fraud . PPATK lebih menyarankan agar BPK jangan menggunakan istilah pengendalian

 fraud , karena akan menimbulkan resistensi “ketakutan” bagi para auditee, untuk itu BPKperlu mencari istilah yang tepat agar auditee dapat bekerja sama untuk mendukung

pemeriksaan tersebut.

Page 142: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 142/155

Lampiran 9. Risalah diskusi dengan Ditjen Perbendaharaan

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 1

A. Jadwal Pertemuan

Hari/Tanggal : Jumat, 25 Maret 2011

Tempat : Ruang Rapat Piet Harjono Gedung Perbendaharaan I Lantai 2

Waktu : Pukul 09.00 – 11.30

B. Pimpinan dan Peserta DiskusiDiskusi ini dihadiri oleh beberapa orang dari kedua belah, BPK RI dan Ditjen

Perbendaharaan. Dari BPK RI dihadiri oleh Kasubdit Litbang Pemeriksaan Keuangan dan

Kinerja, Kasie Litbang Pemeriksaan Kinerja dan enam orang staf Litbang Pemeriksaan

Kinerja, serta dari Ditjen Perbendaharaan dihadiri oleh Kabag Organisasi Tata Laksana

(OTL), Kabag Administrasi Kepegawaian, Kasubag Evaluasi Hasil Pemeriksaan dan

Kinerja, Kasubag Penyusunan Kinerja Pelaporan (PKP), satu orang staf dari Kepegawaian,

dan satu orang staf dari OTL. Diskusi dipimpin oleh Kasubag Evaluasi Kinerja dari Ditjen

Perbendaharaan.

C. Agenda Pertemuan

Pertemuan ini membahas mengenai strategi Ditjen Perbendaharaan dalam pencegahan

 fraud .

D. Pembahasan

1. Gambaran Umum

Ditjen Perbendaharaan memiliki struktur organisasi yang besar, yang terdiri dari

Kantor Pusat ( 1 Sekretariat, 7 Direktorat), 30 Kantor Wilayah (di ibukota propinsi),

37 KPPN Percontohan ( di Ibukota Propinsi), 140 KPPN Non Percontohan (di Ibukota

Kab/Kota), dan memiliki 9261 Pegawai (per Desember 2010) sehingga membutuhkanrentang pengawasan dan pengendalian yang besar. Tugas Ditjen Perbendaharaan

adalah sebagai mengelola perbendaharaan negara, yang meliputi pelaksanaan

anggaran, pengelolaan kas negara, manajemen investasi, pembinaan PK-BLU,

akuntansi dan pelaporan keuangan yang membutuhkan kredibilitas dan integritas

tinggi; dalam melaksanakan tugas tersebut, Ditjen Perbendaharaan berinteraksi

dengan pihak Kementerian Negara/Lembaga, Satuan Kerja dan Pihak Perbankan,

yang harus dijamin tidak terjadi konflik kepentingan, dan mengakibatkan kerugian

negara.

2. Definisi Fraud

Menurut Ditjen Perbendaharaan, definisi  fraud  merupakan penyimpangan terhadap

peraturan yang ada dan mengandung unsur kesengajaan serta berpotensi

menimbulkan tindakan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Ditjen Perbendaharaan juga

mengacu pada aturan yang berlaku umum yaitu  fraud   menurut UU Tipikor yang

definisinya cenderung ke arah korupsi.

Page 143: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 143/155

Lampiran 9. Risalah diskusi dengan Ditjen Perbendaharaan

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 2

3. Strategi untuk pencegahan fraud  

Ditjen Perbendaharaan sudah melakukan manajemen resiko dan membuat

pemetaan resiko dalam rangka pencegahan  fraud , dalam pemetaan resiko dibagi

menjadi beberapa tahapan, yaitu: identifikasi resiko, analisis resiko, dan mitigasi

resiko.Sebagai pendukung program anti korupsi, Ditjen Perbendaharaan telah melakukan:

Transparansi Penyelenggara Negara

Penyampaian LHKPN

Sosialisasi Anti Gratifikasi dan Pelaporan Gratifikasi

Promosi Anti Korupsi dan Akses Publik dalam Memperoleh Informasi

Media website, banner, flyer, running text, annual report , talkshow di TV/Radio,

dll.

Seruan/sosialisasi anti korupsi dalam setiap kesempatan kepada seluruh

pejabat/pegawai

Tindaklanjut Pemeriksaan Aparat Pemeriksa/ Pengawas Fungsional (BPK, Itjen

Kemenkeu, KPK).

Selain itu Ditjen Perbendaharaan juga telah melakukan reformasi birokrasi untuk

mencapai good governance yaitu antara lain dalam bidang kelembagaan, proses

bisnis dan SDM.

Pada sisi kelembagaan, seluruh KPPN menerapkan SOP KPPN Percontohan

pada bulan Maret Tahun 2010 pada bulan September 2010, seluruh Kanwil Ditjen

Perbendaharaan menerapkan Layanan Unggulan. SOP KPPN Percontohan dan

Layanan Unggulan Kanwil Ditjen Perbendaharaan menjamin pelaksanaan tugas

dilakukan dengan bebas pungutan, transparan, profesional, dan akuntabel.Pada sisi proses bisnis, Ditjen Perbendaharaan telah melakukan beberapa hal

yaitu:

  Melaksanakan Treasury Single Account (TSA)

  Melaksanakan Treasury Notional Pooling (TNP)

  Melaksanakan Lelang Bank Operasional I

  Melaksanakan Sistem barcode pada KIPS

  Melaksanakan Upaya penertiban rekening instansi

  Melaksanakan Pengamanan database pada KPPN

  Melaksanakan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN)

  Melaksanakan Manajemen Kinerja dan Manajemen Risiko

  Melaksanakan E-Procurement

Selain itu, seluruh proses bisnis yang ada di Ditjen Perbendaharaan telah ditetapkan

standar operasi prosedur. Pada kantor pusat ada 1.116 SOP, pada  Kanwil DJPBN

Layanan Unggulan ada 115 SOP, pada KPPN Percontohan ada 100 SOP , pada KPPN

Khusus ada 62 SOP dan ada 6 SOP mobile/filial.

Page 144: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 144/155

Lampiran 9. Risalah diskusi dengan Ditjen Perbendaharaan

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 3

Pada sisi SDM, Ditjen Perbendaharaan telah menetapkan beberapa, sebagai

berikut:

  Kode etik yang diwajibkan untuk dipedomani para pegawai, ditampilkan dalam

setiap informasi, dilakukan sosialisasi dan monitoring secara berkala, serta

melaksanakan langkah-langkah penegakan;

 Pakta Integritas ditetapkan antara:  Direktur Jenderal dengan Sekretaris Ditjen, Para Direktur dan Para Kepala

Kanwil;

  Para Kepala Kanwil dengan para Kepala KPPN;

  Para Kepala KPPN dengan Pimpinan Satuan Kerja/KPA dan mitra kerja.

 Seleksi Pejabat Eselon II, Pejabat Eselon III, dan Pejabat Eselon IV, dilakukan melalui

Assessment Centre.

 Peningkatan kompetensi dan kapasitas sumber daya manusia dilakukan melalui

Treasury Learning Centre.

 Sistem penilaian kinerja pegawai: SE-30/PB/2009 tentang Pelaksanaan Penetapan,

Evaluasi, Penilaian, Kenaikan, dan Penurunan Jabatan dan Peringkat bagi

Pemangku Jabatan Pelaksana di Lingkungan DJPBN

 September 2010 Kontrak Kinerja s.d. level Eselon III.

 DJPBN menerapkan kontrak kinerja s.d. level staf /fungsional (Kemenkeu-Five) pada

tahun 2011.

4. Peran Sekretariat Ditjen Perbendaharaan

Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Subbagian Evaluasi Hasil Pemeriksaan

dan Kinerja

melakukan pengelolaan indikator kinerja utama (IKU) dan manajemen risiko lingkup

Ditjen, melakukan pemantauan tindak lanjut atas laporan hasil pemeriksaan aparat

pengawasan fungsional dan penyiapan bahan penelitian kebenaran pengaduan

masyarakat serta pengendalian pelaksanaan tugas kantor vertical.

Sedangkan Bagian Administrasi Kepegawaian, Subbagian Penanganan Disiplin

dan Pemberhentian Pegawai melakukan urusan penegakan disiplin dan

pemberhentian pegawai serta penyiapan bahan-bahan pembinaan pegawai.

5.  Awareness terhadap pencegahan fraud  di lingkungan Ditjen Perbendaharaan

Ditjen Perbendaharaan melakukan awareness dengan cara pemberian contoh

dari para pimpinan/pejabat, melakukan sosialisasi di forum-forum (bimbingan teknis)sebagai motivator kepada para pegawai di Ditjen Perbendaharaan.

6. Kendala yang dihadapi Ditjen Perbendaharaan dalam pencegahan fraud  

Kendala yang ada berasal dari internal dan eksternal, pada internal Ditjen

Perbendaharaan, kendalanya adalah pada pemberian pemahaman pada satker-

satker dalam rangka pencegahan  fraud   dan kendala pada pembentukan KPPN

Page 145: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 145/155

Lampiran 9. Risalah diskusi dengan Ditjen Perbendaharaan

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 4

Percontohan adalah pada sisi SDM yang belum paham terhadap pencegahan  fraud ,

teknologi yang mendukung belum dapat diterapkan sepenuhnya, sarana yang belum

memadai.

Sedangkan hambatan dari eksternal adalah pihak yang ada diluar Ditjen

Perbendaharaan (seperti Kementerian/Lembaga) yang tidak sejalan dengan Ditjen

Perbendaharaan dalam mencegah  fraud, yaitu masih sering melakukan tindakan fraud  seperti penyuapan kepada pihak KPPN.

E. Rencana Selanjutnya

Dalam rangka pengumpulan data dan informasi untuk menyusun dan mengembangkan

metodologi pemeriksaan kinerja atas pengendalian  fraud  pada entitas pemerintah, hal

yang dapat dilakukan selanjutnya adalah Direktorat Litbang BPK dapat menjalin

kerjasama dan komunikasi dengan Bagian Organisasi Tata Laksana Ditjen

Perbendaharaan dimana bagian tersebut sedang mengkaji untuk pembentukan Unit

Kepatuhan Internal (UKI) sesuai dengan PMK-103/PMK.09/2010 tentang Tata CaraPengelolaan dan Tindak Lanjut Pelaporan Pelanggaran/Whistleblowing  di Lingkungan

Kemenkeu.

Sedangkan langkah-langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Ditjen Perbendaharaan

adalah:

1)  Kerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam rangka penerapan

Program Pengendalian Gratifikasi (PPG).

2)  Pengimplementasian manajemen risiko secara efektif dalam rangka pemetaan dan

mitigasi risiko fraud pada unit lingkup Ditjen Perbendaharaan.

3)  Kajian pembentukan Unit Kepatuhan Internal/UKI (sesuai PMK-103/PMK.09/2010

tentang Tata Cara Pengelolaan dan Tindak Lanjut Pelaporan

Pelanggaran/Whistleblowing di Lingkungan Kemenkeu).

Page 146: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 146/155

Page 147: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 147/155

Lampiran 10. Risalah diskusi dengan Ditjen Bea Cukai (DJBC)

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 2

Pada tahun 2009 dibentuklah Pusat Kepatuhan Internal untuk mengintegrasikan

seksi kepatuhan internal yang ada. Selain organisasi DJBC juga melakukan

revitalisasi pada sistem dan prosedur serta SDM yang ada dengan meningkatkan

integritas dan kompetensi.

3. Organisasi pengendalian fraud  pada DJBCUnit Kerja Kepatuhan Internal (UKKI) terdapat pada kantor pusat dan pada instansi

vertikal Ditjen Bea dan Cukai. UKKI pada Kantor Pusat DJBC berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan, yang karena sifat tugasnya, secara

teknis operasional dan administratif bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal

Bea dan Cukai, UKKI pada kantor pusat adalah Pusat kepatuhan internal (PUSKI).

UKKI pada instansi vertikal Ditjen Bea dan Cukai berada dibawah dan bertanggung

 jawab kepada instansi vertikal Ditjen Bea dan Cukai. UKKI pada instansi vertikal

terdiri dari BUKI pada Kanwil DJBC, Bidang Kepatuhan Internal pada Kantor

Pelayanan Utama, Seksi Kepatuhan Internal pada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai

(KPBC) Tipe Madya, Subbag Umum pada KPBC Tipe A1, A2, A3, PSO dan BPIB dan

urusan umum pada KPBC Tipe B. Selain UKKI juga terdapat unit yang lain dalam

pengendalian fraud  yaitu unit bimbingan kepatuhan dan pelayanan informasi. Unit

ini mempunyai fungsi untuk mengendalikan  fraud   yang dilakukan oleh pihak

eksternal. Tugas unit ini adalah untuk mendorong importir dan eksportir taat pada

peraturan perundang-undangan.

4. Tugas unit kerja kepatuhan internal

Tugas unit kerja kepatuhan internal antara lain memastikan bahwa semua prosedur

yang ditetapkan telah dijalankan dan seluruh pegawai telah bekerja sesuai denganperaturan dan standar yang ditetapkan.

5. Kebijakan Pengendalian Internal DJBC

Kebijakan pengendalian internal DJBC dibentuk berdasarkan teori pengendalian

internal dari Committee of Sponsoring Organizations  (COSO). Untuk pola kerja

pengendalian internal di DJBC dibagi menjadi tiga level yaitu pusat dengan titik

fokusnya kepada kebijakan, wilayah yang fokusnya pada kebijakan dan operasional,

dan pelayanan yang lebih fokus kepada operasional. Strategi pengembangan

pengendalian internal diawali dengan penataan lingkungan pengendalian yang

berisi norma-norma yang harus dipatuhi. Strategi berikutnya adalah risk

manajemen. UKKI wajib memiliki peta risiko yang digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam melakukan kegiatan pengendalian. Peta risiko dikelola secara

online dan dikoordinasikan dengan PUSKI. Pengelolaan peta risiko yang dikelola

secara online akan dimulai pada tahun 2011. Optimalisasi kegiatan pengendalian

dilakukan dengan pembinaan sumber daya manusia (SDM), pengawasan kepatuhan

pelaksanaan tugas, evaluasi kinerja dan penanganan pengaduan masyarakat.

Page 148: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 148/155

Lampiran 10. Risalah diskusi dengan Ditjen Bea Cukai (DJBC)

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 3

Strategi pengembangan pengendalian internal yang terakhir yaitu pemanfaatan

teknologi informasi dan sarana dengan menggunakan alat dashboard daily activity

monitoring system (Dashboard DAMS), otomatisasi sistem dan prosedur,

pengadaan server dan sarana komunikasi UKKI melalui mailist dan tersedianya link

UKKI di website DJBC. Terkait dengan pengendalian fraud , DJBC berpendapat bahwa

pengendalian internal DJBC belum cukup sebagai alat untuk dapat mengendalikan fraud , karena faktor waktu, mengingat implementasi pengendalian internal belum

lama diterapkan di DJBC. Namun jika Dashboard DAMS sudah berjalan, maka DJBC

yakin bahwa alat tersebut mampu mengendalikan fraud  di lingkungan DJBC.

6. Implementasi Pengendalian Internal DJBC

DJBC sudah menerapkan kebijakan pengendalian internal seperti peraturan yang

terkait dengan pengendalian internal. Peraturan tersebut mengatur mengenai

disiplin PNS, kode etik PNS maupun DJBC, komisi kode etik, tata kerja UKKI, pakta

integritas, penghargaan bagi pegawai DJBC, serta tata nilai dan budaya organisasi.

Stategi penegakan kepatuhan internal berupa siklus dalam wujud Waskat,

pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas melalui alat Balance Scorecard, evaluasi

kinerja, penanganan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan, penanganan pengaduan

masyarakat, pembinaan personil dan rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas.

7. Pengawasan Melekat

Pengawasan Melekat di DJBC dilakukan dengan menggunakan siklus pencegahan,

pemantauan, analisa, penindakan, laporan, evaluasi, dan tindak lanjut. Peran UKKI

melakukan pemantauan pada setiap tahapan proses waskat agar berjalan sesuaiketentuan, dan melakukan asistensi dan supervisi dalam penanganan pelanggaran

kode etik dan disiplin pegawai.

8. Pengaduan Masyarakat

Pengaduan masyarakat bisa dilakukan melalui meja pengaduan PUSKI KC, telepon,

facsimile, email dan surat. Hasil pengaduan masyarakat dimonitor melalui Indikator

Kinerja Utama (IKU) unit Kepatuhan Internal.

9. Kerjasama DJBC dengan KPKKPK sejak tahun 2006 memberi asistensi kepada Dirjen Bea Cukai dalam hal

meningkatkan skor survey integritas layanan sektor publik DJBC dan survey

Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK), sosialisasi LHKPN, serta asistensi dan supervisi

dalam penyusunan whistle blower system. Sistem pengaduan sudah dibuka tidak

hanya di level pusat tapi juga di daerah baik kanwil mapun pelayanan. Tetapi

mekanisme perlindungan untuk whistle blower belum ada.

Page 149: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 149/155

Lampiran 10. Risalah diskusi dengan Ditjen Bea Cukai (DJBC)

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 4

10. Hasil Survei Integritas Layanan Sektor Publik

Hasil Survei Integritas Layanan Sektor Publik KPK terhadap layanan cukai dan

layanan import terdapat perbedaan yang cukup tinggi. Hasil survey integritas

terhadap layanan impor (pelabuhan) lebih buruk (5,63) daripada layanan cukai(6,68). Hal ini disebabkan karena lingkungan kerja yang berbeda. Berdasarkan PIAK

DJBC yang mendapatkan rangking nomor dua maka sebenarnya semua yang

diperlukan untuk memberantas korupsi telah ada. Sedangkan target survey

integritas layanan sektor publik DJBC adalah mendapatkan nilai minimal 6.

11. Publikasi Fraud  pada DJBC

DJBC akan mempublikasikan detail  fraud  yang terjadi tapi tidak akan menyebutkan

nama. Publikasi hanya akan dilakukan secara internal dan tidak untuk konsumsi

eksternal.

E. Rencana Selanjutnya

Berdasarkan diskusi dengan Ditjen Bea dan Cukai, hal yang dapat dilakukan selanjutnya

adalah Litbang BPK dapat terus menjalin komunikasi dengan Bagian kepatuhan Internal

Ditjen Bea dan Cukai dalam rangka pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan

untuk menyusun dan mengembangkan metodologi pemeriksaan kinerja atas

pengendalian fraud  pada entitas pemerintah.

Page 150: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 150/155

Lampiran 11. Risalah Diskusi Dengan Garuda Indonesia

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 1

(Pencegahan Korupsi di Garuda Indonesia)

A. Jadwal Pertemuan

B. Pimpinan dan Peserta Diskusi

C. Agenda Pertemuan

D. Pembahasan

 

corporate comunication

whistle-blower    system

  corporate secretary

 

Good Corporate

Gorvenance 

compliance

  conformity

 performance

 

 Loyalty Customer Satisfity  Honesty  Integrity

 Indonesian Institute for Corporate Governance

Page 151: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 151/155

Lampiran 11. Risalah Diskusi Dengan Garuda Indonesia

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 2

Whistle-blowing System 

 

 

 

 

 

 

 

    

 

display

  Whistleblowing System 

  www.ga-whistle-blower .com

whistle-blower  

Whistle-blower   officer  

whistle-blower   Whistle-blower  

 

Page 152: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 152/155

Lampiran 11. Risalah Diskusi Dengan Garuda Indonesia

Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 3

 

 Key Performance Indicator  

reward  

E. Rencana Selanjutnya

 pilot project  

Page 153: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 153/155

Page 154: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 154/155

   L  a

  m  p   i  r  a  n   1   2 .

   M  a   t  r   i   k  s   F  r  a  u   d

   C  o  n   t  r  o   l

      L    i   t    b   a   n   g    P   e   m   e   r    i    k   s   a   a   n    K    i   n   e   r    j   a

    h   a    l .    2

   K   e   t   e   r   a   n   g   a   n

   B

   e   a   C   u    k   a   i

   P   e   r    b   e   n    d   a    h   a   r   a   a   n

   K   P   K

   B   P   K   P

   P   O   L   R   I

   K   e   j   a    k   g   u   n   g

   P   P   A   T   K

   B   A   K   N

   m

   a   s   y   a   r   a    k   a   t  ;

        

   P

   e   m   a   n    f   a   a   t   a   n

   t

   e    k   n   o    l   o   g   i

   i   n    f   o   r   m   a   s   i

    d

   e   n   g   a   n

   m

   e   n   g   e   m    b   a   n   g    k

   a

   n    d   a   s    h    b   o   a   r    d

    d

   a   i    l   y   a   c   t   i   v   i   t   y

   m

   o   n   i   t   o   r   i   n   g

   s

   y   s   t   e   m 

        

   M

   e    l   a    k   u    k   a   n

   a

   s   s   e   s   m   e   n   t

   t

   e   r    h   a    d   a   p

   r

   i   s   i    k   o  ;

 

    k   o   r   u   p   s   i   p   a    d   a

   s   e   t   i   a   p

    k   e   s   e   m   p   a   t   a   n

    k   e   p   a    d   a   s   e    l   u   r   u    h

   p   e   j   a    b   a   t    d   a   n

   p   e   g   a   w   a   i  ;

        

   T   i   n    d   a    k    l   a   n   j   u   t

   p   e   m   e   r   i    k   s   a   a   n

   a   p   a   r   a   t

   p   e   m   e   r   i    k   s   a    /

   p   e   n   g   a   w   a   s   a   n

    f   u   n   g   s   i   o   n   a    l

        

   R   e    f   o   r   m   a   s   i

    b   i   r   o    k   r   a   s   i   u   n   t   u    k

   m   e   n   c   a   p   a   i   g   o   o    d

   g   o   v   e   r   n   a   n   c   e

   m   e    l   a    l   u   i    b   i    d   a   n   g

    k   e    l   e   m    b   a   g   a   a   n ,

   p   r   o   s   e   s    b   i   s   n   i   s

    d   a   n   S   D   M  ;

        

   S

   u   r   v   e   y

   p

   e   r   s   e   p   s   i

   m

   a   s   y   a   r   a    k   a   t  ;

 

     S     i   m   p   u     l   a   n   :

   1 .

   P   e   m   a    h   a   m   a   n    d   a   n

    d   e    f   i   n   i   s   i    f   r   a   u    d   p   a    d   a   e   n   t   i   t   a   s   m   a   s   i    h   s   a   n   g   a   t

    b   e   r   a   g   a   m ,

    k   a   r   e   n   a    b   e    l   u   m    a

    d   a   p   e   r   a   t   u   r   a   n   y   a   n   g   s   e   c   a   r   a   s   p   e   s   i    f   i    k   m   e   n   g   a   t   u   r   t   e   n   t   a   n   g    f   r   a   u    d   s   e    h   i   n   g   g   a   B   P   K

   p   e   r    l   u   m   e   r   u   m   u   s    k   a

   n    d   e    f   i   n   i   s   i    f   r   a   u    d  ;

   2 .

   E   n   t   i   t   a   s   t   e    l   a    h   m   e    l   a    k   u    k   a   n    l   a   n   g    k   a    h  -    l   a   n   g    k   a    h   p   e   n   g   e   n    d   a    l   i   a   n    f   r   a

   u    d   s   e   c   a   r   a   i   n   t   e   r   n   a    l .   E   n   t   i   t   a   s   y   a   n   g   t   e    l   a    h   m   e

    l   a    k   u    k   a   n   p   e   n   g   e   n    d   a    l   i   a   n    f   r   a   u    d   y   a   n   g   p   a    l   i   n   g

   m   e   m   a    d   a   i   a    d   a    l   a    h

   D   i   r   j   e   n   P   e   r    b   e   n    d   a    h

   a   r   a   a   n    d   a   n   D   i   r   j   e   n   B   e   a   C   u    k   a   i .   S   e    d   a   n   g    k   a   n   e

   n   t   i   t   a   s   y   a   n   g   m   a   s   i    h    k   u   r   a   n   g   p   e   n   g   e   n    d   a    l   i   a   n    f

   r   a   u    d   n   y   a   a    d   a    l   a    h   K   e   j   a    k   s   a   a   n .

   3 .

   S   e    b   a   g   i   a   n   e   n   t   i   t   a   s   t   e    l   a    h   m   e   m   i    l   i    k   i    k   o   m   p   o   n   e   n   p   e   n   g   e   n    d   a    l   i   a   n    f

   r   a   u    d ,   n   a   m   u   n   m   a   s   i    h    b   e    l   u   m    t

   e   r   i   n   t   e   g   r   a   s   i    d   a    l   a   m    s

   u   a   t   u   s   i   s   t   e   m    p

   e   n   g   e   n    d   a    l   i   a   n    f   r   a   u    d .

 

Page 155: E-book Sistem Kendali Korupsi

8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi

http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 155/155