DUKUNGAN SOSIAL DAN HEALTH-RELATED QUALITY OF …eprints.ums.ac.id/60117/29/Naspub B7A.pdf ·...
Transcript of DUKUNGAN SOSIAL DAN HEALTH-RELATED QUALITY OF …eprints.ums.ac.id/60117/29/Naspub B7A.pdf ·...
DUKUNGAN SOSIAL DAN HEALTH-RELATED QUALITY OF LIFE
PADA ORANG TUA DENGAN ANAK PENYAKIT KRONIS
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program
Studi Strata I pada Fakultas Psikologi
Oleh:
MUHAMMAD AZHAR BASYIR
F 100 136 001
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
ii
iii
1
DUKUNGAN SOSIAL DAN HEALTH-RELATED QUALITY OF LIFE
PADA ORANG TUA DENGAN ANAK PENYAKIT KRONIS
Abstrak
Orangtua yang merawat anak dengan penyakit kronis memiliki beragam
masalah dalam kehidupan sehari-harinya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan dukungan sosial dengan health-related quality of life.
Responden dalam penelitian berjumlah 41 orang tua yang mempunyai anak
dirawat RSUD dr. Moewardi. Teknik pengambilan sampel dengan cara
consecutive sampling. Alat ukur menggunakan skala dukungan sosial dan
health-related quality of life. Analisis data menggunakan teknik korelasi product
moment. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil ada hubungan positif
signifikan antara dukungan sosial dengan health-related quality of life, semakin
tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi health-related quality of life.
Sumbangan efektif tingkat dukungan sosial sebesar 16,9% (r2 = 0,169). Hal ini
diharapkan baik orang terdekat, masyarakat dan penyedia layanan medis lebih
memperhatikan dukungan sosial terhadap orang tua dengan anak penyakit
kronis.
Kata kunci: dukungan sosial, health-related quality of life, penyakit kronis,
caregiver
Abstract
Parent have children with chronic illness have several problems in daily living.
The purpose of study to aim relationships between social support with health-
related quality of life. The respondents of this study are 41 parents have children
with chronic illness in RSUD dr. Moewardi. Technique sampling with
consecutive sampling and use social support and health-related quality of life
scale. The data analyzed using product moment correlation. The result shows
there is a significantly positive correlation between social support and health-
related quality of life. Effective contribution social support to health-related
quality of life is 16,9% (r2 = 0,169). Suggestion of study that people around
parents and medical regiment more concern support.
Keywords: social support, health-related quality of life, chronic illness,
caregiver
1. PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hal penting dalam hidup,baik itu kesehatan jasmani maupun
psikologis. Orang yang menderita penyakit tertentu pasti mengharapkan bisa sembuh
2
ataupun berkurang rasa sakitnya. Hal ini termasuk salah satunya penderita penyakit kronis.
Penyakit kronis adalah penyakit tidak menular, berjangka waktu lama dan perkembangannya
lambat (Riskesdas, 2013). Data dari WHO (2014) penyakit kronis juga menyumbang 60%
dari kematian di dunia. Lebih dari 35 juta orang meninggal akibat penyakit kronis pada tahun
2005. 80% penyakit kronis terjadi di negara dengan pendapatan rendah sampai menengah.
Di Indonesia penyakit tidak menular menyebabkan 1.551.000 total kematian dengan rincian
sebagai berikut; 37% penyakit kardiovaskuler, 13% kanker, 5% penyakit pernafasan kronis,
6% diabetes untuk semua usia. Prevalensi penyakit kanker 0,5% dan asma 9,2% pada
kelompok anak umur 0 – 14tahun (Riskesdas, 2013).
Penyakit kronis berdampak pada berbagai macam aspek pada anak penderita dan
orangtuanya. Bagi anak yang menderita penyakit kronis mengalami benturan pada kesehatan
yang lebih luas, rutinitas harian, penyesuaian perilaku dan emosi. Masalah yang muncul dari
akibat benturan tersebut dapat bersifat internal yang berupa depresi dan kecemasan,
sedangkan yang bersifat eksternal dapat berupa agresi, harga diri yang rendah, hambatan
sosial. Anak dengan penyakit kronis juga akan mengalami peningkatan level masalah
penyesuaian (Morawska, Calam, & Fraser, 2015). Bagi orang tua dengan anak yang
menderita penyakit kronis Dampak tersebut bisa berupa kelelahan dalam pengasuhan,
depresi dan kecemasan, tidur yang terganggu, kelelahan yang berujung pada terganggunya
aktifitas harian, gangguan mood serta perubahan kualitas hidup (Sikorova & Buzgova, 2016).
Dari hasil wawancara pada 5 Maret 2017 kepada salah satu orang tua dengan anak penyakit
kronis menyatakan bahwa keadaannya berubah setelah mempunyai anak dengan penyakit
kronis, aktivitas hariannya hanya fokus pada perawatan anaknya, kemudian juga harus bolak-
balik membawa ke rumah sakit, dan secara keuangan juga terganggu. Anak dengan penyakit
kronis membutuhkan perawatan secara medis jangka panjang.
Kualitas hidup adalah indikator penting dari kesehatan dan kebahagian seseorang.
Kualitas hidup adalah tingkat individu dapat menjalankan secara maksimal fungsi fisik,
psikis, vokasi dan kehidupan sosialnya (Taylor, 2012). Penyakit kronis bisa berdampak pada
kesehatan fisik, keuangan, kehidupan sosial, kapasitas untuk melakukan aktivitas harian dan
kemunduran kualitas hidup secara drastis (Wakhid, Bokhari, Butt & Khan, 2014). Menurut
3
Sabbah, Khamis & Droubi (2013) health-related quality of life adalah konsep multidimensi
yang mencerminkan sehat secara jasmani maupun mental. Sehat dapat diartikan sebagai sehat
secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial dan tidak terkena berbagai penyakit. Ware &
Sherbourne (1992) yang merupakan aspek dari health-related quality of life antara lain: a.
fungsi fisik, kemampuan fisik untuk menjalankan aktivitas harian tanpa kesulitan. b. peran
fungsi. berbagai macam keterbatasan dalam menjalankan pekerjaan atau aktifitas.
Keterbatasan ini dibagi menjadi keterbatasan fisik dan keterbatasan emosi. c. nyeri tubuh,
frekuensi dari nyeri tubuh atau ketidaknyamanan yang menganggu aktivitas normal. d. fungsi
sosial, kesehatan yang berimbas pada jenis-jenis aktivitas sosial seperti interaksi dengan
orang lain. e. kesehatan mental, dimensi kesehatan mental yang mayor seperti kecemasan,
depresi, kehilangan kebiasaan atau kontrol emosi dan kebahagiaan psikologis. f. vitalitas,
tingkat energi dan kelelahan yang mempengaruhi kebahagiaan psikologis. g. kesehatan
umum, konsep mengenai keadaan kesehatan, peluang terkena sakit dan merasa sehat seperti
orang lain. Nilsson (2012) health-related quality of life dipengaruhi sejumlah faktor
sosiodemografi, psikososial serta gaya hidup & biomedis.
Untuk meningkatkan kualitas hidup maka diperlukan dukungan orang lain atau
dukungan sosial. Hasil penelitian Yadav (2010) menunjukkan bahwa kepuasan keseluruhan
dari dukungan sosial sangat signifikan berhubungan dengan semua aspek dalam kualitas
hidup. Baron & Byrne (2012) mengatakan dukungan sosial merupakan kenyamanan secara
fisik dan psikologis yang diberikan oleh orang lain adalah hal yang sangat bermanfaat tatkala
kita mengalami stres dan sesuatu yang sangat efektif terlepas dari strategi mana yang
digunakan untuk mengatasi stres. Weiss (dalam Cutrona & Russell, 1987) mengemukakan
dimensi dukungan sosial dibagi menjadi dua kategori besar: a. Bantuan-berhubungan, yang
berfungsi sebagai pemecahan masalah secara langsung terkait stres. Bantuan-berhubungan
ini terdiri dari: 1. bimbingan (guidance) yang berupa informasi, saran, atau nasehat, 2.
pertemanan yang handal (reliable alliance) berupa jaminan akan ada yang bisa diandalkan
ketika ada kesulitan, 3. kelekatan (attachment), kedekatan emosi yang memunculkan rasa
aman, 4. integrasi sosial (social integration), perasaan memiliki suatu kelompok. b. Bantuan-
tidak berhubungan, yang berfungsi membantu saat kondisi stress tinggi dan rendah. Bantuan
ini mempengaruhi proses kognitif seperti penguatan efikasi diri dan proses atribusi. Bantuan-
4
tidak berhubungan ini terdiri dari: 1. pengakuan yang layak (reassurance of worth), 2.
kesempatan untuk merasa dibutuhkan (opportunity for nurturance), perasaan bahwa
bergantung pada salah satu kebahagiaan kegiatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
dukungan sosial menurut Lakey & Cohen (2000) sebagai berikut: Tindakan mendukung
(supportive action), perilaku mendukung yang dilakukan orang lain. Tindakan ini dapat
menaikkan coping dan menurunkan efek dari stressor. Penerimaan (appraisal), merasa
tersedianya dukungan aktual. Hal ini dapat menaikkan penerimaan negatif dari stres. Kognisi
sosial (social cognition), evaluasi global dari ketersediaan dan kualitas dukungan. Interaksi
secara simbolisme (symbolic interactionism), merupakan peran sosial dengan menyediakan
identitas. Hubungan (relationship), berbagai macam mekanisme termasuk regulasi dari
interaksi sosial.
Menurut Taylor (2012) menyatakan bahwa sumber daya sosial dapat menolong
seseorang dengan cara pemberian informasi, dukungan emosional dan dukungan
instrumental. Penyakit kronis bisa berdampak pada kesehatan fisik, keuangan, kehidupan
sosial dan kapasitas untuk melakukan aktivitas harian dan kemunduran kualitas hidup secara
drastis (Wakhid, Bokhari, Butt, & Khan, 2014). Health-related quality of life adalah indikator
penting dari kesehatan dan kebahagian seseorang. Indikator ini merupakan tingkat individu
dapat menjalankan secara maksimal fungsi fisik, psikis, vokasi dan kehidupan sosialnya
(Taylor, 2012). Peran dukungan sosial mempengaruhi kesehatan dan kebahagiaan serta
berfungsi membantu dalam menghadapi stresor (Nezu dkk, 2003). Perspektif teoritis yang
paling berpengaruh pada hipotesis dukungan sosial bahwa dukungan sosial mengurangi efek
negatif dari peristiwa hidup yang menekan pada kesehatan. Tindakan dukungan dapat
memperkuat kemampuan coping, sementara persepsi mampu mengarahkan penilaian situasi
mengancam menjadi lebih sedikit stres (Lakey & Cohen, 2000).
Berdasarkan uraian fenomena di atas maka dapat dirumuskan menjadi masalah
penelitian, bagaimanakah hubungan antara dukungan sosial dengan health-related quality of
life pada orang tua dengan anak penyakit kronis?. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui seberapa besar hubungan antara dukungan sosial dengan health-related quality
of life dan untuk mengetahui tingkat dukungan sosial serta health-related quality of life.
5
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Responden dalam
penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak penderita penyakit kronis. Pengambilan
sampel dengan teknik consecutive sampling, merupakan teknik pengambilan sampel dalam
penelitian kesehatan dipilih berdasarkan kriteria yang memenuhi penelitian sampai diperoleh
jumlah yang diperlukan (Mathieson, 2014). Kriteria inklusi dalam penelitian ini orang tua
yang memiliki anak yang menjadi pasien penyakit kronis dan datang di RSUD dr. Moewardi
saat pengambilan sampel serta bersedia ikut dalam penelitian setelah mendapatkan
penjelasan mengenai apa yang akan dilakukan dan menandatangani informed consent.
Kriteria eksklusi dalam penelitian adalah tidak bersedia ikut serta dalam penelitian. Jumlah
sampel yang diambil sebanyak 41 responden.
Alat pengumpulan data yang digunakan adalah skala health-related quality of life
(SF-36) dan skala dukungan sosial (Social Provision Scale). Aitem-aitem skala SF-36
menunjukkan nilai koefisien validitas dengan rentang 0,456-0,977 (V ≥ 0,4) yang berarti
telah memenuhi uji validitas konvergen. Hasil uji reliabilitas diperoleh nilai cronbach alpha
> 0,70 yang berarti reliabel. Aitem-aitem skala SPS menunjukkan nilai koefisien validitas V
> 0,60 berdasarkan validitas isi formula Aiken’s V yang berarti valid. Hasil uji reliabilitas
diperoleh nilai cronbach alpha > 0,918 yang berarti reliabel. Analisis data melalui uji asumsi
dan uji hipotesis. Uji asumsi data, apabila data normal dan linier maka dianalisis
menggunakan metode uji parametrik product moment dari Pearson untuk menganalisis data
penelitian korelasi. Apabila tidak memenuhi uji asumsi parametrik maka akan dianalisis
dengan metode uji non-parametrik Spearman. Analisis data dibantu dengan program SPSS
(Statistical Product and Service Solution) Versi 20.0 For Windows.
6
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari data penelitian dianalisis menggunakan teknik korelasi product moment.
Teknik korelasi product moment harus memenuhi syarat uji normalitas dan linieritas. Dari
hasil analisis menggunakan Kolmogorov-Smirnov diperoleh z=0,892 (p>0,05) untuk
variabel dukungan sosial dan z=0,621 (p > 0,05) untuk variabel health-related quality of life,
dapat diketahui sebaran data dari kedua variabel normal. Uji linearitas digunakan untuk
mengetahui antara variabel bebas dan variabel tergantung memiliki korelasi linear atau tidak.
Berdasarkan uji linearitas menggunakan analisis Anova diperoleh nilai signifikansi F = 0,958
(p>0,05), sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan linearitas variabel bebas (dukungan
sosial) dengan variabel tergantung (health-related quality of life).
Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil koefisien korelasi (rxy) = 0,411 dengan
taraf signifikansi 0,04 (p < 0,05), yang menunjukkan bahwa ada hubungan positif signifikan
antara dukungan sosial dengan health-related quality of life. Artinya semakin tinggi tingkat
dukungan sosial maka semakin tinggi tingkat health-related quality of life. Dukungan sosial
memiliki hubungan positif yang signifikan dengan health-related quality of life. Hal ini
diketahui dari hasil r2 sebesar (0,169)2 atau dapat dikatakan bahwa sumbangan efektif
dukungan sosial terhadap health-related quality of life sebesar 16,9%.
Dukungan sosial dapat mempengaruhi kesehatan dijelaskan dalam dua teori;
buffering dan efek langsung. Menurut hipotesis buffering, dukungan sosial mempengaruhi
kesehatan dengan cara melindungi seseorang menghadapi efek negatif dari stres tinggi
(Sarafino, 2012). Hasil penelitian Yadav (2010) menunjukkan bahwa kepuasan keseluruhan
dari dukungan sosial sangat signifikan berhubungan dengan semua aspek dalam kualitas
hidup. Dukungan sosial dapat berupa material, penghargaan, informasi maupun emosional
(Taylor, 2012). Faktor lainnya yang mempengaruhi kualitas hidup caregiver adalah beban
caregiver dalam merawat dan status pekerjaan (Winahyu, Hemchayat dan Charoensuk,
2015). Menurut Strine dkk. (2007) ada dua jenis dukungan yaitu, dukungan sosial dan
dukungan emosi berhubungan dengan perilaku sehat dan semua domain health-related
quality of life. Jadi ada faktor lain yang juga mempengaruhi health-related quality of life pada
orang tua dengan anak penyakit kronis.
7
Tabel 1. Karakteristik Responden
Karakteristik Jumlah (n) Prosentase(%)
Jenis Kelamin Laki-laki 11 26,83
Perempuan 30 73,17
Usia 22-30 tahun 11 26,83
31-50 tahun 29 70,73
>50 tahun 1 2,44
Pendidikan Perguruan Tinggi 2 4,88
SMA 23 56,10
SMP 9 21,95
SD 7 17,07
Pekerjaan Karyawan Swasta 15 36,59
Ibu Rumah Tangga 18 43,90
Guru 1 2,44
Tani 3 7,32
Perangkat Desa 1 2,44
Wiraswasta 3 7,32
Usia anak 0 – 5 tahun 14 34,15
6 – 12 tahun 16 39,02
13 – 17 tahun 11 26,83
Jenis penyakit Anemia aplastik 5 12,20
Kanker 24 60,98
Lupus 5 12,20
Thalasemi 7 14,63
Lama sakit anak 0 - 2 tahun 36 87,80
> 2 tahun 5 12,20
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden adalah perempuan sebanyak
73,17% dan merupakan ibu rumah tangga. Perempuan dalam hal ini ibu yang menjadi
caregiver pasien penyakit kronis. Menurut Sari, Sukarlan & Pohan (2013) ibu bertanggung
jawab terhadap membesarkan dan merawat anak. Dalam hal caregiving ibu merupakan
caregiver utama, dengan tugas meliputi pemberian bantuan dalam hal tugas-tugas perawatan
anak misalnya aktifitas makan, mengenakan baju, dan toileting. Lim & Zebrack (2004)
mengemukakan bahwa caregiver dengan jenis kelamin perempuan lebih sering mengalami
stres dan hal ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup.
8
Data dari responden diperoleh hasil yang ditunjukkan pada tabel 2 variabel health-
related quality of life dengan nilai mean 525,39, skor maksimum 739 dan minimum 269.
Pada variabel dukungan sosial diperoleh nilai mean 53,07, skor maksimum 67 dan skor
minimum 43.
Tabel 2. Deskriptif Tingkat Health-related Quality of Life
Variabel N Mean Maksimum Minimum
HRQOL 41 525,39 739 269
Dukungan Sosial 41 53,07 67 43
Tabel 3. Distribusi menurut tingkat kategori Health-related Quality of Life (HRQOL)
No Kelas Interval n % Kategori
1 X > 645 11 26,83 Tinggi
2 551 < x < 645 6 14,63 Cukup Tinggi
3 457 < x < 551 12 29,27 Cukup
4 363 < x < 457 5 12,20 Agak Rendah
5 X < 363 7 17,07 Rendah
Jumlah 41 100
Tabel 4. Distribusi menurut tingkat kategori dukungan sosial
No Kelas Interval n % Kategori
1 x > 62,2 3 7,32 Tinggi
2 57,4 < x < 62,2 6 14,63 Cukup Tinggi
3 52,6 < x < 57,4 9 21,95 Cukup
4 47,8 < x < 52,6 19 46,34 Agak Rendah
5 x < 47,8 4 9,76 Rendah
Jumlah 41 100
Berdasarkan tabel 3 dan 4, hasil analisis pada variabel health-related quality of life
(HRQOL), sebagian besar responden memiliki tingkat health-related quality of life yang
tergolong cukup sebanyak 29,27%. Untuk tingkat dukungan sosial responden sebagian besar
masuk kategori agak rendah sebanyak 46,34%.
Orang tua pasien anak penyakit kronis menurut usia, paling banyak adalah pada tahap
perkembangan dewasa madya atau sekitar umur 30 – 50 tahun sebanyak 70,73%. Pada usia
ini merupakan proses transisi dari dewasa awal dan banyak banyak perubahan pada nilai,
9
tujuan dan apa yang penting dalam hidup (Sokol, 2009). Menurut Hurlock (2012), usia
dewasa madya merupakan masa stres karena banyak penyesuaian terhadap peran dan pola
hidup. Hasil penelitian Lim & Zebrack (2004) faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
caregiver adalah karakteristik usia, tingkat pendidikan, pendapatan, masalah kesehatan fisik
dan psikologis.
Karakteristik responden menurut usia anak yang dimiliki responden sebagian besar
adalah pada tahap anak usia sekolah yaitu sekitar 6-12 tahun sebanyak 39,02%. Grootenhuis,
Koopman, Verrips, Vogels & Last (2007) permasalahan health-related quality of life pada
anak usia sekolah berhubungan dengan ketergantungan pada orang tua dan berkurangnya
aktifitas dengan teman sebaya, serta aktfitas sekolah. Sikorova & Buzgova (2016)
ketergantungan pada orang tua itu berdampak bisa berupa kelelahan dalam pengasuhan,
depresi & kecemasan, tidur yang terganggu, kelelahan. Hal tersebut berujung pada
terganggunya aktifitas harian, gangguan mood serta perubahan kualitas hidup.
Tabel 3. Deskriptif dukungan sosial & HRQOL berdasarkan jenis penyakit
No. Jenis Penyakit n Mean
Dukungan Sosial
Mean
HRQOL
1 Anemia Aplastik 5 67,80 493,50
2 Kanker 24 74,29 501,81
3 Lupus 5 72,00 588,10
4 Thalasemi 7 72,13 620,81
Orang tua dengan anak jenis penyakit kronis anemia aplastik memperoleh rata-rata
tingkat dukungan sosial dan health-related quality of life yang lebih rendah dibanding jenis
penyakit kronis lain. Jenis penyakit kronis yang diderita anak di Bangsal Melati 2 RSUD dr.
Moewardi adalah berbagai macam jenis Kanker, Lupus, Anemia Aplastik dan Thalasemi.
Jenis-jenis penyakit tersebut memang merupakan jenis penyakit kronis pada anak yang
umum terjadi Indonesia menurut Hendarto (2014). Berdasarkan data diperoleh saat
penelitian, orang tua dengan anak jenis penyakit kronis anemia aplastik memperoleh rata-
rata tingkat dukungan sosial dan health-related quality of life yang lebih rendah dibanding
jenis penyakit kronis lain. Cousino & Hazen (2013) menemukan bahwa orang tua yang
memiliki anak dengan penyakit anemia aplastik lebih stres, karena orang tua merasa tidak
10
bisa membantu ketika anaknya sedang merasakan sakit dan frekuensi sakit yang lebih
banyak.
Komunitas untuk penyakit kronis kanker, lupus dan thalasemi sudah terbentuk di
Indonesia dan orang tua yang memiliki anak tersebut rata-rata sudah mengikuti suatu
komunitas, sedangkan penyakit anemia aplastik belum ada komunitas. Pentingnya jaringan
sosial yang bisa berupa komunitas dapat meningkatkan pengembangan self-management
(Strom & Egede, 2007). Hasil penelitian Williams, Wang & Kitchen (2014) ketersediaan
akses dukungan kelompok untuk para caregiver akan memberikan dampak positif terhadap
kesehatan personal dan strategi coping. Kesehatan fisik dan psikologis merupakan bagian
dari aspek health-related quality of life (Ware & Sherbourne, 1992).
4. PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan ada hubungan positif signifikan antara
dukungan sosial terhadap health-related quality of life pada orang tua dengan anak penyakit
kronis. Sumbangan efektif dari dukungan sosial sebesar 16,9% (r2 = 0,169). Masih terdapat
83,1% faktor lain yang mempengaruhi health-related quality of life. Tingkat dukungan sosial
pada orang tua dengan anak penyakit kronis sebagian besar tergolong agak rendah. Tingkat
health-related quality of life pada orang tua dengan anak penyakit kronis sebagian besar
tergolong cukup.
4.2 SARAN
Berdasarkan hasil dari penelitian, peneliti mengajukan beberapa saran. Bagi orang
tua, diharapkan orang tua dapat bergabung dengan komunitas yang dapat mendukung
maupun membantu dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan anak kronis. Bagi
masyarakat, diharapkan mendukung orang tua yang memiliki anak dengan penyakit kronis.
Bagi pemerintah, diharapkan menyediakan layanan kesehatan yang menunjang tercapainya
health-related quality of life. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan meneliti dengan
menggunakan jumlah responden yang lebih banyak. Peneliti meneliti variabel atau faktor lain
yang mungkin dapat mempengaruhi health-related quality of life.
11
DAFTAR PUSTAKA
Baron, R.A., Byrne, D. (2012). Bab 13. Psikologi Sosial Edisi 10 Jilid 2 (pp. 244-246).
Jakarta. PT. Gelora Aksara Pratama.
Cousino, M.K., Hazen, R.A. (2013). Parenting Stress Among Caregivers of Children With
Chronic Illness: A Systematic Review. Journal of Pediatric Psychology, 38(8), 809–
828
Cutrona, C. E., Russell, D. W. (1987). The Provisions of Social Relationships and Adaptation
to Stress. Journal of Advances in Personal Relationships, 1, 37-67
Grootenhuis, M.A., Koopman, H.M., Verrips, E.G.H., Vogels, A.G.C., Last, B.F. (2007).
Health-Related Quality of Life Problems of Children 8-11 years with A Chronic
Disease. Developmental Neurorehabilitation, 10(1), 27-33
Hendarto, A. (2014). Pendekatan Holistik Penyakit Kronis pada Anak untuk Meningkatkan
Kualitas Hidup. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan LXVI.
Hurlock, E. B. (2012). Bab Sebelas. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta: PT.
Gelora Aksara.
Lakey, B., Cohen, S. (2000). Social Support Theory and Measurement. Social Support
Measurement and Intervension. Oxford. PT. Oxforf University Press.
Lim, J., Zebrack, B. (2004). Caring for Family Members with Chronic Physical Illness. A
Critical Review of Caregiver Literature. Journal Health & Quality of Life Outcomes,
2(50), 1-9
Lopez, M.L., Cooper, L. (2011). Social Support Measure Review. National Center for Latino
Child & Family Reseacrh.
Mathieson, K. (2014). Making Sense of BioStatistic: Types of Nonprobability Sampling.
Journal of Clinical Research Best Practice. 10(10), 1-2
Matza, L. S., Swensen, A. R., Flood, E. M., Secnik, K., Leidy, N. K. (2004). Assessment of
Health-Related Quality of Life in Children: A Review of Conceptual,
Methodological, and Regulatory Issues. Jurnal Value In Health. 7(1), 79-92
Morawska, A., Calam, R., Fraser, J. (2015). Parenting Interventions for Childhood Chronic
Illness: A Review and Recommendations for Intervention Design and Delivery.
Journal of Child Health Care. 19(1), 5-17
Nezu, A.M., Nezu, C.M., Geller, P.A. (2003). Part Two Causal & Mediating Psychosocial
Factors. Handbook of Psychology Volume 9. New Jersey. PT. Wiley & Sons.
Nilsson, E. (2012). Aspects of Health-Related Quality of Life. Thesis. Department of Social
and Welfare Studies & Division of Community Medicine, Department of Medical
and Health Sciences Linköping University.
12
Rachmawati, Y. Perwitasari D. A., Adnan (2014). Validasi Kuesioner SF-36 Versi Indonesia
Terhadap Pasien Hipertensi di Puskesmas Yogyakarta. Jurnal Pharmacy, 11(1), 14-
25
Riskesdas (2013). Biofarmaka. Retrieved July 12, 2016, from
http://biofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2014/Riskesdas2013
Sabbah, I., Sabbah, H., Khamis, R., Sabbah, S., Droubi, N. (2013) Health related quality of
life of university students in Lebanon: Lifestyles behaviors and socio-demographic
predictors. Jurnal Health, 5(7A4), 1-12
Sarafino, E.P., Smith, T.W. (2011). Chapter 4. Health Psychology Biopsychosocial
Interaction Seventh Edition. New Jersey. PT. Wiley & Sons.
Sari, R.L., Sukarlan, A.D.P., Pohan, L.D. (2013). Hubungan antara Caregiver Strain dan
Caregiving Self-Efficacy pada Ibu Selaku Caregiver dari Anak Retardasi Mental.
Jurnal Psikologi Universitas Indonesia.
Sherbourne, C. D., Stewart, A. L. (1991). The Mos Social Support Survey. Journal of Social
Scientific Medical, 32(6), 705-714
Sikorova, L., Buzkova, R. (2016). Associations Between The Quality of Life of Children
With Chronic Diseases, Their Parents’ Quality Of Life And Family Coping
Strategies. Central European Journal of Nursing and Midwifery, 7(4), 534–541
Sokol, J. T. (2009). Identity Development Throughout the Lifetime: An Examination of
Eriksonian Theory. Graduate Journal of Counseling Psychology, 1(2), 1-11
Strine, T.W., Chapman, D.P., Balluz, L., Mokdad, A.H. (2007) Health-Related Quality of
Life and Health Behaviors by Social and Emotional Support. Soc Psychiatry
Epidemiol. DOI 10.1007/s00127-007-0277-x
Strom, J.L., Egede, L.E. (2012). The Impact of Social Support on Outcomes in Adult Patients
with Type 2 Diabetes: A Systematic Review. Journal Curr Diab Rep., 12(6), 769-
781
Taylor, E. S. (2012). Chapter 7. Health Psychology. New York: PT. McGraw Hill.
Taylor, E. S., Sherman, D. K., Kim, H. S. (2004). Culture and Social Support: Who Seeks It
and Why?. Journal of Personality and Social Psychology, 87( 3), 354–362
Wakhid, A., Bokhari, S.A.H., Butt, S., Khan, A. A. (2014). Quality of Life in Diabetic
Patients on Hemodialysis Therapy. Journal of Diabetes and Endocrinology, 5(2), 9-
18
Ware, J. E., Sherbourne, C. D. (1992). The MOS 36-Item Short-Form Healthy Survey (SF-
36). Journal Medical Care, 30(6), 473-483
13
Winahyu, K.M., Hemchayat, M., Charoensuk. S. (2014). The Relationship Between
Characteristic of Caregivers and Quality of Life Among Family Caregivers of
Patients with Skizofrenia in Indonesia. Jurnal International Proceedings of Social
and Behavioral Sciences, 2, 1-7
World Organization Health. (2014). Noncommunicable Desease (NCD) Country Profile.
Retrieved January 30, 2017, from
http://noncommunicabledesease/countryprofile/indonesia
Yadav, S. (2010). Perceived social support, hope, and quality of life of persons living with
HIV/AIDS: a case study from Nepal. Springer Science+Business Media B.V. DOI
10.1007/s11136-009-9574-z