E-book Sistem Kendali Korupsi
-
Upload
kautsar2008 -
Category
Documents
-
view
230 -
download
1
Transcript of E-book Sistem Kendali Korupsi
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 1/155
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 2/155
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 3/155
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 4/155
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
UU No.15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan
Negara dan UU No. 15/ 2006 tentang BPK RI menyatakan bahwa BPK RI berwenang untuk
melakukan tiga jenis pemeriksaan yaitu : pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja dan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT). Selanjutnya UU No.15/2004 juga menegaskan
bahwa Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang
mencakup pemeriksaan atas aspek ekonomi, efisiensi, dan atau aspek efektivitas.
Salah satu agenda Tim Pengembangan Kapasitas Pemeriksaan Kinerja (TPKPK) 2011
adalah melakukan pembahasan kegiatan pilot project pemeriksaan kinerja dengan tema
“Pemeriksaan Kinerja atas Pengendalian korupsi pada Entitas Pemerintah” dengan
melibatkan perwakilan dari tiap AKN dan pemangku kepentingan kegiatan pemberantasan
korupsi seperti BPKP; KPK; Kejaksaan; Kepolisian; dan PPATK; serta entitas pemerintah yang
telah menerapkan program pengendalian korupsi (Dirjen Bea dan Cukai dan Dirjen
Perbendaharaan).
Kegiatan yang telah dilaksanakan pada sejak Februari sampai Juli adalah sebagai
berikut:
1) Pengumpulan data dan informasi tentang fraud control tools yang bersumber dari:
a. Hasil wawancara dengan entitas pemerintah yang berperan dalam
pengembangan kegiatan pemberantasan korupsi seperti BPKP, KPK, Kejaksaan,
Kepolisian dan PPATK;
b. Hasil wawancara dengan entitas pemerintah yang telah menerapkan program
pengendalian korupsi (misal: Dirjen Bea dan Cukai dan Dirjen Perbendaharaan);
c. Rencana strategis atau laporan hasil pemeriksaan SAI negara lain yang sudah
menerapkan kegiatan pemeriksaan serupa (misal: ANAO);
d. Model Fraud Control Plan yang telah diimplementasikan oleh ANAO;
e. Sumber literatur lain yang andal dan relevan.
2) Kegiatan wawancara untuk memperoleh informasi terkait dengan kesiapan satker
pemeriksa BPK dalam pelaksanaan pemeriksaan kinerja tematik tahun 2011;
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 5/155
iii
3) Kegiatan pembahasan dengan Subject Matter Expert (SME) yaitu Mr. Paul Nicoll dan
Tim PKPK terkait isu-isu strategis dan permasalahan yang telah diidentifikas oleh
satker pemeriksa, kesiapan (identifikasi kebutuhan) satker pemeriksa, serta
penentuan langkah rencana strategis selanjutnya;
4) Kegiatan perumusan dan mengembangan model Fraud Control Plan versi BPK yang
saat ini masih dikembangkan oleh Sub Direktorat Litbang PK2 dengan nama Sistem
Kendali Korupsi (SKK); dan
5) Laporan hasil kajian awal tentang fraud control Plan dan rencana selanjutnya.
Kegiatan kajian awal tentang fraud control tools telah menghasilkan beberapa hal
sebagai berikut:
a. Tim Litbang BPK telah memperoleh gambaran dan format yang jelas tentang
fraud control plan setelah melakukan kajian literatur dan diskusi dengan tenaga
ahli BPK;
b. BPK memperoleh kesimpulan awal bahwa kesadaran entitas mengenai
pentingnya keberadaan suatu alat pencegah dan pengendali fraud/ korupsi
masih rendah. Disamping itu, pemahaman mengenai fraud dikalangan entitas
juga masih sangat beragam;
c. BPK telah berhasil menjalin komunikasi awal dengan beberapa entitas dan
Aparat penegak Hukum (APH) dan menghasilkan hal-hal sebagai berikut:
1) Pemahaman dan kesadaran entitas mengenai peran dan rencana BPK untuk
menilai keberadaan dan kualitas Sistem Kendali Korupsi (SKK) pada entitas.
Hal ini menunjukkan bahwa entitas dapat memahami peran BPK dan
menyambut positif rencana BPK tersebut;
2) Kesadaran awal mengenai pentingnya Sistem Kendali Korupsi (SKK) di
lingkungan organisasi telah terbangun melalui diskusi dengan entitas.
d. Tim Litbang BPK telah memperoleh bahan awal yang memadai bagi usaha
perumusan dan penyusunan SKK dan bahan perumusan persiapan pilot project
pemeriksaan kinerja atas Sistem Kendali Korupsi.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 6/155
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 7/155
v
Daftar Isi
RINGKASAN EKSEKUTIF ii
DAFTAR ISI v-vi
BAB. 1 PENDAHULUAN 1.
I. Latar Belakang 1.
II. Periode kegiatan 5.
III. Dasar Hukum Pelaksanaan 5.
IV. Tujuan Kegiatan 5.
V. Lingkup Kegiatan 5.
VI. Metode Kegiatan 6.
1) Tahap Perencanaan 6.
2) Tahap pelaksanaan 7.
3) Tahap Pelaporan 8.
VII. Sistematika penyusunan laporan 8.
BAB. 2 FRAUD / KORUPSI– Teori dan Permasalahannya 10.
I. Definisi Fraud secara umum 10.
II. Definisi Fraud menurut Association of Certified Fraud Examiners
(ACFE)
12.
III. Definisi Fraud Menurut UU Tipikor 14.
IV. Perbandingan antara fraud menurut ACFE dengan elemen-
elemen korupsi menurut UU Tipikor 16.V. Pembandingan antara Fraud dengan Korupsi menurut ASOSAI 18.
VI. Pemahaman fraud menurut BPK 19.
VII. Penyebab dan akibat dari Korupsi serta aspek lainnya 22.
VIII. Sistem Kendali Korupsi( SKK) sebagai alat pencegahan Korupsi 26.
IX. Hubungan antara SPI dengan SKK 33.
a. SPI menurut COSO 34.
b.Fraud control dalam perangkat COSO 34.
X. Simpulan dari Tim mengenai Korupsi 36.
Bab. 3 UPAYA PEMERINTAH INDONESIA dalam
PENANGGULANGAN KORUPSI 39.
I. Upaya Penanggulangan Korupsi melalui Penegakan Hukum 39.
II. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia 43.
III. Peran dan upaya yang telah dilakukan Entitas Pemerintah dalam
Penanggulangan Fraud Serta Kendala yang Dihadapi 44.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 8/155
vi
1) Diskusi dengan BAKN 45.
2) Diskusi dengan BPKP 48.
3) Diskusi dengan KPK 50.
4) Diskusi dengan Kejaksaan 53.
5) Diskusi dengan POLRI 55.
6) Diskusi dengan PPATK 57.
7) Diskusi dengan Dirjen Perbendaharaan 58.
8) Diskusi dengan Dirjen Bea Cukai 61.
9) Diskusi dengan Garuda Indonesia 66.
Bab. 4 PEMERIKSAAN ATAS KORUPSI 69.
I. Peran Kegiatan Pemeriksa dalam Mencegah Korupsi 69.
II. Kerangka Sistem Kendali Korupsi (SKK) 70.
III. Pelaksanaan Pemeriksaan Atas Fraud Control di ANAO Serta
Rencana BPK Untuk Melakukan Studi Banding 77.
IV. Hal-hal yang dapat Diadopsi BPK terkait Pemeriksaan kinerja atasFraud Control di ANAO 87.
Bab. 5 PENUTUP 89.
I. Peran Penting BPK dalam Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi 89.
II. Rencana dan persiapan BPK untuk melaksanakan Pemeriksaan
kinerja atas Sistem Kendali Korupsi (SKK) 89.
Daftar LampiranLampiran 1. Tindak Pidana Korupsi menurut UU Tipikor
Lampiran 2. Definisi Fraud
Lampiran 3. Risalah diskusi dengan BAKN
Lampiran 4. Risalah diskusi dengan BPKP
Lampiran 5. Risalah diskusi dengan KPK
Lampiran 6. Risalah diskusi dengan Kejaksaan
Lampiran 7. Risalah diskusi dengan POLRI
Lampiran 8. Risalah diskusi dengan PPATK
Lampiran 9. Risalah diskusi dengan Ditjen Perbendaharaan
Lampiran 10. Risalah diskusi dengan Ditjen Bea CukaiLampiran 11. Risalah diskusi dengan Garuda Indonesia
Lampiran 12. Matriks Fraud Control
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 9/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 1
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan
negara yang mencakup pemeriksaan atas aspek ekonomi, efisiensi, dan
atau aspek efektivitas. Laporan hasil pemeriksaan kinerja memuat temuan,
simpulan, dan rekomendasi. Kegiatan pemeriksaan Kinerja yang mengacu
pada SPKN dan pedoman pemeriksaan kinerja lainnya merupakan sarana
dan alat bagi BPK untuk dapat memberikan rekomendasi perbaikan
kebijakan pemerintah atau memberikan alternatif solusi kepada
pemerintah serta dapat menilai apakah pemerintah telah menggunakan
sumber daya secara hemat dan efisien dan telah mencapai tujuan yang
ditetapkan.
Upaya pengembangan kapasitas pemeriksaan kinerja telah ditetapkan
oleh BPK melalui Renstra BPK periode tahun 2011-2015. Berdasarkan
Renstra BPK tahun 2011-2015, BPK telah menetapkan target pelaksanaan
pemeriksaan kinerja pada setiap satuan kerja (auditorat/perwakilan) yang
diharapkan dapat mencapai 15% dari total LHP yang dihasilkan hingga
tahun 2015.
Rekomendasi BPK melalui Hasil pemeriksaan kinerja ditujukan untuk
dapat membantu pemerintah dalam mencari solusi atas permasalahan
yang selama ini mereka hadapi. Saat ini pemerintah masih menghadapi
banyak permasalahan yang harus ditangani. Salah satu permasalahan
tersebut adalah tindak pidana korupsi yang telah mewabah khususnya di
lingkungan pemerintahan. Hasil pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat, Kementerian/Lembaga, dan Daerah pada tahun 2007
sampai 2009 menunjukkan peningkatan kualitas opini LKPP/D, seperti pada
tabel berikut:
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 10/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 2
Tabel 1.1
Opini BPK
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Kementerian/Lembaga
Opini
2007 2008 2009
Jml % Jml % Jml %
WTP 19 21.59% 39 43.82% 47 56.63%
WDP 31 35.23% 31 34.83% 27 32.53%
TW 1 1.14% 0 0.00% 0 0.00%
TMP 37 42.05% 19 21.35% 9 10.84%
Tabel 1.2
Opini BPK
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Opini
2007 2008 2009
Jml % Jml % Jml %
WTP 4 0.10% 11 0.27% 15 0.36%
WDP 283 6.89% 324 7.87% 329 7.99%
TW 59 1.44% 31 0.75% 48 1.17%
TMP 120 2.92% 115 2.79% 101 2.45%
Di lain pihak, pemerintah melalui Undang-undang No. 30/ 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi telah membentuk
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berfungsi mencegah dan
menindak kegiatan korupsi yang terjadi. Beberapa kegiatan pencegahan
dan pemberantasan tindak pidana korupsi telah dilakukan oleh KPK.
Tindakan pencegahan terkait penerimaaan laporan dan pemeriksaan
gratifikasi, penerimaan laporan dan pemeriksaan LKHPN, pendidikan,
sosialisasi, kampanye anti korupsi, kerja sama antar lembaga, serta tugas
monitor.
Meskipun demikian, temuan pemeriksaan keuangan yang
menunjukkan peningkatan kualitas pengelolaan keuangan negara tidak
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 11/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 3
berbanding lurus dengan penurunan frekuensi tindak pidana korupsi di
Indonesia. Hasil penelitian Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan
bahwa sejak tahun 2005 sampai 2010, tindak pidana korupsi tetap tinggi,
yang mencerminkan bahwa tindakan pemberantasan korupsi tidak
berjalan semakin baik
Gambar 1.1
Hasil survei LSI tentang tindak pidana korupsi dan penanganannya
Beberapa kondisi diatas mendorong BPK untuk berupaya
merumuskan langkah-langkah mitigasi tindak pidana korupsi melalui
kegiatan pemeriksaan kinerja. Sasaran utama kegiatan pemeriksaan
kinerja tersebut adalah kinerja sistem pencegahan dan penanggulangan
korupsi yang terdapat di setiap entitas pemerintah.
Renstra BPK periode 2011-2015 telah menetapkan bahwa dalam
rangka upaya BPK untuk mengembangkan kapasitas pemeriksaan kinerja,
maka pada tahun 2011 akan dilakukan pemeriksaan kinerja piloting
tematik BPK dengan tema “Kinerja Entitas dalam Upaya Pencegahan dan
Pendeteksian Korupsi di Lingkungan Institusinya”. Pengembangan
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 12/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 4
kapasitas dalam pemeriksaan kinerja mencakup pengembangan dalam
aspek kelembagaan, tata kelola, dan sumber daya manusia dengan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
Rencana Implementasi Renstra (RIR) tahun 2011-2015 menyatakanbahwa Direktorat Litbang memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
koordinator pelaksanaan pemeriksaan kinerja tematik BPK tahun 2011.
Sebagai implementasi atas RIR tersebut, Direktorat Litbang akan
membentuk suatu tim yang bertugas untuk melakukan kajian strategis
sebagai upaya untuk meningkatkan pengembangan kapasitas
pemeriksaan kinerja di BPK. Sebagai langkah awal untuk mendukung
persiapan kegiatan piloting tematik pemeriksaan kinerja tersebut,
diperlukan suatu kajian yang memadai tentang kegiatan pengendalian
korupsi yang telah dikembangkan oleh pemerintah. Hasil dari kajian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar bagi Tim
Pengembangan Kapasitas Pemeriksaan Kinerja (Tim PKPK) yang akan
segera dibentuk. Informasi yang diperoleh dari hasil kajian ini selanjutnya
akan terus diperbarui sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan
dilakukan pembahasan secara intensif dengan Tim PKPK, Subject Matter
Expert (Paul Nicoll), tenaga ahli BPK (Khairiansyah Salman), dan juga
instansi pemerintah yang berperan dalam pengembangan pengendalian
korupsi (KPK, BPKP, Kejaksaan, dan BAKN).
Laporan ini merupakan “living document ” yang akan terus diperbarui
sesuai dengan perkembangan isu strategis yang terjadi. Dengan demikian,
laporan ini dapat memberikan informasi yang paling mutakhir tentang
kondisi pengendalian pencegahan korupsi di Indonesia, sehingga dapat
digunakan untuk mendukung perencanaan piloting tematik pemeriksaan
kinerja BPK tahun 2011.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 13/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 5
Periode
Kegiatan
Kajian dari hasil studi literatur, analisis, dan wawancara ini
dilaksanakan sejak tanggal 4 Februari 2011 sampai dengan 30 Juni 2011.
Dasar HukumPelaksanaan
Pemeriksaan kinerja merupakan salah satu jenis pemeriksaan yangdimiliki BPK sesuai dengan mandatnya yang tertuang dalam UU No. 15
tahun 2004. BPK berencana untuk meningkatkan porsi pemeriksaan
kinerja sebanyak 15% s/d tahun 2015. Saat ini porsi pemeriksaan kinerja
BPK hanya 5% dari seluruh jenis pemeriksaan yang dilakukan.
Pelaksanaan kegiatan ini adalah dalam rangka mendukung rencana BPK
untuk mengembangkan kapasitas pemeriksaan kinerja sebagaimana
dituangkan dalam Renstra BPK tahun 2011-2015, terutama sebagai
langkah awal persiapan pelaksanaan piloting tematik pemeriksaan kinerja
dengan tema “Pengendalian Korupsi pada Entitas Pemerintah”. Piloting
tematik tersebut akan dilaksanakan pada semester kedua tahun 2011 dan
mengikutsertakan seluruh satker pemeriksa di BPK.
Tujuan
Kegiatan
Tujuan Kegiatan Pembahasan Pemeriksaan Kinerja Tematik BPK
dengan tema “Pemeriksaan Kinerja atas Pengendalian Korupsi pada
Entitas Pemerintah” antara lain adalah;
a. mengidentifikasi isu-isu strategis terkait upaya-upaya pemerintah
dalam pengendalian korupsi yang telah dilakukan pemerintah serta
kendala-kendala yang dihadapi;
b. merancang langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan oleh BPK
sebagai persiapan pelaksanaan pemeriksaan kinerja tematik.
Lingkup
Kegiatan
Kegiatan pengkajian ini terbagi menjadi tiga kelompok kegiatan sebagai
berikut:
kegiatan Pengumpulan data dan informasi tentang sistem kendali
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 14/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 6
korupsi yang bersumber dari:
1) hasil wawancara dengan entitas pemerintah yang berperan
dalam pengembangan kegiatan pemberantasan korupsi seperti
BPKP, BAKN, dan Kejaksaan;
2) hasil wawancara dengan entitas pemerintah yang telah
menerapkan program pengendalian korupsi (Ditjen Bea dan
Cukai, Ditjen Perbendaharaan, serta institusi lainnya);
3) rencana strategis atau laporan hasil pemeriksaan SAI negara lain
yang sudah menerapkan kegiatan pemeriksaan serupa (misal:
ANAO);
4) sumber literatur lain yang andal dan relevan.
kegiatan pembahasan dengan Subject Matter Expert (SME) yaitu Mr.
Paul Nicoll, tenaga ahli BPK (Khairiansyah Salman), dan Tim PKPK
terkait isu-isu strategis dan permasalahan yang telah diidentifikasi
oleh satker pemeriksa, kesiapan (identifikasi kebutuhan) satker
pemeriksa, serta penentuan langkah rencana strategis selanjutnya;
kegiatan penyusunan laporan hasil kajian awal tentang sistem kendali
korupsi dan rencana selanjutnya.
Metodologi
Kegiatan
Kajian
Pelaksanaan kegiatan ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu.
1) Tahap Perencanaan
Perencanaan dilakukan agar pelaksanaan kegiatan ini
terarah dan dapat menjawab tujuan dari kegiatan ini.
Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan pada tahapan ini
antara lain adalah:
a. identifikasi entitas pemerintah yang memiliki peran
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 15/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 7
dalam pengembangan sistem kendali korupsi, kegiatan
atau program pengendalian korupsi yang telah dilakukan,
serta entitas pemerintah yang telah memiliki dan
melaksanakan program kegiatan pengendalian korupsi.
Langkah lebih lanjut dari kegiatan tersebut adalah
melakukan komunikasi dan koordinasi dengan entitas
untuk tahap pendalaman penggalian informasi dan data
melalui wawancara;
b. identifikasi SAI yang telah melakukan pemeriksaan
kinerja dengan tema yang sama;
c. melakukan komunikasi dengan SME dan juga tenaga ahli
untuk mengidentifikasi isu-isu strategis yang perlu dikaji
sejak awal untuk persiapan piloting tematik pemeriksaan
kinerja.
2) Tahap Pelaksanaan
Kegiatan pembahasan dan pengkajian ini akan dilakukan
dengan menyertakan tim PKPK, SME, dan entitas pemerintah
yang berperan dalam pengembangan pengendalian korupsi.
Rincian kegiatan pada tahap pelaksanaan antara lain adalah:
a. pengumpulan data dan informasi terkait isu-isu strategis
tentang pengendalian korupsi yang telah dilakukan
pemerintah, kendala-kendala yang dihadapi dan akibat dari
pengabaian dari porgram tersebut, termasuk juga kajian
atas pengalaman dari SAI negara lain yang telah melakukan
pemeriksaan dengan tema yang sejenis. Kegiatan ini akan
dilaksanakan dalam waktu lima hari kerja;
b. kunjungan dan wawancara dengan entitas yang berperan
langsung dalam pengembangan pengendalian korupsi di
Indonesia yaitu: BPKP, BAKN, dan Kejaksaan;
c. kunjungan dan wawancara dengan entitas yang telah
memiliki dan melaksanakan program pengendalian korupsi
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 16/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 8
seperti: Ditjen Perbendaharaan dan Ditjen Bea Cukai di
Kementerian Keuangan;
d. perumusan rencana strategis BPK dalam upaya persiapan
pemeriksaan kinerja tematik tahun 2011. Kegiatan ini akan
dilakukan dengan melakukan pembahasan dengan Tim
PKPK dalam pertemuan rutin yang akan diselenggarakan
setiap dua minggu sekali.
3) Tahap Pelaporan
Seluruh rangkaian kegiatan pembahasan dan pengkajian ini
akan didokumentasikan dalam bentuk laporan kegiatan.
Laporan hasil kegiatan ini akan menjadi sumber materi utama
dalam limited hearing dengan para Eselon I, penyusunan
Program Pemeriksaan Pendahuluan yang akan disusun oleh
Tim PKPK dalam rangka persiapan pemeriksaan kinerja tematik
BPK tahun 2011, dan materi seminar tentang pemeriksaan
kinerja BPK atas pengendalian korupsi pemerintah. Kegiatan
pada tahap pelaporan akan dilaksanakan dalam waktu lima
hari kerja.
Sistematika
Penyusunan
Laporan
Laporan kegiatan ini terdiri dari lima bab yaitu:
1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Periode Kegiatan
c. Dasar Hukum Pelaksanaan
d. Tujuan Kegiatan
e. Lingkup Kegiatan
f. Metodologi Kegiatan Kajian
g. Sistematika Penyusunan Laporan
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 17/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 9
2. Fraud / Korupsi – Teori dan Permasalahannya
a. Definisi dan Interpretasi Fraud Secara Umum
b. Definisi Fraud Menurut ACFE
c. definisi Fraud berdasarkan UU Tipikor
d. Perbandingan antara Fraud Menurut ACFE dengan Korupsi
Menurut UU Tipikor
e. Perbedaan antara Fraud dan Korupsi Menurut ASOSAI
f. Pemahaman Mengenai Fraud / Korupsi Menurut BPK
g. Penyebab dan Akibat dari Korupsi serta Aspek Lainnya
h. Sistem Kendali Korupsi (SKK) Sebagai Alat Pencegahan Korupsi
i. Hubungan antara SPI dengan SKK
j.
Simpulan dari Tim mengenai Korupsi
3. Upaya Pemerintah Indonesia dalam Penanggulangan Korupsi
a. Upaya Penanggulangan Korupsi melalui Penegakan Hukum
b. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia
c. Peran dan Upaya yang Telah Dilakukan Entitas Pemerintah dalam
Penanggulangan Korupsi serta Kendala yang Dihadapi
4. Pemeriksaan atas Korupsi
a. Peran Kegiatan Pemeriksaan dalam Pencegahan Korupsi
b. Kerangka Sistem Kendali Korupsi (SKK)
c. Pelaksanaan Pemeriksaan atas Fraud Control di ANAO serta
Rencana BPK untuk Melakukan Studi Banding
d. Hal-Hal yang Dapat Diadopsi BPK Berdasarkan Audit ANAO
5. Simpulan
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 18/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 1 0
BAB 2
FRAUD/ KORUPSI – TEORI DAN PERMASALAHANNYA
Fraud merupakan suatu istilah yang secara umum diartikan sebagai kecurangan atau penipuan
dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan secara material maupun non-material. Collins
English Dictionary menyebutkan bahwa fraud adalah suatu kecurangan, tipu daya, pelanggaran
kerahasiaan, dan memperoleh keuntungan secara tidak jujur. Meskipun demikian, beberapa
lembaga maupun individu mencoba untuk mendefinisikan fraud sesuai dengan sudut pandang
masing-masing. Berikut adalah beberapa definisi fraud menurut beberapa sumber.
Definisi dan
Interpretasi
Fraud SecaraUmum
a. Commonwealth Fraud Control Guidelines 2002 Australia: Pemerolehan
keuntungan dengan cara penipuan/kecurangan atau sejenisnya, definisi
ini meliputi antara lain:
1) pencurian;
2) memperoleh properti, keuntungan, atau lainnya dengan
kecurangan;
3) menghindari atau melaksanakan kewajiban dengan
kecurangan;
4) membuat kesalahan atau menyebarkan informasi yang salah
kepada publik, atau tidak menyebarkan informasi ketika haltersebut diharuskan;
5) membuat, menggunakan, atau memiliki dokumen yang palsu;
6) penyuapan, korupsi, atau penyalahgunaan jabatan;
7) tindakan melawan hukum dalam penggunaan komputer milik
publik, kendaraan, telepon dan properti atau jasa lainnya;
8) tindakan pelanggaran atau penyelewengan yang
mengakibatkan kebangkrutan; dan
9) segala tindakan pelanggaran lainnya seperti yang tertera
diatas.
b. Black Law Dictionary .
1) Kesengajaan atas salah pernyataan terhadap suatu kebenaran
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 19/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 1 1
atau keadaan yang disembunyikan dari sebuah fakta material
yang dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan
perbuatan atau tindakan yang merugikan. Biasanya, perbuatan
tersebut merupakan kesalahan yang disengaja, namun dalam
beberapa kasus (khususnya dilakukan secara disengaja),
perbuatan tersebut merupakan suatu kejahatan.
2) Penyajian yang salah/keliru (salah pernyataan) yang secara
ceroboh/tanpa perhitungan dan tidak dapat diyakini
kebenarannya dapat berakibat memengaruhi atau
menyebabkan orang lain bertindak atau berbuat.
3)
Suatu kerugian yang timbul sebagai akibat salah memberi
keterangan atau penyajian (salah pernyataan), penyembunyian
fakta material, atau penyajian yang ceroboh/tanpa
perhitungan yang dilakukan oleh seseorang sehingga
menimbulkan kerugian.
c. Collins Dictionary : kecurangan merupakan penipuan yang dibuat untuk
mendapatkan keuntungan pribadi atau untuk merugikan orang lain.
Dalam hukum pidana, kecurangan adalah kejahatan atau pelanggaran
yang dengan sengaja menipu orang lain dengan maksud untuk
merugikan mereka, biasanya untuk memiliki sesuatu/harta benda atau
jasa ataupun keuntungan dengan cara yang tidak adil/curang.
Kecurangan dilakukan melalui pemalsuan terhadap barang atau benda.
Hukum pidana secara umum menyebutkan bahwa perbuatan tersebut
merupakan “pencurian dengan penipuan”, “pencurian dengan tipu
daya/muslihat”, “pencurian dengan penggelapan dan penipuan” atau
hal serupa lainnya.
d. Australian Standard 2008 (AS 8001—2008): kegiatan atau perbuatan
yang tidak jujur sehingga menyebabkan kerugian finansial baik secara
aktual maupun potensial pada seseorang atau entitas. Kegiatan
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 20/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 1 2
tersebut antara lain adalah pencurian uang atau properti yang dilakukan
oleh pegawai atau pihak luar entitas, baik dengan tindak penipuan atau
tidak, sebelum atau setelah terjadinya suatu kegiatan. Praktik fraud juga
meliputi tindakan pemalsuan, penyembunyian, perusakan atau
penggunaan dokumen palsu dengan tujuan untuk digunakan dalam
kegiatan bisnis entitas atau sebagai informasi palsu dengan tujuan
untuk memperoleh keuntungan finansial pribadi.
e. SPKN PSP 04 – Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja. Par. 20:
“Fraud adalah satu jenis tindakan melawan hukum yang dilakukan
dengan sengaja untuk memperoleh sesuatu dengan cara menipu”.
Definisi Fraud
Menurut
Association of
Certified
Fraud
Examiners
(ACFE)
ACFE mendefinisikan fraud sebagai segala tindakan illegal yang memiliki
ciri yaitu antara lain menipu, menyembunyikan, atau pelanggaran
kepercayaan. Tindakan ini tidak hanya sebatas pada pelanggaran atau
ancaman secara fisik. Fraud dilakukan oleh individu atau organisasi untuk
memperoleh uang, properti atau jasa; untuk menghindarkan pembayaran
atau kewajiban atas jasa yang harus diberikan; atau untuk mendapatkan
keuntungan personal atau bisnis. ACFE mengkategorikan fraud dalam tiga
kelompok sebagai berikut.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 21/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 1 3
1) Korupsi (Corruption)
Menurut ACFE, korupsi terbagi ke dalam empat kelompok, yaitu:
1. Konflik kepentingan (conflict of interest);
2. Suap (bribery);
3. Pemberian illegal (illegal gratuity); dan4. Pemerasan (economic extortion).
Tanggungjawab untuk mendeteksi adanya korupsi terletak pada pemeriksa
eksternal dan internal. Korupsi dapat dilakukan oleh pihak yang berada dalam
organisasi dan/atau dengan pihak di luar organisasi.
Praktek kecurangan ini umumnya terjadi pada saat pengadaan barang/jasa
( procurement ), yakni terjadinya kolusi antara bagian pengadaan/panitia
pengadaan dengan penyedia barang/jasa.
2) Penyalahgunaan Aset ( Asset Misappropriation)Penyalahgunaan aset dapat digolongkan ke dalam “kecurangan kas” dan
“kecurangan atas persediaan dan aset lainnya”, serta pengeluaran-pengeluaran
biaya secara curang ( fraudulent disbursement ). Praktek kecurangan yang sering
dilakukan adalah menyalahgunakan aset organisasi untuk meraih keuntungan
pribadi bagi anggota organisasi/organisasi, dapat melibatkan level staf sampai
dengan manajemen puncak.
3) Pernyataan Menyesatkan ( fraud ulent statement )
Kategori ini dibagi menjadi dua sub kategori yaitu: financial dannonfinancial . Pernyataan menyesatkan pada financial dapat juga berbentuk
kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material
laporan keuangan yang merugikan investor dan kreditor karena dapat
melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Pada sub kategori financial dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Asset /Revenue Overstatements; yang meliputi:
a) Timing differences;
b) Ffictitious revenues;
c) Concealed liabilities;
d) Improper disclosures; dan
e)
Improper asset valuation.Kecurangan ini dapat bersifat financial atau kecurangan non financial .
2. Asset /Revenue Understatements.
Contoh kecurangan dalam laporan keuangan adalah praktek window dressing untuk
menaikkan nilai aset organisasi.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 22/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 1 4
Selengkapnya mengenai klasifikasi fraud menurut ACFE dapat dilihat
dalam fraud tree pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1
Sistem Klasifikasi Fraud menurut ACFE
Definisi Fraud
Menurut UU
Tipikor
Beberapa definisi mengenai fraud diatas menunjukkan bahwa istilah
fraud dipahami secara beragam sesuai dengan sudut pandang dan
interpretasi masing-masing pihak. Berdasar kondisi tersebut, Litbang PK2
mempertimbangkan untuk mendefinisikan fraud dengan mengacu pada
undang-undang yang berlaku di Indonesia, dalam hal ini adalah Undang-
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 23/155
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 24/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 1 6
2) tidak memberikan keterangan atau memberikan keterangan
yang tidak benar;
3) bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka;
4) saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi
keterangan palsu;
5) orang yang memegang rahasia jabatan tidak member keterangan
atau member keterangan palsu;
6) saksi yang membuka identitas pelapor.
UU tipikor telah mengklasifikasikan hal-hal yang termasuk dalam tindak
pidana korupsi. Meskipun demikian, UU Tipikor masih menitikberatkan
pada penanggulangan korupsi, sedangkan aspek pencegahan belum diatur
secara detail. Litbang melihat bahwa Fraud Control Plan yang telah
diterapkan di Australia dapat menjadi referensi atau benchmark bagi
Indonesia dalam usaha menanggulangi tindak pidana korupsi dari sisi
pencegahan.
Perbandingan
antara Fraud
Menurut ACFE
dengan Elemen-
Elemen Korupsi
Menurut UU
Tipikor
Sejalan dengan kegiatan kajian fraud , Litbang menemukan kesamaan
antara unsur-unsur fraud menurut ACFE dengan Undang-undang No. 20
tahun 2001 tentang tindak pidana korupsi. Kesamaan tersebut selanjutnya
menjadi dasar bagi Litbang untuk menginterpretasikan istilah fraud
menjadi korupsi dalam setiap kegiatan litbang yang berkaitan dengan isu
fraud . Kesamaan antara definisi fraud menurut ACFE dengan unsur-unsur
korupsi menurut Tipikor dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 25/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 1 7
Tabel 2.1
Kesamaan Fraud Menurut ACFE dengan Unsur-Unsur Korupsi
Menurut Tipikor
No Fraud versi ACFE Fraud versi UU Tipikor
1. Corruption
a. Conflict of InterestBenturan kepentingan dalam
pengadaan
b. Bribery Suap-menyuap
c. Illegal gratuities Gratifikasi
d. Economic Extortion Pemerasan
2. Asset Misappropriation Kerugian Negara
Perbuatan Curang
Penggelapan dalam jabatan
a. Cash
Skimming
Fraudulent
Disbursement
Larceny
b. Inventory and other asset
Misuse Larceny
3. Fraudulent Statement Kerugian Negara
Perbuatan Curang
Penggelapan dalam jabatan
a. Financial
Overstatement /
understatement
b. Non Financial
Employment credential
Pengertian korupsi menurut ACFE berbeda dengan pengertian korupsi
yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Menurut bahasa hukum positif
(UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi), pengertian korupsi secara umum adalah
perbuatan yang diancam dengan ketentuan pasal-pasal UU No. 31 Tahun
1999. Salah satu pasal menyebutkan bahwa korupsi terjadi apabila
memenuhi tiga kriteria yang merupakan syarat bahwa seseorang bisa
dijerat dengan Undang-Undang korupsi. Ketiga syarat tersebut adalah: (1)
melawan hukum; (2) memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
korporasi; dan (3) merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara.
Kriteria tersebut menetapkan bahwa orang yang dapat dijerat dengan
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 26/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 1 8
Undang-Undang korupsi bukan hanya pejabat negara saja melainkan pihak
swasta terkait dan badan usaha/korporasi. Pengertian korupsi dapat
diperluas dengan perbuatan pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang karena jabatannya menerima sesuatu (gratifikasi) dari pihak ketiga,
sebagaimana diatur dalam: (1) Pasal 12 B ayat 1, UU No. 20/2001 jo UU No.
31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan (2) Pasal 16
UU No. 30/ 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Pembandingan
antara Fraud
dengan Korupsi
Menurut
ASOSAI
ASOSAI melalui salah satu kajiannya dalam Dealing with Fraud and
Corruption in Auditing mencoba membandingkan antara fraud dengan
korupsi sebagai berikut:
Tabel 2.2
Perbandingan antara Fraud dengan Korupsi
No Modus Fraud Korupsi
1. Pihak yang terlibat Dua pihak yang terlibat :
pelaku dan korban
Paling tidak terdapat dua pihak
yang terlibat :
Orang yang menawarkan
hadiah dan pihak yang
menerimanya.
2. Modus pelanggaran Penghilangan yang material
atau salah pernyataan yang
dibuat secara sadar/sengajaoleh pelaku kejahatan.
Penyalahgunaan kewenangan di
kantor atau posisi untuk
keuntungan pribadi.
Disengaja oleh pelaku
dengan tujuan mengelabui
korban.
Penyuapan uang kepada
seseorang atau pihak tertentu
agar melakukan tindakan sesuai
permintaan penyuap
Umumnya adalah usaha
untuk menyamarkan
(camouflage)
Usaha untuk menyamarkan
mungkin terjadi
Pengkhianatan kepercayaan
antara pelaku terhadap
korban.
Pelanggaran kesetiaan kepada
pimpinan
3. Pihak yang terlibat Mungkin tidak melibatkan
pihak ketiga
Melibatkan keterlibatan pihak
ketiga
4. Pihak yang dirugikan Selalu ada kerugian di satu
pihak dan keuntungan di
pihak lainnya
Tidak selalu ada pihak yang
dirugikan.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 27/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 1 9
Pemahaman
Mengenai Fraud /
Korupsi Menurut
BPK
Berdasarkan pemahaman mengenai fraud menurut sudut pandang
beberapa referensi diatas, Litbang menyimpulkan bahwa pemahaman fraud
hampir memiliki kesamaan dengan lingkup ‘korupsi’ sebagaimana diatur
dalam undang-undang Tipikor. Lebih dari itu, perbandingan antara unsur-
unsur fraud menurut ACFE juga memiliki banyak kesamaan dengan unsur-
unsur korupsi menurut undang-undang Tipikor. Hasil wawancara Litbang
dengan beberapa entitas pemerintah menghasilkan informasi bahwa
penggunaan istilah fraud menimbulkan resistensi dari pihak yang diperiksa.
Beberapa hal diatas merupakan dasar pertimbangan Litbang untuk
menggunakan istilah ‘korupsi sebagai interpretasi dari istilah corruption dan
juga fraud . Selanjutnya Litbang berencana untuk mendiskusikan pemahaman
korupsi dengan Ditama Binbangkum dan staf ahli BPK untuk memperoleh
legitimasi atas pemahaman korupsi menurut versi BPK. Tujuan Litbang untuk
mengidentifikasi pemahaman korupsi ini adalah agar BPK memiliki
keseragaman pemahaman tentang korupsi di internal BPK sehingga tidak
menimbulkan perbedaan persepsi pada saat pelaksanaan pemeriksaan.
Usaha untuk meningkatkan kesadaran masyarakat/ entitas mengenai
tindak pidana korupsi menurut Undang-ndang Tipikor beserta dampak buruk
yang ditimbulkan juga merupakan tujuan yang akan dicapai BPK melalui
kegiatan pemeriksaan kinerja. Setelah melakukan kajian atas fraud dan
korupsi diatas, litbang telah memiliki pemahaman mengenai korupsi sebagai
berikut:
Lingkup dari pemahaman tentang korupsi ini mengacu pada Undang-
undang No. 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi yang
“Perbuatan yang sengaja dilakukan dan/atau
dengan kesadaran, telah melanggar peraturan
terkait pengelolaan keuangan negara sehingga
menguntungkan suatu pihak dan merugikan pihak
yang lain, baik secara material maupun non
material”.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 28/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 2 0
mengelompokkan tindakan korupsi antara lain adalah:
kerugian negara,
suap-menyuap,
penggelapan dalam jabatan, pemerasan,
perbuatan curang,
benturan kepentingan dalam pengadaan, dan
gratifikasi.
Penjabaran lebih lanjut tentang pemahaman BPK atas korupsi di
atas adalah:
Sengaja dilakukan
Perbuatan korupsi terjadi karena ada unsur kesengajaan,
karena peraturan yang ada seharusnya sudah mengantisipasi
terjadinya kesalahan atau potensi terjadinya korupsi.
Kesengajaan ini dilakukan karena adanya motif yang
mendorong pelaku korupsi untuk melakukan kesalahan.
Kesadaran
Orang yang menduduki jabatan tertentu, atau memiliki
tugas pokok yang spesifik, dianggap telah memilki
kapasitas/kemampuan yang memadai atas tugas-tugasnya,
memahami tanggung jawabnya sesuai peran/jabatannya dan
mengetahui semua kegiatan yang berlangsung di bawah
kewenangannya. Oleh karena itu, kesalahan (korupsi) yang
terjadi pada area yang menjadi kewenangannya menjadi
tanggung jawab orang yang bertanggung jawab atas area
kegiatan tersebut (pejabat terkait).
Melanggar peraturan
Suatu kesalahan dapat dikategorikan sebagai tindakan
korupsi apabila melanggar peraturan yang relevan dengan
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 29/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 2 1
kegiatan yang dilakukan. Apabila peraturan tidak ada atau
tidak cukup memadai, maka sistem pengelolaan keuangan
negara perlu dikaji ulang dan menjadi tanggung jawab
manajemen. Peraturan yang dimaksud dalam hal ini adalah
peraturan yang menyangkut pengelolaan keuangan negara,
sehingga sesuai dengan lingkup wewenang BPK sebagai
lembaga yang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
Ada pihak yang dirugikan dan diuntungkan
Setiap kegiatan di sektor publik selalu dibatasi dengan
adanya aturan, sedangkan korupsi dilakukan dengan sengaja
dan/atau kesadaran untuk melanggar aturan tersebut dengan
dilandasi motif tertentu, tentu ada pihak yang diuntungkan
(pelaku korupsi) dan ada pihak yang dirugikan (korban atau
negara). Pihak yang dirugikan dhi. adalah investor, kontraktor,
masyarakat, manajemen instansi lain.
Bersifat materiil atau non materiil:
Kerugian yang dialami oleh korban/negara tidak selalu
bersifat materiil (mengandung unsur keuangan) tetapi juga
dapat berdampak non materiil. Misalnya: salah saji pencatatan
nilai saldo dalam laporan keuangan (window dressing) di
BUMN, dapat merugikan investor dalam pengambilan
keputusan investasi, tetapi tidak mengakibatkan kerugian
finansial secara langsung. Keluarnya Gayus dari tahanan, tidak
menimbulkan kerugian materiil, tetapi memperburuk citra
hukum di mata masyarakat.
Beberapa definisi fraud/ korupsi dari sumber lain dapat
dilihat dalam Lampiran 2.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 30/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 2 2
Penyebab dan
Akibat dari
Korupsi serta
Aspek Lainnya
a.Penyebab korupsi menurut Gone Theory
Jack Bologna et.a. (1995) dalam The Accountant's Handbook of
Fraud and Commercial Crime menggolongkan faktor-faktor yang
mendorong seseorang melakukan fraud melalui teori “GONE”,yaitu:
1) Greed (keserakahan)
Greed terkait dengan keserakahan dan kerakusan
seseorang. Greed merupakan dorongan untuk melakukan
fraud karena ketidakpuasan seseorang atas apa yang sudah
dimiliki.
2) Opportunity ( kesempatan )
Opportunity merupakan dorongan seseorang untuk
melakukan fraud dikarenakan adanya kesempatan. Faktor
kesempatan ini muncul akibat lemahnya suatu sistem
pengendalian fraud pada suatu organisasi.
3) Need ( kebutuhan )
Need merupakan dorongan seseorang untuk melakukan
fraud yang diakibatkan oleh dorongan kebutuhan dan bahkan
sifat konsumerisme seseorang.
4) Exposure ( pengungkapan )
Exposure merupakan faktor pendorong untuk melakukan
fraud diakibatkan masih rendahnya hukuman bagi pelaku
fraud dan tidak adanya efek jera bagi pelaku fraud .
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwafaktor greed dan need merupakan faktor yang berhubungan
dengan individu pelaku korupsi (disebut juga faktor individual).
Sedangkan faktor opportunity dan exposure merupakan faktor
yang berhubungan dengan organisasi atau faktor eksternal yang
mendorong seseorang melakukan korupsi.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 31/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 2 3
b.Penyebab korupsi menurut Fraud Triangle
Cendrowsky et.al (2006) dan juga Singleton (2006:44)
menguraikan teori Fraud Triangle dari Donald R. Cressey yang
tediri dari tiga elemen penyebab terjadinya fraud/ korupsi yaitu:opportunity, motive atau financial atau pressure dan
rationalization. Bagan fraud triangle dapat dilihat pada gambar
2.2.
Gambar 2.2. Fraud Triangle
Tiga elemen fraud triangle diuraikan sebagai berikut:
1) Motive atau financial atau Pressure adalah dorongan untuk
memperoleh uang secara tidak benar atau dorongan untuk
melakukan kejahatan, contohnya:
a) berhutang sehingga menyebabkan tagihan yang
menumpuk;
b) gaya hidup mewah;
c) penggelapan;
d) ketergantungan narkoba;
e) tekanan hidup;
f) dll.
Pada umumnya, pemicu perilaku ini adalah karena
kebutuhan atau masalah finansial, meskipun dapat pula
disebabkan oleh keserakahan.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 32/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 2 4
2) Opportunity adalah peluang yang memungkinkan korupsi
terjadi. Biasanya disebabkan karena pengendalian internal
suatu organisasi yang lemah, kurangnya pengawasan,
dan/atau penyalahgunaan wewenang. Di antara 3 elemen
fraud triangle, opportunity merupakan elemen yang paling
memungkinkan untuk diminimalisir melalui penerapan
proses, prosedur, kontrol, dan upaya deteksi dini terhadap
korupsi.
3) Rationalization adalah suatu sikap pembenaran bagi pelaku
untuk melakukan korupsi, karena alasan berikut.
a) Bukan merupakan kejahatan
Organisasi telah memperoleh laba besar, sehingga
mereka tidak akan kehilangan bila pelaku mencuri
uang organisasi sedikit saja.
Masalah yang menimpa pelaku lebih besar dibanding
risiko kejahatan yang akan ia lakukan.
Pelaku merasa berhak memperoleh kesejahteraan
hidup setinggi koleganya di kantor.
Tindakan korupsi yang dilakukan bertujuan untuk
membahagiakan keluarga dan orang-orang yang
dicintainya.
b) Merupakan tindakan yang wajar dilakukan untuk
menambah penghasilan
Organisasi berhutang jasa pada pelaku, sehingga
pelaku merasa berhak mengambil lebih.
Masa kerja pelaku cukup lama dan dia merasa
seharusnya berhak mendapatkan lebih dari yang
telah dia dapatkan sekarang (posisi, gaji, promosi,
dll).
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 33/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 2 5
c) Rasa dendam atau benci terhadap tempat kerja
Organisasi pantas untuk kehilangan uang karena
diambil oleh para pegawainya.
Pelaku merasa bukan penjahat, tapi pahlawan.
Pelaku yakin manajer organisasi juga melakukan
kejahatan serupa.
c. Akibat Korupsi
Beberapa akibat yang ditimbulkan dari tindakan korupsi antara
lain:
1) Birokrasi
Korupsi akan menyebabkan birokrasi menjadi tidak
efisien, sistem birokrasi menjadi berbelit-belit dan
meningkatnya biaya administrasi dalam birokrasi. Sistem
birokrasi yang seharusnya dapat dibuat sederhana dan
cepat, menjadi sengaja diperlambat dan dipersulit, sehingga
terbuka kesempatan bagi para pelaku korupsi untuk
melakukan pungutan liar, sehingga kualitas pelayanan publik
juga menurun, karena hanya orang-orang tertentu yang
bersedia menyediakan dana lebih untuk memperlancar
birokrasi yang berbelit-belit yang dapat menerima pelayanan
yang baik.
2) Ekonomi
Korupsi dapat merusak perkembangan ekonomi suatu
bangsa. Jika suatu projek ekonomi dijalankan sarat dengan
unsur-unsur korupsi (penyuapan untuk kelulusan projek,
nepotisme dalam penunjukan pelaksana projek,
penggelapan dalam pelaksanaannya dan bentuk korupsi lain-
lain dalam projek), maka pertumbuhan ekonomi yang
diharapkan dari projek tersebut tidak akan tercapai.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 34/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 2 6
3) Politik
Korupsi yang dilakukan oleh penguasa/ politikus akan
menurunkan legitimasi pemerintahan dimata masyarakat,
yakni hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintahan. Masyarakat akan cenderung untuk tidak
patuh dan tunduk terhadap pemerintahan yang ada, sebagai
contoh sering munculnya gelombang demonstrasi yang
menentang pemerintah.
Sistem Kendali
Korupsi (SKK)
Sebagai AlatPencegahan
Korupsi
Fraud atau yang telah ditetapkan Litbang sebagai korupsi merupakan
suatu kejahatan yang rentan terjadi di setiap organisasi. Sebagai usaha
untuk mencegah terjadinya korupsi di suatu entitas, diperlukan
seperangkat sistem bagi manajemen untuk mencegah, mendeteksi,
menginvestigasi, dan menghindari terjadinya korupsi. Pencegahan
korupsi adalah tanggung jawab dari manajemen. Oleh karena itu,
manajemen memiliki kewajiban untuk mengembangkan suatu program
atau strategi khusus untuk mengendalikan korupsi di lingkungan
entitasnya.
Korupsi merupakan kejahatan yang memiliki bentuk yang sangat
beragam dan sangat berpotensi terjadi di setiap organisasi di dunia.
Secara umum, organisasi-organisasi telah berupaya mengembangkan
sistem atau strategi untuk mengendalikan korupsi. Dalam
pengembangan tool tersebut, beberapa elemen dasar perangkat
pengendalian korupsi dirancang sebagai alat dan parameter usaha
pengendalian korupsi. Kajian Litbang akan menyampaikan dua metode
pendekatan yang dapat digunakan sebagai alat untuk menilai upaya
entitas dalam mengendalikan korupsi. Dalam laporan ini, alat tersebut
diistilahkan dengan nama Sistem Kendali Korupsi (SKK). Dua SKK yang
dapat dijadikan acuan antara lain:
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 35/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 2 7
a. SKK menurut Tenaga Ahli BPK
Model SKK yang dikembangkan oleh Tenaga Ahli BPK yaitu Bpk.
Khairiansyah Salman terdiri dari sembilan elemen yang harus
dimiliki oleh suatu entitas. Model ini memiliki kemiripan dengan
model Fraud Control Program ( FCP) yang dikembangkan oleh
BPKP. Model sistem kendali korupsi yang dikembangkan oleh
tenaga ahli BPK tersebut dapat diilustrasikan dalam gambar 2.3
sebagai berikut:
Gambar 2.3
Model Sistem Kendali Korupsi
Penerapan model ini membutuhkan empat peran/fungsi utama
dalam struktur organisasi suatu entitas, yaitu internal audit, dewan
direksi, komite audit, dan dewan komisaris. Masing-masing
peran/jabatan ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kondisi atau
struktur organisasi pada organisasi sektor publik. Keempat
peran/jabatan ini bertanggung jawab untuk pengembangan sistem
kendali korupsi di masing-masing entitas.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 36/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 2 8
Model ini membagi empat kegiatan utama dalam pengendalian
korupsi, yaitu:
1) Tahap pencegahan: untuk mencegah timbulnya kasus
korupsi.
2) Tahap deteksi: untuk mendeteksi terjadinya suatu kasus
korupsi dengan tepat waktu.
3) Investigasi: untuk meminimalisir kerugian yang ditimbulkan
akibat terjadinya korupsi dan juga untuk memperbaiki
sistem pengendalian internal.
4) Pemberian efek jera: untuk menangkap pelaku korupsi dan
mengambil tindakan untuk membuat para pelaku maupun
orang-orang lain yang berpotensi akan melakukan korupsi
menjadi jera, sehingga secara tidak langsung kasus korupsi
dapat ditekan.
Secara lebih rinci, model ini mengidentifikasikan sembilan
elemen untuk mendukung keempat kegiatan dalam
pengendalian korupsi tersebut. Kesembilan elemen tersebut
antara lain adalah.
1) Integrated macro policy
a) Manajemen perlu untuk menyusun suatu kebijakan yang
menyatakan bahwa Sistem Kendali Korupsi ini
merupakan kebijakan yang mengikutsertakan seluruh
elemen organisasi dan menjadi jiwa bagi setiap kegiatan
organisasi.
b) Kebijakan harus dikembangkan dengan berfokus pada
level makro strategis sebelum masuk kepada hal-hal yang
bersifat detail. Kebijakan harus tersusun dan terstruktur
dengan baik dan “ proper ” agar dapat terbentuk suatu
komposisi yang menyatukan seluruh elemen-elemennya
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 37/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 2 9
sehingga bersifat holistik dan saling melengkapi dalam
rangka mengendalikan kecurangan. Harus tertuang
dalam suatu dokumen yang menjelaskan secara terang,
formal, terencana dalam waktu dalam rangka
implementasi strategi pengelolaan kecurangan.
c) Pada saat yang sama, elemen-elemen dari standar yang
ada juga disiapkan untuk seluruh unit-unit dengan
mempertimbangkan berbagai kondisi, terutama yang
terkait dengan faktor-faktor lingkungan bisnis dan
proses bisnis entitas yang bersangkutan.
d) Analisa yang lebih detail perlu dilakukan sebelum
menentukan suatu kebijakan, ukuran, dan tindakan yang
tepat untuk masing-masing unit yang ada.
2) Responsibility structure
a) Pada dasarnya tanggung jawab untuk mencegah
terjadinya kecurangan ada pada pihak manajemen.
Manjemen harus menyusun terlebih dahulu suatu
struktur tanggung jawab yang bersifat komprehensif
dalam rangka implementasi strategi dan memberikan
dampak dalam pengendalian kecurangan.
b) Tanggung jawab dari manajemen dalam mencegah dan
mendeteksi adanya kecurangan harus terlihat pada level
strategis, maupun pada level operasional.
c) Jika memungkinkan dalam rangka implementasi strategi
pengendalian atas kecurangan, sebaiknya dibentuk
“Komite Pengendalian Kecurangan”. Komite ini memiliki
tugas untuk menentukan prioritas organisasi, melakukan
koordinasi antar unit kerja, dan mengomunikasikan
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 38/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 3 0
strategi kepada seluruh level organisasi.
3) Fraud risk assesment
a) Definisi dan pengertian ‘korupsi’ harus diatur secara
tertulis dan dipahami oleh seluruh pegawai.
b) Manajemen harus senantias melakukan penilaian atas
risiko-risiko terjadinya korupsi ( fraud risk assesment )
untuk mengidentifikasi potensi risiko yang melekat pada
suatu organisasi dan menentukan langka-langkah
mitigasinya. Kegiatan ini dapat membantu menajemen
untuk menyusun profil risiko korupsi dan pengembangan
sistem kendali korupsi.
4) Employee awareness
Staff merupakan sumber utama mengenai hal-hal rinci
atas apa yang terjadi di suatu organisasi. Tanpa kerja sama
dan inisiatif yang baik dari staff, maka banyak kecurangan
tidak akan dapat dicegah apalagi dideteksi. Harus ada
kejelasan bagi seluruh pekerja bahwa mereka mempunyai
tanggung jawab dalam rangka menghilangkan kecurangan.
5) Customer alertness
Stakeholders suatu organisasi memiliki ekspektasi yang
sangat besar akan akuntabilitas dan transparansi. Sehingga
diperlukan jaminan, bahwa entitas tersebut telah memiliki
komitmen untuk menjamin adanya upaya pengendalian
korupsi yang kuat. Implementasi sistem kendali korupsi jugamembutuhkan partisipasi dari stakeholder organisasi. Jadi
lingkup pengembangan SKK ini juga mengatur kepada pihak
di luar organisasi.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 39/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 3 1
6) Fraud reporting system
Pengembangan SKK harus didukung dengan sistem
pelaporan atas kasus korupsi secara memadai. Hal ini
penting karena tanpa kesiapan untuk menangani laporan
tentang korupsi ini, orang akan enggan melaporakan
sehingga kecurangan tetap akan sulit untuk dikendalikan.
7) Whistle-blower policy
Manajemen harus memberikan jaminan keamanan bagi
pelapor kejadian korupsi. Dengan adanya jaminan ini, maka
orang (pegawai, pihak luar) tidak akan takut untuk
melaporkan suatu kasus korupsi dalam organisasi. Kebijakan
ini harus dibuat secara formal dan harus diketahui oleh
semua pihak yang berperan dalam proses bisnis organsasi.
8) Investigation standard
Organisasi harus memiliki suatu standar tindakan
investigasi yang akan dilakukan bila terjadi kasus korupsi.
Korupsi merupakan suatu tindakan melanggar hukum
pidana. tindakan berupa pemeriksaan investigasi harus
dilakukan untuk mengidentifikasi kasus korupsi, dan tidak
boleh ada campur tangan dari manajemen.
9) Code of conduct
Manajemen harus mendefinisikan dengan
(mendefinisikan dengan apa?) dan terdokumentasi tentang
peran, fungsi, serta lingkungan etika di dalam organisasi.
Menentukan reward dan penalti yang jelas serta panduan
apa yang harus dilakukan seandainya standar yang telah
ditetapkan dilanggar.
Standar sebaiknya bersifat umum sehingga bisa mencakup
pengertian yang luas.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 40/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 3 2
b. SKK menurut ANAO
SAI negara lain yang telah mengembangkan Sistem kendali
Korupsi adalah negara Australia, yang disebut dengan Fraud
Control Plan (FCP). FCP ini secara garis besar memiliki
kesamaan dengan model menurut tenaga ahli BPK, seperti
telah dijelaskan sebelumnya. FCP terbagi menjadi empat
kegiatan utama yaitu:
1) pencegahan;
2) pendeteksian;
3) respons; serta
4) kegiatan monitoring, evaluasi, dan pelaporan.
Masing-masing kegiatan tersebut (pencegahan,
pendeteksian, respons dan monitoring, serta evaluasi dan
pelaporan) harus dirumuskan dalam suatu kebijakan dan
peraturan perundang-undangan secara formal untuk mengikat
semua personil dalam organisasi tersebut. Keempat kegiatan
tersebut juga memerlukan dukungan tata kelola yang baik dan
konsisten, agar implementasinya dapat memenuhi tujuan yang
telah ditetapkan.
Perumusan kebijakan dan tata kelola organisasi sangat
dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan organisasi dan budaya
yang dikembangkan dalam organisasi tersebut. Pimpinan
organisasi harus dapat menciptakan suatu budaya positif
dalam organisasi. Dengan demikian dapat tercipta suatu
lingkungan yang sehat. Model FCP ini dapat diilustrasikan
dalam gambar 2.4 berikut ini:
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 41/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 3 3
Strategi
Pengendalian
Fraud
Strategi
Pengendalian
Fraud
Strategi
Pengendalian
Fraud
Pencegahan
M o n i t o
r i n g
,
e v a l u
a s i d a n
p e l a
p o r a n
Respons
K e b i j a k a n
& P e r u n d a n g - u n d a n g a n
P e n d e t e k s i a n
Tatakelola
BUDAYA
KEPEMIMPINAN
Gambar: 2.4
Fraud Control Plan
Hubungan
antara SPI
dengan SKK
Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam upaya pengendalian
korupsi adalah mengenai hubungan antara korupsi dengan SPI. Apakah
SKK dan SPI dapat dikatakan identik sehingga entitas yang sudah
mempunyai SPI tidak perlu lagi membuat SKK.
Vona (2008:1-2) berpendapat bahwa pemeriksa dapat mengandalkan
evaluasi kecukupan dan keefektifan SPI dalam mendeteksi dan
mencegah korupsi. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan mereviu
dokumen hasil pemeriksaan yang lalu. Jika pengendalian internal
dianggap cukup handal, maka auditor dapat mengujinya untuk
memperoleh keyakinan. Audit atas fraud merupakan pendekatan audit
yang proaktif yang didesain untuk merespon risiko korupsi.
Berikut ini adalah kajian mengenai SPI versi COSO dan hubungannya
dengan fraud / korupsi.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 42/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 3 4
a.SPI menurut COSO
COSO mendefinisikan SPI sebagai suatu proses yang dipengaruhi
oleh struktur organisasi, alur otoritas dan kerja, sistem informasi
manajemen dan manusia. SPI didesain untuk membantu
organisasi dalam mencapai tujuan jangka panjang dan jangka
pendek. COSO sendiri merumuskan SPI dengan menetapkan lima
komponen utama yang terdiri dari:
1) Lingkungan Pengendalian;
2) Penilaian Risiko;
3) Aktifitas Pengendalian;
4) Informasi dan Komunikasi; serta
5)
Monitoring.
Hasil kajian Litbang menyimpulkan bahwa beberapa komponen
SPI versi COSO memiliki unsur-unsur fraud control/ pengendali
korupsi. Hal tersebut diuraikan lebih lanjut pada bab ini.
b.Fraud control dalam perangkat COSO
Cendrowski dan Martin dan Petro (2007) dalam Handbook of
fraud deterrence hal. 119-136 menyatakan bahwa perangkat
COSO sebagai alat pendekatan dalam penilaian SPI organisasi
memiliki unsur-unsur yang menyangkut fraud control/
pengendali korupsi. Unsur-unsur tersebut secara khusus
terdapat dalam empat komponen COSO sebagai berikut.
1) Risk Assessment (penilaian risiko)
Elemen Risk Assessment menyebutkan bahwa dalam
usaha pencegahan korupsi, kegiatan risk assessment
mencakup identifikasi atas faktor internal dan eksternal
yang berpotensi merusak struktur pengendalian internal
suatu organisasi, tindakan merekayasa nilai aset dan
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 43/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 3 5
tindakan-tindakan melanggar aturan manajemen lainnya.
Risk assessment mencakup kegiatan identifikasi atas
ancaman yang mungkin terjadi dan tindakan-tindakan apa
saja yang harus dilakukan untuk menghadapi ancaman
tersebut.
2) Control procedures (prosedur pengendalian)
Prosedur pengendalian (control procedures) merupakan
mekanisme pencegahan korupsi yang sangat penting.
Semakin baik kualitas prosedur pengendalian dalam suatu
organisasi, maka semakin kecil probabilitas suatu tindak
korupsi akan terjadi. Kegiatan pencegahan korupsi juga
meliputi pengujian secara proaktif terhadap kualitas dan
fungsi suatu prosedur pengendalian dalam organisasi.
Terkait usaha perlindungan aset, pengendalian
dilakukan melalui pengidentifikasian aset-aset yang rentan
terhadap korupsi dan merumuskan mekanisme
pengendalian yang memadai. Pencegahan korupsi dilakukan
melalui pengujian prosedur pengendalian untuk
memastikan bahwa alat pengendalian tersebut telah
berfungsi secara memadai.
3) Information and Communication (Informasi dan
komunikasi)
Pencegahan korupsi dalam elemen Information and
Communication adalah dengan menekankan efektifitaskomunikasi top-down dan bottom-up baik secara formal
maupun informal. Semakin baik komunikasi berjalan,
semakin efektif kegiatan komunikasi tersebut sebagai
pencegah terjadinya korupsi dalam organisasi.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 44/155
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 45/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 3 7
menggunakan istilah korupsi daripada fraud .
c. Analisis sebab akibat terjadinya korupsi dan analisis atas Sistem
Kendali Korupsi (SKK) yang diperoleh dari tenaga ahli BPK dan
ANAO menghasilkan hal-hal sebagai berikut:
1) korupsi disebabkan oleh tiga faktor besar, yaitu: adanya
kesempatan, karena tekanan, dan rasionalisasi
(pembenaran);
2) penilaian kualitas Sistem Kendali Korupsi dilakukan pada
keseluruhan tahap, dari pencegahan, pengidentifikasian,
investigasi, pemberantasan, serta monitoring. Atas dasar hal
tersebut, Litbang selanjutnya melakukan diskusi dengan
beberapa entitas pemerintah untuk mengetahui tingkat
keberadan dan kematangan sistem kendali korupsi entitas.
Hasil diskusi dengan entitas akan dibahas secara khusus
dalam bab 3;
3) kegiatan analisis atas dua model Sistem Kendali Korupsi
menghasilkan keputusan Litbang untuk mengadopsi model
fraud control yang dikembangkan oleh ANAO dengan tetap
mengakomodir elemen-elemen Sistem Kendali Korupsi yang
ditawarkan oleh tenaga ahli BPK;
4) elemen-elemen SKK tersebut merupakan unsur penentu
tinggi rendahnya kualitas alat pengendalian korupsi di suatu
entitas atau organisasi. Kegiatan pemeriksaan BPK yang
paling sesuai untuk menilai kinerja SKK entitas adalahpemeriksaan kinerja. Terkait dengan dua hal tersebut,
Litbang menilai bahwa elemen-elemen SKK tersebut
merupakan salah satu unsur utama yang digunakan sebagai
kriteria pemeriksaan kinerja;
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 46/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 3 8
5) analisis lebih lanjut tentang SKK dilakukan dengan menguji
hubungan antara SKK dengan SPI. Berdasar hasil studi
literatur, diketahui bahwa komponen-komponen SPI selain
komponen pengendalian merupakan komponen yang
mengatur pengendalian Korupsi. Oleh karena itu, terdapat
bagian yang sama antara SPI dengan SKK.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 47/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 3 9
BAB 3
UPAYA PEMERINTAH INDONESIA DALAM PENANGGULANGAN KORUPSI
Korupsi merupakan permasalahan yang dihadapi oleh setiap negara di dunia. Bentuk dan
praktik kejahatan korupsi juga sangat beragam. Setiap negara berusaha menanggulangi dan
memberantas korupsi melalui berbagai tindakan dan kebijakan, demikian pula dengan organisasi
auditor internasional seperti INTOSAI beserta negara-negara anggotanya. Indonesia, khususnya
pasca era reformasi, juga telah melakukan beberapa upaya pencegahan dan pemberantasan
korupsi. Bab 3 akan membahas mengenai upaya pemerintah dalam memberantas korupsi dan
hasil diskusi antara Litbang BPK dengan beberapa entitas pemerintah khususnya aparat penegak
hukum (APH) mengenai usaha mereka dalam memberantas korupsi di lingkungan internal
organisasinya.
Upaya
Penanggulangan
Korupsi melalui
Penegakan
Hukum
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam mengendalikan
korupsi yang ada di Indonesia. Salah satu upaya pemerintah adalah
melalui penegakan hukum, yakni dengan membentuk peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan pengendalian korupsi.
Beberapa peraturan perundang-undangan yang telah dibentuk
pemerintah tersebut adalah:
a. Undang-undang tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
Pemerintah telah menetapkan Undang-Undang No. 31
Tahun 1999 Jo. UU No. 20 tahun 2001 tentang pemberantasan
tindak pidana korupsi. Undang-undang tersebut mengatur
diantaranya adalah tindakan-tindakan yang dikategorikan
sebagai tindak pidana korupsi, tindak pidana lain yang berkaitan
dengan tindak pidana korupsi, ketentuan mengenai penyidikan,
penuntutan dan pemeriksaan tindak pidana korupsi, juga
bentuk peran serta masyarakat dalam pemberantasan tindak
pidana korupsi.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 48/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 4 0
b. Undang-undang tentang komisi pemberantasan tindak pidana
korupsi (KPK)
Untuk mendukung pemberantasan tindak pidana korupsi,
pemerintah juga membentuk komisi pemberantasan tindakpidana korupsi melalui Undang-Undang No. 30 Tahun 2002
tentang komisi pemberantasan tindak pidana korupsi. Undang-
undang tersebut mengatur antara lain tugas, wewenang dan
kewajiban KPK, tata cara pelaporan dan penentuan status
gratifikasi, tempat kedudukan, tanggung jawab, dan susunan
organisasi KPK, pimpinan KPK, penyelidikan, penyidikan dan
penuntutan, pemeriksaan di sidang pengadilan, rehabilitasi dan
kompensasi bagi pihak yang dirugikan akibat penyelidikan,
penyidikan dan penuntutan yang dilakukan oleh KPK serta
pembiayaan KPK.
c. Undang-undang tentang penyelenggaraan negara yang bersih
dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme
Sebagai bentuk keseriusan pemerintah dalam
pemberantasan korupsi, pemerintah juga menetapkan Undang-
Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Undang-undang tersebut diantaranya mengatur tentang
pembentukan komisi pemeriksa yang berfungsi untuk
mencegah praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam
penyelenggaraan negara.
d. Instruksi Presiden tentang percepatan pemberantasan korupsi
Sebagai wujud nyata upaya pemerintah dalam
pemberantasan korupsi, maka presiden menetapkan Instruksi
Presiden No. 5 Tahun 2004. Inpres tersebut menginstruksikan
para menteri, Jaksa Agung Republik Indonesia, Panglima TNI,
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 49/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 4 1
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kepala Lembaga
Pemerintah non Departemen, Gubernur, Bupati, dan Walikota
untuk:
a)
melaporkan harta kekayaannya kepada KPK;b) membantu KPK dalam penyelenggaraan pelaporan,
pendaftaran, pengumuman, dan pemeriksaan laporan harta
kekayaan penyelenggara negara;
c) menetapkan penetapan kinerja dengan pejabat dibawahnya
secara berjenjang;
d) meningkatkan kualitas pelayanan publik;
e) menetapkan program dan wilayah yang menjadi lingkup
tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya sebagai program
dan wilayah bebas korupsi;
f) melaksanakan Kepres No. 80 Tahun 2003 tentang pengadaan
barang/ jasa secara konsisten untuk mencegah terjadinya
kebocoran dan pemborosan penggunaan keuangan negara;
g) menerapkan kesederhanaan baik dalam kedinasan maupun
dalam kehidupan pribadi, serta penghematan pada
penyelenggaraan kegiatan yang berdampak langsung pada
keuangan negara;
h) memberikan dukungan maksimal terhadap upaya
penindakan korupsi yang dilakukan oleh Kepolisian Republik
Indonesia, Kejaksaan Republik Indonesia, dan KPK;
i) melakukan kerja sama dengan KPK untuk melakukan
penelaahan dan pengkajian terhadap sistem-sistem yang
berpotensi menimbulkan tindak pidana korupsi; serta
j) meningkatkan upaya pengawasan dan pembinaan aparatur
untuk meniadakan perilaku koruptif dilingkungannya.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 50/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 4 2
e. Peraturan Pemerintah tentang tata cara peran serta
masyarakat dan pemberian penghargaan dalam pencegahan
dan pemberantasan tindak pidana korupsi
Selain aparat penegak hukum, masyarakat juga dapatberperan aktif dalam memberantas korupsi. Untuk mengatur
peran serta masyarakat dalam pemberantasan korupsi,
pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun
2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat
dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Peraturan ini mengatur
diantaranya adalah hak dan tanggung jawab masyarakat dalam
mencari, memeroleh, memberi informasi, saran, dan pendapat
terkait dengan perkara tindak pidana korupsi, hak dan tanggung
jawab masyarakat dalam memperoleh pelayanan dan jawaban
dari penegak hukum atas perkara tindak pidana korupsi, serta
hak dan tanggung jawab masyarakat dalam memperoleh
perlindungan hukum.
f. Peraturan Perundang-undangan yang terkait pemberantasan
korupsi
1. UU No. 31 Tahun 1999, tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
2. UU No. 20 Tahun 2001, tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
Inpres No. 5 tahun 2004 tentang Percepatan PemberantasanKorupsi
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 51/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 4 3
Indeks Persepsi
Korupsi Indonesia
Indeks Persepsi Korupsi (IPK) adalah pengukuran tingkat korupsi
berdasarkan persepsi negara-negara di Dunia yang dilakukan oleh
Transparency International (TI). IPK ini diukur berdasarkan kompilasibeberapa dari beberapa survei. Indeks ini menggunakan skala 0 sampai
10, dengan 0 sebagai titik terkorup dan 10 merupakan titik terbersih.
Menurut KPK, IPK tidak dapat dipandang sebagai suatu tren yang dapat
dilihat dari tahun ke tahun, artinya bila ditahun pertama suatu negara
memiliki IPK sebesar 3, kemudian ditahun kedua IPK negara tersebut
menjadi 3,5 bukan berarti negara tersebut mengalami kemajuan. Hal ini
disebabkan survey dan kriteria yang digunakan dalam pengukuran IPK,
tidak sama setiap tahunnya. Berdasarkan data TI, IPK Indonesia selama
sepuluh tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1
Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesiamenurut Transparency International
Tahun 2001-2010
TahunIPK Urutan Dunia
2001 1,9 88
2002 1,9 96
2003 1,9 122
2004 2,0 133
2005 2,2 137
2006 2,4 130
2007 2,3 143
2008 2,6 126
2009 2,8 111
2010 2,8 110
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 52/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 4 4
Peran dan Upaya
yang Telah
Dilakukan Entitas
Pemerintah dalam
Penanggulangan
Korupsi serta
Kendala yang
Dihadapi
Usaha Litbang BPK untuk merumuskan pemahaman mengenai SKK
dan mengembangkan pemeriksaan kinerja atas SKK dilakukan baik
melalui studi literatur, diskusi internal BPK, maupun diskusi dengan pihak
luar d.h.i entitas yang diwakili oleh aparat penegak hukum (APH) dan
beberapa entitas yang dinilai telah mengembangkan SKK di
lingkungannya.
Diskusi tentang SKK dengan entitas telah menghasilkan beberapa
hasil positif, diantaranya adalah:
1) keberhasilan Litbang BPK dalam penyampaian sosialisasi
kepada entitas terkait tentang rencana BPK untuk melakukan
pemeriksaan atas Sistem Kendali Korupsi melalui pemeriksaan
kinerja;
2) pemahaman bersama mengenai istilah fraud dan pemilihan
penggunaan istilah korupsi daripada fraud ;
3) meningkatkan kesadaran entitas mengenai pentingnya
pengembangan SKK di lingkungan masing-masing; dan
4) sikap apresiatif juga kooperatif dari entitas atas rencana BPK
untuk melakukan pemeriksaan SKK di entitas, setelah
penjelasan yang dilakukan oleh tim Litbang BPK mengenai
pentingnya pengembangan SKK.
Diskusi dengan beberapa entitas pemerintah diuraikan pada sub
bab ini.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 53/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 4 5
a. Hasil diskusi dengan entitas
1)Diskusi dengan BAKN
Pertemuan ini membahas mengenai rencana
pemeriksaan kinerja atas pengendalian korupsi dan meminta
masukan dari BAKN, serta peran BAKN dalam usaha
pemerintah untuk memberantas korupsi.
a)Penyampaian materi oleh BPK
BPK d.h.i Anggota III BPK mengemukakan beberapa hal
mengenai perkembangan kegiatan pemeriksaan BPK RI
khususnya pemeriksaan kinerja sebagai berikut.
i. Rencana ke depan BPK RI untuk meningkatkan porsi
pemeriksaan kinerja dari sekitar 9% menjadi 15% pada
tahun 2015.
ii. Proyek utama BPK yaitu pemeriksaan kinerja atas
pengendalian korupsi di entitas pemerintahan, sebagai
wujud salah satu peran BPK dalam usaha
pemberantasan korupsi.
iii. Salah satu alasan mengapa BPK memberi perhatian
besar terhadap pemeriksaan kinerja atas pengendalian
korupsi dan korupsi adalah bahwa selama ini opini
pemeriksaan Laporan Keuangan BPK tidak berkaitan
langsung dengan keberadaan praktik korupsi di entitas
terkait.
iv. Kegiatan pemeriksaan kinerja merupakan metode yang
lebih efektif yang dapat digunakan untuk menilai
kinerja entitas dalam mencegah dan menindaklanjuti
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 54/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 4 6
adanya korupsi di lingkungannya.
v. BPK telah menerapkan kebijakan menggunakan jasa
KAP terpilih untuk melakukan sebagian porsi kegiatan
pemeriksaan keuangan BPK. Disisi lain, BPK akan
meningkatkan fokus dan porsi pemeriksaan kinerja dari
tahun ketahun.
vi. BPK telah melakukan kajian awal tentang keberadaan
SKK di entitas dan menemukan bahwa hanya beberapa
entitas saja yang telah mencoba menerapkan SKK
meskipun belum mengakomodir semua unsur korupsi.
BPK menarik isu tentang siapa sebenarnya
bertanggungjawab atas keberadaan dan kualitas SKK:
BPK atau entitas?
vii. BPK menyatakan bahwa temuan-temuan pemeriksaan
yang selalu ada namun terulang di tahun-tahun
berikutnya menunjukkan bahwa ada kondisi yang salah
pada entitas. Kondisi tersebut adalah karena belum
adanya mekanisme yang mengatur agar kesalahan
atau pelanggaran yang menjadi temuan BPK tersebut
dapat ditanggulangi dan dicegah sehingga tidak
terulang lagi di tahun-tahun berikutnya.
viii. BPK selanjutnya menyampaikan pertanyaan: adakah
kemauan dari semua pihak untuk menerapkan suatu
FCP?
b)Pendapat dan tanggapan BAKN
Beberapa tanggapan dan pendapat BAKN atas rencana
kegiatan pemeriksaan kinerja atas FCP oleh BPK sebagai
berikut:
i. Meskipun opini auditor tidak berkaitan langsung
dengan keberadaan korupsi di entitas, pemeriksa harus
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 55/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 4 7
lebih berhati-hati dalam menetapkan opini
pemeriksaan.
ii. BPK dapat mempertimbangkan unsur korupsi dalam
menentukan opini.
iii. Pemeriksaan atas kualitas pengendalian korupsi pada
entitas merupakan tanggung jawab BPK.
iv. Kegiatan penegakan pemberantasan korupsi harus
dimulai dari pusat.
v. Pemeriksaan atas FCP dilakukan oleh pemeriksa BPK
dan bukan oleh KAP yang ditunjuk BPK, karena hal
tersebut menyangkut kerahasiaan Negara.
vi.
BAKN berpendapat bahwa FCP dimulai dari
stakeholders pemberantasan korupsi, antara lain:
Pemerintah pusat;
Depdagri;
BPK; dan
DPR RI.
vii. Pilot project pemeriksaan kinerja penanggulangan
korupsi dilakukan di pemerintah pusat dulu, sedangkan
kriteria yang digunakan adalah bahwa entitas tersebut
memiliki dampak yang besar terhadap daerah (contoh:
Depdagri).
Detail mengenai diskusi dengan BAKN dapat dilihat pada Lampiran 3.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 56/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 4 8
2)Diskusi dengan BPKP
BPKP merupakan entitas
pertama yang berdiskusidengan Litbang mengenai SKK.
Litbang menilai perlu untuk mendahulukan diskusi bersama
BPKP dengan pertimbangan bahwa BPKP telah
mengembangkan SKK sejak tahun 2005. Ide awal BPKP untuk
menyusun dan mengembangkan SKK diperoleh dari hasil
investigasi BPKP yang menyimpulkan bahwa selama ini
penanganan korupsi bersifat represif, padahal bila korupsi
tersebut dicegah sebelum terjadi, maka penanggulangan
korupsi akan lebih efektif.
a) Sepuluh atribut SKK versi BPKP
BPKP mengembangkan SKK yang terdiri dari sepuluh
atribut sebagai berikut:
i. kebijakan terintegrasi,
ii. struktur pertanggungjawaban,
iii. penilaian risiko Korupsi,
iv. kepedulian karyawan,
v. kepedulian pelanggan masyarakat,
vi. perlindungan pelapor,
vii. sistem pelaporan Korupsi,
viii. pelaporan eksternal,
ix. standar investigasi,
x. standar perilaku dan disiplin.
b) Siklus SKK
Implementasi SKK BPKP dilakukan melalui empat siklus
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 57/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 4 9
sebagai berikut:
i. Sosialisasi,
ii. diagnostic assessment (terdiri dari sepuluh atribut),
iii.
bimbingan teknis, daniv. evaluasi.
Sebagai penyusun dan pengembang SKK, BPKP akan
melaksanakan kegiatan tersebut pada entitas pemerintah
dan juga melakukan pendampingan, pemantauan, dan
pembimbingan terhadap entitas dalam kegiatan
implementasi SKK di lingkungan masing-masing.
c) Kendala yang dihadapi BPKP serta Komitmen entitas
Implementasi SKK BPKP menghadapi kendala yang
berupa resistensi entitas untuk menerapkan SKK di
lingkungan mereka. Hal tersebut disebabkan karena:
i. entitas masih menganggap bahwa SKK belum
dipandang penting untuk diterapkan;
ii. BPKP belum memiliki payung hukum untuk
melaksanakan penerapan SKK di instansi pemerintah;
dan
iii. entitas masih memandang bahwa mereka belum
menerapkan SPIP secara menyeluruh dan benar,
sehingga entitas mengutamakan untuk perbaikan
implementasi SPIP daripada SKK.
d) Pemeriksaan SKK pada entitas
Sampai saat ini, karena entitas belum ada yang
menerapkan SKK, maka hal yang dapat dilakukan oleh BPKP
hanyalah mengidentifikasi keberadaan sepuluh atribut SKK
pada entitas terperiksa (diagnostic assessment ). Metode
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 58/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 5 0
pemeriksaan dilakukan dengan wawancara dan kuesioner.
Hasil pemeriksan SKK kemudian diserahkan kepada entitas
dan selanjutnya BPKP melakukan pendampingan untuk
pengembangan SKK pada entitas.
e) Penerapan SKK pada BPKP
Sampai saat ini BPKP belum memiliki SKK sempurna
untuk kalangan BPKP sendiri. SKK lingkungan BPKP masih
dalam tahap pengembangan yang dilakukan secara paralel
dengan pengembangan SKK pada entitas BPKP.
f) Kerjasama BPKP dan APH dalam pencegahan korupsi
Terkait dengan korupsi, BPKP telah melakukan kerja
sama dengan KPK.
Penjelasan lebih detail mengenai kegiatan pengendalian
korupsi oleh BPKP dapat dilihat pada Lampiran 4.
3)Diskusi dengan KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
memiliki fungsi pencegahan dan
penindakan korupsi. Perumusan dan
perencanaan implementasi pencegahan korupsi telah
dilakukan KPK dibawah koordinasi Litbang KPK. Berikut
penjelasan singkat mengenai peran KPK dalam pemberantasan
korupsi.
a) Peran KPK terkait pengendalian korupsi
Sehubungan dengan pengendalian korupsi, jika
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 59/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 5 1
dikerucutkan, peran KPK dalam pengendalian korupsi
adalah pencegahan dan penindakan. Pencegahan terkait
penerimaaan laporan dan pemeriksaan gratifikasi,
penerimaan laporan dan pemeriksaan LKHPN, pendidikan,
sosialisasi, kampanye anti korupsi, kerja sama antar
lembaga serta tugas Monitor yaitu mengkaji dan
memberikan saran kepada pengelolaan administrasi
keuangan instansi pemerintah.
b) Program pengendalian gratifikasi
Saat ini KPK sedang mengembangkan program
pengendalian gratifikasi. Pengendalian gratifikasi ini saat ini
diterapkan melalui pilot project pada pertamina dan KPK
sendiri.
c) Penilaian Inisiatif Anti Korupsi
Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) adalah alat ukur
dalam menilai kemajuan suatu instansi publik dalam
mengembangkan upaya pemberantasan korupsi di
instansinya. PIAK ditujukan untuk mengukur apakah suatu
instansi telah menerapkan sistem dan mekanisme yang
efektif untuk mencegah dan mengurangi korupsi di
lingkungannya.
PIAK dinilai oleh tiga pihak, yaitu:
i. unit utama mengisi kuesioner PIAK untuk direview
oleh Inspektorat penilaian sendiri (self assessment ),
ii. KPK mengumpulkan hasil penilaian setiap instansi
melalui Inspektorat untuk dikonfirmasi dan dinilai,
dan
iii. Lembaga Riset/Akademisi akan menetapkan nilai
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 60/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 5 2
untuk laporan kualitatif.
Saat ini PIAK diterapkan pada instansi pemerintah dan
sedang dilakukan pilot project pada BUMN.
d) Pencegahan korupsi melalui dunia pendidikan
Selain PIAK, survei integritas, dan pengkajian terhadap
sistem administrasi, upaya lain yang dilakukan oleh KPK
terkait pencegahan korupsi adalah melalui dunia
pendidikan, KPK telah bekerja sama dengan para guru
untuk membangun modul kurikulum anti korupsi.
e) Upaya KPK dalam membangun corruption awareness di
Indonesia
Terkait dengan gratifikasi, upaya yang dilakukan adalah
membangun semacam komitmen dengan pimpinan
lembaga sebagai wujud tone from the top, yakni dengan
membangun unit pengelola gratifikasi secara internal,
personil dalam unit tersebut akan diseleksi dan ditraining
oleh KPK.
f) Program kajian terhadap sistem administrasi
Setelah KPK mengidentifikasi area-area yang rawan
terhadap korupsi, tim pengkaji Litbang akan melakukan
kajian terhadap area yang rawan, lalu tim pengembangan
akan melakukan pengembangan dengan memberikan
rekomendasi perbaikan terhadap sistem administrasi.
g) Definsi fraud menurut KPK
Persepektif KPK dalam memandang fraud adalah
korupsi, namun sebenarnya fraud seharusnya lebih luas
dari korupsi, yang dilakukan KPK saat ini pun lebih luas dari
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 61/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 5 3
sekedar korupsi, salah satunya masalah konflik
kepentingan. KPK sampai saat ini belum mendefinisikan
fraud secara khusus.
h) Rencana selanjutnya
Berdasarkan hasil diskusi dengan KPK, Litbang BPK
memutuskan untuk melanjutkan diskusi dan komunikasi
dengan KPK. Detail mengenai diskusi dengan KPK dapat
dilihat pada Lampiran 5.
4)Diskusi dengan Kejaksaan
Pertemuan dengan Kejaksaan membahas
mengenai upaya dan strategi kejaksaan dalam
mengembangkan dan mengimplementasikan
pengendalian korupsi di lingkungan Kejaksaan serta pendapat
pihak Kejaksaan mengenai pemahaman tentang fraud dan
perbandingannya dengan korupsi.
a) Definisi fraud menurut Kejaksaan
Menurut Jamwas dan Jampidsus, sebaiknya definisi
fraud lebih dipersempit saja, karena sampai saat ini belum
ada payung hukum yang mengatur tindakan fraud , yang
ada hanyalah korupsi. Jamwas juga mengatakan bahwa
fraud merupakan tindakan yang lebih sempit dari korupsi.
Untuk itu sebaiknya istilah fraud diganti saja menjadi
“perbuatan hukum yang merugikan keuangan negara”.
b) Pengendalian korupsi pada Kejaksaan
Pengendalian korupsi yang dilakukan di lingkungan
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 62/155
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 63/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 5 5
pengawasan melekat sudah cukup sebagai alat untuk
mengendalikan korupsi pada lingkungan kejaksaan. Detail
mengenai diskusi dengan Kejaksaan dapat dilihat pada
Lampiran 6.
5)Diskusi dengan POLRI
Kegiatan diskusi Litbang BPK ke POLRI
diwakili oleh satuan kerja Itwasum POLRI
d.h.i Kepala Biro Rencana dan Administrasi
beserta jajaran staf. Kegiatan diskusi tersebut menghasilkan
hal-hal sebagai berikut.
a) Definisi fraud menurut POLRI
POLRI mendefinisikan fraud sebagai suatu kecurangan
untuk memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok
dengan cara melawan hukum dan merugikan pihak lain.
b)Risiko korupsi
Risiko yang menjadi perhatian utama POLRI adalah
pelanggaran kode etik anggota POLRI yang mengakibatkan
turunnya kepercayaan masyarakat terhadap POLRI.
c) Mekanisme Penanganan korupsi di Lingkungan POLRI
POLRI melakukan beberapa usaha pencegahan dan
penanganan korupsi di lingkungan POLRI dengan uraian
sebagai berikut.
i. Pencegahan: melalui penetapan aturan-aturan, SOP,
pakta integritas bagi pejabat kepolisian dan beberapa
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 64/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 5 6
prosedur lainnya.
ii. Pendeteksian: membuka ruang publik untuk
menampung semua keluhan dan aduan masyarakat.
Disamping itu, POLRI berusaha mengefektifkan kerja
sama dengan aparat penegak hukum, lembaga
pengawas, BPK, dan KPK serta memaksimalkan peran
dan fungsi Itwasum POLRI.
iii. Penanganan: melalui perumusan dan penetapan kode
etik, pemberian sanksi dari tingkat paling ringan sampai
tingkat berat seperti hukum pidana.
d)Unit-unit pengendali korupsi
Unit-unit pengendali korupsi di lingkungan POLRI adalah
sebagai berikut:
i. masing-masing pejabat yang bertanggung jawab atas
kinerja dan integritas staffnya; dan
ii. unit-unit khusus yaitu:
Propam: menangani pelanggaran disiplin dan etika;
Itwasum: menangani pelanggaran pengelolaan
keuangan negara; dan
Bareskrim: menangani pelanggaran Pidana.
e) Hal-hal lain terkait pengendalian korupsi di lingkungan
POLRI
Disamping beberapa mekanisme penanggulangan
korupsi diatas, POLRI juga telah merancang peraturan
mengenai mekanisme whistle-blower . POLRI saat ini telah
mengembangka strategi pengendalian korupsi yang terbagi
dalam tiga tahapan yaitu:
Tahap I: Membangun Kepercayaan masyarakat;
Tahap II: Kemitraan; dan
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 65/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 5 7
Tahap III: Pelayanan Prima
Detail mengenai diskusi dengan POLRI dapat dilihat pada Lampiran
7.
6)Diskusi dengan PPATK
Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan (PPATK)
dibentuk berdasarkan amanat
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang. PPATK merupakan suatu lembaga intelejen
keuangan independen yang bertanggung jawab kepada
Presiden, yang secara internasional dikenal sebagai Financial
Intelligence Unit (FIU).
a) Definisi fraud menurut PPATK
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak PPATK,
fraud merupakan suatu bentuk penyimpangan terhadap
hal-hal yang bersifat finansial dan juga segala bentuk
penyalahgunaan wewenang dan aset negara.
b) Risiko korupsi
Risiko korupsi yang mungkin dihadapi oleh PPATK
adalah kerahasiaan informasi. Saat ini, PPATK sedang
mengembangkan model manajemen risiko yang disesuaikan
dengan renja dengan menekankan pada outcome.
c) Kasus korupsi di PPATK
Sampai saat ini kasus korupsi yang terjadi di PPATK
meliputi penyalahgunaan aset, misalnya penyalahgunaan
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 66/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 5 8
kendaraan dinas dan masalah pelelangan.
d) SPI dan SKK
SKK di PPATK diatur dalam good governance yang
diadopsi oleh PPATK. Menurut PPATK, SPI masih belum
cukup untuk mengendalikan korupsi, karena terdapat
beberapa komponen yang tidak ada di SPI seperti conflict of
interest dan fairness. SPI di PPATK lebih pada level
operasional, sedangkan untuk level strategis lebih banyak
diatur dalam good governance.
e) Mekanisme penanganan korupsi di lingkungan PPATK
Setelah PPATK secara internal menerima laporan
mengenai adanya korupsi, kemudian bagian audit internal
akan melakukan validasi atas informasi tersebut, informasi
tersebut akan dianalisis, lalu dilaporkan kepada pimpinan.
Jika ditemukan indikasi adanya korupsi akan disampaikan
kepada Kepolisian, Kejaksaan, dan KPK.
Detail mengenai diskusi dengan PPATK dapat dilihat pada
Lampiran 8.
7)Diskusi dengan Ditjen Perbendaharaan
Pertemuan ini membahas mengenai
pengendalian korupsi pada Direktorat
Jenderal Perbendaharaan. Litbang BPK
menilai bahwa Ditjen Perbendaharaan
telah mengembangkan mekanisme pengendalian korupsi di
internal organisasi, sehingga Litbang BPK menilai bahwa
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 67/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 5 9
diskusi dengan Ditjen Perbendaharaan akan memberi
masukan yang bermanfaat bagi BPK. Hasil diskusi dengan
dierjen Bea Cukai adalah sebagai berikut:
a) Pembahasan
i. Definisi Fraud
Menurut Ditjen Perbendaharaan, definisi fraud
merupakan penyimpangan terhadap peraturan yang
ada dan mengandung unsur kesengajaan serta
berpotensi menimbulkan tindakan korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Ditjen Perbendaharaan juga mengacu pada
aturan yang berlaku umum yaitu fraud menurut UU
Tipikor yang definisinya cenderung ke arah korupsi.
ii. Strategi untuk pencegahan korupsi
Sebagai pendukung program anti korupsi, Ditjen
Perbendaharaan telah melakukan:
Transparansi Penyelenggara Negara
Penyampaian LHKPN
Sosialisasi Anti Gratifikasi dan Pelaporan
Gratifikasi
Promosi Anti Korupsi dan Akses Publik dalam
Memperoleh Informasi
Media website, banner, flyer, running text, annual
report , talkshow di TV/Radio, dll.
Seruan/sosialisasi anti korupsi dalam setiap
kesempatan kepada seluruh pejabat/pegawai
Tindaklanjut Pemeriksaan Aparat Pemeriksa/
Pengawas Fungsional (BPK, Itjen Kemenkeu, KPK).
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 68/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 6 0
Selain itu, Ditjen Perbendaharaan juga telah
melakukan reformasi birokrasi untuk mencapai good
governance yaitu antara lain dalam bidang
kelembagaan, proses bisnis, dan SDM.
iii. Peran Sekretariat Ditjen Perbendaharaan
Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Subbagian
Evaluasi Hasil Pemeriksaan dan Kinerja melakukan
pengelolaan Indikator Kinerja Utama (IKU) dan
manajemen risiko lingkup Ditjen, melakukan
pemantauan tindak lanjut atas laporan hasil
pemeriksaan aparat pengawasan fungsional dan
penyiapan bahan penelitian kebenaran pengaduan
masyarakat serta pengendalian pelaksanaan tugas
kantor vertikal. Bagian Administrasi Kepegawaian, Sub
bagian Penanganan Disiplin dan Pemberhentian
Pegawai melakukan urusan penegakan disiplin dan
pemberhentian pegawai serta penyiapan bahan-bahan
pembinaan pegawai.
iv. Kendala yang dihadapi Ditjen Perbendaharaan dalam
pencegahan korupsi
Kendala internal Ditjen Perbendaharaan adalah
pada pemberian pemahaman pada satker-satker dalam
rangka pencegahan korupsi dan kendala pada
pembentukan KPPN. Sedangkan hambatan dari
eksternal adalah pihak yang ada diluar Ditjen
Perbendaharaan (seperti Kementerian/Lembaga) yang
masih mencoba untuk melakukan penyuapan pada
KPPN.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 69/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 6 1
b) Rencana Selanjutnya
Sebagai tindak lanjut kegiatan ini, Litbang BPK
memiliki peluang untuk menjalin kerjasama dan
komunikasi dengan Bagian Organisasi Tata LaksanaDitjen Perbendaharaan yang saat ini sedang mengkaji
untuk pembentukan Unit Kepatuhan Internal (UKI)
sesuai dengan PMK-103/PMK.09/2010 tentang Tata
Cara Pengelolaan dan Tindak Lanjut Pelaporan
Pelanggaran/Whistleblowing di Lingkungan Kemenkeu.
Detail mengenai diskusi dengan Ditjen Perbendaharaan
dapat dilihat pada Lampiran 9.
8)Diskusi dengan Ditjen Bea Cukai
Pertemuan ini membahas mengenai
pengendalian korupsi pada Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai. Litbang BPK menilai bahwa Ditjen Bea
Cukai telah mengembangkan mekanisme pengendalian
korupsi di internal organisasi, sehingga Litbang BPK menilai
bahwa diskusi dengan Ditjen Bea Cukai akan memberi
masukan yang bermanfaat bagi BPK. Hasil diskusi dengan
Ditjen Bea Cukai adalah sebagai berikut.
a) Pembahasan
i. Definisi Fraud
Ditjen Bea Cukai menilai bahwa cakupan fraud lebih
luas daripada korupsi. Fraud menurut Ditjen Bea Cukai
lebih diterjemahkan sebagai pelanggaran. Ditjen Bea
Cukai telah memetakan keberadaan fraud di institusinya
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 70/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 6 2
dan menggolongkan dalam fraud di bidang kepabean, di
bidang cukai, dan di bidang kepatuhan internal.
Fraud di DJBC termasuk pelanggaran administratif
dan pidana. Sedangkan fraud di kepatuhan internaladalah fraud yang terjadi karena tindakan yang
berlawanan dengan norma-norma yang sudah
didefinisikan yang menimbulkan potensi kerugian
negara.
Unit khusus yaitu unit Penindakan dan Penyidikan
(P2) dan audit menangani pelanggaran di bidang
kepabeanan oleh importir dan eksportir sedangkan
fraud yang dilakukan oleh personal pegawai menjadi
bidang kepatuhan internal. Contoh: pegawai yang tidak
masuk selama sebulan merupakan fraud kepatuhan
internal.
ii. Reformasi Organisasi DJBC terkait Pengendalian
Korupsi
Ditjen Bea dan Cukai pada tahun 2007 melakukan
reformasi kepabeanan yang dimanifestasikan dengan
membentuk kantor pelayanan utama dan kantor
pelayanan madya. Reformasi ini tidak hanya terkait
dengan pengendalian korupsi saja, namun juga
penerapan peraturan perundang-undangan dan
peraturan kepabeanan. Dalam reformasi ini, Ditjen Bea
dan Cukai juga melakukan revitalisasi atas organisasi,
yakni dengan membentuk seksi kepatuhan internal
pada eselon III. Pada tahun 2009 dibentuklah Pusat
Kepatuhan Internal untuk mengintegrasikan seksi
kepatuhan internal yang ada. Selain organisasi DJBC
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 71/155
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 72/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 6 4
internal seperti peraturan yang terkait dengan
pengendalian internal. Peraturan tersebut mengatur
mengenai disiplin PNS, kode etik PNS maupun DJBC,
komisi kode etik, tata kerja UKKI, pakta integritas,
penghargaan bagi pegawai DJBC, serta tata nilai dan
budaya organisasi.
v. Pengawasan Melekat
Pengawasan Melekat di DJBC dilakukan dengan
menggunakan siklus pencegahan, pemantauan, analisa,
penindakan, laporan, evaluasi, dan tindak lanjut. Peran
UKKI melakukan pemantauan pada setiap tahapan
proses waskat agar berjalan sesuai ketentuan dan
melakukan asistensi dan supervisi dalam penanganan
pelanggaran kode etik dan disiplin pegawai.
vi. Pengaduan Masyarakat
Pengaduan masyarakat bisa dilakukan melalui meja
pengaduan PUSKI KC, telepon, faksimile, email dan
surat. Hasil pengaduan masyarakat dimonitor melalui
Indikator Kinerja Utama (IKU) unit Kepatuhan Internal.
vii. Kerjasama DJBC dengan KPK
KPK sejak tahun 2006 memberi asistensi kepada
Ditjen Bea Cukai dalam hal meningkatkan skor survei
integritas layanan sektor publik DJBC dan survei
Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK), sosialisasi LHKPN,
serta asistensi dan supervisi dalam penyusunan whistle
blower system.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 73/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 6 5
viii. Hasil Survei Integritas Layanan Sektor Publik
Hasil Survei Integritas Layanan Sektor Publik KPK
terhadap layanan cukai dan layanan impor terdapat
perbedaan yang cukup tinggi. Hasil survei integritasterhadap layanan impor (pelabuhan) lebih buruk (5,63)
daripada layanan cukai (6,68). Hal ini disebabkan karena
lingkungan kerja yang berbeda.
ix. Publikasi Korupsi pada DJBC
DJBC akan mempublikasikan detail korupsi yang
terjadi tapi tidak akan menyebutkan nama. Publikasi
hanya akan dilakukan secara internal dan tidak untuk
konsumsi eksternal.
x. Rencana Selanjutnya
Berdasarkan diskusi dengan Ditjen Bea dan Cukai,
hal yang dapat dilakukan selanjutnya adalah Litbang BPK
dapat terus menjalin komunikasi dengan Bagian
Kepatuhan Internal Ditjen Bea dan Cukai dalam rangka
pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan
untuk menyusun dan mengembangkan metodologi
pemeriksaan kinerja atas pengendalian korupsi pada
entitas pemerintah.
Detail mengenai diskusi dengan Ditjen Bea Cukai
dapat dilihat pada Lampiran 10.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 74/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 6 6
9) Diskusi dengan Garuda Indonesia
Diskusi dipimpin oleh Vice
President Internal audit Garuda. Peserta diskusi dari
pihak Garuda dihadiri oleh
Senior Manager GCG Implementation dan beberapa orang staf
sekretariat GCG Implementation dan Audit Internal .
Pertemuan ini membahas mengenai strategi pengendalian
korupsi yang dilakukan oleh Garuda Indonesia.
a) Pembahasan
Garuda telah membentuk pengendalian terhadap
korupsi sejak tahun 2002. Unit-unit yang terlibat dalam
pengendalian korupsi adalah SPI, corporate legal ,
personalia, corporate comunication. Pada tahun 2002,
berdasarkan surat Menpan dan Kemeneg BUMN, Garuda
sudah membuat mekanisme penanganan pengaduan
masyarakat. Pada tahun 2006 dibentuk komite
penanganan pengaduan korupsi, kolusi, dan nepotisme
dengan media kotak pengaduan, internet, dan tromol pos.
Terakhir pada tahun 2011dibentuk whistle-blower system,
etika kerja dan etika bisnis, serta pengendalian gratifikasi
yang ditangani oleh corporate secretary .
i. Pengendalian korupsi
Pengendalian korupsi di Garuda didasarkan pada
konsep Good Corporate Gorvenance (GCG) dan nilai
perusahaan. GCG terdiri dari tiga pilar utama, yaitu (1)
compliance/ kepatuhan, yaitu kepatuhan terhadap
ketentuan dan perundangan yang berlaku; (2)
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 75/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 6 7
conformity / kepatutan, yaitu penyelenggaraan
perusahaan sesuai dengan etika dan moral; (3)
performance/ kinerja, yaitu ketercapaian sasaran/
target perusahaan. Nilai perusahaan ditetapkan oleh
garuda dengan istilah “FLY HI”, yaitu F (Efisien dan
efektif), L (Loyalty ), Y (Customer Satisfity ) H (Honesty ),
I (Integrity ). Garuda juga melakukan pengukuran yang
terkait dengan pengendalian korupsi sejak tahun
2007, yakni pengukuran yang dilakukan oleh KPK
bekerjasama dengan MUC, BPKP, dan IICG (Indonesian
Institute for Corporate Governance).
ii. Pengendalian Gratifikasi
Ketentuan pengendalian gratifikasi di Garuda
meliputi penetapan batas penerimaan/ pemberian
dan pencatatan serta pelaporan penerimaan
gratifikasi. Saat mengembangkan program
pengendalian gratifikasi, Garuda mendapakan
asistensi dari KPK.
iii. Whistleblowing System (WBS)
WBS di Garuda baru di implemetasikan pada awal
tahun 2011. Garuda menggunakan jaringan internet
sebagai tools WBS, yakni melalui www.ga-whistle-
blower .com. Whistle-blower officer bertanggung
jawab untuk mengelola pengaduan yang masuk
melalui jaringan dan memilah-milah pengaduan yang
masuk.
iv. Pemetaan risiko
Garuda telah melakukan risk management yang
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 76/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 6 8
dikelola oleh unit risk management . Namun masing-
masing unit secara mandiri melakukan pemetaan dan
penilaian risiko.
b) Rencana Selanjutnya
Garuda bersedia untuk mendukung BPK dalam
pelaksanaan pilot project melalui diskusi lebih lanjut atas
hal-hal yang terkait dengan pengendalian korupsi. Detail
mengenai diskusi dengan Garuda Indonesia dapat dilihat
pada Lampiran 11.
Ringkasan mengenai fraud control atau pengendali terjadinya
korupsi di beberapa entitas diatas dapat dilihat dalam Lampiran 11.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 77/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 6 9
BAB 4
PEMERIKSAAN ATAS KORUPSI
Peran Kegiatan
Pemeriksaan
dalam
Pencegahan
Korupsi
Sesuai dengan UUD 1945 pasal 23 huruf E, BPK memiliki
kewenangan untuk melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara. Melalui ketiga jenis pemeriksaan
yang dimiliki oleh BPK, sesuai dengan mandat dari UU No. 15/2004,
BPK memiliki peranan yang sangat besar dalam upaya-upaya
pemberantasan korupsi di Indonesia.
Suatu organisasi yang baik, terutama dalam hal pemberantasan
korupsi, harus memiliki suatu alat/program dalam pengendalian
korupsi di lingkungan organisasinya. BPK melalui kewenangannya
dapat melakukan pemeriksaan untuk memastikan kualitas
program/sistem kendali korupsi di lingkungan entitas pemerintah.
Jenis pemeriksaan kinerja, merupakan jenis audit yang paling sesuai
untuk memenuhi tujuan ini. Hasil pemeriksaan kinerja atas program
pengendalian korupsi dari pemerintah ini bertujuan untuk:
a. mengidentifikasi keberadaan program pengendalian korupsi
di tiap-tiap auditee;b. memperoleh temuan pemeriksaan dan memberi simpulan
pemeriksaan serta rekomendasi agar entitas dan semua
lembaga terkait melakukan perbaikan atas mekanisme
pengendalian korupsi yang telah mereka miliki; dan
c. memberikan rekomendasi pada pemerintah agar melakukan
perbaikan atas mekanisme pemberantasan korupsi dengan
tujuan supaya mekanisme pencegahan dan pemberantasan
korupsi lebih terstruktur. Pemerintah juga dituntut agar
dapat melakukan perbaikan koordinasi antar lembaga
terkait usaha pemberantasan korupsi.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 78/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 7 0
Kerangka Sistem
Kendali Korupsi
(SKK)
Kegiatan kajian Litbang atas Sistem Kendali Korupsi yang
dirancang oleh tenaga ahli BPK RI Bpk. Khairiansyah Salman dan
Fraud Control System (FCP) dari ANAO menghasilkan rancangan SKKversi Litbang yang merupakan kombinasi dari kedua model
tersebut. Gambar 4.1 merupakan bagan SKK hasil adopsi dari FCP
ANAO dan telah disesuaian oleh Litbang, khususnya pada elemen
Monitoring. Elemen monitoring menurut versi FCP ANAO
merupakan tahapan yang bersamaan dengan elemen pelaporan
dan evaluasi. Litbang mengadopsi elemen monitoring dengan
meletakkan pada setiap tahap proses SKK, yang menunjukkan
bahwa tahap monitoring dan evaluasi dilakukan tidak pada akhir
proses kegiatan, namun dilakukan pada setiap tahapan kegiatan
SKK. Keterangan lebih rinci pada sub bab berikutnya.
Strategi
Pengendalian
Fraud
Strategi
Pengendalian
Fraud
Strategi
Pengendalian
Fraud
Sistem
Kendali
Korupsi
Pencegahan
Respons
K e b i j a k a n
& P e r a t u r a n
Tatakelola
BUDAYA
KEPEMIMPINAN
M o n i t o r i n
g & E v a l u a s i
P e l a
p o r a n
P e n d e t e k s i a n
Gambar 4.1
Sistem Kendali Korupsi versi Litbang PK2
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 79/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 7 1
a. Sistem Kendali Korupsi
Pengendalian korupsi membutuhkan penerapan
beberapa elemen strategis utama yang akan memberikan
kontribusi terhadap kerangka pengendalian korupsi yangefektif. Strategi ini saling terkait antara satu dengan lain dan
saling memperkuat. Lebih jauh, strategi ini menyediakan
mekanisme reviu pada setiap tahapan kegiatan. Strategi
tersebut adalah pencegahan korupsi, pendeteksian korupsi,
respons, dan pelaporan korupsi.
Satker di BPK memiliki karakteristik yang berbeda-beda
sehingga membutuhkan penyesuaian di dalam
mengembangkan elemen-elemen atas sistem kendali
korupsi sesuai dengan tupoksi dan risikonya masing-masing.
Kunci dalam mengembangkan elemen-elemen tersebut
adalah memperhatikan keseimbangan antara risiko korupsi
dan pengendalian korupsi untuk mengelola risiko korupsi
sambil meningkatkan dan memaksimalkan kinerja
operasional.
b. Pendekatan Sistematis untuk Pengendalian Korupsi, terdiri
dari Empat Elemen Kunci:
1) Pencegahan
Pencegahan adalah metode yang paling efisien
dalam pengendalian korupsi. Beberapa hal yang perlu
disiapkan oleh BPK dalam mengaplikasikan SKK iniantara lain adalah:
a) kode etik;
b) mekanisme konflik kepentingan;
c) training untuk meningkatkan kesadaran korupsi bagi
pegawai BPK;
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 80/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 7 2
d) manajemen risiko korupsi merupakan suatu kegiatan
yang penting dalam pengendalian korupsi, sebagai
panduan untuk pengembangan dari sebuah rencana
pengendalian korupsi yang efektif;
e) penerapan INTOSAINT;
f) mengomunikasikan korupsi yang terdeteksi dan
respons terhadap korupsi;
g) SOP yang dikembangkan BPK harus
mempertimbangkan potensi-potensi risiko korupsi;
h) SPI BPK yang dikembangkan BPK harus
mempertimbangkan potensi-potensi risiko korupsi.
2) Pendeteksian
Tidak ada sistem yang dapat memberikan jaminan
secara mutlak untuk mencegah terjadinya korupsi,
sehingga BPK harus mengimplementasikan sistem yang
bertujuan untuk mendeteksi korupsi. Kegiatan
pendeteksian dapat dilakukan dengan dua pendekatan
yaitu:
a) Pengukuran deteksi secara pasif adalah suatu
aktivitas pengendalian korupsi yang tidak perlu
melibatkan peran manajemen secara langsung,
tetapi korupsi yang terjadi dapat terdeteksi melalui
aktivitas rutin operasi organisasi, misalnya:
i. SPI yang efektif,
ii. menyediakan media pengaduan baik untuk
internal maupun eksternal, dan
iii. perlindungan whistleblower yang efektif.
b) Deteksi korupsi yang aktif adalah pengendalian atau
aktivitas yang membutuhkan keterlibatan dari
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 81/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 7 3
manajemen, seperti:
i. aktivitas monitoring dan reviu yang dilakukan
secara kontinu oleh pimpinan satker BPK
maupun secara periodik oleh Itama;
ii. penggunaan tool dan teknik analisis (reviu
transaksi masa lalu) dalam aktivitas keuangan;
iii. membangun suatu sistem (early warning) yang
dapat mendeteksi korupsi;
3) Respons
Respons merupakan elemen kunci dari SKK. BPK
perlu mengembangkan strategi untuk melakukan respon
terhadap terjadinya korupsi di lingkungan BPK. Dengan
demikian dapat memberikan jaminan yang memadai
kepada stakeholder bahwa kejadian korupsi di BPK akan
ditangani sesuai dengan pedoman/peraturan yang
berlaku di BPK. Bentuk-bentuk respon BPK atas
terjadinya suatu kasus korupsi harus dinyatakan dalam
bentuk suatu peraturan legal misalnya:
a) prosedur operasional standar atas tindakan yang
harus dilakukan oleh pimpinan satker atau Itama
apabila terjadi kasus korupsi;
b) juklak/juknis pemeriksaan investigatif atas terjadinya
suatu kasus korupsi (misalnya: SOP Pemberkasan);
c) Tata kerja MKKE (majelis kehormatan kode etik).
4) Pelaporan
a) Pelaporan atas hasil pengendalian korupsi akan
menghasilkan efek pencegahan sehingga dapat
membantu entitas dalam mengurangi dampak
korupsi di dalam aktivitasnya.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 82/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 7 4
b) Hasil pemeriksaan investigasi korupsi internal,
sepanjang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan apabila dipandang perlu, BPK dapat
mengomunikasikan hasilnya kepada pegawai.
c. Pemantauan dan Evaluasi
1) Sistem kendali korupsi harus dimonitor dan dievaluasi
secara terus menerus serta direvisi apabila diperlukan,
untuk memastikan bahwa tujuan penerapan SKK dapat
dipenuhi secara efektif.
2) Pengawasan dan evaluasi yang efektif juga dapat
membantu pimpinan satker untuk mengidentifikasi cara
lain yang lebih efisien dalam pemberantasan suatu risiko
korupsi.
3) Penilaian risiko korupsi perlu diperbarui secara regular
atau jika ada perubahan yang signifikan terjadi.
4) Korupsi yang teridentifikasi kemudian dianalisis untuk
mengetahui penyebabnya.
d. Kebijakan, Peraturan dan Tata kelola
1) Kebijakan dan peraturan
Upaya-upaya pengendalian korupsi atau SKK di BPK
harus didukung dengan kebijakan dan peraturan yang
dilengkapi pula dengan panduan pelaksanaannya.
Ditambahkan dengan peraturan perundang-
undangan seputar korupsi (sort by source).
a) Kebijakan RAN PK.
b) Percepatan pemberantasan korupsi (see Inpres).
c) KUHP.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 83/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 7 5
d) Undang-undang nomor 31 tahun 1999 jo. Undang-
undang No. 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
e) UU pencucian uang
f) UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Keuangan Negara.
g) UU No. 15 tahun 2006 tentang BPK.
h) UU Pidana Pajak.
i) Peraturan BPK tentang FCS
2) Tata kelola
a) Itama sebagai internal audit BPK memiliki peran
untuk melakukan pengawasan dan evaluasi secara
berkelanjutan atas pelaksanaan SKK di seluruh satker
BPK.
b) Pada dasarnya tanggung jawab untuk mencegah
terjadinya kecurangan terletak pada pimpinan
seluruh satker BPK.
c) Tanggung jawab dari pimpinan satker BPK dalam
mencegah dan mendeteksi adanya kecurangan harus
terlihat pada:
i. Level Strategis, dituangkan dalam Renstra BPK,
peraturan, dan panduan yang memuat upaya-
upaya BPK untuk pengendalian korupsi.
ii. Level operasional, dituangkan dalam uraian tugas
dan tanggung jawab masing-masing pegawai
maupun prosedur operasional standar.
d) Masing-masing pimpinan satker BPK harus
melakukan penilaian atas risiko yang melekat pada
satkernya. Penilaian atas risiko tersebut dilakukan
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 84/155
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 85/155
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 86/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 7 8
mengenai pelaksanaan pengendalian korupsi di negara lain.
Sehubungan dengan dilanjutkannya kerjasama antara BPK RI
dengan ANAO melalui program Government Partnership Fund (GPF)
2, BPK bermaksud menggunakan dana kerjasama tersebut untukkegiatan studi banding mengenai pengembangan FCP di Australia.
Pertimbangan lain dari rencana tersebut adalah bahwa
Australia merupakan salah satu negara yang telah mengembangkan
dan melaksanakan fraud control activity pada entitas-entitas sektor
publiknya. Pemerintah Australia merilis dokumen kebijakan mereka
untuk pengendalian fraud yang pertama kali pada tahun 1987.
Sebagai hasil tinjauan yang dilakukan pada tahun 1999, kemudian
Minister for Justice and Customs menerbitkan “The Commonwealth
Fraud Control Guidelines” pada tahun 2002 yang berisi mengenai
prinsip dasar fraud control serta menyediakan standar minimum
sebagai panduan instansi/lembaga melaksanakan kewajiban
mereka untuk melaksanakan pemberantasan korupsi. Panduan ini
dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman.
Panduan tersebut harus diterapkan oleh: (1) semua lembaga
yang tercakup dalam Financial Management and Accountability
(FMA) Act; dan (2) Lembaga-lembaga yang tercakup dalam
Commonwealth Authorities and Companies (CAC) Act 1997 yang
menerima paling tidak 50% pendanaan bagi kebutuhan mereka dari
Commenwealth atau dari suatu lembaga Commonwealth. Untuk
penerapan “The Commonwealth Fraud Control Guidelines” tersebut
dan sebagai tambahan informasi maka terdapat panduan yang lain
yaitu “Fraud Control in Australian Government” yang diterbitkan
oleh ANAO pada tahun 2004. ANAO dan Attorney General’s
Department adalah institusi yang berperan dalam pemberantasan
fraud/ korupsi di Australia.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 87/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 7 9
ANAO telah mengembangkan metode pemeriksaan fraud
control serta berpengalaman dalam melakukan pemeriksaan fraud
control activity pada entitas sektor publik di Australia. Kejaksaan
Agung (AGD) bertanggung jawab untuk memberikan saran kepada
pemerintah tentang pengendalian fraud dalam lingkup
persemakmuran. Termasuk di dalamnya adalah mengembangkan
dan meninjau kebijakan umum pemerintah sehubungan dengan
pengendalian korupsi. AGD juga bertanggungjawab untuk
memberikan nasehat kepada lembaga di lingkup persemakmuran
tentang isi dan penerapan kebijakan yang terkait fraud/ korupsi.
ANAO bertugas untuk melakukan pemeriksaan kinerja, yaitu
mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dari entitas sektor publik di
lingkungan persemakmuran. Pemeriksaan kinerja digunakan untuk
memeriksa fraud control di Australia. ANAO melakukan
pemeriksaan fraud control dengan menggunakan metode survei.
ANAO meminta kepada lembaga-lembaga yang termasuk dalam
FMA Act dan CAC Act untuk mengisi survei. Selanjutnya lembaga-
lembaga tersebut harus memberikan bukti yang mendukung klaim
yang mereka isikan dalam survei. Data relevan yang sudah
diserahkan ke Australian Institute of Criminology (AIC) oleh
lembaga-lembaga tersebut juga menjadi bahan pemeriksaan ANAO.
Institusi pemerintah Australia yang dipilih sebagai tujuan studi
banding adalah ANAO dan AGD. Kegiatan yang akan dilakukan
adalah studi banding tentang pelaksanaan fraud control dan
pemeriksaan kinerja atas fraud control yang telah dikembangkan
oleh Australia.
b.Tujuan Studi Banding:
Tujuan utama dari studi banding adalah untuk memperoleh
gambaran dan pemahaman mengenai pelaksanaan fraud control
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 88/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 8 0
activity di entitas sektor publik dan pemeriksaan kinerja atas fraud
control plan pada entitas sektor publik di Australia.
Hasil yang diperoleh dapat digunakan sebagai bahan
pengembangan kegiatan pengendalian korupsi di Indonesia danpelaksanaan pemeriksaan kinerja atas kegiatan pengendalian
korupsi.
c. Kegiatan
1) Melakukan studi banding di AGD untuk mempelajari
pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk
pengendalian fraud/ korupsi
2) Mempelajari metodologi pemeriksaan kinerja atas fraud
control plan pada entitas sektor publik di Australia.
d.Peserta Studi Banding
Studi banding ini akan mengikutsertakan institusi yang
berperan penting dalam pemberantasan korupsi di Indonesia
yaitu BPK, Kejaksaan, KPK, dan BAKN. Kegiatan ini akan
melibatkan dua orang perwakilan dari BPK, KPK, Kejaksaan dan
satu orang perwakilan dari BAKN
e. Biaya dan Rencana Kegiatan
Biaya atas pelaksanaan studi banding ini adalah sepenuhnya
dibiayai dari program Government Partnership Fund II.
f. Hasil Studi Banding:
Laporan studi banding akan berisi mengenai:
1) pemahaman atas organisasi, kebijakan, standar
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 89/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 8 1
operasional dan prosedur, serta manual/ guidelines
kegiatan fraud control activity di Australia.
2) Pemahaman atas proses pelaksanaan pemeriksaan
fraud control plan dan kemungkinan penerapannya di
BPK.
g. Sistem kendali korupsi
Pengendalian korupsi membutuhkan penerapan beberapa
elemen strategis utama yang akan memberikan kontribusi
terhadap kerangka pengendalian korupsi yang efektif. Strategi ini
saling terkait antara satu dengan yang lain dan saling
memperkuat. Lebih jauh, strategi ini menyediakan mekanisme
reviu pada setiap tahapan kegiatan. Strategi tersebut adalah
pencegahan korupsi, pendeteksian korupsi, respons, dan
pelaporan korupsi.
Satker di BPK memiliki karakteristik yang berbeda-beda
sehingga membutuhkan penyesuaian didalam mengembangkan
elemen-elemen atas sistem kendali korupsi sesuai dengan
tupoksi dan risikonya masing-masing. Kunci dalam
mengembangkan elemen-elemen tersebut adalah
memperhatikan keseimbangan antara risiko korupsi dan
pengendalian korupsi untuk mengelola risiko korupsi sambil
meningkatkan dan memaksimalkan kinerja operasional.
h. Pendekatan sistematis untuk pengendalian korupsi, terdiri dari
empat elemen kunci:
1) Pencegahan
Pencegahan adalah metode yang paling efisien dalam
pengendalian korupsi.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 90/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 8 2
Beberapa hal yang perlu disiapkan oleh BPK dalam
mengaplikasikan SKK ini antara lain adalah.
a) Kode etik;
b)
Mekanisme konflik kepentingan;c) Training untuk meningkatkan kesadaran korupsi
bagi pegawai BPK;
d) Manajemen risiko korupsi merupakan suatu
kegiatan yang penting dalam pengendalian korupsi,
sebagai panduan untuk pengembangan dari sebuah
rencana pengendalian korupsi yang efektif;
e) Penerapan INTOSAINT;
f) Mengkomunikasikan korupsi yang terdeteksi dan respons
terhadap korupsi;
g) SOP yang dikembangkan BPK harus mempertimbangkan
potensi-potensi risiko korupsi;
h) SPI BPK yang dikembangkan BPK harus mempertimbangkan
potensi-potensi risiko korupsi.
2) Pendeteksian
Tidak ada sistem yang dapat memberikan jaminan
secara mutlak untuk mencegah terjadinya korupsi, sehingga
BPK harus mengimplementasikan sistem yang bertujuan
untuk mendeteksi korupsi. Kegiatan pendeteksian dapat
dilakukan dengan dua pendekatan yaitu:
a) Pengukuran deteksi secara pasif adalah suatu
aktivitas pengendalian korupsi yang tidak perlu
melibatkan peran manajemen secara langsung,
tetapi korupsi yang terjadi dapat terdeteksi melalui
aktivitas rutin operasi organisasi, misalnya:
i. SPI yang efektif,
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 91/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 8 3
ii. Menyediakan media pengaduan baik untuk
internal maupun eksternal, dan
iii. perlindungan whistleblower yang efektif.
b) Deteksi korupsi yang aktif adalah pengendalian atauaktivitas yang membutuhkan keterlibatan dari
manajemen, seperti.
i. Aktivitas monitoring dan reviu yang
dilakukan secara kontinu oleh pimpinan
satker BPK maupun secara periodik oleh
Itama;
ii.
Penggunaan tool dan teknik analisis (reviu
transaksi masa lalu) dalam aktivitas
keuangan;
iii. Membangun suatu sistem (early warning)
yang dapat mendeteksi korupsi.
3) Respons
Respons merupakan elemen kunci dari SKK. BPK
perlu mengembangkan strategi untuk melakukan respon
terhadap terjadinya korupsi di lingkungan BPK. Dengan
demikian dapat memberikan jaminan yang memadai
kepada stakeholder bahwa kejadian korupsi di BPK akan
ditangani sesuai dengan pedoman/peraturan yang
berlaku di BPK. Bentuk-bentuk respon BPK atas
terjadinya suatu kasus korupsi harus dinyatakan dalam
bentuk suatu peraturan legal misalnya:
a. prosedur operasional standar atas tindakan yang
harus dilakukan oleh pimpinan satker atau Itama
apabila terjadi kasus korupsi;
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 92/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 8 4
b. juklak/juknis pemeriksaan investigatif atas
terjadinya suatu kasus korupsi (misalnya: SOP
Pemberkasan).
c. Tata kerja MKKE (majelis kehormatan kode etik).
4) Pelaporan
Pelaporan atas hasil pengendalian korupsi akan
menghasilkan efek pencegahan sehingga dapat
membantu entitas di dalam mengurangi dampak
korupsi di dalam aktivitasnya.
Hasil pemeriksaan investigasi korupsi internal,
sepanjang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan apabila dipandang perlu, BPK dapat
mengomunikasikan hasilnya kepada pegawai.
i. Pemantauan dan Evaluasi
Sistem kendali korupsi harus dimonitor dan dievaluasi secara
terus-menerus serta direvisi apabila diperlukan, untuk memastikan
bahwa tujuan penerapan SKK dapat dipenuhi secara efektif.
Pengawasan dan evaluasi yang efektif juga dapat membantu
pimpinan satker untuk mengidentifikasi cara lain yang lebih efisien
dalam pemberantasan suatu risiko korupsi.
Penilaian risiko korupsi perlu diperbarui secara regular atau jika
ada perubahan yang signifikan terjadi.
Korupsi yang teridentifikasi kemudian dianalisis untuk
mengetahui penyebabnya.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 93/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 8 5
j. Kebijakan, Peraturan, dan Tata kelola
1) Kebijakan dan peraturan
Upaya-upaya pengendalian korupsi atau SKK di BPK harus
didukung dengan kebijakan dan peraturan yang dilengkapi pula
dengan panduan pelaksanaannya.
Ditambahkan dengan peraturan perundang-undangan
seputar korupsi (sort by source) sebagai berikut.
a) Kebijakan RAN PK;
b) Percepatan pemberantasan korupsi (see Inpres);
c) KUHP;
d) Undang-undang nomor 31 tahun 1999 jo.
Undang-undang No. 20 tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.;
e) UU pencucian uang;
f) UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Keuangan Negara;
g) UU No. 15 tahun 2006 tentang BPK;
h) UU Pidana pajak;
i) Peraturan BPK tentang FCS.
2) Tata kelola
Itama sebagai internal audit BPK memiliki peran untuk
melakukan pengawasan dan evaluasi secara berkelanjutan atas
pelaksanaan SKK di seluruh satker BPK.
Pada dasarnya tanggung jawab untuk mencegah terjadinya
kecurangan terletak pada pimpinan seluruh satker BPK.
Tanggung jawab dari pimpinan satker BPK dalam
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 94/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 8 6
mencegah dan mendeteksi adanya kecurangan harus terlihat
pada.
a) Level Strategis, dituangkan dalam Renstra BPK,
peraturan, dan panduan yang memuat upaya-upaya BPK untuk pengendalian korupsi.
b) Level operasional, dituangkan dalam uraian tugas
dan tanggung jawab masing-masing pegawai
maupun prosedur operasional standar.
Masing-masing pimpinan satker BPK harus melakukan
penilaian atas risiko yang melekat pada satkernya. Penilaian
atas risiko tersebut dilakukan secara terus menerus untuk
mengantisipasi perkembangan risiko korupsi yang mungkin
timbul. Hasil penilaian atas risiko ini berupa identifikasi atas
risiko korupsi yang dihadapi serta langkah-langkah mitigasinya.
k. Kepemimpinan dan Budaya
1) Kepemimpinan
Implementasi upaya-upaya pengendalian korupsi sangat
dipengaruhi oleh komitmen pimpinan BPK terhadap
pengendalian korupsi. Gaya kepemimpinan yang kuat
merupakan bagian yang terintegrasi dengan sistem kendali
korupsi yang efektif. Kurangnya komitmen pimpinan dalam
mendukung pengendalian korupsi akan mengurangi kemauan
staf untuk melaporkan terjadinya korupsi di seluruh satker-
satker BPK. Pimpinan BPK harus terus melakukan
pemutakhiran atas upaya-upaya pengendalian korupsi seiring
dengan berkembangnya risiko dan praktek-praktek korupsi.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 95/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 8 7
Komitmen pimpinan BPK untuk mencegah korupsi harus
dinyatakan secara formal tertulis untuk terus mengingatkan
dan mendorong upaya-upaya pencegahan korupsi. Komitmen
pencegahan korupsi tersebut dapat dituangkan dalam
pedoman tentang organisasi dan tata kerja pelaksana BPK.
2) Budaya
Budaya yang beretika merupakan elemen kunci dari
tatakelola yang baik dan berperan penting dalam mencegah
korupsi dan membantu untuk mendeteksi terjadinya korupsi.
Dalam organisasi sektor publik, budaya yang beretika ini perlu
untuk dilegalkan dalam bentuk kode etik, yang mengikat
seluruh personil dalam organisasi tersebut. Budaya yang
beretika di BPK harus dipetakan arahnya sehingga tercipta
budaya yang sehat dan bebas korupsi. BPK telah memiliki
kode etik sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan BPK No.
2/2007. Selanjutnya diperlukan strategi untuk
mengintensifkan internalisasi kode etik BPK di seluruh bisnis
prosesnya. Salah satu bentuk strategi yang bisa dilakukan
adalah pernyataan tertulis tentang pakta integritas yang
ditandatangani oleh seluruh pegawai BPK.
Hal-hal yang
dapat Diadopsi
BPK terkait
Pemeriksaan
Kinerja atas Fraud
Control di ANAO
Setelah melakukan kegiatan studi banding pengembangan fraud
control dan pemeriksaan kinerja atas fraud control di ANAO,
diharapkan BPK dapat memperoleh manfaat dan informasi sebagaiberikut.
1) Metode penetapan langkah-langkah P2 pemeriksaan kinerja
atas SKK;
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 96/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 8 8
2) Proses penetapan kriteria dan penentuan area kunci dalam
pemeriksaan kinerja atas SKK di entitas;
3) Metode analisis temuan pemeriksaan sampai penyusunan
kesimpulan;
4) Format Laporan hasil Pemeriksaan Kinerja ANAO atas SKK
entitas;
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 97/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 8 9
BAB 5
PENUTUP
Peran Penting
BPK dalam
Pencegahan dan
Pemberantasan
Korupsi
Undang-undang nomor 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara merupakan payung
hukum bagi BPK dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai
lembaga pemeriksa pengelolaan dan lembaga yang bertanggung jawab
terhadapa keuangan negara. Kegiatan pemeriksaan tersebut dapat
dilakukan melalui tiga jenis pemeriksaan BPK yaitu Pemeriksaan
Keuangan, Kinerja, dan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT), sesuai dengan
dasar dan tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan.
Berkaitan dengan kegiatan kajian pemeriksaan kinerja ini, BPK
memiliki peran dan posisi yang sangat krusial dalam pencegahan dan
pemberantasan korupsi melalui pemeriksaan kinerja atas keberadaan
dan kualitas alat kendali korupsi yang terdapat di entitas. Diharapkan
melalui rekomendasi dalam laporan hasil Pemeriksaan Kinerja atas
pengendalian korupsi pada entitas ini, BPK dapat meningkatkan
kemampuan entitas dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi di
lingkungannya.
Rencana dan
Persiapan BPK
untuk
Melaksanakan
Pemeriksaan
Kinerja atas SKK
Kajian BPK atas Sistem Kendali Korupsi (SKK) melalui studi
literatur dan diskusi dengan entitas pemerintah termasuk APH telah
menghasilkan informasi dan data mengenai konsep SKK yang selama ini
ada. Pemahaman antara fraud dan korupsi yang saat ini masih belum
jelas baik di lingkungan BPK dan entitas diharapkan dapat segera diatasi
setelah kajian ini terlaksana, melalui kegiatan tindak lanjut atas kajian
ini.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 98/155
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 99/155
K a j i a n a w a l a t a s S i s t e m K e n d a l i K o r u p s i h a l . 9 1
REFERENSI
Commonwealth Fraud Control Guidelines 2002 Issued by The Minister for Justice and Customs as
Fraud Control Guidelines under Regulation 19 of the Financial Management and
Accountability Regulations 1997.
Vona Leonard W., 2008, Fraud Risk Assessment: Building a Fraud Audit Program. New Jersey.
Singleton, Tommie and Singleton, Aaron., 2006, Fraud Auditing and Forensic Accounting, 3rd
Edition, New Jersey.
Herbert, Leo., 1979, Auditing the Performance of Management,. Wadsworth Inc., California.
International Monetary Fund (IMF), 2001, Government Finance Statistics (GFS) Manual 2001,
http://www.imf.org/external/pubs/ft/gfs/manual /pdf/all.pdf , diakses 29 Maret 2010.
Jack, Diamond, 2005, Establishing a Performance Management Framework for Government ,
Fiscal Affairs Department IMF. P.5.
http://www.lsi.or.id/riset/398/Rilis%20LSI%207%20November%202010-Korupsi
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 100/155
LAMPIRAN
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 101/155
Lampiran 1. Tindak Pidana Korupsi menurut Undang-undang Tipikor
Litbang Pemeriksaan Kinerja
No. Klasifikasi Tindakan Pasal Unsur
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 102/155
Lampiran 1. Tindak Pidana Korupsi menurut Undang-undang Tipikor
Litbang Pemeriksaan Kinerja
No. Klasifikasi Tindakan Pasal Unsur
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 103/155
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 104/155
Lampiran 1. Tindak Pidana Korupsi menurut Undang-undang Tipikor
Litbang Pemeriksaan Kinerja
No. Klasifikasi Tindakan Pasal Unsur
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 105/155
Lampiran 1. Tindak Pidana Korupsi menurut Undang-undang Tipikor
Litbang Pemeriksaan Kinerja
No. Klasifikasi Tindakan Pasal Unsur
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 106/155
Lampiran 1. Tindak Pidana Korupsi menurut Undang-undang Tipikor
Litbang Pemeriksaan Kinerja
No. Klasifikasi Tindakan Pasal Unsur
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 107/155
Lampiran 1. Tindak Pidana Korupsi menurut Undang-undang Tipikor
Litbang Pemeriksaan Kinerja
No. Klasifikasi Tindakan Pasal Unsur
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 108/155
Lampiran 1. Tindak Pidana Korupsi menurut Undang-undang Tipikor
Litbang Pemeriksaan Kinerja
No. Klasifikasi Tindakan Pasal Unsur
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 109/155
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 110/155
Lampiran 1. Tindak Pidana Korupsi menurut Undang-undang Tipikor
Litbang Pemeriksaan Kinerja
No. Klasifikasi Tindakan Pasal Unsur
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 111/155
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 112/155
Lampiran 1. Tindak Pidana Korupsi menurut Undang-undang Tipikor
Litbang Pemeriksaan Kinerja
No. Klasifikasi Tindakan Pasal Unsur
1.
2.
3.
4.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 113/155
Lampiran 1. Tindak Pidana Korupsi menurut Undang-undang Tipikor
Litbang Pemeriksaan Kinerja
No. Klasifikasi Tindakan Pasal Unsur
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 114/155
Lampiran 1. Tindak Pidana Korupsi menurut Undang-undang Tipikor
Litbang Pemeriksaan Kinerja
No. Klasifikasi Tindakan Pasal Unsur
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 115/155
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 116/155
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 117/155
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 118/155
L a m p i r a n 2 .
D e f i n i s i F r a u d
L i t b a n g P e m e r i k s a a n K i n e r j a
h a l . 3
d i r u g i k a n ( c h e a t
e d ) .
•
C u r a n g
•
A d a p i h a k y a n g d i r u g i k a n
1 1 .
f r a u d m e r u p a k a
n t i n d a k a n k r i m i n a l y a n g m e n g a k i b a t k
a n
k e r u g i a n p a d a p
i h a k t e r t e n t u s e r t a m e n g u n t u n g k a n
p i h a k l a i n n y a , d i l a k u k a n d e n g a n c a r a y a n g s u l i t
d i p e r k i r a k a n ( u n
s u s p e c t i n g ) d a n b i a s a n y a
o l e h / m e l i b a t k a n o r a n g y a n g d i b e r i
k e p e r c a y a a n / k e
w e n a n g a n . L e b i h l a n j u t d i s e b u t k a n
t e n t a n g e m p a t a
s p e k p e n t i n g d a l a m d e f i n i s i f r a u d :
1 .
d e c e p t i o n
( p e n i p u a n ) ;
2 .
d i s h o n e s t l y ( k e t i d a k j u j u r a n ) ;
3 .
i n t e n t ( n i a t ) ; d a n
4 . c o n c e a l m e n t ( p e n y e m b u n y i a n ) .
•
T i n d a k a n c r i m i n a l y a n g m e r u g
i k a n n e g a r a
•
M e n g u n t u n g k a n p i h a k l a i n n y a
•
D i l a k u k a n d e n g a n c a r a y a n g s u l i t d i p e r k i r a k a n
•
B i a s a n y a m e l i b a t k a n o r a n g y a n g m e m i l i k i
k e p e r c a y a a n / k e w e n a n g a n
•
P e n i p u a n
•
K e t i d a k j u j u r a n
•
N i a t
•
p e n y e m b u n y i a n
P P A K S T A N ( 2 0 0
5 )
1 2 .
F r a u d a d a l a h p e
r b u a t a n y a n g d i l a k u k a n d e n g a n s e n g a j a
o l e h o r a n g
d i d a l a m m a u p u
n d i l u a r s u a t u o r g a n i s a s i a t a u
p e r u s a h a a n , s e l a k u p e l a k u
f r a u d y a n g m e n g a k i b a t k a n k e r u g i a n .
D a r i d e f i n i s i d i a
t a s u n s u r - u n s u r s u a t u f r a u d a d a l a h :
•
p e r b u a t a n d i l a k u k a n d e n g a n s e n g a j a ,
•
p e l a k u n y a a d a l a h o r a n g d a l a m ( d a r i
o r g a n i s a s i / p
e r u s a h a a n s e n d i r i ) a t a u o r a n g l u a r .
•
m e n i m b u l k a
n k e r u g i a n b a g i o r a n g l a i n a t a u
p e r u s a h a a n .
•
P e r b u a t a n y a n g d i l a k u k a n d e n
g a n s e n g a j a
•
B a i k o l e h o r a n g d a l a m m a u p u n l u a r o r g a n i s a s i
•
m e n i m b u l k a n k e r u g i a n b a g i o r a n g l a i n a t a u
p e r u s a h a a n
B u k u P e n g a n t a r
a u d i t
k e c u r a n g a n
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 119/155
Lampiran 3. Risalah diskusi dengan BAKN
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 1
A. Jadwal Pertemuan
Hari/Tanggal : Kamis, 10 Maret 2011
Tempat : Ruang Rapat BAKN, Gedung Nusantara 2-MPR-DPR RI
Waktu : Pukul 0.00 – 16.30
B. Pimpinan dan Peserta Pertemuan
Pertemuan ini dihadiri oleh pihak BPK RI yang dipimpin oleh Anggota III BPK RI bersama
Kaditama Revbang Diklat, Kasubdit Litbang Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja; Kabag
Kerjasama Luar Negeri, Kasie Litbang Pemeriksaan Kinerja dan staf Litbang Pemeriksaan
Kinerja. Pihak BAKN dihadiri oleh ketua BAKN, wakil dan empat anggota.
C. Agenda Pertemuan
Pertemuan ini membahas mengenai rencana pemeriksaan kinerja atas pengendalian
fraud dan meminta masukan dari BAKN, serta peran BAKN dalam usaha pemerintah
untuk memberantas fraud dan korupsi.
D. Pembahasan
Dalam diskusi tersebut, anggota III BPK bapak Hasan Bisri mengemukakan rencana
kedepan BPK RI untuk meningkatkan porsi pemeriksaan kinerja dari sekitar 9% menjadi
30% pada tahun 2015. Penentuan tema pemeriksaan kinerja dilakukan berdasarkan atas:
Isu strategis
Rencana strategis pemerintah (RPJMN) Hasil pemeriksaan BPK lainnya
HB selanjutnya juga berpendapat bahwa indikator kinerja harus disusun oleh
pemerintah sesuai dengan program yang dimiliki pemerintah.
Terkait dengan pengembangan pemeriksaan kinerja tersebut, salah satu project utama
BPK adalah pemeriksaan kinerja atas pengendalian fraud di entitas pemerintahan,
sebagai wujud salah satu peran BPK dalam usaha pemberantasan fraud dan korupsi.
Salah satu alasan mengapa BPK memberi perhatian besar terhadap pemeriksaan kinerja
atas pengendalian fraud dan korupsi adalah bahwa selama ini opini pemeriksaan LK BPK
tidak berkaitan langsung dengan keberadaan praktik fraud dan korupsi di entitas terkait.
Sebagai contoh, beberapa entitas yang selama ini memiliki opini WTP seperti Bank
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 120/155
Lampiran 3. Risalah diskusi dengan BAKN
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 2
Century ternyata dikemudian hari terbukti sarat dengan praktik korupsi yang merugikan
keuangan negara dalam jumlah yang material.
Fauzi dari Partai Hanura membenarkan bahwa kondisi tersebut salah satunya karena
pemeriksaan atas laporan keuangan dilakukan dengan metode sampling. Melihat kondisi
tersebut, BPK masih merumuskan bagaimana agar opini yang diberikan dalam
pemeriksan LK entitas dapat sejalan dengan usaha pemberantasan fraud .
Anggota BAKN (shahibbul iman?) berpendapat bahwa perbedaan persepsi terjadi
antara BPK dan entitas atas makna dari opini WTP. Entitas menilai bahwa opini WTP
merupakan prestasi tertinggi yang diperoleh entitas sehingga mereka menilai bahwa
pengelolaan keuangan entitas secara keseluruhan telah baik dan telah memenuhi
standar akuntansi. Padahal Wajar Tanpa Pengecualian bukan merupakan opini
pemeriksa yang menyatakan bahwa entitas telah bebas dari praktik fraud atau korupsi.
Untuk itu BPK perlu melakukan sosialisasi untuk menghilangkan perbedaan persepsi
tersebut.
Fauzi Achmad berpendapat bahwa meskipun opini auditor tidak berkaitan langsung
dengan keberadaan fraud di entitas, pemeriksa harus lebih berhati-hati dalam
menetapkan opini pemeriksaan. Opini merupakan indikator tingkat keberhasilan
pengelolaan keuangan. Meskipun demikian, opini bukan merupakan satu-satunya faktor
penentu standard kualitas pengelolaan keuangan entitas.
Tambahan tentang isu opini dan fraud
Anggota BAKN mengungkapkan bahwa agar opini sejalan dengan pengelolaan keuangan
yang bebas dari fraud , dapatkah BPK juga mempertimbangkan unsur fraud dalam
menentukan opini? Atau dapatkah istilah opini wajar tanpa pengecualian lebih
diarahkan pada wajar secara administratif saja agar tidak terjadi salah persepsi oleh
pembaca laporan hasil pemeriksaan BPK.
BPK dapat melakukan sosialisasi kepada pemangku kepentingan, bahwa opini WTP yang
dikeluarkan BPK, hanya merupakan wajar tanpa pengecualian secara administratif saja.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 121/155
Lampiran 3. Risalah diskusi dengan BAKN
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 3
Tambahan mengenai isu peningkatan porsi pemeriksaan BPK
Anggota BAKN mengatakan, mengingat penjelasan dari angbin III yang mengatakan
bahwa BPK masih kekurangan SDM, lebih baik BPK melakukan sedikit pemeriksaan saja,
namun lebih focus dan mendalam dan tuntas.
Anggota III BPK mengungkapkan bahwa kondisi-kondisi tertentu yang tidak dapat
diidentifikasi secara lebih jauh dan mendetail dalam pemeriksaan keuangan dapat diuji
dan diperiksa melalui jenis pemeriksaan lain, salah satunya adalah pemeriksaan kinerja.
Oleh karena itu, BPK yakin bahwa kegiatan pemeriksaan kinerja merupakan metode
yang lebih efektif yang dapat digunakan untuk menilai kinerja entitas dalam mencegah
dan menindaklanjuti adanya fraud di lingkungannya. Rencana kegiatan pemeriksaan
kinerja atas pengendalian fraud akan ditekankan pada keberadaan dan kinerja fraud
control plan yang ada pada entitas, dan bukan memeriksa keberadaan fraud itu sendiri.
BAKN berpendapat bahwa pemeriksaan atas kualitas pengendalian fraud pada entitas
merupakan tanggung jawab BPK.
Selanjutnya Edwin Kawilarang menyatakan bahwa selama ini masih banyak KDH
incumbent yang mendapat opini disclaimer pada kepemimpinan periode sebelumnya.
Agar kualitas pengelolaan keuangan lebih baik dan mengurangi risiko terjadinya fraud ,
KDH yang memperoleh opini disclaimer seharusnya tidak diperbolehkan untuk
mengajukan lagi pada pilkada selanjutnya.
Anggota III BPK juga menyatakan bahwa salah satu bukti bahwa pengendalian fraud
masih buruk di hampir semua entitas dapat dilihat dari kebijakan entitas yang
menempatkan pejabat atau staf yang kurang berprestasi kedalam satker Inspektorat,
termasuk bagi mereka yang bermasalah. Seharusnya Inspekotrat yang memiliki tugas
menilai dan mengawasi kinerja aparat harus terdiri dari pejabat dan staf yang
berprestasi dan memiliki kinerja yang baik, sehingga dapat menjalankan sebagai fungsi
penjamin keyakinan mutu entitas.
BPK menyadari bahwa dengan jumlah pemeriksa yang terbatas dibanding dengan jumlah
obyek pemeriksaan. Oleh karena itu, BPK telah menerapkan kebijakan menggunakan
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 122/155
Lampiran 3. Risalah diskusi dengan BAKN
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 4
jasa KAP terpilih untuk melakukan sebagian porsi kegiatan pemeriksaan keuangan BPK.
Disisi lain, BPK akan meningkatkan fokus dan porsi pemeriksaan kinerja dari tahun
ketahun.
Shahibbul Iman berpendapat bahwa disamping pemberian opini (WTP), beberapa hal
dapat menjadi indicator kualitas dan kinerja entitas, antara lain adalah kemampuan
entitas dalam optimalisasi pengelolaan PAD.
Kaditama Revbang Diklat menyatakan bahwa dari seluruh entitas pemerintah, hanya
beberapa yang telah mencoba menerapkan Fraud Control Plan (FCP), meskipun belum
mengakomodir semua unsur fraud elements. Diantara entitas yang memiliki FCP
tersebut, hanya beberapa yang benar-benar mencoba untuk menerapkan dan lebih jauh
lagi, belum ada entitas yang terbukti telah menerapkan FCP secara efektif. Kaditama
Revbang Diklat kemudian mengangkat permasalahan mengenai siapa sebenarnya yang
bertanggungjawab atas keberadaan dan kualitas FCP: BPK atau entitas?
Ismet berpendapat bahwa kegiatan penegakan pemberantasan fraud harus dimulai dari
pusat. Untuk BPK sendiri, rotasi pegawai khususnya pejabat harus jelas dan regular.
Pejabat BPK yang terlalu lama di posisi yang sama akan berdampak kurang baik,
khususnya pejabat di perwakilan atau teknis, karena akan berpengaruh pada kedekatan
antara pejabat BPK dengan entitas/auditee.
Terkait dengan referensi dari SAI negara lain dalam metode pemberantasan fraud dan
korupsi, Ismet dan beberapa anggota BAKN menyatakan bahwa sifat dan birokrasi di
setiap negara berbeda-beda, sehingga BPK jangan mengadopsi sistem SAI negara lain
tanpa menyesuaikan dengan aspek-aspe tersebut.
Menanggapi pernyataan tersebut, anggota III BPK RI menyatakan bahwa kebijakan rotasi
telah diterapkan di BPK. Lebih jauh lagi, BPK juga selalu melakukan pembenahan
terhadap satker inspektorat sebagai usaha peningkatan kualitas mutu/kinerja BPK.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 123/155
Lampiran 3. Risalah diskusi dengan BAKN
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 5
Fauzi menyarankan agar pemeriksaan atas FCP dilakukan oleh pemeriksa BPK dan bukan
oleh KAP yang ditunjuk BPK, karena hal tersebut menyangkut kerahasiaan negara.
Shahibbul Iman memberi pendapat terkait rencana BPK untuk melakukan program
pemeriksaan dengan isu korupsi dan pengentasan kemiskinan. Pemberantasan korupsi
memang sejalan dengan rencana strategis pemerintah yang tertuang dalam RPJMN.
Meskipun demikian, Shahibbul Iman berpendapat bahwa pernyataan presiden bahwa
tugas KPK adalah melakukan pemberantasan dan pencegahhan adalah kurang tepat.
Seharusnya KPK tidak memiliki fungsi untuk mencegah.
Sebagai respon atas pertanyaan Shahibbul terkait rencana pilot project BPK tahun 2011,
Kaditama revbang diklat menyatakan bahwa saat ini BPK masih dalam proses mapping
rencana dan kegiatan yang akan dilakukan.
Fauzi dan Ismet berpendapat bahwa FCP dimulai dari stakeholders pemberantasan
korupsi, antara lain:
1. Pemerintah pusat;
2. Depdagri;
3. BPK; dan
4. DPR RI.
Tambahan tentang isu pilot project pemeriksaan kinerja penanggulangan fraud
Anggota BAKN menyarankan agar pemeriksaan kinerja atas fraud dilakukan di
pemerintah pusat saja dulu, dengan criteria bahwa entitas tersebut memiliki dampak
yang besar terhadap daerah (contoh: Depdagri)
Edwin Kawilarang sependapat bahwa pemeriksaan jangan hanya terfokus pada
pemeriksaan atas laporan keuangan, namun juga pemeriksaan kinerja.
Anggota III BPK menyatakan bahwa temuan-temuan pemeriksaan yang selalu ada
namun terulang di tahun-tahun berikutnya menunjukkan bahwa ada kondisi yang salah
pada entitas. Kondisi tersebut adalah karena belum adanya mekanisme yang mengatur
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 124/155
Lampiran 3. Risalah diskusi dengan BAKN
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 6
agar kesalahan atau pelanggaran yang menjadi temuan BPK tersebut dapat
ditanggulangi dan dicegah sehingga tidak terluang lagi di tahun-tahun berikutnya.
Anggota III BPK selanjutnya menyampaikan pertanyaan: melihat kondisi terebut, adakah
kemauan dari semua pihak untuk menerapkan suatu FCP.
BAKN menyampaikan pemikiran untuk merekrut pemeriksa atau akuntan sehingga
dapat menganalisis dan mengkaji hasil laporan pemeriksaan BPK khususnya PDTT
sehingga dapat mengambil tindak lanjut yang lebih cermat, tanpa memberi dampak
buruk terhadap fungsi BAKN dan BPK. Atas usulan tersebut, Anggota III BPK menyatakan
bahwa hal tersebut adalah usul yang sangat baik.
Paul Nicoll selaku SME BPK menyatakan bahwa ANAO memiliki staf khusus sebagai
mediator antara ANAO dengan PAC (BAKN Australia)
Ismet menambahkan usulan agar entitas yang terbukti melakukan fraud agar mendapat
sanksi dari pemerintah.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 125/155
Lampiran 4. Risalah diskusi dengan BPKP
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 1
A. Jadwal Pertemuan
Hari/Tanggal : Rabu, 23 Maret 2011
Tempat : Ruang Rapat Deputi Investigasi BPKP
Waktu : Pukul 09.30 – 12.00
B. Pimpinan dan Peserta PertemuanPertemuan ini dipimpin oleh Kasubdit Litbang Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja dan
dihadiri oleh tiga Kasubdit Deputi Investigasi dan staf litbang pemeriksaan kinerja.
C. Agenda Pertemuan
Pertemuan ini membahas mengenai pengembangan sistem pengendalian korupsi yang
dibuat oleh BPKP.
D. Pembahasan
1. Proses pengembangan SPK
Ide pengembangan SPK berawal dari banyaknya kasus korupsi yang ditemukan oleh
Investigasi BPKP yang penangannya hanya bersifat represif. Padahal sebenarnya
korupsi dapat dicegah, yakni melalui sistem pengendalian korupsi. Karena itu BPKP
menggagas untuk membuat sistem pengendalian korupsi yang dapat digunakan oleh
entitas sebagai upaya pencegahan korupsi.
SPK mulai dikembangkan sejak tahun 2005. Untuk mengembangkan SPK, referensi
yang digunakan oleh BPKP bersumber dari literatur dan browsing internet. Dalam
mengembangkan SPK, BPKP tidak melibatkan pihak lain seperti KPK atau aparat
penegak hukum lainnya.
2. Gambaran mengenai SPK BPKP
SPK merupakan alat untuk mencegah terjadinya korupsi pada suatu entitas. SPK
terdiri dari sepuluh atribut, yaitu:
Kebijakan terintegrasi
Seluruh komponen prosedur yang ada pada setiap entitas sudah mengandung
unsur pengendalian terhadap korupsi.
Struktur pertanggungjawaban
Setiap entitas harus memiliki prosedur standar operasi (SOP) dan adanya
mekanisme pertanggungjawaban yang jelas.
Penilaian risiko korupsi
Setiap entitas harus memiliki mekanisme untuk penilaian risiko yang ada pada
setiap kegiatan yang dilakukan oleh entitas tersebut.
Kepedulian karyawan
Setiap karyawan harus memiliki kepekaan dan kemauan untuk menginformasikan
jika mereka mengetahui terjadinya korupsi.
Kepedulian pelanggan masyarakat
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 126/155
Lampiran 4. Risalah diskusi dengan BPKP
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 2
Masyarakat juga harus berperan aktif untuk menginformasikan kepada pihak
yang berwenang jika mereka mengetahui terjadinya suatu korupsi.
Perlindungan pelapor
Setiap entitas harus memiliki mekanisme perlindungan terhadap pihak-pihak
yang melaporkan terjadinya korupsi.
Sistem pelaporan korupsiSetiap entitas juga harus memiliki saluran bagi para pihak yang ingin melaporkan
terjadinya korupsi.
Pelaporan eksternal
Setiap entitas harus memiliki mekanisme pelaporan kepada aparat penegak
hukum jika terjadi korupsi pada entitas tersebut.
Standar investigasi
Setiap entitas standar untuk melakukan investigasi untuk membuktikan telah
terjadi korupsi.
Standar perilaku dan disiplin
Setiap entitas harus memiliki kode etik yang dapat mengatur standar perilaku
dan kedisiplinan personil yang ada dalam entitas tersebut.
3. Siklus SPK
Siklus SPK terdiri dari:
Sosialisasi
Sosialisasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperkenalkan konsep SPK
kepada entitas. Mekanisme sosialisasi yang dilakukan adalah dengan
memberikan penawaran kepada entitas untuk mendapatkan sosialisasi mengenai
SPK, kemudian jika entitas berminat, entitas tersebut akan melakukanpermintaan sosialisasi. Sampai saat ini sasaran sosialisasi SPK adalah pemerintah
daerah, dan sudah 104 entitas pemerintah daerah yang memperoleh sosialisasi.
Diagnostic Assessment
Diagnostic assessment merupakan pemeriksaan kepada entitas untuk
mengidentifikasi keberadaan sepuluh atribut SPK pada entitas. Sampai saat ini
Bimbingan teknis
Bimbingan teknis merupakan kegiatan untuk memberikan bimbingan kepada
entitas untuk membangun sepuluh atribut SPK berdasarkan hasil diagnostic
assessment.
Evaluasi
Setelah SPK diimplemtasikan penuh pada entitas, BPKP akan melakukan evaluasi
untuk menilai efektivitas implementasi SPK.
Untuk mencegah terjadinya korupsi harus dilakukan pemantauan terus-menerus,
meskipun nantinya suatu entitas telah memiliki SPK yang memenuhi sepuluh atribut,
karena itu BPKP akan terus melakukan pengawalan pada entitas untuk terus
mengembangakan SPK.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 127/155
Lampiran 4. Risalah diskusi dengan BPKP
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 3
4. Kelanjutan pengembangan SPK
BPKP terus mengembangkan dan menyempurnakan SPK. Dari keempat siklus yang
dijelaskan diatas, yang dilakukan sampai saat ini hanyalah sebatas bimbingan teknis,
itu pun tidak semua entitas yang mendapatkan sosialisasi menawarkan diri untuk
dilakukan diagnostic assessment oleh BPKP.
5. Kendala yang dihadapi BPKP dalam implementasi SPK
Kendala yang dihadapi oleh BPK dalam mengimplementasikan SPK adalah
keengganan dari entitas untuk menerapkan SPK. Hal tersebut dikarenakan SPK
belum menjadi prioritas kebutuhan entitas, selain itu SPK juga belum memiliki
payung hukum yang jelas.
6. Respon entitas terhadap SPK
Pada saat dilakukan sosialisasi entitas memiliki respon yang baik terhadap SPK,
namun seperti dijelaskan diatas, untuk mengimlemantasikan SPK, masih terdapat
keengganan, karena SPIP yang sudah lama disosialisasikan dan memiliki payung
hukum yang jelas saja belum diterapkan penuh oleh entitas. Pendekatan yang
dilakukan oleh BPKP untuk mengimplemantasikan SPK adalah dengan
menyampaikan kepada entitas, bahwa jika SPK tidak diterapkan kemungkinan
terjadinya korupsi akan semakin besar dan jika korupsi telah terjadi, maka akan
terkena tindak pidana sesuai dengan UU No. 31 Tahun 2009 tentang pemberantasan
tindak pidana korupsi.
7. Komitmen entitas terhadap SPKSetelah dilakukan sosialisasi, BPKP menawarkan komitmen entitas terhadap
penerapan SPK. Komitmen ini tidak hanya secara lisan, namun juga harus tertulis
agar jelas dan terdokumentasi.
8. Pemeriksaan SPK pada entitas
Sampai saat ini, karena entitas belum ada yang menerapkan SPK, maka hal yang
dapat dilakukan oleh BPKP hanyalah mengidentifikasi keberadaan sepuluh atribut
SPK pada entitas terperiksa (diagnostic assessment).
Metode yang digunakan
Metode yang digunakan adalah dengan melakukan wawancara dan kuisioner.
Dalam memeriksa SPK, pemeriksa berpedoman pada panduan teknis SPK yang
dikembangkan oleh BPKP.
Pelaporan hasil pemeriksaan SPK
Laporan hasil pemeriksaan SPK sebagaimana yang dijelaskan pada poin 8, hanya
diserahkan kepada entitas saja, sebagai bahan bagi entitas untuk
mengembangkan SPK.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 128/155
Lampiran 4. Risalah diskusi dengan BPKP
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 4
Tindak lanjut pemeriksaan SPK
Setelah dilakukan pemeriksaan atas SPK, tindak lanjut yang dilakukan entitas
adalah mengembangkan atribut-atribut yang belum ada dan yang dinilai belum
memadai dari hasil diagnostic assessment. Mekanisme tindak lanjut ini dilakukan
dengan bimbingan teknis oleh BPKP.
Pemeriksaan SPK merupakan penugasan non audit. Pemeriksaan ini tidak secaraberkala dilakukan oleh BPKP, dan bersifat on going saja.
9. Penerapan SPK pada BPKP
Sampai saat ini BPKP belum memiliki SPK sempurna untuk kalangan BPKP sendiri.
SPK lingkungan BPKP masih dalam tahap pengembangan yang dilakukan secara
paralel dengan pengembangan SPK pada entitas BPKP.
10. SPK dan SPIP
SPK merupakan strategic tools yang ditawarkan oleh BPKP untuk mencegah dan
mendeteksi sedini mungkin terjadinya korupsi, sedangkan menurut BPKP SPIP secara
spesifik masih belum dapat digunakan untuk mencegah terjadinya korupsi.
11. Kerjasama BPKP dan APH dalam pencegahan korupsi
Terkait dengan korupsi, BPKP telah melakukan kerja sama dengan KPK dengan
bentuk kerjasama antara lain:
a. Bantuan audit investigative
b. Penyerahan kasus yang berindikasi korupsi
c. Bantuan perhitungan kerugian negara
d.
Pemberian keterangan ahlie. Pertukaran informasi terkait kasus tindak pidana korupsi
E. Rencana Selanjutnya
Berdasarkan pertemuan dengan BPKP, beberapa kegiatan yang dapat dilakukan
selanjutnya adalah:
a. Litbang BPK dapat menjalin kerja sama dengan BPKP untuk memperkaya kajian yang
berhubungan dengan SPK, salah satunya dengan meminta dokumen pedoman teknis
SPK secara tertulis dengan BPKP.
b. Melaksanakan pemeriksaan kinerja atas SPK. BPKP sangat mengharapkan BPK untuk
mengaktualisasikan rencana BPK melakukan pemeriksaan kinerja atas SPK, sehingga
diharapkan rekomendasi BPK berdasarkan hasil pemeriksaan SPK dapat
meningkatkan awareness entitas pemerintah untuk mengembangkan SPK
sebagaimana yang digagas oleh BPKP.
c. Mengundang BPKP dalam seminar tentang SPK. BPKP telah melakukan pemeriksaan
atas SPK pada beberapa entitas, karena itu BPKP dapat menjadi nara sumber dalam
mengembangkan program pemeriksaan kinerja SPK yang akan dilakukan BPK.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 129/155
Lampiran 5. Risalah diskusi dengan KPK
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 1
A. Jadwal Diskusi
Hari/Tanggal : Selasa, 22 Maret 2011
Tempat : Ruang Rapat KPK
Waktu : Pukul 10.15 – 13.30
B. Peserta Diskusi
Peserta diskusi dari pihak KPK dihadiri oleh Kepala Direktorat Libang KPK, Kepala Bagian
Perencanaan, Kepla Satuan Tugas Gratifikasi, Kepala Satuan Tugas Penelitian, Staf
Litbang, Staf Gratifikasi. Sedangkan peserta diskusi dari pihak BPK dihadiri oleh Kepala
Direktorat Litbang Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja, Kepala Seksi Litbang Pemeriksaan
Kinerja, dan Staf Litbang Pemeriksaan Kinerja.
C. Agenda Pertemuan
Pertemuan ini membahas mengenai upaya dan strategi KPK dalam pengendalian fraud di
Indonesia.
D. Pembahasan
1. Tugas Litbang KPK terkait pengendalian fraud
Tugas litbang KPK terkait pengendalian fraud antara lain:
1. Melakukan kajian atas sistem administrasi keuangan pada entitas pemerintah;
2. Memberi saran kepada entitas pemerintah terhadap sistem administrasi
keuangan;
3. Memberikan laporan kepada Presiden, DPR, dan BPK jika terdapat rekomendasi
yang tidak dilaksanakan oleh entitas pemerintah.
2. Peran KPK terkait pengendalian fraud
Sehubungan dengan pengendalian fraud, jika dikerucutkan, peran KPK dalam
pengendalian fraud adalah pencegahan dan penindakan. Pencegahan terkait
penerimaaan laporan dan pemeriksaan gratifikasi, penerimaan laporan dan
pemeriksaan LKHPN, pendidikan, sosialisasi, kampanye anti korupsi, kerja sama antar
lembaga serta tugas Monitor yaitu mengkaji dan memberikan saran kepada
pengelolaan administrasi keuangan instansi pemerintah.
3. Mekanisme monitoring terhadap sistem administrasi pada instansi pemerintah
KPK tidak melakukan reviu administrasi terhadap seluruh instansi pemerintah, hal ini
dikarenakan keterbatasan sumber daya yang dimiliki KPK. Langkah awal yang
dilakukan adalah dengan melihat area-area dan sistem yang potensial untuk
melakukan korupsi, hal yang dilakukan adalah mengidentifikasi sistem-sistem yang
memiliki risiko korupsi, contohnya adalah sistem yang berhubungan dengan
pelayanan publik seperti sistem cukai, sistem penganggaran, sistem pengelolaan TKI.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 130/155
Lampiran 5. Risalah diskusi dengan KPK
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 2
Dalam melakukan monitoring, beberapa hal yang direviu adalah regulasi,
kelembagaan, bisnis proses, manajemen SDM, bahkan jika dapat dipisahkan KPK juga
dapat mereviu manajemen aset dan manajemen teknologi informasi. Setelah
melakukan reviu, KPK memberikan rekomendasi dan dipaparkan kepada pimpinan
entitas, kemudian entitas diberikan tenggang waktu selama satu bulan untuk
menyusun action plan dalam rangka menjawab rekomendasi KPK, action plantersebut ditelaah oleh KPK, kemudian dilakukan monitoring terhadap pelaksanaan
action plan tersebut. Dalam melakukan monitoring ini, KPK juga bekerja sama
dengan Inspektorat Jenderal masing-masing instansi.
4. Program pengendalian gratifikasi
Saat ini KPK sedang mengembangkan program pengendalian gratifikasi.
Pengendalian gratifikasi ini begaimana sistem pelaporan gratidikasi dapat dibangun
dengan melibatkan lembaga dan dapat digunakan sebagai management tools bagi
lembaga tersebut. Saat ini sedang di lakukan pilot project pada pertamina dan KPK
sendiri. Dalam RANPK, setiap entitas juga dituntut untuk memiliki mekanisme
pengendalian gratifikasi. Pengendalian gratifikasi ini lebih diarahkan pada tone from
the top, artinya setiap pimpinan harus memberi suri tauladan tentang pengendalian
gratifikasi.
5. Penilaian Inisiatif anti korupsi
Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK) adalah alat ukur dalam menilai kemajuan suatu
instansi publik dalam mengembangkan upaya pemberantasan korupsi di instansinya.
PIAK ditujukan untuk mengukur apakah suatu instansi telah menerapkan sistem dan
mekanisme yang efektif untuk mencegah dan mengurangi korupsi di
lingkungannnya.
PIAK dinilai oleh tiga pihak, yaitu:
a. Unit utama mengisi kuesioner PIAK untuk direview oleh Inspektorat penilaian
sendiri (self assessment )
b. KPK mengumpulkan hasil penilaian setiap instansi melalui Inspektorat untuk
dikonfirmasi dan dinilai.
c. Lembaga Riset/Akademisi akan menetapkan nilai untuk laporan kualitatif
Indikator penilaian PIAK antara lain:
a. Kode etik
b. Peningkatan transparansi dalam manajemen SDM
c.
Peningkatan transparansi dalam pengadaand. Peningkatan transparansi pegawai negeri
e. Peningkatan akses publik dalam memeperoleh informasi unit utama
f. Pelaksanaan saran perbaikan yang diberikan oleh KPK/ BPK/ APIP
g. Kegiatan promosi anti korupsi
h. Upaya pencegahan korupsi yang dilakukan entitas
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 131/155
Lampiran 5. Risalah diskusi dengan KPK
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 3
Saat ini PIAK dilakukan pada instansi pemerintah dan sedang dilakukan pilot project
pada BUMN. Jika instansi pemerintah ataupun BUMN memiliki skor yang rendah,
maka KPK akan melakukan monitoring terhadap hal-hal yang perlu diperbaiki.
Dikarenakan keterbatasan anggaran dan sumberdaya, PIAK hanya diukur
berdasarkan sampling yang dibuat KPK. Dasar pertimbangan PIAK adalah penilaian
terhadap risiko korupsi yang dihadapi oleh instansi pemerintah. Kuisioner PIAK inidiisi sendiri oleh instansi pemerintah.
6. Dasar KPK dalam mengidentifikasi pemetaan instansi yang memiliki risiko korupsi
Beberapa hal yang mendasari KPK dalam menilai risiko korupsi suatu entitas antara
lain survei integritas, PIAK, survey persepsi masyarakat, data pengaduan masyarakat,
data kepatuhan LKHPN, laporan gratifikasi.
7. Pencegahan korupsi melalui dunia pendidikan
Selain PIAK, survey integritas, pengkajian terhadap sistem administrasi, upaya lain
yang dilakukan oleh KPK terkait pencegahan korupsi adalah melalui dunia
pendidikan, KPK telah bekerja sama dengan para guru untuk membangun modul
kurikulum anti korupsi. Kurikulum ini akan disisipkan pada mata pelajaran yang
disampaikan. Misalnya penyampaian contoh soal matematika yang berhubungan
dengan anti korupsi.
8. Upaya KPK dalam membangun fraud awareness di Indonesia
Terkait dengan gratifikasi, upaya yang dilakukan adalah membangun semacam
komitmen dengan pimpinan lembaga sebagai wujud tone from the top, yakni dengan
membangun unit pengelola gratifikasi secara internal, personil dalam unit tersebutakan diseleksi dan di training oleh KPK. KPK melakukan FGD terkait untuk
meningkatkan pengetahuan personil dalam fungsi pengendalian gratifikasi pada
suatu instansi, melakukan evaluasi dan monitoring untuk mendayagunakan program
pengendalian gratifikasi bagi manajemen untuk mengetahui kondisi instansi nya
dalam hal penerimaan gratifikasi.
9. Program kajian terhadap sistem administrasi
Setelah KPK mengidentifikasi area-area yang rawan terhadap korupsi, tim pengkaji
litbang akan melakukan kajian terhadap area yang rawan, lalu tim pengembangan
akan melakukan pengembangan dengan memberikan rekomendasi perbaikan
terhadap sistem administrasi. Instansi akan menyusun action plan terhadap
rekomendasi tersebut dan KPK akan melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan
rekomendasi tersebut.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 132/155
Lampiran 5. Risalah diskusi dengan KPK
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 4
10. Reward and punishment dalam hal tindak lanjut rekomendasi KPK
Secara payung hukum rekomendasi akan disampakan kepada Menteri, Presiden dan
BPK. Selain itu entitas juga akan diundang ke KPK untuk melakukan diskusi. Jika cara
tersebut masih belum diindahkan, KPK akan melakukan penindakan, misalnya
dengan melakukan inspeksi mendadak. KPK juga melakukan koordinasi dengan
UKP4, dengan memasukkan penilaian KPK terhadap entitas sebagai kriteria penilaianyang digunakan UKP4. Sedangkan bagi entitas yang dinilai baik oleh KPK, KPK akan
mengumumkan hasil penilaian tersebut kepada publik, selain itu dalam
melaksanakan FGD dengan entitas-entitas lainnya, KPK akan menjadikan entitas yang
baik tersebut sebagai narasumber dan contoh.
11. FCP yang sedang dibangun BPKP
Sampai saat ini, FCP yang sedang dibuat BPKP memang belum memiliki payung
hukum, Sebenarnya terdapat pemikiran untuk memasukkan FCP ini sebagai
keharusan bagi setiap lembaga dengan memasukkan kewajiban penyusunan FCP
tersebut pada revisi undang-undang keuangan negara. Agar FCP ini dapat dibangun
pada entitas pemerintah, BPKP, BPK dan KPK harus memiliki sinergi agar FCP dapat
memiliki payung hukum. Sebagai salah satu upaya yang dilakukan oleh BPK adalah
pilot project pemeriksaan kinerja tentang pengendalian fraud pada entitas
pemerintah.
12. Kendala yang dihadapi KPK dalam pengendalian korupsi
KPK memiliki kewenangan yang dipayungi undang-undang, sejauh ini KPK belum
memiliki kendala yang berarti, kendala yang dihadapi adalah terdapat segelintir
entitas (dua entitas) yang belum bisa menjalankan rekomendasi KPK, baik karenadisebabkan resistensi entitas maupun sumber daya yang dimiliki entitas.
13. Definsi Fraud menurut KPK
Persepektif KPK dalam memandang fraud adalah korupsi, namun sebenarnya fraud
seharusnya lebih luas dari korupsi, yang dilakukan KPK saat ini pun lebih luas dari
sekedar korupsi, salah satunya masalah konflik kepentingan. KPK sampai saat ini
belum mendefinisikan fraud secara khusus.
E. Rencana Selanjutnya
Berdasarkan diskusi dengan KPK, hal yang dapat dilakukan selanjutnya adalah Litbang
BPK dapat terus menjalin komunikasi dengan KPK dalam rangka pengumpulan data dan
informasi yang dibutuhkan untuk menyusun dan mengembangkan metodologi
pemeriksaan kinerja atas pengendalian fraud pada entitas pemerintah. KPK juga
bersedia untuk memberikan masukan kepada BPK dalam hal mengembangkan kriteria
pemeriksaan terhadap pengendalian fraud.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 133/155
Lampiran 6. Risalah diskusi dengan Kejaksaan
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 1
A. Jadwal Diskusi
Hari/Tanggal : Selasa, 8 Maret 2011
Tempat : Ruang Rapat Kejaksaan Agung Muda Pengawasan
Waktu : Pukul 10.00 – 12.00
B. Peserta DiskusiDiskusi ini dihadiri oleh empat inspektur pengawasan, dan staf dilingkungan Jamwas
serta staf litbang pemeriksaan kinerja.
C. Agenda Pertemuan
Pertemuan ini membahas mengenai upaya dan strategi Jamwas dalam pengendalian
fraud dilingkungan kejaksaan.
D. Pembahasan
a. Definisi fraud
Menurut Jamwas, sebaiknya definisi fraud lebih dipersempit saja, karena sampai saat
ini belum ada payung hukum yang mengatur tindakan fraud , yang ada hanyalah
korupsi. Jamwas juga mengatakan bahwa fraud merupakan tindakan yang lebih
sempit dari korupsi. Untuk itu sebaiknya istilah fraud diganti saja menjadi
“perbuatan hukum yang merugikan keuangan negara”.
b. Pengendalian fraud pada Kejaksaan
Pengendalian fraud yang dilakukan di lingkungan kejaksaan meliputi:
1. Membangun kode etik bagi aparat kejaksaan
2. Membentuk inspekstorat untuk menjamin pelaksanaan kegiatan yang dilakukan
oleh aparat kejaksaan bebas dari fraud dan penyimpangan. Kegiatan inspeksiyang dilakukan di kejaksaan meliputi:
a. Inspeksi umum kegiatan inspeksi terhadap penggunaan anggaran.
b. Inspeksi khusus Kegiatan inspeksi yang dilakukan berdasarkan permintaan
khusus, misalnya pengaduan masyarakat.
c. Inspeksi kasus inspeksi yang dilakukan terhadap penyalahgunaan
keuangan negara, misalnya TPTGR.
d. Inspeksi pimpinan Inspeksi yang dilakukan oleh pimpinan suatu unit kerja.
e. Inspeksi pemantauan
3. Melakukan pengawasan melekat, yaitu pemantauan terhadap kegiatan yang
dilakukan oleh atasan terhadap staf di lingkungan unit kerjanya.
4. Membuka media pengaduan masyarakat terhadap tindakan penyimpangan yang
dilakukan oleh aparat kejaksaan dalam melaksanakan tugasnya.
5. Mencantumkan kalimat-kalimat peringatan terhadap aparat kejaksaan untuk
selalu bekerja sesuai dengan aturan , misalnya dalam bentuk neon boks.
c. Pengendalian internal pada kejaksaan
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 134/155
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 135/155
Lampiran 7. Risalah diskusi dengan POLRI
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 1
A. Jadwal Pertemuan
Hari/Tanggal : Rabu, 2011
Tempat : Ruang Rapat Itwasum POLRI
Waktu : Pukul 09.00 – 12.00
B. Pimpinan dan Peserta Pertemuan
Pertemuan ini dipimpin oleh Kasubdit Litbang Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja dan
dihadiri oleh Kepala Biro Rencana dan Administrasi Itwasum POLRI beserta
pejabat=pejabat Itwasum POLRI.
C. Agenda Pertemuan
Pertemuan ini membahas mengenai pengembangan fraud control plan POLRI.
D. Pembahasan
1. Apakah definisi Fraud menurut POLRI?
Fraud merupakan kecurangan dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri atau
kelompoknya dengan cara melawan hukum sehingga merugikakn orang lain. Dalam
hukum pidana, fraud dapat berupa penggelapan, pencurian, korupsi atau hal serupa
lainnya.
2. Bagaimana POLRI memandang fraud dan korupsi?
Dalam aspek setiap kehidupan manusia, risiko terjadinya kecurangan selalu ada.
Oleh karena itu, diperlukan hukum yang mengatur an menjatuhkan sanksi bagi
pelakunya. Korupsi itu sendiri merupakan fraud / kecurangan yang telah diatur secaralex spesialis yang memiliki undang-undangnya sendiridalam UU tersebut telah
mengatur perbuatan apa saja yang dapat dikategorikan sebagai korupsi dan memiliki
ancaman hukuma dari setiap perbuatan tersebut.
3. Apa saja risiko fraud yang dihadapi POLRI dalam menjalankan setiap tugas dan
fungsinya?
Risiko fraud yang dihadapi POLRI dan jajarannya adalah ketika terjadi pelanggaran
kode etik yang dapat berdampak pada sanksi disiplin, pidana/perdata. Secara
keorganisasian, masalah paling besar yang dihadapi POLRI adalah turunnya
kepercayaan masyarakat terhadap kinerja POLRI.
4. Apa langkah-langkah untuk memitigasi fraud ?
Melakukan tindakan preventif untuk meminimalisir dampak negatif dari fraud ,
antara lain melalui:
a. Personel: memberikan reward dan punishment secara adil.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 136/155
Lampiran 7. Risalah diskusi dengan POLRI
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 2
b. Pembentukan unit/bagian agar check and balance yang bertugas mengawasi dan
mengontrol sehingga tidak terjadi kecurangan. Unit tersebut juga berfungsi untuk
menerima aduan masyarakat. Penyelenggaraan pengawasan yang dilaksanakan di
tingkat Polres oleh Kanit P3D dan Kasie was. Di tingkat Polda oleh Irwasda dan
Kabid Propam serta di tingkat Mabes oleh Irwasum dan Kadiv Propam;
c. Membuat aturan-aturan sebagai pedoman dan pelaksanaan tugas di masing-masing unit/bagian/fungsi baik berupa standard operasi prosedur, prinsip-prinsip
penuntun tugas, peraturan kapolri dan petunjuk arahan lainnya.
5. Apakah SPI yang diterapkan di POLRI sudah cukup sebagai alat pengendalian
fraud ?
SPI di lingkungan POLRI dibuat dalam bentuk peraturan yang engatur tugas anggota
POLRI baik aturan disiplin dank ode etik, pidana maupun ganti rugi dan selalu
dilakukan update peraturan.
6. Bagaimana mekanisme pengendalian fraud : pencegahan, pendeteksian dan
penanganan, di lingkungan POLRI?
a. Pencegahan: Membuat aturan-aturan, pedoman tentang pelaksanaan tugas,
pentetapan komitmen moral, pakta integritas, pemberian jukrah dan supervise
kepada satuan dibawahnya, serta waskat.
b. Pendeteksian: Membuka ruang publik untuk menampung aduan masyarakat dan
LSM, melakukan kerjasama dengan institusi terkait seperti Kompolnas,
Ombudsman, Satgas Mafia Hukum, BPK, BPKP, Kemeneg PAN dan RB, DPR RI,
KPK dan pers untuk meningkatkan kinerja POLRI dengan meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas. Disamping itu, POLRI juga melakukanpengawasan secara terprogram melalui Itwasum maupun berdasarkan hasil
pemeriksaan BPK.
c. Penanganan: Melalui mekanisme peraturan disiplin anggota POLRI, kode etik
POLRI, serta kepastian hukum.
7. Peraturan apa saja yang telah dibuat POLRI terkait pengendalian Fraud ?
Peraturan terkait disiplin dank ode etik anggota, terutama di masing-masing fungsi,
diantaranya:
a. Bidang Pengawasan anggota personil
b. Bidang pengawasan dan pemeriksaan
c. Bidang pengawasan penyidikan; Yaitu peraturan Kapolri Nomor 12 tahun 2009
tentang Penyelenggaraan dan Pengendalian Penanganan Perkara Pidana di
Lingkungan Polri.
8. Dalam organsasi POLRI, unit manakah yang bertanggungjawab terhadap
pengendalian fraud ?
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 137/155
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 138/155
Lampiran 7. Risalah diskusi dengan POLRI
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 4
Trend terjadinya fraud di lingkungan POLRI adalah pelanggaran hukum/HAM seperti
pencurian, penggelapan dan penyalahgunaan wewenang terutama dalam proses
penyidikan suatu tindak pidana.
15. Apa saja kendala yang dihadapi POLRI dalam menangani fraud ?
Pandangan negative sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa prosespenghukuman terhadap anggota belum memberikan rasa keadilan bagi masyarakat
khususnya yang menjadi korban, karena proses penegakan hukum juga dilakukan
oleh kepolisian itu sendiri.
16. Dengan pihak mana saja POLRI melakukan kerjasama terkait pengendalian fraud ?
Dengan BPK, BPKP dalam hal yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan
negara;
Dengan KPK dan PPATK dalam hal yang berkaitan dengan pengungkapan kasus
pidana korupsi dan money laundry ;
Dengan Kompolnas, Kemeng PAN dan RB, Ombudsman dalam hal yang berkaitan
dengan complain masyarakat terhadap pelaksanaan tugas penyidikan, perilaku
anggota dan lain-lain; dan
Satgas Mafia Hukum, dalam hal berkaitan dengan kasus-kasus penyidikan
17. Apakah terdapat kemungkinan seorang penyidik dari Itwasum melakukan
penyidikan atau pemeriksaan terhadap aparat kepolisian yang memiliki jabatan
dan pangkat lebih tinggi dari penyidik tersebut?
Ya, mungkin dan sering terjadi. Risiko yang mungkin diterima oleh penyidik tersebutadalah kemungkinan bahwa pejabat yang diperiksa tersebut suatu saat menjadi
atasan dari penyidik tersebut, atau menggunakan jabatannya untuk membalas
tindakan penyidik tersebut. Saat ini Itwasum masih merumuskan mekanisme untuk
mengurangi risiko tersebut.
18. Bagaimana bila kasus terjadi di lingkungan Polda?
Kasus di lingkungan Polda akan ditangani oleh Irwasda. Bila kasus tersebut
menyangkut lintas wilayah, maka akan dilakukan koordinasi lintas irwasda. Kasus
akan naik ke tingkat lebih tinggi setelah pertimbangan tertentu.
19. Apakah dalam usaha pencegahan fraud / korupsi di lingkungan Kepolisian, POLRI
telah bekerja sama dengan KPK?
Ya, melalui sistem PIAK (Penilaian Inisiatif Anti Korupsi) yang dilakukan oleh Itwasum,
kemudian hasilnya diserahkan ke KPK untuk dilakukan konfirmasi dan penilaian.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 139/155
Lampiran 8. Risalah diskusi dengan PPATK
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 1
A. Jadwal Pertemuan
Hari/Tanggal : Selasa, 19 April 2011
Tempat : Ruang Rapat Wakil Kepala Bidang Administrasi Gedung Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Lantai 2
Waktu : Pukul 10.00 – 12.30
B. Pimpinan dan Peserta Diskusi
Diskusi dipimpin oleh Wakil Direktur Audit Internal. Peserta diskusi dari pihak PPATK
dihadiri oleh auditor internal dan Staf Direktorat Sumber Daya Manusia. Sedangkan dari
pihak BPK dihadiri oleh Kasubdit Litbang Pemeriksaan Keuangan dan Kinerja, Kasie
Litbang Pemeriksaan Kinerja dan enam orang staf Litbang Pemeriksaan Kinerja.
C. Agenda Pertemuan
Pertemuan ini membahas mengenai strategi PPATK dalam pencegahan fraud .
D. Pembahasan
1. Gambaran Umum
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dibentuk berdasarkan
amanat Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang. PPATK merupakan suatu lembaga intelejen keuangan independen yang
bertanggung jawab kepada Presiden, yang secara internasional dikenal sebagai
Financial Intelligence Unit (FIU). PPATK terdiri dari sembilan Direktorat, yaitu Riset
dan Analisis, Kerja Sama Antar Lembaga, Hukum dan Regulasi, Pengawasan dan
Kepatuhan, Pengembangan aplikasi Sistem, Keuangan, Sumber Daya Manusia, dan
Umum. Saat ini PPATK memiliki 250 orang pegawai dengan dengan tiga tipe statuspegawai, yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pegawai dipekerjakan, dan Pegawai
kontrak.
2. Definisi Fraud
PPATK belum secara baku mendefinisikan fraud , sehingga karyawan PPATK belum
mengetahui tindakan apa saja yang termasuk kategori fraud . Namun berdasarkan
hasil wawancara dengan pihak PPATK, fraud merupakan suatu bentuk
penyimpangan yang tidak hanya terhadap hal-hal yang bersifat finansial saja, namun
juga terhadap penyalahgunaan wewenang dan aset negara.
3. Risiko Fraud
Risiko fraud yang mungkin dihadapi oleh PPATK adalah kerahasiaan informasi. Saat
ini, PPATK sedang mengembangkan model manajemen risiko yang disesuaikan
dengan renja dengan titik berat kepada outcome, artinya PPATK mengidentifikasi
hal-hal apa yang akan menghambat ketercapaian outcome. Identifikasi terhadap
risiko ketidaktercapaian outcome tersebut dilakukan secara mandiri oleh unit kerja
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 140/155
Lampiran 8. Risalah diskusi dengan PPATK
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 2
yang terkait. Selain mengidentifikasi risiko, unit terkait tersebut juga
mengidentifikasikan kemungkinan penyebab, akibat dan dampak yang ditimbulkan
dari ketidaktercapaian outcome tersebut. Risiko tersebut juga akan direviu setiap
semesteran. Untuk menekan risiko kerahasiaan informasi tersebut, PPATK telah
melakukan pengendalian atas risiko tersebut, misalnya adanya CCTV, pembatasan
akses terhadap ruangan, pembatasan akses antar pekerjaan yang dilakukan olehanalis, adanya sistem komputer yang secara terpisah hanya untuk mengkases
informasi yang bersifat rahasia, adanya perjanjian (sumpah) bagi karyawan untuk
menjaga kerahasiaan informasi. Untuk mendukung pengendalian risiko fraud di
PPATK, tingkat kesehateraan karyawan PPATK juga diperhatikan, dengan adanya
sistem penghasilan single income (tidak ada honor-honor) yang jumlahnya diatas
dari penghasilan rata-rata.
4. Kasus fraud di PPATK
Sampai saat ini kasus fraud yang terjadi di PPATK meliputi penyalahgunaan aset,
misalnya penyalahgunaan kendaraan dinas dan masalah pelelangan.
5. SPI dan fraud control
Fraud control di PPATK diatur dalam good governance yang diadopsi oleh PPATK.
Menurut PPATK, SPI masih belum cukup untuk mengendalikan fraud , karena
terdapat beberapa komponen yang tidak ada di SPI seperti conflict of interest dan
fairness. SPI di PPATK lebih pada level operasional, sedangkan untuk level strategis
lebih banyak diatur dalam good governance.
6. Mekanisme penanganan fraud di lingkungan PPATKSetelah PPATK secara internal menerima laporan mengenai adanya fraud , kemudian
bagian audit internal akan melakukan validasi atas informasi tersebut, informasi
tersebut akan dianalisis, lalu dilaporkan kepada pimpinan. Jika ditemukan indikasi
adanya korupsi ( fraud ) akan disampaikan kepada kepolisian, kejaksaan dan KPK.
Dalam mengklarifikasi informasi mengenai fraud , tim auditor internal melakukan
investigasi dengan lebih mengutamakan kasus-kasus yang melibatkan pimpinan dan
material.
7. Peran PPATK dalam penanganan fraud di Indonesia
Indonesia merupakan lembaga intelejen keuangan yang menganalisis transaksi-
transaksi keuangan yang bersifat tidak wajar. Hal ini dilakukan melalui mekanisme
pelaporan pencucian uang yang ada pada reporting partis seperti bank, developer,
dealer, toko mas, dll. Setelah mendapatkan informasi tersebut, PPATK akan
melakukan analisis untuk mengetahui adanya fraud atau tidak. Saat ini PPATK sedang
mengembangkan on line reporting agar penanganannya lebih efisien.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 141/155
Lampiran 8. Risalah diskusi dengan PPATK
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 3
E. Rencana Selanjutnya
PPATK bersedia untuk mendukung kebetuhan BPK dalam hal pilot project pengendalian
fraud . PPATK lebih menyarankan agar BPK jangan menggunakan istilah pengendalian
fraud , karena akan menimbulkan resistensi “ketakutan” bagi para auditee, untuk itu BPKperlu mencari istilah yang tepat agar auditee dapat bekerja sama untuk mendukung
pemeriksaan tersebut.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 142/155
Lampiran 9. Risalah diskusi dengan Ditjen Perbendaharaan
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 1
A. Jadwal Pertemuan
Hari/Tanggal : Jumat, 25 Maret 2011
Tempat : Ruang Rapat Piet Harjono Gedung Perbendaharaan I Lantai 2
Waktu : Pukul 09.00 – 11.30
B. Pimpinan dan Peserta DiskusiDiskusi ini dihadiri oleh beberapa orang dari kedua belah, BPK RI dan Ditjen
Perbendaharaan. Dari BPK RI dihadiri oleh Kasubdit Litbang Pemeriksaan Keuangan dan
Kinerja, Kasie Litbang Pemeriksaan Kinerja dan enam orang staf Litbang Pemeriksaan
Kinerja, serta dari Ditjen Perbendaharaan dihadiri oleh Kabag Organisasi Tata Laksana
(OTL), Kabag Administrasi Kepegawaian, Kasubag Evaluasi Hasil Pemeriksaan dan
Kinerja, Kasubag Penyusunan Kinerja Pelaporan (PKP), satu orang staf dari Kepegawaian,
dan satu orang staf dari OTL. Diskusi dipimpin oleh Kasubag Evaluasi Kinerja dari Ditjen
Perbendaharaan.
C. Agenda Pertemuan
Pertemuan ini membahas mengenai strategi Ditjen Perbendaharaan dalam pencegahan
fraud .
D. Pembahasan
1. Gambaran Umum
Ditjen Perbendaharaan memiliki struktur organisasi yang besar, yang terdiri dari
Kantor Pusat ( 1 Sekretariat, 7 Direktorat), 30 Kantor Wilayah (di ibukota propinsi),
37 KPPN Percontohan ( di Ibukota Propinsi), 140 KPPN Non Percontohan (di Ibukota
Kab/Kota), dan memiliki 9261 Pegawai (per Desember 2010) sehingga membutuhkanrentang pengawasan dan pengendalian yang besar. Tugas Ditjen Perbendaharaan
adalah sebagai mengelola perbendaharaan negara, yang meliputi pelaksanaan
anggaran, pengelolaan kas negara, manajemen investasi, pembinaan PK-BLU,
akuntansi dan pelaporan keuangan yang membutuhkan kredibilitas dan integritas
tinggi; dalam melaksanakan tugas tersebut, Ditjen Perbendaharaan berinteraksi
dengan pihak Kementerian Negara/Lembaga, Satuan Kerja dan Pihak Perbankan,
yang harus dijamin tidak terjadi konflik kepentingan, dan mengakibatkan kerugian
negara.
2. Definisi Fraud
Menurut Ditjen Perbendaharaan, definisi fraud merupakan penyimpangan terhadap
peraturan yang ada dan mengandung unsur kesengajaan serta berpotensi
menimbulkan tindakan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Ditjen Perbendaharaan juga
mengacu pada aturan yang berlaku umum yaitu fraud menurut UU Tipikor yang
definisinya cenderung ke arah korupsi.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 143/155
Lampiran 9. Risalah diskusi dengan Ditjen Perbendaharaan
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 2
3. Strategi untuk pencegahan fraud
Ditjen Perbendaharaan sudah melakukan manajemen resiko dan membuat
pemetaan resiko dalam rangka pencegahan fraud , dalam pemetaan resiko dibagi
menjadi beberapa tahapan, yaitu: identifikasi resiko, analisis resiko, dan mitigasi
resiko.Sebagai pendukung program anti korupsi, Ditjen Perbendaharaan telah melakukan:
Transparansi Penyelenggara Negara
Penyampaian LHKPN
Sosialisasi Anti Gratifikasi dan Pelaporan Gratifikasi
Promosi Anti Korupsi dan Akses Publik dalam Memperoleh Informasi
Media website, banner, flyer, running text, annual report , talkshow di TV/Radio,
dll.
Seruan/sosialisasi anti korupsi dalam setiap kesempatan kepada seluruh
pejabat/pegawai
Tindaklanjut Pemeriksaan Aparat Pemeriksa/ Pengawas Fungsional (BPK, Itjen
Kemenkeu, KPK).
Selain itu Ditjen Perbendaharaan juga telah melakukan reformasi birokrasi untuk
mencapai good governance yaitu antara lain dalam bidang kelembagaan, proses
bisnis dan SDM.
Pada sisi kelembagaan, seluruh KPPN menerapkan SOP KPPN Percontohan
pada bulan Maret Tahun 2010 pada bulan September 2010, seluruh Kanwil Ditjen
Perbendaharaan menerapkan Layanan Unggulan. SOP KPPN Percontohan dan
Layanan Unggulan Kanwil Ditjen Perbendaharaan menjamin pelaksanaan tugas
dilakukan dengan bebas pungutan, transparan, profesional, dan akuntabel.Pada sisi proses bisnis, Ditjen Perbendaharaan telah melakukan beberapa hal
yaitu:
Melaksanakan Treasury Single Account (TSA)
Melaksanakan Treasury Notional Pooling (TNP)
Melaksanakan Lelang Bank Operasional I
Melaksanakan Sistem barcode pada KIPS
Melaksanakan Upaya penertiban rekening instansi
Melaksanakan Pengamanan database pada KPPN
Melaksanakan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN)
Melaksanakan Manajemen Kinerja dan Manajemen Risiko
Melaksanakan E-Procurement
Selain itu, seluruh proses bisnis yang ada di Ditjen Perbendaharaan telah ditetapkan
standar operasi prosedur. Pada kantor pusat ada 1.116 SOP, pada Kanwil DJPBN
Layanan Unggulan ada 115 SOP, pada KPPN Percontohan ada 100 SOP , pada KPPN
Khusus ada 62 SOP dan ada 6 SOP mobile/filial.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 144/155
Lampiran 9. Risalah diskusi dengan Ditjen Perbendaharaan
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 3
Pada sisi SDM, Ditjen Perbendaharaan telah menetapkan beberapa, sebagai
berikut:
Kode etik yang diwajibkan untuk dipedomani para pegawai, ditampilkan dalam
setiap informasi, dilakukan sosialisasi dan monitoring secara berkala, serta
melaksanakan langkah-langkah penegakan;
Pakta Integritas ditetapkan antara: Direktur Jenderal dengan Sekretaris Ditjen, Para Direktur dan Para Kepala
Kanwil;
Para Kepala Kanwil dengan para Kepala KPPN;
Para Kepala KPPN dengan Pimpinan Satuan Kerja/KPA dan mitra kerja.
Seleksi Pejabat Eselon II, Pejabat Eselon III, dan Pejabat Eselon IV, dilakukan melalui
Assessment Centre.
Peningkatan kompetensi dan kapasitas sumber daya manusia dilakukan melalui
Treasury Learning Centre.
Sistem penilaian kinerja pegawai: SE-30/PB/2009 tentang Pelaksanaan Penetapan,
Evaluasi, Penilaian, Kenaikan, dan Penurunan Jabatan dan Peringkat bagi
Pemangku Jabatan Pelaksana di Lingkungan DJPBN
September 2010 Kontrak Kinerja s.d. level Eselon III.
DJPBN menerapkan kontrak kinerja s.d. level staf /fungsional (Kemenkeu-Five) pada
tahun 2011.
4. Peran Sekretariat Ditjen Perbendaharaan
Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Subbagian Evaluasi Hasil Pemeriksaan
dan Kinerja
melakukan pengelolaan indikator kinerja utama (IKU) dan manajemen risiko lingkup
Ditjen, melakukan pemantauan tindak lanjut atas laporan hasil pemeriksaan aparat
pengawasan fungsional dan penyiapan bahan penelitian kebenaran pengaduan
masyarakat serta pengendalian pelaksanaan tugas kantor vertical.
Sedangkan Bagian Administrasi Kepegawaian, Subbagian Penanganan Disiplin
dan Pemberhentian Pegawai melakukan urusan penegakan disiplin dan
pemberhentian pegawai serta penyiapan bahan-bahan pembinaan pegawai.
5. Awareness terhadap pencegahan fraud di lingkungan Ditjen Perbendaharaan
Ditjen Perbendaharaan melakukan awareness dengan cara pemberian contoh
dari para pimpinan/pejabat, melakukan sosialisasi di forum-forum (bimbingan teknis)sebagai motivator kepada para pegawai di Ditjen Perbendaharaan.
6. Kendala yang dihadapi Ditjen Perbendaharaan dalam pencegahan fraud
Kendala yang ada berasal dari internal dan eksternal, pada internal Ditjen
Perbendaharaan, kendalanya adalah pada pemberian pemahaman pada satker-
satker dalam rangka pencegahan fraud dan kendala pada pembentukan KPPN
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 145/155
Lampiran 9. Risalah diskusi dengan Ditjen Perbendaharaan
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 4
Percontohan adalah pada sisi SDM yang belum paham terhadap pencegahan fraud ,
teknologi yang mendukung belum dapat diterapkan sepenuhnya, sarana yang belum
memadai.
Sedangkan hambatan dari eksternal adalah pihak yang ada diluar Ditjen
Perbendaharaan (seperti Kementerian/Lembaga) yang tidak sejalan dengan Ditjen
Perbendaharaan dalam mencegah fraud, yaitu masih sering melakukan tindakan fraud seperti penyuapan kepada pihak KPPN.
E. Rencana Selanjutnya
Dalam rangka pengumpulan data dan informasi untuk menyusun dan mengembangkan
metodologi pemeriksaan kinerja atas pengendalian fraud pada entitas pemerintah, hal
yang dapat dilakukan selanjutnya adalah Direktorat Litbang BPK dapat menjalin
kerjasama dan komunikasi dengan Bagian Organisasi Tata Laksana Ditjen
Perbendaharaan dimana bagian tersebut sedang mengkaji untuk pembentukan Unit
Kepatuhan Internal (UKI) sesuai dengan PMK-103/PMK.09/2010 tentang Tata CaraPengelolaan dan Tindak Lanjut Pelaporan Pelanggaran/Whistleblowing di Lingkungan
Kemenkeu.
Sedangkan langkah-langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Ditjen Perbendaharaan
adalah:
1) Kerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam rangka penerapan
Program Pengendalian Gratifikasi (PPG).
2) Pengimplementasian manajemen risiko secara efektif dalam rangka pemetaan dan
mitigasi risiko fraud pada unit lingkup Ditjen Perbendaharaan.
3) Kajian pembentukan Unit Kepatuhan Internal/UKI (sesuai PMK-103/PMK.09/2010
tentang Tata Cara Pengelolaan dan Tindak Lanjut Pelaporan
Pelanggaran/Whistleblowing di Lingkungan Kemenkeu).
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 146/155
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 147/155
Lampiran 10. Risalah diskusi dengan Ditjen Bea Cukai (DJBC)
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 2
Pada tahun 2009 dibentuklah Pusat Kepatuhan Internal untuk mengintegrasikan
seksi kepatuhan internal yang ada. Selain organisasi DJBC juga melakukan
revitalisasi pada sistem dan prosedur serta SDM yang ada dengan meningkatkan
integritas dan kompetensi.
3. Organisasi pengendalian fraud pada DJBCUnit Kerja Kepatuhan Internal (UKKI) terdapat pada kantor pusat dan pada instansi
vertikal Ditjen Bea dan Cukai. UKKI pada Kantor Pusat DJBC berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan, yang karena sifat tugasnya, secara
teknis operasional dan administratif bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal
Bea dan Cukai, UKKI pada kantor pusat adalah Pusat kepatuhan internal (PUSKI).
UKKI pada instansi vertikal Ditjen Bea dan Cukai berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada instansi vertikal Ditjen Bea dan Cukai. UKKI pada instansi vertikal
terdiri dari BUKI pada Kanwil DJBC, Bidang Kepatuhan Internal pada Kantor
Pelayanan Utama, Seksi Kepatuhan Internal pada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
(KPBC) Tipe Madya, Subbag Umum pada KPBC Tipe A1, A2, A3, PSO dan BPIB dan
urusan umum pada KPBC Tipe B. Selain UKKI juga terdapat unit yang lain dalam
pengendalian fraud yaitu unit bimbingan kepatuhan dan pelayanan informasi. Unit
ini mempunyai fungsi untuk mengendalikan fraud yang dilakukan oleh pihak
eksternal. Tugas unit ini adalah untuk mendorong importir dan eksportir taat pada
peraturan perundang-undangan.
4. Tugas unit kerja kepatuhan internal
Tugas unit kerja kepatuhan internal antara lain memastikan bahwa semua prosedur
yang ditetapkan telah dijalankan dan seluruh pegawai telah bekerja sesuai denganperaturan dan standar yang ditetapkan.
5. Kebijakan Pengendalian Internal DJBC
Kebijakan pengendalian internal DJBC dibentuk berdasarkan teori pengendalian
internal dari Committee of Sponsoring Organizations (COSO). Untuk pola kerja
pengendalian internal di DJBC dibagi menjadi tiga level yaitu pusat dengan titik
fokusnya kepada kebijakan, wilayah yang fokusnya pada kebijakan dan operasional,
dan pelayanan yang lebih fokus kepada operasional. Strategi pengembangan
pengendalian internal diawali dengan penataan lingkungan pengendalian yang
berisi norma-norma yang harus dipatuhi. Strategi berikutnya adalah risk
manajemen. UKKI wajib memiliki peta risiko yang digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam melakukan kegiatan pengendalian. Peta risiko dikelola secara
online dan dikoordinasikan dengan PUSKI. Pengelolaan peta risiko yang dikelola
secara online akan dimulai pada tahun 2011. Optimalisasi kegiatan pengendalian
dilakukan dengan pembinaan sumber daya manusia (SDM), pengawasan kepatuhan
pelaksanaan tugas, evaluasi kinerja dan penanganan pengaduan masyarakat.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 148/155
Lampiran 10. Risalah diskusi dengan Ditjen Bea Cukai (DJBC)
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 3
Strategi pengembangan pengendalian internal yang terakhir yaitu pemanfaatan
teknologi informasi dan sarana dengan menggunakan alat dashboard daily activity
monitoring system (Dashboard DAMS), otomatisasi sistem dan prosedur,
pengadaan server dan sarana komunikasi UKKI melalui mailist dan tersedianya link
UKKI di website DJBC. Terkait dengan pengendalian fraud , DJBC berpendapat bahwa
pengendalian internal DJBC belum cukup sebagai alat untuk dapat mengendalikan fraud , karena faktor waktu, mengingat implementasi pengendalian internal belum
lama diterapkan di DJBC. Namun jika Dashboard DAMS sudah berjalan, maka DJBC
yakin bahwa alat tersebut mampu mengendalikan fraud di lingkungan DJBC.
6. Implementasi Pengendalian Internal DJBC
DJBC sudah menerapkan kebijakan pengendalian internal seperti peraturan yang
terkait dengan pengendalian internal. Peraturan tersebut mengatur mengenai
disiplin PNS, kode etik PNS maupun DJBC, komisi kode etik, tata kerja UKKI, pakta
integritas, penghargaan bagi pegawai DJBC, serta tata nilai dan budaya organisasi.
Stategi penegakan kepatuhan internal berupa siklus dalam wujud Waskat,
pengawasan kepatuhan pelaksanaan tugas melalui alat Balance Scorecard, evaluasi
kinerja, penanganan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan, penanganan pengaduan
masyarakat, pembinaan personil dan rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas.
7. Pengawasan Melekat
Pengawasan Melekat di DJBC dilakukan dengan menggunakan siklus pencegahan,
pemantauan, analisa, penindakan, laporan, evaluasi, dan tindak lanjut. Peran UKKI
melakukan pemantauan pada setiap tahapan proses waskat agar berjalan sesuaiketentuan, dan melakukan asistensi dan supervisi dalam penanganan pelanggaran
kode etik dan disiplin pegawai.
8. Pengaduan Masyarakat
Pengaduan masyarakat bisa dilakukan melalui meja pengaduan PUSKI KC, telepon,
facsimile, email dan surat. Hasil pengaduan masyarakat dimonitor melalui Indikator
Kinerja Utama (IKU) unit Kepatuhan Internal.
9. Kerjasama DJBC dengan KPKKPK sejak tahun 2006 memberi asistensi kepada Dirjen Bea Cukai dalam hal
meningkatkan skor survey integritas layanan sektor publik DJBC dan survey
Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK), sosialisasi LHKPN, serta asistensi dan supervisi
dalam penyusunan whistle blower system. Sistem pengaduan sudah dibuka tidak
hanya di level pusat tapi juga di daerah baik kanwil mapun pelayanan. Tetapi
mekanisme perlindungan untuk whistle blower belum ada.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 149/155
Lampiran 10. Risalah diskusi dengan Ditjen Bea Cukai (DJBC)
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 4
10. Hasil Survei Integritas Layanan Sektor Publik
Hasil Survei Integritas Layanan Sektor Publik KPK terhadap layanan cukai dan
layanan import terdapat perbedaan yang cukup tinggi. Hasil survey integritas
terhadap layanan impor (pelabuhan) lebih buruk (5,63) daripada layanan cukai(6,68). Hal ini disebabkan karena lingkungan kerja yang berbeda. Berdasarkan PIAK
DJBC yang mendapatkan rangking nomor dua maka sebenarnya semua yang
diperlukan untuk memberantas korupsi telah ada. Sedangkan target survey
integritas layanan sektor publik DJBC adalah mendapatkan nilai minimal 6.
11. Publikasi Fraud pada DJBC
DJBC akan mempublikasikan detail fraud yang terjadi tapi tidak akan menyebutkan
nama. Publikasi hanya akan dilakukan secara internal dan tidak untuk konsumsi
eksternal.
E. Rencana Selanjutnya
Berdasarkan diskusi dengan Ditjen Bea dan Cukai, hal yang dapat dilakukan selanjutnya
adalah Litbang BPK dapat terus menjalin komunikasi dengan Bagian kepatuhan Internal
Ditjen Bea dan Cukai dalam rangka pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan
untuk menyusun dan mengembangkan metodologi pemeriksaan kinerja atas
pengendalian fraud pada entitas pemerintah.
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 150/155
Lampiran 11. Risalah Diskusi Dengan Garuda Indonesia
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 1
(Pencegahan Korupsi di Garuda Indonesia)
A. Jadwal Pertemuan
B. Pimpinan dan Peserta Diskusi
C. Agenda Pertemuan
D. Pembahasan
corporate comunication
whistle-blower system
corporate secretary
Good Corporate
Gorvenance
compliance
conformity
performance
Loyalty Customer Satisfity Honesty Integrity
Indonesian Institute for Corporate Governance
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 151/155
Lampiran 11. Risalah Diskusi Dengan Garuda Indonesia
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 2
Whistle-blowing System
display
Whistleblowing System
www.ga-whistle-blower .com
whistle-blower
Whistle-blower officer
whistle-blower Whistle-blower
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 152/155
Lampiran 11. Risalah Diskusi Dengan Garuda Indonesia
Litbang Pemeriksaan Kinerja hal. 3
Key Performance Indicator
reward
E. Rencana Selanjutnya
pilot project
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 153/155
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 154/155
L a
m p i r a n 1 2 .
M a t r i k s F r a u d
C o n t r o l
L i t b a n g P e m e r i k s a a n K i n e r j a
h a l . 2
K e t e r a n g a n
B
e a C u k a i
P e r b e n d a h a r a a n
K P K
B P K P
P O L R I
K e j a k g u n g
P P A T K
B A K N
m
a s y a r a k a t ;
P
e m a n f a a t a n
t
e k n o l o g i
i n f o r m a s i
d
e n g a n
m
e n g e m b a n g k
a
n d a s h b o a r d
d
a i l y a c t i v i t y
m
o n i t o r i n g
s
y s t e m
M
e l a k u k a n
a
s s e s m e n t
t
e r h a d a p
r
i s i k o ;
k o r u p s i p a d a
s e t i a p
k e s e m p a t a n
k e p a d a s e l u r u h
p e j a b a t d a n
p e g a w a i ;
T i n d a k l a n j u t
p e m e r i k s a a n
a p a r a t
p e m e r i k s a /
p e n g a w a s a n
f u n g s i o n a l
R e f o r m a s i
b i r o k r a s i u n t u k
m e n c a p a i g o o d
g o v e r n a n c e
m e l a l u i b i d a n g
k e l e m b a g a a n ,
p r o s e s b i s n i s
d a n S D M ;
S
u r v e y
p
e r s e p s i
m
a s y a r a k a t ;
S i m p u l a n :
1 .
P e m a h a m a n d a n
d e f i n i s i f r a u d p a d a e n t i t a s m a s i h s a n g a t
b e r a g a m ,
k a r e n a b e l u m a
d a p e r a t u r a n y a n g s e c a r a s p e s i f i k m e n g a t u r t e n t a n g f r a u d s e h i n g g a B P K
p e r l u m e r u m u s k a
n d e f i n i s i f r a u d ;
2 .
E n t i t a s t e l a h m e l a k u k a n l a n g k a h - l a n g k a h p e n g e n d a l i a n f r a
u d s e c a r a i n t e r n a l . E n t i t a s y a n g t e l a h m e
l a k u k a n p e n g e n d a l i a n f r a u d y a n g p a l i n g
m e m a d a i a d a l a h
D i r j e n P e r b e n d a h
a r a a n d a n D i r j e n B e a C u k a i . S e d a n g k a n e
n t i t a s y a n g m a s i h k u r a n g p e n g e n d a l i a n f
r a u d n y a a d a l a h K e j a k s a a n .
3 .
S e b a g i a n e n t i t a s t e l a h m e m i l i k i k o m p o n e n p e n g e n d a l i a n f
r a u d , n a m u n m a s i h b e l u m t
e r i n t e g r a s i d a l a m s
u a t u s i s t e m p
e n g e n d a l i a n f r a u d .
8/10/2019 E-book Sistem Kendali Korupsi
http://slidepdf.com/reader/full/e-book-sistem-kendali-korupsi 155/155