DRK GIK.docx
-
Upload
january-conice -
Category
Documents
-
view
274 -
download
1
Transcript of DRK GIK.docx
![Page 1: DRK GIK.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/563dba17550346aa9aa29e2f/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN DISKUSI REFLEKSI KASUS (DRK)
Nama Ruangan : Gedung Rawat Inap Dewasa (GP 2) Lantai 3
Tanggal Pelaksanaan : 28 Mei 2014
Penyusun : 1. Ns. Ketut Arya Dharma
2. Ns. Sri Ustiati
3. Ns. Nita Triana
4. Ns. Irma Mahinano
Topik Diskusi Kasus : Glucose Insulin Pottasium (GIK)
A. Masalah / Isu yang Muncul
Belum adanya protocol dan literature yang dijadikan pedoman dalam pemberian GIK
(indikasi pasien, pencampuran cairan, cara pemberian, dan pembagian tugas tim medis),
sehingga tidak adanya delegasi dalam procedure pemberian GIK
B. Pembahasan
1. Penjelasan mengenai Glucose Insulin Potasium (GIK)
2. Kondisi pasien yang diharuskan dalam pemberian GIK
3. Persiapan, procedure dan evaluasi pada pasien dengan pemberian GIK
4. Resiko yang terjadi pada pasien dengan pemberian GIK
![Page 2: DRK GIK.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/563dba17550346aa9aa29e2f/html5/thumbnails/2.jpg)
C. Rencana Tindak lanjut
No Isu Kegiatan No Indikator1
2
Belum adanya protocol dan
literature yang dijadikan
pedoman dalam pemberian
GIK (indikasi pasien,
pencampuran cairan, cara
pemberian, dan pembagian
tugas tim medis), sehingga
tidak adanya delegasi
dalam procedure pemberian
GIK
1. Mengajukan permintaan
protocol dan literature sesuai
dengan SOP yang benar, serta
kesepakatan dalam
pendelegasian selama
procedure pemberian GIK
2. Mensosialisasikan protocol,
literature dan system
pendelegasian yang benar
dalam procedure pemberian
GIK. Baik dalam bentuk
seminar, diskusi, dan tulisan
yang telah dilegalkan.
1
2
Adanya potokol dan literature
serta cara pendelegasian antar
tim medis dalam procedure
pemberian GIK
Petugas kesehatan sudah
tersosialisasi mengenai
protocol, literature dan metoda
pendelegasian yang legal
tentang procedure pemberian
GIK
![Page 3: DRK GIK.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/563dba17550346aa9aa29e2f/html5/thumbnails/3.jpg)
No Isu Kegiatan no Indikator
1.
2.
3.
4.
Procedure GIK dilakukan pada
kondisi pasien yang akut dan
kondisi gawat darurat, sehingga
di ruang rawat inap tidak banyak
dilakukan.
Di ruang rawat inap dokter lebih
cenderung menggunakan
prosedur penanganan
hiperglikemia dengan insulin drip
atau dengan insulin koreksi.
Pemamtauan elektrolit pada
pasien yang akan dilakukan
procedure pemberian GIK
terkadang tidak diperhatikan.
Selain pemantauan elektrolit, tim
medis juga butuh memperhatikan
gambaran EKG pada monitor
karena GIK behubungan dengan
Meningkatkan kemampuan
identifikasi atau pengkajian
dengan cepat pada pasien
yang termasuk katagori
gawat, akut dan kronik. Bisa
dengan mengikuti pelatihan
atau mencari informasi dari
artikel terbaru.
Mengetahui alasan dokter
dalam pemberian terapi pada
pasien DM dan
mendokumentasikannya.
Melihat kembali status
elektrolit pasien pada hasil
pemeriksaan laboratorium
sebbelumnya dan yang
terbaru, jika perlu mengulang
kembali pemeriksaan.
Memasang monitor untuk
mengetahui dengan cepat
perubahan gambaran EKG
abnormal
1.
1.
2.
1.
2.
1
Melakukan intervensi
yang sesuai pada pasien
dengan hiperglikemia
sesuai dengan fasenya.
Gula darah pasien
mengalami perbaikan.
Dosis yang diberikan
sesuai dengan kebutuhan
pasien
Perawat dan dokter
mengetahui status
elektrolit pasien.
Pemberian terapi dengan
GIK di sesuaikan dengan
kadar elektrolit.
Pemberian GIK berisiko
mengubah keseimbangan
elektrolit, sehingga jika
terjadi data objek yang
![Page 4: DRK GIK.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/563dba17550346aa9aa29e2f/html5/thumbnails/4.jpg)
5.
mekanisme Kalium dalam sel.
Pemberian GIK harus dipantau
batas cairan yang masuk dalam
tubuh sehingga terpantau intake /
output yang akan mempengaruhi
cardiac output. Seperti pada
pasien Heart Failure, Post
Operasi, atau pada pasien yang
terpasang CVP.
Menghitung intake – output
sehingga jika terjadi ketidak
seimbangan bias langsung di
kaji ulang (pemasangan alat,
sign vital, keluhan) dan
dilaporkan, maka intervensi
bias dengan cepat dilakukan.
1.
dapat cepat di dapat dari
gambaran abnormal EKG.
Ketidakseimbangan cairan
bisa terjadi akibat
hiperosmolalitas ataupun
hipoosmolalitas sehingga
mempengaruhi kerja
ginjal untuk
mempertahankan
keseimbangan cairan.
![Page 5: DRK GIK.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/563dba17550346aa9aa29e2f/html5/thumbnails/5.jpg)
A. Pembahasan
Hiperglikemia berbahaya terhadap berbagai sel dan sistem organ karena pengaruhnya
terhadap sistem imun, dapat bertindak sebagai mediator inflamasi, mengakibatkan respon
vaskular, dan respon sel otak. Pada keadaan hiperglikemia mudah terjadi infeksi karena
adanya disfungsi fagosit. Hiperglikemia akut dapat menyebabkan berbagai efek buruk
pada system kardiovaskular, antara lain memudahkan terjadinya gagal jantung. Kejadian
trombosis seringkali berhubungan dengan hiperglikemia. Hiperglikemia dapat
menyebabkan penurunan aktivitas fibrinolitik plasma dan aktivitas aktivator plasminogen
jaringan, peningkatan aktivitas inhibitor aktivator plasminogen (PAI-1), dan peningkatan
aktivitas trombosit.
Berdasarkan berbagai penelitian klinis, terbukti bahwa terapi insulin pada pasien
hiperglikemia memperbaiki luaran klinis. Insulin, selain dapat memperbaiki status
metabolik dengan cepat, terutama kadar glukosa darah, juga memiliki efek lain yang
bermanfaat, antara lain perbaikan inflamasi. Infus insulin (glucose-insulin-potassium
[GIK]) terbukti dapat memperbaiki luaran pada pasien gawat darurat yang dirawat di
ruang intensif akibat kelainan jantung atau stroke. Terapi insulin intensif pada pasien
gawat darurat yang dirawat di ruang intensif terbukti dapat menurunkan angka kematian.
Hal tersebut terutama disebabkan oleh penurunan angka kejadian kegagalan organ
multipel akibat sepsis. Selain itu, penggunaan infus insulin juga dapat menurunkan
mortalitas di rumah sakit secara keseluruhan, sepsis, gagal ginjal akut yang membutuhkan
dialisis atau hemofiltrasi, jumlah transfusi darah sel darah merah, polineuropati, dan
penurunan penggunaan ventilasi mekanis yang berkepanjangan serta lama perawatan di
ruang intensif. Penggunaan infus insulin-glukosa secara intensif pada pasien infark
miokard akut juga memperbaiki angka kematian jangka panjang. Hal serupa ditemukan
pada pasien stroke. Pasien stroke dengan hiperglikemia ringan sampai sedang yang
mendapatkan infuse insulin (GIK) memiliki angka kematian yang lebih kecil
dibandingkan pasien tanpa pemberian infus insulin GIK.
![Page 6: DRK GIK.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/563dba17550346aa9aa29e2f/html5/thumbnails/6.jpg)
B. Prosedur Pemberian GIK
Prinsip terapi KAD adalah dengan mengatasi dehidrasi, hiperglikemia, dan
ketidakseimbangan elektrolit, serta mengatasi penyakit penyerta yang ada.Pengawasan
ketat,
Fase I/Gawat :
1. REHIDRASI, NaCl 0,9% atau RL 2L loading dalam 2 jam pertama, lalu 80 tpm selama 4 jam, lalu 30-50 tpm selama 18 jam (4-6L/24jam)
2. INSULIN, 4-8 U/jam sampai GDR 250 mg/dl atau reduksi minimal3. Infus K (TIDAK BOLEH BOLUS)
Bila K+ < 3mEq/L, beri 75mEq/L Bila K+ 3-3.5mEq/L, beri 50 mEq/L Bila K+ 3.5 -4mEq/L, beri 25mEq/L Masukkan dalam NaCl 500cc/24 jam
4. Infus Bicarbonat
o Bila pH<7,0 atau bicarbonat < 12mEq/Lo Berikan 44-132 mEq dalam 500cc NaCl 0.9%, 30-80 tpm
Pemberian Bicnat = [ 25 - HCO3 TERUKUR ] x BB x 0.4
5. Antibiotik dosis tinggi, Batas fase I dan fase II s ekitar GDR 250 mg/dl atau reduksi
Fase II/maintenance:
1. Cairan maintenance
Nacl 0.9% atau D5 atau maltose 10% bergantian Sebelum maltose, berikan insulin reguler 4U
2. Kalium
Perenteral bila K+ <4mEq Peroral (air tomat/kaldu 1-2 gelas, 12 jam
3. Insulin reguler 4-6U/4-6jam sc
4. Makanan lunak karbohidrat komlek peras
![Page 7: DRK GIK.docx](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082317/563dba17550346aa9aa29e2f/html5/thumbnails/7.jpg)
C. Resiko Pemberian GIK
1. Resiko terjadinya gangguan irama jantung
2. Resiko terjadinya edema insulin
3. Resiko terjadi hipoglikemia
4. Resiko terjadinya ketidakseimbangan elektrolit
5. Resiko penurunan cardiac output