dukun sukabumi

download dukun sukabumi

of 25

Transcript of dukun sukabumi

http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=news.detail&id=57019 Bae Dituduh Jadi Dukun Santet Selasa, 03 Februari 2009 , 19:31:00 SUKABUMI, (PRLM).- Bae/Baenuri (61) warga Kp. Babakanpeuteuy RT 03/RW 03, Ds. Citarik, Kec. Palabuhanratu, Kab. Sukabumi, nyaris dihakimi massa karena dituduh masyarakat sekitar sebagai dukun santet. Untungnya, Bae keburu diamankan petugas Polres Sukabumi sehingga terhindar dari amuk massa. Kejadian yang sempat membuat suasana kampung itu mencekam, terjadi Senin (2/2) sekira pukul 22.00 WIB. "Sampai sekarang, Bae masih diamankan di polres untuk mencegah amuk massa," ujar Ketua RW 03 Kp. Babakanpeuteuy, M. Enuh ketika ditemui di rumahnya, Selasa (3/2). Menurut dia, pada saat kejadian ratusan warga di kampung itu beramai-ramai mendatangi rumah Bae karena diduga telah melakukan guna-guna terhadap Ati (13), anak tetangganya. Sebab, dalam empat bulan belakangan ini Ati sering kesurupan dan mengamuk tanpa sebab hingga beberapa kali mengancam akan membunuh orang tuanya. "Bahkan orang tuanya sering dipukuli tanpa sebab hingga memar-memar," kata Enuh. Dikarenakan kelakuannya aneh, lanjut Enuh, akhirnya orang tua Ati membawanya kepada seorang paranormal untuk diobati. Setelah diobati, Ati menyebutkan bahwa sikap anehnya itu diduga akibat diguna-guna oleh Bae dan keluarganya. Bahkan saat itu banyak warga yang menyaksikannya. Diduga, guna-guna yang dilakukan Bae terhadap Ati dipicu masalah batas kepemilikan tanah dengan Oman (50), orang tua Ati yang bertahun-tahun belum terselesaikan. "Nah disitulah, warga lainnya mulai terpancing emosi kepada Bae. Puncakpuncaknya, malam kemarin. Sekitar 250 orang warga beramai-ramai mendatangi rumah Bae untuk meminta pertanggungjawabannya karena telah membuat resah warga sekitar," ujarnya.

Dikatakan, malam itu suasana di sekitar rumah Bae sempat tegang dan mencekam, takut ratusan warga menghakimi Bae dan bertindak anarkis. Untungnya, sebelum itu terjadi sejumlah aparat Polres Sukabumi, Trantib Kec. Palabuhanratu dan kades keburu datang ke lokasi dan berhasil meredam kemarahan warga. "Malam itu juga, Bae bersama anaknya Marwan langsung diamankan polisi untuk mencegah amuk massa. Tapi tidak benar, rumah Bae sampai dibakar dan dirusak warga," ujar Enuh. Ketika dikonfirmasi, Kapolres Sukabumi, Ajun Komisaris Besar, D. Aditiawarman, S.H., membenarkan kejadian itu. Ia yang ditemui disela acara kunjungan kerja Wakapolda Jabar ke Palabuhanratu di Samudra Beach Hotel (SBH)

mengatakan, kemarahan warga yang memuncak itu berhasil diredam berkat anggota yang cepat tanggap menangani masalah tersebut. Hingga kini Bae masih diamankan di mapolres untuk menghindari amuk massa. Akan tetapi dikarenakan kejadian itu terkait dengan kasus sosial, sehingga pihaknya akan memfasilitasi tokoh-tokoh masyarakat setempat untuk membantu menyelesaikan masalah melalui musyawarah mufakat. Pasalnya, dugaan dukun santet yang dituduhkan kepada Bae, sulit pembuktiannya. Terlebih dalam kejadian itu, tidak terjadi aksi pengrusakan sehingga terhindar dari jerat hukum. "Kita siap membantu masyarakat bila mau diselesaikan secara musyawarah dan kekeluargaan. Kita berusaha untuk mendamaikan kedua belah pihak yang bermasalah. Hanya saja, kami menghimbau agar masyarakat jangan mudah menuduh tapi selesaikan dengan cara yang baik. Sebab bila terjadi keributan dikhawatirkan ditumpangi kepentingan pihak ketiga yang berusaha memprovokasi keadaan," kata Aditiawarman. (A-67/A-26).***

http://72.14.235.132/search? q=cache:AYdpY2Z9or4J:www.indosiar.com/ragam/45663/eksperimen-mautmbah-dukun+dukun+sukabumi&cd=13&hl=id&ct=clnk&gl=id Eksperimen Maut Mbah Dukun Baca Juga: Pelaku Ditangkap Beberapa Jam Kemudian Pembantu Bunuh Majikan Pembunuh Purnawirawan Polisi Ditangkap Tags: pembunuhan Berita HOT: Kasus Korupsi, KPK Geledah Kimia Farma Korupsi 13 Milyar Pejabat Disnaker Dihukum 4 Tahun Layar Indonesia Rangga Selera Nasi Kocok Bakar dengan Bumbu Rujak Anggota Brimob Tewas Kontak Senjata dengan OPM Tayang: Senin, 17 Oktober 2005 Pukul, 12.00 Wib. Reporter : Albertus Bembot Juru Kamera : Herman Worotikan indosiar.com, Bandung - Akhir Juli lalu, seorang bocah perempuan di Bandung, Jawa Barat, bernama Bayina Yustika berumur 7 tahun dan diketahui mengalami kelainan yaitu bisu dan lumpuh ditemukan tewas di kubur aquarium didalam sebuah rumah.

Polisi kemudian menangkap seorang lelaki yang diketahui sebagai dukun atau paranormal. Polisi menduga bocah tersebut dibunuh oleh sang dukun yang awalnya diminta oleh orangtua korban untuk menyembuhkan penyakit anaknya. Seperti inilah kondisi jenazah Bayina Yustika saat dibawa ke ruang jenazah Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Jawa Barat, pada Minggu, 4 September 2005. Selain sudah membusuk, beberapa bagian anggota tubuhnya sudah hancur. Penemuan mayat Bayina Yustika bermula ketika kepolisian Sektor Batujajar, Jawa Barat, pada Minggu, 31 Juli 2005 menerima laporan dari warga kalau dalam beberapa hari terakhir mencium bau busuk dari sebuah rumah di Kampung Dungus Purna, Desa Gelangang, Kecamatan Batujajar, Bandung. Rumah tersebut merupakan rumah kontrakan ibu Jujun yang ditempati seorang paranormal. Selain itu sehari setelah menerima laporan adanya bau busuk dari sebuah rumah, polisi juga menerima laporan dari seorang ibu bernama Cucun Cunayasari yang melaporkan kehilangan anak. Dalam laporannya, Cucun Cunayasari menjelaskan, anaknya selama ini dirawat oleh seorang paranormal atau dukun bernama Ulumudin yang tinggal di Kampung Dungus Purna, Desa Gelangang. Cucun juga menjelaskan, selama ini sang dukun tinggal disebuah rumah yang dikontraknya di Desa Gelangang yang dicurigai warga sebagai sumber adanya bau tak sedap. Berdasarkan laporan dari Cucun Cunayasari kepolisian Sektor Batujajar kemudian menangkap Ulumudin disebuah tempat di Bandung. Setelah didesak polisi, Ulumudin kemudian mengaku bahwa Bayina Yustika, anak Cucun Cunayasari yang selama ini diobatinya telah meninggal dunia awal Juli lalu. Dari pengakuan tersangka, polisi pada Minggu, 4 September 2005 kemudian menggali kuburan tempat korban Bayina Yustika dikubur. Korban ternyata dikubur disebuah kamar didalam rumah kosong di Kampung Ciampel, Bandung. Saat digali, petugas menemukan jenazah korban diletakkan didalam sebuah aquarium ukuran panjang 1 meter dan lebar 80 centimeter. Aquarium itu kemudian dikubur didalam sebuah lubang sedalam 1 meter. Diatas kuburan kemudian diletakkan selembar gedek, triplek dan beberapa lembar daun pisang untuk menutupi kuburan. Setelah penutup aquarium diangkat, polisi memastikan bahwa mayat tersebut adalah sesosok anak perempuan berumur 7 tahun. Mayat ini kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung untuk keperluan otopsi. Kematian Bayina Yustika merupakan pukulan berat bagi Cucun dan suaminya Cecep Yanto. Selama ini mereka sudah berupaya dengan biaya yang besar mencapai puluhan juta rupiah untuk menyembuhkan anaknya agar dapat

bermain seperti teman-temannya. Pertemuan ibu korban dengan tersangka Ulumudin terjadi sekitar November 2004. Saat itu ibu korban sudah hampir putus asa mengusahakan pengobatan bagi kesembuhan anaknya tetapi tidak membawa hasil. Tersangka mampu menyakinkan korban kalau dirinya sanggup menyembuhkan penyakit yang diderita Bayina Yustika. Musibah yang menimpa Bayina Yustika hingga meninggal, bermula dari pertemuan antara ibu korban Cucun Cunayasari dengan Jaja, salah satu murid tersangka Mifda Ulumudin Fadila alias Ulumudin. Pertemuan terjadi pada bulan November 2004, ketika ibu korban Cucun Cunayasari sedang kebingungan untuk menyembuhkan anaknya yang telah lama menderita lumpuh. Padahal sudah puluhan juta rupiah biaya yang dikeluarkan untuk mengobati anaknya Bayina Yustika secara medis, tetapi hasilnya tidak ada. Jaja kemudian memperkenalkan ibu korban dengan gurunya Ulumudin. Kepada ibu korban, Jaja menjelaskan bahwa gurunya memiliki ilmu gaib dan mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit. Pada ibu korban, Ulumudin menyatakan kesanggupannya untuk menyembuhkan Bayina Yustika yang mengalami kelumpuhan. Lama pengobatan untuk menyembuhkan Bayina Yustika adalah 3 bulan. Kepada ibu korban Ulumudin meminta sejumlah persyaratan agar bisa berhasil menyembuhkan Bayina Yustika, yaitu ibu korban harus mengontrak rumah di Kampung Dungus, Desa Gelangang, Batujajar. Rumah itu akan dijadikan tempat mengobati Bayina Yustika. Ibu korban juga harus menyediakan uang sebesar 15 juta rupiah dan sebuah sepeda motor. Uang dan motor itu akan digunakan untuk biaya pengobatan dan mobilitas sang dukun salam proses pengobatan. Karena didorong oleh keinginan agar anaknya sembuh Cucun Cunayasari dan suaminya yang sehari-hari bekerja di perkebunan kelapa sawit di Pekanbaru mengiyakan saja apa kemauan sang dukun. Sejak menyerahkan Bayina Yustika kepada Ulumudin maka proses pengobatan untuk menyembuhkan penyakitnya pun segera dimulai. Tetapi selama proses pengobatan berlangsung, ibu korban dilarang untuk menemui anaknya oleh sang dukun. Alasannya, agar proses pengobatan tidak terganggu. Ibu korban hanya diperbolehkan menengok anaknya ketika proses pengobatan sedang istirahat. Tetapi proses pengobatan di Kampung Dungus, Desa Gelangang rupanya tidak berjalan lama, sang dukun kemudian meminta agar ibu korban menyewakan sebuah rumah di Komplek Veteran Cimahi.

Alasannya, agar pengobatan terhadap Bayina Yustika berjalan intensif, makanya tempatnya harus dipindahkan dari Desa Gelangan ke Cimahi. Sekali lagi, ibu korban juga tidak bisa menolak permintaan sang dukun. Semua itu dilakukan agar anaknya bisa sembuh seperti yang dijanjikan tersangka. Dari November 2004 sampai Juli 2005, Bayina Yustika menjalani pengobatan oleh Ulumudin dan tinggal di rumah sang dukun. Selama itu, proses pengobatan itu berjalan seperti yang dijelaskan oleh sang dukun, walaupun waktunya sudah lebih dari 3 bulan. Uang yang dikeluarkan selama 8 bulan Bayina diobati oleh Ulumudin sudah lebih dari 60 juta rupiah. Walaupun sudah 8 bulan tidak juga sembuh, tetapi ibu korban tidak menaruh curiga. Bahkan masih berharap, Ulumudin bisa menyembuhkan anaknya. Tetapi pada akhir Juli 2005, terjadi perubahan besar. Ibu korban dilarang oleh sang dukun untuk menengok anaknya yang sedang diobati. Padahal selama ini ibu korban secara rutin mengunjungi anaknya yang sedang diobati oleh Ulumudin. Jika didesak oleh ibu korban, Ulumudin beralasan bahwa Bayina Yustika sedang menjalani pengobatan di Sukabumi. Dan tidak boleh ditengok sama sekali. Bukan hanya itu, sang dukun tiba-tiba juga menghilang dari tempatnya praktek. Karena panik dan takut terjadi apa-apa dengan anaknya, akhirnya ibu korban melaporkan ke polisi kalau anaknya yang selama ini dirawat oleh Ulumudin hilang. Dan pada awal September lalu, Bayina Yustika ditemukan telah tewas di kubur didalam sebuah aquarium di rumah yang selama ini dijadikan praktek oleh sang dukun. Tersangka Ulumudin menolak tuduhan telah membunuh Bayina Yustika. Tersangka tetap berpegang pada pendiriannya bahwa selama ini telah mengobati Bayina Yustika. Tetapi selama proses pengobatan, kondisi fisik Bayina Yustika makin memburuk hingga akhirnya meninggal. Dihadapan petugas, tersangka Ulumudin menolak tuduhan kalau telah membunuh Bayina Yustika. Selama ini, yang dilakukannya adalah mengobati korban. Pengobatan dilakukan dengan menggunakan tenaga dalam. Selain itu, korban juga diberi minuman ramuan tradisional seperti air kelapa muda yang saat dipetik tidak jatuh ke tanah. Korban juga diberi ramuan dari tanaman pagar, kapur sirih dan embun pagi. Sedangkan untuk makanan korban hanya diberi makanan pisang. Tetapi tersangka mengakui setelah sekian lama dilakukan pengobatan kondisi fisik korban terus menurun. Suhu tubuhnya sering panas. Untuk menurunkannya, tak jarang korban ditenggelamkan beberapa saat di sebuah bak air di belakang rumahnya. Kegiatan menenggelamkan korban itu biasanya dilakukan pada dini hari, sekitar pukul 2. 00 Wib.

Pada akhir Juli lalu, karena kondisi fisiknya makin menurun, akhirnya korban meninggal dunia. Oleh tersangka dan muridnya, mayat korban diawetkan dengan cara dilumuri ramuan campuran kapur barus dan kapur. Mayat yang sudah dibaluri ramuan itu kemudian dimasukan ke dalam aquarium. Mayat itu kemudian disemayamkan di rumah tersangka. Selama disemayamkan, mayat didalam aquarium ditutup dengan beberapa lembar daun pisah, selembar triplek dan bilik bambu. Setelah dua minggu jasad korban disimpan di kontrakan tersangka. Pada 18 Juli lalu, mayat korban mulai menebarkan bau busuk. Karena takut tercium warga, sang maha guru kemudian memerintahkan Jaja salah satu muridnya untuk segera menguburkan mayat korban di rumahnya di Kampung Ciampel RT 2 RW 3 Desa Laksana Mekar. Dengan menggunakan sebuah motor, mayat tersebut kemudian dibawa dari rumah tersangka dan langsung dikuburkan. Penguburan ini dilakukan tidak seperti lazimnya, karena korban dikubur dengan aquarium dan hanya sedikit tanah yang menutup diatasnya. Kuburan ini kemudian ditutup bilik dan selembar triplek. Ternyata menurut kesaksian warga setempat, kuburan untuk menguburkan korban telah lama disiapkan oleh tersangka. Walaupun hampir sebulan Bayina Yustika meninggal, namun tersangka tidak memberi kabar ke orangtua korban. Bahkan beberapa kali ibu korban mendatangi Ulumudin guna menanyakan perkembangan anaknya. Sang dukun hanya mengatakan bahwa korban tengah berobat di Sukabumi. Peristiwa ini kemudian memunculkan berbagai pertanyaan dari warga. Berbagai dugaan pun muncul. Sebagian warga menduga apa yang dilakukan Ulumudin terkait dengan ajaran yang diyakini kelompoknya yang disebut perguruan Syah Bandar. Ada beberapa bukti yang mendukung kecurigaan warga bahwa tersangka sedang mengembangkan sebuah ajaran tertentu berkaitan dengan kematian korban. Kecurigaan itu berdasarkan pada isi surat tersangka kepada salah satu muridnya yang berbunyi, "walaupun anak ini Bayina Yustika sedang dalam akirat masih bisa mohon kepada Yang Maha Kuasa supaya bisa kembali lagi seperti semula" caranya baca Dua Kalimat Syahadat didalam air yang mengalir atau dibawa ke air terjun supaya bergerak seperti ikan, atau anak ini dibawa ke Laut Kidul dengan sebelumnya minum dulu air garam, supaya otak kita tidak putus dari kehidupan. Nanti kalau sudah rapi, masukan kedalam peti, nanti kalau sudah beres, baru di Islamkan Warga menduga perlakukan tersangka dan kawan-kawannya terhadap mayat korban merupakan indikasi bahwa korban merupakan bagian dari eksperimen yang dilakukan kelompok ini yang percaya bahwa korban dapat hidup kembali. Walaupun tidak mengiyakan bahwa perguruan Syah Bandar yang dipimpin Ulumudin telah menjadikan korban sebagai eksperimen, Kapolres Cimahi

menyatakan bahwa tidak menutup kemungkinan adanya tujuan tersebut. Namun kepolisian masih melihat perbuatan tersangka bermotifkan ekonomi dengan melakukan pemerasan terhadap keluarga korban. Polisi pun kini sudah menyiapkan pasal berlapis bagi tersangka Ulumudin, yakni pasal 351 KUHP tentang penganiayaan berat serta pasal 378 tentang penipuan dengan ancaman hukuman 7 tahun penjara. Walaupun sempat mengelak telah membunuh korban melalui pengobatan tradisionalnya, tersangka Ulumudin langsung dijebloskan kedalam sel tahanan Polsek Batujajar Bandung. (Sup)

Jumat, Januari 09, 2009 (0) Comments

http://72.14.235.132/search?q=cache:snarNGAQNMJ:indramunawar.blogspot.com/2009/01/calon-sarjana-percayadukun.html+dukun+sukabumi&cd=28&hl=id&ct=clnk&gl=id Calon Sarjana Percaya Dukun INDRA - POSTAR Calon Sarjana Percaya Dukun Jumat, Januari 09, 2009 (0) Comments INDRA - Sekitar 1 bulan yang lalu teman-teman satu angkatan saya di fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan (FITK UIN Jakarta) sebagian dari mereka ada yang sudah menyelesaikan skripsinya sebagai pintu gerbang dunia nyata atau menyelesaikan kuliahnya. Setelah skripsi selesai lalu ada yang namanya sidang skripsi atau kalau bahasa uin nya sidang munaqasah, sidang ini dilaksanakan guna mempertanggung jawabkan hasil penelitian yang terkandung dalam skripsi baik penelitian kualitatif atau kuantitatif. Terus masalahnya dengan dukun apa? Nah.., dalam sidang munaqasah ini biasanya ada penguji yaitu dosen, dosen yang menguji bukan dosen pembimbig. Ada sekitar 3 orang mahasiswi yang saya kenal, 1 minggu sebelum mereka sidang mereka disibukan bukan dengan persiapan materi yang harus dipertanggungjawabkan tetapi malah sibuk nyari

orang pinter (padahal pinteran mereka kale) ya bahasa kasarnya Dukun lah. Si orang pinter ini konon katanya bisa membuat lancarnya sidang skripsi. Terus kenapa mesti cari dukun atau orang pinter ? soalnya mereka itu mendapat penguji yang terbilang suka mempersulit maksudnya dosen pengujinya Killer dan perfeksionis. Jadi supaya lancar ya pake dukun, serentak saya kaget mendengarnya. Setelah mereka sidang, mereka pun lulus dengan hasil cukup memuaskan, secara otomatis mereka tambah percaya saja sama dukun itu. Setelah saya pengaruhnya apa, mereka menjawab bahwa dosen pengujinya itu dibuat menjadi merasa iba dan kasihan kepada mahasiswanya sehingga nilainya pun di besarkan dan dipermudah pengujiannya. Waduh, pokoknya kalau ingat-ingat itu suka lucu dan ketawa-ketawa sendiri. Ya nggak habis pikir aja calon sarjana kok masih percaya dukun yang jelas-jelas merupakan mistisisme dalam islam. Terserah mereka mau percaya atau tidak, yang pasti harus dipertanyakan ilmu yang telah didapat selama kuliah. http://72.14.235.132/search?q=cache:3_zNjzs2-_8J:www.pelita.or.id/baca.php %3Fid%3D67157+dukun+sukabumi&cd=48&hl=id&ct=clnk&gl=id SDN Pendreh 3 Muara Teweh Muridnya Hanya Empat [Nusantara] SDN Pendreh 3 Muara Teweh Muridnya Hanya Empat Muara Teweh, Pelita Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pendreh-3 yang berada diruas jalan negara Muara Teweh-Puruk Cahu KM 36 fasilitas sekolah terkesan mubajir lantaran sekolah tersebut hanya terdapat empat siswa dan empat guru saja. Pada tahun sebelumnya jumlah siswa mencapai 60 orang, akan tetapi pada tahun ini hanya tersisa empat orang siswa saja. Simandi, salah seorang warga RT 04 Desa Pendreh Kecamatan Teweh Tengah Kabupaten Barito Utara (Barut) Minggu (22/3), menyayangkan dengan kondisi itu, sementara sekolah itu dibangun dengan menggunakan dana yang cukup besar, sehingga terkesan mubazir. Dia mengatakan, sekarang muridnya hanya tinggal sedikit sehingga guru mengajar pun tidak efektif karena jumlah para murid dan para guru sama banyaknya yaitu sama-sama empat orang termasuk dengan Kepala Sekolah (Kepsek). Dikatakannya, dengan jumlah guru empat orang tadi maka merekapun mengajar sering bergiliran saat memberikan jam pelajaran bagi siswa murid yang empat orang saja. Kami sangat heran dengan guru yang mengajar di Desa kami, mungkin mereka melihat jumlah muridnya yang sedikit sehingga dilakukan mengajar dengan cara estafet, ujarnya. Padahal kondisi bangunan gedung sekolah masih bagus, sementara rumah dinas guru dan Kepsek kosong melompong karena guru yang bersangkutan tinggal di Muara Teweh dan hanya seorang guru yang tinggal di Km 36, sehingga

fasilitas rumah dinas guru yang berada disamping sekolah kini dihuni oleh warga setempat. Kebanyakan orang tua murid menyekolahkan anak-anaknya disekolah lain yang berada di KM 32 dan KM 38 yang lebih bermutu, padahal mereka juga mengharap agar anak-anaknya bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih luas, ucapnya. Pantauan di lapangan, selama ini gedung sekolah tersebut terdapat lima ruang kelas termasuk satu kantor dan yang terpakai satu ruangan kelas saja karena jumlah murid sedikit. Sementara, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Barut H Masdulhaq, di ruang kerjanya, Selasa (24/3) mengatakan, pada intinya pihak Dinas Pendidikan hanya membangun sarana serta fasilitas sedangkan masalah murid tergantung kepada masing-masing orang tua murid untuk menyekolahkan anak-anaknya. Dijelaskannya, rumah dinas (Rumdis) yang ada memang sebaiknya ada penghuninya supaya dapat terjaga dan terawat dengan baik kendati dihuni masyarakat, sampai sekarang pihaknya masih belum mengetahui adanya Rumdis yang ditempati warga secara resmi melalui surat. Namun kita pada dasarnya menyambut baik dengan adanya penghuni rumah dinas yang ditempati warga masyarakat agar dapat terpelihara serta kebersihannya, akan tetapi kita dari Dinas masih belum mendapat surat resmi dari masyarakat yang mendiaminya, katanya. (arf) Dukun Ngambek KEMARIN malam ada seorang PNS tiba-tiba datang dan mengeluh menceritakan kawannya yang beda SKPD. Katanya, ia merasa heran kenapa si anu selalu mendapatkan perhatian lebih dari atasannya. Bahkan, ia selalu dibela oleh atasannya, kalau diomongkan oleh PNS lainnya yang ada di satu kantor. Pokoknya, perhatian terhadap PNS yang satu ini benar-benar beda hingga membuat iri para PNS lainnya. Hingga mulailah muncul isu-isu yang tidak sedap tentang PNS yang mendapatkan perhatian lebih dari atasannya. Sampai-sampai ada obrolan sesama PNS yang mengatakan, kalau PNS yang disayang atasannya itu punya kelebihan apa sih dari soal kinerja, terus ia pergi ke dukun mana sih, hingga atasannya itu benar-benar bisa takluk dan menuruti saja apa yang diomongkanya. Tak ayal lagi situasi ini mulai merebak di lingkungan kerja dimana PNS itu tercatat sebagai karyawan. Bahkan, sepak terjang dia juga mulai merisaukan rekan-rekan yang memang sebelumnya punya hubungan dekat dengan atasannya tersebut. Saya heran, kenapa sih dia dipercaya banget sama atasan. Padahal, saya tahu kalau dia juga punya banyak masalah. Namun, kenapa ia malah dilindungi oleh atasan. Apa mungkin manehna maen dukun supaya dibere kapercayaan leuwih ti atasan (Apa mungkin, dia main dukun supaya diberikan kepercayaan lebih dari atasannya), itulah ucapan salah seorang PNS merasa heran masih ada istilah pilih kasih atau anak emas di lingkungan kerjanya.

Fenomena di atas bisa saja terjadi, apalagi, kalau memang seseorang itu ingin diberikan kepercayaan yang lebih. Namun, tidak menutup kemungkinan kenapa atasannya itu sangat sayang kepada bawahannya, karena bawahannya ini menyimpan kartu AS atau trufnya atasannya, bisa soal selingkuh ataupun bisa hal-hal lainnya yang sifatnya rahasia. Bahkan, tidak menutup kemungkinan PNS yang disayang atasannya itu benarbenar main dukun atau punya paranormal khusus yang tugasnya untuk meluluhkan atasannya supaya bisa memberikan kepercayaan lebih kepada dirinya. Persoalan atau isu PNS kerap datang ke dukun atau pun kepada para penasihat spiritualnya memang sudah bukan rahasia lagi. Apalagi, kalau di kantornya itu akan menghadapi situasi yang sangat penting yakni soal promosi jabatan. Tak jarang beberapa dukun spesialis promosi jabatan yang ada di Sukabumi, Jawa Tengah atau hingga Banyuwangi (Jawa Timur) juga kerap didatangi para PNS yang memang mengincar jabatan strategis. Walaupun para PNS itu memberikan imbalan yang lumayan besar. Namun, pernah juga ada seorang dukun yang marah dan bercerita blak-blakan, si dukun mengatakan, Payah, kalau udah jadi pejabat mah, manehna meni poho kana janjina. Padahal, waktu itu ia akan memberikan bantuan sebulan sekali kepada saya, gerutu seorang dukun yang pernah didatangi seorang PNS yang ingin promosi. Karena janjinya yang meleset, maka dukun ngambek (marahmarah) dan ia akan melaporkan kepada atasannya bahwa ia pernah membuat Pengaruh Tertentu hingga bapak percaya kepada bawahan bapak yang sampai saat ini belum melunasi hutang-hutangnya kepada sang dukun. Apa mungkin, soal jabatan tinggi bisa diraih lewat dukun? Aya Aya wae nya. Kalau lewat kartu As yang dimiliki PNS terhadap atasannya, mungkin bisa saja terjadi ya. (asep syahmid pangrango)

Apr 13th Caleg, Dukun, dan Kuburan Keramat Files under http://dunia.pelajar-islam.or.id/pii/209, Hikmah | Posted by Akbar Muzakki Coba mari berfikir sejenak. Di antara para pejabat dan anggota DPR atau legislative, ketika masih hidup baik masih menduduki jabatan maupun sudah tidak, cukup banyak yang kemudian masuk penjara gara-gara korupsi dan lainnya. Ada juga yang terpaksa meletakkan jabatan atau mengundurkan diri karena melakukan skandal perzinaan. Mereka masih hidup saja telah sulit

mempertanggung jawabkan perbuatannya. Namun anehnya, tidak sedikit orangorang yang ingin mempertahankan jabatan atau ingin meraih jabatan, di antaranya caleg (calon legislative), mereka berduyun-duyun mendatangi kuburan pejabat yang sudah mati. Untuk apa? Mereka meyakini, untuk apa yang mereka sebut ngalap berkah, yaitu minta keberkahan, namun kepada isi kubur. Ini dari segi akal sudah tidak masuk akal, sedang dari segi aqidah Islam termasuk kemusyrikan, dosa terbesar. Lhah, pejabat masih hidup saja belum tentu mampu mempetanggung jawabkan perbuatan diri mereka, kok yang sudah mati malah dimintai tolong oleh calegcaleg dan lainnya agar mayat-mayat itu memberi berkah, sehingga caleg-caleg dan lainnya itu agar bisa menduduki jabatan. Ini bagaimana? Secara akal sehat, mereka itu sudah tidak memakai akal sehatnya. Sedang secara Islam, mereka yang meminta-minta tolong kepada isi kubur itu berarti mempraktekkan kemusyrikan, menyekutukan Allah Subhanahu wa Taala dengan lain-Nya. Itu dosa terbesar, tak diampuni oleh Allah Taala, bila tidak bertaubat dengan sebenar-benar taubat sebelum menjelang sakaratul maut. Bahkan amalnya muspra, musnah tiada guna. Karena Allah Taala telah berfirman: 65)) Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS Az-Zumar: 65). 48)) Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS An-Nisaa: 48). Ancaman terhadap kemusyrikan sangat keras. Namun anehnya, hanya untuk meraih kursi DPR atau DPRD ternyata mereka berduyun-duyun ke kubur-kubur untuk minta berkah kepada isi kubur. Di samping itu ada juga yang mendatangi dukun, walau adanya di puncak gunung. Bahkan aneh dan sangat memprihatinkannya, di antara mereka ada yang caleg dari apa yang disebut

Partai Islam. Hartono Ahmad Jaiz http://72.14.235.132/search?q=cache:qcQLfS9EoBwJ:dunia.pelajarislam.or.id/dunia.pii/209/caleg-dukun-dan-kuburankeramat.html+caleg+dukun&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id Dukun Mulai Dekati Caleg di Bangka-Belitung Rabu, 11 Maret 2009 09:05 WIB PANGKALPINANG-- Dukun atau 'orang pandai' mulai mendekati sebagian calon anggota legislatif (caleg) di Kota Pangkalpinang, Bangka Belitung (Babel) yang menawarkan jasa membantu memuluskan jalan merebut kursi DPRD pada Pemilu 9 April mendatang. Muhammad Yahya, seorang caleg dari Partai Demokrat, Selasa (10/3), di Pangkalpinang mengaku dirinya pernah didatangi beberapa orang dukun yang mengaku siap membantunya memenangi pemilu legislatif secara ilmu kebatinan. "Saya pernah didatangi dukun yang siap membantu untuk memenangkan pemilu legislatif dengan menggunakan ilmu kebatinan yang dimilikinya," katanya, tanpa menyebutkan nama dukun tersebut. Namun, Yahya tidak menerima tawaran dukun itu, karena itu dinilainya sebagai jalan yang salah dan terlarang dalam Islam. "Menang dalam Pemilu adalah tujuan saya, tetapi bukan dengan menghalalkan segala cara, seperti membeli suara, apalagi menggunakan jasa dukun," katanya. Menurutnya, berusaha dan berserah diri kepada Allah SWT adalah cara yang tepat untuk mewujudkan sebuah keinginan. "Memang dalam pada pemilu 2009 merupakan tantangan berat untuk meraih suara terbanyak, karena kita harus bersaing dengan ratusan caleg yang memiliki keinginan yang sama, tetapi bukan harus menempuh jalan salah untuk mendapatkannya. Berusaha dan berdoa, itu cara yang tepat," katanya. Sementara itu, M Affan, seorang caleg DPRD Kota Pangkalpinang dari Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU), tidak menampik sebagian dukun mulai menawarkan jasa atau caleg yang memerlukan jasa mereka. "Itu bisa saja terjadi, caleg yang menggunakan jasa dukun atau dukun asli tapi palsu alias aspal yang sengaja memanfaatkan momentum Pemilu," katanya. Menurutnya, caleg yang menggunakan jasa dukun atau orang pandai merupakan salah satu bentuk tidak percaya diri, gamang dan frustrasi menghadapi pemilu legislatif, sehingga menempuh cara yang salah.

"Apalagi dalam pemilu sekarang, para caleg pun menjadi lahan empuk bagi masyarakat untuk mencari uang, melalui berbagai cara pula," katanya. (Ant/OL01) www.wartakota.co.id/ Rabu, 15 April 2009 | 06:06 WIB Stres Dapat 10 Suara Caleg PKB Gantung Diri Dukun Laris Manis Banjar, Warta Kota Calon anggota legislatif Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kota Banjar, Jawa Barat, Ny Sri Hayati, ditemukan tewas di sebuah gubuk di tengah sawah. Diduga, caleg nomor urut delapan yang sedang hamil empat bulan ini meninggal karena bunuh diri. Jenazah Sri ditemukan Selasa (14/4) sekitar pukul 08.00 di sawah di Desa Bangunjaya, Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, atau lebih kurang tujuh kilometer dari rumah mertuanya. Sri diduga bunuh diri karena kecewa dengan hasil pemilu. Jenazah wanita berusia 23 tahun ini ditemukan seorang penyadap kelapa. Tubuh Sri tergantung di gubuk dengan leher terjerat kerudung. Ujung lain kerudung tersebut terikat pada kayu penyangga atap gubuk. Menurut Kanit Reserse Kriminal Polsek Langkaplancar Bripka Adung, pada Minggu (12/4) malam Sri keluar rumah tanpa pamit kepada sang suami, Mastur Maulana Yusuf (24), maupun mertuanya. Pada Senin dini hari, Mastur yang tak mendapati Sri segera mencarinya. Namun, Sri tidak ditemukan. Pada Senin sore, keluarga ini melaporkan hilangnya Sri ke Polsek Langkaplancar. Dokter RSU Kota Banjar, dr Pardjaman Tojo, yang mengotopsi jasad Sri mengatakan, Ada bekas jeratan di leher korban dan ada perdarahan di bagian bawah tubuh korban. Korban sedang hamil, kemungkinan janinnya sudah berusia 4-5 bulan. Adung menambahkan, di gubuk tersebut tidak ada tandatanda kekerasan sehingga polisi menduga Sri bunuh diri. Berdasarkan hasil penghitungan sementara di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Banjar, Sri hanya mendapat 10 suara di Daerah Pemilihan (dapil) Banjar I yang meliputi Kecamatan Banjar dan Purwaharja. Hasil ini diduga memicu kekecewaan Sri yang berambisi duduk di kursi DPRD. Sayangnya, keluarga Sri tidak bersedia berkomentar. Dengan demikian, latar belakang Sri bunuh diri (seperti dugaan polisi) tak terungkap. Ketua Tanfidz Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kota Banjar, Zaenal Muttaqien, menyatakan belasungkawa atas wafatnya Sri Hayati. Zaenal menolak anggapan

kematian Sri terkait dengan jebloknya perolehan suara Sri. Dia menambahkan, partainya tidak menuntut apa pun kepada caleg karena mayoritas caleg di Dapil Banjar I adalah caleg pemula dan terbatas kemampuan finansialnya. Sri hanya simpatisan PKB, bukan fungsionaris atau pengurus partai. Awalnya dia diajak dalam pencalegan untuk memenuhi kuota 30 persen perempuan. Waktu kami ajak, Sri mengatakan bahwa dia hanya ingin belajar berorganisasi, menimba ilmu, dan mencari pengalaman, kata Zaenal. Sementara itu, Wakil Sekjen DPP PKB Daniel Johan mengaku sudah mendapat kabar adanya kader PKB di Banjar yang bunuh diri. Saya sudah menerima kabar itu. Saya ikut belasungkawa. Secepatnya saya akan meminta penjelasan dari pengurus PKB Banjar, katanya, semalam. Jika kasus ini terkait dengan pencalegan, apalagi terkait dana kampanye, kata Daniel Johan, dia prihatin karena DPP PKB sejak jauh-jauh hari sudah meminta para caleg tidak melakukan politik uang. Saya sudah wanti-wanti agar tidak melakukan politik uang. Kita harus menggunakan strategi yang baik seperti sering bersilaturahmi ke lapangan, katanya. Dukun laris Sementara itu, selain rumah sakit jiwa yang mulai didatangi para caleg yang stres gara-gara kalah pada pemilu lalu, sejumlah paranormal terkenal juga banyak menerima caleg yang di ambang kekalahan. Para caleg ini mendatangi dukun untuk minta diterawang apakah namanya akan lolos jadi anggota legislator. Malah ada yang meminta sang dukun mengubah perolehan suara dengan cara gaib. Ada yang datang kepada saya minta agar saat penghitungan, suaranya bisa naik, ujar paranormal kondang Mama Lauren, Selasa malam. Menurut Mama Lauren, setiap hari ada belasan caleg yang datang ke rumahnya di Cipinang untuk berkonsultasi. Mereka merengek-rengek ke Mama Lauren agar dibantu lolos menjadi wakil rakyat. Ada yang bilang, saya sudah jual rumah, mobil, dan menggadaikan perhiasan istri. Jadi, karena sudah keluar uang banyak, mereka merasa harus menjadi anggota DPR. Oleh karena itu, mereka minta saya menolong, katanya. Dari belasan pasien yang datang ke rumahnya, ada sejumlah nama terkenal. Mereka berkonsultasi mengenai perkiraan lolos tidaknya ke Senayan. Jika sudah lolos mereka meminta dibantu agar namanya masuk dalam bursa menteri. Sementara itu Padepokan Majelis Dzikir Arrusy (MDA) yang berlokasi di lereng Gunung Salak, tepatnya di Desa Bitung Tengah RT 04/01, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, juga didatangi para caleg. Pimpinan Padepokan MDA, Ustaz Saefudin Zuhri, mengatakan para caleg tersebut berasal dari tiga partai besar. Menurut pengakuan kelima caleg itu,

mereka datang ke tempat saya karena stres karena telah mengeluarkan uang banyak tetapi berdasarkan hasil penghitungan sementara saja sudah kelihatan kalau hasilnya jeblok, ujarnya, kemarin. Saefudin menambahkan, rata-rata dana yang sudah dikeluarkan para caleg antara Rp 100 juta hingga Rp 500 juta. Mereka menjalani beberapa tahap pengobatan agar tidak terlalu stres memikirkan besarnya dana yang sudah meraka keluarkan, katanya. Sementara itu, Balai Kesehatan Jiwa Masyarakat (BKJM) Kalawa Atei, Palangkaraya, merawat lima pasien gangguan jiwa terkait pemilu terdiri atas dua caleg dan tiga simpatisan parpol. Dampak dari kekalahan dalam pemilu tidak hanya menimpa caleg tapi juga menimpa para simpatisan dan orang terdekat misalnya istri, kata Kepala BKJM Kalawa Atei, Wineini Marhaeni Rubay, Selasa. Ia mengatakan para caleg tersebut berperilaku aneh pascapemilu, di antaranya tidak mau mandi, tidak mau makan, dan tertawa jika melihat hasil penghitungan suara partainya. Namun, Wineini tidak bersedia menyebut nama caleg dan partainya. Menurut dia, salah seorang caleg datang sudah dalam kondisi gila pada 10 April lalu, dan sempat mendapat perawatan darurat, sebelum akhirnya dikirim ke Yayasan Joint Adulam Ministry, Palangkaraya, yang merupakan tempat penampungan orang-orang gila. (wid/tat/Kompas.com/Ant)

sabili.co.id/ Jelang Pemilu 2009 Ternyata separuh calon legislatif (caleg) yang bakal dipilih rakyat Indonesia 9 April mendatang adalah caleg bermasalah. Mereka bukan hanya menyambangi dukun untuk diramal, tapi juga menggunakan ijazah palsu, bertindak asusila dan perilaku menyimpang lainnya. Oleh Adhes Satria Siapa yang tak miris menyimak berita sore di sebuah televisi swasta, saat seorang calon anggota legislatif (Caleg) DPRD dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, lari tunggang langgang ke arah kuburan Cina untuk menghindari kejaran wartawan, pertengahan Februari (19/2) lalu. Atas laporan warga, caleg tersebut tak kuasa menahan malu, karena baru saja menghamili seorang gadis.

Kabar tak sedap yang mencoreng citra caleg, bukan satu-satunya. Di Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara, caleg PDI Perjuangan (PDIP) juga melakukan hal yang sama. Kasus serupa terjadi di Sragen-Jawa Tengah, kali ini giliran caleg DPRD dari Partai Golkar terpaksa berurusan dengan aparat penegak hukum. Sabili mencatat, ada banyak gejala aneh saat mendekati Pemilihan Legislatif 9 April mendatang. Selain tindak asusila, para caleg belakangan ini getol mendatangi `orang pintar` alias dukun. Nawaitunya, apalagi, kalau bukan untuk memuluskan jalan mereka menjadi anggota legislatif, baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun pusat (DPR RI). Banyaknya caleg yang konsultasi ke dukun itu diakui paranormal kondang, Ki Joko Bodo dan Mama Lauren, tepatnya sejak Desember 2008. "Rata-rata klien saya adalah caleg. Mereka datang dua hingga tiga kali dengan sembunyisembunyi, sebelum pemilu berlangsung. Para caleg tersebut, bukan hanya dari partai gurem, tapi juga partai besar, ucap Ki Joko Bodo. Caleg yang datang ke dukun tadi, ada yang langsung ataupun melalui perantara orang lain, jumlahnya lumayan banyak. Caleg bermasalah itu juga melakukan ritual dengan mendatangi tempat-tempat keramat untuk melakukan semedi dan tirakat. Sebut saja seperti: Makam tua di tengah hutan bakau Teluk Karangan, Goa Istana, Gua Mayangkoro, dan Gua Padepokan di Alas Purwo, 67 kilometer dari Kota Banyuwangi (tiga gua itu dipercaya pernah dijadikan tempat bertapa Presiden Soekarno). Caleg klenik tersebut ada yang membekali diri dengan jimat berupa rajah. Kertas rajah tersebut akan dibawa si caleg setiap kali kampanye, dengan harapan setiap orang akan terpana padanya dan ujung-ujungnya mencontreng namanya saat pemilu. Konyolnya lagi, ada caleg yang disuruh dukun menanam 50 batang paku usuk (ukuran 12 cm), di tiap desa di daerah pemilihannya di Banyuwangi. Dukun menjelang Pemilu 2009 memang sedang panen raya. Guru Besar Antropolog UI Achmad Fedyani Saifuddin menilai, banyaknya caleg atau calon kepala daerah mendatangi dukun adalah bagian dari mitos yang diyakini sebagian besar masyarakat. Ada kepercayaan, bahwa selain menempuh jalur formal seperti seleksi administratif lewat partai, mereka harus menempuh jalan gaib. Seharusnya para caleg berjuang dan bersaing secara fair. Jika 50 persen caleg menggunakan cara-cara gaib, bisa dibayangkan seperti apa kualitas caleg ini setelah jadi anggota legislatif, ujarnya. Beredar Ijazah Palsu Fenomena apalagi yang muncul jelang pemilu? Komisi Pemilihan Umum (KPU) -pusat dan daerah-- mencatat, ada banyak caleg yang menggunakan ijasah aspal (asli tapi palsu) di sejumlah daerah. Sekretariat KPUD Bolmong misalnya, mencatat, sekitar 21 orang caleg dilaporkan masyarakat menggunakan ijazah palsu. Tim verifikasi KPUD Kabupaten Sumenep juga menemukan sejumlah

ijazah palsu milik caleg. Belum lagi KPUD Pandeglang, mencatat ada tiga caleg yang gunakan ijasah palsu. Adapun caleg-caleg yang diduga menggunakan ijazah palsu berasal dari Partai Hanura, Partai Gerakan Indonesia Raya, Partai Barisan Nasional, Partai Perjuangan Indonesia Baru, PNI Marhaenisme, Partai Demokrasi Pembaruan, dan Partai RepublikaN, PDI-P, Partai Demokrat, PPP, dan Partai Nasional Benteng Kemerdekaan. Ijazah palsu terjadi, karena caleg tersebut merasa memiliki massa dan kemampuan keuangan, tetapi tidak memiliki ijazah asli, jelas pengamat politik, Mohammad Qadari. Selain ijazah palsu, pemilu juga identik dengan peredaran uang palsu di beberapa tempat. Di Jakarta, misalnya, uang palsu yang beredar nilainya mencapai Rp394.900.000 dengan pecahan uang senilai Rp100 ribu. Akhir Februari lalu (26/2), Bank Indonesia (BI) Cabang Yogjakarta juga menemukan uang palsu senilai Rp 32,15 juta atau sebanyak 364 lembar. Kebanyakan uang palsu yang beredar adalah pecahan Rp 100 ribu, kemudian pecahan Rp 50.000 dan Rp10.000. BI Yogyakarta mensinyalir, uang palsu itu berasal dari Jawa Timur. Kini peredarannya telah merata sampai ke Bantul, Sleman, Gunungkidul, dan Kulonprogo. Ironinya lagi, pengedarnya tak lain adalah caleg dari partai besar. Di Jayapura misalnya, seorang caleg dari Partai Golkar untuk DPRD tingkat II Kabupaten Tolikara, Papua, diduga mengedarkan uang palsu pecahan 100 ribu. Di Sulawesi Selatan, aparat setempat telah menyebar intelijen untuk menyelidiki kemungkinan beredarnya uang palsu di kalangan para caleg jelang pemilu legislatif. Benarkah semua caleg bermasalah? Setidaknya, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) pernah melaporkan kepada KPU, sebanyak 44 caleg anggota DPR dan 8 calon sementara DPD diduga bermasalah. Dalam keterangan persnya, Bawaslu yang diwakili oleh Bambang Eka Cahya Widodo mengatakan, nama-nama yang dilaporkan tersebut terkait dugaan keterlibatan mereka dalam berbagai kasus seperti narkoba, pelecehan seksual, pemalsuan ijasah, dan tindak pidana korupsi. Jangan Tertipu Indikasi keterlibatan caleg dalam berbagai masalah ini diketahui setelah KPU membuka layanan pengaduan masyarakat terkait rekam jejak caleg. Laporan dari masyarakat ini menunjukkan partisipasi masyarakat yang cukup tingi untuk mewaspadai dan mengkampayekan anti politisi busuk. Sayangnya, Bawaslu tidak mau menyebutkan nama-nama caleg yang bermasalah dan beberapa partainya tersebut, sehingga tidak pernah dilansir ke publik. Anggota KPU Endang Sulastri di Gedung KPU Jakarta mengatakan, ada 18 masukan masyarakat yang menduga adanya caleg bermasalah. Di antara mereka, ada salah satu caleg DPD yang diduga tersangkut kasus penyerobotan

tanah, ada juga caleg dari Partai Amanat Nasional (PAN) yang diduga terlibat kasus pembalakan liar. Selain itu, terdapat caleg di Sumatera Barat yang tersangkut ijazah palsu, dan ada juga caleg yang pernah diturunkan dari jabatan publik karena korupsi. Lucunya, masuknya mantan terpidana korupsi dalam daftar calon sementara (DCS) tetap bisa terjadi. Alasannya, surat keterangan catatan kepolisian (SKCK) yang harus diserahkan caleg dinilai tidak lengkap. Artinya, SKCK tidak dilengkapi keterangan apakah caleg tersebut pernah dipidana atau tidak. KPU sendiri telah meminta klarifikasi ke partai yang bersangkutan. Peneliti senior Centre for Electoral Reform (Cetro) Refly Harun mengatakan, jika ada caleg yang pernah menjadi terpidana, KPU juga harus meminta klarifikasi kepada pengadilan. Jika memang caleg bersangkutan pernah menjadi terpidana kasus korupsi, seharusnya otomatis gugur. Sebab, dalam Pasal 50 ayat 1 huruf g UU 10/2008 tentang Pemilu disebutkan, seorang caleg tidak boleh pernah dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 tahun atau lebih. Terungkapnya beragam kasus korupsi yang melibatkan sejumlah anggota DPR periode 2004-2009, anehnya tak menjadi halangan para anggota dewan untuk maju kembali di Pemilu 2009. Termasuk nama-nama yang diduga terlibat aliran travel cheque dalam pemilihan deputi gubernur BI Miranda Gultom. Perlu diketahui, hasil rekapitulasi yang dilakukan KPU membeberkan, sedikitnya 253 orang caleg (DPR) tidak memenuhi syarat alias bermasalah. Di antara 253 caleg tersebut, pokja menemukan 45 caleg diduga melakukan korupsi, 13 caleg diduga tersangkut kasus non-korupsi, 8 caleg perbuatan asusila, 12 terindikasi ijazah palsu, dan 61 caleg dilaporkan menyatakan mengundurkan diri, sedangkan 9 caleg lainnya belum mengundurkan diri sebagai PNS. Anehnya, Ketua Panwas Pemilu Legislatif 2009 Abhan Misbah menyatakan lembaga yang dipimpinnya tidak punya kewenangan untuk menekan KPU membatalkan pencaleg-an para calon wakil rakyat yang dinilai mempunyai track record buruk. Hal yang sama juga diakui Ketua Panwaslu Jatim Sri Sugeng Pujiatmiko, meski telah mengundurkan diri ataupun direkomendasikan tidak memenuhi syarat, namun caleg-caleg itu masih terdaftar dalam Dalam Calon Tetap (DCT). Padahal, keberadaan caleg itu melanggar UU 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum dan UU Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum DPR, DPD, DPRD. Jika KPU secara administratif tidak punya kewenangan untuk mendrop caleg busuk, kecuali ada hitam di atas putih mengenai putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap dan pembatalan itu atas permintaan dari parpol yang mengajukannya, maka sama saja menyodori rakyat untuk memilih caleg (politisi)

busuk saat pemilu nanti. Oleh KPU, caleg bermasalah hanya diingatkan punya kesadaran diri, sehingga punya rasa malu untuk rela mengundurkan diri. Persoalannya adalah apakah caleg-caleg itu punya rasa malu? Kalau caleg busuk itu sampai terpilih dalam pemilihan legislatif nanti, tak ada jaminan yang pasti KPU bakal mencoret caleg bermasalah tersebut? Kita khawatir, jangan-jangan DPR dan DPRD akan diisi oleh penjahat bersindikat. Karena itu publik harus jeli, jangan sampai dikadali caleg-caleg busuk yang merasa pantas mengatasnamakan wakil rakyat. www2.kompas.com/ Kamis, 05 Februari 2004

Susi Perlu Segera Ditolong SEJAK lahir lidah Susi (22 bulan) ditumbuhi tumor. Ketika itu bentuknya seperti benjolan kecil dan belum mengganggu. Dalam perkembangannya, lidah Susi menjadi besar sehingga ia kesulitan mengonsumsi makanan, termasuk susu. Anak perempuan kecil ini harus bersusah payah mendapatkan air susu ibu (ASI), makanan utamanya. Lidah yang terlalu besar menghalangi penyaluran ASI itu masuk ke tenggorokannya. Mulut Susi terpaksa harus selalu menganga karena lidah yang besar memenuhi rongga mulutnya. Belum lagi kesulitan bicara saat ingin berkomunikasi dengan ibu dan neneknya. Bagi Yati (32), ibunya, dan neneknya, Tinah (62), Susi adalah segalanya. Ayahnya meninggal sejak Susi masih bayi merah. Kakeknya pun sudah tiada. Ibunya tidak memiliki pekerjaan. Neneknya juga sudah renta. Keluarga prasejahtera ini tinggal di Kampung Nangkaleah, RT 04 RW 12, Desa Cijulang, Kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Seperti rata-rata penduduk di desa ini, pekerjaan mereka umumnya adalah buruh tani. Yati sangat prihatin dengan keadaan Susi. Dia tidak tahu harus berbuat apa dengan penyakit anaknya tersebut. Dia juga tidak memiliki sanak keluarga. Maka, Yati hanya bisa pasrah menerima nasib yang akan menimpanya. Perjalanan hidupnya ini diutarakan kepada Sari Chandrawati, seorang dokter, Kepala Puskesmas Kecamatan Jampang Tengah, yang menangani Susi. Dokter muda itu merasa prihatin dengan kondisi Susi. Puskesmas yang

dipimpinnya tidak memiliki peralatan memadai untuk menangani penyakit yang diderita Susi. Susi pun dirujuk ke Rumah Sakit (RS) Sekarwangi di Sukabumi. Namun, RS Sekarwangi pun merasa tidak sanggup menolong Susi. Dokter bedah di RS Sekarwangi memberi surat rujukan ke RS Hasan Sadikin, Bandung. Biaya yang harus dikeluarkan tentunya tidak sedikit. Yati merasa tidak berdaya untuk membawa putrinya ke RS Hasan Sadikin, Bandung. Dia pasrah dan menyerahkan penanganan kasus Susi kepada Sari. Dokter Sari yang sudah lima tahun menjadi dokter di Puskesmas Jampang Tengah itu ingin berbuat sesuatu untuk menolong Susi. Sari juga sudah mengirim surat kepada Bupati Sukabumi. Surat permohonan bantuan juga dikirim ke Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) dan lembaga-lembaga lain. TIM DKK mengunjungi Puskesmas Jampang Tengah hari Selasa (13/1). Selanjutnya, bersama dengan Sari, perjalanan diteruskan ke Desa Cijulang, yang memakan waktu sekitar lima belas menit dengan menggunakan ambulans dan mobil Toyota Kijang. Di desa itu sudah menunggu Camat Jampang Tengah Sumkana, Ketua Badan Perwakilan Desa Cijulang Asep Suhara, dan beberapa tokoh masyarakat yang akan menemani tim DKK menuju rumah Yati. Perjalanan selanjutnya ke Kampung Nangkaleah dilakukan dengan menggunakan sepeda motor. Jalan yang harus dilalui menuju rumah Susi berupa jalan tanah sangat sempit dan licin, menaiki tebing. Di sana-sini ada jembatan kecil terbuat dari dua batang bambu yang harus dilintasi. Bila tidak hati-hati, motor bisa terperosok. Apalagi jika hujan turun, jalan tersebut berubah menjadi sungai kecil dan tidak bisa dilewati kendaraan apa pun. Rombongan yang menggunakan lima motor itu terdiri atas tim DKK, Sari, Camat Sumkana, dan beberapa tokoh masyarakat yang berjalan beriringan. Perjalanannya hanya sekitar sepuluh menit, tetapi sangat menegangkan. Akhirnya, rombongan sampai di rumah Yati. "Sudah beberapa kali saya bawa anak saya ke dukun. Bahkan sudah dua kali lidah Susi ditusuk. Dari lidah keluar cairan, setelah itu lidah kelihatan mengecil. Akan tetapi, beberapa hari kemudian akan membesar lagi," kata Yati pelan dan gelisah. Alasannya berobat ke dukun, "Karena saya tidak punya uang untuk berobat, Pak," katanya. Pada kesempatan itu, tim DKK juga menyerahkan bantuan untuk meringankan beban mereka berupa uang sebesar Rp 2 juta dan dua paket sembako. "Saya sangat khawatir melihat keadaan Susi. Juga ibunya yang kelihatan sangat capai dan stres. Sering dia datang pada saya dan menangis karena tidak punya uang untuk berobat. Bahkan, untuk ongkos pulang dari

puskesmas pun sering tak ada. Yang saya takutkan, ibunya Susi ini mengalami stres berat dan mengambil jalan pintas," kata Sari. Itu sebabnya Sari mengajak tokoh masyarakat, termasuk perangkat desa hingga camat, di Kecamatan Jampang Tengah untuk menangani kasus Susi. Terbentuklah tim bantuan untuk Susi, mulai dari ketua RT hingga Lurah Desa Cijulang. Sumkana bersedia membantu sepenuhnya kegiatan tim ini. Direncanakan, Susi akan dibawa ke RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Dari dana yang terkumpul dan berbekal kartu JPS-BK, mungkin pengobatan tahap awal bisa dilakukan. Namun, bagi Susi dan orangtuanya timbul persoalan baru, di mana mereka harus menginap jika pemeriksaan memakan waktu cukup lama. (TIM DKK)

http://majalah.tempointeraktif.com/id/email/1999/05/11/INT/mbm.19990511.INT9 4914.id.html Tragedi Pesisir Laut Selatan Sebuah ironi terhadap kemanusiaan dalam sebuah masyarakat yang bersahabat. MALAM sudah lama turun di Desa Sukaresik. Namun, hawa pesisiran yang hangat di bulan April membuat sebagian penduduk enggan masuk kamar. Oneng Suharya bahkan masih tergelak di ruang tamunya, menjelang tengah malam, bersama seorang kawan lama. Tiba-tiba, dua orang muncul begitu saja dari balik tabir malam. Tak jelas, apa percakapan antara tuan rumah dan tamutamunya. Adegan selanjutnya mirip film horor yang diputar lepas tengah malam. Pembunuhan Oneng Suharya hanya satu kisah seram dari pembantaian para dukun teluh di Kecamatan Ciamis, Parigi, dan Pangandaran, pertengahan April lalu. Daerah pembunuhan ini praktis menjadi kota mati selama sebulan terakhir. Teror dan ancaman seperti hantu, bergentayangan menakut-nakuti penduduk. Tukang becak, ojek, pedagang makanan kecil, yang biasanya lalu-lalang hingga subuh, kini mengunci diri selepas magrib. Kalaupun terpaksa keluar malam, mereka lebih suka melakukannya secara kolektif: nongkrong bersama di pusatpusat wisata. Tragedi manusia di daerah "pekidulan"sebutan penduduk untuk pesisir selatan Jawa Barat dari Ciamis selatan hingga Bantenini kian mengentalkan suasana mistis yang memang pekat, melengkapi segala legenda

dan mitos tentang penguasa hutan dan laut. Kecamatan Parigi, Pangandaran, Kalipucang, Cijulang, dan Cimerak berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia alias Laut Selatan. Banyak cerita rakyat yang terserak di bukit-bukit, hutan, dan pesisir sepanjang daerah selatan. Dari keangkeran Leuweug (hutan) Sancang dalam mitos Prabu Siliwangi hingga Maung Lodaya (harimau jenis Panthera Tigris Sundae), yang dipercaya sebagai jelmaan Prabu Siliwangi. Maung ini, konon, tak pernah lelah berkelana di sepanjang pekidulan. Pesisir Selatan adalah pusat ilmu gaib bagi sebagian orang Sunda, terutama ilmu-ilmu hitam seperti teluh (santet), pelet (pengasih), dan "werejit" (sejenis ilmu hitam khas Sunda). Beberapa tempat dikeramatkan karena dipandang memiliki hubungan dengan dunia gaib, misalnya Gunung Wayang, di Kecamatan Parigi. Inilah pertapaan sekaligus tempat mendalami ilmu hitam. Para dalang wayang golek "ditahbiskan" di tempat ini sebelum menggelar pentas perdananya. Pembantaian dukun santet bukan hal baru di pesisir selatan. Pada 1972, Ki Juni, dukun santet yang menjadi juru kunci makan kuno Eyang Kertasedana di Pasir Koredsekitar 3 kilometer dari Desa Pagergunung, Pangandarandihabisi delapan warga setempat. Di tempat yang sama, Tarmuji, 60 tahun, juru kunci pengganti Ki Juni, dibunuh warga sekitar dua bulan lalu. Cara-cara pembunuhan dan pembuangan jenazah korban juga memperlihatkan betapa masyarakat setempat tak bisa melepaskan diri dari pola-pola mitos dan legenda yang sudah puluhan tahun hadir dalam kehidupan masyarakat setempat. Unsur sadisme, misalnya, menurut sebagian tersangka, perlu untuk menghindari roh korban bergentayangan. Alhasil, kendati sulit dibayangkan, adegan ini sungguh-sungguh terjadi: di ujung selatan tanah Priangan yang subur, tempat penduduknya hidup dengan keramahan dan suasana bersahabat, beberapa pria membunuh kenalannya dengan tenang. Tubuh korban dipotong-potong di halaman rumahnyaagar rohnya bisa berpulang ke tempat yang seharusnya. Lalu, dalam keadaan bercucuran darah, potongan-potongan tubuh itu disate ke bambu runcing. Ironisnya, para pembantai ini dielu-elukan warga sebagai pahlawan yang membebaskan warga dari "derita santet dan teluh". Setelah itu, masya Allah, warga setempat mengarak "sate manusia" ini beramai-ramai ke hutan atau ke sungai. Tempat dan cara pembuangan jenazah pun dipilih menurut pola kebiasaan turun-temurun, guna mencegah mondar-mandirnya para arwah penasaran. Tempat pembuangan mayat lain yang populer adalah Sungai Ciwayang, 15 kilometer dari Pangandaran. Kabarnya, inilah lokasi favorit pembuangan mayat sejak pembantaian DI/TII, G30S/PKI, korban pembersihan dukun santet versi 1970-an dan 1980-an, hingga pembantaian dukun teluh, pertengahan April lalu. Edi S. Ekadjati, ahli sejarah dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, menjelaskan, ilmu teluh adalah warisan masa lampau yang terus bertahan dalam kehidupan masyarakat Sunda, sampai sekarang. Edi merujuk pada sebuah dokumen abad ke-16, yang tertulis di daun lontar, yang dinamai Sanghyang Siksa Kandang Karesiansemacam ensiklopedia adatistiadat orang Sundayang kini tersimpan di Perpustakaan Nasional. Dokumen itu menyebutkan bahwa teluh adalah perasaan "sakit hati, murung, dan tak senang" yang dialihkan kepada orang lain. Naskah ini menjelaskan, orang yang telah kena teluh tak akan bisa diobati, jampi-jampinya tidak mempan, dan

niatnya tak akan terlaksana. Edi menjelaskan, ada perubahan makna pada teluh. Kalau dulu yang sakit adalah hati, sekarang yang dikenai adalah fisik orang lain. Menurut Edi, kecenderungan mistik pada orang Sunda pesisir tak bisa dilepaskan dari faktor alam: hutan lebar, pantai curam, ombak Laut Selatan yang ganas, dan kehidupan yang sulit karena kemiskinan daerah itu. Kemiskinan kadang memaksa orang mencari penghidupan secara tidak lazim. Dari situlah kemungkinan motif utama orang mempelajari ilmu teluh. Dalam perkembangannya, orang-orang yang sakit hati meminta bantuan kaum berilmu ini untuk membalaskan dendam mereka lewat kekuatan mistik. Tragedi pesisir selatan bukan fenomena baru dalam masyarakat Indonesia. Bahkan bukan khas masyarakat pesisiran pula. Masyarakat Banyuwangi juga digegerkan pembantaian serupa beberapa bulan lalu. Dalam skala yang lebih kecildan personalsaling mengirim sihir merupakan bentuk pertarungan "ilmu-ilmu mistik", dengan tujuan baik maupun jahat. Santet, misalnya, adalah salah satu teknik mengirimkan sihir itu. Tujuan sihir itu sendiri bermacam-macam: defensif, destruktif, hingga homeopathic (mengobati). Bronislaw Malinoswki, antropolog Inggris kelahiran Polandia, yang melakukan banyak studi lapangan tentang mitos dan sihir, mengatakan bahwa konsep sosiologis dari sihir adalah "mengekspresikan, mempertinggi, dan mempertebal keyakinan. Sihir juga menyelamatkan dan memperkuat moral, serta mengandung aturan-aturan praktis untuk memandu manusia." Dari studi lapangan bertahun-tahun di Pulau Trobriand, Papua Nugini, Malinoswki menyimpulkan dalam Magic, Science, and Religion bahwa magic bukanlah sesuatu yang simbolis, melainkan ekspresi langsung dari "sesuatu": misalnya nilai-nilai dalam suatu masyarakat. Penjelasan ini barangkali bisa membuat kita memahami absurditas dunia perteluhan: pembantai dianggap pahlawan. Atau, warga yang soliter dituduh sebagai sumber segala penyakit yang aneh dalam sebuah masyarakat pedesaan. Malinoswki menekankan, untuk memahami dunia sihir dan bagaimana pembalasan terhadap sihir bisa terjadi, orang harus mengamati sebuah konteks sosial sehingga orang bisa mengerti nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Praktek perdukunan sendiri sudah hadir sekitar 25 ribu tahun di atas muka bumi. Prakteknya secara "modern" menyebar di Eropa Barat selama 300 tahun (1450-1750). Itulah masa ketika para dukun dibakar hidup-hidup di seluruh daratan Eropa. Amerika juga mencatat salah satu peristiwa terkelam dalam lembaran sejarahnya lewat pembunuhan ratusan orang yang dicurigai sebagai dukun santet di kawasan Salem, Massachusetts, pada 1692. Sejarah menunjukkan secara jelas bahwa perteluhan, atau apa pun istilahnya, bukan hanya hadir di Ciamis, Pangandaran, atau Banyuwangi. Manusia di berbagai belahan dunia mengenal, meyakini, dan menjalankan praktek-praktek perdukunan dengan berbagai tujuan. Praktek itu terjadi dalam konteks sosial yang berbeda-beda, tapi sesungguhnya memiliki bahasa yang sama. Sihir mengandung fenomena natural sekaligus supernatural. Sihir juga mengandung tipuan (seperti dalam permainan sulap) maupun kenyataan yang kejam (seperti jarum yang mengeram dalam perut)antara ada dan tiada. Namun, dalam banyak kasus, orang lebih terkesan pada yang nyata dan kejam tadi, bahkan meyakininya sebagai kebenaranketimbang mengingatnya dari sisi yang sebaliknya. Dan itulah yang membuat pembalasan

ala Ciamis, Banyuwangi, Bavaria, atau Salem bisa berlangsung begitu kejam, tapi, ironisnya, memperoleh toleransi sosial yang bahkan "jauh lebih kejam". Edi S. Ekadjati, ahli sejarah dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, menjelaskan, ilmu teluh adalah warisan masa lampau yang terus bertahan dalam kehidupan masyarakat Sunda, sampai sekarang. Edi merujuk pada sebuah dokumen abad ke-16, yang tertulis di daun lontar, yang dinamai Sanghyang Siksa Kandang Karesiansemacam ensiklopedia adat-istiadat orang Sundayang kini tersimpan di Perpustakaan Nasional. Dokumen itu menyebutkan bahwa teluh adalah perasaan "sakit hati, murung, dan tak senang" yang dialihkan kepada orang lain. Naskah ini menjelaskan, orang yang telah kena teluh tak akan bisa diobati, jampi-jampinya tidak mempan, dan niatnya tak akan terlaksana. Edi menjelaskan, ada perubahan makna pada teluh. Kalau dulu yang sakit adalah hati, sekarang yang dikenai adalah fisik orang lain. Menurut Edi, kecenderungan mistik pada orang Sunda pesisir tak bisa dilepaskan dari faktor alam: hutan lebar, pantai curam, ombak Laut Selatan yang ganas, dan kehidupan yang sulit karena kemiskinan daerah itu. Kemiskinan kadang memaksa orang mencari penghidupan secara tidak lazim. Dari situlah kemungkinan motif utama orang mempelajari ilmu teluh. Dalam perkembangannya, orang-orang yang sakit hati meminta bantuan kaum berilmu ini untuk membalaskan dendam mereka lewat kekuatan mistik. Tragedi pesisir selatan bukan fenomena baru dalam masyarakat Indonesia. Bahkan bukan khas masyarakat pesisiran pula. Masyarakat Banyuwangi juga digegerkan pembantaian serupa beberapa bulan lalu. Dalam skala yang lebih kecildan personalsaling mengirim sihir merupakan bentuk pertarungan "ilmuilmu mistik", dengan tujuan baik maupun jahat. Santet, misalnya, adalah salah satu teknik mengirimkan sihir itu. Tujuan sihir itu sendiri bermacam-macam: defensif, destruktif, hingga homeopathic (mengobati). Bronislaw Malinoswki, antropolog Inggris kelahiran Polandia, yang melakukan banyak studi lapangan tentang mitos dan sihir, mengatakan bahwa konsep sosiologis dari sihir adalah "mengekspresikan, mempertinggi, dan mempertebal keyakinan. Sihir juga menyelamatkan dan memperkuat moral, serta mengandung aturan-aturan praktis untuk memandu manusia." Dari studi lapangan bertahun-tahun di Pulau Trobriand, Papua Nugini, Malinoswki menyimpulkan dalam Magic, Science, and Religion bahwa magic bukanlah sesuatu yang simbolis, melainkan ekspresi langsung dari "sesuatu": misalnya nilai-nilai dalam suatu masyarakat. Penjelasan ini barangkali bisa membuat kita memahami absurditas dunia perteluhan: pembantai dianggap

pahlawan. Atau, warga yang soliter dituduh sebagai sumber segala penyakit yang aneh dalam sebuah masyarakat pedesaan. Malinoswki menekankan, untuk memahami dunia sihir dan bagaimana pembalasan terhadap sihir bisa terjadi, orang harus mengamati sebuah konteks sosial sehingga orang bisa mengerti nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Praktek perdukunan sendiri sudah hadir sekitar 25 ribu tahun di atas muka bumi. Prakteknya secara "modern" menyebar di Eropa Barat selama 300 tahun (1450-1750). Itulah masa ketika para dukun dibakar hidup-hidup di seluruh daratan Eropa. Amerika juga mencatat salah satu peristiwa terkelam dalam lembaran sejarahnya lewat pembunuhan ratusan orang yang dicurigai sebagai dukun santet di kawasan Salem, Massachusetts, pada 1692. Sejarah menunjukkan secara jelas bahwa perteluhan, atau apa pun istilahnya, bukan hanya hadir di Ciamis, Pangandaran, atau Banyuwangi. Manusia di berbagai belahan dunia mengenal, meyakini, dan menjalankan praktek-praktek perdukunan dengan berbagai tujuan. Praktek itu terjadi dalam konteks sosial yang berbeda-beda, tapi sesungguhnya memiliki bahasa yang sama. Sihir mengandung fenomena natural sekaligus supernatural. Sihir juga mengandung tipuan (seperti dalam permainan sulap) maupun kenyataan yang kejam (seperti jarum yang mengeram dalam perut)antara ada dan tiada. Namun, dalam banyak kasus, orang lebih terkesan pada yang nyata dan kejam tadi, bahkan meyakininya sebagai kebenaranketimbang mengingatnya dari sisi yang sebaliknya. Dan itulah yang membuat pembalasan ala Ciamis, Banyuwangi, Bavaria, atau Salem bisa berlangsung begitu kejam, tapi, ironisnya, memperoleh toleransi sosial yang bahkan "jauh lebih kejam". http://majalah.tempointeraktif.com/i...T94914.id.html