dulzaini04.182536.EIK.00442
-
Upload
hanifa-bi-barito -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
description
Transcript of dulzaini04.182536.EIK.00442
HUBUNGAN PENGETEHUAN DAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PETUGAS DALAM MELAKSANAKAN PROSEDUR TETAP MENJAHIT LUKA DI UNIT
GAWAT DARURAT RSUD SLEMAN
RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE WITH THE ADHERENCE TO CONDUCT DEFINITE PROCEDURE OF WOUND SEWING EN
EMERGENCY UNIT OF SLEMAN REGENCY RSUD
Dulzaini1, Christantie Effendy2, Sutono2
NASKAH PUBLIKASI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2006
RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE WITH THE ADHERENCE TO CONDUCT DEFINITE PROCEDURE OF WOUND SEWING EN
EMERGENCY UNIT OF SLEMAN REGENCY RSUD
Dulzaini1, Christantie Effendy2, Sutono2
Abstract
Background: The costumers of health services at hospital expect a satisfying, quick, precise and qualified services. The quality of service is obtained by working according to the service standard applied in the institution. The adherence of the employee is influenced by many factors, such as education, capability, motivation, length of working time, facility and a definite procedure. The number of visitation to emergency unit of RSUD Sleman at 2004 was 13.975 emergency cases, 2.815 with vulnuses which consist of 2.449 were vunus laceratums, 223 were vulnus scissums, 14 were vulnus caesums. Study to the adherence of employees at 2004 about the adherence to wound sewing procedure shown that 60% employees were not obedient. Goal: To know how the relationship of knowledge and attitude with the adherence to conduct the definite procedure of wound sewing in emergency unit of RSUD Sleman. Method: Non experimental study with correlation analysis using cross sectional approach. Data collecting was conducted in two way: observation to the action of wound sewing at 20 respondents; questionnaire for the knowledge and attitude. Analysis of the study used Spearmen’s correlation statistical test. Result: The adherence rate of respondents: 10% was good, 30% was middle, and 60% was lack. Attitude: 90% was support, 10% was neutral, 0% was un correlated. Conclusion: The rate of knowledge was strongly related with the adherence of employees to conduct the definite procedure of wound sewing. The attitude was strongly related with the adherence of employees to conduct the definite procedure of wound sewing. Keywords: Knowledge, Attitude, Adherence, Definite procedure of wound sewing. 1:RSUD of Sleman Hospotal 2:School of Nursing, Medical Faculty of Gadjah Mada University
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN DALAM MELAKSANAKAN PROSEDUR TETAP MENJAHIT LUKA DI UNIT GAWAT
DARURAT RSUD KABUPATEN SLEMAN
Dulzaini1 Christantie Effendy2 Sutono3
INTISARI
Latar belakang : Harapan pengguna jasa pelayanan Rumah sakit adalah pelayanan yang memuaskan, cepat, tepat dan bermutu. Mutu pelayan di peroleh dengan bekerja patuh pada standar pelayanan yang berlaku di Institusi. Kepatuhan petugas di pengaruhi berbagai faktor yaitu pendidikan, kemapuan, motivasi, masa kerja , fasilitas, prosedur yang jelas. Jumlah kunjungan di unit gawat darurat RSUD Sleman tahun 2004 berjumlah 13.975 kasus gawat darurat 2.815 dengan vulnus, terdiri dari 2.449 vulnus laceratum, 223 vulnus scissum, 14 vulnus caesum. Penelitian tentang kepatuhan petugas tahun 2004 tentang kepatuhan petugas terhadap prosedur tetap menjahit luka di dapatkan 60 % tidak patuh. Tujuan : Untuk mengetahui bagaimana hubungan pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan petugas dalammelaksanakan prosedur tetap menjahit luka di unit gawat darurat RSUD Sleman . Metode : Penelitian non eksperimental dengan metode analisa korelasi mengunakan pendekatan Cross Sectional. Pengumpulan data dengan dua cara yaitu : observasi terhadap pelaksanaan tindakan menjahit luka yang di lakukan oleh 20 responden. Pengetahuan dan sikapdengan kuisioner. Analisa penelitian di lakukan dengan uji statistik korelasi spearmen’s. Hasil penelitian : Tingkat kepatuhan responden baik 10 %, cukup 30 %, kurang 60 %. Sikap 90 % mendukung, 10 % netral, 0 % tidak mendukung.Kesimpulan : Tingkat pengetahuan berhubungan kuat terhadap kepatuhan petugas dalam melaksanakan prosedur tetap menjahit luka. Sikap berhubungan sangat kuat dengan kepatuhan petugas dalam melaksanakan prosedur tetap menjahit luka. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Kepatuhan, Prosedur tetap menjahit luka 1.RSUD Kabupaten Sleman 2.Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedoktera UGM Yogyakarta
PENDAHULUAN
Customer Rumah Sakit membutuhan pelayanan yang
memuaskan, kepuasan diperoleh dari pelayanan yang cepat,
tepat dan bermutu. Untuk ini dibutuhkan petugas yang
disiplin, terampil, sikap dan wawasan keilmuan. Kemajuan
teknologi informasi membuat masyarakat semakin tabu akan hak
pelayanan kesehatan yang diterima. Banyak institusi
pelayanan kesehatan yang dimuat di media masa karena
ketidak-puasan customer, baik terbukti bersalah atau tidak.
Petugas Unit Gawat Darurat selalu berpegang pada
aturan institusi. Prosedur tetap memberikan perlindungan
hukum dan menjamin mutu pelayanan yang diberikan. Pelayanan
Gawat Darurat merupakan penanggulangan penderita. gawat
darurat yang bertujuan untuk tercapainya suatu pelayanan
kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap
anggota. Masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat
rangkaian kegiatan harus dikembangkan baik dalam fasilitas
yang lengkap dan sumber daya manusia yang dapat diandalkan,
mencegah kematian atau kecacatan yang mungkin terjadi.
Penanganan luka harus cepat dan tepat untuk mencegah
keadaan yang lebih buruk atau komplikasi yang bisa
membahayakan jiwa. Pasien dengan luka bedah mempunyai resiko
tinggi terhadap infeksi, luka bersih kurang lebih 2%, luka
bersih terkontaminasi 5%-10%, luka terkontaminasi 20% dan
luka kotor 40%. (Sabiston, 1995). Faktor-faktor yang
mempengaruhi angka-angka infeksi terhadap luka pasca bedah
adalah tehnik cuci tangan prabedah, kerusakan sarung tangan,
bahan - bahan yang digunakan dan penggunaan sistem udara
laminar. Komplikasi tindakan menjahit luka adalah over
lapping, nekrosis, infeksi, perdarahan, hematoma, dead
space, sinus, dehisensi, dan abses.
Petugas gawat darurat dokter maupun perawat
bertanggung jawab terhadap penanganan luka pasien,diperlukan
kerjasama dan hubungan kemitraan yang baik antar profesi
untuk menberikan pelayanan yang optimal. Tindakan menjahit
luka merupakan kewenangan medis dapat dilakukan perawat
profesional yang telah menerima pelimpahan wewenang.
Kepatuhan dipengaruhi berbagai faktor yaitu
pendidikan, kemampuan, motivasi, masa kerja,
fasilitas/peralatan, prosedur yanq tidak jelas sehingga
nenimbulkan variasi-variasi. Sikap, pengetahuan dan
ketrampilan nerupakan faktor yang sangat mendasar untuk
mendapatkan hasil pekerjaan yang baik dan bermutu.
Petugas Unit Gawat Darurat RSUD Kabupaten Sleman
berjumlah 26 orang yang terdiri 6 orang dokter umum plus
ATLS dan 20 perawat dengan 2 orang pendidkan S1 Keperawatan,
10 orang lulusan D III Keperawatan dan 8 orang lulusan SPK.
Data kunjungan di Unit Gawat Darurat tahun 2003 ada 11.229
pasien dengan 2.693 dijahit luka yaitu vulnus laceratum
2.449 pasien (90,94%), vulnus scissum 197 pasien (7,31),
vulnus caesum 47 pasien (7,31%). Data kunjungan di Unit
Gawat Darurat tahun 2004 ada 13.975 pasien dengan 2.815
dijahit luka yaitu vulnus laceratum 2. 2578 pasien (90%),
vulnus scissum 223 pasien (7,780/*), vulnus caessm 14
(2,22%). Penelitian yang dilakukan oleh Akrodana 2004,
tentang kepatuhan petugas terhadap Protap menjahit luka,
diperoleh hasil dengan kategori patuh 40 % dan tidak patuh
60 %.
Dari uraian di atas penulis ingin mengetahui
“Bagaimana hubungan pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan
petugas terhadap protap menjahit luka di Unit Gawat Darurat
RSUD Sleman?".
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan pengetahuan dan sikap petugas dengan kepatuhan
melaksanakan prosedur tetap menjahit luka.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini denqan rancangan penelitian
kuantitatif, dengah pendekatan Cross Sectional, pengambilan
data dengan cara observasi, pengisian kuesioner dan
pengolahan san analisa data dengan uji korelasi. Penelitian
kuantitatif non eksperimental, dengan menggunakan pendekatan
Cross-Sectional. Pengambilan data dengan kuesioner dan
observasi kepatuhan terhadap Prosedur tetap menjahit luka.
Subyek penelitian adalah semua petugas UGD RSUD Sleman
dengan kriteria inklusi : petugas dokter maupun perawat yang
melakukan tindakan jahit luka, pernah mengikuti Pelatihan
Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD).
Variabel bebas penelitian ini yaitu pengetahuan, sikap
dan variabel terkait kepatuhan petugas dalam menjahit luka
di ruang Unit Gawat Darurat RSUD Sleman.Interpretasi hasil
uji korelasi memakai pedoman interpretasi (Sugiono, 1999).
Tabel 1. Pedoman untuk interpretasi terhadap koefisien
korelasi
Interval koefisien Tingkat hubungan
0,00 – 0,199]
0,20 – 0,399
0,40 – 0,99
0,60 – 0,799
0,80 – 1,00
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat kuat
Sumber : Sugiono, 1999
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik responden terdiri dari data umur, jenis
kelamin, pendidikan terakhir dan lama kerja.
Tabel 1. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan
Karakteristik Responden di Unit Gawat Darurat
RSUD Sleman
No Karakteristik Responden Frekuensi Prosentase 1. Umur
- < 25 tahun - 26 – 35 tahun - 36 – 45 tahun - > 46 tahun
1 9 9 1
5% 45% 45% 5%
2. Jenis kelamin - Pria - Wanita
8 12
40% 60%
3. Pendidikan - S1 Keperawatan - D3 Keperawatan - SPK
2 10 8
10% 50% 40%
4. Lama kerja - 0,5 – 5 tahun - 6 – 10 tahun - 11 – 20 tahun - > 20 tahun
3 7 5 3
15% 35% 25% 15%
Sumber Data Primer 2006
Pada tabel 1 didapatkan umur responden terbanyak
berkisar antara 26 – 45 tahun (90%), dimana merupakan umur
produktif sehingga memberikan hasil pekerjaan yang maksimal.
Sedangkan sebagian besar berjenis kelamin wanita berjumlah
12 responden (60%), wanita lebih feminim sehingga kerapihan
dan penataan lingkungan lebih bagus.
Distribusi pendidikan terakhir paling banyak pada DIII
Keperawatan 10 responden(50%) dan SPK 8 responden(40%) dan
SI 2 responden. Dilihat dari lama kerja 85% responden lebih
dari 6 tahun, lama kerja memberikan kontribusi yang besar
terhadap ketrampilan dalam melakukan pekerjaan.
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kepatuhan
petugas terhadap Prosedur Tetap menjahit luka di Unit Gawat
Darurat RSUD Sleman dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Gambaran kepatuhan petugas terhadap Prosedur Tetap,
menjahit luka di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman
No Kategori Frekuensi Prosentase
1.
2.
Patuh
Tidak patuh
9
11
45%
55%
Jumlah 20 100%
Sumber Data Primer 2006
Berdasar tabel 2 kepatuhan petugas terhadap Prosefur
Tetap menjahit luka di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman
termasuk dalam kategori patuh 9 responden (45%). Responden
yang termasuk kategori tidak patuh 11 responden(55%).
Ketidakpatuhan reponden pada paling sering dilakukan tidak
melakukan cuci tangan sebelum melakukan tindakan yaitu 14
responden(70%), hal ini karena responden cukup memakai
sarung tangan steril. Tidak meratakan tepi luka dan menutup
luka dengan duk steril masing-masing 9 responden (45%)
karena kurang tersedianya sarana, posisi jarum tidak tepat 8
responden(40%), adaptasi luka tidak dilakukan 7
responden(35%) dan posisi gunting saat memotong benang tidak
benar 8 responden(40%), tidak membereskan alat 6
responden(30%), menyediakan set instrumen bedah minor dimana
alat yang sudah dipakai pasien sebelumnya dipakai lagi 5
responden (25%), sementara untuk item yang lain bervareasi
yang tidak dilakukan.
Tabel 3. Gambaran tingkat pengetahuan responden tentang luka
dan prosedur tetap di unit gawat darurat RSUD
Sleman
No Kategori Frekuensi Prosentase
1.
2.
3.
4.
Baik (75% - 100%)
Cukup (55% - 74%)
Kurang (24% - 54%)
Sangat kurang (0% - 24%)
2
6
12
0
10%
30%
60%
0%
Jumlah 20 100%
Sumber Data Primer 2006
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan tingkat pengetahuan
responden terbanyak yaitu baik 10%, cukup 30 dengan
pengetahuan, kurang 60% dan sangat kurang 0%. Tingkat
pengetahuan dilihat dari pendidikan responden: pendidikan S1
2 responden dengan hasil baik, pendidikan D3 ada 6 responden
dengan pengetahuan cukup, 4 responden kurang, dan pendidikan
SPK dengan pengetahuan cukup 5 responden, kurang 3
responden.
Tabel 4. Hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan protap
menjahit luka di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman
Kepatuhan
Pengetahuan Patuh Tidak
patuh
f Prosentase
Baik
Cukup
Kurang
2(10%)
4 (20%)
3 (15%)
0 (0%)
2 (10%)
9 (45%)
2
6
12
10%
30%
60%
Jumlah 9 (45%) 11 (55%) 20 100%
Sumber Data Primer 2006
Hasil uji korelasi Spearman’s antara pengetahuan
dengan kepatuhan terhadap prosedur tetap ditunjukkan dengan
koefisien korelasi (p) = 0,663 dan nilai signifikan µ =
0,001. artinya antara pengetahuan dan kepatuhan terdapat
hubungan yang kuat (positif) dalam pelaksanaan tindakan
jahit luka. Tingkat hubungan negatif yakni pengetahuan yang
kurang maka kepatuhan petugas terhadap prosedur tetap dalam
pelaksanaan tindakan jahit luka juga kurang. Hal ini
disebabkan kepatuhan petugas terhadap prosedur tetap dalam
pelaksanaan tindakan jahit luka merupakan manifestasi dari
tahapan ranah kognitif sebuah pengetahuan atau informasi.
Dalam tingkatan ranah kognitif terdapat 2 tahap yang perlu
dilewati sebelum penerapan, tahap pertama adalah pengetahuan
(knowledge), sedangkan tahap kedua adalah pemahaman
(comprehension) sehingga kemudian dapat menerapkan ilmu
tersebut (Sahabudin, 1999 cit dina 2005). Kepatuhan petugas
terhadap prosedur tetap pelaksanaan tindakan jahit luka
apabila pengetahuan mengenai luka, penatalaksanaan, dan
prosedur tetap tindakan jahit luka baik, maka
penatalaksanaan tindakan jahit luka juga baik atau
sebaliknya. Pihak rumah sakit dapat membantu meningkatkan
pengetahuan petugas UGD yang diberi kewenangan melakukan
tindakan jahit luka dengan mengadakan pelatihan atau
penyegaran yang menghadirkan ahlinya, sehingga petugas dapat
memperkaya pengetahuan tentang luka, penatalaksanaannya dan
prosedur tetap.
Sikap mempunyai kesamaan dengan motif dalam arti
keduanya menunjuk adanya arah tingkah laku dan tidak pada
tingkah lakunya sendiri. Motif dapat timbul, menghilang dan
timbul kembali, tetapi sikap bersifat tetap dan dapat
menggambarkan orientasi individu yang tetap, umum terhadap
lingkungannya.
Tabel 5. Sikap responden terhadap prosedur tetap menjahit
luka di RSUD Sleman
No Kategori Frekuensi Prosentase
1.
2.
3.
Mendukung
Netral
Tidak mendukung
18
2
0
90%
10%
0%
Jumlah 20 100%
Sumber Data Primer 2006
Tabel 5 menunjukkan bahwa sikap 28 (90%) responden
mendukung terhadap kepatuhan petugas, 2 (10%) responden
bersikap netral dan tidak ada yang bersikap tidak mendukung
terhadap adanya prosedur tetap dan mematuhi.
Tabel 6. Hubungan antara sikap dengan kepatuhan terhadap
protap menjahit luka di Unit Gawat Darurat RSUD
Sleman
Kepatuhan
Sikap Patuh Tidak patuh f Prosentase
Mendukung
Netral
Tidak Mendukung
9(45%)
0
0
9 (45%)
2 (10%)
0 (0%)
18
2
0
90%
10%
0%
Jumlah 9 (45%) 11 (55%) 20 100%
Sumber Data Primer 2006
Dari tabel 6 dapat dilihat responden yang 90%
mendukung adanya prosedur tetap tetapi tingkat kepatuhan
responden masih rendah yaitu 45% karena tingkat kepatuhan
juga dipengaruhi faktor – faktor yang lain.
Hasil uji korelasi Spearman’s antara sikap dan
kepatuhan petugas terhadap prosedur tetap tindakan jahit
luka ditunjukkan dengan nilai p = 0,810 dan µ = 0,000
sehingga dapat dikatakan terdapat hubungan yang kuat. Sikap
yang tidak mendukung dapat menghambat kepatuhan petugas
terhadap prosedur tetap, bahkan tidak melaksanakan. Hal
tersebut dapat dikarenakan petugas menganggap bahwa dengan
pemberian antibiotik yang baik tidak akan terjadi infeksi
pada luka dijahit. Apabila sikap yang timbul adalah suatu
dukungan, maka prosedur tetap tindakan jahit luka akan
dilaksanakan oleh petugas Unit Gawat Darurat dengan sebaik –
baiknya, karena bagaimanapun juga pasien memerlukan
pelayanan yang bermutu sehingga mendapatkan penyembuhan yang
baik dan memuaskan.
KESIMPULAN
1. Tingkat pengetahuan mempunyai hubungan kuat dengan
kepatuhan petugas terhadap prosedur tetap menjahit luka
di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman.
2. Sikap petugas mempunyai hubungan sangat kuat dengan
kepatuhan petugas terhadap prosedur tetap menjahit luka
di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman.
SARAN
1. Kepada Rumah Sakit diharapkan penelitian ini dapat
dijadikan bahan pertimbangan untuk lebih memperhatikan
kualitas pelayanan Gawat Darurat pada khususnya dan
Rumah Sakit Umum Daerah Sleman pada umumnya yaitu
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dengan
diikutkan dalam pelatihan – pelatihan penanganan gawat
darurat tentang luka dan cara penatalaksanaan, tindakan
septik aseptik yang diadakan sendiri atau oleh institusi
kesehatan lain. Tingkatkan supervisi
2. Bagi petugas ruang gawat darurat
Kepada petugas Unit Gawat Darurat baik dokter maupun
perawat diharapkan mau mematuhi prosedur tetap yang ada
sehingga mutu pelayanan di Unit Gawat Darurat dapat
dipertanggungjawabkan tetap tindakan jahit luka sehingga
tidak terjadi komplikasi dari tindakan jahit luka.
Melakukan penyegaran kembali tentang prosedur tetap dan
penatalaksanaan luka sehingga dapat meningkatkan
motivasi agar pelayanan yang diberikan dapat
dipertanggungjawabkan secara hokum maupun profesi.
3. Kepada peneliti lain diharapkan ada penelitian lanjutan
dari hasil penelitian ini dengan jumlah responden lebih
banyak sehingga didapatkan hasil yang lebih baik.
Penelitian lanjutan tentang faktor lain yang
mempengaruhi kepatuhan seperti motivasi, masa kerja,
fasilitas atau peralatan hubungannya dengan kepatuhan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih ditujukan untuk Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Dosen
Pembimbing dan Penguji, Direktur RSUD Sleman, Keluarga dan
teman – teman PSIK B 04, dan semua pihak yang telah memberi
bantuan dan bimbingan.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, P dan Sri Suyati, 1995. Perilaku Keorganisasian, Penerbit Pustaka Jaya, Jakarta.
Azwar, A. 1994. Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan,
Penerbit IDI, Jakarta. Arikunto, S., 2003. Manajemen Penelitian, Cetakan Keenam,
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Arsyad, A. 2003, Pokok-Pokok Manajemen, Cetakan Kedua, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Brown. J.S. 1995, Buku Ajar dan Atlas (Essential Surgery ; Atext And Atlas), Alih Bahasa Devi H.Ronardy, Melfiawati, EGC, Jakarta.
Buchsinar, B, 1992, Bedah Minor, Editor ; Jonathan Oswari, Penerbit Hipocrates, Jakarta.
Carve D, 1994, The Care Of Wounds, Blackwell Scientific Pub. Victoria, Austraia Christopher, 1960, Minor Surgery, Eight Edition, W.B. Sounder Company, Philadhelpia And London
Dep.Kes RI, 1998, Petunjuk Pelaksanaan Indicator Mutu Pelayanan Rumah Sakit, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Jakarta
Dep.Kes. 1994. Pedoman Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia. Dirjen Yanmed,Dep.Kes, Jakarta.
Dina Martanti, P. 2004, Faktor-Faktor Yang Mempenqaruhi Pelaksanaan Teknik Relaksasi Oleh Perawat Pada Pasien Dengan Nyeri Di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Karya Tulis Ilmiah SI Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta. Belum dipublikasikan.
Donabedian, A. 1980, Exploration In Quality And Monitoring And Evaluation Administration Press, Ann Arbor, Michigan.
Feinberg, R., Tanafsky, R, dan Tarrant.J. 1996, Psikolog Manajemen. Cetakan Ketiga. Penerbit Mitra Utama, Jakarta.
Guwandi. J. 2002. Hospital Law. Balai Penerbit, FKUI, Jakarta.
Katz.J And Green. E. 1992. Managing Quality A Guide To
monitoring And Evaluating Nursing Service, Mosby Year Book, St. Louise.
Menkes. RI 2001, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1239/Menkes/SK/X1/2001, Tentang Registrasi dan Praktek Perawat.
Mukiyat. 1995. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Cetakan Kesatu, Penerbit Mandar Maju, Bandung.
Muhamad. R. 2000. Pengaruh Karakteristik Perawat Terhadap Kepatuhan Perawat Pada SAK Di IRMA II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Karya Tulis Ilmiah S1 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta. Belum dipublikasikan
Novi Akrodana, 2004. Kepatuhan Petugas Dalam Melaksanakan Frosedur Tetap Menjahit Luka Di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman. Karya Ilmiah SI Program Studi 11mu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM. Yogyakarta. Belum dipublikasikan
Sobiston.C.D 1995, Buku Ajar Bedah (Essential Of Surgery), Alih Bahasa : Petrus And.rianto, Timan, EGC, Jakarta
Sondang P, Siagian, 2000. Manajemen Strategik. Cetakan ketiga. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Suprihanto.J. Dkk 2003. Perilaku Organisasional, Cetakan Pertama, Penerbit STIE YKPN, Yogyakarta.
Wind, G.G. Dan Rich, N.M. 1993, Prinsip-Prinsip Teknik Bedah, Alih Bahasa : Sudjoko Kuswadji, Jakarta
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN
PETUGAS DALAM MELAKSANAKAN PROSEDUR TETAP MENJAHIT
LUKA DI UNIT GAWAT DARURAT RSUD KABUPATEN SLEMAN
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh derajat
Sarjana Keperawatan Universitas Gadjah Mada
Dulzaini
04/182536/EIK/00442
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2005
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan Rumah Sakit untuk memenuhi kebutuhan
Customer, dengan harapan pelayanan yang diberikan
memuaskan kepuasan pelanggan dapat diperoleh dari
pelayanan yang cepat, tepat dan bermutu. Untuk ini
dibutuhkan petugas yang disiplin, terampil, sikap dan
wawasan keilmuan.( Laksono Trisnantoro, 2000)
Kemajuan teknologi informasi membuat masyarakat semakin
tahu akan hak terhadap pelayanan kesehatan yang diterima.
Sehingga akhir-akhir ini banyak institusi pelayanan
kesehatan yang dimuat karena ketidak-puasan customer, baik
terbukti bersalah atau tidak.
Petugas Unit Gawat Darurat sudah saatnya bekerja
selalu berpegang pada aturan yang sudah ditetapkan oleh
institusi. Prosedur tetap yang dipatuhi petugas akan
memberikan perlindungan hukum dan menjamin mutu pelayanan
yang diberikan.
Pelayanan Gawat Darurat merupakan penanggulangan
penderita gawat darurat yang bertujuan untuk tercapainya
suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu
bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan
gawat darurat mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus
dikembangkan baik dalam fasilitas yang lengkap dan mendukung
ataupun sumber daya manusia yang dapat diandalkan sehingga
mampu mencegah kematian atau kecacatan yang mungkin terjadi.
(Dep. Kes. 1995)
Dilihat dari kedaruratan kriteria pasien gawat
darurat terdiri dari pasien gawat darurat, gawat tidak
1
2
darurat, darurat tidak gawat maupun tidak gawat tidak
darurat. Pasien darurat tidak gawat adalah pasien akibat
musibah atau kecelakaan yang datang tiba-tiba tapi tidak
mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya pasien dengan
luka lecet (vulnus excoriativum), luka robek (vulunus
caesum) dan luka sayat (vulnm scissum), luka potong (vulnm
caesum) dan luka tembak (vulnus sclopertorum). (Buchsinar,
1992).
Penanganan luka harus cepat dan tepat untuk mencegah
keadaan yang lebih buruk atau komplikasi yang bisa
membahayakan jiwa. Dapat dengan menutup kasa steril, bila
perdarahan terus berlangsung tetapi kecil dapat dengan
pembalut tekanan pemberian homeostatis (transamin, adona
dll), bila perdarahan besar dari arteri maka dapat dilakukan
pengkleman dan pengikatan sumber perdarahan dan selanjutnya
dapat dilakukan penjahitan untuk menghubungkan struktur
anatomi yang terpotong. (Buchsinar, 1992)
Pasien dengan luka bedah mempunyai resiko tinggi
terhadap infeksi, luka bersih kurang lebih 2%, luka bersih
terkontaminasi 5%-10%, luka terkontaminasi 20% dan luka
kotor 40%. (Sabiston, 1995)
Menurut Black 1997, faktor-faktor yang mempengaruhi
angka-angka infeksi terhadap luka pasca bedah yang bukan
antibiotika adalah tehnik cuci tangan prabedah, kerusakan
sarung tangan, bahan-bahan yang digunakan dan penggunaan
sistem udara laminar. Tindakan menjahit luka yang tidak
sesuai standar dapat mengakibatkan over lapping, nekrosis,
infeksi, perdarahan, hematoma, dead space, sinus, dehisensi,
dan abses.
Menurut Kep. Men. Kes. No. 1239, tahun 2001 petugas
gawat darurat baik dokter maupun perawat bertanggung jawab
3
terhadap penanganan luka pasien, oleh Karena itu perlu adanya
kerjasama dan hubungan kemitraan yang baik antar profesi
untuk memberikan pelayanan yang optimal pada pasien dengan
luka. Tindakan menjahiit luka luka merupakan kewenangan medis
namun juga dapat dilakukan perawat profesional yang telah
menerima pelimpahan wewenang atau penyerahan tertulis dari
medis.
Kepatuhan adalah persetujuan untuk berperilaku
tertentu. (Soerjono Soekamto, 1985), Kepatuhan petugas
dipengaruhi berbagai faktor yaitu pendidikan, kemampuan,
motivasi, masa kerja, fasilitas/peralatan, prosedur yang
tidak jelas sehingga menimbulkan variasi-variasi dalam
pelayanan. (Katz dan Green, 1992). Sikap, pengetahuan dan
ketrampilan merupakan faktor yang sangat mendasar untuk
mendapatkan hasil pekerjaan yang baik dan bermutu.
Petugas Unit Gawat Darurat RSUD Kabupaten Sleman
berjumlah 22 orang yang terdiri 5 orang dokter umum plus ATLS
dan 17 perawat dengan 9 orang lulusan D III Keperawatan dan 8
orang lulusan SPK. Data kunjungan di Unit Gawat Darurat tahun
2003 ada 11.229 pasien dengan 2.693 dijahit luka yaitu vulnus
laceratum 2.449 pasien (90,94%), vulnus scissum 197 pasien
(7,31), vulnus caesum 47 pasien (7,31%). Data kunjungan di
Unit Gawat Darurat tahun 2004 ada 13.975 pasien dengan
2.815 dijahit luka yaitu vulnus laceratum 2. 2578 pasien
(90%), vulnus scissum 223 pasien (7,78%), vulnus caessum 14
(2,22%).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Akrodana 2004,
tentang kepatuhan petugas terhadap Protap menjahit luka di
Unit Gawat Darurat RSUD Sleman,diperoleh hasil dengan kategori
patuh 40 % dan tidak patuh 60 %. Dari hasil penelitian ini
penulis ingin mengetahui “Bagaimana hubungan pengetahuan dan
4
sikap dengan kepatuhan petugas terhadap protap menjahit luka
di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman?”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas dapat
dirumuskan masalah "Bagaimana hubungan pengetahuan dan
sikap petugas dengan kepatuhan terhadap pelaksanaan prosedur
tetap menjahit luka di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman ?"
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap
petugas dengan kepatuhan melaksanakan prosedur tetap
menjahit luka di unit Gawat Darurat RSUD Sleman.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perawat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
untuk pertimbangan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap
dan kepatuhan petugas terhadap protap yang diberlakukan
demi kualitas kerja di masa mendatang sehingga masyarakat
penggunapelayanan merasa puas.
2. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan
untuk mengevaluasi diri terhadap pelayanan yang sudah
diberikan selama ini sehingga termotivasi untuk berusaha
meningkatkan diri seoptimal mungkin demi meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang betanggung jawab.
5
3. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti lain yang tertarik dengan penelitian
serupa diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai acuan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian
Sejauh yang penulis ketahui belum pernah dilakukan
penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan sikap dengan
kepatuhandalam menjahit luka di Unit Gawat Darurat RSUD
Sleman. Penelitian serupa dilakukan oleh Aleksandria Novi
Akrodana 2004, dengan judul Kepatuhan Petugas dalam
melaksanakan Prosedur Tetap Menjahit luka di Unit Gawat
Darurat RSUD Sleman, penelitian yang dilakukan menggunakan
rancangan deskriptif jenis evaluatif dengan pendekatan
cross sectional. Penelitian saat ini dengan rancangan
penelitian kuantitatif,pengambilan data dengan cara
observasi, pengisian kuesioner dan pengolahan data dengan uji
korelasi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Luka
1. Pengertian
Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan kulit
atau jaringan di bawahnya (Wind dan Rich, 1993).
Luka adalah terjadinya gangguan kontinuitas suatu
jaringan, sehingga terjadi pemisahan jaringan yang
semula normal. Tidak selalu terjadi dikontinuitas
jaringan pada suatu luka walaupun jaringan di bawah
kulit terganggu, misal luka memar (Buchhsinar, 1992)
Luka bervariasi antara laserasi minor sampai
dengan cidera berat (BrunnesSuddarth, 1996)
2. Tujuan Penanganan Luka
Tujuan penaganan luka adalah:
a. Perbaikan integritas fisik yaitu menyatukan
dikontinuitas jaringan.
b. Perbaikan tungsi jaringan yang cidera tanpa timbul
infeksi.
c. Penyembuhan luka tanpa jaringan parut atau jaringan
parut minimal
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan yaitu
faktor lokal dan faktor umum. Faktor lokal infeksi luka,
bentuk luka benda asing, lokasi luka, kebersihan luka.
Sedang faktor umum yaitu usia, status gizi dan penjahit
penderita (Buchsinar, 1992).
6
7
Penyembuhan luka juga dipengaruhi cara penatalaksanaan
luka yaitu :
a. Teknik aseptik pada bahan,alat dan,ruangan.
b. Penjahitan Luka
Digunakan untuk homeostasis atau untuk
menghubungkan struktur anatomi yang terpotong
(Sabiston, 1995)
c. Pembersihan Luka (Debridement)
Membuang jaringan batas, benda asing merupakan tepi
luka yang tidak teratur
4. Komplikasi menjahit luka :
a. Overlapping
Terjadi sebagai akibat tidak dilakukan adaptasi
luka,sehingga luka menjadi tumpang tindih, luka
mengalami penyembuhan yang lambat dan apabila sembuh
akan buruk hasilnya.
b. Nekrosis
Jahitan yang terlalu kuat bias menyebabkan avaskularisai
yang akan terjadi kematian jaringan.
c. Infeksi
Infeksi terjadi karena tehnik penjahitan yang tidak
steril,luka yang terkontaminasidan adanya benda asing
yang masih tertinggal.
d. Hematoma
Pada pembuluh darah yang terpotong dan tidak dilakukan
ligasi atau pengikatan ehingga perdarahan terus
berlangsung dan menyebabkan bengkak.
e. Dead space(ruang/rongga mati)
Yaitu adanya ronnga pada luka yang terjadi karena
penjahitan yang tidak lapis demi lapis.
8
f. Sinus
Biasanya ada jahitan multifilamen yaitu benang pada
dasar sinus yang bertindak sebagai benda asing.
g. Dehisensi
Luka yang membuka sebelum waktunya disebabkan karena
jahitan terlalu kuat atau penggunaan benang yang buruk.
h. Abses
Infeksi hebat yang telah menghasilkan pus/nanah.
B. Kepatuhan
1. Pengertian
Aspek manusia menjadi salah satu faktor utama dalam
penelitian ini. Factor yang diteliti tidak lepas dari
sikap petugas sebagai pelaku utama pelaksanaan mejahit luka
pasien di UGD. Perilaku manusia didorong oleh kekuatan
tertentu termasuk perilaku petugas dalam mematuhi prosedur
tetap menjahit luka.
Tingkat kepatuhan adalah kepatuhan petugas dalam
pelayanan yang sesuai dengan standar pelayanan
kesehatan(Dep.Kes,1998).Banyak factor yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan yaitu kemampuan, motivasi,
masa kerja, pendidikan, fasilitas, bahan serta prosedur yang
tidak jelas sehingga akan menimbulkan variasi-variasi dalam
pelayanan (Katz dan Green,1992).
2. Faktor - faktor yang mempengaruhi kepatuhan.
a. Motivasi
Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang
yang mendorong keinginan individu untuk melakukan
kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan (Supardi
Syaiful, 2002)
9
Motivasi adalah suatu pengertian yang
melingkupi semua penggerak, alasan-alasan suatu
dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia
berbuat sesuatu. Semua tingkah laku manusia pada
hakikatnya mempunyai motivasi sehingga untuk dapat
mengerti dan memahami tingkah laku manusia, maka perlu
dipahami dan dimengerti motif-motif dari pelakunya.
Dalam hal ini perlu digali tentang perilaku apa yang
dilakukan, bagaimana perilaku dilaksanakan, bagaimana
perilaku dilaksanakan dan mengapa perilaku tersebut
dilaksanakan. (Monica, 1998 cit Dina 2005)
Motivasi berhubungan dengan kebutuhan aktualisasi
diri dan penghargaan (internal) dan kebutuhan-
kebutuhan lebih rendah terutama kebutuhan keamanan/rasa
aman, (Hezberg cit. John Suprihanto 2003)
b. Sikap
Sikap mempunyai pengaruh terhadap seseorang untuk
mematuhi suatu hal. Sikap adalah pernyataan yang
bersifat menilai (eva1uatif) atau menunjukkan rasa
suka atau tidak suka seseorang kepada suatu objek atau
kejadian. Sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh
kriteria penilaiannya. Jenis-jenis sikap menurut John
Suprihanto 2005
1) Job Satisfation yaitu
Kepuasan kerja individu merupakan suatu ukuran umum
dari sikap individu tersebut terhadap pekerjaannya.
2) Job Involvement yaitu
Keterlibatan individu terhadap suatu pekerjaan akan
ditunjukkan oleh partisipasi dan pengaruhnya
terhadap pekerjaan tersebut, Riset membuktikan bahwa
semakin tinggi keterlibatan individu dengan
10
pekerjaannya, semakin jarang ia tidak mematuhi
prosedur pelaksanaannya pekerjaan tersebut.
3) Organizational Commitment yaitu
Sikap ini akan dicerminkan oleh loyalitas dan
tingginya rasa keterlibatan organisasi, tempat ia
bekerja.
Sikap mengandung tiga komponen yang membentuk
struktur sikap yaitu
1. Komponen Kognitif (perseptual)
Komponen yang berkaitan dengan pengetahuan,
pandangan keyakinan yang berhubungan dengan
bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.
2. Komponen Afektif (emosional)
Komponen yang berhubungan dengan rasa senang dan
tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang
merupakan hal positif sedang rasa tidak senang
merupakan hal negatif. Hal ini menunjukkan arah sikap
positif atau negarif
3. Komponen Konatif (aksi)
Komponen yang berhubungan dengan kecenderungan
bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini
menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak
atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.
c. Pengetahuan
Ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang bersifat
menjelaskan berbagai gejala yang memungkinkan manusia
melakukan serangkaian yang memungkinkan manusia
melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala
tersebut berdasarkan penjelasan. (Suryadi, 1999)
Pengetahuan mencakup segenap apa yang diketahui
tentang objek tertentu dan disimpan di dalam ingatan.
11
Merupakan khasanah kekayaan mental yang secara
langsung atau tak langsung ikut memperkaya kehidupan
(Suryadi, 1999)
Pengetahuan dipengaruhi berbagai faktor yaitu
latar belakang pendidikan, pengalaman kerja usia
mengenai tingkat pengetahuan disini merupakan
pengetahuan yang diukui atau dinilai dengan petunjuk
atau syarat yan harus dipenuhi (Sahabudin, 1999 cit
Dina, 2005)
Menurut Arikunto,2003 hasil pengukuran tingkat pengetahuan
dapat berbentuk 4 tingkatan yaitu:
1. Baik : Nilai mencapai 76%-100%
2. Cukup : nilai mencapai 56%-75%
3. Kurang baik : nilai mencapai 40%-55 %
4. Tidak baik : nilai mencapai 40 %
d. Prosedur / kebijakan
Kebijakan dapat diartikan sebagai suatu tindakan
yang diambil dengan sengaja oleh manajemen untuk
mempengaruhi sikap atau perasaan para tenaga kerja
(Suswanto, 1989 cit Dina, 2005).
Kebijakan organisasi merupakan sumber pembatas
kuat. Kebijakan berusaha mencari keselarasan.
penghematan, manfaat hubungan masyarakat, dan tujuan-
tujuan lain yang tidak berhubungan dengan prosedur
tindakan.
Kebijakan menimbulkan kepatuhan individu dalam
organisasi atau instansi sebagai sebuah bagian sejumlah
kegiatan manusia yang direncanakan untuk mencapai suatu
maksud dan tujuan bersama melalui serangkaian wewenang
dan tanggung jawab yang diatur dalam kebijakan, yang
12
ditaati seluruh organisasi (Pandji Anoeraga dan Sri
Suryati, 1995). Kebijakan di rumah sakit dapat berupa
aturan-aturan dalam melakukan sebuah tindakan pengobatan
atau perawatan klien.
Penerimaan diri petugas pada sebuah kebijakan akan
mernpengaruhi perilaku dan sikap petugas terhadap klien.
Tindakan yang dilakukan petugas harus sesuai kebijakan
institusi atau prosedur yang sudah ditetapkan. Dengan
kepatuhan petugas pada kebijakan atau prosedur tetap
petugas akan mendapatkan perlindungan ketika melakukan
kesalahan tindakan dan mendapatkan hasil kerja yang
dapat di pertanggung jawabkan.
C.Prosedur Tetap
Prosedur tetap (Protap) adalah merupakan standar
sebagai rumusan tentang kinerja atau nilai-nilai yang
diinginkan yang mampu untuk dicapai, berkaitan dengan
parameter yang telah ditetapkan (Donabedian, 1980)
Standar mempunyai pengertian sebagai pedoman yang
dijalankan untuk meningkatkan mutu menjadi efektif dan
efisien dan dalam penerapan standar pelayanan medis
diperhatikan beberapa aspek yang menyangkut keterangan,
penjelasan prosedur, sarana kesehatan dan etika kedokteran.
1. Tujuan
Tujuan dari penerapan Standar medik menurut Dep, Kes.
1993 adalah :
a. Melindungi masyarakat dari praktek-praktek yang
tidak sesuai dengan standar professional.
b. Melindungi profesi dari runtutan masyarakat yang
tidak wajar dan sebagai pedoman dalam pengawasan dan
13
pembinaan serta peningkatan mutu yang pelayanan
kedokteran.
c. Sebagai pedoman untuk menjalankan pelayanan kesehatan
yang efektif dan efisien.
2. Prosedur Tetap RSUD Sleman
Prosedur tetap menjahit luka yang biasa digunakan di
RSUD Sleman meliputi prosedur tindakan aseptik dan prosedur
menjahit luka.
a. Prosedur Tetap Tindakan Aseptik
Pengertian :Tindakan aseptik adalah tindakan
yang menghambat pertumbuhan dan
perkembangan kuman sehingga tidak
terjadi infeksi.
Tujuan : Mencegah terjadinya infeksi pada
tindakan medik yang dilakukan di UGD RSUD
Sleman
Petugas : 1. Dokter UGD RSUD Sleman
2. Perawat UGD RSUD Sleman
Prosedur :
Persiapan Alat dan Bahan (Material)
1. Troli berisi
a) Set jahit luka steril berisi
- Nald Voeder
- Gunting luka
- Pinset anatomis dan chirurgis
- Pisau bedah
- Klem
b) Korentang
c) Jarum jahit
d) Benang jahit
14
e) Duk lobang dan laken
f) Sarung tangan
g) Kasa hidrofil
h) Bengkok
2. Obat/Larutan
a. Povidone Iodine 10%
b. Larutan Savlon
c. NaCl 0,9%
3. Persiapan Prosedur :
a) Beri posisi yang nyaman baik untuk pasien maupun
petugas
b) Beritahu kondisi dan tindakan yang akan dilakukan
c) Lepas perhiasan dan asesoris pasien
d) Singkirkan penghalang di daerah luka
e) Jaga privasi pasien dengan menutup gorden/pintu
4. Cara Kerja
a) Dokter/perawat cuci tangan
b) Persiapan pasien
c) Usap daerah luka dengan larutan Povidon Iodin 2%
dari tepi luka kemudian menjauhi seluas 3-5 cm,
tunggu sampai kering.
d) Berikan lokal anestesi sesuai prosedur
e) Bersihkan sekitar luka dengan savlon, singkirkan
kotoran/partikel/benda asing.
f) Bilas luka dengan NaCl 0,9 % dengan cara irigasi
sampai bersih
g) Berikan larutan Povidon Iodine 2%
h) Tutup luka dengan duk lobang steril
i) Luka siap dijahit/dilakukan tindakan.
j) Dokter/perawat cuci tangan.
15
b. Prosedur Menjahit Luka
Pengertian : Jahitan merupakan hasil penggunaan bahan
berupa barang untuk mengikat/ligasi
pembuluh darah dan atau untuk
menghubungkan struktur antara dua tepi
luka.
Tujuan : Mencegah terjadinya infeksi nosokomal
dan penyembuhan luka yang baik.
Petugas : a.Dokter UGD
b.Perawat UGD
Prosedur :
a) Dokter/Perawat cuci tangan
b) Dokter/Perawat memakai sarung tangan
c) Ratakan tepi luka yang tidak teratur
d) Gunakan pinset bergerigi halus untuk sedikit
mengangkat tepi luka
e) Pasang jarum lengkung bulat / segitiga pada klem
pemegang jarum diantara 2/3 depan dan 1/3 belakang
dan mengunci klem
f) Tusukkan jarum pada kulit dengan pisau tegak lurus
dengan posisi tengan pronasi penuh, dengan siku
membentuk 90° derajat dan adduksi
g) Lakukan tusukan 1 cm dari tepi luka di dekat tempat
yang dijepit pinset dengan mengangkat kulit dan
kulit ditegangkan.
h) Dengan jarum maju dengan gerakan supinasi pergelangan
tangan dan adduksi bahu yang serentak sesuai dengan
lengkung jarum
i) Setelah jarum muncul dari balik kulit, ujung jarum
ditarik dengan klem pemegang jarum dan menarik benang
sampai ujungnya tersisa 1-2 cm dari kulit,
16
j) Pegang benang yang lebih panjang kiri dan pegang klem
pemegang jarum dengan tangan kanan.
k) Buat simpul dengan menggunakan klem pemegang jarum
sebanyak 2 kali
l) Letakkan simpul di tepi luka
m) Satukan kedua benang dan potong dengan gunting 141
n) Lakukan adaptasi luka sehingga tepi luka saling
bertemu dan tidak tumpang tindih.
o) Usap dengan larutan povidoniodine 2 %
p) Tutup dengan kasa hidrofil (steril)
q) Lakukan fiksasi dengan plester/hipavix.
r) Dokter/Perawat cuci tangan
D. Landasan Teori
Tindakan menjahit luka merupakan tindakan medis namun
dapat dilakukan perawat profesional yang telah menerima
pelimpahan atau penyerahan medis terhadap pasien dengan
luka, sehingga terjadi perbaikan integritas fisik, fungsi
jaringan dan penyembuhan luka tanpa jaringan parut.
Kepatuhan petugas dalam melakukan tindakan menjahit
luka yang berpedoman pada prosedur tetap rumah sakit seorang
petugas dipengaruhi faktor-faktor seperti motivasi yang
kuat, sikap yang positif, tingkat pengetahuan yang baik dan
faktor pendukung lain seperti kebijakan rumah sakit, susunan
kelompok, gaji yang diterima,waktu kerja, begitu pula
fasilitas yang tersedia.
17
c. Kerangka Teori
Keterangan :
= diteliti
Tingkat Pengetahuan
Motivasi Fasilitas
Klien Vulnus perlu jahit luka
Sikap
Kelompok Gaji Supervisi Kebijakan
Pelaksanaan menjahit luka sesuai protap
18
F. Kerangka Penelitian
G. Hipotesis
Ho= Pengetahuan dan sikap mempengaruhi kepatuhan petugas
terhadap prosedur tetap menjahit luka di Unit Gawat
Darurat RSUD Sleman.
Ha= Pengetahuan dan sikap tidak mempengaruhi kepatuhan
petugas terhadap prosedur tetap menjahit luka dsi
Unit Gawat Darurat RSUD Sleman.
Tingkat
Pengetahuan Sikap
Kepatuhan Petugas
Terhadap Protap Menjahit Luka
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian menggunakan rancangan penelitian non
eksperimental, dengan metode analisa korelasi yang menggunakan
pendekatan Cross-Sectional mengenai hubungan pengetahuan dan
sikap dengan kepatuhan terhadap protap menjahit luka.
Pengambilan data dari sejumlah individu dalam jangka waktu yang
bersamaan atau menembak satu kali terhadap satu kasus (one shot
method) dan melakukan observasi petugas dalam melakukan tindakan
menjahit luka. Observasi untuk melihat patuh atau tidaknya
petugas dan dilakukan tiga kali.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Ruang Unit Gawat Darurat
RSUD Sleman mimggu I sampai minggu II bulan Desember 2005.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi penelitian adalah semua petugas kesehatan yang
berhak melakukan tindakan jahit luka,baik dokter maupun
perawat yang bertugas di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman.
2. Sampel
Pengambilan sample dilakukan secara total sampling yaitu
seluruh petugas baik dokter maupun perawat yang
melaksanakan tindakan menjahit luka di Unit Gawat Darurat
RSUD Sleman. Jumlah sampel seluruhnya 20 petugas.
Kriteria inklusi dari subjek penelitian adalah :
18
20
a. Petugas baik dokter maupun perawat yang melakukan
tindakan jahit luka di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman.
b. Pernah mengikuti Pelatihan Penanggulangan Penderita
Gawat Darurat (PPGD) untuk perawat dan Advanced
Traumatic Life Support (ATLS) untuk dokter.
c. Bersedia diikutkan dalam penelitian.
d. Tidak sedang berstatus sebagai mahasiswa.
D. Variabel Penelitian
Variabel bebas penelitian ini yaitu pengetahuan,sikap
dan variabel terikat kepatuhan petugas dalam menjahit luka di
ruang Unit Gawat Darurat RSUD Sleman.
E. Definisi Operasional
a. Sikap adalah sikap mendukung, netral dan tidak
mendukung dari seorang petugas yang mendasari kepedulian
terhadap protap mejahit luka. Sikap diukur melalui
indikator:
- Mendukung : apabila responden mendapat skor 15 – 20
dari item kuesioner sikap. Senang dan
mematuhi dengan adanya protap menjahit
luka dan mau mematuhi.
- Netral : apabila responden mendapat skor 10 - 14
dari item kuesioner sikap. Merasa tidak
ada pengaruh dengan ada atau tidak ada
protap menjahit luka.
- Tidak mendukung : apabila responden mendapat skor < 6
dari item kuesioner sikap. Merasa dengan
adanya protap menghambat pelaksanaan
menjahit luka.
21
b. Tingkat Pengetahuan adalah sejauh mana petugas
mengetahui dan memahami prosedur menjahit luka.
Tingkat pengetahuan responden akan diukur melalui tes
tertulis/kuesioner dengan indikator:
- Baik adalah responden yang memperoleh nilai 75%-
100% dari pertanyaan yang terjawab benar.
- Cukup adalah responden yang memperoleh nilai 55%-
74% dari pertanyaan yang terjawab benar.
- Kurang adalah responden yang memperoleh nilai 25%-
54% dari pertanyaan yang terjawab benar.
- Sangat kurang adalah responden yang memperoleh
nilai 0%-24% dari pertanyaan yang terjawab benar.
c. Kepatuhan adalah ketaatan perilaku petugas dalam
melaksanakan tindakan menjahit luka berdasar pada
prosedur teetap menjahit luka yang ada di RSUD Sleman.
Kepatuhan petugas diukur dengan indicator:
- Patuh apabila responden melakukan 90% atau lebih
dari item observasi.
- Tidak patuh apabila responden melakukan kurang dari
90% dari item observasi.
F. Alat Penelitian
Data primer mengenai variabel Pengetahuan
menggunakan instrumen pengumpulan data kuesioner yang
disusun sendiri, dan Sikap menggunakan instrumen
pengumpulan data kuesioner dari Dina Martanti(2004).
Kepatuhan petugas menggunakan pedoman observasi dari
Akrodana (2004).
Instrumen ini menggunakan skala Likert dan juga
menggunakan bentuk “benar-salah”.Yang dijabarkan dalam
22
pertanyaan sejumlah 15,dengan perincian tingkat
pengetahuan nomor item 1-15, sikap nomor item 16-20.
Data yang diperoleh dari angket agar dapat dihitung
secara kuantitatif maka perlu diberikan skor pada setiap
instrument yang ditentukan sebagai berikut:
Skor untuk pertanyaan positif
- Sangat setuju 4
- Setuju 3
- Tidak setuju 2
- Sangat tidak setuju 1
Skor untuk pertanyaan negatif
- Sangat setuju 1
- Setuju 2
- Tidak setuju 3
- Sangat tidak setuju 4
Pemberian skor diatas digunakan pada instrumen
dengan skala Likert.sedangkan untuk bentuk :”benar-salah”
dihitung menurut jumlah jawaban yang benar, dengan skor 1
untuk jawaban yang benar, dan skor 0 untuk jawaban yang
salah.
G. Uji Validitas dan Realibilitas Pengukuran
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan
uji instrumen. Sampel pada perawat ruangan di Rumah
Sakit Wirosaban Yogyakarta dengan karakteristik yang
sama dengan responden yang digunakan dalam penelitian
sebenarnya.
1. Penilaian validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan
alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur,
23
Notoatmodjo (2002). Untuk menguji validitas kuesioner
pada penelitian ini akan digunakan Korelasi Product
moment dari Pearson dengan rumus, Notoatmodjo (2002)
sebagai berikut :
R = })({})({
)()(2222 YYNxXN
yxXYN
Σ−ΣΣ−Σ
ΣΣ−Σ
Keterangan :
rxy = koefisien validitas
N = jumlah responden
X = skor pernyataan tiap butir
Y = skor total
Ini menunjukkan bahwa seleksi terhadap butir yang
valid dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor
masing-masing butir dan skor total keseluruhan butir.
Sebagai kriteria pemilihan item yang valid digunakan
batasan rxy > 0.30 (Azwar, 2003).
2. Penilaian Reliabilitas
Penilaian relaibilitas instrumen menunjukkan pada
satu pengertian sejauh mana instrumen dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul dan
menghasilkan data yang dapat dipercaya pula. Untuk
menguji realibiltas kuesioner tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi kepatuhan petugas ruangan yaitu
pengetahuan dan sikap menggunakan rumus Alpha
(Arikunto, 2002).
24
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡
∂
∂⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡−
= ∑2
2
11 1b-1
-1 1)(k
kr
Keterangan :
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau soal
∑∂12 = jumlah varians butir
∂12 = varians total
Reliabilitas pengukuran rumus Alpha kemudian
dibandingkan dengan tabel r Product Moment. Dalam hal ini
suatu butir dikatakan reliabel bila koefisien
realibilitas alphanya mencapai 0,632 (Arikunto, 2003).
Hasil pelaksanaan uji validitas dan realibilitas
dengan menggunakan bantuan komputer melalui program SPS
Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih variable tingkat
pengetahuan adalah 0,930 menunjukan bahwa instrument yang
digunakan reliabel.Dari 15 item ada 1 item yang total
korelasinya menunjukkan angka <0,3(tidak reliabel) item
yang tidak valid dilakukan modifikasi lagi oleh peneliti.
H. Pengolahan Data
Dalam menganalisa data dipergunakan analisa data
statistik. Variabel bebas dan variabel terikat dalam
penelitian ini menggunakan data ordinal keduanya, maka
analisis yang digunakan adalah korelasi Tata Jenjang
Spearman. Sebelum dilakukan uji statistik antara
variabel bebas dan variabel terikat melakukan hitung
skor pengetahuan, sikap, kepatuhan responden kemudian
hitung varian masing masing variabele
Rumus Korelasi Tata Jenjang Spearman :
25
[ ]16
1 2
2
−−= ∑
nnB
xyρ
Keterangan :
Rho(p): koefisien korelasi Tata Jenjang Spearman.
B : beda, yaitu selisih nilai variable 1 dengan
variable 2. Nilai B dapat dihitung dengan
mengurangi bilangan yang besar dengan yang kecil.
n : banyaknya subyek pemilik nilai.
Ketentuan dalam pengambilan keputusan apakah
hipotesis diterima atau ditolak dengan melihat
signifikasi. Apabila signifikasi dibawah atau sama
dengan 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Interpretasi nilai korelasi disusun berdasarkan pendapat
Sugiyono(1999)dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Pedoman untuk memberi interpretasi terhadap
koefisien korelasi
Interval koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,99 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,00 Sangat kuat
I. Jalannya Penelitian Pengumpulan data dilakukan pada minggu ke I Januari
2006 sampai dengan minggu ke II bulan Januari 2006 di
ruang UGD RSUD Sleman. Kuesioner dibagikan kepada 20
26
responden sesuai dengan kriteria inklusi yang sudah
disebutkan di atas. Kuesioner diambil 2 hari setelah
kuesioner tersebut diserahkan pada kepala ruang, hal ini
dikarenakan terdapat shift kerja sehingga tidak semua
responden dapat mengisi secara serempak dalam satu hari.
Setelah kuesioner terkumpul, peneliti memeriksa kembali
jumlah kuesioner tersebut apakah sudah sesuai dengan
jumlah semula. Peneliti juga memeriksa kelengkapan data
di dalamnya termasuk lembar-kesediaan menjadi responden
penelitian (informad-Consent) yang telah ditanda tangani
oleh responden. Langkah selanjutnya yaitu melakukan
pengolahan data.
Observasi kepatuhan petugas dilakukan 2 sampai 3
kali dimana apabila seorang responden pada observasi
kesatu dan kedua hasilnya sama yaitu patuh atau tidak
patuh maka observasi cukup 2 kali.Namun bila observasi
kesatu dan kedua hasilnya berbeda maka dilanjutkan
observasi ketiga.Langkah selanjutnya yaitu melakukan
pengolahan data dengan metode uji korelasi Tata Jenjang
Spearman program SPS Sutrisno Hadi dan Yuni
Parmadiningsih dengan bantuan komputer.
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan selama 14 hari sejak tanggal 2
Januari 2006 – 16 Januari 2006 di Unit Gawat Darurat RSUD
Kabupaten Sleman.Data penelitian ini berupa karakteristik
responden dan hubungan pengetahuan dan sikap dengan
kepatuhan petugas terhadap Prosedur Tetap menjahit luka
di Unit Gawat Darurat RSUD Kabupaten Sleman.Responden
adalah petugas Unit Gawat Darurat yang mepunyai wewenang
melaksanakan tindakan jahit luka yang brjumlah 20 orang.
1. Karakteristik responden
Karakteristik responden terdiri dari data umur,
jenis kelamin, pendidikan terakhir dan lama kerja.
Tabel 2. Distribusi frekwensi responden berdsarkan
karakteristik responden di Unit Gawat Darurat RSUD Seman
No Karakterstik Responden Frekuensi Prosentase
1. Umur - <25 tahun 1 5% - 26-35 tahun 9 45% - 36-45 tahun 9 45% - >46 tahun 1 5%
2. Jenis Kelamin - Pria 8 40% - Wanita 12 60% 3. Pendidikan - S1 Keperawatan 2 10% - D3 Keperawatan 10 50% - SPK 8 40%
4. Lama kerja . – 0,5-5tahun 3 15% . – 6-10tahun 7 35% . – 11-20tahun 5 25% . - >20tahun 3 15% Sumber Data Primer 2006
27
28
Pada tabel 2 di dapatkan umur responden terbanyak
berkisar antara 26-45 tahun(90%), dimana merupakan umur
produktif sehingga memberikan hasil pekerjaan yang
maksimal.Sedangkan sebagian besar berjenis kelamin wanita
berjumlah 12 responden(60%), wanita lebih feminim
sehingga kerapian dan penataan lingkungan lebih bagus.
Distribusi pendidikan terakhir paling banyak pada D3
Keperawatan 10 responden(50%) dan SPK 8 responden(40%).
Dilihat dari pendidikan responden untuk tenaga vokasional
cukup mendukung hasil pekerjaan yang baik. Dilihat dari
lama kerja 85% responden lebih dari 6 tahun.lama kerja
memberikan kontribusi yang besar terhadap ketrampilan
dalam melakukan pekerjaan. Hal ini dibuktikan ada 15%
responden dengan lama kerja antara 10 tahun – 20 tahun
pendidikan SPK dengan kategori patuh.
2. Kepatuhan menjahit luka
Tabel 3. Gambaran kepatuhan petugas terhadap Prosedur
Tetap menjahit luka di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman
No Kategori Frekuensi Prosentase
1. Patuh 9 45%
2. Tidak patuh 11 55%
Jumlah 20 100%
Sumber Data Primer 2006
Berdasar tabel 3 kepatuhan petugas terhadap Prosefur
Tetap menjahit luka di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman
termasuk dalam kategori patuh 9 responden(45%).
Responden yang termasuk kategori tidak patuh 11
responden(55%). Ketidakpatuhan reponden pada paling
29
sering dilakukan tidak melakukan cuci tangan sebelum
melakukan tindakan yaitu 14 responden(70%), hal ini
karena responden cukup memakai sarung tangan steril.
Tidak meratakan tepi luka dan menutup luka dengan duk
steril masing-masing 9 responden(45%) karena kurang
tersedianya sarana, posisi jarum tidak tepat 8
responden(40%), adaptasi luka tidak dilakukan 7
responden(35%) dan posisi gunting saat memotong benang
tidak benar 8 responden(40%), tidak membereskan alat 6
responden(30%), menyediakan set instrumen bedah minor
dimana alat yang sudah dipakai pasien sebelumnya dipakai
lagi 5 responden(25%), sementara untuk item yang lain
bervareasi yang tidak dilakukan.
3. Hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan
kepatuhan petugas terhadap Prosefur Tetap menjahit luka
di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman
Hasil penelitian secara khusus mengenai hubungan
antara variable pengetahuan dan sikap dapat kita lihat
pada tabel dan pembahasan berikut:
a. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan petugas Unit Gawat Darurat yang
diberikan wewenang menjahit luka diukur dalam kategori
baik dengan skor 75%-100%, cukup dengan skor 55%-74%,
kurang dengan skor 25%-54% dan sangat kurang 0%-24%.
Tingkat pengetahuan responde dapat dilihat pada gambar
dan tabel berikut:
30
Tabel 4. Gambaran tingkat pengetahuan responden tentang
luka dan prosedur tetap di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman
No Kategori Frekuensi Prosentase
1.Baik(75%-100%) 2 10%
2.Cukup (55%-74%) 6 30%
3.Kurang (24%-54%) 12 60%
4.Sangat kurang(0%-24%) 0 0%
Jumlah 20 100%
Sumber Data Primer 2006
Berdasarkan tabel 4 diatas, menunjukkan tingkat
pengetahuan responden terbanyak yaitu baik 10%, cukup 30
dengan pengetahuan, kurang 60% dan sangat kurang
0%.Tingkat pengetahuan dilihat dari pendidikan
responden: pendidikan S1 2 responden dengan hasil
baik(10%), pendidikan D3 ada 6 responden dengan
pengetahuan cukup(30%), 4 responden kurang(20%), dan
pendidikan SPK dengan pengetahuan cukup 5
responden(25%), kurang 3 responden(15%).
Tabel 5. Hubungan antara pengetahuan dengan Kepatuhan
protap menjahit luka di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman
Kepatuhan Pengetahuan
Patuh Tidak patuh
Baik 2(10%) 0(0%) Cukup 4(20%) 2(10%)
Kurang 3(15%) 9(45%) Jumlah 9(45%) 11(55%)
Sumber Data Primer 2006
Hasil uji korelasi Spearman’s antara pengetahuan
dengan kepatuhan terhadap Prosedur Tetap ditunjukan
31
dengan koefisien korelasi (p)= 0,663 dan nilai signifikan
µ=0,001. Interpretasi menurut Sugiono (1999) antara
pengetahuan dan kepatuhan terdapat hubungan yang
kuat(positip) dalam pelaksanaan tindakan jahit luka.
Tingkat hubungan negatif yakni pengetahuan yang kurang
maka kepatuhan petugas terhadap prosedur tetap dalam
pelaksanaan tindakan jahit luka juga kurang. Hal ini
disebabkan kepatuhan petugas terhadap prosedur tetap
dalam pelaksanaan tindakan jahit luka merupakan
manifestasi dari tahapan ranah kognitif sebuah
pengetahuan atau informasi. Dalam tingkatan ranah
kognitif terdapat 2 tahap yang perlu dilewati sebelum
penerapan, tahap pertama adalah pengetahuan(knowledge),
sedangkan tahap kedua adalah pemahaman(comprehension)
sehingga kemudian dapat menerapkan ilmu tersebut
(Sahabudin,1999 cit dina 2005). Kepatuhan petugas
terhadap prosedur tetap pelaksanaan tindakan jahit luka
apabila pengetahuan mengenai luka, penatalaksanaan, dan
prosedur tetap tindakan jahit luka baik, maka
penatalaksanaan tindakan jahit luka juga baik atau
sebaliknya. Pihak rumah sakit dapat membantu meningkatkan
pengetahuan petugas UGD yang diberi kewenagan melakukan
tindakan jahit luka dengan mengadakan pelatihan atau
penyegaran yang menghadirkan ahlinya, sehingga petugas
dapat memperkaya pengetahuan tentang luka,
penatalaksanaannya dan prosedur tetap.
32
b. Sikap
Sikap mempunyai kesamaan dengan motif dalam arti
keduanya menunjuk adanya arah tingkah laku dan tidak pada
tingkah lakunya sendiri. Motif dapat timbul, menhilang
dan timbul kembali, tetapi sikap bersifat tetap dan dapat
menggambarkan orientasi individu yang tetap, umum
terhadap lingkungannya (Walgito,1994).
Gambaran sikap petugas terhadap Prosedur tetap
menjahit luka di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman seperti
dalam gambar dan table berikut:
Tabel 6. Sikap responden terhadap Prosedur Tetap
menjahit luka di RSUD Sleman
No Kategori N Prosentase
1. Mendukung 18 90 %
2. Netral 2 10 %
3. Tidak mendukung 0 0 %
Jumlah 20 100 %
Sumber Data Primer 2006
Tabel 6. menunjukkan bahwa sikap 28(90%) responden
mendukung terhadap kepatuhan petugas, 2(10%) responden
bersikap netral dan tidak ada yang bersikap tidak
mendukung terhadap adanya prosedur tetap dan mematuhi.
Tabel 7. Hubungan antara sikap dengan kepatuhan terhadap
protap menjahit luka di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman
Sikap Kepatuhan Patuh Tidak patuh
Mendukung Netral Tidak mendukung
9(45%) 9(45%) 0 2(10%) 0 0(0%)
Jumlah 9(45%) 11(55%) Sumber Data Primer 2006
33
Dari tabel 7. dapat dilihat responden yang 90% mendukung
adanya prosedur tetap tetapi tingkat kepatuhan responden
masih rendah yaitu 45%, karena tingkat kepatuhan juga
dipengaruhi faktor-faktor yang lain.
Hasil uji korelasi Spearman’s antara Sikap dan
Kepatuhan petugas terhadap posedur tetap tindakan jahit
luka ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi p=0,810
dan signifikan µ=0,000 interpretasi menurut Sugiono
(1999) dapat dikatakan terdapat hubungan yang sangat
kuat. Sikap yang tidak mendukung dapat menghambat
kepatuhan petugas terhadap prosedur tetap, bahkan tidak
melaksanakan. Hal tersebut dapat dikarenakan petugas
menganggap bahwa dengan pemberian antibiotik yang baik
tidak akan terjadi infeksi pada luka dijahit. Apabila
sikap yang timbul adalah suatu dukungan, maka prosedur
tetap tindakan jahit luka akan dilaksanakan oleh petugas
Unit Gawat Darurat dengan sebaik-baiknya, karena
bagaimanapun juga pasien memerlukan pelayanan yang
bermutu sehingga mendapatkan penyembuhan yang baik dan
memuaskan.
4. Kelemahan Penelitian
a. Kelemahan dalam sehingga penelitian ini yaitu
observasi/pengamatan terhadap kepatuhan
responden terhadap prosedur tetap menjahit luka
hanya dilakukan dua sampai tiga kali pada
masing-masing responden sehingga dimungkinkan
terjadi bias dalam pengamatan, akan lebih baik
apabila dilakukan pengamatan berkali-kali sampai
batas jenuh sehingga hasilnya juga lebih
memberikan gambaran yang sesungguhnya.
34
2. Keterbatasan penelitian: Peneliti tidak melakukan uji kesepahaman alat
yang digunakan oleh observer dan kegiatan yang
akan di observasi sehingga dimungkinkan
ketidaksamaan persepsi item –item observasi dan
hasil observasi bias.
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.Tingkat pengetahuan mempunyai hubungan kuat dengan
kepatuhan petugas terhadap prosedur tetap mejahit luka
di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman.
2. Sikap petugas mempunyai hubungan sangat kuat dengan
kepatuhan petugas terhadap prosedur tetap mejahit
luka di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman.
B. Saran
1. Bagi Rumah sakit
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk lebih memperhatikan kualitas
pelayanan Gawat Darurat pada khususnya dan Rumah
Sakit Umum Daerah Sleman pada umumnya yaitu
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dengan
diikutkan dalam pelatihan-pelatihan penatalaksanaan
luka, prosedur septik dan aseptik yang diadakan
sendiri atau oleh institusi kesehatan lain.
Meningkatkan supervisi terhadap petugas dalam
memberikan pelayanan. Memberikan penghargaan kepada
petugas secara adil.
2. Bagi Petugas Ruang Gawat Darurat
Petugas gawat darurat baik dokter maupun perawat
diharapkan mau mematuhi prosedur tetap yang ada
sehingga mutu pelayanan di Unit Gawat Darurat dapat
dipertanggung-jawabkan dan memberikan kepuasan pada
35
36
pasien, termasuk prosedur tetap tindakan jahit luka
sehingga tidak terjadi komplikasi dari tindakan
jahit luka. Melakukan penyegaran kembali tentang
prosedur tetap sehingga dapat meningkatkan motivasi
agar pelayanan yang diberikan dapat dipertanggung-
jawabkan secara hukum maupun profesi.
3. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan ada penelitian lanjutan dari hasil
penelitian ini dengan jumlah responden lebih banyak
sehingga didapatkan hasil yang lebih baik. Juga
masih banyak faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan
seperti motivasi, masa kerja, fasilitas atau
peralatan hubungannya dengan kepatuhan.
37
Lampiran 5
Nama :
Jenis Kelamin :
Dinas / Shift : Pagi / Sore
Keadaan luka : 1. Jenis jahitan : …………………………
2. Jenis luka : Robek / potong Iris
3. Ukuran luka : Panjang/lebar/ Dalam
Tgl observasi :
Nama observer :
1. Kriteria persiapan material ( alat dan bahan )
No Aspek yang dinilai Dikerjakan
Ya Tidak
Ket
1 Menyediakan 1 set instrumen bedah minor
2 Menyediakan larutan desinfektan
3 Menyediakan jarum jahit, benang duk lubang, sarung tangan dan kasa hidrofil pada tempat yang steril
4 Menyediakan korentang untuk mengambil alat dan bahan yang steril
5 Menyiapkan piala ginjal / bengkok dan tempat sampah
6 Menggunakan fasilitas pencahayaan yang baik seperti lampu
Jumlah skore
2. Kriteria persiapan pasien
No Aspek yang dinilai Dikerjakan
Ya Tidak
Ket
1 Memberi posisi psien senyaman mungkin baik bagi pasien maupun petugas yang akan melakukan tindakan
2 Memberitahu pasien tentang kondisi dan tindakan yang akan dilakukan
38
3 Melepas perhiasan atau asesoris yang dipakai oleh pasien atau penghalang daerah luka yang akan dijahit seperti pakaian rambut disingkirkan sehingga dapat mempermudah dalam melakukan tindakan
4 Menjaga privasi pasien dengan
menutup gorden/pintu
Jumlah skore
3. Kriteria Menjahit luka
No Aspek yang diteliti Dikerjakan
Ya Tidak
Ket
1 Perawat/dokter mencucui tangan sesuai prosedur yang benar
2 Memakai sarung tangan sesuai dengan prosedur yang benar
3 Mengusap daerah sekitar luka dengan larutan povidon Iodine 10% dari tepi luka kemudian menjauhi luka seluas 3 – 5 cm
4 Memberikan anestesi lokasi sesuai dengan prosedur yang benar
5 Membersihkan sekitar luka dengan savlon, membuang kotoran / benda asing yang terdapat dalam luka
6 Membilas dengan NaCl 0,9 % dengan cara irigasi sampai bersih
7 Memberikan larutan povidone Iodine 10% pada luka
8 Meratakan tepi luka
9 Menutup luka dengan duk lobang steril dan luka siap dilakukan penjahitan
10 Menggunakan pinset bergerigi halus untuk sedikit mengangkat tepi luka
11 Memasang jarum lengkung (penampang bulat untuk menjahit jaringan dan penampang jarum antara 2/3 depan dan 1/3 belaknag dan mengunci klem
12 Memasukkan jarum pada kulit dengan
39
posisi tegak membentuk 90 derajat dan bahu adduksi
13 Melakukan penusukan 1 cm dari tepi luka didekat tempat yang dijepait dengan mengangkat kulit dan kulit ditegangkan
14 Mendorong jarum maju dengan gerakan supinasi pergelangan tangan dan adduksi bahu serentak dalam arah melengkung sesuai dengan lengkungan jarum
15 Setelah jarum muncul dari balik kulit ujung jarum ditarik dengan klem pemegang jarum dengan menarik benang sampai ujungnya tersisa 1- 2 cm dari kulit
16 Melakukan penusukan ke tepi luka yang lain dari dalam dengan kedalaman dan cara yang sama
17 Tangan kiri memegang benang yang lebih panjang dengan klem pemegang jarum
18 Membuat lilitan pada benang panjang dengan klem pemegang jarum
19 Menjepit dan menarik benang sisa 1-2 cm dengan klem pemegang jarum dan membuat simpul
20 Memotong benang dengan menyatukan ujung gunting yang terbuka pada benang digeser sampai ½ cm dari simpul, diputar miring 45 derajat dan dikatubkan sehingga benang terpotong
21 Melakukan adaptasi luka sehingga hasil jahitan tidak terlalu ketat dan tepi luka saling bertemu
22 Simpul diletakkan ditepi luka
23 Menutup luka dengan kas hidrofil dan melakukan fiksasi dengan plester
24 Membereskan alat-alat yang telah dipakai
25 Perawat / dokter mencuci tangan sesui prosedur dengan benar
Jumlah skor
40
Lampiran 8
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.
Bapak / Ibu Petugas
Di Ruang UGD RSUD Sleman
Perkenankanlah kami mohon kesediaan Bapak/Ibu
meluangkan waktu sebentar untuk mengisi kuesioner
berikut.
Peneliti adalah mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM, yang sedang
melaksanakan penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan
sikap dengan kepatuhan petugas terhadap protap menjahit
luka di Ruang UGD RUD Sleman.
Peneliti tidak akan memberikan dampak yang
merugikan bagi Bapak/Ibu sebagai responden. Kami akan
menjamin kerahasiaan identitas dan informasi yang akan
Bapak / Ibu berikan, sehingga kami mohon agar kuesioner
ini diisi apa adanya serta dengan sebenar-benarnya demi
obyektifitas penelitian.
Demikian permohonan untuk menjadi responden atas
kesediaannya diucapkan terima kasih.Semoga Tuhan Yang
Maha Esa membalas budi Bapak/Ibu sekalian. Amin
Peneliti
Dulzaini
04/182536/EIK/0044
41
Lampiran 9
Persetujuan Menjadi Responden
Setelah membaca dan memahami isi penjelasan pada
lembar pertama, saya bersedia turut berpartisipasi
sebagai responden dalam penelitian yang akan dilakukan
oleh Dulzaini, Mahasiswa PSK FK UGM dengan judul
“Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Kepatuhan dalam
melaksanakan prosedur tetap menjahit luka di Ruang Unit
Gawat Darurat RSUD Sleman.”
Saya memahami bahwa penelitian ini tidak akan
merugikan bagi saya dan keluarga saya. Oleh karena itu,
saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Responden
(…………………………)
42
Lampiran 6
Kuesioner Penelitian
Petunjuk:
a. Isilah Biodata diri anda dengan lengkap.
b. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti.
c. Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling
sesuai dengan pendapat saudara, seperti yang
digambarkan oleh pertanyaan.
d. Berilah tanda silang (X) atau (√) pada salah satu
pilihan yang tertera di belakang pertanyaan untuk
menunjukkan jawaban yang saudara pilih.
Biodata:
1. Umur : ………. tahun
2. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
3. Lama kerja : ………. tahun
4. Pangkat/golongan : …………
5. Pendidikan terakhir :
a. S1 Kedokteran
b. S1 Keperawatan
c. D III Keperwatan
d. SPK
Petunjuk untuk pertanyaan no 1-15 berilah tanda (√) pada
satu jawaban yang saudara pilih!
No Pertanyaan B S
1
2
Luka didefinisikan sebagai kerusakan atau
putusnya suatu jaringan kulit atau jaringan di
bawahnya.
Luka infeksi adalah luka lebih dari 6 jam setelah
kejadian.
43
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Luka robek (vulnus laceratum) merupakan luka di
mana tepi luka tajam dan licin akibat benda
tajam.
Penjahitan luka dapat dilakukan pada semua luka
terbuka.
Pemberian anestesi lokal sebaiknya dilakukan
sesudah luka dibersihkan.
Pembersihan luka yang paling baik menggunakan
betadin/povidone iodine 10%
Tujuan tindakan penjahitan luka adalah
menghentikan perdarahan.
Debridemen adalah usaha untuk membersihkan luka
dari benda asing saja.
Tindakan aseptic adalah cara untuk memperoleh dan
memelihara keadaan steril.
Petugas cukup mencuci tangan dengan alkohol dalam
melakukan tindakan jahit luka.
Jahitan primer adalah untuk mempertahankan
kedudukan tepi luka yang saling dihubungkan
selama proses penyembuhan.
Adaptasi luka setelah penjahitan untuk
mempercepat penyembuhan.
Simpul pada jahitan luka lebih kuat akan lebih
baik proses penyembuhannya.
Dehisensi komplikasi luka akibat jahitan yang
terlalu longgar.
Tindakan penjahitan luka yang baik akan
menghasilkan penyembuhan baik.
Jumlah Skor
Keterangan : B : Benar S : Salah
44
Petunjuk untuk pertanyaan no 16-20 berilah tanda (√) pada
satu jawaban yang saudara pilih!.
No Item Pertanyaan SS S TS STS
1
Saya merasa nyaman dalam melaksanakan
menjahit luka sesuai protap yang ada.
2 Saya menginginkan semua petugas
mematuhi protap menjahit luka.
3 Tidak ada masalah bagi saya jika
tidak ada protap menjahit luka di
ruang unit gawat darurat.
4 Menurut saya bekerja sesuai dengan
prosedur tidak efektif dan efisien.
5 Menurut saya bekerja sesuai dengan
protap merugikan saya dalam hal
waktu.
Kriteria pilihan:
SS : Sangat setuju.
S : Setuju.
TS : Tidak setuju.
STS : Sangat tidak setuju.