e Book Fiqih Pengobatan

20
E-BOOK-1: LKP-V1-01-001315 Mohon tidak memperbanyak Materi E-BOOK ini dan/atau memberikannya kepada orang lain tanpa izin tertulis dari LKP Assabil Holy Holistic Jakarta. ب لط ه ا ق فFIQIH PENGOBATAN Definisi: Kata fiqih secara definitive berarti pemahaman yang mutlak. Secara terminologis, fiqih berarti ilmu tentang hukum-hukum cabang syariat aplikatif yang diambilkan dari dalil-dalil yang terinci dan dikembalikan kepada wahyu atau tujuan-tujuannya yang umum. Sebagai contoh adalah maklumat bahwa hokum shalat adalah wajib, hokum khamr adalah haram. Inilah yang termasuk dalam ranah ilmu fiqih. Dalam kehidupan umat Islam dikenal dengan berbagai macam pendekatan fiqih, sesuai dengan obyek atau aspek kehidupan kaum Muslimin yang termasuk dalam ranah mu’amalah manusia dengan manudia lain, manusia dengan hewan, manusia dengan tetumbuhan dan bahkan dengan benda-benda mati sekalipun.

description

jjj

Transcript of e Book Fiqih Pengobatan

E-BOOK-1: LKP-V1-01-001315Mohon tidak memperbanyak Materi E-BOOK ini dan/atau memberikannya kepada orang lain tanpa izin tertulis dari LKP Assabil Holy Holistic Jakarta.

FIQIH PENGOBATAN Definisi:Kata fiqih secara definitive berarti pemahaman yang mutlak. Secara terminologis, fiqih berarti ilmu tentang hukum-hukum cabang syariat aplikatif yang diambilkan dari dalil-dalil yang terinci dan dikembalikan kepada wahyu atau tujuan-tujuannya yang umum. Sebagai contoh adalah maklumat bahwa hokum shalat adalah wajib, hokum khamr adalah haram. Inilah yang termasuk dalam ranah ilmu fiqih.Dalam kehidupan umat Islam dikenal dengan berbagai macam pendekatan fiqih, sesuai dengan obyek atau aspek kehidupan kaum Muslimin yang termasuk dalam ranah muamalah manusia dengan manudia lain, manusia dengan hewan, manusia dengan tetumbuhan dan bahkan dengan benda-benda mati sekalipun.

Macam-macam Fiqih:Maka kita mengenal fiqih siyasah yang mengatur manusia dalam bidang politik, fiqih usrah yang mengatur kehidupan manusia di dalam lingkup keluarganya, fiqih marah atau fiqih nisa yang mengatur secara khusus kehidupan wanita, fiqih uqubat atau hudud yang mengatur manusia dalam masalah sangsi hokum, fiqih iqtishadiyah yang membahas masalah ekonomi, dan fiqih-fiqih lainnya. Ketika pemahaman tentang hokum-hukum syariat ini dikaitkan dengan masalah sehat, sakit, pengobatan, hubungan dokter dengan pasien, mana obat yang boleh diberikan dan mana yang tidak boleh diberikan, maka inilah yang disebut dengan fiqih pengobatan. Rujukan fiqih pengobatan adalah syariat, yang didasarkan pada tujuan-tujuan syariat. Sedangkan kode etik pengobatan dikembalikan kepada hasil pemikiran manusia. Status Mempelajari Fiqih PenngobatanKarena itu hokum mempelajari fiqih pengobatan sama dengan mempelajari fiqih-fiqih lainnya, sangat urgen dan penting, yang harus dikuasai oleh siapa pun yang menekuni bidang pengobatan, apa pun jenis pengobatannya. Ketidaktahuan tentang satu kaidah hokum dalam pengobatan dapat membawa seorang pegobat kepada tindakan yang diharamkan syariat.Islam memiliki satu kelebihan dalam pendekatan keilmuan ini, yang tidak dimiliki oleh ummat lain walaupun mereka sudah menelurkan berbagai macam aturan, undang-undang dan medical ethics, bahwa pemahaman seperti apa pun yang dilakukan orang Muslim, hal pertama yang harus diyakini dan yang terpatri dalam pikirannya bahwa apa pun yang sudah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya adalah sesuatu yang aksiomatis dan tidak bisa diotak-atik lagi. Namun ketika pemahaman terhadap dalil belum jelas, atau bahkan ketika tidak ada dalil-dalil nash tentang suatu perkara dalam masalah pengobatan, maka di sinilah muncul peranan kaidah-kaidah ushuliyah syariyah fiqhiyah yang dapat diterapkan dalam pengobatan. Sebagaimana yang diketahui, banyak masalah yang terkadang sulit untuk dicarikan solusi hukumnya, apalagi jika masalah itu cukup urgen dan terkadang mendesak dilakukan. Belum lagi munculnya perbedaan pendapat, perbedaan cara berpikir dan kecenderungan setiap orang yang terlibat di dalamnya. Sebagai missal, kecenderungan orang yang lebih mengedepankan aspek aqidah dan syariah, tentu akan berhati-hati dalam mengambil sikap terhadap suatu masalah dalam bidang pengobatan. Tapi orang lain yang cenderung mengabaikan masalah aqidah dan syariah tentu mempunyai kecenderungan untuk mengabaikannya. Karena itu ada penghijamah laki-laki yang sama sekali tidak mau membekam pasien wanita, namun sebaliknya, da penghijamah laki-laki yang mudah saja menghijamah pasien wanita. Yang pertama akan mensetting ruang konsultasinya sedemikian rupa dengan pintu dari kaca dan tidak tertutup rapat sehingga masih terlihat dari luar sekiranya dia harus behadapan dengan pasien wanita saat berkonsultasi. Sebaliknya yang kedua, tak akan mempedulikan masalah seperti ini, karena dalam anggapannya, ini bukan merupakan masalah. Ini hanya sekedar contoh sederhana karena berangkat dari kecenderungan.Kaidah-kaidah Ushuliyah dalam Fiqih PengobatanInilah sebagan di antara kaidah-kaidah syariyah ushuliyah dalam fiqih thibb atau fiqih penngobatan, yang dipilih penulis dari sekian banyak kaidah-kaidah ushuliyah yang terpenting, dengan contoh-contoh yang juga terbatas agar tidak terlalu memakan tempalt dari buku ini, yang jika diperlukan dapat ditulis dalam buku tersendiri.

1. Al-Umur bi Maqashidiha ( )Salah satu kelebihan medical ethics dalam Islam adalah niat yang melandasi perbuatan manusia. Karena niat, perbuatan yang terlihat remeh menjadi bernilai tinggi, dan karena niat pula suatu perbuatan yang tampak hebat menjadi tak bernilai sama sekali. Seseorang yang sama sekali tidak mengerti ilmu pengobatan, tak pernah mengobati siapa pun, dihadapkan pada suatu kenyataan karena tiba-tiba ada seseorang tergeletak tak berdaya di dekatnya. Dengan pengetahuan seadanya tentang pengobatan, dia melakukan usaha penyembuhan, umpamanya dengan membacakan ruqyah dan mengusapkan tangan di bagian yang sakit, lalu dengan seizin Allah orang itu pun sembuh, maka perbuatannya itu menjadi sesuatu yang sangat bernilai dan agung. Sementara ada orang lain dengan ilmunya yang handal dan terkenal, menjadi rujukan semua dokter, namun sepak terjangnya di dunia kedokteran menjadi tak bernilai di sisi Allah karena dia niatkan untuk mencari harta dengan kemahirannya mengobati orang lain, dengan kepiawaiannya mempengaruhi pasien-pasiennya.Kita sama-sama tahu, berapa banyak dokter yang meresepkan beberapa jenis obat untuk pasiennya, padahal sebenarnya obat-obatan itu tak mendatangkan manfaat apa pun bagi pasien. Berapa banyak herbalis yang meresepkan obat herba, padahal sedikit pun tak ada kaitan manfaat obat itu dengan keluhan pasien. Yang tebersit dalam benak mereka, bagaimana cara mendapatkan uang dari pasien.Contoh lain dalam pengobatan hijamah, ada sebagian penghijamah yang menetapkan tarif berdasarkan titik. Satu titik hijamah dinilai sepuluh ribu rupiah umpamanya. Karena itu penghijamah menetapkan titik sebanyak-banyaknya, sementara pasien tidak memiliki posisi tawar sedikit pun tentang jumlah titik ini, walau sebenarnya titik-titik itu tak berhubungan dengan penyakit pasien. Atau upah hijamah langsung ditetapkan dengan nilai yang tinggi, padahal tempatnya ala kadarnya. Ada pula layanan bekam gratis, tapi obatnya dijual sangat mahal. Sebenarnya semua dalam kapasitas sah-sah saja karena hal ini termasuk dalam perkara muamalah antara pengobat dengan pasiennya. Tapi semuanya akan berubah total karena niat di dalam hati.Ada praktik bekam yang memasang tarif hingga satu juta lebih untuk sekali kedatangan, dengan alasan karena untuk biaya siaran di televisi, sewa tempat dan lain-lainnya, sehingga tak jarang pasien terkaget-kaget saat melakukan pembayaran dan bahkan ada yang uangnya kurang untuk membayar. Memang benar dia berniat menolong orang lain yang sakit. Tapi benarkah niatnya berhenti sampai di sini saja? Tentunya akal sehat akan mengatakan tidak. Maka tentang tarif yang dapat dikatakan mencekik leher ini juga dapat dihubungkan dengan upah bekam yang buruk sebagaimana yang disabdakan Rasulullah. Artinya upah bekam yang selangit ini akan menjadi kenangan yang kurang harum sepanjang masa walau pembekamnya sudah meninggal dunia, sebagaimana penafsiran tentang umur yang panjang dengan cara bersilaturrahim, walau orang yang rajin bersilaturrahim tidak berumur panjang, namun dia akan dikenang banyak orang walau jasadnya sudah terbujur di perut bumi, meninggalkan kenangan yang manis dan nama yang harum.Kaidah lain yang sama adalah innama al-amal bi an-noyyat. Sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niat.Karena itulah semua pelaku pengobatan harus melakukan introspeksi ulang tentang kaidah yang pertama ini, qaidah al-qashd, yaitu niat yang melandasi amal perbuatan.

2. Al-Ashlu fi Al-Manafi Al-Ibahah ( )Kaidah ini termasuk kelompok qaidah al-ibahah. Artinya, dasar hokum pada hal-hal yang bermanfaat adalah diperbolehkan. Apa pun jenis pengobatan selagi mendatangkan manfaat bagi manusia, maka dapat dihukumi sebagai hal yang mudah dan diperbolehkan.Ini merupakan gambaran dari rahmat Allah bagi makhluk-Nya dan keagungan karunia-Nya untuk membentangkan segala sesuatu yang ada di muka bumi untuk menopang status mereka sebagai khalifah di muka bumi, bahwa apa pun yang bermanfaat bagi manusia, maka hukumnya mubah dan boleh, al-hillu wa al-ibahah. Maka ada kaidah lain yang sama yaitu, al-ashlu fi al-asyya al-hillu wa al-ibahah. Dasar hokum dalam segala sesuatu adalah halal dan boleh.Namun begitu bukan berarti semua bebas tanpa batas, permisivisme dan setiap orang dapat berbuat semaunya sendiri. Sama sekali tidak. Batasan dari kaidah ini adalah illa ma dalla ad-dalil ala tahrimihi, kecuali ada dalil syary yang mengharamkannya.Pengobatan dengan pijat refleksi diperbolehkan walau tidak ada dalil yang mengisyaratkan pelaksanaannya, karena sudah jelas bahwa pijat refleksi bias menimbulkan relaksasi otot dan vasodilatasi, sehingga sirkulasi darah tepi menjadi lancer. Begitu pula urut, kerokan, body massage dan lain-lainnya dari berbagai macam pengobatan, selagi tidak ada dalil yang melarangnya atau ada unsur-unsur yang berlawanan dengan syariat.Melakukan pengobatan hijamah menggunakan alat apa pun diperbolehkan. Boleh menggunakan tanduk sapi, boleh menggunakan gelas kop dari kaca, boleh menggunakan kop dari plastic yang lebih modern, semuanya diperbolehkan, selagi ada manfaat. Tapi ketika penggunaan suatu alat yang pada prinsipnya mubah, namun ternyata ada mudharatnya, maka berlakulah kaidah lain yang akan disampaikan setelah ini. Atau ketika ada dua alat yang sama-sama mubah, namun ada perbedaan dari factor keamanan dan keselamatan bagi pasien, yang satu lebih aman daripada yang lainnya, maka berlakulah kaidah lain pula.3. Al-Ashlu fi Al-Madhar at-Tahrim ( )Ini kebalikan dari kaidah sebelumnya yang termasuk dalam kelompok qaidah adh-dharar, yaitu dasar hokum dalam hal-hal yang mudharat/berbahaya adalah haram. Contoh dalam dunia pengobatan adalah penggunaan obat-obatan dari bahan tulang babi umpamanya, maka hukumnya adalah haram, karena semua unsur babi diharamkan. Begitu pula obat-obatan yang mengandung khamr, maka hukumnya dilarang dan diharamkan, karena Rasulullah sudah memberitahukan bahwa khamr bukanlah obat tapi penyakit.Pemberian bunga kecubung untuk megobati sakit tertentu, tidak diperbolehkan karena bunga kecubung dapat memabukkan. Penggunaan silet cukur untuk melakukan torehan dalam pengobatan bekam tidak diperbolehkan karena penggunaan silet yang tidak steril dan bersentuhan dengan pembuluh darah yang tertorah dapat berefek carsinogenic atau dapat mengakibatkan kanker, walau untuk jangka panjang. Begitu pula efek carsinogenic pada penggunaan tissue untuk mengelap darah di kulit pasca torehan saat dilakukan pengobatan bekam.Melakukan pengobatan dengan menuliskan huruf-huruf tertentu dan mengalungkannya di leher, mengandung mudharat berupa syirik, sehingga hal ini dilarang. Bahkan semua tindakan pengobatan yang mengindikasikan kepada perdukunan, juga termasuk dilarang karena dapat memberikan sebuah pemahaman dan kesan syirik kepada orang lain.4. La Dharara wa la Dhirar ( )Ini merupakan kaidah yang sangat penting dalam bidang pengobatan dan juga termasuk dalam qaidah adh-dharar, yaitu tidak ada mudharat dan tidak boleh menghilangkan mudharat dengan mudharat serupa. Kaidah lain yang sejenis adalah adh-dharar la yuzalu bi mitslihi, mudharat tidak dapat dihilangkan dengan mudharat serupa.Maksudnya adalah larangan suatu tindakan pengobatan selagi tidak benar, atau tidak boleh mengenyahkan mudharat dengan cara yang tidak dibenarkan, dan tidak boleh menghilangkan mudharat dengan mudharat lain yang serupa dengan cara yang tidak benar.Contohnya adalah pengobatan menggunakan sihir, karena dalam sihir terdapat mudharat bagi pelakunya yang termasuk jenis syirik dan bermudharat bagi orang lain, dengan cara yang dilarang syariat atau tidak benar.Begitu pula laki-laki mengobati wanita dengan cara membuka auratnya dalam kondisi yang tidak diperlukan. Seorang penghijamah laki-laki yang menghijamah wanita, mengharuskan wanita untuk membuka bajunya dan membuat penghijamah laki-laki itu melihat kulit pasiennya. Tidak diragukan bahwa tindakan ini sangat berpotensi menimbulkan mudharat yang sangat besar dan bahkan dapat menjerumuskan keduanya pada perbuatan zina. Alasan terpaksa tentu sulit diterima pada masa sekarang, karena penghijamah wanita bertebaran di mana-mana.Begitu pula otopsi terhadap mayat tidak boleh dilakukan jika tidak ada keperluan yang mendesak untuk itu, karena otopsi yang tidak diperlukan merupakan pelanggaran terhadap kesucian mayat dengan cara yang tidak dibenarkan.Ada seseorang terkena sihir, guna-guna, santet, tenung dan sejenisnya yang membuatnya menceracau dan bahkan melakukan gerakan-gerakan layaknya orang tak normal. Lalu dia dibawa kepada orang pintar, istilah lain yang tak ada bedaya dengan dukun atau setidaknya dia berpraktik dengan meminta bantuan jin. Cara ini juga termasuk dalam kaidah ini, yang berarti tidak diperbolehkan. Serangan-seranngan sihir dan sejenisnya dapat disembuhkan dengan ruqyah syariyah dan tidak perlu dibawa kepada seseorang yang berpraktik perdukunan atau yang sejenisnya.5. Adh-Dharar Yuzal bi Qadril-Imkan ( )Artinya, mudharat harus disingkirkan sedapat mungkin. Kaidah ini juga termasuk dalam qaidah adh-dharar. Dengan akalnya manusia diciptakan untuk dapat keluar dari masalah yang melingkupinya, dengan cara apa pun yang memungkinkan dapat dia lakukan. Bahkan binatang pun juga memiliki fitrah ini. Begitu pula tanaman yang memiliki duri atau bulu-bulu yang menimbulkan gatal jika disentuh, yang juga termasuk dalam system pertahanan yang diciptakan Allah.Dalam bidang kesehatan dan pengobatan, seseorang boleh membatalkan puasanya selagi kemungkinan besar dia tidak mampu berpuasa hingga selesai atau jika dipaksakan tetap berpuasa dapat menimbulkan suatu penyakit seperti peningkatan tukak lambung.Seorang ibu yang sedang hamil delapan bulan umpamanya, boleh menggugurkan kandungannya sekiranya ada masalah dengan janinnnya, jika dengan tetap mempertahankan kandungannya itu dapat membahayakan sang ibu.Kita tidak harus memaksakan diri mengunjungi saudara yang sedang sakit tak berdaya di ruang isolasi rumah sakit, jika dia menderita suatu penyakit menular dan berbahaya bagi kita, karena penyakit harus dihindari dan diusahakan tidak menular kepada orang lain dengan cara apa pun yang memungkinkan dapat dilakukan, di antaranya dengan membatasi kontak dengan orang yang sakit.6. Adh-Dharar al-Asyad Yuzalu bi Adh-Dharar Al-Akhaff ( )Artinya, mudharat yang lebih berat dienyahkan dengan mudharat yang lebih ringan. Ini masih termasuk dalam qaidah adh-dharar. Kaidah lain yang semisal dengan kaidah ini adalah: Idza taaradhat mafsadatani ruiya asyadduhuma bi irtikabi akhaffihima, jika ada dua mudharat, maka mudharat yang lebih berat diabaikan dengan melakukan mudharat yang lebih ringan. Atau dapat pula dengan mempertimbangkan dua kemaslahatan, yaitu jika ada dua kemaslahatan, maka dapat mempertimbangkan kemaslahatan yang lebih besar dengan mengabaikan kemaslahatan yang lebih ringan.Contoh dalam bidang kesehatan dan pengobatan, seor ang wanita boleh mengkonsumsi obat pencegah kehamilan jika sekiranya dia hamil dapat membahayakan hidupnya, atau sekiranya dia hamil, hanya ada peluang 50% janin dapat bertahan hidup namun tetap membahayakan hidup sang ibu.Boleh dilakukan amputasi terhadap salah satu anggota tubuh pasien, seperti terhadap kakinya, yang sekiranya tidak dilakukan amputansi dapat mengakibatkan penyebaran penyakit ke organ tubuh lainnya.Boleh menghijamah dengan menggunakan silet cukur jika tidak ada pisau bedah steril sekiranya pasien harus segera dihijamah, tapi sebelum digunakan silet harus dibakar dengan spiritus terlebih dahulu, untuk memenuhi kaidah sebelumnya, yakni mudharat harus dienyahkan mungkin. Karena mudharat penggunaan silet cukur sudah jelas, maka mudharat penggunaan silet cukur sebagai alat toreh harus disingkirkan terlebih dahulu.7. Darul-Mafasid Muqaddam ala Jalbil-Mashalih ( )Artinya, menghilangkan kerusakan harus didahulukan daripada mendatangkan manfaat. Hal ini masih termasuk dalam kelompok qaidah adh-dharar. Kaidah ini terbilang sebagai salah satu kaidah yang sangat penting dari beberapa kaidah ushuliyah dalam bidang pengobatan. Hal ini berangkat dari satu fenomena di lapangan yang berkembang sedemikian rupa di kalanngan para praktisi pengobatan, dengan beberapa kecenderungan sebagai berikut:a. Mayoritas para praktisi pengobatan lebih sering melihat sisi manfaat, faidah dan kehebatan pengobatan yang dilakukan. b. Praktisi pengobatan lebih sering mendengar pengakuan kesembuhan pasien-pasiennya.c. Sedikit sekali pasien yang mengalami efek negative dari suatu jenis pengobatan yang dilakukan.d. Praktisi penngobatan hamper tidak mendengar laporan tentang efek negative pengobatan yang dilakukannya, karena pasien tidak complain, tidak melapor dan tidak menuntut haknya. Hal ini boleh jadi didorong rasa enggan dari pasien.e. Bagi praktisi Thiibb Nabawi, hamper tak ada kajian dalam kitab-kitab turats yang membahasa kontraindikasi dari suatu pengobatan atau herbal. Hal ini secara tidak langsung juga mempengaruhi kerangka berpikir para pelaku khususnya Thibb Nabawi.f. Keminiman kajian ilmiah tentang suatu metode pengobatan cenderung mendorong pelakunya untuk berpikir mudah, sederhana, simple dan tidak mau berpikir yang lebih teliti dan terukur.g. Proses pembelajaran suatu metode pengobatan sangat sederhana, singkat, cepat, tanpa kurikulum, tanpa sarana, tanpa modul, tanpa memenuhi proses KBM yang baik, apalagi legal, walaupun itu hanya setaraf life skill. Bayangkan, untuk jenis pengobatan hijamah, seorang penyelenggara kursus berani menyelenggarakan kursus hanya cukup satu hari saja. Sesederhana inikah cara untuk menjadi seorang pengobat yang harus menghadapi puluhan dan ratusan kasus penyakit?h. Kecenderungan promosi yang dilakukan secara berlebihan untuk mempengaruhi orang lain.i. Motivasi finansial dan niat untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya.Sebab-sebab dan kecenderungan seperti ini, sebagian atau keseluruhannya, langsung atau tidk langsung akan memicu seorang praktisi pengobatan hanya ingin melihat sisi manfaat pengobatannya dan mengabaikan efek negatifnya.Agar siapa pun dapat keluar dari masalah, perlu diberlakukan kaidah ini dan juga dikuatkan oleh beberapa kaidah lain yang termasuk dalam kelompok qaidah adh-dharar, bahwa ketika suatu tindakan pengobatan mendatangkan efek negative walau hanya sedikit, baik kualitas maupun kuantitasnya, maka yang harus dipertimbangkan dan harus dikedepankan adalah efek negative tersebut, dan bukan manfaat dari pengobatan tersebut, walau lebih banyak, kuantitas maupun kualitasnya.Walaupun dalam banyak kesempatan seorang penghijamah laki-laki tak mendatangkan efek negative dari tindakannya yang menghijamah pasien wanita, namun perbuatannya tidak boleh dilakukan. Karena ketika terbuka kesempatan walau hanya sedikit saja, ketika pasien wanita masih muda, berkulit putih halus, berwajah cantik, postur tubuh menggiurkan, darah lelaki manakah yang tidak akan menggelegak, apalagi hijamah dilakukan dalam suatu ruangan yang tertutup? Jurus-jurus maut pun dikeluarkan, yang membuat pasien terpedaya dan terpikat karenanya. Maka dalam kondisi seperti ini, apa yang kemudian terjadi?Entah karena memang tidak memiliki pengetahuan tentang fisiologi atau entah karena system pembelajaran dari gurunya yang tidak membeberkan masalah-masalah dalam pengobatan hijamah atau entah karena tidak berusaha untuk belajar, atau entah karena terbiasa menganggap enteng semua masalah Thibb Nabawi, tak sedikit pembekam yang dengan keberaniannya yang berlebih, over convident, yang menetapkan titik bekam di lingkar lutut. Sementara ada tiga ibu yang penulis dapati, dua ibu bertemu langsung dan satu ibu lagi berdasarkan informasi dari sang pembekam sendiri, bahwa mereka bertiga lumpuh setelah bekam di lingkar lutut. Ada yang di lutut belakang dan ada yang di bagian patella.Hubungannya dengan kaidah ini, bahwa menghindarkan mudharat kelumpuhan karena titik bekam di lingkar lutut harus didahulukan, daripada seribu dua ribu orang yang dibekam di lingkar lutut tanpa mengalami resiko apa pun. Pertimbangan ini terlepas dari pendekatan keilmuan tentang efek inflamasi dan respon saraf titik bekam di lingkar lutut. Untuk masalah ini silahkan baca di kontraindikasi bekam yang berhubungan dengan titik.Untuk penderita gastritis atau maag, apa pun jenis makanan atau minuman yang dapat meningkatkan produksi gas lambung, tentu akan meningkatkan sakit maag. Potensi ini ada dalam habbah sauda. Sementara kita semua tahu bahwa manfaat habbah sauda dapat menjadi obat segala penyakit bersdasarkan sabda Nabi. Artinya di sini ada dua sisi yang bertentangan. Maka jika dikaitkan dengan kaidah ini, sebaiknya yang dilakukan praktisi Thibb Nabawi adalah menghindarkan pemberian habbah sauda kepada penderita maag, dan boleh pemanfaatannya bagi selain penderita maag.Titik bekam di kepala tanpa hair removel atau cukur rambut menjanjikan kemudahan bagi pasien, karena kepalanya tak perlu dibotak, apa lagi jika botaknya hanya sebagian saja di bagian titik bekam, apalagi wanita, apalagi mereka yang tak pakai kerudung. Mudah saja ditebak, tentu mereka akan menolak bekam di kepala. Lalu ada pembekam yang menawarkan suatu alat yang dapat menyedot secara terus-menerus, sehingga gelas kop tak lepas, dan yang lebih penting lagi, rambut kepala tak perlu dicukur. Tapi bagaimana dapat dilakukan proses antisepsis terhadap kulit kepala jika terhalang oleh rambut? Padahal proses antisepsi ini dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme pathogen. Artinya, jika proses antisepsi tidak dapat dilakukan, maka di kulit itu terdapat sekian banyak jasad renik atau mikroorganisme, yang kemudian dapat menimbulkan bacteremia, yakni masuknya bakteri ke dalam pembuluh darah ketika dilakukan tusukan atau torehan alat bekam. Artinya, di samping ada manfaat juga ada mudharat. Sesuai dengan kaidah ini, yang harus dikedepankan bukanlah pertimbangan manfaatnya tapi harus dikedepankan efek negative dari praktik bekam tanpa hair removel di titik bekam di kepala.

8. Ma Jaza li Udzrin Bathala bi Zawalihi ( )Artinya, sesuatu yang diperbolehkan karena ada suatu alasan, maka pembolehan itu menjadi gugur karena hilangnya alasan. Kaidah lain yang sama dengan kaidah adalah: Idza zala al-mani ada al-mamnu. Jika penghalang sudah tidak ada, larangan kembali berlaku.Kain atau pakaian berbahan sutera boleh dipakai kaum laki-laki ketika tubuhnya penuh dengan luka, agar luka itu menempel di pakaian. Tapi ketika sudah sehat dan tidak ada lagi luka, maka kain atau pakaian berbahan sutera itu tak boleh lagi dikenakan kaum laki-laki. Jika alasan pembolehan memakai bahan sutera bagi kaum laki-laki sudah tidak ada, maka kembali ke hokum semula, yaitu pelarangan kain sutera bagi kaum laki-laki.

9. Al-Idhthirar la Yubthilu Haqq Al-Ghair ( ) Artinya, kondisi darurat tidak membatalkan hak orang lain. Maksudnya, suatu kondisi yang memaksa seseorang mengambil hak orang lain, maka hak itu harus dikembalikan lagi kepadanya ketika sudah tidak ada lagi kondisi darurat.Contohnya, seseorang jatuh sakit, dibawa ke rumah sakit dan pada saat itu pula harus dilakukan operasi. Karena kekurangan biaya, ada seorang tetangga yang membantu menambahi kekurangan biaya operasi, tanpa ada perjanjian apa pun. Setelah sembuh, maka orang yang sakit harus mengembalikan uang yang sebelumnya diberikan kepadanya saat operasi.Di sebuah klinik kesehatan, seorang pasien diinfus karena memang dia membutuhkannya. Tiba-tiba datang pasien lain yang juga membutuhkan infus. Pada saat yang sama, peralatan infus sudah habis. Walau pasien yang baru ini lebih parah keadaannya dari pasien pertama, infus tidak boleh dicabut dari pasien pertama untuk diberikan kepada pasien baru, karena dia lebih berhak terhadap infus itu karena statusnya sebagai pasien yang lebih dahulu datang.

10. Manu At-Tasharruf fi Mulk Al-Ghair Illa bi Idznihi ( )Artinya, larangan mempergunakan hak milik orang lain tanpa seizinnya. Yang dimaksudkan hak milik di sini bukan saja yang bersifat kebendaan, tapi apa pun yang ada pada diri seseorang, meliputi kehormatannya, organ tubuhnya.Seorang dokter tidak melakukan amputasi terhadap kaki atau tangan pasien kecuali setelah mendapatkan izin dari pasien atau dari keluarganya jika tidak memungkinkan berkomunikasi dengan pasien.Mengambil salah satu organ tubuh mayat juga tidak diperbolehkan kecuali dia telah mengizinkannya semasa masih hidup, seperti ketika hendak dia donorkan kepada orang lain yang diinginkannya.Timbal balik dari kaidah ini adalah ugensi izin dari pasien atau keluarganya jika diperlukan suatu tindakan pengobatan yang bisa mendatangkan bahaya bagi organ pasien. Izin ini mutlak diperlukan agar pengobat mendapatkan hak untuk bertindak. Sebagai misal dalam paktik bekam, seorang pembekam yang menghadapi kondisi pasien yang lemah karena serosis kronik. Ada dugaan kuat pasien justru akan mengalami kondisi yang menurun jika dihijamah. Di sisi lain, dengan hijamah pula dia akan mendapatkan peluang kesembuhan dari penyakitnya yang dokter dan rumah sakit pun sudah angkat tangan. Maka dalam hal ini pembeka dapat meminta surat persetujuan tindakan dari keluarga pasien, untuk mengantisipasi kondisi terjelek sekiranya pasien melemah setelah bekam atau bahkan meninggal karenanya.

11. Adh-Dahrurat Tubihu Al-Mahdhurat ( )Ini merupakan kaidah yang sangat terkenal dan sudah akrab dengan pendengaran masyarakat luas karena sering diigunakan dan dimanfaatkan, dalam pengertian yang positif maupun negative. Artnya, keadaan darurat membolehkan sesuatu yang tadinya tidak diperbolehkan.Banyak para praktisi pengobatan memanfaatkan kaidah ini untuk tujuan-tujuan tertentu yang tentunya tidak benar dan menyimpang, karena menganggap keadaan yang dihadapinya termasuk kategori darurat, padahal sama sekali tidak darurat.Berapa banyak pembekam laki-laki yang membekam pasien wanita, tentu saja pasien harus membuka bajunya, tentunya pembekam harus melihat kulit pasiennya dan tak mungkin sambil memejamkan mata, dan tentunya dilakukan di dalam ruangan tertutup. Anggapan tentang keadaan darurat, karena tidak ada pembekam wanita atau jarang ada pembekam wanita. Sekiranya pembekam laki-laki ini setiap hari menghadapi pasien, tentunya setiap hari dia dihadapkan pada kondisi darurat. Mestinya atau lazimnya, kondisi darurat terjadi hanya sesekali waktu dan bukannya tiap hari. Mengapa dia tidak mendidik istrinya agar dapat membekam? Mengapa dia tidak mendidik seorang akhawat, saudarinya atau tetangganya atau siapa pun sehingga dapat membekam?

BERSAMBUNG .